Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 9

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 9


Sumoi sekarang?"
"Kau menanyakan keadaan Bok-lan?" Siau Sam Kongcu
bertambah aneh.
"Bukankah dia bersamamu?"
"Mengapa dia bisa bersamaku?"
"Ini tambah aneh, ke mana dia?"
Tiba-tiba Siau Sam Kongcu mencengkeram pundak Su Yanhong:
"Cepat beritahu padaku apa yang terjadi!"
Tidak sulit menjelaskan hal ini. Su Yan-hong menceritakan apa
yang sudah terjadi selama beberapa hari ini.
Mengetahui Bok-lan sudah meninggalkan keluarga Lamkiong,
Siau Sam Kongcu terlihat tegang sekaligus terharu. Setelah tahu
Lamkiong Po, Tiong Toa-siansengn, dan Coat-suthay meninggal, dia
terkejut.
"Tidak disangka dalam waktu sehari 2 pesilat pedang terkuat
meninggal!" Siau Sam Kongcu menarik nafas, "walaupun gurumu
tidak suka padaku, tapi melihat ilmu silatnya aku benar-benar
kagum dari dalam hatiku!"
"Suhu dan Siau-heng sebenarnya hanya salah paham..."
"Sekarang kalau mengatakan kalau itu bukan salah paham,
kepergian Bok-lan dari keluarga Lam-kiong sedikit banyak aku yang
bertanggung jawab."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 153
"Sebenarnya sebelum Bok-lan menikah dengan orang keluarga
Lamkiong, kalau kau punya keberanian seperti ini sekarang pun
tidak akan seperti ini!"
Siau Sam Kongcu mengangguk. Kata Su Yan-hong lagi:
"Kurasa dia belum tahu setelah rapat Pek-hoa-couw, banyak hal
yang sudah terjadi!"
"Sekarang ke mana Bok-lan?" kata Siau Sam Kongcu, dia terlihat
sangat khawatir, dia bertanya lagi, "apakah kalian percaya Lu Tan
yang membunuh?"
"Dari luar terlihat seperti itu!"
"Aku hanya beberapa kali bertemu dengannya, tapi aku melihat
dia bukan tipe orang seperti itu!"
"Rapat Bu-tong-san pasti memiliki cara untuk membereskannya.
Bagaimana lukamu?"
"Lumayan!" Siau Sam Kongcu tertawa kecut:, "terlihat kalau
nasibku tidak jelek. Mungkin mati pun tidak jadi karena memiliki
keberuntungan yang terus mengikutiku!"
"Oh ya?" Su Yan-hong tahu kalau Siau Sam Kongcu akan
menghadiri pertemuan lain.
"Waktu itu kalian meninggalkanku, aku baru tahu kalau kantong
uangku tertepis hingga jatuh. Aku hanya membawa uang kecil di
saku, apalagi aku sudah terluka dan merasa lelah. Aku benar-benar
merasa kewalahan, untung aku masuk penginapan ini!"
"Apakah di penginapan ini ada temanmu?"
"Tidak ada. Bos penginapan ini adalah Paman Ho dia orang yang
sangat baik. Dia menyuruhku tinggal di kamar nyaman juga
membawa tabib yang baik untukku. Apalagi makan juga obatobatan diurus olehnya. Dia menahanku terus di sini sampai sembuh
baru membolehkan aku meninggalkan penginapan ini!"
"Dia benar-benar orang yang baik!"
"Setelah sembuh entah harus dengan cara apa aku membalas
budinya."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 154
"Keuangan tidak menjadi masalah. Hanya hutang budi ini aku
tidak bisa membantu Siau-heng untuk membalasnya."
"Su-heng..."
"Kalau kau menganggapku teman, jangan terus bicara dengan
sungkan!"
Tiba-tiba Siau Sam Kongcu menarik nafas:
"Entah di mana Bok-lan sekarang?"
"Dia berani meninggalkan keluarga Lamkiong dia pasti
mencarimu!" Kata-kata ini terucap keluar, hatinya bergerak.
Setelah berpamitan dengan Siau Sam Kongcu, Su Yan-hong tidak
segera kembali ke kamarnya. Dia langsung mencari bos
penginapan.
Orang yang dipanggil paman Ho oleh Siau Sam Kongcu pasti
sudah ada umur. Paman Ho berambut dan berjanggut putih. Tapi
tetap terlihat bersemangat. Sewaktu Su Yan-hong mencarinya, dia
sedang berada di kantor sedang menghitung pembukuan.
Dia sangat berpengalaman, begitu melihat baju dan penampilan
Su Yan-hong, dia tahu kalau tamunya ini orang kaya. Begitu tahu
dia adalah teman Siau Sam Kongcu, kelihatan kalau dia sangat
senang.
"Tuan muda itu mengenal banyak orang. Kelihatannya kalau dia
bukan orang kaya pasti orang terhormat dan Tuan ada perlu apa?"
"Aku ingin menyewa sebuah kereta!"
"Asalkan Tuan berani mengeluarkan uang, itu adalah hal yang
mudah! Sekarang sudah malam, untuk apa Tuan menyewa kereta
kuda? Aku takut kalau keretanya tidak ada..."
"Aku ingin membawa Siau Sam Kongcu pulang supaya bisa
diobati," jawab Su Yan-hong.
Paman Ho terpaku, kemudian berteriak:
"Tidak bisa!"
"Tidak bisa?" Su Yan-hong sengaja menatapnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 155
Dengan gugup Paman Ho berkata lagi:
"Tuan itu sedang sakit, kalau melakukan perjalanan jauh, itu
tidak baik!"
"Aku akan berhati-hati. Dia teman baikku, meninggalkan dia di
sini membuatku tidak tenang."
"Aku akan mengurusnya..."
"Dia sudah berhutang berapa kepadamu, biar aku yang
melunasinya!"
"Uang tidak menjadi masalah. Sudah malam begini, mana
mungkin ada kereta kuda?"
"Bukankah tadi kau mengatakan asalkan mau mengeluarkan
uang, tidak akan menjadi masalah?" Su Yan-hong segera
mengeluarkan satu tail perak. Dia memberikannya kepada Paman
Ho: "Aku akan segera beres-beres, carikan kereta kuda!"
Setelah itu dia segera membalikkan tubuh pergi. Paman Ho ingin
memanggilnya tapi tidak dilayani. Dia seperti semut di dalam kuali
terus berputar-putar. Begitu melihat di luar tidak ada seorang pun,
akhirnya dia keluar.
Sesampainya di belakang penginapan, ada sebuah kamar di
tempat sepi. Paman Ho melihat ke kiri dan kanan, tidak ada siapa
pun, dia segera menge tuk pintu kamar itu 3 kali.
Dari dalam terdengar suara perempuan yang bertanya:
"Siapa?"
"Aku!" Paman Ho tetap melihat ke kiri dan kanan.
Pintu kamar dibuka, seorang perempuan men julurkan
kepalanya. Dia adalah Tiong Bok-lan.
"Bukankah aku sudah berpesan bila tidak ada hal penting jangan
mencariku!"
"Tuan yang Nona minta aku yang urus, hari ini bertemu dengan
temannya dan temannya ini akan membawa tuan itu pulang!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 156
Tiong Bok-lan terpaku:
"Kau tertipu!" Dia segera menutup pintu dan membalikkan
tubuh, lalu keluar melalui jendela.
Di luar jendela terbentang halaman. Su Yan-hong sedang berdiri
di sana. Dia melihat Bok-lan dan menggelengkan kepala:
"Mengapa harus seperti itu?"
Bok-lan segera memanggil:
"Hou-ya!"
"Seharusnya kau memanggilku Suheng. Kau berada di dunia
persilatan!"
"Mengapa Suheng di sini?"
"Hanya lewat, tidak disangka Siau Sam Kong-cu juga ada di sini."
Begitu menyebut Siau Sam Kongcu, Tiong Bok-lan segera
melihat ke sekeliling.
"Aku sendirian mencarimu!" Jelas Su Yan- hong.
Bok-lan menghembuskan nafas. Kata Su Yan- hong:
"Kalau Paman Ho orang baik, tidak mungkin dia menjual arak
yang dicampur dengan air."
"Karena Suheng minum arak yang sudah dicampur air maka jadi
curiga?"
"Hanya untuk lebih meyakinkan penginapan ini seperti apa dan
bos penginapannya adalah orang seperti apa. Begitu masuk aku
harus langsung tahu. Aku merasa tidak enak hati, juga bisa melihat
tapi Siau Sam Kongcu adalah orang berpengalaman, dia tidak
melihatnya."
"Bukankah Suheng..."
Tibatiba dia teringat pada ayahnya. Su Yan-hong segera
menghentikan pembicaraan:
"Di sini bukan tempat untuk bicara..." "Apakah terjadi sesuatu
pada ayah?" Bok-lan terus bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 157
Su Yan-hong tidak menjawab, dia membawa Bok-lan ke tempat
di mana peti mati diletakkan.
Melihat peti mati Tiong Toa-sianseng, Tiong Bok-lan terus
menangis. Sambil berjalan, Su Yan-hong menceritakan apa saja
yang terjadi selama beberapa hari ini. Dia memang percaya Su Yanhong tidak akan membohonginya. Tapi karena semua hal terjadi
terlalu tiba-tiba membuat dia sulit untuk menerima semuanya.
"Aku benar-benar anak tidak berbakti!" Bok-lan menangis.
"Masalah datang sangat tiba-tiba!" Kata Su Yan-hong.
Bok-lan bicara sendiri:
"Tidak mendengar ucapan ayah adalah hal tidak berbakti.
Meninggalkan keluarga Lamkiong dianggap tidak setia, apakah ada
tempat yang bisa menampungku lagi?"
"Menurutku, Lo-taikun adalah orang yang pengertian..." Kata Su
Yan-hong.
"Tidak ada gunanya. Orang keluarga Lamkiong yang lainnya
tidak akan berpikir seperti itu. Tapi apa pun yang terjadi aku akan
kembali setelah masalahku selesai!"
"Maksudmu, Siau Sam Kongcu?"
Bok-lan hanya diam. Tanya Su Yan-hong:
"Apakah sepanjang jalan kau selalu mengurusnya?"
"Aku tidak akan membiarkan dia mengetahuinya."
"Untuk apa kau berbuat seperti itu?"
"Kau tahu aku tidak mungkin bersama dengannya tapi aku tidak
tega melihat dia patah hati dan sakit, sedangkan aku hanya
berpangku tangan saja!"
"Apakah kau tidak terpikir setelah kau meninggalkan keluarga
Lamkiong, apa pun yang kau lakukan, orang lain tetap akan
mengganggap kalau kau pergi bersama-sama Siau Sam Kongcu?"
"Mana boleh..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 158
"Mereka hanya menebak sembarangan. Dari pada seperti itu,
mengapa kau tidak mau terus terang kepada orang-orang bahwa
kalian saling mencintai."
"Aku ..."
"Siau Sam Kongcu terlihat tidak bersemangat karena dirimu. Jika
kalian berpisah begitu dia sakit, mengapa kau tidak melepaskan diri
darinya. Bukalah lapang dadamu..."
"Maksud Suheng?"
"Aku hanya terpikir ini dan langsung menyampaikannya
padamu. Mengenai apa yang harus kau lakukan, lebih baik kau
sendiri yang mengambil keputusan!"
Tiong Bok-lan terdiam. Tiba-tiba Su Yan-hong menoleh:
"Mengapa Siau-heng tidak masuk?"
"Apa?" Bok-lan terkejut.
Pintu terbuka. Siau Sam Kongcu sambil menarik nafas, dia
menatap Su Yan-hong:
"Sebenarnya aku tidak terlalu bodoh!"
"Kau melihat aku menaruh curiga kepada bos penginapan
bukan?"
Siau Sam Kongcu mengangguk. Dia melihat Bok-lan seperti
orang bodoh. Bok-lan sengaja menghindari sorot matanya dan
menundukkan kepala.
Su Yan-hong melihat mereka berdua. Diam-diam keluar dan
menutup pintu.
Lama Siau Sam Kongcu baru membuka suara:
"Aku harus bagaimana berterima kasih padamu?"
Bok-lan menggelengkan kepala. Siau Sam Kongcu jalan ke depan
dan ingin memeluk tapi Bok-lan malah mundur hingga ke sudut
dinding.
Siau Sam Kongcu berhenti melangkah:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 159
"Kau sudah meninggalkan keluarga Lam-kiong jadi jangan
kembali ke sana. Aku pasti akan mengurusmu. Kita jangan sampai
berpisah lagi..."
"Kau tahu itu tidak mungkin bukan?"
"Tapi sepanjang jalan kau selalu mengurusku bukan?"
"Aku tidak tega..."
"Apakah kau tega melihat kita berdua seumur hidup hanya sedih
dan susah terus-menerus?"
"Kalau hal ini tidak dianggap menyedihkan dan susah, mana
mungkin akan tumbul perasaan sedih dan susah?"
Siau Sam Kongcu terpaku. Kata Tiong Bok-lan lagi:
"Selama beberapa hari ini banyak hal sudah terjadi padaku, aku
pun banyak berpikir. Walaupun belum bisa mengerti akan
semuanya tapi ada sedikit yang sudah kutangkap. Aku tidak peduli
apa pun yang orang lain katakan karena aku tidak melakukan apaapa.'' "Kalau begitu, di antara kita..."
"Walaupun tidak bisa menjadi suami istri, tapi kita bisa menjadi
teman baik!"
"Teman baik?" Siau Sam Kongcu terdiam.
"Coba kau pikir dulu, kalau kau menganggap itu tidak mungkin,
aku tidak akan memaksamu!" Sikap Bok-lan terlihat sangat serius.
Siau Sam Kongcu dengan tatapan bingung melihatnya, lama
baru mengangguk.
Hari kedua pagi. Siau Sam Kongcu, Su Yan-hong, dan Tiong Boklan bersama-sama meninggalkan penginapan In-lai.
Bok-lan berjalan di sisi peti mati Tiong Toa-sianseng. Terkadang
menarik nafas:
"Suheng, menurutmu, apakah aku tidak pantas pergi ke Kunlun?"
"Pertama, Siau-heng butuh orang yang mengurusnya. Kedua,
sekarang ini kau tidak cocok muncul di dunia persilatan. SuhuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 160
adalah orang yang pengertian. Di dunia sana, beliau tidak akan
marah padamu. Kau sudah bisa berpikir dengan jernih, untuk apa
masih harus memikirkan peraturan dan kebiasaan orang-orang?"
Bok-lan mengangguk:
"Bila ingin berbakti kepada orang tua, seharus nya ketika orang
tua kita masih hidup. Bila sudah meninggal, tidak bisa berbuat apaapa lagi!"
"Sewaktu guru masih hidup, bukankah kau sudah melakukan
semuanya dengan baik?" tanya Su Yan-hong, "untuk masalah
kematian guru, aku pasti akan mencari tahu dengan jelas siapa
pelakunya. Sampai masalah ini akhirnya menjadi terang!"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di belakang Hoa-san ada sebuah gubuk. Bila ada kabar,
kirimkanlah ke sana!"
"Lebih bersemangat, Siau-heng!" Setelah bicara ini, Su Yan-hong
segera berlalu.
Melihat kereta kuda menjauh, Siau Sam Kong-cu dan Tiong Boklan baru membalikkan tubuh berjalan ke arah yang berbeda.
Kaburnya Su Ceng-cau bukan pertama kalinya. Untuk sifatnya
yang satu ini, Ling-ong tidak suka tapi juga sudah terbiasa. Apalagi
ada masalah yang lebih berat.
Itu karena kedatangan pasukan Ong-souw-jin secara tiba-tiba.
Bersamaan kedatangan Ong-souw-jin masih ada sebuah
perintah dari kaisar. Dengan alasan ada pemberontakan di bagian
selatan dan memerintahkan Ong-souw-jin membawa pasukannya
meredam pem berontakan dan agar lebih mudah mengatur
pasukan, kaisar memerintahkan Ling-ong untuk sementara
mengembalikan kekuatan pasukan di 3 propinsi ini.
Dalam hati Ling-ong sangat marah tapi di luar terlihat seperti
tidak terjadi apa-apa. Dari luar dia melihat Ong-souw-jin,
sepertinya dia juga tidak mengetahui pikiran Ling-ong. Setelah
membacakan perintah kaaisar, dia berkata:
"Ini adalah perintah Kaisar!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 161
"Aku tahu!" Ling-ong pura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Negara bagian selatan sudah beberapa kali menyerang kita,
melewati perbatasan, jadi keputusan ini diambil oleh Baginda
karena terpaksa. Harap Ling-ong mengerti."
"Aku mengerti! Jika Kaisar sudah mengambil keputusan seperti
ini, aku pasti akan mendukung beliau!"
"Apakah Ong-ya setuju?"
"Orang-orang kerajaan harus mementingkan negara, aku pasti
akan mendukungnya!"
"Terima kasih Ong-ya sudah mengerti masalah ini. Ini benarbenar suatu keberuntungan bagi semua rakyat!"
"Sekarang kita harus melihat kepandaianmu."
"Ong-ya terlalu sungkan!" Ong-souw-jin segera berdiri, "kalau
begitu, kami pamit dulu!"
"Aku tidak akan mengantar. Aku akan menye rahkan kekuatan
pasukan di 3 propinsi kepada Baginda!" Ling-ong masih bisa
tertawa.
Setelah Ong-souw-jin menjauh, tawa Ling-ong baru berhenti. Cu
Kun-cau yang sedari tadi diam-diam mendengar semuanya di balik
sekat, sekarang baru keluar.
Ling-ong tertawa dingin:
"Aku sudah menghindar hal ini sampai di Kang-lam, kau tetap
saja masih mencari kerepotan dan memaksa. Kau benar-benar
keterlaluan!"
"Jelas-jelas dia berniat mengikis kekuatan ayah!" Ucap Cu Kuncau. "Itu sudah sangat jelas! Ketiga propinsi ini adalah tempat di
mana kekuasaanku juga tempat di mana pasukannya paling banyak.
Jika kekuatan ini diambil alih oleh Ong-souw-jin, berarti sama
dengan kedua tanganku akan patah."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 162
"Kaisar benar-benar keterlaluan! Seharusnya Ayah mendengar
kata-kataku dari awal, bawalah pasukan menyerang ke daerah
utara!"
"Kau tahu tindakan seperti itu dicap memberontak!"
"Tapi kita melakukannya karena terpaksa. Ayah selalu setia
kepada kerajaan tapi di sana hanya ada kaisar yang hanya tahu main
dan minum. Demi kepentingan rakyat, semua terpaksa harus
dilakukan!"
Ling-ong menggelengkan kepala:
"Sudah terlambat!"
"Belum terlambat! Sekarang kita mulai atur strategi, masih
sempat!"
"Benarkah?" Terlihat hati Ling-ong mulai tergerak.
"Tapi ada satu titik yang Ayah harus tahu. Demi keamanan kita
harus membunuh An-lek-hou terlebih dulu!"
"Membunuh Yan-hong?" Ling-ong terkejut.
"Dulu karena Liu Kun salah tafsir kekuatan An-lek-hou sampai
di mana, dia gagal total!"
"Bila ingin membunuhnya, itu bukan hal mudah!"
"Apakah Ayah lupa pada keluarga Lam-kiong?"
"Benar, keluarga Lamkiong!" Ling-ong segera tertawa, "bunuh
dulu An-lek-hou, singkirkan orang yang menghadang, baru
menguasai negara ini!"
Cu Kun-cau segera tahu kalau ayahnya bermaksud seperti ini, dia
merasa sangat senang.
157-157-157
Peti mati Tiong Toa-sianseng sudah berada di Kun-lun. Di Kunlun ada murid yang membawa pulang kabar dari dunia persilatan,
tapi semua masih belum percaya. Sampai peti mati Tiong Toasianseng tiba, mereka baru percaya dan terkejut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 163
Di satu pihak karena belum ada bukti. Kedua, mereka takut
kepada Toan Hong-cu jadi kabar ini belum mereka sampaikan
kepada Toan Hong-cu, otomatis Su Yan-hong harus yang harus
menyampaikannya.
Ini semua sudah berada dalam perkiraan Su Yan-hong. Menurut
sifat Toan Hong-cu, bila dia tahu kalau Tiong Toa-sianseng sudah
terbunuh mana mungkin dia masih akan terus berada di Kun-lunsan, mungkin saja dia sudah turun gunung untuk membunuh. Akan
menimbulkan musibah yang lebih besar lagi. Kecuali kalau dia
sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Gosip yang beredar di dunia persilatan belum tentu benar.
Sewaktu mereka siap turun gunung uintuk mencari tahu, Su Yanhong sudah tiba.
Su Yan-hong tahu dengan jelas. Terhadap Su Yan-hong, Toan
Hong-cu selalu berhubungan baik. Berarti Su Yan-hong adalah
orang yang paling tepat menyampaikan kabar ini kepada Toan
Hong-cu.
Sewaktu Su Yan-hong siap-siap, murid Kun-lun membawa 2
pengawal istana yang datang membawakan perintah Kaisar.
Terhadap pengawal istana yang membawa berita cepat itu, Su
Yan-hong tidak merasa aneh. Yang aneh adalah ada masalah apa
sehingga Kaisar mencarinya.
Dalam perintah Kaisar, tidak dicantumkan penjelasan, hanya
menyuruh Su Yan-hong segera kembali ke ibukota, ada hal yang
harus dirundingkan.
Su Yan-hong tidak menanyakan hal apa hingga mencarinya,
karena dia tahu seperti apa sifat Kaisar. Kalau di dalam kain
perintah tidak tertulis dengan jelas, pasti tidak akan diberitahu apa
penyebabnya kepada kedua pengawal itu. Yang pasti itu adalah hal
penting.
Begitu bertanya, ternyata pengawal yang di kirim Kaisar
mencarinya tidak hanya mereka berdua saja. Kaisar mencarinya
begitu buru-buru pasti ada hal penting.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 164
Dia segera menyelesaikan masalah di Kun-lun-san langsung
kembali ke ibukota. Sebelumnya kedua pengawal itu sudah kembali
terlebih dulu.
Tapi kedua pengawal itu berkukuh ingin pulang bersama
dengannya. Su Yan-hong tahu kalau ini pesan dari Kaisar jadi dia
berpesan kepada murid Kun-lun untuk menyiapkan tempat tinggal
mereka. Dia segera bertemu dengan Toan Hong-cu.
Toan Hong-cu bertapa di sebuah gua di puncak gunung. Terlihat
tidak ada yang istimewa. Sebenarnya bertapa atau tidak bagi Toan
Hong-cu tidak ada bedanya. Dalam kurun waktu bertapa itu, dia
tetap menerima murid-murid Kun-lun, untuk mencari tahu
bagaimana mengatasi ilmu silat yang mereka rasa sulit. Hanya saja
semua orang tahu kalau sifatnya keras dan tidak sabaran maka
seringkali tidak mau mengganggunya.
Sewaktu Su Yan-hong tiba di depan gua, dia mendengar dari
dalam gua keluar suara:
"Apakah Yan-hong sudah kembali?"
"Pendengaran Susiok benar-benar hebat!" Su Yan-hong berjalan
masuk.
Toan Hong-cu tertawa:
"Dari langkah seseorang, berat atau ringannya bisa membedakan
ilmu silat yang dimilikinya. Murid Kun-lun yang mempunyai ilmu
seperti ini hanya kau saja"
Su Yan-hong sudah berdiri di depan Toan Hong-cu.
Toan Hong-cu duduk di tengah gua kuno itu. Rambut dan
janggutnya semua putih, panjang sampai ke mata kaki. Dia terlihat
seperti seekor binatang aneh. Sinar matanya terpancar keluar.
Orang yang mengerti akan tahu kalau dia adalah seorang pesilat
yang mempunyai tenaga dalam kuat.
Melihat Su Yan-hong, dia segera tertawa:
"Bocah, 3 Hari tidak bertemu kau sudah berubah total!"
"Apa kabar, Du Yan-hong?" Su Yan-hong berlutut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 165
"Tidak sebaik dirimu. Umurmu masih muda tapi nadi Jin dan
Tok-mu sudah terbuka!"
Melihat bagian luar Su Yan-hong dia sudah tahu tentang ini, hal
ini benar-benar membuat Su Yan-hong kagum. Kata Toan Hong-cu:
"Aku tidak salah menilai. Di antara murid-murid Kun-lun, kau
yang paling berhasil!"
"Ucapan Paman Guru terlalu berat!"
Su Yan-hong terpana, dia tampak sedang memikirkan
bagaimana menyampaikan kabar ini. tapi Toan Hong-cu sudah
bertanya:
"Cepat katakan, apakah telah terjadi sesuatu?"
Sifatnya benar-benar terburu-buru. Begitu melihat ekspresi di
wajah Su Yan-hong, dia segera bertanya:
"Apakah telah terjadi sesuatu?"
"Setelah rapat di Pek-hoa-couw, guru meninggal!"
"Apa?!" Toan Hong-cu menggebrak meja dan berdiri. Meja
terbuat dari batu itu berderak dan pecah berantakan.
Su Yan-hong terkejut, baru akan mengatakan sesuatu, Toan
Hong-cu segera bertanya:
"Cepat beritahu padaku, siapa yang membunuh gurumu?"
Su Yan-hong belum menjawab, Toan Hong-cu segera berkata
lagi:
"Rapat pedang di Pek-hoa-couw mencapai titik tertentu. Dengan
kemampuan ilmu silat gurumu, kalau bukan karena ada yang
mempunyai rencana busuk, dia tidak akan sampai terbunuh. Cepat
ceritakan!"
Su Yan-hong menceritakan semuanya dari awal sampai akhir.
Toan Hong-cu menunggu hingga cerita habis baru membuka suara:
"Melihat sifat gurumu, dia tidak akan membubuhkan racun pada
pedang. Dengan kemampuan ilmu silat Coat-suthay, dia lawanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 166
gurumu. Kemenangan itu sudah pasti. Untuk apa menggunakan
cara keji seperti ini?"
"Semua orang mengatakan seperti itu!"
"Gurumu terbunuh, berarti hal ini tidak ada hubungannya
dengan dia. Yang patut dicurigai adalah Lu Tan dari Bu-tong-pai!"
"Semua orang mengatakan seperti itu!"
"Menurut pendapatmu, Lu Tan bukan orang seperti itu. Orang
penampilan biasa tahu wajah tidak tahu isi hatinya, siapa yang bisa
menjaminnya?"
Su Yan-hong terdiam. Dengan aneh dia melihat Toan Hong-cu.
Menurutnya, sifat Toan Hong-cu sudah banyak berubah, dia lebih
tenang.
Bertapa di tempat ini sedikit banyak pasti mempengaruhi sifat
seseorang.
Kata Toan Hong-cu:
"Coat-suthay menghina Bu-tong-pai, men-bubuhkan racun di
atas pedang gurumu untuk membalas dendam, itu sangat masuk
akal. Tapi sam pai gurumu tidak tahu mengenai itu, sulit membuat
orang percaya."
"Aku yakin ini bukan idenya. Mungkin rencana busuk. Semua
menyangkut Bu-tong-pai dan dunia persilatan."
Su Yan-hong mengerutkan alis. Dia tidak tahu harus bagaimana
membela Bu-tong-pai. Toan Hong-cu berkata lagi:
"Bu-tong dan Kun-lun selalu mempunyai hubungan seperti
kakak beradik. Kali ini menggunakan cara seperti itu, terpaksa aku
harus mendatangi Bu-tong-san dan menanyakan dengan jelas
kepada Lu Tan. Kita harus menuntut Bu-tong-pai dan meminta
keadilan!"
Su Yan-hong mengerutkan alis:
"Masalah ini menyangkut pihak sangat luas. Sampai putra yang
tersisa di keluarga Lamkiong pun terbunuh. Semua sudah berjanjiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 167
sebulan kemudian bersama-sama pergi ke Bu-tong-pai untuk
membereskannya."
"Baik, biar marga Lu itu hidup 1 bulan lagi!"
Su Yan-hong menarik nafas, Semua sudah terlihat sangat jelas,
kecuali bisa menyerahkan Lu Tan dan dia mempunyai pesan
sehingga bisa membuat semua orang merasa puas. Kalau tidak,
entah bagaimana nasib Bu-tong-pai sulit dibayangkan!
Su Yan-hong baru turun dari Kun-lun-san sudah diawasi oleh
orang keluarga Lamkiong. Kabar nya langsung disampaikan kepada
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim. Mereka adalah orang yang
bertanggung jawab atas tindakan mereka kali ini.
Kelihatan sangat mudah, menggunakan merpati menyampaikan
surat, menggunakan kuda memberi kabar. Di antara dua hal ini
sudah bisa melewati tangan 20 orang lebih. Sampai di tangan Kiang
Hong-sim dan Cia Soh-ciu sudah 5 hari berlalu.
Kiang Hong-sim sangat senang. Cia Soh-ciu tampak sedikit ragu.
"An-lek-hou tidak masuk ibukota. Kalau tidak, dia akan melewati
jalan ini. Kita tunggu di sini agar jangan cepat lelah kemudian secara
tiba-tiba mencabut nyawanya!" Di wajah Kiang Hong-sim mulai
muncul kemerahan, dia semakin senang.
"Mengapa Lo-taikun harus membunuh An-lek-hou? Kalau
diketahui oleh orang lain nama keluarga Lamkiong akan terjadi
pengaruh besar."
"Kekhawatiran Cia Soh-ciu bukan tidak ada alasannya, karena Su
Yan-hong adalah Hou-ya.
"Demi mendapatkan obat-obatan dari Ling-ong, dia menyuruh
kita melakukan semua ini, kita harus lakukan!"
"Betul juga!" Cia Soh-ciu terpaksa menanggapi seperti itu.
"Sebenarnya marga Su tidak perlu mati, itu malah disayangkan!"
"Mengapa?"
"Kau lupa dia dari Kun-lun. Semua murid dari perkumpulan
terkenal dan lurus, apakah mereka ikut membunuh orang-orangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 168
keluarga Lamkiong, hanya dia sendiri yang tahu. Apalagi dia berada
di atas. Kerajaan pasti sudah membuat banyak hal yang merugikan
orang lain!"
"Tapi dia bukan orang seperti itu!"
"Pejabat tidak ada yang baik!"
Cia Soh-ciu terdiam. Kata Kiang Hong-sim lagi:
"Kerajaan membiarkannya masuk Kun-lun begitu lama. Jika
mengatakan dia tidak ikut membunuh keluarga Lamkiong, itu tidak
mungkin!"
"Betul!" Cia Soh-ciu akhirnya mengeluarkan aura membunuh.
Perkiraan Kiang Hong-sim tidak salah. Su Yan-hong dan 2


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengawal melewati jalan itu. Saat mereka berniat mengejar, tibatiba terdengar suara ribut dari belakang. Ternyata sekelompok
orang sedang berjalan menghampiri dan terdengar beberapa kali
tawa aneh. Mereka berdua dengan cepat segera bersembunyi.
Tawa Wan-tianglo mudah dibedakan. Asalkan pernah
mendengar satu kali saja akan selalu teringat padanya.
Orang seperti Wan-tianglo sangat sedikit. Tempat yang dia
lewati selalu dikerumuni orang-orang, tapi dia sama sekali tidak
peduli. Apa yang dia pikirkan tidak ada seorang pun yang tahu.
Mungkin karena itulah dia tinggal di Sian-tho-kok dan berteman
dengan kera.
Dia berjalan tidak cepat. Tangannya menarik sebuah kereta
terbuat dari kayu. Di atas kereta tersimpan kurungan dari kayu dan
sekelilingnya ditutup dengan tikar. Entah apa yang ada di dalam
kurungan itu.
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim bersembunyi di sudut. Setelah
Wan-tianglo lewat, mereka baru berani keluar. Kiang Hong-sim
dengan aneh berkata:
"Orang aneh itu kemari mau apa ya?"
Cia Soh-ciu belum menjawab, Kiang Hong-sim sudah berkata
lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 169
"Di dalam kurungan itu pasti ada benda penting. Kalau tidak, dia
tidak akan menarik dan membawanya berjalan. Menurutmu,
apakah itu?"
"Aku hanya tahu orang aneh itu sangat merepotkan, ilmu
silatnya tinggi, lebih baik jangan mendekatinya!" Jawab Cia Soh-ciu.
"Betul!" Ujar Kiang Hong-sim, dia juga tidak mau mencari
masalah dengan Wan-tianglo.
Wan-tianglo terus menarik kereta kayu itu, sesampainya di
sebuah kuil tua yang ada di sisi kota, baru berhenti dan
menyibakkan tikar. Dia juga tertawa:
"Apakah kau tahu sekarang kau berada dimana?"
Di dalam kurungan kayu itu terbaring seseorang. Dialah Siau Cu
yang dibawanya dari Pek-hoa-couw. Entah ide dari mana dia
menggunakan cara seperti ini membawa Siau Cu.
Siau Cu tidak bersemangat. Dia tidak menjawab, hanya melihat
Wan-tianglo dengan sepasang matanya.
Melihat Siau Cu tidak bereaksi apa-apa, Wan-tianglo berteriak
lagi:
"Apakah benar kau tidak tahu di mana ini?"
Siau Cu menjawab tanpa nafsu:
"Tempat apa pun sama saja bagiku."
"Tidak sama!" Wan-tianglo menggelengkan kepala,"kuil pun ada
bermacam-macam. Setiap kuil memiliki keistimewaan!"
"Aku hanya tahu kemana pun aku pergi tetap akan dikurung di
dalam kurangan ini!" Cetus Siau Cu dengan dingin.
Wan-tianglo sangat senang:
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena di dalam perutmu
penuh dengan air jahat. Kau terlalu licik kalau tidak menggunakan
cara ini, bagaimana bisa membawamu kembali ke Sian-tho-kok!"
"Apa pun yang aku katakan sama saja. Bentuk mu tidak mirip
manusia jadi tidak memiliki sifat manusia!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 170
"Kau mulai membahas sifat manusia lagi!" Wan-tianglo tertawa,
"kalau aku tidak mempunyai sifat manusia, mana mungkin aku
akan menutup kurungan ini dengan tikar. Maksudku adalah timbul
kekhawatiran bila kau sampai dilihat orang, mereka akan merasa
sedih!"
"Aku rasa kau khawatir bila ada orang yang melihatku dikurung,
dan akan ada yang mengadu-kanmu ke kantor polisi!"
"Apakah orang seperti diriku bisa takut polisi?" Rambut Wantianglo terus melayang beterbangan:
"Dari dulu polisi yang takut padaku!"
"Memang seperti itu. Tapi orang-orang dari kantor polisi itu
tetap merepotkan. Kau adalah orang yang takut dibuat repot!"
"Sembarangan bicara! Aku paling suka mencari kerepotan!"
"Sehalusnya kau mengatakan kalau kau suka membuat orang
lain repot!"
Tiba-tiba Wan-tianglo tertawa:
"Dipikir-pikir memang seperti itu!"
"Aku mengenalmu tidak hanya sebentar, aku mengetahui
bagaimana sifatmu!"
"Tapi orang lain tidak bisa melihatnya. Dari sini bisa diketahui
kalau kita bisa akur dan dengan cepat menjadi teman baik!"
Siau Cu melotot, dia seperti baru melihat Wan-tianglo dan
bertanya:
"Siapa yang mengajarimu berkata-kata seperti ini?"
"Apa?" Wan-tianglo seperti tidak mengerti.
"Kita akan menjadi teman akrab?" Siau Cu menatap Wantianglo. Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak, tawanya terdengar
seperti disengaja.
"Apakah tidak akan bisa?" Tanya Wan-tianglo.
"Tidak! Karena kau tidak tahu apa yang disebut sebagai teman!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 171
"Siapa yang bilang?' "Aku yang bilang. Kalau kau menganggap
aku adalah teman, mana mungkin memperlakukanku seperti ini?"
"Apakah kau lapar? Aku akan mencari makan an untukmu!"
"Aku tidak mau bicara lagi!" Siau Cu membalikkan tubuhnya.
Wan-tianglo segera bergeser mencari wajah Siau Cu:
"Aku mengerti maksudmu, kau dikurung di dalam sini jangan
salahkan aku. Kalau kau tidak kabur tadi dan mau mengikutiku
kembali ke Sian-tho-kok, mana mungkin aku akan mengurungmu
seperti ini."
"Apa baiknya tinggal di Sian-tho-kok? Setiap hari hanya bengong
di lembah. Membosankan!"
"Banyak kera yang menemanimu, mengapa kau merasa bosan?"
"Aku bukan kera. Aku hanya tahu bahasa manusia, aku tidak
seperti dirimu!" Siau Cu sedang berputar-putar lalu marah kepada
Wan-tianglo.
Tapi Wan-tianglo tidak menangkap maksudnya, malah berkata:
"Pelan-pelan kau akan mengerti, tidak sulit kok!"
Siau Cu tutup mulut dan tidak mau bicara lagi. Tiba-tiba Wantianglo bertanya:
"Di mana Wan Fei-yang? Kau pasti tahu. Setelah dia
meninggalkan Sian-tho-kok, dia pasti mencarimu!"
"Bicara denganmu yang tidak tahu aturan, semua juga jadi tidak
ada aturan!"
Tidak lama kemudian Wan-tianglo baru berkata:
"Jika marga Wan itu tertangkap lagi akan kuberitahu kelihaianku
juga akan menyuruhnya mencicipi seperti apa rasanya dikurung di
kurungan kayu ini!"
"Betulkan! kau sendiri mengaku kalau dikurung di sini rasanya
tidak enak!"
"Aku tidak pernah mengatakan ada banyak orang lalu aku baru
membungkus kurungan ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 172
Siau Cu terdiam. Kata Wan-tianglo:
"Kau benar-benar tidak tahu niat hati yang baik seperti apa!"
"Orang baik! Ha ha ha!"
"Apakah kau ingin aku melepaskanmu?"
"Tidak!"
"Temani aku bermain beberapa jurus, apakah kau mau?"
"Tidak!"
Wan-tianglo malah tertawa. Melihat dia tertawa, Siau Cu
menarik nafas. Tidak jauh di luar dugaannya, Wan-tianglo segera
berkata:
"Dengan baik-baik, kau tidak mau mendengar ku, apakah harus
menggunakan kekerasan!"
Kemudian dia membuka pintu kurungan dengan sepotong kayu
tua dia ingin mengorek kurungan itu. Siau Cu segera berteriak:
"Aku akan keluar!"
Sambil membungkukkan tubuhnya Siau Cu merangkak keluar
dan dengan malas-malasan berkata:
"Harap memberi petunjuk!"
Wan-tianglo tertawa:
"Siau Cu, jangan kira aku lupa kalau aku telah menotok beberapa
nadimu, kalau tidak dibuka kau tidak akan bisa mengeluarkan
tenagamu!"
"Tidak perlu memakai tenaga dalam masih bisa bertarung!"
"Itu namanya bukan bertarung melainkan hanya bermainmain!"
"Kalau bukan main-main, namanya apa?"
Wan-tianglo tidak mengatakan apa-apa. Dia segera membuka
totokannya, langsung melambaikan tangan:
"Cepat, cepat ke sini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 173
"Jalan darahku baru saja dibuka, tenaga dalam juga belum
berputar dengan lancar. Untuk apa kau buru-buru?"
"Kau banyak alasan!" Kedua tangan Wan-tianglo sudah terjulur
keluar untuk menyerang.
Siau Cu cepat-cepat menahannya. Dia tahu bagaimana sifat Wantianglo, sekali menyerang pasti sungguhan. Kalau tidak ditahan,
yang rugi adalah dia sendiri.
Kaki dan tangan Wan-tianglo mulai bergerak. Perubahan yang
terjadi sangat cepat dan rumit. Di dunia persilatan mungkin tidak
ada orang yang bisa menahannya.
Satu per satu jurus Siau Cu dicairkan. Dia tidak sulit melayani
karena sudah terbiasa dan dia memegang perubahan jurus lama
Wan-tianglo. Dia tahu bagaimana mengatasi serangan Wan-tianglo.
Perubahan Wan-tianglo semakin rumit juga semakin cepat.
Gerakan kedua tangan Siau Cu terpaksa menjadi semakin cepat. Ini
pun berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah. Kalau tidak bisa
melayani harus dipukul beberapa kali baru bisa lolos.
Setiap kali bertarung dengan Wan-tianglo, dia sangat berhatihati dalam melihat perubahan-peru- bahannya, baru bisa mencari
cara memecahkan jurus Wan-tianglo. Dia hanya berharap bisa
menahan dan tidak dipukul, itu saja!
Awalnya dia mengira perubahan jurus-jurus Wan-tianglo akan
ada habisnya, tapi sampai sekarang dia sadar hari ini akan terjadi
hal lain.
Setiap kali pasti ada jurus yang baru malah semakin aneh dan
rumit. Yang paling sulit seperti asal-asalan dan tidak terlihat jejak.
Kecuali kalau kau mengikuti perubahan ini dengan cepat dan lincah
seperti dia, mungkin bisa menghindari pukulan. Kalau tidak, sulit
untuk ditahan.
Kali ini pun tidak terkecuali. Setelah menyerang Siau Cu dengan
cepat, jurus baru segera keluar lagi. Siau Cu berusaha menahannya
tapi pada akhirnya dia terpukul hingga jatuh terguling di bawah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 174
Wan-tianglo sedang senang-senangnya. Melihat Siau Cu
terjatuh, dia berteriak:
"Bangun, bangun! Main lagi, main lagi!"
"Tidak, aku sudah tidak kuat!"
"Usia masih begitu muda, mengapa begitu cepat tidak bisa
bertahan lagi?"
"Cepat...? Apakah kau tahu sudah berapa jurus kita lalui?"
"Apa hubungan semua ini dengan berapa jurus yang telah
dilalui?"
Siau Cu tahu sulit bicara dengan orang ini, dia segera mengganti
topik pembicaraan:
"Kau lupa kalau aku seharian terkurung di dalam sana. Kaki dan
tanganku tidak bisa bergerak bebas, peredaran darahku juga tidak
lancar. Bisa bertahan sampai sekarang itu adalah suatu mujizat!"
"Benarkah itu berpengaruh?"
"Kalau tidak percaya, coba kau masuk ke sana!"
Wan-tianglo tertawa:
"Siau Cu, kau ingin dengan cara ini menipuku supaya aku masuk
ke dalam kurungan itu, kau kira aku bodoh?"
Siau Cu mengangkat bahunya. Kata Wan-tianglo lagi:
"Aku akan mempunyai cara untuk membereskan hal ini tapi
sampai sekarang masih belum terpikirkan!"
"Kalau sudah terpikir, beritahu padaku. Aku ingin istirahat
dulu!"
"Baik, hari ini kita sampai di sini saja dulu, kembali lagi ke
kurunganmu!"
Siau Cu berjalan kembali ke kurungan, baru membalikkan tubuh.
Wan-tianglo segera menotok beberapa nadinya.
"Kapan kau berubah jadi begitu hati-hati?"
"Lebih baik aku selalu berhati-hati!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 175
Setelah Siau Cu masuk ke dalam kurungan kayu, Wan-tianglo
segera menutup kurungan dengan tikar. Siau Cu menarik nafas:
"Aku ingin menghirup udara segar, melihat langit pun tidak
sanggup!"
Wan-tianglo menggelengkan kepala:
"Tempat ini memang terpencil, tetap saja bisa ada orang yang
lewat. Jika melihatmu berada di dalam kurungan, entah apa yang
akan terjadi."
"Ada kau yang menjagaku, siapa yang bisa mengeluarkanku dari
kurungan ini?"
"Kalau aku terus menjagamu di sini pasti tidak perlu merasa
khawatir, tapi aku ingin keluar dulu mencari makan!" Tiba-tiba
Wan-tianglo menjulurkan tangannya, menotok jalan darah bisu
Siau Cu.
Siau Cu sama sekali tidak menyangka terjadi hal ini, dia tidak
bisa menghindar lagi. Wan-tianglo menepuk tangannya dan
tertawa:
"Bila ada orang yang lewat, kau tidak akan bisa berteriak minta
tolong!"
Siau Cu terpaku.
Wan-tianglo tidak bicara apa-apa. Dia bersiul aneh, bersalto
keluar dari kuil. Hanya sebentar sudah menghilang.
Siau Cu yang ada di dalam kurungan hanya bisa tertawa kecut.
Terkurung di dalam ini bukan hal yang menyenangkan, Siau Cu
merasa kesal. Di dalam kurungan dia terus berpikir. Memikirkan
kematian gurunya Lam-touw sampai sekarang tidak mencapai titik
terang. Dia juga teringat pada Beng-cu, entah kapan baru bisa
bertemu lagi dengannya. Waktu itu sikap Beng-cu kepadanya
berubah, hal ini membuatnya kesal.
Di dalam kurungan itu, dia berdiri karena merasa tidak nyaman,
duduk pun tidak nyaman, sampai terdengar ada yang berjalan. DiaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 176
membuka sedikit tikar yang menyelubungi kurungan untuk melihat
keluar.
Kurungan ditaruh di depan jendela. Dia melihat di luar jendela
ada 3 perempuan yang sedang berjalan ke arah kuil. Yang kiri dan
kanan mengenakan baju ketat, perempuan yang di tengah
mengenakan baju berwarna merah muda. Wajahnya ditutup kain
berwarna muda, hanya terlihat sepasang mata jemih.
Perempuan yang ada di kiri dan kanan juga menutupi wajah
mereka, hanya terlihat 2 mata. Siau Cu tidak mengenali mereka.
Mereka adalah Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim. Merasa kalau
ketiga perempuan itu tidak wajar, apalagi Hen-lo-sat yang berada di
tengah. Begitu melihat sorot matanya, Siau Cu merasa ada hawa
dingin muncul dari dalam hatinya yang terdalam.
Dia tidak pernah melihat ada sorot mata begitu dingin dan
kejam.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim membawa Hen-lo-sat berhenti
di depan kuil, kemudian mereka berpisah ke kiri dan ke kanan lalu
naik ke atas pohon, hanya tinggal Hen-lo-sat sendiri di bawah.
Hen-lo-sat memegang sepasang golok.
Siau Cu ikut melihat ke arah mereka berjalan. Tidak lama
kemudian dia melihat ada 3 orang berjalan mendatangi. Dari kiri
dan kanan adalah 2 pengawal yang mengenakan baju istana. Setelah
melihat mereka, jantung Siau Cu hampir meloncat keluar.
Orang itu adalah Su Yan-hong!
Siau Cu pintar, dia terus berpikir. Dan mulai bisa menebak apa
rencana ketiga perempuan tadi. Terlihat Su Yan-hong semakin
mendekat. Dia ingin keluar untuk memberitahu padanya tapi tidak
ada tenaga untuk menghancurkan kurungan. Ingin berteriak, jalan
darah bisunya sudah ditotok.
Su Yan-hong mulai merasakan perbedaan Hen-lo-sat dengan
orang lain. Dia juga tahu kalau Hen-lo-sat menghadang di tengah
jalan adalah untuk menghadapi dia. Tapi sampai di depan Hen-lo-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 177
sat, Hen-lo-sat tidak bereaksi apa-apa. Terpaksa dia pura-pura tidak
tahu dan lewat di sisi Hen-lo-sat.
Su Yan-hong tidak melihat Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim yang
bersembunyi di atas pohon. Tapi Siau Cu melihat kepala Cia Sohciu, dia bersiap-siap meniup sebuah pipa berwarna hijau.
Siau Cu tidak tahu itu peluit yang menguasai Hen-lo-sat. Dia
mengira kalau itu adalah senjata rahasia yang siap ditembakkan ke
arah Su Yan-hong. Karena cemas, dia menjulurkan tangannya
menggoyang-goyang jendela yang tua kuil.
Karena digoyang-goyang, jendela menjadi rusak. Su Yan-hong
mendengarnya, bersamaan waktu peluit berbunyi.
Hen-lo-sat segera membawa goloknya, membacok punggung Su
Yan-hong. Su Yan-hong berbalik menoleh karena mendengar suara
jendela hancur dan tepat melihat ada 2 buah golok yang akan
membacoknya dengan cepat dia menghindar.
Reaksi Su Yan-hong sangat cepat. Jika bukan karena Siau Cu
yang mengeluarkan suara sehingga membuatnya menoleh, ingin
menghindar golok yang menyerangnya tetap saja akan sulit.
Kedua pengawal dengan cepat kembali dan melihat yang terjadi.
Mereka membentak:
"Berhenti!" golok sudah dikeluarkan.
Salah satu dari mereka membentak:
"Kau berani.."
Kata-katanya belum selesai, sepasang golok Hen-lo-sat sudah
menepis lago. Dengan cepat mereka melayangkan golok untuk
menahan.
Su Yan-hong segera membentak:
"Mundur!"
Dengan ilmu silat yang dimiliki dan pengalamannya, dia melihat
kedua pengawal itu bukan lawan Hen-lo-sat. Tepisan sepasang
golok Hen-lo-sat itu apakah mereka bisa menerimanya? Harus
dipikirkan dulu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 178
Su Yan-hong mencabut pedangnya.
Kedua pengawal itu tidak tahu kelihaiannya. Saat Su Yan-hong
menyuruh mereka mundur, itu pun sudah terlambat.
Dua golok Hen-lo-sat berputar. Satu golok menepis. Dua
pengawal tadi dibacok, benar-benar gerakannya ringkas dan bersih.
Walaupun Su Yan-hong sudah melihat kelihaian Hen-lo-sat, dia
tetap saja merasa terkejut. Saat ingin menyelamatkan mereka sudah
tidak sempat lagi.
Setelah golok Hen-lo-sat ditarik dan dia membalikkan tubuh, dia
melihat Su Yan-hong. Matanya terlihat sangat indah, Su Yan-hong
mengakui itu. Tapi dia pun merasa kalau mata itu bukan mata
seorang manusia.
Perasaan ini pernah ada saat dia memperhatikan Hen-lo-sat,
sekarang dia bertambah yakin.
Dia tidak menyerang dengan pedang. Hen-lo-sat pun tidak
menyerangnya dengan golok. Secara berturut-turut membunuh 2
orang, aura membunuh Hen-lo-sat sepertinya sudah mendingin.
"Siapa kau?" Tanya Su Yan-hong.
Suara peluit terdengar lagi. Hen-lo-sat segera melayangkan
golok. Su Yan-hong menahan dengan pedangnya dan bertanya:
"Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?"
Hen-lo-sat tidak menjawab, sepasang golok terus
menyerangnya. Setelah menerima serangan golok beberapa kali,
ilmu 'Thian-liong-pat-sut' segera dikeluarkan.
Karena jalan darah Jin dan Tok-nya sudah tembus. Tenaga
dalamnya terus mengalir keluar. Thian-liong-pat-sut pun keluar
dengan baik dan bagus.
Jurus golok Hen-lo-sat sangat mudah dan berguna. Kalau tidak
disambut akan mati. Dia juga siap mempertaruhkan nyawa. Su Yanhong pertama kalinya bertemu dengan lawan seperti itu. Thianliong-pat-sut belum selesai berhasil dicairkan oleh dua golok Henlo-sat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 179
Hen-lo-sat terus maju menyerang. Serangan sepasang goloknya,
arahnya selalu berada di luar dugaan Su Yan-hong. Hingga terpaksa
mundur. Ilmu meringankan tubuhnya yang hebat pun tidak ada
waktu digunakan.
Mundur dan mundur, sampai di belakangnya dinding kuil. Su
Yan-hong sadar kalau mundur ke sini akan menjadi jalan
kematiannya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dua golok Hen-lo-sat berputar. Su Yan-hong merasa ada tenaga
kuat yang datang. Tangan kanannya bergetar, kelima jarinya sudah
tergetar. Pedang tidak bisa dipegang lagi dan terlepas hingga
terbang ke langit.
Sewaktu meloncat ke atas ingin mengejar pedangnya, golok Henlo-sat sedang membacoknya. Terlihat kalau Su Yan-hong akan
terluka karena sepasang golok ini. Tiba-tiba puluhan buah pir
datang. Dua buah pir memukul golok Hen-lo-sat, yang lainnya
memukul tubuh Hen-lo-sat.
Sepasang golok Hen-lo-sat terbentur keping-gir tapi segera
berputar kembali. Golok terus menepis, puluhan pir yang memukul
tubuhnya ditepis hingga terbang.
Dan bersamaan waktu terdengar tawa yaneh terdengar. Wantianglo seperti turun dari langit, sambil menggigit pir, dia
menyuruh Su Yan-hong pergi.
"Lo-cianpwee!" Su Yan-hong merasa aneh dengan kemunculan
Wan-tianglo di sini.
"Gadis kecil ini milikku!" Wan-tianglo melempar pir yang ada di
tangannya, "di sini tidak ada hal yang harus kau bantu lagi kan!"
"Dia!" kata-kata Su Yan-hong belum selesai, Wan-tianglo sudah
melayangkan tangan:
"Siapa dia, tidak menjadi masalah, yang penting ilmu silatnya
bagus!"
Su Yan-hong tertawa kecut. Wan-tianglo segera berkata kepada
Hen-lo-sat:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 180
"Gadis kecil, ilmu silatmu sangat bagus!"
Hen-lo-sat tidak bersuara. Dia melihat Wan-tianglo, matanya
memancarkan aura membunuh.
Begitu Wan-tianglo melihat matanya, dia segera mengerutkan
alis:
"Aura membunuh yang sangat kuat!" dia berkata lagi, "bila kau
ingin membunuh An-lek-hou, kau harus membunuh Wan-tianglo
dulu!"
Sepasang golok Hen-lo-sat segera membacok. Wan-tianglo
tertawa terbahak-bahak, dia bersalto di antara sepasang golok itu.
Terlihat sangat merendahkan, tapi hanya sebentar karena jurus
golok Hen-lo-sat sema-kin padat. Itu di luar dugaannya.
Ingin mengayunkan sepasang golok dengan begitu kencang
harus mempunyai tenaga dalam yang cukup. Hen-lo-sat tidak hanya
mempunyai tenaga dalam yang cukup malah seperti tidak ada
habis-habisnya. Setelah beberapa kali bertarung, Wan-tianglo
terpaksa mundur.
Setelah beberapa kali mundur, kedua tangan Wan-tianglo sudah
tidak bisa berahan lagi. Dia dengan cepat mengambil dahan pohon
yang ada di sisi untuk menahan golok.
Potongan kayu itu hanya sebentar saja sudah ditepis menjadi
beberapa bagian. Kedua tangan Wan-tianglo masing-masing
memegang sepotong dahan untuk bertahan sambil menghindar.
Terlihat kerepotan tapi dia terus berteriak:
"Seru! Seru!"
Sudah lama dia tidak pernah dipaksa oleh seseorang hingga
kerepotan, dia merasa dipermalukan.
Cia Soh-ciu melihat semua itu. Diam-diam dia berteriak:
"Celaka!" Dia tahu kalau Wan-tianglo mempunyai tenaga dalam
yang kuat dan Hen-lo-sat hanya mengandalkan obat-obatan. Bila
reaksi obatnya hilang, akibatnya tidak akan terbayangkan. Dia
segera meniup peluit menyuruh Hen-lo-sat meninggalkan tempat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 181
Hen-lo-sat berlari keluar.
"Kau mau ke mana?" Teriak Wan-tianglo, "aku belum puas!"
Hen-lo-sat seperti tidak mendengar teriakannya. Dia terus
berlari, Wan-tianglo terus mengejarnya dan tertawa:
"Sulit mendapatkan lawan seperti dirimu. Aku akan
menangkapmu dan kubawa pulang ke Sian-tho-kok. Kalau tidak,
aku tidak akan memaafkan diriku sendiri!"
Mereka berlari sejauh 20 depa. Su Yan-hong baru tersadar,
sewaktu dia mengejar terdengar dari arah kuil suara lagi. Dia
merasa aneh langsung mengambil pedang yang tergeletak di bawah
dan berjalan ke dalam kuil.
Suara itu terdengar karena Siau Cu melihat Su Yan-hong akan
pergi dari sana. Dengan cepat dia mengambil sebuah kayu memukul
kurungan.
Su Yan-hong masuk ke dalam kuil. Melihat ada kurungan kayu,
dia merasa aneh. Setelah mem buka tutup tikarnya, dia melihat
yang terkurung di dalam sana adalah Siau Cu, dia bertambah
terkejut.
"Siau Cu? Mengapa kau bisa berada di sini? Siapa yang
mengurungmu di dalam kurungan ini?"
Siau Cu menunjuk jalan darah bisunya. Su Yan-hong segera
mengerti dan membuka totok nadi bicaranya.
"Hou-ya! Oh, tidak, Suheng!" Siau Cu menghembuskan nafas
lega.
"Ada apa denganmu?"
"Selain orang aneh itu, siapa yang bisa melakukan hal seperti
ini?" Siau Cu berteriak, "nanti kita baru bicara, sekarang lebih baik
kita tinggalkan tempat ini secepat mungkin. Bila orang aneh itu
kembali, kita akan repot!"
Su Yan-hong dengan cepat membuka rantai yang mengunci
kurungan kayu. Siau Cu segera keluar dari sana, tapi dia terhuyunghuyung hanpir terjatuh.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 182
"Ada apa denganmu?" Su Yan-hong memapahnya.
"Orang aneh itu menotokku jadi tenagaku tidak bisa dikerahkan.
Kalau tidak, mana mungkin kurungan kayu seperti ini bisa
mengurungku dengan mudah?"
"Tempat-tempat mana yang ditotok Wan-tianglo?"
Siau Cu menunjuk tempatnya. Setelah nadi dibuka, Siau Cu
segera menarik Su Yan-hong mening galkan kuil.
*** Hen-lo-sat berlari sekuat tenaga, Wan-tianglo sekuat tenaga
mengejar tapi tidak bisa mengurangi jarak. Wan-tianglo malah
semakin senang mengejar dia. Dia percaya kalau terus mengejarnya
bisa membuatnya terkejut dan bisa menangkapnya untuk dibawa ke
Sian-tho-kok agar setiap hari bisa berlatih ilmu silat dengannya.
Orang ini haus akan ilmu silat bahkan seperti gila.
Hen-lo-sat terus berlari sampai tiba satu sisi jurang baru
berhenti.
Jurang ini tegak lurus seperti ditepis. Melihat ke bawah tidak
terlihat dasarnya dan juga dipenuhi kabut. Wan-tianglo mengejar
hingga ke sini, dia ikut berhenti dan melihat ke bawah. Dia tertawa:
"Di depan sudah tidak ada jalan lagi, apakah kau masih bisa
kabur?"
Hen-lo-sat hanya melihat ke dasar jurang.
"Tidak perlu melihat lagi, aku sendiri juga tidak sanggup turun
ke sana. Apakah kau sanggup turun? Dengarkan aku, ikutlah
denganku kembali ke Sian-tho-kok. Tapi kalau kau ingin bertarung
denganku, sampai mengakui kalau kau kalah, baru mau ikut
denganku pergi pun tidak apa!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 183
Sambil tertawa dia terus maju. Baru satu langkah, Hen-lo-sat
sudah meloncat ke atas lalu terjun ke dasar jurang.
Wan-tianglo tidak bisa menghalanginya bahkan memanggilnya,
tidak ada tanggapan. Ingin ikut terjun tapi saat melihat ke bawah
dia segera kembali. Dia terus meloncat-loncat di sana karena tidak
ada cara lain.
"Orang yang belajar ilmu silat sulit mendapatkan kesempatan
ini. aku akan memberitahu kekurang annya, mengapa kau begitu
takut padaku?"
Kalau dia mengerti dia tidak akan terus memaksa orang lain
bertarung dengannya, sampai dikurung siang dan malam.
Dengan kemampuan ilmu silatnya sekarang, ingin mencari
seorang pesilat yang bisa menemaninya hingga membuatnya puas
memang tidak mudah. Yang tua dia tidak tertarik, sedikit banyak
dia masih ada pengaruh mendidik generasi muda, Untuk generasi
muda dia tertarik pada Wan Fei-yang, kemudian berikutnya Siau
Cu. Pada Su Yan-hong tidak tertarik, dia merasa Su Yan-hong lebih
tua sedikit tapi tidak cocok dengan nya yang bersifat semaunya.
Setelah berputar-putar melihat ke dasar jurang, akhirnya dia
menggelengkan kepala:
"Benar-benar tidak tahu diri. Sudahlah, untung aku masih
memiliki Siau Cu!"
Terpikir pada Siau Cu tiba-tiba dia bengong: "Wah! Kalau Siau
Cu yang kukurung ditemukan Su Yan-hong, dia pasti akan
menyelamatkannya. Apakah Su Yan-hong berani melakukan itu?
Aku rasa dia tidak berani? Kalau berani, awas nanti!"
Karena itu dia berteriak dengan aneh dan bersalto, dia segera
kembali ke kuil.
158-158-158Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 184
Tempatnya begitu tinggi meloncat turun benar-benar sangat
berbahaya. Tapi asalkan mempunyai ilmu tinggi, bereaksi cepat,
belum tentu akan mati. Yang penting harus mempunyai keberanian.
Pastinya Hen-lo-sat tidak pernah merasa takut. Karena pengaruh
obat, keadaan dalam bahaya kemampuan tubuhnya bisa
dikeluarkan semua.
Dari ketinggian ribuan meter meloncat turun ke dasar jurang,
tidak membuatnya terluka. Hanya baju dan tubuhnya tergores di
beberapa tempat.
Sekarang dia berada di dasar jurang.
Cia Soh-ciu, Kiang Hong-sim lama baru menemukannya. Melihat
keadaan dia, Kiang Hong-sim terkejut:
"Benar-benar sulit dipercaya bisa seperti ini!"
"Siapa yang bisa percaya, seseorang berani meloncat dari
ketinggian seperti ini!" Seru Cia Soh-ciu.
"Pantas Wan-tianglo tidak berani meloncat turun!"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang aneh itu memang aneh, kelakuannya tidak masuk akal
tapi dia masih punya rasa peri kemanusiaa. Hen-lo-sat sama sekali
tidak ada rasa itu!" Entah apa yang dipikirkan Cia Soh-ciu, dia
menarik nafas panjang.
"Kali ini Su Yan-hong sangat beruntung, lain kali tidak akan
seberuntung seperti sekarang ini!" Ucap Kiang Hong-sim dengan
dingin.
Cia Soh-ciu hanya tersenyum. Mengenai hal membunuh Su Yanhong, dia merasa tidak tenang, setelah terjadi hal ini dia malah
merasa tenang.
159-159-159
Sekarang Wan-tianglo marah besar. Kurungan kayu dipukulnya
sampai hancur.
"Bocah itu kabur lagi? Tidak ada orang yang bisa kabur dariku
sampai 2 kali. Kalau tertangkap lagi, awas kau!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 185
Setelah ribut sendiri, terpaksa dia meninggalkan tempat itu.
160-160-160
Pikiran Siau Cu sebenarnya tidak tenang. Setelah mendengar
Tiong Toa-sianseng terbunuh, orang yang dicurigai membunuh
Tiong Toa-sianseng adalah teman baiknya Lu Tan. Walaupun bisa
kabur dari Wan-tianglo tapi pikirannya kacau.
Dia menjadikan Tiong Toa-sianseng sebagai guru dan ayah
angkat semua karena Beng-cu, dia mempunyai perasaan lebih
dalam kepada Lam-touw. Tapi terhadap Tiong Toa-sianseng, dia
sangat menghormatinya.
Dia tidak percaya kalau pelakunya adalah Lu Tan. Walaupun
berteman dengan Lu Tan belum begitu lama tapi melihat kelakuan
seorang Lu Tan, dia sangat tahu dengan jelas. Sedangkan pada
orang-orang Bu-tong-pai, dia tidak menaruh perasaan tidak suka,
yang pasti semua karena Wan Fei-yang.
Su Yan-hong mengerti perasaannya, hanya saja tidak tahu harus
bagaimana menjelaskan semuanya. Sebenarnya Su Yan-hong pun
sedang tidak enak hati.
Siau Cu tidak tahu sekarang dia akan dibawa ke mana jadi dia
menurut apa yang dikatakan Su Yan-hong, mengikutinya kembali
ke An-lek-hou.
Teringat pada rumah, Su Yan-hong pasti ingat pada putri
kesayangannya!
161-161-161
Ih-lan adalah anak yang sangat pengertian, tapi dia masih kecil.
Bila rindu pada ayahnya, dia selalu rewel.
Pelayan Siau-cui dengan segala daya upaya berusaha membuat
Lan-lan senang.
Kali ini Siau-cui berpura-pura mengeluarkan suara mirip Su
Yan-hong:
"Lan-lan, puisi Hoa Bok-lan yang kemarin Ayali ajarkan, apakah
telah kau mengerti?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 186
Lan-lan tidak menoleh lagi dan langsung menjawab; "Aku tidak
mengerti!"
"Tidak mengerti tidak apa-apa. Ilmu silat yang Ayah ajarkan
kemarin, apakah perlu Ayah peragakan sekali lagi?"
"Tidak mau!" Jawab Lan-lan makin dingin.
Siau-cui membenarkan suaranya baru berkata lagi:
"Lan-lan..."
Akhirnya Lan-lan menoleh:
"Suaramu sama sekali tidak mirip dengan suara ayah, begitu
mendengarnya aku sudah tahu!"
"Kalau begitu, apa yang bisa membuatmu senang?" Tanya Siaucui dengan tertawa kecut.
"Aku menginginkan Ayah di sini!"
"Hou-ya belum pulang, mungkin beliau akan cepat pulang!"
"Kau berbohong! Cepat cari ayali, suruh dia pulang!' Siau-cui
menggelengkan kepala:
"Apa pun bisa aku lakukan, tapi yang ini tidak bisa!"
"Kalau begitu, beritahu padaku, ayah ada di mana?"
"Aku pun tidak tahu!"
Ih-lan menangis. Siau-cui serba salah dan me-nasehatinya:
"Lan-lan yang baik, Lan-lan, dengar..."
"Tidak mau! Ayali tidak sayang pada Lan-lan, sudah pergi lama
tidak kembali untuk menengok Lan-lan!" Ih-lan menangis dan
bersedih kembali.
Sewaktu Siau-cui tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, dari
sudut matanya dia melihat Su Yan-hong membawa Siau Cu masuk.
Saat dia mau memanggil Lan-lan, Su Yan-hong sudah memberi
isyarat agar dia diam dulu.
Siau-cui segera mengerti dan dia pun ke pinggir. Su Yan-hong
berhenti di belakang Lan-lan lalu mengelus-elus rambutnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 187
Ih-lan malah mendorong tangan ayahnya, sambil memangis:
"Pergilah..."
"Sampai ayahmu pun diusir, baiklah Ayah akan pergi saja!"
Ih-Ian terpaku sejentik dan menoleh, berteriak:
"Ayah..." Dia masuk ke dalam pelukan Su Yan-hong.
"Lan-lan..." Su Yan-hong memeluknya erat- erat.
Setelah selesai menangis, Ih-lan baru mengomel:
"Ayah pergi lama baru kembali. Ayah sudah tidak peduli lagi
pada Lan-lan..."
"Ayah membawa seorang teman baik dan menengokmu, coba
tebak siapakah dia?"
Karena pendangan Lan-lan terhalang oleh Su Yan-hong dia tidak
bisa melihat Siau Cu. Lan-lan menggelengkan kepala:
"Aku tidak bisa menebaknya!"
"Benarkah kau tidak bisa?" Siau Cu bersalto keluar dan berdiri
dengan kaki di atas di depan Lan-ian.
"Siau Cu koko..." Ih-lan senang dan menghampiri Siau Cu.
Siau Cu masih terus bersalto, kadang-kadang berada di atas meja
atau kursi. Ih-lan tidak bisa menangkapnya dia berteriak:
"Ayah! Lihat dia nakal, meloncat ke sana sini!"
Siau Cu sudah berada di belakangnya dan menggendongnya.
Ih-lan segera menangkapnya:
"Kau pernah berjanji akan membawaku ke Sin-sa-hai!"
"Hal itu sudah lama tapi kau masih mengingatnya?"
"Aku pasti akan terus mengingatnya!"
"Baik, nanti aku akan membawamu jalan- jalan!"
Tiba-tiba Lan-lan teringat sesuatu, bertanya: "Ayah, mana Bibi
Hiong?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 188
Su Yan-hong terpaku. Lan-lan bertanya lagi: "Mengapa Bibi
Hiong tidak datang menengok ku? Ayah, Lan-lan ingin bertemu Bibi
Hiong! Ingin bertemu Bibi Hiong!"
Su Yan-hong tidak bisa menjawab. Siau Cu dengan cepat
menjawab:
"Apakah Lan-lan tidak mau melihat Siau Cu lagi?"
"Siau Cu juga mau!"
"Bibi Hiong ada keperluan, dia tidak bisa datang bersama kami.
Siau Cu dulu yang datang baru nanti Bibi Hiong!"
"Boleh..." Lan-lan melihat Su Yan-hong, tiba-tiba bertanya,
"apakah Ayah sudah membuat Bibi Hiong tidak senang jadi dia tidak
mau datang menengok Lan-lan?"
"Tidak seperti itu!"
"Hou-ya, Oh, Suheng, aku akan membawa Lan-lan jalan-jalan!"
Ujar Siau Cu.
"Baik... aku pun akan ke istana!"
Kaisar berada di kamar cinta. Su Yan-hong tahu kalau Kaisar
berada di sana. Dia menarik nafas panjang:
"Gunung dan sungai bisa berubah arah, tapi tidak dengan sifat
manusia. Dulu Kaisar senang menghabiskan hari-harinya dengan
perempuan, seka rang pun sama."
Thio Gong berada di luar kamar. Melihat Su Yan-hong datang,
dia segera menyapa.
"Apa kabar, Thio-kongkong?" Sapa Su Yan-hong. "semenjak aku
meninggalkan istana, apakah teijadi hal yang sangat istimewa?"
"Tidak ada yang istimewa, hanya saja..." Dia tidak melanjutkan.
"Apakah ini mengenai Baginda?"
"Baginda dalam keadaan baik!" Thio Gong ingin mengatakan
sesuatu tapi tidak jadi. Dia membawa Su Yan-hong berjalan ke
depan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 189
Su Yan-hong tidak bertanya lagi. Dia juga mengerti maksud Thio
Gong yaitu aku tidak perlu memberitahumu setelah kau melihatnya
kau akan tahu sendiri.
Sesampainya di depan Ceng-in-tian, Su Yan-hong melihat 2
hweesio Tibet sedang berjaga di kiri dan kanan pintu. Kedua
hweesio itu tidak tahu siapa Su Yan-hong, mereka tidak
menghentikannya, hanya memberi isyarat tangan menyuruhnya
masuk.
Su Yan-hong merasa aneh. Tapi langkahnya tidak berhenti
sampai di dalam kamar. Dia semakin merasa aneh.
Ceng-en-tian didekorasi ulang, di mana-mana terdapat patung
Budha yang sedang tertawa. Di atas sebuah panggung yang terbuat
dari kayu wangi, tampak Kaisar sedang duduk bersila. Sikapnya
terlihat aneh. Kedua matanya dipejamkan, seperti sedang ber latih
ilmu tenaga dalam.
Su Yan-hong bersujud, 3 kali berteriak Ban-sui (panjang umur).
Kaisar baru membuka matanya. Setelah melihat Su Yan-hong yang
datang, beliau melayangkan tangan menyuruhnya duduk di sisi dan
dia kembali memejamkan mata untuk bersemedi.
Su Yan-hong terpaksa menunggu.
Tidak lama kemudian Kaisar baru menghembuskan nafas
panjang. Dia berdiri dan turun dari panggung kecil itu, sambil
berkata:
"Mengapa begitu lama baru tiba? Apakah kau tahu kalau aku
selalu khawatir?"
"Baginda..."
Kalimat berikutnya segera dipotong:
"Kalau sudah kembali, tidak perlu mengatakan apa-apa lagi!"
"Aliran rahasia Koksu (Penasehat negara) benar-benar luar
biasa, sekarang tubuhku terasa sangat nyaman!"
"Koksu?" Mata Su Yan-hong mencari-cari.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 190
"Dia adalah Thian-ho Sangjin, aku mengundangnya dari Tibet.
Ceng-in-tian ini dia yang mendekorasinya, apakah kau merasa
semua ini sangat istimewa?"
"Memang berbeda dengan yang dulu!"
"Thian-ho Sangjin adalah pesilat nomor 1 dari aliran rahasia.
Orang-orang sana menganggapnya Budha hidup!"
"Benarkah seperti itu?" Dalam bayangan Su Yan-hong tidak ada
orang seperti itu.
Kaisar segera berpesan kepada Thio Gong:
"Persilahkan Thian-ho Sangjin kemari untuk bertemu dengan
An-lek-hou yang sudah kuanggap tangan kiri dan kananku."
Thio Gong pergi. Kaisar berkata lagi:
"Thian-ho Sangjin tidak hanya berilmu tinggi, apalagi dia pandai
meracik obat. Aku sangat menyukainya karena dia mempunyai
teknik ini aku mengundangnya datang!"
162-162-162
Tidak lama kemudian, Thian-ho Sangjin tiba. Dia digotong oleh
4 perempuan suku Tibet. 4 perempuan suku Tibet, bentuk tubuh
dan wajahnya sangat bagus. Apalagi daya tariknya sangat tidak
biasa.
Kaisar melihat semua itu dengan senang. Setelah keempat
perempuan itu menurukan Thian-ho Sangjin, mereka segera
menghampiri ke sisi Kaisar. Walaupun ada Su Yan-hong di sisi
Kaisar, tapi dia tetap memeluk mereka.
Empat orang gadis Tibet itu seakan tidak melihat ada orang di
sana, dengan genit mereka memeluk Kaisar. Thio Gong melihat
mereka, lalu melihat Su Yan-hong, mengangkat bahunya.
Thian-ho Sangjin berpenampilan seperti seorang Hweesio Tibet,
wajahnya tenang dan terlihat baik, usianya sekitar 50-60 tahun. Dia
duduk bersila sambil memejamkan mata juga memegang tasbih.
Begitu diturunkan oleh 4 gadis Tibet itu, dia baru membukaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 191
matanya, dia melihat ke seluruh kamar, sorot matanya seperti kilat
seakan ingin menusuk ke hati setiap orang di sana.
Sewaktu pandangan Su Yan-hong bentrok dengan sorot mata ini,
hatinya juga bergetar.
Setelah memberi hormat kepada Kaisar, dia baru mengawasi Su
Yan-hong. Kaisar belum bicara, dia sudah tertawa:
"Ini pasti An-lek-hou yang sering Baginda ceritakan. Apa kabar,
Hou-ya..."
"Koksu, apa kabar?"
"Obat dan vitamin yang kau buat sudah mencapai tahap mana?"
Tanya Kaisar.
"Sudah selesai, tinggal Baginda meminumnya di Bok-in-tian!"
"Baik, aku akan mencoba vitamin yang dibuat oleh aliran
rahasia. Apakah benar itu memang misterius seperti yang dikatakan
orang-orang?" Ucap Kaisar dengan senang.
"Vitamin apa yang Koksu buat?"
"Itu vitamin komplit. Bahan utamanya adalah Ci-ho-ce,
ditambah dengan..."
"Benarkah Ci-ho-ce itu adalah **?"
"Benar! Bahan ini tidak sulit didapat tapi harus dicampur dengan
72 macam organ dalam burung dan unggas, baru ada khasiatnya.
Setelah memakannya bisa menguatkan tubuh. Tubuh dari kondisi
lemah bisa menjadi kuat, masih ada khasiat lain juga," Thian-ho
Sangjin sangat senang.
Wajah Su Yan-hong terlihat tidak suka:
"Koksu, orang-orang menyebut Anda Budha hidup, terhadap
kitab suci pasti Anda menguasainya dengan baik."
"Benar!"
"Aku ingin tanya, larangan pertama apa?"
"Dilarang membunuh makhluk hidup!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 192
"Mengambil Ci-ho-ce dan mengambil organ dalam burung serta
unggas untuk membuat vitamin, apakah Koksu tidak melanggar
larangan pertama?"
Thian-ho Sangjin terpaku lalu tertawa:
"Baginda adalah anak Tliian. Jika beliau sehat dan panjang umur,
itu adalah kebahagiaan semua rakyat. Aku mengabdi pada Baginda,
semua menjadi pembicaraan lain."
"Karena Baginda adalah orang terhormat dan menyangkut
keselamatan negara serta rakyat, jangan mencoba-coba obat-obatan
yang belum diketahui dengan pasti khasiatnya!"
"Maksud Hou-ya, obat yang kubuat itu jelek dan tidak ada
kebaikannya?"
"Kaisar dari dinasti terdahulu selalu celaka karena obat-obatan.
Pengalaman ini harus kita jadikan yang utama!" Nada bicara Su
Yan-hong bertambah berat.
Akhirnya Thian-ho Sangjin tersenyum, tapi Kaisar malah
tertawa terbahak-bahak:
"Ada 2 orang yang begitu memperhatikanku, benar-benar
keberuntunganku!" Lalu dia berkata pada Su Yan-hong, "mengenai
memakan obat, aku tahu batas kelayakannya. Kau tidak perlu
merasa khawatir!"
Su Yan-hong menggelengkan kepala:
"Maafkan hamba, terus terang saja di istana ada 300 orang tabib,


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua menguasai ilmu per-tabiban yang bagus. Bila Baginda ingin
vitamin, bisa memesan kepada mereka untuk membuatkannya!"
"Maksud Hou-ya, teknik ketabiban mereka lebih tinggi dariku?"
"Ilmu tabib di Tionggoan dari setiap generasinya selalu ada yang
paling berbakat!"
"Sayang Hou-ya tidak menguasai ilmu perta-biban, kalau tidak,
kita bisa bersaing dalam ilmu ini!"
"Memang disayangkan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 193
"Tapi ilmu silat Hou-ya nomor 1 di ibu kota!"
Su Yan-hong masih ingin mengatakan sesuatu, Kaisar sudah
menyela:
"An-lek-hou adalah pesilat tangguh Kun-lun. Di dunia persilatan
dia sangat terkenal!"
"Kalau begitu, aku harus mencobanya. Harap Baginda
menurunkan perintah!"
"Kalau Koksu bermaksud seperti ini, aku pasti akan
menemanimu!"
Tiba-tiba Kaisar melayangkan tangan:
"Kalian berdua adalah orang yang kupercaya, untuk apa karena
sedikit masalah membuatku sulit!"
"Kami tidak berani..." Su Yan-hong dan Thian-ho Sangjin
bersama-sama menjawab.
"Kalau begitu, kita bersama-sama pergi ke Bok-in-tian!" Dengan
satu tangannya Kaisar menarik satu perempuan lalu berjalan
keluar.
163-163-163
Vitamin tetap dimakan Kaisar. Empat orang perempuan cantik
dari Tibet itu segera memijat Kaisar. Sambil menikmati obat
penambah stamina itu, Kaisar bertanya kepada Su Yan-hong:
"Apakah kau tahu mengapa aku menyuruhmu pulang?"
"Belakangan ini di sekitar pesisir pantai datang orang Jepang..."
"Itu hanya masalah kecil!" Akhirnya Kaisar berkata, "ada surat
rahasia dari Ong-souw-jin. Katanya sewaktu dia di Lam-khia, Lingong tidak mau bekerja sama dengannya, malah selalu menciptakan
kesulitan baginya!"
Su Yan-hong terdiam. Kemudian Kaisar berkata lagi:
"Masih ada 2 berita lagi. Putra Ling-ong kembali dari Jepang, dia
membawa sekelompok orang Jepang dan orang-orang ini berilmu
tinggi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 194
"Tentang hal ini aku sudah tahu!"
"Di Tionggoan banyak pesilat tangguh, tapi Cu Kun-cau pergi ke
Jepang belajar ilmu silat di sana, bukankah ini sangat aneh?"
"Mungkin ilmu silat dari Jepang memiliki keistimewaan."
"Menurutku, tidak sesederhana itu. Menurutku Ling-ong
bersekongkol dengan orang Jepang!"
Su Yan-hong terpaku, dia teringat pada kata-kata Siau Sam
Kongcu saat mau pergi. Kaisar berkata lagi:
"Kali ini aku menyuruhmu kembali karena aku ingin kau
menemaniku pergi ke Kang-lam!"
"Baginda ingin ke Kang-lam?" Su Yan-hong terpaku.
"Aku ingin menikmati pemandangan Kang-lam untuk mencari
tahu tindakan Ling-ong seperti apa."
"Kang-lam adalah daerah kekuasaan Ling-ong, jika Baginda ke
sana itu terlalu berbahaya!"
"Menurutmu aku harus bagaimana?"
"Lebih baik Baginda diam dulu, biar dia merenggangkan
penjagaannya. Sambil menyuruh Ong-souw-jin mengawasinya
dengan ketat. Begitu kesempatan tiba kita baru menjala semuanya."
Kaisar tampak berpikir sebentar, lalu mengangguk.
Kata Su Yan-hong lagi:
"Baginda benar-benar sangat teliti!"
"Kau bicara seperti itu lagi. Semenjak kau meninggalkan ibu
kota, hidupku tidak bersemangat. Sekarang kau sudah kembali kau
bisa setiap hari datang ke istana, bisa melatih ilmu silatku agar
tulang dan otot-ototku bisa bergerak lagi!"
"Untuk ini..."
"Ada apa? Katakan saja, tidak usah sungkan!"
"Masih ada satu hal yang belum selesai, aku harus meninggalkan
ibukota lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 195
"Apakah ini menyangkut masalah dunia persilatan?"
"Benar! Kalau tidak dibereskan dengan baik, aku takut akan
terjadi musibah besar di kemudian hari."
Kaisar menarik nafas:
"Aku benar-benar tidak mengerti. Menjadi kaya dan mulia tidak
kau pedulikan, tapi mengurusi masalah dunia persilatan kau sangat
bertanggung jawab."
"Kebaikan Baginda kepada hamba, hamba sangat berterima
kasih karenanya, hamba tidak berani meminta apa-apa lagi."
Kaisar menggelengkan kepala:
"Masing-masing manusia memiliki cita-cita, aku tidak berani
memaksa. Begitu selesai masalah dunia persilatan, cepatlah kembali
ke ibu kota."
Pastinya Su Yan-hong setuju.
164-164-164
Su Yan-hong meninggalkan Bok-ji-tian. Dua Hweesio Tibet
menyusulnya. Dengan sikap hormat mereka menyerahkan sepucuk
surat kepadanya.
Surat itu ditulis oleh Thian-ho Sangjin. Kalimatnya pun sangat
sungkan, tapi mengundang Yan-hong pergi ke bagian timur kota
untuk bertemu dan berharap Su Yan-hong bisa memberikan
beberapa petunjuk kepadanya.
Su Yan-hong tidak menolak. Dia menyuruh 2 hweesio itu
menyampaikan balasannya kepada Thian-ho Sangjin, dia pasti akan
datang tepat waktu. Dalam hati dia ingin mengalahkan Thian-ho
Sangjin agar dia tahu kalau dunia persilatan Tionggoan tidak
sesederhana yang dia pikirkan.
Dia pun mengerti Thian-ho Sangjin juga bermaksud seperti itu.
Orang-orang menyebutnya Budha hidup, dia juga diundang ke
istana, itu karena dia bukan pesilat biasa.
Tapi dia percaya bisa mengalahkan Thian-ho Sangjin.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 196
165-165-165
Setelah meninggalkan istana, sengaja dia datang ke Sin-sa-hai
dan berharap bisa bertemu dengan Ih-lan dan Siau Cu.
Harapannya terkabul, dia bertemu dengan Siau Cu dan Ih-lan.
Terlihat Siau Cu menggendong Ih-lan dan berlari dengan cepat.
Tiba-tiba dicegat oleh Su Yan-hong, Siau Cu hampir berteriak
karena terkejut. dia membalikkan tubuh siap berlari.
"Apa yang terjadi?"
"Kata Siau Cu Koko, dia melihat ada binatang aneh. Aku juga
melihatnya, tapi aku tidak merasa kalau itu menakutkan!"
"Wan-tianglo?" Su Yan-hong coba-coba bertanya.
"Orang aneh itu bisa lari ke mana dia mau!" Siau Cu menarik
nafas, "untung aku melihat dia jadi aku bisa lari. Kalau tidak, akan
repot!"
"Mungkin dia datang karena mengejarmu. Menurutku, apakah
lebih baik sementara ini kau tinggal di Hou-hu."
"Satu-satunya harapanku adalah dia bosan tinggal di ibu kota
dan dengan cepat meninggalkan ibu kota!"
166-166-166
Sesampainya di An-lek-hou dan tahu kalau Su Yan-hong akan
bertarung dengan Thian-ho Sangjin, Siau Cu sama sekali tidak
merasa khawatir dengan ilmu silat Su Yan-hong.
Di istana, Thian-ho Sangjin telah melaporkan hal ini kepada
Kaisar. Kaisar mendukung tindakannya. Beliau hanya berkata:
"Bila membandingkan, ilmu silat Tionggoan dengan ilmu silat
aliran rahasia, bagaimana menurutmu?"
"Ilmu silat Tionggoan sudah lama dan sudah diwariskan turun
temurun, luas, dan sangat dalam. Hanya sayangnya hubungan antar
perkumpulan tidak erat dan masing-masing sangat egois. Boleh
dikatakan sekarang lebih buruk dibandingkan dulu. Sedangkan
aliran rahasia ini, walaupun hanya ada satu Tai-jiu-im (Telapak
tangan besar) yang sangat terkenal, tapi terus berubah dan berubah,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 197
sekarang sudah berada di puncaknya. Boleh dikatakan sanggup
menguasai dunia!" Waktu Thian-ho Sangjin mengatakan kalau ilmu
silat Tionggoan bagus, tapi sewaktu mengatakan aliran rahasia,
kesombongannya muncul dan di dunia ini sepertinya hanya aliran
rahasia nomor 1.
"Pertarungan yang terjadi malam ini berarti kemenangan sudah
ada di tanganmu?" Tanya Kaisar.
"Hamba yakin pasti bisa menang!"
"Bagaimana jika kalah?"
"Hamba segera meninggalkan Tionggoan!"
"Jika kau menang?"
"Apakah harus An-lek-hou yang mengakui ilmu silat Tionggoan
tidak sebagus aliran rahasia? Atau ada maksud lain dari Baginda..."
"Ikuti kemauanmu!" Kaisar tertawa, "aku ingin mengambil
kesempatan ini mengikis kelebihan An-lek-hou!"
"Hamba pasti tidak akan lupa pada titipan Baginda!"
"Hanya ada satu yang harus kau ingat!"
"Silakan katakan, Baginda."
"Malam ini kau menang atau kalah, An-lek-hou tidak boleh
terluka sedikit pun!"
"Baginda..." Wajah Thian-ho Sangjin terlihat seperti sulit
menyanggupi.
"Ini perintahku, apakah kau tidak sanggup melakukannya?"
"Keinginan Baginda pasti akan kuturuti!"
"Dunia ini belum tenang, An-lek-hou masih dibutuhkan!"
Kalimat ini tidak diucapkan oleh Kaisar. Setelah melewati masa
pemberontakan Liu Kun, Kaisar mulai mengerti pembicaraanpembicaraan yang tidak selalu harus diucapkan semua di depan
orang-orang, walaupun lawannya adalah orang setia.
Pastinya Thian-ho Sangjin tidak bisa mengerti maksud Kaisar.
167-167-167Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 198
Malam itu, Su Yan-hong tepat waktu tiba di bagian timur kota.
Di sekeliling sana sangat sepi suara kuda berlari terdengar dengan
jelas.
Dia tidak terpikir ada yang datang dan lebih tidak terpikir lagi
orang yang datang adalah Wan-tianglo, Wan-tianglo berbaring di
atas sebuah pohon besar. Dia dikejutkan oleh suara kuda berlari. Hal
ini membuatnya marah. Beberapa hari dia mencari Siau Cu tapi
tidak berhasil menemukannya, hatinya jadi tidak enak. Saat dia
melihat ke bawah, di bawah dengan bantuan sinar bulan, dia
melihat dengan jelas yang datang adalah Su Yan-hong. Dari marah
berubah dia menjadi senang.
Saat Su Yan-hong melewati pohom itu, Wan-tianglo segera turun
dari pohon. Dia tertawa:
"Bertemu denganmu pasti akan bertemu dengan Siau Cu!"
Dia mengejarnya ke sana. Menurut kemampuan ilmu
meringankan tubuhnya, bila ingin mengejar Su Yan-hong, bukan
hal yang sulit. Tapi karena dia berniat menguntitnya maka dia harus
menjaga jarak.
(Bersambung Jilid ke-4)Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 1Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para
pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media
diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,
maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari
kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek
buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari
buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor E-BookLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 2
LEGENDA
PENDEKAR ULAT SUTRA
Pengarang : Huang Ying
Terjemahan : Liang YL.
Pustaka Koleksi : Gunawan Aj.
Image Sources : Awie Dermawan
Ebook PDF : yoza
@ Nov, 2018, Kolektor E-Book
PENERBIT :
CV. Tunas Mandiri Jaya
2012Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 3
Legenda
Pendekar Ulat Sutra
Pengarang : Huang Ying
Jilid Ke Empat
HIAN-HO SANGJIN dan 4 orang hweesio Tibet
menunggu di lapangan. Melihat Su Yan-hong datang, dia
segera turun dari kudanya untuk menyambut kedatangan
Su Yan-hong.
"Hou-ya benar-benar orang yang menepati janji!"
"Koksu pun demikian."
"Melihat Hou-ya, hatiku baru tenang!"
"Koksu takut aku tidak menepati janji?"
"Orang yang menepati janji denganku tidak banyak!"
"Sebelumnya tidak ada seorang pun yang tidak berani menepati
janji denganku! Koksu bertarung denganku seorang diri atau
berlima sekali gus?"
Thian-ho Sangjin melayangkan tangan. Empat hweesio itu
segera mundur dengan cepat. Dia merangkapkan kedua telapaknya
dan berkata:
"Silakan, Hou-ya!"
"Silakan, Koksu..." Su Yan-hong siap bertarung.
"Kun-lun terkenal dengan ilmu pedangnya, aku ingin belajar
ilmu pedang Hou-ya!"
"Dengan hormat aku akan menuruti perintah!"
"Pedang yang bagus!" Thian-ho Sangjin memuji.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 4
"Mana senjata Koksu?"
"Di sini!' Thian-ho Sangjin melayangkan kedua telapaknya.
Tenaga dalamnya sudah dikerahkan keluar.
Baju Su Yan-hong berkibar, dia sadar lawan sedang
memamerkan kekuatannya, memang tenaga dalamnya sangat
besar.
Thian-ho Sangjin membentak. Dia segera men dekat. Sepasang
telapaknya mulai menyerang Su Yan-hong. Jurusnya sangat
sederhana tapi sangat efektif. Pedang panjang Su Yan-hong sudah
dikeluarkan. Di saat menyerang ada bertahan, di saat bertahan ada
serangan balik.
Hanya sebentar ratusan jurus sudah berlalu. Tiba-tiba Thian-ho
Sangjin mundur sejauh 3 tombak. Su Yan-hong tidak mengejarnya.
Saat ingin mengucapkan sesuatu, baju Thian-ho Sangjin bergerak


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa ada hembusan angin. Kedua telapaknya berubah warna
menjadi kuning keemasan muda lalu membesar.
Su Yan-hong segera berkata:
"Tai-jiu-im..."
"Benar, ini adalah Tai-jiu-im!" Thian-ho Sangjin mendekat,
sepasang telapaknya saling beradu dan mengeluarkan suara mirip
dengan dentingan besi. Dia mulai menyerang Su Yan-hong.
Liong-im-kiam milik Su Yan-hong sangat keras dan kuat. Thianho Sangjin berusaha agar sepasang telapak tangannya tidak bentrok
dengan Liong-im-kiam. Setelah beberapa saat diserang, Su Yanhong terpaksa mundur sejauh 3 depa.
Thian-liong-pat-sut segera diperagakan oleh Su Yan-hong. Dia
bersalto di tengah-tengah udara ini merupakan sebuah ilmu
andalan. Thian-ho.Sangjin dalam kurun waktu sangat pendek tidak
bisa melihat perubahan yang terjadi. Dia juga terganggu oleh Liongim-kiam terpaksa dia mundur.
Tai-jiu-im milik aliran rahasia mempunyai kekuatan besar.
Beberapa kali serangan Su Yan-hong tertahan. Kesempatan iniLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 5
digunakan oleh Thian-ho Sangjin, dia mengambil celah yang ada
pada Thian-liong-pat-sut dan menyerang kembali.
Thian-ho Sangjin terus maju. Karena Su Yan-hong kehilangan
kesempatan dia hanya bisa mundur. Dia sadar seperti apa tajamnya
Liong-im-kiam kalau tidak, akan mempermalukan dirinya sendiri.
Ilmu silat Thian-ho Sangjin benar-benar berada di atasnya. Tapi dia
percaya bisa bertahan hingga 700 jurus. Bila tenaga dalam Thianho Sangjin mulai melemah, dia masih memiliki kesempatan
menyerang balik.
Yang pasti bila ingin bertahan sampai 700 jurus, itu akan sangat
melelahkan.
Thian-ho Sangjin seperti bisa membaca pikir-Oan Su Yan-hong.
Jurusnya berubah dari cepat menjadi pelan. Dia hanya menunggu
celah yang timbul untuk merobohkan lawan.
Ilmu silatnya tidak hanya begitu saja. Tai-jiu-im hanya
dikeluarkan sebesar 80%. Dia takut bila mengeluarkan hingga
100% akan lepas kendali dan melukai Su Yan-hong. Waktu itu dia
tidak tahu harus mengatakan apa kepada Kaisar.
Akhirnya Su Yan-hong tahu kalau tenaga Thian-ho Sangjin
belum keluar secara maksimal. Walaupun tidak tahu apa sebabnya
tapi dia tetap kagum dengan ilmu silat Thian-ho Sangjin.
Mundur dan mundur, semakin merasa lelah tiba-tiba ada 2 pir
terbang datang menghampirinya. Dia tahu Wan-tianglo datang
untuk ikut campur. Dia tetap menghembuskan nafas lega.
Dua buah pir itu terbang ke belakang kepala Thian-ho Sangjin.
Tapi kepala bagian belakang Thian-ho Sangjin seperti memiliki
mata, tangan kirinya dibalik, 2 buah pir itu sudah hancur ditepisnya.
Dia membentak:
"Siapa?"
Wan-tianglo turun dengan bersalto seperti datang dari langit. 4
orang hweesio Tibet itu ingin menghadangnya tapi hanya dengan
beberapa pukulan, mereka sudah terguling.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 6
Su Yan-hong mengambil kesempatan ini berhenti. Thian-ho
Sangjin tidak mengejar. Matanya berputar lalu melihat Su Yanhong:
"Kau membawa orang untuk membantu?"
"Tidak! Tapi kedatangan orang ini akan membuatmu repot!"
"Siapakah dia?"
"Wan-tianglo..."
Thian-ho Sangjin terpaku. Sedikit banyak dia tahu orang ini:
"Apakah benar dia Wan-tianglo?"
"Asli! Bukan palsu!" Wan-tianglo mencengkeram Su Yan-hong,
"kau pilih bertarung dengan orang lain tapi tidak mau denganku.
Benar-benar tidak tahu balas budi!"
Su Yan-hong tertawa kecut. Dia tidak membela diri. Wan-tianglo
bertanya lagi:
"Apakah kau yang menyelamatkan Siau Cu? Sekarang di mana
kau sembunyikan dia?"
Su Yan-hong belum menjawab, Wan-tianglo sudah melihat
Thian-ho Sangjin.
"Hweesio, kau kelihatannya mempunyai ilmu tinggi, aku sulit
menemukan orang seperti dirimu, bagaimana jika kita bermainmain dulu beberapa jurus?"
Dia melepas tangan dan mendorong Su Yan-hong ke samping,
langsung melambaikan tangan kepada Thian-ho Sangjin.
Thian-ho Sangjin menggelengkan kepala:
"Pertarungan ini adalah antara aku dan An-lek-hou dan sangat
penting. Setelah di antara kami ada yang menang, baru bisa
bertarung denganmu!"
Wan-tianglo menggelengkan kepalanya. Deng an sikap berharap
belas kasihan dia berkata:
"Lo-seng, kau harus tahu, begitu melihat pesilat tangguh,
kepalanku langsung gatal. Gatal hingga masuk ke sumsum tulang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 7
Aku merasa sangat tersiksa, lebih baik kita bertarung dulu. Bila aku
puas, dua kepalanku tidak akan gatal lagi, baru bertarung dengan
An-lek-hou!"
"Di mana aturan seperti ini?"
"Jangan bicarakan peraturan!" Tiba-tiba Wan-tianglo berpikir
aneh, "kalau kau tidak suka bertarung di sini, kau bisa ikut
denganku kembali ke Sian-tho-kok. Di sana tempat yang bagus, aku
jamin kau pasti suka!"
Thian-ho Sangjin belum menjawab, dia sudah berkata lagi:
"Kalau ada beberapa pesilat tangguh berada di sana, aku akan
sangat senang!"
"Lebih baik cepat tinggalkan tempat ini!" Bentak Thian-ho
Sangjin.
"Mengapa seorang hweesio begitu cepat marah?" Wan-tianglo
tertawa.
"Walaupun kau marah tapi pertarungan antara kita akan tetap
terjadi!"
"Omong kosong..." Thian-ho Sangjin membentak.
"Kau benar-benar tidak mempunyai alasan!" Thian-ho Sangjin
terpaksa menyerang. Wan-tianglo menatapnya dengan sangat
senang. Kaki dan tangannya segera bergerak dengan cepat.
Su Yan-hong menonton mereka, dengan cepat dia mundur.
Thian-ho Sangjin melihatnya mundur, dia terlihat cemas. Tai-jiu-im
segera diperagakan. Semakin lama semakin cepat, tenaga dalamnya
semakin kuat. Kadang-kadang berkelebat, terkadang bersembunyi
lalu melilit, sama sekali tidak memiliki kesempatan.
Thian-ho Sangjin semakin cemas. Wan-tianglo semakin senang.
Sambil tertawa, dia menyerang, jurus-jurusnya terus berubahubah.
Melihat Su Yan-hong naik ke atas kuda dan siap pergi, dia benarbenar cemas. Dia segera memerintahkan 4 orang hweesio yang
bersama-sama datang dengannya untuk bertarung.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 8
Empat orang hweesio Tibet itu sedari awal dipukul hingga roboh.
Mereka masih marah. Begitu diperintahkan membantu, mereka
segera datang.
Wan-tianglo harus bertarung dengan 4 orang hweesio Tibet,
juga harus menghadapi Thian-ho Sang jin, dia sangat kerepotan,
tidak seringan tadi. Tapi dengan gerakan yang lincah dan reaksi
yang cepat, dia tetap bisa melibat Thian-ho Sangjin.
Melihat Su Yan-hong sudah pergi jauh dari sana dan menghilang
di dalam kegelapan, Thian-ho Sangjin marah. Dia membentak:
"Bunuh dia..."
Empat orang hweesio itu membentak bersama sama. Semua
tenaga dalam mereka sudah terkumpul di kedua telapak. Bersamasama bergeser dan siap bekerja sama dengan Thian-ho Sangjin.
Tapi waktu itu tiba-tiba Wan-tianglo meloncat lewat di atas
kepala keempat hweesio Tibet dan turun di belakang mereka.
Thian-ho Sangjin membentak:
"Mau kabur ke mana?"
Wan-tianglo tidak segera pergi. Tiba-tiba menghantam jatuh 4
orang hweesio Tibet itu. Dia menunjuk Thian-ho Sangjin dan
menggelengkan kepala:
"Kau benar-benar mempunyai ilmu silat tinggi tapi kau tidak
mempunyai etika ilmu silat. Dari awal mengepung dan memukul.
Kau benar-benar tidak beretika sebagai seorang pesilat tangguh.
Benar-benar membuatku kecewa!"
"Sembarangan bicara!"
"Tidak apa-apa, aku sudah tidak tertarik lagi denganmu, lebih
baik cari marga Su untuk bermain-main!"
Dia bersalto 3 kali sudah pergi dari sana.
Empat orang hweesio Tibet itu ingin mengejar tapi dibentak oleh
Thian-ho Sangjin. Melihat keper-gian Wan-tianglo, dia tahu kalau
keempat hweesio ini tidak mungkin bisa mengejar Wan-tianglo. Dia
sendiri pun tidak percaya diri. Walaupun bisa terkejar belum tentuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 9
dia bisa memukul jatuh Wan-tianglo. Jika tidak berhati-hati dia akan
dijatuhkan oleh Wan-tianglo akibatnya tidak akan terpikirkan.
Melihat wajah Thian-ho Sangjin yang serius, keempat hweesio
itu segera kembali seperti semula.
Pikiran Thian-ho Sangjin benar-benar tidak baik. Tai-jiu-im
sudah dilatihnya sampai pada tingkat 9. Di dunia ini jarang ada
orang yang sanggup melawannya. Siapa yang tahu menghadapi
seorang Su Yan-hong pun tidak mudah, lalu kemunculan Wantianglo. Benar-benar membuat rasa percaya dirinya turun.
Di dunia persilatan Tionggoan banyak naga dan harimau yang
bersembunyi. Mengenai ini dia pernah mendengarnya, dia
bertambah percaya lagi.
168-168-168
Siau Cu belum tidur. Walaupun dia percaya Su Yan-hong akan
menang, tapi entah mengapa dia selalu khawatir dan tidak bisa
tidur.
Melihat sikap Su Yan-hong ketika pulang, Siau Cu bisa sedikit
menebak tapi dia tetap bertanya:
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Aku bukan lawannya Thian-ho Sangjin!"
"Kau kalah di tangannya?"
"Memang belum ada yang kalah atau menang, tapi sebenarnya
ilmu silatnya lebih tinggi dariku!"
"Kalau belum ada yang menang atau kalah, apakah dia mau
berhenti?"
"Karena saat penentuan menang dan kalah, Wan-tianglo
datang!"
"Dia sudah datang...untung aku tidak ikut ke sana..."
"Kalaupun kau berada di sana juga tidak apa-apa. Melihat Thianho Sangjin, dia melupakan semuanya. Dia hanya memperhatikan
pertarunganku dengan Thian-ho Sangjin!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 10
"Kalau begitu mana mungkin aku bisa melepaskan?" kata Siau
Cu, "bertemu orang aneh itu sudah cukup membuat Thian-ho
Sangjin repot. Orang aneh itu pintar juga, di mana ada pesilat
tangguh, dia pergi mencarinya!"
"Aku lihat dia mengejar sampai ke sini, tujuan nya adalah
mencarimu!"
"Untung ada Thian-ho Sangjin!" kata Siau Cu.
"Aku lihat dia tidak tertarik dengan Thian-ho Sangjin. Akhirnya
dia tetap akan mencarimu!"
"Aku harus bagaimana?"
"Kita memang akan pergi ke Bu-tong-san. Karena takut ada
perubahan, maka sekarang kita langsung pergi!"
"Apakah tidak ada hal yang harus kau urus di istana?"
"Seharusnya tidak ada!"
"Hanya Lan-lan..." Siau Cu membaca pikiran Su Yan-hong, "kau
baru pulang, sekarang ingin pergi lagi, dia pasti tidak suka!"
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Kau beres-beres dulu, aku akan menengok Lan-lan, dia adalah
anak yang pengertian!"
Walaupun Su Yan-hong berkata begitu tapi hatinya merasa tidak
enak.
Siau Cu tertawa kecut:
"Ih-lan berada di belakangmu!"
Su Yan-hong terpaku. Dia melihat Ih-lan berdiri tidak jauh di
belakang. Matanya yang besar seperti akan menangis.
"Lan-lan...dengarkan ayah..."
"Siau Cu Koko sudah memberitaliu Lan-lan bahwa kakek guru
terbunuh dan ayah harus pergi mencari tahu!" Ih-lan seperti sangat
pengertian.
"Kalau begitu kau tidak akan marah kepada ayah?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 11
Su Yan-hong menggendong Ih-lan.
"Tapi ayah harus berjanji setelah masalah beres, ayah segera
pulang!" Air mata Ih-lan tetap menetes.
Su Yan-hong menarik nafas.
169-169-169
Sebelum hari terang, Su Yan-hong dan Siau Cu sudah berangkat.
Sepanjang jalan kuda terus berlari kencang, sampai siang hari, kuda
dan orangnya sudah lelah, mereka baru berhenti untuk beristirahat.
Kuda diikat di bawah pohon. Su Yan-hong dan Siau Cu duduk di
batu kali tidak jauh dari sana, sambil memakan makanan kering,
mereka minum air sungai, mereka merasa senang.
Setelah makan, Siau Cu merendam kepala ke dalam sungai, lama
baru diangkat, dia tertawa:
"Untung pagi-pagi kita sudah berangkat, kalau tidak, akan
bertemu orang aneh itu. Entah apa yang akan terjadi pada kita."
"Aku tidak berharap apa-apa, hanya berharap bisa lancar sampai
Bu-tong-san dan bisa membereskan masalah dengan lancar."
"Masalah yang awalnya lancar akan terus lancar! Tidak ada
orang aneh mengganggu, tidak akan tidak lancar."
Saat mereka tertawa, di sana terdengar suara kuda meringkik.
Mereka menoleh, terlihat oleh mereka kedua kuda entah sejak
kapan sudah terlepas. Kuda meringkik dan berlari.
Mereka berdua sama-sama bangun dan mengejar. Ketika mereka
sampai di bawah pohon, kuda sudah pergi jauh dan tidak bisa
terkejar lagi.
"Mengapa ikatan kuda bisa terlepas?" Siau Cu merasa aneh.
"Menurutku itu perbuatan manuisa..."
"Siapa yang berani?" tanya Siau Cu.
"Tentu saja aku!" kata Wan-tianglo.
Begitu mendengar suara ini, wajah Siau Cu langsung berubah.
Melihat Wan-tianglo, dia segera mundur tiga langkah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 12
Wan-tianglo tertawa:
"Ilmu meringankan tubuhmu tidak sebaik punyaku. Kudamu
sudah dilepas, sekarang kau mau lari ke mana?"
Siau Cu terpaku. Wan-tianglo tertawa sambil marah kepada Su
Yan-hong:
"Kau juga bukan orang baik-baik. Semalam aku sudah
membantumu tapi kau pergi tanpa pamit. Untung aku mempunyai
ilmu silat yang lumayan, maka aku tidak digulingkan oleh hweesio
jahat itu!"
"Boanpwee masih ada keperluan maka berlaku terpaksa seperti
itu!" Su Yan-hong memberi hormat, "Kami akan pergi ke Bu-tongsan, harap Lo-cianpwee bisa mengijinkan kita pergi!"
"Begitu masalah sudah beres, kami akan pergi ke Sian-tho-kok


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk melayani Cianpwee..." kata Siau Cu.
"Bukan orang aneh?"
"Sama saja, aku kira Cianpwee tidak akan menaruhnya di hati.
Kami berjanji, sekarang kami akan pergi ke Bu-tong-san!"
"Aku tidak berjanji apa-apa pada kalian. Sulit menemukan
kalian, mana mungkin aku melepaskan kalian?" Wan-tianglo sudah
membuka dua tangan lebar-lebar untuk menghadang jalan mereka.
Dengan serius Su Yan-hong berkata:
"Lo-cianpwee juga orang dunia persilatan. Bu-tong-pai sekarang
sedang menghadapi musibah besar, mana mungkin kita melihat
tapi tidak menyelamatkannya?"
"Apa hubunganku dengan Bu-tong-pai? Kalian berdua cepat ikut
aku pergi!"
"Lo-cianpwee memaksakan kehendak, maaf Boanpwee akan
tidak hormat!"
Su Yan-hong menarik nafas dan memasang kuda-kuda.
Siau Cu juga memasang kuda-kuda, sambil berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 13
"Hari ini tidak sama. Dengan gabungan tenaga kami berdua pasti
bisa mengalahkan dia!"
Wan-tianglo tertawa:
"Ingin bertarung. Baik, baik sekali!" Dia mulai menyerang.
Su Yan-hong dan Siau Cu sama-sama menyerang. Mereka tahu
kelihaian Wan-tianglo, maka tidak sungkan-sungkan. Dari awal
mereka sudah menggunakan seluruh kekuatan dan masing-masing
ilmu silatnya.
Ilmu silat Siau Cu sudah maju pesat, Su Yan-hong juga, semenjak
dua jalan darah Jin dan Tok sudah tembus, tenaga dalamnya
mengalir tidak putus putusnya.
Tapi perubahan ilmu silat mereka semua masih dalam
perhitungan Wan-tianglo. Jurus Wan-tianglo tetap berubah-rubah,
tenaga dalamnya masih berada di atas mereka. Walaupun mereka
berusaha tapi karena di antara mereka tidak ada dendam, maka
tidak bisa sampai titik tertinggi.
Gabungan mereka hanya bisa bertahan sebentar, belakangan
tetap dipukul jatuh oleh Wan-tianglo.
Wan-tianglo segera menotok mereka. Siau Cu marah, akhirnya
jalan darah bisu Siau Cu juga ditotok. Melihat keadaan begitu, Su
Yan-hong hanya bisa menarik nafas.
Mereka dibawa ke Sian-tho-kok. Di sepanjang jalan bila Wantianglo senang, jalan darah mereka akan dib.uka untuk bertarung
dengannya.
Perjanjian ke Bu-tong-san sudah makin dekat. Kata-kata baik
juga sudah mereka katakan demi bisa melepaskan diri pergi ke Butong-san, tapi Wan-tianglo tetap tidak peduli. Tidak hanya Siau Cu,
Su Yan-hong juga merasa tidak bersemangat bertarung dengan
Wan-tianglo.
Wan-tianglo pasti tidak enak tapi dia percaya Su Yan-hong dan
Siau Cu akan bersemangat lagi, maka dia tidak cemas.
Tapi Su Yan-hong dan Siau Cu sangat gelisah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 14
170-170-170
Sian-tho-kok adalah tempat yang bagus. Su Yan-hong pun
mengakuinya. Tapi karena sedang tidak enak hati maka dia tidak
bersemangat untuk menikmati pemandangan di Sian-tho-kok.
Setiap hari dia terus tinggal di rumah bersama Siau Cu.
Tiga hari sudah berlalu. Bila dihitung-hitung, waktu rapat
perjanjian Bu-tong-san hanya tinggal tujuh hari lagi termasuk
waktu perjalanan. Su Yan-hong menarik nafas:
"Bila sekarang tidak pergi, sudah tidak sempat lagi. Apakah Butong-san akan terkena musibah besar lagi?"
"Gara-gara orang aneh itu! Aku akan keluar bertarung matimatian dengan dia!" Siau Cu meloncat.
Su Yan-hong menghadang:
"Jangan emosi. Ilmu silat dia begitu tinggi, dengan segala upaya
kita tetap akan kalah!"
"Apakah kita harus duduk diam?"
Su Yan-hong menarik nafas panjang:
"Sekarang aku juga sama-sama sedih, tapi apa yang bisa kita
lakukan?"
Akhirnya Siau Cu duduk kembali. Su Yan-hong mengeluh:
"Dari kecil ayah mengajariku, jadi orang harus setia kawan dan
cinta negara. Almarhum guru menerimaku menjadi murid,
mengajari ilmu silat Kun-lun, berharap setelah menguasai ilmu silat
bisa melakukan kebaikan untuk dunia persilatan!"
"Ini tidak ada salahnya!"
"Sekarang Bu-tong-pai akan tertimpa musibah tapi aku tidak
bisa membantu. Kaisar akan dikuasai Thian-ho Sangjin tapi aku
tidak punya cara. Aku benar-benar telah mengabaikan harapan
ayah dan guru!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 15
"Itu bukan salahmu. Ilmu silat Thian-ho Sang-jin berada di
atasmu. Tentang Bu-tong-san, bukan kau tidak mau pergi tapi
dihadang oleh orang aneh yang tidak tahu aturan!"
"Aku benar-benar aku tidak mengerti orang ini!"
"Tidak ada cara lain, terpaksa harus begitu!" kata Siau Cu.
"Cara bagaimana?"
"Sebentar lagi bila dia datang, kita setuju bertarung dengan dia.
Sampai dia membuka totokan kita, aku akan berusaha keras
menghadang dia, lalu kau kabur keluar dari Sian-tho-kok!"
"Kalau begitu, dia pasti akan marah besar!"
"Paling-paling dia memukuliku untuk melampiaskan
kemarahan. Orang aneh ini tidak akan membunuhku!"
"Tapi entah kapan aku baru bisa menyelamatkanmu?"
"Tidak keluar juga tidak apa-apa, asal kau bisa membantuku
membereskan dua hal!" Siau Cu tertawa.
"Katakan!"
"Mencari tahu siapa yang membunuh guruku!"
"Aku pasti akan berusaha. Satu lagi?"
Lama kemudian Siau Cu baru berkata:
"Bantu aku menengok Beng-cu. Beritahu pada nya bahwa
sementara ini aku tidak bisa mencari dia!"
Su Yan-hong mengangguk. Siau Cu berpesan lagi:
"Tapi jangan beritahu dia keadaanku seka- rang!"
'Tenanglah...setelah masalah Bu-tong-pai beres, aku akan datang
menyelamatkanmu!"
Siau Cu tertawa kecut, karena dia sedikitpun tidak percaya diri.
Su Yan-hong masih ingin mengatakan sesuatu, di luar sudah
terdengar tawa aneh. Di waktu yang bersamaan muncul seorang
yang bergantung di jendela, dialah Wan-tianglo.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 16
"Aku perintahkan kepada kalian untuk tidur yang baik supaya
mempunyai semangat bertarung denganku. Tapi kalian malah terus
berbicara. Dari jauh aku merasa aneh, maka aku mendekat untuk
mendengarkan pembicaraan kalian. Ternyata benar, kalian sedang
membuat rencana busuk untuk meng-hadapiku!"
Su Yan-hong dan Siau Cu terpaku. Mereka sama sekali tidak
mengira Wan-tianglo akan datang tepat pada waktu ini untuk
mendengar pembicaraan mereka.
Wan-tianglo bersalto sambil tertawa.
"Apakah kau tidak merasa malu mendengar pembicaraan
orang?" Siau Cu marah.
"Membuat rencana busuk di belakang orang untuk diam-diam
menyerang, apakah itu tidak keji?"
"Kalau kau tidak mengurung kami, kami tidak akan seperti ini!"
kata Sinu Cu.
"Maka kalian harus berterima kasih kepadaku, pikiran kalian
menjadi lincah!"
Siau Cu marah. Su Yan-hong berkata:
"Lo-cianpwee, kami seperti itu karena Bu-tong-pai..."
"Orang seperti kalian sangat pintar, pasti akan menemukan cara
kedua. Coba pikirkan dulu!"
Kemudian dia bersalto tiga kali, langsung pergi dan menghilang
di kegelapan. Su Yan-hong ingin memanggil dia tapi dicegat oleh
Siau Cu:
"Memohon kepadanya tidak akan ada gunanya. Orang aneh ini
sulit dimengerti!"
"Kalau begitu, kita benar-benar harus mencari cara kedua!"
Siau Cu mengelus-elus rambutnya yang acak- acakan:
"Apakah di dunia ini tidak ada satu pun ilmu silat yang bisa
menaklukan ilmu Tai-seng (ilmu kera) Wan-tianglo?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 17
"Aku pernah bertanya kepada guru. Katanya, yang bisa bersaing
dengan Tai-seng-kang hanya Thian-can-kang dari Bu-tong-pai dan
Thian-liong-kiu-sut dari Kun-lun!"
"Apakah kau belum pernah berlatih Thian-liong-kiu-sut? Tiongcianpwee, oh tidak, guru tahu begitu, mengapa tidak mengajarkan
jurus ini kepadamu agar bisa menghadapi Wan-tianglo yang aneh
ini?"
"Thian-liong-kiu-sut sudah lama hilang. Aku hanya belajar
sampai Thian-liong-pat-sut. Tapi kata guru Thian-liong-kiu-sut
adalah perubahan dari 8 jurus awal. Tapi sayang, sampai sekarang
aku belum tahu apa-apa!"
"Mengapa bisa seperti ini?"
"Aku tidak mempunyai cukup waktu. Hal-hal yang terjadi di
kerajaan menyita banyak pikiranku..."
"Bukankah sekarang adalah satu kesempatan? Kau ambil
kesempatan ini untuk mempelajarinya. Jika benar kau bisa
mengerti, kita bisa mengalahkan orang aneh itu. Bisa mengalahkan
orang aneh itu kita bisa mendapatkan kepuasan!" kata Siau Cu
semangat.
"Baiklah! Kita tidak ada pekerjaan di sini. Mari ambil kesempatan
untuk berpikir!" Su Yan-hong tertawa bersemangat.
"Kau berpikir, orang aneh itu biar aku yang hadapi! Asal bisa
menggulingkan dia, selelah apapun aku akan kuat!"
"Aku lihat dia tidak mudah melepaskan aku!"
"Kau bisa pura-pura sakit. Orang aneh ini, asal-kan ada orang
menemaninya bertarung, dia tidak akan berpikir panjang!"
171-171-171
Berpura-pura sakit di depan VVan-tianglo bukan hal yang
mudah. Tapi Siaii Cu beberapa tahun mengikuti Lam-touw
berkelana di dunia persilatan, sedikit banyak mengerti ketrampilan
menghias wajah Dia mampu menghias Su Yan-hong sehingga
terlihat benar-benar seperti orang sakit.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 18
Tapi bukan sakit berat, hanya sakit bagian pen cernaan.
Kemudian Siau Cu terus menyalahkan Wan-tianglo yang hanya
memberi makan buah-buahan. Akhirnya bisa menipu Wan-tianglo.
Agar Wan-tianglo tidak mengganggu Su Yan-hong, Siau Cu
berusaha melayani Wan-tianglo dengan baik. Dengan pengalaman
dan ilmu silatnya, Siau Cu berusaha sekuat tenaga melayaninya.
Sebenarnya itu bukan hal yang sulit.
Siau Cu mengikuti kemauannya, sambil mena nyakan perubahan
jurus-jurusnya. Tujuannya adalah mengulur waktu. Itu sangat
cocok dengan keinginan Wan-tianglo. Hal ini membuat Siau Cu
memperoleh lebih banyak kepandaian lagi.
Tiga hari berturut-turut seperti itu, Siau Cu benar-benar
tersiksa. Di sisi lain, Su Yan-hong sama sekali tidak mendapatkan
hasil. Tapi dia tidak kecewa. Siau Cu juga tidak mengomel, dia
malah memberi semangat. Dari perkataan Su Yan-hong, sepertinya
tidak ada harapan. Kecuali muncul mujizat, kalau tidak, keinginan
untuk sampai ke Bu-tong-san sudah tidak mungkin tercapai.
Mujizat benar-benar muncul.
Pada hari keempat pagi, ketika Su Yan-hong bangun, dia
mendengar suara Siau Cu dan Wan-tianglo sedang bertarung.
Kemudian dia melihat banyak bekas telapak kaki di lantai. Terlihat
sangat kacau balau, horisontal dan vertikal saling bertum-pangan,
tapi semua mengikuti susunan Pat-kwa.
Hatinya bergerak, dia melangkah mengikuti telapak kaki dengan
berurutan dan bergerak dengan alami. Thian-liong-pat-sut bisa
diperagakan di sana. Setelah selesai Thian-liong-pat-sut berubah
menjadi jurus yang lain. Tapi jurus ini adalah perubahan dari Thianliong-pat-sut, dicampur dengan intinya Thian-liong-pat-sut
kemudian menyatu lagi. Terlihat kekuatan jurus ini di atas Thianliong-pat-sut.
Bekas telapak kaki bisa membuat Su Yan-hong mengerti
perubahan Thian-liong-kiu-sut, itu di luar dugaan Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 19
Saat itu dia benar-benar terkejut juga senang. Dia bolak-balik
berlatih Thian-liong-kiu-sut, dia hampir tertawa lepas.
Siau Cu tidak melihat bekas telapak kaki di lantai. Setelah
bertarung dengan Wan-tianglo, dia kelelahan dan tergopoh-gopoh,
hampir terguling di bawah.
Su Yan-hong memapahnya, melihat tawa Su Yan-hong, Siau Cu
merasa heran.
"Coba kau lihat bekas telapak kaki di lantai ini!"
"Kau yang membuatnya?"
Su Yan-hong menggelengkan kepala. Siau Cu tertawa kecut.
"Aku tidak melihat ada keistimewaan pada bekas telapak kaki itu.
Apakah kau mau memberi tahu kepadaku bahwa Thian-liong-kiusut sudah kau kuasai?"
"Aku hanya memberitahu kabar ini kepadamu!"
Siau Cu meloncat:
"Betulkah kau sudah menguasainya?"
"Bukan hasil yang aku pikirkan, melainkan tadi pagi begitu
bangun, aku melihat telapak-telapak kaki ini dan aku mengikutinya,
dan jadilah Thian-liong-kiu-sut!"
"Siapa yang membuatnya?"
"Tadinya aku mengira adalah kau, tapi kalau dipikir-pikir tidak
mungkin. Di tempat ini selain Wan-tianglo, masih ada siapa lagi?"
"Tidak mungkin dia yang melakukan!" Siau Cu menggelengkan
kepala:
"Apakah dia tidak takut setelah kau menguasai Thian-liong-kiusut, kau akan mengalahkannya? Apalagi sifat dia yang aneh. Dia
akan langsung memberitahu kepadamu. Kalau tahu kau pura-pura
sakit, dia akan memukulmu, tidak mungin diam-diam masuk dan
meninggalkan bekas telapak ini."
"Betul, tapi siapa? Dan apa maksudnya?" tanya Su Yan-hong:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 20
"Hanya pesilat tangguh baru bisa melihat tuju anku berlatih
Thian-liong-pat-sut, dan hanya teman baru bisa membantuku
mengikuti perubahan Thian-liong-pat-sut."
"Siapapun yang melakukannya, kau sudah berlatih Thian-liongkiu-sut, masih menunggu apalagi. Kita keluar mencari orang aneh
itu dan menghajarnya."
Su Yan-hong mengangguk. Kata Siau Cu:
"Jangan sekarang, lebih baik kau beristirahat dulu, aku juga
mengambil kesempatan ini untuk mengatur nafas dan beristirahat.
Bila dibutuhkan aku bisa membantumu!"
"Baik!" kata Su Yan-hong mulai duduk bersila, "kalau sekarang
tidak bisa mengeluarkan kekuatan Thian-liong-kiu-sut dan tidak
bisa mengalahkan dia, kita harus mengakui nasib buruk kita!"
Siau Cu tertawa:
"Saat kau menggunakan Thian-liong-pat-sut, dengan sekuat
tenaga dia baru bisa memecahkan. Kalau Thian-liong-kiu-sut,
apakah dia bisa tahan?"
Walaupun begitu, hatinya tetap curiga. Su Yan-hong melihat
pikiran Siau Cu. Walaupun tidak mengucapkan kata-kata terima


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kasih, tapi dia bertekad untuk berjuang mati-matian.
Wan-tianglo tidak tahu tentang Thian-liong-kiu-sut dan bekas
telapak kaki. Tapi begitu melihat kegembiraan ini, dia sudah tahu.
"Apakah perutmu sudah sembuh? Seharusnya dari awal kau
sudah sembuh. Dengan ilmu silat mu, mana mungkin tidak bisa
menyembuhkan sakit perutmu!"
Su Yan-hong ingin mengatakan sesuatu, tapi Wan-tianglo
berkata lagi:
"Hitung-hitung kau tahu diri segera datang melayani aku.
Beberapa hari ini hanya satu Siau Cu, aku tidak puas!"
Siau Cu tertawa dingin:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 21
"Kau benar-benar tidak mempunyai hati nurani. Aku
melayanimu, kau masih berkata tidak tertarik, tidak puas, kemarin
kau berkata apa?"
"Hari ini adalah hari ini, untuk apa membicarakan kemarin lagi!"
kata Wan-tianglo. Dia segera melambaikan tangan, "lebih baik
kalian berdua datang bersamaan!"
Siau Cu melihat Su Yan-hong:
"Aku kuras dulu sebagian tenaga dalamnya!"
Wan-tianglo tertawa:
"Bocah, kau bisa menghabiskan berapa banyak tenaga
dalamku?"
Siau Cu tidak menjawab. Dia menyerang dengan sekuat tenaga.
Wan-tianglo adalah orang yang gila berlatih ilmu silat, asal ada
orang ingin bertarung keras dengannya, dia semakin senang.
Setelah beberapa hari berlatih, Siau Cu sudah ada kemajuan
besar. Sebenarnya tidak mudah bagi Wan-tianglo untuk
merobohkan dia, benar-benar harus menghabiskan banyak tenaga.
Su Yan-hong tidak bisa membiarkan Siau Cu dipukul roboh. Dia
ikut menyerang. Sekali menyerang, Thian-liong-pat-sut sudah
dikeluarkan. Tenaganya kuat dan ganas.
Hal ini membuat Wan-tianglo semakin senang. Dengan serius
dia melawan. Setelah Thian-liong-pat-sut selesai, Su Yan-hong
sudah mundur 1 tombak.
Tapi Thian-liong-kiu-sut segera dikeluarkan, langkah-langkah
Su Yan-hong sangat lincah dan berilusi. Dengan jari menjadi
pedang, mengeluarkan suara-suara tajam.
Mata Wan-tianglo menjadi terang. Dia bertanya:
"Ilmu silat apa ini?"
Ketika mengucapkan kata-kata ini, dia sudah dipaksa mundur
tujuh langkah oleh Su Yan-hong. Su Yan-hong belum menjawab, dia
bertanya lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 22
"Kau belajar dari mana? Lihai, lihai! Hebat, hebat...."
Kata-katanya belum selesai, dia sudah terkena tiga pukulan.
Kalau orang lain pasti sudah roboh, tapi Wan-tianglo sangat lincah.
Reaksinya cepat. Tiga kali pukulan seperti menggaruk-garuk
tubuhnya.
Thian-liong-kiu-sut baru selesai dilatih, tenaga dalamnya belum
bisa dikeluarkan sepenuhnya, maka bisa memukul Wan-tianglo juga
tidak banyak gunanya, tapi bisa mengenai Wan-tianglo sudah
membuat dia senang!
Siau Cu dengan senang menepuk, berteriak:
"Gulingkan dia! Robohkan dia!"
"Mana bisa semudah itu!" Wan-tianglo masih bisa tertawa.
Kata-katanya belum selesai, dia terkena pukul an lagi. Tubuh
meloncat ke atas. Saat tubuhnya turun dia menyerang Su Yan-hong
lagi. Siau Cu melihatnya, dia tidak sabar lagi, dia ikut menyerang
Wan-tianglo dari samping.
Serangan dia tidak meleset. Tapi saat kepalan tangan Siau Cu
ingin memukul tubuh Wan-tianglo, pergelangan tangannya sudah
dicengkram dan ditarik oleh Wan-tianglo. Tubuhnya akan
menabrak Su Yan-hong. Terlihat tindakannya sudah dalam
perhitungan Wan-tianglo, baru bisa dimanfaatkan dengan tepat.
Su Yan-hong cepat menarik kembali jurus-jurusnya. Wantianglo mengambil kesempatan ini masuk, menendang Su Yan-hong
sampai terguling.
Siau Cu juga terguling di samping Su Yan-hong. Dia tahu dia
sudah membuat kesalahan dan ingin segera meloncat bangun. Tapi
jalan darah di tubuhnya sudah ditotok.
Su Yan-hong terkena tendangan, jalan darah juga tertendang.
Dia melihat Siau Cu, dengan lemas berkata:
"Kita terlalu tergesa-gesa!"
"Aku yang salah!" kata Siau Cu.
Su Yan-hong menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 23
"Tenaga dalamku belum bisa bersatu dengan jurus yang aku
gunakan, percuma saja terus bertarung!"
"Jurus apa yang kau gunakan tadi?" tanya Wan-tianglo.
"Tidak ada hubungannya denganmu!"
Wan-tianglo tertawa licik:
"Kalian tidak mau memberitahu tidak apa-apa. Nanti setelah
beberapa kali bertarung, aku akan bisa tahu rahasia apa yang
terkandung di dalamnya."
"Kalau kami tidak mau bertarung denganmu, apa kau bisa cari
tahu?"
"Tidak mau betarung denganku juga tidak apa-apa!"
Siau Cu menutup mulutya. Wan-tianglo melihat Su Yan-hong:
"Kau sangat licik. Mengurung diri beberapa hari, tujuannya
adalah berlatih jurus baru. Sebenarnya kau bisa jujur
memberitahuku, aku tidak akan menghadangmu, mungkin aku
akan membantumu!"
Siau Cu berteriak lagi:
"Kami tidak butuh bantuan orang sepertimu!"
"Aku seperti apa?"
"Kau sendiri juga tidak tahu dirimu seperti apa?" Su Yan-hong
tertawa dingin.
"Katakan! Katakan!"
"Egois!" Su Yan-hong tertawa dingin. "Katamu akan membantu
kami, tapi kau tetap memikirkan diri sendiri!"
"Aku bisa membantumu berlatih ilmu silat agar lebih baik!"
"Apa tujuannya?" tanya Su Yan-hong.
"Ingin kalian berkelahi denganku."
"Ternyata kau hanya teori saja!"
"Yang aku tahu sekarang, kami harus pergi ke Bu-tong-san.
Melayanimu berkelahi sekarang tidak ada artinya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 24
"Tapi aku tidak mempunyai perasaan seperti itu."
"Itu namanya egois." Su Yan-hong ingin berkata lagi tapi meihat
wajah Wan-tianglo berseri-seri, dia tahu apa yang akan dikatakan
percuma saja, maka dia memutar kepala.
Wan-tianglo seperti tidak merasa bersalah. Dia bertanya lagi:
"Kau belum memberitahu ilmu silat apa itu."
"Aku beritahu kepadamu..." Siau Cu tertawa.
"Aku siap mendengar!" Wan-tianglo tertawa.
"Kalau kali ini terjadi sesuatu pada Bu-tong-san, kecuali kau
membunuhku, kalau tidak, aku akan membunuh kera-kera di sini!"
Siau Cu melayangkan dua kepalannya.
Su Yan-hong menekan dia:
"Jangan terlalu bersemangat. Mungkin adalah kehendak Thian
bila Bu-tong-pai harus terkena musibah. Kalau benar, kita ke sana
pun tetap akan sama."
"Kehendak Thian..." Siau Cu tertawa kecut.
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Yang pasti kita harus menyumbangkan sedikit tenaga!"
Siau Cu dengan marah melihat Wan-tianglo:
"Hanya kau yang tidak punya hati nurani!"
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bagi orang yang
berlatih silat, yang paling penting adalah terus berlatih."
"Aku tidak mau bicara lagi dengan orang ini!" kata Siau Cu.
"Tidak perlu bicara dengannya lagi. Tapi sayang ketika Bu-tongpai mengalami bencana besar kita tidak bisa menyumbangkan
sedikit tenaga."
Ada suara datang pada waktu itu:
"Di Bu-tong-pai terjadi masalah apa?"
Tidak hanya Su Yan-hong, Siau Cu, Wan-tianglo juga merasa
terkejut, mereka menoleh bersamaan. Mereka bertiga berteriak:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 25
Cinta Dan Tipu Muslihat 1 Rajawali Emas 01 Geger Batu Bintang Selamat Datang Dirumah Mati 1

Cari Blog Ini