Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 4
bersaudara Kim untuk menemani siauhiap beristirahat ditepi telaga,
besok pagi aku akan mengirim orang lagi untuk mengundang
sauhiap." Kho Beng mengucapkan terima kasih dan segera meninggalkan
tempat duduknya. Saat itulah pemuda itu merasa ada sepasang mata yg amat tajam
sedang mengawasinya tanpa berkedip. Pandangan semacam itu
delapan puluh persen persis seperti pandangan si pendeta tua tadi.
Pandanga itu beraal dari meja kedua dekat dinding, maka buruburu
ia melirik sekejap kesana, ternyata dia adalah seorang
sastrawan setengah umur yg memakai baju hitam, wajah orang itu
terasa asing baginya. Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, tanpa
terasa kewaspadaannya ditingkatkan"
Ia sadar, berhasil atau tidaknya tipu daya yg sedang dilaksanakan
untuk melindungi keselamatan jiwa encinya, bisa jadi akan
tergantung pada tindakan yg akan dilakukan sastrawan berbaju
hitam serta pendeta tua itu.
Biarpun hati kecilnya merasa terkejut, namun paras mukanya
sama sekali tidak berubah, dg langkah yg amat santai ia menuruni
rumah makan Ui hok lo. Dibawa bimbingan tiga cambuk Kim kong sam pian, berangkatlah
pemuda itu menuju kewisma yg berada ditepi telaga.
Jarak antara wisma dg rumah makan Ui hok lo hanya beberapa
kaki, bangunan itu menghadap kearah telaga dg sisi kanannya
menghadap pintu gerbang kota Gak yang, sebelah kiri menghadap
rumah makan Ui hok lo dan belakangnya menempel bukit Kun san.
Sesungguhnya tempat itu merupakan tempat yg amat strategis.
Akhirnya Kho Beng diajak masuk keruang sebelah kiri dideretan
kedua wisma itu. Sebelum berpamitan, Kim lotoa sempat berpesan:
"Sauhiap, bila kau membutuhkan sesuatu, silahkan saja minta
kepada petugas wisma, besok pagi kami akan datang menjenguk
sauhiap lagi." Buru-buru Kho Beng mengucapkan terima kasih.
Sepeninggalnya Kim kong sam pian, iapun menutup pintu dan
naik kepembaringan untuk mengendorkan urat-urat badan.
Walaupun rasa lelah dan mengantuk datang menyerang secara
bertubi-tubi, Kho Beng tak berani memejamkan mata barang
sekejappun, sorot mata sastrawan berbaju hitam dan pendeta tua yg
tajam mengiriskan itu selalu berkecamuk didalam benaknya.
Kesemuanya itu membuat anak muda ini mau tidak mau mesti
meningkatkan kewaspadaannya agar dapat menghadapi setiap
perubahan setiap saat. Maka dia memaksakan diri menahan rasa kantuk dan lelah yg
luar biasa dan duduk bersila diatas pembaringan, lalu mengatur
napas menurut ajaran si Unta sakti berpunggung baja.
Setelah mengatur pernapasannya tiga kali, pelan-pelan Kho Beng
mulai merasakan hatinya tenang, pikirannya kosong dan memasuki
tahap lupa akan sekelilingnya.
Siapa tahu pada saat itulah tiba-tiba pintu kamar dibuka orang,
kemudian tampaklah sesosok bayangan manusia menyusup kedalam
kamar... Mendengar desingan suara itu segera Kho Beng membuka
matanya kembali, ternyata orang yg menyusup kedalam ruangannya
tak lain adalah sastrawan berbaju hitam.
Dg perasaan terkesiap cepat-cepat ia melompat bangun lalu dg
lagak keheranan ia menegur:
"Ooooh rupanya saudara, ada urusan apa sih?"
Setelah merapatkan kembali pintu kamar, Sastrawan berbaju
hitam itu mengawasi wajah Kho Beng dg pandangan yg amat tajam,
kemudian pelan-pelan ia baru bertanya dg suara berat dan dalam:
"Aku hanya ingin bertanya kepada sauhiap, apakah dalam
sakumu terdapat suatu benda?"
"Benda apa yg saudara maksudkan?" tanya Kho Beng setelah
diam-diam tertegun sejenak.
"Sebuah lencana kemala hijau bergambar naga."
Sekali lagi Kho beng merasakan hatinya bergetar keras, segera
tegurnya dg suara dalam: "apa maksudmu menanyakan persoalan ini?"
Dg sikap yg tetap dingin dan kaku, sastrawan berbaju hitam itu
berkata: "Sauhiap masih ingat dg orang yg meninggalkan uang di Kwan
tong dan tak pernah muncul kembali?"
Kho Beng menjadi tertegun, setelah agak ragu sejenak, bisiknya:
"Jadi kau....kau adalah..."
"Aku Li sam" tukas sastrawan berbaju hitam itu, "Nah sekarang
sauhiap dapat memberi penjelasan."
"Li sam.." Li sam..?" Kho Beng mengulangi nama tersebut sampai
beberapa kali. Mendadak ia merasakan semangatnya berkobar, kejut
dan gembira segera serunya:
"Jadi kau adalah Li sam yg dimaksudkan Kho lo tia."
Sikap sastrawan berbaju hitam yg semula dingin dan kaku, tibatiba
saja berubah menjadi amat sedih, bisiknya lirih:
"Kalau begitu, sauhiap adalah majikan kecil dari Li sam, sungguh
amat sengsara hamba mencari jejakmu..."
Sembari berkata, ia segera menjatuhkan diri berlutut diatas
lantai... Buru-buru Kho Beng membangunkannya, seraya berbisik:
"Kakak Li sam, harap kau jangan memanggil aku dg sebutan
tersebut, bolehkah aku tahu apa hubunganmu dg Kho lo tia?"
"Kami adalah guru dan murid" sahut Li sam dg sikap
menghormat, "Hamba sudah lima belas tahun lamanya belajar silat
dari dia orang tua..."
"Kho lo tia sangat berhati baik dan setia kepada ayahku, diapun
banyak melepaskan budi kebaikan kepada aku Kho beng, dan
selanjutnya kita saling menyebut saudara saja, biar kusebut kau Sam
toako." Beberapa patah kata itu diucapkannya dg nada tulus dan
jujur. Dg perasaan gugup Li sam segera berseru:
"Aaaah, hal ini mana boleh jadi" Selama lima belas tahun terakhir
hamba selain mendengar suhu membicarakan soal majikan muda, ia
minta kepadaku untuk berbakti dan setia kepadamu, hubungan kami
tak boleh lebih dari hubugnan antara majikan dan hamba, biar
hamba bernyali setinggi langit pn tak berani membangkang pesan
guruku ini." Dalam keadaan seperti ini Kho Beng enggan ribut dgnya, maka
kembali ujarnya dg sedih.
"Apakah kau sudah tahu bahwa Kho lo tia tewas dibokong
orang?" Dg air mata bercucuran Li sam mengangguk:
"Gara-gara ada urusan, hamba datang terlambat, waktu majikan
telah pergi meninggalkan tempat tersebut. Tapi dari penyelidikan
hamba sudah terbukti bahwa suhu tewas dikarenakan jarum
pembeku darah penghancur tulang Kiang Thian kut, kini jenasah
suhu sudah kukebumikan!"
"Sam ko, segala sesuatunya tak usah terburu-buru diselesaikan,"
hibur Kho Beng dg suara dalam, "Semua dendam sakit hati mari kita
catat dulu menjadi satu, kemdian baru kita tuntut balas satu persatu,
mari kita duduk dulu sambil berbincang bincang.
"Tidak" tukas Li sam cepat, "Kedatangan hamba kemari karena
ingin memberitahukan suatu urusan penting kepadamu, Majikan kau
segera meninggalkan tempat ini!"
"Sebenarnya apa sih yg terjadi?"
"Tahukah majikan muda bahwa Kedele Maut yg digembar
gemborkan orang selama ini sesungguhnya enci kandungmu
sendiri?" Kho Beng segera menghela napas panjang.
"Aaaai...justru lantaran aku terlambat mengetahui asal usulku yg
sebenarnya sehingga kesalahan yg amat besar ini telah kuperbuat.
Justru karena persoalan inilah tergesa-gesa aku datang kemari dg
maksud hendak menanggulanginya secepat mungkin..."
"Majikan muda" kata Li sam sambil menghela napas pula,
"Walaupun tindakanmu ini sangat pintar, namun dapatkah kau
kelabui kawanan rase-rase tua itu" Mumpung sekarang masih ada
kesempatan, cepatlah pergi meninggalkan tempat ini, aku kuatir bila
sedikit terlambat lagi, kau tak akan punya waktu untuk meloloskan
diri." Biarpun dalam hati kecilnya Kho Beng merasa amat tegang,
namun setelah dipikir sebentar, segera jawabnya lekas:
"Tidak! Aku mesti menyelesaikan dulu persoalan ini sampai
sejelas-jelasnya, aku rasa bohongku barusan sangat rapi dan tiada
hal-hal yg mencurigakan, bagaimana mungkin mereka bisa
mengetahui kebohonganku itu?"
"Majikan muda, walaupun alasan yg kau kemukakan memang
sangat jitu dan hebat, namun gerak gerikmu justru sangat
mencurigakan." "Apakah maksudmu si pendeta tua yang menaruh curiga
kepadaku?" tanya Kho Beng kemudian sambil berkerut kening.
Li sam manggut-manggut: "Majikan muda, tahukah kau siapakah si keledai gundul itu?"
"Siapakah dia?"
"Dia adalah Bok sian tianglo, salah satu diantara Ngo heng ngo
cun lima sesepuh lima unsur dari ruang Tat mo wan kuil Siau lim si"
Kho Beng merasa terperanjat sekali, serunya tertahan:
"Aaai, rupanya dialah Bok isan tianglo dari Siau lim pay,
waaah....celaka!" "Persoalannya mah belum sampai serunyam itu, meski si keledai
gundul itu sudah menaruh kecurigaan terhadap majikan muda,
namun ia belum berani memastikan secara seratus persen bahwa
apa yg dikatakan majikan hanya bohong belaka."
"Sebetulnya dari persoalan manakah, si keledai gundul itu bisa
menemukan penyakitku?"
"Keledai gundul itu beranggapanmeski apa yg dikatakan majikan
masih sukar dibedakan antara sungguh dan tidaknya, namun
tindakanmu datang ketelaga Tong ting ini justru menimbulkan
masalah besar. Sebab kalau dibilang kau sedang kabur
menyelamatkan diri, jalan raya yg menebus keseluruh negeri toh
luas dan banyak, mengapa kau justru begitu kebetulan memilih jalan
yang yang menuju ketelaga Tong ting" Sebaliknya kalau dibilang kau
khusus datang kemari untuk menyampaikan kabar, mengapa berita
tersebut tidak kau sampaikan dulu kepada rekan-rekan persilatan yg
lain tapi justru jauh-jauh datang ketelaga Tong ting ini" Bukankah
tindakan semacam ini jauh dari kebiasaan?"
Kho Beng segera merasakan hatinya menjadi lega setelah
mendengar perkataan itu, katanya sambil tertawa ringan:
"Siapa bilang didunia ini tiada kejadian yg kebetulan" Kalau
hanya masalah ini yg menjadi titik pangkal kecurigaan keledai
gundul itu, aku percaya masih mampu merebut kepercayaan orang
lain terhadap diriku!"
"Majikan" kembali Li sam memperingatkan dg suara
dalam,"konco sikeledai gundul itu sudah mengetahui asal-usulmu yg
sebenarnya, malah sejak mula pertama ia sudah menaruh curiga
kalau sikedelai maut sebenarnya adalah enci kandungmu. Atas dasar
inilah ia lantas menduga kalau kedatanganmu kemari bisa jadi ada
sangkut pautnya dg Keledai Maut itu!"
Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya tercekat, agak
terperanjat ia berseru: "Lihay benar bajingan gundul itu, jadi persoalan inilah yg kau
kuatirkan" Tahukah kau tindakan apakah yg hendak mereka perbuat
terhadap diriku?" "Tadi Bok sian sipendeta bajingan itu telah menyelenggarakan
rapat rahasia dg ketua istana naga sekalian beberapa orang
penanggung jawab dalam operasi ini, hasil rapat tersebut ditetapkan
bahwa penjagaan yg dilakukan sekarang tetap dilangsungkan seperti
semula, bahkan mereka pun akan mengutus orang untuk mengawasi
majikan secara diam-diam, setelah itulah mereka akan mengirim
utusan menuju ke Pek eng tong."
"Mengapa mengirim utusan ke Pek eng tong?"
"Dewasa ini, hanya anak murid yg berasal dari Gin san siancu
(Dewi payung perak) yg mempergunakan senjata payung dan angkin
sebagai senjata andalannya untuk mengarungi dunia persilatan. Oleh
sebab itulah keledai gundul itu memutuskan akan mengirim utusan
kesana untuk mencari bukti atas hal tersebut."
"Apakah enciku memang anak murid Dewi payung perak?"
Li sam manggut-manggut. "Yaa benar, dugaan mereka kali ini memang tepat sekali."
Kho Beng segera menghela napas panjang:
"Aaaai....kalau begitu, asal usul cici bakal terbongkar sama
sekali...?" "Dalam soal ini majikan tidak perlu kuatir" kata Li sam sambil
tersenyum. "Keberangkatan mereka ke Pek eng tong kali ini pasti
tidak menghasilkan apa-apa!"
"Mengapa demikian?"
"Sebab Dewi payung perak telah menghadiahkan segenap tenaga
dalam yg dimiliki kepada cicimi dg ilmu Kay goan koan tong, atas
perbuatannya ini beliau telah menghembuskan napasnya yang
terakhir, itulah sebabnya utusan mereka bakal Cuma menemukan
sebuah kuburan dg batu nisan belaka."
"Darimana sam toako bisa memperoleh begitu banyak kabar
berita?" tanya Kho Beng sesudah termangu sejenak.
Sekulum senyum bangga segera menghiasi wajah Li sam.
"Saat ini hamba sudah menjadi salah satu orang kepercayaan
dari Bok sian sibajingan gundul itu, jadi semua rahasia mereka tak
akan lolos dari pendengaranku, he...he....he...., tentu saja mereka
tidak pernah akan menduga kalau aku Li sam adalah mata-mata dari
Kedele Maut!" "Bagus sekali perbuatanmu ini" puji Kho Beng sambil menepuk "
nepuk bahunya, "Perbuatan sam toako memang tak bakal diduga
sama sekali olehnya, mereka pasti akan kebobolan kali ini.."
"Ketika hamba kemari mereka sedang melakukan perundingan
rahasia" tukas Li Sam tiba-tiba ,"Aku rasa perundingan itu sudah
pasti sudah usai sekarang, nah majikan muda kau harus segera
mengambil keputusan!"
Setelah termenung sejenak, Kho Beng bertanya lagi:
"Sam toako, dimanakah ciciku sekarang?"
"Nona masih berada didalam kota Gak yang. Aaai".sebenarnya ia
telah memutuskan akan berangkat malam ini, tapi sejak berita yg
dibawa pihak Sam goan bun tiba disini, ketua istana naga Kiong
Ceng san telah menyebar luaskan identitas Kedele Maut kepada
segenap umat persilatan yg berada diseputar kawasan ini, aku rasa
penjagaan yg mereka lakukan telah diperketat sehingga sulit rasanya
bagi nona untuk meloloskan diri."
Baru selesai itu diutarakan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki
manusia bergema dari luar pintu kamar.
Li sam kelihatan amat terkejut, buru-buru bisiknya lagi:
"Ada orang datang, hamba tak bisa berdiam lagi disini. Majikan,
lebih baik kau segera tinggalkan tempat ini, soal keselamatan nona
serahkan saja kepada hamba, nah aku pergi dulu."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habis berkata ia segera membuka jendela belakang, lalu tanpa
menimbulkan sedikit suarapun ia menyelinap dan lenyap dibalik
kegelapan sana. Sementara itu suara langkah menusia telah tiba dimuka pintu,
Kho Beng berpikir sejenak lalu cepat-cepat naik keatas pembaringan,
melepaskan pakaian dan sepatunya lalu menyelimuti badannya dg
selimut dan pura-pura tidur.
Hampir pada saat yg bersamaan tiba-tiba pintu kamar dibuka
orang dan masuklah seorang pendeta gundul beralis putih yg
membawa sebuah tongkat. Ternyata orang ini tak lain adalah Bok sian tianglo dari Siau lim
pay, orang yg mendatangkan was-was bagi Kho Beng.
Disatu pihak Kho beng baru saja berpura-pura tidur, dipihak lain
pintu dibuka orang secara tiba-tiba, kedua kejadian tersebut boleh
dibilang berlangsung pada saat yg hampir bersamaan.
Diam-diam Kho Beng merasakan hatinya berdebar keras, ia tak
tahu siapakah yg munculkan diri waktu itu, sedang dalam hati
kecilnya diam-diam mengkuatirkan identitas sendiri yg terbongkar.
Sementara itu Bok sian tianglo nampak agak tertegun ketika
melihat Kho Beng sedang tidur nyenyak diatas pembaringan, alis
matanya segera berkerenyit, selintas perasaan bimbang menguasai
hatinya. Tapi sesaat kemudian ia telah menegur dg lirih:
"Sau sicu, apakah kau belum mendusin?"
Dari suara teguran itu, Kho Beng segera mengenali suara Bok
sian tianglo, jantungnya berdetak makin keras.
Dalam detik itu, ia tak bisa menduga apa maksud dan tujuan
kedatangan hwesio itu kedalam kamarnya, iapun tak tahu jawaban
apa yg mesti diberikan atas pertanyaan itu, menyahut" Ataukah
membungkam saja" Dalam waktu singkat ia dapat menarik kesimpulan, andaikata ia
bangun untuk memberikan jawaban, perbuatannya ini bakal
mendatangkan banyak titik kelemahan, tapi andaikata berlagak pulas
dg nyenyak, hal inipun dangat mencurigakan, sebab mana ada orang
persilatan yg tidak menaruh kewaspadaan meski selagi pulas"
Dari dua pertimbangan ini, Kho Beng merasa lebih baik memilih
sikap yg lebih gampang dihadapi, ia merasa ada baiknya segera
bangun dari tidurnya dan menghadapi hwesio tersebut.
Sebab ia berpendapat, bila ia tetap berlagak tidur terus, tindakan
ini dimata seorang jago kawakan yg berpengalaman luas justru akan
menimbulkan kecurigaan yg jauh lebih besar lagi.
Begitu keputusan diambil, dia pura-pura menguap keras dan
menjawab sekenanya: "Siapa disitu?"
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan menatap wajah Bok sian
tianglo sambil mengucek-ngucek matanya.
Bok sian taysu tersenyum, sambil merangkap tangannya didepan
dada ia memberi hormat, sapanya:
"Sau sicu, nyenyak benar tidurmu, maafkan kedatangan lolap yg
kelewat ceroboh?" Kho Beng tidak membiarkan hwesio itu menyelesaikan katakatanya,
dg berlagak terkejut buru-buru ia mengenakan sepatunya
lalu turun dari pembaringan dan memberi hormat sambil berkata:
"Ooooh, rupanya taysu. Maaf kalau aku yg muda kurang hormat
karena terlelap tidur."
"Sau sicu kelewat merendah" Bok sian taysu tersenyum ,"Apakah
sau sicu sudah merasa segar kembali?"
Sambil berkata ia duduk ditepi meja.
"sEtelah beristirahat sebentar, rasa penat memang rada hilang,
tapi....ada urusan penting apakah taysu datang kemari?"
Walaupun diluar ia bersikap sopan dan merendah, padahal diamdiam
hawa murninya telah disiap-siagakan, dg tenang ia siap
menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Tampaknya Bok sian taysu tidak menaruh niat jahat, sikapnya
tetap ramah dan serius ketika mendengar pertanyaan itu, ia segera
menyahut sambil tersenyum:
"Oooh, ketika pertemuan baru bubar tadi, lolap hanya sekalian
datang menjengukmu, aku kuatir sau sicu kelewat penat sehingga
aku sengaja datang untuk menghadiahkan sebutir pil Gi goan kim
wan untukmu." Sambil berkata ia segera merogoh kedalam sakunya dan
mengeluarkan sebutir pil emas sebesar kacang kedele yg segera
diangsurkan kehadapan Kho Beng.
Penghormatannya ini bukan saja membuat Kho Beng menjadi
tertegun, bahkan satu ingatan segera melintas didalam benaknya:
"Bukankah dia berniat hendak menghabisi nyawaku" Mengapa
malah menghadiahkan sebutir pil mestika dari Siau lim pay" Janganjangan
isi pil tersebut adalah obat beracun?"
Tapi diluarnya ia bersikap ramah, malah tanpa ragu diterimanya
pil itu sambil mengucapkan terima kasih tiada habisnya:
"Maksud baik taysu tak berani kutampik, pemberian ini cukup
membuat aku yg muda merasa bahagia sekali!"
Habis berkata ia segera memasukkan pil itu kedalam mulut dan
menelannya dg cepat. Diam-diam ia telah memutuskan, demi keselamatan encinya,
sebelum rencana keduanya berjalan menjadi kenyataan, dia tak
ingin memperlihatkan sesuatu perbuatan yg mencurigakan.
Ini berarti, sekalipun pil itu benar-benar racun, dg pertaruhkan
selembar jiwanya, ia tetap akan menelannya, paling banter disaat
racun itu mulai bekerja, dia akan melancarkan serangan terakhir dg
sepenuh tenaga. Ketika pil itu menggelinding masuk kedalam perutnya, bau harum
segera menyebar kemana-mana, semangatnya menjadi segar
kembali, terbukti betapa mujarabnya pil mestika dari Siau limpay.
Kho Beng yg dicekam rasa tegang, pelan-pelan menjadi lega
kembali. Ia tahu pil tersebut bukan racun, tapi apa maksud Bok sian
taysu yg sebenarnya" Persoalan ini menimbulkan tanda tanya besar
dalam benaknya.... Sementara itu Bok sian taysu berkata sambil tersenyum ramah:
"Sau sicu, kau jangan kelewat merendah kepada lolap. Oya...mari
duduk, kita berbincang-bincang sebentar."
"Terima kasih taysu" sahut Kho Beng dg sikap menghormat.
Diluar ia bersikap sungkan-sungkan dan menaruh hormat,
sebaliknya secara diam-diam tenaga dalamnya telah dihimpun
menjadi satu siap menghadapi segala kemungkinan yg tak
diinginkan. "Bagaimana perasaan sau sicu sekarang?" tanya Bok sian taysu
lagi. "Tubuhku menjadi segar, kepenatan hilang tak berbekas, nyata
sekali obat mestika dari Siau lim pay memang sangat hebat."
Kembali Bok sian taysu tersenyum:
"Barusan lolap telah cekcok dg Kiong tayhiap gara-gara satu
masalah, sau sicu kau sebagai anak muda tentu berpandangan lebih
terbuka, lolap harap sau sicu dapat memberikan pula pendapatnya
tentang persoalan tersebut."
"Taysu terlalu memandang tinggi kemampuan aku yg muda,
padahal aku masih muda, kurang pengalaman dan berpengetahuan
sangat rendah, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dg Kiong
locianpwee" Aku kuatir harapan taysu akan menjadi sia-sia belaka!"
Walaupun dia ingin mengetahui persoalan apakah yg dimaksud
Bok sian taysu, akan tetapi diapun sadar bahwa lawannya licik dan
lihay, dalam menghadapi setiap masalah dia harus hati-hati,
karenanya daripada mencari permusuhan atau menyakiti hati lawan,
lebih baik ia berusaha mengumpak dan memakaikan topi kebesaran
diatas kepalanya. Benar juga umpakan tersebut segera termakan, sambil tertawa
terbahak-bahak Bok sian taysu segera berkata:
"Sau sicu sendiri pun kelewat merendah, pernah kau dengar
pepatah yg mengatakan Sepandai-pandainya tupai melompat
akhirnya toh akan terjatuh juga" Siapa bilang orang pintar tak bisa
menjadi bodoh disuatu ketika".?"
"Kalau toh taysu ingin bertanya, tentu saja aku yg muda akan
berusaha memberi jawaban sedapatnya, tapi bolehkah aku tahu
persoalan apakah yg menjadi pangkal keributan antara taysu dg
Kiong locianpwee." Bok sian taysu menghela napas panjang:
"Keributan itu terjadi berpangkal pada berita yg dibawa sau sicu
barusan, setelah menerima berita itu, Kiong lo sicu segera mengajak
lolap dan sekalian jago persilatan mengadakan perundingan rahasia
membahas kedudukan kami saat ini, ia berpendapat kalau toh sau
sicu telah menemukan jejak Kedele Maut yg telah muncul dua ratus
li dari kawasan ini, berarti musuh telah lolos dari jaring atau dg
perkataan lain semua persiapan dan penjagaan yg dilakukan dalam
kawasan seratus li diseputar telaga tong ting dan kota Gak yang
menjadi tak ada artinya, karenanya dia memutuskan untuk
membubarkan saja penjagaan disini dan mengalihkan perhatian
ketempat lain, tapi lolap segera menentang usulan tersebut,
akibatnya muncullah dua golongan manusia yg bertentangan
pendapat serta ngotot dg prinsip masing-masing, hingga rapat bubar
tadi kami belum dapat mengambil suatu keputusan. Nah sau sicu,
bagaimana menurut pendapat pribadimu" Tindakan mana yg
rasanya paling sesuai untuk kita ambil?"
Diam-diam Kho Beng merasa amat terkejut, pikirnya:
"Hwesio gundul ini benar-benar racun tua yg licik dan lihay,
tampaknya dia bermaksud menjebakku dg kata-kata, ini berarti tidak
gampang untuk menghadapi keledai gundul yg licik ini..."
Berpikir sampai disitu, ia segera tersenyum jawabnya:
"Semestinya usul Kiong locianpwee untuk membubarkan
penjagaan disekitar kawasan ini adalah berdasarkan laporan yg
kuberikan tadi, jadi seharusnya usul ini kudukung, tapi aku rasa
pandangan taysu atas usul inipun didasarkan oleh sesuatu alasan,
jadi bukan sengaja hendak mencari keributan. Oleh karena itu
bolehkah aku mengetahui lebih dulu apa yg menjadi alasan
penentangan taysu itu sebelum aku memberikan pandangan?"
Bok sian taysu manggut-manggut:
"Lolap menentang hal ini karena atas dasar pemeriksaan dari
utusanku atas semua penjagaan dan pos yg berada disekitar sini,
menurut laporan hingga sekarang mereka belum pernah
menemukan seorang perempuan yg mencurigakan melewati pos
penjagaan mereka, bukan saja tak pernah menjumpai perempuan
bermuka seram seperti apa yg sau sicu lukiskan tadi, mereka pun
tidak menjumpai gadis-gadis muda berparas cantik, oleh sebab itu
lolap tak percaya kalau Kedele Maut benar-benar sangat ampuh
sehingga dapat lolos dari penjagaan yg demikian ketat ini tanpa
ketahuan jejaknya. Maka dari itu aku berpendapat lebih baik semua
penjaga yg berada diseputar kawasan ini jangan dibubarkan lebih
dulu sambil kita nantikan perkembangan lebih lanjut!"
"Kalau begitu taysu menaruh curiga atas berita yg kusampaikan
tadi..?" tanya Kho Beng pura-pura sangsi.
Sambil tersenyum Bok sian taysu menggelengkan kepalanya
berulang kali: "Bukan demikian, ketika berada dikota Kwan tong tempo hari,
ada orang yg memberitahukan kepada lolap bahwa jejak Kedele
Maut telah muncul disitu, waktu itu adalah seorang lelaki yg
berdandan sebagi saudagar. Tapi berdasarkan pemeriksaan atas
korban yg berjatuhan ketika itu, kebanyakan mereka tewas oleh
tusukan pedang dan tak seorangpun memperlihatkan tanda kalau
tewas ditangan iblis tersebut. Karenanya lolap tak percaya kalau
saudagar itu adalah Kedele Maut. Kini sau sicu telah memberikan
dua berita yg saling bertentangan pula satu dg yg lainnya, karena itu
lolap berkesimpulan bahwa pihak musuh tentu mempunyai
komplotan. Atas dasar pandangan itulah lolap bersikeras tetap
mempertahankan penjagaan diseputar telaga Tong ting dan kota
Gak yang, asal kita berhasil membekuk komplotan itu tentu tak sulit
pula untuk mencari tahu dalangnya, entah bagaimana menurut
pendapat sau sicu?" Kho Beng segera memuji: "Kecerdikan taysu memang sangat mengagumkan, belum tentu
orang lain bisa mengunggulinya, Kiong locianpwee serta taysu sama
pintar, sama-sama lihay. Tapi aku rasa aku yg muda lebih setuju dg
usul dari taysu tadi..."
Bok sian taysu tertawa terbahak-bahak:
Ha"ha".ha"..sau sicu, kau jangan rikuh menentang usulku itu
karena sudah mendengar pendapat lolap barusan. Ketahuilah lolap
selalu mengutamakan kenyataan daripada orangnya. Asal alasan yg
dikemukakan bisa diterima dg akal sehat, lolappun bersedia
melepaskan pendapat sendiri dg mendukung usul orang lain."
"Kebesaran jiwa taysu benar-benar mengagumkan, selain cerdas
kaupun bijaksana"aaai terus terang saja kukatakan taysu, aku bisa
setuju dg usul taysu bukanlah berdasarkan atas alasan yg taysu
kemukakan tadi." "Oya?" Bok sian taysu kelihatan agak terkejut, "Sau sicu bila kau
ingin mengemukakan sesuatu, katakan saja secara blak-blakan, tak
perlu merasa rikuh dan sangsi."
Kho Beng manggut-manggut.
"Semenjak Kedele Maut mulai membunuh orang, apakah taysu
berhasil menemukan sesuatu gejala tertentu?"
"Gejala apa maksudmu?"
"Walaupun Kedele Maut gemar membunuh tapi ia tak pernah
turun tangan terhadap jago kelas dua atau kelas tiga, setiap kali
melakukan pembunuhan, korbannya selain tokoh dunia persilatan
atau pemimpin dari suatu perkumpulan."
"Benar!" "Kini seluruh jago-jago pilihan dari lima propinsi telah berkumpul
disini, kecuali Kedele Maut harus mengubah arah tujuannya untuk
melakukan pembunuhan di utara, aku rasa diwilayah timur maupun
selatan sudah tiada sasaran lagi yg bisa dibunuh, oleh sebab itu aku
berpendapat, asal kegemarannya membunuh masih belum berubah,
akhirnya ia tentu akan muncul dikawasan telaga Tong ting untuk
melakukan pembunuhan. Daripada kita mesti menyebar kekuatan
untuk melakukan pelacakan tak menentu, toh lebih baik memasang
perangkap disini sambil menunggu kedatangannya" Itulah sebabnya
aku rasa usul dari taysu memang tak malu kalau dikatakan suatu
usul yg hebat dan jitu!"
Bok sian taysu menghela napas berulang kali:
"Pandangan sau sicu betul-betul mengagumkan, aaai"sudah
enam puluh tahun lolap berkelana didunia persilatan, namun belum
pernah kujumpai orang yg pintar dan luar biasa macam sau sicu, bila
saja kau tidak memandang rendah perguruan Siau lim pay, apa
salahnya bila kau mengangkat ketua partai kami sebagai gurumu"
Lolap jamin tak sampai tiga tahun Siau sicu pasti sudah menjadi
tokoh wahid dikolong langit!"
Kho Beng berdiri tertegun, ia tak mengira kalau hwesio tersebut
akan mengucapkan perkataan seperti ini.
Andaikata pesan dari ketua Sam goan bun tidakmendengung
disisi telinganya juga Li sam yg baru saja menyampaikan kabar
kepadanya, ia benar-benar akan mencurigai apakah yg didengar ini
benar atau tidak. Namun tawaran yg disampaikan tersebut justru menyulitkan Kho
Beng untuk menjawab, ia enggan menampik tawaran tersebut
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
secara terang-terangan, karena kuatir menambah kecurigaan dihati
kecil Bok sian taysu. Namun iapun tak bisa tidak untuk menampik
dendam kesumat sedalam lautan yg terpampang didepan mata,
sedang hwesio itu merupakan salah seorang yg dicurigai, bagaimana
mungkin ia bisa bergabung kedalam perguruannya"
Untuk sesaat lamanya Kho Beng menjadi bimbang, risau dan tak
tahu apa yg mesti dikatakan.
Melihat sikap pemuda tersebut, Bok sian taysu kembali bertanya:
"Apakah sicu menjumpai suatu kesulitan?"
Kho Beng terkejut, buru-buru ie memperlihatkan sikap tulus dan
kesungguhan hatinya seraya berkata:
"Aku yg muda dungu dan tak becus, tak nyana bisa memperoleh
rejeki sebesar ini, tujuh puluh dua macam ilmu silat aliran Siau lim
pay sudah lama termashur didunia, akupun sudah lama
mengaguminya..." "Kalau begitu sau sicu bersedia?" tukas Bok sian taysu girang.
Sekali lagi Kho Beng menghela napas panjang:
"Sayang sekali aku sudah mempunyai guru, meski aku tak berani
menampik tawaran taysu itu, semua persoalan ini harus kulaporkan
dulu kepada guruku sebelum diputuskan sendiri oleh suhu."
"Ooooh...rupanya sau sicu sudah mempunyai guru, tapi siapakah
gurumu itu?" Kho Beng termenung sejenak sambil berpikir sebentar, lalu
menjawab: "Guruku adalah Unta sakti berpunggung baja..."
"Aaaah"rupanya gurumu adalah Thio lo sicu, salah satu diantara
sepasang unta dari selatan" tukas Bok sian taysu cepat, "Tapi lolap
dengar, Thio lo sicu telah meninggal dunia baru-baru ini?"
Dalam hati kecilnya Kho beng tertawa dingin, tapi diluar buruburu
sahutnya: "Menurut apa yg kuketahui suhu belum meninggal dunia,
beberapa hari berselang aku sempat cekcok dg perguruan Sam goan
bun gara-gara persoalan ini, akhirnya atas desakanku kuburan itu
dibongkar, saat itulah kami temukan peti mati kosong. Karena itulah
aku menaruh curiga atas mati hidupnya guruku ini. Aaaai"ketua
Sam goan bun licik dan sukar diraba jalan pikirannya sekarang ia
pasti sedang risau karena masalah tersebut."
Bok sian taysu agak terperanjat, tapi segera katanya:
"Dalam soal ini lolap dapat membantu sicu untuk melakukan
penyelidikan, lolap jamin pihak Sam goan bun tak berani akan
mengeluarkan permainan dihadapanmu?"
"Aaah..atas bantuan taysu sebelumnya kuucapkan banyak terima
kasih" sambung Kho Beng cepat-cepat.
Bok sian taysu segera bangkit berdiri, katanya kemudian:
"Waktu sudah semakin larut, lolap tak akan mengganggu
kesempatan sau sicu untuk beristirahat lagi, sampai besok pagi!"
Habis berkata ia lantas mohon diri, buru-buru Kho beng
menghantarnya sampai diluar pintu.
Bok sian taysu telah pergi, namun Kho Beng yg berada dalam
kamar seorang diri merasakan pikirannya sangat kalut.
Tadi Li sam membujuknya agar pergi, pihak lawan jelas hendak
melakukan suatu tindakan berikut yg tidak menguntungkan bagi
dirinya, sambil menunggu kabar dari utusan yg dikirim ke Pek eng
tong. Sayang ia tak sempat menanyakan persoalan itu lebih jelas lagi
tadi, sedang hwesio tua itu justru menampilkan sikap yg begini
ramah dan baik budi, rencana keji apakah yg sebetulnya terselip
dibalik kesemuanya ini"
Ia tak dapat menduga teka teki dibalik kesemuanya itu, malah
sebaliknya ia makin risau memikirkan keselamatan encinya.
Akhirnya setelah mempertimbangkan berulang kali, ia
memutuskan akan melaksanakan rencana berikutnya, ia
berpendapat dalam tiga hari mendatang pasti tak akan terjadi
sesuatu perubahan, berarti ia dapat melaksanakan rencana tersebut
dg tenang sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi untuk melaksanakan rencananya itu, ia harus
mempersiapkan beberapa macam peralatan, padahal menurut Li
sam, ia sudah berada dibawah pengawasan musuh, lalu bagaimana
caranya untuk mempersiapkan barang-barang yg dibutuhkannya itu/
Setelah putar otak sekian lama, tiba-tiba terlintas satu ingatan
dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir:
"Yaa..mengapa aku tidak minta bantuan Li sam untuk
mempersiapkan barang-barang kebutuhanku" Kenapa tidak
kupergunakan pembantu yg amat baik ini"
Berpendapat begitu, ia segera memutuskan untuk tidak
menunda-nunda lagi, segera bangkit dari pembaringan, ia menuju
kejendela belakang dan diam-diam mengintip keluar.
Sejak kepergian Li sam tadi, jendela tersebut belum ditutup, dg
cepat Kho Beng menyelinap ketepi jendela dan mengintip keluar.
Ternyata tempat itu merupakan halaman belakang, tampak
pepohonan tumbuh sangat rindang, gunung-gunung gardu istirahat
tersebar dimana-mana, suatu tempat dg panorama yg indah.
Dibawah cahaya bintang dan rembulan yg redup, suasana dalam
kebun hening, sepi tak nampak seorang manusia pun. Dari letak
bintang diketahui waktu menunjukkan kentongan pertama, ia
menunggu semua orang sudah mulai berangkat istirahat.
Kho Beng tidak tahu siapa yg ditugaskan mengawasi dirinya,
iapun tak tahu dimanakah orang tersebut ditempatkan, tapi ia sadar
alangkah baiknya bila Li sam dapat ditemukan malam ini juga, ia
percaya asal tindak tanduknya cukup berhati-hati, tak bakal sampai
terjadi hal-hal yg tidak diinginkan.
Maka hawa murninya segera dihimpun, bagaikan seekor burung
nuri ia menyelinap keluar jendela dan melayang turun ditengah
halaman, kemudian sesudah memeriksa sekejap seputar situ, ia
menyusup kebelakang sebuah gunung-gunungan, lebih kurang tiga
kaki didepan situ. Baru saja ia mendekam dibelakang gunungan dan belum sempat
memeriksa diseputar sana, mendadak terdengar ada suara orang yg
sedang berbisik-bisik. Dalam kagetnya Kho Beng segera menahan perasaannya, sambil
memasang telinga untuk menyadap pembicaraan tersebut.
Dari hasil penyelidikannya, dapat diketahui arah suara tersebut,
yaitu berasal dari balik gunung-gunungan yg lain, malah salah
seorang diantaranya adalah wanita.
"Kebetulan amat" pekik Kho Beng dg perasaan terkejut
bercampur heran," Malam sudah begini larut, siapakah yg masih
berpacaran disitu....?"
Sementara ia masih termenung, suara pembicaraan telah
bergema kembali, kali ini yg berbicara seorang lelaki, suaranya
rendah lagi amat berat. Namun setelah Kho Beng mendengar secara jelas nada
pembicaraan orang itu serta apa yg sedang dibicarakan, hatinya
langsung saja bergetar keras sekali.
Ternyata orang yg sedang berbicara dibalik gunungan itu, salah
seorang diantaranya tak lain adalah Bok sian taysu dari Siau lim si,
pendeta yg belum lama berselang meninggalkan ruangannya.
Terdengar Bok sian taysu sedang berkata:
".....yakinkah li sicu akan hal ini?"
Suara perempuan itu segera menjawab:
"Taysu dapat kukatakan secara pasti bahwa hal itu sama sekali
tak pernah terjadi, sebab semejak mendapat tugas untuk datang
kemari, barang seketika pun Chin siau kun belum pernah tertidur."
Suasana hening yg kemudian mencekam membuat Kho Beng
merasa hatinya amat tegang, tapi berhubung ia tidak sempat
mengikuti awal pembicaraan mereka, ia belum dapat memastikan
persoalan apakah yg sedang dipermasalahkan kedua orang itu.
Selang beberapa saat kemudian, terdengar Bok sian taysu
berkata lagi: "Aneh betul, sewaktu lolap mendekati kamar tidurnya tadi, sudah
jelas kudengar ada orang yg sedang berbicara didalam kamarnya,
tapi begitu masuk kedalam kamar ternyata ia masih tertidur sangat "
sangat nyenyak?" "Bisa jadi Kho sauhiap lagi mengigau lantaran kelewat penat!"
sela Chin siau kun cepat.
Kho Beng yg menyadap pembicaraan tersebut semakin
terperanjat, sekarang ia baru paham, rupanya pembicaraan dg Li
sam tadi telah diketahui pihak lawan.
Untung saja Li sam cukup sigap dan cekatan, coba kalau tidak
niscaya rahasia mereka sudah terbongkar.
Perempuan yg bernama Chin siau kun itu adalah orang yg
ditugaskan untuk mengawasi gerak geriknya selama ini.
Dalam waktu singkat, Kho Beng mulai sadar bahwa keadaannya
dewasa ini meski sepintas lalu nampak aman tanpa ancaman
bahaya, padahal dalam kenyataan posisinya amat kritis dan
berbahaya sekali. Aaai..jika salah melangkah setengah tindak pun,
sudah pasti dirinya akan terjerumus dalam keadaan yg tak tertolong
lagi. Dalam pada itu terdengar Bok sian taysu telah berkata lagi:
"Lolap yakin ia bukan lagi mengigau sebab suara pembicaraannya
waktu itu sangat lirih dan lembut, sama sekali tidak mengandung
nada yg tinggi rendahnya tidak terkontrol, andaikata ia betul-betul
lagi mengigau, tak mungkin akan memperlihatkan gejala semacam
itu." "apakah taysu berhasil mendengar sesuatu?"
"Tidak!" "Kalau begitu bisa jadi taysu yg salah mendengar"."
"Hmmm! Biarpun usia lolap sudah tua, aku yakin belum sampai di
idapi penyakit semacam itu."
"Oooh..kalau begitu taysu mencurigai aku telah melalaikan
tugas?" Dibalik perkataan tersebut, jelas mengandung nada tak senang
hati. Buru-buru Bok sian taysu menyambung:
"Harap li sicu jangan salah paham, mungkin saja memang lolap
salah mendengar?" Kho Beng hanya mengikuti pembicaraan tersebut sampai
setengah jalan, dg sangat hati-hati ia segera mengundurkan diri dari
situ. Ia tahu sudah tiada masalah penting yg bisa diperoleh lagi,
andaikata ia tidak mengundurkan diri lebih dulu, bisa jadi diapun tak
akan bisa kembali kekamarnya lagi.
Tapi dg penemuannya yg tak sengaja ini, setelah berpikir keras
beberapa waktu akhirnya Kho Beng memutuskan tak akan pergi
mencari Li sam lebih dulu sebelum rencana yg telah ditetapkan
terlaksana, meski ia tahu Li sam pasti berdiam diwisma yg sama.
Dg membatalkan niat semula, dg cepat Kho Beng kembali
kedalam kamarnya. Dari buntalannya ia mengeluarkan kertas dan menulis sesuatu yg
kemudian disimpan dibawah ranjang.
Malam itupun ia tidur nyenyak hingga matahari mulai muncul
diufuk timur. Kho Beng terbangun ketika ia mendengar ketukan pintu, cepatcepat
ia bangun sambil menengok sekitarnya, ternyata sinar
matahari sudah memancar kemana-mana.
Ia tahu orang yg mengetuk pintu kamarnya tentu salah seorang
dari Kim bersaudara. Cepat-cepat ia bangun dan sapanya:
"Saudara kim kenapa masih berada diluar kamar" Silahkan masuk
?" Belum lagi pakaiannya rapi dikenakan, pintu kamar telah dibuka
dan ternyata yg muncul bukanlah seperti dugaannya, yg muncul
adalah seorang perempuan.
Jilid 09 Sementara Kho Beng masih termangu-mangu, nona berbaju
kuning itu telah berkata sambil tersenyum:
"Oleh karena hari sudah siang, sedang sauhiap belum juga
bangun dari tidurnya, maka untuk menghindari hal-hal yg tidak
diinginkan, sengaja aku mengganggu tidurmu, tak nyana
perbuatanku ini justru mengejutkan sauhiap dari tidurnya."
Kho Beng merasa rikuh sekali berbicara dg lawan jenis,
mendengar perkataan barusan, buru-buru ia memberi hormat seraya
berkata: "Padahal aku yg muda pun harus bangun segera, justru akulah
yg merepotkan nona. Tadi, aku masih menyangka tiga bersaudara
Kim yg telah datang!"
Nona berbaju kuning itu menitahkan pelayan untuk meletakkan
dulu air cuci muka serta sarapan diatas meja, menanti kedua orang
pelayan tadi telah mengundurkan diri, ia baru berkata sambil
tersenyum: "Fajar tadi telah terjadi suatu peristiwa, kini Kim kong sam pian
sedang mendapat tugas untuk meninggalkan Gak yang, itulah
sebabnya mereka tak hadir kemari. Untuk itu Kiong sincu telah
mengutus diriku untuk menemani sauhiap, harap sauhiap tidak
menganggap asing diriku ini?"
"Peristiwa apa sih yg telah terjadi?"
"Kalau dibilang sesungguhnya persoalan itu ada sangkut pautnya
dg sauhiap." Diam-diam Kho Beng merasa terkejut, tapi diluarannya ia
bertanya keheranan: "Persoalan apa sih yg ada sangkut pautnya dg diriku?"
"Fajar tadi secara tiba-tiba muncul utusan dari Sam goan bun yg
memberitahukan perintah dari ciangbunjin mereka, konon segenap
anggota Sam goan bun yg sedang bertugas diperintahkan untuk
segera pulang keperguruan, bahkan mulai hari ini perguruan Sam
goan bun menutup diri selama tiga tahun dan tak akan mencampuri
urusan dunia persilatan lagi."
Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, segera tanyanya:
"Apakah utusan dari Sam goan bun itu mengemukakan juga
sebab atau alasannya?"
Nona berbaju kuning itu tersenyum, sahutnya sambil manggutmanggut:
"Konon gara-gara kematian Unta sakti berpunggung baja,
sauhiap telah menunjuk perasaan dg menyerbu kedalam markas
mereka, akibat peristiwa tersebut pihak Sam goan bun memutuskan
untuk mengundurkan diri secara total."
Kho Beng merasakan hatinya terkesiap tapi diluar ia mendengus
dan pura-pura menjengek dg sinis:
"Hmmm, sekalipun kita tidak didukung belasan jago dari Sam
goan bun, belum tentu hal ini akan mempengaruhi situasi pada
umumnya." "Biarpun ucapan itu ada benarnya juga, namun orang-orang
mereka mengundurkan diri kelewat cepat, disaat berita ini tersiar
dibukit Kun san, orang-orang mereka sudah tak nampak batang
hidungnya lagi, akibat dari perbuatan mereka ini Siau lim tianglo
serta Kiong cioanpwee sempat dibikin sewot?"
Diam-diam Kho Beng merasakan hatinya tak tenang, ia tak
menyangka dalam keadaan dan situasi macam ini akan timbul
persoalan lagi yg sama sekali diluar perhitungan.
Walaupun demikian, diluarnya ia mesti bersikap acuh tak acuh,
malah ujarnya kemudian sambil tertawa dingin:
"Segenap jago persilatan telah berkumpul disekitar kawasan
telaga Tiong ting dan Gak yang, yg hadir pun rata-rata merupakan
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jago pilihan yg berkepandaian tangguh, buat apa sih kedua orang
cianpwee itu menilai begitu tinggi akan kemampuan Sam goan bun?"
Nona berbaju kuning itu segera tersenyum:
"Justru sauhiap bisa berpendapat demikian karena kau belum
mengetahui keadaan yg sebenarnya, meski para petugas yg berjagajaga
dikawasan sekitar tempat ini hanya dari kaum keroco yg tak
seberapa kemampuannya, asal mereka mendapat tugas dan
tanggung jawab berarti orang itu sudah menjadi rangkaian gelang
yg tak boleh putus, bila diantara rangkaian gelang-gelang tersebut
ada yg pergi meninggalkan tugas tanpa pemberitahuan, sama
artinya dg terbukanya titik kelemahan yg semula rapat, akibatnya
semua penjagaan yg dilakukan seketat dan sekuat itupun menjadi
tak ada artinya lagi."
Dg perasaan tidak mengerti Kho Beng menggelengkan kepalanya
berulang kali. Kembali nona berbaju kuning itu tersenyum, jari tangannya yg
lentik segera dicelupkan kedalam air the, lalu dibuatnya sebuah
gambar kipas diatas meja, ujarnya sambil tertawa:
"Tahukah sauhiap benda apakah ini?"
"Kipas" "Benar" kata nona berbaju kuning itu sambil manggut-manggut,
"posisi penjagaan kita saat ini berupa sebuah kipas dg bukit Kun san
sebagai pangkalnya, para jago yg turut serta dalam pengepungan ini
masing-masing membentuk grup sendiri yg membentang dari dalam
keluar hingga mnyerupai batang-batang tangkai kipas, pihak Sam
goan bun bertugas disekitar wilayah Gak yang, kini mereka
meninggalkan tugas secara mendadak, hal ini sama seperti seluas
permukaan kipas yg utuh tahu-tahu kehilangan setangkai tulang
kipas, andaikata iblis dan komplotannya memanfaatkan kelemahan
yg ada ini untuk melarikan diri, bukankah semua usaha kita selama
ini jadi tak ada artinya" Tak heran kalau Siau lim tianglo serta Kiong
cianpwee menjadi sewot!"
Sehabis mendengar penjelasan ini, diam-diam Kho Beng merasa
terperanjat sekali, ia tak mengira kalau penjagaan yg dipersiapkan
ditempat ini demikian kuat dan rapatnya.
Teringat akan keselamatan enci kandungnya yg makin
berbahaya, pemuda ini menjadi makin risau dan masgul sekali.
Namun diluarnya ia harus menunjukkan sikap menyesal, katanya
dg cepat: "Aaah, tak kuduga sama sekali gara-gara urusan pribadiku
ternyata berpengaruh besar terhadap situasi ditempat ini?"
"Sauhiap pun tak usah merasa sedih hati karena persoalan ini"
kata nona berbaju kuning itu sambil tersenyum, "untung persoalan
dapat diatasi dg cepat, pihak bukit Kun san telah mengutus Ki, kong
sam pian untuk menutup titik kelemahan dikawasan Gak yang
tersebut pada setengah jam berselang. Aaah betul"buburmu sudah
dingin, silahkan sauhiap segera cuci muka dan sarapan."
Kho Beng manggut-manggut buru-buru dia cuci muka lalu
sarapan, selesai bersantap ia baru teringat bahwa nona yg
dihadapannya sekarang tidak mirip dg pengurus wisma.
Maka segera tegurnya sambil tersenyum:
"Sudah setengah harian kita berbincang, tapi hingga kini belum
kuketahui nama nona"maaf akan keteledoranku ini!"
Nona berbaju kuning itu segera tersenyum:
"Sauhiap terlalu merendah, aku adalah Chin Sian kun."
Kontan saja Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, Chin
sian kun" Bukankah dia adalah perempuan yg berbicara dg Bok sian
taysu dibelakang gunung-gunungan semalam"
Sekarang ia baru sadar, rupanya gadis ini mendapat tugas untuk
mengatasi setap gerak geriknya, ini berarti sulit baginya untuk
bergerak secara leluasa selanjutnya.
Berpikir demikian, diam-diam ia berkerut kening dan memutar
otak untuk mencari jalan keluar.
Saat itulah tiba-tiba terdengar seseorang menyapa dari luar
pintu: "Apakah Kho sauhiap ada?"
"Siapa yg berada didepan pintu" Silahkan masuk!" jawab Chin
sian kun cepat. Pintu kamar dibuka orang dan muncullah seseorang yg ternyata
tak lain adalah Li Sam. Berkilat sepasang mata Kho Beng melihat kedatangan rekannya
ini, seakan-akan bertemu dg malaikat penolong, rasa gembiranya tak
terhingga. Sementara itu Li sam telah berkata sambil tertawa:
"Ooooh, rupanya nona Chin juga berada disini, sauhiap
nyenyakkah tidurmu semalam?"
Sambil balas memberi hormat, sahut Kho Beng seraya tertawa:
"Fajar baru menyingsing, pelayanan dari Kiong tayhiap telah
datang secara lengkap?"
Jelas dibalik perkataan itu masih mengandung maksud lain.
Sementara itu Li sam telah berkata kepada Chin Sian kun:
"Berhubung Kim bersaudara masih punya tugas lain sehingga tak
bisa hadir disini, maka tianglo serta Sincu menitahkan aku orang she
Li untuk mewakili mereka melakukan penyambutan."
Sambil tersenyum Chin Sian kun manggut-manggut:
"Kho sauhiap baru pertama kali ini datang ketelaga Tong ting, Li
tayhiap mesti menemaninya secara baik-baik, jangan membuat
orang menjadi kecewa."
Li sam tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"tak perlu nona pesankan lagi?"
"Yaaa, nona Chin memang kelewat sungkan" sambung Kho Beng
pula, "bukankah hal ini malah membuat aku yg muda semakin
rikuh." "Perahu telah disiapkan, silahkan sauhiap," kata Li sam
kemudian. "Silahkan saudara!" sahut Kho Beng pula sambil mempersilahkan.
Begitu meninggalkan wisma dan sudah jauh meninggalkan
pengawasan Chin sian kun, Kho Beng baru menghembuskan napas
panjang, seraya berkata: "Sam ko, semalam aku berniat mencarimu."
"Hamba mengerti" sahut Li Sam tertawa, karena pembicaraan
kita semalam belum selesai, maka pagi tadi sengaja aku minta ijin
untuk mendapat tugas menemuimu."
"Apakah Sam ko tidak berdiam didalam wisma?" tanya Kho Beng
agak tertegun. "Untuk menghadapi perundingan rahasia yg setiap saat bisa
diselenggarakan, tianglo menyuruh hamba berdiam di istana naga
bukit Kun san?" "Untung aku mengurungkan niatku semalam, kalau tidak
perjalananku tentu akan sia-sia belaka!"
Dg suara berat dan dalam Li Sam berkata:
"Dalam situasi seperti ini, lebih baik kurangilah pergerakan yg
tidak ada artinya, tahukah cukong siapa perempuan cantik tadi?"
Kho Beng manggut-manggut, katanya sambil tertawa dingin:
"Bukankah dia adalah mawar beracun yg bertugas mengawasi
aku?" Li Sam segera manggut-manggut:
"Kalau toh majikan sudah tahu, hamba pun tak akan banyak
berbicara lagi, tapi ketahuilah Walet terbang berwajah ganda
mempunyai pamor yg cukup baik disekitar kawasan Sam siang,
harap majikan tidak memandang dirinya kelewat enteng."
Kho Beng mendengus dingin:
"hmmm aku tahu. Dari pembaringan tadi, konon pihak Sam goan
bun telah menarik kekuatannya secara tiba-tiba dan mengumumkan
menutup diri dari kegiatan didunia persilatan, bagaimana reaksi Bok
sian taysu serta Kiong sincu atas peristiwa tersebut?"
"Waktu itu mereka menjadi sewot setengah mati, malah mereka
sempat mencaci maki ketua Sam goan bun habis-habisan dihadapan
anggota Sam goan bun yg membawa berita itu."
"Maksudku, bagaimana reaksi mereka terhadapku?" buru-buru
Kho Beng meralat. Li sam menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Mereka sama sekali tidak memberikan pernyataan apapun
terhadap diri majikan, dalam hal ini hamba sendiripun merasa
keheranan." Kho Beng termenung sebentar, lalu tanyanya lagi:
"apakah Sam ko mempunyai hubungan kontak dg ciciku?"
Kembali Li sam mengangguk.
"Ya ada! Tapi bila tiada urusan yg amat gawat, hamba tak akan
melakukannya, daripada jejak mereka ketahuan orang."
"Beritahukan alamatnya kepadaku!" desak Kho Beng agak
gelisah. "Majikan, kau ada urusan apa?" tanya Li Sam agak terkejut.
Kho Beng menggelengkan kepala, katanya setelah menghela
napas sedih. "Kami telah berpisah sejak kecil, walaupun akhirnya pernah
bertemu namun kedua belah pihak sama-sama tidak mengenal,
itulah sebabnya aku ingin sekali bersua lagi dengannya!"
"Majikan, kau tidak boleh melakukan suatu tindakan hanya atas
dasar emosi" kata Li Sam dg suara berat," saat dan situasi seperti ini
bukan saat yg tepat bagimu untuk berkumpul kembali, dalam
masalah ini maaf kalau hamba harus merahasiakannya untuk
sementara waktu." Kho Beng sendiripun cukup mengetahui akan bahayanya
persoalan tersebut andaikata sampai bocor, maka ia menghela napas
lagi setelah mendengar perkataan tersebut:
"Aaai, dalam selisih jarak sedekat ini kami hanya bisa saling tahu
namun tak dapat saling bersua, takdir memang kelewat kejam
mempermainkan manusia Sam ko, aku telah mempunyai suatu
rencana baik yg bisa mengatur pelolosan ciciku dari kepungan!"
"Apa siasatmu itu?" tanya Li Sam lirih setelah memeriksa sekejap
keadaan disekelilingnya. Kho Beng segera mengeluarkan kertas yg telah ditulisnya
semalam dan diangsurkan ketangan Li Sam, lalu katanya:
"Rencanaku telah kutulis dikertas itu, harap kau jangan
membengkalaikannya dan persiapkan segala sesuatu secepatnya, dg
begitu rencana tersebut bisa kulaksanakan secepatnya."
Dg wajah tertegun Li Sam membaca sebentar isi surat itu, tibatiba
paras mukanya berubah hebat, serunya tertahan:
"Majikan muda, buat"buat apa kau"kau membutuhkan
kesemuanya itu?" Saking terperanjatnya, ia sampai tergagap dan tidak lancar
bicara. Kho Beng tersenyum: "Kau harus memahami perasaanku, kali ini kuharap Sam ko tidak
berusaha menghalangi keinginanku lagi!"
"Majikan, jangan sekali-kali kau lakukan perbuatan bodoh" bujuk
Li Sam dg suara berat, "sekalipun rencanamu dapat terlaksana
secara sukses, andaikata kau sendiri sampai melakukan kesalahan,
bukankah hasilnya tetap bakal berabe?"
"Tidak!" tegas Kho Beng, "kesalahan faham ini timbul dariku, jadi
sudah sewajarnya kalau akulah yg bertanggung jawab, apalagi
keputusanku ini sudah bulat, kuharap Sam ko tak usah berniat
membujuk diriku lagi."
"Bila cicimu mengetahui hal ini, ia pasti tak akan mengijinkan kau
untuk melaksanakannya?"
Tiba-tiba Kho Beng mendelik dg marah, serunya:
"Jelek-jelek begini aku adalah seorang lelaki juga, kalau untuk
melindungi cici saja tak mampu, apa gunanya membicarakan soal
dendam sakit hati?" Kemudian setelah berhenti sejenak, ia sengaja menarik muka
sambil katanya lagi: "Sam ko, sebenarnya kau mampu tidak untuk melaksanakannya"
Bila menjumpai kesulitan, biar aku sendiri yg pergi berusaha."
Li Sam menjadi terpojok, akhirnya ia menghela napas seraya
berkata: "Aaaai, kalau toh keputusan majikan sudah bulat, tentu saja
hamba tak berani membantah!"
Walaupun begitu namun langkahnya tanpa terasa terhenti juga,
sementara sinar matanya tertuju kearah secarik kertas yg berada
ditangannya, gerak gerik serta sikapnya persis seperti orang yg
kehilangan semangat"
Sebenarnya tulisan apa yg tercantum dikertas Kho Beng"
Ternyata isinya hanya sebuah daftar barang:
"Sebuah payung perak, sebotol bahan pewarna, satu stel pakaian
perempuan berwarna putih, empat tahil lilin putih, satu kantong
kacang kedele hitam, tiga macam perhiasan dan tusuk konde,
sebuah topeng kulit kambing" semua benda itu harus sudah siap
esok malam. Tak heran Li Sam menjadi gelisah sekali membaca tulisan itu,
karena dari daftar kebutuhan yg tercantum, sudah dapat diduga
rencana apakah yg hendak dilaksanakan pemuda tersebut. Melihat
sikap Li Sam, buru-buru Kho Beng menegur:
"Sam ko, kenapa kau" Apakah ingin memancing kecurigaan
orang terhadap kita."
Li Sam baru mendusin dari lamunannya sesudah mendengar
perkataan itu, cepat-cepat ia masukan catatan itu kedalam sakunya
lalu berjalan menuju ketepi telaga.
Jarak dari wisma sampai didermaga ditepi telaga paling banter
Cuma enam tujuh puluh kaki, tapi dalam waktu yg amat pendek itu
mereka berdua telah menyelesaikan urusannya.
Diujung dermaga berkibar sebuah panji besar yg bersulamkan
seekor naga emas, sementara ditepi telaga bersandar kurang lebih
lima enam puluh sampan yg berjajar sangat rapi. Kesemuanya
membuat Kho Beng berpendapat bahwa pihak istana naga dibukit
Kun San ini benar-benar memiliki kekuatan yg luar biasa.
Ketika melihat kehadiran mereka berdua, dua orang kelasi
berbaju ungu yg semula berdiri dibawah panji besar itu serentak
memberi hormat dan menyingkir kesamping menunggu mereka
berdua naik keatas sampan.
Kemudian seorang meloncat keujung perahu dan lainnya
melompat keburitan, dg cepat mereka mendayung sampan itu
menuu kearah bukit Kun san"
Dibawah petunjuk Li Sam secara diam-diam, Kho Beng baru
mengerti bahwa penjagaan yg dilakukan pada daerah sekitar Kun
san benar-benar amat ketat.
Sampan yg hilir mudik diatas permukaan telaga kebanyakan
adalah perahu-perahu pengontrol dari pihak Kun san. Kode rahasia
mereka siang malam selalu berubah, jangan hatap orang lain dapat
menyusup masuk kedalam wilayah sana tanpa diketahui.
Tiba dipantai bukit Kun san dan sepanjang jalan menuju kepintu
gerbang istana naga, pos penjagaan semakin sering, begitu ketatnya
penjagaan seolah-olah sedang menghadapi musuh tangguh saja.
Menyaksikan kesemuanya ini, diam-diam Kho Beng menjulurkan
lidahnya karena ngeri. Terasa olehnya situasi semacam ini betul-betul sulit untuk
ditembusi dan tanpa terasa ia makin pesimis terhadap kemampuan
yg dimilikinya bersama encinya.
Benarkah gara-gara sejilid kitab pusaka Thian goan bu boh dunia
persilatan telah berubah menjadi demikian repot sampai saling
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bermusuhan satu sama lainnya.
Kho Beng yakin dibalik kesemuanya ini pasti masih terselip halhal
yg tak beres. Dlm perasaan yg serba kalut dan tegang, ia melangkah masuk
keruang tengah istana naga yg kokoh dan megah dan untuk
kesekian kalinya bertemu lagi dg Bok sian taysu serta ketua istana
naga Kiong Ceng san"
Dibawah tatapan mata orang banyak, kedua orang tokoh silat ini
menunjukkan sikap yg amat hangat terhadap Kho Beng, malah
mereka sama sekali tidak menyinggung soal pengunduran diri
anggota Sam goan bun secara tiba-tiba pagi tadi.
Tapi situasi demikian bukan berarti melegakan Kho Beng,
sebaliknya ia justru semakin tak tenang, ibarat duduk diatas jarum,
ia tak pernah bisa tenangkan hatinya.
Tapi Kho Beng cukup pengertian, sikap ramah dan bersahabat
dari pihak lawan terhadap dirinya sekarang hanya disebabkan
identitas serta asal usulnya belum mereka ketahui.
Kalau bukan demikian, mungkin saja mereka telah turun tangan
keji sedari tadi. Dg susah payahperjamuan baru bisa diselesaikan tengah malam,
dg perasaan yg tak karuan Kho Beng kembali kewisma dg
menumpang perahu. Malam itu boleh dikata Kho Beng tak dapat memejamkan mata,
ia pergunakan sisa waktu yg ada untuk merencanakan tindakan yg
harus dilakukannya esok malam".
Malam ini adalah hari ketiga setelah kedatangan Kho Beng
ditelaga Tong ting. Kentongan pertama belum lagi lewat, sesosok bayangan hitam
telah menyelinap dari luar halaman wisma dan menyusup kedalam.
Baru saja bayangan itu berkelebat lewat dari tengah kebun sudah
terdengar seseorang membentak dg suara nyaring:
"Siapa disitu?"
Chin sian kun sampak munculkan diri dari balik gunungan dan
maju menghadang jalan pergi bayangan hitam tersebut dg gerakan
tubuhnya yg enteng seperti burung walet.
Namun setelah berhasil melihat jelas wajah tamu yg tak diundang
itu, seketika itu juga ia dibuat tertegun.
Ternyata pihak lawan adalah seorang perempuan berkerudung
putih yg menggembol sebuah buntalan.
Nampaknya tamu yg tak diundang tersebut sudah menguasai
penuh situasi disekitar tempat itu. Dg santai dia m emberi hormat
kepada si burung walet berwajah ganda Chin sian kun, lalu serunya
melengking: "Chin lihiap tak usah menghalangi diriku, coba lihat bukankah
Siau lim tianglo sedang memanggilmu dari balik jendela sana?"
Sembari berkata, ia menunjuk kearah belakang tubuh Chin sian
kun". Untuk kedua kalinya Chin sian kun tertegun, kemudian berpaling
kebelakang dg cepat. Tapi pada saat itulah, jari tangan kiri perempuan berbaju hitam
itu telah menyodok kemuka dg cepat dan langsung mengancam
jalan darah kaku tubuh Chin sian kun.
Serangannya sangat cepat bagaikan sambaran kilat,
ketepatannya pun sangat mengagumkan.
Dalam keadaan yg sama sekali tak siaga, tentu saja Chin sian kun
tak mampu menghindarkan diri, tak ampun jalan darah tidurnya
segera tertotok oleh perempuan berkerudung putih itu.
Mungkin sikapnya waktu itu kelewat teledor atau mungkin juga
sikap perempuan berkerudung putih itu kelewat santai, ternyata si
walet terbang berwajah ganda yg termasyur disekitar wilayah Sam
siang dapat dirobohkan ditengah kebun dlm keadaan tak jelas.
Begitu berhasil dg serangannya, perempuan berkerudung putih
itu segera melayang kebelakang jendela kamar tidur Kho Beng dan
mengetuk tiga kali. Waktu itu Kho Beng sedang menanti didalam kamar dg gelisah,
mendengar suara ketukan tersebut cepat-cepat ia membuka jendela
seraya menegur: "Apakah Li Sam ko yg datang?"
Sesosok bayangan hitam menyelinap masuk kedalam kamar dg
gerakan yg amat cepat, kemudian menutup jendela rapat-rapat.
Namun Kho Beng segera dibikin tertegun setelah menyaksikan
siapa yg muncul dihadapannya, sebelum ia sempat
mengucapkansesuatu, perempuan berkerudung putih itu telah
meloloskan kain kerudung muka serta rambut palsunya, ternyata dia
tak lain adalah penyaruan dari Li Sam yg ditunggu-tunggunya.
"Sam ko mengapa kau menyaru macam begini?" Kho Beng
segera menegur dg keheranan.
Sambil tertawa Li Sam menurunkan buntalan panjang dari
bahunya, lalu menjawab: "Sejak memasuki halaman ini, hamba telah merobohkan si budak
Chin sian kun, dg demikian bila kau pulang seusai pekerjaanmu
nanti, siapapun tak akan mencurigai dirimu!"
Kho Beng manggut-manggut, dg cepat ia membuka buntalan
tersebut., ternyata semua barang kebutuhannya sudah siap sedia.
Maka dia pun segera turun tangan menjahit kulit kambing yg
dibentuknya menjadi selembar topeng, tak sampai setengah jam
kemudian selembar wajah yg menyeramkan seperti muka kuntilanak
telah terbentuk. Dibawah bantuan Li Sam, ia segera menggerakkan rambut palsu,
memakai baju, menggembol kantung kedele dan mempersiapkan
diri. Tak selang beberapa saat kemudian, Kho Beng telah berubah
menjadi seorang perempuan berwajah jelek yg mengenakan baju
warna putih. Sambil menggenggam payung putih, Kho Beng mulai berjalan
dalam ruangan mempelajari cara berjalan yg tepat, lalu tanyana
kepada Li Sam sambil tertawa:
"Miripkah diriku dg sikedele maut?"
Li Sam segera tersenyum. "Bagaimanapun juga selain kau seorang, belum pernah ada
manusia lain yg pernah bersua dg cicimu, asal tidak terkurung, aku
pikir orang lain tentu dapat dikelabui."
Kho Beng manggut-manggut, tanyanya lagi:
"Kau sudah memberi kabar kepada ciciku?"
Li Sam menghela napas panjang.
"Hamba telah berkunjung ketempat persembunyian cicimu, yakni
kuil Hian tin li tokoan yg berada ditengah kota Gak yang, disitu
kutemukan cicimu sudah meninggalkan tempat tersebut, sambil
meninggalkan tanda "aman". Oleh sebab itu boleh dibilang saat ini
hamba sendiripun telah kehilangan kontak dgnya1"
Kho Beng tertegun. "Apakah tanda tersebut bisa diartikan ciciku telah meninggalkan
kota Gak yang dalam keadaan aman?"
"Bebicara menurut tanda itu, apakah cicimu sudah pergi
meninggalkan kota ataukah hanya berpindah tempat
persembunyian, hal ini baru bisa diketahui besok pagi."
Kho Beng termenung beberapa saat lamanya, kemudian
manggut-manggut. "Untuk menghindari hal-hal yg tak diinginkan, aku akan tetap
melaksanakan rencanaku semula, Sam ko, menurut penilaianmu
penjagaan dibagian manakah dari pihak istana naga yg kau anggap
paling lemah?" Li Sam berpikir sejenak, kemudian menjawab:
"Jalan yg menuju kearah timur laut kota Gak yang merupakan
bagian yg paling banyak penjagaannya tapi justru bagian tersebut yg
paling lemah, daerah sana dijaga Kim kong sam pian, setelah keluar
kota maka sepanjang perjalanan dijaga oleh orang-orang Hoa san
pay, kecuali Hek pek ji lo dua sesepuh hitam putih dari Hoa san pay,
lainnya tak perku dirisaukan.
"Bagus sekali!" kata Kho Beng kemudian sambil manggutmanggut,
"Kau harus segera pergi mencari ciciku, suruh dia
berusaha meloloskan diri disaat aku memancing kawanan jago
lainnya menuju kearah timur laut kota Gak yang."
"Ada tiga persoalan yg perlu hamba laporkan kepada majikan!"
kata Li Sam setelah manggut-manggut.
"Soal apa?" "Tanda bahaya yg dipergunakan pihak mereka dimalam hari
adalah asap api, apabila asap kuning yg dilepaskan berarti
menjumpai bahaya, bila asap putih berarti kesalah pahaman
sebaliknya bila muncul asap merah berarti jejak kedele maut telah
ditemukan. Ini berarti segenap jago dari pelbagai kawasan akan
segera berkumpul dari segala penjuru untuk melakukan
pengepungan. Oleh sebab itu apabila cukong menjumpai tanda asap
merah janganlah sekali-kali melibatkan diri dalam pertempuran
sengit!" Kho Beng segera manggut-manggut.
Li Sam berkata lebih jauh:
"Soal kedua adalah soal telaga Tong ting sebagai pusat kekuatan
mereka yg menembus sampai kota Gak yang. Bila menuju kearah
timur laut maka penghadangan hanya terdapat pada sepanjang
sungai tiang kang hingga telaga Sam hong oh, asal majikan dapat
menghindari penjagaan dan mampu melewati telaga Sam hong oh
berarti kau telah tiba tempat yg aman, tapi andaikata situasi amat
darurat sehingga tak mampu meloloskan diri, silahkan majikan
menelusuri sungai kira-kira sejauh lima puluh li, disitu terdapat hutan
gelugu yg amat rimbun, asal majikan bersembunyi dibalik gelugu
tadi, tentu ada orang yg akan munculkan diri untuk menolong
dirimu." "Siapakah dia?" tanya Kho Beng agak tertegun.
Li Sam segera tersenyum: "Sampai waktunya majikan akan mengetahui sendiri."
Selesai berkata ia segera menyembah kepada Kho Beng seraya
berpesan lagi dg suara dalam:
"Harap majikan menjaga diri baik-baik, bagaimanapun juga harap
kau lebih mementingkan jiwa sendiri daripada persoalan yg lain..."
Kho Beng cepat-cepat balas memberi hormat sambil menjawab:
"Terima kasih banyak untuk nasehat Sam ko, seperti diketahui
maksud tuuanku hanya memancing musuh untuk meninggalkan pos
penjagaan, bila keadaan tidak terlalu mendesak tak nanti kulibatkan
diri dalam suatu pertarungan yg tidak menguntungkan, biarpun
dendam kesumat sedalam lautan namun sebelum duduk persoalan
menjadi jelas, Kho Beng tak akan melakukan pembunuhan secara
besar-besaran, kuharap Sam ko pun bisa membujuk cici ku agar
mengurangi sifat suka membunuhnya, apalagi musuh berjumlah
sangat banyak, biar dibunuh lebih banyak pun bukan berarti bisa
menyelesaikan persoalan!"
Li Sam pun manggut-manggut, maka mereka berdua pun saling
bertatapan beberapa saat, seakan-akan setelah perpisahan kali ini
entah mereka dapat bersua kembali atau tidak.
Ungkapan perasaan yg amat tulus dan tebalpun terpancar jelas
dalam detik-detik seperti ini.
Jendela belakang masih terbuka lebar, akhirnya setelah
mengucapkan "jaga diri baik-baik", Li Sam menyelinap keluar dari
ruangan tersebut dan lenyap dibalik kegelapan sana.
Waktu itu kentongan pertama sudah menjelang tiba, Kho Beng
menunggu sampai sepeminum the lamanya semenjak kepergian Li
Sam, setelah membereskan buntalan lalu ia menyusup keluar pula
lewat jendela belakang. Suasana dalam kebun amat sepi, nampaknya belum ada yg tahu
kalau si walet terbang berwajah ganda telah dirobohkan orang.
Kho Beng mencoba memperhatikan sejenak suasana sekitar situ,
kemudian ia bergerak menuju kearah kiri kemudian menyulut api yg
telah dipersiapkan untuk membakar gedung.
Memang inilah rencananya untuk memancing perhatian musuh,
menanti api sudah berkobar hingga membumbung keangkasa dan
suasana gaduh memecahkan keheningan dalam wisma, ia baru
tertawa seram sambil bergerak menuju kearah kota Gak yang.
Dalam gerakan mana, ia sempat melihat asap kuning telah
ditembakkan ketengah udara, lalu dibawah cahaya api yg membara,
ia melihat dg jelas ada lima enam sosok bayangan manusia sedang
mengejar dibelakangnya"..
Diam-diam Kho Beng merasa bangga dg hasil pekerjaannya,
sambil mempercepat larinya ia melompat tembok kota dan bergerak
cepat menuju kearah timur laut.
--------missing page 38 " 41 ----------"dan merupakan suatu kerjasama yg sangat rapat.
Mau tak mau Kho Beng terkejut juga menghadapi ancaman
tersebut, pikirnya: "Tak aneh kalau pihak lawan begitu tinggi hati ketika bertemu
pertama kali dulu, nyatanya ilmu ruyung penakluk iblisnya betulbetul
sangat hebat dan tangguh!"
Dg payung menggantikan pedang, pemuda kita tak berani
bertarung lebih jauh, serangannya segera diurungkan ditengah jalan
dan buru-buru melompat kesamping untuk menghindari serangan
musuh. Baru saja ia bermaksud untuk melepaskan diri dari kepungan,
mendadak tampak olehnya Kim losam menyerbu datang, ruyung
panjangnya disertai desingan tajam langsung mengancam batok
kepalanya. Bersamaan waktunya, terdengar dua kali bentakan nyaring
bergema dari belakang tubuhnya, ia mendengar desingan suara
senjata tajam menyambar tiba dan mengancam punggungnya.
Diserang dari muka dan belakang, terpaksa Kho Beng harus
membuang badannya kesamping untuk menghindarkan diri.
Sebagaimana diketahui payung Thian lo san yg berada
ditangannya adalah benda palsu, meski permukaan payungnya
berwarna perak, namun sesungguhnya hanya tempelan kertas.
Itulah sebabnya Kho Beng harus mempergunakannya dg hati-hati
sekali, ia tak berani melancarkan serangan balasan, karena takut
hasil penyamarannya ketahuan orang sehingga semua rencana gagal
total. Siapa tahu, pada waktu ia sedang berkelit kekiri menghindar
kekanan inilah, tiba-tiba terdengar Kim li jin membentak keras, lalu
terasa tangannya mengencang"
Ternyata payung bulatnya telah terlilit oleh senjata ruyung lawan
Sementara itu kedua senjata ruyung lainnya telah berkelebat pula
ditengah udara, diantara kilauan cahaya, senjata-senjata itu
menyambar pula kepinggangnya.
Dalam dua gebrakan sudah terjerumus dalam posisi terdesak, hal
ini membuat Kho Beng yg sudah gugup dan kalut pikirannya
semakin terperanjat lagi.
Ia tak berani membuang payung itu, namun bila tidak dilepaskan
payung tersebut berarti gerakan tubuhnya akan terperangkap
kepungan lawan, bukan hanya ancaman ruyung itu saja yg mesti
diperhitungkan, terutama sergapan jago tangguh dari belakang
tubuhnya. Berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Kho Beng harus
mempertaruhkan selembar jiwanya.
Hawa murninya segera dihimpun kedalam payung itu kemudian
sambil membentak, payung itu digetarkannya keras-keras untuk
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melepaskan diri dari belenggu ruyung tersebut.
Dalam getaran ini telah disertakan juga tenaga dalam hasil
latihan empat puluh tahun dari Bu wi lojin, bisa dibayangkan sendiri
bagaimana akibatnya"
Waktu itu sebenarnya Kim lo ji bermaksud hendak mengunci
senjata Kho Beng hingga tak mampu dipergunakan lagi, siapa tahu
getaran lawan membuat telapak tangannyanya menjadi belah dan
berdarah. Saking kaget dan ngerinya, ia segera menjerit keras dan
melepaskan ruyungnya sambil buru-buru mundur.
Sementara itu Kho Beng telah mengayunkan payungnya
mengikuti gerakannya tadi, lagi-lagi ia menggetarkan ruyung kedua
sampai mencelat kebelakang.
Walaupun jurus ruyung dari Kim hong sam pian termasyur karena
kehebatannya, ternyata sama sekali tidak mampu menahan getaran
tenaga dalam lawan. Dalam terkesiapnya tubuh Kim lotoa dipentalkan sampai
terhuyung maju dua langkah, akibatnya ia jadi menghalangi gerak
kelima orang lainnya. Biarpun serangan yg digunakan Kho Beng sekarang belum
terhitung merupakan suatu jurus serangan, namun kehebatannya
sudah etrbukti dg jelas. Maka begitu melihat situasi sudah semakin rawan, ia merasa
inilah kesempatan terbaik untuk meninggalkan tempat tersebut,
karenanya setelah menggetar lepas tiga buah ruyung lawan, ia
menerjang maju kemuka dan berseru sambil tertawa dingin:
"He"he".he"kuampuni kedelapan lembar jiwa anjing kalian
pada malam ini, sampaikan kepada keledai gundul dari Siau lim
bahwa penjagaan yg dilakukan disekitar tempat ini belum cukup
mampu untuk menyulitkan Kedele Maut!"
Waktu itu rasa terkejut dan ngeri yg mencekam Kim kong sam
pian sekalian belum lenyap, meski Kho Beng sudah bergerak
meninggalkan tempat tersebut namun untuk beberapa saat lamanya
mereka masih berdiri mematung ditempat semula.
Saat ini, dalam hati kecil mereka sama mempunyai satu
pandangan yg sama, yakni Kedele Maut memang nyata bukan
musuh sembarangan. Salam pada itu, dari ujung atap rumah dikejauhan sana telah
muncul belasan sosok bayangan manusia, terdengar seorang
diantaranya berteriak keras.
"Tanda bahaya asap merah telah dilepaskan, apakah disini telah
terjadi sesuatu peristiwa?"
Buru-buru Kim lotoa menyahut:
"Kedele Maut telah melarikan diri kearah timur laut!"
Kemudian sambil memandang sekejap kearah rekan-rekannya,
dia mengulapkan tangan sambil berseru lagi.
"Hayo kita kejar!"
Sekali lagi kedelapan orang jago tersebut berkelebat kemuka
melakukan pengejaran. Sesungguhnya kedelapan orang jago ini sudah dibikin keder oleh
kelihaian dan kemapuhan tenaga sakti Kho Beng, tapi terdesak oleh
situasi dan keadaan terpaksa mereka harus melakukan pengejaran
kembali. Maka suasana didalam kota Gak yang pun menjadi sangat kalut,
sekalipun tengah malam sudah menjelang, namun diatas-atas setiap
bangunan rumah telah dipenuhi oleh jago-jago lihay dari dunia
persilatan, bayangan manusia berkelebat kian kemari dg cepatnya.
Memanfaatkan situasi yg sangat kalut ini, Kho Beng segera
menghimpun tenaga dalamnya dan melompati pintu utara kota Gak
yang untuk kabur menuju kearah timur laut.
Walaupun ia berhasil lolos dari kepungan, tapi sesungguhnya
pemuda ini merasa terkejut juga sampai mandi keringat dingin.
Padahal menurut Li Sam, penjagaan daerah sini terhitung
penjagaan terlemah, tapi kenyataannya dg kemampuan yg dimiliki
Kim kong sam pian pun nyaris penyamarannya terbongkar, bisa
dibayangkan betapa ketat dan kokohnya penjagaan diposisi lain.
Sekarang ia berpendapat untuk sedapat mungkin berlomba dg
waktu, atau dg perkataan lain ia harus dapat meninggalkan tempat
tersebut setelah lawan melepaskan bom asap merah dan sebelum
bala bantuan dari pelbagai penjuru memburu kesitu dan
mengepungnya. Sebab kalau tidak begitu sama artinya rencana yg dilaksanakan
menemui kegagalan total, apalagi bila ia sampai terkurung hingga
tertangkap, akibatnya tentu susah diramalkan.
Berpikir sampai disitu tanpa terasa ia menambah tenaganya dg
dua bagian untuk kabur sekuat tenaga.
Dalam waktu singkat tiga li sudah dilalui, disisi kirinya telah
membentang sungai Tiang kang yg luas sementara disisi kanannya
adalah lapang datar, dimana jauh beberapa li dari sisi jalan baru
kelihatan beberapa rumah penduduk.
Sementara ia masih berlarian kencang, tiba-tiba dari rumah
penduduk disisi kanan jalan menyembur keluar bom asap merah yg
meledak ditengah udara menyusul kemudian tampak tiga sosok
bayangan hitam munculkan diri dari balik rumah dan meluncur
sejauh lima kaki di depan.
Dalam waktu singkat mereka telah menghadang ditengah jalan
dg pedang terhunus. Sekarang Kho Beng baru mengerti bahwa pihak jago persilatan
telah memanfaatkan pula rumah penduduk sebagai pos penjagaan,
tak heran kalau meeka bisa melaksanakan penjagaan siang malam
tanpa henti. Karena para penjaga telah tampilkan diri, mau tak mau kho Beng
harus bersikap tenang, sambil mempersiapkan payung bulatnya,
pelan-pelan ia mendesak maju kemuka dan berseru sambil
melengking: "apakah murid hoa san pay yg menghadangku" Hmmm,
nampaknya kalian sudah bosan hidup!"
Seperti diketahui, umat persilatan sudah mempunyai kesan jelek
terhadap Kedele Maut, yakni seorang pembunuh yg buas dan berhati
keji, karena itulah dia sengaja menggertak dg maksud merontokkan
dulu moril lawan. Betul juga paras muka ketiga jago Hoa san pay yg berusia antara
tiga puluh tahunan dan memakai pakaian ringkas hitam segera
berubah hebat, seakan-akan mereka merasakan datangnya ancaman
maut yg setiap saat dapat menimpa dirinya atau secara lamat-lamat
mereka berpendapat bahwa mereka bertiga pasti akan tewas apabila
Kedele Maut sampai turun tangan.
Salah seorang diantaranya segera memandang sekejap kearah
rekannya, sambil menempelkan pedang didepan dadanya ia
memberi hormat kepada Kho Beng dan berkata dg suara gemetar:
"Berhubung tanda bahaya asap merah telah dilepaskan, Hoa san
sam kiam menanti dg hormat kedatangan cianpwee!"
Kho Beng tertegun, reaksi dari lawannya sama sekali diluar
dugaan, terutama sekali sebutan "cianpwee" tersebut, hampir saja
membuatnya tertawa geli. Tapi diluaran dia sengaja mendengus dingin, kemudian dg suara
yg tinggi melengking katanya:
"Hmmm, tiga pedang dari Hoa san yg cerdik, rupanya kalian
hendak merayuku dg sikap tak hormat?"
Buru-buru pemimpin dari tiga pedang tersebut berkata lagi dg
hormat: "Aku yg muda tak berani bersikap kurang ajar pada Cianpwee,
kami hanya berharap cianpwee suka menunggu sebentar saja
disini!" Kho Beng tertawa terkekeh-kekeh, sambil memutar payungnya ia
menjengek lagi dingin: "Ooooh, kau suruh aku menunggu disini agar orang-orangmu
datang kemari dan mengeroyokku seorang diri?"
Tiga pedang dari Hoa san pay nampak terkejut, sebelum mereka
sempat berkata sesuatu, Kho Beng telah membentak lagi dg suara
lengking: "Hmm, tak nyana kalian menyembunyikan golok dibalik
senyuman, bagus sekali jangan kabur dulu rasakan payung saktiku
ini!" Sambil membentak keras gerakan payungnya digetarkan
sedemikian rupa hingga tercipta sebuah lingkaran cahaya putih yg
amat menyilaukan mata kemudian menerobos kemuka dan menusuk
tubuh pemimpin dari ketiga jago pedang tersebut.
Berubah hebat paras muka tiga pedang sakti dari Hoa san karena
mereka tidak mengira perbuatan sakti apakah yg tersembunyi dibalik
jurus serangannya, ternyata tak seorang berani menangkis atau pun
menghadapinya. Tanpa membuang waktu, serentak mereka bergerak mundur
sejauh tiga depa lebih dari posisi semula.
Padahal memang inilah keinginan Kho Beng, memanfaatkan
kesempatan tersebut ia menerjang kedepan tiga pedang dari Hoa
san seraya membentak lagi:
"Mengingat kalian bersikap sopan kepadaku, untuk sementara
waktu kuampuni jiwa kalian pada malam ini, sampaikan kepada
ketua partai kalian agar segera menarik kembali anak buahnya dan
jangan mencampuri urusan orang lain!"
Berbicara sampai disitu, tubuhnya sudah melompat sejauh dua
puluh kaki dari posisi semula.
Mnanti musuhnya sudah pergi jauh, paras muka tiga pedang dari
Hoa san lambat laun baru pulih kembali ari ketegangan.
Ketika dilihatnya, dari kota Gak yang telah berdatangan
serombongan jago persilatan, buru-buru pemimpin dari Hoa san sam
kiam membentak keras: "Bala bantuan telah datang, mari kita kejar!"
Kho Beng terkejut sekali, rasa tegang kembali menyelimuti
seluruh perasaannya. Ia sadar, tak boleh berdiam lebih lama disitu, bila murid-murid
Hoa san pay sampai berhasil mengejar dan mencegatnya sedang
jago-jago lihay dari kota Gak yang segera akan berhamburan
datang, niscaya ia akan terjepit dan terkepung sama sekali.
Bila hal seperti ini terjadi, tak pelak lagi jiwanya tentu akan
terancam bahaya maut. Setelah berpikir berapa saat akhirnya ia menjadi nekad untuk
kabur kedepan lebih jauh.
Lebih kurang satu kentongan kemudian ia berlarian tanpa arah
tujuan, akhirnya dari antara pepohonan yg lebat ia berhasil
menemukan sebuah jalan setapak yg entah berhubungan sampai
dimana. Dalam keadaan seperti ini, tiada kesempatan lagi buat Kho Beng
untuk berpikir panjang, begitu menjumpai jalan setapak ia segera
menelusurinya dg cepat. Siapa tahu belum sampai satu li, tiba-tiba dari balik sebatang
pohon terdengar seseorang membentak keras:
"Berhenti! Sobat darimana yg datang kemari tengah malam
begini" Ada urusan apa kau kemari?"
Ditengah bentakan, tampak sesosok bayangan manusia meluncur
kedepan dg kecepatan tinggi dan menghadang jalan perginya
ternyata dia adalah seorang tosu setengah umur yg memakai baju
warna kuning. Kho Beng sama sekali tidak menyangka kalau dijalan sesepi
inipun terdapat musuh, dalam kagetnya cepat-cepat dia
menghentikan langkahnya sambil memutar senjata payung dan
berlagak seolah-olah hendak menyebarkan kedele mautnya.
Lalu dg suara tinggi melengking ia membentak keras:
"Tosu setan! Buat apa kau banyak bertanya, memangnya
matamu sudah buta sehingga tak bisa mengenali siapakah diriku?"
Walaupun tosu itu baru berusia tiga puluh tahunan, namun
sepasang matanya memancarkan cahaya tajam, jelas kalau dia
adalah seorang jago persilatan yg berilmu tinggi.
Tatkala mendengar teguran tersebut, serta merta ia
memperhatikan lawannya dg lebih seksama, air mukanya segera
berubah hebat, tanpa sadar tubuhnya mundur dua langkah
kebelakang, serunya tertahan:
"Jadi andakah si Kedele Maut?"
Kho Beng tertawa dingin. "He"he"he".setelah tahu siapakah aku, buat apa kalian berdiri
mematung terus disitu?"
Ternyata reaksi dari tosu itu cukup cekatan, tiba-tiba dia
mengayun kan tangan kirinya dan".
"Sreeeettt?"."
Sebuah bom udara berasap merah sudah dilepaskan dan meledak
ditengah udara. Melihat perbuatan lawannya ini diam-diam Kho Beng tertawa geli,
pikirnya: "Tak nyana perbuatan mereka sama satu dg yg lainnya".Cuma
tosu ini dari partai mana" Seingatku, hanya Kio kiong dan Bu tong
saja yg beranggota tosu?"
Meskipun ingatan tersebut melintas dalam benaknya, namun ia
tak berani berayal lagi, secepat anak panah yg terlepas dari
busurnya, dia segera melintas lewat dari samping tosu itu meluncur
kedepan dg kecepatan tinggi.
Tosu itu nampak agak tertegun, mungkin lantaran ucapan Kho
Beng maka dia masih mengira akan terjadi pertempuran yg amat
seru. Siapa tahu, si Kedele Maut yg sudah termasyur karena
keganasannya ternyata meninggalkan korbannya dg begitu saja
tanpa terjadi pertarungan barang satu dua juruspun.
Dg cepat ia segera menggerakkan tubuhnya melakukan
pengejaran, bentaknya keras:
"Hei, tunggu sebentar!"
"Kho Beng menegur, dia tak menyangka musuhnya masih
menghalangi kepergiannya padahal ia sedang berperan sebagai
Kedele Maut yg disegani sekarang."
Mau tak mau pemuda tersebut harus menghentikan langkahnya,
lalu sambil menatap tosu tersebut dg pandangan dingin, tegurnya
keras-keras: "Apakah kau sudah bosan hidup?"
Tosu setengah umur itu tertawa nyaring.
"Pinto Leng hun menjabat sebagai pemimpin pelindung hukum
dari Bu tong pay, meski takut mati namun tak akan kulepaskan iblis
keji macam anda dg begitu saja, pinto merasa berkewajiban
menegakkan kebenaran dan keadilan didunia ini. Apa artinya mati
hidup buat diriku ketimbang memberantas kejahatan dari muka
bumi" Karenanya sebelum anda dapat membinasakan diriku, jangan
harap bisa pergi meninggalkan tempat ini dg leluasa"!"
Begitu selesai berkata, pedangnya langsung digetarkan dan
menusuk ke uluhati Kho Beng.
Mengingat musuhnya sudah termasyur karena ketangguhan dan
keganasannya, maka tosu dari Bu tong pay ini tak berani bertindak
gegabah, untuk menghindari segala kemungkinan yg tak diinginkan,
begitu turun tangan ia segera mengeluarkan jurus "cahaya hitam
bayangan memecah" yg merupakan jurus serangan paling tangguh
dari ilmu pedang Thian hiam kiam hoat, ilmu andalan Bu tong pay.
Tidak terlukiskan rasa terkejutnya Kho Beng, dg cepat ia eyusut
mundur kebelakang kemudian menyilangkan payungnya didepan
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dada sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tak
diinginkan. Ia sadar kalau dirinya sudah terjerumus kedalam kawasan yg
dijaga oleh pihak Bu tong pay, dan lebih-lebih tak diduga olehnya
adalah sikap jantan dan berani mati yg diperlihatkan musuhnya
kendatipun hanya dia seorang.
Padahal Leng hun totiang termasuk pimpinan dari kedelapan
pelindung hukum partai Bu tong pay, bukan saja termasuk jago
paling muda yg sangat menonjol dalam tubuh Bu tong pay sendiri,
sekalipun dalam dunia persilatan pun termasuk jago pilihan.
Serangkaian ilmu pedang Thian hian kiam hoatnya telah
mencapai tingkat sempurna yg hampir seimbang dg kemampuan
ketua Bu tong pay dewasa ini.
Lebih-lebih lagi, biarpun dia termasuk seorang pendeta, namun
keangkuhannya melebihi orang biasa, itu sebabnya sikap, jalan
pemikiran maupun tindakannya berbeda sekali dg orang-orang Hoa
san pay. Sudah lama sekali ia berhasrat untuk bertarung melawa Kedele
Maut dg harapan bisa menaikkan pamor partai Bu tong pay dimata
masyarakat, bayangkan saja bagaimana mungkin dia mau
melepaskan kesempatan yg sangat baik setelah bersua dg Kedele
Maut gadungan saat ini"
Gagal dg serangan yg pertama, ia segera tertawa seram sambil
berseru: "Telah lama kudengar akan kegemaran anda membunuh orang,
aku pun dengar tenaga dalammu amat sempurna dan kepandaian
silatmu sangat hebat. Sekarang, mengapa kau tak berani turun
tangan" Ataukah kau sudah pecah nyali setelah berhadapan dg
orang-orang golongan lurus" Nih rasakan dulu kehebatan ilmu
pedang Bu tong pay ku ini?"
Ditengah pembicaraan, jurus serangannya "cahaya hitam
bayangan berpisah" segera diubah menjadi gerakan "langit dan bumi
menyatu", pedangnya dg dilapisi cahaya terang segera menyelimuti
seluruh badan Kho Beng. Dua jurus serangan yg dilancarkan berantai, sesungguhnya
sararan yg berlawanan, namun kenyataannya bisa dipergunakan
sembung menyambung, hal ini membuktikan bahwa ilmu pedang Bu
tong pay memang benar-benar luar biasa, kehebatannya tiada
bandingannya didunia ini.
Kho Beng merasa terkejut bercampur mendongkol, ia tak berani
melayani musuhnya terlalu lama, apalagi tanda bahaya sudah
dilepaskan, berarti sebentar lagi kawanan jago akan segera
berdatangan, apa jadinya bila ia sampai terkepung"
Jilid 10 Tapi diapun tak bisa melarikan diri dg begitu saja. Setelah
berani berperan sebagai Kedele Maut, otomatis dia tak mau
menunjukkan titik kelemahannya ditengah jalan hingga sampai
dicurigai lawan. Disaat kedua persoalan tersebut meragukan pikirannya dan
membuat pemuda kita tak berani mengambil keputusan itulah, jurus
serangan dari Leng hun totiang telah tiba dihadapannya, diantara
percikan cahaya bintang yg amat menyilaukan mata, semua jala
darah kematiannya telah berada dibawah ancamannya.
Waktu tidak mengijinkan Kho Beng untuk berpikir lebih jauh,
sedang payung Thian lo san palsunya juga tak mungkin bisa dipakai
untuk membendung serangan pedang lawan, didalam keadaan apa
boleh buat, terpaksa ia mesti meloncat mundur lagi untuk kedua
kalinya. "Tahan!" bentaknya melengking.
Sekalipun Kho Beng harus melompat mundur untuk kedua
kalinya, namun gerakan badannya sangat ringan dan cepat.
Menghadapi keadaan demikian, biarpun Leng hun totiang merasa
curiga, tapi berhubung nama besar Kedele Maut sudah terlanjur
termasyur dimana-mana, terang saja ia tak berani memandang
enteng lawannya. Ketika mendengar bentakan tersebut, ia segera menarik
pedangnya seraya menegur dingin:
"Anda telah menunjukkan sikap yg berbeda dg kebiasaanmu
dimasa silam ataukah ada rencana busuk yg sedang kau
persiapkan?" Kho Beng tertawa melengking:
"Leng hun, ketahuilah bahwa dibawah payung dewimu, belum
pernah ada seorang manusia pun yg bisa lolos dalam keadaan hidup,
tahukah kau mengapa aku mengalah terus kepadamu?"
Leng hun totiang agak tertegun, lalu jawabnya dingin:
"Maaf, pinto kelewat bodoh dan mohon tahu apa sebabnya?"
Satu ingatan cerdik segera melintas dalam benak Kho Beng, dg
dingin katanya kemudian: "Sederhana sekali, berhubung antara aku dg ketua partai kalian
sudah terjalin perjanjian secara pribadi untuk tidak saling
mengganggu, maka akupn enggan berselisih paham dg mu, lagi
kalau toh kau tetap tak tahu diri sehingga mengobarkan watakku,
hmmm lihat saja akibatnya nanti!"
Seusai berkata ia segera membalikkan badan dan berabjak pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Pada mulanya Leng hun totiang merasa agak tertegun, kemudian
dg penuh amarah ia membentak:
"Berhenti!" Secepat anak panah yg terlepas dari busurnya dia melesat maju
kedepan, begitu melampaui Kho Beng, ia segera menghadang jalan
perginya dg pedang disilangkan didepan dada.
Kho Beng sendiripun agak mendongkol, setelah mundur berapa
langkah, serunya dg suara melengking:
"Tosu setan, aku toh sedang memberi keterangan sejelasnya,
apakah kau betul-betul sudah bosan hidup?"
"Iblis keji!" hardik Leng hun totiang, "Kau jangan memfitnah
ketua kami sebagai temanmu, kapan sih ciangbunjin kami mengikat
perjanjian gelap dgmu?"
Sebagaimana diketahui, Kho Beng memang Cuma berbicara
semaunya senciri, maka sambil tertawa terkekeh-kekeh serunya lagi:
"Mengapa tidak kau tanyakan sendiri kepada ketuamu?"
Leng hun totiang segera tertawa dingin:
"He"he"he"sudah tiga orang rekan kami yg tewas oleh Kedele
Maut mu, aku yakin bohongmu kali ini kalau bukan bermaksud
mengadu domba, pasti mempunyai maksud busuk lainnya. Bila kau
tak dapat memberikan bantahan yg jelas hari ini, rasanya tak
mungkin bisa membersihkan tuduhanmu tersebut."
Leng hun totiang termasuk seorang pendeta yg sangat
mengutamakan nama baik perguruannya, ia kuatir tuduhan Kho
Beng tersebut sampai tersebar luas diluaran hingga menimbulkan
kecurigaan pihak lain. Karenanya begitu selesai berkata, pedangnya sekali lagi
melancarkan tusukan kilat ketubuh Kho Beng, hanya kali ini dia telah
melipat gandakan kekuatannya.
Kho Beng sendiripun tidak begitu jelas mengetahui seberapa
banyak korban yg sudah tewas ditangan cicinya, tentu saja dia pun
tidak tahu siapa saja yg telah menjadi korban.
Karenanya ia menjadi tertegun sehabis mendengar perkataan
tadi, ia tahu perkataannya bukan saja gagal melunakkan sikap lawan
malah sebaliknya mengobarkan kembali perasaan dendam sakit
hatinya. Dalam keadaan demikian, ia mengerti kalau suatu pertarungan
tak bisa dihindari lagi. Cepat-cepat senjata payungnya dipersiapkan, kemudian secara
beruntun balas menotok ketujuh jalan darah penting ditubuh Leng
hun totiang, jengeknya sambil tertawa dingin:
"Yang telah mampus toh sudah mampus, justru karena katua
kalian menyayangi kalian anggotanya yg masih hidup, maka
perjanjian tersebut dibuatnya dg ku, tapi sekarang kau bakal
menjadi sukma keempat yg bakal melayang ditanganku."
Untuk tetap mempertahankan pemornya Kedele Maut, terpaksa ia
mesti mengucapkan kata-kata yg pedas.
Hawa amarah Leng hun totiang semakin memuncak, ia
membentak nyaring: "Ngaco belo!" Serangan pedangnya semakin diperketat, diantara ayunan
pedangnya sedapat mungkin ia mengancam bagian-bagian
mematikan ditubuh Kho Beng.
Dalam waktu singkat, cahaya pelangi yg menyilaukan mata telah
mengurung Kho Beng dibawah lapisan bayangan pedang.
Kho Beng dipaksa untuk menghindar kesana kemari untuk
menyelamatkan diri, ditambah pula senjatanya tak sesuai dg
kebiasaannya, maka sulit baginya untuk melancarkan serangan
balasan, hal ini masih ditambah pula dg kekuatirannya bila sampai
melukai lawan, karenanya ilmu pedang Lingsui jit si pun tak berani
digunakan. Akibatnya secara lambat laun ia makin terjerumus kedalam
kepungan musuh dan kerepotan untuk menghadapinya.
Perasaan gelisah membuatnya makin tegang, apalagi permainan
pedang Leng hun totiang yg makin lama makin gencar, dimana
pancaran hawa serangannya begitu hebat dan jauh diluar
perhitungannya, semua itu membuatnya makin terpojok.
Kho Beng mulai sadar, bila ia tidak segera melancarkan serangan
balasan, akhirnya dia sendiri yg akan terluka diujung senjata lawan.
Sementara itu Leng hun totiang sedang mengeluarkan jurus "Im
yang ji hun" atau "Im yang dipisahkan dua" dimana cahaya pedang
yg terwujud dalam dua bias sinar mengancam kedua iga Kho Beng,
lapisan cahaya serangan tersebut membuatnya susah untuk
membedakan manakah yg kenyataan dan mana yg tipuan.
Sambil menggertak gigi keras-keras Kho Beng segera membentak
nyaring, telapak tangan kirinya diputar kemudian didorongnya
kemuka dg pancaran tenaga serangan yg sangat hebat.Berbicara
soal tenaga dalam, Kho Beng menggembol tenaga murni Bu wi lojin
sebesar empat puluh tahun hasil latihan, tentu saja serangannya itu
benar-benar mengerikan hati.
Leng hun totiang kelihatan agak terkejut, pergelangan tangannya
segera diayunkan kebawah dan merubah jurus serangannya menjadi
gerakan "bayangan hitam pelangi terbang" untuk menyambar
pinggang Kho Beng. Kecepatannya didalam merubah jurus selincah ular berbisa,
keganasannya serupa angin puyuh yg menyapu dedaunan, tapi
sayang Kho Beng sudah mempersiapkan diri dg sebaik-baiknya.
Sekali lagi ia membentak nyaring, dg ujung payungnya ia totok
ketubuh pedang lawan, inilah jurus "ombak ganas menerjang
batuan" dari ilmu pedang Liu sui jit si yg amat menggetarkan dunia
persilatan. Walaupun payungnya itu tak bisa dipakai untuk tangkisan
melintang dan tusukan langsung, namun oleh karena ujung payung
terbuat dari tembaga putih, maka begitu menutul ditubuh pedang
Leng hun totiang, ternyata secara tiba-tiba dan sangat aneh
menyambar kedada tosu tersebut.
Serentetan cahaya bintang yg terwujud dari rentetan bahan
perak seketika itu juga mengurung dada Leng hun totiang dan
menyerupai air terjun yg menumbuk diatas batu karang kemudian
memercikan butiran air keempat penjuru, kekuatan serangan
tersebut dg cepatnya memancar keempat penjuru dan mengancam
keseluruh tubuh lawan. Memang disinilah kehebatan dari jurus
serangan ilmu pedang air mengalir yg amat hebat itu.
Menanti Leng hun totiang mengenali jurus pedang tersebut,
sayang sekali keadaan sudah terlambat. Diantara percikan cahaya
bintang yg menyilaukan mata, jerit kesakitan bergema memecah
keheningan lalu tampaklah jagom uda dari Bu tong pay yg kosen ini
mundur beberapa langkah dg sempoyongan, pedangnya terkulai
lemas kebawah. Ternyata diatas dadanya sudah muncul lima buah lubang
berdarah dimana darah segar masih menyembur keluar dg derasnya,
air mukanya pucat pias seperti mayat, jelas luka yg dideritanya
parah sekali. Semenjak terjun kedunia persilatan, baru pertama kali ini Kho
Beng melukai lawannya, sebagai pemuda yg berhati mulia ia menjadi
tertegun untuk beberapa saat lamanya. Sementara itu Leng hun
totiang telah menunding Kho Beng dg susah payah sambil berbisik
lirih. "Jurus"jurus ombak ganas menerjang batu yg sangat hebat,
kau"kau"kau pasti bukan Kedele Maut"."
Diam-diam Kho Beng merasa terkejut tapi sesudah menghela
napas panjang sahutnya: "Ketajaman mata totiang memang amat mengagumkan,
sebetulnya aku kho Beng enggan membunuhmu, tapi nampaknya
mau tak mau aku harus menghabisi nyawamu sekarang!"
Leng hun totiang membelalakkan matanya dg keheranan,
serunya amat tercengang: "Kho Beng" Kau adalah Kho Beng sau sicu yg telah melaporkan
identitas Kedele Maut?"
Sambil tertawa getir Kho Beng manggut-manggut:
"Yaa, betul! Sayang sekali totiang mengetahui segalanya terlalu
terlambat?" Seusai berkata, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Leng hun totiang yg sudah terluka parah tak ampun terhajar
telak hingga terbanting keatas tanah, seketika itu juga selembar
jiwanya melayang meninggalkan raganya.
Agar mendekati kenyataan sesuai dg yg sebenarnya, Kho Beng
mengeluarkan dua butir kedele dan segera disambitkan kesepasang
mata korban, kemudian ia lalu menjura kepada jenasah tadi seraya
berdoa: "Totiang, beristirahatlah dg tenang, ucapanmu yg telah
mengundang bencana sendiri, hal mana membuat ku terpaksa harus
membunuhmu, maafkanlah aku, semoga kau dapat menjelma
menjadi manusia kembali dalam penitisan mendatang!"
Selesai berdoa buru-buru ia meninggalkan tempat tersebut dg
cepat. Sekarang ia tak berani meneruskan perjalanan kedepan, seorang
Leng hun totiang sudah cukup membuat berpikir dua kali, ia sadar
orang-orang Bu tong pay tak boleh dipandang enteng.
Ini berarti apa yg dikatakan Li sam memang benar, bila
dibandingkan maka hanya pihak Hoa san pay yg mudah dihadapi.
Maka sekali lagi dia bergerak kembali menuju ketempat dimana
pihak Hoa san pay mempersiapkan penjagaannya.
Tapi pelbagai pikiranpun bermunculan didalam benaknya saat itu.
Bila dilihat dari perbuatan encinya yg membunuh tak habisnya,
maka muncullah pertanyaan berapa banyakkah musuh besar
keluarganya" Didalam surat wasiat ayahnya hanay dikatakan kalau kehancuran
perkampungan Hui im ceng hanya disebabkan sejilid kitab pusaka
Thian goan bu boh, mungkinkah orang yg mengincar kitab pusaka
tersebut tempo hari mencakup seluruh umat persilatan didunia ini"
Dibebani oleh berbagai persoalan yg mencurigakan inilah, tanpa
disadari ia telah kembali dikawasan dimana jago-jago Hoa san pay
melakukan penjagaan.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana disekeliling tempat itu sangat hening, kecuali ombak
sungai yg menggulung-gulung, segala sesuatunya kelihatan tenang
sekali. Seharusnya dg kembalinya ia ketempat tersebut, maka kawanan
jago lihay yg mengejar dari kota Gak yang harus sudah berkumpul
semua disitu, tapi apa sebab suasana diseputar sana justru kelihatan
begitu hening dan tenang....
Dg perasaan tak habis mengerti Kho Beng memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu, belum lagi ingatan kedua melintas
lewat, tiba-tiba dari sisi kirinya, dari balik sebuah batuan karang
menyembur keluar bom udara berwarna merah, disusul kemudian
terdengar seseorang menjengek sambil tertawa dingin.
"Iblis jahat! Sudah lama kunantikan kedatanganmu, tak kusangka
kau masih tetap berada disini!"
Ditengah pembicaraan, tampak dua sosok bayangan manusia
meluncur turun dg cepatnya dan menghadang ditengah jalan,
ternyata mereka adalah dua orang kakek putih dan hitam.
Kedua orang kakek itu mempunyai dandanan yg sangat aneh, yg
hitam mempunyai rambut berwarna hitam pekat, jenggot hitam,
muka hitam dan berbaju hitam, sekilas pandang mirip sekali dg
sebuah gumpalan daging berwarna hitam.
Sebaliknya yg putih, mengenakan baju putih, muka putih bahkan
rambut dan jenggot pun berwarna putih salju.
Diam-diam Kho Beng merasa sangat terkejut, dari dandanan
maupun ciri khas kedua orang lawannya itu, ia segera mengenali
mereka sebagai Hoa san Hek pek jilo atau dua sesepuh hitam putih
Hoa san pay. Karenanya dg berlagak acuh tak acuh dan santai, ia memutar
payung bulatnya seraya berseru lengking:
"Ada apa" Apakah kunjunganku untuk menikmati keindahan
panorama malam ditempat ini telah mengganggu kalian berdua, dua
sesepuh dari Hoa san pay?"
Sikakek muka hitam mendengus dingin:
"Hmmm...ternyata anda betul-betul sangat licik dan berakal
bulus, sudah ratusan orang rekan-rekan persilatan mengejarmu
sampai dimuka sana, tak nyana kau masih berkeliaran disekitar sini,
tapi dg berdua kami bersaudara ditempat ini berarti jangan harap
kau bisa lolos dari sini dg selamat. Bila tahu diri mari kita selesaikan
persoalan ini secepatnya..."
Sembari berkata, mereka berdua masing-masing meloloskan
senjata andalannya. Ketika mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Kho
Beng amat terkejut sekali, dari perkataan lawan yg mengatakan
bahwa para jago telah mengejar kedepan situ, berarti selisih jarak
mereka tak bakal terlalu jauh, atau dg perkataan lain siasatnya
memancing para jago telah mencapai tujuan.
Dalam keadaan begini, dia tak ingin membuang waktu lebih lama
lagi disana, setelah berpikir sejenak, katanya kemudian sambil
tertawa lengking: "Apakah kalian berdua sudah merasa bosan hidup didunia ini?"
Sikakek bermuka putih segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha...ha...ha...terus terang saja, aku masih belum bosan hidup
didunia ini, tapi dalam kenyataan aku memang menaruh curiga
kepadamu!" "Mencurigai dalam soal apa?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, kakek bermuka putih itu
menjawab: "Aku curiga kalau engkau bukan Kedele Maut yg tulen!"
KHo Beng tertegun, lalu tegurnya sambil tertawa dingin"
"Atas dasar apa kau berkata begitu?"
Sambil tertawa dingin, sikakek bermuka hitam turut menimbrung:
"Sejak kemunculannya dalam dunia persilatan, kapan sih Kedele
Maut pernah membiarkan korban yg telah melihat wajahnya hidup
terus didunia ini?" "Yaa, memang belum ada" sahut Kho Beng sambil tertawa
lengking. "Padahal menurut laporan anak muridku, sepanjang perjalanan
anda tidak melukai siapa saja, hal ini bertentangan sekali dg si
Kedelai Maut, oleh sebab itulah bukan saja aku menaruh curiga
kalau engkau bukan Kedele Maut, bahkan akupun mencurigai
maksud serta tujuanmu berbuat begini!"
Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya
tanpa terasa: "Tampaknya ucapan jahe makin tua makin pedas memang benar,
tak heran kalau Li Sam berpesan kepadaku agar bersikap lebih hatihati
bila bertemu dua sesepuh hitam putih dari Hoa san?"
Dalam waktu singkat ia telah memperoleh jawabannya, maka
sambil tertawa dingin katanya:
"Ehmm, kecurigaanmu memang cukup beralasan, tapi akupun
hendak bertanya kepadamu, sudah tidak sedikit korban yg tewas
diuung Kedele Maut ku selama ini, tapi apakah tak pernah kau
pikirkan, diantara jago-jago yg tewas adakah diantaranya yg berasal
dari jagoan kelas dua atau kelas tiga?"
Kakek bermuka putih itu berpikir sebentar, lalu manggutmanggut:
"Yaa benar, diantara korban yg tewas dlm cengkeraman Kedele
Maut mu kalau bukan seorang pemimpin suatu perkumpulan atau
perguruan, memang biasanya termasuk jagoan kelas satu yg berilmu
silat tinggi?" Sambil tertawa dingin, Kho Beng segera menyela:
"Nah, tentunya kau sudah mengerti bukan apa sebabnya
sepanjang jalan aku tidak melakukan pembunuhan" Bukan aku tak
ingin membunuh, he"he"he"Cuma sayang mereka belum pantas
untuk menemui ajalnya ditanganku."
"Hmmm..sombong benar lagakmu" dengus kakek bermuka hitam
dg rasa mendongkol, "dari kota Gak yang hingga ketempat ini, meski
diantara rekan-rekan persilatan terdapat juga kawanan manusia yg
tidak sesuai dg nama besarnya, namun sebagian besar memiliki ilmu
silat yg luar biasa hebatnya, bila anda benar-benar adalah Kedele
Maut, aku rasa bangkai sudah bergeletakan dimana-mana, darah yg
mengalir telah menganak sungai"."
Kho Beng sengaja tertawa melengking.
"Hey tua bangka! Kau tak usah menempeli emas diwajah sendiri,
ketahuilah orang-orang yg kujumpai sepanjang jalan tak lebih hanya
sekawanan setan bernyali kecil yg menggelikan hatiku saja tapi
berbicara sesungguhnya, memang ada juga diantara mereka yg
memiliki kemampuan yg cukup berhak untuk kuhadapi seperti
misalnya tosu kecil yg bernama Leng hun, aku rasa tosu yg telah
kujegal itu masih lebih hebatan ketimbang jago-jago dari hoa san
kalian." Sindiran yg tak langsung ini seketika membuat wajah dua
sesepuh hitam putih menjadi merah padam, sikakek muka hitam
segera membentak penuh amarah.
"Jadi kau anggap kekuatan Hoa san pay kami tak ada harganya
sama sekali?" "Hmmm..itupun belum cukup, ambil contoh kalian berdua saja,
berapa sih tinggi ilmu silat kalian berdua" Tapi aku telah menyiapkan
empat butir Kedele untuk menghantar kalian bermain-main dialam
baka!" Dua sesepu hitam putih dari Hoa san nampak terkesiap, perasaan
curiga yg semula muncul dalam benak mereka pun mulai goyah.
Mereka mengetahui cukup jelas taraf kepandaian silat yg dimiliki
Leng hun totiang dari Bu tong pay, tapi kenyataannya ia telah tewas
ditangan musuh, hal ini menandakan bahwa Kedele Maut yg berada
dihadapannya sekarang bisa jadi adalah iblis yg tulen.
Serentak kedua orang sesepuh dari Hoa san pay ini
mempersiapkan pedangnya dan disilangkan didepan dada sambil
berjaga jaga terhadap segala kemungkinan yg bakal terjadi, namun
mereka tidak bermaksud untuk menyerang lebih dulu.
Padahal Kho Beng sendiripun tidak berniat turun tangan, melihat
keadaan tersebut, segera ujarnya sambil tertawa lengking:
"Hey tua bangka! Apa lagi yg kalian nantikan" Andaikata benarbenar
tak pingin mampus, menyingkirlah kesamping dg segera, hari
ini aku akan bersikap lebih terbuka terhadap pihak Hoa san pay
kalian!" Berubah hebat paras muka sikakek bermuka hitam, dg wataknya
yg keras dan berangasan akhirnya ia tak kuasa untuk menahan diri,
segera dipandangnya sikakek bermuka putih sekejap, lalu berkata:
"Lotoa, perguruan kita telah dihina malam ini, bila kita berpeluk
tangan belaka, apakah orang persilatan tak akan mentertawakan
kita?" Watak sikakek bermuka putih justru merupakan kebalikan dari
kakek bermuka hitam, mendengar kata-kata tersebut segera ia
tertawa: "Loji kita tak boleh mengucapkan masalah besar hanya
disebabkan persoalan kecil, buat apasih kita terburu nafsu?"
Kho Beng jadi tertegun, ia coba memperhatikan sekejap suasana
diseputar sana, tiba-tiba ia menjumpai munculnya beberapa titik
hitam dari arah timur sana, titik-titik hitam tersebut sedang bergerak
mendekat dg kecepatan luar biasa.
Tiba-tiba saja ia menjadi paham agaknya kedua sesepuh hitam
putih dari Hoa san pay ini sedang mengulur waktu sambil menunggu
bala bantuan. Kho Beng menjadi tercekat, ia tak berani berayal lagi, sambil
mengambil segenggam kedele ari sakunya, ia berseru lengking:
"Tua bangka celaka! Kalau toh kalian tak berani turun tangan,
rasakan dulu kehebatan kedele pengejar sukma ku ini , lihat
serangan?" Segenggam kedele segera memancar keempat penjuru bagaikan
hujan gerimis yg menyelimuti angkasa. Sebagaimana diketahui
korban yg tewas diujung kedele tersebut sudah kelewat banyak, lag
pula diantara para korban tersebut terdapat jago-jago yg
berkepandaian jauh melebihi dua sesepuh hitam putih, itulah
sebabnya bagitu kedele tersebut diluncurkan, dg perasaan terkesiap
buru-buru dua orang kakek itu menyurut mundur untuk
menghindarkan diri. Kho Beng memang bermaksud menggertak musuhnya dg
kebesaran nama kedele maut, karenanya sesudah melepaskan
serangan, tanpa diperdulikan lagi apakah serangannya mengenai
sasaran atau tidak, secepat anak panah dia melesat pergi.
Sementara itu kedua kakek hitam putih dari Hoa san pay masih
berdiri tertegun ditempat semula, terutama setelah gumpalan kedele
tersebut berguguran diatas tanah tanpa menimbulkan reaksi apapun
yg mengerikan hati. Tapi setelah tertegun sesaat, dg cepat mereka lakukan
pengejaran kembali. Dalam pada itu kawanan jago yg melakukan pengejaran telah
berdatangan semua, dibawah bimbingan dua sesepuh hitam putih
dari hoa san pay, serentak mereka lancarkan pengejaran dg ketat.
Bom-bom udara berasap merah dilepaskan berulang kali, suara
dentuman dan percikan cahaya membelah kegelapan dan
keheningan malam. Kho Beng kabur dg sekuat tenaga, beberapa kali ia berpaling
sambil memperhatikan keadaan diseputar sana, tatkala menjumpai
keadaan tersebut, hatinya merasa makin tegang dan panik. Ia tahu
bila dirinya sampai terkepung oleh kawanan jago sebanyak itu, jelas
sudah keselamatan jiwanya akan terancam.
Berada dalam keadaan begini, mau tak mau ia mesti menambah
dua bagian tenaganya untuk kabur semakin cepat lagi.
Dalam waktu singkat ia sudah kabur sejauh lima li lebih, tiba-tiba
sungai yg membentang dihadapannya berbelok kekiri lalu pada jarak
seratus kaki didepan situ ia menemukan htan gelagah dg bunganya
yang putih. Hutan gelaga tersebut luas sekali hingga mencapai
ratusan bau" Menjumpai hutan gelaga itu membuat Kho Beng segera teringat
kembali dg pesan Li sam, hatinya menjadi amat girang. Ia tahu, asal
dirinya berhasil memasuki hutan gelaga tersebut berarti keselamatan
jiwanya sudah terjamin. Siapa tahu belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba
dari balik hutan disisi kanan telah muncul serombongan jago
persilatan yg dipinpin sendiri oleh Bok sian taysu dari Siau lim si
serta Kiong Ceng san pemilik istana naga dari bukit Kun san.
Bok sian taysu dg toya bajanya berdiri mencegat ditengah jalan
sambil membentak keras: "Iblis jahat, hendak kabur kemana kau?"
Kho Beng amat terkesiap, ia sadar sedang menghadapi musuh yg
benar-benar tangguh, maka begitu melihat bayangan manusia
melintas lewat dihadapan mukanya, dg cepat dia merogoh kembali
segenggam kedele sambil membentak nyaring:
"Keledai gundul! Rasakan dulu beberapa biji kedele ku ini!"
Segenggam kedele segera diayunkan kedepan mengancam tubuh
Bok sian taysu serta puluhan jago lihay lainnya.
Agaknya kawanan jago tersebut agak jeri terhadap kedele maut,
buktinya orang-orang tersebut serentak mengundurkan diri dg panik
ketika melihat datangnya ancaman tersebut, bahkan Bok sian taysu
sendiripun segera memutar toyanya sedemikian rupa sambil melejit
kebelakang untuk menghindarkan diri.
Memanfaatkan kesempatan yg sangat baik itulah Kho Beng
segera melarikan diri dari situ, dalam enam tujuh kali lompatan saja
ia telah berhasil menyusup masuk kebalik telaga tersebut.
Kisah Pendekar Bongkok 13 Juragan Tamak Negeri Malaya Karya Widi Widayat Kelelawar Hijau 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama