Perintah Maut 6
Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 6
Perintah Maut Karya dari Buyung Hok Kemudian mereka mendaki gunung dan Goan Tian Hoat menggendong Kang Han Cing untuk mempercepat waktu. Pemandangan sekitar gunung itu sangat indah menakjubkan, disini-sana penuh dengan perumputan yang baru tumbuh, hingga gunung itu seperti dihiasi oleh selimut hijau menyegarkan. Udara tidak begitu panas, karena musim semi belum berganti, angin meniup sepoi2 dengan sejuknya membuat perjalanan mereka tidak merasa lelah. Pegunungan Pek-siak-san menjulang tinggi dan berjejer dari arah timur ke barat, nampak seperti sebuah rantai raksasa terpentang diatas jagat. Setengah jam kemudian, mereka telah tiba disebuah lembah yang mulai penuh dengan batu2 karang, batu2 itu meruncing dan tinggi, jalanan kini bertambah sulit, penuh bahaya, tapi bagi yang mempunyai ilmu kepandaian tinggi seperti mereka, hal ini tidaklah berarti apa2. Walaupun berjalan diatas batu karang yang runcing, mereka tetap seperti berjalan diatas tanah datar saja. Tidak lama kemudian, tibalah mereka di ujung lembah. Nampak Kuo Se Fen berhenti sejenak, sambil menunjuk keatas puncak gunung, ia berkata . "Disebelah kiri dari puncak gunung itu terdapat sebuah jurang yang berhubungan dengan gunung lainnya, dan disitulah letaknya lembah Pak Yun Siak."218 Mereka mendongak keatas dan nampak puncak gunung itu menjulang tinggi keangkasa, seperti sebuah tiang besar yang menancap keatas langit. Batu karang dari puncak itu licin dan rata seperti diraut saja dan penuh dengan kabut hingga tidak kelihatan ujungnya. "Apakah Pak Yun Koan terletak dalam kabut itu?" Tanya Jen Pek Coan. "Ya. Menurut kata orang, ada beberapa macam tetumbuhan obat2an yang harus ditanam dalam tempat yang sangat dingin. Puncak gunung itu sepanjang masa tertutup oleh kabut, hanya pada jam duabelas tengah hari, kabut bisa dibuyarkan oleh sorotan sinar matahari. satu jam kemudian, kabut itu menebal kembali. Maka Tian Hung totiang memilih puncak itu untuk mendirikan Pak Yun Kuan." "Menurut cerita orang, dulu ada seorang berkepandaian tinggi dari golongan hitam yang pernah ditolong olehnya kemudian ia insyaf dan menjadi pembantunya untuk menjaga kelentingnya, melarang kaum bulim memasuki Pak Yun Siak, kita........" "Ia adalah si muka angker Oey Can Hoa. Tapi kaum bulim tidak ada seorangpun yang mengenal, mungkin nama itu hanyalah samaran saja." "Apakah ilmu kepandaiannya luar biasa ?" Tanya Goan Tian Hoat. "Menurut cerita, tidak ada orang yang bisa bertahan sampai sepuluh jurus melawannya."219 Sebentar saja mereka telah tiba dikaki puncak gunung, begitu menuju kearah kiri, tiba2 dari balik sebuah batu besar terdengar suara tegoran. "Tunggu dulu !" Nampak keluar dua orang laki2 pertengahan umur berbaju biru menghadang didepan mereka. Setelah mengamat-amati diri mereka, laki2 yang berdiri disebelah kiri menanya sambil menjura. "Apakah kalian hendak menuju ke Pak-yun kuan ?" Kuo Se Fen balas menghormat dan sahutnya . "Ya. Kalian adalah........" "Kalian tidak usah kesana, karena Kuancu sedang bepergian." Ucap laki2 sebelah kanan. Kuancu adalah panggilan kepada seorang penanggung jawab kelenteng, disini berarti ketua kelenteng Pak yun kuan. Mendengar keterangan itu Kuo Se Fen agak tercengang, katanya . "Kuancu sedang bepergian ?" Tiba2 terpikir olehnya, bukankah Lie Kong Tie sedang berobat disana ? Mana mungkin Tian hung totiang pergi meninggalkannya, tentu ini hanya alasan belaka. Maka kemudian ia berkata sambil mengelus jenggot . "Ha, Ha ! Pinto dengan dia adalah kenalan lama, karena keponakan sakit berat, maka pinto mengantarkan kesini untuk minta pertolongannya. Kalau ia sedang pergi, biarlah pinto menunggu."220 Kedua orang itu agak tercengang, seperti ada sesuatu kesukaran, hingga hanya bisa memandangi diri Kuo Se Fen, sambil menjura, laki laki sebelah kiri itu berkata . "Setelah sebulan ia baru kembali, lebih baik nanti datang pula." Mendengar ia sebutkan waktunya maka hati Kuo Se Fen menjadi curiga, katanya . "Pinto datang dari jauh, sebulan tidak begitu lama, lebih baik pinto tunggu disini saja." Wajah kedua orang itu jadi berubah, mereka saling berpandangan, karena merasa serba susah. "Harap loenghiong bisa memaafkan, sebenarnya kami mendapat tugas untuk melarang siapapun memasuki lembah dalam sebulan ini. Walaupun loenghiong adalah kawan baiknya juga tidak ada terkecuali." Hati Kuo Se Fen menjadi panas dan sengit, katanya dengan suara tertekan . "Siapa yang menugaskan kalian ?" "Sudah tentu atas perintah Kuancu." Sahut laki laki sebelah kanan dingin. Dengan memandang tajam Kuo Se Fen berkata . "Kalian bukan orang Pak Yun Kuan." Wajah mereka berubah merah, ucap laki2 sebelah kanan itu sengit . "Kami hanya jalankan perintah, lebih baik kalian balik kembali."221 "Ha, Ha, Ha, Ha ! Kalau pinto tetap pergi kesana?" Kedua laki2 itu mundur setindak, sahutnya. "Boleh cobalah kalau memang hendak berkeras kepala !" Lalu mereka mencabut senjata masing2, ternyata senjata orang yang sebelah kiri adalah sepasang kaitan yang lainnya adalah sepasang tongkat pendek. Melihat senjata mereka, hati Kuo Se Fen bisa menduga siapa adanya mereka ? Karena senjata sepasang kaitan, sepasang tongkat pendek beserta sepasang cambuk dan sepasang garpu merupakan empat pasang senjata terkenal yang digunakan olah empat pengawal keluarga Lie di Ho Peh. Kedua orang itu bukan orang Pek yan-koan ! Mereka adalah anak murid dari keluarga besar Lie. Keluarga Lie adalah salah satu dari 4 datuk persilatan dimasa itu. Ketuanya terluka dan meminta obat di Pek-yan-koan. Mereka melarang orang mengganggu ! Tapi Kuo Se Fen tidak mau membuka kedok mereka, ia hanya mengerutkan kening saja. Jen Pek Coan tidak sabar lagi, sambil menudingkan senjata pipa rokoknya berkata sengit . "Kalian berkacalah dulu apakah ada kemampuan berngomong besar ?" Tiba2 tubuhnya mencelat setindak, sambil memukulkan pipa rokoknya kearah pundak laki2 sebelah kiri.222 Laki2 itu cepat menangkis serangan dengan kaitan yang berada ditangan kiri, disaat yang bersamaan, tangan kanannya menyabet kearah pinggang lawan. Senjata yang digunakan oleh Jen Pek Coan bukanlah hanya pipa rokok saja, karena tempat bako yang tergantung dipipa itu pun ternyata dibuat dengan bahan besi, sebenarnya pukulannya tadi hanyalah pancingan saja. Hatinya girang karena pancingannya berhasil, begitu lawannya menangkis, tubuhnya mencelat tinggi dan tempat bako itu memukul keras ke kaitan lawan. "Tranggg." Laki itu merasa tangannya panas dan kesemutan, cepat ia melompat kebelakang. Jen Pek Coan tertawa girang, berbarengan telapak tangannya memukul kearah laki2 sebelah kanan. "Wutt" Sungguh luar biasa angin pukulan yang mengandung tenaga sinkang sangat besar itu, laki2 itu dapat merasai betapa hebatnya pukulannya hingga ia tidak berani menangkis, hanya mengelak dengan miringkan sedikit tubuh saja. Sebetulnya ilmu kepandaian kedua laki2 itu juga tinggi karena dalam segebrakan saja Jen Pek Coan telah dapat membuat mereka terdesak, hingga mereka dibuat melongo. Sebentar saja mereka menjadi tenang kembali dan dengan membentak keras maju menyerang pula. "Trang......Trang.." Dengan tenang Jen Pek Coan menyambut senjata kedua lawannya itu, pipa dan tempat bako itu menyambar kesini kesana223 dengan disertai angin pukulan sangat dahsyat, hingga berulangkali terdengar suara aduan senyata. Kuo Se Fen hanya mesem sambil mengelus- eluskan jenggotnya yang panjang, ia menontonnya dari pinggir. Kang Han Cing sudah diturunkan dari gendongan, duduk diatas sebuah batu karang. Sebentar saja mereka telah bertanding puluhan jurus. Nampak gerakan Jen Pek Coan makin lama makin cepat hingga tubuhnya terkurung oleh gulungan putih. Ia mendesak terus kedua lawannya itu dengan pukulan2 serta totokan2 yang luar biasa. Serangannya sungguh membuat kedua lawan itu kualahan dan dibikin tidak berdaya. Walaupun kedua orang itu masing2 mempunyai sepasang senjata, tapi mereka tidak mempunyai kesempatan untuk balas menyerang, hanya bisa mengelak dan menangkis, hingga acap kali terdengar suara benturan senjata yang disertai percikan-percikan kembang api. Tiba2 terdengar suara 'Pek, Pek', nampak seekor burung dara warna kelabu terbang ke luar dari balik batu karang yang kemudian lenyap kearah lembah itu. Melihat itu, hati Kuo Se Fen menjadi curiga. Benar saja, terlihat olehnya dari belakang batu karang itu berkelebat dua bayangan hitam yang cepatnya bagaikan burung elang menyambar anak ayam. Dua bayangan itu dalam sekejap saja telah ikut mengeroyok Jen Pek Coan.224 Ternyata kedua orang itu adalah laki-laki yang masing2 menggunakan senjata sepasang cambuk dan sepasang garpu besar. "Suhu, mereka adalah dari......?" Bisik Goan Tian Hoat. Belum habis bisikannya cepat Kuo Se Fen mengedipkan matanya mencegah ia meneruskan kata-katanya. Nama keluarga Lie pantang disebut. Mendapat bantuan baru, kedua orang itu jadi mendapat angin. Mereka bukanlah kaum bulim yang rendahan, tapi masing2 mempunyai ilmu kepandaian tinggi. Begitu mereka bergabung dan mengeroyok Jen Pek Coan, bagaikan tembok besi, terus mendesak lawannya dengan hebat. Melihat jisutenya dikeroyok hingga terdesak hebat, hati Kuo Se Fen menjadi panas. Ia mengerutkan keningnya, memandang Goan Tian Hoat dan berkata . "Tian Hoat, aku akan menggantikan susiokmu, jagalah Kang hiantite baik-baik !" Ia mencabut senjatanya, ucapnya pula . "Jisute, kau ngasolah dahulu, serahkan mereka padaku !" Hati Jen Pek Coan gelisah, ia masih penasaran karena bertempur sekian lama belum juga berhasil, bahkan dirinya malah terdesak hebat. Betapa tidak, keempat orang itu sebenarnya hanyalah bujang dari keluarga Lie di Ho Peh,225 karena telah bekerja lama, hingga mendapat kepercayaan keluarga Lie untuk sekedar diberi pelajaran ilmu silat. Walaupun demikian, karena yang mereka dapatkan adalah ilmu silat tinggi, maka dalam dunia kangouw diri merekapun disegani oleh kaum bulim, hingga mendapat julukan empat jendral keluarga Lie. Jen Pak Coan menyadari bila dapat menundukkan keempat bujang keluarga Lie ini juga bukan hal yang boleh dibanggakan. Toasuheng adalah ketua dari suatu partay besar dan berpengaruh, tidaklah pantas serta memalukan kalau sampai turun tangan sendiri menghadapinya. Maka terhadap ucapan suhengnya, ia pura-pura tidak mendengar, sambil mengertakkan gigi, ia mempercepat gerakannya untuk balas menyerang lawan dengan mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Dalam hati, bukan ia tidak tahu dirinya tidak akan bisa memenangkan pengeroyokan ini, untuk memukul mundur desakan empat orang itu pun sangat sulit. Tapi tiba2 ia dapat merasai laki2 yang bersenjata sepasang cambuk itu serangannya berobah kendor. Bagi kaum bulim yang telah berpengalaman seperti Jen Pak Coan, kesempatan ini tidak disia-siakan, cepat ia memutar tubuhnya, sambil mengulurkan senjata kearah dada lawan. Laki2 bersenjata sepasang cambuk tidak menyangka kepada gerakan lawan yang begitu226 cepat, maka ia tidak keburu untuk bisa mengelak. "Buk !" Dadanya kena ditotok, hingga ia terpental kebelakang, robohnya tidak bisa ditawar. Kawannya yang bersenjata sepasang tongkat hendak menolong, tapi terlambat. Dengan membentak marah ia menghadang dengan senjata disimpangkan. Melihat serangannya berhasil, Jen Pak Coan jadi bersemangat. Tiba-tiba ia merasa ada endusan angin menyerang bagian belakang tubuh, cepat ia membalik, berbareng menangkis dengan memakai tempat bako itu kearah datangnya serangan. "Trangg......." Ternyata yang menyerangnya adalah si laki2 bersenjata sepasang garpu, karena senjatanya terpukul oleh senjata musuh, hingga jari tangannya terasa sakit, tubuhnya terpental kebelakang. Ketika terpental, karena kedua lengannya terasa kesemutan hingga laki2 bersenjata sepasang garpu itu tidak dapat mengangkat senjata untuk berjaga diri. Sebenarnya tidak mungkin laki2 itu tidak mengetahui kalau dirinya terbuka lowongan yang dapat mendatangkan bahaya. Dikata hendak memancing lawannya pun bukan ! Ketika tadi, disaat ia memukul senjata lawan, Jen Pak Coan hanya bermaksud untuk menangkis serta memukul mundur serangan orang itu baru kemudian balik menghadapi dua orang lainnya. Sungguh ia tidak menduga kalau lawan yang terpental itu tidak berjaga diri dengan senjatanya.227 Walaupun hanya dalam sekejap, tapi ia tidak mau me-nyia2kan kesempatan baik, maka sambil menangkis, tubuhnya menerobos dari rintangan senjata dua orang lainnya, dengan jurus Anak Panah Menerobos Awan, ia menerjan maju, dengan menudingkan pipa rokok yang terbuat dari baja murni. Terhadap serangannya laki2 itu bagai orang yang sedang melamun, tidak mengelak atau menangkis hingga pundaknya kena tertotok, senjata yang dipegangnya terlepas dan ia jatuh duduk seperti balon kempes. Kejadian ini sungguh diluar dugaan siapa pun. Jen Pak Coan sendiri juga tidak menyangka, dalam sekejap mata, ia bisa merobohkan dua orang lawan sekaligus. Ia tertawa girang, lalu dengan sangat cepat, tubuhnya mencelat dan menyerang kearah laki2 yang bersenjata sepasang kaitan. Melihat ia berhasil merobohkan dua orang rekannya dalam segebrakan, hati laki2 itu jadi merasa jeri, maka begitu kini dirinya diserang, ia jadi kelabakan gugup, seperti tersandung, ter- huyung2 hendak mengelak, tapi sial nasibnya, karena senjata lawan telah berhasil bersarang diatas pinggang, gedubrakk ........ Dia juga jatuh. "Ha, Ha, Ha, Ha ! Tidak disangka si empat jendral dari keluarga Lie hanya mempunyai nama kosong belaka !" Jen Pak Coan tertawa mengejek. Ia telah lupa bahwa dirinya barusan terdesak hebat serta dibuat kualahan oleh si empat jendral dari keluarga Lie.228 Melihat tiga rekannya telah dibikin tidak berdaya, hati laki2 yang memegang senjata sepasang tongkat itu jadi terkejut serta gelisah. "Akan kuadu jiwa denganmu !" Bentaknya serta tubuhnya menerjang maju sambil memukul sepasang tongkatnya ke atas kepala lawan, ia menyerang tanpa memperdulikan dirinya seperti orang yang telah kalap lupa daratan, kedua tongkat itu dimainkan dengan sangat gesitnya, hingga tubuhnya lenyap dalam gulungan putih yang terus mendesak kearah diri lawannya. Menghadapi serangan yang kalap itu hati Jen Pek Coan jadi terkejut, tubuhnya berkelebat kesamping menyerang serta mengancam lawannya dengan menghujani totokan2 kearah jalan darah bagian pundak serta bawah pusar laki2 itu. Tadi ketika sutenya dikeroyok hingga terdesak hebat, hati Kuo Se Fen merasa cemas serta kuatir. Ia hendak maju turun tangan sendiri. Tapi ternyata sutenya tidak mau digantikan serta mengundurkan diri, maka ia hanya bisa mengawasi pertandingan itu dari samping. Karena untuk menghadapi keempat lawannya itu sebagai seorang ketua dari suatu partay yang besar, ia tidak mau turun berbareng dengan sutenya. Di luar dugaannya dalam sekejap saja, suteenya berhasil merobohkan tiga orang pengeroyoknya. Hatinya merasa heran dan tidak bisa mengerti, karena kalau dilihat dari ilmu kepandaian empat jago keluarga Lie itu, tidak mungkin Jen Pek Coan dapat memenangkannya demikian mudah. Kalau untuk menghadapi dua orang diantaranya bagi229 jisutee bukanlah hal yang sulit, tapi dikeroyok oleh empat orang, jangankan bisa memenangkan, untuk mempertahankan diripun tidak gampang. Pandangan mata Kuo Se Fen menoleh ke kiri kanan, tapi tidak nampak ada sesuatu yang mencurigakan. Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mungkinkah kemenangan Jen Pek Coan mendapat bantuan gelap? Kini pertempuran kedua orang itu bertambah hebat, walaupun senjata pipa rokok Jen Pek Coan berukuran pendek, karena gerakannya sangat cepat, hingga se-olah2 lawannya terkurung oleh bayangan kelebatan senjatanya. "Berhenti !" Tiba2 terdengar suara seruan orang dari dalam lembah muncul dua bayangan orang mendatangi. Ketika dari balik batu karang beterbangan keluar seekor burung dara kelabu, dalam hati Kuo Se Fen telah menduga kemungkinan ini, maka munculnya dua bayangan itu tidak terlalu mengejutkan. Ia menoleh kearah dua orang itu, mereka mengenakan pakaian berwarna kelabu, memakai ikat pinggang yang lebar dan sepatu yang umumnya digunakan untuk jalan jauh. Kedua orang itu mempunyai tampang yang brangasan. Orang yang berdiri disebelah kiri mempunyai bentuk tubuh yang tinggi besar, paras mukanya panjang seperti kuda, diatas pundaknya terselip sebuah pedang lebar.230 Yang satunya bertubuh sedang dan wajahnya kuning keijo2an, diatas pinggangnya terselip dua potong tombak. Setelah mengetahui jelas orang yang baru muncul itu, Kuo Se Fen jadi mengerutkan kening. "Sepasang jago dari gunung yea san !" Kuo Se Fen mengeluh didalam hati. Benar saja orang dari keluarga Lie pula ! Mungkin bentrokan dengan keluarga Lie dari Ho Peh tidak dapat dielakan. Hati ketua Hay-yang pay mengeluh. Memang tidak salah, mereka adalah Yen San Suang Kiat yang merupakan pembantu terpercaya dari datuk persilatan Lie Kuan Tie. Si muka kuda bernama Gan Bun Hui, ia adalah anak murid dari golongan Pat Kuat Men, ilmu kepandaian sangat tinggi dan ilmu silat Liong Hui Pat Kuat Kiam yang ia pelajarinya jarang mendapatkan tandingan. Si muka kuning itu bernama Yang Si Kiat. Ilmu silat "I Kang Yang Ka Ciang" Yang dipermainkannya pun sangat hebat, sangat disegani oleh kaum bulim. Mendengar seruan mereka, kedua orang yang sedang bertempur itu lalu berhenti. ***231 Bab 5 SETELAH mengamat-amati Kuo Se Fen serta Jen Pek Coan, si muka kuda Kang Bun Hui jadi tergetar hatinya lalu ia memberi hormat dengan mengepalkan kedua tangannya, katanya . "Bukankah kalian adalah Kuo tayhiap dan Jen jihiap, dua pendekar yang sangat menggetarkan daerah utara ?" Melihat ia dapat mengenali dirinya, Kuo Se Fen pun tidak berlaku sungkan pula, dengan wajah pura2 merasa heran ia membalas hormat . "Aku Kuo Se Fen memberi hormat pada kalian ! Kalian tentu adalah Yen San suang kiat !" Setelah membebaskan ketiga orang yang kena totokan itu, Yang Si Kuat memandang ke arah Jen Pek Coan, katanya . "Jen jihiap, sungguh hebat ilmu totokanmu." "Sungguh memalukan kepandaianku yang tidak seberapa ini sangat minim sekali, orang2 yang kukalahkan tentunya adalah si empat jendral dari keluarga Lie." "Kalian sudah tahu !" Saut laki bersenjata sepasang tongkat itu sengit. "Mengapa masih meneruskan tangan jahat itu ?" Sorot mata Jen Pek Tioan berkelelepan, katanya tertawa . "Aku tidak tahu, apakah yang kau bilang baik itu ?"232 Alis Kan Bun Hui berkerut, sambil menghormat ia berkata . "Kuo tayhiap, Jen jihiap, kalian jauh2 datang kesini, apakah mempunyai urusan penting ?" Dengan berpaling dan menunjuk pada diri Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat yang sedang duduk diatas batu karang, Kuo Se Fen berkata . "Gan toako bertanya, akupun tidak perlu menutup-nutupi hal ini, mereka berdua adalah keponakanku. Yang tua bernama Ong Ka Siong, pada tiga bulan yang lalu ia kena dicelakai oleh orang hingga mendapat cidera dalam, karena telah berobat ke mana2 belum juga sembuh, maka aku sendiri mengantarnya untuk minta pertolongan pada Pak Yun Kuan koancu." Mendengar keterangan Kuo Se Fen, wajah Gan Bun Hui nampak serba susah, ia menoleh pada Yang Si Kiat lalu ucapnya . "Sayang kedatangan Kuo taihiap ini terlambat !" Kuo Se Fen memang telah menduga, tentunya mendapat jawaban yang seperti itu, tapi ia pura- pura tercengang dan tanyanya kemudian . "Gan toako, mengapakah terlambat ?" "Tian hung totiang sedang keluar, belum pulang kembali." Kuo Se Fen ketawa getir dan sahutnya . "Barusan, dari keterangan keempat pengurus keluarga Lie, aku telah mengetahui. Biarlah ! Aku hendak menunggu, karena disamping hendak233 minta pertolongannya, aku telah lama kangen dan ingin ketemu." "Ini sungguh membuat diriku serba susah," Ucap Gan Bun Hui. "Apa yang membuat kalian merasa serba susah ?" "Kuo taihiap mungkin tidak mengetahui bahwa Lie coancu kini sedang berobat dan untuk ini tidaklah boleh terganggu." Hati Jen Pek Coan menjadi panas tapi ia tahan kemarahannya. "Ha, Ha ! Memang aku ada mendengar bahwa Lie coancu sedang berobat disini tapi ini bukan urusanku. Dan kami pun tidak akan mengganggunya." Ucap Kuo Se Fen dengan mengelus jenggot. "Selama Lie coancu ada disini siapapun tidak boleh memasuki Pak Yun Kuan !" Ujar Yang Si Kiat dingin. Jen Pak Coan tidak dapat menahan hati sahutnya sengit . "Peraturan siapakah ini? Apakah Pek Yun Kuan kepunyaan keluarga Lie?" "Jite kau diam saja." Ucap Kuo Se Fen pelahan lalu ia menjura pada kedua orang itu. "Lie coancu dan kami masing2 mempunyai urusan sendiri dan tidak ada hubungannya. Sesama kaum bulim segalanya mudah dirundingkan." Gan Bun Hui balas menghormat, katanya :234 "Harap Kuo tayhiap Jen jihiap bisa memaklumi soal ini." Kuo Se Fen mengetahui bagaimana omong pun tidak ada guna, katanya dengan sabar . "Ha, Ha ! Dari jauh2 aku kesini, apakah harus pulang kembali hanya karena Lie cuancu ? Katakanlah, bagaimana sebaiknya ?" Gan Bun Hui bukan tidak mengerti arti dari kata2nya. Sambil menjura ia berkata . "Kami yang rendah mana berani menghalang- halangi seorang ketua suatu partay besar yang disegani didaerah Hay yang. Harap Kuo tayhiap maklum, karena kami hanya menjalankan tugas untuk menjaga serta melarang siapapun memasuki Pek Yun Siak. Bagi Kuo tayhiap, hanya ada satu jalan, yaitu harus mengalahkan kami supaya tidak disalahkan Lie cuancu." Lie cuancu adalah sebutan yang lazim kepada Datuk Persilatan Lie Kuan Tie "Kalau memang tidak ada jalan lain, terpaksa kami menuruti kehendak kalian !" "Harap Kuo tayhiap dapat memaafkannya !" "Ha, Ha ! Janganlah Gan toako berlaku sungkan. Entah bagaimanakah caranya ?" "Kita bertanding ? Satu lawan satu ?" "Baiklah ! Silahkan keluarkan senjata." Lalu Kuo Se Fen keluarkan golok pusaka. Gan Bun Hui turut mencabut pedang, serta mendongakan didepan dada memberi hormat :235 "Silahkan Kuo tayhiap !" "Silahkan Gan toako mulai !" Melihat lawannya tidak mau menyerang dulu, Gan Bun Hai pun tidak berlaku sungkan, menusukan pedang lebarnya, yang diarah pundak lawan. Melihat gerakan serangan lawan itu, dalam hati Kuo Se Fen dapat menduga, ini hanya untuk menunjukan bahwa ia tidak mempunyai maksud bermusuhan dengan dirinya. Ia maju setindak sambil mengelak lalu dengan gerakan yang gesit ia putarkan senjatanya menyerang kesisi tubuh lawan. Gan Bun Hui cepat memutar tubuh dan menangkis dengan pedang dipalangkan keatas berbarengan pedangnya tiba2 meluncur ke arah iga kanan lawan. Walau baru dua gebrakan Kuo Se Fen telah dapat merasai betapa hebatnya ilmu pedang dari anak murid Patkuat Men ini. Maka ia tidak berani memandang enteng lawannya. Dengan sebilah golok Yah Ling To di-tangan, Kuo Se Fen memainkan ilmu silat "Kiu Kung To Hoat" Dari Hay-yang-pay yang hebat. Berkelebatnya sinar golok yang kesana-sini, bagai amukan badai, menderu deru diudara, disertai deruan angin dingin mengancam lawannya. Menghadapi ketua Hay-yang-pay yang namanya telah menggetarkan daerah Kang Hai itu, Gan Bun Hui pun tidak berani memandang enteng, maka236 terpaksa ia keluarkan ilmu silat "Liong Sin Pat Kuat Kiam Sut" Yang tidak sembarang digunakan untuk mengimbangi ketangguhan lawannya. Seperti seekor naga menari, tubuhnya bergerak cepat, dengan putarkan pedangnya. Sebenarnya pedangnya bukan diputarkan, melainkan dikibaskan, menurut bentuk pat kuat atau delapan persegi, karena gerakannya cepat luar biasa hingga bila dilihat seperti bundaran. Sedangkan langkahan kakinyapun menurut pat kuat. Mereka bertanding dengan seru dan hebat! Puluhan jurus telah liwat tapi belum juga kelihatan mana yang lebih unggul. Melihat kawannya bertanding, tangan Yang Si Kiat jadi gatal, ia mencabut senjatanya yang berupa sepasang tombak pendek, kemudian disambungkan hingga menjadi sebuah tombak panjang yang berkepala dua. "Ngung.........." Ia putarkan tumbaknya diudara, bagaikan roda jari2 berputar siam, senjatanya menjelma jadi suatu lingkaran putih. "Jen jihiap, marilah kitapun menguji kepandaian !" Tantangnya memandang enteng. Melihat orang memandang enteng pada dirinya, hati Jen Pek Coan jadi panas, betapa sombongnya orang ini, kalau tidak diberi pelajaran, tentu tidak tahu diri dan memandang enteng pada Hay-yang- pay. Tapi ia senyum2 saja, sautnya :237 "Ha, Ha ! Terserahlah ! Kalau Yang toako menghendakinya !" Yang Si Kiat menudingkan tombaknya, katanya dingin . "Silahkan Jen jihiap !" Pelan2, dari pinggangnya Jen Pek Coan keluarkan pipa rokok itu, ucapnya . "Silahkan Yang toako !" Melihat senjata pipa yang demikian pendek, Yang Si Kiat semakin memandang enteng, maka katanya mengejek . "Apakah Jen jihiap memakai pipa rokok itu sebagai senjata ?" Jen Pek Coan mengangkat-angkat bahunya . "Sudah sepuluh tahun aku menggunakan pipa rokok, belum pernah ada kekurangan apa2. Tapi kalau dibandingkan dengan tombak Yang toako, agaknya terlalu pendek." "Lebih baik Jen jihiap ganti senjata yang lain saja !" "Pendek sedikit tidaklah menjadi soal. Walaupun pendek, asal bisa dipakai." "Dalam pertandingan tentu akan timbul korban, hanya janganlah Jen jihiap kuatir, aku tidak akan merengut jiwamu paling hanya melukaimu." Ucap Yang Si Kiat dingin.238 Mendengar ucapannya ia tidak menjadi marah, hanya menyahut dengan menjura. "Banyak terima kasih atas kemurahan hati Yang toako !" "Hati2lah !" Tiba2 tombaknya berputaran berobah menjadi sebuah lingkaran putih, berkilauan menerjang ke-diri Jen Pek Coan. "Trangg" Jen Pek Coan menyambarkan senjatanya, hingga dua senjata beradu, mengeluarkan suara keras. Dirinya terhuyung, nampak seperti terdorong oleh getaran senjata yang amat keras tadi. "Ha, ha! Hanya demikianlah kehebatan si telapak sakti yang kesohor ini," Ejek Yang Si Kiat dingin. Ia jadi lebih memandang enteng, timbul nafsunya untuk bisa menundukan lawan dalam waktu yang cepat. Ia menerjang lawannya pula, menghujankan tusukan2 yang sangat gencar. Melihat lawan masuk perangkap, Jen Pek Coan merasa girang, cepat tubuhnya direndahkan kebawah dengan miring sedikit, ia mencelat maju nampak suatu bayangan hitam bagaikan kecepatan bintang jatuh dari langit meluncur kearah dada Yang Si Kiat. Serangannya sungguh diluar dugaannya, hatinya sangat terkejut, karena ia dapat merasai berkelebatnya suatu bayangan mengancam dadanya. Untuk mengelak sudah tidak mungkin,239 maka cepat ia tangkis dengan tombak dipalangkan depan dada. "Trangg.............." Serangan tempat bakonya dapat tertangkis hingga lagi2 terdengar beradunya senjata yang keras. Pundak Yang Si Kiat terasa sakit dan nyeri, ia terkejut dan menyesal, karena orang yang dipandang enteng itu ternyata mempunyai lweekang demikian hebatnya, hingga dirinya kena terpancing. Begitu tempat bakonya dapat ditangkis, berbarengan pipa rokok itu menyambar ke-arah batok kepalanya ! Yang Si Kiat jadi kualahan, untuk mengelak serangan itu sudah tidak mungkin, maka cepat menyedot napas, ia mengenjotkan kaki, hingga tubuhnya mencelat kebelakang ! Jen Pek Coan tertawa kecil, tubuhnya pun mencelat, mengubar sambil menghunyam pukulan2 serta totokan2 yang membuat lawannya tidak berdaya. Yang Si Kiat terdesak hebat ! Sebenarnya, senjata tombaknya dapat dibuka menjadi dua, tapi karena didesak terus oleh lawan, hingga Yang Si Kiat tidak mempunyai kesempatan untuk ini, memang, bila bertanding dengan jarak jauh, ia dapat keuntungan dari lawannya yang menggunakan senjata lebih pendek dari pada senjatanya. Tapi Jen Pek Coan bukanlah kaum240 bulim tingkat rendah, ia adalah seorang yang berilmu kepandaian tinggi dan luas pengalamannya, maka dalam sekejap saja, ia bisa merasakan kelemahan2 yang terdapat pada diri lawannya. Hingga ia menggunakan kelemahan lawannya untuk bikin ia tidak berdaya. Sebentar saja, diri Yang Si Kiat terdesak hebat, hanya bisa mengelak serta menangkis sambil mundur kebelakang. Ketika Yang Si Kiat menusukan tombaknya kearah iga, ia memutarkan tubuh, hingga tombak itu menusuk di tempat kosong, berbarengan tangan kirinya diulurkan memukul kearah pundak lawan. Sedangkan tempat bako itu yang berada ditangan kanannya menyambar kearah muka lawan. Begitu tombaknya menusuk ketempat kosong, Yang Si Kiat cepat miringkan tubuhnya sedikit, mengelak pukulan yang mengancam pundaknya, tangan kiri mendorong ke depan, menangkis tempat bako itu. Disaat yang sama, pipa rokok Jen Pek Coan pun menusuk kearah dengkul kaki kirinya dengan sangat cepatnya ! "Duk !" Serangan pipa itu mengenai sasarannya, hingga dengkul kiri Yang Si Kiat kesemutan nyeri, tubuhnya terhuyung kedepan !241 Jen Pek Coan tidak meliwati kesempatan yang baik, cepat kakinya menendang kedepan ! "Bruk !" Tubuh Yang Si Kiat terpental dan jatuh keatas tanah ! Dari pertama bertanding hingga roboh terpelanting, Yang Si Kiat tidak mempunyai kesempatan untuk melawan dengan ilmu tombaknya yang sangat disegani oleh kaum bulim. Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Maka begitu tubuhnya berdiri, hatinya jadi sangat marah bercampur malu dengan muka merah padam serta mata melotot besar serunya sengit . "Keparat ! Biarlah aku mengadu jiwa !" Cepat ia menusukan tombaknya kearah dada Jen Pek Coan serta menerjang maju. "Aiiiih ! Jangan marah Yang toako, jatuh sedikit kan tidak apa2 !" Ejek Jen Pek Coan sambil mengegoskan tubuhnya mengelak serangan. "Anjing tua! Hayo kita bertanding tiga ratus jurus pula !" Ia menusukan tombaknya pula yang lantas dielakan oleh Jen Pek Coan. "Ha, Ha! Harap Yang toako jangan gusar. Kalau menang merupakan hal biasa, terhadap sesama kaum bulim, kalau dalam pertandingan bukanlah hal yang memalukan seorang enghiong harus berani mengakuinya secara jantan bila kalah dalam pertandingan !" Yang Si Kiat jadi bertambah marah mendengar ucapan yang separo ngejek.242 "Diam kau anjing tua ! Aku belum kalah ! Barusan kau mendapat keuntungan, karena menggunakan tipu muslihat saja dan bukan bertanding secara jantan !" Bentaknya. Ia menerjang pula kearah lawan, Jen Pek Coan mengelak lalu lari kebalik batu karang, katanya tertawa. "Sudahlah Yang toako, kehebatan ilmu tombakmu telah kumengujinya ! Hebat..... hebat..... Memang luar biasa hebatnya ! Ha, ha, ha, ha !" Diolok demikian Yang Si Kiat merasa dadanya se-akan2 hendak meledak saking sengitnya. Tapi ia hanya bisa me-maki2 sambil mengubar dengan me-nusuk2kan tombak ke balik batu karang. Jen Pek Coan tidak meladeni kekalapan lawannya. Ia ber-lari2 menghindarkan diri dengan mengejek terus. Pertandingan antara Kuo Se Fen dengan Gan Bun Hui makin lama makin menjadi seru. Setelah liwat duaratus jurus hati Gan Bun Hui dapat menyadari, betapapun ia tidak kalah dalam ilmu silat, tapi dalam kekuatan tenaga sinkang, dirinya berada di bawah kekuatan lawan. Lambat laun dan akhirnya, ia tentu harus mengaku kalah. Hati Gan Bun Hui tambah gelisah, ketika melihat kawannya berhasil ditendang roboh oleh Jen jihiap.243 Sewaktu pikirannya kalut, disaat perhatiannya terpecah, kesempatan ini digunakan se-baik2nya oleh Kuo Se Fen. Gan Bun Hui merasa tangannya bergetar hebat, pedangnya telah berhasil tertangkis, ditekan kesamping oleh lawan. Hatinya terkejut nampak sebuah bayangan hitam berkelebat kearah dadanya. Ternyata bayangan hitam itu adalah lima jari tangan Kuo Se Fen - Inilah ilmu "Yin Cau Kung" Atau ilmu cakar elang yang sangat disegani oleh kaum bulim. Gan Bun Hui terkejut, baru saja hendak mengelak. Terlambat ! Karena seketika dadanya teraba ditekan oleh jari tangan lawan. Cepat tubuhnya mencelat kebelakang. Si Cakar elang Kuo Se Fen berdiri tenang dihadapannya sambil tersenyum. Gan Bun Hui dapat menyadari, andai si Cakar elang itu hendak mencelakainya dengan mudah cakar maut itu dapat bersarang diatas dada ! Wajahnya berobah merah, ia menyimpan pedangnya serta katanya menjura. "Banyak terima kasih atas kemurahan hati Kuo tayhiap! Aku mengaku kalah !" "Ilmu pedang Gan toako sungguh membuat hatiku kagum !" Gan Bun Hui menoleh kearah diri kawannya, nampak ia sedang menguber-nguber lawannya244 sambil me-maki2. Ia jadi mengerutkan alis serta membentak. "Sudahlah Yang jietee !" Ditegor demikian Yang Si Kiat berhenti menguber, sahutnya penasaran . "Toako, aku tidak kalah ditangannya !" "Mari kita pergi !" Ucap Gan Bun Hui dengan menekuk muka. Setelah ia menjura pada Kuo Se Fen kemudian berlalu masuk kedalam lembah, diikuti oleh Yang Si Kiat serta keempat orang pengawal itu. Para jago dari keluarga Lie itu berhasil dikalahkan ! Setelah bayangan mereka lenyap dari pandangan, Kuo Se Fen menghela napas dan berkata. "Marilah kita berangkat !" Jen Pek Coan mengisikan bako kedalam pipa lalu menyalakannya, ia mengisap dua kali kemudian berkata. "Mungkin dikemudian hari, keluarga Lie akan dendam hati pada kita." "Aih ! Terserahlah pada mereka ! Karena mereka yang memaksa kita !" Sahutnya tegas. Goan Tian Hoat menggendong Kang Han Cing pula, lalu mereka meninggalkan tempat itu menuju kedalam lembah.245 Tidak lama, mereka tiba disuatu jalan kecil serta sempit. Mereka mendongak nampak kedua sisinya batu2 karang yang pemukaannya licin dan rata, menjulang tinggi keangkasa, hingga dari jauh nampak jalan kecil itu seperti retakan gunung saja. Jalan kecil itu ber-liku2 serta menanjak tinggi. Angin meniup sangat kencangnya membuat pakaian mereka ber-kibar2 bagai bendera dan mengeluarkan suara deruan. Setelah beberapa lama jalan itu mulai lebar, ternyata mereka kini berada dibalik puncak gunung. Kabut tebal menutupi sekeliling puncak membuat baju mereka basah. Kuo Se Fen meng-amat2i keadaan disekelilingnya, kemudian berkata sambil menunjuk kedepan . "Mungkin Pek-yun-kuan berada didepan sana." Mereka melanjutkan perjalanan menuju suatu lereng gunung. Benar saja, mereka melihat sekelilingnya lereng itu penuh dengan pohon- pohon bahan obat yang ditanam oleh Tian Hung totiang. Angin sepoi-sepoi meniup pohon-pohon obat yang telah berbunga membuatnya berbuah, hingga hidung mereka terangsang bau harum yang menyegarkan. Ditengah-tengah pohon-pohon obat terdapat sebuah jalan kecil berliku yang pada ujungnya nampak sebuah bangunan kecil. Dalam bangunan246 kecil itu terdapat meja serta bangku-bangku yang terbuat dari batu. Dibawah wuwungan nampak sebuah papan merek berbunyi "Cia-ci-teng" Atau depot mengaso. Tidak jauh dari situ terdapat sebuah bangunan yang dikelilingi oleh pagar bambu, tembok dari bangunan itu berwarna kuning, inilah Pek-yun kuan, tempat kediaman Tian Hung totiang. Baru saja mereka tiba didepot itu, dari dalam Pek-yun-kuan berkelebat beberapa bayangan menuju kearah mereka. Alis Kuo Se Fen berkerut, dalam hati men- duga2, apakah mereka orang2 dari keluarga Lie pula? "Toa-suheng, apakah mereka itu dari keluarga Lie pula ?" Tanya Jen Pek Coan melangkah dekat. "Biarlah, kita mengaso dahulu sejenak !" Setelah duduk, Kang Han Cing berkata terharu . "Sungguh membuat hati siauwtee merasa tidak enak, kalau saja bukan karena urusan siauwtee, paman berdua tidaklah sampai bermusuhan dengan keluarga Lie !" "Sungguh keterlaluan mereka ini, masakan karena Lie Kang Tie berobat saja lalu melarang lain orang datang kesini !" Ucap Jen Pek Coan sengit. "Janganlah jitee berkata demikian, mungkin mereka mempunyai kesulitan hingga terpaksa berbuat demikian !"247 Nampak oleh mereka seorang pemuda, wajahnya putih bersih, berjalan menghampiri. Pemuda itu mengenakan pakaian panjang warna biru yang terbuat dari bahan sutra, berumur dua puluh lebih, alisnya kereng serta lentik, pandangan matanya terang tajam. Bentuk wajahnya agak kurus serta membayangkan sifatnya yang tinggi hati. Yang berada di belakang pemuda itu adalah keempat pengawal keluarga Lie. Setelah tiba dihadapan rombongan Kuo Se Fen, pemuda itu memandang tajam sambil tersenyum dingin. Tiba2 sambil menudingkan kipas ditangannya berkata dingin. "Mereka orangnya ?" "Ya !" Wajah pemuda itu berubah terbayang tidak senang, ia me-nuding2kan kipasnya serta ucapnya dingin . "Kalian dari Hai-yang-pay, yang mana bernama Kuo Se Fen ?" Melihat tingkah lakunya yang sangat congkak serta kurang ajar dari pemuda ini, lebih2 memanggil suhengnya tidak hormat, hati Jen Pek Coan jadi panas, baru saja ia hendak mendampratnya.... "Aku bernama Kuo Se Fen. Siapakah siauwko ini ?" Sahut Kuo Se Fen bangkit dari duduknya dengan memberi hormat.248 "Ia adalah tuan muda kami !" Ujar seorang dari empat pengawal itu. "Oh ! Lie kongcu ! Terimalah hormatku !" Kata Kuo Se Fen dengan menjura. "Mungkin kau telah mengetahui ayahku sedang berobat disini !" Dia putra Lie Kong Tie ! "Ya. Gan toako telah memberitahukannya." "Kalau begitu, kalian pulang kembali saja ! Karena ayahku tidak boleh terganggu !" Katanya dingin. Betapa sombongnya pemuda berwajah putih itu, ucapannya se-olah2 suatu perintah. Kuo Se Fen sebagai seorang ketua partai biarpun mempunyai ketabahan yang luar biasa, mendengar ucapan dingin yang memandang rendah serta menghina itu, hatinya menjadi panas. Walaupun demikian, Kuo Se Fen tetap bersabar, katanya . "Tubuh keponakanku ini terkena racun dan hanya Tian Hong totianglah yang dapat menyembuhkannya ... ." "Aku tidak suka banyak omong ! Lebih baik kalian meninggalkan tempat ini !" Ucap pemuda itu tidak sabar dan dingin. Jen Pek Coan jadi tidak sabar pula, ucapnya sengit . "Ha, Ha, Ha, Ha ! Apakah Pek-yun-kuan sudah dibeli kalian ?"249 Pemuda itu memandang dingin tajam dan tanyanya menoleh kebelakang . "Siapakah dia ?" "Dia adalah wakil ketua Hai-yang-pay bernama Jen Pek Coan, mempunyai julukan si tangan sakti." Ucap seorang pengawal. "Tidak salah ! Aku bernama Jen Pek Coan." Dengan wajah dingin dan congkak, sambil meng-goyang2kan kipas ditangan, pemuda itu berkata . "Hm ! Memang didaerah utara agak disegani orang. Tapi bagi keluargaku sedikit pun tidak dipandang !" (Bersambung 5) *** Jilid 5 TIDAK lama sejak Put-im suthay dan Ciok Sim taysu tiba ditempat itu, tiba2 terdengar satu suara yang garing tertawa, katanya . "Selamat datang kepada Put-im suthay dan Ciok Sim taysu, Kang Han Cing sudah menunggu lama." Put-im suthay dan Ciok Sim taysu menoleh kearah datangnya suara itu, disana berdiri seorang pemuda berbaju hijau dengan alis lentik wajahnya tampan, tertawa memandang mereka, itulah Kang Han Cing.250 Ciok Sim taysu merangkapkan kedua tangan memberi hormat dan berkata . "Omitohud ! Membuat siecu menunggu lama." Put-im suthay belum pernah bertemu muka dengan Kang Han Cing, ditatapnya pemuda itu sekian saat, dan ia bertanya dingin. "Kau inikah yang bernama Kang Han Cing?" "Betul ! Aku yang bernama Kang Han Cing." "Manusia terkutuk," Berkata Put-im suthay. "Masih berani kau menemui orang?" Alis lentiknya Kang Han Cing terjingkat, ia tersenyum kecil berkata . "Eh, datang2 memaki orang? Undanganku bukan ditujukan untuk kalian berbuat seperti itu. Gunakanlah sedikit etiket baik." "Manusia durjana, sesudah memperkosa dan membunuh muridku, apalagi yang kau mau." Memang adat Put-im suthay agak aseran, mentang2 berkepandaian silatnya tinggi, maka sering menghina orang. Mau menang sendiri. Apa lagi didalam persoalan ini, ia memang harus mendapat kemenangan, ia harus segera menyingkirkan orang yang sudah memperkosa dan membunuh muridnya. Kang Han Cing tersenyum2. Put-im suthay membentak lagi :251 "Hayo ! Masih mau menyangkal ? Hendak putar lidah ? Akuilah perbuatanmu, kau sudah memperkosa dan membunuh muridku, bukan ?" "Baiklah," Berkata Kang Han Cing tertawa. "Aku mengakui, aku tidak menyangkal lagi. Yen Siu Lan sudah kuperkosa, Yen Siu Lan sudah kubunuh mati. Apa lagi yang kau mau? Apa yang kau bisa lakukan kepada Kang Han Cing ?" "Tidak menyangkal lagi ?" Berkata Put-im suthay. "Tidak perlu menyangkal. Kalian bisa apa ?" Berkata Kang Han Cing menantang. Srettt ....Put-im suthay sudah mencabut keluar pedangnya, dihadapi Kang Han Cing dengan gemas geregetan ia berkata . "Akan kucincang seiris demi seiris tubuhmu, baru bisa melampiaskan rasa sakit hatiku." "Inikah kata2 seorang biarawati?" "Lekas keluarkan pedangmu. Mari kita bertempur tiga ratus jurus." Berkata Put im suthay. "Eh, masih berani menantang?" Berkata Kang Han Cing. Ciok Sim taysu berkerut alis, ia merangkapkan kedua tangan, menyebut nama Budha dan berkata . Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sabar ! Kuharap suthay menjadi sabar. Kedatangan kita ketempat ini atas undangannya.252 Tanyakan dahulu, apa maksudnya mengundang datang ?" Put-im suthay berkata. "Sudah kau dengar sendiri, dia mengakui semua perbuatan itu, bukan? Apalagi yang hendak ditanya?" Dengan tertawa Kang Han Cing berkata. "Kuundang jiehui berdua ketempat ini, karena aku hendak memberi sedikit keterangan." "Lekas katakan keteranganmu itu." Berkata Put- im suthay dingin. Kang Han Cing tidak segera lekas2 mengucapkan suaranya, lebih dahulu ia menggibrik2kan bajunya yang kena debu, sesudah itu dengan sepatah demi sepatah ia berkata. "Kang Han Cing belum pernah melakukan sesuatu dengan dibawah ancaman, maka kalau mau mendengar keteranganku, simpan dahulu pedang itu. Agar tidak membawa mesiu peperangan." Put-im suthay geregetan sekali, tapi apa boleh buat, ia menancapkan pedangnya di tanah, sesudah itu ia berkata . "Nah ! Lekas katakan, keterangan yang hendak kau beritahu !" Kang Han Cing tertawa kecil, memandang kedua jago silat itu lalu berkata. "Jiewie berdua telah berkunjung ke gedung keluarga Kang ?"253 "Tidak salah." Berkata Ciok Sim taysu. "Kami baru saja meninggalkan rumahmu." "Mengapa pergi kesana ?" Bertanya Kang Han Cing. Dengan marah Put-im suthay berkata . "Kau telah melakukan suatu perbuatan nista, aku kesana mencarimu untuk meminta pertanggungan jawab !" "Sekarang aku sudah berada didepan jiewie berdua, bukan?" Berkata Kang Han Cing menantang. Put-im suthay berkata. "Kau adalah putra kedua dari Datuk selatan Kang Sang Fung, kalau tidak mengunjungi gedung keluarga Kang, kemana harus mencari dirimu?" Kang Han Cing berkata. "Kuberi peringatan keras, untuk selanjutnya jangan sekali2 mengacau gedung keluarga Kang. Jangan sekali-kali mengganggu ketenangan keluargaku. Jangan sekali2 mengganggu toako. Kalau saja....hem.....hem...jangan katakan Kang Han Cing keterlaluan." Nada suara Kang Han Cing menjadi begitu congkak dan terkebur, sangat temberang. Ciok Sim taysu merangkapkan kedua tangan dan berkata . "Omitohud, apa hanya kata2 ini yang hendak siecu keluarkan ?"254 "Masih mau apa lagi ?" Berkata Kang Han Cing. "Omitohud." Berkata Ciok Sim taysu. "Lolap kira akan mendengar keterangan yang lebih penting, ternyata hanya pepesan kosong." Kang Han Cing berkata . "Kalau kalian percaya dan yakin kepada ilmu kepandaian sendiri, kalau kalian bisa memenangkan diriku, langsung saja membuat perhitungan dengan aku, jangan mengganggu toako, jangan mengganggu gedung keluarga Kang." "Bocah kurang ajar," Bentak Put-im Suthay. "sampai dimanakah tingginya ilmu kepandaianmu, berani menantang orang? Baik. Aku hendak mencoba, sampai dimana ilmu kepandaian Kang jiekongcu." Betul2 Put-im taysu melaksanakan ancamannya, ia mencabut kembali pedang yang tertancap di tanah, siap menempur Kang Han Cing. Kang Han Cing memang bermaksud menempur kedua orang itu, sengaja memancing insindent2 ia berkata. "Apa hanya seorang saja? Lebih baik maju berbareng." Kecepatan Put-im suthay begitu hebat, tanpa menunggu selesainya ucapan Kang Han Cing, ia mengayun pedang menabas sepasang kaki pemuda ugal2an itu. Sebagai seorang saudara ketua partai Ngo-bie- pay, Put-im suthay mendapat nama yang cukup harum, tidak kalah dibelakang nama Bu Houw255 taysu, gerakan ilmu pedangnya begitu cepat, mengancam dengan jitu. Gerakan Put-im suthay sangat cepat, tapi gerakan Kang Han Cing juga sangat cekatan, wingg..... serangan pedang itu lolos dari bawah ujung kaki. "Ha, ha." Kang Han Cing tertawa, Sreet. dia juga menghunus pedang. Put-im suthay tidak mau banyak bicara lagi, giliran pedang yang bicara ia menyabet, menusuk, dan membacok. Semakin lama, tekanan cahaya pedang itu semakin rapat, se-olah2 sudah mengurung seluruh jalan Kang han Cing. DENGAN bajunya yang berkibar-kibar, Kang Han Cing mengelakan setiap serangan. Berputar disekitar tempat itu, tidak hentinya tangan menyebar sesuatu. Bagaikan bayangan seseorang, Put-im suthay mengikuti larinya pemuda itu. "Bocah terkutuk." Put-im suthay memaki. "hanya sampai disinikah ilmu kepandaianmu ?" Satu saat, cahaya pedang berobah menjadi enambelas batang, menuju kearah batok kepala Kang Han Cing, inilah ilmu kebanggaan Put-im Suthay ! Kang Han Cing menggelengkan kepala dengan satu cara yang tidak mudah dilihat, ia berhasil mengelakan datangnya ancaman maut. Sesudah256 keluar menerobos kepungan cahaya pedang, ia mulai mengayun senjata, mulutnya berkata . "Nenek tua, inilah serangan balasanku." Tubuhnya menyempong kesamping, tangannya dijulurkan kedepan, maka pedang itu bergerak dari jurusan yang sulit diduga, menyerang Put-im suthay. Put-im suthay juga termasuk salah seorang ahli pedang, melihat cara2 gerakan Kang Han Cing, hatinya tercekat, serangan yang seperti itu tidak boleh ditangkis, jalan yang terbaik adalah mengelakan. Mengenjot tubuh, Put-im suthay lompat kebelakang. Giliran Kang Han Cing yang mengambil inisiatif penyerangan, berulang kali menusukkan senjatanya. Agak repot juga Put-im suthay mengelakkan datangnya serangan2 itu. Tiba2 ia rasakan perubahan sesuatu, tenaganya banyak berkurang. Dengan tertawa Kang Han Cing berkata . "Nenek tua, hanya sampai disini sajakah ilmu kepandaianmu ?" Situasi berubah, dunia berputar. Kalau dalam serangan pertama tadi Put-im suthay mendesak dan merangsak Kang Han Cing, kini keadaan telah berputar seratus delapan puluh derajat, Kang Han Cing yang memegang inisiatif mengancam dan mendesak lawannya.257 Put-im Suthay berusaha mengelak dan menangkis serangan itu, agak sulit juga, semakin lama tenaganya semakin pudar. Kang Han Cing menusuk lagi ! Put-im suthay mengertak gigi, menyentilkan pedangnya, menukik dan menghajar. Indah ilmu kepandaian terakhir, ilmu kepandaian simpanan yang sering membuat mematahkan semangat lawan. Sebagai seorang ahli pedang puluhan tahun, Put-im Suthay mengancam delapan jalan darah Kang Han Cing. Kalau saja salah satu dari ancaman itu mengenai sasarannya, tubuh Kang Kan Cing akan terkapar di tanah. Kang Han Cing tertawa dingin, pundaknya terangkat, menangkis datangnya serangan itu. Tranggggg. Pedang Put-im suthay diterbangkan ! Secepat itu pula, Kang Han Cing meneruskan serangan, menotok jalan darah Put-im suthay. Tubuh Put-im suthay jatuh ngusruk di tanah, dia bingung memikirkan kejadian2 tadi, bagaimana dengan mendadak sontak tenaganya bisa lumer dan lembek? Apa yang telah terjadi? Karena itulah, tanpa ada pegangan kekuatan, pedangnya diterbangkan Kang Han Cing. Tentu telah terjadi sesuatu. Menyaksikan jatuhnya sang kawan, Ciok Sim taysu terkejut, ia melejitkan tubuh menyelak di tengah dan membentak:258 "Kang Han Cing, jangan kau main gila !" Kang Han Cing memperlihatkan sikapnya yang angkuh dan sombong, melirik kearah Ciok Sim Taysu dan berkata . "Nah ! Kini giliranmu !" Jarak Ciok Sim Taysu dan Kang Han Cing sudah sangat dekat, padri tua itu menganggukan kepala berkata . "Baik. Giliranku yang hendak meminta pelajaran." Kang Han Cing telah menjatuhkan Put-im suthay dalam waktu yang sangat singkat, hal ini membuat Ciok Sim taysu tidak berani memandang ringan kepada lawannya. Ia lebih berhati-hati, menyedot napasnya dalam2. Dicurahkan kearah kedua telapak tangan, siap menghadapi pertempuran. "Aaaaah......." Tiba2 saja Ciok Sim Taysu tercekat, tangannya tidak bisa diangkat, wajahnya berubah, ia telah terkena semacam racun yang tidak terlihat, karena itu seperti keadaannya Put- im Suthay yang tidak bisa memegang pedangnya, kekuatan Ciok Sim taysu juga lenyap, karena adanya sesuatu yang berada di luar dugaan ini, sepasang matanya memandang wajah Kang Han Cing, menduga kalau putera dari keturunan Datuk Persilatan itu main gila, si padri mengeluarkan bentakan :259 "Kang Han Cing, berani kau main gila? Racun apa yang sudah kautebarkan kepadaku ! Mengapa menjadi seperti ini ?" Kang Han Cing menengadahkan kepala, tertawa dingin dan berkata . "Lucu ! Apa2an kau ini ?" Dengan mengertak gigi Ciok Sim taysu berkata . "Kang Han Cing, kau telah membuat perkosaan melakukan pembunuhan, masih berani menaburkan racun kepadaku dan Put-im suthay? Betul2 jahat, betul2 jahat." "Tutup mulut !" Bentak Kang Han Cing. "Berulang kali kau berlaku tidak sopan. Akan kubunuh dirimu." Pedangnya disodorkan kedepan, menjurus kearah Ciok Sim taysu. Betapa lihaypun ilmu kepandaian Ciok Sim Taysu, karena ia sudah mendapat taburan obat racun lemas, tanpa bisa dielakan, pedang Kang Han Cing menotok jalan darahnya. Gedebrok, ia jatuh di tanah. "Ha, ha, ha....." Kang Han Cing tertawa besar, menudingkan jari kearah Put-im suthay dan Ciok Sim taysu, ia berkata . "Ha, ha.... tokoh2 Ngo-bie-pay dan Siauw-lim- pay, hanya seperti ini sajakah kepandaianmu ! Kalau betul2 kalian mempunyai ilmu kepandaian, langsung berhadapan dengan aku, jangan kau260 mengganggu saudaraku lagi. Jangan berani2 mengganggu gedung keluarga Kang, heee!" Wajah Put-im suthay pucat pasi, peredaran jalan darahnya membeku, ia tidak bisa bergerak, hanya mulutnya yang masih mendapat kebebasan ia mengumpat caci. "Manusia terkutuk. Durjana, sudah memperkosa orang, membikin pembunuhan, berani kau menghina lagi ? Bah ! Hayo ! Kalau kau mempunyai keberanian, bunuh aku sekalian." Sepasang mata Kang Han Cing berkilat-kilat ia berkata. "Maksudku bukan hendak membikin pembunuhan, tapi...kau sendiri yang minta mati, baiklah. Kau kira aku takut kepada Ngo-bie-pay, lebih baik kuputuskan sepasang telingamu untuk memberi peringatan....." Secepat itu pula, pedang Kang Han Cing melayang, meluncur kearah kepala Put-im suthay, dengan maksud membabat sepasang telinga biarawati itu. Disaat ini, satu bayangan meluncur datang, mulutnya berteriak keras. "Jiete, jangan!" Bayangan yang datang adalah putra tertua dari gedong keluarga Kang, Kang Puh Cing! Kang Han Cing mendongakkan kepala, mengenali siapa yang datang, segera ia berdehem keras, melirik kearah Put-im suthay Ciok-sim Taysu lalu berkata:261 "Sepasang telinga masih beruntung!" Sesudah itu, Kang Han Cing melejitkan kaki meluncur kearah utara, meninggalkan Kang Puh Cing. Kang Puh Cing segera berteriak . "Jietee....." Tapi Kang Han Cing tidak menghiraukan panggilan itu, meluncur lari pergi ! Kang Puh Cing menghampiri Put-im Suthay dan Ciok Sim taysu, ia berkata . "Eh, bagaimana bisa terjadi kejadian yang seperti ini ?" Ciok Sim taysu menyebut nama budha berkata . "Kedatangan Kang toakongcu sangat kebetulan. Lolap dan suthay ini telah diracuni oleh adikmu, menderita keracunan dalam." "Ah..." Kang Puh Cing terkejut. "Betul ? jiete...." Disaat ini, lain bayangan lagi meluncur datang, ia memotong pembicaraan Kang Puh Cing. "Seharusnya toakongcu bisa membedakan, orang tadi bukanlah Kang Jie kongcu yang asli !" Orang yang datang belakangan ini adalah pendekar cerdik pandai Goan Tian Hoat. Kang Puh Cing terkejut, hatinya tergetar, dengan memaksa tertawa ia menoleh kearah Goan Tian Hoat dan berkata. "Eh mengapa saudara Goan datang turut serta?"262 Dengan tertawa Goan Tian Hoat berkata. "Untuk menjaga sesuatu dari ketidak-beresan, dengan membawa beberapa orang kita, kita selalu siap untuk membantu." Apa yang Goan Tian Hoat kemukakan memang betul terjadi. Empat orang laki2 berpakaian ringkas dengan golok dipinggang lari mendatangi, mereka adalah anak buah gedung keluarga Kang. Kang Puh Cing menganggukkan kepala berkata. "Put-im suthay dan Ciok Sim taysu telah menderita keracunan dalam, mari kita menggotong dan menolong mereka." *** Meninggalkan cerita Kang Puh Cing, Goan Tian Hoat, dan orang2 gedung keluarga Kang yang membawa Put-im suthay dan Ciok sim taysu kembali ke gedung datuk persilatan daerah selatan. Menyusul jejak bayangan Kang Han Cing yang melesat kearah utara ini. Tidak lama dari berkelebatnya bayangan Kang Han Cing, dari balik semak2 muncul pula lain bayangan, mengikuti bayangan Kang Han Cing didepan. Yang mengherankan, bayangan yang dibelakang juga adalah bayangan Kang Han Cing, ada dua Kang Han Cing, sampai di sini sudah waktunya kita membuka sedikit tabir rahasia, bayangan yang didepan adalah benar Kang Han Cing palsu yang dikatakan oleh Goan Tian Hoat tadi dan bayangan263 yang dibelakang adalah Kang Han Cing yang asli, yang palsu adalah orang yang sudah membunuh Yen Siu Lan divihara Ciok-cuk-am, dan bayangan yang dibelakang adalah Kang Han Cing aseli, hendak membekuk lehernya si penjahat, mencari tahu dengan alasan apa orang hendak mencelakakan dirinya. Dua bayangan itu saling meluncur, yang didepan cepat, tapi Kang Han Cing mengikuti dengan berhati2, agar jejaknya tidak kelihatan oleh orang yang dibuntuti. Waktu sudah menjelang sore, pohon2 sudah tunduk kebawa, matahari sebagian sudah berada di bawah tanah. Mereka masih meluncur dengan kecepatan maksimum. Semakin lama hari menjadi gelap, tiga puluhan lie telah mereka liwatkan. Tidak jauh lagi, didepan tampak semak2 pohon belukar, dimana ada cahaya lampu yang dipasang, itulah sebuah bangunan, bangunan di tengah2 semak belukar. Kang Han Cing palsu melesatkan diri memasuki tempat bangunan itu. Kang Han Cing asli menyedot napasnya dalam2, ia tidak membiarkan musuhnya lewat lepas begitu saja, juga harus dijaga agar tidak diketahui orang, kalau ia membuat pembuntutan. Ia juga turut masuk kedalam gedung itu.264 Hampir disaat yang bersamaan, kedua orang tadi memasuki gedung didalam rimba belukar. Orang yang didepan langsung menuju ke arah pekarangan, langkahnya diarahkan ke kamar bagian selatan. Disana tampak lampu penerangan. Kang Han Cing mengawasinya dengan mata tidak berkesiap. Sebentar kemudian, si Kang Han Cing palsu sudah mengetok jendela, suaranya sangat perlahan sekali. Tidak lama jendela terbuka, disana tampak seorang gadis pelayan berpakaian hijau menongolkan kepalanya dan bersorak girang . Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo