Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 8


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 8



Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya dari Khu Lung

   

   "Sejak semula aku sudah menduga kalau Ciek Congkoan sudah mengatur segalanya ".

   "Lao siu akan menjadi penunjuk jalan"

   Sahut Ciek Ban Cing sambil tertawa lebar.

   Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya Mereka ke luar dari Tian Hua san Ceng Dengan cepat mereka sudah sampai di tepi telaga Terlihat sebuah perahu kecil tertambat di tepi telaga tersebut.

   Dua orang pengawal duduk dibagian depan dan belakang perahu itu.

   Ciek Ban Cing menghentikan langkahnya.

   "Kongcu, Yok Siangkong, Ciok kouwnio, silahkan naik ke atas perahu ".

   "Ciek Congkoan, apakah kita tidak perlu membawa beberapa orang pengawal'?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Terlalu banyak orang akan memukul rumput mengejutkan ular. Kita berempat sudah lebih dan cukup,"

   Kata Ciek Ban Cing dengan suara linh. Song Bun Cun mengangkat tangannya.

   "Badan perahu sangat kecil Mudah sekali tergoncang Lebih baik Ciok kouwnio saja yang naik lebih dahutu,"

   Katanya.

   "Kalau begitu aku tidak sungkan lagi,"

   Sahut Ciok Ciu Lan sambil meloncat ke dalam perahu.

   Ketiga orang yang lainnya juga mengikuti di belakangnya Perahu itu sangat kecil.

   Bagian tengahnya juga tidak seberapa lebar, hanya cukup untuk tempat duduk keempat orang itu.

   Kedua pengawal itu tidak menunggu perintah lagi, mereka segera mendayung dengan cepat ke tengah telaga Tentu saja, Song Bun Cun dapat melihat bahwa Ciek Congkoan sudah mengatur segalanya Cuma dia tidak menjelaskan saja.

   "Ciek Congkoan, di dalam San ceng klta banyak matamata Setiap orang ada kemungkman komplotan kaum penjahat itu. Kau menutup mulut se|ak tadi. Sekarang kita sudah sampai di tengah telaga Seharusnya kau sudah boleh menjelaskan rencanamu,"

   Kata Song Bun Cun.

   "Sebentar lagi kita akan sampai Tanpa perlu Lao siu mengatakan, kongcu juga akan tahu sentiiri,"

   Sahut Ciek Ban Cing sambil tertawa Rupanya dia masih tidak mau mengatakan apaapa Justru semakin mulutnya tertutup, urusan ini semakin membingungkan. Song Bun Cun ikut tertawa.

   "Baiklah. Seandainya Ciek Congkoan , memang sudah mempunyai persiapan yang matang, kami akan menurut saja,"

   Katanya. Wajah Ciek Ban Cing tersipu-sipu.

   "Harap Kongcu maafkan Karena urusan ini terlalu besar pengaruhnya, kita harus menyembunyikan jeiak Gerakan kita malam ini mungkin akan menemui berbagai hambatan,"

   Sahutnya. Song Bun Cun tahu bahwa Ciek Ban Cing merasa tidak enak hati.

   "Sejak semula aku sudah mengatakan bahwa segalanya terserah kepadamu. Aku tidak akan menanyakan apaapa lagi,"

   Katanya maklum.

   Ombak menghempas perahu kecil itu maju ke depan Langit dan laut tidak berbeda Kabut berselimut Tampaknya perkiraan bahwa tujuan perahu itu adalah tepi te laga Tai hu, salah besar.

   Perahu kecil itu hanya mengitan tepian Ma cik san Tentu saja, meskipun disebut tepian, tapi jaraknya paling tidak satu li Dengan demikian, tidak akan kepergok oleh orangorang yang ada di dermaga.

   Sekarang mereka melintasi karangkarang yang besar LBJU perahu mulai melambat Song Bun Cun kebingungan Peranan apa yang sedang dimainkan oleh Ciek Congkoan? Bukankah ini Tai Hok Hong atau bagian sebelah barat Ma cik san Sedangkan Tian Hua sang Ceng terletak di bagian tirnur gunung itu.

   Mengapa harus memUtar demikian jauh hanya untuk mencapai Tai Hok Hong?.

   Perahu kecil itu perlahanlahan berhenti di depan sebuah goa batu Salah satu pengawal itu turun dari perahu dan menambalkannya dj sebatang pohon yang agak besar.

   "Mulai dari sekarang, tidak boleh ada yang membuka suara,"

   Kata Ciek Ban Cing dengan suara lirih.

   Dia memben isyarat dengan tangan agar semua turun dan perahu tersebut.

   Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun menuruti apa yang diperintahkan oleh Ciek Ban Cing.

   Mereka menoleh ke betakang.

   Laki-laki itu sendiri belum turun dan perahu Dia berjalan ke bagian buntan Di bukanya sebuah kotak kayu Tangannya menggendong sesuatu yang berwarna hitam pekat Kakinya menutul dan mencelat ke atas permukaan.

   Karena hari gelap sekali, dari atas der maga, siapa pun tidak dapat melihat dengan jetas barang apa yang ada di gendongan CieK Ban Cing.

   Sampai iakilaki naik ke atas, mereka baru tahu bahwa sesuatu yang hitam pekat itu ternyata seekor anjing pelacak.

   Sekarang mereka baru mengerti Tentunya sebelum Cun Bwe dan Cu mo mo meninggalkan Tian Hua san Ceng, Ciek Ban Cing sudah mempunyai rencana tertentu.

   Dia rnemerintahkan salah satu pengawal Tian Hua san ceng untuk rnenyamar sebagal nelayan dan menggunakan sebuah perahu kecil serta menanti di tempat yang tidak terlalu jauh dari telaga tersebut dengan perahu.

   Cun Bwe dan Cu mo mo sudah menyiapkan perahu untuk melarikan diri.

   Semua itu sudah dalam perhitungan Ciek Ban Cing.

   Andaikan mereka hendak menyusupkan kaki tangan, Juga harus naik perahu menuju perkampungan itu.

   Sebagian besar penduduk disana kebanyakan rnencari nafkah sebagai nelayan, maka rnereka tidak akan menaruh curiga metihat sebuah perahu kecjl hilir mudik df telaga itu Apalagi mereka tidak tahu kalau tindak tanduk mereka telah diawasi oleh Ciek Ban Cing.

   Berdasarkan penyelidikan anak buah Ciek Ban Cing, dapat djketahui bahwa tempat pemberhentian komplotan penjahat itu adalah Tai Hok Hong Mereka tinggal melacak daerah sekitar itu Untuk menghindarkan pengintaian musuh, Ciek Ban Cing senga|a menyuruh kedua pengawal itu memutar sampai jauh sekali.

   Karena tempat pemberhentian mereka su dah diketahui pekerjaan selanjutnya adalah menemukan markas mereka.

   Oleh sebab itu,l Ciek Ban Cing sengaja membawa anjing pe, lacak Indera penciuman anjing sangat tajam.

   Asal dia sudah terlatih dengan baik, maka dia segera akan menelusuri jejak dari bau itu Dengan mengikutinya, tentu markas dia segera akan menelusuri jejak dan bau itu Dengan mengikutmya, tentu markas orang jahat itu akan berhasil ditemukan.

   Tidak ada seorang pun yang membuka suara.

   Di dalam hati mereka tegang sekali Seluruh pertanyaan akan terjawab sebentar lagi Apalagi Ciek Ban Cing sudah member pesan bahwa sampai di tempat ini tidak ads yang boleh bicara.

   Ciek Ban Cing menundukkan tubuhnya Belum sampai di tanah, anjing itu sudah me loncat turun.

   Tanpa disuruh lagi, dia segeri berlari mengikuti bau itu.

   Tampaknya an| inc itu memang sudah terlatih.

   Meskipun dia ber lari sambil mengendusendus, tapi dia tidal menimbulkan suara sedikit pun Bahkan se telah berlan' beberapa fama dia menghetikan langkahnya seakan menunggu kedatangan mereka.

   Ciek Ban Cing juga tidak mengatakan apaapa Dta hanya memberi isyarat dengan tangan agar mereka mengikutinya.

   Gmkang keempat orang itu sangat tinggi.

   Tentu saja tidak perlu anjing itu menunggu, mereka selalu mengintil rapat Oteh sebab itu, lan anjing itu makin lama makin cepat Perjalanan di pegunungan itu cukup sempit Batubatu berserakan di sepan|ang jalan, belum lagi ilalang yang tumbuh tinggi Setelah berlan kirakira lima li, di kejauhan teriihat sebuah tembok besar berwarna merah.

   Siau hek anjing yang bernama Siau hek (anjtng itu) berlari sambil mengendus ke"

   Sanake mari Mereka melewati hutan kecil lalu menembus sampai di depan pintu kuil Tembok merah yang terlihat tadi ternyata adalah sebuah kuil.

   Pada waktu itu, kirakira sudah hampir kentungan ketiga Di tengah pegunungan pada tengah malam, tentu saja pintu kuil itu tertutup rapat Siau hek berlari sampai di depan pmtu kuil dan menggarukgaruk kayunya.

   Mulutnya mengeluarkan suara gonggongan seakan ingin mendobrak pintu kayu itu.

   Ciek Ban Cing takut dia mengejutkan orang di dalam Dengan tergopoh-gopoh dia menepuk perlahan kepala anjing itu dua kali.

   Bibirnya seperti mengucapkan sesuatu Siau hek seakan mengerti apa yang dimaksudkan oleh laki-laki itu Dia mengibasngibaskan ekornya dan tidak menggaruk pintu kayu tersebut lagi Muiutnya juga tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

   Ciek Ban Cing menggendong Siau hek sambil memben isyarat kepada tiga rekan nya yang lain agar meloncati tembok besar itu.

   Dia mulai dutu, sedangkan yang lain mengikuti gerakannya.

   Setelah itu, dia rnenurunkan kembali Siau hek ke atas tanah Anjing itu kembali mendengus dan berlari menuju beranda depan kuil tersebut Ciek Ban Cing bernyali besar dan banyak pengalaman Dia bertindak sebagai pemimpin, yang lainnya hanya menuruti apa yang dilakukannya.

   Tepat pada saat itu, terdengar sebuah suara yang berat menyapa "Entah apa tujuan empat sicu ini datang ke kuil kecil pada tengah malam begini?".

   Ciek Ban Cingtidak menduga di atas batu butat pendopo itu bersembunyi seseorang Hatinya tercekat Dengan cepat dia menolehkan kepalanya.

   Tampakdi samping se belah kin batu besar, berdiri seorang hwesio linggi besar Kedua tangannya dirangkapkan di depan dada.

   Sepasang matanya bersinar Datam kegelapan seperti dua ekor kunangkunang sedang menarinari.

   Ciek Ban Cing segera menjura dalam-dalam.

   "Lao siu adaiah Ciek Ban Cing Entah apa nama sebutan toa suhu ini?". Jejaknya sudah ketahuan Dengan nama besar seperti Kim ka sin. dla tidak dapat berbohong. Hwesio berpakaian abuabu itu lerpana sesaat.

   "Rupanya sicu adalah Ciek Congkoan dari Tian Hua san ceng Pinceng Kong Beng Maaf kalau tadi berlaku kurang sopan,"

   Sahutnya. Dia trdak menunggu sampai Ciek Ban Cing bicara. Kedua tangannya dirangkapkannya sekali lagi.

   "Entah ada keperluan apa Clek Congkoan datang ke kuil kecil ini?".

   "Lao siu sedang mengejar dua orang jahat,"

   Kata Ciek Ban Cing.

   "Entah siapa yang sedang dikejar oleh Ciek Congkoan?". Ciek Ban Cing mengelus us jenggotnya. Wajahnya tampak serius,.

   "Lao siu toh sudah msngejar sampai keman, rasanya tidak perlu sungkan lagi"

   Dia berhenti sejenak untuk membasahi ke rongkongannya yang kering "Lao siu sedang mengejar seorang pelayan dan penyala api di dapur kami.". Kong Beng mengerutkan keningnya.

   "Mungkin Ciek Congkoan salah alamat Kuil ini adalah tempat suci. Mana mungkin menyembunyikan budak yang melarikan diri?".

   "Lao siu mengejar sepanjang perjalanan Tidak mungkin salah alamat Apakah kepala kuil suhu ada di tempaP"

   Tanya Ciek Ban Cing. Wajah Kong Beng berubah kaku dan dingin.

   "Di kuil ini hanya ada pinceng seorang!"

   Sahutnya ketus. Ciok Ciu Lan mendengarkan suara tawa yang merdu.

   "Taisu tampaknya sudah mengetahui kedatangan kaml sehingga menanti di depan kuil,"

   Katanya. Ucapan inl dikeluarkan untuk memperingati Clek Ban Cing bahwa hwesio ini tidak dapat dlpercaya. Kong Beng bukan saja terpana. Untuk sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia menenangkan hatinya sejenak. ..

   "Apa maksud perkataan li sicu ini? Apakah kalian ingin menggeledah kuil pinceng?"

   Tanyanya garang. Ciek Ban Cing menjura sambil tertawa lebar.

   "Tidak salah. Lao siu memang bermaksud demikian,"

   Sahutnya. Kong Beng mendengus dingin.

   "Tian Hua san Ceng adalah tempat tinggal bengcu yang dipilih kawanan Bulim. Hal im karena selamanya Song loya cu paling menghargai keadilan Ciek Congkoan datang tengah malam ke kuil pinceng ini. Tanpa bukti apa pun hendak menggeledah "Mengrnjak yang lemah dengan kekuasaan. Bagaimana kalau benta ini tersebar di dunia tuar, apakah tidak akan menjadi buah bibir orang banyak?".

   "Apabila tanpa bukti, Lao siu juga tidak berani gegabah,"

   Sahut Ciek Ban Cing tenang. Sekilas terlihat hawa kemarahan di mata Kong Beng. Sejenak kemudian lenyap tak berbekas Nyata sekali dia ssorang yang pandai mengendalikan perasaannya.

   "Kuil ini kecil sekah Lagipula hanya ada pinceng seorang di sini. Tidak mungkin da pat melawan Tian Hua san ceng yang besat dan ternama di kolong Jagad Tetapi di mana pun hacus ada etiket Kalau Ciek Congkoan berkeras hendak menggeledah kuil inii pinceng tentu tidak sanggup melarang Tempat ini kecil sekali. Siiahkan, kalau Ciek Congkoan hendak menggetedahnya Tetapi kalau tidak menemukan apaapa, bagaimana Ciek Congkoan akan memmta maaf kepada pin ceng?".

   "Tentu saja Lao siu akan menjura dalam-dalam dan memohon pengampunan taisu,"

   Sahut Ciek Ban Cing tegas.

   "Tai hu kun bio, meskipun tidak besar, namun merupakan tempat suci Ciek Congkoan mencoreng arang di muka pinceng, walaupun terjun ke sungai Huang ho juga tidak akan bersih untuk selamanya. Untuk apa menjura sambil memohon pengampunan pinceng?". 'Tentunya taisu bukan sedang memperpanjang waktu bukan?"

   Sindir Ciok Ciu Lan.

   "Perkataan li sicu salah besar Ciek Congkoan menduga kuil pinceng menyembunyjkan anak gadis Kalau urusan ini sampai tersebar di luaran. Dosa apa pun tidak seberat yang satu ini. Seandainya Ciek Congkoan tidak membiarkan urusan ini sampai terang, bagaimana pinceng dapat mengijinkan dia menggeledah kml ini'?"

   Sahut Kong Beng. 'Apa maksud taisu sebenarnya'?"

   Tanya Ciek Ban Cing.

   "Apabila Ciek Congkoan berhasil menemukan orang yang dicari Pinceng bersedia dihukum apa saja Sebatiknya, apabila Ciek Congkoan tidak menemukan apaapa. Persoalannya sederhana sekali ..". Tampaknya dia sengaja menghentikan kata-katanya agar mereka penasaran.

   "Ada kata-kata apa saja, silahkan taisu ketuarkan saja,"

   Kata Song Bun Cun. Kong Beng melirik Song Bun Cun sekilas,.

   "Siapa sicu ini?"

   Tanyanya. Sau cengcu dari Tian Hua san ceng,"

   Sahut Ciek Ban Cing.

   "Bagus sekali Ada majikan muda dari Tian Hua san ceng di sini, maka urusan jadi lebih mudah diselesaikan. Menurut penglihatan pinceng, kedatangan Kongcu ini pasti atas ajakan Ciek Congkoan. Apabila orang yang buron itu tidak berhasil ditemukan, pinceng minta sepasang mata Ciek Congkoan ditinggalkan di sini sebagai tanda terima kasih Tai hu Kun. Tidak berlebihan bukan?"

   Kata Kong Beng sambil tersenyum lebar. Ciok Ciu Lan mendengus satu kali.

   "Taisu adalah jut ke lang (Orang yang sudah menyucikan diri). Mengapa bicara sekeji itu'?"

   Sindirnya.

   "Omitohud!"

   Kong Beng merangkapkan sepasang tangannya.

   "Menuduh kuil yang suci menyembunyikan kaum perempuan, apakah itu tidak lebih keji'?".

   "Baiklah. Lao siu terima persyaratan taisu'"

   Kata Ciek Ban Cing.

   "Apakah Ciek Congkoan tidak akan menyesal'?"

   Tanya Kong Beng dangan bibir menyunggingkan senyuman licik.

   "Siapa memang Ciek Ban Cing'? Kata-kata yang sudah Lao siu ucapkan, selamanya tidak pernah disesali!"

   Sahut Ciek Ban Cing tegas. Kong Beng mundur selangkah. Tangannya dirangkapkan dj depan dada.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ucapan seorang laki-laki sejati, kuda tercepat pun tidak sanggup menyandaknya Ciek Congkoan, silahkan.".

   "Ciek Congkoan .."

   Panggil Song Bun Cun dengan iflaksud mencegah.

   "Kongcu tidak perlu mengatakan apaapa lagi Cari kedua orang itu lebih penting,"

   Sahut Ciek Ban Cing.

   Dia menggapaikan tangannya Siau hek segera berlan masuk ke ruangan dalam Semestinya dia ingin meneriang sedari tadi, tapi karena Ciek Ban Cing menghentikan langkah kakinya, jadi dia ikut berhenti juga.

   Sekarang dia melihat Ciek Ban Cing menggapaikan tangannya Dengan ekor digoyanggoyangkan dia berlari ke dalam.

   "Rupanya Ciek Congkoan membawa seekor binatang sebagai penunjukJalan'"

   Kata Kong Beng ketus.

   Ciek Ban Cing tidak memperdulikan dirinya.

   Langkahnya diperlebar dan mengikuti kemana Siau hek pergi Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Song Bun Cun juga mengikuti di belakangnya.

   Kong Beng berada di urutan terakhir.

   Siau hek mendengus sambil mencaricari.

   Dia tidak pernah berhenti.

   Setelah melewati pendopo belakang, mereka sampai di halaman besar yang terdapat sebuah sumur di tengahtengahnya.

   Di sana ada sederetan rumah kecil yang biasa digunakan sebagai gudang penyimpanan kayu bakar dan dapur.

   Di bagian barat sumur ada sebuah pintu kayu Pintu itu digembok dengan sebuah rantai besi.

   Tampaknya pintu itu sudah lama tidak pernah dibuka orang, karena rantai dan gemboknya sudah karatan Siau hek berlari menuju pintu kayu tersebut dan menggarukgaruk dengan kuku jarinya.

   Ciek Ban Cing menghentikan langkah kakinya Dia menoleh ke belakang.

   "Taisu, di luar pintu ini tempat apa?"

   Tanyanya.

   "Di situlah terletak pegunungan di belakang kuil,"

   Sahut Kong Beng.

   "Mohon taisu mambukanya sebentar,"

   Kata Ciek Ban Cing.

   "Bukankah Ciek Congkoan hendak menggeledah kuil pinceng? Lewat pintu ini merupakan Tai Hok Hong. Batas kuil pinceng hanya sampai di sini,"

   Sahut Kong Beng acuh tak acuh.

   "Tolong bukakan agar lao siu dapat melihatnya sendiri!"

   Kata Ciek Congkoan berkeras. Kong Beng tertawa seram.

   "Kemungkinan Ciek Congkoan tidak blsa melihatnya lagi'"

   Sahutnya.

   "Mengapa?"

   Tanya Ciek Ban Cing.

   "Bukankah pmceng tadi sudah mengataKannya dengan jelas? Belakang gunung bukan batas kuil ini lagi. Ciek Congkoan tidak berhasil menemukan orang yang dicari Bukankah sepasang matanya sudah seharusnya diserahkan kepada pinceng^"

   Sahut Kong Beng sinis. Ciek Ban Cing marah sekali.

   "Apakah taisu tidak bersedia mernbuka pintu ini?".

   "Bukankah Ciek Congkoan sendiri yang ingin menglngkar janJi'?"

   Sahut Kong Beng tak mau kalah gertak.

   "Benarkah gunung di belakang ini tidak termasuk witayah kuil taisu?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Bukanl"

   Sahut Kong Beng.

   "Bagaimana kalau buronan itu melarikan diri dari tempat ini'?"

   Tanya Ciok Ciu Lan,.

   "Gunung di belakang kuil ini tidak ada jalan tembus ke manamana,"

   Sahut Kong Beng santai. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.

   "Kalau benar gunung di belakang im tidak ada jalan tembus. Untuk apa dibuat sebuah pintu serta dirantai ketat seperti ini? Seandainya buntu, toh kuil kalian sudah membuat pintu kayu ini, berarti masih termasuk witayah Taihu Kun bio. Taisu tidak bersedia membuka pmtu, tentunya ada yang disembunyikan bukan?"

   Sindirnya.

   "Buat apa pinceng menyembunyikan sesuatu? Pintu ini sudah lama tidak pernah dibuka, katau cuwi memaksa ingin melihat, putuskan saja rantai gembok itu,"

   Sahut Kong Beng sambil mendengus.

   Ciek Ban Cing tidak berkata apa apa lagi.

   Tangannya diputar rantai gembok itu putus seketika Di tangannya terdapat kotoran-kotoran karat dan rantai tersebut Dia sama sekali tidak msmperdulikan Siau hek langsung berlari ke dalam.

   Di luar pintu terdapat sebuah tanah yang luas.

   Rumput-rumput tinggi tumbuh dengan liar Ternyata memang sudah di luar batas Tai hu Kun bio, kecuafi sebuah bukit tinggi bertanah merah yang tampaknya licin sekali Meskipun orang mempunyai ginkang tinggi pasti susah untuk mendakinya Di hadapan bukit itu, terdapat dua buah tembok batu yang panjang dan rendah Kemungkinan besar digunakan sebagai tempat benstirahat orangorang kuil.

   Meskipun sekarang sudah larut malam, tap! pemandangan sekitar dapat terlihat dengan jelas Memang tidak mungkm menyernbunyikan diri di tempat ini Namun mengapa Siau hek justru bertan ke arah ini? Di hati Ciek Ban Cing timbul perasaan curiga Dia menoleh dan mencari Siau hek Begitu pintu kayu itu terbuka, anpng itu segera berlari ke dalam, dia mendengusdengus rumput yang tinggi itu dan langsung menuju bawah bukit Dt sana kembali dia mencium ke sana k man tapi sampai setengah jatan dia berhenti Seakan di antara rumputan itu terdapat sesuatu.

   Ciek Ban Cing menatapnya dengan heran Kakinya berjalan dengan langkah lebai mendekati anjing itu.

   Begitu dekat dengannya, Ciek Ban Cing sadar bahwa Siau hek telah dicelakai orang.

   Anjing itu sama sekali^ tidak bergerak dengan tubuh terkulai Kemungkinan sudah mati Dia matU lagi satu langkah, terlihat olehnya keempat anggota tubuhnya sudah kaku Matanya terballk ke atas.

   Memang benar sudah mati, bahkan mati dengan cara yang mengenaskan.

   "Kong Beng taisu, dengan racun apa kau membunuh Siau hek?"

   Tanya Ciek Ban Cing dengan rnata mendelik. Kong Beng berdiri mematung Wa|ahnya terlihat kaku dan dingin.

   "Apa yang terjadi dengan Ciek Congkoan malam ini? Orang yang dican tidak ada, takut kehilangan sepasang mata, lantas sembarang menyalahkan orang lain. Sekarang se ngaja menuduh pinceng berbuat dosa membunuh? Cuwi semuanya ada di sini Orang pertama yang mengikuti anjing itu adatah Ciek Congkoan sendiri. Pinceng berjalan pada bagian paling buntut, kaki sama sekall tidak bergerak, bagaimana bisa meracuni anjing itu?"

   Sahutnya. Dia memang mengikuti di belakang mereka. Sampai saat ini dia masih berdiri di belakang Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing mendengus dingin.

   "Taisu tidak usah bedagak lagi, Jut ke lang bagaimana bisa mengucapkan kata-kata tipuan seperti orang kangouw Kau ingin Lao siu menyerahkan sepasang mata ini'? Mata Lao siu sama sekali belum buta'"

   Katanya garang. Kong Beng tertawa tecbahakbahak.

   "Ucapan Ciek Congkoan itu salah besar. Kedatangan kalian adalah untuk mengejar budak yang melarikan diri, bukan melacak asal usul pinceng. Kalau pinceng mengucapkan kata-kata tipuan seperti anggapan Ciek Congkoan, pinceng mengakui berpuluh tahun yang lalu memang pernah menjadi orang kangouw. Tapi sekarang pintu Buddha telah terbuka. Pinceng sudah melepaskan golok pembunuh, sekarang menjadi hwesio di kuil ini, hal ini juga tidak ada sangkut pautnya dengan pelarian Tian Hua san ceng,"

   Sahutnya tenang.

   "Tampaknya taisu sama sekali belum melepaskan golok pembunuh,"

   Kata Ciok Siu Lan sambil mencibirkan bibirnya.

   "Li sicu, pepatah kuno mengatakan, menangkap maling padahal diri sendiri yang menjadi maling Apakah kuil ini menyimpan Tian Hua san ceng paling tidak harus ada bukti nyata"

   Sahut Kong Beng dengan se nyuman licik. Baglan Dua Puluh Delapan.

   "Ciek Congkoan, Siau hek mengejar sampai di tempat ini, tiba-tiba diracuni sampai mati. Di sini tidak ada jalan tembus Hal ini sangat mencungakan Mengapa kita tidak memenksa sekali lagi dengan teliti? Siapa tahu ada sesuatu yang lolos dan pengamat an kita,"

   Kata Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.

   "Apa yang dikatakan Ciok kouwnio memang benar Siau hek tiba-tiba diracum seseorang, kejadian ini memang aneh Biar kita periksa lagi baru lihat perkembangannya nanti,"

   Sahutnya. Kong Beng menggeser ke sudut.

   "Pinceng sejak tadi sudah mengatakan Silahkan cu wi memenksanya dengan teliti,"

   Sahutnya dengan bibir mengejek.

   Sebetutnya tempat ini hanya seluas sepuluh depa Di depan hanya ada tembok batu yang rendah dengan bukit bertanah merah di belakangnya.

   Ditengahtengah terdapat dataran rumput yang liar Sekali pandang, semuanya sudah terlihat jelas Tentu saja tidak mungkin ada yang menyembunyikan diri dl tempat ini.

   Ciek Ban Cing memperhatikan tembok rendah yang digunakan untuk benstirahat Itu dengan seksama Bagian atasnya rata sekali, bahkan sudah ditumbuhi lumut Se dangkan bukit di belakangnya kirakira setinggi sepuluh depa Permukaannya sangat licin Walaupun seseoran'g yang memiliki ginkang tinggi, juga sulit mendakinya Sedangkan di baglan atasnya terdapat banyak bebatuan kecilkecil.

   Sama sekali tidak ada celah Apabila ada orang yang bersembunyi disana , tentu akan terlihat nyata.

   Tetapi, selain bukit itu, tidak ada tempat lain lagi yang mencurigakan Ciek Ban Cing naik sebentar ke atas tembok batu yang rendah itu dan memperhatikan sekitarnya sekali lagi Perlahan dia turun kembali.

   Diketukketuknya tembok itu dua kali.

   Buatannya kokoh sekali Juga tidak ada yang dicurigai.

   Ciok Ciu Lan mendekatinya.

   "Apakah Ciek Congkoan merasa curiga terhadap tembok batu ini?".

   "Lao siu juga tidak dapat mengatakannya Tetapi tadi Siau hek mengelilingi tembok batu ini beberapa kali sebelum mendekati bukit Dia juga ditemukan mati di tempat ini Semestinya ada sesuatu yang menarik perhatiannya.".

   "Tampaknya hwesio ini mencurigakanr"

   Kata Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.

   "Tapi tanpa bukti, kita...."

   Ucapannya belum selesai. Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara terkejut Perlahanlahan dia membalikkan tubuhnya Matanya mengerling ke sana ke mari "Maling keparat! Beraniberaninya meracuni Lao siu!". Ciok Ciu Lan cemas sekali.

   "Ciek Congkoan, bagaimana keadaanmu?' tanyanya. Tangan kanan Ciek Ban Cing gemetar.

   "Tangan Lao siu ini "

   Dia berusaha mengangkat tangan kanannya itu, tapi matanya terbelalak. Seluruh jari dan telapak tangan itu sudah menghitafri. Dapat dipastikan bahwa dia terserang jenis racun yang jahat sekali. Song Bun Cun membatikkan tubuh dengan berang.

   "Manusia jahat, ternyata engkau orangnya1"

   Teriaknya lantang. Kong Beng mundur dua langkah.

   "Ciek Congkoan, kau yang mencari kesulitan untuk dirimu sendiri Apa hubungannya dengan pinceng?".

   "Apakah kau bermaksud melarikan diri?"

   Bentak Song Bun Cun. Setetah mundur lagi beberapa langkah, Kong Beng berdiri terpaku.

   "Mengapa pinceng harus melarikan diri?. Semestmya yang tidak dapat kabur lagi adalah kalian!"

   Katanya.

   Tepat pada saat itu, dari balik tembok yang rendah tampak beberapa sosok bayangan melesat ke arah mereka Semuanya berjumlah lima orang Wajahnya dikerudungi dengan kain hftam, tangan masinginasing menggenggam sebatang pedang baja yang berwarna kehijauan Begitu meloncat turun, mereka segera mengelihngi rombongan Ciek Ban Cing.

   Song Bun Cun marah sekali melihat keadaan itu Dia memaiingkan kepala.

   'Yok heng, Ciok kouwnio, terangterangan hwesio ini mau mencan perkara dengan kita'"

   Dia tertawa dingin "Hanya mengandal kalian beberapa kaum keroco ini, apa bisa menahan Kongcu?"

   Tenaknya pedangnya segera dihunus menyapu ke arah dua orang manusia bertopeng hitam yang ada di depannya.

   Manusia bertopeng hitam yang ada di sebelah kanan segera bergeser ke sebelah kiri Sedangkan yang satunya lagi tidak berani ceroboh, pedang baja hijaunya diangkat ke atas sempat memmbulkan secarik sinar ke hijauan.

   Dia menangkis pedang Song Bun Cun Secepat kitat tangannya ditarik kembali dan merubah jurus yang lain Keduanya segera terlibat pertarungan yang seru.

   Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan memapah Ciek Ban Cing menepi ke sudut tembok.

   Mereka menyandarkannya dengan punggung menopang di tembok tersebut Pada saat itu, wajah Ciek Ban Cing sudah pucat |pasi Tenaganya melemah, tapi dia masih eanggup bergerak.

   Kong Beng tertawa dingin.

   "Ciek Congkoan sudah tidak memiliki oaya tahan lagi pada tubuhnya Sekarang tinggal kalian bertiga Apakah masih ada ke/nungkinan untuk melarikan diri? Dengarlah anjuran pmceng, lebih baik kalian menyerah saja,"

   Katanya. Diam diam telapak tangan Ciok Clu Lan. Eenggenggam beberapa buah senjata raasia. Bibirnya tersenyum mengejek "Maling keparat! Apa yang dapat kau lakuan terhadap kami? Kajau kau tidak percaya, hiengapa tidak mencoba saja?"

   Sindirnya.

   "Kau adalah putri Be hua popo, Ciok sam KU Di tanganmu tergenggam beberapa senjata rahasia Mainan anak kecil seperti itu berani kau pamerkan dihadapan Hud ya mu?"

   Sahut Kong Beng sambil tersenyum slmpul,.

   "Tidak salah Baguslah kalau kau tahu, Berani tidak kau mencobanya?"

   Kata Cioh Ciu Lan dengan gaya menantang.

   "Sedangkan Ciok sam ku saja belum bisi melindungi dirinya sendiri, apalagi bocat' ingusan semacam engkau inil"

   Sahut Kong Beng mengejek Tangannya dilambaikan "Kalian ringkus dua bocah ini!".

   Empat orang manusia bertopeng hitam iti tidak menyahut Dengan gerakan yang ce pat, mereka menerjang ke depan Karena d depan Clok Ciu Lan ada Song Bun Cun yans sedang bergebrak dengan seorang berto peng hitam tadi, maka dia tidak berani sam barangan turun tangan.

   Yok Sau Cun bermaksud turun tangan.

   "Cring!"

   Pedang lenturnya dikeluarka Cahayanya menyilaukan mata Dia mengh dang di depan tiga orang manusia bert peng itu Ciok Ciu Lan juga mengeluarkpedang pendeknya.

   Suaranya berdentin' Dia menyerbu manusia bertopeng dan satunya lagl.

   Terdengar suara dentangan senjata keempat laki-laki itu, Mereka berdiri berjajar,.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Pada saat itu, Song Bun Cun dan manusia bertopeng hitam yang pertama telah bergebrak sebanyak belasan jurus.

   Dia menya'daci bahwa pihak lawan menang karena jumlah banyak, Sedangkan pihaknya sendiri tinggal tiga orang Ciek Ban Cing sudah terkena racun jahat, tentu tidak dapat diandalkan lagi Oleh karena itu, begitu turun tangan, dia langsung mengeluarkan jurus mautnya Pedangnya laksana angin topan Serangannya hebat sekali Setiap dia memainkan dua jurus manusia bertopsng itu hanya dapat membalas satu kali.

   Namun ilmu pedang manusia bertopeng itu sangat aneh Meskipun kecepatannya tidak dapat menandingi Song Bun Cun, tapi setiap serangannya merupakan jurusjurus perguruan tertentu yang belum pernah dilihat olehnya Walaupun pedang Song Bun Cun seperti kilat yang menyambar, untuk sementara ia masih belum sanggup melukai mereka.

   Mulut Song Bun Cun mengeluarkan teriakan nyanng Pergelangan tangannya diputar, lima jurus dikeluarkannya sekaligus Lawannya terdesak mundur dua langkah Tibatiba ada bayangan tubuh berkelebat, bukan maju tapi mundur, pedang panjang berputaran, secarik smar pedang berkilau an, dengan kecepatan angin menerjang ke arah manusia bertopeng hitam yang sedang bergebrak dengan Yok Sau Cun Serangan ini aneh dan hebat.

   Manusia bertopeng hitam itu sama sekali tidak menduga kalau akan ada orang yang menyerangnya dan belakang.

   Terdengar keluhan dan mulutnya tubuhnya terkulai di tanah.

   Dalam sekali gerak, serangannya berhasil.

   Pedang Song Bun Cun menyapu ke sekeliling.

   Tubuhnya dengan cepat mencelat dan berdiri bahu membahu dengan Yok Sau Cun Salah satu manusia bertopeng tadi mendesak mundur oleh Song Bun Cun, bangkit kembali Dia bergabung dengan dua manusia bertopeng lainnya.

   Dua batang pedang panjang Yok Sau Cun dan Song Bun Cun melawan tiga manusia bertopeng.

   Untuk sementara kedudukan ma sih berimbang Sedangkan di pihak Ciok Ciu Lan juga sedang seru Pedang pendeknya berkelebat ke sana ke mari.

   Sayang senjata Ciok Ciu Lan lebih pendek dari lawannya.

   Sehingga kedudukannya lebih rugi ketimbang manusia bertopeng itu Lama kelamaan dia mutai terdesak.

   Kakinya mundur terus tanpa mempunyai kesempatan untuk membalas.

   Manusia bertopeng itu tertawa dingin "audak cilik, tenmalahf'teriaknya Pedang panjangnya dikibaskan sehingga pedang pendek di tangan Ciok Ciu Lan ter tekan ke bawah Tubuhnya memutar.

   Telapaktangan kinnyamenerjangkearah bahu Ciok Ciu Lan.

   Gadis itu tertawa terkekeh kekeh "Serangan yang bagus'"

   Bentaknya Tangan kirinya dikembangkan dua sinar putih melesat.

   Jarak antara keduanya sangat dekat Tentu saja sulit untuk menghindarkan diri Meskipun manusia berpakaian hitam itu mengenakan topeng, tapi kedua bola matanya menyiratkan sinar terkejut Dua titik sinar putih tadi, dengan tepat mengenai kening yang tertutup kain hitam.

   Manusia bertopeng hitam itu mengeluar kan suara tenakan.

   Pedang panjangnya terlempar ke tanah Kedua tangannya bergetar, sakitnya bukan alang kapalang Tubuhnya terkulai lalu bergulinggullngan Tldak lama kemudian, dia jatuh tldak sadarkan dlri karena rasa sakit yang tidak tertahankan.

   Tiga orang manusia bertopeng lainnya mendengar suara jeritan rekannya Perhatian mereka terpencar, Pedang Song Bun Cun secepat kitat menyapu roboh satu lagi Di antara kelima orang manusia bertopeng sudah tiga yang roboh Sisanya tinggai dua orang.

   Meskipun mereka mengadakan perlawanan dengan sengit namun semangat mereka sudah menurun Serangan mereka tidak segencar tadi lagi.

   Kong Beng sama sekali tidak menyangka kalau ilmu silat Song Bun Cun dan kedua rekannya begitu tinggi.

   Hatinya diamdiam tergetar Karena ayahnya berada di tangan komplotan penjahat, serangan Song Bun Cun tidak mengenal belas kasihan lagi.

   pedang panjangnya bagaikan badai yang mengamuk.

   Semua serangan yang dikerahkannya mengandung jurus-jurus mematikan.

   Pedang panjangnya disabet ke kin dan kanan, gerakannya seperti angin menerjang ke arah salah satu manusla bertopeng Tanpa ampun lagi, orang Itu terkulai dengan jentan menyayat darl tenggocokannya Sisa satu lagi manusia bertopeng yang masih mempertahankan diri melawan Yok Sau Cun.

   Melihat temannya rubuh, tanpa memperdulikan pemuda itu lagi, dia melesat mundur untuk melarikan diri Tapi ketika tubuhnya sedang melayang di udara, tiba-tiba dla jatuh terhempas dengan jeritan ngeri Ternyata Ciok Ciu Lan sudah menimpuk manusia bertopeng Itu dengan beberapa sanjata rahasia.

   Kong Beng dapat merasakan keadaan yang tidak menguntungkan Dia mengendapendap dengan maksud meninggalkan tempat itu.

   "Cepat halangi dia Jangan sampai hwesio Itu kabur!"

   Tenak Ciok Ciu Lan pinggangnya dilekukkan kakinya menutul, Baru saja dia hendak meloncat mengejar, terdengar sebuah suara yang berat.

   "Dia tidak mungkin kabur". Terlihat dari arah pintu kayu .masuk se orang hwesio tua dengan wajah welas asih dan pakalan abuabu Tangannya memegang sebuah ruyung panjang Dia sedang menghadang di depan Kong Beng Wajah Ciok Ciu Lan cerah seketika melihat orang itu.

   "Bu Cu taisu'"

   Panggilnya. Kong Beng mundur beberapa langkah Setelah melihat jefas siapa yang datang, keningnya langsung mengerut Sepasang tangannya dirangkapkan di depan dada.

   "Harap Bu Cu taisu jangan terlalu mendesak,"

   Katanya. Bu Cu taisu juga merangkapkan kedua tangannya sambil mengucap nama Buddha.

   "Omitohud! Kalian menawan Bengcu, bu kankah lebihlebih keterlaluannya?"

   Sahut hwesio tersebut. Wajah Kong Beng kelam sekali.

   "Ciek Congkoan yang tidak tahu aturan Dia menuduh pinceng menyembunyikan budak pelarian Tian Hua san ceng, sekarang taisu menuduh pinceng mBnawan bengcu, bukankah hal ini malah memperbanyak dosa pinceng'? Entah apa kesalahan pinceng kepada cuwi sekalian, sehingga memmpakan semua kesatahan ini kepada pinceng,"

   Sahutnya geram.

   "Tentang ini lebih baik tanya pada dirimu sendiri'"

   Kata Bu Cu taisu. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.

   "Tadinya kita memang tidak berhasi! menemukan orang yang kami cari, hampir saja kami percaya bahwa kau tidak ada hubungannya dengan semua ini, tapi tadi kau menyuruh komplotanmu menngkus kami, maka ekor musangmu pun terlihat sudah ".

   "Mereka adalah beberapa saudara pinceng, karena tidak tahan melihat pinceng dihina terus oleh katian, maka keluar menyerbu "

   Sahut Kong Beng.

   "Lalu, bagaimana kau akan menerangkan penstiwa matinya Siau hek dan Ciek Congkoan yang keracunan?"

   Tanya Ciok Ciu Lan. 'Aih ."

   Kong Beng menghela nafas panjang 'Hal itu adalah fitnahan Kalau pinceng mau menggunakan racun mengapa tidak meracuni kalian bertiga sekatigus saja, bukankah mempermudah diri sendiri'?".

   Apa yang dikatakannya beralasan juga, Ciok Ciu Lan tidak dapat membantahnya.

   "Kalau bukan kau yang menyebarkan raciin, maka siapa orangnya'?"

   Tanya Song un Cun berwibawa.

   "Kalau Sau cengcu yang ilmunya demikian tinggi saja tidak melihat siapa yang menyebarkan racun. apalagi pinceng Song Sau cengcu bertanya kepada pinceng, lalu pinceng harus bertanya pada siapa?"

   Sahut Kong Beng. Saat itu terdengar sahutan dan arah pintu keluar.

   "Kalau kalian tidak tahu mengapa tidak tanyakan saja padaku". Suaranya belum hilang orangnya sudah muncul Dia adalah Long san it pei', pada wajah Kong Beng terlihat secercah sinar ceria.

   "Manusia she Suo, ternyata lagi lagi kau orangnya'"

   Kata Ciok Ciu Lan. Suo Yi Hu tersenyum simpul.

   "Ini yang dinamakan gunung berkelok ja lanan tidak Ofeh sebab ilulah, kita bisa bertemu kembali di tempat ini' sahutnya. Song Bun Cun maju selangkah. Manusia she Suo! Coba katakan, apakah kau yang menyebarkan racun?"

   Tanyanya garang. Suo Yi Hu tersenyum licik.

   "Apakah Sau Cengcci melihat hengte me nyebarkan racun?".

   "Kalau bukan kau, siapa lagi?"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Racunnya memang kepunyaan hengte, tapi bukan aku yang meracuni Ciok Congkoan "

   Sahutnya tenang.

   "Kalau begitu siapa yang meracuninya?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Ciok Congkoan menghunus pedangnya.

   "K'au masih tidak mau mengakui?"

   Bentaknya. Suo Yi Hu tertawa kering.

   "Kedatanggn hengte adalah dengan mengikuti di betakang kalian Ketika kalian berbicara di pendopo tadi hengte menaruh sedikit racun di atas rantai gembok pintLi Bukankah Ciek Congkoan sendiri yang menyentuhnya?".

   "Mana obat penawarnya'?"

   Tanya Song Bun Cun. Suo Yi Hu berdiri dengan lagak angkuh.

   "Tentu saja obat itu ada dalam saku baju hengte "

   Sahutnya.

   "Siancai Siancai Baguslah kalau sicu mempunyai obat penawarnya,"

   Kata Bu Cu taisu sambil merangkapnya sepasang tangannya.

   "Apakah Taisu mengharapkan hengte mengeluarkan obat penawar ini'"' tanya Suo Yi Hu pura pura bodoh.

   "Memang demikian maksud pinceng,"

   Sahut Bu Cu taisu. Suo Yi Hu menggelengkan kepalanya dengan perlahan .

   "Kedatangan hengte bukan untuk mengantarkan obat penawar".

   "Lalu, untuk apa kau datang kemari?"

   Tanya Ciok Ciu Lan.

   "Kedatangan hengte adalah memintacuwi memnggalkan tempat ini selekasnya,' sahut Suo Yi Hu sambil tertawa sumbang. Mata Song Bun Cun menatapnya dengan tajam.

   "Manusia she Suo apakah kau kira kami tidak bisa mendapatkan obat penawar tersebut?"

   Tanyanya dingin.

   "Apakah maksud Sau cengcu adalah ingin membunuh hengte dulu ba u mengambil obat tersebut?". Song Bun Cun maju lagi satu langkah.

   "Apakah kau ingin mencobanya?".

   "Hengte bersedia membenkan obat pe nawar, asal kalian segera meninggalkan tempat ini,' sahut Suo Yi Hu.

   "Mengapa kita harus meninggalkan tempat ini?"

   Tanya Song Bun Cun. 'lni merupakan syarat. Kalian boleh kembali dengan perahu tadi Setelah turun dari perahu, maka hengte akan menyerahkan obat pemunah tersebut,"

   Sahut Suo Yi Hu dengan bibir menyunggingkan senyuman. Song Bun Cu merenung sejenak Tampaknya dia sedang mempertimbangkan.

   "Kelihatannya kau tidak suka kalau kami berdiam di tempat ini'?"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Berhasilnya kalian menemukan tempat ini, membuat hengte malu hati Tentu saJa hengte tidak suka kaiian berdiam di sini lama-lama,"sahut Suo Yi Hu.

   "Bagaimana kalau kita tidak mau pergi?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Perkataan Sau cengcu ini menyulitkan hengte."

   Sahutnya.

   "Apanya yang menyutitkan'?"

   Tanya Song Bun Cun kembali.

   "Ketika cuwi turun dari perahu, hengte juga menyuruh beberapa anak buah me nahan beberapa teman cuwi Kalau kalian tidak mau memnggalkan tempat ini entah. apa yang harus hengle lakukan terhadap mereka'?"

   Sahut Suo Yi Hu. Bu Cu taisu terpana mendengar perkataannya.

   "Siapa yang sicu maksudkan?'tanyanya. Suo Yi Hu tertawa seram.

   "Apakah taisu ingin melihat mereka?' ta nyanya Dia membalikkan tubuhnya tangannya menepuk tiga kali.

   "Bawa mereka ke luar'"

   Tenaknya nyaring. Song Bun Cun tidak tahu siapa yang di maksudkan oleh orang itu, hatinya terasa tegang Tiba-tiba Ciok Ciu Lan mengeluarkan suara terkejut.

   "Celaka'". Yok Sau menoleh kepadanya 'Lan moay, apa kau tahu siapa yang dimaksudkan olehnya?"

   Tanyanya.

   Hati Ciok Ciu Lan terasa manis mendengar Yok Sau Cun memanggilnya Lan moay' di hadapan orang banyak Wajahnya merah seketika Untuk sesaat dia lidak dapat menjawab.

   Terlihat pintu kayu terbuka dari dalam keluar tujuh orang laki laki Tidak, di belakang mereka ada satu orang !agi jadi jumlahnya delapan Empat orang yang ada di depan tampaknya merupakan tawanan empat orang di belakangnya Masinginasing memegang satu orang.

   Keempat orang yang diginng keluar ternyala adalah Su Po Hin dan Butong pai, Hui Hung i su dan Ciong lam pai Kan Si Tong dan Pat bun, Wf Ting sin tiaw dan Liok Hap bun Mata mereka semuanya terpejam Langkah kaki mereka sepertt terseretseret oleh dorongan ke empat orang di belakangnya Mereka juga mengenakan pakaian dan topeng hitam seperti lima orang yang se belumnya Dapat dipastikan kalau mereka berasal dan satu rombongan.

   Hui Hung i su Kan Si Tong Wi Ting sin tiaw Su Po Hin masing masing merupakan [ago kelas satu atau dua dalam partai masinginasing Tentu tidak mudah teriatuh di tangan Long san it pei.

   Bu Cu taisu terperanjat melihat keadaan mereka.

   "Suo sicu, apa yang kau lakukan terhadap mereka?'tanyanya. Suo Yi Hu tersenyum licik.

   "Taisu sudah melihatnya sendiri Mereka sama sekali tidak terluka, hanya saja ".

   "Hanya saja apa?"

   Tanya Bu Cu taisu cemas.

   "Kalau taisu sekalian bersepakat untuk meninggalkan tempat ini, hengte tentu akan mengantarkan mereka ke perahu dan sekaligus memberikan obat penawarnya"

   Sahut Suo Yi Hu. Tepat pada saat itu, terlihat Ciek Ban Cing yang bersandar di tembok batu membuka kedua matanya.

   "Maling keparat Kong Beng' Lao siu akan membereskan dirirnu terlebih dahulu!"

   Tenaknya.

   Tubuhnya melesat dari atas tanah Seperti seekor bangau yang terbang di udara Dia menerjang ke arah Kong Beng Tubuhnya beium sampai, cakarnya sudah ada di depan mata Angin yang ditimbutkan oleh telapak tangan itu menderuderu Jurus yang dikerahkan sangat mengagumkan.

   Kong Beng sama sekali tidak menyangka bahwa Ciek Ban Cing yang terkena racun masih bisa bangkit kembali Untuk sesaat dia terpana Tubuhnya digeser ke samping dan menghindarkan diri Tangannya segera dikembangkan menghantam kedepan.

   Dia menghindar langsung menyerang Jurus yang digunakannya juga sangat keji Sekali lihat saja, dapat membuktikan bahwa ilmunya cukup tinggi.

   Ciek Ban Cing mendarat di tanah Mulutnya tertawa lebar.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Maling keparat1 Tenrria iagi beberapa seranganku inii"

   Teriaknya.

   Kedua telapak dihantam Delapan kali berturut turut Julukannya adalah Kim ka sin llmu telapak tangannya menggetarkan dunia persilatan Dengan kemarahan meluap, dia meraung.

   'Kalau Ciek Congkoan berminat memberi pelajaran tentu pinceng bersedia menemani"

   Kata Kong Beng.

   Jubahnya yang longgar bergetar, telapak kakmya digeser beberapa langkah Sepasang kepalan tangannya masinginasing dikempit di bawah ketiak Tiba-tiba dia menghantam ke depan dan menyambut teiapak tangan Ciek Ban Cing Suara terjangan kedua orang itu membuat debu beterbangan D.ua pasang tinju dan telapak datang dan pergi Bayangan mereka menjadi berpuluh-puluh Pertarungan semakin seru Duapuluh jurus lebih sudah berlalu Kedudukan mereka masih sama kuat Mata Song Bun Cun, Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan semua terpaku pada gerakan Kong Beng Tinjunya semakin lama semakin ajaib Entah ilmu tinju apa yang dimainkan?.

   Wajah Ciek Ban Cing semaksn lama se makin kelam Di otaknya terlmtas sebuah mgatan, hatinya tercekat Oleh karena itu, serangannya semakin gencar tenaganya di tambah pula Melihat gerakan yang dimamkan oleh Kong Beng, diam diam benaknya bekerja Apakah dia benar benarorangyang diduganya?.

   Gerakan keduanya semakin cepat Ba yangan Kong Beng memutarmutar di arena Tmjunya tidak berhenti dihantamkan ke se keliling Ke depan ke kanan ke kin Per tarungan mereka sudah sampai pada puncaknya Tiba tiba terdengar CieK Ban Cing tertawa terbahak-bahak.

   "Rupanya kau adalah Kiu ci Lo han (Lo han sembilan jari) Cuk Siang Hu yang selalu malang melintang di Kwang ciu Temyata sekarang datang jauh jauh dari Kang lam dan menjadi kaki tangan komplotan penjahat!"

   Katanya.

   "Ciek Congkoan dapat mengingat asal usul pinceng, benar-benar berpengetahuan luas Bagaimana kalau menjajal ilmu To mia kiu cao (Sembilan jurus pencabut nyawa) pinceng'?"

   Sahut Kong Beng Ucapannya baru selesai, dan balik lengan bajunya yang longgar, dia mengeluarkan sebatang potlot besi.

   "Kepandaian apa pun yang kau miliki, keluarkan saja Biar orang she Ciek im membuka mata lebarlebar,"

   Kala Ciek Ban Cing.

   Ucapannya santaisantai saja Tapi dalam hatinya dia sama sekali tidak berani memandang remeh lawannya itu perlu diketahui bahwa Kiu ci Lo han Cuk Siang Hu dutunya bekas seorang begat Dia juga merupakan murid Tong bun Karena melanggar per aturan, maka salah satu jannya dipotong sebagai hukuman Akhirnya dia juga di keluarkan dan pefguruan lersebut Setelah itu, dia masuk sebuah perguruan yang namanya tidak terkenal di dunia kangouw n'amun ilmunya anehaneh sekali Dia semakin merajalela Tidak ada seorang pun yang dipandang mata olehnya Dengan sebatang potlot besi, dia melakukan kejahatan di manamana.

   Kejahatannya segunung, para pendekar di bagian Kwang ciu membencinya Tentu saja dia tidak bisa menancapkan kaki dengan aman lagi di tempat itu Namun tidak disangka kalau dia bisa menjadi seorang hwesio, bahkan pindah ke daerah Kanglam serta menjadi ketua kuil Tai hu Kun bio dekat Tai Hok Hong.

   Kong Beng mengatakan To mia kiu cao' Tampaknya ilmu itu pasti istimewa sekali.

   Ciek Ban Cing segera merubah gerakan nya Kedua telapak tangan ditempatkan di depan dada Mata menatap lurus ke arah lawan Dengan tenang dia mulai bergerak Sebetulnya kejadian ini cepat sekali Kong Beng bertenak nyanng Tangan kinnya menggenggam potlot besi tangan kirinya direntangkan Sejak tadi dia selalu menge palkan tangannya meninju kesana keman Tidak terlihat |annya yang tidak lengkap Sekarang tangan kinnya direntangkan, baru terlihat jelas bahwa ibu Jannya rata terpapas.

   Terlihat tangan kirinya diangkat ke atas Sebatang potlot besi tergenggam erat Dia menerjang mengarah kening Ciek Ban Cing.

   Laki-laki itu melihat potlot besi Kong Beng mulai bergerak Tubuhnya bergeser ke kin Tangan kanan direntangkan kemudian ditekuk berbentuk cakar.

   Mencengkeram ke arah pergelangan hwesio itu Siapa sangka ketika cengkeramannya sudah hampir sam pai lerdengar suara terpaan angin di sampingnya Hatinya tercekat sekali Dia tidak melihat tangan kin Kong Beng menerjang ke arah bahunya Entah kapan dia mengeluarkan tangan kiri dan membokongnya'? Dengan panik dia memutar pergetangan tangan kanannya Dalam waktu yang bersamaan, dia menolak telapak tangan Kong Beng.

   "Des'"

   Mereka menarik kembali tangan masing-masing Namun tubuh Kong Beng segera bergeser Potlot besi tetap diarahkan ke depan.

   Hwesio itu mendengus dingin Ciek Ban Cing tidak sempat lagi menangkis, terpaksa dia mundur tiga langkah.

   Dia berusaha keras menenangkan hatinya.

   Begitu kakinya mundur, dia mempersiapkan diri dengan cepat Tangannya kembali membentuk cakar dan mengmcar perut lawan Pertarungan mereka.

   seakan dua ekor hanmau yang sedang mengamuk Pokoknya harus ada salah satu yang mati Kawanan kedua belah pihak samasama tegang Mata mereka terpaku pada arena pertarungan Bahkan keringat mulai menetes Tepat pada saat itu, di telinga Ciok Ciu Lan terdengar sebuah dengungan suara yang lirih.

   "Hei, Ciok siaumoay, apakah kau mem bawa kacang kedeiai atau beras di dalam sakumu? Maksudku barangbarang kecil se macam itu'". Suara itu lirih sekali Ciok Ciu Lan tidak dapat menduga siapa yang menggunakan ilmu Coan Im jut bit dan berbisik ditelinganya Dia juga tidak tahu di mana orang itu berada Hatinya terpana Tiba-tiba suara itu terdengar kembali "Ibumu selalu membawa tujuhbelas macam senjata rahasia kalau berkelana di dunia kangouw Aku rasa kau Ciok siaumoay juga membekal serijata rahasia yang tidak kalah banyaknya Apa saja pokoknya yang bentuknya kecil Keluarkan empat butir dan genggam dalam telapak tangan Jangan sampai ada yang lihat Dengar baikbaik kaiau aku menyuruh kau memmpuk kepada siapa. maka kau ha rus menurut ". Ciok Ciu lan kebingungan Matanya melirik ke sana ke man Tidak ada seorang pun yang terlihat olehnya Tapi hatmya mengerti. Tentunya orang itu bersembunyi di tempat yang gelap Dan pasti bukan satu komplotan dengan para penjahat itu Kembali suara itu terdengar.

   "Hei hei Ciok siaumoay Kau jangan melirik ke sana ke mari Long san it pei lebih cerdik dari setan Jangan sampai dia tahu ".

   "Lao koko menyuruh kau mengeluarkan empat butir senjata rahasia dan genggaman dalam telapak tangan, mengapa kau rnasih belum mengeluarkannya? Kau harus tahu, pertarungan antara Kong beng dan Ciek Ban Cing sedang mencapai puncaknya. Perhatian semua orang sedang terpusat pada kedua orang tersebut Ini adalah kesempatan yang baik Sebentar nanti kita tidak sempat menolong orang lagi.

   "Aduh, mak. Kesal setengah mati aku melihat kelambatanmu!"

   Gerutu orang yang membisiki Ciok Ciu Lan.

   Suara itu memang lirih sekaii, tapi makin lama makin jelas Ciok Ciu Lan merasa geli mendengar nada bicaranya Tanpa sadar, bibirnya tersenyum Lalu dia menuruti perkataan orang itu Diamdiam dikeluarkannya empat butir bola besi yang kecil sekali Bahkan lebih kecil dan kelereng Digenggamnya dalam telapak tangan.

   Orang yang berbisik itu seakan dapat melihat segalanya Ciok Ciu Lan mendengar dia tertawa kecil.

   "Nah, begitu baru betul Eh Ciok siau moay, apakah kau kenal dengan bocah she Su itu? Dan kedua losu lamnya serta seekor raiawali tua yang kehilangan sayapnya'''. Ciok Ciu Lan hampir tidak dapat menahan tawanya mendengar kata-kata orang itu Su Po Hin yang sudah tua begitu disebutnya bocah Sedangkan Wi Ting sin tiaw disebutnya raJawali tua yang kehilangan sayap Belum sempat dia memben reaksi atas pertanyaannya, suara itu terdengar kembali.

   "Kalau kau kenal dengan mereka, maka bersiapsiaplah. Dengarkan perintah dari Lao koko". Tentu saia CiOk Ciu Lan mengenali mereka Namun hatinyatercekat Diamdiamdia berkata dalam hati 'Dia meminta aku menimpukkan senjata rahasia ini kepada mereka. siapa sebetulnya orang ini'? Dia menyebut dirinya sendiri Lao koko, tentunya kenal baik denganku Mengapa aku sendiri tidak tenngat siapa dirinya?". Sedikit saja wajahnya berubah, suara itu sudah dapat mengetahuinya.

   "Ciok siaumoay, kau memang cerdik sekali Biarpun sembfOno Lao koko juga tidak akan memintamu menyambitkan rahasia kepada cianpwe cianpwe cilik ilu Bukankah Lao koko tadi sudah mengatakan bahwa kita akan menolong orang? Untuk menolong me reka. tentunya harus merubuhkan keempat orang yang memakai topeng itu ". Ciok Ciu Lan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

   "Bagus, sekarang kau sudah mengerti, tetapi empat manusia bertopeng itu berdiri di belakang empat cianpwe cilik tersebut Kita tidak dapat menyambitkan senjata rahasia dan arah depan Kalau begitu, kita sambit saja jalan darah Leng Tai hiat di bagian punggung mereka,"

   Kata suara itu.

   Ucapannya kembali membuat Ciok Ciu Lan terpana Keempat manusia bertopeng itu adalah orangorang yang mengginng rombongan Wi Ting Sin tiaw keluar dari dalam kuil.

   Mereka berdiri di belakang keempat rombongan delapan partai besar itu Wajah mereka menghadap ke arah Ciok Ciu Lan sekalian Dengan Fnenggunakan senjata ra hasia, tentu saja tidak dapat menyambit bagian depan mereka sehingga terpaksa mengarah bagian punggungnya tapi suara itu seakan menyuruh dirinya yang menyambit senjata rahasia tersebul ke arah jalan darah Leng Tai Hiat mereka.

   Dia sendiri berdiri berseberangan dengan empat manusia bertopeng itu Bukan di bagian belakangnya Bagaimana dia bisa me nyambit senjata rahasia ke bagian punggung orangorang itu'? Baru saja pikirannya bekerja, suara itu terdengar kembali' "Bukankah mereka berdiri di depan pintu kayu? Kalau kau fngin menyambitkan senjata ra hasia ke bagian punggung mereka, maka lernparanmu harus lebih tinggi dari biasa.

   Melebihi tembok batu Lemparanmu nanti akan masuk kembali dari pintu kayu dan tepat mengenai jalan darah di bagian punggung.

   Lagipula tidak akan ada yang tahu.".

   Semakin mendengar ucapannya.

   Ciok Ctu Lan semakin heran Melemparkan sen}ata rahasia harus melalui tembok batu dan ma suk kembali melalui pintu kayu lalu tepat mengenai jalan darah di punggung? llmu senjata rahasia apa itu? Mungkin hanya dewa yang dapat melakukannya!.

   Terdengar suara tertawa dari orang itu.

   "Ciok siaumoay apakah kau tidak percaya'? Kalau tidak percaya coba kau timpukkan senjata rahasia tersebut seperti yang aku katakan tadi, Lao koko akan membantumu mengerahkan tenaga Tapi ingat, harus agak tinggi.". Ciok Ciu Lan masih kurang percaya, dalam hati dia berpikir.

   "Biar aku ikuti katakatanya dan lihat apa yang akan dia laku. kan'?"

   Tangannya secepat kilat menyambitkan keempat bola besi kecil itu lewat atas kepala keempat manusia bertopeng dan tembus melalui tembok.

   Bola besi kecil itu merupakan salah satu senjata rahasia terkecil di dunia Kecepatannya mengagumkan Kalau di siang han ma sih dapat terlihat tapi pada mafam han seperti sekarang, apa lagi bulan tidak bersinar penuh, maka tidak ada satu pun orang yang tahu Apakah setelah melalui tembok batu itu, senjata rahasianya bisa menta! kembali melalui pintu kayu dan tepat mengenai bagian punggung manusia bertopeng? Sebentar lagi dia akan tahu jawabannya.

   Matanya mengawasi keempat manusia bertopeng itu Mereka masih berdiri dengan dada dibusungkan dan tidak bergerak sama sekali Orang itu kembali memperdengarkan suara tawanya.

   "Sudah. sudah Semuanya tepat mengenal Leng Tai hiat mereka ". Hati Ciok Ciu Lan setengah percaya setengah cunga Senjata rahasia disambitkan setinggi itu, bagaimana dia bisa mengerahkan tenaga membantunya'? Pada saat itu, pertarungan antara Ciek Ban Cing dengan Kong beng sudah berlangsung ratusan jurus. Tinju, potlot besi, cakar dan telapak saling menghantam. Suara angin saling semilir Keduanya masih belum terlihat kalah atau pun menang Tiba-tiba di bagian kanan tembok terdengar suara orang menJerit "Hei! Heii"

   Berulang-ulang.

   "Sebetulnya kalian sudah puas atau belum bertarung? Ribut sekali Sampai aku orang tua mau tidur sebentar saja tidak bisa'"

   Teriaknya. Suo Yi Hu terkejut sekali "Siapa'? Cepat turun'"

   Bentaknya Ciok Ciu Lan tahu bahwa yang berteriak itu adalah orang yang membisikinya tadi. Tapi dia tidak tahu siapa orang itu?.

   "Turun? Enak saja kau bicara' Jalanan ini kecil tagi sempit Mana han begini gelap, apa pun tidak terlihat Bagaimana aku bisa turun?"

   Sahut orang itu. Ciok Ciu Lan mengeluarkan suara terkejut.

   "Song sau cengcu, rupanya di atas bukit itu ada jalanan kecil". Terdengar kembali sahutan dan orang tersebut' "Siapa yang bilang tidak Di sini masih... ada goa kecil yang gelap sekali Karena penasaran, maka mengikuti dia naik ke atas Tapi goa ini terlalu gelap, aku tidak berani. aduhi"

   Tiba-tiba terdengar suara jeritan orang itu.

   Kemudian hening kembali.

   Tidak! Suara aduhannya hilang, disusul sebuah bayangan terjatuh dari atas bukit tersebut dan menggelinding ke tanah Song Bun Cun dan Yok Sau Cun segera memburu ke sana.

   Suo Yi Hu mengibaskan tangannya.

   'Cepat halangi merekai"

   Perintahnya. Ucapannya ditujukan kepada empat ma nusia bertopeng hitam yang berdiri di bela kang rombongan Su Po Hin Tetapi mereka seakan tidak memperdulikannya Suo Yi Hu jadi marah sekali.

   "Kalian orang mati. Cepat halangi mereka!"

   Bentaknya sekali lagi.

   Keempat orang itu seperti tidak mende ngar perkataannya Mereka sama sekali tidak bergerak.

   Dalam hati Ciok Ciu Lan se gera mengerti Senjata rahasia yang disambitkannya tadi, ternyata benar-benar me ngenai jalan darah Leng tai hiat di punggung mereka.

   Kalau menilik dari keadaan itu, mestinya orang yang membisikmya tadi berilmu tinggi Mengapa begitu mudah tergelincir jatuh dan atas bukit? Dan setelah terjatuh, tubuhnya membujur kaku di tanah tidak bergerak sama sekali Kalau tidak mati, tentu ada tulangnya yang patah.

   Melihat keempat manusia bertopeng itu sama sekali tidak menghiraukannya, dalam hati Suo Yi Hu marah sekali.

   Tapi keadaan tidak memungkinkan dia berpikir terlalu banyak Matanya menatap ke arah Yok Sau Cun dan Song Bun Cun yang sedang menghampin orang yang terjatuh tadi Dia melangkah dengan maksud mengikuti mereka.

   Dengan ruyung di tangan, Bu Cu taisu menghadang di depannya.

   "Suo sicu, lebih baik kau jangan bergerak!"

   Katanya dengan berwibawa.

   Song Bun Cun dan Yok Sau Cun sudah sampai di dekat orang itu Yok Sau Cun membungkuk dan memenksa Orang yang terjatuh Itu sama sekati tidak bergerak.

   Meskipun wajahnya tidak terlihat, tapi bentuk badannya serasa tidak asing bagi pemuda itu.

   Tertebihlebih pakaiannya yang sudah memudar dan terbuat dan bahan yang kasar, hatinya tercekat.

   "Rupanya Lao koko!"

   Seru Yok Sau Cun.

   "Apakah Yok heng mengenal orang ini?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Dia adalah si Mulut emas, Seng mia lo. Lao koko,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Dia terkena bokongan orang jahat. Lihatlah panah kecil im. Tepat mengenai jalan darah di pahanya, kemungKinan besar."

   Benar saja.Ada sebatang anak panah kecil menancap di bagian pahanya. Yok Sau Cun mengulurkan tangan dengan maksud hendak mencabut anak panah tersebut Song Bun Cun segera mencegahnya.

   "Yok heng langan sembrono Anak panah ini tidak boleh dicabut sebelum menyiapkan obatobatan untuk menyembuhkannya Kalau tidak, darah akan mengalir terus tanpa berhenti,"

   Katanya.

   "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

   Tanya Yok Sau Cun cemas.

   "Kita lihat dulu, apakah dia masih bisa tertolong"

   Sahut Song Bun Cun. Yok Sau Cun mengulurkan tangannya merabaraba dada Seng mia lo Tidak ada denyut jantung yang terasa olehnya Bahkan tubuhnya sudah mulai mendingin Air mata Yok Sau Cun bercucuran.

   "Mungkin Lao koko tidak tertolong lagi,"

   Katanya. Di sampmg telinganya terdengar suara "Jangan menangis Orang mati tidak bisa hidup kembaii. Menangis apa gunanya'? Lebih baik ke atas dulu baru lihat perkembangan nanti". Yok Sau Cun mengangkat wajahnya.

   "Song heng hendak naik kemana?"

   Tanyanya. 'Hengte tidak mau kemanamana,"

   Sahut Song Bun Cun.

   "Bukankah Song heng mengatakan bahwa aku jangan menangis lagi naik dulu baru lihat perkembangannya?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Tidak Kapan hengte pernah bilang hendak naik ke atas'?". 'Terang-terangan tadi cayhe mendengar ada orang yang berbisik di telingaku,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Di sini cuma ada kita berdua Kalau hengte tidak mengatakannya berarti Yok heng salah dengar"

   Kata Song Bun Cun. Yok Sau Cun terpana Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan seruan terkejut.

   "Oh ya, tadi Lao koko mengatakan bahwa di atas ada sebuah goa Mungkm Cu mo mo dan Cun bwe bersembunyi di sana Dan orang yang melukai Lao koko pasti mereka juga ". Song Bun Cun mengerutkan keningnya. Pedangnya digenggam erat-erat.

   "Tidak salah Mari kita naik!"

   Ajaknya.

   "Tapi . bagaimana dengan Lao koko?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Orang yang sudah mati tidak dapat hidup kembali Sekarang lebih baik kita membiarkannya berbanng di sini Setelah kita berhasil menemukan kedua penjahat itu, baru kita kembali untuk menguburkannya,"

   Sahut Song Bun Cun. Yok Sau Cun merasa apa yang dikatakannya beralasan juga Dia menganggukkan kepalanya.

   "Baiklah ". Dua sosok bayangan Yang satu di depan, yang iain di belakang segera melesat ke atas bukit Ciok Ciu Lan memandang kedua orang itu mendaki ke atas Dia bermaksud mengikuti mereka Tiba-tiba suara bisikan tadi terdengar kembali di telinganya.

   "Ciok, siaumoay, kau jangan ke sana'". Ciok Ciu Lan terpana.

   "Mungkinkah orang yang tadi terjatuh bukan dia'"' tanyanya dalam hati. Kembali terdengar suara itu berkata "Yok toakomu sudah ke sana mengurus mayat Lebih baik kita urus hal lain yang lebih penting.". Ciok Ciu Lan tidak tahu di mana persembunyian orang itu'' Dia juga tidak mengerti urusan apa yang dikatakannya lebih penting^ Dia menengadahkan wajahnya dengan mata dikedipkan.

   "Kau ingin menanyakan urusan yang kumaksudkan bukan. Bukankah kita tadi sudah menotok keempat manusia bertopeng itu? Tapi empat orang cianpwe cilik masih belum sadarkan diri". Ciok Ciu Lan mendengar perkataannya dengan tenang Dia tidak membuka mulut sama sekali Hatinya berpikir "Bagaimana aku bisa menolong mereka?". Orang itu seperti dapat mengetahui apa kata hati Ciok Ciu Lan Terdengar suara tawanya yang nang 'Kau adalah putri tunggal Be hua popo, Ciok sam ku. Dia sudah lama berkelana di duma kangouw Tentunya kau dibekali obat Pek li hiangnya yang sangat terkenal Bawalah obat itu dan biarkan keempat eianpwa cilik itu menciumnya Bukankah mudah sekali'?". Dia tidak mengatakan bahwa dulu Be hua popo senang menggunakan pek Li hiang untuk membius orang, malah mengatakannya sebagai semacam obat penawar. Berarti dia tahu kalau Be hua popo sudah lama tidakmenggunakan obat bius tersebut karena obat semacam itu dianggap rendah oleh para pendekar kangouw Beberapa tahun terakhir ini, Be Hua popo berafih dari golongan hitam ke aliran putih Dia selalu membela kebenaran Permaman zaman dulu tentu tidak pernah digunakannya lagi Tapi putnnya berkelana di dunia kangouw senng bertemu dengan manusia licik, maka dia membekali obat itu. Pek li hiang itu mempunyai fungsi ganda. Bagi orang yang sadar begitu tercium obat itu akan segera jatuh pingsan Tapi bagi orang yang sedang terbius malah akan menjadi obat penawarnya Tampaknya orang ini tahu benar akan seluk beluk dunia kangouw. Dia hanya tidak menjelaskannya secara terperinci. WaJah Ciok Ciu Lan merah padam mendengar perkataannya Dia menganggukanggukkan kepalanya dua kali Sebagai isyarat bahwa dia memang membawa obat itu. ....,.

   "Bagus sekali. Cepat bawa ke sana agar rriereka menciumnya"

   Kata orang itu. Ciok Ciu Lan ragu ragu Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tapi orang itu kembali dapat mengetahui apa yang dirisaukan olehnya.

   "Jangan takut Berjalanlah dengan tenang Coba kau lihat, bukankah hwesio itu sudah bergerak dengan Long san it pei?". Kejadian itu sebetulnya berlangsung pada waktu yang bersamaan Ketika Bu Cu taisu menghadang Long san it pei tadi Mereka sempat sahng ngotot sesaat Kemudian terjadi pertarungan di antara mereka Sebelumnya, Suo Yi Hu berdebat dulu dengan Bu Cu taisu.

   "Apakah taisu tidak mengijinkan pinceng melihat siapa orang yang terjatuh itu'?".

   "Omitohud'"

   Bu Cu taisu merangkapkan sepasang tangannya "Sicu tidak perlu khawatir Bukankah Song sau ceng cu dan Yok sicu sudah ke sana untuk melihat keadaannya?".

   Suo Yi Hu melihat kedua orang itu membiarkan orang yang terjatuh tadi dan melesat naik ke afas bukit Hatinya tercekat.

   "Bu Cu taisu, pinceng hanya menghormatimu karena kau adalah kepala Lo han tong di Siaulim sl Pinceng sengaja mengalah terhadapmu Jangan dikira pinceng benarbenar takut!"

   Bentaknya marah.

   "Pinceng tidak mengharapkan sicu mengalah terhadapku. Suo sicu berani menawan bengcu dan memaisukan dirinya Komplotan penjahat sepecti kalian bagaimana mungkin bisa takut terhadap seorang hwesio tua seperti pinceng?"

   Sahut Bu Cu taisu dingin. Suo Yi Hu tertawa terbahak-bahak.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Bagus kalau kau menyadarinya". Entah siapa yang bergerak terlebih da hutu, tahutahu keduanya sudah terlibat dalam pertarungan yang seru Telapak tangan Long san it pei menggempur ruyung Bu Cu taisu. Tenaganya hebat sekali Bu Cu taisu mendengus dingin.

   "Manusia jahat. Sejak semula kau sungguh pandai menutupi siapa dirimu Sekarang kau baru berani berterang Ternyata yang kau pelajari adalah Toa lat kim kong ciang (Tefapak baja emas bertenaga besar).". Long San it pei tidak menyahut. Dia terus menyerang dengan gencar Bu Cu taisu jarang menggunakan ruyungnya Dia memindahkan senjatarlya itu ke tangan kirj Telapak tangan kanannya menyambut serangan Long san it pei.

   "Blam!"

   Keduanya mundur dua langkah.

   Perlu diketahui bahwa Bu Cu taisu saat ini adalah orang kuat nomor dua di Siaulim si, Hmu yang dipelajarinya memang ilmu telapak Hatinya tercekat ketika mengetahui bahwa seorang tokoh dan golongan hitam dapat menyambut pukulannya dengan seimbang.

   Suo Yi Hu memperdengarkan dengusan dingin Dia segera merubah gerakannya.

   Telapak tangannya dihantamkan ke depan Bu Cu taisu segera dapat merasakan sesuatu yang tidak beres.

   Angin pukulan itu pertamatama lemah sekall, tetapi makin lama makin kencang Seperti ombak yang menggulung di pantai Namun tetap ada segulungan hawa lembut yang menyertainya.

   Hati Bu Cu taisu terasa sejuk Bu Cu taisu tercekat.

   "Jui sim ciang!"

   Serunya daiam hati Mulutnya perlahaniahan menarik napas Tenaga pada tangan kanannya ditambahkan Dengan segenap kemampuan dia menahan angin pancaran telapak lawan Tangan kiri dikatupkan dengan telapak tangan kanan, lalu menusuk ke depan Bu Cu taisu mengerti sekali kejinya ilmu Jui sim ciang (Telapak penghancur hati) yang dipelajari Suo Yi Hu Anginnya yang sejuk pertama memang menyegarkan, namun lambat laun akan meremukkan hati.

   Suo Yi Hu tersenyum mengejek melihat jurus yang dikerahkan oleh hwesio tua itu Dengan menggeser sedikit tubuhnya, dia berhasil menghindarkan diri dari serangan Bu Cu taisu Telapaknya sendiri tetap menghantam ke depan.

   Bu Cu taisu semakin lama semakin terdesak Suo Yi Hu berada di atas angina.

   Kaki kinnya maju satu langkah, disusul dengan kaki kanan Siapa kira di bawah tanah terdapat sebuah batu bundar pipih yang besar yang biasa digunakan para hwesio untuk bersila Langkah kaki kanannya tersandung batu itu Nyennya bukan kepalang Hampir sa|a tubuhnya lunglai dan terjatuh Namun kepandaiannya memang tinggi Sekejap saja, tubuhnya sudah tegak kembah.

   Kedua kakmya menutul di atas tanah Sepasang telapak tangannya mengerahkan ilmu Jui sim ciang dan menerjang ke arah Bu Cu taisu Tetapi ketika tubuhnya baru melesat setengah jalan Kaki kinnya kembali tersandung batu Sakitnya tidak kalah dengan yang pertama Matanya sampai berkunang-kunang.

   Seseorang bisa mencelat ke udaraseperti terbang kalau dia mengerahkan hawa murninya Sekarang rasa sakitnya tidakterkatakan lagi, mana sempat dia mengerahkan tenaga murni untuk mengimbangi berat tubuhnya Kepatanya terasa berat, sedangkan bagian kakinya menjadt nngan Seperti seekor burung yang dipanah oleh seorang pemburu Tubuhnya menukik jatuh ke tanah Untung saja dia tidak ceroboh Ketika tubuhnya hampir mencapai tanah.

   Sepasang tangannya segera menumpu lalu bersalto sekali dan turun mendarat.

   Sedangkan Bu Cu taisu yang terdesak mundur, tiba tiba merasakan bahwa tekanan angin pada dirinya semakin longgar Tenaga telapak lawan bukan sa}a lenyap, kakinya juga kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh terpelanting Untuk sesaat dia tidak.

   mengerti mengapa kaki lawan yang baikbaik saja tiba-tiba seperti terserang penyakit lumpuh?.

   Suo Yi Hu sendiri penasaran sskali Dia memperhatikan bagian kakinya Tidak ada batu apa pun seperti perkiraannya Eh, tapi tubuhnya yang sedang melayang mengapa bisa jatuh kembali seperti tersandung batu? Bu Cu taisu sudah menarik kembali telapak tangannya dan melihat Suo Yi Hu dengan pandangan heran.

   Hwesio jahat itu biasanya selalu licik Kali ini dua kali berturutturut dia mendapat kerugian Pertama kalinya masih dapat dimaklumi.

   Mungkin saja dia kurang hatihati sehingga tersandung, namun yang kedua kalinya mencurigakan sekali Tubuhnya sedang mencelat di tengah udara, bagaimana mungkin kakinya bisa tersandung batu? Matanya segera menyapu ke sekelihng Kecuali dirinya dan Bu Cu taisu, di tempat sekitar satu depa dari pertarungan mereka tadi, tidak terlihat orang lain lagi.

   Tangan Bu Cu taisu sejak tadi sating menghantam dengan dirinya Tidak mungkin hwesio itu yang membokongnya.

   Hatinya bergptar dan curiga Dia mendengus dingin.

   "Siapa yang membokong hengte?"

   Bentaknya.

   Baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba serangkum angin dingin menerpa wajahnya.

   Dia tidak sempat menghindar lagi Angin dingin itu membawa segumpalan debu dan percikan tanah merah yang halus, Mulut dan seluruh wajahnya belepotan, bahkan tidak sedikit debu dan tanah merah yang masuk ke dalam mulutnya Dia merasakan ada seseorang meniup di belakang kuduknya Hatinya marah sekali.

   Tanpa bersuara sedikit pun, tangannya menyapu ke belakang dengan tubuh dibalikkan Tapi dia berdiri termangu-mangu Tidak ada seorang pun yang terlihat olehnya.

   Tiba-tiba terdengar suara bangkisan seseorang, di susul dengan pintu kayu yang terbuka dan munculnya empat sosok bayangan.

   Mereka adalah Su Po Hin, Wi Ting sin tiaw, Kan Si Tong dan Hui Hung i su.

   Suo Yi Hu dapat merasakan situasi yang kurang menguntungkan bagmya Secepat kilat dia melesat dan melankan diri Dia sem pat mendengar bis^kan seseorang di telinganya.

   "Suo lotoa Selamat jalan. Maaf, kami tidak dapat mengantar"

   Kata-kata itu berakhir dengan suara tertawa yang panjang.

   Tepat pada saat itu, pertarungan antara Kong Beng dan Ciek Ban Cing sudah mencapai lima ratusan |urus Keduanya mengeluarkan segenap kemampuan untuk meru buhkan lawan, tetapi kekuatan merekatetap berimbang Dan kejauhan ia dapat mendengarsuarasiulan Suo Yi Hu Kong Beng tahu itu merupakan isyarat dari rekannya Namur untuk sementara dia tidak bisa menghen tikan pertarungan Terpaksa dengan nekad dia menangkis dua serangan Ciek Ban Cing lalu melompat mundur Tanpa mengucapkan sesuatu, kakinya segera menutul dan mel'ejit ke atas tembok serta kabur secepat mungkin Ciek Ban Cing mana mau menyudahi pertarungan begitu saja.

   "Komplotan penjahat, mau lan ke mana kau?"

   Bentaknya Tubuhnya bergerak dengan maksud mengejar, terdengar suara Ciok Ciu Lan menahannya.

   "Ciek Congkoan, harap berhenti sebentar'. Ciek Ban Cing menghentikan langkah kakinya Dia membalikkan t.ubuh dan berhadapan dengan gadis itu.

   "Apakah Ciok kouwmo ingin menyampaikan sesuatu?"

   Tanyanya.

   "Di atas bukit ada sebuah goa kecit Yok toako dan Song sau cengcu sudah menuju ke sana Man kita menemani mereka. Manusia jahat itu sudah melankan diri Tidak perlu dikejar lagi"

   Kata Ciok Ciu Lan. Bu Cu taisu maju beberapa langkah Dia mengambi! ruyungnya kembali yang selama setengah pertarungan berlangsung ia letakkan di atas tanah Kedua tangannya dirangkapkan di depan dada. 'Omitohud Untung saja empat toheng sudah sadar"

   Katanya.

   "Kita harus berterima kasih kepada Ciok kouwnio. Padahal kami semua merupakan orangorang yang sudah lama berkecimpung di dunia kangouw, tapi toh masih kalah dengan seorang anak-gadis. Benar apa yang dikatakannya 'Ombak belakang selalu menghantam yang depan Yang tua akan digantikan oleh yang muda,"

   Sahut Wi Ting sin tiaw.

   "Keempat totiang bagaimana bisa tertawan oleh mereka?"

   Tanya Bu Cu taisu.

   "Pada saat taisu naik ke atas daratan, bukankah kami berempat memencarkan diri untuk mencari tempat persembunyian? Ke'betulan pinto mendapatkan sebuah tempat yang rasanya cukup baik Baru saja pinto menempatkan diri dengan tenang tiba-tiba terdengar suara kibasan baju Suara itu lembut sekafi Dengan demikian pinto segera tahu bahwa yang datang adalah seorang yang memiliki ginkang tinggi Begitu pinto membalikkan tubuh untuk melihat, hidung pinto merasa adanya serangkum hawa harum menusuk Setelah itu pinto tidak ingat apa-apa lagi,"

   Sahut Wi Ting sm tiaw.

   "Cayhe juga mengalami hal yang sama Komplotan penjahat itu sungguh amat ren dah Mereka tidak segansegan mengguna kan obat bius semacam itu,"

   Kata Su Po Hin menjelaskan.

   Ciok Ciu Lan terperanjat Dia pernah mendengar centa dan ibunya bahwa hanya ada semacam obat' bius yang baru mencium hawanya saja langsung tidak sadarkan diri Obat itu adalah Pek li hiang milik ibunya.

   Obat bius lamnya paling tidak memerlukan waktu sesaat baru pingsan Apakah komplolan penjahat itu juga menggunakan Pek li hiang? Hatinya tergerak.

   Tiba-tiba dia teringat orang yang terjatuh dari atas bukit tadi.

   Entah masih hidup atau sudah mati? Ketika Yok Sau Cun dan Song Bun Cun memeriksanya, jarak Ciok Ciu Lan agak jauh, sehingga dia tidak tahu apa yang terjadi'?.

   Matanya langsung mengerling ke sanak mari Setelah mencan beberapa kali, dia semakin bingung Terangterangan orang tadi jatuh di tempat ini bahkan tidak bergerak sama sekali Mengapa sekarang tidak terlihat lagi'? Karena heran, tanpa sadar dia mengeluarkan suara tsrkejut.

   "Lao suhu ke mana orang yang terjatuh tadi? Mengapa tidak terlihat iagi?".

   "Mungkin sicu itu tidak tertolong lagi. Tadi dia terbanng di tempat itu,"

   Sahut Bu Cu talsu Dia membalikkan tubuhnya, mulutnya juga mengeluarkan seruan terkejut Mana ada orang lagi di sana?.

   Lao hwesio itu sudah banyak makan asam garam Ketika meiihat orang yang terjaiuh dan diduga sudah mati tersebut bisa menghilang, dia tenngat kembali kejadian Suo Yi Hu yang berkalikali tersandung batu dan mulutnya penuh dengan lanah merah Dtaknya segera bekerja.

   Dia mulai mengerti Tan pa sadar mulutnya mengucapkan nama Buddha.

   "Omitohud' Orang ini mungkin suka berkelakar. Tadi ketika pinceng bertarung dengan Suo Yi Hu, unlung saja orang ini membertkan bantuan "

   Dia mencenlakan kembali apa yang terjadi ladi.

   Mendengar kepandaian Long san i1 pei begitu tinggi, hati semua orang sama terkejut Kemudian mereka mendengar lagi cerita tentang tersandungnya Suo Yi Hu yang beculang kali dan mulutnya penuh dengan tanah, mereka semakin heran dan tercengang.

   "Betul sekali! Mendengar keterangan taisu, aku yakin dia juga orang yang ber bicara denganku tadi,"

   Kaia Ciok Ciu Lan Sekarang gifirannya untuk menceritakan bagaimana orang ilu menggunakan ilmu menginmkan suara dan menyuruhnya menimpuk keempat manusia bertopeng dengan senjala rahasia Juga bagaimana dia membebaskan empat orang cianpwe itu dan pengaruh obat bius.

   'Entah siapa gerangan Cianpwe yang berilmu demikian tinggi itu?"

   Tanya Wi Ting sin tiaw dengan heran.

   "Kalau Pinceng tidak salah dengar, Yok sicu tampaknya mengenal orang itu.".

   "Yok toako mengenalnya'? Siapa sebetulnya orang itu'?"

   Tanya Ciok Ciu Lan sambil ikut berpikir. Semuanya terdiam sesaat Tampaknya mereka belum bisa menebak siapa laki laki yang terjatuh tadi? Tiba-tiba Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan kaget.

   "Oh ya, Yok toako dan Song cau cengcu sudah naik ke atas untuk mencan kedua orang yang melankan diri itu Ciek Congkoan, cepat kitatemui mereka'". Hati Ciek Ban Cing mencemaskan eselamatan majikan mudanya.

   "Biar cayhe menjadi pembuka jalan,"

   Sahutnya.

   Ciek Ban Cing segera mendahului mereka Dia melesat ke atas bukit tersebut Tempat itu terdapat banyak batu batuan kecil Kalau tidak mendaki ke alasnya, tentu dan bawah tidak akan terlihat kalau di situ terdapat sebuah jalan kecil Bu Cu taisu, Hui Hung i su Kan Si Tong, Su Po Hin, Wi Tmg sintiaw mengikuti dengan ketat Terakhir adalah Ciok Ciu Lan Mereka berjalan kirakira duapuluh depa Di hadapan mereka ada sebuah goa yang gelap sekali.

   Yok Sau Cun dan Song Bun Cun berdiri di kanan km goa dengan pedang di tangan masinginasing.

   Sepertinya mereka sedang menjaga pinlu goa Ciek Ban Cing segera berlari ke depan goa itu.

   "Kongcu !"

   Panggilnya.

   "Ciek Congkoan, hati-hati!"

   Terdengar teriakan Song Bun Cun. Pedang panjang berkelebat Sinarnya berpantulan.

   "Trak! Trak1"

   Dua kali terdengar suara bentrokan Dua batang anak panah berjatuhan ke tanahi sedangkan sebatang panah yang satunya dengan kecepatan linggi meluncur ke arah dada Ciek Ban Cing.

   Kim Ka sin Ciek Ban Cing sudah lama mengikuti Song loya cu Segala macam gelombang dunia persilatan sudah pernah ditemuinya Sebelum sampai di atas bukit tadi, dia sudah melihat Yok Sau Cun dan Song Bun Cun berdiri di depan goa Bukankah hal ini membuktikan bahwa orang yang ada di dalam goa, kalau bukan mempertahankan diri dengan pedang tentunya dengan senjata rahasia Ofeh karena ilu, sejak tadt, dia sudah berjagajaga Begilu mendengar suara tenakan Song Bun Cun, kedua jarinya segera menangkap anak panah lersebut dengan gerakan sigap.

   Tapi tangannya tergetarjuga Ternyalatenaga orang yang melemparkan anak panah itu sangat besar Dia melihat anak panah yang tertangkap oleh tangannya tadi ternyala hanya sebatang barnbu kecil Hatinya tercekat.

   "Hanya dengan sebatang bambu yang de mikian kecil orang ilu sudah dapat menyalurkan tenaganya yang besar Tampaknya ilmu orang ini tidak dibawah Lao siu,' pikirnya Namun di luar mulutnya berteriak.

   "Kawanan tikus rnana yang bersembunyi di dalam goa dan menyerang orang secara getap Ini' Tenmalah kembali'". Dua jari menyambit ke depan Batang bambu itu melesat kernbali ke dalam goa Tetapi terdengar suara.

   "Ploki"

   Pijaran api goa tidak lebih dan itu ada tikungannya serangannya Rasanya terlihat rnemercik 'Katau dilihat dan luncuran batang bambu, dalam beberapa cun sudah terhalang batu Kemungkinan besar, di dalam goa Kila mudah diserang oleh orang itu tapi kita tentu sulit membalas memang tidak mudah untuk rnenerjang masuk ke dalam,"

   Katanya dalam hati.

   Memang lidak salah kalau mengatakan Ciek Ban Cing sebagai seorang yang luas pengetahuannya Hanya dengan sambitan batang bambu itu saja dia sudah mendapat kan kesimpulan tentang situasi dalam goa.

   Pada saat itu rombongan Bu Cu taisu juga sudah sampai di tempat itu.

   Song Bun Cun bergegas menyambut kedatangan mereka.

   "Tenma kasih alas kesediaan Cianpwe sekalian dalang membantu Cayhe takkan melupakan budi yang dalam ini,"

   Katanya sambil menjura. Bu Cu taisu segera merangkapkan kedua tangannya.

   "Sau cengcu tak perlu sungkan Semua ini adalah rencana Ciek Congkoan Pinceng sekalian sama sekali belum meninggalkan Ma cik san Kami hanya berhenti sejenak di tepi telaga Ketika Sau cengcu naik perahu, kami pun segera mengikuti dari belakang ' sahutnya menjelaskan.

   "Apakah Sau cengcu tahu siapa yang ada di dalam goa lersebuP"

   Tanya Wi Ting sin liaw. Wajah Song Bun Cun merah padam.

   "Sebenarnya sangat memalukan Cayhe dan Yok heng mencapai tempat tni dan menemukan sebuah goa Tapi ada orang yang menghadang dengan pedang dari bagian dafam Asal kami mendesak masuk, orang itu tentu akan menghalangi jatan kami dengan senjata rahasia, atau angin pukulan atau pun sapuan pedang Sungguh lidak mudah mendekatinya. Sampai sekarang, satu pun dari komplotan penJahat itu belum ada yang memuncLilkan diri Entah siapa yang bersembunyi di dalam goa tersebut?"

   Sahutnya.

   "Kemungkinan besar Cu mo rno dan budak Cun Bwe itu,"

   Kata Ciek Congkoan dengan suara berat.

   "Siapa yang kau maksud dengan Cu mo mo itu'?"

   Tanya Wi Ting sin liaw. Ciek Ban Cing menceritakan bagaimana caranya dia memergoki kawanan penjahat yang menyusup ke dalam Tian Hua san ceng dan akhirnya berhasil membongkar kedok mereka.

   "Kalau bogitu, kemungkinan besar bengcu juga disekap dalam goa ini,"

   Kata Kan Si Tong sambil mengepalkan tinjunya.

   'Cayhe juga mempunyai pikiran yang sama Mereka msnculik Bengcu secara mendadak.

   Tentunya tidak sempat membawanya sampai Jauh Oleh karena ilu, cayhe memberanikan diri meminta banluan cuwi untuk mencari jejak Lao cengcu' sahut Ciek Ban Cing.

   "Goa ini merupakan goa alami Kalau nenek jahat dan budak itu tidak mau keluar dari sana, kita juga sulit menerjang masuk,"

   Sahut Liok Hui Peng.

   "Long san it pei dan Kiu ci Lo han sudah melankan diri. Meskipun nenek itu tetap menghalangi kita dengan berbagai cara Cayhe tidak percaya mereka dapat bertahan tama,"

   Kata Su Po Hin.

   "Apa yang dikaiakan Su toheng memang benar, tetapi musuh berada di dalam kegelapan, sedangkan kita berada di tempat yang terang Sebelum kau masuk ke dalam goa, mereka sudah dapat melihal kita dengan jelas Di mana mereka berada, kita sama sekali tidak mempunyai gambaran Itulah kerugian kita nomor satu Lubang goa lidak seberapa besar di dalamnya kemungkinan masih ada lekukan lekukan SenJata tidak mudah digerakkan, ini kerugian kita yang kedua Dengan dua titik kerugian ini, kfta sudah sulit menerjang masuk "

   Sahut Bu Cu taisu.

   "Kalau menurul taisu, bagaimana caranya kita baru bisa masuk ke dalam goa?"

   Tanya Su Po Hin. Bu Cu taisu tersenyum simpul.

   "Oleh karena itu, kita harus memecahkan kedua titik tadi ilu ". Sementara mereka bertukar pikiran, Song Bun Cun mendekaii Ciek Ban Cing dengan penuh perhatian.

   "Ciek Congkoan, bagaimana dengan lukamu'? Apakah racunnya sudah hilang semua?". Ciek Ban Cing tertawa lebar.

   "Harap Kongcu ketahui untung saja Lao siu membawa Pa pao tan kiia yang manjur kalau tidak, mana mungkin luka Lao siu dapat sembuh sedemikian cepat"

   Rupanya ini lah jawaban mengapa Ciek Ban Cing yang sudah rubuh tidak bertenaga dapat bangun kembali dalam keadaan segar bugar.

   Hui Hung i su masih merenungi cara terbaik untuk menerobos ke dalam goa itu lapi olaknya seperti buntu Akhirnya dia ndak dapat menahan diri lagi.

   "Apakah laisu sudah mendapatkan jalan keluarnya?".

   "Pinceng juga belum menemukan jalan terbaik, tapi Pinceng ingin mencoba menerobos saja' sahutnya.

   "Cayhe bersedia ikut serta"

   Kaia Song Bun Cun. Baru saja Yok Sau Cun ingin mengajukan diri, Bu Cu taisu sudah lerlawa lebar.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Cukup Kita hanya mencoba keadaan saja masih belum tentu hasilnya Jangan lerlalu banyak orang. Pinceng bertiga saja sudah lebih dari cukup'. Ciek Ban Cing lahu Bu Cu taisu mempunyai ilmu yang linggi Dia adalah tokoh nomor dua dalam Siaulim si Dt bawah pimpinannya meskipun belum tentu berhasil menerjang masuk tapi tentunya juga tidak akan mengalami kesulitan untuk mengundurkan diri. Dia segera maju langkah dan menjura dalam-dalam.

   "Untuk menolong Lao cengcu, meskipun harus terjun ke.dalam lautan api atau gunung golok, semeslinya menjadi tugas cayhe Bagaimana cayhe dapat membiarkan taisu yang menempuh bahaya ini .

   ". Bu Cu taisu teriawa lebar.

   "Perialanan kami kali ini, berada di bawah pimpinan Ciek Congkoan Apalagi menolong Bengcu merupakan tugas mulia bagi delapan partai besar Pinceng mendapat kesempatan menjadi orang pertama yang menerjang masuk, hati Pinceng terasa sekali,"

   Sahutnya. Ciek Ban Cing menjura berkali-kali.

   "Kebaikan taisu, Ciek Ban Cing hanya dapat menyimpan dalam hati". Sebelah tangan Bu Cu taisu menggenggam ruyung parijang Dia menolehkan kepalanya.

   "Su toheng, Song sau cengcu harap mengikuti di beiakang Pinceng Setelah masuk ke dalam goa, kila harus menjaga jarak Jangan gegabah,"

   Katanya. Ciok Ciu Lan bergegas maju dua langkah Dari balik baiunya, dia mengeluarkan sebuah bola api yang indah, disodorkannya ke hadapan Bu Cu taisu.

   "Taisu harap bawa benda ini Dalam goa gelap sekali, tepat untuk menggunakannya ". Meskipun Bu Cu taisu sudah sering berkelana di dunia kangouw, tapi benda seperti bola api yang mana kebanyakan dipakai Ya heng fin, baru pertama kali ini dijumpainya. Dia menatapnya dengan heran.

   "Li sicu, benda apakah ini?"

   Tanyanya.

   "Ini adalah bola api yang disebut Cian li hue long (Api yang dapat memancar sejauh ribuan li). Kalau hendak menyalakannya, kita tinggal memijit bagian kanfcingnya yang menonjol Cahayanya dapat bersinar sekitar dua depa,"

   Sahut Ciok Ciu Lan. Bu Cu taisu merangkapkan sepasang tangannya.

   "Terima kasih, Li sicu "

   Diterimanya bola api itu dan tangan Ciok Ciu Lan dan disimpannya baikbaik Ciek Ban Cing juga rnengeluarkan sebuah cermin kuno yang berwarna hitam pekat Dia menyodorkannya epada Song Bun Cun.

   "Ini adalah cermin besi pelindung dada Dapat menahan senjata rahasia, Kongcu susupkan di depan dada untuk menghindan segala sesuatu,"

   Katanya.

   Mendengar nada bicara Ciek Ban Cing senus sekali Song Bun Cun tidak enak hati menolaknya Diterimanya cermin besi itu dan disusupkannya di depan dada.

   Dengan tangan sebelah memegang ruyung, Bu Cu taisu jatan di muka sebagai pelopor Su Po Hin dan Song Bun Cun masmgmasing dengan pedang panjang di tangan mengawal di sebelah kin dan kanan.

   "Lebih baik kalian berjalan di belakang Pinceng saja, apabila ada terjadi sesuatu, kalian masih sempat memberikan pertolongan,"

   Kata Bu Cu taisu.

   Song Bun Cun merasa perkataan Bu Cu taisu memang beralasan Dia segera berjalan di belakangnya berdampingan dengan Su Po Hin.Tetapi mereka menjagajarakagar jangan sampai tertinggal jauh Seluruh perhatian dipusalkan kepada Bu Cu taisu.

   Tidak terdengar sedikit suara pun yang terpancar dari dalam goa itu Mereka melangkah sedikit demi sedikil Ketika Bu Cu taisu sampai di depan goa, dia segera mengerahkan tenaga dalam Kakinya dinngankan agar tidak menimbulkan suara Matanya mengerling ke sana ke man Telinganya ditajamkan Dia tidak berani sembrono sama sekali Pada saat itu, sedikit suara desiran angm pun akan tertangkap oleh tehnga hwesio lua tersebut.

   Orangnya masih berada di mulut goa namun keadaan dalamnya sudah dapat terlihat olehnya Tempat itu tidak begitu luas.

   Tetapi cukup unluk menyembunyikan diri beberapa orang Bagian kiri dan kanannya agak gelap, namun menurut tilikan hwesio tua, rasanya tidak ada orang yang mengintai.

   Diamdiam Bu Cu taisu berpikir dalam hati "Mereka lidak merijaga di mulut goa, berarti kami memang sengaja dibiarkan masuk.".

   Begitu masuk ke dalam goa, langkah kaki Bu Cu taisu dipercepat.

   Dengan cepat dia sudah sampai di langga batu di tengahtengah goa tersebut.

   Su Po Hin dan Song Bun Cun berlari berdampingan di befakang Bu Cu taisu Sampai di tempat yang sama, mereka baru melihat bahwa di dalam sana ada sebuah tikungan yang menujU ke kanan.

   Bu Cu taisu menggenggam ruyungnya eraierat Dia bertenak dengan suara keras.

   "Sicu yang bersembunyi di dalam goa, dengarlah baikbaik.Long san it pei dan Kiu ci Lo han sudah melarikan diri Sekarang yang tinggal hanya sicu beberapa orang. Berapa lama sicu dapat bersembunyi di dalam goa? Menurut nasehat Pinceng lebih.baik kalian menyerah saja secara baikbaik. Asalkan kalian mau membebaskan Bengcu, maka dijamm tidak akan ada yang beram mengganggu kalian keluar dari sini.". Tikungan goa sebelah kanan gelap pekat Tapi tidak terdengar suara apa pun Bu Cu taisu menunggu beberapa saat, namun tetap tidak ada yang menyahut.

   "Sicu sekalian tidak bersedia keluar untuk berlemu muka Juga tidak menjawab perkataan Pinceng, seakan memang hendak mencari masalah dengan kami Sicu sekalian menyembunyikan diri di dalam goa Apa bila menunda terus juga tidak akan ada hasilnya"

   Kala hwesio itu selanjutnya.

   Dan dalam goa tetap tidak ada suara sahutan Kaki Bu Cu taisu melangkah per lahan Dia mendekati tikungan sebefah kanan itu.

   Su Po Hin dan Song Bun Cun tidak menunggu perinlah dari Bu Cu taisu mereka segera mengikuti Tubuh mereka menempei di dinding goa Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah mencapai tikungan tersebut.

   Tepat pada saai itu, terdengar suara hembusan Serangkum angin dan pukulan telapak menerjang ke bagian sebelah kin Su Po Hin yang menempel di dinding sebelah kiri segera menundukkan tubuhnya Dengan mengendapendap dia mundur beberapa langkah Angin pukulan itu tepat menghantam dinding kiri Suaranyamenggelegar Getarannya membuai pasirpasir dinding tersebut bertebaran kemanamana Su Po Hia merasa terkejut sekaligus marah Kakinya nraiu kembali satu langkah Dia sudah dapat menduga dari suara hantaman telapak tadi bahwa lawan menyembunyikan diri dalam tikungan sebelah kanan Dia tidak sudi melepaskannya begilu saja.

   "Maling keparal! Berani benar kau membokong Su ya'"

   Bentaknya Tanpa menunggu serangan kedua dari lawan kedua kakinya segera menutul Pedangnya meluncur lebih dulu, tubuhnya menyusul di belakang Sinarnya membual hati menggidik percikannya bagai bunga api Diterjangnya dengan telapak tangan kiri memukul ke depan.

   Bu Cu taisu menganggap se ngan Su Po Hin akan membawa kesulitan Hatinya tercekat "Su toheng, hatihati!"

   Tenaknya pamk , Ketika tubuh Su Po Hin sedang melayang di udara itutah, terdengar suara bentakan.

   "Kembali!"

   Sekali lagi terdengar suara hembusan.

   Deru angin menyambar, menyambut kedatangan Su Po Hin.

   Bu Cu taisu berten'ak lantang, tubuhnya sudah mencelat ke atas.

   Karena kepandaiannya lebih tinggi dan telinga lebih tajam, dari suara angin itu saja dia sudah dapat merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

   Suara itu bukan deruan angin dari tefapak yang dihantamkan, melainkan sambaran sebuah senjata rahasia yang berat Dia membayangkan tubuh Su Po Hin, rekannya yang sedang melayang di udara dengan pedang panjang di tangan, bagaimana dia dapat menghindarkan diri dari serangan yang ganas ini? Begitu hatinya tergerak, tangan Bu Cu taisu segera terangkat ke atas Ruyung panjangnya menyambar ke depan.

   Mulutnya berteriak.

   "Su toheng, cepat mundur!". Dari belik tikungan goa itu terdengar suara. ..

   "

   Cring! Tang".

   Tampaknya seperti dentingan senjata tajam Kembali bungabunga api berpercikan.

   Dapat dipastikan bahwa suara tadi adalah suara beradunya pedang panJang Su Po Hin dengan senjata berat lawan Totiang dan Butong san itu merasakan pergelangan tangannya rada kesemutan dan nyeri.

   Getarannya membuat tubuh Su Po Hin terpental ke belakang dan jatuh di' atas tanah.

   Sedangkan suara "Tang!"

   Yang kedua merupakan akan suara beradunya ruyung Bu Cu taisu dengan senjaia berat juga, tapi pada bagian atasnya Hwesio itu juga merasakan pergeiangan tangannya terguncang Hatinya tercekat dengan kalang kabut dia mundur beberapa langkah.

   Karena dan gebrakan tadi saja, dia sudah dapat menduga bahwa lawan menggunakan dua macam senjata Yang satunya pasti ruyung panjang juga, sedangkan yang satunya dia tidak tahu.

   Narnun tentunya senjata yang berat juga semenlara tenaga dalam lawan tidak berada di bawah kekuatannya.

   Tikungan goa itu sangat sempit, tapi lernyata ada seorang tokoh kelas tinggi yang menyembunyikan diri Apabila ingin menerjang keluar, pasti tidak semudah yang diparkirakan.

   Ketika kakinya termundur beberapa langkah itulah, telinganya mendengar.

   suara gedebukan orang yang terbanting ke tanah Dia merasa heran Setidaknya, Su Po Hin adalah seorang tokoh berkedudukan tinggi di Butong pai.

   llmunya tidak kalah apabila dibandingkan dengan tujuh partai lainnya.

   Meskipun bentrokan tadi sangat hebat, namun senjata yang digunakan Su Po Hin adalah jenis ringan Walaupun tenaganya kalah kuat, tapi tidak seharusnya terlatuh sedemikian rupa Bu Cu taisu segera membalikkan tubuhnya.

   "Su toyu, bagaimana kaadaanmu?"

   Tanyanya cemas. pada saat itulah, tehnganya mendengar suara...

   "Serr' Serrr'"

   Melintas di belakang tubuhnya.

   "Cara turun tangan sicu sungguh keji'"

   Tenaknya lantang Tangannya segera dikibaskan dan tubuhnya menggeser sedikit.

   Song Bun Cun sejak tadi menyandarkan tubuhnya di dmding sebelah kanan Dengan, pihak lawan dia hanya berbatasan sebuah tikungan saja.

   Namun kedudukannya tidak memungkinkan dia untukturuntangan Mendengar suara jatuhnya Su Po Hin, tubuhnya segera melesat dan berhenti di samping totiang itu Tampaknya Su Po Hin sudah jatuh pingsan Tubuhnya sama sekali tidak bergerak Dia mengangkat wajahnya.

   "Taisu, Su totiang tidak sadarkan diri,"

   Katanya. Bu Cu taisu terkejut sekali.

   "Cepat kau gendong dia dan mundur dari goa ini1"

   Perintahnya.

   Song Bun Cun mengiakan Pedangnyadi sarungkan kernbali Dengan sigap dia mernbopong tubuh Su Po Hin dan mundur dengan langkah tergesa gesa Dengan ruyung di tangan, Bu Cu taisu juga ikut mengundurkan diri.

   Ciek Ban Cing, Wi Ting sin tiaw dan yang lainlain sedang menunggu di luar goa Melihat Sorig Bun Cun mengundurkan diri de ngan tergesa-gesa sambil memondong Su Po lhn, Ciek Ban Cing mendekati dengan cemas.

   "Sau cengcu, Su taihiap ".

   "Su totiang jatuh pingsan Kemungkinan besar dibokong komplotan penjahat tersebut,"

   Tukas Song Bun Cun. Dia meletakkan Su po Hin ke atas tanah. Bu Cu taisu juga sudah sampai di luar goa. Dia merangkapkan sepasang tangannya.

   "Omitohud' Kemungkinan Su toyu diserang orang ketika sedang melayang di udara tadi,"

   Katanya.

   "Biar hengte memeriksanya sebentar,"

   Ujar Wi Ting sin tiaw. Dia segera membungkuk di sisi Su Po Hin dan memenksa dengan tetiti. Keningnya dikerutkan. Dia membuka baju bagian dada totiang tersebut.

   "Sungguh seniata rahasia yang keji, Hampir saja menembus ke dalam jantung,"

   Dengusnya dingin.

   "Apakah Beng toheng dapat menduga jenis senjata rahasia apa yang digunakan penjahat itu'?"

   Tanya Bu Cu taisu.

   "Senjata rahasia ini kecil sekali. Tampaknya Su toheng terluka sebanyak tujuh lubang. Kemungkinan besar oleh semacam Bwe hua ciam.".

   "Beng cianpwe, apakah Su taihiap masih bisa tertolong'?"

   Tanya Song Bun Cun cemas.

   "Kalau dilihat dan kecilnya senjata rahasia ini, mestinya tenaga sambitannya juga tidak akan terlalu besar Asal bukan mengenai tempat yang membahayakan, kemungkinan masih bisa tertolong. Namun kalau senjatanya sendiri tidak dikeluarkan, akhirnya akan menyulitkan,"

   Sahut Wi Ting sin tiaw.

   "Dengan cara apa Beng cianpwe akan mengeluarkan senjata rahasia itu?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Hanya ada satu cara yang ampuh, yaitu dengan batu magnit,"

   Sahut Wi Ting sin tiaw.

   "Ciek Congkoan, apakah cermln besi ini dapat mengisap senjata rahasia dari tubuh Su taihiap?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Cermin itu hanya dapat memantulkan kembali segala macam janis senjata rahasia, tapi tidak dapat menglsapnya karena daya tanknya kurang,"

   Sahut Ciek Ban Cing.

   "Karena kita tidak mempunyai batu magnit, maka untuk sementara kita coba saja dengan cermin besi Ciek Congkoan,"

   Kata Wi Ting sin tiaw.

   "Aku punya batu magnit"

   Tukas Ciok Ciu Lan Dia mengejuarkan sebuah batu sebesar kepalan tangan dan sebuah kantong kecil yang terselip pinggang Disodorkannya batu magnit itu ke hadapan Wi Ting sin tiaw.

   "Lao siu lupa kalau Ciok kouwnio adalah ahli wans Be Hua po po Senjata rahasia ibumu sangat terkenal dalam dunia kangouw. Tentu saja Ciok kouwmo juga selalu berbekal batu magnit,"

   Sahut Wi Ting sin tiaw sambil tertawa lebar Diterimanya batu tersebut dari tangan Ciok Cui Lan. Kemudian dia menoleh kepada Kan Si Tong.

   "Kan toheng, kau saja yang melakukannya, ilmu Lwetai kit kong memang khusus mempunyai daya hisap yang kuat.".

   "Sekarang bukan waktunya untuk saling memuji. Padahal siapa yang tidak tahu kalau perguruan Liok hap bun mempunyai ilmu yang khusus menyedot senjata rahasia. Apalagi dibantu dengan batu magnit milik Ciok kouwnio. Jangan mempermainkan pinto lagi,"

   Sahut Kan Si Tong sambil tertawa terbahakbahak.

   "Baik, baik Kau jangan jauhjauh Kalau tenaga hengte tidak cukup untuk menyedotnya, maka toheng harus membantu,"

   Kata Wi Ting Sin tiaw sambil tertawa lebar Dia berjongkok di samping Su Po Hin dan mengerahkan tenaga pada tangan kanannya Dengan menggenggam batu magnit yang ditempelkan di dada totiang itu, dia tidak beranl bergerak sama sekali.

   Kira-kira sepeminuman teh, terlihat dia menarik napas perlahan-lahan Tangan kanannya memegang batu magnlt tersebut dihentakkannya ke atas Terdengar suara jeritan dan mulut Su Po Hin Matanya segera terbuka Wi Ting sin tiaw bangkit dan menghela napas.

   "Sudah, sudah Ciok kouwnio, kau pasti membawa obat penghenti darah milik ibu. Tolong kau borehkan pada luka So toyu ini,"

   Katanya. 'Ciok Ciu Lan segera mengiakan. Dikeluarkannya obat penghenti darah dan diborehkannya pada luka di dada Su Po Hin Wi Ting sintiawmenggenggam batu magnitdan memperhatikannya dengan seksama Disodorkannya batu itu ke hadapan Hui Hung i su.

   "Bahaya sekali Coba Liok toheng lihat, apa ini'?". Hui Hung i su menatap dengan penuh perhatian Terlihat di permukaan batu itu terdapat belasan jarum halus Sedangkan pada setiap jarum halus itu menempel uraturat darah. Wajahnya berubah seketika.

   "Juo ti cie hun ciam'"

   Serunya.

   "Tidak salah!"

   Wi Ting tertawa sumbang.

   "Ciek Congkoan, siapakah sebenarnya nenek penyala api di dapur yang mengaku bernama Cu mo mo itu?".

   "Mungkinkah dia Co lolo yang beriuluk Cie mia pocu dan San Pak yang namanya pernah menggetarkan kaum liok lim dan golongan hitam?"

   Sahut Ciek Ban Cing menduga-duga.

   "Cie mia pocu, Co lolol"

   Seru Wi Ting sin tiaw.

   "Kalau bukan dia, siapa lagi?". Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   "Budak Cun Bwe itu tampaknya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan Co pocu. Entah asal usulnya dan mana?"

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Gumamnya.

   "Dari keadaan Bengcu di Tian Hua san ceng sampai delapan partai besar sudah berada dalam rencana mereka Sedangkan kita boleh dibilang buta sama sekali Siapa mereka dan dirrtana markas mereka kita tidak tahu Tampaknya delapan partai besar sedang menghadapi cobaan yang besar"

   Kata Bu Cu taisu.

   "Taisu, man, pinto tidak psrcaya kesabaran Co pocu itu tiada habis-habisnya,"

   Ajak Kan Si Tong.

   "Biar cayhe yang membuka jalan,"

   Kata Song Bun Cun. Pedang panjang melintang di depan. Dia langsung berjalan menuju da. lam goa Bu Cu taisu melihat Song Bun Cun memaksa berjalan dulu ke dalam goa. Dia takut terjadi sesuatu yang tidak dnnginkan pada diri pemuda itu.

   "Sau cengcu, tunggu sebentar!"

   Panggilnya. Dia menolehkan kepalanya "Ciek Congkoan, Beng toheng, Liok toheng sekalian, harap jaga di sini Jangan sampai jalan mundur kita ditutup oleh komplotan penjahat,"

   Kata Bu Cu taisu.

   Sementara itu, Kan Si Tong sudah mengikuti di belakang Song Bun Cun memasuki goa.

   Bu Cu taisu tidak berani berlambatlambat lagi.

   Dengan tangan memegang ruyung, dia segera berbaur dengan mereka.

   Dengan pedang panjang di tangan, Song Bun Cun melesat ke dalam goa Sampai di tikungan dimana Su Po Hin terserang senjata rahasia dia bertenak lantang.

   "Co pocu, kefahatanmu sudah tak terkirakan lagi. Cepat keluar dan tenma kematianmu di tangan Kongcu "

   Dengan gerakan seringan kapas, dia melesat ke tikungan itu. Terdengar suara tawa seram berkumandang dan balik tikungan itu.

   "Apakah Sau cengcu yang berkata tadi'? Lao pocu masih belum berniat melukaimu. Cepat mundur saja'". Rupanya teriakan Song Bun Cun tadi memang disengaja Dia ingin memastikan di bagian mana Co pocu itu menyembunyikan diri Dia berdiri mematung. Telinganya dipertajam Dia tahu Co pocu masih berada di sebelah kanan dmding goa itu Sejak tadi dia belum bergeser Hatinya benci sekali terhadap nenek itu Tanpa mengucapkan katakata, dia mengerahkan tenaga ke pergelangan tangannya Bayangan tubuhnya melayang, pergelangan tangan diulurkan. Sekelebatan hawa dingin terasa menyusup, secepat kilat meneriang ke depan. Serangannya ini sama sekali tidak menirnbulkan suara Pedangnya juga tidak membawa desiran angin Sampai sinar pedang berkilauan, kakinya sudah menerjang ke arah suara Co pocu Terdengar suara.

   "Trangi"

   Yang nyanng Pedangnya membentur dinding goa dan memijarkan percikan bunga api.

   Dapat dipastikan ketika dia men jawab perkataan Song Bun Cun, tubuhnya juga segera bergeser.

   Melihat serangannya gagal, Song Bun Cun segera dapat merasak'an kedudukannya yang tidak menguntungkan Baru saja dia bermaksud mengundurkan diri, terdengar suara tawa seram dan nenek itu.

   "Lao pocu masih memandang wajah Song loya cu, pergilah!"

   Serangkum angin pukulan menerjang dari balik tikungan tersebut.

   Song Bun Cun ingin mengangkat pedangnya untuk melindungi badan, tapi sudah terlambat Terpaksa lengan kinnya diuiurkan Dengan jurus Ciu Cui kuang tan dia menyambut hantaman telapak Co pocu dengan kekerasan.

   Kedua telapak saling beradu Song Bun Cun merasa bahwa angin pukulan itu kuat sekali.

   Tanpa disadari, kakinya mundur beberapa langkah Kan Si Tong bergegas menghampirinya.

   "Sau cengcu, apa yang teriadi'?"

   Tanyanya cemas.

   "Cayhe barusan mengadu kekerasan dengan Co pocu. ."

   Suaranya masih terdengar, namun sepasang kakinya tiba-tiba m.enjadi lemas Tubuhnya terkulai di atas tanah. Bu Cu taisu mendekati dengan tergopohgopoh. Dia tampak terperanjat.

   "Apakah Sau cengcu dicelakai olehnya?". Terdengar suara Co pocu bsrkumandang dari dalam goa.

   "Lao hwesio, Iwekangmu tmggi sekali Asal kau segera menggunakan ilmu Pan juo tan kang dan menembus jalan darah bagian pahanya, pasti tidak akan terjadi sesuatu ". Kan Si Tong terkejut mendengar kete rangannya. Keningnya dikerutkan.

   "Apakah kau menggunakan ilmu Im ciu untuk melukainya?". Co pocu tertawa terkekeh-kekeh.

   "Lao pocu sudah memberi nasehat agar dia mengundurkan diri tapi dia tidak memperdulikan Apakah yang dapat Lao pocu lakukan lagi?"

   Sahutnya. Ciek Ban Cing yang berdiri di luar goa mendengar Sau cengcu sudah terluka Dia segera memburu ke dalam.

   "Taisu, bagaimana luka Sau cengcu'?"

   Tanyanya panik.

   "Sau cengcu terluka oleh ilmu Im ciu dari nenek jahat itu Tampaknya luka itu tidak ringan Lebih baik Ciek Congkoan gendong dia keluar dulu dari sini,"

   Sahut Kan Si Tong.

   Hati Ciek Ban Cing tergetar.

   Dia menundukkan wajahnya Meskipun di dalam goa itu keadaannya gelap, namun dengan bantuan cahaya rembulan yang menyorot ke dalam, Ciek Ban Cing dapat melihat Song Bun Cun.

   Mata pemuda itu terpejam rapat.

   Wajahnya pucat bagai kertas Saat itu dia sudah tidak sadarkan diri Ciek Ban Cing panik sekali.

   "Orang yang terluka oleh ilmu Im ciu, hanya dapat disembuhkan oleh orang yang menyerangnya Apa yang harus kita iakukan sekarang''". Terdengar sahutan dan dalam goa.

   "Lao pocu sudah mengatakan kepada lao hwesio llmu Pan juo tan kang yang dipe iajannya dapat menyembuhkan Sau cengcu "

   


Keajaiban Negeri Es -- Khu Lung Anak Berandalan -- Khu Lung Gelang Perasa -- Gu Long

Cari Blog Ini