Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 16
kalau meluap. Air bah bisa tercipta kalau hujan
dan angin turun menyerang. Maka ketika kilat
menyambar disusul gelegar di angkasa hitam,
sepercik bola api memecah di sana maka dua
orang tiba-tiba berlarian pula dari belakang.
Peng Houw mengira mereka itu akan mencari
tempat perlindungan. Air mulai turun dan
2142 iapun rupanya tak sempat mencari rumah
penduduk. Dan ketika ia berlari namun suara
teriakan membuat ia menahan lari, bentakan
dan makian disusul oleh ledakan cambuk maka
suara menjeletar menyaingi petir di angkasa
yang meledak mengejutkan.
"Heii, berhenti. Beri tahu dulu di mana
jahanam keparat itu!"
"Tolong...!" suara itu terdengar lagi.
"Tolong, anak muda. Tolong... ada orang gila
mengejar-ngejar aku.... tar-tarr!" cambuk di
belakang menyambar dan mengejar lagi. Peng
Houw melihat orang itu roboh dan menjerit
ditarik cambuk yang melilit cepat. Orang di
belakang, yang membentak dan marah itu
terkekeh dan menyerang orang di depan itu.
Peng Houw terkejut karena di tengah keadaan
begini muncul peristiwa ini. Seseorang
2143 menyerang dan menyakiti orang lain. Dan
ketika orang itu berteriak terbetot ke belakang,
cambuk panjang membelit dan sudah
membawa tubuhnya bergulingan ke arah lawan
maka orang itu yang rambutnya riap-riapan
dan terbahak-bahak mengangkat naik
cambuknya dan sekali sentak membuat orang
itu melayang dan diterima tangannya,
langsung ditotok roboh. Dan begitu orang itu
mengeluh maka pembawa cambuk inipun
terkekeh dan memutar tubuhnya lari ke arah
tadi darimana dia datang.
"Ha-ha, urusan belum selesai. Kau belum
memberi tahu aku dan kita masih dalam
pembicaraan yang menarik. Hayo, hagatkan
tubuh di guha sana, tikus busuk. Kita buat api
unggun dan minum arak, ha-ha!"
Peng Houw terbelalak dan seketika
menghentikan langkah. Hujan telah mulai
2144 turun dan air sebesar kelereng jatuh dengan
deras. Orang yang tertangkap itu tak mampu
bersuara lagi dan si rambut riap-riapan
bercambuk menjeletar-njeletarkan cambuknya.
Suara itu menyaingi halilintar di awan hitam
yang meledak-ledak marah. Dan karena ia
tertarik sekaligus terkejut oleh kejadian itu, di
tempat sunyi ini ada orang diserang orang lain
maka Peng Houw yang tentu saja tak mungkin
berdiam diri dan menganggap orang itu jahat
tiba-tiba berkelebat dan membentak,
"Hei, siapa kau, orang tua. Kenapa menangkap
orang. Lepaskan, jangan bersikap kejam!"
Orang itu terkejut. Peng Houw mengerahkan
khikangnya hingga suara bentakannya itu
mengatasi gelegar dan guruh di atas. Suara
hujan yang dahsyat dan petir di angkasa
tertembus oleh suaranya itu. Dan ketika orang
itu menengok dan lebih terkejut lagi melihat
2145 Peng Houw melayang di atas tanah, kakinya
seolah tak menginjak bumi maka pemuda itu
tahu-tahu berada di dekatnya dan sudah
menyambar tawanannya.
"Lepaskan orang itu!"
Orang ini kaget bukan main. Mereka telah
sama-sama tidak menghiraukan hujan dan
masing-masing sebentar kemudian sama-sama
basah kuyup. Hujan bagai dicurahkan saja dari
langit. Namun ketika ia berteriak dan berkelit,
kaki menendang dari bawah maka Peng Houw
luput dan sebagai gantinya malah menerima
sebuah tendangan kuat yang menyambar
dagunya.
"Plak!"
Peng Houw menangkis dan orang itu
terjengkang. Orang ini berteriak dan jelas
2146 kaget sekali oleh tangkisan Peng Houw. Namun
ketika ia bergulingan meloncat bangun dan
tawanan masih kuat di cengkeramannya, baju
seketika kotor oleh tanah coklat maka Peng
Houw juga tertegun karena merasa tenaga
yang kuat dari tendangan lawan, yang
memakinya.
"Bangsat keparat, kau anak muda suka
mencampuri urusan orang lain!" dan cambuk
yang menjeletar dan menyambar udara tibatiba mematuk pemuda ini dan Peng Houw
berkelit cepat, kagum, disusul oleh patukan
cambuk berikut dan apa boleh buat Peng Houw
menangkis dan menghalau. Dan ketika orang
itu berteriak kaget karena tangkisan Peng
Houw benar-benar kuat, cambuk terpental
maka Peng Houw mendesak dan maju siap
merampas tawanan.
2147 "Kau kejam, hujan-hujan menangkap orang.
Lepaskan tawanan itu, orang tua. Atau nanti
aku merobohkanmu!"
"Keparat, iblis terkutuk. Kau bocah tak tahu
adat, anak muda. Tawanan ini tangkapan
penting bagiku. Kau tak boleh merampasnya
atau aku terpaksa membunuhmu... siuttt-tar!"
dan ujung cambuk yang menyelinap secara
lihai tiba-tiba telah mematuk pundak Peng
Houw dan membuat baju pemuda itu robek.
Peng Houw merasa panas tapi untung sudah
mengerahkan sinkang. Patukan itu kalau bagi
orang lain tentu sudah mengerikan. Tulang
bisa tertembus dan bolong! Maka ketika dia
mengerutkan kening sementara lawan
menyerang lagi, memindahkan tawanan ke
belakang punggung dan cambuk meledak
menyerang bahunya maka Peng Houw tak mau
berlama-lama di bawah hujan deras begini. Dia
2148 mengerahkan tenaga Hok-te Sin-kangnya dan
orang itu berteriak kaget melihat cambuknya
terpental menyerang hidung sendiri, melempar
tubuh ke kiri dan Peng Houw sudah maju
membalas. Namun ketika orang itu mampu
berkelit dan tangan kiri bergerak melepas
pukulan maka Thai-san-ap-ting, pukulan khas
Go-bi itu menderu.
"Heii...!" Peng Houw terkejut. "Siapa kau,
orang tua? Ini Thai-san-ap-ting.... blarr!"
pukulan meledak dielak Peng Houw, jatuh ke
tanah di mana saat itu suara petir juga
menggelegar di angkasa. Orang ini terkejut
melihat Peng Houw luput dari serangannya,
lebih terkejut lagi bahwa pemuda itu mengenal
pukulannya. Tapi ketika ia tertawa bergelak
dan menyerang lagi, kini dengan cambuk dan
pukulan di tangan kiri ia mencecar Peng Houw
maka di bawah hujan lebat itu Peng Houw
2149 terbelalak dan heran serta kaget bahwa ada
orang asing dapat memainkan ilmu Go-bi.
Pemuda ini terkejut dan pukulan atau
tamparan-tamparan lawan dikelit. Cambuk
yang menjeletar ditangkis dan lawan selalu
berteriak keras kalau cambuk terpental. Orang
itu juga kaget bahwa pemuda ini memiliki
sinkang luar biasa, telapaknya terasa pedas!
Tapi ketika ia menyerang lagi dan Peng Houw
kini mulai marah mengerahkan Hok-te Sinkangnya, menambah kekuatan untuk
menangkis maka cambuk terhempas ketika
membalik dan menyambar wajah laki-laki itu.
"Aduh..!" orang itu menjerit. "Kurang ajar kau,
anak muda. Keparat!"
"Hm, siapa kau?" Peng Houw tak mau bersabar
lagi, "Kau memiliki Thai-san-ap-ting, orang tua,
ilmu cambukmu yang aneh ini juga luar biasa
meskipun bukan warisan Go-bi!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
'Kau bocah lancang urusan. Kau mengganggu
kepentinganku. Tak perlu kujawab dan lihat
pukulan ini.... klap!" sinar putih berkelebat dan
tiba-tiba menyambar dada Peng Houw. Peng
Houw terkejut karena itulah Cui-pek-po-kian,
satu di antara dua ilmu Go-bi yang dahsyat.
Dan ketika ia menangkis dan membuat lawan
terjengkang, betapapun Hok-te Sin-kangnya
masih lebih kuat maka orang tua itu tergulingguling sementara Peng Houw semakin
terheran-heran lagi bahwa orang ini memiliki
pula Cui-pek-po-kian.
"Kau memiliki Cui-pek-po-kian. Kau rupanya
pencuri. Eh, menyerah atau kau roboh, orang
tua. Kau tak dapat mengalahkan aku karena
kebenaran tak dapat dikalahkan kejahatan!"
"Keparat, jahanam terkutuk!" orang itu
memaki-maki. "Kau hebat tapi belum
merobohkan aku, anak muda. Kau tahu ilmu2151 ilmu Go-bi apakah kau bocah Go-bi. Jahanam,
aku masih tak akan menyerah!" orang itu
bergulingan meloncat bangun dan
menjeletarkan cambuknya lagi. Tadi kalau
tidak memainkan cambuk dia mengeluarkan
Thai-san-ap-ting, tangan kiri melepas Cui-pekpo-kian dan Peng Houw tentu saja penasaran
untuk mengetahui siapakah lawannya ini.
Kakek itu bukan seorang hwesio karena
rambutnya riap-riapan. Ia menduga bahwa
kakek ini mencuri. Dan karena ia marah dan
ingin tahu siapa kakek ini, Hok-te Sin-kang
dikerahkan lebih berat maka kakek itu
terbanting ketika ditangkis dan didorong,
mengeluh namun hebatnya masih dapat
bergulingan meloncat bangun. Umpatan dan
makian terdengar dari mulutnya. Dan ketika ia
lebih hati-hati tak mau beradu tenaga, hujan
semakin dicurahkan saja dari langit maka
sungai di sebelah mereka meluap dan tawanan
2152 yang digendong di punggung kakek ini
terbelalak. Kakek yang bertempur itu seolah
tak melihat kiri kanan lagi. Pakaiannya basah
dan kotor penuh lumpur.
Peng Houw penasaran. Ia tak berani
menurunkan tangan besi karena ia tertarik dan
heran siapa kakek ini. Dua kali ia telah
membuat kakek itu terbanting namun lawan
bertubuh kuat. Lumpur dan bercak-bercak
tanah telah menutupi seluruh pakaiannya dan
wajah kakek inipun terasa lucu. Wajah itu
penuh lumpur coklat. Tapi karena Peng Houw
ingin merobohkan kakek ini dan urusan
tawanan terlupakan, ia menjadi gemas maka
ketika cambuk meledak iapun menangkap dan
menarik kuat. Tubuh kakek itu terbawa ke
depan tapi hebatnya kakinya diputar
menendang perut Peng Houw. Namun karena
Peng Houw ingin menyelesaikan pertandingan
2153 dan kakek itu harus dirobohkan, menerima dan
membiarkan saja tendangan itu maka Peng
Houw tetap menarik dan wajah kakek itu pucat
melihat betapa perut yang ditendang tak apaapa. Dia sudah dekat sekali dengan pemuda itu
dan sekali lawan menotoknya iapun roboh.
Tapi ketika kakek itu berseru keras dan
melepaskan cambuknya, terpelanting ke
belakang dan saat itu kilat menyambar di
depan mereka maka Peng Houw maupun kakek
itu sama-sama terkejut oleh bunyi yang
dahsyat.
"Dar!"
Tawanan terlepas. Kakek itu bergulingan dan
Peng Houw segera teringat laki-laki ini. Petir
hampir saja mengenai tubuh tawanan itu yang
berteriak ngeri. Dibawa melompat dan
bergulingan ke sana-sini akhirnya totokan si
kakek terbuka. Laki-laki itu selamat tapi
2154
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir disambar petir. Dan ketika Peng Houw
terkejut melihat kilat menyambar lagi, tawanan
harus ditolong maka apa boleh buat ia harus
menyambar dulu laki-laki ini sebelum tubuhnya
hangus disambar dewa kilat lagi. Peng Houw
berkelebat dan cambuk rampasan digunakan
melilit, tubuh orang itu ditarik dan meledaklah
halilintar untuk kedua kalinya, tepat di tempat
di mana orang itu berada. Dan ketika suara
menggelegar memekakkan telinga, Peng Houw
berhasil menyelamatkan orang ini maka lakilaki itu jatuh menggigil dengan muka pucat
pasi.
"Tolong.... tolong selamatkan aku. Kakek gila
itu mengejar-ngejar aku....!"
"Tak perlu takut," Peng Houw menghibur
namun menekan debaran jantungnya sendiri.
Petir kedua kali tadi begitu dekat dengan orang
ini. Nyaris kena! "Kau ada bersamaku, saudara.
2155 Tentang kakek gila itu ia akan kuhajar... eh,
mana dia!"
Peng Houw kebingungan tak melihat kakek itu.
Lawan ternyata telah melarikan diri dan saat
itu sungai Huang-ho bergemuruh. Sungai akan
meluap. Dan ketika ia terbelalak dan berubah
wajah, kejadian alam dahsyat akan dijumpai
maka orang itu sudah bangkit dengan ngeri
menuding.
"Huang-ho akan mengamuk. Air bah akan
datang. Ooh, kita harus lari, anak muda. Kita
harus mencari perlindungan. Celaka, kita
berada di tengah-tengah Tanah Kuning!"
"Maksudmu?"
"Tanah ini akan licin dan cepat sekali berubah
rasa. Ia akan seperti minyak, kita mudah
tergelincir.... aduh!" dan benar saja ketika
2156 orang itu terguling dan menjerit maka Peng
Houw sendiri merasa betapa tanah yang diinjak
sudah melicin dan bagai minyak pelumas. Ia
tak tahu bahwa daerah itu daerah berbahaya di
waktu hujan. Artinya tanah di tempat itu bisa
berubah terkena air hujan. Tanah ini telah
ribuan tahun berakrab dengan Huang-ho dan
begitu hujan lebat datang iapun menjadi licin
den berbahaya. Orang akan jatuh tergelincir
berjalan di atasnya. Dan karena hujan
demikian deras sementara tebing di kejauhan
sana runtuh dan menggelegar, longsor disapu
air hujan maka, orang itu berteriak dan
rupanya tak mampu menahan takutnya lagi,
lari menjauhkan diri.
"Tolong.... celaka, anak muda. Huang-ho
sudah mengamuk!"
Peng Houw terkejut. Saat itu bunyi gemuruh
benar-benar memekakkan telinga. Sungai
2157 meluap dan tanah di delapan penjuru
bergerak-gerak. Mereka seakan tangan-tangan
raksasa yang akan menerkam siapa saja. Air
coklat gelap terdapat di mana-mana, bukan
hanya di permukaan sungai melainkan juga di
daratan. Dan ketika semua daratan bergerak
dan mendidih, lumpur dan air dahsyat
menerjang ke depan maka Peng Houw yang
baru kali itu melihat dahsyatnya alam sudah
menyaksikan bagaimana Huang-ho mengamuk.
Sungai yang lebar itu mendidih. Tebing-tebing
di kiri kanannya gugur. Dan karena delapan
penjuru pandangan hanya air dan warna coklat
melulu, lumpur dan tanah pekat bergolak bagai
hantu menyeramkan maka Peng Houw
terlambat untuk menghindarkan diri.
Ia diterjang dan jeritan orang di depan tak
terdengar. Suara gemuruh dan riuhnya hujan
badai membuat telinga serasa pekak. Namun
2158 ketika air menerjang dan ia bingung meloncat
sana-sini, delapan penjuru sudah dikurung
warna coklat maka seseorang terdengar
berseru dari atas. Ajaib!
"Heii, ke sini, anak muda. Lari dan naik ke
sini!"
Suara itu penuh getaran tenaga khikang. Peng
Houw terkejut dan ketika otomatis ia melihat
ke asal suara maka kakek itu, yang tadi
menghilang dan dikiranya melarikan diri
ternyata sudah berada di atas sebuah pohon
raksasa yang memang tak jauh dari situ.
Dahannya yang sebesar tubuh orang dipakai
menongkrong. Dan ketika Peng Houw girang
dan bergerak ke sini, jatuh dan bangun lagi
maka kakek itu terkekeh tak dapat menahan
geli.
2159 "Heii, cepat. Pergunakan cambukmu sebagai
pembantu. Jangan bodoh, tanah itu sudah
selicin minyak pelumas!"
Peng Houw pucat. Ia jatuh bangun di atas
tanah licin yang amat berbahaya ini. Ke
manapun menginjak tentu terpeleset.
Berbahaya, bukan main berbahaya. Namun
ketika ia mempergunakan cambuknya untulk
membelit atau menangkap apa saja, dengan
begini ia dapat menyentak dan membawa
tubuhnya meluncur ke depan maka bagai
tarzan si raja rimba ia melayang dan berayunayun dari satu pohon ke pohon lain. Pohon
yang paling besar adalah pohon yang diduduki
kakek itu. Yang lain termasuk kecil dibanding
itu, biarpun sebenarnya besar karena
batangnyapun sepelukan orang dewasa. Tapi
karena di sana ada kakek itu dan ia tertarik
untuk mengetahui siapakah lawannya ini,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kakek yang memiliki Thai-san-ap-ting dan Cuipek-po-kian maka Peng Houw meluncur
menuju tempat itu sementara arus air di
bawah kakinya sudah semakin dahsyat dan
menderu menerjang apa saja. Dia akhirnya
berhasil mendekati pohon itu dan sekali
meledakkan cambuk berjungkir balik iapun
melayang dan tiba di dekat kakek itu, di dahan
yang sama, terbelalak dan memandang kakek
itu namun kakek itu justeru bersinar-sinar
memandang ke bawah. Ia sudah tidak
memperdulikan Peng Houw lagi karena seluruh
perhatian tertuju ke bawah. Kalau Peng Houw
mau tentu dengan sekali serang ia mampu
merobohkan kakek ini. Namun karena Peng
Houw bukan berwatak seperti itu dan turut
memandang ke bawah pula maka terdengar
jeritan dan tawanan itu, laki-laki yang tadi
dilupakan Peng Houw ternyata sudah disambar
dan digulung ombak Huang-ho.
2161 "Toloongg.....!"
Peng Houw terkejut dan baru sadar. Ia kembali
melupakan orang itu karena saat itu iapun
harus menyelamatkan diri dari gempuran
hantu coklat. Air bah telah menyerang tempat
itu dan di mana-mana gemuruh dan suara air
melulu. Ia lupa. Tapi ketika sebuah tangan
mencengkeram pergelangannya dan itulah
kakek ini, Peng Houw hendak melompat ke
bawah maka kakek itu berseru janganlah
berbuat apa-apa.
"Jangan berbuat konyol. Kita di sinipun belum
tentu selamat. Lihat pohon dan segalanya di
bawah, anak muda. Mereka akan lenyap dan
disapu bersih!"
Peng Houw terbelalak. Benar saja gemuruh air
Huang-ho semakin dahsyat. Sungai itu telah
meluap dan tak ada apapun yang dapat
2162 menahan. Tepian sungai telah menjadi satu
dengan daratan dan ini mengerikan sekali.
Orang tak akan tahu mana tanah daratan
mana air dalam. Semuanya menyatu dan
membuat bulu tengkuk meremang. Dan ketika
pohon-pohon di bawah diserbu air bah, roboh
dan hanyut maka pohon raksasa di mana
mereka berdua bernaung diri juga mulai
bergoyang dan bergetar dahsyat.
"Awas, hati-hati. Kalau pohon inipun roboh
maka kita harus mencari dahannya sebagai
pelampung!"
Peng Houw benar-benar pucat. Seumur hidup
baru kali itulah dia mengalami hal ini.
Mengamuknya Huang-ho yang dulu hanya
didengarnya sebagai dongeng ternyata kini
dialaminya sendiri. Sungai itu bergolak dan
mendidih. Buihnya coklat kental dan
menerjang apa saja tanpa dapat dihalangi atau
2163 ditahan. Entah berapa juta ton kubik lumpur
terbawa. Dan ketika bukit di kejauhan juga
berderak dan gugur, satu persatu tebingtebingnya runtuh dan anjlog menimpa ke
bawah maka batu-batu besar juga terguling
dan tercebur.
Peng Houw ngeri. Dia memejamkan mata dan
kalau sudah begini maka benar kata orangorang tua. Gemuruh dan gejolaknya air itu
dapat didengar sampai belasan kilometer.
Dahsyat menggetarkan. Dan ketika pohon
yang ditumpanginya bergerak dan miring maka
orang tua di sebelahnya itu berteriak,
mengerahkan khikang.
"Heii, hati-hati. Kita bertahan!"
Peng Houw membuka mata. Dia melihat orang
tua itu gugup namun sepasang matanya
berseri-seri. Aneh orang ini, barangkali gila.
2164 Dan ketika kakek itu kemudian tertawa
hergelak dan suaranya bergemuruh
menandingi gemuruhnya air bah maka dia
memandang Peng Houw dan menantang
terbahak-bahak.
"Heii, anak muda! Mana yang kau pilih.
Membiarkan pohon ini roboh atau kita
mempertahankannya!"
"Hm, apa maksudmu?" Peng Houw juga
mengerahkan khikang, jarak sedekat itu harus
berteriak pula. "Aku tak mengerti maksudmu,
orang tua. Kau aneh dan rupanya sinting!"
"Ha-ha, kalau ingin mempertahankan maka
cobalah kerahkan Ban-kin-kang (Tenaga
Selaksa Kati). Aku juga akan mengerahkan
Ban-kin-kang tapi kalau ingin mampus biarlah
raksasa ini roboh dan hanyut!"
2165 "Kau sendiri mana yang kau pilih?"
"Aku? Ha-ha, tentu saja enak di sini, bocah.
Aku tak mau digulung-gulung ombak di sana
dan basah kuyup!"
"Hm, kalau begitu akupun begitu. Awas, pohon
ini rupanya mau diangkat naik!"
Kakek itu terkejut. Suara berderak
membuatnya terbelalak dan posisi pohon tibatiba semakin miring. Air dahsyat di bawah
mereka rupanya hendak menjebol pohon
raksasa ini. Tanah digerus dan kalau berlamalama banjir menyerang tentu roboh juga. Maka
ketika dia terbelalak dan tiba-tiba memandang
Peng Houw, berteriak apa yang akan dilakukan
pemuda itu maka Peng Houw mengerahkan
sinkangnya dan sekonyong-konyong menjejak.
2166 "Mulai! Kita kerahkan tenaga kita dan jangan
sampai pohon ini roboh!"
Kakek itu tertawa bergelak. Jejakan Peng Houw
amatlah dahsyat dan pohon yang miring tibatiba tegak kembali. Bukan main kagumnya
kakek itu. Dan ketiia mengempos semangat
dan berseru keras, mengerahkan Ban-kinkangnya maka pohon itu tak bergeming lagi
dan tegak lurus. Kokoh diinjak Ban-kin-kang,
Tenaga Sepuluh Ribu Kati.
"Ha-ha, dua tenaga bergabung seperti ini tak
bakal dikhawatirkan lagi, anak muda. Pohon ini
telah tegak seperti asalnya tapi entah berapa
lama kita kuat bertahan. Hayo, bertanding.
Siapa lebih lama menmpertahankan pohon ini
dia yang menang!"
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peng Houw tak dapat tersenyum. Dia dalam
keadaan serius dan terus mengerahkan
2167 tenaganya. Ucapan kakek itu tak ditanggapi
dan kakek itu juga akhirnya berhenti bicara
dengan otot-otot menggelembung. Dua orang
ini mati-matian mempertahankan pohon itu
agar tidak roboh. Hebat mereka ini. Deru air di
bawah akhirnya menyerah dan lewat begitu
saja. Pohon itu menancap bagai dipantek paku
bumi. Bahkan, tanpa disadari pohon ini
melesak ke bawah. Bukan main dahsyatnya
tenaga dua orang ini terutama Peng Houw.
Pemuda itulah yang membuat akar pohon
melesak. Ujungnya yang runcing menembus
tanah ditekan begitu kuatnya dari atas. Dan
ketika mereka berlomba mengerahkan Bankin-kang, empat jam lewat tanpa terasa
akhirnya malam menjadi gelap gulita dan
mereka tak mampu melihat lagi air bah di
bawah kecuali percik kilaunya oleh pantulan
bintang dan bulan yang mulai muncul.
2168 Hujan telah reda dan kakek itu terengah-engah.
Bertanding siapa yang kuat akhirnya membuat
kakek ini menyerah. Ia roboh terduduk. Namun
ketika ia tertawa bergelak melihat bulan dan
bintang, sementera Peng Houw masih tegak
menginjak kuat maka kakek itu berseru,
"Hei, badai telah selesai, anak muda. Kita
selamat. Hentikan Ban-kin-kangmu dan lihat
bulan dan bintang di atas!"
"Hm!" Peng Houw sadar, mendongak. "Kau
benar, orang tua. Tapi kau mengajakku
bertanding siapa kuat. Aku masih bertahan."
"Ha-ha, tak usah. Aku kalah. Badai telah lewat
meskipun banjir di bawah masih ada. Hentikan
Ban-kin-kangmu dan aku si tua menyerah!"
2169 "Hm, tak ada api di sini. Semua gelap. Apakah
kita akan tetap di sini, orang tua? Atau kau
akan meloncat turun?"
"Ha-ha, aku tak mau berbasah-basah. Banjir
dahsyat ini barangkali akan habis selama tiga
hari tiga malam. Biar saja kita di sini dan
untung aku membawa makanan. Heii, apakah
kau tidak lapar?"
Perut Peng Houw tiba-tiba berkeruyuk. Aneh,
begitu orang tua itu membuka bungkusan di
belakang punggungnya tiba-tiba bau ikan asin
menyambar. Nasi yang sudah dingin namun
harum juga teruar ke dalam hidung. Peng
Houw terbatuk. Dan ketika orang tua itu
menjentikkan batu api dan duduk menyulut
lilin maka Peng Houw terheran melihat betapa
wajah si tua itu berseri-seri. Sikap garang atau
ganasnya lenyap.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Mari, hanya ikan asin dan nasi saja. Kalau
mau boleh berbagi denganku. Tangkaplah!"
Peng Houw menangkap bungkusan nasi itu. Si
tua tak sungkan-sungkan lagi lalu melahap,
makannya demikian gembira. Dan ketika Peng
Houw tertegun namun membuka bungkusan
itu, makan dengan perlahan maka dia merasa
seret tenggorokan tak dibasahi air. Ikan asin
itu kering.
"Ha-ha, ambil saja air di pucuk-pucuk daun itu.
Segar, masih alami. Aku juga seret dan tidak
membawa minuman!"
Peng Houw tersenyum. Kakek ini sudah
memetik dedaunan di kiri kanannya dan
langsung menghisap-hisap. Iapun tak dapat
menahan tawa dan mengikuti pula jejak kakek
itu. Dan ketika dia memetik dedaunan di
atasnya dan menangkal haus dengan cara
2171 seperti kakek itu, menghisap-hisap airnya yang
segar di pucuk-pucuk daun maka kakek itu
ganti tertawa bergelak melihat betapa anak
muda ini mula-mula canggung melakukan itu,
malu-malu.
"Ha-ha, tak perlu canggung. Ini air hujan alami.
Segar, cocok untuk membasahi tenggorokan.
Eh, kalau kurang boleh hisap batang pohonnya,
anak muda. Di situ tentu lebih banyak airnya,
ha-ha...!"
Peng Houw tertawa geli. Setelah berdekatan
dan mengenal kakek ini lebih lama maka dia
mendapat kenyataan bahwa kakek ini tidaklah
jahat seperti yang dikiranya. Bahkan, kakek itu
ramah dan baik. Maka ketika mereka berdua
menikmati nasi dingin dan ikan asin, sesekali
meneguk air di pucuk-pucuk daun untuk
pembasah kerongkongan maka malam itu
dilewatkan mereka dengan gembira. Peng
2172 Houw melihat betapa air di bawah masih deras
dan cukup kuat, meskipun tak seganas seperti
ketika masih hujan badai tadi.
"Kau orang tua berwatak periang, agaknya
tidak jahat. Aneh bahwa tadi kau menangkap
dan menyiksa orang, locianpwe. Entah apa
yang menyebabkan kau bertindak seperti itu
dan sekilas rasanya kejam," Peng Houw
membuka percakapan, mengganti sebutan
dengan "locianpwe" yang berarti orang tua
gagah. Kakek itu tersenyum tapi tiba-tiba
berkerut. Dan ketika dia mendesis dan
mengepal tinju maka dia menujukan
kemarahannya kepada orang yang disambar
gelombang Huang-ho itu.
"Hm, kau usil, lancang sekali. Kalau tidak
karena kau tentu jejak yang kucari sudah
kudapatkan. Dia tikus busuk yang sepatutnya
mendapat pelajaran, anak muda. Tapi
2173 sekarang sudah mampus ditelan Huang-ho.
Kau kurang ajar, tapi tak ada jeleknya juga
karena begitulah seharusnya sikap pendekar
melihat yang lemah ditindas. Hanya kau
ceroboh tak mau melihat dulu duduk
persoalannya!"
'Maaf," Peng Houw mengusap kuku jarinya.
"Akupun tak sengaja, locianpwe. Tapi
barangkali kau dapat menceritakan duduk
persoalannya."
"Kau....., hm, siapa kau, anak muda? Kau
memiliki kepandaian tinggi. Dan sinkang yang
kau miliki sungguh luar biasa pula. Kau
menginjak kuat pohon raksasa ini hingga
tertekan melesak!"
"Kau tak menjawab pertanyaanku," Peng Houw
tersenyum. "Kau bertanya sebelum menjawab,
2174 locianpwe. Dan aku enggan bicara sebelum kau
bercerita."
"Bocah tengik!" kakek itu memaki. "Kalau
bukan kau tentu sudah kuhajar, anak muda.
Ha-ha, baru kali ini aku ketanggor seperti ini.
Baiklah, kuceritakan padamu tentang tikus
busuk itu. Ia pawang ular paling jahat di muka
bumi ini!"
"Pawang ular? Ia pemelihara ular?"
"Benar, ia pemelihara ular. Kepandaiannya
tidak tinggi namun pengetahuannya tentang
ular hebat sekali. Ia menjadi orang yang
memasok binatang-binatang itu untuk orangorang tertentu!"
"Aneh, seingatku ada Coa-ong di sini. Kakek itu
juga hebat dan ahli ular!"
2175 "Pengetahuan Coa-ong masih kalah dengan
orang ini. Justeru Raja Ular itu sering minta
ular-ular paling berbisa dengan laki-laki itu. Ia
dewanya ular!"
"Hm, baik. Lalu apa perlu dengan laki-laki itu?
Kau juga ingin mendapatkan beberapa ekor
ular paling berbisa seperti halnya Coa-ong atau
yang lain?"
"Tidak, justeru aku ingin mengorek keterangan
tentang siapa yang pernah diberinya ular
paling jahat di muka bumi ini, Sam-hwa-coa
(Ular Tiga Kembang)!"
"Sam-hwa-coa? Ular macam apa itu?"
"Ini ular paling berbisa yang dewapun tak
dapat menolong dirinya. Ia ular paling ganas di
muka bumi. Dan hanya tikus busuk itu yang
punya!"
2176 "Hm-hm, lalu perlumu?"
"Eh, kau banyak bertanya. Cukup sampai di
sini saja dulu karena aku juga ingin tahu siapa
kau ini!"
Peng Houw tersenyum, berahasia. Setelah
orang tak mau bicara terus terang iapun tentu
saja akan mengimbangi. Ia tak akan
memberitahukan namanya. Maka tertawa dan
coba berkelit iapun berkilah, "Nama? Apa
gunanya nama? Kau boleh panggil aku apa
saja, locianpwe. Bocah tengik atau bocah tak
tahu adat. Itu juga nama."
"Jangan main-main. Kau bukan pemuda
berandal. Sikapmu cukup halus, sopan. Masa
aku harus menyebutmu bocah tengik atau tak
tahu adat? Eh, aku serius, anak muda. Siapa
namamu atau nanti aku tak mau bercerita
lagi!"
2177 "Hm, aku Houw Peng," Peng Houw membalik
namanya. "Itulah namaku dan kau boleh
panggil aku seperti itu."
"Houw Peng? Baik, akhirnya ketahuan juga.
Ha-ha, sekarang gurumu atau orang tuamu.
Dari mana kau berasal dan siapa guru atau
orang tuamu itu?"
"Eh, apakah perlu? Kau sendiri belum memberi
tahu namamu, locianpwe. Aku juga ingin tahu
dan heran bahwa kau memiliki Cui-pek-po-kian
dan Thai-san-ap-ting!"
"Hm, sialan. Kau selalu ingin tahu orang lain!
Apakah kerjamu cuma begini? Eh, aku, hmm...
sebut saja si tua sial, Houw Peng. Aku orang
sial yang berkali-kali gagal ditipu orang!"
Peng Houw terkejut. Kakek itu memuram dan
wajahnya tiba-tiba sedih. Ada kedukaan dan
2178 penasaran di situ. Tapi ketika kakek ini
mengangkat mukanya dan Peng Houw tercekat
melihat sinar mata beringas maka kakek itu
mendesis dan mengepal tinju.
"Aku sedang mencari pembunuh guruku. Aku
penasaran akan orang ini. Hm, barangkali kau
dapat membantuku, Houw Peng. Kau pemuda
baik dan yang tentu membela kebenaran.
Baiklah aku bercerita lebih banyak bahwa
guruku tewas oleh Sam-hwa-coa ini!"
"Locianpwe membalas dendam? Siapa guru
locianpwe itu?"
"Kau tak usah tahu siapa guruku. Yang jelas ia
orang Go-bi. Aku murid Go-bi tapi sekarang ini
sedang murtad!"
Peng Houw berdesir. Sekarang orang sudah
mengaku dan tentu saja ia terkejut dan
2179 berdetak. Ia juga murid Go-bi, meskipun bukan
dari kalangan hwesio! Namun ketika ia
menekan debaran jantungnya dan tentu saja
bertanya-tanya, ia tertarik sekaligus tegang
maka kakek itu melanjutkan bicaranya dengan
mata berapi-api.
"Aku korban dari kesewenang-wenangan. Aku
korban dari sikap tamak seseorang yang
berlebihan. Tapi aku tak menggubris ini kecuali
kematian guruku, Houw Peng. Aku sakit hati
sekali oleh tewasnya guruku yang termasuk
mati melek. Rohnya seakan mengusikku agar
mencari pembunuh itu. Dan sudah bertahuntahun ini aku berusaha namun tetap gagal
sampai akhirnya hampir berhasil ketika tibatiba kau menyerang dan membela pawang ular
itu!"
"Hm, apakah dari sini kau yakin akan dapat
menemukan jejak pembunuh itu?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Aku yakin, seyakin-yakinnya! Tapi si busuk itu
sudah mampus ditelan Huang-ho. Dan ini
karena kelancanganmu!"
"Maafkan aku," Peng Houw menyesal juga.
"Aku tak sengaja dan bukan bermaksud
melancangi, locianpwe, melainkan semata
digerakkan oleh hati nurani melihat kekejaman
berlangsung di depan mata. Tapi aku akan
mengganti ini, aku akan menebus dosa. Aku
akan menbantumu mencari dan menemukan
pembunuh itu. Tapi dapatkah kau terangkan
siapa gurumu yang tewas itu, atau kira-kira
berapa lama kejadian itu sudah berlangsung."
"Hm, kurang lebih dua belas tahun yang lalu.
Tapi, eh... kenapa kau?"
Kakek itu terkejut. Peng Houw tiba-tiba pucat
dan bergerak kaget mendengar itu. Anak muda
2181 ini terbelalak. Dan ketika kakek itu
memandangnya dan Peng Houw menggigil
maka pemuda in bertanya, setengah berseru,
"Locianpwe, dua belas tahun yang lalu itu di
Go-bi sedang terjadi ribut besar tentang
masalah Bu-tek-cin-keng. Kalau kau bilang
gurumu tewas di waktu itu apakah yang kau
maksud adalah Ji Beng lo-suhu yang
terhormat?"
"Kau tahu?" kakek ini juga melompat bangun,
sekarang ganti dia yang kaget. "Dari mana kau
tahu ini? Eh, siapa sebenarnya kau ini, Houw
Peng?"
Tapi Peng Houw tiba-tiba bergerak dan
menyambar kakek ini. Lawan sampai terkejut
dan berseru mengelak namun gagal. Peng
Houw sudah menangkap lehernya. Dan ketika
anak muda itu berseru meminta maaf namun
2182 kakek itu marah bukan main, Peng Houw
menyibak rambut di belakang kening maka
Peng Houw melihat bahwa kakek ini hanya
mempunyai sebuah telinga.
"Twa-susiok!"
Namun Peng Houw terbanting oleh sebuah
cengkeraman dan tendangan. Peng Houw yang
hanya ingin melihat telinga di balik rambut
lawan tidak melumpuhkan atau merobohkan
kakek ini. Dia tidak berbuat lebih kecuali hanya
ingin melihat telinga kakek itu. Maka ketika
lawan membentak dan mencengkeram serta
menendangnya, mereka berada di atas pohon
tinggi tak ampun lagi Peng Houw terjungkal
namun teriakannya tadi membuat kakek ini
tertegun.
"Byurrr...!"
2183 Peng Houw terjatuh ke bawah. Ada dua hal
yang menyebabkan pemuda itu tak dapat
menguasai diri. Padahal, dengan berjungkir
balik atau menyambar dahan di kiri kanannya
tentu dia tak akan sampai terpelanting. Tapi
karena Peng Houw benar-benar terkejut dan
kenyataan bahwa orang itu adalah twasusioknya, paman guru pertama dari Pat-kwahwesio di Go-bi maka Peng Houw tak dapat
menahan keseimbangannya ketika dijegal atau
ditendang tadi. Dia sudah mendengar tentang
paman gurunya yang satu ini. Betapa sejak
dikutungi telinganya oleh Beng Kong Hwesio
maka paman gurunya itu menghilang.
Bertahun-tahun Ji-hwesio dan lain-lain mencari.
Namun karena mereka gagal dan waktu itu Gobi benar-benar kacau oleh serbuan lawanlawan beringas, masalah Bu-tek-cin-keng maka
hilangnya sang paman guru ini dibiarkan
berlanjut dan peristiwa demi peristiwa yang
2184 mengguncangkan Go-bi membuat orang
melupakan hwesio yang satu ini.
Pengacauan yang dilakukan oleh Coa-ong dan
kawan-kawan sungguh berbuntut panjang.
Mereka itulah yang membawa orang-orang lain
hingga partai-partai besar seperti Kun-lun, dan
Hoa-san ikut campur. Begitu pula Heng-san
dan lain-lain yang entah bergerak sendirisendiri atau berombongan. Dan karena Go-bi
benar-benar kalut dan dipaksa memasang
kewaspadaan setiap saat, musuh dapat
sewaktu-waktu menyerbu maka perginya
orang tertua dari Pat-kwa-hwesio ini dibiarkan
orang meskipun tentu saja tak dilupakan,
terutama oleh tujuh adiknya di mana kini dari
delapan hwesio murid Ji Beng ini tinggal tiga
orang saja, lainnya tewas oleh serbuan dan
kekacauan di Go-bi. Maka begitu Peng Houw
mendengar cerita kakek ini, betapa kakek itu
2185 adalah murid Go-bi dan yang tewas adalah Ji
Beng Hwesio, gurunya, seketika Peng Houw
dapat menebak bahwa inilah twa-susioknya
yang hilang itu, suheng dari Ji-hwesio yang kini
memimpin Go-bi. Tapi karena masih harus ada
satu bukti lagi dengan kutungnya telinga itu,
Peng Houw bergerak dan ingin membuktikan
maka benar saja bahwa kakek di hadapannya
ini hanya memiliki sebuah telinga. Lainnya
buntung tapi saat itu cengkeraman dan
tendangan mengenai dirinya. Ia ditarik
sementara lututnya didupak. Maka ketika
tanpa ampun ia terpelanting, jatuh dan
tercebur ke bawah maka Peng Houw gelagapan
dan berteriak memanggil-manggil paman
gurunya itu.
"Twa-susiok.... twa-susiok..."
Namun Peng Houw tak pandai berenang. Badai
memang sudah reda namun banjir di pohon
2186 raksasa itu masih kuat. Arus masih deras dan
celaka sekali saat itupun malam gelap. Bintang
atau bulan di atas tidak sepenuhnya menyinari
bumi kecuali hanya remang-remang saja. Maka
ketika Peng Houw gelagapan dan berenang
sebisanya mendekati pohon itu, gagal dan
mencoba lagi sementara kakek di atas tertegun
dan membelalakkan matanya maka kakek itu
tiba-tiba berseru keras,
"Houw Peng, kau ini sebenarnya siapa?
Bagaimana kau dapat menyebutku susiok
(paman guru)?"
"Oh, aku Peng Houw, twa-susiok, bukan Houw
Peng. Aku juga murid Go-bi. Aku.... haepp!"
Peng Houw kelabakan dan bingung. Ia dapat
mengerahkan sinkang nanun arus deras di
bawah kakinya itu membuat ia panik. Kalau
saja air tak begitu dalam dan ia mengerahkan
Ban-kin-kang mungkin ia mampu bertahan.
2187 Tapi karena air lebih dari dua meter dan itu
melebihi tinggi tubuhnya, Peng Houw panik
maka ia tenggelam dan terseret arus deras.
Apalagi karena tanah yang diinjak masih
berbahaya dan licin seperti minyak pelumas.
Peng Houw tak ampun lagi terguling dan kakek
di atas pohon itu terkejut. Ia mengingat-ingat
siapa pemuda ini. Namun begitu ingat siapa
Peng Houw mendadak iapun meloncat terjun
dan.... byurrr, kakek inipun terbawa arus deras.
"Heii, di mana kau, Peng Houw. Jawab, pinceng
memang betul Twa-hwesio!"
Namun Peng Houw terguling dan sedang
berjuang melawan bahaya. Ia anak Go-bi yang
tak pernah belajar berenang. Di Go-bi hanya
gurun pasir melulu. Maka ketika ia tenggelam
dan terkejut menyentuh dasar tanah yang licin,
ia kaget bahwa itu adalah daratan Tanah
Kuning maka Peng Houw mengosongkan isi
2188 tubuhnya dan begitu Ban-kin-kang ditarik
iapun muncul lagi namun hanyut dan terbawa
aliran deras! Peng Houw sudah berada seratus
meter dari hwesio itu. Arus yang kencang dan
deras tak mampu dilawannya. Dan karena ia
tak pandai berenang dan apa boleh buat
membiarkan diri dibawa ke mana saja,
membentur batu dan dinding-dinding terjal
akhirnya Peng Houw bagai seorang bayi yang
demikian lemah didorong tangan raksasa.
Pemuda ini mendengar teriakan susioknya tapi
percuma menjawab. Ia hanyut, kencang sekali.
Dan ketika ia harus mengerahkan sinkang
melindungi tubuhnya dari benturan bendabenda tajam maka malam itu pemuda ini
dibawa memasuki aliran Huang-ho ke hilir
dengan cepat sekali.
Arus sungai memang masih deras. Banjir
seperti itu tak akan sudah dalam beberapa hari.
2189 Lumpur dan tanah coklat tampak di manamana. Dan ketika semalam Peng Houw
membiarkan dirinya hanyut, ia mengosongkan
tubuh sehingga tetap di permukaan maka
keesokannya ketika matahari mulai muncul
Peng Houw melihat dirinya berada di tempat di
mana banyak batu-batuan hitam menonjol di
permukaan sungai. Air di sini sudah agak
jernih karena tepian sungai lebih lebar. Ia
dapat melihat jelas. Dan ketika sekali lagi
tubuhnya terbentur batu hitam, terpental dan
jatuh di atasnya maka Peng Houw berjungkir
balik dan ngeri melihat bahwa ia berada di
tengah-tengah kepungan air. Tubuh basah
kuyup sementara muka pucat pasi. Maklum,
belum pernah ia merasai seperti ini. Semalam
dibawa hanyut sungai Huang-ho dan dibantingbanting di antara bebatuan kasar!
"Heii, ada orang!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Peng Houw terkejut. Dia mendengar teriakan
melengking dan seorang kakek dan seorang
gadis baju merah menumpang perahu
menghilir dengan cepat sekali di depannya.
Gadis itu menuding kepadanya sementara
kakek baju putih itu tertegun. Perahu sudah
hampir lewat dan Peng Houw mengira bahwa
mereka itu terseret arus, seperti dirinya. Tapi
ketika gadis itu menghentakkan dayung dan
pukulan air yang kuat sekali memuncrat ke
udara, perahu berhenti dan terputar maka
Peng Houw kagum karena gadis itu ternyata
dapat melawan arus dahsyat yang mampu
menghanyutkan seekor gajah itu.
"Kau ke sini!" gadis itu berseru. "Cepat, orang
muda. Aku tak dapat berlama-lama menahan
perahu ini. Ayo, melompat!"
Peng Houw terbelalak. Tiba-tiba ia bukan
kagum kepada kepandaian gadis itu melainkan
2191 kepada bibir yang bergerak-gerak indah itu.
Setelah dekat dan melihat betapa bentuk bibir
itu demikian mungil dan manis tiba-tiba Peng
Houw malah terpesona. Ia tak mendengar
seruan itu, hati dan perasaannya terbetot. Tapi
ketika gadis itu membentak dan memukulkan
dayungnya, air menyambar Peng Houw maka
baru pemuda ini tersentak dan gelagapan.
Eh-ah... ap.... apa! Apa kaubilang..?"
"Bodoh, tolol goblok! Huang-ho sedang banjir,
orang gila. Bagaimana kau di situ dan sendirian
di atas batu hitam. Ayo, melompat. Atau nanti
kutinggal dan biar kau tak dapat menepi!"
Peng Houw sadar. Tiba-tiba ia sadar bahwa ia
di tengah sungai yang masih deras airnya.
Huang-ho belum reda dan sekarang ada
penolong. Tapi karena ia gugup dan masih
berdetak oleh bibir mungil itu, entah kenapa
2192 perasaannya tiba-tiba menjadi tidak keruan
maka ia melompat namun celaka terlalu
panjang dan menabrak bibir perahu.
"Brukkk!"
Gadis itu terkekeh-kekeh. Peng Houw, murid
dedengkot Go-bi yang sakti tiba-tiba saja
seakan pemuda bodoh yang tak mampu
menguasai diri. Ia terguling dan merah padam
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendengar kekeh itu. Ia malu bukan main.
Tapi ketika kakek baju putih membentak dara
remaja itu, bergerak dan mengambil
dayungnya sendiri tiba-tiba perahu sudah
berputar dan meluncur mengikuti arus sungai
lagi.
"Jangan mentertawakan orang, tak baik. Ayo
kayuh dan kemudikan perahu, Li Ceng. Awas
hati-hati karena di tempat kita ada orang yang
2193 rupanya belum terbiasa dengan gelombang
sungai!"
Li Ceng, gadis baju merah itu cemberut. Ia
rupanya tak senang namun tak berani kepada
kakek itu. Wibawa kakek ini cukup besar. Dan
ketika perahu bergerak dan kakek itu
menyuruh Peng Houw duduk diam,
berpegangan pinggir perahu erat-erat maka
Peng Houw bagai orang tolol yang terpesona
oleh sikap dan bibir gadis ini.
Dua orang di atas perahu itu ternyata lihai
mengendalikan kendaraan ini. Li Ceng, gadis
itu berkali-kali berseru memukul dayung ke kiri
kanan kalau perahu hendak terguling. Peng
Houw kagum. Dan ketika kakek itu bertanya
bagaimana Peng Houw ada di batu sendirian,
basah kuyup maka Peng Houw sadar dan baru
sekarang ingat untuk berterima kasih.
2194 "Eh, aku... eh aku hanyut, kek. Aku terdampar
dan terlempar di batu itu, baru saja. Aku
berterima kasih bahwa kalian datang
menolong."
"Hm, siapa namamu?"
"Peng Houw,"
"Di mana tempat tinggalmu?"
Peng Houw bingung. Ia tiba-tiba bingung
apakah harus menjawab atau tidak. Dan ketika
ia tak segera menjawab maka gadis baju
merah itu, Li Ceng membentaknya galak.
"Hei, kong-kongku bertanya padamu. Jangan
diam saja!"
"Aku, eh... aku tak punya tempat tinggal tetap.
Rumahku bumi atapku langit!"
2195 "Hi-hik, memangnya monyet? Hanya monyet
atau binatang hutan yang rumahnya seperti itu,
orang gila. Kau ini rupanya tidak waras atau
barangkali gelandangan!"
"Li Ceng!" kakek itu kembali membentak.
"Jangan menghina dan menyakiti orang lain.
Tahan mulutmu atau nanti kau menerima
hukuman!"
"Hm,hm, kakek selalu mengomel. Apa salahku,
kek? Bukankah benar kata-kataku tadi? Kalau
bukan orang gelandangan ya orang gila yang
tidak punya tempat tinggal. Orang ini aneh, ia
bohong atau barangkali memang tidak waras!"
Peng Houw mendongkol. Beberapa kali ia
dimaki namun karena mengakui bahwa katakata itu benar, memang hanya orang gila atau
gelandangan yeng tidak punya tempat tinggal
maka ia menarik napas dalam-dalam namun
2196 tentu saja tidak memperlihatkan
kemendongkolannya. Orang telah berbuat baik
dan menolongnya membawa pergi dari tengah
sungai. Kalau tidak ada gadis dan kakek ini
barang kali ia masih harus menggigil di batu
hitam itu. Biarlah, gadis itu toh benar juga.
Maka ketika ia menyeringai dan melihat kakek
dan cucunya mendayung perahu tiba-tiba ia
menjadi tak enak sendiri dan menawarkan jasa
baik.
"Maaf, barangkali kau orang tua dapat
memberikan dayungmu kepadaku. Biarlah
kuganti."
"Kau dapat mendayung? Pernah punya
perahu?"
"Tidak, kek, tapi barangkali dengan tenagaku
ini aku dapat belajar sedikit-sedikit."
2197 "Jangan sembrono. Aliran Huang-ho sedang
kuat. Kalau tidak pernah mendayung biarkan
aku saja dan kau duduk tenang di situ!"
"Tapi aku orang muda, masa harus melihat kau
orang tua bekerja keras?"
"Heh-heh, kau anak baik rupanya, orang muda.
Baiklah dan coba kau lakukan!"
Dayung diberikan dan ditangkap Peng Houw.
Tapi begitu coba mendayung tiba-tiba perahu
miring dan mau tercebur ke kiri!
"Heii, tolol goblok! Aku di kiri masa kau di kiri
juga, orang gila. Dayung di sebelah kanan dan
jaga keseimbangan!"
Peng Houw merah padam. Lagi-lagi ia
mendapat makian namun itu memang karena
kesalahannya. Ia mendayung di kiri sementara
2198 gadis itu di kiri juga, padahal arus sungai amat
deras dan mereka harus menjaga
keseimbangan. Maka ketika ia beralih ke kanan
sementara kakek itu berseri-seri, mulutnya
tersenyum maka Peng Houw menjaga di
sebelah kanan namun tiba-tiba ia merasa
betapa tekanan di sebelah kiri menguat dan
perahu seakan melesak. Tentu saja ia terkejut
dan menekan sebeleh kanan untuk menjaga
keseimbangan. Namun ketika bagian sebelah
kanan menjadi berat dan tanpa ampun perahu
miring maka air memuncrat dan gadis itu
memaki-maki lagi.
"Goblok, tolol dan bodoh! Kalau tidak bisa
mendayung biarkan saja kakekku bekerja. Heii,
jangan bengong seperti orang gila, bocah she
Peng. Atau perahu tenggelam dan kau
mampus!"
2199 Peng Houw berkerut kening. Ia tiba-tiba curiga
karena jelas dirasanya gadis itu melakukan
gerak mencelakakan. Gadis itu memaki-maki
tapi mulut dan matanya tertawa. Ya, tertawa!
Dan ketika ia maklum bahwa ini rupanya
dibuat-buat, ia gemas akhirnya Peng Houw
sadar bahwa dirinya memang dipermainkan.
**SF**
(Bersambung jilid 28)
Bantargebang, 22-09-2018, 11:04
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 28
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Soebagio & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
2201 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 28
"HM, rupanya aku memang tolol," Peng Houw
tersenyum. "Tapi aku akan mencobanya sekali
lagi, nona. Orang tolol akhirnya pandai juga
kalau sudah berkali-kali belajar!" dan
mengerahkan tenaga melawan gerak di
sebelah kanan tiba-tiba pemuda ini menepis
permukaan air yang muncrat ke atas,
mendayung dan menampar ombak di sebelah
kiri ketika tiba-tiba di bagian itu perahu berat
sebelah. Peng Houw cepat merobah dan
memindah-mindah dayung di kedua tangan
2202 ketika gadis itu menampar dan memukulmukul permukaan air berganti-ganti. Sebentar
di kiri dan sebentar di kanan. Dan karena
setiap gerakan itu tentu merobah tekanan
perahu, kini Peng Houw mengimbangi dan
perahu meluncur tanpa miring kiri kanan lagi
maka gadis itu terbelalak karena ia tak dapat
mencelakakan pemuda itu. Peng Houw sudah
membuat perahu meluncur lurus tanpa oleng
lagi, meskipun gadis itu berusaha
menggulingkannya ke kiri atau kanan. Dan
karena tenaga pemuda ini jauh lebih kuat
daripada gadis itu, sang kakek terkekeh dan
melihat semuanya ini maka gadis itu melotot
dan tiba-tiba menampar permukaan sungai di
bagian depan agar perahu terjungkal.
"Pratt!"
Peng Houw terkejut. Sejenak dia kaget karena
dayung menghantam bagian depan, bukan kiri
2203 atau kanan lagi. Tapi begitu ia menampar dan
memukul sebelah belakang maka perahu yang
terangkat dan hendak terjungkal naik sudah
kembali ke asalnya lagi dan perahu meluncur
lagi dengan cepat, rata.
"Ha-ha," kakek itu tertawa bergelak. "Kau
bukan tandingan pemuda ini, Li Ceng. Kau
kalah tenaga dan kalah pandai. Ia sekarang
mampu mengimbangi semua gerakanmu!"
"Hm," Peng Houw tersenyum. "Cucumu hebat,
kek. Aku kagum bahwa sebagai wanita muda
begini ia mahir mengemudikan perahu.
Tenaganya besar, dan cukup untuk
menghadapi arus Huang-ho hingga tak usah
khawatir perahu tenggelam atau terbalik."
"Tapi, kau lebih besar lagi, tenagamu lebih
kuat. Ha-ha, tanpa perlawananmu tak mungkin
perahu ini meluncur demikian laju, anak muda.
2204 Cucuku sudah tujuh kali hendak
menggulingkan perahu!"
Peng Houw tertawa. Memang akhirnya ia tahu
bahwa tujuh kali perahu itu hendak digulingkan.
Gerakan kuat di sebelah kiri atau kanan perahu
menunjukkan itu. Setiap menampar atau
memukulkan dayung tentu perahu bergerak
miring, gadis itu sengaja mengujinya. Maka
ketika gadis itu gagal sementara si kakek
terkekeh-kekeh, Peng Houw tersenyum dan
tertawa kecil akhirnya perahu melewati bagian
paling berbahaya dari arus Huang-ho yang
kuat. Barisan batu hitam telah lewat dan
perahu berkelak-kelok lihai, lolos dengan lincah.
Dan ketika perahu berada di permukaan
tenang dan sebuah lembah hijau subur mereka
masuki maka gadis itu memberi aba-aba
menepi dan Peng Houw tak lagi merasakan
gerak dayung yang hendak menggulingkan.
2205 Dua anak muda ini merapatkan perahu namun
belum sampai menepi betul gadis itu sudah
mengayun tubuh berjungkir balik. Peng Houw
kagum. Sebuah ilmu meringankan tubuh
dipertontonkan dan gadis itu telah
menginjakkan kakinya di daratan. Tanah dan
pasir lembut menyambut mereka. Dan ketika
kakek itu bergerak menambatkan perahu, ada
sebuah tonggak atau patok bambu di situ
maka kakek ini turun dan Peng Houw melihat
sebuah gubuk kecil terlindung di balik tanaman
kelapa, mungil dan sejuk serta membayangkan
ketenangan alami.
"Turunlah, kita sudah sampai. Itu rumah kami
dan boleh kau singgah kalau mau."
Mau? An, tentu saja Peng Houw mau!Siapa
tidak tertarik dan kesengsem dngan gadis baju
merah itu. Sejak pertama kali memandang
sebenarnya jantung Peng Houw sudah
2206 berdebaran tak keruan. Ia terpesona dan
kagum sekali akan gadis ini, gadis yang hebat
yang mampu mengemudikan perahu di balik
ganasnya arus Huang-ho dan yaang tadi telah
menunjukkan ilmu meringankan tubuh yang
lihai. Bahkan, yang telah beruji tenaga ketika
sama-sama di perahu. Peng Houw melihat
bahwa gadis ini bukan sembarangan. Dan
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena ia ingin tahu juga siapa sebenarnya
kakek itu, kakek yang pandang matanya
lembut namun sorotnya tajam dan cukup
berwibawa maka sekali lihat Peng Houw tahu
bahwa ia berhadapan dengan seorang
"cianpwe" (golongan atas tokoh persilatan).
Peng Houw mengangguk dan mengikuti kakek
itu memasuki gubuk itu. Kakek ini sama sekali
tak menunjukkan kesombongan seorang ahli
silat namun langkah kakinya yang ringan dan
kuat itu jelas tak dapat ?isembunyikan.
2207 Langkah ini mantap dan cepat, namun ringan.
Dan ketika mereka memasuki gubuk itu dan
meja kursi sederhana menyambut di depan,
sehelai tikar juga digelar di tengah ruangan
maka Peng Houw dipersilakan masuk dan
kagum bahwa tempat itu demikian bersih dan
sejuk, tanda pemiliknya amat menjaga
kerapian dan kebersihan, meskipun gubuk itu
bukan terbuat dari bangunan yang bagus.
"Silakan masuk, silakan duduk. Aku ke
belakang sebentar berganti pakaian."
Peng Houw teringat. Ia tiba-tiba tertegun
karena pakaiannyapun basah semua. Kakek
dan cucunya itu juga basah meskipun tidak
sekuyup dirinya. Dan ketika ia bingung akan
duduk di mana, ruangan sebersih itu rasanya
enggan untuk dikotori maka gadis itu muncul
dan memberikan seperangkat pakaian lelaki.
2208 "Ini milik kakek, barangkali sedikit kekecilan.
Kau boleh ganti kalau kau suka."
Peng Houw semburat. Gadis itu ternyata sudah
berganti pakaian kering dan rambutnya yang
basah juga sudah disisir rapi. Sekarang malah
kelihatan lebih cantik dan segar lagi. Heran!
Dan ketika ia menerima namun bingung di
mana harus berganti pakaian, bekalnya
terbawa hanyut arus sungai yang deras maka
gadis itu tersenyum menuding.
"Di situ ada bilik kecil, silakan kalau ingin
berganti."
Peng Houw lega. Gadis itu memutar tubuh dan
ia dibiarkan sendiri, melihat bilik di belakang
ruangan depan ini dan tentu saja cepat ke sana.
Bicara dengan pakaian basah begitu rasanya
tak enak, apalagi kalau tuan rumah sudah
bersih dan berpakaian kering semua. Dan
2209 ketika ia masuk dan keluar lagi dengan pakaian
kering, pakaian kakek itu sedikit sesak
membungkus tubuhnya maka tuan rumah
muncul dan justeru tertawa melihat
keadaannya.
"Ha-ha, sesak, tapi justeru mencetak bentuk
tubuhmu. Aih, kau tampak tegap dan semakin
gagah, Peng Houw. Juga semakin tampan!"
"Hm, bisa saja kakek ini," Peng Houw
tersenyum kecut. "Ini pakaianmu, kek,
kupinjam. Aku tak punya pakaian karena
hanyut di sungai."
"Pakailah, tak apa. Kau tak usah pinjam
melainkan kuberikan padamu. Kau butuh itu.
Ha-ha, mari duduk!" dan duduk mempersilakan
tamunya kakek ini mengeluarkan pipa
tembakau dan menyulut apinya, mengisap dua
tiga kali dan tampak betapa kakek itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menikmati kesukaannya benar. Mata itu
meram melek. Tapi ketika kemudian perut
Peng Houw berkeruyuk, Peng Houw kaget
sendiri maka kakek itu tertawa dan berseru,
dari belakang ruangan menguar bau sedap
ikan bakar.
"Heii, cepat, Li Ceng Tamu kita tak sabar
menahan lapar!"
"Ah," Peng Houw gugup. "Tidak, kek, tidak!
Aku tidak lapar, Aku...."
"Ha-ha, tidak lapar bagaimana? Perutmu
berkeruyuk, anak muda. Semalam kau rupanya
terbenam air. Hebat juga bahwa kau segarbugar. Orang lain tentu sudah mati kedinginan.
Heii, bawa ke sini ikannya karena akupun tibatiba lapar!"
2211 Kata-kata terakhir itu ditujukan kepada
cucunya daripada kepada Peng Houw. Anak
muda ini merah padam namun tiba-tiba geli.
Kakek itu juga berkeruyuk! Dan ketika gadis
baju merah keluar membawa nampan, tiga
ekor ikan bakar terdapat bersama sebungkus
besar nasi putih maka gadis itu tersenyum
meskipun mulut mengomel.
"Ih, kong-kong ini seperti orang tidak tahu
repot saja. Aku menyiapkan ini secara terburuburu, kong-kong, Nasinya dingin tapi tidak basi.
Aku juga lapar dan jangan kira kalian sendiri!"
dan tertawa meletakkan itu dengan
mengibaskan rambut, gerakan ini membuat
Peng Houw terpesona maka kakek itu terkekeh
dan menepuk pundak si anak muda.
"Heii, ini nasi dingin. Ikannya panas tapi
nasinya dingin. Maukah kau menikmatinya
maklum kehidupan desa!"
2212 "Ah-hmm!" Peng Houw gelagapan, tersipu.
"Tentu saja aku mau, kek. Tapi cepat benar
menyajikannya. Aku, ah... kikuk sekali
mendapat suguhan ini!"
"Ha-ha, makanlah. Setelah itu kita omongomong...!" dan menyambar seekor ikan bakar
kakek ini menggigit dan mengunyah. Peng
Houw melihat gadis baju merah juga tertawa
dan tanpa sungkan-sungkan lagi menyambar
seekor yang lain, menggigit dan mengunyah.
Dan ketika air liurnya hampir meluncur namun
untung si kakek cepat menyodorkan ikan
terakhir maka Peng Houw tertawa geli
menggigit ikannya itu. Dua orang ini bersikap
bebas dan tidak canggung-canggung.
"Wah, enak. Ini ikan kerpu. Hanya
membakarnya agak gosong, Li Ceng. Kau
rupanya tidak hati-hati dan terburu-buru!"
2213 "Ih, kakek yang buru-buru tadi. Siapa minta
begitu. Jangan salahkan aku karena kau tidak
sabar!"
"Ha-ha, aku memanggil karena tamu kita ini
berkeruyuk. Bau ikanmu keras sekali, sialan.
Dan perutku tiba-tiba juga terasa lapar, haha..!"
"Hm, pemuda ini tak dapat menahan lapar?
Memangnya sudah seminggu tidak makan?"
"Ha-ha, bukan begitu, Li Ceng, melainkan
karena ikan bakarmu itu. Baunya merangsang,
sedap sekali. Dan akupun tak tahan sampai
berkeruyuk pula. Ha-ha kau selalu membuat
kelaparan orang-orang yang mencium bau
masakanmu. Eh, lihat tamu kita ini keseretan!"
Peng Houw terbatuk. Ikan itu terlalu gurih dan
enak, bakarannya juga kering hingga tanpa
2214 sengaja durinya yang kecil termakan, nyangkut
dan celaka sekali tinggal di tenggorokan. Dan
karena kebetulan di situ belum ada minum
maka pemuda ini keseretan dan mukanya
menjadi merah padam karena segera terbatukbatuk.
"Uh, air.... ambil air!"
Pipa tembakau itu diletakkan di atas tikar.
Peng Houw terbatuk dan tambah gugup karena
mata bening si gadis tertawa. Ia merasa
ditertawakan. Tapi ketika gadis itu mengambil
air dan sekendi jernih berkericik di dalam gelas
maka Peng Houw menyambar itu dan duri ikan
segera lenyap, masuk ke dalam perutnya.
Wajah merah padam.
"Hi-hik, tamu kita ini rupanya tak biasa ikan
bakar. Mungkin sayur-sayuran melulu. Eh,
2215 maaf, Peng Houw. Tahu begitu tak kusuguhkan
ini!"
"Tidak, terima kasih.... aku, ah...
tenggorokanku tiba-tiba gatal...!"
"Hm, karena ikannya tak enak?"
"Bukan, tidak begitu..., bukan! Hanya, ah.....
aku gugup. Barangkali boleh kudorong dengan
nasi putih ini!" dan mengambil sekepal lalu
mendorongnya bersama ikan bakar Peng Houw
merasa lebih enak dan tidak batuk-batuk lagi.
Tadi dia beradu pandang dengan mata gadis
itu dan perasaannya terguncang. Mata jeli
indah itu mengejek! Ia tak marah dan justeru
gugup. Dan karena kebetulan tak ada air
minum pula, ia tersedak maka nasi itu
menolongnya dan si kakek di sebelah tertawa
terkekeh-kekeh.
2216 "Ha-ha, ini baru lucu. Entah bagaimana kalau
hwesio-hwesio Go-bi melihat ini. Untung kami
tidak suka ang-sio-bak!"
Peng Houw terkejut. Disebutnya nama Go-bi
seketika membuat dia tertegun. Kakek itu
tertawa dengan muka geli. Tapi karena wajah
itu tidak mencurigakan dan apa yang keluar
adalah sesuatu yang wajar, biasa-biasa saja
maka pemuda ini batuk-batuk dan bertanya, si
kakek menyambar pipa cangklongnya lagi.
"Maaf, kek, kau menyebut-nyebut nama Go-bi.
Apakah kau ada hubungan dengan para hwesio
di sana? Dan, maaf..... siapakah kalian berdua
ini sebenarnya?"
"Hm, makan dulu, habiskan. Aku akan makan
sambil mengisap tembakauku!" dan menyedot
serta mengeluarkan asapnya tiga empat kali
akhirnya kakek ini menggigit dan mengunyah
2217 lagi ikannya. Makanan itu memang belum
habis dan Peng Houw berdebar. Gadis baju
merah itu sekali lagi meliriknya dengan
pandang mengejek. Ia gelisah. Namun karena
orang tampaknya baik-baik dan bukan orang
jahat, ia tenang kembali maka iapun
menikmati ikan bakar dengan nasi dingin. Ikan
itu masih panas dan nikmat juga dibungkus
nasi dingin. Si kakek juga menikmati
sementara cucunya mulai acuh. Pandang
keluar mulai sering dilemparkan. Namun ketika
akhirnya ikan itu selesai dimakan dan kakek ini
mengetukkan sisa apinya maka pipa itu
disimpan dan gadis itu disuruh membawa sisa
nasi ke belakang.
"Hm, kau berikan ini pada ternak kita di
belakang. Biar aku bicara sebentar dengan
Peng-siauwhiap ini."
2218 Peng Houw berdesir. Sekarang orang
menyebutnya Peng-siauwhiap (pendekar muda
Peng), sebutan yang amat tinggi dan amat
menghormat, apalagi diucapkan oleh seorang
tua yang jelas bukan sembarangan ini. Dan
ketika gadis itu menyingkir dan si kakek
menarik napas dua kali maka kakek itu berkata,
tidak tedeng aling-aling lagi.
"Peng-siauwhiap, aku tahu bahwa kau adalah
anak murid Go-bi. Siapa di dunia ini yang
bernama Peng Houw dan memiliki keberanian
dan tenaga sebesar itu kalau bukan kau. Hm,
tak perlu pura-pura lagi, anak muda. Aku Luicu Lo San adik seperguruan Kun-lun Lojin. Aku
orang Kun-lun, tapi bukan dari golongan
pertapa. Dan karena aku bebas merantau, tak
terikat oleh perguruan maka aku jarang
dikenal orang ramai karena sepak terjangku
memang sering sembunyi-sembunyi. Sudah
2219 lama aku hidup di sini, sejak cucuku Li Ceng
masih orok merah. Tapi karena suhengku
tewas oleh pukulan Chi Koan maka aku keluar
dan terpaksa mencari anak itu!"
Peng Houw terkejut, membelalakkan mata.
"Locianpwe... locianpwe sute dari Kun-lun Lojin?
Locianpwe adalah Mutiara Geledek yang
menghilang tiga puluh tahun itu?"
"Hm, aku orang tua menghilang karena tak
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suka keributan dunia kang-ouw, Pengsiauwhiap, apalagi karena aku juga ada
ketidakcocokan dengan beberapa tokoh-tokoh
Kun-lun!"
"Ah, locianpwe jangan memanggil aku Pengsiauwhiap," Peng Houw rikuh. "Panggil saja
namaku seperti biasa dan baru aku tahu bahwa
locianpwelah kiranya yang dibicarakan Kun-lun
Lojin. Locianpwe disangka sudah tewas!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hm," kekek itu tersenyum, Peng Houw
merobah sebutannya pula. "Aku memang tak
pernah ke Kun-lun lagi, Peng Houw. Tapi
kebetulan setelah kau pergi aku datang. Dan
kulihat bahwa suheng menderita oleh pukulan
Chi Koan!"
"Locianpwe datang ke sana?"
"Ya, setelah kau pergi. Tapi itupun tak ada
murid Kun-lun yang tahu. Hanya suheng!"
"Hm, Chi Koan memang keji. Dan aku sudah
menduga bahwa Kun-lun Lojin tak kuat
menerima pukulannya."
"Ya, benar, tapi tak seketika itu ia tewas.
Suhengku orang kuat tapi ia melarang aku
memberi tahu para murid bahwa tewasnya
oleh pukulan Chi Koan. Ia tak mau muridmurid Kun-lun menaruh dendam!"
2221 Peng Houw mengangguk-angguk. Ia sudah
tahu akan watak dan jiwa besar sesepuh Kunlun itu. Sejak Bu-tek-cin-keng diperebutkan
dan orang ramai menyerbu Go-bi disusul oleh
peristiwa-peristiwa menggegerkan mendiang
Kun-lun Lojin tak pernah mau ikut campur.
Bahkan ketika dulu mendiang Siang Kek dan
Siang Lam Cinjin mengajaknya menyerbu Gobi kakek itu juga menolak. Ia tak mau
berurusan dengan persoalan-persoalan itu dan
mandah saja dianggap penakut oleh dedengkot
Heng-san yang berangasan itu. Kakek ini
memang penyabar, jauh dari nafsu dendam.
Maka kalau ia merahasiakan penyebab
kematiannya dan itu tidak aneh maka Peng
Houw mengangguk-angguk dan menarik napas
dalam.
2222 "Tapi locianpwe sendiri hendak membalas
dendam. Apa kata kakek itu kalau tahu?"
katanya.
"Hm, aku tak mencari pembunuh suhengku
semata keinginan balas dendam, Peng Houw.
Aku mencari karena dua sebab. Pertama
karena Chi Koan berbahaya dan kedua karena
suhengku adalah orang yang pernah
memberikan banyak kebaikan kepadaku. Aku
tidak mendendam, tapi anak seperti itu harus
ditentang dan dicari, seperti kau pula!"
"Hm, locianpwe benar, memang benar. Dan
justeru karena mencari anak itulah aku sampai
terdampar ke sini. Maaf bagaimana locianpwe
secara kebetulan dapat menolong aku?"
"Kami berdua sudah tahu akan bahayanya
banjir ini. Kami pergi ke hulu, menolong dan
menyelamatkan anak-anak dan wanita serta
2223 orang-orang lain yang hanyut. Dan ketika kami
selesai dan hendak kembali maka kami lihat
dirimu di batu hitam itu dan tentu saja
menolong."
"Terima kasih, locianpwe telah menyelamatkan
diriku."
"Ah, bantuan kami tak ada harganya, Peng
Houw. Tanpa kamipun kau pasti selamat. Kau
hanya tinggal menunggu air surut dan
menyeberang!"
"Tapi aku bisa mati kedinginan. Dua belas jam
aku timbul tenggelam!"
"Hm, tak perlu merendah. Dengan sinkangmu
Hok-te Sin-kang kau dapat melawan semuanya
itu. Sudahlah, bantuan kami jangan disebutsebut karena tak ada harganya!"
2224 Peng Houw tersenyum. "Dan locianpwe dapat
mengenal aku. Dari mana?"
Kakek itu tertawa. "Dari mana lagi kalau bukan
namamu itu, Peng Houw. Empat bulan ini
namamu menonjol dan disebut-sebut banyak
orang. Dan mendiang suhengku juga penuh
kagum memuji-mujimu. Siapa lagi Peng Houw
di dunia ini yang mampu menahan tenaga
cucuku sewaktu hendak menggulingkan perahu.
Tanpa sinkang dan kepandaian tinggi tak
mungkin kau dapat mengimbangi perahu,
karena kau tak pernah mendayung!"
Peng Houw tersenyum. Bicara tentang ini
membuat ia teringat akan Li Ceng. Gadis baju
merah itu memang hebat dan tanpa sinkang
dan kepandaiannya yang tinggi memang tak
mungkin baginya mempertahankan perahu.
Gadis itu mengujinya. Perahu dapat terbalik
dan tenggelam kalau ia tak hati-hati. Dan
2225 karena gadis itu orang perahu dan tak takut
akan air, lain dengan dirinya yang tak pandai
berenang dan karena itu hanyut dibawa arus
sungai yang mengamuk maka dia
mengangguk-angguk dan menarik napas geli.
"Locianpwe benar, tapi betapapun aku tetap
berterima kasih. Dan sekarang, apa yang
hendak loeianpwe lakukan? Apakah locianpwe
akan meninggalkan tempat ini dan mencari Chi
Koan?"
"Tiga bulan ini aku sudah mencarinya, Peng
Houw. Dan aku sudah menemukan jejaknya.
Dan hari ini rencanaku memang berangkat
setelah sebelumnya pulang dan membawa
perbekalan!"
"Hm, di mana pemuda itu?" Peng Houw
bersinar-sinar. "Sudah empat bulan ini aku
mencari tapi tak menemukannya!"
2226 "Dia bersembunyi di pesanggrahan Hek-seehwa. Anak itu menekan We-taijin yang dulu
kenalan Kwi-bo!"
"Hek-see-hwa? Pesanggrahan apa ini?"
"Hm, pesanggrahan kotor, Peng Houw. Milik
pembesar kota yang dipakai untuk tempat
begituan!"
"Begituan? Begitu bagaimana?" Peng Houw tak
mengerti, mengerutkan kening. Tapi ketika si
kakek batuk-batuk dan menoleh kiri kanan
maka Peng Houw menjadi merah padam ketika
kakek itu menerangkan, cucunya tak ada.
"Pesanggrahan itu tempat pelacuran
terselubung, tempat berkumpulnya para
pelacur tingkat tinggi. Dan karena pemiliknya
seorang pejabat berpengaruh maka tak ada
yang berani cuap-cuap!"
2227 "Hm-hm, begitu kiranya. Chi Koan memang
kotor! Maaf, aku sekarang mengerti, locianpwe.
Tapi di mana pesanggrahan Hek-see-hwa itu?"
"Kau ikut aku saja, bagaimana?"
"Hm, kenapa mesti begitu? Tapi, ah baiklah.
Kau penemunya, locianpwe. Biarlah kau di
depan dan aku pengikutnya."
Kakek itu mengangguk. Pembicaraan sudah
selesai dan Peng Houw berdebar girang.
Sekaranglah dia akan bertemu Chi Koan! Dan
ketika kakek itu masuk ke dalam
mempersiapkan buntalannya, perjalanan
rupanya cukup jauh maka Li Ceng, gadis baju
merah itu muncul. Pedang di punggung tampak
gagah mencuat, roncenya merah dan ikat
pinggangnya hitam.
2228 "Hm, cantik sekali, Peng Houw memuji,
terlepas begitu saja. "Kau cantik dan gagah, Li
Ceng. Dan pantas sebagai cucu Lui-culocianpwe!"
"Cih, kapan kau belajar merayu? Apakah kau
juga seperti Chi Koan?"
Peng Houw semburat. Ia tiba-tiba sadar bahwa
tak biasanya ia memuji wanita. Entah kenapa
tiba-tiba sekarang ia terlepas begitu saja,
memuji dan kagum kepada cucu si Mutiara
Geledek ini. Dan ketika kakek itu keluar dan
tersenyum padanya, entah dengar atau tidak
maka Peng Houw melihat gadis itu berkelebat
keluar berseru,
"Kong-kong, ayo kita mulai. Sudah gatal
tanganku untuk menemukan jahanam busuk
itu!"
2229 Kakek ini mengangguk. Sang cucu sudah
lenyap di luar dan tiba-tiba Mutiara Geledek
inipun bergerak. Sekali berkelebat iapun
menghilang di luar, gerakannya jauh lebih
cepat dibanding Li Ceng. Dan ketika Peng
Houw kagum karena baru kali itu kakek itu
memperlihatkan ilmunya, sekarang tak perlu
mereka berpura-pura lagi maka iapun
berkelebat dan mengejar, melihat si kakek
sudah lenyap memasuki perahu sementara Li
Ceng melepas tambatannya.
"Hm, rupanya melewati jalan air," Peng Houw
berpikir. "Entah di mana Hek-see-hwa itu tapi
biarlah kuturuti kakek ini." Dan Peng Houw
yang sudah berkelebat dan memasuki perahu
pula melihat kakek itu duduk di dalam karena
perahu sekarang sudah beratap, tidak terbuka
seperti tadi.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha, gerakanmu sepersekian detik
mengejar gerakanku, Peng Houw. Lihai sekali
dan cocok kau sebagai murid Ji Leng lo-suhu!"
"Ah, locianpwepun mengagumkan. Baru saja
meninggalkan rumah tahu-tahu sudah ada di
sini."
"Ha-ha, duduklah. Li Ceng akan
mengemudikan perahu dan kali ini kau tak
perlu membantu!"
Peng Houw duduk, berhadapan dengan kakek
itu. Dan ketika benar saja perahu bergerak dan
berputar, Li Ceng sudah memukulkan
dayungnya maka perahu itu meluncur dan
membelah permukaan sungai. Kakek itu
berseri-seri dan secawan arak di atas meja
disambar. Peng Houw mengira kakek itu akan
menggelogok isinya, tersenyum. Tapi ketika
kakek itu melemparkannya kepadanya dan
2231 berseru agar ia menangkap arak, tentu saja
terkejut maka ia menangkap tapi cawan
mendorong tubuhnya hampir terjengkang.
Kiranya kakek ini menguji tenaga saktinya!
"Ha-ha, awas, Peng Houw. Kita perlu
melakukan pemanasan. Terimalah dan tangkap
arak ini!"
Peng Houw menangkap dan tentu saja
mengerahkan sinkangnya. Secepat kilat ia
sadar dan berseru keras, cawan tergetar dan
hampir saja tumpah isinya. Untung, berkat
kesigapannya ia membuat arak membeku lagi,
tak sampai muncrat dan kakek itu tertawa
bergelak minta agar arak dilempar kembali.
Dan ketika Peng Houw memberikan arak itu
dan tentu saja melontar dengan sinkang,
maklum bahwa kakek ini kiranya hendak
mengukur kepandaian maka Mutiara Geledek
sute dari Kun-lun Lojin ini terdorong sedikit,
2232 tertawa bergelak dan melempar lagi cawan
arak kepada Peng Houw. Tiga empat kali ia
melakukan itu. Tapi ketika Peng Houw sudah
mulai dapat menahan lemparannya sementara
dia selalu tergetar dan arak memuncrat maka
kagumlah kakek itu bahwa sinkang yang
dimiliki Peng Houw jauh lebih kuat.
"Ha-ha, luar biasa. Baru pertama ini kujumpai
dalam hidup. Wah, sinkangmu setingkat di
atasku, Peng Houw. Benar kata suhengku
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa tenaga saktimu hebat sekali. Ini seperti
Ji Leng Hwesio sendiri!"
"Hm, locianpwe terlalu memuji. Sinkangmupun
kuat sekali, locianpwe. Aku merasa telapak
tanganku pedas!"
"Tapi aku tergetar dan malah terdorong. Ha-ha,
kau tak perlu merendah, Peng Houw. Sekarang
aku benar-benar percaya bahwa kau memiliki
2233 kesaktian tinggi. Agaknya kau sudah setingkat
gurumu. Hok-te Sin-kang yang kau miliki itu
luar biasa sekali!"
Peng Houw tersenyum. Akhirnya si kakek
tertawa-tawa dan lempar-melempar itu
berhenti. Cawan itu retak dan pecah.
Bagaimana tak akan pecah kalau digencet dua
tenaga sakti yang ganti-berganti mendesak.
Dan ketika kakek itu menggelogok isinya dan
arak benar-benar diminum, kali ini kakek itu
menenggak sampai habis maka di luar saja Li
Ceng merasa kagum karena diam-diam iapun
menonton adu kepandaian itu. Tapi begitu
kerling matanya beradu dengan Peng Houw
cepat-cepat ia melengos!
Perahu meluncur dan mengikuti aliran sungai
ke timur. Peng Houw tak tahu di mana itu
pesanggrahan Hek-see-hwa. Tapi ketika
perjalanan memakan waktu sehari dan mereka
2234 tiba di sebuah pegunungan sunyi maka perahu
menepi dan gadis baju merah meloncat turun.
Si kakek meloncat dan keluar pula dari
perahunya. Alam pegunungan segar
menyambut mereka. Peng Houw tak tahu di
mana ia berada. Tapi begitu si kakek memberi
tanda dan ia berkelebat maka kakek itu
menuding.
"Di sana Hek-see-hwa itu. Ini pegunungan
Cheng-san. Di sini kita berpisah dan kau
naiklah dari arah barat!"
"Ah, dan locianpwe?"
"Aku dan Li Ceng mendaki arah timur, Peng
Houw. Di puncak kita nanti bertemu. Hati-hati,
jangan gegabah mencium bunga See-hwa
karena ia beracun!"
2235 Peng Houw tak dapat bertanya lagi karena si
kakek menghilang. Perahu disembunyikan di
gerumbul dan sekilas Li Ceng melempar
pandang. Sudut matanya memberi tahu Peng
Houw agar hati-hati. Perasaan Peng Houw tibatiba berdebar. Namun karena ia sudah di
tempat tujuan dan di sinilah katanya Chi Koan
berada, ia harus menangkap pemuda itu maka
ia berkelebat dan mengikuti saja petunjuk
kakek itu. Ia bergerak ke arah barat sementara
si kakek dari arah timur. Masing-masing akan
mendaki puncak dan mereka bakal bertemu
lagi. Dan begitu ia bergerak dan melepas
senyum pada Li Ceng, gadis itu semburat dan
membuang muka maka Peng Houw
menghilang di jalanan berbatu dan tiga orang
itu telah menyiapkan rencana.
**SF**
2236 Hek-see-hwa (Kembang Pasir Hitam) adalah
julukan bagi sebuah pesanggrahan di puncak
gunung Cheng-san ini. Gunung yang hijau
subur itu memang patut mendapat nama
Cheng (Hijau). Alamnya hijau segar dan dari
bawah ke atas orang akan banyak menemukan
kembang-kembang harum yang sedang mekar.
Ada botan dan seruni. Ada anggrek dan
beratus ragam kembang-kembang segar
warna-warni. Semuanya harum tapi yang
paling harum adalah sekuntum kembang hitam
yang mangkok daunnya bulat seperti piring. Di
bawah mangkok daun ini terdapat serbuk
hitam kecoklatan yang mengundang selera
untuk dicium. Begitu elok dan indah bunga
serta mangkok daun ini. Orang tak akan
menyangka bahwa mencium bunga itu berarti
maut. Serbuk hitamnya yang berbahaya itu
seperti bius. Sekali sedot cukup membuat
orang kehilangan akal sehatnya dan pingsan.
2237 Kalau ia terjatuh di bawah mangkok daun itu
maka selanjutnya petaka. Serbuk itu akan
berjatuhan dan mautlah imbalannya. Kembang
ini memang membius dan tak ada hewan atau
serangga yang berani mendekat. Tawon-tawon
madu, yang biasanya suka sekali menghisap
bau-bau harum seolah tahu bunga yang satu
ini. Harumnya yang memikat tak sedikitpun
membuat kumbang-kumbang jantan
berdatangan. Naluri mereka telah tahu bahwa
kembang atau bunga Hek-see-hwa amatlah
berbahaya. Serbuk hitam coklat seperti pasir
itulah intinya. Maka ketika Peng Houw
mencium bau bunga luar biasa ini dan
rangsang otaknya menjadi tajam, bau harum
itu bercampur seperti bau arak yang lezat,
keras dan memabokkan maka ia teringat pesan
Lui-cu kakek tua itu.
2238 Sebenarnya, ia belum tahu rupa dan bentuk
bunga Hek-see-hwa ini. Namun karena sudah
mendapat peringatan dan bunga itu juga
mudah dikenal, serbuk hitamnya yang seperti
pasir itu mengkilat kecoklat-coklatan maka ia
waspada dan seekor ular tiba-tiba mematuk
kakinya, pada saat ia lengah dan mengamati
bunga itu.
Namun Peng Houw mengangkat kakinya. Ia
terkejut tapi gerak refleks seorang ahli silat
bekerja. Ular dikelit dan otomatis ditendang.
Dan ketika ular itu menggeliat jatuh di atas
bunga Hek-see-hwa, mendesis dan rupanya
ketakutan mendadak ular itu melingkar dan
roboh. Pingsan! Peng Houw segera melihat
serbuk-serbuk pasir berjatuhan menimpa ular
itu dan bau harumpun semakin menyengat.
Demikian tajam hingga tiba-tiba kepalanya
terasa pusing! Namun ketika Peng Houw cepat
2239 menahan napas dan mundur menjauh maka ia
melihat ular itu tak bergerak-gerak lagi alias
mati. Sekujur tubuhnya kebiru-biruan seperti
kebanyakan bius!
"Hm, berbahaya... benar-benar berbahaya!"
Peng Houw memutar tubuh dan tidak di situ
lagi. Ia tadi berhenti karena melihat sekuntum
bunga yang aneh. Lalu karena ia diserang ular
dan ular itu ditendangnya menimpa Hek-seehwa, roboh dan akhirnya mati tahulah dia
bahwa bunga itu benar-benar beracun. Entah
racun apa!
Peng Houw waspada dan melanjutkan
perjalanannya lagi. Dari bawah tak tampak
tanda-tanda adanya sebuah pesanggrahan.
Tak ada rumah atau tembok putih terlihat,
mungkin karena terhalang lebatnya dedaunan
dan pohon-pohon besar. Tapi ketika ia
bergerak dan terus naik ke atas, sebuah
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bangunan hitam tampak samar-samar maka
jeritan seseorang menahan langkahnya.
"Tidak..., jangan! Ooh, jangan, Bhe-twako.....
jangan! Jangan lempar aku ke sana...!"
"Ha-ha, kau mencoreng muka We-taijin. Kau
membuat malu pesanggrahan. Kau harus
menerima hukuman, Tu-lin. Tak ada ampun
bagimu. Aku hanya menjalankan perintah!"
"Tapi jangan buang aku ke sana. Aku takut,
aku.... aduh!"
Peng Houw berkelebat dan melihat apa yang
terjadi. Ternyata seorang laki-laki tinggi besar
berkulit hitam mendorong-dorong seorang
wanita cantik yang pakaiannya tak keruan.
Wanita ini matang biru dan pipinya bengkakbengkak. Tangisnya yang menyayat itu
mengharukan benar. Dan ketika Peng Houw
2241 tiba di sana wanita itu terjatuh kesandung batu
hitam. Di depannya segerombol bunga Seehwa siap menerkam!
"Tidak.... jangan.... jangan lempar aku ke situ!
Oh, jangan, Bhe-twako... jangan......!"
"Ha-ha, tak ada ampun bagimu. Kau
pembangkang. Ayo, masuk!"
Peng Houw tak dapat menahan diri. Ternyata
di tempat ini akhirnya didapat juga manusia.
Tapi karena yang ditemukan adalah kekejaman
dan jerit tangis wanita, Peng Houw tak dapat
menahan diri lagi maka ia bergerak dan wanita
yang sudah siap didorong dan ditendang ke
serumpun bunga See-hwa itu disambar dan
laki-laki tinggi besar berseru kaget melihat
betapa sebuah bayangan putih berkelebat dan
tahu-tahu wanita korbannya lenyap.
2242 "Heii...!"
Peng Houw membawa wanita itu di belakang si
tinggi besar. Wanita ini terkejut dan seketika
menghentikan tangis tapi tiba-tiba berseri dan
gembira melihat tuan penolongnya. Seorang
pemuda gagah tampan berada di situ,
membebaskannya dari terkaman bunga
beracun. Dan ketika ia mengeluh dan Bhetwako membalik, tahu ada orang di situ maka
ia melotot melihat Peng Houw memegang
pundak si cantik.
"Cici tak usah takut. Apa yang terjadi?
Ceritakan padaku dan siapa orang she Bhe
ini?"
"Dia... dia tukang pukul We-taijin. Aku... aku
ditangkap untuk disuruh melayani para hidung
belang. Ooh, tolonglah aku, kongcu. Aku... aku
2243 dipaksa melayani seorang kakek tua bangka
hartawan Ciok!"
Peng Houw mengerutkan alisnya. Tak dia
sangka bahwa wanita cantik ini adalah seorang
penghibur. Tadi dia mengira wanita itu sebagai
gadis baik-baik dan dia merasa iba. Tapi
karena wanita itu katanya dipaksa dan iapun
ingat cerita si Mutiara Geledek maka ia
membalik ketika mendengar bentakan si
tukang pukul. Orang she Bhe itu rupanya
marah dan tiba-tiba mencabut golok.
"Bocah tengik, siapa kau?"
Peng Houw menerima bacokan. Untuk ini tak
perlu dia mengelak dan rasa gemas membuat
dia menggerakkan dua jari. Golok diterima dan
dijepit. Dan ketika Bhe-twako terpekik
goloknya tak mampu dicabut, golok itu sudah
terjepit di antara dua jari Peng Houw maka
2244 pemuda itu membentak dan kakipun bergerak
menendang si tukang pukul. Melihat bahwa
orang ini rendah sekali kepandaiannya.
"Pergilah kau!"
Bhe-twako menjerit. Ia terlempar dan
terbanting di sekumpulan bunga Pasir Hitam
itu. Peng Houw terkejut karena ia tak
bermaksud mencelakakan laki-laki itu di situ.
Tapi ketika berkelebat bayangan-bayangan
orang dan jeritan atau teriakan Bhe-twako itu
didengar para tukang pukul lain, jerit d? tempat
sepi itu memang mudah terdengar di tempat
jauh maka Peng Houw menyambar wanita
cantik itu dan wanita inipun menggigil
menubruk dirinya.
"Kongcu, ada orang...! Lari, cepat lari!"
2245 Peng Houw berkelebat dan lenyap. Ia sudah
melihat tujuh orang bergerak menuju tempat
itu. Mereka berada di tengah taman indah
dengan bunga warna-warni, itu rupanya
halaman belakang pesanggrahan Hek-see-hwa.
Dan ketika ia lenyap dan tujuh orang di sana
berteriak melihat Bhe-twako, orang itu pingsan
di bawah kembang Hek-see-hwa maka Peng
Houw mencari tempat sembunyi dan apa boleh
buat menunda urusannya di puncak. Ia harus
menyelamatkan wanita ini.
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Belok ke kanan, jangan lewat tikungan itu. Eh,
lompati pagar kawat itu, kongcu. Aihhhh... kau
dapat terbang!"
Tu-lin, wanita ini berteriak ngeri melihat Peng
Houw melayang tinggi di atas pagar kawat
berduri itu. Peng Houw mengikuti petunjuk
wanita ini untuk belok atau lurus, begitu pula
ketika melewati pagar kawat berduri itu. Dan
2246 ketika ia turun dan selanjutnya wanita ini
menuding sana-sini, rupanya wanita itu kenal
baik keadaan di situ maka Peng Houw diminta
berhenti setelah berada di hutan cemara. Daun
cemara yang hijau dan gugur menguarkan
keharuman khas yang sedap di hidung.
"Sudah, kita sampai. Selamat! Ah, terima kasih,
kongcu. Kau telah menyelamatkan jiwaku.
Kau.... hu-huuk!" wanita itu melorot dan
langsung memeluk kaki Peng Houw. Si cantik
ini tersedu-sedu dan Peng Houw tertegun. Ia
diminta berhenti di situ padahal kaki gunung
masih jauh. Seharusnya ia membawa wanita
ini turun gunung dan menyuruhnya pergi. Atau
mungkin mengantarnya sampai menemui
sebuah dusun dan barulah ia akan kembali lagi
ke situ, sendiri. Tapi karena ia gugup dan
bingung berduaan seperti itu, si cantik
mengguguk dan merangkul kakinya demikian
2247 erat maka Peng Houw tak tahu harus berbuat
apa kecuali bengong seperti patung, menunduk
tapi tiba-tiba membuang muka karena baju di
bagian dada wanita itu terkuak
memperlihatkan sepasang bukit indah
membusung dan padat. Putih halus!
"Kongcu, aku ingin kau menolong temantemanku yang lain juga, saudara-saudaraku.
Ada tujuh di antara mereka yang juga dipaksa
dan berontak. Kau tolonglah mereka dan
jangan biarkan mereka dianiaya tukang-tukang
pukul We-taijin!"
"Hm, berdirilah, bangkitlah! Sebenarnya aku
tak sengaja menolongmu, cici. Aku.... aku
datang secara kebetulan saja. Aku ada urusan
pribadi!"
"Ah, kongcu tak mau menolong kami wanitawanita malang ini? Kongcu tega membiarkan
2248 kawan-kawanku dipermainkan dan dihina
kakek-kakek buruk rupa? Ah, tolonglah,
kongcu. Bebaskan teman-temanku seperti kau
membebaskan aku sekarang ini. Aku rela
membalas semuanya ini dengan jiwa ragaku!"
Peng Houw tergetar. Si cantik itu tiba-tiba
bersikap demikian gagah dan berani, tegak
menantang hingga baju depannya terkuak
lebih lebar lagi. Tentu saja sepasang bolanya
itu kian padat dan membusung! Tapi ketika
Peng Houw berdesir dan melengos membuang
muka, si cantik rupanya sadar maka buru-buru
wanita ini menutupi itu dengan kedua tangan.
Mukanya merah padam, bibir yang mungil
basah itu mendesah.
"Ooh, keparat. Bhe-twako itu... ah, ia merobek
bajuku. Ia laki-laki kurang ajar tak tahu malu.
Maaf... maaf, kongcu. Aku... aku tak punya
baju lagi. Semuanya tertinggal di sana!"
2249 "Kau pakai saja bajuku ini," Peng Houw
melepas baju luarnya, tinggal baju dalam. "Kau
tak bersalah, cici. Hanya.... hanya bagaimana
dengan permintaanmu tadi. Aku.... aku
ditunggu teman yang lain!"
"Ah, kongcu tak sendirian di sini?"
"Benar, tapi sudahlah. Tunjukkan padaku di
mana teman-temanmu itu dan biar kutolong
mereka sekalian!"
"Aduh, terima kasih!" dan si cantik yang
menubruk dan menangis di dada Peng Houw
lagi-lagi membuat jantung pemuda ini berdesir
karena begitu saja ia ditubruk dan dipeluk.
Wanita ini seolah begitu spontan menyatakan
kegembiraan hati. Peng Houw mau mendorong
tapi tak tega. Dibiarkannya sejenak si cantik
itu melepas sedu-sedan. Ia terguncang ketika
merasa betapa dada yang lembut kenyal
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menekan dadanya sendiri. Kalau bukan karena
menolong tak mungkin ia mau begitu. Baru kali
itu ia didekap dan ditangisi wanita! Tapi ketika
dirasanya cukup dan Peng Houw tak merasa
betapa mukanya merah padam maka ia
mendorong halus dan berkata,
"Sudahlah, jangan kau menangis lagi. Cukup.
Sekarang tunjukkan padaku di mana temantemanmu itu dan biar kuselamatkan mereka!"
"Kongcu.... kongcu mau sendiri?"
"Hm," Peng Houw tergetar oleh mata bening
basah itu, mata yang berkejap-kejap. Mata
yang indah namun mulai berani dan
menantang! "Maksudmu aku tak boleh sendiri?
Kau mau ikut?"
"Tentu saja. Di sana berbahaya, kongcu. Ada
banyak jebakan! Teman-temanku tak dapat
2251 keluar karena takut jebakan ini. Aku dapat
menunjuk jalan. Tapi, eh... siapa namamu dulu.
Masa aku tak tahu nama tuan penolongku!"
"Hm, aku Peng Houw. Tapi nama tak jadi soal."
"Peng Houw?" mata itu terbelalak. "Jadi, eh....
jadi kau ini yang ditakuti Chi-siauwhiap? Kau....
kau murid Go-bi itu?"
Peng Houw balik terkejut. Si cantik
membelalakkan mata lebar-lebar dan tiba-tiba
mengeluarkan seruan gembira. Dan belum ia
hilang kagetnya mendadak wanita itu
menubruknya lagi dan menciumi mukanya!
"Aduh, cocok kalau begitu! Kaulah dewa
penolong kami. Aduh, sudah lama kami
tunggu-tunggu kedatanganmu, Peng-siauwhiap.
Kalau begitu kaulah orangnya yang bakal
membebaskan kami dari tekanan pemuda itu.
2252 Chi Koan menindas dan sewenang-wenang
kepada kami. Ia memakai kami seperti anjing
saja dan kau balaslah sakit hati kami!"
Peng Houw terkejut. Si cantik berjingkrak dan
meluapkan kegembiraan dengan menari-nari.
Mukanyapun diciumi. Dan karena ia tertegun
dan heran serta kaget mendengar Chi Koan
disebut-sebut, agaknya si cantik ini mengenal
baik pemuda itu maka baru ia mendorong dan
melepaskan diri setelah tiga kecupan mendarat
di pipinya. Bibir basah dan bergincu itu
melekat di pipinya bagai lukisan gendewa
dipentang!
"Stop, mundur. Lepaskan aku! Eh, apa kau
bilang, cici? Apa yang kaulakukan ini?
Bagaimana kau tahu tentang Chi Koan?"
"Maaf," wajah itu menunduk namun kerling
matanya menyambar berani, merah tersipu.
2253 "Aku... aku gembira meluapkan perasaan,
siauwhiap. Kalau begitu kaulah orangnya yang
ditakuti lawanmu itu. Bukankah kau mencaricari Chi Koan seperti dia dulu mencari-cari
musuhnya?"
"Benar, kau.... dari mana kau tahu? Seberapa
banyak kau tahu?"
"Ih, siauwhiap mau dengar ceritaku?"
Peng Houw tertegun. Ia melihat wanita itu
tersenyum dan tak sadar bahwa bekas kecupan
masih ada di pipinya. Kalau Li Ceng melihat ini
tentu gadis itu meludah! Dan ketika sepasang
mata itu kembali membuatnya tergetar dan
Peng Houw bingung, ia berdebar tapi juga
tertarik bahwa Chi Koan ada di situ maka ia
tersentak ketika tiba-tiba tangan yang lembut
itu memegang lengannya.
2254 "Mari kita bicara sebentar kalau siauhiap ingin
mendengar. Aku... aku dapat bercerita banyak
kalau siauw-hiap mau."
"Hm," Peng Houw melepaskan tangannya, jarijari lembut itu bahkan membuat tubuhnya
panas dingin. Waktuku tak banyak, cici. Tapi
boleh juga kau bicara tentang Chi Koan.
Memang kedatanganku hendak menangkap
pemuda itu!"
"Aku tahu, dan semua orang di Hek-see-hwa
ini juga tahu. Maaf, jangan sebut aku cici,
Peng-siauwhiap. Usiaku barangkali sama
denganmu. Panggil saja namaku, Tu-lin...."
Peng Houw semburat. Ia melihat wanita ini
mulai berani dan nakal, memegang lengannya
lagi tapi ia mengelak. Dan ketika ia duduk dan
minta wanita itu bercerita, Tu-lin terisak maka
sejenak wanita ini bahkan membisu!
2255 "Hm, berceritalah, Tu-lin. Ceritakan tentang
pemuda itu dan biar aku dengar!"
"Siauw-hiap.... siauw-hiap tak kasihan
padaku.... siauw-hiap bersikap kasar!"
"Hm, maaf. Aku sedang terburu-buru. Aku
ditunggu temanku. Berceritalah dan langsung
saja tentang Chi Koan, Tu-lin. Aku tak dapat
berlama-lama apalagi kalau harus menolong
teman-temanmu!"
Wanita itu mengangkat muka. Air matanya
basah mengalir namun tiba-tiba ia
mengeraskan dagu. Mata yang indah bening itu
berapi, bukan kepada yang lain melainkan
justeru kepada Peng Houw! Namun karena
Peng Houw mengira ini ditujukan kepada
tukang pukul We-taijin, ia mengerutkan kening
dan bibir basah itu mendesis maka Peng Houw
tak tahu bahwa sebenarnya ia sedang ditipu.
2256 "Aku.... aku dan kawan-kawanku sebenarnya
di bawah cengkeraman Chi Koan. We-taijin
hanyalah orang kedua setelah pemuda itu. Dan
karena ialah yang berkuasa di tempat ini,
siapapun harus tunduk dan taat kepadanya
maka kami para wanita malang harus menjadi
permainan dan nafsunya...."
"Ceritakan kepadaku di mana pemuda itu
sekarang. Maksudku ada di bagian mana dia!"
Peng Houw memotong, tak ingin mendengar
yang lain.
"Dia... dia di pusat pesanggrahan, siauw-hiap.
Tapi sering berada di kebun dan Ruang
Anggrek. Tujuh gurunya juga ada di situ!"
Peng Houw tak terkejut. Dia sudah menduga
bahwa di mana ada Chi Koan di situ pasti ada
pula Tujuh Siluman Langit. Dia mulai menaruh
kepercayaan kepada wanita ini karena Tu-lin
2257 dapat berbicara lancar. Bahwa wanita itu dapat
menyebut tujuh guru Chi Koan sudah dapat
dipercaya bahwa keterangannya betul. Maka
ketika dia mendesak tapi wanita itu terisak,
berhenti lagi maka dia tertegun.
"Hm, ceritakan kepadaku lagi, Tu-lin. Aku tak
ada banyak waktu karena temanku menunggu
di lain tempat!"
"Siauw-hiap tak bertanya bagaimana asal
mulanya aku di sini? Siauw-hiap tak menaruh
minat kepada nasibku yang buruk?"
Peng Houw terkejut.
"Oohh..!" wanita itu menangis, tersedu-sedu.
"Kau selalu bertanya tentang Chi Koan dan
urusanmu sendiri, Siauw-hiap. Kau agaknya
jijik dan memandang rendah aku. Aku... aku
memang pelacur. Tapi aku melacur karena
2258 dipaksa! Aku.... aku ada di sini karena dibawa
dan dipaksa tukang-tukang pukul We-taijin itu.
Aku mula-mula diberikan pemuda itu untuk
akhirnya dibuang kepada kakek-kakek jahat itu.
Aku, ooh.... aku sebenarnya gadis baik-baik!"
dan wanita ini yang mengguguk dan rupanya
terpukul tak diperhatikan Peng Houw akhirnya
membuat pemuda itu sadar dan menindas
ketidaksabarannya sendiri. Wanita itu rupanya
minta diperhatikan dan ditanya bagaimana bisa
begitu. Dia dianggap terlalu banyak mengurusi
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keperluannya sendiri. Dan karena Peng Houw
menganggap wanita itu dapat memberikan
banyak keterangan, ia adalah penghuni Heksee-hwa maka Peng Houw menekan
ketergesaannya dengan pertanyaan lembut,
menarik napas dalam-dalam.
2259 "Baiklah, kalau begitu kudengar nasibmu
dahulu, Tu-lin. Ceritakan kepadaku bagaimana
kau sampai ada di sini."
Aneh, wanita itu tersenyum. Senyumnya yang
manis mengembang di bibir dan muka itupun
diangkat naik. Peng Houw harus mengakui
bahwa wanita ini memang cantik. Wajahnya
halus kemerahan dan bibir serta bola mata
itupun indah dipandang. Sepasang matanya
bening berseri meskipun di balik itu diam-diam
ada perasaan tidak suka di hati Peng Houw.
Entahlah, dia menangkap semacam kegenitan
dan keberanian liar di situ. Perasaannya yang
murni memberitahukan itu. Namun karena
wanita ini baru saja mendapat perlakuan
sewenang-wenang dan Peng Houw yang lugu
juga tak banyak pengalaman akan tipu daya,
hanya perasaannya memberitahukan kurang
suka kepada wanita ini, mungkin karena
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menubruk dan menciumi mukanya tadi maka
Peng Houw sering memandang ke arah lain
kalau wanita itu bercerita sambil tersenyum
dengan sesekali pura-pura sedih menceritakan
keadaannya.
"Aku dari kota Ci-yang, berasal dari keluarga
kaya. Tapi ketika orang tuaku terlibat hutang
dengan We-taijin dan tak bisa membayar maka
aku diberikan sebagai pelunas hutang.
Selanjutnya.... ada pemuda bernama Chi Koan
itu di sana. We-taijin tampak takut. Dan entah
bagaimana tiba-tiba tujuh temanku yang lain
juga ada di sana dan berikutnya kami harus
melayani kakek-kakek hartawan dan pejabatpejabat dari luar kota."
"Hm. nasibmu sungguh buruk. Tapi aku akan
menolongmu, Tu-lin, dan juga tujuh temanmu
itu."
2261 "Aku percaya! Dan namamu sering disebutsebut pemuda itu, siauw-hiap. Tapi coba kau
bebaskanlah dahulu tujuh temanku itu. Aku
dapat membawamu ke sana karena mereka
disekap di kamar belakang, tak jauh dari
Ruang Anggrek itu!"
"Hm," Peng Houw berpikir, "Apakah tak terlalu
berbahaya? Kalau kau dapat memberikan
petanya kupikir aku dapat ke sana sendiri, Tulin, tak perlu bersamamu...."
"Tidak, jangan. Kau tak tahu jebakan-jebakan
di situ. Ada lubang dan sumur dalam, juga
ranjau yang penuh bunga-bunga Hek-seehwa!"
Peng Houw menarik napas dalam. Kalau saja
gadis ini kelihatannya tidak begitu mengenal
medan agaknya enggan dia mengajak. Tapi
wanita ini rupanya mengenal medan, seluk2262 beluk dan segalanya rupanya diketahui. Maka
mengangguk dan merasa cukup diapun bangkit
berdiri dan berkata, "Baiklah, sekarang juga
kita berangkat, Tu-lin. Mari kupondong biar
cepat!"
Wanita itu berseri. Peng Houw agak semburat
namun tanpa sungkan-sungkan wanita itu
bangkit, mengangguk. Peng Houw sudah
menyambarnya dan duduklah wanita itu di
pundak. Dan ketika Tu-lin terkekeh dan Peng
Houw merasa agak ganjil, tawa wanita itu aneh
sekali maka si cantik berseru ingin merasakan
nikmatnya "terbang" lagi.
"Peng-siauwhiap, kau bergeraklah seperti tadi.
Ih, pingin aku merasa dibawa terbang. Nikmat
benar!"
2263 "Hm, tunjukkan padaku di mana temantemanmu berada itu. Kita harus bergerak cepat
atau nanti temanku di sana marah!"
"Baik, di sebelah kiri taman belakang. Kita
kembali ke tempat tadi tapi hati-hati dan
dengar aba-abaku.... wut!" Peng Houw sudah
berkelebat, tak menunggu lagi wanita itu
berkata karena tempat yang ditunjuk sudah
diingat. Tempat itu adalah tempat di mana ia
menolong wanita ini dari kekejaman Bhe-twako.
Dan begitu Peng Houw melayang dan terbang
memasuki kawat berduri lagi maka wanita itu
terkekeh dan aneh sekali bersorak-sorak.
"Ihh, luar biasa. Nikmat benar. Hi-hik, enak
sekali, Peng-siauwhiap. Nikmat sekali. Aduh,
mau rasanya aku terbang sekali lagi!"
"Diam, jangan ribut!" Peng Houw membentak,
agak merah. "Tempat ini tempat musuh, Tu-lin.
2264 Jangan mengeluarkan suara atau nanti semua
keluar!"
Wanita itu meleletkan lidah. Peng Houw tak
tahu betapa sesuatu dicabut dari saku baju
dalam, tak jadi dan dimasukkan lagi dan itulah
sekantung serbuk bunga beracun! Peng Houw
menaruh kepercayaan begitu besar dan
menganggap wanita ini adalah gadis lemah tak
berdaya, sama sekali tak tahu bahwa itulah
satu di antara belasan wanita cantik pembantu
Chi Koan. Tempat itu memang rumah iburan
namun sejak Chi Koan di sini maka semua
wanita penghibur diajari silat. Dalam waktu
beberapa bulan ini pemuda itu telah merobah
keadaan. Hek-see-hwa sesungguhnya tempat
gemblengan bagi pelacur-pelacur tingkat tinggi
untuk melindungi Chi Koan. Tempat itu
semacam perguruan terselubung dengan Kwibo sebagai tangan kanannya. Tu-lin adalah
2265 satu di antara pelacur tingkat tinggi yang
dipersiapkan Chi Koan untuk menghadapi Peng
Houw! Maka ketika Peng Houw memondong
wanita itu dan betapa mudahnya wanita ini
merobohkan Peng Houw, sekantung serbuk
Hek-see-hwa siap ditaburkan maka Peng Houw
tak tahu betapa bahaya besar hampir
mencelakakannya.
Tu-lin hampir saja mengebutkan sekantung
serbuk beracun itu namun wanita ini maju
mundur. Peringatan Chi Koan bahwa Peng
Houw adalah pemuda berbahaya yang
berkepandaian tinggi membuat wanita itu maju
mundur. Dia begitu girang didudukkan di atas
pundak. Sekali dia mengebut tentu pemuda ini
roboh. Namun karena dia juga tertarik kepada
Peng Houw dan betapa pemuda itu rupanya
benar-benar jejaka murni, tak tahu atau masih
malu-malu berhadapan dengan wanita maka si
2266 cantik yang sebenarnya ular berbahaya ini
merencanakan sesuatu yang juga berbahaya
bagi pemuda itu, di samping pesan atau
wewanti dari Chi Koan.
"Kalau aku dapat merobohkan dengan bantuan
Si-yen dan kawan-kawan tentu tak perlu aku
ragu melaksanakan tugas. Biarlah kutunggu
sampai kami berdelapan menghadapi pemuda
ini. Kalau aku gagal masih ada tujuh yang lain
yang merobohkan pemuda ini."
Kiranya Peng Houw telah diketahui
kedatangannya. Pihak Hek-see-hwa
sesungguhnya telah melihat bayangan tiga
orang di bawah gunung dan Lui-cu serta
cucunya dilaporkan ke atas. Peng Houw dan
kakek Kun-lun itu tak tahu bahwa di atas
gunung banyak dipasang mata-mata. Tak
kurang dari dua ratus orang dipersiapkan di
sini, menjaga atau mengawasi setiap sudut
2267 hingga sesungguhnya kedatangan Peng Houw
dan dua temannya ini diketahui. Namun karena
semua dilaporkan ke atas dan tak ada gerakan
menyambut, Chi Koan demikian berhati-hati
menghadapi Peng Houw maka diatur siasat di
mana Tu-lin pura-pura diseret dan dihajar Bhetwako, matang biru dan jeritan wanita itu
mengundang Peng Houw. Di tempat lain juga
terjadi hal yang sama dan ketika Peng Houw
menolong si cantik itu Li Ceng pun tak dapat
menahan diri. Gadis yang diajak kakeknya
mendaki arah timur ini juga mendengar jerit
dan tangis wanita. Sang kakek terlambat
ketika mencegah cucunya keluar. Gadis itu
berkelebat melihat seorang wanita diseretseret. Pelakunya seorang laki-laki tinggi besar
berhidung merah, kasar dan bengis dan dua
kali pukulan mendera wanita itu. Dan ketika
wanita ini mengeluh dan roboh terbanting,
sebuah tendangan membuat dia mencelat
2268 maka Li Ceng muncul seperti iblis dan gadis
yang marah melihat kaumnya dihajar ini
langsung saja berkelebat dan tendangan
kakinya membuat laki-laki itu terjengkang dan
ganti berteriak.
"Aduh...!"
Gadis itu sudah bertolak pinggang dengan
muka kemerahan. Matanya yang berapi
menyambar ganas, si hidung merah terkejut
dan melompat bangun, terhuyung dan jatuh
lagi namun bangun berdiri lagi. Dan ketika ia
melihat betapa seorang kakek menyertai gadis
itu, kakek bermata tajam yang penuh wibawa
maka tanpa berkata apa-apa lagi lelaki ini
memutar tubuh dan..... lari pergi!
"Hm!" Mutiara Geledek Lo Sam tak
membiarkan ini. Sebagai orang tua yang selalu
berhati-hati tentu saja dia tak membiarkan
2269 orang pergi. Mereka memasuki tempat musuh
dan membiarkan orang ini lari hanya akan
melapor saja. Tak boleh hal itu dibiarkan
terjadi. Maka ketika kakinya bergerak dan
orang itu menjerit melihat kakek ini tahu-tahu
di depan, menabrak namun sebuah telunjuk
menotoknya roboh maka laki-laki itu terguling
dan tak bergerak lagi. Pingsan.
"Kau sembrono, memperlihatkan diri! Kau tak
bertanya dulu kepadaku, Li Ceng. Kalau begini
kita bisa diketahui musuh!"
"Ah, siapa kuat melihat kejadian ini. Cici ini
diseret dan dihajar lelaki, kong-kong. Siapa
tahan dan mana dapat membiarkan ini. Tikus
busuk itu harus dibunuh atau diberikan
santapan harimau!"
"Maafkan aku, hu-huuk..." wanita itu berlutut
dan mengiba diri. "Barangkali aku yang salah,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
orang tua, bukan cucumu ini. Aku... aku
hendak melarikan diri ketika tertangkap dan
kemudian disiksa. Aku tak tahan di tempat ini!"
"Siapa kau?" Lui-cu Lo Sam mengerutkan
kening, tak suka melihat pupur dan gincu yang
tebal. Matanya yang awas memberi tahu
bahwa yang dihadapi bukan wanita baik-baik.
Ini tentu satu di antara penghuni Hek-see-hwa.
Seorang pelacur! Tapi karena cucunya tak
banyak pengalaman dan enggan dia berdebat
maka wanita itu ditegur dan si baju hijau yang
berbedak dan bergincu ini meratap.
"Aku.... aku Si-yen. Barangkali lo-enghiong
(orang tua gagah) mendengar namaku."
"Hm, kau penghuni Hek-see-hwa? Kau anak
buah We-taijin?"
2271 "Ak... aku orang baru, lo-enghiong. Memang
benar dibawa We-taijin ke sini tapi aku
berontak. Dua kali gagal untuk pulang dan kali
ini tertangkap serta disiksa!"
Kakek itu memandang cucunya. Li Ceng
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampak beriba hati sementara dia tak senang.
Kakek ini tak tahu betapa si cantik itu lega.
Kalau namanya dikenal berarti dia harus hatihati. Orang tua ini belum dia kenal. Maka
ketika kakek itu memandang cucunya dan dia
terisak maka gadis baju merah itu membela
dirinya.
"Cici ini harus kita lindungi. Aku pikir dia benar
bahwa dia harus menyelamatkan dirinya. Biar
kuantar sampai ke bawah gunung dulu, kongkong. Kau tunggu di sini aku pergi sebentar!"
"Eh, kau melupakan tugas? Kita harus naik ke
atas, Li Ceng. Atau nanti kita terlambat!"
2272 "Peng Houw bisa menunggu sebentar, aku
mengantar cici ini dulu dan baru setelah itu
urusan kita!"
Sang kakek terkejut dan membelalakkan mata.
Li Ceng, cucunya sudah bergerak dan
menyambar wanita itu. Dia hendak mencegah
namun cucunya sudah meluncur di bawah
gunung. Dan karena tak enak membuat ribut,
bukan maksudnya untuk memancing
pertengkaran maka dengan mendongkol kakek
ini membiarkan sang cucu pergi ke bawah. Siyen, wanita itu berseri girang. Ia sudah
disambar dan dibawa pergi. Dan ketika Li Ceng
sudah meluncur turun dan berkelebat dari batu
yang satu ke batu yang lain, turun dengan
cepat maka wanita itu terkekeh dan tiba-tiba
jari tangannya menotok pundak si nona.
2273 "Hi-hik, terima kasih. adik manis. Tapi cukup
sampai di sini... tuk!"
Li Ceng terguling dan kaget bukan main. Ia
sudah hampir di kaki gunung ketika tiba-tiba
orang yang hendak diselamatkan itu
menyerang. Ia tak menduga dan karena itu tak
berjaga-jaga, maklum, disangkanya wanita ini
orang lemah. Maka begitu menjerit namun ia
roboh terpelanting, lawan sudah berjungkir
balik dan melepaskan dirinya maka Si-yen, si
cantik itu ganti menyambar tubuhnya,
dipanggul.
"Kau... kau siapa? Keparat, kau siapa?"
"Hi-hik, aku Si-yen, adik manis. Kau sudah
dengar itu. Dan kong-kongmu, hmm.... tentu
orang yang datang bersama pemuda baju putih
itu. Kalian bertiga sudah diketahui dan kini
terjebak!"
2274 Li Ceng memberontak namun sudah
dilumpuhkan. Ia memaki-maki namun urat
gagupun ditotok. Dan ketika ia mendelik dan
marah bukan main, lawan terkekeh dan
terbang ke atas maka kakeknya, Lui-cu Lo Sam
juga mendapat gangguan di saat menunggu
cucunya dengan hati tidak enak.
Kakek ini melepas dongkol dengan
mengeluarkan pipa cangklongnya.
Tembakaupun disulut dan bergeraklah pipinya
mengisap dan menghembuskan asap putih.
Namun ketika ia mondar-mandir dan tak sabar
menunggu sang cucu maka tiga bayangan
berkelebat dan seorang wanita cantik serta dua
kakek tinggi kurus berkelebat di depannya.
Yang wanita tertawa, merdu namun tawanya
mendirikan bulu roma.
2275 "Hi-hik, berhasil sudah. Masing-masing sudah
cerai-berai dan tinggal si tua bangka ini sendiri.
Heh, siapa kau, kakek bau. Apa maumu datang
ke sini dan siapa teman-temanmu itu!"
Kakek ini terkejut. Tiga bayangan di depannya
yang muncul dan langsung membentaknya
membuat dia bergerak. Pipa cangklong
seketika digigit kuat-kuat, asap mengebul dan
menyambar namun ditangkis tiga orang itu.
Dua kakek di kiri kanan mengebut. Dan ketika
mereka berhadapan dan Mutiara Geledek sadar
bahwa tiga lawan lihai berada di depannya
maka dia tak pura-pura lagi dan mencabut pipa
tembakaunya dicekal erat-erat.
"Hm, siapa kalian? Apa maksud pertanyaan itu.
Aku tak mengerti!"
"Heh-heh, kambing tua ini rupanya main-main.
Hayoh, pukul dia, Kwi-bo. Ledakkan rambutmu
2276 dan biar ularku mematuk lehernya.... wut!"
seekor ular tiba-tiba meluncur dari tangan kiri
kakek di sebelah kanan, langsung menyambar
dan menggigit kakek ini dan si Mutiara Geledek
tentu saja terkejut. Dia mengelak dan seketika
tahu bahwa lawan adalah Kwi-bo, si pelempar
ular tentu Coa-ong adanya dan cepat dia
mengangkat huncwenya. Ular membalik dan
mengejar dan karena itu dia menjadi marah.
Dan ketika terdengar suara "tak" dan ular
roboh mati, kepalanya pecah maka kakek itu
mendelik sementara Kwi-bo terkekeh
meledakkan rambut.
"Hi-hik, kita tak tahu siapa kambing tua ini,
tapi rupanya lihai. Bagus, awas dan hati-hati,
Coa-ong. Ularmu mati seekor dan jangan
sampai majikannya menyusul!"
2277 Coa-ong, kakek itu marah sekali. Ia melepas
ularnya tapi tak disangka begitu mudah lawan
mengelak dan membalas. Tentu saja ia tak
mengira bahwa lawannya ini adalah sute dari
Kun-lun Lojin, dedengkot Kun-lun. Dan karena
masing-masing belum pernah bertemu dan itu
adalah pertama kali perjumpaan mereka maka
Coa-ong yang membentak dan menerjang
marah akhirnya mencabut tongkatnya dan
dengan tongkat ular dia menerjang. Sin-coakun atau Silat Ular Sakti dimainkan.
"Jahanam kau.... plak-plak-dess!" tongkat
bertemu huncwe dan si Raja Ular terpental.
Kwi-bo dan teman satunya belum bergerak
karena menganggap Coa-ong dapat melayani.
Tapi begitu segebrakan itu disusul oleh
teriakan kaget teman mereka, Jin-mo si Hantu
Bambu melotot dan berseru keras tiba-tiba iblis
2278 inipun mencelat dan galah bambunya yang
panjang itu menderu.
"Jangan khawatir, aku datang membantu Coaong. Kita hajar kambing tua ini!"
Namun Lui-cu si kakek sakti berkelit. Tiga kali
ia diserang tapi tiga kali ia mengelak, semua
serangan itu luput. Dan ketika bambu kembali
menyambar dan kali ini si kakek bermaksud
menangkis maka tangan kirinya bergerak
dan.... krakk, galah bambu itu hancur!
"Keparat!" Jin-mo kaget dan marah. "Lawan
kita lihai sekali, Kwi-bo. Maju dan robohkan
dia!"
"Hi-hik, kau belum apa-apa. Belum sepuluh
jurus! Eh, keluarkan silat galahmu, Jin-mo.
Coba serang lagi dan kita lihat ilmunya!"
2279 Jin-mo membentak dan penasaran. Sekali lagi
ia menyerang namun galah bambu kembali
hancur. Senjata yang mula-mula panjangnya
tiga meter itu sekarang tinggal dua meter saja,
kakek itu memekik. Dan ketika ia memutar dan
menerjang lagi, Coa-ong membentak dan
mengayun tongkat ularnya pula maka
dikeroyoklah kakek itu namun segera tampak
oleh mereka bahwa tongkat maupun galah
terpental ke belakang. Huncwe maupun tangan
kiri kakek itu mengeluarkan tenaga kuat sekali
bagai terisi halilintar.
"Dia memiliki semacam tenaga Lui-kong-ciang
(Tenaga Petir). Tenaganya kuat dan panas
sekali!"
"Benar, dan telapakku pedas dan sakit, Jin-mo.
Entah siapa tua bangka ini karena kita belum
pernah kenal!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Bunuh dia, atau panggil murid kita Chi Koan....
des-dess!" dan dua orang itu yang kembali
menjerit dan berteriak akhirnya melempar
tubuh bergulingan bertemu tangkisan si kakek.
Mutiara Geledek mulai mengeluarkan tenaga
Lui-kangnya dan memang benar bahwa tenaga
ini seperti halilintar. Huncwe maupun tangan
kirinya menunjukkan itu. Terakhir tongkat Coaong juga patah! Dan ketika Raja Ular terkejut
dan bergulingan meloncat bangun maka Kwibo meledakkan rambutnya dan menerjang.
Tawanya merdu nyaring namun sikap dan
sepak terjangnya ganas.
"Hi-hik, berani benar orang ini. Mari kita
robohkan sebelum memanggil Chi Koan!"
Lui-cu si kakek lihai dikeroyok. Sekarang ia
menghadapi tiga orang namun gerak dan
tangkisan-tangkisannya tetap mengejutkan. Ia
mulai membalas dan berkelebatanlah kakek itu
2281 mengimbangi lawan. Dan ketika Kwi-bo juga
berteriak karena rambutnya terpental maka
muncul empat bayangan lain dan kakek ini
gelisah.
**SF**
(Bersambung jilid 29)
Bantargebang, 22-09-2018, 20:12
2282 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 29
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Soebagio & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
2283 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 29
"HEII... apa yang terjadi ini? Siapa kakek ini?"
Mutiara Geledek terkejut. Sebagai orang yang
selalu berhati-hati maka kedatangan orangorang itu membuatnya gelisah. Ia melihat
empat bayangan berkelebat menyambar dan
bentakan atau teriakan satu di antara empat
orang itu sungguh dahsyat sekali. Suaranya
keras menggetarkan. Dan ketika orang itu
menyambar dan sebuah bandul tengkorak
menderu menuju kepalanya, ia berkelit dan
mengelak maka seorang raksasa tinggi besar
2284 melotot marah dan saat itu tiga yang lain
menyambar dan menyerang dirinya.
"Wut-plak-plakk!"
Tak ada kesempatan untuk mengelak atau
menyelamatkan diri. Kakek ini mengebutkan
ujung bajunya dan tiga senjata mental. Lawan
berteriak kaget. Dan ketika dia hanya tergetar
sementara lawan berjungkir balik berseru
keras, Kwi-bo dan dua temannya menyerang
lagi maka wanita itu melengking memberi tahu
bahwa teman-temannya harus berhati-hati.
"Tua bangka ini lihai. Awas, aku tak tahu siapa
dia namun pukulannya hebat. Hati-hati dan
jangan gegabah!"
"Tak usah takut. Dia berani mati memasuki
sarang macan, Kwi-bo. Kalau tak dapat
mengalahkannya panggil saja murid kita Chi
2285 Koan. Tapi nanti dulu, aku ingin merasakan
pukulannya dulu dan apakah benar dia lihai.....
wherrr!" bandul tengkorak, senjata milik Seetok menyambar dahsyat. Tadi raksasa ini
dikelit dan belum merasakan sendiri kehebatan
lawannya itu. Tiga yang lain sudah dan karena
itu raksasa ini sombong. Maka ketika dia
menghantam dan terang-terangan ingin
menguji, Kwi-bo dan yang lain berada di
Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belakang maka kakek itu berkelebat dan
menangkis serangan raksasa ini.
"Plakk!"
Bandul tengkorak menyambar tuannya sendiri.
Senjata itu membalik dan alangkah kagetnya
raksasa ini merasa tenaga demikian dahsyat
menampar bandulnya. Ia tak tahan. Dan ketika
ia membanting tubuh dan berteriak
menyelamatkan dir?, senjatanya itu
Kisah Membunuh Naga 37 Dewa Arak 83 Irama Maut Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama