Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 5

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 5


kesempatan untuk membunuh mereka agar jadi bersih dan
selesai?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 75
Su Yan-hong melihat Tiong Toa-sianseng dan menarik nafas:
"Sejujurnya, kami tidak yakin bisa membunuh mereka!"
"Oh?" Lo-taikun merasa curiga.
Su Yan-hong menjelaskan:
"Rahasia memecahkan Pek-kut-mo-kang kita dapatkan dari Bigiok-Ieng, tidak diragukan lagi pasti akan berhasil. Tapi karena
tergesa-gesa, kita tidak mempunyai waktu untuk berlatih.
Walaupun tadi kita bisa memisahkan mereka, tapi kita tidak bisa
mengalahkan mereka pada kesempatan tadi!"
"Ternyata begitu..." kata Lo-taikun mengangguk, "Nenek tua ini
mengira kalian memaafkan mereka!"
Tiong Toa-sianseng tertawa:
"Apa yang dilakukan oleh Thian-te-siang-kun sudah melewati
batas kemanusiaan, sulit mendapatkan kesempatan untuk
membunuh mereka. Kita akan melaksanakannya demi Tuhan!"
Lam-touw menyela:
"Untung kalian tidak memberitahu rahasia ada di Bi-giok-leng.
Kalau tidak, dua siluman mana mungkin bisa cepat pergi?"
"Berturut-turut gagal, apa yang harus mereka laporkan kepada
Liu Kun?" kata Tiong Toa-sianseng.
"Hahaha! Menurutku mereka tidak akan kembali ke Liu Kun
lagi!"
"Apapun yang terjadi, pertarungan kita dengan Liu Kun pasti
akan terjadi!" kata Su Yan-hong.
"Baginda..." Kang Pin ragu.
"Sampai sekarang, hanya dengan membunuh Liu Kun baru bisa
menyelamatkan baginda. Sekarang langsung pergi sebelum hari
terang agar Liu Kun tidak ada persiapan!"
"Hou-ya memang benar!" Kang Pin tidak berkomentar.
"Pasukan Liu Kun sangat kuat!" kata Kao Seng.
"Kita tidak perlu banyak berpikir lagi!" kata Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 76
Tiba-tiba dia teringat Lan-lan. Dia tidak tahu Liu Kun sekuat apa.
Apakah semua orang sangat setia kepada Liu Kun? Dia juga tidak
tahu apakah mereka bisa selamat? Atau bisa menang? Pertarungan
di medan pertempuran tidak sama seperti pertarungan di dunia
persilatan.
Hanya orang yang pernah ke medan pertempuran baru tahu
bahaya seperti apa yang harus dihadapi!
Ih-lan dilindungi Fu Hiong-kun dan Lu Tan masuk ke rumah
komandan panglima penjaga kota. Dia masih anak-anak, mana bisa
melihat suasana di sana sangat tegang. Karena beberapa hari yang
lalu dia mengalami musibah maka sampai sekarang dia masih
ketakutan, seringkali bermimpi buruk dan sulit untuk tidur.
Begitu bangun dia langsung terkejut dan berteriak:
"Ayah! Ayah!"
Su Yan-hong baru mengatur semua. Begitu mendengar teriakan
Ih-lan, dia langsung masuk ke kamarnya. Melihat ayahnya, Ih-Lanlangsung masuk ke dalam pelukannya.
"Ayah, dua siluman datang lagi!" Ih-lan menangis.
Su Yan-hong tahu apa yang terjadi, dia segera menghibur:
"Ada ayah di sini, kau tidak perlu takut."
Ih-lan melihat sekeliling:
"Aku ingin pulang!"
Su Yan-hong terpaku:
"Hari ini sudah terlalu malam, tinggallah di sini dulu!"
"Aku ingin pulang sekarang, aku tidak suka tempat ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 77
"Tidak mau juga harus mau, sementara ini kita belum bisa
pulang." Su Yan-hong menarik nafas, "Ayah harus berada di sini
untuk mengurus beberapa hal. Bila sudah selesai, baru kita pulang!"
"Aku ingin pulang sekarang!" Ih-lan berteriak.
Su Yan-hong yang sedang mempunyai banyak masalah, dia
membentak:
"Diam!"
Dibentak Su Yan-hong, Ih-lan segera menangis. Hati Su Yanhong tidak enak, dia segera berkata pelan-pelan:
"Lan-lan, dengarkan kata-kata ayah!"
Ih-lan marah dan terus menangis. Su Yan-hong tidak tahu apa
yang harus dia lakukan. Fu Hiong-kun masuk. Dia kebetulan lewat,
mendengar tangisan Ih-lan dan mengira sesuatu telah terjadi.
"Lan-lan!" Dia memanggil di luar pintu kamar.
Ih-lan segera menyahut:
"Cici, aku ingin pulang!"
Fu Hiong-kun segera mengerti apa yang terjadi, dia melihat Su
Yan-hong.
"Nona Fu!" Su Yan-hong menarik nafas.
"Lan-lan, Cici di sini untuk menemanimu!"
Fu Hiong-kun menggendong Ih-lan dan meng hapus air
matanya.
Melihatnya, Su Yan-hong menggelengkan kepala:
"Nona Fu, aku sedang punya banyak masalah, maka aku sudah
mengejutkan dia!"
"Serahkan Lan-lan kepadaku!" kata Fu Hiong- kun.
Hati Su Yan-hong tersentuh, dia melihat Fu FJiong-kun dengan
bengong. Tapi Fu Hiong-kun sama sekali tidak memperhatikan, dia
menggendong Ih-lan ke tempat tidur.
Su Yan-hong tertawa kecut dan keluar dari kamar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 78
"Tidur di sini akan bermimpi buruk, aku ingin pulang!" kata Ihlan. "Lan-lan, apakah kau tidak sayang kepada ayahmu?"
Ih-lan menggelengkan kepala. Fu Hiong-kun bertanya lagi.
"Ayahmu sedang mempunyai banyak masalah, apakah kau akan
membantu dia membereskan masalah ini?"
"Tapi aku tidak punya tenaga yang besar!" "Tidak perlu tenaga,
hanya mengikuti apa yang dia katakan, itu berarti kau sudah
membantu ayah!"
'Hanya begitu?' Ih-lan adalah anak yang pengertian. Ih-lan
berhenti menangis, dia sudah tahu dia salah.
Fu Hiong-kun melihat Ih-lan. Dia mulai tenang.
100-100-100
Su Yan-hong terus berdiri di luar. Setelah beberapa lama, Fu
Hiong-kun baru keluar. Dia segera bertanya:
"Bagaimana dengan Ih-lan? Apakah dia sudah tidur? Kami ayah
dan anak selalu merepotkanmu!"
"Hou-ya berkata terlalu berat!"
"Hiong-kun!"
Fu Hiong-kun terpaku. Su Yan-hong segera berkata:
"Aku memanggilmu seperti itu karena tidak ingin kau terus
memanggiku Hou-ya!"
"Ini..." Fu Hiong-kun diam.
"Kita adalah orang dunia persilatan, tidak perlu begitu sungkan!"
"Kapan Hou-ya kembali lagi ke dunia persilatan?"
"Aku kira kau akan mengerti aku!" Su Yan-hong tertawa kecut.
"Aku mengerti!"
Su Yan-hong segera merasa senang. Dia men-cengkram
tangan Fu Hiong-kun:
"Hiong-kun, apakah kau setuju?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 79
"Aku setuju apa?"
Fu Hiong-kun tidak mengerti, dia ingin menarik tangannya yang
dicengkram Su Yan-hong, tapi akhirnya tidak jadi.
Ada yang ingin Su Yan-hong katakan, tapi dia menelan kembali
kata-katanya, lalu dia berkata:
"Lebih baik kau jangan ikut dalam perang besok!"
Fu Hiong-kun merasa aneh. Su Yan-hong segera menjelaskan:
"Medan pertempuran tidak seperti bertarung di dunia persilatan.
Itu terlalu berbahaya!"
Fu Hiong-kun menggelengkan kepala:
"Aku kira kau bisa mengerti aku, tapi ternyata tidak!"
"Oh?" Su Yan-hong tidak mengerti.
"Kalau aku memaksa pergi, apakah kau akan melarang?"
Su Yan-hong terpaku, lalu menjawab:
"Tidak akan!"
"Bukankah ini sudah beres?"
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Kalau aku bisa seperti guru tanpa ada beban, itu akan lebih
baik!"
"Kau adalah pejabat penting di kerajaan, mana mungkin kau
melepaskan tanggung jawab dan tidak mengkhawatirkan kaisar?"
"Setelah masalah ini beres, aku benar-benar ingin membawa
Lan-lan meninggalkan ibukota, kembali lagi ke dunia persilatan dan
tidak lagi mengurus masalah-masalah di kerajaan!" Dia melihat Fu
Hiong-kun:
"Saat itu, apa kau mau ikut dengan kami?"
Pernyataan Su Yan-hong ini benar-benar sangat jelas. Fu Hiongkun tidak bisa berpura-pura tidak mengerti lagi. Dia
menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 80
"Sekarang ini semua masalah lain harus menunggu. Setelah
masalah besok sudah selesai, baru kita bicarakan!"
"Masalah besok selesai? Kalau terjadi sesuatu denganku, Lan-lan
akan menjadi yatim piatu."
"Yatim piatu?" Fu Hiong-kun berkata sendiri, "Aku mengenal
seorang yatim piatu, bukankah terakhir dia menjadi seorang
pendekar dan sangat terkenal di dunia ini?"
"Apa yang kau katakan?"
"Tidak ada! Aku harus kembali ke kamar untuk melihat apakah
Lan-lan bisa tertidur dengan nyenyak."
"Baiklah!"
Setelah Fu Hiong-kun pergi, Su Yan-hong hanya bisa menarik
nafas.
? Dia tidak bisa ikut Fu Hiong-kun masuk melihat Ih-lan. Dia
lalu masuk ke dalam kamar Lam-touw.
Lam-touw belum tidur. Dia sedang mengobrol dengan Tiong
Toa-sianseng. Melihat Su Yan-hong masuk, dia segera berkata:
"Semua kata-kata sungkan sudah disampaikan gurumu, maka
kau jangan mengulanginya lagi!"
Su Yan-hong tertawa:
"Kalau bukan karena Cianpwee yang mem-beritahu rahasia
memecahkan Pek-kut-mo-kang berada di dalam Bi-giok-leng, kami
benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi!"
"Ini lagi yang dibicarakan, berikutnya apakah kau akan bertanya
siapa aku sebenarnya?"
Su Yan-hong ingin mengatakan sesuatu, tapi Lam-touw sudah
berkata:
"Ketua Pek-lian-kau, Put-lo Sin-sian bermarga Kao dan bernama
Siang-thian. Aku bernama Kao Siau-thian. Dia adalah kakak dan aku
adalah adik!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 81
Su Yan-hong bemar-benar terkejut, tapi Tiong Toa-sianseng
biasa-biasa saja. Kelihatannya dia sudah tahu rahasia ini.
"Apakah Cianpwee juga orang Pek-lian-kau?" tanya Su Yanhong.
"Sekarangpun masih orang Pek-lian-kau!"
"Hanya saja Cianpwee tidak suka dengan hidup dan gaya orangorang Pek-lian-kau?"
"Sedikit banyak seperti itu!" Lam-touw tertawa:
"Tapi bukan hanya sekarang, sudah beberapa puluh tahun aku
tidak berada di Pek-Iian-kau!"
"Karena berbeda pendapat dengan Put-lo-sin- sian?"
"Aku telah berbicara dengan dia, juga kalah ilmu silat darinya,
maka terpaksa aku bersembunyi!"
"Sekaranglah waktunya Cianpwee membersih kan
perkumpulan!"
"Aku sudah tua, harus melihat taraf prestasi Siau Cu!"
"Waktu Put-lo Sin-sian hampir mati, dia mera sa menyesal, maka
menyerahkan Bi-giok-leng kepada Boanpwee. Dia ingin Boanpwee
mencari penerus Pek-lian-kau, sekarang sudah terlaksana!"
Dari dada baju, Su Yan-hong mengeluarkan Bi-giok-leng dengan
kedua tangan menyerahkannya kepada Lam-touw.
Lam-touw tidak segera menerima. Dia hanya bertanya:
"Apakah kau juga merasa Siau Cu adalah orang yang tepat?"
Tanpa perlu berpikir panjang, Su Yan-hong segera menjawab:
"Betul, hanya sekarang dia masih belum dewasa. Itu bukan hal
penting. Nanti setelah lewat beberapa lama, dia bisa menjadi orang
penting!"
Lam-touw baru menerima Bi-giok-leng itu dengan hati-hati
menyimpannya di dada!
"Di mana Siau Cu sekarang?" :anya Su Yan- hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 82
"Kalau aku tidak salah tebak, dia sedang bersama Lamkiong
Bing-cu!" Lam-touw tertawa.
"Bing-cu adalah gadis yang baik!"
Tiba-tiba Lam-touw seperti teringat sesuatu, dia berdiri:
"Aku harus minta maaf pada Lo-taikun!"
"Pergi atau tidak sebenarnya tidak apa-apa, tapi sebaiknya kau
pergi!" kata Tiong Toa-sianseng.
Terhadap keluarga Lamkiong, Tiong Toa-sianseng punya
perasaan lain. Dia mengeluh terhadap pengalaman pahit putrinya,
juga merasakan ketidakberuntungan keluarga Lamkiong.
101-101-101
Siau Cu memang sedang bersama Bing-cu. Di depan Lamkiong
Bing-cu, Siau Cu berubah menjadi bodoh. Satu kalimat yang sama
bolak-balik dia katakan, tapi Bing-cu tidak merasa apa-apa.
Topik pembicaraan terakhir mereka adalah tentang perang esok
hari.
"Apakah kau harus pergi besok?" tanya Bing-cu.
"Mana mungkin aku tidak pergi?" Siau Cu menegakkan dada,
"Liu Kun mendatangkan mala petaka bagi negara dan rakyat. Ada
kesempatan ini, kita harus melawannya!"
Bing-cu menundukkan kepala:
"Aku tidak bisa pergi! Lo-taikun berkata aku tidak
berpengalaman dan tidak bisa membantu apa-apa!"
"Kalau begitu aku lebih tenang!" Siau Cu malah senang.
"Apa? Kau juga tidak ingin aku pergi? Betulkah ilmu silatku
begitu jelek?" tanya Bing-cu dingin.
Siau Cu menggelengkan kepala. Dalam hatinya dia terus
berpikir, akhirnya muncul alasan yang dia anggap masuk akal:
"Di keluarga Lamkiong harus ada orang yang menjaga rumah!"
"Tapi aku tidak berpengalaman menunggu rumah."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 83
"Pengalaman lebih dibutuhkan di medan pertempuran.
Walaupun punya ilmu silat, tapi jika tidak berpengalaman tidak
akan bisa dikeluarkan!"
"Apakah kau pernah membunuh orang?" tanya Siau Cu.
"Tidak pernah! Apakah di medan pertempuran harus
membunuh orang?"
"Harus membunuh walaupun lawan bukan orang jahat!"
Bing-cu mengangguk, dia tidak lupa ketika menyelamatkan Kang
Pin, Semua orang keluarga Lamkiong terpaksa membunuh orang,
hanya dia yang bersembunyi di belakang Lo-taikun.
"Akhirnya kau mengerti!"
Dari pinggang Siau Cu mengeluarkan sebuah barang yang diikat


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan rantai:
"Ini aku berikan kepadamu!"
"Apa itu?" Bing-cu merasa heran.
"Barang ini bisa menyelamatkan nyawa, mudah dipakai untuk
melindungi diri sendiri. Mungkin bisa membantumu!" Siau Cu
berkata dengan sungguh-sungguh.
"Kau begitu memperhatikan aku!" Wajah Lamkiong Bing-cu
memerah.
"Setelah esok, entah kapan baru bisa bertemu denganmu lagi."
"Aku akan menunggumu di Ci-cu-wan!"
"Asal aku masih hidup, aku pasti akan mencarimu ke Ci-cuwan!"
Bing-cu mengangguk. Dia merasa sedih dan hampir meneteskan
air mata.
102-102-102
Waktu Lam-touw meminta maaf, yang pasti wajahnya menjadi
serius. Lo-taikun, Lamkiong Po, Cia Cu-ciu, Tong Goat-go, Bwe Ausiang dan Tiong Bok-lan selalu sungkan, hanya Kiang Hong-sim
yang masih dendam. Lam-touw berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 84
"Aku benar-benar pikun, bisa-bisanya mencurigai Keluarga
Lamkiong, benar-benar harus di hukum!"
Kiang Hong-sim segera berkata:
"Kalau begitu, hukuman apa yang kau ingin terima?"
"Mengapa kau tidak sopan terhadap Cian-pwee?" kata Lo-taikun
marah.
Kiang Hong-sim terpaku. Lo-taikun membentak lagi:
"Cepat berlutut!"
Tongkat kepala naga diketuk ke bawah.
Kiang Hong-sim terpaksa berlutut. Lo-taikun menggelengkan
kepala:
"Aturan keluarga Lamkiong benar-benar kurang ketat. Aku
meminta maaf!" Tongkat kepala naga diketuk lagi ke bawah, dia
membentak:
"Cepat minta maaf!"
Kiang Hong-sim tidak berani membantah. Dia menyembah Lamtouw. Lam-touw tidak sempat mela rang, terpaksa dia menghindar
dan mengganti topik: "Masalah kecil, semua orang jangan terus
diingat di dalam hati. Kita harus berkonsentrasi terhadap
pertempuran esok!"
"Keluarga Lamkiong akan bertempur dengan ). sekuat tenaga.
Liu Kun mendatangkan petaka untuk . rakyat dan negara, semua
orang wajar membunuhnya!"
103-103-103
Liu Kun tahu bahaya sudah mendekat. Dia lama menunggu
Thian-te-siang-kun tidak kembali, juga tidak mendapat kabar dari 5
utusan lampion. Dia tidak tenang. Akhirnya dia memanggil Hongpo
bersaudara dan Pak-to (Perampok utara).
Dia berpesan kepada Pak-to untuk menempatkan orang menjaga
ketat kamar kaisar, dan jangan membiarkan orang keluar masuk.
Setelah Pak-to pergi, dia baru berpesan kepada Hongpo bersaudara.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 85
Hongpo bersaudara sudah lama mengikuti Liu Kun, Melihat Liu
Kun, mereka langsung tahu ada masalah yang tidak bisa dibereskan,
tapi mereka juga tidak : berani banyak bertanya. Tanpa perlu
ditanyakan mereka, Liu Kun sudah menarik nafas berkata:
"Aku benar-benar khawatir!"
"Kiu-cian-swe mengkhawatirkan apa?" tanya Hongpo Tiong.
"Thian-te-siang-kun sudah lama pergi tapi belum kembali. 5
utusan lampion juga tidak ada jejak kabarnya, pasti sudah terjadi
perubahan!"
"Kiu-cian-swe tenanglah! Pek-kut-mo-kang milik Ji-wi Kaucu
tidak tertandingi. Mana mungkin seorang Kang Pin tidak bisa
diatasi?"
Uu Kun menggelengkan kepala:
"Mudah-mudahan tidak ada masaiah. Kalau benar-benar ada
perubahan, kita harus hati-hati!"
"Kiu-cian-swe benar-benar mempunyai pandangan yang jauh!"
"Aku mempunyai firasat bahwa semua masalah akan berakhir!"
kata Liu Kun.
"Berarti Kiu-cian-swe akan menjadi Ban-swe dan akan
memimpin negara ini!"
"Aku harap begitu!" kata Liu Kun, "menurut kalian, kalau kita
berperang terang-terangan, apakah kita bisa menang?"
"Kiu-cian-swe pasti akan menang!"
"Belum tentu, dalam melakukan sesuatu, aku selalu ingin
mempunyai alternatif jalan yang lain. Kita harus berjaga-jaga!"
"Maksud Kiu-cian-swe..."
"Kalian segera memilih sekelompok orang yang bisa dipercaya,
memindahkan barang-barang berharga dari sini ke kereta yang
sudah kusiapkan. Bila terjadi sesuatu, kalian segera lindungi aku
untuk meninggalkan ibukota, kita pergi ke tempat lain."
Hongpo bersaudara saling pandang:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 86
"Betulkah Kiu-cian-swe menganggap di pihak Kang Pin..."
"Kang Pin tidak perlu ditakuti. Yang kupikirkan adalah Su Yanhong!" Liu Kun memukul meja.
104-104-104
Malam ini kaisar bersantai di kamarnya. Pelayan-pelayan yang
melayani dia merasa heran. Kasim yang dia percaya, Thio Gong juga
merasa heran.
"Baginda hari ini sangat gembira, aku belum pernah melihat
baginda seperti ini!" Thio Gong bertanya dengan hati-hati.
"Mana mungkin aku tidak senang?" jawab kaisar.
"Hamba tidak mengerti!"
"Semua akan terjadi besok. Aku masih belum yakin apakah akan
berubah, tapi lebih baik bisa jelas! Sekarang aku berada di sini tapi
hatiku tidak!" kata kaisar.
"Hamba bisa melihatnya. Darimana baginda tahu akan terjadi
perubahan esok hari?"
"Beberapa hari sebelumnya, orang yang di kirim Liu Kun untuk
mengawasiku tidak mencapai 30 orang, karena dia sangat percaya
diri dan sama sekali tidak menaruh aku di hatinya. Tapi malam ini
tiba-tiba dia menambah penjaga 10 kali lipat, berarti rencana yang
dia susun tidak berjalan dengan lancar di luar dan pasti ada
perubahan besar, maka harus memperketat penjagaan!"
"Apakah An-lek-hou sudah bertindak?"
"Tidak diragukan lagi!"
"Baginda bisa menghitung hal ini! Baginda pasti akan selamat
dan tidak akan terjadi sesuatu!" Thio Gong berlutut.
Kaisar hanya bisa tertawa.
Perang akhirnya meletus di pagi hari. Perang sangat keras,
apalagi ini adalah perang di dalam gang.
Orang yang setia kepada Liu Kun sangat banyak, maka Liu Kun
berani bertarung. Tapi karena kebenaran tidak berpihak kepadanya,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 87
maka walau pun orang yang mendukung dia lebih banyak dari Su
Yan-hong, tapi mereka tidak bisa mengeluarkan semua
kemampuannya.
Pada waktu itu, prajurit Ling-ong dipimpin oleh Siau Sam
Kongcu dan Su-ki-sat-jiu keluar dari dalam kota dan bergabung
dengan pasukan di luar. Hal ini membuat Liu Kun kalang kabut.
Dari dulu Ling-ong selalu mengatakan dia berada di pihak Liu
Kun, tapi sekarang tiba-tiba dia bertindak sebaliknya. Itu adalah
pukulan yang berat bagi Liu Kun.
Sebentar-sebentar ada orang yang datang melapor, tapi Liu Kun
selalu tidak mempedulikan. Begitu mendapat kabar bahwa Ling-ong
membantu Su Yan-hong, Liu Kun marah besar.
"Baik! Semua sudah seperti ini, aku terpaksa memakai cara
terakhir..
105-105-105
Liu Kun membawa Hongpo bersaudara masuk ke kamar kaisar.
Kaisar sudah tahu dan merasa senang, tapi dia menahan agar
perasaannya tidak terlihat.
Liu Kun langsung melemparkan satu stel baju biasa dan
membentak:
"Cepat ganti baju!"
Kaisar terpaku. Dia melemparkan baju: "Mengapa aku harus
memakai baju seperti ini?"
"Karena aku menyuruhmu memakainya!" "Berani sekali kau!"
"Hongpo bersaudara, bantu kaisar ganti baju!"
Di tangan mereka berdua, kaisar tidak bisa menolak.
Liu Kun dengan cepat menculik kaisar dan pergi melalui jalan
rahasia.
Waktu mereka datang ke kamar kaisar, Pak-to mengetahuinya.
Tapi mereka tidak berpesan dulu saat pergi, maka Pak-to mengira
mereka masih berada di kamar. Begitu Su Yan-hong dan lain-lainLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 88
hendak masuk ke kamar kaisar, Pak-to masih melawan. Walaupun
dia mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi Lam-touw juga tidak
kalah.
Su Yan-hong dan lain-lain mengira kaisar masih berada di
kamar. Setelah membereskan Pak-to dan lain-lain, mereka baru
mengetahui kaisar sudah dipaksa Liu Kun memakai baju rakyat
biasa dan dibawa pergi. Mereka segera berpencar untuk mencari.
Lu Tan dan Siau Cu mencari dalam satu kelompok. Mereka
berdualah yang mendapat kabar bahwa Liu Kun sudah naik kereta
pergi ke arah barat.
Mereka terus mengejar ke arah dan barat dan terus bertanya.
Setelah keluar kota sejauh 10 li, terlihat dua ekor kuda ditinggalkan
di sisi jalan. Kuda sudah mati karena kelelahan menarik kereta.
Mereka mengejar lagi. Sampai di tepi sungai, akhirnya mereka
melihat Hongpo bersaudara sedang melindungi Liu Kun. Kaisar
berada di dalam penguasaan mereka. Mereka sedang siap-siap naik
ke atas perahu kecil.
Kalau bukan karena beberapa kotak perhiasa-an, Liu Kun sudah
naik ke atas perahu dan pergi jauh mengikuti arus air.
Beberapa kotak perhiasaan itu membuat Hong po bersaudara
harus bolak-balik, sehingga keberang-katan mereka tertunda.
Siau Cu sangat pintar, dia masuk ke dalam air dan melubangi
dasar perahu agar Liu Kun tidak bisa pergi.
Hongpo bersaudara tidak sempat menghadang. Sampai sekarang
mereka siap melawan. Mereka berharap dapat membunuh Siau Cu
dan Lu Tan, baru kemudian mencari jalan keluar.
Melihat Liu Kun, kemarahan Lu Tan terbakar. Dia ingin segera
membunuh Liu Kun, maka dengan sekuat tenaga dia menyerang.
Siau Cu tidak seperti Lu Tan, sifatnya memang baik dan licin, dia
selalu mencari kesempatan baik.
Bila Hongpo bersaudara hanya menghadapi Lu Tan satu lawan
satu, sepertinya tidak menjadi masalah bagi mereka. Tapi ditambahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 89
dengan seorang Siau Cu yang memukul ke sana kemari, membuat
mereka kalang kabut.
Bukan hal yang mudah bagi Siau Cu dan Lu Tan untuk
membunuh Hongpo bersaudara. Tapi jika sudah merobohkan salah
satu dari Hongpo bersaudara, baru kemudian bergabung
menyerang yang satunya lagi, itu akan lebih ringan bagi mereka.
Liu Kun yang melihat mereka terlihat semakin takut, tapi dia
tetap tidak mau menyerah. Sebuah pisau belati di tangannya dia
taruh di leher kaisar, dia membentak dengan ancaman:
"Siapa yang berani bergerak, aku akan bunuh kaisar!"
Siau Cu dan Lu Tan terpaku. Liu Kun melihat Lu Tan, dia
membentak:
"Ayahmu berkali-kali melawanku. Kau putranya juga sama
seperti dia. Apakah kau ingin mati?"
"Kau benar-benar tidak tahu diri! Kematian mu sudah di depan
mata, masih begitu tidak tahu diri!"
"Kaisar berada di tanganku. Jika dia terluka, apakah kalian mau
bertanggung jawab?" Liu Kun marah.
Lu Tan marah, dia ingin menyerang, tapi baru mengangkat
kakinya, dia menurunkannya kembali. Siau Cu tidak punya cara lain
lagi, tapi mulut tetap harus berbicara:
"Baik, aku mau lihat kau bisa bertahan berapa lama. Kita berdua
bisa datang kemari, orang lain juga akan bisa kemari. Tapi selain
Hongpo bersaudara, kau sudah tidak punya anak buah lagi."
Lu Tan menyambung:
"In Thian-houw dan Tiang-seng sudah mati oleh pedang Siau
Sam Kongcu! Apakah orang-orang Pek-lian-kau bisa datang
menyelamatkanmu?"
Liu Kun coba-coba bertanya:
"Bagaimana dengan Thian-te-siang-kun?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 90
"Mereka kalah oleh Tiong Toa-sianseng dan An-lek-hou, dan
hanya bisa menyelamatkan nyawa sendiri. Apalagi 5 utusan
lampion, mana berani mereka banyak bicara!" kata Siau Cu sambil
tertawa.
Walaupun Liu Kun sudah memperkirakan keadaan seperti itu,
tapi setelah mendengar sendiri kenyataannya dia benar-benar putus
asa. Dalam ketegangan, keringat dingin terus menetes.
"Lebih baik kau menyerahkan diri! Mungkin kalau kaisar senang,
dia akan menghapus kesalahanmu yang besar ini!"
Liu Kun melihat kaisar tapi wajah kaisar tanpa ekspresi, dia
seperti tidak mendengar.
"Tapi walaupun hukuman mati bisa dibebaskan, hukuman hidup
tetap harus dilaksanakan!" kata Siau Cu.
"Diam!" Liu Kun membentak:
"Kalau kau berkata omong kosong lagi..
Siau Cu menggelengkan kepala:
"Coba lihat dirimu, keringat memenuhi kepala, kaki dan
tanganmu bergetar, sampai pisau belati juga terlihat seperti akan
lepas!" Siau Cu melempar-lempar pisau, gerakannya begitu ringan
dan lincah.
"Lemparkan pisaumu!" bentak Liu Kun.
"Apakah aku harus melemparkan pisau ini?" tanya Siau Cu
tertawa.
"Cepat!" Liu Kun mengencangkan dua tangan. Kaisar
mengeluarkan suara. Dia juga tergopoh-gopoh.
Siau Cu segera melemparkan pisau ke kejauhan. Dengan dingin
Liu Kun berkata:
"Hitung-hitung kau tahu diri!" Dia lalu membentak pada Lu Tan,
"Pedangmu!"
Lu Tan melihat Siau Cu. Dia juga melemparkan pedang ke
tempat jauh. Liu Kun merasa lega. Dengan tangan yang memegangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 91
pisau belati dia mem bersihkan keringat di dahi. Dalam hatinya
berpikir, Lu Tan dan Siau Cu tidak bersenjata, maka mereka tidak
akan berbahaya dan tidak bisa meng-ancam dia.
Pada waktu itu sebuah senjata terbang keluar dari lengan baju
Siau Cu dan dengan cepat senjata memukul pergelangan tangan Liu
Kun. Terdengar suara tulang remuk. Lengan kanan Liu Kun
memang tidak patah, tapi pisau belati di tangannya terlepas dan
terbang jauh.
Lu Tan dan Siau Cu bekerja sama dengan baik. Lu Tan segera
meloncat ke depan Liu Kun, menceng-kram pergelangan kirinya
dan menarik Liu Kun jauh-jauh dari kaisar. Kemudian dia juga
memukul dan menendang Liu Kun.
Siau Cu melihatnya, segera menarik Lu Tan:
"Jika kau memukul dia sampai mati, itu justru akan


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memudahkan dia!"
Akhirnya Lu Tan bisa tenang. Melihat Liu Kun roboh, kaki yang
baru diangkat Lu Tan di-turun-kan lagi.
106-106-106
Terdengar suara kuda berlari.
Kaisar ketakutan dan bersembunyi di belakang Siau Cu dan Lu
Tan. Mata Siau Cu lebih tajam, dia segera berteriak senang:
"Hou-ya datang!"
107-107-107
Selain Su Yan-hong, Tiong Toa-sianseng dan Siau Sam Kongcu,
masih ada Ling-ong, Su-ki-sat-jiu dan pasukan-pasukannya.
Terlihat senyum di wajah kaisar, dia melihat kepada Liu Kun:
"Kau juga bisa seperti ini!"
Tiba-tiba Liu Kun merangkak bangun. Sambil menangis dan
menyembah:
"Hamba pantas mati! Harap baginda me maafkan hamba!"
"Kau juga tahu pantas mati!" kaisar tertawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 92
"Hamba pantas mati. Semua ini disuruh Ling-ong. Hamba hanya
mengikuti perintah dia!" tiba-tiba Liu Kun berteriak.
"Oh?" kaisar melihat Ling-ong.
"Maafkan kami baginda, kami telat datang!" Ling-ong berlutut,
"kekuatan Liu Kun sangat kuat di ibukota. Beberapa kali aku dicegat
olehnya ketika mau membawa pasukan datang ke utara. Demi kelan
caran datang ke ibukota untuk menemui baginda, terpaksa aku
pura-pura mendekati dia..."
"Baik, aku mengerti!" kaisar tertawa kepada Liu Kun, "sekarang
sudah telat untuk menggunakan cara licik itu!"
Liu Kun melihat Ling-ong dengan sorot mata membenci. Lingong hanya tersenyum.
Kaisar juga tersenyum, tapi tidak ada yang melihat sebelum
tertawa, tampak sedikit keraguan di matanya.
108-108-108
Kekalahan Liu Kun membuat pejabat-pejabat terus memberikan
surat kepada kaisar, menyatakan 30 kesalahan Liu Kun. Kaisar tidak
mempunyai waktu untuk memeriksa siapa yang salah dan siapa
yang benar. Dia menyuruh pengawalnya untuk menyerahkan Liu
Kun ke pengadilan istana.
Perkara digelar pada siang hari. Hakim adalah pejabat tinggi. Liu
Kun tertawa:
"Sesuai perkiraanku!"
Liu Kun tahu dia tidak akan bisa lolos dari kematian, maka semua
masalah dipaparkannya. Semua orang yang mendengar
perkataannya merasa heran dan bingung.
"Ternyata adalah kalian!" Liu Kun melihat mereka, "kalian bisa
mencapai jabatan yang begitu tinggi, siapa yang mendukung
kalian?"
Semua orang terpaku.
"Baiklah, aku berada di sini, sekarang siapa yang menghakimi
aku? Kau atau kau?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 93
Semua orang yang ditunjuknya menundukkan kepala. Liu Kun
bertambah galak dan tertawa:
"Semua pejabat di kerajaan diangkat olehku, siapa yang berhak
menghakimi aku?"
"Aku yang bertanya kepadamu!" Su Yan-hong masuk.
Kali ini Liu Kun yang bingung.
Tanya Su Yan-hong:
"Aku tidak ada hubungan apa-apa denganmu, aku punya hak
untuk menghakimimu!"
Liu Kun diam. Kata Su Yan-hong lagi:
"Sebenarnya tidak perlu banyak bertanya!" Dia membuka
sebuah kain:
"Lihatlah apa maksud baginda."
Sorot mata Liu Kun melihat kepada kain itu. Wajahnya pucat, dia
terjatuh pingsan.
Tuduhan kesalahan dia ada 30. Jika setiap kesalahan harus
ditanyakan, maka menghabiskan banyak waktu. Kaisar tidak sabar,
dia hanya menulis enam buah huruf dan memberikannya kepada Su
Yan-hong.
"Bo-hu-couw, Leng-ce-ci!" (Tidak ada ampun, segera hukum
mati) Tidak perlu banyak bicara dan perintah hukuman sudah
diturunkan. Maka ddak perlu diadili. Setelah membaca kain
perintah yang diturunkan, Liu Kun benar-benar gemetar.
109-109-109
Ada beberapa jenis hukuman mati, dari yang ringan sampai
dengan yang berat. Yang paling ringan adalah dihukum gantung di
dalam penjara. Yang ke dua adalah hukuman penggal kepala. Ketiga
adalah Siau-souw. Hukuman penggal kepala dan Siau-souw samasama dilakukan dengan cara me-menggal kepala. Perbedaannya
pada hukuman penggal kepala, keluarga diijinkan untuk mengambil
mayatnya, kemudian kepala akan dijahit kembali oleh tukang kulit.
Jadi boleh dikatakan mayatnya masih utuh.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 94
Yang paling berat adalah Leng-ce-ci. Biasanya orang-orang
menyebutnya dicincang atau dipotong. Pada hukuman Ling-ce-ci
ini, daging pada tubuh akan dipotong selembar demi selembar. Bila
algojonya disuap sebelum menjalankan eksekusi, nadi penting akan
ditusuk dulu, maka yang dikelupas sudah menjadi mayat dan tidak
akan merasa sakit.
Liu Kun melakukan pelanggaran pidana yang berat. Algojo di
bagian hukum tidak berani disuap juga tidak berani macam-macam.
Apalagi waktu pelaksanaan Ling-ce-ci, semua orang pasti keluar
untuk melihat. Disaksikan oleh begitu banyak pasang mata, mana
mungkin algojo berani berbuat macam-macam.
Liu Kun suka menangis. Sekarang dia ketakutan dan sama sekali
tidak berani menangis lagi. Setengah ditarik setengah dipapah, dia
diantar ke lapangan eksekusi. Rambutnya diikat di sebuah ring
yang dipasang pada sebuah tiang.
Algojo membuka sebuah jala yang terbuat dari tali. Dia menjala
tubuh Liu Kun di mana tubuh atas dibuka bersama tiang. Tali ditarik
dengan kencang, maka daging Liu Kun menekan keluar dari lubanglubang jala.
Waktu eksekusi menurut aturan adalah jam 1, tidak boleh lebih
awal juga tidak boleh lambat. Tidak boleh lebih awal karena surat
kaisar yang membatalkan hukuman bisa datang tiba-tiba. Kalau
dipenggal lebih awal, orang mati tidak bisa hidup kembali. Bila
terjadi begitu, pejabat yang bertanggung jawab melaksanakan tugas
eksekusi akan dihukum berat.
Maka saat petasan siang berbunyi, eksekusi dimulai. Selain Liu
Kun, keluarganya yang berjumlah 15 orang semuanya harus
dipenggal. Semua yang dieksekusi di lapangan harus berlutut
menghadap ke utara. Ada yang masih berharap ada orang naik kuda
datang mengantarkan surat kaisar untuk membebaskan hukuman
mati, dan hukuman diganti dengan dikirim ke perbatasan menjadi
prajurit penjaga perbatasan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 95
Hal seperti ini bukan tidak pernah terjadi. Tapi bagi orang-orang
yang membenci Liu Kun, mereka benar-benar merasa was-was,
khawatir tiba-tiba ada perubahan.
Waktu eksekusi sudah dekat. Tiba-tiba dari dinding istana benar
ada seekor kuda berlari cepat men-datangi. Hal ini membuat semua
orang terpaku. Sampai pejabat yang bertanggung jawab
mengeksekusi juga menunggu. Begitu pengawal istana datang dan
turun dari kuda, dia mengeluarkan sepucuk surat. Semua orang
baru tenang.
Surat yang diantar bukan surat pembatalan eksekusi, melainkan
suart untuk menjalankan eksekusi, semua orang bersorak.
Perintah diturunkan. Keluarga Liu Kun dipenggal dulu. 15 kepala
tergeletak di tanah. Hal ini dimaksudkan agar Liu Kun melihat
kemadan keluarganya, membuat hati dia sakit.
Terakhir Hbalah giliran Liu Kun. Pertama, algojo mengelupas
kelopak mata, kemudian dua tangan. Menyelesaikan itu
membutuhkan waktu setengah jam. Terakhir memenggal kepala
Liu Kun. Semua ditaruh di dalam baskom dan diantar ke pejabat
yang bertanggung jawab untuk mengeksekusi.
Kemudian dilanjutkan dengan acara jual algojo. Tiga tail untuk
selembar daging Liu Kun segera laris. Walaupun orang-orang yang
dulu per-nah disiksa Liu Kun ribut akan memakan dagingnya, tapi
setelah daging dibeli, mereka memberikannya untuk dimakan
anjing atau diinjak-injak sebagai pelampiasan. Orang yang benarbenar memakan daging nya sangat sedikit.
110-110-110
Thian-te-siang-kun kembali ke tempat Liu Kun. Mereka tidak
muncul di lapagan eksekusi. Bagi mereka Liu Kun sudah tidak
berharga. Gagal membunuh Kang Pin dan kalah oleh pedang Su
Yan-hong dan Tiong Toa-siansengn, mereka malu kembali ke Liu
Kun untuk melapor. Mereka juga sekalian memanggil kembali 5
utusan lampion untuk melihat situasi dan membuat rencana lain.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 96
Setelah berita kegagalan Liu Kun tersebar, mereka siap keluar
dari ibukota. Ini adalah hari terakhir mereka berada di ibukota.
Jin-kun tiba-tiba datang. Ini membuat Thian-te-siang-kun
terkejut. Jika ada pemberitahuan, mereka bisa berunding dulu.
Setidaknya hati masih ada persiapan. Tapi sekarang ini mereka
hanya bisa terkejut.
Jin-kun memakai baju berwarna perak yang menjadi tanda
seragam Sam-kun. Hanya saja kepalanya ditutup oleh kantong
perak dan hanya tampak sepasang mata.
Thian-te-siang-kun sama sekali tidak mencurigai Jin-kun.
Sebenarnya dengan berpenampilan seperti itu Jin-kun baru bisa
datang mencari.
"Sam-kun akhirnya berkumpul kembali!" kata Thian-kun sambil
melihat ekspresi Jin-kun.
"Masih Sam-kun?" Jin-kun balik bertanya.
"Waktu itu Kaucu mengadakan rapat akbar. Seharusnya kau
hadir!" kata Te-kun.
"Apakah kalian adalah ketua Pek-lian-kau sekarang?" tanya Jinkun. "Apakah ada yang menolak? Apakah kau menolak?" tanya Tekun tertawa.
"Aku? Mana mungkin aku ddak setuju!"
"Kalau begitu kali ini kau datang..."
"Hanya ingin tahu rencana kalian selanjutnya."
"Berarti apa yang kita lakukan dulu, kau mengetahuinya?"
"Tidak semua!" Nada suara Jin-kun berubah menjadi tua dan
penuh wibawa.
Thian-te-siang-kun merasa terkejut dan kele-pasan berkata:
"Ternyata adalah kau..." Mereka melihat kantong berwarna
perak yang membungkus kepala Jin-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 97
"Tahu atau tidak tahu sebenarnya tidak ada bedanya bagi
kalian!"
"Kami kira siapa yang tahu begitu jelas tentang Pek-lian-kau,
ternyata adalah kau yang selalu mengganggu dari dalam!"
"Kalian berdua selalu ingin mengetahui dunia persilatan,
bukankah keterlaluan?"
"Apakah kau bisa?"
"Bisa atau tidak, sekarang ini terlalu awal untuk kita bicarakan!"
"Walaupun kau memiliki niat ingin menguasai dunia persilatan,
kau tidak perlu membocorkan rahasia Pek-kut-mo-kang kepada
orang lain."
"Dari mana aku tahu rahasia Pek-kut-mo-kang?" Jin-kun balik
bertanya.
Thian-te-siang-kun terpaku. Kemudian Jin-kun bertanya:
"Pek-kut-mo-kang bukan apa-apa. Di atas langit masih ada
langit, di luar orang masih ada orang..."
"Kita dua bersaudara pasti bisa menguasai dunia persilatan!"
kata Thian-kun.
"Benar!"
"Kalau kau mau bersama kami..." Te-kun menyela.
"Dia tidak akan mau! Lebih baik kita melihat kemampuan diri
masing-masing. Kita coba lihat nanti!" kata Thian-kun.
"Aku pergi dulu!" Jin-kun membalikkan tubuh.
Thian-te-siang-kun tidak menghadang. Wajah mereka sangat
serius, pikiran juga menjadi berat.
111-111-111
Tadinya Siau Cu sangat santai, tapi begitu masuk ke Ci-cu-wan,
hatinya langsung merasa berat.
Ci-cu-wan sangat sepi, tidak ada orang. Sampai di ruangan
dalam pun tidak ada orang. Ruangan sangat rapi dan bersih, semua
barang ditutup dengan kain.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 98
Pintu diketuk tapi tidak ada orang yang membuka. Siau Cu
merasa aneh, tapi dia tetap mencari alasan untuk menjelaskan
kepada dirinya. Sekarang dia mulai tidak tahan dan mulai tidak
tenang. Di ruangan tamu tidak ada orang, dia segera ke kamar
Lamkiong Bing-cu.
Pintu ditutup tapi tidak dikunci. Beberapa kali Siau Cu
memanggil Bing-cu, tapi tidak ada reaksi, maka Siau Cu membuka
pintu dan masuk.
Bing-cu tidak ada di kamar, tapi ada sepucuk surat. Terlihat dia
sangat mengenal sifat Siau Cu dan tahu Siau Cu akan datang kemari.
Surat memberitahu bahwa Lo-taikun ingin kembali ke Kanglam.
Dia tidak bisa tinggal sendiri di sini dan berharap bisa bertemu di
lain waktu.
Setelah Siau Cu membaca surat ini, dia terpaku, hatinya menjadi
bimbang tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
112-112-112
Lamkiong Po dari keluarga Lamkiong muncul di An-lek-hu. Dia
mengantar undangan ke tangan Tiong Toa-sianseng, setelah
berbicara beberapa kata, dia tergesa-gesa pergi.
Melihat dia pergi, Tiong Toa-sianseng menarik nafas:
"30 tahun cepat berlalu!"
"Cianpwee, kenapa?" tanya Fu Hiong-kun aneh.
"apakah keluarga Lamkiong mengundangmu ke Pek-hoa-couw
untuk bertanding ilmu pedang?" Lam-touw menyela.
"Di dalam benak Kai-heng masih ada bayangan akan hal ini?"
kata Tiong Toa-sianseng.
"30 tahun yang lalu, keluarga Lamkiong ingin mengenal semua
pendekar di dunia persilatan maka mereka membuat pesta besar di
Pek-hoa-couw. Di pesta itu semua pendekar dan ksatria harus
mengeluarkan jurus-jurus andalannya dan saling bertarung secara
persahabatan. Mereka saling memuji dan berhenti di batas tertentu.
Lo-taikun melihat semua orang dengan senang dan tertarik, makaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 99
dia menentu kan rapat seperti itu akan diselenggarakan setiap 10
tahun. Setiap 10 tahun, bulan 8 tanggal 8, mengundang semua
pesilat pedang ke Pek-hoa-couw. Aku sudah tiga kali berturut-turut
mengikuti pesta, maka aku selalu ingat!"
"Kalau tujuan semua orang hanya saling belajar, itu bukan hai
yang bagus!"
"Apakah Cianpwee juga ingin pergi ke Kang-lam?" tanya Fu
Hiong-kun.
"Di sini hidup selalu tegang, jalan-jalan ke Kanglam adalah hal
yang menyenangkan!" Tiong Toa-sianseng tersenyum.
"Kalau menyenangkan, untuk apa menunggu lagi? Aku Lamtouw pergi dulu!" Lam-touw segera pergi.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cianpwee!" Fu Hiong-kun ingin mengejar tapi Tiong Toasianseng menghadang:
"Dari awal dia sudah mengambil keputusan, hanya baru
sekarang pamitan kepada kita!"
"Bagaimana dengan Siau Cu?"
"Dia tidak akan meninggalkan Siau Cu, Sekarang di mana Siau
Cu?"
"Keluarga Lamkiong!" Fu Hiong-kun tertawa.
Tiong Toa-sianseng seperti tahu mengapa Siau Cu pergi ke
keluarga Lamkiong, dia tersenyum:
"Anak muda memang berani. Aku hanya berharap dia sempat
bertemu, kalau tidak sempat dia jangan terlalu kecewa!"
"Mungkin dia tidak akan!"
^ "Menurutku memang seperti itu. Dia tidak seperti
Lu Tan!"
"Lu Tan juga baik!" Su Yan-hong menyela, "dia hanya ingin
kaisar mengembalikan nama baik ayahnya, dia tidak mau menerima
pemberian kaisar!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 100
"Aku juga mengagumi ini!" kata Tiong Toa-sianseng, "tapi selain
tidak mau tanda jasa dan kekayaan, dia juga sangat kecewa dan
ingin pergi ke Bu-tong-san untuk menjadi pendeta. Itu keterlaluan!"
"Mungkin bukan kecewa..." kata Fu Hiong- kun.
"Anak muda harus hidup dengan semangat, tidak cocok menjadi
hweesio atau pendeta!" kata Tiong Toa-sianseng sambil
menggelengkan kepala.
"Apakah dia sudah pulang?" tanya Su Yan- hong.
"Dia pergi ke Ling-ong-hu untuk berpamitan pada Tiang-Iek
Kuncu!" kata Fu Hiong-kun.
"Aku mengira dia akan tinggal 2-3 hari di sini!" Su Yan-hong
menarik nafas, "kelihatannya gara-gara Liu Kun baru ada
kesempatan berkumpul!"
Dia melihat Fu Hiong-kun. Hatinya bertambah berat, dia ingin
mengatakan sesuatu tapi kata-kata tidak keluar.
Fu Hiong-kun memang belum pamit kepadanya, tapi Su Yanhong memperkirakan dia juga tidak akan berlama-lama di sini.
113-113-113
Waktu Siau Cu pulang, malam sudah larut. Begitu mengetahui
Lam-touw sudah pergi, dia terus berjalan bolak-balik. Sampai dia
membaca surat yang ditinggalkan Lam-touw baru dia kembali
bergembira.
Surat Lam-touw ditinggal di meja kamar. Hanya beberapa
kalimat, mengatakan gurunya ada perlu tergesa-gesa pergi ke
Kanglam. Dia ingin Siau Cu mengikuti tanda yang dia tingggalkan
dan akan berkumpul bersama nanti.
Siau Cu tahu Bing-cu kembali ke Kanglam, dia sudah berniat ke
Kanglam. Sekarang adalah kesempatan baik, mana mungkin dia
tidak senang. Setelah berpamitan kepada Su Yan-hong, malam itu
juga pergi ke Kanglam.
Di hari kedua Tiong Toa-sianseng baru mendengar hal ini dari
mulut Su Yan-hong. Dia menggelengkan kepala dan tertawa kecut:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 101
"Guru dan murid sama-sama bersifat terburu-buru, sekali
berkata pergi langsung pergi. Orang yang tidak mengenal mereka
akan mengira sudah terjadi sesuatu!"
"Kao-cianpwee memang terlihat tidak serius, tapi dia begitu tibatiba pergi ke Kanglam seperti ada masalah yang dia ingin segera
bereskan!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Apakah guru juga ingin segera meninggalkan ibukota?"
"Ibukota bukan tempat kita bisa merasa nyaman!"
"Kalau begitu kapan guru pergi?' "Semakin cepat semakin
bagus!"
"Murid berharap bisa ikut juga!"
"Kau sudah menjadi pejabat penting di kerajaan, mana bisa..."
"Besok pagi aku akan bertemu dengan kaisar dan
mengembalikan kekuasaan pasukan kepadanya. Aku berharap
kaisar bisa mengerti hatiku dan tidak menghalangi aku!"
"Kau sudah berpikir matang..."
"Seperti kata guru, ibukota bukan tempat bagi orang seperti kita
untuk bisa merasa nyaman."
"Apakah kau kira kaisar akan mengijinkan kau pergi?"
"Semua sudah beres, murid menyerahkan kembali kekuasaan
pasukan. Kaisar pasti menunggu-nunggu!"
"Kau benar-benar bisa menunda?"
"Kalau bisa lebih baik kita tunda!"
"Baiklah! Sebelum pergi ke Pek-hoa-couw, guru akan pergi ke
Lu-san bertemu Ih (tabib), Tok (racun), Yok (obat), Say-gwa-samsian (3 dewa dari luar dunia).
"Teman sudah berpuluh-puluh tahun pergi ke Lu-san, sudah
lama berjanji untuk mengunjungi mereka!"
"Sam-wi Cianpwee sudah lama terkenal. Kalau Tecu bisa
bertemu, ini adalah hal yang menggembirakan dalam hidupku!"
"Kalau begitu, bila kaisar melepaskanmu, kita segera berangkat!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 102
Su Yan-hong setuju.
114-114-114
Kaisar ingin mencari Su Yan-hong, kebetulan Su Yan-hong
datang. Dia benar-benar senang dan menarik nafas:
"Satu gelombang baru diratakan, gelombang lain sudah datang
lagi!"
"Apakah sisa kekuatan Liu Kun masih belum bersih dan mereka
bergerak lagi?"
"Bukan, masalahnya adalah Ling-ong!"
"Ling-ong setia kepada kaisar dan negara, mengapa baginda
mengkhawatirkan dia?"
"Apakah kau lupa, ketika Liu Kun tertangkap, dia menuduh Lingong yang menyuruh dia..."
"Waktu itu bukankah Ling-ong sudah menjelaskannya? Kalau
memang benar, dia tidak akan datang membantu. Mungkin sampai
sekarang juga kita belum selesai!"
"Tapi aku selalu merasa Ling-ong memang ingin memberontak!
Mungkin kau tidak tahu setelah Liu Kun ditumpas, dia pernah
datang mencariku. Dia meminta ijin untuk menambah pasukan dan
memungut pajak-pajak, dia juga tidak mau berada di bawah
kekuasaan kerajaan!"
"Kata-katanya ini bukankah syarat yang bagin da setujui sebelum
menumpas Liu Kun?"
Kaisar terpaku:
"Waktu itu aku terpaksa. Jika membiarkan dia seperti itu,
bukankah seperti memelihara seekor harimau?"
Su Yan-hong tidak mengeluarkan suara. Kaisar berkata lagi:
"Nenek moyang Ling-ong adalah putra ke-17 yang bernama Cu
Koan. Cu Koan pernah memberontak kemudian kedudukan
pangeran dihapus menjadi rakyat biasa. Sekarang mungkin Lingong akan mengikuti jejak nenek moyangnya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 103
"Maksud kaisar adalah..."
"Aku ingin menahan dia di kota agar dia tidak bisa
memberontak! Sedangkan di bagian Kang-lam, biar kau yang
mengurusnya!"
"Hamba?" Su Yan-hong merasa aneh.
''Tidak ada orang yang lebih cocok darimu. Apakah kau tidak
setuju?"
"Hamba selalu terbiasa hidup bebas dan tenang. Sekarang
hamba datang untuk menyerahkan kembali kekuasaan pasukan
yang pernah baginda berikan, hamba ingin mengikuti guru
berkelana di dunia persilatan!"
"Apa?" kaisar seakan tidak mempercayai pendengarannya, "Kali
ini Ling-ong sudah membuat jasa yang besar. Terhadap ini baginda
tidak perlu khawatir!"
"Tapi tetap harus berjaga-jaga!"
Kaisar baru selesai berkata, Thio Gong masuk tergesa-gesa dan
berteriak:
"Baginda! Baginda!"
"Ada apa?" Walaupun kaisar tidak tahu apa yang terjadi, tapi
melihat Thio Gong, hatinya tidak tenang.
Thio Gong melihat Su Yan-hong. Kata kaisar:
"An-lek-hou bukan orang luar, katakanlah ada apa!"
"Tentang Ling-ong..."
"Ada apa dengan dia?"
"Dia sudah pergi malam-malam!"
"Aku benar-benar ceroboh. Aku tidak menyangka dia akan
melakukan ini!"
"Menurut hamba, dia pasti kembali ke Kang- lam!"
"Kemana pun sama saja!" Lengan baju kaisar melayang,
"sudahlah!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 104
"Apakah harus dikejar?" tanya Thio Gong.
"Kejar? Siapa yang menyuruh untuk mengejar? Kau kira dia
tidak membuat pengaturan di sepanjang jalan?" Kaisar
menggelengkan kepala, "sekarang ini tidak ada hal yang bisa
beijalan lancar!" Kemudian dia melihat Su Yan-hong, "betulkah kau
ingin menyerahkan kembali kekuatan pasukan?"
"Betul!" Su Yan-hong berkata dengan serius.
"Di kerajaan semua orang ingin menjadi komandan pasukan,
tapi kau malah tidak peduli!"
"Aku bukan seorang komandan pasukan, kemarin ini hanya
terpaksa!"
"Tidak ada kau di sisiku, aku merasa tidak tenang. Apalagi
sekarang Ling-ong..."
"Hamba punya ide..."
"Katakan!" kaisar melihat Su Yan-hong.
"Tarik kembali Ong-souw-jin ke Lam-kiang. Biar dia yang
mengawasi Ling-ong. Itu seharusnya bisa dia lakukan!"
"Betul!" kata kaisar.
"Hamba sudah mengambil keputusan ingin pergi, harap baginda
memberi ijin!"
"Kapan rencanamu pergi?"
"Setelah beres, langsung berangkat!"
< jaia "Berarti kita tidak akan bertemu selama beberapa
lama!" lalu Kaisar berpesan kepada Thio Gong, "cepat siap-siap!"
Thio Gong keluar, tiba-tiba mata kaisar berputar dan bertanya:
"Bagaimana dengan Fu Hiong-kun?"
"Aku belum bertanya kepada dia..."
"Bagaimana dengan gadis ini?"
"Baik sekali!" ini adalah kata-kata yang keluar dari dalam hati.
"Apakah kau siap menikah lagi?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 105
"Baginda benar-benar bisa bercanda. Aku sudah terbiasa hidup
tidak terkekang!" Yang pasti itu bukan kata-kata dari dalam hati Su
Yan-hong.
"Oh?" tiba-tiba kaisar tertawa aneh, "kalau kau tidak punya
maksud terhadapnya, aku sudah tenang!"
"Maksud baginda..."
"Di dalam istana memang banyak perempuan cantik, tapi tidak
ada bedanya. Seperti jika setiap hari makan enak, lama-lama juga
bosan. Fu Hiong-kun adalah gadis cantik dari dunia persilatan,
mempunyai daya tarik yang berbeda. Apakah dia masih di rumah
mu?"
Hati Su Yan-hong merasa berat. Dia ingin mengatakan Fu Hiongkun tidak ada, tapi kaisar sudah berpesan kepada Thio Gong:
"Turunkan perintah ke An-lek-hu, suruh Fu Hiong-kun masuk
istana!"
Su Yan-hong ingin menghadang tapi tidak sempat lagi.
Sebenarnya dia juga tidak tahu bagaimana cara menghadang
perintah ini.
Yang pasti minum arak juga terasa tidak nyaman, terpaksa Su
Yan-hong pura-pura tidak bisa minum banyak. Entah karena kaisar
rindu Fu Hiong-kun, dia membiarkan Su Yan-hong pulang.
Di sepanjang jalan hati Su Yan-hong berdebar-debar. Dia sangat
berharap Fu Hiong-kun tidak bertemu Thio Gong. Dia juga berharap
bisa bertemu mereka di jalan, agar bisa menyuruh Thio Gong pergi
dan membawa Fu Hiong-kun pergi.
Fu Hiong-kun gadis seperti apa, Su Yan-hong sangat tahu. Di
hadapan kaisar dia tidak akan tunduk. Akibatnya tidak
terbayangkan.
Ide kaisar atas Fu Hiong-kun benar-benar di luar dugaan Su Yanhong. Ide ini juga membuat dia ingin tertawa. Dia mengira setelah
melewati peristiwa Liu Kun, kaisar akan berubah. Tapi ternyata
baru selesai masalah Liu Kun, sifat kaisar sudah kambuh lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 106
Maka terhadap pilihannya untuk mengundurkan diri, dia sama
sekali tidak menyesal, dan malah merasa beruntung.
Sampai di An-lek-hu, dia tidak bertemu Thio Gong maupun Fu
Hiong-kun. Dia tidak tenang, dia takut Thio Gong sudah menjemput
Fu Hiong-kun dan pergi melalui jalan lain. Sampai melihat Thio
Gong masih menunggu di dalam ruangan tamu, dia baru tenang.
Setelah bertanya, dia baru tahu Fu Hiong-kun membawa Ih-lan
keluar bermain. Su Yan-hong baru menarik nafas lega. Dia cepatcepat mencari alasan untuk ke belakang rumah, ketika bertemu
dengan Tiong Toa-sianseng, dia menjelaskan hal ini.
Mendengar kaisar menginginkan Fu Hiong-kun masuk ke kamar
cinta, Tiong Toa-sianseng terkejut dan marah. Dia segera pergi
melalui pintu belakang untuk mencegat Fu Hiong-kun.
Kesabaran Thio Gong memang luar biasa. Tapi yang membawa
Ih-lan pulang adalah Tiong Toa-sianseng. Thio Gong dengan
tergesa-gesa menyambut:
"Mengapa Nona Fu tidak kelihatan?"
"Nona Fu ada perlu, dia sudah keluar kota!"
"Katanya dia tidak akan pergi!" kata Ih-lan.
"Tapi mengapa sekarang dia pergi?"
Ih-lan menggelengkan kepala. Thio Gong men coba bertanya:
"Dia pergi dari arah mana?"
"Pintu An-teng!"
Thio Gong segera berpesan kepada 8 kasim yang menyertai
kedatangannya ke An-lek-hu:
"Cepat kita kejar!" Dia juga berpamitan pada Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 107
Setelah mereka pergi jauh, Ih-lan tertawa. Su Yan-hong segera
membentak:
"Lan-lan!"
Tiong Toa-sianseng ikut tertawa dan menyela:
"Lan-lan benar-benar pintar dan lincah. Dia juga pintar berpurapura. Hanya dia yang bisa membuat Thio Gong percaya!"
"Mana Hiong-kun..." tanya Su Yan-hong cemas.
"Ada di sini..." Fu Hiong-kun keluar dari sekat, "Hou-ya, aku
sudah membuatmu khawatir!" Hati Su Yan-hong benar-benar
tenang.
115-115-115
Thio Gong mengejar dari jalan keluar An-teng-bun sejauh tiga li,
tetapi mereka tidak melihat Fu Hiong-kun. Dia juga tidak mendapat
kabar Fu Hiong-kun. akhirnya terpaksa kembali ke kaisar untuk
melapor.
Setelah kaisar mendengar laporan Thio Gong, dia hanya tertawa:
"Ayah adalah harimau, anak juga bukan anak anjing. Ih-lan
benar-benar pintar dan lincah!"
Thio Gong segera mengerti:
"Hamba segera pergi ke An-lek-hu untuk melihat lagi!"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak perlu! An-lek-hu begitu tegang. Kelihatannya dia
memang menyukai Fu Hiong-kun. Aku tidak mau karena seorang
perempuan, membuat dia tidak suka kepadaku!"
"Oh?" Thio Gong pura-pura tidak mengerti.
"Karena aku masih punya banyak hal yang memerlukan
bantuannya. Sulit mendapatkan orang yang berbakat seperti dia.
Mana mungkin semba-rangan dilepaskan dan diperalat?" Tawa
kaisar bertambah besar.
Thio Gong diam-diam melihat kaisar. Dia merasa bergetar
dingin.
116-116-116Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 108
Setelah Ih-lan sudah tertidur, Fu Hiong-kun baru keluar dari
kamarnya. Su Yan-hong masih berdiri di kebun. Ketika melihat Fu
Hiong-kun keluar, dia baru berbicara:
"Besok kita akan pergi ke Kanglam!"
"Aku mau pulang ke Heng-san!"
"Apakah kau tidak suka bersama dengan kami?"
Fu Hiong-kun menggelengkan kepala:
"Aku masih ada urusan penting yang harus kulakukan!"
Su Yan-hong mengeluh:
"Apapun yang terjadi, kau harus mengingat kami adalah teman!"
Fu Hiong-kun mengangguk:
"Kemana pun sama saja, hanya harus ingat memperhatikan Lanlan. Jangan biarkan dia terkejut lagi!"
"Aku akan berhati-hati! Tapi kalau kau pergi, aku benar-benar
tidak tahu apa yang harus kusampaikan pada dia!"
"Kau belum tahu, dia adalah anak yang kuat!" Su Yan-hong
terpaku. Kata Fu Hiong-kun kemudian:
"Aku akan kembali ke kamar untuk bersiap-siap dulu!"
Su Yan-hong masih terpaku di sana.
Ih-lan sebenarnya berada di balik pintu. Melihat Fu Hiong-kun
akan pergi, dia meneteskan air mata.
117-117-117
Sebemarnya kepergian Lam-touw ke Kanglam adalah untuk
mengikuti Kiang Hong-sim. Dia mempunyai kecurigaaan terhadap
perempuan ini. Meminta maaf kepada Lo-taikun adalah cara Lamtouw agar Kiang Hong-sim bisa mengurangi kewaspadaan,
sehingga Lam-touw bisa mencari celah-celahnya.
Keluarga Lamkiong tinggal di penginapan In-lay. Dia segera
datang ke sana. Walaupun beberapa hari ini tidak mendapatkan
hasil, tapi tidak merasa kecewa. Begitu melihat ada kesempatan, dia
terlihat sangat senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 109
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim berada di garis yang sama. Hal
ini benar-benar di luar dugaan Lam-touw.
Dia melihat Kiang Hong-sim keluar dari kamar. Tidak disangka
Kiang Hong-sim bertemu dengan Cia Soh-ciu di kebun.
Sebatang pipa kecil dan panjang tampak di tangannya, makin
ditarik makin panjang, panjangnya melebihi daun dan ranting,
mengulur ke arah berdirinya Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim.
Waktu Lam-touw mencuri dengar, ada juga orang lain yang
melakukannya. Siapa yang mengikuti siapa, hanya mereka berdua
yang tahu.
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim sepertinya tidak mengetahui
Lam-touw sedang mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Apakah orang itu sudah dihubungi?" Yang sedang berbicara
adalah Cia Soh-ciu. Itu adalah kalimat pertama yang Lam-touw
dengar.
Kiang Hong-sim menjawab dengan sangat jelas:
"Sudah! Satu jam kemudian kita akan bertemu di hutan dekat
penginapan!"
"Apakah membutuhkanku untuk turut ke sana?"
"Tidak perlu. Hanya hal ini jangan beritahu orang lain!" Setelah
itu Kiang Hong-sim segera pergi.
Sebenarnya ada masalah apa? karena ingin tahu, Lam-touw
harus mengikuti Kiang Hong-sim.
118-118-118
Hutan itu dipenuhi pohon-pohon besar. Kiang Hong-sim baru
saja sampai di depan hutan, seorang yang berbaju hitam dan
bertutup wajah muncul seperti hantu gentayangan.
Lam-touw membuntuti Kiang Hong-sim sampai ke sini. Dia
bersembunyi di balik semak-semak. Waktu ingin memasang pipa
panjang, orang berbaju hitam berbisik kepada Kiang Hong-sim.
Kiang Hong-sim terus mengangguk, kemudian dia berlari kembali
melalui jalan ketika dia datang tadi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 110
Orang berbaju hitam setelah melihat Kiang Hong-sim sudah
pergi jauh, baru membalikkan tubuh berjalan pergi. Jalannya tidak
cepat. Ini sangat cocok dengan keinginan Lam-touw, dia terus
mengikuti orang itu.
Sesampainya di tengah hutan, orang berbaju hitam pelan-pelan
membalikkan tubuh dan berkata:
"Kau benar-benar berani!"
Sebelum dia membalikkan tubuh, Lam-touw sudah berputar ke
balik sebuah pohon. Dia terkejut.
"Cepat keluar!" Orang berbaju hitam menunjuk tempat
persembunyian Lam-touw di balik pohon.
Lam-touw terpaksa keluar karena keberadaannya sudah
diketahui oleh lawan.
"Apakah kau tahu siapa aku?" tanya orang berbaju hitam.
"Suaramu seperti pemah aku dengar!" Lam-touw tertawa.
Orang berbaju hitam melayangkan tangan, menyalakan api
unggun.
Melihat api unggun itu Lam-touw baru sadar lawan sudah
mempunyai persiapan, sekarang dia tahu dia sudah masuk
perangkap. Tapi dia tetap tertawa.
"Lo-heng adalah..."
Orang berbaju hitam segera membuka penutup wajah. Ternyata
dia adalah Lo-taikun dari leluarga Lamkiong.
"Kau?" Bermimpi pun Lam-touw juga tidak akan
menyangkanya.
Kata Lo-taikun dengan dingin:
"Kau terus menerus mengikuti orang-orang keluarga Lamkiong,
mencari tahu tentang keluarga Lamkiong, apa tujuanmu?"
"Lo-taikun sudah salah paham!" Lam-touw tetap tertawa,
"Pencuri hanya tidak sengaja lewat dan kebetulan bertemu dengan
anda!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 111
"Sampai sekarang kau masih ingin membela diri?" Lo-taikun
melayangkan lengan baju.
Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go meloncat turun dari pohon besar.
Kiang Hong-sim juga muncul dari semak-semak tidak jauh di
belakang Lam-touw.
"Kalian bertiga juga ikut meramaikan?" kata Lam-touw.
Wajah mereka bertiga tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Wajah Lo-taikun ditekuk, dia tertawa dingin:
"Kita tidak ingin bermusuhan dengan teman dunia persilatan,
tapi teman tidak mau melepaskan kami dan selalu berseberangan
dengan kami!"
"Aduh...Lo-taikun salah, aku...."
"Kau hanya mencari tahu, keluarga Lamkiong sudah ada lima
orang janda, apakah kau masih belum puas?"
Hati Lam-touw bergetar:
"Sepertinya kita ada kesalahpahaman..."
"Bukankah sudah sangat jelas?" Lo-taikun mengambil tongkat
kepala naga yang menancap di belakang pohon.
"Laki-laki yang baik tidak mau bertarung dengan perempuan!"
kata Lam-touw pada dirinya.
"Kau benar-benar meremehkan perempuan!" Tongkat kepala
naga sudah berada di tangan Lo-taikun, dia menarik nafas.
"Pantas mati, aku salah bicara lagi!" Lam-touw menggampar
wajah sendiri, "mengapa tidak berkata laki-laki yang baik tidak mau
dirugikan?"
"Kau mau pergi?"
"Seharusnya aku tidak mengatakan apa yang kupikirkan, benarbenar pantas mati!" Dia menggampar dirinya sendiri lalu bersalto
ke belakang.
Kiang Hong-sim tidak mau kehilangan kesempatan ini. Sepasang
pedang sudah dia keluarkan, kemudian menendang. Di ujungLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 112
sepatunya terpasang sebuah pisau tajam. Jika tertendang olehnya,
pasti akan terluka parah.
Pedang lemas Tong Goat-go turut datang menyerang. Cia Sohriu menyerang dengan lengan ke arah kepala Lam-touw.
Dengan tenang Lam-touw menghindar, tapi dia terpaksa harus
turun. Tiga perempuan ini segera datang menyerang. Jurus-jurus
mereka sangat ganas dan berbahaya, mereka seperti mempunyai
dendam besar dengan Lam-touw.
Lam-touw sangat berpengalaman. Hanya beberapa jurus dia
sudah bisa merasakannya. Dia juga merasa aneh. Dia mengira ada
sesuatu yang sudah membuat mereka salah paham, tapi sulit
baginya untuk menjelaskan sulit dan tidak terlihat ada kesempatan.
Dengan ilmu silatnya, menghadapi tiga perem puan ini
sebenarnya bukan hal yang sulit, hanya dia tidak tega membunuh.
Maka bertarung dengan mereka menjadi sangat sulit.
Dia juga tahu untuk jangan bertarung lama-lama, bila ada
kesempatan harus kabur. Lo-taikun selalu melihat dari pinggir.
Begitu melihat Lam-touw meloncat ke sebuah pohon besar, Lotaikun segera datang menghantam dengan tongkat kepala naga.
Yang dia hantam bukan tubuh Lam-touw, melainkan ranting kayu.
Pukulan ini di luar dugaan Lam-touw. Tubuhnya turun tergetar
oleh pukulan pada ranting itu. Reaksi Lam-touw sangat cepat dan
lincah, dia segera meloncat ke atas.
Lo-taikun meminjam tenaga pohon jatuh untuk meloncat ke
atas. Dia kembali menghantam dengan tongkatnya, saat itu Lamtouw sedang berada di atas. Arah pukulan tongkat sangat aneh. Lotaikun memukul kaki kiri Lam-touw.
Terdengar suara tulang patah. Lutut kanan Lam-touw hancur.
Dia menahan untuk tidak berteriak kesakitan.
Tongkat Lo-taikun belum berubah. Ekor tongkat menusuk ke
lutut kiri Lam-touw. Terdengar lagi suara tulang patah. Akhirnya
Lam-touw terpelanting ke bawah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 113
"Ilmu yang bagus!" Dia berusaha merangkak bangun. Tongkat
Lo-taikun sudah berada di depannya.
"Ilmu yang bagus!" Tubuhnya segera bersalto ke belakang.
Tapi tongkat lebih cepat datang menyapu ke dadanya, membuat
tubuh Lam-touw sekali lagi terlempar sejauh beberapa depa,
menabrak pohon dan terjatuh lagi.
Lam-touw muntah darah. Tangan kiri menarik kantong kulit
yang di pinggang. Tangan kanan segera masuk.
"Hati-hati senjata rahasia!" teriak Tong Goat-go. dia benar-benar
adalah anggota keluarga Tong-bun. Yang pertama dia ingat adalah
senjata rahasia.
Tapi yang Lam-touw keluarkan adalah seekor merpati abu-abu.
Burung itu segera terbang.
Lo-taikun berempat terpaku. Waktu mereka ingin mencegat,
merpati itu sudah menghilang dalam kegelapan.
"Aku ingin tahu siapa yang bisa datang menyelamatkanmu!"
kata Lo-taikun.
Lam-touw muntah darah lagi, dia tertawa:
"Aku hanya ingin mengabarkan, tidak berani berharap ada yang
datang menyelamatkan!"
"Mengabarkan kepada siapa?"
"Bila kau bisa mengejar ke sana, kau akan tahu!"
"Sampai mati juga mulutmu masih tidak mau kalah!" Tongkat
Lo-taikun mengantar ke depan dada Lam-touw.
Dada Lam-touw segera cekung ke dalam, dia mengalami
pendarahan yang parah, akhirnya dia tewas. Seumur hidup Lamtouw sangat hati-hati dan berpengalaman, tapi kali ini dia tidak
melihat adanya perangkap sehingga nyawa pun melayang.
Tong Goat-go dan Cia Soh-ciu tidak tega melihatnya. Lo-taikun
menarik kembali tongkat kepala naga dan menarik nafas:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 114
"Dia sampai tidak melepas kita janda-janda. Jika kita tidak kejam,
nyawa kita akan melayang!"
"Memangnya keluarga Lamkiong masih ada berapa nyawa lagi?"
"Maka kita harus membunuh terlebih dulu agar mereka tidak
menganggap remeh keluarga Lamkiong!" kata Kiang Hong-sim
dengan marah.
"Belum waktunya!" Lo-taikun menggelengkan kepala.
Kapan baru tiba waktunya? Sebenarnya apa yang terjadi?
119-119-119
Ketika Siau Cu muncul di penginapan In-lai, hari sudah larut.
Tubuhnya tidak lelah, yang lelah adalah hatinya.
Baru memasuki penginapan, dia segera dicegat pelayan:
"Ada apa kau masuk?"
"Apakah ini bukan penginapan?"
Pelayan melihat Siau Cu:
"Apakah kau datang untuk mengemis?"
Siau Cu baru melihat dirinya, tubuhnya terlihat kumal. Dia
mengeluarkan satu tail perak:
"Apakah ini belum cukup untuk aku tinggal satu malam?"
Mata pelayan langsung menjadi terang, tapi kemudian dia
menggelengkan kepala:
"Kau bisa membayar berapa pun percuma, karena penginapan
ini sudah diborong dan tidak boleh ada tamu lain!"
"Kau sengaja mempersulit aku?" Karena emosi, Siau Cu segera
marah dan mencengkram dada baju pelayan.
"Memang begitu kenyataannya!" kata pelayan.
"Ada masalah apa?" Lamkiong Po keluar. Melihat Siau Cu, dia
terpaku dan berteriak, "ternyata adalah kau!"
Siau Cu juga merasa aneh. Baru mau bertanya, pelayan itu ribut
lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 115
"Lamkiong Kongcu, anda datang tepat waktu! Orang ini tidak
percaya bahwa penginapan Im-lai sudah dipesan semua. Dia tetap
ingin menginap di sini..."
"Tuan ini adalah teman keluarga Lamkiong!" kata Lamkiong Po.
Dia tertawa pada Siau Cu, "mari kita masuk dan mengobrol di
dalam..."
Pelayan masih bengong. Siau Cu juga tidak mempersulitnya. Siau
Cu segera mengikuti Lamkiong Po masuk.
120-120-120
Cia Soh-ciu, Tong Goat-go, Bwe Au-siang, Tiong Bok-lan, Bingcu berada di ruangan tamu penginapan. Melihat Siau Cu, semua
orang terkejut. Dari Siau Cu mereka tahu Lam-touw terbunuh, hal
ini terlebih membuat mereka terkejut.
Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go yang sudah tahu masalah ini purapura tidak tahu. Bing-cu yang pertama berbicara:
"Lam-touw Cianpwee berilmu tinggi dan berpengalaman, orang
yang membunuh dia pasti adalah seorang pesilat tangguh!"
"Siapapun dia, kecuali kalau aku tidak bertemu, kalau tidak aku
akan bertarung mati-matian dengan dia!" Siau Cu marah.
"Di dalam hatimu apakah ada orang yang kau curigai?" tanya Cia
Soh-ciu.
"Tidak ada!"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah ada tanda-tanda yang ditinggal?" tanya Lamkiong Po.
Siau Cu menggelengkan kepala. Dari kantong kulit pinggang
mengeluarkan burung merpati:
"Hanya merpati ini yang menuntun aku mencari. Aku percaya
hanya dia yang tahu wajah asli pembunuh!"
Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go melihat burung merpati itu.
Mendengar lagi kata Siau Cu, hati mereka bergetar dan mereka
saling pandang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 116
Burung merpati itu entah benar mengenal Tong Goat-go dan Cia
Soh-ciu, matanya terus berputar-putar dan terus mengeluarkan
suara:
"Ku...ku..."
Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go merasa seperti dilihat terus oleh
burung merpati itu tapi mereka masih bisa berpura-pura seperti
tidak terjadi sesuatu. Tong Goat-go membalikkan kepala, tidak
berani melihat burung merpati itu.
Reaksi Cia Soh-ciu sangat cepat. Dia sengaja maju dua langkah
untuk menutupi Tong Goat-go dan berkata:
"Tapi sayang burung merpati tidak bisa berbicara bahasa
manusia dan manusia juga tidak mengerti bahasa burung!"
Siau Cu menarik nafas:
"Guruku paling sayang merpati ini. Aku membawanya juga tidak
ada guna, aku akan melepas kan burung ini. Biarlah dia bebas
terbang ke mana pun. Ada waktu dia bisa terbang ke depan kuburan
guru untuk menemani guru!"
"Ide bagus!" kata Cia Soh-ciu, karena melihat burung merpati ini
membuat dia merasa tidak nyaman.
Tangan Siau Cu diangkat melepaskan burung merpati, burung
merpati segera terbang keluar melewati Cia Soh-ciu dan Tong Goatgo. Cia Soh-ciu baru tenang dan bertanya:
"Apa rencanamu sekarang?"
"Waktu di ibukota, guru dan Tiong Toa-sianseng sangat akrab,
mungkin aku bisa mencari tahu tentang guru dari Tiong Toasianseng. Informasi ini mungkin bisa sedikit membantu dalam
mencari pembunuh guru!" mata Siau Cu memancarkan sorotan
berharap, "Kapan kau berangkat?" tanya Bing-cu.
"Semakin cepat semakin bagus!" Siau Cu berdiri,"hanya ada satu
penginarpan di daerah sini..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 117
"Hari sudah larut, lebih baik kau bermalam di sini! Besok baru
pergi!" kata Bing-cu.
Siau Cu belum menjawab, Bing-cu segera bertanya:
"Bagaimana pendapat paman ke empat?"
Lamkiong Po seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak
berbicara dari tadi. Setelah mendengar pertanyaan Bing-cu, dia
seperti tersadar dan baru menjawab:
"Baiklah!"
"Aku takut menganggu kalian!" kata Siau Cu. Lamkiong Po
mencegat:
"Aku kira kau tidak perlu sungkan! Kita adalah orang dunia
persilatan, tidak perlu sungkan. Bila kita mendapatkan informasi,
kita akan mem-beritahu kepadamu!"
121-121-121
Memang Lamkiong Po berkata begitu, tapi dia tidak
melakukannya. Setelah bertemu Siau Cu, dia segera menemui Lotaikun.
Cia Soh-ciu sedang berada di sana. Melihat Lamkiong Po masuk,
dia seperti tahu Lamkiong Po ingin berbicara dengan Lo-taikun,
maka dia mencari alasan untuk pergi.
Lo-taikun melihat Lamkiong Po:
"Katanya kau menyetujui Siau Cu tinggal di penginapan ini?"
"Hanya satu malam!"
"Katanya gurunya terbunuh?"
"Betul, aku berjanji akan membantu dia mencari
pembunuhnya!"
"Oh?" Lo-taikun tertawa, "beberapa hari ini melakukan hal demi
keluarga Lamkiong, kau pasti lelah. Ibumu sudah tua, setelah rapat
Pek-hoa-couw selesai, aku harus pensiun dan urusan keluarga
Lamkiong akan kuserahkan kepadamu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 118
"Ananda tidak berpengalaman, mempunyai niat dalam banyak
hal tapi tidak sanggup melakukan!" Lamkiong Po mengeluh.
"Apa yang kau katakan?"
"Beberapa tahun ini, Ananda tetap tidak berhasil mencari musuh
keluarga Lamkiong!"
"Pasti akan ditemukan!"
"Ananda tidak berguna, harus membuat ibu terus membunuh
orang yang tidak bersalah!" Lamkiong Po terlihat sedikit emosi.
"Maksud..." Lo-taikun terpaku.
"Lam-touw!" kata Lamkiong Po.
"Kau kira Lam-touw dibunuh olehku?"
"Ananda hanya menebak!"
Lo-taikun tertawa:
"Mempunyai putra yang cerdik dan tajam otaknya, seharusnya
aku senang!"
Lamkiong Po bengong melihat Lo-taikun.
"Betul! Akulah yang membunuh Lam-touw. Walaupun aku
sedikit emosi, tapi orang ini sudah beberapa kali masuk ke keluarga
Lamkiong. Terlihat dia mempunyai maksud lain. Sebenarnya dia
pantas mati!"
"Tapi.."
"Kau terlalu baik! dunia persilatan sangat ^ kejam, kadangkadang kita tidak berbuat kesalahan tapi orang lain akan mencari
kesempatan!"
Lamkiong Po menundukkan kepala:
"Sudahlah! Ibu berjanji kepadamu tidak akan banyak membunuh
lagi!"
"Ananda juga demi keluarga Lamkiong..."
"Aku mengerti! Apakah kau yang menyuruh Siau Cu tinggal di
sini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 119
Hati Lamkiong Po bergetar. Dia berkata:
"Ibu..."
Tangan Lo-taikun memukul, Cia Soh-ciu segera masuk.
"Turunkan perintahku, tidak ada yang boleh membuat Siau Cu
repot!"
Setelah Cia Soh-ciu pergi, Lo-taikun baru bertanya kepada
Lamkiong Po:
"Apakah kau merasa puas?"
"Terima kasih ibu!" Hati Lamkiong Po menjadi tenang.
122-122-122
Siau Cu tidak berada di kamar. Begitu masuk, dia sudah
dipanggil Bing-cu diam-diam. Setelah berpisah di ibukota, dia
mengira akan lama baru bisa bertemu Bing-cu, tapi siapa tahu
mereka begitu cepat sudah bertemu lagi. Kalau bukan karena
kematian Lam-touw, tidak diragukan lagi dia akan sangat senang.
Bing-cu sangat mengerti pikiran Siau Cu, tapi dia tetap bertanya:
"Bila bertemu dengan orang yang membunuh gurumu, apa yang
akan kau lakukan?"
"Membunuh dia, membalas dendam guru!"
"Setelah itu apa yang akan kau lakukan?"
"Berkelana di dunia persilatan dan menjadikan dunia persilatan
sebagai rumahku!"
"Apakah tidak ada hal yang lain?"
"Berlatih ilmu silat yang baik agar bisa berhasil di dunia
persilatan!"
"Tidak ada yang lain lagi?"
Siau Cu tidak memperhatikan, dia menggelengkan kepala. Dia
masih ingin mengatakan sesuatu tapi Bing-cu sudah membalikkan
tubuh. Dia adalah orang yang cerdik, dia segera mengerti dan
berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 120
"Bila ada waktu, aku pasti datang menengokmu!"
Bing-cu membalikkan tubuh lagi dan melihat Siau Cu, sambil
mengeluh:
"Apakah kau tidak berpikir tidak baik kita terus bertemu seperti
ini?"
"Kalau begitu harus bagaimana?"
"Lebih baik kau menjadi murid ibuku, bukankah kau bisa terus
tinggal di keluarga Lamkiong? Ibu selalu menyayangi aku, dia pasti
akan setuju!"
"Tentang ini, sementara aku masih belum bisa..."
"Mengapa? Apakah kau tidak suka bersama denganku?"
"Sejujurnya, aku masih punya satu masalah yang belum
diselesaikan!"
"Tentang apa?"
"Aku belum bisa menjelaskan sekarang!"
"Kalau kau mau bohong, kau harus bisa mencari alasan yang
lebih baik!" Bing-cu membalikkan tubuh.
"Sebenarnya ini adalah ketika guru menggantungkan Bi-giokleng dari Pek-lian-kau ke leher burung merpati untuk diberikan
kepadaku. Ini pasti ada sebabnya!" Siau Cu mengeluarkan Bi-giokleng, "coba kau lihat!"
Begitu melihat Bi-giok-leng, Bing-cu segera merasa barang ini
bukan barang sembarangan. Dia tidak tahu itu adalah Bi-giok-leng
dari Pek-lian-kau. Dia juga tidak melihat ada kegunaan apa, tapi dia
percaya apa yang dikatakan Siau Cu.
"Kalau kau benar-benar ada penting, selesaikanlah dulu!" Bingcu adalah orang yang pengertian. Siau Cu menarik nafas lega. Dia
menaruh kembali Bi-giok-leng di dada. Karena terus
memperhatikan Bing-cu, dia tidak melihat Kiang Hong-sim
bersembunyi di balik semak-semak untuk melihat dan mencuri
dengar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 121
Melihat lempengan Bi-giok-leng, mata Kiang Hong-sim menjadi
besar. Terlihat dia ingin keluar untuk merebutnya, tapi akhirnya
tidak dia lakukan.
123-123-123
Selain Kiang Hong-sim, masih ada Tiong Bok-lan yang tahu Siau
Cu dan Bing-cu bertemu. Setelah kembali ke kamar, Tiong Bok-lan
duduk di ranjang menunggu Bing-cu datang.
"Bibi ke lima, Bing-cu merasa aneh!"
"Tutup pintu dahulu baru berbicara!"
Bing-cu menutup pintu dan berjalan ke depan Tiong Bok-lan.
Baru Tiong Bok-lan bertanya:
"Tadi kau ke mana?"
"Hanya keluar untuk jalan-jalan!" Bing-cu menjawab dengan
malu-malu.
"Bing-cu, apa aku juga tidak kau per-cayai?"
"Aku mencari Siau Cu!" akhirnya Bing-cu berkata jujur, "Kita
hanya..."
"Tidak perlu menjelaskan pada bibi ke lima, aku juga pernah
muda, mana mungkin tidak mengerti hatimu! Tapi harap kau
jangan mengulangi lagi kesalahan yang sudah dibuat!"
Tiba-tiba Bing-cu berkata:
"Siau Cu adalah orang baik!"
"Tapi keluarga kalian tidak setara, boleh dikatakan terlalu jauh.
Aku kira Lo-taikun akan menentang!"
"Apakah bertemu dengan berbicara dengannya juga tidak
boleh?"
"Sebagai perempuan, akan selalu mendapat rugi!"
"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan?"
"Kalau bisa kau menghindar, kalau terpaksa, harus melihat
takdir Thian!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 122
"Waktu kau mencari Siau Cu tadi, apakah ada yang melihat?"
"Seharusnya tidak ada!"
"Kelak harus lebih berhati-hati lagi. Kalau aku tahu tidak menjadi
masalah, tapi bila dia tahu..."
"Dia itu siapa?"
Tiong Bok-lan tidak memberitahu siapa, hanya berkata:
"Yang penting kau ingat, di keluarga keluarga Lamkiong ada
begitu banyak orang, belum tentu semuanya orang baik!"
Bing-cu tidak menjawab. Mungkin karena dia mengira Tiong
Bok-lan adalah orang yang keras kepala, mungkin juga karena dia
sudah tahu.
Malam ini adalah malam yang paling sulit dilewati oleh Bing-cu.
Dengan susah melewati malam, hari baru terang.
Pagi-pagi Siau Cu sudah pamitan dengan Lamkiong Po.
Walaupun Bing-cu sempat mengantar Siau Cu, tapi karena ada
Lamkiong Po maka dia tidak berkata apa-apa. Tapi dari pancaran
matanya sudah terlihat dia berat hati ditinggal Siau Cu.
Lamkiong Po tidak menahan dia. Terhadap Siau Cu dia merasa
bersalah. Walaupun dia sudah tahu siapa yang membunuh Lamtouw, tapi dia tidak bisa mengatakan. Apakah kelak Siau Cu akan
mengetahui pembunuh gurunya adalah keluarga Lamkiong?
Apakah pada waktu itu akan ada perubahan? Itu bukan sesuatu
yang bisa dia hadang.
Siau Cu tidak tahu setelah berpisah dengan Bing-cu semalam, dia
banyak mengalami peristiwa aneh. Dia terus membalikkan kepala
melihat Bing-cu. Walaupun merasa bingung tapi hatinya tetap
terasa manis.
124-124-124
Karena tidak enak hati, maka Siau Cu berjalan tidak cepat.
Sampai siang hari dia sudah jauh dari penginapan In-lai. Dia mulai
merasa aneh, waktu mau beristirahat, dia mendengar suara aneh di
pinggir jalan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 123
Dia bisa tahu suara apa itu dan ketika melihat, ada seseorang
yang sedang mengipas-ngipas di bawah pohon. Orang itu adalah
utusan lampion biru, Lan Ting-ji. Itu benar-benar di luar
dugaannya.
Dia segera meloncat berdiri. Di belakang segera ada yang
membaca:
"O-mi-to-hud!"
Dia melihat ke belakang. Utusan lampion kuning Bu-sim sedang
berdiri di belakangnya. Kemu dian ada suara orang tertawa dari atas
pohon. Waktu Siau Cu melihat ke atas, utusan lampion merah
duduk di atas pohon.
Sorot mata Siau Cu terus mencari. Lan Ting-ji melihat dia dan
berkata:
"Tenanglah, yang datang hanya kami bertiga, apakah belum
cukup?"
"Apakah kalian ingin membalaskan dendam Liu Kun?"
Lan Ting-ji menggelengkan kepala:
"Liu Kun sudah mati. Orang mati tidak bisa hidup kembali, untuk
apa kita melakukan hal yang tidak berguna?"
"Kami masing-masing demi atasan baru membuat permusuhan.
Sekarang keadaan sudah tenang maka dendam sudah ikut
menghilang!"
"Bukankah tadi kalian ingin memberitahu kepadaku bahwa
kalian hanya kebetulan lewat di jalan dan bukan sengaja menunggu
aku di sini?"
"Sebenarnya tidak begitu! Di sini tidak ada meja atau kursi.
Sekarang kau ada di sini maka kita bereskan di sini!"
"Kita tidak ada dendam, hanya ingin meminjam sesuatu


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

darimu!" kata Bu-sim.
"Barang apa?" Siau Cu tidak terpikir.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 124
"Bi-giok-leng! Barang ini tidak ada gunanya untukmu. Kita
sudah saling mengenal, lebih baik kau berikan kepada kami!"
"Bi-giok-leng?" tangan Siau Cu tidak sengaja memegang kantong
kulit di pinggang, "siapa yang memberitahu kalian Bi-giok-leng ada
di tanganku?"
"Asal kau mengaku Bi-giok-leng di tanganmu, siapa yang
memberitahu itu sama saja!" utusan lampion merah tertawa.
"Kalian yang membunuh guruku?"
"Pek-lian-kau berani melakukan pasti berani mengakui! Tapi
sayang itu bukan kami!" kata Bu-sim.
"Kalian pasti tahu sedikit banyak!"
"Tapi sayang kami tidak tahu. Bi-giok-leng di tanganmu tidak
ada gunanya, mengapa tidak berikan kepada kami?" kata Lan Tingji. "Bila kalian mau bertarung, sekarang boleh dimulai!"
"Suseng, apakah..," utusan lampion merah tertawa, "Arak yang
terhormat biasanya tidak ada orang yang suka meminumnya!"
Lan Ting-ji menggelengkan kepala:
"Ini persetujuan dari hweesio!"
Tiba-tiba Bu-sim mengangkat tongkat dan menyapunya ke
pinggang Siau Cu. Suara baru terdengar, tongkat dan orang sudah
sampai.
Siau Cu lebih cepat. Tongkat belum sampai, tubuhnya sudah
seperti panah melesat keluar. Tongkat mengenai pohon tempat Siau
Cu berdiri tadi, pohon pun patah.
Pohon patah mencegat Lan Ting-ji yang ingin mengejar Siau Cu.
Utusan lampion merah yang ingin meloncat dan mengejar juga
terhadang oleh pohon patah.
Siau Cu dan Lu Tan adalah orang yang sifatnya bertolak
belakang. Kalau Lu Tan jelas-jelas sudah tahu akan kalah, dia tetapLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 125
bertarung sampai akhir. Sedangkan Siau Cu kalau tahu akan kalah
dia akan kabur, kecuali terpaksa.
Tidak hanya Bu-sim yang merasa di luar dugaan. Lan Ting-ji dan
utusan lampion juga sama merasa di luar dugaan mereka. Waktu
mereka melewati pohon patah, Siau Cu sudah berada 13 tombak
jauhnya.
"Kejar!" teriak Bu-sim.
Lan Ting-ji dan utusan lampion merah segera mengejar.
Kalau lawan hanya satu orang, Siau Cu pasti tanpa pikir panjang
bersembunyi di semak-semak hutan. Tapi lawan ada tiga orang dan
masing-masing adalah pesilat tangguh. Bukan hal yang mudah
untuk menipu mata mereka, maka Siau Cu terpaksa berlari ke
depan.
Ilmu meringankan tubuh Lan Ting-ji dan utusan lampion merah
sangat bagus. Bu-sim yang membawa tongkat berat juga tidak
tertinggal jauh. Tapi untuk mengejar Siau Cu, mereka harus
berusaha keras.
Yang merugikan Siau Cu adalah setelah berlari jauh, di depan
malah terbentang tanah datar. Mereka sudah semakin mendekat.
Dahi empat orang ini sudah berkeringat, kekuatan mereka terus
berkurang dan tidak ada kesempatan untuk memulihkan tenaga.
Setelah melewati hutan, ada dinding gunung yang menghadang.
Siau Cu menarik nafas:
'Mungkin Thian ingin aku mati!' Waktu dia membalikkan tubuh
siap bertarung, tiba-tiba dia melihat di sebelah kiri tidak jauh pada
dinding gunung ada sebuah celah retakan yang panjang. Dia
berpikir:
'Thian memang tidak menghentikan usahaku!' Dia segera berlari
ke celah itu.
Lebar celah retak itu sekitar 3 depa, dengan kedalamannya
sekitar 3 tombak. Di sana ada sebuah patung kera. Dua tanganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 126
patung kera memegang piring yang terbuat dari batu. Dia sedang
menghidangkan buah persik yang juga terukir dari batu.
Siau Cu tidak melihat patung kera lebih lama lagi, dia meloncat
melewati kepala kera dan terus berlari.
Lan Ting-ji, utusan lampion merah, dan Bu-sim sudah sampai.
Melihat patung kera, mereka berhenti.
"Apakah ini adalah Sian-tho-kok?" (Lembah dewa persik). Lan
Ting-jin berpikir sambil melihat patung kera itu.
"Tidak peduli apa itu, yang penting bisa mendapatkan Bi-giokleng!" Utusan lampion merah segera berlari ke sisi patung kera itu.
Tapi kemudian muncul siulan aneh. Ribuan , batu segera
dilempar. Untung utusan lampion merah bergerak cepat, dia
menjemput beberapa batu dan segera berlari mundur.
Batu-batu jatuh seperti hujan. Setelah itu S berhenti. Waktu
mereka melihat ke atas, terlihat di 'i kiri dan kanan dinding gunung
kera yang besar dan j kecil, entah ada berapa ribu ekor kera. Tangan
kera masing-masing memegang batu, mata kera terus me-lototi
mereka.
Lan Ting-ji tertawa kecut:
"Aku kira tempat ini hanya mitos, ternyata benar ada tempat
seperti ini!"
"Apakah kita takut kepada kera-kera ini?" Utusan lampion
merah bertanya.
"Kera-kera itu tidak perlu ditakuti. Tuan mereka lah yang akan
membuat kita repot!" kata Bu-sim.
"Mitos dunia persilatan berkata di Sian-tho-kok tinggal seorang
Cianpwee bernama Wan. Dia sulit dihadapi. Tidak ada yang tahu
ilmu silatnya setinggi apa!"
"Itu karena pengetahuanmu sempit dan dangkal!" kata Bu-sim
tertawa.
"Hweesio tahu seberapa banyak tentang Wan-tianglo?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 127
"Yang lain tidak kita bicarakan. Katanya guru Siauw-lim-pai
Sim-tan, begitu mengangkat bicara tentang orang ini juga
menggelengkan kepala. Tapi saying, selihai apa orang ini, selain
menggelengkan kepala dia tidak menjelaskan lebih jauh! Sepengetahuanku, Sim-tan-cianpwee bukan orang yang takut kerepotan, dia
adalah orang yang sangat sabar!"
Lan Ting-jin melipat kipasnya:
"Maksudku lebih baik kita pulang dan meminta petunjuk dulu?"
"Lebih baik, salah satu dari kita bertiga masuk untuk melihat
agar tahu kelihaiannya seperti apa. Tapi aku percaya dari kita
bertiga, tidak ada yang mau melakukan ini!"
"Tadinya aku mau. Tapi setelah mendengar cerita ini lebih baik
aku melepaskan niat ini!" kata utusan lampion merah.
"Sayang!" kata Bu-sim, "Entah Siau Cu yang kita kejar ada
hubungan ada dengan Wan-tianglo?"
"Sedikit banyak pasti ada kaitan. Kalau tidak, untuk apa dia
berlari kemari?" kata Lan Ting-ji.
"Yang lain tidak perlu kira urus. Asal tahu dia berada di sini, kita
ada alasan melapor kepada Ji-wi Kaucu. Itu sudah cukup!" kata Busim. Dia segera membalikkan tubuh dan pergi.
Lan Ting-ji dan utusan lampion merah ikut berjalan. Kera-kera
itu tidak melemparkan batu lagi. Patung kera seperti lambang batas
kera-kera. Asal tidak melewati batas patung kera, mereka tidak akan
bertindak.
125-125-125
Jalan dari celah retakan ke dalam adalah suatu lembah. Di sini
terdapat banyak pohon persik. Mungkin ada beberapa puluh ribu
pohon. Pohon sangat tinggi dan penuh dengan buah persik. Di sana
juga ada banyak kera. Ada kera yang memanjat di pohon rotan dan
berayun-ayun.
Siau Cu belum pernah melihat tempat seperti ini maka dia
merasa aneh. Sesuatu melayang datang menuju dirinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 128
Gerakannya seperti kera. Begitu melihat jelas, ternyata adalah
seorang tua. Siau Cu dicengkram oleh orang tua itu dan dibawa ke
tempat pohon-pohon tumbuh lebat.
Orang tua ini bertubuh pendek dan kecil tapi kedua tangannya
sangat panjang, panjang tangannya mencapai lutut. Dia bermulut
lancip dan pipinya cekung ke dalam. Orang tua ini terlihat sangat
aneh, membuat orang ingin tertawa. Tapi dia tidak terlihat jahat.
Gerakannya sangat cepat. Walaupun Siau Cu melihat orang tua ini
tidak mempunyai niat jahat, tapi dia juga tidak mau ditangkap
seperti anak ayam. Dia mau melawan tapi sudah terlanjur
dicengkram.
Orang tua hanya menangkapnya dengan lima jari, tapi dua
jarinya begitu tepat menekan di jalan darah Siau Cu, membuatnya
merasa pegal dan linu juga merasa nyaman, sedikitpun tidak
merasa sakit. Maka dia meregangkan tubuh.
Setelah melewati hutan persik, di depan tampak dataran tinggi.
Terlihat sebuah rumah berbentuk aneh yang terbuat dari batang
pohon. Pak tua melempar Siau Cu di depan rumah itu.
Siau Cu merangkak bangun:
"Terima kasih Cianpwee sudah menyelamatkan Siau Cu!"
"Orang dunia persilatan memanggilku Wan-tiangli!"
Siau Cu tidak tahu. Dia tertawa lepas:
"Teman dunia persilatan memanggilku Siau Cu."
"Siau Cu, dasar ilmu silatmu bagus, kau termasuk dalam
perkumpulan mana?"
"Tidak ada perkumpulan. Aku hanya menjual teknik sulap di
jalan!"
"Betulkah?"
"Kalau anda tidak percaya, aku bisa mempera gakan untukmu!"
"Tidak perlu!" lalu dia tertawa, "siapapun kau, Thian telah
mengantarkanmu kemari, berarti kau milikku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 129
"Aku tidak mengerti!"
"Kalau begitu dengar baik-baik. Ilmu yang kulatih adalah 'Taiseng-sin-kang' (Ilmu sakti Sun Ngo-kong). Seharusnya langkahlangkah perubahan terdiri dari 64 jurus. Setelah diteliti dan diubah,
sekarang perubahan mencapai 284 macam. Asal kau sanggup, kau
bisa menahan seranganku lama!"
"Aku semakin tidak mengerti!" Siau Cu meng gelengkan kepala,
"apa maksud anda memberitahu tentang ini kepadaku?"
"Maksudku adalah aku berharap kau bisa bertahan lebih lama,
kalau sekali bertarung kau sudah jatuh, itu membosankan!"
"Maksudmu kau ingin bertarung denganku?"
"Dunia begitu besar, tidak ada tempat yang lebih indah daripada
tempat ini. Aku sudah tua, aku malas keluar mencari orang yang
mau bertarung denganku. Sedangkan kau, kau sendiri yang datang
kemari!" Maka Wan-tianglo tertawa sendiri. Dia terlihat sangat
senang.
Siau Cu melihat Wan-tianglo dan menggeleng kan kepala:
"Kau sudah tua dan pernah menyelamatkanku, aku tidak tega
melukaimu. Apalagi aku masih punya hal penting yang harus
kulakukan. Siau Cu pamit pergi!"
Dia benar mau pergi dan baru melangkah, dua tangan Wantianglo bergerak. Rotan yang selalu berada di tangannya segera
terbang ke arah Siau Cu.
Rotan yan panjangnya puluhan depa terlihat akan melilit dua
kaki Siau Cu. Tapi waktu Siau Cu meloncat ke atas, rotan dari bawah
meloncat ke atas, melilit leher Siau Cu. Siau Cu ingin membuka
lilitan kaki, tapi dia sudah ditarik ke depan Wan-tianglo. Memang
leher tidak patah tapi tidak nyaman rasanya.
"Kau sudah tahu kaki dan tanganku gatal ingin bertarung tapi
kau tidak menolongku, malah ingin kabur!" Wan-tianglo marah,
"kalau kau tidak mau bertarung denganku, aku akan mencabut
nyawa mu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 130
Kemudian dengan cepat dia melilit Siau Cu dengan rotan itu.
"Lepaskan aku dulu!" Siau-cu tertawa.
"Berarti kau ingin bertarung denganku!"
"Bagaimana jika aku bisa mengalahkan-mu?"
"Apa yang kau suka akan kuberikan!" Wan-tianglo tertawa.
"Bagaimana kalau aku kalah?"
"Yang pasti harus tinggal di sini, setiap hari bertarung denganku
sampai kau bisa mengalahkan aku!" Sambil berkata, dia melepaskan
Siau Cu.
Siau Cu tertawa kecut:
"Berarti aku tidak bisa membiarkanmu!"
"Bocah, sombong sekali kau!"
Siau Cu mengambil nafas. Dengan beberapa gerakan dia
membuat otot-ototnya rileks. Dia segera menyerang. Dia tahu Wantianglo bukan orang yang mudah dikalahkan, maka sekali
menyerang dia langsung menggunakan jurus andalan dari
perguruannya. Dia berharap dengan beberapa kali serangan tibatiba bisa membuat Wan-tianglo roboh dan dia bisa meninggalkan
tempat ini.
Dia juga tahu seperti gurunya Lam-touw, Kao Siau-thian, orang
aneh di dunia persilatan ini memang memiliki sifat yang aneh, tapi
mereka sangat menepati janji. Maka dengan cara apapun dia akan
merobohkan orang tua ini.
Yang dia pikirkan adalah perhitungan dia sendiri, tapi begitu dia
menyerang, Wan-tianglo seperti bisa berubah. Dari depan,
belakang, kiri, dan kanan berputar-putar, kemudian menyerang
kaki, tangan, kepala, dari semua arah menyerangnya.
Siau Cu tahu itu adalah ilusi. Dia tahu ilusi ini terjadi karena
perubahan yang cepat di tubuh Wan-tianglo, ditambah dengan
sudut-sudut tertentu maka mengganggu pandangannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 131
Kata-kata Wan-tianglo tidak dilupakan, tapi sekarang dia sudah
tidak tahu yang mana yang benar dan yang tidak. Im atau Yang,
sampai-sampai keberadaan Wan-tianglo juga tidak bisa dia
pastikan. Kalau begini, mana bisa bertarung?
Dia tertawa kecut, akhirnya dia bisa melihat sedikit. Karena
pendengarannya sangat tajam, dia menyerang dengan kepalan. Tapi
perubahan Wan-tianglo benar-benar cepat, gerakan dia sama sekali
tidak terkejar.
Baru sebentar, Siau Cu sudah ditendang dan dipukul beberapa
kali. Tendangan dan pukulannya tidak ringan, membuat tubuhnya
bergoyang ke sana-sini. Dengan susah payah bisa berdiri tegak tapi
serangan yang lain sudah datang lagi. Hal ini membuat dia terguling
ke bawah.
Dia terbaring di bawah. Wan-tianglo segera berhenti menyerang.
Dia berjongkok di depan Siau Cu dan melayangkan tangan:
"Terus! Teruskan..."
Siau Cu menggelengkan kepala dan sudah bernafas terengahengah:
"Aku mengaku bukan lawanmu!"
"Tapi tetap harus terus bertarung!"
"Aku tidak ada dendam denganmu, bagaimana kalau aku
terluka? Apakah kau tega melihatnya?"
"Tenanglah! Kalau kau terluka, aku akan mengobatimu. Bangun!
Bangun!" Wan-tianglo tidak peduli. Dia memaksa Siau Cu bangun.
Siau Cu mengambil kesempatan menyerang dengan kepalan tapi
kepalan belum sampai, tangan Wan-tianglo sudah terlepas. Siau Cu
mengejarnya. Tidak lama tubuh Wan-tianglo berubah seperti tadi
lagi, kemudian dengan tendangan dan kepalan memukul Siau Cu
sampai terguling lagi.
Siau Cu mulai marah. Dia meloncat bangun. Semua ilmu yang
diajarkan Lam-touw dikeluarkan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 132


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini baru benar!" Wan-tianglo sangat senang. Setelah bertarung
ratusan jurus, Siau Cu tetap di pukul sampai roboh.
Kali ini tangan dan kaki Siau Cu terbuka lebar. Dia memejamkan
mata dan tidak merangkak bangun lagi, Wan-tianglo berhenti. Dia
meraba wajah Siau Cu yang terlihat tidak berekspresi lagi. Dia
menggelengkan kepala:
"Begitu cepat sudah selesai!"
Dia segera berjalan mendekati gentong di sisi rumah. Terlihat dia
belum mau berhenti dan ingin menyiram Siau Cu dengan air supaya
dia sadar. Ketika dia membalikkan tubuh, Siau Cu segera membuka
sebelah mata dan meloncat bangun. Dia berlari ke arah hutan buah
persik. Wan-tianglo segera menge tahuinya. Tangannya bergetar,
rotan yang di bawah segera terbang keluar dan mengikat Siau Cu
dengan kencang. Walaupun di tangan Wan-tianglo tidak ada rotan,
tapi tubuhnya berguling dan kemudian mengulurkan tangan, dia
segera mencengkram rotan dan menarik. Siau Cu langsung ditarik
kembali dan terguling di bawah. Belum sempat menarik nafas,
kepalan Wan-tianglo sudah memukulnya. Dia terpaksa menahan
dan menyerang lagi.
Siau Cu sudah lelah, semua ilmu silat sudah dikeluarkan. Wantianglo merasa bosan, tapi dia tetap memukul Siau Cu sampai
roboh.
Siau Cu berusaha bangun tapi roboh lagi. Wan-tianglo melihat
dia memang tidak bisa bertarung lagi, maka menariknya bangun
dan berkata: "Baiklah, hari ini sampai di sini saja!"
Siau Cu sudah tidak ada reaksi lagi karena dia sudah pingsan.
Wan-tianglo menggendong dia dan berjalan ke rumah pohon sambil
mengomel:
"Siau Cu memang kalah dengan yang itu tapi lumayan juga.
Kelak kalian berdua harus bergiliran melayaniku, itu baru namanya
kesenangan."
Baru menyelesaikan kata-katanya, dia melempar Siau Cu masuk
ke rumah pohon melalui jendela.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 133
Di dalam rumah pohon tergantung sebuah ranjang besar yang
dianyam dengan rotan. Seorang laki-laki berambut panjang dan
acak-acakan sedang berbaring di sana. Siau Cu terlempar di sisinya
tapi dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
Siau Cu cepat berusaha untuk sadar. Walau pun setengah sadar
dia masih tahu apa yang terjadi.
' Melihat orang di sisi, dia segera mendorongnya.
Orang itu tetap tidak ada reaksi, walaupun digoyang I dengan
kuat juga sama saja.
"Tidak diragukan lagi, dia pasti disiksa oleh , orang aneh itu
sampai seperti ini. Kelihatannya aku ! juga akan seperti ini!"
Karena terlalu lelah, Siau Cu pingsan lagi.
Waktu dia sadar kembali, malam sudah larut. Di sisinya ada
sebuah piring kayu dan beberapa buah persik yang besar, juga ada
setengah ekor ayam bakar yang masih panas. Dia tidak sungkan,
langsung makan sampai kenyang. Siau Cu melihat orang itu l tetap
terbaring di sana. Dia mencoba memeriksa pernafasan dari hidung,
nafasnya sangat lemah.
Siau Cu sulit menjaga diri, bila terpikir gurunya Lam-touw
terbunuh, dia benar-benar ingin kabur. Melihat di rumah pohon
tidak ada orang lain, dia merangkak dari ranjang rotan ke depan
jendela.
Di luar jendela sangat sepi, hanya ada seekor kera kecil sedang
berjongkok di sana. Setelah mendengar sebentar, dia meloncat
keluar dari jendela.
Kera kecil itu segera melotot. Siau Cu memberi isyarat agar
jangan ribut dan diam-diam berjalan terus.
Kera kecil itu seperti merasa aneh melihatnya, kemudian
berteriak.
Begitu kera kecil berteriak, kera-kera di sekeliling segera
berteriak. Siau Cu baru melihat di sekeli- lingnya banyak kera yang
sedang tidur. Wan-tianglo keluar dari rumah pohon, dia sedangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 134
meng-gendong seekor kera kecil. Siau Cu ingin bersem-bunyi tapi
tidak sempat lagi.
"Baiklah! Apakah kau sudah beristirahat dan ingin bertarung
denganku di bawah sinar bulan?" Begitu melihat adalah Siau Cu,
Wan-tianglo segera berkata dengan senang:
"Kau sudah salah paham, aku keluar karena ingin melihat
bulan!" Siau Cu segera bersalto kembali ke rumah pohon dan
berbaring lagi di ranjang rotan itu.
Suara tawa Wan-tianglo terdengar:
"Kau tidak perlu berpura-pura, kau tidak akan bisa kabur, lebih
baik kau tidur dengan baik dan besok baru bertarung lagi
denganku!"
Siau Cu tidak menjawab. Wan-tianglo juga tidak bicara lagi.
Kera-kera yang berteriak juga berhenti.
Tapi ada suara keluar dari orang yang berbaring itu.
Awalnya dia menarik nafas pelan-pelan kemu dian nafasnya
semakin kencang. Nafasnya bukan seperti manusia sedang
terengah-engah, tapi seperti seekor binatang.
"Ada apa denganmu?" tanya Siau Cu terkejut.
Orang ini hanya bisa bernafas terengah-engah. Dia seperti sangat
kesakitan. Siau Cu tidak bisa apa- apa, dia segera teringat Wantianglo. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, yang masuk adalah Wantianglo.
"Orang ini..." Siau Cu baru ingin memberi tahu, Wan-tianglo
sudah meloncat ke atas ranjang dan turun di sisi orang itu. Dia
segera menotok puluh an nadi di punggung orang itu kemudian
membalikkan tubuh orang itu. Menotok puluhan nadi di tubuh
bagian depan dan menghembuskan nafas:
"Tidak akan terjadi apa-apa!"
Dia segera keluar kamar dan menutup kembali pintu.
Orang itu merangkak bangun. Siau Cu memapah dia:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 135
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Tidak apa-apa lagi!" Orang itu mengangkat kepala. Sinar bulan
menyinari wajahnya. Dia bukan orang lain, dia adalah Wan Feiyang. Hanya saja Siau Cu tidak mengenal Wan Fei-yang. Dia hanya
merasa orang ini tidak mirip orang jahat. Wan Fei-yang juga tidak
banyak berbicara. Dia duduk bersila untuk mengatur nafas.
Siau Cu bisa melihat dan tidak mengganggunya. Mungkin dia
teringat besok masih harus bertarung lagi dengan Wan-tianglo. Dia
berbaring lagi dan siap tidur dengan nyenyak.
126-126-126
Akhirnya hari terang juga. Waktu Siau Cu bangun, Wan Fei-yang
sudah selesai mengatur nafas dan membuka mata.
"Apakah kau sudah tidak apa-apa?" tanya Siau Cu.
"Terima kasih atas perhatianmu!" Wan Fei-yang tersenyum,
"apakah kau juga tertangkap oleh Wan-tianglo?"
"Orang aneh itu benar-benar aneh. Umurnya sudah tua tapi
masih suka bercanda!"
"Siapa namamu?" tanya Wan Fei-yang.
"Aku adalah bayi yang dibuang, tanpa marga dan nama. Guru
memanggilku Siau Cu. Orang lain juga memanggilku begitu."
Teringat akan guru, Siau Cu merasa sedih lagi.
"Oh?" Wan Fei-yang sedikit terharu melihat Siau Cu, "Namaku
Wan Fei-yang!"
"Wan Fei-yang?" Siau Cu terpaku kemudian tertawa, "sayang
hanya nama dan marga yang sama. Jika kau adalah Wan Fei-yang
dari Bu-tong-pai yang aku kenal, kau tidak akan takut dengan orang
aneh itu!"
"Di mana kita pemah mengenal?"
Siau Cu terpaku:
"Apakah kau adalah Wan Fei-yang dari Bu-tong-pai? Kau sudah
menguasai Thian-can-kang. Di Tai-san kau mengalahkan Tokko Bu-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 136
ti. Di Siong-san mengalahkan Put-lo-sin-sian. Apakah kau adalah
Wan Fei-yang itu?"
"Semua sudah menjadi masa lalu..." Wan Fei-yang menarik
nafas.
"Benar-benar ada mata yang tidak mengenal ksatria ini!" Siau Cu
tertawa, "Sebenarnya aku tidak mengenalmu, tapi dua temanku
mengenalimu. Dari mulut mereka, aku tahu kau adalah seorang
ksatria. Maka bisa mengenalmu aku sangat beruntung!"
"Dua temanmu itu adalah?"
"Yang satu adalah Lu Tan!"
"Lu Tan?" kata Wan Fei-yang, dia segera teringat, "orang ini
sangat berbakat tapi sayang tidak berada di Bu-tong-san untuk
belajar ilmu silat!"
"Yang satu lagi seharusnya kau lebih mengenalnya. Dia adalah
Fu Hiong-kun..
Tubuh Wan Fei-yang bergetar:
"Bagaimana keadaan mereka sekarang?"
"Karena membunuh Liu Kun, Lu Tan diberi jasa maka bisa
membersihkan nama ayahnya yang disebut pemberontak, tapi dia
tidak tertarik untuk menjadi seorang pejabat. Dia memilih kembali
ke Bu-tong-san dan katanya ingin menjadi seorang pendeta, dia juga
ingin berlatih ilmu silat untuk mengabdi pada Bu-tong."
"Benar-benar bagus! Bagaimana dengan Fu Hiong-kun?"
"Baik!' "Apakah dia sudah mempunyai kekasih?" tanya Wan Feiyang.
Siau Cu tidak terpikir apa maksud Wan Fei-yang bertanya akan
hal ini dan dia sama sekali tidak merasa aneh. Dia menjawab:
"Tidak begitu jelas tapi An-lek-hou sepertinya suka kepadanya!"
"An-lek-hou Su Yan-hong?"
"Apakah kalian saling mengenal?"
Wan Fei-yang mengangguk:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 137
"Apakah dia baik kepada An-lek-hou?" "Lumayan!"
Wan Fei-yang tertawa kecut tapi merasa terhibur dan berkata
sendiri:
"Kalau Fu Hiong-kun bisa melupakan masa lalu, dia baru bisa
gembira!"
Tapi Siau Cu tidak mendengar:
"Betul, Wan-toako kau mempunyai ilmu silat yang hebat dan
membuat dunia persilatan bergetar. Semua orang berharap kau bisa
menjaga keadilan, mengapa kau kemari?"
Wan Fei-yang melihat Siau Cu:
"Sebenarnya bukan rahasia apa-apa. Waktu bertarung di Taisan, walaupun aku mengalahkan Tokko Bu-ti, tapi aku terluka oleh
ilmu 'Thian-mo-kay-te-tay-hoat'. Waktu itu An-lek-hou
memberikan 'Cian-iian-ciap-su' kemudian Guru Bu-go dari Siauw-j
lim dengan ilmu tusuk jarum menyambung nadiku , yang putus.
Maka aku bisa pulih sekitar 70%-80%. ' Waktu bertarung lagi
dengan getaran kecapi yang bernama Jit-sat dari Pek-lian-kau, Putlo-sin-sian, aku > terpaksa melawannya dengan sekuat tenaga.
Nadi-nadiku tergetar dan putus. Jika bukan Guru Bu-wie yang
memberitahukan cara menggunakan 'Ih-kin-keng' dan melakukan
pengobatan sendiri, mungkin aku sudah mati!"
Walaupun baru bertemu tapi entah mengapa . terhadap Siau Cu,
Wan Fei-yang merasa suka, pembicaraan mereka pun menjadi
banyak.
"Maka kau bersembunyi di sini?"
"Apakah Ih-kin-keng ada gunanya, Guru Bu-wie juga tidak yakin.
Jika benar akan mati, aku diam-! diam tinggal sendiri, itu sudah
cukup, untuk apa mengejutkan teman dan membuat mereka
sedih?" kata Wan Fei-yang sambil tertawa, "tadinya aku ingin
mencari suatu tempat di mana tidak ada orang datang menganggu,
tapi sebelum mendapatkan tempat itu, Wan-tianglo sudah datang
mencari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 138
"Untuk apa orang aneh itu mencarimu?"
"Orang ini berlatih ilmu silat sampai menjadi gila, setiap hari
selalu mencari pesilat tangguh untuk bertarung. Orang-orang dunia
persilatan takut dan menghindari dia agar tidak menjadi repot. Dia
tahu aku adalah pesilat tangguh, mana mungkin dia melepaskan
kesempatan ini!"
"Kau kalah bertarung dengannya?"
"Luka dalamku belum sembuh. Belum sampai tiga jurus aku
sudah muntah darah dan roboh. Tapi dia tidak melepaskanku dan
mengantarku kemari. Setiap malam dengan ilmu Tay-seng-sinkang membantuku melancarkan jalan darah. Ditambah aku
menggunkan Ih-kin-keng untuk mengobati diri sendiri maka bisa
bertahan hidup sampai sekarang!"
"Tujuan dia hanya ingin bertarung denganmu?"
"Sekarang satu hari satu kali!"
"Dia tetap menang?"
"Ilmu silat orang ini tidak berada di bawah Tokko Bu-ti dan Putlo-sin-sian."
"Aku lihat jika belum membuat kita sampai benar-benar lelah,
dia tidak akan berhenti. Luka dalammu belum sembuh, setiap hari
pasti sangat sakit bagimu."
"Tapi banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan!"
"Tapi dengan begitu kau tidak ada waktu untuk beristirahat,
kapan luka dalammu akan sembuh?"
Terdengar ada suara, pintu sudah terbuka. Wan-tianglo datang
sambil tertawa:
"Sekarang aku akan mencari orang untuk bertarung, di antara
kalian berdua siapa yang maju duluan?"
"Aku!" Siau Cu langsung menjawab.
Wan Fei-yang ingin menarik dia tapi Siau Cu sudah meloncat
keluar. Setelah di depan pintu, tiga kepalan sudah menyerang. Wan-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 139
tianglo terus mundur, sampai di lapangan luar rumah dia baru
membalas.
Setelah itu serangan Siau Cu semakin gencar. Semangat Wantianglo terlihat semakin bertambah.
Wan-tianglo berteriak:
"Baik!" Dia meloncat juga berguling-guling seperti seekor kera.
Dia santai juga senang, tapi bersifat tidak sabar. Ilmu Tay-seng-sinkang sudah dikeluarkan dan posisinya terus berganti-ganti,
membuat mata Siau Cu kacau. Kemudian Siau Cu terkena pukulan
dan terjatuh.
Dia meloncat bangun. Kaki dan tangan bergerak menyerang lagi.
Di dalam tawanya, Wan-tianglo berputar lagi.
Siau Cu tertawa kecut, waktu dia siap dipukuli, tiba-tiba suara
Wan Fei-yang terdengar.
"Cong-kang, Cou-hong-bun, Tan-hong-cau-yang, Beng-houwsin-yo!" (semua adalah nama-nama jurus).
Reaksi Siau Cu sangat lincah. Dia segera bergerak. Ilusi yang di
depan mata menghilang. Waktu memperagakan Beng-houw-sin-yo,
sepasang kepalan menyerang ke dada Wan-tianglo. Wan-tianglo
bertahan ke kiri dan kanan, kemudian berbalik ke bela kang Siau
Cu. Siau Cu menendang tapi tidak mengenai sasaran dan melihat
ilusi terjadi lagi.
Wan Fei-yang membentak lagi:
"Lan-lo-ta-kun (keledai malas berguling), Yu-tai-wie-yau (tali
ikat pinggang), Ouw-liong-pak-bwe (naga hitam menggoyangkan
ekor)."
Dua jurus di depan menutupi serangan Wan-tianglo. Jurus
terakhir menyapu dengan kaki, memak sa Wan-tianglo berbalik
kembali.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik! Ada pesilat tangguh yang memberitahu memang
berbeda!" Wan-tianglo tertawa. Tubuhnya terus berubah semakin
cepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 140
Mata Wan Fei-yang melihat dengan cepat, mulut juga berbicara
cepat, tapi Siau Cu tidak bisa mengikuti dengan cepat. Setelah
beberapa jurus, lagi-lagi dia roboh dipukul. Wan-tianglo
menendang Siau Cu dengan kepalan. Untung Wan Fei-yang cepat
datang, dia menyambut dua pukulan Wan-tianglo.
Wan-tianglo tertawa lepas. Tubuh dia berubah dengan cepat.
Wan Fei-yang tidak kalah cepat dari dia. Siau Cu melihat dengan
mata terbelalak dan terus melihat, sampai dia sudah tidak bisa
melihat lagi perubahan tubuh Wan-tianglo dan Wan Fei-yang
terlalu cepat.
Siau Cu kembali bisa melihat perubahan mereka bukan karena
matanya yang bisa mengejar, melainkan perubahan tubuh mereka
menjadi semakin pelan.
Keringat besar menetes dari dahi Wan Fei-yang. Dia mulai
terengah-engah, gerakannya mulai pelan, Wan-tianglo ikut pelan,
tawanya dari tawa besar menjadi biasa, akhirnya menghilang. Dia
menarik nafas dan pergi.
Wan Fei-yang roboh. Siau Cu berteriak:
"Wan-toako!" dan segera memapah Wan Fei- yang.
"Tidak apa-apa!" Wan Fei-yang tertawa kecut.
Wan-tianglo menggelengkan kepala:
"Puas ya puas tapi sayang belum puas benar! Hari ini sampai di
sini, besok aku akan datang lagi. Harap kalian paling sedikit seperti
hari ini, jangan membuat aku kecewa!"
Siau Cu marah:
"Pada suatu hari aku akan membeset kulit dan tulangmu, dan
aku ingin kau berlutut dan meminta ampun!"
Wan-tianglo malah tertawa:
"Kalau benar hari itu datang, aku benar-benar senang dan
kehidupanku akan lebih sempurna!"
Setelah tertawa, dia bersalto beberapa kali dan menghilang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 141
Wan Fei-yang hanya bisa tertawa kecut. Wan Fei-yang sudah
duduk bersila untuk mengatur nafas. Keringat di tubuh segera
berubah menjadi uap melayang.
Tidak lama kemudian Wan Fei-yang sudah selesai mengatur
nafas. Dia segar kembali dan berdiri dengan tenang.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Keadaan sama dengan sebelum bertarung dengan Wantianglo." Wan Fei-yang tertawa, "Ih-kin-keng yang bisa mengobati
diri sendiri harus diakui sangat aneh!"
"Untung kau menguasai cara pengobatan sendiri, kalau tidak kau
akan dipukul sampai cacat oleh orang aneh itu!"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:
"Walaupun dia suka ilmu silat seperti orang gila tapi dia bukan
orang jahat, maka kau boleh tenang!"
"Atau dia takut kau menjadi cacat dan tidak ada orang yang bisa
menemani dia berlatih?" terlihat Siau Cu memang tidak menyukai
Wan-tianglo.
"Mungkin!" Wan Fei-yang mengerti hati Siau Cu dan tidak
membela.
"Sekarang cukup repot, entah kapan baru bisa meninggalkan
tempat ini. Dendam guru dan Bing-cu!"
Siau Cu marah. Dia memukul ke bawah.
"Marah bukan cara memecahkan masalah!"
Mata Siau Cu berputar. Dia segera berkata:
"Wan-toako, Thian-can-sin-kang milikmu, Tokko Bu-ti, dan Putlo Sin-sian juga tidak sanggup melawanmu. Apakah Wan-tianglo
lebih lihai dari pada mereka?"
"Thian-can-kang berada di atas Tay-seng-sin-kang. Hanya saja
luka dalamku tidak pernah sembuh, tenagaku putus-sambung maka
tidak bisa mengeluarkan semua kekuatannya!"
"Berarti Ih-kin-keng juga tidak ada gunanya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 142
"Hvkin-keng berjumlah 38 jurus. Sampai sekarang aku hanya
bisa mengerti 36 jurus, masih ada 2 jurus lagi yang belum aku
kuasai. Mungkin sesudah dikuasai, akan ada perubahan!"
"Kau pasti bisa!" Siau Cu berkata penuh keper cayaan kepada
Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang melihat Siau Cu:
"Tadi aku melihat kau bertarung dengan Wan-tianglo, tidak
diragukan lagi kau adalah orang berbakat di dunia persilatan. Asal
kau rajin, pasti ada hasil yang bagus!"
Siau Cu dengan malu mencakar rambutnya yang acak-acakan.
Dia tidak biasa dipuji.
Kata Wan Fei-yang:
"Mulai sekarang setiap hari aku akan berunding tentang ilmu
silat denganmu. Kita bisa bertukar pola pikir kita!"
Sebenarnya maksud Wan Fei-yang adalah ingin mengajar. Siau
Cu benar-benar senang:
"Aku tidak mempunyai apa-apa..."
"Setiap perkumpulan pasti ada keistimewaannya..."
"Terima kasih Wan-toako!" Siau Cu ingin berlutut.
Wan Fei-yang segera memapah:
"Kau juga memperhatikan ilmu Tay-seng dari Wan-tianglo,
perubahan tubuhnya begitu lincah. Aku kira tidak ada orang bisa
menandinginya!"
Siau Cu mengangguk:
"Kalau begitu aku harus berterima kasih pada orang aneh itu!"
"Seharusnya dia menghabiskan waktu untuk muridnya, tapi
tidak ada orang yang mau menjadi muridnya!"
"Aku benar-benar tidak pernah bertemu deng an orang seperti
dia!"
Belum menyelesaikan kata-katanya, Wan-tianglo sudah muncul
dari hutan buah persik. Dua tangan membawa sepiring buah persik,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 143
mengantarkannya ke depan Wan Fei-yang dan Siau Cu, kemu dian
segera bersalto keluar dan menghilang.
Wan Fei-yang dan Siau Cu hanya bisa tertawa kecut.
Kita tidak jelas dengan keadaan di Lu-san karena sedang berada
di gunung ini. Ini adalah puisi karya Soh Tong-po, seorang penyair
Tiongkok kuno yang sangat terkenal. Ada yang berkata bahwa
sebenarnya puisi ini bukan sedang menceritakan Lu-san, mereka
mengartikannya sebagai berikut, orang yang bersangkutan di dalam
suatu permasalahan akan merasa bingung, sedangkan orang lain
yang melihat permasalahan itu akan melihat dengan jelas. Apakah
mungkin interpretasi itu disebabkan karena Soh Tong-po memang
belum pernah melihat keadaan Lu-san dengan jelas?
Lalu aslinya Lu-san sebenarnya seperti apa? Ada yang
menganggap itu adalah air terjun. Itu masuk akal juga.
Dari semua gunung terkenal, air terjun di Lu-san benar-benar
seperti beribu-ribu orang mabuk yang gilanya tidak terlukiskan.
Apalagi di Ceng-yu-sia, air terjun benar-benar jarang kita temukan.
Air terjun turun dengan cepat di antara dua gunung, terkadang air
turun dengan lurus. Suara gemuruh terdengar di antara batu-batu
yang aneh bentuknnya, dan turun ke jurang yang berpuluh ribu
depa dalamnya. Benar-benar membuat orang terkejut.
Di sisi jurang ada sebuah tempat datar seperti panggung. Entah
kapan dan entah dewa mana yang tiba-tiba menepis gunung ini
dengan kapak besar. Dia menepis gunung bagian atas dan
menyisakan gunung bagian bawah, maka jadilah tempat datar
seperti panggung yang luas.
Sebuah rumah batu dibangun di sisi tempat ini. Di depannya ada
sebuah pohon cemara yang besar. Di sisi sebuah meja batu duduk
bersila tiga orang tua yang kurus.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 144
Tiga dewa ini adalah Ih-sian (tabib), Yok-sian (obat), dan Toksian (racun).
Ih-sian memiliki ilmu pertabiban yang tinggi. Yok-sian mengenal
beribu-ribu macam obat dan ahli dalam mencampur obat. Tok-sian
seorang peneliti racun, seringkah dia sengaja menggunakan suatu
ramuan racun untuk menyerang jenis racun yang lain untuk
mendapatkan hasil yang aneh.
Tiga orang ini dulu saling bermusuhan, tapi karena sering
mengadu ilmu maka dalam 15 tahun terakhir ini mereka sudah
menjadi teman baik. Tapi mereka sudah terbiasa setiap tiga tahun
sekali harus beradu ilmu satu dengan yang lainnya, mereka harus
menemukan pemenang baru berhenti beradu ilmu.
Setiap tiga tahun ketika mereka bertemu, mereka masingmasing mendapatkan hasil penelitian baru. Kali ini pun tidak
Misteri Kain Kafan Jesus 8 Seruling Perak Sepasang Walet Karya Khu Lung Kitab Pelebur Jiwa 1

Cari Blog Ini