Ceritasilat Novel Online

Kesan Misterius 1

Nancy Drew Kesan Misterius Bagian 1


1 Menghilang
"Waw, ayah! Lihat!" seru Nancy Drew. "Sangat mencolok,
bukan?" Sambil menggigit roti panggang, detektif muda itu
membalik-balik halaman sebuah majalah yang baru saja datang
dengan pos pagi itu. Ia sorongkan majalah itu ke atas meja makan dan
menunjuk ke sebuah iklan satu halaman penuh yang telah menerpa
matanya. Tata susun gambar itu menunjukkan sebuah patung berhala
Afrika yang memakai kalung intan dan zamrud. Permata itu nampak
kemilau dengan pancaran yang menyala sedikit kontras dengan bentuk
tubuhnya yang nampak seram mengerikan.
Ayah Nancy, pengacara Carson Drew, mengangguk. "Indah!
Sebuah iklan yang sangat artistik. Aku tahu barangkali ini karya
Dallas Curry."
"Jurupotret terkenal, teman ayah?" tanya Nancy.
"Yaaah, .... tidak hanya teman, tetapi juga orang yang kubela.
Aku sedang membela dia dalam sebuah perkara."
"Masyaalah! Perkara apa, ayah?"
"Percaya atau tidak, ia dituduh membajak karya orang
lain.yaah, mencuri karya cipta orang."
Nancy agak terkejut.
"Tetapi tidak masuk akal! Dallas Curry terkenal di seluruh
dunia, bukan? Kenapa dia harus membajak karya orang lain?"
Pak Drew mengangguk dengan muka muram. "Ya, ungkapan
yang bagus! Seluruh masalahnya tidak masuk akal. Dallas Curry
adalah jurupotret iklan yang paling tinggi bayarannya di Amerika,
justru karena ia mampu menciptakan tamsilan yang begitu khas
seperti patung berhala Afrika ini, yang kautunjukkan padaku. Namun,
rupanya ia menjiplak tiga buah foto secara terpisah yang merupakan
hasil potretan jurupotret-jurupotret lain untuk perusahaan periklanan
yang lain pula. Ia sendiri tidak dapat menjelaskannya."
"Ayah sudah melihat sendiri iklan-iklan itu?"
"Ya! Dan kemiripan itu demikian nyata dan sulit dikatakan
sebagai kejadian secara kebetulan." Pengacara yang terkenal itu
menghela napas dan menggelengkan kepala. "Sungguh teka-teki yang
muskil, Nancy. Aku perlu bantuanmu dalam menangani perkara ini."
Mata biru Nancy bercahaya karena hatinya tertarik atas
tantangan tersebut. "Kedengarannya sangat menarik! Aku jatuh hati
untuk menolong, kalau dapat." Detektif berambut pirang itu telah
banyak memecahkan misteri secara mengagumkan dan kemahirannya
dalam memata-matai serta mencari jejak membuat nama Nancy Drew
terkenal sampai jauh di luar River Heights, kota tempat tinggalnya.
"Sebenarnya, siapa yang menggugat tuan Curry?" ia bertanya. "Apa
jurupotret yang lain itu?"
"Bukan! Sebuah perusahaan bernama Marc Joplin Incorporated,
yaitu salah satu dari ketiga perusahaan periklanan yang menuntut
iklan-iklan mereka telah dibajak," jawab pak Drew. "Baru-baru ini
mereka juga menuntut sebuah perusahaan kosmetika yang iklannya
dimuat dalam majalah Flair. Majalah itu mengetengahkan sebuah
gambar bunga-bungaan dengan wajah-wajah peragawati di tengahnya.
Seminggu atau beberapa hari kemudian muncul sebuah iklan dari
perusahaan kosmetika saingannya dalam majalah lain dengan tata
susun yang sama dan kali ini hasil pemotretan Dallas Curry."
Nancy sangat heran. Sebelum ia mengemukakan pendapatnya,
telepon berdering. Tahu bahwa pembantu rumahtangga mereka
Hannah Gruen, sedang sibuk di dapur, maka ia bangkit dari meja.
"Sebentar, ayah. Aku akan menerimanya." Nany bergegas
menuju ke ruang depan. Penelepon itu ternyata sahabatnya, Kepala
Polisi McGinnis.
"Maaf, pagi-pagi sudah harus mengganggu Nancy. Tetapi kami
butuh seorang detektif swasta. Bagaimana kalau engkau menyelidiki
seseorang yang menghilang?"
Nancy berkecap-kecap. Rupanya hari ini adalah pagi yang
penuh misteri. Dan yang ini kedengarannya sangat membangkitkan
minatnya. "Dengan senang hati, Pak. Siapa yang menghilang?"
"Seorang aktris muda bernama Clare Grant. Pernah mendengar
namanya?"
"Ya, mengapa? Bukankah ia membintangi sebuah sandiwara di
Broadway belum lama ini? Dan kukira aku telah membaca dalam
surat-surat kabar bahwa ia akan tinggal di River Heights selama
musim panas ini."
"Benar, Nancy kemarin malam ia menghilang dan salah seorang
temannya kini mengajukan tuntutan penyelidikan."
"Siapa temannya itu?" tanya Nancy.
"Seorang gadis bernama Pamela Kane, yang baru saja terbang
dari California. Ia menuntut agar kita melakukan penyelidikan
sekarang juga, tetapi seperti kauketahui, pihak polisi tidak dapat
secara terang-terangan melakukan suatu tindakan sebelum seseorang
itu telah menghilang selama duapuluh empat jam. Oleh karena itu aku
sarankan agar nona Kane menyerahkan perkara ini ke tanganmu."
Kepala polisi McGinnis menjelaskan bahwa Clare Grant tinggal
di rumah teman-temannya di Possum Road. Nancy menuliskan alamat
itu dan berjanji akan segera menuju ke sana.
Sekembalinya di kamar makan, ia menceritakan kepada
ayahnya tentang berita telepon itu dan meminta maaf telah memutus
pembicaraan mereka.
"Tidak apa, sayang," kata Carson Drew sambil meletakkan
cangkir kopinya dan menyeka mulutnya dengan sehelai serbet. "Aku
ada janji, jadi harus segera pergi. Perkara Curry nanti saja kita
bicarakan."
Segera setelah ayahnya meninggalkan rumah, Nancy
mengeluarkan sedan biru yang manis bentuknya dari dalam garasi.
Possum Road membentang ke arah timur keluar dari kota ke sebuah
daerah perkebunan yang hijau dan makmur yang menyenangkan.
Daerah ini kebanyakan terletak di sebelah utara jalan. Di seberangnya
adalah tanah yang berbukit, gersang belum dikembangkan.
Kepala Polisi Mc Ginnis menceritakan kepada Nancy bahwa
rumah di mana Clare Grant menghabiskan waktu musim panasnya itu
adalah milik tuan dan nyonya Fyfe, pasangan yang sedang liburan ke
Eropa. Selama ditinggalkan oleh pemiliknya, baik tamu-tamu maupun
harta miliknya dipercayakan kepada pembantunya, nyonya Barrow.
Nancy menjalankan mobilnya ke halaman yang berbatu, lalu
berhenti di depan rumah besar, bercat putih model mutakhir.
Menanggapi dering bel, pintu dibukakan oleh seorang wanita setengah
baya dengan seragam pelayan abu-abu berkerah putih. Sepertinya dia
itu nyonya Barrow.
"Nona Drew?" ia bertanya kepada Nancy. "Mari silakan masuk.
Detektif Hoyt telah menunggu." Perwira polisi berpakaian preman
sedang bicara dengan seorang wanita muda berambut pirang halus
yang nampak cemas. Matanya yang coklat memandang tajam takuttakut ke sekeliling lewat kacamatanya yang berbingkai seperti
mutiara. "Eh, Nancy," kata detektif Hoyt. "Ini nona Pamela Kane; teman
Clare Grant, wanita muda yang menghilang itu."
"Ia diculik. Tidak sangsi lagi!" Pamela menahan kesedihannya.
Matanya sembab karena tangis dan jari-jari tangannya meremas-remas
saputangan yang basah.
"Karena itu aku senang kau datang, Nancy. Aku telah banyak
mendengar tentang dirimu. Aku doakan agar kau dapat menemukan
Clare sebelum terlambat. Aku benar-benar takut sesuatu yang buruk
menimpa dirinya!"
"Semoga yang kaucemaskan itu tidak benar. Tetapi aku pasti
akan berusaha keras," Nancy menjanjikan. "Ayo katakan bagaimana
kauketahui bahwa temanmu itu menghilang?"
Ceritanya datang sebagian-sebagian dari Pamela, Detektif Hoyt
dan dari pembantu rumah yang semuanya membantu menambahkan.
Keluarga Fyfe, seperti diketahui Nancy, dengan murah hati
mengatakan kepada tamu untuk menganggap seperti di rumah sendiri
selama mereka pergi. Karena itu pada minggu malam Clare Grant
mengatakan kepada nyonya Barrow bahwa ia mengharap kedatangan
temannya Pamela Kane bergabung dengannya keesokan harinya.
Jam 8.00 pagi Pamela datang dengan taksi dari lapangan
terbang. Nyonya Barrow yang membukakan pintu dan menyilakannya
masuk. Tetapi ketika ia pergi memberitahukan Clare Grant tentang
kedatangan temannya, kamar Clare telah kosong. Sejak itu telah
dilakukan pencarian ke seluruh rumah, tapi sia-sia. Aktris muda itu
telah hilang. Akhirnya nyonya Barrow menelepon polisi.
"Apa ada tanda-tanda perkelahian?" tanya Nancy.
Detektif Hoyt menggelengkan kepala. "Tidak ada, meski
jendela kamarnya telah terbuka lebar."
"Tetapi ia katakan kepadaku di telepon bahwa ia telah
menerima ancaman-ancaman!" Pamela menimpali. "Itulah sebabnya
aku melakukan perjalanan ke timur ini ... . karena kedengarannya ia
begitu cemas dan takut."
"Apakah Clare mengatakan kepadamu siapa yang
mengancamnya?" tanya Nancy lebih lanjut.
"Tidak! Ia bahkan seperti takut untuk mengatakannya. Aku
berharap bahwa setelah aku sampai di sini, aku berhasil membujuk dia
untuk mempercayai aku . . . tetapi seperti yang kau lihat, aku datang
terlambat!" suara Pamela bergetar. Ia melap hidungnya dengan sapu
tangannya dan nampak di ambang luapan tangisnya lagi.
"Bolehkah aku melihat kamar Clare?" Nancy cepat meminta,
berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Oo tentu!" kata pembantu rumah itu, bangkit dari kursinya.
"Mari kutunjukkan jalannya."
Kamar tidur itu terletak di bagian belakang rumah, di lantai
pertama, berukuran besar dan dilengkapi perabot yang bagus. Tutup
seprei tempat tidur telah dilemparkan kembali dan tempat tidur itu
kelihatan telah digunakan tidur. Kamar itu mempunyai dua buah
jendela dengan gorden sutera. Jendela dekat tempat tidur terbuka
lebar. "Apa begini ketika engkau menemukannya?" tanya Nancy
sambil menunjuk.
"Ya," jawab nyonya Barrow dan mengatakan, bahwa umumnya
jendela-jendela kamar itu tertutup sejak rumah itu dilengkapi dengan
AC. "Tetapi nona Grant sangat menyukai udara segar," ia
menambahkan dengan senyum lemah. "Ia suka tidur dengan jendela
terbuka."
"Tidak ada kasa jendela?"
"Ada, tetapi kasa jendela itu rusak pada hari Sabtu dan aku telah
memanggil tukang untuk memasangnya kembali. Tetapi nona Grant
tetap membuka jendela itu walaupun malam. Kukira ia tidak
memikirkan gangguan nyamuk."
Nancy memandang ke sekitar halaman belakang. Lapangan
rumput yang terawat baik dan semak-semak berpagar pohon-pohon
yang lebat. "Berapa jauh hutan itu membentang?" ia bertanya keras,
keheranan.
"Kira-kira dua kilometer!" jawab detektif Hoyt. "Hutan itu
membentang ke belakang rumah-rumah di Possum Road."
Nancy kembali berpaling ke pembantu rumah. "Kapan engkau
bicara dengan Clare Grant terakhir kali?"
Nyonya Barrow mengatakan bahwa ia menerima interkom dari
Clare menjelang pukul 1.30 pagi. "Suaranya kedengaran agak
terganggu."
"Mengenai apa?"
"Katanya ia mendengar ribut-ribut di belakang, bahkan ia
mengira telah melihat sekilas seseorang berjalan mengendap-endap di
luar sana."
"Engkau panggil polisi?" tanya Nancy.
"Tidak, walau aku telah menawarkannya. Mula-mula aku
nyalakan lampu taman. Itu mungkin akan mengejutkan pencuri,
karena lampu itu menerangi seluruh halaman. Tetapi kami lihat tidak
ada seorang pun di luar. Kukira ia telah yakin, sebab ketika aku
tawarkan lagi untuk menelepon polisi, ia katakan tidak usah."
"Lampu-lampu itu tidak akan membuktikan tidak ada pencuri,"
Pamela mengemukakan alasan. "Bisa saja pencuri itu sembunyi di
balik semak-semak."
"Tetapi apakah engkau tidak mendengar lebih lanjut dari nona
Grant setelah panggilan telepon tersebut?" tanya Nancy kepada
nyonya Barrow.
"Benar," jawab pembantu rumah itu mengangguk.
"Jadi anggaplah," Nancy berpikir, "ia telah menghilang antara,
yaaah, katakanlah antara jam 2.00 sampai jam 8.00 pagi."
"Aku yakin Clare tidak akan pergi tanpa memberitahu siapa
pun," kata Pamela. "Dan ia tidak akan meninggalkan jendela terbuka
lebar hanya untuk sekedar udara segar."
"Adakah barang-barang miliknya yang hilang?" tanya Nancy.
"Aku tidak tahu," jawab nyonya Barrow.
"Hutan-hutan itu sudah diperiksa?" Detektif polisi itu
menggelengkan kepala. "Belum."
"Kalau begitu, ayo kita lihat," Nancy memutuskan.
Pembantu rumah itu tetap tinggal sementara Nancy, Pamela dan
perwira polisi menuju ke hutan. Baru saja mereka memasuki pohonpohon di pinggir hutan, Nancy melihat secarik kertas terserak di
semak. Ia memungut dan terkejut melihat kertas itu memuat gambar
wajah seorang gadis.
Pamela berseru riang. "Itu dia, Clare!"
2 Jejak Penuh Teka-Teki
"Secarik foto," kata detektif Hoyt. Ia melemparkan pandangan
keheranan kepada Nancy.
Mereka mengalami kebuntuan yang sama. Mengapa foto aktris
itu tersobek demikian. Siapa pula yang menjatuhkan sobekan foto itu
di hutan? "Ah, Nancy. Hatiku tak enak melihat ini," Pamela Kane
meratap. "Barangkali semalam seseorang masuk ke dalam kamarnya
dan merobek foto itu dalam kemarahan. Apa dugaanmu?"
"Ayolah, kita sedang mencari," jawab Nancy menyejukan
hatinya, sambil melingkarkan tangannya ke tubuh wanita itu.
"Sementara itu jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan."
"Nasihat yang bagus," kata detektif Hoyt. "Mari kita menyebar
dan pasang lebar-lebar mata kita. Dan kita harus berhati-hati terhadap
semak duri."
Jalan menerobos ke dalam hutan menjadi semakin sukar.
Pohon-pohon tumbuh lebih rapat dan memberikan bayangan gelap.
Detektif Hoyt menemukan sobekan yang lain. Kemudian Nancy pun
menemukan yang lain lagi.
Sedikit demi sedikit, selagi mereka merambah jalan melalui
hutan yang sejuk dan lembab, mereka memungut lagi sobekansobekan tambahan sampai mereka memperoleh kesan menyeluruh dari
foto. Potret itu menunjukkan Clare Grant bergaya seperti Patung
Kemerdekaan dengan obor dan buku di atas sebuah tiang marmer. Ia
mengenakan mahkota intan dan memakai gaun malam sutera putih
yang mempesona, ditenun dari benang-benang perak yang gemerlap.
Perwira polisi itu menggaruk-garuk kepala dan memandang
kepada kedua sahabatnya dengan sebuah senyum mengerti. "Apa
maksud Patung Kemerdekaan ini? Apa barang kali semacam olokolok?"
"Tidak! Tunggu! Aku ingat sekarang!" Nancy berseru. "Ini
adalah tata susun iklan yang menggunakan pragawati Clare Grant.
Aku ingat telah melihatnya di sebuah majalah setahun yang lalu. Ya,


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah iklan toko serba ada yang menampilkan beberapa model gaun
malam karya pencipta mode."
"Baiklah, kalau kaukatakan demikian, Nancy." Detektif Hoyt
mengulas kurang yakin. "Tetapi aku benar-benar ingin tahu
bagaimana carikan-carikan gambar itu berserakan di hutan ini?"
"Begitupun aku!" Pamela menimbrung dengan suara harapharap cemas.
"Sabar, sabaaar," Nancy menenangkan. "Aku yakin kita dapat
mengungkapkan jawabannya apabila kita berusaha keras."
Jejak carikan-carikan foto itu menuntun mereka keluar hutan,
ke tempat terbuka yang luas. Tumbuh-tumbuhan penghalang sangat
jarang di daerah ini, tanahnya berlumut dan lembek karena hujan lebat
yang mengguyur River Heights sepekan yang lalu.
Di sana sini tampak tapak kaki yang membingungkan, jelasjelas tapak kaki orang laki-laki yang menuntun ke dua arah, yaitu dari
dan ke pinggir tanah terbuka, tetapi yang banyak rupanya dengan
sengaja berpencar di atas batu dan kerikil untuk menghindari jejakjejak yang jelas.
"Aku tidak melihat tapak kaki wanita," Detektif Hoyt
menyatakan.
"Barangkali Clare digendong," Pamela mengemukakan.
Bila demikian, Nancy menanggapi, itu menerangkan mengapa
beberapa tapak kaki yang kelihatan nampak melesak dalam di tanah
lembek. Tetapi ia menahan diri untuk mengatakan dengan suara keras
agar mencegah Pamela semakin takut. Lagi pula jejak-jejak itu dapat
pula dibuat oleh orang yang bertubuh besar dan berat.
Di tengah-tengah tempat terbuka terdapat sebuah lubang yang
besar, jelas sebuah galian tambang tua yang sudah ditinggalkan.
"Aduuuh," kembali Pamela meratap, tersandung di pinggir
lubang dan meluncur ke dalam. Untung bekas tambang kosong itu
hanya ada sedikit genangan air bekas hujan.
Tanah yang langsung mengelilingi lubang itu menampakkan
adanya tapak kaki. Nancy lalu berjalan memutari lubang galian
mencari jejak-jejak, diikuti oleh Pamela di belakangnya sementara
detektif Hoyt berkeliling ke arah berlawanan.
Ketika mereka bertemu pada sisi di seberang lubang tambang
itu mereka melihat adanya bekas-bekas roda di tanah berlumut.
Nancy mempelajari ciri-ciri pada punggung bekas roda. "Itu
adalah bekas roda kendaraan semacam jip, bukan Pak Hoyt?"
"Benar, Nancy. Jelas itu adalah kendaraan ATV yang datang ke
mari. Kautahu, sebuah kendaraan lapangan yang berjalan di segala
macam medan," detektif itu mengamati.
Jejak roda itu menuntun mereka dari bekas tambang ke sebuah
jalan batu bara yang tua berliku-liku menerobos hutan miring ke arah
barat-laut. Walaupun mereka tidak punya harapan untuk mengenali
jejak roda di atas jalan, namun jelas bagi mereka bahwa kendaraan
misterius itu telah berjalan dari arah yang berlawanan dengan rumah
keluarga Fyfe.
"Tahukah anda ke mana jalan ini terusnya??? tanya Nancy
kepada Hoyt.
"Ya, aku tahu. Jalan ini bersambung dengan Highway 19 di sisi
lain dari hutan, kira-kira dua kilometer dari sini. Dan ujung yang lain
bergabung dengan Possum Road, sedikit sebelah timur rumah
keluarga Fyfe."
Setelah dengan hati-hati mempertimbangkan sejenak, Nancy
berkata: "Yaah, kukira kita telah melakukan yang dapat kita lakukan
sejauh ini."
Sambil menyibakkan rambutnya yang merah keemasan yang
menggantung di mukanya, gadis itu memutar tubuhnya dan berjalan
kembali menerobos hutan menuju ke rumah. Lewat jalan setapak
berpagar tanaman, akhirnya mereka sampai di lapangan rumput dan
kebun yang harum semerbak di batas tanah milik keluarga Fyfe.
Detektif Hoyt membungkukkan badannya untuk mengibaskan
kotoran yang melekat di celana panjangnya, dan selagi ia menegakkan
badannya ia berkata: "Jangan terlalu bersedih, nona Kane. Temanmu
belum lama perginya. Siapa tahu ia akan segera kembali. Tetapi aku
selalu dapat dihubungi. Sekarang ini lebih baik aku kembali ke
Markas Besar."
Ketika ia telah pergi, Nancy menunjuk ke kursi kebun warna
putih di bawah emperan yang beratap.
"Bagaimana kalau kita duduk-duduk di sana dan kau dapat
menolong aku menceritakan lebih banyak tentang Clare Grant."
Ketika mereka telah duduk, Pamela Kane berkata dengan ragu.
"Aku akan meminta pembantu rumah untuk membawakan minuman
segar, Nancy, tetapi aku kurang begitu pasti apakah harus tinggal di
sini atau harus berbuat sesuatu sampai Clare muncul kembali."
"Aku yakin bahwa engkau boleh tinggal di sini sampai
temanmu itu pulang kembali," jawab Nancy dengan ramah.
"Bagaimanapun, Clare Grant telah mengundangmu ke mari sebagai
tamunya. Dan dia akan kembali setiap saat."
"Aku harapkan benar begitu," kataPamela, kurang pasti, sambil
menggenggam dan membuka tangannya.
"Apa yang dapat kauceritakan kepadaku tentang Clare?" tanya
Nancy sambil membesarkan hatinya untuk bicara. "Mungkin cerita itu
dapat diawali dari kariernya."
"Clare amat tertarik akan permainan sandiwara. Itulah kata-kata
yang paling tepat baginya," Pemela Kane tersenyum
mengenangkannya. "Ketika ia menyelesaikan kuliahnya di Midwest,
ia langsung pergi ke Broadway. Dan ia beruntung. Ia segera diterima
dan seketika mencatat sukses. Itu terjadi dalam sebuah sandiwara
berjudul The Mandrake Root."
Nancy mengangguk. "Ya aku ingat."
Senyum Pemela meredup ketika ia melanjutkan ceritanya.
"Sejak itu, Clare kurang beruntung. Sesudah The Mandrake Root, ia
mendapat peran dalam sandiwara lain. Tetapi gagal, dan ditutup dalam
seminggu. Kemudian ia mencoba main film di Hollywood dan
mendapat beberapa peran kecil. Di sanalah aku bertemu dia."
"Jadi kau juga seorang aktris?" tanya Nancy.
"Itu yang kuharapkan. Tetapi belum sukses benar. Kemudian,
Clare kembali lagi ke Timur dalam usahanya untuk merebut peran
utama dalam lakon berjudul Perfect Strangers. Itu sudah harus dibuka
musim gugur ini. Ia justru sangat tepat untuk peran itu, dan ia sangat
menginginkannya. Itulah sebabnya aku yakin bahwa ia telah diculik,
Nancy. Mengapa ia harus menghilang saat ini, justru pada waktu
karirnya memperoleh angin?"
Sekali lagi Pamela Kane mulai meremas-remas tangannya, lalu
dengan gugup ia menambahkan: "Ah, harus ada sesuatu yang dapat
kita lakukan!"
"Percayalah aku akan bekerja keras untuk menemukan dia,
Pam!" Nancy menjajikan. "Sementara itu cara terbaik kau membantu
ialah tetap dekat dengan pesawat telepon, hingga bila Clare atau orang
lain menelepon akan diperoleh informasi tentang dia." Nancy
menepuk-nepuk tangan Pamela untuk menenangkan, lalu bangkit.
"Jadi, maksudmu para penculiknya akan menelepon dan
menuntut uang tebusan?" tanya Pamela dengan suara gemetar.
"Tidak perlu. Masalah yang utama ialah tetap tenang. Dan
ingat, kita tidak melihat bukti adanya kekerasan. Aku cukup sibuk,
dan aku akan selalu memberi informasi kepadamu." Nancy
menambahkan selagi mereka beranjak menuju ke rumah, ke mobil
yang diparkir di depan rumah.
Detektif muda yang dihantui teka-teki menghilangnya aktris
mengendarai mobilnya pulang di sepanjang Possum Road yang
dilindungi bayang-bayang pepohonan.
**********
Ketika Nancy berjalan di koridor yang sejuk menyenangkan di
rumah Drew, Hannah Gruen muncul dari dalam dapur. Pembantu
rumah yang keibuan itu telah mengasuh Nancy sejak anak
perempuannya itu berumur tiga tahun, sejak nyonya Drew meninggal.
"Oo, Nancy," Hannah memberinya salam dan senyumnya.
"Ayahmu baru beberapa menit yang lalu menelepon dan meminta
engkau meneleponnya ke kantor."
"Baik, Hannah. Terimakasih," Nancy lalu pergi ke pesawat
telepon. Belum sempat mengangkatnya bel pintu berbunyi. "Akan
kubukakan," ia menambahkan.
Ketika ia membuka pintu, seorang tukang pos berdiri di pintu
gerbang. "Antaran khusus untuk nona Nancy Drew!"
"Akulah Nancy Drew," jawabnya.
Tukang pos itu menyerahkan sebuah kotak kecil terbungkus
kertas warna coklat, lalu memutar tubuh dan cepat-cepat menuruni
tangga pintu gerbang menuju ke truk-pos.
Nancy mengamati kotak itu, dengan seksama. Tidak tertulis
alamatnya maupun alamat si pengirim. Dengan memaksakan sebuah
senyuman karena sikapnya yang hati-hati, ia angkat kotak itu ke
telinganya dan mendengarkannya sejenak, kemudian sedikit
menggoncang-goncangkannya. Tetapi tidak ada sesuatu petunjuk
tentang isinya yang meminta dia mengambil tindakan pencegahan.
Hati-hati Nancy membuka bungkusnya. Di dalam kotak itu
terdapat sebuah kaset video, sama macamnya seperti yang digunakan
pesawat video di rumah-rumah. Di situ juga tidak terdapat tulisan
ataupun tempelan pengenal.
3 Kebencian yang Aneh
Nancy memandang kaset itu, karena tergugah rasa ingin tahu.
Naluri pertamanya ialah segera berlari ke pesawat video dan memutar
kasetnya. Tetapi teringat bahwa ia harus menelepon ayahnya ke
kantor, ia meletakkan kaset itu di meja ruang utama, lalu mengangkat
telepon dan memutar nomor telepon ayahnya.
Suara merdu nona Hanson, sekertaris pribadi Carson Drew yang
lincah, yang menyahut. "Halo! Ini Nancy menjawab panggilan telepon
ayah," gadis remaja itu mengatakan kepadanya.
"Oo, Nancy. Sayang, Ayahmu baru saja berangkat ke
pengadilan. Tetapi ada pesan buatmu, ia akan menemui Dallas Curry
waktu makan siang, jam satu tigapuluh, dan ayahmu ingin engkau
mau bergabung. Di rumahmakan Fisherman?s Net. Kautahu di mana?"
"Yaa! Aku pernah makan siang bersama ayah sebelumnya.
Terimakasih atas pemberitahuanmu," kata Nancy, lalu
menggantungkan teleponnya.
Nancy, kembali ke ruang tamu dengan tidak sabar menyalakan
pesawat televisi dan memasukkan kaset ke video recorder. Kemudian
ia duduk di kursi malas dan menghadap ke layar serta memperhatikan
apa isi kaset video itu.
Mengherankan, yang muncul adalah gambar yang diiringi irama
beat dari kelompok musik rock yang terkenal dan suara penyanyi
tunggal mereka. Nyanyian itu berlangsung beberapa menit lalu disusul
dengan serangkaian musik rock. Sayang tidak ada keterangan tentang
siapa pengirim kaset itu.
Nancy menjadi tegang, bingung. Siapa gerangan yang telah
mengirim kaset itu? Ia heran. Salah seorang dari teman wanitanya?
Barangkali Bess Marvin ataukah George Fayne, atau pacarnya Ned
Nickerson? Tetapi pasti mengetahui bahwa Nancy menyukai lagulagu pop dan klasik, dan ia bukan penggemar musik rock. Jadi,
barangkali kaset itu dikirim kepadanya sekedar gurauan?
Namun kalau sekedar gurauan dari siapa?
Tetapi biarlah, itu tidak penting, akhirnya Nancy berkeputusan
dengan menghela napas. Ia bangkit dari kursi malasnya yang empuk,
lalu ke atas dan menyiram tubuhnya di bawah shower di kamar
mandinya. Setelah itu ia mengganti pakaian biru tak berlengan yang
sederhana, menyikat rambutnya dan menyambar tas tangan warna
putih. Segera ia menuruni tangga kembali dan sambil memberi salam
selamat tinggal kepada Hannah, lalu ia menuju ke mobilnya.
Ketika ia menjalankan mobilnya ke rumah makan di pinggiran
kota River Heights, Nancy digeluti pikiran tentang klien hukum
ayahnya yang segera akan ia jumpai. Berdasarkan kenyataan bahwa
dia itu seorang juru-potret yang mempunyai reputasi di seantero dunia,
memiliki rumah yang menarik serta menjadi kawan baik ayahnya;
namun sebenarnya Nancy hanya mengetahui sedikit saja tentang
pribadi Dallas Curry.
Yang aneh ialah Nancy sadar bahwa penampilannya di hadapan
orang itu, samar-samar telah diwarnai rasa muak dan benci dan yang
mendorongnya enggan ikut makan siang. Apakah perasaan itu
sebabkan oleh tuduhan-tuduhan yang dilemparkan terhadap Curry?
Mungkin juga. Lalu alasan apa lagi?
"Tetapi itu pikiran tolol," Nancy mencaci dirinya sendiri. "Aku
telah diajarkan oleh ayah, janganlah berprasangka dalam suatu
perkara!"
Beberapa menit kemudian Nancy memarkir mobilnya di dekat
rumahmakan Fisherman?s Net. Menjelang masuk ke rumahmakan,
sambil lalu, ia melihat ke sekeliling dan melihat ayahnya duduk di
meja dengan seorang laki-laki yang lebih muda dan berpakaian necis.
Carson Drew melambaikan tangannya, dan ketika Nancy melihat
mereka, mereka tersenyum dan bangkit menyambut.
"Ah, Nancy. Aku ingin engkau bertemu Dallas Curry," kata
pengacara yang bertubuh tinggi bidang dadanya itu. "Dallas, inilah
anak gadisku, Nancy."
"Sangat senang, Nancy. Aku telah banyak mendengar
namamu," kata Dallas tersenyum.
"Kiranya anda pun tidak bermaksud merendah," ia membalas.
Dallas Curry adalah seorang yang tinggi semampai, nampak
penuh semangat pada usianya sekitar tigapuluhan, berwajah
kecoklatan terbakar matahari namun ramah, dan seuntai rambut
panjang warna gelap kastanye melekat di kepala yang agak menipis
pada pelipisnya.
Setelah duduk bersama, mereka memilih menu dan memesan
aneka masakan khas seafood, lalu duduk kembali dan beromongomong sebentar selagi menunggu hidangan.
Di tengah makan siang itu Nancy harus mengakui bahwa ia
merasa senang daripada pikiran-pikiran negatif pada mulanya.
Masakan udang itu sangat lezat, ditambah lagi Dallas Curry ternyata
seorang yang pandai dan menarik dalam percakapan. Ia telah banyak
melakukan perjalanan dan membuat berita-berita foto serta peristiwaperistiwa penting lainnya di hampir setiap negara di seluruh dunia.
Nancy kini tahu bahwa orang itu pertama-tama mendapatkan
nama sebagai wartawan foto sambilan. Kemudian ia memenangkan
pujian sebagai jurupotret ahli majalah Glance dalam memotret
gambar-gambar cerita mengenai segalanya, dari masalah tanaman
kimiawi sampai musik rock. Foto-fotonya dikumpulkan, diterbitkan
dan dipamerkan dalam berbagai pameran seni dan musium.
Sementara orang itu bercerita kepada Nancy dan Carson Drew
tentang pengalaman-pengalaman yang menarik, Nancy teringat
ayahnya mengatakan bahwa Dallas Curry adalah seorang jurupotret
yang paling berbakat, dan dalam usaha periklanan dibayar paling
tinggi. Sekali lagi ia heran motif-motif apa sampai orang seperti dia
membajak hasil karya orang lain? Dalam kata-kata pak Drew hal itu
tidak masuk akal.
Setelah minum kopi, ketiganya meninggalkan rumah makan dan
berjalan menuju ke kantor pengacara Carson Drew untuk
membicarakan tuduhan-tuduhan yang tidak mengenakan, yang
dilontarkan kepada kliennya.
"Dallas, barangkali anda telah membaca atau mendengar
tentang beberapa misteri yang mengagumkan yang pernah dipecahkan
oleh Nancy," pengacara itu memulai.
"Benar, aku pernah dengar. Kalau saja ia dapat pecahkan
perkara gila ini sampai tuntas aku akan lebih bersyukur daripada
ucapan kosong. Beginilah kenyataannya," ia melanjutkan, "aku telah
bertemu denganmu sekarang, Nancy. Aku percaya bahwa jika
seseorang dapat membantuku, engkaulah itu. Aku selalu secara naluri


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percaya akan kemampuan bekerja, kau tahu. Dan sekarang ini ....
yaaa, jangan tanyakan mengapa, tetapi aku merasa bahwa kemampuan
otakmu menyusun dan mengolah serta keluwesan maupun
dayatarikmu mungkin yang diperlukan untuk menjernihkan perkara
ini." Ebukulawas.blogspot.com
"Terimakasih," remaja putri berambut merah keemasan itu
menjawab dengan tersenyum. "Aku akan berusaha dengan sungguhsungguh."
"Nah, sekarang," kata pak Drew, "marilah kita sedikit mundur
kembali demi tugas Nancy, dan meneliti kembali beberapa informasi
yang telah anda berikan kepadaku. Tuduhan-tuduhan terhadapmu itu
melibatkan tiga macam tugas pemotretan yang berlainan dari tiga
buah perusahaan periklanan yang berbeda pula, benar begitu?"
"Ya, karena itu tolonglah aku, sebab semakin aku memikirkan
semuanya itu semakin mengerikan bagiku. Hampir-hampir aku sendiri
bertanya kalau-kalau aku telah kehilangan pikiran sehatku."
Ketika ia berkata demikian, Curry mengusapkan jari tangannya
di antara rambutnya. Untuk sejenak Nancy merasakan iba hatinya
kepada jurupotret yang terkenal itu, selagi raut mukanya yang kurus
dan cekung memperlihatkan perasaan cemas dan pikirannya yang
diterkam kekacauan.
"Kukira tahap pertama ialah beberapa macam iklan mode," pak
Drew mengatakan dengan tepat.
Dallas mengangguk. "Benar. Aku dibayar untuk memotret
sebuah mode tingkat tinggi bagi sebuah toserba." Sambil meraih tas
kulitnya ia menarik keluar sebuah reproduksi iklan yang besar dan
mengkilap dan meletakannya di atas meja pengacara itu.
"Ini direncanakan untuk dimuat dalam majalah Milady. Tetapi
kurang dari satu minggu sebelum persoalan khusus itu keluar sebuah
iklan lain hampir persis seperti ini, muncul dalam majalah lain."
Ketika Nancy melihat ke mode yang mencolok itu, ia menghela
napas dalam. Gambar itu mengetengahkan kesamaan dengan gambar
Clare Grant yang ditemukan tersobek-sobek olehnya bersama Detektif
Hoyt dan Pamela Kane pagi itu berceceran di dalam hutan.
4 Pemotret Gambar
Walaupun terkejut Nancy memutuskan untuk tidak menyela
cerita Dalas Curry. Ia tengah mengambil sebuah majalah bernama
Nightlife dari dalam tas kulitnya.
Curry membuka halaman majalah itu yang memuat iklan dalam
tata warna. Sebagai majalah bergambar, iklan itu menunjukkan
duplikat yang tepat sama dengan apa yang ia perlihatkan kepada
mereka. Nancy hampir-hampir tidak mempercayai matanya. Gambar
iklan ini pun memperlihatkan sebuah model yang dipotret seperti
Patung Kemerdekaan di atas tiang marmer. Satu-satunya perbedaan
ialah bahwa ia mengenakan mantel bulu warna putih dari gaun malam
warna putih.
"Mengagumkan," gumam Carson Drew. "Tahukah anda, kapan
yang ini dipotret?"
Dallas Curry menggelengkan kepala dengan wajah murung.
"Tidak! Aku tidak pernah menekan dengan mengemukakan buktibukti. Semua itu menjadi persoalan, karena diterbitkan sebelum hasil
karyaku."
"Apa ada tuduhan menjiplak?"
"Pada waktu itu tidak. Yang pasti, masalah itu menjadi
pembicaraan ramai di kalangan periklanan, dan itu sangat memalukan
aku. Namun kukira kebanyakan orang mau mengerti itu sebagai
kebetulan. Tetapi sekarang biar kutunjukkan kepada kalian apa yang
terjadi kemudian."
Kembali lagi Curry menarik sebuah tata susun iklan dalam tata
warna dari dalam tasnya. Susunan iklan ini mengetengahkan beberapa
ksatria dalam pakaian zirah duduk dengan mengangkat botol di
sekeliling meja bundar terbuat dari mahoni yang mengkilat.
Keterangan gambar berbunyi: Gaya Mode dari Abad ke Abad.
"Kira-kira sepuluh hari sebelum dimuat dalam majalah Modern
Life," Curry melanjutkan, "gambar yang sama muncul dalam majalah
Decor."
Ia mengambil majalah tersebut, lalu membukanya pada halaman
iklan yang dibicarakan. Juga ini mengetengahkan meja bundar dan
ksatria, dipotret sangat mirip dengan tata susun iklan Cury dan diberi
keterangan: Perabot Rumah Tak Pernah Ketinggalan Zaman!
"Masalah jiplakan ini," kata Curry, "muncul sekitar dua atau
tiga bulan sesudah kejadian yang pertama yang baru saja kutunjukkan
kepada kalian mengenai tata susun iklan Patung Kemerdekaan. Oleh
jurupotret yang lain dan dari perusahaan periklanan yang lain pula.
Tetapi yang ini tidak lolos begitu mudah. Perusahaan saingannya pergi
ke Dewan Periklanan dan menuntut perusahaan di mana aku bekerja
dalam perkara pelanggaran kode etik. Dalam bahasa sehari-hari,
mereka menuntut iklan mereka telah dibajak," kata Curry dengan nada
pahit. "Setelah baik kembali, sengketa itu diselesaikan dengan jalan
damai, namun ia tidak menolong mukaku. Sekarang ini nama baikku
benar-benar menyedihkan. Dua kali berturut-turut kejadian yang sama
adalah terlalu muskil untuk dikatakan secara kebetulan. Sejumlah
orang sudah mau percaya bahwa aku dengan sengaja telah mencuri
karya orang lain. Dan masalahku ini tetap tidak selesai."
Sekali lagi jurupotret ternama itu mengambil contoh dari
karyanya dan sebuah iklan yang sangat mirip telah muncul sebelum
hasil karyanya sendiri diterbitkan. Ini adalah kejadian yang dikatakan
pak Drew kepada Nancy di meja makan waktu sarapan pagi.... iklan
kosmetika yang mengetengahkan wajah-wajah peragawati dilapiskan
di atas bunga-bungaan.
"Aku jepretkan gambarku ini awal musim semi ini," kata Curry,
"tetapi yang lain diterbitkan dua minggu sebelum aku punya, dalam
majalah lain."
Nancy dan ayahnya berganti pandangan keheranan.
"Dan yang ini menyebabkan penuntutan perkara?" gadis remaja
itu menanyakan.
"Benar." Curry mengangguk. Kemudian ia bangkit tiba-tiba dan
berjalan mondar-mandir di kantor pengacara itu. "Anda perhatikan,
aku sama sekali tidak menyalahkan perusahaan iklan yang lain, sedikit
pun tidak. Nampaknya seperti pemalsuan tiruan .... Istilahnya dalam
perkara pencurian karya seni."
Ia memukulkan kepalan tangannya ke dalam telapak tangan lalu
menambahkan. "Dan aku berada pada jurang kehancuran untuk
berkata dengan sebenarnya."
"Biarlah aku menanyakan ini untuk dicatat," kata pak Drew
dengan hati-hati. "Anda benar-benar merasa yakin bahwa anda tidak
pernah melihat iklan-iklan itu pada waktu mereka sedang
menyiapkannya?"
"Aku betul-betul yakin," Curry menyatakan. "Sepanjang yang
menyangkut diriku, tata susun iklan karyaku ini adalah sama aslinya
seperti karya-karya lain yang kubuat. Dan karya-karya ini kuciptakan
di tengah-tengah kerahasiaan yang biasa yang melingkungi setiap
kampanye iklan yang baru."
"Apakah salah satu dari ketiga kejadian itu melibatkan
jurupotret yang sama atau perusahaan periklanan yang sama?" tanya
Nancy. Kembali Curry menggelengkan kepala. "Tidak, ketiga iklan itu
dipesan oleh perusahaan periklanan yang berbeda dan jurupotret yang
berbeda pula. Jadi jika kau memperkirakan aku dengan hati-hati
menutup-nutupi beberapa kompoltan aku katakan tak mungkin."
Nancy mencegah dan mengernyitkan dahi penuh pikiran. "Jadi
anda merasa pasti mempunyai misteri yang menjadi
tanggungjawabmu, pak Curry? Aku akan berusaha membantu
memecahkannya, namun di luar itu, sebaiknya aku tidak menjanjikan
sesuatu."
Nancy mengambil pena dan buku catatan dari dalam tas
tangannya dan menuliskan nama dan alamat pihak-pihak yang terlibat.
Kemudian ia mengatakan kepada Curry tentang foto peragawati Clare
Grant yang tersobek-sobek. Curry terperanjat dan prihatin mendengar
bahwa aktris muda itu menghilang.
"Sampai berapa jauh anda mengenal dia, pak Curry?" tanya
Nancy. "Aku bertemu dia baru-baru ini, sebelum permainannya yang
pertama di Broadway," jawab jurupotret itu. "Majalah Glance
memperkerjakan aku untuk memotret cerita bergambar tentang
seorang remaja khas Broadway yang penuh harapan. Sebuah
perwakilan sandiwara menyarankan Clare, dan rupanya ia cocok
untuk jenis cerita yang diinginkan Glance. Redaktur majalah itu
memakai salah satu hasil potretanku untuk gambar sampul terbitan
minggu itu, dan itu mengundang sejumlah besar penggemar.
Sebenarnya gambar itu telah membantu Clare memenangkan
peranannya yang pertama di Broadway.
"Dalam The Mandrake Root," Nancy menyebutkannya.
"Betul . . . yang berubah menjadi sukses besar. Dan sejak itu,
Clare dan aku menjadi sahabat karib."
"Bagaimana awal mulanya anda memilih Clare untuk tata susun
iklanmu dalam Patung Kemerdekaan dengan gaun malamnya?"
Dallas Curry mengangkat bahu. "Ia adalah seorang gadis yang
cantik. Aku tahu hasil fotonya akan bagus. Dan juga tahu pada waktu
itu ia, di antara banyak pekerjaannya, seorang aktris. Maka aku kira ia
akan pandai menggunakan uangnya.
Gadis itu tersenyum penuh semangat. "Mari kita berharap aku
akan berhasil menemukan beberapa petunjuk yang akan membantu
ayah memenangkan perkara anda."
Curry memberanikan diri untuk tersenyum kesal. "Aku tidak
hanya berharap demikian . . . aku memperhitungkannya!"
Nancy menjalinkan jari-jemarinya. "Sebab itu aku harus
meninggalkan anda berdua, membicarakan segi-segi resminya."
Ketika Nancy meninggalkan kantor ayahnya, ia melihat sekilas
seorang laki-laki muda yang tinggi ramping, berambut pirang
keperakan dengan sebuah alat potret yang mahal menggantung di
lehernya. Nancy mengangkat alis mata sambil berpikir. Bukakah aku
pernah melihat dia di suatu tempat sebelumnya? Ia heran. Dan juga,
rupa-rupanya belum lama berselang. Nampaknya ia sangat kukenal?
Nancy berhenti untuk memandang ke sebuah jendela toko . . .
dan tiba-tiba saja jawaban datang padanya. Ia pernah melihatnya di
rumahmakan Fisherman's Net, sejam yang lalu atau kurang dari sejam,
duduk tidak jauh dari meja ketika Nancy bersama ayahnya dan Dallas
Curry makan siang.
Dengan perasaan ingin tahu karena melihat orang yang sama
dalam waktu yang dekat, Nancy berpaling untuk kembali memandang
ke orang muda berambut pirang keperakan. Sangat mengherankan,
alat pemotret orang itu sekarang diarahkan ke mukanya. Ia sedang
memotret Nancy.
Nancy yang telah banyak membongkar misteri dan juga
membantu ayahnya dalam banyak perkara hukum itu diambil
gambarnya dengan kejutan. Maka kecurigaannya segera bangkit.
"Aku lebih baik tahu apa yang akan ia lakukan!" bisiknya pada diri
sendiri. Ketika ia menuju ke orang itu dengan tumit sepatunya berdetakdetak keras di aspal, segera orang itu memutar tubuhnya dan kabur.
Nancy lari mengejarnya ke blok berikut, ia melihat orang itu
melompat naik mobil touring warna kuning dan mempercepat mesin
dengan injakan gas penuh.
Untunglah tempat parkir mobil Nancy berada di blok yang
sama. Selagi orang muda itu memasuki keramaian arus lalu-lintas,
Nancy masih terus berlari. Beberapa saat kemudian sedan sport
birunya berjalan keluar dari tempat parkir. Lampu merah rambu lalu
lintas yang sementara waktu menahan si pemotret buronan, baru saja
berubah hijau.
Nancy mendorongkan tangan kirinya keluar jendela dan
menyerahkan tiket parkir dan uangnya kepada tukang parkir.
Kemudian tanpa menunggu uang kembalian mobilnya menderu
memasuki jalanan.
Mobil touring kuning sudah tidak nampak lagi. Tetapi dengan
menginjak pedal gas sekuat ia berani lakukan, dan dengan terampil
menjalankan mobilnya dari jalur jalan yang satu ke yang lainnya,
berangsur-angsur ia dapat melihat kembali kendaraan yang dikejarnya.
Nancy tertawa gembira. Pemotret gadungan itu tidak akan dapat
lari dari kejarannya semudah yang ia pikir.
Namun tawa gadis itu mulai redup beberapa blok kemudian
ketika jalan raya di hadapannya membelok tajam ke kanan. Dalam
beberapa detik saja buruannya kembali hilang dari pandangannya;
yang berarti bahwa apabila orang muda itu meninggalkan jalan
Central Avenue sebelum ia memperoleh kembali pandangannya atas
buruan itu, maka ia tidak tahu dengan jalan mana buruan itu pergi.
Segera Nancy memutuskan membelokkan mobilnya ke kanan
menuruni jalan samping yang miring. Bila beruntung, jalan pintas
yang diambilnya akan membawa masuk ke jalan raya lebih cepat
untuk dapat melihat kembali buruannya sebelum orang itu menghilang
sama sekali.
Tetapi begitu ia memutar roda kemudi seorang laki-laki
melangkah keluar dari pinggiran jalan dan melambaikan tangan
kepadanya. Nancy menahan napas dan menginjak pedal rem kuat-kuat
untuk menghindari tabrakan.
5 Pencarian Petunjuk
Terimakasih Tuhan, remku ini sempurna! pekik Nancy Kedua
tangannya gemetar dan jantungnya berdegup ketika mobilnya berhenti
dengan bunyi bercuit-cuitnya ban.
Pejalan kaki yang dilihat dari sudut matanya, kini menghampiri
pintu mobilnya. Nancy menghela napas lega ketika mengenali orang
itu pacarnya, Ned Nickerson. Ia segera membuka pintu mobil dan
dengan cepat duduk di samping Nancy.
"Maaf, aku telah membuat kita ketakutan, Nancy!" teman
kuliahnya yang ramah itu meminta maaf sambil tersenyum. "Ketika
kulihat engkau dan melangkah dari pinggir jalan untuk melambaikan
tangan, tidak kuduga engkau akan membelok dengan tiba-tiba."
"Aku juga minta maaf, Ned." Nancy sejenak menegakkan
badannya dan mendekapkan tangannya sebelum menjalankan
mobilnya lagi. Klason-klason mulai bersahut-sahutan di belakangnya.
"Belokan itu adalah keputusan secara mendadak," ia
menjelaskan sementara membanting mobilnya ke sisi jalan. "Aku
sedang membuntuti sebuah mobil touring warna kuning sehubungan
dengan perkara yang sedang kutangani, tetapi aku kehilangan
pandangan sekitar belokan di Central Avenue. Maka kupikir jika
mengambil jalan pintas akan lebih mungkin menenjukannya kembali."
"Jangan hiraukan aku!" Ned berkecap-kecap untuk memasuki
pokok perkara itu. "Kita berdua akan memasang mata."
Karena berhenti sebentar, waktu yang berharga telah hilang dan
buruan itu sudah terlalu jauh dari jangkauan. Setelah memotong jalan
kembali ke Central Avenue, Nancy masih melanjutkan pengejaran
sejauh duabelas blok. Tetapi baik dia atau Ned tidak berhasil mengejar
pemotret gadungan berambut pirang keperak-perakan itu bersama
mobil touringnya.
"Sudahlah, kalau orang itu memang benar-benar penting dalam
perkara itu, barangkali aku akan melihatnya lagi," kata Nancy
menghibur diri.
"Dan apa yang kulihat di hadapan sana adalah kedai minum,"
kata Ned. "Aku sarankan kita singgah sebentar dan bergembira
dengan air soda atau susu kocok. Bagaimana?"
"Kedengarannya menyenangkan," Nancy tertawa, lalu berjalan


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke pinggir dan memarkir mobilnya.
Setelah mereka duduk di dalam kedai itu dan memesan
minuman, Ned menyatakan: "Sungguh istirahat yang menguntungkan
dapat melihatmu, Nancy. Mungkin karena telepati! Aku menelepon ke
rumahmu tadi, tetapi Hannah mengatakan kau pergi. Aku hendak
mengundangmu makan nanti malam. Kau bersedia?"
"Tentu saja, aku senang sekali, Ned. Aku sangat gembira kau
telah kembali," jawab Nancy dengan senang hati.
Waktu ini adalah liburan musim panas bagi Ned Nickerson
yang kuliah di Emerson College.
"Aku baru saja ditawari suatu pekerjaan di musim panas, di
sebuah perusahaan periklanan," ia melanjutkan. "Tetapi aku belum
yakin apakah akan aku terima. Pekerjaan itu mengenai survei
pemasaran .... kau tahu, menyelidiki apakah orang-orang mau
membeli suatu barang tertentu ataukah tidak, dan apa yang harus
dilakukan untuk meyakinkan mereka."
"Kedengarannya sangat menarik. Aku pun menangani dunia
periklanan, dalam misteri yang terakhir yang kucoba untuk
memecahkannya."
Sementara mereka memunggu pesanan, Nancy menceritakan
kepada Ned beberapa rincian tentang peristiwa yang aneh dalam iklan
majalah yang telah mengganggu Dallas Curry. Tidak ada yang dapat
menduga bagaimana jurupotret berambut pirang dan bertubuh
ramping itu ikut ambil bagian dalam perkara itu.
Ketika mereka menyedot susu kocok mereka, Nancy
melukiskan beberapa tata susun foto yang tidak biasa, yang
dituduhkan sebagai dijiplak oleh Curry. Pembicaraan kemudian
beralih ke acara komersil televisi. Tiba-tiba Nancy teringat akan
misteri kaset video yang telah dikirimkan kepadanya. Nancy
menceriterakan kepada Ned, lalu bertanya:
"Engkau, toh, tidak mengirimkannya kepadaku, bukan?"
"Tidak! Aku tahu engkau tidak menyukai musik rock, Nancy,"
katanya. "Barangkali saja George atau Bess telah mengirimkan
dengan maksud bergurau!"
Nancy mengangguk. "Aku akan menanyakan kepada mereka."
Setelah mereka menghabiskan minuman, Nancy dan Ned
berjalan kembali ke sedan sport biru. "Dapatkah aku menurunkan
engkau di sesuatu tempat, Ned?"
"Ya untuk tidak berbelit-belit, sebenarnya perusahaan
periklanan yang menawarkan pekerjaan kepadaku itu bertempat
beberapa blok dari sini. Orang yang berbadan tinggi tegap itu melihat
ke jamnya. "Mereka meminta hadir untuk wawancara, jam tiga. Jadi
aku dapat mencari tumpangan ke sana, jika engkau hendak menuju ke
Park Street."
Nancy tersenyum. "Ke mana pun kauinginkan, tuaaaan!"
Beberapa menit kemudian ia menghentikan mobilnya untuk
menurunkan Ned.
"Terimakasih, sampai nanti malam!" ia melambaikan tangannya
sebelum berjalan ke gedung perkantoran.
Nancy menjalankan mobilnya pulang ke rumah dan sangat
gembira hatinya melihat Bess Marvin dan George Fayne menunggu
kedatangannya. Mereka saudara sepupu, tetapi kedua gadis itu
menampakkan paras yang berlainan. Bess berambut pirang dan agak
gemuk, sedang George adalah seorang gadis bertubuh langsing dan
atletis dengan potongan rambut pendek warna gelap.
"Inilah dua serangkai yang paling kuingini untuk bertemu!"
seru Nancy menjumpai mereka di ruang tamu.
"Ya, sangat senang mengetahui kalau kami dinantikan," kata
George sambil memberi isyarat kepada Bess.
"Yaa, dinantikan untuk apa?"
Saudara sepupunya itu menghabiskan gula-gula yang
dikunyahnya dan membuang bungkusnya.
"Untuk suatu hal; mengajukan kepada kalian berdua sebuah
pertanyaan," jawab Nancy. "Apakah salah seorang dari kalian
mengirim kaset video kepadaku?"
Dari raut muka mereka yang kebingungan, Nancy tahu bahwa
teman-temannya itu tidak mengirimkannya, walau keduanya tidak
menggelengkan kepala menyanggah. Nancy lalu menceritakan
bagaimana bungkusan itu datang tanpa nama dan alamat pengirim,
dan bagaimana setelah kaset itu diputar dalam video recorder ternyata
berisi serangkaian rekaman video musik rock.
"Wuaaah, aneh," gumam George.
"Memang aneh," Bess menimpali. "Boleh kami melihatnya,
Nancy?"
"Oo, nanti aku akan memutarnya untuk kalian.... itu sebuah
janji. Tetapi yang pertama, apakah kalian mau menemaniku berjalanjalan .... bersedia?"
"Tentu, dengan senang hati sedikit berolahraga," kata George.
Bess, sebaliknya mengeluarkan erangan sedih. "Ah, tidaaak.
Kalau, ?berjalan? adalah sebutan terhormat untuk perjalanan, aku di
luar hitungan."
"Ayolah, maniiis!" Nancy meminta.
Dalam keadaan begini George mencela dengan tegas. "Dengar,
sepupuku yang genduuut. Engkau lebih perlu berolahraga dari pada
kami. Maka, ayolah, jadilah seorang olahragawan!"
Akhirnya Bess menyetujui. Cepat-cepat Nancy berganti pakaian
jean dan sepatu tanpa tali. Kemudian ketiga gadis-gadis itu naik ke
mobil Nancy dan menuju ke arah timur, keluar kota.
"Apa-apaan semua ini, Nancy?" tanya George, menduga sebuah
misteri. Selagi ia menjalankan mobilnya sepanjang Possum Road,
Nancy menceritakan kepada kedua sahabat kentalnya itu tentang
menghilangnya Clare Grant secara aneh. Ia juga mengemukakan pada
waktu melewati rumah keluarga Fyfe, di mana aktris muda itu tinggal
sebelum menghilang.
Nancy segera berhenti di tempat di mana jalan setapak bekas
tambang batu bara dari dalam hutan hingga memotong ke Possum
Road. "Inilah satu ujung dari jalan yang menurun dekat bekas
tambang yang kukatakan tadi," Nancy menjelaskan. "Aku ingin
menelusuri jalan dalam hutan ini sampai ke Highway 19 dan mencari
petunjuk-petunjuk."
Meski kurang senang pada perjalanan ini, Bess akhirnya
menyambut gembira usaha penyelidikan ini.
"Wah, pasti mendebarkan hati," ia menghela napas, "jika kita
temukan beberapa petunjuk yang memungkinkan engkau menangkap
basah para penculik itu, Nancy."
"Aku yakin dapatkalau dia diculik orang," George
menambahkan lebih berhati-hati.
"Benar, itu masalah penting," Nancy sependapat. "Sebagai
salah satu dari dua cara. Sebuah situasi penuh teka-teki. Kalau Clare
Grant itu diculik, mengapa ia tidak berteriak meminta tolong atau
melakukan perlawanan? Tetapi di pihak lain, mengapa ia pada larut
malam itu menurut saja pergi, justru pada waktu menunggu
kedatangan seorang temannya yang akan berkunjung."
"Waduh, kedengarannya seperti sebuah misteri yang benarbenar mengherankan!" kata Bess ketika turun dari mobil.
"Kalian juga akan tahu mengapa kita harus berjalan kaki," kata
Nancy. "Aku khawatir bahwa jalan dari batu bara itu terlalu kasar dan
tidak rata untuk dilalui mobil."
"Benar katamu," George setuju, "engkau hanya merusakkan
pegasnya saja."
Gadis-gadis itu mulai melintas tanah rumput yang menjorok
menyambung ke jalan dan segera mereka memasuki daerah hutan.
Ketiganya bernapas dalam-dalam dan menikmati udara segar di
lingkungan hutan selagi berjalan kaki melewatinya. Udara sejuk dan
dilatar burung-burung yang bersiul dan menyanyi.
"Benar-benar menyenangkan!" kata Bess, kedengaran sedikit
keheranan.
"Lihat itu apa yang kukatakan kepada kalian?" kata George
menyela. "Kalau kalian lakukan hal-hal semacam ini lebih sering,
kalian betul-betul seperti telah berlatih olahraga."
"Huh!" Bess mencibir ke saudara sepupunya, namun ketiganya
meledak tertawa.
Ketika mereka melewati tambang batu, Nancy menunjuk ke
beberapa bekas tapak kaki yang nampak di tanah berlumut, dan juga
bekas roda kendaraan.
"Melihat bekas roda itu dapatkah kau tentukan mobil atau truk
atau apa saja itu datang dari Highway 19 dan kembali di atas jalan
yang sama?" George menanyai Nancy.
"Itu seperti yang nampak," anak belasan tahun itu menyahut
dan mengangguk, "sebab bekas roda itu menyambung ke jalan batu
bara pada sisi di situ dari bekas tambang. Kalau bekas roda itu
menyambung ke jalan batu bara pada sisi yang menuju ke rumah, aku
dapat membuat dugaan kendaraan itu datang dari Possum Road.
Tetapi kita harap saja kalau kita menelusuri jalan itu lebih jauh kita
akan sampai pada suatu petunjuk yang dapat membantu kita untuk
mengenalinya."
Seperempat kilometer melewati bekas tambang, ketiga gadis itu
sampai ke sebuah jembatan tua di atas sungai Possum Creek.
Bess berhenti dengan perasaan takut. "Wuah, nampaknya
jembatan itu tidak kuat lagi."
"Engkau benar, jembatan itu sudah usang." Nancy menyetujui.
Biasanya sungai itu mengalirkan arus air yang kecil berbuih,
tetapi hujan lebat pekan yang lalu membuat air meluap dengan
menyembur.
"Lhoo," Bess menahan napas, memberanikan diri untuk datang
lebih dekat ke jembatan itu dan melongok ke bawah, ke air berlumpur
yang mengalir deras.
Setelah mengamati jembatan itu Nancy melihat bahwa banjir di
sungai itu telah meruntuhkan tiang-tiang jembatan sehingga menjadi
rapuh. "Kiranya lebih baik kita kembali saja," ia memutuskan. "Sangat
berbahaya menyeberangi jembatan ini."
Tetapi George melangkah langsung ke atas jembatan, sambil
berkata: "Ayooo, jangan seperti kucing yang penakut! Aman berjalan
di jembatan ini." Begitu ia selesai berucap, jembatan itu bergeretak
merisaukan, dan roboh. Dengan berteriak keras George jatuh tercebur
ke dalam arus air yang mengalir laju di bawah.
6 Peringatan di Kaca Depan Mobil
Nancy dan Bess terengah-engah ketakutan, tetapi tepat pada
waktu itu George berusaha menjambret sebuah papan yang patah
namun masih menggantung pada jembatan. Dengan kedua belah
tangannya ia menjulurkan kepalanya dan berserah kepada nasib,
George berjuntai dalam bahaya di atas air sungai yang meluap karena
hujan lebat.
"Gadis yang baik," seru Nancy setelah dapat bicara lagi. "Aku
akan menarikmu ke atas. Awas jangan terhanyut!"
"Baik," George bergemetaran menyahut tegang, "Tetapi . . .
ayooo . . . cepat sedikit!"
Dengan merunduk dan merangkak Nancy berjuang untuk
mendapatkan apa yang tersisa dari sisi samping jembatan, bersiap-siap
untuk menjulurkan badan ke bawah dan menjambret pengelangan
tangan temannya.
"Ah, Nancy, hati-hatilah," Bess meminta dengan gemetar
"Jangan cemas, kukira aku dapat menjangkaunya. Tetapi jika
aku tidak dapat menjangkaunya, kau pegangi pergelangan kakiku dan
menahannya ke belakang."
Untunglah seorang nelayan yang melihat kejadian itu dari tepi
sungai segera lari menuju mereka untuk memberikan pertolongan.
"Peganglah erat-erat, nona," serunya. "Kami akan mengangkatmu ke
atas dengan selamat." Ia merunduk ke tepi jembatan yang patah di
samping Nancy dan bersama-sama mereka menarik George dengan
selamat. "Oh, oh," George bernapas pendek-pendek ketika ia duduk
terkulai. "Apa yang ditakutkan terjadi, ketika jembatan itu roboh di
bawah kakiku!"
"Sebuah tanda peringatan seharusnya yang pertama yang perlu
dibuat pagi ini," kata nelayan itu jengkel. "Aku melihat ketika mulamula aku datang kemari bagaimana reyotnya jembatan ini. Badai yang
merusaknya. Beberapa tiang jembatan itu telah rapuh kukira, dan
tenaga dahsyat dari banjir itu menyebabkan tiang-tiangnya patah."
"Dan kukira aku seorang yang tidak waras untuk memberanikan
diri ke atas jembatan yang sudah demikian keadaannya." George
komat-kamit mengaku salah. "Terimakasih banyak kepada kalian
berdua yang telah menyelamatkan aku."
"Yaah, terimakasih kembali, nona muda," Nelayan itu
menyeringai dengan tenang sambil melihat George yang dilanda rasa
penyesalan. "Hendaklah berterima kasih kepada teman-temanmu,
sedang aku hanya secara kebetulan datang menolong. Kalau seorang
diri mencoba untuk menyeberangi jembatan itu, tentu kejadiannya
akan lain."
Sambil tertawa, Nancy menambahkan ucapan terimakasihnya
kepada nelayan itu atas pertolongannya. Nelayan itu lalu berjabatan
tangan dengan ketiga gadis tersebut dan kembali kepada gagasannya,
maka setelah berjanji untuk memberitahukan kepada polisi dan
pejabat binamarga agar sebuah rambu peringatan ditempatkan
sebelum hari menjadi gelap.
Hanya satu hal telah pasti, demikian pikir Nancy, tidak ada
sebuah kendaraan pun yang dapat melewati jembatan itu sejak pagi
buta. Ia pun teringat bahwa badai itu berakhir jauh sebelum tengah
malam, maka sejak waktu itu telah terjadi kerusakan pada jembatan
tersebut. Ketika gadis-gadis itu kembali berjalan menuju Possum Road,
Nancy merenungkan kemungkinan yang dapat disimpulkan dari
penemuan ini tentang menghilangnya Clare Grant. Untuk satu hal,
yaitu jika tidak ada kendaraan yang menyeberangi jembatan, maka ini
berarti bahwa mobil yang misterius itu harus datang tidak dari arah
Highway 19 melainkan dari Possum Road, dan harus meninggalkan
hutan itu menuruti arah yang sama.
Ketika ia kemukakan kesimpulan ini kepada kedua temantemannya, maka Bess menunjukkan wajah kebingunan. "Lalu apa
kesimpulanmu dengan bekas-bekas roda, Nancy?" ia bertanya.
"Engkau sendiri telah mengatakan bahwa mereka menuju ke bekas
galian tambang dari sisi Highway 19."
"Itu benar, Bess. Dan mereka kembali dari bekas galian
tambang ke jalan batu bara pada sisi yang sama. Tetapi, apakah tidak
kaulihat? Kalau pengemudi itu benar-benar datang dan pergi melalui
jalan itu, ia dan kendaraannya harus berhenti di Possum Creek."
"Haaa! Aku tahu yang kaumaksudkan, bahwa jembatan itu
tidak roboh sebelum George mencoba menyeberanginya."
"Tepat!" Nancy mengangguk. "Untuk itu kita tahu bahwa
pengemudi dengan sengaja hendak mengelabui kita, atau hendak
mengelabui siapa pun agar masuk ke dalam hutan mencari Clare
Grant."
"Lalu apa lagi kesimpulanmu dari dugaan itu, Nancy?" George
mempertentangkan.
Gadis detektif itu diam sejenak sebelum menjawab.
"Kukatakan, mungkin akan sangat penting," ia memikir, "yaitu
berarti bahwa Clare Grant dan para penculiknya . . . kalau ia diculik...
masih tetap di sekitar River Heights!"
Mata Bess membelalak heran. "Maksudmu bersembunyi di
suatu tempat?"
Nancy berkecap dan mengangkat bahu. "Sebenarnya aku sendiri
tidak tahu apa yang kumaksudkan .... sekarang ini. Aku pun tidak


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani menduga-duga bagaimana dan mengapa Clare Grant
menghilang. Tetapi setidaknya sekarang ini kita tahu sedikit lebih
banyak dari pada ketika kita memulai bergerak."
Sambil berjalan di sepanjang jalan bekas tambang batu bara tiga
sekawan itu kembali melewati bekas galian tambang, dan beberapa
menit kemudian sampai ke tempat di mana rumpun pepohonan mulai
menipis. Ketika mereka melintas tanah rumputan yang menjorok ke
Possum Road, George menunjuk ke sedan sport biru yang manis
bentuknya di pinggir jalan. "Lihat Nancy! Seseorang telah
menyelipkan sesuatu pada kipas kaca mobilmu."
Nampaknya seperti kertas yang terlipat. Nancy bergegas ke
mobilnya untuk melihat kertas apa itu, sambil terheran-heran siapa
gerangan telah meninggalkan pesan tersebut. Ia menarik kuat-kuat
kertas itu dari jepitan daun kipas, membukanya dan wajahnya yang
cantik itu mendadak-sontak berubah menjadi berkerut dalam
kesulitan.
"Ada sesuatu yang tidak beres?" tanya George. Nancy
menyerahkan kepada George kertas itu dan Bess. Tertulis sepasang
singkatan: C.G. dan N.D. Sebuah garis tebal digoreskan pada setiap
huruf-huruf singkatan tersebut.
"Aku tidak tahu artinya," ujar George. "Oh tidak, tunggu
sebentar! .... Apakah C.G. itu singkatan dari Clare Grant?"
"Tentu!" Bess memotongnya dengan gembira. "Dan N.D.
singkatan dari Nancy Drew!"
"Lalu apa maksud garis-garis yang dicoretkan di atas singkatansingkatan itu?" George bertanya dengan perasaan tidak enak.
Nancy mengangkat bahu. "Kukira dapat diartikan bahwa Clare
Grant telah disingkirkan, dan bahwa aku mungkin orang berikutnya
untuk . . . disingkirkan. Paling tidak itulah yang diinginkan oleh
seseorang untuk kita bayangkan."
"Wa-uwaah!" Pipi Bess yang gempal itu nampak menjadi
pucat. "Nancy, apa engkau berketetapan untuk terus menangani
perkara ini? Apakah tidak sebaiknya engkau minta polisi saja yang
mencari Clare Grant?"
Namun senyuman Nancy tetap menyejukkan, walau jantungnya
berdegup lebih keras dari pada sebelumnya. "Kau barangkali lupa,
Bess, bahwa justru pihak polisilah yang memanggilku pertamakali,"
"Tetapi mereka tidak menyadari bahwa dengan begitu
membiarkan engkau dalam bahaya!"
"Meski begitu, aku tak ada pikiran sama sekali membiarkan
diriku ditakut-takuti demikian. Ayolah, kita kembali ke kota sebelum
kita menjadi luluh."
"Aku mendukung gerakanmu!" kata George.
Nancy menaiki kembali mobilnya, menyalakan AC ketika
gadis-gadis itu menuju kembali ke River Heights.
"Bukankah itu yang kaukatakan rumah di mana Clare Grant
tinggal?" Bess meminta keterangan beberapa menit kemudian begitu
mereka lewat rumah elok milik keluarga Fyfe.
"Benar," jawab Nancy dan melihat bahwa mobil van warna
merah putih kini diparkir di jalan masuk. Mobil itu bertanda nama dan
singkatan dari stasion televisi setempat, dan di bawahnya dengan
huruf-huruf tebal tertulis: BERITA VIDEO.
"Nampaknya perkara misterimu yang terakhir ini pun menjadi
berita besar, Nancy," George mengemukakan.
"Begitulah." Nancy tidak yakin benar apakah perlu menyambut
ataukah menyesali perkembangan ini. Adalah terlalu pagi untuk
mengatakan apakah ini mungkin akan merintangi penyelidikannya . . .
ataukah barangkali memberi informasi, bahkan bantuan kepadanya
untuk membongkar misteri ini.
Tiba-tiba pikirannya terputus ketika mobilnya mulai bergoyang
dan bergedebukan. Roda kemudi pun mulai bergoyang di tangan
Nancy. Ia mencengkeramnya kuat-kuat untuk menjaga agar mobilnya
tetap di atas jalan.
Bess berteriak ketakutan ketika gedebukan dan goncangannya
terus berlangsung.
"Apa yang terjadi?"
"Tak tahulah," jawab Nancy pendek. "Rupanya ada sesuatu
yang kurang beres dengan mobil ini."
"Aduh, celaka!" Bess merengek. "Barangkali orang yang
menyelipkan pesan di kaca mobil tadi telah merusak mobil sementara
kita berada di dalam hutan. Berhentilah, Nancy, atau mungkin segera
meledak!" .
7 Tipuan Pengecut
"Bess, tenanglah! Kita akan baik kembali," kata George yang
duduk di bangku belakang.
Ia menggeser maju dan menepuk pundak sepupunya. Sementara
itu Nancy mulai menggunakan remnya. Sesudah membawa mobil itu
sedikit demi sedikit selembut mungkin untuk berhenti. Lalu ia keluar
dan memeriksa apanya yang kurang beres. Ban depan kiri tidak apaapa, tetapi ban depan kanan ternyata kempes.
"Ban ini bocor," ia menyatakan dengan menyeringai masam ke
arah teman-temannya.
Kini kedua temannya ikut turun.
"Apa kita coba menggantinya?" George bertanya.
"Belum perlu, kukira anginnya masih cukup sehingga aku dapat
menjalankannya lambat-lambat, itu tidak akan merusak rodanya. Di
tengah jalan kita mungkin akan melewati sebuah pom bensin.
Mungkin tidak berapa jauh di depan. Kalau aku tidak salah di suatu
tempat di pinggir kota."
Tiga sekawan itu kembali menaiki mobil, dan dengan hati-hati
Nancy menjalankannya. Bess melemparkan senyum lemah kepada
kawan-kawannya. "Maaf, aku telah mengadakan pesta ramai-ramai
semacam itu ... . yaaa, kukira sesuatu telah membuatku gugup,
teristimewa setelah ada pesan yang menakutkan yang kita temukan di
kaca mobil."
Nancy berkecap-kecap dengan perasaan simpati.
"Jangan cemas, aku tahu apa yang kaumaksud, Bess.
Sebenarnya, hal itupun membuat aku cemas juga."
Untunglah mereka segera tiba di sebuah bengkel mobil. Nancy
membelokkan mobilnya ke sana.
"Ada yang perlu kubantu, nona?" pelayan yang berlumuran
minyak namun nampak gembira itu bertanya kepada Nancy yang telah
turun dari mobilnya.
"Kuharap begitu," jawab Nancy dengan senyum penuh
kekesalan. "Seperti kaulihat, ban mobilku bocor."
Kedua gadis yang lain turun pula ketika pelayanan menarik
sebuah dongkrak ke ujung depan mobil. Sebelum mengangkat naik
roda kanan, pelayan itu membungkuk untuk membuka dop roda dan
melepas mur-murnya.
"Oh, oh," tiba-tiba pelayan itu berseru. "Inilah yang mungkin
menyebabkan kesulitan kalian. Lihat ini!"
Ia menunjuk ke pentil ban. Nancy menghela napas karena rasa
kecewa dan jengkel ketika ia melihat menonjolnya ujung sebuah
batang korek api. Batang korek api itu telah disumbatkan sedemikian
rupa untuk membuat pentil ban itu terbuka dan meloloskan udara
sedikit demi sedikit mengalir keluar dari dalam ban.
"Nampaknya seperti seseorang melakukan tipuan licik
terhadapmu, nona," kata pelayan itu. "Sungguh jahat!"
"Baik, dapatkah engkau menambah pompaan kepada ban
itu...?" Nancy memutuskan ucapannya, kemudian berkata tegas:
"Tidak, tunggu. Kupikir lebih baik kaupasang roda serep. Barangkali
aku telah merusak ban itu pada waktu aku menjalankan mobil dalam
keadaan ban kempes."
"Baik," kata orang itu sambil mengangguk. "Dan kalau engkau
ingin tinggalkan ban ini padaku, akan kuperiksa . . . dan juga
memasang pentil baru kalau yang ini rusak. Engkau dapat
mengambilnya lagi bila ada waktu luang."
"Itu pun baik. Aku memang sedang sibuk," kata Nancy sambil
melihat jamnya. Ia menyadari harus segera pulang ke rumah dan
berganti pakaian untuk kecan makan malam, jika ia ingin sudah siap
kalau nanti Ned datang menjemput.
Tiga sekawan itu segera berada di jalan dengan ban serep
menggantikan ban yang bocor. Kini tidak ada waktu lagi untuk
memutar kaset video kepada kedua temannya, maka Nancy
menurunkan mereka di rumah masing-masing, dan beberapa menit
kemudian berhenti di jalan masuk rumah keluarga Drew.
Sesudah bicara dengan Hannah tentang makan malam ayahnya,
Nancy berjalan tergesa-gesa ke atas untuk menyegarkan tubuh dan
berganti pakaian untuk kencannya dengan Ned. Ia baru saja datang
dan berdiri di kaki tangga sambil melihat ke atas, kepada sang kekasih
yang turun mengenakan pakaian musim panas dari katun warna putih,
dengan rambutnya yang merah berkilau karena disisir pada menitmenit terakhir.
"Aku kelupaaan sesuatu!" Ned mengemukakan.
"Apa yang ketinggalan?"
"Alat potretku!"
Nancy tersenyum ketika ia meraih untuk memegang tangannya.
"Kupikir kita mencicipi masakan Chan malam ini, Nancy," ia
melanjutkan ketika sampai di pintu. "Tetapi jika masakan Cina tidak
menggoyangkan lidahmu, kita pergi ke mana saja yang enak," Ned
tersenyum ketika ia dibantu masuk mobil. "Aku sudah lama tidak
merasakan moo-goo-gai-pan, dan aku sangat menyukainya."
"Bagus. Jadi ke rumahmakan Chan. Kita berangkaaaat!"
**********
Selagi menikmati kelezatan makan malam dan menghirup teh
Cina, Ned menceritakan kepadanya tentang wawancara pekerjaannya
siang itu dan kemudian mereka memperbincangkan perkembangan
terakhir tentang menghilangnya Clare Grant.
Waktu menunjukkan sepuluh tigapuluh malam itu ketika Nancy
tiba di rumah. Nancy melangkah ke pintu depan rumahnya sesudah
mengucapkan selamat malam kepada Ned, ia heran melihat Carson
Drew duduk di ruang tamu. "Ayah, aku senang ayah belum tidur.
Ayah masih ada waktu untuk kita omong-omong?" tanya Nancy
sambil memerosotkan diri ke atas sofa yang empuk di seberang kursi
Carson Drew, lalu menendang lepas sepatunya.
"Tentu," jawab ayahnya. "Hannah telah mengatakan bahwa kau
pergi makan malam bersama Ned. Apakah semuanya
menyenangkan?"
"O, indah! Kami pergi ke rumah makan Chan dan makan begitu
lahap sehingga harus menggelinding ketika keluar dari sana."
Keduanya bercakap-cakap dan untuk beberapa lama saling
menggoda. Akhirnya Carson Drew berkata: "Nah, sekarang, ada
sesuatu yang ingin kauperbincangkan?"
Nancy mengangguk dan mulai mengemukakan kepada ayahnya
perkembangan terakhir perkara Clare Grant. Tetapi ia menyadari
bahwa tidak enak menunda apa yang kemudian harus di katakannya.
"Hal lain, ayah . . . aku tahu bagaimana ini harus dikatakan,
tetapi .... yaaah, karena alasan tertentu aku tidak menyukai Dallas
Curry. Di tengah jalan untuk makan siang tadi itu, aku sebenarnya
merasa cemas bahwa mungkin aku menunjukkan bagaimana
perasaanku tentang mencuri buah pikiran orang lain."
Raut muka Carson Drew menjadi agak suram dan alis matanya
mengerut, menampakkan keprihatinan.
"Apakah itu membuatmu marah, ayah?"
"Harus kauakui sedikit, sayang," Ia menghela napas, berpikir.
"Perasaan mungkin berdasarkan pada beberapa reaksi naluriah yang
mendalam, atau katakanlah intuisi kewanitaan dalam hal mana dapat
diartikan bahwa klienku itu bersalah."
Carson Drew lalu duduk terpekur sedih dalam hati sejenak.
Tiba-tiba ia menepukan telapak tangannya di lengan kursinya dan
tersenyum kepada Nancy. "Tak apa, Dallas Curry itu langgananku,
dan itu terserah kepadaku untuk melakukan apapun guna
membuktikan ketidaksalahannya."
Nancy pun bangkit dan menyerbu serta memeluk ayahnya.
"Aku sangat senang. Karena aku sama sekali tidak mengerti mengapa
timbul perasaan seperti ini. Seperti yang kukatakan kepadamu, semua
itu muncul di dalam pikiran ketika mengendarai mobil untuk makan
siang .... dengan perkataan lain, aku sudah membentuk pendapat
sebelum mendengar semua fakta-fakta dalam perkara, itu...gila!"
Carson Drew bangkit dan mencium anak gadisnya. "Gila atau
tidak, janganlah mencemasinya malam ini," ayahnya berkata, lalu
menggodanya kembali. "Hari sudah larut, dan aku ingin tidur
nyenyak. Kuharap engkau pun demikian."
"Persis seperti yang kupikirkan, ayah," Nancy berkecap-kecap.
**********
Keesokan paginya, Nancy sarapan seorang diri. Carson Drew
telah pergi ke kantor, dan Hannah ada di bawah, di kamar setrika.
Nancy sarapan telur rebus dan meneguk sari jeruk sambil menonton
acara televisi. Berita tentang menghilangnya Clare Grant merupakan
berita besar dalam warta lokal.
Penyiar yang terakhir baru saja selesai berbicara ketika ada
orang mengetuk pintu kasa di dapur.
"Ada orang di rumah?"
"Bess, tepat waktunya untuk bergabung sarapan denganku kata
Nancy sambil bergegas membuka kunci pintu.
Bess menyelinap masuk rumah. "Oh, aku baru saja makan.
Tetapi aku haus, mau minum sari jeruk saja. Kukira itu tidak
bertentangan dengan dietku, bukan?"
Nancy menyeringai. "Tidak ada salahnya!" Ia lalu menarik
kursi dan meletakkan gelas dan cawan yang bersih di depan Bess.
Kemudian memberi isyarat ke arah sebuah ceret berisi sari jeruk
dingin. "Ambil sendiri."
"Baik, apa rencanamu hari ini?" Bess bertanya setelah dua
tegukan. "Bolehkah aku membantumu pada perkaramu yang terakhir,
atau kau ingin pergi melihat-lihat di toko?"
"Sebenarnya aku merencanakan itu untuk melapor kepada
Pamela Kane hari ini, yaitu tentang apa yang kita temukan dari
perjalanan penyelidikan kita di dalam hutan," jawab Nancy. "Oh, ya...
kini aku teringat. Maksudku, aku akan menelepon Kepala Polisi
McGinnis pagi ini. Maaf,sebentar Bess."
Nancy belum merasa pasti dalam pikirannya apakah Clare
Grant menghilang dari rumah keluarga Fyfe sesuai keinginannya
ataukah ia telah diculik dengan kekerasan. Tetapi mungkin ada jalan
lain untuk mencek salah satu dari kemungkinan-kemungkinan yang
ada. Ia memutar nomor Markas Besar Polisi, dan segera suara
Kepala Polisi McGinnis datang dari ujung yang lain.
"Selamat pagi, Nancy. Ada yang dapat kubantu?"
"Pak, apakah mungkin memperoleh keterangan dari perusahaan
taksi di sekitar sini kalau-kalau ada salah seorang sopirnya yang
ditumpangi seorang wanita, baik di Possum Road atau di suatu tempat
di pinggir kota River Heights selama beberapa jam pada Senin pagi
kemarin?"
"Tentu, tak ada masalah. Kau sedang memikirkan Clare Grant,
ya?" "Benar. Apapun yang terjadi padanya, kini aku harus percaya ia
berangkat atau dibawa orang pergi lewat Possum Road, dan tidak
lewat tengah hutan menuju ke Highway 19." Lalu Nancy
menceritakan jembatan di atas sungai Possum Creek yang telah begitu
rusak dilanda banjir tidak dapat dilalui sebuah kendaraan.
"Hasil yang baik, Nancy," kepala polisi itu memberi selamat.
Akan kuteruskan informasi itu kepada Detektif Hoyt, dan kau akan


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuberitahukan begitu aku dapat kabar dari perusahaan taksi."
Nancy dan Bess lalu dengan cepat membersihkan meja makan,
mencuci dan melap piring. Kemudian setelah memberitahukan
Hannah kalau ia akan berangkat, kedua gadis itu segera naik mobil
Nancy menuju Possum Road.
Ketika mereka sampai di pompa bensin di mana ia tinggalkan
ban mobilnya yang bocor untuk diperbaiki, Nancy menjalankan
mobilnya masuk.
"Kita ambil saja bannya apabila sudah selesai." Dan memang
sudah selesai. Ebukulawas.blogspot.com
Sebuah pikiran tiba-tiba melintas masuk di benak Nancy, ketika
ia membayar ongkosnya kepada pelayan itu.
"Engkau tahu seseorang di sekitar sini yang memiliki kendaraan
yang mogok?" ia bertanya.
Anak muda itu merenung sebentar. "Tidak, aku tidak tahu
apakah seseorang begitu saja . . . paling tidak bukan langgananku."
Kemudian orang itu memandang ragu-ragu kepada remaja putri yang
berambut merah keemasan itu. "Katakan, apakah engkau Nancy Drew,
si detektif itu?"
Nancy tersenyum dan mengangguk.
"Kukira aku mengenalimu!" katanya. "Eh, bukankah engkau
sedang menangani perkara menghilangnya Clare Grant? Aku baru saja
mendengar hal itu dari aeara televisi pagi ini."
"Ya, benar. Apakah wanita itu pernah datang di pompa bensin
sini?" tanya Nancy.
"Ya tentu, sudah beberapa kali. Itu sebabnya engkau
menanyakan kendaraan tidak di jalan? Maksudku apakah itu ada
hubungannya dengan peristiwa yang kautangani?"
Nancy ragu-ragu, lalu memutuskan untuk mengungkap sebuah
petunjuk. Ia mengatakan kepada pelayan pompa bensin itu tentang
jejak roda dekat bekas tambang di dalam hutan, yang rupanya dibuat
pada malam yang sama ketika aktris itu menghilang.
Pelayan itu nampak terkejut. "Barangkali itu bekas roda truk
bengkelku."
8 Bukti Berlumpur
Nancy terkejut mendengar jawaban pelayan pompa bensin.
"Bagaimana engkau tahu?" tanyanya.
Orang itu menyeringai dan mengangkat bahu. "Yaa, kukira
mungkin engkau akan mundur kalau aku sedang main detektifdetektif, atau paling tidak menambahkan dua dengan dua."
Ia lalu menunjuk ke truk bengkel, sebuah pikap kecil persneling
ganda. "Ketika aku menutup bengkel ini Sabtu malam, aku tinggalkan
mobil itu diparkir di sana . ... di bawah atap terpal. Tetapi mobil telah
kucuci sebelum berangkat, maka semua bagus dan bersih. Lalu ketika
aku datang untuk membuka bengkel ini kemarin pagi, mobil itu penuh
dengan lumpur."
"Sungguh aneh," kata Nancy.
Pikap itu masih tetap kotor, di rodanya dan bagian bawah
melekat lapisan warna keabu-abuan dari lumpur yang telah mengering
dan mengeras. Rupanya pelayan bengkel itu belum lagi mencuci
kendaraan tersebut.
"Apakah pikap ini dikunci?"
"Yaap. Aku selalu berhati-hati dengan mengunci kendaraan itu.
Tentu tidak ada masalah bagi seorang ahli pencuri mobil. Ia dengan
mudah dapat membuka pintu dan menyambung kunci kontak tanpa
kesulitan sama sekali."
Selagi mereka berbicara, Nancy berjalan menghampiri truk
kecil itu. Ia ingin memeriksa lebar dan dalamnya kembangan bannya.
Melihat arah perhatian gadis detektif itu, si pelayan pompa bensin
meneruskan percakapannya.
"Pikap itu telah dikendarai cukup keras. Engkau lihat
bagaimana kembangan-kembangan ban itu penuh lumpur."
Nancy mengangguk penuh pikiran. "Ya, itu kulihat." dalam
selintas saja ia melihat bahwa pola kembangan-kembangan ban itu
cocok dengan tapak bekas roda di dalam hutan, yang terdapat di jalan
bekas batu bara sampai ke bekas tambang dan kembali.
"Apakah beberapa orang teman atau .... mungkin anak-anak
belasan tahun dapat melakukan hal itu untuk senda-gurau?"
Pelayan itu mengerutkan dahi dan menggelengkan kepala. "Aku
menyangsingkannya.Oo ya, mungkin juga kukira. Tetapi aku tidak
dapat memastikan begitu saja bila seseorang telah meminjam tanpa
memberitahu kepadaku."
"Di mana kau simpan kunci mobil itu?"
"Pada rencengan kunci dalam sakuku," Ia lalu menarik dari
dalam saku serencengan kunci dan memperlihatkan kepada Nancy.
"Dan masih ada kunci serep tergantung pada sebuah rak di balik pintu
. . . tetapi tentu saja bengkel itupun terkunci."
Dilihat dari ungkapan perasaan Nancy, maka diketahui bahwa
keterangan pelayan itu menarik.
"Apakah dugaanku benar? Kaukira apakah kendaraan itu yang
membuat jejak roda di dalam hutan?"
"Cukup memenuhi syarat!"
Bess Marvin tetap mengikuti pembicaraan antara Nancy Drew
dengan pelayanan pcrmpa bensin. Ketika kedua gadis itu berada lagi
di jalan, Bess berkata: "Waduh! Nampaknya engkau harus
menemukan petunjuk yang lain, Nancy! Apa yang hendak kaulakukan
untuk semuanya itu?"
"Aku tidak tahu pasti, Bess . . . tetapi yang sudah pasti aku
harus dapat menegaskan firasatku yang mengatakan bahwa kendaraan
itu datang dari Possum Road dan tidak dari Highway 19."
"Tetapi di mana gerangan kendaraan itu dapat membawa Clare
Grant?"
Nancy berkecap-kecap dengan muka masam. "Kalau saja aku
tahu jawabannya, Bess, maka sudah dekat bagiku untuk memecahkan
seluruh misterinya."
Ketika mereka berhenti di muka rumah keluarga Fyfe, beberapa
menit kemudian, mereka melihat sebuah mobil stationwagon merah
diparkir di jalan masuk.
"Apa mobil ini milik penghuni rumah ini?" tanya Bess.
Nancy menduga tidak, karena stationwagon nampak tidak baru
dan tidak juga terawat dengan baik. "Kukira Pamela Kane sedang ada
tamu," jawabnya.
Dugaannya ternyata benar. Ketika pembantu rumah, nyonya
Barrow, membukakan pintu ia berkata: "Seorang wartawati sedang
mewawancarai nona Kane. Tetapi ia melihat kalian dari balik jendela
ketika kalian tiba dan meminta aku mengantarkan ke sana."
Wartawati itu memutar tubuh dan tampak seperti seorang gadis
bertubuh manis, berumur sekitar duapuluh atau duapuluh satu tahun,
dengan rambut hitam lurus mengkilap serta potongan poni menutup
dahinya. "Ini Marcy Keech," Pamela memperkenalkannya kepada yang
baru datang. "Ia ingin menulis sedikit tentang hilangnya Clare Grant
dalam majalah Limelights."
"Ooo, ya?" Nancy sudah sering melihat majalah itu dijual di
supermarket. Sebuah majalah mingguan yang terutama memuat
masalah-masalah bisnis pertunjukkan perorangan. "Engkau salah satu
dari penulis redaksi?"
"Bukan," Marcy Keech nampaknya agak tersinggung dengan
pertanyaan itu. "Sebenarnya aku seorang mahasiswi jurusan junalistik.
Aku bekerja sebagai tenaga lepas untuk musim panas itu. Tetapi
redaktur majalah itu sangat terkesan dengan bakatku, itulah sebabnya
mengapa ia menugaskan menangani masalah ini. Bila aku berhasil
memecahkan perkara ini, yang sangat sulit, dan menjadikan itu berita
perdana mendahului berita-berita selanjutnya, redaktur majalah itu
menjajikan aku untuk menyebutkan gaji yang kuingini."
Bess membuka lebar-lebar matanya yang biru kekanak-kanakan
itu, "Wah-wah, kedengarannya sangat menarik, nona Keech. Apakah
kau dapat memecahkan apa yang terjadi dengan Clare Grant?"
"Ia telah diculik, itulah semua yang terjadi!" bentak Marcy
Keech. "Yang pasti dilakukan oleh orang profesional, baik oleh
pemeras dari suatu gerombolan, ataupun oleh buaya darat perorangan
yang mungkin ada hubungannya dengan usaha show-bis. "
"Ooo, jadi seperti cerita dalam film!" guman Bess, lebih
menyesakkan napas dari pada sebelumnya.
Tanggapan wartawati itu hanya mengangkat alismata dan
senyuman congkak. Nancy memaksakan sebuah senyuman, tahu
bahwa Bess hanya sekedar berkelakar atas ucapan angkuh gadis itu.
Dengan suara kuat ia lalu berkata:
"Barangkali engkau benar, nona Keech."
"Tentu saja benar! Apa ada penjelasan lain?"
Remaja putri itu mengangkat bahu, menolak untuk terlibat
dalam adu pendapat. "Aku ragu, aku belum mempunyai teori yang
pasti . . . kecuali bahwa jawaban itu berada lebih dekat dengan River
Heights dari pada yang kami pikirkan semula."
"Apa artinya itu?" Marcy Keech menantang.
Nancy agak ragu-ragu, tidak ingin membuat pernyataan kepada
pers sementara masih melakukan penyelidikan. Tetapi Pamela
memandangnya dengan cemas seakan-akan ingin sekali memperoleh
berita, maka kata Nancy sambil melangkah.
"Engkau ingat ketika kita memeriksa bekas-bekas roda
kendaraan di sekitar bekas tambang kemarin? Kita mengandaikan
kendaraan itu datang dari arah higway 19, lalu kembali lewat jalan
yang sama."
Pamela mengangguk, matanya yang coklat itu memandang
dengan penuh perhatian kepada Nancy lewat kacamatannya yang
berbingkai bak mutiara.
"Ya, lalu apa?"
"Rupanya kita salah?"
"Kemarin petang, Bess, aku dan seorang gadis lain memutuskan
untuk mencek lagi jalan bekas batu bara di dalam hutan itu antara
bekas tambang dan Highway 19. Kami berharap akan memperoleh
petunjuk-petunjuk lain. Tetapi jalan itu bersambung dengan sebuah
jembatan tua yang rusak akibat banjir pekan yang lalukenyataannya
jembatan itu telah begitu rapuh sehingga roboh pada waktu seorang
temanku mencoba untuk menyeberanginya. Maka, tidak mungkin
sebuah mobil menyeberangi jembatan itu hari Senin, dini hari."
Pamela Kane nampak bingung.
"Tetapi aku . . . aku tidak mengerti. Kalau kendaraan itu tidak
datang dari Highway 19, lalu apa yang hendak kaukatakan?"
"Bahwa kendaraan itu datang dari Possum Road!" jawab Nancy
dengan sabar. "Kenyataannya aku hampir dapat memastikannya,
bahwa kendaraan itu adalah pikap kecil dengan persneling ganda,
milik pompa bensin di tengah jalan ke kita. Ada jejak-jejak yang jelas
bahwa truk kecil itu diambil orang dari bengkel dan dibawa ke tanah
berlumpur akhir pekan yang lalu. Itulah sebabnya aku katakan
jawaban atas misteri itu berada lebih dekat ke River Heights daripada
yang kita duga semula."
Untuk sejenak Pamela berdiam diri sementara ia mencerna
berita itu. Kemudian ia meledak dalam kejutan, marah-marah. "Tidak!
Itu tidak masuk akal. Mengapa penculik itu membawanya kembali ke
mari di mana polisi sedang mencarinya dan bahwa di sini akan lebih
mudah untuk ditangkap?!"
"Pada saat ini gambar Clare Grant telah diterbitkan dalam surat
kabar dan disiarkan di TV, dan polisi mencari dia," Nancy
mengemukakan. "Aku sangsi kalau di tempat kejadiannya membuat
semuanya berbeda."
Nancy melanjutkan dengan menyebut cerita misteri yang
terkenal, The Purloined Letter, di mana penulisnya Edgar Allan Poe
mengemukakan apa keuntungannya menyembunyikan sesuatu yang
jelas kelihatan di tempat yang paling nyata, di mana para pencarinya
tidak perlu bersusah payah akan melakukan pencaharian.
Namun Pamela Kane menggelengkan kepala dengan keras,
karena rasa takutnya akan keselamatan temannya. Rupanya ia merasa
bahwa Nancy sangat mengabaikan bahaya yang mungkin menimpa
Clare. "Tidak, aku tidak peduli akan masalah jembatan itu," ia beseru
dengan suara menangis, "kau tidak pernah meyakinkan aku bahwa
Clare itu selamat-sentosa di River Heights sini! Aku telah katakan
kepadamu apa yang dia katakan dalam telepon bahwa dia telah
diancam ... ia tahu bahwa ia dalam bahaya, dan ia nampak ketakutan!"
"Mengapa seseorang di sekitar sini tega menculik seorang aktris
Broadway? Tidak, aku tidak dapat percaya?"
"Begitu pun aku," Marcy Keech menyela menghina. "Kalau kau
menanyakan aku, nona Drew adalah karena terbiasa di kota kecilnya
mencoba-coba secara iseng dan secara tidak ahli menangani misteri,
dan bahwa ia tidak menyadari adanya kejahatan yang lebih serius dari
hari ke hari."
Nancy mengangkat bahu dan menahan untuk menguasai diri
sambil menyangkal kecaman mahasiswi yang tidak sewajarnya.
"Kenyataan bahwa jembatan itu berbahaya justru berarti bahwa
seseorang dengan sengaja mencoba untuk mengalihkan perhatian
kita," katanya dengan tenang. "Engkau boleh saja menarik suatu
kesimpulan yang engkau inginkan, kukira. Tetapi kesimpulan yang
paling sederhana dan rupanya pasti adalah bahwa Clare Grant tidak
dibawa pergi dari River Heights."
Marcy Keech menanggapi dengan menghirup udara menghina.
"Itulah yang engkau ketahui," bentaknya. "Mungkin lebih baik engkau
lihat apa yang telah kutemukan di bawah jendela kamar tidur Clare.
Kemudian katakan kepada kami apakah kau masih tidak mau berpikir
kalau Clare telah diculik dengan kekerasan oleh penjahat bayaran
yang ahli!"
Selagi bicara, Marcy Keech bangkit dari kursinya dan
melangkah menyeberang ke sebuah meja kecil di mana ia meletakkan
topi dan tas cangklongnya. Sambil meraih tasnya ia menarik sebuah
kaleng. "Jika engkau tidak menginginkan menggunakan senjata yang
menyebabkan cedera yang parah, apa kiranya yang paling cepat untuk
menaklukan seorang korban penculikan menjadi tidak berdaya?"
Dengan senyum dibuat-buat penuh kemenangan, sebagai
jawaban atas pertanyaan sendiri, mahasiswi itu mempermainkan etiket
kaleng itu kepada Nancy. Barang temuannya itu adalah botol obat
semprot eter.
9 Siasat Kotor
Mata Nancy membelalak keheranan ketika ia berdiri untuk
melihat lebih dekat ke botol penyemprot yang dipegang Keech,
dijulurkan kepadanya. Bess dan Pamela Kane pun bangkit berdiri dan
berkerumun di sekeliling kedua gadis yang lain, ketika detektif muda
itu memikirkan alat bukti yang tidak terduga.
"Eter!" guman Nancy. Ia pernah melihat jenis bahan yang sama
sebelumnya di pompa-pompa bensin dan toko-toko onderdil mobil.
Bahan itu dimaksudkan untuk membantu menstarter kendaraan yang
mogok akibat suhu yang dingin dengan menyeprotkan uap eter
langsung ke karburator.
Tetapi eter adalah juga bahan anestetik, yaitu bahan pemati rasa
yang dapat menyebabkan orang menjadi tidak sadarkan diri. "Ya, ya!
Masalah itu mulai nampak lebih hangat," naluri Nancy bereaksi. "Ini
dapat berarti bahwa Grant benar-benar telah diculik."
"Kaulihat, Nancy?" Pamela meledak dalam suara seperti
meraung "Sekarang engkau baru mengerti, mengapa aku demikian


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

marah . . . oh, aku tahu sejak dari mula pertama! Sesuatu yang buruk
telah menimpa Clare!"
"Bohong!" seru Bess, mencoba untuk memberikan pandangan
yang lebih jernih dan masuk akal. "Botol semprotan ini saja belumlah
berarti bukti permasalahannya."
Nancy, dari pihaknya sendiri, sedang memeras otak. Bagaimana
mungkin ia dan Detektif Hoyt kemarin sampai tidak melihat sebuah
petunjuk yang begitu jelas. Mereka telah membuang banyak waktu
untuk memeriksa semak-semak dan rerumputan yang tinggi di bawah
jendela kamar tidur Clare sebelum bergerak menuju ke hutan. Ia
hampir dapat memastikan bahwa botol semprot itu tidak ada di sana.
"Hendak kauapakan barang itu?" tanya Nancy dengan tenang
kepada wartawati hidung tajam.
"Apa yang hendak kulakukan?" Marcy menirukan dengan
membentak. "Kembalikan perkara itu kepada polisi, itulah yang
terbaik!"
"Kalau begitu, janganlah engkau begitu tolol menyentuh barang
itu, dan mengotorinya dengan sidik jarimu!" Nancy memberi saran
dengan nada tenang.
Bess balik melemparkan senyum mengejek kepada mahasiswi.
"Itu namanya akal yang sehat, bukan?"
Wajah Keech berubah merah, sangat marah. Lalu ia memutar
tubuhnya dengan kasar dan menghempaskan badannya ke kursi yang
terdekat, yang tadi diduduki Bess. Ketika ia telah terduduk terdengar
suara srreek, bunyi bergerisiknya kertas.
Sebuah kernyitan curiga membersit di mukanya. Sambil
meloncat berdiri ia membalik untuk melihat di dudukan kursi. Di sana
bersarang dalam bungkusan, sebatang permen coklat melekat liat.
Dengan helaan marah ia mengangkat lehernya ke sekeliling dan
mengibas-ibaskan roknya untuk melihat akibat dari kelalaiannya. Pada
kain roknya dengan jelas kelihatan bercak permen coklat.
Dengan geram ia berpaling pada Bess. "Sungguh! Kukira kau
melakukan itu dengan sengaja!" ia memotong ucapan maaf gadis
pirang itu.
"Ah, maaf!" Bess berseru dengan penyesalan simpatik. "Sekali
lagi maaf. Kau tahu aku sedang mencari dalam dompet sehelai tissu,
lalu ketika engkau memperlihatkan botol penyemprot, aku meloncat
untuk ikut melihatnya. Permen itu terjatuh dari dompet ke atas kursi."
Ia memutuskan kata-katanya tidak berdaya ketika Marcy
memotongnya. "Bolehkah aku menggunakan kamar riasmu?"
wartawati itu meminta kepada Pamela Kane dan menghambur keluar
ruang tamu.
Dengan cepat Bess mengambil batang permen coklat dari atas
kursi dan lega hatinya karena tak ada sedikit pun yang melekat pada
kain pelapis kursi itu. Ia lalu berguman kepada Nancy. "Aku merasa
sangat bersalah kalau coklat itu sampai melekat pada kursi."
Dengan cepat Nancy tersenyum setuju. Kemudian setelah
Pamela kembali, Nancy berjanji bahwa ia akan meneruskan
penyelidikannya dan bekerja sekuat. tenaga untuk menemukan
kembali Clare Grant, remaja itu pergi diikuti oleh Bess.
"Oh, aku benar-benar berharap kalian segera menemukan dia,"
Pamela yang rewel itu berkata dengan resah. "Aku begitu takut ia
jatuh ke tangan orang-orang jahat, seperti dikatakan Keech. Dan itulah
yang kukatakan kepada polisi sejak semula."
"Percayalah kepadaku, mereka akan menyelidiki dengan
seluruh kemampuan mereka," kata Nancy. "Sebaiknya, akan sangat
menolong apabila kau mau mencoba dan mengingat sesuatu yang
dikatakan Clare di telepon yang dapat menjadi petunjuk bagi kita,
yaitu kepada siapa dan apa yang ditakutkannya."
"Akan kulakukan sebaik-baiknya," Pamela berjanji.
Nancy diam dan berpikir selagi ia dan Bess turun ke jalan tiga
jalur menuju ke River Heights. Ia heran mengapa, Pamela terusmenerus mendesak bahwa temannya telah diculik? Apa mungkin
karena ia mengetahui sesuatu misteri dan ia tak ingin
membiarkannya? Barangkali baik juga menyelidiki tamu Clare Grant
dari California tersebut.
Ketika mereka memasuki jalan-jalan di kota, Bess berkata:
"Nancy, aku mau menemui George di toserba Bonington. Mengapa
engkau tidak turun dan berbelanja serta makan siang di sana?"
"Sebenarnya ingin, Bess, tetapi kukira lebih baik aku berusaha
mendapatkan kemajuan dalam perkara yang kulakukan bersama
ayah."
"Baiklah. Aku akan meneleponmu besok."
Setelah menurunkan Bess di bagian bawah kota River Heights,
Nancy menjalankan mobilnya pulang. Segera setelah memarkir mobil
ia bergegas masuk ke dalam rumah, ke pesawat telepon yang ada di
ruangan keluarga lalu memutar nomor telepon ayahnya di kantor.
Sekretarisnya menyambungkan ke ayahnya.
"Ayah, maaf aku mengganggumu, tetapi aku perlu bantuan."
"Sebutkan, sayang," jawab Carson Drew.
"Itu, masalah Clare Grant. Aku mempunyai firasat aneh bahwa
temannya, Pamela Kane, tahu lebih banyak daripada yang
dikatakannya. Apakah ayah dapat memperbantukan penyelidik swasta
yang biasa bekerja di kantor ayah untuk sedikit menggali latar
Pamela? Maksudku dengan sangat hati-hati, tentunya, dengan
demikian ia tidak tahu dan menjadi marah seperti yang sudah-sudah."
"Baiklah, aku akan meminta seseorang dari perwakilan pergi
mencek dia. Tunggu sebentar aku ambil penaku. Kaukatakan namanya
Pamela Kane, bukan? Apa yang dapat kausampaikan kepadaku?"
"Tidak banyak. Aku khawatir. Ia datang dengan pesawat
kemarin pagi dari Los Angeles, di mana ia tinggal. Aku tahu bahwa ia
dan Clare berhasabat pada waktu Clare bekerja di film, dan mereka
untuk sementara waktu tinggal bersama di sebuah apartemen."
"Engkau tahu alamatnya?"
"Aduh, tidak tahu," jawab Nancy. "Sebenarnya aku pun tidak
tahu dengan pesawat apa ia terbang ke Timur."
"Baiklah. Tidak apa. Tidak terlalu sukar untuk mencarinya.
Tetapi sebuah gambaran tentang Pamela Kane akan dapat membantu."
"O, ya, tentu. Kira-kira sama tingginya dengan aku, usia
duapuluhan dengan rambut pirang panjang . . . dan ia memakai
kacamata berbingkai seperti mutiara. Ia pun seorang aktris . . . atau
calon aktris, agaknya."
"Bagus, kau ingat pakaian yang dikenakannya kemarin ketika
bertemu dia pertama kali?"
"Ya, blus wanita berlengan dan berkerah warna biru-putih,
dengan lengan pendek dan ikat pinggang. Kopor-kopornya masih ada
di ruang depan ketika aku masuk, dengan jas dan topi, demikian aku
dapat melukiskannya. Kopor pakaiannya warna biru muda, dan
memakai jas warna biru dan topi putih."
"Rincian yang lengkap." Pak Drew mengomentari. "Itu akan
memudahkan pengusutan dari lapangan terbang dan mundur kembali."
"Terimakasih, ayah!" kata Nancy.
"Usahakan kemari untuk makan siang bersamaku?"
"Oh, sangat senang! Tetapi kupikir aku justru harus cepat-cepat
menyelesaikan pekerjaanku di sini dan petang nanti pergi ke New
York. Aku ingin mengunjungi perusahaan periklanan yang disebutsebut oleh Dallas Curry dan melihat apakah aku dapat memperoleh
informasi yang bermanfaat."
"Ya, baik. Tetapi hati-hati, sayang. Dan ingat pada waktu ini
Manhattan adalah tempat yang paling tidak aman."
"Aku akan berhati-hati, ayah," Nancy berjanji dan mengakhiri
dengan sebuah ciuman.
Sesudah mempelajari jadwal penerbang ulang-alik dan makan
siang yang terburu-buru bersama Hannah, Nancy berangkat ke
lapangan terbang dengan sedan sport birunya. Dua jam kemudian ia
sudah berjalan-jalan di Madison Avenue, di jantung wilayah kota yang
penuh bangunan pencakar langit. Perhentian pertamanya ialah
perusahaan periklanan Darby & Wallace. Perusahaan yang telah
menerbitkan iklan asli model Patung Kemerdekaan.
Ketika ia naik tangga berjalan ke perkantoran di lantai
empatbelas, Nancy berpikir, pertanyaan apa yang akan diajukan.
Di kamar tunggu perusahaan yang dilengkapi perabotan yang
indah, ia menjelaskan kepada penerima tamu untuk apa ia datang dan
minta bertemu dengan kepala perusahaan. Setelah menunggu sebentar
di kursi kulit terdekat, dikatakan kepadanya bahwa kepala perusahaan
itu terlalu sibuk untuk menerima dia tanpa perjanjian, tetapi tuan
Knapp, wakil kepala eksekutip yang bertugas pada urusan luar
perusahaan dengan senang hati menerimanya.
Knapp menyambut Nancy dengan ramah ketika ia diantar
masuk dan dipersilahkan duduk. "Aku sudah mendengar tentang
dirimu dan bakatmu memecahkan berbagai misteri, nona Drew, dan
sungguh senang dapat bertemu denganmu. Aku tidak tahu pasti
sampai berapa jauh misteri yang menimpa Dallas Curry itu, tetapi
kami bersedia dengan sungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu
semampu kami untuk menjernihkannya...
Ia menambahkan bahwa ia telah menelepon dua orang pejabat
perusahaan yang lebih mengetahui tentang iklan Patung Kemerdekaan
agar ikut hadir di kantornya.
"Terimakasih," kata Nancy. "Jika mereka dapat memberi
keterangan bagaimana terjadinya penerbitan ganda, sungguh aku
sangat mengharapkan."
Kepala bagian hak cipta perusahaan itu, Roscoe Leff yang
pertama masuk. Orang ini bertubuh gemuk, Berusia tigapuluhan,
dengan rambut yang mulai menipis. Berpakaian penuh gaya, kemeja
lengan panjang dengan kerah terbuka dan dasi dilepas yang
memberikan kesan sangat sibuk, seolah-olah hanya dapat meluangkan
waktu beberapa menit saja bagi Nancy dari jadwal kerjanya yang
padat. "Dapatkah anda mengatakan kepadaku bagaimana sebenarnya
sebuah iklan itu dibuat, tuan Leff?"
"Tentu, tidak ada masalah. Pelaksana yang bersangkutan secara
umum menyampaikan kepada kami apa yang dikehendaki oleh klien,
maka petang berikutnya sejumlah setengah losin petugas kami
berkumpul untuk suatu sidang memadu ilham . . . kautahu, saling
beradu buah pikiran."
Roscoe Leff berhenti sebentar dan mengangkat bahu. "Ketika
sidang berakhir aku dengan cepat memunculkan gagasan tata iklan
Patung Kemerdekaan ini, yang disambut baik oleh setiap orang. Aku
meminta seorang artis untuk membuat sketsa, dan jurufoto kami
memotretnya hari berikutnya."
Ketika ia selesai berbicara ia memandang ke pintu.
"Inilah jurufoto itu, Rick Hyat. Kupikir ia akan dapat
menceritakan kepadamu segala sesuatunya lebih banyak tentang yang
kau ingin ketahui."
Seorang laki-laki muda yang ramping berambut pirang keperakperakan berjalan memasuki kantor. Untuk sejenak Nancy
memandanginya, terlalu dikejutkan untuk berbicara.
Rick Hyat adalah jurupotret yang telah motretnya secara
mencuri-curi di River Heights sehari sebelumnya, dan kemudian
kabur dengan mobil touringnya.
10 Kekecewaan di Siang Hari
"Jadi anda seorang jurupotret profesional, tuan Hyat," Nancy
menantangnya dengan suara selembut-lembutnya. "Bolehkan aku
mengandaikan gambar-gambar yang kauambil kemarin adalah juga
untuk kepentingan perusahaan ini?"
Keduanya tuan Knapp dan Roscoe Leff nampak terkejut atas
teguran Nancy. Knapp mengernyitkan alis matanya penuh teka-teki.
"Kalian berdua sudah saling mengenal?" ia bertanya ragu-ragu,
memandangnya dari gadis detektif itu ke jurupotret yang bertubuh
ramping dan kembali ke Nancy.
"Katakanlah kami kemarin secara kebetulan ada pertemuan
singkat," jawabnya. "Orang itu memotretku di luar kantor ayahku.
Dan sebelum itu di sebuah rumah makan di mana ayah, aku dan
Dallas Curry makan siang bersama. Seperti kalian tahu, ayahku
bertindak sebagai penasehat hukum tuan Curry secara resmi. Karena
tuan Hyat berlaku sembunyi-sembunyi dan kemudian lari secepatnya
ketika aku memergokinya, maka aku membayangkan bahwa ia pasti
telah memotret kami bertiga di rumah makan!" ?
"Apa-apaan ini semua, Hyat?" tuan Knapp menegurnya dengan
keras. Jurupotret itu menyeret-nyeret kakinya dan merengut-rengut
memandang ke karpet. "Apa yang dikatakan nona Drew adalah benar
.... aku memotret mereka. Tetapi aku libur hari Senin, ingat libur akhir
pekan selama tiga hari. Jadi itu kulakukan dalam waktu luangku
sendiri."
"Mengapa?"
Orang muda, tinggi, berambut pirang itu dengan cemberut raguragu mengangkat bahu. "Segera perkara Curry sampai ke pengadilan,
itu akan menjadi berita besar!"
"Itu bukan alasan untuk memburu orang seperti anjing!" jawab
Knapp pedas dengan kernyitan alis tidak setuju. "Ia mungkin tidak
bersalah menjiplak karya orang lain, dan itu tergantung keputusan
pengadilan. Jika ia bersalah, barangkali ia telah bertindak di bawah
pengaruh tekanan emosi yang kita tidak ketahui sedikit pun.
Kenyataannya ialah bahwa Dallas Curry masih tetap menjadi salah
seorang juru potret paling besar di Amerika . . . tidak ada satu pun
yang dapat membantahnya."
Roscoe Leff mengangguk, walau rupanya agak kurang rasa
simpatinya terhadap wakil ketua perusahaan mengenai Rick Hyat
dalam hal memotret dengan sembunyi-sembunyi.
"Ia benar, Rick, Dallas Curry telah berhasil membuat nama baik
yang diperoleh dengan susah-payah, maka tidak semestinya kita
menjatuhkannya. Jika ia bersalah mencuri ilham atau tata susun orang
lain, biarlah pengadilan yang menghukumnya, dan itu di luar
tanggung jawab kita."
"Nama baik Curry telah tercemar dengan tidak semestinya."
Hyat membentak. "Ia telah mengambil keuntungan dengan beberapa
pemotretan berita-berita sensasional, dan setiap orang menyebutnya
seniman juru-potret. Tetapi yang benar adalah, ia adalah seorang yang
diupah untuk mengerjakan pemotretan .... dan sekarang dengan
mencuri karya cipta orang, ia terbukti telah menyikat tata susun iklan
majalah-majalah itu."
Pada mulanya wajah Rick Hyat telah memerah karena malu
ketika Nancy mengenalinya. Nancy yakin telah menangkap nada
irihati dalam ucapan-ucapan sindiran terhadap Dallas Curry.
"Tolong ceritakan kepada ayahmu dan juga Curry, bahwa aku
bermaksud untuk memotret setiap segi dari perbuatan kotor di mana ia
terlibat di dalamnya," kata Hyat kepada Nancy. "Sebenarnya aku telah
menerima pesanan dari The National Scanner tentang riwayat yang
lengkap dalam gambar mengenai perkara Curry, apabila sampai ke
pengadilan."
The National Scanner, seperti yang diketahui Nancy, adalah
majalah foto yang mengutamakan pembongkaran kejahatan ketimbang
mengatakan kebenaran.
"Kalau begitu jelas-jelas hanya membuang waktu bagiku jika
aku berharap memperoleh informasi yang jujur dan tidak memihak
darimu, tuan Hyat," kata Nancy dingin. Setelah mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang yang lain atas bantuannya, ia bangkit
dan berjalan meninggalkan ruang kantor.
Ketika ia menutup pintu di belakangnya, ia sempat mendengar
Knapp mulai tidak menyukai jurupotret muda itu yang bertindak
dengan kasar, dua-duanya, untuk sikapnya yang kurang ajar terhadap
Nancy dan untuk tugas-tugas sambilannya.


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seterusnya Nancy pergi ke Stratton Agency, yang mengambil
tempat hanya dua blok berikutnya. Ini adalah perusahaan periklanan
yang menciptakan iklan Ksatria Sekeliling Meja Bundar yang asli atas
pesanan perusahaan perabotan rumah.
Sesudah memperkenalkan diri kepada seorang petugas
eksekutip bernama Ted Yates, Nancy diantarkan kepada John Stratton,
kepala perusahaan. Orang ini sangat menyambut baik ajakan
pembicaraan dengan detektif muda itu dan menerima di kantornya
setelah menunggu sebentar saja.
"Aku tidak punya alasan untuk bersengeketa dalam masalah ini,
nona Drew," ia berkata kepada remaja putri itu, "tetapi masalahnya
adalah di luar tanggungjawab kami sekarang. Seperti engkau ketahui,
kami telah mengajukan perkara pelanggaran kode etik terhadap
perusahaan yang menangani karya tata iklan Curry sebagai pembajak
iklan kami."
"Jadi anda yakin bahwa itu perkara pembajakan?" Nancy
meminta keterangan dengan sangat sopan.
"Tepat benar! Tak ada komentar tentang itu," tuan Stratton
menyatakan dengan tegas.
"Tetapi tuan Curry seyogyanya harus melihat iklanmu untuk
dapat menjiplaknya," Nancy mengemukakan. "Bagaimana caranya ia
memperoleh tata susun iklan itu sebelum diterbitkan?"
"Kami telah tahu jawabannya atas pertanyaan itu," jawab tuan
Stratton. "Perusahaan kami kebongkaran waktu itu. Menurut petugas
keamanan kami, kunci pintu dirusak pagi-pagi setelah kejadian itu.
Kemudian bagian produksi kami menemukan bahwa sebuah salinan
tata susun telah hilang."
"Jadi, sekali diterbitkan tata susun iklan gaya Dallas Curry yang
sama, anda menentukan bahwa ia pencurinya?"
Stratton kelihatan agak merasa tidak enak terhadap kata-kata
berterus-terang ?pencuri? yang digunakan oleh Nancy, tetapi ia
mengangkat kedua tangannya dalam gerak isyarat tak berdaya. "Yaah,
sepertinya ia menyewa seseorang untuk melakukan pembongkaran
yang sesungguhnya, kukira. Untuk mempersingkat persoalan yang
sama. Apa lagi yang harus kami pikirkan?"
"Tetapi mengapa seorang jurupotret ternama dengan nama
harum seperti Dallas Curry mau berbuat begitu?" Nancy mengajukan
argumen. "Perkiraanmu sama seperti aku, nona Drew. Barangkali Dewan
Periklanan akan dapat memberikan jawabannya apabila telah selesai
melakukan penyelidikan perkara pelanggaran kode etik yang telah
kami ajukan."
************
Marcy Joplin, Incorporated, yang terakhir dari ketiga
perusahaan periklanan yang terlibat dalam serangkaian penjiplakan
yang aneh dari tata susun iklan, terletak di East 42nd Street yang
nampak dari Grand Central Station. Ini adalah sebuah perusahaan
yang menggugat Dallas Curry atas penjiplakan iklan kosmetika wajah
bunga-bungaan.
Seorang laki-laki muda remaja, berbadan tegap dan kuat dengan
rambut wama kastanye keluar ke kamar tunggu untuk berbicara
dengan Nancy. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Oliver Sneel,
kepala bagian seni. Sikapnya sopan namun dingin. "Aku tidak
bermaksud untuk bersikap kasar, nona Drew," katanya. "Tetapi kami
tahu bahwa ayahmu adalah penasehat hukum Dallas Curry. Maka aku
berpendapat, adalah tidak bijaksana untuk membicarakan perkara
hukum ini denganmu."
"Aku mengerti," Nancy berdiam sebentar, memilih dengan hatihati kata-kata berikutnya. "Dapatkah anda mengatakan kepadaku,
setidak-tidaknya latar dari keadaan klien iklanmu dan siapa
pembuatnya?"
"Aku sendiri . . . setidak-tidaknya ilham itu dariku, dan aku
membuat sketsa tata susunnya sebelum dipotret. Sebetulnya, aku
mengharapkan untuk menjadi saksi utama dalam perkara Curry, sebab
itu mengapa penerima tamu telah memanggilku ketika anda
menyatakan kepadanya untuk apa anda datang kemari. Tetapi kukira
bahwa itu akan menjelaskan," Snell mengakhiri, "mengapa aku tidak
akan membicarakannya denganmu lebih jauh."
"Aku mengerti," kata Nancy dan mengangguk ketika mereka
saling menjabat tangan perpisahan.
"Maaf, aku telah mengganggumu, tuan Snell, dan terimakasih
untuk waktu yang diberikan."
Dengan perasaan kecewa dan agak tertekan Nancy melarikan
mobilnya pulang ke River Heights, dan tiba di rumah tepat pada waktu
Carson Drew dan Hannah Gruen menghadapi meja makan. Segera ia
pun bergabung.
"Yah, bagaimana kabarmu di New York, sayang?" ayahnya
meminta keterangan ketika anak gadisnya menarik kursi dan
meletakkan piringnya di atas serbet.
Nancy menghela napas. "Sayang, tidak terlalu baik, ayah." Ia
lalu menguraikan hasil kunjungannya ke ketiga perusahaan
periklanan, dan menambahkan: "Kesulitannya ialah bahwa aku sendiri
tidak dapat memikirkan suatu keterangan, kecuali yang itu-itu dari
masalah penjiplakan . . . dan membuat sulit untuk mengajukan hal-hal
yang berguna untuk ditanyakan."
Pak Drew mengangguk muram. "Ya, aku tahu persis apa yang
kaumaksudkan. Aku pun demikian."
"Kau tahu, ayah," Nancy meneruskan penuh pikiran selagi ia
mengambil kuah daging yang lezat itu dengan sendok besar ke atas
bubur kentangnya. "Aku merasa perlu menceritakan kepada Dallas
Curry secara pribadi tentang pengalamanku hari ini di perusahaanperusahaan periklanan tersebut. Barangkali itu akan memberikan jalan
pikiran yang segar yang dapat membantu dia bangkit dengan peranan
yang baru yang lebih bermanfaat."
"Pikiran yang baik. Pasti itu tak akan merugikan." Segera
setelah selesai makan, Nancy memutar nomor telepon rumah
jurupotret ternama tersebut. Ketika ia menjawab, Nancy menceritakan
tentang perjalanannya ke Manhattan dan meminta apakah petang itu
boleh datang untuk membicarakan jalan keluar.
"Tentu saja," Curry menanggapinya dan memberikan
kepadanya arah jalan ke rumahnya.
Nancy baru saja hendak berangkat beberapa menit kemudian
ketika bel berbunyi. Bess Marvin dan Georee Fayne berdiri di luar, di
bawah lampu pintu gerbang. Sekilas ia dapat menangkap dari raut
muka mereka bahwa mereka berdua marah-marah, lebih-lebih Bess.
"Kau mendengar berita di TV malam ini?" temannya yang
berambut pirang dengan marah berkata tanpa pikir panjang, sebelum
melangkah masuk.
"Tidak, mengapa?" tanya Nancy. "Ada yang tidak beres?"
"Sungguh brengsek! Engkau tahu Marcy Keech, itu makhluk
yang tiba-tiba saja kita temui pagi ini ketika engkau pergi menemui
Pamela Kane?"
"Tentu! Apa yang telah dilakukannya?"
"Ia mendapat semua pujian karena menemukan pikap yang
meninggalkan bekas-bekas roda di dalam hutan . . . itulah semuanya!"
11 Laporan Lewat Telepon
Nancy sedikit tersinggung oleh kebohongan wartawati muda
yang sangat sombong itu. Tetapi dibanding dengan perjalanan yang
penuh kekecewaan ke New York petang itu, maka seluruh peristiwa
itu dianggapnya sama sekali tidak penting untuk menyebabkannya
marah. "Tak apa, Bess," katanya dengan senyum menghina. "Jika
orang-orang dari siaran berita TV itu pergi mewawancari pelayan
pompa bensin dan memotret pikap servis itu, pasti mereka akan
meluruskan kembali berita tersebut."
"Tentu saja diluruskan," Bess tersadar dan nampak lebih
gembira. "Tak terpikir olehku."
"Kuminta agar kalian berdua duduk," Nancy menjelaskan
ketika kedua temannya itu masuk ke ruang tamu. "Tetapi aku hendak
berangkat."
"Ke mana?" George bertanya tidak sabar.
"MMenemui klien ayahitu jurupotret, Dallas Curry. Mau
ikut?"
"Haa, ya! Ia tentunya seorang yang menyenangkan untuk
dijumpai, engkau yakin kalau ia tidak berkeberatan?"
"Aku yakin. Baiklah tunggu sebentar. Aku ambil tas dan
memakai baju hangat dahulu."
**********
Rumah Dallas Curry bergaya modern dan mengesankan,
dibangun dari beton dan kayu merah. Nancy sampai di rumah itu
setelah menempuh jalan yang berkelok-kelok, yang menuntun mereka
dari jalan raya hingga ke jantung dari tanah miliknya yang penuh
pepohonan.
Seorang berpakaian putih model Jepang membukakan pintu
ketika bel pintu dibunyikan, yang disambut sendiri oleh Curry dan
mengantar mereka masuk ke ruang tamu yang hangat menyenangkan.
Ia kelihatan senang mendapat tamu dan menyambut Nancy yang
membawa dua orang teman-temannya dengan hati gembira.
"Makin banyak makin gembira," ia mengemukakan, wajahnya
yang merah kecoklatan karena panas matahari nampak ramah dihiasi
dengan senyuman riang. Ia meminta kokinya untuk menyediakan
minuman penyegar. Nancy dan George meminta es teh, sedang Bess
yang serba salah menerima es krim ditutup manisan.
"Nah, sekarang coba ceritakan pembicaraanmu dengan
perusahaan periklanan itu, Nancy," kata tuan rumah. "Apakah engkau
mendapatkan sesuatu petunjuk?"
"Sebenarnya tidak, setidak-tidaknya tidak ada sesuatu yang
memberikan kepastian bagiku untuk diikuti."
Ia lalu melaporkan apa yang terjadi pada setiap kunjungannya
ke ketiga perusahaan periklanan tersebut. Dallas Curry mendengarkan
dengan tekun.
Ketika ia selesai melapor, Nancy bertanya? "Orang yang
bernama Rick Hyat, yang begitu bernapsu untuk membuat cerita
bergambar dari perkara ini. Apakah engkau kenal dia?"
Curry menggelengkan kepala. "Seingkatku tidak pernah
bertemu bujang itu."
"Ia nampaknya sangat benci kepadamu!"
Jurupotret itu mengangkat bahu. "Itu haknya."
"Menurut dugaanku, kelihatannya ia sangat iri," Bess menyela
sambil menyendok es krimnya.
"Mungkin juga," Dallas Curry menyetujui. "Aku kira dia itu
merasa bahwa pesanan yang besar-besar datang padaku dengan
mudah. Ia tidak menyadari betapa kerja keras diperlukan untuk
memperoleh nama baik bagiku di tempat teratas." Dengan sebuah
senyuman tidak jujur, Curry menambahkan. "Bukankah aku akan
kehilangan nama baikku, jika aku kalah dalam perkara hukum ini!"
"Satu hal yang membuat aku terpukul," Nancy berpikir dengan
suara keras. "Ada pembongkaran di Stratton Agency, yang mereka
ketahui pagi setelah kejadian, dan bahwa sebuah salinan dari tata
susun iklan Ksatria Meja Bundar telah tercuri. Tetapi kedua
perusahaan periklanan tidak mempunyai suatu teori atau alasan
bagaimana anda sampai dapat memiliki tata susun iklan mereka untuk
dapat dijiplak."
"Itu tidak mengejutkan, karena aku memang tidak melakukan."
"Tetapi dalam setiap perkara, tata susun iklan itu sangat mirip,"
Nancy mengemukakan. "Maksudku, semua itu nampaknya serupa.
Mencuri karya cipta adalah sesuatu hal. Tetapi di sini pemunculannya
adalah begitu sama sehingga nampaknya engkau dianggap telah
melirik tata susun iklan orang lain agar dapat menjiplaknya semirip
mungkin."
"Lalu apa saran-saranmu?" kata George dengan raut muka
penuh teka-teki. "Apa sejenis ESP, seperti telepati batin?"
Nancy tersenyum mati kutu dan mengusap-usap rambutnya
yang merah keemasan. "Agaknya untuk dapat sampai ke dasar misteri
ini, kita harus mendapatkan penjelasan bagaimana dua orang yang
berbeda, yang masing-masing adalah jurupotret tata susun iklan, dapat
memiliki tamsil gambaran batiniah yang sama yang diinginkan untuk
dicetuskan. Betapapun kesamaannya dalam gambar, bukan dalam
kata-kata atau susunan salinan iklan."
"Kedengarannya sangat aneh jika masalahnya kauletakkan
seperti itu," Curry memberikan komentarnya. "Nampaknya seperti
seolah-olah mereka bersandar kepada yang itu-itu saja yaitu adanya
pencurian skesta atau tata susun iklan sebelumnya atau juga semacam
telepati batin seperti yang dikemukakan George."
"Apa anda sendiri memiliki sketsa setiap tata susun sebagai
acuan sebelum dibuat gambar yang sebenarnya?"
"Tidak, itulah tingkat perkembangan seorang yang mempunyai
nama yang harum serta nama baik dalam usaha bisnis. Perusahaanperusahaan yang menyewa aku pada umumnya memberi saja, mereka
atau klien-klien mereka barangkali tidak menyukainya, namun aku
memperoleh upah yang sama. Tapi itulah cara mereka membayar atau
menghargai aku, katakanlah berdaya cipta." Ia menyebutkan kata itu
dengan nada lucu yang membangkitkan ketawa pada gadis-gadis itu.
"Baiklah, tidak mengapa .... untuk petang ini, sudah cukup
pembicaraan soal pekerjaanku ini. Bagaimana apakah, kalian remaja
yang suka melihat dan mendengar musik . . . dan sementara kita
menikmatinya, aku akan memberikan kepada Nancy suatu perkara
kecil yang lain."
Curry bangkit dari kursinya, memasukkan sebuah kaset ke
dalam video rekordernya, dan memulai pemutaran pada layar televisi.
Ternyata pemutaran kaset itu berupa serangkaian filem video
berwarna yang direkam dari beberapa kelompok pemusik rock. Nancy
dan teman-teman karibnya duduk menikmati pertunjukkan tersebut.
"Apakah anda penggemar musik rock, tuan Curry?" tanya Bess
yang pada waktu itu telah menghabiskan es krim manisannya.
"Suka sekali begitu?" Ia berkecap-kecap lagi, kali ini lebih
periang. "Kukira kawan-kawanku menganggap aku sudah terlalu tua
untuk sesuatu yang tak ada gunanya begitu, tetapi soal suka atau tidak,
aku memang doyan. Kukira musik rockitu adalah suatu bentuk
pengungkapan seni."
Jurupotret kenamaan itu lalu menjelaskan bahwa salah satu
kontraknya dengan majalah Glance adalah untuk memotret sebuah
kelompok pemusik rock yang populer dalam perjalanan kelilingnya.
Selama mendengarkan mereka dalam pertunjukkan-pertunjukan telah
menjadikannya menjadi penggemar. Kemudian, ia memotret
kelompok-kelompok pemusik dan penyanyi yang lain, dan akhirnya
telah menerbitkan buku berisi gambar-gambar musik rock yang
ternyata amat laris sampai ke penjuru dunia.
"Anda mengatakan sesuatu tentang perkara," George menyela.
Dallas mengangguk. "Ya, benar. Soal kiriman-kiriman pita
kaset ini."
Nancy dikejutkan oleh kata-kata itu. "Maksud anda kiriman per
pos, tanpa nama dan alamat si pengirim?"
"Ya, dan tidak hanya yang ini saja. Aku menerimanya beberapa
buah selama tahun yang lalu. Tanpa nama di atas bungkusannya, tanpa
disertai surat pengantar di dalamnya . . . tidak ada apa pun. Aku tidak
pernah tahu siapa yang mengirimkan kaset-kaset itu."
"Sungguh aneh," gumam Nancy. "Aku pun menerimanya
sebuah. Kiriman itu datang kemarin, dengan paket khusus."
Kini berganti Dallas menjadi terheran-heran. "Persis sama
seperti kiriman kepadaku!" katanya. "Jadi engkau juga dihadapkan
kepada misteri istimewa."


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, walaupun aku belum sampai kepada perhatian yang
sungguh untuk memecahkannya. Tetapi sekarang, setelah aku tahu hal
yang sama terjadi padamu, aku pasti akan mencoba memecahkannya."
Curry tertawa. "Yaaah, jangan buru-buru. Aku tidak ada
keluhan. Kenyataannya aku telah memotret semua kelompok pemusik
itu. Siapapun yang telah mengirimkan kaset-kaset itu kepadaku harus
tahu kelompok yang mana yang paling aku sukai. Aku selalu memutar
dan memutar kembali kaset tersebut."
Curry menyebutkan nama-nama kelompok pemusik rock yang
telah dipotretnya dalam menyusun cerita-cerita yang menarik dan juga
anekdot-anekdot serta berbagai-bagai pengalaman selama berkarya
sebagai juru-potret berita, majalah, dan iklan. Jelas bahwa ia
bermaksud memberikan pelayanan yang menyenangkan kepada para
tamu-tamunya. Nancy menduga bahwa tuan rumahnya barangkali
merasakan sedikit tertekan oleh perkara hukum yang menggantung
serta mengancam nama baiknya, dan bahwa pada petang ini dengan
Api Di Bukit Menoreh 2 Dewa Arak 67 Makhluk Jejadian Tiga Pendekar Aneh 2

Cari Blog Ini