Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 5

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 5


Perlu diketahui, tumbuhan tgelaga yg berada disitu tingginya
melebihi tubuh manusia, begitu masuk kebalik gelaga, Kho Beng
mendekam sejenak sambil memperhatikan situasi, kemudian ia baru
merangkak secara pelan-pelan meninggalkan tempat itu.
Dia tak tahu, siapakah orang yg bakal menolongnya seperti apa
yang dijanjikan Li Sam, karena itu diam-diam dia merangkak maju
ketepi sungai dan mendekam disitu.
Pikirnya, andaikata waktu itu ada sebuah perahu yg lewat, maka
tak sulit baginya utnuk meloloskan diri dari kepungan para jago,
atau mungkin memang begitulah maksud Li sam sewaktu menyuruh
menelusuri sungai.."
Siapa tahu ketika ia sudah merangkak hingga mencapai tepi
sungai dan melongok Keluar yg terlihat hanya gulungan ombak yg
amat ganas, jangan lagi bayangan perahu, sepotong kayu atau
papan pun sama sekali tak nampak.
Dg perasaan kecewa, Kho Beng segera duduk tepekur diatas
tanah, sementara matanya mengawasi sekeliling tempat itu dg
seksama, ia kuatir ada orang yg berhasil menyusup masuk kesitu.
Atau mungkin Li Sam hanya berbohong" Atau mungkin orang yg
berniat menolongnya belum datang"
Dg perasaan amat gelisah Kho Beng menanti kedatangan bala
bantuan, sementara telinganya dapat menangkap suara
pembicaraan yg bergema datang terbawa oleh hembusan angin.
"Rekan-rekan sekalian, jangan digeledah secara sembarangan!
Yang penting kita kurung lebih dulu sekeliling hutan telaga ini, lalu
selangkah demi selangkah kita geledah kedalam, asal iblis itu bukan
jelmaan siluman, lolap jamin dia tak akan lolos dari pencarian kita
pada malam ini." Habis berkata, kembali gelak tawa yg amat nyaring
berkumandang memecah keheningan, jelas sudah orang yg memberi
komando tadi tak lain adalah Bok sian taysu dari Siau lim pay.
Menyusul perkataan tadi, dari sekeliling tempat tersebut
kedengaran langkah kaki manusia serta suara rumput yg disingkap
orang. Tak terlukiskan rasa terperanjat Kho Beng pada waktu itu, ia
berusaha memeras otak untuk menemukan jalan keluar, namun
usahanya sia-sia belaka, kecuali terjun kesungai dan kabur dg jalan
menyelam, rasanya tiada jalan lain lagi.
Apa lacur, sama sekali ia tak mengerti ilmu berenang,
menceburkan diri ke dalam sungai sama artinya bunuh diri.
Menjumpai keadaan seperti ini, tanpa terasa ia mendongakkan
kepalanya sambil menghela napas pikirnya:
"Apa yg dikatakan Bok sian taysu memang benar, biar memiliki
sayappun jangan harap kau Kho Beng bisa lolos pada malam ini!"
Padahal Kho Beng masih mempunyai sebuah jalan lagi yaitu
muncul dalam wajah aslinya dan melangsungkan pertarungan sekuat
tenaga untuk membuka sebuah jalan berdarah guna lolos dari
kepungan. Tapi jalan tersebut merupakan jalan terakhir yg tak akan
dilaksanakan sebelum keadaan betul-betul terpaksa, sebab ia pun
hanya mempunyai sedikit harapan, sebab jumlah musuh yg
mengepung disekeliling sana benar-benar kelewat banyak.
Sementara Kho Beng duduk termenung dibalik tumbuhan gelaga,
kawanan jago persilatan yg jumlahnya mencapai ratusan orang itu
sudah mulai membentuk gerakan menjepit dirinya, semuanya
membawa senjata terhunus dan selangkah demi selangkah
memasuki hutan gelaga dg wajah tegang.
Manusia beriring manusia, pedang berlapis pedang, boleh
dibilang tiada tempat luang yg tersisa, bukan Cuma begitu, kawanan
jago yg mendapat tugas ditempat lain pun secara berbondongbondong
berdatangan semua kesitu.
Dalam waktu singkat, wailayah yg berada dlm radius pencarian
mereka makin lama makin meluas.
Disaat para jago sudah memasuki hutan gelaga sejauh dua
puluhan kaki itulah mendadak dari balik sungai berkelebat sesosok
bayangan putih yg membawa sebuah payung bulat, bagaikan
sambaran petir cepatnya bayangan itu dan langsung terjun ke dalam
sungai. Melihat kejadian tersebut, para jago segera menjerit kaget:
"Kedele maut melarikan diri ke dalam sungai?"
"Kedele Maut terjun keair!"
?".." Ditengah jeritan kaget itulah tiba-tiba terdengar seseorang
berseru sambil tertawa nyaring:
"Andaikata berada didaratan mungkin aku harus mengalah tiga
bagian kepadanya, tapi kalau berada dalam air".ha"ha"ha"dia
sama artinya dg mencari kematian buat diri sendiri, lihat saja nanti
aku akan membekuknya hidup-hidup!"
Ditengah pembicaraan, sesosok tubuh yg tinggi besar telah
melompat ke depan dan menyusul dibelakang Kedele Maut, ikut
terjun pula ke dalam sungai"
Ternyata jago yg ke air itu tak lain adalah ketua istana naga
Kiong Ceng san sendiri. Dg terjunnya Kiong Ceng san ke dalam sungai Tiangkang, maka
para jago yg melakukan penggeledahan pun ikut menghentikan
gerakannya, serentak mereka berkumpul ditepi sungai untuk
mengikuti jalannya peristiwa tersebut.
Benar juga, tak selang beberapa saat kemudian dari balik sungai
yg hitam berlumpur telah muncul sebuah kepala manusia, kemudian
terdengar Kiong Ceng san berseru sambil tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"aku telah berhasil membekuk iblis tersebut!"
Sambil berkata dia mengangkat tinggi-tinggi tubuh seseorang yg
basah kuyup. Bok sian taysu yg berdiri ditepi sungai segera berseru dg
gembira: "Kiong lo sicu, cepat seret gembong iblis itu naik ke daratan!"
Kiong Ceng san membenamkan kembali tubuh Kedele Maut kedalam
air sungai kemudian ujarnya sambil tertawa, "Taysu aku belum mau
naik kedaratan." "Kenapa?" tanya Bok sian taysu tertegun.
"Sudah berhari-hari lamanya aku mesti menderita siksaan batin
yg berat gara-gara ulah iblis tersebut, maka pada malam ini aku
hendak menyuruh si iblis jahat ini merasakan nikmatnya air sungai,
selain itu tenaga dalam yg dimiliki iblis ini terlalu hebat, hanya
selama berada dalam air aku dapat mengatasinya. Aku pikir lebih
baik iblis ini kubawa berenang menuju ketelaga Tong ting, toh
jaraknya jauh lebih dekat ketimbang lewat daratan.
Ha"ha"ha"oleh sebab itu aku putuskan akan membawanya pulang
kebukit Kun san dg lewat jalan air, nah kutunggu kedatangan kalian
disana!" Padahal begitu banyak jago lihay yg melakukan penjagaan
disekitar sana, asalkan jalan darah di Kedele Maut sudah tertotok,
apakah ia sanggup untuk melarikan diri"
Tentu saja tidak, yg benar adalah Kiong Ceng san hendak
memanfaatkan kesempatan ini dg sebaik-baiknya untuk
meningkatkan pamor serta kedudukannya dimata orang banyak.
Itulah sebabnya ia sengaja mendemontrasikan kehebatannya
dihadapan para jago. Bok sian taysu sebagai seorang jago kawakan yg berpengalaman
tentu saja memahami maksud hati rekannya, baginya asal iblis itu
sudah tertangkap maka persoalan lain bukan masalah, itulah
sebabnya iapun memberi kesempatan buat Kiong Ceng san untuk
memperlihatkan kebolehannya.
Sambil tertawa segera ujarnya:
"Bagus, bagus sekali, tapi lolap perlu menjelaskan dulu bila
sampai terjadi sesuatu mala lo sicu seorang yg mesti bertanggung
jawab!" Kiong Ceng san segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"bila terjadi sesuatu hal yg tak diinginkan, aku akan
pertaruhkan sebutir batok kapalaku ini, ha"ha"ha"maaf aku harus
berangkat duluan!" Selesai berkata dia lantas menyelam kembali kedalam air dan
meluncur kedepan dg cepatnya, dalam waktu singkat diatas
permukaan air hanya tertinggal sebuah jalur panjang yg memutih.
Sambil tertawa tergelak, Bok sian taysu segera berkata:
"Kiong tayhiap betul-betul hebat, makin tua makin gagah saja
nampaknya"." Kemudian sambil mengulapkan tangannya kepada para jago
serunya kembali: "Sicu sekalian, mari kita segera berangkat, coba kita lihat siapa
yg lebih cepat tiba ditempat tujuan, Kiong tayhiap atau kita?"
"Baik! Hayo berangkat!"
Diiringi sorak sorai yg keras, berangkatlah kawanan jago itu
kembali kearah telaga Tong ting.
Betulkah orang yg berhasil ditawan adalah Kho Beng"
Ternyata bukan! Waktu itu Kho Beng masih bersembunyi dibalik
hutan gelaga, betapa bingung dan bimbangnya sia setelah
menyaksikan terjadinya adegan tersebut.
Suara sorak sorai dan gelak tawa dari para jago makin lama
semakin menjauh, suasana disekeliling hutan gelaga pun pelan-pelan
pulih kembali dalam keheningan, tapi pikiran Kho Beng tetap kalut
dan bergelombang dg hebatnya.
"Siapa gerangan orang itu" Mengapa dia mewakiliku agar dibekuk
orang" Mungkin kah orang tersebut yg dimaksud Li sam?"
Pelbagai pertanyaan membelenggu pikiran dan perasaannya,
namun tak sebuah pun yg dapat ditemukan jawabannya.
Akhirnya dalam hutan gelaga itu juga dia melepaskan rambut
palsunya, membuang payung bulat, melepaskan baju perempuan
dan mengenakan kembali baju sendiri.
Kemudian setelah muncul dalam wujud aslinya, ia baru melompat
keluar dari balik hutan gelaga serta memperhatikan sejenak suasana
disekitar tempat itu. Menurut rencana semula, Kho Beng memutuskan akan pergi
meninggalkan telaga Tong ting dan berangkat ke Yang ciu untuk
mencari Sastrawan berkipas kumala Beng Tan atau kalau tidak
berusaha mengadakan kontak dg encinya.
Tapi sekarang ia harus merubah rencananya semula, sebab dia
ingin tahu siapakah orang yg telah mewakilinya untuk mencari mati"
Sebab ia sangat terharu oleh tindakan orang tersebut disamping
perubahan yg terjadi benar-benar diluar dugaan. Tapi persoalan yg
membuatnya ragu adalah dapatkah ia kembali kesitu dg selamat"
Mungkinkah orang lain sudah mencurigai gerak-geriknya"
Sementara Kho Beng masih mempertimbangkan persoalan tsb,
mendadak dari belakang tubuhnya kedengaran seseorang menegur:
"Kho sauhiap, mengapa kau masih berada disini?"
Kho Beng sangat terkejut, secepat kilat ia membalikkan badannya
sambil memperhatikan kearah mana berasalnya suara teguran tsb.
Tampak tiga sosok bayangan manusia melayang turun persis
dihadapannya, ternyata mereka adalah Kim kong sam pian, Kim
bersaudara. Pelbagai perasaan yg tak keruan pun berkecamuk dlm benaknya,
tapi dg cepat ia pun balik bertanya:
"Oooh"rupanya kalian bertiga, mengapa kamu bertiga pun masih
berada disini?" Sambil tertawa Kim lo ji segera berkata:
"Kami dapat tugas utk menarik kembali semua penjagaan yg
berada di sekitar sini, kenapa sauhiap tidak kembali?"
Kho Beng pura2 tertawa getir:
"Kembali" Sewaktu mengikuti kalian mengejar Kedele Maut tadi,
tiba2 kulihat adanya tanda bahaya muncul disebelah sana, maka aku
buru2 kesitu, ditempat tsb kutemukan sesosok mayat tosu,
karenanya aku berusaha mencari rekan2 lainnya disekitar sini, siapa
tahu tidak kutemukan seorang teman pun berada disini?"
Ketika berbicara sampai disitu, tiba2 ia merasa penjelasannya
banyak terdapat kelemahan, maka cepat2 ia balik bertanya:
"Mengapa kalian bertiga menarik kembali semua penjagaan
disekitar sini?" "Apakah Kedele Maut sudah lolos?"
Kim kong sam pian adalah para lelaki periang yg berjiwa terbuka,
ditambah pula mereka menaruh kesan baik terhadap Kho Beng dan
bermaksud mengikat tali persahabatan dgnya, maka pada
hakikatnya semua kelemahan dibalik penjelasan Kho Beng tadi tidak
diperhatikan sama sekali.
Terdengar Kim lo jin tertawa terbahak-bahak.
"Ha"ha"ha"rupanya sauhiap belum tahu" Gembong iblis itu
sudah tertangkap hidup2?"
"Kedele Maut sudah tertangkap hidup2?" Kho Beng pura2 terkejut
bercampur keheranan, "siapa yg berjasa membekuk iblis tsb?"
"Siapa lagi, tentu saja Kiong locianpwee dari bukit Kun san" sahut
Kim losam sambil tersenyum, "malah ia ketelaga tong ting lewat
jalan air. Kho sauhiap, mari kita cepat2 pulang, siapa tahu disana
bakal berlangsung suatu pertunjukkan yg sangat menarik!"
Seraya berkata, ia segera menarik Kho Beng dan diajak berlalu
dari situ" Berada dalam keadaan begini, terpaksa Kho Beng ikut pulang,
walaupun demikian ia toh menunjukkan kembali wajah tercengang,
tanyanya: "Pulang lewat jalan air" Mengapa tidak kulihat ada perahu di
sungai?" Kembali Kim lo toa tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha" dg ilmu berenang yg dimiliki Kiong locianpwee, apa
gunanya perahu baginya" Biarpun sungai tiangkang lima enam puluh
li namun dalam pandangannya tak lebih hanya sebuah selokan
kecil." "Maksud saudara Kim, Kiong tayhiap pulang ke Kun san dg jalan
berenang diair?" kembali Kho Beng berlagak tak percaya.
Kim lo toa manggut2. "Tampaknya sauhiap baru pertama kali menginjakkan kaki di Gak
yang sehingga tidak mengetahui kemashurannya, biarpun dlm kurun
waktu belasan tahun belakangan ini banyak sudah bermunculan
jago2 kenamaan diseputar wilayah Sam siang, sesungguhnya belum
ada seorang manusia pun yg sanggup melampaui kepandaian
berenang yg dimiliki Kiong tayhiap, itulah sebabnya gedung keluarga
Kiong dibukit Kun san disebut sebagai istana naga, karena ilmu
berenangnya luar biasa, malah pernah mengungguli enam belas jago
berenang dari lima telaga, itulah sebabnya ia pun dihormati sebagai
seorang sincu." Ditengah pembicaraan yg santai, tanpa terasa mereka berempat
sudah tiba dikota Gak yang.
Sewaktu tiba ditepi telaga Tong ting hari sudah terang tanah, dari
kejauhan Kho Beng dapat menyaksikan hasil karyanya semalam,
gedung wisma tsb nyaris terbakar habis, puing2 nampak berserakan
dimana-mana. Untuk menutup perbuatannya, pemuda itu sengaja menggerutu
sambil menghela napas mencaci maki perbuatan tsb, kemudian
mereka baru berangkat kebukit Kun san dg menaiki sampan yg
tersedia. Saat itu hatinya merasa tegang sekali sebab teka teki akan
segera terjawab. Ia ingin tahu apakah orang tsb ada hubungan dg


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya atau tidak. Setibanya dibukit Kun san, diiringi Kim kong sam pian mereka
memasuki gedung istana naga yg megah. Waktu itu eluruh ruangan
sudah dipenuhi jago yg masing2 sedang berbisik-bisk
mempersoalkan kejadian itu.
Pada saat itulah petugas penerima tamu dari Bu tong pay telah
berseru keras: "Kho sauhiap tiba!"
Para jago yg semula berjalan dimuka pintu gerbang serentak
memisahkan diri menjadi dua dan menyingkir kesamping, lalu
nampak seorang nona cantik tampil kedepan pintu seraya menyapa.
"Sauhiap, rupanya kau telah pulang."
Melihat orang yg datang menyambutnya adalah Walet Terbang
berwajah ganda Chin sian kun, lagi2 Kho Beng merasakan hatinya
tak tenang, buru2 ia menjura seraya menyahut:
"Terima kasih atas sambutan dari lihiap"
"Sewaktu terjadi kebakaran di wisma semalam, aku menjadi
panik sekali karena tidak menjumpai sauhiap!" gumam Chin sian kun
lagi. Diam2 Kho Beng merasakan hatinya tercekat, dia tak tahu apa
maksud pertanyaan tsb, menjebakkah atau sengaja hendak
menyelidiki" Sebelum ia sempat menjawab, kim lo toa telah berkata suluan
sambil tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha" tak nyana nona Chin pun merasa gelisah krn
memikirkan seseorang, wah nampaknya benih cinta sudah mulai
bersemi dalam hatimu!"
"Huh, usil!" umpat Sian kun sambil berkerut kening, sementara
wajahnya berubah menjadi semu merah krn jengah.
Atas terjadinya peristiwa ini, perasaan tegang yg semula
mencekam perasaan Kho Beng pun menjadi jauh berkurang, buru2
ia berkata sambil tersenyum:
"Oleh karena aku mengetahui terjadinya kebakaran sejak awal,
waktu itu jejak musuh belum hilang maka tanpa berpikir panjang
aku melakukan pengejaran?"
Kemudian sambil mengalihkan pembicaraan kesoal lain,
lanjutnya: "Konon Kiong tayhiap telah berhasil membekuk Kedele Maut, apa
benar..?" Chin sian kun manggut2: "Yaa, sekarang iblis tsb sudah dibelenggu ditengah ruangan dan
siap menerima pengadilan masal!"
"Sebenarnya siapa sih gembong iblis tsb?" desak Kho Beng ingin
tahu. Chin sian kun segera tertawa misterius:
"Tak ada salahnya bila sauhiap mencoba untuk menerkanya
sendiri..!" Sambil tertawa Kim lo ji ikut menimbrung.
"Waah"buat apa sih kau menjual mahal" Asal kita masuk
keruangan, bukankah segala sesuatunya akan jelas?"
Chin sian kun segera mendengus:
"Hmm, aku yakin kalian tak bakal bisa menerkanya, sauhiap
cepat masuk dapat kuberitahukan kepadamu, Kedele Maut tsb hanya
gadungan?" Dalam hal ini tentu saja Kho Beng lebih mengerti, sebab yg
dimaksud sebagai Kedele Maut bukan lain adalah enci kandungnya,
sedang encinya pun mustahil mengambil arah yg sama dg arah yg
ditempuh. Namun utk menghilangkan kecurigaan orang, mau tak mau ia
meski berlagak terkejut juga, serunya keheranan.
"Oooh"Cuma gadungan" Lantas siapakah perempuan itu?"
Kembali Chin sian kun tersenyum.
"Dia bukan wanita, tapi seorang laki-laki!"
Kali ini Kho Beng benar2 dibuat tercengang, setengah tak
percaya serunya: "Mana mungkin seorang laki-laki?"
Tiba2 Chin sian kun menghela napas panjang:
"Aaai"kalau dibicarakan mungkin kau semakin tak percaya lagi,
ternyata laki-laki yg menyaru sebagai Kedele Maut itu adalah Thi
koay siang coat Li Sam yg baru2 ini termasyur dlm dunia persilatan!"
Sewaktu berbicara sampai disini, mereka berempat telah
melangkah masuk ke dalam pintu ruangan. Tapi nama "Li Sam" yg
disebutkan terakhir itu ibarat guntur yg membelah bumi disiang hari
bolong, kontan saja membuat pandangan mata Kho Beng
berkunang-kunang. Li Sam" Si toya baja Li Sam" Apakah dunia persilatan dewasa ini
,asih ada orang kedua yg menggunakan nama Li Sam.
Aan tetapi sewaktu sorot matanya dialihkan kewajah orang yg
diikat kencang2 ditiang ruang tengah itu, ia makin tercekat lagi,
ternyata orang itu benar2 adalah Li Sam yg dicintai dan dihormati.
Dalam waktu singkat Kho Beng merasakan hatinya bergolak keras
sekali, untuk berapa saat lamanya dia hanya bisa termangu-mangu.
Sekarang ia mengerti, rupanya sewaktu ia menolak untuk
menuruti nasehatnya, ia telah mempersiapkan rencana untuk
menolong jiwanya dg korbankan diri sendiri, tak heran kalau ia
sempat berpesan kepadanya bahwa disaat terdesak nanti, dari balik
hutan gelaga pasti akan muncul seseorang yg akan menolongnya,
ternyata orang yg dimaksud tak lain adalah dirinya sendiri.
Pada saat Kho Beng dicekam rasa sedih yg luar biasa itulah,
teredngar Bok sian taysu berseru:
"Berikan tempat duduk untuk Kho sicu!"
Kho Beng tersentak kaget, ia tak berani menunjukkan perubahan
sikap dihadapan orang banyak, apalagi disitu penuh hadir jago2
persilatan yg tak terhitung jumlahnya.
Dibagian terdepan terdapat lima buah kursi, selain bok sian taysu
dan pemilik istana naga Kiong Ceng san yg duduk dibagian tengah,
disebelah kanannya adalah Hek pek ji lo dari Hoa san pay, sedang
disebelah kiri adalah seorang tosu tua, Hian it totiang dari Bu tong
pay. Sementara itu dua orang centeng telah menyiapkan sebuah kursi
kebesaran yg diletakkan disamping Hian it totiang, kemudian
mengundurkan diri kembali.
Kho Beng segera menjura, serunya cepat2:
"Aku yg muda hanya seorang angkatan muda, tak berani duduk
bersanding dg cianpwee sekalian?"
Sambil mengelus jenggotnya yg putih Kiong Ceng san segera
menyela: "Sauhiap adalah tamu agung kami, tidak pantaskah kami
menghormati" Hayo silahkan duduk, kita harus segera mengadili
mata2 ini!" Kho Beng merasakan pikirannya sangat kalut, maka tanpa
sungkan2 lagi ia menempati kursi yg telah disediakan.
Baru saja ia duduk, Bok sian taysu telah berkata:
"Sau sicu, kau tidak menyangka bukan?"
Kho Beng merasakan hatinya amat sakit bagaikan diiris dg pisau,
tanpa berbicara ia manggut2, kemudian mengalihkan pandangannya
ke wajah Li Sam yg terikat diatas tiang.
Waktu itu Li Sam masih mengenakan baju perempuan berwarna
putih yg basah kuyup, mukanya pucat menghijau, selain tanpa
emosi iapun tidak menengok sekejap pun kearahnya.
Kho Beng betul2 menyesal, pekiknya dlm hati:
"Samko..ooh samko"akulah yg telah mencelakaimu"!"
Sementara itu, Bok sian taysu telah berseru dg lantang:
"Li Sam, selama ini lolap bersikap cukup baik kepadamu,
mengapa kau justru membalas dg cara begini?"
"Aku rasa Li Sam belum pernah bersikap jelek kepada taysu"
sahut Li Sam dingin. "Apa maksud perkataanmu itu?" bentak Bok sian taysu dg suara
dalam dan berat. "Sederhana sekali, sebenarnya aku orang she Li dapat
membunuhmu setiap saat, tapi aku toh tak pernah melakukannya,
hal ini disebabkan sikapmu kepadaku pun sangat baik, maka aku
enggan membalas air susu dg air tuba!"
Kontan saja Bok sian taysu melototkan matanya bulat2,
bentaknya keras: "Dendam sakit hati apakah yg pernah terjalin antara kau dg
aku?"" "Sama sekali tiada dendam sakit hati apa pun!"
"Lantas mengapa kau berbuat begitu?" Bok sian taysu
mengerutkan dahinya rapat2.
"Aku sedang melaksanakan tugas dari guruku!"
"Siapakah gurumu?" sela Kiong Ceng san.
"Maaf tak dapat kujawab!"
Bok sian taysu segera menghentakkan tongkatnya keras2 ke
tanah, kemudian bentaknya dg gusar:
"Kau mau mengaku tidak!"
Paras muka Li Sam sama sekali tak berubah, tanpa emosi
sahutnya dingin: "Apa yg mesti kuakui?"
"Katakan siapa gurumu" Mengapa kau menyaru sebagai Keele
Maut dan apa maksud tujuanmu?"
Tiga pertanyaan yg diutarakan secara beruntun ini segera
membuat para jago menjadi tegang, mereka semua pasang telinga
baik2 untuk mendengarkan jawabannya.
Namun Li Sam tetap hambar, tanpa emosi katanya ketus:
"Kuanjurkan kepadamu agar tak usah membuang energi sia2,
percuma ! aku tak bakal menjawab semua pertanyaanmu."
Mendadak Bok sian taysu tertawa seram:
"He"he"he"Li Sam, sekalipun tidak kau katakan, lolap juga bisa
menebaknya, kau sengaja berperan sebagai si Kedele Maut
bukankah karena ingin memancing perhatian para rekan2 persilatan
sehingga memberi kesempatan kepada si iblis jahat itu untuk
meloloskan diri?" "Cerdik benar kamu ini!" jengek Li Sam sambil tertawa dingin,"
sayang sekali agak terlambat kau mengetahui soal ini."
Sekali lagi Bok sian taysu tertawa seram:
"Selama kau Li Sam masih berada dibawah cengkeramanku,
maka belum terhitung terlambat bagiku. Sekarang aku hanya
berharap kepadamu untuk menjawab pertanyaan saja, siapa gurumu
dan apa hubunganmu dg Kedele Maut" Asal kau bersedia mengakui
secara blak-blakan bisa jadi akupun dapat mempertimbangkan
kembali hukuman yg jauh lebih ringan bagimu."
Li Sam tertawa mengejek, katanya:
"Kalau toh kau si hwesio dapat menebaknya sendiri, mengapa
tidak kau tebak saja jawabannya?"
Kiong Ceng san tak dapat mengendalikan hawa amarahnya,
sambil mengebaskan ujung bajunya ia membentak: "Mana
pengawal" Siapkan alat2 siksa dg api!"
Lelaki2 kekar yg berdiri disamping arena segera mengiakan,
seketika itu juga muncul empat orang lelaki yg segera berlarian
keluar dari ruangan. Pada saat itulah tiba2 Hian it totiang dari Bu tong pay buka
suara, ujarnya: "Li sicu, pinto anjurkan kepadamu agar mau menjawab dg
sejujurnya, asal sicu bersedia untuk bertobat serta menyesali
perbuatanmu dimasa lalu, aku jamin selembar jiwamu pasti selamat
tanpa cedera." "He"he"he?" Li Sam tertawa dingin tiada hentinya, "Kau
hendak menjamin keselamatanku" Siapa yg dapat menjamin pula
keselamatanmu sendiri" Hmmm siapa tahu kau sendiripun hanya
bisa hidup selama beberapa hari?"
Paras muka Hian ti totiang seketika itu berubah menjadi hijau
membesi gemetar keras seluruh tubuhnya karena mendongkol,
bentaknya keras2: "Bajingan laknat yg tak tahu diri! Kau berani mencari gara2 dg
ku?" Baru selesai ia berkata keempat lelaki kekar tadi telah muncul
kembali dari pintu ruangan sambil menggotong masuk sebuah kuali
besi yg besar sekali, ditengah kuali kelihatan bara api yg merah
kehijau-hijauan, lidah api yg mengerikan tampak menjilat-jilat
keatas, sementara dibalik bara api yg membara, masing2 terdapat
dua batang besi yg telah membara pula.
Kuali besi berisi api yg membara tadi diletakkan dihadapan Li
Sam, sementara keempat lelaki bengis tadi berdiri berjajar disisinya.
Jilid 11 Dalam waktu singkat suasana diseluruh ruangan tsb telah
dicekam oleh suasana seram, tegang dan serius, lebih2 untuk Kho
Beng, ia sangat terperanjat sehingga untuk sesaat lamanya tidak
tahu apa yg mesti diperbuat.
Namun Li Sam yg dibelenggu diatas tiang tetap tenang, wajahnya
tetap hambar tanpa perubahan, ia seperti tak gentar menghadapi
ancaman tsb" Sekalipun berhadapan dg api yg membara, jangan lagi berkedip,
melihat sekejap pun tidak, seakan akan masalah mati atau hidup
sudah bukan menjadi masalah lagi baginya.
Dalam sekejap mata, suasana didalam ruangan tercekam dlm
keheningan yg luar biasa, begitu hening sampai jarum yg terjatuh
pun mungkin akan terdengar jelas.
Sinar mata dan perhatian semua jago telah tertuju ketubuh Li
Sam seorang, semua orang ingin melihat bagaimanakah reaksi orang
tsb. Tiba2 terdengar pemilik istana naga, Kiong Ceng san membentak
lagi dg suara menggeledek:
"Li Sam sebetulnya kau bersedia mengaku atau tidak!"
"Seperti perkataanku semula, tiada persoalan yg bisa diakui oleh
Li Sam kpd kalian....."
"Betul2 keras kepala dan membandel!" seru Kiong Ceng san
sambil tertawa seram, "Baik, akan kubuktikan hari ini, apa benar
tubuhmu terdiri dari otot kawat tulang baja sehingga tahan
disiksa....mana pengawal" Siapkan alat siksaan!"
Keempat lelaki kekar pelaksana siksaan segera mengiakan
bersama, salah seorang diantaranya segera menyambar gagang besi
yg membara itu kemudian selangkah demi selangkah berjalan
menuju kehadapan Li Sam. Berada dlm keadaan seperti ini hampir saja jantung Kho Beng
melompat keluar dari tenggorokannya, selama ini ia sudah berusaha
memutar otak untuk mencarikan cara baik guna menyelamatkan Li
Sam dari bahaya maut, namun biarpun sudah dipikirkan lebih jauh,
bagaimanapun jua ia gagal menemukan cara terbaik.
Bukit Kun san dikelilingi air, ditambah lagi ratusan jago silat yg
memadati ruangan dlm serta ratusan lagi diluar ruangan, andaikata
ia tak segan2 untuk mengungkapkan identitas diri dan tampil ke
depan untuk melindungi keselamatan Li Sam, belum tentu usahanya
tsb dapat menolong Li Sam dari bahaya serta membawanya lolos
dari situ. Oleh karenanya Kho Beng hanya bisa duduk dg perasaan
tertegun dan tidak tenang, pelbagai pikiran dan perasaan yg kalut
berkecamuk dlm benaknya. Tapi sekarang siksaan segera akan dilaksanakan, ini berarti sudah
tiada kesempatan lagi baginya untuk mempertimbangkan lebih jauh,
kesetian Li Sam membuat darahnya terasa mendidih, ia berpendapat


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalipun tubuh sendiri bakal remuk, bagaimanapun jua tak mungkin
bagi dirinya untuk berpeluk tangan belaka.
Sementara darahnya terasa mendidih dan bergolak keras, pada
saat itulah kedengaran seseorang membentak dg suara yg dalam
dan berat: "Tunggu sebentar!"
Bentakan tsb bukan saja membuat beberapa orang tokoh
persilatan yg hadir menjadi tertegun, Kho Beng sendiripun turut
termangu dibuatnya. Cepat2 dia mengalihkan sorot matanya kearah mana berasalnya
suara bentakan tsb, ternyata orang itu tak lain adalah kakek
bermuka hitam satu diantara dua sesepuh hitam putih dari Hoa san
pay. Waktu itu besi membara yg disiapkan lelaki kekar pelaksana
siksaan telah tiba didepan dada Li Sam, ia segera menghentikan
perbuatannya sesudah mendengar bentakan tsb.
Dg keheranan dan tak habis mengerti Kiong Ceng san segera
bertanya: "Sik tayhiap mengapa kau menghalangi jalannya siksaan?"
Sambil menjura kearah Kiong Ceng san si kakek bermuka hitam
berkata lagi sambil tertawa:
"Aku Sik Tin phu tak berani menghalangi jalan penyiksaan, hanya
ada satu permintaan ingin kuajukan kepada sidang?"
"Silahkan Sik tayhiap katakan!" buru2 Kiong Ceng san berseru
seraya menjura. Sik Tin phu, kakek bermuka hitam itu segera tertawa:
"Aku hanya berharap pelaksana siksaan dapat ditunda sebentar
saja?" Sepasang sesepuh hitam putih dari Hoa san pay ini boleh dibilang
merupakan tokoh silat yg memiliki pamor dan kedudukan tinggi
didunia persilatan, tapi sekarang tokoh semacam itu bisa berkata
demikian, hal mana segera menimbulkan perasaan heran dihati para
jago lainnya. Sementara semua orang masih tertegun, kakek bermuka putih
telah memberi penjelasan sambil tertawa:
"Sebagaimana diketahui, semalam kami dua bersaudara sudah
cukup menderita gara2 ulah bajingan busuk ini, maka kami ingin
melampiaskan rasa mendongkol tsb saat ini juga, itulah sebabnya
kami mohon penyiksaan terhadap bajingan tsb dapat diserahkan
saja pelaksanaannya kepada kami berdua."
Dg penjelasan tsb, para jago baru mengerti maksud dan
keinginannya. Kiong Ceng san segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha".ha"ha".rupanya begitu, kalau toh saudara Sik mempunyai
kegembiraan untuk berbuat demikian silahkan saja dilakukan dg
sesuka hati." Sekali lagi kakek bermuka hitam itu menjura kemudian baru
membalikkan badan dan berjalan menuju ketengah arena.
Diambilnya sebatang besi yg telah membara, lalu sambil berjalan
menuju kehadapan Li Sam, jengeknya sambil tertawa seram:
"Sewaktu berada ditepi sungai semalam, aku sama sekali tak
menyangka kalau orang yg kami hadapi adalah Li tayhiap,
he"he"he"masih ingatkah kau dg apa yg telah diucapkan
semalam?" Li Sam nampak agak bingung tapi segera jawabnya dingin:
"Maaf aku Li Sam tidak dpt mengingatnya kembali?"
"He"he"he?" sekali lagi kakek bermuka hitam tertawa seram,
"semalam kau begitu bergaya dg ucapanmu yg begitu sombong, tak
sebuah perkumpulanpun yg luput dari cercaanmu, maka sekarang
aku hendak menyuruh kau merasakan pembalasan kami atas
perkataanmu yg tidak senonoh semalam."
Tentu saja sikakek bermuka hitam ini tidak tahu kalau orang yg
mengejeknya semalam adalah Kho Beng, sehingga semua rasa
dendam dan sakit hatinya dilimpahkan kepada Li Sam seorang.
Paras muka Li Sam waktu itu sudah berubah menjadi hijau
membesi, hawa panas yg memancar keluar dari besi membara tsb
cukup membuat peluh diatas jidatnya mengucur keluar dg deras.
Sementara itu sikakek bermuka hitam kembali tertawa seram
seusai mengucapkan perkataannya tadi, tiba2 besi yg membara itu
ditusukkan keatas dada Li Sam.
Dlm keadaan seperti ini, Kho Beng sudah tak sanggup utk
menahan diri lagi, ia segera melompat bangun dan siap membentak:
Tapi sebelum suara bentakannya meluncur dari balik bibirnya, Li
Sam dg mata melotot besar telah membentak keras lebih dulu:
"Tahan!" Walaupun suara bentakan itu tidak nampak bertenaga namun
berhubung dipancarkan dg sepenuh tenaga, maka suaranya cukup
menggetarkan seluruh ruangan.
Dg sorot mata yg berapi-api kembali ia membentak keras:
"Barangsiapa berani bertindak sembarangan, aku Li Sam tak
segan2 akan menghabisi nyawa sendiri!"
Didalam teriakan tsb seolah-olah tak sengaja sorot matanya
dialihkan sampai dua kali kewajah Kho Beng.
Menyaksikan hal tsb, Kho Beng menjadi tertegun lalu menghela
napas panjang dan duduk kembali ketempat semula.
Ia mengerti perkataan Li Sam tsb sengaja dituju kepadanya, ia
seperti memberi petunjuk kepadanya agar tdk bertindak secara
gegabah karena dorongan emosi, sebab hasilnya hanya mengantar
selembar jiwanya dg percuma.
Sementara itu sikakek bermuka hitam telah mengejek kembali
sambil tertawa seram: "He...he...he...dalam keadaan seperti inipun kau masih ingin
berlagak sok?" Besi yg merah membara itu segera disodokkan kedepan...
"Coossss......!"
Dipakaian Li Sam yg basah kuyup segera menyembur keluar
segulung asap berwarna hijau, disusul kemudian seluruh jago yg
hadir dlm ruangan mengendus bau daging yg hangus....
Jerit kesakitan yg memilukan hatipun berkumandang dari mulut Li
Sam serta bergema diseluruh ruangan.
Kho Beng tak tega menyaksikan adegan semacam itu, ia
memejamkan matanya rapat2 sambil berusaha keras menahan
cucuran air matanya yg telah mengambang dalam kelopak matanya
sekuat tenaga, ia berusaha utk menahan rasa gusar, dendam dan
gejolak emosi yg membara dalam dadanya. Dlm hati kecilnya diam2
ia berpekik, "Maafkan aku sam ko....selama Kho Beng masih dapat
bernapas didunia ini aku bersumpah akan membalaskan dendam
sakit hatimu ini" Tiba2 terdengar suara teriakan kaget bergema dari
sekeliling ruangan tsb, "Sik tua cepat hentikan perbuatanmu!"
Sik tua tahan, dg wajah tertegun Kho Beng membuka matanya
kembali, ia saksikan darah segar telah meleleh keluar dari ujung
bibir Li Sam, sementara kepalanya telah terkulai lemas diatas
dadanya. Dg perasaan terkejut kakek bermuka hitam membuang besi
membara yg berada ditangannya, kemudian memeriksa denyut nadi
Li Sam tapi akhirnya ia membalikkan badan dan mengundurkan diri
seraya bergumam: "Aaaah...sudah mampus....."
Perasaan menyesal jelas terlintas diatas wajahnya.
Sementara itu Bok sian taysu telah bangkit berdiri pula, ketika
menyaksikan peristiwa tsb ia segera berkata sambil menghela napas:
"Aaaaai"aku tidak menyangka kalau dia akan bunuh diri dg
menggigit lidah sendiri, akibatnya jejak kita untk menelusuri Kedele
Maut lagi2 terputus ditengah jalan."
Kho Beng sendiri hampir semaput setelah meyaksikan kematian
yg mengenaskan dari Li Sam, tapi dg sekuat tenaga ia menggigit gigi
menahan diri. Sekarang ia sudah dapat melihat dg jelas wajah2 sebenarnya
orang persilatan yg menganggap dirinya sbg golongan putih, demi
tercapainya apa yg diharapkan ternyata mereka pun tak segan2
menggunakan cara siksaan yg paling keji bahkan sama sekali tidak
menggubris peraturan dunia persilatan.
Diam2 ia mulai berjanji, peduli pihak istana naga dari bukit Kun
san serta sepasang sesepuh hitam putih Hoa san pay mempunyai
ikatan permusuhan atau tidak dg dirinya, suatu saat dia pasti akan
membalaskan dendam bagi kematian Li Sam?"
Begitulah malam itu juga Kho Beng berangkat meninggalkan
bukit Kun san" Peristiwa berdarah yg berlangsung dibukit Kun san pun dg
cepatnya tersebar luas diseluruh dunia persilatan.
Kematian Leng hun totiang dari Bu tong pay, bunuh dirinya Li
Sam yg belum lama termasyur didunia persilatan"semua berita tsb
mendatangkan perasaan terkejut dan heran bagi semua jago
diseluruh negeri". Tentu saja semua orang menduga Kedele Maut telah berhasil
meninggalkan kawasan telaga Tong ting, maka usaha pembalasan
dendam dari Kedele Maut pun mendatangkan perasaan misteri dan
seram bagi setiap umat persilatan. Orang jadi lebih waspada dan
berhati-hati lagi dalam kehidupannya.
Lebih2 dg kematian Li Sam, kematiannya mendatangkan akibat
yg luar biasa bagi umat persilatan. Semua orang tidak tahu barapa
banyakkah komplotan yg berpihak kepada Kedele Maut dan masih
berkeliaran diantara mereka.
Dibawah pemberitaan yg sambung menyambung, akhirnya
keseraman dan kehebatan Kedele Maut telah menimbulkan suatu
gambaran yg mengerikan bagi semua orang, seolah-olah tiada
lubang sekecil apapun yg tak bisa ditembusi Kedele Maut.
Dg terjadinya peristiwa itu, setiap jago mulai tak percaya dg
orang2 disekelilingnya, tindak tanduk setiap orang pun berubah
menjadi lebih hati2 dan penuh perhitungan, semuanya takut
dicurigai dan sebagai komplotan dari Kedele Maut tsb.
Terutama bagi kawanan tokoh persilatan yg berkumpul dibukit
Kun san kecuali menderita kekalahan yg tragis, mereka pun mulai
tak tenang hatinya akibat lenyapnya Kho Beng secara tak berbekas.
Waktu itu Kho Beng dg membawa perasaan sedih yg luar biasa
telah meneruskan perjalanannya utk mencari jejak encinya.
Entah berapa waktu sudah lewat, suatu hari sampailah dia dikota
Yang ciu. Kota Yang ciu sebagai kota termasyur dikawasan Kang lam
benar2 memiliki kejayaan dan kemegahan yg luar biasa.
Walaupun kota Yang ciu sangat indah, sayang Kho Beng tidak
berkesan untuk menikmatinya.
Sejak kematian Li Sam, putusnya berita encinya, membuat
pemuda ini masgul dan berpikir kosong, dia tak tahu sampai kapan
baru dapat berkumpul kembali dg kakaknya itu.
Ketua Sam goan bun pernah memberitahukannya untuk
menemukan Sastrawan berkipas kemala Beng yu, maka dianjurkan
mencarinya kekota Yang ciu.
Tapi sejak kedatangannya dikota tsb, sudah hampir sore ia
berusaha menelusuri jejaknya, alhasil alamat tsb belum ketahuan
juga. Dlm putus asanya dia mulai merasa ragu2 atas kebenaran
tindakan yg telah dilakukannya selama ini.
Dg perasaan bimbang dan kosong ia mencoba memperhatikan
sekejap sekeliling itu, mendadak dari ujung jalan sana tampak
seorang lelaki berbaju kuning yg menyoren pedang munculkan diri
dan bergerak mendekati dg cepat.
Orang itu berwajah panjang seperti muka kuda, alis matanya
tebal, meski wajahnya amat asing anmun warna kuning bajunya
persis sama seperti pakaian kuning yg dipakai rombongan jago
pedang yg pernah dijumpai di Tong sia tempo hari.
Seketika itu juga Kho Beng merasakan semangatnya berkobar
kembali, pikirnya: "Seandainya orang berbaju kuning ini merupakan anggota
perguruan dari dewi In nu siancu, sudah pasti dia mengetahui pula
kabar berita tentang sastrawan berkipas kemala."
Buru2 dihampirinya orang tsb, lalu seraya menjura sapanya:
"Saudara harap berhenti sebentar!"
Orang berbaju kuning itu tertegun, diamatinya wajah Kho Beng
dari atas hingga kebawah, kemudian tegurnya:
"Ada urusan apa?"
"Benarkah saudara anak buah dewi In nu siancu?" selidik Kho
Beng sambil tersenyum. Berubah hebat paras muka jago pedang berbaju kuning itu, dg
suara dingin ia balik bertanya:
"Siapa kau" Darimana bisa tahu nama besar dewi kami?"
Dari nada jawaban orang tsb, Kho Beng tahu kalau ia sudah
menemukan lawan bicara yg benar, namun oleh karena sikap orang
tsb sangat tidak bersahabat, mau tak mau secara diam2 ia mesti
tingkatkan kewaspadaannya.
Sengaja ia membohongi orang tsb, segera ujarnya sambil tertawa
terkekeh-kekeh: "Aku yg muda Tio ki mempunyai sobat yg menjadi anggota
perguruan dari dewi In nu siancu, oleh sebab itu sudah lama aku yg
muda menaruh rasa kagum dan hormat terhadap kebajikan
siancu".." "Siapakah rekanmu itu?" tukas lelaki berbaju kuning tsb dingin.
"Dia she Beng, orang persilatan menyebutnya sebagai sastrawan
berkipas kemala!" Lelaki berbaju kuning itu segera mendengus dingin:
"Besar amat nyali Beng loji sehingga pantangan siancu kami pun
berani dilanggar, bahkan membocorkan rahasia sebesar ini kepada
orang lain".he"he".tampaknya ia sudah bosan hidup"."
Kho Beng segera merasa gelagat kurang menguntungkan, selain
itu dia pun tak berani menanyakan alamat sastrawan berkipas
kemala secara langsung, sebab sebagai sobat lama, mana mungkin
alamat rumahnya pun tidak diketahui" Bila ditanyakan secara
langsung, bukanka rahasianya justru akan terbongkar"
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, tidak sampai
perkataan lawan selesai diutarakan, segera ia tertawa terbahakbahak:
"Mengingat saudara adalah kenalan Beng jiko, berarti kaupun
sahabat diriku, harap anda jangan menganggap asing diriku.
Mari,mari"biar siaute menjadi tuan rumah dg menjamu saudara
dirumah makan Tay ang wan?"
Agaknya tindakan tsb sangat memenuhi selera manusia berbaju
kuning itu, air mukanya segera berubah kembali lebih kendor, malah
sambil tertawa katanya: "Tio lote tak usah sungkan2, untung kau bersua dg diriku hari ini,
coba kalau orang lain".hmmm, mereka tak bakal bersikap
bersahabat seperti aku Han Tiong lin!"
Kho Beng segera tertawa bergelak:
"Sejak pandangan pertama tadi, aku sudah tahu kalau saudara
Han seorang lelaki yg amat bersahabat, tahu perasaan orang, itulah
sebabnya aku telah menegurmu secara lancang, ha"ha"ha"kalau
ada persoalan mari kita bicarakan didalam saja, mari berangkat, jika
saudara Han masih sungkan2 terus sama artinya tidak menganggap
diriku sbg sahabat!"
Sambil berkata, ia segera menarik ujung baju orang itu dan
diajak berlalu dari sana.


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han Tiong lin segera memicingkan matanya, lalu pura2 tertawa
rikuh, katanya: "Kalau toh saudara bersikap begitu bersahabat, tentu saja aku
orang she Han harus menurutinya!"
Begitulah mereka berangkat berdua menuju rumah pelacuran Tay
ang wan. Sambil berjalan Kho Beng kembali berkata sambil tertawa:
"Saudara Han tak usah merendah, biarpun aku tak punya nama
besar dalam dunia persilatan, tapi kesukaanku adalah mengikat tali
persahabatan dg siapa saja, apalagi manusia macam saudara Han.
Waah, aku tak pernah melewatkan biar seorangpun!"
Kata2 umpakan tsb makin menggirangkan hati Han Tiong lin,
wajahnya makin cerah, tidak sedingin tadi waktu bertemu pertama
kali tadi. Baru saja mereka berdua melangkah masuk kedalam pintu
gerbang rumah pelacuran Tay ang wan, penjaga pintu telah
berteriak dg suara lantang:
"Ada tamu datang?"
"Silahkan!" jawaban lengking bergema dari balik ruangan.
Disusul kemudian muncul serombongan perempuan yg
berdandan menyolok dan bergaya amat genit.
Begitu genit jalannya perempuan2 tsb membuat Kho Beng bukan
saja bingung dan gugup, pandangan matanya serasa berkunangkunang.
Sejak terjun kedunia persilatan, baru pertama kali ini ia
terjun kebidang tsb sehingga pada hakekatnya tidak mengerti akan
tata cara yg berlaku disitu. Tapi untuk mengikat tali hubungan yg
lebih akrab dg Han Tiong lin sehingga usahanya memperoleh alamat
sastrawan berkipas kemala terwujud, buru2 ia mengeluarkan dua
puluh tail perak yg tersisa dalam sakunya dan dijejalkan ketangan
petugas disisinya sambil berpesan. Terima hadiah tersebut tapi kau
keluarkan semua nona yg paling top disini untuk menemati Han
toako ini... Petugas rumah pelacuran itu nampak agak tertegun tapi
kemudian dg wajah berseri-seri serunya:
"Boleh hamba tahu toaya she apa?"
"She Tio!" dg suara keras petugas itu berteriak kembali.
"Tio kongcu telah menghadiahkan dua puluh tail perak, siapkan
kamar kelas satu." Menyusul kemudian muncul sang germo diikuti
sekawanan dayang yg bersama-sama mengucapkan terima kasih:
Sang germo dg genitnya menerjang kehadapan Han Tiong lin lalu
katanya setengah merayu: "Oooh....tuan Han kau toh bukan tamu asing buat apa menyuruh
Tio kongcu membayar mahal?"
Han Tiong lin terbahak-bahak:
"Li toanio jangan mentertawakan, Tio lote ku ini baru pertama
kali berkunjung kemari, karena itulah sebabnya baru masuk gedung
lantas membagi hadiah, harap toanio bisa melayani secara baik2".."
"Ooooh"kalau toh sahabat tuan Han, masa aku berani berayal
kepadanya".he"he"kebetulan sekali Cui hong sedang kangen dg
tuan Han, mari ajak sekalian Tio kongcu ini untuk duduk dikamar
tidurnya Cui hong." Sambil berkata ia lantas menyingkir kesamping untuk memberi
jalan lewat" Han Tiong itu tertawa terbahak-bahak, diiringi sekawanan
dayang, berjalanlah dia masuk kedalam gedung dan naik keatas
loteng. Sementara itu paras muka Kho Beng telah berubah menjadi
merah jengah, ia tahu perbuatannya memberi hadiah tadi
memperlihatkan kepada orang lain bahwa ia baru kali ini berkunjung
ketempat macam begitu. Sedikit banyak ia menyesal juga dg lenyapnya uang sebesar dua
puluh tail secara sia2, pikirnya kalau sekarang ia sudah berlagak
menjadi seorang toaya, entah bagaimana caranya untuk keluar dari
gedung ini nanti" Tapi ibaratnya menunggang dipungung harimau, dalam keadaan
begini tak sempat lagi baginya untuk berpikir lain, setelah duduk
dalam ruangan, segera katanya kepada Han Tiong lin:
"Tak kusangka sama sekali saudara Han adalah langganan lama
tempat ini!" Han Tiong lin tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"harap lote jangan mentertawakan, paling banter
aku Cuma iseng kemari kalau ada waktu senggang, habis kalau
menganggur sumpek rasanya!"
Kho Beng ikut tertawa terbahak-bahak, selanya:
"Ha"ha"ha"mana aku berani mentertawakan Han toako, tapi
aku pikir seorang enghiong tak bisa meninggalkan perempuan cantik
memang tepat sekali, buktinya saudara Han sebagai seorang jagoan
tg perkasa pun suka dg perempuan2 cantik?"
Kata2 umpakan tsb tak ubahnya menyanjung Han Tiong lin
setinggi langit, kontan saja ia kegirangan setenga mati.
Kebetulan sekali pada saat itulah tirai pintu ruangaan terbuka dan
muncul seorang perempuan cantik yg genit dan jalang.
Sembil tertawa tergelak Han Tiong lin segera berkata:
"Betul, betul sekali, Cui hong cepat kau jumpai Tio lote, sahabat
karibku ini!" Sepelacur cantik, Cui hong mengerling dulu kearah Kho Beng,
kemudian setelah memberi hormat, ia baru merapatkan tubuhnya
kesamping Han Tiong lin dg manja.
Sang germo yg mengira Kho Beng sebagai putra seorang
hartawan, buru2 bertanya:
"Kongcu ingin makan apa?"
Setelah berada dalam posisi demikian, terpaksa Kho Beng harus
berpesan lebih lanjut, pesannya:
"Siapkan meja perjamuan dg hidangan terbaik."
"Kongcu baru pertama kali berkunjung kemari, apakah perlu
hamba pilihkan seseorang"."
Tapi sebelum germo itu selesai bicara, Kho Beng sudah
menggoyangkan tangannya berulang kali dg kekuatiran.
"Tidak usah"tidak usah, harap toanio siapkan sebuah meja
perjamuan." Sang germo tertawa geli dan segera mengundurkan diri dari situ
sambil mengajak sekawanan dayang.
Pada saat itulah Han Tiong lin seperti teringat akan sesuatu.
Buru2 dia mendorong kesamping tubuh Cui hong, lalu ujarnya
kepada Kho Beng yg berada disisinya:
"Lote aku benar2 amat bodoh, aku lupa menanyakan sesuatu
kepadamu"." "Soal apa?" tanya Kho Beng sambil tersenyum.
"Sebetulnya lote ada urusan apa datang mencariku?" tanya Han
Tiong lin hangat. Diam2 Kho Beng agak tertegu, tapi setelah berpikir sebentar
buru2 jawabnya: "Kalau toh saudara Han sudah mengajukan pertanyaan tsb,
terpaksa akupun hendak mohon bantuan saudara!"
"Katakan saja secara terus terang" seru Han Tiong lin sambil
menepuk dada, "Asal aku orang she Han sanggup melaksanakannya,
biar terjun kelautan api pun pasti tak akan kutampik!"
"Sesungguhnya persoalan besar sebagaimana diketahui, sudah
cukup lama siaute mengagumi nama besar siancu , oleh sebab itu
sudah berapa kali kumohon kepada Beng toako agar mau
memperkenalkan aku menjadi anggota perguruan siancu, siapa tahu
Beng toako berulang kali menampik permintaanku itu, sehingga
siaute pikir hendak mohon bantuan saudara Han untuk mencapai
cita2 ku!" Setelah mengaku sebagai teman karib sastrawan berkipas
kemala, tentu saja ia tak bisa mengatakan kalau tak tahu alamat
rumahnya, karena itu satu ingatan cerdik segera melintas dalam
benaknya, membuat pemuda tsb segera menyusun sebuah alasan
palsu. Ketika mendengar permintaan tsb, kening Han Tiong lin segera
berkerut kencang, dg sikap serba susah ia tampak termenung
beberapa saat lamanya: Menggunakan kesempatan itu, buru2 Kho Beng berkata lagi:
"Siaute tidak terburu-buru dg keinginan tsb, harap saudata Han
usahakan saja secara pelan2 dikemudian hari!"
Dg serius Han Tiong lin manggut2, sahutnya:
"Ya betul, persoalan semacam ini memang tak bisa terburu-buru,
tapi tak usah kuatir, aku orang she Han pasti akan mencarikan
kesempatan untukmu!"
"Saat ini saudara Han berdiam dimana" Tolong diberikan alamat,
agar dikemudian hari siaute dapat berkunjung!"
"Kebetulan sekali aku sedang berdiam dirumah Beng loji saat
ini...!" Mendengar itu Kho Beng menjadi sangat kegirangan, segera
ujarnya sambil tertawa: "Ooooh kalau begitu sangat kebetulan sekali, siaute memang
berhasrat untuk mengunungi Bok toako dirumahnya, sebentar mari
kita berangkat bersama."
Mendadak Han Tiong lin berbisik:
"Tahukah kau saat ini Beng loji berdiam dimana?"
Kho Beng tertegun, tapi ia segera balik bertanya:
"Apakah Beng toako sudah pindah alamat?"
Han Tiong lin segera tertawa misterius:
"Beng loji bukan hanya sudah berpindah alamat, malah dia
sekarang harus berpindah rumah setiap dua tiga hari sekali."
"Aaaa"lantas Beng toako berdiam dimana sekarang?" tanya
pemuda itu keheranan. Han Tiong lin semakin merendahkan suaranya, setengah berbisik
ia berkata: "Selama dua hari terakhir ini dia berdiam ditengah kebun
terbengkalai gedung keluarga Nyoo disebelah timur kota."
"Mengapa begitu?" seru Kho Beng lagi keheranan, "rumah sendiri
tidak ditempati, kenapa malah berdiam disebuah gedung yg sudah
tak terurus lagi?""
"Karena ia sedang melarikan diri dari pengejaran si Kedele Maut,
kau tahu sekarang ia tidur tak nyenyak makan tak enak, setiap saat
hatinya selalu berdebar dan dicekam perasaan takut."
"Apakah Kedele Maut telah menemukan Beng toako?" seru Kho
Beng makin tertegun. Han Tiong lin menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Seandainya bisa menduga, persiapan malah lebih gampang
dilakukan, justru karena kehadirannya tak dapat diramalkan, maka ia
jadi ketakutan setiap saat?"
Saat itulah sejumlah dayang muncul kedalam ruangan
menyiapkan semeja hidangan yg lezat, dalam keadaan begini mau
tak mau Kho Beng harus menghentikan dulu pembicaraannya.
Si pelacur Cui hong pun segera berseru pula sambil cemberut:
"Sudah setengah harian lebih tuan berdua bicara melulu, tapi tak
sepotong kata pun kupahami, coba lihat, aku jadi tersisih kan
saja".hayo kalian berdua mesti dihukum dg tiga cawan arak!"
Sambil memicingkan matanya, Han Tiong lin lalu tertawa
terbahak-bahak: "Ha"ha"ha"baik2 memang harus dihukum"
Secara beruntun dia meneguk habis tiga cawan arak, kemudian
dg kasar ia merangkul pinggang Cui hong dan ujarnya sambil
tertawa cabul, "Seharusnya kaupun dihukum dg tiga cawan arak
pula!" Cui hong berseru genit: "Tuan Han kau ini memang keterlaluan"masa main gerayang
didepan tamu, apakah tidak kuatir ditertawai Tia kongcu?"
Han Tiong lin kembali tertawa, "Saudara ku ini bukan orang yg
kolot, mari,mari kita berciuman bibir dulu"
Adegan yg hangat tsb kontan saja mendebarkan hati Kho Beng,
tapi ia mesti berlagak seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun,
malah dg mengalihkan perhatiannya keatas hidangan, ia makan dg
lahapnya. Tiba2 Han Tiong lin kembali berpaling seraya bertanya:
"Apakah kau kenal dg Kedele Maut?"
Kho Beng agak tertegun, lalu pura2 tercengang sahutnya:
"Orang persilatan bilang orang tsb harus dimusnahkan dari muka
bumi, apakah saudara Han mengetahui siapakah orangnya?"
Han Tiong lin tertawa misterius.
"Aku pernah mendengar siancu membicarakan soal ini, konon
orang itu masih ada sangkut pautnya dg perkumpulan Hui im ceng!"
Diam2 Kho Beng sangat terkejut, buru2 tanyanya lagi:
"Darimana siancu bisa mengetahui persoalan ini sedemikian
jelas".?" "Siancu sendiripun hanya menduga-duga, tapi lote mesti tahu,
atasanku ini jarang sekali berbicara dihari-hari biasa, tapi sekali ia
sudah berkata maka biasanya apa yg diucapkan tak akan meleset
dari kenyataan"."
Dg berlagak tidak mengerti Kho Beng berkata lagi:
"Tapi rasanya belum pernah siaute dengar tentang perkumpulan
Hui im ceng didunia persilatan saat ini."
"Aaah..berapa sih usia lote ini" Tentu saja kau tak bakal tahu.
Pada sembilan belas tahun berselang nama perkampungan Hui im
ceng boleh dibilang dikenal oleh setiap orang didunia saat itu."
"Kalau demikian, mengapa tiada orang yg menyinggungnya lagi
sekarang?" "Sebab semua penghuninya sudah mati semua, apa lagi yg
dibicarakan" Itulah yg dibilang orangnya hidup namanya termasyur,
orangnya mati nama pun ikut musnah."
"Aaaah...rupanya saudara Han sedang membalik sejarah lama"
goda Kho Beng sambil tertawa.
"Lote rupanya kau belum mengerti, ketahuilah meski hutang tsb
telah berlangsung sembilan belas tahun sesungguhnya hingga
sekarang masalahnya belum selesai."
"Kalau toh peristiwanya sudah terjadi pada sembilan belas tahun
berselang, apanya lagi yg belum selesai?"
Secara beruntun Han Tiong lin meneguk habis dua cawan arak,
mukanya yg jelek segera berubah menjadi semu merah, dg
semangat berkobar segera ujarnya lagi:
Perkampungan hui im ceng musnah disebabkan sejilid kitab
pusaka dunia persilatan, tapi orangnya mati bukunya ikut lenyap dan
hingga kini belum diketahui nasibnya, disamping itu dari
perkampungan Hui im ceng pun masih ada empat yg berhasil lolos,
hingga sekarang kecuali diketahui kematian Kho Po koan seorang
pelayan tua perkampungan tsb, nasib si mak inang serta putra-putri
Kho Po koan masih belum diketahui jelas. Atas dasar dua persoalan
itulah bagaimana mungkin persoalannya bisa diselesaikan dg begitu
saja..." Baru pertama kali ini Kho Beng mendengar orang lain
membicarakan tentang peristiwa yg menimpa keluarganya, ia
merasa sedih sekali. Tapi untuk menyelidiki persoalan tsb lebih lanjut terutama
tentang kitab pusaka yg lenyap, buru2 tanyanya lagi:
"Siaute masih sangat muda dan rendah sekali pengetahuannya,
apa salahnya bila saudara Han mengungkap kembali peristiwa tsb
agar pengetahuan siaute pun ikut bertambah?"
Dg rasa bangga Han Tiong lin manggut2:
"Boleh saja mengungkapkan kembali perkampungan Hui im ceng


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diota Han ciu, waktu itu boleh dibilang erupakan tempat suci yg
disegani setiap angggota persilatan pada saat itu, sayang sekali Hui
in cengcu terlalu cerdik sehingga akhirnya malah mendatangkan
bencana kemusnahan bagi keluarganya"."
"Sungguh siaute tak mengerti" sela Kho Beng cepat, "kalau toh
Hui im cengcu seorang yg cerdik melebihi orang lain, mengapa
keluarganya malah tertimpa musibah besar?"
"Peristiwa ini harus dibicarakan kembali sejak hari Tong ciu pada
bulan delapan, sembilan belas tahun berselang, waktu itu Hui im
cengcu menyelenggarakan perjamuan besar untuk merayakan
hadirnya putra pertamanya, konon yg menghadiri perjamuan tsb
mencapai lima ratusan orang lebih, tentu saja hadiah yg diterimanya
pun tak terhitung jumlahnya.
Siapa tahu pada saat perjamuan diselenggarakan itulah, tiba2
datang sebuah bingkisan yg dihantar seorang tak dikenal hingga
dimuka pintu gerbang, orang itu segera berlalu tanpa meninggalkan
pesan setelah menyerahkan bingkisan tsb, padahal diatas kotak
bingkisan tsb sama sekali tidak ditinggali nama atau alamat
pemberinya, kejadian inilah yg menimbulkan perasaan ingin tahu
perasaan semua hadirin. Berhubung bingkisan itu kelewat misterius datangnya, maka Hui
im cengcu Kho Ban siu pun memutuskan untuk membukanya
didepan umum, coba lote terka apa isi bingkisn tsb?"
Kho Beng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
Melihat pemuda itu menggeleng Han Tiong lin berkata lebih
lanjut: "Ternyata isi bungkusan tsb tidak lain adalah kitab pusaka thian
goan bu boh yg menjadi incaran setiap umat persilatan sejak
belasan tahun berselang."
"Oooo"begitu berharganya bingkisan tsb!" pekik Kho Beng agak
tertegun. "Ya, memang kelewat harganya" sahut Han Tiong lin sambil
tertawa, "Begitu berharga sampai Hui im cengcu yg termasyur
namanya diseantero jagad pun tak sanggup menerimanya, akibat
dari bingkisan tsb lima enam lembar nyawa mesti berkorban dg
sia2!" Kho Beng erasakan darah dlm tubuhnya mendidih dan panas,
segera tanyanya: "Apakah diantara tamu yg menghadiri perjamuan tsb ada yg iri
hati dan berniat merampas kitab tsb?"
"Lote dugaanmu itu keliru besar, justru Hui im cengcu sendiri yg
bersedia menyerahkan kitab itu kepada semua umat persilatan,
Cuma diapun mempunyai jurus permainan sendiri."
"Permainan apa?" tanya pemuda itu tertegun.
"Waktu itu Hui im cengcu belum juga habis berpikir siapa
gerangan yg menghadiahkan bingkisan tsb kepadanya" Mengapa ia
rela menghadiahkan kitab pusaka tsb kepadanya" Tapi ia mengerti
dg pasti bahwa menyimpan kitab mestika sama artinya mengundang
bencana bagi diri sendiri, maka pada saat itulah dia mengumumkan
rela menyebar luaskan isi kitab pusaka Thian goan bu boh tsb
kepada seluruh umat persilatan, tapi untuk menghindari agar ilmu
sakti tsb jangan terjatuh ketangan bangsa kurcaci yg tidak
bertanggung jawab hingga mendatangkan bencana dikemudian hari,
maka dia mohon para jago agar mau menunggu selama tiga hari
agar ia dapat mencarikan cara yg terbaik dala pelaksanaan
tujuannya itu." Mendengar sampai disini tanpa terasa Kho Beng menyela:
"Apakah tiga hari kemudian Hui im cengcu telah berubah
pikiran?" Han Tiong lin segera tertawa bergelak:
"Ha...ha...ha...Hui im cengcu tak akan sebodoh itu, tiga hari
kemudian bukan saja ia telah mengumumkan cara tsb malah
menimbulkan rasa gembira yg amat sangat bagi para jago yg
menghadiri perjamuan tsb, semua orang berpamitan dg perasaan
amat lega!" "Kalau memang demikian keadaannya, toh tak bisa dibilang Hui
im cengcu telah melakukan permainan dibalik tindakannya itu?" seru
Kho Beng emosi. Setelah mengeringkan secawan arak, sambil tertawa Han Tiong
lin kembali berkata: "Lote kau hanya tahu satu tak tahu dua, justru masalahnya
berada dibelakang. Waktu itu Hui im cengcu telah mengumumkan
secara blak-blakan kalau kitab pusaka Thian goan bu boh telah
diserahkan kepada Bu wi lojin untuk dibuatkan tujuh buah
salinannya yg masing2 hendak dihadiahkan kepada tujuh perguruan
besar, tentunya lote akan bertanya bukan apa salahnya kalau ia
sendiri yg membuatkan salinan tsb?"
"Ya, benar!" Kho Beng manggut2.
"Ya disinilah letak kebijaksanaan Hui im cengcu, ia kuatir orang
lain mencurigainya tidak jujur atau sengaja menyembunyikan
sebagian dari rahasia ilmu silat tsb, sedangkan Bu wi lojin sudah
tersohor didalam dunia persilatan sebagai seorang tokoh silat yg
berwatak baik, saleh serta hambar akan perebutan nama dan
kedudukan, oleh sebab itulah semua orang merasa tindakan Hui im
cengcu itu sangat jujur, bijaksana dan mengagumkan.
Kemudian peraturan yg ditentukan Hui im cengcu pun sangat
teliti dan luar biasa, ia bilang setiap umat persilatan yg bertabiat baik
dan bermoral tinggi bila ingin mengajukan permintaannya untuk
mempelajari ilmu sakti yg tercantum dalam kittab Thian goan bu boh
tsb, maka ciangbunjin dari perguruan mana pun dilarang
menyembunyikan sebagian dari ilmu silat tersebut secara sengaja.
"Akhirnya Hui im cengcu berkata: Bu wi lojin akan menunggu
kehadiran mereka dikaki gunung Hong san pada setengah bulan
kemudian, ia berharap semua ciangbunjin dari pelbagai perguruan
bisa hadir pada saatnya, siapa tak hadir artinya mengundurkan diri
dari keinginan untuk memperoleh salinan kitab tsb."
"Mengapa harus menunggu sampai setengah bulan kemudian?"
tanya Kho Beng lebih jauh."
"Didalam persoalan inipun Hui im cengcu memberi penjelasan,
konon Bu wi lojin baru sembuh dari sakit parah dan lagi telah
memutuskan akan hidup terpencil, maka ia tak berharap mengulur
waktu kelewat lama hingga menimbulkan kerisauan semua pihak,
maka ketujuh partai besar serta sekalian rekan2 persilatan yg hadir
dalam erjamuan itu sama2 berpamitan kepada Hui im cengcu dg
membawa perasaan gembira dan agar tidak terlambat sampai
ditempat tujuan, ketujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar
segera berangkat kebukit Hong san. Siapa tahu sepuluh hari
kemudian, tatkala mereka belum tiba dibukit Hong san, ditengah
jalan telah bersua dg Bu wi lojin, siapa tahu perjumpaan tsb
membuat semua orang menjadi amat kecewa."
"Mengapa begitu?" tanya Kho Beng tertegun.
"Waktu itu Bu wi lojin malah marah2, ia bilang bukan saja Hui im
cengcu tak pernah menyerahkan sesuatu kitab pusaka kepadanya,
bahkan ia sama sekali tidak mengetahui akan persoalan tsb!"
Mendengar sampai disini Kho Beng segera merasakan hatinya
bergetar keras, serunya tanpa sadar:
"Mana mungkin hal ini bisa terjadi?"
Han Tiong lin tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"tampaknya Hui im cengcu telah menggunakan
siasat memindah bunga menyambung ranting untuk menipu orang
banyak, waktu itu ketujuh ketua partai besar merasa amat gusar,
mereka menganggap permainan Hui im cengcu sangat keterlaluan
sehingga menyiksa mereka harus bersusah payah berangkat kebukit
Hong san tapi pulang dg rasa kecewa.
Maka sepanjang jalan pun mereka mengumpulkan segenap rekan
persilatan serta anak murid masing2 untuk kembali ke Hang ciu dan
menegur Kho Bun sin atas ulahnya. Akibatnya terjadilah suatu drama
yg sangat tragis, Hui im cengcu yg gagah perkasa akhirnya tewas
dan musnah karena tak tahan menghadapi kerubutan ratusan orang
jago lihay." Kisah cerita sudah berakhir, tapi Kho Beng justru terjerumus
dalam suasana sedih dan murung.
Ia percaya ayahnya bukan manusia semacam itu tapi diapun tahu
kisah cerita yg disampaikan Han Tiong lin sekarang bukan Cuma
diketahuinya seorang, jadi mustahil orang itu sengaja
membohonginya. Lalu mungkinkah Bu wi lojin yg kemaruk wasiat hingga lupa
daratan.." Kho Beng menganggap hal ini mustahil bisa terjadi bila orang tua
tsb berniat melalap kitab pusaka itu, tak nanti dia akan menyesal
setengah mati karena kehilangan pusaka tsb tiga bulan berselang,
bukan saja dia bersedia mengorbankan setengah dari tenaga
latihannya, bahkan tergesa-gesa turun gunung untuk menyelidiki
kemana larinya pusaka tadi, berpikir sampai disini tanpa terasa Kho
Beng teringat kembali dg pesan gurunya si Unta sakti berpunggung
baja, orang tua itu pernah memberi kisikan kepadanya bahwa dibalik
dendam kesumatnya itu ada penyakitnya.
Mungkinkah penyakit tsb muncul pada Bu wi lojin yg dijumpai
para ciangbunjin tujuh partai besar ditengah jalan"
Berpikir sampai disini perasaan hatinya segera bergetar keras,
satu ingatan melintas dalam benaknya.
Ia merasa besar kemungkinan ada orang yg menyaru sebagai Bu
wi lojin pada waktu itu, dimana orang tsb sengaja menunggu
kedatangan para ciangbunjin dari tujuh partai besar ditengah jalan
dan melaksanakan siasat liciknya untuk menjerumuskan keluarga
Hui im cengcu kelembah kehancuran.
Dari kisah yg diceritakan Han Tiong lin, secara lamat2 Kho Beng
pun dapat merasakan bahwa ada seseorang yg telah menyamar
sebagai pegawai ayahnya untuk mendapatkan lencana Siong in giok
ceng dari tangan pelayan setia keluarganya Kho Po koan dan
mengambil kitab pusaka yg disimpan Bu wi lojin.
Bila semua cerita itu dikaitkan satu dg lainnya, maka posisi si
sastrawan berkipas kemala dalam rencana keji itupun makin lama
serasa semakin penting. Sementara dia masih melongo seperti orang kehilangan
semangat, terdengar Han Tiong lin menegur sambil tertawa:
"Lote aku sudah selesai bercerita, apalagi yg kau pikirkan" Mari
aku hendak menghormati secawan arak kepadamu sebagai rasa
terima kasih atas kebaikanmu hari ini!"
Kho Beng segera sadar kembali dari lamunannya setelah
mendengar teguran tsb, buru2 dia mengulumkan senyuman
dibibirnya serta meneguk habis secawan arak.
Sedang dalam hati kecilnya ia merasa sangat gembira, sebab
sama sekali tak terduga olehnya bahwa perjamuan yg
diselenggarakan kali ini justru meraih hasil yg sama sekali diluar
dugaan. Ini berarti rencananya untuk mencari sastrawan berkipas kemala
pun tak bisa ditunda-tunda lagi.
Sementara itu malam hari sudah semakin kelam, Kho Beng mulai
gelisah karena Han Tiong lin sama sekali tidak berhasrat untuk
meningalkan rumah pelacur tsb, dlm keadaan setengah mabuk,
apalagi dirayu oleh seorang pelacur cantik Cui hong, bagaimana
mungkin orang she Han tsb tega meninggalkan ditengah jalan"
Ia tak tahu bagaimana caranya melepaskan diri dari pengawasan
Han Tiong lin, ditambah lagi isi sakunya telah ludes, dg cara apa
mereka harus keluar dari rumah pelacur Tay ang wan tsb"
Pikir punya pikir, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah cara yg
dirasakan terbaik. Satu-satunya jalan yg terbaik baginya sekarang adalah berusaha
meloloh lawan dg arak sehingga mabuk, dalam keadaan begitu,
tentu saja ia biasa meloloskan diri dg mudah.
Maka dg pelbagai alasan yg dibuat-buat, ia mulai meloloh Han
Tiong lin dg arak menjelang kentongan yg pertama Han Tiong lin
sudah dibikin benar2 mabuk.
Dlm keadaan beginilah Kho Beng moho diri dg alasan hendak
kekamar kecil, begitu keluar dari kamar tidur Cui hong, ia segera
menerobos keluar dari jendela dan secepatnya berangkat kerumah
kosong keluarga Nyoo disebelah timur kota.
Sebetulnya gedung keluarga Nyoo merupakan sebuah gedung
bangunan yg paling luas diseluruh kota Yang ciu, kebunnya yg luas
dg pepohonan yg rimbun, benar2 merupakan sebuah tempat tinggal
yg sangat nyaman. Tapi kini, bangunan tsb tinggal sebuah gedung yg kotor tanpa
penghuni, kebunnya yg luas telah ditumbuhi rumput liar setinggi
manusia, sarang laba2 menambah semaraknya suasana, membuat
keadaan disitu betul2 amat mengenaskan.
Setelah meninggalkan tempat pelacuran Tay ang wan dg gerakan
cepat Kho Beng berangkat menuju gedung kosong tsb, dari
kejauhan ia sudah melihat bangunan gedung yg gelap gulita dan
menyeramkan itu. Seandainya Han Tiong lin tidak menjelaskan lebih dulu, ia
sendiripun hampir tak percaya kalau dalam gedung semacam begini
ada penghuninya. Setelah sampai disana, pemuda itu segera menjejakkan kakinya
keatas tanah dan melompat masuk kedalam dinding pekarangan
gedung. Mendadak terdengar seorang membentak dg suara dalam:
"Sobat ada urusan apa malam begini datang kemari?"
Sesosok bayangan manusia berbaju kuning munculkan diri secara
tiba2 dari balik hutan dan menghadang jalan perginya.
Kho Beng tahu orang ini pastilah salah satu diantara kawanan
jago pedang berbaju kuning rombongan Han Tiong lin maka sambil
menghimpun tenaga untuk menghindari segala hal yg tidak
diinginkan, ia menjawab dg lantang:
"Aku adalah sahabat dari Han tiong lin toako, atas permintaan
Han toako ada urusan penting hendak kusampaikan kepada
sastrawan berkipas kemala Beng jihiap!"
Jago pedang berbaju kuning itu segera menyarungkan kembali
pedangnya, lalu berkata seraya mengulap tangannya:
"Harap sobat mengikuti aku!"
Ia membalikkan badan dan melompat kehalaman belakang.
Sesudah melalui dua lapis bangunan yg setengah roboh
sampailah mereka didepan sebuah bangunan rendah yg amat gelap.
Jago pedang berbaju kuning itu segera bertepuk tangan dua kali,
dari balik bangunan rumah itu segera muncul setitik cahaya lentera
disusul kemudian seorang bertanya:
"Ada urusan apa?"
"Han toako mengutus orang untuk menyampaikan suatu berita!"
jawab jago pedang berbaju kuning itu.
Baru selesai ucapan tsb, pintu sudah dibuka orang, lalu terlihatlah
dibawah cahaya lentera yg redup, lima enam buah peti mati nampak
berjajar dalam ruangan, sementara sastrawan berkipas kemala dg
sikap yg was-was dan agak tercengang munculkan diri dari balik
pintu. Ketika ia sudah melihat jelas wajah Kho Beng, paas mukanya
segera berubah hebat, serunya tanpa terasa:
"Aaaah...rupanya kau?"
Kho Beng tertawa nyaring, segera ujarnya sambil menjura:
"Beng Jihiap, sejak perpisahan tempo hari, aku benar2 rindu
sekali kepadamu."

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kho Beng, darimana kau bisa tahu kalau aku berdiam disini?"
tegur Sastrawan berkipas kemala dg suara dingin.
Kembali Kho Beng tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"sewaktu berada dikota Yang ciu, secara kebetulan
aku telah bersua dg Han toako, dari dialah dapat kuketahui bahwa
jihiap telah pindah, hanya saja sikap jihiap mendiami tempat
semacam ini benar2 membuat hatiku terkejut bercampur
keheranan!" "Kau kenal dg Han lotoa?" seru Sastrawan berkipas kemala dg
wajah tertegun dan hati bergetar keras.
"aku sudah bersahabat hampir setahun lamanya dg saudara Han,
bukan kenalan baru lagi namanya"."
"Tolong tanya ada urusan apa kau datang mencariku?" tukas
Sastrawan berkipas kemala kemudian.
"Jihiap bagaimana kalau kita berbincang-bincang didalam
ruangan saja?""
Sastrawan berkipas kemala itu termenung beberapa saat,
akhirnya dia manggut2, namn disaat Kho Beng melangkah masuk
kedalam ruangan, secara diam2 ia memberi tanda rahasia kepada
sijago pedang berbaju kuning yg berada diluar pintu itu.
Setelah berada dalam ruangan, Kho Beng baru dapat melihat dg
jelas keadaan dalam ruangan, ternyata kecuali keenam buah peti
mati itu, disana tak nampak benda lain.
Sarang laba2 kelihatan memenuhi setiap sudut ruangan, hal ini
menunjukkan kalau tempat tsb telah dirubah oleh rakyat setempat
sebagai ruangan penitipan jenasah.
Bila seseorang yg tak tahu keadaan sebenarnya, pada
hakekatnya tak pernah akan menduga kalau ada orang berdiam
ditempat semacam ini. Setelah menutup kembali pintu ruangannya, Sastrawan berkipas
kemala segera berkata dg suara dingin:
"Maaf kalau aku tak bisa memberi pelayanan yg baik ditempat
semacam ini, nah sauhiap bila ada persoalan silahkan saja
diutarakan keluar!" Kho Beng tertawa hambar. "Jihiap tidak usah sungkan, persoalan pertama yg hendak
kusampaikan adalah berita kematian dari saudara angkatmu sesaat
sebelum meninggal kakak angkatmu merasa amat menyesal karena
tak dapat kembali bersua dg mu!"
Sekilas perasaan malu dan menyesal menyelimuti seluruh wajah
Sastrawan berkipas kemala, tapi sejenak kemudian ia sudah berkata
lagi dingin: "Berita kematian kakak angkatku telah kuperolah sejak lama,
kecuali persoalan ini apakah sauhiap masih ada urusan lain?"
Sikap lawannya segera menimbulkan pandangan yg menghina
dari Kho Beng, diam2 pikirnya:
"Tampak untuk menghadapi manusia semacam ini, lebih baik
kugunakan siasat untuk menjebaknya ketimbang bertanya secara
baik2." Berpikir begitu, dg wajah serius segera katanya:
"Sebelum menghembuskan napas yg terakhir kakakmu telah
memberitahukan satu persoalan kepadaku, itulah sebabnya aku
sengaja datang mencari jihiap untuk membuktikan kebenaran
ceritanya." "Soal apa?" tanya Sastrawan berkipas kemala mulai ragu2.
"Masih ingatkah jihiap dg tempat dimana kita bersua pertama
kalinya?" Sastrawan berkipas kemala manggut2.
"Maksudmu perkampungan Hui im ceng didalam kota Tang an?"
"Betul!" Kho Beng mengangguk, "konon kalian berhasil
mendapatkan sebuah lencana Siong im giok leng?"
"Ada urusan apa lotoa ku memberitahukan soal tsb kepadamu?"
seru si sastrawan berkipas kemala tercengang, wajahnya nampak
agak kaget. Dari nada pembicaraannya, Kho Beng tahu kalau dugaannya
memang benar, maka sambil menarik muka katanya lebih jauh:
"Tentu saja persoalan ini ada hubungannya dgku, sekarang aku
Kho Beng hanya ingin tahu apa benar lencana Siong im giok leng tsb
telah diserahkan kepada orang lain?"
"Menurut lotoa, benda tsb telah diserahkan kepada siapa?" paras
muka Sastrawan berkipas kemala berubah hebat.
"Jihiap seharusnya mengerti aku Kho Beng hanya berharap Jihiap
memberikan jawabannya sehingga bisa dicocokkan dg apa yg
kuketahui." Tiba2 Sastrawan berkipas kemala tertawa dingin, jengeknya:
"Kau tidak usah menggunakan tipu muslihat untuk menjebakku,
aku Beng yu tak mau menjawab pertanyaan tsb."
Menyaksikan siasatnya berhasil dibongkar lawan tanpa terasa Kho
Beng berpikir: "Nyata sekarang betapa licik dan lihaynya orang ini!"
Sambil menarik muka ia segera berseru:
"Jadi jihiap benar2 enggan menjawab?"
Mendadak Sastrawan berkipas kemala tertawa licik:
"Kho Beng, jelaskan dulu apa hubunganmu dg persoalan tsb!"
Sastrawan berkipas kemala segera tertawa bergelak:
"Ha"ha"ha"siapa sih yg hendak kau tipu" Justru Bu wi lojin
sendiri yg telah meminta kembali lencananya?"
Seketika itu juga Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras,
sekarang ia baru mengerti kalau toh Sastrawan berkipas kemala
mengatakan bahwa lencana tsb telah diminta kembali Bu wi lojin,
berarti persoalan ini ada hubungannya dg orang yg menyamar
sebagai pegawai Hui im ceng dan melarikan kitab pusaka Thian goan
bu boh tsb. Karenanya dg suara dalam katanya:
"Beng Yu, dari mana kau bisa tahu kalau lencana Siong im giok
leng telah diminta kembali Bu wi cianpwee?"
Kembali Sastrawa berkipas kemala tertawa licik, tiba2 ia bertepuk
tangan keras2: Jilid 12 Bersamaan dg bergemanya suara tepukan itu, tiba2 pintu
ruangan terpentang lebar dan muncullah serombongan jago pedang
berbaju kuning, dg pedang terhunus mereka mengawasi Kho Beng
tajam2 sementara serangan telah siap dilancarkan setiap saat.
Berubah hebat paras muka Kho Beng, terutama karena jumlah
lawannya mencapai delapan orang lebih.
Diawasinya wajah Sastrawan berwajah kemala lekat2, kemudian
tegurnya dg suara dalam: "Apa yg hendak kau perbuat?"
Sastrawan berkipas kemala sama sekali tidak menggubris teguran
Kho Beng, kepada kedelapan orang jago pedang berbaju kuning itu
bentaknya keras2: "Dialah Kho Beng, orang yg sedang dicari-cari siancu, apabila
dapat dibekuk dalam keadaan hidup, hal itu merupakan sebuah
pahala yg amat besar!"
Kho Beng sangat terkesiap, tiba2 satu ingatan melintas dalam
benaknya, segera hardiknya:
"Beng yu, rupanya kau telah menyerahkan tanda pengenal milik
Bu wi cianpwee itu kepada dewi In nu siancu."
Sastrawan berkipas kemala tidak menyangka kalau sepatah
katanya tadi telah membongkar seluruh rahasianya, berubah hebat
paras mukanya, tapi sambil tertawa seram ia kemudian berkata:
"Benar, malah siancu telah mencurigai dirimu sebagai putra
sipelayan dari Hui im ceng, hari ini kau tak dapat dilepaskan dg
begitu saja?" Dlm terperanjatnya Kho Beng merasakan pikiran serta
perasaannya bergolak keras.
Ternyata dewi In nu siancu pun mencurigai hubungannya dg
pihak perkampungan Hui im ceng, tapi darimana ia bisa tahu kalau
kita pusaka Thian goan bu boh masih berada ditangan Bu wi lojin"
Mungkinkah dalang dibelakang layar yg menyebabkan kematian
tragis ayah ibunya serta hancurnya perkampungan Hui im ceng
tempo hari tak lain adalah Dewi in nu siancu tsb"
Tapi sayang situasi saat ini tidak memberi kesempatan kepada
Kho Beng untuk berpikir lebih jauh, karena dua bilah pedang yg
membawa desiran angin tajam telah menusuk kedepan dadanya.
Kho Beng merasakan darah panas mendidih dalam dadanya, dg
penuh kegusaran ia melompat naik keatas peti mati untuk
meloloskan diri dari ancaman tsb, kemudian ia meloloskan
pedangnya dan sambil membentak keras ia melancarkan sebuah
sapuan kedepan mengancam keselamatan jiwa Sastrawan berkipas
kemala. "Bajingan ! Anjing yg tak tahu malu!" bentaknya keras2,
"sekalipun kau tidak mencari gara2 dgku, hari ini akupun hendak
membekukmu hidup2 serta mengorek keterangan dari mulutmu."
Sementara itu Sastrawan berkipas kemala telah meloloskan pula
senjata kipas tulang kemala putihnya sambil tertawa dingin ia
menjengek. "He"he".he"tampaknya kau benar2 sebagai putra Kho Po koan,
sunguh menggelikan sekali, kau telah membunuh ayah sendiri tapi
sampai sekarang masih tidak merasakannya?"
Gerak serangan Kho Beng segera terhadang oleh empat orang
jago pedang berbaju kuning sewaktu berada ditengah jalan, ia
makin gusar sehabis mendengar perkataan itu, baru satu jurus
serangan tangguh hendak dilancarkan, mendadak dari luar
terdengar dua kali jeritan ngeri yg memilukan hati bergema
memecahkan keheningan. Kedua belah pihak sama2 terperanjat dan serentak berpaling
kebelakang, dibawah cahaya lentera yg redup kelihatan jelas dua
orang jago pedang berbaju kuning telah mengeletak mati diatas
tanah. Tak terlukiskan rasa kaget Sastrawan berkipas kemala serta
kawanan jago pedang lainnya, paras muka mereka berubah hebat.
Rupanya entah sejak kapan dari depan pintu gedung telah
bertambah dg tiga orang nona berbaju putih, ketiga orang nona itu
munculkan diri tanpa menimbulkan sedikit suara pun sehingga
semua orang yg berada dalam ruangan tak seorangpun yg
mengetahui kehadiran mereka.
Hampir saja Kho Beng menjerit tertahan, setelah melihat
kehadiran nona berkerudung yg membawa sebuah payung bulat
diantara gadis2 tsb, sebab orang itu tak lain adalah kakak
kandungnya. Tapi bila teringat disitu masih hadir orang lain, akhirnya pemuda
kita berusaha untuk menahan diri, sebab dia tahu jika identitas
kakaknya sampai terbongkar maka akan mendatangkan banyak
kerugian bagi pihaknya. Olehkarena itulah untuk sementara waktu dia Cuma bisa
membungkam sembil menunggu perkembangan selanjutnya.
"Siapa kalian?"" terdengar Sastrawan berkipas kemala
membentak dg tercengang. Nona berkerudung perak yg berdiri ditengah mendengus dingin,
ia sama sekali tidak menggubris teguran Sastrawan berkipas kemala
itu, sebaliknya kepada keenam jago pedang berbaju kuning lainnya
ia berkata dg suara sedingin salju:
"Mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak bukan
sifat gagah seorang pendekar sejati, tinggalkan orang she Beng dan
orang she Kho itu, yg lain boleh segera menggelinding dari sini!"
Tiba2 salah seorang diantara jago pedang berbaju kuning itu
menjengek sambil tertawa dingin:
"Kami harus pergi dari sini hanya atas dasar kata2 perempuan
rendah macam dirimu" He"he"he"terus terang kukatakan, aku
Liok Bo beng merasa amat tak puas!"
Agaknya ia masih belum sadar kalau nona yg berada
dihadapannya sekarang tidak lain adalah Kedele Maut yg telah
mengobrak abrik seluruh dunia persilatan dewasa ini.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Kho Yang ciu setelah
mendengar ucapan tsb, mendadak serunya dingin:
"Bwee hiang!" Dayangnya, Bwee hiang segera tampil kedepan seraya bertanya:
"Apa perintah nona?"
"Lecuti orang she Liok itu hingga berdarah, agar lain kali jangan
mencaci orang lain semaunya sendiri!"
Bwee hiang segera mengiakan, dirabanya sebuah angkin perak
yg melilit pinggangnya lalu diayunkan kedepan menyambar tubuh
jago pedang berbaju kuning itu, kecepatan serangannya begitu
mengagumkan sehingga pada hakekatnya tak dapat diikuti dg
pandangan mata. Semenjak tadi si jago pedang berbaju kuning itu telah membuat
persiapan, sambil tertawa dingin segera jengeknya:
"He"he"he"belum tentu seranganmu bisa mengapa apa diriku!"
Sambil berkelebat kesamping, pedangnya diputar secepat kilat
lalu menusuk kemuka, sasarannya adalah pinggang Bwee hiang.
Tiba2 terdengar Bwee hiang membentak nyaring, cahaya perak
menggulung bagaikan seekor naga sakti, kemudian"
"Praakk?" Ujung angkinnya telah melecuti bahu kanan jago pedang berbaju
kuning itu keras2. Seketika itu juga si jago pedang berbaju kuning itu menjerit
ketakutan, pedangnya segera jatuh keatas tanah sementara
tubuhnya mundur dua langkah dg sempoyongan dan akhirnya"
"Blummm?" Ia jatuh terduduk diatas tanah.
Tampak paras mukanya telah berubah menjadi menguning, peluh
bercucuran keluar seperti air terjun, dibagian bahu kanannya robek
besar, daging dan kulitnya robek hingga kelihatan hancuran
rulangnya yg berwarna putih.
Peristiwa ini sangat mengejutkan kawanan jago pedang lainnya,
paras muka mereka berubah hebat.
Bukan saja mereka tak sempat melihat cara pasti perubahan
jurus serangan dari Bwee hiang, bahkan mereka tak mengira kalau
lecutan yg kelihatan begitu ringan ternyata menimbulkan kekuatan
sehebat itu, siapa tak ciut hatinya setelah melihat adegan ini"
Sementara itu Kho Yan chiu telah melirik sekejap kearah jago
pedang yg terluka itu, lalu bentaknya tiba2:
"Batalkan dua lecutan terakhir!"
Waktu itu lecutan kedua dari Bwee hiang hampir menempel
diatas dada lawan, serentak ia menggetarkan tangannya setelah
mendengar bentakan tsb. Angkin peraknya dg membawa cahaya yg berkilauan segera
menggulung balik kebelakang..
Kho Yang chiu kembali tertawa sinis, ejeknya:
"Hmmm, mengakunya seorang pendekar hebat, tapi
kenyataannya tak mampu menahan sebuah lecutan pun, buat apa
kau mengibul terus menerus" Hmm...siapa lagi yg merasa tak puas?"
Ciut hati kawanan jago pedang lainnya setelah menyaksikan
adegan tsb, ternyata tak seorangpun diantara mereka yg berani
bersuara lagi. "Kalau sudah mengakui keunggulan kami, mengapa kalian belum
enyah juga dari sini" Hmm, apakah masih kepingin mampus?" hardik
Kho Yang chiu lebih jauh.
Kelima orang jago pedang berbaju kuning itu saling pandang


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekejap, tiba2 mereka menggeserkan badannya dan berdiri berjajar
dibelakang Sastrawan berkipas kemala.
Pada saat itulah paras muka Sastrawan berkipas kemala berubah
hebat, dia seperti teringat akan sesuatu, dipandangnya Kho Beng
sekejap, lalu serunya tertahan:
"Payung Thian lo san, lecut pengikat dewa, jangan2 kau adalah
Kedele Maut" Nama Kedele Maut bagaikan kekuatan yg mengerikan hati, tiba2
kawanan jago berbaju kuning ittu menggeserkan badannya kembali
dg wajah memucat, kemudian tanpa banyak berbicara mereka
bersiap-siap melarikan diri dari situ.
Menghadapi suasana seperti ini, tentu saja Sastrawan berkipas
kemala enggan berdiam kelewat lama disitu, dg cepat iapun bersiap
siap ikut kabur dari sana.
Tapi sayang gerakan tubuh Kho Yang chiu beserta kedua orang
dayangnya kelewat cepat, bahunya baru nampak bergerak, payung
bulat ditambah dua utas tali pengikat dewa secara terpisah telah
menutup mati seluruh jalan keluar dari ruangan tsb.
Sambil tertawa dingin nona itu berkata:
"Beng Yu, ternyata otakmu cukup cerdas, tepat sekali, akulah
Kedele Maut yg kalian cari2, tapi sayang setiap orang yg namanya
sudah tercantum dlm daftar kematianku jangan harap ia dapat lolos
dari cengkeramanku."
Menyusul kemudian pandangan matanya dialihkan kewajah lima
orang jago pedang berbaju kuning itu dan katanya lebih lanjut:
"Mengingat kalian semua bukan sasaran yg hendak kucabut
nyawanya, maka aku persilahkan kalian pergi dari sini, tapi kalian
harus membungkam terhadap peristiwa yg terjadi pada malam ini,
bila kuketahui dikemudian hari bahwa satu diantara kalian telah
membocorkan peristiwa ini keluaran, hmmm"saat bertemu kembali
dilain waktu berarti waktu kalian untuk berangkat keakhirat! Nah,
sekarang bawa serta yg tewas dan terluka dan cepatlah enyah dari
sini!" "Eh"kalian jangan pergi!" teriak Sastrawan berkipas kemala
ketakutan. Namun dibawah ancaman kematian yg mengerikan, kawanan
jago pedang tsb sama sekali tidak memperdulikan teriakan
Sastrawan berkipas kemala lagi, seorang demi seorang mereka
kabur dg secepatnya dari situ"
Pada saat itulah Kho Beng tak dapat menahan diri lagi, ia segera
berteriak keras: "Tunggu dulu! Orang2 itu tak bolh dilepaskan barang
seorangpun?" "Hmmm!" Kho Yang ciu mendengus dingin, "Siapa yg berani
membangkang terhadap perintahku?"
Karena takut terjadinya perubahan , tanpa membuang waktu lagi
kawanan jago berbaju kuning itu melarikan diri terbirit-birit dari
sana. Waktu itu, walaupun paras muka Kho Yang ciu tertutup oleh kain
kerudung sehingga tidak diketahui bagaimanakah perubahan
wajahnya, namun pancaran sinar matanya benar2 menggidikkan
hati! Kepada Kho Beng ia berseru sambil tertawa dingin:
"Masih ingatkah kau apa yg kuperingatkan kepadamu sewaktu
mengampunimu dikota tong ciu tempo hari"
Hmm...hmmm...sekarang aku hendak membuat perhitungan dulu dg
mu, akan kulihat dg beberapa butir batok kepala kau akan
membayar hutang tsb!"
Kho Beng menjadi tertegun untuk sesaat, tak tahan ia berteriak
keras: "Cici....apakah Li sam tidak memberi tahukan kepadamu siapakah
aku sebenarnya?" Panggilan tsb seketika menggetarkan perasaan setiap orang yg
hadir dalam ruangan. Berapa saat kemudian, Kho Yang ciu baru berbisik:
"Kau......kau adalah adik Beng?"
Suaranya gemetar keras menandakan betapa kerasnya gejolak
perasaannya waktu itu. Dg agak emosi dan air mata bercucuran Kho Beng mengangguk,
lalu selangkah maju menghampiri nona tsb.
Siapa tahu pada saat itulah tiba2 Kho Yang ciu membentak keras:
"Berhenti!" Dg perasaan tertegun Kho Beng menghentikan langkahnya, lalu
bertanya keheranan: "Cici, apakah kau tak percaya dgku?"
"Hmm, tidak sedikit manusia licik didunia ini, aku harus bersikap
lebih waspada dan berhati-hati!" jawab Kho Yang ciu dingin.
"Empat musim mengenakan bunga seruni putih disanggul, siang
malam tak pernah dilepas, yang lelaki menerima panji bergambar
naga sebagai lambang, apakah semuanya ini bukan suatu bukti?"
"Kalau toh kau sudah mengetahui akan hal ini, cepat tunjukkan
panji bergambar naga itu sebagai bukti!"
Buru2 Kho Beng menyodorkan lencana giok bei yg berada
dipinggangnya seraya berkata:
"Lencana panji telah hilang, tapi giok bei kemala masih ada,
silahkan toaci memeriksa keasliannya!"
Kho Yang ciu menyambut benda tsb dan diperiksanya beberapa
saat, kemudian katanya dingin:
"Hmmm, barang bukti kurang satu, ini membuat diriku masih
mencurigai gerak gerikmu, ambil contoh dg kematian Kho lotoa, aku
dengar mati ditanganmu, benarkah begitu?"
Buru2 Kho Beng berseru: "Kho lotoa sudah jelas tewas karena racun jahat dari jarum
pembeku darah perasuk tulang, dalam hal ini Li Sam pun
mengetahui secara jelas?"
Belum habis perkataan tsb diutarakan, Sastrawan berkipas
kemala yg berada disamping arena segera tertawa dingin dan
selanya: "Hmmm, seorang lelaki sejati berani berbuat berani bertanggung
jawab, sewaktu berada di perkampungan Hui im ceng tempo hari,
bukankah kau sudah mengakui sebagai pembunuhnya" Mengapa
kau menyangkalnya kembali sekarang?""
Tampaknya ia sadar kalau tiada harapan lagi untuk lolos dari
kematian, maka satu2nya jalan baginya sekarang adalah berusaha
mengadu domba dua bersaudara itu sehingga saling gontokgontokan
sendiri, sebab hanya cara inilah kemungkinan besar ia
masih punya harapan untuk hidup"
Dg tujuan itulah ia bersikeras menuduh Kho Beng sebagai
pembunuh Kho Po koan. Kho Beng bukan orang bodoh, tentu saja ia dapat menduga
maksud serta tujuan si Sastrawan berkipas kemala, dg penuh
amarah segera bentaknya keras2:
"Waktu itu aku toh belum mengetahui keadaan yg sebenarnya,
karena itu berbicara sekenanya dg kalian"."
"Paling tidak waktu itu kau hadir dalam arena" tukas Kho Yong
ciu tiba2 dg suara dingin, "tapi kenyataannya kau tidak memberi
pertolongan kepadanya yg terancam bahaya, hal ini merupakan
suatu kejadian yg patut disesalkan, tapi soal tersebut tak usah
dibicarakan kembali, sekarang mari kita singgung masalah kedua,
dimana kau telah melaporkan identitas serta ciri khas ku kepada
para jago lihay yg berkumpul dikawasan telaga Tong ting dan kota
Gak yang, apakah tujuanmu hendak membunuh diriku?"
Dg perasaan gelisah buru2 Kho Beng memberi penjelasan:
"Cici, waktu itu aku belum memahami betul tentang asal usulku
sehingga aku telah melakukan perbuatan yg amat bersalah, atas
kejadian tsb aku menyesal sekali sehingga untuk menyelamatkan
keadaan aku menyusul pula ketelaga Tong ting?"
Setelah berhenti sejenak dan menghela napas panjang, kembali
lanjutnya: "Cici, seharusnya semua persoalan ini telah dilaporkan Li Sam
kepadamu"." "Tidak! Li Sam sama sekali tidak memberitahukan apa2
kepadaku?" Kho Beng menjadi tertegun, selanya:
"Mengapa tidak?"
Setelah mendengus, kata Kho Yang ciu:
"Sewaktu meninggalkan kota Gak yang, aku sama sekali tidak
berjumpa dg Li Sam"."
"Kalau begitu dg cara apa cici dapat meloloskan diri dari
pemeriksaan begitu banyak pos penjagaan?"
Bwee hiang yg berada disisi arena segera menyela:
"Orang baik selalu dilindungi Thian, ketika pihak Sam goan bun
menarik diri secara tiba2, nona kami segera mendapat berita tsb
sehingga memanfaatkan kesempatan yg sangat baik ini untuk
meloloskan diri." Perasaan menyesal dan masgul seketika menyelimuti perasaan
Kho Beng, sambil menghentakkan kakinya dan menghela napas
keluhnya: "Aaai"sungguh tak nyana aku harus dibikin bodoh karena
kecerdikan sendiri, akibatnya Li Sam harus tewas dg mata tak
meram!" Tiba2 mencorong sinar mata yg tajam dari balik mata Kho Yang
ciu, serunya dingin: "Jadi Li Sam telah tewas?"
Agaknya ia belum mengetahui kejadian tsb hingga tubuhnya
kelihatan gemetar keras dan nada pembicaraannya penuh diliputi
perasaan kaget dan terkesiap.
Dg air mata ercucuran dan mulut membungkam Kho Beng
manggut2. "Bagaimana matinya?" bentak Kho Yang ciu kemudian.
Secara ringkas Kho Beng bercerita bagaimana ia menyusun
rencana pertolongan darurat, bagaimana ia menyaru sebagai
encinya untuk memancing perhatian musuh dan sebagainya".
Kho Yang ciu mendengarkan semua penuturan tsb dg seksama,
sementara pancaran sinar matanya berkilat-kilat, mendadak
terdengar ia membentak keras, lalu payung Thian lo san nya
menyambar kemuka dg kecepatan bagaikan sabaran kilat.
Tak terlukiskan rasa kaget Kho Beng melihat kejadian itu,
teriaknya ketakutan: "Cici"." Ternyata serangan payung yg dilancarkan Kho Yang ciu tsb
bukan kearahnya, sewaktu berpaling ia saksikan Sastrawan berkipas
kemala telah beralih dari posisi semula.
Ternyata memanfaatkan kesempatan disaat Kho Beng berdua
sedang terlibat dalam pembicaraan serius, secara diam2 Sastrawan
berkipas kemala telah bergeser ke sisi peti mati yg berada dipaling
kanan dan membukanya secara pelan2.
Pada saat itulah Kho Yang ciu mengetahui akan perbuatannya itu,
dalam keadaanbegini dg sekuat tenaga orang she Beng
menghentakkan tutup peti matinya dan membuang kearah tubuh
Kho Yang ciu yg sedang menerjang kearahnya.
Memanfaatkan kesempatan mana, ia sendiri segera melompat
masuk kedalam peti mati tsb.
Tusukan kilat payung thian li san dari Kho Yang ciu seketika
tertahan oleh penutup peti mati itu.
Untung saja Bwee hiang yg berdiri disisinya cukup sigap
menghadapi perubahan tsb, begitu mendengar tanda bahaya dg
cepat dia menghentakkan lecutnya kemuka disusul kemudian
badannya ikut menerjang kesisi peti mati.
Bagaikan seekor ular sakti, nona itu menyusup kedalam peti mati
sambil mengayunkan kembali tangannya kebawah, tiba2 saja
dengusan tertahan bergema dari balik peti mati itu.
Menyusul suara dengusan tsb, Bwee hiang menarik tali angkinnya
keatas, ternyata tubuh Sastrawan berkipas kemala sudah terjirat dan
segera terseret keluar dari balik peti mati.
Pada saat itulah Kho Beng telah menerjang pula kesisi peti mati
tsb sambil melongok kebawah, sekarang ia baru tahu rupanya dibalik
peti mati tsb terdapat sebuah mulut lorong rahasia yg tembus
kebawah tanah. Dg perasaan terkejut bercampur heran, sekali lagi ia menengok
tubuh Sastrawan berkipas kemala yg tergeletak ditanah, waktu itu
matanya kelihatan melotot keluar, lidahnya menjulur panjang,
ternyata ia sudah tewas terjirat oleh tali mestika pengikat dewa.
"Aduh celaka ia sudah mampus!" serunya tanpa sadar.
"Lebih bagus kalau sudah mampus" sahut Kho Yang ciu dingin,
"Kho Beng, seandainya kau benar2 adalah adikku, aku Cuma bisa
menghela napas atas ulahmu selama ini."
"Cici, apa yg kau maksudkan?" tanya Kho Beng tertegun.
Dg nada suara yg tetap sedingin es, Kho Yang ciu berkata lebih
jauh: "Sejak kematian Kho lo tia ditangan orang sampai kematian Li
Sam karena tersiksa, meski bukan menjadi tanggung jawabmu tapi
semua peristiwa tsb berlangsung gara2 kebodohanmu."
"Umpakan cici benar, aku mengaku salah!" bisik Kho Beng sangat
menyesal. Kembali Kho Yang ciu mendengus:
"Hmmm...umpatanku tak akan mampu menghidupkan kembali Li
Sam, tapi aku menghela napas bukan disebabkan persoalan tsb."
Dg suara tergagap Kho Beng berkata:
"Saudara tua bagaikan ayah, kakak perempuan bagai ibu, toaci,
bila aku telah melakukan kesalahan atau kebodohan, silahkan kau
menghukumku sehabis-habisnya, mengapa kau menghela napas?"
"Bukan hanya menghela napas, pada hakekatnya aku merasa
amat kecewa, sebagai putra keluarga Kho yg memikul beban
dendam berdarah sedalam lautan, apalagi sudah berhasil memiliki
ilmu silat yg cukup tangguh seharusnya setiap waktu yg dimiliki
dipergunakan untuk membalas dendam serta membangun kembali
nama baik serta kejayaan keluarga, tapi kau hingga kini belum
nampak sesuatu kegiatan apapun, aku tak mengerti apa saja yang
kau repotkan selama ini, begitukah caramu membalas budi kedua
orang tua mu serta para pembantu setia yg sudah membela Hui im
ceng hingga titik darah penghabisan?"
Kho Beng terkesiap sekali, dg serius segera katanya:
"Aku tak akan melupakan semuanya itu, aaai...terus terang saja
cici, kedatanganku hari ini tak lain adalah untuk menyelidiki siapa
gerangan pembunuh sebenarnya dari kedua orang tua kita, hanya
saja cara berpikirku jauh berbeda dg pikiran cici..."
"Hmmm...bagaimana menurut jalan pikiranmu?" tanya Kho Yang
ciu dg suara dingin. "Bagiku, kita harus menemukan dalang dari peristiwa berdarah
itu, bukan melakukan pembantaian secara membabi buta dan
membunuh setiap orang yg dicurigai, dg begitu paling tidak kita
akan menghibur arwah ayah dan ibu yg telah beristirahat tenang
dialam baka, meski orang yg ikut menyerbu keperkampungan Hui
im ceng waktu itu banyak sekali, tapi mereka berbuat demikian
karena siasat licik si dalang yg masih bersembunyi dibelakang layar.
Hingga kini kau telah membantai ratusan orang, bersediakah cici
untuk menuruti nasehatku, banyak membunuh tak akan menolong
keadaan, kau seharusnya mulai menghentikan kegemaran
membunuhmu itu..."

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm, besar amat jiwamu" dengus Kho Yang ciu dingin, "Lalu
tahukah kau siapakah dalang dari peristiwa berdarah itu?"
"Aku rasa dewi in nu siancu yg paling mencurigakan!"
"Kalau hanya mencurigakan saja, kau anggap aku tidak tahu?"
"Jadi cici sudah?" seru Kho Beng termangu.
"Hmmm..tadi kau anggap aku membunuh semaunya sendiri..."
Kho Beng segera berkerut kening, katanya cepat:
"Cici, kalau toh kau sudah tahu mengapa kau?" "
"Tidak menghentikan pembunuhan secara besar-besaran,
bukan?" sambung Kho Yang ciu melanjutkan kata2 Kho Beng yg
belum selesai, setelah mendengus dingin terusnya:
"Tahukah kau apa alasan dan penyebab dari orang2 yg tewas
ditanganku itu?" "Apakah ada alasan lain?"
"Terus terang saja kukatakan, justru karena manusia tsb enggan
memberitahukan asal usul serta tempat kediaman dewi in un siancu,
maka dalam gusarnya aku telah menghabisi nyawa mereka."
Kho Beng baru menjadi paham setelah mendengar perkataan ini,
ia tak menyangka kalau apa yg diketahuinya ternyata telah diketahui
semua oleh cicinya, malah apa yg diperbuatnya selama ini justru
merupakan sebagian dari usahanya untuk mencapai tujuan tsb.
Tak tertahan lagi dia menghela napas panjang, katanya dg nada
minta maaf: "Cici, maafkanlah kelancanganku tadi, ya"semua kesalahan
hanya terletak mengapa kita berpisah sejak kecil sehingga aku tak
dapat memahami perasaanmu, tapi tidak seharusnya cici tidak
menuruti perkataanku tadi dg membebaskan kawanan jago pedang
berbaju kuning itu."
"Mengapa?" "Sebab orang2 itu adalah anak buah dewi in nu siancu!"
Kho Yang ciu kelihatan tertegun, lalu katanya dingin:
"Mengapa tidak kau katakan sedari tadi?"
"Aaai"tadi kau sama sekali tidak memberi kesempatan kepadaku
untuk berbicara lebih jauh."
Sesudah termenung beberapa saat lamanya, tiba2 Kho Yang ciu
mengulapkan tangannya kepada Bwee hiang berdua sambil serunya:
"Mari kita pergi!"
"Cici, mengapa kau hendak pergi?" buru2 Kho Beng berseru dg
gelisah. "Kalau tidak pergi, mau apa tetap tinggal disini?"
"Cici, kalau begitu mari kita pergi bersama." Kata Kho Beng
kemudian sambil manggut2.
Kho Yang ciu mendengus dingin:
"Tahukah kau aku bersedia atau tidak menempuh perjalanan
bersamamu....?" "Kita kan sesama saudara kandung, apakah cicipun tetap
membedakan antara pria dan wanita?" seru Kho Beng termangu.
"Hmmm...enak benar kedengarannya, terus terang saja aku
bilang, dua tanda bukti yg kuminta masih kurang satu, jadi aku tak
berani menerima sebutan "cici" dari mu, tunggulah sampai kau
berhasil mendapatkan kembali lencana panji Hui im ceng sebelum
kita berkumpul kembali secara resmi!"
Habis berkata ia mengulapkan tangannya dan melayang keluar
dari ruangan, dlm waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap
dibalik kegelapan malam. Memandang tiga sosok bayangan manusia yg makin menjauh,
tanpa terasa Kho Beng menghela napas panjang.
Ia menyadari sekarang bahwa cicinya meski seorang wanita
namun wataknya amat keras dan pendiriannya amat kukuh, tanpa
sadar semuanya ini makin menunjukkan kelemahan dirinya.
Tapi....benarkah ia begitu lemah"
Mendadak ia menggertak gigi keras2 dan melompat keudara
meninggalkan tempat tsb. Ia bertekad akan membuktikan dg
tindakan bahwa dirinya tidak lemah, sasaran yg pertama dari
gerakannya in adalah Siau lim si, sebab dia harus merebut kembali
lencana panji Hui im leng tersebut.
Kuil Siau lim si.... Selama beberapa hari ini, walaupun suasana dikuil tsb nampak
tenang dg para pejiarah yg datang berdoa, namun dibalik
kesemuanya itu suasana tegang menyelimuti perasaan setiap orang,
hal ini disebabkan berita penting yg dibawa oleh Bok sian taysu.
Setiap hari boleh dibilang para pendeta tingkat tinggi kuil itu
selalu menyelenggarakan rapat rahasia dg ketuanya untuk
membicarakan soal Kho Beng serta pelbagai kemungkinan untuk
menghadapinya. Pagi ini, seperti juga diwaktu lain, pintu gerbang kuil Siau lim si
yg besar dan berat pelan2 terbuka lebar, dua orang pendeta muda
muncul diplataran da mulai membersihkan debu disekitar kuil.
Ketika salah seorang pemuda itu selesai menyapu dan
memandang sekeliling kuil, tiba2 paras mukanya berubah hebat dan
menjerit kaget. Mendengar jeritan kaget itu, rekannya segera berpaling seraya
menegur keras: "Hiong pun sute, persoalan apa yg membuatm kaget" Apakah
kau lupa sg pelajaran tentang "ketenangan" yg selalu diajarkan suhu
kepada kita semua." Hiong pun taysu tidak menjadi tenang karena teguran tsb, sambil
menunding keatas pintu kembali serunya:
"Suheng, coba lihat".."
Hiong hoat taysu mengikuti arah yg ditunjuk dan segera
mendongak, tapi apa yg kemudian terlihat membuat air mukanya
berubah hebat dan menjerit tertahan pula.
Ternyata papan nama "Siau lim si" yg terbuat dari sepuhan emas
itu sudah hilang lenyap dalam semalaman saja, sedang pada tempat
semula kini telah muncul dua baris tulisan yg berbunyi demikian:
"Kutunggu kedatangan Bok cuncu untuk mengembalikan panji
Hui im ki dipuncak Siau lim kentongan pertama malam nanti, bila
nanti main kerubut dg menggunakan akal licik, jangan salahkan
kalau papan nama kalian kuhancurkan."
Dibawah tulisan tsb sama sekali tidak dijumpai tanda tangan.
Hiong hoat taysu yg semula menegur sutenya tentang
"ketenangan" kali ini tak dapat mengendalikan "ketenangan" sendiri,
sambil berpaling segera teriaknya:
"Sute, cepat hapus semua tulisan disitu!"
Kemudian dg langkah cepat dia berlarian masuk kedalam kuil
untuk memberi laporan. Tak sampai setengah peminuman teh kemudian, suara genta
dalam kuil telah dibunyikan sembilan kali.
Ditengah dentangan suara genta yg amat nyaring, berbondongbondong
para penghuni kuil keluar dari kamar masing2 dan bergerak
menuju keruang tengah Tay hiong po tian.
Dalam waktu singkat ruangan Tay hiong po tian telah dipenuhi
lima ratusan orang pendeta dg pandangan tidak mengerti dan saling
bertanya, mereka seling berpandangan satu sama lainnya.
Tak lama kemudian kelima pendeta agung ngo heng dari ruang
Tat mo beserta para pemimpin ruangan telah hadir semua disitu dan
akhirnya ketua kuil Siau lim si pun muncul dg membawa tongkat
kebesarannya. Serentak para anggota kuil memberi hormat dg wajah serius.
Setelah membalas hormat dan menghentakkan tongkatnya
keatas tanah, ketua siau lim si mulai berkata dg suara dalam :
"Barusan murid kita Hiong pun menemukan papan nama kuil kita
telah dicuri orang, untuk itu apakah ada diantara kalian telah melihat
seseorang yg mencurigakan kemari " "
Dg perasaan terkejut dan bimbang segera murid Siau lim si saling
berpandangan dg mulut membungkam, nampaknya tak seorangpun
yg menyaksikan peristiwa ini.
Dg wajah serius dan nada dalam kembali ketua Siau lim si ini
berkata : "Papan nama gereja kita merupakan hadiah dari bagina
almarhum, bukan saja melambangkan kewibawaan da sejarah kuil
kita selama seratus tahun terakhir ini, juga melambangkan posisi
terhormat kita dimata umat persilatan pada umumnya, tapi sekarang
ternyata papan nama itu telah dicuri orang tanpa diketahui kabar
beritanya, peristiwa ini betul2 merupakan suatu aib dan penghinaan
untuk kuil kita, oleh karenanya sejak hari ini tidak terbatas dari
tingkatan mana saja kalian semua diwajibkan siaga, tak boleh lalai,
tak boleh gegabah, semuanya harus siap sedia setiap saat untuk
menanggulangi hal2 yg tidak diinginkan, barang siapa berani lalai dia
akan ditindak secara tegas!"
"Menurut perintah ciangbunjin!" segenap anggota kuil menyahut
bersama-sama. Maka ditengah ulapan tangan ketuanya, beratus orang pendeta
itu pun mengundurkan diri dari ruangan itu.
Tak lama kemudian pintu ruangan telah tertutup kembali, kini yg
tinggal hanya para tongcu serta kelima pendeta ngo heng dari ruang
Tat mo wan. Terdengar ketua Siau lim si berkata:
"Bok lim sute, yakinkah kau bahwa ini adalah perbuatan Kho
Beng?" Dg nada yakin Bok sian taysu menjawab:
"Menjawab pertanyaan ciangbunjin, menurut dugaanku hal ini tak
bakal salah lagi , bukankah sangkut paut serta hubungannya
persoalan ini telah kujelaskan tadi?"
"Semula menurut laporanmu dari telaga Tong ting, kau
mengatakan Kho Beng masih belum mengetahui asal usulnya
sehingga mengusulkan kepadanya untuk menariknya sebagai murid
kita sehingga tindak tanduknya dikemudian hari bisa diawasi tapi
sekarang mengapa ia bisa mengetahui asal usul sendiri sehingga
mencari gara2 dg pihak kita?"
"Menurut dugaanku, andaikata bukan si unta sakti berpunggung
baja Thio Ciong san telah mengingkari janjinya, tentu ketua Sam
goan bun yg membongkar rahasia tsb atau kemungkinan terakhir
adalah Li Sam yg telah tewas telah mengungkap asal usulnya
menjelang kematian, kecuali tiga orang ini aku rasa tiada
kemungkinan yg lain lagi."
Ketua Siau lim si itu nampak termenung sebentar, tiba2 ujarnya
sambil tertawa dingin: "Budha maha pengasih, demi melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan, mau tak mau kita mesti menggunakan tindakan yg
keji untuk mengatasinya, Li Sam sudah mati, jejak si unta sakti
berpunggung baja pun masih penuh tanda tanya, satu-satunya jalan
adalah mengundang kehadiran ketua Sam goan bun untuk ditanyai
persoalan tsb, entah bagaimana menurut pendapat para tongcu
serta tianglo berlima?"
Padahal yg dimaksud "mengundang: dari ketua Siau lim si itu.
Lebih tepat kalau dibilang "diciduk".
Serentak para sesepuh Siau lim si memberikan persetujuannya.
Maka dg beberapa patah kata itulah nasib tragis perguruan Sam
goan bun telah diputuskan.
Melihat tak ada lagi usul lain, ketua Siau lim si segera berpaling
kearah Bok sian taysu seraya berkata:
"Entah tindakan apa yg mesti kita ambil untuk menghadapi
perjanjian malam nanti?"
Dg suara tenang Bok sian taysu berkata:
"Pamor serta nama baik Siau lim si harus kita bela mati-matian,
menurut pendapatku, malam nanti kita penuhi undangannya
kemudian setelah mendapatkan kembali papan nama tsb, kita bekuk
orangnya." "Yakinkah sute akan keberhasilan kita?" tanya ketua Siau lim si
dg secara dalam. Bok sian taysu tersenyum:
"Tak usah kuatir, pokoknya aku tak akan mengecewakan
pengharapan ciangbun suheng."
"Baiklah" kata ketua Siau lim si kemudian sambil manggut2,
"Silahkan sute memenuhi janji itu, aku akan mengatur persoalan
lainnya." Dan perundingan rahasia pun diakhiri sampai disitu.
Pintu gerbang ruang Tay hiong po tian kembali terbuka lebar,
para sesepuh Siau lim si itupun kembali keruangannya masing2.
Tulisan diatas pintu gerbang kuil Siau lim si juga telah dihapus,
segala sesuatunya pulih kembali dalam ketenangan, seakan-akan
sebelum itu tak pernah terjadi sesuatu peristiwa pun.
Waktu berlalu dg cepatnya, dalam waktu singkat sehari sudah
lewat, kini rembulan sudah bersinar diatas angkasa, kentongan
pertama telah menjelang tiba.
Ditengah keheningan dan kegelapan yg mencekam seluruh kuil
Siau lim si, tiba2 kelihatan sesosok bayangan abu2 berkelebat keluar
dari ruangan dan bergerak menuju kepuncak bukit.
Tampak ditangan kanan orang itu membawa sebuah toya besi,
sementara ditangan kirinya membawa sebuah panji yg berbentuk
segi tiga. Ternyata orang itu tak lain adalah Bok cuncu, sesepuh Siau lim si
yg sedang berangkat kebelakang bukit untuk memenuhi janji.
Sementara itu malam amat hening, selain hembusan angin
malam yg terasa dingin, tak kedengaran sedikit suara pun yg
memecah keheningan. Bok sian taysu dari Tat mo wan berdiri tegak dipuncak bukit dg
sorot mata yg tajam mengawasi sekeliling tempat itu, namun
suasana tetap hening dan tidak kelihatan setitik bayangan manusia
pun. Karena terlalu mengandalkan kemampuan ilmu silatnya yg amat
lihay, ditambah lagi ia tahu kalau ciangbun suhengnya telah
mempersiapkan bala bantuan disekitar sana, maka wajahnya sama
sekali tidak nampak tegang ataupun gelisah.
Ditunggunya sampai kentongan pertama menjelang tiba, sewaktu
dilihatnya orang itu belum nampak juga maka dg suara lantang ia
berseru: "Kemana perginya orang yg mencuri papan nama" Aku telah
datang memenuhi janjiku, apakah kau tidak segera menampilkan
diri?" Baru selesai perkataan tsb diucapkan, suara jawaban yg nyaring
telah bergema tiba: "Bok sian hweesio, apakah sudah kau bawa panji Hui im ki leng
tsb?" "Panji Hui im ki leng berada ditanganku?" sahut Bok sian taysu
lantang. "Harap bentangkan panji tsb dan kibarkan tiga kali."
Bok sian taysu menurut dan kibarkan panji tsb tiga kali, kemudian
baru ujarnya dingin: "Apakah sicu sudah melihatnya dg jelas?"
Mendadak berkumandang suara gelak tertawa yg amat nyaring
berasal dari atas puncak bukit sebelah kiri, ditengah gelak tertawa
yg amat keras itu nampak sesosok bayangan manusia menerobos
angkasa dan melayang turun dihadapan Bok sian taysu.
Ternyata orang yg bermata tajam dan berwajah tampan itu
memang tak lain adalah Kho Beng, orang yg sudah diduga oleh Bok
sian taysu sebelumnya. Sambil tertawa seram Bok sian taysu segera berkata:
"He...he...he...ternyata memang sauhiap, tak kusangka aku


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih punya jodoh untuk bersua kembali dg sicu"
"Tak usah banyak bicara" tukas Kho Beng sambil menarik muka,
"nah hweesio gede cepat serahkan panji Hui im ki leng tsb
kepadaku!" Bukan diserahkan, Bok sian taysu malah menyimpan kembali
panji tsb, kemudian katanya sambil tersenyum:
"Sau sicu, bolehkah aku berbicara dulu barang sepatah dua patah
kata?" "Kalau ingin bicara, katakan saja terus terang!"
"Masih ingatkah sau sicu dg kata2 ku ketika berada dalam wisma
Pahlawan Harapan 9 Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Pendekar Pedang Sakti 14

Cari Blog Ini