Pedang Naga Hitam 13
Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 13
Dua orang itu terkejut akan tetapi juga marah sekali. Mereka adalah dua orang yang telah memiliki ilmu silat yang tinggi, maka tidak mungkin mereka dapat di buat terhuyung dan hampir terpelanting seperti itu. Keduanya sudah melompat bangun lagi, akan tetapi Ma Goat yang juga terkejut akan tetapi girang sekali melihat pemuda dalam perahu yang baru saja di kenalnya datang membantu, segera menerjang kearah seorang diantara mereka. Sulingnya menyambar-nyambar dan orang itu segera menangkis dengan pedangnya. Segera kedua orang itu sudah terlibat dalam pertandingan yang hebat. Orang kedua juga penasaran, akan tetapi sebelum dia dapat membantu temannya mengeroyok gadis itu, Han Sin sudah melompat ke depan orang itu.
Melihat pemuda yang datang membantu gadis itu dan tadi hampir saja merobohkannya, orang kedua yang berkumis penjang itu menjadi marah dan dia segera menyerang Han Sin dengan pedangnya. Serangannya cepat dan bertenaga, akan tetapi Han Sin mudah saja mengelak sambil mundur. Lawannya mendesak dan sekali Han Sin menggerakkan kedua tangannya, tangan kanan sudah menotok kearah siku kanan orang itu dan tangan kirinya menyambar. Di lain saat, pedang itu telah dapat di rampas dari tangan pemiliknya. Orang itu terbelalak dan tidak tahu apa yang harus dilakukan Han Sin tersenyum, tidak membalas serangannya tadi melainkan menekuk pedang itu dengan kedua tangannya.
"Krekk" Pedang itu patah menjadi dua potong dan Han Sin melemparkannya ke atas tanah. Melihat ini, si kumis panjang itu melangkah mundur dan menjadi jerih.
Sementara itu, setelah kini hanya menghadapi seorang lawan, Ma Goat mengamuk dan dapat mendesak lawannya dengan sulingnya. Ia memang masih menang setingkat kalau melawan satu orang saja dan lawannya kini hanya mampu menangkis dengan pedangnya. Ma Goat menyerang dengan ganas sekali. Ketika sulingnya menyambar dahsyat kearah kepala lawan, lawannya itu menggerakkan pedang ke atas untuk menangkis.
"Traangg "" Bunga api berpijar ketika kedua senjata itu bertemu dan suling itu terpental ke bawah terus menyerang dada. Lawannya menurunkan pedang untuk menangkis, akan tetapi mendadak suling itu tidak jadi menyerang pedang melainkan menyambut lengan lawan dengan menghantam ke arah siku.
"Dukkk """ siku itu terkena hantaman suling menjadi lumpuh seketika dan pedangnya terlepas dari pegangan. Biarpun lawan sudah tidak berdaya, Ma Goat menyerang terus dengan sulingnya secara bertubi-tubi. Lawannya menjadi gugup, berloncatan ke belakang dan hanya mampu mengelak ke kanan kiri, Ma Goat tidak memberi kesempatan lagi, terus mendesak dengan pukulan-pukulan maut. Suling yang menyambar"nyambar cepat itu, sekali saja mengenai kepala tentu akan menamatkan hidup orang itu.
Pada saat yang amat berbahaya bagi keselamatan lawan Ma Goat itu, tiba-tiba kakek yang sejak tadi hanya duduk bersila dan menonton pertandingan menggerakkan tubuhnya dan tubuh yang tadi bersila itu telah melayang ke atas, berjungkir balik beberapa kali dan meluncur turun ke arah Ma Goat yang sedang mendesak lawannya.
Pada saat itu, Ma Goat sudah berhasil menyapu kaki lawannya dengan kakinya sehingga lawannya terpelanting jatuh dan ia sudah menggerakkan sulingnya yang menyambar kearah kepala lawan. Akan tetapi suling itu tertahan di udara oleh tangan kakek yang melayang di atasnya. Ma Goat terkejut sekali dan melangkah ke belakang. Kakek itu pun meloncat turun di depannya.
Begitu memandang bahwa yang menahan serangannya tadi seorang kakek yang tadi duduk bersila, Ma Goat menjadi marah. Ia maklum bahwa kakek itu yang mendatangkan kekacauan bersama dua orang pengikutnya, maka tanpa banyak cakap lagi iapun menggerakkan sulingnya, menusuk dengan totokan kearah dada kakek itu.
"Ha-ha, kau ganas sekali" kakek itu tertawa dan tidak mengelak, melainkan mengangkat tangan kirinya ke depan dada sehingga suling itu mengenai telapak tangannya.
"Tukkk" Ma Goat terkejut merasakan betapa totokannya mengenai daging lunak. Akan tetapi ketika ia menarik sulingnya, ia tidak mampu melakukan itu karena sulingnya seperti telah melekat pada telapak tangan lawan. Selagi ia mengerahkan tenaga untuk menarik lepas sulingnya, kakek itu lalu mendorongkan tangannya ke depan sambil membentak dan seperti sehelai daun kering di terbangkan angina, tubuh Ma Goat terlempar ke belakang. Tenaga dorongan itu kuat bukan main dan membuat Ma Goat merasa kehilangan tenaganya. Ia tentu akan roboh terpelanting kalau saat itu tidak ada orang yang menolongnya. Han Sin sudah cepat berkelebat dan menerima tubuh yang telentang itu ke atas kedua lengannya, kemudian menurunkannya dengan lunak, sehingga Ma Goat tidak terbanting. Gadis itu berkilat matanya dan tentu ia akan marah sekali, mungkin akan membunuh orang yang berani menyentuh tubuhnya, bahkan memondongnya. Akan tetapi ketika ia melihat bahwa yang menolongnya adalah Han Sin, ia tidak marah, dan tersenyum dengan muka berubah kemerahan.
"Terima kasih atas bantuanmu" katanya singkat kepada Han Sin.
Pada saat itu muncul Pak-Te-Ong Ma Giok. Pemunculannya membuat dua orang pengikut kakek tadi terkejut sekali. Bagaikan pandai menghilang saja Pak-Tek-Ong tahu-tahu berdiri di situ dengan tongkat kepala naga di tangan kanan, tubuhnya tinggi besar, kepalanya botak dan jubahnya dari kulit biruang, pakaiannya terbuat dari sutera halus.
"Siapa berani naik ke Kwi-san membikin kacau?" suaranya tenang namun mengandung wibawa. Melihat ayahnya, Ma Goat segera berlari menghampiri dan memegang lengan ayahnya.
"Ayah "" katanya manja "Tiga orang itulah yang menjadi pengacau, harap ayah sendiri turun tangan memberi hajaran"
Dua orang kakek itu kini sudah berdiri saling berhadapan. Pak-Te-Ong memandang penuh perhatian. Kakek itu usianya sebaya dengan dia, pakaiannya hanya merupakan kain yang di belit-belitkan tubuhnya yang pendek gendut, rambutnya yang hitam panjang di kuncir ke belakang dan selebihnya dibiarkan awut-awutan. Mukanya bundar dengan sepasang mata yang lebar, hidungnya pesek dan mulutnya juga lebar, akan tetapi yang menonjol adalah sepasang telinganya yang seperti telinga gajah.
"Hemmm, kiranya See-Thian-Mo (Iblis dunia barat) yang berani main-main di sini" kata Pak-Te-Ong sambil tersenyum dan dia tidak kelihatan marah.
"Ha-ha-ha" kakek pendek gendut itu tertawa gembira "Pak-Te-Ong, lama tidak berjumpa dan sekali bertemu, kau telah menjadi tokoh besar, bahkan mendirikan Te-kwi-pai di Kwi-san. Jadi nona ini puterimu?. Ha-ha-ha dulu ia masih ingusan, sekarang telah menjadi gadis yang cantik dan ilmunya itu boleh juga walaupun muridmu yang satu itu benar-benar mengejutkan dan mengagumkan hatiku" Dia menuding kearah Han Sin.
Pak-Te-Ong menoleh dan memandang kearah yang di tunjuk oleh kakek yang berjuluk See-Thian-Mo itu. Han Sin juga memandang kepada Pak-Te-Ong dengan hati berdebar. Kiranya kakek ini ayah dari Ma Goat? Dia masih ingat benar, kakek ini adalah orang yang pernah mengejar Cu Sian di dalam hutan dan dia pernah menghadangnya untuk memberi kesempatan kepada Cu Sian melarikan diri. Dia pernah bertanding beberapa jurus dengan kakek ini sebelum dia melarikan diri setelah Cu Sian dapat meloloskan diri.
"See-Thian-Mo, dia bukan muridku" Pak-Te-Ong berseru akan tetapi alisnya berkerut karena dia merasa pernah melihat pemuda itu, akan tetapi dimana.
"Bagus. Kalau begitu aku boleh membunuhnya" kata See-Thian-Mo dan sekali tubuhnya bergerak, dia sudah melompat ke depan Han Sin dan menyerang dengan dorongan telapak tangan kanannya kearah dada pemuda itu.
"Wuutttt " plaakkk "" Han Sin menangkis dari samping dengan tangan kirinya dan See-Thian-Mo mengeluarkan seruan kaget ketika merasa betapa ada kekuatan dahsyat yang membuat tubuhnya terpental. Juga Han Sin merasa betapa kuatnya pukulan itu, mengandung tenaga yang berhawa dingin.
See-Thian-Mo menjadi penasaran sekali. Dia adalah seorang tokoh besar dunia kang-ouw bagian barat. Setelah dia dikeluarkan dari kalangan para pendeta lama, dia lalu malang melintang di dunia kang-ouw dan mendapat julukan See-Thian-Mo. Baru ketika pasukan Sui melakukan serangan dan pembersihan di daerah barat, terpaksa dia menyembunyikan diri. Kini, berhadapan dengan seorang pemuda yang mampu menandingi tenaga sin-kangnya, dia menjadi penasaran sekali. Dia harus mampu membunuh pemuda ini, apalahi disaksikan oleh Pak-Te-Ong, datuk utara yang dahulu pernah menjadi rekannya karena mereka memiliki kedudukan setingkat. Keduanya di akui sebagai datuk besar di dunia hitam.
"Orang muda, tidak biasa aku membunuh orang tanpa nama. Karena itu, beritahukan namamu agar kau tidak akan mati tanpa nama" kata See-Thian-Mo dan tangan kanannya sudah mengeluarkan seuntai tasbih dari balik bajunya. Tasbih ini luar biasa, bijinya hitam dan besar-besar, sebesar ibu jari kaki, ketika berada di tangannya bergerak sedikit saja tasbih itu mengeluarkan suara trak-trik nyaring sekali.
Han Sin mengangkat kedua tangan depan dada memberi hormat dan berkata dengan suara lembut "Lo-cian-pwe, namaku adalah Cian Han Sin, akan tetapi aku tidak mempunyai permusuhan apapun denganmu. Karena itu akupun tidak ingin bertanding denganmu.
"Trakk-traakk-trikkkk" See-Thian-Mo menggerak-gerakkan tasbihnya dan berkata "Kau tidak ingin bertanding masa bodoh, akan tetapi aku harus membunuhmu karena kau telah berani menantangku, Cian Han Sin. Bersiaplah untuk menerima kematianmu"
Ma Goat sudah melangkah ke depan dan sambil bertolak pinggang ia membentak "See-Thian-Mo kakek tidak tahu malu. Cian Han Sin tidak bersalah. Adalah dua orang pengikutmu yang mengeroyokku dan melihat aku di keroyok, Cian Han Sin turun tangan membantuku. Kalau kau memang gagah, hayo lawanlah aku sampai seorang diantara kita menggeletak tak bernyawa, jangan mengganggu Cian Han Sin yang tidak bersalah" Ma Goat menuding-nudingkan sulingnya kearah muka kakek gendut pendek itu yang menjadi serba salah. Mukanya berubah merah sekali. Belum pernah dia di hina orang seperti itu, apalagi penghinanya hanya seorang gadis muda. Dua orang pengikutnya tadi adalah murid-muridnya dan mereka sudah memandang ke arah Ma Goat dengan sikap mengancam.
"Goat-ji (Anak Goat), jangan kurang ajar kau. See-Thian-Mo, lupakan saja sikap dan kata-kata anakku, ia memang manja dan keras kepala" kata Pa-te-ong yang merasa tidak enak dengan sikap anaknya itu.
"Aih, ayah "" Ma Goat memprotes ayahnya.
"Diam kau" Pak-Te-Ong membentak marah dan Ma Goat bersungut-sungut sambil membanting-banting kakinya, hampir menangis.
Han Sin dapat menduga bahwa kakek yang berjuluk See-Thian-Mo ini tentu lihai sekali, apalagi senjatanya berupa tasbih itu. Maka diapun tersenyum mengejek dan berkata "Seorang seperti lo-cian-pwe seharusnya malu menghadapi aku seorang pemuda yang bertangan kosong menggunakan senjata. Akan tetapi kalau lo-cianpwe memang seorang datuk yang tidak tahu malu, silahkan maju. Aku tidak takut melawanmu, biarpun aku tidak suka bermusuhan denganmu tanpa sebab"
Mendengar ucapan pemuda itu, tentu saja See-Thian-Mo merasa malu dan mukanya berubah merah, matanya yang besar itu melotot. Di depan orang banyak dia seperti mendapat tantangan "Ha-ha-ha, Cian Han Sin, kematianmu sudah di depan mata dan kau masih berani membuka mulut besar. Untuk membunuhmu tidak perlu aku mengeluarkan senjataku"
Dia lalu menyimpan kembali tasbih ke dalam saku bajunya, kemudian dia mengeluarkan bentakan nyaring dan tubuhnya maju menerjang Han Sin dengan pukulan kedua tangannya.
"Haaiiitttt "" Tangan kiri itu menyambar ke arah dada Han Sin, sedangkan tangan kanannya menyambar kearah perut. Kedua tangan terbuka jari-jarinya. Angin yang dingin menyambar kearah tubuh Han Sin. Akan tetapi pemuda ini yang sudah dapat menduga bahwa lawannya berbahaya sekali, cepat menggunakan keringanan tubuhnya untuk mengelak lalu dari samping dia membalas serangan lawan dengan tamparan tangan kanan. Akan tetapi dengan mudah See-Thian-Mo menangkis tamparan ini dan menyerang lagi dengan dahsyatnya.
Mula-mula Han Sin memainkan Lo-hai-kun, diselingi dengan Hek-liong-kun. Karena dia tidak berniat untuk melukai lawannya, maka dia menggunakan kedua ilmu silat ini hanya untuk membela diri. Akan tetapi tidak demikian sengan See-Thian-Mo. Setiap serangannya di tujukkan untuk membunuh lawan. Dia akan merasa malu sekali kalau tidak dapat merobohkan pemuda itu dengan tangan kosong, maka serangannya semakin dahsyat dan hawa dingin yang keluar dari keluar pukulannya semakin terasa.
Semua orang menonton pertandingan itu dengan hati kagum. Juga Ma Goat memandang dengan hati kagum bukan main. Dalam pertemuannya yang pertama dengan Han Sin, hatinya memang sudah tertarik oleh sikap dan pembawaan Han Sin yang lain daripada pemuda-pemuda lain yang pernah di jumpainya. Dan sekarang, ia sama sekali tidak pernah mengira bahwa pemuda itu memiliki ilmu silat yang demikian lihainya sehingga mampu menandingi kakek itu. Timbul perasaan kagum dan sayang dalam hatinya yang biasanya sekeras batu dan belum pernah merasa tertarik kepada pria.
Pak-Te-Ong juga terkejut bukan main. Dia tahu bahwa tingkat kepandaian See-Thian-Mo seimbang dengan tingkatnya, akan tetapi pemuda itu ternyata mampu mengimbangi Datuk barat itu. Dia mengingat-ingat siapa adanya pemuda yang lihai itu. Diingatnya siapa saja diantara orang-orang yang pernah dilawannya, yang memiliki kepandaian tinggi dan masih demikian muda. Tiba-tiba dia teringat ketika dia mengejar pengemis muda itu, dia di hadang seorang pemuda yang lihai sekali. Setelah bentrok beberapa jurus pemuda itu lalu melarikan diri. Inilah pemuda itu. Tidak salah lagi.
"Keparat, kaulah pemuda itu. mampuslah di tanganku" Dia membentak dan dia lalu meloncat ke depan lalu menyerang Han Sin dengan pukulan mautnya.
Han Sin terkejut dan cepat mengelak ke samping. Akan tetapi See-Thian-Mo menyambutnya dengan pukulan dahsyat sehingga terpaksa dia melempar tubuh ke belakang dan berjungkir balik beberapa kali.
"Ayah, mengapa melakukan pengeroyokan?" Ma Goat memrotes ayahnya.
"Diam kau. Pemuda ini adalah musuhku" jawab Pak-Te-Ong yang cepat menyerang lagi.
Han Sin menjadi repot dan terdesak. kalau dua orang datuk itu maju mengeroyoknya. Terpaksa dia mengeluarkan ilmu simpanannya, yaitu Bu-tek-cin-keng.
Pak-Te-Ong memiliki ilmu pukulan ampuh yang di sebut Tian-ciang (Tangan Halilintar) yang mengandung hawa panas bagaikan halilintar menyambar. Sedangkan See-Thian-Mo memiliki ilmu pukulan yang tidak kalah hebatnya, yaitu Swat-ciang (Tangan salju) yang mengandung hawa dingin membeku.
Karena penasaran belum juga dapat merobohkan pemuda yang mereka keroyok itu, pada suatu saat Pa-te-ong dan See-Thian-Mo melakukan penyerangan dari kanan kiri. Mereka mengeluarkan ilmu simpanan mereka itu dan memukul dengan dorongan tangan kanan. Angin dingin sekali menyambar dari pukulan See-Thian-Mo sedangkan dari tangan Pak-Te-Ong menyambar hawa panas.
Han Sin maklum bahwa dua orang itu menyerangnya dengan pukulan yang dahsyat, yang tidak mungkin dapat di elakkannya. Maka diapun memasang kuda-kuda dengan kedua kaki terpentang, mengerahkan tenaga sakti dari ilmu Bu-tek-cin-keng lalu mengembangkan kedua lengannya mendorong ke kanan kiri, menyambut dua pukulan lawan itu.
"Desss "" pertempuran dua tenaga sinking raksasa itu hebat sekali, menggetarkan bumi dan membuat semua yang menonton terguncang. Tian-Ciang dan Swat-ciang tiba dengan berbareng, di sambut kedua tangan Han Sin yang di penuhi tenaga dari ilmu Bu-tek-cin-keng. Dan akibatnya, kedua orang kakek itu terlempar ke belakang seperti di dorong tenaga raksasa yang tidak nampak. Mereka terbanting karena tenaga mereka tadi membalik, akan tetapi Han Sin juga berdiri terhuyung dan darah mengalir dari bibirnya, tanda bahwa dia menderita luka dalam yang hebat.
Melihat ini, dua orang kakek itu melompat berdiri, akan tetapi mereka juga terhuyung dengan muka pucat. Melihat keadaan Han Sin, Pak-Te-Ong berseru kepada anak buahnya sambil menudingkan telunjuknya kearah Han Sin "Bunuh dia"
Para anak buah Te-kwi-pai sudah berlompat ke depan mengepung Han Sin dengan senjata di tangan, akan tetapi pada saat itu Ma Goat meloncat ke depan Han Sin, suling hitamnya ditangan dan matanya berkilat penuh ancaman.
"Siapa berani menyentuhnya akan dibunuh" bentaknya dan semua anak buah Te-kwi-pai menjadi terkejut dan tidak berani bergerak.
"Goat-ji """ Pak-Te-Ong membentak marah, dan menghampiri anaknya.
Akan tetapi Ma Goat melintangkan suling di depan dada dan menentang pandang mata ayahnya dengan sinar mata berkilat "Ayah, Han Sin ini tidak bersalah. Dia hanya ingin menolongku dari bahaya maka sampai terlibat dalam urusan ini dan diapun dipaksa untuk berkelahi. kalau aku yang pernah dia selamatkan sekarang diam saja melihat dia terancam bahaya, aku akan menjadi seorang yang paling tidak mengenal budi. Akan akan membelanya dengan taruhannyawaku, ayah"
Melihat sikap putrinya, Pak-Te-Ong menahan langkahnya. Dia mengenal benar watak putrinya yang tidak berbeda jauh dengan wataknya sendiri, yaitu keras hati dan tak mengenal takut.
Melihat ayahnya berhenti menghampirinya, Ma Goat lalu memegang tangan Han Sin yang masih berdiri terengah-engah, lalu menariknya "Han Sin, mari kita pergi" gadis itu lalu menggandeng tangan Han Sin, diajak pergi dari situ sambil siap melindunginya dari serangan. Tidak ada anak buah Te-kwi-pai berani bergerak, dan See-Thian-Mo sendiri juga tidak mau menyerang karena dia merasa tidak enak kalau harus menyerang puteri rekannya. Apalagi dia sendiri juga sudah menderita luka dalam, walaupun tidak parah karena tadi dia menyerang Han Sin saling Bantu dengan tenaga Pak-Te-Ong.
Pak-Te-Ong juga mengetahui bahwa See-Thian-Mo menderita luka dalam seperti dia sendiri, maka dia lalu berkata "See-Thian-Mo, mari kita ke rumah dan menyembuhkan luka kita sebelum bicara"
"Baik, Pak-Te-Ong" kata kakek gendut pendek itu dan bersama dua orang muridnya dia lalu mengikuti Pak-Te-Ong mendaki puncak bukit Kwi-san.
***
Ma Goat menggandeng tangan Han Sin yang berjalan terhuyung-huyung. Han Sin merasa tubuhnya lemah dan nyeri karena didalam tubuhnya seperti ada dua kekuatan hawa yang saling berebutan. Kadang tubuhnya seperti dibakar api di sebelah dalam, terkadang seperti direndam dalam salju yang dingin sekali. Setelah menguatkan diri melangkah cepat ketika diajak melarikan diri oleh Ma Goat, akhirnya dia mengeluh dan tentu roboh terpelanting kalau saja Ma Goat tidak cepat merangkulnya.
"Han Sin, bagaimana keadaanmu?" Ma Goat bertanya sambil memeluk tubuh pemuda itu.
Han Sin memejamkan matanya "Panas " dingin "" dia mengeluh lalu lehernya terkulai, pingsan. Ma Goat lalu memodong tubuh itu dan di bawa lari menuju ke tepi sungai. Setelah tiba di tepi sungai, dia merebahkan tubuh pemuda itu di atas rumput. Dikeluarkannya sebuah botol kecil dari dalam bajunya, kemudian ia membuka mulut Han Sin. Pemuda itu dalam keadaan setengah sadar dapat menelan obat itu.
Ma Goat menanti dengan hati gelisah melihat pengaruh obat yang diminumkannya. Ia merasa yakin bahwa obatnya itu pasti akan dapat menyembuhkan luka beracun akibat pukulan Tian-ciang karena ia sendiri juga sudah mempelajari Tangan halilintar itu. Obat itu adalah buatan ayahnya yang khas untuk mengobati luka akibat pukulan ilmu itu.
Tak lama kemudian, nampak reaksi obat itu. Akan tetapi sungguh di luar dugaan Ma Goat ketika ia melihat pemuda itu mengeluh, membuka mata lalu tubuh itu menggigil kedinginan dan muka serta seluruh badannya berubah pucat kebiruan.
"Han Sin "., bagaimana rasanya tubuhmu "?" Ma Goat memegang lengan pemuda itu dengan khawatir. Dan alangkah kagetnya ketika ia memegang lengan itu, terasa lengan itu dingin seperti es. Dan tak lama kemudian, Han Sin sudah tidak menggigil atau bergerak lagi, melainkan telentang diam dan kaku seperti mayat yang dingin sekali.
"Han Sin " Han Sin ". Ahhh" Ma Goat menjadi kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ingin rasanya ia menangis karena merasa begitu tidak berdaya.
Tiba-tiba terdengar langkah orang yang ringan dan lembut sekali menghampirinya. Ma Goat cepat menoleh dan siap menyerang karena dalam keadaan bingung dan khawatir itu mudah sekali bangkit kemarahannya. Akan tetapi ketika ia memandang, yang datang adalah seorang gadis berusia kurang lebih delapan belas tahun. Gadis ini melangkah ringan dan gerak-geriknya lembut, pakaiannya yang serba putih bersih itu terbuat dari sutera. Wajahnya bulat telur, dagunya meruncing dan rambutnya yang panjang itu di gelung ke atas, sebagian di kuncir dan dibiarkan bergantung di depan pundaknya. Alisnya melengkung hitam dan matanya indah dengan pandang mata lembut dan tenang sekali, mulutnya mengarah senyum dengan bibir merah basah, lesung pipit nampak di kedua pipinya. Tubuhnya sedang dan pinggangnya ramping, Ma Goat sendiri sampai tertegun. Belum pernah ia melihat seorang wanita secantik dan anggun seperti itu.
"Enci yang baik, kau nampak gelisah. dapatkah aku membantumu?" Gadis yang bukan lain adalah Kim Lan itu bertanya dengan halus. Ia kebetulan lewat di situ dan melihat Ma Goat nampak kebingungan dan gelisah sedangkan di depan gadis yang berlutut itu menggeletak seorang pria yang telentang. Kim Lan baru kembali dari sebuah dusun di lembah Huang-Ho dimana berjangkit penyakit menular. Mendengar ini ia lalu pergi ke dusun itu dan dengan kepandaiannya mengobati, ia berhasil menyelamatkan banyak orang dari cengkraman maut. Setelah penyakit itu berhasil dibasminya, ia lalu kembali ke selatan dan dalam perjalanan ke selatan inilah ia kebetulan melihat Ma Goat di tepi sungai itu dan menghampirinya.
Ma Goat sedang gelisah dan jengkel melihat keadaan Han Sin yang mengkhawatirkan, maka ia menganggap kedatangan gadis berpakaian serba putih itu sebagai gangguan.
"Pergilah dan jangan ganggu aku" katanya ketus "Kau tidak akan dapat menolongku"
Akan tetapi, Kim Lan atau yang biasa di sebut Lan Lan itu sudah memandang wajah Han Sin. Ia terkejut sekali ketika mengenal wajah itu akan tetapi kekagetannya itu sama sekali tidak kelihatan. Hanya kerut alisnya saja yang menunjukkan kekagetannya. Tanpa diminta iapun berlutut di samping Ma Goat dan meletakkan jari-jari tangan kirinya di atas dahi yang mengepulkan uap dingin itu.
"Hemm, dia keracunan hawa dingin yang hebat sekali. kalau terlambat menolongnya, dalam waktu empat lima jam lagi dia tidak akan tertolong lagi" katanya sambil memegang nadi tangan pemuda itu.
Ma Goat kini memandang dengan penuh harapan "Kau ". kau mengerti ilmu pengobatan?" tanyanya.
Dengan tenang sambil tersenyum manis Kim Lan mengangguk "Sedikit, akan tetapi jangan khawatir. Aku akan mencoba menyembuhkannya. Akan tetapi tempat ini kurang layak untuk mengobatinya. Aku melihat di sana ada sebuah pondok kosong, kita bawa saja dia ke sana"
Ketika Kim Lan hendak membantu menggotong tubuh pemuda itu, Ma Goat menolaknya "Tidak usah, biar ku pondong sendiri" Dan ia pun sudah mengangkat dan memondong tubuh Han Sin yang terasa luar biasa dinginnya itu. Kim Lan memandang dengan sinar kelembutan membayang di matanya. Sekali pandang saja tahulah ia dan gadis itu amat mencinta Han Sin.
Pondok itu adalah sebuah pondok yang didirikan oleh mereka yang membutuhkannya, yaitu para pemburu dan para nelayan yang kemalaman di daerah ini dan menggunakan pondok itu sebagai tempat melewatkan malam. Sebuah pondok kayu dan bambu sederhana, akan tetapi lantainya bersih dan terdapat banyak jerami kering.
"Rebahkan dia di sini" kata Lan Lan menunjuk ke tengah ruangan yang penuh jerami.
Ma Goat dengan hati-hati sekali merebahkan Han Sin di atas jerami dan ia memandang penuh perhatian ketika Lan Lan mulai melakukan pemeriksaan. menekan nadi, dada dan leher Han Sin, kemudian ia menoleh kepada Ma Goat "Coba ceritakan, apa yang telah terjadi padanya agar aku dapat menentukan obatnya"
Ma Goat berkata dengan harap-harap cemas "Dia terkena pukulan ayahku, yaitu pukulan tangan halilintar yang panas. Akan tetapi dia pada saat yang sama juga terkena pukulan See-Thian-Mo. Dalam keadaan panas dingin dia kubawa ke sini dan tadi sudah ku obati dengan obat penangkal racun akibat pukulan halilintar. Panasnya memang hilang, akan tetapi tubuhnya menjadi dingin seperti es """
Lan Lan mengangguk-angguk "Dia terkena pukulan See-Thian-Mo? Hemm, aku pernah mendengar bahwa See-Thian-Mo memiliki ilmu pukulan Swat-ciang. Dia keracunan hawa dingin pukulan itu, kemudian dia minum obatmu. Obat itu melawan pengaruh pukulan halilintar, tentu mengandung hawa dingin pula. Maka, racun hawa dingin itu menjadi lipat ganda. Untung dia memiliki sinking yang kuat, kalau tidak, dia tentu sudah mati"
"Kau " kau tentu dapat mengobatinya dan menyembuhkannya, bukan?" Tanya Ma Goat.
"Jangan khawatir, akan ku coba" Lan Lan mengeluarkan bungkusan jarum-jarumnya dan segera minta kepada Ma Goat agar menanggalkan baju bagian atas pemuda itu, kemudian ia menancapkan jarum-jarumnya di beberapa jalan darah. Setelah itu, ia lalu menggunakan jari tangannya untuk menotok jalan darah di dada, pundak dan punggung, kemudian menempelkan tangan kirinya ke atas dada Han Sin dan menyalurkan tenaga sinkangnya.
Ma Goat memandang penuh perhatian dan alangkah girang hatinya melihat betapa perlahan-lahan wajah Han Sin menjadi normal kembali, warna pucat kebiruan itu lenyap dan terganti warna kemerahan. Pernapasan Han Sin juga tidak lemah seperti tadi. Kemudian terdengar dia mengeluh dan bergerak. Lan Lan menarik kembali tangannya, dan bangkit berdiri. Dahi dan lehernya yang putih basah oleh keringat. Ia menghapus keringat itu dengan ujung lengan bajunya lalu berkata lirih.
"Dia akan sembuh, racunnya sudah meninggalkan tubuhnya"
Ma Goat merasa girang sekali dan pada saat itu, Han Sin mengeluh lirih. Ma Goat cepat berlutut lagi dan ia melihat pemuda itu sudah membuka matanya dan mata itu di tujukan kepada gadis berpakaian putih yang telah menolongnya tadi.
"Lan-moi "" Han Sin berkata lemah dan mencoba hendak bangkit duduk, akan tetapi dia mengeluh dan roboh lelentang lagi, memejamkan mata karena merasa pening.
"Dia harus beristirahat sebentar dan jangan banyak bergerak dulu selama satu jam" kata Lan Lan.
Ma Goat segera bangkit berdiri dan memegang tangan Lan Lan, menariknya menjauhi Han Sin "Sobat yang baik, terima kasih banyak atas pertolonganmu ini. Siapakah namamu agar aku tidak akan melupakanmu. Aku sendiri bernama Ma Goat"
Kim Lan tersenyum "namaku Lan, she Kim. Panggil saja Lan Lan"
"Lan-Lan, aku sudah berterima kasih kepadamu, mudah-mudahan lain waktu aku dapat membalas kebaikanmu. Sekarang kuharap kau suka meninggalkan kami"
Sesaat pandang mata Lan Lan bertemu dengan pandang mata Ma Goat dan ia maklum. Gadis yang bersenjata suling ini tidak ingin Han Sin melihatnya kalau sudah sadar nanti.
Ia pun mengangguk sambil tersenyum, lalu meninggalkan tempat itu dengan langkah lembut seenaknya.
Ma Goat adalah seorang gadis yang sejak kecil hidup di tengah-tengah kekerasan kehidupan seorang datuk kangouw. Ia menjadi keras akan tetapi jujur mengeluarkan apa saja yang menjadi isi hatinya. Ia merasa khawatir setelah melihat betapa Lan Lan yang cantik jelita itu berhasil menyelamatkan Han Sin. Khawatir kalau Han Sin sadar lalu melihat Lan Lan akan jatuh hati kepada gadis cantik jelita itu. Maka terang-terangan ia minta agar Lan Lan meninggalkan tempat itu.
Akan tetapi ia tidak tahu bahwa tadi Han Sin sudah sadar dan membuka matanya dan dia mengenali Lan Lan. Bahkan ketika dia terpaksa memejamkan mata karena pening, telinganya dapat mendengar dan mengenal dengan baik suara Lan Lan. Diapun mendengar ucapan Lan Lan yang mengharuskan dia istirahat dulu dan jangan banyak bergerak, maka diapun merebahkan diri dan melemaskan seluruh urat syaraf di tubuhnya. Dia merasa tenang dannyaman. Setelah dia merasa kesehatannya telah pulih kembali, dibukanya matanya dan dia tidak merasa pening lagi. Dengan perlahan dia lalu bangkit duduk.
"Han Sin, jangan banyak bergerak dulu """ kata Ma Goat sambil mendekatinya dan memegang pundaknya "bagaimana rasanya sekarang? sudah baikkah?"
Akan tetapi Han Sin tidak menjawab melainkan memandang ke kanan kiri, mencari-cari. Dimana ia? Ma Goat, kemana perginya?"
Ma Goat mengerutkan alisnya "Siapa? Kau mencari siapa?"
"Lan-moi, kemana ia pergi?"
"Lan-moi siapa? Tidak ada siapa-siapa di sini kecuali aku dan kau, Han Sin" kata Ma Goat.
Han Sin sekali lagi memandang ke kanan kiri. Setelah melihat bahwa memang tidak ada Lan Lan di sekitar tempat itu, diapun bangkit dan berdiri. Dia menggerakkan kedua lengannya dan sudah merasa sehat.
"Ma Goat, harap jangan membohongi aku. Tadi aku melihat Lan Lan di sini, bahkan mendengar suaranya. Kemana ia pergi?" tanyanya sambil memandang tajam wajah gadis itu.
Ma Goat menjadi jengkel. Ia bersusah payah menolong Han Sin dan begitu sembuh pemuda itu menanyakan wanita lain "Sudah kukatakan tidak ada siapa-siapa selain aku dan kau. Tidak ada yang bernama Lan Lan"
"Hemmm, Ma Goat. Aku ingat bahwa aku telah terkena pukulan ayahmu dan See-Thian-Mo sehingga aku terluka parah. Kemudian kau membawaku ke sini. Akan tetapi siapa yang mengobatiku sampai sembuh?"
"Siapa lagi yang menyembuhkanmu kecuali aku? Aku yang telah mengobatimu, Han Sin. Dan aku yang membelamu, mencegah mereka membunuhmu. Lihat, ini botol obatku yang sudah habis kuminumkan padamu tadi"
Han Sin lalu mengangkat kedua tangan depan dada "Ma Goat, kau baik sekali kepadaku. Aku masih ingat betapa kau melawan ayahmu sendiri dan See-Thian-Mo untuk menyelamatkanku dan membawaku ke sini untuk mengobatiku. Aku mengucapkan terima kasih dan mudah-mudahan lain waktu aku akan dapat membalasmu. Sekarang aku hendak melanjutkan perjalanan"
"Kau hendak pergi meninggalkan aku? Tidak, Han Sin. Kalau kau pergi, kemanapun aku harus ikut denganmu" kata gadis itu dengan suara tegas.
Han Sin terkejut dan memandang heran. Sejenak pandang mata mereka bertemu, Han Sin penuh selidik dan gadis itu kukuh dan keras.
"Ma Goat, apa maksudmu? Tidak mungkin kau pergi mengikutiku"
"Kalau kau tidak mau membawaku, kaulah yang harus ikut dengan aku menghadap ayahku"
"Ehhh? Apa yang kau maksudkan? Aku tidak mengerti sikap dan ucapanmu ini"
"Maksudku sudah jelas. Kau harus mempunyai dua pilihan. Yang pertama, kau membawaku kemanapun kau pergi dan yang kedua, kalau kau tidak dapat membawaku, kau harus ikut aku menghadap ayah dan tinggal bersama ku di Kwi-san"
"Akan tetapi mengapa begitu? Apa artinya ini?" Han Sin benar-benar merasa terkejut, heran dan tidak mengerti.
"Artinya sudah jelas, Han Sin. Kau menjadi pilihan hatiku dan aku sudah memutuskan untuk memilihmu sebagai jodohku. Sekarang tinggal kau pilih. Hidup sebagai suamiku di Kwi-san, atau kau membawa aku kemanapun kau pergi. Aku akan menjadi pendampingmu yang setia selama hidupmu"
Han Sin terbelalak kaget dan mengamati wajah cantik itu penuh selidik. Teringatlah dia kepada Kui Ji, gadis dari keluarga gila itu. Apakah Ma Goat inipun gila seperti Kui Ji? Akan tetapi sikap dan kata-katanya tidak menunjukkan bahwa ia gila. Kemudian dia melihat kenyataannya yang menggelisahkan hatinya. Gadis ini tidak gila akan tetapi jatuh cinta kepadanya dan hendak memaksanya untuk menjadi suaminya. Sungguh suatu cara pemaksaan jodoh yang tidak banyak bedanya dengan cara yang di pakai si gadis gila Kui Ji.
"Menyesal sekali aku tidak dapat memenuhi permintaanmu, Ma Goat. Maafkan aku. Aku belum mempunyai keinginan untuk mengikatkan diri dengan perjodohan. Aku tidak mau tinggal di Kwi-san sebagai suamimu, juga tidak mau membawamu dalam perjalananku" katanya tegas.
Alis itu berkerut dan sepasang mata yang indah itu berkilat. Ma Goat menggerakkan tangannya dan suling hitamnya sudah dicabutnya dari ikat pinggang "Kalau begitu, terpaksa aku harus menawanmu, Han Sin" katanya sambil mengamangkan sulingnya "Kau sungguh tidak mengenal budi. Kau pernah menyelamatkan aku, sebaliknya aku pun sudah menyelamatkan nyawamu. Mengapa kau menolak keinginanku untuk hidup bersamamu?"
"Ma Goat, ketika aku menolongmu, sama sekali tidak ada pamrih dalam hatiku. Akan tetapi kau menolongku dengan pamrih mendapatkan imbalan yang tidak dapat aku memenuhinya"
"Sudahlah, kau harus menjadi suamiku, apapun yang terjadi" Gadis itu sudah menggerakkan sulingnya untuk menotok pundak Han Sin.
Akan tetapi Han Sin cepat mengelak. Ia tidak ingin berkelahi dengan gadis ini, apalagi tenaganya belum pulih seluruhnya, maka dia lalu mempergunakan ginkang untuk melompat jauh dari tempat itu lalu melarikan diri.
"Han Sin, tunggu. Jangan tinggalkan aku" Ma Goat berteriak lalu mengejar. Akan tetapi larinya kalah cepat dan sebentar saja ia sudah kehilangan bayangan Han Sin. Akhirnya ia berhenti dan membanting-banting kaki, kemudian ia berlari pulang sambil menangis di sepanjang jalan.
Pak-Te-Ong sedang bersama tamunya, See-Thian-Mo, dalam sebuah ruangan. Mereka berdua bercakap-cakap dengan rahasia, tidak seorangpun boleh ikut mendengarkan. Akan tetapi mendadak terdengar suara gaduh diluar pintu dan ketika mereka menengok, ternyata para anak buah Te-kwi-pai yang sedang berjaga diluar, roboh terpelanting. Dua orang kakek itu terkejut akan tetapi Pak-Te-Ong tersenyum lega ketika melihat bahwa yang mengamuk dan merobohkan para penjaga itu bukan lain adalah Ma Goat, puterinya. Kiranya Ma Goat mengamuk dan memukuli mereka ketika ia dilarang oleh para penjaga pada saat ia hendak memasuki ruangan itu.
Ma Goat berlari masuk ruangan itu dengan kedua mata merah, karena menangis, melihat ayahnya, ia lari menghampiri ayahnya.
"Ayah " Han Sin "" Ia menangis dalam rangkulan ayahnya. Sikapnya sungguh seperti seorang anak kecil yang manja sekali.
Pa-tek-ong tertawa dan menepuk-nepuk pundak puterinya "Ha-ha-ha, Goat-ji. Maksudmu Cian Han Sin itu telah mampus?"
"Ah, tidak, ayah. Dia tidak mati, dia melarikan diri. Ayah, carilah dia, tangkaplah dia untukku ""
"Apa? Dia tidak mati?" See-Thian-Mo yang bertanya ini sambil bangkit berdiri dari tempat duduknya. Dia terkejut dan saling pandang dengan Pak-Te-Ong.
"Tapi, dia telah terkena Tangan Halilintarku" kata Pak-Te-Ong.
"Aku telah memberinya obat penawarnya ayah" kata Ma Goat.
"Akan tetapi dia telah kupukul dengan Tangan Saljuku" kata pula See-Thian-Mo.
"Obat penawarku itu mengandung inti hawa dingin, maka tentu akan membuat akibat akibat pukulan Tangan Salju See-Thian-Mo lebih hebat lagi. Bagaimana dia dapat bertahan dan hidup?" Pak-Te-Ong bertanya heran.
"Mula-mula juga begitu, ayah. Setelah ku beri obat penawar, Han Sin terserang dingin dan aku kira dia telah mati. Akan tetapi lalu muncul seorang gadis, dan gadis cantik itulah yang telah mengobatinya hingga sembuh. Akan tetapi setelah sembuh dia pergi meninggalkan aku, ayah "
Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hemm, bukankah kau sendiri yang minta agar kami tidak mengganggunya dan membebaskannya? Setelah kini dia sembuh dan bebas pergi, mengapa kau rewel lagi?" Pak-Te-Ong menegur puterinya dengan heran.
"Ayah "" kata Ma Goat dan suaranya bernada manja sekali "Aku melarang dia di bunuh karena aku ingin melihat dia hidup di sampingku selamanya. Hatiku telah memilihnya sebagai jodohku dan dia """ dia lari meninggalkan aku """
"Apa?" kini mata Pak-Tek-Ong melotot "Dia berani menolakmu? Anakku, bawa anak buah dan carilah dia, tangkap dan seret ke sini. Dia harus mau menjadi suamimu kalau kau sudah memilihnya"
Dia bertepuk tangan sebagai isyarat memanggil para anak buahnya. Anak buah Tee-kwi-pai lari berdatangan dan Pak-Te-Ong memerintahkan duapuluh orang anak buah untuk membantu Ma Goat mencari Han Sin yang melarikan diri.
"Cepat kejar dia, anakku. Jangan sampai dia lari jauh dan lolos"
Ma Goat lalu berlari keluar, memberi isyarat kepada duapuluh orang itu dan segera mengikutinya. Setelah Ma Goat dan anak buahnya pergi, See-Thian-Mo tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha. Anaknya sama keras kepala dengan bapaknya. Kalau kau dapat memiliki mantu seperti pemuda tadi, Pak-Te-Ong, kedudukanmu tentu akan semakin kuat"
Pak-Te-Ong tertawa sambil mengelus jenggotnya dan mengangguk-angguk "Mudah-mudahan Goat-ji dapat menangkapnya. sekarang marilah kita lanjutkan percakapan kita tadi. Aku amat tertarik, See-Thian-Mo"
Dua orang kakek itu masuk kembali ke dalam rumah dan melanjutkan percakapan mereka yang tadi terputus. Mereka duduk berhadapan dalam ruangan tertutup itu.
"See-Thian-Mo, coba jelaskan lagi, tugas rahasia apakah yang di berikan oleh Lui ciangkun untuk kita?" Tanya Pak-Te-Ong "Kau tadi mengatakan bahwa kita harus membunuh Kaisar Yang Ti?"
"Benar, Pak-Te-Ong. Kita di tugaskan membunuh Kaisar Yang Ti dan sebagai imbalannya kalau kita berhasil, dia akan memberi seribu tail emas dan mengusahakan agar kita berdua menjadi pimpinan di dunia kang-ouw"
"Hemm, imbalan yang amat menarik. Akan tetapi, pekerjaan itupun amat sukar, bahkan aku anggap tidak mungkin di lakukan. Kaisar berada di istana yang terjaga oleh pasukan pengawal dengan ketat, bahkan di istana terdapat jagoan-jagoan istana yang berilmu tinggi.
Bagaimana mungkin kita berdua melaksanakan tugas itu? Seperti memasuki lautan api. Jangankan berhasil, kita berdua bahkan akan terbakar hangus"
"Ah, Pak-Tek-Ong, kalau seperti yang kau sangka itu, aku sendiri tentu tidak akan mau menyanggupi, akan tetapi ketahuilah bahwa Kaisar yang Ti dalam bulan depan akan memimpin pasukan sendiri melakukan pembersihan dan penyerangan ke daerah utara. Terbuka kesempatan baik bagi kita untuk turun tangan. Ketika Kaisar Yang Ti sedang memimpin pasukannya, kita membawa anak buah menyamar dengan pakaian pasukan Sui, menyusup mendekati Kaisar dan dengan mudah akan membunuhnya"
Pak-Te-Ong mengangguk-angguk "Hemm, kalau demikian halnya menjadi lain lagi dan siasat itu baik sekali. Akan tetapi aku merasa heran. Bukankah Lui-ciangkun kini telah memperoleh kedudukan baik sebagai seorang panglima besar? Kenapa dia menghendaki kematian Kaisar Yang Ti?"
"Sebabnya mudah di duga, Pak-Tek-Ong. Dia amat membenci Kaisar dan dia pula yang banyak membantu sehingga kaisar terjerumus ke dalam keadaan yang sekarang, berfoya-foya menghamburkan uang Negara. Semua itu masih belum memuaskan hati Luiw Couw. Dia menghendaki Kaisar itu mati"
"Akan tetapi, mengapa dia demikian membenci Kaisar?"
"Sederhana saja, Dendam sakit hati. Ketahuilah bahwa Lui Couw itu adalah putera mendiang Toat Beng Giam Ong"
"Ahhh. Kok-su dari Kerajaan To-ba yang di jatuhkan oleh Kerajaan Sui?" Tanya Pak-Te-Ong.
"Benar, karena itu Lui-ciangkun memiliki banyak peninggalan ayahnya berupa harta benda yang berhasil di selamatkan, juga warisan ilmu silatnya sehingga dia dapat memperoleh kedudukan tinggi sebagai panglima besar. Dalam usahanya membunuh kaisar, bukan semata untuk membalas dendam. Akan tetapi juga demi masa depannya. Dia sudah mencalonkan pangeran yang akan mendukungnya menggantikan kedudukan kaisar sehingga dia akan dapat menguasai kaisar baru dan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Dan dia tentu tidak akan melupakan jasa kita, Pak-Te-Ong"
"Baik, See-Thian-Mo, akan ku pertimbangkan penawaran Lui-ciangkun itu. Akan tetapi aku akan mengurus lebih dahulu puteriku yang manja itu. Mudah-mudahan ia telah berhasil menangkap calon mantuku, ha-ha-ha"
See-Thian-Mo lalu berpamit setelah berjanji akan mengadakan pertemuan lagi untuk mendengar kepastian jawaban ketua Te-kwi-pai itu.
***
"Cepat, hayo kalian berlari lebih cepat" teriak Ma Goat kepada anak buahnya. Tentu saja para anggota Te-kwi-pai terengah-engah mengejar, karena ilmu berlari cepat Ma Goat tidak mungkin dapat mereka tandingi. Biarpun mereka sudah berlari secepatnya, tetap saja mereka tertinggal jauh sehingga terpaksa Ma Goat menghentikan larinya dan beberapa kali menanti sampai mereka datang dekat.
Mereka telah melakukan pengejaran sampai jauh namun belum juga berhasil menemukan orang yang di cari, yaitu Han Sin. Ma Goat sudah menjadi jengkel sekali dan hampir putus asa ketika tiba-tiba ia melihat seorang wanita berpakaian serba putih berjalan seorang diri di sebelah depan. ia mengerutkan alisnya dan teringat akan gadis berpakaian serba putih yang telah mengobati dan menyembuhkan Han Sin. Cepat ia melakukan pengejaran dan setelah wanita baju putih itu tinggal belasan meter di depannya, Ma Goat lalu menggunakan ginkang (ilmu meringankan tubuh) meloncat tinggi melampaui kepala wanita itu dan turun berjungkir balik di depannya. Ia melihat bahwa benar dugaannya, wanita itu bukan lain adalah Kim Lan, gadis yang telah mengobati Han Sin. Kim Lan atau lan Lan sendiri tersenyum ketika melihat Ma Goat. Dara berpakaian putih ini memang selalu tenang dan ia tidak terkejut atau heran melihat Ma Goat muncul begitu saja, meloncat turun dari udara.
Akan tetapi Ma Goat sudah memandang dengan muka merah dan hati panas. Teringat ia betapa Han Sin menyebut-nyebut nama gadis ini ketika siuman dari pingsannya, mencari "Lan-moi"
"Lan-Lan" bentak Ma Goat "Hayo katakan dimana kau menyembunyikan Han Sin" Ia mengangkat sulingnya dengan sikap penuh ancaman.
Lan-Lan memandang dengan sinar mata heran dan mulut tersenyum sabar "Ma Goat, apa yang kau maksudkan dengan pertanyaan itu? Aku tidak menyembunyikan Han Sin atau siapapun. Bukankah ketika itu dia bersamamu?"
"Katakan dimana dia atau kubunuh kau" kembali Ma Goat yang sudah marah karena cemburu itu membentak, sementara itu duapuluh orang anak buah Te-kwi-pai sudah tiba di situ pula dan mengepung Lan Lan. Gadis itu masih saja bersikap tenang seperti biasa. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun, maka orang yang merasa dirinya bersih selalu tenang.
"Ma Goat, tenangkanlah hatimu. Sejak aku meninggalkan kau dan Han Sin, aku tidak melihatnya lagi"
Akan tetapi Ma Goat sudah membenci dara baju putih itu karena cemburu, maka baik Lan Lan mengetahui dimana adanya Han Sin atau tidak, tidak ada bedanya baginya. Lan Lan harus di bunuhnya untuk melampiaskan cemburu dan kebenciannya" mampuslah" bentaknya dan sulingnya sudah menyambar bagaikan kilat kearah leher Lan Lan yang putih mulus itu. Serangan ini hebat sekali. Karena kehebatan dan keganasan sulingnya Ma Goat sampai di juluki Suling Maut. Sulingnya memang ganas sekali dan biasanya jarang ada lawan yang mampu terhindar dari serangan suling mautnya.
Namun ternyata Lan Lan bukan seorang gadis yang lemah, biarpun nampaknya ia lemah lembut. Dengan gerakan indah dan halus sekali ia dapat mengelak dari serangan suling maut itu. Ia menarik tubuh bagian atas ke belakang dan ketika suling it uterus menyambarnya dengan serangan berikutnya, yaitu menotok kearah dadanya, iapun melompat ke samping sejauh dua meter sehingga totokan itupun luput.
"Ma Goat, tahan dulu. Apa kesalahanku kepadamu maka kau hendak membunuhku? Jelaskan dulu agar andaikata kau dapat membunuhku, aku dapat mati dengan mata terpejam"
Ma Goat menudingkan sulingnya dan tanpa malu-malu lagi diapun berkata ketus "Han Sin lari meninggalkan aku. Ketika siuman dari pingsan, ia menyebut-nyebut namamu, maka tentu kau hendak merebut dia dari tanganku. Kau yang menyembunyikannya"
Wajah Lan Lan berubah kemerahan. Andaikata benar hatinya tertarik dan merasa suka kepada Han Sin, ia tidak mungkin akan merebut seorang laki-laki dari tangan gadis lain. Dengan suara penuh kesabaran iapun berkata "Ma Goat, aku tidak menyembunyikannya dan juga tidak tahu dia berada dimana. Kalau aku bertemu dengan dia akan kuberitahukan padanya bahwa kau mencarinya. Akan tetapi dengar nasehatku. Ma Goat, cinta tidak mungkin dapat dipaksakan. kalau dia tidak mencintaimu, sebaiknya kalau dia pergi karena kalau kau memaksanya, kelak kau hanya akan menderita kekecewaan dan kesengsaraan"
"Persetan dengan nasehatmu. Aku menginginkan dia dan tidak ada seorangpun manusia boleh menghalangiku" Dan Ma Goat sudah menyerang lagi dengan lebih hebat. Bahkan kini tangan kirinya memukul dengan telapak tangan terbuka dan hawa panas menyambar kearah tubuh Lan Lan. Itulah pukulan Tian-Ciang (Tangan Halilintar) yang sangat ampuh. Lan Lan mengenal pukulan ampuh dan iapun mengelak ke samping dan tiba-tiba kakinya mencuat dengan tendangan memutar. Ia harus membalas serangan lawan kalau tidak ingin terdesak. Ma Goat juga dapat menghindarkan diri dari tendangan itu dan terjadilah pertandingan yang seru dan mati-matian karena agaknya Ma Goat berusaha benar untuk membunuh Lan Lan.
Sungguh tidak di sangka-sangka oleh Ma Goat sendiri bahwa dara berpakaian putih yang pandai ilmu pengobatan itu ternyata memiliki kepandaian silat yang tinggi pula. Buktinya Lan Lan mampu menandinginya bahkan sama sekali tidak dapat ia mendesaknya. Hal ini memang tidak mengherankan. Lan Lan adalah murid terkasih dari Thian Ho Hwesio yang berjuluk Siauw Bin Yok Sian (Dewa Obat Muka Tertawa), seorang kakek sakti yang dikenal semua datuk di dunia persilatan sebagai seorang yang pandai ilmu silat dan ilmu pengobatan. Thian Ho Hwesio amat syang kepada Lan Lan, maka diapun mewariskan semua ilmu silat dan ilmu pengobatannya kepada gadis ini. Dan Lan Lan sendiri memiliki otak yang cerdik dan juga amat berbakat, maka ia kini menjadi seorang gadis yang lihai sekali, walaupun ia tidak pernah memperlihatkannya karena ia lebih senang mempraktekkan kepandaiannya dalam hal pengobatan untuk menolong orang ketimbang mempraktekkan silatnya untuk berkelahi.
Setelah tigapuluh jurus lebih lewat tanpa dapat mendesak Lan Lan, Ma Goat menjadi marah dan ia berseru kepada anak buah Te-kwi-pai untuki mengeroyok. Majulah mereka semua dan duapuluh orang anak buah itupun menggerakkan senjata mereka mengeroyok Lan Lan. Gadis ini diam-diam terkejut. Tak di sangkanya bahwa Ma Goat demikian bernafsu untuk membunuhnya sehingga tak malu untuk melakukan pengeroyokan. Ia tahu bahwa semua ini adalah gara-gara cinta gadis liar itu kepada Han Sin. Ia menggerakkan tubuhnya berkelebatan diantara para pengeroyoknya untuk melepaskan diri dari kepungan dan kalau mungkin melarikan diri. Akan tetapi pengeroyokan itu ketat sekali sehingga Lan Lan berada dalam keadaan gawat. Terutama sekali serangan Ma Goat yang selalu mengancam nyawanya.
Dalam keadaan yang gawat itu, tiba-tiba para pengeroyok manjadi kacau ketika datang seorang yang menerjang mareka dari luar. Beberapa orang roboh oleh terjangan ini dan muncullah seorang pemuda tampan yang mengamuk dengan sepotong tongkat dari ranting pohon itu. Biarpun senjatanya hanya sepotong tongkat kayu, namun pemuda tampan itu hebat sekali gerakannya.
Ketika melihat pemuda tampan ini, Lan Lan merasa gembira sekali. Biarpun pemuda itu kini sudah mengenakan pakaian yang bagus seperti pakaian seorang sastrawan muda yang terbuat dari sutera halus dan mahal, namun ia masih dapat mengenalnya sebagai pemuda yang dulu berpakaian seperti seorang pengemis dan yang bersamanya menolong Han Sin dari tangan keluarga gila.
Melihat betapa Cu Sian, pemuda tampan itu, mengamuk dan merobohkan banyak pengeroyok, Lan Lan khawatir kalau-kalau akan banyak orang dibunuhnya, maka ia lalu bergerak mendekati dan berseru "Sobat, tidak perlu melayani mereka. Bantulah aku lolos dari kepungan ini"
Mendengar ucapan ini, Cu Sian menjawab "Baiklah" Dia tidak tahu urusannya yang terjadi antara Lan Lan dan para pengeroyoknya itu, dan diapun melihat betapa lihainya gadis yang memegang lihainya gadis yang memegang suling, yang agaknya menjadi pemimpin para pengeroyok. Dia membantu Lan Lan hanya karena sudah pernah bertemu dan bekerjasama menolong Han Sin. Maka diapun memutar tongkatnya dan membantu Lan Lan untuk lolos dari kepungan dan tak lama kemudian mereka berdua sudah melarikan diri dengan cepat.
Ma Goat marah sekali. Ia membanting-banting kakinya dan memaki-maki para anak buah Te-kwi-pai karena tidak berhasil membunuh Lan Lan. Ia maklum bahwa mengejar kedua orang itu tidak ada gunanya. Anak buahnya pasti tidak akan mampu menyusul. Hanya ia yang dapat menandingi ilmu berlari cepat kedua orang itu, akan tetapi ia seorang diri tidak mungkin menang menghadapi kedua orang itu, karena pemuda remaja tadipun amat lihai. Dengan wajah murung iapun meninggalkan tempat itu bersama anak buahnya.
***
Mereka berdua mepergunakan ilmu berlari cepat dan seperti dulu, ketika mereka pada malam hari di atas kuil Hwa-li-pang saling berkejaran mengadu ginkang, kini mereka seolah berlumba lari untuk mengetahui siapa diantara mereka yang lebih cepat larinya.
Sampai jauh mereka berlari dan ternyata mereka memiliki ilmu berlari cepat yang seimbang tingkatnya. Akhirnya Cu Sian berhenti di dalam sebuah hutan dan dia agak terengah. Dia berhenti memandang Lan Lan dan pernapasannya biasa saja. Maka dengan terkejut Cu Sian diam-diam harus mengakui bahwa dia masih kalah setingkat.
"Hemmm, kau enci " eh " siapa lagi namamu?"
Lan Lan tersenyum "Namaku Kim Lan, panggil saja Lan Lan"
"Dan aku Cu Sian, kau masih ingat kepadaku, enci Lan?"
Lan Lan tersenyum ramah "Tentu saja aku masih ingat kepadamu, biarpun kini kau menjadi seorang kong-cu yang kaya raya dan dahulu kau seorang jembel muda yang nakal"
Keduanya tertawa dan Cu Sian merasa suka sekali kepada gadis berpakaian putih yang lembut ini "Akupun mengenalmu. Mudah saja ingat kembali kepada gadis berpakaian putih yang cantik jelita seperti bidadari, lihai dalam ilmu pengobatan dan juga ilmu silat"
"Hai, perayu benar kau" cela Lan Lan sambil tersenyum polos. Ia tidak merasa tersipu mendengar pujian muluk ini dari mulut seorang pemuda tampan, karena pandang mata yang tajam dari Lan Lan sudah membuat ia menyadari bahwa pemuda tampan ini adalah seorang gadis yang nakal dan suka menggoda orang.
Cu Sian tertawa senang "Begitu melihat kau di keroyok, aku langsung turun tangan membantumu. Eh, enci Lan, kenapa sih kau dikeroyok begitu banyaknya orang? Siapakah mereka dan siapa pula gadis memegang suling yang galak tadi?"
"Panjang ceritanya, Cu Sian. Mari kita mencari tempat yang bersih untuk duduk dan bicara" Mereka lalu mencari tempat yang bersih di dekat sebuah anak sungai dimana terdapat batu-batu besar yang bersih. Mereka duduk di atas batu yang rata dan bercakap-cakap dengan santai.
"Nah, sekarang berceritalah, encu Lan. Aku menyebutmu enci karena usia kita tentu sebaya"
"Boleh saja. Dan apakah aku harus menyebut koko (kanda) kepadamu?"
Cu Sian tertawa "Sebut saja namaku, itu lebih akrab. Nah, lanjutkan ceritamu, enci Lan"
"Tadi pagi secara kebetulan aku melihat Han Sin """
"Ah, benarkah? Dimana dia? Apa yang dikerjakan dan dimana dia sekarang?"
Melihat Cu Sian memberondongnya dengan pertanyaan tentang Han Sin, Kim Lan tertawa, akan tetapi didalam hatinya ia mencatat bahwa gadis yang menyamar pria ini agaknya menaruh banyak perhatian terhadap pemuda itu.
"Dengarkan dulu ceritaku, Cu Sian. Aku melihat Han Sin bersama seorang gadis di tepi sungai. Akan tetapi aku lihat Han Sin dalam keadaan sekarat, keracunan pukulan ampuh"
"Wah, celaka. Lalu ". Lalu bagaimana?"
"Aku menawarkan bantuan kepada gadis itu untuk mengobati Han Sin. Dan kebetulan aku mengenal hawa beracun yang menyebabkan dia sekarat itu. Aku berhasil menyembuhkannya dan sebelum Han Sin sadar, aku sudah meninggalkan mereka. Akan tetapi, tiba-tiba tadi muncul gadis yang bersama Han Sin itu, bersama anak buahnya dan ia menuduh aku melarikan dan menyembunyikan Han Sin. Tentu saja aku menyangkal karena sesudah mengobatinya, aku lalu meninggalkan mereka dan tidak bertemu lagi dengan Han Sin. gadis itu tidak percaya, bahkan lalu menyerangku dan mengeroyokku bersama anak buahnya. Untung kau datang membantuku kalau tidak tentu aku celaka karena gadis itu lihai bukan main"
"Hemmm, aneh. Siapakah gadis itu dan mengapa pula ia mencari Han Sin kalau kau meninggalkan Han Sin bersamanya?"
"Namanya Ma Goat, demikian menurut pengakuannya. Dan karena ayahnya ahli ilmu pukulan Tangan Halilintar, aku ingat bahwa yang memiliki ilmu itu adalah datuk Pak-Te-Ong Ma Giok. jadi ia tentu puteri Pak-Te-Ong. Akan tetapi menurut penuturannya, Han Sin menderita karena pukulan Tangan Halilintar ayahnya, kemudian juga terkena pukulan Tangan Salju dari See-Thian-Mo. Agaknya melihat Han Sin menjadi korban kedua pukulan itu, Ma Goat lalu menolongnya, akan tetapi, ia hanya dapat mengobati akibat pukulan Tangan Halilintar, tidak mampu mengobati bekas Tangan Salju. Dan aku tidak tahu apa hubungan gadis itu dengan Han Sin"
Cu Sian mengerutkan alisnya dan merenung, lalu bicara kepada diri sendiri "Ma Goat itu membela dan menolong Han Sin, biarpun agaknya Han Sin dimusuhi ayahnya. Agaknya Han Sin meninggalkannya dan ia mencari-carinya. Tak salah lagi, tentu gadis liar itu jatuh cinta kepada Han Sin" Ketika mengucapkan kalimat terakhir itu ia menoleh dan memandang wajah Lan Lan.
Lan Lan tersenyum melihat Cu Sian mengerutkan alisnya dan pandang matanya demikian serius "Mungkin benar dugaanmu itu" katanya.
"Tentu saja benar. Gadis liar itu telah menolong Han Sin, kenapa kemudian ia lalu mencarinya? Tentu ia telah jatuh cinta dan ingin memiliki Han Sin. Akan tetapi "" ia lalu bicara lirih lagi sambil mengingat-ingat "kenapa ia ingin membunuhmu, kenapa ia menduga kau melarikan dan menyembunyikan Han Sin?" Dia diam sebentar dan mengelus dagunya yang halus tanpa selembarpun jenggot, kemudian tiba-tiba ia memandang lagi kepada Lan Lan dan berkata "Ah, tentu saja. Ia mengira bahwa kau juga mencinta Han Sin. Ia ingin membunuhmu karena cemburu"
"Hemmmm " " Lan Lan hanya mengguman biarpun didalam hatinya ia membenarkan pula dugaan Cu Sian yang cerdik itu.
Asmara Si Pedang Tumpul Eps 8 Si Bayangan Iblis Eps 11 Sepasang Naga Lembah Iblis Eps 1