Perintah Maut 5
Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 5
Perintah Maut Karya dari Buyung Hok "Baiklah kalau itio pesan demikian." Goan Tian Hoat lalu menuntunnya pergi. Kuo Se Fen mengeluh pelahan sambil memandangi tubuh belakangnya. "Ai ! Kang hiantit mempunyai bakat yang mempunyai hari depan tidak kalah dengan ayahnya almarhum, hanya sayang ia kini terkena racun lunak, hingga tak dapat memperkembangkan bakatnya itu, sungguh bagaikan sang naga kehabisan air." "Tentu Than Hoa Toh telah jatuh ke tangan mereka, hingga yang datang kesini hanyalah samaran si tabib. Dalam lingkungan daerah kita ini, hanya ia yang bisa mengobati segala penyakit aneh-2 dan parah, tapi keadaan Kang hiantit demikian seriusnya hanya kuatir tidak dapat menunggu lebih lama lagi." Ucap Jen Pek Coan.176 Kuo Se Fen mengerutkan keningnya dan ucapnya terharu. "Dalam dunia kangouw ini kebanyakan orang hanya namanya saja sebagai tabib untuk menipu orang yang minta berobat, orang yang benar2 mahir dan ahli dalam ilmu pengobatan betul2 jarang terdapat." Tiba2 Cu Siu Hu turut bicara dan ucapnya. "Toasuheng, Tian-hung totiang dari Pak Yun Koan di gunung Pe Sia San bukankah adalah seorang ahli ilmu pengobatan?" "Walau Tian-hung totiang terkenal seorang ahli obat2an didunia kangouw, tapi sifat dan wataknya sangat aneh dan tinggi hati, ia telah mengatakan bahwa dirinya tidak mau lagi mencampuri urusan2 dalam dunia kangouw, sudah beberapa kali kaum bulim yang pergi kesana untuk minta pertolongannya tapi selalu ditolak, berapa tahun yang lalu ketua dari golongan Pat-kuat-men, Ku Hung Ce telah terluka oleh Hian Ing Kiu Coan Cang dan pergi kepadanya untuk minta pertolongannya, tapi bagaimanapun tetap tidak diterimanya, untung murid2nya berhasil mendapatkan Kiu Coan Han Hen Cau, hingga nyawanya dapat diselamatkan, Kita Hai-yang-pai belum pernah berhubungan dengannya maka mungkin iapun tidak mau mengobati penyakit Kang jihiantit........" Tiba2 ia teringat diri si Telapak dewa Lie Kuang Tie dari keluarga Lie dari utara, bukankah iapun sedang berobat diatas gunung Pek Sia San ? Ia memikir sejenak kemudian lanjutnya . "Tapi kecuali Tian-hung totiang, tiada lagi orangnya yang mungkin bisa mengobati177 penyakitnya, baiklah bila telah selesai semuanya malam ini kita berangkat kesana untuk mencobanya." Sementara sedang omong2, dari halaman luar terdengar serentetan derap langkahan kaki yang pelan dan cepat terpencar kedua arah yang kemudian lenyap dalam sekejap saja. Keadaan kembali menjadi sunyi dan kemudian nampak Cau Yun Tai dan Yen Yuh Sing ber-sama2 masuk serta menjura memberi hormat . "Tecu telah selesai mengatur mereka bersembunyi tiarap, entah masih ada pesan lainkah suhu?" "Baiklah sebentar bila mereka datang hendak menyerobot kedalam rumah kalian perintahkan untuk memanahnya. Tapi ingat kalau tidak dalam keadaan terpaksa janganlah menampakkan diri dihadapan mereka." Pesan Kuo Se Fen. Setelah kedua muridnya pergi Kuo Se Fen lalu mengibaskan lengan bajunya memadamkan lampu diruangan itu hingga menjadi gelap gulita. Menjelang pukul dua malam, semua persiapan telah selesai dan seluruh anggota Hai-yang piauwki berada dalam keadaan siap siaga untuk menantikan kedatangan musuh. Mereka mengambil tempat persembunyiannya masing2 seperti yang telah direncanakan. Keadaan disekelilingnya gedung Hai-yang piauwki sangat gelap dan sunyi, karena semua penerangan disitu telah dipadamkan hingga nampaknya seluruh penghuni dari gedung itu telah pergi tidur,178 siapapun tak akan menduga didalam suasana yang gelap dan sunyi itu tersembunyi penjagaan yang ketat. Dalam kesunyian tiba2 terdengar beberapa kali suara yang hampir menyerupai hembusan angin dan disusul suara rentetan desiran anak panah, suara itu datangnya dari halaman muka hal ini menandakan bahwa musuh yang dinantikan itu nampaknya telah mulai muncul dihalaman muka. Penyerangan musuh tiba ! "Toasuheng, benar2 mereka datang ! Marilah kita pergi menyambutnya," Ujar si Tangan maut Jen Pek Coan sambil bangkit berdiri. Kuo Se Fen tetap duduk dengan tenang dan sahutnya sambil mengelus jenggotnya . "Kini belumlah waktunya kita menampakan diri karena yang baru datang ini paling2 hanyalah para anak buahnya saja untuk mengetahui apakah kita ada persiapan, maka untuk menghadapinya cukup orang2 kita yang berada disana saja." Benar saja, setelah suara desiran anak panah itu lalu, terdengar beberapa kali suara jeritan yang menyayatkan, dan kemudian suasana menjadi sunyi kembali. Menjelang tidak seberapa lama, terdengar pula suara desiran anak panah yang kemudian disusul oleh suara seruan keras serta beradunya senjata yang tidak henti2nya, hingga suara huru-hara itu membelah kesunyian ditengah malam yang menyeramkan. Nampak wajah Kuo Se Fen berobah179 dan ia bangkit dari duduknya . "Nampaknya bala bantuan mereka telah tiba!" Ucapnya. Baru saja kata2nya habis dari ruangan muka tiba2 terdengar suara seruan panjang yang melengking diudara dan kemudian terdengar suatu suara yang amat dingin hingga membangkitkan bulu-roma mengucapkan . "Hai-yang samhiap, janganlah mengeram terus dalam rumah !" Yang diartikan sebagai Hai-yang Sam-hiap adalah Kuo Se Fen, Jen Pek Coan dan Cu Siu Hu. Mendengar nada suaranya cepat Goan Tian Hoat mendekati suhunya serta ucapnya. "Suhu, ialah lengcu berbaju hitam itu." Kuo Se Fen memanggut dan ucapnya sambil berpaling pada Cu Siu Hu. "Losam, kau harus menjaga disini dan jangan sampai mereka nyerobot masuk!" "Baiklah," Sahut si anak panah tanpa ekor Cu Siu Hu itu. "Jisutee, kau turutlah dengan aku!" Sambung Kuo Se Fen yang melangkah keluar. Nampak olehnya diatas genting rumah berdiri tiga orang yang mengenakan baju hitam. Dandanan ketiga orang itu sangat aneh dan menyeramkan, seluruh tubuh mereka diselubungi oleh seragam hitam demikian pula kepala mereka ditutupi dengan kain hitam hingga yang nampak hanyalah sepasang matanya saja. Diam2 Kuo Se Fen membenarkan apa yang telah diceritakan muridnya Goan Tian Hoat mengenai180 diri mereka. Sementara itu ia telah mengepalkan tangannya menjura sambil berkata. "Ha, Ha, siapakah kalian yang telah mengunjungi Hai yang piauwki? Maafkan kelambatan penyambutanku ini." "Kuo congpiauwto, tahukah apa maksud kedatangan kami kesini ?" Orang yang berdiri ditengah berpakaian hitam itu tidak membalas pertanyaan malah balas bertanya. Nampak olehnya orang yang bertanya itu mempunyai bentuk tubuh yang tinggi serta gerak- gerik yang lemah lembut, hanya nada suaranya sangat dingin melenting. Melihat dirinya orang itu Kuo Se Fen berpikir dalam hati, apakah orang ini benar-benar adalah Kang toakongcu ? Memang bentuk tubuhnya sangat mirip dengan Kang toakongcu. Kemudian ia menjura pula keatas sambil bertanya. "Cobalah terangkan maksud kedatangan kalian." Orang yang berdiri dipinggir kiri yang bertubuh tinggi besar itu kemudian mengeluarkan sehelai kain hitam yang bentuknya tiga persegi kecil, ia membuka kain tiga persegi kecil itu didepan dadanya sambil berkata. "Apakah Kuo congpiauwto dapat mengenali bendera ini?" Tanyanya. Walaupun Kuo Se Fen mempunyai pengalaman yang luas dalam dunia kang-ouw tapi belum pernah ia melihat bendera hitam persegi kecil itu181 dan sedikitpun ia tidak mengetahui arti serta asal- usulnya, maka begitu melihatnya hatinya terkejut dan ucapnya. "Maafkan! Aku tidak mengenalnya !" "Ini adalah He-lengci dan seluruh kaum persilatan dari daerah selatan dan utara ini, harus menghambakan diri dibawah kekuasaan He Ci- lengcu ini. Kini apakah kau sudah mengerti?" Jawab orang yang tinggi besar itu. Kuo Se Fen meneliti diri orang itu dan ia menduga bahwa orang yang memegang bendera hitam itu mempunyai persamaan bentuk tubuh dengan Cu Ju Hung, kemudian ia menyahut dengan ketawa lirih . "Sungguh menyesal pengetahuanku sangat rendah hingga belum pernah mendengar tentang ini." "Ha, Ha, bukankah kini aku telah beritahukan ?" Ujar orang yang tinggi besar itu dengan ketawa kecut. "Inikah maksud kedatangan kalian kesini ?" Tanya Kuo Se Fen. "Tidak salah ! Hay-yang-pay adalah suatu partai yang cukup mempunyai pengaruh di daerah utara, maka dari itu Lengcu mempunyai pendapat bahwa Hay-yang-pay harus menghambakan diri pada kekuasaan He-ci ini." Mendengar ucapan orang itu hati Jen Pek Coan menjadi panas sahutnya tidak sabar. "Hm! Sungguh omong besar dan menggelikan kata2mu itu !"182 Orang yang tinggi besar itu tertawa dingin kemudian ucapnya . "Ha, Ha, mungkin kau adalah Jen ji-hiap, si tangan maut itu? Kau anggap kami sombong karena kau tidak mengetahui sebenarnya dalam dunia kangouw." "Dimana adanya lengcu kalian ?" Tanya Kuo Se Fen. "Aku," Sahut orang yang ditengah itu. "Ha, Ha, Bila He-leng-ci sampai dapat menguasai daerah selatan dan utara sebagai lengcunya tentu orangnya mempunyai wajah dan kepala, mengapa tidak berani menampakan wajah sebenarnya dihadapan orang?" "Cukup hanya kau ketahui bahwa aku adalah lengcu dari He-leng-ci ini." "Seorang jantan tidak seharusnya berkelakuan sembunyi2," Ejek Jen Pek Coan tidak sabar. "Memang tidak salah baiknya kalian melepaskan selubung kepala itu dulu baru membicarakannya," Ujar Kuo Se Fen. "Apakah congpiauwto menganggap kenal pada kami ?" Hati Kuo Se Fen menjadi bergerak mendengar kata2 itu, sungguh licin memuakan orang ini, bukankah dengan demikian berarti ia telah mengetahui bahwa dirinya mencurigakannya Kang toakongcu ? Kemudian cepat2 ia berkata :183 "Ha, Ha, terhadap orang yang cukup mempunyai nama dan disegani, bila tidak kukenal pun sedikit banyak pernah mendengarnya, lengcu telah datang kesini seharusnya tidak berkeberatan memperlihatkan wajahmu." Dengan tertawa dingin yang bisa membuat orang bergidik si Lengcu itu tiba2 membuka selubung hitam dikepalanya. Di bawah penerangan sang rembulan yang remeng2 itu, nampak oleh Kuo Se Fen sebuah wajah agak persegi empat yang bersih tidak berkumis sedikit pun, usia orang itu pertengahan, melihatnya hati Kuo Se Fen menjadi tercengang. "Dia bukan Kang Puh Cing !" Lalu tanyanya . "Yang dua orang lagi ?" Kedua orang itupun kemudian melepaskan selubung kepalanya, nampak orang yang berada disebelah kiri itu adalah seorang tua yang berusia kira2 limapuluh lebih dan mempunyai wajah beralis tebal serta bermata sipit, yang satu lainnya yang berdiri di sebelah kanannya adalah seorang tua pula usianyapun limapuluh lebih dan wajahnya agak kurus serta ke-hitam2an. Kuo Se Fen ternyata satupun tidak mengenalnya. Orang ini bukan Cu Ju Hung ! Si He Ci lengcu kemudian memakai kembali selubung hitam itu sambil tanyanya dingin. "Apakah congpiauwto kenal diriku ?" Tiba2 hati Kuo Se Fen bergerak dan terpikir olehnya betapa tololnya diri sendiri, bukankah mereka telah dapat menyamar wajah Ban Ceng184 San dan Than Hoa Toh, ini berarti mereka mahir dalam mengubah muka, maka untuk apakah dan bukankah sangat menggelikan bila hendak melihat wajah mereka yang sebenarnya ? Terpikir demikian Kuo Se Fen merasa heran dan terkejut lalu sahutnya. "Maafkan pengetahuanku yang tipis hingga tidak bisa mengenali diri kalian." "Kenal atau tidaknya bukanlah hal yang penting, tapi hanya ada satu jalan hidup bagi orang yang telah melihat wajahku ini," Ujar He Ci lengcu itu dingin. "Jalan apakah itu ?" "Menghambakan diri pada He-leng-ci !" "Hm ! Belum tentu." Sahut Jen Pek Coan marah. He Ci lengcu mendongak keatas, berkata dingin dengan amat congkak. "Apakah kalian rela membiarkan Hay-yang-pay yang telah berdiri ratusan tahun hancur musnah dalam sekejapan?" Mendengar kata2 itu hati Kuo Se Fen menjadi panas, hingga kemarahannya tidak tertahan lagi, wajahnya berobah merah padam sahutnya dengan suara tertekan. "Hm ! Dengan mengandalkan kekuatan apakah kalian akan memusnahkan Hay yang-pay ?" "Kuo Se Fen ! Apakah kau kira kata2ku hanya gertakan ?"185 "Jahanam yang tidak tahu diri, sungguh beruntung bila kalian dapat meloloskan diri malam ini!" Bentak Jen Pek Coan sengit. "Mungkin kalau belum melihat mengalirnya air sungai Huang Ho, hatimu belum juga mau menyerah dan takluk." Lalu ia memberi isyarat pada orang disebelah kirinya dengan memanggutkan kepalanya. Nampak orang disebelah kirinya itu kemudian mengibaskan bendera persegi tiga kali di udara. Melihat ini hati Kuo Se Fen men-duga2, apakah itu berarti suatu tanda perintah untuk menyerang? Dugaannya ternyata tidak salah, karena dalam sekejap saja nampak olehnya diatas genting dari rumah yang berada disebelah kiri dan kanannya telah muncul lima enam orang yang berseragam hitam pula, hingga kini dirinya terkurung di- tengah2. Bersamaan dengan itu orang yang berdiri disebelah kanannya si He Ci lengcu itu tiba2 mengibaskan lengan bajunya dan nampak sebuah sinar biru berkelebat ke-atas udara hingga dalam kegelapan sinar biru itu sangat jelas dan terang nampaknya. Sekejap saja dari halaman muka, terdengar suara huru hara yang ternyata adalah suara jeritan dan seruan orang banyak, kemudian disusul oleh suara beradunya senjata. Alis Kuo Se Fen nampak berdiri, darahnya bergejolak cepat ia mencabut keluar senjatanya Siang-ling-to, golok sayap elang yang berat dan186 tebal, hingga begitu ia cabut mengeluarkan bunyi lenting. Dengan mata melotot ia membentak marah . "Bila Hai yang-pay tidak dapat menghajar kalian, aku bersumpah akan undurkan diri dari dunia kangouw !" Tiba2 ia melihat dari belakang tubuh He Ci lengcu bertiga, berkelebat sesosok bayangan hitam, dibarengi meluncurnya sebarisan anak panah kearah tubuh belakang si He Ci lengcu bertiga. Anak panah itu meluncur dengan cepatnya, tapi gerakan ketiga orang berseragam hitam itu pun tidak kalah cepat, karena begitu barisan anak panah itu hampir mengenai tubuh belakang mereka, dengan tanpa menoleh mereka memutar miringkan tubuh hingga anak panah itu berkelebat lewat dari samping dan lenyap dalam kegelapan. Bersamaan dengan itu orang disebelah kanan si He Ci lengcu tiba2 mencabut senjatanya sebuah golok bengkok kemuka yang berwarna ungu dari punggungnya, dengan cepat tubuhnya berkelebat menyambut datangnya bayangan hitam itu, bentaknya . "Jahanam kau sudah bosan hidup?" Ternyata si bayangan hitam itu adalah Hang Ka Han yang baru saja datang dari halaman muka dengan berlari diatas genting, setibanya ia dapat mendengar pembicaraan suhunya dengan si He Ci lengcu, maka begitu melihat dilepaskannya sinar isyarat ia pun cepat menyerang mereka dengan panah. Berbarengan tubuhnya mencelat sambil membacokan goloknya.187 Begitu melihat musuhnya menerjang ke- arahnya ia merobah dari membacok ganti menusuk lurus dengan jurus masukan benang kelobang jarum. Si baju hitam itu memiringkan tubuhnya dan goloknya membabat miring kearah lengannya. Melihat tusukannya dapat dielakan dan lengannya terancam ia cepat memutar goloknya dan dengan merendahkan tubuh, ia membabatkan goloknya kearah kedua kaki musuh. Diserang demikian si baju hitam itu tertawa dingin cepat goloknya ditekankan kebawah untuk memukul senjata musuh dan "Trang" Dua buah golok beradu keras hingga memancarkan kembang api yang terang. Hati Hang Ka Han sangat terkejut, karena ia dapat merasai betapa besarnya tenaga sinkang musuh, hingga tangannya merasa kesemutan dan hampir2 saja goloknya terlepas dari genggamannya. Maka cepat2 tubuhnya mencelat kebelakang untuk mengelakan serangan musuh lebih lanjut. Melihat Hang Ka Han mengelak mundur, si baju hitam menjadi penasaran karena tidak berhasil memukul jatoh senjata lawan, dengan berseru keras ia lancarkan serangan yang bertubi-tubi, goloknya diputar untuk mendesak hebat musuhnya. Hang Ka Han dapat menyadari bahwa tenaga sinkang musuhnya ini lebih hebat dari dirinya, maka ia tidak mau menangkis dengan mengadu senjata melainkan ia menggunakan ginkangnya untuk mengimbangi serangan lawan.188 Sementara itu keenam orang baju hitam yang muncul belakangan masing2 telah mencabut senjatanya dan kemudian melompat turun untuk menyerang Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan. Ketika munculnya enam orang baju hitam itu, dalam hati Kuo Se Fen telah bisa membandingkan kekuatan musuh dan ia dapat menduga bahwa diantara mereka tentu orang yang bernama si He Ci lengcu kedudukan maupun ilmu kepandaiannya lebih tinggi dari enam orang ini. Kini si He Ci lengcu serta orang yang disebelah kirinya belum juga mau turun tangan, maka untuk menghadapi keenam orang baju hitam ini tidak perlu ia dan suteenya turun tangan sendiri maka cepat ia memanggil dengan suara tertekan. "Yun Tai, Yu Sing kalian hadapi mereka !" Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sebenarnya Cau Yun Tai bersama Yan Yuh Sing telah tidak sabaran lagi tapi karena mereka belum diperintahkan oleh suhu mereka hingga tak berani keluar dari tempat persembunyiannya menghadapi musuh. Maka kini begitu dapat perintah merekapun tak mau menunggu-nunggu lebih lama dan langsung menerjang kearah musuh dengan golok diputarkannya cepat. Ilmu kepandaian enam orang baju hitam itu pun cukup tinggi, begitu melihat musuhnya menerjang kearah mereka, mereka cepat menangkis dengan senjatanya dan kemudian berpencar mengurungnya. Sekejap saja pertempuran berlangsung pula. Melihat murid toakonya dikeroyok oleh enam orang musuh yang kesemuanya memiliki ilmu189 kepandaian cukup tinggi, hati Jen Pek Coan menjadi gelisah dan kuatir. "Toasuheng, akan kubantu mereka." Ucapnya pelan. Kuo Se Fen mengangguk dan nampak Jen Pek Coan mencabut senjatanya yang diselipkan dipinggang, sebuah pipa bako yang terbuat dari baja murni, kemudian tubuhnya mencelat, belum sampai ia turun tangan, terdengar suara orang tertawa dingin yang datangnya dari atas genting . "Ha, Ha, ternyata Jen jihiap pun ingin bermain- main, baiklah aku akan menemanimu !" Ternyata orang yang bicara adalah si baju hitam tinggi besar yang disebelah kiri lengcu itu. Begitu ucapannya habis, ia melayang turun, telapak tangannya memukul kearah kiri Jen Pek Coan. Melihat dirinya diserang dengan kecepatan yang luar biasa, Jen Pek Coan memindahkan senjatanya ketangan kiri dan tangan kanannya berobah mencengkeram dengan jurus Toa-lit-ing-coa-kong membalas serangan musuh. (Bersambung 4) *** Jilid 4 "TOA LIT-ING COA KONG" Atau cakar elang bertenaga besar, adalah jurus cengkeraman dari ilmu kepandaian tunggal Hay-yang pay yang ditakuti oleh kaum bulim, Jen Pek Coan dijuluki si190 tangan sakti, maka cengkeramannya mengandung angin pukulan yang luar biasa besarnya. Si baju hitam tinggi besar dapat menyadari musuhnya ini tentu mempunyai tenaga sinkang yang tidak boleh dipandang enteng dan benar saja ia merasai adanya dorongan angin yang maha hebat dari cengkeraman musuhnya itu, maka ia tidak berani menangkis dengan kekerasan cepat ia menarik tangan kanan untuk menghindari cengkeraman lawan, kemudian tangan kirinya diulurkan memukul bagian atas lengan kanan lawannya. Jen Pek Coan merendahkan tubuhnya sedikit dan menyelipkan pipa bako itu dipinggangnya kemudian tangan kirinya yang telah kosong itu diulurkannya untuk balas memukul serta melompat mundur. Si baju hitam tinggi besar itupun cepat melompat mundur untuk menghindari dirinya dari bahaya. Kini saling berhadapan dan masing2 mengakui dalam hati bahwa baru pertama kali inilah mendapat lawan yang tangguh selama hidupnya. "Jen jihiap, mengapa kau tidak menggunakan senjata ?" Tanya si baju hitam tinggi besar itu dengan dingin. "Dimanakah senjatamu ?" Jen Pek Coan balas tanya dengan dingin pula. Si baju hitam tinggi besar itu lalu mengeluarkan sebuah kipas bertulang besi dari dalam baju dan ucapnya . "Inilah senjataku."191 Melihat senjata lawannya yang aneh itu, dalam hati Jen Pek Coan dapat menduga bahwa senjata lawannya itu tentu ada rahasianya, ini tidak boleh dipandang enteng pikirnya. Kemudian iapun mencabut pipa rokoknya pula serta ucapnya . "Aku menggunakan ini." Setelah saling mempersilahkannya, mereka lalu bertempur dengan menggunakan senjata. Setelah liwat belasan jurus si baju hitam yang bersenjata logam ungu itu dapat merasai bahwa ilmu kepandaian musuhnya ini ada di tingkat yang lebih rendah darinya maka dengan memandang enteng ia memperhebat serangannya untuk mendesak terus. Goloknya yang besar dan berat itu kini ia gerakan dengan sepenuhnya tenaganya hingga membawa angin yang menderu-deru saking cepatnya, nampak Hang Ka Han terdesak hebat dan ia hanya bisa mempertahankan serangan musuh dengan terus menerus mundurkan diri. Melihat musuhnya terdesak hebat dan serangannya mendapat angin si baju hitam tertawa sinis, ia gerakan goloknya lebih cepat lagi untuk bisa merobohkan musuhnya, ia mengerahkan goloknya ke bagian yang berbahaya, hingga diri Hang Ka Han kini terkurung oleh bayangan putih dan terancam rengutan maut. Tubuhnya kian menjadi basah oleh keringat karena ia maklum bila gerakannya lambat niscaya jiwanya akan melayang maka ia pun mempercepat gerakannya dan mengeluarkan kepandaian yang dimiliki seluruhnya untuk bisa mempertahankan diri.192 "Hang lote serahkanlah ia padaku." Dan berkelebat sebuah bayangan dan langsung menyerang bagian belakang tubuh si baju hitam itu. Diserang demikian hati si baju hitam itu menjadi panas dan marah, cepat ia putarkan tubuhnya sambil goloknya menyapu ke belakang dengan seluruh tenaganya. "Tranggg..." Terdengar suara beradunya senjata yang amat keras dan ternyata kedua2nya masing2 merasa tangannya menjadi kesemutan dan sakit, mereka berbarengan melompat mundur tiga langkah. Hang Ka Han mengetahui orang yang datang ini bukan lain adalah si piauwsu tua she Siang itu maka begitu mereka bergebrakan ia cepat mengundurkan diri dengan napas terengah-engah. Siang Coan Cing adalah anak murid Sauw lim pay dan senjata yang digunakannya adalah sebuah toya besi yang sangat berat dan panjang. Begitu kedua senjata beradu hatinya diam2 menjadi terkejut, karena ia dapat menaksir betapa hebat senjata yang digunakan si baju hitam ini, paling sedikit mempunyai bobot berat limapuluh kilo keatas, sungguh ia tidak nyana, si baju hitam ini bisa menggerakan senjata yang sedemikian beratnya dengan cepat. Sementara ia berpaling ke diri Hang Ka Han serta ucapannya. "Hang lote, dapat kau bantu kedua sutemu." Tanpa me-nunggu2 Hang Ka Han cepat berlari pergi.193 "Tentu kau adalah si Ta hu Ciong, pemukul harimau Siang Coan Cing." Tegur si baju hitam dengan ketawa dingin. "Memang ! Tidak salah." "Kaupun menjadi anak buahnya Hay-yang pay pula ?" Kata si baju hitam dengan dingin pula. "Ini bukan urusanmu." Ejek Siang Coan Cing. "Ha ! Ha ! Kemauanmu sendiri hendak membela Hai yang pay dan nanti janganlah menyalahkanku." Sambil mengucapkan demikian dengan 'Li pi Hoa san' atau jurus membelah gunung Hoa San, dengan tenaga penuh si baju hitam membacokkan goloknya kearah kepala Siang Coan Cing. "Bagus," Bentak Siang Coan Cing dan cepat ia palangkan toyanya keatas, memapak datangnya bacokan golok musuhnya dan "Trang." Sekali lagi senjata mereka beradu keras, telapak tangan Siang Coan Cing terasa panas, kedua lengannya kesemutan, kakinya menginjak pecah belasan genting rumah. Jantung si baju hitampun bergetar hebat, angin pukulan yang amat dahsyat itu mendorong tubuhnya hingga mundur setengah langkah. Diam2 hati mereka masing2 mengagumi kehebatan lawannya, membuat mereka tidak berani saling pandang enteng, karena maklum ini akan membawa maut bagi dirinya. Setelah itu mereka bertempur pula dengan seru, masing-194 masing harus keluarkan kepandaiannya untuk bisa menandingi keunggulan lawan. Semula Cau Yun Tai dan Yan Yuh Sing telah terdesak hebat karena dikeroyok oleh enam orang berseragam hitam, untunglah Hang Ka Han datang membantu, hingga mereka masing2 hanya harus melawan dua orang dan tidak dibuat terlalu repot, walaupun sulit untuk bisa merobohkan musuhnya, tapi keadaan tidak begitu membahayakan, dan cukup untuk mereka bertahan. Kini hanya tinggal si rajawali bersayap emas Kuo Se Fen yang masih tetap tenang berdiri diserambi rumah dengan si lengcu panji hitam yang berdiri diatas genting masih belum turun tangan, terhadap pertempuran yang sedang terjadi sedikitpun mereka tidak menghiraukannya, bagaikan dua patung yang saling berhadapan di medan pertempuran. Sementara dari halaman muka, terus menerus terdengar suara bentrokan senjata yang kian menghebat. Ini menandakan bahwa para piauwsu yang berada dibarisan depanpun sedang menghadapi serangan yang hebat dari gerombolan berseragam hitam, maka tidak mungkinlah bagi mereka untuk membantu dibagian halaman dalam. Sedangkan bagian halaman dalam terdapat kekuatan inti dari gerombolan ini dan tentu saja yang berada didalam pun tak bisa membagi kekuatan untuk menolong keluar. Melihat keadaan yang sangat menguatirkan ini, hati Kuo Se Fen menjadi sangat gelisah, ia maklum195 bahwa ini sungguh tidak menguntungkan bagi Hai yang pay. "Kuo congpiauwto ! Tentu kau sudah dapat membayangkan apa akibat dari tindakanmu ini ?" Tiba2 si lengcu baju hitam yang berdiri diatas genting mengeluarkan bentakan. Mata Kuo Se Fen menjadi merah, tangannya memegangi golok Ya yi to dengan melotot sengit ia menjawab . "Apakah akibatnya ?" "Ha, Ha ! Kekuatan yang dimiliki oleh Hai yang pay hanya begitu saja apakah kau sampai hati melihat orang2 Hai yang pay jatuh terbunuh satu demi satu ?" Hati Kuo Se Fen bergetar mendengar ucapan itu, tanyanya pula . "Apakah kau masih ada bala bantuan ?" "Ha, Ha ! Yang datang ini hanyalah regu kesatu. Regu kedua dan regu ketiga sebentar pun akan tiba. Kini aku beri peringatan terakhir, lebih baik kau bersedia menghambakan diri dibawah perintah panji hitam, kalau kau menurut peringatanku yang terakhir ini kau akan tetap diangkat sebagai ketua dari Hay yang pay dan orang2mu tetap selamat." Golongan panji hitam sedang pasang propaganda ! Mendengar kata2 itu, hati Kuo Se Fen jadi tambah sengit, bentaknya marah.196 "Diam ! Kau anggap diriku apa? Kini belum tiba waktunya untuk kau membual, siapa yang kalah atau menang belum bisa ditentukan. Kalau memang pihakku yang jatuh kalah, aku tetap akan bertempur sampai titik darah yang terakhir dan jangan kau mimpi aku akan tunduk menghamba dibawah perintah panji hitam yang terkutuk ini. Kalau memang kau mempunyai kepandaian, marilah kita bertempur sampai ada yang binasa." "Hm ! Hanya dengan mengandalkan kepandaianmu belumlah pantas untuk bertanding denganku. Ha, Ha ! Sayang kau tetap mau memilih jalan yang ke akherat, baiklah kau tunggulah ajalmu sebentar." Hati Kuo Se Fen bergejolak panas, sebenarnya ia berniat melompat keatas genting untuk menerjang, tapi terpaksa ia harus urungkan niatnya itu, ia sadar dirinya harus bisa menahan perasaan panasnya untuk tetap berjaga diserambi rumah karena ia kuatir kalau sampai benar2 datang bala bantuan musuh, belum tentu samsutenya yang sedang terluka serta muridnya Goan Tian Hoat bisa menahannya, bukankah ini akan membahayakan diri Kang Han Cing yang sedang menderita lumpuh ? Melihat keadaan yang sangat genting hatinya kian gelisah dan kuatir, kalau bala bantuan musuh datang tiba ini tentu lebih membahayakan Hai yang pay, dan boleh jadi Hai yang pay akan musnah berantakan. Nampak olehnya Jen Pek Coan sedang bertempur dengan si baju hitam tinggi besar itu, keadaannya belumlah bisa dilihat197 siapa yang berada diatas angin karena ilmu kepandaian mereka seimbang. Siang Coan Cing masih bertempur dengan seru, ia menggunakan jurus Ta hu kue hoat dari Sauw lim pay menghadapi si golok ungu itu, karena senjata mereka masing-masing adalah senjata berat, hingga terdengar deruan angin kencang yang menggetarkan. Mereka saling mengeluarkan kemahirannya bergempur seru dari atas genting sampai turun kebawah tanah. Hang Ka Han bertiga masih bisa paksakan diri untuk bertahan, tapi dikeroyok oleh dua orang masing2 menjadi kualahan, boleh dikatakan mereka bertempur dengan mengadu jiwa saja. Walaupun situasi pertempuran belum bisa menentukan siapa pihak yang menang tapi Kuo Se Fen dapat membayangkan bahwa pihaknya pasti akan kalah. Walaupun bala bantuan musuh tidak datang. Sedang ia berpikir2, tiba2 terdengar dua pekikan panjang berdengung diudara ! Mendengar pekikan panjang yang menggema itu wajah Kuo Se Fen berobah, cepat ia mengangkat kepalanya, dan benar saja nampak olehnya diatas genting kini tambah pula dua orang yang berseragam hitam. Kedua orang berbaju hitam itu, berdiri satu didepan dan seorang lagi dibelakang, orang yang didepan tubuhnya agak pendekan, sepasang tangannya menggenggam Ca liong pang atau pentungan naga, dan orang yang berdiri dibelakang198 adalah seorang yang bertubuh tinggi dan kurus, tangannya memegang sebuah pedang panjang. Bersamaan dengan munculnya dua orang itu diatas genting bagian timur dan barat bermunculan pula tujuh delapan orang berseragam hitam yang semua membawa senjata. Orang yang bertubuh agak pendek itu kemudian menjura memberi hormat pada si lengcu berbaju hitam serta berkata . "Maafkan hamba datang terlambat. Entah lengcu akan perintahkan apa ?" Si lengcu berbaju hitam itu mengibaskan tangannya, berkata dengan suara dingin . "Tangkap Kuo Se Fen !" Si baju hitam bertubuh pendek tiba2 membalikkan tubuhnya, ia memandang tajam diri Kuo Se Fen sejenak, kemudian ucapnya rendah . "Sute, mari kita turun !" Dua bayangan hitam mencelat turun bagaikan burung elang hendak menyambar anak ayam, dengan kecepatan yang tinggi mereka menuju ke serambi rumah. Diikuti oleh ketujuh delapan orang baju hitam lainnya, melompat turun ke tengah2 pertempuran membantu mengeroyok orang2 Hai yang pay. Saat itu Kuo Se Fen telah siap melangkah ke depan menghadapi serangan dua orang baju hitam yang mencelat menyerang kearahnya dari atas genting. "Aku akan adu jiwa dengan kalian jahanam !" Bentaknya sengit. Dengan melintangi199 goloknya didepan dada bersiap-siap menempuh jalan maut. Kemarahan Kuo Se Fen telah memuncak, hingga membuat ia tidak segan mengeluarkan jurus2 berbahaya untuk berhadapan dengan dua orang baju hitam itu. Dua orang berbaju hitam bertubuh agak pendek dan tinggi menghadapi musuh tangguh itu tidak berani memandang enteng, mereka cepat membagi diri dikanan kiri untuk mengempung Kuo Se Fen. Kemudian mereka menyerang dengan ilmu kepandaian yang tidak kalah hebatnya dengan ilmu silat Kuo Se Fen. Pertempuran berlangsung dengan serunya, masing-masing terkurung oleh bayangan lingkaran putih dari senjata mereka, kian lama diri mereka lenyap dalam gulungan putih, karena makin mempercepat gerakannya. "Toasuheng, serahkan seorang padaku !" Tiba- tiba Cu Siu Hu menerjang keluar dan langsung menuyukan pedang panjangnya ke diri si baju hitam bertubuh tinggi itu. Si jangkung itu terpaksa menghentikan serangannya pada Kuo Se Fen, dengan cepat mengelak, dengan memutar tubuhnya lalu balas menyerang Cu Siu Hu. Menghadapi seorang lawan membuat Kuo Se Fen tidak begitu repot, kini ia lebih banyak menyerang daripada mengelak. Dengan turunnya tujuh delapan orang musuh, membuat orang2 Hai yang pay terdesak hebat,200 keadaan mereka kian berbahaya, kini mereka hanya bisa menangkis dan mengelak saja. Goan Tian Hoat yang berada di dalam kamar dapat mengintip keluar, hatinya merasa sangat gelisah dan kuatir. Melihat pertempuran- pertempuran yang sangat tidak menguntungkan pihaknya ini, ia bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan menimpa Hai yang pay, sebelah tangannya menggenggam golok dan yang sebelah lagi memegang panah. Ia berniat keluar untuk membantu, tapi ia kuatir, bila ia melakukannya akan membahayakan keselamatan Kang Han Cing yang harus dijaga. Kongcu kedua dari keluarga Kang itu sedang menderita sakit. Sebaliknya hatinya merasa tidak enak melihat para susiok dan saudara2 seperguruannya menghadapi bahaya. Keadaan Goan Tian Hoat sungguh bagaikan semut diatas kuali panas, ia berdiri di balik pintu dengan perasaan sangat gelisah, entah apa yang harus dibuat. Sedang dalam keadaan serba salah, tiba2 dari atas udara ia mendengar suara bentakan orang yang sangat mendengungkan telinga. "Keledai dungu ! Benar saja kalian membuat gaduh disini !" Dan baru saja suara bentak itu lenyap nampak dari atas udara berkelebat turun sesosok bayangan hitam, bagaikan seekor burung bango melayang turun, belum lagi tubuh bayangan itu memijak tanah kedua tangannya didorongkan kedepan dan "Buk !" Dua orang baju hitam terpukul mental lebih dari satu tombak.201 Walaupun orang2 baju hitam dapat menyaksikan bahwa tenaga sinkang dari orang yang baru muncul ini sungguh luar biasa besarnya, tapi karena mereka merasa berjumlah banyak, hingga mereka tidak terlalu gentar, begitu orang itu menginjakan kakinya diatas tanah lantai sudah ada tiga empat orang mengurung. Dengan ketawa mengejek, orang itu cepat mendorongkan tangan kirinya kedepan dan terdengarlah desiran angin pukulan sinkangnya yang amat dahsyat, tiga orang baju hitam yang berada di depannya terpental jatuh. Kemudian orang itu menarik tangan kanannya bagaikan tertarik oleh kekuatan besi berani, dua orang baju hitam sempoyongan serta jatuh pula. Berturut- turut ia menggunakan cara demikian, hingga para anggota Panji Hitam yang berada disitu satu persatu dibuatnya terpelanting jatuh dengan mata berkunang-kunang serta senjatanya terlepas dari genggamannya. Kejadian yang aneh dan ajaib ini sungguh bukan saja membuat anggota panji hitam merasa heran, karena dirinya dirobohkan tanpa mengetahui siapa orang yang merobohkan mereka, bahkan para orang2 Hai-yang pay pun menjadi kesima dan melongo atas datangnya pertolongan yang sekonyong-konyong ini. "Sret !" Si lengcu baju hitam tiba2 mencabut keluar pedangnya, lalu bentaknya . "Kau cari mati !" Dan tubuh si lengcu mencelat tinggi kemudian melayang turun sambil memutar pedangnya diatas udara, hingga dirinya lenyap terkurung oleh sinar pedang yang berkilauan dingin. Menyaksikan si lengcu baju hitam menggunakan jurus yang luar202 biasa itu, membuat orang yang berada disitu menjadi kagum termasuk orang2 Hay yang pay. "Ha, Hah! Keledai dungu ! Apakah dengan mengandalkan permainan anak2 ini saja kau sudah berani menonjolkan keburukanmu dihadapan si orang tua?" Baru saja habis suara kata itu, terdengarlah suara tertahan dan "Buk !" Terdengar suara pukulan keras diudara, nampak tubuh si lengcu panji hitam itu terpental ke belakang ter-huyung2, pedang panjangnya jatuh ketanah patah menjadi dua. Orang yang datang memiliki kepandaian hebat ! Setelah berdiri tegak kembali si lengcu baju hitam itu memandang tajam dan bertanya . "Siapa kau ?" Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mendengar pertanyaan si lengcu baju hitam membuat semua mata pada menoleh ke diri orang yang ditanya, ternyata ia adalah seorang kakek2 berbaju kelabu, jenggot serta kumisnya yang panjang telah menjadi putih semuanya, nampak punggungnya agak bongkok. Kakek2 itu mengibaskan tangannya lalu bentaknya mengejek . "Keledai dungu ! Lihatlah mukamu, apakah pantas mengetahui namaku? Cepat merat dari sini, jangan sampai hilang kesabaranku !" Diejek demikian, si lengcu baju hitam merasa dongkol dan marah tapi ia tidak berani banyak omong, karena ia maklum dirinya bukan tandingan si kakek bongkok, maka cepat ia balikan203 tubuhnya, dengan kesal mengajak anak buahnya pergi meninggalkan tempat itu. Penyerangan Panji Hitam berhasil digagalkan. Setelah mereka pergi, si kakek berpaling dan ucapnya pada Kuo Se Fen sambil memberi hormat . "Aku si tua datang terlambat harap Kuo congpiauwto maklum. Kini aku permisi pergi." Baru saja ia hendak mencelat pergi, Kuo Se Fen bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi cepat2 melangkah, dengan mengepalkan kedua tangannya memberi hormat, katanya . "Locianpwe, mohon tunggu dulu." "Ha, Ha ! Aku si tua bangka mendapat perintah dari majikanku untuk pergi kesini membantu kalian mana berani aku menerima penghormatan panggilan locianpwe ini?" Tubuhnya lantas mencelat dan sekejap saja dirinya telah melayang diudara kemudian lenyap dari pandangan. Ternyata si kakek bongkok yang hebat hanya seorang pesuruh ? Pandangan mata Kuo Se Fen mengikuti melayang tubuh si kakek itu dengan kesima serta kagum, dalam hatinya sungguh membuat ia berterima kasih, karena bila saja tidak ada si kakek itu yang menolong, Hay yang-pay yang telah berdiri ratusan tahun akan musnah dalam tangan si lengcu panji hitam pada malam ini. Ia termenung, bertanya pada dirinya sendiri . "Siapakah orang yang menyuruhnya ?"204 Si telapak sakti Jen Pek Coan menghampiri suhengnya dan ucapnya pelahan . "Toa suheng, dilihat dari ilmu silat yang digunakan orang tua tadi agak mirip dengan ilmu pukulan cung-ku-kin liong sou (Bango membujur menerkam naga) yang pernah didesas-desuskan." "Jadi pendapatmu orang tua tadi adalah anak murid Kun lun-pay ?" Tanya Kuo Se Fen tercengang. "Walaupun Kun-lun-pay telah puluhan tahun tidak menampakkan diri dalam dunia kangouw, tapi ini bukanlah berarti Kun-lun-pay tidak mempunyai ahli waris." Kuo Se Fen mengangguk dan sahutnya . "Memang ada kemungkinan ! Oh ya ! Tadi sebelum pergi ia mengatakan bahwa ia diperintahkan oleh majikannya, tapi entah siapakah majikannya itu ?" "Itio, siaute pernah melihat majikannya." Tahu2 Goan Tian Hoat telah berada ditempat itu dan turut bicara. Kuo Se Fen berpaling dan ucapnya dengan heran. "Cepat kau jelaskan !" "Silahkan itio masuk dahulu, akan siaute terangkan kelak !" Bisik Goan Tian Hoat perlahan. Sambil mengeluskan jenggotnya Kuo Se Fen lalu berkata pada muridnya Hang Ka Han dan tanyanya . "Ka Han, apakah dipihak kita ada jatuh korban ?"205 "Yang berada dibagian belakang hanya Cau sute mendapat luka ringan dan lainnya selamat. Segera tecu pergi kedepan untuk memeriksanya." Kuo Se Fen mengangguk kemudian katanya . "Loji, losam, Siang, saudara marilah kita masuk kedalam !" "Silahkan congpiauwto istirahat dahulu aku hendak melihat-lihat keluar." Siang Coan Cing menjura memberi hormat dan permisi pergi bersama Hang Ka Han. Setelah berada dalam kamar, Kuo Se Fen bertanya pada muridnya Goan Tian Hoat . "Apakah Kang hianti telah pergi tidur ?" "Maafkan karena kuatir ia dapat mendengar keadaan diluar, maka tecu menotok jalan darahnya supaya ia tertidur, hingga kini belum sadar." Kuo Se Fen mengangguk lalu duduk diatas sebuah kursi, lalu berkata . "Loji, losam, kalian duduklah." Sementara itu datang seorang pelayan mengantarkan teh. Setelah menenggak secangkir teh, Jen Pek Coan bertanya . "Tian Hoat, dimanakah pernah kau melihat kakek tua itu ?" "Dikota Kua Cou." Kemudian ia menceritakan pengalamannya di kota Kua Cou dimana si kakek tua itu mendayung sebuah perahu dan penumpangnya adalah seorang pelajar muda yang berpakaian serba putih.206 Setelah mendengar ceritera Goan Tian Hoat, Kuo Se Fen bertanya . "Kira2 berapa tahunkah usianya si pelajar berbaju putih itu ?" "Kurang lebih berusia delapan sembilan belas tahun, orangnya sangat gagah, mempunyai wajah tampan." Mendengar keterangan itu, Kuo Se Fen diam saja, hanya sebelah tangannya mengelus-elus jenggot. Ketika itu nampak Hang Ka Han ter-gesa2 melangkah masuk, kemudian menjura memberi hormat pada gurunya serta ucapnya . "Suhu, yang menyerang bagian depan kira2 berjumlah tiga puluh orang lebih, Sun piauwsu dan Lie piausu berdua mendapat luka, para pembantu yang luka ringan berjumlah belasan orang dan yang agak parah lima orang. Disamping ini terdapat tiga mayat musuh yang terkena oleh panah kita dan mati terkena racun." Mendengar laporan dari muridnya itu Kuo Se Fen agak tercengang, dia heran lalu bertanya . "Ah ! Panah yang kita gunakan semua kan tidak ada racunnya." "Maafkan teecu kurang menjelaskan pada suhu. Setelah mereka terluka kena panah mungkin karena tidak dapat berkutik hingga mereka menelan racun bunuh diri. Untuk menutup rahasia golongannya." "Ai ! Bisa dibayangkan betapa kejamnya peraturan mereka terhadap bawahan. Takut kalau rahasia golongannya terbongkar keluar, maka para207 bawahan diancam dengan siksaan yang tidak berperikemanusiaan, bila terbukti memberitahukannya pada orang luar. Maka mereka masing2 pada menyediakan obat racun untuk bunuh diri, bila dirinya akan tertawan. Mereka lebih rela mati dengan bunuh diri dari pada disiksa serta dibunuh oleh atasannya." "Masih ada sesuatu yang belum teecu laporkan pada suhu." "Apakah itu ?" "Musuh yang menyerang bagian depan terdiri dari jago2 kelas satu, semuanya mempunyai ilmu kepandaian tinggi, maka walaupun para piauwsu dan pembantu melawannya dengan gigih, tidak bisa juga menahan amukan mereka. Menurut keterangan para piauwsu, ada seseorang yang membantu secara diam2 dari tempat gelap. Orang itu membantunya dengan menyambitkan batu sebagai senjata rahasia, bilamana diantara pihak kita ada yang terdesak, ia lalu menyambitkan batu secara diam2 dari tempat gelap, hingga akhirnya semua musuh terkena serangan. Kalau bukan di bagian otaknya, tentu hidungnya pada bercucuran darah, tanpa mereka ketahui siapa yang menyerangnya. Untung ada orang yang membantu secara diam2 hingga pihak kita tidak sampai jatuh korban lebih besar." Jen Pek Coan tertawa lalu berkata. "Orang yang membantu kita itu tentu adalah si gadis berbaju hijau."208 "Menurut keterangan Lie piauwsu orang yang menolong secara diam2, tidak hanya seorang saja, ia melihat dari kedua sisi genting rumah, ada orang yang menyambit batu kebawah." "Toasuheng, menurut pandangan siauwte, si pemuda sasterawan serta si kakek bongkok dengan si gadis baju hijau itu tentu dari satu golongan." Kata Cu Siu Hu. Jen Pek Coan mengangguk serta katanya. "Rupanya mereka telah mengetahui gerak gerik musuh, hingga dapat membantu kita secara diam2." Kuo Se Fen mengerutkan keningnya kemudian katanya . "Telah beberapa kali mereka mengulurkan bantuan pada kita, tapi sebaliknya kita belum juga dapat tahu sedikitpun mengenai diri mereka." "Menurut pendapat teecu, si pemuda sasterawan baju putih itu ada kemungkinan bertujuan hendak menjaga keselamatan jikongcu, kalau tidak, mengapa ia mengikuti perahu kami hingga kemari ?" Berkata Goan Tian Hoat. Mendengar suara Goan Tian Hoat Hang Ka Han merasa heran ia mengamat-amati diri Goan Tian Hoat sambil bertanya . "Bukankah kau adalah samsute ?" Kuo Se Fen mesem2, menggoyangkan tangannya sambil berkata . "Siapapun tidak boleh diberitahukan bahwa ia berada disini." Kemudian dengan menganggukkan209 kepala ia berkata pula . "Kata-kata Tian Hoat memang tidak salah, terhadap diri si kakek bongkok serta si gadis itu hingga kini belum juga bisa kuketahui asal usulnya, dengan sendirinya mereka tidak mempunyai hubungan apa2 dengan Hai yang pay. Tapi sebaliknya mereka selalu membantu kita, dari sini kita bisa ketahui bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk menjaga keselamatan jikongcu secara diam2." Setelah bicara habis, ia lalu bangkit berdiri serta sambungnya . "Loji, losam kalian istirahatlah karena besok pagi ada sesuatu yang harus kita kerjakan." "Toasuheng, urusan apakah itu ?" Tanya Cu Siu Hu ingin tahu. "Sampai waktunya kau akan tahu sendiri." "Ka Han, mari kita menengok Sun piauwsu dan Lie piauwsu." Kata Kuo Se Fen pula. *** Besok paginya, nampak sebuah perahu dengan muatan sayur mayur berlabuh ditepian sungai yang terdapat dibelakang Hai yang piauwki. Nampak beberapa orang petani sedang mengangkut sayur2an itu ke dalam piauwki. Sayur2an itu adalah bekal makanan orang-orang piauwki yang jumlahnya banyak, memang tiap pagi para petani dari luar kota pada mengantar sayuran ke piauwki untuk dijual. Hari kian menjelang siang. Kang Han Cing terbangun dari tidurnya, karena kupingnya210 mendengar suara desiran air. ia menjadi heran dan cepat membuka mata, betapa terkejutnya karena mendapatkan dirinya kini berada dalam sebuah perahu ! Nampak olehnya tidak jauh darinya duduk tiga orang yang berpakaian seperti petani, baru saja ia hendak duduk bangun, terdengar suara Kuo Se Fen pelan . "Hiante kau baru bangun ?" Kang Han Clng terkejut, ia mengamati diri ketiga orang petani itu dan ternyata mereka adalah ketua Hai yang pay, si rajawali bersayap emas Kuo Se Fen serta sutenya Jen Pek Coan dan Goan Tian Hoat bertiga. Hati Kang Han Cing bertambah heran dan tidak mengerti, pelan2 ia bangun duduk kemudian ia bertanya . "Susiok, sebenarnya apakah yang telah terjadi ?" Sambil mengeluskan jenggotnya yang panjang Kuo Se Fen berkata mesem . "Hiante kau tentu telah lapar, makanlah dahulu kelak akan kujelaskan." Goan Tian Hoat mengambil sebuah bungkusan lalu disodorkannya sambil berkata . "Ini memang disediakan untuk saudara Kang sarapan, silakanlah makan selagi masih hangat !" Ternyata didalam bungkusan itu berisi santapan yang wangi dan lezat yang merupakan makanan kenamaan dari kota Hai yang. Melihat ketiga orang itu pada menggunakan pakaian seperti petani,211 hatinya jadi menduga-duga apakah malam tadi telah terjadi sesuatu yang dilakukan oleh perkumpulan berseragam hitam ? Kalau ternyata demikian jangan2...... Berpikir sampai disini hatinya merasa tergetar hebat, cepat ia menanya penuh gelisah . "Susiok, bagaimanakah akibatnya akan kejadian semalam ?" "Janganlah hiante kuatir ! Walaupun mereka mengerahkan kekuatan yang besar tapi syukurlah kita dibantu oleh orang yang berkepandaian tinggi hingga serangan mereka dapat digagalkan dan dipukul mundur. Karenanya korban yang jatuh di pihak kita tidak seberapa." Jawab Kuo Se Fen mesem. Setelah mendengar keterangan itu getaran hati Kang Han Cing lenyap, kemudian tanyanya pula . "Kalau begitu, mengapakah susiok mengenakan samaran demikian dan kini hendak pergi kemanakah ?" "Ha, Ha ! Menurut dugaanku, rencana serangan mereka tadi malam tidak berhasil maka sementara waktu mereka tentu tidak berani datang kembali. Untuk mempercepat sembuhnya penyakit hiante, aku menggunakan kesempatan ini untuk menemani pergi berobat ke biara Pak yun kuan diatas gunung Pek sia san." Hati Kang Han Cing menjadi terharu dan ucapnya sedih . "Betapa besar kasih sayang susiok terhadap siauwte, sungguh membuat siauwte ......"212 "Terhadap sesama kaum kangouw," Potong Kuo Se Fen. "Harap hiante janganlah berlaku sungkan." "Budi ini siauwte tidak akan melupakan untuk seumur hidup !" Kemudian Kang Han Cing memakan santapan itu, memang ternyata masakannya sangat lezat dan wangi, sebentar saja ia menghabiskan makanan itu sampai bersih. Kuo Se Fen menjadi mesem melihatnya sambil mengelus jenggotnya ia berkata lirih. "Ada sesuatu yang hendak kutanyakan pada hiante......" "Silahkan susiok !" Jawab Kang Han Cing. "Selagi ayah hiante masih hidup, pernahkah ia menyebut2 nama Tian Hung totiang ?" Setelah berpikir sejenak, Kang Han Cing berkata . "Sedari kecil siauwte sering sakit, maka selama itu tinggal dirumah nenek, hingga nenek meninggal pada tahun yang lalu, baru hiante pulang kembali kerumah. Tapi belum pernah mendengar ayah menyebut2 diri Tian hung totiang." Tapi tiba2 ia teringat sesuatu maka sambungnya . "Oh ya ! hampir siauwte lupa, pada tahun yang lalu, ketika ayah merayakan ulang tahunnya yang kelima puluh, ada seorang hwesio kecil mengantarkan dua butir pil obat yang katanya adalah antaran dari Tian-hung totiang." Mendengar keterangan itu Kuo Se Fen tertawa girang . "Ha Ha! tidak salah lagi pil obat itu tentu adalah Lin ci tan."213 "Apakah Lin ci tan itu sangat berharga ?" Tanya Kang Han Cing. "Menurut kabar pada beberapa tahun yang lalu Tiang hung totiang dengan sangat kebetulan mendapatkan dua buah Sia lianci (kembang terate salju) yang telah berusia lima ratus tahun diatas gunung Tian san, belakangan diatas gunung Huang San ia mendapatkan sebatang pohon Lin Ci pula. Hatinya sangat girang mendapatkan kedua pusaka yang luar biasa berharganya itu, setelah memakan waktu beberapa tahun lamanya, dengan mencampurkan bahan2 obat lain, akhirnya ia berhasil mengolah jadi sekwali banyaknya obat yang diberi nama Lin ci tan. Pada mulanya ia beranggapan bahwa obat yang ia bikin itu yaitu Lin ci tan tentu mempunyai khasiat membuat orang yang memakannya tidak bisa mati, akan tetapi setelah ia coba beberapa kali dengan memakan obat pil itu, ternyata dugaannya meleset, karena kenyataan pil itu hanya bisa untuk menambah tenaga dalam serta membuat orang yang memakannya panjang umur saja. Walaupun demikian, ia tetap menganggapnya sebagai barang pusaka, dan tidak sembarang orang ia berikan. Ia telah memberikan dua butir kepada ayah hiante inipun sangat beruntung." Mendengar cerita Kuo Se Fen, Jen Pek Coan tertawa dan turut bicara . "Dari sini kita menarik kesimpulan bahwa hubungan persahabatan antara Tian hung totiang dengan Kang Siang Fung almarhum tentu sangat erat."214 Kuo Se Fen memanggut serta ucapnya. "Syukurlah kalau demikian adanya, aku kuatir setibanya di Pak yun kuan nanti kedatangan kita akan ditolaknya mentah-mentah." "Bagaimanakah tabiatnya Tian hung totiang itu ?" Tanya Kang Han Cing. "Sebenarnya ia adalah suhengnya Tian yen totiang dari gunung Lo san. Seharusnya ia adalah ahli waris dari golongan Losiantu, karena se-hari2 ia kecanduan dan mabok dalam ilmu pengobatan saja, maka ia menolak untuk menggantikan kedudukan suhunya sebagai ketua dari golongan Lo san itu. Setelah suhunya wafat, dia menghilang tanpa bekas. Hingga duapuluh tahun kemudian, baru ada orang menemukan sebuah biara di suatu lembah gunung yang sunyi, gunung Pek siak san. Di sekeliling biara itu terdapat tanaman pohon- obat dan akhirnya baru diketahui bahwa kaucu dari biara itu adalah Tian hung totiang." Kuo Se Fen menghentikan ceritanya sejenak, menenggak air teh kemudian sambungnya pula. "Ia mempunyai tabiat yang aneh, selalu mengasingkan diri dari pergaulan dan juga sangat jarang berkecimpungan dalam dunia kangouw. Walaupun ia mahir dalam ilmu obat2an karena memang sepanjang hidupnya digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang pengobatan, tapi jarang sekali mau mengobati orang. Alasannya ia tidak mau sampai terlibat dalam suka dan duka dunia kangouw. Dahulu, ketua golongan Pat kuat men yang bernama Men Ku Hun Ce terluka oleh ilmu pukulan Hian yin kiu coan cang, pernah215 mendatanginya untuk minta pengobatannya, tapi Tiang hung lotiang menolak dan tidak mau menemuinya." "Menurut ceritera kaum bulim, walaupun pada waktu itu Thian-hung totiang tidak mau menemuinya, tapi anak murid Ku Hun Cu itu berhasil mendapatkan obat Kiu-coan-huan hun- cau dari kamar penyimpanan obat Pak yung koan itu. Sebenarnya ini adalah atas petunjuk Tian hung totiang sendiri yang diberikan secara diam2. Betapa tidak, seorang anak murid golongan Pat kuat-men, mana bisa mengenali serta mengetahui obat untuk menyembuhkannya itu ?" Selak Jen Pek Coan. "Pergaulan susiok sangat luas, entah apakah kenal dengan Tian hung totiang itu ?" Tanya Kang Han Cing. Kuo Se Fen menggeleng kepala serta sahutnya . "Telah lama aku mendengar namanya tapi belum pernah melihat orangnya." "Kalau memang tabiatnya dingin dan angkuh, maka terhadap siauwtepun tentu ia tidak mau mengobatinya." Kata Kang Han Cing mengeluh. "Sayang Than Hoa Toh telah ditawan oleh lengcu panji hitam, kalau tidak, ia pun seorang ahli dalam ilmu pengobatan. Kini selain Tian hung totiang, aku belum terpikir siapa pula yang dapat menyembuhkan penyakit hiante. Kali ini kita pergi kesana, sebenarnya aku pun tidak berani memastikan bahwa Tian hung totiang mau memberi pertolongan. Tapi bila mengingat ketika216 ayah hiante berulang tahun ia ada memberikan dua butir pil Lin ci tan, tentu ia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan ayah hiante, kalau tidak, mana mungkin ia mau mengantarkan barang yang dianggapnya pusaka itu sebagai kado? Maka dari itu hal ini sedikit banyak telah membesarkan hatiku." Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah tiba di luar kota, nampak terdapat sebuah kereta kuda dipinggir jalan. Mereka melabuhkan perahu dan kemudian ganti naik kereta itu, langsung melarikannya ke barat menuju kota An Wie. Gunung Pek siak-san terletak dekat sebelah utara kota Tung-seng. Ada juga orang yang menyebutnya Kuo-siak-se. Puncak gunung itu sangat tinggi dan curam. Untuk menuju keatas gunung harus melalui lorong jalan yang kecil sempit dan penuh dengan batu karang dikiri kanannya. Kereta itu dikemudikan oleh si tangan sakti Jen Pek Coan. Walaupun jalanan itu sempit serta berbahaya, tapi ini tidak membuat ia merasa sulit dan takut. Ia melarikan kereta itu dengan sangat cepatnya diatas jalanan gunung yang berliku-liku. Selain kedua matanya mengawasi jalanan, ia juga meng-amat2i disekelilingnya, untuk mengetahui keadaan dari pegunungan yang sunyi itu. Hatinya merasa lega karena tidak nampak sesuatu yang mencurigakan hingga perjalanan mereka tidak terganggu. Menjelang tengah hari, mereka telah sampai dekat kaki gunung Pek-siak-san dan menitipkan217 kereta kuda itu pada seorang penghuni disitu. Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Antara Dendam Dan Asmara Karya Kho Ping Hoo Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo