Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Seruling Sakti 15

Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong Bagian 15


mengambil jiwa Lohu.""Aku tidak perduli, kau harus bicara yang jujur! Jika memang kau baikbaik menuruti perintahku, mungkin aku masih bersedia buat melindungi
dirimu."
Kakek tua itu bimbang, dia jadi bingung. Saking bingungnya dia sampai
menangis.
"Tapi....... tapi.. sulit sekali buat Lohu bicara lebih jauh."
"Baik, kalau begitu! Tidak orang itu yang membunuhmu, biarlah aku yang
membunuhmu?"
Setelah berkata begitu, Kim Lo menghampiri lebih dekat lagi kepala kakek
tua itu.
Bukan main kagetnya dan takut si kakek tua tersebut, tubuhnya menggigil
menahan takut.
"Kau berada di depan mata, dengan demikian aku bisa menurunkan tangan
membunuhmu mudah sekali. Tidak perlu menantikan munculnya orang yang
memberikan upah kepadamu itu, maka aku sudah bisa membunuhmu.......
"Berarti ini kerugian buat kau juga! Tapi jika kau bicara dari hal yang
sebenarnya, kemungkinan aku bisa melindungi jiwa tuamu dari tangan orang
yang hendak membunuh itu!"
Mendengar kata-kata Kim Lo seperti itu si kakek tua menghapus air
matanya. Dia tampak masih bimbang.
"Ayo katakan!" Desak Kim Lo dengan suaranya nyaring
Karena Kim Lo yang tengah marah dan mendongkol itu sudah tidak sabar
lagi. Yang membuat Kim Lo sangat marah dan mendongkol sekali adalah
topeng mukanya yang telah sempat dibuka dan sempat dilihat oleh si gadis
itu dan si kakek tua penjual teh ini.
"Kau masih tidak mau bicara!"
"Ayo bicara.!"
"Ayo, jangan sampai kesabaranku habis!"
"Hal ini.. hal ini.... sebetulnya tidak ada sangkut paut dan hubungan
apapun dengan Lohu karena memang Lohu tidak kenal dengan Kongcu. juga
Lohu memang tidak tahu menahu siapa Kongcu sebenarnya."
"Hemm....... Ayo katakan dari hal yang sebenarnya."
"Benar Kongcu tidak ada maksud buruk di hati Lohu, waktu tadi Lohu hendak
menjalankan perintah orang itu meracuni Kongcu, hati Lohu juga sangat
bimbang sekali!"
"Sebutkan siapa orang itu!"
"Namanya Lohu tidak tahu, tapi dia adalah seorang nie-kouw!"
"Nie-kouw?"
"Benar Kongcu. dia seorang nie-kouw yang memakai jubah merah.""Hemmm, Ang-sian Sienie!" Berseru Kim Lo dengan suara mendongkol bukan
main.
Kakek tua penjual teh itu memandang dengan wajah pucat kepada Kim Lo.
"Apakah Kongcu kenal dengan nie-kouw itu?"
Kim Lo mengangguk.
"Kami pernah bertempur dengannya......."
Kakek tua itu tampak lebih ragu-ragu lagi, dia bimbang, berkata tergagap,
"Bersama. bersama dengan nie-kouw itu ada juga seorang lainnya!"
"Siapa?"
"Dia seorang pelajar....... berpakaian serba putih, usianya tampak masih
muda belia. Tapi kepandaiannya sangat tinggi sekali, sikapnya sangat
mesra dengan nie-kouw itu."
Kim Lo segera teringat pada Pek Ie Siu-cay pelajar baju putih itu. Dia
juga dapat merabah persoalan yang sebenarnya.
Tentunya Pek Ie Siu-cay berdua dengan nie-kouw itu bermaksud
membinasakannya karena mereka penasaran tidak berhasil merubuhkan Kim Lo.
Mereka meminjam tangan si penjual teh ini!
Kim Lo menghela napas.
"Baiklah! Mereka memang kukenal, kau telah bicara dari hal sebenarnya,
sekarang kau jelaskan siapa gadis tadi?"
Kakek penjual teh itu menggelengkan kepalanya.
"Aku....... aku tidak kenal dengannya."
"Bagaimana kau bisa mengatakan tidak kenal dengannya?" Muka Kim Lo jadi
bengis lagi.
"Sungguh..!"
"Hemmm, kau mulai tidak jujur lagi!"
"Benar....... memang Lohu tidak kenal dengan gadis itu!"
"Lalu mengapa kau tadi menyebutnya sebagai siluman rendah! Tenu kau
mengenalnya."
"Benar Kongcu, aku tidak kenal dengannya! Cuma saja ia pernah minum teh
di sini. Dia tidak mau membayar, malah telah membanting pecah dua cawan
Lohu.
"Dia pun kemudian bertempur dengan Lohu, karena Lohu waktu sangat marah
dan menegurnya. Dia berkepandaian tinggi, dia telah menghajar Lohu.
Karena dari itu, Lohu menganggapnya sebagai siluman rendah!"
"Hemmm, kalau memang demikian halnya, baiklah! Tentunya kau ingin
mengartikan bahwa gadis itu adalah seorang langganan meminum teh?"
"Bukan juga.""Bukan juga bagaimana?"
"Dia bukan langganan Lohu?"
"Lalu?"
"Baru pertama kali itu minum teh pada Lohu? Dia memang sebelumnya
memperkenalkan diri sebagai nona Cin.
"Sungguh-sungguh kau tidak kenal."
Penjual teh itu mengangguk.
"Benar, Kongcu!"
"Hemmm, apakah tidak ada keterangan lainnya terhadap gadis itu?"
Penjual teh itu menggeleng.
"Tidak.!"
Kim Lo bimbang, tapi kemudian dia mengangguk.
"Jika lain waktu kau berbuat tidak baik ini hendak meracuni orang dengan
mempergunakan racun maka engkau tidak akan kuampuni lagi, walaupun kau
mengemukakan berbagai alasan.."
"Aku.. aku mengerti, Kongcu. terima kasih Kongcu! Terima kasih!"
"Hemmm, adalagi pesanku yang perlu ku perintahkan!"
"Apa itu Kongcu?!"
"Kau tidak boleh sepatah perkataan pun juga menceritakan keadaan mukaku,
kepada orang lain! Mengerti!"
Kakek tua itu mengangguk segera.
"Baik, Kongcu......."
"Jika kau melanggar perintahku ini maka engkau akan kudatangkan lagi buat
menguntungkan ke dua tanganmu!"
"Lohu mengerti Kongcu!"
"Sepatah perkataan saja kau menceritakan tentang keadaan diriku ini, hmm,
hmmm, diwaktu itu jiwamu sudah sulit dimiliki oleh engkau lagi."
"Lohu mengerti Kongcu.!"
"Baiklah, sekali ini aku mau mengampuni jiwamu!"
Kakek tua penjual teh mengangguk mengiakan.
Kim Lo menghela napas dalam-dalam memutar tubuhnya, dan bermaksud hendak
melanjutkan perjalanannya. Tangannya juga telah diulurkan ke belakang,
membuka buntalannya dan mengambil sehelai kain, yang akan dipergunakan
menutupi mukanya lagi.Tapi waktu Kim Lo tengah melangkah seperti itu dengan diawasi oleh
penjual teh itu tiba-tiba sekali terdengar suara orang tertawa disusul
juga dengan kata-kata.
"Hemm, mukanya lucu sekali, bukan? Pantas, dia selalu memakai kain buat
menutupi mukanya yang buruk itu?"
Kim Lo tercekat hatinya. Jika memang demikian jika ada orang yang
bersembunyi di dekat tempat itu. Maka dia memutar tubuhnya ke arah mana
datangnya suaranya itu.
Malah waktu itu terdengar suara lainnya, suara laki-laki yang menimpali
suara pertama tadi, suara wanita, "Benar, memang aku sudah menduganya
bahwa mukanya pasti muka yang buruk. Tapi aku tak menyangkanya bahwa
mukanya memang terlalu buruk, seperti kera begitu!"
Kim Lo tidak bisa menahan kegusaran hatinya, tangannya cepat sekali
mengambil beberapa butir kerikil dan dengan batu kerikil itu ia menimpuk
ke arah datangnya suara orang yang tengah bercakap-cakap itu yaitu dari
balik pohon-pohon yang rimbun sekali.
"Hemm, serangan yang jelek sekali, mana bisa melukai kita?" terdengar
suara wanita itu. Dan batu kerikil itu memang terpental ke sana ke mari!
Muka Kim Lo berobah merah padam.
"Sahabat keluarlah. Mari kau perlihatkan muka kalian?" Kata Kim Lo.
"Hahaha, dia meminta kita memperlihatkan muka! Memang kita tidak pernah
mempersembunyikan muka kita seperti dia yang selalu memakai kain penutup!
"Kita justeru tak pernah menutupi muka kita. Hemm sekarang dia bicara
seperti juga orang yang tidak pernah mempersembunyikan mukanya."
Waktu itu Kim Lo sudah tak tahan lagi dengan kemarahannya yang membakar
hatinya. Dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat sangat ringan sekali,
kembali gerombolan pohon bunga.
Sedangkan kakek penjual teh itu tampak memandang dengan muka pucat.
Rupanya dia kenal baik sekali kedua orang itu.
Waktu itu tubuh Kim Lo tengah melayang di tengah udara, mendadak sakali
dari gerombolan pohon bunga itu menyambar belasan batang jarum Bwee-hoaciam, yang menyambar pesat sekali.
Kim Lo tidak memperlihatkan jarum-jarum itu, dia mengibaskan tangan
bajunya.
Jarum-jarum itu runtuh dan malah tangan kanan Kim Lo telah menghantam
kepada gerombolan pohon bunga itu dengan pukulan Pek-kong-ciang, Pukulan
Udara Kosong, yang mengandung kekuatan sangat besar.
Pohon bunga itu seperti diterjang badai dan kedua orang yang bersembunyi
di balik pohon bunga itu terpaksa melompat keluar. Karena jika mereka
tetap bersembunyi di balik gerombolan pohon bunga itu, niscaya mereka
akan menjadi korban pukulan Pek-kong-ciang yang dilakukan Kim Lo.
Waktu mereka melompat keluar, justeru tubuh Kim Lo sudah melayang dekat
sekali. Dia menyusuli dengan pukulan lainnya lagi, pukulan yang sama
kuatnya. Pukulan yang membuat kedua orang itu harus cepat mengelakkannya.Kim Lo dapat mengenali dengan segera. Yang seorang mengenakan jubah
merah. Dialah Ang-sian Sienie, si nie-kouw yang pernah mendesaknya karena
ingin membuka kain penutup wajahnya.
Sedangkan yang seorang lainnya berpakaian serba putih, sebagai seorang
siucay, karena memang orang itu tidak lain dari Pek Ie Siu-cay si pelajar
baju putih!"
Kedua orang itu muncul memperlihatkan diri sambil tertawa-tawa.
Cuma Ang-sian Sienie cepat sekali melirik kepada si kakek penjual teh
dengan muka yang bengis.
"Hemm, kau telah melanggar pesan Pienie, maka kau harus mampus!"
Muka si Penjual teh itu pucat pias.
"Ampun, ampun Sienie!" Katanya sambil berlutut dan menganggukkan
kepalanya, sampai keningnya menghantam tanah berulangkali. "Lohu terpaksa
sekali. Lohu terpaksa sekali, kalau tidak Lohu akan disiksa olehnya?"
"Pienie tidak perduli karena yang terpenting kau sudah melanggar pesan
Pienie. Sudah tugasmu gagal malah engkau membuka rahasia maka engkau
harus mampus. Pienie tidak mau mendengar seribu satu macam alasan...!"
Setelah berkata begitu, tangan Ang-sian Sienie mengibas, maka belasan
batang jarum Bwee-hoa-ciam menyambar kepada penjual teh itu.
Si kakek ketakutan bukan main, dia bangun hendak melarikan diri.
Tapi jarum-jarum itu menyambar dengan pesat sekali. Kim Lo mengibaskan
tangannya, dia hendak meruntuhkan jarum-jarum itu, karena dia ingin
menolongi kakek tua penjual teh itu.
Namun usaha Kim Lo gagal, sebab waktu itu yang tentunya cuma beberapa
batang jarum saja, sedangkan enam batang jarum Bwee-hoa-ciam lainnya
sudah menancap di tubuh si kakek penjual teh itu. Seketika tubuh kakek
tua tersebut jadi kejengkang dan rubuh kerejetan di tanah, dia juga
menjerit-jerit.
Cuma saja suara jeritannya semakin lama jadi semakin perlahan dan lemah,
akhirnya berhenti, karena jiwanya sudah melayang ke akherat.
Kim Lo jadi gusar melihat kejamnya nie-kouw itu yang membunuh si kakek
penjual teh tanpa memberikan pengampman sedikit pun juga, dengan telengas
sekali. Padahal kakek penjual teh itu memang memiliki kesalahan yang
tidak terlalu berat, dan hanya gagal melaksanakan perintah dari si niekouw. Perintah yang busuk sekali, yang menghendaki jiwa Kim Lo, yang
ingin diracuninya.
"Hemm, nie-kouw jahat," menggumam Kim Lo. "Ternyata engkau bukan nie-kouw
baik-baik."Ang-sian Sienie tertawa,
"Kera cilik, kau jangan banyak rewel, kau urus dirimu sendiri!"
Bukan kepalang gusarnya Kim Lo, karena dirinya disebut sebagai kera
cilik. Tanpa buang waktu lagi dengan diiringi oleh bentakan nyaring
tubuhnya segera melesat ke tengah udara, tangannya bergerak menghantam
kepada nie-kouw itu.
Tapi Ang-sian Sienie sudah bersiap-siap sejak tadi. Melihat Kim Lo
menerjang, dia juga menyingkir ke samping, sambil berkelit begitu ia
balas menyerang.
Pek Ie Siu-cay tidak tinggal diam, dia sudah mencabut pedangnya. Dia
menikam!
Kim Lo yang tengah murka telah turun tangan tidak kepalang tanggung. Dia
mengulurkan tangan kanannya menjepit pedang Pek Ie Siu-cay.
Dengan gerakan perlahan dia merampas pedang itu. Malah kemudian dia telah
mematahkan pedang ketika kakinya hinggap di tanah.
Gerakan yang dilakukan oleh Kim Lo begitu cepat hanya dalam sekejap mata
saja. Di mana dia sudah mematah pedang dan melemparkan patahan pedang itu
yang meluncur dengan pesat sekali menancap di batang pohon.
Maka Pek Ie Siu-cay jadi pucat pias, dia gemetar dan juga memandang
ngeri.
Muka Kim Lo memang buruk sudah seperti muka kera namun dalam hal ini,
jelas membuat dia tidak dapat bergerak untuk membalas kepada Kim Lo
karena pedangnya sudah dipatahkan. Dia berdiam diri saja.
Muka yang seperti kera itu dalam keadaan marah seperti itu, benar-benar
membuatnya jadi ngeri dan tidak berdaya. Dan dia tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Kepandaian Pek Ie Siu-cay sesungguhnya cukup tinggi
namun menghadapi Kim Lo dia seperti tidak tahu apa, yang telah
memandangnya tertegun saja.
Ang-sian Sienie jadi murka bukan main melihat pedang kekasihnya
dipatahkan seperti itu oleh Kim Lo. Dia tidak banyak bicara, tubuhnya
melesat kepada Kim Lo dengan terjangan yang kuat sekali. Sepasang
tangannya pun bergerak-gerak sangat sebat berbahaya bukan main.
Kim Lo juga sudah tidak main-main lagi. Dia bersungguh-sungguh karena
memang diapun tengah panas dan murka, karena dari itu, dia telah balas
menyerang setelah dia berkelit dari serangan Ang-sian Sienie.
Dalam waktu yang singkat mereka sudah terlibat dalam pertempuran yang
seru.
"Kera kecil, sekarang aku puas telah melihat jelas mukamu!" Mengejek si
nie-kouw.
Tubuh Kim Lo gemetar menahan gusar.
"Hemm, niekouw jahat seperti engkau harus dihajar mampus!" Kata Kim Lo
yang sudah tidak bisa membendung kemarahan hatinya.Di saat itulah, cepat sekali dia menjejakan kakinya, cara bersilatnya
berobah.
Kalau tadi dia melayani Ang-sian Sienie dari jarak dekat mereka bertempur
dengan rapat sekarang justeru dia menyerang dari jarak yang jauh. Dia
bertempur dengan mempergunakan ilmu andalannya.
Setiap serangannya memang mengandung lweekang yang sangat kuat sekali
karena memang tenaga dalam Kim Lo telah mencapai puncak yang tinggi. Jika
tadi dia tidak mau mempergunakan tenaga dalamnya yang hebat disebabkan
merasa tidak memiliki permusuhan dengan Ang-sian Sienie.
Justeru sekarang lain. Dia menyaksikan betapa nie-kouw itu bertangan
telengas sekali.
Kakek penjual teh yang tidak berdaya itu sudah dibunuhnya dengan kejam
sekali.
Dengan demikian Kim Lo, memutuskan. membunuh nie-kouw ini. Atau memang
jika bisa, dia hanya ingin melukai dan membuat nie-kouw itu bercacad,
agar kepandaiannya musnah.
Dengan dimusnahkan kepandaiannya, jelas nie-kouw itu kelak tidak bisa
malang melintang mengumbar angkara murkanya.
Serangannya Kim Lo yang terakhir benar-benar membuat Ang-sian Sienie jadi
sibuk mengelakkan dan juga berkelit ke sana ke mari. Dia juga kaget,


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengapa mendadak sekali si pemuda yang mukanya seperti kera itu berobah
jadi sangat tangguh tenaga dalamnya demikian hebat beberapa kali lipat
lebih besar dibandingkan dengan tadi.
Ang-sian Sienie mengempos semangat dan lweekangnya. Namun setiap kali
tenaga mereka saling bentur, maka membuat tubuh nie-kouw tersebut
tergoncang keras.
Hal ini telah membuat nie-kouw itu mati-matian mengempos seluruh
kekuatannya. Dia berusaha untuk dapat membendung kekuatan lweekang yang
dilancarkan dalam pukulan Kim Lo.
Malah dia pun berusaha beberapa kali buat membalas menyerang. Sayangnya
dia gagal!
Pek Ie Siu-cay melihat Ang-sian Sienie terdesak seperti itu jadi
berkuatir sekali.
Kim Lo tidak membuang waktu mendesak terus, dia hendak merubuhkan si niekouw. Berulangkali tangannya sudah menyambar-nyambar dan kekuatan tangan
serangannya semakin kuat juga.
Ang-sian Sienie mengeluh.
"Bocah bermuka buruk ini ternyata demikian tangguh kepandaiannya, tidak
mengherankan kalau di dalam rimba persilatan dia digelari Pendekar Aneh
Berseruling Sakti.
"Memang kepandaiannya sangat tinggi! Tentu serulingnya pun sangat liehay
sekali! Mudah-mudahan saja dia tidak mempergunakan serulingnya........
Hemmm, mungkin juga dia hendak merubuhkan aku hanya terluka saja, aku
harus dapat menghadapi dengan baik."Si nie-kouw berpikir begitu, karena ia merasakan bahwa Kim Lo tidak
bermaksud membinasakannya. Setiap serangannya terbatas hanya ingin
melukainya. Karenanya juga, dia bermaksud untuk dapat menghadapi Kim Lo
dengan kepandaiannya.
Kini Ang-sian Sienie baru menyadari bahwa memang pantas juga Kim Lo cepat
sekali terkenal di dalam rimba persilatan. Begitu muncul di dalam rimba
persilatan, dia berhasil menggemparkan.
Dua kali Ang-sian Sienie berkelit ke sana ke mari. Setiap gerakannya
sangat gesit.
Cuma saja Kim Lo sama sekali tidak memberikan kesempatan sedikitpun juga
padanya buat bernapas.
Pukulan yang dilakukan Kim Lo datang beruntun dan mendesak si nie-kouw
itu terus menerus.
Ang-sian Sienie seakan juga kehabisan tenaga, dia mulai lelah. Sebab dia
sudah mengempos seluruh kepandaian dan tenaganya, sedangkan pertempuran
itu belum lagi selesai. Malah Kim Lo terus menerus mendesak.
Dalam suatu kesempatan, waktu tubuh si nie-kouw tengah terhuyung, Kim Lo
sudah membentak nyaring, tangan kanannya menghatam dengan delapan bagian
tenaga dalamnya. Angin menderu kuat sekali menyambar kepala Ang-sian
Sienie.
Waktu itu Ang-sian Sienie tengah terhuyung, kuda-kuda sepasang kakinya
tengah goyah dan tergempur. Sekarang dia didesak seperti itu karenanya
juga dia jadi sibuk sekali buat menghindarkan diri dari sambaran tangan
Kim Lo.
Kim Lo melihat nie-kouw itu mengelak dengan memiringkan tubuhnya,
kemudian seperti jembatan gantung, dimana tubuhnya menjeblak ke belakang.
Cuma saja, disebabkan kuda-kuda sepasang kakinya tengah tergempur dan
nie-kouw itu tidak bisa berdiri tetap, tubuhnya yang tengah terjengkang
ke belakang tidak bisa dalam posisi yang baik.
Kim Lo mendengus mengejek.
"Terimalah ini!" tangan kirinya menyambar juga.
Segera juga nie-kouw itu kena digempurnya. Sekali ini Ang-sian Sienie tak
dapat menangkis atau mengelakkan pukulan itu.
Tubuh si nie-kouw dengan diiringi teriakan kesakitan, terpental! Cuma,
dia tidak sampai rubuh, karena waktu tubuhnya terpukul dan tengah
terjengkang ke belakang, dia mempergunakan sepasang tangannya menyanggah
ke tanah. Dia menghentak tubuhnya, jumpalitan jatuh dengan sepasang kaki
terlebih dulu.
Muka nie-kouw itu pucat dan merah bergantian, dia juga meringis menahan
nyeri.
"Hemm, sekarang ingin diteruskan?" mengejek Kim Lo dingin. "Kau telengas
sekali. Kukira hajaran itu belum cukup untuk menyadari dirimu, bahwa kau
memang bertangan telengas dan selanjutnya harus merobah kekejamanmu itu
jika tengah menghadapi lawan yang tidak berdaya.......!""Manusia kera tidak tahu diuntung!" teriak Ang-sian Sienie tersebut
dengan murka. "Kau kira aku jeri melanjutkan pertempuran ini? Kau tidak
perlu menasehati aku, seperti seorang kakek menasehati cucunya! Terimalah
ini!"
Sambil membentak murka begitu, tangan kanan si nie-kouw sudah terayun
kuat. Dia melepaskan belasan batang Bwee-hoa-ciam, jarum-jarum halus.
Kim Lo mengelak.
Kesempatan itu dipergunakan Ang-sian Sienie menoleh kepada Pek Ie Siucay, "Ayo kau juga maju, tidak mungkin kita berdua bisa dirubuhkannya!" Dia
menganjurkan Pek Ie Siu-cay buat mengeroyok Kim Lo.
Pek Ie Siu-cay seperti baru tersadar. Cepat sekali dia menjejakkan
kakinya, tubuhnya melesat menyambar kepada Kim Lo, karena pedangnya tadi
telah dipatahkan oleh Kim Lo dia menyerang dengan sepasang tangannya.
Pukulan yang dilakukan oleh Pek Ie Siu-cay tidak lemah, walaupun
bagaimana memang dia memiliki kepandaian tinggi, sebab itu begitu membuka
serangan dia menghantam dengan lweekang yang dahsyat.
Kim Lo tidak memandang sebelah mata pukulan Pek Ie Siu-cay, dia
menangkisnya.
Waktu pemuda ini menangkis pukulan Pek Ie Siu-cay justeru Ang-sian Sienie
membarengi menyerang lagi dengan timpukan belasan jarumnya.
Kim Lo mendongkol sekali. Tangan kanannya waktu itu tengah saling bentur
dengan tangan Pek Ie Siu-cay, tapi jarum-jarum yang ditimpukan si niekouw sudah menyambar dekat sekali. Ia mengibaskan tangan kirinya.
Jarum-jarum itu runtuh, hanya saja Ang-sian Sienie membarengi dengan
timpukan lainnya.
Kim Lo terpaksa harus menyambuti setiap sambaran jarum dan penyerangan
yang dilakukan Pek Ie Siu-cay yang gencar. Malah Ang-sian Sienie berulang
kali sudah membantu menyerang juga pada Kim Lo. Setiap ada kesempatan
nie-kouw itu tentu akan mendesak Kim Lo dengan pukulan-pukulan yang
mematikan.
Kim Lo sangat mendongkol sekali, sekarang ia tak mau berlaku sungkansungkan lagi. Sambil berseru nyaring, tahu-tahu tubuhnya melesat ke sana
ke mari, gerakannya begitu cepat, ia menyerang dengan sepasang tangannya.
Putaran tubuhnya yang gesit seperti itu, yang melesat ke sana ke mari
membuat si nie-kouw tidak sempat buat melanjutkan timpukan dengan jarum
Bwee-hoa-ciam nya, karena ia berulang kali harus mengelakan sambaran
tangan Kim Lo.
Cara menyerang seperti ini dilakukan Kim Lo terus mendesak kedua
lawannya.
Memang pada dasarnya kepandaian Ang-sian Sienie maupun Pek Ie Siu-cay
masih berada di bawah kepandaian Kim Lo perlahan-lahan mereka terdesak
dan jatuh di bawah angin.Pek Ie Siu-cay melihat keadaan seperti itu tidak menguntungkan diri
mereka tapi Pek Ie Siu-cay masih terus berusaha membantu si nie-kouw,
buat menyerang Kim Lo? Dia tidak tega jika harus meninggalkan Ang-sian
Sienie, melarikan diri begitu saja. Dia terus berusaha untuk mengadakan
kerjasama yang sebaik-baiknya dengan Ang-sian Sienie.
Waktu ketiga orang ini tengah terlibat dalam pertempuran yang seru,
mendadak terdengar tertawa seorang wanita, perlahan dan lembut, disusul
dengan kata-katanya,
"Hemmm, menghadapi dua manusia busuk seperti itu tidak perlu sungkansungkan! Mengapa tidak sejak tadi menurunkan tangan kejam padanya, agar
mereka mengetahui tangan telengas seharusnya merupakan hal yang tidak
menggembirakan!"
Kim Lo melirik
Ternyata yang muncul pun berkata-kata begitu tidak lain dari gadis yang
tadi telah berhasil menjambret kain penutup mukanya. Yang menurut penjual
teh itu adalah gadis yang disebut sebagai nona Cin. Bukan main
mendongkolnya Kim Lo melihat munculnya gadis itu yang telah menyebabkan
rahasia keadaan mukanya dilihat oleh Ang-sian Sienie maupun Pek Ie Siucay. Tapi dia tengah terlibat oleh Ang-sian Sienie maupun Pek Ie Siu-cay, maka
tidak bisa melampiaskan kemendongkolannya itu pada si gadis.
Sedangkan nona Cin itu, sudah berdiri di luar kalangan pertempuran.
Mengawasi sambil tersenyum-senyum. Diapun telah memegangi kain penutup
muka Kim Lo yang belum dibuangnya. Tampaknya dia tertarik sekali buat
menyaksikan jalannya pertempuran itu.
Di dalam hati Kim Lo berpikir, "Bocah busuk itu muncul lagi, tentu dia
hendak menggangguku pula! Siapakah gadis itu? Tampaknya dia memiliki
kepandaian yang tidak rendah."
Karena terbagi pikiran dan perhatiannya, Kim Lo kurang hati-hati. Waktu
itu tangan Ang-sian Sienie menyambar mau menotok jalan darah Mo-lianghiatnya.
Untung saja Kim Lo tersadar cepat sekali, dia berhasil berkelit ke
samping, malah dia telah membarengi dengan dupakan. Ang-sian Sienie
tertendang keras pinggangnya. Nie-kouw itu terpental. Hanya dia tidak
sampai terbanting.
Pek Ie Siu-cay tertegun sejenak, dia berhenti menyerang Kim Lo untuk
menyaksikan si nie-kouw terpental seperti itu.
"Angin keras.......!" Berseru Ang-sian Sienie dengan suara nyaring, dia
sendiri memutar tubuhnya, berlari meninggalkan tempat itu.
Pek Ie Siu-cay kaget. Tanpa pikir panjang lagi dia menjejak ke dua
kakinya berlari pesat sekali. Dia kuatir kalau memang Ang-sian Sienie,
sudah pergi, jelas dia hanya seorang diri saja menghadapi Kim Lo berarti
dia akan mudah sekali dirubuhkan Kim Lo. Bukankah tadi saja dia bersama
Ang-sian Sienie menghadapi Kim Lo masih tidak berdaya."Mau kemana kau?" Bentak Kim Lo dengan suara yang bengis, dia bermaksud
mengejar.
"Percuma kau mengejar mereka!" Bilang nona Cin dengan diiringi tertawa.
Kim Lo jadi merandek, sekarang dia teringat kepada gadis itu yang telah
membuka kain penutup mukanya.
Dia sudah memutar tubuhnya dengan wajah gusar dia menghampiri gadis itu!
Nona Cin menutupi mukanya, tertawa cekikikkan. Diapun malah sudah bilang,
"Jangan marah-marah begitu! Jangan galak-galak begitu. Aku jadi seram
melihat mukamu!"
Diejek seperti itu, bukan main murkanya Kim Lo.
"Kau sudah lancang mengambil kain penutup mukaku, maka engkau harus
merasakan ganjarannya!" Mendesis Kim Lo dengan suara mengandung
kegusaran.
Gadis itu tetap berlaku tenang, sama sekali dia tidak jeri menghadapi Kim
Lo. "Kau jangan galak-galak begitu, justeru sudah kukatakan tadi, jika aku
bisa melihatmu, maka aku sudah puas! Sekarang aku sudah melihatnya.!"
Dan gadis itu kembali tersenyum.
Muka Kim Lo jadi semakin tak sedap dilihat, karena ia mendongkol
bercampur marah.
"Jadi sekarang kau sudah puas?!"
"Ya!"
"Dan karena kau sudah merasa puas, engkau harus membayar mahal rasa
puasmu itu!"
"Membayar mahal bagaimana?"
"Kau lancang mengambil kain penutup mukaku, maka engkau harus membayar
kelancanganmu itu dengan dimusnahkan lweekangmu! Aku akan memusnahkan
lweekangmu itu.!"
"Oh, begitu. Bisakah?"
"Bagaimana?!" Bentak Kim Lo.
"Maksudku bisakah kau memusnahkan lweekangku? Kukira tidak akan semudah
seperti yang kau ucapkan itu!"
Muka Kim Lo berobah merah padam. Dia merasa malu tadi waktu kain penutup
mukanya terlepas oleh jambretan tangan si gadis. Dia pun jadi marah,
karena beranggapan si gadis sangat lancang sekali dengannya maka dari itu
dia ingin memberikan ganjaran kepada gadis itu.Melihat si gadis berdiam diri saja dia telah melompat maju, tangan
kanannya sudah menyerang dengan sebat sekali. Dia menyerang dengan jurus
"Monyet Mengambil Buah Tho" dan gerakannya itu memang sangat cepat sekali
dia telah memperlihatkan kesebatannya.
Gadis itu tertawa. Dia melompat mundur, dia sama sekali tidak menangkis
atau balas menyerang.
"Jangan galak-galak. hentikan dulu! Jangan menyerang dulu, apa yang
ingin ku katakan kepadamu."
Kim Lo berhenti menyerang.
"Apa yang ingin kau katakan!"
"Banyak? Kau berhenti dulu! Kau harus berjanji tidak akan menyerangku
dulu. karena aku akan merasa tenang kalau memang sudah mendengar janjimu
dan baru bisa memberitahukan sesuatu kepadamu."
"Katakanlah!"
"Kau belum lagi berjanji?"
"Aku tidak mungkin menyerang orang yang tengah berkata-kata dan tidak
bersiap sedia.!"
"Hemm, benarkah itu?"
"Kau jangan kuatir, aku mendustaimu!"
"Baiklah, kalau memang demikian!" Kata si gadis, masih dia tersenyum
dengan sikap yang manis sekali.
Memang rupanya dia hendak mempermainkan Kim Lo, tapi Kim Lo tidak bisa
menyerangnya begitu saja. Bukankah si gadis yang telah memintanya dan
berjanji tidak akan menyerangnya!
"Cepat katakan apa yang hendak kau jelaskan!" bentak Kim Lo dengan suara
yang mengandung kemendongkolan.
"Baik! Baik! Jangan tergesa-gesa!"
Gadis itu mendehem beberapa kali, tersenyum lagi, menoleh dengan mata
melirik kemudian ia bilang,
"Kau pernah mendengar Giok-sie?!"
"Giok-sie?" tercekat hati Kim Lo.
Gadis itu mengangguk.
"Ya, Giok-sie.......!"
Kim Lo mengangguk.
"Pernah. Ada sangkutan apa persoalan kita dengan Giok-sie?"
"Ohh, tentu saja ada hubungannya yang erat....... Kau tahu nie-kouw itu
dengan si pelajar baju putih hendak meracuni kau, karena disebabkan Gioksie!"Kim Lo memandang heran.
"Benarkah, apa yang kau katakan itu?"
Gadis itu mengangguk.
"Kalau memang tak benar, buat apa aku memberitahukan padamu!"
"Lalu apa lagi?"
"Tunggu dulu satu-satu jangan sekaligus menjelaskan beberapa macam
persoalan! Aku akan memberitahukan semua persoalan, tapi satu-satu, agar
urusan menjadi jelas!"
"Ayo jelaskan!"
"Jangan mendesak seperti itu! Aku ingin menjelaskan padamu berdasarkan
keinginan hatiku sendiri, bukan sebab paksaan! Jika kau memaksa, malah
aku tak mau menjelaskan!"
Kim Lo jadi tak sabar
"Hemmm, tentu semua ini hanya bisamu saja?" Kata Kim Lo, mendongkol.
"Bisaku sendiri bagaimana?"
"Kau yang mengarang-ngarang sendiri."
"Hemmm, mengapa aku harus mengarang-ngarang sendiri? Bukankah tadi sudah
kuperlihatkan padamu, bahwa aku ingin sekali melihat wajahmu? Kau tahu
sebabnya?"
Kim Lo tengah mendongkol, namun mendengar pertanyaan si gadis seperti itu
tak urung ia menggeleng.
"Tidak!" Katanya.
"Ada sebabnya!"
"Apa sebabnya itu?"
"Aku pernah mendengar, bahwa di dalam rimba persilatan sudah muncul
Pendekar Aneh Berseruling Sakti. Aku mendengarnya dari mulut seorang
tokoh rimba persilatan.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bahkan dikatakannya bahwa Pendekar Aneh Berseruling Sakti itu
menghendaki Giok-sie. Tapi selama ini belum ada seorang pun di kalangan
Kang-ouw yang berhasil melihat bagaimana rupa dan bentuk wajah si
pendekar aneh itu.
"Karena itu pula, tidak heran kalau engkau digelari sebagai Pendekar
Aneh, karena selamanya kau mengenakan kain penutup muka! Juga serulingmu
katanya hebat sekali maka kau ditambahi gelaran dengan Berseruling Sakti.
"Aku justeru jadi tertarik sekali ingin mengetahui bagaimana bentuk
mukamu sebenarnya. Alasan itulah menyebabkan mengapa aku memaksa hendak
membuka kain penutup mukamu!"Oh ya, apakah sekarang engkau masih marah padaku?" sambil bertanya
begitu si gadis tersenyum manis sekali menatap Kim Lo.
Kim Lo jadi kikuk juga melihat sikap si gadis, dia menghela napas dalamdalam.
"Apakah masih ada yang hendak kau jelaskan?"
"Ada! Tentu saja ada."
"Ayo katakan. Aku tidak memiliki waktu yang banyak?"
"Oh tentu aku akan menjelaskannya! Tapi engkau belum lagi memberikan
jawaban padaku atas pertanyaanku tadi!"
"Baiklah! Aku memang masih marah padamu, karena tadi engkau begitu
lancang!"
Si gadis tersenyum.
"Kau jujur!" Katanya.
Kim Lo mengawasi
"Jujur?!"
Gadis itu mengangguk.
"Ya. Kau jujur karena kau masih merasa marah padaku, kau bilang masih
marah. Pada hal banyak laki-laki yang selalu berbohong walaupun tengah
marah, dia selalu mengatakan tidak marah!"
"Hemm." Kim Lo hanya mendengus. Tapi menggembirakan, senang dipuji si
gadis.
"Hemmm, hemmm, hemmm," si gadis mendengus berulangkali. "Apa itu yang
hemm, hemm?"
Kim Lo jadi terdiam, menatap si gadis yang nakal itu.
"Kau mau mendengar keteranganku?" Tanya si gadis tertawa melihat Kim Lo
diam saja.
Kim Lo mengangguk.
"Katakanlah!"
"Aku ingin menjelaskan juga persoalan yang menyangkut Giok-sie! Kau
tentunya sudah mendengar bahwa Giok-sie sudah berhasil ditemukan oleh
seorang nelayan di pantai Put-hay! Nah, sekarang urusannya adalah
bagaimana engkau mencari nelayan itu, bukan?"
Kim Lo terpaksa mengangguk.
"Dari mana kau mengetahui hal itu?" Tanya Kim Lo kemudian dengan sikap
ragu.
"Kau tidak usah menanyakan hal itu, karena aku memiliki telinga yang
panjang dan tajam dalam rimba persilatan, karena itu banyak persoalan
rimba persilatan yang aku ketahui Tapi yang ingin kujelaskan ialahtempat berdiamnya si nelayan itu, memberi tahukan kepadamu agar engkau
bisa mencari nelayan itu.!" Setelah berkata begitu gadis itu tertawa.
Kim Lo tercekat, dia juga jadi girang.
"Benarkah kau mengetahui di mana beradanya si nelayan yang beruntung itu
memperoleh Giok-sie?"
Si gadis mengangguk.
"Sebelum kuberi tahukan kepadamu di mana tempat beradanya si pelayan, aku
akan memberitahukan sesuatu dulu kepadamu!"
"Apa lagi?"
"Tentang Ciangbunjin Khong-tong-pay!"
"Ohhhh?"
"Kau pernah mendengarnya bukan urusan yang menyangkut ketua Khong-tongpay itu?"
Kim Lo mengangguk.
"Mengenai surat yang ditulisnya?"
"Benar," si gadis mengangguk.
"Kenapa dengan surat itu? Apa ada urusan lainnya disamping surat
Ciangbunjin Khong-tong-pay tersebut?"
"Tentu jika tidak persoalannya, mengapa aku harus menceritakan kepadamu!"
Kim Lo mengawasi si gadis. Banyak yang diketahui gadis ini. Malah dilihat
dari sikapnya, memang si gadis tidak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia
tengah berdusta.
"Baiklah kau ingin menjelaskan apa lagi?"
"Tentu surat itu, surat yang ditulis oleh ketua Khong-tong-pay itu
dititipkan pada seorang yang bergelar Hui-houw-to! Ia menerima upah yang
besar sekali dari Ciangbunjin Khong-tong-pay, dan dia pun berusaha
membawa surat yang ditulis Cangbunjin Khong-tong-pay ke Yu-cung sebuah
kampung yang tidak terlalu jauh lagi dari tempat ini.
"Orang itu yang akan mencari si nelayan buat merampas Giok-sie. Tapi
sayang, surat yang ditulis oleh Ciangbunjin Khong-tong-pay tersebut
menjadi rebutan orang-orang rimba persilatan, karena rahasia itu telah
bocor..!"
Kim Lo mendengarkan dengan tertarik, dia lupa akan peristiwa tadi,
kelancangan si gadis yang telah menjambret terbuka topeng mukanya. Dia
bertanya, "Lalu bagaimana?"
"Orang yang bertanggung jawab terhadap surat yang dibuat Ciangbunjin
Khong- tong-pay itu adalah Hui-houw-to. Tapi kepandaiannya tidak terlalu
tinggi, dia telah dihadang oleh orang-orang Kang-ouw selama dalam
perjalanan."Surat itu selalu berpindah-pindah tangan. Malah menurut yang kudengar,
ada pendeta Siauw-lim-sie yang melindungi Hui-houw-to membantunya untuk
melindungi surat itu.!"
"Pendeta Siauw-lim-sie?"
"Ya!" si gadis mengangguk. "Tang-ting Hweshio! Pendeta yang memiliki
kepandaian sangat tinggi karena itu Hui-houw-to bisa melindungi surat
tersebut lebihh tenang!``
"Sekarang Hui-houw-to berada di mana?"
"Kau jangan gelisah dulu! Dengarkan baik-baik!" Kata si gadis. "Karena
memang surat itu tidak ada artinya bagiku. Aku mengetahui jelas di mana
beradanya si nelayan yang beruntung memperoleh Giok-sie itu. Mengapa kita
harus merepotkan diri mencari-cari surat yang ditulis oleh Ciangbunjin
Khong-tong-pay!"
"Kau mengetahui dimana tempat si nelayan yang beruntung memperoleh Gioksie itu."
Si gadis mengangguk
"Ya, memang aku mengetahuinya."
"Di mana?!"
"Sabar, aku nanti akan menjelaskan dan memberitahukannya kepadamu!"
"Tapi sekarang kau beritahukan dulu kepadaku, dimana tempat tinggalnya si
nelayan."
"Nelayan itu telah meninggalkan kampung halamannya, karena dia menyadari
dengan diperolehnya Giok-sie. jiwanya terancam kematian. Banyak orang
rimba persilatan yang memperebutkan Giok-sie.
"Mereka tentu tidak segan-segan akan membunuh si nelayan itu, kalau saja
memang ada orang rimba persilatan yang sudah berhasil mencari tempat
berdiamnya nelayan itu. Demikian juga dengan orang-orang kerajaan, para
pahlawan Kaisar pun banyak yang mencari si nelayan......."
"Karena dari itu si nelayan telah pindah ke kampung lain, sebab dia
menyadari bahwa keselamatan jiwanya tidak terjamin lagi! Dia menyadari
juga kalau sampai dia dibunuh oleh orang kerajaan atau pun juga orang
rimba persilatan, itu masih merupakan urusan kecil!
"Tapi yang berbahaya sekali, begitu Giok-sie berhasil ditemukan oleh
orang rimba persilatan. Jelas mereka satu dengan yang lainnya akan
memperebutkannya, korban yang berjatuhan akan banyak sekali!"Alasan itulah yang menyebabkan si nelayan akhirnya harus menyingkirkan
diri. Dia tidak mau kalau sampai Giok-sie itu menimbulkan korban, terlalu
banyak meminta korban dalam jumlah yang besar.......!"
Kim Lo mengawasi si gadis selama orang bercerita itu melihat bibir si
gadis yang bergerak-gerak betapa manisnya bentuk bibir si gadis.
Demikian juga cerita yang dikisahkannya sangat menarik sekali, Inilah
menyangkut dengan urusan Giok-sie, sedangkan Kim Lo memang tengah
menyelidiki tentang Giok-sie itu, juga tentang si nelayan yang beruntung
memperoleh Giok-sie"
"Lalu bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?" Tanya si gadis sambil tersenyum.
Muka Kim Lo berobah merah.
'Tentang si nelayan?"
"Tentu saja dia kini berada di tempat yang selamat, dia sudah berhasil
menyingkirkan diri di tempat yang sulit sekali di datangi sembarangan
orang?"
"Benarkah itu?"
"Mengapa tidak benar!"
"Tapi di mana tempat itu sebenarnya?"
"Aku tidak bisa menyebutkannya di sini. Tapi aku pasti nanti
memberitahukan kepadamu. Kau tentu bisa mengetahui bahwa di sekitar
tempat ini ada telinga yang tengah mendengarkan. Bukankah dinding saja
bertelinga!"
Kim Lo menghela napas.
"Baiklah, tapi kukira memang tempat itu sendiri kau belum mengetahui, kau
tengah mengulur waktu. Kalau benar-benar kau mengetahui di mana beradanya
si nelayan, kau boleh memberitahukannya kepadaku dengan perlahan dengan
berbisik.
Muka si gadis berobah merah.
"Kau kira kau ini pacarku, sehingga perlu bisik-bisik!" Kata si gadis.
Muka Kim Lo berobah merah, dia segera menyadari bahwa dia telah salah
bicara.
"Baiklah jika memang demikian kau keberatan, maka bisa saja kau
memberitahukannya lewat tulisan."
"Hemmm, kau harus sabar jika memang ingin mengetahui di mana beradanya
nelayan itu. Aku berjanji nanti akan memberitahukannya sesuatu yang sama
pentingnya. Nah, maukah kau ikut bersamaku untuk pergi ke suatu tempat?"
Sambil bertanya begitu si gadis memandang Kim Lo dengan tajam. Lenyap
senyumnya, sikapnya sungguh-sungguh.
Kim Lo ragu-ragu."Untuk apa?" Tanya Kim Lo kemudian.
"Tentu saja untuk menunjukkan kepada kau sesuatu yang sama pentingnya
dengan urusan Giok-sie itu!"
"Ohh!" Kim Lo ragu-ragu lagi, ia berdiam diri saja beberapa saat.
Si gadis mengawasinya, ia tertawa lagi.
"Kau mau ikut denganku?"
Kim Lo bimbang.
"Bagaimana? Kau bersedia tidak?"
Kim Lo akhirnya mengangguk.
"Baiklah! Kemana?"
"Ke sebuah tempat........ tentu akan membawa faedah yang cukup besar buat
kau!"
"Baik! Mari!" Kata Kim Lo bersiap-siap untuk ikut dengan gadis itu.
"Tunggu dulu, kau harus menyanggupi dulu beberapa syaratnya jika memang
ingin turut denganku!"
"Katakan syaratnya!" Kim Lo tak sabar.
"Yang pertama, kau tak boleh membantah perintahku jika sudah tiba di
tempat itu!"
Kim Lo tambah bimbang.
"Kau menyanggupi?"
Kim Lo menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa?"
"Kau?"
"Aku tidak bisa memenuhi syaratmu karena terus saja aku tak mau kalau
sampai kelak kau memerintahkan kepadaku agar terjun dalam hutan golok
atau pun juga terjun ke dalam kuali minyak mendidih. Karena dari itu,
syaratmu tidak akan kupenuhi!"
"Aku tidak segila itu dengan permintaanku hanya ingin kau menuruti apa
yang ku perintahkan dalam batas-batas tertentu yaitu aku akan meminta kau
pergi ke bagian mana dari tempat itu, mengatasi beberapa macam persoalan
dan lain-lainnya yang tidak akan mencelakai dirimu kalau memang kau
menuruti perintahku!"
"Mengapa begitu?"
"Tempat yang akan kita datangi itu merupakan sebuah tempat yang berbahaya
sekali."
Kim Lo masih bimbang."Kau menerimanya?" Desak si gadis.
"Baiklah!" Mengangguk Kim Lo.
"Lalu syarat lainnya..!!" Kata si gadis. "Kau tidak boleh melakukan
sesuatu sekehendak hatimu. Kau tidak boleh berkata-kata, kau harus
berdiam diri saja.
"Apa pun yang terjadi di sana, di tempat yang akan kita datangi, tanpa
perintahku kau tidak boleh bergerak sekehendak hati! Kau tidak boleh
memperdulikan hal-hal yang terjadi di sana, kejadian apa pun juga.
Kim Lo merasakan syarat yang ini tidak terlalu berat. Dia mengangguk,
perasaan mau tahunya semakin besar. Apa yang ingin perlihatkan si gadis.
"Baiklah!" Katanya kemudian, "Aku menerima syaratmu."
"Apa lagi?"
"Kau harus memenuhi juga syarat ketiga!"
"Katakan!"
"Kau tidak boleh memakan sesuatu apapun di tempat itu! Sekali saja kau
melanggarnya maka engkau akan menemui bahaya yang tidak kecil!"
Kim Lo mengangguk.
"Baik! Aku bukan sebangsa manusia rakus!" Katanya.
Gadis itu tertawa,
"Nah, mari kau ikut denganku," setelah berkata begitu, si gadis memutar
tubuhnya, berlari.
Kim Lo mengikuti di belakangnya.
Sambil berlari, Kim Lo jadi mengawasi tubuh si gadis, yang berlari di
sebelah depannya.
Betapa eloknya bentuk tubuh si gadis, dia pun seorang gadis yang cantik.
Cuma saja dia agak binal dan liar. Kepandaian gin-kangnya tidak rendah,
karena gadis itu dapat berlari secepat angin, dia pun tampaknya tidak
letih.
Kim Lo mengikuti terus.
Gadis itu mengajak Kim Lo ke muka sebuah hutan yang lebat.
"Tempat apa ini?" Tanya Kim Lo.
"Sekarang kau masih boleh bertanya, tapi begitu memasuki hutan ini, ingat
kata-kataku!"
Kim Lo mengangguk.
"Dengan melewati hutan ini kita akan tiba di tempat yang kita tuju."Setelah berkata begitu si gadis memasuki hutan tersebut. Tampaknya dia
kenal sekali keadaan di dalam hutan tersebut, dia bisa bergerak leluasa.
Kim Lo mengikuti terus sambil di hatinya bertanya-tanya entah apa yang
akan dilakukan si gadis. Dan apa yang hendak diperlihatkan gadis itu,
yang katanya sama pentingnya dengan Giok-sie.
Setelah melewati hutan itu, tampak sebuah rawa yang luas. Kim Lo berhenti
berlari, dia bimbang.
"Kita mau kemana?" Tanyanya.
"Huss! Kau sudah melanggar janjimu!" Kata si gadis, "Kita akan segera
tiba di tempat tujuan kita."
Kim Lo melihat si gadis berdiri di tepi rawa. Dia menoleh kepada Kim Lo.
"Hati-hati, harus mempergunakan gin-kang mu, jangan menimbulkan suara!
Kita melompati rawa itu.!"
Kim Lo terkejut.
"Melompati rawa itu?"
"Kembali kau melanggar janjimu!"
"Tapi. untuk melompati rawa itu bukan pekerjaan yang mudah.!"
"Aku akan dapat membantumu!"
Setelah berkata begitu, si gadis mengambil beberapa ranting, lalu ranting
dilemparkan ke permukaan rawa itu. Dia menjejakkan kakinya, tubuhnya
melambung ke rawa itu, hinggap di atas ranting.
Dia menjejakkan kakinya lagi, tubuhnya melesat lagi, belum lagi tubuhnya
meluncur turun, dia melemparkan ranting lainnya, dia hinggap di atas
ranting itu. Demikian dilakukan terus sampai akkirnya kini dia telah tiba


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di seberang sana.
Kim Lo diam-diam memuji kecerdikan si gadis. Dia mengikuti apa yang
dilakukan si gadis dengan ranting-ranting kering itu. Kim Lo memang dapat
melompat dengan ringan dan mudah karena gin-kangnya yang tinggi.
Setelah tiba di seberang sana, si gadis dengan jari telunjuk di mulut
mengisyaratkan agar Kim Lo, tidak bertanya-tanya lagi.
Tangan kanan gadis itupun telah mencekal tangan Kim Lo, ditariknya ke
sebuah batu yang menonjol cukup besar. Si gadis bersembunyi di situ.
Kim Lo ikut bersembunyi.
"Apakah di tempat ini ada orang pandainya?" tanya Kim Lo berbisik.
Gadis itu mengangguk.
"Bukan satu orang, tapi ada tiga orang yang pandai memiliki kepandaian
luar biasa, karena itu kita harus hati-hati sekali untuk pergi ke tempat
itu."Kim Lo baru mengerti, mengapa si gadis tadi meminta dia berjanji agar
mematuhi perintahnya dan juga berdiam diri tidak boleh bertanya-tanya.
Rupanya memang gadis ini akan mengajaknya ke tempat orang-orang pandai
yang mempunyai kepandaian tinggi. Karena dari itu, dia meminta Kim Lo
agar berlaku hati-hati.
Kim Lo mengawasi terus tempat itu.
Ternyata tempat itu merupakan sebuah lapangan yang luas sekali.
Yang membuat Kim Lo jadi heran, dia melihat sebagai kuburan yang
berbentuk bulat dan tinggi besar. Berbeda dengan kuburan biasanya, yang
berukuran hanya setinggi satu meter. Justeru bangunan kuburan itu besar
dan tinggi sekali, hampir empat meter.
"Kuburan apa itu?" Tanya Kim Lo yang lagi di pinggir telinga si gadis.
Waktu berbisik begitu, Kim Lo mencium harum semerbak rambut si gadis,
hati si pemuda jadi berdebar.
"Tempat itu tujuan kita!" kata si gadis.
"Kuburan itu?"
"Ya!"
"Apakah ke tiga orang pandai yang kau sebut tadi berada di dalam kuburan
itu?"
Si gadis mengangguk.
"Kepandaian mereka sangat liehay sekali, sedikit saja kecurigaan bisa
membuat mereka mengetahui kedatangan kita!"
"Apakah kau dengan ke tiga orang itu terdapat ganjalan permusuhan?"
Si gadis menggeleng.
"Tidak! Justeru aku mengetahui bahwa mereka memiliki rahasia yang penting
sekali yang menyangkut dengan persoalan Giok-sie. Aku cuma ingin
membantumu."
Waktu berkata begitu si gadis melirik, pipinya berobah merah. Cepat-cepat
si gadis mengalihkan pandangannya mengawasi kuburan itu.
"Tapi keadaan di kuburan itu sepi-sepi saja.......!"
"Benar! Namun, kita tidak boleh bergerak sembarangan! Kau percayalah,
semua ini demi kebaikan kita juga. Kalau ceroboh dan melakukan salah
perhitungan, niscaya kita juga akan celaka!"
Kim Lo jadi semakin tidak mengerti, dia berdiam diri saja, mengawasi
kuburan itu. Hatinya jadi tergoncang juga, karena diam-diam dia berpikir,
apakah kelak dia akan menghadapi suatu pertempuran, karena di dalam
kuburan yang tinggi besar dan luas itu berdiam tiga orang pandai seperti
yang dijelaskan si gadis.
Gadis itu mengawasi terus sampai akhirnya ia menghela napas. Dia menunjuk
ke arah kuburan itu."Kau melihat batu nisan di sebelah kanan itu?" Tanyanya kemudian,
perlahan.
Kim Lo mengangguk. Dia baru melihat ternyata kuburan itu dilengkapi bukan
hanya sebuah batu nisan, melainkan empat batu nisan. Masing-masing
kedudukan batu nisan itu berada di Barat, selatan, timur, dan utara.
"Mengapa ada empat batu nisan?" Tanya Kim Lo kemudian karena herannya.
Karnehlingti 28.135 . . . . . . .
"Ya, memang kuburan itu ada empat batu nisan!" menyahuti si gadis. "Nah
dan kau telah melihat batu nisan di sebelah kanan itu, bukan? Kau pergi
ke sana, bersembunyi di balik batu nisan itu, sedangkan aku akan pergi
bersembunyi di batu nisan sebelah kiri! Ingat jika aku belum memberikan
isyarat kepadamu, kau tak boleh sembarangan keluar!"
Kim Lo mengangguk.
"Baik!" Katanya.
"Pergilah!" mendorong si gadis pada punggung si pemuda, perlahan sekali.
Kim Lo menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali melesat ke dekat
kuburan, hanya beberapa kali lompatan saja ia sudah berada di balik batu
nisan sebelah kanan.
Si gadis menanti sampai Kim Lo sudah menempati diri di balik batu nisan
itu, dia pun segera melompat keluar. Dia pergi ke balik batu nisan
sebelah kiri.
Kim Lo mengawasi kuburan itu. Sekarang dia berada dekat sekali dengan
kuburan tersebut. Dia melihat kuburan itu dibangun dari batu bata merah,
dan memang cukup kuat. Rumput yang tumbuh di sekitar tempat kuburan itu
terawat baik sekali.
Dan ini menunjukkan bahwa kuburan yang angker dan besar tersebut memang
memiliki sesuatu daya tarik, juga dalamnya pasti ada penghuninya. Hanya
yang tidak diketahui oleh Kim Lo, pintu masuk di kuburan itu entah
terletak dimana?
Kim Lo juga membayangkan, jika kuburan dibangun hanya untuk dijadikan
tempat tinggal pengganti rumah, betapa mengerikan.......!
Sedangkan si gadis telah mengawasi lagi kuburan itu sekian lama, akhirnya
dia menunjuk ke arah batu nisan sebelah utara. Kim Lo semula menyangka
dia disuruh pindah ke sebelah utara.
Tapi belum lagi dia keluar dari balik batu nisan di sebelah selatan itu,
dia melihat dari bawah batu nisan sebelah utara mengepul asap yang cukup
tebal. Semakin lama semakin tebal dan membumbung tinggi. Asap itu juga
semakin lama jadi semakin kelabu, menunjukkan bahwa asap yang keluar
semakin banyak juga.Kim Lo heran bercampur terkejut. Mengapa dari batu nisan itu mengeluarkan
asap, dia tidak mengerti, apa artinya dengan keluarnya asap tersebut.
Tengah Kim Lo terheran seperti itu si gadis sudah menunjuk kepada nisan
yang satunya lagi. Dari boang-pay itupun keluar asap yang sama semakin
lama semakin tebal.
Di saat asap yang mengepul tebal, nona Cin melompat ke dekat Kim Lo.
Tahu-tahu dia sudah berada di sisi pemuda. Dia berbisik,
"Asap itu asap beracun! Kalau tadi kita salah memilih tempat bersembunyi,
maka kita akan terbius oleh racun itu, berarti kita akan menemui
kematian!
"Dua batu nisan itu memiliki alat perkakas rahasia, yang bisa
menyemburkan asap beracun. Memang sengaja dipasangan, setiap kali ada
orang datang kemari, tentu perkakas itu akan bekerja sendirinya
memuntahkan asap beracun itu."
Setelah berkata begitu nona Cin merogoh sakunya mengeliarkan dua butir
pil. "Telanlah, ini obat penawar racun!"
Kim Lo mengangguk. Ia menyambuti ke dua butir pil itu, dia menelannya,
harum sekali. Dia merasa lebih segar.
Nona Cin sudah meneruskan keterangannya.
"Memang sengaja hanya dua bong-pay yaug diberikan perkakas yang bisa
mengeluarkan asap beracun, karena memang kedua bong-pay ini merupakan
pintu keluar dan pintu masuk ke dalam kuburan ini. Karenanya, dua bongpay yang lain tidak memiliki perkakas yang bisa memuntahkan asap
beracun."
Kim Lo baru mengerti mengapa cuma ke dua batu nisan itu saja yang bisa
mengeluarkan asap beracun.
Nah, sekarang kau baru mengerti mengapa aku melarang kau bertindak
sekehendak hati di tempat ini, bukan?" Tanya si gadis sambil berbisik.
Kim Lo mengangguk.
"Ya!" sahutnya.
"Dan selanjutnya kita masih menghadapi banyak sekali bahaya. Tapi kau
jangan kuatir jika memang kau mematuhi semua petunjukku, maka kau tak
akan mengalami sesuatu kekurangan apapun juga, tak ada sehelai rambutmu
yang terganggu oleh semua alat rahasia di tempat ini, kau tak akan
didera!"
"Tempat apakah sebetulnya kuburan ini? Tampaknya cukup mengerikan juga,"
kata Kim Lo sambil melayangkan pandangannya pada kuburan yang berukuran
besar itu.
"Ini kuburan dari orang liehay yang hendak kutemui! Dia membuat kuburan
ini buat berlindung."
"Berlindung?""Ya."
"Berlindung dari apa?"
"Dari musuh-musuhnya!"
"Apakah orang pandai itu memiliki banyak musuh?"
Gadis itu mengangguk.
"Benar! Tapi selama duapuluh tahun dia sudah tak pernah memperlihatkan
diri karena ia lebih banyak menyerahkan urusan-urusannya pada tiga orang
kepercayaannya, tiga orang pandai yang pernah kuberitahukan padamu!"
"Uhhh.......!"
"Selama duapuluh tahun ini orang pandai itu tak pernah bertemu dengan
siapapun juga!"
"Siapakah orang pandai itu?"
"'Nanti akan kuberitahukan, sekarang bukan waktunya yang baik!"
Kim Lo mengangguk.
"Musuh-musuhnya orang pandai itu apakah dari kalangan Kang-ouw juga?"
tanya Kim Lo.
Gadis itu mengangguk.
"Ya, orang-orang yang semuanya memiliki kepandaian tinggi, tokoh-tokoh
rimba persilatan!"
"Siapa-siapa saja?"
Gadis itu tersenyum.
"Kita jangan membicarakan hal itu dulu, karena nanti aku pasti akan
membicarakan sejelas-jelasnya. Sekarang yang penting aku hendak mencari
jalan buat bertemu langsung dengan orang pandai itu!"
Kim Lo ragu-ragu.
"Tadi kau mengatakan selama duapuluh tahun orang pandai itu tidak pernah
mau menemui siapapun juga. Bagaimana mungkin kita bisa pergi menemuinya?"
Si gadis tersenyum.
"Kita akan mempergunakan akal!"
"Akal?"
"Ya."
"Akal siapa?"
"Aku kira, jika memang akal yang akan kulaksanakan ini berhasil, niscaya
kita bisa bertemu dengan orang pandai itu!""Hemmm, akal apa itu?"
"Kau baik-baik saja menurut petunjukku, karena aku jamin kau tak akan
menemui bahaya."
Kim Lo masih ragu-ragu.
"Untuk ini.!"
"Kau ragu-ragu?"
Kim Lo mengangguk.
"Aku tidak mengetahui persoalannya, bagaimana mungkin aku bisa begitu
saja mematuhi semua perintahmu?"
"Aku akan memperlihatkan kepadamu betapa pentingnya urusan ini buat kau!
Memiliki faedah yang sangat besar untuk kau! Karena urusan ini menyangkut
dengan persoalan." Si gadis tidak meneruskan kata-katanya.
"Mempunyai hubungan dengan persoalan Giok-sie?" Tanya Kim Lo meneruskan
kata-kata si gadis.
Gadis itu mengangguk.
"Benar. karenanya jika memang kau bisa mengetahui jelas apa yang
terjadi di dalam kuburan itu, kau baru menyadari bahwa aku yang
mengajakmu untuk melakukan urusan besar! Kemungkinan orang yang kau
kehendaki. Giok-sie akan jatuh ditanganmu!"
Kim Lo memandang tertegun pada si gadis, sinar matanya memperlihatkan
keraguan.
Nona Cin tersenyum.
"Sekarang begini saja, kau menuruti apa perintahku buat kebaikanmu juga.
Nanti setelah persoalan ini menjadi jelas, di waktu itu kau akan segera
memperoleh Giok-sie."
Kaget Kim Lo mendengar kata-kata si gadis yang terakhir itu, dia
memandang bimbang.
"Nona, kau jangan bergurau. Bagaimana mungkin Giok-sie bisa kuperoleh
di tempat ini!"
Nona ini tersenyum.
"Aku tak memaksa kau buat mempercayai keteranganku, tapi nanti setelah
kau mengikuti aku dan menuruti petunjukku, maka diwaktu itu kau baru bisa
melihatnya, apakah semua keterangan itu hanya merupakan dusta atau memang
dari hal yang sebenarnya.!"
"Jadi Giok-sie berada di tangan orang yang menjadi penghuni kuburan ini?"
Gadis itu menggeleng.
"Untuk itu aku belum lagi mengetahui dengan pasti, tapi yang pasti,
memang sekarang kita tengah mengurus persoalan Giok-sie atau juga buat
pergi menemui orang yang memiliki hubungan dan sangkutan dengan Gioksie!"Baru saja Kim Lo hendak bertanya lagi, tiba-tiba terdengar ledakan,
beruntun dua kali.
Ternyata dari arah bong-pay yang dua tadi mengepul asap, telah
mengeluarkan suara ledakan.
"Itulah suara ledakan untuk menyemburkan racun, untuk membinasakan orangorang yang berani lancang memasuki kuburan itu!"
Menjelaskan si gadis sambil tersenyum. "Karenanya dari itu, kau jangan
terkejut."
"Apakah orang di dalam kuburan itu tak mengetahui tentang bekerjanya alat
perkakas tersebut?"
"Mereka umumnya telah terbiasa. Mereka tidak pernah keluar buat melihat.
Karena walaupun seekor kijang atau kelinci lewat di dekat kuburan yang
diperlengkapi dengan alat rahasia, tentu akan menyebabkan perkakas itu
bekerja.
"Karenanya orang-orang di dalam kuburan itu bisa juga menduga yang lewat
bukan manusia melainkan binatang liar belaka.!"
Kim Lo mengangguk.
"Di dalam kuburan itu ada berapa orang?"
"Yang kuketahui berjumlah empat orang! Si orang pandai dengan tiga orang
pembantunya yang sangat liehay itu.
"Kalau memang kau tidak keberatan, bisakah kau menceritakan kepadaku
sekarang ini, siapakah sebenarnya orang sakti di dalam kuburan itu?"
Nona Cin menggelengkan kepalanya.
"Sayang tidak bisa, waktu kita sedikit sekali. Sedangkan cerita tentang
penghuni kuburan memberitahukan kepadamu tentang hal-hal yang penting
saja, agar kau bisa mengetahui betapa pun juga semua perintah-perintahku
nanti memiliki arti yang besar buat keselamatan jiwamu sendiri!
"Nanti aku akan menceritakannya. Sekarang kita harus mengurus dulu
persoalan penghuni kuburan ini.."
Setelah berkata begitu, si gadis she Cin tersebut sudah mengulurkan
tangan kanannya menepuk-nepuk tepian Bong-pay di sebelah kanan.
Menepuknya dengan berirama, terkadang cepat kemudian jadi lambat dan lalu
cepat lagi.
Mendadak sekali, setelah menepuk empatpuluh sembilan kali, batu bong-pay
itu bergerak perlahan-lahan.
"Itulah rahasia kunci pintu kuburan ini, yang harus dibuka dengan
mempergunakan tepukan berirama empatpuluh sembilan kali panjang pendek.
Maka jarang pula orang yang mengetahui rahasia membuka pintu kuburan ini,
karena pintu kuburan itu di buat dengan merupakan bong-pay.
Kim Lo mengangguk. Tapi hatinya heran sekali. Siapakah sebenarnya nona
Cin ini? Ia mengetahui demikian jelas rahasia kuburan besar tersebut?Atau memang nona Cin ini seorang musuh yang sengaja hendak memancing Kim
Lo dan nanti di dalam kuburan itu Kim Lo akan dijebaknya?
Karena berpikir begitu Kim Lo bersikap hati-hati dan dia pun mengeluarkan
sehelai kain pula, buat menutupi mukanya.
Si nona sudah melangkah masuk ke kuburan itu melewati undakan anak tangga
menuju ke bawah.
Kim Lo mengikuti. Dia melihat anak tangga itu berjumlah banyak sekali


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersusun sangat baik, terbuat dari batu Giok, yang hijau cemerlang.
Diam-diam Kim Lo tambah heran. Kuburan ini ruang bawahnya ternyata mewah
sekali, penuh dengan permata yang mahal sehingga tampaknya seperti bukan
berada di dalam kuburan hanya berada di dalam ruang istana Kaisar.
Kim Lo memandang takjub untuk kemewahan yang terdapat di dalam kuburan
tersebut.
"Siapakah sebenarnya penghuni kuburan ini?" Tanya Kim Lo suaranya
perlahan sekali.
"Husss, kau jangan bertanya-tanya dulu! Ingat janjimu sebelum kita ke
mari!"
"Tapi kuburan ini sangat aneh sekali!"
"Nanti kau akan mengetahui!"
Sehabis menyahuti begitu, nona Cin menuruni undakan anak tangga terakhir,
mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Kim Lo berhenti melangkah.
Kim Lo menuruti isyarat si gadis. Dia menahan langkah kakinya, walaupun
hatinya heran sekali, menduga-duga entah apa yang akan terjadi.
Nona Cin sudah menoleh kepadanya, kemudian perlahan sekali, "Ada orang!"
Kim Lo heran. Ia memiliki pendengaran yang tajam, tapi ia tidak mendengar
suara langkah kaki atau suara lainnya. Demikian liehaykah orang yang
tengah datang itu sehingga tidak terdengar suara langkah kakinya?
Juga mengapa si nona Cin bisa mendengarnya sedangkan Kim Lo dia sendiri
tidak mendengar suara apa pun juga? Apakah nona Cin ini memiliki
pendengaran yang begitu peka, sehingga ia bisa mendengar suara yang
paling halus dan paling perlahan sekaligus juga?
"Kita bersembunyi dimana?!" Tanya Kim Lo, perlahan suaranya.
Gadis itu menunjuk ke sebuah meja batu yang permukaan meja itu terbuat
oleh taburan intan permata.
Kim Lo mengerti, tentunya yang dimaksudkan si gadis ia bersembunyi di
kolong meja yang mewah itu. Tanpa banyak bicara Kim Lo menjejakan
kakinya, ringan sekali ia hinggap di samping meja permata tersebut,
menyelusup masuk ke kolong meja.Gadis itu pun sudah pergi ke balik tiang yang besar, yang merupakan tiang
penunjang kuburan itu. Ia bersembunyi di situ.
Lama keadaan di kuburan itu sepi dan hening, tak terlihat seorang manusia
pun juga, tak terlihat perobahan apapun juga, tak ada orang dan tak ada
makhluk lainnya.
Kim Lo memasang mata terus. Ia ragu-ragu apakah gadis ini tak salah
dengar? Apakah nona Cin ini bukan hanya berkuatir saja, sehingga suara
yang perlahan sekali pun akan membuat ia menduga penghuni kuburan ini
tengah mendatangi.
Tengah Kim Lo diliputi keragu-raguan seperti itu mendadak sekali
terdengar suara orang batuk-batuk beberapa kali.
Kim Lo membuka matanya lebar-lebar, tapi dia tidak melihat seorang
manusia pun juga.
Suara batuk itu terdengar lagi.
Barulah kemudian muncul seorang wanita setengah baya. Langkah kakinya
satu-satu dan perlahan, memang tidak menimbulkan suara sedikit pun juga.
Kim Lo heran. Dia mengawasi ke arah kaki wanita setengah baya yang baru
muncul itu.
Karena Kim Lo bersembunyi di kolong meja yang indah itu membuat dia bisa
melihat dengan leluasa, betapa pada sepasang alas sepatu wanita setengah
baya itu terdapat lapisan kapas atau kain, yang tampak tebal sekali.
Pantas langkah kakinya tidak menimbulkan suara!
Cuma saja, bagaimana nona Cin bisa mengatahui dan mendengar langkah orang
itu? Ini merupakan tanda tanya yang besar di hati Kim Lo, yang membuat
dia jadi tidak mengerti.
Wanita setengah baya itu melangkah terus menghampiri meja yang alasnya
bertaburan intan permata. Batuknya terdengar lagi. Dia kemudian duduk di
kursi yang bertabur intan permata juga! Menghela napas dalam-dalam entah
apa yang tengah dipikirkannya atau mungkin juga ia tengah bersedih hati.
Kim Lo bersembunyi di kolong meja itu. Ia menahan napasnya. Ia tahu bahwa
wanita setengah baya ini memiliki kepandaian yang tinggi. Sedikit saja ia
melakukan gerakan yang menimbulkan suara, niscaya wanita setengah baya
itu akan mengetahui di kolong meja ada orang yang tengah bersembunyi.
Demikian juga napas Kim Lo jika mendesah seperti biasanya, niscaya akan
dapat didengar oleh wanita setengah baya itu. Karena jarak mereka
terpisah sangat dekat sekali. Itulah sebabnya Kim Lo menahan napas.
Setelah menghela napas dua kali, wanita setengah baya itu menepuk
perlahan sekali alas meja.
"Sungguh celaka. Sungguh celaka?" Ia menggumam dengan suara yang perlahan
tapi menunjukkan kemendongkolan hatinya. Iapun batuk-batuk lagi beberapa
kalinya.
"Manusia tidak berbudi! Sungguh manusia tidak berbudi!"Kim Lo tidak mengetahui mengapa wanita setengah baya itu gusar. Ia
mendengar suara batuk lagi, batuk yang berat dari wanita itu. Ketika itu
tampak seseorang melangkah masuk ke dalam ruang tersebut, seorang yang
memakai alas sepatu yang tebal juga, yang langkah kakinya tidak
terdengar.
"Mengapa kau marah-marah Ang-lie?" Tegur orang itu. Diiringi suara
tertawanya yang seperti burung hantu.
Wanita setengah baya yang dipanggil Ang-lie itu, sudah mendengus.
"Hemmmm, siapa yang tidak akan murka jika diperlakukan seperti itu?"
"Diperlakukan bagaimana?"
"Aku hendak disingkirkan, tidak masuk dalam hitungan!"
"Mengapa begitu?"
"Aku sendiri tidak mengerti, katanya aku seorang wanita, dan tidak berhak
ikut membicarakan soal Giok-sie. Persoalan Giok-sie adalah urusan lakilaki!"
Orang yang baru datang itu seorang laki-laki kurus, berpakaian sebagai
tojin. Cuma saja wajahnya bengis dan mulutnya terlalu kecil agak monyong.
"Kau jangan cepat tersinggung. Mungkin juga yang dimaksudnya adalah
persoalan itu memang akan ditangani oleh kami-kami kaum lelaki. Jika
memang nanti Giok-sie sudah memperlihatkan diri, tentu engkaupun bisa
ikut serta merasakan faedahnya.
Si wanita setengah baya itu menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Kukira tidak bisa begitu? Aku akan disingkirkan. Untuk selamanya?
Padahal tidak kecil jasaku melindungi Giok-sie dan sungguh tidak berbudi,
karena aku ingin dicampakkan begitu saya."
Orang yang mukanya bengis dengan mulut yang monyong seperti tikus,
tertawa lagi.
"Kau ini terlalu keras sekali, sehingga engkau menduga yang tidak-tidak!"
Katanya.
Wanita setengah baya itu tertawa dingin, dia bilang.
"Kau bicara seenakmu juga! Apakah kau sendiri mau dan rela kalau dirimu
dicampakkan, begitu saja? Apakah kau akan menerimanya begitu saja jika
kau tidak termasuk dalam hitungan?"
Laki-laki itu terdiam, ia seakan tengah berpikir. Sedangkan Kim Lo yang
tengah bersembunyi di kolong meja semakin menahan napasnya. Karena kedua
orang itu justeru tengah membicarakan masalah dan persoalan Giok-sie.
Di saat itu wanita setengah baya itu sudah melanjutkan lagi kata-katanya,
"Dan sekarang aku mau tanya padamu, apakah kau akan menerima begitu saja,
kalau memang kau tak akan dapat menikmati faedah Giok-sie?"
Laki-laki itu menghela napas."Kukira memang aku tak memiliki cita-cita untuk menjadi Kaisar!"
"Akupun begitu, tapi jika bukan Kaisar sedikitnya sebagai orang yang
telah ikut mengambil bagian melindungi Giok-sie, dan kita bisa menjadi
Menteri atau Panglima?"
Laki-laki itu tertawa.
"Ang-lie, kita berhamba pada Loya, bukanlah karena kita menghendaki
imbalan, bukan? Ini berdasarkan kesetiaan kita pada Loya!"
Tapi justeru sikap Loya yang tak bisa kuterima, memperlakukan diriku
seakan juga aku ini tak berarti apa-apa di matanya, seakan juga aku ini
tak ikut berjasa dalam hal melindungi Giok-sie! Kukira jika kau
diperlakukan sama seperti yang kuterima niscaya kau pun tidak bisa
menerimanya.!"
Laki-laki itu menghela napas.
"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"
"Mengajukan tuntutan pada Loya!"
"Mengajukan tuntutan?"
Wanita setengah baya itu mengangguk.
"Ya!"
"Tuntutan apa?"
"Aku akan menuntut hakku, jika memang Loya tetap berpendapat bahwa aku
tak memiliki andil apa-apa dalam perlindungan Giok-sie, itupun tak apaapa. Namun aku akan meninggalkan tempat ini, aku bisa membawa caraku
sendiri!"
"Tapi kau ingat. Pengabdian kita kepada Loya tanpa pamrih jika memang kau
mengajukan tuntutan seperti itu, Loya tentu akan murka!"
"Aku tak perduli, perasaanku sudah terluka. Aku sudah mempertaruhkan
jiwaku, demi kebaikan Loya, tapi di mata Loya aku tak berarti apa-apa."
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja."
"Tidak! Loya telah bilang kepadaku tadi bahwa aku manusia tidak punya
guna dan jangan harap bisa menikmati hasil dari Giok-sie karena aku
bukannya melindungi Giok-sie, malah selalu mendatangkan malapetaka."
Orang yang mukanya kurus bengis dan mulutnya kecil monyong itu berdiam
diri. Dia mengawasi Ang-lie beberapa saat barulah kemudian dia bilang,
"Jika memang Loya berkata begitu, kukira memang tidak ada salahnya."
"Apa?" Bentak Ang-lie.
"Sabar, jangan marah dulu!" Kata laki-laki bermulut monyong itu, rupanya
si wanita setengah baya memang sudah murka sekali, matanya tengah
mendelik mengawasi kawannya itu.
"Jadi, kau pun mempersalahkan aku?""Dengar dulu baik-baik!"
"Apa yang ingin kau katakan? Menghina dan mengejekku lagi?"
"Bukan!"
"Hemmmm, aku tahu, kau tentu ingin memojokkan aku lagi, agar di mata Loya
engkau yang berjasa."
"Kau dengar dulu, Ang-lie. aku sebenarnya sudah beberapa kali berusaha
memberikan pengertian kepada Loya, betapapun jasamu buat melindungi Gioksie itu tidak kecil. Tapi justeru engkau sendiri yang selalu melakukan
berbagai kesalahan......."
"Aku melakukan berbagai kesalahan? Kesalahan apa?" Teriak Ang-lie dengan
suara yang nyaring. Tampaknya ia semakin tak senang dan gusar.
"Kau telah menyiarkan berita tentang Giok-sie, yang kau bilang berada di
tangan si nelayan, sehingga semua orang Kang-ouw mengetahui hal itu!"
"Itu memang hal yang sebenarnya! Bukankah kita memperoleh Giok-sie itu
dari tangan si nelayan?"
"Benar, tapi harus engkau pikirkan dulu!" Kata si laki-laki bermulut
monyong. "Karena walaupun bagaimana tak dapat engkau memancing kekeruhan
di dalam kalangan Kang-ouw.
"Waktu itu kalau kau tidak banyak bicara, niscaya engkau tak akan bisa
memperoleh perlakuan yang tidak baik ini dan engkau akan dapat dihargai
oleh Loya Hanya kesalahanmu itu, kau ini telah memancing kekeruhan
juga. Loya sangat gusar. Hanya Loya masih memandang muka terangmu, masih
menghargaimu, maka loya tidak menegurmu."
Ang-lie menghela napas dalam-dalam. Mukanya muram nampaknya dia gusar
sekali, dia sudah bilang lagi dengan suara dingin.
"Baiklah, jika apa yang kulakukan itu dianggap salah, maka aku harus
mengambil keputusan juga, bahwa aku harus meninggalkan tempat ini.
Kukira, semakin lama aku berada di sini, akan semakin banyak kesalahan
yang kulakukan!"
"Ang-lie kau jangan berobah," kata laki-laki itu.
Muka Ang-lie berobah merah. Dia memandang tajam sekali kepada laki-laki
bermulut monyong itu.
"Tang Mun, apakah engkaupun selalu menimpahkan seluruh kesalahan padaku
dan membela Loya, walaupun ternyata jelas sekali Loya memiliki pandangan
yang salah?"
Laki-laki itu, yang dipanggil dengan sebutan Tang Mun, sudah menghela
napas. Ia bilang, "Jika engkau bertindak ceroboh, sehingga Loya!"
"Hemmm, aku tidak akan menuntut apa-apa lagi dari Loya, aku hanya ingin
meninggalkan Kuburan Neraka ini. Mengapa aku harus membuat Loya merasa
rugi? Bukankah hakku juga telah jadi lenyap begitu saja, aku tidak
melakukan kesalahan lagi bagi Loya sehingga Loya tidak perlu menyesali
aku?""Tapi ingat, Ang-lie! Apakah Loya akan memberikan engkau izin angkat kaki
dari kuburan ini?"
"Hemmm, apa maksudmu?"
"Tentu saja Loya tidak membiarkan engkau pergi meninggalkan Kuburan
Neraka ini!"
"Maksudmu?"
"Karena jika memang kau meninggalkan kuburan ini, apakah bisa dijamin
bahwa engkau pun tidak akan banyak bercerita kepada orang-orang Kang-ouw,
bahwa sesungguhnya Giok-sie sudah berada di tangan Loya!"
Ang-lie berdiam.
"Bagaimana Ang-lie?"
"Tapi aku tidak akan bercerita sepatah kata pun tentang Giok-sie, aku
berjanji Tang Mun. Walaupun bagaimana aku tidak akan membicarakan soal
Giok-sie dengan siapa pun juga."
"Namun itu sulit sekali diterima oleh Loya."
"Kenapa?"
"Karena Loya mana bisa memegang kata-katamu? Bukankah jika kau suatu
waktu lupa dan mempertaruhkan kepada satu atau dua orang tentang Gioksie, akhirnya Loya yang akan menerima kesukaran!
"Karena dari itu tidak dapat kau dibiarkan meninggalkan kuburan ini. Maka
kau harus memikirkannya dalam-dalam, Ang-lie. Karena jika kau bertindak
ceroboh, niscaya kau akan menyesal."
Ang-lie mendengus dingin, dia pun tampaknya semakin gusar dan penasaran
sekali.
"Hemmm, puluhan tahun aku bekerja mati-matian buat Loya, selalu
mempertaruhkan jiwaku demi kepentingan diri Loya. Tapi sekarang
demikianlah cara perlakuan yang diberikan Loya kepadaku, selalu
mencurigai aku, setelah Giok-sie berhasil berada di tangan Loya?"
Tang Mun menghela napas.
"Ang-lie, aku ingin bicara terus terang kepadamu, bolehkah!" Katanya.
"Katakanlah!"
"Tapi kau jangan marah. Aku akan bicara dari hari ke hati sebagai
sahabat."
Mata Ang-lie memain."Baik, katakanlah apa yang ingin kau beritahukan kepadaku?" Kata Ang-lie
kemudian.
"Kau harus juga memikirkan tentang keselamatan dirimu. Jika memang katakatamu ini semuanya dapat didengar Loya, apakah engkau akan memperoleh
kesempatan untuk keluar meninggalkan Kuburan Neraka ini masih dalam
keadaan bernapas?
"Apakah engkau dibiarkan hidup oleh Loya? Kukira malah engkau akan
menerima hukuman yang sangat berat sekali!"
"Aku tak perduli!" Kata Ang-lie dengan muka yang merah padam karena
murka, "Aku tahu, tentu Loya akan turunkan tangan kejam padaku. Dan kau
juga akan memihak kepada Loya bukan?"
Tang Mun menghela napas. Tampaknya ia memang jadi salah tingkah dan
bimbang.
"Sebetulnya, aku sulit sekali untuk mengambil suatu keputusan Ang-lie!"
"Sulit bagaimana?"
"Aku mengerti perasaanmu, tapi terus terang, perasaan hanya timbul
disebabkan perasaan tidak puasmu sehingga engkau merasa diperlakukan Loya
tidak layak semakin tidak puas. Lalu timbullah berbagai-bagai perasaan
lainnya, sehingga kau berpikir untuk meninggalkan kuburan Neraka ini,
bukankah begitu?"
Ang-lie menggeleng.
"Bukan Tang Mun. Bukan, aku hanya menghendaki Loya mengerti dan mau
menghargai jasa seseorang, yaitu aku maupun kau dan yang lainnya.
Janganlah jasa seseorang dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna, di
kala Giok-sie sudah berada di tangannya, hanya itu saja.
"Sebetulnya aku tidak mengharapkan sesuatu apapun juga dari Loya. Aku
mengharapkan kelak bisa menerima pangkat atau harta, akupun puas jika
Loya sudah bisa naik takhta.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi kenyataannya penghargaan terhadap jasa dan tenagaku sama sekali
tidak diberikannya, malah Loya seperti juga meremehkannya. Karena dari
itu telah membuat aku benar-benar tidak puas.
"Dan aku pun mencegah timbulnya perasaan yang semakin memburuk. Aku tahu
semakin lama aku berpikir buat angkat kaki saja meninggalkan ini, karena
aku tahu, semakin lama aku berada di sini tentu hanya mau mendatangkan
perasaan yang semakin tidak baik, sehingga hubunganku dengan Loya semakin
jauh dan kelak bisa menimbulkan akibat yang semakin buruk."
Di waktu itu Tang Mun menghela napas, dia bilang perlahan,
"Sudahlah Ang-lie lebih bagus kita lenyapkan semua perasaan tidak puasmu
itu. Karena engkau bisa saja membiarkan apa yang dilakukan Loya, asal
engkau benar-benar melaksanakan tugasmu, maka hubungan yang kian
memburuk, antara kau dengan Loya, perasaan tidak puasmu terhadap Loya,
perlahan-lahan mau lenyap. Percayalah padaku Ang-lie.......!"
Ang-lie mendengus."Begitu mudahkah buat melenyapkan perasaan tidak puas itu? Hemm, di saat
engkau diperlakukan sama seperti aku dengan perlakuan yang tidak baik,
apakah engkau bisa berkata seperti tadi lagi?
"Aku jamin Tang Mun. Betapa pun juga, engkau tidak mungkin bisa berkata
seperti itu?
"Jika mau menelantarkan engkau, memperlakukan engkau tidak benar, hasil
kerja dan jasamu yang sangat banyak itu telah dianggap tidak pernah ada
dan malah engkau selalu dipersalahkan. Bukankah hal itu hanya mau membuat
engkau penasaran dan tidak puas?"
Tang Mun menghela napas.
"Terus terang Ang-lie, betapapun aku tak pernah merasakan bahwa Loya
menelantarkan aku dan tidak mengacuhkan aku!"
"Ya, memang engkau kebetulan beruntung tidak diperlakukan seperti aku
oleh Loya. Namun suatu saat kelak Loya tentu bisa saja memperlakukan
engkau jauh lebih buruk dibandingkan sikapnya terhadapku!
"Kau percayalah! Nanti jika Loya telah naik takhta kerajaan, ia bisa saja
perintahkan kau dihukum mati, karena berkhianat! Diwaktu itu apakah
engkau tidak mati penasaran? Apakah engkau puas menerima perlakuan
seperti itu."
Tang Mun tersenyum.
"Aku puas Ang-lie betapapun juga aku puas sudah berjuang sekuat tenagaku,
untuk kenaikan Loya. Jika nanti Loya telah dapat nama takhta, diwaktu
hatiku sudah puas. Dan jika tokh aku harus mati buat Loya, itulah mau
kuterima dengan hati yang lapang dan perasaan puas!"
"Hemm, itukah yang disebut kesetiaan?"
"Ya. Memang kita harus tetap setia pada junjungan kita sampai kapanpun
juga!"
"Aku tidak mau!" Kata Ang-lie sambil gelengkan kepalanya. "Kesetiaan
membuta seperti itu bukan lagi menjadi suatu hal yang menarik buatku! Aku
menginginkan Loya dapat memperlakukan aku cukup baik, karena aku
mempertaruhkan jiwaku selama ini demi kebaikan Loya.
"Dan aku memang memperlakukan diriku sendiri tanpa pamrih, buat matinya
aku senang, buat hidup terus berarti berjuang buat kepentingan Loya. Tapi
apa perlakuan yang diberikan Loya padaku?"
Tang Mun jadi memandang Ang-lie dengan wajah yang murung.
"Hemm, Ang-lie, kukira ini sudah melewati batas, apa yang kau katakan
merupakan hal yang sangat mengerikan sekali, karena jika sampai Loya
mengetahui hal ini celakalah kau."
"Aku tidak perduli.!"
"Bagus!" Mendadak sekali terdengar suara yang parau dan berat. "Memang
apa yang dikatakan Ang-lie tepat sekali."
Muka Ang-lie dan Tang Mun seketika berobah menjadi pucat. Mereka seketika
berseru tertahan."Loya?!" Cepat-cepat mereka berdua menekuk sepasang kaki mereka, berlutut
dihadapan seorang laki-laki berusia limapuluh tahun lebih dengan kumis
dan jenggot tipis.
Kim Lo yang bersembunyi di kolong meja jadi memandang ke arah orang yang
baru datang itu. Dan dia ingin sekali mengetahui siapakah orang yang
disebut- sebut sebagai Loya itu.
Dan dia pun telah dapat melihat jelas, betapa orang yang disebut sebagai
Loya, junjungan dari Ang-lie dan Tang Mun, tidak lain seorang laki-laki
tua dengan kumis dan jenggot tipis mengenakan jubah yang mewah. Sikapnya
angker sekali dan juga keagung-agungan di mana matanya pun memandang
tajam luar biasa.
Tubuh Ang-lie dan Tang Mun tampak menggigil. Di waktu itu Tang Mun sudah
bilang, "Apakah Loya sehat-sehat saja?"
Laki-laki itu telah tertawa tawar.
"Bagaimana aku bisa sehat kalau memang selalu aku dibenci orang dengan
caci maki tidak puasnya?" Sambil berkata begitu, Loya tersebut melirik
kepada Ang-lie.
Muka Ang-lie berobah pucat, dan berlutut sambil menunduk diam saja, sama
sekali dia tidak berani mengangkat kepalanya.
Tang Mun sudah berkata lagi dengan sikap yang berhati-hati sekali: "Loya,
sesungguhnya cuma terjadi suatu salah paham kecil saja."
"Salah paham kecil!?" Suara laki-laki itu, tampaknya dalam keadaan murka,
dalam sekali. "Apakah itu bukan hanya permainan kata-katamu saja? Tadi
telah kudengar kau Ang-lie, hendak pergi meninggalkan Kuburan Neraka.
Benarkah begitu!?"
Muka Ang-lie berobah pucat, dia berlutut sambil menangguk-anggukkan
kepalanya.
"Tadi. Tadi siauwjin hanya berkata main-main!" Katanya kemudian dan
ketakutan sekali.
Loya tertawa tawar.
"Hanya main-main?"
"Be. Benar!"
"Apakah untuk urusan seperti itu ada perkataan main-main?" Tanyanya
dingin.
Rupanya Ang-lie semakin ketakutan, sedangkan Tang Mun kelihatannya
bingung sekali.
"Loya, ampunilah kelancangan mulut Siauw-jin.......!" Memohon Ang-lie.
"Mengampuni? Jadi kau merasa memiliki salah?!"
"Bu... bukan begitu maksud Siauwjin.!"
"Lalu apa maksudmu?" Semakin dingin suara dan sikap Loya itu."Karena... karena tadi Siauwjin sudah berani bicara sembarangan.!"
"Hemmmm, kau tentu sekarang sudah menyadari bahwa kau akan menerima
hukuman?"
"Loya."
"Hemmmm, kau tidak terima di hati dan penasaran kalau kau dihukum?"
"Loya. apakah tidak bisa diampuni sikap siauwjin tadi?" Tanya Ang-lie
tambah ketakutan.
Loya itu tidak menyahuti, dia mengangkat kepalanya. Tersenyum sejenak.
Namun sikap Loya ini membuat Ang-lie semakin takut, karena ia mengerti
apa artinya itu.
Diwaktu Loya ini menghela napas, ia kemudian bilang dengan suara yang
perlahan: "Ang-lie, aku ingin bertanya kepadamu dan kau harus menjawabnya
dengan jujur.!"
"Ya, Loya.!"
"Dan sekarang kau tentu mengetahui bahwa dirimu berdosa?!"
"Ya, ya, Loya.......!"
"Dan kau tahu hukuman apa yang harus kau terima?"
Ang-lie terdiam.
"Nah, kalau demikian aku menyerahkan padamu sendiri hukuman apa yang
sekiranya sesuai dengan kelancanganmu yang bicara main-main, seperti yang
kau bilang tadi!"
Muka Ang-lie jadi semakin pucat.
"Loya.. ampunilah..... ampunilah..!" Kata Ang-lie kemudian tersendatsendat.
"Hemm, urusan ini bukan tergantung dari perkataan pengampunan atau tidak,
tapi justeru perlu pertanggung jawaban dari kau!"
"Kalau memang demikian halnya, baiklah! Loya sendiri yang telah
memutuskan begitu, aku tak bisa bilang apa-apa lagi. Siauwjin berusaha
untuk dapat mengabdi dengan baik. Rupanya Loya sudah tak memerlukan
pengabdian siauwjin..!"
"Kalau memang kau menyadari hal itu dimana kesetiaanmu sekarang sudah
meragukan dan dosa itu dapat kau beri imbalan dengan hukuman yang pantas,
aku tak perlu turun tangan lagi!"
Ang-lie berlutut untuk memberi hormat lagi kepada Loya, tapi begitu
tubuhnya membungkuk, tiba-tiba sekali kedua tangannya telah diulurkan.
Dia mencengkeram ke arah dada Loya dengan maksud mencengkeram jalan darah
Pi-tung-hiat.
Dengan demikian, dia bermaksud hendak binasa bersama-sama dengan Loyanya
itu. Dia tahu hukuman yang diberikan Loyanya, agar ia sendiri yang
menghukum dirinya sendiri, berarti hukuman kematian. Karenanya juga,
telah membuat dia akhirnya semakin tidak puas.Dia sudah menerjang begitu dengan tubrukannya, karenanya. Karena memang
dia bermaksud untuk mencengkeram jalan darah terpenting dari Loya itu
karena dia pikir, kalau memang tokh dia harus mati, maka dia bermaksud
untuk mati bersama-sama dengen Loyanya itu..
Kaget Tang Mun melihat keadaan Ang-lie, sampai mengeluarkan suara
tertahan. Tahu-tahu tubuhnya sudah melesat ke tengah udara, karena ia
ingin melindungi Loyanya.
Tapi Loya itu sama sekali tidak terkejut, ia membawa sikap tetap tenang.
Dia sudah mengempos semangatnya. Ia mengeluarkan tenaga dalam pada tangan
kanannya.
Dia mengangkat tangan kanannya. Tahu-tahu belum lagi tangan Ang-lie bisa
mengenai dirinya, maka tangan Loya itu yang sudah menghantam terpental
Ang-lie.
Kaget Kim Lo yang menyaksikan kejadian itu. Ia tidak menyangka kepandaian
Loya itu sangat hebat, karena Ang-lie saja tampaknya sudah memiliki
kepandaian yang hebat.
"Dan sekarang justeru, Loya itu disaat dirinya diserang mendadak, dia
malah bisa untuk membalas menyerang. Dirinya sendiri tidak jadi
terserang, malah Ang-lie yang terpental keras seperti itu.
Tentu saja hal ini menunjukan bahwa ia memang memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, sin-kangnya juga sangat hebat. Karenanya, telah membuat
Kim Lo lebih memperhatikannya baik-baik.
Ang-lie terbanting di lantai mengeliat kesakitan, dia tidak bisa segera
bangun.
Loya itu telah melangkah menghampiri dengan sikap yang dingin sekali.
Wajahnya tidak memperlihatkan perasaan apa pun juga, sudah mengangkat
kaki kanannya.
Kaki kanan itu menginjak dada Ang-lie yang mengerang kesakitan.
"Aku sudah memberikan kesempatan padamu buat menghabisi jiwamu sendiri,
ternyata engkau tak mau melakukannya. Sayang! Sayang.!" Menggumam Loya
itu. Tang Mun kaget, dia melompat maju. Dia menjatuhkan diri berlutut
dihadapan Loyanya.
"Loya, ampunilah jiwa Ang-lie, nanti dia bisa menyesali kecerobohannya!"
Memohon Tang Mun untuk keselamatan Ang-lie.
"Hemm!" Loya itu cuma mendengus saja.Kakinya menginjak lagi lebih keras, dan "Kraak!" Remuklah tulang-tulang
dada Ang-lie, muka Ang-lie meringis menahan sakit, dia menggeliat dan
tidak bisa bergerak lagi.
Ternyata jiwanya telah melayang dan ia pun sudah berhenti jadi manusia.
Dengan muka yang dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga, Loya
itu melirik pada Tang Mun, dia bilang, "Bawa keluar mayatnya!"
Muka Tang Mun jadi pucat namun segera juga ia mengiyakan tanpa berayal
lagi. Malah dia sudah segera mengangkat mayat Ang-lie, untuk dibawa
keluar dari Kuburan itu. Kuburan Neraka.
Waktu itu tampak Tang Mun baru saja melangkah beberapa tindak dengan
memanggul mayat Ang-lie.
Loyanya sudah berkata lagi dengan suara yang dingin: "Mengapa masih tidak
mau memperlihatkan diri?"
Tang Mun kaget, ia cepat-cepat memutar tubuhnya dan berlutut.
"Loya.. ada apa Loya..!" Tanyanya karena tak mengerti apa yang ditegur
oleh Loya nya itu.
Loyanya mengibaskan tangannya. ia bilang lagi: "Aku bukan bicara dengan
kau, bawa keluar mayat Ang-lie dan kau manusia tikus mengapa masih
mendekam terus tak mau memperlihatkan diri?"
Kim Lo tahu bahwa rahasia persembunyiannya telah diketahui Loya yang
liehay itu, tapi ia tetap tak keluar dan tempat persembunyiannya karena
ia ingin mengetahui apa yang akan dilakukan Loya tersebut.
Gadis yang bersembunyi di balik tiang besarpun berdiam diri saja, rupanya
ia menyadari bahwa persembunyian dirinya sudah diketahui oleh Loya itu,
tapi ia berdiam diri juga.
Kalau Kim Lo tetap berdiam di tempat persembunyiannya. Karena memang dia
mengingat pesan dari nona itu yang telah membawanya ke dalam kuburan ini,
yang pernah berpesan dia jangan bergerak dulu kalau memang gadis itu
belum perintahkan padanya buat melakukan sesuatu.
Maka Loya itu tampak jadi semakin dingin tidak menunjukkan perasaan.
"Perlu kupaksa agar kau keluar?" Katanya dengan suara yang tawar.
Kim Lo tetap saja berdiam diri di kolong meja. Dia masih bimbang yang
dimaksud oleh Loya itu adalah dirinya atau memang si gadis yang berada di
belakang tiang besar itu.
Karenanya juga terlihat betapa pun juga Kim Lo sudah berdiam diri sambil
bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Ia menyadari Loya itu
memiliki kepandaian yang tinggi, kalau mendadak dia menyerang dan Kim Lo
belum lagi bersiap-siap, niscaya dirinya bisa celaka.
Karena itu, Kim Lo diam-diam sudah berlaku waspada dan mengerahkan tenaga
dalamnya. Sembarang waktu dia bisa mengerahkan tenaga dalamnya itu buat
menghadapi segala kemungkinan.
Tampak Kim Lo mendekam dengan bersiap-siap dan dia akan melompat keluar
kalau saja tidak ingat pesan si gadis yang membawanya ke situ.Diwaktu itu, Loya itu sudah memutar tubuhnya. Dia berdiri menghadapi meja
dan tiang besar itu.
Namun Kim Lo masih belum juga mengetahui, yang diketahui oleh Loya itu,
apakah tempat persembunyian Kim Lo atau si gadis. Kim Lo masih berdiam
diri saja terus tapi kewaspadaannya semakin ditingkatkan.
Sedangkan Loya itu sudah melangkah dua tindak, terdengar suaranya yang
sangat tawar, "Benarkah kau masih tidak mau memperlihatkan diri?"
Tang Mun yang masih berlutut dengan tangan mengempit mayat Ang-lie
memandang bingung kepada Loyanya. Dia sudah menduga tentunya ada orang
yang bersembunyi di dalam kuburan ini.
Tapi siapakah orang itu? Dia tidak mengetahuinya, ada orang yang
bersembunyi di dalam kuburan neraka ini, maka dia merasa takut juga nanti
dipersalahkan oleh Loya itu
Waktu itu Loya tersebut tertawa mendengus. Lengan kanannya mengibas.
Serangkum angin yang kuat sekali menyambar ke atas meja.
Tadi Kim Lo sudah menyaksikan, dalam gebrakan Loya ini dapat merubuhkan
Ang-lie dan juga dapat membinasakannya. Maka dari itu mengetahui Loya itu
mengayunkan tangannya dengan mengerahkan tenaga dalamnya, berarti dia
menghadapi bahaya yang tidak kecil.
Di saat itu Kim Lo mendengar suara yang keras sekali, alas meja yang
sangat indah itu jadi hancur berantakan.
Dengan hancurnya alas meja, maka Kim Lo tidak bisa bersembunyi terus.
Apa lagi memang di waktu itu Kim Lo sudah manyadarinya bahwa kata-kata
Loya tadi yang menyuruh dia keluar adalah dirinya, maka Kim Lo pun segera
juga melesat keluar dari bawah kolong meja yang alasnya telah hancur
sebagian akibat pukulan hebat dari si Loya itu.
Loya itu tertawa dingin.
"Sudah kukatakan sejak tadi, agar kau keluar! Tapi kau menunggu sampai
meja antikku itu hancur, maka ini mengharuskan engkau mengganti dengan
jiwamu!"
Kim Lo tertawa dingin. Walaupun Kim Lo mengetahui bahwa Loya ini memiliki
kepandaian tinggi sekali, dia tidak jeri.
Loya itu sekarang sudah bisa melihat muka Kim Lo ditutupi oleh sehelai
kain sebagai topeng maka dia tertawa dingin.
"Walaupun mukamu ditutup sepuluh lapis kain, nantipun aku akan dapat
melihat mukamu itu.!" sambil berkata begitu, dengan suara yang dingin,
dia sudah menghantam dengan tangan kanannya, dan angin pukulan itu datang
berkesiuran kuat, mau menyingkap juga kain penutup muka Kim Lo.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Lo telah mengelak. Dia berusaha buat menghindarkan ke depan dua
tindak. Malah dia pun bersamaan dengan itu, sudah berada di dekat Loya,
tangan kanannya balas menghantam.Kepandaian Kim Lo pun tidak rendah, dia menghantam kuat sekali. Karena
Kim Lo sudah menyaksikan bahwa tangan Loya ini sangat telengas dan bengis
dia tidak boleh main-main dan harus menghadapinya sepenuh hati.
Dalam keadaan seperti itu Kim Lo pun sudah mengerahkan tenaga dalam
andalannya.
Loya itu kaget, karena pukulannya itu telah meleset dan tidak mengenai
sasarannya, sedangkan di saat itu juga tampak jelas sekali, bahwa
lawannya seorang yang liehay. Dia menduga-duga, entah siapa orang yang
bertopeng ini, karena itu dia ingin menduga tentunya salah seorang tokoh
rimba persilatan yang kenal dengannya, yang tidak mau dilihat mukanya.
"Baiklah! Kau tampaknya memiliki kepandaian tidak rendah, karena itu, aku
telah memutuskan kau harus mampus dengan cara yang lebih baik!" Setelah
berkata begitu, sepasang tangannya segera saling sambar seperti juga
kilat cepatnya, setiap sambaran tangannya mengandung hawa kematian.
Kim Lo mengeluh juga, kepandaian Loya ini benar-benar tangguh. Walaupun
dia memiliki kepandaian tinggi, tapi dia masih berada satu tingkat di
bawah Loya yang liehay ini. Karenanya, ia tidak berani ceroboh.
"Kouwnio apa yang harus kulakukan?" Tanya Kim Lo kemudian sambil menoleh
ke tiang besar diapun segera berkelit beberapa kali.
Gadis di belakang tiang besar itu tidak diam lebih lama lagi, ia melompat
ke luar.
Loya itu menahan gerakan tangannya waktu melihat si gadis, tampaknya ia
kaget.
"Nona Cin kau?" tanyanya agak kaget.
Sedangkan Tang Mun pun kaget, sampai tangannya menggigil.
Gadis itu tertawa tawar.
"Benar, memang aku, dan sekarang apa yang ingin kau katakan Kam Yu?!"
Loya itu, yang dipanggil namanya dengan sebutan Kam Yu itu, tertawa
menyeringai.
"Kukira siapa, tidak tahunya orang sendiri!" katanya dengan sikap berobah
jadi manis.
Nona Cin menggeleng.
"Belum tentu sekarang kau bersikap manis padaku, karena aku sudah
menyaksikan betapa tanganmu telengas sekali. Kau berambisi untuk menjadi
Kaisar dan ingin menguasai Giok-sie itu buat dirimu sendiri, tanpa
menghubungi ayahku lagi."
"Dengar dulu, nona Cin tentang ayahmu itu memang telah terpisah jauh,
maka aku telah merencanakan buat perintahkan Tang Mun memberitahukan
padanya, bahwa aku telah berhasil memperoleh Giok-sie. Siapa tahu nona
sudah keburu datang ke mari!"
Waktu itulah tampak nona Cin tertawa dingin."Hemmm jika memang demikian halnya, baiklah! Kalau saja kau hendak
memulangkan Giok-sie padaku, agar aku nanti menunjukkan pada ayahku,
barulah kami mau mempercayai hatimu tak bengkok.!"
Muka Kam Yu berobah, ia memandang tajam pada nona ini, barulah ia bilang:
"Sesungguhnya Giok-sie memang sudah kuperoleh tapi aku tak menyimpannya
di sini.!"
"Lalu kau menyimpannya di mana? Diperutmu?" mengejek nona ini.
Diejek dan diperlakukan seperti itu membuat Kam Yu jadi gusar juga, tapi
ia masih berpikir dua kali buat bertempur dengan nona Cin karena ia jeri
pada ayah si nona.
"Nona Cin jangan kau bersikap sinis seperti itu, seakan juga kau hendak
mengejek aku dan hendak mengkangkangi barang itu!" Katanya.
Nona Cin tertawa.
"Jadi kau tak menghendaki Giok-sie?"
Kam Yu menggeleng.
"Tidak!"
"Bagus, kalau memang demikian, sekarang juga kau serahkan Giok-sie
padaku!"
"Tunggu dulu nona Cin. Ada keterangan yang hendak kuberitahukan padamu."
"Tentang apa?"
"Tentang Giok-sie!"
"Kenapa dengan Giok-sie?"
"Memang aku telah menerima Giok-sie dari si nelayan, tapi itu bukan atas
petunjuk dari ayahmu. Surat yang dikirim ayahmu yang dijanjikan ayahmu,
belum lagi kuterima.
"Pengantar surat ayahmu belum juga muncul karena dari itu, Giok-sie
kuperoleh disebabkan rejekiku, bukan disebabkan rejeki siapa-siapa. Kalau
memang kau tak keberatan, Giok-sie aku ingin memegangnya dulu, baru nanti
setelah bertemu dengan ayahmu aku akan merundingkannya!"
"Tidak bisa!" Kata nona Cin. "Kau harus menyerahkan Giok-sie sekarang
juga, atau memang kau hendak di cap membangkang dan membelakangi
ayahku?!"
Pada saat itu, tiba-tiba muncul seorang nenek tua yang tubuhnya sudah
bongkok sekali, diperkirakan usianya sudah tujuhpuluh tahun lebih.
Kedatangan nenek tua itu nyaris tidak ketahuan kalau saja secara tidak
disengaja Kam Yu melirik ke samping untuk mencari Tang Mun yang membawa
mayat rekannya Ang-lie. Nenek tua itu dikenalnya sebagai seorang tokoh
sakti dunia Kang-ouw, yang dikenal dengan nama Su Nio Nio.
Mengingat posisinya yang sudah terdesak dari dua arah, maka ia langsung
menjawab."Baiklah. kau ambillah!" Katanya sambil merogoh sakunya. Ia sudah
menarik tangannya tapi dibarengi dengan timpukan pada si nenek.
Kaget si nenek, semula ia menyangka bahwa Kam Yu merogoh sakunya hendak
mengeluarkan Giok-sie.
Siapa tahu, begitu ia menimpuk, maka ia bukan melemparkan Giok-sie
melainkan ia melemparkan beberapa butir benda bulat. Ketika terbanting di
tanah benda itu mengeluarkan suara ledakan yang keras sekali secara
beruntun, dan asap hitam pun telah mengepul sangat tebal, memenuhi
ruangan itu, membuat orang sulit buat melihat satu dengan yang lainnya.
Kam Yu sendiri sudah melesat lenyap entah ke mana, karena Kim Lo, nona
Cin dan si nenek tak bisa membuka matanya digulungan asap yang tebal itu,
dan mereka memejamkan mata yang pedih itu. Mereka telah berdiam untuk
sesaat menahan napas, karena kuatir asap itu mengandung racun.
Asap itu mengepul lama di dalam ruangan tersebut, karena memang di dalam
ruangan tak ada angin keluar masuk. Sampai akhirnya dengan mengibasngibaskan lengan bajunya maka Kim Lo bisa membuat asap itu mulai tipis
dan sudah bisa melihat keadaan di sekitarnya samar-samar.
Nenek tua bongkok Su Nio Nio jadi murka bukan main, berulangkali ia
berjingkrak, bahkan waktu itu ia berseru: "Jangan membiarkan orang itu
melarikan diri.......!"
Waktu itu Kim Lo memperoleh kenyataan bahwa Kam Yu sudah tak berada di
ruang itu, sudah menghilang entah ke mana. Yang pasti tentunya ia sudah
menghilang lewat ruang rahasia atau melewati pintu di dinding kuburan.
Sebagai seorang yang cerdas, Kim Lo tak tinggal diam. Kam Yu bisa
menghilang dari dalam kuburan ini dan lenyap dalam seketika, niscaya di
situ terdapat jalan rahasianya, maka iapun segera juga merabah-rabah
dinding, karena ia ingin mencari, kalau-kalau ia menemukan pintu rahasia.
Tapi ia gagal, karena ia tak berhasil menemukan pintu rahasia, bahkan
diwaktu itupun tak melihat tanda-tanda bahwa di dinding ruang itu
terdapat lapisan yang terbuka.
Lalu perginya ke mana Kam Yu?
Lama barulah asap itu lenyap dan akhirnya sudah tidak menghalangi
penglihatan mereka.
Karnehlingti 28.139 . . . . . . .
Nona Cin juga sudah membantu buat memeriksa sekitar ruangan tersebut.
Tetap saja sama seperti Kim Lo, tidak berhasil untuk menemukan pintu
rahasia.Dengan cepat si nenek tua bungkuk Su Nio Nio sudah memasuki ruang dalam
kuburan itu.
Tetap kosong. Tidak terlihat seorang manusia pun juga. Diwaktu itu hanya
terdapat meja dan kursi serta pembaringan. Juga terdapat barang-barang
keramik lainnya. Memang ruang ini diatur sangat baik sekali, bersih dan
indah sekali.
Kim Lo telah mengawasi sekitar tempat itu sampai akhirnya dia berusaha
hendak mengangkat kursi atau pembaringan, karena dia menduga mungkin juga
pembaringan ataupun kursi itu merupakan terowongan rahasia yang bisa
dipergunakan buat melarikan diri oleh Kam Yu.
Namun, kursi maupun pembaringan yang dapat diangkat itu tidak
memperlihatkan tanda-tanda bahwa itu memiliki tempat untuk melarikan
diri.
Di saat itu Kam Yu telah lenyap tanpa meninggalkan jejak. Sekarang yang
membuat Kim Lo, nona Cin maupun si nenek tua itu Su Nio Nio jadi bingung,
bagaimana mereka bisa ke luar meninggalkan kuburan itu.
Mereka bertiga berdiam diri, sampai akhirnya nenek tua bungkuk Su Nio Nio
berjingkrak murka, mukanya yang penuh keriput ketuaan itu jadi
menyeramkan sekali.
Diwaktu itulah tampak jelas sekali bahwa nenek ini tengah mengumbar
kemarahan hatinya.
"Semua ini gara-gara kau juga, yang menghalangi aku menghajar si Kam Yu
itu. dengan demikian sekarang dia bisa melarikan diri tanpa
meninggalkan jejak!"
Sambil membentak marah seperti itu, tubuh si nenek tua bungkuk itu telah
melesat gesit sekali bagaikan seekor burung elang, tongkatnya menyambar
sangat hebat sekali kepada Kim Lo dengan jurus yang bisa mematikan.
Tapi Kim Lo pun walaupun sejak tadi sibuk mencari ke sana ke mari pintu
rahasia sikapnya tetap waspada terhadap si nenek itu di mana dia memang
selalu bersiap-siap karena dia kuatir kalau saja nenek tua itu akan
membokongnya.
Ternyata ini si nenek telah menyerangnya dengan tongkatnya dengan cara
yang mematikan. Dia tidak berani bertindak terlambat. Dia pun telah
bergerak dengan sebat, tubuhnya berkelebat ke samping.
"Mengapa kau mempersalahkau aku?" Mengejek Kim Lo dengan suara yang
dingin. "Kau sendiri yang tidak bisa mencegah dia melarikan diri,
sekarang engkau mempersalahkan diriku yang telah melepaskannya!!"
Tongkat si nenek tua bungkuk meleset lewat di dekat tubuh Kim Lo, tapi
tidak berhasil mengenai sasarannya.
Dalam keadaan seperti itulah segera tampak Kim Lo menjejakkan kakinya.
Tubuhnya melesat sangat ringan sekali, dia tahu-tahu telah berdiri di
ujung tongkat si nenek, dia berdiri ringan sekali, tubuhnya sama sekali
tidak bergoyang.
Nenek tua bungkuk Su Nio Nio terkejut, itulah gin-kang atau ilmu
meringankan tubuh yang sempurna. Dia berusaha menghentak tongkatnya,karena dia ingin menarik tangannya dengan keras, agar Kim Lo terguling
rubuh tidak bisa berpijak dengan baik pada ujung tongkatnya.
Usaha Su Nio Nio gagal, karena di waktu itu tubuh Kim Lo seakan juga jadi
ringan sekali dan kakinya seperti telah menempel lekat pada ujung
tongkat. Dengan begitu, setiap kali si nenek bungkuk menarik tongkatnya,
tubuh Kim Lo ikut serta tidak pernah lepas.
Keadaan seperti ini membuat si nenek Su Nio Nio tambah gusar saja. Dengan
membentak nyaring tubuhnya tampak melesat lagi sambil mendorongkan kuatkuat tongkatnya pada dinding, maksudnya hendak membenturkan kepala
tongkatnya kepada dinding. Dengan begitu sama saja dengan dia
membenturkan tubuh Kim Lo pada tembok.
Tapi Kim Lo benar-benar hebat, dia benar kalah tenaga dalam dan juga
masih satu tingkat di bawah kepandaian si nenek buruk bungkuk itu, namun
dia memiliki kepandaian yang lurus dan bersih. Dia memang sudah
digembleng oleh beberapa tokoh rimba persilatan dengan begitu
kepandaiannya jadi luar biasa sekali.
Melihat usaha si nenek tua yang hendak membenturkan ujung tongkatnya yang
sama saja seperti ingin membenturkan tubuh Kim Lo pada tembok, dia pun
segera menjejak kakinya. Bukan untuk melesat meninggalkan tongkat,
melainkan dia telah memberatkan tubuhnya dengan cara memberatkan badan
selaksa kati.
Tubuh Kim Lo jadi berat sekali, berusaha menekan ujung tongkat si nenek.
Waktu pertama kali menjejak tanah, tubuh si nenek melompat dan tongkatnya
masih terasa ringan.
Tapi waktu tubuhnya tengah melambung di tengah udara, waktu itulah
tongkatnya jadi berat sekali. Dia tidak mau melepaskan tongkatnya, dia
mencekal terus.
Karenanya juga membuat tubuhnya ikut tertarik ke bawah oleh beratnya
tongkat itu. Dan dia tidak bisa meluncur terlalu jauh.
Kepala tongkat si nenek telah menyentuh lantai dan tetap diinjak keras
dan berat sekali oleh Kim Lo.
Si nenek juga liehay, dia tidak sampai terpelanting karena tongkatnya
yang mendadak jadi berat itu. Ia cepat-cepat meletakan kuda-kuda kedua
kaki yang kuat sekali, sambil mengeluarkan seruan nyaring, ia sudah
membentak dan menarik tongkatnya.
Namun tongkatnya itu tetap saja terinjak pada lantai dan tak bisa
bergerak sedikitpun juga, karena diwaktu itu berat tubuh Kim Lo seakan
juga sudah bertambah jadi laksaan kati.
Dengan begitu membuat si nenek benar-benar harus berkutatan buat menarik
pulang tongkatnya itu.
Kim Lo tertawa dingin.
"Apakah kau akan menyerangku lagi?" tanyanya dengan suara tawar.
Muka si nenek berobah merah padam, ia penasaran dan murka sekali.
"Lepaskan injakanmu ini!" bentaknya."Kau jawab dulu, apakah kau akan menyerang diriku lagi atau memang tak
akan mengulangi pula perbuatanmu itu?"
Dalam murkanya yang meluap-luap, tampak si nenek berjingkrak. Mendadak
sekali ia melepaskan cekalannya pada ujung tongkat itu.
Ia sudah mengerahkan tenaga dalamnya pada telapak tangannya, tangan kiri
dan tangan kanan. Diiringi dengan bentakannya dia sudah menghantam dengan
kedua telapak tangannya kepada Kim Lo.
Memang hebat sekali tenaga yang menyambar dari kedua telapak tangan si
nenek.
Angin serangannya menderu membuat baju Kim Lo jadi berkibaran. Dalam
keadaan seperti ini, tampak Kim Lo mau tidak mau harus melompat
meninggalkan ujung tongkat yang tadi diinjaknya.
Di waktu itu si nenek cepat sekali telah menyambar ujung tongkatnya, dan
tongkat itu sudah berada di dalam cekalannya lagi. Karena tadi
serangannya memang hanya merupakan gertakan belaka.
Dalam keadaan seperti itu, diwaktu Kim Lo masih terapung, dia sudah
membarengi dengan menghantam mempergunakan tongkatnya lagi.
Sekaligus si nenek tua Su Nio Nio sudah menghantam lagi tiga kali atas
tengah dan bawah.
Tapi Kim Lo biarpun tengah berada di tengah udara, dia tidak gugup
mengalami hantaman tongkat si nenek. Malah dia tanpa gentar sedikitpun
juga telah membalas menghantam dengan telapak tangannya, pada ujung
tongkat si nenek.
Cepat sekali hantamannya itu, sehingga membuat tongkat si nenek kena
dihantamnya mental ke samping. Dan hantaman itu membuat si nenek terbalik
dan hampir saja menghantam kepalanya sendiri.
Karena itu juga si nenek berlaku hati-hati. Dia mengetahui bahwa Kim Lo
sangat liehay. Dia tidak menyerang lebih jauh.
Nona Cin sendiri sudah bersiap-siap kalau memang si nenek tua buruk itu
masih bermaksud menyerang Kim Lo, maka dia akan segera membantu. Dia akan
menyerang si nenek tua dengan pedangnya.
Benar dia telah terluka di dalam, namun dalam hal ini dia tidak dapat
juga untuk berdiam diri melihat Kim Lo didesak oleh seperti itu. Dan
tidak menyadari juga, betapapun juga dia harus dapat mengerahkan seluruh
kemampuannya buat bekerja sama dengan Kim Lo, untuk menghadapi nenek yang
tangguh itu.
Di saat itu melihat si nenek berdiam diri, nona Cin batal buat menerjang
lagi, dia berdiam diri juga. Kim Lo sendiri sambil tertawa lebar telah
berkata dengan sikap yang mengejek, "Mengapa kau berhenti menyerang?"
Si nenek murka bukan main. Karena dari itu. dia telah membentak nyaring,
tongkatnya dikibaskan.
Hantaman tongkatnya itu bukan main kuatnya menggempur dinding kuburan.Maksudnya si nenek menghancurkan dinding kuburan tersebut dan memang dia
bermaksud juga membuat lobang pada dinding kuburan itu.
Namun dia gagal.
Waktu ujung tongkatnya menghantam tembok itu, justeru dia merasakan
telapak tangannya jadi nyeri sekali, dan juga tampak ujung dari


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tongkatnya jadi bengkok. Sedangkan dinding kuburan itu sama sekali tidak
dapat digempur malah tidak hancur dan juga tidak berlobang!
Dengan demikian si nenek jadi penasaran sambil mengeluarkan suara
teriakan yang sangat nyaring sekali, dia sudah membentak lagi, dia telah
menerjang dengan mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya. Dia menyerang
dengan hebat sekali, membuat dinding itu tergetar.
Tapi tetap saja serangannya yang begitu hebat tidak bisa membuat dinding
itu berlobang, karena memang di waktu itu tembok tersebut tidak dapat
digugurkan oleh hantaman tongkatnya yang disertai oleh tenaga dalamnya.
Di antara berkesiuran angin hantaman tongkatnya, Kim Lo mengetahui si
nenek sudah mempergunakan tenaga sepenuhnya. Namun tetap saja dia tidak
dapat menggempur dinding kuburan itu.
Dengan demikian akhirnya membuat dia benar-benar jadi kagum sekali. Dan
dia juga heran, entah dinding kuburan itu dibuat dari bahan apa, sehingga
begitu tangguh dan tak dapat digempur oleh kekuatan yang begitu hebat.
Dalam saat-saat seperti itulah terlihat betapa pun juga, memang keadaan
si nenek diliputi penasaran yang luar biasa.
Dia telah menerjang lagi, tongkatnya sudah menyambar.
"Dukk!" Kembali dinding itu dihantamnya tapi tidak membuat dinding itu
somplak ataupun sempal.
Kim Lo dan nona Cin cuma mengawasi saja, mereka benar-benar tidak
mengerti mengapa tembok itu demikian kuat.
Disaat itu terlihat si nenek sudah mencoba sampai lima kali dengan
hantaman tongkatnya, tetap saja ia gagal dengan usahanya. Ia tidak
berhasil untuk membuat tembok itu tergempur, dan ini sudah membuat si
nenek akhirnya menghela napas dalam-dalam, ia menghentikan usahanya.
Hal itu disebabkan Su Nio Nio memang merasakan tenaganya sudah habis,
melelahkan dan juga telapak tangannya malah sakit, dan nyeri sekali, dan
juga kulit telapak tangannya sudah pecah.
Bukan main kuatnya dinding tembok kuburan itu. Akhirnya si nenek
menjatuhkan diri di lantai, dia duduk buat mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkam Kim Lo dan nona Cin sudah melanjutkan lagi pemeriksaan mereka
terhadap dinding kuburan itu. Mereka tak yakin jika kuburan itu tak
terdapat jalan rahasianya, karena Kam Yu telah melarikan diri.
Dalam keadaan seperti ini, terlihat Kim Lo beberapa kali berusaha
mengerahkan tenaga dalamnya. Ia berusaha untuk membuat tembok itu gempur,
tapi usahanya sama saja dengan usaha si nenek gagal.
Beberapa kali nona ini juga mempergunakan pedangnya buat mencongkel
tembok kuburan itu namun usahanya juga gagal.Malah mata pedangnya telah rusak sempal dan ini membuat nona Cin jadi
mendongkol bukan main. Dia sampai dua kali membacokan pedangnya pada
dinding kuburan itu. Usahanya itu telah gagal sama sekali.
Di saat itu terlihat betapa Kim Lo masih terus tekun mencari pintu
rahasia itu, dan usahanya ini dilakukan tanpa kenal lelah.
Nona Cin yang telah putus asa, akhirnya menjatuhkan diri duduk di lantai.
Dia menghela napas dalam-dalam.
"Kau tidak ada gunanya mencari terus karena tetap saja engkau tidak akan
menemui pintu rahasia itu!" kata si gadis kemudian dengan suara yang
tawar.
"Ya, memang tampaknya sulit buat menemukan pintu rahasia itu. Aku yakin
pintu rahasia itu ada karena Kam Yu telah pergi menghilang. Tidak mungkin
dia bisa keluar dari kuburan ini, jika memang dia tidak memiliki pintu
rahasia."
Di waktu itu tampak juga si nenek sudah pulih semangatnya, karena ia
sudah bangun dari duduknya. Ia sudah berdiri dengan mata liar karena ia
yakin jika memang mereka tak bisa keluar dari kuburan ini, niscaya mereka
bertiga akan terbinasa perlahan-lahan di dalam kuburan ini.
Walaupun mereka memiliki tenaga sin-kang yang kuat, tokh tetap saja tanpa
makan akan membuat mereka mati pada akhirnya.
Di waktu itu si nenek karena murka, telah menghantam tembok itu dengan
telapak tangannya.
Justeru telapak tangannya yang kuat itu telah memukul batu yang lunak.
"Bless!" telapak tangannya itu telah amblas keluar.
Nenek itu kaget, ia menarik pulang tangannya. Namun disaat itu ia pun
jadi girang bukan main.
"Ketemu!" katanya dengan suara yang girang sekali dan berjingkrak.
Kim Lo dan nona Cin pun sudah menyaksikan apa yang terjadi. Mereka ikut
girang.
"Rupanya pintu rahasia itu berada di sini?" kata Kim Lo.
Nona Cin berdua dengan Kim Lo sudah melompat ke dekat si nenek, kemudian
ia melihat bahwa batu itu memang tak menempel dengan batu lainnya, tapi
bagaimana keluarnya? Lobang itu kecil sekali, tentu saja mereka tak dapat
keluar dari lobang sekecil itu. Pasti ada alat rahasia lainnya.
Nenek tua itu sudah mengeluarkan tangannya keluar, ia menjambret sebuah
batu yang panjang dan tipis, ia menariknya.
Tidak ada perobahan karena di waktu itu tampak tak ada yang bergerak.
Kembali si nenek telah mendorongnya.Si nenek jadi putus asa lagi, dia anggap apakah lobang itu hanya untuk
hawa udara saja atau tempat mengintai?
Karena murka yang bukan kepalang dia telah mendorong batu itu, untuk
mematahkannya. Tapi begitu dia menekan ke bawah, tembok di sampingnya
The Brethren 3 Wiro Sableng 048 Memburu Si Penjagal Mayat Balada Padang Pasir 9

Cari Blog Ini