Selagi Hari Terang While The Light Lasts Karya Agatha Christie Bagian 3
Meski tak pernah ada kegiatan lain yang serupa dengan perburuan harta karun di Isle of Man, Agatha Christie terus menulis cerita-cerita misteri dengan tema serupa. Yang paling jelas di antaranya adalah tantangan yang disodorkan pada Charmian stroud dan edward Rossiter oleh Paman Matthew yang nyentrik dalam Strange Jest, sebuah cerita Miss Marple yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1941 dengan judul A Case of Buried Treasure dan dikoleksi dalam Miss Marple s Final Cases (1979). Ada pula perburuan pembunuhan yang dikonstruksi serupa, dalam novel Poirot, Dead Man s Folly (1956).
155 M Rs. LeMPRIeRe yang menemukan keberadaan Jane Haworth. Wajar saja. Ada yang mengatakan Mrs. Lempriere adalah wanita yang paling gampang dibenci orang di London, tapi rasanya itu terlalu berlebihan. Mrs. Lempriere memang punya bakat untuk mengorek hal-hal yang justru berusaha Anda rahasiakan, dan ia bisa melakukannya dengan sangat jenius. selalu melalui suatu kebetulan.
Dalam kasus ini, kami sedang minum teh di studio Alan everard. Kadang-kadang Alan mengadakan acara minum teh, dan biasanya ia berdiri menyendiri di pojok, dengan pakaiannya yang sangat tua, sambil menggemerincingkan recehan-recehan di saku celana panjangnya dengan ekspresi sangat menderita.
Kurasa tak seorang pun akan memperdebatkan kejeniusan everard sekarang ini. Dua lukisannya yang paling terkenal, Colour dan he Connoisseur, yang merupakan lukisan-lukisannya di periode awal, sebelum DI BALIK DINDING
ia menjadi pelukis potret komersil, dibeli oleh negara tahun lalu, dan untuk sekali itu lukisannya tak tertandingi. Tapi pada saat yang kumaksud, everard baru saja memasuki kariernya, dan kami bebas menganggap bahwa kamilah yang telah menemukannya.
Yang mengurus pesta-pesta ini adalah istrinya. sikap everard terhadap istrinya aneh. Ia jelas mengagumi wanita itu, dan itu tidak mengherankan. Isobel patut dikagumi. Tapi everard tampaknya selalu merasa dirinya sedikil berutang pada Isobel. Ia menyetujui apa saja yang diinginkan Isobel, bukan karena kasih sayang terhadap istrinya itu, tapi lebih karena ia merasa yakin istrinya berhak mengikuti caranya sendiri. Kurasa itu wajar juga, bila dipikir-pikir.
Isobel Loring dulu sangat terkenal. Ketika pertama muncul, ia adalah gadis muda yang paling populer di tahun tersebut. Ia memiliki segalanya kecuali uang; ia cantik, cerdas, punya posisi, dan keturunan keluarga baik-baik. Tak seorang pun berharap ia menikah demi cinta. Ia bukan jenis wanita semacam itu. Pada tahun kedua, ia punya tiga pengagum seorang bangsawan, politisi yang kariernya sedang naik, dan seorang milyuner Afrika selatan. Tapi yang mengejutkan semua orang, tiba-tiba ia malah menikahi Alan everard seorang pelukis muda yang masih berjuang menapaki karier dan namanya belum pernah didengar orang.
Kupikir untuk menghormati kepribadiannyalah semua orang tetap memanggilnya Isobel Loring. Tak ada yang pernah memanggilnya Isobel everard. Mereka biasa berkata, Aku melihat Isobel Loring pagi ini. Ya... dengan suaminya, everard, pelukis muda itu. Orang berpendapat Isobel telah menghabisi dirinya sendiri. Kurasa lebih tepat dikatakan bahwa kebanyakan pria mungkin akan tamat riwayatnya kalau dikenal sebagai suami Isobel Loring . Tapi everard berbeda. Bakat Isobel untuk sukses tidak meninggalkannya. Alan everard melukis Colour.
Kurasa semua orang mengenal lukisan itu: sebuah jalan panjang yang membentang dengan parit di ujungnya, tanah yang telah dibalik, pipa air cokelat yang memantulkan matahari, dan seorang pekerja bertubuh besar yang bersandar pada sekopnya bagai sosok Hercules yang memandangi dari kanvas tanpa kecerdasan atau harapan, namun tanpa disadari ada pandangan memohon di matanya, mata seekor hewan beringas. Lukisan itu seolah menyala permainan warna jingga dan merah. Banyak tulisan yang membahas simbol yang ada dalam lukisan itu, apa yang berusaha diekspresikan. Alan everard sendiri berkata ia tidak berniat mengekspresikan apa-apa. Katanya ia hanya muak melihat banyak lukisan pemandangan matahari terbenam ala Venesia, dan tiba-tiba dirasuki kerinduan untuk bermain dengan warna-warna Inggris yang murni.
setelah itu everard memberikan pada dunia lukisan epik sebuah bar Romance; jalanan gelap berhujan pintu setengah terbuka, cahaya lampu dan gelas-gelas yang memantulkan cahaya, pria kecil berwajah tajam yang masuk dari pintu depan, kecil, licik, tidak istimewa, dengan bibir terbuka dan mata penuh hasrat, berjalan masuk untuk melupakan.
Dengan kekuatan dua lukisan ini everard digolongkan sebagai pelukis kelas pekerja . Dengan demikian, everard telah memiliki kotak sendiri. Tapi ia menolak untuk tetap berada dalam kotak itu. Karyanya yang ketiga dan paling cemerlang adalah sebuah potret diri sir Rufus Herschman. Ilmuwan terkenal itu dilukis dengan latar belakang tabung-tabung, alat-alat, dan rak-rak di laboratorium. Keseluruhannya bisa dikatakan berefek Kubisme, tapi garis-garis perspektifnya disapukan dengan aneh.
Dan kini everard telah menyelesaikan karyanya yang keempat potret istrinya. Kami diundang untuk melihat dan memberikan kritik. everard sendiri memojok dan melihat ke luar jendela; Isobel Loring bergerak di antara para tamu, membicarakan teknikteknik lukisan dengan sangat akurat.
Kami memberikan komentar. Mau tak mau. Kami memuji lukisan satin merah muda itu. Teknik melukisnya sangat mengagumkan. Tak ada yang pernah melukis satin secermat itu.
Mrs. Lempriere, salah satu kritikus seni paling cerdik yang kukenal, segera menarikku menjauh dari tamu-tamu lain.
Georgie, katanya, apa yang telah dia lakukan pada dirinya sendiri" Lukisan itu mati. Mulus. Tapi... oh! Benar-benar buruk.
Potret seorang Wanita dalam satin Merah Muda" tanyaku.
Tepat. Tekniknya sempurna. Begitu teliti! Tenaga yang dikerahkan cukup untuk membuat enam belas lukisan.
Terlalu hati-hati" tanyaku.
Mungkin begitu. seandainya ada kehidupan dalam lukisan itu, dia telah membunuhnya. Lukisan seorang wanita yang sangat cantik dalam gaun satin merah muda. Mengapa bukan potret berwarna saja"
Mengapa" aku sependapat. Apakah dia tahu, menurut Anda"
Tentu saja dia tahu, sahut Mrs. Lempriere dengan ketus. Tidakkah kaulihat pria itu hampir gila" Kurasa itu akibatnya mencampuradukkan perasaan dan bisnis. Dia mencurahkan seluruh jiwanya ketika melukis Isobel, karena subjeknya adalah Isobel, dan karena dia terlalu hati-hati, dia tidak menangkap jiwa Isobel. Dia terlalu baik. Kadang-kadang kau harus... menghancurkan isiknya dulu sebelum bisa mencapai jiwanya.
Aku mengangguk sambil berpikir. sir Rufus Herschman tidak sempurna secara isik, tapi everard berhasil memasukkan kepribadiannya yang tidak terlupakan dalam kanvas.
Isobel punya kepribadian sangat kuat, lanjut Mrs. Lempriere.
Mungkin everard tidak bisa melukis wanita, kataku.
Mungkin juga, kata Mrs. Lempriere dengan bijaksana. Ya, mungkin itu penjelasannya.
saat itulah ia, dengan bakat khasnya untuk menemukan kebetulan , membalik sebuah kanvas yang bagian depannya menghadap dinding. Ada delapan kanvas yang disusun sembarangan. Kebetulan saja Mrs. Lempriere memilih satu tapi seperti kukatakan sebelumnya, hal-hal semacam ini biasa terjadi pada Mrs. Lempriere.
Ah! ujarnya setelah membalik lukisan itu. Lukisan itu belum selesai, cuma sketsa kasar. Wanita, atau gadis dalam lukisan itu kurasa umurnya tak lebih dari dua puluh lima atau dua puluh enam tahun sedang bertopang dagu dengan tubuh agak condong ke depan. Dua hal yang langsung menarik perhatianku: vitalitas yang luar biasa dari lukisan itu dan kekejamannya yang menakjubkan. everard melukisnya dengan sapuan-sapuan kuas yang sangat tegas. Bahkan boleh disebut kasar menonjolkan semua kecanggungan, sudut tajam, dan kekasarannya. seluruh lukisan itu bernuansa cokelat: baju cokelat, latar belakang cokelat, bola mata cokelat bola mata memelas dan sendu. Ya... memelas... itulah kesan yang paling kentara dari lukisan itu.
Mrs. Lempriere memandanginya beberapa lama tanpa berkata apa-apa. Lalu ia memanggil everard. Alan, katanya. Kemarilah. siapa ini" everard menghampirinya dengan patuh. Kulihat sekilas sinar kejengkelan yang tak bisa disembunyikannya.
Itu kubuat cuma untuk iseng, jawabnya. Kurasa takkan pernah kuselesaikan.
siapa dia" tanya Mrs. Lempriere lagi. everard jelas enggan menjawab, tapi sikap enggannya ini justru membuat Mrs. Lempriere semakin ingin tahu.
Temanku. Miss Jane Haworth.
Aku belum pernah bertemu dengannya di sini, kata Mrs. Lempriere.
Dia tidak pernah datang ke acara-acara semacam ini. everard berhenti sejenak, lalu menambahkan, Dia ibu baptis Winnie.
Winnie adalah anak perempuan everard yang berusia lima tahun.
sungguh" ujar Mrs. Lempriere. Di mana dia tinggal"
Battersea. sebuah lat. Begitu, ujar Mrs. Lempriere lagi, lalu menambahkan, Dan apa yang pernah dilakukannya padamu" Padaku"
Padamu. sampai-sampai kau melukisnya dengan begitu... begitu marah.
Oh, itu! everard tertawa. Dia tidak cantik. Aku tidak bisa membuatnya cantik hanya karena dia temanku, bukan"
Yang kaulakukan malah sebaliknya, kata Mrs. Lempriere. Kau menangkap setiap kekurangannya, melebih-lebihkannya, dan menonjolkannya sedemikian rupa. Kau berusaha membuatnya kelihatan sangat jelek tapi kau belum berhasil, anakku. Jika kau menyelesaikannya, potret itu akan tampak sangat hidup.
everard kelihatan kesal. Memang tidak buruk, katanya dengan nada ringan, untuk sebuah sketsa, maksudku. Tapi tentunya tidak sebanding dengan potret Isobel. Itu karyaku yang terbaik.
Ia mengucapkan kata-kata itu dengan sikap defensif dan agresif. Kami berdua tidak menjawab.
sejauh ini itulah karya terbaikku, ulangnya. Beberapa tamu lain mendekat. Mereka juga melihat sketsa itu. Ada yang berseru kagum, ada yang berkomentar. suasana semakin hidup.
Begitulah ceritanya aku pertama kali mendengar tentang Jane Haworth. Kelak aku menemuinya dua kali. Aku mendengar rincian hidupnya dari salah satu temannya yang paling akrab. Lalu aku tahu banyak dari Alan everard sendiri. sekarang, setelah keduanya meninggal, kurasa sudah waktunya membandingkan ceritaku dengan beberapa cerita yang disebarkan Mrs. Lempriere. silakan mengatakan ceritaku cuma rekaan jika Anda mau tapi ceritaku tidak jauh berbeda dari kebenaran.
Ketika para tamu sudah pulang, Alan everard membalikkan lukisan Jane Haworth kembali ke dinding. Isobel turun menghampirinya.
sukses, bukan" tanyanya sambil berpikir. Atau... kurang sukses"
Lukisan itu" tanya everard cepat.
Bukan, bodoh, pestanya. Tentu saja lukisannya sukses.
Itu lukisan terbaik yang pernah kubuat, ujar everard dengan agresif.
Kita mulai mendapat kesempatan bagus, kata Isobel. Lady Charmington ingin kau melukisnya.
Ya Tuhan! everard cemberut. Aku bukan pelukis potret komersil, kau tahu itu.
Kau bisa jadi komersil. Kau akan mencapai puncak.
Itu bukan puncak yang ingin kucapai. Tapi, Alan sayang, begitulah caranya memperoleh banyak uang.
siapa yang menginginkan banyak uang" Mungkin aku" sahut Isobel sambil tersenyum. everard langsung merasa bersalah dan malu. seandainya Isobel tidak menikahinya, istrinya itu bisa saja memperoleh banyak uang dengan caranya sendiri. Dan ia memerlukan banyak uang. sedikit kemewahan memang suatu kebutuhan baginya.
Keuangan kita tidak buruk belakangan ini, kata everard dengan muram.
Memang tidak, tapi tagihan terus berdatangan dengan cepat.
Tagihan selalu saja tagihan! everard berjalan hilir-mudik.
Ah, persetan! Aku tidak mau melukis Lady Charmington, teriaknya seperti anak kecil.
Isobel tersenyum kecil. Ia berdiri di dekat perapian tanpa bergerak sama sekali. Alan menghentikan langkahnya yang gelisah dan menghampirinya. Ada sesuatu dalam diri Isobel, sikap diam dan tak berdaya, yang menarik everard menariknya bagai magnet" Betapa cantiknya dia kedua lengannya mulus bagai pualam putih yang dipahat dengan terampil, rambutnya kuning emas, bibirnya merah berisi.
Alan mengecup bibir itu merasakannya menempel di bibirnya. Adakah yang lebih berarti daripada ini" Ada apa dalam diri Isobel yang mampu meredakan amarahmu dan mengenyahkan semua kesulitanmu" Isobel menarikmu ke dalam ketidakberdayaannya yang cantik dan menahanmu di sana, diam dan puas diri. Bagai terbius kau melayang di sana, terlelap di danau gelap.
Baiklah, aku akan melukis Lady Charmington, katanya sekarang. Mengapa tidak" Aku akan bosan tapi pelukis memang perlu makan. Ada Mr. Pots si pelukis, Mrs. Pots istrinya, dan Miss Pots anaknya semuanya perlu uang.
sudahlah! kata Isobel. Omong-omong tentang anak kita kau harus mengunjungi Jane kapan-kapan. Dia datang ke sini kemarin, dan mengatakan sudah berbulan-bulan dia tidak melihatmu.
Jane kemari" Ya untuk melihat Winnie. Alan mengibaskan tangan mendengar Winnie disebutkan.
Apakah dia melihat lukisanmu" Ya.
Apa pendapatnya" Katanya luar biasa. Oh!
everard mengerutkan dahi, tenggelam dalam pikirannya.
Kupikir Mrs. Lempriere curiga kau tertarik pada Jane, komentar Isobel. Perempuan itu punya insting tajam.
Wanita itu! ujar Alan kesal. Wanita itu! Apa sih yang tidak terpikir olehnya" Apa"
Yah, kalau aku tidak berpikir, kata Isobel, tersenyum. Pergilah dan kunjungi Jane segera. Alan menatapnya. Isobel kini duduk di kursi rendah dekat perapian. Wajahnya setengah dipalingkan, bibirnya masih tersenyum. saat itu Alan merasa bingung, seakan-akan selama ini ia dikelilingi kabut di sekitarnya, dan tiba-tiba kabut itu lenyap, sehingga ia bisa melihat sebuah negeri asing.
Hatinya mengatakan, Mengapa dia ingin kau pergi menemui Jane" Pasti ada alasannya. sebab dengan Isobel segala sesuatunya pasti diperhitungkan. Isobel tak pernah menuruti dorongan hati sesaat. Ia selalu penuh perhitungan.
Kau menyukai Jane" tanya Alan tiba-tiba. Dia baik, jawab Isobel..
Ya, tapi apakah kau menyukainya"
Tentu saja. Dia sangat menyayangi Winnie. Omong-omong, dia ingin mengajak Winnie ke pantai minggu depan. Kau tidak keberatan, bukan" Kita bisa bebas pergi ke skotlandia.
Kebetulan yang sangat luar biasa.
Memang benar. Itu suatu kebetulan yang sangat luar biasa. Alan memandang curiga pada Isobel. Diakah yang meminta Jane" Jane pasti akan langsung menyetujuinya.
Isobel berdiri dan berjalan keluar sambil bersenandung. Ah, peduli apa" Lagi pula, ia akan pergi menemui Jane.
Jane Haworth tinggal di tingkat teratas kompleks lat yang menghadap ke Battersea Park. setelah naik empat lantai dan menekan bel lat Jane, ia merasa kesal pada wanita itu. Mengapa Jane tidak tinggal di tempat yang lebih mudah dijangkau" Ketika tak ada yang membukakan pintu, ia menekan bel tiga kali dan jadi semakin kesal. Mengapa Jane tidak mempekerjakan pembantu yang bisa cepat membuka pintu"
Tiba-tiba pintu dibuka, dan Jane sendiri berdiri di ambangnya. Ia tersipu-sipu.
Di mana Alice" tanya everard, tanpa berusaha menyapa lebih dulu.
Kurasa dia... dia sedang sakit, hari ini. Mabuk, maksudmu" tanya everard geram. sayangnya Jane tidak pandai berbohong. Kurasa ya, kata Jane, meski dengan enggan. Coba kulihat dia.
Ia bergegas masuk. Jane mengikutinya tanpa memprotes. everard menemukan Alice sedang tidur di dapur. Kondisinya tidak diragukan lagi. everard mengikuti Jane masuk ke ruang tamu dengan diam dan geram.
Kau harus menyingkirkan wanita itu, katanya. sudah kubilang sejak dulu.
Aku tahu, Alan, tapi aku tak bisa berbuat begitu. Kau lupa, suaminya sedang dipenjara.
Itu sudah sepantasnya, kata everard. Berapa sering wanita itu mabuk selama tiga bulan berada di sini"
Tidak begitu sering; tiga atau empat kali, mungkin. Dia depresi.
Tiga atau empat kali! Yang benar sembilan atau sepuluh. Bagaimana masakannya" sama sekali tidak enak. Apa setidaknya dia bisa membantumu atau membuatmu nyaman di lat ini" sama sekali tidak. Demi Tuhan, usirlah dia besok pagi dan cari pembantu lain yang berguna.
Jane memandangnya sedih. Kau takkan melakukannya, ujar everard muram, mengenyakkan diri di kursi besar berlengan. Kau memang makhluk yang sangat sentimental. Kudengar kau berniat membawa Winnie ke pantai" siapa yang mengusulkannya, kau atau Isobel"
Jane menjawab dengan sangat cepat, Tentu saja aku.
Jane, kata everard, seandainya kau mau belajar bicara jujur, aku akan lebih menyukaimu. Duduklah, dan tolong jangan berbohong lagi padaku, setidaknya sepuluh menit saja.
Oh, Alan! seru Jane, lalu duduk.
Pelukis itu mengamatinya dengan kritis selama satu-dua menit. Mrs. Lempriere benar. Ia telah melukis Jane dengan kejam . Jane nyaris cantik, meski tak pernah benar-benar kelihatan cantik. Garis-garis wajahnya panjang seperti orang Yunani kuno. Hasratnya yang besar untuk menyenangkan orang membuat sikapnya selalu canggung. everard menangkap semua itu dan membesar-besarkannya mempertajam garis dagunya yang sebenarnya hanya sedikit runcing, membuat tubuhnya kelihatan jelek.
Mengapa" Mengapa ia tak bisa berada lima menit saja dalam satu ruangan bersama Jane tanpa merasa sangat kesal" Jane sebenarnya orang yang menyenangkan dan sama sekali tidak menjengkelkan. Tapi everard tak pernah merasa tenang dan damai bersamanya, seperti kalau bersama Isobel. Jane sangat ingin membuatnya senang, dan selalu menyetujui semua perkataannya, tapi konyolnya jelas sekali ia tak mampu menyembunyikan perasaan sebenarnya.
everard memandang ke sekitar ruangan itu. sangat khas Jane. Beberapa perabot yang cantik, batu-batu manik murni, enamel Battersea, misalnya, dan di sebelahnya sebuah vas bergambar mawar yang dilukis dengan tangan.
Ia mengambil vas itu. Apakah kau akan marah besar, Jane, jika vas ini kulempar ke luar jendela"
Oh! Alan, tidak boleh begitu.
Apa yang kauinginkan dengan semua sampah ini" Kau punya selera bagus jika kau mau memanfaatkannya. Memadukan beberapa perabotan!
Aku tahu, Alan. Bukannya aku tidak tahu. Tapi semua benda itu pemberian orang-orang. Vas itu oleh-oleh Miss Bates dari Margate dan dia sangat miskin, sehingga harus berhemat untuk membelinya. Baginya harga vas itu pasti cukup mahal, dan dia pikir aku akan senang dengan hadiah itu. Aku harus menghargainya.
everard tidak berkata apa-apa. Ia terus memeriksa ruangan itu. Ada satu-dua etsa di dinding; juga ada sejumlah foto bayi. Apa pun pendapat ibu mereka, bayi-bayi tidak selalu bagus jika dipotret. Teman-teman Jane yang baru melahirkan selalu bergegas mengirimkan foto-foto bayi mereka pada Jane, berharap foto-foto itu akan disayangi dan dipajang. Dan dengan patuh Jane melakukannya.
siapa bayi jelek ini" tanya everard sambil menyipitkan mata, memeriksa satu lagi tambahan foto baru. Aku baru melihat bayi lelaki ini.
Dia bayi perempuan, jawab Jane. Anak Mary Carrington yang baru lahir.
Mary Carrington yang malang, kata everard. Kurasa kau akan pura-pura suka memajang foto bayi jelek ini, yang menatapmu sepanjang hari" Jane mengangkat dagunya.
Dia bayi yang cantik. Mary teman lamaku. Jane yang setia, kata everard, tersenyum padanya. Jadi, Isobel menyuruhmu mengurus Winnie, bukan"
Dia memang bilang kalian ingin pergi ke skotlandia, jadi aku langsung mengusulkannya. Kau akan mengizinkanku membawa Winnie, bukan" sudah lama aku ingin tahu, apakah kau akan mengizinkan dia menginap denganku, tapi aku enggan menanyakannya. Oh, kau boleh membawanya kau baik sekali. Ah, tidak apa, kata Jane senang.
everard menyalakan sebatang rokok.
Isobel memperlihatkan potret baru padamu" tanyanya agak tidak jelas.
Ya. Bagaimana menurutmu"
Jane menjawab dengan cepat terlalu cepat. Bagus sekali. Benar-benar bagus.
Alan melompat berdiri. Tangannya yang memegang rokok gemetar.
Brengsek kau, Jane, jangan bohong padaku! Tapi, Alan, aku yakin lukisan itu memang benarbenar bagus.
Apa sampai sekarang kau belum tahu, Jane, bahwa aku mengenal setiap nada suaramu" Kau berbohong padaku agar tidak menyinggung perasaanku, kurasa. Mengapa kau tak bisa jujur" Kaukira aku ingin kau mengatakan lukisan itu bagus, padahal kita sama-sama tahu lukisan itu jelek" Lukisan sialan itu mati mati. Tak ada kehidupan di dalamnya tak ada apa-apa, kecuali permukaan yang mulus. Aku membohongi diri sendiri selama ini ya, bahkan sore ini. Aku datang padamu untuk menanyakan pendapatmu. Isobel tidak mengerti hal-hal semacam itu. Tapi kau mengerti, kau selalu mengerti. Tapi aku tahu kau akan mengatakan lukisan itu bagus kau tidak punya moral untuk berkata jujur. Tapi aku bisa membedakan nada suaramu. Ketika kuperlihatkan Romance padamu, kau tidak berkata apa-apa kau menahan napas, lalu mendesah.
Alan... everard tidak memberi Jane kesempatan untuk bicara. Jane menimbulkan pengaruh yang sudah begitu dikenalnya. Mengherankan makhluk selembut itu bisa membangkitkan kemarahan besar dalam dirinya.
Kaupikir aku mungkin sudah kehilangan sentuhanku, katanya berang, tapi belum. Aku bisa membuat lukisan sebagus Romance bahkan lebih baik. Akan kuperlihatkan padamu, Jane Haworth.
Ia bergegas keluar. Dengan cepat ia melintasi taman, menuju Albert Bridge. Ia masih diusik perasaan kesal dan marah. Dasar Jane! Tahu apa dia tentang lukisan" Apakah pendapatnya berharga" Mengapa ia harus peduli" Tapi ia peduli. Ia ingin melukis sesuatu yang membuat Jane kagum. Membuat Jane terperangah dan pipinya bersemu memerah. Jane akan memandang lukisan itu, lalu dirinya. Mungkin ia takkan mengatakan apa-apa.
Di tengah jembatan everard melihat lukisan yang akan dibuatnya. Tahu-tahu ia mendapat ilham, entah dari mana. Ia melihatnya, di udara, ataukah dalam kepalanya"
sebuah kedai kecil yang kotor, agak gelap dan lembap. Di balik konter ada seorang pria Yahudi bertubuh kecil dan bermata licik. Di hadapannya berdiri pelanggannya, seorang pria bertubuh besar, rapi, kaya, gemuk, dengan dagu berlipat. Di atas mereka, di sebuah rak, tampak sebuah patung dada dari pualam putih. Wajah pualam anak lelaki itu memancarkan cahaya, keindahan Yunani kuno yang mati, kejam, tidak memedulikan jual-beli di kedai itu. si Yahudi, kolektor kaya, kepala anak lelaki Yunani. everard melihat semuanya.
he Connoisseur, itu judul yang akan kupakai nanti, gumam Alan everard sambil melangkah ke tepi jalan dan nyaris ditabrak bus yang lewat. Ya, he Connoisseur. Akan kuperlihatkan pada Jane.
Begitu sampai di rumah, ia langsung masuk ke studio. Isobel mendapatinya di sana, sedang memilih kanvas.
Alan, jangan lupa nanti kita akan makan malam dengan suami-istri March...
everard menggelengkan kepala dengan tak sabar. Masa bodoh dengan mereka. Aku mau kerja. Aku punya ide, tapi harus segera kutuangkan ke dalam kanvas sebelum ide itu lenyap. Telepon mereka dan katakan aku sudah mati.
Isobel memandang Alan sebentar sambil berpikir, lalu keluar. Ia sangat memahami gaya hidup orang jenius. Ia menelepon dan memberikan alasan yang bisa diterima oleh pasangan March.
Ia melihat sekelilingnya dan menguap sedikit. Lalu ia duduk di meja tulisnya dan mulai menulis:
Dear Jane, Terima kasih banyak untuk cekmu yang kuterima hari ini. Kau begitu baik pada anak baptismu. Seratus pound sudah cukup untuk semua kebutuhannya. Anak-anak memang mahal. Kau sangat menyukai Winnie, sehingga aku tidak merasa berat saat meminta bantuanmu. Alan, seperti umumnya orang jenius, hanya bisa melukis apa yang diinginkannya-sayangnya itu tidak selalu cukup untuk memberi kami makan. Kuharap kita bisa segera bertemu lagi.
Salam manis, Isobel Ketika he Connoisseur selesai beberapa bulan kemudian, Alan mengundang Jane datang melihatnya. Lukisan itu tidak persis seperti yang diinginkannya tak mungkin ia membuatnya persis sesuai yang diharapkannya, tapi ini sudah cukup mirip. Ia merasakan kegembiraan seorang pencipta. Ia telah membuat lukisan yang bagus ini.
Kali ini Jane tidak mengatakan padanya bahwa lukisan itu bagus. Warna merah semu menjalar di pipinya dan bibirnya terbuka. Ia menatap Alan. Di matanya Alan melihat apa yang diharapkannya. Jane tahu.
Alan merasa bagai di awang-awang. Ia telah membuktikan pada Jane!
setelah pikirannya tidak lagi terfokus pada lukisan itu, ia mulai kembali memerhatikan keadaan sekitarnya.
Winnie tampak sangat sehat dan gembira setelah berlibur di pantai, tapi pakaiannya sangat lusuh. Alan mengatakan itu pada Isobel.
Alan! Biasanya kau tidak pernah memerhatikan hal-hal semacam itu! Tapi aku suka anak-anak berpakaian sederhana aku tidak suka pakaian yang terlalu berlebihan.
Ada perbedaan antara pakaian sederhana dan pakaian yang penuh tambal sulam.
Isobel tidak berkata apa-apa lagi, tapi kemudian ia membelikan Winnie baju baru.
Dua hari kemudian Alan berkutat dengan laporan pajak penghasilannya. Di hadapannya ada buku pengeluarannya. Ia sedang memeriksa meja tulis Isobel, mencari buku pengeluaran Isobel saat Winnie masuk ke ruangan itu sambil menari-nari dengan bonekanya yang jelek.
Daddy, aku punya teka-teki. Bisakah kau menebaknya" Dalam dinding seputih susu, dalam tirai selembut sutra, bermandikan laut sejernih kristal, muncullah apel emas. Coba tebak apa itu"
Ibumu, jawab Alan sembarangan, sambil tetap sibuk mencari-cari.
Daddy! Winnie tertawa keras. Itu kan telur. Mengapa Daddy pikir itu Mummy"
Alan ikut tersenyum. Aku tidak begitu mendengarkan, katanya. Gambaran itu juga kedengarannya seperti Mummy.
Dinding seputih susu. Tirai. Kristal. Apel emas. Ya, semua itu mengingatkannya akan Isobel. Betapa anehnya kata-kata.
Akhirnya ia menemukan buku yang dicarinya. Ia segera menyuruh Winnie keluar. sepuluh menit kemudian ia menengadah, terkejut oleh suara seruan. Alan!
Halo, Isobel. Aku tidak dengar kau masuk. Lihatlah, aku tidak bisa memahami bagian ini di buku pengeluaranmu.
Apa urusanmu menyentuh buku itu" Alan terperangah menatap Isobel. Istrinya marah. Ia belum pernah melihat Isobel marah.
Aku tidak tahu kalau kau keberatan.
Aku keberatan sangat keberatan. Kau tidak berhak menyentuh barang-barangku.
Tiba-tiba Alan menjadi naik darah juga. Aku minta maaf. Tapi karena aku telah menyentuh barang-barangmu, mungkin kau bisa jelaskan satu-dua pemasukan yang membuatku bingung. sejauh yang sudah kulihat, ada pemasukan hampir lima ratus pound ke dalam rekeningmu tahun ini yang tidak bisa kutelusuri dari mana asalnya. Dari mana uang itu"
Isobel sudah berhasil menguasai emosinya. Ia duduk di sebuah kursi.
Kau tidak perlu serius begitu, Alan, katanya ringan. Itu bukan uang haram, atau semacamnya. Dari mana uang itu"
Dari seorang wanita. salah seorang temanmu. Uang itu bukan milikku. Tapi untuk Winnie. Winnie" Maksudmu... uang itu dari Jane" Isobel mengangguk.
Dia sangat menyayangi anak itu terlalu sayang malah.
Ya, tapi uang ini seharusnya disimpan untuk Winnie.
Oh! Itu bukan untuk tabungan sama sekali. Tapi untuk biaya hidupnya sekarang, membeli pakaian dan keperluan lain-lain.
Alan tidak berkata apa-apa. Ia teringat baju-baju Winnie yang penuh tambal sulam.
Pengeluaranmu juga melebihi pemasukan, Isobel" Masa" Itu selalu terjadi padaku.
Ya, tapi yang lima ratus itu...
sayangku, aku telah menghabiskannya untuk Winnie, untuk keperluannya, dengan cara yang kuanggap paling baik. Aku bisa memastikan Jane cukup puas.
Alan tidak puas. Tapi karena sikap Isobel yang tenang, ia tidak berkata apa-apa lagi. Lagi pula Isobel memang boros. Ia tentu tidak bermaksud menggunakan uang yang diberikan untuk anaknya bagi diri sendiri. sebuah tagihan datang hari itu, dan keliru dialamatkan pada Mr. everard. Tagihan senilai dua ratus pound dari seorang penjahit di Hanover square. Alan menyodorkannya pada Isobel tanpa berkata sepatah pun. Isobel melihat cek itu, tersenyum, dan berkata,
Kasihan kau, mungkin tagihan ini kelihatannya sangat banyak buatmu, tapi orang harus punya baju yang pantas.
Keesokan harinya Alan pergi menemui Jane. seperti biasa, Jane menjengkelkan dan sulit dipahami. Ia meminta Alan untuk tidak mempersoalkan hal itu. Winnie anak baptisnya. Wanita memahami hal-hal semacam itu, sementara pria tidak. Ia tentu tak ingin uang lima ratus pound itu dihabiskan hanya untuk membeli pakaian bagi Winnie. Bisakah Alan menyerahkan masalah itu pada Jane dan Isobel" Mereka saling memahami dengan baik.
Alan pergi dengan perasaan semakin tidak puas. Ia tahu ada satu pertanyaan yang sebenarnya sangat ingin diajukannya, tapi berusaha dihindarinya. Ia ingin bertanya, Apakah Isobel pernah meminta uang darimu untuk Winnie" Tapi ia tidak menanyakannya, karena ia takut Jane tak bisa berbohong cukup meyakinkan untuk mengelabuinya.
Tapi Alan tetap cemas. Jane tidak punya banyak uang. Ia tahu Jane miskin. Tidak seharusnya wanita itu menyusahkan diri. Alan memutuskan untuk bicara dengan Isobel. Istrinya tampak tenang dan meyakinkan. Tentu saja ia tidak akan membiarkan Jane memberikan uang lebih dari yang sanggup diberikannya.
2 sebulan kemudian Jane meninggal.
Karena inluenza, disertai radang paru-paru. Ia meninggalkan semua miliknya pada Winnie dan menunjuk Alan everard sebagai walinya. Tapi harta miliknya tidak banyak.
Alan bertugas membenahi surat-surat Jane. Dari situ kelihatan jelas seperti apakah Jane ada berbagai bukti perbuatan baik yang dilakukannya, surat-surat dari orang-orang yang meminta ini-itu, dan surat-surat ucapan terima kasih.
Akhirnya Alan menemukan buku harian Jane. Di atasnya ada secarik kertas:
Untuk dibaca setelah kematianku oleh Alan everard. Dia sering memarahiku karena tidak berbicara jujur. semua kebenarannya ada dalam buku ini.
Begitulah akhirnya Alan tahu, setelah menemukan satu tempat di mana Jane berani berkata jujur. Buku itu berisi catatan yang ditulis dengan sangat sederhana dan tanpa paksaan, tentang cintanya pada Alan.
Tulisannya sama sekali tidak sentimental bahasanya tidak berbunga-bunga. semuanya merupakan fakta-fakta sederhana.
Aku tahu kau sering kesal padaku, tulisnya. Kadang-kadang segala tindakan atau perkataanku membuatmu marah. Aku tidak tahu kenapa, sebab aku berusaha sangat keras untuk menyenangkanmu; tapi aku tetap yakin bahwa aku punya arti bagimu. Kau tidak akan marah pada seseorang yang tak berarti apa-apa.
Bukan salah Jane kalau Alan menemukan hal-hal lain. Jane setia tapi juga sembrono; ia mengisi lacilacinya terlalu penuh dengan barang. Tak lama sebelum kematiannya ia telah membakar semua surat Isobel. Tapi satu surat terselip di balik sebuah laci, dan ditemukan Alan. Ketika Alan membacanya, tanda-tanda misterius pada kuitansi dalam buku cek Jane menjadi jelas artinya. Dalam surat itu Isobel tidak lagi berpura-pura meminta uang dengan alasan untuk Winnie.
Alan duduk di depan meja tulis, memandang keluar jendela tanpa melihat apa-apa untuk waktu lama. Akhirnya ia memasukkan buku cek itu ke sakunya dan meninggalkan lat Jane. Ia berjalan kembali ke Chelsea, sadar akan kemarahan yang semakin bergemuruh.
Isobel sedang keluar saat ia kembali. Itu membuatnya kesal. Ia telah menyusun semua yang ingin dikatakannya dan ingin langsung diutarakannya. Akhirnya ia pergi ke studio dan mengeluarkan potret Jane yang belum selesai. Ia meletakkannya di kuda-kuda dekat potret Isobel dalam satin merah muda.
Mrs. Lempriere benar; potret Jane begitu hidup. Alan memandangnya, mata Jane yang penuh hasrat, kecantikan yang berusaha dilenyapkannya tanpa hasil. Itulah Jane Jane yang penuh semangat hidup. Unsur inilah yang paling menonjol, melebihi lain-lainnya. Jane adalah manusia paling hidup yang pernah kutemui, pikir Alan. Bahkan sekarang pun Alan tak bisa menganggapnya sudah meninggal.
Lalu Alan mengingat lukisan-lukisannya yang lain Colour, Romance, sir Rufus Herschman. Dari satu segi, ketiganya merupakan cerminan pribadi Jane. Jane telah memberi kehidupan untuk setiap lukisan itu membuatnya pulang dengan berapi-api dan bersemangat untuk membuktikan padanya! Dan sekarang" Jane sudah tiada. Akan bisakah ia membuat lukisan lagi lukisan yang hidup" Alan memandang kembali wajah Jane yang penuh hasrat di kanvas itu. Mungkin. Jane tidak berada jauh darinya.
suara di belakangnya membuat Alan berbalik. Isobel telah masuk ke studionya. Ia sudah berpakaian lengkap untuk makan malam, gaun putih lurus yang menonjolkan warna emas rambutnya.
Isobel berhenti dan menahan diri untuk berbicara. sambil mengamati Alan dengan cermat, ia berjalan ke sofa dan duduk. sikapnya sangat tenang. Alan mengeluarkan buku cek dari sakunya. Aku telah memeriksa berkas-berkas Jane. Ya.
Alan berusaha meniru ketenangan istrinya, menjaga agar suaranya tidak gemetar. selama empat tahun terakhir dia memberimu uang.
Ya. Untuk Winnie. Bukan, bukan untuk Winnie, teriak everard. Kalian berpura-pura, kau dan Jane, bahwa uang itu untuk Winnie. Tapi kalian tahu itu bohong. sadarkah kau bahwa Jane telah menjual saham-sahamnya dan hidup seadanya hanya untuk memberimu uang, agar kau bisa membeli gaun-gaun yang sebenarnya tidak kaubutuhkan"
Isobel tidak mengalihkan pandangannya dari Alan. Ia mengubah posisi duduknya hingga lebih nyaman lagi, bagai seekor kucing Persia berbulu putih. Aku tak bisa berbuat apa-apa jika Jane memberikan lebih daripada yang sanggup dilakukannya, katanya. Kupikir dia sanggup memberikan uang itu. Dia sudah lama tergila-gila padamu aku bisa melihat itu, tentu saja. Istri-istri lain mungkin akan marah melihat suaminya selalu bergegas menemui wanita lain dan menghabiskan waktu lama bersamanya, tapi aku tidak.
Tidak, kata Alan dengan wajah pucat pasi. Tapi kau membuatnya membayar semua itu.
Perkataanmu sangat menyinggungku, Alan. Hatihatilah.
Bukankah itu benar" Mengapa kau bisa mengambil uang Jane, dengan begitu mudah"
Bukan untuk cintanya padaku, tentu. Pasti demi cintanya padamu.
Memang benar, sahut Alan. Dia membayar untuk kebebasanku agar aku bebas bekerja dengan caraku sendiri. Asal kau punya cukup uang, kau tidak akan menggangguku tidak memaksaku melukis sekelompok wanita menyebalkan.
Isobel tidak menjawab. Bagaimana" teriak Alan geram. sikap diam Isobel membuatnya berang.
saat itu Isobel sedang menunduk, menatap lantai. Kemudian ia menengadahkan kepalanya dan berkata perlahan,
Kemarilah, Alan. Ia menyentuh sofa di sampingnya. Dengan terpaksa Alan mendekat dan duduk di samping Isobel, tanpa memandangnya. Tapi ia tahu ia takut pada istrinya. Alan, kata Isobel.
Bagaimana" Alan merasa kesal dan gugup.
semua yang kaukatakan mungkin benar. Itu tidak penting. Aku memang seperti itu. Aku menginginkan barang-barang, pakaian, uang, kau. Jane sudah mati, Alan.
Apa maksudmu" Jane sudah mati. sekarang kau milikku seutuhnya. sebelumnya aku tak pernah memilikimu tidak secara utuh.
Alan memandang Isobel melihat sorot matanya yang serakah dan posesif. Ia merasa muak, sekaligus terpesona.
sekarang kau hanya milikku.
sekarang Alan bisa memahami Isobel melebihi sebelumnya.
Kau ingin aku menjadi budakmu" Aku harus melukis apa yang kausuruh, hidup sesuai perintahmu, menyeret kereta kudamu.
Katakanlah begitu, kalau memang itu yang kaumau. Apa artinya kata-kata"
Alan merasa lengan Isobel memeluk lehernya putih, halus, dan kokoh seperti dinding. Kata-kata menari-nari dalam benaknya. Dinding seputih susu. Ia sudah berada di balik dinding itu. Masih bisakah ia melarikan diri" Apakah ia ingin melarikan diri"
Alan mendengar suara Isobel dekat di telinganya membius, melenakan.
Untuk apa lagi hidup ini" Bukankah ini sudah cukup" Cinta, kebahagiaan, kesuksesan, cinta.... Dinding itu semakin tinggi mengelilinginya sekarang tirai selembut sutra , tirai itu melilitnya, membuat napasnya agak sesak, tapi tirai itu sangat lembut, sangat manis! Kini mereka melayang bersama, dalam damai, di laut kristal. Dinding itu telah menjadi sangat tinggi, menutupi mereka dari semua hal lain hal-hal yang membahayakan, mengganggu, dan menyakitkan semua itu selalu menyakitkan. Berada di laut kristal, dengan apel emas di antara tangan mereka. Cahaya meredup dari lukisan Jane.
183 seperti banyak cerita pendek Christie yang mulamula, Di Balik Dinding (Within a Wall), yang pertama kali diterbitkan di Royal Magazine Oktober 1926, bersifat ambigu. Kalimat penutup tentang dinding-dinding putih yang mengepung bisa dianggap apa adanya, gambaran dari lengan Isobel Loring ketika memeluk Alan everard, tapi adakah makna lain dari kata-kata itu" Ada referensi penutup yang tidak jelas dalam Apel emas di tangan mereka tangan-tangan siapa dan apakah yang disimbolkan oleh apel emas itu" Mungkinkah ada arti yang lebih gelap terhadap tebakan Alan yang salah atas tekateki Winnie" Apakah sebenarnya Alan mencekik istrinya pada akhir cerita" Ataukah dengan memberikan kalimat penutup cahaya meredup dari lukisan Jane, pembaca seharusnya memahami bahwa Alan telah melupakan Jane dan memaafkan Isobel" Dan bagaimana dengan kematian Alan sendiri" Christie tidak menjelaskannya, ha- KETERANGAN
nya menyinggung kematian Alan menimbulkan gosip yang berusaha dijernihkan oleh narator.
Cerita ini juga didasarkan pada salah satu motif paling umum dalam karya-karya Agatha Christie, cinta segitiga yang abadi. Ciri-ciri ini terdapat dalam banyak karyanya, termasuk novel-novel Poirot yang memiliki struktur serupa Pem-bunuhan di Sungai Nil (Death on the Nile) 1937, dan Pembunuhan di Teluk Pixy (Evil Under the Sun) 1941, dan dalam cerita-cerita pendek seperti he Bloodstained Pavement yang dikoleksi dalam Tiga Belas Kasus (he hirteen Problems) 1932. Dalam A Talent to Deceive 1980, kritikus terbaik mengenai karya-karya Christie, Robert Barnard, menguraikan bagaimana Christie menggunakan tema-tema ini dan tema-tema umum lain sebagai salah satu strategi desepsi -nya, mengelabui para pembaca sehingga mereka mengalihkan simpati (dan kecurigaan) ke arah lain dengan mempermainkan harapan mereka. Ia juga mengadopsi taktik-taktik serupa dalam naskah dramanya, yang paling terkenal dalam he Mousetrap 1952.
185 J UDULNYA sangat menarik, begitu kataku pada temanku, Hercule Poirot. Aku tak mengenal seorang pun yang datang ke pesta itu. Minatku pada kasus itu boleh dikatakan seperti minat orang luar yang sedang menonton dari jalan. Poirot sependapat.
Ya, ketimuran dan berbau misterius. Peti itu mungkin saja cuma peti antik tiruan dari Tottenham Court Road; tapi reporter yang menamainya Peti Baghdad rupanya sedang mendapat ilham. Penambahan kata misteri itu juga cerdik, meski menurutku sedikit sekali unsur misteri dalam kasus ini.
Tepat. Kasusnya memang agak mengerikan dan seram, tapi tidak misterius.
Mengerikan dan seram, ulang Poirot sambil berpikir.
secara keseluruhan, kejadiannya memuakkan, kataku sambil berdiri dan berjalan hilir-mudik. si pembunuh membunuh pria yang juga temannya mema- MISTERI PETI BAGHDAD
sukkannya ke dalam peti, dan setengah jam kemudian dia berdansa dengan istri korban di ruangan yang sama. Bayangkan! seandainya istri korban bisa membayangkan sesaat saja...
Benar, kata Poirot sambil tetap berpikir. Intuisi wanita yang begitu sering dibanggakan kelihatannya tidak berfungsi di sini.
Pesta itu tampaknya sangat meriah, kataku, sedikit bergidik. Dan sepanjang waktu itu, selama mereka berdansa dan bermain kartu, ada sesosok mayat di ruangan itu. Bagus juga buat dijadikan naskah drama.
Ada yang pernah menuliskannya, sahut Poirot. Tapi jangan sedih dulu, Hastings, tambahnya, menghibur. Hanya karena sebuah tema pernah digunakan, tidak berarti tema itu tidak boleh digunakan lagi. Coba buat versi dramamu.
Kuambil surat kabar itu dan kuamati foto agak buram yang terpampang.
Wanita ini pasti cantik, kataku perlahan. Dari foto buram ini saja, orang bisa tahu.
Di bawah foto itu ada keterangan:
POTReT TeRBARU MRs. CLAYTON, IsTRI KORBAN
Poirot mengambil surat kabar itu dari tanganku.
Ya, katanya. Dia memang cantik. Jenis wanita yang dilahirkan untuk menggoda kaum pria.
Ia mengembalikan surat kabar tadi padaku sambil mendesah.
Dieu merci, untung aku bukan jenis pria genit, jadi aku terhindar dari banyak pengalaman memalukan. Aku sangat bersyukur.
Rasanya kami tidak mendiskusikan kasus itu lagi. Poirot tidak terlalu tertarik saat itu. Fakta-faktanya sangat jelas, sehingga kasus itu tidak meragukan lagi, dan mendiskusikannya juga percuma saja.
Mr. dan Mrs. Clayton, serta Mayor Rich sudah lama berteman. Pada hari kejadian, tanggal sepuluh Maret, pasangan Clayton menerima undangan makan malam dari Mayor Rich. Tapi sekitar pukul tujuh tiga puluh, Clayton menjelaskan pada seorang temannya yang lain, Mayor Curtiss, yang sedang minum dengannya, bahwa ia mendadak dipanggil ke skotlandia dan harus berangkat dengan kereta pukul delapan.
Aku hanya sempat mampir dan menjelaskannya pada Jack, lanjut Clayton. Marguerita tentu tetap datang. Aku sangat menyesal tak bisa ikut, tapi Jack akan mengerti.
Mr. Clayton menepati janjinya. Ia tiba di rumah Mayor Rich sekitar pukul delapan kurang dua puluh menit. saat itu Mayor Rich sedang keluar, tapi pelayan prianya, yang sudah sangat mengenal Mr. Clayton, mempersilakan ia masuk dan menunggu. Mr. Clayton berkata ia tak punya waktu, tapi ia akan masuk dan menulis catatan pendek. Ia menambahkan bahwa ia mesti cepat-cepat berangkat ke stasiun.
Pelayan itu mengantar Mr. Clayton ke ruang duduk.
sekitar lima menit kemudian, Mayor Rich yang rupanya masuk tanpa sepengetahuan pelayannya, membuka pintu ruang duduk, memanggil pelayannya, dan menyuruhnya pergi membeli rokok. Ketika kembali, si pelayan memberikan rokok itu pada tuannya, yang waktu itu sendirian di ruang duduk. Wajar saja kalau si pelayan menyimpulkan Mr. Clayton sudah pergi.
Para tamu tiba tak lama kemudian. Mereka adalah Mrs. Clayton, Mayor Curtiss, Mr. dan Mrs. spence. Malam itu mereka menghabiskan waktu dengan berdansa diiringi musik dari gramofon dan bermain poker. Para tamu pulang tak lama setelah tengah malam.
Keesokan paginya, ketika membenahi ruang duduk, pelayan Mayor Rich terkejut mendapati noda darah di karpet dan di depan perabot yang dibawa Mayor Rich dari Negeri Timur dan dinamakan Peti Baghdad.
Menuruti instingnya, pelayan itu membuka tutup peti dan terperanjat menemukan mayat seorang pria yang ditikam jantungnya.
Dengan ketakutan ia berlari ke luar lat dan memanggil polisi terdekat. Ternyata si korban adalah Mr. Clayton. Tak lama setelah itu, Mayor Rich ditahan. Ia tentu saja membela diri dengan menyangkal semua tuduhan. Ia tidak pernah bertemu dengan Mr. Clayton malam itu, dan pertama kali mendengar tentang kepergian Mr. Clayton ke skotlandia dari Mrs. Clayton.
Begitulah fakta-fakta yang jelas terlihat dalam kasus ini. Berbagai sindiran dan dugaan tentu saja bermunculan. Persahabatan erat dan kedekatan antara Mayor Rich dan Mrs. Clayton sangat ditekankan, sehingga hanya orang tolol yang tidak menangkap apa sebenarnya yang hendak disampaikan. Motif kejahatan itu diindikasikan dengan jelas.
Pengalaman telah mengajarku untuk membiarkan saja itnah yang tidak berdasar. Motif yang tampak jelas mungkin sebenarnya sama sekali tidak ada, meski semua bukti mengarah pada motif itu. Mungkin ada alasan lain yang mendasari peristiwa ini. Tapi satu hal yang sangat menonjol Rich adalah pembunuhnya.
seperti kukatakan, persoalan ini mungkin berhenti di sana, kalau bukan secara kebetulan Poirot dan aku diundang ke sebuah pesta yang diadakan oleh Lady Chatterton malam itu.
Meski Poirot suka mengeluh tentang ketidaksukaannya menghadiri acara-acara sosial, dan konon lebih suka menyendiri, sebenarnya ia justru sangat menikmati acara-acara ini. Perhatian dan perlakuan istimewa yang diterimanya membuatnya senang.
sesekali ia mendengkur keasyikan! Kulihat ia menerima pujian-pujian yang berlebihan sebagai sesuatu yang sudah sepantasnya, dan memberikan komentarkomentar begitu sombong, sampai aku tidak tahan menuliskannya.
Kadang-kadang kami berdebat tentang hal ini. Tapi, sobatku, aku bukan orang Inggris. Mengapa aku harus bersikap munaik" Si, si, itulah yang kalian lakukan. Pilot yang berhasil melakukan penerbangan sulit, juara tenis mereka menunduk dan bergumam, Itu bukan apa-apa. Tapi benarkah mereka berpikiran begitu" sama sekali tidak. Mereka mengagumi orang lain yang punya prestasi demikian. Jadi, wajar saja kalau mereka juga mengagumi prestasi mereka sendiri. Tapi mereka terlatih untuk tidak mengakuinya. Tapi aku... aku tidak begitu. Aku memiliki bakat-bakat, tapi aku juga menghormati bakat-bakat orang lain. Kebetulan, dalam bidang pekerjaanku, tak ada yang menyaingiku. C est dommage! Karena itu, kuakui dengan bebas dan tanpa kepura-puraan bahwa aku pria hebat. Aku memiliki keteraturan, metode, dan psikologi dalam kadar yang luar biasa. Akulah Hercule Poirot! Mengapa aku harus tersipu malu, terbata-bata, dan bergumam bahwa sebenarnya aku sangat tolol" Itu namanya berbohong.
Tentu saja tidak ada yang menyaingi Hercule Poirot, aku sependapat dengan nada menyindir yang untungnya tidak disadari Poirot.
Selagi Hari Terang While The Light Lasts Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lady Chatterton adalah salah satu pengagum berat Poirot. Bermula dari sikap misterius seekor anjing Peking, Poirot berhasil mengungkap sebuah mata rantai yang mengarah pada perampokan terkenal. sejak itu Lady Chatterton memuja-mujanya.
Melihat Poirot di pesta merupakan pemandangan menakjubkan. setelan jas malamnya yang sempurna, dasi putihnya yang indah, belahan rambutnya yang benar-benar simetris, kilau minyak rambutnya, dan kumis kakunya yang terkenal itu semuanya membentuk gambaran sempurna seorang pesolek sejati. saat ini sulit untuk menanggapi pria kecil ini dengan serius.
sekitar pukul setengah dua belas, Lady Chatterton menggiring Poirot keluar dari kelompok pengagumnya, dan membawanya menyingkir dari sana dengan aku di belakangnya, tentu.
saya minta Anda pergi ke kamar saya yang kecil di lantai atas, kata Lady Chatterton dengan napas agak tersengal-sengal, begitu kami berada cukup jauh dari para tamu lain. Anda tentu tahu letaknya, M. Poirot. Di sana ada seseorang yang sangat memerlukan bantuan Anda dan saya tahu Anda akan menolongnya. Dia salah seorang teman saya tersayang. Jadi, tolong jangan menolaknya.
Lady Chatterton berjalan cepat sambil berbicara, lalu membuka sebuah pintu sambil berkata, Aku sudah membawanya, Marguerita sayang. Dia akan melakukan apa saja yang kauminta. Anda akan menolong Mrs. Clayton, bukan, M. Poirot"
Tanpa menunggu jawaban, Lady Chatterton menghilang dengan cepat, seperti kebiasaannya dalam melakukan segala hal.
Mrs. Clayton duduk di sebuah kursi di dekat jendela. Ia berdiri dan menghampiri kami. Ia memakai gaun berwarna gelap, karena masih dalam suasana berduka. Warna hitam kusam gaunnya semakin menonjolkan warna kulitnya yang putih. Ia wanita yang sangat cantik, dan sikapnya yang kekanak-kanakan membuat kecantikannya lebih memikat.
Alice Chatterton sangat baik, katanya. Dia yang mengatur pertemuan ini. Katanya, Anda akan menolong saya, M. Poirot. Tentu saja saya tidak tahu apakah Anda bersedia atau tidak tapi saya harap Anda bersedia.
Ia mengulurkan tangannya. Poirot menyambutnya dan memegangnya sejenak, sambil menatapnya tajam. sikapnya sama sekali tidak berlebihan. Ia lebih seperti seorang konsultan terkenal yang sedang menilai seorang pasien barunya.
Anda yakin, Madame, bahwa saya bisa menolong Anda" kata Poirot akhirnya.
Kata Alice begitu. Ya, tapi saya bertanya pada Anda, Madame. Wanita itu agak tersipu malu.
saya tidak mengerti maksud Anda. Apa yang Anda minta dari saya, Madame" Anda... Anda tahu siapa saya" tanyanya. Tentu saja.
Kalau begitu, Anda bisa menebak apa yang saya minta dari Anda, M. Poirot Kapten Hastings aku senang ia menyadari siapa aku Mayor Rich tidak membunuh suami saya.
Mengapa tidak" Maaf"
Poirot tersenyum melihat ketidaknyamanan Mrs. Clayton.
saya katakan, Mengapa tidak" ulangnya. Rasanya saya tidak mengerti maksud Anda. sederhana saja. Polisi pengacara mereka akan mengajukan pertanyaan yang sama: Mengapa Mayor Rich membunuh M. Clayton" saya bertanya sebaliknya, Madame, mengapa Mayor Rich tidak membunuh Mr. Clayton"
Maksud Anda... mengapa saya bisa sangat yakin" Ya, tapi saya tahu itu. saya mengenal Mayor Rich dengan baik.
Anda mengenal Mayor Rich dengan baik, ulang Poirot datar.
Mrs. Clayton kembali tersipu.
Ya, mereka akan berkata begitu itu yang mereka pikirkan! Oh, saya tahu!
C est vrai. Itu yang akan mereka tanyakan pada Anda seberapa dekat Anda mengenal Mayor Rich. Mungkin Anda akan berterus terang, mungkin Anda akan bohong. seorang wanita sangat perlu berbohong. Itu senjata yang ampuh. Tapi ada tiga orang, Madame, pada siapa seorang wanita harus berkata jujur. Kepada pastor, penata rambutnya, dan detektif swastanya jika wanita itu memercayainya. Anda memercayai saya, Madame"
Marguerita Clayton menarik napas panjang. Ya, katanya. saya memercayai Anda. Itu harus, tambahnya agak kekanak-kanakan.
Kalau begitu, seberapa dekat Anda mengenal Mayor Rich"
Mrs. Clayton memandang Poirot sesaat, lalu mengangkat dagunya dengan sikap defensif.
saya akan menjawab pertanyaan Anda. saya mencintai Jack sejak pertama kali melihatnya dua tahun yang lalu. Akhir-akhir ini saya kira saya yakin dia juga mencintai saya. Tapi dia tak pernah mengatakannya.
"patant! ujar Poirot. Anda telah menghemat lima belas menit waktu kerja saya dengan berterus terang. Anda berpikiran sehat. sekarang suami Anda... apakah dia mencurigai perasaan Anda"
saya tidak tahu, kata Marguerita perlahan. saya rasa... belakangan ini mungkin. sikapnya berubah... tapi mungkin itu hanya perkiraan saya.
Tidak ada orang lain yang tahu" saya rasa tidak.
Dan maafkan saya, Madame apakah Anda tidak mencintai suami Anda"
Kurasa sedikit sekali wanita yang mau menjawab pertanyaan itu segamblang Mrs. Clayton. Biasanya mereka akan berusaha menjelaskan perasaan mereka. Marguerita Clayton berkata terus terang, Tidak. Bien. sekarang kita tahu posisi kita. Madame, menurut Anda, Mayor Rich tidak membunuh suami Anda, tapi Anda sadar semua bukti menuding ke arahnya. Apakah secara pribadi Anda tahu ada kekurangan pada bukti-bukti itu"
Tidak, saya tidak tahu. Kapan suami Anda pertama kali memberitahu Anda tentang kepergiannya ke skotlandia"
setelah makan siang. Katanya, itu membosankan, tapi dia harus pergi. Ada urusan yang berkaitan dengan penilaian tanah, katanya.
setelah itu" Dia pergi ke klubnya, saya rasa. saya... saya tidak melihatnya lagi.
Mengenai Mayor Rich bagaimana sikapnya malam itu" seperti biasa"
Ya, saya rasa begitu. Anda tidak yakin"
Marguerita mengerutkan dahi.
Dia... sedikit tegang. Dengan saya bukan dengan yang lain. Tapi rasanya saya tahu sebabnya. Anda mengerti" saya yakin ketegangannya atau... lebih tepat, kekosongan pikirannya... tidak berkaitan sama sekali dengan edward. Dia terkejut mendengar edward pergi ke skotlandia, tapi tidak terlalu terkejut.
Tidak ada lagi yang aneh sehubungan dengan malam itu"
Marguerita berpikir. Tidak, tidak ada lagi.
Anda... memerhatikan peti itu"
Ia menggelengkan kepala dengan agak gemetar. saya bahkan tidak ingat apakah pernah melihatnya atau seperti apa bentuknya. Kami bermain poker hampir sepanjang malam itu.
siapa yang menang" Mayor Rich. Peruntungan saya jelek sekali, begitu pula Mayor Curtiss. suami-istri spence menang sedikit, tapi Mayor Rich yang menjadi pemenang utama.
Pesta itu selesai... kapan"
sekitar jam setengah satu, saya kira. Kami semua pulang bersama-sama.
Ah! Poirot terdiam, tenggelam dalam pikiran. saya harap saya bisa lebih membantu, kata Mrs. Clayton. Tampaknya sedikit sekali keterangan yang bisa saya berikan pada Anda.
Tentang masa sekarang ya. Bagaimana dengan masa lalu, Madame"
Masa lalu" Ya. Bukankah dulu pernah terjadi insiden" Wajah Mrs. Clayton memerah.
Maksud Anda, pria kecil mengerikan yang menembak dirinya sendiri itu. Itu bukan kesalahan saya, M. Poirot. sama sekali bukan.
Bukan itu insiden yang saya maksud. Duel konyol itu" Tapi orang Italia biasa berduel. saya sangat bersyukur pria itu tidak mati.
Pasti Anda merasa sangat lega, Poirot menyetujui dengan sungguh-sungguh.
Mrs. Clayton memandang Poirot dengan ragu. Poirot berdiri dan meraih tangan Mrs. Clayton.
saya tidak akan berduel untuk Anda, Madame, katanya. Tapi saya akan melakukan apa yang Anda minta. saya akan menemukan kebenaran. Mari kita berharap insting Anda benar bahwa kebenaran akan membantu, dan bukan melukai Anda.
Orang pertama yang kami tanyai adalah Mayor Curtiss. Ia berusia empat puluhan, bertubuh tegap, dengan rambut hitam dan wajah kemerahan. Ia sudah beberapa tahun kenal dengan suami-istri Clayton dan Mayor Rich. Ia mengkonirmasi laporan pers.
Clayton dan dia minum bersama di klub sebelum pukul setengah delapan, dan Clayton memberitahukan niatnya menemui Mayor Rich dalam perjalanannya ke euston.
Bagaimana sikap Mr. Clayton" Depresi atau gembira"
Mayor itu berpikir sebentar. Gaya bicaranya lamban.
Tampaknya dia cukup bersemangat dan baik-baik saja, akhirnya ia berkata.
Dia tidak berkata apa-apa tentang hubungannya yang buruk dengan Mayor Rich"
Astaga, tidak. Mereka teman baik.
Dia tidak keberatan... istrinya bersahabat dengan Mayor Rich"
Wajah sang Mayor jadi merah padam.
Anda pasti telah membaca surat kabar brengsek yang memuat gosip dan kebohongan itu. Tentu saja dia tidak keberatan. Dia berkata pada saya, Marguerita tentu akan datang.
saya paham. Nah, selama malam itu, apakah Mayor Rich bersikap... seperti biasanya" saya tidak melihat ada perbedaan. Dan Madame" sikapnya juga biasa.
Yah, sang Mayor berpikir, setelah saya ingatingat, Marguerita agak pendiam. Anda tahu, seperti sibuk melamun.
siapa yang pertama kali datang"
suami-istri spence. Mereka sudah datang ketika saya tiba. sebenarnya saya menjemput Mrs. Clayton, tapi ternyata dia sudah pergi. Jadi, saya tiba agak terlambat.
Bagaimana kalian semua menikmati malam itu" Berdansa" Bermain kartu"
sebentar. Pertama-tama kami berdansa. Anda semua berlima"
Ya, tapi tidak apa, karena saya tidak begitu bisa berdansa. saya memutarkan piringan hitam, sementara yang lain berdansa.
siapa berdansa dengan siapa"
suami-istri spence berdansa berpasangan. Mereka sangat mahir berdansa menguasai bermacam-macam gaya.
Jadi, kebanyakan Mrs. Clayton berdansa dengan Mayor Rich"
Ya. Lalu Anda main poker" Ya.
Kapan kalian pulang"
Oh, pagi. sedikit lewat tengah malam. Apakah Anda semua pulang pada saat yang sama"
Ya. Kami malah pulang dengan satu taksi. Pertama-tama taksi itu mengantar Mrs. Clayton, baru saya, kemudian pasangan spence ke Kensington. selanjutnya kami mengunjungi Mr. dan Mrs. spence. Yang ada di rumah hanya Mrs. spence, tapi keterangannya tentang malam itu sama dengan keterangan Mayor Curtiss, kecuali ia memperlihatkan sikap agak kecut tentang keberuntungan Mayor Rich dalam permainan kartu.
sebelumnya pagi itu Poirot sudah berbicara di telepon dengan Inspektur Japp dari scotland Yard. Karena itu, ketika kami tiba di kediaman Mayor Rich, pelayannya, Burgoyne, sudah menunggu kami.
Bukti yang diberikan pelayan itu sangat mantap dan jelas.
Mr. Clayton tiba dua puluh menit sebelum pukul delapan. Mayor Rich sedang keluar saat itu. Mr. Clayton mengatakan ia tak bisa menunggu karena harus mengejar kereta, tapi ia akan menulis surat pendek. Kemudian ia masuk ke ruang duduk untuk menulisnya. Burgoyne tidak mendengar tuannya kembali, karena ia sedang mengisi bak mandi, dan tuannya tentunya membawa kunci sendiri. Menurutnya, sepuluh menit kemudian Mayor Rich memanggilnya dan menyuruhnya membeli rokok. Tidak, ia tidak masuk ke ruang duduk. Mayor Rich berdiri di ambang pintu. Lima menit kemudian ia kembali membawakan rokok, dan di ruangan itu hanya ada tuannya, yang berdiri merokok di dekat jendela. setelah tahu bak mandi sudah siap, tuannya pergi mandi. Burgoyne tidak menyinggung tentang Mr. Clayton, karena ia mengira tuannya telah bertemu dengan Mr. Clayton dan mengantarnya keluar sendiri. sikap tuannya sama seperti biasa. Ia mandi, berganti pakaian, dan tak lama kemudian Mr. dan Mrs. spence tiba, diikuti Mayor Curtiss dan Mrs. Clayton.
Burgoyne menjelaskan bahwa menurut pendapatnya, tak mungkin Mr. Clayton sudah pergi sebelum tuannya kembali. sebab saat keluar Mr. Clayton harus menutup pintu, dan suara pintu yang dibanting tentu terdengar olehnya.
Masih tanpa menunjukkan emosi, Burgoyne melanjutkan keterangannya, bagaimana ia menemukan mayat Mr. Clayton. Untuk pertama kali, perhatianku beralih pada peti mengerikan itu. Peti itu cukup besar dan berdiri di depan dinding, di sebelah lemari gramofon. Peti itu terbuat dari kayu berwarna gelap, dan dihiasi banyak paku dari kuningan. Peti itu dibiarkan terbuka. Aku melongok bagian dalamnya, dan bergidik. Meski sudah disikat, noda-noda darah pada kayu masih kelihatan jelas.
Tiba-tiba Poirot berseru, Lubang-lubang itu... aneh. Bisa dibilang masih baru.
Lubang-lubang yang dimaksudnya berada di sisi belakang peti yang menghadap ke arah dinding. Di sana ada tiga atau empat lubang berdiameter sekitar seperempat inci, dan memang kelihatan seperti baru dibuat.
Poirot membungkuk untuk memeriksanya, sambil melontarkan pandangan bertanya pada Burgoyne.
Lubang-lubang ini memang aneh, sir. Rasanya saya baru melihatnya sekarang, meski mungkin saja sebelumnya saya tidak memerhatikannya. Tidak masalah, kata Poirot.
setelah menutup peti, ia melangkah mundur hingga punggungnya nyaris menyentuh jendela. Tiba-tiba ia bertanya.
Coba katakan, katanya, ketika Anda membawakan rokok malam itu, adakah sesuatu yang aneh di ruangan ini"
Burgoyne ragu-ragu sejenak, lalu dengan agak enggan ia menjawab, Aneh Anda bertanya begitu, sir. Memang ada yang aneh. Tirai di sana itu, yang menahan angin dari pintu kamar tidur... bergeser agak ke kiri.
seperti ini" Poirot bergegas maju dan menarik tirai itu. Tirai indah yang terbuat dari kulit yang dilukis. Tirai itu jelas menghalangi pandangan ke arah peti, dan ketika Poirot menggesernya sedikit, tirai itu menyembunyikan peti tersebut sama sekali.
Tepat, sir, kata pelayan itu. seperti itu. Dan esok paginya"
Masih tetap sama. saya ingat, setelah membuka tirai, saya baru melihat noda darah. Karpetnya sedang dibersihkan, sir. Karena itu, lantai ini tidak berkarpet.
Poirot mengangguk. saya mengerti, katanya. Terima kasih. Ia menyelipkan selembar uang kertas ke tangan si pelayan.
Terima kasih, sir. Poirot, kataku ketika kami sudah berada di jalan, tentang tirai itu apakah hal itu membantu Rich"
Faktor itu malah memberatkannya, kata Poirot dengan sedih. Tirai itu menyembunyikan peti dari pandangan orang. Juga menyembunyikan noda darah pada karpet. Lambat laun darah akan menyerap ke kayu peti dan menodai karpet. Tirai itu dimaksudkan untuk mencegah mayat cepat ditemukan orang. Ya... tapi ada sesuatu yang tidak kumengerti. Pelayan itu, Hastings, pelayan itu.
Memangnya kenapa dia" Kelihatannya dia sangat pintar.
Tepat, dia sangat pintar. Mungkinkah Mayor Rich tidak menyadari bahwa pelayannya akan menemukan mayat itu esok paginya" setelah membunuh, dia memang tidak sempat berbuat apa-apa lagi. Maka untuk sementara mayat dimasukkan ke dalam peti, tirai digeser ke depan peti, dan dia melewati malam itu dengan berharap tidak ada yang menemukannya. Tapi setelah para tamu pulang" Tentu ada waktu untuk menyingkirkan mayat itu.
Mungkin Mayor Rich berharap pelayannya tidak akan memerhatikan noda darah itu"
Tidak mungkin, mon ami. Karpet yang bernoda adalah hal pertama yang bakal diperhatikan seorang pelayan yang baik. Tapi Mayor Rich malah pergi tidur dengan nyenyak dan nyaman, dan tidak berbuat apa-apa dengan mayat itu. sangat menakjubkan dan menarik.
Curtiss mungkin melihat noda itu ketika mengganti piringan hitam pada malam sebelumnya" usulku.
Tak mungkin. Tirai itu membuat bayangan gelap pada karpet. Tidak, tapi aku mulai mengerti. Ya, samar-samar aku mulai melihat.
Melihat apa" tanyaku penasaran.
Kemungkinan adanya penjelasan alternatif. Kunjungan kita selanjutnya mungkin akan memperjelas kasus ini.
selanjutnya kami mengunjungi dokter yang memeriksa mayat. Bukti yang diberikannya hanya rekapitulasi dari apa yang diberikannya pada polisi. Almarhum ditikam pada bagian jantung dengan sebuah pisau panjang setipis silet. Pisau dibiarkan pada luka. Korban langsung tewas. Pisau itu milik Mayor Rich, dan biasanya diletakkan di meja tulisnya. Tidak ditemukan sidik jari pada pisau itu. entah si pelaku membersihkan sidiknya, atau memakai saputangan saat memegang pisau itu. Mengenai waktu kematian, bukti-bukti menunjukkan korban meninggal antara pukul tujuh dan sembilan malam.
Dia tak mungkin dibunuh setelah tengah malam, misalnya" tanya Poirot.
Tidak. saya bisa pastikan itu. Pukul sepuluh paling lambat tapi pemeriksaan jelas mengindikasikan pukul tujuh tiga puluh hingga pukul delapan.
Ada hipotesis kedua yang mungkin, kata Poirot ketika kami kembali pulang. entah kau melihatnya atau tidak, Hastings. Bagiku kasusnya sangat jelas, dan aku hanya memerlukan satu hal untuk menjernihkan masalah ini hingga tuntas.
Tidak bagus, kataku. Aku belum memahaminya.
Berusahalah, Hastings. Berusahalah.
Baik, kataku. Pukul tujuh tiga puluh, Clayton masih hidup dan segar bugar. Orang terakhir yang melihatnya hidup adalah Rich...
Itu asumsi kita. Bukan memangnya begitu"
Kau lupa, mon ami, Mayor Rich menyangkalnya. secara eksplisit dia menyatakan bahwa Clayton sudah pergi ketika dia kembali ke rumahnya.
Tapi pelayannya mengatakan dia pasti mendengar Clayton pergi, karena Clayton pasti menutup pintu dengan keras. selain itu, jika Clayton pergi, bagaimana dia bisa kembali masuk" Tak mungkin dia kembali setelah tengah malam, karena dokter memastikan dia sudah mati setidaknya dua jam sebelum tengah malam. Itu berarti hanya ada satu alternatif. Ya, mon ami" tanya Poirot.
Bahwa selama lima menit, ketika Clayton sendirian di ruang duduk, orang lain masuk dan membunuhnya. Tapi di sini kita punya keberatan yang sama. Hanya orang yang memiliki kunci rumah itu yang bisa masuk tanpa sepengetahuan si pelayan, dan dengan cara itu pula dia bisa keluar tanpa harus menutup pintu dan didengar oleh si pelayan.
Tepat, kata Poirot. Karena itu...
Karena itu... apa" kataku. Aku tidak melihat solusi lain.
sayang sekali, gumam Poirot. Padahal solusinya benar-benar sederhana, sejelas bola mata biru Madame Clayton.
Kau benar-benar yakin... Aku tidak yakin pada apa pun tidak sebelum aku menemukan buktinya. satu bukti kecil yang akan membuatku yakin.
Ia mengangkat telepon dan menghubungi Japp di scotland Yard.
Dua puluh menit kemudian, kami berdiri di hadapan setumpuk barang yang ditebarkan di meja. Barangbarang itu adalah isi saku korban.
Ada sehelai saputangan, segenggam recehan, sebuah buku saku berisi tiga pound sepuluh shilling, dua lembar uang kertas, dan sebuah foto Marguerita Clayton yang sudah lusuh. Ada pula pisau saku, sebatang pensil berwarna emas, dan sebuah alat kayu serbaguna.
Poirot mengambil alat kayu itu. Ia membukanya, dan keluarlah beberapa pisau kecil.
Kaulihat, Hastings, sebuah bor dengan perlengkapannya. Ah! Cuma perlu beberapa menit untuk mengebor beberapa lubang di peti dengan bor ini. Lubang-lubang yang tadi kita lihat"
Tepat. Maksudmu, Clayton sendiri yang membuat lubang-lubang itu"
Mais, oui mais, oui! Apa yang dikatakan lubanglubang itu padamu" Lubang-lubang itu bukan untuk mengintip, karena letaknya menghadap dinding. Kalau begitu, untuk apa" Jelas untuk bernapas" Tapi mayat tidak memerlukan lubang udara, maka jelas lubanglubang itu bukan dibuat oleh si pembunuh. Lubanglubang itu menunjukkan satu hal satu hal saja bahwa ada seseorang yang akan bersembunyi dalam peti itu. Dengan hipotesis itu, semuanya menjadi jelas. Mr. Clayton cemburu pada istrinya dan Rich. Dia memakai siasat lama: berpura-pura pergi. Dia menunggu sampai Rich keluar, lalu mendapatkan izin masuk, dibiarkan sendiri untuk menulis surat, cepat-cepat mengebor lubang-lubang udara itu, dan bersembunyi di dalam peti. Istrinya akan datang malam itu. Mungkin Rich akan membatalkan janji dengan teman-teman yang lain, mungkin istrinya akan tinggal lebih lama setelah tamu lain pergi, atau berpura-pura pergi dan kembali lagi. Apa pun yang terjadi, Clayton akan tahu. Apa saja lebih baik daripada tersiksa oleh kecurigaan.
Maksudmu, Rich membunuhnya setelah tamutamu lain pergi" Tapi kata dokter itu tak mungkin.
Tepat. Kaulihat, Hastings, dia pasti dibunuh pada malam itu.
Tapi semua orang berada di ruangan itu! Tepat, kata Poirot dengan muram. Kaulihat keindahannya" semua orang berada di ruangan itu. Alibi yang sangat kuat! Betapa sangfroid berani sekali akting yang luar biasa!
Aku masih belum mengerti.
siapa yang pergi ke balik tirai untuk memutar gramofon dan mengganti piringan hitam" Ingat, peti itu bersebelahan dengan gramofon. Tamu-tamu lain sedang berdansa gramofon dimainkan. Dan pria yang tidak berdansa itu membuka tutup peti dan menghunjamkan pisau yang disembunyikan di lengan kemejanya ke tubuh pria yang sedang bersembunyi di sana.
Tak mungkin! Pria itu pasti akan berteriak. Tidak, kalau dia sudah lebih dulu dibius" Dibius"
Ya. Dengan siapa Clayton minum pada pukul tujuh tiga puluh" Ah! sekarang kau mengerti. Curtiss! Curtiss memanasi Clayton dengan kecurigaan terhadap istrinya dan Rich. Curtiss mengusulkan rencana ini kunjungan ke skotlandia, bersembunyi dalam peti, sentuhan akhir untuk memindahkan tirai. Bukan agar Clayton dapat membuka tutup peti itu sedikit dan menghirup udara bukan, tapi agar dia, Curtiss, bisa mengangkat tutupnya tanpa dilihat orang. Rencana itu rencana Curtiss, lalu amati keindahannya, Hastings. Jika Rich melihat tirai itu tidak pada tempatnya dan mengembalikannya seperti posisi semula... ya sudah. Curtiss bisa membuat rencana lain. Clayton bersembunyi di peti, sedikit narkotik yang diberikan Curtiss bekerja. Clayton jatuh pingsan. Curtiss membuka peti itu dan menikamnya gramofon tetap memainkan Walking My Baby Back Home.
Baru beberapa saat kemudian aku bisa bersuara kembali. Mengapa" Tapi mengapa"
Poirot angkat bahu. Mengapa seorang pria menembak diri" Mengapa dua orang Italia berduel" Curtiss bertemperamen buruk. Dia menginginkan Marguerita Clayton. Dengan menyingkirkan suaminya dan Rich, wanita itu akan berpaling padanya, atau begitulah yang dikira Curtiss.
Poirot menambahkan sambil merenung, Wanita yang kekanak-kanakan... mereka sangat berbahaya. Tapi, mon dieu! Masterpiece yang sangat artistik! Ingin sekali aku menggantung pria seperti itu. Aku sendiri mungkin jenius, tapi aku mampu mengenali kejeniusan orang lain. sebuah pembunuhan yang sempurna, mon ami. Aku, Hercule Poirot, mengatakannya padamu. sebuah pembunuhan yang sempurna. "patant!
208 Misteri Peti Baghdad (he Mystery of the Baghdad Chest), yang pertama kali diterbitkan di Strand Magazine pada bulan Januari 1932, adalah versi asli Misteri Peti Spanyol (he Mystery of the Spanish Chest), sebuah novella yang termasuk dalam koleksi Skandal Perjamuan Natal (he Adventure of the Christmas Pudding) 1960. Novella ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga, dan Hastings tidak muncul.
Debut Hercule Poirot dimulai dalam Misteri di Styles (he Mysterious Afair at Styles) 1920 yang ditulis Christie untuk menanggapi tantangan dari kakaknya ketika bekerja di sebuah apotek di Torquay. Ketika Poirot meninggal 55 tahun kemudian dalam Tirai (Curtain) 1975, yang diterbitkan tak lama sebelum kematian Christie sendiri, satu misteri belum terpecahkan: usia Poirot. Meski teks asli Tirai ditulis sekitar 30 tahun sebelumnya, berdasarkan urutan kejadian, mau tak mau kita harus berasumsi kisah da- KETERANGAN
lam novel itu terjadi pada awal tahun 1970-an, tak lama setelah kasus kedua terakhir , Gajah Selalu Ingat (Elephants Can Remember) 1972 diterbitkan. Dalam Tirai, Poirot setidaknya berusia antara 85 hingga 89 tahun, yang berarti ia berusia 30-an dalam Misteri di Styles. Novel ini dibuat dengan latar belakang tahun 1917, dan di sana Poirot digambarkan sebagai pria kecil pesolek dengan kaki pincang... reputasinya sebagai detektif sangat luar biasa, dan ia mencapai banyak sukses dengan mengungkap beberapa kasus tersulit saat itu. selain itu, dalam cerita pendek di mana Poirot pertama kali muncul he Adventure at the Victory Ball, yang dikoleksi dalam Kasus-kasus Perdana Poirot (Poirot s Early Cases) 1974, ia pernah digambarkan sebagai mantan kepala polisi Belgia . Berhubung kakinya pincang , ada kemungkinan Poirot pensiun dengan alasan kesehatan yang buruk, meski kondisinya itu tidak menghalanginya dalam banyak kasus sesudahnya. Tapi, dalam styles, Inspektur James Japp, yang sering muncul dalam novel-novel Christie selanjutnya, mengingatkan bagaimana ia dan Poirot pernah bekerja sama pada tahun 1904 he Abercrombie forgery case di mana Poirot mungkin masih remaja, kalau benar ia berusia 80-an dalam Tirai!
Bulan september 1975, penulis dan kritikus H. R. F. Keating memberikan solusi yang masuk akal dalam tulisan untuk merayakan publikasi Tirai Poirot sebenarnya berusia 117 tahun saat meninggal, dan selanjutnya Keating menyatakan mungkin ada rahasiarahasia lain yang disimpan detektif itu!
Mungkin kata terakhir itu mesti ditujukan kepada pencipta Poirot yang, dalam wawancara tahun 1948, berkomentar bahwa Poirot telah hidup cukup lama. saya benar-benar harus menyingkirkan dia. Tapi saya tak pernah diberi kesempatan melakukannya. Para pengagum saya tidak mengizinkan. Ini diucapkan beberapa tahun setelah Tirai ditulis, tapi hampir 30 tahun sebelum novel itu diterbitkan.
211 M OBIL FORD itu terantuk-antuk di jalan kecil berlubang-lubang tersebut, sementara matahari Afrika bersinar terik tanpa ampun. Di kedua sisi jalan tumbuh pepohonan dan semak-semak sejauh mata memandang, naik-turun dalam jalur-jalur lembut tak teratur, campuran warna kuning-hijau lembut itu memberikan kesan teduh lesu, tapi juga tenang. Kicauan beberapa ekor burung memecah keheningan. seekor ular menyeberang di depan mobil itu, meliuk cepat, dan berhasil meloloskan diri dengan mudahnya. seorang penduduk asli keluar dari semak-semak, dengan sikap berwibawa dan tubuh tegak. Di belakangnya berjalan seorang wanita yang menggendong anak di punggungnya, dan menjunjung perlengkapan rumah lengkap, termasuk kuali, di kepalanya.
semua itu tak luput ditunjukkan George Crozier pada istrinya, yang cuma menjawab sepatah-dua patah dengan nada bosan dan sikap masa bodoh yang membuat George kesal.
SELAGI HARI TERANG Pasti dia sedang memikirkan pria itu, ia menyimpulkan dengan marah. Ia biasa cemburu pada suami pertama Deirdre Crozier, yang terbunuh dalam tahun pertama Perang, sekaligus dalam kampanye menentang Afrika Barat koloni Jerman. Wajar kalau Deirdre masih memikirkan pria itu George melirik istrinya, kulitnya yang putih, pipinya yang merah dan putih halus, potongan tubuhnya yang berisi mungkin lebih berisi dibandingkan dulu, ketika ia menerima secara pasif ajakan George untuk bertunangan, meski kemudian pada masa-masa emosional menjelang perang, tiba-tiba Deirdre meninggalkannya dan malah menikahi pacarnya yang berkulit cokelat itu, Tim Nugent.
Tapi pria itu sudah mati secara terhormat dan dia George Crozier menikahi gadis idamannya. Deirdre menyukai George. Bagaimana tidak" George selalu siap mengabulkan setiap permintaannya dan punya uang untuk memanjakannya! George merenungkan hadiah terbarunya untuk Deirdre di Kimberly. Berkat persahabatannya dengan beberapa direk-tur De Beers, ia bisa membeli permata yang tidak dijual di pasaran. Ukuran batunya biasa saja, tapi sangat indah, dengan nuansa warna yang sangat langka, kuningkecokelatan. Jenis permata yang mungkin takkan ditemukan sekali dalam seratus tahun. Kalau mengingat tatapan mata Deirdre ketika ia menghadiahkan permata itu padanya! semua wanita sama saja kalau menyangkut permata.
Keharusan berpegangan dengan kedua tangan agar tidak terlempar ke luar mobil menyentakkan George Crozier dari lamunannya. Ia mengumpat mungkin untuk keempat belas kalinya, dengan nada kesal seorang pria kaya yang memiliki dua mobil Rolls Royce dan terbiasa berkendaraan di jalan-jalan mulus, Astaga, mobil ini! Jelek sekali jalan ini! Ia melanjutkan dengan marah, Di mana sih perkebunan tembakau ini" sudah satu jam kita meninggalkan Bulawayo.
Tersesat di Rhodesia, Deirdre menyahut ringan sambil terlonjak-lonjak di dalam mobil.
Tapi sopir mereka yang berkulit gelap menjawab bahwa sebentar lagi mereka tiba di tujuan, yang berada di tikungan berikutnya.
Manajer perkebunan, Mr. Walters, sudah menunggu di depan untuk menyambut mereka dengan penghormatan sepantasnya, sesuai dengan kedudukan penting George Crozier di Union Tobacco. Ia memperkenalkan menantu perempuannya yang kemudian mengantar Deirdre melewati lorong sejuk dan gelap, menuju sebuah kamar tidur. Di sana Deirdre membuka cadar yang selalu dipakainya untuk melindungi kulitnya dalam perjalanan. sambil melepaskan peniti-peniti di cadarnya dengan santai dan anggun seperti biasa, Deirdre melayangkan pandang ke sekeliling kamar kosong bertembok putih dan jelek itu. Tak ada kemewahan sedikit pun di sini, dan Deirdre yang sangat menyukai kenyamanan seperti kucing menyukai krim susu, jadi agak merinding. Di tembok tampak sebuah tulisan. Untuk apa memperoleh seluruh dunia bila kamu kehilangan jiwamu" Deirdre, yang merasa bahwa pertanyaan itu tidak berkaitan sama sekali dengan dirinya, berbalik kepada wanita pemandunya yang pemalu dan agak pendiam. Ia memerhatikan tanpa maksud buruk, tentunya pinggul lebar serta gaun katun murah dan jelek yang dikenakan wanita itu. Lalu dengan perasaan senang dan bersyukur pandangannya beralih ke gaun linen putihnya yang sederhana tapi mahal. Pakaian indah, terutama bila ia sendiri yang mengenakan, selalu membangkitkan rasa suka cita di hatinya.
George dan Mr. Walters sedang menunggunya. Anda tidak akan merasa bosan di sini, Mrs. Crozier"
sama sekali tidak. saya belum pernah mengunjungi pabrik tembakau.
Mereka berjalan keluar, ke suasana siang yang tenang di Rhodesia.
Ini benih-benihnya; kami menanamnya sesuai ketentuan. Anda lihat...
si manajer terus berbicara dengan nada membosankan, disela oleh pertanyaan-pertanyaan suaminya yang bernada tajam hasil produksi, bea cukai, masalah pekerja kulit berwarna. Deirdre tidak lagi mendengarkan.
Inilah Rhodesia, tempat yang dicintai Tim. seharusnya mereka berdua kemari setelah Perang usai. seandainya Tim tidak tewas terbunuh! seperti biasanya, ia merasa getir ketika memikirkan hal itu. Dua bulan yang singkat hanya itu yang mereka miliki. Dua bulan penuh kebahagiaan kalau kombinasi kegembiraan dan kepedihan itu bisa disebut kebahagiaan. Pernahkah cinta membawa kebahagiaan" Bukankah hati seorang kekasih selalu dirobek-robek oleh ribuan siksaan" Ia pernah merasa benar-benar hidup dalam masa dua bulan yang singkat itu, tapi pernahkah ia menikmati ketenangan, kenyamanan, dan kepuasan seperti hidupnya yang sekarang" Untuk pertama kalinya ia mengakui, meski dengan agak enggan, bahwa mungkin inilah yang terbaik.
Aku takkan suka tinggal di sini. Aku mungkin takkan bisa membahagiakan Tim. Aku mungkin akan mengecewakannya. George mencintaiku, dan aku sangat menyukainya. Dia begitu baik padaku. Lihat saja permata yang dibelikannya padaku tempo hari. sambil berpikir begitu, matanya menunduk sedikit karena senang.
Di sinilah kami memilah daun-daunnya. Walters berjalan paling depan, memasuki sebuah gubuk rendah dan panjang. Di lantai terhampar tumpukan-tumpukan daun hijau, dan anak-anak lelaki kulit hitam berpakaian putih berjongkok di sekitarnya, dengan cekatan memilah-milah daun sesuai ukuran, lalu merangkainya dengan jarumjarum primitif pada seuntai tali panjang. Mereka bekerja dengan santai dan gembira, sambil saling bercanda dan tertawa, memperlihatkan gigi putih mereka.
Nah, di sini... Mereka keluar dari gubuk itu dan kembali ke terik cahaya siang, tempat daun-daun dijemur di bawah matahari. Deirdre mengendus-endus keharuman daun yang samar-samar memenuhi udara.
Walters memasuki gubuk-gubuk lain, tempat tembakau yang telah dikeringkan menjadi kuning pucat diolah lebih lanjut. Tempat itu gelap karena penuh daun-daun kering kecokelatan yang digantung, siap runtuh menjadi abu begitu terkena sentuhan kasar. Wanginya lebih tajam dan nyaris dominan bagi penciuman Deirdre. sekonyong-konyong dirinya dirasuki semacam ketakutan, entah rasa takut terhadap apa, yang mendorongnya untuk keluar dari tempat gelap, berbau tajam, dan mengancam itu. Crozier memerhatikan wajah Deirdre yang memucat.
Ada apa, sayangku, kau merasa pusing" Mungkin kau kepanasan. sebaiknya kau tidak ikut dengan kami"
Walters ikut cemas, sehingga ia menyarankan Deirdre untuk kembali ke rumah dan beristirahat. Lalu ia memanggil seorang pria yang berada tak jauh dari sana.
Mr. Arden... Mrs. Crozier. Mrs. Crozier merasa agak pening karena kepanasan, Arden. Tolong antar dia kembali ke rumah.
Rasa pening sesaat itu hilang. Deirdre berjalan di samping Arden. sejauh ini ia belum menoleh ke arah pria itu.
Deirdre! Hatinya tersentak dan Deirdre berdiri diam. Hanya satu orang yang pernah memanggil namanya seperti itu, dengan tekanan samar pada suku kata pertama, hingga panggilan itu terasa bagai elusan di telinga.
Deirdre menoleh dan menatap pria di sampingnya. Kulitnya nyaris hitam terbakar matahari, dan jalannya pincang. Di pipinya terdapat bekas luka panjang yang mengubah ekspresi wajahnya, tapi ia mengenali orang itu.
Tim! Untuk waktu yang terasa begitu lama bagi Deirdre, mereka saling pandang dengan gemetar, dalam diam. Lalu tahu-tahu mereka sudah berpelukan. sejenak mereka serasa kembali ke masa lalu. Kemudian mereka melepaskan pelukan, dan Deirdre sudah kembali sadar ketika ia mengajukan pertanyaan bodoh itu, Jadi, kau tidak mati"
Tidak, mereka pasti keliru dan mengira aku orang lain. Aku terluka parah di kepala, tapi aku selamat dan berhasil merangkak ke dalam semak-semak. setelah itu berbulan-bulan aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sekelompok penduduk asli yang baik merawatku. Akhirnya aku kembali sehat dan berhasil kembali ke peradaban. Ia diam sejenak. Lalu kudengar kau sudah menikah enam bulan yang lalu.
Deirdre langsung menjawab,
Oh, Tim, kuharap kau mengerti. Tolonglah! Aku tidak tahan pada kesepian dan kemiskinan. Aku tidak keberatan miskin bersamamu, tapi bila aku sendirian, aku tidak tahan menghadapi semua itu.
Tidak apa, Deirdre; aku mengerti. Aku tahu sejak dulu kau menyukai kemewahan. Aku pernah membuatmu kehilangan kesempatan, tapi untuk melakukannya lagi kedua kali... aku tidak berani. Keadaanku parah sekali waktu itu, hampir tidak bisa berjalan tanpa bantuan tongkat penyangga. selain itu ada bekas luka ini.
Deirdre memotong perkataan Tim dengan berapiapi.
Apa kaupikir aku peduli pada bekas luka itu" Tidak, aku tahu kau tidak peduli. Aku bodoh. Tapi ada wanita yang keberatan. Aku memutuskan untuk melihatmu diam-diam. Kalau kau tampak bahagia, kalau kau puas dengan Crozier... aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku pernah melihatmu. Kau sedang naik ke sebuah mobil besar, mengenakan mantel bulu yang indah hal-hal yang takkan pernah mampu kuberikan padamu, sekalipun aku bekerja membanting tulang selain, itu, kau tampak cukup bahagia. Aku tidak memiliki kekuatan, keberanian, dari keyakinan seperti dulu sebelum Perang. Yang bisa kulihat hanya diriku yang rusak dan tak berguna, hampir tak mampu memberimu nafkah dan kau tampak sangat cantik, Deirdre, ratu di antara para wanita. Kau pantas mendapatkan semua kemewahan yang mampu diberikan Crozier padamu. Kepedihanku saat melihat kalian bersama membuatku mengambil keputusan. semua yakin aku sudah mati. Jadi, aku akan tetap mati.
Kepedihan! ulang Deirdre dengan suara pelan. sial, itu memang menyakitkan, Deirdre! Bukannya aku menyalahkanmu. Tapi itu memang menyakitkan.
Mereka diam. Lalu Tim mengangkat wajah Deirdre dan mengecupnya dengan kemesraan yang berbeda.
Tapi semua itu sudah berakhir, sayang. sekarang kita tinggal memutuskan bagaimana kita akan memberitahu Crozier.
Oh! Tiba-tiba Deirdre menjauhkan diri. Aku tidak berpikir... Ia menghentikan ucapannya ketika Crozier dan manajer tadi muncul di sudut jalan setapak. sambil menoleh cepat, ia berbisik,
Jangan lakukan apa-apa sekarang. serahkan semuanya padaku. Aku harus mempersiapkannya. Di mana aku bisa menemuimu besok"
Nugent berpikir. Aku bisa datang ke Bulawayo. Bagaimana kalau kita bertemu di Cafe dekat standard Bank" Jam tiga tempat itu nyaris kosong.
Deirdre mengangguk sedikit sebelum berbalik dan bergabung dengan Crozier dan manajer tadi. Tim Nugent memandanginya dengan sedikit mengerutkan dahi. sikap Deirdre membuatnya bingung.
Dalam perjalanan pulang, Deirdre tidak banyak bicara. Ia pura-pura pening akibat kepanasan , untuk menutupi sikapnya. Bagaimana ia mesti memberitahu Crozier" Bagaimana kira-kira tanggapan Crozier" Ia tidak bersemangat untuk melakukan rencananya, dan timbul keinginan yang semakin kuat untuk menunda rencananya itu. Besok saja. Masih banyak waktu sebelum jam tiga.
Hotel terasa tidak nyaman. Kamar mereka terletak di lantai dasar, mengarah ke halaman bagian dalam. sore itu Deirdre berdiri sambil mengendus udara pengap dan memandangi perabotan norak di kamar itu dengan tidak bergairah. Pikirannya kembali melayang pada kemewahan Monkton Court di tengah hutan pinus surrey. Ketika pelayannya akhirnya pergi, perlahan-lahan ia memeriksa kotak perhiasaannya. Ia menaruh permata berwarna emas itu di telapak tangannya.
Dengan agak kasar ia menaruh permata itu kembali ke dalam kotak perhiasan dan membanting tutupnya. Besok pagi ia akan memberitahu George.
Malamnya ia tak bisa tidur nyenyak. Terasa pengap berbaring di balik kelambunya yang tebal. Kegelapan sekitarnya terasa berdenyut-denyut, dan semakin tajam oleh dengung nyamuk yang mulai ditakutinya. Deirdre terjaga dengan pucat pasi dan lesu. Tak mungkin ia memulai keributan pagi-pagi sekali!
Ia berbaring di kamar yang kecil dan pengap itu sepanjang pagi, beristirahat. Ia terkejut ketika tahutahu sudah saat makan siang. Ketika mereka duduk minum kopi, George Crozier mengusulkan untuk pergi ke Matopos.
Kita punya banyak waktu jika pergi sekarang. Deirdre menggelengkan kepala, mengemukakan alasan sakit kepala. Lalu ia berpikir dalam hati, Aku tak bisa terburu-buru. Lagi pula, apa bedanya jika ditunda sehari lagi" Aku akan menjelaskan pada Tim.
Ia melambaikan tangan pada Crozier yang pergi dengan Ford-nya yang penyok-penyok. setelah melihat jam tangan, ia berjalan santai ke tempat pertemuannya dengan Tim.
Di sore hari Cafe itu lengang. Ia dan Tim duduk di sebuah meja kecil dan memesan teh yang biasa diminum penduduk Afrika selatan sepanjang hari dan malam. Mereka berdua tidak berkata apa-apa hingga pramusaji membawakan teh itu dan kembali masuk ke balik gorden merah muda. Lalu Deirdre mengangkat wajah, dan terkejut melihat tatapan Tim yang sedang memerhatikannya dengan tajam.
Deirdre, apa kau sudah memberitahunya" Deirdre menggelengkan kepala, membasahi bibirnya sambil mencari kata-kata penjelasan yang tak kunjung datang.
Mengapa belum" Belum sempat; waktunya tidak cukup. Perkataannya terdengar kaku dan meragukan. Bukan itu sebabnya. Pasti ada sebab lain. Aku sudah menduganya kemarin. Tapi hari ini aku yakin. Deirdre, ada apa"
Deirdre menggelengkan kepala, diam.
Ada satu alasan mengapa kau tidak ingin meninggalkan George Crozier, mengapa kau tidak mau kembali padaku. Apa itu"
Memang benar. Deirdre menyadari kebenaran perkataan Tim, meski dengan rasa malu, tapi ia tahu itu sangat benar. Tim masih terus memerhatikannya.
Bukan karena kau mencintainya! Kau tidak mencintainya. Tapi ada sebab lain.
Deirdre berpikir, sebentar lagi dia akan melihat! Oh, Tuhan, jangan biarkan dia melihatnya! Tiba-tiba wajah Tim memucat.
Deirdre... apakah... apakah kau akan punya... anak"
sekilas Deirdre melihat kesempatan yang diberikan Tim. Jalan yang sangat bagus! Perlahan-lahan, tanpa mengatakan apa-apa, ia menundukkan kepala.
Ia mendengar napas Tim semakin cepat, lalu suaranya terdengar keras dan tinggi.
Kalau begitu... masalahnya sudah lain. Aku tidak tahu. Kita harus mencari jalan keluar lain. Tim membungkuk di meja dan memegang kedua tangan Deirdre di tangannya. Deirdre, sayangku, jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri. Apa pun yang terjadi, ingatlah itu. seharusnya aku langsung menemuimu ketika kembali ke Inggris. Aku gagal, maka aku yang harus memutuskan apa yang mesti kulakukan untuk meluruskan keadaan. Kau mengerti" Apa pun yang terjadi, janganlah takut, sayang. Kau tidak salah apaapa.
Tim mengangkat satu tangan Deirdre, lalu satunya lagi, dan mengecupnya. setelah itu ia pergi. Deirdre mendapati dirinya sendirian, memandangi teh yang tidak terjamah. Anehnya, yang terbayang dalam pikirannya adalah tulisan yang tergantung di dinding kamarnya. Kata-kata itu seakan-akan melompat dan mengarah kepadanya. Untuk apa memperoleh seluruh dunia... Ia berdiri, membayar tehnya, dan pergi.
Ketika George Crozier kembali, pelayan memberitahu bahwa istrinya berpesan untuk tidak diganggu. sakit kepalanya sangat parah, kata pembantu itu.
Jam sembilan keesokan paginya, ketika George memasuki kamar istrinya, wajahnya tampak lesu. Deirdre sedang duduk di ranjangnya. Ia tampak pucat dan letih, tapi kedua matanya berbinar-binar.
George, ada yang harus kukatakan padamu, sesuatu yang tidak mengenakkan...
George memotong ucapannya.
Jadi, kau sudah dengar. Aku takut hal itu mengganggumu.
Menggangguku" Ya. Kau bicara dengan pria malang itu tempo hari.
George melihat Deirdre memegang dadanya, sambil mengedip-ngedipkan mata, lalu berkata dengan suara rendah dan cepat yang membuatnya takut,
Aku tidak dengar apa-apa. Cepat katakan padaku.
Kupikir... Katakanlah! Di perkebunan tembakau, pemuda itu menembak diri. Jiwanya terguncang dalam Perang, pikirannya benar-benar kacau kurasa. Tidak ada sebab lain atas tindakannya itu.
Dia menembak diri dalam gubuk gelap tempat tembakau itu digantung. Deirdre berbicara dengan sangat yakin, pandangannya bagai orang tak sadar ketika ia membayangkan sebuah sosok terbaring dalam gelap dan bau tembakau, dengan pistol di tangan.
Ya, di tempat itu kau merasa pusing kemarin. Aneh, bukan"
Deirdre tidak menjawab. Ia melihat sebuah gambaran lain meja dengan cangkir teh, dan seorang wanita yang menundukkan kepalanya dan menerima kebohongan.
Yah, perang ini memang menyebabkan banyak hal, ujar Crozier, lalu mengulurkan tangannya untuk menyalakan korek, dan mengembus-embus pipanya perlahan agar menyala.
Teriakan istrinya membuatnya terkejut. Ah! Jangan, jangan! Aku tidak tahan dengan baunya!
George menatapnya terkesiap.
sayangku, kau tidak seharusnya panik begitu. Kau tidak bisa menghindari bau tembakau. Baunya ada di mana-mana.
Ya, di mana-mana! Deirdre tersenyum perlahan, lalu menggumamkan beberapa kata yang tidak terdengar jelas oleh George, kata-kata yang dipilihnya untuk batu nisan Tim Nugent. selagi hari terang aku akan selalu ingat, dan setelah hari gelap aku takkan pernah lupa.
Matanya melebar ketika mengikuti kepulan asap yang berputar-putar ke atas, lalu ia mengulangi dalam suara rendah dan monoton, Di mana-mana. 225
Selagi Hari Terang (While the Light Lasts) diterbitkan pertama kali dalam Novel Magazine bulan April 1924. Bagi mereka yang mengenal karya-karya sir Alfred Lord Tennyson, identitas Arden yang sejati tidak akan mengejutkan.
Tennyson adalah salah seorang penyair favorit Christie, selain Yeats dan T. s. eliot, dan Enoch Arden karya Tennyson juga mengilhami novel Poirot Taken at the Flood (1948). Alur cerita Se-lagi Hari Terang kemudian digunakan untuk menciptakan efek yang lebih besar sebagai bagian dari Giant s Bread (1930), novel pertama dari enam novel Christie dengan nama samaran Mary Westmacott. Meski novel itu kurang menarik bagi banyak orang dibandingkan karya iksi detektifnya, novel-novel Westmacott umumnya dianggap memberikan semacam informasi pelengkap tentang beberapa kejadian dalam hidup Christie sendiri, semacam autobiograi. Novel-novel itu merupakan KETERANGAN
cara penting bagi Christie untuk melepaskan diri dari dunia cerita detektif, meski para penerbitnya agak kecewa kalau ia sampai menyimpang dari urusan menulis cerita detektif. Novel paling menarik dari keenam novel tersebut adalah yang berjudul Uninished Portrait (1934), yang digambarkan suami kedua Christie, Max Mallowan yang berprofesi sebagai arkeolog, sebagai gabungan dari orang-orang dan kejadian nyata, serta imajinasi... lebih mendekati potret kehidupan Agatha sendiri dibandingkan karyanya yang lain.
Novel favorit Christie sendiri adalah novel Westmacott ketiga, Absent in the Spring (1944), yang ia gambarkan dalam autobiograinya sebagai, satu-satunya buku yang sepenuhnya memuaskan saya... saya menyelesaikan buku itu dalam tiga hari. Christie berkomentar, Buku itu ditulis dengan penuh integritas dan ketulusan, sesuai dengan yang saya inginkan. Itulah kegembiraan dan kebanggaan terbesar bagi seorang penulis.
Gramedia Pustaka Utama Gramedia Pustaka Utama Gramedia Pustaka Utama h i l e t h i g h a s t s
Selagi Hari Terang While The Light Lasts Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sembilan cerita pendek dalam berbagai tema
dari Agatha Christie. Rumah Impian mengisahkan seorang pria yang berulang kali bermimpi tentang rumah yang sama.
Sang Aktris tentang seorang wanita yang membuat jera pria yang memerasnya. Tepi Jurang kisah tentang perselingkuhan dan kecemburuan. Petualangan Natal Poirot beraksi mengungkap perkara penipuan. Dewa yang Kesepian kisah cinta sepasang manusia
yang bertemu di British Museum. Manx Gold sepasang kekasih berlomba dengan waktu
untuk mencari harta karun. Di Balik Dinding mengisahkan cinta segitiga yang tragis.
Misteri Peti Baghdad Hercule Poirot kembali beraksi. Dan terakhir, Selagi Hari Terang tentang seorang wanita yang dikunjungi kekasihnya yang dikira telah tewas.
Kitab Mudjidjad 18 Joko Sableng 31 Wasiat Agung Dari Tibet Jurus Tanpa Bentuk 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama