Ceritasilat Novel Online

Badai Awan Angin 28

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 28


"Hai bocah, apa kau masih mau mengejarku lagi?" ejek Chu Kiu Sek.
"Jika kau berani, lepaskan dia! Mari kita bertarung satu lawan satu!" tantang Kok Siauw Hong yang mulai geram.
"Kita bertarung sampai ada salah satu yang mati!"
"Baik, di sana ada tanah lapang. Akan kubebaskan dia di sana, apa kau berani ke sana?" kata Chu Kiu Sek. Saat itu matahari pagi sudah tampak di sebelah timur. Hawa pagi yang segar membuat tubuh mereka nyaman sekali. Saat itu Chu Kiu Sek yang merasa sebagian besar tenaganya sudah pulih, merasa yakin sanggup menangkap pemuda itu.
1994 "Kok Toa-ko, jangan ladeni dia! Dia bukan lawanmu!"
kata nona Bong. "Tak apa akan kuhadapi dia! Aku tak mau meninggalkanmu di sini!" kata Kok Siauw Hong.
"Ternyata kau benar-benar pemuda yang setia dan berbudi," kata Chu Kiu Sek. "Mari ikut aku! Jika kau mampu menahan sepuluh seranganku kalian akan kubebaskan!"
Sambil bicara Chu Kiu Sek berlari-lari di atas tegalan.
Mendadak dia berhenti berlari saat melihat seorang pengemis tua tidur seenaknya merintangi jalan mereka.
Jalan itu sangat sempit, pengemis tua itu sedang tidur memakai bantal sebuah tempat arak besar berwarna merah.
Saat mereka sampai pengemis itu sedang melintang di tengah jalan sambil mendengkur. Mereka lihat pengemis itu dalam bahaya. Jika si pengemis tua itu membalikkan tubuhnyya, maka dia akan tergelincir ke dalam jurang.
Chu Kiu Sek orang Kang-ouw sudah kawakan, segera dia tahu si pengemis tua pasti orang gagah. Tapi karena sedang berlari kencang di sebuah tanjakan yang berbelok tajam, ditambah terhalang oleh pengemis tua itu. Untuk menahan langkahnya sudah tidak sempat lagi! Secepat kilat Chu Kiu Sek dengan tidak mempedulikan siapa pengemis tua itu, menendang orang itu ke jurang. Di luar dugaan sebelum kaki Chu Kiu Sek terangkat, tiba-tiba pengemis tua itu bangkit dan duduk. Dia cengkram kaki lawan dengan tangannya.
"Kurang ajar! Kau mau membunuhku, ya?" kata si pengemis.
Cengkraman itu mengarah ke jalan darah di tungkai kaki Chu Kiu Sek, untung tenaga Chu Kiu Sek sudah pulih.
1995 Pada detik yang sangat berbahaya itu dia mampu menghindari cengkraman itu.
"Kenapa kau halangi jalanku" Padahal kita tidak pernah bermusuhan, silakan minggir dulu!" kata Chu Kiu Sek.
"Bedebah!" bentak pengemis tua itu. "Memang ini tempatmu" Aku sedang tidur nyenyak, kenapa kau ganggu mimpi indahku" Kau harus ganti rugi padaku! Jika tidak jangan harap kau bisa pergi dari sini!"
Kemdian dia angkat tempat araknya, dia hantam Chu Kiu Sek sekuatnya. Terpaksa Chu Kiu Sek menangkis dengan telapak tangannya. Tenaga pukulan Chu Kiu Sek yang kuat itu, biasanya bisa menghancurkan batu besar.
Tapi aneh, saat beradu dengan tempat arak lawan, tangan Chu Kiu Sek kesakitan. Cepat luar biasa tahu-tahu si pengemis tua melompat, salah satu kakinya melayang.
"Plaak!" Pantat Chu Kiu Sek tertendang oleh si pengemis. Karena serangan si pengemis tua agak aneh hingga membuat Chu Kiu Sek panik seperti orang kebakaran jenggot. Agar tak bisa diserang dan dikalahkan lawan, tanpa pikir Chu Kiu Sek melemparkan nona Biauw itu. Saat itu Kok Siauw Hong tiba di atas tanjakan. Dia sempat melihat Bong Say Hoa dilemparkan oleh Chu Kiu Sek ke arah jurang. Kok Siauw Hong kaget, kebetulan dia berada jauh dari tempat jatuhnya nona itu. Jika dia mau menolongnya pun tak mungkin terjangkau. Jika nona itu jatuh ke jurang, niscaya dia akan mati konyol. Belum hilang kaget Kok Siauw Hong, tiba-tiba dari arah jatuhnya nona Biauw itu, melompat seseorang. Orang itu berhasil menangkap tubuh nona Bong sehingga tidak jatuh ke jurang.
Sang penolong ternyata seorang pemuda bertubuh kekar, dia berpakaian kulit binatang. Setelah tubuh Bong Say Hoa 1996
dia tangkap, dan sampai di atas, dia meletakan tubuh nona Bong di tanah. Bahu si nona dia tepuk perlahan sambil berkata, "Jangan kuatir, nona Bong! Bangunlah!"
Setelah agak tenang Kok Siauw Hong mengawasi orang itu dan mengenali pemuda itu. Dia murid Thio Thay Thian yang dulu bisu, dia heran bagaimana sekarang si bisu itu bisa bicara"
Di bagian lain si pengemis sedang bertarung melawan Chu Kiu Sek. Memang pengemis itu Thio Thay Thian adanya. Melihat hal itu Kok Siauw Hong girang, karena dia yakin pengemis itu pasti mampu mengatasi Chu Kiu Sek.
Berbagai kepandaian Chu Kiu Sek sudah dikerahkan, hingga pertarungan tampak semakin hebat saja. Sekalipun mereka berada di tempat jauh, saat itu Kok Siauw Hong merasakan hawa dingin menyerangnya.
"Dasar manusia tak berperasaan! Padahal sudah tahu aku si pengemis miskin berpakaian rombeng dan tipis, malah kau tega membuat aku kedinginan! Ah, kalau begitu aku harus minum arak dulu agar tubuhku hangat!" kata Thio Thay Thian sambil tertawa.
Chu Kiu Sek tak menghiraukan ocehan si pengemis. Dia menyerang dengan hebat. Sayang si pengemis gesit, sambil
mengelak dia mengambil tongkat bambunya.
"Anjing galak harus dipukul dengan tongkat pemukul anjing
(Ta-kauw-pang)!" kata si pengemis.
Sekali bergerak, serentak bayangan pentungan itu berubah seperti sepuluh buah jumlahnya. Kesepuluh tongkat itu seolah semuanya menghantam dari berbagai 1997
arah ke tubuh Chu Kiu Sek. Bukan main kagetnya Cu Kiu Sek mendapat serangan itu. Dia tidak berani menyerang lagi, terpaksa menarik serangannya
sambil bertahan. Thio Thay Thian pun tidak menyerang terus. Malah dia angkat tempat araknya dan meneguk isinya dengan santai.
"Oh, arak yang enak. Dengan arak ini aku si pengemis jadi tambah bersemangat! Tahukah kau, arak ini enak sekali! Apa kau ingin mencobanya?"
Chu Kiu Sek diam saja. Tiba-tiba dia menyerang sebanyak tiga kali ke arah si pengemis. Sambil mengerutkan kening si pengemis berkata, "Hai, aku ingin memberimu arak, kau malah bersikap tidak sopan padaku! Kalau begitu akan kupaksa kau minum arak ini!"
Sesudah itu mendadak Thio Thay Thian menyemburkan arak dari mulutnya. Seketika itu arak menyembur keras ke arah wajah Chu Kiu Sek yang segera memejamkan matanya sambil melindungi mukanya dengan kedua tangannya. Sambaran arak dari mulut si pengemis tua menghantam bagaikan semburan air deras. Arak itu mengenai muka, tubuh dan tangan Chu Kiu Sek sehingga dia kesakitan! Untuk menghindari serangan susulan dari lawan, Chu Kiu Sek melompat mundur, lompatannya malah ke tepi jurang!
Saat Chu Kiu Sek memeriksa bagian tubuhnya yang terasa pedih, dia lihat pakaiannya sudah penuh lubang oleh serangan arak itu. Bukan main kagetnya Chu Kiu Sek.
"Entah dari mana dia" Dia begitu lihay bukan tandinganku!" pikir Chu Kiu Sek.
1998 Oleh karena tak sanggup melawan lagi, Chu Kiu Sek berniat kabur. Sayang lawannya tahu apa yang akan dilakukan oleh Chu Kiu Sek yang licik ini. Dia sangkutkan tempat araknya di pinggangnya, lalu berkata sambil tertawa.
"Kau mau pergi, kan" Ini salahmu, kenapa aku sedang enak tidur kau ganggu aku" Sekarang sudah terlambat, ayo kita teruskan bertarung lagi!" kata Thio Thay Thian.
Tiba-tiba si pengemis tua menggerakkan tongkat bambunya lalu menyerang Chu Kiu Sek dengan hebat.
Serangan ini membuat Chu Kiu Sek kewalahan hingga dia mencoba bertahan semampunya.
Melihat si pengemis tua mampu mengungguli lawannya justru Kok Siauw Hong mencemaskan keadaan nona Bong.
Dia menghampirinya. Ketika itu nona Bong sudah sadar dari kaget dan pingsannya. Saat si nona membuka matanya, dia merasakan dirinya berada di pangkuan seseorang.
Wajah nona ini berubah merah, dia ingin berontak tapi tubuhnya lemah.
"Tenang... jangan bergerak, akan kubuka dulu jalan darahmu yang tertotok!" kata pemuda itu.
Tadi saat dicengkram Bong Say Hoa tertotok oleh Chu Kiu Sek, sekalipun pemuda itu tahu ilmu totok, tapi untuk membuka totokan Chu Kiu Sek jelas tidak mudah baginya.
Pemuda yang menolongi nona Bong itu dibesarkan di pegunungan, tak heran jika dia tidak tahu larangan bersentuhan dengan anak gadis. Untuk membebaskan totokan itu, dia meraba-raba seluruh tubuh nona Bong.
Sebaliknya Bong Say Hoa pun tidak mengerti soal itu, dan memang tidak terlalu peduli hubungan lelaki dan perempuan.
1999 Tetapi saat tubuhnya diraba-raba oleh pemuda itu, mau tak mau malu juga dia! Wajahnya berubah merah. Berada dalam pangkuan pemuda itu dia agak tenang. Sesudah agak lama baru pemuda itu berhasil menolongi nona Bong. Saat Bong Say Hoa terbebas dari totokan, dia lihat Kok Siauw Hong sedang berdiri di depannya sambil tersenyum. Dia menunduk dan berkata, "Aku tak apa-apa! Mana tua bangka itu?"
"Dia sudah dikalahkan oleh Lo-cian-pwee yang lebih tangguh, guru Toa-ko ini!" kata Kok Siauw Hong. "Dialah yang menyelamatkan jiwamu, Nona Bong!"
Nona Bong mengangguk sambil menunduk. Sebenarnya Siauw Hong berkata begitu karena dia berharap nona Bong bisa lebih akrab dengan pemuda penolongnya itu.
"Terima kasih, Toa-ko," kata nona Bong pada pemuda itu.
"Itu soal kecil, bukan jasa besar tak perlu kau berterima kasih padakui," kata pemuda itu. "Aku mengenalmu nona Bong. Malah aku pernah tinggal di daerahmu. Sudah beberapa kali kita bertemu, malah aku ingin menyapamu, tapi tak bisa?"
"Kenapa?" tanya si nona.
"Waktu itu aku bisu!" jawab pemuda itu.
"Sekarang kok bisa bicara?"
"Jika kuceritakan mungkin kau tidak percaya," katanya.
"Kau minum obat apa?" tanya si nona.
"Tidak, aku sembuh atas bantuan seorang tabib, dengan tusuk jarum sehingga aku bisa bicara seperti ini!" kata pemuda itu.
2000 Kok Siauw Hong keheranan, sepengetahuan dia hanya Tabib Ong yang pandai. Sekarang ada tabib lain.
"Siapa tabib yang menyembuhkanmu itu?" kata Kok Siauw Hong.
"Seorang tabib yang prakteknya berkeliling. Dia she Ciok," kata pemuda itu. "Suatu hari saat pulang, guruku mengajak beberapa kawannya. Salah seorang dari mereka ialah orang she Ciok itu! Saat tahu aku bisu, dia mengobatiku dengan tusuk jarum pada bagian belakang telingaku. Dia mengobatiku hampir sebulan lebih hingga aku bisa bicara!"
"Sungguh hebat tabib itu, sekarang kau sudah lancar bicara." kata nona Bong sambil tertawa riang.
"Ketika masih kecil aku bisa bicara, tapi entah sakit apa aku jadi bisu!" kata anak muda itu.
"Di tengah bangsaku banyak orang bisu, jika Tabib Ciok bisa menolongi mereka, alangkah baiknya. Apa tabib itu masih ada di rumahmu?" kata nona Bong.
"Sekarang kami tinggal dengan Han Lo-sian-seng, tabib itu pun tinggal bersama kami!" kata pemuda itu.
"Jangan-jangan ayah Ciauw Siang Hoa!" pikir Kok Siauw Hong.
Sesudah itu Kok Siauw Hong berkata pada pemuda itu.
"Han Lo Sian-seng itu mertuaku!" kata Kok Siauw Hong.
"Aku sudah tahu," kata pemuda itu. "Beberapa hari yang lalu Han Lo-sian-seng membicarakan kau dengan guruku.
Wah, mertuamu itu sungguh baik hati, dia telah mengajariku beberapa jurus ilmu silat. Dia juga mengajariku ilmu tenaga dalam."
2001 "Tamu-tamu yang lain itu siapa saja?" tanya Siauw Hong.
Sebelum pemuda itu menjawab pertanyaan Siauw Hong, mereka dengar keluhan Chu Kiu Sek.
"Oh, bagaimana keadaan pertempuran di atas sana" Mari kita lihat," kata pemuda itu.
Baru saja mereka akan berjalan, dari atas tubuh Chu Kiu Sek melayang jatuh. Celakanya dia akan jatuh di atas kepala nona Bong. Sekalipun sudah terluka pukulan Thio Thay Thian, tenaga dalam Chu Kiu Sek lihay. Saat jatuh dia cemas sekali dan takut jatuh ke batu dan tubuhnya akan remuk. Tapi dia lihat di bawah ada nona Bong, bukan main girangnya Chu Kiu Sek. Dengan sekuat tenaga dia berakrobat di udara. Dengan kepala berada si bawah dan kedua tangannya siap mencengkram, dia meluncur ke arah nona Bong! Tiba-tiba terdengar suara dasyat.
"Duuk!" Saat pemuda itu melihat bahaya sedang mengancam nona Bong, buru-buru dia melompat dan menyambut datangnya serangan Chu Kiu Sek. Mau tak mau mereka beradu pukulan! Karena serangan pemuda itu, sasaran Chu Kiu Sek meleset. Sedang pemuda itu pun jatuh terduduk karena dasyatnya pukulan lawan. Buru-buru nona Bong menghampiri pemuda itu dan membangunkannya.
"Terima kasih, Toa-ko!" kata Bong Say Hoa.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Jangan cemas, aku tak apa-apa," kata pemuda itu. "Tapi sayang si Iblis tak jadi mampus!"
Memang saat jatuh, tubuh Chu Kiu Sek tertahan dan tidak terbanting keras ke batu-batu. Kembali Chu Kiu Sek 2002
berakrobat, dia akhirnya berhasil hinggap di tanah dengan selamat. Sesudah itu dia segera kabur!
"Sial, aku ikut menyelamatkan jiwanya!" keluh pemuda itu..
"Eh, apa kau bilang" Kau menyelamatkan dia?" kata si nona.
"Ya, karena tangkisanku saat dia jatuh, hingga jatuhnya jadi perlahan dan tidak terluka!" kata si pemuda. "Sekalipun dia tidak mati, syukur kau selamat!"
Saat kedua tangan mereka beradu keras, untung si pemuda tidak terluka parah. Padahal kalau tak waspada dia bisa celaka. Kok Siauw Hong ikut memberi penjelasan.
Setelah mendengar penjelasan dari Kok Siauw Hong, baru Bong Say Hoa mengerti.
"Biar iblis itu bisa kabur, asal Toa-ko tidak terluka aku sangat bersyukur!" kata nona Bong.
"Han Toa-ko, seranganku tadi ajaran mertuamu," kata pemuda itu sambil tertawa.
Saat itu terlihat Thio Thay Thian turun sambil tertawa.
"Sayang, iblis itu tidak terbanting mampus!" kata Thay Thian.
"Maaf, itu kesalahanku yang bodoh, Suhu!" kata pemuda itu.
"Sudah, itu bukan kesalahanmu! Aku puji jurusmu tadi!"
kata Thio Thay Thian. "Malah, aku yang harus disalahkan.
Semula aku ingin bermain-main dulu. Maka aku tidak langsung menghajarnya! Itu sebabnya dia bisa kabur!"
"Paman, datang ke rumah kami. Ayahku suka minum arak dia bisa menemani minum, Paman. Kami punya arak bagus!" kata nona Bong.
2003 "Eh, kau mengundangku, ya" Apa itu karena muridku ini?"" kata Thio Thay Thian. "Baik. mari kita ke rumahmu sekarang. Apa kalian tak keberatan ditemani seorang pengemis tua sepertiku?"
"Kami tak keberatan berjalan bersamamu, malah aku merasa tenang karena tak akan mendapat gangguan dari iblis itu! Apalagi tertangkap olehnya! Tapi sayang, aku sudah janji pada Kok Toa-ko akan mengantarkannya menemui mertuanya! Tadi aku dengar dari muridmu, Han Lo Cian-pwee tinggal bersamamu, benarkah itu?" Thio Thay Thian mengangguk.
"Kalau begitu kita ke tempatmu dulu, sesudah Kok Toako bertemu dengan mertuanya, baru kalian ke rumahku!"
kata nona Bong. "Paman Thio, jika kau perlu menemui ayah nona Bong."
kata Kok Siauw Hong. "Silakan saja, aku bisa jalan sendiri menemui Paman Han!"
"Benar, karena ada orang jahat yang masuk ke wilayah suku Biauw, maka aku harus segera memberitahu ayah nona Bong," kata Thio Tay Thian. "Lebih baik kita temui ayah nona ini dulu!"
"Jika demikian, silakan Paman berangkat ke tempat ayah nona Bong. Kau beritahu saja letak tempat tinggal kalian padaku. Biar aku sendiri yang menemui mertuaku!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau tak perlu tergesa-gesa, kita masih bisa ngobrol dulu," kata Thio Thay Thian.
"Ya, memang ada yang ingin kutanyakan pada Paman Thio, kabarnya ada beberapa orang tamu di tempat Paman, siapa mereka itu?" tanya Kok Siauw Hong.
2004 "Ah, pasti kau tahu hal itu dari muridku, ya!" kata Thio Thay Thian. "Aku rasa kau juga kenal dengan Ciok Leng dan keluarga Ciauw! Ciauw Siang Hoa dan bakal istrinya Yo Kiat Bwee juga Ciauw Siang Yauw ada di rumahku."
"Kebetulan, aku justru baru dari rumah mereka. Kalau begitu aku ingin menemui mereka!" kata Kok Siauw Hong.
"Tapi Ciauw Goan Hoa dan anak perempuannya sudah pergi, mungkin kau cuma akan bertemu dengan Ciok Leng dan Siang Hoa bersama tunangannya, nona Yo!" kata si pengemis.
Rupanya mereka meninggalkan rumah mereka untuk menghindari serbuan Seng Cap-si Kouw. Namun, karena Thio Thay Thian memberitahu mereka, bahwa Seng Cap-si Kouw sudah ditangkap oleh Kiong Cauw Bun, lalu mereka pulang. Tapi saat si iblis sudah bebas lagi, dia belum diberitahu lagi.
"Bagaimana kesehatan mereka?" kata Kok Siauw Hong.
"Mereka semua sehat-sehat saja," kata Thio Thay Thian.
"Malah mereka pun sedang menantikan kedatanganmu!"
"Ketika sampai aku terjebak oleh nona ini, sehingga ditawan oleh Seng Cap-si Kouw! Sekarang nona Bong sudah tahu gurunya itu orang jahat. Maka itu dia tinggalkan gurunya," kata Kok Siauw Hong.
"Mertuamu sudah sehat! Di sana ada Ciok Leng. Jika Seng Cap-si Kouw datang, aku yakin mereka mampu menghadapinya," kata Thio Thay Thian.
"Yang aku khawatirkan bila dia menyerang secara gelap," kata Kok Siauw Hong yang kelihatan khawatir sekali.
2005 "Ya! Memang kita harus waspada, karena Seng Cap-si Kouw itu keji!" kata Thio Thay Thian. "Lalu apa yang kau khawatirkan?"
Sejak tadi si pengemis tak pernah membicarakan Han Pwee Eng, maka itu Kok Siauw Hong bingung.
"Apa nona Han sudah sampai?" kata Kok Siauw Hong.
"Apa" Nona Han juga akan ke mari" Tapi kenapa sampai sekarang belum sampai?" kata Thio Thay Thian.
"Padahal dia berangkat lebih dulu, seharusnya dia sudah sampai," kata Kok Siauw Hong.
"Dia menempuh perjalanan cukup jauh, barangkali karena ada urusan sampainya agak tertunda," kata Thio Thay Thian.
"Kau bilang ada komplotan orang jahat ke daerah Biauw. Siapa mereka itu?" kata Siauw Hong.
"Aku belum tahu siapa mereka itu?" kata Thio Thay Thian. "Kemarin seorang Biauw memberitahuku. Ketika dia sedang memetik daun obat di pegunungan, dia melihat tiga orang Han yang tidak dikenal. Satu di antaranya berkepala besar dan berperawakan tinggi seperti raksasa.
Orang tinggi besar seperti itu sangat jarang ada di kalangan Kang-ouw. Hanya satu yang pernah aku kenal."
"Maksud Paman Ciong Bu Pa, anak buah Kiauw Sek Kiang?" kata Kok Siauw Hong.
"Benar, aku dengar Kiauw Sek Kiang bergabung dengan Su Thian Tek di daerah Kang-lam! Kenapa Ciong Bu Pa datang ke mari?"
"Su Thian Tek bersama konconya dikalahkan di daerah Kang-lam!" kata Kok Siauw Hong. "Celaka, barangkali mereka bertiga itu Su Thian Tek, Kiauw Sek Kiang dan 2006
Ciong Bu Pa" Mudah-mudahan Pwee Eng tak bertemu dengan mereka!"
"Tapi orang yang melihat mereka tak mengatakan, bahwa di sana ada orang perempuannya. Aku pun sudah meminta agar ketua Bong siaga, siapa tahu datang serangan dari tentara pemerintah Song. Jika itu cuma kelompok Kiauw Sek Kiang, aku tidak terlalu khawatir!" kata Thio Thay Thian.
"Sebenarnya pasukan pemerintah lebih mudah diatasi, sedang Su Thian Tek dan kawan-kawan sulit dihadapinya!"
kata Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, aku harus memberi tahu ketua Bong agar dia siaga," kata Thio Thay Thian. "Sekarang kau temui dulu mertuamu!"
"Tolong beritahu alamatmu, Paman," kata Siauw Hong.
Saat asyik bicara baik Kok Siauw Hong maupun Thio Thay Thian tak memperhatikan nona Bong dan pemuda itu. Saat diperhatikan, ternyata anak muda itu asyik berbincang dan si pemuda sedang corat-coret di tanah.
Nona Bong kesal karena Kok Siauw Hong terlalu perhatian kepada nona Han, sedang si pemuda yang bernama Thio Co Gie sedang menuliskan namanya di tanah.
"Kelihatan mereka akrab sekali. Silakan kau cari mertuamu. Aku akan pergi bersama mereka!" kata Thio Thay Thian.
"Aku senang nona Bong berjalan bersamamu," kata Kok Siauw Hong.
"Kau khawatir akan keselamatannya, kenapa?" kata Thio Thay Thian.
2007 "Dia penolongku, aku takut Seng Cap-si Kouw mengejarnya ke mari dan aku takut tidak bisa melindungi keselamatannya," kata Kok Siauw Hong.
"Kalau begitu baiklah, dia ikut kami saja," kata Thio Thay Thian. "Dengan demikian kau tidak selalu cemas!"
"Terima kasih. Paman," kata Kok Siauw Hong.
Sekalipun si pengemis tua senang berkelakar, tapi dia tahu, jika Kok Siauw Hong datang sambil membawa-bawa nona Bong, rasanya kurang enak bagi Kok Siauw Hong.
Maka itu dia bersedia membawa nona Bong bersamanya.
Sedang nona Bong ketika mendengar orang menyebutnyebut namanya, dia menoleh.
"Ada apa, Paman?" kata nona Bong.
"Aku cuma bilang, kau sudah tahu nama muridku, maka itu panggil dia namanya saja. Mari kita pergi!" kata Thio Thay Thian.
"Tunggu!" kata nona Bong.
Tak lama dia menyerahkan sebuah dompet kain disulam burung merak kepada Kok Siauw Hong.
"Dompet ini tanda pengenalku, kau bawa saja. Jika kau mendapat kesultan di daerah Biauw, kau tunjukkan dompet ini pada mereka!" kata Bong Say Hoa.
Kok Siauw Hong menerima dompet itu.
"Murid Paman Thio setimpal dengannya, semoga mereka berjodoh!" pikir Kok Siauw Hong.
Ternyata rumah Thio Thay Thian berada di tengah hutan. Dia berjalan tanpa gangguan. Sehari penuh Kok Siauw Hong melakukan perjalanan, dia tak bertemu dengan siapa pun. Dia terus mengingat-ingat peta rumah yang diberikan oleh Thio Tay Thian.
2008 Esok harinya Kok Siauw Hong berjalan semakin jauh menyusuri pegunungan yang rimbun oleh pepohonan. Di mana-mana yang tampak hanya semak belukar saja. Saat sedang berjalan tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar ada suara tongkat membentur tanah. Kok Siauw Hong segera merunduk dan bersembunyi di semak-semak yang rindang.
Dari tempat persembunyiannya Kok Siauw Hong mengenali orang yang membawa tongkat itu Seng Cap-si Kouw.
"Hm! Kau tak berani menemuiku, ya" Ayo keluar, jika tidak kubakar semak ini kau baru tahu rasa!" bentak Seng Cap-si Kouw.
Kok Siauw Hong diam sambil menahan napas.
"Jika benar dia bakar semak ini, aku baru muncul!" pikir Kok Siauw Hong.
Persembunyian pemuda ini memang di tengah alangalang. Jika benar Seng Cap-si Kouw membakar alang-alang itu, dia bisa terbakar hangus. Tapi hal itu pun bisa mencelakakan Seng Cap-si Kouw sendiri. Sebab api akan menjalar, sekalipun tenaga dalamnya tinggi tak mungkin dia selamat dari jilatan api. Sambil berjalan dia mencari jejak orang yang langkahnya dia dengar itu. Saat itu tongkatnya dipakai memukul alangalang kian ke mari.
Tiba-tiba dua ekor ular berbisa menyambar ke arahnya. Dia kaget bukan kepalang. Hampir saja dia terserang oleh kedua ular itu, untuk selamat! Ini membuat dia gusar bukan kepalang. Maka itu dia ambil batu api yang siap dinyalakan.
"Akan kuhitung sampai sepuluh jika tak mau keluar juga, kau akan hangus terbakar!" ancam Seng Cap-si Kouw.
Kemudian dia mulai menghitung.Tapi rupanya dia cuma menggertak saja! Saat hitungan sampai enam, tiba-tiba 2009
bertiuplah angin kencang. Dia tampak ragu karena sadar, jika api berkobar dia juga akan terbakar oleh kobaran api raksasa itu. Maka itu dia tampak ragu sekali. Buru-buru api yang sudah dia nyalakan itu di padamkan lagi.
"Hai Iblis Perempuan dari mana, berani membawa-bawa api ke sini?" teriak orang itu.
Ketika Seng Cap-si Kouw menoleh, dia lihat seorang lelaki berwajah pucat dan kurus. Lelaki itu berpakaian compangcamping sedang berjalan keluar dari hutan.
Tangan orang itu membawa sebuah ember berisi air. Orang itu bangsa Han yang sedang berjalan cepat, tapi aneh air di ember yang dia tenteng sedikitpun tidak tumpah. Seng Capsi Kouw tidak takut pdanya, dia melompat. Melihat kegesitan si nenek, orang pun itu kaget. Sekarang mereka sudah berhadapan.
"Siapa kau" Berani sekali kau memakiku?" bentak Seng Cap-si Kouw.
"Kau sendiri siapa" Kenapa kau kasar padaku?" kata orang itu dengan mata mendelik.
"Seharusnya kau kubunuh, tapi karena kau tak tahu apaapa kuampuni jiwamu!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Sekarang jawab pertanyaanku, jika tidak terpaksa kau kubunuh!"
Orang itu tertawa terbahak-bahak.
"Eh. apa yang kau tertawakan?" bentak Seng Cap-si Kouw.
"Entah berapa banyak orang yang telah kubunuh, kau bilang kau ingin membunuhku," kata orang itu. "Aku jadi geli!"
2010 "Bangsat, apa kau sudah puas tertawanya atau belum?"
bentak Seng Cap-si Kouw. "Memang kau mau apa?" tanya orang itu.
"Katakan, kau melihat seorang perempuan muda dan perempuan sebayaku tidak?" kata si Iblis Perempuan.
"Bantu aku mencari mereka, maka kau akan selamat!"
"Jadi dia bukan sedang mencariku dan nona Bong, tapi sedang mencari orang lain!" pikir Kok Siauw Hong.
"Ih, baunya kau!" kata orang itu.
"Hai! Apa kau bilang?" bentak si Iblis Perempuan.
Tiba-tiba orang itu mengangkat ember berisi air yang dia siramkan ke arah si Iblis Perempuan.
"Mulutmu busuk dan harus dicuci bersih!" kata orang itu.
Jarak mereka hanya dua meter, si Iblis Perempuan tak mampu mengelak dari siraman orang itu. Walau Seng Capsi Kouw mengelak secepat apa pun, tak urung separuh dari pakaiannya tetap basah kuyup tersiram air. Si Iblis gusar sekali karena dia tak pernah menerima hinaan demikian.
Dengan tongkatnya orang itu dihajarnya.
"Braaak!" Terdengar suara nyaring. Ternyata tongkat Seng Cap-si Kouw bentrok dengan ember kayu yang dilemparkan orang itu ke arah si Iblis Perempuan. Bukan main gusarnya Seng Cap-si Kouw, dengan marah dia serang orang itu. Tapi ternyata orang itu pun lihay sekali. Setiap serangan si iblis bisa dihindarkan dengan mudah. Serangan si iblis tak mampu mengalahkan orang itu.
Tak lama orang itu menggunakan Tinju Selatan yang terkenal. Pukulannya seperti pelahan, namun daya serangnya hebat sekali.
2011 Si Iblis Perempuan tidak berani menganggap remeh lawannya lagi. Dia serang orang itu dengan tongkat ke arah betisnya. Orang itu melompat, jotosannya mengarah ke muka si iblis. Saling serang terjadi dengan hebat, namun sulit menentukan pemenangnya. Tak lama Seng Cap-si Kouw mulai terdesak. Sekarang dia hanya mampu bertahan saja. Kok Siauw Hong di tempat sembunyinya menyaksikan pertarungan itu, dia heran.
"Siapa orang yang tak dikenal itu" Orang itu sanggup menghadapi Seng Cap-si Kouw. Apakah dia kawan atau lawan?" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong tidak mau buru-buru membantu salah satu dari mereka. Maka itu terpaksa dia menunggu sambil melihat suasana dulu. Saat pertarungan sedang berlangsung dengan sengit, tiba-tiba terdengar suara seseorang tertawa terbahakbahak.
"Dunia ini sangat kecil, Seng Toa-ci aku sudah lama mencarimu! Ternyata kau ada di sini!" kata orang yang tertawa itu.
Mendengar suara orang itu, baik Seng Cap-si Kouw maupun Kok Siauw Hong terkejut.
Ternyata orang itu Kiauw Sek Kiang yang dikalahkan di Thay-ouw. Di belakang dia seorang tinggi besar mengikutinya. Orang itu Ciong Bu Pa. Si Iblis Perempuan terkejut, jika Kiauw Sek Kiang ikut mengeroyok pasti dia kalah. Maka itu Seng Cap-si Kouw nekat dia menantang.
"Kau juga boleh maju, Kiauw Sek Kiang!" tantang Seng Cap-si Kouw dengan angkuh.
Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak.
"Kau jangan kuatir, aku tidak bermaksud bertarung denganmu! Malah aku ingin berdamai denganmu. Kita 2012
sesama kawan, Su Toa-ko hentikan pertarungan ini!" kata Kiauw Sek Kiang.
Kok Siauw Hong baru tahu, orang yang bertarung dengan Si Iblis Perempuan itu kiranya Su Thian Tek, bajak laut yang berkuasa di muara sungai Tiang-kang. Untung tadi dia tidak sembarangan keluar membantu mengepung Si Iblis Perempuan. Karena dia tahu Su Thian Tek pengkhianat negara dan bangsa Han, dosanya pun jauh lebih besar dari Si Iblis Perempuan.
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 73 Seng Cap-si Kouw cs Ketemu Ciok Leng;
Khie Wie Muncul Mencari Seng Liong Sen
Sesudah Kiauw Sek Kiang muncul, pertarungan segera dihentikan. Sesudah Su Thian Tek melompat mundur, dia langsung memberi hormat pada Seng Cap-si Kouw.
"Seng Lo Cian-pwee, ilmu silatmu lebih baik dariku, aku kagum kepadamu. Maafkan tadi aku mencacimu, tapi kau juga sudah membalas cacianku, bukan?" kata Su Thian Tek.
Sebenarnya Seng Cap-si Kouw sudah cemas saat Kiauw Sek Kiang muncul. Jika mereka bergabung pasti dia tak akan mampu menghadapinya. Tapi dia heran musuhnya justru mengajak dia berdamai, ini sungguh di luar dugaannya.
"Hm! Kalian sedang main sandiwara apa?" kata Seng Cap-si Kouw mengejek.
"Sejujurnya kami ingin berdamai," kata Kiauw Sek Kiang. "Aku berniat berunding denganmu. Bagaimana pendapatmu?"
2013 Seng Cap-si Kouw mengawasi dengan tajam.
"Kami yakin pembicaraan ini akan saling menguntungkan kedua belah pihak," kata Kiauw Sek Kiang lagi. "Dulu kita memang pernah berselisih paham gara-gara gambar Hiat-totong-jin. Sekarang sudah pasti gambar itu tidak ada padaku dan juga tak ada padamu! Maka itu lebih baik sengketa soal itu kita sudahi saja! Karena apa untungnya kita harus bertarung sesama kawan sendiri?"
"Jadi kau mau bicara soal gambar itu, tapi gambar itu tak ada padamu, untuk apa kita bicarakan lagi?" kata Seng Capsi Kouw.
"Jangan salah paham, aku sudah tahu ada di mana gambar itu dan di tangan siapa adanya?" kata Kiauw Sek Kiang.
"Kau tahu" Ada di mana gambar itu?"
"Di tangan Ciok Leng!" kata Kiauw Sek Kiang. "Tempat Ciok Leng pun sudah kuketahui. Dia tinggal bersama Han Tay Hiong di suatu tempat!"
"Mereka tinggal bersama, di mana?" kata si iblis kaget.
"Masalah ini kita bicarakan bersama, aku tahu kau bukan tandingan mereka. Tapi jika kita bergabung tiga orang melawan dua, maka ada harapan kita akan menang!
Bagimana pendapatmu?" kata Kiauw Sek Kiang.
"Baik, usulmu aku terima, tapi aku ingin dengar dulu apa syarat dari kalian?" kata si Iblis Perempuan.
"Soal itu mudah saja. Sesudah peta tubuh itu kita peroleh, kita salin masing-masing mendapat satu salinannya. Bagaimana?" kata Kiauw Sek Kiang.
"Baik aku setuju, tapi ada satu syarat dariku!" kata si iblis.
2014 "Katakan saja, perundingan ini memang harus adil!" kata Kiauw Sek Kiang.
"Mengenai Ciok Leng jika kau mau membunuhnya terserah kalian saja. Tapi mengenai Han Tay Hiong, dia harus kau serahkan kepadaku, bagaimana?" kata Seng Capsi Kouw.
"Baik, kami setuju!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. "Pasti kau sudah tahu, kami kabur ke sini karena kami mengalami kekalahan besar! Maka itu untuk sementara kami ingin tinggal di daerah Biauw, harap kau membantu kami membicarakannya dengan ketua Bong!"
kata Kiauw Sek Kiang. Bangsa Mongol yang ingin mencaplok Kerajaan Song menggunakan dua siasat. Pertama-tama mereka berpurapura bersekutu dengan Kerjaan Song dan berjanji akan bersamasama menghancurkan Kerajaan Kim. Maka itu angkatan perang Mongol dikerahkan ke wilayah Selatan Tiongkok. Tetapi pada saat yang sama, sebelum tentara Kim dihancurkan sama sekali, pasukan Mongol di daerah Barat-laut menerobos memasuki wilayah Su-coan dan Hun-lam untuk menduduki tempat-tempat yang penting. Jika Kerajaan Kim sudah jatuh, angkatan perang Mongol akan menyusup ke arah Timur dan bergabung dengan pasukan induk mereka di daerah Siang-yang.
Menurut pendapat Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang, mereka akan dan harus berusaha mengumpulkan sisa anak buahnya dulu. Mereka harus menunggu di daerah Biauw di Propinsi Siam-say. Jika kekuatan mereka sudah cukup kuat, dan bila perlu mereka akan merebut pengaruh dan mengusir suku Biauw dari tempat asal mereka. Sebaliknya, jika kekuatan mereka belum cukup kuat, terpaksa mereka akan menunggu kedatangan pasukan Mongol.
2015 Sebenarnya untuk tujuan mereka itu, mereka ingin bersekutu dengan Seng Cap-si Kouw dulu dan mengenai gambar Hiat-to-tong-jin itu mereka gunakan hanya sebagai umpan untuk memancing Si Iblis Perempuan agar dia mau bergabung dengan mereka.
Seng Cap-si Kouw tidak begitu bodoh, karena dia belum tahu apa maksud mereka mengajaknya bergabung, maka dia hanya menduga bahwa dia cuma akan diperalat oleh mereka! Dia pura-pura menerima ajakan itu, tapi sebenarnya dia waspada. Asal menguntungkan baginya, dia mau saja bergabung. Maka itu kembali dia mengajukan satu syarat.
"Masih ada permintaanku, kalian harus membantuku menghadapi dua orang musuhku! Bagaimana?" kata Seng Cap-si Kouw.
"Siapa mereka itu?" tanya Kiauw Sek Kiang.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentang itu kelak baru akan kukatakan pada kalian!"
kata Seng Cap-si Kouw. "Ilmu silat mereka tidak hebat sekali, kalian hanya membantuku untuk mengawasi jejaknya saja!"
"Kita para sahabat, masakan urusanmu itu tidak kami bantu," kata Kiauw Sek Kiang. "Bagaimana dengan permintaan kami padamu. Itu belum kau jawab!"
"Baik, besok kalian akan kuajak menemui ketua suku Biauw," kata Seng Cap-si Kouw.
"Kenapa tak sekarang saja?" tanya Kiauw Sek Kiang.
"Tak perlu buru-buru, aku masih ada urusan sedikit!"
kata Seng Cap-si Kouw. "Baiklah, apa kau mau singgah dulu di tempat kami?"
kata Kiauw Sek Kiang. 2016 "Baik," kata Seng Cap-si Kouw.
Maka itu Kok Siauw Hong yang sedang bersembunyi di semak-semak menghela napas lega.
"Ah, rencana apa lagi yang akan mereka rundingkan,"
pikir Kok Siauw Hong. "Untung Thio Thay Thian sudah mendahului mereka menemui ketua suku Biauw. Aku harap usaha mereka itu akan gagal total!"
Setelah Kiauw Sek Kiang dan Seng Cap-si Kouw pergi.
Kembali Kok Siauw Hong jadi kuatir.
"Siapa kedua orang yang dikatakan si Iblis Perempuan itu?" pikir Siauw Hong.
Kok Siauw Hong tak buru-buru muncul, dia kuatir anak buah Kiauw Sek Kiang yang banyak masih berkeliatan dan mengawasi daerah itu.
"Tempat tinggal Ciok Leng dan tempat mertuaku sudah dekat, sebaiknya akan kutunggu sampai cuaca gelap, baru aku ke tempat mereka!" pikir Kok Siauw Hong.
Pemuda ini duduk berkonsentrasi sampai keadaan mulai sunyi. Di mana-mana yang terdengar hanya suara jangkrik dan serangga lainnya. Saat pemuda ini akan keluar dari dalam semak, kembali dia mendengar suara langkah kaki dua orang yang sedang mendatangi.
"Siapa mereka, apa rombongan tadi sudah kembali lagi?"
pikir Kok Siauw Hong. Tak lama terdengar suara seorang perempuan bicara.
"Kita sudah hampir sampai, Cit Nio!" kata suara itu.
Ketika itu seolah Kok Siauw Hong hendak melompat menemui mereka. Dia kenal itu suara Han Pwee Eng yang dia sangat rindukan. Dia berjalan bersama Beng Cit Nio.
Pemuda itu akan memanggil nona Han, tapi tak jadi. Dia 2017
ingat mungkin saja anak buah Kiauw Sek Kiang ada di sekitar tempat itu. Suara dia pasti akan menarik perhatian mereka. Jika dia memanggil sama saja dia memanggil bahaya! Maka itu dia memutuskan akan memanggil dengan isyarat jika mereka sudah dekat. Han Pwee Eng dan Beng Cit Nio berjalan sambil ngobrol. Tak lama terdengar Beng Cit Nio bicara.
"Ayahmu ada di sana, nanti malam kita sudah bisa bertemu dengan beliau!" kata Beng Cit Nio.
Setelah bertemu dengan Han Tay Hiong, hubungan Beng Cit Nio dengan orang tua nona Han sudah baik kembali!
Sekalipun mereka tak saling cinta lagi, paling tidak hubungan baik mereka sudah beres lagi.
Di daerah suku Biauw banyak pohon obat yang berkhasiat tinggi. Ketika itu luka Beng Cit Nio belum sembuh. Maka itu dia sekarang ada daerah suku Biauw, maka dia akan menggunakan kesempatan itu untuk mencari obat untuk lukanya. Han Pwee Eng sering mendapat kendala, karena perbedaan bahasa mereka dengan suku Biauw. Untung Beng Cit Nio bisa bahasa Biauw. Maka itu mereka berangkat bersama-sama untuk menemui ayahnya.
Jantung Kok Siauw Hong berdebar-debar menanti sampai nona Han dan Beng Cit Nio dekat ke tempat
persembunyiannya. Tiba-tiba dia dengar Han Pwee Eng bicara lagi.
"Hai, di sana ada orang!" kata nona Han.
Semula pemuda itu mengira kekasihnya sudah melihat dia. Tapi ternyata tubuh seseorang melayang keluar dari semaksemak sambil tertawa nyaring. Dialah Seng Cap-si Kouw. Di daerah Biauw si Iblis Perempuan banyak kenalannya. Tak heran jika dia mengetahui jejak Beng Cit Nio dan nona Han.
2018 Semula dia sangsi orang yang dia kira bersembunyi di semak-semak itu nona Han dan Beng Cit Nio. Tadi dia meninggalkan tempat itu hanya pura-pura saja. Ternyata dia sudah kembali lagi hendak menyergap kedua orang itu.
Karena orang yang dia duga bersembunyi pun tak munculmuncul yang muncul malah Beng Cit Nio dan nona Han. Melihat Seng Cap-si Kouw muncul, Beng Cit Nio maju dan berdiri di depan nona Han.
"Seng Yu Ih, kau mau apa?" kata Beng Cit Nio.
"Ah, ternyata kau piauw-moay, selamat! Rupanya kau baru datang" Sudah lama aku menanti kedatanganmu di sini. Sebagai tuan rumah hal itu harus kulakukan untuk menyambut tamu agungku!" kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa.
"Tutup mulutmu!" kata Beng Cit Nio. "Katakan apa maumu" Jangan kau gertak orang lain, mari kita selesaikan urusan kita!"
"Ah, rupanya kau ingin menemui kekasihmu" Jadi kau ingin menjadi ibu tiri nona Han, ya" Tapi aku kira dia tak akan mau menerimamu jadi istrinya" kata Seng Cap-si Kouw.
Bukan main gusarnya Beng Cit Nio saat itu.
"Diam kau! Rasakan tongkatku ini!" bentak Beng Cit Nio.
Dengan mudah Seng Cap-si Kouw menangkis serangan itu.
Dia juga balas menyerang Beng Cit Nio. Si Iblis Perempuan terus mengejek.
"Seng Yu Ih, biaraku adu jiwa denganmu!" kata Beng Cit Nio sengit.
2019 Karena khawatir keselamatan Han Pwee Eng, Beng Cit Nio menoleh sambil berkata, "Pwee Eng, lekas lari!"
Han Pwee Eng sadar dia tak bisa membantu Beng Cit Nio. Tapi dia tak tega meninggalkan Beng Cit Nio sendirian. Tibatiba dia hunus pedangnya dan menyerang si Iblis Perempuan.
"Dia tak bisa kabur! Jika kabur dia akan ada yang menghalanginya!" ejek Seng Cap-si Kouw.
Tak lama memang benar, ada tiga orang dan langsung mengepung nona Han. Mereka itu Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya.
"Benar, nona Han, ayahmu sahabat kami, jika kami tidak melayanimu sebaik-baiknya, bagaimana aku bisa menemui ayahmu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Mari ikut kami, kau akan kuajak menemui ayahmu!"
"Hm! Kalian bertiga terhitung orang ternama, masa kalian malah mengeroyok seorang nona muda. Apa tak malu?" kata Beng Cit Nio.
"Dia orang yang diinginkan Seng cap-si Kouw, mau tak mau aku harus membujuk dia agar dia mau ikut kami!" kata Su Thian Tek.
Baru saja Su Thian Tek menutup mulutnya, tiga buah uang logam mernyambar ke arah nona Han. Uang itu berputar dan ini membuat Han Pwee Eng kaget. Dia melompat mundur hingga dia semakin dekat dengan lawannya.
"Nah, begitu lebih baik!" kata Su Thian Tek.
Kembali Su Thian Tek melontarkan uang logamnya.
Tapi kali ini terdengar benturan uang itu dengan benda keras.
2020 "Cring! Cring! Cring!"
Uang itu berjatuhan ke tanah. Tiba-tiba dari semaksemak muncul Kok Siauw Hong yang tadi berhasil merontokkan senjata rahasia uang logam Su Thian Tek itu.
Bukan main kaget dan girangnya nona Han. Dia berseru nyaring.
"Ternyata kau, Siauw Hong"!" kata nona Han.
"Ya, aku!" kata pemuda itu. "Kau jangan takut, kita menghadapi mereka bersama-sama!"
Melihat Kok Siauw Hong mendadak muncul di depan mereka, Su Thian Tek kaget bukan kepalang.
"Eh! Siapa kau?" bentak Su Thian Tek.
Pertanyaan itu tak dijawab oleh Kok Siauw Hong.
"Adik Eng, temui dulu ayahmu. Biar aku yang menghadapi mereka!" kata Kok Siauw Hong.
"Tadi kau bilang jangan takut kita besama-sama. Sampai mati pun aku akan bersama-sama denganmu!" kata nona Han.
"Tapi sebaiknya kau temui ayahmu dulu......" kata Kok Siauw Hong.
Sedikit pun Kok Siauw Hong tak gentar menghadapi lawan. Dia agak kikuk setelah lama tak berkumpul dengan nona Han.
"Kau jangan bermesraan di sini! Sebaiknya di neraka saja kalian bercintaan!" bentak Su Thian Tek.
Bukan main gusarnya Kok Siauw Hong, dia menusuk dengan pedangnya orang itu. Su Thian Tek mengelak serangan itu, dia pun langsung membalas. Dia coba 2021
mencengkram Kok Siauw Hong, tapi dia jadi kaget karena serangan Kok Siauw Hong begitu cepat. Sedang pedang Kok Siauw Hong itu menyilaukan mata Su Thian Tek.
Pedang lawan seakan-akan menjadi puluhan dan mengarah ke wajahnya.
Hal ini tentu saja membuat Su Thian Tek kaget sekali, maka itu dia mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan itu. Dia coba melancarkan serangan dengan kedua tangannya ke arah Kok Siauw Hong. Melihat lawan menyerang, nona Han pun maju ikut membantu Kok Siauw Hong menyerang Su Thian Tek dengan pedangnya yang bergerak cepat sekali. Melihat Kok Siauw Hong menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat keluarga Jen, Su Thian Tek keheranan.
"Tunggu! Apa hubunganmu dengan Jen Thian Ngo sehingga kau menggunakan jurus pedangnya?" kata Su Thian Tek.
Pertanyaan itu tak diladeni oleh Kok Siauw Hong, dia terus menyerang lawannya.
"Dia Kok Siauw Hong, mungkin dia mencuri jurus itu.
Tapi aku dengar dia sudah bukan famili Jen Thian Ngo lagi.
Jangan takut bunuh saja dia!" kata Kiauw Sek Kiang.
"Baik, kau tak akan kubunuh, tapi akan kutangkap hisup!
Lalu kau akan kuserahkan pada Jen Thian Ngo! Terserah dia kau mau diapakan olehnya"!" kata Su Thian Tek angkuh.
Ternyata orang she Su ini lihay, sekalipun serangan Kok Siauw Hong luar biasa, tapi dia tak mampu mengalahkan Su Thian Tek. Sekarang dia hanya mampu bertahan, sedang nona Han pun kewalahan. Tapi karena mereka bergabung menghadapinya, maka itu mereka masih mampu bertahan.
2022 "Saudara Su, serahkan bocah itu kepadaku. Aku punya masalah dengannya!" kata Kiauw Sek Kiang.
Tapi Su Thian Tek tidak menghiraukan saran Kiauw Sek Kiang karena dia merasa mampu mengatasi anak-anak muda itu. Maka itu dia menjawab.
"Tidak! Aku justru ingin tahu, bagaimana hebatnya jurus Cit-siu-kiam-hoat yang termasyur di kalangan Kang-ouw itu!
Jangan khawatir, bocah ini tak akan lolos dari tanganku!" kata Su Thian Tek sambil tertawa.
Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sudah terdesak, tibatiba terdengar suara suling yang merdu dari kejauhan.
Ketika Kok Siauw Hong dan nona Han mengawasi ke arah suara seruling itu, mereka mengenali dua orang muda-mudi sedang berjalan mendatangi. Mereka ternyata Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee.
Saat itu kedua muda-mudi itu sedang menikmati keindahan alam. Mereka tak mengetahui kalau di tengah alang-alang itu sedang terjadi pertarungan hebat. Ketika sayup-sayup mereka mendengar suara bentrokan senjata, mereka mengawasinya. Kiranya mereka melihat Seng Capsi Kouw dan Beng Cit Nio sedang bertarung. Di tempat lain, Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong juga sedang bertempur melawan seorang tua entah siapa" Mereka pun kaget.
"Eh, Kok Toa-ko sedang bertarung dengan musuh!" kata Ciauw Siang Hoa.
Pemuda itu bersiul memberi tanda.
"Eh, Iblis Perempuan!" kata Yo Kiat Bwee alias Tik Bwee. "Rupanya dia ada di sini! Pasti dia sedang mencari kita!"
2023 Segera Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee berlari ke arah Seng Cap-si Kouw yang sedang bertarung melawan Beng Cit Nio. Melihat Ciauw Siang Hoa dan orang yang dibencinya memburu ke arahnya, Seng Cap-si Kouw heran.
"Eh, mereka bukan lari malah datang menemuiku?" pikir si Iblis Perempuan.
"Aneh, siapa yang mereka andalkan" Apakah Han Tay Hiong ada di sekitar tempat ini?"
Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw menggertak Beng Cit Nio.
Saat Beng Cit Nio mengelak, dia membalikkan tubuhnya dan melemparkan jarum beracun ke arah Ciauw Siang Hoa yang maju paling depan. Juga ke arah bekas pelayannya Kiat Bwee alias Tik Bwee!
Beng Cit Nio yang tadi berkelit, sekarang sudah melancarkan serangan ke pelipis si Iblis perempuan, hal ini membuat Seng Cap-si Kouw terpaksa menyelamatkan pelipisnya jika dia tak ingin terluka. Maka itu jarum-jarum berbisanya sedikit berubah arah sasarannya hingga dengan mudah Ciauw Siang Hoa maupun Yo Kiat Bwee
menghindari serangan jarum berbisa itu.
Melihat dua muda-mudi mendatangi, Ciong Bu Pa tak tinggal diam, dia menghadang kedua muda-mudi itu.
"Seng Toa-ci (Kakak Seng), biar dua kurcaci ini aku yang menghadapinya!" kata Ciong Bu Pa.
"Silakan kau tangkap pelayanku yang tak berbudi itu,"
kata si Iblis Perempuan. Ciong Bu Pa langsung menyerang kedua muda-mudi itu dengan tangan kosong. Secara bersamaan Ciang Hoa maupun Kiat Bwee menggunakan pedang mereka menusuk Ciong Bu Pa. Ciong Bu Pa yang tadi bersikap angkuh berniat menangkap kedua muda-mudi itu, malah dia 2024
mendapat serangan yang dilancarkan secara bersamaan dari kedua muda-mudi itu. Semula Ciong Bu Pa ingin menangkap hidup-hidup Kiat Bwee untuk mengabulkan permintaan Seng Cap-si Kouw. Maka itu serangannya terhadap Kiat Bwee tidak sehebat dibanding kepada Ciauw Siang Hoa. Dia tak menduga serangan Kiat Bwee yang semula ke bawah, tiba-tiba berubah ke atas. Hampir saja lengan Ciong Bu Pa kutung karenanya. Bukan main marahnya Ciong Bu Pa saat itu.
"Ayah, tolongi kami!" teriak Ciauw Siang Hoa.
Tak lama terdengan suara kelenengan kuningan. Orang itu muncul sambil menggendong peti obat, tabib itu begitu cekatan. Tak lama dia sudah ada di tengah pertarungan.
Melihat orang itu muncul maka legalah hati Kok Siauw Hong.
"Ah, rupanya Ciang Hoa dan Kiat Bwee datang bersama Ciok Lo Cian-pwee. Pantas mereka begitu berani dan yakin muncul di tempat ini!" pikir Kok Siauw Hong. "Akan lebih baik lagi jika Paman Han juga muncul membantu kami!"
Ciong Bu Pa tidak kenal pada tabib itu. Dia maju menghadapinya.
"Hai tukang obat bau, jangan ikut campur! Selamatkan saja dirimu!" bentak Ciong Bu Pa mengejek.
Ciong Bu Pa langsung menghantam ke arah Ciok Leng yang langsung ditangkis dengan menggunakan tongkatnya.
"Enak saja kau bicara, apa matamu buta" Kau tak tahu kalau aku juga bisa silat?" kata Ciok Leng.
Saat tangan Ciong Bu Pa beradu dengan tongkat Ciok Leng, terdengar suara kelenengan kuningan berbunyi dan sangat berisik. Akibatnya Ciong Bu Pa kesakitan dan kaget.
Semula dia anggap enteng lawannya, sekarang dia tahu 2025
kelihayan tukang obat itu. Tongkatnya hampir saja mematahkan tangannya. Tapi Ciong Bu Pa tak kenal takut, kembali dia menyerang dengan tangannya.
Tongkat Ciok Leng terbuat dari tembaga yang sengaja dia cat. Saat tangan Ciong Bu Pa menyerang, Ciok Leng heran dan kaget. Karena dia yakin lawannya itu tangguh, dia mengubah taktik. Dia tak akan mengadu tenaga lagi, tapi akan menggunakan akalnya. Ketika Ciong Bu Pa maju menyerang dengan tangannya, dengan cerdik Ciok Leng membatalkan serangannya. Ujung tongkatnya dipakai untuk menyerang bagian perut lawan dengan hebat. Bukan main girangnya Ciong Bu Pa, dia yakin kali ini hantaman tangannya akan menghancurkan kepala lawannya. Di luar dugaan tubuh Ciong Bu Pa yang tinggi besar itu, tiba-tiba terangkat dan terlontar hingga beberapa meter jauhnya, dan jatuh ke tanah dengan terbanting keras sekali!
Semula Kiauw Sek Kiang hanya menonton pertempuran itu dari jarak jauh. Dia tidak mengira anak buah andalannya dikalahkan lawan. Maka itu terpaksa dia turun tangan dan maju menyerang. Saat Kok Siauw Hong melihat Ciok Leng dihadapi oleh Kiauw Sek Kiang, dia berteriak ke arah Ciok Leng.
"Paman Ciok, bunuh saja dia! Dia pengkhianat bangsa.
Jangan diberi ampun dia!" teriak Kok Siauw Hong.
Walau Kiauw Sek Kiang sadar bahwa lawannya seorang jagoan, tapi dia juga memiliki kepandaian. Maka itu dia tak gentar sedikit pun. Sambil tertawa dia berkata pada Ciok Leng.
"Kau bilang kau bukan tukang obat biasa, sekarang hadapi aku!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa.
"Silakan, akan kuladeni!" kata Ciok Leng.
2026 Kiauw Sek Kiang menghunus goloknya, dan golok itu tipis juga lentur. Jika bukan menghadapi lawan tangguh, Kiauw Sek Kiang tak pernah menggunakannya. Tiba-tiba dengan golok itu dia serang Ciok Leng, tapi ditangkis oleh tongkat tembaga Ciok Leng. Saat senjata mereka bentrok, terdengar suara nyaring dan bunga api pun berhamburan.
Kiauw Sek Kiang kaget, tangannya terasa sakit bukan main.
Pertarungan kembali terjadi, mereka saling serang, tapi Ciok Leng tak gentar menghadapinya. Tampak mereka berkepandaian seimbang. Ketika itu Ciong Bu Pa yang tadi terguling di tanah, mulai bangun lagi. Dia berniat maju hendak mengeroyok Ciok Leng. Tetapi Kiauw Sek Kiang memperingatkannya.
"Jangan maju, kau bereskan saja kedua muda-mudi itu!"
kata Kiauw Sek Kiang. "Kiat Bwee jangan takut, binatang ini sudah terpukul oleh Ayahku! Mari maju!" kata Ciauw Siang Hoa.
"Baik, kita bunuh binatang ini agar tak membahayakan orang lain," kata Yo Kiat Bwee.
Bukan main gusarnya Ciong Bu Pa yang dianggap binatang.
"Toa-ko, akan kubunuh mereka berdua! Aku tak bisa membiarkan nona itu tertangkap hidup!" kata Ciong Bu Pa.
Pertarungan mereka segera terjadi. Ciong Bu Pa yang lengannya telah terluka sebelah, sulit bisa segera mengalahkan dua muda-mudi itu. Malah hampir saja dia tertusuk oleh salah satu pedang lawannya. Melihat anak dan menantunya mampu melawan Ciong Bu Pa, Ciok Leng girang. Sedang di tempat lain, Seng Cap-si Kouw yang mencemaskan akan munculnya Han Tay Hiong, dia merasa lega karena orang she Han itu tak muncul-muncul. Dia 2027
yakin jika Han Tay Hiong melihat anaknya terdesak, pasti dia akan muncul. Sekarang justru tidak muncul, itu berarti dia tidak ada di tempat itu.
Beng Cit Nio yang belum sembuh dari lukanya, tampak kewalahan menghadapi serangan Seng Cap-si Kouw yang ganas itu. Tiba-tiba Beng Cit Nio nekat. Dia maju menyerang, tapi serangannya itu bisa berakibat buruk jika dia gagal. Rupanya dia sudah mengambil keputusan akan mati bersama dengan lawannya.
"Adik piauw, kesehatanmu belum pulih," kata Seng Capsi Kouw mengejek sambil tertawa. "Jaga kesehatanmu!"
Saat tongkat Beng Cit Nio sampai, Seng Cap-si Kouw menyambutnya dengan tongkat bambu hijaunya. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw memutarkan tongkatnya hendak mengadu tenaga dalam, akibatnya tubuh Beng Cit Nio bergerakan hingga tertarik. Saat itu tongkat mereka seperti melekat jadi satu, Beng Cit Nio tak mampu menarik tongkatnya. Dia kaget dan mengeluh karena mulai tak tahan. Beng Cit Nio sadar tak lama lagi dia akan binasa.
Di saat kritis dan Beng Cit Nio hendak bunuh diri, dia jadi heran karena serangan Seng Cap-si Kouw mengendur.
Padahal dia tahu perempuan itu kejam sekali. Tiba-tiba dia dengar Seng Cap-si Kouw bicara.
"Hai, siapa kau?" bentak Seng Cap-si Kouw.
Legalah napas Beng Cit Nio saat itu, karena serangan lawan mengendur. Saat dia menoleh dia lihat seorang kakek berbaju hijau, tiba-tiba muncul di tengah pertempuran sengit itu. Orang itu tak menjawab pertanyaan si iblis perempuan.
"Apa kau ini Seng Cap-si Kouw?" kata kakek itu.
2028 "Siapa kau?" bentak si Iblis Perempuan. "Aku Seng Capsi Kouw, lalu kau mau apa?"
"Aku hanya ingin tahu, mari ikut aku!" kata si kakek.
Diajak pergi begitu saja saat dia berada di atas angin, mana mau dia menurut.
"Hm! Kau cuma berkata begitu dan mengajakku pergi"
Aku tahu kau lihay, tunjukkan beberapa jurusmu padaku!"
kata Seng Cap-si Kouw sengit.
"Kau berani membantah perintahku?" kata si kakek.
"Hentikan pertarungan ini, jika tak menurut hadapi aku!"
Tiba-tiba dia melompat berdiri di antara Beng Cit Nio dan Seng Cap-si Kouw. Tangannya bergerak memisahkan dua tongkat yang saling menempel dengan mudahnya. Saat tongkat berpisah dari mulut Beng Cit Nio menyembur darah segar!
"Seng Yu Ih, kau keji sekali!" kata Beng Cut Nio. "Lo Cianpwee ini adalah....." ucapan Beng Cit Nio terhenti.
"Aku tak ingin ikut campur urusan kalian, kedatanganku untuk bicara dengan Seng Cap-si Kouw ini!" kata si kakek.
Seng Cap-si Kouw tak mengerti, apa maksud kakek itu"
Semula Beng Cit Nio berniat membantu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, tetapi setelah muntah darah tubuhnya jadi lemah. Maka itu dia diam saja. Melihat si kakek sedang bicara dengan Beng Cit Nio, tiba-tiba Seng Cap-si Kouw menotok ke arah pungung si kakek. Saat totokan sampai, gesit luar biasa tanpa menoleh lagi dia sentil tongkat bambu Seng Cap-si Kouw. Serangan itu membuat si Iblis Perempuan melompat mundur.
"Bagaimana, kau masih ingin coba-coba" Aku tak akan segan-segan lagi terhadapmu!" kata si kakek.
2029 Tongkat Seng Cap-si Kouw memang tak sampai terlepas dari tangannya, tapi dia merasakan tangannya ngilu bukan main. Orang tua itu menggunakan sentilan jari sakti saat menangkis serangan itu.
Ketika si iblis menoleh ke arah lain, pertarungan Ciok Leng dan Kiauw Sek Kiang tampak seimbang. Sedang Su Thian Tek mungkin bisa mengalahkan Kok Siauw Hong dan nona Han.
Jika benar Su Thian Tek bisa mengalahkan kedua mudamudi itu, lalu membantunya, maka si iblis yakin akan mampu mengalahkan kakek itu.
Maka itu dia akan menggunakan siasat mengulur waktu.
"Mau apa kau mencariku?" kata Seng Cap-si Kouw sesudah dia melompat mundur.
"Katakan padaku, apakah Seng Liong Sen itu keponakanmu?" kata si kakek.
"Jika benar, kau mau apa?"
"Aku sedang mencari dia!" kata si kakek.
"Kenapa kau cari dia?" kata si Iblis Perempuan.
"Jangan banyak bicara! Ayo bawa aku menemui dia!"
kata si kakek. "Nanti akan kujelaskan padamu!"
"Sudah beberapa tahun aku tak bertemu dengannya, aku tak tahu di mana sekarang dia berada" Malah aku pun sedang mencari dia!" jawab Seng Cap-si Kouw.
"Aku tak mau tahu, kau harus mengantarkan aku menemui dia!" kata si kakek ngotot.
Dia maju hendak menangkap si iblis ini, tapi Seng Cap-si Kouw berhasil menghindar. Setelah gagal si kakek terus mengejar dan berkali-kali tangannya menyambar hendak 2030
menangkap Seng Cap-si Kouw. Si iblis tak rela dipermainkan lawan, maka itu dia dongkol sekali, ditambah lagi dia takut Han Tay Hiong tiba-tiba muncul. Saat dia punya ide bagus dia berteriak.
"Tahan dulu!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Jangan banyak bicara, segera bawa aku menemukan dia!" kata si kakek.
"Kau sudah tua, tapi kenapa ngotot begitu?" kata si Iblis Perempuan sambil tertawa "Baik, mari kita pergi bersamasama!".
"Hm! Kau kira kau bisa melawanku" Ayo tunjukkan di mana keponakanmu itu berada!" kata si kakek.
"Ada yang ingin aku katakan, apa kau bersedia mendengarkan atau tidak, terserah kau saja!" kata Seng Capsi Kouw.
"Katakan saja, mengenai apa?" kata si kakek.
Ketika si kakek agak lengah, seperti yang diinginkan si Iblis Perempuan, tiba-tiba tangan si nenek bergerak, tak lama berhamburanlah senjata rahasia dari tangannya.
Senjata itu senjata rahasia jarum emas yang saat dilontarkan menimbulkan ledakan hebat. Dia bernama
"Tok Bu-kim-ciam", sebuah senjata ampuh yang belum pernah digunakannya selama ini. Tapi karena terdesak oleh musuh yang tangguh, terpaksa digunakannya.
Saat si kakek mendengar suara ledakan, dia mengibaskan lengan bajunya yang longgar sebanyak tiga kali. Tak terduga asap hitam yang menyerang ke arahnya itu buyar sendiri.
"Terima kembali jarum emasmu!" kata si kakek.
2031 Saat si kakek mengibaskan lengan bajunya yang longgar, dia berhasil menangkap jarum emas yang langsung dilontarkan ke arah Seng Cap-si Kouw. Bukan main kagetnya si Iblis Perempuan, sedikit pun dia tak menduga kelihayan si kakek ini. Beruntung ilmu meringankan tubuhnya lihay. Pada saat serangan jarumnya sendiri datang ke arahnya, dia melompat tinggi. Maka jarum-jarum itu mendesir di bawah kakinya.
"Cuma itu kepandaianmu, kau jual lagak di depanku!"
kata s kakek. "Karena kau ahkli racun, aku ingin tahu apakah racunmu ampuh terhadapku atau tidak?"
Sesudah itu hawa racun itu dia hirup.
"Hm! Harumnya!" kata si kakek.
Menyaksikan kejadian itu bukan main kagetnya Seng Cap-si Kouw sebab jika pertarungan itu dilanjutkan, maka dia akan celaka oleh si kakek. Maka itu dia memilih untuk kabur. Tak lama dia membalikkan tubuhnya lalu kabur!
"Hai kau mau lari ke mana?" kata si kakek sambil tertawa.
Dengan cepat Seng cap-si Kouw sudah berlari belasan langkah. Melihat hal itu si kakek tertawa.
"Kalau begitu mari kita mengadu gin-kang!" katanya.
Saat itu orang mengira si kakek akan mengejar, ternyata dia hanya berjalan kaki. Si kakek demikian santai. Dia tahu tak lama lagi tenaga Seng Cap-si Kouw akan berkurang karena tadi dia bertarung mati-matian melawan Beng Cit Nio. Maka itu tak heran si kakek dapat menyusulnya.
Ketika itu Ciok Leng dan Kiauw Sek Kiang hampir sampai pada detik-detik yang menentukan. Kiauw Sek Kiang hanya mampu bertahan, sedang Ciok Leng terus mendesaknya.
Saat si kakek melintas dekat Ciok Leng, si kakek tertawa.
2032 "Rupanya kau belum mampus, hai tabib tua!" kata si kakek.
"Ya, aku tak mengira kau juga masih hidup!" kata Ciok Leng.
Kiauw Sek Kiang kaget, saat dia tahu si kakek dan Ciok Leng ternyata saling mengenal. Saat Ciok Leng bicara dia agak lengah, maka itu kesempatan ini digunakan Kiauw Sek Kiang untuk menyerang Ciok Leng. Tapi Ciok Leng sudah tahu akan diserang demikian, maka itu dia sudah waspada. Tak lama terdengar suara bentrokan nyaring.
Ciok Leng menangkis serangan itu dengan tongkatnya. Baju Kiauw Sek Kiang terrobek oleh tongkat lawan.
Jika tadi dia kurang gesit, pasti perutnya terluka parah.
Di tempat lain Kok Siauw Hong dan nona Han sedang terdesak oleh Su Thian Tek. Saat si kakek lewat, kakek itu memuji.
"Ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu bagis. pasti kau Kok Siauw Hong, ya?" kata si kakek.
Kok Siauw Hong hanya mengangguk e tak berani bicara.
"Eh, kenapa si kakek kenal padaku?" pikir pemuda ini keheranan.
Saat itu si kakek berkata lagi.
"Aku juga tahu Seng Liong Sen hutang budi padamu!"
kata si kakek. Pedang Kok Siauw Hong menusuk, tapi tak mengenai sasaran. Saat itu Su Thian Tek mengelak dan berada di sampingnya, siap menangkap tangan Kok Siauw Hong yang memegang pedang. Tapi di luar dugaan, pedang Kok Siauw Hong bergerak berubah arah karena sambaran 2033
lengan baju si kakek. Arahnya justru mengarah ke Su Thian Tek.
Su Thian Tek kaget, buru-buru dia menghindar.
"Kau kalah sejurus, Su Thian Tek! Jika kurang senang kau boleh mencariku!" kata si kakek.
Sambil berkata dia berjalan santai, namun cepat sekali.
Tak lama dia sudah tak terlihat lagi dan lenyap di balik gunung. Tadi si kakek telah membantu Kok Siauw Hong mengalahkan Su Thian Tek yang terluka oleh pedang anak muda itu. Kok Siauw Hong heran, kenapa kakek itu membantunya. Tapi akhirnya Kok Siauw Hong ingat katakatanya, bahwa si kakek ingin mmbalas budi karena Kok Siauw Hong telah menanam budi untuk Seng Liong Sen.
"Aneh, kenapa dia mewakili Seng Liong Sen membalas budi?" pikir Kok Siauw Hong.
Su Thian Tek agak senang karena lukanya tak parah.
Jika si kakek menginginkan kematiannya, mungkin tadi dia sudah mati terkapaf oleh pedang anak muda itu.
Si Kakek membantu sekedarnya agar Kok Siauw Hong mengalahkan jago itu. Sedangkan dia sudah tentu tak pantas menyerang orang yang sedang bertarung. Karena lengannya terluka, Su Thian Tek jadi kurang bebas bergerak.
Di pihak lain Ciong Bu Pa sudah terdesak oleh Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee, ditambah lagi tadi lengannya sudah terluka oleh Ciok Leng. Tak heran jika Bu Pa sering jadi bulanbulanan kedua muda-mudi yang bertarung berputar-putar. Hal ini hingga menyulitkan gerakan Ciong Bu Pa. Dia mulai kurang gesit. Sedang Beng Cit Nio sudah tenang kembali.
2034 "Su Thian Tek, kau jangan cuma berani pada anak muda. Hadapi aku! Pwee Eng, kau mundur!" kata Beng Cit Nio sengit.
Sebenarnya itu hanya gertakan Beng Cit Nio saja, karena dia sendiri sedang terluka. Tapi gertakan itu cukup berpengaruh juga. Karena melawan dua muda-mudi saja dia sudah terdesak, apalagi jika dibantu oleh Beng Cit Nio yang lihay. Maka itu dia lebih memilih kabur saja. Setelah bersuit panjang, mereka bertiga langsung kabur.
Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee akan mengejar mereka, tetapi Ciok Leng mencegahnya. Sesudah itu mereka mendekati Beng Cit Nio yang terluka. Nona Han membersihkan luka Beng Cit Nio dengan saputangannya, terutama darah di mulut jago perempuan itu. Kemudian Han Pwee Eng berkata pada Beng Cit Nio.
"Kau baik-baik, Cit Nio?" kata Pwee Eng. "Kau telah menyelamatkan aku, padahal dulu aku menuduhmu meracuni Ibuku!"
"Sudahlah, jika kau sudah tahu aku tak bersalah, aku sudah senang anak yang baik," kata Beng Cit Nio. "Tapi seharusnya kita pun harus berterima kasih pada kakek tadi!"
"Rupanya Paman Ciok kenal padanya?" kata Siauw Hong.
"Tiga puluh tahun yang lalu aku pernah bertarung dengannya," kata Ciok Leng. "Tapi dia juga pernah membantuku!"
"Siapa namanya, Paman?" kata Siauw Hong.
"Dia Khie Wie!" kata Ciok Leng.
"Jadi dia Khie Wie," kata Beng Cit Nio kaget.
"Tigapuluh tahun yang lalu dia pernah malang-melintang di 2035
kalangan Kang-ouw. Tapi hanya sebentar lalu menghilang, entah kenapa?"
"Benar cara menghilangnya aneh sekali," kata Ciok Leng. "Setahuku dia tidak jahat. Hanya dia berdiri di antara yang baik dan yang jahat saja!"
"Bibi Beng, tahukah kau ada persengketaan apa antara dia dengan Seng Cap-si Kouw?" kata Kok Siauw Hong.
"Dulu aku pernah mendengar namanya dari Seng Cap-si Kouw, aku tak kenal dia! Sesudah kami berselisih, aku tak tahu masalah dia dengan keponakannya itu!" kata Beng Cit Nio.
Si Kakek memaksa ingin bertemu Seng Liong Sen, entah apa maunya?" kata Han Pwee Eng. "Dari ucapannya, dia galak sekali pada Seng Cap-si Kouw! Tapi terhadap Seng Liong Sen tampaknya dia baik sekali!"
"Karena Seng Liong Sen-lah, dia membantu kita!" kata Kok Siauw Hong. "Aku lihat seolah dia sangat menyayangi Seng Liong Sen! Hal itu sulit dimengerti!"
"Aku kira Seng Liong Sen itu bukan orang baik-baik,"
kata Beng Cit Nio. "Dia bermulut manis, tapi otaknya jahat.
Aku tak sudi melihatnya! Bisa jadi dia membohongi si kakek dengan kata-kata muluknya hingga Khie Wie tertipu olehnya!"
"Aku kira Liong Sen tidak terlalu jahat!" kata Kok Siauw Hong. "Sekalipun sikapnya buruk, tapi tetap dia seorang enghiong!"
"Kau pernah bertemu dengannya?" kata nona Han. "Aku dengar dia telah menikah dengan Cici Giok Hian, apa benar" Sudah tiga tahun aku tak pernah bertemu dengannya!"


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2036 "Kelak, jika kau ke Kim-kee-leng kau akan bertemu dengannya," kata Kok Siauw Hong.
"Bagaimana dengan Seng Liong Sen?" kata nona Han.
"Tahun lalu dia sudah menikah dengan Giok Hian, tapi terjadi kejadian aneh. Tiga bulan yang lalu Giok Hian malah mengira suaminya sudah meninggal!" kata Kok Siauw Hong.
"Kenapa bisa begitu?" kata nona Han.
Kok Siauw Hong menceritakan kejadian aneh yang diketahuinya. Tak heran nona Han pun jadi keheranan bukan main.
"Kau sahabatnya, kenapa dia menghindar darimu?" kata nona Han. "Aku yakin Khie Wie tahu jika Seng Liong Sen pernah menemui bibinya seperti ceritamu itu!"
"Memang mengherankan, bukan aku saja tapi dia juga menghindar dari Ci Giok Hian!" kata Siauw Hong.
"Aku kenal sifat kakak Giok Hian, dia selalu ingin menang sendiri. Tapi entah kenapa suaminya berpura-pura mati dan menghindarinya?" kata Han Pwee Eng.
"Semoga mereka bisa segera rukun kembali!"
"Aku tahu Giok Hian sedang berduka, dia belum tahu nasib suaminya apakah masih hidup atau sudah mati"
Sebaiknya kau segera temui dia, beritahu tentang khabar ini padanya!" kata Kok Siauw Hong.
"Nona, ayahmu sudah lama mengharap-harap kedatanganmu," kata Ciok Leng.
"Hai, itu Paman Han!" teriak Ciauw Siang Hoa.
Saat itu memang mereka sedang berjalan akan ke tempat Han Tay Hiong. Ternyata mereka berpapasan di tengah 2037
jalan dengan orang tua itu. Bukan main girangnya mereka.
Nona Han pun menangis karena girang bukan main bertemu dengan ayahnya.
Tak tertahankan lagi air mata Han Pwe Eng, serunya pedih bercampur girang karena baru bertemu lagi.
"Lihat, Siauw Hong juga datang!" kata Han Pwee Eng.
Kok Siauw Hong menghampirinya sambil memberi hormat. Mereka lalu diajak pulang. Han Tay Hiiong menuntun Pwee Eng, sedang di kanan dia menuntun Kok Siauw Hong. Saat itu air mata Han Tay Hiong meleleh, dia menangis.
"Tahun lalu aku hanya bertemu Pwee Eng. Bagaimana kalian sudah menikah?" kata Han Tay Hiong.
"Dulu saat aku diantar ke Yang-ciu, timbul masalah.
Karena Ayah sedang sakit pernikahan yang kami tunda tak berani aku sampaikan pada Ayah," kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong mengangguk sambil tersenyum. Untung orang tua itu tak tahu kejadian yang dialami puteri dan menantunya itu. Sambil tertawa Han Tay Hiong berkata nyaring.
"Kalau begitu aku bisa menyaksikan dan merencanakan pernikahan kalian!" kata Han Tay Hiong.
"Bagaimana keadaan Ayah, apa kau sudah sembuh?"
kata Han Pwee Eng.. "Sudah! Ini semua berkat pertolongan Paman Ciok-mu!"
kata Han Tay Hiong. "Aku juga tak menyangka kau akan sembuh demikian cepatnya," kata Ciok Leng.
"Tadi malam aku berlatih terlalu giat, hingga aku kesiangan. Ketika aku tahu kalian tak ada, maka aku keluar 2038
mencari kalian," kata Han Tay Hiong. "Berkat bantuanmu, aku sudah sehat kembali!"
"Pantas kau berjalan begitu cepat, kau telah menyembuhkan penyakitmu. Kuucapkan selamat, selain kau sudah sehat, kau juga bisa berkumpul dengan keluargamu!" kata Ciok Leng.
"Anak Eng, mengenai pernikahan kalian..." tapi sebelum kata-kata Han Tay Hiong selesai, Han Pwee Eng memotongnya.
"Ayah, ada masalah yang harus aku sampaikan pada Ayah," kata nona Han. "Mengenai masalah kami, sebaiknya nanti saja kita bicarakan!"
"Masalah penting apa?" tanya Han Tay Hiong.
"Tentang Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang juga anak buahnya! Mereka baru saja kami kalahkan, tapi mungkin mereka masih bersembunyi di sekitar tempat ini!" kata Han Pwee Eng. "Mari kita cari dulu mereka!"
"Baik, mereka harus kita singkirkan, jika tidak daerah Biauw tidak akan aman. Saudara Ciok, mari kita berpencar.
Jika tak bertemu mereka, kita akan berkumpul kembali di tempat semula!" kata Han Tay Hiong.
"Beng Kouw-kouw, kau ikut bersama kami," kata Han Pwee Eng.
Karena nona Han menganggap masih keluarga, dia kaget dan heran, tapi juga senang. Dalam perjalanan nona Han menjelaskan kejadian tadi. Han Tay Hiong heran, bagaimana si Iblis Perempuan bisa bebas dari tahanan Kiong Cauw Bun.
"Tadi kau bilang Khie Wie muncul, kalau begitu aku berhutang budi kepadanya," kata Han Tay Hiong.
2039 Sedang dengan Beng Cit Nio pun Han Tay Hiong jadi akrab sekali. Mereka menyesali kejadian yang telah mereka alami di masa lalu. Sekarang mereka sudah berbaikan lagi.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 74 Han Tay Hiong Bertemu Dengan Putrinya;
Khie Wie Mengetahui Riwayat Seng Liong Sen
Setelah mencari sehari-semalam, mereka hanya menemukan sebuah rumah atap yang yang sebaian sudah runtuh, setelah diteliti Han Tay Hiong tahu, rumah itu roboh akibat sebuah pukulan yang dasyat.
"Aku kira rumah ini persembunyian tiga orang bangsat itu!" kata Han Tay Hiong. "Mungkin karena gusar sesudah mengambil sisa makanan yang ada dia hajar rumah ini hingga roboh!"
Mereka kembali lagi ke tempat semula. Saat sampai mereka lihat Ciok Leng sudah menunggu, malah bertambah satu orang yaitu Thio Thay Thian.
"Ya, aku membawa kabar baik untukmu," kata Thio Thay Thian.
"Kabar apa?" kata Han Tay Hiong.
"Para penjahat itu sudah melarikan diri dari daerah Biauw!"
"Bagus, kalau begitu kita bisa segera pulang, Ayah!" kata Han Pwee Eng.
"Tapi aku sudah dapat kabar baru, katanya tentara Song akan menyerang ke daerah suku Biauw, sesudah kuselidiki ternyata jumlah mereka hanya sedikit!" kata Thio Thay Thian. "Pasukan Song itu dipimpin oleh seorang perwira 2040
rendah. Mungkin mereka cuma ingin mencari rejeki saja.
Aku rasa tak akan jadi masalah. Biar aku dan Ciok Toa-ko tinggal di sini untuk membantu suku Biauw!"
"Bagus, malam ini kita adakan dulu pesta perpisahan,"
kata Han Tay Hiong. "Paman Thio," kata Kok Siauw Hong. "Besok mungkin kita tak akan sempat mengucapkan terima kasih kepada ketua Bong, aku mohon kau tolong sampaikan terima kasih kami!"
"Ada kabar gembira yang lain," kata Thio Thay Thian sambil tertawa. "Muridku sekarang sudah bertunangan dengan nona Bong!"
"Itu kabar baik dan menyenangkan," kata Kok Siauw Hong, "semula memang sudah kudoakan agar mereka hidup bahagia. Aku senang mendengar kabar itu!"
"Di kalangan suku Biauw memang selalu begitu, jika ada muda-mudi yang merasa cocok, pertunangan bisa langsung dilaksanakan!" kata Thio Thay Thian.
Malam itu mereka mengadakan jamuan makan untuk perpisahan.
Esok harinya pagi-pagi sekali Han Tay Hiong, Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong meninggalkan daerah Biauw.
Tampak mereka bahagia sekali. Setelah melewati suka-duka yang panjang, akhirnya mereka bisa berkumpul lagi.
Mereka masih memikirkan, apakah Khie Wie berhasil mengejar Seng Cap-si Kouw atau tidak"
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu Khie Wie sedang mengejar Seng Cap-si Kouw, pengejaran berlangsung lama juga sampai petang, baru Seng 2041
Cap-si Kouw tersusul. Ketika tersusul si iblis kesal dan dongkol bukan main. Dia memaki Khie Wie.
"Kenapa kau ikuti terus aku, kau mau apa" Jika kau mau mencari keponakanku, sudah kukatakan aku tidak tahu!"
bentak si nenek. "Kau pandai bicara, tapi hatimu busuk. Aku tahu kau sedang membuat rencana ingin mencelakakan aku, kau kira aku tidak tahu?" kata Khie Wie. "Aku juga tahu kau mahir memakai racun, dan memang sudah kucoba. Sekarang kau punya kepandaian apa lagi. Silakan kau keluarkan!"
"Tadi karena aku terus kau desak, terpaksa kuserang kau!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau harus dengar katakataku, jika kau bunuh juga aku tak ada gunanya!"
"Jika kubunuh dia, pasti keponakannya tak akan mau menikah dengan puteriku," pikir Khie Wie. "Aku tahu sebenarnya pemuda itu pun tidak baik dan harus kubunuh juga! Tapi sayang putriku menyukainya...."
"Baik, apa yang kau ingin katakan?" kata Khie Wie.
"Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio itu musuh-musuhku.
Tapi karena kau mengusirku, maka kau terpaksa aku serang!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Aku tak mau tahu urusanmu dengan mereka. Tapi yang ingin kutahu di mana keponakanmu itu berada?" kata Khie Wie.
"Kenapa kau begitu ingin menemui keponakanku?"
"Dia berhutang padaku, maka dia harus kutemukan.
Tapi kau jangan khawatir aku tidak berniat
mencelakakannya. Malah mungkin kebaikan untunya!"
kata Khie Wie. "Maksudmu, dia hutang budi apa padamu?"
2042 "Bisa dikatakan begitu!" kata Khie Wie. "Sesudah bertemu dengannya akan kujelaskan padamu. Sudah jangan banyak bicara lagi!"
"Terus terang dia pernah menemuiku. Tapi kami cekcok dan dia pergi meninggalkan aku," kata Seng Cap-si Kouw.
"Ke mana?" "Aku tidak tahu. Tapi sebelum dia pergi dia bilang, seseorang tidak boleh membalas-dendam. Tetapi jika hutang budi kita harus balas budi. Jika dia hutang budi, aku kira sekalipun tidak kau cari dia, pasti dia akan kembali menemuimu!" kata Seng Cap-si Kouw.
Sesudah mendengar kata-kata itu alis Khie Wie berkerut.
"Kau bukan mau mengakaliku agar aku pergi, kan"
Sekalipun dia sudah ke tempatku, tapi kau harus ikut aku!
Sesudah aku bertemu dengannya, baru kau kulepaskan!"
kata Khie Wie. Maksud Khie Wie, jika bibinya dijadikan sandera, pasti pemuda itu akan datang untuk menolongi bibinya.
Bukan main gusarnya Seng Cap-si Kouw karena belum pernah dia dihina orang lain. Apalagi sekarang dia diancam segala. Karena dia tahu ilmu silat Khie Wie lebih tinggi terpaksa dia merendah. Walau dongkol bukan main, apalagi dia dijadikan sandera sampai Seng Liong Sen ditemukan.
"Kau jangan keterlaluan memaksaku!" kata Seng Cap-si Kouw dongkol bukan main.
"Aku tidak mau tahu, yang aku tahu begini ya begini!"
kata Khie Wie. "Aku minta kau jangan membantah perintahku!"
2043 "Selama ini aku tak pernah tunduk pada siapapun, sekalipun kau seorang raja. Aku tahu ilmu silatku lebih rendah darimu, tapi daripada tunduk aku lebih memilih bertarung sampai mati!" kata Seng Cap-si Kouw angkuh.
"Aku tak akan membunuhmu tapi akan kupaksa kau tunduk kepadaku!" kata Khie Wie.
"Lebih baik aku mati daripada tunduk kepadamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Hm! Tapi jika kau mau membunuhku, jangan anggap semudah itu kau bisa melakukannya! Jika tak percaya boleh kau coba!"
"Eh, apa kau masih punya ilmu silat simpanananmu, mari aku ingin tahu. Ayo kita coba!" kata Khie Wie.
Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw muntah darah. Melihat hal ini Khie Wie kaget padahal pertarungan belum mulai. Tapi kenapa si nenek malah sudah muntah darah. Tak lama dia lihat si Iblis Perempuan maju, langsung dia memutarkan tongkat bambunya menyerang Khie Wie. Melihat hal itu Khie Wie menggunakan tangan kosong coba menangkis serangan itu. Tangan Khie Wie bergerak cepat, tahu-tahu ujung tongkat lawan sudah terpegang olehnya. Saat tangan Khie Wie menyentuh tongkat, seolah di ujung tongkat itu ada sesuatu yang mengalir hingga Khie Wie kaget. Dia mengendurkan cekalannya pada tongkat itu. Ternyata Seng Cap-si Kouw mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung tongkatnya. Tak heran Khie Wie tak merasa kesakitan.
"Eh, dia lihay juga," pikir Khie Wie. "Tiba-tiba tenaganya bertambah!"
Sedikit pun Khie Wie tidak takut, malah dia tertawa.
"Sudah duapuluh tahun aku tak pernah bertemu lawan, ayo kita adu kepandaian!" kata Khie Wie.
2044 Sengaja Khie Wie memasukkan tangannya ke dalam lengan bajunya yang longgar, lalu dengan ujung lengan baju itulah dia meladeni serangan tongkat Seng Cap-si Kouw dengan hebat.
Lewat beberapa puluh jurus kembali tenaga Seng Cap-si Kouw mulai lemah. Tapi saat Khie Wie hendak melancarkan serangan mautnya, tiba-tiba dia lihat Seng Cap-si Kouw kembali muntah darah. Sesudah muntah darah, kembali kekuatan tongkat bambunya bertambah hebat lagi. Saat lengan baju lawan berhasil membelit tongkat bambunya, terdengar suara keras.
"Bret!" Ujung lengan baju Khie Wie robek oleh tongkat lawan.
Hampir saja dada Khie Wie terkena sambaran serangan itu.
Buru-buru Khie Wie melompat mundur untuk menghindar.
Khie Wie kaget, tapi dia ingat dari kaum aliran hitam dikenal ilmu tenaga dalam yang dinamakan Thian-mo-kai-teh-tayhoat. Ilmu itu digunakan dengan cara melukai diri sendiri, agar tenaganya berlipat ganda.
"Eh, barangkali dia menggunakan ilmu itu?" pikir Khie Wie.
Kelihatan si iblis mulai nekat, tak heran kalau Khie Wie jadi terdesak.
"Aku sadar hidup pun bagiku tak ada gunanya, lebih baik aku mengadu jiwa denganmu!" kata Seng Cap-si Kouw.
Mendengar ucapan iblis itu yang berniat berbuat nekat membuat Khie Wie kaget juga.
"Dia lebih memilih mati bersama dari pada menuruti perintahku?" pikir Khie Wie. "Ah, barangkali benar memang dia tidak tahu di mana anak muda itu berada" Aku 2045
memang tak berniat membunuh dia, untuk apa aku bertarung dengannya?"
Saat Khie Wie mengalah, Seng Cap-si Kouw yang dongkol karena merasa terhina, malah tak mau berhenti.
Dia semakin bernapsu ingin bertarung dengan Khie Wie hingga dia mengeluh. Terpaksa si nenek dia hadapi dengan sungguhsungguh. Tanpa terasa sudah lewat lagi beberapa puluh jurus. Napas Khie Wie mulai tersengal-sengal, keringatnya pun mulai keluar.
Si iblis pun tampak mulai kepayahan, karena setiap hantamannya selalu berhasil dihindarkan atau ditangkis oleh lawan. Tenaganya pun mulai berkurang dan semakin lemah saja. Tak lama si iblis mulai berpikir.
"Jika ilmu itu kugunakan lagi, masih untung kalau mati bersama dengannya. Jika aku gagal malah aku jadi mati siasia!" pikir Seng Cap-si Kouw.
Ketika mereka sudah sama-sama kelelahan, tiba-tiba terdengar suara desingan, itu pasti suara senjata rahasia.
Ternyata itu suara dua buah batu kerikil menyerang ke arah Khie Wie.
Khie Wie kaget dia tak mengira ternyata Seng Cap-si Kouw punya kawan yang bersembunyi dan menyerang dia secara diam-diam. Segera kedua batu itu dia tangkis.
Melihat Khie Wie sibuk menangkis senjata rahasia yang menyambar entah ulah siapa, si iblis menggunakan kesempatan itu. Dengan tongkat bambunya menghantam lawan! Sebenarnya Khie Wie sudah menduga kesempatan itu akan digunakan lawan, dia coba mengelak, tapi serangan Seng Cap-si Kouw begitu cepat hingga Khie Wie terkena serangan tongkat lawan. Tiba-tiba seorang pria melompat dari persembunyiannya. Sambil berdiri dia tertawa terbahak-bahak.
2046 "Hm, rupanya kau?" kata Khie Wie.
Dia mengenali penyerang gelapnya itu.
"Hm! Kau tak mengira bukan?" kata orang itu. "Memang aku! Saat ini sudah kutunggu selama duapuluh tahun, baru sekarang aku mendapatkannya!"
Sesudah itu dengan kedua tangannya dia serang Khie Wie. Serangannya hebat sekali.
"Ah, tidak kukira sudah lewat duapuluh tahun, tapi ternyata kau seperti dulu seorang pengecut!" kata Khie Wie.
"Aku tak keberatan kau menuntut balas, tapi caranya jangan seperti orang pengecut!"
Ketika itu Seng Cap-si Kouw heran, kok tiba-tiba dia mendapat bantuan orang itu" Padahal dia tidak kenal pada orang itu.
"Aku rasa kedua orang itu bermusuhan?" pikir Seng Capsi Kouw akhirnya. "Aku tak peduli siapa dia! Jika dia membantuku, berarti belum saatnya aku binasa!"
"Dulu kau rebut kekasihku," kata orang itu. "Apa waktu itu kau juga terang-terangan" Jika sekarang kau kubunuh, apa salahnya?"
"Dasar pengecut kau, Uh-bun Tiong!" bentak Khie Wie.
Dulu Uh-bun Tiong sama-sama mencintai nona Gak, maka itu Uh-bun Tiong ingin menjebak dan meracun Khie Wie, tapi nona Gak malah meminum racun, sehingga dia jadi korban perbuatannya.
Sebenarnya sudah lama Uh-bun Tiong ada di situ dan menyaksikan pertarungan antara Khie Wie dengan Seng Capsi Kouw. Dia tak buru-buru keluar, karena kuatir Khie Wie masih gagah. Sesudah melihat Khie Wie mulai lemah, 2047
saat itulah dia muncul dan menyerangnya dengan diamdiam.
Saat Khie Wie menghindari serangan Uh-bun Tiong, tongkat Seng Cap-si Kouw berhasil mengenai dirinya. Dia merasa aneh serangan lawan tak sehebat tadi. Tapi tak lama dia menyadari, mungkin lawan takut menggunakan tenaga dalam aliran hitamnya, karena kuatir akan sia-sia.
Uh-bun Tiong yang tak tahu apa-apa malah senang karena Seng Cap-si Kouw berhasil menghantam lawan.
Maka itu dia maju akan membantu dan menghalangi Khie Wie lari.
"Hm! Ajalmu telah tiba, apa kau mau bunuh diri?" ejek Uh-bun Tiong. "Jangan sampai kau jatuh ke tanganku, mau mati pun rasanya sulit sekali!"
"Bajingan licik dan pengecut!" bentak Khie Wie.
"Sebelum aku mati kau akan kubunuh dulu!"
Terlihat Khie Wie mulai nekat, melihat hal itu Uh-bun Tiong jerih juga. Dia tak berani keras melawan keras, karena dia tahu akibatnya mereka bisa binasa bersamasama. Maka itu dia ubah serangannya, sekarang Uh-bun Tong menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna dan terlaih selama duapuluh tahun. Dengan cara terus mengitari lawan, hingga Khie Wie pun tak dapat memukul dengan tepat ke arahnya. Uh-bun Tiong sengaja berputar-putar menghindari pukulan lawan. Tapi sesekali dia menyerang.
Ternyata Khie Wie tak bisa dianggap enteng, dia hadapi serangan lawan dengan gagah. Sikapnya pun tetap tenang.
Dia tangkis dan hindari setiap pukulan Uh-bun Tiong yang berbahaya. Maka tak heran kalau pertarungan sementara ini masih seimbang. Tak terasa tigapuluh jurus telah berlalu.
Sekarang Khie Wie sudah tahu ilmu pukulan lawannya.
2048 Suatu saat mendadak Khie Wie menyerang dengan sebuah serangan tipuan untuk menggertak lawan, saat lawan menghindar Khie Wie melancarkan sebuah serangan kilat dan menghantam dada lawan. Uh-bun Tiong buruburu menangakis serangan itu hingga tangan mereka bentrok.
"Duuk!" Tubuh Khie Wie mundur terdorong oleh tenaga pukulan lawan, malah Uh-bun Tiong juga mundur dua langkah.
Saat itu Seng Cap-si Kouw menggunakan kesempatan saat Khie Wie lengah, tongkatnya menyabet kaki Khie Wie.
Tapi dengan cekatan Khie Wie melompat menghindari sabetan tongkat bambu itu. Sekarang Uh-bun Tiong yang tadi terdorong dua langkah, sudah maju lagi sambil melancarkan serangannya. Khie Wie heran, kenapa Uh-bun Tiong berhasil bertahan dan tidak terluka oleh pukulannya"
Tapi tak lama Khie Wie pun sadar.
"Bangsat, ternyata kau berhasil mencuri tenaga dalamku!" kata Khie Wie. "Kau dapat dari siapa?"
"Baik akan kukatakan terus-terang," kata Uh-bun Tiong.
"Aku bisa ilmu ini dari calon menantumu, Seng Liong Sen!
Aku tak mencuri, saat dia mengajariku aku tak enak untuk menolaknya! Hm! Kau jangan menghina aku mencuri darimu!"
Bukan main dongkolnya Khie Wie.
"Kau dapat dari dia" Ternyata dia tak tahu budi bahkan ingkar janji!" kata Khie Wie. "Baik, kau akan kubunuh, kemudian aku akan mencari dia untuk kubunuh juga!"
Mendengar pertengkaran itu Seng Cap-si Kouw heran.
2049 "Bukankah Seng Liong Sen sudah menikah dengan Ci Giok Hian?" pikir si iblis. "Kenapa dia menjadi menantu Khie Wie?"
"Jangan mimpi," kata Uh-bun Tiong. "Sejak semula Liong Sen tak suka menjadi menantumu! Kau yang memaksanya menikah dengan putrimu karena putrimu tak ada yang mau melamar, tak heran kalau dia lupa budi dan ingkar janji!"
Sengaja Uh-bun Tiong berkata begitu supaya didengar oleh Khie Wie dan Seng Cap-si Kouw. Memang ucapan Uh-bun Tiong itu telah membangkitkan kemarahan Khie Wie.
"Bagus kau sudah berhasil mencuri ilmuku, tapi latihanmu belum sempurna!" kata Khie Wie sambil tertawa mengejek.
Suara tawa Khie Wie menyeramkan hingga bulu kuduk Uh-bun Tiong berdiri karena ngeri. Baru saja lenyap suara tawa itu, tiba-tiba serangan Khie Wie datang beruntun ke arah Uh-bun Tiong. Rupanya Seng Cap-si Kouw terpengaruh ucapan Uh-bun Tiong, maka itu tongkatnya langsung menyerang ke arah Khie Wie.
"Orang she Khie, kau terlalu menghina keponakanku, sekalipun kau mertua keponakanku aku tak akan membantumu!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Siapa yang mau dibantu olehmu?" kata Khie Wie. "Ayo maju, aku tak takut pada kalian berdua! Mari maju!"
Sesudah itu Khie Wie melancarkan serangan maut secara berbareng ke Seng Cap-si Kouw dan ke arah Uh-bun Tiong. Melihat serangan yang hebat itu tak urung Seng Cap-si Kouw kewalahan juga. Di samping si iblis Uh-bun Tiong memberi semangat.
2050 "Tenang, hadapi dia. Dia tak akan tahan lama," bisik Uh-bun Tiong.
Sesudah bertarung beberapa puluh jurus dugaan Uh-bun Tiong benar, sekarang langkah Khie Wie mulai kurang gesit. Maka itu legalah hati si iblis dan Uh-bun Tiong.
"Hm! Kau benar, tua bangka ini sudah hampir mampus!"
kata Seng Cap-si Kouw. "Kau benar," kata Uh-bun Tiong sambil tertawa terbahakbahak.
Kerongkongan Khie Wie mulai terasa seperti kering, bahkan matanya pun mulai berkunang-kunang. Tapi dia mencoba bertahan, sedang darah di dadanya akan menyembur keluar!
Tiba-tiba dia bersiul nyaring.
"Jangan tertawa, kau akan tahu bagaimana lihaynya aku!" kata Khie Wie.
Saat itu pukulan Uh-bun Tiong mengenai dada Khie Wie, tapi kepala Uh-bun Tiong pun terpegang oleh Khie Wie. Tangan Uh-bun Tiong diputar oleh Khie Wie hingga terkilir. Tapi dengan gesit tongkat Seng Cap-si Kouw menyambar ke iga Khie Wie ke arah jalan darahnya.
Dengan gesit Khie Wie menghindar, dan menangkis serangan itu. Tak ampun lagi tongkat Seng Cap-si Kouw terlontar jauh. Bukan main kagetnya si iblis, dia akan menghindar, tapi entah kenapa kakinya lemas.
Karena Khie Wie harus meladeni Seng Cap-si Kouw, Uh-bun Tiong punya kesempatan untuk membebaskan diri dari lawan. Dia bergulingan untuk menjauhi lawan. Sial bagi Seng Cap-si Kouw, mukanya beberapa kali tertampar oleh Khie Wie.
2051 "Kau telah menamparku, sekarang sudah lunas, enyalah kau dari sini!" kata Khie Wie.
Adat Seng Cap-si Kouw sangat angkuh, belum pernah dia terhina begitu. Saking dongkol dia pingsan. Saat siuman dilihatnya Uh-bun Tiong sedang membawa dia, sedangkan Khie Wie sudah tak kelihatan lagi.
"Mana Khie Wie?" kata Seng Cap-si Kouw.
"Dia terluka parah dan sudah kabur!" jawab Uh-bun Tiong. "Kita pun kalah darinya, maka itu kita harus membalas dendam!"
Kejadian sebenarnya bukan begitu, ketika Khie Wie sedang menghajar Seng Cap-si Kouw, Uh-bun Tiong bersembunyi di semak-semak. Sesudah Khie Wie pergi, baru dia muncul untuk menolongi Seng Cap-si Kouw.
Si Iblis Perempuan mencoba menarik napas dalam, dia merasakan sekujur badanya sakit bukan main.
"Ah, rupanya aku sudah tak berguna," kata dia. "Mana bisa aku membantumu?"
Setelah dua kali mengerahkan tenaga dalam aliran sesat, sekarang keadaan Seng Cap-si Kouw kelihatan payah sekali. Dia kira jika tidak mati, dia akan sakit parah. Sedang ilmu silatnya pun dia tak tahu apa masih bisa digunakan atau tidak"
"Celaka, habis sudah kepandaianku!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Jangan putus asa," kata Uh-bun Tiong. "Ini obat jin-som yang berumur ribuan tahun, aku kira bisa memulihkan kekuatanmu!"
2052 Dia berhasil mencuri hadiah Gak Liang Cun saat berulang tahun. Sekarang dia berikan pada Seng Cap-si Kouw.
"Kau siapa, kenapa kau baik padaku?" kata Seng Cap-si Kouw.
"Namaku Uh-bun Tiong, aku sahabat keponakanmu.
Sekarang Khie Wie musuh kita bersama! Terus terang jika sendiri aku tak akan mampu mengalahkan dia. Tetapi jika kita bergabung aku rasa kita bisa mengalahkannya!" kata Uh-bun Tiong.
Rupanya dia ke daerah Biauw untuk mencari Seng Liong Sen.
Apalagi dia tahu si iblis lihay, bahkan dia sudah merencanakan akan menjebak si iblis agar mau bergabung dengannya melawan Khie Wie. Kebetulan dia lihat Seng Cap-si Kouw sedang dikejar dan diganggu oleh Khie Wie.
Dulu belum pernah iblis ini punya sahabat, dia hanya punya famili seorang, yaitu Seng Liong Sen. Tapi sekarang keponakan itu sudah meninggalkannya. Saat dia sedang berduka dan terdesak oleh Khie Wie, tiba-tiba Uh-bun Tiong muncul membantunya.
"Dia baik padaku, tetapi dia juga ingin aku membantunya. Itu wajar saja, di dunia ini mana ada orang mmbantu tanpa pamrih?" pikir Seng Cap-si Kouw. "Aku lihat dia lebih baik dari keponakanku!"
Maka itu tanpa pikir lagi dia menerima ajakan Uh-bun Tiong.
"Baik, obat ini aku terima. Jika aku sudah sembuh dan ilmu silatku pulih, aku berjanji akan membantumu!" kata si iblis.
2053 "Jika kita ajak dia bertarung, belum tentu kita menang.
Maka itu mengalahkannya harus dengan akal," kata Uhbun Tiong.
"Katakan, apa rencanamu?" kata si iblis.
"Dia punya anak perempuan, mari kita dului dia ke rumahnya untuk menculik anaknya. Jika kita tak bisa mengalahkan dia dengan ilmu silat, paling tidak kita berhasil menaklukkan dia dengan cara lain!" kata Uh-bun Tiong.
"Benar, jika dia terluka-parah, kita bisa mendahului ke rumahnya," kata Seng Cap-si Kouw. "Bagaimana mengerjai anaknya, serahkan saja padaku!"
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oKhie Wie seperti dugaan Uh-bun Tiong dia terluka, maka itu setelah meninggalkan Uh-bun Tiong dan si iblis, dia pergi ke hutan. Di sana dia kumpulkan tenaga dalamnya untuk memulihkan kekuatannya. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia istirahat. Tiba-tiba dia dengar ada langkah kaki dua orang sedang berjalan ke arahnya. Khie Wie kaget.
"Ah, kenapa tadi mereka tak kubinasakan saja" Jika sekarang mereka datang, akulah yang akan celaka!" pikir Khie Wie.
Khie Wie segera bersembunyi. Langkah dua orang itu semakin dekat saja.
"Eh, aku rasa ada orang yang bersembunyi!" kata salah seorang.
"Ah, kau terlalu curiga. Dari mana kau tahu itu orang"
Siapa tahu itu binatang liar?" kata kawannya.
2054 "Tak peduli itu binatang atau bukan, tapi kita harus menyelidikinya," kata temannya.
Mendengar suaranya seolah Khie Wie merasa mengenal orang-orang itu. Kemudian dia memperlihatkan diri dan mengawasi ke arah orang yang bicara itu. Ternyata dua orang itu seorang hwee-shio dan seorang to-su.
"Itu dia!" kata si tosu. "Eh, kau Khie Toa-ko kan?"
"Ah, Saudara Theng dan saudara Khu, rupanya kau sudah mengubah dirimu, sampai aku hampir tak mengenali kalian!" kata Khie Wie.
Memang benar mereka itu It Beng To-jin dan Pek Hui Hwee-shio, dua puluh tahun berselang mereka sahabat Khie Wie, saat mereka belum menjadi hwee-shio dan paderi.
"Jika kami ceritakan kisahnya terlalu panjang.
Pendeknya kami sudah bosan menjadi kaum Rimba Hijau yang kerjanya hanya merampok!" kata It Beng. "Maka itu kami mengubah diri menjadi orang baik-baik!"
Pek Hui Hwee-hsio memegang tangan sahabatnya sambil tertawa terbahak-bahak karena girangnya. Sesudah puas tertawa Pek Hui berkata pada Khie Wie.
"Aku kira kau sudah mati! Jika aku tahu kau masih hidup, mana mau aku jadi Hwee-shio!" kata Pek Hui.
"Memang kau hwee-shio gadungan yang tak tahu aturan agama, kenapa kau takmau jadi hwee-shio kalau kau tahu aku masih hidup?" kata Khie Wie.
"Ini gara-gara Uh-bun Tiong, aku jadi hwee-shio karena menghindari dia!" kata Pek Hui.
"Lalu kenapa kalian ada di daerah suku Biauw?" kata Khie Wie.
2055 "Aku juga ingin bertanya padamu dengan pertanyaan yang sama, kenapa kau juga ada di sini?"
Sebelum dijawab dia mengawasi Khie Wie yang wajahnya pucat.
"Eh, ternyata kau sedang terluka. Rupanya tadi kau sedeng semedi mengumpulkan tenaga untuk memulihkan kesehatanmu?" kata Pek Hui.
"Benar, aku hampir binasa di tangan musuh," kata Khie Wie. "Tapi untung lukaku ini tidak parah, tapi karena telah bertarung hebat aku kehabisan tenaga!"
It Beng sudah tahu bagaimana lihaynya Khie Wie.
Mereka jadi kaget karena masih ada orang yang mampu mengalahkannya.
"Siapa musuhmu itu" Apa benar demikian lihaynya?"
kata It Beng agak keheranan.
"Mereka berdua Uh-bun Tiong dan Seng Cap-si Kouw!"
jawab Khie Wie. "Seng Cap-si Kouw tak terlalu lihay, tapi dia mempunyai ilmu aneh, hingga kami terluka besama-sama!" kata Khie Wie. "Tapi aku rasa kedaaan mereka lebih parah dariku!"
"Jadi kau bertemu dengan Uh-bun Tiong?" kata Pek Hui.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mau apa dia ke daerah Biauw?"
"Aku kira dia bermaksud tidak baik," kata Khie Wie yang tak mau membuka rahasia pribadinya. "Kalian juga sebenarnya mau apa ke mari?"
"Iblis Perempuan itu punya seorang keponakan, namanya Seng Liong Sen, apa kau tahu itu?" kata It Beng.
"Mau apa kau tanyakan tentang dia padaku?"
"Itu sebabnya, kami ke mari mau mencari dia!" kata Pek Hui.
2056 "Apa kalian bermusuhan dengannya?" kata Khie Wie.
"Tidak, dia sahabat kami!" kata It Beng sambil tertawa.
"Oh, jadi dia sahabat kalian" Aku tak mengira, apa kau tidak menganggapnya jahat?" kata Khie Wie.
"Bibinya seorang penjahat, tapi dia seorang pendekar,"
kata It Beng. "Terus-terang kami mencari dia atas permintaan Ong Cong-ce-cu dari Thay-ouw."
"Eh, apa benar dia muridmu?" kata Pek Hui hwee-sio.
Rupanya hwee-shio itu sudah tak sabar dan ingin tahu, apa benar dia murid Khie Wie.
"Kenapa kau mengira dia muridku?" kata Khie Wie.
"Terus-terang kami pernah bertarung dengannya, karena salah paham. Aku lihat dia menggunakan jurusmu!" kata It Beng. "Tetapi dia tidak mau mengaku!"
Mereka mengisahkan pengalamannya pada Khie Wie.
"Aku tak mau tahu, apa dia pendekar atau bukan.
Karena dia bergaul dengan Uh-bun Tiong, maka aku tak bisa mengatakan dia orang baik!" kata Khie Wie.
"Kalau begitu kau salah duga, dia justru tertipu oleh Uhbun Tiong!" kata It Beng. "Sesudah kami berbincang baru kami tahu, dia sudah tahu siapa Uh-bun Tiong itu?"
Khie Wie akhirnya bersyukur, sekarang dia tahu masalah anak muda itu. Dengan demkian dia tak akan terjebak oleh akal busuk Uh-bun Tiong.
"Dari mana kalian tahu dia datang ke mari?" tanya Khie Wie.
"Sudah lama kami tahu dia ada di daerah suku Biauw, malah kami baru saja bertemu dengannya, tapi sekarang dia sudah meninggalkan daerah Biauw!" kata Pek Hui.
2057 "Kalau kalian sudah bertemu dengannya, kenapa tidak kalian ajak dia kembali ke Thay-ouw, malah kalian masih berada di sini?" tanya Khie Wie heran.
"Masih ada dua sebab," kata It Beng To-jin. "Pertama dia tidak mau kembali ke Thay-ouw bersama kami, kedua, kami tahu Uh-bun Tiong ada di sini! Aku yakin Seng Liong Sen sedang diincar oleh Uh-bun Tiong! Mungkin dia sendiri tidak mengetahuinya?"
"Dari mana kalian tahu demikian rinci?" kata Khie Wie.
"Jika diceritakan panjang sekali," kata Pek Hui. "Pada suatu hari, di sebuah kota kecil terjadi pembunuhan.
Korbannya dua orang dan mereka tertotok berat. Ternyata kedua orang itu anak buah Kiauw Sek Kiang. Coba kau terka terbunuh oleh siapa mereka itu?"
"Apa Seng Liong Sen pembunuhnya?" kata Khie Wie.
"Benar, tapi ketika itu Uh-bun Tiong masih bersama dengan Seng Liong Sen." kata Pek Hui.
"Kota kecil yang kau maksud Ceng-liong-tin, bukan?"
"Oh, jadi kau juga sudah tahu kejadian itu?"
"Tidak! Aku diberitahu sekadarnya saja. Seorang kenalanku memberitahuku tentang wajah pemuda yang dilihatnya. Tapi dia tidak kenal pada Uh-bun Tiong," kata Khie Wie.
Karena Seng Liong Sen sudah lewat enam bulan belum juga kembali, terpaksa Kie Wie turun gunung mencari sendiri. Dia seorang jago berpengalaman, sudah tentu banyak kawankawannya. Dari berbagai keterangan yang diperolehnya, Khie Wie tahu asal-usul Seng Liong Sen.
Setelah tahu dia gusar bukan main. Segera dia ikuti jejak 2058
pemuda itu. Khie Wie tahu bibi Seng Liong Sen ada di daerah Biauw, maka itu dia kira pasti pemuda itu akan mencari bibinya, dia mengejar ke daerah Biauw.
"Di antara orang yang tahu siapa pemuda itu, ada seorang dari Thay-ouw! Maka itu kami mendapat keterangan dari mereka!" kata It Beng.
"Rupanya kau sudah tahu semua," kata Pek Hui. "Tapi mungkin selanjutnya kau belum tahu. Sesudah membunuh kedua anak buah Kiauw Sek Kiang, dia ke daerah Biauw akan mencari bibinya. Tapi dihalangi oleh Uh-bun Tiong karena dia diajak ke Sun-keng-san. Tapi Seng Liong Sen menolak hingga terjadi pertarungan di antara mereka!"
"Bagaimana akhir pertarngan mereka?" kata Khie Wie.
Dia yakin ilmu silat Uh-bun Tiong lebih tinggi dari Seng Liong Sen, dan pemuda itu dikalahkan.
"Ternyata keduanya terluka parah, sedang luka Uh-bun Tong rupanya lebih parah! Pemuda itu meninggalkannya akan mencari bibinya! Sedang Uh-bun Tiong harus beristirahat lama. Baru keesokan harinya dia bisa meninggalkan tempat itu." kata It Beng.
Khie Wie heran hanya setengah tahun dia belajar ilmu silat darinya, ternyata pemuda itu mampu menghadapi Uhbun Tiong. Malah dia bisa melukai lawan, sungguh itu sangat mengherankan.
"Tetapi aku yakin dia tidak tahu kalau dia masih diikuti oleh Uh-bun Tiong!" kata It Beng. "Saat bertemu kami, hal itu sudah kuberi tahu dia. Dia gelisah dan bergegas meninggalkan kami entah kenapa?"
"Kenapa dia tak mau pulang ke Thay-ouw, apa alasan dia?" kata Khie Wie.
2059 "Dia pernah bilang dia hutang-budi pada seseorang, sebelum membalas budi orang itu, dia tak akan muncul di kalangan kang-ouw!" kata It Beng. "Barangkali kau lebih tahu alasannya!"
"Sedang kalian sendiri tidak tahu, bagaimana aku bisa tahu?" kata Khie Wie.
Tapi Khie Wie yakin yang dikatakan Liong Sen berhutang budi pada seseorang, pasti dia! Sekarang dia merasa heran ternyata pemuda itu tahu budi dan punya perasaan.
"Ketika kami tanya dia mau ke mana" Dia menjawab pasti Uh-bun Tiong menuju ke suatu tempat, maka itu dia akan menyusulnya!" kata Pek Hui.
Khie Wie kaget, lalu berkata pada kedua kawannya.
"Kalau begitu aku harus pamit dari kalian!" kata Khie Wie.
"Kau mau mencari dia, kan?" kata It Beng.
"Ya!" "Terus-terang, dia memang muridku. Pasti dia ke rumahku!" kata Khie Wie.
"Selama ini kau tinggal di mana?" tanya Pek Hui.
"Sudah, kalian anggap saja aku sudah mati. Jika sakit hatiku sudah beres mungkin aku akan mencari kalian!"
It Beng tahu watak Khie Wie aneh, dia tidak berani bertanya lagi pada orang she Khie itu.
"Apa kau sudah merasa sehat?" kata It Beng. "Jika mau kau beristirahat dulu, biar kami menjagamu!"
2060 "Terima kasih, tapi aku tak bisa berlama-lama di sini!"
kata Khie Wie. "Lukaku tidak parah, akan kuobati di perjalanan!"
Dia melanjutkan perjalanan dengan kepala agak pening, dan jantung berdebar karena tahu Seng Liong Sen telah menikah dengan Ci Giok Hian. Tapi dia berani berbohong padanya dan menipu anak perempuannya.
"Masalah ini tak bisa kuampuni!" pikir Khie Wie. "Aku harus segera pulang, siapa tahu Uh-bun Tiong menyatroni rumahku?"
Tak lama Khie Wie berpikir lagi.
"Walau bagaimana dia tahu diri dan tahu membalas budi, bagaimana aku bisa menghukum dia?" pikir Khie Wie. "Aku yakin di Yang-ciu dia menemui istrinya, tapi tak mau mengakui bahwa dia suaminya. Mengapa begitu"
Memang masalah di dunia banyak yang aneh! Mungkin sesudah bertemu dengannya, aku bisa tahu masalah itu!"
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu Seng Liong Sen dalam perjalanan ke Sun-keng-san, disusul oleh Uh-bun Tiong dan bibinya. Tentang keikut sertaan Seng Cap-si Kouw memang tidak diketahui oleh Seng Liong Sen. Sesudah itu baru dia akan menyusul Khie Wie! Sudah sepuluh hari dalam perjalanan tidak terjadi sesuatu. Tapi ketika Seng Liong Sen sampai di pegunungan yang dituju, hati Seng Liong Sen mulai bimbang bukan main..
"Begitu tulus dan suci cintanya padaku, aku tidak pantas menipu dia lagi," pikir Seng Liong Sen.
"Oh, betapa manis dan cantiknya dia!" pikir Liong Sen.
"Jika aku mengatakan dengan jujur padanya, pasti dia akan berduka, mana aku tega melukai hatinya?"
2061 Saat melamun tiba-tiba muncul wajah ayahnya yang gusar karena dia telah menipu putrinya. Seng Liong Sen jadi ngeri sekali. Dia ingat dulu ketika diancam, jika dia melanggar perintah, apa lagi mempermainkan putrinya dia akan dibunuh.
"Ah, lebih baik aku tidak berterus-terang!" pikir pemuda ini. "Aku yakin ayahnya akan menanyakan, kenapa aku terlambat pulang" Apa aku harus berterus-terang bahwa Uhbun Tiong akan datang mengacau di rumahnya" Aku yakin dia percaya!"
Tapi hati pemuda ini tetap gelisah. Dia membayangkan wajah Ci Giok Hian yang cantik. Begitu kesalnya jika dia ingat hubungan dia dengan Ci Giok Hian hanya "suami pura-pura saja".
"Tapi hal itu hanya kami berdua saja yang mengetahuinya!" pikir Seng Liong Sen.
Pergolakan batin pemuda ini demikian hebat, tapi akhirnya dia memutuskan.
"Aku sudah berbuat salah, maka itu kesalahan itu tak boleh kuulangi lagi!" pikir Seng Liong Sen. "Karena kebohongan itu lambat-laun akan terbongkar juga! Aku tak boleh menipu lagi kedua nona itu! Seorang ksatria berani berbuat harus berani bertanggungjawab! Akan kuceritakan bahwa aku bertemu dengan Uh-bun Tiong, kemudian kuceritakan pula asal-usulku. Sesudah itu terserah Khie Wie mau diapakan aku?"
Setelah mengambil keputusan, dada pemuda itu terasa lega. Di antara tiupan angin pegunungan yang sepoi-sepoi, terdengar suara nyanyian anak perempuan. Nyanyian yang sering dinyanyikan oleh Khie Kie saat dia bersamanya.
2062 Seng Liong Sen berada tak jauh dari Khie Kie, dia bersembunyi di balik batu, mennggu saat akan muncul untuk mengejutkan kekasihnya itu.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oDi tempat Khie Wie.... "Sekarang pertengahan bulan sepuluh, sudah lewat sebulan waktu yang ditentukan ayah padanya! Tetapi mengapa dia belum pulang juga" Pasti Liong Toa-ko tidak membohongiku" Mungkin terjadi halangan di tengah jalan hingga terlambat?" gumam Khie Kie
Di luar dugaan nona itu, justru Seng Ling Sen berada di dekatnya. Dia ada di balik bukit tak jauh dari si nona.
Tepatnya Seng Liong Sen ada di belakangnya.
"Dia begitu mencintaiku, bagaimana aku tega membohonginya?" pikir Seng Liong Sen.
Saat itu dia yakin hanya nona Khie-lah di dunia ini yang mencintainya. Semula dia akan muncul secara tiba-tiba di depan nona itu untuk mengejutkannya, dia yakin nona itu akan kegirangan. Langkah Seng Lion Sen tiba-tiba terhenti!
Ketika dia mendengar ada orang sedang bicara.
"Kau dengar anak dara itu sedang merindukan kekasihnya, rasanya kita datang tepat pada waktunya!" kata seseorang.
Bukan main kagetnya Seng Liong Sen ketika itu. Dia mengenali suara itu suara Uh-bun Tiong. Cepat dia bersembunyi agar tak dilihat oleh Uh-bun Tiong. Entah sedang bicara dengan siapa Uh-bun Tiong ketika itu"
2063 Dari jauh terlihat Uh-bun Tiong sedang mendatangi, dia berjalan bersama seorang nenek. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen saat mengenali nenek itu.
"Ah, itu Bibi! Kenapa dia datang bersama Uh-bun Tiong?" pikir Seng Liong Sen. "Aku lihat mereka akrab sekali?"
Di lereng gunung itu tidak ada jalan untuk manusia, seperti Seng Liong Sen, mereka pun mendaki ke atas gunung dengan menyusuri semak-semak. Arah yang mereka tempuh juga sama, hanya jaraknya dengan pemuda itu puluhan langkah. Segera pemuda itu bersembunyi ketika mendengar suara Uh-bun Tiong.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 75 Seng Liong Sen Berusaha Menolongi
Kekasihnya; Uh-bun Tiong Menipu Khie Kie Untuk
Menjebak Khie Wie Seng Liong Sen sudah tahu Uh-bun Tiong ingin menbalas dendam pada Khie Wie, karena merasa kalah bersaing tidak bisa menikahi puteri Nyonya Gak Liang Cun. Tetapi Seng Liong Sen tidak tahu bahwa Khie Wie pun bermusuhan dengan bibinya, Seng Cap-si Kouw. Jadi dia tak tahu mengapa sang bibi datang akan mencari Khie Wie. Maka itu pemuda ini jadi bingung dia tak tahu apa yang harus dia lakukan nanti. Maka itu dia mencoba mencari tahu dulu, apa yang akan dikatakan bibinya.
"Aku belum tahu keadaan di rumahnya, kau yang bicara dengannya, biar aku mengawasi dari sini!" kata Seng Cap-si Kouw pada Uh-bun Tiong.
2064 "Baiklah, aku kira Khie Wie pun tak akan sesegera mungkin pulang." kata Uh-bun Tiong.
"Kau perhatikan, jika dia sudah mengajakku mausuk ke rumahnya, itu berarti dia telah tertipu oleh kata-kataku!
Kau tunggu sejenak, lalu kau masuk menyusul kami dan jangan kuatir!"
Dari persembunyiannya Seng Liong Sen mendengar pembicaraan itu dengan jelas. Dia sedih dan kesal mendengar tipu-muslihat mereka itu. Dia menyesal bibinya tak mau mendengarkan nasihatnya untuk pulang kampung.
Sekarang dia malah bertambah jahat!
Seng Liong Sen kesal karena kedua orang itu berniat jahat pada Khie Kie gadis yang polos tak berdosa itu. Saat itu nona Khie Kie sudah selesai merangkai bunga, dia berniat pulang. Saat berjalan dia kaget mendengar ada langkah orang di belakang dia. Lalu dia menoleh, dia lihat seorang pria yang tak dikenalnya mengikutinya dari belakang. Tak lama mereka berdekatan.
"Eh, kau siapa?" tegur nona Khie kaget.
"Aku sahabat Seng Liong Sen," jawab Uh-bun Tiong.
"Siapa Seng Liong Sen?" kata si nona.
"Ah, rupanya kau belum tahu nama asli pemuda itu, Seng Liong Sen adalah Liong Sin, Toa-komu itu!" kata Uhbun Tiong.
Keterangan Uh-bun Tiong telah menggirangkan hati nona Khie. Sekarang kabar tentang "kekasihnya" ternyata sampai juga kepadanya. Dia kelihatan ragu dan curiga, kenapa kekasihnya memakai nama Seng Liong Sen" Tapi dia tak sempat menanyakan hal itu kepada Uh-bun Tiong.
2065 "Jadi kau sahabat Liong Sin Toa-ko"!" kata si nona.
"Bagaimana keadaannya" Apa kau disuruh menemuiku?"
Uh-bun Tiong manggut. Dia senang gadis ini ternyata mudah diakalinya.
"Aku yakin kau Nona Khie, apa kau masih kenal benda ini," kata Uh-bun Tiong sambil mengangsurkan sobekan kain pada si nona.
"Ya, aku Khie Kie dan aku tahu itu bagian dari baju Liong Sin Toa-ko!" kata si nona.
Saat mau pergi memang nona ini membuatkan pakaian untuk Seng Liong Sen. Sedang ditunjukkan Uh-bun Tiong ialah sobekan kain pakaian Seng Liong Sen yang diperolehnya saat mereka bertarung sehingga dia berhasil mengambil dan menyimpannya. Khie Kie girang sekali.
"Dari mana kau peroleh sobekan kain baju itu?" tanya nona Khie.
"Ini pemberian dia padaku, sekarang kau percaya tidak aku sahabatnya?" kata Uh-bun Tiong.
"Aku percaya, kenapa kain itu kau berikan padaku"
Bekas darah ini darah siapa?" tanya Khie Kie.
"Baik, akan kujelaskan. Aku ini selain sahabat Liong Sin Toakomu. aku juga sahabat ayahmu, Nona!" kata Uh-bun Tiong.
"Oh, benarkah begitu?" kata si nona. "Sekarang Ayahku tak ada di rumah, dia mencari Liong Sin Toa-ko! Apa kau tak bertemu dengan Ayahku?"
"Aku memang bertemu dengan ayahmu, nanti akan aku jelaskan padamu masalahnya. Aku kenal dengan ayahmu, ketika dia menikah dengan ibumu pun aku hadir di pernikahannya. Benarkah ibumu itu she Gak dan orang 2066
Yangciu?" kata Uh-bun Tiong. "Tapi sayang ibumu meninggal setelah melahirkan kau!"
Keterangan Uh-bun Tiong semakin membuat Khie Kie percaya. Asal-usulnya memang dia tak tahu, tapi ibunya she Gak jelas dia tahu. Maka itu dia percaya pada Uh-bun Tiong yang mengaku she Bun itu. Dia memang tertarik dan ingin tahu kisah ibunya, maka itu saat ayahnya tak ada di rumah dia ingin menanyakannya lebih jelas dari Paman Bun ini. Tapi sebenarnya nona Khie lebih ingin tahu tentang Liong Sin.
"Jika Ayah juga sudah bertemu Toako Liong Sen, kenapa mereka tidak pulang bersamamu?" kata nona Khie.
"Sayang...." Uh-bun Tiong mengelah napas. "Rupanya mereka tak akan pulang bersama-sama lagi!"
"Kenapa?" tanya Khie Kie kaget.
Heng Thian Siau To 6 Anak Berandalan Karya Khu Lung Pedang Kiri Pedang Kanan 5

Cari Blog Ini