Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Selatan 22

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 22


diri berlutut di depan kaki Pangeran Panjirawit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itupun tersedu dan mengangkat bangun tubuh
Endang Patibroto, merangkulnya erat- erat tak hendak
dilepaskannya lag i.
"Endang, tak boleh
kau meninggalkan aku
lagi......." bisiknya.
"Tapi, gusti......."
"Husshhh, aku bukan
gustimu, aku kekasihmu, calon suamimu......."
"Tapi.....
tapi aku....... seorang yang..." Pangeran Panjirawit
menutup mulut itu dengan sebuah ciuman
mesra. "Engkau seorang dewi, dewiku. Engkau akan menjadi
isteriku "
"Akan tetapi aku tidak mau hidup di istana, tak mau terlibat
dalam perang dan pertandingan..."
"Takkan ada perang, takkan ada pertandingan, dan aku
sendiripun sudah mdndapat ijin dari ramanda prabu untuk
tinggal di luar istana, me mbentuk keluarga bersa ma mu.
Perang sudah berakhir, yang ada hanya da mai dan tenteram.
Jangan khawatir, jiwaku, engkau takkan bertanding lagi.
Engkau akan mengganti keris dengan pisau..."
"Pisau..?"
"Ya, pisau dapur karena engkau harus pandai masak
untukku, untuk kita, untuk anak-anak kita." Pangeran itu
tersenyum. "Endang, jiwaku, kekasihku, mari kita pulang......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pulang...?"
"Ya, pulang ke rumah kita, sayang. Mempersiapkan upacara
pernikahan. Kita undang mereka se mua. Ibumupun sudah
siap. Kita undang mereka se mua agar mereka dapat
menyaksikan dan ikut berge mbira. Bukankah kau bahagia,
Endang?" "Aku.. aku... ahhhhh... " Gadis itu menang is tersedu-sedu
dalam pe lukan Pangeran Panjiraw it yang me mbiarkannya
menang is untuk menguras habis semua kepahitan dan
kedukaaan hati. Kalau kepahitan sudah dikuras oleh tangis,
maka tangis itu akan berubah menjad i tangis bahagia.
Sementara itu, omba k badai Laut Selatan mulai mereda.
Tiada keadaan yang tak berubah di dunia ini. Badai akan
mereda, hujan akan berhenti, tangispun a kan berhenti dan
menga lah, me mberikan kese mpatan kepada tawa. Yang gelap
terganti terang, mendung mer ijadi cerah, tangis menjad i tawa
dan duka berganti suka. Tiada yang langgeng di dalam
kehidupan ini, se mua akan berubah, berubah dan berubah
lagi. Berubahkah se mua itu" Sesungguhnyalah, na mun
perubahan itu me mang wajar, sudah se mestinya, dan wajar
inilah langgeng.
Sampa i di sini, habislah sudah cerita BADAI LAUT SELATAN
ini disertai sala m pengarang untuk para pembaca dan harapan
semoga ceritera ini men gandung manfaat bagi pembacanya
dan me menuhi tugasnya sebagai bacaan hiburan yang sehat.
Sampa i jumpa di lain ceritera!
TAMAT Solo, medio Nopember 1969.
o)O---dw---O(o Ilmu Ulat Sutera 4 Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Pukulan Naga Sakti 16

Cari Blog Ini