Bukit Pemakan Manusia 35
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 35
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung "Yang penting hanya satu, yakni kita tak boleh meninggalkan sepasang suami isteri ini kabur kembali ke wilayah Biau, pertama karena wilayah Biau jauh letaknya dari sini, ke dua, kalau sampai siluman perempuan itu kembali kewilayahnya, berarti mereka sudah menang posisi lebih dahulu !" Nona Kim mendengus dingin. "Kau yakin kalau dia tak akan kalah ?" Seru nya. "Walaupun ilmu barisan Tay-mi-thian hun-siu-tin dari silaman perempuan itu bisa digunakan disegala tempat, namun kalau berbicara soal kehebatan yang dihasilkan, tentu saja selisih jauh apabila barisan itu dilakukan dalam wilayah Biau. "Barisan raksasa dalam kebun selaksa bunga dibuat oleh ayah ibunya, bukan saja kedahsyatannya mengerikan, bahkan dilengkapi pula dengan pelbagai alat rahasia, tiada orang yang mampu untuk menembusinya, kecuali kalau kalian yakin memiliki ilmu silat yang jauh lebih lihay daripada Bu-lim samseng di masa lalu." Sun Tiong lo segera manggut-manggut. "Masuk diakal juga perkataan ini, apalagi kitapun tak akan membiarkan bajingan tua she Mao itu kabur sampai di wilayah Biau !" Katanya cepat. Kakek bertongkat itupun turut manggut-manggut. "Benar, kita harus menjebaknya kemudian baru membekuknya, kalau sampai dibiarkan kabur kembali ke sarangnya. waah, bisa berabe!" Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi. "Kendatipun demikian, lohu masih kuatir kalau sauhiap sekalian sulit untuk memperoleh keberhasilan !" Tiba-tiba nona Kim menjerit lengking. "Tampaknya kau sudah ketakutan sekali terhadapnya ?" Ucapan tersebut seperti lagi menyindir kakek bertongkat itu, padahal hal mana menunjukkan kalau sikap maupun pandangan nona Kim terhadap Mao Tin hong telah mengalami perubahan. Sekalipun begitu, dia toh tak sampai menunjukkan sikap yang terlalu menyolok, karena dia tetap menggunakan istilah "dia" Untuk membasahi Mao Tin-hong. oooO-de-Oooo TAMPAKNYA kakek bertongkat ini bukan cuma berpengalaman sangat luas, diapun cukup memahami perasaan orang, maka selesai mendengarkan perkataan dari nona Kim yang bersifat mengejek itu, dia segera tertawa dan berkata: Terus terang nona, memang begitulah kenyataannya dan aku memang takut sekali padanya !" Memanfaatkan kesempatan tersebut, nona Kim segera bertanya. "Sekarang, tanpa disadari kau telah mengungkapkan hubunganmu dengan dirinya, apakah dalam keadaan demikian, kau masih merasa perlu untuk merahasiakan nama serta indentitas mu yang sebenarnya..?" Kembali kakek itu tertawa. "Segera akan ku-ungkapkan, kita hanya menunggu bagaimana caranya untuk melakukan penyerangan !" "Lotiang, bila kau mempunyai suatu rencana baik, mengapa tidak kau ungkapkan kepada kami ? seru Sun Tiong-lo yang mendengar sesuatu dari balik ucapannya tadi. Si Kakek berpikir sebentar, kemudian katanya. "Lohu rasa, untuk menangkap ular harus kita pegang bagian tujuh incinya, untuk membasmi kejahatan harus berupaya untuk membekuk pentolannya, siluman perempuan itu keji. buas dan cabul, sedangkan bajingan she Mao itu buas dan banyak tipu rauslihatnya, maka kita harus menyusun rencana dengan sebaik- baiknya sebelum melakukan suatu tindakan. "Perahu besar itu meski berada ditengah telaga, dan bila dibicarakan menurut keadaan tak bisa dibandingkan dengan sarang naga gua harimau, namun jika dilakukan penyerangan secara semberono, sudah pasti akan jatuh korban..." "Sudah, kau tak usah ngoceh terus yang bukan-bukan, beberkan saja caramu yang dikata kau baik itu" Tukas Bau ji lagi. "Cara yang terbaik tanpa ada bahaya namun besar kemungkinannya untuk berhasil adalah menyerang dengan api !" Bau ji segera manggut-manggut. "Benar, memang cara yang paling baik" Katanya. Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling ke arah Sun Tiong lo sambil minta pendapat. Sun Tiong lo segera tersenyum. "Lotiang, cara ini boleh dibilang merupakan cara yang paling sempurna, akan tetapi aku tak dapat berbuat demikian !" "Mengapa ?" Tanya si kakek dan Bau ji hampir bersamaan waktunya. "Mungkin bajingan she Mao itu adalah pembunuh utama, mungkin juga apa yang dikatakan lotiang merupakan kenyataan, tapi aku tak bisa membinasakan dirinya dengan serangan api sebelum segala sesuatunya dibikin beres dan jelas, aku perlu membuktikan dulu hal ini dari mulutnya..." Kakek itu menjadi tertegun. "Kau ingin mencari bukti dari mulutnya sendiri ? Sun sauhiap, apakah kau tidak merasa bahwa caramu itu kurang baik ? Coba bayangkan mungkinkah bajingan tua she Mao itu akan memberi kesempatan kepada sauhiap...? Apalagi siluman perempuan itu mengincar terus dari sisi arena..." Belum habis dia berkata, dengan wajah serius Sun Tionglo telah menukas. "Lotiang harus mengerti, aku hanya menaruh curiga dalam persoalan ini dan tidak kumiliki bukti yang cukup, sedangkan ucapan dari lotiang meski bisa dipercaya, tob tiada bukti yang jelas !" Kakek bertongkat itu segera berkerut kening. "Bila sauhiap baru percaya setelah ada bukti, waah sulit juga untuk dibicarakan" Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba dia seperti teringat akan sesuatu, sembari katanya. "Ah, benar, masih ada persoalan lain yang lohu lupa menyinggungnya, pertama adalah letak lembah Thay hian mo kok dan kedua ada lah Gin ih lak yu (enam sahabat baju perak) anak buah bajingan she Mao tersebut." Sebenarnya siuhiap sekalian sudah pernah mengunjungi lembah Thay hian mo kok, yakni tempat yang dikenal sebagi Bukit pemakan manusia sekarang, cuma Gin ih lak yu tidak mengetahui akan hal ini, Aku yakin Sun sauhiap pasti tahu bukan mengapa kusinggung soal ke enam orang itu? Asal kau tanyakan hal ini kepada mereka, akan segera kau ketahui bajingan she Mao itu baik atau jahat" "Waah, rupanya kerja sama kami dengan Lak yu juga telah diketahui oleh lotiang?" Kata Sun Tiong lo sambil tersenyum. Kakek bertongkat itu ikut tertawa. "Yaa, tentu. lohu toh orang yang ada maksud..." "Kini, aku sudah tidak menaruh curiga atau perasaan sangsi lagi terhadap apa yang lotiang ucapkan" "Jadi kau akan tetap menyerang dengan menggunakan api?" Dengan cepat Sun Tioog lo menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya cepat. "Maaf, kalau soal itu mah tak bisa kusanggupi." "Mengapa? Mengapa kau tak dapat menyanggupi usulku ini?" Seru sikakek dengan kening berkerut. "Terlepas dari banyak persoalan yang masih harus kutanyakan kepada bajingan Mao, soal perempuan-perempuan didalam perahu itu masih merupakan suatu masalah besar, siapa sih yang berani menjamin kalau mereka semua merupakan manusia-manusia jahat yang berhati sesat dan berjiwa cabul?" Kakek bertongkat itu terbungkam seketika itu juga oleh perkataan tersebut, setelah tertegun cukup lama, akhirnya dia baru menghela napas panjang. "Aaai., mungkin disini letak perbedaan antara manusia Bu lim dengan manusia kungcu!" Kali ini Sun Tiong lo cuma tertawa saja tanpa memberikan jawaban apa pun. Mendadak... si kakek bertongkat itu seperti teringat akan sesuatu, dengan wajah berseri ia segera berseru. "Aaah.. ada akal, lohu telah menemukan sebuah cara yang amat sempurna !" "Ooooh, bagaimanakah akalmu itu ? Tolong kau beberkan." "Kita tetap menyerang dengan menggunakan api, hanya sebelumnya kita siapkan sampan disekitarnya, dikala sauhiap menurunkan perintah untuk membakar perahu tersebut, sampan yang berada disekitar situ segera maju memberi pertolongan entah bagaimana pendapatmu ?" Sun Tionglo termenung dan lama sekali tidak menjawab. Bau-ji yang berada disisinya segera menimbrung. "Saudaraku, aku pikir cara ini bisa digunakan" Sun Tiong lo memandang sekejap ke arah Bau-ji, kemudian manggut-manggut ke arah Hou ji sembari berkata. "Bagaimana kalau Engkoh Hou saja yang melaksanakan tugas ini ?" Hou ji segera tertawa. "Boleh sih boleh, cuma soal perahu api yang digunakan menyerang tak perlu banyak banyak satu saja pun sudah cukup !" "Ooooh... rupanya Hou-hiap hendak menyediakan obat peledak didalam perahu tersebut ?" Seru si kakek itu cepat. Mendengar perkataan itu. Hou-ji segera memandang sekejap- ke arah si kakek- bertongkat itu sambil berseru. "Waaah. manusia macam kau benar-benar menakutkan sekali." Kakek bertongkat itu tidak menjadi marah, dia menjawab dengan cepat. "Betul, lohu memang orang jahat yang jarang sekali dijumpai dikolong langit dewasa ini". Keterus terangan orang tersebut justeru sebaliknya membuat para jago lainnya menjadi rikuh untuk berbicara lebih jauh. Sesudah berhenti sejenak, terdengar dia ber kata lagi. "Itulah sebabnya aku telah memperoleh pembalasan yang paling keji dari semua manusia di dunia, aku ini harus merasakan kehidupan yang jauh lebih tersiksa daripada kematian, untung saja sebelum ajalku tiba aku sempat bertobat dari dosa-dosaku dulu, lebih mujur lagi aku diberi suatu kesempatan untuk tnemban tu umat persilatan dalam usahanya melenyapkan seorang manusia yang paling keji, paling licik dan paling buas di dunia ini!" Nona Kim mengerling sekejap kearah kakek bertongkat itu, kemudian katanya. "Sekarang, semua persoalan sudah beres, semua rencana telah diputuskan harap kau seharusnya menyebutkan siapa dirimu bukan ?" "Lohu ingin mengajukan beberapa persoalan kepada sauhiap, harap kau bersedia menjawab nya." Katanya kemudian. "Katakan, aku pasti akan berusaha untuk memberi jawaban yang sebaik-baiknya." "Sebelum menjatuhi hukuman mati terhadap Mao Tin-hong, sauhiap harus mengusahakan perlindungan bagi keselamatan jiwa lohu !" "Boleh, aku mengabulkan permintaan lotiang itu" "Sun sauhiap, kita telah berjanji dengan sepatah kata tersebut dan kau tak menyesal bukan ?" Desak si kakek bertongkat lagi sambil menatap anak muda itu lekat-lekat. "Langit dan bumi sebagai saksi, apa yang telah kuucapkan tak akan pernah kuingkari kembali !" Kakek bertongkat itu segera berpaling ke arah Bau-ji, Hou-ji dan nona Kim, kemudian katanya lagi. "Harap ka!ian bertiga suka menjadi saksi!" "Tak usah kuatir" Seru Biu-ji bertiga cepat. "kami tetap akan memegang janji yang telah diucapkan!" Saat itulah si kakek bertongkat itu baru menghela napas panjang, katanya kemudian. "Lohu adalah Kwa Cun seng !" Ucapan tersebut begitu diutarakan, Bau ji menjadi berdiri bodoh, nona Kim menjadi tertegun dan Hou-ji mengernyitkan alis matanya rapat-rapat. Hanya Sun Tiong lo seorang tetap tersenyum sedikitpun tidak nampak terkejut atau gugup. Nona Kim yang menyaksikan sikap si anak muda tersebut segera menjadi sadar kembali, cepat dia berseru. "Engkoh Tiong, rupanya sedari tadi kau sudah tahu?" Sun Tiong-lo segera tersenyum. "Tidak sulit untuk menduga sampai ke situ" Katanya. "selain Kwa Cun seng, siapa lagi di kolong langit dewasa ini yang bisa mengetahui segala sesuatu tentang Mao Tin-hong, apa lagi tentang tindak tanduknya di masa silam !" "Kalau memang begitu, mengapa tidak kau katakan kepadaku sedari tadi ? Akibatnya aku harus menjadi saksi lagi baginya..." Seru Bau ji agak gemas. "Kwa lotiang kan sudah kehilangan ilmu silatnya," Kata Sun Tiong-lo dengan suara rendah. "tubuhnya menjadi begitu lemah sehingga tiap saat kemungkinan besar dia akan mati, apalagi dia telah bertobat dan mau menyesali perbuatannya dimasa yang lalu, masa kita akan begitu tega untuk turun tangan membunuhnya?" "Mengapa tidak ? Memangnya dia benar-benar melepaskan golok pembunuh dan kembali ke jalan yang benar ?" "Toako" Kembali Sun Tiong-lo berkata dengan wajah bersungguh-sungguh. "seandainya ayah, ibu dan ji-nio masih hidup, merekapun akan mengambil keputusan seperti apa yang telah kulakukan sekarang, asal toako bersedia untuk memikirkan persoalan ini dengan hati yang tenang, tidak sulit rasanya untuk memahami hal tersebut." "Itu nama tidak adil"." Seru nona Kim tiba-tiba sambil mendengus dingin. -oo0dw0oo- Jilid 38 SUN TIONG-LO menjadi tertegun dibuatnya. "Tidak adil ? Apa maksud dari perkataanmu itu ?" Serunya. Sambil melotot ke arah Kwa Cun-seng, kembali nona Kim berkata. "Semua perbuatan jahat yang dilakukan oleh Mao Tin hong, ada delapan sembilan bagian diantaranya muncul dari idenya, sekarang lantaran mendapat bencana dia menjadi mujur, bukankah hal ini tidak adil namanya...?" Sun Tiong lo segera tertawa. "Waah, kalau adil diartikan demikian, jadi sulit rasanya untuk dijelaskan. Misalnya saja membunuh seorang manusia keji yang berhati buas, rasa puas disaat berhasil membunuh penjahat itu memang akan kita rasakan tapi kalau dibandingkan dengan jumlah manusia yang terbunuh ditangannya, bukankah hal tersebut menjadi tidak adil ? Bila kita harus membicarakan soal keadilan dari sini, bukankah kejadian mana baru terasa adil namanya andaikata penjahat tersebut mempunyai beratus-ratus lembar jiwa rangkap sesuai dengan jumlah manusia yang telah terbunuh ditangannya ?" Ucapan mana kontan saja membuat nona Kim menyengir jengah dan tak berbicara lagi, pada saat itulah Kwi Cua seag berkata lagi dengan wajah serius. "Harap sauhiap sekalian tak usah meributkan persoalan ini, disaat Mao Tin hong sudah menemui ajalnya, sudah pasti aku pun akan membayar pula semua dosa yang pernah kulakukan dimasa lalu, pokoknya aku akan membuat kalian semua menjadi puas dan semua rasa benci kalian menjadi terlampiaskan !" Cepat Sun Tiong lo mengulapkan tangannya. "Kalau begitu mah tidak perlu !" Kemudian sesudah berhenti sejenak, dia berkata lagi. "Mumpung sekarang ada kesempatan baik, harap lotiang memberi petunjuk dimanakah perahu besar itu sedang berlabuh kini?" Kwan Cun seng tidak banyak berbicara lagi, dia segera beranjak meninggalkan tempat itu dan berangkat menuju ketepi telaga. oooO-dw-Oooo KANG TAT, Thio Yok sim dan Cukat Tan sudah setengah harian lamanya melakukan pencarian disekitar dusun di tepian telaga, menjelang kentongan pertama, dengan perasaan kecewa akhirnya mereka berkumpul kembali disekitar bangku batu dibawah pohon liu ditepi telaga. Dengan kening berkerut Kang Tat berkata. "Heran mengapa Sun sauhiap sekalian belum juga datang kemari?" "Tak mungkin belum datang." Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seru Cukat Tan "mungkin mereka telah menjumpai suatu persoalan sehingga kedatangan mereka kesini agak tertunda..." Cepat Thio Yok sim menggeleng. "Aaah, persoalan apa yang bisa lebih penting daripada usaha membekuk Mao loji dalam keadaan hidup-hidup ?" Kaag Tat berpikir sebentar, kemudian katanya. "Yang lebih aneh lagi adalah bajingan she Kwa itu. padahal dia sudah kehilangan ilmu silatnya, tak mungkin langkah kakinya bisa begitu cepat, padahal sejak dia meninggalkan perahu sampai kita lolos dari kurungan hanya sepertanak nasi saja, masa jejaknya bisa hilang lenyap dengan begitu saja?" "Tua bangka itu tahu kalau cepat atau lambat dia pasti akan mati, tentu saja dia pasti akan mati, tentu saja dia tak akan tinggal terlalu lama lagi disini" Ujar Cukat Tan mengemukakan pendapatnya. Dengan cepat Thio Yok-sim menggelengkan kepalanya. "Rasa benci bajingan Kwa terhadap Mao loji boleh dibilang telah merasuk ke tulang sum-sum, mustahil dia akan melarikan diri, lagipula tenaga dalamnya sudah punah, tubuhnya menjadi lemah dan tak mungkin menempuh perjalanan cepat, sekalipun berhasil kabur pun tak mungkin bisa hidup kelewat lama, oleh sebab itu..." "Maksud Thio heng, kemungkinan besar bajingan Kwa akan membalas dendam terhadap Mao loji ?" Sela Kang Tat. "Yaa, bajingan ini berhati keji dan licik, diapun tidak tahu kalau kematiannya tidak jauh ditambah pula rasa bencinya terhadap Mao lo ji sudah merasuk ketulang sumsum, sudah pasti dia akan berusaha dengan segala kemampuan nya untuk membalas deadam." "Walaupun perkataan itu betul, namun kita sudah menggeledah hampir semua kota Oh kian tin, nyatanya jejak si bajingan itu belum juga ditemukan, kecuali kalau dia sudah mempunyai persiapan lebih dahulu, aku rasa tidak mungkin bisa demikian." Mendadak Cukat Tan menyela. "Betul mungkinkah bajingan keparat itu telah menemukan Sun sauhiap sekalian ?" Begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja Kang Tat dan Thio Yok sim jadi tertegun. Beberapa saat kemudian, Thio Yok sim menepuk pahanya sambil berseru keras. "Yaa, mungkin, mungkin sekali dia berbuat demikian!" "Seandainya begitu, tidak heran kalau kita tak berhasil menemukan Sun sauhiap" Cukat Tan segera bangkit berdiri, serunya. "Ayo berangkat, kita berjalan kejepan sana kita menuju ke perahu besar yang dimaksudkan bajingan she Kwa tersebut." "Betul, siapa tahu kalau mereka pun akan datang kemari." Maka berangkatlah ketiga orang itu meninggalkan bawah pohon itu dengan langkah lebar. Mendekati kentongan ke empat, mendadak Cukat Tan menemukan sesuatu dibalik kegelapan sana, ia lantas berbisik. "Awas, dari jalan kecil disisi sebelah kiri pantai telaga nampak ada manusia sedang berjalan mendekat" Kang Tat dan Thio Yak sim segera mengalihkan sorot mata mereka, betul juga, nampak sepasukan bayangan manusia sedang bergerak mendekat dari kejauhan sana dengan langkah lambat, sayangnya berhubung keadaan cuaca sangat gelap sehingga tidak nampak jelas raut wajah orang tersebut. Lewat beberapa saat kemudian dengan suara, yang lebih lirih Cukat Tan berkata lagi. "Tak bakal salah lagi, bajingan Kwa yang sedang mengajak Sun sauhiap sekalian datang kemari." "Bagaimana dengan kita sekarang? Lebih baik menyembunyikan diri lebih dulu sambil menantikan perkembangan selanjutnya ataukah lebih baik maju menyongsong saja?" Kang Tat segera bertanya. "Kita sudah mengadakan perjanjian lebih dulu dengan Sun sauhiap, tentu saja harus maju menyongsong." Seru Thio Yok sim dengan cepat. "Tunggu dulu!" Dengan cepat Cukat Tan mencegah. "Sekali pun kita sudah mengadakan perjanjian, tapi hal itu kita buat secara diam-diam, apabila kita harus menyongsong kedatangan mereka sekarang. hal ini sama halnya dengan bajingan she Kwa itu, tiada berkesempatan lagi untuk mengawasi gerak gerik dari Mao loji !" "Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, masa kita harus mengawasi Mao loji lagi" Kata Kang Tat sambil tertawa. Cukat Tan termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian baru ia berkata. "Bila kalian berdua merasa sudah tiada keperluan untuk berbuat demikian lagi, marilah kita muncul bersama-sama." Thio Yok-sim segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Kang Tat, kemudian serunya. "Bagaimana menurut pendapat saudara Kang?" Kang Tat memandang sekejap kearah rombongan Sun Tiong-lo sekalian yang makin bertambah dekat itu, kemudian katanya. "Mari kita menyambut kedatangan mereka, bagaimanapun juga Mao loji toh sudah mengkhianati anak buahnya dan kabur menyelamatkan diri, aku pikir sudah tak perlu diawasi lagi, Iebih baik kita berterus terang saja bekerja sama dengan Sun sauhiap secara blak-blakan!" Thio Yok sim manggut-manggut. "Akupun mempunyai pendapat demikian, apabila setelah kemunculan kita, kitapun tak usah takut bajingan tua she Kwa melakukan permainan busuk secara diam-diam. bahkan bila sudah mengetahui rencana berikutnya, kitapun bisa segera memberi kabar kepada Mo tua!" Begitu keputusan diambil, mereka bertiga segera menampakan diri dari tempat persembunyiannya dan menyongsong kedatangan rombongan tersebut... Kwa Cun seng yang berjalan dipaling depan sama sekali tidak menunjukkan rasa kaget atau gugup tatkala secara tiba-tiba muncul tiga orang manusia dari balik kegelapan, malah sebaliknya dia berkata sambil tertawa. "Ketika akan kemari tadi, lohu sudah menduga kalau kalian bertiga bakal menampakkan diri disini" Kang Tat segera mendengus dingin. "Hmm, Kwa Cun seng, kami bersaudara sungguh merasa takluk kepadamu.!" Serunya. Thio Yok-sim malah tertawa dingin sambil mengejek. "Pepatah bilang, bila dinding roboh, rerumputan pun ikut tumbang, kau benar-benar manusia yang tahu diri!" Paras muka Kwa Cun seng sama sekali tidak berubah menjadi memerah, segera ujarnya. "Terserah apa saja yang hendak kalian katakan, sebab ucapan mana sudah tak akan menyakiti hati lohu lagi" Sementara itu Sun Tiong lo telah bertanya kepada Cukat Tan bertiga sambil tertawa. "Baik-baiklah kalian bertiga? Bagaimana dengan Mo tayhiap sekalian...?" "Mereka sudah berangkat menurut perjanjian dan kini menuju kebukit pemakan manusia!" Sela Cukatan cepat. "Bagus sekali." Seru Sun Tiong-lo sambil mengangguk. "apakah tempat persembunyian bajingan Mao yang lain sudah didatangi orang" "Mo-heng telah mengirim orang ke sana" Timbrung Kang Tat dari samping rekannya. "percayalah, semua tempat bisa didatangi oleh Mao loji sekarang telah dimusnahkan semua oleh Mo heng, kini loji sudah menjadi seorang pangcu sebatang kara" Thio Yok sim mendelik sekejap kearah Kwa Cun-seng, kemudian serunya pula. "Perkataan itu memang tepat sekali, kalau sampai orang Kwa pun turut putar kemudi mengikuti hembusan angin, kalau Mao loji tidak sebatang kara itu baru aneh namanya !" Dalam keadaan demikian, Sun Tiong lo merasa kurang leluasa untuk memberi penjelasan bagi kedudukan Kwa Cun-seng, maka diapun hanya tertawa belaka. Kang Tat tidak berhenti sampai disitu saja, kembali ujarnya kepada Sun Tiong lo. "Sun sauhiap, lohu bersaudara percaya, sahabat Kwa sudah pasti telah mengusulkan agar menggunakan api untuk menyerang perahu besar yang berlabuh di tengah telaga itu bukan ?" "Yaa, memang begitulah, serangan dengan api hanya melupakan persiapan, kecuali bajingan tua she Mao itu bermaksud hendak melarikan diri, kalau tidak kami tidak bermaksud untuk menggunakannya, Kami pun mempunyai rencana untuk membicarakan dulu persoalan ini dengan bajingan tua she Mao." Mendengar perkataan tersebut, Cukat Tan, Kang Tat dan Thio Yok sim saling berpandangan sekejap, bagaimanapun juga mereka bertiga harus mengagumi cara Sun Tiong lo bertindak, sebab hanya tindakan seperti inilah mencerminkan tindak tanduk dari seorang lelaki sejati. Kang Tat memandang sekejap ke arah Kwa Cun seng, kemudian tanyanya lagi "Tolong tanya, siapakah yang akan mempersiapkan perahu berapi untuk membakar perahu besar itu ?" Kwa Cun seng mengetahui maksud pertanyaan dari Kang Tat tersebut, katanya kemudian sambil tertawa. "Saudara Kang tat usah kuatir, Hou hiaplah yang akan mengurus soal itu, bukan lohu!" Kang Tat segera mendengus. "Kalau begitu mah masih mendingan, coba kalau berganti dengan dirimu, aku orang she Kang sukar untuk mempercayainya !" Kwa Cun seng sama sekali tidak menjadi gusar atau mendongkol, tanyanya tiba-tiba. "Saudara Kang, apakah ucapanmu telah selesai kau utarakan ?" "Kalau sudah selesai kenapa ? Kalau belum selesai kenapa pula ?" Seru Kang Tat gusar. Kwa Cun seng tertawa hambar. "Bila ucapanmu belum selesat, silahkan dibicarakan dulu sampai selesai, bila sudah selesai marilah kita membicarakan persoalan pokok yang sebenarnya." Pada saat ituIah, Sun Tiong lo turut menimbrung. "Sekarang, kita sedang bersama-sama menghadapi musuh yang sama, Kang tat hiap, bersediakah kau memandang diwajahku untuk tidak menyinggung lagi masalah yang sudah lewat ? Bagaimana kalau kita bersama-sama membicarakan rencana selanjutnya dalam menghadapi musuh ?" Dalam keadaan begini, terpaksa Kang Tat harus menyahut. "Ooooh, tentu saja. tentu saja, kami tak akan membicarakan masalah yang sudah lewat lagi." Sun Tiong lo tertawa, dia lantas membeberkan sekali lagi semua perundingan yang telah mereka lakukan tadi. Hingga kini, Kang Tat bertiga baru tahu kalau Mao Tin hong sebenarnya tak lain adalah Kokcu lembah Tay-hian mo-kok dimasa lalu. Setelah duduknya persoalan menjadi jelas, maka pembagian kerja pun dilakukan. Dengan bertambahnya Kang Tat sekalian bertiga jumlah anggota mereka menjadi bertambah, maka diputuskan Kang Tat bertiga membantu dalam mempersiapkan tiga buah perahu untuk melancarkan serangan dengan api nanti. Asalkan mereka mendengar suara pekikan nyaring dari Sun Tiong lo dari tempat kejauhan, maka serangan dengan api akan segera di lancarkan. Selesai berunding, diberi kesempatan lagi untuk membicarakan persiapan-persiapan yang diperlukan. Terdengar Kwa Cun-seng berkata. "Menurut ilmu perang, serangan yang paling tepat adalah serangan disaat musuh sedang lengah. Menurut pendapat lohu, sebelum kentongan kelima merupakan saat yang paling gelap dan saat paling tepat untuk melancarkan serangan, serangan dalam keadaan begini bisa membuat Mao loji panik dan tidak mengetahui berapa banyak jumlah musuh yang melancarkan serangan." "Kalau menurut pendapatku." Sela Kang Tat. "kalau toh kita hendak menggunakan kelembutan sebelum kekerasan, maka kita lebih tepat untuk datang disaat fajar hampir menyingsing dengan begitu akan mencerminkan pula kejujuran serta keterbukaan kita !" "Tapi bagi Mao loji, hal ini berarti membeberkan segala sesuatunya..." Seru Kwa Cun-seng dengan kening berkerut. Belum selesai dia berkata, Sun Tiong lo telah menyela dan katanya kepada Kang Tat sekalian bertiga. "Baiklah kita ikuti cara serta waktu dari Kang tayhiap, sekarang kalian bertiga boleh segera melakukan persiapan !" Kang Tat bersama Thio Yok-sim dan Cukat Tan segera mengiakan dan berlalu dari situ. Kwa Cun-seng sendiri, meski usulnya ditolak mentah-mentah, ternyata ia tidak menjadi sakit hati, serunya tiba-tiba. "Kang-heng, harap tunggu sebentar!" Kang Tat salah mengira Kwa Cun-seng hendak sengaja mencari gara-gara, dengan perasaan tak senang dia segera bertanya. "Apakab kau masih ada petunjuk lain yang lebih hebat ?" "Kepergian saudara Kang kali ini apakah ada cara untuk mendapatkan sampan ?" Pertanyaan tersebut segera membuat Kang-Tat sekalian bertiga menjadi tertegun. Waktu itu tengah malam sudah lewat, kemanakah mereka hendak mencari nelayan untuk menyewa perahu ? Apalagi sekalipun berhasil menemukan para nelayan dan pemilik sampan, belum tentu perahu mereka bersedia dijual dengan mudah begitu saja. Menyaksikan rekan-rekannya menjadi melongo, sambil tertawa Kwa Cun-seng berkata lebih lanjut. "Saudara Kang, masih ingatkah kau dengan tempat untuk naik sampan di bawah pohon liu semalam ?" "Ehmmm, tentu saja masih ingat" "Orang yang berapa disana bernama Yu Teng poo, dia adalah murid lohu, segala sesuatunya sudah lohu persiapkan, bila saudara Kang telah berjumpa dengannya nanti, dia akan serahkan perahunya untuk saudara Kang gunakan !" Berbicara sampai disiiu diri dalam sakunya Kwa Cun-seng mengeluarkan setengah butir mata uang tembaga dan berkata lebih jauh. "Benda ini merupakan tanda kepercayaan dari lohu, bila Yu Teng po menyaksikan benda tersebut, dia akan segera melaksanakan perintahku." Saat ini. bukan hanya Kang Tat bertiga saja bahkan Sun Tiong lo sekalian pun menaruh perasaan kagum terhadap Kwa Cun seng, mereka tidak menyangka kalau Kwa Cun seng, telah mempersiapkan segala sesuatunya secara matang dan cermat. Kang Tat menerima separuh buah mata uang tembaga itu, namun ketika benda tersebut diamati dengan lebih seksama lagi, tergerak ha-tinya secara tiba-tiba. "Saudara Kwa," Ia lantas berseru. "apakah tanda pengenalmu ini sudah lama kau pergunakan?" Tanpa angin guntur, tahu tahu saja Kang-Tat mengubah sebutannya kepada Kwa Cun-seng menjadi saudara Kwa. Dengan cepat Kwa Ciin seng menggelengkan kepalanya. "Tanda pengenal ini sudah lohu pergunakan selama hampir tiga puluh tahun lamanya." Mendengar jawaban tersebut Kang Tat menjadi terkejut, sepasang matanya segera terbelalak lebar-lebar, ditatapnya Kwa Cun-seng lekat-lekat dan sampai setengah harian lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Cukat Tan yang melihat tindak tanduk rekannya itu menjadi sangat keheranan, segera tegurnya. "Saudara Kang Tat, ada sesuatu yang tidak beres?" Kang Tat menggeleng kepada Kwa Cun-seng kembali ujarnya. "Saudara Kwa, separuh mata uang tembaga ini merupakan tanpa mengenal dari seseorang kalau aku Kang Tat tidak salah ingat, benda ini adalah tanda pengenal dari Tan-ci-kim chee (sentilan jari mata uang emas) Liu Long khek yang termashur namanya didalam dunia persilatan dimasa lalu..." Belum selesai berkata, Kwa Cun serg telah menghela napas sedih sambil menukas. "Jauh... jauh... sudah terlalu tawar, kejadian tersebut sudah berubah bagaikan impian !" Begitu nama "Tan ci kim che" Liu Long khek disebutkan, bukan saja Thio Yok sim dan Cukat Tan menjadi terkejut, bahkan Sun Tiong-lo dan Hou ji pun ikut merasa umat terperanjat. Sun Tiong lo segera berseru pula. "Sobat Kwa... jangan-jangan kau adalah... Tan ci kim che Liu Long Khek yang amat termashur namanya didalam dunia persilatan di masa lalu Sangkoan Ki, Sangkoan tayhiap?" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan pedih Kwa Cun seng menundukkan wajahnya yang tua rendah-rendah, lalu serunya agak sesenggukkan. "Harap siauhiap jangan mendesak lagi, hanya membuat lohu makin menyesal dan malu." Sun Tiong lo segera menggeleng kepalanya berulang kali, kembali dia berkata. "Kwa tayhiap, peristiwa ini sungguh membuat orang tak habis percaya..." Mendadak Kwa Cun seng mendongakkan kepalanya, lalu dengan air mata bercucuran katanya. "Sekali salah melangkah, menyesal untuk selama-lamanya, harap sauhiap menahan diri dan lepaskan lohu !". Maksud perkataan itu sudah jelas sekali, ia menyatakan kalau tak ingin membicarakan persoalan tersebut lebih jauh. Sun Tiong lo adalah seorang manusia yang punya maksud untuk membimbing orang jahat agar kembali ke jalan yang benar, apalagi Sangkoan Ki merupakan seorang toa enghiong yang dihormati setiap orang dimasa lalu. Namun Kwa Cun seng telah menerangkan kaIau persoalan yang menyedihkan tak ingin dibicarakan lagi, maka Sun Tiong lo termenung beberapa saat lamanya, begitu mendapat akal ujarnya kepada Kang Tat. "Kang tayhiap, silahkan kau mempersiapkan diri, apabila masih ada tempat kosong, sudah sepantasnya bila kau undang sahabat Yu Teng po tersebut untuk memberi bantuan, aku percaya ilmu menyelam yang dimiliki orang ini pasti hebat sekali!" Kang Tat memang seorang yang cerdas, maka begitu mendengar perkataan tersebut dia mengiakan dan bersama Cukat Tan dan Thio Yok-sim segera berlalu. Sedangkan Sun Tiong-Io sekalian, berhubung waktunya masih pagi, maka mereka hanya duduk di pantai sambil mengawasi perahu besar tersebut dari kejauhan, kemudian masing-masing mengatur napas sambil menantikan datangnya fajar sebelum melakukan tindakan lebih jauh. Sementara itu, Kang Tat bertiga telah meninggalkan Sun Tiong lo sekalian, sambil berjalan mereka berbincang-bincang. Dan terdengar Kang Tat berkata. "Saudara Thio, saudara Cukat, apakah kalian memahami maksud pembicaraan dari Sun sau hiap ?" "Yaa, tahu, dia suruh kami baik-baik menanyai Yu Teng-po." Jawab Cukat Tan. "Betul." Kang Tat berhenti sebentar sambil menghempaskan napas panjang, kemudian sambungnya lebih jauh. "Saudara berdua, kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, coba bayangkan betapa gagah dan perkasanya Liu lok kek (jago pengembara) Sangkoan Ki di dalam dunia persilatan dimasa lalu, tapi dalam usia tuanya, mengapa dia bisa berubah menjadi begini rupa !" Thio Yok-sim turut menghela napas panjang. "Aai, seandainya Kwa Cunseng adalah Sangkoan Ki, sudah pasti kejadian ini anehnya bukan kepalang sehingga batok kepala orang terasa sakit" "Tentu saja, kalau tidak masa dapat terjadi perubahan sehingga seakan-akan berubah menjadi seorang yang lain?" Ucap Cukat Tan. "Percuma diduga sendiri, toh akhirnya tak akan bisa terduga, lebih baik kita segera menemukan Yu Teng po, persiapkan perahu api, kemudian menanyakan persoalan ini sampai jelas, aku rasa tidak sulit untuk mengorek latar belakang yang sebenarnya." Ketika mereka bertiga tiba di tepi pohon itu dan benar juga, tampaklah seorang manusia berbaju hitam yang menggunakan kain kerudung hitam sedang berdiri menanti disana. Kang Tat memandang sekejap kearah orang itu, kemudian dengan langkah lebar berjalan menghampirinya. Agaknya orang itu sudah mengetahui akan kehadiran mereka, kenal pula dengan mereka maka sambil maju menyongsong kedatangan orang-orang itu serunya. "Hamba menghunjuk hormat kepada Tian cu bertiga!" Sekarang, Kang Tat bertiga telah melepaskan kerudung peraknya, namun orang itu tidak menunjukkan sikap menaruh curiga, bahkan menegurpun tidak. Thio Yok sim memperhatikan sekejap wajah orang itu, kemudian tegurnya. "Ada perahu kecil?" Orang itu menggeleng. "Sekarang sih tak ada, biasanya sampan tersebut mondar mandir kesana kemari, kebetulan saat ini sedang keluar semua" Kang Tat segera tertawa, sambil mengeluarkan setengah mata uang tembaga tersebut, katanya. "Ada seorang teman telah menyerahkan tanda pengenal ini kepadaku, katanya jika diperlihatkan kepadamu maka akan kuperoleh tiga buah sampan, diatas sampan sampan tersebut sudah di siapkan bahan peledak serta bahan bahan yang mudah terjilat api!" Orang itu menyambut mata uang tersebut, katanya. "Benar memang ada! Tolong tanya kapan kalian membutuhkannya..?" Orang itu cepat benar bertukar nada pembicaraan bahkan paras mukanya sama sekali tidak nampak perubahan apapun. Kang Tat juga tidak menegur, katanya kemudian. "Akan kami gunakan sebentar lagi, harap bawa kami ke sana." Orang tersebut mengiakan kemudian membalikkan badan dan berjalan kemuka menelusuri jalanan kecil. Kang Tat sekalian segera menyusul dibeIakangnya. Kurang lebih setengah panahan kemudian, dari balik tumbuhan ilalang yang lebat dia menyeret keluar empat buah sampan kecil, tiga buah sampan yang beruangan, didalam ruangan tertimbun bahan peledak, belerang serta bahan bahan lain yang mudah terbakar. Berhubung waktu masih pagi, Kang Tat segera memberi tanda rahasia kepada Cukat Tan serta Thio Yok-sim, setelah itu katanya. "Sebentar, kau dan aku boleh naik diatas sebuah sampan yang sama." "Hamba turut perintah." Sahut orang itu cepat. Kang Tat segera tertawa, kembali ujarnya. "Sekarang, kita akan segera menggunakan ketiga sampan penuh berisi bahan peledak itu, kau pun tak usah menyebut diri sebagai hamba lagi, apa pula kami bertiga telah melepaskan kain kerudung masing-masing, aku percaya kau tentunya sudah mengerti apa maksudnya bukan !" "Benar, aku memang sudah mengerti." Sekali lagi Karg Tat tertawa. "Menurut pemilik setengah mata uang tembaga ini, kau bernama Yu Teng-poo, anak muridnya ?" Orang itu segera mengangguk. "Benar, aku bernama Yu Teng-poo, murid dari pemilik tanda pengenal tersebut." Kang Tat memandang sekejap kearahnya, kemudian serunya lagi. "Kalau memang begitu, mengapa sahut Yu tidak melepaskan kain kerudung mukamu ?" Seakan-akan robot yang tidak berotak saja, mendengar ucapan mana Yu Teng poo segera berkata lagi. "Betul, memang seharusnya dilepaskan !" Sembari berseru, dia benar-benar melepaskan kain kerudung itu sehingga nampak jelas paras muka aslinya, Yu Teng poo adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahun, berwajah angker dan gagah. Sembari menuding ke arah bangku batu di sisinya, Kang Tat lantas berkata lebih jauh. "Mari, mari, mari, silahkan duduk sobat Yu mari kita duduk sambil berbincang-bincang." "Baik, terima kasih." Paras muka Yu Teng po masih tetap kaku dan sama sekali tanpa perasaan. Setelah duduk, Kang Tat langsung mengajukan pertanyaannya. "Gurumu Kwa Cun seng, ternyata adalah si tamu pengembara Sangkoan tayhiap yang termashur akan sentilan jari mata uang emasnya dalam dunia persilatan dimasa lalu, kejadian ini benar- benar sama sekali diluar dugaan sia pa pun ?" "Benar, sama sekali diluar dugaan siapa pun" Jawaban dari Yu Teng-po masih tetap kaku." Tanpa emosi. "Sobat Yu," Thio Yok-sim turut berbicara. "Gurumu Sangkoan Ki adalah seorang enghiong hohan yang dihormati dan di sanjung setiap umat persilatan di dunia ini, sebaliknya Kwa Cun-seng adalah seorang manusia laknat yang sudah terlalu banyak melakukan perbuatan jahat selama ini, di antara mereka..." "Maaf, aku tak bisa mengungkapkan hal itu" Tukas Yu Teng poo secara langsung. Cukat Tan tertawa, katanya pula. "Sobat Kang, kedudukan gurumu pada saat ini merupakan seorang manusia laknat yang boleh dibasmi oleh siapa saja, tapi bila latar belakang dari persoalan ini bisa diketahui sehingga dibeberkan kepada setiap orang, kemungkinan pandangan umat persilatan terhadap gurumu akan mengalami perubahan besar." "Kau sebagai seorang murid yang baik, sudah sepantasnya kalau memanfaatkan kesempatan yang baik ini untuk memperbaiki nama baik gurumu dimata masyarakat, kau sepantasnya kalau berdaya upaya untuk mencapai hal tersebut, itulah sebabnya lohu sekalian dengan besarkan nyali ingin meminta keterangan darimu, semoga sobat Yu bersedia memberitahukan keadaan yang sesungguhnya dimasa lampau !" Paras muka Yu Teng poo sama sekali tidak berubah, katanya dengan suara kaku. "Maaf, aku tak dapat menjawab !" Kang Tat memutar biji matanya, mendadak ia memperoleh sebuah idee bagus, sembari mengangkat separuh mata uang tembaga itu serunya dengan suara lantang. "Yu Teng-po, dengarkan perintah !" Yu Teng poo memandang sekejap ke arah separuh mata uang tembaga tersebut, kemudian setelah menghela napas panjang, katanya. "Tecu menerima perintah !" "Kau harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh lohu bertiga, apa yang kau ketahui harus kau utarakan dengan sejujurnya, mengerti..." "Baik, tecu turut perintah-!" Thio Yok-sim segera berseru. "Pertama-tama kau harus menuturkan dahulu apa yang telah terjadi sehingga Sangkoan tayhiap bisa berubah menjadi Kwa Cunseng!" Yu Teng poa menarik napas dulu dengan suara pedih, kemudian baru membeberkan semua rahasia besar yang membuat Kang Tat dan Thio Yok-sim membelalakan matanya lebar-lebar. Berbicara soal masa lampau Sangkoan Ki, Yu Teng poo kelihatan tak dapat menahan gejolak emosi dalam hatinya. Ternyata antara Sangkoan Ki dengan Mao Tin hong adalah hubungan kakak beradik misan. Sangkoan Ki adalah sang kakak misan, sedangkan Mao Tin hong adalah sang adik misan, sejak kecil mereka berdua sudah hidup dan dibesarkan bersama-sama. Kemudian masing-masing memperoleh penemuan yang berbeda dan sama-sama menjadi ternama di dalam dunia persilatan. Berbicara soal nama serta kedudukan, tentu saja kedudukan Sangkoan Ki masih lebih tinggi daripada Mao Tin hong, sedangkan dalam soal ilmu silat, Mao Tin hong juga masih selisih setengah tingkat. Cuma peristiwa ini telah berlangsung pada dua puluh lima enam tahunan berselang. Kemudian Mao Tin hong dan pemilik kebun Pek hoa wan berkenalan yang dilanjutkan dengan perkawinan, ketika terjun kembali kedunia persiIatan, baik ilmu silat maupun pengalaman Mao Tin hong, sudah jauh melebihi Sangkoan Ki. Bedanya, kalau Sangkoan Ki masih bisa untuk meraih kemajuan, maka Mao Tin hong yang menderita luka daIam, sebelum memperoleh penyembuhan total jangan harap bisa memperoleh kemajuan lagi. Tatkala mereka kakak beradik misan bisa berjumpa lagi dalam dunia persilatan, waktu itu Mao Tin hong sedang menaruh dendam untuk menghindari mereka. Sewaktu Mao Tin hong bertemu lagi dengan Sangkoan Ki, dengan cepat dia memperoleh sebuah akal, dia tahu kalau Sangkoan Ki masih sebatang kara, maka setelah membangun perkampungan mereka pun hidup bersama-sama disatu tempat. Waktu itu, kendatipun kepandaian silat yang diperoleh Mao Tin hong sukar mendapat kemajuan berhubung luka dalam yang diderita-nya, namun dari dalam kebun Pek hoa wan, ia sempat mempelajari banyak sekali kepandaian aneh dari golongan iblis, dengan umpan ilmu silat inilah dia berusaha menarik Sang-koan Ki agar mempelajarinya. Maka tanpa disadari oleh Sangkoan Ki, dia telah salah menganggap maksud baik misannya ini dan tanpa ragu-ragu mulai mendalami semacam ilmu yang dinamakan ilmu Thian hua sinkang. Siapa sangka yang dimaksudkan sebagai Thian hua sinkang sesungguhnya adalah ilmu Siau hun hoat dari golongan iblis, karena kurang teliti, akhirnya Sangkoan Ki terjurumus untuk mempelajari sejenis ilmu jahat yang amat mengerikan. Menanti Sangkoan Ki menyadari kalau ada hal hal yang tak beres, tenaga dalam hasil latihabnya dimasa lampau tahu-tahu sudah punah seperti asap, hilang lenyap tak berbekas, saat itulah menyesal pun tak ada gunanya... Tentu saja Sangkoan Kiz tidak terima, dia mencari Mao Tin bong sambil menuntut keadilan, siapa sangka Mao Tin hong justru cuci tangan bcrsih-bersih, dia beralasan dahulunya dia tak tahu kalau akan begini, karena dia sendiripun tertipu. Kejadian dari ilmu S'au hun tay hoat ini melebihi racun yang ditanam dalam tubuh seseorang apabila ilmu tersebut dilepaskan sampai ditengah jalan saja, maka sang korban akan merasakan siksaan dari Im-mo yang akan menggerogoti hatinya. Berada dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa Sangkoan Ki harus berlatih lebih jauh. Tatkala dia telah berhasil melatih ilmu Siau hun tay hoat tersebut, wataknya pun ikut berubah, dia telah berubah menjadi seorang iblis jahat yang licik, buas, kejam dan tak berperi kemanusiaan Cuma saja, setiap tiga jam kemudian dia akan menjadi sadar selama dua-tiga jam, maka disaat sedang sadar secara diam-diam Sangkoan Ki membuat catatan tentang segala riwayat hidupnya, begitulah selanjutnya sampai bertahun-tahun lamanya tanpa berhenti. Sewaktu mendengar sampai disitu, tanpa terasa Kang Tat bertanya. "Kalu begitu, gurumu mempunyai dua macam watak yang sama sekali berbeda ?" Mendengar ucapan mana, Yu Teng-po menjadi amat terperanjat segera serunya. "Jadi kalian bertiga sudah tahu ?" Kang Tat tidak mengelabuhi apa yang telah terjadi lagi dia segera membeberkan segala sesuatunya. Yu Teng-poo merasa bahwa apa yang telah didengar memang tak salah, maka sikapnya kembali berubah. "Benar, disaat guruku tak sanggup mengendalikan diri, dia adalah seorang manusia laknat yang berhati buas, jahat, kejam dan tak mengenal ampun, tapi setelah sadar kembali, dia akan menyesal dan mendendam, merasa sedih nya bukan kepalang. "Beberapa kali, disaat guruku sedang sadar, dia hendak menghabisi nyawa sendiri tapi selalu berhasil kucegah dengan berbagai cara dan akal, malah suatu ketika..." 0oo0de0oo0 Mendadak Cukat Tan menyela. "Sewaktu suhumu sedang sadar, apakah dia dapat mencatat seluruh kejahatan yang telah dilakukan olehnya?" Yu Teng poo segera menggeleng. "sebenarnya tak bisa diingat lagi olehnya, tapi berhubung pertama watak suhuku memang sebenarnya baik dan saleh, kedua ada aku yg selalu aku mengingatkan maka setiap kali suhu telah melakukan suatu perbuatan, hampir semuanya telah dibuatkan catatannya!" Mendengar sampai disitu, Thio Yok sim segera menghela napas panjang. "Aaai, kalau begitu, gurumu malah justru kena dicelakai orang?" Dengan wajah bersungguh-sungguh Yu Teng poo berkata. "Walaupun perbuatan suhuku banyak yang jahat dan buas, tapi kalau dibicarakan yang sebenarnya, penderitaan dan siksaan yang dideritanya berkali lipat jauh lebih parah dan mengenaskan daripada mereka yang dicelakai olehnya." "Suhumu pernah menyaru sebagai pelayan dan cukup lama menyelinap dalam gedung milik Sun taihiap Sun Pek-gi suami istri, berarti selama itu dia pun pernah menjadi sadar waktu itu, mengapa dia tidak membeberkan segala sesuatunyanya secara terus terang kepada Sun tayhiap ?" Tanya Kang Tat tiba-tiba. Kembali Yu Teng-po menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tentang peristiwa tersebut, aku sendiripun merasa agak keheranan, bahkan setiap kali suhu sedang sadar. Aku selalu menanyakan persoalan ini kepadanya, namun kecuali melelehkan air matanya, Suhu tak pernah menjawab, seakan-akan dia seperti lagi menyimpan sesuatu kesulitan yang tak bisa diutarakan keluar !" "Oooh !" Thio Yok sim segera berpaling ke arah Kang Tat dan katanya lagi. "Aku percaya, bila kita memberitahukan latar belakang ini kepada Sun sauhiap, dia pasti dapat menanyakannya sampai jelas." "Akupun yakin, setelah peristiwanya berkembang jadi begini, suhupun tak akan berusaha untuk meyakinkannya lagi !" Sambung Yo Ting po cepat. Mendadak Cukat Tan seperti teringat akan sesuatu, katanya tiba- tiba. "Sobat kecil Yu, ada satu persoalan yang tidak lohu pahami, dapatkah kuajukan pertanyaan kepadamu ?" "Tentu saja boleh, asal aku tahu, pasti akan kuberitahukan kepadamu." "Sekarang, apakah gurumu sudah sadar sama sekali ?" Yu Teng-poo segera mengangguk. "Benar, suhu telah terlepas dari belenggu iblis !" "Lohu tidak habis mengerti, mengapa gurumu baru menjadi sadar kembali disaat seperti ini ?" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya Cukat Tan dengan kening berkerut Yu Teng poo tertawa getir. "Cukat tayhiap, rupanya kau ingin membongkar semua persoalan sampai tuntas, seperti kau ketahui, kini suhuku telah kehilangan seluruh tenaga dalamnya, padahal tenaga dalam yang hilang sekarang justru merupakan hawa Im kang sesat yang menjadi biang keladi berubahnya watak suhu selama dua puluhan tahun ini." Padahal segenap kepandaian yang pernah di latih suhu dahulu telah punah disaat suhu mendengar bujukan dari bajingan Mao dan mempelajari ilmu Mo kang tersebut, itulah sebab nya disaat hawa Mo kang tersebut lenyap, secara otomatis diapun memperoleh kesadarannya kembali." "Oooh... tak heran kalau bajingan tua she Mao itu berusaha keras untuk membinasakan gurumu !" Seru Kang Tat seperti sekarang baru memahami akan hal itu. "Tentu saja" Seru Yu Teng poo dengan gemas. "bagaimana mungkin bajingan Mao akan membiarkan seseorang yang sadar dari segala perbuatan jahat dan busuknya sepanjang hidup ini tetap hidup bebas di dunia ? Namun akupun merasa tidak habis mengerti, mengapa suhu bisa meninggalkan perahu tersebut dalam keadaan hidup ?" "Apakah suhumu tidak memberitahukan alasannya kepadamu ?" Yu Teng poo segera menggeleng. "Tidak, akupun tidak sempat mengajukan pertanyaan tersebut !" Thio Yok-sim segera memutar biji matanya lalu bertanya. "Bukankah nama asli gurumu adalah Sangkoan Ki, mengapa bisa dirubah menjadi Kwa Cun seng ?" "ltu mah sederhana sekali, sejak suhu tenggelam ke dalam cengkeraman iblis, setiap kali sedang sadar, dia selalu merasa malu dan menyesal terhadap nama marga Sangkoannya, oleh sebab itu dia pun berganti dengan nama lain." Setelah urusan diperbincangkan sampai ke situ, tiada masalah lain yang bisa dibicarakan lagi, maka masing-masing orang segera naik ke atas sampan. Mereka semua mengambil sebuah sampan setiap orangnya, tapi perahu yang memuat belerang dan bahan peledak hanya tiga buah, ternyata Yu Teng po segera melompat naik lebih dulu keatas sampan yang penuh memuat bahan peledak serta belerang tersebut. Kang Tat yang menyaksikan kejadian tersebut segera berkerut kening, tegurnya. "Yu lote menurut maksud Sun sauhiap dan gurumu, mereka menyuruh lohu sekalian bertiga masing-masing menempati sebuah sampan berisi bahan peledak, sedangkan lote hanya mengurusi perahu tersebut untuk membantu..." "Tidak" Kata Yu Teng-poo dengan paras muka serius. "aku harus memegang sebuah perahu yang berisi bahan peledak !" "Ooooh... mengapa harus begitu ?" Tanya Thio Yok-sim. Dengan cepat Yu Teng poo menyahut. "Ada tiga alasannya, pertama, sebagai seorang yang berada diposisi yang terjepit, maka untuk menunjukkan bahwa keadaan kami guru dan murid sekarang didesak oleh situasi, maka aku harus memegang sebuah perahu berisi bahan peledak tersebut." "Ke dua, kami guru dan murid terhadap bajingan tua Mao mempunyai dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra, maka meski tubuh harus hancur dan nyawa harus melayang, kami rela mengorbankan diri demi melenyapkan bajingan tersebut dari muka bumi. "Ketiga, aku sangat menguasahi ilmu dalam air atau bila menggunakan kata-kata sesumbar, ilmu dalam air yang dimiliki cianpwe bertiga masih berselisih jauh bila dibandingkan dengan kepandaianku, maka apabila serangan dengan api ini mengalami kegagalan atau bajingan she Mao itu menyongsong kedatangan kita aku sudah pasti bisa meloloskan diri dengan baik!" Ke tiga alasan tersebut semuanya mempunyai keyakinan yang tak bisa dibantah, hal ini membuat Thio Yok sim tak mampu membantah lebih jauh... Maka sambil tertawa akhirnya Kang Tat berkata. "Baik, alasanmu memang meyakinkan sekali anggap saja kau memperoleh satu bagian!" "Saudara Kang, kalau begitu kau saja yang memegang sampan tersebut..." Seru Cukat Tan. Dengan cepat Kang Tat menggeleng. "Tidak, lebih baik Thio heng saja yang mengurusi perahu kosong tersebut" Katanya. Mendengar ucapan mana, Thto Yok sim segera tertawa terbahakbahak. "Haaahh... haaahh... haaah... aku yang harus memegang sampan kosong itu? Enak benar jalan pemikiranmu itu Sudah banyak tahun aku hidup menahan hinaan dan sikssan, sedang besok pagi adalah saatnya untuk membalas dendam dan sakit hatiku, masa kau suruh aku membuang kesempatan yang baik ini dengan begitu saja...? jangan harap." Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Kang Tat berpaling ke arah Cukat Tan sembari berseru. "Kalau memang begitu, saudara Cukat, kau..." Belum selesai dia berkata, Cukat Tan sudah melompat naik keatas sebuah perahu berisi bahan peledak sembari berseru. "Uui, aku Cukat Tan tak bisa ketinggalan." Menyaksikan Cukat Tan sudah menempati sampannya, dengan cepat Thio Yok-sim melompat naik juga keatas sampan terakhir yang berisi bahan peledak, kemudian katanya. "Aku tidak ambil perduli, pokoknya perahu ini miliku !" Melihat kesemuanya itu, Kang Tat segera menggelengkan kepala berulang kali, serunya. "Waaaah itu tidak adil namanya, mari, mari. Mari... kita tentukan dengan beradu tangan !" Sementara itu Thio Yok sim dan Cukat Tan sudah mengambil gala panjang dari sampan tersebut, sambil menjalankan sampan tersebut ketengah telaga, seru mereka sambil tertawa. "ltu mah merepotkan saja. Saudara Kang, Sampai jumpa lagi ditengah telaga nanti !" Dari sikap saling berebut yang dilakukan ke tiga orang itu, Yu Teng poo seperti dapat me rasakan sesuatu, buru-buru serunya. "Cianpwee bertiga, dapatkah kalian mendengarkan sepatah dua patah kataku lebih dulu?" "Betul... betul..." Seru Kang Tat kemudian sambil tertawa. "aku sudah tahu kalau lote pasti bersedia mengalah, kau memang seharusnya memegang sampan..." "Bukan itu maksudku!" Tukas Yu Teng poo. "aku hanya ingin bertanya kepada kalian bertiga, siapakah diantara kalian yang memiliki ilmu berenang paling baik ?" "limu dalam air yang kumiliki paling baik, di dalam air aku bisa memperhatikan benda yang berada delapan depa jauhnya di sekitarku." Buru-buru Kang Tat berseru. "Paling tidak aku tak bakal kalah darimu!" Sambung Cukat Tan sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Haahh.... haaah... haaahh... kalau aku masih bisa melihat sejauh satu kaki didalam air" Seru Thio Yok sim tak mau kalah sambil tertawa terbahak-bahak. Yu Teng po turut tertawa katanya kemudian sambil manggutmanggut. "Seandainya benar benar bisa begitu, akupun boleh merasa berlega hati..." "Oooh, masih ada persoalan apa lagi yacg perlu dikuatirkan?" Tanya Kang Tat kemudian. "Tentu saja ada" Kata Yu Teng poo sambil mengangguk "sekalipun didalam perjalanan kita ini belum tentu akan menggunakan perahu berisi bahan peledak, tapi seandainya dipergunakan maka tugas dan tanggung jawab kita menjadi bertambah besar, bagaimanapun juga kita harus meningkatkan kewaspadaan kita untuk bertindak lebih berhati hati lagi..." "Pertama-tama, menyerang dengan api adalah bertujuan untuk mengurung bajingan tua she Mao itu ditengah perahu besar tersebut hingga mati terbakar disana, bila tugas ini selesai dilakukan, maka kita harus dapat mundur kembali dengan selamat. "Tapi, setelah perahu berisi bahan peledak ini terbakar, maka didalam waktu singkat sampan mana akan meledak, oleh sebab itu si pendayung sampan tersebut harus memiliki ilmu berenang yang amat lihay, dengan begitu dia baru akan lolos dari ancaman bahaya maut..." "Soal ini tak usah kau kuatirkan, pokoknya kami mempunyai cara untuk mengatasinya." Tukas Cukat Tan sambil tertawa. Dengan wajah serius Yu Teng poo berkata lagi. "Di dalam hal ini, orang yang tercebur di-air merupakan orang yang memikul tanggung jawab terberat, sebab jaraknya tidak mungkin terlalu dekat, mustahil pula terlalu jauh, disamping itu orang yang menyerang dari belakang perahu besar juga merupakan tugas yang paling sulit..." Sulitnya bukan masalah, biar aku saja yang memikul tanggung jawab untuk menyerang dari balik perahu besar itu" Tukas Kang Tat lagi dengan cepat. Yu Teng poo segera tertawa. "Kang tayhiap menyerang dari belakang perahu besar itu merupakan urusanku, sedang bagi Kang tayhiap cukup asal begitu perintah penyerangan diturunkan kau segera memperhatikan permukaan telaga sambil mempersiapkan gala panjang." Dengan perasaan apa boleh buat, akhirnya Kang Tat naik keatas sampan penyambut tersebut. Maka berangkatlah ke empat buah sampan tersebut menuju ke tengah telaga. Tak lama kemudian mereka sudah semakin mendekati perahu besar yang berlabuh ditengah telaga nun jauh didepan sana. oooO-de-Oooo FAJAR telah menyingsing. matahari memancarkan cahaya keemas-emasannya menerangi ke seluruh permukaan telaga. Perahu besar yang sebenarnya merupakan perahu milik Mao Tinhong itu, sekarang telah berubah menjadi perahu dari Sun Tiong lo sekalian, orang-orang yang berada datas perahu itu hampir semua merupakan orang orang dengan maksud dan tujuan yang sama. Perahu dengan delapan buah layar lebar ini pelan-pelan bergerak mendekati perahu besar lainnya dibawah sorot cahaya matahari pagi. Ketika kedua perahu besar ttu sudah berjarak satu panahan, akhirnya perahu besar berlayar delapan itu berhenti bergerak dan menurunkan jangkar. Pada saat yang bersamaan, empat buah sampan cepat yang dikemudikan oleh Yu Teng po, Kang Tat, Thio Yok sim dan Cukat Tan telah menerjang ombak bergerak mendekat, setelah melalui perahu berlayar delapan itu, serentak mereka mengepung perahu besar yang lain rapat-rapat. Sampan penyambut yang dikemudikan oleh Kang Tat berhenti agak jauh dari buritan perahu, sedangkan tiga buah sampan lainnya yang penuh berisi bahan peledak melanjutkan perjalanannya dan baru berhenti setelah berada hanya lima kaki saja dari perahu besar itu. Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo