Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 7

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 7


bengis dan tidak peduli apa yang dikatakan orang, dia juga tidak
menyesal.
Fu Hiong-kun dan Su Ceng-cau mendekat. Pedang Coat-suthay
yang dilemparkan tadi sudah dicabut oleh Fu Hiong-kun. Dengan
dua tangan dia mengantar pedang ke depan Coat-suthay.
Pada pedang tidak terlihat bekas darah. Membunuh orang
dengan pedang tanpa terlihat bekas darah di pedang, itu adalah
keistimewaan pedang pusakanya.
"Pedang yang bagus!" kata Lu Tan.
Coat-suthay menerima kembali pedangnya:
"Pedang bagus bila jatuh ke tangan orang yang tidak punya ilmu
silat yang baik, tetap saja tidak berguna. Hanya di tangan seorang
pesilat tangguh baru bisa mengeluarkan kewibawaannya!"
Belum lagi Lu Tan menjawab, Siau Cu sudah berkata:
"Melihat Lo-cianpwee membunuh tiga samurai tadi benar-benar
puas!"
"Tidak juga!" Coat-suthay merasa masih ada kekurangan.
Lu Tan mengerti. Samurai terakhir tidak mati oleh pedangnya,
dia berkata:
"Munculnya hweesio tua itu pantas dicurigai!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 16
"Betul! Kalau aku tidak salah lihat, hweesio tua itupun bukan
orang Tionggoan. Mungkin dia sekelompok dengan samurai itu. Dia
membunuh samurai itu untuk menutup mulutnya!"
"Sepertinya ilmu silatnya sangat tinggi!"
"Bisa membuat samurai itu mati dalam sekali pukul, paling
sedikit tenaganya sangat besar!"
"Mengapa Lo-cianpwee tidak menahannya?" tanya Siau Cu.
Hanya dia orang yang tidak peduli pada semua hal. Orang yang
bebas baru berani berkata seperti itu kepada Coat-suthay.
Tanpa ragu lagi, Coat-suthay juga adalah orang yang lepas. Dia
menjawab:
"Karena hweesio tua itu penuh dengan aura membunuh. Dia
bukan orang sederhana. Pedang tidak ada di tanganku saat itu.
Untuk menang darinya dengan tangan kosong belum tentu bisa ku
lakukan, maka terpaksa membiarkan dia pergi. Kelak bila bertemu
lagi, tidak semudah itu!"
"Tapi nanti Boanpwee belum tentu bisa melihat dengan mata
kepala sendiri!"
"Ilmu silatmu lumayan bagus!"
"Hanya begitu saja. Bila dibandingkan dengan Lo-cianpwee
masih terlalu jauh!"
Siau Cu bisa berkata sungkan juga.
Pertemuannya dengan Wan-tianglo dan Wan Fei-yang di Siantho-kok berpengaruh besar terhadap Siau Cu. Dia mulai mengerti,
di atas orang kuat masih ada orang yang lebih kuat. Dirinya masih
bukan siapa-siapa.
Begitu mendengar kata-kata Siau Cu, Coat-suthay bertambah
suka pada Siau Cu. Dia mengangguk:
"Kalau kau mau rajin, kau juga bisa mempunyai ilmu silat yang
bagus!"
Su Ceng-cau meihat samurai yang mati, dia berteriak:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 17
"Untung aku tidak ikut Suhu, kalau tidak mana mungkin bisa
mendapatkan kejadian seramai dan menarik seperti ini?"
"Siapa gurumu?" tanya Coat-suthay.
"Hoa-san Siau Sam Kongcu!"
"Tingkatan dia masih di bawahku!" kata Coat-suthay sambil
tertawa. Dia bertanya lagi kepada Siau Cu, "mengapa samurai itu
menyerang kalian?"
"Aku tidak jelas!" Siau Cu melihat Su Ceng- cau.
Sebenarnya Su Ceng-cau pernah menceritakan tentang It-tocian. Apakah samurai itu ada hubungan dengan It-to-cian, Siau Cu
belum yakin.
Su Ceng-cau juga terdiam. Dia tidak menyukai sikap Coatsuthay. Jika sifat buruknya keluar, sekalipun diancam dengan golok
di lehernya, Su Ceng-cau tetap tidak akan bicara.
Siau Cu sangat mengerti sifatnya, maka tidak banyak bertanya.
Coat-suthay juga tidak peduli. Dia hanya berkata:
"Mungkin samurai-samurai ini mempunyai hati ingin berkuasa
di Tionggoan dan bermusuhan dengan orang-orang Tionggoan!"
Di sepanjang jalan tidak lagi muncul samurai, mungkin karena
ada Coat-suthay. Sepanjang jalan jadi sangat aman.
Su Ceng-cau malah tidak suka. Yang membuat dia tidak suka,
Siau Sam Kongcu sudah sampai lebih awal. Melihat kedatangannya,
Siau Sam Kongcu tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
Kelihatannya Siau Sam Kongcu juga baru sampai, dia duduk di
ruangan tamu. Teh yang disuguhkan di atas meja masih
mengeluarkan uap panas. Melihat Coat-suthay, dia segera berdiri
dan memberi hormat.
Melihat sikap Siau Sam Kongcu begitu hormat kepadanya, wajah
Coat-suthay berseri-seri:
"Siau Sam, kau harus berterima kasih padaku. Aku mengawal
muridmu ini di sepanjang jalan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 18
"Merepotkan Lo-cianpwee!" Siau Sam Kongcu tetap penuh
hormat.
"Guru!" Su Ceng-cau terpaksa menyapa.
Siau Sam Kongcu melihat, tidak menyapa.
Su Ceng-cau merasa tidak enak, dia lebih memilih Siau Sam
Kongcu memarahinya.
Coat-suthay bertanya kepada Lamkiong Po:
"Di mana Tai-kun?"
"Di belakang kebun melihat bunga dengan An-lek-hou dan Tiong
Toa-sianseng. Tapi Boanpwee sudah menyuruh orang ke sana
untuk memberi tahu!"
"Baik!" Coat-suthay tertawa dingin. Waktu itu dia seperti
teringat sesuatu.
Di kebun belakang, yang menemani An-lek- hou dan Tiong Toasianseng selain Lo-taikun juga ada lima menantu leluarga Lamkiong
dan Lamkiong Beng-cu. Mereka bukan sedang melihat bunga, melainkan sedang menceritakan masa lalu Pek-hoa- couw.
"Dulu kita yang menjadi Siaupwee begitu angkat bicara tentang
Pek-hoa-couw, bertukar pikiran tentang pedang, semua sangat
menghormati!" kata Tiong Toa-sianseng:
"Semua orang berpendapat bahwa bisa turut serta dalam rapat
Pek-hoa-couw adalah hal yang membanggakan!"
"Anak muda sekarang yang masih ingat dengan rapat Pek-hoacouw tidak banyak!" Lo-taikun merasa terharu.
"Itu karena ada hubungannya dengan Tokko Bu-ti!' "Keluarga
Lamkiong semakin menurun, satu generasi lebih lemah dari
generasi sebelumnya!" Lo-taikun menarik nafas, "pada rapat Pekhoa-couw yang pertama kali, yang paling menonjol adalah keluarga
Lamkiong. Sesudah itu, tidak ada lagi pesilat pedang yang
menonjol."
"Selain ilmu pedang, banyak ilmu keluarga Lamkiong yang
berada di atas masing-masing perkumpulan." kata Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 19
"Itu hanya sedikit, jangan dibicarakan!"
"Lo-taikun terlalu merendahkan diri!" Su Yan-hong sangat
serius, "teman-teman dunia persilatan begitu membicarakan
keluarga Lamkiong, tidak ada orang yang menganggap remeh. Aku
merasa beruntung bisa ikut dalam rapat Pek-hoa-couw kali ini.
Benar-benar hidup ini tidak sia-sia!"
"Hou-ya benar-benar pintar bicara!" kata Lo-taikun tertawa.
"Yang kusayangkan adalah Wan Fei-yang dari Bu-tong-san.
Waktu ilmu silatnya berada di puncak, dia malah mundur dari dunia
persilatan dan tidak mengikuti rapat Pek-hoa-couw kali ini!" kata
Su Yan-hong.
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Anak muda ini mengalahkan Tokko Bu-h, juga mengalahkan
Put-lo-sin-sian. Boleh dikatakan dialah seorang yang sangat
berbakat dalam bidang ilmu silat. Jika dia ikut rapat kali ini, pasti
akan bertambah ramai!"
"Dia mundur dari dunia persilatan, benar-benar merugikan
dunia persilatan!"
Lo-taikun tertawa:
"Banyak orang berbakat di dunia persilatan. Kata pepatah,
gelombang Tiang-kang selalu mendorong ke depan. Seperti Hou-ya,
keberhasilanmu sudah berada di atas Wan Fei-yang!"
"Lo-taikun bicara terlalu melebihkan."
"Yang tidak lebih tidak perlu dikatakan lagi."
"Rapat Pek-hoa-couw belum di mulai."
"Memang belum mulai, tapi menang kalah sudah sangat jelas!"
"Oh?" kata Su Yan-hong.
"Pemenang yang muncul pasti Tiong Toa-sianseng atau Coatsuthay!" kata Lo-taikun yakin.
"Lo-taikun, masih ada Hoa-san Siau Sam Kongcu, Bu-tong-pai Lu
Tan..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 20
Lo-taikun mencegat:
"Umur Lu Tan masih terlalu muda dan tidak berpengalaman.
Ilmu silatnya seperti apa, semua orang sudah tahu. Walaupun sudah
lama tidak bertemu, kecuali ada mujizat, jika tidak kita jangan
menaruh harapan terlalu tinggi!" Kemudian Lo-taikun
melanjutkan, "tentang Hoa-san Siau Sam Kongcu, Toan-cang-kiam
memang bagus. Tapi tetap masih kurang. Bila bertemu Tiong Toasiansengn dan Coat-suthay yang berpengalaman, dia tidak akan bisa
mengambil keuntungan!"
"Lo-taikun memang benar!"
"Kau berkata seperti itu, memutar-mutar untuk memuji Suhu.
Apakah kau tidak takut Lo-taikun menertawakanmu?" Tiong Toasianseng meng-gelengkan kepala.
Hal ini membuat Lo-taikun dan yang lain tertawa. Kiang Hongsim segera berkata:
"Sebenarnya Siau Sam Kongcu sudah mewarisi ilmu silat Hoasan-pai dengan lengkap, tapi karena terlalu banyak pikiran, dia
terlibat oleh cinta, itu sangat disayangkan. Adik Bok-lan, apakah
betul kata-kataku?"
Tiong Bok-lan terpaku. Dia menjawab dengan kata-kata yang
tidak menyambung maksud Kiang Hong-sim:
"Terhadap ilmu pedang aku hanya mengerti sedikit, apalagi
perubahan pedang aku lebih-lebih tidak tahu lagi."
"Kata-kataku tidak ada hubungannya dengan pedang! Adik Boklan tidak berkonsentrasi mendengar!" kata Kiang Hong-sim.
Wajah Tiong Bok-lan berubah. Mata Kiang Hong-sim masih
terus berputar, terlihat dia masih ingin mendesak agar Tiong Boklan mengeluarkan kejelekannya.
Tiong Toa-sianseng melihat hal ini, baru saja mau membela
putrinya, pelayan sudah datang mela por bahwa Siau Sam Kongcu
dan yang lain sudah sampai.
Lo-taikun segera menyambut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 21
Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong juga ikut keluar. Tiong
Bok-lan dengan sangat alami mendekat pada Tiong Toa-sianseng.
Kata Su Yan-hong:
"Melihat sikap guru, dia pasti ingin menyampaikan sesuatu
kepada putrinya!" Maka dia mempercepat langkahnya.
"Bok-lan! Hubungan antara kau dan Siau Sam dulu, apakah
keluarga Lamkiong sudah tahu?"
"Sebelum menikah dan masuk ke keluarga Lamkiong, hubungan
kami sudah putus!"
"Kalau begitu, itu paling bagus. Aku percaya kau juga melihat
sikap Kiang Hong-sim tadi. Jika kau berbuat kesalahan, seumur
hidup namamu akan rusak!"
"Ayah! Percayalah kepada putrimu!"
"Kata-katamu membuat ayah lebih tenang!"
Tiong Bok-lan menundukkan kepala. Matanya berkaca-kaca,
maksudnya meminta Tiong Toa-sianseng mempercayai dirinya,
tapi dia sendiri juga tidak percaya kepada diri sendiri.
Lo-taikun berjalan paling depan. Diam-diam dia berpesan
kepada Cia Soh-ciu:
"Kau segera ke Ciu-ci-tong. Dengan merpati kirim surat beritahu
Ling-ong bahwa Tiang-lek Kuncu berada di keluarga Lamkiong, dan
minta petunjuk apa yang harus kita lakukan."
Cia Soh-ciu segera mundur ke pinggir.
Tidak disangka, keluarga Lamkiong diam-diam berhubungan
dengan Ling-ong. Yang pasti itu adalah suatu hubungan rahasia, di
dalamnya pasti ada hal-hal yang penting.
Melihat Lo-taikun, Siau Sam Kongcu, Fu Hiong-kun dan lain-lain
selalu sungkan. Hanya Coat-suthay yang melihat Lo-taikun dengan
dingin lalu tertawa:
"Apakah Lo-taikun masih ingat dengan orang lama?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 22
"Ilmu pedang Heng-san-pai sangat bagus dan orang berbakat
terus muncul dari sana. Rapat Pek-hoa-couw tidak bisa kekurangan
mereka!" kata Lo-taikun tertawa.
"Aku sudah tua, seharusnya tidak pantas bertarung, Tapi Lotaikun yang mengundang, mana mungkin aku menolak, hanya saja
apakah ada kesempatan mengundang Lo-taikun untuk memberi
sedikit ilmu?"
Lo-taikun tertawa:
"Rapat Pek-hoa-couw datang dari keluarga Lamkiong. Kali ini
keluarga Lamkiong hanya mengikuti peraturan dulu menjadi tuan
rumah. Tentang pedang, nenek tua ini sudah lama menaruhnya
maka aku tidak bisa bersaing dengan kalian!"
"Bila Lo-taikun tidak maju, apakah ada orang lain yang mewakili
keluarga Lamkiong?"
Wajah Lamkiong Po berubah, maju selangkah:
"Memang Boanpwee tidak berbakat, tapi demi keluarga
Lamkiong aku pasti akan berusaha sekuat tenaga!"
"Baik!" Coat-suthay mengangguk, lalu berkata kepada Lo-taikun,
"betulkah Lo-taikun tidak mau memberi petunjuk? Aku benarbenar merasa kecewa!"
Lo-taikun tertawa:
"Kalau begitu maksud Suthay, orang-orang seperti Tiong Toasianseng dan Siau Sam Kongcu tidak pantas bersaing dengan
Suthay?"
Coat-suthay terpaku. Tapi dia segera berkata:
"Apakah Lo-taikun sudah melupakan masalah 30 tahun yang
lalu?"
Lo-taikun terdiam. Kata Coat-suthay kemudian:
"Waktu kau dan aku bertarung di Tong-teng-ouw, aku kalah oleh
pedangmu karena ilmuku tidak bagus. Waktu itu pedangku terlepas
dari tangan dan terjatuh ke dalam danau. Sampai sekarang aku
merasa kejadian itu seperti baru terjadi kemarin!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 23
"Karena waktu itu Suthay sengaja mengalah. Bukankah Suthay
sudah mendapatkan Ceng-hong-kiam dari Heng-san-pai?"
"Apa yang dikatakan Lo-taikun waktu itu? Kau menyuruhku
pulang dan menikah kemudian mempunyai anak dan jangan masuk
ke dunia persilatan untuk menjadi bahan tertawaan orang lain!"
"Itu!" Lo-taikun menarik nafas.
Coat-suthay berkata lagi:
"Jurusmu yang bernama 'Po-in-kian-jit' (Menyingkap awan
melihat matahari) itu benar-benar lihai. Aku berpikir selama 57 hari
lamanya baru mendapatkan cara untuk memecahkan jurus ini.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah Lo-taikun tertarik untuk mencobanya?"
Lo-taikun menggelengkan kepala:
"Dulu aku masih muda, bisa berkata seperti itu. Tidak disangka
30 tahun kemudian Suthay masih terus mengingatnya!"
"Jurus Giok-lie-kiam ke-44 dari Heng-san-pai itu bagaimana?"
"Giok-lie-kiam-hoat di dunia persilatan sudah punah. Kali ini
yang menjadi angkatan muda bisa melihatnya, benar-benar
kesempatan yang bagus!"
"Untuk apa kau bicara kanan kiri, akhirnya kau menganggap
remeh aku yang pernah kalah denganmu dan tidak mau bertarung
untuk kedua kali?"
"Suthay berkata terlalu berat!"
"Orang-orang tua di dunia persilatan pasti tahu dulu Lo-taikun
adalah orang yang sangat kejam dan sangat sombong."
"Maka 30 tahun ini aku jarang keluar. Di rumah aku membaca
kitab Budha juga sembahyang kepada Budha. Kau adalah orang
Budha, seharusnya lebih mengerti!"
"Tujuanku menjadi nikoh adalah untuk membersihkan
kesalahan dan kejahatan di dunia reinkarnasi sebelumku. Kau tidak
ingin masuk ke dunia persilatan lagi, apakah sudah membuat
kesalahan yang fatal?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 24
"Suthay!" Lo-taikun mulai marah.
"Orang-orang keluarga Lamkiong sekarang sangat sedikit.
Apakah ada hubungannya denganmu?" tanya Coat-suthay.
"Supek-bo!" Fu Hiong-kun merasa Coat-suthay sudah bicara
keterlaluan.
"Kita semua sulit bisa berkumpul. Aku mengusulkan lebih baik
kita ke belakang gunung melihat pemandangan Kang-lam yang
indah!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Aku sudah cukup melihat pemandangan di sepanjang jalan. Aku
jauh-jauh datang kemari mengira keluarga Lamkiong sudah beres
mengatur tempat untuk tamu-tamu!" kata Coat-suthay dingin.
"Memang kamar sudah siap. Bok-lan, bawa jalan untuk Suthay!"
kata Lo-taikun.
Tiong Bok-lan sedang menghindari sorotan mata Siau Sam
Kongcu. Begitu mendengar pesan Lo-taikun, itu yang benar-benar
dia harapkan.
Dari awal sampai akhir Tiong Bok-lan tidak pernah melihat Siau
Sam Kongcu. Setelah dia pergi, Siau Sam Kongcu menarik nafas dan
melihat Su Ceng-cau. Tapi Su Ceng-cau terus melihat Su Yan-hong.
Begitu merasa Siau Sam Kongcu melihatnya, wajahnya segera jadi
merah.
"Suhu!" Dia segera tertawa, "kalau Suhu mau marah kepadaku
pasti sudah mengeluarkan kata-kata. Sampai sekarang guru belum
marah, berarti belum memaafkan!"
"Kau benar-benar terlalu menuruti keinginan sendiri, kalau
sikapmu tidak berubah, pada suatu hari kau pasti akan tertimpa
bencana..
"Di sini ada bencana tidak apa-apa karena ada guru, ada kakak
sepupu, masih ada guru sepupu... begitu banyak pesilat tangguh di
sini. Mereka tidak akan membiarkan aku celaka!"
"Apakah kau sengaja mau membuat musibah di sini?"
"Tentu saja tidak!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 25
Tapi melihat sikapnya, benar-benar membuat orang tidak yakin
apa yang dia katakan.
Pada waktu itu Lo-taikun berkata:
"Kalian datang dari tempat jauh, seharusnya beristirahat dulu!"
Tidak ada yang menolak karena kata-kata Coat-suthay tadi
membuat semua orang menjadi canggung.
Ada Tiong Bok-lan, Coat-suthay tidak berkata apa-apa lagi. Yang
pasti karena dia adalah putri Tiong Toa-sianseng, tapi setelah Tiong
Bok-lan pergi, dia baru mengeluarkan unek-uneknya.
"Mengapa dia bisa berubah seperti itu?"
"Maksud Supek-bo, Lo-taikun?" tanya Fu Hiong-kun.
"30 tahun yang lalu, perempuan ini sangat sombong, bukan
seperti sekarang ini!"
"30 tahun itu waktu yang lama!"
"Kata pepatah, gunung dan sungai bisa di geser tapi sifat
manusia sulit dirubah. Dia tidak akan bisa berubah begitu cepat.
Tadi aku sengaja terus berkata menyakitinya, tapi dia bisa
menanggapinya dengan biasa-biasa!"
"Lo-taikun yang sekarang adalah penanggung jawab keluarga
Lamkiong. Dia harus merubah sikapnya yang jelek itu!"
Coat-suthay berpikir dan berkata:
"Tapi sifatku sampai sekarang masih seperti dulu. Apakah aku
benar-benar tidak bisa bersaing dengan perempuan ini?"
Fu Ffiong-kun tidak bisa berkata apa-apa. Dia bukan takut
kepada Coat-suthay, melainkan dia tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi di antara Coat-suthay dan Lo-taikun. Dia juga tidak tahu
seperti apa sifat mereka.
Setelah Lo-taikun kembali ke kamar, dia tetap tidak marah,
duduk di pinggir ranjang. Dia melihat Tong Goat-go, Kiang Hongsim, lalu Cia Soh-ciu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 26
Di dalam kamar hanya ada empat orang. Yang duduk dengan
tidak tenang dan tidak konsentrasi adalah Cia Soh-ciu.
"Ada apa?" Lo-taikun bertanya.
"Beng-cu bersama Siau Cu lagi!" kata Cia Soh-ciu.
"Siau Cu benar-benar pintar!" Kiang Hong-sim tertawa dingin.
"Mengapa dia datang kemari? Apakah untuk mencari tahu
penyebab kematian gurunya?" Tong Goat-go khawatir.
"Bukan. Aku sudah bertanya dengan jelas, dia datang dengan Lu
Tan dari Bu-tong-pai!" Cia Soh-ciu lebih teliti.
"Bagaimana dengan Beng-cu dan Siau Cu?" tanya Lo-taikun.
"Menurutku, kita segera cegah hubungan mereka!"
"Beng-cu masih muda, kita jangan bicara terlalu berat!" kata Lotaikun.
Cia Soh-ciu mengangguk. Kiang Hong-sim menyela:
"Siau Cu masih tidak menjadi masalah, Coat-suthay yang lihai."
"Dia keterlaluan!" kata Tong Goat-go.
"Aku adalah tuan rumah, dia adalah tamu. Di depan banyak
orang harus membiarkan dia. Kita tunggu kesempatan sampai
matang waktunya nanti. Hei, hei!" kata Lo-taikun.
Dia tidak berkata apa-apa. Cia Soh-ciu dan lain-lain juga tidak
bertanya kapan baru matang waktunya. Mereka seperti sudah tahu!
Masih ada tujuh hari menjelang rapat Pek-hoa-couw, tapi demi
menghargai rapat ini dan juga untuk mengambil waktu mengenal
lingkungan, maka setiap anggota yang mengikuti rapat Pek-hoacouw datang lebih awal.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 27
Mereka bukan ingin mendapat nama, tapi karena mewakili
masing-masing perkumpulan maka mereka harus berusaha dengan
sekuat tenaga.
Karena itu, begitu ada waktu mereka selalu bersemedi. Mereka
berharap tubuh dan pikiran mereka bisa berada dalam kondisi yang
paling baik.
Terkecuali Coat-suthay, yang dilakukannya hanya mengamati
lingkungan keluarga Lamkiong. Dari awal ketika tiba di keluarga
Lamkiong, dia sudah mengawasi Lo-taikun.
Hal ini sungguh di luar dugaan Lo-taikun tapi dia tidak peduli.
Dengan ilmu Coat-suthay, benar-benar sulit mengetahui dia sedang
mengejar.
Yang melayani Lo-taikun hanya Cia Soh-ciu.
Lingkungan keluarga Lamkiong sangat luas, hanya dengan
melihat bentuk bangunannya, tidak sulit membayangkan keluarga
Lamkiong ketika berjaya. Sekarang di keluarga Lamkiong masih
terdapat banyak tempat kosong.
See Ynn Tjin Djin 598 Setelah sampai di belakang gunung,
keadaan bertambah sepi. Lo-taikun dan Cia Soh-ciu segera berpisah,
yang satu ke kiri dan satunya lagi ke kanan.
Tentu saja Coat-suthay mengikuti Lo-taikun. Di matanya, Cia
Soh-ciu tidak berharga untuk diikuti.
Tapi kenyataannya bukan seperti itu.
Sebenarnya tempat yang dituju Cia Soh-ciu adalah tempat yang
paling misterius di keluarga Lamkiong. Tapi dia bukan mencari
orang tua untuk menanyakan sesuatu.
Dia mendorong sebuah rak kayu di ruangan sebelah kanan, di
sana ada sebuah pintu jalan rahasia yang menuju ke penjara bawah
tanah.
Jalan rahasianya tidak panjang tapi penjara bawah tanah sangat
luas. Di sekelilingnya tergantung tirai yang berhiaskan mutiara.
Masuk ke dalam, kalau tidak hati-hati akan tersesat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 28
Di tengah-tengah penjara bawah tanah terdapat empat peti mati,
masing-masing menghadap ke empat arah yang berbeda. Cia Sohciu mendorong masing-masing tutup peti. Setelah melihat dengan
teliti, baru dengan hati-hati menutup kembali petinya.
Kemudian dia masuk lagi melewati tirai berhiaskan mutiara. Di
sana ada satu peti mati yang lain. Dari luar peti ini terlihat tidak ada
bedanya dengan empat peti tadi, tapi waktu Cia Soh-ciu menggeser
tutup peti ini, dia lebih berhati-hati.
Melihat ke dalam juga dengan lebih teliti.
Di dalam peti mati terbaring seorang gadis berbaju merah muda.
Dia sangat cantik, sampai kulitnya juga berwarna merah muda.
Dilihat dari sudut manapun gadis ini tidak mirip orang mati, tapi
dia memejamkan mata berbaring di dalam peti mati.
Kalau Fu Hiong-kun atau Wan Fei-yang yang melihat gadis ini,
mereka pasti akan terkejut. Dia adalah adik atau kakak angkat Fu
Hiong-kun, dan adik perempuan Wan Fei-yang dari ayah yang sama
tapi ibu yang berbeda.
Dia bukan orang lain, dia adalah Tokko Hong. Waktu itu Fu Gioksu ingin menangkap dia hidup-hidup dan mengancam Wan Feiyang untuk membocorkan rumus ilmu ulat sutra, tapi dia memilih
mati dengan meloncat ke jurang yang dalamnya ratusan tombak.
Fu Giok-su mengira dia sudah mati, tapi sebenarnya dia masih
hidup dan tinggal di keluarga Lamkiong.
Dari tutup peti dibuka sampai ditutup kembali Tokko Hong tidak
menunjukkan reaksi apapun, tapi Cia Soh-ciu malah terlihat puas.
Apakah yang terjadi? Hanya orang keluarga Lamkiong yang baru
mengerti.
Di keluarga Lamkiong, tempat ini disebut Siau-hun-lo (Penjara
mencairkan jiwa).
Lo-taikun melalui jalan yang semakin sepi tapi tidak misterius,
setelah berputar di sebuah dataran tinggi, dia sampai di depan
sebuah kolam.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 29
Di atas kolam ada jembatan yang berliku-liku. Lo-taikun berjalan
ke jembatan di atas kolam, setelah berbelok empat kali, dia berhenti
dan pelan-pelan membalikkan tubuh:
"Siapa itu?"
"Aku!" Coat-suthay tidak bisa bersembunyi lagi, dia keluar dari
belakang sebuah pohon.
"Suthay terus mengikuti aku kemari, ada urus an apa?"
"Caraku membuntutimu memang kurang terang-terangan, tapi
kalau tidak dengan cara ini mana mungkin bisa mendapatkan
kesempatan yang begitu cocok untuk bertarung beberapa jurus."
"Kau tetap bermaksud bertarung?"
"Kekalahan dulu masih terasa sampai sekarang, itu harus ada
penjelasan. Kalau tidak, mati juga tidak akan bisa menutup mata!"
Coat-suthay ikut terbang ke atas jembatan, "deharusnya kau
mengerti sifatku!"
Lo-taikun menarik nafas.
"Kau berubah menjadi seperti ini, benar-benar di luar dugaanku.
Tapi apapun yang terjadi, pertarungan antara aku dan kau tidak
akan bisa dihindari!"
"Aku tidak akan bertarung denganmu!"
"Kau tidak bisa memilih." Coat-suthay sudah mulai menyerang
dengan telapaknya.
Lo-taikun menghindar, di atas udara, Coat-suthay sudah
merubah jurusnya tujuh kali. Dia terus menyerang, Lo-taikun tetap
menghindar, kemudian dia meloncat keluar sejauh 3 depa lebih.
Coat-suthay terus mengejar. Pedang sudah dikeluarkan. Seperti
terbang di dalam kegelapan.
Lo-taikun harus tiga kali merobah gerakan, baru bisa
menghindar, Coat-suthay berteriak:
"Gunakan jurus Po-in-kian-jit yang kau pakai dulu untuk
mengalahkan aku."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 30
Memang dia sudah mendapatkan cara mencairkan jurus ini.
Demi bisa lebih yakin terhadap cara mencairkan jurus yang dia
temukan, dia harus menyuruh lawan menggemakan jurus ini. Kalau
tidak, dia tidak merasa puas.
Lo-taikun tetap menghindar. Walaupun sedikit memalukan, tapi
dia tetap menghindar. Hal ini membuat Coat-suthay bertambah
marah. Pedangnya terus mengejar untuk menutup ruang
mundurnya.
Akhirnya Lo-taikun membalas serangan juga. Tongkat kepala
naga yang tadinya hanya untuk mem bela diri, diubah Lo-taikun
untuk memecahkan jurus Coat-suthay, lalu dia meloncat ke genteng
rumah.
Coat-suthay terpaku, waktu dia mau bertanya, Lo-taikun
menggelengkan kepala:
"Giok-lie-kiam-hoat Suthay sudah dilatih sede mikian rupa.
Malam ini aku terima kekalahan dari dalam hati!"
"Apa maksudmu?"
"Kali ini Suthay pasti akan bisa mengalahkan semua pendekarpendekar di sini!"
"Apa maksudmu?"
"Hari sudah malam, aku harus pergi!" Lo-taikun sudah berlari
pergi dari atas genteng.
"Berhenti! Kau sama sekali belum kalah..
Tapi Lo-taikun sudah pergi jauh. Coat-suthay tidak mengejarnya
juga tidak berteriak, otaknya penuh dengan perasaan aneh, dan dia
tenggelam dalam pikirannya.
Pertarungan antara Coat-suthay dan Lo-taikun tampaknya tidak
diketahui oleh siapa pun. Hari kedua di keluarga Lamkiong tetap
begitu tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Maka pada hari kedua waktu Fu Hiong-kun disuruh Coat-suthay
untuk mengundang Lamkiong Po, Lamkiong Po merasa tidak
terkejut dan tidak ada reaksi apapun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 31
Dia tidak bertanya kepada Fu Hiong-kun. Fu Hiong-kun juga
tidak tahu mengapa Coat-suthay mencari Lamkiong Po, Coat-suthay
sendiri yang ingin berbicara dengan Lamkiong Po.
Dengan sikap Coat-suthay seperti itu, orang-orang Lamkiong Po
pasti tidak suka kepadanya. Lamkiong Po juga mempunyai perasaan
seperti itu, tapi dia tidak menolak ketika dipanggil.
Sampai di depan pintu kamar Coat-suthay, dia mengetuk pintu,
dengan hormat berkata:
"Boanpwee Lamkiong Po mohon bertemu dengan Suthay!"
"Masuk!" Suthay menjawab dari dalam.
Lamkiong Po mendorong pintu dan masuk, tapi Coat-suthay
tidak terlihat berada di dalam. Saat dia merasa heran, Coat-suthay
tiba-tiba berkelebat keluar dari balik pintu. Dengan dua telapaknya
Coat-suthay menyerang nadi penting Lamkiong Po. Lamkiong Po
bereaksi sangat lincah. Walaupun tergesa-gesa dia bisa menyambut


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan Coat-suthay.
Melihat Coat-suthay seperti itu, dia merasa aneh. Namun dia
tidak sempat bertanya. Coat-suthay mulai melancarkan serangan
telapak yang bertubi-tubi, sehingga sama sekali tidak ada waktu
untuk ber bicara dengannya. Terpaksa Lamkiong Po harus
menghadapinya dengan segala cara.
Setelah Coat-suthay menyerang sebanyak 18 jurus, dia
mengeluarkan jurus terakhirnya yang mem buat Lamkiong Po
mundur 10 langkah dan terduduk di sebuah kursi.
Kaki dan tangan Lamkiong Po tidak bisa bergerak lagi. Dia
memanggil:
"Suthay, ada apa?"
Sebelum dia berbicara, Coat-suthay sudah mundur dan
membalikkan tangan menutup pintu. Dia duduk berhadapan
dengan Lamkiong Po.
"Kau tidak perlu takut atau terkejut. Aku tidak mempunyai niat
jahat! Aku hanya ingin melihat langkah-langkah gerakan kakiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 32
keluarga Lamkiong. Dengan ilmu silatmu, kau sudah termasuk
pesilat tangguh!"
"Oh, tidak, tidak! Boanpwee hanya ingin tahu mengapa Suthay
ingin melihat gerakan tubuh dan langkah ilmu silat keluarga
Lamkiong. Apa tujuan Suthay?"
Coat-suthay tidak menjawab. Dia malah bertanya:
"Siapa yang mengajarimu ilmu silat?"
"Almarhum ayahku!"
"Siapa lagi?"
"Di keluarga Lamkiong ada peraturan, mulai dari usia 6 tahun
laki-laki harus belajar ilmu silat dari nenek moyang. Pada usia 10
tahun harus belajar ilmu pedang, kebanyakan belajar sendiri!"
"Kalau tidak mengerti, apakah boleh bertanya kepada yang lebih
tua?"
"Boleh!" Lamkiong Po menjawab dengan sungguh-sungguh dan
tidak seperti sedang berbohong.
"Siapa yang kau tanyai?"
"Pertama, bertanya kepada almarhum ayah. Jika tidak ada ayah,
aku bertanya kepada kakak ipar yang paling tua!"
"Tidak pernah bertanya kepada Tai-kun?"
"Bertanya kepada kakak ipar tertua adalah ide Tai-kun!"
"Apakah Lo-taikun pernah mengajarkan ilmu silat kepadamu?"
"Tidak pernah! Dia juga tidak pernah bertanya ilmu silatku
sudah sampai tahap mana."
"Oh?" Coat-suthay diam.
Akhirnya Lamkiong Po bertanya:
"Apakah Suthay menemukan sesuatu?"
"Mengapa kau bertanya seperti itu?" Coat-suthay malah balik
bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 33
Lamkiong Po terpaku, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi
diurungkan. Coat-suthay tertawa:
"Kau tidak perlu menjawab. Sekarang aku pun tidak bisa
memberitahukan apa-apa kepadamu. Bila sampai waktunya, aku
pasti akan memberitahu kepadamu!"
"Terima kasih Suthay!" Lamkiong Po memberi hormat.
"Aku tidak salah mencari orang!" Coat-suthay melihat Lamkiong
Po dan bertanya:
"Ke mana Hiong-kun pergi?"
"Sewaktu dia meninggalkan tempatku tadi, dia bertemu dengan
An-lek-hou!"
"Baik!" Coat-suthay menarik nafas. Nikoh tua ini memang
bersifat tergesa-gesa, tapi kadang-kadang dia teliti juga, dia seperti
tahu tentang semua hal.
Fu Hiong-kun mengatakan pada Su Yan-hong bahwa Coatsuthay mencari Lamkiong Po, karena dia merasa Su Yan-hong
adalah orang yang bisa dipercaya.
Su Yan-hong tidak bertanya mengapa Coat-suthay mencari
Lamkiong Po. Dia hanya berkata:
"Coat-suthay sudah cukup berumur, seharusnya bisa menguasai
diri!"
"Aku curiga Coat-suthay bersikap seperti itu karena punya
tujuan tertentu terhadap Lo-taikun!" kata Fu Hiong-kun.
"Lamkiong Po orangnya jujur dan rendah hati. Suthay tidak salah
mencari orang!"
"Apakah kau tahu apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu, tapi aku percaya itu bukan masalah pribadi!"
kata Su Yan-hong.
"Tampaknya kau sudah lama mengenal bibi guru!"
"Aku percaya seseorang yang percaya kepada Budha tidak akan
sembarangan melakukan sesuatu, seperti guruku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 34
"Di mana Tiong-sianseng berada?"
"Sedang berlatih pedang di belakang gunung! Kelihatannya dia
sangat serius dengan rapat Pek-hoa-couw ini!"
"Dengan ilmu silat Tiong-sianseng, kali ini dia pasti akan
menang!"
"Bukankah Giok-lie-kiam-hoat milik Coat-suthay belum pernah
terkalahkan?"
"Siapapun yang menang sama saja, aku hanya khawatir akan
merusak keakraban!" Fu Hiong-kun sedikit khawatir, "bagaimana
dengan Lan-lan?"
"Aku meninggalkan Lan-lan di ibukota. Memang tidak leluasa
membawa dia berkelana di dunia persilatan. Kalau ibunya masih
ada, aku bisa lebih tenang!"
"Ternyata kalian berada di sini!" tiba-tiba terdengar teriakan
memanggil mereka.
Begitu mendengar teriakan ini, Su Yan-hong langsung
mengenali suara Su Ceng-cau, dia segera melihat ke arah Su Cengcau yang sedang berlari datang.
"Mengapa kau tidak datang mencariku? Kau tahu aku kabur dari
Ong-hu karena aku tahu kau pasti datang ke Pek-hoa-couw ini!"
Su Yan-hong dengan sedikit malu berkata:
"Kita semua adalah tamu keluarga Lamkiong, kita tidak boleh
sembarangan berjalan kesana kemari!"
Su Ceng-cau menunjuk Fu Hiong-kun:
"Bagaimana dengan dia? Apakah boleh datang menemuimu?"
"Kita kebetulan bertemu!"
"Begitu kebetulan?"
Fu Hiong-kun tertawa kecut:
"Supek-bo pasti sudah mencariku. Aku pergi dulu!"
Tadinya Su Yan-hong ingin menahan, tapi Su Ceng-cau malah
berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 35
"Baik! Untung kau tahu diri!" Dia segera menarik Su Yan-hong
ke pondok yang ada di pinggir dan berkata, "apakah kau tahu saat
aku kemari, aku hampir saja terbunuh oleh samurai..."
Su Yan-hong terpaksa tertawa kecut.
Fu Hiong-kun sampai di kamar Coat-suthay. Lamkiong Po sudah
pergi, hanya tinggal Coat-suthay sendiri terpaku di sana. Melihat Fu
Hiong-kun datang, dia segera berkata:
"Apakah kau tahu mengapa aku memanggil Lamkiong Po
kemari?"
Fu Hiong-kun menggelengkan kepala.
"Aku ingin membuktikan satu hal melalui diri nya!"
"Hal apa?"
"Ilmu silat Lo-taikun! Semalam aku memaksa Lo-taikun
bertarung.."
Fu Hiong-kun terpaku, Coat-suthay melanjutkan:
"Dia menolak bertarung denganku. Aku harus memaksa dia baru
mau melayani aku beberapa jurus, kulihat ilmu silatnya semalam
dan 30 tahun yang lalu berbeda sekali. Jurus-jurus yang dipakainya
juga bukan ilmu silat keluarga Lamkiong."
Fu Hiong-kun merasa aneh, namun dia mempercayai pandangan
Coat-suthay.
"Bukti sudah ada. Ilmu silat atau langkah-langkah Lamkiong Po
berbeda jauh dengan dia. Apalagi jurus terakhir yang dia gunakan
untuk melarikan diri, jurusnya sangat aneh, aku belum pernah
melihat nya. Masih ada lagi, sifatnya yang dulu sombong tapi
semalam dia mau mengaku kalah dan pergi dengan tergesa-gesa..."
"Supek-bo siap..."
"Sebelum mendapatkan bukti yang nyata, aku tidak akan
bertindak!" Sikap Coat-suthay tampak sangat serius. "Jangan kau
bicarakan hal ini dengan orang lain. Kau mengerti?"
Fu Hiong-kun mengangguk, hatinya mulai terasa berat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 36
141-141-141
Ketika menerima surat yang tertulis bahwa Su Ceng-cau berada
di keluarga Lamkiong, Ling-ong tidak merasa terkejut. Sebab ini
sudah sesuai dengan dugaannya. Dia juga tidak marah malah
karena tahu Su Ceng-cau sudah sampai dengan selamat, dia jadi
lebih tenang.
"Anak ini!" dia menaruh surat sambil menggelengkan kepala dan
tertawa kecut.
"Adik memang pemberani, ayah tidak perlu khawatir dan
marah!" kata Cu Kun-cau yang berada di samping Ling-ong.
"Seharusnya dia membicarakannya denganku. Untung kita
selalu mempunyai hubungan dengan keluarga Lamkiong, maka kita
bisa tahu keberadaan nya sekarang!"
"Apakah kita perlu segera menangkapnya kembali?"
"Dia berada di keluarga Lamkiong dan ada Siau Sam Kongcu di
sana melindunginya, seharusnya tidak akan ada masalah."
"Siau Sam Kongcu?" Cu Kun-cau marah di dalam hati, dia
menoleh dan melihat It-to-cian.
It-to-cian terlihat terkejut, dia menduga sebelum Siau Sam
Kongcu sampai di keluarga Lamkiong, La-cai sudah bertindak.
Dengan ilmu silat La-cai, sudah pasti tidak akan gagal.
Ling-ong tidak memperhatikan ekspresi mereka, dia berkata:
"Tiong Toa-sianseng dari Kun-lun-pai dan Su Yan-hong juga
berada di sana, tidak perlu khawatir dia tidak ada teman. Keluarga
Lamkiong begitu cepat memberitahukan kabar ini, tujuan mereka
bukan kese lamatan Ceng-cau!"
"Mereka menginginkan barang itu?" Cu Kun-cau baru mengerti.
Ling-ong mengangguk:
"Apakah kita berikan pada mereka?"
"Pasti kita berikan, walaupun belum ada ke untungan tapi kita
selalu bekerja sama dengan baik. Lebih baik kau pergi ke keluargaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 37
Lamkiong untuk melihat-lihat jalannya rapat Pek-hoa-cauw.
Hitung-hitung untuk mencari pengalaman, sekalian membawa
barang ini pada mereka."
"Baik!" Cu Kun-cau setuju, memang dia juga ingin melihat apa
yang dilakukan La-cai.
Ling-ong segera berpesan kepada Liu Hui-su dan Cia Ceng-hong:
"Kalian berdua layani Siau-ongya. Sepanjang jalan harus berhatihati, jangan seperti Soat Boan-thian yang mati tanpa sebab!"
Mayat Soat Boan-thian dimasukkan ke dalam peti mati untuk
diantar kembali ke Ling-ong-hu. Tentu saja hal itu membuat Lingong-hu geger.
La-cai melakukan tindakan seperti itu karena disuruh oleh Cu
Kun-cau dan It-to-cian. Tujuannya agar orang lain bisa tahu
kelihaiannya.
Liu Hui-su melihat Cia Ceng-hong dan Hoa Pie-li, dia tertawa:
"Melakukan perjalanan bersama dengan Siau-ongya, dengan
rejeki Siau-ongya yang besar, pasti tidak akan terjadi apa-apa."
Mereka adalah orang-orang yang pintar. Ling-ong melihat
mereka dan mengangguk, dia berkata kepada It-to-cian dan Hoa
Pie-li:
"Kalian berdua tinggal di sini, bertanggung jawab terhadap
keselamatan Ling-ong-hu."
It-to-cian tidak berkata apa-apa. Hoa Pie-li juga demikian.
"Kapan berangkat?" tanya Cu Kun-cau.
"Semakin cepat semakin baik. Kalau tidak, mana mungkin bisa
datang tepat waktu pada rapat Pek-hoa-couw," kata Ling-ong,
"sekarang kau ikut denganku mengambil barang itu!"
Barang itu disimpan di dalam ruangan rahasia pada sebuah
kotak yang terbuat dari kayu wangi.
"Apakah kita memberikan semua kepada mereka?" Cu Kun-cau
tidak sengaja bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 38
Ling-ong membuka kotak itu dan mengeluarkan satu botol giok:
"Yang ini ditinggal dulu!"
Cu Kun-cau merasa terkejut:
"Kukira ayah akan meninggalkan sebagian barang ini."
"Barang itu dan barang-barang yang disimpan di botol ini lebih
mahal dari botol ini!"
"Melihat jumlah barang yang mereka butuhkan, untuk apa
mereka butuh begitu banyak barang ini? Apakah ada orang yang
sudah kecanduan?"
"Mungkin!" Ling-ong tertawa, "kalau orang yang kecanduan ini
adalah Lo-taikun, itu lebih baik dan mudah!"
Menguasai Lo-taikun berarti sudah menguasai keluarga
Lamkiong.
Yang mereka maksudkan dengan barang itu sebenarnya adalah
'madat'. Waktu itu namanya 'Hu-souw-kao' (Panjang umur dan
jeli).
Sebelum Cu Kun-cau sampai di keluarga Lam kiong, di sana telah
terjadi sesuatu. Tapi itu ada-lah hal yang baik. Tiong Toa-sianseng
dan Su Yan-hong telah melihat bahwa Siau Cu menyukai Beng-cu,
maka mereka bersama-sama melamar pada keluarga Lamkiong.
Siau Cu sedang lesu karena tidak ada kesempatan untuk bertemu
dengan Beng-cu. Ini dikarenakan Cia Soh-ciu yang melarang Bengcu bertemu dengannya. Siau Cu tidak tahu gurunya Lam-touw mati
di tangan keluarga Lamkiong.
Karena itu Cia Soh-ciu selalu menghalangi Siau Cu berhubungan
dengan Beng-cu. Dia memberi penjelasan kepada Beng-cu sehingga
Beng-cu mengira yang membuat mereka tidak setuju adalah karena
latar belakang Siau Cu.
Siau Cu juga berpikir demikian. Su Yan-hong pun tidak
mengetahui ada sebab yang lain. Maka mereka berencana untuk
menjadikan Siau Cu sebagai murid Tiong Toa-sianseng, kemudianLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 39
mengangkat Siau Cu menjadi anak angkatnya. Setelah itu, dengan
identitas kakak seperguruan baru melamar Lamkiong Beng-cu.
Cia Soh-ciu yang pertama menolak lamaran itu, satu-satunya
sebab yang dia sampaikan adalah bahwa Beng-cu masih kecil.
Tanpa diduga, Lo-taikun menyetujui lamaran ini.
Walaupun Cia Soh-ciu adalah ibu kandung Beng-cu, tapi di
keluarga Lamkiong semua keputusan ditentukan oleh Lo-taikun.
Kalau Lo-taikun sudah setuju, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi
sedikit banyak dia bisa menebak Lo-taikun pasti mempunyai tujuan
tertentu.
Dia berharap agar Beng-cu tidak digunakan sebagai umpan. Tapi
pengaturan Lo-taikun membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lo-taikun sudah setuju, Siau Cu tidak bisa menutupi rasa
senangnya, maka dia sering menjadi bahan tertawaan semua orang.
Semua orang merayakan keberhasilan lamaran ini, kecuali Su
Ceng-cau. Dengan kata-kata dingin dia bertanya kepada Su Yanhong, mengapa tidak ada rencana untuk dirinya? Su Yan-hong
mengerti apa maksud Su Ceng-cau, tapi dia pura-pura tidak


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti. Hal ini membuat Su Ceng-cau marah dan pergi.
Su Yan-hong pura-pura tidak melihat, orang lain juga tidak
melihatnya. Hanya Lu Tan yang berdiri di sisi melihatnya.
Orang yang berada di sisi mampu melihat dengan lebih jelas,
kata pepatah ini tidak salah. Seka rang Lu Tan sudah melihat Su
Ceng-cau sebenarnya menyukai Su Yan-hong, maka dia seperti
bingung.
Setelah Su Ceng-cau keluar, dia kembali lagi menemui Siau Sam
Kongcu. Dia memohon kepada Siau Sam Kongcu dan Su Yan-hong
agar Cu Kun-cau tidak membawanya pulang ke Ling-ong-hu.
Cu Kun-cau, Liu Hui-su dan Cia Ceng-hong sudah sampai. Su
Yan-hong dan Siau Sam Kongcu juga mengira dia datang karena
diperintahkan oleh Ling-ong untuk mencari Su Ceng-cau. Melihat
Su Ceng-cau begitu panik dan berpikir Su Ceng-cau juga sudah
terlanjur berada di keluarga Lamkiong, maka mereka sama-samaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 40
meminta agar Su Ceng-cau bisa tinggal sampai selesainya rapat Pekhoa-couw.
Mungkin Siau Sam Kongcu tidak dipandang, tapi Su Yan-hong
pasti bisa. Apalagi di sana banyak orang-orang tua dunia persilatan.
Di depan mereka, Cu Kun-cau mungkin bisa menyetujui Su Cengcau tinggal dulu di keluarga Lamkiong.
Tapi Cu Kun-cau tidak angkat bicara tentang Su Ceng-cau. Hal
ini di luar dugaan mereka. Cu Kun-cau datang hanya untuk
mewakili Ling-ong-hu meng ikuti rapat Pek-hoa-couw. Itupun di
luar dugaan semua orang.
Yang pasti keluarga Lamkiong menyambut baik, mereka
mengundang Cu Kun-cau menjadi tamu kehormatan.
Dari luar sebenarnya tidak ada yang salah. Satu-satunya yang
membuat orang-orang merasa risih adalah sorotan mata cabul Cu
Kun-cau yang terus melihat Tiong Bok-lan.
Dia benar-benar menyukai Tiong Bok-lan tapi Tiong Bok-lan
bukan orang seperti itu. Dia tidak seperti Kiang Hong-sim.
Melihat Cu Kun-cau seperti itu, Kiang Hong-sim tahu. Dengan
keluwesan dan seorang Siau-ongya mana mungkin dia tidak
tertarik?
Yang paling khawatir adalah Siau Sam Kong-cu. Bukan karena
Cu Kun-cau suka kepada Tiong Bok-lan melainkan dia sangat tahu
siapa Cu Kun-cau ini.
Malam itu akhirnya Siau Sam Kongcu bisa bertemu dengan
Tiong Bok-lan. Selain memperingatkan dia akan Cu Kun-cau, sekali
lagi dia mengungkapkan cintanya. Dia meminta setelah rapat Pekhoa-couw nanti Tiong Bok-lan pergi dengannya dan tinggal di
gunung atau hutan, keluar dari dunia persi latan.
Tiong Bok-lan sangat mengerti kesetiaan Siau Sam Kongcu. Pada
waktu itu hatinya kacau, akhirnya dia tetap memilih untuk kabur
pulang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 41
Tujuan Siau Sam Kongcu datang ke keluarga Lamkiong adalah
untuk melihat Tiong Bok-lan. Dia sama sekali tidak tertarik dengan
rapat Pek-hoa-couw karena tahu dia tidak akan menang.
Cinta membuatnya sampai pedang putus pun tidak mau diganti.
Maka dengan cara apapun dia berlatih, ilmu pedangnya tidak akan
sempurna. Selain itu, bagaimana dia bisa bersaing dengan Tiong
Toa-sianseng dan Coat-suthay.
Waktu itu Cu Kun-cau mengantarkan kotak kayu wangi ke
kamar Lo-taikun. Hanya dia sendiri yang datang ke sana.
Dan di kamar hanya ada Lo-taikun sendiri.
Setelah membuka kotak melihat Hu-souw-kao, Lo-taikun segera
tertawa:
"Membuat Hu-souw-kao memang sulit. Jika bukan karena Ongya mempunyai uang banyak, maka untuk mendapatkan begitu
banyak Hu-souw-kao bukan hal yang sulit baginya!"
"Iya!" Cu Kun-cau menjawab santai.
Setelah melihat obat di dalam kota, tawa Lo-taikun segera
menghilang, dia bertanya:
"Masih ada obat yang bernama Liong-sian-hiang (Air liur naga),
mengapa tidak terlihat di sini?"
"Liong-sian-hiang?" Cu Kun-cau tidak tahu.
"Liong-sian-hiang lebih bagus daripada Hu-souw-kao, hanya
Ong-ya yang memiliki..."
"Tapi ayah tidak berkata apa-apa!"
Lo-taikun berkata dingin:
"Mana mungkin? Apakah sampai sekarang Ong-ya belum
percaya kepada Keluarga Lamkiong?"
"Lo-taikun berkata terlalu berat!"
"Bila ingin masalah ini cepat selesai, dalam bekerja sama harus
saling jujur!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 42
"Ayahku begitu, tujuannya hanya meminta jaminan yang lebih
baik. Liong-sian-hiang akan sampai di keluarga Lamkiong
kapanpun!"
"Ong-ya menaruh terlalu banyak kecurigaan!" Lo-taikun tertawa
dingin.
"Sebenarnya ayahku tidak pernah bertanya kepada keluarga
Lamkiong untuk apa obat-obatan ini!"
"Karena dari awal kedua pihak sudah bersepakat tidak saling
bertanya!"
"Betul! Singkatnya, Liong-sian-hiang pasti akan diantar kemari.
Semua orang harus bersatu men capai tujuan. Pada waktu itu
keluarga Lamkiong akan menjadi nomor satu di dunia. Kekayaan
dan kemakmuran tidak akan habis-habisnya!" kata Cu Kun-cau.
Lo-taikun hanya bisa menarik nafas.
Setelah mengantar pulang Cu Kun-cau, Lo-taikun diam-diam
meninggalkan kamar. Dia membawa kotak kayu wangi, berjalan ke
Ciu-ci-tong dan memberikannya kepada Ciu-ci Lojin.
Mereka segera masuk ke jalan rahasia. Masuk ke Siau-hun-lo di
pinggir sebuah kamar rahasia. Di sana penuh dengan obat-obatan
dan kompor juga membuat orang merasa malas dan tidak
bertenaga. Memasuki ruangan ini, Lo-taikun merasakan perasaan
yang seperti itu.
Sebaliknya, ketika Ciu-ci Lojin masuk ketem-pat ini dia malah
bersemangat, tubuhnya terasa bertenaga. Dengan cepat dia
membagi obat-obat di dalam kotak. Dia mencampur obat yang
sudah ada dari tadi, kemudian dengan cepat dan ahli dia membuat
obat-obat butiran berwarna putih dan merah. Kemudian
dimasukkan ke dalam sebuah wadah dan dimasak.
Sorot mata Lo-taikun seperti sedikit tegang tapi Ciu-ci Lojin
bertindak dengan mudah dan ahli, juga tidak tegang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 43
Dalam waktu hanya setengah jam, di tangan Ciu-ci Lojin sudah
ada dua mangkuk butiran berwarna putih dan merah, masingmasing mangkuk berisi obat merah juga putih.
Lo-taikun mendatangi empat peti mad, kemu dian berhenti di
depannya. Dengan tongkat kepala naga dia membuka tutup peti.
Pada setiap peti mati terbaring seorang gadis. Wajahnya tidak
jelek tapi pucat seperti dipulas oleh debu. Kedua mata gadis
terpenjam, mereka berbaring di sana seperti orang mati.
Ciu-ci Lojin membuka mulut mereka dan memasukkan sebutir
obat berwarna merah.
Tidak lama kemudian, wajah empat gadis ini berubah menjadi
warna merah muda dan bercahaya. Ciu-ci Lojin mengangguk
kepada Lo-taikun.
Dengan tenang Lo-taikun mengeluarkan sebu ah peluit giok dan
meniupnya.
Suara peluit tidak keras tapi tinggi dan jelas, seperti sebatang
jarum menusuk ke dalam jantung.
Empat gadis segera membuka mata. Mata mereka begitu jernih
dan bersih, terang dan indah, tapi entah mengapa mata mereka
membuat orang merasa itu bukan mata manusia.
Bila Siau Cu, Lu Tan dan Fu Hiong-kun melihat mata ini, mereka
pasti akan teringat malam itu ketika mereka kabur dari Ling-onghu dan dikepung oleh Pek-lian-kau, yang membantu mereka keluar
dari kepungan adalah empat orang yang memakai penutup wajah
dan bermata seperti empat gadis.
Begitu membuka mata, empat gadis segera duduk. Begitu
mendengar suara peluit dari peluit giok, mereka segera meloncat
keluar dari peti mati dan membentuk barisan berdua dari saling
berhadapan kemudian berputar menjadi saling memunggungi.
Mereka mencabut pedang dari sarung kemudian membentuk
barisan pedang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 44
Jurus pedang terus dikeluarkan dengan ganas dan kejam seperti
malam itu ketika membacok orang-orang Pek-lian-kau.
Peluit Lo-taikun ditiup lagi dua kali. Barisan empat gadis berbaju
hitam berganti dua kali. Setiap kali perubahan sangat lincah dan
semakin ganas dan kejam.
Lo-taikun terus mengangguk. Terakhir dia meniup dengan suara
yang sangat pendek. Tubuh empat gadis segera berhenti. Kemudian
Lo-taikun melayangkan tangan. Mereka segera meloncat kembali ke
dalam peti mati dan berbaring terlentang.
Ciu-ci Lojin datang, dari botol yang berwarna putih dia
mengeluarkan empat butir obat putih, masing-masing ditaruh di
dalam mulut empat gadis itu.
Wajah ke empat gadis berubah setelah obat putih ditelan,
wajahnya menjadi pucat tapi bukan seperti dipoles debu. Di dalam
kepucatan ada sedikit cahaya kehidupan.
Lo-taikun menutup peti mati kembali. Dia melihat ke tempat
yang bertirai dan berkata:
"Aku ingin melihat Hen-lo-sat!" (Pembunuh merah muda) Yang
dia maksudkan dengan Hen-lo-sat adalah Tokko Hong. Kulit tubuh
Tokko Hong sudah ber warna merah muda. Setelah makan obat
pemberian Ciu-ci Lojin yang berwarna merah muda, dengan cepat
wajah berubah menjadi merah seperti api.
Lo-taikun membalikkan peluit itu, meniup dengan suara yang
berbeda buat Tokko Hong.
Tokko Hong segera keluar dari peti mati. Kecepatannya di atas
empat gadis berbaju hitam, dia segera menyerang Lo-taikun. Wanyo-to dikeluarkan dari sarung dan dia membacok dengan gila.
Lo-taikun tergesa-gesa menghindar, dia mundur sejauh tiga
depa, baru tongkat kepala naga mendapatkan kesempatan menotok
jaan darah di ping gang Tokko Hong. Tapi Tokko Hong seperti tidak
sadar, dia masih terus menyerang. Terpaksa Lo-taikun menghindar
lagi. Ini terlihat sangat kerepotan dan memalukan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 45
Akhirnya Ciu-ci Lojin berlari dari belakang. Dia menotok
beberapa jalan darah di punggung dan pundak Tokko Hong,
sehingga gerakan Tokko Hong menjadi pelan. Lo-taikun segera
menahan dua golok dari Tokko Hong. Ciu-ci Lojin segera
memasukkan obat berwarna putih ke dalam mulut Tokko Hong.
Melihat wajah Tokko Hong sudah berubah, baru Ciu-ci Lojin
membuka jalan darah yang sudah ditotok.
Lo-taikun sekali lagi meniup peluit dan Tokko Hong kembali
berbaring ke dalam peti mati. Akhirnya Lo-taikun berkata:
"Baik!"
Ciu-ci Lojin menggelengkan kepala. Lo-taikun tidak peduli, dia
berkata:
"Tanpa Liong-sian-hiang kita tetap bisa sukses membuat obat.
Ling-ong kau telah salah mengira!"
"Bagaimana bisa sukses?" Tiba-tiba Ciu-ci Lojin membuka suara.
Ternyata dia tidak bisu, melainkan hanya pura-pura bisu.
Menjadi bisu dan tuli bukan hal yang mudah. Jangankan perlu
melakukan hal yang lain, memerlukan kesabaran sebesar itupun
sudah cukup menakutkan.
"Oh?" Lo-taikun terpaku:
"Bukankah mereka sangat patuh dengan suara peluit ini?"
"Betul!"
"Tadi kau sudah lihat, setelah makan obat ilmu silat mereka terus
bertambah. Apalagi Hen-lo-sat yang membuat aku hampir tidak
bisa menahan serangannya."
"Obat ini bernama Kiu-kiu-thian-pa-ong-wan, khasiatnya adalah
memaksa orang mengeluarkan ilmu silat yang dia rahasiakan.
Melihat keadaan tadi, ilmu silat mereka belum keluar semua.
Sedangkan Hen-lo-sat, setelah menotok nadinya kita masih tidak
bisa menghentikan dia dan hanya bisa membuat dia lebih lamban.
Reaksi yang paling ideal adalah bila dia tidak ada reaksi sama sekali
dan bisa melihat yang mana musuh dan yang mana orang sendiri.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 46
Kalau tidak percaya kau bisa mencoba. Walaupun kau meniup
peluit, dia tetap akan menyerangmu!"
Lo-taikun diam. Ciu-ci Lojin menarik nafas:
"Masih ada! Setelah selesai, mereka harus mengandalkan makan
obat. Walaupun obat ini telah kuubah dan pikiran mereka tidak
terlalu kacau, tapi reaksi buruk masih tetap ada."
"Jadi benar-benar tidak bisa kalau tanpa Liong-sian-hiang?"
"Tidak bisa!" Ciu-ci Lojin menjawab dengan tegas.
"Maka aku harus mengerahkan segala upaya, apapun yang
terjadi harus mendapatkan obat ini!"
"Kalau obat berhasil, empat pembunuh perem puan adalah
pembunuh nomor satu. Apalagi seorang Hen-lo-sat, cukup untuk
menguasai semua dunia persilatan!"
"Baik! Aku ingin lihat Ling-ong yang licik atau aku yang kejam!"
Ciu-ci Lojin tertawa. Lo-taikun melihat Ciu-ci Lojin.
"Waktu rapat Pek-hoa-cauw, dalam keluarga Lamkiong ada
banyak pesilat tangguh, kau harus hati-hati!"
"Setiap waktu aku selalu berhati-hati!"
"Untung orang lain tidak seperti Coat-suthay, mengurus masalah
yang tidak berhubungan dengannya. Tapi aku sudah menyuruh
orang untuk selalu mengawasi dia siang dan malam!"
"Suatu hari nanti, aku akan menunjukan kelihaianku kepada
dia!" Lo-taikun marah.
Mengetahui malam ini Coat-suthay berada di dalam kamar, Lotaikun lebih tenang. Selain Coat-suthay, Lo-taikun memperkirakan
tidak ada orang lain yang tertarik dengan gerakannya.
Tapi malam ini yang menguntit dia adalah Lamkiong Po. Semua
orang pasti akan merasa terkejut. Lamkiong Po sangat mengenal
lingkungan keluar ga Lamkiong, maka lebih mudah baginya untuk
menguntit daripada Coat-suthay.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 47
Setelah melihat Liu-tai-kun meninggalkan Ciu-ci-tong,
Lamkiong Po merasa aneh. Bagi dia, gerakan Lo-taikun sangat
misterius tapi dia tidak masuk ke Ciu-ci-tong karena bukan waktu
yang tepat.
Lo-taikun kembali ke dalam kamar, pas saat Kiang Hong-sim
keluar. Melihat Lo-taikun, Kiang Hong-sim langsung bersembunyi.
Tapi mana mungkin bisa menipu Lo-taikun, dia membentak.
Terpaksa Kiang Hong-sim keluar dari semak-semak.
Malam begini dia masih berpenampilan seperti itu. Dari luar
sudah kelihatan sangat tidak pantas. Lo-taikun melihat dia dari atas
ke bawah dan menggelengkan kepala:
"Malam sudah larut, kemana kau mau pergi?"
"Hanya jalan-jalan!" Kiang Hong-sim tahu dia tidak bisa
berbohong tapi apa boleh buat.
"Sekarang di keluarga Lamkiong adalah tempat pesilat-pesilat
tangguh. Di waktu rapat ini, aku harap kau bisa menahan diri dan
lebih berhati-hati!"
Dengan malu Kiang Hong-sim menundukkan kepala. Lo-taikun
segera kembali ke kamar. Terlihat dia tidak hanya tahu siapa Kiang


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong-sim dan juga bisa menebak ke mana Kiang Hong-sim akan
pergi, tapi dia tidak melarangnya.
Maka Kiang Hong-sim pura-pura tidak tahu. Setelah Lo-taikun
masuk ke dalam kamar, dia tetap pergi melakukan apa yang harus
dia lakukan. Dia ingin menggoda Cu Kun-cau.
Dengan sifat Cu Kun-cau yang suka main perempuan, yang pasti
tidak akan membuat Kiang Hong-sim kecewa.
Sebenarnya rapat Pek-hoa-couw tidak boleh kurang Bu-tong-pai
dan Kong-tong-pai, hanya saja It-im taysu dari Kong-tong-pai sudah
mati terbunuh. Satu-satunya penerus Koan Tiong-liu juga tidak
ikut, maka sampai sekarang belum ada murid Kong-tong-pai yang
membereskan. Sementara Kong-tong-pai menghilang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 48
Setelah Siauw-lim-pai diserang oleh Put-lo-sin-sian maka
kekuatannya belum pulih. Mereka membalas surat mengatakan
tidak akan mengikuti rapat ini, maka murid Siauw-lim tidak ada
yang datang.
Jadi yang datang hanya Bu-tong, Kun-lun, Hoa-san, Heng-san
tapi murid yang datang tidak banyak, maka boleh dikatakan rapat
ini tidak ramai.
Yang mewakili keluarga Lamkiong adalah Lamkiong Po. Dia
terlihat sedang banyak pikiran.
Hari kedua dia muncul di Ciu-ci-tong. Lo-taikun dan Ciu-ci Lojin
semalam tiba-tiba menghilang di Ciu-ci-tong, membuat dia terpikir
tentu ada kamar rahasia di sana. Maka dia pura-pura mencari
sesuatu, tapi sebenarnya sedang mencari pintu masuknya.
Tapi hanya sebentar, Ciu-ci Lojin sudah muncul di hadapannya.
"Aku hanya datang melihat-lihat!" Lamkiong Po takut orang tua
ini curiga.
Ciu-ci Lojin memberitahu Lamkiong Po ada orang mencari dia.
Setelah beberapa tahun, dia sudah mengerti bahasa isyarat tangan
orang tua ini.
Setelah Lamkiong Po keluar dari Ciu-ci-tong, wajah orang tua itu
segera ditekuk, terlihat dia sudah melihat apa yang di inginkan
Lamkiong Po.
Yang mencari Lamkiong Po adalah Coat-suthay. Coat-suthay
menunggunya di jembatan berliku-liku, tempat dia bertemu dengan
Lo-taikun.
"Mengapa Suthay berada di sini?" tanya Lamkiong Po aneh.
"Tadinya aku mau ke Ciu-ci-tong." Coat-suthay terus melihat
Lamkiong Po.
"Ciu-ci-tong?" Lamkiong Po bertambah aneh:
"Ada apa ke Ciu-ci-tong?"
"Ada apa kau pergi ke Ciu-ci-tong?" Coat-suthay balik bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 49
"Ingin mengetahui satu hal!"
"Sama halnya dengan aku. Semalam aku berada di daerah Ciuci-tong sangat jelas melihat gerakanmu, hanya tidak leluasa
menyapa!" kata Coat-suthay.
Lamkiong Po terpaku. Coat-suthay tertawa:
"Walaupun Lo-taikun sudah memasang orang untuk mengawasi
aku dari pagi sampai malam di tempat tinggalku, tapi mereka masih
belum biasa menghadangku!"
Coat-suthay bertanya lagi:
"Apakah kau sudah memikirkan kata-kataku sebelumnya?"
Lamkiong Po mengangguk:
"Apa yang Suthay curigai, apakah bisa beri tahu kepadaku?"
Coat-suthay menarik nafas:
"Orang yang percaya pada Budha sulit menga takan ini bila tidak
ada bukti karena akan menimbulkan kesalahpahaman!"
"Apakah bukti ini bisa Coat-suthay dapat?"
"Kata pepatah, tidak ada hal yang sulit di dunia ini. Apapun yang
terjadi, sebelum meninggalkan keluarga Lamkiong aku akan
mencarimu untuk berbicara!"
"Pasti!" Lamkiong Po menarik nafas, "besok di rapat Pek-hoacouw aku hanya mewakili keluarga Lamkiong meramaikan rapat
ini!"
"Kau masih muda. Dengan bakatmu, kelak akan jadi yang
terbaik! Keluarga Lamkiong menunggumu untuk kau
kembangkan!"
Lamkiong Po mendengar itu adalah kata-kata untuk
menghiburnya, tapi dadanya tetap tidak terasa dapat ditegakkan.
Darah yang mengalir di tubuhnya tetap adalah darah Keluarga
Lamkiong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 50
Coat-suthay kembali ke kamar. Fu Hiong-kun sudah menunggu
di sana. Dia tidak berkata apa-apa dan segera duduk memejamkan
mata untuk berpikir.
Tidak lama kemudian dia membuka mata dan berkata:
"Hiong-kun, kemarilah!"
"Apakah Supek-bo ada pesan?" Fu Hiong-kun sudah melihat
Coat-suthay mempunyai satu hal penting untuk disampaikan
kepada dia.
Dengan serius Coat-suthay mengambil Ceng-hong-kiam yang
tersimpan di meja:
"Ceng-hong-kiam ini diberikan padaku oleh guru 25 tahun yang
lalu. Pedang ini sudah mengikuti aku dalam pertarungan besar atau
kecil sebanyak 300 kali. Orang dan pedang sangat beruntung, tidak
ada yang celaka. Pedang sangat tajam, sanggup menepis besi seperti
tahu. Dalam 25 tahun aku sudah membunuh banyak orang. Cenghong-kiam beberapa kali sudah dicuci dengan darah. Terhadap
tindakan orang dan pedang, aku tidak merasa malu atau bersalah
kepada Thian, tapi tetap akan dibicarakan orang-orang. Bila orang
hidup di dunia ini tidak merasa malu atas perbuatan sendiri, untuk
apa mempe-dulikan apa yang dikatakan orang lain."
"Tecu mengerti!"
"Beberapa hari ini aku selalu merasa tidak tenang, seperti akan
terjadi sesuatu. Apakah hal ini mujur atau malang, sulit ditebak!
Ceng-hong-kiam ini akan kuwariskan kepadamu setelah rapat Pekhoa-couw. Kau harus menjaganya dengan baik!"
"Tecu mana mungkin sanggup menanggung ini?" Fu Hiong-kun
terkejut juga berkata dengan jujur.
"Bila aku menyuruh kau mengambilnya, kau harus
menerimanyal!"
"Tecu..."
"Aku menurunkan pedang ini bukan berarti aku sangat suka
kepadamu. Aku hanya merasa kau bisa mempertahankan danLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 51
membesarkan Heng-san-pai." Coat-suthay mulai terharu,
"Sejujurnya, aku dan gurumu memang sama-sama masuk ke Hengsan-pai untuk belajar silat, tapi sampai sekarang aku tidak suka
kepadanya dan membenci sifatnya yang ragu-ragu. Walaupun kau
tidak seperti dia tapi sifatmu tetap lemah!"
Fu Hiong-kun tidak bersuara. Coat-suthay berkata lagi:
"Kali ini aku membawamu ke keluarga Lam-kiong untuk
mengikuti rapat Pek-hoa-couw adalah ingin mengatakan kepadamu
tentang ini. Orang dunia persilatan semakin lemah semakin gagal.
Kau harus membela Heng-san-pai, maka sebelumnya kau sendiri
harus belajar kuat!"
"Tecu bisa kuat menjadi orang, tapi Ceng-hong-kiam ini tidak
bisa..."
"Apakah kau kira Ceng-hong-kiam ini sangat luar biasa? Pedang
hanyalah semacam alat, yang penting adalah orang yang
menggunakannya. Di dalam perguruan, kaulah yang paling
berbakat, maka aku menurunkan pedang kepadamu. Apakah kau
mau meninggalkan Heng-san-pai?"
"Tecu tidak berani!" Fu Hiong-kun terkejut.
"Kalau begitu jangan bicara lagi!" Kelopak mata Coat-suthay
terus bergetar, "dalam beberapa hari ini aku mempunyai firasat
yang tidak baik!"
"Apakah ada jebakan pada rapat Pek-hoa-couw kali ini?" Setelah
Fu Hiong-kun berkata, dia menggelengkan kepala, "seharusnya
tidak!"
"Aku juga berpikir begitu. Mungkin golok pedang tidak bermata,
walaupun ada aturan, . tapi sampai titik tertentu akan melukai
hubungan antara dua orang. Mungkin juga gurumu merasa
kesepian dan ingin aku ke sana menemaninya!"
"Supek-bo!" Fu Hiong-kun merasakan firasat yang tidak enak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 52
"Yang penting kau harus menjaga Ceng-hong-kiam ini dengan
baik!" Coat-suthay menarik nafas, dia seperti berubah menjadi
orang lain.
142-142-142
Tiong Toa-sianseng juga melihat pedang dan terpaku.
Pedang yang keluar dari sarung di bawah cahaya lampu tampak
seperti air. Walaupun kalah dengan Ceng-hong-kiam dari Coatsuthay tapi tetap adalah pedang yang bagus.
Su Yan-hong dan Lu Tan melihat dan merasa aneh. Su Yan-hong
menunggu lama dan bertanya:
"Guru, ada apa dengan pedang ini?"
"Kali ini aku menyesal datang ke keluarga Lamkiong!" Tiong
Toa-sianseng tiba-tiba berkata.
"Maksud guru..."
"Entah mengapa aku punya perasaan rapat Pek-hoa-couw kali
ini penuh aura membunuh dan suasana kurang nyaman!" Pedang
dimasukkan lagi oleh Tiong Toa-sianseng.
Lu Tan menyela:
"Boanpwee kurang pengalaman, tidak mempunyai firasat seperti
itu. Kepandaianku tidak seperti orang lain, maka tidak seharusnya
datang memperlihatkan kejelekanku!"
Sorot mata Tiong Toa-sianseng jatuh pada wajah Lu Tan:
"Bu-tong-pai mempunyai banyak orang berbakat. Thian-cansin-kang adalah salah satu ilmu andalan. Walaupun orang
mengatakan Wan Fei-yang hanya kebetulan menguasainya, tapi
karena dia sanggup menguasainya maka akhirnya menjadi terkenal
di dunia persilatan. Kau masih muda, masa depanmu sangat cerah.
Kali ini mengikuti rapat Pek-hoa-couw anggaplah mencari
pengalaman!"
Lu Tan terus mengangguk. Tiong Toa-sianseng menarik nafas:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 53
"Jago pedang nomor satu di dunia. Nama ini sering membuat
manusia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan demi
mendapat nama ini!"
"Guru seperti tidak ada kepercayaan diri."
"Bukan soal kepercayaan diri tapi aku sudah tua untuk merebut
nama kosong ini. Kali ini seharusnya kau yang mewakili Kun-lunpai!"
"Bukankah guru juga demi Kun-lun..
"Demi Kun-lun juga demi diri sendiri. Berlatih berpuluh-puluh
tahun tapi tidak disangka tetap terpancing oleh nama yang tidak ada
artinya ini, Mungkin itu namanya Sim-mo (iblis dalam hati)!" Tiong
Toa-sianseng tertawa kecut, "sampai aku pun tidak bisa membuang
pemikiran ini. apalagi anak muda. Sejujurnya, sekarang ini aku
masih merasa tegang!"
Dia tertawa. Su Yan-hong dan Lu Tan terpaksa tertawa.
"Ke mana Siau Cu pergi?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Mencari kesempatan untuk mendekati Beng-cu!" kata Lu Tan.
Sepertinya Lu Tan juga menyetujui apa yang dilakukan Siau Cu.
"Ini adalah hal yang baik, bisa lebih dekat itu akan lebih baik.
Yang penting tidak ada orang yang menghadang dia lagi!"
Entah mengapa tiba-tiba Tiong Toa-sianseng teringat putrinya
Bok-lan.
143-143-143
Tiong Bok-lan sekarang berada di kuil di gunung, sekitar
setengah li dari keluarga Lamkiong, Dia berlutut dan sedang
bersembahyang di depan patung Budha.
Kuil ini dibangun oleh keluarga Lamkiong. Setiap tanggal 1 atau
15 bulan pasti ada orang yang membersihkan kuil ini. Orang ini
dikirim oleh keluarga Lamkiong. Tapi hari ini bukan tanggal 1 atau
15, maka tidak ada orang berada di sana, sehingga Tiong Bok-lan
berani mengungkapkan apa yang menjadi isi hatinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 54
"Aku bernama Tiong Bok-lan berdoa kepada Budha meminta
agar Budha memberi petunjuk!" Dia menyembah dan berkata, "aku
menikah dengan orang keluarga Lamkiong karena perintah ayah
tidak bisa ditolak. Sekarang aku adalah orang keluarga Lamkiong,
seharusnya tidak memikirkan hal itu lagi. Tapi dia begitu sayang
kepadaku, dan antara Lamkiong Sie dengan aku walaupun adalah
suami istri tapi sebenarnya tidak pernah ada hubungan suami istri."
Tiong Bok-lan menarik nafas:
"Apakah aku harus setuju mengikuti dia pergi ke tempat yang
jauh?"
Kemudian dia menyembah, dia tahu dia berdoa kepada sebuah
patung, pasti tidak ada reaksi apa-apa. Tapi karena hatinya sedang
bimbang, dia ingin mengungkapkan isi hatinya hingga merasa
nyaman.
Waktu dia mengangkat kepala, tiba-tiba di depan merasa ada
seseorang berdiri.
Dengan ilmu silat yang dia kuasai, ada orang yang datang berdiri
di depannya dan dia sama sekali tidak merasakan kehadiran orang
itu. Pikirannya yang kacau pasti adalah salah satu penyebabnya, tapi
tidak dipungkiri ilmu samurai Cu Kun-cau juga sudah sampai tahap
tinggi.
"Kau!" Tiong Bok-lan seperti seekor kelinci yang terkejut dan
meloncat pergi.
"Benar-benar cantik!" Cu Kun-cau melihat nya, "tidak rugi juga
aku mengikutimu sampai ke sini!" Dia segera memeluk Tiong Boklan. Tiong Bok-lan menghindar:
"Apa yang kau lakukan?"
"Melakukan apa yang ingin kulakukan!" Wajah Cu Kun-cau
mulai mengeluarkan tawa cabul, "bulan malam ini begitu indah dan
di sini begitu sepi, tidak ada orang yang akan mengganggu. Ini
benar-benar Thian yang memberi kesempatan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 55
"Paling baik Siau-ongya menghormatiku!"
"Satu kali dan dua kali melakukan hubungan apa bedanya. Apa
yang kau katakan tadi sudah aku dengar dengan jelas, untuk apa
lagi kau berpura-pura di depanku?"
Wajah Tiong Bok-lan berubah. Cu Kun-cau tertawa:
"Apapun yang terjadi, aku adalah Siau-ongya, apakah tidak
pantas mendampingimu?"
Dia ingin memeluk lagi, Tiong Bok-lan terus menghindar hingga
punggungnya sudah mengenai dinding.
Pada waktu itu ada suara baju terbawa angin. Siau Sam Kongcu
sudah masuk.
Cu Kun-cau membentak:
"Siau Sam, ada apa kau datang kemari?"
Waktu Siau Sam Kongcu ingin menjawab, Cu Kun-cau seperti
baru mengerti dan tertawa:
"Orang yang dia maksudkan tadi ternyata adalah dirimu?"
Siau Sam Kongcu terpaku. Cu Kun-cau sudah berkata kepada
Tiong Bok-lan:
"Dia hanya seorang guru pedang di Ling-ong-hu. Apakah pantas
kau begitu cinta kepadanya sampai tidak mempedulikan semua
ini?"
Tiong Bok-lan benar-benar tidak tahu apa yang harus dia
katakan. Terpaksa Siau Sam Kongcu membela dia:


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siau-ongya, orang keluarga Lamkiong selalu mempunyai sopan
santun, maka kau bicara harus sopan!"
"Sopan santun?" kata Cu Kun-cau tertawa lepas, "coba kau tanya
pada dia apa yang dia katakan tadi!"
Wajah Tiong Bok-lan berubah. Cu Kun-cau masih terus
berbicara:
"Dia mengatakan kau sangat cinta kepada dia. Dia dan Lamkiong
Sie ada nama suami istri, tapi tidak pernah ada hubungan suamiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 56
istri. Sekarang dia berpikir apakah harus mengikutmu pergi, maka
dia meminta Budha memberi petunjuk,"
Daging di wajah Siau Sam Kongcu tergetar. Dia melihat Tiong
Bok-lan.
Tiong Bok-lan tidak tahan lagi. Dia menutup muka dan berlari
keluar. Cu Kun-cau ingin mengejar tapi dihadang oleh Siau Sam
Kongcu.
"Pergi kau!" Cu Kun-cau menyerang dengan telapaknya.
Siau Sam Kongcu menahan dengan tangannya. Cu Kun-cau
terpental mundur dua langkah. Dia marah:
"Kau berani menghadangku?"
"Siau Sam sudah bukan guru pedang di Ling-ong-hu, tidak ada
yang tidak berani!"
Cu Kun-cau terpaku. Dia melotot:
"Kalau begitu kau pasti tahu apa yang bisa aku lakukan nanti!"
Siau Sam Kongcu tertawa:
"Bukankan Siau-ongya dari awal juga tahu dengan cara apa
mengganggu Siau Sam?"
Wajah Cu Kun-cau berubah menjadi pucat. Dia menghentakkan
kaki, membalikkan tubuh keluar dari kuil. Kali ini Siau Sam Kongcu
tidak menghadang dia.
Tidak lama kemudian Siau Sam Kongcu baru keluar dari kuil. Dia
melihat langit dan wajahnya tersenyum bahagia.
Dia yakin apa yang dikatakan Cu Kun-cau adalah sebenarnya.
Sampai malam ini, akhirnya dia mengerti seperti apa perasaan
Tiong Bok-lan kepada nya.
Walaupun Tiong Bok-lan belum mengambil keputusan tapi asal
Tiong Bok-lan mempunyai maksud seperti ini, dia masih ada
harapan.
Dulu dia hampir putus asa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 57
Cu Kun-cau tidak segera kembali ke keluarga Lamkiong. Dia
berjalan ke arah lain. Setelah berjalan sejauh satu li, dia baru
berhenti di depan satu pohon besar.
Di bawah pohon ada sebuah patung batu Budha. Sekali melihat
sudah tahu patung itu diukir dari batu, diukir asal-asalan. Bukan
sembarang orang bisa melakukannya.
Di mata orang biasa, patung ini tidak ada yang istimewa, tapi di
mata pesilat tangguh paling sedikit bekas pahatan patung batu itu
adalah bekas pahatan seorang pesilat tangguh.
Awalnya Cu Kun-cau mendengar ada suara burung yang aneh
kemudian baru memperhatikan patung Budha ini. Wajah yang
marah segera mengeluarkan kegembiraan.
Walaupun dia tahu dengan beijalan ke arah sini, dia pasti akan
pasti akan bertemu dengan orang yang dia cari tapi dia tidak
menyangka bisa begitu cepat menemuinya.
Dia memutar tubuh, melihat di belakang tidak ada orang yang
membuntuti baru dia, kemudian melayangkan dua tangan,
menepuk dua kali di sebelah kiri, dua kali menepuk di sebelah
kanan, dan dua kali di tengah.
La-cai turun dari atas pohon. Tubuhnya menempel di batang
pohon seperti menyatu dengan batang pohon, begitu turun baru
terpisah.
Sebenarnya dia tetap memakai baju hweesio yang berwarna abuabu putih. Bila bersama batang pohon akan sulit dibedakan. Cu
Kun-cau juga merasa seperti itu.
Ilmu samurainya sudah terlatih sampai tahap ini, boleh
dikatakan sudah berada di puncak.
"Ada apa Siau-ongya tergesa-gesa mencariku?" tanya La-cai.
"Mengapa Siau Sam Kongcu bisa sampai di keluarga Lamkiong
hidup-hidup?"
La-cai menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 58
"Tujuan orang-orang kami adalah mengejar Tiang-lek Kuncu,
tapi tiba-tiba dia berpisah dengan Siau Sam Kongcu dan pergi
sendiri, maka ada kesalahan."
"Ceng-cau tidak perlu kalian layani, tapi Siau Sam!"
"Apakah harus dibunuh?"
"Harus dibunuh!" Cu Kun-cau dengan marah berkata, "kalau
tidak bisa membunuh orang ini, rasa jengkelku tidak habis-habis!"
"Kapan harus dilakukan?"
"Semakin cepat semakin bagus. Dia datang untuk mengikuti
rapat Pek-hoa-couw. Pada waktu itu pasti akan terjadi pertarungan
besar. Tunggu sampai dia lelah baru dibunuh. Itu akan lebih baik!"
"Ada kemudahan seperti itu, hweesio tidak akan melepaskan
kesempatan ini! Hal ini biar hweesio yang melakukan!"
Cu Kun-cau mengangguk:
"Sekarang kau boleh pergi!"
La-cai mengayunkan tangan, asap segera keluar dari tubuh dan
dengan cepat membungkus tubuhnya.
Waktu asap menghilang, La-cai sudah menghilang. Cu Kun-cau
tidak menunggu sampai asap hilang, dia sudah kembali ke keluarga
Lamkiong. Wajahnya sinis, dia seperti sudah mendengar teriak an
Siau Sam Kongcu yang memilukan kemudian roboh di depannya.
144-144-144
Malam ini di keluarga Lamkiong terlihat sangat tenang. Beng-cu
berada di kamar, tapi hatinya tidak tenang, dia kira karena masalah
Siau Cu.
Sebelumnya begitu ada waktu Siau Cu pasti datang menengok
dia atau mengetuk-ngetuk jendela di luar, mengajak dia keluar
untuk mengobrol. Tapi malam ini, sampai sekarang Siau Cu belum
muncul.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 59
Maka begitu ada yang mengetuk jendela, Beng-cu segera
meloncat bangun. Tapi begitu jendela dibuka, yang berdiri di luar
adalah Lamkiong Po.
"Paman keempat ada apa?"
"Aku akan memberitahumu satu hal!" Lamkiong Po segera
meloncat masuk dan menutup jendela.
"Hal ini pasti sangat penting!"
"Itu sudah pasti!" Lamkiong Po tertawa kecut, "hal ini
menyangkut seumur hidupmu..
"Apakah Siau Cu telah berbuat sesuatu?"
"Tidak!" Lamkiong Po menarik nafas duduk.
"Apakah aku?"
Lamkiong Po menggelengkan kepala.
"Paman keempat cepat beritahu kepadaku!"
"Apakah kau tahu siapa yang membunuh guru Siau Cu?"
"Paman keempat sudah menelitinya? Aku akan segera
memberitahu Siau Cu, karena kematian gurunya membuat hatinya
tidak enak!"
"Hal ini jangan diberitahu kepada Siau Cu!"
"Mengapa?"
Lamkiong Po tidak menjawab. Tawa Beng-cu tiba-tiba
membeku:
"Apakah hal ini berhubungan dengan keluar-ga Lamkiong..."
Lamkiong Po menundukkan kepala:
"Dia dibunuh orang keluarga Lamkiong!"
"Mengapa bisa seperti itu?"
"Mungkin ada kesalahpahaman. Tapi apapun yang terjadi, orang
yang membunuh gurunya adalah orang dari keluarga Lamkiong!"
Beng-cu bengong. Kata Lamkiong Po:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 60
"Aku tidak tahu mengapa Lo-taikun bisa menyetujui pernikahan
Siau Cu denganmu. Mungkin karena melihat muka Tiong Toasianseng dan An-lek-hou. Tapi apapun yang terjadi, aku harus
menjelaskan kepadamu. Kalau terus ditutup-tutupi, setelah kau dan
dia menikah dan ketahuan apa yang terjadi, aku tidak tahu apa
akibatnya!"
"Mengapa bisa seperti itu? Mengapa guru Siau Cu dibunuh oleh
keluarga Lamkiong?"
"Apakah kau tidak percaya dengan kata-kata paman keempat?"
"Paman keempat, apa yang harus aku lakukan?"
"Setelah berpikir dengan jelas, kau akan tahu apa yang harus kau
lakukan!" Lamkiong Po berdiri lalu mendorong jendela dan
meloncat keluar.
Beng-cu terpaku. Akhirnya dia menangis sejadi-jadinya.
Pek-hoa-couw berada di tengah-tengah sebuah danau, tempat itu
milik keluarga Lamkiong, setelah beberapa tahun diperbaiki,
tempat ini jadi benar-benar bagus. Katanya generasi pertama
keluarga Lam kiong menciptakan ilmu pedang keluarga Lamkiong
di sini, maka bila generasi penerus keluarga Lamkiong mengalami
kesulitan dalam ilmu pedang asal datang ke Pek-hoa-couw sering
kali dapat mujizat.
Memilih tempat ini untuk rapat ilmu pedang, itu adalah ide
keluarga Lamkiong yang pertama. Sebe narnya rapat ini adalah
rapat yang besar tapi sampai hari ini dan sekarang ini terlihat
sangat sepi. Itu benar-benar tidak terduga.
Di dunia persilatan sulit ditemukan keadaan yang tenang, dunia
persilatan selalu dalam guncangan, kecuali keluarga Lamkiong,
perkumpulan lain dari satu generasi ke generasi sebelumnya
semakin menurun. Apalagi munculnya Bu-ti-bun yang terus
membuat pertarungan, membuat semua perkum pulan semakin
lemah dan memerlukan waktu lama untuk pulih.
Rapat Pek-hoa-couw akhirnya dimulai. Upacara nya sangat
sederhana. Rapat dibuka oleh Cu Kun-cau, karena daerah ini adalahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 61
wilayah kekuasaan Ling-ong. Keluarga Lamkiong harus memberi
muka kepada Siau-ongya ini.
Hati Cu Kun-cau sedang tidak enak tapi dalam keadaan begitu
dia harus bisa menyimpan perasaannya. Apalagi yang mengikuti
rapat ini adalah pesilat-pesilat pedang yang tangguh.
Pengundian pertama adalah Lamkiong Po dari keluarga
Lamkiong berhadapan dengan Coat-suthay.
Belum bertarung, semua orang sudah tahu ilmu pedang mana
yang mungkin bisa mengalahkan Coat-suthay.
Begitu Ceng-hong-kiam milik Coat-suthay dicabut, hati
Lamkiong Po jadi dingin. Semua orang bisa melihat pedang itu
bukan pedang biasa.
Dari luar terlihat dia tidak bereaksi. Tangan kanan mencabut
pedang, tangan kiri menekan ke belakang pedang. Dengan hormat
berkata:
"Lamkiong Po dari keluarga Lamkiong siap menerima jurusjurus Lo-cianpwee!"
Wajah Coat-suthay tidak menunjukan ekspresi apa-apa. Dia
mengayunkan tangan. Lamkiong Po juga tidak sungkan. Pedang
sudah menyerang.
Coat-suthay segera membalas. Jurus demi jurus datang
menyerang seperti air laut.
Lamkiong Po tidak berani beradu pedang dengan Coat-suthay.
Apalagi ada jarak yang jauh di antara ilmu silat mereka, maka baru
sepuluh jurus dia sudah dipaksa terus mundur.
Su Yan-hong melihatnya:
"Lamkiong Po tidak akan bisa bertahan lebih dari tiga puluh
jurus!"
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Walaupun Coat-suthay tidak memakai Ceng-hong-kiam,
Lamkiong Po tetap tidak bisa bertahan tiga puluh jurus!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 62
"Ilmu silat Coat-suthay biasanya sangat bagus, apakah Lamkiong
Po belum mengeluarkan semua ilmu silatnya?"
Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala:
"Dia belum mengeluarkan kewibawaan jurus keluarga
Lamkiong. Kelihatannya tidak perlu lima jurus Lamkiong Po akan
kalah!"
Benar saja, setelah tiga jurus, Lamkiong Po terpaksa harus
bertahan atas serangan pedang Coat-suthay. Setelah bertahan,
pedang Lamkiong Po patah menjadi dua. Dia tidak mundur, malah
maju. Dengan pedang yang patah terus menyerang Coat-suthay.
Coat-suthay tertawa dingin. Dengan jurus 'Tan-hong-cauwyang' (Burung Hong melihat matahari), pedangnya diayunkan ke
pedang Lamkiong Po kemudian diangkat dan diturunkan. Pedang
sudah menggaris di kaki Lamkiong Po.
Walaupun digaris hanya setengah kaki juga sangat tipis tapi
bertarung sampai tahap sekarang, kalah dan menang sudah sangat
jelas.
Simbal segera berbunyi. Coat-suthay segera menurunkan
pedang. Dia tertawa sombong.
"Pada Ceng-hong-kiam sama sekali tidak ada setetes darahpun!"
Bwe Au-siang dan Cia Soh-ciu berdua cepat keluar memapah
Lamkiong Po dari kiri dan kanan. Cu Kun-cau segera
mengumumkan:
"Pertarungan pertama Coat-suthay menang!"
Pengumuman baru diucapkan, Siau Cu segera berteriak:
"Tidak adil!"
"Apa?" Dengan sorot mata benci, Cu Kun-cau melihat Siau Cu.
"Pedang yang digunakan Coat-suthay adalah pedang pusaka,
sedangkan pedang Lamkiong Po ada lah pedang biasa!"
"Di rapat ini tidak ada aturan harus memakai pedang apa.
Sebenarnya Lamkiong Po juga bisa meng gunakan pedang pusaka!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 63
"Tapi aturan rapat sudah ditentukan hanya sampai titik
tertentu!" kata Siau Cu.
"Betul. Coat-suthay sudah bisa mematahkan pedang, seharusnya
sudah menang. Mengapa harus dilanjutkan sampai melukai orang?"
kata Cia Soh-ciu.
Cu Kun-cau masih ingin membela. Coat-suthay sudah
mengeluarkan suara:
"Salah Lamkiong Po, mengapa pedang sudah patah dan sudah
kalah, masih terus menyerang?"
"Dengan ilmu silat Suthay, apakah harus melukai orang baru
bisa mencairkan serangan dari Lamkiong Po?" Bwe Au-siang
berkata.
Coat-suthay tertawa dingin:
"Terserah mencairkan serangan dengan cara apa. Kata orang,
bertarung dengan cepat dan selesai kan dengan cepat, saat seperti
sekarang ini siapa yang 5 tertarik main-main?"
"Yang penting pertarugan ini tidak adil!" kata Siau Cu.
"Kalau kau tidak terima, kau boleh maju menyerangku!" Coatsuthay dengan sorot mata seperti kilat melihat Siau Cu.
Dada Siau Cu ditegakkan:
"Baik!" Dia segera maju. Tapi Lo-taikun segera membentak,
"kembali ke tempat!"
"Lo-taikun!" teriak Siau Cu.
"Kata-kata Coat-suthay tidak salah. Yang salah adalah Lamkiong
Po yang belajar ilmu silat belum sempurna!" Kemudian dengan
tongkat kepala naga menunjuk kepada Lamkiong Po, "Cepat
mundur!"
Siau Cu menghentakkan kaki. Dia membalikkan tubuh segera


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergi.
Coat-suthay melihat Lo-taikun, dia tertawa dingin:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 64
"Dulu keluarga Lamkiong dengan ilmu pedangnya terkenal di
dunia persilatan. Tidak disangka satu generasi lebih buruk daripada
generasi sebelumnya. Sampai generasi sekarang tidak sanggup
menerima 20 jurusku!"
Semua orang keluarga Lamkiong terus meli-hat Coat-suthay,
tapi Coat-suthay seperti tidak mera-sa apa-apa, dia terus berkata:
"Lo-taikun, mengapa kau tidak bertindak sendiri, malah
menyuruh generasi muda yang keluar memalukan keluarga?"
Dua alis Lo-taikun melayang:
"Suthay, kalah menang sudah ada hasilnya, harap kau mundur
dulu..."
"Pertarungan tadi bisa tidak dihitung, lebih baik Lo-taikun
sendiri yang bertarung agar orang lain tidak berkata aku menghina
angkatan muda!" Coat-suthay terus memaksa."
"Bila Suthay ingin bertarung denganku, bisa memilih waktu yang
lain. Lebih baik rapat Pek-hoa-couw tetap mengikuti aturan-aturan
yang selalu digunakan!"
"Baik! Kau sudah berjanji!" Coat-suthay menyarungkan pedang
dan mundur.
"Silahkan, Siau-ongya!" kata Lo-taikun.
Cu Kun-cau segera berteriak:
"Babak kedua adalah Bu-tong-pai, Lu Tan melawan Hoa-san-pai,
Siau Sam!"
Tidak ragu lagi ilmu silat Siau Sam Kongcu berada di atas Lu Tan.
Terlihat pertarungan ini sangat jelas mana yang menang dan kalah.
Tapi tidak ter-duga, hasilnya adalah Siau Sam Kongcu dan Lu Tan
dengan pedang pada waktu yang bersamaan meme-cahkan baju
lawan. Maka hasil pertarungan adalah sama kuat.
Semua orang bisa melihat Siau Sam Kongcu sengaja mengalah
dan Siau Sam Kongcu tidak ingin merebut nama Thian-sia-te-itkiam.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 65
Pertarungan pedang hari pertama sudah sele-sai, dilanjutkan
dengan mengundi urutan hari kedua.
Urutan pertama adalah Tiong Toa-sianseng menghadapi Siau
Sam Kongcu. Coat-suthay menghadapi Lu Tan.
Cu Kun-cau melihatnya, dalam hati tertawa dingin. Walaupun
dia tidak tahu ilmu silat setinggi apa, tapi dia yakin tidak akan di
bawah Siau Sam Kongcu. Kecuali seperti Siau Sam Kongcu berhadapan dengan Lu Tan dengan hasil sama. Kalau tidak, menang atau
kalah Siau Sam Kongcu pasti terkuras tenaganya. Asal La-cai bisa
memanfaatkan kesem-patan ini, pada waktu Siau Sam Kongcu
masih lemah, membunuhnya bukan hal yang sulit.
Luka Lamkiong Po tidak begitu berat. Setelah dibalut dengan
obat dia bisa bergerak seperti biasa lagi. Hanya saja karena tidak
sampai 20 jurus sudah kalah oleh Coat-suthay, hal ini terus
terbayang-bayang.
Lo-taikun tidak marah, dia sendiri yang mem balut luka
Lamkiong Po. Setelah menghibur dengan beberapa kata, dia
menyuruh Lamkiong Po tidur baru pergi dengan orang lain. Bwe
Au-siang ingin tinggal, tapi Lo-taikun menyuruh dia keluar.
Sesampainya di ruang tamu, Lo-taikun baru berkata:
"Hari ini Po-ji terluka oleh pedang Coat-suthay. Aku yakin semua
sudah melihat dengan jelas keadaan ini."
"Heng-san-pai adalah perkumpulan besar dan terkenal. Coatsuthay menghadapi angkatan muda dengan pedang pusakanya.
Jurus-jurusnya ganas dan kejam. Semua melanggar peraturan di
sini, apakah kalian tidak merasa aneh?" kata Lo-taikun menatap
semua orang.
"Maksud Lo-taikun, Coat-suthay ingin mencabut nyawa
suamiku?" Tanya Bwe Au-siang.
Lo-taikun mengangguk:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 66
"Kalau bukan karena Po-ji sangat lincah, mungkin nyawanya
sudah hilang. Paling sedikit kaki kanannya akan tertepis!"
"Coat-suthay benar-benar kejam!" Bwe Au-siang marah.
"Apalagi ucapannya menusuk hati, kalau di rapat tidak
merundingkan ilmu pedang..."
Beng-cu memotong:
"Orang itu harus diberi pelajaran. Jangan biarkan dia
menganggap remeh keluarga Lamkiong!"
"Ilmu silatnya tinggi, Ceng-hong-kiam sangat tajam, ingin
mengalahkannya bukan hal yang mudah!" Lo-taikun tertawa.
"Mengapa dia seperti selalu mencari gara-gara dengan keluarga
Lamkiong?" Tanya Beng-cu.
"Karena dulu dia pernah kalah total oleh pedangku. Tidak
disangka orang itu berjiwa sempit. Sampai saat ini masih berpikir
cara membalas dendam kepadaku!" Kata Lo-taikun.
"Walaupun begitu, seharusnya dia tidak melampiaskannya
kepada generasi di bawah keluarga Lamkiong!" Seru Cia Soh-ciu.
"Benar! Perkumpulan besar dan terkenal kalau bertarung dan
kalah seharusnya menyalahkan diri sendiri tidak cukup tinggi ilmu
silatnya. Mana bisa terus dendam!" Kata Tong Goat-go.
Kiang Hong-sim tertawa dingin:
"Apa bedanya perkumpulan terkenal dengan perkumpulan
sesat? Bukankah anak laki-laki keluarga Lamkiong satu per satu
mati dijebak perkumpulan besar dan terkenal?"
Kalimat ini terucap keluar selain Lamkiong Beng-cu, semua
mengeluarkan sikap benci.
Tong Goat-go lebih tergesa-gesa, dia segera berteriak:
"Kita ke sana dan bunuh nikoh jahat itu!"
Tentu saja Bwe Au-siang setuju. Dia mendekati Tong Goat-go.
Lo-taikun melihat mereka dan menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 67
"Yang salah adalah Coat-suthay. Jika kita pergi mencari Coatsuthay, itu adalah salah keluarga Lamkiong. Masalah kecil tidak
ditahan akan menimbulkan masalah besar. Aku hanya
mengingatkan kalian seperti apa Coat-suthay dari Heng-san-pai itu
menghina keluarga Lamkiong!"
"Bila balas dendam, 3 tahun kemudian pun belum terlambat!"
Kata Lo-taikun. Lalu dia berpesan kepada semua agar pulang untuk
beristirahat. Hanya tersisa Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim.
Tadinya Beng-cu ingin terus di sana, tiba-tiba dia merasa ada
perasaan aneh. Orang-orang Keluarga Lamkiong seperti berbeda,
tidak seperti dulu. Dia mulai percaya apa yang dikatakan Lamkiong
Po. Kalau Guru Siau Cu benar dibunuh oleh orang keluarga
Lamkiong, bila diketahui oleh Siau Cu, apa yang bakal terjadi? Dia
bingung, dalam sikap bingungnya dia pun meninggalkan tempat.
Setelah semua pergi, Lo-taikim baru bertanya kepada Cia Sohciu dan Kiang Hong-sim:
"Pertarungan besok, bagaimana menurut kalian?"
Cia Soh-ciu langsung menjawab:
"Dengan gaya yang dimiliki Coat-suthay, Lu Tan pasti akan
terbunuh oleh pedangnya. Kalau dia bicaranya masih seperti itu
begitu tajam, kelak Heng-san-pai dan Bu-tong-pai akan menjadi
musuhnya!"
"Kedatangan Coat-suthay bisa dikatakan yang diatas lah yang
telah membantu keluarga Lamkiong. Asalkan sedikit menghasut,
mereka akan saling bunuh, kita bisa menghemat banyak waktu!"
Lo-taikun bertanya, "apakah pertarungan antara Tiong Toasianseng dan Siau Sam Kongcu bisa ditangani dengan mudah?"
"Tetapi karena Tiong Toa-sianseng menikahkan Tiong Bok-lan
kepada keluarga Lamkiong menurutku, Bok-lan dan Siau Sam
Kongcu seperti ubi bunga teratai, sambung menyambung dan tiada
habis nya!" Jelas Kiang Hong-sim.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 68
"Baik, bila besok Tiong Toa-sianseng dan Siau Sam Kongcu
benar-benar bertarung dan ada yang terluka atau bahkan mati,
Hoa-san-pai dan Kun-lun akan menjadi musuh bertahun-tahun!"
"Bok-lan bisa diperalat!" Ide jahat Kiang Hong-sim timbul lagi,
"kita atur Tiong Bok-lan bertemu dengan Siau Sam Kongcu,
kemudian terlihat oleh Tiong Toa-sianseng. Itu akan membuat
mereka benar-benar bertarung!"
Cia Soh-ciu sedikit ragu, tanpa berpikir Lo-taikun setuju.
Kiang Hong-sim segera mencari Tiong Bok-lan.
Saat itu Tiong Bok-lan baru tiba di kamarnya, dia
mengkhawatirkan pertarungan esok hari dan tidak bisa tidur.
Melihat Kiang Hong-sim mencarinya, dia mengira kalau Lo-taikun
membawa pesan. Tidak disangka ucapan Kiang Hong-sim yang
pertama adalah:
"Apakah kau mengkhawatirkan mengenai per tandingan ilmu
pedang besok?"
Tiong Bok-lan menganggguk.
"Kau berharap siapa yang bakal menang?"
"Apakah hasilnya tetap akan sama," tanya Tiong Bok-lan.
"Lebih baik kita berunding dulu. Bisa bertanding dengan imbang
seperti Siau Sam dan Lu Tan, pada akhirnya akan menutup
pertandingan dengan baik!" angguk Kiang hong-sim.
Tiong Bok-lan tertawa kecut. Yang paling ideal adalah seperti itu
tapi dia tahu itu tidak mungkin bakal terjadi.
"Aku lihat ini tidak mudah!" Kiang Hong-sim mengawasi
perubahan Tiong Bok-lan, "menurutku, ayahmu yang
berpengalaman di bidang ilmu silat, tapi Siau Sam Kongcu masih
muda, dia lebih bisa bertahan. Aku takut ayahmu kurang tenaga dan
posisinya akan berada di bawah ilmu pedang Siau Sam Kongcu!"
Bok-lan menggelengkan kepala:
"Bukankah akan sampai di titik tertentu?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 69
"Pedang tidak mempunyai mata. Dia dikuasai oleh manusia. Kau
juga lihat paman keempat dan Coat-suthay, walaupun tidak ada
dendam tetap seperti itu! Apakah kau mau melihat salah satu dari
mereka terluka?"
"Menurutmu, apa yang harus kulakukan?" Tanya Tiong Bok-lan.
"Dari pihak ayahmu, kau sulit bicara, lebih baik kau bicara
kepada Siau Sam Kongcu, suruh dia bertahan dulu!"
Tiong Bok-lan terdiam. Kiang Hong-sim tiba-tiba seperti
kelepasan bicara:
"Aku tidak sengaja bicara itu, jangan taruh di hati!"
Dia pun keluar, dia sadar betul kata-katanya sampai di sini saja
sudah cukup. Dia juga tahu Tiong Bok-lan akan ingat dengan apa
yang dia katakan tadi.
Bersamaan waktu Cia Soh-ciu mencari Siau Sam Kongcu. Dia
tahu kalau Siau Sam Kongcu sedang bersama Siau Cu, dia segera
pergi mencari Beng-cu.
Beng-cu ternyata tidak bisa tidur. Cia Soh-ciu tidak tahu
Lamkiong Po sudah memberitahu Beng-cu dan curiga kalau Lamtouw mati di tangan orang-orang keluarga Lamkiong. Melihat Bengcu bersikap seperti itu, dia masih mengira kalau Beng-cu sedang
merindukan Siau Cu. Cia Soh-ciu tidak senang tapi karena harus
mengikuti Lo-taikun, dia menyuruh pelayan mengundang Siau Cu.
Beng-cu ingin menolak tapi entah harus meng gunakan alasan
apa. Dalam hati saling bertentangan dan kacau.
Siau Cu mencari Siau Sam Kongcu yang tadi bagi Lamkiong Po
dengan pedang Coat-suthay. Dia berharap pertarungan yang akan
terjadi besok antara Siau Sam Kongcu dan Tiong Toa-sianseng, bisa
seperti saat dia bertarung dengan Lu Tan. Hasilnya akan seimbang.
Siau Cu juga melihat Tiong Toa-sianseng dan Siau Sam Kongcu
bersikap tidak bersahabat. Dia juga tahu kalau tidak hati-hati bicara
akan membuat masalah ini lebih runyam. Dia bicara berbelit-belit
baru sampai pada inti pembicaraan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 70
"Besok untuk pertarungan dengan Tiong Toa-sianseng, kau
mempunyai berapa persen keyakinan untuk menang?"
"Satu persen pun tidak ada!" Tanpa berpikir Siau Sam Kongcu
menjawab seperti itu.
"Sebelum berperang kau sudah takut terlebih dulu, apa pun yang
kita kerjakan kita harus mempunyai kepercayaan diri terlebih
dulu!" Hibur Siau Cu.
"Thian-liong-kiam-hoat dari Kun-lun sangat lengkap dan
perubahan yang terjadi sangat banyak. Walaupun aku berusaha
sekuat tenaga belum tentu bisa mengimbanginya!"
"Tapi kau masih muda.
"Tiong-cianpwee pun kuat walaupun beliau sudah tua."
"Untung hanya sampai pada titik tertentu. Aku tidak berharap di
antara kalian ada yang terlukai" Akhirnya Siau Cu mengatakan isi
hatinya.
Siau Sam Kongcu tertawa. Dia tidak mengeluarkan pendapatnya.
Waktu itu pelayan datang mengundang Siau Cu ke kamar Beng-cu.
"Sekarang? Apakah harus ke sana?"
"Kau tidak mau ke sana?" Pelayan itu balik bertanya.
"Pasti akan ke sana. Entah ada masalah apa?"
Dia menggaruk-garuk kepalanya. Pelayan itu ingin tertawa:
"Setelah kau ke sana, kau akan tahu!"
"Betul! Betul!" Siau Cu seperti orang bodoh.
Dia melihat Siau Sam Kongcu. Siau Sam Kongcu tertawa:
"Sulit menepati janji dengan perempuan. Aku tidak akan
memaksamu terus di sini!"
Setelah Siau Cu dan pelayan itu pergi, tawa Siau Sam Kongcu
segera menghilang. Dia merasa ada perasaan sepi menyerang
hatinya.
Dia terpaku, sampai saat Tiong Bok-lan mendorong pintu masuk
untuk berkunjung, baru menyadarkan dia dan bertanya:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 71
"Siapa?"
Begitu melihat yang datang Tiong Bok-lan, dia terpaku lagi.
Tiong Bok-lan menatapnya, entah harus mulai bicara dari mana.
"Kau mancariku?"
Tiong Bok-lan mengangguk.
"Kau sudah berpikir matang dan ingin ikut aku pergi?" Siau Sam
Kongcu merasa senang.
Tiong Bok-lan menggelengkan kepala. Siau Sam Kongcu adalah
orang pintar. Dia segera coba-coba bertanya:
"Apakah karena pertarungan besok?"
"Benar! Apakah kau bisa tidak harus melukai ayahku?"
Siau Sam Kongcu balik bertanya:
"Mengapa kau tidak memohon kepada ayahmu, sampai pada
waktunya untuk melepaskanku."
"Aku rasa itu tidak perlu!"
"Apakah kau kira dengan ilmu silatku ini bisa melukai ayahmu?
Kau salah perkiraan, aku belum mencapai pada tahap setinggi itu!"
"Itu karena kerendahan hatimu!" Tiong Bok-lan menarik nafas,
"apa pun itu, ayah adalah satu-satunya keluargaku. Dia sudah tua,
aku tidak berharap dia akan terluka!"
"Bagaimana kalau aku yang terluka di bawah pedang ayahmu?"
Tiong Bok-lan terdiam.
145-145-145
Lo-taikun sekarang muncul di kamar Tiong Toa-sianseng.
Tiong Toa-sianseng tahu kalau Lo-taikun yang tiba-tiba datang
itu pasti karena ada masalah penting. Dia tetap dengan sabar
mendengar hingga Lo-taikun bicara. Tiong Toa-sianseng
mempunyai kesabaran luar biasa.
"Bok-lan menikah dan masuk ke keluarga Lamkiong sudah
beberapa tahun." Akhirnya Lo-taikun membuka suara.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 72
"Betul!" Begitu mendengar cerita mengenai Bok-lan, hati Tiong


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Toa-sianseng merasa tidak enak.
"Keluarga Lamkiong benar-benar tidak beruntung. Bok-lan baru
masuk ke keluarga Lamkiong, Sie-ji langsung meninggal..." Lotaikun menarik nafas dalam.
"Apakah Bok-lan telah melakukan hal yang merusak aturan?"
Tanya Tiong Toa-sianseng.
Wajah Lo-taikun tidak berubah. Dia menggelengkan kepala.
"Keluarga Lamkiong mempunyai 5 janda, pasti ada yang
mengatakan hal tidak benar. Harap Tiong Toa-sianseng jangan
mudah percaya begitu saja!"
"Itu sudah pasti dan aku tidak akan mengijin-kan Bok-lan
melakukan hal yang memalukan keluarga Lamkiong!"
"Bok-lan selalu menuruti aturan, Tiong Toa-sianseng bisa
tenang! Hanya saja Siau Sam..."
"Apa yang terjadi pada Siau Sam?"
"Katanya dulu Siau Sam Kongcu pernah melamar Bok-lan dan
ditolak oleh Sianseng?"
"Benar, pernah terjadi seperti itu. Apakah Siau Sam, dia..."
"Dia tidak apa-apa, aku hanya merasa khawatir!"
"Khawatir?"
"Katanya Tiong Toa-sianseng dan katanya gara-gara ini, Siau
Sam Kongcu merasa tidak enak satu sama lain!"
Tiong Toa-sianseng tertawa tapi tidak menjawab:
"Selama ratusan tahun Hoa-san dan Kun-lun tidak bermasalah!
Lo-taikun tenanglah, kita bukan anak kecil lagi. Tidak akan hanya
karena masalah pribadi jadi merusak hubungan 2 perkumpulan
ini."
"Kalau Siau Sam Kongcu mempunyai pikiran seperti itu, akan
lebih baik!" Kata-kata Lo-taikun ini pasti sengaja diucapkan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 73
Tiong Toa-sianseng hanya tertawa. Setelah Lo-taikun
mengatakan beberapa kalimat, dia segera pergi dari sana. Dia bisa
melihat Tiong Toa-sianseng akan menyimpan kata-katanya tadi di
dalam hati dan pasti akan mencari Siau Sam Kongcu.
Tidak jauh di luar dugaannya.
146-146-146
"Pandanglah aku! Berjanjilah padaku!" Sambil bicara, mata
Tiong Bok-lan tampak berkaca-kaca.
"Bertarung ilmu pedang secara persahabatan, seharusnya
mengeluarkan apa pun yang kita miliki. Kalau masing-masing
mengalah, tidak ada artinya!" Siau Sam Kongcu tertawa kecut. Dia
tidak lupa tadi pagi pertarungan yang terjadi adalah seimbang.
Tiong Bok-lan tidak terpikir, hanya berkata: "Aku hanya takut
kalian akan bertarung sung guhan!"
"Tapi mengapa kau hanya bicara kepadaku?" "Ayahku sudah
tua..."
"Kau benar-benar anak berbakti!" Siau Sam Kongcu tertawa
kecut, "sebenarnya kau harus berpikir untuk dirimu sendiri juga!"
"Kau benar-benar tidak mau mengalah?" Air mata Tiong Bok-lan
menetes lagi.
"Baiklah! Baiklah!"
Siau Sam Kongcu menarik nafas dalam-dalam. Dia menghapus
air mata Tiong Bok-lan dengan lengan bajunya.
Tiong Bok-lan tertawa:
"Aku tahu kau pasti akan setuju!"
"Coba lihat dirimu!" Siau Sam Kongcu mengangkat dagu Tiong
Bok-lan dan menggelengkan kepala.
Empat mata saling pandang. Bok-lan merasa malu. Dia masuk ke
dalam pelukan Siau Sam Kongcu.
Siau Sam Kongcu pelan-pelan memeluk Tiong Bok-lan.
"Bok-lan!" ada yang berteriak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 74
Pintu didobrak, Tiong Toa-sianseng masuk. Siau Sam Kongcu
dan Tiong Bok-lan berteriak terkejut dan saling melepaskan diri,
tapi sudah tidak sempat.
Tiong Toa-sianseng sudah melihat semuanya. Janggutnya
terlihat bergetar:
"Bok-lan, mengapa kau di sini?"
Tiong Bok-lan belum sempat menjawab. Tiong Toa-sianseng
langsung marah kepada Siau Sam Kongcu:
"Marga Siau, berani sekali kau menggoda putriku? Di Hoa-sanpai ternyata ada orang yang tidak tahu malu!"
"Ayah, semua ini tidak ada hubungan dengan nya!" Tiong Boklan cepat-cepat membela.
"Berarti ini semua idemu?" Tiong Toa-sian-seng semakin marah,
"ayah sudah beberapa kali mengatakan kepadamu, kau tidak pernah
mau mendengarnya dan sekarang kau melakukan hal yang merusak
citramu sendiri. Kau benar-benar perempuan jalang!"
"Ayah!" Tiong Bok-lan berteriak sedih.
"Aku tidak punya putri seperti kau! Pergi, pergi kau!" Tiong Toasianseng menunjuk pintu.
Tiong Bok-lan menangis, dia berlari keluar. Siau Sam Kongcu
ingin mengejarnya tapi dihalangi oleh Tiong Toa-sianseng.
"Tidak disangka biasanya Sianseng sangat bijak dan pintar,
sekarang tidak bisa membedakan mana yang hijau dan mana yang
putih!" Kata Siau Sam Kongcu.
"Apa katamu? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri apa
yang terjadi!"
"Kami terang-terangan..."
"Satu laki-laki dan satu perempuan berpelukan di dalam kamar.
Kau masih mengatakan kalian bersikap terang-terangan!" Tiong
Toa-sianseng tertawa dingin.
Siau Sam Kongcu terpaku:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 75
"Karena Anda tidak tahu..."
"Aku tahu semuanya dengan jelas!"
"Kalau Anda tahu dengan jelas siapa Bok-lan, Bok-lan tidak akan
seperti itu sekarang."
"Kalau aku menikahkan Bok-lan denganmu, orang yang tidak
tahu malu, akibatnya tidak bisa terbayangkan!"
"Marga Tiong, bicara harus sopan, jangan salahkan aku!"
"Ada apa denganmu? Malam ini kau harus diberi pelajaran!"
"Ingin memberi pelajaran kepadaku, besok adalah kesempatan
yang bagus, tidak perlu sekarang!" Siau Sam Kongcu tertawa
dingin.
"Baik! Besok kita lihat!" Tiong Toa-sianseng tertawa dingin.
Su Yan-hong, Fu Hiong-kun, Su Ceng-cau, dan Lu Tan
mendengar amarah dan bentakan. Mereka segera keluar.
"Ada apa, Guru?" Tanya Su Yan-hong.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya datang mencarinya dan
berdiskusi tentang ilmu silat tapi dia sangat sombong jadi aku ingin
malam ini juga memberinya pelajaran!" Kepala Tiong Toa-sianseng
mendingin dan terpikir kalau keburukan keluarganya tidak boleh
sampai tersebar keluar.
Tapi Su Ceng-cau berteriak:
"Aku tahu tidak seperti itu, pasti guruku yang mulai dulu!"
Kata-kata berikutnya belum berlanjut, mulutnya sudah disumbat
oleh Fu Hiong-kun dan berkata:
"Jika kau tidak tahu jangan sembarangan bicara!" Setelah itu dia
menarik Su Ceng-cau keluar dari sana.
Su Yan-hong adalah orang pintar. Dengan cepat berkata:
"Malam sudah larut, besok masih bisa melaku kan perundingan
ilmu pedang, lebih baik kita pulang ke kamar masing-masing untuk
beristirahat!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 76
Tiong Toa-sianseng tertawa dingin. Setelah berjalan selangkah,
dia menoleh dan berkata:
"Marga Siau, besok aku akan mewakili Hoa-san-pai memberimu
pelajaran!"
Siau Sam Kongcu hanya tertawa dingin.
147-147-147
Beng-cu dan Siau Cu sama sekali tidak tahu kalau pertemuan ini
diperalat. Sekarang mereka sedang berjalan-jalan di belakang
taman bunga.
Sepanjang jalan Beng-cu diam saja. Akhirnya Siau Cu tidak tahan
lagi:
"Mengapa kau diam saja?"
Beng-cu menggelengkan kepala, dia ingin mengatakan sesuatu
tapi tidak bisa keluar. Siau Cu tertawa:
"Aku sudah berpikir lama dan jelas, setelah aku bertemu dengan
orang yang membunuh guruku dan berhasil membalaskan
dendamnya, aku baru bisa menikah denganmu!" Beng-cu
menunduk. Air matanya menetes.
"Bagaimana menurutmu dengan rencanaku?"
Beng-cu terus menggelengkan kepala dia menutup wajahnya dan
berlari. Siau Cu mengejarnya dan berteriak:
"Beng-cu!"
Beng-cu terus berlari.
"Apakah itu yang membuatmu tidak bisa menunggu?" Siau Cu
malah berpikir yang lain, "kau harus lebih mengerti akan diriku!"
Dia percaya Beng-cu bisa mengerti, dia tidak mengejarnya lagi.
Karena tidak enak hati setelah tiba di kamar Siau Cu tidak
bersemangat. Tadinya Lu Tan ingin membicarakan tentang Siau
Sam Kongcu dan Tiong Toa-sianseng. Tapi Lu Tan tidak
membicarakannya, malah bertanya:
"Ada apa denganmu?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 77
"Anak perempuan sulit dimengerti. Tapi tidak apa-apa, nanti
kalau dia sudah tenang, dia akan tahu kalau dia salah dan tidak akan
marah lagi!" Siau Cu mulai tertawa lagi dan bertanya, "besok kau
akan bertarung dengan Coat-suthay, kau harus memperlihatkan
kelihaianmu!"
"Ilmu silatku seperti apa, kau sudah tahu sangat jelas! Dan Coatsuthay tidak hanya berilmu tinggi, dia juga mempunyai pedang
tajam yang bisa menepis besi seperti tahu!"
"Kau juga bisa mendapatkan pedang seperti itu."
"Aku harus mencarinya ke mana?"
"Kau tidak perlu khawatir mengenai ini. Aku yang akan
bertanggung jawab untuk masalah ini!" Sesuai sifat Siau Cu, dia
tidak akan berbohong, dia hanya ingin membuat Lu Tan tenang.
Lu Tan sangat berterima kasih kepada Siau Cu. Ada atau
tidaknya pedang pusaka, pertarungan esok hari dia sama sekali
tidak peduli. Mempunyai teman seperti Siau Cu saja sudah
membuatnya merasa puas.
148-148-148
Malam sudah berlalu. Perundingan ilmu pedang dimulai lagi.
Hari ini langit Pek-hoa-couw terang, tapi suasana perundingan lebih
buruk dari kemarin.
Begitu Tiong Toa-sianseng dan Siau Sam Kongcu mendekat
walaupun pedang masih berada di sarung masing-masing tapi aura
membunuh mereka sudah terasa sampai di sudut mata.
"Lihat mereka, seperti akan melakukan pertarungan hidup dan
mati!" Sampai Su Ceng-cau pun bisa melihatnya.
"Semoga tidak terjadi apa-apa!" Kata Su Yan- hong.
Pedang akhirnya dikeluarkan dari sarung. Begitu jurus
dikeluarkan langsung jurus ganas. Siau Sam Kongcu terus
menyerang. Terlihat kalau dia ingin dengan waktu singkat
menyelesaikan semuanya dan ingin menepis Tiong Toa-sianseng
hingga roboh.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 78
Itu adalah keinginannya. Begitu Thian-liong-kiam milik Tiong
Toa-sianseng diperagakan, ilmunya sangat lengkap. Begitu melihat
Siau Sam Kongcu, dia marah tapi masih bisa menenangkan diri.
Tubuh dan langkah-langkah kakinya tidak kacau.
Siau Sam Kongcu memang masih muda. Sema kin bertarung dia
semakin berani. Tenaganya seperti air sungai mengalir deras terus
menggulung datang. Tiong Toa-sianseng seperti tiang yang berdiri
tegak dalam hempasan aliran sungai, berdiri dengan kokoh dan
tidak bergerak.
Berturut-turut jurus Thian-long dikeluarkan. Dalam setiap
serangannya terlihat ada gerakan bertahan, saat bertahan ada saat
menyerang. Setiap kali saat diulang akan menimbulkan kekuatan
yang semakin besar juga semakin padat, membuat serangan Siau
Sam Kongcu terhalang di luar.
Serangan Siau Sam Kongcu yang tadinya cepat menjadi pelan.
Sewaktu tenaga lamanya akan habis dan tenaga barunya belum
menyambung, terlihatlah lowongan. Pedang Tiong Toa-sianseng
segera masuk dan menyerang ke arah tenggorokan Siau Sam
Kongcu.
Serangan ini kecepatannya di luar dugaan, Siau Sam Kongcu,
ingin menghindar tapi sudah tidak sempat lagi. Terlihat pedang
akan menusuk tenggorokannya tapi tiba-tiba menyenggol dan
menepis pundak kiri Siau Sam Kongcu. Walaupun menusuk masuk
hingga ke dalam kulitnya tidak mencapai 1 inchi tapi tenaga dalam
yang mengaliri pedang menggetarkan organ dalamnya. Siau Sam
Kongcu mundur 3 kaki. Darah seperti air muncrat.
Dia tertawa sedih:
"Thian-liong-kiam-hoat dari Kun-lun benar-benar tidak
percuma!"
Tiong Toa-sianseng tertawa dingin:
"Sebenarnya jurus tadi bisa mencabut nyawamu, tapi tujuanku
hanyalah ingin memberimu pelajaran bukan untuk
membunuhmu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 79
"Aku akan selalu ingat pelajaran yang kau berikan tadi!" Siau
Sam Kongcu segera berbalik dan pergi.
Tidak ada seorang pun yang menghalanginya. Tiong Bok-lan
menundukkan kepalanya. Lo-taikun sangat senang tapi yang paling
senang adalah Cu Kun-cau.
"Babak kedua Coat-suthay dari Heng-san-pai, akan berhadapan
dengan Lu Tan dari Bu-tong!" Cu Kun-cau segera mengumumkan
dengan suara senang.
Coat-suthay keluar. Cu Kun-cau diam-diam mundur. Dia
mengejar dari belakang Siau Sam Kongcu.
Siau Cu membawa sebuah pedang ke depan Lu Tan:
"Peganglah pedang ini, kau pasti akan lebih tenang!"
Lu Tan melihatnya. Pedang itu adalah Liong-im-kiam milik Su
Yan-hong.
Saat sorot mata Su Yan-hong menatapnya, dia mengangguk
sambil tersenyum. Walaupun tidak berkata apa-apa tapi perhatian
dan pemberian semangat terpancar keluar dari matanya.
Dalam hati terharu. Dia mencabut pedangnya:
"Murid Bu-tong Lu Tan, berharap Lo-cian-pwee memberi
petunjuk!"
Coat-suthay melihat Liong-im-kiam itu. Dia tertawa dingin:
"Pedang yang bagus harus digunakan oleh pesilat baik baru bisa
menghasilkan kekuatan dahsyat!"
"Boanpwee pasti akan berusaha!" Lu Tan tetap bicara dengan
hormat.
Coat-suthay tidak membenci Lu Tan. Tapi sifatnya fanatik begitu
terpikir ilmu silat yang dikuasai Lu Tan sama sekali belum pantas
menggunakan pedang pusaka itu. Dalam hati segera merasa tidak
enak. Mulutnya segera berkata:
"Rapat ilmu pedang di Pek-hoa-couw menyangkut nama baik
sebuah perkumpulan. Apakah Bu-tong-pai benar-benar tidak adaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 80
penerus lain dan terpaksa mengirimkan orang yang tidak bernama
datang kemari untuk mempermalukan perkumpulan mereka


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri?"
Walaupun Lu Tan tahu seperti apa sifat Coat-suthay, tapi ucapan
Coat-suthay tadi membuatnya marah, dia tidak berkata apa-apa
lagi. Dia hanya memegang pedang dan menggeser kakinya ke
sekeliling Coat-suthay.
Coat-suthay terlihat seperti tidak peduli. Dia hanya menatap Lu
Tan dengan dingin.
149-149-149
Cu Ceng-cau mengejarnya sampai ke sisi danau dan menemukan
Siau Sam Kongcu di sana.
"Untuk apa kau mengejarku sampai ke sini?" Siau Sam Kongcu
menoleh dan menatap Cu Ceng-cau dengan dingin. Di bawah
pundak baju kirinya penuh dengan darah.
"Aku akan membalut lukamu!"
"Tidak perlu!"
"Lukamu separah apa?"
"Tidak berat. Seharusnya pedangnya menusuk hingga ke dalam
tenggorokanku agar aku tidak perlu hidup di dunia ini lagi untuk
menahan kesedihan!"
Su Ceng-cau merasa sedih. Dia ingin menghibur tapi Siau Sam
Kongcu sudah mengayunkan tangan:
"Lebih baik kau kembali ke sana!"
"Aku tidak tenang..
"Aku hanya mengalami luka luar, tidak apa-apa!" Siau Sam
Kongcu melompat ke atas sebuah sampan dan mendayung pergi!
"Guru, jaga dirimu baik-baik!" Su Ceng-cau terpaksa
melambaikan tangannya.
Siau Sam Kongcu tertawa sedih. Dia mendayung dengan cepat.
Su Ceng-cau menggelengkan kepala dan membalikkan tubuh, tapiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 81
di sudut matanya dia melihat ada sebuah sampan kecil muncul dari
bawah pohon Yang-liu, ada yang mendayung ke arah Siau Sam
Kongcu.
Orang yang ada di atas sampan itu adalah La-cai.
Su Ceng-cau tidak lupa pada hweesio itu. Setelah berpikir, dia
segera kembali.
150-150-150
Akhirnya pedang Lu Tan menyerang. Liong-im-kiam yang ada di
tangan dengan tenang diperagakan. Ilmu pedang Bu-tong-pai
sangat bagus. Walaupun belum sempurna menguasainya tapi begitu
digunakan tetap terlihat bagus.
Pedang semakin mendekat. Pedang Coat-suthay baru
dikeluarkan dari sarung. Sambil mencairkan serangan Lu Tan dia
memberitahu celah-celah dari ilmu pedang Lu Tan. Dari jurus
pertama saja sudah membuat Lu Tan tertekan.
Tapi dalam hati Lu Tan sangat mengerti apa 1 yang dikatakan
Coat-suthay adalah benar. Maka begitu selesai bertarung, dia
mendapat banyak kebaikan. Tapi bersamaan waktu dia juga merasa
malu di hadapan banyak orang.
Dia ingin Coat-suthay dalam beberapa jurus mengalahkan dia.
Tapi Coat-suthay tidak bermaksud seperti itu dia juga tidak sanggup
memaksa Coat-suthay melakukannya.
Ini sangat menyedihkan.
Benarkah Bu-tong-pai menjadi lemah hingga sampai pada tahap
seperti itu? Sewaktu berpamitan dengan ketua perkumpulan Butong dan berangkat menuju Pek-hoa-couw, Lu Tan menyimpan rasa
curiga. Sampai sekarang dia harus mengakui kalau ini adalah
kenyataan sebenarnya.
Teringat pada Wan Fei-yang, dia segera bersemangat lagi. Semua
pikiran kacaunya dibuang ke pinggir. Apa yang pernah dia pelajari
dia peragakan sekarang. Walaupun sampai kalah dia harus sekuat
tenaga berusaha dan tidak mempermalukan Bu-tong-pai. DiaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 82
percaya jika Wan Fei-yang kembali lagi ke dunia persilatan dia pasti
akan merasa lega.
Apa yang dia peragakan bagi Coat-suthay tidak ada bedanya. Dia
tetap melayaninya dengan tenang.
Sampai jurus pedang Lu Tan selesai diperagakan, Coat-suthay
baru menyerang. Pedang masuk melalui celah. Tenaga dalam
disalurkan ke pedang. Coat-suthay segera menggetarkannya, Lu
Tan berguling ke bawah. Sebenarnya tenaga Lu Tan sudah terkuras
habis.
Lo-taikun dari Keluarga Lamkiong seperti takut kalau Coatsuthay akan menyerang Lu Tan lagi. Dia meninggalkan tempatnya
dan meloncat ke depan Lu Tan. Dengan tongkat kepala naganya dia
menghadang:
"Siapa yang kalah atau menang sudah terlihat, harap Suthay
berhenti sampai di sini saja!"
Memang Coat-suthay sudah memasukkan pedang ke dalam
sarungnya. Dia tertawa dingin:
"Menghadapi angkatan muda seperti dia setelah diberi pelajaran,
siapa yang tega melukainya?"
Lo-taikun mundur. Lu Tan meloncat berdiri. Dia memegang
pedangnya, ingin mengucapkan beberapa kalimat sungkan tapi
Coat-suthay sudah tertawa dingin:
"Dulu Pendeta Kouw Bok terkenal karena ilmu pedang ini dan
dianggap sebagai salah satu ilmu andalan dari 6 ilmu andalan Butong-pai, ter-1 nyata hanya seperti ini!"
"Itu karena Boanpwee tidak belajar dengan benar..."
"Tetap saja sama! Apakah kalau Kouw Bok . Totiang bisa hidup
kembali bisa mengalahkanku?"
"Orang mati tidak bisa hidup kembali..."
Penjara Terkutuk 1 Si Bayangan Iblis Karya Kho Ping Hoo Golok Maut 3

Cari Blog Ini