Pendekar Kembar 10
Pendekar Kembar Karya Gan KL Bagian 10
Pendekar Kembar Karya dari Gan K L
Maka tanpa sangsi segera ia tenggak habis arak itu.
Tak diketahuinya hati Thio Giokstin itu memang keji sekali, rupanya dia merasa tiada gunanya lagi memohon secara halus, maka timbul pikiran jahatnya akan meracuni mati kakek.
Benarlah sehabis minum arak berbisa itu, tidak lama kemudian kakek jatuh pingsan.
Kiranya arak itu telah diberi racun nomor satu di dunia ini, yaitu racun yang terbuat dan Kim- kiok- hoa (seruni emas).
Betapapun kuat tenaga dalam kakek tetap tidak mampu menahan racun jahat Kim- kiok- hoa.
sama sekali kakek tidak menduga hati Thio Giok-tin sedemikian keji, maka arak racun itupun telah meruntuhkan nama keluarga oh.
setelah kakek pingsan, Thio Giokstin menggeledah badan kakek dan menemukan kedelapan
Jilid kitab pusaka ilmu golok. Tidak kepalang girang Thio Giok-tin, ia sangka kakek sudah mati, tanpa menghiraukan jenazahnya, pada waktu mau pergi dia malah menambahkan sekali tusukan pedangnya pada dada kakek.
"Padahal kakek tidak mati seketika, tusukan pedang Thio Giok-tin sebelum pergi itu malah menyadarkan kakek yang pingsan itu dan juga menyadarkan pikirannya, baru diketahui kakek bahwa Thio Giok-tin sama sekali tidak cinta padanya. Kakek lantas teringat kepada isteri tercinta yang masih menunggu di rumah, dengan sekuat tenaga beliau berusaha pulang dan menceritakan apa yang terjadi kepada nenek. Kuatir ilmu golok keluarga akan putus turunan, kakek bermaksud. menulis ilmu golok yang masih dapat diapalkannya itu, tapi baru satu
Jilid ditulisnya, karena luka tusukan di dada itu terlalu parah, beliau tidak tahan dan mengembuskan napas terakhir. satu
Jilid kitab ilmu golok itu ditulis kakek dalam keadaan lemah, dengan sendirinya ada beberapa bagian kurang sempurna. Ada lima orang pamanku telah berusaha mempelajarinya dan menciptakannya menjadi satu jurus dan dicampurkan dalam Toan-bun-to... ."
"o, pantas Toan-bun-to juga disebut Ngo hou-toan-bun-to, tukas si Tosu, kiranya intinya terletak pada lima gerakan yang diciptakan Nao-hou (lima harimau, maksudnya lima jagoan) itu, tentunya kelima gerakan ini sangat lihay "
Jilid 14 Ih-hoan menggeleng, katanya.
"Kelima gerakan ini hanya mengutamakan bertahan, betapa bagusnya juga tidak berguna untuk mengalahkan musuh...."
Si Tosu pikir mungkin kelima gerakan ini sama dengan jurus Put-boh-kiam andalan ji Pek liong itu, maka tukasnya pula "juga belum tentu betul. Apabila aku mahir kelima gerakan itu tentu aku takkan dikalahkan oleh dia."
Dia yang dimaksud si Tosu tua ialah Ji Pek-liong, hal ini tidak diketahui oleh oh Ihhoan, dia menghela napas dan berkata.
"Kelima gerakan itu jelas tak berguna, buktinya, menghadapi bocah itu saja aku tidak mampu bertahan."
Waktu Tosu tua mengikuti arah yang ditunjuk oh Ihi hoan, yang dimaksud kiranya yu Wi, Saat itu yu Wi rebah telungkup dan tidak bergerak, si Tosu menjadi heran dan berseru.
"He, murid Ji Pek Liong"
Yu Wi tetap tidak bergerak. Maka Ih hoan lantas menyambung ceritanya.
"Seharusnya, kalau kakek dicelakai orang dan nenek memberitahukan kejadian itu kepada anak-cucunya, kami yang menjadi anak-cucu pantasnya berusaha menuntut balas. Tapi kami tahu, selama Hai-yanto-hoat tidak dapat kami pelajari secara lengkap.selama itu pula jangan harap akan dapat mengalahkan si Nikoh bangsat Itteng."
"Ada dua pamanku telah mati di tangan Nikoh bangsat itu gara-gara ingin menuntut balas, seterusnya, biarpun tahu jelas pada Nikoh bangsat itulah tersimpan kitab pusaka lima golok keluarga oh kami, tapi siapa yang berani mencari perkara kepada musuh yang jauh iebih lihay? Padahal Nikoh bangsat itupun tidak berguna mendapatkan kitab pusaka ilmu golok Hai yan-tohoat, sebabnya kakek menolak untuk mengajarkan ilmu golok itu padanya justeru lantaran lima golok itu mengutamakan kekuatan lahiriah yang hanya terdapat pada kaum lelaki, orang perempuan tidak mungkin dapat meyakinkannya, kalau memaksa untuk berlatih malah akan mengganggu kesehatannya, sekarang meski To-hoat telah diganti dengan nama Kiam-boat, dia tetap tidak mampu berlatih dan menguasainya."
"eh, agaknya inilah salah satu alasan mengapa oh It-to tidak mau mengajarkan ilmu goloknya kepada Thio Giok-tin,"
Kata si Tosu.
"Tapi masih ada satu alasan lain, apakah kau tahu?"
"Memangnya alasan apa?"
"Masa kau tahu,"
"sebaliknya aku malah tidak tahu."
Ujar Ih-hoan. Tosu tua mendengus, katanya.
"Hm, meski oh It-to mencintai Thio Giok-tin dengan setulus hati, tapi dia juga seorang yang bijaksana dan dapat berpikir panjang, ia tahu jiwa Thio Giok-tin tidak baik, apabila ilmu golok sakti dikuasainya dan digunakan melakukan kejahatan di dunia persilatan, tentu tidak ada orang lain lagi yang mampu menundukkan dia-"
"omong kosong Mana ada alasan begitu?"
Kata Ih-hoan.
"Hm, alasan ini jelas dan gamblang,"
Jengek si Tosu.
"Kau telah mengoceh setengah meski dapat membuat kupercaya penuh Hai-yan kiam-hoat asalnya adalah ilmu pusaka keluarga oh kalian, akan tetapi akupun sependapat dengan oh It-to, satu jurus pedangku ini tidak dapat kuajarkan kepada orang jahat."
"Maksudmu aku ini orang jahat"
Teriak Ih-hoan dengan murkasi Tosu tua tertawa dingin beberapa kali, ucapnya "jiwamu kotor tidak dirasakan olehmu sendiri tapi aku dapat melihatnya dengan jelas, maka jangan kau harap akan mengincar Hai-yan-kiam-hoatku,"
Tidak kepalang gusar Ih-hoan, percumalah dia menceritakan rahasia kakek moyangnyahasilnya ternyata nihil- Dengan gemas goloknya terus membacok kaki kanan si Tosu sambil berteriak.
"Baik, biar kutamatkan kedua kakimu"
Selagi golok hampir mengenai sasarannya, mendadak dari belakang menyambar tiba sebatang pedang dan tepat membentur pedangnya- Kuat sekali sambaran pedang ini sehingga golok tergetar ke samping.
"oh"
Ih-hoan berpaling, dilihatnya yang menangkis serangannya dengan pedang adalah yu Wi, keruan ia terkejut dan berseru.
"He, ken.. kenapa kau dapat bergerak?"
"Memangnya kau kira di dunia ini tidak ada orang mampu membobol Hiat-to yang kau tutuk?"
Jengek yu Wi.
"Mungkin ada, tapi aku tidak percaya kau mempunyai kemampuan ini"
Teriak Ih-hoan.
"Iakta sudah nyata, tidak mau percaya juga harus percaya,"
Jawab yu Wi
KANG ZUSI website
http.//kangzusi.com
Karena merasa terima kasih pada yu Wi yang telah menyelamatkan kaki kanannya, si Tosu lantas memuji.
"sungguh hebat kau. Nak"
Padahal yu Wi tidak sungguh-sungguh mampu membobol Hiat-to yang ditutuk oh Ih-hoan tadi, soalnya dia melatih Thian- ih-sin- kang.
ilmu sakti baju langit, ilmu ini mempunyai suatu kesaktian yang khas, yaitu kalau sudah terlatih cukup sempurna, maka orangnya seolah-olah memakai selapis baju sakti yang tidak takut kepada serangan dari luar- Meski Thian-ih-sin-kang yang dilatih yu Wi belum mencapai puncaknya, tapi tenaga tutukan oh Ih-hoan tadi telah banyak dipunahkannya sehingga ketujuh tempat sang tertutuk itu tidak terlalu gawat baginya, setelah diam-diam ia mengerahkan tenaga dalam dan akhirnya dapatlah dibobol dan lancar kembali- Melihat gelagatnya, Ih-hoan menyadari keadaan tidak menguntungkan, sukar baginya untuk menghadapi yu Wi, tapi dia masih penasaran, segera ia membacok pula sambil berteriak.
"Bayar jiwa anakku"
Yu Wi memainkan Hai-yan-kiam-hoat, hanya sekali dua kali gebrak saja dapatlah oh Ih hoan diatasi, dia berbalik menutuk tujuh tempat Hiat-to orang sehingga roboh tak bisa berkutik. Tapi meski sudah menggeletak di tanah, oh Ih-boan masih terus memaki.
"Huh, tidak tahu malu, mengalahkan diriku dengan kungfu khas keluarga oh kami, terhitung orang gagah macam apa?"
"Ilmu silat didunia ini berasal dari satu sumber yang sama, memangnya kungfu kebanggaan keluargamu tidak boleh kupelajari?"
Jawab yu Wi- Bantahan ini membikin bungkam oh Ih-hoan.
yu Wi lantas mendekati si Tosu dan membuka Hiat-to yang tertutuk.
segera Tosu tua itu melompat bangun.
Belum lagi Tosu itu bicara, cepat yu Wi melompat kesamping Khing-kiok dan memondongnya, terlihat muka dan dadanya berlumuran darah- Karena pedihnya hampir saja pondongan yu Wi terlepas.
"Jangan berduka, dia takkan mati."
Kata si Tosu tua ikut mendekatinya. yu Wi memeriksa keadaan Khing-kiok, terasa masih bernapas, serunya dengan girang.
"ya, tidak mati, dia tidak mati Terima kasih kepada Thian (langit) dan Te (bumi)"
Tosu tua mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, setelah tiga lapis kain pembungkus dibuka, didalamnya ada sebuah kotak kayu kecil.
Dengan hati-hati kotak kecil itu dibuka dan dikeluarkannya satu tangkai bunga teratai berwarna putih mulus, ditengah kuntum bunga ada satu butir biji bunga.
"Lekas minumkan"
Kata si Tosu cepat.
yu Wi tahu obat ini adalah teratai salju yang sangat berharga dan khusus dapat menyembuhkan luka dalam yang parah.
ia tidak sempat mengucapkan terima kasih, segera biji teratai itu dijejalkan ke dalam mulut Khing-kiok.
Bibir Khing-kiok terkatup rapat, dan belum sadar- Setelah biji itu dijejalkan entah ditelan atau tidak- supaya benar-benar masuk ke dalam perut, yu Wi tidak pikirkan adat lagi, menyelamatkan jiwanya lebih penting segera ia gunakan mulutnya dan mengilirkan ludah sendiri ke dajam mulut Khing-kiok, dengan demikian supaya biji teratai salju dapat tertelan ke dalam perut.
"Hm, betapa mesranya kaupeluk anak menantuku itu, kau tahu malu tidak?"
Jengek Ih-hoan tiba-tiba "Anak menantumu?"
Teriak yu Wi dengan gusar.
"Kau masih berani mengakui dia sebagai menantumu?"
Biji teratai salju itu sungguh sangat mujarab, baru sebentar di minum oleh Khing-kiok, segera nona itu siuman terus merangkul yu Wi erat-erat sambil berseru.
"Tolong Toako Tolong Toako..."
Yu Wi tepuk-tepuk bahu si nona dan menghiburnya "jangan takut, jangan takut Toako akan membela kau."
Terdengar oh Ih-hoan berkata pula.
"Anakku menikahi dia secara resmi, meski dia tidak rela, betapapun dia sudah anggota keluarga oh kami, memangnya sebagai ayah mertua aku tidak boleh menghajar menantu?"
"Aku tidak...tidak mau menjadi menantu orang, ayah Aku emoh"
Seru Khing-kiok sambil meronta-rontayu Wi tahu si nona belum lagi sadar sama sekali, apa yang diucapkannya jelas ditujukan kepada Lim sam-hanpada saat sebelum dinikahkan dengan oh Thian-sing.
Nyata nona ini memang harus dikasihani, perjodohannya dengan keluarga oh ternyata tidak dilakukannya dengan sukarela.
Mata yu Wi menjadi basahi ia tutuk Hiat-to tidur si nona agar tidak mengingau lagi, lalu katanya terhadap oh Ih-hoan dengan mata melotot.
"Menghajar menantu juga harus tahu batas, masakah dilakukan sekejam itu? Kuberitahukan padamu, dia bukan lagi orang keluarga oh"
"Hahaha, hehe,"
Oh Ih-hoan tertawa mengejek "Memangnya hendak kaujadikan dia orang keluarga yu? Hm, pergendakan kalian tak mampu kuatasi, tapi bila menantuku akan kau ambil sebagai orang keluarga yu, betapapun tidak kuizinkan."
Hendaklah dimaklumi, adat perkawinan pada jaman itu sangat ketat.
Meski anak oh Ih-hoan sudah mati, sebagai ayah mertua, kalau dia tidak memutuskan ikatan perkawinan anaknya itu, betapapun Lim Khing-kiok harus menjanda dan tidak boleh kawin lagi.
sudah tentu yu Wi tidak bermaksud akan memperisterikan Khing-kiok, iapun tidak pernah memikirkan hal ini, ia menjadi gusar karena ucapan oh Ih-hoan itu, damperatnya.
"Jika kau sembarang a n mengoceh lagu, segera kurontokkan gigimu"
Tapi oh Ih-hoan tetap bicara dengan bandel.
"yang satu lelaki bangsat, yang lain perempuan anjing, jadinya pasangan setimpal. Nah, tetap akan kumaki, mau apa kau?"
Saking gemasnya yu Wi terus berjongkok dan hendak menghantam. Tapi mendadak teringat anaknya sudah mati, ia menjadi tidak tega untuk menghantamnya lagi, sebaliknya ia malah membuka Hiat-to yang ditutuknya tadi, katanya dengan menyesal.
"Sudahlah, lekas kau pergi saja"
Ih-hoan berdiri dan mengebas debu yang mengotori bajunya, lalu bicara dengan rada kikuki "Pergi atau tidak adalah urusanku, siapapun tidak perlu ikut campur."
Tapi setelah berdiri sejenak disitu, ia jadi malu sendiri, sebab kalau bertempur terang bukan tandingan orang, terpaksa harus menunggu kesempatan baik di kemudian hari apabila ingin menuntut balas, Ia lantas memutar tubuh dan melangkah pergi.
Tiba-tiba yu Wi teringat sesuatu, serunya.
"He, coba katakan dulu, dari mana kau tahu tujuanku belajar Hai-yan-kiam-hoat adalah untuk bertemu dengan Bok Ya?"
Ia pikir kalau jejaknya dapat diketahui orang tidaklah terlalu mengherankan, tapi isi hatinya juga diketahui orang, inilah yang aneh. sembari berjalan oh Ih-hoan mendengus.
"Hm, sahabat-baikmu sendiri yang memberitahukan padaku, mereka mengkhianati kau, silakan kau bunuh saja mereka-"
Yu Wi menunduk dan berpikir, teringat olehnya un siau dan ciang Ti, jangan-jangan mereka itulah yang menyiarkan kejadian dibawa perginya Bok ya oleh It-teng sin-ni itu-Namun iapun tidak percaya kepada keterangan oh Ih-hoan, ia pikir tujuan un siau dan Ciang Ti itu pasti bermaksud baik baginya.
Waktu ia angkat kepalanya, ternyata oh Ih-hoan sudah pergi jauh.
yu Wi menaruh Khing-kiok ketanah, katanya terhadap si Tosu tua sambil memberi hormat.
"Terima kasih atas soat-lian (teratai salju) pemberian cianpwe tadi- Pertarungan kita tadi belum jelas menang dan kalah, marilah kita ulangi kembali-"
Tosu tua berpikir sejenaki katanya kemudian sambil menggeleng.
"Kita tidak perlu bertanding lagi."
"sebab apa?"
Tanya yu Wi- Tosu itu tidak lantas menjawab, tapi bertanya malah.
"Can-pi-so dan Bu-bok so berada dimana? Mengapa mereka mengajarkan ilmu pedangnya kepadamu?"
"Mereka sudah meninggal dunia."
Jawab yu Wi dengan menyesal. Lalu diceritakanlah segala apa yang terjadi atas kedua kakek itu. Tosu tua itu menghela napas panjang, ucapnya.
"Diantara jit-can-so kini hanya tersisa aku seorang saja, apa pula yang perlu kuperjuangkan? Kalau Can-pi-so dan Bu-bokiso telah mengajarkan ilmu pedangnya padamu, biarlah akupun mengajarkan kepadamu."
Tapi yu Wi lantas menggoyang tangan, jawabnya.
"Tidaki sebelum kalah dan menang menjadi jelas, Wanpwe tidak berani memohon cianpwe mengajarkan ilmu pedangmu."
Tosu itu menghela napas, katanya.
"Bertanding apa lagi? usiamujauh lebih muda dari padaku, sudah beratus jurus tidak dapat kukalahkan, sejak tadi aku sudah mengaku kalah, dengan sendirinya harus kuajarkan ilmu pedangku kepadamu-"
Yu Wi pikir guru sendiri belum meninggal, hal ini harus diberitahukan kepada Tosu itu. Tapi sebelum dia bertutur, tosu tua itu berkata pula.
"Kesatria lahir dari orang muda, dunia ini adalah milik kalian, sudah lama tua bangka semacam diriku ini harus mengundurkan diri Nah, lekas belajar jurus pedangku ini agar cita-citaku dapat kulunasi-"
Segera ia pegang pedangnya dan berseru.
"Awas, lihatlah yang jelas"
Pelahan ia lantas memainkan satu jurus ilmu pedangnya itu, kemudian berkata.
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jurus Hai-yan-kiam-hoat ini sengaja kuberi nama Tai-liong-kiam."
"Tai-liong-kiam"
Yu Wi mengulangi nama itu.
Diam-diam ia memuji keperkasaan nama ilmu pedang itu.
Pada hari ketiga, Tai-ong-kiam sudah dapat dilatih dengan sempurna oleh yu Wi-selama duatiga hari ini luka Khing-kiokjuga sudah mulai sembuh, bila dirawat lagi sekian lama tentu akan sehat seluruhnya.
sore hari ketiga itu Thi-kah-sian pergi meninggalkan yu Wi, sebagai seorang Tosu, hidupnya mengembara tanpa tempat kediaman yang tetap dan juga tiada tempat tujuan tertentu.
Waktu berpisah dia hanya menyatakan akan bertemu pula apabila ada jodoh- Pepohonan dipuncak gunung itujarang-jarang tapi binatang dan burung liar cukup banyak- Karena ingin menyelami lebih mendalam Tai-liong-kiam yang baru saja dikuasainya itu, yu Wi tidak terburu-buru untuk pergi, maka setiap hari dia menangkap beberapa ekor burung sekedar bahan makanan, dengan tekun ia latih lebih sempurna ilmu pedangnya- Keadaan Khing-kiok masih lemahi selama yu Wi tidak menyinggung urusan berangkat, iapun tidak bertanya, yu Wi tidak bicara padanya, iapun tidak mengajak bicara- Pada hari kelima, yu Wi percaya Tai-liong-kiam sudah tidak ada persoalan lagi, benar-benar telah dikuasainya dengan baik- Teringat kepada Bok ya, seketika timbul hasratnya untuk berangkat, ia menjadi gelisah dan berkata kepada Khing-kiok.
"Marilah kita pergi dari sini"
Kata ini adalah kalimat pertama selama empat hari ini yu Wi bicara dengan Khing-kiok- Nona itu memang sedang kesal setengah mati, dalam hati lagi mendongkol, maka ia lantas menjawab.
"Berangkat kemana?"
"Kupikir akan pergi ke Tiam-jong-san."
Kata yu Wi- Pedih rasa hati Khing-kiok, ia pikir bukannya pemuda itu menyatakan akan mengantarnya pulang dulu ke Hek Po, jelas dirinya tidak pernah dipikirkan olehnya- Pergi ke Tiam-jong-san tentunya untuk mencari It-teng dan ingin bertemu dengan Ko Bok ya- Teringat pada Tiam-jong-san, yu Wi jadi termangu-mangu sekian lama, katanya kemudian dengan menghela napas.
"
Kepergian ini entah dapatkah bertemu dengan It-teng sin-ni."
Mendengar tujuan anak muda itu memang betul hendak mencari It-teng sin-ni, hati Khing-kiok menjadi gusar, ia melengos kesana dan sangat gemas terhadap yu Wisebaliknya yu Wi terus memikirkan urusan It-teng sin-ni dan tidak memperhatikan Khing-kiok, ia berucap pula sendiri.
"Dari kedelapan jurus hanya lima jurus saja yang kukuasai, masih ada tiga jurus lagi, ai-.. ."
Ia masih ingat pesan It-teng bahwa dirinya harus belajar lengkap delapan jurus Hai-yan-kiamhoat baru akan diperbolehkan bertemu dengan Bok Ya, kalau tidaki bukan saja dilarang bertemu, bahkan dirinya akan ditindak- Diam-diam ia membatin.
"Tindakan apa yang akan dilakukan It-teng terhadapku?"
Teringat pula olehnya.
"Apakah dapat menguasai lagi satu jurus tentu akan lebih baik, kalau tidak, jika ditanya mengapa jurus siang-sim-kiam tidak berhasil dipelajarinya, lalu cara bagaimana akan menjawabnya?"
Tanpa terasa ia menjawab sendiri.
"Kan tidak dapat kukatakan orang yang mahir siang-sim-kiam itu tidak mau mengajarkan padaku, sebab cara demikian akan memperlihatkan ketidak seriusanku belajar----"
Dia pandang profil Lim Khing-kiok yang berduduk disamping sana, ia coba mendekatinya dan memanggil.
"Kiok-moay"
Khing-kiok sedang berduka dan mendongkol, maka dia sengaja tidak menjawab. Maka yu Wi lantas melanjutkan.
"Kupikir hen-.. hendak- hendak memohon sesuatu padamu.. ."
"Urusan apa?"
Jawab Khing-kiok ketus.
"Da... dapatkah kau menguraikan... menguraikan jurus siang-sim-kiam itu kepadaku?"
Kata yu Wi dengan tergegap- Teringat oleh Khing-kiok bahwa setelah anak muda itu berhasil belajar jurus siang-sim-kiam, lalu akan cepat-cepat pergi menemui pacarnya, seketika berderailah air mata Khing-kiok, sungguh hatinya berduka tak terkatakan seperti di-sayat- Melihat Khing-kiok diam saja, yu Wi memohon pula.
"Ajarkanlah jurus siang-sim-kiam dan akan kutukar dengan kelima jurus ilmu pedangku-"
Ucapan ini merangsang amarah Khing-kiok, tangannya membalik dan menampar.
"plok", gamparan ini telak mengenai muka yu Wi, setelah kena barulah timbul perasaan menyesal Khingkiok, ia menangis dan berseru.
"Ken... kenapa kau tidak- tidak mengelak? Ken... kenapa tidak kaupikirkan diriku sama sekali... ."
Yu Wi tidak menyangka Khing-kiok akan menamparnya, kejadian ini menimbulkan rasa harga dirinya, Ia tidak hiraukan apa yang dikatakan Khing-kiok, tapi terus melayang pergi secepatnya.
Khing-kiok mengejar beberapa langkahi tapi jatuh tersungkur, tanpa menghiraukan rasa sakit ia berteriaki "
Hendak ke-.. kemana kau? Hendak kemana?----"
Hanya sekejap saja bayangan yu Wi sudah menghilang, tapi Khing-kiok masih meratap dengan suara lemahi "Hendak ke-.. kemana kau?----"
Hari mulai gelap, Khing-kiok mengangkat tubuhnya yang kesakitan, lukanya sudah sembuh, namun belum cukup untuk berjalan, apalagi berlari, makanya ia jatuh.
Pelahan ia kembali ke gua yang digunakan mondok selama beberapa hari ini, dia pandang tempat yang biasa dijadikan tempat tidur yu Wi itu dengan termangu, pikirnya.
"Bilakah dia baru akan kembali? Apakah dia akan kembali lagi kesini?"
Semakin kelam, selagi Khing-kiok berduduk kesepian ditengah kegelapan gua itu, tiba-tiba terdengar suara langkah orang diluar, ia kegirangan dan berseru.
"Toako, Toako Engkau sudah kembali?"
Sejenak diluar gua menjadi sunyi, tapi segera suara langkah orang tadi bergema pula menuju kearah gua.
Terbeliak pandangan Khing-kiok, mendadak gua diterangi oleh geretan api, orang yang masuk ternyata yu Wi adanya.
Khing-kiok sudah sangat merindukan anak muda itu, disangkanya sekali pergi takkan kembali lagi.
Kini dapat bertemu, tentu saja girangnya tak terkatakan, segera ia berlari maju dan menubruk kedalam pelukan yu Wi sambil berseru.
"Toako ToakoJ angan kau tinggalkan adik kiokmu"
Yu Wi tercengang sejenaki ucapnya kemudian.
"Adik Kiok- - - -coba kaupandang diriku."
Pelahan Khing-kiok mengangkat kepalanya dan memandang anak muda itu, katanya.
"Toako, tahukah kau betapa kurindukan dirimu sejak kau tinggalkan Hek-po, entah berapa kali setiap hari selalu kubayangkan wajahmu-.. ."
"Ada apakah kau bayangkan diriku?"
Kata yu Wi dengan tertawa. Khing-kiok bersuara aleman dan memeluk lebih erat, kebetulan waktu itu ada angin meniup dari luar sehingga api obor kecil itu padam. Karena dipeluk dengan kencang, tangan yu Wi lantas mulai "main".
"Ahhi tidak- jangan----"
Demikian keluh Khing-kiok, tapi tubuhnya lantas bergeliat dan membiarkan tangan anak muda itu menggerayanginya sesukanya- "Aaahh ...
"
Khing-kiok mendesah kecil sambil merangkul erat saat lidah yu Wi menyapu leher, sehingga gadis itu mulai terbawa suasana romantis yang diciptakan oleh mereka berdua.
Puas menyerang leher Khing-kiok, yu Wi kembali melumat bibir merah yang sedikit terbuka mengeluarkan suara desah, dengan pagutan ganas dan liar.
Pemuda itu begitu lihai memainkan lidahnya di rongga mulut yang kini ditutupi dengan mulutnya.
Jelas sekali bahwa ilmu silat lidah yu Wi sama ampuhnya dengan ilmu silatnya Tentu saja yang semua yang dilakukan yu Wi, dan Khing-kiok hanyalah suatu bawaan alam.
semua berjalan sesuai dengan kehendak alam sesuai kodrat yang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa Perlahan-lahan tangan kanan yu Wi yang semula memeluk pinggang lalu naik ke atas depan, menyentuh sebentuk dada padat menggelembung yang masih tertutup baju.
Diremasnya dengan lembut dada kenyal-padat sebelah kanan.
"Uuhh ...
"
Kembali Khing-kiok mendesah merasakan nikmat saat ujung-ujung jari tangan yu Wi mempermainkan sebentuk benda bulat kecil yang ada di atas gumpalan padat menggelembung dari luar.
Bersamaan dengan itu, Khing-kiok makin liar membalas ciuman yu Wi ke arah telinga pemuda itu.
Melihat Khing-kiok membalas perlakuannya dengan tidak kalah liar, kembali pemuda itu menyerang leher hingga membuat merinding bulu tengkuk sang gadis-"iiih - "
Bahkan, saat tangan kanan pemuda itu mulai menyusup ke balik baju atas Khing-kiok yang entah kapan, ikat pinggang gadis itu sudah luruh dan jatuh ke lantai, mungkin saat ia menarik Khing-kiok dalam pelukan.
Tangan yu Wi meraba-raba dada montok itu dengan lembut dan penuh perasaan kasih- Kembali tubuh gadis itu berkelejat liar saat jemari yu Wi mempermainkan tonjolan dada kanan dari dalam- "oooh- - - ssshh- "
Khing-kiok hanya bisa mendongakkan kepala ke atas, menikmati lumatan dan remasan yang dilakukan oleh pemuda itu- Di antara hisapan dan gigitan mesra, sukma gadis itu bagai melayang bagai di awan saat tangan kiri pemuda ini mengelus-elus pada bagian paha, melingkar-lingkar membentuk bulatan tak beraturan, sehingga napas gadis itu semakin memburu, pelukan semakin kuat dan ia mulai merasakan bagian gerbang istana kenikamatannya mulai basah- "oooh....
Toako----"
Akhirnya, karena nafsunya yang semakin berkobar, nafsu tak tertahankan lagi, tanpa ingat apapun dia manda diperlakukan sekehendak yu Wi- Khing-kiok hanya pasrah dan membiarkan bibir dan tangan yu Wi menjelajahi setiap lekuk dari tubuh sintalnya, sesukanya, karena memang gadis itu sangat menikmati sentuhan lembut yu Wi- Bahkan tanpa sadar tangan Khing-kiok memegang tangan yu Wi seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahaga birahi yang semakin meninggi, semakin menggelinjang kegelian.
Terdengar suara napas yang mulai terengah-engah diseling keluh tertahan, orang yang tak tahu apa yang terjadi tentu mengira didalam gua itu ada orang sakit.....
Apalagi ketika yu Wi menekan senjata tumpulnya yang kini telah menempel kepalanya sedikit kedalam gerbang istana kenikmatan Khing-kiok yang telah basah oleh cairan....
"Aaggggghhi - - - sakit"
Yu Wi segera mencium wajah Khing-kiok dan melumat bibirnya dengan lembut.
Tangan kanannya meremas-remas dada kenyal padat dengan harapan bisa mengurangi rasa sakit yang menyengat di bagian bawah- Setelah itu, yu Wi bergerak pelan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh indah Khing-kiok dalam pelukan.
Tak selang lama kemudian, badan Khing-kiok bergetar hebat dan mulutnya terdengar keluhan panjang.
"Aaduuh- oooohh- sssssssshhi ssssshhi -"
Kedua kaki Khing-kiok bergerak melingkar dengan ketat pinggul yu Wi, menekan dan mengejang, gadis itu mengalami titik puncak asmara yang hebat dan berkepanjangan meski baru beberapa kali yu Wi melakukan aksi naik turun, selang sesaat badan Khing-kiok terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pinggul yu Wi yang masih tetap berayun-ayun itu.
Suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukkan di satu pihak dan penyerahan total di lain pihak.
Khing-kiok kemudian diangkat dan didudukkan pada pangkuan dengan kedua kaki indah Khing-kiok terkangkang di samping paha yu Wi dan tentu saja senjata tunggal saktinya masih tetap di tempat semula- Kedua tangan yu Wi memegang pinggang Khing-kiok dan membantu si gadis menggenjot senjata tunggalnya yang masih tegak perkasa secara teratur, setiap kali tonggak tunggal sakti masuki terlihat gerbang istana kenikmatannya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir gerbang.
Khing-kiok pun melakukan hal yang sama untuk mengimbangi permainan dari yu Wi, dengan menggerak-gerakkan pinggulnya.
Kali ini tidak ada desisan dan rintihan kesakitan, yang ada hanyalah lenguhan nikmat yang berulang kali menikam bagian terdalam dari miliknya, srett sett.
Ketika tonggak tunggal ditarik keluar, terlihat gerbang istana mengembang dan menjepit.
Mereka berdua melakukan posisi ini cukup lama.
Khing-kiok benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan.
"oooohhmm..."
Yu Wi melepas pelukan pinggang, lalu meremas-remasnya sepasang bukit kembar yang bergoyang-goyang naik turun.
Tak lama kemudian badan Khing-kiok bergetar, kedua tangannya mencengkeram kuat pundak yu Wi, seakan berusaha menancapkan kuku-kuku tajamnya, dari mulutnya terdengar erangan lirihi "Aahh aahh ssssshh ...
sssssshh"
Khing-kiok kembali mencapai titik puncak asmaranya sementara badan Khing-kiok bergetar-getar dalam titik puncak asmaranya, yu Wi tetap menekan tonggak tunggal saktinya ke dalam lubang gerbang istana kenikmatanya.
sambil pinggulnya membuat gerakan memutar sehingga tonggak tunggal yang berada di dalam gerbang istana kenikmatan Khing-kiok ikut berputar-putar, mengebor gerbang istana kenikmatan sampai ke sudut-sudutnya, crepp srett Gerakan pinggul yu Wi bertambah cepat dan cepat.
Terlihat tonggak tunggal saktinya dengan cepat keluar masuk di dalam gerbang istana kenikmatan Khing-kiok, tiba-tiba....
"ooohh ... oohh"
Dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak2, yu Wi menekan habis pinggulnya dalam-dalam, sehingga tonggak tunggal saktinya terbenam habis ke dalam lubang gerbang istana kenikmatan, pinggul yu Wi terkedut-kedut sementara senjata tonggak tunggalnya menyemprotkan cairan keperjakaannya di dalam gerbang istana, sambil kedua tangannya mendekap badan Khing-kiok erat-erat.
Dari mulut Khing-kiok terdengar suara keluhan yang sama.
"Aaaaghi .sssssshi .sssssshh- - - hhmm... hhmm"
Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, yu Wi kemudian merebahkan tubuh Khing-kiok di atas badannya dengan tanpa melepaskan senjata saktinya dari sarangnya.
Khing-kiok tersenyum, yu Wijuga tersenyum.
Tengah malam, dengan diliputi rasa nikmat dan bahagia yang tak terhingga Khing-kiok tertidur lelap, sebaliknya yu Wi lantas bangun dan mengenakan pakaian, gumamnya sendiri.
"Baru terlambat lima hari kudatang, mengapa seorang pun tidak terlihat, padahal pertandingan antara tokoh kelas tinggi semacam mereka masakah dapat diselesaikan secepat ini?"
Lalu ia meraba tubuh Khing-kiok yang mulus itu sambil tertawa puas, gumamnya pula.
"Tapi perjalanan inipun tidak sia-sia... ."
Dengan senyuman puas dia melangkah keluar gua, ia pikir kalau jit-can-so tak ditemukan, biar saja, umpama diketemukan juga mereka belum pasti mau mengajarkan ilmu pedang kepadanya.
Maka dengan langkah lebar ia lantas meninggalkan puncak gunung itu.
Tertinggal Khing-kiok berada sendirian di puncak gunung sunyi itu, belum lagi diketahuinya sudah ditinggal pergi kekasih, dia sedang mimpi indah dan manis....
siapakah sesungguhnya anak muda yang baru pergi itu? Apakah betul yu Wi adanya? .= = =oo oooo oo= = = Esoknya, ketika Khing-kiok bangun tidur, dilihatnya kain putih yang dijadikan alas tempat tidur itu berlepotan warna merah yang sudah kering, terbayang kejadian semalam, tanpa terasa mukanya menjadi merah.
Pada saat itulah mendadak diluar gua ada suara langkah orang, cepat ia menggulung kain putih itu.
yang masuk ternyata yu Wi adanya, melihat sikap Khing-kiok yang agak gugup itu, ia menegur.
"Ada apa?"
"o, tidak apa-apa,"
Jawab Khing-kiok dengan muka merah- "Akan kucuci dulu kain seprei ini-"
Yu Wi merasa heran, hendak mencuci seprei itu disembunyikan dibela kang punggung, seakanakan kuatir dilihat orang. Khing-kiok mengangkat kepala, tapi degera menunduk pula, ucapnya.
"segera kukembali setelah mencuci-"
Bergegas ia berlalu disamping yu Wi- Terheran-heran yu Wi menyaksikan kelakuan nona itu, tanpa terasa ia mengantar bayangan orang, sempat dilihatnya pada seprei yang dibawanya itu ada noda merah. cepat ia tanya.
"He, apakah kau terluka?"
"Tolol"
Omel Khing-kiok sambil berlari pergi- Tentu saja yu Wi merasa bingung, iapun heran mengapa sekarang si nona tidak lagi marah padanya? Teringat olehnya kemarin setelah ditampar oleh Khing-kiok, dengan gemes ia turun kebawah gunung, disuatu kota kecil difeaki gunung ia minum arak hingga mabuk.
tengah malam setelah mendusin, ia menyesal dirinya telah marah kepada Khing-kiok- Betapapun nona itu pernah menyelamatkan jiwanya, kalau dirinya tidak dilepaskan secara diam-diam, sudah lama dirinya telah mati ditangan Lim sam-han, budi pertolongan ini sukar untuk membalasnya selama hidup.
Apa yang terjadi siang kemarin juga dirasakan dirinya yang bersalah, sebelumnya dirinya sudah berjanji akan mengantar si nona pulang ke Hek Po apabila pertemuan di Ma-siau-hong sudah selesai waktu Khing-kiok menanyakan kesanggupannya, dia malah menjawab akan pergi dulu ke Tiam-jong-san, sebab yang dipikirkannya saat itu melulu Bok Ya saja, hakikatnya lupa kepada kesanggupannya akan mengantarnya ke Hek Po, pantaslah kalau nona itu menjadi marah.
segera terpikir lagi kesehatan Khing-kiok belum pulih seluruhnya, sekarang ditinggalkannya sendirian dipuncak gunung yang sunyi, keadaannya sungguh berbahaya-Masih teringat olehnya waktu dirinya turun gunung, nona itu seperti menjerit satu kali, bisa jadi kesakitan karena terjatuhi Pembawaan yu Wi memang berbudi luhur, makin dipikir makin tidak enak perasaannya, tengah malam itujuga dia lantas kembali ke Ma-siau-hong, paginya ia sudah berada kembali dipuncak gunung itu.
setiba di gua itu dan melihat Khing-kiok agak gugup dan tidak tenang, ia heran apakah yang terjadi semalam sehingga nona itu berubah menjadi begini? Dia berdiri didalam gua dan melamun, entah berapa lama kemudian baru terlihat Khing-kiok melangkah kembali, yu Wi menyongsong dan memapahnya sambil bertanya.
"Apakah semalam kau terbanting sakit?"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"o, tidaki tidaki"
Sahut Khing-kiok.
"Kemarin tidak pantas kupukul kau, terbanting sakit juga pantas-"
"Masakah terbanting juga pantas, seperti anak kecil,"
Ujar yu Wi- Mendadak Khing-kiok memandangnya dengan kasih sayang, katanya.
"Toako, katamu ingin belajar siang-sim-kiam, bagaimana kalau sekarang kuajarkannya padamu?"
"Kau tidak takut lagi akan sumpahmu terhadap Tohiso?"
Tanya yu Wi dengan heran. Muka Khing-kiok menjadi merahi ucapnya.
"Ahi untuk apa percaya pada sumpah segala, yang penting kan kita sudah. - "
Sudah apa tidak jadi diteruskan, sejenak kemudian ia bertanya pula.
"Bagaimana, mau belajar tidak?"
Sudah tentu yu Wi mau, jawabnya dengan girang.
"Tentu saja mau" ___ = siapakah pemuda yang telah mengadakan hubungan begituan dengan Khing-kiok? = = Dapatkah yu Wi belajar jurus siang-sim-kiam dari Khing-kiok dan bagaimana usahanya mencari Boks y a? = = = = Bacalah terus
Jilid lanjutannya = = = = = = r Pendekar Kembar Bagian-14. Lantaran cintanya sudah terkabul, hati Khing-kiok sangat gembira. Tapi dia sengaja menggoda anak muda itu.
"Jika mau belajar, harus kau panggil suhu dulu padaku."
"Tidaki mana boleh jadi Aku TOakomu, mana boleh memanggil suhu padamu?"
Jawab yu Wi sambil menggeleng.
"
Kalau tidak lekas kau panggil, takkan kuajarkan padamu."
Kata Khing-kiok dengan tertawa genit. yu Wi jadi gelisah dan tak berdaya, ia mondar-mandir didalam gua, gumamnya.
"Jika kupanggil suhu padamu, bukankah tingkatanku lebih rendah satu angkatan dari padamu... Melihat kecemasan anak muda itu, Khing-kiok tidak sampai hati mempersulit lagi, ucapnya dengan tertawa.
"TOlol, begitu saja kelab akan. Baiklah, panggil saja adik Kiok padaku."
Lagi-lagi diomeli "tolol", yu Wi melenggong, diam-diam ia berpikir dalam hal apakah aku berbuat tolol? Maka Khing-kiok lantas mulai memberi petunjuki dengan gerak tangan sebagai pedang, nona itu mengajarkan jurus siang-sim-kiam padanya- sampai setengah harian barulah selesai diuraikannya dengan jelas- Daya tangkap yu Wi sangat kuat, sedikit diberitahu segera ia menjadi paham intisari jurus pedang itu- Maka iapun mulai berlatih dengan jurus baru ini.
Khing-kiok mengawasi disamping, bilamana ada yang keliru segera diberi petunjuki dia mengajar dengan sungguh-sungguh.
Karena yang satu belajar dengan serius dan yang mengajar juga sungguh-sungguh, pada petang hari kedua hasil latihan yu Wi sudah lumayan.
Malamnya, setelah dahar dan mengaso sejenaki tiba-tiba yu Wi bertanya.
"Adik kiok, semula kau tidak mau mengajarkan padaku, tapi lewat semalam, mengapa kau ganti pikiran dan mau mengajar? sungguh aku tidak mengerti?"
Dengan malu-malu Khing-kiok menjawab.
"Kau berbuat begitu padaku, masakah aku harus menyimpan rahasia lagi? Diantara kita masakah ada perbedaan lagi antara kau dan aku?"
Yu Wi jadi terheran-heran, pikirnya.
"Aku berbuat apakah padamu? Mengapa tidak lagi ada perbedaan antara kau dan aku?"
Didengarnya Khing-kiok menyambung lagi.
"Tahun yang lalu, atas perintah ayah aku dinikahkan dengan Thian-sing, selama setahun ini, meski tubuhku berada ditempat keluarga oh, tapi hatiku tidak pernah melupakan dirimu, meski resminya Thian-sing adalah suamiku, padahal sebenarnya dia bukan suamiku."
"Resminya suamimu, kenapa kau katakan bukan lagi?"
Khing-kiok mengira anak muda itu berlagak bodohi omelnya.
"Masa kau benar-benar tidak tahu?"
"ya, tidak tahu."
Yu Wi menggeleng.
"Meski aku menikah dengan dia, tapi kami tidak pernah tidur bersama-"
Tutur Khing-kiok dengan malu- "oo, kiranya kalian hanya resminya saja suami-isteri, tapi prakteknya tidak pernah melakukan kewajiban sebagai suami-isteri, begitu?"
Khing-kiok mengangguk.
"Aku tidak dapat melupakan dirimu, mana dapat kulakukan hubungan suami-isteri dengannya- "
"Padahal aku berbuat tidak baik padamu, mengapa kau tidak dapat melupakan diriku?"
"Inilah nasib-"
Ujar Khing-kiok.
"
Ingin kulupakan dirimu, tapi betapapun sukar melupakan. Malam kemarin dulu kau sedemikian mesra padaku, selama hidupku ini lebih-lebih tak dapat kulupakan dirimu-"
Yu Wi jadi melengaki pikirnya.
"Malam kemarin dulu aku tidak berada disini, mana bisa aku bermesraan dengan kau?"
Dia mengira Khing-kiok salah ingat, ia coba tanya.
"Cara bagaimana aku bermesraan padamu?"
Muka Khing-kiok menjadi merah. apa yang terjadi pada malam itu mana bisa dituturkannya, seketika ia menjadi tersipu-sipu dan tak dapat bersuara.
"He, sesungguhnya terjadi apakah?"
Tanya yu Wipula dengan gelisah. Khing-kiok tidak tahan, dengan mendongkol ia berkata.
"Malam itu aku sudah menyerahkan kesucianku padamu, masa kau masih berlagak bodoh- "
Habis berkata mukanya bertambah merahi ia menunduk dan tidak berani angkat kepala lagi- "Blang", otak yu Wi seperti mendengung dengan keras, dalam hati ia tidak habis mengerti.
"Menyerahkan kesucian padaku?- -"
Mendadak teringat olehnya ketika malam kemarin dulu ia buru-buru kembali lagi keatas puncak karena menguatirkan Khing-kiok yang ditinggalkan sendirian disini, waktu mendaki puncak ini pagi-pagi, samar-samar dari jauh kelihatan seorang sedang turun kebawah gunung, orang itu memakai baju merah dan berdandan sebagai seorang Kongcu, lamat-lamat dapat dikenalinya sebagai Kan ciau-bu.
Tapi mengingat Kan ciau-bu berada jauh di Kimleng sana, manabisa mendadak datang kesini? sebab itulah ia sangsi kepada penglihatan sendiri maka hal itu tidak diperhatikannya.
sekarang, bila dipikir lagi, agaknya malam itu, Kan ciau-bu memang betul telah datang ke Masiau- hong ini, karena tidak tahu, Khing-kiok mengira Kan ciau-bu sebagai diriku, segera teringat pula waktu bertemu kembali dengan Khing-kiok pagi kemarin, nona ini memegang kain seprei dengan gugup dan tersipu-sipu....
kain putih itu tampaknya ada percikan darah, jangan-jangan.....
yu Wi sudah tahu Kan ciau-bu adalah seorang pemuda bergajul, maka ia lantas tanya.
"Malam kemarin dulu apakah benar-benar kau lihat diriku?"
Khing-kiok tidak mengawasi air muka yu Wi yang penuh rasa kejut dan gugup, dengan pelahan ia menjawab.
"siapa lagi kalau bukan kau? Biarpun kau hancur menjadi abu juga kukenal kau... ."
Selagi yu Wi hendak memberi penjelasan padanya bahwa malam itu yang dilihatnya itu bukanlah dirinya melainkan Kan Ciau-bu, Toa-kongcu yang terkenal dari Thian-ti-hu, sebab didunia ini hanya mereka berdua saja yang berwajah serupa dan sukar dibedakan.
Tapi mendadak terpikir olehnya akibat yang mungkin timbul setelah dirinya memberi penjelasan.
Dalam keadaan malu dan menyesal, bisa jadi Khing-kiok putus asa dan membunuh diri Ia pikir persoalan ini biarlah dibicarakan saja kelak- Tadinya dia rada sangsi terhadap keterangan Lim Khing-kiok bahwa dia belum pernah tidur bersama oh Thian-sing, kini setelah direnungkan lebih cermat, tampaknya nona itu memang tidak bohing.
Kalau bohong sih mending, bahwa nona itu bohong, maka kisah cinta ini menjadi tidak sederhana..
- Berpikir sampai disini, mata yu Wi menjadi basahi diam-diam ia terharu dan berduka, ucapnya kemudian dengan menyesal.
"Adik kiok, aku bersalah padamu... ."
Ia pikir Kan ciau-bu telah menodai kesucian tubuh si nona, perbuatan ini adalah kesalahannya, coba kalau malam itu dia tidak meninggalkan si nona, tentu peristiwa itu takkan terjadi.
Khing-kiok mengira yu Wi merasa bersalah karena perbuatannya malam itu, kuatir anak muda itu terlalu kikuk.
pelahan ia menjawab.
"sejak kecil aku sudah menganggap diriku ini kelak pasti milikmu, bahwa kau perlakukan diriku cara begitu, sedikitpun aku tidak sedih, asalkan jangan kau lupakan diriku, maka puaslah aku, Toako, apakah aku akan kau lupakan?"
Yu Wi menghela napas panjang, tidak kepalang kusut perasaannya. Didengarnya Khing-kiok berkata pula.
"Kutahu dalam hatimu sudah ada seorang nona Ko, tapi hal inipun tidak menjadi soal, betapapun kau cinta padanya, asalkan tetap ingat sedikit padaku, maka puaslah hatiku."
Sungguh yu Wi tidak tahu apa yang harus dikatakannya, pikirnya.
"Adik Kiok adalah nona yang baik, jangan sekali-kali kuhancurkan hidupnya- Lebih baik kutanggung dosa ini dari pada kujelaskan kejadian yang sebenarnya pada itu-.. ."
Ia tahu apa yang terjadi sekarang adalah suatu salah paham yang amat besar, salah paham ini cukup membuat rusak namanya dan hancur hidupnya.
Tapi demi Lim Khing-kiok, akhirnya ia tetap tidak memberi penjelasan kesalah-pahaman ini, ia pasrah kepada nasib dan perkembangan selanjutnya.
Melihat anak muda itu hanya diam saja, Khing-kiok berkata pula.
"Aku tidak terburu-buru ingin pulang ke Hek Po, betapapun aku adalah perempuan yang sudah dinikahkan, seperti air yang sudah disiramkan keluar rumah-Jadi pulang ke Hek Po atau tidak bukanlah soal, kelak bila kau suka bolehlah kau antar kupulang....."
Dia berhenti dan ragu sebentar, kemudian menyambung lagi.
"Kau hendak pergi ke Tiam-jong-san, biar aku... akupun ikut kesana. Aku ingin bertemu dengan nona Ko dan bersahabat dengan dia, apabila dia tidak suka padaku, betapapun aku takkan marah, sedapatnya aku akan membaiki dia, supaya dia tahu aku tidak bakal mempengaruhi cintakasihnya dengan Toako"
Sampai disini, yu Wi tidak enak untuk menolak lagi kehendak si nona yang ingin ikut pergi ke Tiam-jong-san.
Ia pikir, dari ucapan Khing-kiok ini jelas si nona sudah menganggapnya sebagai suaminya, apabila kehendaknya ditolak tentu akan membuatnya ia berduka.
Maklumlah, yu Wi adalah pemuda yang emosional, segala hal selalu berpikir bagi orang lain, ia tidak tega membikin sedih Khing-kiok, apalagi nona itu sudah sebatang kara sekarang, akan disuruh kemana lagi? setelah mantap pikirannya, berkatalah dia.
"Baiklahi sekarang juga kita berangkat."
Dengan tertawa gembira Khing-kiok berseru.
"Maksudmu hendak membawaku ke Tiam-jong-san?"
Mendadak terkilas semacam pikiran dalam benak yu Wi, pikirnya.
"
Urusan sudah kadung begini, kenapa tidak kujodohkan mereka sekalian? Meski kelakuan Kan ciau-bu tidak baik, tapi kalau diberi nasihat dan dituntun kejalan yang baik agar dia bertanggung jawab atas perbuatannya dan jangan meninggalkan perempuan yang telah dinodainya-"
Karena pikiran itu, segera ia berkata.
"Baiklahi ikutlah padaku, tidak boleh lagi kutinggalkan kau sendirian, hatiku baru merasa lega apabila kelak aku sudah dapat mengatur secara lebih baik terhadap dirimu."
Mengingat hari depan, Khing-kiok juga berpikir.
"Bila selanjutnya bisa berdiam bersama Toako sampai hari tua, apalagi yang kuharapkan dalam hidup ini?"
Ia tidak tahu bahwa apa yang dipikirkan yu Wi sama sekali bertolak belakang dengan jalan pikirannya.
Begitulah mereka lantas meninggalkan Ma-siau-hong, mereka melarikan kuda dengan cepat menuju ke propinsi Huniam..-ooo00000ooo- Tayli, pada jaman dahulu adalah sebuah kerajaan kecil, negeri ini terletak di barat propinsi Huniam, negeri yang subur dan makmur, kini hanya berbentuk.
Koan atau kabupaten saja.
Kota Tayli terletak dikaki pegunungan Tiam-jong, didepan kota adalah Ni-hay, sebuah danau yang indah permai, hawa di negeri inipun sejuki empat musim serupa pada musim semi- Karena keindahan alamnya, maka di negeri Tayli terkenal nama Tiam-jong-soat (salju pegunungan Tiamjong) dan Ni-hay-goat (bulan didanau Ni-hay).
Bahwa Tiam-jong terkenal juga saljunya, maka dapat dibayangkan ketinggian pegunungan ini.
Diatas gunung juga banyak terdapat bahan batu marmar yang terkenal sebagai marmar Tayli.
Tanpa berhenti di kota Tayli, langsung yu Wi mendekati Tiam-jong-san.
Kini dia sudah menguasai enam jurus Hai-yan-kiam-hoat dengan baiki maka soal menemui It-teng sin-ni dia cukup yakin pasti akan berhasil.
yang dikuatirkan adalah kesehatan Lim Khing-kiok, nona itu baru sembuh, mestinya yu Wi melarang dia ikut mendaki Tiam-jong-san dan menyuruh dia istirahat saja di kota Tayli, tapi nona itu berkeras mau ikut untuk bertemu dengan Ko Bok Yayu Wi menjadi serba salah, jika Khing-kiok dibawa serta, bisa jadi akan menimbulkan salah paham Bok Ya, tapi lantas terpikir pula olehnya, asalkan tindak-tanduk dirinya suci murni dan dapat dipertanggungjawabkan, apapula yang mesti ditakuti? Begitulah setelah membawa bekal seperlunya dan mencari tahu dimana letak biara diatas gunung yang jarang didatangi orang, yu Wi yakin besar kemungkinan biara itulah tempat kediaman It-teng sin-ni.
segera mereka menuju kesana.
Pegunungan Tiam-jong sangat terjal dan sukar dilalui, tidaklah mudah bagi orang biasa yang ingin berpesiar keatas gunung.
Tapi bagi yu Wi, betapa curamnya lereng gunung dipandangnya seperti tanah datar saja.
Namun badan Khing-kiok sekarang tiada ubahnya seperti orang biasa, tentunya tidak dapat bebas bergerak seperti yu Wi- Baru saja mendaki beberapa ratus kaki tingginya, napas si nona sudah menggeh-menggeh dan muka pucat.
Pedih hati yu Wi, teringat waktu kecil mereka selalu bermain bersama, keduanya sama-sama lincah dan suka bergerak, setiap kali berlomba sesuatu, dirinya selalu dimenangkan oleh si nona- Tapi sekarang nona itu kelihatan sangat lemahi sama sekali berbeda daripada masa dahulu.
Terkenang pada masa lampau, timbul rasa kasih sayang yu Wi, segera ia pondong Khing-kiok dan berkata.
"Biarlah kupondong kau keatas agar bisa berjalan lebih cepat-"
Khing-kiok tidak menolak, ia terus merebahkan diri dalam pelukan yu Wi dengan santai.
Terdengar angin berkesiur, nyata lari yu Wi teramat cepat.
Hawa udara diatas gunung semakin tinggi semakin dingin, dibawah gunung hawa sejuk seperti musim semi, tapi setiba diatas gunung, terlihat salju menyelimuti lereng pegunungan sehingga sejauh mata memandang hanya warna putih belaka, biarpun ada juga pepohonan, tapi dahan pohon juga tertutup oleh lapisan salju sehingga menambah indahnya pemandangan.
setiba diatas gunung, muka Khing-kiok sudah pucat biru karena kedinginan, badan menggigil.
Cepat yu Wi mengeluarkan baju kulit dari rangselnya dan dipakai oleh Khing-kiok sehingga keadaannya agak mendingan.
Tapi yu Wi sendiri lantas membusungkan dada dan memandang jauh kesana, sedikitpun tidak kelihatan merasa dingin- Alangkah kagumnya Khing-kiok, diam-diam ia mengakui kehebatan Iwekang anak muda itu mungkin tidak dibawah ayahnya- Dari jauh yu Wi melihat disebelah timur sana, ditengah lapisan salju yang membentang luas itu menongol sederet tembok warna merahi dengan girang ia berseru.
"Aha, disana itulah"
Segera ia bawa Khing-kiok dan berlari kesana secepat terbang.
Hanya sebentar saja sudah sampai ditempat tujuan.
Tertampak sebuah rumah kecil berwarna merah, bentuknya tidak mirip biara.
saking girangnya yu Wi tidak pikir panjang lagi, segera ia berteriaki "Wanpwe mohon bertemu dengan sin-ni...."
Baru habis seruannya itu segera terdengar didalam rumah ada orang menyahut.
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"siapa itu?"
Jilid 15 Yu Wi dengar suara orang lelaki, selagi heran, pintu rumah itu terbuka dan melangkah keluar seorang lelaki setengah umur dengan wajah putih bersih, memakai jubah longgar warna merah.
Jelas orang ini bukan It-teng Sin-ni, Yu Wi lantas memberi hormat dan menyapa.
"Ah, rupanya salah cari, Maaf, mengganggu"
Segera ia gandengan tangan Khing-kiok dan putar tubuh hendak pergi.
"He, apakah kau she Yu?"
Tiba-tiba orang ber jubah merah itu bertanya. Yu Wi melengak, cepat ia berpaling dan menjawab.
"Betul, Wanpwee Yu Wi adanya."
"Apakah kedelapan jurus pedangmu sudah lengkap kau pelajari?"
Tanya si jubah merah dengan tertawa. Yu Wi tambah terkejut, cepat ia mendekat dan memberi hormat pula, jawabnya.
"Darimana cianpwe mengetahui Wanpwe she Yu dan darimana pula tahu... ."
Si jubah merah menggoyang tangan dan berkata.
"Jangan tanya, jangan tanya, tapi lebih penting jawablah pertanyaanku."
"Hanya enam jurus saja dari kedelapan jurus itu yang berhasil kupelajari, dua jurus yang lain- ..."
Belum habis keterangan Yu Wi, si jubah merah lantas menyela.
"Wah, tidak boleh kalau begitu"
Yu Wi berkerut kening, ia menoleh dan memandang sekejap Khing-kiok yang berada di belakang.
"
Lebih- lebih tidak boleh kau datang dengan membawa dia"
Kata pula si jubah merah. Mendadak Khing-kiok mendapat akal, katanya dengan tertawa.
"Aku ini adik perempuannya, mengapa tidak boleh?"
"
Omong kosong, dusta"
Si jubah merah menjadi marah.
"Kau adik perempuannya atau bukan masakah aku tidak dapat melihatnya?Jelas kau bukan adiknya, tapi. ..."
Muka Khing-kiok menjadi merah, cepat ia menambahkan dengan tunduk kepala.
"Jangan kau sembarangan omong, kami belum lagi menikah."
"Hahahaha"si jubah merah bergelak tertawa.
"Nona cilik sungguh lucu... ."
Karena ingin cepat-cepat bertemu dengan it-teng sin-ni agar bisa segera mengetahui keadaan Bok-ya, Yu Wi lantas memberi hormat pula dia berucap.
"cianpwe, kami mohon diri saja."
Segara ia gandeng tangan Khing-kiok pula terus hendak melangkah pergi. si jubah merah menghela napas dan berkata.
"
Kalian berdua ini baik-baik saja, untuk apa harus menemui Thio-kohnio (nona Thio)?"
Teringat oleh Yu Wi sebelum menjadi Nikoh, nama keluarga it-teng sin-ni ialah Thio Giok-tin.
Kalau si jubah merah menyebut sin-ni sebagai nona Thio, tentu antara mereka ada hubungan karib, agaknya maksud kedatangannya ingin menemui sin-ni oleh sin-ni telah diberitahukan kepadanya, maka orang ahu dia she apa.
Menurut pesan it-teng sin-ni yang disampaikan melalui Un siau, sebelum kedelapan jurus Haiyan- kiam-hoat dipelajari secara lengkap.
dia dilarang datang ke Tiam-jong-san dan tidak boleh bertemu dengan Ko Bok ya, bahkan kalau dirinya berani datang, terhadapnya akan diambil tindakan keras.
Jadi pertanyaan si jubah merah tadi tampaknya justeru demi kebaikannya, maka Yu Wi lantas berpaling pula dan mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih atas pehatian cianpwe, tapi kedatangan Wanpwe ini bertekad harus menemui sin-ni, sekalipun harus menyerempet bahaya juga tidak kupikirkan lagi."
Habis berkata ia tarik Khing-kiok dan melangkah pergi dengan cepat. Tapi baru belasan langkah, kembali si jubah merah berseru.
"He, tunggu, tunggu sebentar tidak boleh kusaksikan nona cilik mengantarkan kematiannya,"
Yu Wi berhenti lagi, pikirnya, Jika it-teng sin-ni marah, mendingan kalau aku saja yang menjadi korban, apabila Khing-kiok juga dianiaya, sungguh hatiku merasa tidak tenteram. Untuk ini perlu mencari akal yang baik."
Maka ia lantas memutar balik. sedang Khing-kiok lantas berkata dengan tertawa.
"Siapa bilang aku akan mengantarkan kematian?"
Dengan sungguh-sungguh si jubah merah berkata.
"Selama hidupku hatiku paling lemah terhadap anak perempuan, tapi untuk membunuh orang biasanya Thio-kohnio tidak pandang sasarannya lelaki atau perempuan- Tampaknya kau si nona cilik ini sangat baik, aku harus mencari satu akal untuk menolong kau."
Hati Khing-kiok sangat gembia karena didampingi kekasih, dengan tertawa ia berkata pula.
"Akal apakah? Kalau hanya Toako saja yang dibiarkan pergi sendiri, sungguh akupun keberatan-"
Ang-bau-jin atau orang ber jubah merah menghela napa gegetun, ucapnya sambil memandang Yu Wi.
"Ai, nona ini sungguh baik padamu, kau benar-benar hokkhi... ."
Ia berhenti sejenak. lalu menambahkan dengan nekat.
"Tampaknya terpaksa harus kukeluarkan segenap kepandaianku."
"segenap kepandaian apa?"
Tanya Khing-kiok dengan tertawa. Ang Bau-jin memandangnya dan berkata.
"sebenarnya hendak kuajarkan padamu, tapi dasar ilmu silatmu kurang kuat, terpaksa kuajarkan kepada suamimu. ..."
"
Omong kosong Kami belum menikah, kan sudah kuberi tahu?"
Ujar Khing-kiok dengan wajah merah. Kembali si jubah merah terbahak-bahak, ucapnya.
"Hahahaha lucu... ."
Setelah tertawa, lalu katanya kepada Yu Wi dengan koreng.
"Apabila Thio-kohnio bertindak keras terhadap nona cilik ini, hendaklah kau gunakan ilmu langkah ajaib ajaranku untuk membawanya lari, jangan sekali-kali ragu, Kalau jiwa nona cilik ini sampai celaka, nanti kuminta tanggung jawabmu."
Mengingat akibat yang mungkin timbul. Yu Wi merasa ngeri, dengan kuatir ia menjawab.
"Leng-po-wi-poh, ilomu langkah andalan it-teng sin-ni ini terkenal tiada bandingannya di dunia, cara bagaimana Wanpwe mampu lolos dari kejaran sin-ni nanti?"
"Kaupun pernah melihat Leng-po-wi-poh?"
Tanya Ang-bau-jin dengan tertawa.
"Pernah,"
Jawab Yu Wi.
"Leng-po-wi-poh memang tergolong tiada bandingannya di dunia, tapi ilmu langkah ajaib Huiliong- poh yang akan kuajarkan ini lebih-lebih tidak ada tandingannya di dunia ini,"
Ucap Ang-baujin denan bangga. Nyata dia langsung menyatakan Hui-liong-poh jauh diatas Leng-po-wi-poh. Tentu saja Yu Wi tidak percaya, pikirnya.
"Masa di dunia ini masih ada ilmu langkah ajaib lain yang terlebih hebat dapipada Leng-po-wi-poh?"
"Agaknya kau tidak percaya bukan?"
Tanya Ang-bau-jin. Yu Wi tidak menjawab, dan biasanya diam berarti membenarkan. segara Ang-bau-jin berseru pula.
"Nah, boleh kau lihat saja nanti"
Sekali ia melangkah, tahu-tahu dia sudah mengapung ke udara, bahkan dapat bergerak dengan bebas diatas sehingga meluncur seperti ular naga, waktu turun lagi kebawah, kembali ia melangkah satu kali dan orangnya mengapung pula ke atas.
Tapi gerakannya di uadara sekali ini meski masih serupa yang pertama, namun gayanya sudah berbeda sama sekali.
Begitulah berturut-turut ia naik turun delapan kali dan setiap langkah bergaya sangat bagus, lebih-lebih ketika bergerak di udara, keajaibannya sungguh sukar untuk dipahami.
selesai memainkan delapan langkah ajaib, Ang-bau-jin berhenti, lalu bertanya.
"Bagaimana?"
"Menurut pandangan Wanpwe, Hui-liong-poh ini tidak melebihi Leng-poh-wi-poh,"
Jawab Yu Wi. seketika Ang-bau-jin mendelik, teriaknya dengan mendongkol.
"
Omong kosong Ngaco-belo... ."
"cianpwe belum lagi melihat Leng-po-wi-poh, tentunya tidak tahu betapa hebatnya,"
Ujar Yu wi.
"Hahahaha"
Ang-bau-jin bergelak tertawa sampai sekian lama, lalu berucap.
"Masakah aku tidak pernah melihat Leng-po-wi-poh?"
"Kalau Cianpwe pernah melihatnya, kenapa berani menyatakan Leng-po-wi-poh tidak dapat menandingi Hui-liong-poh?"
Tanya Yu Wi.
"sudah tentu berani kukatakan demikian."
Jawab Ang-bau-jin.
"Sebab Leng-po-wi-poh adalah ilmu kebanggaanku selagi namaku selangit, tapi kehebatannya tidak melebihi Hui-liong-poh, tentunya akulah yang paling jelas dalam hal ini."
Yu Wi jadi melengak. ia tidak percaya terhadap keterangan Ang-bau-jin itu, katanya sambil menggeleng.
"Janganlah Cianpwe mendustai diriku, sudah lama kukenal Leng-po-wi-poh adalah ilmu ajaib kebanggaan^ it-teng sin-ni, mengapa bisa dikatakan..."
"sebab Leng-po-wi-poh andalan Thlo-kohnio itu adalah ajaranku."
Tukas Ang-bau-jin dengan suara keras. sekali ini Yu Wi benar-benar melongo dan tidak dapat bersuara lagi. Ang-bau-jin lantas berucap pula.
"selama dua puluh tahun ini kuperas otak untuk menciptakan Hui-liong-pat-poh (delapan langkah ajaib naga terbang), yang khusus kutujukan terhadap titik kelemahan Leng-po-wi-poh (langkah ajaib dewi kahyangan). Apabila Hui-liong-pat-poh sudah kau kuasai, apa artinya lagi Leng-po-wi-poh andalan Thi-kohnio itu?"
Girang sekali Yu Wi, pikirnya.
"setelah mahir ilmu langkah ini, bila sin-ni hendak bertindak keras terhadap adik Khing-kiok. tentu dapat kubawa lari dia."
Maka cepat ia memberi hormat kepada Ang-bau-jin dan memohon.
"Jika demikian mohon cianpwesuka memberi petunjuk."
"Ah, kenapa sungkan,"
Ujar si jubah merah.
"Tampaknya kesehatan nona cilik ini kurang baik, silahkan mengaso dulu kedalam rumah merah dan kita berdua boleh latihan diluar sini."
Yu Wi pikir latihan ini tentu makan waktu, sedangkan kesehatan Khing-kiok memang masih lemah, sedapatnya jangan sampai kedinginan pula, maka ia berpaling dan berkata.
"Adik kiok. boleh kau istirahat didalam rumah saja, sebentar nanti baru kita berangkat."
Khing-kiok mengangguk dan melangkah kedalam rumah merah.
"Harus belajar baik-baik, supaya si nona cilik tidak menunggu terlalu lama,"
Kata Ang-bau-jin dengan tertawa.
Habis berkata, ia mulai berjalan satu lingkaran di depan rumah, terlihat tanah bersalju yang cukup keras itu lantas mendekuk meninggalkan delapan buah tapak kaki.
sekali pandang saja Yu Wi lantas tahu letak kedelapan tapak kaki itu menandakan delapan arah dari kedelapan langkah yang dipertunjukan si jubah merah tadi.
Tidak kurang dari dua jam barulah Ang-bau-jin alias si jubah merah menjelaskan inti kedelapan langkah ajaib naga terbang itu.
Namun Yu Wi masih setengah paham dan setengah bingung, lebih-lebih gerakan mengapung di udara itu terasa belum cukup dikuasainya.
Melihat anak muda itu masih belum apal, segera Ang-bau-jin mengulangi lagi penjelasannya.
sekali ini Yu Wi sudah paham lebih banyak, tapi tetap belum cukup dikuasai seluruhnya.
Dengan sabar dan teliti Ang-bau-jin terus mengulangi pelajarannya hingga lima kali, akhirnya barulah Yu Wi paham benar-benar.
sementara itu hari sudah gelap, ingin berlatih terus juga tidak dapat dilaksanakan oleh Ang-bau-jin.
Namun maTa yu Wi sudah terlatih melihat dalam kegelapan, kedelapan sudut langkah si jubah merah dapat dilihatnya dengan jelas, maka dilatihnya sendiri menurut kedelapan bekas tapak kaki itu.
setelah mengajar sekian lama, perut Ang-bau-jin sudah lapar, kebetlan Khing-kiok keluar dengan membawa semampan makanan yang masih panas.
Keruan Ang-bau-jin sangat girang, serunya.
"Wah, sungguh nona yang baik"
Segera ia sambut makanan itu dan dilahapnya. Yu Wi masih giat berlatih tanpa memikirkan urusan lain. Sehabis makan kenyang, Ang-bau-jin memuji pula.
"Nona pintar masak. makanan lezat begini sudah lebih dua puluh tahun tidak pernah kunikmati."
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba teringat olehnya Yu Wi belum lagi makan, tapi hidangan yang tersedia sudah disiksanya habis, Ang-bau-jin menjadi kikuki ucapnya.
"Wah, celaka... .celaka... ."
Hidangan yang disediakan Khing-kiok sebenarnya jatah untuk dua orang, siapa tahu karena laparnya, sekaligus Ang-bau-jin telah menghabiskannya, cepat dia menanggapi dengan tertawa.
"Tidak apa, tidak apa, akan kubuatkan lagi."
Waktu Khing-kiok keluar lagi dengan membawa makanan, sementara itu hari semakin gelap hingga jari sendiri saja tidak kelihatan-"Toako... Toako ..."
Khing-kiok memanggil. sambil belasan kali dia memanggil, mendadak disebelahnya seorang menjawab "Eh kau belum tidur?"
Khing-kiok melonjak kaget. Padahal daya pendengarannya cukup tajam, tapi ia tidak tahu meski Yu Wi mendekat kesampingnya, diam-diam ia terkejut dan berkata.
"Wah, mengapa Ginkang Toako maju secepat ini?"
Teringat olehnya ketika di Hek-po dahulu, Ginkang anak muda itu jauh dibawah dirinya, sekarang ternyata jauh melampauinya, entah mengapa akhir-akhir ini Ginkang sang Toako dapat terlatih setinggi ini.
Padahal kemajuan Ginkang Yu Wi tidak banyak sejak meninggalkan Hek-po, yang digunakannya untuk mendekati Khing-kiok tadi adalah Hui-liong-pat-poh yang baru saja dipelajarinya dari Ang-bau-jin.
"Toako, hari ini kau belum makan,"
Kata si nona. saking asyiknya berlatih Hui-liong-pat-poh sehingga Yu Wi lupa lapar, sekarang setelah disinggung oleh Khing-kiok. seketika perutnya berkeruyukan.
"Lekaslah Toako makan,"
Ucap Khing-kiok dengan tertawa.
Yu Wi terima makanan itu, kuatir cara makannya yang rakus dilihat Khing-kiok.
Yu Wi menyingkir agak jauh kesana dan berjongkok disitu untuk menyikat makanannya.
Ia tidak tahu dalam kegelapan sepekat itu mana bisa Khing-kiok melihatnya, namun nona itu dapat membayangkan betapa rakusnya cara Yu Wi menyabet santapan itu, tanpa terasa ia mengikik tawa pelahan.
sejenak kemudian setelah Yu Wi makan kenyang, ia kembalikan mangkuk kepada Khing-kiok.
"Apakah Toako belum mau tidur?"
Tanya Khing-kiok.
"Tidak, Hui-liong-pat-poh harus kulatih hingga apal benar, boleh kau kembali kedalam rumah dan tidur saja,"
Jawab Yu Wi.
"Akupun takkan tidur,"
Kata si nona.
"Tidak. jangan, kesehatanmu belum pulih, kau harus tidur."
"Rumah merah ini cuma satu dan menjadi tempat tinggal Ang-locianpwe, jika kutidur di dalam mungkin kurang baik... ."
"Cianpwe sudah tidur, tidak menjadi soal kau tidur di dalam."
"He, Ang-locianpwe tidur dimana?"
Tanya Khing-kiok dengan heran.
"cianpwe duduk semadi di tanah salju, mungkin beliau sengaja membiarkan kau tidur di dalam rumah."
Hati Khing-kiok merasa tidak enak.
"
Wah, jika...jika demikian, tidak boleh... ."
"Tidak apa-apa."
Tiba-tiba terdengar Ang-bau-jin menukas.
"Adik cilik, jika kau lelah, silahkan kaupun istirahat didalam rumah, aku sudah biasa duduk diatas tanah bersalju, biarpun berduduk selama beberapa bulan juga sudah biasa bagiku."
"Terima kasih."
Ucap Yu Wi. Ia lantas mengantar Khing-kiok kedalam rumah, lalu ditinggal keluar lagi.
"Jika Toako merasa lelah hendaklah lantas masuk tidur."
Pesan Khing-kiok ketika hendak menutup pintu.
Yu Wi mengiakan.
ia terus berlatih hingga fajar menyingsing dan kedelapan langkah ajaib itu baru dapat diapalkan benar-benar, ia merasakan lelah juga dan berhenti berlatih, segera iapun duduk diatas tanah bersalju dan memejamkan mata.
Untuk menghindarkan salah paham orang lain, Yu Wi tidak berani mengaso didalam rumah, ia pikir kalau Ang-bau-jin dapat duduk semadi diatas tanah bersalju, biarlah akupun menirukannya.
Tak terduga, baru sebentar ia duduk, segera ia menggigil kedinginan.
Waktu berlatih Hui-liong-pat-poh tadi, karena berlari kian kemari dan gerak badan terus menerus sehingga tidak merasa dingin- sekarang setelah berhenti olah raga barulah dirasakan suhu Tiam-jong-san yang dingin luar biasa.
Terpaksa ia mengerahkan Ku-sit-tay-kang sehingga berulang beberapa kali barulah badan terasa hangat, lalu dapatlah terpulas.
Ketika terang tanah, sang surya sudah terbit, lamat-lamat Yu Wi terjaga bangun, waktu membuka mata, dilihatnya Ang-bau-jin berdiri di depannya dengan mengulum senyum, cepat ia berbangkit dan menyapa.
"selamatpagi. Cianpwe."
Ang-bau-jin mengangguk. katanya.
"
Hebat benar kau, adik cilik, kau dapat duduk satu- dua jam disinL Lwekangmu ternyata tidak lemah."
Waktu Yu Wi memandang tubuh sendiri, ternyata diatas baju ada selapis salju yang tipis, ia pikir kalau dirinya tidak mengerahkan Ku-sit-tay-kang bisa jadi saat ini sudah terbeku menjadi patung salju. Didengarnya Ang-bau-jin berkata pula.
"dengan maksud baik aku mengalah supaya kalian berdua tidur didalam rumah, mengapa kau malah ikut duduk semadi disini?"
Dari nada bicaranya Yu Wi merasa orang menganggap dirinya dan Khing-kiok adalah suamiisteri, maka cepat ia menjawab dengan tersipu-sipu.
"Ah, Wanpwe juga sudah biasa tidur berduduk di tanah bersalju... ."
Ang-bau-jin terbahak-bahak.
"Hahahaha Kebiasaan bagus, kebiasaan bagus... ."
Yu Wi tidak biasa berbohong, tidur dengan berduduk diatas tanah bersalju seperti ini baru pertama kali dilakukannya tadi, mana dapat dikatakan sudah biasa.
Karena itulah mukanya menjadi merah sehabis menjawab, ia menunduk malu.
segera si jubah merah berucap pula.
"sudah lebih 20 tahun kutidur berduduk begini barulah mulai terbiasa, kau baru satu malam saja lantas terbiasa, sungguh hebat"
Karena kebohongannya terbongkar, semakin rendah kepala Yu Wi tertunduk dan tidak berani memandang orang.
sebabnya sekali pandang Ang-bau-jin dapat mengetahui kebohongan Yu Wi adalah karena dilihatnya lapisan salju pada tubuh anak muda itu.
Bilamana seorang sudah biasa duduk semadi diatas tanah bersalju, tentu dari dalam badan akan mengeluarkan suhu panas sehingga tidak mungkin bunga salju membeku diatas tubuhnya.
Ia tahu Yu Wi hanya berkat ketinggian Lwekangnya saja sehingga sanggup berduduk disitu, kalau tidak.
dipuncak Tiam-jong-san yang dingin ini, mungkin cuma duduk sejenak saja orang akan mati beku.
Agar anak muda itu tidak kikuk, Ang-bau-jin bertanya.
"Bagaimana latihanmu semalam?"
"Wanpwe berlatih secara ngawur, entah bagaimana kemajuannya, mohon cianpwe sudi memberi petunjuk."
KaTayu Wi.
Lalu iapun mempertunjukkan Hul-liong-pat-poh yang telah dilatihnya itu.
selesai melakukan kedelapan langkah ajaib itu, ia pikir latihannya yang sudah cukup baik ini tentu akan menimbulkan rasa heran dan dipuji Ang-bau-jin.
siapa tahu si jubah merah justeru menggeleng dan menyatakan.
"wah, tidak. tidak pakai selisih terlalu jauh. Coba lihat yang benar, biar kumainkan sekali lagi bagimu."
Yu Wi lantas mengikutinya dengan seksama, dilihatnya langkah Ang-bau-jin itu meski serupa langkah yang dilakukannya, tapi gerak perubahan di udara dan kelincahannya jelas jauh berbeda.
Karena Yu Wi memang ingin maju, maka begitu Ang-bau-jin selesai memberi petunjuk, segera ia berlatih lagi dan si jubah merah memberi petunjuk bilamana ada yang kurang sempurna, dengan demikian barulah Yu Wi mendapat kemajuan pesat.
Tanpa terasa tujuh hari sudah berlalu, Yu Wi terus berlatih siangan malam tanpa kenal lelah sehingga tidak sedikit kemajuan yang diperolehnya.
selama beberapa hari ini, kesehatan Khingkiok juga banyak lebih baik, hal ini menimbulkan rasa heran Yu Wi, ia tidak tahu bahwa diam-diam Ang-bau-jin telah mengajarkan Lwekang penyembuhan luka dalam bagi nona itu.
Pagi hari kedelapan, berkatalah Ang-bau-jin kepada Yu Wi.
"Hui=liong-pat-poh sudah cukup kau latih dan dapat dipergunakan bilamana perlu, lebih dari itu sudah tida dapat kuberi petunjuk lagi, selanjutnya asalkan kau latih terlebih giat, tentu hasilnya tak terbatas. sekarang bolehlah kau berangkat"
Yu Wu merasa hutang budi kepada Ang-bau-jin, ia merasa orang seperti juga gurunya, maka sebelum berpisah sekarang sepantasnya memanggilnya dengan sebutan lain, segera ia berkata.
"suhu, hendaklah engkau sudi memberitahukan nama aslimu kepada murid... ."
Belum habis ucapannya, mendadak Ang-bau-jin menarik mka, katanya dengan gusar.
"siapa mengaku suhumu?Jika kuterima kau sebagai muridku kan sudah sejak mula kuberitahukan namaku."
Kiranya sudah beberapa kali Yu Wi pernah tanya she dan nama si jubah merah, tapi orang itu tidak mau menerangkan- sekarang sebelum berpisah ia ingin tanya pula dengan jelas, ia pikir tidaklah pastas jika sudah belajar kepandaian orang, tapi siapa namanya saja tidak tahu.
siapa tahu panggilan suhu justeru menimbulkan rasa gusar Ang-bau-jin, Yu wi menjadi cemas, ucapnya sambil mencucurkan air mata.
"Tapi, aku... .Wanpwe... ."
Mestinya ia hendak tanya apakah dirinya tidak berharga untuk menjadi murid orang, tapi karena gugupnya sukar baginya untuk bicara. segera Ang-bau-jin berteriak.
"
Ingat, sama sekali aku bukan gurumu, terhadap siapapun tidak boleh kau sebut diriku, kuajarkan Hui-liong-pat-poh padamu adalah karena nona cilik itu."
Tidak kepalang pedih hati Yu Wi, sudah tujuh hari dia tinggal bersama Ang-bau-jin, cukup diketahuinya hati orang ini sangat baik, ucapannya itu pasti tidak timbul dari lubuk hatinya yang murni, tapi entah mengapa dirinya dilarang menyebut suhu padanya, bahkan tidak boleh menyinggung kejadian ini? Mendengar suara ribut itu, Khing-kiok melangkah keluar, melihat Ang-bau-jin lagi marahmarah, dengan tertawa ia tanya.
"Eh, Ang pepek (paman merah), siapakah yang membikin engkau marah?"
Karena Ang-bau-jin tidak mau menjelaskan siapa namanya, maka selama ini Khing-kiok selalu memanggilnya sebagai Ang-pepek.
anggap dia she Ang.
sebaliknya si jubah merah juga sayang kepada Khing-kiok seperti puteri kesayangannya sendiri, selama beberapa hari ini mandah saja dipanggil sebagai paman Ang.
Kini air mukanya masih juga marah, dengan beringas ia berkata.
"Nona Lim, selanjutnya kau dilarang menyinggung diriku di depan orang lain. sebutan Ang-pepek juga tidak boleh kau panggil lagi, Nah, sekarang lekas kalian pergi saja, lekas"
Habis berkata ia lantas masuk kedalam rumah merah, dengan keras ia gabrukan pintu, didalam rumah dia masih juga berteriak.
"Lekas pergi, lekas"
"Toako, sebab apakah Ang-pepek marah kepada kita?"
Anya Khing-kiok dengan gegetun- Yu Wi menggeleng, katanya.
"Aklah yang salah Aku memanggilnya suhu dan membuatnya marah. sungguh aku pantas mampus"
Khing-kiok pegang tangan Yu Wi dan menghiburnya.
"Janganlah kau menyesal, Ang-pepek pasti mempunyai alasannya, tidak nanti marah hanya karena panggilan suhu. Marilah kita perg saja dan jangan terpaku disini."
Yu Wi pikir kalau tidak pergi mungkin akan menambah gusar Ang-bau-jin, maka pelahan ia ikut Khing-kiok meninggalkan tempat itu. Kira-kira beberapa puluh tindak jauhnya, ia tidak tahan, ia berpaling dan berteriak.
"Budi kebaikan cianpwe yang telah mengajarkan kepandaian ini, selama hidup Wanpwe takkan melupakannya"
Begitulah mereka terus melangkah pergi, makin lama makin jauh dan menghilang ditengah remang lautan salju. Pada saat itulah pintu rumah merah itu terbuka pula, memanangi kepergian Yu wi berdua, dengan mengulum senyum Ang-bau-jin bergumam.
"Bagus sekali kedua sejoli itu, disini aku Angbau- kong (si kakek jubah merah) berdoa bagi kalian, semoga tahun depan lahir seorang bayi montok"
O-ooo-oo-ooo-o Lereng gunung Tiam-jong membentang beratus lijauhnya, untuk mencari sebuah biara tentunya tidak mudah, sudah dua tiga jam Yu Wi dan Khing-kiok berjalan dan tetap tidak kelihatan sebuah biara apapun- Kuatir Khing-kiok terlalu lelah, selagi Tu Wi bermaksud berhenti mengaso, tiba-tiba nona itu menuding kejauhan dan berkata.
"Lihat, Toako, disana ada sebah rumah."
Yu Wi memandang kearah yang ditunjuk.
benarlah dilihatnya ada sebuah bangunan di depan sana, tapi lantaran tertutup oleh timbunan salju, tidak jelas apakah bangunan itu biara atau bukan- Maka cepat mereka menuju kesana.
sesudah dekat, tertampak denganjelas ada sebuah rumah berhalaman yang berdinding biru dan juga bergenteng biru, melihat bentknya yang megah memang mirip sebuah biara besar, tapi biara Nikoh masa dibangun dengan dinding warna biru dan genteng biru pula? Yu Wi merasa sangsi, katanya.
"Mungkin bukan tempat kediaman it-teng sin-ni, kita kesasar lagi."
"Tidak bisa."
Kata Khing-kiok.
"Dipuncak Tiam yong-san ini sepanjang tahun selalu turun salju, siapa yang mau membangun sebuah rumah sebesar ini disini? Besar kemungkinan adalah tempat tirakat sin-ni."
Yu Wi menggeleng, katanya.
"Tidak, pasti bukan"
Baru habis ucapannya, mendadak pintu rumah itu terbuka dan muncul dua Nikoh muda jelita, mereka lantas menegur.
"Tetamu agung darimanakah yang berkunjung kesini?"
"Tampaknya adik Kiok yang benar,"
KaTayu Wi dengan tertawa. Ia pikir kalau tempat ini ada Nikoh, tentunya tempat tirakat sin-ni, cuma tidak diketahui Ya-ji berada dimana? Maka sengaja ia menjawab teguran kedua Nikoh jelita itu.
"Cayhe Yu Wi, ingin mohon bertemu dengan it-teng sin-ni."
Salah seorang Nikoh jeliTa yang bertubuh lebih pendek lantas mendekati mereka, jawabnya dengan tertawa.
"Ah, kiranya Yu-kongcu adanya. sudah lama kukagumi nama kebesaran Kongcu, mengapa kini sempat berkunjung kemari?"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yu Wi melengak, ia merasa ucapan itu bukan cara bicara orang beragama, seharusnya menyebut tetamunya sebagai sicu (dermawan), mengapa dirinya disebut sebagai Kongcu? Nikoh jeliTa yang lain lantas menyambung.
"Wah, cakap benar Yu-kongcu, marilah mampir kedalam rumah dan minum teh dulu."
Melihat kedua Nikoh itu teus menerus main mata terhadap sang Toako, cara bicara mereka juga rada-rada merayu, diam-diam Khing-kiok mendongkol, segera ia menyela.
"Siapa yang ingin minum teh? Tujuan kami hanya ingin menemui sin-ni dan bukan ingin minum teh"
Si Nikoh agak pendek berucap dengan tertawa.
"Ai, alangkah galaknya Eh, pernah apakah Yukongcu dengan kau?"
Yu Wi berkerut kening, katanya dengan kurang senang.
"Tolong sampaikan kepada guru kalian bahwa Yu Wi mohon bertemu."
Nikoh yang agak tinggi menjawab dengan tertawa.
"o, kau hendak menemui suhu kami? Kebetulan, memangnya suhu juga ingin bertemu dengan kau."
"Jika demikian mohon disampaikan kepada beliau."
KaTayu Wi.
"Tapi ingin kukatakan dimuka, suhu kami bukanlah Nikoh,"
Kata si Nikoh pendek. Yu Wi mengira mereka sengaja menggoda, dengan mendongkol ia berucap.
"Jika demikian, jadi kalian juga bukan Nikoh?"
"Memangnya siapa bilang kami Nikoh?"
Sahut kedua Nikoh jelita itu berbareng.
"Bukan Nikoh? Wah, tentunya puteri bangsawan?"
Ejek Khing-kiok.
"Bangsawan sih tidak. ayahku cuma seorang asisten residen saja."
Jawab Nikoh yang tinggi. Khing-kiok tambah gemas, katanya terhadap si Nikoh pendek.
"Dan kau?"
Nikoh itu tertawa, jawabnya.
"Coba, silahkan Yu-kongcu menerkanya?"
Yu Wi tidak biasa melihat sikap "Menantang"
Mereka itu, dia melengos kearah lain tanpa menjawab. Khing-kiok lantas menanggapi.
"Siapa yang berminat main teka-teki dengan kalian? sudahlah, lekas bawa kami menemui sin-ni."
"Jangan buru-buru,"
Ujar Nikoh yang pendek.
"Biarlah kita mengobrol lagi sebentar, nanti setelah kalian bertemu dengan suhu tentu kalian akan segera pergi pula, lalu hilanglah kesempatan kami untuk mengobrol."
Cara bicaranya ini seperti sudah sekian tahun mereka tinggal di Tiam-jong-san dan tidak pernah bertemu dengan orang luar, sekarang mumpung bisa bertemu, maka harus mengobrol sepuasnya.
Tentu saja Khing-kiok sangat mendongkol, selagi dia hendak mendamprat, mendadak terdengar seorang bicara dengan suara lantang.
"Ci-hong, Giok-hong, suruh kalian melongok siapa yang datang, mengapa kalian malah mengobrol disini?"
Tertampak dari dalam rumah biru itu keluar seorang lelaki tegap berbaju biru, mukanya penuh cambang biru, tubuhnya tinggi besar, sikapnya gagah perkasa, mirip seoran panglima perang dijaman kuno.
segera kedua Nikoh jelita itu mundur kesamping sambil berbisik kepada Yu Wi.
"Itu dia guru kami, lekas kau beri hormat"
Melihat guru kedua Nikoh ini memang benar bukan kaum beragama, dari kelakuan muridnya tadi, Yu Wi menilai gurunya pasti juga bukan manusia baik-baik, maka ia malas untuk berkenalan dengan orang demikian- segera ia tarik tangan khing-kiok dan diajak pergi.
Cepat si lelaki baju biru membentak.
"He, bocah itu, berani kau bersikap tidak sopan padaku? Berhenti"
Mendengar suara orang yang bengis itu, marah juga Yu Wi, segera ia berpaling dan menjawab.
"
Memangnya mau apa kalau tidak sopan?"
Melihat Yu Wi benar-benar bersikap tidak sopan pada dirinya, lelaki baju biru jadi melengak dan lupa menjawab. Yu Wi lantas mendengus.
"Hm, dikolong langit ini mana ada lelaki menjadi guru kaum Nikoh, kuyakin kalian pasti bukan manusia baik-baik."
Mendadak si baju biru bergelak tertawa, tanpa bicara ia terus menghantam.
Pukulannya langsung menuju kedada Yu Wi, gerak pukulan yang sangat umum.
Tapi sekali pandang saja Yu wi lantas tahu pukulan ini membawa gerak perubahan yang mematikan, ia tidak berani gegabah, segera ia menangkis.
Tapi sebelum pukulan mengenai sasarannya, mendadak tangan si baju biru ditarik kebawah, entah cara bagaimana tangan kirinya mendadak menyambar tiba dan "plak", dengan tepat pipi Yu Wi tertampar.
Tangkisan Yu wi itu sebenarnya juga membawa gerak perubahan yang lihay, tapi sebelum dia berbuat, tahu-tahu sudah didahului oleh gamparan si baju biru.
Malahan cara bagaimana orang menamparnya tidak jelas dilihatnya.
Karuan Yu wi terkejut, ia tahan rasa gusarnya dan coba balas menyerang.
Tapi si baju biru juga lantas menghantam pula, tepat diarahkan kepada serangan Yu wi.
Yu Wi merasa heran, pikirnya.
"dengan pukulanmu yang sederhana ini untuk menahan seranganku, kan berarti kau cari susah sendiri?"
Diam-diam ia mengira si lelaki baju biru pasti akan terkena serangan balasannya.
Tampaknya serangannya sudah hampir kena, bila pukulannya dapat mengenai muka orang, berarti terbalaslah gamparan mukanya tadi.
Tak terduga, mendadak tenaga pukulannya terpatahkan, pukulannya dapat mengenai tempat kosong, waktu ia pandang kedepan, kiranya si lelaki baju biru telah mematahkan serangannya dengan tangan kiri pula.
Yu Wi sangat kecewa, sungguh ia tidak tahu cara bagaimana Lam-san-tay-han (lelaki kekar berbaju biru) menggunakan tangan kirinya.
selagi ia hendak ganti serangan, mendadak kepalan kanan si baju biru telah berubah pula menjadi telapak tangan dan menggampar lagi.
"plok", kembali pipinya yang sebelah tergampar pula. Dua kali gamparan itu benar-benar telah menghanyutkan rasa gusar Yu Wi, sebagai gantnya adalah rasa berduka, diam-diam ia membatin.
"
Lahirnya orang ini kelihatan kasar, tapi kehebatan ilmu pukulannya jelas jauh diatas diriku ,"
Karena menyadari bertangan kosong pasti bukan tandingan orang, bahkan pasti tergampar pula.
Cepat Yu Wi melompat mundur, peang kayu segera dilolosnya.
Melihat anak muda itu melolos pedang kayu, si baj biru tidak mendesak lagi, ia terbahak-bahak dan berkata.
"Hahaha, memang sejak tadi seharusnya kau gunakan pedangmu"
Kontan pedang Yu Wi menusuk. tapi dengan tenaga pukulannya si baju biru menggetar pedang Yu Wi kesamping, berbareng ia berucap sambil menggeleng.
"Tidak. percuma Lekas kau mainkan Hai-yan-kiam-hoat"
Mendengar orang dapat menyebut nama Hai-yan-kiam-hoat, teringat pula kedua Nikoh jelita tadi segera mengenalnya ketika mendengar namanya disebut, Yu Wi pikir mungkin It-teng sin-ni yang memberitahukan kepada mereka akan kedatangannya ini, dari sini dapat diketahui antara Itteng sin-ni dan si baju biru pasti ada hubungan yang akrab.
Bahwa lelaki baju biru ini dapat bermukim di puncak Tiam-jong-san bersama It-teng sin-ni, pantaslah kalau ilmu pukulannya sangat lihay, tampaknya kungfunya tidak dibawah Ang-bau-jin alias si jubah merah.
Berpikir sampai disini, segera ia berseru.
"Baik Awas, inilah Hai-yan-kiam-hoat" -Berbareng pedang kayu terus menusuk. Menghadapi lawan tangguh, serangan Yu Wi tidak kenal ampun lagi, ia pikir orang harus diberitahu rasanya Hai-yan-kiam-hoat, maka serangan pertama yang digunakan adalah jurus Butek- kiam ajaran Ji Pek liong. Agaknya si baju biru juga tahu kelihaian Hai-yan-kiam-hoat, ia tidak berani ayal, segera iapun memainkan ilmu pukulan andalannya yang diciptakannya berdasarkan hasil pemikirannya selama beberapa puluh tahun- Jurus Bu-tek-kiam sudah terlalu apal bagi Yu Wi, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, ia pikir andaikan serangan ini tidak dapat melukai kau, sedikitnya juga akan membikin kelabakan padamu. Tapi segera terlihat si baju biru menghantam sekaligus dengan kedua tangannya, sampai setengah jalan, tampaknya tangannya akan terketuk oleh pedang kayu, saat itu cahaya pedang yang ditaburkan oleh Yu Wi jelas sukar diterobos oleh si baju biru. Di luar dugaan, mendadak telapak tangan kiri si baju biru menepuk tangan kanan.
"plak", kedua telapak tangan bertepuk. belum lenyap suaranya, kedua tangan terus terpencar dan menimbulkan bayangan telapak tangan yang sukar dihitung. Yang terlihat oleh Yu Wi menjadi cuma bayangan telapak tangan dan tidak tertampak bayangan orang, seketika jurus Bu-tek-kiam mengenai tempat kosong. Terkejut Yu Wi, namun gerakannya tidak pernah lamban, menyusul ia menyerang pula, sekali ini adalah jurus Tay-gu-kiam ajaran can-pi-so, si kakek buntung tangan. Daya serang Tay-gu-kiam ini tidak dibawah Bu-tek-kiam. Tapi lagi-lagi kedua telapak tangan sibaju biru saling bertepuk.
"plaks, kembali kedua tangan terentang dan menimbulkan bayangan telapak tangan yang berhamburan- Tay-gu-kiam menusuk masuk ketengah-tengah bayangan telapak tangan dan tidak berhasil mencapai sasarannya. Karuan Yu Wi menjadi gugup, berturut-turut ia melancarkan jurus Hong-sui-kiam, Tay-liongkiam dan siang-sim-kiam. Tapi gerakan telapak tangan si baju biru juga bertambah cepat, tiga kali Yu Wi menyerang, setiap kali terdengar tangan menepuk tangan atau tangan menepuk lengan, juga tangan menepuk siku, setiap tepukan menerbitkan suara nyaring dan berubah menjadi gerak tangan yang ajaib. selesai Yu Wi menyerang tiga kali, semuanya mengenai tempat kosong, si baju biru sedikitpun tidak terluka. sampai disini, Yu Wi lantas menarik kembali pedangnya dan berhenti menyerang, ia menghela napas panjang, ia pikir Hai-yan-kiam-hoat terkenal sebagai ilm pedang nomor satu di dunia, tapi dalam permainannya ternyata tidak berdaya guna sama sekali, apa mau dikatakan lagi? Terpaksa ia terima digampar dua kali secara sia-sia oleh si baju biru. Melihat anak muda itu berhenti menyerang, si baju biru tertawa, katanya.
"Bagaimana, tidak bertempur lagi? Apakah sudah kau sadari bukan tandinganku?"
Yu Wi mengangguk. ucapnya dengan ikhlas.
"Ya, ilmu pukulanmu maha ajaib, aku bukan tandinganmu, sikapku yang kasar tadi terserah padamu cara bagaimana akan kau tindak?"
S baju biru mengulapka n tangannya dan berkata.
"sudahlah, boleh kau pergi saja, asalkan kau mengaku kalah, kan sudah, bertindak apalagi?"
Yu Wi memberi hormat sebagai tanda terima kasih, lalu tangan Khing-kiok digandengnya.
"Toako"
Khing-kiok memanggil pelahan sambil memandang anak muda itu. Panggilan ini menunjukkan betapa besar perhatian dan kasih sayangnya, tanpa tambahan kata lainpun sudah cukup memperlihatkan perasaannya.
"Kita pergi saja"
KaTa yu Wi. Baru saja ia melangkah beberapa tindak, didengarnya si baju biru lagi berkata dengan tertawa gembira.
"Haha, budak Thio mengatakan Hai- Yan-kiam-hoat tidak ada tandingannya di dunia ini, jelas cuma omong kosong belaka"
Jelas sekali dia sangat meremehkan Hai-yan-kiam-hoat. Tentu saja Yu Wi tidak terima, segera ia berpaling dan menyatakan.
"Hai-yan-pat-kiam memang betul ilmu pedang tidak ada tandingannya di dunia ini."
"Hahahaha"
Kembali si baju biru bergelak tertawa.
"Jika benar tidak ada tandingannya di dunia ini, mengapa baru kau mainkan lima jurus lantas kau sadari bukan tandinganku dan tidak berani menyerang lebih lanjut?"
"Hanya lima jurus serangan itu saja yang kukuasai, andaikan kumainkan lagi juga tidak ada gunanya,"
Ujar Yu wi. Air muka si baju biru mendadak berubah, ia menegas.
"Habis bagaimana dengan dua jurus yang lain?"
"
Kedua jurus itu tidak kupelajari,"
Sahut Yu Wi. seketika si baju biru menjadi heran dan bingung, pikirnya.
"Melulu lima jurus saja sudah dapat memaksa kukeluarkan Hoa-san-ciang, bahkan aku cuma sanggup bertahan dan tidak mampu menyerang, jika kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat lengkap dikuasainya, jelas aku pasti akan kalah. Tampaknya ucapan si budak Thio bahwa Hai-yan-pat-kiam adalah ilmu pedang nomor satu di dunia ini memang bukan bualan belaka."
Melihat si baju biru diam saja, segera Yu Wi hendak melangkah pergi pula.
"He, kau hendak kemana?"
Tanya si baju biru tiba-tiba.
"Menemui It-teng sin-ni."
Jawab Yu Wi.
"Kedelapan jurus itu belum lengkap kau pelajari, untuk apa menemui dia?"
"Betapapun kedatanganku ini harus bertemu dengan beliau."
Si baju biru menggeleng kepala, katanya.
"ingat, apa yang pernah dikatakan budak Thio kepadamu?"
Yu Wi tahu budak Thio yang dimaksudkan ialah Thio Giok-tin alias It-teng sin-ni, maka jawabnya.
"IT-teng sin-ni pernah memberi pesan, sebelum lengkap mempelajari kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat dilarang datang ke Tiam-jong-san, bila datang juga cayhe akan ditindak keras."
"Masakah cuma ditindak keras saja, kukira janganlah kau pergi menemuinya,"
Ujar si baju biru. Yu Wi tahu orang bermaksud baik, ucapnya.
"Terima kasih atas nasihatmu, tapi jiwaku hanya satu, masakah It-teng sin-ni tega mencabut nyawaku?"
Habis berkata, dengan berani ia melangkah pergi, Khing-kiok ikut disebelahnya, juga tidak gentar sedikitpun.
"Nanti dulu"
Seru si lelaki baju biru tiba-tiba. Baru saja Yu Wi behenti, mendadak tangan terasa kesemutan, tangan yang menggandeng Khing-kiok itu tanpa kuasa terus terlepas, waktu ia membalik tubuh, ternyata nona itu sudah berada dalam cengkeraman si baju biru.
"He, apa artinya ini?"
Teriak Yu Wi dengan gusar.
"Lepaskan, lepaskan diriku"
Teriak Khing-kiok. -api apa daya, badan tidak dapat bergerak sama sekali, jelas Hiat-tonya tertutuk. Dengan tertawa si baju biru berkata.
"Jika kau ingin mengantar kematian, janganlah menyuruh nona ini ikut mati bersamamu"
"Peduli apa dengan kau?"
Teriak Khing-kiok.
"Lekas lepaskan aku Toako, tolong, Toako"
Melihat nona itu dikempit dibawah ketiak oleh si baju biru, entah apa maksud tujuan orang, Yu Wi tidak sembarangan menolongnya, sebab kuatir menimbulkan rasa murka orang dan bisa jadi membikin celaka Khing-kiok malah. Maka ia bertanya.
"Sesungguhnya apa kehendakmu?"
"Ingin kuselamatkan jiwanya, masa kau tidak suka?"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jawab si baju biru.
"Kubawa serta dia, dengan sendirinya ada akal untuk menyelamatkannya, hendaklah kau bebaskan dia."
PinTa yu Wi.
"Huh, aku saja tak dapat kau kalahkan, jangan harap akan kau tandingi si budak Thio."
Kata si baju biru.
"Dirimu sendiri saja belum tentu bisa selamat, masakah berani menyatakan akan melindungi dia. Hendaklah diketahui, bilamana budak Thio sudah mau membunuh orang, caranya lihay sekali."
Saking gemasnya Khing-kiok menangis karena dikempit oleh lelaki baju biru itu, serunya dengan air mata berlinang.
"Toako, lekas tolong diriku dan hajar dia... ."
Segera Yu Wi melangkah maju dan menegur.
"Mau kau lepaskan dia tidak?"
"Tidak,"juwab si baju biru dengan tertawa.
"Eh, kau budak cilik ini menangisi apa? Lebih bak ikut dan jadilah muridku,"
"Tidak, siapa ingin jadi muridmu"
Teriak Khing-kiok sambil menangis.
"Kalau tidak kau lepaskan diriku, segera akan kugigit kau"
"Biasanya selalu kutolak orang yang minta menjadi muridku, sekarang aku yang penujui kau, inilah kemujuranmu... ."
Belum habis ucapan si baju biru, mendadak Khing-kiok menggigit punggung tangan orang. Tapi si baju biru tidak menjerit sakit, bahkan bergerak pun tidak. gigitan Khing-kiok itu seperti menggigit kulit kerbau yang kering.
"Nah, gigitlah yang keras, gigitlah lebih keras"
Kata si baju biru dengan tertawa.
"sudah menjadi watakku, semakin kau tolak menjadi muridku, semakin harus kuterima kau, hari ini sudah pasti kuterima kau sebagai murid"
Yu Wi tidak tahan lagi, mendadak ia melayang maju, tangan kanan memotong kemuka si baju biru, tangan lain terus meraih Khing-kiok.
Tapi si baju biru sempat mengengos kesamping sehingga kedua gerakan Yu wi itu mengenai tempat kosong.
selagi hendak bertindak lagi, mendadak telapak tangan si baju biru memegang kepala Khingkiok dan mengancam.
"Jangan kau bergerak lagi"
Melihat keselamatan Khing-kiok terancam, Yu Wi tidak berani sembarangan bertindak lagi.
"Hah, ingin kau rebut dia dari tanganku, sama seperti mimpi di siang bolong, tidak mungkin terjadi,"
Seru si baju dengan terbahak.
"Huh, masakah di dunia ini ada orang dipaksa menjadi muridnya secara begini?"
"sudah tent ada,"
Ujar si baju biru.
"
Wah, jangan-jangan semua muridmu adalah hasil paksaanmu juga?"
Jengek Yu Wi.
"Ngaco-belo"
Teriak si baju biru. Lalu ia memanggil.
"Ci-hong dan Giok-hong, coba kalian kemari"
Kedua Nikoh jelita tadi lantas mendekatinya. Lalu si baju biru berkata pula kepada mereka.
"Coba kalian jelaskan kepada bocah ini, apakah aku yang memaksa kalian menjadi muridku?"
Nikoh yang agak tinggi itu bernama Ci-hong, dia menggeleng dan berkata.
"Tidak, tidak ada yang memaksa, matipun aku tidak mau dipaksa."
Nikoh yang lain bernama Giok-hong, ia menyambung.
"Menurut pendapatku, hendaklah nona lekas menerima dijadikan murid oleh suhu, kepandaian beliau maha sakti, apa yang ingin kau pelajari tentu akan diajarkan oleh beliau."
Tapi Khing-kiok lantas mencibir.
"Cis, siapa ingin meniru cara kalian yang tidak tahu malu ini, sudah menjadi Nikoh, tapi berkelakuan tidak bersih?"
"siapa yang tidak tahu malu,"
Tanya Ci-hong.
"Kalian, kalian yang tidak tahu malu."
Seru Khing-kiok.
"Coba jawab, masakah biara Nikoh juga ditinggali oleh lelaki?"
"He, budak cilik jangan salah wesel, rumah ini bukan biara Nikoh."
Tukas si baju biru.
"Bukan biara kenapa didiami oleh Nikoh?"
Ujar Khing-kiok.
"sudah kukatakan kami bukan Nikoh, kenapa kau sembarang omong lagi."
Kata Giok-hong. si baju biru lantas menyambung.
"setiap muridku memang selalu berdandan sebagai Nikoh Jika kau jadi muridku, kaupun harus berdandan sebagai Nikoh."
"siapa sudi menjadi muridmu"
Teriak Khing-kiok.
"Lepaskan diriku, lepaskan-"
"Jangan ribut, adik Kiok."
KaTa yu Wi.
"cianpwe ini seorang yang tahu aturan, setiap muridnya diterima denang suka rela, kalau kau tidak suka, dia pasti akan melepaskan kau."
Yu Wi menyadari kungfu sendiri tidak mampu merampas Khing-kiok dari tangan orang, maka sengaja digunakan kata-kata pujian untuk memancingnya. siapa tahu si baju biru lantas bergelak tertawa dan berkata.
"Tapi apapun juga hari ini harus kuambil budak cilik ini sebagai muridku."
Dia lantas menurunkan Khing-kiok.
tapi dengan tangan kiri ia jambak rambut nona itu, telapak tangan kanan bergaya seperti pisau terus menabas.
Kontan rambut Khing-kiok yang panjang dan pekat itu terpotong putus dan berhamburan tertiup angin- Tertampak rambut diatas kepala Khing-kiok sekarang hanya sepanjang beberapa inci saja, seketika ia jadi melenggong oleh tindakan si baju biru yang mendadak itu.
Melihat rambut putus yang bertebaran ditanah, untuk sekian lamanya ia tak dapat bersuara.
Yu Wi juga tidak mengira gerak tangan si baju biru bisa secepat ini, tahu-tahu rambut sudah ditabas putus, ingin menolong sudah tidak keburu lagi.
Waktu Khing-kiok menyadari apa yang terjadi, mengingat rambutnya telah dipotong, keadaannya sekarang tentu tidak lelaki dan bukan perempuan, sungguh tidak kepalang rasa sedihnya.
sayang kepada kecantikan adalah sifat pembawaan orang perempuan, saking sedihnya ia menangis tergerung- gerung.
Tindakan si baju biru ternyata tidak tanggung-tanggung, segera ia mengeluarkan pula sebilah belati, sambil bergelak ia terus menyayat keatas kepala Khing-kiok.
Karena menangis sambil mendekap mukanya, Khing-kiok tidak tahu tindakan si baju biru itu.
Tapi Yu Wi menjadi gusar, tanpa pikir ia melangkah maju, secara otomatis yang digunakan adalah langkah ajaib Hui-liong-pat-poh.
sekali melangkah tubuh Yu Wi segera melaang pula ke udara, pandangan si baju biru menjadi kabur, tabasan belatinya mengenai tempat kosong, segera ia tahu gelagat jelek, cepat belatinya menimpuk ke udara.
Dengan satu gerakan saja Yu Wi berhasil merampas Khing-kiok.
girangnya tak terkatakan, sungguh tidak terduga bahwa Hul-liong-pat-poh mempunyai daya guna sehebat ini, sampai tokoh maha sakti semacam si baju biru juga tidak mampu menahannya.
selagi mengapung di udara, tertampak belati lawan menyambar tiba, segera ia menggunakan gaya ajaran si jubah merah, pinggang menggeliat, kaki menendang, kontan belati itu tertendang mencelat.
Melihat gerak tubuh Yu Wi di udara yang hebat itu, bahkan belatinya dapat ditendang hingga mencelat, mau-tak-mau si baju biru berseru memuji.
"Bagus"
Waktu Yu Wi turun ketanah, segera ia menubruk maju, kedua tangannya menghantam secepatnya, maksudnya hendak mengurung Yu Wi di bawah pukulannya dan Khing-kiok akan direbutnya kembali.
Melihat bayangan telapak tanan lawan yang tak terhitung jumlahnya mengurung tiba, Yu Wi tidak berani menyambutnya, kembali kakinya melangkah maju, dikeluarkannya langkah kedua Huiliong- poh.
setiap langkah ajaib ini tidak sama, setiap langkahnya sangat hebat.
Begitu melangkah, menyusul tubuhnya lantas mengapung keatas, bukan saja pukulan sibaju biru dapat dielakkan, bahkan terus melayang lewat diatas kepala orang, kakinya sempat mendepak sehingga ikat rambut si baju biru terdepak jatuh.
Untung si baju biru sempat berkelit dengan cepat, kalau tidak, depakan kaki Yu Wi dapat membuat kepalanya pecah.
Waktu turun lagi kebawah, sekali ini Yu Wi sudah berada belasan tombak jauhnya dari lawansi baju biru menyadari tidak mudah lagi untuk mengejar Yu Wi, ia lantas berseru.
"Ilmu lankah bagus Dengan langkah ajaibmu ini cukup mampu kau lindungi budak cilik itu dan boleh kau temui si budah Thio, agaknya semula aku cuma berkuatir tanpa alasan bagimu."
Yu Wi lantas membuka Hiat-to Khing-kiok yang tertutuk dan membawanya pergi dengan pelahan.
Jilid 16 Tiba-tiba si baju biru ingat sesuatu, cepat ia berseru pula.
"He, bocah she Yu, ilmu langkahmu itu belajar dari siapa?"
Terdengar Khing-kiok berkata kepada anak muda itu.
"Toako, orang ini terlalu busuk, jangan kau gubris dia."
Rupanya ia menjadi benci sekali terhadap si baju biru karena rambut kesayangannya tertabas putus.
Apabila kungfu Yu Wi diatas orang itu, tentu dia akan memohon anak muda itu membalaskan dendamnya.
Tapi ia tahu Yu Wi bukan tandingan orang, maka tidak berani minta dendamnya dibalaskan- Begitulah semakin jauh jedua orang itu melangkah pergi.
Dengan suara keras si baju biru berteriak.
"langkahmu itu ajaran Ang-bau-kong Yim Yu-ging, bukan?"
Hati Yu Wi tergerak mendengar nama "Ang-bau-kong", ia berpaling dan bermaksud tanya asalusul sijubah merah itu kepada orang berbaju biru ini, tapi sebelum dia bersuara, Khing-kiok keburu mencegahnya.
"Toako, pesan Ang-pepek itu janganlah kau lupakan-"
Yu Wi menelan mentah-mentah kata-kata yang sudah hampir diucapkannya, ia menjawab pertanyaan si baju biru dengan kata lain.
"Ang-bau-kong apa? Entah aku tidak kenal. Yang pasti ilmu langkah ajaib ini adalah ajaran keluargaku sendiri."
Tapi telinga si baju biru sangat tajam, misalnya di dalam rumah saja dia dapat mendengar suara kedatangan Yu Wi berdua sehingga ci-hong din Glok-hong disuruh menjenguk keluar.
Sekarang meski Khing-kiok bicara kepada Yu Wi dengan suara pelahan juga dapat didengarnya dengan cukup jelas.
Maka tertawalah.
si baju biru, serunya.
"Haha. jangan kaubohong padaku. Kalau Ang-bau-kong sudah mengajarkan ilmu langkahnya padamu, biarlah akupun mengajarkan semacam ilmu khas padamu..."
"Terima kasih atas maksud baikmu, Cayhe tidak ingin belajar,"
Jawab Yu Wi dari kejauhan
KANG ZUSI website
http.//kangzusi.com
"Kau harus belajar, akan kuajarkan Hoa-sin ciang-hoat yang tak dapat dikalahkan oleh lima jurus Hai-yan-kiam-hoat tadi,"
Kata si baju biru.
Yu Wi pikir ilmu pa kulan Hoa-sin- ciang tadi memang sangat hebat dan bernilai untuk dipelajari, diam-diam ia tertarik.
Maklumlah, bagi orang yang gemar ilmu silat, apabila melihat sesuatu ilmu silat yang hebat, tentu ingin diselaminya di mana letak keajaibannya.
"Meski ilmu pukulan orang ini sangat hebat tapi pekertinya jelek. janganlah Toako belajar padanya,"
Kata Khiog-kiok, Yu Wi mengangguk. katanya.
"Baiklah, aku tidak belajar."
Segera mereka melangkah pergi pula.
si baju biru dapat mendengar percakapan mereka, ia menjadi marah, sekonyong-konyong.
ia melompat ke atas, secepat anak panah tubuhnya terus melintir ke depan, mengejar ke arah Yu Wi.
Ketika anak muda itu merasakan angin berkesiur dari belakang dan selagi hendak bertindak, namun sudah terlambat selangkah, tahu-tahu punggung tangan kesemutan, Khing-kiok kembali kena diserobotnya pula.
Dua kali nona itu diserobot dan dua kali Yu wi tidak dapat berbuat apa-apa, hal ini menandakan betapa tinggi Ginkang si baju biru serta kecepatan tangannya sungguh luar biasa.
setelah berhasil menyerobot Khing-kiok, si baju biru bergolak tertawa, teriaknya pula.
"Nah, kau mau belajar atau tidak?"
Di luar kekuasaannya Hiat-to kelumpuhan Khing-kiok telah tertutuk dan terkempit di bawah ketiak si baju biru, saking kalap akan Khing-kiok terus berteriak pula.
"Toako, sekali tidak belajar tetap jangan belajar padanya"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si baju biru menjadi gusar, damperatnya.
"
Untuk apa kau ikut cerewet?"
Mendadak ia melemparkan Khing-kiok ke belakang sana sambil berseru.
"Ci-hong. tangkap dia ini"
Lemparannya dengan tepat sampai di tangan ci-hong, padahal Nikoh jelita itu berada jauh di belakang sana, untuk menolong Khing-klok lebih dulu Yu Wi harus melalui rintangan si baju biru.
terpaksa ia tidak dapat bertindak apapun- "sekali ini jangan harap akan kau tolong dia lagi,"
Kata si baju biru. Lalu ia berseru pula.
"cihong. kurung budak itu, biarkan dia kelaparan beberapa hari, ingin kutahu apakah dia sanggup berkaok-kaok lagi atau tidak?"
Ci-hong mengiakan, bersama Giok-hong mereka membawa Khing-kiok ke dalam rumah biru.
"He, nanti dulu, kalian tidak boleh mengurungnya"
Teriak Yu Wi.
"Tidak mengurungnya juga boleh, asalkan kau- belajar Hoa-sin- ciang dengan baik,"
Kata si baju biru dengan tertawa.
"Huh, di dunia ini masakah ada orang dipaksa belajar cara begini?"
"Kan sudah kukatakan, adalah menjadi watakku, semakin orang menolak belajar pada semakin kupaksa dia harus belajar."
Kata si baju biru.
"Ci-hong, dengarkan, sehari bocah she Yu ini tidak mau belajar Hoa-sin-ciang padaku, satu hari pula budak itu tidak diberi makan. bahkan hajar dia hingga babak-belur."
"Baik, suhu"
Jawab Ci-hong di dalam rumah. Yu Wi tahu badan Khing-kiok masih lemah dan tidak sanggup menerima siksaan bada terpaksa ia berseru.
"Baiklah, jangan kalian mengurung dia, aku bersedia belajar."
"
Kalau mau belajar, sekarang juga kita mulai"
Kata si baju biru dengan tertawa.
Yu Wi tidak yakin, berapa lama dirinya akan berhasil menguasai Hoa-sin-ciang, seperti waktu belajar Hui-liong-poh tempo hari, semula ia menerima dalam waktu singkat pasti paham, siapa tahu sampai tujuh hari barulah ilmu langkah itu dikuasainya dengun baik.
sedangkan Hoa-sinciang ini tidak kalah hebatnya daripada Hui-liong-poh, entah berapa hari pula untuk bisa memahaminya.
segera ia berseru kepada Khing-kiok.
"Adik Kiok. kau tinggal saja bersama kedua Cici itu di dalam rumah, setelah Toako mahir Hoa-sin-ciang segera kupapak kau keluar."
Terdengar Giok-hong mengikik tawa dan berkata.
"Jangan kuatir Yu-kongcu, disini masih banyak Cici yang lain, tanggung tidak membikin susah dia."
Begitulah, dengan cepat tujuh hari telah berlalu pula, selama tujuh hari Yu Wi dan si baju biru terus berlatih di luar dan tiada seorang pun masuk ke rumah.
setiap waktu makan Giok-hong lantas mengantar santapan kepada mereka.
Kalau semula Yu Wi tidak rela belajar Hoa-sin-ciang, tapi akhirnya ia jadi ketarik oleh kehebatan ilmu pukulan itu, diam-diam ia mengakui ilmu pukulan itu memang sangat lihai, kecuali Hai-yan-kiam-hoat, mungkin di dunia ini tidak ada kung-fu lain yang mampu menandinginya.
Mautidak- mau timbul rasa hormat dan kagumnya terhadap si baju biru.
Cara mengajar si baju biru juga sungguh2, sedikitpun tidak "asal"
Saja, bila ada kesalahan, kontan dia marah dan mendamperat Yu Wi.
Tapi anak muda inipun tidak menyesal, dia benarbenar ingin belajar Hanya saja sering ia bertanya-tanya dalam hati, sebab apakah si baju biru mengajarkan ilmu pukulan maha sakti ini kepadanya tanpa syarat? sampai hari kedelapan Hoa-sin-ciang sudah dapat dikuasai seluruhnya oleh Yu Wi, kalau dihitung, waktu yang diperlukan ternyata sama dengan belajar Hul-liong-pat-poh.
Hanya dalam waktu setengah bulan saja berhasil memahami dua macam kungfu maha sakti, tentu saja hati Yu Wi sangat girang.
Hari ini si baju biru berkata padanya.
"Nak, sekarang bolehlah kau pergi menemui si budak Thio."
Kini sikap Yu Wi terhadap si baju biru sudah sangat menghormat, jawabnya.
"sungguh Wanpwe merasa terima kasih tak terhingga atas kesudian cianpwe mengajarkan Hoa-sin-ciang yang hebat ini."
"Tidak perlu kau terima kasih padaku, sudah tentu ada tujuannya kuajarkan Hoa-sin-ciang padamu, kalau dipikir tetap demi kepentinganku sendiri jadi rugilah jika kau berterima kasih padaku."
Yu Wi menggeleng, katanya pula.
"Apapun maksud tujuan cianpwe, yang jelas Wanpwe telah mendapatkan ajaran ilmu sakti, selama hidup ini Wanpwe takkan melupakan budi baik ini"
Si baju biru bergelak tertawa, katanya.
"Tapi jangan kau lupa, semula kau tidak mau belajar. akulah yang paksa kau."
Teringat kepada sikap sendiri yang ngotot tempo hari, muka Yu Wi menjadi merah.
Waktu itu dirinya seperti ditagih hutang tatkala orang memaksa dia belajar, tapi sekarang setelah belajar mau-tak mau timbul juga rasa terima kasihnya.
si baju biru lantas berkata pula.
"Jika kau tetap berterima kasih padaku, tentu juga aku tidak dapat merintanginya. Cuma ada satu hal harus tetap kauingat, tentang kuajarkan Hoa-sin-ciang padamu ini dilarang kau katakan kepada siapapun, juga tidak boleh mengatakan kau pernah berjumpa denganku."
Yu Wi jadi melengak. mengapa orangpun berpesan serupa si jubah merah? Mestinya dia ingin tanya siapa namanya, tapi tidak jadi, sebab kuatir akan menimbulkan marahnya. Tak terduga si baju biru sendiri lantas berkata kepada Yu Wi.
"setelah berkumpul selama beberapa hari, adalah layak kau kenal siapa diriku yang sebenarnya. sebelum berpisah, biarlah kuberitahukan padamu, aku she Loh bernama Ting-hoa. orang memberi julukan Lam-si-khek padaku."
Diam-diam Yu Wi memuji nama orang yang halus dan indah itu, tapi tidak sesuai dengan orangnya yang kelihatan besar dan kasar, hanya julukan "Lam-si-khek"
Atau sijanggut biru memang cocok sekali dengan orangnya. Mendadak si baju biru berseru.
"Bawa keluar nona Lim"
Sudan beberapa hari tidak bertemu, Yu Wi rada sangsi, ia pikir Khing-kiok tentu tambah kurus karena kurang makan dan menanggung pikiran.
Dilihatnya pintu rumah biru terbuka, Khing kiok mendahului melangkah keluar diikuti Ci-hong, Giok-hong dan disusul pula oleh tujuh atau delapan Nikoh muda lagi.
setiba di luar, beberapa Nikoh itu terus mengerumuni Khing kiok.
semuanya mengucapkan selamat berpisah padanya, jelas tampak perasaan berat atas perpisahan mereka itu.
Waktu Yu Wi memandang khing kiok.
dilihatnya nona itu sangat terharu dan hampir mencucurkan air mata, jelas dia juga merasa berat untuk berpisah.
Malah muka si nona kelihatan lebih gemuk daripada waktu masuk ke rumah biru tempo hari, cahaya mukanya juga kelihatan merah.
Jadi sama sekali meleset dugaan dan kekuatiran sendiri tadi.
"Nah, bolehlah mereka berangkat"
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:32:02
Keajaiban Negeri Es -- Khu Lung Elang Pemburu -- Gu Long /Tjan Id Legenda Bunga Persik -- Gu Long