Ceritasilat Novel Online

Noktah Hitam Pernikahan 1

Noktah Hitam Pernikahan Karya Rara El Hasan Bagian 1


?Noktah Hitam Pernikahan By: Rara_el_Hasan (Rara el-Hasan)
Syaira Arianggono adalah seorang model hijabers yang sedang naik daun. Dia harus kehilangan cintanya dan menerima perjodohan yang direncanakan kedua orang
tuanya. Syaira Aringgono harus menjalani pernikahan yang rumit dengan seorang Dokter muda "Hasan Prahardi" dan disinilah kisah cinta segi empat antara dirinya,
suaminya, cinta masa lalunya serta wanita yang dicintai suaminya dimulai.
Akankah Syaira " Rara" dapat melupakan cinta masa lalunya dan membuat suaminya jatuh cinta?
Atau, akankah Dia merelakan suaminya mengejar cinta wanita lain?
*** NOKTAH HITAM PERNIKAHAN ? Syaira Arianggono : "Bagiku pernikahan adalah suatu ikatan suci, ada atau tidaknya cinta didalamnya, aku tetap menjaga dan mempertahankannya sampai kapanpun."
Hasan Prahardi : " Bagiku cinta adalah suatu perasaan yang layak diperjuangkan dengan segala kesakitan menyertainya."
*** CLBK (CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI)
Gadis itu melangkah dengan anggunnya menuju tempat dimana dia biasa melakukan sesi pemotretan, senyum manis dan tegur sapa dari para photografer yang sudah
mengenalnya, bak menjadi pemanis disetiap harinya.
Gadis berusia 21 tahun, memiliki badan proporsional dengan kecantikan perpaduan arab-jawa ?itu melangkah menuju sebuah kursi disudut ruangan besar bercat
putih, seraya meletakan tas miliknya didepan meja rias dengan cermin yang cukup besar menempel disana.
"RARAAAA" Teriak seorang gadis, berhasil membuatnya kaget, dan langsung menoleh kearah sumber suara.
" Astagfirullah Lani! Kebiasaan." tangan kurusnya terbuka lebar memeluk Lani yang menghambur kearahnya, sedetik kemudian mencubit ringan hidung sahabatnya
itu. " Kangen banget aku sama kamu, kemana saja?"
" Aku harus konsentrasi untuk menyelesaikan skripsiku Lani." Jawab Rara Sembari merapikan tatanan hijabnya dengan jemari tangan, ia nampak begitu?lihai.
"Terus kenapa kamu ada.disini sekarang? sudah kelar skripsinya?"
Rara hanya membalas dengan anggukan kepala dan kembali memusatkan konsentrasinya memoles bagian demi bagian wajahnya dengan make up.
"Drrttt Drrrttt"
Suara notification BBM mengalihkan perhatiannya, Rara menatap santai layar Smartphone yang menampilkan pesan dari mama tercintanya.
Rahayu: ?Lagi dimana kakak? Rara_Syaira: Ditempat pemotretan Mama, Cuma beberapa shoot kok Ma.
Rahayu: Langsung pulang ya. Rara_syaira : ?iya Ma ^_^ Rara meletakkan kembali smartphone miliknya kedalam tas, dilangkahkan kakinya cepat? menuju studio pemotretan dan meninggalkan Lani yang menatap kepergiannya
dengan bibir mengerucut. " Ihhh, Rara ! kok ditinggal."
"Kan waktunya pengambilan gambar Lani sayang."
"Eh, Tommy nyariin kamu terus tuh. Kamu nggak kasih tahu dia kalau kamu off modeling dulu dua bulan lalu."
" Hehe. Kagak Lan, aku merasa perhatian Tommy terlalu berlebihan? padaku."
" Aduh, kamu itu nggak pekah banget sih? Tommy itu naksir sama kamu."
" Kalau naksir langsung ketemu Pak Anggono dong."
" Beneran nih! Aku kasih tahu Tommy ya."
" Ahhhhhhh! Jangan Lani!!"
Rara memasang wajah manyunnya kemudian mengambil bantal kecil disebelahnya, dan melemparkannya kearah Lani yang ditangkis dengan lihai oleh sahabatnya
itu. ??????????????????????????? ****
Rara dan Lani berpose didepan jepretan lensa kamera, para photografer dengan antusias mengabadikan setiap pergerakan mereka. Seulas senyum merekah dari
bibir sepasang sahabat itu ketika melihat ekspresi para? photografer yang terlihat puas.
Rara mengedarkan pandanganya kesekeliling studio, mendapati seorang wanita sedang melambaikan tangan kearahnya. Wanita yang dikenalinya sebagai Sandra,
Managernya itu menghampiri seraya menyerahkan sekotak jus orange dari tangannya.
" Nanti Majalah Fashion pemotretan hari ini aku kirimkan? kerumahmu."
" Terimakasih mbak Sandra."
" Ra, kalau boleh mbak kasih saran. Lebih baik kamu sedikit menjauhi Tommy ya?"
Rara yang mendengarkan pendapat mbak Sandra itu sontak menghentikan aktifitas mencecap jus Orange favoritnya, ?seraya menatap tajam manik mata mbak Sandra
dengan penuh pertanyaan. " Riani, model majalah MMC itu mengincar Tommy. Dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan Tommy Ra." Ujar mbk Sandra menjawab semua pertanyaan Rara yang
belum sempat terucap. "Tommy hanya teman bagiku mbak." Rara? menundukkan kepala, menyembunyikan kekecewaan diwajahnya dalam-dalam.
"Syukurlah kalau begitu." Ujar mbk Sandra seraya menepuk bahu Rara halus dan berlalu Pergi meninggalkan gadis itu yang tetap mematung diposisinya.
Tommy Mahesa, nama Laki-laki yang menghiasi pikiran Rara akhir-akhir ini. CEO Ambert Magazine yang menaungi model-model baru sedang naik daun tidak terkecuali
dirinya, sangat dipuja oleh banyak wanita karena ketampanan dan hartanya yang tak akan habis tujuh turunan sekalipun.
Pertemuannya dengan laki-laki itu terjadi saat Rara menghadiri acara Ulang tahun perusahaan Ambert Magazine, akibat ulahnya-lah tanpa sengaja ?menabrak
mobil Tommy saat mencari tempat parkir menjadi awal kedekatan mereka.
Flashback* Mobil Honda Jazz putih itu melaju dengan kencang menuju area parkir gedung Ambert Magazine, Beberapa kali mobil itu berhenti dan melaju kembali dengan
sangat mengkhawatirkan. " Aduhh.. ehh.. ini gimana sih! Ihh.. ahh mobilnya gak bisa diajak kompromi nih." Ujar Rara panik.
Rara mengemudikan mobilnya dengan asal, mobil ini hadiah dari Papanya karena gadis itu berhasil menjadi juara pertama ajang pemilihan Putri Hijab Indonesia.
Dilihatnya tempat parkir kosong disebelah mobil sport hitam yang terparkir tidak jauh dari posisinya saat ini, dengan bersemangat diinjaknya pedal gas
dan "BRRUKKK" Mobil Rara dengan sempurna menabrak bemper belakang mobil sport mewah itu, alhasil penyokan terpampang jelas dan nyata disana. Rara semakin memendekkan
napasnya, saat pemilik mobil berjalan kearah belakang mobilnya dan menyaksikan dengan langsung penyokan-penyokan cantik akibat ulah mobil Rara. Tak perlu
bertanya bagaimana ekspresi laki-laki itu, pastilah sangat marah.
" MOHON SIAPAPUN YANG ADA DIDALAM MOBIL INI KELUAR DAN MAU BERTANGGUNG JAWAB." Sergap laki-laki tersebut dengan napas memburu menahan amarah.
Rara membuka pintu mobilnya dan berdiri dengan ekspresi penuh penyesalan ?didepan laki-laki itu.
"Maaaaffffff? saya tidak senga-"
"Rara kan?" laki-laki itu memotong pembicaraan Rara, kemudian tiba-tiba saja menghambur memeluknya, dengan sigap rara menghalau pelukan laki-laki itu dan
menyisahkan kecanggungan diantara mereka.
"Sekali lagi maaf, saya akan ganti rugi semuanya, tapi anda siapa berani-beraninya mau memeluk saya." Alis Rara berhasil terangkat sempurna menanggapi
tingkah laku laki-laki didepanya.
"Tidak apa-apa Ra, tapi sungguh jahat kamu melupakanku sayang?"
Rara mengeryitkan dahinya dan mengingat-ingat siapa gerangan pria yang hampir memeluknya ini.
"Aku Tommy, Tommy Mahesa teman SMP kamu dulu. Inget nggak kamu dulu pernah memberiku coklat saat hari ulang tahunku."
Mulut Rara terbuka lebar, dia baru mengigat kejadian itu dan ?berhasil membuat pipinya memerah semerah tomat. Laki-laki dihadapannya ini adalah cinta monyetnya
saat masih duduk dibangku SMP.
"Sedang apa kamu disini Tommy?" tanya rara antusias.
"Aku yang harusnya bertanya padamu cantik, ada urusan apa kamu di perusahaanku."
"Hah? Jadi kamu pemilik Ambert Magazine." Tanya Rara Kaget.
"Hahaha.. Biasa Saja dong ekspresinya, aku sudah tahu kamu kali Ra. Kamu salah satu model Kami kan?"
Rara hanya memberi anggukan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Tommy.
Laki-laki itu menghela Rara? yang masih asyik dengan lamunannya untuk memasuki gedung dan menuju acara yang sudah dimulai beberapa menit lalu, karena terdengar
dengan jelas suara musik pembuka bergemah hingga keluar gedung.
Flashback End* Rara berjalan memasuki rumah kemudian pergi kekamarnya yang berada dilantai dua, dia terus melangkah santai, hingga suara merdu seorang wanita kisaran
umur 40 tahun memaksanya untuk berhenti.
Rara memutar badannya cepat seraya? menghambur kepelukan wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah ibu kandung sendiri, rahayu. Diciuminya pipi ibunya
bergantian, sedang rahayu sendiri terus menyunggingkan senyum sayang tatkalah melihat putrinya yang cepat sekali tumbuh dewasa.
"Kak, nanti Papa mau mengajak kita pergi makan malam bersama sahabatnya."
"iya, Ma jam berapa?"
"Jam 8 malem sayang. Sekarang, mandilah dan segera bersiap."
"Siap Bos." Rara melangkah menuju kamarnya dengan ceria, Rahayu yang melihat tingkah putri cantiknya itu, ikut menyunggingkan senyum penuh rasa sayang.
**** MALA PETAKA RARA POV? Teryata ini tujuan orang tuaku membawaku menghadiri acara ?makan malam bersama dengan sahabat Papa.
" Apa? Dijodohkan Ma." Sahutku? tidak percaya dengan ucapan Mamaku yang baru saja kudengar. Orang tuaku memiliki inisiatif menjodohkan anak gadisnya yang
cantik, yang mereka kira tidak laku ini dengan anak sahabatnya.
?Paman Hardi dan Tante Tania sahabat Papa dan Mama ini memiliki anak laki-laki berumur 28? tahun, anak laki-laki yang mereka banggakan sebagai anak tertampan
di Surabaya, bukan..bukan.. tertampan se-Indonesia katanya, bekerja sebagai dokter kepala Rumah sakit milik keluarganya, menggantikan Paman Hardi yang
sudah tidak muda lagi untuk memegang tampuk kekuasaan sebagai pengelolah Rumah sakit yang cukup terkenal di Surabaya.
Tante Tania tersenyum sumringah menatapku, yang benar saja masak aku menikah dengan orang yang lebih tua 7 tahun diatasku, ahh..! nikah sama Om ?Om dong.
Mama menepuk? bahuku membuyarkan semua lamunanku, membawaku kedunia nyata, eh! lebih tepatnya menyeretku secara paksa agar aku tersadar dan menatap seorang
laki-laki dewasa yang berdiri didepan kami dengan wajah lelahnya, ?laki-laki dengan perawakan tinggi besar, body proporsional bak model, ?rahang kokoh,
mata lebar, dan bibir yang mungil khas wajah perpaduan eropa itu tersenyum ramah kearah kami dan memberikan sapaan dengan suara khasnya.
Laki-laki itu menghampiri Paman Hardi dan Tante Tania seraya mengecup punggung tangan mereka, kemudian beralih kearah Papa dan Mama yang juga diberi perlakuan?
sama. Laki-laki itu duduk disebelah tante Tania, otomatis membuatku dan dia duduk? saling berhadapan.
" Nah Rara, ini anak tante yang mau tante jodohkan sama kamu." Tante Tania membuka percakapan, memecah keheningan didalam ruang keluarga ini, Aku melirik
laki-laki didepanku,? dia memutar kepalanya dengan cepat menghadap tante Tania, kuamati ekspresi wajahnya yang tadinya lempeng-lempeng saja kini berubah
terkejut. "Hahaha.! Rasakan juga, apa yang kurasakan tadi." Cibirku dalam hati.
" Ayo perkenalkan dirimu Hasan." Sahut Paman Hardi menimpali pembicaraan tante Tania.
Laki-laki itu menghela nafas panjang seraya membuka bibirnya yang terkatup rapat dan mengeluarkan lagi suara khasnya yang berat.
"Perkenalkan nama saya Hasan Prahardi, salam kenal semua. Dan kamu, namamu siapa?"
Aku tersentak kaget, kulihat Hasan mengarahkan telunjuknya kearahku. Aku yang sedari tadi asyik dengan lamunanku merasa bingung karena tidak mendengarkan
sesi perkenalan Hasan baru saja.
"Duh, gara-gara perjodohan otakku yang cemerlang ini kerjanya berubah jadi suka melamun sendiri." Hasan mengerenyitkan dahinya ketika melihatku diam tidak
menanggapi pertanyaannya.
" Aku bertanya padamu nona, siapa namamu?" ujar Hasan dengan nada suara naik satu tingkat dari nada awalnya.
" Eh, Maaf.. Maaf. . nama saya Syaira Arianggono, panggil saja saya Rara."
" Hmmm.." ?mulutku mengangah dengan sempurna, yang benar saja tanggapan orang ini hanya "hmm". Harapanku? memiliki calon suami yang halus dan penuh kasih sayang
runtuh seketika, tergantikan dengan sosok laki-laki dingin nan cuek dihadapanku ini.
Acara malam ini dilanjutkan dengan sesi makan malam dimeja makan keluarga Hardi, segala jenis menu makanan tersaji disana, memuaskan mata dan perut yang
semakin berteriak minta diisi.
Hasan yang beberapa menit lalu izin untuk membersihkan diri, kini sudah bergabung kembali dengan kami dimeja makan. Lagi-lagi ekspresi dingin dan? datar
yang bisa kulihat diwajahnya, sedangkan para orang tua menikmati acara makan malam dengan penuh kekeluargaan.
**** HASAN POV? Aku berjalan memasuki club malam dengan tergesah-gesah, beberapa menit yang lalu Ardi mengabariku bahwa dia melihat Riani mabuk di sini, Ardi adalah orang
suruhanku yang ku tugaskan untuk menjaga dan mengawasi Riani.
Kuedarkan pandangan kesetiap sudut? club malam, mencari wanita yang membuatku pontang-panting jika mendengar kabar apapun tentangnya. Kulihat seorang wanita
bergelayut manja pada leher seorang laki-laki, sembari bergumam tidak jelas ditengah lantai dansa, kupercepat langkahku menghampirinya dan menarik tubuh
seksinya yang hanya terbungkus gaun mini setinggi?lutut. Aku melepas jas yang kukenakan, menelangkupkan ketubunnya yang terbuka dibeberapa bagian. Mengetahui
dirinya diganggu, wanita itu bergerak tidak nyaman didalam pelukanku, berusaha sekuat tenaga melepaskan cengkraman tanganku dibahunya.
"Lepaskan aku Hasan, lepaskan! Aku harus membunuh wanita itu." Ujar Riani tidak karuan.
" Tenangkan dirimu Riani!"
Riani memukul dadaku beberapa kali, air mata mengalir deras dari pelupuk mata cantiknya. Hatiku serasa dircabik-cabik melihat keadaan Rianiku seperti ini,
menghabiskan tiap malamnya dengan meneguk alcohol dan mengumbar keseksian tubuhnya untuk laki-laki yang tidak dikenalnya.
Riani adalah wanita yang kucintai sejak dia masih SMA, Riani adalah adik sahabatku ditempat kuliahku dulu, tetapi Riani mencintai Tommy teman sekelasnya,
cinta yang dibawa dan dirasakanya hingga saat ini, cinta yang tidak terbalas sama seperti cintaku padanya yang tak terbalas. Biarlah rasa cintaku tak terbalaskan
asalkan aku bisa menjaganya dari jarak dekat seperti ini.1
Kurasakan tubuh Riani mulai melemah dan isak tangisnya mulai meredah, kupeluk tubuhnya semakin erat dan kuajak keluar dari club malam.
Kulajukan mobilku meninggalkan club malam menuju apartement Riani didaerah Darmo, Kupapah tubuhnya ketika keluar dari mobil, kami berjalan perlahan menuju
pintu lift, mengingat tingkat kemabukan Riani cukup tinggi. panel Lift menunjukan lantai 6, lantai dimana Apartement Riani berada. Aku mencari kunci Apartement
Riani didalam tas miliknya, membuka pintunya dan memapah Riani menuju kamarnya.
Kurebahkan tubuhnya diatas ranjang, kulepaskan sepatu high hells yang masih melekat dikakinya dan menarik selimut hingga dibawah dagunya.
Wajah Riani yang tertidur lelap menjadi pesona tersendiri bagiku, tanganku melenggang bebas menelusuri tiap jengkal bagian wajahnya, tanganku terhenti
untuk membelai pipi mulusnya, beberapa saat kemudian turun membelai bibir mungilnya yang penuh.
Kuberanikan diri menyentuh bibir merahnya dengan bibirku dan mengecupnya sekilas, bibir yang selalu mengairahkan bagiku, bibir yang menjadi candu tatkala
wanita ini berada didekatku.
" Tidurlah dengan nyenyak sweetheart, aku akan selalu menjagamu apapun yang terjadi." Ketika aku sudah menikah sekalipun, lanjutku dalam hati.
AUTHOR POV? Rara melangkahkan kakinya menyusuri lorong kampus, siang ini dia ada janji dengan pihak akademik kampus untuk mengambil foto-fotonya saat prosesi wisuda
satu minggu yang lalu. Banyangan kejadian saat makan malam beberapa malam yang lalu terus saja menghantuinya.?Apalagi saat semalam, ketika Papa mengabari
bahwa prosesi pertunangan akan dilaksanakan satu minggu lagi dan pernikahan akan dilangsungkan satu bulan setelahnya. Sungguh keputusan yang luar biasa
gila, dalam hitungan beberapa minggu dirinya akan menyandang status baru, status sebagai istri "Tuan Kutub" itu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupanya
setelah ini jauh dari kata romantis, bukan berniat menentang takdir yang digariskan sang maha kuasa, tetapi Rara pun ingin memiliki suami sesuai kriteria
imam hidupnya. Rara memilah tumpukan foto dari dalam kotak, diraihnya beberapa foto yang menampilkan gambar dirinya disana, setelah mendapatkan apa yang dicarinya rara
bergegas pergi menuju tempat parkir dan meraih motor metiknya, kemudian mengenakan penutup mulut, sarung tangan dan yang terakhir mengenakan helm. Akibat
insiden tabrakan dengan mobil tommy beberapa bulan yang lalu, fasilitas mobil pribadinya ditarik oleh anggono dan diganti dengan motor matik yang? senantiasa
menemani Rara kemanapun dia pergi.
Rara melajukan motor metiknya dengan kecepatan sedang, tujuannya setelah ini adalah panti asuhan milik bibi Kinan adik dari mamanya. Rara yang notabenya
dibesarkan dikalangan keluarga yang memiliki jiwa sosial tinggi, sedari kecil sudah terbiasa berkutat membantu bibi Kinan dipanti asuhan miliknya. Jarak
antara kampus ke panti asuhan tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 20 menit jika jalanan tidak macet.
Setelah sampai didepan rumah yang cukup besar dengan plakat " Yayasan Nurul Hayat"? terpampang disana, segera dia menghambur masuk kedalam rumah dan langsung
disambut tawa riuh anak-anak panti yang sudah menunggu kedatanganya. Hari ini Rara mengisi kegiatan rutin dipanti, yaitu Hadra dan Sholawat yang dengan
sengaja diajarkannya pada anak-anak.
Beberapa menit kemudian, suara alat-alat hadra dan suara merdu dirinya beserta anak panti ketika menyanyikan lagu sholawat menjadi penyejuk dikala sore
hari ini. Setelah menyanyikan beberapa lagu sholawat, Rara memutuskan pergi mencari keberadaan bibi Kinan yang tidak dilihatnya sejak datang beberapa jam
lalu. Langkah kakinya membawanya menuju taman belakang panti yang penuh dengan tanaman toga dan bunga-bunga cantik, Rara mendapati bibinya duduk manis disebuah
kursi sembari ?menikmati hembusan angin yang mulai basah karena bulan memasuki musim penghujan.
"Assalamualaikum Bibi Kinan."
"Waallaikumsalam Rara." Bibi Kinan menoleh kearah Rara dan membiarkan Rara mencium punggung tangannya.
"Bagaimana kabar bibi, sehat?" Rara duduk disebelah bibi Kinan dan meraih tangan bibi Kinan kedalam pelukan tangannya.
"Alhamdulillah Rara, Bagaiman perkembangan Hadrah anak-anak?
"Sungguh mengesankan bibi, mereka cepat meresap pelajaran baru yang kuajarkan." Rara melemparkan senyum manisnya dan dibalas anggukan kepala bibi Kinan.
"Oh ya Ra, Bibi dapat kabar dari Mama kamu, katanya minggu depan kamu bertunangan dan bulan depan menikah?"
"Iya Bibi, doakan yang terbaik untuk Rara ya Bi. Rara tahu Mama dan Papa pasti memilihkan laki-laki yang terbaik untuk Rara." Rara merebahkan kepalanya
kedalam pelukan Bibi Kinan. Kinan membelai kepala Rara yang terlapis hijab berwarna pink muda itu dengan lembut.
"Jodoh-Maut- Rezeki itu ditangan Allah nduk,? tetapi setelah kita tau kita juga tidak diperbolehkan hanya berpangku tangan dan menyerah. Kita juga diwajibkan
berikhtiar dan berdoa hanya kepada-NYA."
"Nanti Bibi datang bukan diacara pertunangan Rara?"
"Pasti Nduk, Bibi pasti datang." Kinan mencium kening Rara pertanda rasa sayang yang amat mendalam. "RA." Panggil Kinan membuat Rara mendongakkan kepala
menatap kearahnya. "Kamu harus tahu, jika sudah menikah kamu harus berbakti kepada suamimu melebihi baktimu kepada orang tua, karena jika kamu sudah menikah
perintah suami adalah sesuatu yang harus kamu lakukan dan tidak boleh kamu bantah sedikitpun, selama apa yang diperintahkan suamimu tidak bertentangan
dengan syariat agama kita." Rara menitihkan air mata diselah-selah gulatan batin yang dirasakanya. "Tommy." Nama itu selalu memenuhi relung hatinya yang
terdalam, Laki-laki yang diharapkanya dapat menjadi imam hidupnya. Tetapi kenyataan berkata lain, bukan laki-laki itu yang akan ada disetiap doanya melainkan
laki-laki yang belum dikenalnya sebelumnya,
*** Dua hari sebelum hari pertunangan
HASAN POV? " Kenapa kamu baru bilang pertunanganmu 2 hari lagi San?" Lucky rekanku dirumah sakit sekaligus sahabat baikku menatapku dengan bola mata yang melotot
sempurna dan hampir lepas dari kelopaknya. Saat ini kami berada di dalam club malam tempatku dan lucky biasa menghabiskan akhir pekan, aku bukan tipe laki-laki
pecandu alcohol, alcohol bagiku hanya selingan saat pikiranku penat seperti saat ini, dan jika pikiranku sedang santai aku hanya meminum cola. Kuteguk
Red Wine ?dari gelas ketigaku, berusaha mencari-cari pelampiasan dari ?beban berat yang kurasakan.
"Aku sendiri tidak mengharapkan pertunangan ini, apalagi sampai ke pernikahan."
"Kenapa kamu tidak menolak, Riani bagaimana?" Lucky menuangkan Red Wine kedalam gelasku yang sudah kosong.
"Itu yang jadi permasalahanku Luck, tapi apapun yang terjadi. Dengan atau tidaknya aku memiliki istri, Riani tetap jadi prioritasku."
"Apakah sampai saat ini Riani belum menyadari bahwa kamu mencintainya."
"Jangan sampai mulut embermu itu membocorkan semuanya pada Riani, status seperti sekarang ini cukup bagiku. Tommy si-CEO Ambert itu belum hilang dari pikiran
wanitaku ." Aku menjelaskan dengan emosi yang membuncah
"Hahaha.. kebaikanmu pada Riani tertutupi oleh anak igusan itu Bro. Bay the way, calon istrimu dari sosialita mana?" tanya Lucky padaku ingin tahu.
"Boro-boro sosialita, cewe berhijab ma men." Mendengar penjelasanku Lucky membuka mulutnya lebar-lebar, sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak mengejek
kearahku. "Tutup tu mulut!"
" Hahaha sorry Bro, wah siap-siap tobat, sana gih joget dulu sama penari setengah telanjang sebelum? dikurung dikamar sama istrimu nanti." 1
"Sialan!!" aku pergi meninggalkan Lucky yang masih asyik mengejekku, kulenggangkan tubuhku menuju lantai dansa, menghampiri seorang wanita yang memakai
gaun panjang transparan mencetak bentuk tubuhnya dengan sempurna, belahan rok hingga pahanya membuatku menelan ludah berkali-kali. Kuhampiri wanita itu,
kuremas pantatnya dengan keras membuatnya terlonjak kaget dan menatapku, sejurus kemudian ia mencium bibirku dengan liar dan bergairah.1
?????????????????????????? ****
Hari Pertunangan RARA POV? Kulihat keluarga besarku dan keluarga besar Hasan sudah berkumpul diruang tamu rumahku, hari ini hari pertunanganku dengan laki-laki itu. Kebaya putih
yang melekat ditubuhku senada dengan make up soft? semakin mempercantik penampilanku saat ini. Paman Hardi mewakili Hasan untuk melamarku, sedangkan Hasan
hanya diam menunggu saat dimana dia dipersilahkan berbicara, Suasana saat ini sangat sakral dan khitmat membuatku terharu sekaligus bersyukur luar biasa.
Kulirik sekilas Hasan yang berada didepanku, calon suamiku sangat tampan dengan balutan taksedo berwarna abu-abu menambah kharismatik didirinya.
"Silahkan nak Hasan, utarakan maksud ananda datang kemari?" Papa bertanya kepada Hasan dengan senyum yang tak henti-hentinya terkembang.
"Saya kesini, bermaksud ingin menjadikan adinda Syaira Arianggono untuk menjadi pendmping hidup saya." Ujar Hasan dengan lantang dan penuh keseriusan,
Aku lihat Papa melihat kearahku dengan ekspresi pengharapan.
"Semua keputusan saya serahkan kepada ananda Syaira. Keputusan sepenuhnya ada padamu putriku, apa kamu menerima lamaran nak Hasan?" tanya Papa kepadaku.
Aku terdiam beberapa menit, membuat suasana didalam ruangan juga ikut meneggang. Ku pejamkan mata mencari jawaban didalam hatiku, kukembangkan seulas senyum
dibibirku dan mengutarakan jawaban, jawaban yang akan berpengaruh besar di hidupku setelah ini.
" Bismillahirohmanirohim, dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Saya menerima lamaran mas Hasan." Ujarku dengan diiringi air mata yang terjun bebas dari
pelupuk mata. "Alhamdulillah." Rasa syukur menggema didalam ruangan, tante Tania menghampiriku, meraih tangan kananku dan menyematkan cicin emas bertahta berlian kecil
ditengahnya ke jari manisku seraya mengecup keningku.
Kulihat Hasan tersenyum kearahku dan kubalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
****? **Wah! Teryata Rara dijodohkan oleh Orang tuanya dengan seorang laki-laki yang bernama Hasan Rahardi.? Di part ini Rara diceritakan sudah bertunangan dengan
laki-laki itu.? Baaimana dengan Tommy? Dan Siapa-kah wanita bernama Riani??


Noktah Hitam Pernikahan Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** RASA INI? RARA POV sekujur tubuhku terasah lelah, acara pertunangan hari ini berjalan dengan lancar menghasilkan cincin cantik yang melingkar di jari manisku. Kali ini aku
benar-benar memantapkan hati untuk melangkah kejenjang yang lebih penting lagi yaitu pernikahan, walaupun sampai saat ini aku belum mengenal kepribadian
Hasan calon suamiku, tapi itu bisa ku lakukan setelah kami menikah nantinya.1
Kuletakkan telapak tanganku didepan dada " Rasa ini" rasa yang cukup sakit tapi sebisa mungkin harus kutekan dalam-dalam, rasa yang tidak layak tumbuh
dan berkembang mengingat diriku yang sudah terikat dengan orang lain.
Kuraih Smartphone diatas nakas yang sedari tadi bergetar berkali-kali, salah satu Grup whatsapp milikku menampilkan percakapan beberapa orang didalamnya.
Tommy_mat: Calon istriku kemana sih? Kagak muncul beberapa hari ini.
Lani_hijab: Marah kali sama kamu, salah sendiri pergi ke singapura kagak ngasih kabar.
Mario: Iya kagak pernah muncul, kangen banget godain dia.?
Air mata mengalir deras dari pelupuk mataku saat melihat chat dari Tommy, aku tahu dia hanya bercanda tetapi candaan seperti ini yang kuharapkan akan menjadi
kenyataan. Rasa cinta untuk Tommy masih tetap sama, kuat dan kokoh dihatiku. Terkadang aku merutuki egoku sendiri, kenapa aku tidak berani mengungkapkan
perasaanku terlebih dulu padanya, sebelum semuanya terlambat seperti ini. Kebaikan dan Perhatian Tommy kepadaku sudah kusalah artikan sebagai perasaan
cinta, aku sendiripun tidak tahu bagaimana perasaan Tommy kepadaku sampai saat ini.
Aku kembali mengikuti percakapan mereka didalam grub.
Lani_hijab : Ra, muncul dunk. Itu hayank tommy nyariin.
Mario: Bebeb Mario juga nyariin lho!
Rara_muth: Berisik ih, ini kan sudah malam.
Tommy_mat: Sayank, kangen. Tommy_mat: Marah ya sama aku! Maap deh ke singapura kagak kasih tahu.
Rara_muth: Gpp Tom Lani_hijab: Aih si tommy, kita dikira kontrak apa, sayank sayank.an disini.
Mario: Gue cemburu!!!! Lani_hijab: Ra, aku denger kamu habis tunangan ya hari ini. Gila, pakek rahasia gk ngasih tau aku! Mbk Sandra marah-marah tu gk dikasi tau!?
Aku tersentak kaget melihat chat dari Lani, darimana dia tahu tentang pertunanganku, sedangkan pertunangan ini sangat aku rahasiakan. Hanya keluarga besar
dari kedua belah pihak yang mengetahui. Pikiranku kembali berputar hebat, bagaimana tanggapan Tommy setelah ini.
Mario: Hah!! Seriusan. Sadis, pakek di rahasiakan. Kabar bahagia itu.
Mario: Tom! Ini aku siapin tali sama pohon randunya buat bunuh diri ..haha
Rara_mute: Tahu dari mana? Lani_hijab: Bik arsih pembantu kamu, dua hari yang lalu aku gk sengaja ketemu bik arsih dipasar dan nanyak kabar kamu. Eh! Malah dapet berita cetar.
Rara_mute: Ember!! Awas bik Arsih. Tommy_mat: Bener Ra? Apa karena itu kamu menghindar dari aku beberapa minggu ini? Takut aku mengacaukan semuanya? Iya!?
Aku menghela napas panjang, lambat laun semua orang pasti akan tahu prihal pertunanganku walau serapan apapun aku merahasiakannya. Lamunanku teralihkan,
Kuperhatikan layar Smartphone yang berkedip-kedip dan ?memberikan efek getar panjang digenggamanku,? "Calling Tommy" tertera jelas dilayarnya. Kusapu tanda
hijau kearah kanan dan mendekatkan ponsel didepan ?telingaku.
"Assalamualaikum."
"Waallaikum salam, Ra besok aku balik ke Indonesia, bisa ketemu?"
"Iya Tommy, kita ketemu dimana?"
"Caf? Kauman, waktunya aku kabari lagi nanti, Aku tutup teleponya Ra. ?Assalamuallaikum."
?"Waallaikum salam."
Kurebahkan tubuhku diatas ranjang, ?perasaan ini harus kuhentikan, sesegera mungkin kuhilangkan. Kenapa semuanya tidak semudah seperti yang kubayangkan,
" Tommy, kenapa kamu tidak pernah menyadari perasaanku?" Kuletakan wajahku dibalik bantal, memejamkan mata dan terlelap dalam tidur panjangku malam ini.
????????????????????????????? ****
Sinar matahari mengintip dibalik tirai kamarku, kubuka mataku perlahan sekedar menyesuaikan kapasitas cahaya yang masuk kedalam kornea mata. Tanganku sibuk
meraih Smartphone yang berada diatas nakas dan membuka beberapa pesan masuk pagi hari ini.
From Tommy: Rara, nanti jam 3 Sore aku tunggu ya di caf? Kauman.?
From Hasan: Jam 10 aku tunggu dirumah sakit,
kita pergi fitting baju pernikahan.
Jangan telat!!? Aku meletakkan kembali Smartphone-ku diatas nakas, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi dan kuputuskan pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri kemudian
bersiap-siap menemui Hasan di Rumah Sakit.?
Rara berjalan memasuki rumah sakit, sesekali dia melihat jam dipergelangan tangannya " jam setegah sepuluh" ujarnya pada diri sendiri. Rara semakin mempercepat
langkahnya dan berhenti didepan ruangan yang bertuliskan? dr. Hasan Prahardi, Sp. JP.? Rara mengetuk pintu ruangan itu beberapa kali, pintu terbuka dan
menampilkan sosok laki-laki mengenakan jas putih khusus dokter dengan kemeja merah marron sebagai dalamannya serta celana bahan yang pas dikaki jenjangnya.
Rara mengembangkan senyum ramahnya dan mengucapkan salam kepada calon suaminya itu.
"Asalamuallaikum mas."
" Waalaikum salam, kita langsung berangkat saja ya."
Rara menganggukan kepala memberi persetujuan. Mereka berjalan beriringan menuju mobil Honda mobilio hitam yang terparkir di area parkir Rumah Sakit. Hasan
membukakan pintu mobil dan memepersilahkan Rara masuk, kemudian dia berjalan menuju sudut mobil satunya dan duduk didepan kemudi. Selama perjalanan keheningan-lah
yang terjadi, mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing dan tidak ada yang memulai pembicaraan, hanya Rara yang sesekali menoleh kearah Hasan
yang tetap fokus menatap jalanan dari balik kaca mobil didepannya, hingga mobil berhenti didepan salah satu butik disudut kota Surabaya.
Mereka berjalan memasuki butik dan langsung ?disambut senyum ramah pemilik butik yang merupakan sahabat tante Tania.
"Ayo masuk, tadi Mama kamu sudah kasih tahu tante kamu mau fitting baju disini."
"Iya tante Ambar. Ra kenalin ini tante Ambar, beliau yang akan mendesain baju pernikahan kita."
Rara mengulurkan tangan menjabat tangan Ambar yang juga terulur kearahnya.
"Ambar" "Rara! mohon bantuanya Tante Ambar"
"Pasti cantik."
Ambar mempersilahkan mereka berdua melihat-lihat. Wanita paruh baya itu mengajak Rara menuju deretan gaun pengantin wanita diruangan khusus dan? membiarkan
Hasan yang sedang mengistirahatkan tubuhnya di sofa, duduk di ujung butik. Ambar menunjukkan sebuah gaun pengantin berwarna putih yang menjuntai panjang
kebawah dengan model simple tetapi tetap elegan, gaun yang bertabur swaroski dibagian dada serta untaian benang berwarna emas dipergelangan tanganya dan
hijab putih berbahan sutra lengkap dengan mahkota kecil bertahta mutiara, mempercantik penampilannya.
" Cantik sekali, terlihat anggun. Memang Tania tidak salah pilih menantu." Ujar Ambar yang berhasil membuat Rara tersenyum malu dan menciptakan semburat
merah dipipinya.? Ambar mengajak Rara keluar dari ruangan, menghampiri Hasan yang sudah rapi Mengenakkan taksedo putih dengan celana bahan putih begitu?
pas ditubuhnya. Tadi saat Rara mencoba gaun pengantinnya, asisten Ambar juga mengajak Hasan mencoba baju yang akan dikenakannya dihari pernikahan. Taksedo
itu terkancing rapi dengan kancing berwarna emas yang melapisi kemeja putih dengan bahan sutra didalamnya, tersemat juga dasi emas berbentuk dileher jenjangnya.
Taksedo sederhana, sangat serasi dengan gaun pengantin yang dikenakan oleh Rara.1
"Bagaimana Hasan menurutmu?" ujar Ambar, membuat Hasan mengalihkan pandangan kearah Rara dan Ambar yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri, Hasan
mengamati tubuh Rara yang terbalut gaun pengantin dari ujung kaki hingga ujung kepala kemudian menampilkan seulas senyum kepuasan.
" Cocok." Ujarnya singkat.
Setelah? menyelesaikan fitting baju pengantin, Rara meminta izin kepada Hasan untuk pulang terlebih dahulu, mengingat dia ada janji dengan Tommy pukul
tiga sore dan sekarang waktu telah menunjukkan pukul tiga kurang lima menit. Rara mempercepat langkahnya memasuki caf? ?tempat mereka bertemu. Dia melihat
kedalam caf? ?dan mendapati Suasana caf? ?yang cukup ?lengang, mungkin karena masih masuk jam kantor. Didekatinya ?salah satu meja, menyapa seorang laki-laki
berperawakan asia face yang sedang duduk seorang diri disana, membuat laki-laki itu mendongakkan kepalanya ?karena saat Rara menghampirinya laki-laki itu
sedang asyik berkutat dengan smartphonenya.
"Duduk Ra." Rara duduk didepan Tommy dan menatap laki-laki itu dengan rasa rindu yang membuncah. Rara yang dengan sengaja menjauhi Tommy setelah orang
tuanya memutuskan untuk menjodohkanya dengan Hasan, berusaha agar perasaan cintanya pada Tommy bisa hilang tetapi kenyatanya perasaan itu masih bertahan
dihatinya hingga sekarang. Gadis itu berusaha mengatur emosinya, berusaha agar air mata tidak lolos dari matanya dan menampakkan sifat rapuhnya didepan
pujaan hatinya itu. " Mau pesan apa Ra?"? pertanyaan Tommy memecah konsentrasinya.
"Mocca Late aja Tom."
Tommy menganggukan kepala seraya memanggil pelayan dan memesan minuman yang diminta Rara.
" Ra, apa betul kamu sudah bertunangan dan akan segera menikah?"
" Iya Tom, maaf merahasiakannya dari kalian."
" Apa karena hal ini kamu menjauhiku akhir-akhir ini Ra?"
" Bukan Tom, Bukan karena itu."
" Terus karena apa? Ra! Apa kamu tidak pernah menyadari segala perhatianku ke kamu? Apa harus dengan peryataan cinta agar kamu paham?"
Rara mendongakkan kepalanya menatap Tommy dengan wajah kagetnya, kini air mata sudah tidak dapat ditahannya lagi. ?Biarlah dia terlihat lemah di depan
Tommy saat ini, bahkan walau satu dunia tahu kelemahanya Rara sudah tidak perduli. Kini yang bisa dilakukannya hanyalah merutuki kebodohanya, kebodohan
karena teryata ?selama ini Tommy juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
" Rara, bicaralah. Apa aku sudah terlambat? Apa aku sudah tak bisa lagi memilikimu?"
" Aku akan jadi istri orang lain Tommy. Jadi lebih baik kamu melupakanku."
" Gak Ra! Selama pernikahan itu belum terjadi aku akan berusaha mendapatkanmu! Aku akan menemui orang tuamu."
Tommy bangkit dari tempat duduknya dan berjalan melewati? Rara yang masih duduk dikursinya, dia bertekat menemui orang tuan Rara untuk melamarnya. Rara
yang melihat Tommy akan pergi meninggalkanya, meraih tanggan Tommy dan memaksa laki-laki itu untuk menghentikan langkahnya.
" Jangan Tom, Kumohon."
" Tapi Ra! Ak-."
BUKKKK Pukulan keras mendarat kerahang Tommy dan membuat laki-laki itu tersungkur kelantai, Rara yang melihat kejadian itu sontak membalikkan badan dan mendapati
Hasan berdiri dibelakangnya dengan ekspresi wajah penuh amarah.1
HASAN POV? Aku melajukan mobilku menyusuri jalanan kota Surabaya, badanku yang terasa lelah karena menangani proses operasi beberapa jam lalu tidak menghalangiku
untuk menuruti kemauan gadis pujaanku itu. Beberapa menit yang lalu, Riani menghubungiku dan? memintaku membelikanya cappuccino, yang anehnya cappuccino
itu harus dibeli di caf? kauman favoritnya. Terkadang kemauan wanita itu aneh dan tidak bisa dinalar oleh otak kita sebagai laki-laki.
Kupinggirkan Mobilku didepan caf? Kauman dan segera masuk membelikan pesanan Riani. Kulangkahkan kakiku menuju meja pelayan dan memesan pesananku, sembari
menunggu pesanan, kuedarkan pandanganku kesekeliling caf? yang cukup sepi dan? hanya mendapati sepasang kekasih duduk disudut caf?. Tunggu! Aku mengenali
laki-laki itu, dia Tommy laki-laki yang dicintai Riani dan siapa wanita berhijab yang bersamanya itu. Amarahku tiba-tiba bangkit melihat kelakuan tengil
laki-laki itu, disaat Riani memperjuangkan perasaanya dia malah berhubungan dengan wanita lain. Aku terus mengamati mereka dan tidak berniat sedikitpun
?mendekati, kulihat Tommy berdiri dan dari ekspresi wajahnya menyiratkan bahwa dia sedang tersulut amarah " Apa mereka bertengkar" pikirku dalam hati.
Wanita itu Meraih tangan Tommy , menahannya tidak pergi meninggalkan caf?, ?Wanita ?itu berdiri dan membalikkan badannya sehingga aku bisa melihat wajahnya
dengan jelas dan! Yang benar saja itukan Rara, calon istriku, jadi wanita yang bersama Tommy itu Rara. Permainan apalagi ini, tanpa berpikir panjang aku
segera menghampiri mereka dan kulihat Rara sudah membalikkan badannya kembali ?kini posisinya membelakangiku sehingga dia tidak menyadari kehadiranku.1
"BUUKKK" Kudaratkan bogem mentah kearahang Tommy dan membuatnya tersungkur kelantai, sontak perbuatanku itu membuat Rara menoleh kearahku. Kudapati ekspresi kagetnya
saat ?melihatku berada dibelakangnya. " Lihatlah kelakuan jalangmu ini wanita bodoh! berani berkencan dengan laki-laki lain dibelakang calon suamimu."
Ujarku dalam hati.? Segera kuraih tangan Rara, menariknya secara paksa agar keluar? dari caf? dan meninggalkan laki-laki tidak tahu diri itu kesakitan
disana. Aku membuka pintu mobil dan sedikit mendorong tubunya masuk kedalam mobil. Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju kemudi mobil, membuka pintunya dan menutupnya
lagi dengan kencang. Kuraih smartphone dari dalam saku celanaku, ?menghubungi salah satu nomer yang ada didalamnya dan menunggu jawaban seseorang dari
seberang sana. ".." " Waallaikum salam. Pa, aku minta pernikahanku dipercepat 2 hari lagi!"1
"." " Tidak ada apa-apa, Hanya saja aku ingin cepat melangsungkan pernikahan."
"" " Baiklah, terima kasih Pa."
Aku mengakhiri panggilan telepon? dan menatap Rara yang begitu terkejut dengan keputusan yang baru saja kuambil. Kusunggingkan senyum palsu kearahnya yang
terus saja menatap kearahku dengan ekspresi ketidak percayaan.
" Siapkan dirimu, pernikahan kita dua hari lagi!" ujarku menjelaskan kepadanya dan dibalas dengan agukan lemah darinya. Aku ?mulai melajukan mobil meninggalkan
caf?, menuju kekediaman Rara di daerah Surabaya Selatan.
**** HARI PERNIKAHAN RARA POV? Sudah hampir dua jam aku berdiri disini menerima ucapan selamat dari para tamu yang rata-rata kolega Hasan, Papa dan Papa Hardi. Ya! pernikahanku jadi
dipercepat, aku sendiri tidak mengerti kenapa Hasan tiba-tiba mempercepat pernikahan kami setelah insiden di caf? dua hari lalu. Akad nikah sudah dilangsungkan
tadi siang , Alhamdulillah berjalan dengan sangat lancar karena laki-laki yang berdiri disebelahku dan resmi menjadi suamiku ini mengucapkan kata keramat
itu dengan satu tarikan nafas. Tidak kulihat ekspresi lelah dari raut wajahnya, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan pekerjaannya sebagai dokter jantung
yang memakan banyak tenaga jadi berdiri selama dua jam diatas pelaminan tidak ada apa-apanya buat dia. Musik romantis mengalun indah menemani resepsi pernikahan
kami, sebelumnya aku sempat khawatir bagaimana EO pernikahan kami menyiapkan acara yang tiba-tiba dipercepat, sangat cepat bahkan. Tetapi setelah melihat
dekorasi hari ini aku benar-benar kagum dengan kerja mereka. Dekorasi pelaminan dipenuhi warna putih dan pink, bunga-bunga hidup memenuhi? ruangan serta
jamuan untuk tamu yang tidak kalah mewahnya. Seorang Hasan Prahardi yang benar-benar Perfecsionis pastilah mengatur semuanya sesempurna mungkin.
Aku melihat Lani dan Mario berjalan beriringan menaiki pelaminan menghampiri kami berdua dengan senyum bahagia terukir diwajah Lani tatkala melihatku.
" Ya Allah Rara, jangan izinin aku untuk menangis sayang." Lani mengusap pelupuk mata yang menampilkan air mata terlihat jelas disana. Aku yang melihat
sahabat baikku itu menangis, berinisiatif untuk memeluknya.
" Entar luntur tu make up, jangan biarin Mario tau muka jelekmu kalau kagak pakai make up." Ledekku pada Lani yang sontak mendapat cubitan kecil di bahuku.
Mario dan Hasan yang melihat tingkah laku kami hanya melemparkan tawa renyah kearah kami.
" Kamu cantik banget Ra, nyesel aku gak suka sama kamu." Puji Mario padaku, yang? berhasil membuat Lani ?semakin cemberut.
" Duh Mario, muka Lani makin jelek kan." Ledekku pada Lani.
" Hahaha.. Lani tetap yang paling cantik." Puji Mario, membuat Lani tersipu malu.
" Semoga bahagia ya sayang dan cepet diberi momongan." Doa dari Lani membuat pipiku memerah. Setelah mereka bersalaman denganku dan Hasan, mereka melenggang
pergi menuju meja jamuan. Kini pandanganku kembali tertuju pada deretan tamu undangan yang hendak memberi selamat pada kami dan mencari seseorang yang
sangat aku harapkan kehadiranya, tapi kenyataan membuatku menelan kekecewaan, Tommy tidak menghadiri pernikahanku hari ini. Apakah Tommy marah dan membenciku?
Pertanyaan itu berputar-putar diotakku, hingga sikutan lembut dibahuku membuyarkan lamunanku dan membuatku menoleh kearah Hasan yang memandangku dengan
penuh pertanyaan. " Apa yang kamu pikirkan?"
" Ah, tidak ada. Aku hanya capek saja harus berdiri terus,"
" Oh ya Ra, kenalkan ini Lucky teman baikku dirumah sakit."
Hasan memperkenalkanku dengan seorang laki-laki yang sedang berdiri dihadapan kami yang kutahu bernama Lucky sahabat baiknya dirumah sakit, tapi tunggu!
dibelakang Lucky berdiri seorang wanita yang kukenal dan kini dia sedang mencium bibir suamiku didepan banyak orang. Oh! Astaga pemandangan apa ini, apa
wanita itu tidak tahu status Hasan hari ini sudah berubah menjadi suamiku. Setelah puas dengan adegan Kissing yang dilakukanya dengan suamiku dan yang
lebih menyebalkan lagi, alih-alih menolak ciuman itu suamiku terlihat menikmatinya. Kini wanita itu mengulurkan tangannya kearahku dan aku menjabatnya.
" Selamat ya Rara, masih ingat aku kan? Aku Riani kekasihnya Tommy." Kini kelakuannya semakin membuatku jijik, setelah puas mencium suami orang dia mengaku
sebagai kekasih Tommy orang yang kucintai, sungguh wanita upnormal.5
"Wah! kalau orangnya secantik ini, walaupun berhijab aku mau Bro." ujar Lucky pada Hasan
"Ini Lucky Ra. Ini Riani dan sepertinya kalian sudah saling kenal." Sambung Hasan mengenalkan lagi sahabat-sahabatnya padaku.
"iya, Riani satu profesi denganku yang kudengar Riani juga model yang cukup diperhitungkan di Surabaya." Ujarku dengan cukup ramah.
Aku melihat Hasan yang tersenyum kearah Lucky dan Riani seraya mempersilahkan mereka untuk foto bersama dengan kami. Setelah itu mereka berlalu menuruni
pelaminan. Setelah melihat tidak ada lagi tamu yang berniat memberikan selamat, kami memutuskan untuk duduk diatas kursi pengantin dan mengistirahatkan kaki kami
sebentar. " Mas, boleh tanyak sesuatu?" Aku memberanikan diri menanyakan perbuatan yang dilakukanya dengan Riani baru saja.
" Hmm, tanya apa?"
" Mas ada hubungan apa dengan Riani?"
" Riani adalah wanita yang kucintai hingga saat ini."2
Jawaban yang berhasil membuatku meringis kaget, bisa-bisanya dia mengucapkan hal tersebut? dengan gamblang didepanku. Kenyataan yang menyengat hati, walaupun
aku sendiri belum bisa mencintainya tapi seengaknya dia bisa menghargai malam sakral pernikahan kami hari ini. Harusnya sebelum menerima perjodohan orang
ini aku menyelidikinya terlebih ?dulu, laki-laki seperti apa yang akan jadi imamku nantinya dan mau jadi seperti apa pernikahanku setelah ini? Aku menelan
ludah berkali-kali dan bergidik ngeri membayangkan rumah tangga pernikahanku setelah ini.
AUTOR POV? Setelah prosesi pernikahan terlalui dengan baik, mereka pergi meningalkan gedung yang menjadi tempat resepsi pernikahan dan pergi menuju apartemen milik
Hasan yang sengaja dibelinya beberapa hari sebelum pernikahan. Apartemen mewah dengan desain minimalis yang didominasi warna putih dan coklat ini memiliki
2 kamar besar didalamnya. Rara ?sibuk membuka koper-koper pakaian Hasan dan menata isinya kedalam lemari pakaian. Dia melihat suaminya yang sedang berdiri
di balkon kamar, membuat Rara tersenyum ketika mengamati punggung suaminya. Setelah selesai merapikan semua pakaian Hasan kedalam lemari, Rara berniat
menghampiri Hasan dan menawarkan untuk mandi karena beberapa menit yang lalu Rara sudah menyiapkan air hangat untuk suaminya itu mandi. Dia melangkahkan
kakinya mendekati suaminya yang berada dibalkon kamar mereka, hingga suara suaminya yang sedang ?menelepon seseorang mengurungkan niatnya. Didengarkanya
percakapan suaminya dan dapat dipastikan lawan bicaranya ialah Riani, kekasih suaminya.
Rara kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar, meraih pakaian ganti dari dalam lemari kemudian pergi menuju kamar mandi. Dia memutuskan berendam
air hangat untuk menghilangkan rasa lelah yang dirasakannya, mencoba melepaskan segala beban yang menggangu pikiranya beberapa hari ini. Rara memejamkan
mata menikmati sensasi hangat di sekujur tubuhnya yang membawanya terlelap kedunia mimpi.
Rara membuka mata karena merasakan air yang mulai dingin, dilihatnya jam dinding diatas kaca dan mendapati bahwa dirinya sudah berendam selama 30 menit.
Dia melangkah keluar dati bath up meraih handuk untuk menghilangkan sisah-sisah air yang menempel ditubuhnya, kemudian mengenakan baju tidur yang dibawanya
tadi. Setelah selesai memanjakkan dirinya dikamar mandi, ia melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi, belum setengah langkah ia ?meninggalkan kamar mandi,
pemandangan yang cukup menyayat harga dirinya sebagai seorang istri tersaji didepan mata layaknya tontonan yang sengaja disuguhkan untuknya. Sekarang Suaminya
sedang bergelung manja dengan seorang perempuan diatas ranjang, keadaan merekapun sungguh sangat menjijikkan, suaminya sudah bertelanjang dada dengan ganasnya
melumat bibir wanita yang menjadi lawan mainnya itu, tidak berbeda jauh dengan ?kondisi ?si-wanita, gaun yang dikenakannya berhasil turun melewati pinggang
dan hanya menyisahkan pakaian dalam untuk menutupi organ-organ intimnya, sontak kejadian itu membuat Rara terpekik dan berhasil membuat dua sejoli yang
sedang sibuk bercinta itu menoleh kearahnya. Air mata yang menetes terus menerus dari pelupuk matanya menjadi saksi betapa sakit hatinya kini. Hasan yang
melihat istrinya mematung didepannya, segera mengenakan kembali kemejanya, turun dari ranjang dan menghampiri Rara. Rara yang sadar dengan pergerakan suaminya,
segera berlari meninggalkan kamar, meninggalkan suami yang baru beberapa jam lalu menikahinya. Hasan mencekal tangan Rara ketika dia dapat mengimbangi
langkah istrinya, setelah melihat Rara meninggalkan kamar tadi, Hasan dengan cekatan mengejarnya. Hingga disinilah mereka sekarang, saling berhadapan diruang
tamu dengan kondisi Hasan sedang mencekeram pergelangan tangan Rara, sejurus kemudian tangan kokoh Hasan berhasil mendarat dipipi kiri Rara dan menciptakan
bekas merah disana. Rara yang merasakan pipinya memanas karena tamparan suaminya itu, hanya bisa mengelus pipinya agar rasa sakit yang dirasakannya mereda.6
"Mau pergi kemana kamu!"
" Mau pergi kedapur Mas."
" Jangan sekali-kali kamu memberi tahu orang tuamu tentang kejadian ini, kalau kamu sampai buka mulut. Habis kamu!!"2
Hasan mendorong tubuh Rara hingga gadis itu jatuh terpental ke lantai, setelah puas dengan ancamanya laki-laki itu berlalu meninggalkan Rara kembali kekamar.1
RARA POV? Yang bisa kulakukan saat ini hanyala menangis, membenci diriku sendiri yang hanya diam saja diperlakukan seperti ini. Pipiku yang memerah karena ditampar
olehnya masih terasa sakit sampai saat ini. Malam pertama pernikahanku harus kulalui seperti ini, menahan kesakitan batin yang digoreskan sendiri oleh
suamiku, lebih baik dia menancapkan pisau kedadaku dari pada aku harus merelakan suamiku merebut malam pengantinku dan menggantinya dengan perempuan lain.
Aku tidak ingin pernikahan yang seperti ini, yang kudengar dari mama pernikahan itu merupakan ?mimpi terindah bagi seorang perempuan. 2
Aku memeluk kedua lututku dan membenamkan wajahku diantaranya, membiarkan air mata yang terus saja berjatuhan. " Mama.." suara itu lolos dari bibirku diiringi
dengan terpejamnya mata yang kurasakan semakin lelah.
*** RARA POV? Aku membuka mata merasakan tubuhku yang sedikit sakit dibeberapa bagian, kuedarkan pandanganku kesekeliling dan kudapati diriku tengah berada didalam kamar.
Aku berpikir keras, terakhir kali yang kuingat aku sedang menangis tersedu-sedu diruang tamu dan terlelap tidur setelahnya. Tetapi anehnya, kini aku berada


Noktah Hitam Pernikahan Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didalam kamar dan mendapati diriku tidur diatas ranjang . Apakah Hasan yang membawaku ke kamar? Aku mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi,
pastilah suamiku sedang mandi, dengan segera aku menuju lemari pakaian menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suamiku untuk bekerja hari ini. Setelan kemeja
biru muda dan celana bahan berwarna hitam serta dasi berwarna hitam menjadi pilihanku, Hasan yang kulihat sudah menyelesaikan mandinya, keluar hanya mengenakan
handuk yang melilit dipinggangnya seraya meraih pakaian yang kusiapkan dan membawanya keruang ganti disebelah kamar mandi. Beberapa menit kemudian kulihat
Hasan keluar dari ruang ganti dengan pakaian kerja yang melekat cocok ditubuhnya, kudekati dia dan membantunya memasang dasi sebagai pelengkap penampilanya.
" Kubuatkan makan dulu ya?"
" Tidak perlu, hari ini aku ada operasi. Jadi tidak mungkin menunggumu selesai memasak."
" Nanti perutnya kosong."
" Aku bisa sarapan dikantin rumah sakit."
Hasan meraih tas kerjanya yang berada di atas nakas kemudian berjalan mendekatiku, mencium keningku sekilas dan berlalu pergi keluar kamar. Kupegangi keningku
yang masih terasa hangat akibat ciumannya, sejurus kemudian senyum bahagia terpatri diwajahku " Aku akan belajar mencintaimu Mas, begitu juga aku akan
membuatmu mencintaiku." Tekatku dalam hati.
*** TOMMY POV? ????????? Hari ini aku tidak pulang kerumah, sudah satu minggu ini aku selalu tidur dikantor dan menyibukan diri dengan tumpukan? berkas-berkas pekerjaanku.
Setelah mendapat undangan pernikahan dari gadis pujaanku itu, entah kenapa semangatku hilang secara tiba-tiba. Beberapa hari yang lalu Mario datang ke
kantorku dan memarahiku karena tidak hadir dalam pernikahan Rara sahabatku yang juga sahabatnya itu. Mario, Rara dan Lani adalah model tetap didalam perusahaanku,
pastilah persahabatan mereka sangat dekat. Aku sendiri tidak sanggup untuk hadir dipernikahannya, aku takut akan membawanya lari dari pelaminan dan membuat
malu keluarganya. Sampai saat inipun aku masih bermusuhan dengan diriku sendiri akibat kebodohanku yang terlambat menyatakan perasaanku pada Rara, tapi
aku memiliki alasan kenapa aku tidak mengutarakan perasaanku dari dulu. Aku tipe orang yang takut akan penolakan, sehingga aku takut jika aku menyatakan
perasaanku lalu Rara menolaknya. Tapi, beberapa minggu yang lalu aku baru mengetahui jika Rara memiliki perasaan yang sama denganku, disana pula-lah pertama
kali aku bertemu dengan calon suaminya yang memberikan hadiah perkenalan, ?berupa bogem mentah dirahangku.
Suara pintu diketuk membuatku kembali kedunia nyata, kulihat Tari sekretarisku mengintip dari balik pintu menunggu izin dariku untuk masuk dan ?aku mempersilahkannya.
" Pak ada ibu Riani ingin bertemu dengan anda."
" Bilang saja saya tidak ingin diganggu."
" Tidak usah susah payah mengusirku sayang. Kenapa? tidak suka aku datang?" kulihat Riani berjalan menghampiriku.
" Maaf pak." Ujar Tari padaku.
" Tidak apa-apa, kamu boleh keluar."
Tari pergi dari ruanganku, meninggalkanku dan Riani didalam ruangan.
"Ada urusan apa kamu kemari?"
" Aku merindukanmu sayang, bagaimana rasanya melihat wanita yang dicintai menikah?"
" Apa yang kamu bicarakan?! Apa kamu menggenal Rara?"
" Asal kamu tahu sayang, suami Rara itu laki-laki yang rela melakukan apapun untuk membuatku bahagia."
" Maksud kamu!"
Kini Riani sudah mendekatiku dan duduk diatas pangkuanku seraya mengecup pipiku berulang kali.
" Suami Rara, Hasan Prahardi adalah orang yang sangat tergila-gila padaku. Aku berhasil membuat malam pertama gadismu itu hancur."
" Jangan coba-coba menyakitinya!!"
" Bukan aku yang menyakiti, tapi suaminya sedirilah yang menyakiti. Laki-laki itu menampar istrinya sendiri karena memergokiku berjumbu dengan suaminya."
" Wanita jalang!!!!!"
"Sssttt.. jangan bicara seperti itu padaku, aku hanya mau melepas keperawanku hanya untukmu. Jadi aku bukan wanita jalang seperti yang kamu bilang."
Aku mendorong tubuh Riani hinga menjauhiku, kulangkahkan kakiku menuju pintu dan membukanya lebar-lebar.
" Silahkan anda keluar dari ruangan saya, apa perlu saya pangil security?"
" Kamu mengusirku!"
" Silahkan keluar."ujarku menegaskan.
Riani keluar dari ruanganku dengan ekspresi penuh amarah.
Setelah melihat Riani keluar dari ruanganku, aku kembali kekursi kerjaku dan memikirkan segala perkataan Riani tadi.
"Apakah kamu tidak bahagia disana sayang." ?Rasa frustasi semakin mengungkungku.
Segera kuhubungi orang kepercayaanku, beberapa menit kemudian orang itu berdiri dihadapanku menunggu perintah dariku.
" Apa tugas yang harus saya lakukan Bos?"
"Awasi wanita di foto ini, dia Rara wanita yang aku cintai. Awas jangan sampai ketahuan."
"Jangan Khawatir Bos, saya akan bergerak halus."
"Laporkan padaku semua kegiatanya, jangan sampai ada yang terlewat."
" Baik Bos." **** HASAN POV? Kuletakan tas kerjaku diatas nakas, aku berjalan menuju ranjang dan mendapati Rara tertidur lelap disana, hari ini aku pulang larut malam mungkin gadis
ini terlalu lelah untuk menungguku. Aku berpikir keras, apakah permintaan Riani harus kulakukan. Wanitaku itu memintaku untuk membuat Rara jatuh cinta
dan setelah itu aku harus menceraikanya. Aku tahu hal ini dia lakukan untuk menyakiti hati Tommy, hati laki-laki yang sangat diinginkan oleh Riani. Laki-laki
yang sudah mengabaikan perasaan Riani dan memilih mencintai wanita yang sudah menjadi istriku ini.
Flashback "Kamu kenapa Riani?"
Riani datang menemuiku di Rumah Sakit dengan berurai air mata, dia menghambur memelukku dan menumpahkan seluruh isi hatinya.
" Tommy mengusirku, aku pergi kekantornya dan dia malah mengusirku."
"Brengsek! Beraninya dia melakukan itu." Amarahu tersulut. Berani-beraninya laki-laki itu bertindak seenaknya kepada wanitaku.
" Hasan, apakah kamu mencintaiku." Tanya Riani tiba-tiba dan berhasil mengagetkanku.
" Apa kamu baru menyadarinya Riani?"
" Iya, aku kira hubungan kita hanya sekedar saling membutuhkan pelampiasan gairah saja."
" Hmmm! Kita hanya Making Out ?tidak lebih Riani."
" Kalau kamu mencintaiku, apa kamu akan melakukan apapun untuk mendapatkanku?"
"Apa yang kamu mau?"
" Aku mau Tommy merasakan sakit yang kurasakan."
" Apa itu kemauanmu?"
" Iya, harus kamu tahu Tommy mencintai istrimu!"
" Jangan bercanda Riani?"
" Aku serius San! Tommy mencintai istrimu, aku ingin kamu menyakiti Tommy melalui istrimu. Bikin Rara jatuh cinta setelah itu Ceraikan dia!"
"Setelah itu, apa yang aku dapatkan?"
"Diriku! Kau akan mendapatkan diriku seutuhnya San."
Flashback end*? Rara sangat lelap dengan tidurnya, dia terlihat damai dan sangat cantik. Aku harus melakukannya, Rianiku tersakiti karena wanita ini, biarlah aku terlihat
seperti laki-laki bodoh, semua laki-laki pasti akan menjadi bodoh jika berhadapan dengan wanita yang dicintainya. Kugerakkan tubuhnya perlahan, aku berusaha
membangunkan tidurnya dan mendapati? dia megerakkan tubuhnya kearahku kemudian membuka matanya perlahan.
" Mas sudah pulang? maaf aku ketiduran, aku angetin lagi ya makam malamnya?"1
Rara bergerak menuruni ranjang, berniat pergi kedapur dan membuatkanku makan malam. Sebelum dia berjalan terlalu jauh dari posisi kami saat ini, aku segera
meraih tangannya dan memintanya duduk? kembali di tepi ranjang bersebelahan denganku.
" Jangan kemana-mana, disini saja menemaniku."
" Iya mas, tapi apa mas sudah makan?"
" Sudah tadi bareng Lucky saat mau pulang. Rara..?"
" Iya mas?" " Siapa laki-laki yang bersamamu di caf? saat itu?"
" Itu Itu Tommy mas, CEO ditempatku bekerja." Kulihat raut wajah Rara berubah khawatir saat aku bertanya tentang Tommy.
" Yakin hanya itu? Aku ingin pernikahan yang normal Ra, walaupun aku tahu kita sama-sama belum memiliki rasa cinta, tapi aku akan mencobanya."
Rara seakan berpikir keras setelah mendengar perkataanku, aku tahu dia sedang berpikir keras karena terlihat jelas dari kerutan didahinya yang bertingkat-tingkat.
Suasana berubah menjadi hening, hingga suara merdunya menghangatkan kembali Suasana diantara kami.
" Tommy itu laki-laki yang aku cintai mas, tapi itu dulu. Sekarang aku wanita yang hati dan pikiranya sudah termiliki oleh suamiku."
" Baguslah kalau begitu, kita coba bersama hubungan ini." Ujarku mengakhiri basi-basi sebelum menuju hidangan utamanya sebentar lagi.
Kurengkuh Rara dalam pelukanku, kucium aroma jeruk dari wangi rambutnya, aroma yang tiba-tiba membuatku nyaman dan tenang. Kurasakan nafas teraturnya didadaku,
nafas yang membuatku semakin bergairah dan semakin sakit dibawah sana. kurengangkan pelukanku dan kutatap wajah cantik gadis didepanku ini. Wajah yang
selalu cantik walau tanpa polesan make up sedikitpun. Kudekatkan wajahku mendekati wajahnya, entah reflek atau bagaimana, Rara memejamkan matanya dan tindakannya
itu membuatku tersenyum, sungguh sangat polos istriku ini. Kucium keningnya sembari memanjatkan doa, kemudian beralih kekedua matanya, turun kehidungnya,
kedua pipi kenyalnya dan terakhir mendaratkan bibirku ke bibir tipisnya yang kenyal dan lembut. Kucecap rasa manis di bibirnya, tidak ada penolakan yang
berarti darinya tetapi juga tidak ada balasan dari perlakuanku, kurasakan bibirnya mulai basah karena lumatan -lumatan kecil yang kulakukan. Kembali kubasahi
bibir bawahnya dengan sapuan lidahku dan mengigitnya halus. Tiba-tiba tanpa kusangka dia membuka cela dibibirnya, seakan memberikan izin padaku untuk melakukan
ciuman lebih intim lagi, kujelajahi rahan kokohnya dengan lidahku seraya mencecap indra perasanya beruang kali, kutiupkan nafas lembut didalam mulutnya
mengakibatkan tubuh rampingnya semakin menegang dibalik pelukanku. Desahan ringan lolos dari mulut istriku, menandakan bahwa ia merasakan gejolak yang
mulai kurasakan juga. Kulepaskan ciumanku dibibirnya, kuamati raut wajahnya yang mulai memerah, jemari-jemari tanganya meremas-remas ujung baju yang dipakainya
menandakkan bahwa dia sedang gugup. Kuraih kedua pundaknya dan kubimbing menuju ranjang, kurebahkan tubuhnya diatas ranjang dan Kuberanikan diri membuka
kancing bajunya satu persatu, lagi-lagi tidak ada perlawanan yang berarti, sehingga memudahkanku untuk melakukanya. Setelah selesai membuka semua kancingya,
kutanggalkan baju tidur istriku dan menyisahkan tubuh polosnya yang hanya terbalut pakaian dalam. Kuhentikan perbuatanku kemudian beralih memandang keindahan
tubuhnya,sedetik kemudian kuciumi lehernya dan meninggalkan kissmark tanda kepemilikanku disana. Jemari-jemari tanganya tiba-tiba dengan berani membuka
satu persatu kancing kemejaku, aku yang tidak sabar dengan gerakan jemari istriku yang perlahan, membantunya untuk menanggalkan kemejaku beserta celana
yang kupakai, sehingga posisi kami saat ini sama-sama hanya mengenakan pakaian dalam. Kuciumi lagi bibirnya, tapi bedanya kali ini tidak ada perlakuan
halus dan perlahan yang ada lumatan-lumatan penuh gairah dan intim. Seperti sudah belajar dari ciumannya yang pertama, kini Rara membalas ciumanku dengan
tidak kalah intimya. Kutanggalkan lagi sisa kain yang menutupi tubuh kami berdua seraya semakin menghimpit tubuhnya yang berada dibawahku.2
" Ini akan sakit sayang, aku janji akan perlahan."
" Iya mas." Kupeluk tubuh telanjangnya erat, malam ini malam dimana aku memiliki dirinya seutuhnya, merenggut mahkota yang dijaganya dan mendapatkan hakku sebagai
seorang suami. Aktifitas kami begitu intim yang mungkin akan membuat tujuan awalku untuk menyakitinya berubah menjadi mencintainya dan menjaganya dengan
sepenuh hatikku. RARA POV? Suara adzan subuh membangunkan tidurku, kugerakkan tubuhku yang terasa pegal akibat kegiatan yang kulakukan dengan suamiku semalam, jika mengingat kejadian
semalam rasanya seperti mimpi, aku mengira Hasan tidak mungkin mau menyentuhku mengingat perlakuannya yang cukup kasar padaku kemarin. Aku berniat pergi
kekamar mandi untuk membersihkan diri ketika kurasakan lengan kokoh melingkar dipinggangku membatasi pergerakanku. Aku membalikkan badan dan mendapati
suamiku masih pulas dengan tidurnya, entah sejak kapan perasaan sayang ini muncul tapi akau sangat bersyukur perasaan ini segera hadir tanpa butuh waktu
lama. Kugeser lengan suamiku perlahan agar tidak membangunkannya, aku beranjak turun dari ranjang seraya menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang
kami dan melilitkannya ditubuhku.
" Hmmmm, pintar sekali istriku ini. Bisa masuk angin aku kalau tidur telanjang dengan AC yang menyala seperti ini."
" Maaf Mas, sebentar aku ambilkan baju dilemari."
" Tidak perlu sayang. Sini tidur lagi ini kan masih malam."
" Mau sholat subuh dulu ya Mas."
" Baiklah." Baru beberapa langkah aku berjalan, tubuhku memaksa untuk berhenti karena rasa nyeri yang terasa di organ kewanitaanku. Aku memutuskan kembali duduk ditepi
ranjang, berharap dapat mengurangi rasa nyerinya.
" Kenapa sayang? Sakit ya?"
" Sedikit nyeri mas."
Kurasakan tangan kokoh melingkar dibahuku menyalurkan kekuatan keseluruh tubuhku, Hasan yang tiba-tiba berubah menjadi sosok yang romantis berkali-kali
menghujaniku dengan ciuman hangat dipipi kananku yang berhasil membuatku tersipu malu.
" Maaf ya sayang, padahal aku sudah pelan banget lho."
" Mas, apaan sich. Malu ih"
" Aishh, pakek acara malu-malu."
" Udah ah.. digodain terus. Aku mandi dulu ya."
Aku beranjak pergi meninggalkan Hasan yang terus-terusan menggodaku, dasar suamiku itu bikin pipiku memerah terus, mana wajah bagun tidurnya itu bikin
aku enggan jauh-jauh dari dia lagi.
" Sayang." " Iya Mas?" " Nanti jangan lupa mengganti seprai ya? Soalnya ada noda darah disini." Sambil menunjukkan noda darah diseprai putih ranjang kami. Noda darah tanda bahwa
sampai tadi malam aku masih suci tidak tersentuh laki-laki manapun.
" Iya Mas nanti aku ganti."
" Oke." Aku kembali melangkah menuju kamar mandi.
" Sayang." " Apa lagi mas?"
" Aku ikut mandi ya? Bareng?"
" GAK!!!" " Hahahaha.." Tuh kan bener, bisa pingsan aku kalau terus ngeladenin tingkah laku suamiku ini. Lebih baik Aku segera masuk kamar mandi dan memulai ritual mandi besarku.
HASAN POV? Teryata Rara wanita yang cukup lucu, sedikit-sedikit malu sedikit-sedikit pipinya memerah. Tapi aku merasa bersalah ketika melihatnya merasa kesakitan
saat bangun tidur tadi. Jika dipikir-pikir apakah aku sanggup untuk menyakitinya, memang benar aku sangat mencintai Riani tapi Rara juga istriku,wanita
yang telah menjadi tanggung jawabku. Riani!? rasa cintaku padanya sebentar lagi akan tebalas, akau juga tidak mau melepaskan kesempatan itu begitu saja,
jadi mau tak mau aku harus tetap melanjutkan misiku ini.
Langkah pertama misiku sudah terlaksana dengan baik, setelah ini apa lagi yang harus kulakukan? Sholat? Rara tadi menyebutkan kata sholat, kegiatan yang
sudah lama tidak kulakukan. Kalau aku ingin membuat Rara semakin jatuh cinta aku harus mulai? masuk kedalam dunianya. Ya, aku harus lebih memahami tentang
islam. Suara pintu berderit memecah lamunanku, kuperhatikan Rara yang sudah terlihat segar dengan ?aroma parfum green tea menyeruak keseluruh ruangan. Aku segerah
meraih boxer yang ada dibawah ranjang, mengenakkannya dan melangkahkan kakikku kekamar mandi.
" Rara, tunggu aku selesai mandi ya."
" Mau kemana mas?"
" Mau sholat subuh bareng kamu. Tunggu ya."
" Iya mas, jangan lupa bersuci dulu ya, kan masih dalam keadaan najis besar."
" Huumb, tunggu ya."
Hari ini akan menjadi sholat pertamaku sebagai imam bagi istriku.
**** CINTA SEGI EMPAT! Suara benda-benda saling bertemu terdengar dari arah dapur, kali ini Rara memutuskan memasak menu special untuk suaminya, sebuah menu makan siang yang
dikerjakan dengan penuh perasaan sayang. Rara memutuskan mengantarkan makan siang ini ke Rumah Sakit, berniat memberikan kejutan untuk suaminya dengan
kehadiranya tanpa pemberitahuan sebelumya. Soup merah dan Ikan gurami bakar tersaji dimeja makan kemudian dikemasnya? kedalam kotak makan berukuran sedang.
Setelah selesai menyiapkan semuanya Rara segera pergi ke kamar untuk mebersihkan diri dan memepercantik penampilanya.? Tiga puluh menit kemmudian wanita
itu keluar dari kamar mandi dengan sebuah gamis cantik berwarna pich melekat ditubuhnya, dia berjalan kearah meja makan mengambil bekal dan bergegas pergi
meninggalkan Apartement. Sebuah taxi berwarna Biru laut sudah menunggunya di bastman Apartement, Rara sudah memesan taxi itu sebelumnya. Kini taxi itu
membawa Rara pergi membelah kemacetan kota Surabaya. Pemandanga gedung-gedung pencakar langit menjadi teman dalam perjalanannya, senyum kebahagian selalu
terkembang dibibrnya, rasa syukur selalu terpanjat direlung hatinya. Pernikahan yang dia rasa akan sangat berat dijalani teryata jauh dari perkiraanya.
Pernikahan itu menjadi pernikahan yang membahagiakan baginya, entah kenapa akhir-akhir ini perlakuan suaminya sangat manis dan selalu membuatnya tersipu
malu. Tawa canda selalu mengiringi tiap hari-harinya, rasa rindu selalu menggelayuti saat harus berjauhan dengan suaminya. " Hah, Kau pencuri hatiku mas
Hasan." Ujar Rara disela-sela kegiatanya menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.
Kini langkah kecilnya membawanya memasuki Rumah sakit, senyum bahagia itu terus saja merekah, sesekali dia menjawab dengan ramah sapaan para suster yang
mengenalnya sebagai istri Hasan Dokter sekaligus pemilik Rumah Sakit ini. Dia menghentikan langkahnya didepan ruangan praktek suaminya seraya mengetuk
pintu kayu itu beberapa kali.
" Masuk." Suara berat suaminya terdengar menyambut kedatangannya, dengan perlahan Rara melangkahkan kakinya memasuki Ruangan Praktek suaminnya, diamatinya
kondisi ruangan yang didominasi dengan warna putih itu, terdapat beberapa lemari kaca yang berisi obat-obatan dan beberapa rak buku disisi yang lain, Harum
ruangan ini pun tidak berbeda dengan ruangan-ruangan praktek dokter yang biasa dia masuki kalau dia sedang sakit dan harus dibawa kedokter, " Aroma Karbol."
Ujarnya dalam hati. " Assalamuallaikum Sayang."? Ucapnya mengagetkan Rara yang sedang asyik menikmati kondisi Ruangan tempat suaminya bekerja.
" Eh, Waallaikum salam, Astagfirullah. Maaf Mas Aku melamun."
" Sampai lupa salam ya?" Peryataan Hasan sontak membuat Rara tertunduk malu. " Yah, Malu lagi kan." Ujar Hasan menimpali perkataan sebelumnya.
" Anu Mas, Aku bawakan makan siang. Mas belum makan siang kan?"
" Belum, sini? Kebetulan perutku sudah keroncongan." Rara mendekati Hasan yang sedang duduk didepan meja kerjanya dan meletakkan bekal makan siang didepannya.
" Kamu sudah makan?"
" Sudah Mas, tadi di rumah."
" Makan lagi ya? aku tidak terbiasa makan sendiri."
" Aduh." Mendengar jawaban dari Rara membuat dahi Hasan mengerenyit sempurna.
" Kenapa? Takut Gendut?"
" Gak juga Mas, badanku susah gemuknya."
" Trus?" " Aku alergi ikan laut Mas."1
" Kenapa baru kasih tahu." Hasan menikmati bekal yang dibawa istrinya itu dengan Lahap, sembari memperhatikan Rara yang duduk dikursi yang berada didepanya.
"Aku gak mau nanti Kamu ngelarang aku masak menu ikan Gurami, padahal itu-kan makanan kesukaanmu."2
Hasan melempar senyum kearah Rara pertanda persetujuan. Setelah menyelesaikan makan siangnya dia bergegas munuju wastafel membersihkan tangan dan berkumur,
kemudian menghampiri Rara yang sedang asyik dengan Smartphone-nya.
CUP Sebuah ciuman mendarat sempurna dikening Rara, membuat si pemilik mendongak dan melemparkan ekspresi kekagetan, Hasan sebagai pelaku utama menanggapi ekspresi
Rara dengan cengiran jahilnya.
" Itu hadiah, karena sudah membawakan makan siang."?
Rara yang tadinya sudah terkaget-kaget, kini makin memelototkan matanya karena tingkah jahil suaminya itu.
" Lho melotot? Kurang? Mau dicium disini." Sambil mengarahkan jari telunjuknya kedepan bibir Rara.
" Mas, mulai lagi nakalnya."
" Hahaha yuk Sholat Dhuhur dulu, keburu waktunya habis."
Mereka pergi menuju ke Masjid Rumah Sakit untuk menunaikan Sholat Dhuhur bersama.
*** RIANI POV? Hari ini hari ke-sepuluh setelah Hasan menerima tawaranku untuk membuat istrinya jatuh cinta, aku sengaja menyewa orang untuk mengawasi apa misi Hasan
berjalan dengan baik atau tidak. Terakhir kali aku menghubunginya lima hari yang lalu dan dia melarangku untuk menghubunginya lagi dengan alasan agar Rara
tidak curiga, mungkin perkataan Hasan ada benarnya juga mengingat hubunganku dan Hasan yang tidak bisa dibilang hanya sebagai seorang sahabat. Laki-laki
itu selalu ada disisiku dan ikut? merasakan kesedihan akibat penolakan yang diberikan Tommy kepadaku, mungkin aku terkesan seperti wanita gila karena mencintai
seorang laki-laki yang tidak memiliki perasaan sedikitpun padaku, laki-laki yang dengan teganya menolakku berulangkali tanpa menghiraukan rasa sakit dihatiku.
Kuperhatikan layar Smartphone-ku berulang kali, perasaan sepi dan kehilangan tiba-tiba muncul menyisahkan ruang kosong dihatiku, jika biasanya Hasan selalu
menghubungiku menanyakan keadaanku, memberikan segala perhatian dan perlakuan hangatnya padaku, kini satu pesanpun tidak ada yang dia kirimkan untukku
Apakah Hasan mulai melupakanku dan memilih istrinya? Ah! Itu tidak mungkin, perjuangan Hasan untuk mendapatkanku sangat gigih jadi tidak mungkin dia melepaskanku
begitu saja. Aku melangkah mendekati meja kerjaku, mengambil sebuah foto yang terbingkai dengan cantik menampilkan fotoku dan Hasan saat berlibur di Bali, didalamya
terlihat aku yang sedang mencium pipinya dan Hasan menerimya dengan senyum bahagia. " Aku merindukanmu." Ucapku pelan.? Kuperhatikan layar Smartphone-ku
lagi, Kemudian men-Dial nomer Hasan dan menunggu jawaban darinya.
" Tuuuuuut..Tuuuuuuuuuuuut..Tuuuuuuuuuuuut."?
" Ada apa Riani?"
" Bagaimana?" " Jangan terus menghubungiku!"
" Aku merindukanmu, Kurasa aku mulai menci-."
"Bukanya ini yang kamu inginkan? Sudahlah Riani aku lelah."
" Aku butuh kamu Hasan."
" Tunggu sampai misi ini selesai."
" Kurasa kamu mulai melupakan tentang misi kita."
" Aku rasa juga begitu Riani."
" Apa?!!." " Tuut.tut.tut."
Hasan memutuskan sambungan telepon dariku, biasanya dia selalu menungguku memintanya memutus sambungan, tapi ini dia yang memutus sambungan sebelum akau
menyelesaikan pembicaraan. Kulemparkan dengan keras Smartphoneku hingga membentur dinding membuatnya hancur berkeping-keping, Kutarik rambutku dengan frustasi
tanpa kuduga air mata mengalir deras melewati pipiku.
TOMMY POV? Kenapa bayangan Rara selalu muncul didepan mataku, Sudah Lima bulan ini aku jarang melihatnya membuatku semakin frustasi. Ingat Tom Rara itu istri Orang,
tapi aku sangat merindukan wanita itu, wanita yang hanya bisa kulihat dari jarak jauh. Kini itensitas pertemuanku dengan Rara semakin berkurang, Rara sudah
jarang menirima tawaran pemotretan dan jarang berkumpul dengan Lani dan Mario.? Tuhan, Betapa aku sangat mencintainya, apapun yang terjadi. Walaupun kini


Noktah Hitam Pernikahan Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia sudah bersuami tapi aku tidak peduli, aku akan selalu ada didekatnya, menjaganya, melindunginya dari suaminya sendiri. Orang kepercayaanku mengabarkan
bahwa Hasan suami Rara itu adalah orang yang sangat mencintai Riani wanita ular yang selalu mengejar-ngejarku walau sudah kuperlakukan kasar dan seenak
hatiku-pun dia tetap saja gigih mendekatiku, Aku berusaha menemui Rara untuk memberitahu bahwa suaminya memiliki perjanjian dengan Riani untuk menyakitinya
karena Riani menaruh dendam kepadaku yang memilih mencintai Rara daripada. Karena itu Riani ingin menyakitiku melalui Rara dan itu berhasil membuatku mengetatkan
pengawasan pada wanita yang kucintai itu. Jika diperhatikan dunia ini memang sempit, kami berempat disatukan dalam kisah cinta yang sangat rumit, kisah
cinta seperti Roda yang tidak memiliki sudut. Aku mencintai Rara-Rara juga kuketahui Mencintaiku-tetapi dia Harus dijodohkan dengan Hasan dan menikah dengannyaSedangkan Hasan mencintai Riani tetapi memilih untuk menikahi Rara, Aku tidak tahu apa alasanya menerima perjodohan itu- Dan Riani! Wanita sialan itu mencintaiku
sekaligus? membeciku dan memanfaatkan Rara untuk menyakitiku melalui Hasan yang dia tahu sangat mencintainya.
" Assalamuallaikum Tommy."
" Waallaikum salam. Masuk Rara."
" Ada apa pagi-pagi ingin bertemu denganku?."
" Aku sudah kangen banget sama kamu Ra. Sudah Sebulan ini kita tidak mengobrol dan hanya sesekali berpapasan muka."
" Oh.. Maaf Tom, aku sibuk menjadi ibu rumah tangga sekarang. Heheh."
" Ra, aku ingin bicara mengenai suamimu."
" Kenapa memangnya Tom?"
" Ra lebih baik kamu menajauh dari suamimu, aku mendapat berita dari sumber terpercaya bahwa suamimu dengan Riani memiliki perjanjian untuk menyakitimu."
" Apa yang kamu bicarakan Tom, Allah tidak suka kita sebagai umat muslim berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim."
" Aku tidak berprasangka buruk Rara. Seharusnya kamu sadar, kehidupan cinta kita seperti permainan catur Aku dan kamu dibidak putih, Riani dan Hasan dibidak
hitam." " Suamiku tidak mengenalmu Tom."
" Suamimu mengenalku dengan baik Ra, dia hanya berpura-pura tidak mengenalku."
" Tolong diperjelas."
" Aku mengenal Hasan sudah sejak lama, Suamimu itu mencintai Riani tetapi wanita itu lebih mencintaiku, dan selanjutnya kau sudah bisa menebaknya sendiri
kan." Kujelaskan semuanya pada Rara, kuhampiri dirinya yang duduk disofa ruang kerjaku dan duduk disebelahnya.
" Dan Kau mencintaiku?" ujar Rara melanjutkan.
" Kau juga mencintaiku Ra,"
" Itu dulu Tom, sekarang aku sudah mencintai suamiku dan suamiku sjuga mencintaiku."
" Apa kamu yakin?"
" Aku percaya pada suamiku, Harga diri seorang istri ada pada harga diri suaminya. Jadi jangan sekali-kali kamu menjelek-jelekkan suamiku. Permisi! Assalamuallaikum."2
" Tunggu Ra!" Kulihat Rara keluar dari Ruanganku dengan wajah penuh amarah, Hah! Semakin rumit saja, kalau seperti ini caranya aku akan semakin jauh darinya.
***? AKU MENCINTAIMU! Lima Bulan Kemudian TOMMY POV? Kenapa bayangan Rara selalu muncul didepan mataku, Sudah Lima bulan ini aku jarang melihatnya membuatku semakin frustasi. Ingat Tom Rara itu istri Orang,
tapi aku sangat merindukan wanita itu, wanita yang hanya bisa kulihat dari jarak jauh. Kini itensitas pertemuanku dengan Rara semakin berkurang, Rara sudah
jarang menirima tawaran pemotretan dan jarang berkumpul dengan Lani dan Mario.? Tuhan, Betapa aku sangat mencintainya, apapun yang terjadi. Walaupun kini
dia sudah bersuami tapi aku tidak peduli, aku akan selalu ada didekatnya, menjaganya, melindunginya dari suaminya sendiri. Orang kepercayaanku yang kutugaskan
untuk mencari tahu siapa laki-laki yang memukulku di caf? tempo dulu yang setelahnya kuketahui bernama Hasan seorang dokter muda disalah satu rumah sakit
di Surabaya mengabarkan bahwa Hasan suami Rara itu adalah orang yang sangat mencintai Riani wanita ular yang selalu mengejar-ngejarku walau sudah kuperlakukan
kasar dan seenak hatiku-pun dia tetap saja gigih mendekatiku, Aku berusaha menemui Rara untuk memberitahu bahwa suaminya memiliki perjanjian dengan Riani
untuk menyakitinya karena Riani menaruh dendam kepadaku yang memilih mencintai Rara daripada dirinya. Karena itu ?juga Riani ingin menyakitiku melalui
Rara dan itu berhasil membuatku mengetatkan pengawasan pada wanita yang kucintai itu. Jika diperhatikan dunia ini memang sempit, kami berempat disatukan
dalam kisah cinta yang sangat rumit, kisah cinta seperti Roda yang tidak memiliki sudut. Aku mencintai Rara - Rara juga kuketahui Mencintaiku tetapi dia
Harus dijodohkan dengan Hasan dan menikah dengannya - Sedangkan Hasan mencintai Riani tetapi memilih untuk menikahi Rara, Aku tidak tahu apa alasannya
menerima perjodohan itu - Dan Riani! Wanita sialan itu mencintaiku sekaligus? membeciku dan memanfaatkan Rara untuk menyakitiku melalui Hasan yang dia
tahu sangat mencintainya. Setelah asyik dengan pemikiran-pemikiranku, kupalingkan wajah dan menatap kearah pintu menyaksikan seorang wanita cantik dengan
senyum yang tak kalah cantik juga masuk kedalam ruanganku.
" Assalamuallaikum Tommy."
" Waallaikum salam. Masuk Rara."
" Ada apa pagi-pagi ingin bertemu denganku?."
" Aku sudah kangen banget sama kamu Ra. Sudah beberapa bulan ini kita tidak mengobrol dan hanya sesekali berpapasan muka."
" Oh.. Maaf Tom, aku sibuk menjadi ibu rumah tangga sekarang. Hehehe." Tawa ringanya seakan menjadi obat rindu dihatiku.
" Ra, aku ingin bicara mengenai suamimu."
" Kenapa memangnya Tom?"
" Ra lebih baik kamu menjauh dari suamimu, aku mendapat berita dari sumber terpercaya bahwa suamimu dengan Riani memiliki perjanjian untuk menyakitimu."
" Apa yang kamu bicarakan Tom, Allah tidak suka kita sebagai umat muslim berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim."
" Aku tidak berprasangka buruk Rara. Seharusnya kamu sadar, kehidupan cinta kita seperti permainan catur Aku dan kamu dibidak putih sebagai korban, Riani
dan Hasan dibidak hitam sebagai pelaku."
" Suamiku tidak mengenalmu Tom, bagaimana kau bisa tahu banyak tentang suamiku. Memang benar suamiku pernah mencintai Riani, tapi aku rasa saat ini tidak
lagi." " Suamimu mengenalku dengan baik Ra, dia hanya berpura-pura tidak mengenalku. Karena aku adalah laki-laki yang dicintai wanitanya."
" Tolong diperjelas."
" Aku mendapat informasi dari orang kepercayaanku, Suamimu itu mencintai Riani tetapi wanita itu lebih mencintaiku, dan selanjutnya kau sudah bisa menebaknya
sendiri kan." Kujelaskan semuanya pada Rara, kuhampiri dirinya yang duduk disofa ruang kerjaku dan duduk disebelahnya.
"Dan Kau mencintaiku?" ujar Rara melanjutkan.
" Iya aku mencintaimu, Kau juga mencintaiku Ra,"
" Itu dulu Tom, sekarang aku sudah mencintai suamiku dan suamiku juga mencintaiku."
" Apa kamu yakin?"
" Aku percaya pada suamiku, Harga diri seorang istri ada pada harga diri suaminya. Jadi jangan sekali-kali kamu menjelek-jelekkan suamiku. Permisi! Assalamuallaikum."
" Tunggu Ra!" Kulihat Rara keluar dari Ruanganku dengan wajah penuh amarah, Hah! Semakin rumit saja, kalau seperti ini caranya aku akan semakin jauh darinya.
**** RARA POV? Aku pulang ke Apartement dengan perasaan emosi. Sabar, harus sabar Rara, Kuambil kartu Apartement didalam tasku, kini diriku semakin panik ketika tak kudapati
kartu itu didalam tas, Mana masih jam segini mana mungkin suamiku sudah pulang. Aku dan Hasan memiliki kartu Apartement sendiri-sendiri, hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi sifat cerobohku yang suka menghilangkan kartu Apartement. Aku semakin bad mood, kududukan tubuhku didepan pintu Apartement dan memejamkan
mataku sebentar, bertengkar dengan Tommy membuatku lelah.
" Kenapa sifat cerobohmu itu tidak hilang-hilang sayang."
Aku mendongakkan kepala mencari sumber suara yang sudah sangat kukenal, kudapati suamiku sedang berdiri didepanku memandangku dengan kepala bergeleng kekanan
dan kekiri, aku segerah berdiri dan bergelayut manja dilengannya.
" Kok sudah pulang Mas?"
" Gak suka aku pulang lebih awal?"
" Ihh, jawabanya kok gitu sich mas."
" Dari mana kamu? Kartu Apartement hilang lagi?"
" Dari kantor Mas. Hehehe sepertinya tertinggal didalam Mas."
" Hilangkan sifat cerobohmu itu."
"Siap boz." Aku dan Hasan segerah masuk kedalam Apartement, pintu Apartement tempatku tinggal ini memang memiliki system sensor khusus jadi jika kita pergi keluar,
tanpa harus mengenakan kartu Apartement pintu bisa terkunci dengan sendirinya, tetapi jika mau masuk kembali kartu Apartement sangat dibutuhkan. Kulihat
suamiku langsung pergi keruang kerjanya, ruangan pribadi dimana dia biasa menghabiskan waktu berjam-jam didalam sana. Kuarahkan tubuhku menuju dapur, membuat
Green Tea dan membawanya menuju ruang kerja suamiku. Kubuka kenop pintu dan kulihat suamiku sedang sibuk dengan buku-bukunya, kalau sedang seperti ini
aku sedikit cemburu karena suamiku menomer duakan aku dan menomer satukan buku-bukunya. Aku melangkah mendekati Hasan seraya menyodorkan segelas green
tea hangat padanya. "Diminum dulu Mas."
"Terimakasih Sayang."
Hasan menikmati Green Tea buatanku, setelah menghilangkan rasa dahaganya dia kembali berkutat dengan buku-bukunya.
"Mas tumben pulang cepet."
"Besok ada operasi sayang, jadi aku harus menyiapkan diri juga."
Kulihat buku yang dibaca Hasan, Hah! Lagi-lagi buku tentang jantung, jika aku yang membacanya pasti seketika kepalaku langsung pusing. Melihatku yang tertarik
dengan bahan bacaanya Hasan menatapku dengan senyum simpul, sedetik kemudian menutupnya dan meletakkan buku itu diatas meja.
"Lho kok ditutup?"
"Tertarik dengan ilmu kedokteran?"
"Heheh.. gak begitu sich mas, aku lebih suka buku-buku tentang FIQH islam atau study hukum-hukum Islam."
"Memang kamu kuliah ambil? study hukum islam? Atau ambil jurusan FIQH islam?"
"Gak dua-duanya sich Mas, aku ambil Menegement."
"Oh.. Besok bangunin pagi-pagi banget ya, masih ada yang harus kupelajari."
"Memang pasiennya sakit apa Mas?"
"Kardiomiopati."
"Penyakit Jantung juga?"
"Huumb.. penyakit yang disebabkan karena adanya kerusakan atau gangguan jantung pada otot jantung, mengakibatkan dinding-dinding jantung jadi tidak bisa
bergerak secara sempurna ketika memompa darah dan menyedot darah. Biasanya kalau penderita Kardiomiopati punya resiko tinggi mengidap gagal jantung atau
aritmatia, begitu." " Wah aku baru tahu, teryata penyakit jantung banyak jenisnya ya? tidak hanya serangan jantung."
" Hahaha, tentu saja tidak hanya serangan jantung." Ujar? Hasan sambil mencubit pelan ujung hidungku.
Aku berjalan mendekati Rak dimana buku-buku Hasan tersimpan dan mengambil buku tentang molekuler Biologi.
" Sekarang giliran aku yang bertanya. Menurutmu apa ada hubungannya ilmu kesehatan dan Al-Qur?an."
Mendengar pertanyaan Hasan aku membalikkan badan menatapnya.
" Sangat berhubungan, ayat ayat didalam Al-Qur?an dapat menjelaskan beberapa ilmu kesehatan Mas, seperti manfaat dan kegunaan madu misalnya. Buktinya sudah
dijabarkan dalam surat An-Nahl 68 yang bunyinya. " Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : " Buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan
tempat-tempat yang dibikin manusia" (QS An-Nahl 68)."
" Pintar! Tidak hanya tentang lebah masih banyak yang lain yang bisa menghubungkan ilmu kesehatan dan Al-Qur?an. Jadi sebelum para ilmuan menemukan ilmu
kesehatan, Al-Qur?an sudah menjelaskannya terlebih dahulu." Hasan menjelaskan kepadaku dan membuatku tersenyum lebar, suamiku ini memiliki otak yang cerdas
mudah sekali menangkap hal-hal baru yang dia pelajari.
" Dalam waktu 5 bulan kamu berubah 180 derajat Mas, Rajin Sholat dan semakin semangat belajar mendalami agama Islam."
" Jangan menyindirku."
" Lho ini bukan sindiran Mas, Pujian yang mendasar."
" Terlihat seperti sindiran di telingaku."
" Mungkin telingamu harus di bawa ke dokter THT."
" Aissh, berani mengejekku."
" Gak mengejek Mas. Sudah ah, yuk Shalat Maghrib dulu Mas."
" Aku bersihin badan dulu sebentar."
Kuanggukan kepala tanda persetujuan, segera kulangkahkan kakiku menuju mushola pribadi didalam Apartemen kami.
RARA POV? Aku merasakan perutku begitu sakit, mungkin karena salah makan atau karena AC kamar yang begitu dingin, kuelus perutku perlahan berusaha mengurangi rasa
sakit yang kurasakan semakin parah. Akhir-akhir ini napsu makanku semakin tinggi, emosiku juga cepat sekali naik. Kulangkahkan kakiku menuruni ranjang,
menuju sudut ruangan dan medaratkan tubuhku diatas timbangan pengukur berat badan,? benar saja berat badanku juga naik dua kilo. Aku berniat menuju ranjang
merebahkan tubuhku kembali, hingga rasa mual itu mengaduk-aduk perutku dan membuatku mengurungkan niat kembali ke ranjang dengan segera kularikan tubuhku
kedalam kamar mandi dan memuntahan semua isi perutku kedalam wastafel. "Mungkin aku masuk angin."
HASAN POV? Suara gemericik air di wastafel membangunkan tidurku, kulebarkan tanganku berniat merengkuh tubuh istriku dan memeluknya, seperti menelan kekecawaan mendalam
yang kudapatkan hanya ranjang kosong " Dimana istriku." Kubuka mataku dan kudapati bayangan seseorang diwastafel dengan suara " Huek". Tunggu, tunggu.
Suara " Huek" siapa itu, apa istriku sedang sakit? Tanpa pikir panjang aku segera menghampiri istriku yang berada didalam kamar mandi, mendekatinya dan
memijit tengkuknya berusaha membantu mengurangi rasa mual yang dideritanya.
"Kamu sakit Sayang?"
"Mungkin masuk angin Mas."
"Oh.! Sebentar? Yakin masuk angin?"
"Iya memangnya kenapa Mas?"
"Tunggu ya." Tiba-tiba pikiran itu muncul dikepalaku ketika melihat istriku mual-mual, segera kuraih gadget diatas nakas dan men-Dial nomer rekan kerjaku dirumah sakit.
" Hallo Nita?" "" " Ciri-ciri Wanita Hamil apa?
"." Kujauhkan Gadget-ku dan bertanya pada Rara sesuai dengan informasi yang kudapat dari Nita.
" Sayang, apa kamu sering pusing?"
" Mmmmm, akhir-akhir ini sich sepertinya iya."
" Oke, Trus apa lagi Nit." Semabari mendekatkan Gadget ketelingaku lagi.
"" " Apa nafsu makanmu bertambah Ra?
" Tubuhku naik dua kilo, sepertinya sich iya Mas."
" Mendekati Nit, selanjutnya?"
"" " Apa suka muntah-muntah dipagi hari? Ah sepertinya gak dech Nit ini aja masih malam." Ujarku menegaskan pada Nita diujung telepon Sana
" Ini jam 4 pagi Mas." Ucapan Rara membuatku mematung, kemudian kuputus percakapanku dengan Nita dari balik telepon seraya mendekati Rara yang sedang berdiri
disamping pintu kamar mandi.
" Morning Sick..? ?kapan terakhir kali kamu datang bulan."
" Satu bulan yang lalu dan Aku telat Mas, aku telat! Apa aku hamil Mas?"
" Kemungkinan besar ?kalau melihat ciri-cirinya kamu seperti wanita yang sedang ?hamil."? Aku? memeluk Rara dengan erat, walaupun semua itu hanya spekulasiku.
Tapi menurut info yang kudapat dari Nita, gejala yang dialami Rara mencerminkan wanita yang sedang Hamil.
" Kita harus periksa Mas besok, Harus!"
" Iya besok kita temui dokter Nita untuk memastikan."
Semoga saja kabar yang kudapatkan besok seperti yang kuinginkan, Aku mencintai istriku, ya perasaan yang kusadari beberapa minggu ini adalah perasaan cinta,
perasaan yang kucari-cari apa maknanya. Perasaan cemburu, bahagia, rindu, nyaman saat didekat Rara selalu kurasakan saat ini. Kuajak istriku menuju Ranjang,
membelai lembut rambut panjangnya dan membiarkan dia terlelap tidur didadaku.1
**** RIANI POV? Aku melangkahkan kakiku memasuki rumah sakit Citra Medica tempat Hasan bekerja, kali ini aku tidak peduli lagi dengan perjanjian itu yang harus kulakukan
adalah mempertahanankan Hasan dan mengungkapkan perasaan cintaku padanya. Rasa ini kusadari setelah beberapa bulan aku tidak bisa menemuinya, Rasa kehilangan
yang sangat dalam. Aku tidak peduli lagi dengan tanggapan orang, aku juga tidak peduli nasib istrinya, bila perlu aku rela dijadikan istri keduanya.
Kuputuskan untuk langsung masuk ke Ruangan Prakteknya, Ruangan tempat praktek Hasan terlihat sepi, tidak menampakkan sosok orang yang kucintai itu dimanapun.
" Mbak Riani? Cari Dokter Hasan ya."
Sari suster yang biasanya membantu pekerjaan Hasan di Rumah Sakit menghampiriku menanyakan tujuanku datang kesini.
"Hasan kemana?"
"Tadi saya Lihat Dokter Hasan pergi keruangan Dokter Nita."
"Terima kasih ya."
Segera kulangkahkan kakiku menuju ruangan dokter yang diberitahukan suster Sari, aku berdiri didepan ruangan yang bertuliskan dr. Nita Septiari spesialis
kandungan. Dokter kandungan? Buat apa Hasan pergi ke dokter kandungan. Mungkin hanya menemui dokter Nita karena mereka satu Rumah sakit, mau makan siang
bersama barangkali. Aku berniat mengetuk pintu ruangan ketika kudengar samar-samar suara beberapa orang sedang asyik mengobrol didalam dan suara itu semakin
mendekat kearahku. Kuurungkan niatku untuk menemui Hasan, kulangkahkan kakiku menjauh, melihat aktifitas beberapa orang yang keluar dari ruangan dokter
Nita dari jarak yang cukup strategis. Tiga orang keluar dari ruangan itu, wanita yang memakai jas dokter warna putih itu pasti dokter Nita dan laki-laki
didepan dokter Nita aku mengenanalinya sebagai Hasan, tapi ada wanita berhijab bersama mereka. Rara? Buat apa Rara ada disini. Kupertebal pendengaranku,
menangkap samar-samar pembicaraan diantara mereka.
" Selamat ya Dokter Hasan, dijaga baik-baik istrinya."
" Pasti Dokter Nita."
" Kehamilanya baru jalan 4 Minggu jadi masih lemah harus perlu ekstra penjagaan."
" Aku bakal jadi suami siaga Nit."
Apa yang aku dengar ini tidak salah? Rara Hamil, Hamil anak Hasan. Tiba-tiba hatiku terasa sakit luar biasa, air mata ini harus lolos dari mataku untuk
yang kesekian kalinya. Hasan hanya milikku dan harus jadi milikku bukan wanita itu, wanita yang selalu menghancurkan kehidupanku belum puas apa dia merebut
Tommy, sekarang merebut Hasan juga dariku.
Wanita itu tersenyum dengan bahagia disamping laki-lakiku, wanita sok alim! dari penampilannya yang sok alim itu dia berhasil membuat semua laki-laki meliriknya
dua kali. Aku menghampiri mereka yang tengah berjalan kearahku, ekspresi tak terbaca kulihat dari raut wajah Hasan, kali ini akan kubeberkan seluruh tipu muslihat
Hasan pada istrinya itu agar mereka secepatnya berpisah. Kuhentikan langkahku didepan Hasan, senyum licik kukembangkan untuk mengintimidasinya. Rara yang
melihatku muncul dengan tiba-tiba didepanya memandangku dengan raut wajah ketakutan. Bagus, ekspresi yang sangat aku sukai, mungkin ekspresi takutnya itu
akan berkembang menjadi ekspresi sedih dan marah jika aku menjelaskan yang sebenarnya sebentar lagi.
" Hai, lama tidak bertemu Hasan."
" Mau apa kamu kemari Riani."
" Wow. Seperti biasa aku rindu padamu."
Hasan mencekal lenganku dengan kasar, memberikan tatapan membunuh padaku yang kubalas dengan senyuman meremahkan kearahnya.
" Sayang tunggu aku diruanganku ya, ada yang harus aku selesaikan dengan wanita ini."
" Iya mas, aku tunggu diruangan ya."
Aku yang melihat kemesraan mereka menjadi mual seketika, "kasih sayang palsu" ujarku dalam hati. Kini Hasan membawaku menjauhi istrinya, dia membawaku
dengan kasar menuju taman Rumah sakit yang biasa kugunakan untuk mengobrol dengannya. Cekalan tanganya di lenganku kurasakan semakin mengeras dan kupastikan
akan menyisahkan bekas kebiruan setelah ini.
"Essssss. Lepasin San, Sakit!"
Mendengar aku merintih kesakitan, Dia melepaskan cekalannya dan mendudukanku dengan lembut dikursi taman.
" Apa yang kamu mau Riani?"
" Dirimu! Aku rasa aku mulai mencintaimu San."
"Cinta eh?" "Kamu tidak pernah menghubungiku lagi, lima bulan ini kamu selalu menghindariku."
"Bukanya kamu yang menyuruhku untuk membuat Rara jatuh cinta?"
"Tidak lagi! Tinggalkan Rara!." Ujarku dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipiku.
"Tidak akan! sudah cukup kegilaan yang kita lakukan."
"Aku mencintaimu Hasan, aku baru sadar saat kamu jauh dari aku."
"Aku juga mencintaimu Riani, tapi aku lebih mencintai Istriku dan bayi yang dikandungnya."1
Mendengar perkataan Hasan, entah kenapa tenggorokanku serasa tercekat, pita suaraku menyempit dan suara seakan sulit keluar dari mulutku. Aku hanya mematung
saat Hasan pergi meninggalkanku, membiarkan air mata semakin deras membasahi pipiku.
**** AUTHOR POV? Hasan menghampiri Rara di Ruangan Prekteknya, Diamatinya Rara yang sedang asyik dengan bukunya didepan meja kerja miliknya. Seulas senyum merekah dibibir
Hasan kala melihat istrinya yang semakin cantik ketika sedang mengandung itu. Rara merasakan kehadiran seseorang didalam Ruangan Kerja suaminya, didongakkan
kepalanya dan mendapati suaminya sedang asyik memperhatikan aktifitas membacanya, membuatnya mengembangkan senyum bahagianya kearah ?laki-laki yang kini
berjongkok didepanya " Lagi baca apa si-ibu hamil ini?"
" Ini buku tentang ibu hamil."
" Tadi denger kan kata Dokter Nita, harus banyak istirahat, makan sayur dan buah yang banyak, gak boleh banyak pikiran, makan yang rutin, vitaminya diminum."
" Hehehehe." " Lho kok malah ketawa."
" Habis kamu kayak Mamaku aja, cerewet."
" Itu kan demi kesehatan kamu dan bayi kita, Rara."
" Iya tahu Mas." Seraya meletakkan buku yang dibacanya diatas meja. ?"gimana urusannya dengan Riani sudah selesai?" Rara menatap manic mata Hasan tajam
mencari sebuah penjelasan disana.
" Kenapa? Cemburu?"
" Siapa juga yang cemburu."
" Jadi orang kok ya lempeng-lempeng aja sich."
" Lempeng gimana?"
" Gak capek apa jadi wanita yang sabar terus?"
" Oh, jadi maunya aku marah-marah terus gitu? Ok, kalau itu yang Mas mau."


Noktah Hitam Pernikahan Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Ini nich, dasar aneh." Ujar Hasan sambil mencubit pelan ujung hidung Rara.
" Mas kalau aku boleh tahu, apa hubungan Mas dengan Riani. Apakah kamu masih mencintai Riani sampai saat ini?"
Hasan menegakkan tubuhnya, mendekati Rara yang menunggu jawaban dari pertanyaanya. Alih-alih menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Rara, Hasan lebih
memilih memberikan kecupan hangat di pipi kanan dan kiri Rara seraya mengusap lembut perut Rara yang masih datar.
" Nanti aku ceritakan semuanya, Tapi tidak sekarang."
" Rara tunggu sampai Mas mau bicara."
" iya Ra. Aku harus masuk ruang operasi sekarang. Kamu mau menunggu atau Pulang?"
" Aku pulang aja Mas."
" Ya sudah, aku pesankan taxi dulu."
Hasan memesankan taxi untuk istrinya, setelah itu menghampiri Rara lagi dan mencium sekilas bibir wanita itu. Rara yang menerima perlakuan Hasan hanya
bisa diam dan menyungingkan senyum kecilnya.
" Jangan dibiasakan nyium-nyium ditempat umum Mas."
" Yaelah, gak ada orang liat juga."
" Sana gih, sudah jam berapa ini?"
" Kamu hati-hati ya sayang pulangnya."
" Siap pak Dokter."
Hasan meninggalkan Rara menuju Ruang operasi, Hari ini dia ada jadwal operasi yang membuatnya ?harus merelakan Rara pulang sendiri. Rasa ?cinta telah hadir
di hati mereka berdua, ?cinta yang meluluhkan kekerasan hati Hasan karena kelembutan hati Rara, cinta yang merubah hasan 180? menjadi pribadi yang lebih
baik.? **** KEBAHAGIAAN ITU HADIR RARA POV? Berkali-kali kulihat jam di dinding kamarku, waktu menunjukkan pukul 7 malam. Tadi Pagi aku pergi ke Rumah Sakit bersama Hasan untuk memeriksa apakah aku
benar-benar Hamil. Sungguh sangat tidak terbayangkan, saat ini ada sebuah kehidupan yang berusaha tumbuh tiap harinya didalam perutku. Malaikat kecilku,
sesuatu yang sangat diharapkan oleh semua pasangan suami istri diseluruh dunia tidak terkecuali aku. Hasan Junior yang nantinya akan menyempurnakan biduk
rumah tangga kami dan semakin merekatkan mahligai pernikahan kami.
Kembali kulihat jam didinding kamarku dan mendapati jarum jam bergeser arah. " Mas Hasan kok belum pulang ya." Ujarku dalam hati. Aku sedang menunggu suamiku
pulang, Dia pasti pulang malam karena harus menangani proses operasi salah satu pasienya tadi. Jika mengingat tadi siang, aku jadi mengingat tentang Riani.
Wanita itu tiba-tiba datang menemui kami setelah beberapa bulan ini tidak pernah melihatnya menemui Hasan lagi. Aku yang dari dulu menaruh rasa penasaran
pada hubungan mereka, mencoba mengkonfirmasinya pada sang pelaku utama yaitu suamiku sendiri, tetapi aku harus menelan kekecewaan karena suamiku belum
mau? bercerita, mungkin jika waktunya tepat pasti dia akan cerita. Aku merasa terlalu banyak rahasia dari orang-orang itu suamiku, Riani bahkan Tommy,
disini aku seperti kambing congek yang tidak tahu apa-apa, semoga suatu hari semua tabir terbuka dan menjelaskan dengan segamblang-gamblangnya hubungan
mereka bertiga, yang harus aku lakukan sekarang hanya bersabar dan merusaha terus mempertahankan rumah tangga kami yang semakin membaik. Suara dering telepon
dari gadget-ku membuatku meninggalkan dunia Lamunan seraya mengintip nomer si penelepon dan mengangkatnya.
" Assalamullaikum Mama."
" Waallaikum salam, bagaimana kabarnya putri Mama yang cantik ini."
" Alhamdulillah sehat Mama, Mama gimana?"
" Alhamdullilah baik juga. Lagi apa sayang?"
" Lagi nunggu Mas Hasan pulang Ma. Mama kapan balik ke Indonesia? Rara kangen Ma."
" Belum tahu Sayang, mungkin akan menetap untuk sementara waktu disini. Oh ya, Mama punyak tiket tip singapura buat kamu sama suami kamu."
" Wah, makasi banget Ma."
" Nanti tinggal bilang aja kapan mau berangkatnya, Mama sama Papa yang ngurusin disini. Biar cepet isi kamunya."
" Gak perlu ke singapura juga Ma kalau mau ngisi. Rara sekarang udah isi Ma."
" Aaaaaa. Seriusan Sayang? Mama bakal jadi Nenek?"
" Iya Ma, emang Mama mau dipanggil Nenek. Apa kata temen arisan Mama nanti?"
" Ya kagak sayang, Oma aja manggilnya. Nanti Mama kabari Papa dech. Papa masih sibuk sama cabang perusahaan disingapura soalnya."
"? Iya Mama." Aku yang sedang asyik bertelepon ria dengan Mama, segerah menoleh ketika mendengar suara pintu kamar yang berderit. Kudapati Hasan yang masuk kedalam kamar
dengan wajah lelahnya aku. Segera meninggalkan Ranjang dan menghampiri Hasan yang sedang berjalan menuju kamar mandi. Kusodorkan gadget ditanganku padanya
dan ditanggapi dengan keryitan dahi seolah berkata " Siapa" tanpa terucap. Aku yang memahami gesture tubuh suamiku itu segera menanggapinya.
" Ini Mama Mas."
Hasan menghilangkan keryitan didahinya dan menampilkan ekspresi mengerti seraya meraih gadget dari tanganku dan me-loudspeakernya
"Assalamuallaikum Mama."
"Waalaikum salam Hasan, baru pulang praktek ya?"
"Iya Ma, ada operasi hari ini, Mama bagaimana kabarnya?"
"Baik. Maaf Mama belum bisa jeguk, tugas Papa di singapura belum selesai San."
"Tidak apa-apa Ma."
"Rara Hamil ya?"
"Alhamdulillah Ma, Allah ngasih kepercayaan sama Kita."
"Mama bersyukur banget, akhirnya harapan Mama pengen punyak cucu kesampean."
"Iya Ma." "Ya Udah kalau gitu, Kamu istirahat ya besok kan harus kerja lagi. Assalamuallaikum."
"Waalaikum salam."
Hasan mengakhiri panggilan Mama kemudian menyerahkan gadget itu kepadaku. Aku yang mengetahui Suamiku pulang dengan kondisi lelah, segera pergi kekamar
mandi menghangatkan air untuknya mandi. Kurasakan lengan kokoh melingkari pingganku seraya mengelus perutku lembut, ketika mengetahui aku hamil perhatian
Hasan padaku naik berkali-kali lipat. Tubuh atletisnya semakin memelukku erat membuat aroma musk seketika menyeruak menebus ronga-ronga dihidungku, aroma
khas suamiku yang membuatku betah lama-lama didekatnya. Kini Kurasakan ?pelukannya mulai terlepas, aku membalikkan badan dan mendapati suamiku sedang menanggalkan
kemejanya, dengan sekejab tubuh atletis tersaji didepanku menampilkan kotakan-kotakan diperutnya yang datar. Suamiku ini memiliki hobby pergi ke gym, baginya
gym adalah gaya hidup. Tiba-tiba Senyum jahil terkembang dari bibirnya, aku yang baru mengerti tujuan suamiku tersenyum jahil padaku segera pergi meninggalkannya.
"Lho! Bunda mau kemana?" Sembari menahan taganku agar aku tidak pergi
"Tidur." Ujarku singkat
"Yah kok tidur sich Ra."
"Jangan nakal dech Mas."
"Kan nakal sama istri sendiri boleh dong?"
"Mas masih hutang penjelasan."
"Masih ingat juga."
"Ya iya dong." "Ya udah nanti aku jelasin."
" Gitu dong." Sahutku sembari terkekeh geli, " Ya sudah Mas mandi kita sholat Isya? sama-sama."
"Iya Sayang." Aku berjalan menuju lemari pakaian mengambil sajadah dan mukenah. Setelah Hasan menyelesaikan acara bersih-bersihnya, kami segera menunaikan Sholat isya?
berjamaah. HASAN POV? Kini kami berada diatas ranjang, istri cantikku ini sedang bergelung manja dipelukanku. Aroma jeruk dari shampo yang dipakainya menjadi obat tidurku beberapa
bulan ini, aku juga punya hobby baru sekarang, Selalu menciumi rambut Rara saat kami sedang bercinta. Aku membelai halus pipinya yang semakin chubby, istriku
ini selera makanya naik drastis mungkin karena pengaruh bayi yang dikandungnya juga. Tubuhnya yang dulu kurus sekarang berisi dan membuatnya terlihat segar.
" Gendutan ya?"
" Iya sedikit."
" Kok iya!?" " Naik beberapa kilo buat wanita hamil itu wajar sayang."
" Tetep aja naik."
" Kenapa? Malu jadi model gemuk?"
" Bukan karena itu, Malu kalau dilihat orang-orang di Rumah sakit."
" Apa hubunganya dengan orang-orang di Rumah sakit?"
" Iya kan pasti mereka bilang. Ihh.. istri dokter Hasan gendut banget."
" Hahahahaha.." aku tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Rara, benar-benar ada keturunan tukul nich istriku, pinter banget bikin perutku kaku.
"Ihhh.. diketawain kan."
Kulihat wajah cemberutnya terpasang sebagai senjata ampuh untuk menaklukanku, aku semakin mengeratkan pelukanku, merasakan kenyamana yang tidak pernah
kudapatkan dari pelukan wanita manapun selain Ibuku.
" Mas Riani itu siapanya kamu?"
Pertanyaan yang sangat tidak ingin kudengar, terlontar lagi dari bibir tipisnya. Mau tidak mau aku harus membuka pembahasan ini, mungkin dengan menjelaskannya
dapat membuatku tenang dan terbebas dari perasaan bersalah.
" Riani itu wanita yang kucintai sejak tujuh tahun yang lalu, Riani adalah adik sahabatku semasa kuliah. Tapi sayangnya Riani tidak pernah menyadari perasaanku,
dia lebih memilih mencintai laki-laki yang tidak mencintainya hingga saat ini."
" laki-laki yang dicintai Riani, Tommy? Mas mengenalnya."
" Iya, maaf aku merahasiakannya dan berpura-pura tidak mengenalnya didepanmu. Tommy dimataku sudah terlebel sebagai musuh. Tindakan yang konyol memang,
aku seperti pria bodoh yang mengharapkan wanita yang tidak mungkin menaruh hati padaku, sampai akhirnya kita dijodohkan."
" Tapi kenapa Tommy tidak mengenal Mas, dia baru mengenal Mas sejak di caf? waktu itu."
" Aku sengaja tidak pernah menampakan batang hidungku dihadapanya, aku hanya mengawasinya dari jauh saat dia sedang bersama Riani."
" Kenapa begitu, bukanya Mas sangat mencintai Riani. Apa tidak ada rasa cemburu."
" Pasti ada, tapi aku cukup senang Riani selalu membutuhkanku saat Tommy bertubi-tubi menolaknya."
" seperti seorang Pengecut."
" Memang, sangat pengecut."
" Kenapa Mas tidak menolak waktu ?kita dijodohkan kalau Mas mencintai Riani."
" Awalnya aku menolak, tapi karena aku tidak mau di cap sebagai anak durhaka aku menerima pertunangan kita. Rencananya hanya pertunangan, setelahnya aku
akan cari cara agar pernikahan kita batal."
" Bukanya Mas sendiri yang mempercepat pernikahan kita."
" Ingat kejadian yang di caf? dulu? Disitulah egoku sebagai laki-laki bertindak. Aku merasa Tommy menaruh hati padamu, terpikir dikepalaku untuk membuatnya
hancur dengan menikahi orang yang dicintainya?"
" Rumit sekali hidupmu Mas, bisa-bisanya menjadikanku bahan pelampiasan harusnya kamu periksa kedokter saraf sapa tahu ada kabel yang kongslet dikepalamu."
" Butuh Pskiater lebih tepatnya. Kamu juga ingat kan, apa yang aku lakukan setelah itu?"
" Menghubungi Papa Hardi dan mempercepat pernikahan."
" Ya, mempercepat pernikahan dan buruknya lagi aku tidak bisa mundur."
" Apa benar Mas punya perjanjian dengan Riani untuk menyakitiku."
Sontak mataku membelalak lebar, bagaimana bisa Rara mengetahui perjanjian itu.
" Tahu dari mana?"
" Tommy yang memberi tahu."
" Laki-laki itu terlalu banyak mencampuri urusan pribadiku."
" Sudahlah Mas, tapi apakah itu benar Mas?"
" Sayangnya iya."
Setitik air membasahi leherku menyisahkan rasa dingin disana, apakah istriku menangis? Kurenggangkan pelukanku 'dan? mendapati wajah istriku yang sudah
basah karena air mata. "Jangan menangis, aku tidak akan menyakitimu. Perjanjian itu sudah tidak berlaku sekarang, Aku mencintaimu Syaira Arianggono, saat ini dan selamanya."
Ujarku seraya mengeratkan kembali pelukanku. Sebuah peryataan cinta yang jauh dari kata romantis, memang aku bukan tipe laki-laki romantis tapi mudah-mudahan
ini cukup mewakili perasaanku.
" Aku juga mencintaimu Mas, mencintaimu dan buah hati kita yang ada didalam perutku."
Mendengar peryataan cintaku bersambut membuat kebahagiaan hidupku semakin lengkap, seorang Hasan yang hidupanya tidak jauh dari maksiat, bisa dicintai
Sleepaholic Jatuh Cinta 2 Setahun Di Kota Kecil Karya Guna Sitompul Laskar Dewa 3

Cari Blog Ini