Pendekar Bego 23
Pendekar Bego Karya Can Bagian 23
Pendekar Bego Karya dari Can Dalam waktu singkat kobaran api segera membakar seluruh bangunan kuil bobrok itu, kebakaran yang terjadi secara tiba tiba ini sudah barang tentu mengejutkan segenap penjahat yang berada disana. Dengan langkah tergopoh gopoh Lam huang pat yau menampakkan diri dari dalam kamar masing masing. Siang to Yu To segera berseru kepada anak buahnya. "Aai apakah kalian semua mampus? kenapa tidak berusaha untuk memadamkan api?" Baru saja jago jago dari Ki thian kau itu hendak mengambil air untuk memadamkan kebakaran mendadak dari luar pintu terdengar seseorang berkata dengan dingin. "Bajingan dari Ki thian kau dengarkan menyerahlah" "Siapa disitu?" Bentak sepasang golok Yu To dengan perasaan kaget bercampur marah. Baru selesai bentakan itu dari balik kegelapan muncul seorang lelaki setengah umur berjubah hijau yang berdandan sebagai seorang sastrawan Orang itu muncul dengan pedang terhunus dan dia tak lain adalah Long tiong tayhiap (pendekar dari Szechwan) Coa Thian tam, salah seorang dari Ih lwe su eng. Dengan kemunculan orang ini para siluman pun segera menyadari apa gerangan yang sudah terjadi. "Hanya kau seorang?" Jengek si Jari bayangan darah Wong Leng "Tidak, masih ada tiga orang lagi!" "Apakah termasuk sepasang anjing lelaki perempuan itu?" Seru Kim san sia kiam Thio Pin. "Hmm! Dengan berdasarkan ucapanmu itu Ong lote tak akan mengampuni jiwamu!" "Toako tak usah banyak berbicara lagi, hayo segera kita babat mereka semua!" Maka bayangan golok cahaya pedang pun menyambar kian kemari, jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang dari mana mana. Didalam keadaan begini, terpaksa Lam huang pat yau harus maju ke depan untuk memberi perlawanan. Siluman rase hitam Ay Bi dan si jari bayangan darah Wong Ling menghadapi Long tiong tayhiap Coa Thian tam. It ciang kim Sim Jit nio yang masih berpakaian kusut bersama sepasang golok Yu To bertempur melawan Pek lek to To hu Hiong. Baru saja Kim san sia kiam Thio Pin hendak menitahkan anak buahnya untuk mengerubuti kedua orang itu, tiba tiba dari balik pintu berjalan masuk Ong It sin dan Bwe Ling soat. Menyaksikan kedua orang muda mudi itu, dengan ketakutan Thio Pin mundur berulang kali ke belakang kemudian kabur ke dalam ruangan. Bwe Ling soat segera mengejar dari belakang sambil berseru. "Orang she Thio katanya saja kau seorang jago dari dunia persilatan, kalau punya nyali hayo bertarung melawan nonamu!" Berulang kali ia berteriak sambil menantang, akan tetapi tiada jawaban yang terdengar dari dalam ruangan itu Ong It sin lantas berkata. "Nona Bwe ruangan ini tak ada jendelanya, tak nanti ia bisa kabur, jaga saja pintu keluarnya, aku akan membantu Coa toako untuk melenyapkan dulu anakan iblis tersebut!" Seraya berkata pedang Kim liong kiamnya digetarkan keras, selapis cahaya hitam segera memancar ke empat penjuru. Batok kepala manusia bergelindingan ke atas tanah darah kental bercucuran memenuhi seluruh tempat semua anggota Ki thian kau yang tak sempat melarikan diri hampir mati semua diujung pedangnya. Tak lama kemudian Sepasang golok Yu To ikut tertembus pedang dan tewas dalam keadaan mengerikan. Menyusul kemudian It ciang kim Sim Jit nio terpapas pinggangnya hingga kutung menjadi dua bagian. Melihat rekannya mati semua sijari bayangan darah Wong Ling menjadi panik, baru saja dia hendak kabur, sebuah bacokan golok Pek lek to dari To hu Hiong mencabik tubuhnya menjadi dua bagian. Akhirnya siluman rase hitam Ay Bi juga kena tertusuk ulu hatinya hingga mampus. Melihat para pemimpinnya sudah pada mampus para anggota Ki thian kau lainnya yang tak sempat melarikan diri segera berlutut minta ampun. Dengan suara lantang Ong It sin lantas berkata. "Jiwa kalian meski bisa diampuni, tapi ilmu silatnya harus dimusnahkan..." Dalam waktu singkat ia melancarkan berpuluh puluh totokan kilat ketubuh kawanan penjahat itu sehingga ilmu silat yang dimiliki semua penjahat itu punah tak berbekas. Dari pertarungan dimulai sampai pertempuran berakhir, ternyata Kim san sia kiam Thio Pin yang berada dalam ruangan belum juga munculkan diri. "Nona Bwe, harap menyingkir, aku akan melihat dimana ia menyembunyikan diri!" Ketika pintu ruang dihantam sampai roboh ternyata ruangan itu kosong melompong, entah kemana kaburnya gembong iblis tersebut. Setelah diperiksa dengan seksama, akhirnya ditemukan sebuah lorong rahasia ditempat itu, rupanya sikipas emas pedang sesat Thio Pin telah melarikan diri lewat lorong tersebut. Kendatipun demikian, akibat pertarungan tersebut kecuali Kim san sia kiam Thio Pin seorang yang berhasil meloloskan diri hampir semua anggota dari Lam huan pat yau telah terbasmi habis. Ong It sin lantas berkata. "Bila dugaanku tidak salah, Kim san sia kiam Thio Pin pasti telah kabur kembali kemarkas besarnya kini kantor cabang kota Leng an sudah musnah, untuk dibangunpun mungkin agak susah, mari kita kembali kekota Siang sia untuk mempersiapkan diri!" Maka para jago pun segera berangkat meninggalkan tempat itu. Markas Ki thian kau yang terletak di bukit Long ya san, para gembong iblis sedang berkumpul dalam balai pertemuan. Diatas singgosan duduklah seorang lelaki berkain cadar warna hitam. Kalau dilihat dari bayangan punggung lelaki itu, tampaknya masih muda belia, tapi siapapun tak tahu siapa gerangan dia yang sebenarnya. Semua orang hanya tahu kalau dia adalah wakil ketua dari perkumpulan Ki thian kau. Bukan saja hu kaucu ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay, lagipula otaknya cerdas dan mempunyai banyak akal busuk. Berhubung pada waktu itu sang kaucu sedang menutup diri untuk melatih sejenis ilmu silat yang sangat lihay, maka semua persoalan yang mengenai perkumpulan diatasi olehnya sendiri. Semenjak Tee lwe siang mo gagal menaklukkan partai Hoa san dan dikalahkan oleh sepasang muda mudi, bahkan setelah tahu kalau muda mudi itu yang seorang adalah ahli waris dari Leng mong Sengceng di kuil Sian goan si, sedang yang lain adalah murid Biau lam Seng ni dari Koan tiau kek rencana mereka untuk menaklukkan pelbagai perguruan pun mengalami pengaruh yang sangat besar. Menyusul diterima laporan yang mengatakan bahwa sepasang muda mudi itu muncul pula di lembah Lo sian kok dibukit See thian bok san dimana tiga orang anggota dari Lam huang pat yau tewas. Sementara semua orang masih murung dengan rentetan kekalahan yang diderita itu, keesokan harinya datanglah Kim san kiam yang melaporkan musibah dikantor cabang kota Leng an sambil menangis tersedu sedu. Mendengar laporan itu, dengan gusar Hu kaucu tersebut segera bertanya. "Siapakah nama sepasang muda mudi itu?" "Tau huhoat mengetahui akan hal ini" Sahut Kim san sia kiam Thio Pin dengan cepat. Mendengar itu, Hu kaucu yang bercadar kain hitam itu segera berpaling ke arah samping, kemudian tanyanya. "Tau huhoat, benarkah kau mengetahui akan hal ini?" "Hamba tahu!" Sahut Tau Chin cepat. "yang perempuan adalah cucu perempuan dari Kim liong lojin, itu ketua dari Hoa san pay yang bernama Bwe Ling soat, sedangkan yang lelaki bernama Ong It sin..." "Ong It sin?" Seru hu kaucu dengan perasaan bergetar keras. "apakah dia bertampang jelek, bermulut seperti congor babi, hidung pesek, mata melotot dan kening sempit?" "Ketika bertemu dibukit Hoa san, dia memang bertampang demikian!" Hu kaucu itu segera tertegun. "Kalau didengar dari perkataanmu itu, apakah selanjutnya wajahnya mengalami perubahan?" "Benar, ketika Sin tongcu berhasil membentuknya di karesidengan Leng kok sian, dikemukakan topeng kulit manusia!" "Bagaimanakah wajah aslinya?" "Seorang lelaki tampan yang sukar dicarikan tandingannya didunia ini...!" "Percayakah kau bahwa mereka adalah satu orang yang sama?" "Hamba yakin penglihatan kami tidak salah!" "Atas dasar apa kau berani berkata demikian?" "Hamba yakin dia adalah Ong It sin, karena meski wajahnya yang jelek tiba tiba jadi berubah. Selain itu Kim liong kiam yang tersoren dipunggungnya merupakan bukti yang lebih nyata" Wakil ketua dari Ki thian kau itu tidak berbicara lagi, agaknya dia sudah tahu siapa gerangan lelaki yang bernama Ong It sin itu. Tanpa banyak berbicara, Hu kaucu itu segera bangkit berdiri dan masuk ke dalam istana. Di ruang dalam, seorang nyonya setengah umur sedang berbaring diatas pembaringan dengan santainya, ketika melihat kemunculkan Hu kaucu tersebut, dengan nada yang gesit dia menegur. "Persoalan apa yang membuat kau berada lama sekali diluar?" Dengan wajah murung sahut Hu kaucu. "Lapor kepada Tay sang kaucu, ahli waris dari Ih lwe ji seng terus menerus memusuhi perkumpulan kita!" "Apakah mereka telah membuat gara gara di kantor cabang kita!" "Benar, kedua orang ini dengan membawa berita dari kantor cabang kita dikota Leng an" "Oooh..." Seru Tay sang kaucu. Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Hu kaucu telah berkata lebih jauh. "Lagi pula cara kerja mereka amat keji, selain ketua kantor cabang seorang yang berhasil kabur, hampir semua anggota lainnya kena dibasmi, kalau bukan ditewaskan, ilmu silat mereka telah dimusnahkan" Tay sang kaucu tersebut tak lain adalah si Kelabang hitam Be Ji nio, sekalipun dia tersohor karena kekejiannya, toh terkesiap juga hatinya setelah mendengar laporan tersebut, katanya kemudian. "Bu cing, turunkan perintah ke seluruh kantor cabang, bila sampai bertemu lagi dengan kedua orang itu, berusahalah untuk menghindari segala bentuk bentrokan, bila waktu yang kita nantikan sudah sampai nanti, mereka baru kita basmi sampai ludas!" Ternyata wakil ketua dari perkumpulan Ki thian kau ini tak lain adalah Sangkoan Bu cing putra dari Bwe hoa kiam kek. Sekalipun hitam diatas putih dia adalah suami Be Siau soh, tapi berhubung Siau soh sedang menutup diri guna mempelajari ilmu maha sakti yang terdapat diatas sarung naga berusia seribu tahun itu, maka dia mengadakan hubungan gelap dengan mertuanya yang memang tersohor karena kejalangannya itu. Sambil duduk ditepi pembaringan dan tertawa, dia kembali berkata: Selain itu masih ada sebuah kabar busuk lagi. "Kabar busuk apa? Termasuk urusan kumpulan? Ataukah urusan pribadi kita berdua?" "Tentu saja urusan pribadimu!" Be nio mengerling jalang kearahnya, kemudian makinya: 000ooooodeooowiooooo00 Jilid 21 "SETAN cilik, kau berani bergurau dengan lo nio? Ketahuilah, kehebatan racun yang dimiliki oleh kelabang hitam tiada tandingannya dikolong langit, siapa saja yang bertemu dengan kupastikan akan ketakutan setengah mati, kecuali urusan kita berdua telah diketahui oleh Siau soh si budak cilik itu, masa ada berita lebih buruk lagi buat kita?" "Oooh... Ji nio ku sayang, jangan lupa, ketika kau bersama Kim san sia kiam Thio Pin Tiang bi lo yau Ik tianglo berlima merampas kotak kemala diluar perbatasan dulu kalian telah membunuh Kim to bu tek Ong Tan thian!" Dengan tangannya si Kelabang hitam Be Ji nio menowel pipi Sangkoan Bu cing, kemudian katanya sambil tertawa. "Aaah, itu mah urusan yang sudah lewat banyak tahun, lo nio sudah melupakannya!" "Ji nio, tahukah kau siapakah ahli waris dari Leng mong Sin ceng yang datang dari kuil Sian goan si itu?" Be Ji nio segera menggelengkan kepalanya. "Dia bukan lain adalah putranya Kim to bu tek Ong Tang thian yang bernama Ong It sin" Kata Sangkoan Bu cing. Be Ji nio segera tertawa terkekeh kekeh. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... kalau orang lain yang kau sebut, mungkin lo nio akan waspada, tapi kalau Ong It sin simanusia tolol itu yang kau singgung, lo nio mah tidak ambil pusing!" "Air samudra tak bisa ditimbang, melihat orang jangan menilai dari wajahnya, justru kekalahan perkumpulan kita yang secara beruntun ini konon hancur ditangan sibocah keparat tersebut. Huuh...! Rupanya orang lain sudah tidak tolol lagi, malahan katanya ilmu silat yang dimiliki bajingan tersebut lihaynya bukan kepalang, aku lihat Ji nio sayang! Kau harus mulai mempersiapkan diri, agar jangan sampai terkena apesnya bangsat tersebut!" OooOdwOooo Be Ji nio tertawa lebar, katanya. "Dulu lo nio juga sudah tahu kalau Ong Tang thian mempunyai seorang keturunan yang dititipkan di kediaman Gin sin Li Liong di lembah Li hukok, akupun telah menyelidiki ke situ ketika kuketahui bahwa Ong It sin tidak lebih cuma seorang bocah yang mana jelek, goblok lagi maka niatku untuk membunuhnya menjadi padam aku tidak percaya kalau ia menjadi pintar setelah belajar silat. Seandainya dia tidak mencari lo nio untuk membuat perhitungan, urusan sih mendingan, kalau tidak lo nio pasti akan menghadiahkan segumpal jarum beracun Hong wi ciam untuk mengirimnya pulang ke akhirat" Ucapan tersebut diutarakan amat enteng dan santai, seakan akan sama sekali bukan suatu persoalan yang serius. Tapi Sangkoan Bu cing segera berkata lagi, bahkan ucapan tersebut seakan akan sebaskom air dingin yang mengguyur diatas kepalanya. "Kita sudah berpisah cukup lama, kau tahu Ong It sin yang sekarang sudah bukan Ong It sin yang dulu lagi, bukan saja ia tampan rupawan, bahkan cerdik sekali!" Be Ji nio segera melompat bangun dari atas pembaringan, teriaknya. "Sungguhkah perkataanmu itu?" "Ji nio, apa sih hubungan kita berdua? Buat apa aku musti membohongi dirimu?" Setelah urusan menjadi begini, Ji nio baru merasakan betapa seriusnya persoalan itu. Sangkoan Bu cing melirik sekejap ke arahnya, kemudian sengaja ia membakar lagi hatinya. "Ketika dulu sebelum belajar ilmu, bangsat itu sudah berkelana kesana kemari mencari musuh besar pembunuh ayahnya, sekarang ia sudah berhasil memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, coba bayangkan, apakah ia tidak bakal mencari musuh besar pembunuh ayahnya untuk membuat perhitungan berdarah?" "Ketika melakukan perbuatan tersebut dulu, aku melakukannya dengan sangat berhati hati, tidak mungkin bangsat itu bisa tahu kalau akulah otaknya" "Ji nio, tolol amat sih kau ini, jarum Hong wi tok ciam adalah sebuah jarum beracun yang sangat lihay, apakah didalam dunia ini terdapat orang kedua yang mempergunakannya?" "Yaa, betul, memang tak ada orang lain yang bisa menggunakan senjata rahasia tersebut!" Sahut Be Ji nio sambil tertawa bangga. "Nah, itulah dia! Ketika kau berhasil membunuh Ong Tang thian dulu, jarum beracunmu telah ditemukan oleh Ho hoa siancu Liok Tui dari Tiong lam pay, apakah hal ini bukan merupakan suatu titik terang yang gampang diketahui orang?" "Bocah muda, aku tahu kalau kau punya banyak akal busuk, hayolah bantu aku untuk mencarikan sebuah akal bagus!" "Hanya orang yang diberi balas jasa yang akan rajin bekerja, dengan apa kau hendak memerseni aku?" Be Ji nio segera mengetuk kening Sangkoan Bu cing dengan ujung jarinya, ia mengomel. "Kau si bocah muda betul betul tak punya liangsim, bukan saja putriku sudah kau makan, lo nio pun ikut kau lalap, apakah masih kurang puas...?" Sangkoan Bu cing segera mengangkat bahunnya. "Ji nio sesungguhnya aku yang telah melalap dirimu, ataukah aku terpaksa menuruti kemauanmu karena takut melanggar perintah? Hayo jawablah menurut liangsimmu" Be Ji nio segera tertawa cekikikan. "Kau betul betul tak punya liangsim, nah, asal kau bersedia membantuku untuk membunuh Ong It sin, sibocah busuk itu, lo nio jamin kau pasti mendapat kesempatan untuk turut serta melatih ilmu silat yang tercantum diatas sarung pedang cian nian liong siau tersebut" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Yang dinantikan Sangkoan Bu cing tak lain justru adalah perkataan itu, ia menjadi amat gembira setelah mendengar ucapan tersebut, serunya dengan cepat. "Terima kasih Ji nio!" Agaknya Be Ji nio sudah tak berniat untuk bermain cinta pada saat ini, dengan cepat dia berseru. "Sekarang kau jangan berterima kasih dulu kepadaku, hayo cepat carikan dulu akal bagus buat lo nio untuk menghadapi Ong It sin si bocah busuk tersebut!" Sangkoan Bu cing kembali tertawa terkekeh kekeh. "Tapi sayang sebelum melakukan suatu olah raga diatas ranjang yang bisa mengendorkan urat syaraf, otaknya serasa tak mau jalan" Be Ji nio segera menghela napas panjang "Aaai... sayangku, kau betul betul pandai menyiksa orang, hayolah kita lakukan sekarang!" Sembari berkata dia lantas merangkul Sangkoan Bu cing dan dipeluknya dengan hangat. Selanjutnya terjadilah suatu hubungan yang gelap antara sang menantu dengan mertuanya sekalipun mereka berbeda banyak dalam usia, tampaknya perbedaan tersebut tidak memengaruhi kedua belah pihak untuk sama sama mencari kenikmatan dan kepuasan dari tubuh masing masing. Ketika selesai "membuang hajad", sambil menghembuskan napas lega Be Ji nio bertanya. "Sekarang tentunya kau sudah merasa lega bukan?" "Yaa, terasa lega sekali!" "Nah, bawa kemari siasatmu itu!" Agaknya perempuan setengah baya ini berprinsip setelah membayar kontan maka barang diminta. Tampaknya Sangkoan Bu cing sudah mempunyai persiapan yang cukup matang, bisiknya "Siasat yang bagus tak boleh sampai terdengar oleh telinga keenam..." Be Ji nio mengerling sekejap ke arahnya, katanya. "Tempat ini toh kamar tidurku, kecuali aku siapa saja tak boleh kemari, apa yang kau takuti?" "Tapi dibalik dinding toh besar kemungkinan ada telinga telinga yang lain?" Be Ji nio berpikir sebentar, kemudian katanya. "Kalau begitu hanya ada satu cara: Bagaimana kalau keluar dari mulutmu, langsung masuk ke telingaku?" "Aku rasa memang cara ini paling bagus" Maka kedua orang itupun kembali berangkulan sambil berbisik bisik amat lirih. Selesai mendengar siasat itu, Be Ji nio segera berkata. "Rencana ini memang sangat bagus, cuma kalau tidak manjur, hati hati dengan batok kepalamu itu!" "Tak usah kuatir Ji nio aku sengaja menyusun rencana itu setelah disesuaikan dengan wataknya, tanggung dia pasti akan terjebak oleh siasat kita" "Kapan berangkat?" "Menurut laporan dari kantor cabang Kang han Say bin jin mo bersama Tee leng kau telah berhasil menaklukkan Kun lun, sekarang mereka sudah berada seratus li dari markas besar, bila mereka sudah sampai disini kita boleh memilih orang dan segera berangkat" Be Ji nio manggut manggutkan kepalanya dengan puas, sambil kemalas malasan diapun bangkit dari pembaringannya sambil mengenakan kembali pakaiannya yang semula telah ditanggalkan semua itu. Keesokan harinya ketika fajar baru saja menyingsing Say bin jin mo dan Tee leng kun serta sekalian jago jagonya telah balik kedalam markas. Dalam markas besar selain diselenggarakan pesta perjamuan, Hu kaucu juga mengumpulkan Tee leng kun, Say bin jin mo, Tee ih siang mo yaitu Tau Chin dan Tau Chu dua bersaudara, serta Ang yok pek tau, Ui kiok dan Pek bwe empat orang tongcu untuk mengadakan suatu rapat rahasia. Selesai rapat diadakan, yang diketahui adalah tetap tinggalnya Ui kiok dan Pek bwe tong cu melindungi markas besar. Sedangkan sisanya dengan Tee leng kun sebagai pemimpinnya membawa Ciong lay su sia, Wu san jit sia cap si yau yang tinggal beberapa orang serta kawan jago lainnya berangkat menuju ke bukit Siong san kuil Siau lim si. Sementara kawanan iblis yang dipimpin oleh Hu kaucu dan Tay sang kaucu dengan jalan menyamar berangkat lebih duluan untuk berjaga jaga dikota Teng hong Yong yang Sian yang dan disekitarnya untuk bersiap siap memasang perangkap sambil menunggu lawannya masuk jebakan. Sesungguhnya tindakan mereka ini merupakan suatu rencana yang sempurna dan amat keji. Tapi sayang Ong It sin tak menduga sampai kesitu. Berita tentang diserangnya kuil Siau lim si oleh perkumpulan Ki thian kau, tak sampai setengah hari kemudian sudah tersiar dalam dunia persilatan. Ong It sin sekalian yang sedari sebelumnya sudah berjaga jaga dikota Siang sia menjadi tertawa sendiri setelah mendengar kabar tersebut tapi mereka tidak merasa gembira. Sebab jago jago yang diutus oleh pihak Ki thian kau kali ini, selain terdiri dari jago jago lihay yang datang dari markas besar juga ditunjang oleh delapan kantor cabangnya dan tiga belas ranting, jumlah mereka mencapai dua ribu orang lebih. "Untung Coa toako telah berangkat kekuil Siau lim lebih dulu" Kata Pek lek to hu Hiong. "kalau tidak bukankah ciangbunjin partai Siau lim akan ketakutan dan menyerah kalah?" "Gerak gerik Ki thian kau juga tampak aneh sekali" Kata Ong It sin "hanya dalam tiga hari yang singkat, mereka telah berhasil menghimpun pasukan sebesar ini bahkan tidak diketahui darimana datangnya, coba bayangkan, apakah kejadian ini tidak aneh?" "Hal ini hanya bisa menyalahkan mata mata kita yang kurang gesit" Kata Bwe Leng soat. "sama sekali tak usah diherankan!" "Sepantasnya mereka menyerang kuil Siau lim si dengan jalan suatu penyergapan, dengan demikian serangan tersebut baru akan membuat pihak Siau lim pay gelagapan. Tapi heran, mengapa mereka tidak memanfaatkan peluang ini, jangan jangan mereka punya maksud lain?" "Menurut pendapatku" Kata Pek lek to To hu Hiong. "belum tentu demikian halnya, sekalipun nama besar pihak Siau lim belakangan ini merosot jauh kalau dibandingkan dengan seratus tahun berselang, tapi diantara pelbagai perguruan besar, pihak mereka masih terhitung suatu kelompok perguruan yang kuat Ki thian kau pasti tahu bahwa pertarungan ini akan mengakibatkan banyak korban berjatuhan, maka mereka baru menghimpun kekuatan yang besar untuk melancarkan serangan secara besar besaran" Perkataan ini memang masuk diakal juga! "Kalau begitu kita harus segera berangkat ke kuil Siau lim si" Seru Bwe Leng soat kemudian. "tak usah banyak berpikir yang bukan bukan lagi, hayo berangkat!" Begitu berbicara sampai disitu, dia lantas menitahkan kepada pelayan untuk mempersiapkan kuda mereka. Dengan menunggang kuta, berangkatlah ketiga orang itu menuju ke kota Teng hong. Sayangnya begitu mereka keluar dari kota Siang yang, jejaknya segera diketahui orang. Mata mata pihak Ki thian kau yang ditugaskan untuk mencelakai jejak mereka, segera mengirim laporan kepada si Kelabang hitam Be Ji nio dengan melalui merpati pos. Begitu Be Ji nio menerima laporan, dengan cepat ia menarik sekalian jago jagonya yang berada di kota Yong yang dan Siang yang untuk berkumpul di kota Teng hong serta melaksanakan tugas seperti apa yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Ong It sin bertiga dengan melalui kota Pek tiok, ki kiau, Kho cong, so kiau akhirnya tiba di kota Tiang kat. Sewaktu tiba dikota Tiang kat waktu sudah menunjukkan kentongan kedua. Suasana dipasar malam yang ada disepanjang jalan raya ramai sekali dikunjungi orang. Pek lek to To hu Hiong segera membawa mereka sekalian menuju ke rumah penginapan yang memakai merek Kim kilin. Selesai membersihkan badan serta bersantap, Ong It sin sekalian bertiga lantas kembali ke kamarnya masing masing untuk beristirahat. Setelah pada siang harinya melakukan perjalanan jauh yang melelahkan, tidur mereka pada malam itu nyenyak sekali. Ketika kentongan ketiga malam itu menjelang tiba, tiba tiba diatas wuwungan rumah penginapan Kim kilin muncul dua sosok bayangan manusia. Dengan suatu gerakan yang sangat enteng kedua sosok bayangan manusia itu melayang turun ketengah halaman. Ternyata mereka berdua tak lain adalah Tee lwe siang mo yang terdiri dari Tau Chin dan Tau Chu dua orang. Ketika tiba didepan kamar yang ditinggali Ong It sin dua bersaudara dari keluarga Tau itu segera meloloskan sebilah pisau belati yang tajam untuk memotong palang pintu samping, kemudian diam diam menyelinap masuk keruang dalam. Tee lwe siang mo adalah jago jago yang sudah terlatih untuk melihat ditempat kegelapan, hampir semua benda yang berada dalam ruangan itu dapat mereka lihat semua dengan jelas. Mereka berdua menyaksikan Ong It sin berbaring diatas pembaringan dan sedang tertidur nyenyak, malah lamat lamat kedengaran suara pernapasannya yang teratur. Tau Chin segera memberi tanda kepada adiknya untuk mendekati pembaringan, sedang Tau Chu dengan gerakan yang sangat berhati hati pelan pelan menyingkap kelambu didepan pembaringan. Tau Chin segera menggetarkan pedangnya lalu menusuk ke arah tenggorokan Ong It sin sementara mulutnya memperdengarkan suara tertawa seram yang menggidikkan hati. Siapa tahu, baru saja gelak tertawanya berkumandang, mendadak sesosok bayangan menggulung pedang Tau Chin yang menyebabkan tusukannya tak mampu dilanjutkan kembali. Kiranya bayangan hitam yang menyambar ke udara itu tak lain adalah selimut. Tee lwe siang mo amat terperanjat, cepat cepat mereka melompat mundur untuk menghindarkan diri. Pada saat itulah Ong It sin melyang turun dari atas pembaringan, setelah menyapu sekejap wajah kedua orang iblis itu katanya. "Bagaimanapun juga kalian berdua juga terhitung jago kenamaan dalam wilayah Liok lim, kenapa perbuatan kamu berdua begitu rendah bagaikan kaum kurcaci? Tidak malukah kalian bila sampai ditertawakan orang banyak...?" Gagal melakukan penyergapan, Tau Chin tertawa seram, serunya dengan dingin. "Orang she Ong, tempo hari lohu sangat tidak puas karena kalah ditanganmu, beranikah kau menerima tantangan kami bersaudara untuk berduel pada malam ini?" "Huuuh! Siapa yang takut kepadamu? Katakan saja kalain akan menungguku dimana?" "Dalam hutan Liu diluar kota!" "Baik, silahkan kalian berangkat duluan aku pasti akan tiba ditempat itu" "Apakah kau ingin mencari pembantu lebih dulu?" Ong It sin segera tertawa dingin sesudah mendengar perkataan itu, sahutnya sinis. "Untuk menghadapi kalian berdua aku seorang diripun sudah lebih dari cukup" Sementara pembicaraan berlangsung, ia telah selesai berpakaian, maka berangkatlah pemuda itu menyusul dibelakang sepasang gembong iblis tersebut. Dengan kecepatan yang luar biasa, berangkatlah ketiga orang itu menuju kesebuah tanah lapang dalam hutan Liu diluar kota. Baru saja Ong It sin berhenti bergerak, dari balik kegelapan segera muncul kembali dua sosok bayangan manusia. Orang yang ada disebelah kiri berbadan kurus ceking dengan indera hampir menempel menjadi satu, kepalanya gundul dengan alis mata yang patah dan mata tikus, orang ini jauh lebih jelek tampaknya ketimbang wajah sendiri bila mengenakan topeng kulit manusia, tapi jubahnya justru berwana keemas emasan. Orang itu bukan lain adalah Kek po pocu yang bernama Tee leng kun. Sedangkan orang yang berada disebelah kanan bertubuh tinggi kekar, kasar dengan hidung cekung kedalam, bibir tebal, rambut kuning yang berikal dan terurai ke bawah. Orang inipun pernah dijumpainya sebab dia tak lain adalah Say siu jin mo (iblis manusia berkelapa singa). Dalam waktu singkat, keempat orang gembongan iblis itu telah mengambil posisi di empat penjuru dan mengepung musuhnya rapat rapat. Ong It sin berdiri angker ditengah arena dengan sekulum senyuman dingin tersungging diujung bibirnya, kepada Tee lwe siang mo ejeknya. "Tadinya aku masih keheranan, kenapa kalian siprajurit prajurit yang kalah perang begitu berani menantang aku untuk berduel, kiranya banyak juga bala bantuan yang telah kau undang. Setelah berhenti sejenak terusnya. "Sayangnya sekalipun berhasil menangkan pertarungan, kemenangan ini juga tidak terlalu cemerlang" "Bocah keparat kau takut?" Ejek Tau Chin sambil tertawa seram. "Tentu saja aku takut kalian cuma punya sepasang kaki sehingga tak sanggup lari dengan lebih cepat lagi" "Keparat sialan!" Bentak Tau Chin marah. "kematian sudah didepan mata, kau masih begitu berani meledek kami? Saudara sekalian, kenapa kita tidak turun tangan sekarang juga untuk membereskannya, dari pada malam yang terlalu panjang akan berakibat impian yang terlalu banyak...?" Ong It sin masih juga menyembunyikan sepasang tangannya dibalik jubah yang lebar, ketika mendengar perkataan tadi, dia lantas mengejek "Yaa, siapa duluan yang akan maju untuk menghantar kematian" Tiga tahun berselang, ketika berada dibentang Khek poo Say siu jin mo pernah menotok jalan darah orang dengan ilmu Kiu thian ho sui kang yang menyebabkan pemuda itu berguling guling karena kesakitan, walaupun kejadian ini sudah berlangsung pada tiga tahun berselang, namun ia tak percaya kalau pemuda ini telah berilmu tinggi sekalipun beberapa tahun terakhir ini telah belajar silat dari Leng mong Seng ceng. Itulah sebabnya dengan langkah lebar dia lantas maju ke depan, kemudian katanya kepada tiga orang iblis lainnya. "Saudara sekalian, biar lohu yang mencoba lebih dulu sampai dimanakah kehebatan dari bocah keparat ini!" Sebenarnya Tee lwe siang mo akan menampik, tapi Tee Leng kun sudah keburu berseru "Lohu juga merasa kalau persoalan yang kecil sengaja dibesar besarkan, silahkan saja kau untuk menjajal kepandaiannya terlebih dahulu" Say siu jin mo segera melangkah kedepan tangannya dengan kecepatan luar biasa mencengkeram dada Ong It sin. "Bocah keparat sambut dulu sebuah seranganku ini!" Ilmu cengkeraman Hong say jiau (cakar singa gila) yang diyakininya ini sudah mengalami banyak kemajuan yang cukup pesat selama banyak tahun belakangan ini, jangankan tubuh yang terdiri dari darah dan daging, sekalipun terdiri dari batu karang juga akan hancur bila sampai tercengkeram olehnya. Tapi anehnya, ternyata Ong It sin cuma berdiri tenang saja tanpa bermaksud untuk menghindar, selain bajunya yang kelihatan menggelembung besar, tidak nampak gejala lain yang aneh. Akan tetapi, begitu cengkeraman dari Say siu jin mo bersarang ditubuh anak muda tersebut, dia segera merasakan tangannya seolah olah sedang mencengkeram diatas sebuah benda lembek yang sama sekali tak bertenaga apa apa. Rupanya Ong It sin telah mempergunakan ilmu Boan yok ji kok sip kang untuk menghadapi ancaman tersebut. Dengan cepat Say siu jin mo merasakan tangannya menjadi sakit sekali bagaikan akan patah dia tahu bila serangan itu tidak buru buru ditarik kembali, akibatnya dia akan menderita kerugian yang besar sekali Dalam kaget dan gugupnya, tergopoh gopoh dia menarik kembali serangan cengkeramannya dan diubahnya menjadi serangan memukul. Dia masih mencoba untuk meraih kembali nama baiknya dengan sodokan tinju tersebut. Siapa tahu, baru saja kepalannya meluncur ke depan, Ong It sin telah membalikkan tangannya sambil membabat. Babatan ini dilakukan amat dahsyat membuat serangan yang luar biasa hebatnya dari Say siu jin mo itu harus disalurkan ke samping untuk menghindari serangan keras lawan keras yang merugikan bagi dirinya. Sreet...! Sreeeet...! Sreet...! desingan tajam menderu deru segera menyambar beberapa puluh batang pohon liu yang berada puluhan kaki jauhnya dari arena itu sehingga patah beberapa bagian. Ong It sin segera mengejek. "Hei, kalau tahu kalah dalam pertarungan, janganlah menggunakan pohon Liu yang tak bersalah untuk pelampiasan hawa amarah!" Mendengar ejekan tersebut, kontan saja merah padam selembar wajah Say siu jin mo karena jengah. Dengan cepat dia meloloskan pedangnya sambil berseru "Bocah keparat, rupanya ilmu Cian ing sin kang (ilmu sakti memancing tenaga untuk disalurkan ke arah lain) dari si Leng mong keledai gundul telah diwariskan pula kepadamu, bangsat! Lihat tusukan pedang kilatku ini!" Serangan yang dilancarkan dengan penuh kegusaran ini luar biasa hebatnya, Ong It sin tak berani menanggapi secara gegabah. Seraya berkelit ke samping, ejeknya lagi. "Kwik losu, kau toh sudah tua, buat apa musti membantu kaum jahanam untuk melakukan kejahatan?" Gagal dengan tusukan pedangnya, Say siu jin mo telah bersiap siap untuk melancarkan serangan berikutnya, tapi Tee leng kun yang berada di samping arena segera berseru. "Sudahlah saudara Kwik, biar aku saja yang maju bila akupun tak mampu, lebih baik kita keroyok saja keparat itu!" Berbicara sampai disitu, Tee leng kun segera meloloskan sebuah ruyung tulang putih dari sakunya, kemudian diantara getaran tanganny, ruyung tersebut bagaikan seekor ular berwarna putih segera menyambar kedepan dan mengurung empat belas buah jalan darah penting disekujur badan Ong It sin. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jurus serangan yang dipakainya banyak yang berjalan serong, mana aneh dan diluar dugaan, keji lagi. Menghadapi ancaman ancaman maut yang hebat dan keji ini, sepasang alis mata Ong It sin segera berkenyit, dengan cepat dia mainkan pula ilmu Hua im san heng sat (ilmu membuyarkan bayangan melenyapkan tubuh) semacam ilmu yang sudah lama lenyap dari peredaran dunia persilatan untuk mengatasi ancaman lawan. Dengan mengandalkan kepandaian yang luar biasa ini, kendatipun permainan ruyung pek kut pian dari Tee leng kun sedemikian hebatnya, sayang ia seakan akan sudah kehilangan musuhnya, semua ancaman maut yang dalam perkiraannya akan mendatangkan hasil, ternyata gagal total sama sekali. Melihat serangan Hui coa nian hoat (ilmu ruyung ular terbang) yang dipakainya gagal menangkan musuh, Tee leng kun segera merubah gerak serangannya dengan mempergunakan ilmu Teh mia sam keng (ilmu ruyung perenggut nyawa) yang diperolehnya dari Kiu im cinkeng. Meski hanya terdiri dari tiga gebrakan namun kehebatannya diluar dugaan, ini memancing reaksi hebat dari Ong It sin. Selain itu diapun segera mengambil kesimpulan bahwa Tee leng kun merupakan musuh yang paling tangguh diantara keempat gembong iblis yang hadir sekarang. Gurunya pernah memperingatkan, barang siapa pernah melatih ilmu sesat warisan Kiu im cinkeng dari tubuhnya akan memancar keluar hawa sesat berbau bangkai yang sangat beracun, bila kurang berhati hati dalam menghadapi kepandaian tersebut, besar kemungkinannya akan mengakibatkan keadaan yang fatal. Maka ia bersiap siap mengatasi kepandaian itu dengan ilmu Tian hoa wi siau (sambil tersenyum memetik bunga). Tampaklah cahaya emas berkelebat lewat suara dentingan nyaring menggema memecahkan keheningan. Sreet...! Sreeet...! Sreeeet...! Ditengah desingan angin tajam yang menderu deru, mendadak ruyung pek kut pian dari Tee leng kun telah tersayat kutung sepanjang beberapa cun. Menyusul kemudian... "Weees...!" Ia terhajar dadanya oleh gelombang hawa pedang yang memancar keluar dari pedang Ong It sin. Duuk... dengan telak serangan tersebut menghajar dadanya, dengan wajah pucat pias seperti mayat ia segera melompat mundur dari arena, bahkan kekalahan yang dideritanya jauh lebih mengenaskan ketimbang Say siu jin mo tadi. Menyaksikan kekalahan demi kekalahan telah diderita oleh rekan rekannya, Tau Chin dan Tau Chu segera membentak keras, serentak mereka memutar senjatanya sambil ikut melancarkan serangan dahsyat. Untuk mengatasi rasa malu yang dideritanya akibat kekalahan yang dia alami barusan, Say siu jin mo dan Tee leng kun serentak maju pula kearena untuk ikut didalam pertempuran itu. Rupanya mereka sudah bertekad untuk melenyapkan musuh yang teramat tangguh ini dari muka bumi. Begitu keputusan sudah diambil, empat orang dengan empat macam senjata segera melancarkan serangan bersama. Cahaya pedang bayangan ruyung menciptakan lapisan hawa serangan yang mengepung Ong It sin ditengah arena. Sejak terjun kedalam dunia persilatan baru pertama kali ini Ong It sin bertarung melawan empat orang musuh tangguh dalam keadaan dmeikian ia tak berani berayal atau bertindak gegabah cahaya pedang yang terpancar dari pedang Kim liong kiam tersebut diputar kian lama kian bertambah kecil lingkaran arenapun makin lama menyusut semakin kencang. Pada saat itulah dibalik kegelapan dalam hutan liu itu muncul tiga orang perempuan dan seorang laki laki. Mereka bukan lain adalah Tay sang kaucu si Kelabang hitam Be ji nio Hu kaucu Sangkoan bu cing, Ang bun lo sat, Si Long jin serta Pek to bi kui Hong Hian jin. Waktu itu si Kelabang hitam Be Ji nio sudah tidak berkerut kening lagi, sebab ia menyaksikan keempat orang pelindung hukumnya telah berhasil mengepung Ong It sin ditengah arena. Dalam perkiraannya cepat atau lambat Ong It sin pasti akan terjatuh ketangannya. Maka kepada Sangkoan Bu cing katanya sambil tersenyum. "Hei bukankah kau melukiskan kepandaiannya tak ada tandingannya dikolong langit? Kenapa ia sudah kewalahan meski baru dikerubut oleh keempat orang huhoat kita...?" Sangkoan Bu cing sendiri sedang keheranan sebelum ia menjawab, Ang hun lo sat telah menimbrung. "Jelas bocah keparat itu tak akan mampu untuk menahan diri, bayangkan saja berapa orangkah dalam dunia persilatan dewasa ini yang mampu untuk menghadapi kerubutan dari Tee lwe siang mo, Tee leng kun dan Say siu jin mo empat orang?" "Aku rasa selain Seng ceng dan sin ni dari Lam hay, cuma kaucu kita yang mampu" Sahut Be Ji nio. "Itulah dia, dari sini bisa diketahui bahwa perkataan hu kaucu bukan ucapan yang tanpa dasar" Mendengar perkataan Sangkoan Bu cing segera menunjukkan wajah berseri. Tapi Pek tok bi kui (bunga mawar selaksa racun) Hong Hiang jin segera membentak katanya. "Menurut penilaian hamba, pihak lawan sama sekali tidak terkurung" "Atas dasar apa kau berkata demikian?" Tanya Be Ji nio dengan hati terkejut. "Tay seng kaucu tidakkah kau perhatikan, meski kabut pedang dari Ong It sin makin lama menyusut semakin kecil, tapi sama sekali tiada titik kelemahannya? Dia hanya bersikap bertahan saja, bukan berarti terdesak hebat!" Rupanya waktu itu Be Ji nio juga telah berperasaan demikian, buru buru ia bertanya. "Tapi kenapa ia berbuat demikian?" "Ada orang bilang Ong It sin adalah seorang jago yang cerdik dan cekatan, tampaknya ucapan tersebut tidak keliru, selain mengambil posisi bertahan tampaknya ia sudah mulai menjajaki kemampuan dari tenaga dalam lawan, selain itu diapun bermaksud untuk memahami dahulu seberapa banyak jago lagi yang bersiap siap diseputar hutan pohon Liu ini..." "Lantas bagaimana baiknya?" Tanya Be Ji nio gelisah. "Hanya ada satu cara, kita harus siapkan senjata rahasia dan bersiap sedia, bila dia berniat kabur dari kepungan, kita harus berusaha menghalanginya agar ia kabur ke arah barisan Lok hun tin (barisan perontok sukma)..." Baru berbicara sampai disitu, ia lantas membentak dengan suara dalam. "Siap sedia!" Pada waktu itu tiba tiba Ong It sin berpekik panjang, tampak cahaya emas yang berkilauan menyelimuti angkasa, dua buah ruyung dan dua bilah pedang yang sedang mengerubutinya serentak terlempar ketengah udara. Ong It sin tertawa nyaring, bagaikan seekor burung rajawali pemuda itu melejit ke udara dan meluncur kearah selatan. Dari balik hutan pohon Liu, segera berkumandang suara bentakan nyaring. "Orang she Ong, malam ini hutan pohon Liu ini akan menjadi tempat kuburmu untuk selamanya!" Menyusul kemudian, berpuluh puluh batang senjata rahasia berhamburan datang dari empat penjuru. Ong It sin mengerutkan dahinya rapat rapat, dengan gerakan Sin liong tiau wi (naga sakti mengebaska ekor) dia balik meluncur kearah sebelah barat. Baru saja tubuhnya akan melayang turun, mendadak dari atas tanah meluncur datang empat sosok bayangan manusia, pedang dan ruyung dipergunakan bersama menyerang ke udara. Ong It sin segera mengenali mereka berempat sebagai Tee leng kun, Say siu jin mo dan Tee lwe siang mo Tau bersaudara. Dalam keadaan demikian, seandainya berganti dengan orang lain maka sudah pasti dia akan gugup atau paling tidak juga gelagapan, berbeda sekali dengan Ong It sin. Ketika dilihatnya ruyung Pek kut nian dari Tee leng kun secara langsung menyambar lambungnya, dia segera tertawa terbahak bahak sepasang kakinya menjejak tanah dan sekali lagi tubuhnya melejit ke udara kemudian kabur ke arah sebelah timur hutan Liu tersebut. Hu kaucu Sangkoan Bu cing yang menyaksikan kejadian itu segera tersenyum, serunya dengan girang. "Kali ini dia tak akan lolos lagi, sebab aku telah menyiapkan sebuah barisan Pek lui lok hun tin (barisan seratus guntur perontok sukma) ditempat itu" Say siu jin mo agak melongo mendengar nama tersebut, segera ujarnya. "Barisan apapun sudah kudengar, misalnya Lo han tin dari partai Siau lim, Pak kwa tin, Ngo heng tin, To ngo hen tin, Ku kiong tin Tiang coa tin... dari partai Tiang sia... tapi belum pernah kudengar tentang barisan Pek lui lok hun tin tersebut..." Mencorong sinar tajam dari balik kain cadar itu yang menutupi wajah Sangkoan Bu cing, sahutnya. "Sesungguhnya barisanku ini amat sederhana sekali tapi disekitar arena dari barisan itu telah kutambah seratus buah ranjau darat yang akan segera meledak jika tersentuh kaki, sementara diluarnya sama sekali tidak menunjukkan gejala atau pertanda yang mencurigakan, jangan roh baru manusia, dewapun jangan harap bisa lolos dari barisan tersebut!" Betapa kagumnya kawanan iblis tersebut setelah mendengar perkataan itu, pikirnya mereka hampir bersama. "Jangan dilihat usia hu kaucu masih begitu muda, tak nyana cara kerjanya amat hebat!" Ang hun lo sat Hoa Long jin merasa agak sangsi oleh kehebatan tersebut, tiba tiba ia bertanya. "Hu kaucu, yakinkah kau dengan keberhasilannya?" "Rencana ini telah kususun dengan rapi dan sempurna, tentu saja meyakinkan sekali atau dengan perkataan lain, Ong It sin si bajingan keparat itu benar benar sudah terkurung olehku" Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan. "Bila dugaanku tidak salah, bocah keparat itu pun sudah merasa curiga dan waspada" "Darimana bisa tahu?" Tanya Tee leng kun "Urusan ini sudah jelas sekali ketahuan, seandainya Ong It sin belum sampai ditengah barisan atau tidak mengenal kelihayan dari barisan tersebut dan melarikan diri ranjau darat yang kupasang pasti sudah meledak semua" Bagaikan baru memahami, Tee leng kun manggut manggut. "Jadi maksud Hu kaucu, hingga kini ranjau darat yang telah dipersiapkan itu belum meledak?" "Benar!" Sangkoan Bu cing mengangguk. oooodOoowoo Sekalipun demikian kata Kelabang hitam Be Ji nio tiba tiba, lebih baik kita tinjau sendiri ke situ, asal dia benar benar sudah tersekap, kita baru merasa lega. "Terima perintah dari Tay sangkaucu!" Sahut Sangkoan Bu cing dengan hormat. Maka berangkatlah kawanan jago dari Ki thian kau ini menuju ke luar barisan Pek lui lok hun tin tersebut. Tempat itu merupakan sebuah tanah lapang yang amat luas, satu satunya perbedaan disekitar sana adalah pohon pohon liu yagn sudah ditebas ranting seta daunnya sehingga tinggal batang pohonnya saja. Dibawah sinar rembulan yang redup tampaklah Ong It sin sedang duduk bersila diatas tanah sambil memejamkan mata, sikapnya yang amat tenang itu seakan akan menunjukkan bahwa dia tak sadar bahwa dirinya sedang berada dalam keadaan berbahaya. Melihat itu, Sangkoan Bu cin segera tertawa terbahak bahak, serunya dengan lancar. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... banyak orang bilang saudara Ong adalah seorang lelaki luar biasa, tak tahunya kau cuma seorang manusia tak becus yang tak pandai menggunakan otak, sekarang, kau sudah terjerumus kedalam barisan Pek lui lok hun tin kami jika berani maju selangkah lagi maka tubuhmu akan hancur berantakan menjadi berkeping keping tampaknya sia sia belaka jerih payah Beng mong sin ceng selama tiga tahun ini. Pelan pelan Ong It sin membuka matanya dan menatap wajah Sangkkoan Bu cing dengan sorot mata yang gemerlapan, katanya kemudian. "Kalau dilihat dari kedudukanmu, rupanya kau adalah hu kaucu dari perkumpulan Ki tian kau!" Terkejut juga Sangkoan Bu cing setelah mendengar perkataan itu, pikirnya. "Bocah keparat ini betul betul berotak tajam dan sangat lihay, aku tak boleh memandang enteng dirinya..." Berpikir sampai disitu, buru buru serunya. "Tajam amat penglihatan saudara Ong, betul, aku adalah Hu kaucu. Entah saudara Ong ada petunjuk apa?" "Kalau didengar dari suara anda, agaknya kita pernah saling bersua, bahkan bukan cuma sekali saja" "Yakinkah saudara Ong akan hal ini?" "Setiap teman yang pernah kujumpai, tak akan kulupakan suaranya! Bersediakah kau untuk memberitahukan siapa dirimu?" Sangkoan Bu cing tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh jikalau saudara Ong telah melupakannya, buat apa musti bertanya lagi?" "Mencelakai orang dengan cara serendah ini bukanlah perbuatan dari seorang lelaki sejati, bila kau punya kepandaian hebat, mengapa tidak kau bubarkan ranjau ranjau tersebut agar kita bisa berduel secara jantan?" "Sayang sekali aku tak bisa melayanimu, sebab waktunya bertepatan dengan saat kami untuk menyerbu kuil Siau lim si!" "Apakah kau tidak meledakkan dulu ranjau ranjau tersebut untuk melenyapkan diriku lebih dulu sebelum berangkat?" "Kalau kami yang meledakkan ranjau ranjau itu, besar kemungkinannya gurumu akan mencari kami untuk menuntut balas, sebaliknya jika kau sendiri yang salah melanggar ranjau, suhumu kan tak bisa menimpah kemarahannya kepada kami" Sesudah berhenti sejenak, dengan bangga dia melanjutkan. "Dengan demikian, rekan rekanmu pasti tak akan tega membiarkan kau mati kelaparan disini atau mampus terkena ranjau, merekapun tak akan sempat lagi untuk mencampuri urusan Siau lim pay, nah! Bayangkan sendiri, bukan siasat ini bagus sekali? Sekali tepuk dapat dua lalat..." Sesudah mendengar perkataan itu, Ong It sin baru mengerti bahwa orang ini benar benar licik dan banyak tipu muslihatnya, bukannya menjadi marah ia malah tertawa lebar. "Apakah kau tidak kuatir mereka datang untuk menyelamatkan jiwaku..." Sindirnya. "Soal itu mah sudah kuatur dengan sebaik baiknya! Perlukah kuberitahukan juga kepadamu?" "Kalau kau bersedia memberitahukan kepada kami, hal ini lebih baik lagi!" "Sementara aku memimpin kawanan jago menyerbu kuil Siau lim si akan kupersiapkan dua belas orang jago kami untuk berjaga jaga disekeliling barisan, bila mereka menjumpai ada orang hendak menolongmu, maka ranjau ranjau tersebut segera akan diledakkan, dengan demikian tak ada gunanya perjuangan sahabatmu itu, menanti Siau lim pay sudah kami taklukkan, nah saat itulah kau akan kubunuh..." Ong It sin benar benar kehabisan daya, terpaksa katanya sambil tertawa getir "Cara kerjamu benar benar amat keji, cuma kau jangan terlalu pandang rendah aku orang she Ong, aku tidak percaya kalau barisan Pek lui lok hun tinmu ini benar benar mampu untuk mengurung diriku" "Saudara Ong" Jengek Sangkoan Bu cing sambil tertawa seram, kecuali kau punya sayap dan bisa terbang, jangan harap bisa kau tinggalkan barisan ini dengan selamat. Seusai berkata, ia lantas memberi tanda kepada para jagonya sambil berseru. "Sekarang sang ikan sudah masuk jaring kecuali dua belas orang anggota ranting kota Sin cin yang bertugas menjaga barisan ini, sisanya ikut aku semua menyerbu bukit Siong san" Seusai berkata, dia berangkat meninggalkan hutan Liu itu lebih dahulu diikuti kawanan iblis lainnya dari belakang. Menanti bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan mata dari atas batang pohon liu diluar barisan tersebut muncullah seorang gadis muda yang cantik rupawan. Ong It sin menjadi amat terperanjat menyaksikan kemunculan gadis tersebut buru buru serunya dengan ilmu menyampaikan suara. "Nona Bwe, kau jangan datang kemari, aku sudah terkurung dalam barisan Pek lui lok hun tin! Seputar arena sini telah ditanami ranjau ranjau yang maha dahsyat" Mendengar bisikan tersebut, dengan cepat Bwe Leng soat berhenti, lalu sahutnya dengan ilmu menyampaikan suara pula. "Lantas apa yang harus kulakukan untuk menyelamatkan jiwamu?" "Kau harus menyembunyikan diri lebih dahulu kemudian gunakan akal untuk merobohkan kedua belas orang anggota Ki thian kau yang bertugas mengawasi barisan ini, tanpa menimbulkan suara, hati hatilah dalam tindakan ini sebab salah salah mereka bisa meledakkan ranjau disekitar barisan ini" Bwe Leng soat mengiakan, sahutnya kemudian. "Kau tak usah risau, akan kucarikan akal untuk mengatasi persoalan ini..." "Tahukah kau bahwa kawakan iblis itu telah memimpin para jagonya menyerbu kuil Siau lim si? Paling lambat besok pagi kita sudah harus tiba di kuil Siau lim si, kalau tidak pihak mereka akan terancam bahaya" "Aku mengerti!" Dengan cepat gadis itu menyelinap kembali kedalam daun liu yang rimbun disekitar sana. Dengan langkah yang sangat berhati hati dan gesit, Bwe Leng soat berputar ke samping barisan Pek lui toa tin itu, sekias pandangan ia menjumpai bahwa barisan ini luasnya mencapai lima puluh kaki lebih, pada sudut timur, barat selatan dan utara masing masing tampak seorang manusia yang melakukan penjagaan. Bwe Leng soat segera berpikir. "Sisanya mungkin sedang beristirahat di dalam hutan, bila aku hendak membereskan penjaga panjaga ini, maka pertama tama yang harus kulakukan adalah menemukan kedelapan orang sisanya. Repot bila mereka berada dalam posisi menyebar, semoga saja kedelapan orang itu berkumpul disatu atau dua tempat" Berpikir sampai disitu, Bwe Leng soat segera mulai bekerja dengan melakukan pemeriksaan. Tak jauh dari tempat itu, ia menemukan sebuah lekukan tanah yang lebih rendah daripada permukaan tanah lainnya, delapan orang lelaki berbaju merah sedang duduk berkumpul disana sambil bermain Pay kiu. Yang menjadi bandar waktu itu adalah seorang lelaki gemuk. Diatas sebuah batu besar dihadapannya kecuali bertumpuk setumpuk uang perak dan lima biji cincin, masih ada lagi sebatang hio yang disulut. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hio itu panjang dan besar, paling tidak dua jam kemudian baru akan habis tersulut Dalam sekilas pandangan saja Bwe Leng soat segera memahami bahwa hio itu digunakan sebagai tanda waktu bergilir, atau dengan perkataan lain dua jam sekali mereka gantian berjaga. Suasana disitu amat redup sekali, karena itu mereka berdelapan berkumpul menjadi satu dalam lingkaran yang amat kecil. Rupanya pada waktu itu sang bandar sedang mujur, berulang kali ia menang dalam taruhan. Tiba tiba lelaki yang kurus kecil bangkit berdiri sambil berkata. "Lohu akan kencing dulu!" "Hey, jangan kabur, kalau tidak lohu sikat semua uangmu" Seru sang bandar lagi. "Aaah, belum tentu!" Maka si kuruspun menuju ke belakang sebatang pohon Liu untuk membuang hajadnya Siapa tahu baru selesai hajadnya dibuang mendadak pinggangnya terasa kesemutan dan ia segera roboh tak sadarkan diri. Tentu saja orang yang melancarkan sergapan itu tak lain adalah Bwe Leng soat. Begitu lelaki kurus itu roboh Bwe Leng soat segera menyeret tubuhnya dan disembunyikan. Sedangkan bajunya dilepaskan dan segera dikenakan pada tubuh sendiri selesai berdandan diapun melangkah untuk kearena perjudian. Sang bandar segera berteriak. "Liang lotoa, untung besar kau ini, begitu kau pergi lohu sudah kalah tiga kali" Dengan gaya Liang lotoa, Bwe Leng soat menyahut. "Kalau aku main lagi, niscaya kau akan lebih sial" "Benar" Seru yang lain sambil tertawa tergelak "Ssst...! Jangan keras keras" Seru sang bandar "jangan sampai menarik perhatian si perempuan iblis dari Koan tian kek" Maka semua orangpun membungkam dan mencurahkan perhatian masing masing pada kartu sendiri serta uang yang bertumpuk tumpuk. Melihat ada kesempatan baik, Bwe Leng soat segera bertindak cepat dengan kepandaian silatnya yang lihay dalam waktu singkat jalan darah keenam orang itu sudah ditotok semuanya. Sekarang tinggal sang bandar seorang, ketika dilihatnya semua orang berdiam diri saja, ia lantas mendamprat. "Makanya, kenapa kalian tidak berkutik?" Ketika tiada jawaban, ia lantas mendongakkan kepalanya, saat itulah ia baru menyaksikan rekan rekannya sudah duduk melotot tak mampu berkutik lagi, jelas jalan darah mereka sudah tertotok. Dari sekian banyak rekannya hanya Liang lotoa yang kecil kurus masih memandang ke arahnya sambil tertawa terkikik. Si gemuk itu makin heran, ia membelalakkan matanya makin lebar, sekarang ia baru merasa bahwa orang itu tidak mirip dengan Liang lotoa, bentaknya segera. "Siapa kau?" Pelan pelan Bwe Leng soat melepaskan penutup kepalanya sehingga tampaklah rambutnya yang hitam dan terurai panjang itu, sahutnya. "Coba pikirkan sendiri siapakah diriku ini?" Reaksi si gemuk ternyata cukup cepat, dengan segera ia teringat kembali siapa gerangan orang itu, dengan paras muka berubah hebat serunya tergagap. "Kau... kau... kau datang dari kuil Koan tiau kek..." Bwe Leng soat manggut manggut. "Bagus sekali, rupanya kau juga kenal dengan nonamu, nah sekarang jawablah yang terang, kau kepingin mampus atau hidup terus?" Si Gemuk itu adalah pemimpin dari rombongan ini, dalam dunia persilatan punya nama yang tak kecil, orang menyebut sebagai It pa to (sebilah golok) Thio hong. Orang ini terkenal karena licik, keji suka harta dan suka perempuan, sudah banyak kejahatan yang dilakukan selama ini. Rupanya ia dibikin keder oleh nama besar orang, buru buru sahutnya dengan nada ketakutan. "Semut saja ingin hidup, mana ada manusia yang enggan hidup terus didunia ini?" "Bagus jika kau bersedia melindungiku untuk membereskan penjaga yang berada disekitar tempat ini, bukan saja nona akan memberi jalan hidup kepadamu, bahkan semua uang itu juga akan menjadi milikmum bagaimana? Mau bukan?" It pa to Thio Hong memutar biji matanya kian kemari, kemudian sahutnya. "Baik!" Tanpa sungkan sungkan lagi dia segera menyambar uang diatas batu dan dimasukkan semua ke dalam sakunya. Kemudian diajaknya Bwe Leng soat menuju ke posisi tengah dari barisan Pek lui toa tin tersebut. Orang yang berjaga disana adalah seorang lelaki kekar. Ketika dilihatnya pendatang adalah Thio hong segera tegurnya. "Hei thio gendut bukankah kalian sedang bermain pay kiu, kenapa belum waktunya sudah datang?" Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Pendekar Dari Hoasan Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo