Ceritasilat Novel Online

Rahasia Istana Terlarang 8

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 8


"Tidak bakal salah!"
Dari dalam sakunya Kiem Hoa Hujien ambil keluar sebuah kotak kumala, kemudian ia
berseru, "Siapakah diantara cuwi yang membawa korek api?"
"Cayhe ada!" sahut Suma Kan. "Apakah Hujien hendak melepaskan api, membakar
sarang laba-laba ini?"
"Tak dapat kita bakar dengan api. Gerak gerik laba-laba beracun itu sangat cepat.
Seandainya mereka sampai melarikan diri maka orang bakal jatuh korban. Maka kita harus
musnahkan lebih dulu keempat ekor laba-laba beracun itu kemudian baru membakar
sarang laba-labanya."
"Lain dengan sara apakah Hujien akan melenyapkan keempat ekor laba-laba beracun
itu?" "Silahkan cuwi sekalian menikmati suatu keajaiban alam!" seraya berkata perempuan
itu lantas membuka kotak pualamnya dan menggetarkan sang pergelangan kemuka.
Sekilas cahaya putih meluncur kemuka dan langsung menyambar laba-laba beracun
yang ada didalam sarangnya.
Tatkala para jago memandangnya lebih seksama maka mereka lihat bahwasannya
cahaya putih yang menyambar kedepan tadi kiranya adalah seekor ular kecil berwarna
putih. Begitu berjumpa dengan ular putih, keempat ekor laba-laba beracun itu secara tiba-tiba
bersama-sama meluncur kearah ular putih tadi, bahkan langsung masuk kedalam mulut
ular kecil itu. Suma Kan yang angkat tinggi obornya membuat suasana disana jadi terang benderang,
dengan sendirinya para jagoanpun dapat menyaksikan peristiwa tadi dengan hati kaget
bercampur tercengang. Perawakan tubuh ular putih itu kecil lagi pendek, sehabis menelan empat ekor laba-laba
beracun bagian lambungnya segera melembung besar sekali.
Tampak Kiem Hoa Hujien angkat kembali kotak pualamnya. Ular tadi segera putar
kepala dan menyusup balik kedalam tempatnya semula.
Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien menutup kembali kotaknya, setelah itu ia baru
berseru, "Sekarang kalian boleh bakar sarang laba-laba itu hingga habis."
Suma Kan mengiakan, dalam sekejap mata sarang laba-laba disekeliling tempat itu
terbakar musnah dan lenyap tak berbekas.
Begitu sarang itu lenyap, para jago sambil menghembuskan napas panjang serentak
berjalan keluar, mereka rasakan sekujur badan jadi lega dan segar.
Sang Pat lantas menggendong tubuh Thio Kie An seraya berseru, "Thio heng, kau tidak
leluasa untuk bergerak sendiri, lebih baik siauwte bopong dirimu untuk meneruskan
perjalanan!" Pada saat itu Siauw Ling pun sudah bangkit berdiri, kepada Kiem Hoa Hujien tanyanya,
"Cici, apakah kau bisa berjalan sendiri."
"Tidak bisa!" sahut Kiem Hoa Hujien sambil menggeleng. "Paling sedikit aku harus
beristirahat tiga hari lebih dulu sebelum meneruskan perjalanan, rupanya terpaksa aku
harus merepotkan saudara untuk membopong diriku."
Teringat akan budi pertolongan yang telah diberikan perempuan itu kepada dirinya,
tanpa banyak bisara lagi Siauw Ling bongkokkan badan dan membopong tubuh Kiem Hoa
Hujien. Begitulah, dibawah pimpinan Tu Kioe mereka segera berjalan keluar dari tebing buntu
itu dan naik keatas. Ditengah perjalanan tiba-tiba Siauw Ling berhenti lalu berseru, "Saudara Tu, biarlah
mereka berjalan lebih dulu, kau temani aku pergi mencari jejak dari Soen Loocianpwee
serta Boe Wie Tootiang!"
Selamanya nada suara Tu Kioe tidak enak didengar, kepada siapapun dia merasa tidak
takluk, tetapi terhadap Siauw Ling sikapnya amat menghormat. Mendengar seruan itu ia
lantas mengiakan. Siauw Ling kembali berpaling kearah Suma Kan.
"Suma heng, terpaksa siauwte harus merepotkan dirimu untuk"."
"Kau hendak suruh dia menggendong aku untuk meneruskan perjalanan?" Tukas Kiem
Hoa Hujien tiba-tiba. "Siauwte memang bermaksud begitu."
"Tidak bisa jadi! aku mau tetap tinggal disini untuk membantu dirimu!"
"Cici, gerak gerikmu tidak leluasa mana mungkin bisa membantu diriku" aku takut
malahan siauwtelah yang harus merawat dirimu."
"Walaupun gerak gerikku tidak leluasa tetapi sekujur badanku penuh dengan binatang
berbisa, seandaianya kau berjumpa lagi dengan lalat darah mungkin saja laba-laba racun
yang kumiliki bisa menghadapinya, aku lebih baik bawalah serta diriku."
"Ilmu silat yang dimiliki Ling touw toako cayhe amat lihay, seandainya dia harus
menggendong dirimu mana bisa hadapi serangan musuh tangguh"." sambung Tu Kioe
ketus. "Apabila hujien bersikeras hendak ikut, terpaksa aku harus menodai dirimu."
"Apa yang kau maksudnya dengan menodai diriku?"
"Cayhe harus menggendong dirimu, bukankah itu seperti juga harus menodai dirimu?"
"Ah, kalau soal itu sih tidak mengapa?"
Tu Kioepun tidak sungkan-sungkan lagi, ia maju kedepan untuk menggendong Kiem
Hoa Hujien kemudian sambil memandang kearah Suma Kan pesannya, "Suma heng,
bawalah mereka berlalu dari sini dan tunggulah kami dibawah sepasang pohon-pohon Pak
sepuluh li dari sini."
Suma Kan mengiakan, dengan membawa Sang Pat sekalian ia berlalu lebih dulu.
Sepeninggalnya mereka. Siauw Ling menghembuskan napas panjang dan mengeluh.
"Bagaimana mungkin kita bisa temukan jejak mereka berdua?"
"Menurut pendapat siauwte, lebih baik kita bertahan disuatu tempat kemudian biarlah
siauwte dnegan membawa anjing raksasa itu pergi mencari jejak mereka."
Siauw Ling termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! kalau begitu kuturuti saja pendapatmu!"
Sambil membopong Kiem Hoa Hujien dan menggandeng anjingnya Tu Kioe berjalan
keatas sebuah bukit kecil, tiba-tiba ia berjongkok sambil menepuk anjingnya dan bersuit
rendah. Tiba-tiba anjing itu menggonggong, laksana kilat ia lari kedepan.
Sungguh cepat lari anjing itu, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap
tak berbekas. Kurang lebih seperminum teh kemudian, mendadak terdengar suara gonggongan anjing
berkumandang. "Aaaah, sudah ada kabar beritanya" seru Tu Kioe.
"Kabar berita soal apa?"
"Dua ekor anjingku telah saling berjumpa, anjing itu berada dalam keadaan sehat itu
berarti baik Soen loocianpwee maupun Boe Wie Tootiang berada dalam keadaan sehat
walafiat pula." "Sungguh?" "Siauwte tidak berani membohongi toako."
Seperempat jam kemudian dari kegelapan segera terlihatlah beberapa sosok bayangan
hitam laksana kilat meluncur datang.
Pertama-tama dua ekor anjing itulah yang tiba lebih dulu disusul Soen Put Shia serta
Boe Wie Tootiang dibelakangnya.
Buru-buru Siauw Ling maju menyongsong sambil menegur, "Apakah kalian berdua tidak
berjumpa dengan lalat darah?"
"Kau maksudkan makhluk berbisa seperti tawon raksasa itu?" sahut Soen Put Shia.
"Waduuuh". lihay! lihay".! sungguh luar biasa". seandaianya Boe Wie Too heng tidak
miliki otak yang encer, mungkin selembar jiwa aku sipengemis tua telah musnah ditangan
makhluk terkutuk itu".!"
Didengar dari nada ucapan tersebut Siauw Ling yakin kedua orang tokoh besar dunia
persilatan ini telah berjumpa dengan lalat darah, namun ketika dilihatnya mereka berada
dalam keadaan sehat tanpa kekurangan sesuatu apapun, dalam hatinya heran.
Terdengar Boe Wie Tootiang telah berkata, "Kalau bukan loocianpwee melepaskan dua
buah pukulan yang maha dahsyat, mungkin kami berdua tidak punya kesempatan untuk
menghindari serangan maut lalat-lalat darah itu"." ia merandek dan menghela napas
panjang. "Aaaai". sungguh kasihan dua orang manusia yang melepaskan lalat darah itu,
mereka mati konyol terhisap darahnya oleh lalat itu sendiri"."
"Apanya yang patut dikasihani?" mereka hendak habisin nyawa kita berdua, syukur
kalau mereka sendirilah yang akhirnya harus mati konyol" gerutu Soen Put Shia.
"Mereka semua sedang menantikan kedatangan cianpwee berdua" tukas Siauw Ling.
"Mari kita berjalan sambil bercerita!"
Tu Kioe membenarkan pendapat toakonya, maka ia bergerak lebih dulu meninggalkan
tempat itu. Ditengah perjalanan Soen Put Shia berpaling kearah Siauw Ling dan menegur sambil
tertawa, "Bagaimana" apakah kalianpun telah berjumpa dengan lalat darah?"
"Aaaai! kalau dibicarakan sungguh panjang sekali, sekarang boanpwee sedang hidup
dengan nyawa cadangan!" maka diapun segera menceritakan kisah pengalamannya yang
telah ia alami selama ini.
Selesai mendengar cerita itu, dengan alis berkerut Soen Put Shia berkata, "Jika
demikian adanya, Kiem Hoa Hujien telah melepaskan jalan yang sesat dan kembali kejalan
yang benar?" "Pendapat pinto jauh berbeda!" seru Boe Wie Tootiang sambil tersenyum.
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Berulang kali Kiem Hoa Hujien menolong kita semua. Hal ini bukan lain disebabkan
karena Siauw Ling"."
Ia berpaling memandang sekejap kearah si anak muda itu, lain sambungnya, "Sejak
banyak tahun berselang pinto sudah banyak mendnegar tentang nama besar Kiem Hoa
Hujien, orang ini bukan saja kejam dan sadis diapun berhati racun, separuh hidupnya
sebagian besar dihabiskan untuk membuat keonaran dan kejahatan. Seandainya Djen Bok
Hong tidak memahami betul-betul tabiat serta sepak terjangnya, bagaimana mungkin dia
undang perempuan itu untuk hadir ditengah daratan Tionggoan."
"Tapi Djen Bok Hong telah melepaskan racun keji kedalam tubuhnya" seru Siauw Ling
dari samping. "Gembong iblis tersebut bisa berbuat begini hal ini bukan lain karena dia punya
hubungan yang erat dengan Siauw thayhiap"."
"Djen Bok Hong punya rasa curiga yang luar biasa terhadap setiap orang" kata si anak
muda itu. "Semua orang dicurigainya bahkan sampai-sampai siraja obat bertangan kejipun
sudah diracun pula. Aku rasa setiap insan manusia yang hidup dalam perkampungan Pek
hoa San tjung, tak seorangpun yang lolos dari tangan jahatnya."
"Meskipun ucapanmu itu benar, tetapi seandainya Djen Bok Hong tidak saksikan sikap
Kiem Hoa Hujien yang istimewa terhadap diri Siauw thayhiap, meski dia turun tangan
jahat, tidak nanti sekeji dan sedalam itu, apalagi memberitahukan hal ini secara terangterangan
kepadanya." Siauw Ling masih ingin coba membantah, namun Soen Put Shia sudah keburu tertawa
tergelak. "Haaa". haaa". haaa". Siauw thayhiap tak usah coba mungkir lagi, aku pengemis
tuapun dapat merasakan betapa kasih dan sayangnya Kiem Hoa Hujien terhadap dirimu.
Perempuan ini sudah lama angkat nama, kalau dihitung-hitung usianya mungkin sudah
setengah abad lebih" mendadak ia rasakan ucapan selanjutnya terlain kasar didengar,
cepat-cepat ia membungkam.
Siauw Ling takut mereka membicarakan persoalan itu lebih mendalam, buru-buru ia
tukas ditengah jalan. "Cianpwee berdua belum menceritakan kisah perjalanan kalian. Boanpwee pingin
mendengarnya!" Soen Put Shia tersenyum dan mengangguk.
"Kami jauh masuk kedalam hutan untuk mencari saudara Siauw sekalian. Tapi sudah
setengah lamanya kami berputar kayuh disini tanpa berhasil menemukan sesuatu jejak
apapun, suatu ketika rupanya anjing itu mencurigakan, tiba-tiba ia putar badan dan lari
keluar hutan. Aku serta tootiang sama-sama tidak paham bagaimana caranya memanggil
balik anjing itu. Maka terpaksa kami ikuti saja anjing kemuka"."
Dia menghembuskan napas panjang, sesudah merandek sejenak sambungnya lebih
jauh, "Setibanya diluar hutan, aku sipengemis tua saksikan anjing itu mendekam diatas
tanah tanpa berkutik barang sedikitpun, sepasang matanya memandang kemuka dengan
mata melotot. Aku sipengemis tua yang selamanya berangasan kali ini bisa tenangkan
hati, mungkin itulah takdirku untuk mati. Aku cepat-cepat berhenti dan segera ikut
menengok kemuka"."
Bicara sampai disitu ia melirik sekejap kearah Boe Wie Tootiang lalu tambahanya, "Pada
saat itulah kebetulan Boe Wie Too heng tiba disana!"
"Benar. Waktu itu kebenaran pinto tiba disana, menyaksikan sikap loocianpwee yang
aneh. Maka pinto segera pertingkat kewaspadaan terhadap keadaan disekeliling tempat
itu." Soen Put Shia tertawa terbahak-bahak.
"Haaa". haaa". lama sekali aku sipengemis tua perhatikan keadaan dimuka, tapi tidak
berhasil menemukan sesuatu walau sudah kuperiksa disitu berulang kali"."
"Kenapa?" "Ternyata orang itu pada memakai baju berwarna hitam serta memakai kain kerudung
berwarna hitam pula. Berdiri ditengah kegelapan malam keadaan mereka tak ada bedanya
dengan pepohonan." "Oooooooow, kiranya begitu."
"Seandainya Boe Wie Too heng tidak patahkan sebatang ranting kemudian disambit
sebagai senjata rahasia. Aku pengemis tua masih tidak sadar kalau disitu berdiri manusia!"
"Dan seandaianya bukan pinto melepaskan senjata rahasia itu hingga merubuhkan
salah satu diantaranya mungkin orang itu tidak akan melepaskan lalat darah" sambung
Boe Wie Tootiang. "Boe Wie Too heng berhati ramah dan penuh welas kasih. Kendati ia timpuk orang itu
dengan ranting kayu namun serangannya enteng sekali hingga luka yang diderita tidak
terlalu parah, siapa sangka pada saat itulah orang tadi putar badan sambil melepaskan
lalat darah. untung aku sipengemis tua merasakan situasi tidak menguntungkan, buruburu
kulepas dua buah pukulan dahsyat untuk membendung serangan lalat darah itu, saat
itulah Boe Wie Too heng menyeret aku sipengemis tua mengundurkan diri kedalam.
Sementara itu segerombolan lalat darah sudah mengejar sampai, suara dengusan mereka
amat keras memekikkan telinga"."
Ia sapu sekejap anjing raksasa disisinya lain menyambung lebih jauh, "Aaaai". kalau
dibicarakan ternyata kecerdasanku kalah dengan cerdiknya anjing, rupanya anjing itu
merasa bahwa makhluk kecil yang sedang menyerang datang adalah makhluk berbisa,
dengan cepat ia lari masuk kedalam sebuah pohon kering. Menyaksikan hal itu aku
sipengemis tua serta Boe Wie Too heng pun buru-buru ikut bersembunyi disitu sambil siap
melancarkan serangan untuk menahan serangan lalat darah itu."
"Ditengah malam yang buta suasana remang-remang tidak jelas lagipula gerakan lalat
darah itu sangat cepat, mereka berdua tidak sampai terluka oleh lalat darah itu boleh
dibilang merupakan suatu keberuntungan" pikir Siauw Ling.
Terdengar Soen Put Shia lanjutkan ceritanya, "Pada saat itu aku sipengemis tua telah
dapat menyaksikan bentuk makhluk yang terbang mendekat itu menyerupai tawon
raksasa bahkan terbangnya sangat cepat melebihi binatang lain, bukan begitu saja makin
lama jumlahnya semakin banyak. Dalam sekejap mata ribuan ekor sudah berkumpul
disekitar situ. Meskipun aku sipengemis tua untuk sementara bisa memaksa mereka
menjauh dengan angin pukulan, tapi lama kelamaan pasti akan roboh kehabisan tenaga.
Untunglah pada saat yang kritis Boe Wie Too heng telah melepaskan dua bilah pisau belati
melukai dua orang musuh yang melepaskan lalat darah itu. begitu mencium bau darah,
lalat-lalat darah itu segera berganti arah dan mengerubuti kedua orang itu. Dalam sekejap
mata darah mereka dihisap sampai kering. Menggunakan kesempatan dikala lalat-lalat
darah itu sedang berpest. Boe Wie Too heng segera tarik aku sipengemis tua serta anjing
itu dengan gerakan yang tercepat melarikan diri dari hutan tersebut."
Bicara sampai disitu ia menghembuskan napas panjang, tambahnya, "Pengalaman yang
kujumpai hanya begini sederhana namun mara bahaya yang kualami saat itu betul-betul
amat kritis bila kukenang kembali". Hiiiii". badanku jadi merinding dan bulu kuduk pada
bangun berdiri. Aaaai".! sepanjang hidupku entah berapa banyak kejadian seram yang
kualami, berapa banyak makhluk berbisa yang kejumpai namun belum pernah kutemui
ada orang menggunakan lalat darah semacam itu untuk melukai musuhnya."
Tatkala ia menyelesaikan ceritanya, beberapa orang itupun sudah dibawah pohon Pak.
"Kalian berdua tentu mengalami kejadian yang mengejutkan bukan?" tegurnya.
Soen Put Shia tidak langsung menjawab sinar matanya berputar menyapu sekejap
kearah para jago kemudian serunya, "Bagus sekali! bukan saja tak seorangpun diantara
kalian terluka, bahkan malah bertambah lagi dengan dua orang."
"Hey pengemis tua! kenapa kau tidak sekalian menghitung diriku" bukankah terangterangan
tambah tiga orang" mengapa kau bilang cuma dia orang?" tegur Kiem Hoa
Hujien. Soen Put Shia tertawa hambar.
"Aaah sungguh sempit dunia ini, sungguh tak disangka kita harus berjumpa lagi disini."
Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh.
"Eeei, pengemis tua. Setelah nyaris lolos dari kerubutan lalat darah, aku nasehati dirimu
lebih baik jagalah baik-baik selembar jiwa tuamu. Aku dengar Djen Bok Hong telah
bersumpah, dalam tiga bulan mendatang dia akan tebas batok kepalamu untuk kemudian
dipamerkan didepan umum."
"Selama hidup belum pernah aku pengemis tua takut digertak orang. Terima kasih atas
peringatanmu itu." "Hmm! kalau Djen Bok Hong merasa tidak punya keyakinan, tidak nanti dia ucapkan
kata sesumbar seperti itu, aku lihat kau harus lebih berhati-hati."
Untuk sesaat suasana jadi sunyi senyap tak terdengar sedikit suarapun". tiba-tiba
terdengar Boe Wie Tootiang berseru, "Soen Loocianpwee. Coba kau dengar suara apa
itu." Para jago sama-sama pasang telinga dan mendengarkan dengan seksama. Secara


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lapat-lapat mereka dengar irama musik mengalun dengan merdunya ditempat kejauhan.
Suara itu aneh sekali, seperti seruling tapi tidak mirip seruling, seperti suara khiem tapi
tidak mirip khiem. Tatkala didengar lebih jauh irama musik itu seolah-olah merupakan
gabungan dari dua jenis alat musik.
"Suaranya mirip sekali dengan irama musik yang pernah mengundurkan Djen Bok
Hong!" seru Soen Put Shia.
"Sedikitpun tidak salah, pintopun punya perasaan seperti itu."
"Biarlah cayhe pergi memeriksa manusia macam apa dia itu" seru Siauw Ling tiba-tiba
loncat bangun. Gerakan tubuhnya sangat cepat, dalam sekejap mata dia sudah berada kurang lebih
dua tombak dari tempat semula.
"Tootiang harap kau tetap tinggal disana. Aku sipengemis tua akan ikuti diri saudara
Siauw!" seru Soen Put Shia cepat.
"Loocianpwee, kau harus hati-hati, lebih baik jangan bentrokan dengan orang lain!"
"Eeei". apa yang telah terjadi?" tegur Kiem Hoa Hujien.
Boe Wie Tootiang menghela napas panjang.
"Aaai". kalau dibicarakan sungguh membuat orang merasa tidak percaya, seandainya
pinto tidak saksikan sendiri, mungkin tidak akan kupercaya ada kejadian seperti itu.
Sungguh tak kunyana dikolong langit benar-benar terdapat kejadian seaneh ini"."
"Tootiang, kau tak usah putar kayuh lebih jauh, terangkanlah sejelas-jelasnya!"
"Pada suatu malam Djen Bok Hong dengan memimpin para jago-jago lihaynya dari
perkampungan Pek Hoa San tjung mengurung pinto serta Soen Loocianpwee sekalian.
Kalau dibicarakan dari situasi pada saat itu. Seandainya sampai terjadi pertarungan pinto
maupun Soen Loocianpwee pasti akan mati atau tertawan oleh kerubutan para jago
dibawah pimpinan Djen Bok Hong itu. Disaat suasana diliputi ketegangan itulah tiba-tiba
berkumandang datang suara irama musik yang sangat aneh, begitu mendengar irama
musik itu dengan hati gugup dan gelisah Djen Bok Hong segera tarik seluruh jagonya dan
melarikan diri dari sana. pertarungan sengitpun bisa terhindar dan nyaris pinto dan Soen
Loocianpwee mati ditangan mereka."
Terdengar Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh-kekeh memutuskan ucapan Boe Wie
Tootiang yang belum selesai diutarakan.
"Apa yang kau tertawakan?" tegur Tu Kioe ketus.
"Kalau didengar cerita itu mirip dengan igauan disiang hari bolong. Sungguh membuat
orang sukar untuk mempercayainya."
"Pinto alami sendiri kejadian itu, tidak nanti aku bicara bohong! kalau Hujien tidak
percaya, pintopun tak bisa berbuat apa-apa". untung disaat itu berlangsung, kecuali pinto
masih ada Soen Loocianpwee ikut hadir ditengah kalangan."
"Dalam kolong langit memang seringkali terjadi peristiwa yang aneh dan tidak masuk
diakal" ujar Sang Pat sambil menghela napas. "Contohnya saja toako kami. Pada lima
tahun berselang dia masih merupakan seorang pemuda yang lemah dan berpenyakitan
tapi lima tahun kemudian dia sudah menjadi seorang pahlawan. Seorang enghiong dan
pemimpin yang bertanggung jawab atas keselamatan dunia persilatan."
Untuk sementara waktu kita tinggalkan dulu Sang Pat sekalian, marilah kita ikuti Siauw
Ling yang berlari menuju kearah berasalnya suara musik tadi dengan gerakan cepat.
Dalam sekejap mata lima lie sudah terlampaui dan tiba didepan sebuah rumah gubuk.
Cahaya lampu lapat-lapat menyorot keluar dari balik rumah gubuk itu, sementara suara
musik yang aneh tadi sudah sirap dan tidak terdengar lagi.
Dengan langkah perlahan dan hati-hati Siauw Ling maju beberapa langkah lagi kedepan
kemudian berhenti dan awasi rumah gubuk itu dengan seksama.
Terdengar ujung baju tersampok angin berkumandang tiba disusul munculnya Soen Put
Shia disisi pemuda itu. "Saudara Siauw, apakah sudah berhasil menemukan sesuatu?" bisiknya.
"Jika dianalisa dari dengusan suara irama musik itu, rupanya musik aneh tadi berasal
dari rumah gubuk ini."
"Kalau memang begitu, mengapa tidak kita periksa isi gubuk tersebut?"
"Baik! mari kita ketuk pintu untuk mohon berjumpa dengan tuan rumah gubuk ini."
Gubuk itu berdiri menunggal ditengah hutan alas yang sunyi dan terpencil, empat
penjuru merupakan rumput alang-alang setinggi lutut sepintas lalu kelihatan sekali betapa
seram dan liarnya tempat itu.
Pintu gubuk itu tertutup rapat, perlahan-lahan dengan langkah waspada kedua orang
itu maju mendekat kemudian memeriksa dengan seksama, namun dari balik ruangan
sama sekali tidak kedengaran suara apapun jua.
"Adakah orang didalam?" terdengar Soen Put Shia menegur sambil menggaplok pintu
rumah dengan telapaknya. Pengemis tua ini meski usianya telah lanjut namun tabiatnya
yang berangasan dan tidak sabaran tak dapat berubah juga.
"Siapa" kenapa tak tahu adat?" suara sahutan yang dingin lagi ketus menyahut dari
dalam. Soen Put Shia ingin mengumbar napsunya, tapi seraya pikirannya tidak bergerak, diamdiam
ia berpikir, "Aaah, aku tak boleh bertindak gegabah, apalagi kalau orang yang
berada didalam gubuk itu adalah manusia yang mainkan alat musik aneh tadi. Aku harus
bertindak semakin hati-hati" karena berpikir ia lantas mendehem dan menyahut, "Cayhe
adalah Soen Put Shia."
"Kau laki-laki atau perempuan?" kembali pertanyaan yang bernada dingin lagi ketus
berkumandang keluar. "Kurang ajar orang ini"." batin sang pengemis tua dalam hati kecilnya. "Sekalipun
generasi yang muda muncul dalam dunia persilatan dewasa ini sebagian besar tidak kenali
aku orang she Soen. Semestinya nama ini pernah mereka dengar dari angkatan yang lebih
tua, atau paling sedikit ia seharusnya bisa membedakan aku adalah seorang lelaki sejati
dari suaraku yang serak lagi kasar"."
Berpikir begitu, dengan hati mendongkol ia lantas berseru, "Haaah masa untuk
membedakan aku adalah laki-laki atau perempuanpun kau tidak sanggup."
Orang didalam gubuk itu segera tertawa dingin.
"Hemm, coba kau dengar suaraku" terkalah aku adalah lelaki atau seorang
perempuan?" Ucapan ini membuat Soen Put Shia seketika ini juga berdiri tertegun, pikirnya didalam
hati, "Jika didengar dari nada jelas dia adalah seorang lelaki tulen, tapi apa sebabnya ia
ajukan pertanyaan seperti ini?"
Kendati pengetahuan serta pengalaman Soen Put Shia amat luas, untuk sesaat ia
dibikin bingung juga oleh pertanyaan itu. Akhirnya ia berpaling kearah Siauw Ling dan
bertanya: "Saudaraku, menurut pandanganmu dia adalah seorang pria atau seorang
wanita?" "Rupanya seorang lelaki!"
"Lookiauw hoa (Aku pengemis tuapun) merasa begitu!" sahut Soen Put Shia dia lantas
pertinggi suaranya dan menyambung: "Aaah, bukankah terang-terangan suara anda
adalah suara seorang laki-laki?"
"Hmmm! dugaanmu sama sekali meleset!"
"Tapi". jika didengar dari nada suaramu barusan, terang kau adalah seorang pria.
Masa dugaanku meleset?" teriak sipengemis tua dengan alis berkerut.
Tangan kanan mengerahkan tenaga dan segera melepaskan pukulan satu pukulan
dahsyat". Bium! palang pintu terhantam patah menyebabkan pintu gubuk itupun segera
terpentang lebar. Melihat pukulannya berhasil pengemis tua itu segera bertindak maju kedepan, namun
sebelum ia sempat melangkah masuk kedalam pintu segulung angin pukulan yang maha
dahsyat menggulung keluar.
Angin pukulan yang menggulung datang itu bukan saja luar biasa hebatnya bahkan
cepat laksana sambaran kilat. Sebelum Soen Put Shia sempat melihat jelas pemadangan
dalam ruangan itu, pukulan sudah melanda tiba.
Dalam keadaan gugup dan terpopoh-popoh tidak sempat lagi pengemis tua itu untuk
berpikir lebih jauh sebisanya diapun melancarkan sebuah pukulan untuk membendung
datangnya ancaman. Blumm". dua angin pukulan yang maha dahsyat saling bertemu ditengah udara
menimbulkan pusaran angin puyuh yang hebat. Soen Put Shia merasakan sekujur
badannya bergetar keras. Tanpa bisa dikuasai lagi ia terdorong mundur kebelakang.
Braak! pintu besar gubuk itupun secara tiba-tiba menutup kembali.
Siauw Ling yang menyaksikan berlangsungnya peristiwa itu dari samping meski tidak
sambut serangan lawan secara langsung, namun dengan mata kepala sendiri ia saksikan
Soen Put Shia seorang tokoh maha sakti dari dunia persilatan terdorong mundur
kebelakang, dalam hati ia lantas berpikir, "Entah jagoan dari mana yang punya
kepandaian serta tenaga kweekang begitu dahsyat."
Dalam hati berpikir begitu, diluaran ia lantas menegur, "Loocianpwee, berhasil melihat
wajah musuh?" "Tidak".!" suaranya berubah jadi lirih. "Saudaraku rupanya kita sudah berjumpa
dengan musuh tangguh, lebih baik kita jangan turun tangan secara gegabah."
"Apakah kita harus mengundurkan diri dengan begini saja?"
"Tentu saja tidak!" dengan suara lantang ia lanjutkan. "Aku sipengemis tua mempunyai
satu persoalan mohon petunjuk saudara, apakah kau suka membantu?"
"Persoalan apa?" suara dingin ketus tadi kembali berkumandang keluar dari dalam
gubuk. "Tadi lookiauw hoa mendengar adanya suara irama musik yang sangat aneh, apakah
irama musik tadi adalah hasil karyamu?"
"Bukan, orang yang memainkan irama musik itu sudah pergi meninggalkan tempat ini
sejak tadi." "Kemanakah ia pergi?"
"Jagad begitu luas, siapa tahu ia pergi kemana?"
Perlahan-lahan Siauw Ling mengulurkan tangannya meraba pintu gubuk itu, sedang
dalam hati pikirnya, "Dengan kekuatan angin pukulan dari Soen loocianpwee, ia berhasil
menghancurkan pintu kayu ini. Kecuali orang yang ada didalam ruangan itu bisa
melepaskan angin pukulan yang seimbang dengan kekuatanku rasanya pintu ini masih
bisa dipertahankan. Tapi orang itu begitu hebat, ia bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan disekelilingnya aku tak boleh pandang enteng dirinya"."
Pada saat itu Soen Put Shia pun rupanya telah merasakan bahwa dia telah berjumpa
dengan musuh paling tangguh selama hidupnya setelah kejadian tadi ia tidak melepaskan
serangan lagi. Lama sekali pengemis tua termenung akhirnya ia berkata, "Tenaga pukulan
saudara benar-benar hebat dan jarang sekali ditemui dalam kolong langit, meski begitu
lookiauw hoa rasa kaupun tak usah unjukkan tindak tanduk yang aneh dan kukoay. Atau
mungkin anggap aku sipengemis tua belum sesuai untuk berjumpa dengan tokoh lihay
macam kau"." Jelas maksud sipengemis tua ini adalah memanaskan hati orang dalam gubuk itu agar
dia membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Siapa tahu bukan saja tiada
gerak gerik apapun bahkan setelah ditunggu lamapun tidak kedengaran suara jawaban
berkumandang keluar. Soen Put Shia tak dapat menahan sabar lagi, dengan gusar teriaknya, "Hey".! saudara
betul-betul terlalu menghina orang lain!"
Blam! sebuah pukulan dahsyat segera dilepaskan menghantam pintu kayu itu.
Diiringi suara gemuruh yang amat keras, pintu rumah gubuk kayu itu terhantam hancur
oleh angin pukulan Soen Put Shia yang lihay dan berantakan diatas tanah.
Kejadian ini sungguh berbeda diluar dugaan kedua orang jago itu. Untuk sesaat mereka
berdiri tertegun, tapi sebentar kemudian Siauw Ling sudah mendusin, dia segera loncat
masuk kedalam ruangan gubuk itu.
Suasana dalam ruangan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Bahkan tidak
nampak sesosok bayangan manusiapun ada disitu jelas penghuninya telah melarikan diri.
Soen Put Shia segera pasang lampu untuk menerangi seluruh ruangan, tiba-tiba
mereka saksikan adanya secarik kertas menggeletak diatas meja.
Dengan cepat Siauw Ling menyerbu kedepan mengambil kertas tadi dan dibacanya
dibawah sorotan cahaya lampu.
Terbacalah surat itu berbunyi demikian, "Dipersembahkan kepada Siauw thayhiap."
"Djen Bok Hong adalah gembong iblis yang kejam dan mempunyai ketajaman mata
serta pendengaran yang luar biasa. Demi keselamatan ayah ibumu maka bagaimanapun
juga terpaksa kami harus merahasiakan jejak kami."
Membaca sampai disitu Siauw Ling tertegun dan berdiri termangu-mangu.
"Rupanya dia adalah jago lihay yang berdiri dipihak kita" gumamnya seorang diri.
"Benar" Soen Put Shia menyahut. "Djen Bok Hong memang manusia yang punya
banyak akal licik, sebelum mengetahui duduknya perkara kita tak boleh percaya seratus
persen." "Ucapan loocianpwee sedikitpun tidak salah."
Maka diapun menernakan membaca isi surat itu.
"Ayah ibumu sudah tua, tidak mungkin bagi mereka berdua untuk melakukan
perjalanan lagi, untuk menghindari segala kemungkinan yang tidak diinginkan maka kami
harus mencari suatu tempat yang cocok dan sesuai bagi mereka untuk beristirahat, tapi
situasi terus menerus mendesak. Jari tangan iblis Djen Bok Hong telah alihkan keatas
tubuh dua orang tua yang tidak mengerti akan ilmu silat itu. Untuk menyelamatkan jiwa
mereka terpaksa kami harus bertindak cepat. Djen Bok Hong mempunyai mata-mata yang
luas dipelbagai tempat, posisimu berada ditempat terang sedang dia berada ditempat
kegelapan. Dalam pertarungan ini jelas kau sudah menderita rugi terlebih dahulu. Dalam
keadaan seperti ini tentu kau tidak punya kekuatan untuk melindungi kedua orang tuamu
lagi bukan" untuk membantu meringankan bebanmu, serahkan saja tanggung jawab ayah
ibumu kepada kami, kami jamin kesehatan serta keselamatan kedua orang tuamu tidak
kekurangan sesuatu apapun juga."
"Sehabis membaca surat ini bakarlah sampai hancur. Suatu saat bila kau ingin
berjumpa dengan mereka. Aku pasti kirim orang untuk mencari dirimu. Sekianlah harap
kau legakan hati." Dibawah surat itu tidak nampak ada nama orang atau tanda tangan sipenulis surat itu.
"Apakah kau hendak menyimpan surat itu?" tanya Soen Put Shia.
Siauw Ling berpikir sebentar kemudian geleng kepala.
"Aku lihat tak usah!" sahutnya.
Surat itu segera dibakar dan dalam sekejap mata telah hancur jadi abu.
"Kalau didengar dari nada surat itu, agaknya dia kenal sekali dengan dirimu" ujar sang
pengemis kemudian. "Tidak salah, tapi aku tidak bisa menduga siapakah orang itu meski sudah putar otak
sekian lama." "Berbicara lagi situasi yang kita hadapi sekarang ini, agaknya tak mungkin lagi bagi kita
untuk menemukan jejak ayah ibumu."
"Aaaai". ia tidak tinggalkan nama, tidak jelaskan pula kedudukan serta asal usulnya.
Darimana cayhe berlega hati tidak memikirkan persoalan itu?"
"Saudara Siauw, lookiauw hoa terpaksa harus menasehati dirimu dengan beberapa
patah kata. Dalam keadaan serta situasi seperti ini kendati kau gelisah dan cemas macam
apapun rasanya percuma saja. Seandainya tujuan orang itu menawan kedua orang tuamu
adalah hendak memaksa kita memenuhi sesuatu permintaannya. Isi hati mereka pasti
telah dicantumkan dalam surat tersebut, atau paling sedikit mereka tentu akan
menyinggungnya sepintas lalu. Tapi dalam suratnya barusan lookiauw hoa sama sekali
tidak menemukan sepatah atau dua patah kata yang bernada kearah situ maka menurut
pengalamanku, orang itu pasti tidak mengandung maksud jahat."
Sementara itu obor yang dibawa Soen Put Shia telah padam, suasana dalam ruang
gubuk itupun jadi gelap kembali.
Siauw Ling angkat kepalanya dan menghembuskan napas panjang.
"Aaaai". hingga kini, akhirnya kita berhasil bikin terang satu persoalan!"
"Persoalan apa?"
"Orang yang mukul mundur Djen Bok Hong dengan irama musiknya serta orang yang
menculik ayah ibu boanpwee kiranya adalah hasil perbuatan seseorang yang sama."
"Haaa! sedikitpun tidak salah, enghiong memang kebanyakan kaum muda. Lookiauw
hoa benar orang yang bodoh, kenapa aku tidak bisa berpikir sampai kesitu"."
Jilid 18 "Sekalipun berhasil kita pikirkan, lalu apa gunanya?" ujar Siauw Ling sambil tertawa
getir. "Tentu saja penting sekali artinya, misalnya saja berbicara mengenai situasi yang kita
hadapi malam itu, lukamu sangat parah dan tak sanggup bangun. Sedang aku sipengemis
tua serta Boe Wie Tootiang terkurung disisi telaga oleh jago-jago lihay Djen Bok Hong
yang begitu banyak, seandainya pada saat yang kritis tidak muncul irama musik yang
aneh, kejadiannya pasti hebat."
"Pertarungan sengit tak terhindar dan kemungkinan besar aku sipengemis tua serta Boe
Wie Tootiang bakal mati konyol ditangan mereka. Bukan begitu saja bahkan Im Yang cu
beserta sekalian partai Bu tong, Bo Boen Hwie dan teman-teman lainnya tak akan
terhindar dari bencana-bencana. Jadi menurut pikiranku seandainya orang yang dipukul
mundur Djen Bok Hong dengan irama musiknya adalah seseorang yang sama, jelas ia
tidak bermaksud jahat terhadap diri kita semua!"
Ucapan ini sedikit banyak melegakan hati Siauw Ling ia menghela napas panjang.
"Loocianpwee apa yang harus kita perbuat saat ini?" akhirnya dia bertanya.
"Aku rasa Boe Wie Tootiang sekalian sudah tidak sabar menunggu kehadiran kita maka
kupikir lebih baik kita kembali dulu kebawah pohon Pak. Setelah berkumpul dengan
mereka semua kita baru menyusun rencana kembali!"
"Ehmm!aku rasa kita memang sudah seharusnya berbuat begini!"
Begitulah mereka berdua lantas keluar dari rumah gubuk dan kembali melalui jalan
semula. "Saudara Siauw!" Ditengah jalan Soen Put Shia memperingatkan: "Sesudah bertemu
dengan Boe Wie Tootiang nanti, lebih baik kita tak usah ungkap lagi persoalan ini."
"Kenapa?" "Awan gelap telah menyelimuti jagad dunia persilatan sedang kau, saudara Siauw
adalah rembulan ditengah awan hitam. Sejak pertempuran dalam perkampungan Pek Hoa
San cung tempo dulu, bukan saja namamu meloncat tinggi bahkan kau telah dipandang
sebagai simbol kekuatan untuk melawan gerombolan Djen Bok Hong, mungkin kau masih


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum tahu bahwa secara lapat-lapat kau telah menjadi pemimpin orang Bulim. Justru
karena itulah Djen Bok Hong berdaya upaya dengan segala kemampuannya untuk
menangkap ayah ibumu maksudnya bukan lain paksa untuk tunduk pada perintahnya,
agar kau tidak berani membangkang dan lawan dirinya, dalam hati kecilnya ia paham
bahwa mulai itu hanya kaulah yang punya kemampuan serta keberanian untuk
menyelenggarakan suatu kekuatan Bulim untuk menentang dirinya. Maka dari itu demi
keselamatan ayah ibumu serta keberhasilan kita untuk menghancurkan kekuatan Djen Bok
Hong berusahalah merahasiakan jejak orang yang tahu akan kejadian ini semakin
menguntungkan dirimu sendiri."
Siauw Ling segera mengangguk.
"Perkataan loocianpwee sedikitpun tak salah. Tapi apa yang harus kau jawab
seandainya mereka bertanya nanti?"
"Jawablah sebagian saja dari kejadian yang sesungguhnya."
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang itu telah berhasil mencapai puncak
kesempurnaan. Sesaat kemudian mereka berdua dibawah pohon Pak.
Dalam pada itu Boe Wie Tootiang serta Tiong Cho Siang Ku sekalian beberapa orang
sedang menanti dengan hati cemas, melihat kedua orang itu sudah kembali buru-buru
mereka maju menyongsong. "Hei. Apakah kalian sudah berhasil menjumpai peniup seruling itu?" terdengar Kiem
Hoa Hujien yang belum sembuh dan bersandar disisi pohon berteriak keras.
"Hanya kami dengar suaranya saja, sedang macam orangnya tak berhasil kita temui."
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Boe Wie Tootiang.
Soen Put Shia takut Siauw Ling terlanjur bicara selalu, maka ia segera tertawa
terbahak-bahak dan menyambung, "Aku sipengemis tua serta saudara Siauw telah
mengejar suara itu hingga tiba didepan sebuah rumah gubuk, kiranya suara seruling itu
muncul dari dalam rumah gubuk tadi"."
"Apakah kalian tidak masuk dan memeriksa keadan didalam gubuk itu"." sela Kiem
Hoa Hujien. "Menggunakan kesempatan ketika ajak sipengemis tua berbicara, orang itu telah
melarikan diri lewat jendela kebelakang, sehingga tatkala aku serta saudara Siauw berhasil
masuk kedalam rumah gubuk itu, ternyata orang tadi sudah lenyap tak berbekas."
"Kalau begitu dia tidak sudi bertemu muka dengan kalian?"
"Mungkin saja begitu!"
Sang Pat melirik sekejap kearah Siauw Ling lalu berkata, "Toako meskipun daya cium
anjing kita tajam namun setelah adanya kejadian ini tidak mungkin berhasil kita kejar
jejak dirinya lagi."
"Aaaaa". agaknya mereka sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat
meski kita kejarpun rasanya tak berguna, sekarang urusan sudah jadi begini, sekalipun
gelisah juga percuma, lebih baik tak usah dikejar lagi."
"Lalu bagaimana rencana Siauw thayhiap selanjutnya?" tanya Boe Wie Tootiang.
"Anak murid partai Bu tong serta Bo Boen Hwie sekalian sedang menanti kita ditepi
telaga. Bagaimana kalau kita kembali dulu kesana?"
Tingkah laku Siauw Ling yang berubah seratus delapan puluh derajat ini
mencengangkan hati Boe Wie Tootiang. Diam-diam pikirnya, "Sungguh aneh sekali sikap
si anak muda ini apa sebabnya ia berubah pikiran secara mendadak" bukannya mencari
jejak ayah ibunya malahan diajak kembali"."
Tetapi sebagai seorang yang cermat dan mengutamakan tata kesopanan sekalipun
dalam hati menaruh curiga, kecurigaan itu tidak sampai diutarakan keluar.
Terdengar Tu Kioe berkata dengan suara dingin, "Siauwte sekalian tak berguna
sehingga mengakibatkan kedua orang tua diculik orang, sekalipun harus mengejar sampai
keujung langit kedasar samudra kami pasti harus temukan kembali mereka berdua!"
"Aaaai".! aku mengerti akan maksud hati Tu heng dalam hati siauwte merasa sangat
berterima kasih tetapi situasi yang kita hadapi sekarang telah berubah, kita tak boleh
tinggalkan begitu banyak sahabat-sahabat Bulim yang menderita luka."
"Sedikitpun tidak salah" sambung Soen Put Shia. "Aku sipengemis tuapun berpikir
demikian, seandainya kita lama sekali tinggalkan tempat itu dan misalnya Djen Bok Hong
kirim jago-jagonya lagi untuk menyerang, sekalipun jago-jago Bu tong, namun aku tetap
merasa bahwa sepasang tangan tidak nanti bisa menangkan empat buah tangan."
Mendadak Kiem Hoa Hujien bangun berdiri.
"Kalau memang cuwi sekalian mau kembali ketempat semula, aku tak bisa menyertai
kalian lagi"." Sinar matanya beralih keatas wajah Siauw Ling dan menambah, "Saudara Siauw baikbaiklah
menjaga diri, cici mau pergi dulu."
"Cici" seru Siauw Ling dengan cemas, ia segera loncat kedepan menghalangi jalan pergi
perempuan itu. "Lukamu belum sembuh, mana mungkin kau sanggup melakukan
perjalanan seorang diri."
"Lalu bagaimana pendapat saudara Siauw?" Kiem Hoa Hujien balik bertanya sambil
tertawa terbahak-bahak. "Lebih baik cici melanjutkan perjalanan lebih dulu bersama kami, dengan begitu
siauwte bisa bertanggung jawab melindungi keselamatan cici."
"Apakah kau hendak nasehatiku untuk melepaskan jalan gelap kembali kejalan terang
dan lepaskan diri dari pengaruh perkampungan Pek Hoa San cung".?""
"Siauwte tidak berani memaksa cici untuk berubah pendapat aku cuma berharap agar
cici mau merawat lukamu lebih dahulu hingga sembuh baru kemudian meneruskan
kembali perjalananmu seorang diri."
Mendadak Kiem Hoa Hujien tarik kembali senyumannya, lalu berkata lirih, "Seandainya
saat ini aku ikut kalian kembali ketepi telaga, maka dengan cepat Djen Bok Hong akan
mengetahui kabar berita ini."
"Apakah cici sangat jeri terhadap diri Djen Bok Hong?"?"?"
"Asal ia hentikan pemberian obat penawar kebadanku maka racun yang mengeram
dalam tubuhku segera bekerja dan akhirnya mati. Coba katakan menakutkan tidak
kejadian ini?""
"Dalam hati siauwte mempunyai satu persoalan yang tidak dipahami, apakah cici suka
menjelaskan?"" "Coba katakan persoalan apa yang tidak kau pahami, asal cici tahu pasti akan
kukatakan kepadamu."
"Siauwte pernah berdiam agak lama didalam perkampungan Pek Hoa San cung, apa
sebabnya Djen Bok Hong tidak melepaskan racun kedalam tubuhku?"
"Peristiwa ini boleh dibilang rejekimu yang bagus, mungkin saja ia tidak sempat
melakukan perbuatan tersebut atau mungkin tidak berpikir sampai disitu. Karena menurut
pikirannya kau seorang bocah yang baru turun gunung mana berani menentang dirinya."
Siauw Ling membungkam lama sekali ia termenung kemudian baru berkata, "Aku mau
mempertahankan selembar jiwaku, maka mau tak mau harus pergi"."
"Tapi luka yang kau derita amat parah, ditambah pula tiada orang yang melindungi
dirimu dalam perjalanan, bukankah hal ini sangat berbahaya bagi dirimu?"
Mendengar perkataan itu Kiem Hoa Hujien tertawa.
"Saudara Siauw legakanlah hatimu, dengan andalkan makhluk berbisa yang cici miliki
aku masih mampu menjaga diri."
Habis berkata ia lantas ulapkan tangannya dan berlalu dari situ dengan langkah
perlahan. Berhubung luka dan kesehatannya belum sembuh seperti sedia kala, maka langkah
perempuan itu masih gontai dan sempoyongan kesana kemari, seolah-olah setiap saat ia
bisa roboh ketanah. Makin dilihat Siauw Ling merasa makin tidak tega, buru-buru ia mengejar kedepan dan
menghadang jalan pergi Kiem Hoa Hujien, serunya sambil menjura, "Cici! sudah berulang
kali kau menolong jiwaku namun siauwte belum pernah membalas budi kebaikanmu.
Sekarang luka yang kau derita masih amat parah. Sama sekali tiada tenaga untuk
melindungi diri sendiri. Aku Siauw Ling mengerti bahwa aku tak mampu, namun
bagaimanapun juga aku tak rela membiarkan kau pergi seorang diri."
Sekilas cahaya memancar keluar dari balik mata perempuan Biauw itu. Ia tatap wajah
Siauw Ling kemudian tertawa.
"Sudahlah". tak usah kau tunjukkan sikap seorang gadis. Cici sudah terbiasa
menderita, tidak tega kutelan ucapanmu yang mempesonakan hati itu"."
Tak menunggu jawaban dari Siauw Ling lagi, buru-buru ia putar badan dan berlalu.
Mimpipun Siauw Ling tak pernah menyangka kalau Kiem Hoa Hujien bisa mengucapkan
kata-kata seperti itu. Ia termangu-mangu ditempat semula dan untuk beberapa saat tak
tahu harus berbuat apa. Tampak Kiem Hoa Hujien dengan langkah gontai berlalu dari situ.
Lama sekali Siauw Ling berdiri mematung ditempatnya, menanti bayangan punggung
perempuan itu sudah lenyap dari pandangan ia baru berpaling dan mendekati Boe Wie
Tootiang. "Aku tidak menyangka kalau hatinya begitu keras!" ujarnya.
"Kiem Hoa Hujien punya akal yang cerdik dan pintar, aku rasa ia dapat melindungi
keselamatan sendiri tanpa perlu kita kuatirkan lagi."
"Setelah menerima budi orang lain yang begitu besar tanpa bisa membalasnya, hal ini
membuat hatiku sedih dan tidak tentram."
"Waktu dikemudian hari masih panjang, kau tak usah gelisah begitu"." sela Soen Put
Shia. "Tatkala Kiem Hoa Hujien hendak berlalu tadi, meski ucapannya ketua dan tegas
namun wajahnya tak dapat menyembunyikan kesedihan hatinya!"
"Dari mana Tootiang bisa tahu?"
"Kalau hatinya tidak sedih, tidak nanti ia menangis."
"Tapi". aku berdiri sangat dekat dengan dirinya, mengapa tidak kutemui air mata yang
jatuh berlinang dari kelopak matanya?"
"Siauw thayhiap tidak memperhatikan dengan cermat maka tidak kau lihat hal itu
tatkala ia putar badan tadi pinto dengan tegas dapat melihat bahwa ia sedang menyeka
air mata." Siauw Ling termenung beberapa saat kemudian baru menjawab.
"Aah, mungkin saja ucapan tootiang benar, sebab kau melihat lebih jelas dari pada diri
cayhe." Perjalanan dilakukan sangat cepat, dalam sekejap mata mereka sudah tiba ditepi
telaga. Setibanya dibawah tebing Boe Wie Tootiang segera menunjukkan sikap yang aneh,
tampak ia berpaling sekejap kearah Siauw Ling dengan sinar mata sedih lalu berkata,
"Rupanya kedatangan kita kembali terlambat selangkah."
"Apakah sudah terjadi peristiwa yang ada diluar dugaan."
"Tidak salah, apabila mereka tidak membuyarkan diri maka disini tentu terjadi peristiwa
yang mengejutkan." "Ehmm, perkataan ini sedikitpun tidak salah" pikir Siauw Ling. "Seandainya ditempat ini
masih terdapat anak murid Bu tong pay kenapa tidak nampak seorang manusiapun yang
akan datang menyambut ciangbunjiennya" atau paling sedikit ditempat ini harus ada
orang yang menjaga"."
Dalam pada itu Soen Put Shia, Tiong Cho Siang ku, Suma Kan, Ong Hong serta Thio Kie
An pun secara lapat-lapat dapat merasakan suatu perasaan yang sangat aneh.
Boe Wie Tootiang segera percepat langkahnya menerjang masuk kedalam sebuah
rumah gubuk. Dengan kencang Siauw Ling mengikuti dari belakang, hawa murninya yang disiapkan
seluruh badan guna menghadapi segala sesuatu yang tidak diinginkan.
Sesuah mengalami pelbagai pertempuran sengit makin lama pengalamannya semakin
bertambah. Walaupun diluar ia tidak mengucapkan sepatah katapun dalam hati ia
mengerti bahwa jago-jago yang dibawa datang Boe Wie Tootiang kali ini sebagian besar
merupakan jago-jago lihay dari partainya, segenap kekuatan ini partai Bu tong telah
dikumpulkan disitu, maka seandainya mereka mengalami kejadian yang diluar dugaan,
kemungkinan besar hal ini akan menggoncangkan kekuatan partai ditengah dunia
persilatan. Sementara ia masih berpikir sampailah kedua orang itu didalam ruangan gubuk.
Mendadak Boe Wie Tootiang berhenti berpaling sekejap kearah Siauw Ling. Kemudian
mengulur tangan kirinya menekan pintu.
Meski toosu itu berusaha mempertahankan ketenangan hatinya, namun Siauw Ling
tentukan bahwa tangan kirinya gemetar keras, seolah-olah pintu kayu itu secara tiba-tiba
telah berubah menjadi amat berat sekali sehingga Boe Wie Tootiang harus mengeluarkan
segenap kekuatan tubuhnya untuk mendorong pintu tadi.
Dalam hati Siauw Ling menghela napas panjang, mendadak ia maju selangkah kedepan
dan berjaga disisi Boe Wie Tootiang.
Ia mengerti perasaan hati Boe Wie Tootiang pada saat ini sangat berat. Reaksinya tidak
akan secepat pada waktu-waktu biasa, kemungkinan besar dalam gubuk itu menggeletak
mayat-mayat dari anggota partai Bu tong kemungkinan juga bersembunyi musuh yang
amat tangguh, maka ia berjaga disisi Boe Wie Tootiang sambil mempersiapkan diri untuk
menolong jiwa toosu tua itu disetiap saat.
Terdengar pintu kayu terbuka lebar, dibawah sorot cahaya matahari semua
pemandangan dalam ruangan dapat dilihat jelas.
Apa yang mereka jumpai saat ini ternyata jauh ada diluar dugaan semua orang. Dalam
ruangan itu tidak nampak ada mayat yang bergelimpangan, juga tidak nampak ada musuh
tangguh yang bersembunyi disana.
Dalam ruangan gubuk yang sempit tampaklah Im Yang cu sedang duduk bersemedhi.
Dikedua belah sisinya duduk enam orang anggota partai Bu tong yang sama-sama
menggembol pedang. Rupanya ketujuh orang itu telah menderita luka dalam yang amat parah. Dan saat itu
mereka sedang bersemedhi sambil mengobati lukanya.
Sementara itu Siauw Ling telah siapkan segenap kekuatannya diatas telapak, sesudah
menyaksikan keadaan dalam ruangan itu ia lantas menghembuskan napas lepas lega dan
buyarkan tenaga murninya.
"Sute, baik-baik keadaanmu?" Boe Wie Tootiang segera menegur sambil melangkah
kedepan. Im Yang cu membuka sedikit matanya untuk memandang sekejap kearah Boe Wie
Tootiang serta Siauw Ling, setelah itu pejamkan kembali matanya dan bungkam dalam
seribu bahasa. Kembali Boe Wie Tootiang menghela napas panjang.
"Sute parahkah luka dalam yang kau derita?" sambil bertanya ia maju lebih kedepan.
Selagi lagi Im Yang cu buka matanya memandang sekejap kearah suhengnya, setelah
itu mengangguk. "Sute, dimanakah letak lukamu" coba perhatikan kepadaku!"
Im Yang cu tetap duduk tenang ditempatnya semula menanti Boe Wie Tootiang sudah
tiba disisinya mendadak ia loncat bangun. Jari tangannya bagaikan sebatang tombak
langsung menotok jalan darah Thay pao hiat diatas iganya.
Sementara itu Boe Wie Tootiang berada dalam keadaan sedih, mimpipun ia tak pernah
menyangka kalau Im Yang cu secara tiba-tiba melancarkan serangan kearahnya, sedang
berdiri tertegun ujung jari Im Yang cu telah menempel diatas jubahnya.
Menghadapi kejadian diluar dugaan ini, terpopoh-popoh ia tarik napas dalam-dalam dan
mengegos kesamping. Namun serangan Im Yang cu amat cepat dan aneh, perubahan jurus dilakukan seperti
sambaran kilat. Menjumpai Boe Wie Tootiang mengegos kesamping, pergelangan
kanannya ditekan kebawah kemudian mengancam jalan darah Keng bun hiat ditubuhnya.
Boe Wie Tootiang memang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, tapi dalam keadaan
sedih dan tidak bersiap sedia, ia tak mampu untuk menghindarkan diri lebih jauh. Baru
saja badannya berusaha miring kesamping, totokan tadi dengan telak telah mampir diatas
jalan darahnya. Seketika itu juga separuh badannya jadi kaku.
Tapi bagaimanapun juga dia adalah ciangbunjien suatu partai besar. Kesempurnaan
ilmu silatnya bukan kosong belaka. Begitu tertotok ia mendengus dingin, telapaknya
dibalik membabat kebawah menghajar uratnya dipergelangan kanan Im Yang cu.
Dikala Im Yang cu melancarkan serangan bokongan tadi, enam orang toojien yang
duduk disamping Im Yang cu serentak loncat bangun dan menerjang kearah Siauw Ling.
Rupanya enam orang itu telah saling menentukan jalan darah yang hendak mereka
ancam. Enam orang dua belas telapak. Pada saat yang berbareng sama-sama
menghantam dua belas buah jalan darah penting ditubuh si anak muda itu.
Siauw Ling yang baru saja membuyarkan tenaga sinkangnya jadi terkejut menyaksikan
ancaman. Melihat bayangan telapak melanda datang dari delapan penjuru, buru-buru ia
kebas sepasang telapaknya kesamping untuk melindungi jalan darahnya, kemudian
badannya melesat kesamping kalangan.
Bluuk! blukk! sekalipun ia berhasil berkelit kesamping, tak urung bahu kiri dan
punggungnya terhajar dengan keras.
Masih untung tenaga khiekang yang dilatih Siauw Ling telah menunjukkan hasil,
walaupun terhantam ia tidak sampai menderita luka parah.
Sementara itu keenam orang toojien tadi sama-sama terkesiap tatkala menjumpai
Siauw Ling sama sekali tidak roboh walaupun sudah kena terhantam telak bahkan kedua
orang toojien yang berhasil mendaratkan kepalannya ditubuh si anak muda tadi
merasakan tangannya jadi linu dan kaku.
"Cabut pedang gunakan barisan Lak Hoo Kiam Tin untuk mengurung dirinya"."
Cahaya pedang seketika berkelebat memenuhi seluruh ruang. Segulung bayangan
pedang langsung mengancam Siauw Ling.
Si anak muda itu sendiri walaupun tidak sampai menderita luka parah akibat serangan
tadi, namun untuk beberapa saat darah segar dalam dadanya bergolak keras. Ia tak
sanggup mengerahkan tenaga murninya untuk melancarkan serangan balasan.
Menanti enam orang toojien itu mencabut pedangnya dan mengurung dirinya diempat
penjuru. Siauw Ling baru menghembuskan napas panjang, diiringi bentakan keras secara
beruntun ia kirim empat buah serangan berantai yang membendung datangnya ancaman
dari empat penjuru, setelah itu pedangnya diloloskan, dengan jurus Im Khie Mie Ghong
atau hawa udara memenuhi angkasa menciptakan selapis hawa pedang yang melindungi
tubuhnya. Terdengar suara dentingan yang amat nyaring, enam bilah pedang yang mengancam
tubuh pemuda she Siauw itu semuanya tersampok kesamping.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya keenam orang toojien itu menyadari bahwasanya mereka telah berjumpa
dengan musuh tangguh yang belum pernah ditemui sebelumnya, setelah pedangnya
dipukul mental oleh hawa pedang Siauw Ling, tak seorangpun diantara mereka yang
berani maju sendirian kedepan, enam pedang bersatu padu memainkan suatu rangkaian
ilmu pedang yang mengutamakan kerja sama, seketika itu juga Siauw Ling terkurung
didalam barisan Lak Hoo Kiam Tin tersebut.
Hawa gusar yang berkobar dalam dada Siauw Ling dari sarung ia segera melancarkan
serangan kilat dengan harapan bisa melukai beberapa orang lebih dulu untuk
memadamkan kegusaran hatinya.
Siapa sangka barisan pedang Lak Hoo Kiam Tin merupakan suatu kerja sama yang
amat sempurna, seluruh tusukan kilat dari Siauw Ling bukan saja gagal mengenai
sasarannya bahkan terpatahkan semua ditengah jalan.
Secara beruntun si anak muda itu melancarkan kembali berpuluh-puluh buah tusukan
maut, namun setiap kali serangannya gagal total. Sekarang ia baru sadar bahwa dirinya
sudah terkurung didalam suatu barisan pedang yang mempunyai perubahan aneh, dia tak
berani bertindak gegabah lagi permainan pedangnya berubah dan dari posisi menyerang
kini ia berubah jadi posisi bertahan.
Tatkala masih belajar ilmu silat dilembah tiga Nabi tempo dulu. Dari suhunya Cung San
Pek. Pemuda ini pernah mendengar uraian mengenai keampuhan dari suatu barisan
pedang. Dalam barisan yang ampuh tenaga serangan mereka bukanlah terdiri dari satu
tambah satu jadi dua. Tetapi pada setiap sudut terhimpunlah tenaga serangan dari
segenap anggota yang berdiri pada posisi barusan itu, satu dengan yang lain bersatu padu
menjadi satu tubuh. Maka tenaga merekapun ampuh dan luar biasa.
Barisan Lak Hoo Kiam Tin dari keenam orang toojien itu memang ampuh dan berhasil
mengurung Siauw Ling ditengah kalangan, namun setelah si anak muda itu mengubah
posisinya dari menyerang jadi bertahan dan bertahan dengan memakai ilmu pedang sakti
ajaran Cung San Pek. Maka sekalipun pengaruh dari barisan itu sangat mengejutkan
hatipun tak sanggup melukai tubuhnya.
Dipihak sial Siauw Ling bisa bertahan untuk sementara waktu dipihak lain Boe Wie
Tootiang telah terjerumus dalam posisi yang sangat berbahaya, dibawah desakan Im Yang
cu yang menyerang kian lama kian bertambah cepat ia mulai kacau dan gugup tidak
karuan. Kiranya setelah jalan darahnya tertotok, seluruh badannya kini jadi kaku dan tak mau
turut perintah, dengan sendirinya dalam melancarkan seranganpun mendapat gangguan
yang amat besar. Setelah diteter terus oleh Im Yang cu ia jadi gelagapan dan setiap kali
harus meloloskan diri dari lubang jarum.
Siauw Ling dapat melihat jelas keadaan Boe Wie Tootiang yang berbahaya, namun dia
yang terkurung didalam barisan Lak Hoo Kiam Tin sama sekali tak berkutik lama kelamaan
hatinya jadi gelisah, pikirnya, "Soen Put Shia sekalian merupakan jago-jago kangouw yang
mempunyai pengalaman luas. Kenapa sampai sekarang belum juga munculkan diri"."
Mendadak". terdengar suara bentrokan keras bagaikan guntur membelah bumi, diikuti
tubuh Boe Wie Tootiang mundur dengan sempoyongan dan akhirnya roboh keatas tanah.
Laksana kilat Im Yang cu putar jari tangan kanannya menotok jalan darah diatas tubuh
toosu tua itu. Siauw Ling semakin gelisah, kembali pikirnya, "Sampai sekarang Soen Put Shia sekalian
belum juga munculkan diri, jangan-jangan merekapun sudah dihadang musuh tangguh.
Aaaai". rupanya aku tak boleh terlalu mengharapkan bantuan dari mereka lagi"."
Pikirannya berputar dan permainan pedangnya segera berubah, dengan pedang
ditangan kanan dan serangan telapak ditangan kiri sekuat tenaga ia desak musuhnya
habis-habisan. Pada saat yang bersamaan ia gunakan kepandaian silat yang maha sakti ajaran Cung
San Pek serta Lam It Kong. Angin pukulan segera menderu-deru bagaikan bendungan
yang ambrol, seluruh barisan Lak Hoo Kiam Tin didesaknya hingga kacau balau tidak
karuan. Kendati daya pengaruh dari barisan Lak Hoo Kiam Tin berhasil ditekan oleh Siauw Ling
sehingga tak berkutik, namun untuk beberapa saat lamanya si anak muda itupun sulit
untuk melepaskan diri dari kepungan.
Dalam pada itu Im Yang cu menotok jalan darah dari Boe Wie Tootiang, dari sakunya
dia ambil keluar seutas tali serat yang kuat dan membelenggu seluruh tubuh toosu tua itu
erat-erat. Hawa gusar yang berkobar dalam dada Siauw Ling seketika memuncak setelah
menyaksikan Boe Wie Tootiang dibelenggu orang tanpa bisa ia tolong. Pedang ditangan
kanannya secara beruntun melancarkan tiga tusukan berantai sehingga menciptakan
selapis bunga-bunga pedang kuat, sedang tangan kirinya laksana kilat mengenakan
sarung tangan berkulit ular.
Sesudah meninjau keadaan situasi disitu, pemuda ini sadar bilamana ia tidak digunakan
otak serta akal yang lihay, sekalipun ilmu silatnya sangat lihay jjuga sulit untuk lolos dari
kepungan barisan dari Lak hoo Kiam Tin ini, kendati ia masih mampu untuk berbuat
demikian namun paling sedikit harus membutuhkan waktu yang panjang untuk
melancarkan pertarungan sengit. Oleh sebab itu dia lantas mendapat ilham untuk
menggunakan tindakan yang ada diluar dugaan orang untuk menghancurkan pertahanan
musuh dalam satu kali serangan dahsyat.
Pada saat itu walaupun Siauw Ling belum memahami seluruh perubahan dari barisan
Lak Hoo Kiam Tin ini namun secara lapat-lapat ia sudah dapat meraba jalannya barisan
tadi, maka permainan pedang sedikit merandek dan sengaja memperlihatkan titik
kelemahan. Enam orang toojien dalam barisan Lak Hoo Kiam Tin yang didesak habis-habisan oleh
serangan balasan Siauw Ling yang gencar bagaikan titiran angin puyuh itu diam-diam
merasa terkejut dan ngeri, sekalipun begitu mereka sadar bahwa selama barisan pedang
tidak buyar maka untuk sementara pihak musuh masih sanggup dibendung. Sebaliknya
kalau barisan mereka jadi kacau dan mereka berenam harus bertempur sendiri-sendiri,
tidak sampai sepuluh gebrakan mereka pasti keok. Oleh sebab itulah dengan sepenuh
tenaga mereka mempertahankan terus keutuhan barisan pedang itu.
Secara tiba-tiba mereka temukan titik kelemahan diantara serangan pihak lawan yang
gencar. Tanpa berpikir panjang lagi dua bilah pedang segera menerobos masuk melalui
celah kosong tadi. Dalam keadaan seperti ini bila Siauw Ling putar pedangnya untuk menangkis, walaupun
kedua bilah pedang itu akan tertangkis olehnya, tetapi pada saat itulah empat bilah
pedang lainnya akan menyerang masuk dari empat penjuru dan mencabut jiwanya.
siapa sangka Siauw Ling sama sekali tidak menangkis datangnya ancaman, sebaliknya
dengan tangan kiri ia mencengkeram senjata musuh.
Orang yang mencekal pedang itu tertawa dingin. Gerakan pedangnya sengaja
diperlambat agar kelima jari Siauw Ling berhasil mencekal senjatanya. Dalam hati ia
berpikir, "Hmm! sekalipun kau pernah melatih ilmu kebal Kim ciong cau ataupun Thiat poh
san, tidak nanti dapat kau tahan babatan ujung senjataku dari samping". sombong dan
tekebur benar manusia tolol ini!"
Sementara otaknya masih berpikir, pedangnya telah dicengkeram si anak muda itu.
Hawa murninya segera disalurkan melalui pedang dan mendorong senjata tadi keluar.
Gerakan tersebut merupakan suatu gerakan yang lihay sekali, bagaimanapun juga
tubuh manusia terdiri dari darah dan daging, walau ilmu kebal macam apapun yang
berhasil ia latih kesemuanya berhasil karena mengandalkan kekuatan tenaga khiekang
yang kuat. Toojien itu membiarkan pedangnya dicengkeram Siauw Ling kemudian baru melakukan
gerakan berputar, inilah cara yang jitu untuk memecahkan pertahanan hawa khiekang
rupanya ia ada maksud membabat kutung jari tangan si anak muda itu.
Tapi sayang seribu kali sayang, mimpipun ia tak akan mengira kalau Siauw Ling telah
mengenakan sarung tangan kulit ular yang tidak mempan bacokan senjata apapun.
Babatan toojien itu bukan saja gagal mengutungkan jari tangan si anak muda itu,
dengan menggunakan kesempatan yang baik inilah satu pukulan jitu dilepaskan Siauw
Ling membuat tubuh toosu tadi terhuyung mundur kebelakang.
Dengan bergesernya toojien tadi dari tempat kedudukannya, perubahan daripada
seluruh barisan Lak Hoo Kiam Tin pun mengalami kemacetan.
Siauw Ling segera mengirim satu tendangan kilat menghajar lutut kiri toojien tadi.
Terdengar toojien tersebut mendengus berat. Seketika itu juga lutut kirinya terhajar
patah dan roboh keatas tanah.
Dengan hilangnya satu orang, seluruh perubahan barisan Lak Hoo Kiam Tin tersumbat,
daya pengaruhnyapun seketika lenyap tak berbekas.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik inilah Siauw Ling melancarkan serangan
balasan, pedangnya berkelabat kesana kemari menggunakan jurus-jurus yang aneh.
Diantara berkelabatnya cahaya pedang terdengar dua orang menjerit ngeri, mereka
berdua sama-sama terluka parah diujung pedang si anak muda itu.
Dalam pada itu Im Yang cu telah selesai membelenggu Boe Wie Tootiang, tatkala
menyaksikan Siauw Ling berhasil bikin kocar kacir barisan Lak Hoo Kiam Tinnya sambil
cabut senjata ia segera menerjang kedepan.
"kalian mundur semua!" teriaknya.
Setelah tiga orang terluka maka saat ini tinggal tiga orang saja yang masih
mempertahankan diri. Walaupun begitu mereka telah terdesak hebat oleh serangan
pedang Siauw Ling yang gencar dan dahsyat. Memang kalau hanya berkisar pada sedetik
kemudian. Oleh sebab itu mendengar bentakan tadi buru-buru mereka tarik kembali senjatanya
dan mengundurkan diri. Dari bentakan tadi Siauw Ling bisa menangkap bahwa suara itu tidak mirip dengan
suara dari Im Yang cu, pedangnya segera disilangkan didepan dada dan bentaknya dingin,
"Siapa kau" menyaru sebagai orang Bu tong pay untuk berbuat gila, macam begitukah
tindakan seorang enghiong?"
Im Yang cu tertawa, mendadak tangannya mengusap keatas wajahnya dan muncullah
seraut wajah panjang yang kurus kering.
"Kaukah yang bernama Siauw Ling?" tegurnya.
"Sedikitpun tidak salah, siapa kau?"
Orang itu tertawa hambar.
"Pernahkah kau mendengar akan nama besar dari Lam Hay Ngo Seng lima rasul dari
lautan Lam Hay?" "Lima rasul dari Lam Hay" agaknya cayhe tak pernah mendengar nama ini. Tapi aku sih
pernah mendengar orang membicarakan soal lima manusia laknat dari Lam Hay."
"Hm! Lima rasul juga boleh, lima laknat juga tak mengapa, pokoknya itulah kami lima
orang bersaudara!" "Apakah kau serta beberapa orang itu?" jengek Siauw Ling sambil menyapu sekejap
tiga orang toojien yang menggeletak diatas tanah.
Orang itu tertawa hambar.
"Seandainya lima manusia laknat dari Lam Hay bisa dilukai orang dengan begitu
gampang apa gunanya kami memiliki gelar lima manusia laknat?"
"Lalu siapakah keenam orang yang menyaru sebagai anak murid Bu tong pay itu?"
"Jago pedang dari perkampungan Pek Hoa San cung!"
"Oooh". sungguh tak kusangka lima manusia laknat dari Lam Hay yang mempunyai
nama besar dalam dunia kangouw ternyata sudah menjadi kaki tangan dari pihak
perkampungan Pek Hoa San cung" jengek Siauw Ling sambil tertawa dingin.
Orang itu tidak menunjukkan reaksi apapun hanya dengan hambar sahutnya:
"Aku rasa lebih baik kau tak usah mencampuri urusan pribadi kami."
"Kelihatan orang ini licik dan berpikiran panjang, entah dalam urusan yang keberapa
dari Lam Hay Ngo Hiong?" pikir pemuda itu, segera tegurnya, "Apakah kau adalah
pemimpin dari manusia laknat?"
"Diantara lima saudara aku menduduki urutan yang paling buncit, cayhe bukan lain
adalah Leng Chiu Siauw su sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan!"
Rupanya Siauw Ling sengaja mengajak orang itu bercakap-cakap dengan harapan bisa
peroleh sedikit waktu guna memeriksa keadaan situasi ditempat luar.
Siapa sangka Soen Put Shia serta sepasang pedagang dari Tiong chin sekalian belum
juga ada kabar beritanya. Mereka lenyap bagaikan batu yang tenggelam ditengah
samudra, bukan saja tidak nampak mereka muncul disitu suara merekapun tak
kedengaran. Agaknya sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goanpun sedang menantikan sesuatu,
sambil menatap wajah Siauw Ling ia bersiap siaga.
"Aku rasa lima manusia laknat dari Lam Hay tentu hadir semua disini, bukan begitu?"
mendadak Siauw Ling menegur lagi sambil putar pedangnya.
"Tentang soal itu sih, maaf kalau cayhe tak suka memberi jawaban."
"Kalian datang kemari dengan menyaru sebagai anggota partai Bu tong, apakah
perbuatan kalian adalah karena sedang menjalankan perintah dari Djen Bok Hong?"
"Tentang soal ini lebih baik saudarapun tak usah banyak tanya."
"Kalian lima manusia laknat mau jual tenaga bagi Djen Bok Hong. Apakah kalian
bekerja tanpa peroleh imbalan?"
"Itu sih tidak" Thian Tiong Goan tertawa hambar. "Selamanya lima manusia laknat dari
Lam Hay tidak pernah melakukan jual beli yang merugikan, tentu saja kami tak sudi jual
tenaga tanpa peroleh imbalan apapun"."
"Berapa sih imbalan yang diberikan Djen Bok Hong kepada kalian berlima, sehingga
lima manusia laknat dari Lam Hay sudi jual nyawa bagi dirinya?"
Kembali sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan tertawa hambar.
"Hey orang she Siauw, apakah kau tidak merasa pertanyaan yang kau ajukan sudah
terlalu banyak?" "Djen Bok Hong sanggup mengundang kalian Lam Hay Ngo Hiong untuk jual nyawa
baginya, kenapa cayhe tak sanggup untuk mengundang pula dirimu"."
"Kau bicara tanpa memandang martabat orang lain. Cayhe ingin mohon petunjukmu
lebih dahulu!" teriak Thian Tiong Goan tiba-tiba pedangnya segera berkelebat menusuk
kearah dada lawan. Siauw Ling putar senjatanya menangkis, sementara dalam hati pikirnya, "Djen Bok
Hong mengutus lima manusia laknat dari Lam Hay untuk siapkan jebakan disini. Hal ini
menunjukkan pula bahwa sejumlah jagoan lihay telah dipersiapkan pada barisan
berikutnya. Satu jalan yang dapat kutempuh sekarang adalah menangkap orang ini lalu
mencari keterangan dari mulutnya"."
Tetapi justru karena pikiran ini, maka banyak jurus serangan yang ampuh dan lihay dari
Siauw Ling sulit digunakan. Ia takut serangannya terlalu dahsyat sehingga membinasakan
orang ini. Ilmu pedang Thian Tiong Goan lihay juga, serangannya kian lama kian bertambah
dahsyat hingga membuat sekeliling tempat itu penuh dengan cahaya pedangnya.
Siauw Ling tercekam dalam rasa was-was, banyak jurusnya sukar dikeluarkan. Dari
menyerang ia malah terdesak keposisi bertahan.
Empat lima puluh jurus dengan cepatnya telah berlalu, namun kedua belah pihak masih
bertahan dalam keadaan seimbang. Siapapun tidak berhasil merebut kemenangan.
Makin lama Siauw Ling semakin gelisah pikirnya, "Kalau harus begitu terus menerus,
mana mungkin aku bisa dapat kesempatan untuk menangkan dia" aaai". terpaksa aku
harus turun tangan keji!"
Dengan berubahnya jalan pikiran si anak muda itu maka tanpa sadar sama halnya
dengan ia menolong dirinya lepas dari belenggu permainan pedangnya segera berubah
dan mulai mengirim serangan-serangan balasan yang dahsyat dan mengancam tempattempat
penting sekujur tubuh pelajar bertangan dingin itu.
Dengan adanya perubahan ini maka situasi dalam kalanganpun berubah jadi
sebaliknya, dari bertahan sekarang dia lebih banyak menyerang.
Sudah lama Thian Tiong Goan kenal akan nama besar dari Siauw Ling. Maka sejak
bertempur pertama kali tadi ia selalu bertindak hati-hati, setiap serangan dilancarkan
dengan cermat dan seksama, namun setelah lebih dua puluh gebrakan dia mulai merasa
heran dari jurus-jurus serangan si anak muda itu dirasakan adanya suatu keganjilan besar,
dia merasa dalam serangannya pemuda itu sukar untuk mengerahkan kemampuannya
hingga mencapai pada gerakannya ia selalu terganggu oleh sesuatu.
Namun lama kelamaan dia menjadi terbiasa dengan keadaan itu, dan serangan yang
dilancarkan dari ujung pedangnyapun kian bertambah dahsyat.
Siauw Ling sendiri walaupun tak bisa kerahkan kekuatannya namun karena ilmu
pedangnya memang ampuh dan sakti. Maka setiap kali Thian Tiong Goan menambahi
tenaga serangannya dengan satu barisan maka daya pertahanan yang dipancarkan
pemuda itupun semakin kuat, maka untuk sementara keadaan seimbang masih bisa
dipertahankan terus. Menanti Siauw Ling menyerang tanpa menguatirkan keselamatan musuhnya, Thian
Tiong Goan baru sadar bahwasanya dia telah berjumpa dengan musuh tangguh, buruburu
pedangnya ditarik siap mengundurkan diri siapa sangka permainan pedang Siauw
Ling makin dahsyat. Seketika ia terkurung ditengah lapisan bayangan pedangnya.
Puluhan gebrakan kembali lewat dengan cepatnya. Thian Tiong Goan mulai tidak tahan
dan terdesak hebat. Mendadak si anak muda itu melancarkan sebuah serangan aneh. Pedangnya dengan
telak menghantam diatas pergelangan kanan lawan hingga membuat senjata pelajar
bertangan dingin itu terlepas dari tangan.
"Mengaku kalah tidak?" teriaknya sambil tertawa dingin.
"Nama besar Siauw thayhiap benar-benar bukan nama kosong belaka cayhe mengucap
banyak terima kasih!"
Tiba-tiba sesosok bayang manusia berkelebat lewat, seorang toojien sambil membawa
pedang lari kedalam. Siauw Ling melirik sekejap kearah orang itu, diikuti pedangnya menyapu kedepan.
Saat dilancarkan serangan ini benar-benar amat tepat, baru saja toojien itu mencekal
pedangnya untuk diangsurkan kearah Thian Tiong Goan, babatan pedang si anak muda
itu telah menyapunya. Sreeet".! percikan darah muncrat keempat penjuru, separuh lengan kanan sitoojien itu
beserta pedangnya segera rontok keatas tanah.
Thian Tiong Goan tertawa dingin, mendadak ia lancarkan sebuah serangan
menghantam dada si anak muda itu.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan tangan kirinya Siauw Ling sambut datangnya serangan itu dengan keras lawan
keras, dalam sebuah bentrokan dahsyat Thian Tiong Goan tergetar keras sampai mundur
satu langkah kebelakang. Sebenarnya menggunakan kesempatan itu sipelajar bertangan dingin bisa melarikan diri
dari gubuk tersebut, namun ia tidak bebuat demikian sebaliknya malah berdiri tenang
disitu. Pertama Siauw Ling menguatirkan keselamatan orang tuanya, kedua dia ingin
memperlihatkan sedikit keterangan dari mulut orang she Thian ini, maka dia tidak ingin
melukai dirinya dan berharap bisa menangkap orang itu dalam keadaan hidup-hidup.
Tetapi setelah saling bergebrak tadi, ia sadar bahwa ilmu silat yang dimiliki orang itu
luar biasa sekali, untuk menghajarnya dengan tepat diharuskan mencari satu akal yang
jitu. Kedua belah pihak saling berhadapan dengan mulut membungkam, lewat seperminum
teh kemudian mendadak Thian Tiong Goan tertawa dan berkata, "Siauw thayhiap tidak
sepantasnya kau menerima pukulan tadi!"
"Kenapa" aku rasa serangan telapakmu sama sekali tiada hal yang patut dibanggakan!"
"Diantara jari tangan telah kusembunyikan jarum lembut yang amat berbisa. Ketika
menerima seranganku tadi maka tanpa sadar kau telah keracunan hebat, daya kerja racun
itu sangat cepat. Aku rasa pada saat ini kau tentu sudah merasakan sesuatu yang aneh
bukan dalam tubuhmu?"
Mula-mula Siauw Ling rada tertegun, namun dengan cepat pikirnya, "Sungguh keji hati
orang ini, untung tangan kiriku telah mengenakan sarung tangan kulit ular, sekalipun
tusukan pedang aku tidak takut, kenapa harus jeri kepada pedang beracunmu?"
Maka ia lantas tertawa dingin, "Cayhe tidak mempan terhadap serangan racun macam
apapun juga." "Hmm, racun keji dari kami Lam Hay Ngo Hiong berbeda dari kami sendiri. Dikolong
langit tak akan ada obat lain yang bisa memusnahkan racun ini."
Setelah berkelana selama beberapa waktu didalam dunia persilatan. Pengetahuan
maupun pengalaman Siauw Ling telah banyak bertambah, mendengar ucapan itu dia
lantas menjawab, "Apabila saudara tidak percaya, tunggu saja nanti."
Thian Tiong Goan termenung sejenak, ketika ia lantas mendehem dan berkata, "Aku
akan menghitung sampai angka sepuluh racun yang mengeram dalam tubuhmu belum
juga bekerja, maka sejak ini hari aku orang she Thian akan segera menyingkir setiap kali
berjumpa dengan dirimu!"
Siauw Ling tertawa hambar.
"Terlalu serius ucapanmu barusan, aku orang she Siauw tidak sanggup
menerimanya"." Ia merandek sejenak untuk tukar napas, kemudian tambahnya:
"Seandainya racun yang mengeram dalam tubuh cayhe tidak bersih, aku minta saudara
menjawab tiga buah pertanyaanku, maukah kau berjanji?"
"Haaa". haaa". seandainya kau benar-benar kebal terhadap racunku, janga dikata tiga
buah pertanyaan sekalipun tiga puluh pertanyaan juga cayhe jawab semua."
"Kalian lima manusia laknat dari Lam Hay adalah manusia-manusia kenamaan dalam
dunia persilatan. Tahukah kau akan pepatah yang mengatakan"."
"Perkataan dari seorang kongcu berat laksana gunung Thay san, sekali telah diucapkan
dikejar dengan empat kudapun sukar ditarik kembali"."
"Hmm! meskipun tingkah laku kami Lam Hay Ngo Hiong rada latah dan tinggi hati
namun selamanya kami selalu pegang janji. Setiap ucapan yang telah kami utarakan tidak
nanti disesal kembali."
"Bagus kalau begitu. Nah, saudara boleh mulai menghitung!"
Dalam hati kecilnya si anak muda ini sadar ketidak munculnya Soen Put Shia serta
Tiong Cho Siang Ku sekalian tentu disebabkan sesuatu yang luar biasa kemungkinan besar
merekapun menemui hadangan, dan sedang melangsungkan pertarungan sengit atau
mungkin juga mereka sudah dibokong orang dan tertangkap musuh. Satu-satunya
kemungkinan baginya untuk mengetahui kejadian itu hanyalah menaklukan pelajar
bertangan dingin ini, maka dengan sabarnya dia menanti hitungan lawan.
Terdengar Thian Tiong Goan mulai menghitung dengan suara lantang, "Satu, dua, tiga,
empat". sembilan"."
Namun Siauw Ling masih tetap tenang-tenang saja berdiri disisi kalangan. Wajahnya
penuh senyuman dan badannya tak berkutik.
Dan muka Thian Tiong Goan berobah hebat dengan termangu-mangu ia menatap
wajah si anak muda itu lama sekali". mendadak tegurnya, "Benarkah saudara sama sekali
tidak keracunan." Siauw Ling tersenyum. "Bukankah sejak tadi aku sudah bilang bahwa cayhe tidak mempan terhadap segala
macam racun" siapa suruh kau tidak percaya" nah! sekarang sudah percaya?"
Ia merandek sejenak, lalu dengan suara keras serunya, "Hitunganmu tinggal satu yang
belum kau sebutkan, kenapa tidak kau teruskan?"
Sepasang matanya Thian Tiong Goan berkedip, mendadak ia tertawa seram.
"Seandainya cayhe tidak sebutkan hitungan yang kesepuluh bukankah pertaruhan ini
jadi berlangsung selamanya tak bisa ditentukan siapa yang menang dan siapa yang
kalah?" Ucapan itu sungguh berada diluar dugaan Siauw Ling. Dari tertegun dia jadi naik pitam,
serunya, "Hmm, ternyata nama besar Lam Hay Ngo Hiong hanyalah nama kosong belaka.
Kalian tidak lebih hanyalah manusia bejad yang bermoral rendah!"
"Menggunakan tentara jangalah lupa memakai siasat, siapa suruh Siauw thayhiap
kurang berpengalaman dalam menghadapi masalah dunia persilatan. Janganlah kau
salahkan aku orang she Thian yang jauh lebih unggul otaknya."
Dalam hati Siauw Ling benar-benar mendongkol bercampur gusar, segera seurnya
ketus, "Kau anggap dengan andalkan beberapa patah kata untuk menipu diriku, kau
pantas bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat?"
Thian Tiong Goan tersenyum.
"Kecuali dalam ilmu silat Siauw thayhiap bisa kalahkan diriku sehingga membuat hatiku
kagum terhadap kau."
"Hmmm! itu bukan pekerjaan yang terlalu menyulitkan diriku!"
Dalam keadaan gusar, napsu membunuhnya segera berkobar. Perlahan-lahan dia
angkat pedangnya seraya berkata, "Asalkan kau dapat menerima tiga buah tusukan
pedangku lagi, maka aku orang she Siauw tak akan menyusahkan cuwi sekalian."
Dari cara Siauw Ling mengangkat pedangnya. Sipelajar bertangan dingin telah
menduga kalau pihak lawan memahami serangan hawa pedang, didalam serangannya
nanti pasti luar biasa dahsyatnya. Tentu saja dia tak berani bertindak gegabah, sambil
salurkan hawa murninya bersiap sedia, matanya melirik kesana kemari cari jalan keluar,
diam-diam ia kerahkan ilmu menyampaikan suaranya memanggil dua orang toojien yang
menyaru sebagai anggota Bu tong pay itu untuk bersama-sama melawan Siauw Ling.
Mendadak terdengar si anak muda itu membentak keras, pedangnya berkelebat
kedepan menciptakan selapis cahaya keperak-perakan yang menyilaukan mata, bersamasama
pedangnya ia tubruk tubuh orang she Thian itu.
Thian Tiong Goan cepat-cepat angkat pedangnya menangkis, kemudian laksana kilat
dia mundur kebelakang. Dalam serangannya barusan Siauw Ling telah gunakan ilmu pedang terbang ajaran
Cung San Pek, suatu ilmu pedang tingkat yang paling tinggi.
Sejak tinggalkan perguruan Siauw Ling terus menerus berkelana dalam Bulim. Ilmu
pedang yang dipelajaripun hanya merupakan permulaannya saja, karena situasi yang
terlalu mendesak pada diri ini terpaksa dia harus keluarkan kepandaian itu.
Terdengar suara senjata beradu nyaring, hawa pedang membumbung tinggi keangkasa
dan menyambar kedepan. Dua jeritan ngeri yang menyayat hati segera bergema memecahkan kesunyian, dua
orang perkumpulan Pek Hoa san cung itu yang menyamar sebagai anggota Bu tong itu
roboh keatas tanah dan menemui ajalnya seketika itu juga.
Yang satu terbabat pinggangnya sampai putus jadi dua bagian, sedangkan yang lain
terbabat kepalanya hingga butiran batok kepala itu mencelat sejauh enam tujuh depa dari
kalangan. Thian Tiong Goan yang licik hanya kehilangan pedangnya dalam serangan tersebut,
dengan cepat ia sambar tubuh Boe Wie Tootiang kemudian loncat kedepan dan lari keluar
dari rumah gubuk itu. Rupanya Siauw Ling tidak menyangka kalau seranga pedangnya barusan bisa
menghasilkan akibat yang mengerikan untuk beberapa saat ia berdiri termangu-mangu
ditempatnya semula. Dalam sekejap mata itulah Thian Tiong Goan dengan membawa Boe Wie Tootiang telah
lari tak berbekas. Setelah mendusin dari lamunannya Siauw Ling segera mengempos tenaga mengejar
keluar. Ia lihat Thian Tiong Goan telah berada lima tombak jauhnya dan sedang lari naik
gunung. Sementara bayangan dari Soen Put Shia serta Tiong Cho Siang Ku sekalian belum
kelihatan juga. Dalam keadaan serta situasi seperti ini tak sempat bagi Siauw Ling untuk memikirkan
nasib Soen Put Shia sekalian lagi, ia segera mengempos tenaga mengejar kearah pelajar
bertangan dingin. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Siauw Ling adalah ajaran langsung dari Liuw Sian
cu jago gingkang nomor wahid dikolong langit, dalam pengerahan tenaga hingga
mencapai pada puncak ini bisa dibayangkan betapa cepatnya lari si anak muda itu. Tidak
sampai seratus tombak ia telah berhasil menyusul Thian Tiong Goan hanya dua tombak
dibelakangnya, ia segera berseru keras, "Apabila kau tidak mau menghentikan larimu,
jangan salahkan kalau aku Siauw Ling akan melukai orang dengan senjata rahasia!"
Belum habis ia berkata tiba-tiba Thian Tiong Goan putar badan sambil mengayun
tangannya, serentetan cahaya pudar laksana kilat meluncur kebelakang.
Siauw Ling putar pedang melindungi badan ting". ting". semua senjata rahasia yang
menyambar datang berhasil disampok rontok semua oleh pedangnya.
Tetapi dengan hadangan ini, maka dengan menggunakan kesempatan Thian Tiong
Goan berhasil lari kedepan enam tujuh depa lebih jauh dari semula.
Jilid 19 Sementara itu pelajar bertangan dingin telah tiba dipinggang gunung. Siauw Ling sadar
apabila ia biarkan orang itu menyusup kedalam semak belukar maka sulit baginya untuk
menyusul manusia licik itu. Hatinya jadi sangat gelisah, mendadak ia mengepos tenaga
ilmu meringankan tubuh. "Pat Poh Kan san" dikerahkan hingga mencapai pada
puncaknya". dalam beberapa tombak saja dibelakang tubuhnya.
Ilmu meringankan tubuh dari Thian Tiong Goan memang lihay. Tetapi kalau
dibandingkan nomor wahid dari kolong langit dia masih kalah satu tingkat, apalagi pada
punggungnya harus menggendong Boe Wie Tootiang, semakin sulit lagi posisinya.
Maka setelah saling menerjang beberapa tombak lagi, Siauw Ling telah berada tujuh
delapan depa dibelakangnya.
Siauw Ling segera siapkan pedangnya untuk mengirim tusukan maut, mendadak
terdengar gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang ditengah angkasa, diikuti
seseorang berseru lantang, "Saudara Siauw, jangan kuatir. Orang ini tak akan berhasil
melepaskan diri dari cengkeraman kita!"
Bersamaan dengan munculnya bentakan nyaring, tiba-tiba dari balik bukit meloncat
keluar seorang pengemis tua berambut kusut.
Sekilas pandangan Siauw Ling segera kenali orang itu sebagai Soen Put Shia yang
dikuatirkan selama ini, ia jadi tercengang, pikirnya, "Aneh". kenapa mereka semua telah
mengundurkan diri keatas gunung?"
Dalam pada itu tampaklah Soen put Shia teah ayunkan telapaknya mengirim satu
pukulan dahsyat, sambil menghadang jalan pergi Thian Tiong serunya ketus, "Lepaskan
toosu tua itu!" "Hmm, tidak semudah itu kawan" sambil berseru orang she Thian inipun ayunkan
tangan kanannya menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
Braak".! sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya, Thiong Tiong Goan segera
terdesak mundur satu langkah kebelakang.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Siauw Ling menyusul kedepan,
tangannya diayunkan dan segera melancarkan totokan dengan ilmu Siuw loe sin cian
menghajar jalan darah Hoei Yang Hiat pada kaki kiri Thiong Tiong Goan.
Ilmu jari Sin Loo Cie merupakan salah satu ilmu kebanggaan Liuw San Cu. Selama
puluhan tahun berdiam dalam lembah tiga rasul boleh dibilang segenap kemampuan serta
pikirannya dipusatkan pada ilmu jari ini. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ilmu
tersebut setelah diajarkan sendiri kepada Siauw Ling.
Serentetan tenaga totokan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun menyambar kedepan
dan menghantam jalan darah Hoei Yang Hiat dikaki Thiong Tiong Goan orang itu secara
mendadak merasakan kaki kirinya jadi kaku dan hampir-hampir saja roboh tertunduk
diatas tanah. Siauw Ling bertindak cepat tangan kirinya segera menyambar tubuh Boe Wie Tootiang
dari tangannya. Sementara pedang ditangan kanannya menghantam kemuka". Plaak!
dengan telak menghajar sikut kanannya.
Tenaga kweekang yang dimiliki Thiong Tiong Goan benar-benar amat sempurna,
meskipun jalan darah dikaki kirinya tertotok oleh ilmu Siuw Loo cie dari Siauw Ling namun
lukanya bukan ditempat yang penting maka dia masih bisa mempertahankan diri. Tetapi
setelah Siauw Ling menghajar sikutnya dengan pedang, dimana dalam hantaman tadi
telah digunakan tenaga yang sangat besar. Ia tak sanggup mempertahankan diri lagi".
Blukk! tidak ampun lagi badannya segera jatuh keatas tanah.
Pedang Siauw Ling berkelebat memutuskan tali yang membelenggu tubuh Boe Wie
Tootiang, sambil bekerja ujarnya, "Loocianpwee orang ini adalah salah satu dari manusia
laknat yang bermukim di Lam Hay. Ilmu silatnya sangat lihay dan otaknya licik sekali.
Baik-baiklah jaga dirinya agar jangan salah melarikan diri, aku hendak bebaskan dulu Boe
Wie Tootiang dari pengaruh totokan."
Selesai bicara tanpa menunggu jawaban lagi Siauw Ling letakkan Boe Wie Tootiang
keatas tanah, dengan ilmu Tui Kiong Kok Hiat ia urut sekujur tubuh toosu tua itu.
Kurang lebih seperminum teh kemudian Boe Wie Tootiang baru membuka matanya dan
menghembuskan napasnya panjang.
"siauw thayhiap, terima kasih atas pertolonganmu" bisiknya.
"Aaai".! Tootiang tak perlu sungkan-sungkan."
Perlahan-lahan Boe Wie Tootiang bangkit berdiri, sambil melirik sekejap kearah Soen
Put Shia katanya, "Apakah diantara rombongan Loocianpwee ada yang terluka?"
"Kecuali aku sipengemis tua, semua orang berada dalam keadaan terluka!" jawab Soen
Put Shia dengan wajah serius.
Sepasang alis Siauw Ling segera berkerut sementara dia mau bicara Soen Put Shia
telah keburu bicara lebih dahulu, "Ada satu persoalan yang belum kujelaskan yaitu
simacan tutul berkepala sembilan Ong Hong telah dihajar orang sampai terjungkal
kedalam jurang, dia mati dengan badan hancur lebur."
"Bukankah Loocianpwee mengikuti terus dibelakang boanpwee?" tanya Siauw Ling.
"Ketika aku sipengemis tua melihat kalian masuk kedalam gubuk dan lama sekali tak
ada sesuatu gerak gerik apapun aku lantas menggape Tiong Cho Siang Ku untuk
bersama-sama memeriksa keadaan disitu, mendadak sebuah senjata rahasia menyambar
datang dari empat penjuru bagaikan titiran hujan gerimis. Karena perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba ini hampir saja membuat aku sipengemis tua terhajar pula oleh senjata
rahasia itu"." "Jadi mereka semua terluka karena serangan senjata rahasia itu?"
"Yang terluka dalam hujan senjata rahasia itu adalah Suma Kan siperamal sakti dari
timur serta Ong Hong dua orang. Sepasang pedagang dari Tiong chin benar-benar tidak
malu disebut jagoan yang berpengalaman luas. Kewaspadaan mereka sangat tinggi
melebih aku sipengemis tua, walaupun mereka berhasil meloloskan diri dari serangan
senjata rahasia gelombang pertama. Namun disebabkan hendak melindungi Thio Kie An
maka dalam serangan gelombang kedua mereka masing-masing terluka pula oleh senjata
rahasia lawan! Aaaai".! dengan kemajuan yang dimiliki kedua orang itu. Seandainya
bukan karena harus melindungi keselamatan Thio kie An, tidak mungkin mereka terluka
oleh senjata-senjata itu.
"Senjata rahasia apakah yang digunakan pihak musuh" begitu lihaykah serangan
tersebut?" "Datangnya bagaikan hujan badai, semuanya merupakan senjata rahasia kecil
semacam On Boe Tin, Bwee Hoa Ciam serta sebangsanya."
Siauw Ling menghela napas panjang.
"Aaai".! dibawah hujan senjata rahasia yang demikian kejinya, sekalipun cuma satu
dua orang yang melalukan seranganpun sudah sukar untuk menghindarkan diri, apabila
terjebak dalam perangkap yang telah sengaja mereka atur benar-benar sulitnya bukan
kepalang." "Begitu menyaksikan situasi tidak menguntungkan aku sipengemis tua segera turunkan
perintah untuk mengundurkan diri keatas gunung tempat dimana terjadi pertarungan
hanya terpaut enam tujuh tombak saja daerah pegunungan, setelah tiba diatas bukit
mula-mula Suma Kan yang tak sanggup mempertahankan diri, dia roboh keatas tanah.
terpaksa aku sipengemis tua harus membopong tubuhnya untuk mengundurkan diri!"
"Untung mereka tidak kirim orang untuk melakukan pengejaran" sela Siauw Ling.
"Siapa bilang tidak"." Soen Put Shia merandek sejenak, lalu terusnya: "Setelah
kuperiksa keadaan luka dari Suma Kan, segera kuketahui bahwa ia sudah terkena senjata
rahasia beracun, maka aku lantas punya pikiran, yaitu semua senjata rahasia yang telah
dipergunakan pada hari itu semuanya telah dipolesi racun. mereka tidak beritahu aku
pengemis tua dan akupun ogah banyak bertanya, dengan memimpin jalan kubawa
mereka mundur terus kegunung dengan harapan bisa mendapatkan goa atau selat yang
sempit untuk mereka beristirahat, dalam keadaan seperti ini aku tak bisa berpikir panjang
lagi". Aaaai! siapa tahu bukan saja goa dan selat tak berhasil kutemukan para
pengejarpun telah tiba!"
"Siapa saja yang munculkan diri?"
"Belasan orang lelaki kekar baju hitam, ditangan mereka masing-masing membawa
sebuah tabung yang berisi senjata rahasia Bwee Hoa Ciam serta sebangsanya serta
sebilah senjata tajam yang beraneka ragam. Aku pengemis tua yang mula-mula
memimpin perjalanan sekarang terpaksa harus berada dipaling belakang untuk


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membendung serangan musuh. Tu Kioe yang keracunan paksakan diri untuk
menggendong Suma Kan yang berada dipunggungku. Tapi sayang racun yang mengeram
didalam tubuh mereka telah bekerja, sehingga gerakan kami lambat sekali. Aku
sipengemis tua tidak enak memaksa mereka lagi pula dipaksapun percuma maka baru
saja mundur puluhan tombak musuh tangguh telah kami temui, dengan seorang diri aku
harus bergebrak melawan belasan orang. Sedikit meleng pada suatu saat Ong Hong telah
dihajar orang sampai masuk jurang"."
"Situasi terlalu mendesak, dalam peristiwa ini tak dapat salahkan diri Loocianpwee"
hibur Siauw Ling. "Walaupun begitu, namun dalam hati kecilku tetap terdapat semacam perasaan malu
dan menyesal yang tak terhingga."
Siauw Ling, tak tahan segera serunya, "Lalu bagaimana selanjutnya?"
Soen Put Shia menyapu sekejap Boe Wie Tootiang, kemudian sahutnya, "Kalau
dibicarakan, mau tak mau aku sipengemis tua harus mengagumi perhitungan serta
dugaan yang sempurna dari Tootiang!"
"Aaai! seandainya pinto adalah orang yang punya pikiran sempurna. Tidak nanti pada
hari ini kita alami kekalahan total semacam ini" ujar Boe Wie Tootiang sambil menghela
napas sedih. "Seluruh kekuatan inti dari partai Bu tong telah mengalami penjagalan yang
mengerikan." "Apa" jadi orang yang menyambut kedatangan aku sipengemis tua dan bantu pukul
mundur kaum bajingan itu bukanlah anak murid partai Bu tong".?"
"Pinto tak berani menerima jasa tersebut!"
"Waah, kalau begitu aneh sekali!"
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Siauw Ling.
"Tatkala aku sipengemis tua saksikan Ong Hong dihantam orang sampai masuk
kedalam jurang tanpa bisa menolong. Hatiku gelisah bercampur gusar, beruntun
kulepaskan beberapa pukulan maut, meskipun dua orang lawan berhasil kulukai namun
aku tak sanggup membendung serangan mereka yang begitu gencar dan dahsyat. Aaai!
bilamana aku harus bertahan terus dalam keadaan begini tanpa datangnya bala bantuan,
mungkin setengah jam kemudian akupun bakal roboh terluka. pada saat itulah kami kena
didesak hingga tersudut, ada seseorang yang memiliki kepandaian silat agak tinggi
berhasil melewati aku pengemis tua, dan langsung mengejar kearah Tiong Cho Siang Ku
sekalian." "Loocianpwee" teriak Siauw Ling terperanjat. "Jadi kalau begitu kedua orang saudaraku
telah mati dibunuh orang?"
Soen Put Shia menggeleng.
"Seandainya mereka berdua sampai terbunuh aku sipengemis tua tak akan punya muka
untuk unjukkan diri bertemu dengan kalian berdua."
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?"
"Hatiku benar-benar gelisah ketika menyaksikan situasi yang amat kritis itu, diriku
terkepung rapat dalam desakan musuh dan tak mungkin pisahkan diri untuk menolong
mereka, sementara racun dalam tubuh merekapun telah bekerja. Tak ada tenaga dalam
tubuh mereka untuk melawan, bayangkan saja betapa kritisnya situasi waktu itu. Dikala
maut hampir tiba itulah mendadak terdengar suitan panjang berkumandang datang.
Empat orang manusia berbaju hitam membawa poo kiam laksana tentara langit yang
turun kebumi segera menyerang kesana kemari dengan dahsyatnya, empat rentetan
cahaya perak menggulung keempat penjuru laksana ombak ditengah samudra. Tidak
sampai seperminum teh lamanya sebagian besar para pengejar telah mereka lukai atau
mereka bunuh, sisanya karena melihat situasi tidak menguntungkan segera melarikan diri
terbirit-birit." "Apakah loocianpwee telah tanyakan asal usul keempat orang itu?" tanya Boe Wie
Tootiang. "Sementara aku sipengemis tua siap bertanya, keempat orang itu telah putar badan
dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata bayangan mereka sudah lenyap tak berbekas."
"Apakah loocianpwee melihat jelas bagaimanakah raut mukanya?"
Soen Put Shia termenung sejenak, kemudian baru menjawab, "Keempat orang itu
sama-sama mengenakan kain kerudung berwarna hitam sehingga sulit bagiku untuk
melihat raut wajahnya."
Ia merandek sejenak lalu tambahnya, "Aaaah, kalau bukan pertanyaanmu barusan
hampir saja aku pengemis tua lupa mengutarakannya keluar, diantara keempat bayangan
itu dua orang mempunyai perawakan yang istimewa kecil dan rampingnya, potongan
tubuhnya tidak mirip perawakan tua."
"Waduh". aku jadi semakin bingung."
"Rupanya mereka sudah mengetahui lebih dahulu kalau Djen Bok Hong telah kirim
orang untuk mencegat kita disitu" ujar Boe Wie Tootiang. "Tapi dengan sendirinya mereka
sungguh ada maksud menolong, kenapa tidak memperingatkan kita jauh sebelumnya?"
"Aku sipengemis tuapun merasakan banyaknya kecurigaan serta kesangsian didalam
persoalan ini, sungguh membuat orang jadi bingung dan tidak habis mengerti."
"Mereka suka turun tangan membantu kita bahkan melukai pula begitu banyak jago
dari perkampungan Pek Hoa San cung. Jelas keempat orang itu adalah kawan bukan
lawan"." Seandainya mereka datang dengan tujuan membantu, kenapa tidak meninggalkan
nama?" "Benar!" Boe Wie Tootiang menyambung. "Seandainya sudah mengetahui dahulu
rencana dari Djen Bok Hong dan benar-benar ada maksud menolong kita sekalian. Kenapa
tidak beri kabar lebih dahulu kepada partai kami sehingga mengakibatkan kekuatan ini
dari partai Bu tong serta beberapa orang sahabat Bulim yang sedang merawat luka mati
binasa semua." "Tadi, cayhe telah perhatikan keadaan disekeliling gubuk dan kurasa tiada tana pernah
terjadi suatu pertempuran disana. Mungkin saja Im Yang Tootiang dengan membawa
segenap anggota partai Bu tong telah menyingkir dari sini."
"Kenapa tidak kita kompas saja orang ini?" tiba-tiba Soen Put Shia menyela sambil
menyapu sekejap wajah Thian Tiong Goan.
"Sedikitpun tidak salah!" seru Siauw Ling dengan langkah lebar ia segera mendekati
orang she Thian itu, telapaknya berkelebat membebaskan jalan darahnya yang tertotok
setelah ia menotoknya jalan darahnya diatas lengan serta kakinya. Kemudian ia berkata
dengan suara dingin, "Kau menyaru sebagai Im Yang cu, tentu mengetahui bukan kabar
berita mengenai Im Yang tootiang?"
Perlahan-lahan Thian Tiong Goan melirik sekejap wajah Siauw Ling, lalu tertawa
hambar dan mengangguk. "Sedikitpun tidak salah!"
"Sekarang Im Yang Tootiang berada dimana?"
"Kalau cayhe tidak ingin jawab?"
Sepasang mata Soen Put Shia kontan melotot bulat-bulat serunya ketus, "Telah lama
aku sipengemis tua mendengar akan nama besar dari Lam Hay Ngo Hiong. Namun aku
tidak percaya kalau kau adalah lelaki jantan yang terdiri dari baja yang kuat. Siauw
thayhiap tidak tega turun tangan terhadap dirimu, namun aku sipengemis tua tega untuk
melakukan siksaan macam apapun akan kutotok lebih dahulu jalan darah Nge Im Ciat
Hiatmu agar kau rasakan bagaimana kalau aliran darah harus terkumpul didalam paruparu."
Thian Tiong Goan tertawa dingin.
"Kau anggap kami lima manusia laknat dari Lam Hay adalah kawanan tikus yang takut
mati?"" "Bagus! kalau kau tidak percaya, segera akan kusuruh kau cicipi bagaimana rasanya"
sambil berseru pengemis tua segera mendekati tubuh Thian Tiong Goan, angkat tangan
kanannya dan berkata lagi, "Bagaimana kalau aku pengemis tua memberi waktu
seperminum teh lagi bagimu untuk pikir-pikir?"
"Seandainya cayhe katakan kabar berita mengenai Im Yang cu, apa yang hendak kalian
lakukan terhadap diriku?"" tanya Thian Tiong Goan setelah termenung sebentar.
"Tentang soal ini harus diputuskan sendiri oleh Tootiang!" jawab Soen Put Shia sambil
berpaling kearah toosu tua itu.
Sepasang mata Boe Wie Tootiang memancarkan cahaya tajam, seraya menatap wajah
orang she Thian itu katanya perlahan-lahan, "Kami dari partai Bu tong sama sekali tidak
pernah mengikat tali permusuhan apapun dengan kalian lima manusia laknat dari Lam
Hay pinto benar-benar tidak mengerti apa sebabnya kalian Lam Hay Ngo Hong memusuhi
partai kami." Meskipun berada dipinggir maut Thian Tiong Goan sama seklai tidak jadi gugup, ia
tetap tenang seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun setelah mendehem
jawabnya, "Setelah munculkan diri dalam dunia persilatan kami lima bersaudara dari Lam
Hay pernah menjelajahi seluruh dunia persilatan selama sembilan kali. tetapi boleh
dibilang baru ini hari untuk pertama kalinya jatuh ditangan orang."
"seandainya cuwi sekalian betul-betul ada maksud mengikat tali permusuhan. kami lima
bersaudara dari Lam Hay silahkan turun tangan keji diri cayhe, tapi jangan harap cuwi
sekalian bisa menyiksa diriku, sebab dalam sekejap mata aku bisa putuskan napasku. Tapi
kalian harus ingat setelah aku mati maka berhati-hatilah kalian semua, setiap saat
keempat orang saudara angkatku bisa datang untuk mencari balas. Selama salah satu
diantara mereka masih hidup, dengan cara dan tipu muslihat macam apapun dendam
berdarah ini pasti akan dituntut balas."
"Itu urusan dari kalian lima manusia laknat" sela Siauw Ling. "Sekarang yang kami
tanyakan adalah kabar berita mengenai Im Yang Tootiang serta anak murid partai Bu tong
lainnya." "Bebaskan dulu jalan darahku, maka segera kukatakan jejak mereka!"
"Lima manusia laknat dari Lam Hay sudah terkenal akan kelicikan, kekejian serta
kebuasannya sudah lama aku sipengemis tua mengetahui nama kalian"."
"Tidak salah" tukas Thian Tiong Goan. "Meskipun kami lima bersaudara dari Lam Hay
seringkali melakukan perbuatan jahat dan seringkali main akal-akalan, namun setiap janji
yang telah diutarakan tak pernah kami ingkari."
"Nanti dulu kawan!" tiba-tiba Siauw Ling berseru dengan ketus. "Apakah kau sudah
lupa akan tipu muslihat yang telah kau gunakan untuk membohongi aku sewaktu berada
didalam rumah gubuk tadi?"
"Tadi aku cuma menipu dirimu toh janji yang kuucapkan tak pernah diingkari"
mengenai urusan tadi harus salahkan usiamu yang terlalu muda dan kurang
berpengalaman menghadapi masalah dunia persilatan, asalkan sebelum bertaruhan tadi
kau tambahkan dengan sepatah kata dan tentunya batas waktunya, mau tak mau angka
yang terakhir harus kuucapkan juga dan pertaruhan itu kaulah yang menang."
Siauw Ling termenung pikirnya, "Ucapannya sama sekali tidak salah, sebelum angka
yang kesepuluh diucapkan dia memang tak bisa terhitung kalah!"
Berpikir begitu, mendadak tangannya berkelebat membebaskan jalan darah Thian
Tiong Goan yang tertotok, serunya lantang, "Nah sekarang katakanlah."
Thian Tiong Goan tidak langsung menjawab, ia pejamkan matanya lebih dulu untuk
mengatur pernapasan menunggu hingga hawa murni telah menjadi beredar dengan lancar
dia baru buka matanya kembali menyapu Siauw Ling sekalian.
"Waktu cayhe tiba ditempat ini, beberapa buah rumah gubuk itu telah berada dalam
keadaan kosong tanpa penghuni" katanya kemudian.
"Sungguhkah ucapanmu?"
"Setelah cayhe berjanji untuk menjawab, tentu saja setiap patah kataku adalah katakata
yang sejujurnya." Alis Siauw Ling kontan berkerut.
"Dalam melaksanakan tugasmu kali ini bukan saja kau gagal peroleh saja bahkan
sebagian besar anak buahmu mati ataupun terluka, bagaimana tanggung jawabmu bila
bertemu dengan Djen Bok Hong nanti?"
"Soal ini tak perlu kau risaukan" sahut Thian Tiong Goan. "Djen toa Cungcu pernah
beritahu kepada cayhe tentang kelihayan ilmu pedangmu yang dikatakan luar biasa
setelah perjumpaan hari ini kuakui bahwa ucapan sama sekali tidak bohong. Pemberianmu
pada hari ini akan cayhe ingat selalu didalam hati. Semoga dikemudian hari kami lima
bersaudara dari Lam Hay bisa mendapat petunjuk lagi akan ilmu silat Siauw thayhiap yang
lihay." "Setiap saat aku orang she Siauw akan menantikan kedatanganmu."
Tiba-tiba Soen Put Shia tertawa dingin.
"Eeeei". bagaimana" setelah mengucapkan beberapa patah kata yang tak berguna itu.
Kau lantas mau pergi?" tegurnya.
"Heee". heee". mungkin cayhe tak sanggup mengalahkan kalian bertiga. Namun
untuk pergi dari sini rasanya masih lebih dari cukup!"
Seraya berkata badannya melayang ketengah udara. Pada saat yang bersamaan tangan
kirinya menyerang Soen Put Shia, kaki kanannya menendang Boe Wie Tootiang sedang
tangan kanannya diayun kearah Siauw Ling, dimana serentetan cahaya perak segera
menyambar keempat penjuru.
Berada dalam jarak yang demikian dekatnya sekalipun Siauw Ling sudah bersiap siaga
tak urung dibikin gelagapan juga. Dalam keadaan terdesak dan kritis cepat-cepat
telapaknya melancarkan satu pukulan sementara tubuhnya dengan gerakan Jembatan
Gantung menjatuhkan diri kebelakang!
Soen Put Shia membentak keras, telapaknya disapu keluar mengirim satu serangan
balasan yang tak kalah hebatnya.
Boe Wie Tootiang mendendam atas bokongannya tadi, melihat datangnya tendangan ia
tidak menghindar. Jarinya laksana batang tombak langsung menotok jalan darah "Hian
Ciong" diatas kaki Thian Tiong Goan.
Dalam pertarungan antara jago-jago Bulim siapapun diantara mereka tak mau
membuang kesempatan baik yang diperoleh, dalam sekali gerakan Thian Tiong Goan telah
menyerang ketiga orang musuhnya dengan senjata rahasia, tendangan serta serangan
telapak. Namun dengan perbuatannya ini justru telah mengundang serangan balasan dari
Soen Put Shia serta Boe Wie Tootiang.
Siapa sangka serangan dari Thian Tiong Goan cuma serangan tipuan belaka. Setelah
melancarkan tendangan dan pukulan tadi badannya segera jumpalitan kebelakang, begitu
mencapai permukaan tanah badannya segera melesat satu tombak jauhnya dari tempat
semula, serunya sambil tertawa terbahak-bahak, "Haaah". haah". haah". maaf cayhe
tak dapat melayani lebih lama lagi, kesempatan dikemudian hari masih banyak, sampai
bertemu lagi!" Habis bicara badannya segera melayang tujuh delapan tombak jauhnya dari tempat
semula. Siauw Ling enjotkan badannya siap mengejar, namun segera dicegah oleh Boe Wie
Tootiang. "Biarlah dia pergi! yang penting kita harus menolong mereka yang terluka!"
Siauw Ling merandek dan ia segera ingat kembali kalau Tiong Cho Siang Ku sekalian
telah terkena senjata rahasia beracun, buru-buru kepada Soen Put Shia tanyanya,
"Loocianpwee, dimana mereka berada?"
"Aaaai".! dimana semak tidak jauh dari sini. Djen Bok Hong betul-betul manusia luar
biasa, walau aku sipengemis tua memusuhi dirinya tetapi tak bisa dikagumi kelihayannya.
Jangan dikata jago-jago biasa sampai lima manusia laknat dari Lam Haypun berhasil ia
taklukan, benar-benar luar biasa."
Sementara bercakap-cakap mereka sudah tiba didepan sebuah semak. Soen Put shia
segera masuk lebih dahulu.
Siauw Ling, Boe Wie Tootiang dengan ketat mengikuti dibelakang pengemis tua itu,
setelah berjalan dua tiga tombak sampailah mereka dibawah sebuah tebing terjal.
Tampak Suma Kan serta Tiong Cho Siang Ku duduk bersila diatas tanah, rupanya
mereka sedang mengatur pernapasan sedangkan Thio kie An pejamkan mata untuk
bersandar disisi batu besar. Dua ekor anjing raksasapun berada disisi majikannya.
"Aneh!" tiba-tiba Soen Put Shia berseru dengan alis berkerut. "Rupanya luka beracun
yang mereka derita sudah sembuh semua!"
Si sie poa emas Sang Pat yang sedang bersemedhi segera membuka matanya
memandang sekejap ketiga orang itu, lalu sambil tertawa sahutnya, "Setelah loocianpwee
berlalu, seorang manusia berbaju hitam menghampiri kami, dengan sebatang besi ia
berani isap jarum beracun yang bersarang ditubuh kami kemudian menghadiahkan sebutir
pil pemusnah pada kami tiap-tiap orang. Setelah selesai bekerja iapun berlalu lagi dengan
langkah cepat. Lihay sekali orang itu dikala menyembuhkan luka kami. Bukan saja hapal
bahkan cepatnya luar biasa."
"Kalian tidak menanyakan siapa namanya?"
"Tanya sih sudah cuma ia tidak menyahut barang sekecappun!"
"Setiap kali mereka membantu kita selain saja tak suka tinggalkan nama mereka, entah
apa maksud tujuannya?" kata Siauw Ling menunjukkan rasa tercengannya.
"Bagaimanakah raut wajah orang itu?" tanya Boe wie Tootiang.
"Menurut pendapat siauwte rupanya dia adalah seorang nona" jawab Suma Kan tibatiba
sambil membuka matanya. "Seorang gadis?"
"Potongan tubuhnya kecil dan ramping, sepuluh jarinya panjang-panjang dari mulus
dan dari tubuhnya menyiarkan bau harum semerbak, delapan bagian dia pasti seorang
gadis." Siauw Ling tidak memberikan komentar apa-apa namun dalam hati ia merasa
tercengang, pikirnya, "Dari mana datangnya perempuan-perempuan itu" sungguh bikin
hati orang jadi tak habis mengerti!"
Sementara itu terdengar Boe Wie Tootiang telah berkata, "Dalam separuh hidupku
belum pernah pinto berhubungan dengan patriot wanita, partai Bu tong pun tidak pernah
bersahabat dengan suatu aliran perguruan dalam dunia persilatan yang dipimpin seorang
wanita. pinto rasa mereka datang membantu pasti bukanlah disebabkan Bu tong pay
kami." "Aku sipengemis tuapun tidak pernah berhubungan dengan kaum wanita dalam
hidupku, jelas merekapun bukan datang menolong karena aku sipengemis tua!"
"Cayhe sendiripun tak dapat menemukan enghiong perempuan manakah yang diamdiam
datang membantu" ujar Siauw Ling, tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam
benaknya. "Mungkinkah dia."
"Siapa?" Soen Put Shia segera bertanya.
"Boanpwee hanya menduga-duga saja. Belum tentu dugaan itu tepat dan benar."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Katakanlah agar semua orang mendengar dengan begitu kamipun bisa ikut
memikirkan persoalan itu."
"Putri dari Pek thian Coen cu, nona Pek li!"
"Hahh". haa". pasti dia! kalau bukan dia siapa lagi yang memiliki ilmu silat sedemikian
dahsyatnya dan bertindak laksana naga sakti yang kelihatan kepalanya tak tampak
ekornya." Namun dengan cepat Boe Wie Tootiang menggeleng.
"Pendapat pinto jauh berbeda dengan kalian berdua enghiong perempuan yang secara
diam-diam membantu kita pasti bukan nona Pek Li."
"Kenapa?" "Seandainya dia adalah nona Pek li. Mungkin sejak dulu-dulu ia sudah unjukkan diri
untuk berjumpa dengan kita. Bukankah dia melarikan diri dari rumah karena ingin
berjumpa dengan Siauw thayhiap" Kenapa setelah berjumpa dia tak unjukkan diri?"
"Ehmm, ucapanmu sedikitpun tidak salah tetapi kalau bukan dia lalu siapa?"
"soal itu pintopun sukar menduga" seraya menyahut toosu tua ini melirik sekejap
kearah Siauw Ling. "Saudara Siauw" seru Soen Put Shia tiba-tiba. "Kau tak usah berlagak pilon lagi,
siapakah orang itu harap cepat kau katakan?"
"Tentang soal ini". boanpwee sendiripun benar-benar tak tahu."
Dari perubahan air mukanya Soen Put Shia mengerti bahwa si anak muda ini tidak
senang berbohong. Maka ia menghela napas panjang.
"Aaai! kalau begitu sunggu aneh, sudah puluhan tahun lamanya aku sipengemis tua
berkelana didalam dunia persilatan tetapi belum pernah kujumpai pihak tidak saling
mengenal tetapi secara diam-diam selalu membantu kita dan lagi setiap kali tentu secara
kebetulan kita sedang menghadapi situasi yang krisis. Setelah membantu tanpa tinggalkan
nama segera berlalu kembali". aneh". aneh sungguh aneh!"
"Rupanya untuk beberapap saat kita akan berhasil menemukan kunci rahasia ini, tetapi
Pendekar Wanita Penyebar Bunga 16 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pedang Ular Mas 9

Cari Blog Ini