Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 51


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 51


Raja Silat Karya dari Chin Hung   "Aku tidak mau tahu!"   Teriaknya keras.   "Jika kau tidak setuju. aku akan bunnh dirimu."   Liem Tou menyingkir kesamping untuk berkelit. saking khekinya seluruh tubuh gemetar keras. Gadis cantik pengangon kambing buru-buru menarik Liem Tou kesamping. serunya cemas.   "Oei-heng kenapa kau bentrok lagi dengan engkoh Liem. bahkan bergebrak pula menggunakan kekerasan??"   "Kau tanyalah sendiri kepadanya ."   Sahut Liem Tou sambil gelengkan kepalanya.   "Selama hidup belum pernah kujumpai manusia yang tidak pakai aturan macam kau."   Oei Poh tidak mau kalah, iapun mendengus berat-berat.   "Terhadap manusia tidak berbudi macam kau, seharusnya sudah mati sejak berada di gunung Tjing Shia". Melihat kedua orang itu saling berbentrok kembali Siauw Giok Tjing mendepak-depakkan kakinya keatas tanah.   "Hey. apa sebab sebenarnya sehingga kalian berdua bentrok lagi??"   Teriaknya penuh kegusaran.   "Bukankah kemarin malam kalian masih saling bersahabat??", Seraya berteriak matanya melototi. Oei Poh masih ngotot dan tetap berteriak keras;   "Liem Tou. kau sungguh-sungguh tidak mau?"   "Tidak!"   Mendadak ia teringat mengapa Oei Poh begitu ngotot memaksa ia untuk menerima permintaannya?? bukankah tindakannya ini sangat bertentangan dengan kehendaknya?? apa pula gunanya ia mengadu jiwa hanya demi kebahagian Siauw Giok Tjing?? Setelah berpikir sampai disitu seluruh tubuhnya baru bergetar keras, diam-diam ia berseru tertahan dan jadi paham kembali.   "Ooouw ...! Kiranya begitu, sungguh tidak kusangka kesemuanya ini hanya disebabkan bibit-bibit cinta, orang she Oei ini terhadap diri Giok Tjing dengan tindakannya ini membuktikan betapa cintanya dia terhadap Siauw Giok Tjing, hanya sayang Siauw Giok Tjing tidak mencintai dirinya, sehingga karena itu ia bermaksud membahagiakan gadis pujaannya dan memaksa aku menerima pinangnya,"   Kepalanya seperti diguyur dengan sebaskom air dingin.   hatinya merasa kecewa terhadap seorang yang suka berkorban demi cinta kekasihnya ia bersikap begitu kasar, bukankah hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat keterlaluan ? Tanpa terasa wajahnya jadi melunak kembali, lama sekali ia pandangi wajah Oei Poh! Akhirnya dengan rada rendah katanya;   "Oei-heng jangan marah dulu, sekarang aku mengetahui semua soal tersebut, siauwte merasa sangat kagum terhadap tindakan Oei-heng dan dengan ini kau mohn maaf pula terhadap kekasaran serta kelancanganku tadi, tapi kaupun harus tahu urusan ini bukan sembarangan waktu bisa diputuskan, aku lihat lebih baik Oei-heng pulang dulu ke Tzian menanti aku sudah menyelesaikan urusan ini dan pergi mencari Tian Pian Siauw tju dan menolong Hong susiok, urusan ini baru dirundingkan kembali."   Oei Poh yang mendengar ucapan dari Liem Tou ini kembali merasakan badannya gemetar keras, bersamaan itu pula ia menghembaskan napas panjang, seraya memandang Liem Tou ia mengangguk berulang kali dan tersenyum.   Kendati begitu dari senyumnya itu Liem Tou dapat melihat perasaan pedih, terima kasih serta kepiluan hatinya, hanya hawa gusar sudah tidak menghiasi wajahnya lagi.   Tanpa perduli ada sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing disana lagi, dengan penuh rasa mesra Liem Tou berseru.   "Oei-heng !"   Tiba-tiba pemuda she Oei meloncat sembari putar badan, diiringi suara gelak ketawa yang panjang ia berkelebat keluar dari ruangan tersebut.   "Liem Tou. begitulah baru mirip suatu ucapan lelaki, tetapi kau harus ingat sampai waktunya apabila kau belum juga menyetujui...Hmm ! akan kubunuh dirimu."   Ujung kaki dari kayunya sedikit menggenjot tanah.   badannya segera melayang pergi dan didalam waktu yang amat singkat telah lenyap tak berbekas.   Sepeninggalnya Oei Poh, Liem Tou berdiri termangu-mangu seorang diri.   sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang tidak tahu peristiwa apa yang telah terjadi hanya bisa berdiri sambil memandang Liem Tou dengan termangu-mangu.   Benak pemuda she Liem ini penuh dilipuii berbagai persoalan, makin lama ia makin melamun.., makin melamun makin jauh...   Tiba-tiba dengan perasaan terkejut ia tersadar kembali dari lamunannya dan bangun berdiri.   "Kita sudah waktunya, mari kita berangkat!"   Serunya ambil keputusan. Ketiga orang itu setelah berbenah sejenak lantas berjalan keluar dari kedai dan berangkat kegunung.   "Ooouw...hampir-hampir saja aku melupakan satu persoalan."   Tiba-tiba Siauw Giok Tjing berseru. Ia kembali lagi kedalam kedai untuk mengambil tiga batang rotan kering kemudian secara terpisah dibagikan ketangan Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing.   "Cepat ikat benda ini dipinggang, inilah rumput pemunah racun yang dihasilkan dari lembah Boe Beng Kok, kemujurannya sangat mujarab. Bila kalian terhisap bawa beracun dapatlah tutup pernapasan seraya menggigii seutas batang rotan. maka racun yang mengeram dibadan segera akan punah dengan sendirinya. bila menjumpai cairan beracun gunakanlah rotan ini sebagai alat senjata cambuk."   Liem Tou, sigadis cantik pengangon kambing tanpa banyak cakap lagi segera menerima benda tadi dan diikatnya diatas pinggang.   kemudian mereka bertiga dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh berkelebat menuju kedalam lembah Boe Beng Kok.   Waktu itu sang surya telah berada di sebelah Barat.   cahaya keemas-emasan masih menyinari seluruh jagad dengan terangnja.   dalam keadaan seperti ini ketiga orang itu tidak berani berjalan melalui jalanan besar.   setelah melewati beberapa puncak gunung yang tinggi mereka langsung menuju puncak gunung didekat lembah Boe Beng Kok, Ketika mereka bertiga sudah berdiri diatas puncak, Siauw Giok Tjing seraya menuding atap bangunan yang berjejar-jejar ia memberi penjelasan tentang letak dari markas besar perkumpulan Sin Beng Kouw terutama sekali istana Boe Beng Tien yang merupakan tempat peristirahatan sang Kauwtju.   Disamping itu gadis she Siauw inipun memberi petunjuk tentang letak dari alat-alat rahasia yang disebut 'Naga Berpekik Bangau Berteriek' serta '"Harimau Mengaum Monyet Menjerit".   Ketika Siauw Giok Tjing selesai memberikan penjelasan, sang surya telah lenyap di ufuk Barat sedang haripun semakin gelap.   Ujarnya Liem Tou waktu itu "Kita boleh segera berangkat !".   Siapa sangka pada waktu itulah dari dalam lembah berkumandang keluar suara jeritan panjang yang memekikkan telinga.   Mendengar suara itu air muka sigadis cantik pengangon kambing berubah hebat, tanpa terasa ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan.   Sedangkan Liem Tou serta Siauw Giok Tjing sendiripun merasa ikut terperanjat, karena dengan andalkan kesempurnaan tenaga sinkang yang mereka miliki pada saat ini telinganya ikut merasa bergetar, ini membuktikan bila tenaga sinkang yang dimiliki orang itu telah mencapai puncak kesempurnaan yang susah dilukiskan lagi.   "Tunggu dulu !"   Liem Tou segera tukar pendapat.   "Sungguh aneh sekali, jelas suara ini bukan berasal dari Boe Beng Tok-su, tapi suara siapa ? kalau didalam lembah Boe Beng Kok pun telah kedatangan manusia macam ini, maka peristiwa yang bakal kita hadapi sangat menakutkan sekali."   Baru saja dia menyelesaikan perkataannva suara suitan kedua sudah berkumandang kembali dari dalam lembah, dalam sekejap mata dari sebuah bangunan rumah dibawah lembah tersebut muncul segerombolan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang mencekal senjata tajam.   Anggota Sin Beng Kauw yang munculkan diri itu kurang lebih berjumlah dua tiga ratus orang banyaknya.   hal ini kontan membuat Liem Tou berseru tertahan.   "Kiranya didalam tiga hari ini mereka sedang mengundang balik seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang berada dicabang-cabang maupun ranting-ranting diseluruh dunia persilatan untuk bersama-sama menghadapi musuh, kalau tidak dari mana munculnya anggota sin Beng Kauw sedemikian banyaknya ??"   Air muka Liem Tou berubah makin serius ia teringat kembali akan peristiwa sewaktu ia mengunci tangannya diatas puncak gunung Tjing Shia, hatinya bergidik sehingga tidak kuasa lagi ia jatuhkan diri berlutut diatas tanah dan mulai menjura beberapa kali kearah langit.   Sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang tak mengerti mengapa pemuda itu berlutut diatas tanah, bersama-sama berseru tertahan dan mundur selangkah kebelakang.   "Iih. engkoh Liem. kenapa kau ?"   Liem Tou tak perduli teguran mereka, ia tetap berlutut dan angguk-anggukan kepalanya menghadap kelangit, wajahnya penuh dihiasi oleh kepiluan hati yang belum pernah tercermin dalam benaknya.   "Apakah inilah yang dinamakan takdir terdengar ia bergumam seorang diri.   "Misalnya takdir menghendaki demikian, aku Liem Tou tak dapat menghalanginya lagi malam ini jika aku Liem Tou akan melakukan pembunuhan secara besar-besaran, tapi tindakanku ini mungkin mendatangkan kemarahan Thian terhadap diriku ?"   Sigadis cantik pengangon kambing adalah seorang berhati welas asih, sehabis mendengar gumaman tersebut wajahnya kontan kelihatan amat sedih. Lain halnya dengan Siauw Giok Tjing, ia segera membantah ;   "Tidak ! engkoh Liem, selama setahun ini perkumpulan Sin Beng Kauw dengan andalkan racunnya yang ganas telah mendatangkan bencana buat dunia persilatan, beruntung sekali rencana yang besar ini belum sampai merambat ke- mana2. jikalau tidak kau lenyapkan mulai saat ini, hendak kau tunggu sampai kapan ? apakah kau ingin menunggu setelah pengaruh mereka makin meluas baru bekerja? saat itu Kau terlambat sudah."   "Perkataanmu memang benar. tetapi mungkinkah tindakanku ini bakal menimbulkan akibat yang jauh lebih besar ?" 'Bagaimanapun juga mereka adalah anggota Sin Beng Kauw, siapa yang menjadi anggota Sin Beng Kauw dia harus mati". Liem Tou melongak melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing ia temukaa wajah gadis itu penuh diliputi dengan napsu membunuh. hal ini belum pernah ia temui selama ini. Sepasang mata dari gadis she Siauw pada saat ini dengan pancarkan cahaya tajam sedang melototi dirinya, ketika sinar mereka sama-sama bentrok menjadi satu hati mereka berdua kontan terasa bergidik. karena masing-masing pihak menemukan bila pihak lawannya telah dipenuhi oleh napsu membunuh.   "Dosa!"   Diam2 Liem Tou berseru di dalam hatinya. Dari berlutut ia jadi duduk bersila, bisiknya lirih.   "Tjing- moay! Wan-moay! untuk sementara waktu kalian berdua nonton saja dari atas puncak ini. biarlah aku turun seorang diri!"   Sepasang matanya dipejam kemudian mulai mengatur pernapasan dan semedi sebagai persiapan dalam menghadapi suatu pertempuran yang bakal terjadi dengan sengitnya. Tiba-tiba Siauw Giok Tjing merasakan hatinya sedikit bergerak. iapun duduk bersila.   "Tidak!"   Serunya cepat.   "Kita harus menggertak dulu pihak mereka sehingga semangat serta kepercayaan pada diri sendiri dari anggota Sin Beng Kauw pecah dan hancur. dengan demikian pekerjaan kita boleh dihitung sudah sukses separuh. atau mungkin dengan demikian kita bisa mengurangi jumlah pembunuhan yang harus kita lakukan, wan-moay, kau baik- baiklah berada dipuncak ini sembari menjagakan kalangan pertarungan dari bokongan manusia-manusia tidak tahu malu."   Perempuan inipun pejamkan matanya sehabis mengucapkan kata-kata itu.   napasnya mulai diatur dan hawa murni disalurkan mengelilingi seluruh anggota badan, Sigadis cantik pengangon kambing yang melihat kejadian ini hanya bisa merasakan jantungnya berdebar sangat keras, tanpa terasa muncullah bayangan sebagai apa yang dikatakan; 'Darah mengalir bagaikan sungai, mayat bertumpukan bagaikan bukit'.   Hatinya bergidik, mendadak ia teringat kembali dengan pemandangan yang mengerikan sewaktu ayahnya dibunuh, selapis napsu membunuh kontan menyelimuti seluruh wajahnya, ia ikut duduk bersila dan mengikuti pelajaran kitab pusaka Toa Loo Tjin Keng mulai salurkan hawa murninya.   Segulung angin gunung yang membawa hawa napsu membunuh tertiup lewat sepoi-sepoi, dedaun mulai berguguran memenuhi permukaan tanah karena waktu itu adalah musim gugur.   Dipuncak sebelah sini lembah Boe Beng Kok duduklah tiga orang muda dengan wajah seram, suatu pertumpahan darah segar akan berlangsung dengan ketiga orang itu memegang sebagai peran utama.   Inikah yang dinamakan Takdir ?! Udara perlahan-lahan menggelap dan cuacapun berubah menurut perputaran alam.   Mendadak dari dalam lembah Boe Beng Kok muncul sesosok bayangan putih yang di i' uti B .e Bong Tok su dengan wjah ya,?g jaib lebih dingin dari pada tiga tahun berselang munculkan dirinya ditengah kalangan.   Sembari tertawa tergelak ia berseru: Liem Tou, kau angcao kami tidak berhasil temukan jejakmu ? aku sudah lama menantikan kedatanganmu."   Liem Tou, Siauw Giok Tjing serta si gadis Cantik pengangon kambing setelah mengatur pernapasan beberapa saat, semangatpun telah pulih kembali seperti sedia kala.   mendengar e akan ita perlahan-lahan mereka buka mata dan bangun berdiri.   Cahaya mata yang dipancarkan ketiga orarg itu dalam detik ini begitu tenang halus dan ramahh.   "Mari kita turun !"   Ajak Liem Tou kemudian dengan suara yang tenang dan kalem. Mendadak ....   "Iiih !"   Sigadis cantik pengangon kambing berseru tertahan.   Buru-buru Liem Tou dan Siauw Giok Tjing berpaling dilihatnya beratus-ratus orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada didalam lembah telah membentuk suatu barisan yang aneh, setiap barisan begitu tertatur dan kouat sekali pertahanannya.   Ketika itulah tampik sesosok bayangan putih laksana kilat meluncur naik keatas puncak.   Terutama sekali gerakan bayangan putih itu bagaikan sebuah benda bulat saja, menggelinding datang laksana sambaran kilat.   "Hati-hati!"   Seru Liem Tou kasih peringatan.   Dalam sekejap mata kedua sosok bayangan tersebut telah tiba diatas puncaK, mereka berhenti kurang lebih tiga tombak dihadapan ketiga orang itu.   Kiranya mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok-su serta seorang kakek tua berambut putih beralis putih yang berperawakan pendek lagi gemuk, jubah yang dikenakan pun berwarna putih sehingga jika dilihat dari tempat kejauhan persis segumpal bola putih.   Setibanya dihadapan ketiga orang itu.   dengan pandangan yang dingin Boe Beng Tok-su menyapu sekejap wajah mereka kemudian perlihatkan suatu senyuman yang sangat, ujarnya ringan.   "Liem Tou, jikaiau kau tak ingin turun dari lembah ini, terpaksa aku dengan Sing Lootjianpwe datang kemari menjumpai dirimu, kau dapat memperoleh pandangan yang istimewa dari Sing Lootjianpwe boleh dikata kau merupakan satu-satunya orang yang paling beruntung selama empat puluh tahun ini". Sekali lagi Liem Tou memperhatikan wajah sikakek tua berjubah putih, ia temukan walaupun orang tersebut sudah tua tetapi wajahnya putih kemerah-merahan seperti wajah bocah cilik, diam-diam hatinya merasa terperanjat.   "Sing Locianpwee!"   Tegurnya tenang.   "Belum pernah kudengar dalam dunia persilatan ada manusia macam kau". Sekali lagi Boe Beng Tok-su tertawa.   "Sekalipun kuberitahu kepadamu siapakah sebenarnya Sing Lootjianpwee ini, rasa2nya sutjouw dari Pouw siangtju sakti Suo Kut Mo Pian pernah kau dengar namanya bukan? masih ada lagi ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang kau pernah mengetahuinya bukan?"   Liem Tou sangat terperanjat, tanpa terasa tangannya dibentang untuk merintangi Siauw Giok Tjing serta sigadis cantik pengengon kambng yang ada disisinya untuk maju lebih kedepan ia sendiripun mundur selangkah kebelakang belum sempat memberi jawaban si Boe Beng Tok-su sudah menyambung lagi sambil tertawa;   "Thiat Bok, Tji Liong. Hong Im beserta angkatan yang lebih muda setingkat Pouw Sauw Ling telah terluka semua ditanganmu, coba kau pikir perlukah Loocianpwee ini datang sendiri untuk menjumpai dirimu??"   Maksud kegunaan dari Boe Beng Tok-su berkata demikian bukan lain adalah dikarenakan ia ingin antara Liem Tou dengan sikakek berjubah putih ini Suo Kut Mo Pian terjadi bentrokan secara langsung.   ia ingin mengandalkan kekejian serta ketelengasan si Suo Kut Mo Pian yang telah menggemparkan seluruh dunia persilatan pada masa yang silam menekan diri Liem Tou bahkan kalau dapat melenyapkan dari muka bumi ini.   Sedikitpun tidak salah, baru saja Boe Beng Tok-su menyelesaikan kata-kata tersebut diatas selembar wajah Suo Kut Mo Pian, yang masih kebocah-bocahan terlintas perasaan murung serta kesal yang tebal.   tapi kekesalan tersebut hanya berkelebat sekejap saja kemudian pulih kembali seperti sediakala, sunyuman menghiasi bibirnya, Senyuman ini seketika itu juga mendatangkan rasa bergidik bagi Liem Tou sekalian, mereka merasakan suatu perasaan yang aneh timbul dalam dasar hatinya.   Tetapi bagaimanapun juga dengan kesempurnaan tenaga sinkang yang dimiliki Liem Tou, akhirnya ia berhasil juga menekan rasa tak enak yang bergelora didalam dadanya, kepada Suo Kut Mo Pian ia segera menjura memberi hormat.   "OOOUW... kiranya yang datang adalah Sing Loocianpwee yang namanya telah tersohor diempat samudera, maaf, maaf. .."   Mendadak satu ingatan bagus berkelebat didalam benaknya, seraya tersenyum ringan sambungnya;   "Sungpuh tak kusangka Sing Lootjianpwee suka mendatangi lembah Boe Beng Kok karena memperoleh undangan sang Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw. dengan demikian tentunya Kauwcu sudah melupakan dendam serta kesalah pahaman yang pernah dilakukan diantara Thiat Bok Thaysu dengan suhu dari Kauwcu si Tjhiet Tji Tauw Tuo pada masa yang silam !"   Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu air mukanya kontan berubah hebat.   "Liem Tou apa kau kata?"   Teriaknya penuh kegusaran.   Dengan langkah lebar ia berjalan menghampiri.   kelima jarinya dipentangkan mencengkeram dada Liem Tou.   Tapi belum sempat serangan itu mencapai pada sasarannya Sou Kut Mo Pian sambil tertawa cekikikan sudah menarik tangan Boe Beng Tok-su kebelakang.   "Loote ! kau berhasil mengundang datang Loohu kemari ini berarti kesalah pahaman antara suhumu dengan Thiat Bok telah dipeti eskan, buat apa kau merasa gelisah karena ada orang yang coba memanasi hatiku ditengah jalan ? luka Loote baru saja sembuh, lebih baik jangan terlalu menggunakan tenaga apalagi marah-marah, kau tonton saja kepandaian dari Loohu untuk tangkap bangsat cilik itu, Nah ! minggirlah sedikit ,"   "Sudah tentu, sudah tentu ! "   Seru Boe Beng Tok-su dengan sepasang biji mata berputar, Mengikuti ucapan tersebut ia menyingkir kebelakang dan menunjukkan wajah yang mengejek menoleh kearah Liem Tou.   Liem Tou yang mendengar ucapan dari Sou Kut Mo Pian itu, tanpa ia sadari lagi seluruh perhatiannya dicurahkan kearah musuh.   hawa singkang diam-diam disalurkan mengelilingi seluruh tubuh siap menantikan serangan pihak lawan.   Suu Kut Mo Pian sendiri dengan sepasang matanya yang tajam berwarna kebiru-biruan melototi wajah Liem Tou tak berkedip, tiba-tiba ujarnya dengan nada suara bagaikan bocah ;   "Liem Tou. dikolong langit pada saat ini boleh dihitung kepandaian silatmu yang paling tinggi, kau masih berusia kecil akan tetapi Kesempurnaan ilmu silatmu telah mencapai sedemikian tingginya, aku merasa sangat kagum sekali. Tiat Bok Tji Liong Ang Im serta Sauw Ling beberapa orang pada terluka semua ditanganmu, hal ini loohu tak bisa salahkan kau melainkan menyalahkan kepandaian silat mereka tidak becus, dan ini hari di antara kita berdua telah saling berjumpa satu sama lain, ini berarti pula diantara kita ada jodoh. Liem Tou ! bagaimana ??? Apakah kau sanggup menerima sepuluh jurus seranganku?"   "Hmm, setelah malam ini berjumpa dengan dia"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pikir Liem Tou didalam hati.   "Jangan dikata cuma sepuluh jurus sekalipun seratus ribu juruspun aku tak akan mundar !"   Walaupun dihati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab sambil tertawa.   "Bilamana tjianpiwe begitu memandang tinggi diriku, boanpwee tentu saja akan menerima perintah tanpa membantah, hanya satu-satunya harapanku adalah apabila Tjianpwe suka sedikit mengalah dan jangan turun tangan jahat padaku".   "Bagus, bagus, bagus sekali."' Sekali lagi Suo Kui MO Pian tertawa cekikikan.   "Bila kau bisa menyambut sepuluh jurus seranganku, aku segera akan putar badan berlalu dan sejak ini tidak akan munculkan diri kembali didalam dunia persilatan, selama hidup aku akan menjalani penghidupan yang susah di daerah bersalju yang amat dingin. kalau tidak. maka dalam kemunculanku yang kedua kalinya dalam dunia persilatan ini aku tidak bersiap untuk pulang lagi". Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu dari samping pada mulanya perlihatkan wajah kegirangan, tetapi setelah mendengar perkataan yang teraknir mendadak senyuman girang lenyap berganti dengan wajah murung. Agaknya siapapun dapat meraba dan melihat jelas, apabila Suo Kui Mo Pian tidak suka balik lagi kegunung ini berarti kedudukan Sin Beng Kauw Kauwtju jadi sangat berbahaya sekali. Liem Tou tidak menjawab lagi, ia perdengarkan suitan yang nyaring sehingga menggema memenuhi angkasa. Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang melihat Liem Tou akan turun tangan menghadapi musuh tangguh, tanpa terasa lagi mereka bersama-sama berseru;   "Engkoh Liem, dalam menghadapi musuh yang tangguh kau harus berhati-hati dan selalu waspada". Ketika itu Liem Tou sudah kumpulkan hawa sinkangnya dipusar, mendengar ucapan itu ia mengangguk.   "Engkoh Liem!"   Terdengar Siauw Giok Tjing berbisik kembali dengan nada yang lirih.   "Kau jangan lupa menggunakan ilmu telapak yang kau berhasil pelajari dari lembah Mati Hidup". Sekali lagi Liem Tou mengangguk. tapi ia tidak memikirkan lebih mendalam ucapan dari Siauw Giok Tjing yang terakhir ini. Pada waktu itu selembar wajah kebocah-bocahan dari Suo Kut Mo Pian telah berubah membesi, didalam sekejap mata air mukanya sudah terlapiskan selembar kabut tebal yang berwarna putih, bersamaan itu pula sepasang telapak tanganpun mengebulkan asap putih bagaikan kabut gunung.. .. Liem Tou yang berdiri dihadapannya seketika merasakan udara disekelilingnya ikut berubah jadi dingin sekali sehingga badan terasa bergetar keras, hatinya menjadi bergidik. Ia tahu Suo Kut Mo Pian telah mengeluarkan ilmu 'Kioe Im Tong Tju Loh Han Ciang' nya. hanya ia tidak menyangka sebelum angin serangan dilancarkan cukup sewaktu menyalurkan tenagapun telah menimbulkan hawa dingin yang menggidikkan hati. Pada detik inilah ia mulai menyadari apabila malam ini dirinya sudah berjumpa dengan musuh yang paling tangguh selama hidupnya, jlka ia sampai kalah ditangannya bukan saja sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang ada dihidapannya menemui bahaya bahkan seluruh umat Bu-lim pun bakal menemui bencana. Setelah teringat apabila pertarungan malam ini menentukan siapa yang lebih unggul antara golongan Pek-to serta golongan Hek-to, pemuda she Liem ini semakin persiapkan diri lagi. Ia mengambil keputusan bagaimanapun yang terjadi ia harus menerima dulu kesepuluh jurus serangannya kemudian baru pikirkan kembali akibatnya. Ia tarik napas panjang-panjang. seluruh tenaga sinkang yang dimilikinya disalurkan mengelilingi seluruh badan. Tetapi sewaktu melihat sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing hanya berdiri tiga depa dibelakangnya, dengan wajah serius ia lantas berseru;   "Ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Keng dari tjianpwee sangat lihay. cepat mundur satu tombak lebih kebelakang seraya salurkan tenaga untuk bersiap sedia". Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing menurut, mereka mundur tiga tombak kebelakang, sepasang matanya dipentangkan lebar-lebar memperhatikan wajah Liem Tou, mereka tak berani berlaku ayal terutama sekali Siauw Giok Tjing. Tanpa terasa ia sudah cekal gagang pedang Lam Beng Kiamnya erat-erat. Suo Kut Mo Pian pun salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan. mendadak dari sepasang matanya memancarkan cahaya dingin...Tak, tak tak. .. berturut-turut ia maju beberapa langkah kedepan, telapak tangannya didorong kedepan mengirim sebuah serangan angin dingin yang menggidikkan hati, bersamaan itu pula terasa adanya segulung tenaga tekanan yang keras menindih datang. Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi, tangannya diayunkan kedepan mengirim pula sebuah angin pukulan dengan menggunakan tenaga pukulan sebesar tujuh bagian.   "Braaak ..!"   Kedua gulung angin serangan sama-sama berbentrok untuk kemudian punah tak berbekas.   Jilid-51 Matinya Hweesio tujuh jari.   TUBUH LIM TOU serta Suo Kut Mo Pian sama-sama berdiri tak berkutik bagaikan gunung thay-san tetapi dalam bentrok barusan inilah masing-masing pihak telah dapat mengukur sampai dimanakah kekuatan lawan.   Tanpa disadari rasa waspada pun makin meliputi hati mereka berdua, baik Liem Tou maupun Suo Kut Mo Pian tidak berani bergerak secara gegabah lagi.   Lama sekali kedua orang itu berdiri saling berhadap- hadapan, mendadak jubah putih Suo Kut Mo Pian bergelembung, mulutnya yang kecil bagaikan bocah memperdengarkan dua kali jeritan yang amat nyaring Ujung jubah dibebut keluar.   sepasang telapak bersama- sama diayun kedepan melancarkan sebuah angin pukulan bagaikan taupan menggulung empat penjuru.   Seketika itu juga Liem Toa merasakan badannya gemetar keras, gigi saling beradu darah yang mengalir dalam badannya seraya membeku semua, Buru-buru ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh untuk punahkan rasa dingin yang merasuk tulang itu.   "Ilmu Kioe Im Cin Khie yang sangat lihay."   Tak kuasa lagi ia berseru memuji.   Sepasang telapak tangannya bersama-sama ditekan kebawah.   dengan salurkan sembilan bagian tenaga sinkangnya mengirim sebuah pukulan angin taupan mempertahankan diri dari hantaman lawan.   Pukulannya segera membentuk suatu pertahanan yang kuat bagaikan dinding baja.   Bentrokan pukulan kali ini terjadi karena bertemunya hawa pukulan Im dan hawa pukulan yang satu keras yang lain lunak ...   "Brak! Angin pukulan kontan lenyap tak berbekas, tetapi bersamaan itu pula air muka Sou Kut Mo Pian maupun Liam Tou sama-sama berubah hebat. tubuhnya tergetar keras. Hingga detik inilah Suo Kut Mo Pian baru merasa terperanjat. ia mendengus dingin sepasang matanya memancarkan cahaya dingin yang menggidikan hati. Tjing Oow Koay Hiap ternyata bukan nama kosong belaka Loohu merasa sangat kagum!"   Serunya keras. Liem Tou sendiripun ikut merasa terperanjat atas kedasyatan tenaga sinkang yang dimiliki Sou Kut Mo Pian, seluruh perhatiannya makin tercurahkan dalam pertarungan.   "Tjianpwee terlalu memuji."   Jawabnya hambar.   "Aku rasa ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang engkaupun sangat luar biasa. hampir saja aku tidak sanggup untuk menerimanya."   Sewaktu bercakap-cakap itulah masing-masing pihak menggunakan kesempatan ini untuk mengatur pernapasan.   "Tjianpwee! kau telah melancarkan tiga buah serangan, maaf sekarang boanpwee dari posisi akan berganti menyerang bertahan."   Tiba-tiba Liem Tou berseru, Mendengar perkataan itu Suo Kut Mo Pian mendongak tertawa terbahak-babak.   "Sudah tentu. sudah tentu!"   Tetapi baru saja ia menyelesaikan kata-katanya mendadak diiringi suatu jeritan keras, bagaikan sebuah bola saja badannya menggelinding kedepan mendesak maju tiga langkah kedepan.   ditengah menyambarnya angin pukulan yang gencar dalam sekejap mata ia sudah mengirim tiga buah serangan sekaligus.   Tiga tombak disekeliling kalangan seketika itu juga diliputi juga hawa dingin yg menggidikan hati Liem Tou hanya merasakan kulitnya seketika berubah jadi memerah.   hal ini masih tidak aneh, justru hawa dingin tersebut ternyata meresap masuk melalui setiap bulu badannya menerjang urat dan membekukan semua orang didalam badannya.   Seluruh tubuh Liem Tou bergidik, seraya menggertak gigi menahan rasa dingin yang menyerang badannya diam-diam ia berpikir.   "Apakah aku Liem Tou pada malam ini juga akan musnah ditangannya??."   Pikiran dengan cepat berputar. timbullah semangat jantan didalam tubuhnya.   "Tiga buah serangan dari cianpwee telah..."   Kata terakhir belum sempat diucapkan Liem Tou merasa badannya tidak tahan, ia mengempos semangat dan salurkan hawa sinkangnya mengelilingi seluruh badan.   Dengan menggunakan sepuluh bagian tenaganya ia balas mengirim tiga buah serangan sekaligus kedepan.   bersamaan itu pula bayangan hijau berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan badannya sudah lenyap tak berbekas.   Tetapi Suo Kut Mo Pian pun bukan seorang jago yang tiada berpengalaman.   sewaktu ia merasa kehilangan musuhnya sang badan dengan cepat berputar, sepasang telapak bersama-sama didorong kedepan.   Sedikitpun tidak salah Liem Tou benar-benar berada dibelakangnya dan siap melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.   "Braaak. .! untuk ketiga kalinya sepasang telapak masing- masing pihak saling bertemu dan berbentrok satu sama lainnya. Kedua orang itu sama-sama menggunakan seluruh tenaga, sama-sama berniat mengadu jiwa, dalam serangannya barusan mereka telah menambahi tenaganya sebanyak tiga bagian dari pukulan semula. Diatas puncak lembah Boe Beng Kok kontan terkurung oleh pusaran angin taupan yang maha dahsyat rumput batu debu, pasir maupun pepohonan pada tumbang dan berterbangan memenuhi angkasa, keadaannya mirip letusan gunung berapi, sungguh mengerikan sekali. Boe Beng Tok-su, Sigadis cantik pengangon kambing maupun Siauw GiOk Tjing sama-sama mundur delapan tombak jauhnya dari tengah kalangan untuk meloloskan diri dari terjangan pusaran angin tersebut. Ketika Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou melancarkan bentrokan yang keenam kalinya masing-masing pihak mendengus berat lalu sama-sama mundur tiga langkah kebelakang, Air muka Liem Tou pucat pasi bagaikan mayat seluruh tubuhnya gemetar keras. Sedangkan wajah Suo Kut mo Pian yang dasarnya sudah putih kini berubah kehijau-hijauan. dari ubun-ubunnya mengempulkan selapis kabut putih yang makin lama menebal, sepasang matanya yang biru kini berubah menguning. Kedua orang itu berdiri saling berhadapan dengan jarak delapan depa masing-masing pihak berdiri terpaku ditempat semula dengan sepasang mata memperhatikan pihak lawannya tajam-tajam. Ketika itulah dengan penuh kemurungan Siauw Giok Tjing berbisik kepada diri sigadis cantik pengangon kambing.   "Wan- moay, agaknya Engkoh Liem sudah terluka."   Sigadis cantik pengangon kambing mengangguk.   "Ehmm...benar, agaknya ia sudah terluka."   "Bila engkoh Liem ttdak kuat mempertahankan diri. aku siap hendak turun tangan menggantikan dirinya."   "Jangan, engkoh Liem tentu akan merasa tidak gembira."   Cegah Lie wan Giok dengan cepat.   Walaupun kedua orang gadis itu sedang bercakap-cakap tetapi sepasang matanya memperhatikan kalangan pertempuran tajam-tajam.   Pada saat itulah mendadak Boe Beng Tok-su menggerakkan badannya berjalan tiga tombak lebih kedepan sehingga saat ini jaraknya dengan Suo Kut Mo Pian tinggal dua tombak.   Bersamaan itu pula dari sakunya mendadak ia ambil keluar semacam barang yang kemudian digenggamnya erat-erat ditangan.   Melihat hal tersebut Siauw Giok Tjing terperanjat bisiknya kepada diri si gadis cantik pengangon kambing.   "Coba kau lihat kauwcu itu hendak berbuat apa ?"   Seraya berseru badannya melayang dua tombak kedepan. dengan mengitari sisi tubuh Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou mendekati Boe Beng Tok-su hingga berjarak satu tombak dari dirinya.   "Eei, kau sebagai seorang kauwcu seharusnya berlaku sedikit sopan dan tahu diri,"   Tegurnya dingin "Jikalau kau hendak membokong orang.   Hmm! dalam satu jam akan kusuruh kau mati tanpa tempat kubur".   Habis berseru dengan pandangan penuh kegusaran ia melototi wajah Boe Beng Tok-su, tangannya mencekal pedang Lam Beng Kiam erat-erat.   Boe Beng Tok-su mendengus dingin, badannya mundur kembali dua tombak ke belakang.   Dengan pandangan dingin Siauw Giok Tjing memperhatikan ia mundur sedang ia sendiri tetap berdiri tak bergerak dari tempat semula.   Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou yang sedang bergebrak pun sama2 tahu apa bila tenaga sinkang yang mereka miliki adalah seimbang, siapapun jangan harap bisa menangkan pihak lawannya, atau bila diteruskan maka hasil akhir adalah sama-sama terluka.   Beruntung sekali enam buah serangan sudah berlalu walaupun sisanya empat buah serangan makin lama makin sulit, tetapi di dalam sekejap mata akan berlalu dan menang kalahpun akan segera ditentukan di dalam keempat jurus ini.   Setelah mempunyai pikiran begitu, siapapun diantara mereka berdua tak ada yang berani pecahkan perhatian mereka berdua saling berhadap-hadapan dengan hawa sinkang disalurkan mengelingi seluruh badan.   Semisalnya waktu Liem Tou berada didalam lembah Mati hidup tidak menghisap darah ular bersisik perak, mungkin pada saat ini ia tak bakal tahan terhadap serangan Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang yang dilatih Suo Kut Mo-pian selama empat puluh sembilan tahun ditengah pegunungan bersalju.   Sebaliknya Sou Kut mo-pian yang berturut-turut melancarkan enam buah serangan tanpa berhasil melukai diri pemuda itu sebaliknya ialah isi perut sendiri tergetar, darah bergolak.   hatinya jadi terperanjat, timbullah rasa bergidik didalam hatinya.   Justru diakui merasa jeri ia makin bermaksud mengadu jiwa.   inilah sifat manusia.   Beberapa saat kemudian kedua orang itu sama-sama sudah pusatkan seluruh tenaga yang dimilikinya mendadak Liem Tou menemukan Suo Kut mo-pian memperkuat kuda-kudanya yang makin lama semakin diperendah, hatinya langsung bergidik ia tahu orang itu sudah siap mengunakan tenaga sinkang yang dipelajarinya selama ratusan tahun untuk dikorbankan dalam serangannya kali ini, Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi iapun memperkuat kuda-kudanya, badan perlahan-lahan merendah kebawah sedang tenaga sinkang dikerahkan mencapai pada puncaknya.   rambut pada bangun berdiri bulu badan tegak bagaikan Pit.   kulit berkerut sedang wajah tenang jelas pemuda ini pun sudah bersiap sedia untuk mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.   Hawa dingin menyelimuti sekeliling tubuh Soo Kut Mo Pian kesepuluh jarinya secara samar-samar mulai memancar keluar hawa tipis berwarna merah.   Waktu sedetik demi sedetik berlalu, seperminum teh lamanya kedua orang itu berdiri saling berhadapan tapi tak seorang pun yang mulai melancarkan serangan terlebih dahulu suasanapun dengan demikian ikut berubah makin menegang.   Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing maupun Boe Beng Tok-su sama-sama tidak berani berkutik mau pun mengucapkan sepatah katapun.   Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, angin gunung bertiup sepoi-sepoi, suara burung yang berterbangan di angkasa mendatangkan rasa berdebar dihati setiap orang.   Baik Suo Kut Mo Pian maupun Liem Tou telah menyalurkan hawa murninya mencapai pada puncak yang harus dilepaskan, sepasang mata melotot bulat-bulat dan memancarkan cahaya yang amat tajam, sepasang telapak perlahan-lahan didorong kedepan.   Dalam sekejap mata empat telapak menempel satu sama lainnya, tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar keras.   Siapa nyana ketika itulah sewaktu telapak Suo Kut Mo Pian menempel dengan telapak Liem Tau, mendadak ia menarik kembali tangannya seraya menjerit keras, badannya bagaikan sebuah bola putih mencelat tujuh.   delapan tombak tingginya ditengah udara.   Liem Tok tidak sempat menarik kembali serangannya .   "Sreet! sebuah angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kemuka dan menghantam tubuh Boe Beng Tok-su yang berdiri kurang lebih lima tombak dibelakang Suo Kut Mo Pian. Datangnya angin pukutan sedemikian dahsyatnya ini sama sekali tidak pernah diduga oleh Boe Beng Tok-su menanti ia merasakan adanya desiran angin tajam untuk menghindarpun tidak sempat lagi. Ketika tubuhnya baru saja bergerak angin pukulan sudah menyambar telak badannya "Braaak !"   Tubuhnya terhajar keras-keras dengan sempoyongan Kauw Tju dari Sin Beng Kauw ini mundur tujuh langkah kebelakang kemudian jatuh terduduk diatas tanah.   Walaupun ia tidak sampai terluka parah, tetapi saking kagetnya seluruh wajah berubah pucat pasi bagaikan mayat, sukma terasa melayang tinggalkan rongga dadanya.   Menanti Liem Tou berhasil menarik kembali serangannya dan berpaling tampak olehnya badan Suo Kut Mo Pian yang meloncat tujuh, delapan tombak ketengah udara pada saat ini laksana sambaran kilat telah meluncur kearah puncak gunung sebelah kiri.   Bersamaan itu pula dari puncak sebelah kiri berkumandang datang suara tertawa gelak yang berat tapi memekikkan telinga sedangkan Suo Kut mo-pian sendiri memperdengarkan suitan nyaring yang menggidikan hati.   Ketika Boe Beng Tok-su mendengar gelak tertawa itu badannya segera meloncat bangun kemudian menubruk kearah mana berasalnya suara tersebut sedangkan dari lembah Boe Beng Kok sendiripun muncul sesosok bayangan hitam yang langsung menyambut datangnya Boe Beng Tok-su.   Liem Tou yang melihat situasi telah terjadi perubahan ia segera berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang waktu itu sedang berdiri tertegun karena menjumpai perubahan tersebut.   Tanpa berpikir panjang lagi pemuda She Liem berseru keras.   "Cepat kita pergi lihat Keramaian !"   Kakinya menjejak tanah langsung meluncur ke arah puncak sebelah kiri, menanti ia sudah tiba disana dalam kalangan telah berlangsung suata pertarungan sengit empat orang terbagi dalam dua rombongan.   Kiranya orang yang baru saja datang bukan lain adalah iblis nomor wahid masa lampau sihweesio tujuh jari Tjiet Tji Tauw Tuo.   tampak sepasang kaki orang itu sudah putus tapi pada saat ini dengan gunakan kakinya yang kutung meloncat kesana kemari dengan gerakan lincah.   Sebuah cambuk panjang bagaikan seekor naga sakti dengan dahsyatnya melayang kesana kemari saling serang menyerang dengan diri Suo Kut Mo Pian, inilah suatu pertarungan Bu-lim yang maha hebat.   Dalam rombongan lain Pouw Sauw Ling yang lengannya belum sembuh saling bergebrak dengan sengit melawan Boe Beng Tok-su.   Tak usah diraguknn lagi, pertarungan yang sedang berlangsung kali ini bukan lain adalah untuk menyelesaikan dendam sakit hatinya pada empat paluh tahun berselang.   Melihat kejadian itu Liem Tou kegirangan pikirnya.   "Mereka saling bergebrak sendiri. ini menguntungkan posisiku tanpa mengeluarkan tenaga lagi lembah Boe Beng Kok akan hancur berantakan."   Sewaktu ia berpikir sampai disitu mendadak ditemukan Pouw Siauw Ling yang dasarnya bukan tandingan Boe Beng Tok-su saat ini mulai keteter dan terdesak hebat ia kelihatan begitu ngotot didalam perlawanannya dengan gunakan tangan tunggal, jelas sebentar lagi ia bakal terluka ditangan Boe Beng Tok-su.   Melihat Pouw Siauw Ling terdesak hebat tanpa sadar Liem Tou teringat kembali akan encinya Pouw Djien Tjoei jikalau dia sampai mati ditangan Boe Bong Tok-su maka Pouw Djien Tjoei tentu akan merasa bersedih hati.   Teringat pula akan kejadian serta kebuasan Boe Beng Tok- su dengan perkumpulan Sin Beng Kauwnya, timbullah maksud di hati Liem Tou untuk lenyapkan orang ini dari muka bumi.   Ia ada maksud membantu Pou Sauw Ling untuk melenyapkan Boe Beng Tok-su dan menghancurkan perkumpulannya.   Ketika ia menoleh lagi kedalam pertarungan partai pertama.   dilihatnya baik si Hweesio tujuh jari Chiet Cie Tauw Tuo mau pun cambuk iblis Suo Kut Mo Pian sama-sama terjerumas didalam pertarungan sengit, dalam waktu singkat mereka tak akan bisa menentukan siapa menang siapa kalah.   Setelah mengambil keputusan Liem Tou segera meloncat maju kedepan sembari bentaknya dingin.   "Sauw Ling, cepat menyingkir!"   Waktu itu Pou Sauw Ling sedang diteter Boe Beng Tok-su habis-habisan untuk mundur ia sudah tak mampu lagi apa lagi ketika mendengar ucapan tersebut pikirannya bercabang, kontan saja pundaknya kena terhajar oleh pukulan Boe Beng Tok-su keras-keras.   Badannya tak bisa berdiri tegak lagi ia segera terjungkir dan jatuh terguling kebawah puncak.   Walaupun Liem Tou merasa terperanjat melihat kejadian itu tetapi ia tidak ingin turun tangan menolong, telapak tangannya disilang didepan dada kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat kedepan.   Tampaklah bayangan hijau berkelebat seketika itu juga didepan maupun di belakang tubuh Boe Peng Tok-su dipenuhi dengan bayangan tubuh Liem Tou.   Boe Beng Tok-su coba menerjang kekiri menyambar kekanan, tetapi tidak berhasil juga meloloskan dirinya dari kurungan tersebut.   Melihat hal itu Boe Peng Tok-su jadi cemas, bentaknya penuh kegusaran.   "Liem Tou! Melancarkan serangan menggunakan kesempatan waktu orang tak siap terhitung manusia enghiong macam apakah kau ini??"   Liem Tou yang sudah bersiap sedia melenyapkan dirinya sehingga tinggal kedua orang tua bangka itu saling bergebrak sendiri segera menyahut setelah mendengar ucapan itu.   "Engkau telah berhasil menghajar Pouw Sauw Ling jatuh kebawah puncak, apakah keadaanmu sedang berada dalam keadaan bahaya???"   "Paling sedikit aku baru saja bergebrak melawan dirinva sedang kau menganggur disamping, apakah ini bukan dinamakan menggunakan kesempatan orang lain tidak bersiap sedia??" . Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya.   "Heeh ..heeh ...heeeh.. dengan gunakan tenaga singkang yang kumiliki aku telah bergebrak sebanyak tujuh jurus dengan Sing Loo Tjianpwee, apakah inipun tak terhitung suatu pertempuran???" . Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia tak dapat menjawab terpaksa dengan adu jiwa ia mengirim delapan buah serangan dahsyat. Serangan ini dilancarkan karena hatinya gelisah disamping mengirim delapan buah serangan tangan kirinya segera mencabut keluar pedang hitamnya Liem Tou tahu kekuatan tenaga sinkang yang dimiliki Boe Beng Tok-su ada batasnya kepandaian yang asli darinya adalah permainan pedang hitam tersebut, bila ia sampai cabut keluar senjatanya maka keadaan akan jauh lebih merepotkan lagi. Gerakan tubuhnya segera berubah, secara mendadak Boe Beng Tok-su merasakan bajangan hijau yang mengurung tubuhnya makin menebal sehingga hampir boleh dikata mengaburkan seluruh pandangan matanya Baru saja ia menemukan keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya, mendadak punggungnya terasa sakit. tahu-tahu telapak tangan Liem Tou dengan telak telah bersarang dipunggungnya Tak tertahan lagi badannya jatuh sempoyongan sejauh dua tombak, darah segar muncrat keluar membasahi lantai. Tetapi pertarungan ini adalah pertarungan yang menyangkut mati hidupnya, dengan sekuat tenaga ia coba menjaga diri jangan sampai kehilangan tenaga sinkang dengan percuma. Sambil gertak gigi ia tahan mengalirnya darah keluar dari mulut, tidak memperdulikan lagi keadaannya yang terluka parah, juga tidak bangun berdiri lagi badannya menubruk kearah bawah. Ternyata ia berusaha untuk melayang turun dari puncak itu kemudian melarikan diri masuk kedalam lembah Boe Beng Kok. Liem Tou sama sekali tidak menyangka akan terjadinya peristiwa ini, karena hal tersebut sangat bertentangan dengan peraturan Bu-lim. Ia tidak mengira Boe Beng Tok-su sebagai seorang kauwcu ternyata mementingkan keselamatan daripada nama besarnya.   "Bangsat, sungguh licik kau!"   Bentak Liem Tou penuh kegusaran. Dengan cepat ia mengangguk ke arah si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Cepat pergi! serang lembah Boe Beng Kok dan tak usah kasihan lagi terhadap mereka-mereka itu . Selesai berkata dengan dipimpin sendiri, Liem Tou beserta kedua orang gadis itu melayang turun kebawah menuju lembah Boe Beng Kok. Sembari berlari Liem Tou memperhatikan keadaan barisan yang dibentuk beratus-ratus anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sebagai Kioe Tok Toa Tin ini. Jelas barisan tersebut terdiri dari piauw beracun panah beracun serta cairan-cairan beracun sebangsanya sehingga namanya sesuai dengan kioe-tok sembilan racun. Melihat barisan tersebut Liem Tou sama sekali tidak jeri, karena ia tahu barisan yg bagaimana dahsyatnya pun dikolong langit ini tak akan bisa menangkan kelihayan dari barisan bunga didalam lembah Mati hidup dengan sendirinya Siauw Giok Tjing adalah seorang jago dan ahli didalam hal tersebut,' Setelah melihat sebentar keadaan dari barisan itu Siauw Giok Tjing segera tertawa ringan.   "Hanya barisan sekecil ini sudah tentu sangat gampang untuk dihancurkan, sekarang kalian masukan dulu seikat rumput pemunah racun kedalam mulut."   Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing yang mendengar hal tersebut dia jadi kegirangan, menurut apa yg diperintahkan mereka masukkan rumput pemunah racun kedalam mulut.   "Sekarang kami berdua harus mendengar perintahmu Nah! mulailah memberikan perintah!"   Kata Liem Tou sambil tertawa. Siauw Giok Tjing pun tertawa.   "Sekalipun kau tak suka mendengar petunjukku juga tidak mengapa. Nah! Sekarang dengarlah, kau harus menyerang dari sebelah Timur. setiap kali berjumpa dengan manusia bunuh segera dengan demikian barisan itu akan kacau dengan sendirinya. Aku serta Wan-moay akan menyerang dari sebelah Barat, sudah tentu setiap kali berjumpa dengan manusia akan kubunuh setelah Timur dan Barat berjumpa kita baru menikung ke selatan dan utara. Tetapi kau harus perhatikan satu hal Kemungkinan besar para anggota Sin Beng Kauw akan pancing kau memasuki ruangan markas mereka, sebelum barisan terpecahkan jangan sekali-kali masuk, jikalau kau ingin juga memasuki bangunan mereka maka sedikit- dikitnya kau harus punya persiapan untuk menghadapi alat rahasia "Naga Berpekik Bangau berteriak serta "Harimau Mengaum Monyet menjerit , inipun harus dipersiapkan dengan rencana yang matang kalau tidak maka sangat mudah sekali kau akan tertipu oleh mereka."   Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing mengangguk mengiakan, mendadak Liem Tou teringat kembali akan diri Boe Beng Tok-su tanyanya nyaring.   "Boe beng Toksu sudah terkena hajaran ku, menurut kau apakah ia berhasil melarikan diri??"   "Setelah ia menderita luka parah."   Sahut Siauw Giok Tjing setelah termenung sejenak "Dibawah perlindungan anggotanya ia tentu melarikan diri dari sini. .."   Liem Tou berseru tertahan, hatinya mendadak bergerak karena ia teringat apabila jalan rahasia itu terletak disebelah selatan.   Diam-diam pikirnya dihati- "Aku diharuskan menyerang dari sebelah Timur kemudian menuju kesebelah selatan, bukankah ditengah jalan harus banyak membuang waktu?? tetapi aku tak boleh tidak harus mendengarkan perkataan dari Siauw Giok Tjing."   Setelah berpikir demikian ia merasa cara yang paling tepat pada saat ini adalah secepatnya melakukan pertarungan untuk mengacaukan dulu barisan pihak lawan kemudian berjaga- jaga dijalan rahasia dan tidak membiarkan Boe Beng Tok-su melarikan dari sana sehingga menimbulkan badai dikemudian hari.   Liem tou tidak ingin mengulur banyak waktu lagi, buru-buru serunya.   "Baik! Aku akan serang masuk melalui sebelah Timur! nah! kita berpisah dulu di sini."   Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya sekali loncat ia mencapai tujuh delapan tombak dan didalam sekejap mata telah tiba didasar lembah keadaannya mirip dengan malaikat yang turun dari kahyangan hal ini membuat para jago merasa bergidik.   Liem Tou yang menerjang datang, dari tempat kejauhan dapat melihat para anggota Perkumpulan Sin Beng Kauw tersebut sama sekali tidak mencekal golok ataupun senjata tajam lainnya melainkan didalam genggaman mencekal sebuah benda.   Tanpa banyak bicara lagi Liem Tou menerjang masuk kedalam barisan, dimana pukulan menyambar lewat seketika itu juga ada empat lima orang anggota Sin Beng Kauw yang berdiri dipaling depan menjerit tertahan lalu roboh binasa.   Liem Tou yang melihat hal tersebut sedikit merasa tidak tega, ia merasa bilamana menggunakan gerakan yang demikian kasarnya maka tindakan ini sedikit telengas, maka dari itu dari pukulan telapak ia berubah jadi serangan totokan jalan darah.   Sekalipun hal ini tak sampai mengakibatkan kematian seseorang, tetapi untuk beberapa waktu mereka akan terkuasai dan tak dapat berkutik kembali.   Teringat akan cara yang pernah dilakukan sewaktu menghadapi anggota Sin Beng Kauw sewaktu berada dipantai emas Kien Sah Lan, bayangan hijau segera berkelebat lewat bagaikan tiupan angin taupan membuat membuat para anggota Sin Beng Kauw seorang demi seorang roboh ketanah dan tak berkutik lagi.   Tetapi pada saat itulah benda yang dicekal para anggota Sin Beng Kauw mendadak diayunkan kearah Liem Tou.   Sewaktu mereka mengayunkan tangannya dengan ketajaman mata Liem Tou sekali pandang ia dapat melihat benda yang dilemparkan beberapa orang itu kearahnya merupakan sebutir pasir berwarna kuning, bersamaan itu pula setiap orang mengenakan sarung tangan terbuat dari kulit kambing.   "Bangsat keparat, kalian pingin cari mati !"   Maki Liem Tou penuh kegusaran.   Karena terpaksa serangan yang semula menggunakan sentilan jari kini berubah kembali jadi serangan telapak, seketika itu juga sepasang tangan diayun ke depan menghajar pental datangnya pasir beracun berwarna kuning itu, tubuhnya laksana kilat berputar dan menubruk lebih jauh kedepan.   Dalam sekejap mata ada separuh orang anggota Sin Beng Kauw yang roboh keatas tanah.   Tetapi pada saat itulah pasir kuning bagaikan curahan hujan menyambar datang, sedang Liem Tou sendiri harus turun tangan melukai orang iapun harus menghindarkan diri dari sambaran pasir beracun.   badannya laksana tiupan angin taupan menyam-bar kesana kemari jeritan ngeri bergema saling susul menyusul, banyak diantara pihak lawan yang roboh binasa dan terluka.   Tetapi para anggota Sin Beng Kauw itu bagaikan kalap saja, dengan nekad mereka menerjang terus kedepan "Jika demikian adanya.   apakah aku harus membinasakan dulu seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sehingga mereka baru suka mengundurkan diri??"   Kata Liem Tou.   "Sungguh kurang ajar sekali . ."   Diiringi teriakan gusar, telapak tangannya diputar semakin gencar.   Sekali lagi ada sepuluh orang anggota perkumpulan menemui ajalnya.   Liem Tou masih teringat akan diri Boe Beng Tok-su yang melarikan diri melalui lorong rahasia, ia tidak ingin banyak membinasakan banyak orang lagi, mendadak tubuhnya meloncat setinggi delapan tombak melayang lewat melalui batok kepala anggota Sin Beng Kauw menuju kesebelah barat.   Sekalipun pihak lawan telah melancarkan serangan dengan pasir beracun.   tapi terkena angin tekanan yang dilancarkan Liem Tou seketika itu juga pasir-pasir itu baliK lagi.   Liem Tou dengan sebat melayang sejauh dua puluh tombak lebih, mendadak ia merasakan kakinya tersengat sangat panas.   segera ia menunduk.   dilihatnya segulung asap tebal menerjang naik keatas, asap itu berwarna hijau muda yang jelas merupakan suatu asap beracun.   Dalam hati Liem Tou berpikir.   "Untuk menghancurkan barisan ini biarlah aku turun kebawah dan bunuh serta hajar orang-orang ini."   Hawa murninya segera ditarik mengelilingi seluruh badan kemudian dengan gerakan seribu bersama-sama dengan menggulungnya angin gencar ia melayang turun kebawah.   Siapa nyana ketika tubuhnya telah berada kembali diantara para anggota Sin Beng Kauw, asap beracun tadi lenyap tak berbekas.   Kiranya asap beracun hanya ada diatas kepala anggota Sin Beng Kauw tersebut.   Angin pukulan yang dilancarkan Liem Tou kembali orang- orang itu bergelimpangan mati, Pada saat itulah mendadak terdengar suara bentakan keras diikuti munculnya dua, orang anggota Sin Beng Kauw yang berwajah buas dan buruk, senjata yang digunakan kedua orang itu adalah sepasang palu besi yang beratnya ada ratusan kati jelas kekuatan mereka berdua sangat luar biasa..   Tak terasa lagi Liem Tou mengangguk tiada hentinya.   "Ehmm. kedua orang ini memang memiliki kekuatan alam yang sangat luar biasa."   Setelah membentak keras, kedua orang lelaki kekar tadi tidak banyak bicara lagi segera melontarkan palu besinya ke arah Liem Tou.   Buru-buru pemuda itu berkelit kesamping, telapak tangannya dibabat kemuka memaksa lima orang anggota Sin Beng Kauw mundur dan akhirnya roboh keatas tanah.   Sedangkan kepada kedua orang lelaki kosen tadi.   Liem Tou memuji.   "Bila kulihat daya kekuatan dari kalian berdua boleh kuduga dalam sekali hantam saja kalian akan berhasil menghancurkan badanku !". Kedua orang itu mendengus dingin, mereka melanjutkan hantaman kearah depan, Melihat kemampuan kedua orang itu sangat luar biasa, timbullah rasa sayang di hati Liem Tou.   "Aah! biarkan aku lepaskan satu jalan hidup buat mereka ..."   Ia ambil keputusan didalam hatinya.   Siapa sangka ketika itulah mendadak Lim Tou mendengar suara sambaran angin meluncur datang, suara itu berasal dari desiran senjata rahasia bahkan muncul dari empat penjuru dalam waktu yang berbareng.   Liem Tou merasa terperanjat, baru saja ingatan pertama berkelebat lewat tubuhnya sudah masuk kelapisan kabut beracun.   Seketika itu juga seluruh tubuhnya jadi kaku dan gatal-gatal, ia tahu dirinya sudah keracunan.   Rasa gusar yang berkobar dalam dadanya susah dipertahan lagi, tubuhnya berputar kemudian menubruk kedepan.   Tepat pada saat itu kedua orang lelaki kekar tadi menghadang didepan tubuhnya.   Liem Tou tak dapat mengendalikan amarahnya lagi, tenaga sinkang dikumpulkan dilengan kemudian membabat keluar.   Sungguh sayang kedua orang anggota Sin Beng Kauw itupun cukup cermat, ketika Liem Tou munculkan diri mereka segera berpisah kearah yang berlawanan.   Pemuda kita tertawa dingin.   tubuhnya mencelat ketengah udara untuk mengejar sang lelaki yang ada disebelan kiri.   Telapaknya langsung di hajarkan keatas punggungnya.   Ditengah suara jeritan ngeri yang menyayat hati, orang itu roboh menemui ajalnya detik itu juga Menanti Liem Tou putar badannya kembali, seorang yang lain telah menerobos masuk kedalam rombongan manusia sehingga jejaknya lenyap tak berbekas.   Liem Tou jadi makin gusar.   sepasang matanya menyapu ke empat penjuru dengan pandangan yang tajam.   Tiba-tiba...   Ia temukan salah seorang anggota tua perkumpulan Sin Beng Kauw yang pernah ikut mengerubuti Lie Loo djie tempo dulu hadir disana tanpa banyak bicara lagi ia membabat kearah tubuhnya, Orang itu buru-buru mundur selangkah kebelakang, ternyata ia hendak menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras.    Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini