Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane Bagian 1
Misteri Di Holly Lane
Pasukan Mau Tahu
Karya Enid Blyton
Djvu : Syauqy_Arr
Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai : 14 September 2018
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Selamat Membaca ya !!!
******* Enid Blyton
Pasukan Mau Tahu
MISTERI Dl HOLLY LANE
Ilustrasi oleh Treyer Evans
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2000
DAFTAR ISI
Menjemput Fatty .....
Salah Duga! .....
Senang Rasanya Bergabung Kembali! .....
Mengatur Rencana.....
Fatty Meramal .....
Saling Menyampaikan Laporan.....
Di manakah Buster? .....
Pak Goon Kaget .....
Laki-laki Tua dalam Rumah Kecil .....
Pak Goon Datang Memeriksa.....
Minum Teh di Rumah Pip .....
Kejadian Aneh .....
Petunjuk Serta Sejumlah Tersangka.....
Fatty Bercerita.....
Fatty Mulai Menyelidiki .....
Tukang Membersihkan Kaca Jendela.....
Di Tempat Penjualan Eskrim.....
Penyelidikan Berlanjut .....
Penemuan Luar Biasa .....
Pengalaman Malam Hari .....
Marian .....
Pertunjukan yang Menarik! .....
******* Bab 1 MENJEMPUT FATTY
"Aduh, Bets kalau makan jangan begitu." kata Bu Hilton pada anaknya, ketika melihatnya bergegas-gegas menyuap bubur saat makan pagi.
"Kau kan tidak perlu terburu-buru!"
"Perlu, Bu," jawab Bets.
"Pagi ini aku hendak menjemput Fatty dari kereta api. Ibu lupa. ya -ia kan pulang hari ini?"
"Tapi kan baru nanti, sekitar tengah hari," balas ibunya
"Waktu masih banyak! Jadi janganlah tergesa-gesa makan."
"Kurasa Bets hendak menghamparkan permadani kehormatan serta menyiapkan rombongan musik untuk menyambut kedatangan Fatty," kata Pip sambil nyengir.
"Karena itu kan kau begitu terburu-buru, Bets? Kau masih harus mengumpulkan para pemain musik serta memeriksa apakah alat-alat mereka sudah digosok sampai berkilat kilat!"
"Tidak lucu!" tukas Bets sebal sambil mengayunkan kakinya di bawah meja.
Maksudnya hendak menendang abangnya yang gemar mengganggu itu. Tapi Pip cepat-cepat menggeser
kakinya, sehingga mata kaki ayah mereka yang kena. Pak Hilton melotot dari balik surat kabar yang sedang dibaca.
"Wah! Maaf, Yah." kata Bets kaget
"Maksudku hendak menendang kaki Pip. Habis, dia yang..."
"Kalau sekali lagi terjadi, lebih baik kalian berdua tak usah sarapan saja pagi ini." kata Pak Hilton menggerutu, lalu mengarahkan perhatiannya kembali pada surat kabar yang disandarkan ke kendi besar tempat susu.
Selama beberapa saat hanya bunyi sendok mengenai piring bubur saja yang terdengar sesudah itu.
Kalau Ayah sudah mulai marah wah. gawat!
"Kalian berduakah yang akan menjemput Fatty nanti?" tanya Bu Hilton kemudian
"Ya. Bu." jawab Bets dengan lega.
"Tapi sebelumnya aku harus mampir di rumah Fatty dulu. Aku diminta olehnya agar nanti kalau menjemput juga mengajak Buster. Sebab itulah aku harus buru-buru."
"O. rupanya kau hendak memandikan anjing itu dulu. ya! Setelah itu mengeringkan dan menyikatnya, lalu mengikatkan pita merah ke lehernya," kata Pip menggoda lagi
"Yah, itu tentu saja memerlukan waktu. Dan kau sendiri _ akan kaupakai gaunmu yang paling bagus, Bets?"
"Jahat sekali kau pagi ini." kata Bets setengah menangis.
"Kusangka kau juga senang akan bisa menjemput Fatty sebentar lagi! Menjengkelkan sekali kenapa sekolahnya baru diliburkan
sehabis Paskah, dan bukan sebelumnya seperti kita. Itu berarti kita harus lebih dulu kembali bersekolah nanti!"
Pip berhenti mengganggu adiknya
"Ya, memang konyol," katanya,
"kenapa ada sekolah yang sudah libur sebelum Hari Raya Paskah. tapi ada yang baru sesudahnya! Tentu saja aku nanti ikut menjemput Fatty. Aku akan menemanimu mengambil Buster Bukan itu saja, aku bahkan akan membantu memandikannya!"
"Aku sama sekali tak bermaksud akan memandikannya!" kata Bets.
"Kau tahu bahwa aku tak pernah punya niat begitu! Eh, Pip menurutmu apakah Fatty akan muncul dalam salah satu samarannya nanti. untuk mempermainkan kita?"
"Mudah-mudahan kalian dalam liburan ini tidak terlibat lagi dalam urusan yang aneh-aneh, " kata ayah mereka, yang secara tiba-tiba mencampuri pembicaraan
"Aku sudah bosan melihat polisi gendut yang bernama Pak Goon itu setiap kali datang kemari untuk mengadukan ini dan itu tentang kalian. Begitu Frederick datang, kelihatannya selalu ada-ada saja hal yang terjadi!"
"Tapi itu kan bukan kesalahan Fatty." kata Bets membela teman mereka
"Maksudku munculnya misteri kan tidak bisa dicegah, Yah. Surat kabar selalu penuh dengan berita tentang kejadian keJadian begitu"
"Tapi tidak perlu kalian ikut terlibat dalam begitu banyak urusan misterius," tukas Pak Hilton.
"Frederick itu -atau Fatty seperti Julukan kalian
yang tepat sekali menggambarkan anak itu -tidak berhak ikut campur. Itu kan urusan polisi!"
"Tapi Fatty jauh lebih cerdik daripada Pak Goon, Yah!" kata Bets.
"Tapi kurasa dalam liburan ini takkan ada waktu bagi kami untuk mengalami hal-hal yang misterius."
Pip cepat-cepat mengalihkan pembicaraan, karena tidak ingin ayah mereka tahu-tahu melarang mereka berdua ikut campur dalam misteri yang mungkin timbul nanti.
Itu sudah pernah dilakukan oleh Pak Hilton, dan Pip merasa bahwa larangan pasti akan diucapkan jika ia tidak cepan cepat berbicara tentang soal lain!
"Tukang kebun kita masih saja belum masuk lagi, Yah," katanya.
"Barangkali ada sesuatu yang menurut Ayah bisa kukerjakan untuk membantu di kebun?"
Pak Hilton nampak senang.
"Aku sebenarnya memang mengharapkan bahwa kau akan menawarkan tenagamu." katanya
"Kau datang saja ke kamar kerjaku nanti sebelum aku pergi. Akan kuserahkan daftar berisi pekerjaan apa saja yang perlu dilakukan. Dengan begitu kau takkan sempat lagi melakukan hal yang bukan-bukan!"
Pip menarik napas lega.
Ia sebenarnya sama sekali tidak kepingin bekerja di kebun. Tapi dengan begitu ayahnya sudah teralih perhatiannya dari pembicaraan mengenai misteri.
Bayangkan. betapa tidak enaknya jika ia sampai dilarang ikut mengambil begian dalam rencana yang mana pun
juga, selama tiga minggu yang masih tersisa dari masa libur.
Pip menatap Bets sambil mengerutkan kening.
Maksudnya untuk mencegah agar jangan sampai Bets menyebut-nyebut Fatty lagi di depan ayah mereka.
Sehabis sarapan Pip ikut masuk dengan ayahnya ke kamar kerja. Bebarapa saat kemudian ia mendatangi Bets yang saat itu sedang membereskan tempat tidurnya.
Tampang Pip nampak lesu.
"Coba kaulihat daftar tugas ini!" katanya.
"Mungkin Ayah mengira aku ini tukang kebun yang paling hebat di dunia! Mana mungkin aku melakukan kesemuanya ini?"
Bets memperhatikan daftar tugas itu.
"Lebih baik kau mulai saja sekarang," katanya kemudian.
"Jangan sampai kau masih bekerja terus sampai sore _ karena ada kemungkinan kita nanti diundang Fatty. misalnya saja untuk minum teh di rumahnya. atau begitu! Sayang aku tidak bisa ikut membantumu. Tapi setidak-tidaknya bisa saja kubereskan sebentar kamar tidurmu. Bagaimana Pip, bisakah kau sudah siap berangkat sekitar pukul sebelas kurang dua puluh menit? Kereta yang ditumpangi Fatty akan masuk beberapa menit sebelum pukul sebelas, sedang aku masih harus
mampir untuk menjemput Buster dulu."
Pip menarik napas panjang sambil membaca
daftar tugasnya sekali lagi.
"Baiklah." katanya kemudian.
"Aku akan mulai saja sekarang. Terima kasih sebelumnya. karena
kau tadi mengatakan mau menolong membereskan kamarku. Nah sampai nanti!"
Pukul sebelas kurang dua puluh menit Bets masuk ke kebun untuk melihat apakah Pip sudah siap atau belum.
Dilihatnya abangnya sedang membereskan alat alat.
Mukanya merah padam kepanasan.
"Sudah waktunya, ya?" seru Pip
"Aduh, aku tadi bekerja seperti sepuluh tukang kebun digabungkan menjadi satu!"
"Mukamu merah sekali kelihatannya seperti sudah hampir menyala," kata Bets tercekikik.
"Kaucuci tanganmu dulu, karena kotor sekali! Sementara itu aku pergi mengambil Buster. Jangan lama-lama, ya!"
Bets lari ke luar.
Perasaannya saat itu sangat gembira, karena akhirnya Fatty datang juga.
Bets sayang sekali pada anak itu.
Menurut pendapatnya, tidak ada anak lain yang sepandai Fatty!
Tidak ada yang bisa menandingi kalau beradu banyak akal Kecuali itu, Fatty juga sangat baik budi.
"Samarannya macam-macam saja! Begitu pula akalnya. serta perbuatannya yang serba berani." pikir Bets yang saat itu sudah sampai di jalan depan rumah.
Wah, senang hatiku karena ia datang sekarang!
"Rasanya membosankan sekali kalau dia tidak ada. Kata Ayah tadi memang benar kalau ada Fatty kelihatannya selalu ada ada saja kejadian!"
Sementara itu Bets sudah sampai di jalan besar.
Ia menoleh dengan cepat karena mendengar ada
yang bersuit seperti memanggil.
Ternyata Larry dan Daisy, adiknya.
Keduanya melambai-lambai dengan bersemangat lalu lari mendekati.
"Kau hendak menjemput Fatty? Kami juga! Mana Pip? Tidak ikutkah dia?"
"Aku berangkat lebih dulu untuk menjemput Buster," kata Bets menjelaskan
"Pip akan menyusul nanti. Wah, Buster pasti senang bahwa Fatty datang. Kurasa anjing itu tahu ini hari kedatangan tuannya."
"Ya. kurasa ia tahu," kata Larry sependapat.
"Pasti ia sudah tidak sabar lagi menunggu kita datang menjemput!"
Tapi aneh anjing itu ternyata sama sekali tidak menunggu, seperti sangkaan mereka.
Bu Trotteville. ibu Fatty.
Sedang memetik bunga narsis di kebun ketika ketiga anak itu datang. Ia menoleh ke arah mereka sambil tersenyum.
"Kau hendak menjemput Frederick?" tanya Bu Trotteville.
"Kalian tentu senang bahwa ia datang!"
"O ya, senang sekali," jawab Larry
"Mana Buster, Bu Trotteville? Kami ingin mengajaknya pergi menjemput."
"Mestinya di dapur," kata Bu Trottevllle.
"Sudah agak lama juga aku tidak melihatnya. Tadi dia kusuruh masuk, karena di sini hanya menginjak injak tanaman bungaku saja."
Larry, Daisy, dan Bets menuju ke pintu dapur lalu memanggil-manggil,
"Buster! He, Buster! Yuk ikut, kami akan menjemput Fatty!"
Tapi Buster tidak muncul.
Sama sekali tak terdengar bunyi kaki yang pendek-pendek berlari, bagitu pula tak ada suara gonggongan gembira.
Pintu dapur dibuka oleh juru masak.
"Buster tidak ada di sini," katanya.
"Tadi ia memang masuk sebentar, tapi sudah itu keluar lagi. Barangkali ikut dengan pembantu tukang roti yang tadi datang .Buster senang padanya . Aku heran kenapa bisa begitu, padahal anak itu bandelnya bukan main!"
"Yah kalau begitu kita pergi saja tanpa dia," kata Larry kecewa.
"Kenapa justru saat ini dia keluyuran ke mana-mana. Fatty pasti kecewa nanti!"
Mereka berangkat menuju stasiun.
Di tengah jalan mereka disusul oleh Pip.
"Mana Buster?" tanya Pip dengan napas terengah-engah karena berlari.
"Dia kan 'tidak keluyuran? Masa sekarang. saat kita ingin bersama sama dengannya! Bukan begitu kebiasaannya"
Mereka bergegas-gegas meneruskan perjalanan ke stasiun.
"Mungkinkah Fatty nanti muncul secara menyamar untuk mempermainkan kita lagi?" kata Bets.
"Mudah-mudahan saja tidak. Aku ingin melihat tampangnya yang bundar serta tertawanya yang lebar itu!"
"Bisa terlambat kita nanti jika tidak buru-buru sedikit," kata Larry sambil memandang arlojinya
"Lihatlah! Bukankah itu keretanya yang sudah
masuk ke stasiun sedang kita baru di sini. Ayo, cepatlah sedikit!"
Mereka bergegas-gegas menuju stasiun.
Sesampai di sana, kereta sudah bergerak lagi. Para penumpang sudah turun dan saat itu nampak berjalan di peron menuju pintu keluar. Beberapa di antara mereka berdiri di samping bagasi. menunggu tukang angkat barang.
"Lihatlah _itu kan Buster?" kata Pip dengan tiba-tiba.
"Luar biasa! Duduk sendiri saja di sini menunggu di bawah bangku."
Anjing kecil berbulu hitam itu memang ada di situ menunggu dengan sabar.
"Dari mana ia tahu bahwa kereta yang ditumpangi Fatty akan masuk sekarang?" kata Bets kagum.
"Bagaimana ia bisa tahu? Pantas ia tidak ada di rumah Fatty! Rupanya sudah berangkat ke stasiun. Ia datang tepat pada waktunya, sedang kita terlambat.Buster memang anjing pintar!"
"Mana Fatty?" kata Daisy sambil mencari-cari di antara para penumpang yang saat itu sudah sampai di pintu ke luar.
"Aku belum melihatnya."
"Mungkin saja ia menyamar untuk menguji ketajaman mata kita," kata Pip.
"Perhatikan semuanya dengan teliti! Terutama yang memakai kaca mata."
Mereka berdiri dengan diam-diam di belakang tukang karcis, sementara para penumpang lewat sambil menyerahkan karcis masing-masing.
Seorang wanita bertubuh besar yang lewat bergegas gegas, dua gadis murid sekolah, seorang laki-laki
membawa tas, dua orang tentara yang masih muda berpakaian seragam dan memanggul kantung barang berukuran besar, lalu dua orang laki-laki memakai mantel tebal.
Kedua-duanya berkaca mata.
Mungkin satu dari mereka itu Fatty?
Kalau melihat perawakan mereka, itu mungkin saja. Ketika lewat, satu di antaranya berbicara pada teman seiringnya.
Dalam bahasa asing!
Keempat anak yang menunggu memandang orang yang baru lewat itu dengan perasaan sangsi. Bisa saja orang itu Fatty Kemudian mereka memperhatikan penumpang yang selebihnya.
Tapi tidak ada yang berperawakan mirip Fatty!
Akhirnya Buster keluar.
Sendiri! Anjing itu kelihatannya merasa sedih.
Bets menepuk-nepuknya
"Kau juga rindu padanya, Buster?" kata Bets
"Mungkinkah dia satu dari orang-orang tadi?"
Di peron tidak ada siapa-siapa lagi, kecuali seorang tukang angkut barang.
Sementara itu Larry sudah mengambil keputusan.
"Yuk," ajaknya.
"Fatty pasti satu di antara kedua orang bermantel tadi. Kita buntuti mereka. Akan kita buktikan pada Fatty bahwa kita tidak begitu mudah ditipu!"
Bab 2 SALAH DUGA!
Keempat anak itu keluar dari stasiun sambil mencari-cari.
Ke mana dua orang laki-laki tadi?
"Itu mereka," kata Larry.
"Itu disana, di pojok jalan!"
"Tapi siapa yang satunya lagi"?" tanya Pip agak bingung.
"Ia kan tidak bilang akan pulang membawa teman?"
"Lihatlah sekarang mereka berpisah," kata Daisy yang melihat kedua laki-laki di pojok jalan itu bersalaman
"Kurasa tadi pasti Fatty dengan begitu saja mengajak orang yang tak dikenalnya mengobrol supaya kita tidak mencurigainya. Yuk! Kurasa yang menuju ke kanan itu Fatty. Gayanya berjalan sama!"
"Dan tujuannya ke arah yang benar," sambut Pip.
"Ya. itu pasti Fatty."
Mereka menyusul bergegas gegas.
Tapi sesampai di pojok jalan, kemudian tertegun.
Eh ke mana dia tadi?
"Itu, di sana _berbicara dengan wanita itu" kata Larry.
"Cepat, kita susul!"
Mereka cepat cepat menghampiri laki-laki berkaca mata tebal dan memakai jas dengan kerah dilipat ke atas, yang saat itu sedang mengatakan sesuatu dengan sikap serius pada seorang wanita bertubuh kecil kurus yang menjinjing keranjang belanja .
Anak-anak mendekati laki-laki itu dari belakang, lalu ikut mendengarkan kata-katanya dengan perasaan geli.
Aduh! Fatty tni memang macam macam saja, pikir mereka.
"Saya mencari rumah kakak perempuan saya. Bisa tolong? Rumahnya bernama Grintriss."
"Belum pernah kudengar." kata wanita yang diajak bicara sambil menatap laki-laki bermantel tebal itu dengan sikap curiga
"Ya? Di mana rumah itu?" tanya laki-laki berlogat asing itu dengan Sikap bingung
"Kataku tadi, belum pernah kudengar," kata wanita itu sekali lagi.
"Sepanjang pengetahuanku. di sini tidak ada rumah yang namanya Grintriss. Siapakah nama kakak perempuan Anda?"
"Francoise Emilie Harris," jawab yang ditanya dengan logat Prancis yang sangat kentara
"Nama itu juga belum pernah kudengar," kata wanita yang bertubuh kecil kurus dengan sikap semakin curiga
"Kenapa tidak Anda tanyakan saja ke kantor pos?"
"Ya? Di mana itu kantor pos?"
Tapi wanita tadi sudah bergegas-gegas pergi.
Pip menyenggol Larry.
"Nah, sekarang giliran kita," katanya dengan suara pelan.
"Kita katakan pada Fatty bahwa kita
tahu di mana saudaranya itu tinggal. sambil menawarkan untuk mengantarnya ke sana. Lalu kita bawa dia pulang ke rumahnya sendiri. Dengan begitu kita tunjukkan padanya bahwa penyamarannya ketahuan. Yuk, kita sapa dia Sekarang?"
"Tapi yakinkah kau bahwa dia betul betul Fatty?" tanya Bets.
"Mana barang barangnya dari sekolah?"
"Pasti sudah dikirim lebih dulu." kata Pip
'Ayolah! Coba perhatikan saja caranya berjalan. Kan persis gaya Fatty!"
Mereka menyusul laki laki yang sudah berjalan lagi.
Saat itu tiba tiba Daisy teringat pada satu hal.
Mana Buster?
Daisy memandang berkeliling.
Tapi anjing kecil itu tidak nampak
"Mana Buster? Ia tadi kan tertinggal di stasiun?" kata Daisy.
"Aku cuma heran, apa sebabnya ia tidak tahu bahwa laki laki itu Fatty, lalu mengejar sambil menggonggong dengan gembira."
"Kalau ia ada bersama kita sekarang. pasti itu dilakukannya," kata Pip,
"Tadi sewaktu di staSiun ia tidak mengenali karna di sana banyak orang! Pasti ia sekarang sudah menunggu lagi di bawah bangku."
"Wah, kaSihan!" kata Bets.
"Lihatlah! Fatty sekarang menyapa seorang wanita lain. Aduh. dia itu benar-benar kocak sekali "
Tapi wanita yang disapa rupanya tidak punya waktu.
Ia hanya menggeleng sambil berjalan terus.
Larry memasukkan jari jarinya ke mulut lalu bersuit
dengan nyaring, sehingga mengagetkan anak-anak yang lain
"He. jangan bersuit begitu!" tukas Daisy.
"Kau kan tidak boleh, karena nanti orang-orang marah karena merasa terganggu!"
"Pokoknya Fatty berhenti karenanya." kata Larry senang.
"Lihatlah, ia berpaling!"
"Tapi sekarang berjalan lagi." kata Bets tercekikik
"Yuk. kita susul. Kalau ia mau pulang arahnya keliru!"
Mereka bergegas menyusul laki-laki itu.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita pura pura tidak tahu bahwa ia Fatty." kata Pip.
"Biar saja ia menyangka berhasil menipu kita. Tapi akhirnya kitalah yang akan tertawa, bila kita membawanya pulang ke rumahnya sendiri dan bukan ke rumah kakak perempuannya yang sebetulnya tidak ada!"
Mereka sudah berhasil menyusul laki laki yang menurut anggapan anak anak pasti Fatty.
Mata orang itu menatap mereka dari balik lensa kaca mata tebal. Di bawah hidungnya nampak kumis kecil berwarna hitam. Muka selebihnya terlindung di balik kerah mantel yang dinaikkan
"Ah, ada anak anak! Kalian mau menolongku, ya?" kata orang itu dengan logat Prancis.
"Aku mencari rumah kakak perempuanku."
"Vous cherchez la maison de votre soeur?"tanya Pip dengan hati-hati.
Ia mengulangi kalimat terakhir orang itu, tapi dalam bahasa Prancis. laki laki itu
menatapnya dengan wajah berseri-seri.
"Oui. oui' Ya, ya' Rumahnya diberi nama Grintriss!"
"Grintriss! Ah, kalau itu kami tahu," kata Larry
Padahal tidak!
Rumah itu sebetulnya hanya karangan Fatty saja, katanya dalam hati
"Silakan Pak, kita harus ke sana. Setiap orang mengenal Grintriss.
Rumah itu sangat bagus. Dan besar sekali!"
"Besar? Rumah kakak saya itu kecil," kata laki-laki itu.
"Kecil sekali. Namanya Grintriss."
"O ya. betul -Grintriss. Kecil Sekali," kata Pip.
Logat bicaranya menirukan laki laki itu.
"Anda kedinginan. ya? Siang hari begini memakai mantel tebal."
"Aku Sedang terserang pilek," kata laki-laki itu.
Ia menyedot ingus lalu batuk-batuk
"Saya hendak berestirahat di tempat kakak"
"Beristirahat. maksud Anda," kata Daisy membetulkan ucapan lakilaki itu, lalu ikut tertawa bersama ana-anak yang lain
"Batuk Anda kedengarannya parah. Parah Sekali!"
Laki laki itu terbatuk-batuk lagi.
Bets tercekikik.
Tidak sadarkah Fatty bahwa mereka sedang mempermainkannya?
Bets sudah sering mendengar Fatty terbatuk-batuk seperti itu, apabila ia sedang menyamar menjadi orang yang sudah kakek-kakek .
Mereka berjalan seiring dengan laki-laki yang membenamkan diri dalam mantel tebalnya. Angin yang menghembus keras di pojok Jalan berikut
menyebabkan ia menarik syalnya sampai menutupi dagu .
"Kita sudah hampir sampai?" desak orang itu
'Angin di sini terlalu terlalu _"
"Terlalu berangin'?" kata Pip membantunya menemukan kata yang dicari
"Itu memang angin yang paling tidak enak. karena terlalu berangin."
Laki-laki itu menatap Pip dengan cepat. lalu tidak mengatakan apa apa lagi .
Larry menganaknya menikung lagi pada pojok jalan berikut. lalu menyeberangi jalan menuju ke rumah Fatty.
Bu Trotteville tidak ada lagi di kebun.
Larry mengejapkan mata pada Pip.
"Kita antarkan dia sampai pintu depan, lalu kita tinggalkan di situ," katanya berbisik-bisik.
"Aku ingin tahu reaksi Fatty saat itu!"
Mereka mengajak laki laki bermantel tebal itu masuk ke pekarangan, langsung menuju pintu depan.
"Kita sudah sampai," kata Pip.
"Ini dia rumah yang Anda cari. Grintriss' Tentunya kakak Anda sendiri yang akan membukakan pintu. Sebentar saya bunyikan bel untuk Anda!"
Pip menekan tombol bel.
Tapi ia menganggap itu saja belum cukup.
Alat pengetuk pintu diayunkannya pula kuat kuat. Setelah itu bersama anak-anak yang lain, ia bergegas ke pintu pagar. Dari situ
mereka memandang ke arah pintu depan.
Apakah yang akan dilakukannya sekarang?
Kemungkinannya ia akan mencopot kaca matanya. lalu sambil nyengir mengatakan,
"Satu nol untuk kalian!"
Mereka melihat pintu depan dibuka oleh pelayan .Laki~laki yang menurut anak anak pasti Fatty kelihatannya seperti berbicara dengan sikap mengotot. walau apa yang dikatakan tak terdengar oleh mereka.
Kemudian pelayan yang membukakan pintu berkata dengan suara lantang,
"Sudah kukatakan tadi, di Sini tidak ada orang bernama begitu .Dan aku juga belum pernah mendengar di sini ada rumah yang namanya Grintriss "
Tiba-tiba Bets mendengar langkah orang yang berjalan dengan cepat di jalan disusul oleh bunyi gonggongan.
Ia merasa mengenal bunyi itu, lalu lari ke jalan untuk melihat.
Benarlah yang menggonggong memang Buster.
Bets terpekik.
"Buster' Dan -Fatty! Kenapa kau? kalau begitu laki-laki tadi bukan kau! FATTY!"
Bets lari menyongsong lalu memeluk Fatty.
Ya, yang datang itu memang Fatty, yang gemuk seperti dulu-dulu juga, dengan mata bersinar jenaka serta mulut nyengir lebar
"Fatty! Kalau begitu yang tadi bukan kau? Wah!"
"Ada apa ini?" tanya Fatty sambil menjunjung Bets sebentar.
"Wah. kau bertambah berat
sekarang, Bets' Tak lama lagi aku pasti sudah tidak
mampu lagi menjunjungmu. Kenapa kalian tadi tidak datang menjemputku di stasiun? Hanya Buster saja yang kujumpai di sana "
Sementara itu ia sudah dikerumuni anak-anak yang memandangnya sambil melongo.
Fatty? Kenapa mereka tidak melihatnya tadi?
"Kalian ini benar-benar dungu " kata Fatty dengan suaranya yang selalu gembira
"Pasti kalian tadi menyongsong kereta yang masuk empat menit sebelum yang kutumpangi .Buster malah lebih pintar! Ia menunggu sampai kereta yang benar masuk. Ia kulihat melompat lompat seperti gila di peron sambil menggonggong-gonggong ketika ia melihatku. Aku masih mencari kalian. Tapi kalian tidak kelihatan."
"Wah! Rupanya kami memang salah kereta lalu membuat kekeliruan besar." kata Daisy
"Kami menyangka kau pasti menyamar untuk mempermainkan kami. Lalu ketika kami tidak melihatmu tadi. kami lantas membuntuti seseorang yang kami sangka kau. Lalu ia menanyakan alamat rumah pada kami. dan kami membawanya kemari -kerumahmu!"
Fatty tertawa terpingkal pingkal
"Kalian memang benar-benar konyol" katanya.
"Mana orang itu sekarang? Kita harus membetulkan kekeliruan kalian tadi!"
Sementara itu laki-laki yang sedang mereka bicarakan muncul dari dalam kebun rumah Fatty.
Tampangnya kelihatan marah sekali.
Ia mengomel ngomel.
Dan memang sudah sewaiarnya jika ia
marah. Ia berhenti sebentar untuk membaca nama yang tertulis di gerbang.
"Kalian sama sekali tidak mengantarkan aku ke Grintriss. Ini bukan Grintriss. Kalian jahat, mempermainkan orang sakit."
Laki-laki itu batuk batuk lagi.
Anak-anak menyesal sekali .
Bagaimana caranya menjelaskan kekeliruan tadi?
Laki laki itu pasti tidak mau mengerti.
Ia menghampiri mereka dengan sikap marah sambil membersihkan hidung yang pilek
"Jahat' Jahat'" umpatnya berulang-ulang
"Jahat sekali Jahat!"
Kemudian ia berteriak-teriak pada mereka dalam bahasa Prancis.
Tangannya Sibuk diayunkan kian kemari .Anak-anak hanya bisa mendengar saja dengan perasaan kecut .Bagaimana kalau Bu Trotteville sampai muncul karena mendengar suara ribut-ribut di luar.
Pasti lebih sulit lagi menjelaskan kekeliruan yang mereka lakukan tadi padanya!
Tiba tiba terdengar bunyi dering bel sepeda di belakang mereka disusul suara seseorang yang sudah mereka kenal baik.
"Nah! Ada apa ini?"
"Pak Goon!" keluh Larry pelan
"Si Ayo Pergi' Dia pula yang muncul sekarang!"
Buster langsung menandak-nandak mengelilingi polisi desa itu sambil menggonggong-gonggong .Pak Goon mengawasi anjing kecil itu dengan waspada .Untung saja ia saat itu memakai celananya yang paling tebal.
katanya dalam hati
"Anjing berisik," omelnya
"Panggil dia! Kalau tidak. kutendang dia nanti!"
Fatty memanggil Buster.
Anjing itu datang, walau dengan segan-segan.
Ia kepingin sekali menggigit pergelangan kaki polisi desa gendut bermulut besar
itu. Sementara itu Pak Goon. menyapa orang Prancis yang sedang kebingungan itu.
"Ada apa? Apakah anak-anak ini mengganggu Anda? Kalau betul begitu. nanti akan kulaporkan'"
Orang Prancis itu langsung marah-marah.Tapi bicaranya dalam bahasa Prancis yang sama sekali tak dimengerti oleh Pak Goon .
Polisi desa itu hendak minta tolong pada Fatty untuk menerjemahkannya -tapi bisakah ia memercayai kebenarannya nanti?
Fatty memandang Pak Goon dengan mata berkilat jenaka.
"Anda tidak ingin tahu apa yang dikatakan olehnya, Pak Goon?" tanyanya dengan sopan
"Aku bisa mengerti juga sedikit-sedikit. Wah. rupanya ia tidak senang pada Anda! Ia mengata ngatai Anda "
Pak Goon merasa tidak berdaya .
Lagi-lagi ia berurusan dengan anak anak bandel itu ditambah pula dengan orang asing yang nampaknya sinting dan yang paling menyebalkan, anjing kecil itu, yang sudah kepingin sekali menggigit pergelangan kakinya!
Menurut Pak Goon. tindakan paling baik yang bisa dilakukannya adalah pergi dari situ dengan segera.
Sambii mendengus ia mendorong sepedanya lalu berkayuh pergi meninggalkan tempat itu diantar gonggongan Buster
"Untung saja!" desah DaiSy, diamini anak-anak yang lain.
Bab 6 SENANG RASANYA BERGABUNG KEMBALI!
Orang Prancis itu melongo ketika melihat polisi tadi tahu-tahu pergi. Kalau di Prancis polisi tidak pernah begitu sikapnya.
Polisi Prancis selalu menunjukkan minat apabila ada orang menyampaikan pengaduan .Mereka mendengarkan dengan tekun sambil mencatat.
Tapi polisi tadi hanya mengatakan.
"Hah!" lalu pergi lagi.
Aneh! Orang Prancis itu batuk batuk.
Fatty kasihan melihatnya, lalu mengajaknya bicara dalam bahasa Prancis yang lancar.
Teman-temannya hanya bisa mendengarkan dengan perasaan kagum .
Wah, fasihnya Fatty berbicara seperti orang Prancis asli!
"Di mana ia belajar sampai bisa selancar itu?" pikir Daisy terheran-heran.
"Di sekolah takkan ada yang bisa mendekati kemampuannya, apalagi menandingi! Sungguh, Fatty memang luar biasa!"
Orang Prancis tadi sudah agak tenang lagi.
Ia mengambil buku catatan dari kantungnya.
Dibukanya buku catatan itu.
"Sebentar-_ akan kutunjukkan namanya," kata orang itu
"Nah. ini dia! Grintriss. Kenapa orang-orang di sini tidak ada yang mengenalinya?"
Sambil berbicara disodorkannya tulisan yang tertera dalam buku catatan pada Fatty. Anak-anak yang lain ikut mengerumuni karena ingin melihat.
"0, GREEN TREES!" kata Daisy
"Kenapa tidak bilang dari tadi? Anda selalu mengatakan. 'Grintriss' "
"Ya, betul. Grintriss'" ulang orang Prancis itu dengan bingung
"Aku kan Selalu mengatakan, 'Grintriss', ya di mana rumah itu?"
"Namanya bukan Grintriss, tapi GREEN TREES," kata Daisy mengajari.Diucapkannya kedua patah kata itu lambat lambat
'Bunyi "i" harus lebih panjang, jangan pendek-pendek."
"Grintriss," ucap orang asing itu mengikuti, tapi dengan "i" pendek serta "s" mendesis.
"Sekarang di mana rumah itu? Aku bertanya untuk terakhir kalinya."
Ia kelihatannya seperti mau menangis.
"Marilah kuantarkan," kata Fatty sambil membimbingnya
"Sekali ini Anda benar-benar akan kami antarkan ke sana."
Mereka berjalan lagi beramai-ramai, sementara Fatty berbicara panjang-lebar dalam bahasa Prancis.
Menyusur jalan, membelok di satu tikungan, agak mendaki bukit lalu memasuki jalan kecil yang sunyi.
Kira-kira di pertengahan jalan itu ada sebuah runaah kecil yang menarik. Asap mengepul ke atas dari cerobongnya
"Green Trees," kata Fatty sambil menuding tulisan pada pagar berwarna putih
"Oui-Grintriss," kata orang Francis itu dengan gembira.
Ia mengangkat topinya memberi hormat pada Bets dan Daisy
"Mesdemoiselles. adieu! Aku masuk sekarang. mencari kakakku"
Laki-laki itu memasuki pekarangan rumah.
Bets menarik napas lega, lalu menggandeng Fatty
"Sayang kepulanganmu disambut dengan kejadian konyol seperti ini' Fatty." katanya
"Kami tadi sebenarnya bermaksud hendak menjemputmu di peron. Tapi kau hanya menjumpai Buster sendiri di sana _ sedang kami membuntuti orang yang sama sekali tidak mirip denganmu'"
"Betul! Tapi justru itulah payahnya jika Fatty menyamar," kata Pip menggerutu.
"Ia menjadi lain sama sekali! Yuk. Fatty kita ke rumahmu saja sekarang Ibumu pasti sudah bertanya tanya, kenapa kamu belum datang juga sampai Sekarang!"
Bu Trotteville menyambut dengan lega ketika anak anak masuk ke dalam rumah
"Kau tadi ketinggalan kereta. Frederick? Kau terlambat sekali.. Selamat kembali di rumah!"
"Hmm harumnya bau masakan dari dapur," kata Fatty sambil mencium-cum
"Kalau melihat baunya. seperti daging goreng dengan bawang Betul tidak. Buster?"
"Guk!" gonggong Buster yang selalu sependapat dengan tuannya. Anjing itu berlari-lari mengeliling kaki Fatty, lalu melesat ke bawah sofa, muncul lagi lalu menelusuri kaki-kaki kursi sambil berbelok kian kemari
"Ini dia yang namanya lari' rintangan dengan tenaga penggerak Jet." kata Fatty
"He! Hati-hati sedikit Buster terguling aku nanti kautubruk'"
"Selalu begitu kelakuannya apabila kau baru saja pulang," kata Bu Trotreville
"Mudah mudahan saja ia cepat tenang kembali. Aku tidak berani berjalan selangkah pun kalau ia sedang gila seperti sekarang ini "
"Dia lucu." kata Bets.
"Aku tahu bagaimana perasaannya apabila Fatty pulang. Aku sendiri Juga begitu."
Fatty merangkulnya.
"Tapi jangan ikut ikutan lari merangkak-rangkak mengelilingi mebeL" katanya pada anak kecil itu.
"Bagaimana _ ada misteri misterius atau problem tak terpecahkan yang muncul selama minggu kemarin ini? Sayang kalian semua lebih dulu pulang daripada aku!"
"Sampai Sekarang belum ada apa-apa yang muncul," kata Pip.
"Tapi sekarang pasti akan ada. karena kau sudah di sini .Petualangan selalu mendatangi mereka yang gemar bertualang'"
"Mudah-mudahan saja takkan ada kejadian apa apa,
" kata Bu Trotteville.
"karena nanti pasti Pak Goon konyol itu langsung muncul kemari. Kalau polisi yang kusenangi, sahabat kalian, Komisaris Jenks!"
Anak anak memandangnya dengan mulut ternganga.
"Komisaris? Jadi Inspektur Kepala Jenks kini sudah menjadi komisaris'?" kata Larry.
"Bukan main kedudukannya semakin menanjak terus!"
"Kita mulai kenal padanya ketika ia masih berpangkat Inspektur," kata Bets
"Setelah itu naik pangkat, menjadi Inspektur Kepala .Dan sekarang. Komisaris. Wah, aku senang sekali mendengarnya. Sekarang pangkatnya sudah tinggi sekali, ya! Mudah mudahan Saja ia masih mau kenal dengan kita."
"Menurutku, pasti masih," kata Bu TrotteVille tersenyum
"Aduh kenapa pintu dapur tidak ditutup sewaktu menggoreng bawang sekarang baunya menghambur sampai kemari"
"Menutup pintu saat menggoreng daging dengan bawang?" kata Fatty memrotes.
"Pintu harus ditutup kata Ibu? Bau sesedap itu tidak boleh tercium? Wah, Bu, rupanya Ibu tidak sadar bahwa selama di asrama aku selalu kelaparan seperti biasa?"
"Kau kelaparan?" kata Bu Trotteville sambil memandang jas yang dipakai Fatty
"Kancing jasmu kelihatannya sampai sudah hampir terlepas. karena harus menahan perutmu itu! Kopermu SUdah datang tadi. Frederick! Apakah kau hendak membereskannya dulu. atau kita langsung saja makan sekarang? Aku sengaja menyuruh siapkan makanan lebih cepat dari biasanya, karena kurasa kau pasti lapar "
"Wah, Bu! Aku paling senang pada Ibu jika Ibu berbuat hal hal seperti itu," kata Fatty dengan manja.
"Aku memang sudah lapar sekali!"
"Rupanya kasihmu pada Ibu ditentukan oleh perut, ya!" kata Bu Trotleville.
Ia tertawa ketika Fatty tiba-tiba merangkulnya.
"Teman-teman bisa ikut makan disini ya, Bu?" tanya Fatty.
"Tentu saja. asal kau mau membagi daging dan bawangmu bersama mereka" kata ibunya.
Wah, itu agak berat bagi Fatty.
Teman tetap teman, tapi kalau perut sedang lapar soalnya menjadi lain!
Apa boleh buat ia terpaksa berpisah dulu dari mereka!
"Kalian bisa saja ikut minum teh nanti sore di sini, kalau kalian mau," kata Bu Trotteville.
"Cukup banyak kue kue yang kusediakan Frederick! Coba kausuruh Buster tenang. Lihatlah. ia sudah mulai sinting lagi .Pusing rasanya melihatnya lari berputar putar seperti itu."
"Ayo tenang. Buster"' kata Fatty.
Ajaib, anjing kecil yang bandel itu langsung berhenti berlari. ia merebahkan diri di dekat kaki Fatty lalu menjilati sepatu anak itu
"Datanglah sekitar pukul tiga nanti," kata Fatty sambil mengantar yang lain lainnya sampai ke pintu pekarangan depan.
"Kita akan mengobrol dan kalian menceritakan semua kabar terbaru. Nah, sampai nanti!"
Ia masuk kembali ke rumah sambil mengendus-endus bau masakan yang sedang disiapkan.
"Coba kemari sebentar, Frederick!" kata Bu Trotteville ketika melihat anak itu sudah masuk lagi,
"Tadi ada orang asing bermantel tebal datang kemari. Pada Jane yang membukakan pintu. Ia
mengatakan bahwa nama rumah kita ini Grintris. Orang itu hendak memaksa masuk untuk menemui kakaknya. Lalu ketika Jane mengatakan dengan tegas bahwa ini bukan rumah yang disebutnya itu. ia menggerutu tentang anak anak Jahat. Kau kan tidak ada sangkut pautnya dengan orang itu, Frederick? Mudah-mudahan kau tidak mulai iseng lagi!"
"Tentu saja tidak." kata Fatty tersinggung
"Kasihan, aku bertemu dengannya tadi di pintu pekarangan depan. Kami mengantarnya ke alamat yang hendak didatangi olehnya .Rumah yang dimaksudkan olehnya itu Green Trees. Letaknya agak di atas bukit, di pinggir suatu jalan kecil bernama Holly Lane. Hmm. Bu -tercium lagi bau sedap itu. Bolehkah aku ke dapur sebentar untuk menciumnya dari lebih dekat? Aku juga belum menyalami juru masak serta Jane "
"Ya, baiklah' Tapi jangan mengudap bawang yang sedang digoreng, ya?" kata Bu Trotteville
"Aku senang sekali bahwa kau ada di rumah lagi. Frederick ! tapi aku ingin sekali tahu apa saja yang hendak kaulakukan. Kau jangan terlibat dalam urusan yang mengagetkan selama liburan ini. ya! Baru kemarin Bu Hilton mengatakan padaku bahwa di sini tenteram sekali selama satu minggu belakangan ini."
Fatty tidak menjawab karena sudah masuk ke dapur.
Tangannya sibuk mencomot bawang goreng yang baru setengah matang, Juru masak tertawa geli melihat ulahnya. begitu pula Jane. Juru
masak berjanji akan membuatkan hidangan yang enak-enak untuknya.
Kedua pembantu Bu Trotteville itu sangat sayang pada Fatty.
Fatty makan dengan nikmat sambil bercerita panjang-lebar pada ibunya tentang hal ihwal selama di sekolah.
Seperti biasa prestasinya baik sekali
"Dalam raporku mungkin ada komentar yang menyarankan agar aku sebaiknya eh yah. Tetap memakai suaraku sendiri," katanya dengan nada sambil lalu.
Ibunya langsung menoleh.
Fatty buru-buru menyambung,
"Ibu tidak perlu kaget! Itu hanya berarti bahwa aku berhasil dengan kemampuanku memindahkan suaraku dalam semester yang lalu "
Satu dari sekian banyak bakat Fatty ialah kepandaiannya memindahkan suara.
Tapi sayangnya para guru tidak menanggapi kepandaiannya itu dengan sikap sesenang teman temannya. Sekali murid-murid yang Sekelas dengan Fatty sibuk sepanjang pagi mencari-cari orang yang tidak nampak dalam ruang loteng sekolah. Orang itu rupanya seperti sedang kesakitan. Erangannya terdengar jelas sekali, sehingga menimbulkan kegemparan.
Ketika akhirnya ketahuan bahwa itu ulah Fatty yang memamerkan kehebatannya memindahkan suara, sekali lagi terjadi kegemparan.
Tapi bukan kegemparan yang menyenangkan begi Fatty!
Kemudian ia jera berbuat iseng seperti itu tapi
kemudian ternyata hanya untuk sementara saja jeranya .
Tepat pukul tiga siang terdengar langkah orang berjalan dalam kebun.Fatty yang sedang membenahi kopernya menjenguk ke luar. Dilihatnya Larry, Daisy, Pip, dari Bets lewat di bawah jendela kamarnya . Fatty lantas bergegas lari ke bawah bersama Buster menyusul keempat anak itu yang berjalan menuju ke pondok yang terdapat di ujung belakang kebun.
Pondok tua itu merupakan tempat bermain merangkap gudang serta tempat berganti pakaian bagi Fatty.
Pokoknya bisa dijadikan tempat untuk apa saja.
Kalau tidak dipakai, pintu pondok itu selalu dikunci.
Anak kuncinya ada pada Fatty. dan tidak pernah diletakkannya sembarangan .Soalnya di situ banyak sekali perlengkapan menyamar dan pakaian yang aneh aneh .
Fatty tidak ingin semuanya itu dilihat orang lain kecuali teman-teman tentunya!
Ibunya pasti tercengang kalau bisa melihat barang barang usang yang didapat Fatty di tukang loak.
Topi topi tua yang sudah jelek, pembalut leher yang compang camping, gaun panjang terjela-jela, celana celana dari bahan kasar, sepatu-sepatu bot yang sudah aus tumitnya. dan macam-macam lagi
"Halo!" kata Fatty menyapa anak anak yang mengintip lewat jendela pondok untuk melihat apakah ia sudah ada di dalam
"Sebentar, kubukakan pintu. Di dalam tentunya sekarang
sudah hangat, karena tadi sehabis makan aku sudah kemari untuk menyalakan tungku minyak."
Anak anak masuk.
Ruangan di dalam hangat dan nyaman. Sinar matahari musim semi yang masuk lewat jendela menerangi ruangan.
Tempat itu nampak berdebu dan agak berantakan.
"Nantilah kubersihkan," kata Daisy sambil memandang ke sekeliling
"Wah asyik ya. kita bisa berkumpul lagi di tempat ini. Pasukan Mau Tahu sudah lengkap kembali!"
"Ya. tapi tanpa ada sesuatu yang perlu diketahui!" kata Pip
"Aku paling senang kalau ada kejadian yang asyik! Jangan lupa, Fatty! kami nanti harus kembali ke sekolah. Seminggu lebih cepat dari kau! Jadi kita tidak begitu banyak punya waktu untuk melakukan sesuatu!"
"Walau tidak ada kejadian apa apa. kita kan bisa saja berlatih," kata Larry.
"Misalnya saja menyamar, atau melakukan pengintaian, atau membuntuti orang "
"Ya, itu bisa kita lakukan," kata Fatty.
"Aku juga ingin melatih kemampuanku memindahkan suara karena selama di sekolah aku hmm tidak sempat"
"O ya, lakukanlah itu!" kaa Bets.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yuk, kita menyusun rencana saja sekarang!"
"Baiklah." kata Fatty menyetujui.
*** MENGATUR RENCANA
Sore itu anak-anak asyik merundingkan berbagai rencana yang serba kocak sambil menikmati makanan yang dihidangkan.
Juru masak menepati janjinya.
Ia menyiapkan roti hangat bertumpuk tumpuk dengan selai frambos, lalu roti Jahe berisi kismis serta kue coklat yang bundar dan besar dengan isian istimewa .
Buster diberi biskuit dengan daging komet.
"Wah! Buster menikmati makanannya dengan tiga macam cara," kata Fatty.
"Mula mula ia mencium-cium bau biskuit dengan komet. Setelah itu dijilat, dan akhirnya baru dimakan! Lihat saja. bagaimana' asyiknya!"
"Guk!" gonggong Buster sebagai jawaban.
Ia memukul mukulkan ekornya dengan keras.
"Dan yang lebih penting lagi." kata Fatty sambil mengambil kue coklat dengan irisan besar,
"yang lebih penting lagi, dengan begitu kue coklat ini bisa untuk kita sendiri. Kalau sudah menghadapi biskuit dengan komet, Buster pasti lupa segala-galanya .Sampai Sekarang ia belum melihat kue kita ini "
"Dan nanti sudah terlambat, karena sudah kita habiskan Sendiri," kata Pip.
Kemudian mereka kembali pada rencana kesibukan yang Sedang dibicarakan .Fatty saat itu sedang lucu sekali. Anak anak ramai tertawa. sampai tersedak.
'He, Larry' Bagaimana kalau kita membawa empat jemuran kejalan besar, lalu di situ berlagak menjadi pekerja yang hendak membongkar jalan " kata Fatty
"Hanya kita berdua saja. Pip tidak bisa ikut, karem belum cukup besar. Kalau ia juga ikut menyamar menjadi pekerja nanti langsung ketahuan. Tempat jemuran nanti kita pasang mengelilingi kita.Kita gantungkan kain merah ke itu. persis yang biasa nampak apabila ada pekerja sedang memperbaiki Jalan. Lalu kita mulai?"
"Wah! ,jangan ah," kata Larry.
"Bisa repot kita nanti'"
"Aku berani bertaruh. Pak Goon pasti akan membiarkan kita menggali di tengah jalan." kata Fatty
"Takkan terlintas dalam pkirannya untuk menanyakan apa yang Sedang kita kerjakan di situ'"
Tiba tiba Daisy tercekikik .
"Aku ingin menantangmu untuk melakukan sesuatu. Fatty," katanya
"Aku mendapat tugas menjual karcis lotre untuk Pasar Amal Gereja. Sekarang kau kutantang untuk menawarkan satu pada Pak Goon"
"Itu kan gampang," kata Fatty
"Sangat gampang! Sini, berikan Selembar padaku untuk
kujual besok padanya. Nah. jadi itu tugas untukku."
"Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Larry
"Nanti dulu ya, bagaimana jika kau memakai pakaian kerja, lalu pergi membersihkan jendela rumah orang?" kata Fatty mengusulkan.
"Aduh, jangan tugas Seperti itu." kata Larry ngeri.
"Ya, ya, itu tugas yang baik untuknya." kata Daisy dan Bets mendesak.
"Kau harus memilih rumah yang tidak bertingkat," kata Pip
"Dengan begitu kau tidak perlu membawa tangga. dan Juga tidak terlalu banyak kaca Jendela yang perlu dibersihkan. Larry sebagai tukang cuci Jendela ..asyik!"
"Perlukah aku bertanya dulu apakah aku boleh melakukannya?" tanya Larry dengan tampang cemas
"Maksudku, aku kan tidak bisa dengan seenaknya saja memilih salah satu rumah, lalu langsung mulai membersihkan jendela-jendelanya! Jangan-jangan mereka sudah punya langganan pembersih jendela "
"Betul juga katamu. Jadi kau harus minta ijin dulu." kata Fatty dengan sikap serius.
"Lalu nanti kalau kau ternyata dibayar, dengan uangnya kau membeli satu karcis yang dijual Daisy "
"Wah." kata Larry.
Mendengar kalimat Fatty yang terakhir, tahu-tahu Ia tidak begitu setuju lagi dengan rencana itu.
"Lalu aku, apa yang harus kulakukan?" kata Pip tertawa kecil.
Anak anak yang lain menoleh ke arahnya
"Kau boleh membuntuti Pak Goon besok." kata Fatty menentukan.
"Buntuti dia dengan baik, jangan sampai ia tahu bahwa kau mengikuti."
"Baiklah," kata Pip
"Kurasa aku pasti bisa. Lalu bagaimana dengan Bets dan Daisy?"
"Nanti saja kita pikirkan. jika kita sudah selesai dengan tugas masing masing," kata Fatty
"Sekarang siapa mau roti Jahe yang penghabisan ini? Atau kupotong saja menjadi lima?"
Roti itu dibagi lima dengan adil
"Ada yang sudah berjumpa dengan Pak Jenks dalam liburan ini?" tanya Fatty sambil membagi bagikan roti.
"Hebat ya, Ia sudah naik pangkat lagi!"
"Ya, hebat sekali!" kata Bets.
"Tidak, selama ini belum ada yang berjumpa dengannya" kata Pip.
"Dan kurasa kita takkan melihatnya. kecuali jika ada misteri yang hendak kita selidiki."
"Payahnya Pak Goon selalu juga langsung tahu, dan kalau kita sama sama sedang mengadakan penyelidikan kemudian ia pasti merepotkan saja," kata Daisy.
"Aku kepingin sekali bisa mengusut petunjuk, tersangka, dan hal-hal seperti itu lagi. Asyik Sih!"
Setelah itu mereka bermain kartu.
Mereka Semua senang karena sudah bergabung kembali.
Kalau tidak ada Fatty, keadaannya seperti lain rasanya,
Fatty selalu ada-ada saja cerita dan perbuatannya yang konyol-konyol.
Tingkah lakunya selalu tidak bisa diduga sebelumnya.
Setelah beberapa waktu bermain.
Pip memandang arlolinya lalu mendesah
"Aku harus pulang sekarang,
" katanya
"Yuk, Bets, jangan sampai terlambat -nanti kita diomeli. Kenapa kalau kita sedang asyik. waktu rasanya berjalan begitu cepat, ya?"
"Larry' Pip! Jangan lupa. besok kalian ada tugas," kata Fatty mengingatkan.
"Datanglah melapor besok sore kemari, sehabis minum teh' Saat itu uang pembayaran karcismu pasti akan sudah kuperoleh, Daisy!"
Daisy tertawa.
"Jangan terlalu menggampangkan," katanya.
"Yuk, Larry. kita juga pulang'"
Fatty membersihkan tempat itu ketika anak anak sudah pergi semua.
Ia berpikir pikir, mencari akal supaya Pak Goon bisa terbujuk membeli karcis amal.
Pandangannya menelusuri kumpulan pakaian usang yang digantungkan berjejer-iejer di salah satu dinding. Sudah jelas bahwa ia harus menyamar. karena mana mungkin Pak Goon mau membeli karcis jika ia datang dengan begitu saja. Melihat Fatty saja polisi desa itu sudah langsung sebal.
Apalagi kalau disuruh membeli karcis!
"Aku akan mendatanginya dengan menyamar sebagai wanita tua yang pandai meramalkan nasib dengan melihat guratan pada tangan," kata Fatty
dalam hati
"Pasti asyik, karena Pak Goon percaya sekali pada hal-hal seperti itu!"
Pip Juga sedang mengatur siasat.
Kapan sebaiknya ia membuntuti Pak Goon?
Paling gampang, tentu saja kalau hari sudah gelap. Tapi ia tidak tahu kapan polisi desa itu biasanya berangkat waktu malam. Ia juga tidak ingin menunggu nunggu selama beberapa jam di depan rumah orang itu.
Tidak! lebih baik ia memilih saat pagi saja, apabila Pak Goon berangkat dengan sepeda.
Ia akan menganggap Pak Goon itu orang yang disangka melakukan pencurian, lalu membuntutinya ke mana saja Ia pergi!
Keesokan paginya Pip berangkat naik sepeda.
Ia menuju ke jalan di mana Pak Goon tinggal.
Di atas pintu tertera dengan huruf yang besar besar: POLISI
Pip turun dari sepedanya.
Disandarkannya sepeda itu pada sebatang pohon yang besar, lalu dikempiskannya salah satu ban. Kini ia bisa menyibukkan diri dengan memompa ban itu.
Takkan ada yang mempedulikan kenapa ia ada di situ, walau mungkin ia nanti harus menunggu sampai setengah jam atau lebih .
Ternyata memang lama Juga ia harus menunggu. Sampai bosan rasanya mengempiskan ban lalu memompanya kembali.
Tapi akhirnya Pak Goon muncul sambil mendorong sepedanya ke luar.
Ujung bawah celana panjangnya dijepit supaya tidak tersangkut ke sepeda
Pip heran ketika melihat seorang anak laki-laki berbadan kurus ikut keluar di belakang Pak Goon
Umur anak itu sekitar sebelas tahun.
Pak Goon menyerukan sesuatu pada anak itu.
Setelah itu menaiki sepedanya dengan berat dan lambat lalu mengayuhnya pergi.
Pip buru-buru menyusul.
Pak Goon kelihatannya sama sekali tidak tahu bahwa ada yang membuntuti dirinya. Ia bersepeda terus dengan gerakan oleng kian kemari, Serta Sekali-sekali menyalami orang yang dilewati dengan sikap seolah-olah dirinya orang penting.
Ia turun di depan sebuah rumah lalu masuk, setelah menyandarkan sepedanya ke pagar.
Pip menunggu tidak Jauh dari situ .
Sesaat kemudian Pak Goon muncul kembali, lalu meneruskan perjalanan menuju jalan besar.
Di kantor pos ia turun lalu masuk.
Pip yang menunggu di luar akhirnya merasa bosan.
Ia kepingin makan eskrim, karena dekat situ ada toko yang menjual.
Akhirnya ia memutuskan masuk sebentar ke toko itu untuk membeli eskrim .
Tapi sementara Pip berada dalam toko, Pak Goon keluar dari kantor pos lalu berangkat lagi dengan sepedanya.
Untung saja Pip masih sempat melihat .
Ia buru-buru menelan eskrimnya sehingga nyaris tercekik, lalu menyusul.
Kemudian ia berpapasan dengan Bu Trotteville yang berjalan dengan ditemani Buster. Begitu melihat Pip serta mendengar anak itu mengucapkan salam dengan sopan, anjing kecil itu langsung berbalik haluan dan menyusul Pip
"Jangan, Buster! Pagi ini tidak bisa. Sana, Anjing manis, kembalilah!" seru Pip.
Tapi Buster masih
saja berlari mengikutinya .Napasnya terdengar terengah-engah.
Fatty tadi pergi tanpa mengajaknya .
Karena itu ia sekarang hendak ikut saja dengan Pip. Tapi anjing berkaki pendek itu tidak mampu mengikuti kecepatan Pip bersepeda, sehingga akhirnya tertinggal jauh. Tapi ia tetap saja mengikuti dengan napas terengah-engah.
Sementara itu Pak Goon sudah memasuki suatu jalan desa. Jalan itu tidak menuju ke mana-mana kecuali ke suatu tempat pertanian. Pip langsung tahu kenapa Pak Goon ke sana. Pemilik pertanian itu mengadu bahwa domba dombanya Sering diganggu anjing.
Pak Goon pasti ke situ untuk mencari keterangan mengenai anjing-anjing itu.
Pip memutuskan untuk duduk duduk sebentar di bawah pagar semak yang membatasi tempat pertanian itu sambil menunggu Pak Goon muncul lagi.
Tugas membuntuti saat itu agak membosankan.
Ia ingin tahu, apakah Larry berhasil melakukan tugas penyamarannya sebagai tukang cuci kaca jendela.
Pip turun dari sepedanya dan menyembunyikannya dalam parit. Setelah itu ia menyusup masuk ke lapangan lewat lubang yang ada di pagar semak.
Beberapa ekor domba sedang merumput, di antaranya beberapa ekor yang masih kecil-kecil.
Anak-anak domba itu lucu sekali,meloncat-loncat dengan gerakan kikuk di tengah lapangan.
Pip duduk memperhatikan sambil menyandarkan punggung pada sebatang pohon.
Tiba tiba didengarnya langkah berlari-lari serta napas
terengah engah dan saat berikutnya ia diterpa Buster yang menyusup masuk lewat lubang pagar.
Anjing itu menjilati Pip sambil mendengking dengking, seperti hendak menyatakan kegembiraannya karena berhasil menyusul.
"Aduh, jangan kaujilati aku!" kaia Pip sambil mendorong Buster. Anjing itu lari ke tengah lapangan.
Ia lari memutar sambil menggonggong gonggong. Beberapa ekor anak domba yang ada didekat situ lari ketakutan ke induk mereka.
Kemudian terdengar suara lantang berseru dari balik semak.
Pip langsung tahu siapa itu.
"Hah' Jadi anjing anak gendut itu rupanya yang suka mengejar-ngejar domba Pak Meadows! Mestinya aku sudah harus tahu dari semula! Akan kutangkap anjing itu sekarang, biar nanti ditembak mati. Kebetulan sekali aku kemari untuk mencari keterangan mengenai anjing-anjing yang suka mengganggu domba! Sekarang ketahuan seekor di antaranya!"
Sambil berseru-seru.
Pak Goon masuk menerobos semak pagar.
Dengan cepat Pip berdiri.
"Buster sama sekali tidak mengejar domba!" serunya marah.
"Ia kemari karena mencari aku. Ia baru saja datang!"
"Akan kutangkap dia, lalu kubawa," kata Pak Goon.
Polisi desa itu senang sekali karena mendapat alasan untuk menangkap Buster.
Tapi menangkap anjing kecil itu tidak semudah mengatakannya.
Bahkan ternyata Buster yang lebih gampang menangkap Pak Goon. itu disadari
olehnya setelah beberapa kali anjing kecil itu datang menghampiri dengan cepat lalu lari lagi. Akhirnya ia terpaksa berseru-seru pada Pip agar menyuruh Buster jangan mengganggunya.
Pip memanggil Buster, dan Pak Goon bergegas gegas naik ke sadel lalu menggenjot sepedanya, pergi secepat-cepatnya
'Entah di mana Fatty sekarang." keluh Pip dalam hati
"Aku harus melaporkan kejadian ini padanya. Sialan kau, Buster .kenapa kau susul aku? Sekarang kau berada dalam kesulitan!"
**** FATTY MERAMAL
Pip menaiki sepedanya. lalu pergi dari situ .Buster berlari-lari mendampinginya.
Anjing kecil itu melihat kian kemari.
Barangkali saja Pak Goon kelihatan. Kalau ada, Buster ingin menyambar mata kakinya sekali lagi. Tapi polisi desa itu tidak nampak, karena saat itu sudah dalam perjalanan pulang.
Ia bersepeda sambil membayangkan kopi panas yang manis serta sepotong kue buatan sendiri.
Hmm, sedap!
Pip menuju ke rumah Fatty.
Tapi anak itu tidak ada di sana
"Sialan!" umpat Pip dalam hati.
"Rupanya ia ke rumah Pak Gobn untuk menawarkan karcis amal. Wah. sayang aku tidak sempat melihat Fatty dalam samaran. Pasti mirip sekali dengan wanita tua yang hendak pergi berbelanja!"
*** Fatty asyik sekali memilih samaran dalam pondoknya di belakang rumah, sebelum ia berangkat untuk menawarkan karcis pada Pak Goon. Akhirnya Ia memilih gaun hitam yang panjang, lalu baju panas yang juga berwarna hitam, Serta mantel merah tua yang kedodoran.
Sebagai pelengkap diambilnya topi yang dibelinya dalam Pasar Amal yang terakhir .
Topi itu hitam dan terbuat dari jerami. Bagian depannya dihiasi dengan bunga-bunga mawar yang merah tua warnanya.
Fatty mengenakan rambut palsu berwarna gelap. Setelah itu ia merias mukanya. Di sana sini dibuatnya garis-garis supaya kelihatan tua.
Setelah selesai diperhatikannya bayangan mukanya dalam cermin sambil nyengir .
Kemudian dikerutkannya kening.
Seketika itu juga tampangnya berubah, menjadi seorang wanita tua berwajah masam .
"Coba anak-anak ada di sini sekarang." katanya dalam hati.
"Pasti mereka terpingkal-pingkal melihatku. Nah -mana tasku tadi?"
Tas itu sudah usang.
Dulu milik ibunya.
Di dalamnya ada tempat bedak, selembar sapu tangan, serta beberapa jepit rambut.
Semua ditaruh di situ untuk dipakai apabila Fatty menyamar menjadi wanita. Ia suka sekali mengeluarkan tempat bedak lalu membedaki hidung. Seperti yang dilihatnya sering dilakukan kaum wanita .Ibunya pasti tercengang apabila melihat Fatty saat Ia sedang begitu'
Dibukanya pintu pondok secelah.
Ia memasang telinga sesaat .
Ada orang atau tidak di sekitar situ?
Ia tidak mendengar apa-apa.
Karenanya ia lantas cepat-cepat menyelinap ke luar, mengunci pintu kembali, lalu bergegas lewat jalan samping .Saat ia
sedang berjalan di antara semak, terdengar suara seseorang memanggil,
"He! Mau cari apa di sini?"
Fatty menoleh .
Dilihatnya tukang kebun memandangnya dengan sikap aneh.
Tentu saja, karena Fatty saat itu bukan Fatty. tapi seorang
wanita tua berpakaian lusuh.
Fatty langsung berlagak tidak bisa berbahasa Inggris .Ia mengoceh asal bunyi sambil menggerak gerakkan tangan serta menggoyang-goyangkan bahu.
"Tidak bisa berbahasa Inggris, ya?" kata tukang kebun.
"Sana pergi saja ke dapur kalau perlu apa-apa "
Fatty mengoceh lagi seperti mengucapkan terima kasih, lalu cepat cepat pergi dari situ.
Dalam hati ia tertawa .
Samarannya kali itu rupanya sangat baik, apabila tukang kebun pun tidak bisa mengenalinya!
Ia kemudian memutuskan untuk berlagak menjadi orang asing saja.
Ia bisa mengoceh seenaknya tanpa ada yang bisa mengerti!
Di jalan tidak ada yang memperhatikan dirinya.
Itu tanda baik, pikirnya.
Ia memutuskan untuk meniru gaya wanita wanita tua yang kadang kadang menjadi anggota salah satu panitia bersama ibunya.
Sementara itu ia sampai ke Jalan di mana Pak Goon tinggal.
Ia langsung menuju ke rumah polisi desa itu.
Fatty mengetuk pintu.
Adakah Pak Goon di rumah?
Pintu terbuka dan seorang anak laki-laki berbadan kurus muncul di ambangnya. Anak itulah yang mengikuti Pak Goon ke luar ketika Pip mengintainya tadi .
Anak kurus itu menatap Fatty.
"Pak Goon pergi," katanya.
"Cuma ibuku saja yang ada. Ia sedang membersihkan rumah. Akan kupanggilkan sebentar jika Anda hendak menyampaikan pesan."
'Kau anak yang baik," kata Fatty dengan logat asing sambil tersenyum berseri seri.
"Baiklah, aku masuk."
Sambil berkata begitu ia langsung masuk melewati anak itu.
Fatty menuyu ke ruang kerja Pak Goon, lalu duduk disitu sambil membetulkan letak gaun serta menepuk-nepuk begian belakang rambut palsunya.
"Sebentar, akan kupanggilkan Ibu sekarang," kata anak tadi.
Ia agak bingung menghadapi tamu wanita itu.
Mungkin dia kawan Pak Goon, pikirnya
Fatty mendengar anak kurus itu berbicara di ruang balakang.
' Bu _ di depan ada seorang nyonya tua yang ingin bertemu dengan Pak Goon," kata anak itu.
"Orangnya aneh .Mungkin orang asing. Tahu-tahu ia sudah masuk ke ruang kerja lalu duduk di situ."
"Baiklah. Akan kutanyakan maunya," kata seorang wanita, yang rupanya ibu anak tadi.
Sesaat kemudian muncul seorang wanita di ruang kerja. Ia mengelapkan tangannya ke celemek yang terbuat dari kain karung.
Fatty tersenyum dengan ramah sekali sambil menganggukkan kepala.
"Aku ingin bertemu dengan Pak Goon," kata wanita asing gadungan itu.
"Ia kan menunggu kedatanganku, ya?"
"Wah. saya tidak tahu pasti," kata ibu anak laki-laki tadi
"Saat ini ia sedang keluar .Maukah Anda menunggu sebentar? Saya pembantu yang setiap pagi biasa membersihkan di sini. Bert ikut karena ia sedang libur sekolah. Sedikit-sedikit ia bisa membantu pula di sini."
Fatty memandang wanita itu dengan wajah berseri-seri. Tampangnya memang mirip dengan anak laki-laki tadi. yang ternyata bernama Bert.
"lkeldoka runipl," kata Fatty dengan wajah serius.
"Bagaimana?" kata wanita itu .
Ia tercengang mendengar Fatty tiba-tiba mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak dimengerti olehnya .
Padahal siapa pun takkan bisa mengerti, karena Fatty memang mengoceh asal bunyi saja.
"Anda orang asing rupanya," kata wanita itu lagi.
"Pernah ada orang asing mondok di rumah saya, dulu. Wanita itu hebat bisa meramalkan nasib, hanya dengan melihat guratan tangan saja!"
"Begitu, ya," kata Fatty.
"Aku pun bisa membaca guratan tangan. Sejelas membaca buku."
"O ya?" Wanita itu tertarik, lalu datang menghampiri.
Sementara itu Fatty sibuk mengingat-ingat .
Ia rasanya pernah melihat wanita itu .
Kemudian ia tahu.
Ya, tentu saja dia kan teman jane. pembantu ibunya. Wanita itu kadang-kadang datang membantu di dapur apabila orang tua Fatty mengadakan pesta.
Siapa ya namanya?
Fatty mengingat-ingat sebentar. .. ya. betul -Mickle.
Bu Mirkie!
Wanita itu mengusapkan tangannya sekali lagi ke celemek, lalu menyodorkannya pada Fatty
"Apa yang bisa Anda baca pada tangan saya ?" tanyanya bergairah
Fatty memegang tangan wanita itu, lalu pura pura menekurinya dengan serius.
"An Anda bernama Mickle. Bu Mickle. Anda bertempat tinggal di di -Shepherd's Crescent..."
"Wah semuanya itu tertulis di tangan saya?" kata wanita itu kagum.
"Selain itu masih ada apa lagi?"
"Saudara wanita Anda lima orang," kata Fatty teringat, hal itu pernah didengarnya.
"Sedang saudara laki-laki Anda ada berapa, ya? Di sini tidak begitu Jelas tertulis."
"Ada enam," kata Bu Mickle membantu.
"Yah, mungkin mereka tersembunyi di bawah bagian yang kotor ini. Coba saja dari tadi sudah tahu Anda akan datang, saya kan bisa mencuci tangan dulu supaya benar-benar bersih!"
"Di sini saya melihat ada penyakit." sambung Fatty,
"lalu anak anak begitu pula teh bercangkir cangkir serta.."
"Aduh tepat sekali!" potong Bu Mickle bersemangat
"Saya memang sering kali sakit sedang anak saya ada lima. Bert ini yang paling kecil -sedang teh, yah entah berapa ribu cangkir teh yang sudah kuminum selama ini!"
"Berjuta-juta," kata Fatty sambil terus menekuri telapak tangan wanita itu.
"Bukan main sampai teh pun bisa Anda baca pada garis-garis telapak tangan," kata Bu Mickle.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia melantangkan suaranya.
"Bert! Kemarilah, coba kaudengar ini. Nyonya ini benar benar hebat kemampuannya membaca garis tangan "
Bert, yang selama ini berdiri sambil ikut mendengarkan dari balik pintu, langsung masuk begitu dipanggil oleh ibunya.
Anak itu memandang Fatty dengan sikap kurang percaya
"Di mana Anda melihat cangkir teh yang begitu banyak itu?" tanyanya
"Bagaimana Anda bisa tahu bahwa itu bukan kopi?"
Fatty langsung merasa tidak Senang pada Bert.
Ia kepingin sekali membaca garis'garis tangan anak itu untuk mengatakan bahwa di situ nampak tanda tanda bahwa ia perlu sering dipukul .Tapi Bert tidak meminta dibacakan tangannya. Anak itu menyembunyikan kedua belah tangannya di punggung, seakan-akan khawatir bahwa Fatty akan langsung bisa melihat apa yang tertulis di situ .
Banyak hal menyangkut dirinya yang tidak diinginkannya diketahui orang lain!
Saat itu ada orang datang naik sepeda.
"Wah. Pak Goon sudah pulang padahal aku
sama sekali belum memasak air untuk kopinya!" kata Bu Mickle lalu bergegas pergi ke belakang .
Sementara itu Pak Goon membuka pintu depan dan melangkah masuk ke serambi dalam. Bu Mickle berseru menyapanya dari dapur
"Pak Goon," seru wanita itu.
"ada nyonya yang ingin bertemu dengan Anda. Saya mempersilakan ia menunggu di ruang kerja."
Pak Goon masuk ke dapur
"Siapa orangnya?"
Fatty mendengar suara polisi desa itu bertanya.
"Mau apa dia?"
"saya segan menanyakannya," jawab Bu Mickle sambil menaruh cerek ke atas api
"Kelihatannya dia orang asing! Logat bicaranya aneh."
"Ia tadi membaca guratan tangan ibu," kata Bert dengan nada iseng
"Jangan sembrono. ya'" tukas ibunya
"Tapi wanita itu memang bisa membaca guratan tangan, Pak. Jelas sekali' Nama saya pun bisa langsung diketahuinya. serta macam-macam hal lagi. Rupanya ia termasuk orang yang pintar dalam hal-hal seperti itu. Anda mau minum kopi sekarang, Pak?"
"Ya, aku perlu minum yang hangat-hangat dulu." kata Pak Goon.
"Aku tadi diserang anjing "
"Astaga." kata Bu Mickle kaget, lalu menyambung dengan nada prihatin
"Anda tergigit?"
Pak Goon senang karena mendapat perhatian.
Keisengan Buster tadi dibesar-besarkan olehnya, seolah olah merupakan kejadian yang sangat berbahaya
"Masih untung celanaku tidak habis sobek sobek," katanya.
"Anjmg itu menyerang bertubi tubi. Coba aku tadi tidak sigap, pasti luka parah! Untung saja aku memakai celana yang paling tebal kainnya "
"Bukan main, sampai Anda mengalami kejadian begitu, Pak Goon," kata Bu Mickle.
Bert menatap ke bawah, memperhatikan kaki celana Pak Goan. Ia sama sekali tidak meiihat bekas-bekas gigitan
Apalagi robek!
"Akan Anda adukankah anjing itu?" tanya Bert
"Aku tadi memergokinya sedang mengejar ngejar domba," kata Pak Goon sambil membuka topi dinasnya
"Bagi anjing. itu pelanggaran berat. Aku berusaha menangkapnya, tapi tak berhasil .Aku kepingin sekali bisa menangkapnya, lalu akan kukurung di sini!"
'Saya dapat apa dari Anda jika bisa menangkapkannya?" tanya Bert.
Pak Goon memandang anak itu dengan heran. Tapi ibunya sendiri tidak memperhatikan karena saat itu sedang sibuk.
Pak Goon memberi isyarat dengan anggukan kepala ke arah serambi dalam.
Bert mengikutinya ke situ
Sementara itu Fatty yang mendengar pembicaraan itu bertanya-tanya dalam hati, anjing siapakah yang diceritakan oleh Pak Goon itu.
Ia tahu bahwa para petani saat itu sedang pusing, karena ada anjing yang suka mengganggu domba .Tapi Ia sama sekali tidak menduga bahwa yang disebut Sebut oleh Pak Goon itu sebenarnya Buster.
Dari arah serambi terdengar suara Pak Goon berbisik-bisik. Fatty hanya menangkap beberapa potong kalimat saja.
Tapi sisanya bisa ditebak sendiri olehnya. Pak Goon rupanya menawarkan
upah sebesar setengah crown pada Bert, apabila anak itu berhasil menangkap anjing yang dibicarakan tadi dan menyerahkannya pada Pak Goon.
Kening Fatty berkerut mendengarnya.
Ia menganggap penawaran yang dilakukan polisi desa itu tidak benar. Coba Ia tahu siapa pemilik anjing yang hendak ditangkap itu pasti ia akan memberi tahu agar berhati-hati!
Sementara itu Pak Goon masuk ke ruang kerjanya dengan air muka menampakkan kepuasan. sedang Bert kembali lagi ke dapur .
Fatty tetap duduk.
Ia mengacungkan tangan dengan sikap anggun. disertai anggukan kepala bergaya wanita terhormat.
Pak Goon terkesan menghadapi sikapnya, walau pakaian "nyonya" itu agak aneh.
Yah gaya orang asing berpakaian kadang kadang memang aneh. pikir polisi desa itu.
"Ada perlu apa. Nyonya?" tanya Pak Goon.
"Saya ini kenalan Bu Trotteville." kata Fatty.
Ia tidak bohong. karena memang kenal.Tentu saja -ia kan anak Bu Trotteville
"Saya kenal baik sekali!"
"O. begitu." kata Pak Goon kagum.
Ia sangat hormat pada Bu Trotteville.
"Jadi Anda tinggal di rumahnya?"
"Saya tinggal di situ untuk tiga minggu." kata Fatty dengan logat Prancis .
Sekali ini pun ia tidak bohong, karena masa liburannya masih tiga minggu.
"Saya menjual karcis lotre untuk Pasar Amal. Anda membeli satu. ya?"
"Yah-eh-Anda minum kopi dulu, ya?" kata Pak Goon, karena sementara itu Bu Mickle masuk membawa baki
"Saya dengar Anda pandai membaca guratan tangan. Itu akan Anda lakukan pula dalam Pasar Amal nanti?"
"Anda ingin saya ramalkan lewat guratan pada tangan Anda yang besar itu serta membeli selembar lone?" tanya Fatty menawarkan sekali lagi
Pak Goon tidak bisa menahan keinginan nasibnya dibacakan .
Sementara Bu Mickle keluar untuk mengambil sebuah cangkir lagi.
Pak Goon menyodorkan telapak tangannya yang besar ke arah Fatty.
Sayang teman-teman tidak ada di situ untuk melihatnya beraksi. kata anak itu dalam hati sambil menekuri garis garis tangan Pak Goon.
SALING MENYAMPAIKAN LAPORAN
Petang itu anak-anak berkumpul di gudang Fatty seperti sudah disepakatkan sebelumnya.
Fatty datang paling dulu.
Ia nyengir setiap kali teringat bagaimana ia tadi membaca guratan tangan Pak Goon.
Dalam kantungnya ada uang dua croWn yang diserahkan polisi desa itu untuk membayar harga karcis lotre Pasar Amal.
Tugas itu Sepele saja baginya!
Anak-anak yang lain datang bersama-sama.Mereka menyambut gembira hidangan limun dan biskuit yang disediakan Fatty, walau mereka habis makan sore tak sampai setengah jam sebelum itu.
"Nah -semua sudah siap? Sekarang kita saling menyampaikan laporan," kata Fatty.
"Kau dulu, Pip ! karena kelihatannya sudah tidak tahan lagi."
"Memang," kata Pip.
Dengan terburu-buru diceritakannya betapa ia membuntuti Pak Goon yang kemudian dilihatnya menuju ke rumah petani, sedang ia sendiri menunggu di lapangan.
Diceritakannya pula tentang Buster yang membuntuti dirinya, lalu tiba-tiba muncul ketika ia sedang
duduk duduk sambil memerhatikan domba domha yang sedang merumput di tengah lapangan.
'Buster ribut sehingga beberapa ekor anak domba lari ketakutan," sambung Pip.
"Tahu-tahu Pak Goon datang, Katanya Buster harus ditembak karena mengganggu domba'"
"Aduh!" kata Daisy kaget
"Tapi ia pasti cuma main-main saja! Buster kan belum pernah mengejar-ngeiar domba, Fatty?"
"Belum pernah," kata Fatty yang mendengarkan cerita itu dengan tekun.
"Teruskan. Pip."
"Selain itu tidak banyak lagi yang bisa kuceritakan. kecuali bahwa Pak Goon kemudian nekat. berusaha menangkap Buster." kata Pip
'Tentu saja Buster asyik mempermainkannya. pura-pura hendak menggigit pergelangan kaki Pak Goon Menurutku. satu satunya alasan kenapa Pak Goon mengatakan bahwa Buster mengejar domba adalah Supaya ia bisa menyampaikan pengaduan! Tapi Buster kan tidak mungkin harus ditembak hanya karena ada pengaduan dari Pak Goon saja, Fatty?"
"Jangan khawatir akan kuusahakan bahwa hal itu takkan terjadi, ' tukas Fatty.
"Kita akan menghubungi Pak Inspektur Kepala eh, maksudku Komisaris Jenks dengan segera! Tapi aneh juga, ketika aku tadi pagi sedang di rumah Pak Goan. kemudian ia masuk sambil bercerita tentang anjing yang diinginkannya agar diringkus karena
mengejar ngejar domba! Pasti yang diceritakannya itu Buster, walau Pak Goon tidak menyebut-nyebut nama."
"Tapi kenapa itu diceritakannya padamu?" kata Pip dengan heran
"Ia mestinya kan tahu bahwa kau pasti akan mendengarnya juga dari aku."
"Ia tidak mengira bahwa aku yang saat itu duduk di kamar kerjanya." kata Fatty.
"Aku tentu saja menyamar. Tapi aku perlu berpikir lagi tentang ceritamu itu, Pip ! Aku punya perasaan bahwa Pak Goon tadi mengadakan persepakatan dengan seorang anak laki-laki bertubuh kerempeng yang dimintanya menangkap Buster. Anak itu menyebalkan! Ibunya bekerja di tempat Pak Goon. membantu membersihkan rumah dan sebagainya"
"Aku tadi juga sempat melihatnya muncul sebentar di pintu," kata Pip.
"Wah masa dia berani menangkap Buster?"
"Siapa tahu! yang jelas kita perlu berjaga jaga," kata Fatty.
"Sekarang dengarkan bagaimana aku tadi menjual karcis lotre pada Pak Goon."
Daisy terpekik karena senang.
"Jadi kau berhasil. Wah, kau memang hebat, Fatty! Pasti penyamaranmu tadi bagus sekali "
"Memang," kata Fatty dengan lagak tidak hendak menyombongkan diri
"Kurasa bahkan Bets pun takkan mungkin mengira bahwa tadi itu aku. Aku menyamar menjadi teman ibuku, seorang wanita asing yang agak lusuh penampilannya begitulah, wanita terhormat yang agak nyentrik.
bertamu dan menginap di rumah sahabatnya. Bu Trotteville, selama tiga minggu ini."
Gelak anak anak meledak
"Aduh, Fatty." kata Bets sambil tertawa,
"dan kau Juga tidak bohong karena kau memang kenal dengan ibumu. serta tinggal di rumahmu selama liburan yang tiga minggu ini'"
"Karcis lotre kujual dengan jalan membacakan guratan tangan Pak Goon," kata Fatty meneruskan ceritanya dengan gembira
"Ia meletakkan telapak targannya yang sebesar piring itu ke lututku. lalu aku berseru mengatakan betapa luar biasa tangan itu Kenyataannya memang begitu. dengan jarinya yang besar besar seperti susis serta telapak tangannya yang begitu gemuk. sampai nyaris tak kelihatan guratannya "
"Lalu apa yang kaukatakan padanya?" tanya Daisy
"Begitulah kukatakan bahWa nama kecilnya Theophilus, lalu kemenakannya ada beberapa orang, termasuk seorang yang pintar sekali namanya Ern." kata Fatty.
Anak anak tertawa lagi.
Mereka semua tahu bahwa Ern sangat tidak disukai oleh pamannya.
Fatty meneruskan ceritanya,
"Aku juga mengatakan bahwa ia akan sering memegang uang "
"Memang betul, uang gajinya sebagai polisi" kata Pip sambil nyengir.
'Tapi yang paling asyik, ketika aku menekuni tangannya seperti begini," kata Fatty sambil memegang tangan Daisy dengan tiba-tiba sehingga
anak itu kaget.
Fatty mendekatkan tangan Daisy ke matanya untuk diteliti, dijauhkan sebentar lalu didekatkan lagi,
"Wah, ini ada sesuatu yang sangat luar biasa." kata Fatty yang kembali berbicara dengan logat seperti wanita Prancis.
"Saya melihat remaja bertubuh gemuk ,remaja gemuk besar."
Anak-anak tertawa ramai.
"Aduh, Fatty! Jadi kau pura pura melihat dirimu sendiri ada pada guratan tangan Pak Goon!" kata Bets.
"Lalu apa katanya?"
"Kelihatannya ia kaget sekali " kata Fatty dengan suara biasa
"Ia berkata. 'Apa? Kodok itu? Apa lagi yang bisa Anda lihat mengenai dia?" "
"Dan kau meneruskan ocehanmu?" tanya Larry sambil tertawa lebar.
"Ya, tentu saja. Kukatakan begini.
"Hati-hati terhadap anak gemuk ini. Saya melihat ada misteri di sini. Anak gemuk itu nampak berhubungan dengan misteri itu!' " Fatty berhenti sebentar. memandang anak-anak yang lain dengan wajah berseri-seri.
Setelah itu ia meneruskan ceritanya,
"Pak Goon kaget mendengar kata-kataku itu. Ia berkata, 'Apa!? Misteri? Coba teruskan! Misteri tentang apa itu? "
"Lalu, apa katamu?" kata Bets.
Ia cekikikan sendiri.
"Kukatakan. 'Saya tidak tahu misteri apa tapi yang jelas, itu pasti akan muncul! Dan ingat. hati-hati terhadap anak gemuk besar ini" "
'Aduh, sayang aku tidak ada di sana tadi," kata Bets.
Anak anak yang lain juga begitu perasaan mereka.
Semua kepingin tadi bisa ikut melihat Fatty beraksi, membaca guratan tangan Pak Goon'
'Jadi itu pengalamanmu tadi?" tanya Daisy.
"Ceritakan sekali lagi dong. aku asyik mendengarnya!"
'Jangan sekarang,
" kata Fatty. walau ia sebenarnya tidak berkeberatan mengulangi ceritanya sekali lagi
"Kita masih harus mendengar cerita larry dulu, karena nanti mungkin tidak ada waktu lagi. Tapi pokoknya karena ramalanku yang menakjubkan itu, Pak Goon tanpa banyak cerita lagi langsung menyerahkan uangnya untuk membeli selembar karcis lotre. Ia bahkan mengatakan, jika aku nanti hadir di Pasar Amal itu. ia akan minta dibacakan lagi tangannya. ia ingin menanyakan apakah misteri yang kusebutkan itu sudah semakin mendekat. Ia tadi memandangku dengan muka berseri-seri!"
'Wah -kalau begitu kau aSyik sekali tadi pagi." kata Larry, sementara Fatty menyerahkan uang Pak Goon yang dua crown pada Daisy yang menerimanya dengan perasaan senang.
"Sekarang giliranku bercerita."
"Ya, ceritakanlah," kata Daisy.
"Wah, kau tadi mesti melihat Larry dalam penyamarannya sebagai tukang cuci jendela, Fatty' ia memakai celana jeans tua yang sudah dekil sekali, serta menutupi kepalanya dengan topi pet yang entah .Sudah berapa lama tergantung dalam gudang.
Lalu ia mengotori badannya!
Muka, leher, dan tangannya kelihatan dekil sekali!
Aku takkan mau mempekerjakan orang yang bertampang seperti Larry tadi pagi untuk membersihkan kaca jendela rumah. ia lebih mirip tukang membersihkan cerobong asap!"
Fatty nyengir.
"Bagus." katanya pada Larry
"Sekarang ceritakan apa yang kaulakukan kemudian "
"Yah aku menyamar dengan cara yang dikatakan Daisy," kata Larry.
"Lalu aku berangkat. membawa ember bekas Serta lap."
"Rumah mana yang kaudatangi?" tanya Fatty
"Menurutku, lebih baik jangan ke rumah bertingkat_ karena untuk membersihkan jendela tingkat atas diperlukan tangga," kata Larry.
"Aku berusaha mengingat ingat salah satu rumah yang tidak bertingkat. Lalu aku ingat, di sebelah rumah yang bernama Green Trees kulihat rumah bertingkat satu. Kalian masih ingat kan. Green Trees? Itu, yang dicari-cari orang asing yang kita sangka Fatty."
"Ya. aku ingat lagi sekarang," kata Fatty
"Bagus! Tempatnya di Holly Lane, kan? Rumah kecil dengan kebun tak terawat. Letaknya agak jauh dari jalan "
"Betul. Ingatanmu baik sekali, Fatty! Sepertinya tak ada yang pernah kaulupakan," kata Larry.
"Nah, aku lantas berjalan dengan ember dan lapku, menuju ke rumah itu. Sesampai di situ aku mengetuk pintu depan."
"Lalu ada orang di situ?" tanya Bets.
'Mula mula kusangka tidak ada, karena tidak ada yang datang membukakan pintu," kata Larry.
"Aku mengetuk sekali lagi, keras keras .
Kudengar suara seseorang di dalam.
'Masuk,' kata orang itu. Aku membuka pintu. Kujengukkan kepala ke daiam sambil berseru, 'Saya tukang membersihkan jendela' Bisakah saya membersihkan jendela jendela sekarang? Orang yang tak nampak itu membalas dengan, 'Ya!' "
"Siapa dia? Kau tidak melihatnya sama sekali?" tanya Fatty.
"Tidak," jawab Larry.
"Nah, kuteruskan ceritaku. Aku pergi mengambil air dari tong yang ada di bar. lalu mulai membersihkan jendela ruang beiakang. Ada dua jendela di situ. Dalam ruangan itu tidak nampak siapa siapa. Ruangan itu kamar tidur dengan satu tempat tidur, sebuah kursi, dan sebuah meja. Semuanya tidak bisa dibilang barang bagus. Nah, ketika aku sedang membarsihkan jendela jendela di situ kudengar bunyi pintu depan ditutup, disusul langkah orang menuju ke jalan. Aku tidak melihat orang yang keluar itu "
"Jadi setelah itu tidak ada orang lagi di sana?" tanya Fatty.
"Mulanya memang begitu sangkaanku. Tapi ketika aku kembali ke depan untuk membersihkan kedua jendela yang ada di situ, kulihat bahwa dalam ruangan itu ternyata ada orang," kata Larry
'Dan itulah yang aneh dalam kisahku ini."
Anak-anak yang lain tersentak mendengar kata-kata itu
"Aneh? Apa maksudmu?" tanya Fatty.
"Mulanya kusangka di situ tidak ada orang," kata Larry.
"Aku Sudah hendak cepat-cepat mencuci kaca jendela .Supaya tugasku selesai. Aku bahkan sempat merasa konyol ketika sedang mengelap kaca di situ. Tapi tiba-tiba aku melihat ada orang di lantai."
"Di lantai! Maksudmu, orang itu cedera?" tanya Pip.
"Bukan begitu. Orang itu tidak nampak cedera," kata Larry.
"Aku melihat dia sedang meraba-raba kursi satu demi satu. sambil menggumam pada diri sendiri."
"'Kenapa dia begitu?" tanya Fatty.
"Dan siapa dia?"
"Aku tidak tahu .Ia kelihatannya sudah tua sekali,
" kata Larry.
"Ia memakai piama di bawah mantel kamar. sedang di kepalanya terpasang topi tidur yang biasa dipakai orang-orang yang sudah berumur lanjut. ia masih terus meraba kursi demi kursi. sementara aku memperhatikan dari luar. Bahkan bagian bawah tempat duduk pun
diraba-raba olehnya. Akhirnya ia kelihatan puas setelah meraba satu kursi tertentu. Ia mengangguk sambil terkekeh"
"Aneh! Lalu apa yang dilakukannya setelah itu?" tanya Fatty penuh minat.
"Ia merangkak menuju ke sebuah kursi beroda lalu mendudukkan dirinya ke situ," kata Larry.
"Topi tidurnya terlepas saat itu. Kulihat kepalanya sudah tidak ada rambutnya sama sekali. Ia duduk
menghadap semacam tungku dan kemudian tertidur. sementara aku masih terus memperhatikan dari balik jendela."
"Ia sama sekali tidak melihatmu?" tanya Bets.
"Tidak. Kurasa penglihatannya sangat lemah bisa dibilang sudah tunanetra." kata Larry
"Ia harus memeriksa kursi-kursi yang ada dalam kamar tu dengan jalan merabaraba, seakan akan ia tidak bisa melihat benda-banda itu. Aneh. ya?"
"Ya. Sangat aneh,
" kata Pip.
"Aku ingin tahu untuk apa ia meraba-raba semua kursi itu. Menurutmu, mungkinkah ia menyembunyikan sesuatu pada salah satu kursi itu? Misalnya saja uang " '
"Itu mungkin saja. Barangkali ia takut dirampok dan karenanya menyembunyikan simpanannya di salah satu tempat aneh yang dianggapnya aman." kata Fatty
"Yah -pengalamanmu itu memang aneh. Larry! Untung saja kau bukan tukang membersihkan kaca jendela yang sebenarnya. Tukang yang tidak jujur pasti dengan gampang saja bisa menebak apa yang sedang dilakukan laki laki tua itu. yaitu memastikan bahwa simpanannya masih utuh!"
"Kemudian aku melepaskan pakaian kerjaku dalam semak serta membersihkan badanku dengan lap. Setelah itu aku pulang," kata Larry mengakhiri ceritanya
"Aku lebih suka sibuk menghadapi misteri yang Sejati, daripada hanya berpura-pura saja melakukan pelacakan dan penyamaran menjadi tukang memberSihkan kaca
seperti tadi. Kesibukan begitu tidak membawa hasil apa-apa!"
Tapi Larry keliru.
Sangat keliru!
Kesibukannya itu kemudian ternyata menuju ke berbagai hal. Pada hakikatnya menuju ke suatu misteri yang benar-benar hebat!
DI MANAKAH BUSTER?
Selama satu dua hari berikutnya Fatty bersikap waspada, menjaga-jaga kemungkinan kalau Bert ternyata benar benar mencoba menculik Buster.
Tapi anak kurus itu tidak pernah kelihatan.
Tahu tahu suatu petang Buster menghilang!
Fatty saat itu pergi naik sepeda bersama anak-anak yang lain untuk menonton film. Buster ditinggalkannya di dapur bersama juru masak yang sangat Suka pada anjing kecil itu.
Ketika Fatty kembali dari menonton, ia kemudian langsung masuk ke kamarnya untuk menyelesaikan buku yang sedang di
baca. Ketika buku itu selesai, barulah ia menyadari bahwa Buster tidak ada.
Padahal anjing kecil itu biasanya selalu datang menemani. Fatty pergi ke pintu. lalu berseru memanggil-maggil.
"Buster! Di mana kau?"
Saat itu sudah pukul setengah sebelas malam juru masak sudah tidur.
Begitu pula halnya dengan Jane. pembantu yang bertugas di dalam rumah.
Ayah dan Ibu sedang keluar, bermain bridge di rumah kenalan mereka.
Rumah itu sunyi senyap
"Buster! Di mana kau?" seru Fatty sekali lagi.
Dari bawah terdengar suara Jane,
"Ah, kau rupanya yang berteriak-teriak, Frederick! Sampai terbangun aku karenanya. Buster tidak ada di atas bersamamu? Tadi sekitar setengah sepuluh ia minta ke luar. Kami mengira ia mendengarmu datang. Karena itu lantas kami keluarkan. Kau belum melihatnya tadi?"
"Belum, Jane. Sejak pulang tadi aku sama sekali belum melihatnya." kata Fatty.
"Ke mana lagi perginya sekarang? Sebentar, aku akan memanggilnya dari pintu depan."
Fatty membuka pintu depan lalu berseru seru,
"Buster! He, Buster!"
Tapi Buster tetap saja tidak muncul.
Fatty merasa bingung.
Ke manakah anjingnya itu?
Ah, pasti ia kembali juga nanti; apabila Ayah dan Ibu pulang
Tapi harapannya meleset.
Ketika orang tuanya kembali sekitar pukul dua belas tengah malam, mereka melihat Fatty menyongsong dengan sikap
gelisah. "Frederick!" kata Bu Trotteville.
"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah tengah malam!"
"Ibu dan Ayah tadi tidak melihat Buster?" tanya Fatty.
'Tidak? Aduh, ke mana perginya anjing itu?"
"Barangkali pergi ke tempat teman lalu lupa waktu, seperti yang kadang-kadang terjadi denganmu juga." kata ayahnya.
"Sekarang tidur
sajalah dulu. Buster pasti akan sudah kembali besok pagi sambil menggonggong-gonggong membangunkan kita semua"
Apa boleh buat tak ada kemungkinan lain yang masih bisa dilakukan kecuali pergi tidur.
Fatty berganti pakaian dengan piama. lalu masuk ke tempat tidurnya. Tapi pikirannya melayang kembali pada pembicaraan berbisik-bisik di serambi dalam rumah Pak Goon yang terdengar olehnya.
Terbayang olehnya tampang Bert yang licik.
Mungkinkah anak itu berhasil menculik Buster?
Keesokan paginya Buster belum datang juga .Saat sarapan pagi pun ia masih belum muncul.
Fatty kini yakin bahwa anak berbadan kurus yang bernama Bert itu berhasil menangkap Buster.
Fatty masuk ke kebun untuk memeriksa.
Mungkin saja ia menemukan Sesuatu yang bisa dijadikan pegangan sehubungan dengan lenyapnya Buster.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian ternyata bahwa ia memang menemukan sesuatu di situ.
Sepotong hati yang diikatkan pada tali pendek.
Dengan cepat Fatty mengambil daging itu
"Ini dia buktinya." gumamnya dengan kening berkerut.
"Bert rupanya datang membawa hati yang diikatkan pada tali ini untuk memancing Buster . Buster menyambar umpan dan memakannya sehingga tinggal sepotong yang tersisa pada tali.
Setelah itu ia mengikuti Bert, yang mungkin masih memegang hati. Saat itu Bert menjerat Buster lalu membawanya pergi."
Dengan marah Fatty mencampakkan potongan
hati ke tanah. lalu masuk lagi ke rumah.
Ketika Ia melangkah ke serambi dalam, telepon berdering. Ayahnya yang kebetulan ada di situ menerimanya
"Halo? Ya, d1 sini Pak Trotteville. Siapa di sana? Pak Goon? Ya, ada apa? Bicaralah yang lebih jelas, saya hanya mendengar gumaman saja."
Sesaat Pak Trotteville hanya mendengarkan saja. sementara Fatty berdiri di dekatnya
Pak Goon menelepon?
Ada apa lagi sekarang?
"ltu mustahil! Saya tidak percaya!" kata Pak Trotteville pada Pak Goon lewat telepon.
"Buster belum pernah mengejar apa pun Juga seumur hidupnya kecuali pergelangan kaki Anda. Baiklah datang saja kemari jika Anda ingin bicara dengan saya! Tapi saya tetap tak bisa percaya"'
Pak Trotteville meletakkan gagang telepOn. lalu menatap Fatty.
"Pak Goon mengatakan bahwa Buster tadi malam tertangkap ketika sedang mengejar-ngepr domba"
"Tidak mungkin itu Buster," kata Fatty
"Pasti anjing lain!"
"Kata Pak Goon, Buster sekarang dlkurung olehnya dalam gudang," kata Pak Trotteville lagi.
"Kau tahu kan. anjingmu itu harus dibunuh jika ia betul bersalah mengejar domba. Di mana ia tadi malam?"
"Ia dipancing pergi oleh seseorang yang datang kemari," kata Fatty.
"Dan orang itu kemudian yang berbohong mengenai Buster! Siapa yang mengatakan dia melihat Buster mengejar-ngejar domba?"
"Seorang anak laki-laki bernama Bert Mickie,? kata ayahnya.
"Menurut Pak Goon, tadi malam ketika sedang berjalan jalan di tengah padang
anak itu melihat Buster mengganggu kawanan domba .Anak itu kemudian berhasil menangkap anjingmu itu, lalu mengikatkan tali ke lehernya dan pembawanya ke rumah Pak Goon. Tapi Pak Goon kebetulan sedang tidak ada di rumah .Karenanya Buster lantas dikurung dalam gudang. Saat ini anjingmu itu masih ada di situ. Sekarang kita bagaimana?"
"Cerita itu sama sekali tidak ada benarnya," kata Fatty.
Mukanya pucat karena marah
"Jelas bahwa ini rencana yang sudah diatur dari semula, Akan ku balas Pak Goon atas perbuatannya ini. Kapan katanya ia akan kemari, Yah?"
'Kira-kira setengah jam lagi," kata Pak Trottevil
"Apa boleh buat, aku terpaksa menemuinya."
Fatty cepat-cepat pergi.
Ia yakin sekali, tak mungkin Buster mengejar ngejar domba.
Ia juga tahu bahwa Bert berbohOng, dan bahwa itu diketahui oleh Pak Goon.
Sedang Buster mungkin nanti akan ditembak karena tuduhan palsu!
Fatty lari ke gudangnya yang terletak di ujung belakang kebun. Sesampai di sana ia cepat-cepat menyungkupkan rambut palsu berwarna merah ke kepalanya, Serta memasang gigi plastik di depan aslinya. Setelah itu ia mengenakan pakaian usang lalu diperlengkapi dengan celemek bersesetrip putih-biru, seperti yang biasa dipakai buuh tukang daging.
Dengan cepat diambilnya sepeda. lalu dikayuhnya menuju rumah Pak Goon. berhenti di seberangnya. Kaki ditopangkan ke trotoar.
Ia pura-pura asyik membaca komik sambil
bersiul slul.
Padahal matanya melirik ke arah pintu depan rumah Pak Goon, menunggu polisi desa itu keluar.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul dengan sepedanya.
Pak Goon kelihatannya merasa puas terhadap dirinya sendiri. Orang itu pergi bersepeda sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Fatty yang menyamar menjadi pesuruh tukang daging melipat komiknya dengan tampang cemberut.
Sepedanya ditinggalkan di tepi trotoar, sementara ia sendiri berjalan menuju rumah Pak Goon dan langsung pergi ke belakang .
Sambil berjalan ia melirik ke gudang yang terdapat dalam kebun rumah itu.
Didengarnya suara gonggongan pelan tapi bernada marah, disertai bunyi menggaruk-garuk pintu.
Fatty menggigit bibirnya.
Ternyata Buster memang terkurung di situ!
Diketuknya pintu belakang rumah.
Sesaat kemudian Bu Mickle muncul sambil mengusap usapkan tangan ke celemek.
"Ada pesan dari rumah, Bu." kata Fatty
"Anda diminta segera pulang."
"Aduh, Jangan-jangan ibuku jatuh sakit lagi." kata Bu Mickle cemas.
"Bert! Aku harus pulang sebentar. Kau di sini saja dulu menjaga rumah. karena Pak Goon pergi."
"Lebih baik jika Bert ikut saja," kata Fatty tegas.
Ia menginginkan kedua-duanya pergi selekas mungkin dari rumah itu
"Tidak! Aku menunggu di sini," jawab Bert.
Sudah terbayang olehnya kenikmatan memakan kue dan roti yang akan bisa dicopetnya dengan leluasa dari lemari tempat menyimpan makanan, apabila ibunya sudah pergi.
Fatty melihat bahwa Bert sudah bertekad hendak tetap di situ.
Baiklah, kata Fatty dalam hati.
Kalau begitu ia harus memaksa anak itu!
Bu Mickle bergegas melepaskan celemeknya lalu buru-buru pergi, diantar oleh Bert sampai pintu depan.
Saat itu Fatty menyelinap masuk lewat pintu belakang. lalu bersembunyi dalam lemari besar yang terdapat di luar dapur
Sesaat kemudian Bert kembali sambil bersiul-siul
gembira. setelah menutup pintu serambi dalam.
Fatty mendengar anak itu masuk ke dapur.
Sesaat kemudian terdengar bunyi lemari makanan dibuka.
Fatty membuka sedikit pintu lemari tempatnya bersembunyi.
Tiba tiba Bert mendengar suara berat menyeramkan di belakangnya.
"Awas! Dosamu akan ketahuan. AWAS'"
Bert cepat-cepat berpaling.
Di dapur tidak ada Siapa-siapa.
Anak itu menggigil. sementara tangannya memegang sepotong kue berisi selai.
"Siapa yang tadi malam menculik anjing itu?" tanya suara lain yang datangnya seperti dari balik
pintu dapur.
"Siapa yang melakukannya?"
"Ampun, ampun!"
Bert menjerit ketakutan,
sementara kue jadi terlepas dari tangannya.
"Aku yang menculiknya! Tapi siapa yang berbicara itu?"
Pertanyaan itu dibalas oleh suara menggeram
Datangnya dari sudut lain.
Bert terpekik ketakutan .
Matanya mencari-cari anjing yang menggeram itu.
Tapi ia tetap tidak melihat apa-apa.
Sementara ia masih mencari-cari, terdengar suara kucing mengeong-ngeong dengan nyaring.
Tapi kucingnya juga tidak kelihatan.
Bert menjerit jerit ketakutan. sementara air matanya bercucuran.
"Bu!" jeritnya
"Ibu!"
Tapi Bu Mickle Sudah jauh.
Fatty mulai lagi dengan aksinya
"Siapa yang berbohong? Siapa yang mengambil anjing itu?"
"Ya. ya -aku akan mengaku!" kata Bert sambil menangis ketakutan.
"Aku memang anak nakal!"
"AWAS!"
Suara seram itu terdengar kembali .
Bert sudah tidak tahan lagi, Ia lari ke luar tanpa sempat menutup pintu lagi.
Fatty yang masih bersembunyi dalam lemari tertawa nyengir mendengar bunyi langkah lari pontang panting anak itu .
Biar tahu rasa anak itu, katanya dalam hati .Seenaknya saja, anjing tak bersalah dipancing supaya ditembak mati!
Kini Fatty pergi ke gudang tempat Buster dikurung.
Ia membawa seberkas anak kunci yang dilihatnya tergantung pada sangkutan di atas tempat kerja di dapur.
Satu di antaranya cocok untuk membuka pintu gudang.
Buster langsung lari ke luar sambil menggonggong gonggong dengan gembira.
Anjing kecil itu berputar-putar mengelilingi tuannya .
Fatty menjunjung dan memeluknya kuat kuat .Begitu gembira hatinya karena berhasil menyelamatkan Buster .Kemudian Fatty melihat kucing hitam piaraan Pak Goon.
Kucing jantan itu sedang duduk di atas tembok sambil menatap Fatty dengan pandangan seperti mengantuk.
Kucing itu bersikap santai, karena tahu bahwa Buster takkan bisa menganggunya.
Tembok tempatnya berada saat itu terlalu tinggi.
Fatty mendapat akal yang bagus.
"Sebentar ya," katanya pada Buster.
Anjing kecil lu dimasukkannya ke dalam rumah. Pintu dapur ditutup supaya Buster tidak bisa keluar.
Setelah itu Fatty mendatangi kucing jantan yang masih duduk atas tembok. Sambil mengucapkan kata-kata manis, Fatty mengelus elus punggung kucing itu. Binatang itu mendengkur kesenangan .Kucing itu diam saja ketika diangkat dan digendong.
Fatty membawanya masuk ke gudang. lalu meletakkannya ke atas karung yang rupanya disediakan untuk Buster.
Fatty masih mengelus elusnya sebentar.
Setelah itu ia cepat-cepat keluar dan mengunci pintu. ia kembali ke dapur dengan membawa berkas anak kunci yang digantungkannya kembali ke tempat semula.
Buster dijunjungya dan dibawa ke luar.
Ia pergi ke seberang jalan, tempat ia menaruh sepedanya tadi. Buster dimasukkan ke keranjang barang. Setelah itu Fatty pergi sambil bersiul-sini dengan nyaring. Gayanya persis pesuruh yang sedang bergembira.
Dan ia memang sedang gembira saat itu!
"Nah, Pak Goon' Sekarang Anda boleh mengajak ayahku melihat Buster dalam gudang itu sambil mengancam akan menembaknya! Yang akan kalian lihat nanti cuma kucing hitam itu'"
Fatty nyengir sendiri membayangkan hal itu.
Buster menggonggong-gonggong dengan gembira. Ia tidak mengerti. apa sebabnya ia harus dikurung dalam gudang tadi.
Tapi itu tidak menjadi persoalan lagi baginya, karena kini ia sudah bersama Fatty lagi
Fatty sampai di rumahnya.
Ia masuk lewat pintu samping kebun dan terus menuju ke gudang. Sesampai di sana ia bergegas-gegas melepaskan samarannya.
Buster dikurungnya dalam gudang setelah dibujuk-buluk, lalu ia sendiri kembali ke rumah.
Masih adakah Pak Goon di situ?
Nah sekarang ia boleh berbicara semaunya . pokoknya Buster sudah berhasil diselamatkan'
PAK GOON KAGET
Pak Goon sudah sekitar lima menit ada di rumah Fatty.
Polisi desa itu merasa senang.
Ia tahu bahwa dirinya tak disukai.
Karenanya ia merasa senang, karena datang membawa kabar yang tidak enak tentang Buster
Ia memandang Fatty dengan sikap menang ketika remaja itu masuk.
"Selamat pagi. Pak Goon," sapa Fatty
"Cuaca cerah sekali hari ini, ya? Anda sudah menemukan salah satu petunjuk mengenai misteri baru?"
"Aku kemari Sehubungan dengan anjingmu," kata Pak Goon.
Gaya bicaranya bisa dibilang terdengar gembira
"Ia tertangkap ketika kembali mengejar-ngejar domba "
"Omong kosong!" balas Fatty dengan cepat
"Buster belum pernah mengejar domba "
"Tapi aku punya bukti," kata Pak Goon.
Air mukanya mulai ungu.
"Dan anjingmu itu kini juga ada padaku! Kukurung dalam gudang"
"Tak mungkin," kata Fatty
"Aku harus melihatnya dulu sebelum bisa percaya bahwa itu
benar-benar Buster. Anjing yang Anda kurung itu pasti bukan dia!"
Pak Trotteville menatap anaknya dengan heran .
Dilihatnya Fatty mengedipkan mata.
Pak Trotteville menarik napas lega karenanya.
Ia tidak mengetahui rencana anaknya itu. Tapi timbul perasaan bahwa Pak Goon pasti akan gagal dengan bualannya mengenai Buster.
Sementara itu muka Pak Goon sudah berubah menjadi merah padam.
"Saya minta kesediaan Anda untuk ikut dan mengenali anjing itu, Pak," katanya pada ayah Fatty
"Dan Frederick sebaiknya ikut pula karena itu kan anjingnya."
"Baiklah" kata Fatty dengan segera.
"Ayah Juga mau. kan?"
"Ya' Sebentar, kukeluarkan mobil dulu," kata ayahnya yang masih bingung melihat sikap Fatty yang begitu santai.
"Kau ikut saja dengan aku_ Frederick .Anda berangkat saja dulu Pak Goon "
Pak Trotteville pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil. sementara Pak Goon pergi mendului naik sepeda.
Air muka polisi desa itu merah padam.
Tapi ia masih tetap merasa menang.
Sementara itu Fatty pergi menelepon sebentar.
"Bu Hilton? Selamat pagi, Bu di sini Frederick. Bolehkah saya bicara sebentar dengan Pip?"
Pip dipanggilkan oleh ibunya.
"Pip?" kata Fatty lewat telepon setelah temannya itu datang
"Dengar baik-baik, karena aku tak
punya waktu sekarang untuk menjelaskan .Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."
'Beres." kata Pip dengan suara bersemangat
"Ada misteri baru, ya?"
"Bukan, bukan begitu. Dengar saja baik-baik
sekarang. Sekarang ini juga kau berangkat kemari! Tolong ambilkan Buster yang kukurung dalam
gudangku. lalu kau bawa ke rumah Pak Goon Ikat lehernya dengan tali penuntun. Tapi di sana kau jangan masuk ke rumah .Tunggu saja di luar sampai
aku datang. Nanti akan kuceritakan semuanya'"
fatty mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
Ia menggosok-gosokkan telapak tangannya
sambil nyengir.
Sebentar lagi Anda pasti kaget, Pak Goon!
Ia masuk ke mobil, duduk di samping ayahnya yang menyetir.
Pak Trotteville melirik sebentar ke arahnya
"Kau kelihatannya sangat senang menghadapi urusan tentang Buster, Frederick," kata Pak Trotteville.
"Tapi mungkin kau tidak mau mengatakan sebabnya. ya?"
"Betul, Yah," kata Fatty riang.
"Tapi ini bisa
dikatakan Pak Goon mengatur rencana busuk, tapi itu pasti akan gagal!"
Setelah itu ia diam, begitu pula ayahnya.
Pak Trotteville menjalankan mobilnya langsung menuju rumah Pak Goon .Sesampai di sana keduanya turun .
Pak Goon saat itu juga baru tiba.
Ia tercengang ketika melihat bahwa di rumah tidak
ada siapa-siapa .
Bu Mickle tidak ada, dan begitu pula Bert!
Pak Trotteville masuk lewat pintu depan, diikuti oleh Fatty.
Sementara itu Bu Mickle datang bersama Bert. Mereka masuk lewat pintu dapur.
Bert kelihatannya ketakutan sekali.
Matanya merah.
Sedang Bu Mickle marah-marah.
"Maaf bahwa saya tadi dengan tiba -tiba terpaksa pergi. Pak Goon," katanya ketika ia disongsong oleh polisi desa itu.
"Tapi tadi pesuruh tukang daging datang dan mengatakan bahwa aku diminta pulang dengan segera. Karenanya aku lantas bergegas gegas pulang. Ternyata tidak terjadi apa-apa di sana. Tidak ada yang memanggilku pulang. Hhh, awas jika pesuruh sialan itu muncul lagi' Seenaknya saja mempermainkan orang!"
Tiba-tiba terdengar Bert terisak.
Ibunya menoleh ke arahnya dengan Sikap sebal
"Dan si Bert ini yang tadi kusuruh menunggu di sini sampai Anda sudah kembali tahu-tahu ia
muncul di rumah sambil lari dan melolong-lolong. Ia ketakutan karena ditinggal sendiri di sini, lalu mengoceh tentang macam-macam!"
"Pak Trotteville,
" kata Pak Goon,
"anak inilah yang menangkap Buster tadi malam ketika anjing itu sedang mengejar ngejar domba."
"Tidak, bukan aku!" seru Bert dengan tiba-tiba sambil menangis lagi.
"Tidak! Bukan aku!"
"Bert! Apa lagi katamu itu?!" tukas ibunya.
"Baru tadi pagi kau bercerita panjang-lebar
mengenainya pada Pak Goon. Aku juga mendengarnya!"
"Tidak! itu tidak benar' Bukan aku," kata Bert sambil terisak-isak.
'Mungkin ia agak gugup," kata Pak Goon yang merasa heran dan tidak senang.
"Kau sendiri kan yang menangkap anjing itu?"
'Tidak! Bukan." kata Bert, yang rupanya hanya anggup mengatakan yang itu itu saja.
Pak Goon menganggap tidak ada gunanya memaksa lebih jauh
"Yah, yang jelas anjing itu ada dalam gudang' dan anjing itulah yang dibawa oleh Bert. Ia sendiri yang mengurungnya di sana'"
'Tidak, bukan aku!" jerit Bert sekali lagi .
Tangan Pak Goon sudah gatal saja rasanya, ingin nenampar anak itu .
Tapi ia menahan diri.
Pak Goon melangkah dengan cepat ke dapur' lalu keluar menuju gudang yang ada dalam kebun sambil membawa berkas anak kunci yang diambilnya dari sangkutan.
Pintu gudang dibuka lalu dipentangkannya lebar lebar .Menurut perhitungannya Buster pasti akan langsung menghambur ke luar sehingga semua bisa menyaksikan sendiri kebenaran kata katanya .
Tapi yang muncul bukan Buster. melainkan kucing jantan besar piaraan Pak Goon yang berbulu hitam. Kucing itu berjalan dengan santai ke
luar. Binatang itu duduk di samping gudang lalu mulai membersihkan bulu dengan lidahnya.
Mata Pak Goon terbelalak melihatnya, sementara Fatty tertawa keras-keras. Bert terpekik ketakutan, karena ia sendiri yang memasukkan Buster ke dalam gudang.
Kenapa kini tahu-tahu kucing hitam yang keluar?
Kejadian itu sangat menakutkan baginya
"Bukan. bukan aku, bukan aku!" katanya menangis. lalu membenamkan mukanya ke celemek ibunya.
Mulut Pak Goon bergerak gerak seperti ikan maskoki. Tapi ia tidak mampu mengatakan apa apa.
Bert menangis terus, sementara kucing hitam itu Juga terus menjilati tubuhnya Sendiri.
"Yah, Pak Goon, jika yang dikurung dalam gudang ini ternyata kucing dan bukan Buster, kurasa tak ada gunanya kami membuang-buang waktu lebih banyak lagi dengan Anda di sini," kata Pak Trotteville dengan sebal
"Anda tadi mengatakan bahwa Anda sendiri melihat Buster dimasukken lalu dikurung di sini?"
Pak Goon sebenarnya sama sekali tidak melihat Buster dikurung Ketika Bert datang dengan anjing itu. ia sedang tidak ada di rumah.
Ia percaya saja ketika Bert mengatakan hal itu padanya.
Kini ia menjadi sangsi .
Ia tidak tahu, betulkah Bert memang mengurung anjng .
Atau mungkin juga kucing
Ia memandang Bert dengan mata terbelalak, seakan-akan hendak menelannya hidup hidup .
Tangis Bert semakin menjadi karenanya. Ia merogoh kantung celananya, mengambil uang
setengah crown dan menyodorkannya pada Pak Goon.
"ini uang yang Anda berikan, Pak Goon," katanya
"Aku tidak mau menangkap anjing lagi untuk Anda. Aku sudah jera berbuat jahat!"
"Begitu rupanya kejadian sebenarnya" tukas Pak Trotteville.
"Anda sebetulnya perlu dilaporkan atas kejadian ini. Dan ada kemungkinan aku akan melakukannya. Yuk, Frederick!"
"Tapi -tapi mana mungkin," kata Pak Goon yang matanya masih tetap terpelotot keluar
"Padahal aku mendengar suara gonggongannya di dalam sini! Sungguh' Nah itu kan gonggongannya?"
Memang Buster yang menggonggong saat itu .Pip menuntun anjing itu berjalan hilir-mudik di depan rumah. Buster menggonggong karena melihat mobil Pak Trotteville diparkir di situ.
Semua yang ada di rumah Pak Goon cepat-cepat pergi ke depan.
Pak Goon nyaris pingsan ketika melihat Buster berada di jalan. Anjing kecil itu menarik-narik tali yang dipegang erat erat oleh Pip sambil menggonggong dengan ribut.
"Hai, Pip," sapa Fatty dengan nada seolah olah tidak ada kejadian apa-apa.
"Kau sudah membawanya jalan-jalan tadi? Terima kasih. ya ! Sekarang lepaskan saja tali pengikat itu "
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"He, jangan, jangan dulu," seru Pak Goon panik
"Tunggu sampai aku sudah ada di dalam."
Pak Goon melesat masuk ke rumah, lalu buru buru menutup pintu depan.
Fatty memandang ayahnya sambil nyengir.
"Aku ingin tahu, bagaimana anjing tahu-tahu Jisa menjadi kucing." gumam Pak Trotteville sambil masuk ke dalam mobilnya, diikuti oleh Fatty dan Buster.
Pip Juga ikut masuk.
Anak itu sebenarnya tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.
Tapi walau begitu ia nyengir lebar.
'Nanti saja kuceritakan kalau kita sudah sampai di rumah"' kata Fatty
"Wah aku saat ini tidak kepingin jadi Bert!"
Bert memang sengsara sekali keadaannya saat itu .
Ia melolong-lolong. sementara ibunya menangis .Pak Goon pun ingin menangis pula rasanya.
Ia merasa dirinya konyol.
Sudah capek-capek meminta Pak Trotteville yang sok aksi itu datang untuk melihat sendiri anjing yang dikurung dalam gudang _ tapi tahu-tahu kucing hitamnya sendiri yang muncul.
Hahh! Didengarnya Bert mengoceh tentang suara suara yang didengarnya datang darg berbagai sudut ketgka ia ditinggal sendiri dalam rumah .
Pak Goon celingukan dengan perasaan gelisah.
Suara-suara?
Apa lagi maksud Bert dengan ocehannya itu?
Tapi tiba-tiba Pak Goon teringat bahwa Fatty memiliki kemampuan menyamarkan suara dan membuatnya seperti datang dari arah lain.
Mungkinkah anak itu tadi datang kemari?
Tidak, itu tidak mungkin!
Semakin lama Pak Goon memikirkannya. semakin mustahil saja rasanya kemungkinan itu
Pak Goon menatap Bert dengan sikap yang begitu marah, sehingga anak berbadan kurus itu merasa lebih baik ia cepat-cepat saja lari pulang.
Mana ibunya marah-marah lalu Pak Goon memandangnya seperti hendak menelan hidup hidup, ditambah lagi dengan suara-suara gaib yang didenganya tadi -ah. benar-benar tidak enak hidupnya!
Bert cepat cepat lari pulang.
"Kami turun di sini saja, Yah" kata Fatty pada ayahnya ketika mobil sedang melewati jalan besar desa
"Aku kepingin makan es krim sebentar bersama Pip. Kau juga kebagian nanti, Buster!"
"Baiklah." kata Pak Trdtevile sambil menghentikan mobil di pinggir jalan
"Aku senang melihat Buster berada dalam keadaan segar-bugar, Frederick. Nanti saja aku mendengar Ceritamu!"
Fatty turun diikuti oleh Pip serta Buster
"Sekarang ceritakan apa sebetulnya yang terjadi," kata Pip
"Kita masuk saja dulu nanti kuceritakan" kata Fatty sambil mendului masuk ke restoran
"Pokoknya Pak Goon gagal dalam usahanya melakukan niat jahat."
Sambil menghadapi es krim, Fatty kemudian bercerita tentang betapa Buster nyaris saja ditembak mati dengan tuduhan palsu.
Pip tersedak ketika mendengarnya
"He itu anak-anak," kata Pip sesaat kemudian Larry, Daisy, dan Bets saat itu lewat di jalan
"Kita panggil saja masuk, supaya bisa ikut mendengarkan ceritamu."
Ternyata ketiga anak itu tadi sudah makan es krim.
"Lap yang dipakai Larry sewaktu menyamar ketinggalan dalam kebun rumah yang dibersihkan jendela-jendelanya kemarin." kata Daisy menjelaskan tujuan kepergian mereka bertiga.
"Ibu tadi sibuk mencari-cari lap itu. Jadi kami sekarang hendak mencarinya dalam semak di sana. Pasti masih ada"
"Kia beramai-ramai saja ke sana" kata Fatty
"Setelah itu kita ke rumahku, Nanti kuceritakan Kejadian yang aneh sekali Betul kan. Buster?"
"Ada misteri baru?" tanya Bets berharap .
Tapi Fatty menggeleng
"Bukan. bukan misteri," jawabnya
"Nah itu kan tempatnya, Larry? Rumah kecil yang di sana itu?"
"Betul," jawab Larry sambil memasuki pekarangan rumah itu .
Tapi sesaat kemudian ia sudah Keluar lagi .
Kelihatannya seperti ketakutan!
Amanat Marga 8 Kekayaan Yang Menyesatkan Karya Ken Follet Para Ksatria Penjaga Majapahit 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama