Pedang Karat Pena Beraksara 28
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 28
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D Tanya Wi Tiong hong kemudian. "Jejak kita ditempat ini sudah ketahuan orang, kita tak boleh berdiam terlalu lama lagi disini." Sementara berbicara, dia sudah masuk ke dalam ruangan dengan langkah tergesa- gesa. Menanti dia muncul kembali, nona tersebut telah berganti dengan seperangkap pakaian berwarna hitam gelap dengan ikat kepala berwarna hitam pula, selain mengenakan cadar hitam, sebilah pedang berpita kuning tersoren dipunggungnya. Dua orang lelaki kekar itupun telah berganti pakaian dengan mengenakan dandanan sebagai jago pedang pita hijau, mereka berdua menggotong sebuah karung besar yang dibawa dari ruang sebelah kanan. Diam-diam Wi Tiong hong manggut-manggut pikirnya: "Rupanya isi karung goni itu adalah Hek sat kun Sah Thian yu !" Pada saat itulah jago pedang pita hijau yang sedang duduk bersemedi itu menghembuskan napas panjang, kemudian bangkit berdiri. Sembari berpaling Cho Kiu moay segera bertanya. "Kau telah sembuh kembali ?" "Hamba telah sembuh kembali" Jago pedang pita hijau itu membungkukkan badannya. "Bagus sekali" "Hamba telah mendengar satu berita, kokcu dari Tok seh sia agaknya telah berkunjung sendiri ke daratan Tionggoan..." "Ooh, aku sudah tahu." Ucap Cho Kiu moay. Selesai berkata dia berpaling ke arah Wi Tiong-hong dan berkata sambil tersenyum: "Wi sauhiap, mari kita berangkat lebih dulu." Dia membalikan badan dan berjalan menuju ke pintu luar. Wi Tiong hong merasakan nona Cho ini bertubuh ramping, dibalik kerampingannya justru terpancar kegagahan, dan kewibawaan yang besar, jauh berbeda setali bila dibandingkan ketika sedang menyaru sebagai Soat ji yang lemah lembut tapi manja dan lincah itu. Berpikir demikian, dia lantas mengikuti di belakang tubuhnya berjalan keluar dari rumah gubuk tersebut. Cho Kiu moay berjalan dipaling depan, langkahnya semakin lama semakin cepat sedangkan Wi Tiong hong yang berjalan mengigkuti dibelakangnya tentu saja harus mempercepat pula langkahnya. Makin lama gerakan tubuh Cho Kiu moay semakin bertambah cepat, ujung kakinya hanya menutul pelan diantara semak belukar, tubuhnya telah meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa. Dalam keadaan begini terpaksa Wi Tiong hong harus menghimpun hawa murninya dan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk mengejar. Ternyata ilmu meringankan tubuhnya tidak kalah dengan kepandaian Cho Kiu moay, dia selalu dapat mempertahankan jaraknya kurang lebih satu depa dibelakangnya. Sementara itu kentongan pertama telah tiba, dari ufuk timur nampak rembulan muncul dalam bentuk purnama. Dibawah sinar rembulan, kedua orang itu bergerak satu didepan yang lain dibelakang dengan kecepatan tinggi. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah mereka di bawah sebuah tebing yang curam, sembari berpaling dan tertawa merdu seru Cho Kiu moay: "Hebat sekali ilmu meringankan tubuh yang kau miliki !" Sehabis berkata kembali dia meneruskan perjalanannya menaiki bukit itu. "Bagus sekali." Pikir Wi Tiong hong kemudian. "aku masih mengira kau ada urusan penting lainnya sehingga harus berjalan sedemikian cepatnya, ternyata kau memang bermaksud untuk beradu kecepatan lari dengan diriku!" Sebagai anak muda yang berdarah panas, sudah barang tentu Wi Tiong hong enggan mengaku kalah, buru-buru dia menarik napas panjang-panjang, kemudian sambil menutulkan ujung kakinya keatas tanah, dia meluncur pula keatas dengan kecepatan tinggi. Bukit tersebut tidak terlalu tinggi, dalam waktu singkat mereka sudah tiba di puncak bukit tersebut. Baru saja Cho Kiu moay melayang turun diatas puncak ini, Wi Tiong hong melayang pula disisi tubuhnya. Dada Cho Kiu moay nampak naik turun tak beraturan agaknya dia dia agak tersengkal dengan sepasang biji matanya yang jeli dia mengawasi sekejap wajah Wi Tiong hong, bisiknya sambil tertawa: "Kita sudah sampai !"senyuman yang begitu syahdu serta pandangan mata yang begitu lembut dan penuh cinta kasih membuat perasaan Wi Tiong-hong terkesiap, buru2 dia menghindari tatapan matanya dan bertanya: "Nona, tentunya kau ada urusan penting sehingga datang ketempat ini bukan?" Sambil membereskan rambutnya yang kusut, Cho Kiu moay manggut-manggut. "Benar, kedua orang congkoan akan sampai disini malam ini. aku telah berjanji dengan mereka untuk berjumpa ditempat ini." "Apakah congkoan pedang berpita merah serta congkoan pedang berpita putih?" "Bukan." Cho Kiu moay tersenyum. "mereka adalah congkoan istana bagian dalam Huan Koan ho serta congkoan pedang berpita putih Lok Im lin..." "Aku pernah mendengar orang berkata kalau perkumpulan kalian terbagi menjadi jago-jago pedang berpita hijau merah, putih dan hitam empat macam, aku pikir congkoan istana bagian dalam itu tentunya congkoan yang memimpin para jago pedang berpita merah bukan?" "Bukan, congkoan istana bagian dalam merupakan congkoan yang menguruti urusan dalam tubuh partai, dulu ketika Chin Tay seng sedang diubar-ubar oleh gabungan jago utara dan barat sehingga melarikan diri terbirit-birit, Huan congkoanlah yang mengajaknya bergabung dengan perkumpulan kami, oleh sebab itu Huan congkoan harus turut hadir pula dalam peristiwa ini." "Oleh karena Huan congkoan ikut datang, maka Congkoan pedang berpita merah Kiong Thi su tidak dapat ikut, oleh sebab itulah aku mohon kepada Wi sauhiap agar menyaru sebagoi Kiong congkoan kami untuk sementara waktu." Diam-diam Wi Tiong hong mengangguk, pikirnya bertanya. "Tidak heran kalau di atas gagang pedangku telah dipasang dengan pita berpita merah." Berpikir sampai disitu. iapun lantas bertanya. "Miripkah aku?" Katanya kemudian, Cho Kiu moay tertawa terkekeh-kekeh. "Dibelakang bukit sana terdapat sebuah kolam, kenapa kau tidak bercermin dulu?" Bab-57 "Kalau begitu, aku pasti mempunyai beberapa bagian muka yang mirip dengan Kiong congkoan." Katanya penuh kelakar kesombongan. Sekali lagi Cho Kiu moay tertawa- tawa. "Sebenarnya hanya mirip beberapa bagian, tapi sekarang kau sudah mirip sekali." Apakah nona telah merubah raut wajahku ?" Tanya Wi Tiong hong kemudian. Dia mencoba untuk meraba wajah sendiri, namun sama sekali tidak ditemukan sesuatu yang aneh, Cho Kiu moay segera mendorongnya dan berkata sambil tertawa: "Cepatlah bercermin dulu dikolam tersebut, coba lihatlah mirip tidak dengan kau ?" Wi Tiong hong keheranan oleh perkataan tersebut namun dia menurut dan menuju ke bukit bagian belakang. Kolam itu berada di punggung bukit, waktu itu kebetulan sinar rembulan bersinar terang, air kolam yang jernih bagaikan cermin. Wi Tiong hong segera bercermin di atas permukaan air kolam itu. Begitu ditengok, dia baru mengetahui kalau wajahnya nampak lebih tua dari semula, rambutnya telah memutih dan wajahnya penuh dengan kulit yang menjadi berkeriput- keriput. Secara garis besarnya wajah ini ada beberapa bagian mirip dengan dirinya, tapi bila diperhatikan lagi dengan seksama, ternyata seperti tidak mirip. Wi Tiong hong tahu kalau Cho Kiu moay pasti telah memperhitungkan segala sesuatunya maka sebelum ia menjadi sadar tadi telah mengubah dulu paras muka sendiri. Kalau bukan demikian, bagaimana mungkin dia sendiri pun tidak merasakan apa-apa? Tak heran pula Thi lohan Khong beng hwesio dan Sah Thian yu yang berjumpa dengannya pun seakan-akan bersikap tidak kenal. Kembali kepuncak bukit, Cho Kiu moay telah duduk bersemedi di bawah pohon besar, ketika mendengar suara langkah kaki dari Wi Tiong hong, dia membuka matanya kembali dan berkata dengan suara rendah: "Mumpung waktu masih pagi, duduklah istirahat sebentar, setelah fajar menyingsing nanti kita harus melanjutkan perjalanan, bisa jadi pertarungan sengit pun akan berkobar." Selesai berkata, dia memejamkan matanya dan tidak menggubris Wi Tiong hong lagi. Wi Tiong hong dapat menyaksikan kalau paras mukanya serius, keningnya berkerut kencang, agaknya dia seperti lagi memikirkan suatu persoalan yang berat. Dia tahu, Ban kiam hweecu sekalian telah terkena racun bersifat lambat daya kerjanya dari orang orang Tok seh sia, congkoan pedang berpita hitam Chin Tay seng juga berniat untuk berkhianat, pada hakekatnya hweecu mereka sekarang telah terjatuh ketangan penghianat, tak heran kalau gadis ini nampak murung. Berpikir demikian, dia pun duduk di suatu tempat tak jauh dari situ, kemudian bersemedi dan mengatur pernapasan Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba dari puncak bukit itu berkumandang suara ujung baju yang terhembus angin, tampaknya ada orang sedang meluncur naik keatat puncak bukit itu. Dengan cepat Wi Tiong hong merasakan hal tersebut, tiba-tiba terdengar Cho Kiu moay sedang menegur: "Yang datang apakah Huan congkoan serta Lok congkoan berdua?" "Hamba Huan Kong phu dan Lok Im liu menghunjuk hormat kepada Kiamcu." Cepat Wi Tiong hong membuka matanya, terlihatlah didepan mata tak jauh dihadapan Cho Kiu moay berdiri seorang kakek berjubah biru yang berjenggot panjang dan berwajah merah serta seorang lelaki setengah umur berjubah putih, orang itu bermuka pucat dan bertubuh kurus lagi lemah, pada hakekatnya tak mirip sebagai seorang yang belajar silat. Buru-buru Cho Kiu moay membalas hormat sambil menyahut. "Kiamcu tak datang, tentunya congkoan berdua telah lelah menempuh perjalanan." "Oooh..." Kakek berjubah biru itu berseru tertahan, kemudian sairbil menjura dan tertawa katanya: "Asal ada nona disini pun sama saja." Lelaki berbaju putih itu segera menyela. "Hamba dan saudara Huan mendapat perintah khusus untuk segera datang kemari, bagaimanakah keadaan yang sesungguhnya? Harap nona sukt memberi petunjuk." Wi Tiong-hong yang menyaksikan sikap ke dua orang itu terhadap Cho Kiu-moay begitu menghormat, diam-diam ia menjadi sangat keheranan. Dia masih teringat dengan pertemuan yang diadakan Ban kiam hweecu dengan para jago tempo hari, waktu itu dia duduk dikursi utama, sedangkan dua kursi yang berada dikiri kanannya masing-masing duduk congkoan dari pedang berpita hijau Buyung Siu serta congkoan pedang berpita hitam Chin Tay-seng, sedangkan keempat dayang tersebut hanya kebagian tempat berdiri dibelakang hweecu nya. Seharusnya kedudukan seorang congkoan masih jauh lebih tinggi daripada kedudukan seorang pelayan, dan Hek bun kun Cho Kiu moay tak lebih hanya seorang dayang dari Ban kiam hweecu, tapi apa sebabnya kedua orang congkoan tersebut justru bersikap begitu menghormat kepadanya, bukankah tindakan ini hanya akan menurunkan kedudukan sendiri ? Sementara itu Cho Kiu moay telah berkata sambil tertawa hambar. "Huan congkoan, Lok congkoan, mari kuperkenalkan kalian berdua dengan seorang sauhiap." Kemudian sambil menuding kearah Wi Tiong hong, katanya lagi: "Dia adalah Wi Tiong hong, Wi sauhiap yang membekali ilmu silat dari Siu lo bun serta Bu tong pay, dia merupakan murid kesayangan dari Thian Goan-cu?" Menyusul kemudian dia menuding kearah kakek berjubah biru serta lelaki berbaju putih itu sembari berkata lagi. "Sedangkan mereka adalah congkoan istana bagian dalam Huan Kong-phu, orang menyebutnya sebagai Kim jiu ji lay (Ji Lay bertangan emas). Sedangkan yang ini adalah congkoan pasukan pedang berpita putih Lok Im-lin, orang menyebutnya sebagai Im li bui (terbang dibalik awan) dia termashur dalam dunia persilatan karena ilmu meringankan tubuhnya yang hebat." "Sudah lama kukagumi nama kalian" Wi Tiong hong segera menjura. Dua orang itu buru-buru membalas hormat. Sambil mengelus jenggotnya yang panjang dan tertawa bergelak, congkoan istana bagian dalam Hian Kong phu berseru: "Nona telah membesar-besarkan nama lohu serta saudara Lok saja, harap Wi sauhiap jangan mentertawakan" Cho Kiu moay turut tertawa pula. "Kita semua bukan orang luar, apa salahnya jika kuperkenalkan kalian agak lebih jelas kepadanya ?" Sekilas cahaya tajam memancar keluar dari balik mata Huan Kong phu, setelah memandang sekejap ke arah Wi Tiong hong tanyanya: "Apakah nona meminta kepada Wi sauhiap untuk menyaru sebagai Kiong congkoan ?" "Benar, pertama dewasa ini Wi sauhiap tak boleh terlampau memperlihatkan identitasnya, kedua menurut perintah kiamcu, kalian congkoan bertiga diminta datang bersama-sama, maka oleh karena Kiong congkoan tidak datang, terpaksa kita harus meminta kepada Wi sauhiap untuk mewakilinya, agar orang mengira congkoan bertiga telah datang semuanya." Berbicara sampai disitu, dia mendongakkan kepalanya dan bertanya lagi: "Congkoan berdua telah membawa berapa orang ?" "Hamba menuruti perintah dari nona dengan membawa delapan orang jago pedang istana yang berilmu silat paling tinggi." Sahut Huan Kong phu cepat. Lok Im lin segera menyambung pula. "Tiga puluh enam orang jago pedang berpita putih telah siap menerima perintah nona." Cho Kiu moay segera manggut-manggut. "Ehmm, jumlahnya memang sudah cukup." "Nona, sebenarnya apa yang terjadi ditempat ini?" Tiba-tiba Huan Kong pbu berseru sambil berkerut kening. "Chin tay seng telah berkhianat dan bersekongkol dengan orang orang Tok seh sia..." Sekujur tubuh Huan Kong phu yang tinggi besar segera bergetar keras setelah mendengar ucapan itu, serunya sambil membelalakan matanya lebar-lebar, "Masa telah terjadi peristiwa semacam ini." Ketika mengucapkan perkataan tersebut, rambut dan jenggotnya pada berdiri kaku persis seperti landak, sepasang matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati. Sesudah tertawa nyaring, dia berseru lagi. "Silahkan nona beristirahat dulu disini, hamba cukup membawa delapan jago dari istana untuk melakukan penyerbuan, hamba yakin tidak sampai satu jam saja tua bangka tersebut sudah dapat kubekuk." "Harap Huan congkoan jangan marah, aku sudah mempunyai rencana yang matang dikejadian ini dan aku yakin dia tak bakal bisa melarikan diri dari sini setelah fajar menyingsing nanti, kita boleh segera berangkat bersama-sama." "Apakah nona beranggapan kalau hamba tak mampu membekuk batang leher tua bangka tersebut ?" Cho Kiu moay tersenyum. "Dengan kepandaian silat yang dimiliki Huan congkoan sekalipun ada sepuluh orang Chin Tay seng pun pasti akan terbekuk semua, lagipula mereka sudah dikuasahi semua oleh Chin Tay seng." "Betul kita dapat membekuk Chin Tay seng tapi bila kita kurang berhati-hati dalam menghadapi ratusan jago pedang berpita hitam tersebut, besar kemungkinannya mereka akan menggabungkan diri dengan pihak selat Tok seh sia, apalagi masih banyak orang yang berada di tangan mereka, oleh sebab itu kita hanya boleh bertindak dengan akal muslihat, tak boleh sekali-kali menggunakan kekerasan." "Menurut pendapat nona, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Huan Kong phu kemudian. Cho Kiu moay tertawa. "Kiamcu menurunkan perintah kilat memerintahkan congkoan bertiga segera berangkat ke bukit Pit bu san, tentu saja hal ini bukan atas dasar keinginan kiamcu sendiri." Congkoan jago pedang berpita putih Lok-Im lin tertegun setelah mendengar ucapan itu. "Masa Chin Tay seng yang mengajukan surat perintah tersebut..?" "Sekalipun bukan Chin Tay seng yang memajukan surat perintah tersebut, tapi sudah pasti muncul atas ideenya." "Hal ini membuat hamba semakin tidak mengerti lagi." Ucap Lok Im lin cepat, "sekalipun Chin Tay seng sudah berniat mengkhianat, apalagi kiamcu beserta rombongan pedang berpedang berpita hijau dan anak buahnya telah keracunan semua, bukankah kesempatan semacam itu merupakan kesempatan yang terbaik baginya untuk berkhianat? Jika kita bersama-sama datang ke sana, sudah pasti hal ini akan merugikan posisinya." Cho Kiu moay tertawa. "Di dalam perkumpulan kita, kecuali anak buah yang diperintah oleh congkoan bagian istana, berbicara soal jumlah manusia, boleh dibilang jumlah jago pehdang berpita hitam yang paling banyak, sedangkan berbicara soal ilmu silat, maka jago pedang berpita hijau yang paling tinggi. Namun jumlah anggotanya boleh dibilang pasukan jago pedang berpita hijau yang paling sedikit, dewasa ini dari enam belas jago yang ada, hanya tiga orang yang mengikuti aku sedangkan sisanya telah keracunan semua dan terjatuh ke tangan mereka. Tapi kecuali para jago pedang berpita hijau, masih ada dua puluh empat jago pedang berpita berwarna merah dan tiga puluh enam jago pedang berpita putih, boleh dibilang mereka semua merupakan kekuatan inti dari Ban- kiam hwee atau merupakan pula musuh paling tangguh dari pihak jago pedang berpita hitam, bila mereka tidak berhasil membasmi kalian semua, bagaimana mungkin Chin Tay seng bisa hidup dengan aman dan tenteram?" Paras muka Lok Im-lin berubah hebat. "Dengan mengandalkan kemampuan yang dimiliki Chin Tay seng, masa dia bisa membasmi kami semua?" "Penghianatannya belum terbongkar, Kiam-cu berada pula ditangannya, inilah kesempatan terbaik baginya untuk bertindak, itulah sebabnya dengan memalsukan perintah, dia ingin memanggil congkoan bertiga masuk perangkap." Berbicara sampai disitu, dia berhenti sejenak kemudian terusnya: "Seandainya aku tidak berhasil mencegat burung merpati yang dilepas Kiamcu ditengah jalan, dan mencegah kalian bertiga datang bersama-sama, setelah menerima perintah bahaya dari kiamcu, sudah pasti congkoan bertiga akan memimpin segenap kekuatan yang ada untuk berangkat menuju ke bukit Pit bu-san. Asal Chin Tay seng memanfaatkan kesempatan itu untuk mengatur perangkap, bahkan semua kekuatan inti dari Ban kiam hwee akan mengikuti jejak para jago pedang berpita hijau." "Tua bangka ini benar-benar licik, berhati busuk dan berbahaya sekali." Seru Hoan Kong phu dengan gusar. "Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang ?" Tanya Lok Im-lim pula. Cho Kiu moay tersenyum. "Itulah sebabnya aku meminta kepada Wi sauhiap untuk menyaru sebagai Kiong congkoan, kita anggap saja seakan-akan tidak tahu kejadian tersebut dan memburu kesana mendapat perintah dari Kiamcu, semua orang tak usah menunjukkan perubahan sikap, kita lihat dulu bagaimanakah sikapnya kemudian baru mengambil tindakan selanjutnya." "Hamba pernah mendengar kalau pihak Tok seh-sia memiliki semacam racun tak berwujud..." Sebelum Lok Im-lin menyelesaikan kata-katanya, Cho Kiu moay telah berkata sambil tertawa ringan: "Soal ini tak usah congkoan kuatirkan, aku telah mempersiapkan segala sesuatunya !" "Kecerdasan nona memang melebihi orang lain, tapi hamba masih sedikit tidak mengerti." "Sampai waktunya Lok congkoan akan tahu dengan sendirinya." Tukas Cho Kiu moay tertawa ringan. Huan Kong phu segera mengelus jenggotnya dan menimbrung dengan senyuman dikulum: "Sejak kecil nona memang sudah berwatak demikian, baiklah, kami semua akan menuruti perkataanmu." Cho Kiu moay segera berpaling dan tertawa katanya lagi. "Congkoan berdua telah menempuh perjalanan siang malam sekarang, silahkan duduk untuk beristirahat dulu, setelah fajar menyingsing nanti, kita masih harus melanjutkan perjalanan lagi." Habis berkata dia lantas duduk diatas batu, kepada Wi Tiong hong ujarnya pula. "Mari, kau pun boleh duduk sebentar, waktu masih cukup pagi...!" Wi Tiong hong, Huan Kong phu dan Lok In lin segera menurut dan duduk diatas batu. Seorang jago pedang berpita hijau menghidangkan air teh dan diletakkan didepan keempat orang itu. Cho Kiu moay segera mengambil poci air teh dan menuang dua cawan kemudian katanya: "Congkoan berdua tentu sudah lelah sepanjang jalan, aku rasa pasti sudah merasa haus pula, silahkan minum air secawan lebih dulu." Buru buru Lok Im-lin bangkit berdiri sambil menerimanya. "Hamba tidak berani!" Huan Kong phu mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah jago pedang berpita hijau itu, lalu tanyanya, "Apakah kalian telah menyuruh orang yang berada dibawah bukit menyiapkan air teh?" Sambil membungkukkan badannya memberi hormat, jago padang berpita hijau menyahut. "Hamba telah mendapat perintah dari nona untuk menyiapkan air teh, dibawah bukit sana hamba masih mempunyai dua orang teman yang berjaga-jaga." "Begitupun ada baiknya juga." Huan Kong phu manggut-manggut. Dia lantas mengangkat cawannya dan meneguk habis isinya, lalu sambil tersenyum tanyanya lagi. "Darimana nona dapatkan obat pencegah racun?" Cho Kiu moay segera tertawa cekikikkan. "Sudah kuduga kalau hal ini tak dapat mengelabui Huan congkoan, ternyata dugaanku benar." "Masa air teh ini sudah diberi obat pencegah racun?" Seru Lok In lin kemudian, "mengapa siaute sama sekali tak merasakannya?" "Siaute sendiripun hanya menduga-duga." Kata Huan Kong phu tertawa. "pertama, kalau menuang air teh ini disediakan bagi kita berempat, seharusnya ada empat cawan air teh yang tersedia, tapi nona hanya menuangkan secawan teh untuk siaute dan saudara Lok, kemudian sudah tak ada lagi. Kedua, walau pun air teh ini sudah dingin bagaimana pun juga hanya semangkuk air teh saja, tapi setelah diteguk siaute dapat merasakan hawa dingin yang nyaman dalam isi perutku, tidak mungkin perasaan semacam ini bisa dijumpai dalam air teh biasa, oleh sebab itu aku lantas menduga kalau air teh ini adalah obatnya penawar racun yang nona persiapkan untuk kami berdua." Lok Im lin meneguk habis pula isi cawannya, lalu manggut-manggut. "Betul." Katanya "dari air teh ini hambapun dapat merasakan hawa segar yang amat nyaman tertinggal dalam isi perut, bahkan sampai lama sekali belum juga membuyar, obat apa sih yang telah kau campurkan kedalam air teh itu?" "Ooh, itulah Lou bun si yang dapat kupinjam dari Wi sauhiap." Cho Kiu moay tertawa, "dalam keadaan seperti ini, sekalipun Chin Tay-seng hendak meracuni kita dengan racun terkeji pun belum tentu bisa dia lakukan." Huan Kong phu melirik sekejap ke arah Wi Tiong hong, kemudian tertawa terbahak- bahak. "Haaahh...haaahh... sudah kuduga kalau nona telah menyusun rencana dengan matang." Tengah hari keesokan harinya, disebuah jalan raya menuju ke bukit Pit bun aan muncul serombongan besar manusia, dengan gagah perkasa mereka berangkar menuju kuil dewa tanah. Rombongan tersebut paling tidak mencapai lima puluh orang lebih, meski menempuh perjalanan dengan cepat, namun teratur, berdisiplin dan sama sekali tidak kalut. Yang berada dipaling depan adalah tiga ekor kuda yang ditunggangi seorang kakek berjubah hijau bermuka merah pada bagian tengah, seorang lelaki setengah umur berbaju hijau berpedang pita merah disebelah kiri dan seorang pelajar lemah berbaju putih berpedang pita putih disebelah kanan. Dibelakang tiga ekor kuda tersebut mengikuti pula seekor kuda yang ditunggangi seorang gadis berbaju hitam, berparas cantik dan berpedang pita kuning pada punggungnya. Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dibelakang gadis berbaju hitam itu mengikuti pula tiga ekor kuda yang ditunggangi tiga lelaki berpakaian ringkas warna hijau dengan pedang berpita hijau tersoren dipunggungnya. Menyusul kemudian delapan ekor kuda dengan delapan penunggangnya berpakaian ringkas warna biru dengan pedang berpita biru tersoren dipunggung. Pada rombongan terakhir menyusul tiga puluh enam ekor kuda yang ditunggangi lelaki berbaju abu-abu dengan pedang berpita putih. Rombongan manusia itu bergerak seperti seekor naga panjang berwarna abu-abu mereka bergerak cepat sekali menembusi tanah pegunungan mendaki bukit. Para jago pedang berpita hitam yang berjaga didepan kuil dewa tanah itu segera lari masuk membeli laporan setelah dari kejauhan menyaksikan munculnya rombongan jago sudah tiba ditanah lapang depan kuil dan berhenti. Pintu gerbang kuil tersebut terbentang lebar, congkoan pedang berpita hitam, si Tangan setan perenggut nyawa Chin Tay seng dengan didampingi wakil congkoan Ma koan tojin dan pelindung hukum Thi lohan Khong beng hwesio serta Naga tua berekor botak To Sam-seng munculkan diri menyambut kedatangan mereka. Begitu melihat kehadiran congkoan bagian istana Huan Kong phu, buru-buru Chin Tay- seng maju kedepan dan menyembah, serunya sambil tertawa: "Tak nyana congkoan bertiga telah datang semua, bila penyambutan siaute agak terlambat, harap sudi dimaafkan." Ternyata congkoan bagian istana dari Ban kiam hwecu mengurusi masalah yang dihadapi pihak jago pedang berpita hijau, merah, putih serta hitam. Huan Kong phu segera melompat turun dari kudanya, sembari menatap wajah orang lekat-lekat katanya sembari mengangguk: "Setelah menerima surat penting dari Kiam-cu, siaute segera berangkat kemari, sebenarnya apa yang telah terjadi disini?" "Huan congkoan sudah dua puluh tahun lamanya tak pernah berkunjung ke bukit Pit bu san, silahkan masuk dulu sebelum berbincang-bincang." Huan Kong phu kembali mengalihkan sorot matanya ke wajah Ma koan tojin sekalian, kemudian tanyanya lagi: "Chin congkoan, apakah ketiga orang ini adalah wakil congkoan dan kedua pelindung hukum yang baru saja menggabungkan diri?" Chin Tay seng segera mengiakan berulang kali, katanya sambil tertawa paksa: "Sejak Pak hu congkoan meninggal dunia, sudah lama tiada orang yang cocok memangku jabatan ini, atas keputusan Kiam cu baru-baru ini, saudara Ma koan telah diminta untuk memangku jabatan tersebut, kemudian lantaran jumlah anggota kami kelewat banyak sehingga terasa kurang cukup untuk mengurusi semuanya, atas persetujuan Kiamcu, kami pun mengangkat pula dua orang pelindung hukum baru." Huan Kong phu berpaling dan memandang sekejap ke arah congkoan pedang berpita merah Kiong Thian siu serta congkoan pedang berpita putih Lok In lim, setelah itu katanya lagi sambil mengelus jenggotnya: "Ruang pedang berpita hitam pimpinan saudara Chin kian hari kian bertambah besar, pengaruhnya juga semakin bertambah luas, kita semua benar-benar ketinggalan jauh!" Selesai berkata, kembali dia tertawa terbahak-bahak. Chin Tay-seng segera mengucapkan "tidak berani" Berulang kali, setelah itu baru dia berkata kepada Cho Kiu moay sembari menjura: "Oooh, rupanya nona Cho pun telah kembali, mengapa kau bisa sejalan dengan ke tiga congkoan?" OoOOoo Bab-58 Cho Kiu moay memutar biji matanya berulang kali, kemudian katanya sambil tertawa: "Aku mendapat perintah dari Kiamcu untuk mengikuti Wi Tiong hong secara diam- diam..." Chin Tay-seng tertegun. "Bukankah Wi Tiong hong telah dirampas orang-orang Tok seh shia dari tangan para jago pedang berpita hijau?" "Itu mah Wi Tiong hong gadungan!" Kata Cho Kiu moay sambil tertawa terkekeh. "Gadungan?" Dengan nada tak percaya Chin Tay seng mengulangi kembali kata- katanya. "Dia membawa Lou bun si dan mutiara Ing kiam cu, dua macam mestika yang tak bernilai harganya, tentu saja diapun harus waspada terhadap incaran orang lain, ketika orang yang menyaru sebagai dirinya kabur ke timur, dia sendiri justru kabur ke barat, di mengira siasat ini dapat mengelabuhi orang lain, sayang sekali siasat semacam itu mungkin bisa membohongi orang lain tapi jangan harap bisa mengelabuhi Cho Kiu moay." Wi Tiong-hong yang sedang menyaru sebagai congkoan berpedang pita merah Kiong Thian ciu menjadi malu sekali setelah mendengar ocehan dari Cho Kiu-moay tersebut. Paras muka Chin Tay-seng segera berubah menjadi sangat tegang, buru-buru tanyanya. "Setelah nona berhasil menemukan dia, apakah berhasil pula membekuknya ?" Dia menjadi tegang dan gugup karena dalam saku Wi Tiong hong terdapat sebatang Lou bun si yang dapat dipergunakan untuk memunahkan berbagai macam racun. "Membekuknya?" Seru Cho Kiu-moay. "bahkan aku dan ke tiga jago pedang berpita hijau pun berhasil lolos dari bahaya karena pertolongannya!" "Aaaah..." Chin Tay-seng berseru kaget, kembali Cho Kiu moay berkata. "Selama ini kami mengikutinya terus hingga sampai diwilayah Ou-pak, tiba-tiba racun yang mengeram dalam tubuh kami bekerja dan roboh tak sadarkan diri, Wi Tiong-hong lah yang telah menyelamatkan jiwa kami dengan Lou bun-si nya." Sekali lagi Chin Tay-seng merasa amat tegang. "Sekarang, mana orangnya ?" Dia berseru. "Sudah pergi..!" Chin Tay seng segera menghembuskan napas lega, sengaja dia menghela napas panjang lalu berkata: "Aaaai...seandainya nona Cho dapat membekuk Wi Tiong hong dan membawanya kemari, keadaan tentu akan beres, kami semua telah keracunan !" "Apa ? Kalian semua telah keracunan ?" Cho Kiu moay pura-pura merasa terkejut. Chin Tay seng segera tertawa getir. "Yaa. termasuk Kiamcu sendiri." Ucapnya. Sementara pembicaraan tersebut berlangsung, beberapa orang itu sudah masuk kedalam ruang kuil. Mendadak Han Kong-phu menghentikan langkahnya, lalu sambil melototkan matanya bulat-bulat dia bertanya dengan gelisah: "Kiamcu telah keracunan? Terkena racun apa? Siapa yang telah melepaskan racun tersebut ?" "Semua orang yang berada dibukit Pit bu-san telah diracuni orang secara diam-diam, untung saja racun yang digunakan adalah racun yang berdaya kerja lambat, asal tidak mengerahkan tenaga, Kiam-cu baru menitahkan kepada ketiga congkoan untuk segera datang kemari dan memberi bantuan, disamping untuk melindungi keselamatan Kiam- cu. juga berjaga-jaga terhadap sergapan lawan, untung saja kalian bertiga telah sampai disini sekarang..." "Sudah pasti orang-orang Tok seh sia yang melepaskan racun tersebut." Seru Huan Kong phu gusar. "Hmmm jika mereka benar-benar berani memusuhi kita, lohu akan menyuruh mereka mencoba pedang Ban kiam hwee kita, apakah cukup tajam atau tidak !" "Chin-heng, kini kiamcu berada dimana ?" Tanya congkoan pedang berpita putih Lok Im lin kemudian. "Ketika siaute mendapat laporan tadi, aku buru-buru datang menyambut, Kiamcu malah belum tahu kalau congkoan bertiga sampai disini, sekarang juga siaute akan pergi mengundangnya." Kemudian setelah tertawa paksa dia berkata lagi. "Huan congkoan bertiga pasti sudah lelah sekali setelah menempuh perjalanan jauh, silahkan beristirahat dulu diruang belakang, tentunya kalian semua belum bersantap bukan? siaute segera akan menyuruh mereka untuk menyiapkan hidangan." Huan Kong phu segera manggut-manggut. "Kami tidak tahu kalau disini telah terjadi perubahan drastis maka sepanjang jalan melakukan perjalanan, sampai sekarang kami memang belum bersantap apa-apa Chin congkoan, suruh saja mereka siapkan hidangan seadanya." "Baik." Sahut Chin Tay-seng, dia segera menyilahkan kepada seorang jago pedang berpita hitam untuk menyampaikan perintahnya tersebut. Di ruang belakang telah disiapkan air teh, secara beruntun Huan Kong phu, Wi Tiong hong dan Lok In-lim mengambil tempat duduk. Kepada Cho Kiu moay, Chin Tay-seng berkata kemudian sambil tertawa lebar: "Sepanjang jalan nona Cho tentu merasa lelah sekali, silahkan duduk, untuk beristirahat minumlah secawan air teh ini." "Ucapan Chin congkoan memang benar." Kata Huan Kong phu cepat. "silahkan nona duduk untuk beristirahat biarlah Chin congkoan saja yang pergi mengundang Kiamcu." Cho Kiu moay sebagai pelayan dari Ban kiam hwee, sudah seharusnya segera masuk untuk memberi laporan kepada Kiam-cu setelah kembali kesitu, namun kali ini dia hahya membetulkan rambutnya kemudian duduk pula. Dengan cepat Chin Tay seng masuk ke dalam ruang gua, tak selang berapa saat kemudian enam meja penuh hidangan telah dipersiapkan. Kepada Huan Kong phu, Ma koan tojin segera berkata sembari menjura dalam-dalam: "Kini hidangan telah tersedia, Huan congkoan, nona Cho, silahkan bersantap." Huan Kong phu mendongakkan kepalanya dan berseru kepada tiga orang jago pedang berpita hijau yang berdiri disamping: "CEPAT turunkan perintah, agar semua saudara kita beristirahat di ruang depan, kecuali mereka yang sedang bertugas melakukan perondaan, yang lain boleh masuk untuk bersantap." Salah seorang diantara ketiga orang jago pedang berpita hijau itu mengiakan, kemudian menerima perintah dan berlalu. Tak lama kemudian, delapan jago pedang berpita biru dan dua puluh delapan jago pedang berpita putih telah masuk kedalam ruangan dan memenuhi sampai empat meja, semuanya duduk tenang ditempat masing-masing, tak seorangpun yang berbicara. Pada saat itulah dari lorong sana berkumandang suara derap kaki manusia, kemudian tampak Chin Tay seng berjalan dipaling depan muncul dalam ruangan tersebut. Begitu melangkah keluar dari lorong, dengan suara lantang segera serunya. "Kiam-cu tiba !" Huan Khong phu, Wi Tiong hong. Lok In lim dan Cho Kiu moay serentak bangkit berdiri, sedangkan para jago pedang yang memenuhi empat meja itu pun serentak berdiri tegak. Orang yang berjalan dibelakang Chin Tay seng adalah congkoan pedang berpita hijau, Bau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) Buyung Siu, dia berjalan dengan lamban sekali, sudah jelas racun yang berada dalam tubuhnya telah membuatnya jadi lemah. Namun sikapnya masih nampak santai, dengan senyuman dikulum dia memandang ke arah Cho Kiu moay serta Huan Khong phu sekalian, setelah menjura katanya sambil ketawa. "Nona Cho, saudara Huan, saudara Kiong, saudara Lok. rupanya kalian telah datang semua, maaf kalau siauheng tak dapat menyambut kedatangan kalian." Serentak Huan Kong-phu sekalian balas memberi hormat. Wi Tiong hong harus mengikuti yang lain menjura juga, sedang dihati kecilnya dia berpikir: "Huan congkoan adalah seorang congkoan bagian istana dari Ban kiam hwee, seharusnya kedudukan ini masih berada diatas ke empat congkoan maupun Hak bun kun Cho Kiu moay apalagi yang terakhir ini hanya seorang dayang dari Hwe-cu mereka, apa sebab semua orang bersikap begitu hormat kepadanya ?" "Didalam sapaannya barusan, ternyata Buyung Siu telah mendahulukan Cho Kiu moay di depan Huan, congkoan sekalian, nampaknya kedudukan dari Cho Kiu moay masih berada jauh diatas congkoan bagian istana." Sementara dia berpikir tampak tiga orang gadis berbaju ringkas warna hijau dengan menyoren pedang berpita kuning pelan-pelan berjalan keluar dari tikungan lorong. Wi Tiong hong sudah tahu kalau mereka adalah ke empat pelayan dari Ban Kiam hwee cu kecuali Hek bun Cho Kiu moay seorang, sisanya yang lain adalah Jin Kiu moay serta Lim Thian moay ilmu silat yang mereka miliki rasanya sama sekali tidak berada dibawah kepandaian Cho Kiu moay. Begitu ke tiga orang gadis tersebut munculkan diri Huan Khong phu, Lok In lim sekalian segera membungkukkan badannya sembari berseru. "Hamba menghunjuk hormat buat Kiam-cu." Oleh karena Wi Tiong hong sedang menyaru sebagai congkoan pedang berpita merah Kiong Thian ciu dari Ban Kiam hwee waktu itu tentu saja dia harus ikut membungkukkan badannya pula untuk memberi hormat. Ban Kiam hwecu dengan jubah suteranya berjalan keluar dari lorong tersebut dengan langkah lebar dia segera mengangkat tangannya sambil berkata: "Sepanjang jalan kalian pasti sudah amat lelah, tak usah banyak adat lagi, silahkan bersantap." Selesai berkata, dengan langkah lebar dia lantas menuju ke meja perjamuan sebelah tengah. Tampaknya terpengaruh oleh racun berdaya kerja lamban yang mengeram di dalam tubuhnya, maka Wi Tiong hong merasa nada suaranya rendah lagi berat, sedangkan langkahnya pun tidak segagah dan sementereng dahulu. Setelah Ban-kiam hwecu menuju ke meja utama, Cho Kiu moay segera berjalan menghampirinya dan berdiri disisi kiri Ban kiam hwecu, sedangkan Huan Kong phu, Buyung Siu, Wi Tiong hong, Lok Im-lin serta Chin Tay-seng masing-masing berdiri menurut urutan masing-masing. Hanya Ma koan tojin, Thi-lohan Khong beng hwesio serta si Naga tua berekor botak To Sam seng bertiga yang berkedudukan rendah kebagian tempat dipaling ujung sebelah bawah. Cho Kiu-moay memandang sekejap sekeliling arena, kemudian setelah tertawa merdu katanya: "Hari ini toh bukan upacara resmi atau pertemuan besar, kita semua tak sungkan- sungkan lagi, Kiamcu paIing ramah terhadap siapapun, harap kalian bertiga pun ikut duduk pula !" "Benar" Timbrung Ban kiam hweecu sambil mengangguk. "Chin congkoan, cepat kau undang Hu congkoan serta kedua Orang huhoat untuk bersantap bersama-sama." Sikap Chin Tay seng saat ini pun nampak jauh lebih merendah daripada dihari hari biasa, dia segera mengiakan kemudian katanya. "Perintah Kiamcu, harap Mo koan toheng sekalian bertiga turut mengambil tempat duduk." "Terima kasih Kiamcu !" Kata Ma koan tojin sambil menjura. Ketiga orang itu segera berjalan kedepan meja perjamuan, dengan cepat tiga orang jago pedang terpita hitam mengambil poci arak dan memenuhi cawan arak masing- masing orang. Pelan-pelan Ban kiam hwecu mengangkat cawan araknya. kemudian setelah memandang sekejap sekeliling arena, pelan-pelan dia berkata: "Aku bersama Buyung congkoan, Chin congkoan serta segenap jago pedang berpita hijau dan jago pedang berpita hitam yang berada dibukit Pit bu san ini telah dipencundangi pengkhianat sehingga keracunan semenjak tiga hari berselang." "Walaupun daya kerja racun sangat lambat, namun orang yang keracunan tak boleh mengerahkan tenaga, hal ini pada hakekatnya bagaikan orang yang sama tetapi kehilangan ilmu silat saja, olewh karena itulah aku lantas turunkan perintah untuk mengundang kehadiran Huan congkoan, Kiong congkoan dan Lok congkoan agar datang kemari secepatnya guna menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan..." Berbicara sampai disitu sejenak, tapi semua orang yang berada dalam ruangan kecuali mendengarkan perkataan tersebut dengan seksama tak kedengeran sedikit suara pun yang berkumandang. Terdengar Ban kiam hwecu berkata lebih jauh: "Konon, racun yang mengeram didalam tubuh kami baru akan mulai bekerja selewatnya tiga hari, itu berarti hari ini merupakan hari yang terakhir. Tentu saja partai yang paling termashur dalam penggunaan racun dalam dunia persilatan terhitung Tok seh sia paling utama, hanya pemimpin Tok seh sia pula yang berambisi untuk merajai seluruh dunia persilatan, padahal lima partai besar dunia persilatan telah menutup diri dari keramaian dunia, itu berarti satu-satunya musuh tangguh bagi mereka hanya perkumpulan kita. Itulah alasannya mengapa pihak lawan telah meracuni kita semua, hanya anehnya hingga kini pihak lawan sama sekali tidak menunjukkan gerakan apa pun. Tentu saja, mereka bisa meracuni kita, berarti dapat pula sekaligus meracuni kita semua hingga mati, namun kenyataannya mereka malah memilih racun yang lambat daya kerjanya dengan membiarkan kami hidup selama tiga hari lagi.... Dari sini dapat disimpulkan kalau mereka tidak berhasrat untuk membinasakan diriku dalam sekali serangan, atau dengan perkataan lain mereka mesti mempunyai rencana busuk lain, siapa tahu kalau mereka akan mengajukan syarat agar kita masuk perangkap." Belum juga kedengaran seseorangpun buka suara, semua orang seolah-olah terbungkam dalam seribu bahasa. Ban kiam hwecu memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya lagi: "Oleh karena itu, kalau toh hari ini sebagai hari terakhir dari batas waktu tidak bekerjanya racun tersebut, berarti mereka pasti akan datang kemari, jika dugaanku tak salah, mereka pasti akan menggunakan obat penawar sebagai umpan, lalu mengutus orang untuk mengajakku bertukar syarat, sedang kekuatan ilmu silat rupanya hanya dipersiapkan sebagai langkah terakhir." "Ucapan Kiamcu memang tepat sekali." Sahut Hian Kong phu berseru. "Kini, congkoan bertiga telah sampai disini, dalam soal kekuatan kita tak perlu merasa takut" Sambung Ban Kiam hwecu lagi "kini tengah hari sudah tiba, musuh tangguh pun setiap saat bisa muncul disini, kalian yang baru datang dari jauh boleh segera bersantap dulu, selesai bersantap aku akan membagi tugas untuk kalian, Nah cukup ucapanku kali ini, terimalah hormat secawan arakku untuk kalian semua..." "Hamba semua sudah seharusnya menghormati kiamcu lebih dulu." Serentak para jago pedang berseru berbareng. Sekali teguk Ban Kiam hwecu menghabiskan isi cawannya kemudian baru berkata: "Aku telah bersantap tadi, silahkan kalian untuk mengeringkan cawan arak itu lebih dulu kemudian silahkan untuk bersantap." Serentak empat pelayan, lima congkoan, Ma koen tojin bertiga serta segenap jago pedang yang berada mengangkat cawannya bersama-sama, kemudian baru sekali teguk menghabiskan isinya, kemudian mereka duduk bersama-sama dan mulai bersantap. Tak seberapa lama kemudian, semua orang telah selesai bersantap. Huan Kong phu segera berseru kepada delapan jago pedang berpita birunya: "Kalian tetap tinggal disini, sedangkan para jago berpita putih yang selesai bersantap segera mengundurkan diri dari ruangan, menyusul kemudian sepuluh orang yang tertugas melakukan penjagaan masuk kedalam untuk bersantap. Pada saat itulah, tampak seorang jago pedang berpita putih tergopoh-gopoh lari masuk kedalam" Kemudian serunya sambil menjura: "Lapor Kiamcu pihak Tok seh sia telah mengutus orang untuk menyampaikan sepucuk surat, harap Kiamcu memeriksanya." "Bawa kemari!" Perintah Cho Kiu moay. Pendekar pedang berpita putih segera mempersembahkan surat itu dengan kedua tangannya. Setelah menerima surat itu, kembali Cho Kiu-moay bertanya. "Mana si pengirim suratnya?" "Sudah pergi." "Baik.. kau boleh mundur." Kata Cho Kiu moay kemudian sambil mengulapkan tangannya. Pendekar pedang putih membungkukkan badan dan segera mengundurkan diri. Baru saja Cho Kiu moay hendak merobek sampul surat tersebut, tiba-tiba Chin Tay seng memperingatkan: "Nona Cho, hati-hati kalau diatas surat mereka sudah dibubuhi racun." Cho Kiu moay mendengus dingin, lalu sahutnya sambil tertawa lebar: "Tidak mengapa, aku sudah minum obat campuran Lou bun si, jadi beberapa hari memang tak kuatir kena racun lagi..." Selesai berkata dia lautan merobek sampul surat itu dan mengeluarkan isinya, kemudian terbacalah surat itu berbunyi demikian: "Ban kiam hwecu! Racun berkadar rendah yang bersarang ditubuhmu dan semua pendekar pedang berpita hijau serta pendekar pendang berpita hitam, hari ini sudah mencapai hari yang ketiga, selewatnya tengah malam nanti racun itu akan mulai bekerja dan tak akan tertolong lagi. Kau anggap dengan kehadiran tiga orang congkoan, berarti bala bantuan sudah datang? Terus terang saja kukatakan kepadamu, didalam air teh yang mereka minum pun sudah dicampuri dengan racun. Racun ini akan mulai bekerja selewatnya setengah jam, saat kau membaca surat ini, aku percaya saatnya sudah hampir tiba. Asal kau bersedia untuk bekerja sama dengan kami, akan kami kirim orang untuk menyembuhkan racun itu, bahkan menambahkan obat penawarnya untuk kalian. Tertanda: Sah Thian-yu." Berubah hebat paras muka Cho Kiu moay setelah membaca isi surat itu, tiba-tiba saja sepasang tangannya yang memegang surat itu gemetar keras, lalu serunya keras- keras: "Bedebah, betul-betul bedebah ..siapa lagi yang sudah bermain gila dengan air teh kami?" "Apa maksudmu? Apa yang ditulis didalam surat tersebut?" Buru-buru Ban kiam hweecu bertanya. "Sah Thian-yu sibedebah terkutuk tersebut telah mengirim orang untuk bermain gila lagi di dalam air teh kita, bahkan racun yang di campurkan kedalam air teh tersebut segera akan mulai bekerja." Sembari berkata, dia menyerahkan surat tersebut kepada Ban kiam hweecu. Huan Kong pho segera menggebrak meja keras-keras, kemudian serunya dengan gusar. "Kalau begitu disini pasti ada mata-mata !" "Blamm!" Menyusul gebrakan mejanya yang amat keras itu, sekujur badan Chin Tay seng gemetar keras. "Huan congkoan!" Kata Ban kiam hwecu kemudian. "coba kau mengatur napas dan periksalah apakah dirimu sudah turut keracunan pula." Huan Kong phu, Wi Tiong hong dan Lok-In lin bertiga segera mencoba untuk mengatur napas, dengan cepat paras muka mereka berubah hebat. Huan Khong phu melototkan sepasang matanya bulat-bulat, dengan keringat jatuh bercucuran tiada hentinya, ia berseru penuh rasa ngeri: "Cepat benar kerjanya racun ini, sekarang hamba sudah tak bisa lagi menghimpun hawa murni yang hamba miliki, ketika dipaksakan, isi perut hamba terasa sakit sekali bagaikan di ris-iris." "Hambapun merasa demikian." Kata Wi Tiong hong pula dengan cepat. Huan Khong phu segera berpaling ke arah delapan orang pendekar pedang berpita biru lainnya, kemudian menegur: "Apakah kalian pun merasa keracunan?" Kedelapan pendekar pedang berpita biru itu segera membungkukkan badannya memberi hormat dan menyahut: "Hamba semua telah mencoba untuk menghimpun tenaga, ternyata kami memang keracunan pula." Ke sepuluh orang pendekar pedang berpita putih yang sedang menundukkan kepala sambil bersantap itu segera menghentikan santapannya lalu seorang diantaranya bangkit berdiri dan memberi hormat, katanya: "Lapor congkoan, hamba semua pun merasa telah keracunan hebat.." Lok In-lin yang duduk disamping Ching tay seng segera menggertak giginya sambil mendengus, serunya menahan geram: "Bila orang yang meracuni kami sampai terjatuh ketangan aku orang she Lok, aku bersumpah tak akan menjadi manusia bila tidak bisa mencincang tubuhnya sehingga hancur berkeping-keping..." Ban kiam hweecu menghela napas panjang, bisiknya tiba-tiba dengan sedih. "Aaai .. sekarang, perkumpulan Ban kiam hwee kita benar-benar telah dipecundangi orang!" "Wah, kalau begitu tinggal aku dan ketiga orang pendekar pedang berpita hijau yang tidak keracunan sama sekali?" Seru Cho Kiu moay. "Ucapan nona memang benar, hambapun, tidak merasakan gejala keracunan." Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata tiga orang pendekar pedang berpita hijau itu. "Sekarang, keadaan kita yang menguntungkan sudah lewat," Ucap Hoa Khong phu, "sekalipun nona berempat tidak keracunan, mustahil kekuatan kalian sanggup menghadapi serbuan lawan." "Asal kami tak keracunan, paling tidak toh masih bisa melindungi Kiamcu untuk meninggalkan tempat ini dan berusaha untuk mendapatkan obat penawar racun." "Perkataan nona Cho memang tepat sekali." Seru congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu. "persoalan ini tak bisa ditunda-tunda Iagi, lebih baik Kiamcu segera berangkat meninggalkan tempat ini..." "Sayang sekali keadaan sudah tidak mengijinkan." Tiba-tiba congkoan pedang berpita hitam Chin Tay-seng tertawa seram. "Mengapa tidak mengijinkan lagi?" Cho Kiu moay bertanya. "Walaupun nona dan ke tiga orang pendekar pedang berpita hijau tidak keracunan namun sulit rasanya untuk meloloskan diri dari kepungan." "Maksud Chin congkoan, kami semua sudah terkepung ?" "Yaa, memang begitulah keadaan yang sebenarnya !" "Darimana Chin congkoan bisa mengetahui akan hal ini ?" Chin Tay seng tertawa seram. "Heeehhhh... heeehhh... heeehhh sebab mereka yang melakukan pengepungan adalah para pendekar pedang berpita hitam anak buahku, bagaimana mungkin hamba tidak tahu ?" Bab-59 T A M A T Ban-kiam hweecu yang mendengar jawaban tersebut segera membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar: "Maksud Chin congkoan, semua pendekar pedang berpita hitam telah melakukan penghianatan ?" "Ucapan Kiamcu memang tepat sekali !" Sahut Chin Tay seng tiba-tiba bangkit berdiri, lalu sambil tertawa seram membanting cawannya ke atas tanah. Begitu Chin Tay seng membanting cawannya ke atas tanah, Ma koan tojin, Thi lohan Khong beng hwesio serta si Naga tua berekor botak To Sam seng serentak melompat bangun puIa. Bersamaan waktunya dari arah lorong bermunculan dua puluhan orang pendekar pedang berpita hitam yang membawa senjata terhunus dengan cepat mereka melakukan pengepungan terhadap sekeliling tempat itu. Melinat kejadian mana, ke tiga orang pendekar pedang berpita hijau itu nampak terkejut, serentak mereka meloloskan pula pedangnya sambil bersiap sedia. "Kalian jangan sembarangan bergerak !" Cegah Cho Kiu moay dengan cepat: Mendengar perintah tersebut ke tiga orang pendekar pedang berpita hijau itu segera menghentikan gerakannya dan berdiri tak berkutik ditempat semula. "Nona Cho !" Chin Tay seng segera berse-ru, hanya manusia yang tahu dirilah yang dinamakan manusia pintar, ditempat ini hanya ada empat gelintir manusia saja yang sama sekali tidak keracunan, sekalipun memiliki kepandaian silat yang bagaimanapun tingginya. tak mungkin kekuatan yang kalian miliki itu bisa menolong keadaan..." Huan Khong phu betul-betul marah sekali, sedemikian gusarnya sehingga rambut dan jenggotnya pada berdiri kaku bagaikan landak. "Blaaammm!" Dia menggebrak meja keras-keras, kemudian bentaknya dengan lantang: "Chin Tay-seng. apa apaan kau ini ? sebenarnya apa yang hendak kau lakukan ?" Dengan cepat Chin Tay seng menjura, sahutnya sambil tertawa licik: "Harap Huan congkoan jangan marah-marah dulu, sesungguhnya siaute tidak mempunyai niat jahat walau hanya secuwilpun, apa yang kuminta tak lebih hanyalah persetujuan kiamcu untuk bekerja sama dengan pihak Tok seh sia..." Ban kiam hweecu yang mendengar perkataan itu betul-betul gusar sekali, sampai- sampai sekujur badannya ikut gemetar keras, bentaknya nyaring: "Chin Tay seng, kau berani berkhianat ?" "Chin congkoan !" Congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu turut membentak pula. "apakah obat penawar racunnya berada disakumu.?" "Asal Kiamcu sudah menyatakan persetujuannya, mereka akan segera menampilkan diri untuk menyerahkan obat penawar racun tersebut." "Chin tay seng." Seru Cho Kiu moay pula dengan suara dingin. "tahukah kau apa dosa dan hukumannya bagi mereka yang berani menghianati perguruan?" Chin Tay-seng tertawa terbahak-bahak. "Haahh... haaahh... haaahh... siaute berani berbuat berani bertanggung jawab, cuma sayangnya semua anggota Ban Kiam hwee yang hadir kesini sekarang sudah jatuh ke tanganku semua, mau dibunuh atau dicincang sudah berada ditanganku keputusannya, buat apa kita masih membicarakan soal berkhianat atau tidak." Berbicara sampai disini, dia lantas menjura kearah Ban kiam hweecu sembari berkata: "Kiamcu memang hebat sekali, aku yakin kau tentu sudah mengambil keputusan bukan?" Tiba-tiba Ban Kiam hwecu tertawa cekikikan, kemudian berseru merdu. "Sayang seribu kali sayang, aku tidak bisa mengambil keputusan dalam persoalan ini." Gelak tertawanya itu merdu, lembut dan nyaring, tiba-tiba saja berubah menjadi suara seorang gadis. Wi Tiong hong yang menyaksikan hal ini jadi keheranan, tanpa terasa pikirnya: "Oh, rupanya Ban kiam hwecu adalah seorang gadis !" Ooo ooOoo ooo MENDADAK saja sekujur badan Chin Tay seng gemetar keras, kemudian serunya dengan perasaan terkejut bercampur tercengang. "Kau... kau bukan Kiam cu!" "Tentu saja aku bukan Kiam cu !" Jawab Ban kiam hwecu dengan cepat. Sembari berkata tangannya lantas menyeka ke atas wajahnya dan melepaskan selembar topeng kulit manusia dari sana. Begitu terbukanya topeng kulit manusia itu, maka seketika itu juga Ban kiam hweecu berubah menjadi seseorang yang lain, itulah seleombar wajah bulat telur yang centil dan cantik dengan alis mata yang melengkung, sepasang mata yang besar lagi jeli serta bibir yang kecil mungil, ternyata dia bukan lain adalah Hek bun-kun Cho Kiu moay adanya. Lantas siapa pula Hek bun kun Cho Kiu moay yang berada disampingnya itu ?" Buru-buru Chin Tay seng menegur ke arah Cho Kiu moay: "Sebenarnya siapakah nona ?" Cho Kiu moay mendengus dingin. dia segera menyeka pula keatas wajah sendiri serta melepaskan selembar topang kulit manusia. Begitu topengnya terlepas segera berubahlah raut wajah orang itu, sebab dia memiliki selembar wajah bersemu emas yang ganteng, keren penuh kewibawaan sehingga siapa pun yang memandang jadi keder sendiri. Wi Tiong hong yang menyaksikan semua peristiwa tersebut menjadi tertegun, ternyata Cho Kiu moay yang datang bersamanya sepanjang jalan bukan lain adalah Ban kiam hweecu. Paras muka Chin Tay-seng berubah sangat hebat, buru-buru dia mundur sejauh dua langkah ke beIakang, kemudian serunya dengan perasaan lerkejut: "Kau... kau adalah Kiamcu!" Sebagaimana diketahui, Ban kiam hweecu memiliki kepandaian silat yang tak terlukiskan tingginya, bila dia tidak keracunan maka dengan mengandalkan beberapa orang yang ada didepan mata ditambah pula dengan dua puluhan orang pendekar pedang berpita hitam, tetap masih bukan tandingannya. Tidaklah heran kalau Chin Tay seng dibuat terkejut, gugup dan gelagapan dengan sendirinya. Dengan sepasang mata yang amat tajam bagaikan sembilu, Ban-kiam hweecu mengawasi wajah Chin Tay-seng tanpa berkedip, kemudian tegurnya: "Chin Tay-seng, apakah kau sudah tahu salah !" Chin Tay-seng mundur dua langkah ke belakang, sesudah dapat menenangkan hatinya dengan paksa dia berkata: "Sekalipun Kiamcu tidak keracunan, tapi ke empat congkoan dan segenap pendekar pedang yang berada disini telah keracunan semua harap Kiamcu suka berpikir tiga kali sebelum bertindak." Huan Kong phu segera melompat bangun, kemudian sesudah tertawa terbahak-bahak serunya: "Haaahh... haaahh... haaah... Chin Tay-seng, kau betul-betul berhati busuk, tapi coba kau lihat sendiri, siapakah diantara kami yang telah keracunan ?" Sembari berkata dia lantas mengulapkan tangannya kepada ke delapan orang pendekar pedang berpita biru seraya serunya: "Jangan biarkan dia kabur dari sini !" Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo