Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 1

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 1


https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Menebus Dosa
(Lanjutan BUKU HITAM)
MARGA RAYA
JAWA BARAT
Saduran, OPA
Penerbit ?MARGA RAYA" Cabang Cimahi \
MENEBUS DOSA
Lanjutan BUKU HITAM
Buku sumbangan : Anelinda-store.com
Scan & djvu : Dewi KZ & Aditya Indrajaya
Rewriter, editor & pdf : Mukhdan
PEMBUKAAN
DALAM cerita BUKU HITAM bagian terakhir, dikisahkan tentang Sim Lok, yang
memasuki istana Thian-mo kiong. Setelah mengalami berbagai kejadian luar biasa, dalam
suatu pertempuran sengit dengan Thian-mo Kiongcu, ia telah dikalahkan dan diikat di atas
kuda, lantas dikaburkan.
Dalam penderitaannya itu Sim Lok telah berjumpa dengan seorang wanita muda
berparas buruk, dari wanita tersebut ia mendapat pelajaran ilmu silat yang hanya terdiri
dari empat jurus tipu pukulan dan ilmu mengelakkan diri dari serangan musuh.
Kemudian ia kembali lagi ke Thian-mo-kiong, hendak menuntut balas.
Untuk kedua kalinya ia bertempur dengan Thian-mo Kiongcu, ternyata ilmu silat
mereka berdua berasal dari satu guru. Tapi Sim Lok yang belajar ilmu silat itu hanya baru
beberapa hari saja, sudah tentu kalah mahir, hingga akhirnya kalah lagi..................
TUBUH Sim Lok yang terpental oleh serangan Thian-mo Kiongcu, segera disambut
oleh Yu Khim Cu, yang memang sudah menduga kalau anak muda itu akan dikalahkan oleh
lawannya,
Dan setelah berhasil menolong pemuda itu, Yu Khim Cu mengajaknya kabur.
Setelah anak muda itu dibawa pergi, para pengawal Thian-mo kiong baru
menghampiri Kiongcunya, salah satu diantaranya lantas berkata, "Kiongcu, mengapa ilmu
silat pemuda itu ada kesamaan dengan ilmu silat Kiongcu?"
"Inilah yang membuatku heran, marilah kita pulang, dan segera keluarkan perintah
tarik pulang 36 Im-yang ciu yang melakukan tugas di dunia kangouw, beserta 13 Tek seng
ciu dan 4 Im-san-Iie." Thian-mo Kiongcu memberi perintah kepada para 'menterinya'.
"Apa semua anak-anak murid ini juga ditarik kembali ke istana?"
"Ya, mereka harus menunggu perintah, dalam waktu sepuluh hari, harus balik ke
rimba Kui-ong-lim."
Giok-hui menjawab "Baik!"
Thian-mo Kiongcu bersama-sama anak buahnya, menuju ke istananya.
Kita kembali kepada Yu Khim Cu dan Sim Lok, setelah tiba di tempat yang aman,
Yu Khim Cu lalu mengeluarkan sebutir pil untuk menyembuhkan luka Sim Lok.
Ketika Sim Lok sadar, wajahnya lantas berubah, kemudian ia berkata, "Adik Cu,
apa kau yang menolongku?" Melihat Sim Lok sudah sadar, hati Yu Khim Cu merasa lega.
Atas pertanyaan itu, ia lantas menyahut sambil anggukkan kepala dan mengucurkan air
mata, "Ya, aku yang menolong dirimu............. apa kau tak mendapat gangguan apaapa?".
"Tidak nyana aku kalah lagi ditangannya, baiklah, nanti aku akan mencarinya lagi!"
Sehabis berkata, ia sudah lompat kabur.
"Engko Lok, dengar kataku!" seru Yu Khim Cu yang segera lompat melesat untuk
menghalangi maksud Sim Lok, Sim lok terkejut, lalu bertanya, "Ada apa kau mengejarku?'https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau kau pergi sekarang, bukankah hasilnya akan serupa saja?" Mendengar
perkataan itu, hati Sim Lok lantas lemas. Ia berkata sambil kertak gigi, "Tapi, apakah sakit
hati ini tidak perlu dibalas...............? Oh, ya, adik Cu bagaimana kau tahu aku berada di
istana Thian-mo kiong?"
"Dalam kalangan kangouw tersiar berita, bahwa kau mati ditangan Thian-mo
Kiongcu, maka aku datang kepadanya untuk membuat perhitungan!"
"Terima kasih atas kebaikanmu, aku Sim Lok kalau tidak mampu menuntut balas
sakit hati ini, aku bersumpah tidak mau jadi orang lagi!"
Selagi Yu Khim Cu hendak menjawab, tiba-tiba di belakangnya terdengar orang
berkata, "Tidak menuntut balas, bukankah kau masih tetap hidup?"
Sim Lok berpaling, seketika itu bukan kepalang rasa kagetnya, karena orang yang
mengeluarkan perkataan itu, ternyata adalah itu orang tua berambut putih yang pernah
dilihatnya beberapa hari berselang.
Ia segera memberi hormat dan bertanya, "Locianpwee orang gagah dari mana,
sudilah kiranya memberitahukan namamu yang mulia?"
Orang tua itu tertawa terbahak-bahak lalu berkata, "Tuan harus segera pulang ke
In-bu-nia, In-san-pay mungkin akan terjadi perubahan besar!"
Bukan kepalang kagetnya Sim Lok setelah mendengar keterangan itu, tanyanya
dengan cemas, "Akan ada perubahan apakah sebenarnya?"
"Kalau kau nanti sudah pulang akan mengetahui sendiri."
Selagi hendak bertanya, orang tua itu ternyata sudah menghilang.
Terhadap datangnya berita yang tidak terduga-duga ini, Sim Lok merasa kaget dan
terheran heran, ia lalu berkata kepada Yu Khim Cu, "Mari kita pergi!"
Yu Khim Cu anggukan kepala, In-Cie-houw tiba-tiba bertanya kepada Lim Lok, "Sim
siaohiap, aku ingin tanya padamu suatu urusan?"
, "Apakah kau In-cie-houw cianpwee yang namanya sangat terkenal di dunia Kangouw itu?"
"Benar!"
"Ada urusan apa bicarakan terus terang, tidak usah merendah."
"Urusan ini mengenai kematian saudaraku Heng-heng Sie-seng, suami isteri kala
itu, apakah Sim siaohiap menyaksikan sendiri keadaan kematian ensoku, Koan tiong Liemo?"
"Ya, kala itu aku belum tahu bahwa Koan-tiong Lie-mo itu adalah isterinya Hengheng Sie-seng, malah menganggap Koan-tiong Lie-mo dibinasakan oleh Heng-heng Sieseng."
"Apa ada yang menunjukkan keadaan yang agak luar biasa pada mayat itu?"
"Tentang ini kala itu aku tidak ambil perhatian, menurut dugaanmu, apakah sang
lawan menginginkan mutiara Thian-Iiong Sin-cu sehingga turun tangan kejam padanya?"
"Benar, mutiara Thian-liong Sin-cu benar berada ditangan saudaraku Heng-heng
Sie-seng sudah beberapa puluh tahun lamanya, maka orang yang turun tangan itu pasti ada
hubungan baik dengan saudaraku."
"Ini memang beralasan,"
"Apakah jenazah enso itu kamu yang kubur?"
"Benar."
In-cie Houw kerutkan keningnya, beberapa kali nampaknya hendak membuka
mulut, tapi selalu diurungkan, akhirnja ia berkata, "Mari kita jalan."
Hari kedua, tiga orang itu sudah tiba di In-bu-nia. Kedatangan mereka itu lantas
dicegat oleh anak murid In-san-pay.
"Entah samwie hendak mencari siapa?" mereka bertanya.
Anak murid In-san-pay yang ditugaskan itu barangkali belum kenal Sim Lok, hingga
bertanya demikian.
"Tolong sampaikan kepada Ciangbunjin, katakan bahwa Sim Lok sudah
pulang........." kata Sim Lok.
"Oh kiranya adalah Sim siaohiap, mari ikut aku."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ketika empat orang itu tiba diluar Ceng-thian-koan, dari dalam kuil terdengar suara
Kow-tok-cu yang menegur, "Siapa itu?"
"Hunjuk beritahu kepada Ciangbunjin, aku yang rendah adalah Sim Lok............"
Sim Lok lebih dulu menyahut.
"Sim Lok.........?"
Suara Kow-tok-cu menunjukan perasaan kagetnya, dan seketika itu juga dari dalam
kuil nampak lari keluar tiga orang, yang bukan lain Kow-tok-cu, Lo-kie dan Gin-hui.
Memang benar Kow-tok-cu nampak sangat terkejut, ketika melihat Sim Lok nampak berdiri
di depannya, maka lalu berseru, "Benar saja kamu!"
Lo Kie juga sangat terperanjat, tegurnya, "Benar kamu!"
Sim Lok mengerti mereka tentunya mengira ia sendiri sudah binasa di dalam istana
Thian-mo-kiong, maka ia lantas menjawab sambil tersenyum.
"Benar, aku adalah Sim Lok."
"Orang yang 'baik hati selalu dilindungi oleh Tuhan, haha, mari masuk! mari
masuk!" kata Kow tok-cu sambil tertawa terbahak bahak. Tatkala matanya melihat Yu
Khim Cu dan In-cie houw, nampaknya terkejut.
"Tidak nyana jiwie juga mengunjungi gunung yang sepi ini, atas kelalaian Kow-tokcu yang menyambut agak terlambat, harap supaya jiwie suka maafkan." katanya kepada
dua tamunya.
"Dulu, di dalam perjalanan Oey San, karena sambutanku yang kurang cukup, maka
ciangbunjin sudah melupakan kita, bukankah begitu?"
"Ah, mana aku berpikir demikian. Mari masuk!"
Mereka lalu beramai ramai masuk ke dalam pendopo, ketika Sim Lok berjalan di
depan Gin-hui, ia mendengar suara nona itu memanggilnya.
"Engko Lok........."
Sim Lok berpaling, lantas melihat Gin-bui dengan airmata berlinang-linang
mengawasinya,
"Ada urusan apa?"
"Aku telab menyusahkanmu."
Hati Sim Lok merasa bergetar ketika mendengar ucapan Gin-hui yang
mengunjukkan rasa hatinya.
"Apa kau sudah lupa perkataan kita, semoga hati kita berdua selalu terikat?"
Dialok itu seolah olah merupakan sepasang kekasih yang telah kembali, setelah
mengalami banyak penderitaan.
Gin-hui memang seorang gadis cantik manis, kini dalam keadaan mandi airmata,
nampak bagaikan bunga mawar yang habis ditimpa hujan.
Sambil bersenyum Gin-hui berkata, "Kalau bukan karena aku, apa kamu akan
mengalami nasib seperti hari ini?"
Mereka berdua saling berpandangan dan tertawa, kecuali mengunjukkan perhatian
masing-masing, juga menandakan rasa cinta mereka yang sangat besar.
Mendadak terdengar suara orang tertawa dingin, suara itu ternyata keluar dari
mulut Yu Khim Cu, yang saat itu sudah berjalan masuk ke dalam kuil dengan paras
mengandung maksud jahat.
Lo Kie yang berdiri di samping dapat menyaksikan itu semua dengan jelas, diam-diam
mendapat firasat tidak baik, sebab Yu Khim Cu seorang gadis berhati cupat, jangan-jangan
bisa menimbulkan kegaduhan.
Sim Lok juga sudah dapat merasakan itu, hingga wajahnya berubah, Gin hui
seorang gadis cerdik, sudah tentu dapat melihat semua perubahan itu, maka ia lantas
bertanya, "Siapakah dia?"
Atas pertanyaan itu, Sim Lok merasa sulit untuk menjawab, sambil tertawa getir
Gin hui bertanya pula, "Kekasih?"
"Oh............"
"Ia cemburu?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Aih, Gui-hui memang gadis bernasib malang, dalam hidupku ini entah mengalami
berapa banyak sengsara, tapi kau perlakukan diriku begitu baik, entah bagaimana aku
harus membalas budimu harap kau suka maafkan aku............" kata Gin-hui dengan paras
sedih, lalu menghela napas dalam-dalam.
Sim Lok juga menghela napas, tiba-tiba ia bertanya, "Aku ingin tanya kau satu hal,
apakah kamu membunuh Heng-chio Yauw-mo?"
"Tidak!"
"Tapi dalam perjalananku ke istana Thian-mo-kiong, kenapa tidak melihat dirinya"!
"Hari itu aku hanya suruh ia kabur, ia sudah meninggalkan Thian-mo kauw."
Sim Lok anggukan kepala dan berkata, "Kalau begitu mari kita masuk!" Keduanya
lalu berjalan berendeng masuk ke dalam kuil Ceng-thian-koan.
Setelah semua orang berkumpul, Sim Lok lalu bertanya, "Ciangbunjin, kabarnya
dalam partai kita terjadi suatu perubahan?" Kow-tok-cu terperanjat. "Bagaimana kau
tahu?"
"Ada orang memberitahukan padaku tapi apa yang akan terjadi, aku tidak tahu."
Kow-tok-cu mengeluarkan sepucuk surat, diberikan kepada Sim Lok.
"Bacalah surat ini, kamu nanti mengerti sendiri."
Selagi Sim Lok hendak membaca surat mendadak Gin-hui bangkit dari tempat
duduknya dan berkata, "Ciangbunjin badanku terasa kurang enak aku akan mengaso dalu."
Tiba-tiba Yu Khim Cu menyeletuk sambil tertawa.
"Kenapa? Apa hati nona sakit?"
MENDENGAR pertanyaan yang mengandung sindiran itu, paras Gin-hui berubah
seketika. Ia coba tenangkan pikiranya, lalu menjawab sambil tersenyum, "Sekali kali
tidak, kalian teruskanlah." Sehabis berkata ia lalu berjalan keluar. Yu Khim Cu mengawasi
sambil tertawa dingin.
"Ia benar-benar seorang gadis sangat cantik jelita..........."demikian ia berkata.
Sim Lok tidak berkata apa-apa. Ia membuka surat Kow-tok cu. Surat itu berbunyi,
Kow-tok-cu Jih,
Lama tidak bertemu, apa kau baik? Partai kita tadi malam mendadak kecurian dua
jilid kitab, dua murid yang menjaga ranggon penyimpan kitab itu telah ditemukan dalam
keadaan tidak bernyawa. Setelah kita periksa, kitab yang hilang ternyata kitab
peninggalan Jie Bun Kie.
Ciangbunjin tentunya masih ingat pertempuran di In-bu-nia 18 tahun berselang,
partaimu telah kehilangan seratus jiwa lebih, jika Ciangbunjin tidak suruh orang
kembalikan dua jilid kitab tersebut, maka partai kita dalam waktu lima hari ini, pasti akan
mengirim seratus anak murid kita yang terpilih, untuk minta pelajaran ke gunung In-bunia. Jaga baik-baik hari itu,
Harap Ciangbunjin pikir baik-baik, jikalau tidak Ciangbunjin nanti akan menyesal
setelah terlambat.
Kirim salam, Tertanda, Jin Cok Ceng, Ketua Pek-san-pay,
Sehabis membaca surat itu wajah Sim Lok berubah, katanya sambil kertak gigi,
"Pek-san-pay sesungguhnya terlalu tidak pandang mata kepada In-san-pay,
demikian berani dan terus terang mengirim surat tantangan, aku ingin lihat, apakah Jin
Cok Ceng itu mempunyai kepandaian yang istimewa?"
"Apa itu surat yang ditulis oleh Jin Cok Ceng?" tanya Yu Khim Cu,
"Benar!"
"Oh kiranya lantaran itu." kata Yu Khim Cu, kemudian ia mengeluarkan dua jilid
kitab diserahkan kepada Kow-tok-cu seraya berkata, "Ciangbunjin, dua jilid kitabmu yang
hilang, kini sudah kuambilkan kembali untukmu harap kau terima dengan baik."
"Kiranya perbuatanmu............"
"Kenapa, apa kamu tidak senang?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Berterima kasih saja rasanya belum cukup, bagaimana tidak senang?" kata Sim Lok
dan kemudian berkata kepada Kow-tok-cu dan lain-lainnya,
"Sebaiknya kita turun tangan lebih dulu, besok kita segera berangkat ke gunung
Pek-san, supaya Jin Cok Ceng tahu bahwa In-san-pay tidak dapat dihina begitu saja,"
"Aku juga akan turut!" kata Lo Kie.
Karena saat itu hari sudah malam, maka Kow-tok-cu perintahkan dua kacungnya
mengantar para tamunya ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Yu Khim Cu yang berjalan keluar bersama Sim Lok, mendadak ajukan pertanyaan kepala
pemuda itu, "Sim Lok aku akan bertanya kepadamu!"
"Ada urusan apa?"
Lo Kie dapat melihat perubahan muka Yu Khim Cu menunjukan sikap yang
mengandung maksud tidak baik
Yu Khim Cu berkata pula dengan nada suara dingin, "Nona itu tadi pernah apa dengan
kau?"
Pertanyaan itu membuat Sim Lok tercengang lama baru bisa menjawab, "Ini............
ini...... ....."
"Apa ini itu, apa dia kekasihmu?"
"Adik Cu dengar dulu.................."
"Benar, aku memang sedang mendengar ucapanmu".
"Aku tidak menyangkal bahwa aku cinta padanya..............."
"Kalau bugitu kau sengaja hendak permainkan aku?"
Perkataan itu diucapkan dengan tenang dan wajar, tapi mengandung maksud
dalam. Wajah Sim Lok lantas berubah.
"Adik Cu, aku Sim Lok sedikitpun tidak ada maksud seperti itu, aku hanya
mengharap supaya kamu mengerti keadaanku, Gin-bui pernah menolong jiwaku maka aku
merasa berhutang budi padanya.................."
"Apa lantaran hutang budi, maka kamu cinta padanya?"
"Bukan semuanya begitu."'
"Nah apa lagi?"
Sim Lok tahu keadaan menjadi runyam, tapi terhadap pertanyaan ini ia tidak tahu
bagaimana harus menjawab.
Berkata pula Yu Khim Cu dengan nada menyeramkan, "Tidak apa, Sim Lok sekarang kau
jawablah pertanyaanku, di dalam hatimu sebenarnya cinta dia ataukah aku?"
Pertanyaan itu sesungguhnya sulit bagi Sim-Lok untuk menjawabnya, ia juga tidak
menduga kalau Yu Khim Cu akan mengajukan pertanyaan demikian.
Ia mencintai Gin-hui, karena ia menganggap Gin-hui sudah terlalu banyak berkorban
untuknya, dan kini ia sudah tiada tempat untuk menumpangkan diri, bagaimana mungkin
ia tega hati meninggalkannya?
Sebaliknya dengan Yu Khim Cu, gadis itu mencintainya sejak masih anak-anak, bagaimana
Sim Lok dapat mengelabuinya.
Selagi masih berpikir keras, untuk memecahkan persoalan itu, Yu Khim Cu sudah bertanya


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi.
"Kamu merasa sulit untuk menjawab pertandaanku bukan?"
"Ya, sulit bagiku untuk menjawab pertanyaanmu ini!"
Sehabis berkata ia bersama In-cie-houw berjalan mengikuti kacung yang mengantar
mereka ke kamar.
Tidak jauh dari kuil Ceng-thian-koan, ada dua buah bangunan, itu adalah bangunan
rumah yang diperuntukan bagi para tamu. Bangunan sebelah kiri untuk kaum pria,
sedangkan untuk kaum wanita di sebelah kanan. Malam itu keadaan sunyi senyap,
rembulan memancarkan sinarnya yang terang benderang, bukit In-bu nia nampak seperti
patung raksasa yang angker, memandangi seluruh jagat yang diterangi oleh sinar perak.
Dalam keadaan sunyi itu, tiba-tiba nampak sesosok bayangan orang berlari menuju
ke bangunan sebelah kanan, bayangan itu bukan lain Yu Khim Cu. Ia seorang gadis berhatihttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
cupat, dalam hatinya tidak mengizinkan wanita lain mencintai Sim Lok, dan ia malam itu
hendak menemui dan berbicara empat mata dengan Gin-hui.
Tiba di depan jendela Gin-hui, ia segera mendengar teguran Gin-hui, "Siapa?"
"Aku, nona Gin-hui, ada urusan sedikit yang ingin aku bicarakan denganmu!"
Gin-hui membuka pintu, ia segera melihat Yu Khim Cu, parasnya berubah seketika
kemudian bertanya dengan nada suara dingin, "Begini malam nona datang, entah ada
urusan apa?"
Gin-hui seorang gadis cerdik, sudah tentu dapat menebak isi hati Ya Khim Cu.
"Aku ingin tanya padamu, apa nona mencintai Sim Lok?" Yu Khim Cu bertanya
tanpa tedeng aling-aling.
"Dugaanmu tepat."'
"Tapi, apa Sim Lok mencintaimu?"
"Aku yakin ia juga mencintai aku!"
"Mencintaimu? Hm! kuberitahukan padamu, Sim Lok hanya kasihan kepadamu maka
baru mencintaimu........................"
"Apa ucapan itu keluar dari mulutnya, tapi apa bedanya? Tahukah kau, bahwa aku
juga mencintainya."
"Aku sudah dapat melihat itu."
"Kalau begitu, kau tidak boleh mencintai Sim Lok lagi............"
Gin-hui tertawa terbahak-bahak.
"Apa cinta itu bisa dipaksa oleh kekuatan manusia?"
"Tapi, aku memaksamu, jika kau berani mencintai Sim Lok, mungkin aku bisa
membunuhmu!"
Oleh karena tidak ingin Gin-hui mencintai Sim Lok, Yu Khim Cu telah mengeluarkan
ancaman itu. Ini benar-benar menyinggung perasaan Gin-bui, maka seketika itu parasnya
lantas berubah, sambil tertawa dingin ia berkata, "Ketahuilah olehmu, aku juga
mencintainya!"
Paras Yu Khim Cu menjadi merah padam, katanya sambil tertawa dingin, "Apa
kamu pantas menjadi kekasihnya?"
"Mengapa tidak pantas?"
"Kau jangan lupa bahwa kamu adalah orang Thian-mo-kiong, apa Thian-mo-kiong
masih ada orang-orang baik?"
Oleh karena cinta, Yu Khim Cu telah mengeluarkan perkataan yang menyakiti hati
orang, ini benar-benar keterlaluan. Tapi, ia toh lakukan itu, Ia tidak memikirkan bahwa
Gin-hui saat itu masih terluka lahir dan bathinnya, bagaimana ia sanggup menerima hinaan
itu?"
Hati Gin-hui yang sudah hancur luluh, ketika mendengar perkataan itu semakin remuk,
hingga menggigil sekujur badannya.
Sambil tertawa sinis ia berkata, "Ya, aku seorang yang pernah disia-siakan.....juga pernah
menderita, Sim Lok seorang pemuda yang baik, hanya kau yang pantas......" ia tak
sanggup melanjutkan perkataannya, air matanya mengalir turun.
"Kalau kau sudah tahu tidak pantas menjadi kekasihnya, pergi saja dari sini!" kata
Yu Khim Cu.
"Ya memang aku harus pergi, semoga kalian bisa hidup bahagia."
Sehabis berkata, ia bergerak menuju keluar. Yu Khim Cu masih belum puas, ia ingin
melampiaskan kemarahannya pada gadis yang sudah hancur luluh hatinya itu.
Katanya dengan suara dingin, "Aku kira kamu seorang yang tak tahu malu..."
"Apa?" paras Gin-hui mendadak berubah "Yu Khim Cu, kau jangan berbuat
keterlaluan."
"Kenapa? Apa kamu ingin berkelahi?
"Benar, apabila kamu berbuat keterlaluan."
"Kuberitahukan padamu, kepandaianmu masih bukan tandinganku!"
Itu memang benar, tapi Yu Khim Cu terang hendak membakar hati Gin-hui, supaya
turun tangan kepadanya, supaya ia dapat melampiaskan kemendongkolannya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Yu Khim Cu, aku Gin-hui bukan seorang yang takut mati, kamu bukan saja sudah
memandang rendah diriku, menghina, tapi juga membakar hatiku supaya turun tangan
terhadapmu."
"Bagus, Gin-hui hari ini sekalipun akan binasa di bukit In-bu-nia ini, juga akan
melayani kamu yang menganggap diri sendiri sebagai seorang kosen tanpa tandingan."
Gin-hui nampaknya sudah benar-benar marah di wajahnya yang cantik nampak
tegas napsu membunuh, tanpa pikir apa akibatnya ia maju mendekati Yu Khim Cu.
"Apa kamu benar-benar hendak cari mampus?" kata Yu Khim Cu dingin.
"Ya, aku justru ingin mati." Sehabis berkata, ia melancarkan serangan lebih dulu
dengan semua sisa kekuatannya.
Itu memang yang diharapkan oleh Yu Khim Cu, dengan lincahnya ia elakkan
serangan Gin-hui, kemudian balas menyerang. Gin-hui penasaran, ia maju lagi, sebentar
saja sudah melancarkan empat kali serangan.
Yu Khim Cu membiarkan dirinya dicecar, kemudian dengan tiba-tiba ia keluarkan
bentakan keras, kemudian dirubah serangannya, mengarah bagian terpenting badan Ginhui. Satu serangan mengenai dengan telak, hingga Gin-hui mundur sempoyongan, darah
segar menyembur dari mulutnya. Walaupun demikian, Yu Khim Cu masih belum hentikan
serangan, selagi hendak melantjutkan serangannya yang mematikan, tiba-tiba terdengar
suara bentakan, "Nona Yu, tindakanmu terlalu kejam."
Berbareng dengan itu, satu kekuatan tenaga dalam meluncur keluar, menyambut
serangan tangan yang dilancarkan oleh Yu Khim Cu. Yu Khim Cu melompat mundur, saat
itu ia dapat melihat Lo Kie telah berdiri di situ. Panas hati Yu Kim Cu masih belum juga
padam, bentaknya dengan suara keras, "Ini adalah urusan kita, siapa suruh kau campur
tangan?"
"Nona Yu, perbuatanmu itu sesungguhnya keterlaluan karena cinta, kau telah
menyakiti hati seorang gadis, yang memang telah terluka, apa kau tega..........."
Belum habis ucapan Lo Kie, sesosok bayangangan orang melayang turun ke dalam kamar,
ketika ketiga orang itu mengetahui siapa orang itu, wajah mereka berubah semua.
Orang yang baru datang itu bukan lain Sim Lok.
Sim Lok mengawasi semua orang yang ada di situ, segera melihat wajah Gin-Hui
yang pucat pasi, mulutnya mengeluarkan darah, maka lantas bertanya dengan terheranheran, "Kau kenapa?"
Gin-hui sedih sekali, air matanya mengalir bercucuran, tapi ia masih mencoba
menutupinya, katanya, "Tidak apa-apa, Nona Yu kelepasan tangan melukai diriku."
Lo Kie yang menyaksikan semua kejadian, ketika mendengar perkataan itu hatinya
merasa pilu, sifat baik dan jiwa besar Gin-hui sesungguhnya sangat mengharukan.
Tapi Yu Khim Cu lantas menyeletuk, dengan sikap menghina.
"Tidak tahu malu, tidak mampu melawan, masih kata kelepasan tangan!"
"Apa, kau yang melukainya?" tanya Sim Lok dengan suara keras,
"Benar, aku benci padanya!"
"Apakah benar katanya?"
Wajah Sim Lok berubah seketika, ia adalah seorang yang cerdik, sudah tentu
mengerti apa sebabnya. Dengan muka merah padam ia bertanya kepada Lo Kie, "Saudara
Cee, apa sebenarnya yang terjadi?"
"Nona Yu melukai hatinya," jawab Lo Kie.
Yu Khim Cu ketika melihat Sim Lok membela Gin-hui, hatinya semakin panas,
sambil kertak gigi ia berkata, "Benar, aku memakinya tidak tahu malu, ia tidak pantas
mendapat cintamu."
"Apa katamu?" Sim Lok gusar, ia maju dan berdiri di depan Yu Khim Cu, dengan
muka masih tetap merah padam ia berkata "Benarkah kau berkata demikian?"
"Benar, seorang budak rendah dari Thian Mo Kiong tak ada harganya untuk kau
cintai demikian rupa......"
"Yu Khim Cu, tidak nyana kamu sedemikian kejam, apa gunanya kamu hidup?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Dalam gusarnya yang sudah memucak, Sim Lok sudah menyerang dengan
menggunakan gerak tipunya, yang dinamakan dewa menangis setan merintih.
MELIHAT Sim Lok benar-benar sudah marah, hati Yu Khim Cu bergidik, katanya
dengan suara lunak "Engko Lok, karena aku mencintaimu..... "
"Cinta aku?" lni bukan cinta, melainkan menyusahkan diriku, aku lebih baik tidak
mempunyai isteri daripada mengawini kau seorang perempuan serupa ini..,,....."
Sehabis berkata, ia kembali melakukan serangan. Tiba-tiba suatu pikiran, terlintas
dalam otaknya, serangannya ditarik kembali dan ia lompat mundur beberapa langkah,
perubahan sikap Sim Lok ini membuat heran semua orang.
"Yu Khim Cu, aku tidak akan melukaimu, pergilah dari sini!"
Perubahan Sim Lok ini diluar dugaan Yu Khim Cu, tapi juga sebaliknya ini juga
merupakan suatu bukti betapa besar cinta Sim Lok terhadap Gin-hui. Paras Yu Khim Cu
segera berubah, ia bertanya dengan sikap dingin, "Apa? kamu mengusir aku dari sini?"
"Benar, kau seorang perempuan rendah, aku sudah tidak ingin lagi melihatmu."
"Sim Lok, apa aku berdosa terhadapmul"
"Kamu telah melukai hati seorang gadis."
"Kalau begitu, apa kamu tahu bahwa dengan perbuatanmu ini melukai hatiku?"
"Sekarang aku lebih suka melukai hatimu, karena kelakuanmu tidak patut
mendapat pujian!" kemudian ia menghardik, "lekas enyah dari sini!"
"O jikalau aku tidak mau!"
"Aku akan usir dengan kekerasan,"
"Kalau begitu kamu boleh coba."
"Apa benar kamu tidak mau pergi?"
"Tidak." Belum tutup mulut Yu Khim Cu. Sim Lok sudah melancarkan serangannya
lagi. Tiba-tiba terdengar suara Gin-hui, "Berhenti!" Mendengar suara Gin-hui, Sim Lok
tarik kembali serangannya. Dengan tindakan perlahan Gin-hui menghampiri Sim Lok seraya
berkata, "Engko Lok, sudahlah, lantaran cintanya kepadamu, ia berbuat demikian, kau
jangan melukainya, sebenarnya sudah waktunya aku harus pergi."
"Apa, kau hendak pergi?"
"Ya, aku hendak pergi, tempat ini bukan tempat yang cocok buatku tinggal
selamanya ........."
"Tapi kemana kamu hendak pergi?"
"Di puncak gunung atau di ujung pantai, di mana saja aku bisa hidup dengan bebas,
jika aku tidak mati dikemudian hari kita bisa berjumpa lagi." Ia unjukkan senyum yang
manis, lalu berkata, "Cinta dan budi kebaikanmu, akan kuingat untuk selama-lamanya,
Engko Lok, kita berjumpa lagi sampai dilain waktu, harap jaga dirimu baik-baik."
Setelah itu perlahan-lahan ia meninggalkan kamarnya.
Sim Lok berseru, "Tidak, kau tidak boleh pergi, apalagi lukamu belum sembuh!"
"Luka sedikit ini tidak ada artinya aku masih sanggup tahan, harap jangan kau buat
pikiran."
Pilu hati Sim Lok hampir mengeluarkan air mata. Tidak sulit baginya untuk
menduga bahwa Gin-hui mendadak hendak pergi, sudah tentu gara-gara Yu Khim Cu.
Dengan mata mendelu ia mengawasi berlalunya Gin-hui yang perlahan-lahan menghilang di
tempat gelap. Untuk sesaat, ia seperti kehilangan apa-apa, yang tidak akan diketemukan
lagi. Ia menghela napas panjang lalu berkata kepada Yu Khim Cu, "Yu Khim Cu mengapa
kau harus menyakiti hati kita?"
Yu Khim Cu tidak menjawab ia cuma tertawa dingin kemudian pergi.........
Sim Lok tidak menghalanginya, saat itu ia benar-benar sangat sedih terutama karena sepak
terjang Yu Khim Cu yang sangat keterlaluan yang telah melukai hati seorang gadis yang
sangat baik. Setelah dua wanita itu berlalu, Lo Kie yang sejak tadi berdiri di samping,
lantas berkata sambil tertawa getir, "Biar saja mereka pergi dikemudian hari mereka
tentu akan mengerti sendiri, bahwa cinta yang sebenarnya timbul dari saling pengertian
dan saling perhatian keadaan satu sama lain.................."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya, tapi Gin-hui.. ............"
"Ia mempunyai cukup keberanian dan ketabahan untuk hidup, tentang ini kamu tak
usah khawatir."
Selagi Sim Lok hendak menjawab, dari dalam kuil tiba-tiba keluar Kow-tok-cu, yang
segera menegur "Apa yang telah terjadi di sini barusan?"
"Tidak apa-apa, Ciangbunjin, hanya sedikit salah faham tapi semua itu sudah
berlalu" jawab Lo Kie.
"Sim siaohiap, barusan menurut laporan penjaga, katanya ada beberapa puluh
bayangan orang sedang berlari menuju kearah In-bu-nia."
"Oh! siapa?"
"Entahlah............"
Tiba-tiba terdengar suara orang yang menyahut, "Aku tahu siapa orangnya!" Sim
Lok, Kow-tok-cu dan Lo Kie terkejut mendengar suara itu, masing-masing lantas berpaling
dan segera dapat melihat di belakang mereka ada berdiri seorang laki-laki tua berambut
dan berjenggot putih, ternyata itu adalah orang tua yang pernah berjumpa dengan Sim Lok
di rimba Kui-ong lim. Sim Lok lalu maju memberi hormat dan berkata, "Kiranya
Locianpwee yang datang, harap maafkan kelambatan boanpwee datang menyambut, entah
siapa orangnya yang datang itu ?"
"Dia adalah ciangbunjin Pek-san-pay Jim Cok Ceng bersama anak buahnya." jawab
orang tua itu sambil tertawa terbahak-bahak.
"Apa?" Sim Lok berseru kaget,
"Apa kalian tidak percaya?"
"Agaknya tidak mungkin........."
"Apa lantaran kemarin ia baru mengirim surat tantangan ?"
"Ya."
"Itulah, Jim Cok Ceng justru ingin supaya kalian tidak keburu siap sedia, l?lu
melakukan serangan mendadak, ia ingin supaya sekaligus dapat menumpas partai In-sanpay."
Mendengar perkataan itu, Sim Lok tertawa bergelak-gelak, setelah puas tertawa,
baru berkata "Kiranya Jim Cok Ceng mempunyai maksud begitu kejam, ingin menumpas Insan pay, aku ingin lihat, sampai dimana kekuatan Jim Cok Ceng?"
Tanpa menunggu jawaban lagi, ia lantas berlari turun bukit. Di tengah jalan, ia
sudah mendengar suara saling bentak, setelah melihat apa yang telah terjadi, wajahnya
berubah seketika. Ternyata dari tempat tidak jauh, ada beberapa puluh orang berlari
mendatangi. Sementara itu, laki-laki tua rambut putih itu, Kow tok-cu dan Lo Kie, juga
sudah menyusul dan berdiri di samping Sim Lok.
Kow-tok-cu lantas berkata sambil tertawa terbahak-bahak, "Jim ciangbunjin, tidak nyana
kau demikian cepat, malam-malam buta telah berkunjung ke gunung yang sepi ini, atas
kelambatan Kow-tok-cu datang menyambut terlebih dulu aku haturkan maaf,"
Orang-orang yang baru tiba itu kira-kira berjumlah 30 jiwa, satu diantaranya,
seorang tua berpakaian warna merah, dengan tangan membawa ruyung besi yang
bertindak sebagai pemimpin, dia itulah Jim Cok Ceng.
"Kow tok-cu, kau tentunya tidak menduga kalau malam ini kita tiba di sini?" kata
orang tua berpakaian merah itu.
"Benar, tentang ini sebetulnya diluar dugaanku........."
"Mengutus orang mencuri dua jilid kitab dan membunuh mati anak buah kita,
apakah itu semua perbuatanmu Kow-tok cu?"
Sebelum Kow-tok-cu menjawab, Sim Lok sudah maju di depan orang tua itu, ia
berkata dengan nada suara dingin, "Kalau ya bagaimana? Kalau tidak bagaimana lagi?"
Sambil delikkan matanya Jim Cok Ceng menyahut "Poei! kau manusia apa, berani
berkata demikian terhadap aku"'
"Mengapa tidak berani"
"Anak haram, lekas enyah dari sini!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Secara pengecut, Jim Cok Ceng lalu menyerang Sim Lok secara tiba-tiba tanpa
memberi peringatan lebih dulu. Sim Lok menghardik, tangan kanannya membacok,
menangkis serangan orang she Jim itu. Keduanya nampak mundur tiga langkah. Wajah Jim
Cok Ceng berubah nampaknya sangat terheran-heran mungkin ia tidak percaya, bahwa
anak muda itu sanggup menyambut serangannya. Setelah tenangkan hatinya, ia bertanya
dengan nada suara dingin, "Ciangbunjin, bocah ini........."
"Dia adalah Ciangbunjin partai kita," Kow tok-cu segera memotong dengan nada
suara dingin juga.
"Apa?" Jim Cok Ceng terperanjat, lalu tertawa terbahak-bahak, "sejak kapan Insan-pay mengganti ketuanya? Tapi, baiklah, bocah, aku akan anggap kau sebagai
Ciangbunjin In-san-pay, apabila pengakuan yang aku sebutkan tadi adalah perbuatan
partaimu, aku percaya kalian tentunya sudah membaca isi surat yang aku kirim kepadamu
itu."
"Kau ingin supaya In-san-pay ludas di tanganmu? Barangkali tidak mungkin."
"Kalau begitu, kau telah akui bahwa perbuatan itu adalah orang-orangmu yang
melakukan?"
"Tidak salah!"
Jim Cok Ceng tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu, partai kalian harus menyerahkan jiwa dua puluh orang, jika tidak,
partaimu akan ditumpas habis-habisan, sehingga tiada satu orangpun yang tinggal hidup
malam ini juga!"
"Partai kita pernah kehilangan seratus jiwa lebih ditanganmu, malam ini kalian tiga
puluh orang ini, siapapun jangan harap bisa keluar dari gunung In-bu-nia ini dalam keadaan
hidup."
"Tahukah kamu bahwa malam ini merupakan hari kiamat bagi In-san-pay, tapi kau


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih berani omong besar."
"Kalau begitu kita boleh coba." bentak Sim Lok yang segera melancarkan
serangannya. Sementara itu, Kow-tok-cu dan Lo Kie juga sudah siap, hanya orang tua
rambut putih itu yang masih tetap berdiri sambil tersenyum.
Jim Cok Ceng juga sudah ayun ruyung besinya menyerang bagian tengah Sim Lok, sedang
mulutnya lantas berseru kepada orang-orangnya "Saudara-saudara lekas bakar kuil!"
Anak buah Jim Cok Ceng ketika mendengar perintah itu, lantas berlari serabutan ke
kuil. Tapi Kow-tok-cu dan Lo Kie sudah siap dan segera melancarkan serangan masingmasing untuk mencegah orang-orang itu. Sebentar terdengar suara jeritan ngeri, dua di
antara orang-orang Pek-san-pay itu sudah rubuh binasa ditangan Lo Kie. Dua sudah
menggeletak menjadi mayat, tapi yang masih hidup masih tetap bergerak bagaikan orang
kalap.
Saat itu, dari dalam kuil nampak keluar In San Sie-ba (Empat bango dari gunung Insan) bersama anggota partai ln-san pay, selain mereka juga nampak Kho Pek Jie dan Incie-houw. Mari kita lihat Sim Lok yang sedang bertempur sengit dengan Jim Cok Ceng.
Mereka bergerak sama-sama cepat dan gesitnya, Jim Cok Ceng yang masih belum
kenal Sim Lok, nampaknya terheran-heran, ia sunguh tidak menyangka bahwa lawan yang
masih sangat muda itu mempunyai kepandaian demikian tinggi.
Diam-diam ia merasa cemas, rencananya yang semula, mungkin akan menemui kegagalan,
karena saat itu ia telah merasakan bahwa kepandaian dan kekuatan Sim Lok ternyata jauh
lebih tinggi dari pada Kouw-tok-cu.
Sim Lok diam-diam rubah tipu silatnya, ia kini menggunakan ilmu silatnya yang baru 'Siesin-chiu' atau 'empat tangan dewa'.
Andai kata di tangan Jim Tok Seng tidak memegang senjata ruyung besi yang panjangnya
kira-kira empat kaki, sehingga membuat Sim Lok tidak bisa mendekat, saat itu mungkin ia
sudah rubuh di tangan Sim Lok.
Dengan perubahan taktik silat Sim Lok, saat itu seperti mempunyai beberapa puluh
pasang tangan, yang bergerak dan mengancam dari berbagai jurusan.
Dilain fihak, di atas gunung In-bu-nia, terdengar jeritan ngeri berulang-ulang........https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lo Kie dalam waktu sekejapan saja sudah berhasil membinasakan tujuh orang Peksan-pay, sedang In-cie-houw juga sudah membinasakan lima orang.
Hanya Kho Pek Jie yang berhadapan dengan dua musuh masih nampak berimbang.
Sim Lok terus mendesak Iawannya, hingga Jim Cok Seng tidak mampu balas menyerang
sama sekali. Ia benar-benar tidak percaya bahwa serangan anak muda itu demikian cepat,
setiap serangannya sangat aneh.
Pada satu saat, tiba-tiba terdengar suara Sim Lok, "Jim Cok Seng, rebahlah............"
Jurus terakhir ilmu silat 'Sie-'sin-chiu' telah dilancarkan, dan benar saja, tubuh Jim Cok
Teng lantas terpental terbang. Sim Lok memburu, dengan satu tangannya ia sambar badan
Jim Cok Ceng, tangan yang lain hendak memukul batok kepala lawannya itu.
Tapi mendadak ia urungkan maksudnya, sambil kertak gigi ia berkata kepada laki-laki tua
rambut putih itu, "Locianpwee, tolong jaga dulu orang ini!" Sehabis berkata, ia lemparkan
tubuh Jim Cok Ceng pada orang tua itu.
Orang tua rambut putih itu tersenyum, ia sambut badan Jim Cok Ceng. Sementara itu,
terdengar pula suara Sim Lok, "Serahkan jiwa kalian..............."
Cuaca malam itu terang benderang dengan sinar rembulan, tapi di atas gunung
yang biasa-nya sunyi sepi itu, malam itu telah terjadi pertumpahan darah besar-besaran.
Lo Kie, Sim Lok dan In-cie-houw, semuanya merupakan orang-kuat kuat kelas satu dalam
rimba persilatan, ini semua ternyata diluar perhitungan Jim Cok Ceng, ia juga tidak
menduga kalau malam itu ia harus berhadapan dengan jago-jago kuat itu.
Suara jeritan ngeri terdengar saling susul, kadang kadang diseling dengan suara bentakanbenatkan keras............"
BEBERAPA jam kemudian, suara itu telah sirap............ Kesunyian kembali
meliputi gunung In-bu-nia bangkai manusia berserakan, darah berceceran di mana-mana.
Orang-orang Pek-san-pay kecuali ketuanya sendiri Jim Cok Ceng, yang lainnya telah binasa
semuanya. Di pihak In-san-pay hanya kehilangan tiga orang saja, sedangkan in-san Sie-ho
hanya mendapat luka yang tiada berarti.
Sim Lok sambil tertawa dingin berjalan menghampiri orang tua rambut putih, dan orang
tua itu lalu menyerahkan Jim Cok Ceng kepada Sim Lok.
Setelah menyambut orang she Jim, Sim Lok berkata, "Biarlah kau lihat sendiri, yang telah
terbasmi habis malam ini adalah orang-orang In-san-pay atau orang-orang Pek-san-pay?"
Ia lalu ulur tangannya, membuka beberapa bagian jalan darah Jim Cok Ceng,
tatkala Jim Cok Ceng mendusin, wajahnya berubah seketika. Sim Lok berkata pula dengan
nada suara dingin, "Ciangbunjin, anak buahmu sebanyak 30 orang, telah binasa di sini
seluruhnya."
Wajah Jim Cok Ceng bagaikan kertas putihnya, tangan kanan Sim Lok diangkat perlahanlahan seraya berkata, "Jim Cok Ceng, dulu, tanpa sebab kau telah melakukan penyerangan
terhadap partai kami, sehingga partai kami kehilangan seratus jiwa anggota partai yang
turut membela partainya, kalau dendam sakit ini tidak dibalas, bagaimana arwah mereka
bisa tentram."
Sehabis berkata, Sim Lok ayun tangannya, menyerang Jim Cok Ceng, tapi mendadak
ia tarik kembali serangannya, sekali lagi ia urungkan maksudnya hendak menghabiskan
jiwa ketua Pek-san-pay.
"Jim Cok Ceng" Sim Lok berkata pula, "Aku telah memutuskan tidak akan
membinasakanmu, kuberitahukan padamu, bukan karena aku takut padamu, juga bukan
karena takut akan pembalasan dari fihakmu, melainkan ingin supaya kamu sadar atas
kesalahanmu. Coba kau pikir dengan tenang, perbuatanmu yang telah melakukan
pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang yang tak berdosa, apakah itu patut? Lagi
pula, jika kau tidak mau bertobat, atau masih merasa penasaran boleh kau bawa anak
buahmu yang terpilih, berapa saja yang bisa dikerahkan untuk datang kemari lagi. Nah,
pergilah!"
Jim Cok Ceng menghela napas panjang dan berkata, "Sudahlah, Jim Cok Ceng masa
ada muka bertemu dengan arwah kawan-kawan yang ada di alam baka?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sehabis berkata demikian, ia lantas angkat tangannya untuk menghajar batok kepalanya
sendiri.
Sesosok bayangan orang tiba-tiba menyambar tangan kanan Jim Cok Ceng, lalu terdengar
suaranya, "Jim ciangbunjin, bagaimana kamu boleh mati begitu saja, dan membiarkan
kedua partai kembali terlibat dalam kancah pertikaian hebat? Sim ciangbunjin sudah tak
mengambil jiwamu, seharusnya kau segera menyesal atas kekeliruanmu, dan dengan mati
secara demikian, apakah itu perbuatan seorang laki-laki?"
Orang yang bicara demikian itu adalah itu orang tua berambut putih. Jim Cok Ceng
mengeluarkan air mata, ia tak dapat menjawab apa-apa, lantas ngeloyor turun gunung.
Saat itu, In-cie-houw tiba-tiba menghampiri Sim Lok dan bertanya padanya, "Sim siaohiap
apakah kau melihat nona Yu Khim Cu?"
Sim Lok terperanjat, lama baru ia menjawab, "Ia sudah pergi."
"Sudah pergi? Kenapa? Mengapa ia tidak memberitahukan padaku?"
Lo Kie segera menyambuti, "Karena tadi telah terjadi sedikit salah faham, maka ia lantas
pergi." In-Cie houw angguk-anggukkan kepala, ia agaknya sudah dapat menduga akan hal
itu, sebab ia sudah melihat bagaimana sikap Yu Khim Cu ketika berjumpa dengan Gin-Hui.
Maka ia lantas ketawa saja, kemudian berkata, "Kalau hanya salah faham saja, toh bisa
didamaikan. Urusan disini telah selesai, aku juga tidak perlu tinggal lama-lama di sini, kini
aku hendak pulang."
Tanpa menunggu jawaban Sim Lok ia sudah berlalu meninggalkan ln-bun-nia. Kouwtok-cu segera perintahkan anak buahnya, mengubur mayat orang-orang Pek san-pay,
setelah itu, baru kembali ke kuil.
Di tengah jalan, Kho Pek Jie mendadak berkata, "Engko Sim, sejak kapan kau
pulang ke In bun-nia? Kenapa tidak datang menengok aku?"
Terhadap nona itu, Sim Lok merasa tidak enak hati, karena ia khawatir akan ditanyakan
lagi tentang Lo Kie, bagaimana ia harus menjawabnya?"
Maka atas pertanyaan itu, lama baru bisa menjawab, "0h! kemarin aku.........baru datang,
apa kau baik-baik saja?"
Kho Pek Jie tertawa, sikapnya masih seperti anak-anak, ia anggukan kepala, kemudian
memandang Lo Kie, yang pada saat itu karena bermake up, hingga sudah berlainan dan
sudah tidak kenal lagi, lalu bertanya, "Engko Sim, siapakah tuan ini?"
Pertanyaan itu membuat Sim Lok bingung, hingga wajahnya berubah seketika.
Tatkala pertama kali Lo Kie datarg ke In-bun-san, ia sudah memberitahukan kepada Sim
Lok bahwa ia sudah menengok Kho Pek Jie, tapi sekarang Kho Pek Jie majukan pertanyaan
demikian, ini berarti bahwa Kho Pek Jie tidak kenal orang itu. Andai Sim Lok masih ingat
urusan yang lalu, tidak sulit baginya untuk mengetahui kejadian ganjil itu. Tapi karena
pikiran Sim Lok pada saat itu agaknya sudah kalut, maka setelah ditanya secara mendadak
demikian, ia lantas menjawab, "Ini adalah saudara Cee "
"Engko Sim, apa kau tak melihat engko Lo Kie lagi?"
"Tidak!"
"Dahulu dia............"
Wajah Lo Kie berubah seketika, ia tahu bahwa Kho Pek Jie pasti akan mengatakan
"dia pernah datang menengok aku......', maka ia! berkata, "Nona lain kali kalau aku
berjumpa dengan Lo Kie, pasti aku minta dia kemari."
Sekalipun dimulutnya mengatakan demikian, tapi hatinya sangat pilu. Sebagai
sepasang kakak yang berdiri berhadap-hadapan merasa tidak dapat mengutarakan isi hati
masing-masing bagaimana ia tidak pilu?"
Sambil tertawa getir Kho Pek Jie berkata, "Terima kasih mungkin engko Lo sudah tidak
ingat aku lagi."
"Tidak mungkin, ia suka padamu, sebab ia tahu bahwa kau seorang gadis yang
baik."
Mata Kho Pek Jie berkaca-kaca ia berkata sambil tertawa getir, "Andai
perhatiannya ada setengah saja dari perhatian yang kucurahkan padanya, aku merasa
sangat bahagia."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Nona Kho kau terlalu banyak pikiran, Lo-Kie nampaknya sayang sekali padamu."
Mereka bicara sambil berjalan, tahu-tahu sudah tiba di depan pintu, Kho Pek Jie
lantas pamitan dengan Kow-tok-cu lalu kembali ke kamarnya sendiri. Setelah Kho Pek Jie
berlalu, Lo Kie menghela napas sedang orang tua rambut putih itu, lantas berpaling dan
berkata kepada Sim Lok.
"Sim Ciangbunjin ada satu hal aku ingin tanyakan padamu!"
"Locianpwee ingin tanya apa, silahkan!"
"Soal ini ada hubungannya dengan kematian Jie Bun Kie, betulkah pembunuhnya
adalah Giok-bin Thian-cun?"
"Benar dalam surat peninggalan siancow telah ditulis dengan jelas sekali."
"Apa kalian bicara tentang apa?" Kow-tok-cu bertanya secara tiba-tiba, ia agaknya
dibikin kaget oleh berita tentang terbunuhnya Jie Bun Kie ditangan Giok-bin Thian-cun.
"Giok bin Thian-cun telah membinasakan siancaw, ciangbunjin, kau tentunya tidak
menduga, bukan?" tanya Sim Lok.
Berita ini sesunguhnya bagaikan halilintar di siang hari bolong, agaknya itu tidak
mungkin apa sebabnya Giok-bin Thian-cu seorang ternama yang terkenal baik, bisa
membunuh Jie Bun Kie. Setelah tenangkan pikirannya, ia baru bisa berkata lagi;
"Barangkali tidak mungkin?"
"Ini memang sebenarnya, terhadap soal ini, bukan saja orang-orang seperti aku dan
kau tidak akan mau percaya, sekalipun orang-orang dalam dunia Kang-ouw juga tidak akan
percaya." Orang tua berambut putih itu lantas berkata, "Inilah yang dinamakan tahu
orangnya, tahu mukanya tidak tahu isi hatinya, Giok-bin Thian cun sebagai pembunuh Jie
Bun Kie, ini benar-benar merupakan satu kejadian yang mengejutkan."
"Jika orang yang membikin celaka siansu itu benar adalah Giok-bin Thian-cu. maka
soal penuntutan balas ini menjadi sulit." kata Kow-tok-cu.
"Belum tentu," kata Sim Lok "asal aku berhasil dapatkan BUKU HITAM, tidak usah
khawatir tidak bisa menuntut balas."
"Adik Lok, menyaksikan kepandaianmu tadi rupa-rupanya kau menemukan
pengalaman gaib lagi .........." kata Lo Kie.
"Benar, aku berjumpa dengan seorang wanita, ia telah memberi pelajaran ilmu
silat padaku........." Sim Lok lalu menceriterakan semua pengalamannya. Kemudian ia
berkata pula, "Kemudian tatkala aku bertempur dengan Thian-mo Kiongcu, baru tahu
bahwa ilmu silat yang aku baru pelajari itu, ternyata ada kesamaan dengan ilmu silat yang
digunakan oleh Thian-mo Kiongcu."
Penuturan Sim Lok itu mengejutkan semua orang yang ada di situ.
"Apa ilmu silatmu berasal dari satu golongan dengan ilmu silat Thian-mo Kiongcu?"
"Mungkin begitu!"
"Kalau begitu, apakah tidak mungkin bahwa wanita itu ada suhunya Thian-mo
Kiongcu?"
"Mungkin."
Orang tua rambut putih itu nampak kerutkan keningnya, lalu bertanya dengan tibatiba. "Apa kau juga berjumpa dengan tengkorak berjalan?"
"Benar menurut Heng sie-khek (tengkorak berjalan) itu, kepandaian wanita itu,
mungkin tidak ada keduanya di dalam kolong langit ini."
"Kalau begitu, wanita bermuka jelek itu, setelah kamu dapat menjawab tiga
pertanyaan, yang diajukan oleh wanita itu, lantas menurunkan pelajaran silat kepadamu
tanpa syarat."
"Ya, katanya hal itu ia lakukan karena harus menuruti sumpahnya sendiri,"
Orang tua rambut putih itu nampak berpikir, kemudian ia berkata, "Urusan ini
agaknya menimbulkan sedikit persoalan, wanita yang dirusak parasnya itu, kemungkinan
besar ialah suhunya Thian-mo Kiongcu. Tapi, di dalam dunia rimba persilatan, apa yang
aku ingat, tidak ada seorang wanita seperti yang kau lukiskan itu."
"Nanti dulu Locianpwee, urusan ini aku belum memberi keterangan sejelasjelasnya, wanita itu asalnya memang berparas cantik, tapi kemudian dibikin celaka olehhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
seseorang dengan akal keji. O! yah, kabarnya pada 6?7 tahun berselang, di dalam lembah
Pek-kut-kok telah terjadi suatu bencana besar bagi rimba persilatan."
"Benar, mengapa kau mendadak menanyakan soal ini?"
"Kala itu, kabarnya murid-murid dari golongan empat partai besar hampir
seluruhnya binasa di tangan orang-orang golongan Sam-seng kiong', lalu mendadak muncul
seorang gadis cantik."
"Benar, kala itu lohu juga berada disitu, jika tidak muncul gadis itu, murid-murid
empat partai besar, mungkin tidak satupun yang bisa keluar dari lembah dalam keadaan
hidup."
"Menurut keterangan 'Heng-sie-khek' (tengkorak berjalan), gadis cantik itu adalah
'hantu' wanita yang mengajari aku ilmu silat itu,
"Ow......!" orangtua itu berseru kaget, agak mengingat sesuatu kejadian besar,
.....lama ia berpikir, kemudian bertanya pula,
"Urusan ini tambah membingungkan, andai kata gadis cantik itu adalah suhunya
Thian-mo-Kiongcu, tidak mungkin Thian-mo-kiong ada maksud hendak menggulung atau
menguasai dunia kangouw. Dan andaikata bukan, ilmu silat kalian berdua tentunya tak
bisa bersamaan."
Lo Kie juga berkata, "Benar, ini benar-benar merupakan satu teka-teki, 'hantu'
wanita itu mempunyai kepandaian luar biasa, tidak mungkin tidak mempunyai riwajat,
kalau bukan satu seperguruan, tentunya ada hubungan antara suhu dan murid, dan kalau
bukan, mungkin saudara. Menurut dugaanku, yang tersebut terdahulu itu kemungkinannya
lebih besar."
"Apa selama tiga hari itu, ia tak mengatakan apa-apa kepadamu?" tanya orang tua
berambut putih itu.
"Tidak sama sekali."
"Seorang wanita yang aneh! parasnya dirusak sudah tentu bukan tak ada sebabnya,
hanya dirusak oleh siapa? Inilah yang menjadi pertanyaan kita."
"Dulu, orang 'Sam seng kiong' yang diutus oleh Sam-seng-Nio-nio ke lembah Pekkut-kok mencari si Rase Kumala itu, apakah lantaran kitab ilmu silat yang ditulis oleh
ketua empat partai besar?" tanya Sim Lok.
"Itu hanya kabar angin saja."
"Sebenarnya kitab itu ada atau tidak?"
"Tentang ini mungkin hanya Rase Kumala sendiri yang tahu."
"Kalau begitu, bagaimana Sam-seng Nio-nio mengetahui urasan itu ?"
"Inipun merupakan suatu teka-teki."
"Locianpwee, apakah kau anggap bahwa kejadian yang sebenarnya mungkin
demikian ? Apakah kitab yang didesas-desuskan itu betul-betul ada ? Apakah ada
kemungkinan kitab tersebut semula berada di tangan Sam-seng Nio-nio ?"
"Kemungkinan itu sudah tentu ada, tapi mengapa pula bisa jatuh di tangan Rase
Kumala?"
Mendengar pertanyaan itu, Sim Lok agak terperanjat, memang benar, mengapa
kitab itu bisa berada di tangan Rase Kumala ?
Di antara 'hantu' wanita itu dengan Thian-mo Kiongcu, agaknya ada mengandung suatu
rahasia, ada hubungan apa sebetulnya antara mereka itu ?
Paras 'hantu' wanita itu dirusak oleh tangan seorang lelaki, dengan kepandaiannya "hantu"'
wanita itu, cukup rasanya untuk menuntut balas, tapi mengapa ia tidak berbuat demikian?
Ini kembali merupakan suatu teka-teki juga.
Kalau begitu, teka-teki ini harus ditarik sejak munculnya ' hantu ' wanita itu di
lembah, Pek-kut kok pada 6 tahun berselang, lalu dihubungkan keatas diri Rase Kumala,
bagaimana sebenarnya Sam-seng-Nio-nio bisa mengetahui kalau kitab itu berada di tangan
Rase Kumala ?
Dengan cara bagaimana pula Rase Kumala bisa mendapatkan kitab tersebut ?
Mendadak Sim Lok berseru, "Eh!" hingga menarik perhatian semua orang.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Setelah berseru demikian, ia lalu bertanya, "Locianpwee, apakah Locianpwee masih ingat
pada beberapa puluh tahun berelang, di dunia Kangouw ada seorang jago bernama Koo
Pek Ceng?"
Orang tua rambut putih itu nampak berubah wajahnya, kemudian baru menjawab,
"Memang ada itu orang, bahkan aku sudah pernah berkenalan dengannya."
"Kalau begitu, Locianpwee barangkali adalah ' Ngo gak Lo Jin?"'
"Benar, Ngo-gak Lo Jin itu adalah lohu sendiri. Mengapa mendadak kau


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menanyakan diri Koo Pek Ceng ?"
"Kabarnya ia berlayar jauh ke lautan Timur?"
"Tapi sebelum ia pulang ke daerah Tionggoan sudah meninggal dunia."
"Menurut kata Heng-sie-khek, waktu Koo Pek Ceng meninggal, hanya Rase Kumala
seorang saja yang ada di sampingnya, apakah tidak bisa jadi kalau Koo Pek Ceng telah
dapatkan kitab itu dari tangan Sam-seng Nio-nio dan sewaktu meninggal dunia diserahkan
kepada Rase Kumala?"
"Kemungkinan itu memang benar,"
"Kalau begitu, apakah locianpwee juga beranggapan bahwa 'hantu"' wanita itu ada
hubungan dengan Rase Kumala?"'
"Sudah tentu tidak, Cuma antara ?hantu ? wanita dengan Thian-mo Kiongcu, pasti
ada hubungannya, namun ini juga merupakan suatu dugaan saja, sudah tentu tidak boleh
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Lagi pula, ?hantu? wanita berhati baik, sedangkan
Thian-mo Kiongcu mengambil jalan sesat. Dua hari berselang Thian mo Kiongcu telah
melakukan suatu perbuatan yang menggemparkan dunia Kangouw"
"Perbuatan apa?"
"Ia mengirim surat keoada partai Siao-lim-pay, minta supaya Siao lim-pay dalam
waktu 5 hari, harus menyerahkan batok kepala 7 anak muridnya kepada Thian mo
Kiongcu!"
"Apa?" terkejut Sim Lok, hingga hampir melompat, "Apa benar ada kejadian
demikian?"
"Bukan cuma itu saja, ia bahkan menulis surat kepada partai Ngo bie-pay, minta
partai tersebut dalam waktu 10 hari, harus membawa 4 batok kepala anak muridnya ke
rimba Kui-ong lim."
Perkataan Ngo-gak Lo-Jin ini mengejutkan semua orang yang ada disitu, sehingga
sekian lama tiada seorangpun yang berani membuka mulut.
Berkata pula Ngo-gak Lo-Jin, "Jika dua partai besar itu tidak mau mengantarkan kepala
anak muridnya yang diminta, maka setelah batas waktu itu lewat, Thian-mo-kiong akan
datang menyerang, dan akan minta sepuluh kali lipat dari apa yang dimintanya
itu............"
KETERANGAN Ngo-gak lo Jin itu agaknya sangat mustahil, sungguh tidak dinyana
Thian-mo Kiongcu berani menantang secara demikian brutal terhadap dua partai besar dari
golongan agama. Kalau itu memang benar, sudah tentu merupakan suatu kejadian besar
dalam dunia Kang ouw. Setelah menenangkan pikirannya, Sim Lok lalu bertanya,
"Bagaimana Siao-lim-pay menjawab tantangan itu ?"
"Dalam pertempuran di lembah Pek-kut-kok pada 6 tahun berselang, partai besar
telah kehilangan banyak jiwa anak muridnya yang terkuat, sudah tentu Siao-lim-pay juga
tidak terkecuali, jika Thian-mo Kiongcu benar-benar menyerbu Siao lim sie, memang benar
susah ditahan,"
"Dan apakah Siao-lim-pay harus, mandah begitu saja, memenuhi permintaannya?"
"Sudah tentu tidak............*'
"Siap bertempur?"
"Benar, nampaknya cuma begitu."
"Tapi, Thian-mo Kiongcu mempunyai banyak pembantu yang berkepandaian tinggi,
jika benar-benar terjadi pertempuran, Siao-lim-pay mungkin akan kehilangan lebih banyak
jiwa' dari pada yang diminta oleh Thian-mo Kiongcu."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tapi kecuali bertempur, sudah tidak ada jalan lagi. Selama beberapa hari ini. Siao
lim-pay dan Ngo-bie-pay sudah siap untuk menghadapi tantangan itu."
"Sungguh tidak nyana Thian-mo Kiongcu berani turun tangan lebih dulu terhadap
dua partai yang paling kuat............"
"Thian-mo Kiongcu meski telah kehilangan dua dayangnya yang kuat, hingga
mempengaruhi kekuatannya, tapi, ia sudah memanggil pulang semua orangnya yang
tersebar luas di dunia Kang-ouw, ditambah lagi dengan orang-orang pilihan di daiam
istananya, maka kekuatannya mungkin masih diatas partai persilatan mana saja."
"Ia turun tangan lebih dulu terhadap dua partai besar itu, apakah ada maksud
lain?"
"Sudah tentu tidak, maksudnya cuma hendak menyapu bersih seluruh rimba
persilatan..."
"Aku hendak bunuh perempuan itu, dalam pertempuran di Siao lim-sie nanti, aku
pasti akan ambil bagian."
"Kau tidak bisa turun tangan terhadap dia..."
"Kenapa ?"
"Perkara ini, kalau aku terangkan barangkali kau tidak akan percaya. tapi, ini
memang sebenar-benarnya dan telah kusaksikan dengan mata kepala sendiri, tak dapat
kau mengingkarinya..."
"Apakah sebetulnya ?"
"Bukankah kau telah kehilangan perjakamu di dalam kamar Gin-hui?"
"Benar," jawab Sim Lok dengan wajah berubah.
"Kau kira siapa yang telah berhubungan kelamin denganmu?"
"Kim-hui!"
"Salah! wanita yang berhubungan kelami denganmu bukan Kim-hui, melainkan
Thian-mo Kiongcu sendiri!"
"Apa?" Sim Lok merasa seperti dikemplang kepalanya dengan ruyung, tubuhnya
sempoyongan, sedang mulutnya menggerutu "Locianpwee apakah itu benar.........?"
"Ya, keadaan pada waktu itu seperti ini, orang yang menaruh obat perangsang di
dalam teh itu, memang benar adalah Kim hui. tapi selagi Kim-hui hendak masuk ke kamar,
Thian-mo Kiongcu muncul Kim-hui melihat gelagat tak baik, diam-diam lari keluar dan
Thian-mo Kiongcu menjadi penggantinya."
Dengan badan gemetar Sim Lok berkata "Tak mungkin...... Locianpwee, ini suatu
kejadian yang amat menakutkan............"
"Ya, sangat menakutkan!"
"Kenapa ia tidak mengatakan hal itu?"
"Soal itu bagaimana ia dapat mengatakan?"
"Tidak perduli bagaimana, aku pernah berhubungan kelamin atau tidak dengannya,
aku tetap hendak bunuh dia, aku tak dapat membiarkan iblis wanita itu mengganas dan
menimbulkan malapetaka bagi rimba persilatan."
"Apa kau sanggup melakukannya?"
"Sudah tentu sanggup!"
"Ini mungkin suatu perkara yang sangat sulit, cuma, dengan adanya hubunganmu
dengan dia, kau mungkin dapat menolong bencana yang sedang mengancam rimba
persilatan."
"Apa maksud Locianpwee ingin aku minta tolong padanya?"
"Bukan minta tolong padanya, melainkan memberi nasehat dengan perkataan
manis, jika dapat menyingkirkan bencana ini, besar sekali jasamu bagi rimba persilatan,
cuma, betapapun juga, lihat saja nanti bagaimana kamu akan berbuat. Hanya sedemikian
saja pesanku, kini lohu ingin minta diri."
"Locianpwee hendak kemana!"
"Jejak lohu tak menentu, mungkin akan pergi ke gunung Siong-san."
Sehabis berkata, orang tua itu lantas menghilang. Apa yang dikatakan oleh Ngo-gak
Lo Jin tadi, Sim Lak hamper-hampir tidak percaya, bahwa perempuan yang pernahhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
berhubungan kelamin dengannya waktu itu, bukanlah Kim Hui melainkan Thian-mo
Kiongcu.
Ketika mengingat bagaimana ia hampir binasa di koyak-koyak tubuhnya oleh lima
ekor kuda, hatinya merasa panas. Sambil kertak gigi ia berkata "Aku akan bunuh dirinya!"
Lo Kie bertanya "Kalau begitu tidak boleh tidak harus pergi ke kuil Siao-lim-sie?"
"Ya, tidak boleh tidak harus pergi, bahkan aku hendak membereskan persoalan
'hantu' wanita itu dengan Siao-lim-pay!"
"Persoalan apa?"
"Nanti kamu akan tahu sendiri. Andai kata Siao-lim-pay benar-benar tidak tahu
budi orang, aku akan membiarkan Thian-mo Kiongcu menghancurkan Siao lim-pay."
"Kalau begitu, marilah kita berangkat!"
Sim Lok bersama Lo Kie lalu pamitan dengan Kouw-tok cu, hendak berangkat
menuju gunung Siong san.
Di sepanjang jalan Sim Lok dan Lo Kie mendengar orang-orang Kangouw ramai
membicarakan soal Thian mo Kiongcu yang berani menantang Siao-lim-pay.
Tiba di gereja Siao-lim sie, Sim Lok masuk lebih dulu, selagi hendak memasuki
pintu gerbang tiba-tiba terdengar suara nyaring "Harap sicu jangan sembarangan masuk!"
Lalu seorang paderi gemuk yang usianya sudah agak lanjut, dengan tangan memegang
golok, menghadang di depannya.
Sim Lok tertawa dingin dan berkata, "Gereja Siao lim-sie meski merupakan satu tempat
suci bagi kaum Buddha, tapi kedatanganku yang rendah ini karena ada urusan penting,
apakah taysuhu menolak aku, sehingga harus membiarkan aku berada di luar?"
Paderi tua itu lalu bertanya sambil rangkapkan kedua tangannya "Entah ada keperluan apa
sicu datang kemari?"
"Aku hendak mencari ciangbunjin!"
"Sicu dari mana? Bolehkah memberitahukan nama sicu yang mulia?"
"Kau beritahukan padanya, bahwa ketua In-San-pay datang menengoknya," berkata
Lo Kie menjelaskan. Paderi tua itu terperanjat, kemudian berkata sambil tersenyum,
"Kiranya adalah ciangbunjin In-san-pay, lo-lap haturkan maaf! bolehkah ciangbunjin tunggu sebentar, nanti lolap akan kabarkan dulu kepada ciangbunjin kami." "Silahkan."
Belum lama paderi tua itu masuk, dari dalam gereja muncul lima paderi, satu
diantaranya adalah seorang pader tua, tapi mukanya masih seperti anak-anak, sedangkan
bulu alisnya berwarna putih. Dialah Pek bie Lo-Ceng, ketua Siao lim-pay.
Pek-bie Lo-Ceng mengawasi Sim Lok dan Lo Kie sejenak, lalu berpaling dan bertanya
kepada paderi tua gemuk itu, "Di mana ciangbunjin In-san-pay yang kau katakan?"
"Dia adalah sicu yang masih muda ini!"
Wajah Sim Lok berubah, ia memberi hormat seraya berkata, "Taysuhu barangkali
adalab ciangbunjin Siao-lim-pay, Pek-bie Siansu?"
"Itulah lolap sendiri, sicu secara lancang memasuki gereja, ini sudah tidak benar,
apalagi berani mengaku sebagai Ciangbunjin In-san-pay......."
"Bagaimana ciangbunjin tahu kalau aku mengaku-ngaku?"
"Karena lolap pernah bertemu muka dengan Kow-tok-cu, ciangbunjin in san-pay."
"Tapi Kow-tok-cu bukan ciangbunjin yang sebenarnya, tidak perduli kau percaya
atau tidak kalau aku ciangbunjin In-san-pay, kedatanganku ini adalah ingin minta sesuatu
barang dari Ciangbunjin."
"Barang apa?"
"Kabarnya ciangbunjin mempunyai sebotol nyiur burung ho yang sudah ribuan
tahun lamanya?"
"Benar!"
"Aku datang atas nama wanita muda untuk minta barang itu."
"Siapa?"
"Ciangbunjin, kau tentunya masih ingat, enam tahun berselang, sewaktu kau
memimpin anak buah Siao-Lim-sie melakukan pertempuran dengan orang-orang Sam-seng-https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
kiong di lembah Pek-kut-kok kalau tidak muncul diri seorang gadis muda, mungkin kau
akan binasa dilembah itu, orang yang ingin barang itu adalah gadis tersebut."
"Benar ada kejadian itu, enam tahun berselang, Heng-shie khek pernah datang satu
kali, aku pernah katakan padanya, tidak memberikan barang tersebut, hari ini sudah tentu
juga tidak akan merubah sikap itu."
"Kalau begitu, ciangbunjin benar-benar tidak akan berikan? '
"Kalau bukan itu gadis sendiri yang datang, aku tidak akan berikan."
"Ciangbunjin, tidak kusangka bahwa kamu ternyata seorang manusia yang tidak
berbudi. Kau menerima budi orang, sebotol nyiur burung ho saja kau demikian pelit
memberikan."
Perkataan manusia yang 'tidak berbudi' yang dilontarkan oleh Sim Lok, merupakan
satu tamparan hebat bagi ketua partai besar itu. Karena selama ini belum pernah ada
orang yang berani melontarkan makian sedemikian hebat kepada ketua partai Siao-lim-sie
yang sangat disegani itu.
Dua paderi tua yang memegang senjata sodokan, lantas maju kedepan dan
membentak dengan suara keras, "Harap sicu suka menghormati ciangbunjin kita, dan
partai Siao lim-pay."
"Dia sama sekali tidak ada harganya untuk dihormati."
Paderi tua itu dengan wajah merah padam berkata pula "Kalau sicu tidak mengindahkan
lagi, terpaksa lolap akan bertindak. Wajah Sim Lok lantas berubah, ia bertanya dengan
suara dingin, "Ciangbunjin, aku ingin tanya padamu, waktu itu kau keluar dari lembah
Pek-kut-kok bersama berapa anak buahmu?"
"Tujuh!"
"Tujuh?" Sim Lok terperanjat mendengar jawaban itu, tiba-tiba ia ingat, bukankah
Thian-mo Kongcu juga menghendaki kepala tujuh orang? Apakah itu ada hubungannya
dengan tujuh orang yang keluar dari lembah Pek-kut kok dengan selamat itu?
"Ciangbunjin, kau jangan lupa, bahwa Thian-mo Kiongcu dengan orang-orangnya
segera akan datang mengurung gereja ini, kalau kau tidak menyerahkan barang itu, aku
Sim Lok akan bunuh lebih dulu tujuh orangmu itu."
Seorang paderi dengan senjata ditangan lantas maju membentak "Sicu, kau berani
omong besar, sambutlah dulu serangan Hoat Tbong!"
"Kau cari mampus?" bentaknya Sim Lok, lalu mengeluarkan ilmu meringankan
tubuh, dengan lincah mengelakkan serangan paderi tua itu, kemudian balas menyerang.
Sim Lok yang sudah panas, melayani paderi itu dengan menggunakan ilmu silat Sie-sinchiu.
Hoat Thong tidak menduga kalau kepandaian Sim Lok sedemikian tinggi, maka
diam-diam ia juga terperanjat, apalagi setelah dihujani serangan yang aneh itu, semakin
terheran-heran, hingga belum lima jurus, napasnya sudah ngos ngosan.
Tidak lama, paderi tua itu jatuh di tangan Sim Lok dengan mulut mengeluarkan darah.
Pertempuran itu berlangsung dalam waktu sangat pendek sekali. Baru saja Hoat Thong
rubuh sudah maju lagi seorang paderi sambil berseru "Kepandaian sicu benar-benar sangat
mengagumkan, lolap Hoap Goan ingin belajar kenal beberapa jurus saja!"
Tanpa banyak rewel senjatanya sudah digunakan untuk menyerang. Tapi Lo Kie
yang berdiri di samping lantas berseru, "Aku juga ingin belajar kenal dengan kepandaian
ilmu silat Siao-lim-pay."
Lalu ia melancarkan serangannya yang mengandung hawa dingin, hingga Hoat Goan
terpaksa mundur satu langkah. Sementara itu, Sim Lok sudah maju menghampiri Pek bie
Lo-Ceng dan berkata padanya, "Ciangbunjin, apa kau ingin lihat orang-orangmu binasa
ditanganku semuanya?"
"Belum tentu...............,"
"Kalau begitu aku ingin belajar kenal dulu dengan kepandaianmu." seru Sim Lok
dan segera melancarkan serangan kepada Pek Bie Lo-Ceng.
Pada saat itu, seorang paderi tua tiba-tiba melayang ketengah medan pertempuran seraya
berkata, "Tahan!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sim Lok segera tarik mundur serangannya, paderi tua itu dengan cemas memberi hormat
kepada ketuanya seraya berkata,
"Hunjuk beritahu kepada ciangbunjin bahwa?.........."
"Ada urusan apa?"
"Thian-mo Kiongcu bersama anak buahnya sudah tiba dibawah gunung."
"Apa? Thian-mo Kiongcu sudah tiba ?"
"Benar!"
"Berapa banyak jumlah orangnya?"
"Barangkali duaratus orang!"
"Apa? Duaratus?"
"Teecu berkata dengan sebenarnya, harap ciangbunjin segera ambil putusan!" Sim
Lok lantas berkata, "Ciangbunjin, kalau kau suka memberikan barang yang kuminta itu,
mungkin penumpahan darah ini dapat dihindarkan."
Pek-bie menghela napas dan berkata, "Yah, sudahlah barang ini lolap serahkan padamu"
tapi kau harus berikan kepada gadis itu."
"Tentang ini harap ciangbunjin jangan khawatir, kalau Sim Lok mempunyai maksud
jahat terhadap barang ini, biarlah tidak bisa melangkah keluar dari sini." demikian Sim Lok
bersumpah, hingga Pek-bie Lo-Ceng mau percaya, ia lalu mengambil satu botol yang berisi
barang cair warna putih, diserahkan kepada Sim Lok seraya berkata, "Inilah nyiurnya
burung ho yang merupakan barang mujijat dalam dunia ini, sekarang ambilah."
Sim Lok sambut botol itu, dari bawah gunung tiba-tiba terdengar suara tertawa
dingin, suara itu ternyata keluar dari mulut Thian-mo Kiongcu.
Sim Lok lalu berkata kepada Pek-bie Lo-Ceng,
"Ciangbunjin, karena kau sudah memberikan barang mujijat ini padaku, maka aku
akan berusaha untuk menghalangi maksud orang itu." Sehabis berkata, ia ajak Lo Kie turun
gunung. Baru saja Sim Lok balikan badan, tiba-tiba terdengar suaranya Thian-mo Kiongcu,
"Tidak nyana kau juga berada disini, ini benar-benar diluar dugaanku."
Sim Lok hentikan kakinya, ia telah melihat Thian-mo Kiongcu berjalan lambatlambat meng hampirinya, dibelakangnya mengikuti empat wanita muda berpakaian warna
merah.
Sementara itu, dari dalam gereja juga nampak keluar beberapa puluh kawanan padri yang
masing-masing membawa senjata.
"Pek-bie ciangbunjin, tidak nyana kau tidak mau menyerahkan kepala tujuh orang
yang kuminta itu........." kata Thian-mo Kiongcu kepada Pek-bie Lo-Ceng,
Sebelum Pek-bie Lo-Ceng menjawab, Sim Lok sudah menyela, "Kau manusia apa, berani
mencari onar dengan Siao-lim-pay"
Tanpa banyak rewel, ia lalu melontarkan serangannya yang hebat.
Empat wanita muda berpakaian merah itu lantas bergerak, masing-masing menyerang Sim
Lok. Sim Lok kala itu sudah kalap, dengan kecepatan bagaikan k'lat, kembali ia
melontarkan serangan yang kedua.
Mendadak terdengar suaranya Thian-mo Kiongcu, yang segera membendung serangan Sim
Lok, kemudian Kiongcu itu berkata pula kepada Pek-bie, "Pek-bie ciangbunjin, apa benar
kau tidak mau menyerahkan kepala tujuh anak buahmu itu?"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kauwcu datang menyerbu Siao-Iim, entah ada permusuhan apa dengan Siao-limpay?" demikian Pek bie Lo-Ceng balas bertanya.
"Kalau tidak ada permusuhan sudah tentu aku tidak akan mencari kau untuk
membikin perhitungan!"
"Entah permusuhan apa yang Kauwcu maksudkan, bolehkah Kauwcu jelaskan dulu?"
"Tentang ini kau tidak berhak untuk bertanya. Ciangbunjin, asal aku keluarkan
perintah maka anak buahku yang tersebar di sekitar gunung ini, pasti akan keluar dan
menyerang gerejamu ini dari berbagai jurusan."
Ini memang bukan cuma gertakan sambal melulu, duaratus anak buah Thian-mo-kiong
memang sudah tiba seluruhnya, tapi yang kelihatan hanya 5 orang saja, yang lainnya
terpencar di sekitar gunung, apabila mendapat komando, segera keluar menyerang.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau sicu melakukan pembunuhan di tempat suci ini, dosamu tidak ringan." kata
Pek-bie Lo-Ceng.
"Tentang ini aku tidak perduli, sekarang aku hendak bertanya lagi, apa benar kau
tidak mau menyerahkan kepala 7 anak buahmu ?"
"Lolap seorang dari golongan Buddba, sudah tentu tidak mau melakukan perbuatan
yang melanggar hukum Tuhan, apalagi anak murid partai kami, juga........."
Belum habis perkataan Pek-bie Lo Ceng, sudah dengar siulan nyaring dari mulut
Thian-mo Kiongcu, menyusul dari segala penjuru sekitar gunung itu juga terdengar suara
siulan bersahutan.........Kemudian muncul banyak bayangan orang yang mengurung Siongsan. Sim Lok yang menyaksikan itu lantas berseru, "Aku akan bunuh kau........."
Baru saja Sim Lok melontarkan serangannya empat wanita berpakaian merah itu lantas
maju berbareng, tapi Lo Kie juga lantas bergerak menyerang 4 wanita tersebut.
Empat wanita muda berpakaian merah itu merupakan barisan dari Thian-mo-kiong yang
dinamakan Im-sat-lie, kepandaian mereka tinggi sekali, ketika Lo Kie melancarkan
serangan, dua diantaranya sudah balas menyerang.
Pada saat itu, kembali terdengar suara seperti suara setan.........kemudian disusul oleh
suara kedua.........ketiga......keempat......... dan seterusnya sampai ketujuh.
Suara itu datangnya dari berbagai penjuru, Thian mo Kiougcu yang mendengar suara itu
juga membalas dengan suara pelahan.
SUARA itu kedengarannya sangat menyeramkan...... Lalu terdengar suara perintah
yang keluar dari mnlutnya Thian-mo Kiongcu, "Berhenti!"
Empat wanita baju merah itu segera menghentikan serangannya, Sim Lok dan Lo Kie juga
lantas lompat mundur. Thian-mo Kiongcu mengawasi Pek-bie Lo-Ceng sejenak, lalu
berkata, "Ciangbunjin, orang-orang dari perkumpulan kami, sudah mengambil kepala
tujuh anak muridmu sekarang ijinkanlah aku pulang."
Setelah itu ia memberi isyarat kepada anak buahnya dan berlalu dari gereja Siao
lim-sie. Bukan kepalang kagetnya Pak-bie Lo-Ceng ketika mendengar ucapan Thian-mo
Kiongcu tadi, demikian pula Sim Lok dan Lo Kie, "Saudara Lo, mari kita kejar!"
Setelah berhasil menyandak Thian-mo Kiong-cu, Sim Lok lantas berseru, "Thian-mo
Kiongcu berhenti!"
Thian-mo Kiongcu hentikan tindakannya, ia lantas menegur, "Sim Lok, apa kau cari
mampus!"
"Benar, tapi barangkali kau tidak mampu membikin aku mampus!" ejeknya Sim
Lok, setindak demi setindak menghampiri Thian-mo-Kiongcu, kemudian membentak, "Kau
iblis wanita, aku hendak ambil jiwamu."
Selagi kedua fihak berhadapan, tujuh rombongan orang-orang Thian-mo Kiongcu
lari menghampiri Kiongcu. Setiap kepala rombongan, tangannya menenteng satu kepala
manusia. Tujuh kepala rombongan itu menghadap kepada Kiongcuya dan memberi laporan
dengan sikap menghormat, "Hunjuk beritahu kepada Nio-nio, kita sudah berhasil
mengambil tujuh kepala murid-murid Siao-lim-pay."
"Apakah orang-orang difihak kita ada yang terluka atau mati?"
"Tidak ada."
Thian-mo Kiongcu unjukkan senyum kemenangan, kemudian memanggil
pahlawannya yang lain, "lm-yang-chiu nomor satu ada di mana?"
Dari dalam rambongan orang Thian-mo Kiong cu segera muncul seorang wanita setengah
tua yang segera menyahut, "Teecu di sini menunggu perintah Nio-nio."
"Aku perintahkan kepadamu, bawa tujuh buah kepala murid Siao-lim-pay ini, lalu
kau letakan di jalanan tangga batu yang menuju ke gereja!"
"Baik!"
Pahlawan wanita itu setelah menerima tujuh buah kepala manusia itu lantas
berlalu. Tapi Thian-mo Kiongcu memanggil balik dan berkata pula padanya, "Ingat di atas
tangga itu kau tulis empat huruf"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Huruf apa?"
"Manusia tidak berbudi! Setelah selesai, kau lekas kembali!"
"Baik!"
Wanita setengah tua itu lantas berlalu, menjalankan tugasnya. Thian-mo Kiongcu
mengawasi semua anak buahnya, kemudian berkata, "Kalian pulang ke istana, jangan
menimbulkan onar!"
Suara riuh terdengar dari semua anak murid Thian-mo-kiong, dengan berbaris rapi
mereka pulang. Di situ kini kecuali Thian-mo Kiongcu, Sim Lok dan Lo Kie, sudah tidak ada
lain orang.
"Kau sungguh kejam!" demikian Sim Lok berkata kepada Thian-mo Kiongcu.
"Kalau aku tidak kejam, nama Thian-mo-kiong akan dibuat permainan oleh orang
dunia Kang-ouw."
"Siao-lim-pay dengan kau ada permusuhan apa?"
"Karena kau bukan murid Siao-lim-pay, maka tidak berhak untuk bertanyakan itu.
Kau bukan tandinganku,"
"Kita boleh coba lagi." Cepat ia maju dan melancarkan serangannya yang pertama.
Begitu Sim Lok mulai membuka serangannya Lo Kie juga tidak tinggal diam, dengan tangan
kanannya ia melontarkan serangan yang dahsyat. Thian-mo Kiongcu geser kakinya, untuk
mengelakkan serangan dua pemuda itu, mulutnya keluarkan bentakan, "Apakah kalian
hendak mengerubuti aku?"
Dua orang mengerubuti satu orang, ini satu perbuatan yang hanya dilakukan oleh
orang-orang golongan jahat, bagi orang-orang golongan baik, jarang terjadi, Tapi Lo Kie
yang mendengar pertanyaan Thian-mo Kiongcu, lantas menyahut sambil tertawa terbahakbahak.
"Kalau kita tidak bergandengan tangan bagaimana dapat merubuhkan kau?"
"Tidak tahu malu?"
Kembali Lo Kie menjawab dan sambil tertawa bergelak gelak "Perduli apa malu
atau tidak, biar bagaimana hari ini kau sudah tidak bisa lari lagi."
"Kita lihat saja."
Sehabis berkata, ia lalu enjot kakinya, dengan gerakan yang sangat manis,
badannya melesat keatas, kemudian meluncur kebawah gunung. Tapi Lo Kie lebih gesit
daripadanya, sambil keluarkan bentakan keras, "Kau tidak akan bisa lolos!" tangannya
meluncurkan satu serangan dahsyat.
Sementara itu, Sim Lok juga melancarkan serangannya lagi, dari jurusan belakang.
Dengan demikian, Thian-mo Kiongcu benar-benar sudah tidak mendapatkan kesempatan
lagi untuk kabur.
"Tidak kusangka setelah orang-orangku pergi kalian menggunakan cara yang tidak
tahu malu ini!" demikian Thian-mo Kioagcu berkata.
"Siapa suruh kau salah hitung?" jawab Lo Kie sambil tertawa.
Jago betina itu benar-benar tidak berdaya, ia semula mengira Sim Lok tidak akan
menggunakan cara demikian, maka ia suruh orang-orangnya berangkat pulang lebih dulu.
Ia terpaksa menggeluarkan seluruh kepandaiannya, untuk melawan dua lawan tangguh itu.
Pertempuran sudah berlangsung sepuluh jurus lebih, tapi Sim Lok dan Lo Kie berdua masih
belum mampu menundukkan lawannya. Dapat kita bayangkan sendiri, betapa tinggi
kepandaian Kiongcu itu.
Tapi beberapa puluh jurus kemudian, Thian-mo Kiongcu sudah mandi keringat,
nafasnya sudah mulai memburu. Betapapun tinggi kepandaiannya, akhirnya toh tidak
mampu menahan serangan dua lawannya.
Setelah berlangsung lagi beberapa jurus, Lo Kie berhasil menotok bawah ketiak
Thian-uaw Kiongcu, hingga jago betina itu rubuh. Lo Kie segera lompat mundur, sedang
Sim Lok dengan cepat lantas maju sambil membentak, "Serahkan jiwamu......,
serangannya juga meluncur. Tapi satu kekuatan tenaga mendadak membentur serangan
Sim Lok, hingga Sim Lok lompat mundur sejauh lima kaki.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sementara itu terdengar suaranya Lo Kie "Adik Sim. jangan kau bunuh dia!"
"Kenapa tak boleh?" Sim Lok berkata dengan perasaan heran.
"Maksudku turun tangan membantu kau, bukan untuk membinasakannya,
melainkan hendak menundukan kesombongannya."
"Apa artinya ini?"
"Kau tentunya mengerti sendiri!"
Sim Lok tercekat, tatkala matanya mengawasi Thian-mo Kiongcu, nona itu
nampaknya gusar. Tatkala melihat Sim Lok memandangnya, Thian-mo Kiongcu lantas
berkata, "Kalau kau hendak bunuh, bunuhlah! perlu apa pura-pura berlaku murah hati!"
"Kita tidak akan bunuh kau......"jawab Lo Kie.
"Tapi aku hendak membunuhnya!......" kata Sim Lok, yang segera angkat lagi
tangan kanannya.
"Adik Lok, sudah kukatakan tadi, bahwa kita berdua mengerubuti dia, bukan
menghendaki jiwanya, kalau kau tetap hendak membunuh padanya. ini bukan berarti
kemenangan, bahkan sangat memalukan bagi kita. Maka jika kau tetap berkeras kepala,
terpaksa aku putuskan hubungan denganmu!"
Kata-kata itu diucapkan sungguh-sungguh, hingga Sim Lok lantas turunkan kembali
tangannya. Kemudian ia berkata, "Tapi ia hendak membunuh aku!"
"Apa kau sudah lupa perkataan Ngo-gak Lo-Jin yang ia ucapkan padamu?"
Mendengar perkataan itu, wajah Sim Lok lantas berubah. Lo Kie berkata pula
sambil tertawa, "Ambillah tiga pusaka itu dari dirinya, di sana aku menunggumu!"
Setelah itu, ia lantas ngeloyor pergi. Perkataan Lo Kie tadi, telah mengingatkan Sim Lok
tentang tiga pusaka yang berada ditangan Thian-mo Kiongcu. Maka seketika itu ia lantas
bertindak, menggeledah badan Thian-mo Kiong-cu.
Tapi setelah menggeledah sekian lama, ia tidak mendapatkan benda pusaka Thian-Liong
Sin-cu, Giok-liong-khia dan Buku Hitam, yang ada cuma batu giok berukiran sepasang hati.
"Sim Lok, kau jangan menghina aku!" demikian Thian-mo Kiong cu berkata. Sim
Lok simpan batu giok itu kedaam sakunya, kemudian bertanya, "Tiga pusaka itu kau
simpan dimana? jawab!"
"Sudah tentu tidak kubawa-bawa di badanku!"
"Apa kau simpan di istana Thian mo kiong?"
"Sudah tentu."
"Hari ini kau berada ditanganku, kau pikir dengan cara apa aku akan perlakukan
kau?"
"Paling bantar mati!"
"Benar, aku hendak bunuh kau, tapi Lo Kie tadi berkata tidak boleh." Sim Lok
berhenti sejenak, lalu bertanya pula dengan tiba-tiba, "Siapa namamu yang sebenarnya?"
"Kau tidak usah perdulikan tentang itu."
"Kau mau jawab atau tidak?"
"Tidak!"
"Kau tidak jawab, aku akan tampar dulu mukamu!"
Sehabis berkata demikian Sim Lok benar-benar menampar pipi Thian-mo Kiongcu
sampai empat kali, hingga pipinya nona itu lantas menjadi merah. Thian-mo Kiongcu tidak
bisa berbuat apa-apa, ia hanya mengawasi Sim Lok dengan mata mendelik.
"Dikemudian hari aku juga akan menampar kau empat kali!"
"Empat ratus kali juga tak kuhiraukan, aku masih ingin tanya padamu satu hal,
malam itu ketika aku berada di kamar Gin-hui............" berkata sampai di situ, Sim Lok
mendadak bungkam.
"Bagaimana di kamar Gin-hui?"
"Kau......kau......" Sim Lok nampak gugup, ia tidak tahu bagaimana harus
mengatakan tentang urusan yang sebetulnya tidak bisa diberitahukan kepada orang luar.
"Kenapa kau tidak teruskan?"
"Kau......dengan......aku............"
"Kau dengan aku bagaimana?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kau......kau telah perkosa aku!"
"Tidak tahu malu......kau, manusia yang tak tahu malu."
MENDENGAR ucapan tidak tahu malu, Sim Lok lantas naik darah. "Bagaimana aku
tidak tahu malu?"
"Kau sendiri yang merampas kesucianku, masih ada muka mengatakan aku yang
perkosa dirimu.................." Karena ia sudah tertotok jalan darahnya, maka meskipun
gusar, juga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya sambil menggeletak di tanah ia mengawasi
Sim Lok dengan mata melorot.
Sim Lok pikir, itu memang benar, malam itu karena pengaruh obat perangsang ia
Sampai lupa daratan, sehingga melakukan perbuatan diluar kehendak hatinya. Apalagi
orang yang menaruh obat perangsang itu juga bukan dia, bagaimana ia dapat dikatakan
yang memperkosa?"
Karena berpikir demikian, hawa amarah Sim Lok telah reda, ia bertanya pula dengan nada
agak empuk, "Kalau begitu, kau akui kejadian malam itu?"
"Aku akui!"
Sim Lok tercengang, ia benar-benar tidak sangka bahwa Thiau-mo Kiongcu berani
mengakui secara terus terang. "Kalau begitu, mengapa pula kau tega hati hendak
mengambil jiwaku?"
"Sebab aku merasa gemas padamu."
"Kenapa kau gemas padaku?"
"Sebab kau telah membuat diriku ternoda."
Thian-mo Kiongcu mendadak menangis, seolah olah hal itu sangat menyedihkan
hatinya... Untuk sesaat lamanya, Sim Lok tidak tahu bagaimana harus menjawab, ia cuma
bisa berdiri seperti patung, Setelah merasa puas menangis, Thian-mo Kiongcu mendadak
berkata,
(mbak dewi di sini ceritanya gak nyambung....terasa aneh)
"Maksudmu, bunuh mati wanita cantik baju merah itu"
"Tepat, itulah satu-satunya jalan penjelesaian."
"Jika, aku hendak bunuh mati padanya, tapi, dia Hiat Im-cu atau bukan?"
"Ada kemungkinan dia."
"Apa Locianpwee kiranya sudi membantu dalan urusan ini?"
"Jika kau mau keluar dari Hong-hwee-kok, aku nanti akan membantu kau."
Penderitaan dari hati yang telah patah dan perasaan bencinya setelah mengetahui
dirinya ditipu, seolah-olah arus gelombang meluap keluar dari lubuk hati Tan Lion maka
seketika itu ia lantas menjawab tanpa ragu-ragu lagi "Baiklah, aku terima permintaanmu
untuk keluar dari Hong-hwee-kok."
Tanpa menantikan Lam-kek Sian-ong lagi segera keluar lebih dulu dari lembah
neraka itu. Lam-kek Sian-ong mengawasi lembah Hong-hwee-kok sejenak lalu balikan
badan mengejar Tan Liong. Seorang yang patah hati meninggalkan lembah Hong hwee-kok,
tapi dalam lembah itu sebaliknya bertambah dua wanita muda yang dirundung nasib
malang.
Apakah wanita cantik baju merah itu Hiat-im cu atau bukan?
Pertanyaan ini selalu berputaran dalam otak Tan Liong, ini tetap merupakan teka teki
baginya. Kemungkinan besar bahwa wanita cantik baju merah itu adalah Hiat im-cu.
Tan Liong setelah mendapat pukulan bathin hebat itu, hatinya memang mulai dingin, kalau
bukan Lam-kek Sian ong yang mencarinya, mungkin ia tidak akan keluar dari lembah Hongbwee-kok.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lam-kek Sian-ong dan Tan Liong setelah keluar dari lembah Hong-hwee-kok, hari sudah
malam. Di sepanjang jalan, Lam-kek Sian-ong bertanyakan padanya "Ciangbunjin, urusan
di Cong-lam-pay, apa kau sudah tidak perdulikan lagi?"
"Ya, aku sudah tidak urus perkara dalam Cong-lam-pay lagi, Oey Bwee Cian sudah
menjadi ketua generasi ke-delapan dari partai tersebut secara resmi."
"Apa kau tidak akan merasa tidak enak terhadap arwah Yo Swie Peng yang
bersemayam di alam baka?"
Tan Liong geleng kepala sambil tertawa getir "Tidak, meski aku meletakkan jabatan
ketua, tapi jika partai Ciong-lam-pay terjadi apa-apa, aku masih tetap hendak turun
tangan."
Lam-kek Sian-ong setelah berpikir sejenak, ia lalu bertanya
Halaman 75,76,77,78 ga adaaaaaa
bencana pertumpahan darah mulai mengancam sejak munculnya bangkai berapi,senjata
paling ampuh untuk merenggut jiwa manusia dan segala apa, benar-benar sangat
mengkhawatirkan.
Munculnya bangkai berapi, benar benar menggemparkan dunia Kang-ouw, dalam
waktu tiga hari, partai Hoa-san dan Kieng-lay dibawah ancaman senjata ampuh itu,
masing-masing telah menyerah kepada Thian-seng-hwee.
Selanjutnya, tindakan itu diikuti oleh partai-partai Tim-Chon dan Ngo-bie. Ditilik
dari perkembangan keadaan, mungkin dalam waktu beberapa bulan lagi, semua partai
persilatan akan bertekuk lutut terhadap Thian seng-hwee, hingga perkumpulan itu dapat
menguasai duria Kang-ouw.
Pengaruh Thian-seng-hwee semakin besar, telah menggelisahkan orang-orang dari
golongan kebenaran, dan kini, Thian-seng-hwee sudah mendesak Bu-tong pay supaya
menyerah dalam waktu sepuluh hari.
Hal ini menggemparkan dunia Kang-ouw, bukan saja Bu-tong-pay tidak berdaya tapi juga
partai besar lainnya seperti Siao-lim dan Kun-lun, juga merasa terancam.
Tatkala Tan Liong tiba di lembah Pek kut-gam, ia dapat melihat bayangan dua
orang yang melesat dengan cepatnya, sebentar saja sudah berada sejarak tiga tombak dari
hadapannya.
Tan Liong hentikan kakinya, ia segera dapat mengenali bahwa kedua orang itu ternyata
adalah Tok-gan Lokoay dan Hiat-hun Koay-po


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Liong menghitung waktunya, perjanjiannya Naga Merah, justru besok pagi
sudah batas waktunya, dua tokoh dari dunia kejahatan yang kini sudah gantungkan diri
dengan Thian-seng-bwee itu, ternyata masih belum berlalu dari Pek-kut-jam.
Tidak lama, Hiat-hun Koay-po dan Tok gan Lo-koay, dua-duanya sudah berdiri di hadapannya Tan Liong, Hiat-hun Koay-po menatap Wajah Tan Liong sejenak, wajahnya menunjukkan rasa kaget,
............Ia tidak mengetahui bahwa pemuda wajah jelek yang ia dulu pernah hadapi
adalah Tan Liong.
Tok-gan Lo-koay maju setindak dan berkata dengan nada dingin "Apa tuan adalah Tan
Liong ?"
"Tidak salah, aku yang rendah adalah Tan Liong."
"Sudah tentu benar..............." jawab Sim Lok, yang segera menceritakan apa yang ia
lakukan dengan Lo Kie. "Menyekap dirinya beberapa hari dalam kamar tahanan juga tidak
halangan........."
"Tapi kau kenapa tidak mau paksa dirinya menyerahkan BUKU HITAM?"
"Pada akhirnya ia toh akan menyerahkan juga, untuk apa tergesa-gesa?"
"Jika anak buah Thian-mo-kiong mengetahui kiongcu mereka tertangkap olehmu,
ini tidak boleh dibuat main main lho..............."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sim Lok tertawa, kemudian membicarakan lagi urusan Kang-ouw yang lainanya, dan
setelah dahar malam, si Dewa pincang dan Chiang kiong Kiamkbek pamitan, Kow Tok Cu
dan Sim Lok mengantar tamunya sampai di bawah gunung.
Selagi tamunya itu hendak melanjutkan perjalanannya, Sim Lok mendadak berkata,
"Jiwie locianpwee harap tunggu sebentar, boanpwee ingin minta bantuan sedikit,"
Si Dewa pincang merandek, ia berkata sambil ketawa bergelak gelak, "Sudah dahar nasi
sudah tentu bersedia mengeluarkan tenaga, ada urusan apa, kau katakan saja."
"Nanti jiwie locianpwee kalau muncul di dunia Kang-ouw lagi, tolong carikan
sedikit keterangan tentang seseorang........."
"Siapa?"
"Lo Kie, aku harus mencarinya dan akan mencincang dirinya."
PERKATAAN Sim Lok ini mengejutkan Lok Kie dan Kow Tok Cu. Sedangkan si Dewa
pincang tidak mengunjukan reaksi apa-apa katanya, "Kau tak usah khawatir, kita nanti
berusaha untuk mencarikan keterangan." Sehabis berkata, lalu melanjutkan perjalanannya
dan sebentar sudah menghilang di tempat gelap.
Kow-tok-cu masih belum hilang perasaan kagetnya, ia bertanya kepada Sim Lok, "Sim
ciangbun......"
"Aku belum menjabat jabatan itu."
"0h! Sim siaohiap, mengenai urusan Lo Kie ini, apakah kau tidak boleh tidak harus
membunuh dirinya?"
"Benar, orang itu ada permusuhan besar sekali denganku, bagaimana aku dapat
melepaskan dirinya begitu saja?"
Lo Kie nampak bersenyum getir, ia berkata, "Adik Lok, urusan ini biarlah jangan kita
bicarakan dahulu, sebaiknya kau segera pergi menengok Thian mo Kiong-cu."
"Kenapa?"
"Kau harus berusaha untuk minta kembali tiga pusaka itu darinya, lagipula kita
juga tidak boleh menyekap dirinya terus menerus di dalam kamar tahanan."
"Apa kau kira ia mau menyerahkan tiga pusaka itu?" tanya Sim Lok sambil ketawa
dingin.
"Mau atau tidak, aku tidak berani pastikan, hanya, aku mendadak ingat sesuatu, itu
adalah soal perempuan seperti setan yang telah memberi pelajaran ilmu silat aneh
kepadamu itu, mungkin ada hubungannya dengan Thian-mo Kiongcu, aku bahkan anggap
mereka mungkin bersaudara atau guru dan murid."
"Alasannya?"
"Apa kau sudah lupa? Anak buah Siao lim-pay dulu yang dapat keluar dari lembah
Pek-kut-kok, semuanya berjumlah tujuh orang, sedangkan anak buah partai tersebut yang
dibunuh oleh Thian-mo Kiongcu, juga berjumlah tujuh orang, hal ini pasti ada
hubungannya dengan setan perempuan itu, mungkin karena benci terhadap orang-orang
Siao-lim-pay yang tidak berbudi atau tidak ingat budi orang, dengan tidak suka
memberikan obat yang berupa nyiur burung bangao, sehingga terpaksa menyuruh Thianmo Kiongcu menuntut balas."
"Kemungkinan itu memang benar ada."
"Nah, kau pergilah tengok padanya!"
Sim Lok meninggalkan Lo Kie dan pergi ke kamar tahanan. Selama beberapa hari
itu, ia tidak pernah pergi menengok Thian-ino Kiong cu, dalam hatinya juga merasa tidak
enak.
Tiba di dekat kamar tahanan, tiba-tiba ia mendengar suara orang berbicara, hingga diamdiam ia terperanjat apalagi setelah melihat siapa orang yang berbicara dengan Thian-mo
Kioangcu, rasa kagetnya semakin, besar. Sebab orang itu bukan lain Gin-hui.
Gin-hui yang meninggalkan dirinya dengan hati patah, mengapa ia bisa kembali ke Thianmo-kiong?"
Dalam kaget dan terharunya, Sim Lok lantas berseru, "Gin-hui."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mendengar suara itu, Gin-hui terkejut, ketika ia melihat lantas berkata sambil berseru,
"Kau tentunya tidak menyangka kalau aku bisa kembali ke Inbu-nia?"
"Ya."
"Engko Lok, kau harus bebaskan dirinya!"
"Kenapa?"
"Engko Lok, mungkin kita semua telah berbuat salah, dia adalah
isterimu............"
"Tapi ia hendak membinasakan aku."
"Itu karena salah faham, sekarang kita sudah tahu siapa yang memberikan obat
perangsang itu, apa lagi Khim Hui telah terbinasa di tanganku, kalian merupakan suami
isteri, terhadap soal itu, juga tidak perlu kecil hati."
"Kedatanganmu ini ada keperluan apa? Apakah kau balik kembali ke Thian-mo
kiong?"
"Ya, kecuali ke Thian-mo-kiong, sudah tidak ada tempat lagi yang lebih baik
bagiku. Kau mau bebaskan dirinya atau tidak?"
"Tidak."
"Tapi aku minta kau supaya membebaskan dirinya."
"Kau...............?"
"Bagaimana? Engko Lok, pertama kali kita berjumpa dan tatkala aku mengobati
kakimu, bukankah kau pernah berjanji hendak melakukan tiga soal untuk aku? Nah,
sekarang inilah saatnya bagimu untuk memenuhi janjimu itu."
"Tapi apabila ia muncul lagi di dunia Kang-ouw, mungkin akan menimbulkan
kekeruhan lagi, bagaimana aku dapat membebaskan dirinya?"
"Kalau begitu, kau tidak mau memenuhi janjimu, yang terakhir itu?"
Sim Lok mengawasi Thian-mo-kiongcu, yang berada di dalam kamar tahanan dan bertanya
padanya, "Hei, aku ingin tanya padamu satu hal."
Tapi Thian-mo kiongcu pejamkan matanya, tidak perdulikan pertanyaan Sim Lok.
Sim Lok tercengang, ia tanya pula dengan nada suara dingin, "Kau dengar atau tidak?"
Tetap tidak ada jawaban. "Apa kau sudah berubah, menjadi seorang gagu?"
Thian-mo-kiongcu masih tetap belum buka mulut. Sim Lok lantas naik darah, bentaknya,
"Kalau kau tidak mau buka mulut, aku akan keram kau untuk selama-lamanya!"
Gin-hui yang menyaksikan kealaan demik"an, lantas berkata, "Eugko Lok, kau
hendak tanya apa, katakan saja, ia toh bisa dengar."
"Mengapa ia bunuh mati tujuh murid anak buah partai Siao-lim-pay?"
Kini terdengar jawab Thian-mo-kiongcu yang diucapkan dengan nada suara dingin, "Kau
tidak berhak untuk menanyakan soal itu."
"Apakah benar kau tidak mau menjelaskan apa sebabnya?"
"Tidak mau, apa yang kau dapat lakukan, terhadap diriku?"
Dada Sim Lok dirasakan hampir meledak tapi ia tidak berdaya untuk menghadapi
sikap Thian-mo-kiongcu yang keras kepala.
"Kalau begitu, perempuan bagaikan setan yang berada dalam hutan belantara itu
apakah gurumu?"
"Bagaimana kalau ya? Dan bagaimana pula kalau bukan?"
"Jawab yang tepat!"
"Tidak, apa yang dapat kau lakukan terhadap aku?"
"Kalau kau tidak mau menjawab aku tidak akan bebaskan kau, aku ingin tahu,
sampai di mana kau bisa membandal"
Sim Lok berjalan keluar, diikuti oleh Gin-hui.
"Engko Lok........." memanggil Gin-hui.
"Aku sudah katakan bahwa aku tidak akan bebaskan dirinya........." jawab Sim Lok
sambil hentikan kakinya.
"Tapi dia isterimu, dan kau juga masih hutang padaku, satu janji."
"Aku tidak cinta padanya."
"Jawaban ini agaknya berlawanan dengan isi hatimu."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Sebabnya?"
"Jika kau tidak cinta padanya, niscaya kau sudah bebaskan dirinya, mengapa kau
menyekapnya dalam kamar tahanan hingga sekarang?"
"Ini............"
Untuk sesaat, Sim Lok juga tidak tahu bagaimana harus menjawab, ia sendiri juga masih
sangsi, entah ia cinta atau tidak terhadap Thian-mo Kiongcu.
"Engko Lok, apa kau mencintai aku?" demikian Gin-hui mendadak ajukan
pertanyaannya.
"Cinta.........ya, aku mencintai kau, cuma aku takut kau tidak dapat memaafkan
aku."
"Tidak engko Lok, aku bukan seorang perempuan sebangsa Yu Khim Cu."
"Kau.........apakah perkataanmu ini benar?" Gin-hui anggukkan kepala sambil
tersenyum. "Diriku ini sudah menjadi kepunyaanmu untuk selama-lamanya."
"Kalau begitu, kenapa kau kembali lagi ke Thian-mo-kiong?"
"Thian-mo kiong tidak ada yang tercela."
Sim Lok menghela napas, ia mengeluarkan batu giok berukiran sepasang hati yang
diambilnya dari badan Thian-mo Kiongcu dan berkata, "Dulu aku pernah bersumpah bahwa
batu giok ini akan kuberikan kepada istriku, walaupun Thian-mo Kiongcu dan aku
mempunyai permusuhan besar, tapi aku toh tidak boleh mengingkari sumpahku sendiri.
Harap kau serahkan batu giok ini padanya, kau beritahukan bahwa barang ini adalah
barang yang paling kusajangi, harap ia simpan baik-baik. Aku berikan barang ini sematamata hendak memenuhi sumpahku tempo hari, mengenai permusuhan antara aku dengan
dia, aku nanti akan mencarinya untuk membuat perhitungan."
Sim Lok berikan batu giok dan sebuah anak kunci kepada Gin-hui, lalu berkata pula,
"Kalau nanti pergi, tidak usah menengok aku lagi." Sehabis berkata Sim Lok melangkahkan
kakinya menuju ke kuil Ceng-thian-koan. Selama berjalan sambil melamun, mendadak
terdengar suara isak tangis dan suara orang bicara, keluar dari kamarnya Ko Pek Jie.
Lalu terdengar suaranya Ko Pek Jie, "Engko Lo...sedih hatiku memikirkan dirimu..."
Kemudian terdengar suara laki-laki, Adik Ji?......, demikian pula dengan aku....".."
Mendengar suara laki-laki itu, darah Sim Lok mendidih, wayahnya berubah, katanya
pada diri sendiri, "Kiranya Lo Kie........." Dengan cepat Sim Lok lompat melesat ke atas
loteng.........
Ia benar-benar tidak menduga bahwa Lo Kie berani datang ke In-bu-nia untuk menyumpai
kekasihnya. Sesaat Sim Lok tiba diatas loteng, tiba-tiba terdengar suara teguran Lo Kie,
"Siapa?"
"Aku....." jawab Sim Lok, yang segera menerjang masuk ke kamar Kho Pek Jie
tapi, kamar itu ternyata terkunci, ketika Sim Lok mendorong pintunya tidak bergerak.
"Adik Kho, buka pintu!" pinta Sim Lok dari luar.
Tidak lama, pintu kamar terbuka, Kho Pek Jie nampak pipinya masih basah dengan
airmata. Sedangkan daun jendela nampak sudah terpentang lebar, di situ sudah tidak
kelihatan bayangan Lo Kie. Ia lalu menanya, kepada Kho Pek Jie, "Kemana dia?"
"Sudah pergi............!" jawabnya nona itu sambil menangis, kemudian ia
bertanya, "Mengapa dia nampaknya takut sekali padamu?"
Hati Sim Lok merasa pilu, ia unjukan senyum getir, lalu menjawab, "Aku sendiri juga tidak
tahu......... berapa kali ia datang menengok kau?"
"Dua kali!"
"Cuma dua kali? Kapan ia datang untuk pertama kali?"
"Sewaktu kau datang menengok aku, setelah kau pergi, ia datang." Sim Lok
tercekat.
"Aku ingat kau pernah berkata bahwa kau tidak kenal dengan Cee Lo?" Nona itu
gelengkan kepalanya.
"Bukankah ia pernah datang menengok kau?" tanya pula Sim Lok. Nona itu kembali
gelengkan kepalanya. Wayah Sim Lok mendadak berubah, ia merasa heran, sebab waktuhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
itu setelah ia keluar dari kamar Kho Pek Jie, Cee Lo telah datang menengok dirinya, tapi
mengapa sekarang nona itu menyatakan tidak kenal?
Apakah bisa terjadi bahwa Cee Lo itu adalah Lo Kie yang menyaru? Dengan cepat ia
lari turun dan langsung menuju ke Ceng-thian koan. Kini ia telah menganggap bahwa Cee
Lo itu adalah Lo Kie. Tiba di ruangan Ceng thian-koan, Sim Lok disambut oleh Kow-tok-cu
dan Lo Kie. Lo Kie dapat melihat perubahan sikap Sim Lok diam-diam merasa
khawatir.........
Tapi, walaupun demikian, ia masih tetap unjukan senyumnya, bahkan masih
menegur dengan sikap manis, "Adik Lok, apa kau sudah melihat Thian-mo Kiongcu?"
Sim Lok menghampiri Lo Kie dan menjawab dengan sikap dan nada dingin, "Benar, aku
sudah melihat dia, dan kau sendiri bukankah sudah rnelihat Kho Pek Jie?"
Mendengar pertanyaan demikian, hati Lo Kie tercekat, tapi ia masih menjawab dengan
sikap tenang, "Tidak, aku terus berada di Ceng-thian koan bersama ciangbunjin........."
"Tapi, aku tahu kau pergi tengok dia," kemudian dengan wayah berubah ia
bertanya dengan bengis, "Kau Lo Kie atau bukan? Jawab!"
Lo Kie terkejut, ia mundur satu langkah hal ini membuat Kow-tok-cu yang berdiri di
samping merasa heran, ia buru-buru bertanya, "Sim Siaohiap, apa kau pernah melihat Lo
Kie?"
"Benar!" jawabnya singkat, lalu mengawasi Lo Kie dan membentak padanya, "Kau
Lo Kie atau bukan?"
"Adik Lok, apa kau anggap aku ini adalah dia?"
"Aku justru tanya kau!" Kow-tok-cu lantas menyeletuk, "Sim Siaohiap, sungguh
aneh, saudara Cee sejak tadi berada di Ceng-Thian-koan belum pernah geser kakinya,
bagaimana siaohiap bisa katakan dirinya Lo Kie? Meski aku belum pernah melihat
bagaimana orang yang bernama Lo Kie itu, tapi rasanya tidak setua saudara Cee,
tentunya."
Sim Lok pikir itu memang benar, usia Lo Kie jauh lebih muda daripada Cee Lo, lagi
pula bentuk muka dua orang itu juga sangat berlainan. Tapi, ia masih merasa agak sangsi,
Cee Lo pernah pergi menengok Kho Pek Jie, bagaimana Kho Pek Jie berkata tidak pernah
melihat dirinya?
"Kalau begitu, apa kau pernah melihat Kho Pek Jie?" tanya Sim Lok
"Benar."
"Tapi, mengapa Kho Pek Jie berkata tidak pernah melihat kau?*"
"Ini.........barangkali pada saat itu ia masih belum tersadar benar-benar
pikirannya, sehingga menjadi lupa."
"Jadi, kau benar-benar bukan Lo Kie?"
"Jika aku adalah Lo Kie, bagaimana?"
Pertanyaan itu membuat Sim Lok dan Kow-tok-cu terkejut. "Kalau kau benar
adalah Lo Kie, aku akan membunuhmu!"
Lo Kie tertawa bergelak gelak, katanya, "Adik Lok, kau terlalu banyak berpikir, jangan
kata aku bukan Lo Kie, andaikata benar aku adalah Lo Kie, kau pikir, apakah aku bisa
berlaku jujur terhadap kau?"
"Sudah...............tentu tidak!"
"Nah, bagaimana kau bisa anggap aku sebagai Lo Kie?"
endengar keterangan itu, Sim Lok tertegun Cee Lo bukan saja pernah menolong
jiwanya, bahkan selalu memberi bantuan padanya bagaimana ia dapat dibandingkan
dengan Lo Kie yang jahat itu.
Berpikir demikian, maka ia lantas berkata sambil tersenyum dan memberi hormat, "Harap
saudara Cee suka maafkan kesalahan tadi."
"Bagaimana aku dapat salahkan kau, asal selanjutnya kau tidak anggap aku sebagai
Lo Kie, sudah cukup."
"Selanjutnya siaotee tidak beani lagi."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Kow-tok-cu menarik napas lega. Lo Kie berkata pula, "Adik Lok, kau tahu hari ini tanggal
berapa."
"Tanggal sembilan bulan empat!"
"Benar, tahukah kau, perjanjianmu dengan Giok bin Thiat-cun masih ada berapa
hari lagi."
"Aku........sudah lupa........."
"Kau telah berjanji hendak adakan pertemuan dengannya pada tanggal 20, jadi
mulai hari ini cuma tinggal 11 hari lagi, jika kau tidak dapat mempelajari ilmu silat yang
ditulis dalam BUKU HITAM, dalam pertandingan itu barangkali sangat berbahagia bagi
dirimu."
Mendengar keterangan itu. Sim Lok diam bergidik, ia anggukan kepala dan berkata,
"Ka]au begitu. aku akan melakukan perjalanan lagi ke Thian-mo kiong, ada satu hal yang
masih menjadi pikiran, apakah saudara Cee kiranya dapat menolong aku?"
"Ada keperluan apa? Kau jelaskan saja."
"Sudilah kiranya saudara Cee pergi ke gereja Ban-hud-sie digunung Ngo-bie-san?"
"Untuk apa?"
"Mengambil setangkai pohon Soat-som yang sudah ribuan tahun usianya, barang itu
milik perempuan bagaikan setan, yang pernah memberi pelajaran ilmu silat padaku, biar
bagaimana, harus kita ambil kembali"
"Hal ini tidak menjadi soal, tapi dapat ku ambil atau tidak, aku tidak berani
tanggung."


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nanti setelah kau tiba disana, kau boleh beritahukan kepada orang-orang Ngo-biepay tentang peristiwa dilembah Pek-kut-kok pada waktu dahulu, jika orang-orang Ngo-biepay tidak mau menyerahkan, kau boleh bunuh saja beberapa diantaranya."
"Baik nah, mari kita berangkat."
Mereka Ialu pamitan dengan Kow-tok-cu, tiba dibawah gunung, keduanya berpisah
untuk melakukan tugas masing-masing."
Biarlah kita ikuti Sim Lok dulu, ketika ia tiba di rimba Kui-ong-lim, tiba-tiba
disambut oleh seorang bertubuh kecil langsing, mukanya ditutup oleh kain hitam.
"Berhenti!" kata orang itu. Sim Lok terkejut, ia hentikan kakinya.
"Aku sedang mencari kau........." kata orang itu pula.
"Kau siapa?" tanya Sim Lok sambil mundur selangkah.
"Kau tentunya tidak akan lupa, oleh karena hendak mematuhi sumpahku, aku telah
menurunkan pelajaran ilmu silat " 'Sie-sin-chiu" dan .................."
"Oh kiranya adalah nona, apa nona ada urusan?"
"Banyak sekali, aku sekarang hendak tanya padamu beberapa soal, pertama, apa
benar kau sudah keram Thian-mo Kiongcu sampai enam hari lamanya?"
"Benar! "
"Apakah kau tahu bahwa dia itu muridku? Aku sungguh tidak sangka bahwa aku
menurunkan pelajaran padamu sebaliknya kau telah gunakan untuk memusuhi dirinya."
Sim Lok terperanjat, tapi ia tidak berani memastikan kalau ia itu adalah muridnya.
"Tentang ini, semula kau tidak beritahukan padaku," jawab Sim Lok.
"Itu memang betul aku tidak beritahukan padamu, apa betul kau telah perkosa
muridku?"
"Tidak............"
"Tidak? Kau berani menyangkal?"
"Aku tidak perkosa dirinya............" dengan jelas Sim Lok menuturkan bagaimana
ia telah terkena obat perangsang yang dimasukan dalam teh oleh Kim-hui, dan kemudian
secara tidak terduga-duga Thian-mo kiongcu datang, sehingga menggantikan Kim-hui yang
menjadi sasaran pengaruh obat perangsang itu. Setelah mendengar penuturan itu, nona itu
lantas berkata, "Kalau begitu, bukankah itu berarti kau telah, perkosa dirinya? Karena
yang minum obat perangsang itu adalah kau, bukannya dia."
Sim Lok pikir ucapan itu memang benar, kesalahan itu memang disengaja oleh Kimhui tapi yang minum obat perangsang itu ia sendiri, bukan Thian-mo-kiongcu, demikianhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
pula yang perkosa dirinya Kiongcu itu, juga ia sendiri. Oleh karena itu, maka ia lantas
bungkam sambil tundukan kepala. Perempuan bagaikan setan itu berkata pula, "Nah, kau
mau akui dia sebagai isterimu atau tidak?"
"Tidak "
"Apa? Kau tidak mau akui............ dia sebagai isterimu?"
"Benar, sebab itu bukan kulakukan dengan sengaja, lagipula..............."
Tanpa menunggu penjelasan Sim Lok, nona itu sudah menyerang Sim Lok sambil
berseru, "Di dalam dunia ini burung gagak sama hitamnya, kalian orang laki-laki yang tidak
beriman, semuanya harus dibunuh."
Serangan nona itu luar biasa gesitnya, Sim Lok karena tidak menduga akan diserang secara
mendadak, dalam kagetnya ia lantas lompat mundur.
Karena serangannya itu mengenakan tempat kosong nona itu berkata dengan nada suara
dingin, "Aku berikan kau pelajaran ilmu mengelakkan serangan masuh, ternyata justru kau
gunakan untuk menghadapi aku. Bagus sekali!"
Kembali ia putar tangannya dan cecer Sim Lok dengan serangan hebat.
"Dengar dulu kataku............." seru Sim Lok sambil lompat mundur. Tapi kali ini
ia tidak berhasil mengelakkan serangan si nona, tubuhnya terpental sejauh satu tombak,
mulutnya mengeluarkan darah...... Wanita itu dengan cepat memburu dan angkat tubuh
Sim Lok sambil berkata, "Jika kau tidak mau mengakui lagi, aku akan bunuh mati kau!"
"Bagaimana nona hendak paksa? Tahukah kau bahwa jiwaku hampir binasa
ditangannya"
"Apa.........? Apa ia hendak membunuhmu?" Perkataan Sim Lok itu tadi agaknya
diluar dugaannya.
"Ya, dia........." Sim Lok lalu menceritakan bagaimana dirinya hampir dihukum
mati oleh Thian-mo Kiongcu dengan siksaan lima ekor kuda.
Wanita itu lentas berkata, "Ini juga tidak boleh salahkan dirinya," suaranya
ternyata sudah agak lunak, "sebab kesuciannya telah ternoda ditanganmu, sudah tentu ia
benci kau."
"Benar, benar, muridmu tidak bersalah, semua kesalahanku Sim Lok, " jawab Sim
Lok dingin,
"Jika muridku benar berbuat demikian, dia boleh minta maaf padamu, apakah kau
mau akui dia sebagai isterimu?"
"Sudah tentu boleh."
"Baiklah, nah, kau makan obat pil ini!" Sim Lok setelah makan pil pemberian
wanita itu, badannya merasa segar lagi. Pukulanku tadi merupakan pelajaran bagimu, agar
selanjutnya kau tidak akan abaikan cinta seorang perempuan lagi........." kata nona itu
dingin.
Pada saat itu, dari jauh tiba-tiba terlihat beberapa bayangan orang yang sedang
lari menuju ke rimba Kui-ong lim. Sebentar saja orang-orang itu sudah berada di depan
mata. Terkejut Sim Lok ketika melihat orang yang datang itu ternyata terdiri dari tiga
kawanan paderi.
Yang bertindak selaku kepala, seorang paderi tua kurus tapi matanya bersinar tajam. Tiga
paderi itu usianya kira-kira sudah tujuh puluhan tahunan. Paderi yang bertindak sebagai
kepala itu mengawasi Sim Lok sejenak, lalu bertanya sambil rangkapkan kedua tangannya,
"Siecu, numpang tanya, apakah rimba ini adalah rimba Kui-ong-lim?"
Sim Lok terperanjat, selagi hendak menjawab, sudah didahului oleh wanita itu,
"Benar di sini adalah rimba Kui-ong lim, tay suhu dari mana?"
"Lolap Hui-goan, anggota partai Siao-lim-pay."
Baru saja paderi tua itu hendak melanjut kan perjalanannya, mendadak wanita itu
berkata, "Tunggu dulu!" Hui goan merandak, ia buka matanya lebar-lebar tanyanya,
"Liesicu masih ada urusan apa?"
"Apakah taysuhu bukan Hui-goan Taysu, yang pada limapuluh tahun berselang
terkenal dengan nama julukan Paderi sakti dari Siao-lim itu?"
"Benar itu adalah lolap sendiri."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ada urusan apa Taysu hendak mencari rimba Kui-ong lim?"
"Apa liesicu tidak dengar berita yang tersiar didunia Kang-ouw, tentang perbuatan
Thian mo Kiongcu, yang membinasakan tujuh anak murid Siao lim pay? Jika Thian-mo
Kiongcu tidak memberikan keadilan padaku, empat partai besar rimba persilatan segera
akan menghadapi persoalan ini dengan bahu membahu."
"Kalau legitu, taysuhu tidak perlu mencari Thian mo Kiongcu, urusan itu boleh
bicara dengan aku..............."
"Kau orang Thian-mo-kiong?"
"Benar, aku adalah suhunya Thian-mo Kiongcu."
Mendengar perkataan itu, Hui-goan Taysu mundur setindak, wayahnya berubah,
kemudian tertawa bergelak-gelak.
"Kalau begitu, tentu saja kau sudah tahu perbuatan muridmu itu?"
"Sudah tentu tahu."
"Sekarang lolap ingin tanya sicu, partai kita sebetulnya ada permusuhan apa
dengan Thian-mo-kiong?"
"Sudah tentu ada."
"Harap sicu suka memberi penjelasan, jika tidak, lolap terpaksa akan bertindak."
"Partai Siao lim-pay, selamanya anggap dirinya sebagai golongan kebenaran juga
merupakan pemimpin dari partai tersebut, tapi ternyata melupakan budi orang."
"Sejak kapan Siao-lim-pay melakukan perbuatan yang tidak pantas itu?*"
"Kau boleh pulang, tanyakan saja kepada Susiokmu, Pek-bie Siansu."
Hui-goan taysu tercengang, lalu berkata, "Tidak perduli partai Siao-lim-pay sendiri,
bagaimana kau sesalkan aku? Liesicu sebetulnya agak keterlaluan, lolap sudah limapuluh
tahun lebih tidak muncul di dunia Kang-ouw, barangkali liesicu mempunyai kepandaian
ilmu silat luar biasa............."
"Apa kau ingin belajar kenal?"
"Benar, lolap memang ada maksud seperti itu."
"Ini mudah sekali, tapi kau barangkali bukan tandinganku."
Perkataan wanita itu, sesungguhnya terlalu jumawa, pikir saja, seorang paderi yang
namanya sudah terkenal sejak limapuluh tahun berselang, bagaimana dapat menelan itu
hinaan?
"Sicu terlalu jumawa........."
"Kalau kau tidak percaya, kita boleh bertaruh, kalau kau kalah, kau harus pulang
ke gereja untuk membaca doa lagi, dan tentang peristiwa itu segera dibikin habis........."
"O jika liesicu yang kalah?"
"Mudah sekalii, aku akan keluarkan perintah untuk membubarkan Thian-mo-kiong,
bahkan akan membinasakan jiwa Thian-mo Kiong-cu."
"Bagus, kita boleh coba."
Sim Lok sudah mengerti, perbuatan Thian-mo kiongcu terhadap Siao-lim-pay,
semata mata karena disebabkan Siao lim-pay tidak mau memberikan obat mujijat berupa
nyiurnya burung Ho yang sudah berusia ribuan tahun, untuk memulihkan parasnya yang
telah rusak.
Dalam peristiwa di lembah Pek-kut-kok, Wanita yang parasnya sudah rusak itu
pernah menolong jiwa tujuh anak murid Siao-lim-pay sehingga partai besar itu tidak
sampai ludas sama sekali, tindakan wanita itu terhadap partai Siao lim-pay sebetulnya
merupakan satu budi yang sangat besar, maka perbuatan ketua Siao-lim-pay yang menolak
permintaan wanita itu, sebetulnya patut disesalkan.
Maka setelah mendengar kesediaan paderi tua itu, Sim Lok lantas berkata, "Aku yang
rendah ingin bertindak sebagai wasit."
Hui goan Taysu mengawasi Sim Lok sejenak lalu berkata sambil ketawa, "Siecu masih
terlalu muda, lagi tidak set-rap tingkatannya, belum pantas jadi wasit."
"Tingkatanku tidak setarap? Tahukah kau bahwa aku adalah ketua partai In-sanpay." Hui-goan Taysu tercengang, katanya, "Kau ketua In-san-pay?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sim Lok keluarkan sebuah panji kecil yang disulam dengan gambar seekor burung
Ho atau bango putih, yang sedang terbang di dalam awan di bawahnya tersulam gambar
seorang pelajar pertengahan umur. Itu adalah panji kepartaian In-san-pay yang dibuat oleh
Jie Bun Kie. Hui-goan Taysu begitu lihat panji itu, lantas memberi hormat seraya berkata,
"Ciangbunjin, harap maafkan tindakan lolap yang sangat gegabah............"
"Nah, apa aku boleh menjadi wasit?"
"Siecu berkedudukan sebagai ketua satu partai, sudah tentu boleh menjadi wasit,"
kemudian paderi itu berkata kepada wanita itu, "Liesicu, silahkan turun tangan!"
Wanita itu agaknya masih belum lenyap rasa bencinya terhadap kawanan paderi dari Siaolim-pay, maka tanpa banyak bicara, ia lantas mulai membuka serangannya. Kecepatan
bergerak nona itu, sesungguhnya sangat mengagumkan, hingga Sim Lok diam-diam juga
memuji kepandaian tersebut.
Hui-goan Taysu nampaknya tidak berani berlaku gegabah terhadap nona itu, ia
kibaskan lengan jubahnya, untuk menyambut serangan nona itu.
Pertempuran itu menyangkut nama baik dan nasib Siao-lim-pay dengan Thian-mo
kiong maka masing-masing mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk menjatuhkan
lawannya. Hui-goan Taysu merupakan salah satu orang terkuat dalam golongan Siao-limpay setiap serangannya mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat dahsyat,
sebaliknya dengan wanita itu, meski kekuatan tenaga dalamnya tidak setarap dengan Huigoan, tapi kelincahannya dan kegesitannya serta gerak tipunya yang aneh-aneh, masih di
atas Hui-goan.
Wanita itu tahu bahwa pertempuran ini sangat penting, maka setiap serangannya
sangat ganas dan telengas. Sebentar saja, pertempuran sudah berlangsung sepuluh jurus.
Pertempuran yang jarang terjadi itu, membuat Sim Lok dan anak murid Siao-lim-sie yang
menyaksikan di luar kalangan terkesima.
SEPULUH jurus kemudian, gerakan kedua fihak mulai pelahan, wanita itu sudah
mandi keringat, sedangkan Hui-goan napasnya sudah memburu. Kalau diantapi demikian,
kedua-duanya pasti akan terluka parah.
Sim Lok mengerti sampai dimana bahayanya keadaan itu, maka ia sedang pikirkan suatu
daya upaya untuk mencegahnya.
Mendadak terdengar suara bentakan wanita berkerudung itu, kemudian hendak melancarkan serangannya. Sim Lck tidak berani ayal lagi, dengan cepat ia bertindak sambil
keluarkan bentakan keras, "Jiwie tahan dulu!"
Berbareng dengan suara bentakan itu, dua orang itu melompat mundur, kedua-duanya
nampak sempoyongan, hampir saja rubuh. Sim Lok berdiri di tengah-tengah mereka,
kemudian berkata, "Jiwie tidak perlu bertempur lagi........."
"Apakah ciangbunjin dapat lihat kalau lolap sudah kalah?" tanya Hui-goan Taysu.
"Taysu tidak kalah, cuma dengan demikian, pasti ada salah satu yang akan terluka
parah atau binasa." jawab Sim Lok yang segera berkata kepada wanita itu, "Mengapa nona
tidak mau memberitahukan peristiwa yang lama itu kepada taysu?"
Hui-goan Taysu menghela napas dan berkata, "Kepandaian liesicu hampir membuat
orang tidak percaya, meski lolap kalah sedikit, tapi sangat kagumi kepandaian
liesicu......"
Sim Lok terkejut mendengar perkataan paderi tua yang sportif itu, tanyanya, "Apakah
benar taysu kalah satu set?"
"Benar, tapi kau tidak dapat lihat itu. Oleh karena lolap sudah kalah, sudah
seharusnya mentaati janjiku, tidak akan mengusut kematian anak murid partai kita lagi."
Sehabis berkata, paderi tua itu hendak meninggalkan rimba tersebut, tapi Wanita itu
mendadak mencegah dan berkata padanya, "Taysuhu tunggu dulu, urusan itu aku hendak
beritahukan padamu, supaya kau tidak anggap aku terlaju ganas dan kejam,"
"Bagaimana sebetulnya urusan itu, harap liesicu suka jelaskan."
"Apakah taysuhu tahu, pada enam tahun berselang, di lembah Pek-kut-kok telah
terjadi suatu pertempuran yang akan mengakibatkan kehancuran dunia rimba persilatan?https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Orang-orang Sam seng Nio nio telah bertempur mati-matian di lembah tersebut, sehingga
menerbitkan banyak kematian jiwa manusia."
"Lolap sudah pernah dengar, kabarnya peristiwa itu timbul karena kitab yang
ditulis oleh para ketua empat partai besar rimba persilatan pada 80 tahun berselang."
Sayap Sayap Terkembang 35 Arjuna Kembar Karya Wiroatmodjo My Lovely Gangster 1

Cari Blog Ini