Ceritasilat Novel Online

Harimau Kemala Putih 15

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Bagian 15


"Haaahhh....haaaahhh.....haaahhh.... suatu ide yang sangat bagus sekali, serunya,"Kalau tak
mampu dinamakan heran! kenapa ide sebaik ini tak pernah kebayangkan sebelumnya?"
Tertawanya itu bukan saja seperti orang anak-anak. bahkan lebih mirip dengan seorang anak
bodoh. Pada hakekatnya dia lebih cocok kalau dibilang mirip seorang bocah yang lemah ingatan
Untung saja Bu ki sudah tahu, si manusia lemah ingatan ini sebenarnya adalah manusia lemah
ingatan seperti apa. Akhirnya Tong Koat berhasil juga menyelesaikan santapannya.
Setelah mencuci sepasang tangannya yang kecil, putih dan gemuk itu dalam sebuah baskom,
tiba tiba ia bertanya kepada Bu ki:
"Apakah kau dapat melihat garis muka orang?"
"Melihat garis muka orang?"
815 Sekalipun Bu ki tahu tentang arti perkataan itu, diapun akan berlagak seakan-akan tidak tahu.
Sebab pertanyaan yang diajukan oleh Tong Koat itu aneh sekali, jawabannya mau tak mau
juga harus berhati hati. Kembali Tong Koat berkata: "Maksudnya melihat garis muka orang adalah membaca dari
paras muka orang lain untuk menentukan manusia macam apakah dia sebenarnya"
"Oooh........?"
"Biasanya seorang yang pandai melihat garis muka orang, dalam sekilas pandangan saja dapat
mengetahui baik buruknya orang serta bajik atau jahatnya seseorang"
"Aku mengerti!"
Tong Koat tersenyum, kembali katanya:
"Aku tahu, kau pasti pandai melihat garis muka orang"
"Kenapa?" "Sebab kau pandai membunuh orang"
"Masa orang yang pandai membunuh orang pasti pandai melihat garis muka orang?"
"Kalau kau tidak pandai melihat garis muka orang, dari mana bisa kau ketahui manusia
macam apa yang tak boleh dibunuh" Dan manusia macam apa yang boleh dibunuh" Mnnusia
macam apa bisa dibunuh" Dan manusia macam apa tak bisa dibunuh"
Bu ki tak bisa menyangkal bahwa sedikit banyak perkataan itu memang masuk diakal.
Jika seseorang yang menjadikan membunuh orang sebagai pekerjaannya, dia memang harus
memiliki semacam kemampuan untuk mengawasi dan mempertimbangkan kemampuan orang
lain. Bukan saja dapat mengamati gerak geriknya, juga harus dapat membaca suara hatinya....
itulah yang dinamakan sebagai ilmu melihat garis muka orang
Bila seseorang bisa meramalkan nasib, dapat membacakan nasib orang yang sudah lewat dan
yang akan datang, kebanyakan juga mendasarkan kepandaiannya dalam hal ini.
Terdengar Tong Koat berkata lagi:
816 "Dapatkah kau membantuku untuk melihat garis muka orang?"
Bu ki segera tertawa, sahutnya:
"Aku lihat kau ini banyak rejekinya, panjang umur, mana kaya juga anggun, cuma sayang
napsu makanmu belakangan ini kurang baik"
Tong Koat segera tertawa tergelak.
"Haaahhh...haaahh....haaahh.... tepat sekali ramalanmu itu, tepat sekali!"
"Tentu saja ramalanku sangat tepat, sebab aku sudah tahu manusia macam apakah dirimu itu,
tak usah dilihatpun aku juga tahu"
Tong Koat tertawa. katanya lagi:
Aku toh bukan menyuruh kau untuk melihatkan garis mukaku!"
"Lantas kau suruh aku melihatkan garis muka siapa?"
"Kau masih ingat dengan ke dua puluh sembilan orang itu?"
"Oooh, kau maksudkan dengan ke dua puluh sembilan orang yang kemarin dulu menginap di
sini?" "Yaa, memang merekelah yang kumaksudkan!"
"Aku masih ingat, agaknya dalam benteng keluarga juga terdapat rumah penginapan?"
"Apapun terdapat di dalam benteng keluarga Tong!"
"Aku juga masih ingin, kau pernah mengucapkan sepatah kata kepadaku....!"
"Ucapan apa?" Bu ki berhenti sejenak, kemudian sahutnya:
"Kau pernah bilang, jika ada seseorang ingi menginap di suatu rumah penginapan pemilik
penginapan itu pasti akan bertanya kepadanya, siapa namamu" Datang dari mana" Mau ke
mana" Datang kemari ada urasan apa....?"
Tong Koat memang pernah berkata demikian. dia hanya mengakui daya ingatan Bu ki
memang tidak jelek. 817 Kembali Bu ki berkata: "Dua malam berselang, apakah ke dua puluh sembilan orang itu menginap di dalam rumah
penginapan kalian?" "Benar!" "Apakah kalian juga telah bertanya kepada mereka akan nama serta sal usulnya?"
"Pernah!" "Kalau toh kau sudah mengetahui siapakah mereka dan datang kemari untuk apa, buat apa
musti mengajakku untuk melihat lagi?"
"Sebab ada semacam persoalan yang bagaimanapun kamu ajukan, juga tidak berhasil
diperoleh jwabannya"
"Ooooh?" "bagaimanapun juga, kami toh tak bisa langsung bertanya kepada mereka, hei kau mata ya?"
"Betuk, meski sudah kalian tanyakan, mereka pasti juga tak akan mengakuinya"
"Maka dari itu, aku pun mengundang kau untuk melihatkan, sebenarnya mereka adalah
seorang mata mata atau bukan?"
Sesudah tersenyum kembali dia menambhakan:
"Orang yang menjadi mata mata, batinnya pasti sangat guggup dan besar rasa curiganya
bagaimanapun juga tampangnya pasti rada berbeda dengan lainnya, aku percaya kau pasti
sanggup untuk membedakannya..."
Dari balik senyumannya kembali terpancar sinar tajam dari matanya yang sipit, sinar mata
seseorang yang lemah ingatan sudah pasti tak akan setajam itu.
Hanya sinar mata ular berbisa baru akan memancarkan cahaya seperti itu.
Siasat busuk apalagi yang sedang ia sususn" Diantara ke dua puluh sembilan orang itu
benarkah terdapat anak murid Tay hong tong"
Apakah dia sudah mulai menaruh curiga terhadap asal usul dari Bu ki...?"
Reaksi dari Bu ki sama sekali tidak lambat, dalam detik itulah dia telah membayangkan setiap
keadaaan yang kemungkinan besar terjadi.....
818 Dia hanya bertanya: "Di manakah orang orang itu?"
"Mereka pun lagi bersantap, setiap orang harus bersantap"
***** Dua puluh sembilan orang terbagi menjadi tiga meja, mereka sedang bersantap, di antaranya
ada yang tua, ada yang muda, ada yang lelaki ada pula yang perempuan, dandanan mereka
pun sama sekali berbeda, cara bersantap juga berbeda, ada yang makannya sangat lahap, ada
yang makan sambil tundukkan kepala, ada pula yang makan dengan gaya seorang sastrawan.
Cukup memandang cara mereka bersantap, sudah bisa dilihat tingkat keduddukan sosial di
dalam mayarakat. Di antaranya orang yang makan paling lambat dan tampaknya paling baik cara makannya
ternyata adalah Ci Peng! Jantung Bu ki secara berdebar keras.
Ia sudah mendengar tentang hubungan Ci Peng dengan Cian Cian, sekarang Ci peng muncul
di situ, berarti Cian Cian juga pasti berada di sekitar sana.
Mau apa mereka datang ke situ" Apakah datang untuk mencarinya"
Dia saja kenal dengan Ci Peng, tentu saja Ci Peng juga kenal dengan dirinya.
Asal paras muka Ci Peng memperlihatkan suatu perubahan yang aneh, maka dia sudah pasti
akan mati. Tiga buah meja makan yang bulat besar diatur di dalam sebuah halaman yang sejuk, di atas
meja dihidangkan enam macam sayur, semacam kuah, empat macam hidangan barang berjiwa
dua macam sayuran. Waktu itu, Ci Peng sedang bersantap sepiring cah sawi kuah, tahu dan daging sapi masak
lombok. Dia telah melihat Bu ki. Tapi paras mukanya tidak menunjukkan perubahan apa pun, sumpitnya masih tercekal
kencang, bahkan sepotong daging yang sedang disumpitnya pun tidak terlepas.
819 Selamanya Ci Peng memang pandai sekali mengendalikan perasaan, lagi pula besar
kemungkinan ia sudah tidak mengenali wajah Bu ki lagi.
Entah siapapun itu orangnya, tak mungkin mereka bisa menemukan setitik hubungan antara
dia dengan Bu ki. Cian Cian juga tidak ditemukan di sana.
Tiga orang perempuan yang sedang bersantap semeja dengan Ci Peng tersebut, semuanya
adalah perempuan perempuan yang belum pernah Bu ki jumpai selama ini.
Dengan cepat perasaan Bu ki berubah menjadi tenang kembali. Tiba tiba Tong Koat berbisik
kepadanya, "Coba kau lihat, bagaimana dengan orang orang itu?"
"Aku lihat, orang orang itu tidak bagaimana"
"Dapatkah kau saksikan, siapakah di antara mereka yang besar kemungkinannya adalah mata
mata?" "Setiap orang kemungkinan besar adalah mata mata, setiap orang kemungkinan juga bukan"
"Kalau begitu menurut pendapatmu aku harus membunuh mereka semua" Atau melepaskan
orang orang itu?" "Kau pernah bilang, lebih baik salah membunuh dari pada salah melepas..." kata Bu ki
hambar. "Bersediakah kau untuk membantuku menghabisi nyawa mereka semua...?"
"Pekerjaan yang bisa menghasilkan uang kenapa musti kutolak" Dua puluh sembilan orang
berarti dua ratus sembilan puluh laksa tahil"
Tong Koat segera menjulurkan lidahnya, sampai lama sekali baru ditarik kembali, katanya
sambil tertawa getir "Dari pada menyuruh aku keluarkan uang sebanyak ini, lebih baik aku saja yang dibunuh"
"Kalau begitu silahkan kau turun tangan sendiri. aku tahu selamanya kau membunuh orang
tanpa dipungut bayaran!"
"Aku membunuh orang tidak memungut bayaran" Kapan kau pernah melihat aku membunuh
orang?" 820 Bu ki memang belum pernah melihatnya, ada sementara orang membunuh orang tanpa pisau,
juga tak usah turun sendiri.
Tiba-tiba Tong Koat menghela napas panjang, katanya:
"Sebenarnya aku tidak seharusnya mencari kau untuk urusan semacam ini...!" "Lantas siapa
yang seharusnya kau cari?" "Sangkoan Jin!"
Asal mendengar nama Sangkoan Jin, darah Bu ki terasa mendidih, jantungnya juga terasa
berdenyut lebih cepat. Andaikata Sangkoan Jin benar benar telah datang, andaikata ia berjumpa muka dengan
Sangkoan Jin, dapatkah dia menguasai diri sendiri"
Dalam hal ini, ia sama sekali tidak mempunyai keyakinan.
Andaikata dia tak tahan dan turun tangan, dapatkah ia menusuk Sangkoan Jin sampai mati di
ujung pedangnya" Dia lebih lebih tidak yakin.
Terdengar Tong Koat berkata:
"Konon Sangkoan Jin adalah seorang yang berbakat dari dunia persilatan yang jarang
ditemukan dalam seratus tahunpun, bukan saja Bun bu siang cun (pandai dalam silat maupun
sastra), lagi pula dia memiliki kepandaian yang bisa mengingat-ingat paras muka orang dalam
sekilas pandangan, asal seseorang pernah diamatinya, maka dalam setiap kali perjumpaan dia
tetap akan mengenalinya, sebagian besar murid Tay hong tong pernah dilihat olehnya, kalau
dia yang kudatangkan kemari dia pasti dapat mengetahui siapakah mata matanya"
"Mengapa kau tidak mengundangnya kemari?" kata Bu ki
Sekali lagi Tong Koat menghela napas panjang.
"Aaaai...........! Sekarang kedudukannya sudah berada diatas. dia mana sudi mengurusi urusan
tetek bengek seperti ini?"
Mendadak dia berjalan ke depan dan menjura kepada orang orang yang sedang bersantap itu
lalu sambil memicingkan matanya seraya tertawa, katanya:
"Kalian telah datang dari kejauhan, bila aku tidak menjamu kalian sebagaimana mestinya
seorang tuan rumah terhadap tamunya harap kalian sudi memaafkan. Walaupun sayur yang
dihidangkan hari ini kurang baik, toh nasinya bisa dimakan lebih banyakan sedikit.
821 Tiba tiba ada orang yang tak tahan mengendalikan diri, mendadak tanyanya:
"Sampai kapan kami baru boleh pergi"
Tong Koat tertawa, sahutnya:
"Bila kalian ingin, seuasai bersantap boleh saja pergi meninggalkan tempat ini"
baru selesai dia mengucapkan perkataan tersebut, sudah ada separuh di antaranya yang
meletakkan sumpitnya ke meja, belum lagi mulutnya diseka mereka sudah terburu ingin pergi.
Ternyata Tong Koat sama sekali tidak bermaksud untuk menghalangi kepergian mereka itu.
Maka sisanya yang lainpun sama-sama meninggalkan tempat duduk dan berusaha pergi
secepatnya dari situ. Setelah semua orang tahu kalau di dalam benteng keluarga Tong kedatangan mata mata,
siapapun di antara mereka tak ingin terseret di dalam peristiwa ini, tentu saja siapapun tak
ingin berdiam terlalu lama lagi di sana.
Tiba tiba Tong Koat bertanya lagi kepada Bu ki.
"Benarkah kau tak dapat melihat siapa yang menjadi mata mata?"
Bu ki menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Untung saja aku dapat melihatnya" kata Tong Koat lagi.
Kemudian sambil memicingkan matanya dan tersenyum, katanya lebih lanjut:
"Padahal sejak semula aku sudah tahu kalau di sini ada seorang mat mata!"
"Siapa?" "Tio Bu ki!" Tio Bu ki. Mendengar nama tersebut, yang paling terkejut sudah tentu Tio Bu ki sendiri.
Namun Tong Koat sama sekali tidak memandang ke arahnya, walau hanya sekejap matapun.
822 Dari ke dua puluh sembilan orang yang berada di situ, hampir semuanya sudah keluar dari
halaman tersebut, hanya seorang yang berjalan paling lamban.
Sepasang mata Tong Koat tertawa yang tajam bagaikan sembilu itu justru sedang mengawasi
tubuh orang itu tanpa berkedip.
Ternyata orang itu bukan lain adalah Ci Peng.
Mendadak Tong Koat tertawa dingin, lalu serunya,
"Yang lain boleh pergi semua, Tio Bu ki apakah kau juga ingin pergi....?"
Ci Peng sama sekali tidak memberikan reaksinya.
Ia tak boleh menunjukkan sesuatu reaksi, juga tak dapat menunjukkan suatu reaksi sebab dia
sesungguhnya memang bukan Tio Bu ki.
Dia masih melanjutkan langkahnya menuju ke depan, meski jalannya tidak terlalu cepat,
langkahnya pun tak pernah berhenti.
Dua tiga langkah lagi, sudah pasti dia akan berjalan keluar dari halaman tersebut.
Tapi dia tak sempat melangkah keluar dari halaman itu, karena secara tiba tiba Tong Koat
telah menghadang jalan perginya.
Orang yang berperawakan besar seperti kuda ini ternyata memiliki gerakan tubuh yang jauh
lebih lincah dari pada macan kumbang.
Tentu saja Ci Peng merasa terperanjat sekali.
Dengan sorot mata yang tajam Tong Koat memperhatikan dari atas sampai ke bawah berulang
ulang, kemudian sambil memicingkan matanya dan tertawa katanya.
"Aku sangat memuja dirimu, kau memang benar benar pandai memahami diri......,"
"Aku?" kata Ci Peng.
"Sebenarnya akupun tak berani mengundangmu untuk tetap tinggal di sini sayang akupun
kuatir orang lain tahu"
"Tahu apa?" "Andaikata ada orang tahu itulah Tio Bu ki kongcu telah berkunjung ke benteng keluarga
Tong, akan tetapi tak seorang menusiapun dari keluarga Tong yang baik baik menyambut
823 kedatanganmu, bukankah kejadian ini akan menjadi lelucon yang bakal ditertawakan semua
orang di dunia ini?"
"Akan tetapi aku tidak she Tio juga tidak bernama Bu ki!" sangkal Ci Peng.
"Kau bukan Tio Bu ki?"
"Bukan!" Tong Koat segera menghela napas panjang, katanya:
"Jika kau bukan Tio Bu ki, siapa pula yang bernama Tio Bu ki?"
"Tiba tiba dia berpaling dan perintahnya kepada seorang centeng:
"Dapatkah kalian mengirim seseorang untuk mengundang kembali orang yang bernama Gou
Biau itu?" Gou Biau adalah seorang kakek botak yang berusia empat puluh tahunan, sepasang matanya
tajam dan bercahaya kilat, jelas ia merupakan seorang jago kawakan yang kaya akan
pengalaman. Tadipun bersantap di situ, duduk dihadapan Ci Peng, makannya juda paling banyak dan
paling cepat, seolah olah sama sekali tidak kuatir kalau sampai peristiwa ini menyerempet
dirinya.

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong Koat pun memperhatikannya atas bawah sampai beberapa kali, setelah itu dia baru
bertanya: "Kaukah yang bernama Gou Biau?"
"Yaa, akulah orangnya!"
"Apa pekerjaanmu sekarang?"
"Aku adalah seorang piasau dari perusahaan ekspedisi Sam Tay piukiok sudah belasan tahun
ngendon di dalam perumahan tersebut"
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Aku sering kemari, sebab pengurus rumah penginapan di sini adalah seorang paman
mertuaku!" Mendengar perkataan itu, Tong Koat segera tersenyum.
824 "Oooh....kalau begitu kau masih termasuk anak menantunya keluarga Tong...?" "Rumah
penginapan yang berada di tempat itu masuk termasuk benteng keluarga Tong, pengurusnya
bernama Tong Sam kui, diapun seorang keturunan dari keluarga Tong,
Kata Tong Koat lagi: "Walaupun kau adalah menantunya keluarga Tong, tapi bila kuajukan pertanyaan kepadamu,
kaupun harus menjawab dengan sejujurnya, setengah patah katapun tak boleh bohong"
"bagus, bagus sekali!"
Tiba tiba ia menuding ke arah Ci Peng kemudian tanyanya:
"Aku ingin bertanya kepadamu, dulu pernahkan kau berjumpa dengan orang ini?"
Tanpa berpikir panjang Gou Biau segera menjawab:
"Pernah!" "Di mana kau pernah berjumpa dengannya?"
"Di dalam sebuah rumah makan di kota Poo teng!"
"Hingga kini Bu ki baru mengerti apa sebabnya Tong Koat harus mencari orang itu untuk
ditanyai?" Kota Poo teng adalah pusat kekuasaan dari perkumpulan Tay Hong tong.....
Sudah lamakah kejadian itu berlangsung?" tanya Tong Koat lagi.
"Kalau dihitung hitung kejadian ini telah berlangsung pada dua tahun berselang"
"Orang yang pernah kau jumpai pada dua tahun berselang, masa masih bisa kau ingat kembali
pada dua tahun kemudian?"
"Kesanku terhadap dirinya boleh dibilang cukup mendalam"
"Kenapa?" "Sebab pada waktu itu masih ada seseorang yang berada bersamanya, sedang terhadap orang
itu selama hidup aku tak akan pernah melupakannya....."
"Siapakah orang itu?"
825 "Orang itu adalah salah seorang dari tiga tongcu utama dalam Tay hong tong, si rase tua yang
paling ditakuti setiap umat persilatan, Sugong Siau hong adanya!"
Perkataannya itu adalah ucapan yang jujur.
Tio Bu ki dapat melihat kalau ucapannya tidak bohong, sebab paras muka Ci Peng sudah
nampak sedikit perubahan.
Kata Gou Biau lagi: "Hari itu kami sengaja berkunjung ke tempat Sugong Siau hong untuk
meminta maaf sebab ketika barang kawalan kami melaluui kota Poo teng lantaran teledor
ternyata lupa mengirim kartu nama ke markas Tay hong tong. maka pihak Tay hong tong
lantas mengurus orang yang mengatakan bahwa keamanan barang kawalan kami tidak
ditanggung lagi oleh pihak Tay hong tong!"
Tong Koat segera menghela napas panjang, katanya:
"Aaaai.....bagaimanapun juga, kalian memang terlampau sembrono, siapakah jago persilatan
di dunia ini yang tidak tahu kalau peraturan dari Tay hong hong selamanya lebih benar dari
pada peraturan pemerintah sah.
Dan kalian merasa punya berapa besar kepandaian sehingga berani bertindak segegabah itu?"
"Kami sendiripun juga sadar kalau telah membuat bencana itulah sebabnya buru buru kami
datang mencari Sugong toaya untuk meminta maaf..."
"Apa dia bilang"
"Sepatah katapun tidak ia katakan!"
"Waaaaah..........bukankah keadaan kalian menjadi runyam?"
"Untung saja ada kongcu ini di sampingnya ketika itu, coba kau bukan dia yang mintakan
ampun untuk kami, sudah pasti barang kawalan kami itu jangan harap bisa keluar dari wilayah
kota Poo teng dengan aman dan tenteram.
"Apakah orang yang mintakan ampun bagi kalian adalah orang itu" ujar Tong Koat sambil
menuding ke arah Ci Peng.
"Benar!" "Kau tidak salah melihat?"
"Aku tidak salah melihat!"
826 "Jadi justru karena dia sudah mintakan ampun bagi kalian, maka Sugong Siau hong baru tidak
menuntut ketidaksopanan kalian itu lebih lanjut.......?"
"Betul!" Tong Koat segera tertawa, kembali katanya,
"Kalau begitu setiap perkataannya, bahkan Sugong Siau hong sendiripun pasti akan memberi
muka kepadanya?" Kemudian dengan pandangan mata tertawanya yang tajam bagaikan jarum itu dia amati Ci
Peng sekali lagi, kemudian serunya:
"Kalau begitu, kepandaianmu betul hebat sekali"
Selamanya sikap Ci Peng selalu tenang dan pandai sekali menahan diri, tapi sekarang paras
mukanya juga berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Waktu itu Sugong Siau hong sengaja membiarkan dia yang mintakan ampun buat Sam tay
piaukiok, tujuan yang sesungguhnya adalah untuk memikul suatu kedudukan yang layak dan
di segani orang baginya dalam dunia persilatan, agar teman teman persilatan banyak yang
menaruh hormat kepadanya serta berterima kasih.
Memang begitulah perbuatan yang selalu dilakukan Sugong Siau hong, setiap waktu setiap
saat dia selalu tak pernah lupa untuk memupuk angkatan muda agar lebih maju dan
menempati kedudukan atau posisi yang lebih tinggi lagi dalam mata masyarakat.
Tentu saja pada saat itu dia tak pernah menyangka, jika perbuatannya itu justru mencelakakan
diri Ci Peng. Yaa, siapakah yang akan menyangka atas peristiwa yang bakal terjadi dikemudian hari"
Sementara itu Tong Koat telah tertawa mengejek, kemudian ujarnya kembali:
"Jika kau bukan tio Bu Ki, lantas siapakah dirimu" Apa hubunganmu dengan Sugong Siau
hong" Dan apa pula sebabnya dia begitu menuruti perkataanmu?"
Dalam keadaan seperti ini, apa pula yang masih bisa dikatakan oleh Ci Peng"
Dia hanya bisa berkata: "Aku bukan Tio Bu ki, aku tidak berasal dari marga Tio, namaku juga bukan Bu-ki!"
827 "Oooh..... jadi kau masih belum mau mengaku?" seru Tong Koat keras
"Aku tidak menyangkal apa apa, aku hanya bilang namaku bukan Tio Bu-ki, akupun bukan
Tio Bu-ki!" Rupanya dia telah mengambil keputusan, apa saja yang akan ditanyakan Tong Koat, dia
hanya akan menjawab dengan sepatah kata, karena dia memang bukan Tio Bu-ki.
Hanya Tio Bu ki seorang yang benar benar tahu bahwa dia bukan Tio Bu ki
Apakah dia juga tahu kalau orang yang sekarang sedang berdiri disamping Tong-Koat barulah
Tio Bu ki yang sesungguhnya"
Andaikata ia dapat menunjukkan dimanakah Tio Bu ki sesungguhnya berada, tentu saja ia
bisa lolos dari situ dengan selamat.
Setiap orang hanya mempunyai selembar nyawa. Setiap orang tak urung akan takut mati.
Apabila keadaan sudah terlalu memaksa, apakah diapun akan menghianati Bu-ki"
Bu-ki tidak yakin, bahkan Ci Peng sendiripun tak berani menyakininya.
Tiba tiba Tong Koat berpaling lagi kepada centengnya sambil berkata:
"Dapatkah kalian mengutus orang untuk mengundang datang Tong Sam-kui?"
MENCABUT PEDANG" ATAU JANGAN"
Tong Sam-kui adalah salah seorang keturunan keluarga Tong dari keluarga jauh yang paling
menonjol sendiri. Dia masih terhitung saudara sepaman dengan Tong Lip.
Tahun ini dia berusia tiga puluh sembilan tahun, pandai bekerja dan luas pergaulannya
terhadap makan minum dan berpakaian selalu menaruh perhatian khusus sehingga dia tampak
bagaikan seorang pedagang yang berhasil.
Dalam kenyataan dia memang sukses sekali dalam usaha rumah penginapan yang kekuasaan
diberikan kepadanya itu, dan lagi diapun mengerjakan pekerjaannya dengan sangat beraturan.
Didalam benteng keluarga Tong terdapat tiga puluhan buah toko setiap toko melakukan
usahanya menurut aturan dan disiplin yang ketat, hal mana berbeda jauh bila dibandingkan
dengan toko dari kota manapun didunia ini.
Sebab peraturan yang berlaku didalam benteng keluarga Tong adalah
828 "Apa yang kau kerjakan kau harus mirip melakukan pekerjaan apa, kau menjual apa kaupun
harus berteriak apa"
Dan disitu pula terletak kunci kesuksesan dari keluarga Tong selama ini.
Tong Koat sudah mulai bertanya sambil menuding kearah Ci Peng tanyanya,
"Kau pernah berjumpa dengan orang ini?"
"Pernah!" Jawaban dari Tong Sam kui sama tegasnya dengan jawaban dari Gou Biau.
"Kongcu ini sudah bukan pertama kali ini berdiam disini"
"Dulu ia pernah kemari?"
"Yaa, pernah datang kemari sebanyak empat kali"
Jawaban Tong Sam kui lebih terperinci lagi lanjutnya
"Ketika datang untuk pertama kalinya, ini terjadi pada akhir tahun yang lalu bulan sebelas
tanggal sembilan belas. Selanjutnya setelah satu dua bulan satu kali baru berkunjung kemari,
setiap kali datang dia tentu menginap selama dua tiga hari"
"Pernahkah kau bertanya kepadanya, dimana ia berdagang apa" Dan ada urusan apa datang
kemari?" "Sudah kunyatakan"
"Apa jawabnya?"
"Dia bilang dia adalah seorang pedagang kain, tokonya berada dikota Sian sia merek Siang
Tay, dia datang kemari dengan maksud untuk berjual beli"
"Apakah dia membawa barang dagangan?"
"Yaa, setiap kali datang ia selalu membawa barang dagangan, dan setiap kali juga barang
dagangannya pasti habis"
Setelah tersenyum, lanjutnya:
"Sebab barang yang dijualnya sangat murah, bahkan lebih murah tiga bagian dibandingkan
dengan para pedagang grosir!"
829 Tong Koat juga tertawa. "Dengan yang mendekil leher ada yang mengerjakan dagangan yang merugi juga ada yang
mengerjakan, mengapa dia bersedia melakukan perdagangan yang merugi?"
"Itulah sebabnya aku merasa keheranan, maka ketika ia datang untuk kedua kalinya, akupun
segera melakukan penyelidikan!"
"Bagaimana hasil penyelidikanmu?"
"Dikota Sian sia memang terdapat sebuah toko penjual kain yang memakai merk "Siang tay"
cuma taukenya bukan dia"
Kemudian ia menambahkan: "Tapi taukenya tahu kalau ada orang macam dia, sebab setiap dua bulan satu kali dia pasti
datang untuk memborong kain, setelah itu barang dagangannya itupun dijual lagi kepada kami
dengan harga bantingan"
"Apa pula yang berhasil kau selidiki?"
"Aku telah meninggalkan beberapa orang di toko Siang tay untuk menyaru sebagai pelayan
disana, sebenarnya beberapa orang saudara itu bekerja pada tokonya engkoh Tek untuk
belajar dagang kain, jadi cocok sekali kalau mengirim mereka untuk menyaru disana."
Yang dimaksudkan sebagai engkoh Tek, adalah Tong Tek, dia adalah pengurus dari toko
penjual kain didalam benteng keluarga Tong......
"Itulah sebabnya, ketika dia pergi ke Siang tay untuk memborong kain lagi, orang yang
mengirim barang pesanannya ke rumahnya adalah saudara saudara kita" kata Tong Sam kui.
"Sungguh tepat dan sempurna sekali cara kerjamu kali ini!" puji Tong Koat sambil tertawa.
"Menurut laporan yang dikirim saudara saudara kita yang menghantar barang pesanan
kerumahnya itu, diapun tinggal dikota Sian sia, yang ditempati adalah rumahnya Ong Lo tia,
rumah tersebut disewa olehnya dengan beaya dua puluh tahil perak, jadi satu tahun uang
sewanya adalah sepuluh tahil emas!"
"Tampaknya tidak kecil gedung yang ditempatinya itu?" kata Tong Koat sambil tertawa.
"Yaa, memang tidak kecil!"
"Apakah dia tinggal dalam gedung yang begitu besarnya itu seorang diri?"
830 "Tidak, dia tidak sendirian, masih ada seorang perempuan lagi yang tinggal bersamanya"
"Perempuan macam apakah itu?"
"Seorang perempuan yang muda, mana cantik lagi, logat bicaranya bernada dialek utara!"
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan
"Bahkan diapun telah menyuruh Ong Lo tia untuk membelikan seorang budak yang bernama
"Kui ci", berusia delapan belas tahun, tubuhnya mana gemuk, sedikit rada bodoh lagi"
"Kalau seorang nona sudah mencapai usia tujuh delapan belas tahun, sekalipun bodoh juga
seharusnya mengerti sedikit urusan" kata Tong Koat.
Kemudian sambil memicingkan matanya tertawa lanjutnya: "sekalipun urusan lain tidak
dimengerti,ada satu urusan tentu dimengerti olehnya!"
Urusan apakah itu" Sekalipun ia tidak menerangkan, orang lain juga dapat menduganya.
Tong Sam-kui pun segera melanjutkan:
"Itulah sebabnya aku menyuruh Siau kiu ke sana, selamanya Siau kiu memang ahli sekali
dalam menghadapi perempuan"
"Wah......... kau memang pandai memilih orang!" puji Tong koat sambil tertawa
Tidak sampai setengah bulan kemudian dayang itu sudah tunduk seratus persen kepada Siau
kiu, apapun yang dia ketahui ia utarakan semua tanpa tedeng aling aling
"Apa saja yang dia katakan?"
"Dia bilang perangai nona itu kasarnya bukan kepalang, kongcu tersebut merasa takut
setengah mati kepadanya"
Kemudian setelah berhenti sebentar, pelan pelan dia melanjutkan:
"Dia masih memberitahukan pula kepada Siau kiu, biasanya kongcu itu memanggil si nona
tersebut dengan sebutan namanya yakni Cian Cian"
Cian Cian! Bu-ki merasakan hatinya bagaikan tenggelam di air.
831 Ternyata Cian Cian juga berada disekitar tempat itu, tanyanya dia memang masih berada
bersama Ci Peng. Sekali lagi Tong Koat memicingkan matanya sambil tertawa, ujarnya pelan:
"Cian Cian, nama ini memang bagus sekali, nama ini memang betul betul sangat indah"
"Tapi orang yang bernama Cian Cian tidak banyak jumlahnya, setahuku cuma ada dua orang
yang bernama itu!" ujar Tong Sam-kui.
"Dua orang yang mana?" tanya Tong Koat
"Putri dari bibi biniku juga bernama Cian Cian"
"Sedangkan yang satunya?"
"Aku dengar putri kesayangan Tio jiya dari Tay hong-tong, adik perempuannya Tio Bu-ki
juga bernama Cian Cian"
"Tahukah kau, aku juga punya adik perempuan?" sela Tong Koat secara tiba tiba.
"Tentu saja aku tahu"
"Tahukah kau akupun sangat takut kepadanya, takutku kepadanya boleh dibilang setengah
mati?" "Engkoh takut kepada adik bukan suatu kejadian yang aneh, banyak sekali engkoh engkoh
didunia ini yang takut setengah mati kepada adiknya"
Tong Koat segerea menghembuskan napas panjang, ujarnya sambil tersenyum hambar:
"Waaah.... kalau begitu bukan cuma aku saja yang takut kepada adikku..... dan aku rasa,
urusan ini sudah cukup jelas!"
Paras muka Ci Peng sudah sedemikian pucatnya sehingga setitik darahpun tidak nampak,
sekarang diapun tahu kalau dirinya telah melakukan kesalahan yang mematikan, suatu
kesalahan yang tak bisa diampuni lagi.
Dia terlalu memandang remeh musuhnya, dia terlalu meremehkan kemampuan Tong Sam kui.
Diapun terlalu meremehkan kemampuan Tong Koat.
"Sekarang, apalagi yang hendak kau katakan?" tegur Tong Koat kemudian sambil tertawa.
832 "Aku tidak she Tio, akupun bukan Tio Bu ki!" ujar Ci Peng untuk kesekian kalinya.
Tong Koat segera menghela napas panjang katanya: "Kalau begitu, tampaknya aku terpaksa
harus mengundang kedatangan si nona yang bernama Cian Cian"
Ia berpaling ke arah Tong Sam kui dan menambahkan,
"Aku pikir, sudah pasti kau telah mengirim orang untuk mengundangnya kemari bukan?"
"Yaa, aku memang sudah mengirim orang ke situ, cuma....."
"Cuma kenapa?" "Tampaknya kehebatan badan dari beberapa orang utusan itu kurang begitu baik secara tiba
tiba saja mereka kena kejangkitan suatu penyakit aneh"
"Siapa saja yang kau kirim kesitu?"
"Beberapa orang saudara yang dulu mengikuti A-lek"
A-lek adalah Tong Lek; Sebetulnya diapun termasuk salah seorang yang berada dibawah pertanggungan jawab Tong
Koat. Kelompok mereka bertugas didalam suatu gerakan operasi.
Diantara keturunan jauh dari keluarga Tong, hanya mereka yang tergabung dalam kelompok
itu saja yang berhak mendapatkan senjata rahasia.
Mereka semua berpengalaman sangat luas dan merupakan jago jago tangguh yang cukup
cekatan dan cepat reaksinya dalam menghadapi keadaan, selain itu merekapun memiliki


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesehatan badan yang selalu berada dalam kondisi paling prima.
"Mengapa secara tiba tiba mereka bisa kejangkitan penyakit" penyakit apa yang mereka
derita?" tanya Tong Koat
"Penyakit yang mengidap ditubuh mereka adalah semacam penyakit yang aneh sekali ada
yang tengkuknya tahu tahu terlepas dari badan, ada yang tenggorokannya tiba tiba berlubang,
seperti kena ditembusi oleh suatu benda tajam, ada juga yang dadanya berlubang sehingga
kelihatan isi perutnya"
"Aaah......! Sudah pasti hal itu bukan disebabkan tusukan orang, tentu saja nona Cian Cian tak
akan menusuk tenggorokan mereka tanpa sebab tanpa musabab, apalagi mematahkan tulang
tengkuk mereka" 833 "Itulah sebabnya kukatakan kalau mereka sudah kejangkitan suatu penyakit serius semacam
penyakit yang aneh sekali"
"Wah betul, sudah pasti demikian......!" Tong Koat turut manggut manggut berulang kali.
"Yaa; pasti" "Sekarang, dimanakah orang orang itu?"
"Jika seseorang sudah kejangkitan penyakit semacam ini, sudah barang tentu mereka akan
mati tanpa bisa tertolong lagi"
"Apakah mereka sudah mati dirumah Tio kongcuya yang bukan bernama Tio Bu-ki ini"
"Yaa, kemaren malam mereka sudah mati"
"Lantas dimanakah sinona yang bernama Cian Cian itu?"
"Jika dirumahnya secara tiba tiba kedapatan ada begitu banyak orang yang mati, tentu saja dia
tak akan tega untuk berdiam terus didalam ruang tersebut"
"Makanya terpaksa dia angkat kaki?" sambung Tong Koat.
"Yaa, mau tak mau terpaksa dia harus pergi"
"Tentunya dia tidak meninggalkan pesan yang memberitahukan kepada kalian, kemanakan
dia telah pergi?" "Ya, rupanya dia tak sempat lagi!"
Tong Koat segera menghela napas panjang, katanya:
"Ooooh..... kejadian ini sungguh merupakan suatu yang sangat tidak kebetulan, penyakit yang
terjangkit ditubuh mereka sungguh terjadi bukan pada waktunya"
Sambil gelengkan kepalanya berulang kali dia bergumam.
"Aku hanya berharap agar nona Cian Cian pun jangan sampai ketularan penyakit aneh yang
berjangkit ditubuh mereka itu, bayangkan saja andaikata seorang nona cantik seperti dia, tiba
tiba kehilangan kepalanya atau tulang tengkuknya patah, waah... tentu tak sedap dipandang
orang....!" "Yaa, bentuk badannya sudah pasti kurang sedap dipandang!" sahut Tong Sam kui sambil
menghela napas panjang pula.
834 Kedua orang itu bukan saja memiliki bakat bagus untuk bermain sandiwara, lagipula
merekapun memiliki suatu kerja sama yang sangat bagus.....!
Bu ki maupun Ci Peng diam diam berhembus napas lega, akhirnya Cian Cian tak sampai
terjatuh ketangan mereka.
Walau tidak seharusnya turun tangan untuk melukai orang, tapi dalam suasana serta keadaan
seperti itu, mungkin Cian Cian memang sudah tiada pilihan lain kecuali berbuat demikian.
Sekarang, walaupun jejaknya sudah ketahuan, paling tidak hal itu jauh lebih baik daripada
terjatuh ketangan mereka.
Sambil bergendong tangan pelan pelan Tong Koat berjalan mondar mandir disana. Tiba tiba
ia berhenti dihadapan Bu-ki seraya berkata:
"Masih ingatkah kau dengan sepatah kataku?"
"Perkataan yang mana?" tanya Bu-ki.
"Lebih baik salah membunuh daripada salah melepas?"
"Yaa, masih ingat"
Jilid 29________ "MENGERTIKAH kau akan arti dari perkataan itu?"
"Aku mengerti!"
"Kalau begitu, lakukanlah bagiku untuk membunuh Tio Bu ki yang berada dihadapanmu
sekarang!" Ucapan tersebut diutarakan olehnya dengan enteng, santai dan lembut, sama sekali tidak
terbawa oleh kobaran napsu atau emosi.
Tapi siapa pun tahu jika Tong koat sudah ingin membunuh seseorang, maka orang itu sudah
pasti akan mati. Baginya, membunuh orang bukan suatu perbuatan yang terlalu serius, entah yang dibunuhnya
itu benar atau salah, baginya hal tersebut bukan masalah.
TIba tiba Bu ki pun bertanya padanya
835 "Masih ingatkah kau dengan sepatah kata ini?"
"Perkataan apa?"
"Selamanya aku tak pernah membunuh orang dengan cuma cuma!"
"Aku masih ingat!"
"Aku rasa kau tentunya juga mengerti akan maksud dari perkataan ini bukan?"
"Itulah sebabnya aku tidak ingin menyuruh kau membunuh orang dengan cuma cuma"
Dia masih tertawa, tertawanya sangat riang dan gembira sekali.
Dia telah mengeluarkan setumpuk uang kertas dari sakunya, lalu berkata: "Walaupun dua
ratus embilan puluh laksa tahil merupakan suatu jumlah yang sangat besar, namun kalau cuma
sepu8luh laksa tahil mah aku masih punya!"
Jarang sekali ada orang yang menggembol uang sebesar sepuluh laksa tahil didalam sakunya
apalagi dibawa kemana mana, tapi dia ternyata membawanya.
Tampaknya setiap saat dia telah menyiapkan diri untuk menyuruh Bu ki membunuh orang.
Uang kertas tersebut adalah uang kertas keluaran dari rumah Sam toa che ceng di san see,
uang kertas semacam ini selalu paling bernilai dan dipercaya orang, etnah kemana mana uang
kertas tersebut bisa dianggap sebagai emas murni dan uang kontan.
Dan sekarang, setumpukkan uang kertas yang berada dihadapannya persis berjumlah sepuluh
laksa tahil. Bu ki telah menerimanya dan sedang menghitung selembar demi selembar...
Paras mukanya sama sekali tidak berubah, tangannya juga tidak gemetar.
Tangannya itu tampak mantap, tenang dan bertenaga, itulah sepasang tangan seorang
pembunuh yang berpengalaman, hanya tangan pembunuh berpengalaman saja yang tak akan
menggigil bila akan membunuh orang.
Tapi, bagaimana mungkin ia bisa membunuh ornag itu"
Orang itu adalah anggota paling setia dari Tay hong tong, juga merupakan orang yang paling
dekat dengan adiknya Cian Cian.
836 Orang ini bisa muncul dibenteng keluarga Tong, tak bisa disangkal lagi sudah pasti lantaran
melacaki jejaknya. Orang itu bukan Tio Bu ki, dirinya sendirilah baru orang sesungguhnya hendak dibunuh Tong
Koat. Bayangkan saja, mana ia tega untuk turun tangan membunuh orang itu"
Tapi sekarang, peranan yang sedang dibawakan olehnya adalah seorang pembunuh berdarah
tinggi yang membunuh orang karena upah sepuluh laksa tahil perak.
Kini, sepuluh laksa tahil perak tersebut sudah berada didalam genggamannya.
Bila ia masih belum juga turun tangan, sudah pasti Tong Koat akan mencurigakannya,
otomatis rahasia penyaruannya juga bakal terbongkar.
Jika rahasia penyamarannya terbongkar, bukan saja ia tak bisa menolong Ci Peng, dirinya
sendiripun pasti akan tewas.
Selama Sangkoan Jin masih hidup, ia mana boleh mati" Tapi mana mungkin dia tega untuk
membunuh orang itu" Paras muka Ci Peng yang pucat pias seperti mayat sudah dibasahi oleh keringat dingin.
Selamanya belum pernah dia bertatap muka langsung dengan Bu ki apakah hal ini
dikarenakan ia telah berhasil menebak diri Bu ki"
Tentu saja dia sendiripun tak ingin mati, sekalipun dia tak ingin menghianati Bu-ki tapi bila
Bu ki hendak membunuhnya nanti, dapatkah ia berubah pikiran.
Bu ki tidak membawa pedang.
Tapi Tong Koat tidak melupakan hal ini dia telah menitahkan kepada Tong san kut untuk
menghadiahkan sebilah pedang kepada Bu ki.
Sebilah pedang sepanjang tiga jengkal enam inci, sekalipun bukan pedang mestika namun
penempaannya cukup bagus dan indah. Pedang tersebut sudah pasti dapat membunuh orang
sampai mati. Sekarang pedang itu sudah berada ditangan Bu-ki tangannya sudah menggenggam gagang
pedang tersebut, tangannya masih tetap tenang dan mentap.
Tong Koat sedang mengawasi tangannya yang menggenggam pedang itu, CI Peng juga
sedang menatap tangannya.
837 Setiap orang sedang menatap tangannya. apa yang harus dilekukannya sekarang" Mencabut
pedang" atau jangan"
***** SIAPA LAGI YANG AKAN MENGHANTAR KEMATIAN"
Bu-ki telah mencabut pedangnya. "Criiing.... ?" pedang itu sudah lolos dari sarungnya.
Bu ki terpaksa mencabut pedang karena dia sudah tiada pilihan lagi sekalipun ia rela
penyamarannya diketahui, juga sama saja tak akan berhasil menolong Ci Peng.
Tapi ia toh bisa membunuh Tong Koat kemusian bersama Ci Peng menerjang keluar dari situ.
Meski tindakannya ini kelewat bahaya toh tak ada salahnya untuk dicoba.
Haruskah dia berbuat demikian" atau harus mengorbankan Ci-Peng" Demi keberhasilan
usahanya apalah artinya mengorbankan seseorang.
Tapi bagaimana mungkin ia bisa melawan suara hatinya".
Maka terpaksa ia harus mencoba, mencoba untuk menyerempet bahaya.
Asal hari ini bisa lolos dari situ, dikemudian hari pasti masih ada kesempatan lain.
Oleh sebab itu serangan yang dilancarkan ini tak boleh sampai gagal.
Mata pedang itu mana tipis lagi tajam. Gagang pedang maupun ujung pedang mempunyai
berat yang sama dan dibuat sangat sesuai dan beraturan, tak mungkin tukang besi biasa dapat
menempa pedang semacam itu.
Ia percaya pedang itu sudah pasti hasil tempaan dari ahli pembuat senjata rahasia dari benteng
keluarga Tong, bahan yang digunakan pun sisa baja mereka sewaktu membuat senjata rahasia.
Menggunakan pedang keluarga Tong untuk membunuh jago keluarga Tong, kejadian
semacam itu memang benar benar merupakan suatu kejadian yang paling menggembirakan
dunia ini. Ia telah bersiap sedia untuk turun tangan.
"Tunggu sebentar!" tiba tiba Ci Peng berseru.
"Apalagi yang ingin kau katakan?"tanya Tong Koat.
838 "Aku tiada perkataan apa apa yang bisa dikatakan lagi, aku hanya ingin membantumu untuk
menghemat uang sebesar sepuluh laksa tahil perak"
"Oooh.....!" "Aku pandai membunuh orang, lagipula gratis kalau ingin membunuh orang mengapa harus
mencarinya?" "Apakah kau menyuruh aku mencarimu?"
"Kalau disuruh membunuh orang lain mungkin aku tidak yakin,tapi kalau disurun membunuh
aku sendiri, aku tanggung tiada orang lain yang lebih cepat dari pada diriku sendiri.
Apakah dia telah merasakan pula penderitaan dari Bu ki" Maka bertekad untuk
mengorbankan diri". Tang Koat segera tertawa terbanak bahak,
"Haaahhh,..haaahhh....haaahhh.... bagus, bagus sekali"serunya keras.
Tiba tiba ia turun tangan, mempergunakan kedua jari tangannya yang putih, gemuk dan
pendek itu untuk menjepit ujung pedang ditangan Bu ki.....
Serangannya itu selain cepat juga tepat. Manusia yang tampaknya jauh lebih bodoh dari pada
kuda nil ini ternyata memiliki gerakan tubuh yang jauh lebih hebat dari pada kepandaian siapa
saja. Bila Bu ki melancarkan serangannya tadi dan ingin menembusi tenggorokkannya dalam sekali
tusukan, rasanya hal ini tak mungkin bakal terjadi..........
Sekarang Bu ki sudah tak dapat turun tangan lagi, suatu keberuntungankah baginya" Ataukah
suatu ketidak beruntungan".
Tong Koat sedang menatapnya dengan sepasang matanya yang tersenyum dan sipit itu. lalu
katanya: "Aku rasa kau sudah pasti tak akan berebut dagangan dengan seseorang yang hampir mati
bukan?" Terpaksa Bu ki harus mengendorkan tangannya.
Tong Koat menenteng pedang itu pelan-pelan mengangsurkan gagang pedangnya itu
kehadapan Ci Peng. 839 Pelan pelan Ci Peng mengulurkan pula tangannya untuk menerima la masih belum juga
memandang ke arah Bu ki, walau hanya sekejappun, sedangkan paras mukanya sendiri juga
telah berubah menjadi sangat tenang.
Sebab dia sudah mengambil keputusan.
Dia yakin keputusan yang diambilnya itu benar, dia pun yakin pengorbanannya berharga.
Ujung jari tangan Ci Peng telah menyentuh-gagang pedang itu.
Bu ki tidak menghalangi. pun tak dapat menghalangi, sebab keputusannya telah bulat, apa
yang diinginkan sudah terkabul,sam pai matipun ia tidak menyesal.
Tak disangka ternyata Tong goat tidak membiarkan dia mati.
Tong koat menggetarkan tangannya pelan, sebilah pedang yang panjangnya tiga jengkal dua
inci itu mendadak terputus menjadi dua bagian.
Tenaga yang dipergunakan adalah tenaga dingin.
Tcnaga Im-keng yang dilatihnya jauh lebih hebat dari pada apa yang berhasil diraih oleh Tong
Giok. Ci Peng tampak amat terkejut segera tegurnya:
"Hei, mau apa kau?"
"Tiba tiba aku berpendapat bahwa
"Pedang ini boleh patah, namun kau tak boleh mati"
"Mengapa secara tiba tiba kau berubah pikiran?"
Tong Koat tertawa, sambil memicingkan matanya dia menyahut:
"Jalan pemikiranku memang setiap saat mudah berubah, lagipula perubahan itu bisa berubah
jauh lebih cepat dari siapa saja."
"Mengapa aku tak boleh mati?"
"Karena kau lebih berguna semasa masih hidup daripada setelah mati......"
"Apa gunanya?" 840 "Paling tidak aku bisa menggunakan kau sebagai umpan untuk memancing ikan!"
Reaksi dari Ci Peng tidak terhitung pelan, dengan cepat ia dapat memahami maksudnya.
Ikan yang hendak dipancingnya itu sudah pasti Cian Cian, bila menggunakan Ci Peng sebagai
umpan, tak bisa disangkal lagi Cian Cian pasti masuk perangkap.
Tubuh Ci Peng telah melayang diudara menubruk ke arah Tong Koat....
Kemudian menemukan satu hal....
Tiba tiba ia menemukan bahwa kemampuan ilmu silat yang dimilikinya ternyata masih selisih
jauh bila dibandingkan dengan apa yang dibayangkan semula.
Dia selalu beranggapan bahwa seseorang belum tentu harus menggantungkan pada ilmu silat
untuk mencapai keberhasilan, kecerdasan, ketenangan dan jodoh lebih penting daripada ilmu
silat. Sekarang dia baru tahu kalau anggapannya itu keliru.
Sebab pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan semacam ini, dalam lingkaran
kehidupannya, bukan saja ilmu silat merupakan kunci terutama dalam kehidupannya, bahkan
merupakan akar dari hidupnya didunia ini.
Bila kau adalah seorang pedagang, maka kau tak bakal meninggalkan siepoamu, bila kau
adalah seorang sastrawan, maka kau tak dapa melepaskan penamu.
Karena itulah akar daripada kehidupanmu.
Bila kau teledor dalam hal ini, entah bagaimanapun cerdasmu, entah bagaimana banyaknya
rejekimu, akhirnya toh tetap akan gagal.
Sekarang Ci Peng telah menyadari akan hal itu, akhirnya memahami akan teori tersebut,
itulah pelajaran yang diperolehnya dari suatu pengalaman yang penuh penderitaan.
Baru saja tubuhnya menerjang ke depan, jari tangan Tong Koat yang gemuk dan putih itu
sudah menghantam diatas jalan darahnya.
Dikala badannya roboh, kebetulan dia mendengar Tong Koat sedang berkata,
"Bila aku tidak mengijinkan kau mati, sekalipun kau ingin mati juga tidak gampang untuk
terwujud". 841 Halaman itu amat rindang, sebab dalam halaman itu tumbuh banyak pepohonan.
Tong Koat berdiri dibawah sebatang pohon yang daunnya lebat, entah pohon waru" Atau
pohon flamboyan" Atau pohon Pak"
Terhadap jenis pepohonan, Bu ki tidak begitu tahu, tapi kalau soal manusia, tidak sedikit yang
dia ketahui. Walaupun dia tak tahu pohon apakah pohon itu, tapi dia tahu manusia macam apakah manusia
yang berada disitu. Tak bisa disangkal lagi orang itu adalah orang paling menakutkan yang penah dijumpainya
sepanjang hidup. Belum pernah dia bayangkan kalau orang ini memiliki ilmu silat yang begitu tinggi dengan
gerakan tubuh yang begitu cepat.
Kesemuanya itu masih bukan termasuk hal hal yang paling menakutkan dari Tong Koat.
Yang paling menakutkan justru adalah perubahannya.
Setiap saat jalan pemikirannya selaliu berubah, membuat orang lain selamanya tak dapat
menebak apa yang sesungguhnya sedang dia pikirkan didalam hati.
Orang inipun setiap saat setiap waktu turut berubah, ada kalanya amat cerdik, ada kalanya
bersikap kekanak kanakan, ada kalanya berhati bajik, ada kalanya berhati kejam.


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada kalanya perbuatan yang dia lakukan jauh lebih menggelikan daripada perbuatan yang
dilakukan oleh seorang lemah ingatan, ada kalanya perbuatan yang dia lakukan justru
membuat orang menangis pun tak mampu menangis
Sekarang, Ci Peng sudah terjatuh ke tangannya, dengan perangai dari Cian Cian bila dia tahu
akan kabar berita Ci Peng, sudah pasti dia akan menyerbu ke dalam benteng keluarga Tong
untuk menyelamatkan jiwanya....
Siapakah yang mampu dia selamatkan"
Setibanya dalam benteng keluarga Tong, mungkin satu satunya pekerjaan yang dia lakukan
adalah menunggu orang lain menjirat lehernya dengan tali.
Bu ki berharap bisa menolong Ci Peng sebelum ia berhasil mendengar kabar berita tersebut.
Andaikata dia adalah seorang manusia sakti yang berkepala tiga berlengan enam, mungkin
saja hal ini dapat ia lakukan.
842 Cuma sayang dia bukan. Lembaran uang kertas itu semuanya masih baru.
Walaupun kebanyakan orang gemuk badannya agak kotor, agak malas. Tong Koat adalah
terkecuali dari kebiasaan tersebut.
Dia bersih sekali, bahkan kebersihannya dijaga kelewat batas.
Lelaki yang tidak suka perempuan tampaknya memiliki kebiasaan tersebut, mereka selalu
beranggapan perbuatan yang dilakukan antara pria dan wanita itu merupakan suatu perbuatan
yang menjijikan. Pelan pelan Bu ki berjalan menghampirinya dan menyerahkan tumpukan uang kertas itu
kepada Tong Koat. "Kau tak usah mengembalikannya kepadaku" kata Tong Koat.
"Selamanya aku tak pernah membunuh orang secara gratis, akupun tak pernah menerima
bayaran yang tanpa sebab"
"Orang yang hendak kubunuh bukan cuma Tio Kongcu seorang"
"Kau hendak menyuruh aku membunuh siapa lagi?"
Tong Koat segera tertawa, katanya:
"Sebetulnya kau harus memasang tarip setengah harga untuk orang yang hendak ku suruh kau
bunuh itu?" "Kenapa?" "Sebab kaupun membenci dirinya, diapun membenci dirimu, bila kau tidak membunuhnya,
maka dialah yang akan membunuhmu"
"Kau maksudkan Siau Poo?"
"Kecuali dia, siapa lagi?"
Kejadian ini benar benar merupakan suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan.
Siapapun tidak mengira kalau Tong Koat bakal menyuruh orang untuk membunuh Siau Poo,
tapi siapapun tak akan menampik. Siau Poo memang seseorang yang tidak menyenangkan
843 Seandainya manusia semacam ini mati terbunuh, siapapun tak akan mengucurkan air mata
baginya. Lebih lebih Bu ki. Andaikata kemarin Tong Koat menyuruhnya membunuh Siau Poo, dia tak akan merasa sedih
atau serba salah. Tapi sekarang, keadaannya sudah jauh berbeda.
Dia sudah tahu kalau Siau Poo adalah "See-si", juga merupakan satu satunya orang yang
dapat dipercaya. Mendadak dia menemukan bahwa orang yang setiap saat harus dibunuhnya atas perintah
Tong Koat, adalah orang orang yang sebenarnya tak bisa ia bunuh.
Sayang sekali, ia justru tak dapat menampik permintaannya itu.
"Tentunya kau tidak mengira bukan, kalau aku bakal menyuruh kau untuk membunuhnya?"
demikian Tong Koat berkata
"Yaa, aku benar benar tidak menyangka, aku masih mengira kalian bersahabat, bahkan
bersahabat sangat akrab"
"Arak yang wangi bisa berubah menjadi kecut, teman baik pun ada kalanya juga dapat
berubah menjadi jelek"
"Kenapa?" "Karena aku tidak suka seorang teman yang tidak mempunyai hidup"
Sambil memicingkan matanya dia tertawa lebar, lalu tanya lagi:
"Apakah kau beranggapan bahwa alasan ini masih kurang cukup baik?"
"Yaa, betul, agaknya masih belum cukup!" Bu ki membenarkan.
"Bagiku alasan tersebut sudah lebih dari cukup"
"Kenapa?" "Dulu aku suka kepadanya karena dia memiliki selembar wajah yang sangat bagus.
Perkataannya itu terlampau menyolok dan terang terangan.
844 Bagaimanapun bagusnya selembar wajah apabila ia kehilangan hidungnya, tentu saja akan
hilang kebagusannya itu. Tentu saja dia tak ingin berjumpa dengan manusia semacam itu lagi, lebih lebih tak ingin
berhubungan dengan orang seperti itu.
Sesungguhnya alasan ini memang sudah lebih dari cukup.
Tiba tiba Tong Koat tertawa, kemudian katanya:
"Seingatku, setiap kali hendak membunuh orang kau hanya bertanyan adakah sepuluh laksa
tahil perak yang bisa diraih, tak pernah kau menanyakan tentang alasannya"
"Aku tak lebih hanya ingin tahu benarkah kau hendak membunuhnya atau tidak"
"Seandainya aku benar benar ingin membunuhnya, bagaimana dengan kau..........?"
"Asal ada uang yang bisa ku peroleh, tentu saja tawaran itu takkan kutampik"
Tong Koat segera tersenyum, katanya kemudian:
"Kalau begitu transaksi ini kita putuskan demikian saja, kau bakal untung besar, bahkan
untung secara gampang!"
Mau tak mau Bu ki harus mengakuinya, diapun mengangguk.
"Yaa, untuk membunuhnya memang bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit"
"Bagaimana kalau kuberi waktu selama tiga hari?"
"Kau menginginkan dia mati kapan?"
Paling baik kalau tidak melebihi tiga hari!
"Kalau begitu, dia tak akan bisa hidup sampai pagi hari hari keempat..." Bu ki menegaskan
dengan dingin. "Aku tahu, kau pasti tak akan membuat kecewa hatiku!" kata tong Koat sambil tertawa.
"Tapi akupun masih ada beberapa syarat"
"Apa syaratmu?"
845 "Bagaimana juga aku toh tak bisa duduk dikamar melulu menunggu sampai dia
menghantarkan diri untuk dibunuh"
"Apa yang kau inginkan?"
"Paling tidak kau harus memberitahukan kepada penjaga penjagamu yang ada disekitar
tempat ini, agar memberi ijin kepadaku untuk bergerak lebih leluasa lagi disini"
"Kalau soal ini mah, sudah barang tentu pasti akan kulakukan........"
Dia tertawa lebih riang lagi serunya kembali:
"Sekarang, agaknya kita sudah sampai waktunya untuk bersantap malam lagi, apakah kita
dapat pergi bersantap?"
"Sekarang, walaupun napsu makanku kurang baik, paling tidak aku masih bisa menemanimu
untuk makan sedikit"
"Kalau begitu bagus sekali!"
***** Malam itu amat sunyi, udara bersih dan udara segar.
Hari ini pun lewat dengan begitu saja tanpa melakukan apa apa, kecuali perut yang kenyang
karena terlalu banyak masakan ayam, itik, daging yang dimasak beraneka macam, pada
hakekatnya Bu ki tidak berhasil menemukan apa apa.
Bukan saja tidak berhasil menemukan apa apa, bahkan muncul pula pelbagai persoalan baru,
Ci Peng, siau Poo semuanya adalah persoalannya yang cukup pelik.
Sekarang, walaupun gerak geriknya jauh lebih bebas daripada sediakala, namun dia semakin
tak berani gegabah, setelah dia mengajukan syarat itu, sudah pasti Tong Koat akan semakin
menaruh perhatian terhadap dirinya.
Sudah pasti Tong Koat tak akan membiarkan seorang asing yang belum diketahui dengan
pasti akan asal usulnya, masuk keluar didalam wilayah daerah terlarangnya secara leluasa.
Ia bersedia mengabulkan syarat dari Bu ki itu mungkin hanya bersifat untuk menyelidik saja.
Tampaknya setiap perbuatan yang dia lakukan semuanya mengandung makna yang
mendalam. Mau tak mau Bu ki harus bertindak lebih berhati hati lagi.
846 Sekarang batas waktunya tinggal empat hari lagi, Bu ki cuma bisa berbaring diatas
pembaringan sambil memandang langit langit dengan terpesona.
Dia ingin tidur senyenyak nyenyaknya, sebab dengan tidur bukan saja dapat mengembalikan
kesegaran tubuhnya, juga dapat mengendorkan syaratnya yang menegang.
Sayang dia justru tak dapat tidur, semakin ingin tidur, ia semakin tak bisa tidur. Banyak lagi
kejadian lalu didunia ini yang begitu keadaannya.
Tempat itu selamanya selalu tenang bila malam telah menjelang tiba, amat jarang masih
kedengaran suara lain. Tapi sekarang dari luar jendela kedengaran suara nyaring, seperti ada orang sedang berteriak,
seperti pula ada orang sedang lari. Pada saat Bu ki sudah bersiap siap hendak mengurungkan
niatnya untuk tidur, dan tidak jadi berbaring, suara itu lenyap kembali, namun dikala ia
hampir terlelap tidur suara tersebut sekali lagi bergema.
Ia merasa geli sekali, yaa, dalam keadaan apa boleh buat, selain tertawa apa pula yang bisa dia
lakukan" Diapun merasa keheranan, suara itu berasal dari dalam hutan diluar jendela itu, seakan akan
kedatangan mata mata lagi yang telah mengejutkan para penjaga.
Kali ini dia sedang tidur diranjang, apakah dalam Benteng keluarga Tong benar benar ada
orang lain yang datang sebagai mata mata.
Tak tahan dia memakai mantel dan melongok lewat jendela, betul juga dalam hutan tampat
bayangan manusia berkelebat serta kilatan cahaya api kecuali dia, siapa lagi yang menjadi
mata mata" Siapa lagi yang berani menyusup masuk kedaerah terlarangnya orang orang
keluarga Tong" Perduli siapa saja yang berani datang kesitu sama artinya dengan menghantar kematian diri
sendiri ***** ORANG YANG MENGGANTUNG DIRI
Cahaya api masih berkilauan, tapi suara bentakan kian lama kian bertambah lirih.
Pada saat itulah, mendadak Bu ki mendengar lagi suara lain, suara itu berasal dari balik
dedaunan ditengah sebuah pohon, bukan suara dedaunan yang terhembus angin, melainkan
suara rantai yang saling beradu.
847 Mana mungkin didalam pohon bisa terdapat suara rantai yang saling beradu"
Bu ki segera teringat dengan rantai yang ada ditangan dan kaki Lui Ceng-thian.
Cahaya api berkedip ditempat kejauhan, dia sudah menyusup keluar lewat jendela, menyusup
ke balik dedaunan diatas pohon yang lain.
Jarak antara kedua batang pohon itu sangat dekat.
Walaupun ia dapat menemukan orang yang bersembunyi dibalik dedaunan tersebut, namun ia
telah melihat sebuah tangan.
Itulah sebuah tangan yang berantai.
Sebuah tangan yang kurus, panjang, bertenaga, mantap bercuci bersih dan berkuku pendek
yang digunting dengan rapi.
Itulah tangan dari Lui Ceng thian.
Dengan cepat Bu ki menyusup kedepan dan mencengkeram urat nadi ditangan itu, menahan
getaran rantai yang berada diatas pergelangan tangan tersebut.
Ternyata Lui Ceng thian tidak meronta, dia hanya bertanya.
"Siapa?" "Aku!" Meski hanya sepatah kata, namun Lui Ceng thian segera mengenali suara siapakah itu
kembali dia berkata "Aku tahu sudah pasti adalah dirimu!"
Bu ki segera tertawa dingin, katanya
"Kalau bukan aku, sekarang sudah pasti kau bakal mampus"
"Tapi sejak permulaan aku sudah tahu itu kau, aku tahu kau berdiam di bangunan loteng kecil
seberang sana, aku telah mendengar suaramu ketika membuka jendela tadi"
Ketajaman pendengarannya memang mengagumkan sekali:
848 "Aku juga mendengar suara gerakan tubuhmu ketika meluncur kemari, itulah sebabnya
kujulurkan tangannya, adapun sengaja menggoyangkan rantai tanganku dengan harapan kau
bisa mendengar suara tersebut"
"Mengapa kau datang mencariku" Kau mana boleh melakukan perbuatan semacam ini?"
"Aku harus datang kemari mencarimu!"
Diantara kerlipan cahaya bintang yang bertaburan diangkasa dan menyinari mukanya, tampat
mimik muka yang sebetulnya kaku tanpa emosi itu, kini sudah berubah menjadi amat gelisah:
"Bagaimanapun juga, aku harus menemukan kau sampai dapat!"
"Apakah sudah ada orang yang telah menemukan dirimu?"
"Tidak, aku bertindak cukup berhati hati"
"Apakah para penjaga disekitar tempat ini telah dikejutkan?"
"Yang telah mereka temukan adalah seseorang yang lain"
"Siapa?" "Seseorang yang menggantung diri"
"Menggantung diri?"
"Justru karena ada orang yang menggantung diri didalam hutan itu sehingga mengejutkan
para penjaga disekitar tempat ini, maka aku baru mendapat kesempatan untuk ngeloyor
kemari" "Siapaka orang itu"
"Aku kurang jelas"
Setelah menghela napas serunya:
"Aku hanya tahu, orang yang ingin menggantung diri didalam benteng keluarga Tong ini
bukan hanya dia seorang"
"Mengapa kau bersikeras datang kemari untuk mencari diriku?" kembali Bu ki bertanya.
Tangan Lui Ceng thian berubah menjadi dingin seperti es, sahutnya agak gemetar:
849 "Karena Mi Ci telah datang"
"Mi Ci?" "Mi Ci adalah bekas biniku dulu!"
"Darimana kau bisa tahu kalau dia telah datang?"
"Sebab hari ini, ada orang menghantarkan segenggam rambutnya kepadaku........!"
Saban hari pasti ada keranjang yang dikerek kebawah lubang, keranjang itu berisi makanan
dan minuman. Hari ini, selain isi keranjang itu adalah sepotong ayam, sepuluh biji bakpao dan sebotol besar
air, terdapat pula seuntai rambut.
Meskipun aku tak dapat melihat, tapi aku dapat merasa bahwa rambut dalam genggamanku
itu adalah rambutnya Mi Ci, demikian Lui Ceng thian menerangkan.
Benda yang dibuat olehnya adalah semacam senjata rahasia yang paling berbahaya didunia
ini, sedikit teledor atau kurang berhati hati, bisa jadi mengakibatkan suatu ledakan dahsyat.
Ia sudah menjadi seorang buta, dia hanya mengandalkan ketajaman perasaan rabaannya untuk
menentukan segala sesuatunya.
Sudah barang tentu, rabaan tangannya itu amat sensitip dan tajam sekali.
"Aku tak bisa mengacuhkan dengan begitu saja"
"Haah?" "Rupanya mereka sudah tahu kalau aku sengaja mengulur ulur waktu, maka kali ini aku hanya
diberi batas waktu selama sepuluh hari"
"Batas waktu apa?"
"Mereka berdiri waktu sepuluh hari kepadaku untuk menyelesaikan tugas yang telah
diserahkan kepadaku"
"Seandainya kau tak sanggup untuk melaksanakan?"
"Maka merekapun akan setiap hari mengirim semacam benda milik Mi Ci kepadaku!"
850 Mi Ci adalah istrinya, sudah banyak tahun mereka hidup bersama, yang dirabanya setiap hari
bukan cuma rambutnya saja.
Rambut yang dibelainya itu entah sudah dilakukan berapa kali, sudah barang tentu dia dapat
merasakannya. Teringat sampai kesitu, tiba tiba timbul perasaan kejut dalam hati Bu ki, tak tahan ia lantas
berkata: "Kalau toh orangnya saja sudah kau tinggalkan, apa artinya dengan segenggam rambut?"
Suaranya telah berubah hebat:
"Hari pertama, mereka memberikan segenggam rambut kepadaku, hari kedua mungkin
mereka akan serahkan sepotong jari tangan, hari ketiga batang hidung atau telinganya..."
Hari keempat akan mengirimkan apa" Hari kelima akan mengirim apa" Ia tak berani
menyatakannya, bahkan Bu ki pun tak berani memikirkannya.....
"Ketika aku pergi meninggalkan dia, aku memang punya kesulitan yang tak bisa diterangkan
kepada orang lain, meskipun orang lain belum tentu akan memahaminya, tapi dia tak mungkin
tak akan mengerti" "Oooh.........?"
"Dia tahu kalau aku mempercayainya, kecuali aku, hanya dia yang mengetahui rahasia ini"
"Rahasia apa?" Lui Ceng thian tidak langsung menjawab pertanyaan itu, ujarnya:
"Bukannya aku takut apa apa, yang kutakuti justru bila terjadi seandainya, aku rasa setiap
orang persilatan pasti memahami akan arti kata tersebut, asal orang itu pernah berkelana
didalam dunia persilatan, entah apapun yang sedang dia kerjakan, sudah mundur sendiri yang


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipersilahkan lebih dulu"
Bu-ki juga memahami akan hal ini.
Maka Lui Ceng thian berkata lebih jauh:
"Akupun terhitung juga seorang jago kawakan, maka sebelum bersekutu dengan benteng
keluarga Tong, sebuah jalan mundur telah kupersiapkan dengan sebaik baiknya"
851 Sekalipun apa yang diucapkan tidak terlamapu jelas namun Bu ki dapat memahami
maksudnya. Sebelum tiba dibenteng keluarga Tong, dia pasti telah menyembunyikan rahasia ilmu senjata
dari Pek lek tong dan harta kekayaan yang dihimpunnya selama banyak tahun disuatu tempat
yang amat rahasia, selain dia sendiri hanya Mi Ci yang mengetahui rahasia tersebut.
Kata Lui Ceng thian lebih jauh:
"Kalau lagi kubutuhkan saja kita dipupuk. Coba kalau sudah berhasil, mau diapakan diriku
ini" Aku yakin, jika aku berhasil membuatkan San hoa thian li bagi keluarga Tong, sudah
pasti mereka tak akan biarkan aku hidup terus"
"Maka dari itu bila kau tidak berhasil, sudah pasti mereka akan membunuh Mi Ci"
"Oleh sebab itu aku harus datang mencarimu, akupun hanya bisa mencari dirimu"
"Kau suruh aku pergi menolongnya?"
"Aku juga tahu kalau hal ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk dilakukan tapi kau
harus membantuku untuk mencarikan suatu akal yang baik"
Bu ki termenung, lewat lama, lama kemudian, tiba tiba dia bertanya:
"Tahukah kau tentang seorang manusia yang bernama Sangkoan Jin?"
"Tentu saja aku tahu, tapi selamanya aku memandang remeh manusia semacam dia itu"
"Kenapa?" "Sebab dia telah menghianati Tay hong thong!" jawab Lui Ceng-thian dingin.
"Bukan kah Tay-hong thong adalah musuh bebuyutanmu?" tanya Bu ki keheranan
"Soal permusuhan adalah soal lain. aku selalu berpendapat hidup sebagai seorang manusia,
lebih baik pergi menjual pantat daripada menjual teman sendiri"
"Tahukah kau bahwa saat ini diapun akan menjadi menantunya keluarga Tong......"
"Aku tahu!" Setelah tertawa dingin, kembali ujarnya:
852 "Sekarang dia tinggal di gedung, yakni gedung ditempat yang kutempati, aku hanya berharap
dikemudian hari ia pun memperoleh akhir seperti apa yang ku alami sekarang"
Mencorong sinar terang dari balik mata Bu-ki, katanya kemudian:
"Akupun berharap kau bisa melakukan sesuatu perbuatan untukku"
"Perbuatan apa?"
"Tentunya kau sangat ingat bukan dengan daerah serta jalanan yang berada didalam benteng
keluarga Tong" aku harap kau dapat memberitahukan kepadaku, dimanakah letak gedung itu"
Terdapat berapa buah kamar" Kemungkinan Sangkoan Jin tinggal dimana" Penjagaan
disepanjang jalan itu terletak dimana?"
"Kau hendak pergi mencarinya?"
"Asal kau dapat membantuku untuk melakukan pekerjaan ini, apapun yang kau minta
kukerjakan, pasti akan kululuskan"
Tiba tiba Lui Ceng thian tidak berbicara lagi, mendadak wajahnya menunjukkan suatu
perubahan mimik yang sangat aneh, serunya kemudian:
"Aku sudah tahu siapakah kau!"
"Siapakah aku?"
"Bukankah kau she Tio" Bukankah kau adalah Tio Bu ki, putranya Tio Kian........?"
"Perduli siapakah aku, pokoknya sekarang kita sudah menjadi teman sealiran"
Kemudian sambil menggenggam tangan Lui Ceng thian kencang kencan, terusnya:
"Aku hanya ingin bertanya kepadamu, bersediakah kau melakukan pekerjaan ini bagiku?"
"Aku bersedia!"
Jawabannya sama sekali tidak sangsi lanjutnya:
"Bukan saja aku dapat memberitahukan kepadamu jalan menuju ke gedung tersebut lagipula
akupun dapat melukiskan sebuah peta untukmu, sekalipun aku buta, tapi masih punya tangan,
sekalipun aku tak dapat melihat lagi sekarang, tapi setiap jalanan setiap pos penjagaan yang
berada didalam benteng keluarga Tong masih kuingat semua dengan jelas"
"Kapan kau bisa menyerahkan peta tersebut kepadaku?"
853 "Besok!" Setelah berpikir sejenak, lanjutnya:
"Ada kalanya penjagaan mereka ditengah hari jauh lebih kendor dan teledor, terutama setelah
makan atau sebelum makan siang, kau harus mencari kesempatan untuk datang kemari"
"Jalan bawah tanah itu masih ada?"
"Tentu saja masih ada"
"Mereka akan pergi ke ruang bawah tanah untuk mencarinya"
"Tak akan ada orang yang berani mendatangi ruanganku, sekalipun kau meminjamkan nyali
untuk merekapun, mereka tak akan berani"
"Mengapa?" Sambil membusungkan dada, sahut Lui Ceng thian dengan angkuh:
"Karena aku adalah Lui Ceng thian, Tongcu angkatan ketiga belas dari Kanglam Pel lek ting,
Lui Ceng thian!" Sekarang, walaupun dia sudah tak punya apa apa, tapi dalam ruangan itu masih terdapat obat
peledak yang sanggup memusnahkan banyak orang.
"Tanpa persetujuanku, siapapun tak akan berani masuk kesitu; bila ada yang nekad maka
jangan harap dia bisa keluar dari sana dalam keadaan hidup"
Sesudah berhenti sebentar, dengan dingin lanjutnya:
"Sebab asal aku lagi gembira, setiap saat aku dapat mengajak mereka untuk beradu jiwa"
Seekor nyamukpun tak ingin mati, apalagi manusia"
"Tapi ular mati tak kaku harimau mati meninggalkan kulit"
Dia memang memiliki kelebihan yang bisa dibanggakan, walau dalam keadaan seperti
apapun, dia bukan seorang manusia yang mudah dihadapi.........
Bu ki menghembuskan napas panjang,
854 "Baik aku pasti akan pergi mencarimu" katanya: "bila ada kesempatan, aku pasti akan pergi
mencarimu" "Aku jamin kau tak akan menyesal bila mempunyai seorang sahabat seperti aku?"
***** Bu ki telah kembali ke kamarnya dan membaringkan diri diatas pembaringan.
Dia percaya Lui Cen thian pasti dapat kembali dengan aman dan selamat, ada sementara
orang walaupun berada dalam keadaan macam apapun, dia tak akan pernah kehilangan daya
kemampuannya untuk melindungi diri sendiri.
Tak bisa disangkal lagi Lui Ceng thian adalah manusia semacam ini.
Selama dia masih bisa bernapas, tak akan ada orang yang mampu merobohkan dirinya secara
mudah. Ketika fajar hampir menyingsing, akhirnya Bu ki tertidur......
Tapi ia tak bisa tidur dengan nyenyak, dalam keadaan sadar tak sadar ia seakan akan
menyaksikan seseorang menggantung diri dihadapannya.
Sebenarnya dengan jelas dia melihat kalau orang itu adalah Sangkoan Jin, tapi secara tiba tiba
ternyata telah berubah menjadi dirinya
***** MERPATI BERWARNA HITAM Bulan empat tanggal dua puluh empat, hari cerah:
Sewaktu Bu-ki tersentak bangun dari impian buruknya, matahari telah mencorong diluar
jendela, Ternyata Tong Koat telah datang, ia sedang menggerakkan tangannya yang kecil putih lagi
gemuk itu untuk menyantekkan daun jendela:
Diluar jendela sana terbentang sebuah hutan yang hijau dan permai, udara amat segar lagi
nyaman. Tong Koat berpaling, ketika melihat ia telah membuka matanya, segera diacungkan
jempolnya sembari memuji:
855 "Hebat, kau memang betul betul hebat!"
"Hebat?" Tong Koat tertawa, sahutnya:
"Hebat artinya kau benar benar luar biasa, betul betul luar biasa sekali!"
"Kau bilang aku hebat, kau bilang aku betul betul luar biasa sekali......?"
"Yaa, memang begitulah"
"Apa yang luar biasa dengan diriku?"
Sekali lagi Tong Koat memicingkan matanya, kemudian katanya sambil tertawa:
"Tentu saja kau luar biasa, bahkan akupun sama sekali tidak mengira kalau begitu cepatnya
kau telah berhasil" "Oooh...?" "Akupun tidak menyangka kalau kau akan menggunakan cara semacam itu, selain aku, tak
ada yang tahu kalau kaulah yang telah membinasakan dirinya"
"Oooh...?" Dia benar benar tidak mengerti apa yang sesungguhnya sedang dibicarakan oleh Tong Koat.
"Sekarang aku baru tahu, aku memang tidak sia sia membayar sepuluh laksa tahilperak
kepadamu" Tong Koat melanjutkan.
"Oooh...?" "Hayo cepat bangun, mari kita bersama sama pergi sarapan"
Gelak tertawanya bertambah riang:
"Hari ini meskipun nafsu makanku kurang begitu baik, tapi kita pasti dapat bersantap dengan
sebaik baiknya untuk merayakan keberhasilan ini......"
Akhirnya Bu ki tak kuasa menahan dirinya, dia lantas bertanya:
"Kita hendak merayakan apa?"
856 Tong Koat tertawa terbahak bahak,
"Haaahhh....haaahhh....haahhh..... kau memang pandai sekali bermain sandiwara, tapi buat apa
kau musti berlagak semacam itu dihadapanku?"
Sambil terbahak bahak, dia lantas menepuk bahu Bu ki, lanjutnya:
"Tak usah kuatir, dihadapan orang lain aku tak akan menuduh dirimu, aku pasti akan
mengatakan kalau dia mati karena menggantung diri, tapi sekarang hanya kita berdua yang
mengerti, kau mengerti akupun mengerti, sekalipun ia benar benar menggantung diri, paling
tidak kaulah yang membuat tali gantungan tersebut baginya"
"Kemudian kau baru masukkan tengkuknya kedalam tali gantungan tersebut?" lanjut Bu ki
Tong Koat tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh....haaahhh....haahhh..... tepat sekali"
Bu ki tidak berbicara lagi:
Sekarang dia sudah memahami maksud pembicaraan Tong Koat.
Orang yang menggantung diri didalam hutan semalam, ternyata adalah Siau Poo.
Tong Koat telah menganggap Siau Poo mati ditangan Bu ki.
Karena dia tahu manusia semacam Siau Poo, tak nanti akan menggantung dirinya sendiri.
Karena dia telah menyerahkan uang sebesar sepuluh laksa tahil perak kepada Bu ki untuk
membunuh Siau Poo. Orang yang ahli dalam membunuh manusia selalu akan membunuh korbannya sedemikian
rupa sehingga memberi kesan kepada orang lain bahwa dia mati bukan lantaran pembunuhan.
"Bila beberapa hal ini dipersatukan padaku maka duduknya persoalan menjadi jelas dan
terang benderang bagaikan batu kali dikala sungai mengering.."
Bahkan Bu ki sendiripun hampir saja menaruh curiga kalau Siau Poo telah mati ditangannya,
sebab diapun percaya Siau Poo tak akan menggantung dirinya sendiri.
Sekarang dia telah tahu kalau Siau Poo mempunyai tugas rahasia yang besar, tanggung jawab
yang berat, sekarang tugas berat itu belum selesai dikerjakan, mustahil dia akan menghabisi
nyawanya sendiri tanpa suatu alasan.
857 "Tapi Bu ki pribadipun sudah pasti tahu, kalau dia sama sekali tidak membunuh Siau Poo"
"Lantas, siapakah yang memaksa Siau Poo untuk menggantung diri?"
"Apa sebabnya?"
Persoalan itu kembali berkecamuk didalam benak Bu ki, ia merasa bingung dan tak habis
mengerti, teka teki tersebut serasa sukar untuk dipecahkan.
Sarapan pagi itu benar benar amat mewah dan lezat.
Tong Koat melahap hidangan tersebut dengan penuh kenikmatan, sudah setengah jam lebih ia
bersantap, tapi sampai saat ini sumpitnya belum juga diletakkan.
Belum pernah Bu-ki menjumpai orang yang bisa menghabiskan sarapan paginya dalam
jumlah sebanyak ini. Warung teh ini seperti pula dengan warung warung teh lainnya, sudah barang tentu bukan
hanya mereka berdua saja yang datang untuk sarapan pagi.
Tapi sekarang saatnya untuk sarapan telah lewat, tamu tamu yang lainpun sebagian besar
telah bubar. Akhirnya Tong Koat menurunkan kembali sumpitnya, lalu mencuci tangannya yang kecil,
putih dan gemuk itu didalam sebuah baskom yang terbuat dari tembaga, kemudian menyeka
mulutnya yang kecil dengan mempergunakan secarik handuk yang putih bersih.
Dia memang seorang yang suka kebersihan.
"Sekarang, apakah kita boleh pergi dari sini?" kata Bu-ki selanjutnya.
Tong Koat menggelengkan kepalanya berulang kali, tiba tiba bisiknya dengan lirih:
"Tahukah kau, kenapa aku menyuruhmu pergi membunuh Siau Poo?"
"Karena kau benci kepadanya"
Tong Koat segera tertawa "Kalau aku harus mengeluarkan uang sebesar sepuluh laksa tahil perak untuk membunuh
orang lantaran rasa benci saja, sekarang mungkin aku sudah bangkrut"
Kemudian sambil merendahkan suaranya dia melanjutkan:
858 "Aku suruh kau membunuhnya, karena dia adalah seorang mata mata!"
Terperanjat Bu ki setelah mendengar perkataan itu.
"Dia adalah seorang mata mata?" serunya "masa manusia macam dia bisa menjadi mata
mata?" "Sekilas pandangan, tampaknya dia memang tidak mirip, sayang dia justru adalah seorang
mata mata" Setelah tertawa, lanjutnya:
"Seorang mata mata yang sesungguhnya, harus tampak seakan akan bukan seorang mata
mata" "Emm, betul juga!"
Kembali Tong Koat memandang kearahnya dengan sepasang mata penuh senyuman yang
tajam itu. "Misalnya kau......"
"Kenapa dengan aku?"
"Kaupun tidak mirip seorang mata mata" katanya sambil tertawa "kalau kau dikirim sebagai
seorang mata mata, maka hal ini paling cocok sekali"
Ia lantas tertawa cekikikan, suara tertawanya mirip seekor rase yang kena digebuk manusia:
Bu ki pun sedang memandang kearahnya, bahkan matapun tidak berkedip, ujarnya hambar:
"Jadi kau curiga akupun seorang mata-mata?"
"Terus terang, sebenarnya aku merasa agak curiga kepadamu, itulah sebabnya aku suruh kau
membunuh Siau Poo" "Oooh?" "Mata mata yang datang kemari sebagian besar adalah orang orang Tay hong thong sebab
orang lain tak mempunyai kepentingan untuk menyerempet bahaya itu. Merekapun tak akan
memiliki nyali sebesar ini"
"Oooh?" 859 "Bila kaupun seorang mata mata, kaupun anggota Tay hong thong, tak nanti kau akan
membunuhnya" "Itu mah belum tentu" kata Bu ki
"Belum tentu?" "Andaikata akupun seorang mata mata, untuk membersihkan diriku dari segala tuduhan, aku
justru harus membunuhnya!"
Tong Koat tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh......haaahhhh....haaahhhh.... masuk akal, masuk akal, kau memang lebih sempurna
memikirkannya" Setelah berhenti sebentar, katanya lagi.
"Tapi ada satu hal yang belum kau pikirkan"
"Soal yang mana?"
"Dia sendiri sama sekali tak tahu kalau kita telah membongkar rahasianya, kaupun tidak tahu"
Bu ki mengakui akan kebenaran dari ucapan tersebut.
Mereka selalu menganggap bahwa Siau Poo cukup baik menutupi identitasnya.
"Kalau toh kalian semua tak tahu kalau kami telah mengetahui akan rahasianya, maka
alasanmu itu pada hakekatnya tak bisa dipertahankan lagi...." kata Tong Koat.
Kemudian ia menjelaskan lebih lanjut:
"Oleh sebab itu bila kau adalah mata mata sekalipun telah membunuhnya juga tak akan bisa
mencuci bersih dirinya sendiri, bila kau bukan mata mata, tentu saja juga tak akan tahu kalau
dia adalah mata mata, maka kau baru akan membunuhnya"
Sebenarnya kesimpulan semacam ini amat rumit, harus mempunyai suatu jalan pemikiran
yang tajam dan teliti baru dapat memahaminya.
Tak bisa disangkal lagi dia memang mempunyai jalan pemikiran yang amat teliti.
Cuma sayang dibalik peristiwa ini justru masih ada suatu kunci yang paling penting lainnya
yang tak pernah ia sangka sama sekali.
860 Bu ki tidak membunuh Siau Poo.
***** Lantas siapa yang telah membunuh Siau Poo"


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena apa dia dibunuh"
Peristiwa ini masih merupakan sebuah teka teki yang tak terungkapkan.
Setelah mengetahui alasan Tong Koat hendak membunuh Siau Poo, bukan saja teka teki ini
tak terungkapkan, malahan justru makin membingungkan hati.
Untung saja teka teki semacam ini tak pernah akan diketahui oleh Tong Koat.
"Kalau toh kau telah membunuh Siau Poo, itu berarti kau bukan mata mata dari Tay hong
tong" kembali Tong Koat berkata.
Setelah tersenyum, dia melanjutkan:
"Oleh sebab itu akupun mencarikan sebuah tugas lagi untuk kau lakukan....!"
"Tugas apa?" Tiba tiba Tong Koat bertanya:
"Tahukah kau Sangkoan Jin adalah seorang manusia macam apa?"
Mengapa ia menyinggung Sangkoan Jin secara tiba tiba"
Bu ki tidak habis mengerti, paras mukanya juga tidak berubah, sahutnya kemudian.
"Aku mengetahui sedikit tentang dirinya, tapi tidak begitu jelas"
"Orang ini amat pendiam, tapi dingin, seram dan tidak berperasaan, dan lagi dia mempunyai
kemampuan untuk mengingat selain apa yang pernah dilihatnya"
"Soal ini, sudah pernah kau bicarakan denganmu"
"Orang ini cuma mempunyai satu hal yang paling menakutkan"
"Hal yang mana?"
861 "Dia seakan akan tak pernah percaya kepada siapapun juga, sudah hampir setahun lamanya
dia datang kemari, namun tak seorang manusiapun yang dapat mendekatinya, lebih lebih lagi
tak ada orang yang bisa berkawan dengannya.
Pelan pelan Bu ki merasakan hatinya bagaikan sedang tenggelam ke bawah......
Bila orang orang dari keluarga Tong saja tak sanggup mendekati Sangkoan Jin sudah barang
tentu dia lebih lebih tak mungkin bisa mendekatinya.
Bila ia tak dapat mendekati orang ini mana mungkin bisa memperoleh kesempatan untuk
membalas dendam" "Tapi orang ini memang benar benar seorang manusia berbakat alam yang amat sukar
dijumpai dalam dunia persilatan" kata Tong Koat lebih jauh, "kedudukannya ditempat ini pun
kian hari kian bertambah penting urusan tetek bengek yang tidak penting artinya tak sudi ia
campur lagi........."
"Maka kenapa?" "Maka dia ingin mencari orang untuk membantunya mengurusi urusan kecil yang tetek
bengek itu?" Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Akupun beranggapan bahwa dia memang membutuhkan seseorang untuk membantunya
menyelesaikan banyak persoalan kecil itu, karenanya aku telah bersiap siap mencarikan
seseorang baginya" "Siapa yang hendak kau pilih?"
"Kau!" Paras muka Bu ki tetap dingin, kaku tanpa emosi, tapi jantungnya telah berdebar keras sekali.
Dia selalu mencari kesempatan untuk mendekati Sangkoan Jin, selalu mencari akal untuk
mengunjungi tempat tinggal Sangkoan Jin.
Mimpipun tak disangka, akhirnya kesempatan sebaik ini tahu tahu terjatuh dari atas langit.
"Kau bukan anggota keluarga Tong, antara kau dengannya juga tidak mempunyai hubungan
apa apa, lagipula kau cerdik dan pandai bekerja, ilmu silat yang kau miliki juga tinggi, siapa
tahu dia akan menyukai dirimu.....?" ujar Tong Koat.
862 "Bila aku dapat mendekatinya, maka akupun akan mendapat tahu hal hal lain yang tak
diketahui orang, dan aku pun akan datang memberitahukan hal ini kepadamu"
Tong Koat segera tertawa terbahak bahak.
"Haahh...... haahhh..... haaahhhh...... tepat sekali, memang tepat sekali"
Setelah tergeletak kembali, dia menepuk bahu anak muda itu sambil ujarnya lebih lanjut:
"Aku sudah tahu kalau kau memang orang yang cerdik, cerdiknya bukan kepalang"
Bila aku benar benar seorang yang cerdik, aku takkan melakukan pekerjaan semacam ini,\.
"Kenapa?" "Seorang yang cerdik tak akan melakukan pekerjaan yang sama sekali tak bermanfaat bagi
dirinya sendiri" Pekerjaan ini tentu saja ada manfaatnya pula bagimu.
"Manfaat apa?" "Aku tahu kalau kau punya musuh besar yang selalu ingin merenggut nyawamu"
Tentu saja Bu ki mengakuinya.
"Jika telah menjadi pengurusnya Sangkoan Jin, entah siapa itu musuh besarmu, kau tak perlu
untuk merasa kuatir lagi" kata Tong Koat lebih lanjut.
Bu ki tidak berbicara lagi.
Padahal dalam hatinya ia sudah merasa setuju semenjak tadi, namun bila terlalu cepat ia
menerima tawaran itu, sedikit banyak pasti akan menimbulkan kecurigaan orang.
"Sekalipun Sangkoan Jin orangnya licik dan berbahaya, namun jiwanya tak sempit, selama
disampingnya, tak nanti tiada keuntungan yang bisa kau raih", kata Tong Koat lagi.
Kemudian sambil memicingkan matanya dan tertawa, dia melanjutkan:
"Tentunya kau juga tahu bukan bahwa akupun bukan seseorang yang berjiwa sempit"
Bu ki tak perlu berpura pura lagi..........
Segera tanyanya: 863 "Kapan kita baru akan pergi menjumpainya?"
"Kita harus menunggu lagi"
"Masih harus menunggu apa lagi?"
"Untuk mendatangi benteng keluarga Tong bukan suatu hal yang sulit, tapi untuk mendatangi
"Kebun bunga" hal ini teramat sukar"
"Kebun bunga?" Sekali lagi jantungnya berdebar keras, tentu saja dia tahu tempat macam apakah yang disebut
kebun bunga itu. Tapi dia tak bisa tidak harus bertanya.
Kebun bunga adalah tempat terlarang didalam benteng keluarga Tong, ujar Tong Koat
menerangkan, "Sangkoan Jin berdiam didalam kebun bunga itu, tanpa persetujuan dari nenek
moyang, akupun tak berani membawamu mengunjungi Kebun bunga"
Setelah menghela napas, lanjutnya:
"Sekarang, walaupun aku telah mempercayaimu, nenek moyang masih mengharuskan aku
untuk menunggu lagi"
"Menunggu apa?"
"Menunggu kabar"
"Kabar apa?" "Nenek moyang telah mengutus orang pergi kedesa kelahiranmu untuk memeriksa asal
usulmu, sekarang kami sedang menantikan kabar berita mereka"
Setelah tersenyum, dia melanjutkan:
"Tapi kau tak usa kuatir. Kami tak akan menunggu terlalu lama, hari ini mungkin kabar itu
sudah akan sampai" Hari ini baru tanggal dua puluh empat, jaraknya dengan batas waktu yang ditentukan Bu ki
sendiri masih ada tiga hari.
864 "Bila orang lain yang harus melakukan pekerjaan ini, paling tidak mereka membutuhkan
waktu lima enam hari, tapi kami takut kau terlalu gelisah bila menunggu terlalu lama, maka
sengaja kamu suruh orang untuk melaksanakannya secara khusus, kebetulan sekali
belakangan ini kamipun berhasil membeli seekor kuda jempolan dari Lau Pat yang sedang
bangkrut karena hartanya habis dimeja judi, dan kebetulan pula ada orang yang mampu
menunggang kuda cepat ini"
Kuda dari Lau Pat itu, bukan lain adalah kuda milik Bu ki.
Walaupun Bu ki tahu kalau kuda ini bisa lari dengan cepat, tapi mimpipun ia tak menyangka
kalau kuda itu bakal terjatuh ke tangan keluarga Tong.
"Orang yang kami utus itu bukan saja memiliki gerakan tubuh yang enteng seperti walet,
lagipula cerdik dan pandai bekerja"
Setelah tertawa amat nyaring, dia menambahkan:
"Oleh karena itu, aku dapat menjamin paling lambat tengah hari nanti, ia pasti sudah ada
kabar yang dikirim kembali
***** Paras muka Bu ki masih saja tidak menunjukkan perubahan apa apa.
Bila ada perubahanpun, kemungkinan besar dia sendiri juga tak tahu perubahan macam
apakah itu. Pengorbanan yang dikeluarkan olehnya siksaan yang dialami dan penderitaan yang dijalani,
sekarang telah berubah menjadi sepeserpun tak ada harganya
Karena sekarang ia sudah punya waktu.
Tak ada waktu berarti tiada kesempatan.
Tak ada waktu berarti segala sesuatunya akan bubar.
Kini sudah mendekati tengah hari, jaraknya dengan batas waktu yang ditetapkan sendiri
tinggal satu jam lebih. Didalam waktu satu jam yang teramat singkat ini, apa lagi yang bisa dia lakukan"
Satu satunya yang bisa ia lakukan sekarang adalah menunggu kematian tiba.
865 Seandainya berganti orang lain, mungkin dia akan segera melompat bangun menerjang keluar
dan kabur dari benteng keluarga Tong.
Tapi ia tidak berbuat demikian.
Sebab dia jauh lebih sanggup menahan diri daripada siapapun, jauh lebih sabar dan tahan uji
daripada orang lain. Dia tahu menerjang keluar dari situ juga mati.
Sebelum keadaan mencapai saat yang paling kritis, dia tak akan meninggalkan setiap
kesempatan yang mungkin terjadi dengan begitu saja.
Selain mereka, diatas loteng warung teh itu masih ada enam meja orang, pada setiap meja
terdapat dua tiga orang. Posisi tempat duduk dari ke enam meja itu amat strategis dan luar biasa, jaraknya dengan
meja yang ditempati Bu ki tidak terlalu dekat, pun tidak terlalu jauh.
Kebetulan sekali, meja yang ditempati Bu ki itu letaknya persis ditengah tengah kerumunan
ke enam buah meja tersebut.
Bila dia hendak keluar, entah kearah manapun dia akan pergi, ia musti melewati mereka.
Bila mereka hendak menghalangi Bu ki, hal tersebut sesungguhnya bukan suatu pekerjaan
yang terlampau sulit. Orang orang yang berada di keenam meja itu ada yang tua ada yang muda, tampangnya ada
yang jelek adapula yang ganteng, namun mereka mempunyai satu kesamaan.
Sorot mata mereka semua memancarkan sinar tajam yang menggidikan hati, dibalik jubah
panjangnya dekat bagian pinggang terdapat satu bagian tepat yang menonjol keluar.
Tak bisa disangkal lagi, orang orang yang duduk di keenam meja itu merupakan juga jago
lihay dari keturunan keluarga Tong dan tak bisa disangkal pula ditirubuh mereka masing
masing menggembol senjata rahasia keluarga Tong yang sanggup merenggut nyawa siapa
saja. Tiba tiba Bu ki tertawa, lalu berkata: "Nenek moyang kalian itu sungguh hebat sekali, cara
kerjanya pun pasti amat teliti"
Tong Koat turut bersenyum. "Bila seorang dapat hidup mencapai tujuh puluh delapan tahun
mau tak mau cara kerjanya pasti akan sangat teliti"
866 "Tentunya orang orang itu sengaja diutus olehnya untuk mengawasi diriku bukan?"
Tong Koat tidak menyangkal. "Yaa, ornag orang yang berada di keenam buah meja itu,
memang orang orang yang ditugaskan mengawasi dirimu dalam saku emreka telah siap
senjata rahasia khusus yang dipersiapkan sendiri oleh nenek moyang kami"
"Waah... kalau senjata rahasia itu dipersiapkan sendiri oleh nenek moyangmu, sudah pasti
senjata rahasia yang digunakan adalah barang barang pilihan?"
"Sudah barang tentu!"
Setelah berhenti sebentar kembali ujarnya: "Bukan saja dalam saku mereka membawa senjata
rahasia yang begitu bertemu darah lantas merenggut nyawa, kepandaian yang mereka
milikipun merupakan jago jago kelas satu dalam dunia persilatan,b ahkan beberapa orang enci
tong ku juga turut dikirim kemari.
Setelah menghela napas panjang dan tertawa getir dia melanjutkan lebih jauh: "Sudah barang
tentu rencana ketat semacam ini bukan muncul atas prakasaku, sebab terus terang saja
kukatakan, aku sudah mempercayai dirimu sertaus persen"
"Ooooh....!" Bu ki tidak mengucapkan apa apa, dia hanya mendesis.
"Akan tetapi, bila kau berani berbohong dihadapan nenek moyangku, bukan saja aku tak bisa
menyelmatkan jiwamu, aku rasa dikolong langit dewasa inipun tak akan ada seorang manusia
lagi yang bisa menyelamatkan jiwamu dari bahaya maut...yaaa, tak bisa disangkal lagi, kau
pasti akan menjadi landak yang hitam hangus, hancur oleh racun yang berada diujung senjata
rahasia" "Kalau toh kau sangat percaya kepadaku, mengapa pula kau harus menguatirkan keselamatan
jiwaku?" tanya Bu ki kemudian dengan suara keras.
Jilid 30________ Kembali Tong Koat tertawa.
"Siapa bilang aku menguatirkan keselamatan jiwamu " BUkan aku saja yang tidak merasa
kuatir, bahkan boleh di bilang sedikitpun tidak kuatir....., kau tidak percaya ?"
Sudah barang tentu dia tidak akan merasa kuatir, diapun tak usah merasa kuatir, sebab
bagaimanapun juga toh bukan dia yang bakal mampus, bukan dia yang menjadi umpan
senjata rahasia beracun. Kenapa pula dia musti kuatir "
867 Di empat penjuru ruang loteng warung teh itu terdapat daun, jendela-jendela itu semuanya
berada dalam keadaan terbuka lebar
Pada saat itulah, tiba-tiba tampak sekelompok burung merpati terbang lewat diluar jendela
terbang diangkasa raya yang cerah dan berwarna biru.
Itulah sekelompok burung merpati berwarna hitam.
***** (DIDALAM KEBUN BUNGA) SETIAP orang mendongakkan kepalanya dan memandang kelompok burung merpati itu
sekejap, kemudian sorot mata tiap orang, dialihkan ke wajah Bu-ki dan menatapnya tajamtajam.
Burung merpati berwarna hitam ini merupakan sekelompok burung merpati yang dilatih
secara khusus oleh paman Jit siok ku, kecepatan terbangnya satu kali lipat lebih cepat dari
burung merpati biasa dan tiga kali lipat lebih jauh jarak yang bisa ditempuh, bila sedang
terbang di tengah kegelapan, tidak mudah ditemukan orang lain."
Dengan tenang Bu-ki mendengarkan keterangan tersebut, dia berharap Tong Koat mau
banyak bicara, sebab mendengarkan pembicaraan orang lainpun bisa digunakan untuk
mengendorkan ketegangan syaraf yang sedang mencekam.
Ia tak bisa tidak untuk mengakui kalau dirinya merasa sangat tegang, hingga sekarang, dia
masuh belum berhasil menemukan cara yang terbaik untuk menanggulangi keadaan tersebut.
Kembali Tong Koat berkata :
Walaupun kelompok burung merpati ini di latih oleh paman Jit Siok ku khusus untuk
mengirim berita rahasia, tapi menurut pengakuannya, burung merpati yang dipeliharanya itu
diakui sebagai jenis burung merpati paling top yang ada di dunia ini!"
Kemudian sambil memicingkan matanya dan tertawa, dia melanjutkan :
"Tapi aku dapat menjamin bahwa burung merpati semacam ini sedikitpun tak enak untuk
dimakan." "Kau pernah mencicipinya ?"
"Pokoknya asal bisa di makan, aku pasti akan berusaha dengan segala kemampuan untuk
menangkap beberapa ekor serta mencicipinya, kalau tidak, mungkin selamanya aku tidak bisa
tidur dengan nyenyak."
868 "Konon dongeng manusia juga bisa dimakan, kau pernah makan daging manusia ?"
Sebenarnya dia tidak ingin tahu apakah Tong Koat pernah makan daging manusia atau tidak,
dia tak lebih hanya memancing Tong Koat untuk berbicara.
Entah siapapun bila sedang berbicara, tak urung perhatiannya akan menjadi buyar, apalagi apa
yang mereka bicarakan sekarang justru merupakan bahan pembicaraan yang paling menarik
perhatian Tong Koat. Andaikata dia menerjang keluar sekarang bukannya sama sekali tiada harapan lagi, cuma
kesempatannya untuk berhasil tidaklah terlampau besar.......
Sebaliknya bila dia mencari kesempatan untuk menguasai Tong Koat lalu menggunakan Tong
Kuat sebagai sandera, maka kesempatannya akan berubah menjadi lebih banyak.
Sayang ia benar-benar sudah tidak memiliki keyakinan lagi untuk berhasil.
Orang yang bertampang lebih goblok dari seekor babi ini bukan saja mempunyai reaksi yang
amat tajam, ilmu silat yang dimilikinyapun sukar diukur.
Sementara itu Tong Koat sedang menerangkan hal yang menyangkut tentang daging manusia,
dia berkata begini : "Konon ada tiga macam daging manusia yang tak boleh dimakan, orang yang sedang sakit tak
boleh dimakan, orang yang terlalu tua tidak boleh dimajan, orang yang lagi marah juda tak
boleh dimakan!" "Kenapa orang yang lagi marah tak boleh dimakan ?" tanya Bu-ki.
"Sebab bila orang lagi marah, daginggnya akan berubah menjadi kecut....!"
Waktu itu Bu-ki telah bersiap-siap untuk turun tangan.
Walaupun ia tidak yakin ia tetap akan turun tangan karena dia sudah tidak memiliki pilihan
kedua. Siapa tahu secara tiba-tiba Tong Koat bangkit berdiri, kemudian katanya :
"Persoalan ini lebih baik, kita perbincangkan di kemudian hari saja, sekarang mari kita
berangkat!" Perasaan Bu-ki segera merasa tenggelam.
869 Setelah satu-satunya kesempatan yang terakhirpun dilewatkan, terpaksa ia bertanya :


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita akan kemana ?"
"Akan kuajak kau untuk memjumpai seseorang."
"Pergi menjumpai siapa ?"
"Nenek moyang!"
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya :
"Dia orang tua telah berpesan, bila burung merpati sudah pulang, aku harus mengajakmu
untuk pergi menjumpainya."
Bu-ki segera bangkit berdiri, orang yang ingin dia jumpai sekarang adalah nenek moyang.
Tiba-tiba ia teringat bahwa sebenarnya inilah kesempatan yang paling baik.
Apabila ia berhasil menguasai nenek moyang dan menjadi hanya sebagai sandera, bukan saja
orang-orang dari benteng keluarga Tong akan menghantarnya dengan hormat keluar dari sini,
siapa tahu dia masih bisa mempergunakannya untuk menukar selembar jiwa lain.
Jiwa Sangkoan Jin. Untuk menghadapi seorang nenek yang berusia tujuh delapan puluh tahunan, paling tidak
akan jauh lebih mudah daripada menghadapi Tong Koat.
Sambil tersenyum Bu-ki lantas berkata :
"Apakah aku masih harus menutupi mataku ?"
"Tidak perlu." Kemudian sambil memicingkan matanya yang tajam dan penuh senyuman itu, dia
melanjutkan : "Bila apa yang kau ucapkan tidak bohong, maka kau akan segera menjadi orang kami,
selanjutnya kaupun boleh keluar masuk dalam kebun bunga dengan bebas."
"Kalau apa yang kuucapkan bukan kata-kata yang sebenarnya ?"
870 "Maka kali ini adalah hari terakhir bagimu untuk masuk kesana, sebab tidak mungkin kau bisa
keliar lafi dalam keadaan hidup, buat apa aku musti menutupi matamu?"
"Yaa, memang tidak perlu."
***** SETELAH menyaksikan keadaan bangunan serta kehebatan dari benteng keluarga Tong,
setiap orang pasti akan menduga bahwa "kebun bunga" mereka pasti menempati area tanah
yang luas sekali dengan penjagaan yang ketat.
Menanti kau benar-benar telah masuk ke dalam, baru akan kau jumpai bahwa jalan
pemikiranmu itu tidak terlampau tepat.
Memang benar "kebun bunga" menempati area tanah yang amat luas, bahkan jauh lebih luas
dari pada apa yang orang pikirkan, akan tetapi disana tidak ditemukan penjagaan yang ketat.
Setelah menyeberangi sebuah jempatan keicl yang beralaskan kayu berwarna hijau, serta
menembusi sebuah hutan dengan aneka bunga berwarna merah, maka akan kau jumpai
bangunan rumah yang megah diatas sebuah bukit.
Sepintas lalu bangunan itu tampaknya seperti sama antara yang satu dengan lainnya,
modelnya tidak ada sesuatu yang istimewa, tentu saja tiada pula nama jalan atau nomor
rumah. Oleh karena itu, sekalipun kau tahu orang yang sedang kau cari tinggal disitu, toh
kenyataannya tetap sulit untuk menemukannya.
Di kedua belah sisi jalan kecil yang beralaskan batu hijau, merupakan bangunan dinding
rumah berwarna kelabu. sepintas lalu tiada sesuatu perbedaan yang nampak.
Setiap jalan memiliki ciri yang sama.
Tong Koat membawa Bu-ki berputar kesana berputar kemari, berbelok kekiri berbelok ke
kanan, akhirnya berhenti di depan sebuah pintu gerbang besar yang lebar dan berwarna hitam
pekat. Disinilah nenek moyang kami tinggal," dia berkata, "sudah pasti nenek moyang sudah lama
menunggu kedatangan kita."
Dibelakang pintu gerbang adalah sebuah halaman besar, besar sekali, sesudah menembusi
halaman terbentang sebuah ruang tamu yang besar, besar sekali.
871 Di dalam ruangan itu terdapat meja kursi yang besar dan lebar, diatas dinding tergantung
sebuah lukisan yang besar.
Setiap benda yang berada dalam benteng keluarga Tong tampaknya jauh lebh besar daripada
benda di tempat lain, bahkan tidak terkecuali pula cawan teh dan mangkuk.
"Silakan!" ujar Tong Koat.
Menanti Bu-ki sudah duduk, diapun lenyap tak berbekas.
Sebenarnya Bu-ki mengira dia pasti akan masuk untuk memberi laporan, kemudian dengan
cepatnya akan keluar lagi, siapa tahu ternyata ia tak memunculkan dirinya juga.
Suasana amat sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, tak nampak pula bayangan
manusia. Seorang diri BU-ki duduk di tengah ruangan yang luas, lebar dan tiada manusia lain itu,
bahkan beberapa kali dia sudah tidak tahan dan siap menerjang keluar.
Dalam saat, keadaan dan suasana semacam ini, dia lebih baik tak berani bergerak secara
sembarangan. WAlaupun dia tidak melihat ada orang itu disitu , namum setelah si nenek moyang berada
disitu, sudah pasti di tempat itu mustahil tanpa penjagaan yang ketat.
Penjagaan yang tidak terlihat kadangkala jauh lebih menakutkan daripada penjagaan yang
terlihat. Dia cukup memahami teori seperti itu.
Ia juga lebih dapat "bersabar" daripada kebanyakan orang lainnya.
Secawan air teh yang diantar seorang bocah lelaki tadi sebetulnya masih panas tapi sekarang
telah menjaid dingin. Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya dari dalam ruangan berkumandang serentetan suara
yang lemah lembut, tapi penuh berwibawa.
"Silakan minum air teh."
Bu-ki dapat mengenali suara itu sebagai suaranya nenek moyang, ketika melakukan
pemeriksaan terhadap dirinya tempo hari, ia sudah pernah mendengar suaranya.
Kali ini dia juga masih hanya mendengar suaranya, sedangkan orangnya entah berada dimana.
872 Sekali lagi Bu-ki merasakan hatinya tenggelam ke bawah.
Jika orangnya saja tidak kelihatan, bagaimana mungkin dia bisa menaklukan dirinya.
Diangkatnya cawan air teh itu dan diminumnya setegukan.
Air teh yang benar-benar getir.
Suara si nenek moyang itu kembali berkata lagi.
"Keluarga Tong termasyur karena senjata rahasia beracunya, kau tidak kuatir kalau dalam air
teh itu ada racunnya ?"
Bu-ki segera tertawa. "Jika kau orang tua tidak menginginkanku hidup terus, setiap saat aku bisa dijatuhi hukuman
mati, mengapa pula kau musti mencampuri air teh dengan racun?"
Si nenek moyang tertawa, paling tidak kedengarannya seperti lagi tertawa.
"Kau benar-benar pandai menahan diri," katanya "tak kusangka dengan usiamu yang
begitumuda, ternyata memiliki kemampuan untuk menahan diri yang sangat hebat!"
Bu-ki masih tetap tersenyum.
Bahkan dia sendiripun diam-diam mengagumi diri sendiri, berada dalam keadaan seperti ini,
ternyata ia masih sanggup duduk tenang disitu sambil minum teh.
Kembali si nenek moyang berkata.
"Kau adalah seorang bocah yang baik, kami keluarga Tong sangat membutuhkan manusia
semacam kau, asal kau mau berdiam disini secara baik-baik, aku tak akan merugikan dirimu."
Ternyata ia sama sekali tidak menyinggung tentang kabar yang di bawa pulang oleh burung
merpati. Apakah hal ini pun merupakan suatu perangkap "
Dia berbuat demikian apakah disebabkan mempunyai tujuan yang lain " Tujuan apakah itu "
Tapi kalau didenger dari nada pembicaraannya, bukan saja amat lembut, dan lagi sedikitpun
tidak terdengar maksud jahat.
873 Walaupun Bu-ki bukan seorang yang bodoh, diapun bukan seorang yang lamban bereaksi,
namum sekarang dia dibikin tertegun sampai berdiri termangu-mangu.
Ia benar-benar tidka habis mengerti apa maksud dan tujuannya, diapun tak tahu si nenek
moyang hendak membicarakan soal apa lagi"
Tak disangka si nenek moyang ternyata tidak berbicara apa-apa lagi.
Suasana ama sepi dan hening, disekeliling tempat itupun tak nampak seorang manusiapun.
Entah beberapa saat kemudian, Tong Koat tampak memunculkan diri sambil tertawa
cekikikan. "Kau berhasil lolos dari pemeriksaan ini!"
"Aku berhasil lolos dari pemeriksaan ini?" tanya Bu-ki agak tertegun.
Tong Koat membawa secarik gulungan kertas sambil menghampirinya dia berkata :
"Inilah hasil pemeriksaan yang dibawa pulang oleh burung merpati itu, apakah kau ingin
melihatnya ?" Tentu saja Bu-ki ingin melihatnya.
Ketika gulungan kertas itu dibuka, maka berpecahlah beberapa huruf yang tertera jelas disana.
"Benar-benar ada orang ini, bukti menunjukkan kebenaran dari pengakuannya."
***** Bu-ki betul-betul tak habis mengerti, sekalipun kepalanya dipukul sampai berlubangpun, dia
tidak habis mengerti. Benarkah di dusun Si tau ceng terdapat seorang manusia yang ber Li Giok thong"
Jangan-jangan orang yang diutus pihak keluarga Tong untuk melakukan pemeriksaan itu sama
sekali tidak melakukan penyelidikan, tapi menulis laporan secara palsu "
Atau jangan-jangan orang itu sudah disuap oleh teman-teman Bu-ki di tengah jalan, agar
sengaja membuat laporan palsu.
Keadaan semacam ini hanya bisa di jelaskan dengan ketiga macam kemungkinan tersebut.
874 Ketiga macam penjelasan tersebuk tampaknya saja seperti bisa di terima dengan otak, akan
tetapi, bila di pikir lebih jauh, terasa pula sama sekali tidak mungkin.
Sekalipun di dusun Si tau ceng betul-betul terdapat seorang yang bernama Li Giok thong,
latar belakang asal usulnya tak mungkin bisa sama dengan apa yang dikatakan Bu-ki,
bagaimanapun juga didunia ini toh tidak mungkin ada suatu kejadian yang begitu
kebetulannya. Keluarga Tong memiliki peraturan yang sangat ketat, anak keturunan yang diutus keluar tidak
mungkin berani menerima suap, apalagi mengirimkan laporan palsu.
Pada hakekatnya, tak ada orang yang tahu akan hal ini, sehingga tak mungkin ada orang yang
bisa menyuapnya. Seandainya ke tiga macam kesimpulan itu tak bisa di pegang sebagai dasar, lantas apa pula
yang sesungguhnya telah terjadi "
Bu-ki tidak berpikir lebih lanjut selama beberapa hari ini, ia telah menjumpai beberapa
macam persoalan yang tidak bisa dipecah olehnya.....
Tapi yang pasti di balik semua kejadian ini tentu mempunyai hubungan antara yang satu
dengan yang lainnya, meski hubungan itu misterius sifatnya......
Hanya saja sampai sekarang dia masih belum dapat menemukannya.
Entah bagaimanapun juga akhirnya ia berhasil meloloskan diri dari pemeriksaan tersebut.
Padahal dia hanya berpegangan pada prinsip "bisa dilewatkan sampai dimana, dilewatkan
sampai dimana" Dan kini, dia masih harus bersabar terus.
Justru karena ia dapat bersabar, maka ia telah melewatkan beberapa kali ancaman bahaya
yang sebetulnya sukar untuk di lewatkan.
Pelan-pelan Bu-ki menggulung kertas itu kembali, lalu di kembalikan kepada Tong Koat,
katanya dengan hambar : "Mana nenek moyangmu?"
"Nenek moyang telah melihatmu, dia merasa puas sekali terhadap dirimu.....!"
"Apakah kau tidak memberi kesempatan kepadaku untuk menyambangi dia orang tua?"
875 "Akupun sebenarnya ingin mengajakmu untuk pergi menyambangi dia orang tua, cuma
sayangnya bahkan aku sendiripun tak dapat bersua dengan beliau!"
Setelah menghela nafas dan tertawa getir, lanjutnya,
"Bahkan aku sendiripun sudah sangat lama tak pernah bersua muka dengan dia orang tua!"
"Apakah dia jarang sekali bertemu dengan orang ?"
"Yaaa, jarang ...... jarang sekali"
"Mengapa ia tidak mau bertemu orang ?"
"Apakah karena dia bertampang sangat aneh sehingga tidak dapat bertemu orang ?"
Bu-ki masih mempunyai suatu pandangan lain, suatu pandangan yang lebih ekstrim.
Mungkin nenek moyang yang sebenarnya telah mati, tapi lantaran ada orang yang hendak
merebut kekuasaannya yang amat tinggi itu, maka kematiannya dirahasiakan, kemudian
dengan menirukan suaranya, ia memberi perintah-perintahnya serta memerintah seluruh anak
keturunan keluarga Tong. Dalam keadaan seperti ini, sudah barang tentu ia tidak dapat bertemu dengan orang lain,
bagaimanapun juga tak mungkin dia bisa memiliki wajah sebagai "nenek moyang".
Walaupun pemikirannya ini sangat ekstrim, bukan berarti sama sekali tiada kemungkinannya.
Dunia ini memang sering kali terdapat kejadian-kejadian yang luar biasa, kejadian yang nyata
seringkali bahkan lebih aneh dan luar biasa daripada cerita dongeng.
Bu-ki tidak sanggup berpikir lebih lanjut, diapun tak ingin berpikir lebih jauh.
Urusan perebutan kekuasaan dalam keluarga Tong sama sekali tiada sangkut paut dengan
dengan dirinya, jadi dia merasa enggan untuk mencampurinya.
Dia hanya bertanya : "Sekarang apakah kita sudah boleh pergi meninggalkan tempat ini....."
"Kau hendak pergi kemana ?"
"Memangnya kita tak akan pergi ke dalam sana untuk berjumpa dengan Sangkoan Jin?"
"Tentu saja kita akan menjumpainya!"
876 "Lantas apakah kita sekarang merasa perlu untuk pergi ke tempat tinggalnya "
Tong Koat segera tertawa.
"Kau anggap tempat ini adalah sempit apa ?" dia balik bertanya sambil memandangnya
dengan suatu sorot mata yang aneh.
Bu-ki balas menatapnya lekat-lekat, sesaat kemudia dia baru bertanya pelan :
"Memangnya dia berdiam-diam disini ?"
Tong Koat tidak menjawab.
Dia memang tak perlu menjawab, sebab si luar pintu sudah kedengaran seseorang menyahut :
"Betul, aku memang tinggal disini"
Jantung Bu-ki kembali berdebar keras, darah yang mengalir diseluruh tubuhnya juga ikut
mendidih. Dia telah mendengar suara Sangkoan Jin, diapun mendengar suara langkah Sangkoan Jin.
Musuh besar yang tiada ternyana telah berjumpa muka dengan dirinya sekarang.
Bukan saja mereka berada di satu atap, bahkan dengan cepatnya akan saling bersua.
Kali ini, mungkinkah Sangkoan Jin akan mengenali dirinya sebagai Tio Bu-ki "
***** NAFAS HIDUP DAN MATI BULAN empat tanggal dua puluh empat, tengah hari.
Akhirnya Tio Bu-ki telah bersua muka dengan Sangkoan Jin.
Sangkoan Jin mempunyai perawakan yang tinggi dengan bahu yang lebar serta lengan yang
panjang, setiap langkah kakinya akan lebih lebar lima inci daripada orang lain.
Diam-diam ia telah membuat perhitungan yang cermat, setiap langkahnya persis mencapai
satu jengkal tujuh inci, tak akan kelebihan satu inci juga tak akan kurang dari sati inci.
877 Terhadap setiap persoalan yang hendak dilakukannya dia selalu membuat perhitungan yang
matang, setiap perbuatannya selalu tepat dan sempurna.
Kehidupannya sangat beraturan, ketat dan disiplin, bahkan terhadap makanan yang tiap hari di
makanpun selalu ada saat dan banyaknya.
Bukan saja dia makan amat sedikit, air yang diminumpun tidka terlalu banyak, di hari biasa
setetes arakpun tak pernah dicicipinya.
Sekarang dia masih hidup sendiri, tak pernah mendekati perempuan. Persoalan yang bisa
membuat orang lain lupa diri, baginya sama sekali tidak tertarik.
Kesenangannya cuma satu...........
Kekuasaan ! Setiap orang yang bertemu dengannya, sudah pasti dapat melihat bahwa dia adalah seorang
yang sangat berkuasa. Dia seorang yang pendiam, jarang berbicara, sikapnya serius, dingin dan tidak berperasaan,
entah muncul darimana dan kapan saja, dia selalu memperlihatkan suatu semangat yang
berkobar, jiwa yang segar, sepasang matanya yang tajam bercahaya seakan-akan hendak
menembusi hari siapapun yang di hadapinya.
Tapi, ternyata ia tidak melihat kalau orang yang berada dihadapannya sekarang adalah Tio
Bu-ki. Perubahan pada diri Tio BU-ki memang terlampau banyak.
***** BU-KI telah duduk kembali.
Dia selalu berusaha untuk memberitahukan kepada diri sendiri :
"Harus sabar! harus menunggu! Kalau saat yang tidak meyakinkan belum tiba, jangan turun
tangan secara sembarangan."
WAktu itu Sangkoan Jin sedang menatapnya dengan sepasang matanya yang tajam seperti
sembilu, tiba-tiba ia bertanya :
"Apa yang kau pikirkan barusan ?"
"Apapun tak ada yang kupikirkan!"
878 "Kalau begitu kau seharusnya mengetahui kalau aku berdiam di tempat ini."
Dia berpaling memandang sepasang lian yang tergantung di atas dinding.
"Seluruh ruangan mabuk kepayang tiga ribu tamu
Sekilas cahaya pedang bersinar di empat puluh keresidenan."
Gaya tulisannya yang kuat dan bertenaga, diatasnya tertera pula sebaris huruf kecil yang
berbunyi :

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tulisan dari Jin kong"
Dengan suara dingin Sangkoan Jin berkata lagi :
"Jika dalam hatimu tidka memikirkan apa-apa, kenapa hanya tulisan sebesar itupun tidak kau
perhatikan ?" "Mungkin hal ini dikarenakan aku sedang berada dirumah orang, selamanya aku tak pernah
celingukan di rumah orang", sahut Bu-ki hambar.
Sangkoan Jin tidak berbicara lagi.
"Dan lagi akupun bukan seorang sastrawan yang gemar membuat syair atau membuat lian,
oleh karena itu ....."
"Oleh karena itu kenapa ?" tukas Sangkoan Jin.
Tiba-tiba Bu-ki bangkit berdiri, lalu sambil menjura katanya,
"Selamat tinggal!"
"Kau hendak pergi ?"
"Kalau toh orang yang kau cari bukan manusia semacam diriku ini kenapa pula aku tidak
pergi ?" "Kau adalah manusia macam apa ?" tanya Sangkoan Jin sambil menatapnya lekat-lekat.
"Bila kau mempunyai kemampuan untuk menilai orang, tak perlu kukatakanpun seharusnya
kau dapat melihat manusia macam apakah diriku ini, bila kemampuan untuk menilai orang
saja tidak kau miliki, buat apa aku musti berbicara lagi?"
879 Sangkoan Jin menatapnya sampai lama sekali, tiba-tiba dia berseru pelan :
"Bagus, bagus sekali!"
Ia membalikkan badan mengadap ke arah Tong Koat, sikapnya turut berubah menjadi lebih
halus dan lembut. "Inilah orang yang kubutuhkan!" katanya.
Tong Koat segera tertawa setelah mendengar ucapan itu.
Kembali Sangkoan Jin berkata :
"Akan kuperintahkan orang untuk membereskan halaman belakang sana, besok ia sudah dapat
pindah kemari." "Sekarang, ternyata aku sudah boleh pergi bersantap bukan ?" tanya Tong Koat sambil
tertawa. "Tong Koat, kenapa tidak tinggal disini saja untuk bersantap bersama kami ?"
Dengan cepat Tong Koat menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kau suruh aku melakukan pekerjaan apapun boleh saja asal jangan suruh aku makan disini,
aku benar-benar tak berani bersantap ditempat ini."
"Tidak berani kenapa?"
"Aku takut sakit!"
"Kenapa bisa takut sakit ?"
"Kalau terlalu banyak hidangan sayur atau barang-barang berjiwa, perutku bisa sakit, apalagi
bila dalam hidangan tak dijumpai sepotong daging, sudah pasti aku bakal sakit, malah
Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 5 Pendekar Misterius Karya Gan K L Penelitian Rahasia 7

Cari Blog Ini