Walet Emas Perak Karya Khu Lung Bagian 16
diatas maklumat kematian."
"Tidak mau juga harus mau. Hayo jalan."
Mendengar percakapan orang diatas bukit terpaksa Hiat ing
cu menghentikan serangannya terhadap Ling-Ji-ping, sekilas
dia menengadah keatas. Lian hoa dibelakang Ji-ping berbisik: "Syukurlah mereka
telah datang." Tapi bukan saja tidak senang, Ji-ping malah mengerut
kening, pikirnya : "Untuk apa kedua Hwesio itu kemari"
Membantu jelas tidak mungkin, sebaliknya aku harus berkuatir
akan keselamatan mereka malah."
Waktu dia mendongak, dilihatnya Hwesio gila dan Hwesio
pemabuk tangan bergandeng tangan tengah melompat turun
dari atas bukit. Hwesio gila ternyata mengembangkan Ginkang
Hu hun sin hoat. Terbeliak mata perempuan baju putih mulutnya mengeluarkan suara lirih, Kui tiap si dan Hiat ing cu tidak
mendengar. Begitu me layang turun kedua Hwesio itu cengar cengir
sambil saling s ikut menyikut. Hwesio gila membuka suara lebih
dulu. "Mau berkelahi" Ba iklah aku ikut satu."
Kui tiap sin ter-kial2, katanya: "Kalian kepala gundul ini
juga mengantar kematian?" tiba2 roman mukanya beringas
kampak ditangannya terangkat sambil menatap kedua Hwesio
kakinya melangkah pelan2.
917 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya tiba2 Hwesio gila menjerit dengan gerakan lucu
tiba2 dia berputar sembunyi ke belakang Hwesio pemabuk
seraya berkaok, "setan arak kiranya dia si setan kampak. Jelas
aku tidak bisa menang hayo lekas kau lawan dia."
Ternyata Hwesio pemabuk juga menyurut mundur, sambil
melangkah mulutpun berteriak, "Gila, kau bukan tandingannya, akupun bukan lawannya, tadi aku bilang tidak
mau turut kau justru menyeretku kemari."
"Sudah berani datang, harus berani menghadapiku, kepala
gundul, serahkan jiwamu." Ancam Kui tiap sin sambil
mengayun kampak. Mumpung Kui tiap sin bicara, tiba2 Hwesio pemabuk
membalikkan tangan menangkap lengan Hwesio gila serta
menyeretnya berputar kini ganti dia yang sembunyi dibelakang
Hwesio gila. Sudah tentu Hwesio gila mencak2 ketakutan dan gugup,
kedua tangannya mencakar tak karuan sambil me-ronta2, seolah2 dia hendak membebaskan diri dari pegangan Hwesio
pemabuk, tapi selalu usahanya gagal, karuan dia berteriak
gelisah. "Setan arak, berbuatlah baik si gila ini jelas bukan
tandingnya. Sekali kampaknya terayun, tubuh si gila ini
tanggung terbelah menjadi dua."
"Aku tidak peduli, aku kepala gundul belum mau mati, gila,
kau di s ini saja, aku mau pergi." Habis berkata tiba2 dia lepas
pegangan, sebelum berlalu sempat memonyongkan mulutnya
dengan tawa geli kepada Ling-Ji-ping terus sipat kuping keatas
bukit. Mendengar Hwesio pemabuk mau lari karuan Hwesio gila
makin gugup teriaknya. "Mana bisa kau lari akupun lari."
Kui T iap sin terkekeh senang serunya. "Kalian jangan harap
bisa lolos." Lenyap perkataannya ternyata dia tidak lari
menubruk, dari kejauhan kampaknya dia ayun membelah
kearah Hwesio pemabuk yang melarikan diri, segulung angin
918 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras segera menerpa kepunggung Hwesio pemabuk.
Mendadak terdengar kepala gundul itu menjerit, tubuhnya
melejit minggir kesamping terpaut serambut, hampir saja
tubuhnya terbelah oleh terjangan angin kampak Kui tiap sin.
Berhasil berkelit Hwesio pemabuk ternyata sempat menoleh
dan berseru. "Gila, tolong kau tahan dia sebentar biar aku lari
lebih dulu." Di tengah perkataannya tubuhnya telah melompat
jauh beberapa tombak. Melihat bacokan kampaknya luput Kui tia sin menggerung
penasaran sambil menggerakkan kampaknya tiba2 dia melejit
mumbul ke atas terus mengudak kencang laksana segumpal
mega meluncur kearah Hwesio pemabuk.
Begitu Kui tiap sin mengejar Hwesio pemabuk, Hwesio gila
malah berhenti berlari dan berdiri tegak sambil menoleh
tertawa meringis. Tiba2 Ling-Ji-ping teringat satu hal, sekilas dia melirik
kearah Hiat ing cu, dilihatnya orang tetap berdiri ditempatnya
tak bergerak pandangannya menatap kearah Kui tiap sin yang
lari mengudak Hwesio pemabuk.
Sekarang baru dia sadar tujuan Hwesio jenaka ini bermain
sandiwara ternyata memancing Kui tiap sin mengejar dirinya
supaya kekuatan lawan terpencar. Sementara perempuan baju
putih diserahkan kepada Hwesio gila jikalau benar perempuan
baju putih adalah adik kandung Hwesio gila yang amat di
rindukan selama puluhan tahun maka kinilah saatnya mereka
mendapat kesempatan untuk saling bertemu.
Maka sorot matanya berputar menatap ke arah perempuan
baju putih dilihatnya orang tengah menatap Hwesio gila
dengan pandangan penuh selidik, mimiknya menampilkan rasa
bimbang dan curiga. Tergerak hati Ling-Ji-ping, mendadak dia berteriak: "T aysu,
Hu hun sin hoat kehadiranmu itu teramat cepat gerakannya,
kenapa tidak lekas kau pergi bantu saudaramu?"
919 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betul juga, tampak perempuan baju putih tersentak kaget,
serunya: "Apa betul kau mahir Hu hun sin hoat" Dari mana
kau mempelajarinya?"
Lebar tawa Hwesio gila, tanpa menjawab tiba2 dia
mengebas lengan baju, sebab sekali dia kembangkan Hu hun
sin hoat terus melejit terbang keatas bukit.
Sekilas perempuan baju putih mengerling kearah Ling-Jiping dengan pandangan prihatin, tapi sengaja dia membentak:
"Hwesio lari kemana kau." Pakaiannya tampak melambai
hebat sekali dia mengudak keatas bukit.
Sekarang persoalan lebih gampang diurus, menghadapi
seorang Hiat ing cu jauh lebih mudah dan enteng, dengan
kekuatan tiga jurus Tin thian cang, meski tidak mampu
menandingi lawan, kira2 dia masih mampu bertahan beberapa
kejap, pelan dia simpan Gi sing kiam kedalam kantong
bajunya, lalu mengerahkan setaker hawa murninya,
tantangnya kepada Hiat ing cu. "Marilah, sekarang tinggal kau
menghadapi aku." "Hehehe." Hiat ing cu ter-loroh2, "kau memang patut di
puji, berani menantang Lohu."
"Pewaris tunggal T hian hu bun, kenapa tidak berani?"
"Bagus, bagus, bagus." Hiat ing cu ter-loroh2. "Ternyata
kebesaran Thian hu yang kau agulkan" Agaknya kau bocah ini
sudah lupa, tadi kudengar percakapan kalian. Thian hu Lojin
sudah mati, umpama dia belum mati, cepat atau lambat aku
memang hendak meluruk keistana langitnya itu. Sekarang
tugas ku jadi ringan, tak usah meluruk jauh2 ke sana. Tadi
mengingat kau mampu memutus snar2 kecapi, sehingga aku
tidak sampai kehabisan tenaga mengerahkan Lwekang
melawan irama iblisnya itu, maka kutuntut supaya kau
terangkan siapa yang mengajarkan pekik setan yang kau
pelajari tadi" Gelang naga harus kau serahkan pula, jiwamu
akan kuampuni. Hehehe, tapi sekarang, berhadapan dengan
920 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pewaris tunggal Thian hu bun, baiklah aku menegaskan
kembali. Malam ini kau keparat ini harus mampus ditanganku."
"Apa kau tidak terlalu yakin?"
"Di hadapan siapapun, Lohu selamanya akan yakin diri
sendiri." Habis bicara tampak tubuhnya mulai bergerak, asap
merah mulai bergulung2 membungkus tubuhnya, secepat
kilat langsung menubruk kearah Ling-Ji-ping.
Kungfu macam apa yang dilancarkan Hiat ing cu,
hakikatnya Ling-Ji-ping tidak tahu, dari cerita Lian hoa tadi
dia mendengar pukulan yang dilontarkan iblis laknat ini adalah
Hoat hiat ciang, dari namanya saja orang akan ngeri dan jera.
Tapi Ling-Ji-ping justru tidak ambil peduli, namun gerakan
lawan yang kontal kantil seperti barang bergantung itulah
yang memusingkan kepalanya. Jelas dia manusia biasa, tapi
yang kelihatan hanya bayangannya, bayangan merah laksana
kabut yang bisa bubar dan berkumpul pula, jadi sukar
melukainya. Terdengar Hiat ing cu ter-loroh2, serunya. "Anak muda,
sungguh aku merasa sayang bagi kau. Terlalu pendek
menjawab pewaris Thian hu bun." Tiba2 bayangan merah
berkelebat, dari tengah bayangan merah yang berkelebat
terbit segumpal angin kencang, laksana gugur gunung
menindih kearah Ling Ji-ping.
Ling-Ji-ping menyeringai, tanpa ayal segera dia kerahkan
Lwekang memapak dengan Tin thian ciang yang diajarkan
Lam jan, kedua tangan ditekuk didepan dada terus didorong
lurus kedepan. Dua jalur angin kencang beradu, ledakan sekeras guntur
menggoncangkan bukit pendek, debu membumbung, pasir
menciprat, batu mencelat, tampak kabut merah itu terpental
mundur ber-gulung2 sementara Ling-Ji-ping terhenyak tiga
langkah, darah bergolak dalam rongga dadanya, pandangan
ber-kunang2. 921 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lekas Lian hoa maju memapahnya, katanya lembut.
"Siauhiap, kau terluka tidak ?"
Ling-Ji-ping geleng2, lekas dia tahan hawa murninya
sehingga darah yang bergolak naik hampir menyembur keluar
mulut ditelannya kembali, lalu katanya menyeringai dingin
"aku tidak apa2."
Belum lenyap suaranya, didengarnya loroh tawa keras aneh
telah menerjang maju pula. Saking kaget dia menoleh.
Dilihatnya gulungan kabut merah itu telah membumbul
keangkasa setinggi beberapa tombak dan tengah menukik
turun dengan terjangan secepat kilat.
Dari jauh Ling-Ji-ping sudah merasakan adanya lima jalur
asap merah yang bersuhu dingin meluncur keluar dari
gumpalan kabut merah itu, laksana lima batang pedang tajam
masing2 mengincar Hian ki, Hoa kay; Tiong ting, Kiu bwe dan
Hun cui, lima Hiato besar.
Untuk berkelit sudah tidak sempat lagi,
apalagi dibelakangnya ada Lian hoa. Jikalau dia menyingkir, celaka
adalah nona bernama Lian-hoa yang bakal terluka parah atau
mungkin tewas seketika bila ke terjang kelima jalur kabut
merah itu. Keadaan gawat tidak memberi kesempatan otaknya
bekerja, secara reflek tubuhnya bagian atas terjengkang
mundur kebelakang, hawa murni dipusar mendadak hampir
meledak terus menerjang naik kemulut dan keluarlah pekik
naga yang mengalun lembut menjulang tinggi keangkasa
menyusup mega, gema suaranya mendatar rendah menggetar
alam semesta. Dikala pekik naga mengalun pada titik nada paling tinggi,
tampak gumpalan kabut merah ditengah udara itu seketika
buyar ketiup angin, bayangan tubuh manusia yang serba
merah yang semula bergantung diudara seketika melayang
jatuh kebawah jurang sama seperti burung yang kena tembak.
922 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Lian-hoa bersorak kaget sambil keplok tangan,
"Bagus, menakjubkan. Kalau tahu pekik suaramu ini dapat
menggetar terbang manusia tak perlu aku berkuatir bagimu."
Ling-Ji-ping ikuti tubuh besar warna merah yang melayang
turun kejurang, hatinyapun kaget dan heran, takjub pula,
katanya tawar, "Aku sendiri tidak tahu bahwa Jiong-liong ling
ternyata punya kesaktian sehebat ini, semula kukira hanya
dapat menghancurkan Yu bing-kui tin dan kecapi iblis serta
macam2 ilmu sesat saja."
Di tengah pembicaraan mereka itulah tubuh Hiat-ing cu
yang melayang turun kebawah itu sudah kecebur kedalam
rawa dengan suara ramai, air tampak muncrat, tubuh Hiat-ing
cu seketika ditelan air dan amblas tak kelihatan lagi,
"Ha," teriak Ling-Ji-ping. "hayo lihat, bukankah air itu
beracun dan dapat memusnakan tubuh manusia?"
"Iya," Lian hoa juga tersirap, "kali ini dia tidak akan bisa
hidup." Serempak mereka berlari maju terus melompat turun
kepinggir rawa. Hanya beberapa kali lompatan Ling-Ji-ping
sudah hinggap dipinggir rawa, matanya segera menyelidik
keadaan sekelilingnya, batu2 gunung disekitarnya ternyata
berwarna hitam legam, hangus karena ber-tahun2 terjilat api,
sementara tanahnyapun telah menjadi abu dan merekah dan
anehnya, belum lama api padam, tapi batu dan tanah dimana
dia berpijak ternyata sudah dingin, air rawa ini ternyata
memang dingin luar biasa, anehnya justeru tidak membeku
seperti es. Air rawa berwarna hitam berkilau, ternyata permukaan air
dilapisi kadar minyak yang berbau kurang sedap. Tengah Jiping terlongong, tiba2 didengarnya Lian-hoa menjerit di
sampingnya. "He, lihat sudah terapung."
Waktu Ji-ping menoleh kearah rawa, dilihat nya dari mana
Hiat-ing-cu tadi kecebur tampak tulang belulang manusia yang
923 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utuh terapung di permukaan air. Jelas dan terbukti bahwa Ou
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tang-hoat yang kecebur kedalam rawa telah menemui ajal
dan tinggal tulang belulangnya saja yang masih utuh dan
terapung. Hiat-ing cu sudah kenyang melakukan kejahatan semasa
hidupnya, kematiannya jelas tidak perlu dibuat sayang, tapi
dibawah pancaran sinar rembulan, tulang yang memutih
terapung dipermukaan air hitam yang kemilau gelap
menambah suasana terasa seram dan mengerikan, tanpa
terasa Ji-ping menghela napas panjang. Tiba2 dua jeritan
keras berkumandang dari sebelah atas. Dengan kaget Ji-ping
dan Lian-hoa mendongak, tampak dua orang satu kelabu yang
lain hitam dalam sekejap telah meluncur turun dipinggir rawa,
ternyata Yu-bing Kaucu dan Ban-tam-liu-liu Li Sin.
Ji-ping kira kedua orang ini akan menubruk dan menyerang
dirinya. Tak tahunya begitu menginjak tanah, mereka hanya
terkekeh kesenangan, hanya sekejap mereka berhenti,
kembali menjejak kaki terus terjun kedalam rawa.
Sudah tentu gerakan mereka amat mengejutkan Ling-Jiping, baru saja mulut terbuka belum suaranya keluar. Lian-hoa
sudah menghela napas disampingnya katanya: "Itulah yang
dinamakan elmaut datang tak bisa dihindarkan, biarkan
mereka mencari jalan kematian,"
Hakikatnya untuk mencegah juga sudah terlambat Ji-ping
kira, karena kedua orang ini harus kerahkan tenaganya
melawan irama kecapi maut, padahal taraf Lwekang mereka
jauh ketinggalan dibanding Kui tiap-sin bertiga, maka baru
sekarang mereka berhasil memulihkan tenaga. Begitu
membuka mata, tiga duta lampu, Ang hoa Kaucu, It-ci sin-mo
dan Pak-koat ternyata sudah tiada di tempat, mereka kira
orang2 itu sudah mendahului mereka terjun kedalam rawa,
maka tanpa banyak pikir dan tidak periksa lebih dulu mereka
terus melayang turun, apalagi dilihatnya Ling-Ji-ping berdiri
dipinggir rawa maka bergegas mereka terjun kedalam air.
924 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlu diketahui untuk masuk kedalam Cui-hwe kok harus
menyeberangi rawa dingin ini, pada hal letak Cui-hwe-kok
berada dibelakang gunung dengan mulut lembah yang
mengangah dipinggir rawa disebelah seberang, dinding
gunung menjulang tinggi curam, jalan satu2nya untuk masuk
kesana harus menyeberangi rawa ini.
Di katakan terjun karena gerakan Yu bin Kaucu dan Li Sin
mirip juara renang sudah siap berlomba, yang terang tubuh
mereka melayang enteng kedepan lalu jumpalitan beberapa
kali. Lebar rawa hanya belasan tombak, dengan Ginkang
mereka sebetulnya bukan usaha yang berat untuk mencapai
seberang, tapi prakteknya justru berbeda dengan kenyataan
baru tiga tombak tubuh mereka melayang lalu jumpalitan
keatas, tubuh mereka sudah melayang turun, mereka sudah
siap menutul kakinya dipermukaan air, lalu me lesat kedepan
pula, tak nyana air rawa itu ternyata seperti mempunyai daya
sedot yang kuat. Bukan saja kaki tidak berhasil menutul terus
melesat kedepan, tubuh mereka malah terseret jatuh kedalam
air. Sudah tentu kejut mereka bukan main serempak mereka
bersuit nyaring kedua tangan berkembang seraya meronta
naik sambil menghembuskan napas tapi sudah terlambat, baru
suitan keluar dari mulut, "Byuuur" Ban tia liu ing Li Sin
tercebur lebih dulu. Tubuh Yu bing Kaucu juga hanya sempat mumbul beberapa
kaki, begitu mendengar suara air, dia menoleh sedikit lena
itulah terasa daya sedot dari bawah bertambah besar, tanpa
ampun tubuhnyapun ikut tenggelam ke dalam air.
Tanpa berkesip Ling-Ji-ping yang berdiri dipinggir rawa
mengawasi permukaan air dimana Li Sin dan Yu bing kaucu
terjatuh. Dilihatnya air disana seperti mendidih mengeluarkan
suara gemeletuk, disusul timbulnya buih2 putih yang bersusun
semakin tinggi laksana sekuntum kembang besar.
925 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya beberapa kejap saja, di tengah2 buih2 putih itu
muncul pula tulang belalang manusia yang tetap utuh
terapung. Hanya sebentar tiga jiwa telah me layang dimakan rawa
dingin beracun ini, padahal ketiga orang itu adalah jagoan
Kungfu yang tinggi kepandaiannya. Mau tidak mau merinding
Ling-Ji-ping dibuatnya. Batinnya: "Syukur Lian hoa keburu
datang memperingatkan kepadaku, kalau tidak mungkin
tulang belulangku sudah terapung dipermukaan air."
Dengan haru segera dia menoleh kearah Lian hoa.
Dilihatnya sinona merangkap kedua tangan mata terpejam,
mulut tampak komat kamit sikapnya agung hidmat, entah apa
yang di panjatkan dalam doanya.
Sesaat Ji-ping me longo, tanyanya. "Nona apa yang kau
lakukan. Pelan2 Lian hoa membuka mata, sikapnya sungguh2,
akhirnya dia tersenyum, "kupanjatkan doa pengampunan bagi
dosa2 mereka di masa hidupnya semoga Yang Maha Kuasa
menerimanya kembali kedalam keharibaannya."
"Ya, aku tahu maksudmu," ujar Ji-ping.
Lian hoa tersenyum manis, katanya. "Jangan ngelantur
terlampau jauh, dengar, ada orang datang pula."
Waktu Ling-Ji-ping menoleh, yang datang adalah It ci sin
mo dan Pak koat. Ternyata setelah mereka pulih kembali,
waktu ada kesempatan tadi, mereka menyergap Ui Bwe ing
tapi Ang hoa Kaucu yang sudah beringas dan nekad itu
salurkan seluruh kekuatan ilmunya, sehingga mereka tergetar
luka pula, baru sekarang mereka selesai samadi menyembuhkan luka dalam, kini mereka melayang turun ke
pinggir rawa. Melihat orang2 ini datang mengantar kematian, timbul rasa
bajik dan cinta kasih Ji-ping terhadap sesama manusia, lekas
926 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia maju beberapa langkah serta berseru dengan lantang:
"Apa kalian mau masuk kelembah mengambil ketiga pusaka
itu?" Melihat Ling-Ji-ping berada disitu, kedua gembong iblis itu
segera berhenti. It ci sin mo berkata dengan tertawa : "Bocah,
ke-mana2 kami mencarimu, tak kira kau telah berada di sini,
hayo serahkan." Ling-Ji-ping menyeringai kalem, katanya; "Seng locianpwe
memang suruh Ji-ping mau mengembalikan gembok emas
itu." Karuan mereka tidak percaya.
"Bocah keparat, apa benar gembok itu ada padamu?"
jengek Pak koat. Dengan senyum lebar Ji-ping merogoh keluar tiga macam
benda, katanya sambil membentang telapak tangan. "Bukan
hanya gembok emas saja, nah, gelang naga pun gambar
lukisan rahasia penyimpanan ketiga pusaka semua berada
ditanganku, jika kalian suka boleh ambil seluruhnya."
Kedua gembong iblis saling pandang, hati mereka hambar
dan bingung. "Kalian tak usah curiga, inilah barang2 yang diimpikan oleh
setiap insan manusia, secara kebetulan Ji-ping lebih berjodoh
dari kalian, berhasil kumiliki semua. Jikalau kalian memerlukan
marilah ambil saja."
"Bocah, jangan kau main gila terhadap kami," desis Pak
koat mengancam. "Jangan kata Ji-ping selama hidup tidak pernah menipu
orang, dihadapan kalian, mungkinkah aku menipu?"
"Bocah, ternyata kau memang pintar." It ci-sin-mo tertawa
gelak2. 927 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera Ji-ping letakkan ketiga barang itu didepan kakinya
terus melompat mundur beberapa tombak, katanya. "Silahkan
periksa apakah Ji-ping menipu kalian?"
Memang bukan tipuan namun tindakan Ji-ping justru
membingungkan dan diluar dugaan kedua gembong iblis, hal
ini ma lah menimbulkan curiga mereka, sesaat mereka
bimbang tidak maju mengambil ketiga barang itu.
Ling-Ji-ping tertawa besar, katanya: "Untuk memperebutkan ketiga barang ini, kalian sudah menghabiskan
waktu enam puluh tahun lamanya, jerih payah telah
berhambur secara percuma, sekarang ketiga barang yang
kalian cari terpapar didepan mata, kenapa justeru bimbang?"
Mendelik mata tunggal Pak koat desisnya menyeringai:
"Keparat, bila kau berani menipu, coba saja bila tidak kubeset
kulitmu, kuhancurkan tubuhmu." Habis bicara, mendadak dia
menubruk kedepan meraih ketiga barang diatas tanah itu.
Setelah melompat balik ditempatnya, Pak koat periksa
ketiga barang itu dengan seksama, gelang naga dan gambar
lukisan rahasia penyimpanan harta memang sukar tulen atau
palsu, tapi gembok emas itu" sudah puluhan tahun secara
bergilir mereka menyimpannya, sekali pandang lantas dapat
dibedakan bahwa gelang naga ini memang tulen.
Karuan kedua gembong iblis saling pandang dengan
melongo sesaat lamanya. Mereka tidak habis mengerti kenapa
dan apa sebabnya Ling-Ji-ping mau menyerahkan ketiga
barang mustika ini. Melihat sikap kedua gembong iblis yang bimbang itu Ji-ping
tertawa dingin katanya. "Kalian sudah memeriksanya, apakah
orang she Ling menipu kalian?"
"Betul." jengek Pak koat, "agaknya kau bocah ini tahu diri
dihadapan Liu loto, lebih baik kau terus terang dari pada main
muslihat." 928 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tawa Ji-ping bernada mencemooh dan menghina, katanya.
"Ketahuilah, Ji-ping mau menyerahkan barang2 itu bukan
lantaran aku jeri pada kalian. Bicara terus terang, satu
diantara kalian atau kalian berdua sekaligus, kalau lagi iseng
boleh maju bersama Ji-ping siap menyambut."
"Hahaha, bocah, tidak kecil nyalimu." Teriak It ci sin mo,
"sombong juga kau ini."
"Bagi orang she Ling bernama Ji-ping seperti aku ini,
perkataanmu itu justeru agak bertingkah, sebagai pewaris
tunggal dari Thian hu bun, sikap dan tindakanku terhadap
kalian kurasa tidak keterlaluan."
Pak koat dan It-ci-sin-mo ter-pingkal2 sesaat kemudian
setelah gelak tawa mereka mereda, Pak koat berkata. "Bocah,
kau memang menyenangkan. Kalau perkataanmu tadi di
ucapkan oleh Thian hu Lojin, Tosu tua dan Lo ko mungkin
tidak kuanggap perkataannya terlalu jumawa, tapi bagi kami
tiga tua bangka yang tidak mau mampus ini. He, ya, Seng lo ji
tidak hadir, jadi tidak usah singgung dia hakikatnya tidak
pernah mengakui segala Pang Hwe atau Pay" Apalagi Thian
hu segala" Maka selama hidup kami hanya berurusan dengan
indiv idu manusianya. Memang tadi kami sudah tahu bahwa
kau bocah ini memang sudah menjadi pewaris tunggal Thian
hu bun, lain berapa sih taraf kepandaianmu, kami juga sudah
mengukurnya. Gi sing kiam tidak bisa kau pakai lagi, tentang
gemboran suaramu seperti auman singa tadi, memang
merupakan ilmu yang teramat ganas, tapi, hehehe kalau
dibicarakan juga tidak perlu dipuji setinggi langit. Bila kau
berani bertanding sejurus demi segebrak, mungkin aku atau
Lo ko cukup berkelebihan untuk mengganyangmu sehingga
kau tidak akan sempat kerahkan tenaga melancarkan
gemboranmu itu." Merandek sejenak lalu berkata pula, "tapi
persoalan harus diselesa ikan secara adil, karena kau tidak
menipu kami, maka akupun tidak akan mempersulit dirimu."
929 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir Ji-ping tidak kuat menahan emosi amarahnya, tapi
otaknya sekarang bisa berpikir secara dingin, "kedua gembong
iblis ini memang sering me lakukan perbuatan menyeleweng,
tapi selama 60 tahun mereka tidak menimbulkan huru hara
yang merugikan khalayak ramai." Maka dengan menahan
sabar dia berkata dingin. "Kalian harus tahu, apa yang
kulakukan sekarang bukan lantaran aku bermaksud menjilat,
juga bukan lantaran takut. Biarlah secara gamblang kubicara
dengan kalian. Seluruh Bulim dalam kolong langit ini termasuk
kalian berdua dengan aku, hakikatnya diperma inkan seorang
dibelakang layar, demikian pula ketiga barang itu, hahahaha,
hakikatnya tiada sangkut pautnya dengan Thian tiok sam po
segala semua itu hanya barang tak berguna."
Karuan kedua gembong iblis itu terperanjat, It ci sin mo
berteriak." Bocah betul perkataanmu?"
"Mau percaya tidak terserah barang sudah kuserahkan,
kalau tidak percaya silahkan kalian mencobanya. Ji-ping
bermaksud baik, coba kalian periksa barang apa yang
terapung di permukaan rawa itu?" jarinya menuding ke arah
rawa. It ci s in mo dan Pak koat belum tahu bahwa Hiat ing cu, Li
Sin dan Yu bing Kaucu secara beruntun telah tewas
kecemplung ke dalam rawa bila mereka menoleh kearah yang
dituding Ling-Ji-ping serentak mereka bersuara kaget.
Lebih dingin tawa Ji-ping katanya." Luka2 dalam kalian tadi
agaknya cukup parah, di kala kalian samedi menyembuhkan
luka2 tadi, peristiwa tragis telah terjadi, mungkin kalian belum
tahu. Kerangka tulang itu adalah Ou Tang hoat, Sin dan Yu
bing kaucu begitu kecemplung ke air, kontan tubuh mereka
luluh tinggal kerangka tulangnya saja. Dengan baik hati kami
menjelaskan, tapi mau tidak percaya terserah kalian."
Tampak bingung, bimbang dan penasaran wajah It ci sin
mo Pak koat, akhirnya dengan tatapan curiga mereka
memandang Ling-Ji-ping. Sesaat kemudian It ci sin mo
930
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa lebar, katanya: "Bocah, coba kau jelaskan, siapa
orang dibelakang layar yang mempermainkan insan persilatan?" "Seperti juga kalian, hanya begitulah yang Ji-ping ketahui."
Pak koat mendengus, ujarnya: "Air paling ganas paling
beracun diseluruh dunia ini, entah berapa banyak pernah
kusaksikan?" "Bocah, kau memang pandai menggertak dan menakuti
orang, meng-ada2 dengan rangkaian cerita bohong belaka,
memangnya apa tujuanmu?"
"Kalian tidak percaya, ketiga barang sudah kuserahkan,
sekarang boleh silahkan kalian masuk kedalam lembah, cukup
sekian saja nasehat Ji-ping."
Dengan angkuh dia mendongak memandang mega tanpa
hiraukan kedua orang. "Lo koko," kata It ci sin-mo, "berani tidak kau masuk"
Selama hidup aku she Liu tidak percaya obrolan orang lain.''
"Memangnya" Peduli tulang atau palsu, memangnya kita
harus putar balik dengan tangan hampa" Celaka bila orang
mengolok kita ini tua bangka yang penakut."
"Betul. Kita pantang mundur. Apapun yang bakal terjadi
kita harus masuk kelembah."
"Bocah itu, bagaimana?"
"Kalau tidak menipu, berarti dia masih tahu diri, maka aku
sarankan jasanya untuk menebus kesalahannya. Jikalau
sebaliknya hehehe lewat malam ini masih ada besok pagi."
"Baiklah kuikuti kehendakmu. Tapi air ini beracun memang
tidak salah. Kita harus cari upaya untuk menyelamatkan diri."
"Bagaimana kalau kita gunakan Cio-lat-pou-hi."
931 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha. Cio lat pou hi -meminjam tenaga melangkah hampa- "
Betul, betul, betul. Memang begitulah keinginanku."
Lahirnya Ji-ping mendongak seperti tak acuh, tapi secara
diam2 dia bersiaga dan memperhatikan gerak gerik kedua
gembong iblis. Bahwa kedua gembong iblis ini tidak mau
dengar nasehatnya, dan bertekad hendak masuk kelembah,
diam2 dia berpikir: "Agaknya mereka memang mencari jalan
kematian sendiri, mati hidup memang sudah suratan takdir.
Maksud baikku berarti sia2."
Tengah otaknya bekerja, tiba2 didengarnya kedua
gembong iblis bersiul bersama, suaranya tinggi rendah
berpadu, berbareng mereka menjejak kaki, tubuhnya
meluncur sejauh lima tombak, dikala daya luncuran mereka
mengendor, kaki kanan masing2 menutul dipunggung telapak
kaki kiri, dengan saling tutul telapak kaki ini, kembali tubuh
mereka melejit kedepan, kini mereka sudah mencapai
pertengahan rawa. Melihat luncuran tubuh kedua gembong iblis ini serta
caranya mereka gunakan, diam diam Ling-Ji-ping amat
kagum, batinnya. "Ginkang kedua gembong iblis ini memang
melebihi orang lain, tapi gerakan tubuh dengan langkah
hampa ini hakikatnya hanya bisa digunakan sekali, betapapun
tinggi Ginkang seseorang tak mungkin secara beruntun
berganti napas tanpa mengerahkan tenaga, lalu bagaimana
mereka akan mengendalikan tubuhnya?"
Dikala otak Ji-ping bekerja, dilihatnya ke dua gembong
iblis itu mendadak melejit mumbul lalu anjlok turun. Pak-koat
disebelah bawah kedua lengannya terangkat keatas. Kedua
telapak tangan seperti menyanggah langit, secara enteng
kedua telapak kaki It-cisin-mo hinggap diatas telapak
tangannya. Baru saja Ji-ping berpikir pula, "Telapak tangan
menyanggah tapak kaki, dengan pinjam tenaga injakan itu, It932 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ci-sin mo dapat melambung maju kedepan pula, tapi
bukankah Pak koat bakal tertindih jatuh keair."
Kejadian teramat singkat, Kungfu kedua gembong iblis ini
memang luar biasa. Tampak telapak tangan kiri Pak koat
tetap menyanggah, sementara jari2 tangan kanan tiba2
menekuk menggantol punggung kaki It ci-sin-mo, meminjam
tenaga dan daya gantolan dan menyanggah itu keduanya
kembali bersiul nyaring, tubuh mereka berbareng me lesat
terbang pula kedepan dan meluncar turun kepinggir rawa
disebrang. Betapa tepat tenaga dan perhitungan yang dilakukan kedua
gembong iblis ini, sungguh amat menakjubkan dan patut
dipuji, Ji-ping sampai terlongong, baru sekarang dia paham
arti dari Cio-lat-pou-hi yang dikatakan Pat koat, ternyata
begitulah caranya. Lian-hoa pun terlongong, tanpa kuasa mulutnya berseru.
"Cara itu sungguh amat bagus."
"Tak nyana kedua gembong iblis ini dapat mengunakan
akal secerdik itu untuk melesat terbang menyebrangi rawa ini,
mungkin jiwa mereka bisa selamat sampai di sebrang."
Ditengah percakapan mereka, tampak ke dua gembong
iblis itu sedang menjam tenaga pula terakhir kali terus
melayang turun ke sebrang.
Tak nyana sesampai kedua gembong iblis diseberang, tiba2
tubuh mereka tak bisa berdiri tegak tampak kaki mereka
terpeleset, kontan tubuh mereka terjengkang kebelakang.
Belum lenyap pekik kaget Lian hoa terdengar kedua gembong
iblis disebrang juga berseru panik, sekuatnya mereka menarik
diri serta menggentak keatas tapi tubuh mereka tak kuasa
terangkat pula celakanya tubuh mereka malah melorot turun
tampak empat tangan mereka men-cakar2 kian kemari jari2
tangan mereka amblas kedalam tanah.
933 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian hoa tersirap, suaranya. "Lho, kenapa" bukankah
mereka sudah tiba disebrang?"
Ji-ping bergidik seram tapi dia paham apa yang telah
terjadi katanya menghela nafas. "Kalau tempat itu bukan pasir
ngambang" Pasti adalah tanah lunak, biasanya kedua tempat
ini kelihatannva seperti bumi umumnya yang benar
keadaannya yang lunak tak ubahnya seperti didalam air. Bila
orang terjeblos kedalamnya, tubuhnya akan tersedot amblas
kedasarnya, jauh lebih mengerikan dari pada kecemplung ke
air." "Kenapa begitu?"
"Bila mengerahkan tenaga orang masih kuasa melompat
keluar dari air, tapi didalam pasir ngambang dan tanah lunak,
se-kali2 tidak boleh menggunakan tenaga, semakin kuat kau
mengerahkan tenaga, daya tenggelammu semakin cepat.
Kedua gembong iblis itu mungkin kira disana adalah tanah
berbatu karena kecerobohan sendiri, apa lagi mereka habis
melampaui permukaan rawa seluas belasan tombak, tenaga
sudah habis dikerahkan begitu kaki hinggap tubuhpun amblas.
Bila mereka sadar akan kesalahan, begitu melompat pula
sudah tidak mungkin lagi, tubuh mereka malah terbenam
semakin dalam." "Oh," Lian hoa berseru nyaring, "jiwa ke dua gembong iblis
ini jelas takkan tertolong lagi."
"Kukira tidak akan bisa hidup lagi."
"Ya, kalau memang sudah suratan takdir, nasib buruk
takkan bisa dihindari lagi. Walau dengan baik hati kau telah
memperingatkan tapi mereka tetap mencari jalan sendiri."
"Karena itu dalam ajaran Budha ada di katakan: derita tiada
berpangkal, berpaling adalah tepian."
934 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul, mati hidup memang berada dalam sumber, umum
orang bilang sumber, umum orang bilang nasib, dalam ajaran
Bhuda dikatakan jodoh....."
Belum habis dia bicara, tiba2 dibelakang seseorang tertawa
gelak2, katanya: "Menyelami nasib dan jodoh, berarti berjodoh
akan ajaran Bhudha. Nona, kau memang seorang cendekia
dalam aliran kita." Ji-ping dan Lian hoa kaget serta menoleh bersama, entah
kapan ternyata Hwesio pemabuk berdiri dibelakang mereka.
"Taysu," sapa Lian hoa, "kau sudah datang."
"Ya, sudah datang." ujar Hwesio pemabuk.
"Mana Kui tiap sin?" tanya Ji-ping.
Hwesio pemabuk tertawa gelak2. katanya "Tak usah tanya,
untung kaki Hwesio dapat lari sipat kuping, kalau terlambat,
kepala gundulku ini sudah terpenggal oleh kampaknya."
"Ah, kalau begitu kau tentu kepayahan."
Hwesio pemabok melengak, "kepayahan bagaimana?"
"Melarikan diri kan?"
"Haya, Lote, kau menyindir, berlagak, aku bermaksud baik
kau malah mengejek. Bila arang hitam itu tidak kupancing
pergi, yang melarikan diri mungkin bukan aku si Hwesio?"
"Kukira belum tentu." ujar Ji-ping ketus.
"Baiklah, anggaplah aku yang bertingkah. Tapi perlu
Hwesio peringatkan pada kau, Lo te lebih suka menyebrangi
jembatan lantas mengambrukan jembatan jangan menyesal
bila Hwesio tidak mau bantu kau lagi. Lote mau percaya, ada
kalanya sesuatu urusan, tanpa Hwesio ini turut campur,
urusan tidak akan beres." Lalu dia menyindir lucu, tawanya
amat misterius. "Ya, aku maklum." ujar Lian hoa.
935 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karuan Ji-ping tertegun, "Kau maklum apa?"
"Setelah berada dalam lembah, kau akan tahu." Ujar Lian
hoa tertawa. "O, ya, sudah saatnya kita masuk kelembah, aku
kuatir terjadi sesuatu diluar dugaan didalam lembah?" Lalu dia
beranjak lebih dulu menyusuri pinggir rawa membelok
kekanan. Ji-ping mengikuti dibelakang Lian hoa, tanyanya: "Hwesio,
mana Hwesio gila?" Hwesio pemabuk jalan dibelakang tertawa, katanya: "Dia
sudah bertemu dengan saudaranya" Lote, jikalau tidak karena
perkataanmu, kedua kakak beradik itu mungkin bakal tarung
sengit, bukankah menyenangkan."
"Manusia hidup memang harus kumpul dan berpisah,
sungguh tak nyana didalam pertikaian rumit ini mereka
bertemu kembali setelah berpisah puluhan tahun."
Hwesio pemabuk tertawa gelak2, sambil jalan bergontai
mulutnya bernyanyi2 kecil: "Pisah bukan pisah, kumpul tidak
kumpul, urusan duniawi laksana khayalan belaka, setelah
sadar semua itu menjadi kosong, mana boleh dibanding
aku si Hwesio, buli2 selalu kusandang, dalam mabuk ada
dunia sendiri, bila nganggur minum arak menikmati bulan,
kalau penat boleh meringkel dibawah embun, pisah kumpul
senang duka tiada jodoh, cinta dendam harus dilupakan
selama hidup tidak berhutang, selaju repot demi orang lain,
bukan gila tapi juga bukan dewa, memungut uang tembaga
untuk bayar arak." Tergerak hati Ling Ji-ping. Lian hoa yang didepan tiba2
menghentikan langkah tanyanya berpaling. "Taysu merdu
sekali nyanyimu." "Merdu apa jelek sekali" kalau kau bilang baik dia justru
ngomong jelek bagi yang ber jodoh tahu maknanya yang tidak
berjodoh anggap angin lalu, hayo jalan2."
936 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Hwesio, mendesak ber-ulang2, dengan tertawa terpaksa
Lian hoa menunjukkan jalan. Cepat sekali mereka sudah tiba
dibawah dinding terjal disebelah kanan. Lian hoa berhenti
celingukkan kebelakang, melihat tiada orang menguntit, baru
berkata dengan tertawa, "Nah sudah sampai pintu rahasianya
ada di sini." Ji-ping memeriksa dinding yang terjal mengkilap itu seperti
kaca ratanya, agaknya dinding ini dilapisi minyak gelap,
hakikatnya tidak kelihatan ada pintu rahasia. Dilihat nya Lian
hoa membungkuk memindah sebongkah batu dikaki dinding,
dibawah batu ada sebuah lobang kecil, cukup untuk seorang
menyusup kedalam. Lian hoa tertawa, katanya. "Kalian ikutlah aku. Taysu,
setelah kau masuk tolong lobang ini kau tutup pula." Lalu dia
mendahului melangkah turun.
Selanjutnya Ji-ping lalu diikuti si Hwesio, mulut lobang itu
kecil, tapi didalam ternyata lebar, belak belok entah berapa
lama mereka berjalan dengan langkah cepat, diperkirakan ada
beberapa li mereka berjalan dalam gua akhirnya tampak
secercah sinar disebelah depan, tahulah mereka bahwa mulut
gua telah tak jauh disebelah depan. Lian hoa yang didepan
segera berseru. "Sudah sampai. Tapi kalian harus hati2,
Ciang-bunjin Siau-lim dan Butong terluka parah oleh sergapan
seseorang dimulut gua itu."
Ji-ping melangkah lebar dua tindak mendahului Lian hoa,
katanya: "Harap nona berjalan dibelakang, biar aku keluar
dulu, baru kalian menyusul." Diam2 dia sudah kerahkan Liok
meh sin kang melindungi badan, kedua tangan terpalang
didepan dada siap bertindak, sedikit ujung kaki kerahkan
tenaga, tubuhnya sudah melayang keluar.
Begitu kaki hinggap ditanah Ji-ping tidak berani berhenti,
sebat sekali tubuhnya diteruskan melesat dengan gerakan
pinggang menggeliat, tubuhnya menyelonong beberapa
tombak kesamping, dengan gerakan Yu liong wi lehong,
937 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekilas dia sudah memeriksa keadaan sekelilingnya, melihat
tiada sesuatu yang mencurigakan, baru dia melayang turun.
Sedetik begitu kakinya menyentuh bumi, tiba2 didengarnya
sebuah suara dingin menyapa: "Siauhiap, kau sudah datang."
Ji-ping melongo, matanya menjelajah liar kesekitarnya,
hakikatnya tidak kelihatan bayangan manusia. Sudah tentu
hatinya terperanjat, batinnya: "Suaranya tidak mirip majikan
sepasang burung seriti, mungkinkah suara perempuan iblis
majikan puncak iblis?"
Sementara itu Lian hoa dan Hwesio pemabok juga sedang
melayang keluar, agaknya Lian hoa heran me lihat Ji-ping
celingukan dengan pandangan bingung, katanya : "Siauhiap,
ada yang kau cari?"
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ji-ping geleng2, tanyanya : "Nona, kecuali nona kalian dan
kedua Ciangbunjin itu, adakah orang lain dalam lembah ini?"
"Tidak ada orang lain." ucap Lian hoa, "kalau ada pastilah
orang yang menyerang secara gelap sehingga kedua Ciang
bungjin terluka parah."
Ji-ping maklum, dengan tawa dingin dia berkata : "Di mana
nonamu sekarang?" Lian hoa menuding sebuah ngarai di depan yang tingginya
puluhan tombak : "Mereka ada diatas sana,"
"Lekas kita ke sana." Desak Ji-ping. Lalu dia mendahului
menggentak kedua lengan, tubuhnya lantas melenting tinggi
meluncur ke atas ngarai, hanya dua kali lompatan berjangkit,
tubuhnya sudah hinggap diatas ngarai. Segera dia pasang
mata, sekelilingnya kosong melompong, mana ada bayangan
manusia. Ji-ping kaget kupingnya kembali mendengar suara dingin
tadi berkata pula : "Kau mencari orang bukan, Siau hiap?"
Ji-ping keki, hardiknya : "Siapa kau ?"
938 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau kan sudah tahu, kenapa tanya lagi?"
"Jadi kau inilah majikan puncak iblis?"
"Lebih tepat kau sebut aku majikan Sin-kiong."
"Majikan Sin-kiong ?"
"Ya, Bu sin-kiong, Siauhiap."
"Temaha (artinya: rakus)! Sejak dahulu kala sampai jaman
ini belum pernah ada orang menyebut dirinya Bu sin malaikat silat -." "Kenapa tidak" Bila Kungfu seseorang sudah mencapai
taraf yang tak terkendali lagi, mencapai puncak yang paling
top, kan boleh." Sementara itu Lian hoa dan Hwesio si pemabuk telah tiba
dibelakangnya, melihat disini tiada bayangan seorangpun dia
berseru heran dan kaget katanya. "Nona kemana sih?" lalu
berpaling berkata kepada Ling-Ji-ping, "kau sedang bicara
dengan siapa?" Ji-ping tertawa dingin tanpa menjawab pertanyaan orang
dia berkata pula. "Kalau menyebut diri sebagai majikan Sin
kiong, Ling-Ji-ping tidak tahu diri, mohon pengajaran
beberapa jurus." "Siauhiap, apa kau setimpal" Memangnya kau mengagulkan
ilmu pekik setan ajaran Hwesio liar itu?"
Ji-ping melenggong, dia tidak habis mengerti kenapa
perempuan iblis ini juga tahu diri nya pernah belajar Jiong
liong ling dari ajaran Hud peninggalan padri agung. Naga2nya
dia tidak pandang sebelah mata ilmu tunggal aliran Hud ini,
karuan ciut nyalinya. Setelah tertawa enteng, suara dingin itu berkata pula. "T ak
usah takut. Aku tidak akan me lukai kau karena aku tidak ingin
melukai hati seseorang pula."
939 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Banyak terima kasih akan maksud baik mu." Seru Ling Jiping tertawa besar, "tapi selama hidup Ling Ji-ping tidak sudi
menerima kebaikan orang lain."
"Eh, Siauhiap." Tiba2 Lian-hoa menimbrung, "kenapa kau
mengigau seorang diri" Siapa itu majikan Sin-kiong?"
Ji-ping sadar bahwa majikan Sin-kiong menggunakan
Coam-im-jip-bi atau ilmu mengirim suara gelombang panjam
untuk bicara dengan dirinya, menoleh dia berkata kepada
Lian hoa: "Apa kau lupa puncak iblis diatas maklumat
kematian?" "Oh, dia?" seru Lian-hoa kaget, "jadi perempuan siluman
itu yang melukai kedua Ciangbunjin?" Dalam pada itu setiba
diatas ngarai Hwesio pemabuk duduk diatas batu agak jauh
dibelakang menikmati araknya seorang diri, diam saja seperti
tidak mendengar apa2. Tiba2 Ji-ping mendengar suara dengus lirih suara dingin itu
membentak. "Genduk tidak tahu aturan, harus ditampar
mulutnya." Baru saja Ji-ping merasa kaget, belum sempat dia
berpaling, didengarnya suara telapak tangan menampar
mulut, tampak pipi kanan Lian-hoa telah melepuh besar warna
merah. Lima jalur warna merah bekas jari berpeta di
mukanya. Siapa turun tangan menampar pipi" Hakikatnya Ji-ping
tidak melihat kesiur angin tamparan juga tidak terdengar.
Sudah tentu Lian hoa sendiri juga tidak tahu apa2 yang jelas
mukanya sudah dipersen sekali tamparan keras sehingga
kepala terasa pusing tujuh keliling, sesaat dia berdiri
menjublek dengan tangan mendekap muka.
Ji-ping menjengek dingin. "Kalau kau benar majikan Sinkiong, dengan cara yang tidak masuk akal main pukul,
memangnya tidak malu!"
940 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara lirih dingin itu berkata pula: "Itu hanya sekedar
hukuman, kalau berani kurang ajar lagi, lidahnya harus
dipotong." Baru sekarang Hwesio pemabuk tertawa bergelak, katanya
kepada Lian-hoa. "Nona jangan kau ikut bicara saja, kau
bukan pelaku dalam sandiwara ini menyingkir saja jadi
penonton bersama aku."
Berputar benar Ji-ping, batinnya: "Perempuan iblis ini amat
ganas, bukan mustahil Lian-hoa bisa diserang secara keji."
Maka dia, berkata kepada Lian-hoa: "Silahkan nona istirahat,
kita sudah berada disini, segala sesuatu biarlah kuselidiki dulu
biar jelas." Pipi kena gampar, rasanya panas dan pedas, meski hati
amat murka tapi hati Lian hoa jadi ciut juga, walau ilmu silat
yang dilatihnya belum mencapai taraf tinggi, tapi orang telah
menggampar pipinya, hakikatnya dia tidak tahu cara
bagaimana datangnya serangan, karena bayangan tangan
juga tidak kelihatan, maka dia insyaf banyak bicara tiada
guna, celaka bila dirinya dijadikan sasaran melulu, maka dia
tidak berani bicara. 0ooo0dw0ooo0 Jilid ke 27 SETELAH menghela napas, terdengar suara dingin itu
berkata pula. "Siau-hiap, didalam Hong-ong-tong, kau menemukan
sebilah pedang bukan?"
"Ya, benar." "Kau tahu pedang apa itu?"
Ji-ping tertawa dingin, jengeknya. "Pedang yang terganas
dan paling beracun Coat-ceng-kiam."
941 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa tidak keliru Siauhiap?"
"Begitulah pendapat Ji-ping."
"Lho, kenapa begitu" Siauhiap, boleh kau jelaskan
kepadaku?" Ji-ping tertawa dingin, katanya:
"Bagaimana riwayat pedang itu Ji-ping tidak tahu, tapi
puluhan tahun yang lalu, konon sepasang kekasih yang datang
dari timur, akhirnya perempuan jalang itu meninggalkan sang
kekasih karena kepelet kepada laki2 lain. Laki2 kekasihnya
yang ikut datang itu, dibawah rencana jahat yang diaturnya,
akhirnya merampas pedang itu, hampir saja jiwa nya ikut
terampas pula, terpaksa dalam keadaan menyedihkan dia lari
pulang kelautan timur."
"Em, ya betul memang demikian. Lalu?"
"Belakangan laki2 dari Tionggoan yang memelet perempuan itu juga hanya mengecap kebahagiaan beberapa
tahun saja, perempuan itu menyampakkannya begitu saja tapi
cinta nya teramat luhur dan murni, dunia dijelajah, seorang
diri dia ubek2an mencari perempuan jalang itu."
"O, tidak sedikit yang kau ketahui, selanjutnya bagaimana?"
"Akhirnya jiwanya melayang dikurung didalam Hong-ongtong oleh perempuan kejam itu, mati disengat ribuan tawon."
"Seluruhnya betul, Siauhiap. Menurut cerita mu, seharusnya
kau menilai perempuan itulah yang jahat dan beracun, pedang
itu sendiri hakikatnya hanyalah sebatang alat belaka, kenapa
kau katakan sebagai Coat ceng kiam yang paling ganas dan
beracun diseluruh jagat ?"
"Karena diwilayah lautan timur sana pedang itu dipandang
sebagai Ai sin ci kiam, pedang amor, lambang cinta murni.
Pedang itu merupakan pasangan, jadi terdiri dari jantan dan
betina. Sayang pedang sakti dan suci itu jatuh ketangan
942 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan jahat yang tidak kenal cinta dan budi pekerti,
sehingga terjadilah dua tragedi yang mengenaskan. Dari
peristiwa itulah Ji-ping berkesimpulan bahwa pedang itu lebih
cocok dinamakan Coat ceng kiam."
"Oh," suara itu menghela napas, kedengarannya hatinya
amat rawan dan pilu, katanya pula : "Kalau menurut
analisamu itu, Siauhiap memang setimpal kau mengubah
namanya, tapi dari mana kau tahu seluruh peristiwa itu"
Apakah kau menyaksikan sendiri?"
Ji-ping melongo, katanya kemudian,
"Yang pertama kudengar dari cerita orang."
"Kedua adalah rekaanmu sendiri waktu kau menyaksikan
kenyataan didalam Hong ong tong, dimana kau menemukan
pedang itu " Betul tidak?"
"Bukan rekaan. Tapi Ji-ping punya bukti otentik."
"Bukti apa?" "Pesan tulisan laki2 yang anggap dirinya menemukan
bahagia itu." "Pesan tulisan?"
"Ya, itulah keluh kesah dan pernyataan tobat laki2 yang
sadar menjelang kematiannya bahwa dia hanya dipermainkan
belaka." "Boleh kau bacakan pesan tulisannya itu?"
Ji-ping keluarkan sejilid buku Ho yong hoa jik, dari tengah
halamannya dia mengeluarkan secara kertas lain, membacanya dengan lantang, akhirnya dia berkata : "Tulisan
ini membuktikan Cayhe bukan membual dan bertindak secara
serampangan." Suara lirih, seperti hampir berbisik itu kedengaran agak
serak, katanya setelah menghela napas rawan: "Siauhiap,
943 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa dia menulis demikian, akupun tidak akan menyangkal.
Karena itu tertuang dari reflek perasaannya... ah tidak, Aku
harus bilang dia terlalu egois, hanya tahu diri sendiri, tidak
mau menyelami jiwa orang lain."
"Apakah dibelakang peristiwa
ini ada pula latar belakangnya?" "Ada, Siauhiap."
Dari suara serak sember yang semula lirih bening itu, Jiping maklum bahwa orang itu berbicara sejujurnya, bukan
pura2. Bicara dari lubuk hatinya yang paling dalam. Sebuah
pikiran menggelitik dalam benak Ling Ji-ping, dua tahun dia
mengembara di Kangouw, dia sudah menyelami hubungan
antara sesama manusia. Orang ketiga memang sukar
menyelami persoalan kedua insan itu meski hanya kulitnya
saja, tapi dia justeru berani berkesimpulan dan menjatuhkan
vonis secara keji. Terutama pertikaian kaum persilatan, sukar
orang meramalkan. Bukan mustahil didalam persoalan budi
pekerti terselip pula rasa dendam dan sakit hati, soal asmara
terserap pula didalamnya, di pandang dari samping, bukan
mustahil peristiwa itu menyangkut pula jago2 kosen atau
tokoh2 besar dari berbagai aliran, golongan atau perguruan
besar yang bercokol dalam Bulim. Dipandang dari muka jelas
dan nyata bahwa itu persoalan dendam kesumat serta
kebencian lantaran soal cinta dari angkatan tua. Betapa luas
dan dalam persoalan itu menyangkut keberbagai pihak, sering
kali diluar dugaan orang banyak. Malah dalam persoalan itu
sendiri tidak sedikit pula terselip unsur2 rahasia yang tidak
boleh diketahui orang lain kecuali mereka yang bersangkutan.
Terbukti bahwa perempuan yang satu ini memang terlalu
jahat, lalu siapa tidak tahu bahwa diapun mempunyai
kesulitan rahasia dan nasib jelek yang menjalin hubungan
mereka, sehingga jiwa dan wataknya berobah kejam serta
lenyap pula perasaan cintanya terhadap sesama manusia.
944 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cinta itu bak umpama air yang tenang sebutir kerikil kecil
pun bisa menimbulkan riak gelombang dipermukaan air
danau, maka betapa banyak yang Ji-ping ketahui tentang
segala persoalan cinta itu" Mau tidak mau terketuk pula
sanubari Ji-ping, kesan dan pandangannya lantas berobah
terhadap majikan perempuan dari Sin-kiong, rasa simpati telah
timbul dalam benaknya. Apalagi dia juga tahu bahwa
perempuan iblis ini adalah ibu kandung Yong-yong, gadis
pujaannya. Terbit senyum dingin seperti biasanya di wajah Ji-ping,
katanya: "Umpama benar ada sesuatu alasan kuat diantara
kalian, tapi kau sengaja mengatur tipu daya, dengan harapan
orang2 persilatan paling top pada jaman ini semua ajal
didalam rawa beracun itu, apakah ini juga timbul dari rasa
welas asihmu, sehingga kau dipaksa berbuat demikian?"
"Tentang hal ini, Siauhiap kurasa sudah terlalu banyak
pertanyaanmu, pertanyaan yang keluar batas lingkungan yang
seharusnya kau tanyakan."
"Kenapa Ji-ping tidak boleh tanya."
"Sudah tentu kau boleh tanya, tapi aku punya hak untuk
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak menerangkan, bukan?"
Ji-ping menjengak dingin, belum bersuara, suara lirih itu
berkata pula: "Siauhiap, pedang itu, apa kau membawanya ?"
"Benar. Kini berada didampingku, apakah kau mau
merampasnya balik?" "Ah tidak Siauhiap. Semoga kau menyimpannya baik2,
bukan saja pedang itu sakti mandraguna yang tiada
bandingan, kelak pedang itupun akan membawa bahagia dan
cinta abadi." Ji-ping tertawa geli sendiri.
Suara lirih itu berkata pula: "Memang di lautan timur, s iapa
memperoleh pedang ini, dia bakal mendapatkan cinta abadi.
945 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena dilautan timur dia dinamakan pedang amor, pedang
dewa cinta." "Nama pedang yang romatis," ujar Ji-ping, "dari peristiwa
yang telah terjadi, Ji-ping menyimpulkan lebih tepat kalau
pedang ini dinamakan Put-sin-ci-kiam atau pedang sial."
"Karena kedua korban yang satu pergi yang lain ajal ?"
"Bukankah nasib sial mereka belum cukup sebagai bukti?"
Dengan tertawa lirih suara itu berkata : "Memang sial, tapi
yang sisi pedangnya bukan manusia."
"Ji-ping tidak mengerti."
"Kau akan mengerti, Siauhiap."
Lian-hoa yang duduk dibelakang sana hatinya gundah dan
gugup, walau dia hanya mendengar perkataan Ling-Ji-ping
dan tidak mendengar suara perempuan yang menggunakan
Coan-im-jip bi, tapi dari nada perkataan Ji-ping, dia tahu yang
dibicarakan adalah peristiwa besar masa lalu yang sudah mirip
legenda belaka, dan peristiwa dulu itu tiada sangkut pautnya
dengan persoalan yang dihadapi sekarang. Yang amat
dikuatirkan adalah keselamatan majikan sepasang burung
seriti dan ke dua Ciangbunjin, tak tahan dia berseru, "Siau
hiap untuk apa kalian membicakan persoalan yang tiada
sangkut pautnya itu" Seharusnya lekas kau bertindak
menyelidiki nona kita itu."
Leher Hwesio pemabuk berbunyi nyaring waktu meneguk
araknya, matanya melirik ber kedip2 kearah Lian hoa, tapi dia
tidak mau bersuara. Sudah timbul niat Ji-ping jejas ketiga orang itu, tiba2
didengarnya derap langkah orang banyak mendatangi
dibelakang, waktu dia menoleh, dilihatnya sebarisan Tosu
tengah melangkah masuk satu persatu, dibelakangnya
menyusul para Hwesio, mereka dari Bu tong dan Siau lim.
946 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji-ping berpikir, "Dari mana mereka tahu lobang rahasia
untuk masuk kesini " Ternyata tiada satupun di antara
mereka yang menjadi korban Mo im sam kik, malah selekas ini
telah pulih kesehatanya."
Sementara itu dengan langkah lebar berderap seirama
kawanan Tosu dan Hwesio itu sudah beriring naik keatas
ngarai, setelah dekat, baru Ji-ping memperhatikan, sikap dan
kehadiran mereka bertiga hakikatnya tidak memperlihatkan
wajah segar seorang yang berpikiran normal, kehadiran
mereka bertiga hakikatnya tidak diperdulikan, mereka
langsung berjajar dan berdiri mematung.
Apa yang telah, terjadi" Jikalau Lwekang mereka pulih
mana mungkin langkah mereka bisa seringan dan segesit itu"
Kalau sudah pulih kenapa sikapnya hambar dan kaku"
Mungkinkah kekuatan kecapi iblis itu telah merusak daya pikir
mereka sehingga para Tosu dan Hwesio ini menjadi linglung.
Bukan Ji-ping saja yang berpikir demikian. Lian hoa dan
Hwesio pemabukpun ter-heran2. Lupa rasa perih dan pedas
dipipinya yang kena gampar, Lian hoa bersuara heran
katanya, "Taysu apakah yang telah terjadi?"
Hwesio pemabuk geleng2 katanya, "Hwesio juga heran dan
tidak mengerti." Setelah berdiri jajar, delapan Hwesio dan enam belas Tosu
tiba2 serempak menjura kearah dinding di sebelah depan
seperti laz imnya bila mereka berhadapan dengan Ciangbunjin
menunggu perintahnya. Ji-ping perhatikan dinding batu didepan sana, dinding
gunung yang lurus tegak itu menjulang tinggi beberapa
tombak, hitam gelap mengkilap seperti berminyak. Jangan
kata manusia, burungpun tidak bisa hinggap di dinding
gunung itu. Apakah para Tosu dan Hwesio ini memberi hormat
kepada perempuan iblis itu"
947 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tengah dia berdiri menjublek didengarnya suara lirih itu
berkata. "Kau keheranan, Siau hiap?"
"Dengan cara apa kau bikin para Tosu dan Hwesio ini
menjadi linglung?" "Dengan Cai sim mi hun hoat. Siauhiap, coba kau nilai,
bukankah caraku ini lebih hebat dan setaraf lebih tinggi dari
Mo im sam kik kebanggaan Thian hu Suseng?"
"Cui s im mi hun hoat?" Ji-ping melongo.
Setelah terkikik geli, suara lirih itu berkata pula, "Sekarang
kau sudah harus mengerti Siauhiap. Kalau aku mau
membunuh jiwa seorang, tak usah menggerakkan senjata
atau mengatur tipu daya berusaha mencelakai orang."
"Benar," pikir Ji ping, "perempuan Iblis ini datang dari laut
timur, pasti dia membekal semacam ilmu sihir yang dapat
menguasai daya pikiran orang lain, untuk membunuh ayah
Yong-yong hakikatnya tidak perlu dia mengurungnya di Hongong-tong, kejadian malam ini juga tidak perlu dia susah payah
mengaturnya." Terdengar perempuan iblis itu berkata: "Umpama aku
bermaksud jahat, mungkin budak she Ki, dan kedua
Ciangbunjin, eh masih ada kalian bertiga, mudah saja aku
membunuhnya dengan Cui-sim-mi-hun hoat."
"Baiklah, anggaplah peristiwa ini tiada sangkut pautnya
dengan kau, tapi orang yang menjadi korban diatas maklumat
kematian di puncak Kiu-ting-san itu, bukankah semua
karyamu?" "Apakah mereka tidak pantas di bunuh?"
Amarah seketika membakar dada Ji-ping teriaknya dengan
mata beringas: "Guruku selama hidup malang melintang
menindas si lalim membantu yang lemah, sudah puluhan
tahun cuci tangan tidak mencampuri percaturan dunia
948 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan, kenapa pula kau membunuh dan menggantung
kepalanya diatas maklumat kematian?"
"Siauhiap, apa katamu?" Perempuan iblis itu menjerit
tertahan. Marah dan duka berkecamuk dalam benak Ji-ping,
bentaknya: "Apa kau tidak tahu akhir2 ini batok kepala guru
ku T e-sai-sin-Thong Bu-kong juga telah digantung dimaklumat
kematian?" "Kalau benar dan kenyataan, wah sungguh menyesal dan
mohon dimaafkan." Ling-Ji-ping meratap sambil menengadah,
serunya. "Setelah membunuh orang hanya bilang menyesal, memangnya segampang ini kau mau menyelesaikan urusan?"
"Kau harus maklum itu bukan maksudku,"
"Peduli kehendakmu atau bukan, yang melakukankan
pendampingmu." "Ya, aku maklum, sebagai penguasa Sin-kiong, sepantasnya
aku bertanggung jawab, Siau hiap, maksudmu..."
"Hutang jiwa bayar jiwa."
"Sudahlah Siauhiap, pernyataanmu sudah amat jelas,
jikalau satu diantara tiga duta lampu Sin kiong ada yang
dibunuh orang, sebagai penguasa Sin kiong, bukankah aku
wajib mengusut perkara itu?"
"Itu hanya tergantung apakah dia sengaja membunuh
orang" Atau karena terdesak oleh suatu keadaan."
"Apa yang kau maksud dengan suatu keadaan mendesak?"
"Berniat membunuh malah terbunuh, itu berarti dia mencari
jalan kematiannya sendiri."
Diam sejenak akhirnya perempuan iblis berkata dengan
tertawa: "Siauhiap, sepuluh jago paling top dari Tionggoan
949 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahulu, waktu mengepung dan mengeroyok Kui tiap sin,
bukankah mereka juga berniat membunuhnya?"
"Itu kan untuk memberantas kejahatan yang merajalela di
Bulim." "Betul, hal itu aku tahu. Tapi yang kupersoalkan bukan
sebabnya, aku hanya menganalisa keadaan menurut alasan
yang Siauhiap ajukan tadi. Bahwa Siauhiap menyangkal akan
hal ini maka dengarlah penjelasanku lebih lanjut. Setelah
tercebur didalam Hwe cui tam, beruntung Kui tiap sin tidak
mati. Kali ini dia muncul pula dikangouw seharusnya dikatakan
sebagai permulaan dari kelanjutan peristiwa lama, maaf aku
melansir perkataan Siauhiap tadi yakin tidak akan salah,"
Ling-Ji-ping melenggong. "Sudahlah," ujar suara lirih itu bicara, "sesungguhnya,
pertikaian yang sering terjadi di kalangan Bulim lantaran
manusia terlalu kemaruk harta dan pangkat, menjaga gengsi
segala, tidak sedikit pula yang tidak mau kalah dan egois."
Tak pernah terbayang oleh Ling Ji ping, bahwa perempuan
iblis, pembunuh sadis ini ternyata dapat berkotbah tentang
kebenaran dan kebajikan, maka dia menjengek. "Lalu" setelah
tahu kau justru melanggarnya."
"Aku........." "Kau mengagulkan diri sebagai penguasa Sin kiong,
bukankah itu merebut nama dan gengsi" Membunuh orang
menggantungkan kepalanya sebagai pajangan, bukankah kau
suka menang sendiri" Mengincar ketiga pusaka, itu namanya
tamak" Menganggap seluruh kaum persilatan tak berguna, itu
namanya egois." "Haha, Siauhiap, sungguh aku kagum akan kelihayanmu
berpidato. Tapi, perbuatan seseorang ada kalanya dia lakukan
terpaksa karena sesuatu alasan yang tidak mungkin diterima
dengan nalar, padahal tujuan perbuatannya itu bukan untuk
950 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pribadinya. Jelasnya, umpama dia juga me lakukan hal itu,
karena dia rela berkorban biar dia seorang yang dihukum
masuk neraka demi kebaikan orang lain, apakah dosa2nya itu
masih patut dicatat tidak?"
Ling-Ji-ping tertawa mengejek.
Perempuan iblis itu berkata pula: "Sudahlah Siauhiap, tak
usah kita perdebatkan persoalan ini. Kalau aku rela masuk
keneraka buat apa aku harus membela kebersihanku sendiri"
Marilah kita bicarakan persoalan didepan mata saja."
"Jikalau kau bukan perempuan ingkar janji dan suka
menjilat ludahnya sendiri, perempuan jalang yang berbisa dan
jahat maka tidak pantas kau kendalikan daya pikir para Tosu
dan Hwesio itu sedemikian rupa."
"Kau menuntutku supaya membebaskan mereka?"
"Tibalah saatnya kau membuktikan kebersihanmu."
Kikik tawa ringan seperti bergema diangkasa, katanya
kemudian. "Siauhiap, coba periksa bukankah mereka segar
bugar" Bukan ini tanda kebersihan diriku, nah lihatlah siapa
pula yang datang?" Lenyap suaranya dari lorong gelap lobang rahasia itu
mendadak berkumandang suitan panjang melengking keras
dua jalur bayangan melesat keluar.
Melihat yang muncul adalah Kui tiap-sin Ling Jong, seketika
mendidih darah Ling-Ji-ping, segera dia siap waspada.
Mendadak Hwesio pemabuk menjerit: "Hanya si orang telah
mengejar tiba. Adik cilik, tolong kau tahan dia sebentar."
Sembari bicara dia seret Lian hoa menyingkir kebelakang LingJi-ping, diwaktu Hwesio pemabuk lewat disampingnya, Ji-ping
dengar orang berbisik. "Mertua sayang pada menantu, arak
bahagia jelas akan Hwesio nikmati Lote, kau harus tahu diri."
951 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa merasa Ling-Ji-ping menoleh, dilihatnya Hwesio
pemabuk sedang tertawa lebar kepada dirinya, sementara jari
tangannya menuding kebelakang dinding gunung.
Lian-hoa tahu kalau Hwesio sedang bicara, tapi apa yang
dikatakan dia tidak mendengar jelas apa yang diucapkan"
Melihat si Hwesio menuding, terpaksa dia bertanya. "Kalian
sedang main teka teki apa?"
"Ssst." Lekas si Hwesio mendesis, katanya perlahan. "Nona
jangan tanya, sebentar kau akan tahu."
Ji-ping maklum, "mertua" yang dimaksud siapa, namun dia
bingung apa maksud tudingan jari tangannya" Tapi urusan
tidak memberi kesempatan untuk dia berpikir, lekas dia
membalik pula kedepan. Tak nyana waktu dia membalik pula, kawanan Hwesio Siau
lim si ternyata telah membentuk sebuah barisan, Kui tiap sin
ternyata telah dikurung dalam Lo han tin. Bergegas Bu tong
sicu pimpinan Cap ji s ing tin berjaga2 di kanan kiri. Kui tiap sin
dicegat dibawah ngarai s ikap mereka garang menantang.
Ji-ping berpikir: "Mo li perempuan iblis itu ternyata telah
membebaskan ilmu Cui s im mi hun hoat, tadi dia bilang masih
ada bukti untuk menunjukkan kebersihan dirinya apakah dia
hendak pinjam tangan kawanan Tosu dan Hwesio ini
membunuh Kui tiap sin?"
Terdengar Kui tiap sin tertawa gelak, serunya : "Beberapa
kepala gundul dan hidung kerbau, kalau berani merintangi
Lohu. Hehehe, memangnya kalian sudah bosan hidup."
Delapan belasan Hwesio Siau-lim telah menduduki posisi
masing2, semua berdiri tegak merangkap kedua tangan sambil
pejam mata, tiada seorangpun yang bersuara. Bu-tong sicu
dan Cap ji-sing-tin yang masing2 berdiri di kanan kiri telah
mengeluarkan pedang mereka, merekapun diam tak bergerak,
namun sorot mata mereka menyala seperti hendak menelan
lawan bulat2.
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
952 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang sudah jelas bagi Ji-ping bahwa gurunya terbunuh
oleh Kui-tiap sin, maka bola matanyapun mendelik gusar. Di
tengah bentakkannya, badannya tiba2 melambung tinggi
melampaui kepala orang banyak hinggap didepan Kui tiap sin,
segera dia membalik tubuh menjura kepada Ti cu Taysu dan
Yahou To tiang, katanya. "Kui tiap sin adalah musuh
pembunuh guruku, Ji-ping memberanikan diri mohon para
Totiang dan Taysu memberi kesempatan untuk membunuh
keparat ini?" Melihat yang muncul dihadapan mereka adalah pemuda she
Ling yang mengaku pewaris Thian hu Lojin, sekilas kedua
orang ini saling pandang, lekas T i-cu Taysu merangkap kedua
tangan, katanya bersabda: "Omitohud, kedatangan Pinceng
juga hendak menutut balas kematian Hou-pi-ceng. Namun
baiklah kami mengalah kepada pewaris Thian hu Lojin."
Ya-hou T otiang segera menegakkan telapak tangan kiri lalu
ditekuk kedepan, sementara kebutan ditangan kanan berputar
satu lingkaran lalu disendal diudara, maka Tosu2 kosen dari
Bu-tong dibelakangnya melompat mundur satu tombak.
Kedatangan jago2 kosen Bu-tong dan Sian lim bertujuan
menghadapi gembong iblis dari puncak iblis yang misterius,
mereka sudah memperhitungkan demi memperebutkan T hian
tiok-sam-po, majikan puncak iblis pasti hadir juga dipegunungan di Ceng-seng-san ini untuk membalas kematian
Hou-pi ceng dan It seng Totiang, maka kedua partai persilatan
yang paling diagungkan kali ini datang dengan kekuatan inti.
Cap-pwe-lo han-tin dari Siau-lim dan Cap-ji-sing-tin dari Butong merupakan barisan tunggal yang sama2 disegani oleh
kaum persilatan, kaum persilatan sama menjuluk.
Sebagai Kiam ciang siang tin, kedua barisan ini bersumber
sama, cuma variasi dan prakteknya saja yang berbeda,
kekuatannya merupakan pusat ketambahan dari jumlah
Lwekang indiv idu para pelakunya. Bukan tiada jago kosen
dalam Bulim yang berkepandaian lebih tinggi dari para pelaku
953 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cap pwe lo han dan Cap ji sing tin, tapi jago silat paling top
manapun bila seorang diri terkurung didalam kedua barisan
ini, mungkin akan gugur melawan kekuatan belasan orang
sekaligus. Menghadapi gembong iblis dari puncak iblis yang misterius
itu, memang tidak memerlukan banyak tenaga, tapi kalau
harus satu lawan satu, jelas pihak sendiri bukan tantangan
gembong iblis itu, maka setelah persoalan dirundingkan,
kedua Ciangbunjin kedua perguruan silat besar ini terpaksa
mereka membawa jago2 kosen mereka yang biasanya jarang
dipamerkan dimuka umum. Sebelum memasuki pegunungan Ceng seng, kedua
Ciangbunjin telah menerima berita panggilan dari majikan
sepasang burung seriti. Mereka diundang untuk mampir ke
Yan kui kok maka kedua Ciangbunjin memberi pesan kepada
anak muridnya, supaya menuju ke Cui hwe kok dan dilarang
turun tangan sebelum mereka tiba disana.
Kedua Ciangbunjin menduga, kalau gembong iblis besar
juga itu tampil sebab perebut ketiga pusaka itu, pasti akan
bertindak secara sewenang2 rahasia dirinya akan diumumkan
dimuka umum, secara diam2 melakukan akal bulus
menjatuhkan lawan2nya. Tujuan kedatangan mereka bukan
ingin merebut pusaka, maka dirasa perlu untuk menempatkan
diri diluar garis perebutan supaya tidak timbul prasangka jelek
terhadap nama perguruan, sekaligus untuk menghindari
permusuhan dengan pihak lain.
Diluar dugaan yang tampil hanyalah ketiga duta lampu
saja. Padahal setiba di Yan kui kok dari penjelasan majikan
sepasang burung seriti baru kedua Ciangbunjin tahu seluk
beluk tentang puncak iblis secara diam2 telah masuk kedalam
Cui hwe kok lebih dulu. Semula kedua Ciangbunjin berpendapat, jago2 kosen
mereka hendak dikerahkan untuk mengudak kedalam Cui hwe
kok, tapi nona burung seriti bilang bila hal itu dilaksanakan
954 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan rahasia menembus kedalam Cui hwe kok bukan mustahil
diketahui juga oleh orang2 yang datang hendak merebut
pusaka, bila jumlahnya terlalu banyak sukar membedakan
mana lawan, keadaan akan kacau dan sukar diatas i, hal itu
akan menguntungkan majikan puncak iblis malah.
Maka secara diam2 hanya mereka bertiga saja yang
menyeludup kedalam lembah api dan air. Sungguh tak nyana
begitu keluar lorong kedua Ciangbunjin lantas disergap orang
dan luka parah. Betapa tinggi Kungfu nona burung seriti,
namun sejauh ini dia tidak berhasil menemukan jejak
pembokong itu" Tapi mereka menduga kecuali perempuan
iblis itu, tiada jago silat lain yang memiliki Lwekang setinggi
itu. Di waktu nona burung seriti bantu menyembuhkan luka2
kedua Ciangbunjin, tiba2 didengarnya sebuah suara yang
asing bagi dirinya berkata padanya, suruh dia mengutus orang
memberitahu kepada Ling-Ji-ping bila api dipermukaan rawa
padam, air rawa yang dingin mengandung racun.
Tahu dalam lembah ada tokoh kosen lain diam2 memberi
bisikan padanya, hati nona burung seriti amat senang, diam2
dia bersyukur maka dia utus Lian hoa keluar untuk menemui
Ling-Ji-ping, serta memberi pesan kepada orang2 Siaulim dan
Butong lainnya, dilarang bertindak dan ikut terjun kedalam
rawa. Karena itu jiwa Ling-Ji-ping tertolong, demikian pula
Ngobi ji ceng terhindar dari malapetaka. Namun kawanan
Hwesio dan para T osu itu hampir saja ajal oleh kecapi maut Ui
Bwe ing, untung Ling-Ji-ping keburu memecahkan ilmu iblis itu
dengan pekik naganya, namun bila para Hwesio dan T osu itu
siuman kembali, lekas mereka bersemedi memulihkan
kesehatan, waktu cukup panjang terbuang, setelah mereka
segar bugar pula, keadaan sudah sepi lenggang, tiada
manusia hidup disekitar mereka.
Di waktu mereka kebingungan itulah, Hwesio gila melayang
datang bersama duta lampu putih, mereka menjelaskan
955 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang rawa2 beracun serta memberi petunjuk cara untuk
masuk kedalam Cui hwe kok, maka kawanan Hwesio dan para
Tosu itu beriring masuk ke sana.
Celakanya begitu mereka keluar dari lorong gua, gembong
iblis perempuan yang mengaku majikan Sin kiong untuk
memperlihatkan kesaktiannya dengan Cui s im mi hun s im hoat
telah menyihir mereka. Kui tiap sin belum tahu bahwa Hiat ing-cu telah ajal
didalam rawa, melihat Ling-Ji-ping tetap segar bugar dia
bergelak tawa, kampak ditangannya diacungkan lalu ditarikan
secepat kitiran, dua jalur bayangan hitam menimbulkan
pusaran angin kencang laksana kilat mendesak mundur LingJi-ping beberapa langkah.
Terdengar Kui tiap sin berkata dengan seringai sadis:
"Buyung, kau sekecil ini belum setimpal menuntut balas
kepadaku, Te sat sin Thong Bu kong memang aku yang
membunuhnya dan kepalanya kugantung diatas maklumat
kematian. Hehe, cita2ku muncul kembali di Kangouw adalah
memberantas habis sepuluh jago top dari Tionggoan. Kini
tinggal seorang saja, yaitu Hoan Bu wi, dalam waktu dekat
yakin dia pun kupenggal kepalanya. Sayang Thian hu Lojin
berumur pendek, kau bilang dia sudah mati, kebetulan kau
pewarisnya biar kepalamu saja yang kugantung juga sama.
Maka terkabullah cita2ku."
"Ling Jong." teriak Ling-Ji-ping setelah reda gelak tawa
orang, "jangan kau temaha, kenyataan nanti tidak akan terjadi
seperti perhitunganmu."
"Lohu amat yakin. Buyung, pewaris Thiai hu yang gagah,
Thian hu Lojin bukan mewariskan harta dan kepandaian, tapi
bencana, jadi jangan kau anggap aku sengaja mau cari
perkara kepadamu." Saking murka seperti hampir menyalah bola mata Ling-Jiping, diam2 dia sudah kerahkan tenaga siap menggempur
956 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Tin thian ciang ajaran Lam jan, tahu2 suara bisikan itu
berkata dipinggir telinganya: "Siauhiap jangan lupa pedang
itu. T in thian ciang bukan tandingan Kui tiap sin."
Ling-Ji-ping melengak, pikirnya. "Betulkah perempuan iblis
ini hendak meminjam tanganku melenyapku jiwa Kui tiap sin"
Bukankah dia pembantunya yang setia, kenapa harus di
bunuh?" Waktu sudah mendesak, Ji-ping tak sempat banyak
pikir, jubah tersingkap pedang terlolos, dering pedang nyaring
mengalun lembut, cahaya merah menyilaukan mata Ji-ping
telah mencabut pedang panjang berasal dari laut timur yang
diperolehnya dari Hong ong tong.
Tiada orang menduga begitu melihat cahaya merah
menyala dari pedang panjang ditangan Ling-ji-ping, Kui tiap
sin seketika menjublek, kaki menyurut mundur dua langkah
kejap lain dia terkial2 katanya: "Buyung, dari mana kau
peroleh pedang itu?"
Orang disekitar gelangang sama menjerit kaget dan heran
serta takjub, Ternyata kawanan Hwesio dan para Tosu ada
yang kenal asal usul pedang panjang itu.
"Ling Jong," seru Ling-Ji-ping lantang sambil membusung
dada, "kau juga kenal pedang ku ini."
"Kau buyung ini memang punya rejeki, entah dari mana
kau peroleh pedang ini. Hehe agaknya Lohu bakal
memperoleh untung juga."
"Ya, keuntunganmu yalah bakal mampus di bawah pedang
ini," jengek Ling Ji ping.
Kui tiap sin tertawa besar pula, serunya. "Hehe, buyung
menurut apa yang kutahu, Thong Bu kong dan Seng Thian
hoat bukan ahli pedang demikian pula Thian hu Lojin. hanya
memperdalam ilmu Lwekang permainan pedangnya juga
terbatas. Kau buyung ini ternyata punya pedang mustika
memangnya berapa sih kemampuanmu" Untuk menghadapi
Lohu, bukankah pedang itu bakal kau jadikan kado untukku?"
957 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan Kui tiap sin memang terlalu angkuh dan sombong
tapi dia memang punya alasan. Thian hu Lojin dan Lam jan
tidak pernah mengajarkan ilmu pedang kepada Ji-ping,
bagaimana taraf kepandaian ilmu pedang mereka"
Ji-ping tahu jelas, memang benar gurunya Thong bu khong
pernah mengajar pedang, tapi hanya ilmu pedang biasa dan
umum, karena kebanggaan Kungfu Thong bu Khong adalah
Cap ji te sat jiu, sekarang dia menggunakan pedang tanpa
mempergunakan keahlian sendiri, menghadapi gembong
macam Ling jong, bukanlah mencari gebuk sendiri. Mau tidak
mau dia ragu ragu. Untung suara berbisik itu berkata pula: "Siauhiap,
percayalah kepada pedangku, ilmu pedang apapun dapat
menunjukkan keampuhannya ketahuilah mestika lautan timur
bukan pedang sembarang pedang."
Sepantasnya Ji-ping percaya akan keterangan ini, tapi tiba2
pikiran lain berkelebat dalam benaknya, pikirnya: "Tidak
benar, ketajaman pedang memang menambah perbawa, tapi
kalau Lwekang sendiri belum memadai, belajar pedang tidak
pernah memperoleh petunjuk seorang ahli pula, betapapun
hebat dan sakti pedang itu juga, perbawanya akan dikorting,
mungkinkah perempuan iblis punya tujuan lain, supaya Kui
tiap sin membunuh dirinya?"
Tapi lekas sekali dia berpikir pula: "Hal itu agaknya juga
tidak mungkin, jika dia hendak membunuhku, dengan Cui sim
mi hun hoat dia dapat menguasai aku, atau menggunakan
ilmu yang tadi dia gunakan untuk menggampar pipi Lian hoa,
setelah ajal bayangan orang masih belum dilihatnya, lalu buat
apa dia mengatur semua tipu daya ini?" Karena itu hatinya
setengah bimbang setengah percaya, sesaat lamanya dia
kebingungan. Setelah Ling-Ji-ping mencabut pedang merah itu, meski
sikapnya kelihatan angkuh, Kui tiap sin kelihatan jeri juga
958 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap pedang sakti ini, maka sesaat ia pun menjublek tak
bergerak. Suara berbisik itu berkiang kembali ditelinga Ling Ji ping:
"Siauhiap, kau curiga" Oh ya, mana pernah terjadi didunia ini
seseorang membantu musuh untuk membunuh anak buahnya
sendiri" Tapi kau harus percaya aku punya alasanku sendiri,
ganyang saja, nanti kujelaskan kepada kau, karena sekarang
tidak ada waktu, bukan?"
Setelah mendengar nasehat ini, akhirnya Ling-Ji-ping
berkeputusan, maju dua langkah dia tertawa jumawa,
katanya: "Ling Jong, kematian didepan mata masih berani
bertingkah, akan kutanya satu hal kepadamu, dari mana kau
bisa tahu tempat semayam guruku?"
"Maksudmu kau ingin tahu siapa orangnya yang
membocorkan tempat persembunyian gurumu?"
"Betul. Kecuali membunuh kau, orang itu tak akan kuberi
ampun!" Berputar bola mata Kui-tiap-sin, katanya terkekeh.
"Buyung, kukira tak usah kau tanya soal ini."
"Kenapa tidak boleh tanya?"
"Umpama kuberitahu, kau juga takkan punya kesempatan
mencari dia menuntut balas, apalagi umpama benar kau telah
berhadapan dengan dia, apa kau mampu membunuhnya?"
"Mampu atau tidak soal sepele, coba kau katakan siapa
dia?" "Apa betul kau ingin tahu?"
"Sudah tentu." Kui tiap sin ter-kial2 pula sekian lamanya, "baiklah biar
kubeber seluruhnya....."
959 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum habis Kui tiap sin bicara tampak dua bayangan orang
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meluncur tiba secepat kilat belum lagi orang banyak melihat
jelas siapa pendatang ini" Terdengar dulu suara helaan napas
rawan menyedihkan itulah suara seorang perempuan, "tunggu
sebentar, aku telah datang. "
Lenyap suaranya dikiri kanan Ling-Ji-ping hinggap dua
orang, disebelah kiri Hwesio gila, sebelah kanan adalah duta
lampu putih alias perempuan baju putih. Begitu menyentuh
tanah perempuan baju putih mengawasi Ji-ping dengan
pandangan sayu dan sedih katanya. "Nak, baru saja aku
mendapat berita duka cita tentang kematian Thong Tayhiap,
maka buru2 aku lari kemari kebetulan kudengar kau
menyinggung persoalan itu untuk jawabannya biarlah aku
yang menerangkan saja."
Ji-ping melengak, katanya. "Apakah kau..."
"Ya, nak, meski bukan aku yang membocorkan tapi akulah
yang salah karena kurang waspada, sehingga gurumu
mengalami nasibnya yang jelek. Sebetulnya sudah timbul
angan2 ku bila urusan di sini sudah beres, aku akan ke sana
menemuinya. Ai, siapa kira aku justeru mencelakai dia, nah
kujelaskan persoalan ini bukan karena aku ingin mohon maaf
dari kau, walau aku tidak sengaja, tapi kesalahan ku teramat
berat, tidak boleh di maafkan, maka sepantasnya aku harus
bertanggung jawab kepada dia dan kau. Nak sudilah kau
memberi peluang beberapa kejap lagi bagiku, sudikah kau
kupanggil "anak" ?"
Ji-ping menjublek, sungguh tidak pernah terpikir bahwa
yang membocorkan tempat rahasia gurunya adalah perempuan baju putih ini. Sejak jumpa pertama kali dulu, Jiping tahu bahwa perempuan ini bukan saja tidak bermusuhan
dengan sang guru, di masa mudanya mungkin pernah
menjalin cinta asmara, kalau sekarang dia bilang tidak
sengaja, Ji-ping mau percaya. Satu hal membuatnya
960 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melenggong karena perempuan baju putih ini mau
memangilnya "anak" entah apa sebabnya.
Padahal sejak Ji-ping bisa berpikir dan menggunakan
akalnya dia sudah berusaha mencari siapa ayah bundanya,
bagaimana pula riwayat kelahirannya.
Setelah menghela napas sedih, perempuan baju putih
berkata pula: "Kalau aku berlaku hati2 mungkin takkan terjadi
tragedi ini. Justru... ai, nak, mungkin sudah ditakdirkan.
Malam kedua setelah berpisah dengan kau, aku bertemu
dengan seseorang." "Ketemu siapa?"
"King hun it kian Hoan Bu wi."
Mendadak Kui tiap sin tertawa gelak2, katanya "Ha, apa
betul tua bangka itu adalah Hoan Bu wi kenapa aku tidak
mengenalnya?" Mencorong dingin tatapan mata baju putih, sesaat dia
mendelik kepada Kui tiap sin, desisnya: "Betul, memang dia,
salahmu sendiri tidak mengenalnya."
Ji-ping juga melengak, tanyanya "Jadi Hoan locianpwe juga
berada di pegunungan ini?"
"Ya, nak sang waktu tidak kenal kasih. Dia banyak berobah
akupun sudah tidak mengenalnya lagi tapi dia mengenalku,
maka di Bwe tun kami mengobrol beberapa saat."
"Tempat tinggal Insu kau dapat dari Hoan locianpwe?"
"Ya, banyak keterangan yang kuperoleh dari dia."
Ji-ping tersurut dua langkah, banyak persoalan yang ingin
dia ajukan tapi dia bingung soal mana yang dia tanyakan lebih
dulu, sorot matanya yang mencorong liar tampak heran kaget
dan gusar. 961 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui tiap sin tertawa se-jadi2nya, serunya. "Pui Bwe sian,
sebetulnya ada hubungan apa antara kau dengan buyung ini?"
Pelan2 beralih pandangan perempuan baju putih kemuka
Kui tiap sin, wajahnya berubah pucat kaku dan dingin,
mulutnya menyeringai tanpa bersuara.
Mendengar perempuan ini bernama Pui Bwe Sian, otak
Ling-Ji-ping berkelebat cepat, kenangannya kembali pada
masa dia masih mendampingi gurunya, seingatnya belum
pernah dia dengar gurunya menyebut nama ini.
"Dulu Hoan Bu-wi, gurumu dan aku adalah tiga serangkai
yang berkecimpung dalam Bulim. Hubungan baikku dengan
gurumu Hoan Bu-wi tahu paling jelas, malah dia selalu
menganjurkan supaya kami..." Meski setua ini usianya tak
urung merah jengah usianya, secercah senyum menghias
mukanya, tapi hanya sekejap akhirnya dia menghela napas,
"diluar tahu kami Kui-tiap-sin mencuri dengar pembicaraan
kami, maka diam2 dia meluruk ketempat semayam gurumu."
"Betul, sayang aku mendengar percakapan terakhir kalian,
jadi aku tidak tahu kalau tua bangka itu adalah Hoan Bu wi"
kalau tidak waktu itu tentu sudah ku ganyang dia."
Membesi wajah Pui Bwe sian "kau tidak kenal Hoan Bu wi
justeru kau yang untung kalau tidak, Thong Bu kong tidak
bakal mati." "Kenapa " Memangnya kau berani denganku?"
"Kenapa tidak?" desis Pui Bwe-sian, "maka kubilang kau
yang beruntung, kematian Thong-Bu-kong lantaran nasibnya
sial, dan akulah harus bertanggung jawab akan nasib sial yang
menipu dirinya." "Hoho, jadi kau bermaksud menuntut balas kematian
Thong Bu-kong." 962 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menuntut balas!" dingin pancaran sinar mata Pui Bwe-sian,
sesaat dia diam lalu berkata dengan suara sendu, "muridnya
ada di sini tak usah aku turun tangan sendiri."
Lapat2 terasa oleh Ji-ping, bahwa Pui Bwe sian dahulu
memang adalah kekasih gurunya, entah karena apa mereka
terpaksa berpisah, tak heran selama hidupnya, gurunya tak
mau kawin dan rela hidup sebatangkara ditempat
pengasingan, bahwa jiwa kesatria gurunya menjadi melempen
dan tidak mau mencampuri percaturan dunia persilatan,
kemungkinan besar lantaran patah hati. Tapi bahwa hubungan
laki perempuan ini sudah terjalin sedemkian baiknya, kenapa
pula mereka tidak menikah" Demikian pikir Ji-ping. Ingin dia
tahu, tapi dalam waktu dan keadaan seperti ini, jelas tidak
mungkin dia mencari tahu.
"Sungguh tak nyana Pui Bwe sian yang biasa dingin kaku,
tinggi hati dan juga menyendiri dimasa mudanya dulu ternyata
pernah menjalin asmara dengan Thong Bukong bocah keparat
itu. Hehehe Lohu sungguh tidak menduga."
Mendengar orang menghina gurunya dan Pui Bwe sian, Jiping naik pitam. "Tutup mulutmu." Hardiknya murka.
"Buyung, jangan kau kira kedatangan bala bantuan lalu
bertingkah lebih girang."
Ling-Ji-ping berteriak lantang. "Siau lim Lo han tin dan Cap
ji kiam tin Butong pay memiliki perbawa yang dahsat sekali,
tapi orang she Ling tidak akan minta bantuan mereka, kau tua
bangka harus tahu. Bukankah Pui Lo cianpwe barusan telah
bilang, dendam kematian guruku aku sendirilah yang akan
menuntut kepada kau?"
"Umpama Pui Bwe-sian membantu kau, aku juga tidak
gentar." "Setan tua bersiaplah."
963 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walau hati sedikit agak jeri menghadapi pedang panjang
ditangan Ling-Ji-ping yang kemilau tapi keadaan sudah
terlanjur, seperti anak panah yang telah dipasang dibusur
terpaksa harus dibidikkan. Ditengah loroh tawanya, bola mata
yang liar jelilatan, agaknya dia sedang cari akal dengan cara
apa dia hendak membereskan Ling-Ji-ping, dengan suatu
gebrak kejutan untuk merebut pedang di tangan lawan.
Pui Bwe sian menghela nafas, katanya lirih: "Nak, kau
harus hati2. Jangan kau melawan secara kekerasan, kau harus
mengalahkan dengan tipu daya."
"Ji-ping mengerti. Silahkan kalian mundur."
Tiba2 Pui Bwe sian teringat sesuatu, tanyanya kepada Kui
tiap sin: "Jangan terburu2 aku ingin tanya kepada kau."
"Lekas katakan," sentak Kui tiap sin sebal.
"Waktu kau menemukan Thong thayhiap, pernahkah dia
bicara terhadap kau?"
"Begitu berhadapan dengan Lohu, kecuali menyerahkan
lehernya hingga kupenggal kepalanya, memangnya dia masih
mampu bicara apa?" "Apa betul sepatah katapun dia tidak bicara?"
"Kau memang perempuan bajul, orangnya sudah mati,
memangnya kau masih ingin dia meninggalkan pesan kepada
kau" Terus terang kukatakan kepada kau. Waktu lohu tiba
disana dia sudah menggeletaki diranjangnya karena terlalu
banyak menenggak air kata2. Ajalnya memang sudah tiba,
memangnya Lohu harus menunggu dia siuman baru
menyembelih dia" Sebetulnya bila dia sadar juga tak berguna
setelah berhadapan dengan Lohu, masa dia bisa selamat,
kematiannya itu kurasa malah lebih mudah dan menyenangkan." 964 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bohong," bentak Ji-ping, "guruku memang gemar minum,
tapi belum pernah dia mabuk, pasti disaat dia lena kau
membokongnya dan turun tangan secara keji."
"Kaum persilatan dikolong langit, mungkin mau percaya
kepadaku, bila Lohu ingin membunuh seseorang, tidak perlu
berbuat securang itu."
Timbul rasa curiga dalam benak Pui Bwe sian, tanyanya
kepada Ling-Ji-ping, "Nak, seingatku dia tidak suka minum
arak?" "Benar, dulu guru memang tidak suka minum tapi
belakangan sedikit demi sedikit beliau mulai minum sampai tak
terukur takarannya, tapi belum pernah aku melihat beliau
mabuk. Apalagi mabuk sampai rebah diatas ranjang belum
pernah terjadi." Berputar bola mata Pui Bwe-sian, timbul secercah harapan
dalam benaknya. "Nak," katanya, "apakah tampang Thong
Tayhiap ada perobahan dibanding masa mudanya dulu?"
"Meski rambut dan jenggot guru sudah putih tapi beliau
masih sehat dan segar bugar."
Pui Bwe-sian berpaling kearah Kui-tiap-sin tanyanya: "Apa
kau sudah melihat jelas, betul dia yang kau bunuh?"
Kui-tiap-sin terkekeh katanya: "Meski malam gelap gulita,
tapi Lohu yakin tidak salah melihat orang, kenapa" Kau kira
aku salah membunuh orang?"
Tergerak juga hati Ling-Ji-ping, bentaknya "Betul, Sejak
mengasingkan diri, Suhu hidup tenteram dalam kesunyian,
beliau sering pergi bertamasya, sering kali hanya seorang
kacung tua-guru yang jaga rumah, kacung itu pun gemar
minum arak, malah setiap kali minum setiap kali mabuk,
wajah kacung tua itu hampir mirip guru, kemungkinan orang
yang kau bunuh adalah kacung tua itu."
965 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui-tiap-sin mendelik, bentaknya: "Buyung" apa betul
perkataanmu?" "Siapa suruh kau percaya?" Hardik Ling-Ji-ping.
Senang hati Pui Bwe-sian. Katanya setelah menghela
napas: "Nak, orang baik diberkati Thian, aku memang sudah
curiga, Thong Tay-hiap orang baik, tidak semestinya dia
menemui ajalnya dalam keadaan yang begitu mengenaskan."
Hwesio gila yang sejak tadi berdiri diam seperti orang ling
lung tiba2 menyengir tawa katanya: "Kepala arang, kali ini
boleh terlampias rasa dongkolmu?"
Kui-tiap-sin berjingkrak gusar, serunya: "Biarlah, andaikata
aku salah bunuh, cepat atau lambat dia toh akan terbunuh
olehku, syukur kalian memberi keterangan kepadaku."
"Jangan takabur," jengek Ji-ping "kukira kau sudah tiada
kesempatan membunuh orang lagi. Malam ini orang she Ling
tidak akan memberi kesempatan kepadamu."
Ya hou Totiang yang berdiri disebelah kiri segera bersabda.
"Bu liang hud." Tidak kelihatan dia bergerak tahu2 orangnya
sudah melayang kedepan katanya. "Kalau Thong Tay hiap
masih segar bugar mohon pewaris Thian hu bun sudi
menyerahkan Kui tiap sin kepada pihak kita saja."
Ti-cu Taysu dari Siau lim juga bersabda Budha, katanya.
"Pihak kami juga akan menyelesaikan kematian Hou pi ceng."
Dalam keadaan sekritis ini sudah tentu Ji-ping pantang
mundur, katanya dengan tertawa angkuh. "Bangsat tua ini
sudah menjadi musuh bersama kaum persilatan, biarlah Cayhe
saja yang mengganyang dia." Tanpa menunggu persetujuan
orang lain segera dia melangkah maju, bentaknya. "Ling Jong,
betul atau tidak guruku terbunuh ditanganmu, yang terang
malam ini aku akan mengganyangmu demi kesejahteraan
kaum persilatan. Hayo maju."
966 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui- tiap sin terkekeh, kampak bersilang didepan dada lalu
di-gosok2 mengeluarkan suara berisik yang menusuk
pendengaran, jantung orangpun tergetar nyeri.
Pelan2 Ji-ping sudah kerahkan tenaga menggerakkan
pedang, suara berbisik itu terkiang pula ditelinganya.
"Siauhiap, pedang dipegang tangan kiri, tangan kanan
bergerak dengan Sian yang ciang, batang pedang melintang
menempel bawah sikut kiri, lengan tertekuk lurus didepan
dada, gagang pedang ditujukan kekanan ujung pedang
menjurus keluar arah kiri bawah kedua mata memandang
kekiri atas kerahkan hawa murni himpun semangat...."
Ji-ping tahu itulah gaya permulaan dari jurus pedang, dari
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gaya permulaan yang agak rumit ini, dia maklum bahwa ilmu
pedang yang ditunjukkan ini adalah ilmu tingkat tinggi yang
tiada taranya. Watak Ji-ping sebetulnya angkuh dan keras kepala, dalam
hati dia kurang senang mendapat petunjuk, tapi entah kenapa
suara itu kedengarannya begitu lembut dan mengandung rasa
yang tidak boleh dilawan atau ditentang, tanpa sadar tangan
dan kakinya bergerak mengikuti petunjuk orang.
Diantara Bu tong si cu mendadak seorang berseru kaget:
"Hah, Hian ki kiam?"
Ditengah seruan kejut ini, wajah Pui Bwe sian juga
menampilkan cahaya terang dan cerah, katanya lirih dengan
nada senang dan haru: "Darimana bocah ini juga pernah
mempelajari ilmu pedang sakti itu?"
Tampak tegang raut muka Kui tiap sin, kedua kampaknya
yang di-gosok2 tiba2 berhenti, mulutnya masih menyeringai
sadis, tapi hanya sekejap saja, mendadak kedua kampaknya
bergerak pencar, kampak kiri menuding langit, kampak kanan
mengguris bumi. Dengan jurus Khay tian pit te atau membuka
langit membelah bumi, dari kejauhan kampak nya membelah.
967 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Badai seketika mengamuk kencang, cuaca menjadi gelap
gulita. Sesuai pameo yang sering didengungkan untuk
menambah perbawa ilmu kampaknya itu, kampak setan
bergerak, malaikat dan setanpun terkejut, kedua kampak kecil
berwarna hitam legam itu mendadak bisa mulur panjang,
beberapa tombak membelah kearah Ling Ji ping.
Sebelum kekeh Kui tiap sin hilang dan kampaknya tadi
terhenti sejenak itu, suara berbisik itu terdengar pula oleh
Ling-Ji-ping, "Jangan takut nak, turunkan pedang lurus,
songsong keatas." Lenyap suaranya, kampak Kui tiap sin sudah membelah
tiba, tanpa ayal secara reflek, Ling-Ji-ping menekuk lutut
memasang kuda2, pedang pindah ketangan kanan, menjulur
datar menyongsong keatas. Begitu pedang bergerak, cahaya
merah menyilau mata tiba2 memancar lebih terang seperti
cahaya matahari yang tiba2 muncul diufuk timur, kontan LingJi-ping rasakan telapak tangannya tergetar dua kali, ditengah
derit benturan yang nyaring, didengarnya Kui tiap sin menjerit
panik kampak ditarik balik, badannyapun sempoyongan
kebelakang. Ji-ping sadar bahwa pedangnya telah berhasil membelah
kampak lawan, maka kepercayaannya terhadap diri sendiri
bertambah. Saat itu didengarnya pula suara berbisik itu
berkata: "Nah, ingat baik2, jurus ini dinamakan Si mi liok hap,
merupakan gaya permulaan dari Hian ki kiam, jurus
selanjutnya jangan peduli dia menggunakan serangan apa,
kau harus melambung tinggi diudara, semakin tinggi makin
baik, diwaktu menukik turun, pergelangan tangan diputar
dengan kekuatan getaran kencang, harus cepat dan kuat,
jangan ragu2 dan tak usah menaruh kasihan."
Sambil mendengar petunjuk mata Ji-ping tidak pernah
beralih dari Kui tiap sin setelah memeriksa sepasang
kampaknya, wajah orang tampak kaget dan marah, mungkin
968 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang kampaknya telah rusak oleh pedang mestika
ditangan Ji-ping. Tapi orang2 yang berdiri dibelakang Ling-Ji-ping, terutama
Bu tong si cu dan cap ji-sing tin, mereka adalah ahli2
pedang, melihat jurus Si m i liok hap yang dilancarkan Ling-Jiping tadi, mata mereka terbeliak kaget. Maklum sebagai ahli
pedang tapi mereka tidak melihat di mana letak perobahan
permainan pedang Ling-Ji-ping tahu2 kampak Kui tiap sin
telah terbacok rusak. Kui tiap sin memekik seram, kembali kampaknya bergerak
kekanan kiri, bayangan hitam kembali memecah udara. "Anak
keparat" ditengah hardikannya, dia menubruk kedepan, dua
jalur bayangan hitam itu secepat kilat membelah tiba.
Ling-Ji-ping menjejak kaki, tubuhnya melenting tinggi tiga
tombak kelihatannya menghindar dari belahan kampak Kuitiapsin. Begitu mencapai ketinggian tiga tombak, tubuh bagian
atas tiba2 ditekuk kedepan, sinar merah ikut menyamber
turun. Dengan kepala dibawah kaki diatas Ji-ping menukik
dengan tubrukan kilat kearah Kui-tiap sin. Hadirin menjerit
kaget. Karena gerakan menukik dengan serangan pedang
yang dilakukan Ling-Ji-ping teramat berbahaya, dia menusuk
turun kebetulan menyongsong kampak Kui tiap sin yang
sedang membelah, kelihatanya seperti sengaja hendak
menyerahkan tubuhnya supaya dibelah kampak lawan, pada
hal betapa tinggi ilmu silat Kui tiap sin dikala tubuh terapung
dengan badan jungkir balik begitu kecuali terjadi keajaiban,
jiwa Ji-ping jelas tidak mungkin bisa diselamatkan.
Hwesio2 Siaulim segera memejam mata memanjatkan doa.
Demikian pula para Tosu Bu tong menunduk sedih, mereka
sangka Ji-ping pasti celaka, umpama tidak mati juga terluka
parah, karena apa yang dilancarkan Ji-ping merupakan
pantangan paling keras dari ilmu pedang yang menyerempet
bahaya. 969 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saking kaget berubah pucat wajah Pui Bwe s ian, karena dia
tahu jurus yang digunakan oleh Ji-ping bukan cuma jurus
pedang Hian Li kiam, maka rasa senangnya tadi seketika
berobah jadi kaget dan ngeri, secepat kilat dia merogoh dua
kuntum Ham bwe yang mempunyai kekuatan luar biasa itu
siap ditimpukkan sekuat tenaga. Saat mana jarak Ji-ping
degan Kui tiap sin tinggal beberapa kaki saja, pedang merah
di tangan Ji-ping tampak mencorong lebih terang, tiga jalur
cahaya tampak berpadu gemerlap ditengah udara menciptakan pemandangan aneh yang menakjubkan,
Kui tiap sin tergelak riang, serunya, "Buyung, kau
mengantar jiwamu." Kedua kampaknya terbalik terus terayun maju, bagai dua
ekor naga yang melilit dengan lingkaran kencang, pinggang
Ling-Ji-ping menjadi sasaran utama.
Jikalau tidak terjadi suatu keajaiban tubuh Ji-ping terang
bakal terbelah jadi dua, meski Pui Bwe sian mengembangkan
Hu hun sin hoat juga tidak keburu maju menolongnya. Seluruh
jago2 silat yang hadir tiada satupun yang memberikan
harapan hidup bagi pendekar pujaan mereka itu. Satu kaki
menjelang bentrokkan langsung pedang Ling-Ji-ping dengan
kampak Kui tiap sin, suara berbisik itu berkata pula. "Cukup
tarik napas kendalikan tubuh, timpukkan pedang sekuat
tenaga. Lalu bersalto kebelakang sejauh mungkin ingat incar
yang tepat dan jangan gegabah."
Lekas Ji-ping menarik napas, tubuh yang menukik itu
berputar, kaki menyelonong turun sambil menyendal,
sementara pedang ditangannya berputar satu lingkaran.
Dikala tubuhnya melambung pula keatas setinggi dua tombak,
tenaga sudah dikerahkan dilengan kanan, sambil bersuit
pedang ditimpuk kebawah. Kembali hadirin menjerit kaget, jeritan heran dan tegang,
karena perobahan sungguh diluar dugaan mereka, tahu2 Jiping sudah menimpukkan pedangnya, kalau bukan jurus
970 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan aneh, pastilah dia berlaku nekad menyerang secara
untung2an. Cara yang ditempuh Ji-ping ini tetap berbahaya,
bila timpukannya luput, dengan cara apa Ji-ping akan
menghadapi sepasang kampak lawan" Jelas bekal kungfu Jiping belum mampu melawan sepasang kampak Kui tiap sin
yang mampu mengejutkan malaikat dan setan, apa lagi
dengan sepasang tangan kosong" Melihat cahaya merah
melesat turun, bukan aja tidak berkelit Kui tiap sin malah amat
riang, dengan terkekeh dia berkata. "Buyung kiranya kau
pandai main gertak, gaya permulaan Hian ki kiam hanya untuk
menakuti orang belaka,"
Tahu2 kampak ditangannya melesat terbang lepas dari
tangannya, jari2 tangannya yang besar dan panjang itu
terpentang hendak mengcengkeram kearah cahaya pedang
yang meluncur tiba. Pada detik2 menentukan inilah, keajaiban telah terjadi,
dikala Kui tiap sin mengulur tangan hendak menangkap
pedang itulah, entah kenapa pergelangan tangan mendadak
pegal kesemutan, urat nadinya seperti di tutuk2, tenaga murni
yang disalurkan kelengannya seketika buyar, karuan kagetnya
bukan main, ingin berkelit juga sudah terlambat. Di saat dia
melengak itulah, cahaya pedang merah itu sudah "Bless"
menusuk tembus kedadanya.
Jeritan panjang yang mengerikan terlontar dari mulut Kui
tiap sin, tampak kakinya sempoyongan beberapa langkah,
setelah meraung pula sekali, tubuhnya yang besar dan kekar
itu jatuh berdentam mencium tanah. Gembong iblis yang jahat
dan laknat ini akhirnya ajal dengan mengenaskan.
Tapi dia mati penasaran, matanya mendelik besar. Karena
dia mati diluar dugaannya sendiri.
Sementara itu Ling-Ji-ping sudah jumpalitan jauh
kebelakang dan hinggap ditanah dengan enteng, jauh
dibelakangnya suara berdentam keras dari kampak lawan
971 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang jatuh berkerontang ditanah bukit batu, yang satu lagi
jatuh kedalam rawa. Sesaat lamanya Ji-ping berdiri mematung. Sungguh tidak
terduga bahwa dengan mudah dia dapat membunuh Kui tiap
sin. Di bawah pimpinan Ti cu taysu, delapan belas Hwesio Siau
lim segera membacakan mantra, lalu katanya: "Siauhiap
sungguh gagah perkasa, penjahat yang merajalela di Bu lim
telah terbunuh, Pinceng mewakili Siau lim pay mengucapkan
syukur dan hormat kepada Siauhiap."
Bu tong si cu pimpinan para Tosu Bu tong menyampaikan
selamat dan penghargaan pula kepada Ji-ping.
Hanya Pui Bwe sian saja yang masih menampilkan rasa
kurang percaya, karena ilmu pedang yang dikembangkan
Ling-Ji-ping tadi hanya dia yang paling hapal. Karena itu
bukan ajaran Thian-hu-bun, juga bukan ilmu pedang dari
aliran manapun di T ionggoan ini tapi bersumber dari Sin kong,
dari gerakan yang dikembangkan tadi terasa gerakannya
masih agak kaku dan belum sempurna, lalu dari mana Ji-ping
mempelajari ilmu pedang yang satu ini"
Masih ada lagi yang membuatnya heran, Hian ki kiam
memang sakti mandraguna, tapi kepandaian silat Kui tiap sin
sendiri juga bukan olah2 tangguhnya, jangan kata Ling-Ji-ping
baru belajar dan belum mahir mengembangkan ilmu pedang
sakti itu, umpama Hian-ki kiam sudah dia yakinkan dengan
baik juga belum tentu dapat membunuh Kui tiap sin semudah
itu" Tapi kenyataan Kui tiap sin sudah mati, sudah tentu dia
tidak menyayangkan kematian gembong penjahat ini soalnya
kematian Kui tiap sin terlalu cepat, mati secara aneh dan sukar
diterima dengan akal. Ling-Ji-ping yang masih termangu itu mendengar suara
bisikan pula, "Siauhiap, itulah salah satu jurus yang
dinamakan Seng si cu tho dari Hian ki kiam, cukuplah, bila kau
972 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa melatihnya lebih matang dan sempurna, tokoh pedang
manapun dalam Bulim sekarang tiada yang mampu
melawanmu lagi." Saat mana entah dari mana datangnya, benak Ji-ping
dilembari rasa sesal dan kepedihan, Kui tiap sin secara nyata
mati ditangannya, melenyapkan penjahat yang sering
melakukan kelaliman di Bulim adalah tugas mulia, adalah
pantas kalau orang banyak menyanjung puji dan menaruh
hormat kepadanya, tapi dia sendiri maklum tidak lebih dirinya
hanya diperalat oleh orang lain, orang lain meminjam
tangannya membunuh Kui tiap sin, apa lagi setelah dia
menerima ucapan selamat dan penghormatan pihak Siau lim
dan Bu tong, sanubarinya terketuk.
Wajahnya kaku dingin, baru saja mulutnya bergerak, suara
lirih itu berbisik pula "Siau-hap kau agak menyesal dan merasa
direndahkan bukan" Jangan kau berpikiran cupat, sudah lah,
simpan pedangmu. Nanti pedang itu masih akan kau gunakan
lagi." Lenyap suara berbisik dari arah mulut lembah terdengar
suitan keras dari beberapa nada yang berlainan, semuanya
menusuk telinga dan menggetarkan sukma agaknya ada
beberapa jago silat lihay yang meluruk datang.
Hadirin tersirap darahnya, serempak mereka menoleh
kemulut lembah. Tampak dari lobang gua rahasia sana
beruntun muncul belasan bayangan orang, dalam sekejap
telah melayang tiba didepan orang banyak.
Kecuali Bu lim si tok, masih ada lagi tiga kakek berjubah
hitam dan seorang nenek peyot berbaju merah. Seorang
kakek bermuka merah kedua matanya terpejam seperti orang
tidur pulas, dua orang lagi berwajah kuning emas, yang lain
berwajah hitam legam, mata mereka merem melek
memancarkan sinar tajam, siapapun yang bentrok dengan
sinar mata mereka yang dingin pasti bergidik ngeri. Setelah
meneliti nenek baju merah, hadirin sama merinding dan ciut
973 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyalinya, siapa pun tidak pernah membayangkan bahwa di
dunia ini ada manusia bertampang seperti itu.
Jangan kata Ji-ping tidak pernah me lihat demikian pula
hadirin yang berusia lebih tua tiada satupun yang pernah lihat
mahluk seaneh ini. Kaki pendek tangan panjang, begitu panjang hampir
menyentuh tanah, seolah manusia yang satu ini mempunyai
empat kaki yang berjajar, rambut kepalanya memutih perak,
tapi pakaiannya justeru warna merah, coraknya aneh
modelnyapun nyentrik. Lebih menyeramkan lagi bentuk
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mukanya yang menakutkan, wajahnya terbagi tiga warna, dari
kanan serong keatas kiri dan bawah, bagian atas warna
merah, tengah putih, bawah hitam. Bentuk matanya ternyata
segi tiga, hidungnya pesek mendongak kelangit, bibirnya tebal
mulutnya lebar, dua taring panjang tumbuh di kanan kiri ujung
mulutnya, bila seseorang bertemu dengan manusia seaneh ini
ditengah ma lam, pasti ketakutan karena menyangka dia ini
siluman atau setan. Tapi perempuan aneh berbaju merah ini justeru berdiri
ditengah orang2 yang baru datang, agaknya dia yang jadi
pemimpin dalam rombongan yang baru tiba ini.
Ji-ping sudah siap menyapa, tiba2 bayangan putih
berkelebat, tahu2 Pui Bwe sian sudah berdiri di samping dan
jajar sama Ji-ping, katanya lirih : "Nak, lekas mundur."
"Siapa mereka ?" tanya Ji-ping lirih.
Gemetar suara Pui Bwe sian, agaknya munculnya
perempuan aneh dan ketiga kakek itu amat mengejutkan
hatinya: "Ketiga kakek itu dikiri adalah Toksin kun, yang
tengah majikan Thian tok kiong, disebelah kanan adalah Ban
tok ci cim." Ji-ping berpikir "Kiranya guru2 dari Bulim si tok." katanya :
"Apakah nenek jelek itu guru ngo tok Hujin ?"
974 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan nak, apa kau tidak pernah dengar dalam Bulim
dahulu ada seorang yang bergelar Bu te kui bo" iblis betina
tiada tandingan" "Hah, dia itulah Bu te kui bo?" Ji-ping tersirap kaget.
"Ya, nak, dia itulah. Sungguh tak nyana, gembong iblis
masa lalu yang sudah di lupakan orang malam ini
bermunculan disini. Nah lekas mundur, Kungfu Bu te kui bo
tiada yang mampu melawannya, dimasa jayanya dulu gurumu
Thian-hu Lojin juga tahu bukan tandingannya, maka lama dia
mengasingkan diri di Thian hu memperdalam Mo-im-sam kik
dan ilmu pedang emas yang kau simpan dalam kantong
bajumu, sayang Bu-te kui bo memperalat ketiga kakek
beracun itu mengatur tipu daya jangka panjang sehingga
kedua ilmu sakti yang diyakinkan Thian hu Lojin gagal total.
Pada hal kedua ilmu itu cukup mampu menandingi Bu te kui
bo." Ketiga kakek ini ternyata adalah pelaku utama yang
menyelundupkan U i Bwe ing kedalam T hian hu bun, hal itu Jiping tahu dari cerita T hian hu Lojin sendiri. Kini lebih jelas lagi
bahwa ketiga kakek beracun ini ternyata juga mendapat
perintah dari Bu te kui bo yang bertampang aneh dan
menakutkan ini. Dalam pada itu Bu te kui bo tengah menyapu pandang
kearah hadirin dengan bola matanya yang segi tiga itu, sorot
matanya memancar hijau, termasuk Pui Bwe-sian, mereka
yang ditatap mata segi tiga bersinar hijau ini menggidik seram
dan mundur selangkah. Pelan2 Bu te kui bo membuka lebar mulut nya tertawa
aneh dan seram mendirikan bulu roma, bentaknya kepada
Ling-Ji-ping: "Apakah kau murid Thian hu Loji?"
Ji-ping sedang kerahkan Liok meh sin kang untuk
melindungi badan sebelum menjawab dia menyeringai
975 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angkuh, katanya. "Betul ini pewaris tunggal Thian hu bun,
Ling-Ji-ping." "Bagus sekali." ujar Bu te kui bo dengan bibirnya yang tebal
mencebir, "sungguh tak nyana setelah Lo sin rampung
meyakinkan ilmu sakti, tua bangka itu ternyata sudah tak
mampu menepati janji lama. Kau adalah muridnya, baiklah
aku membuat perhitungan dengan kau saja."
Ji-ping melenggong, tanyanya. "Janji lama apa ?"
ccdw-kzaa Karya : Khu Lung Saduran : Gan KH
Sumber DJVU : Manise & Paulustjing
Editor : Paulustjing dan Dewi KZ
Ebook by : Dewi KZ Tiraikasih website http://kangzusi.com/ http://kang-zusi.info/
http://tiraikasih.co.cc/ http://cerita-silat.co.cc/
Jilid ke 28 "AKU pernah berjanji dengan gurumu yang mampus itu,
dua puluh tahun kemudian bertarung lagi setelah masing2
meyakinkan semacam ilmu sakti, apa dia tidak memberitahu
tentang janji lama itu ?"
"Kiranya soal janji, ada orang takut bila beliau berhasil
meyakinkan ilmu saktinya itu tiada bandingan diseluruh jagat
ini, maka dia suruh tiga manusia kurcaci yang tidak berguna
mengatur tipu daya, sehingga beliau kecundang dan jadi
korban muslihat mereka. Bukankah manusia seperti mereka
bermartabat rendah dan hina."
976 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendelik mata segi tiga Bu te kui bo, serunya dengan gelak
tawa aneh: "Bocah bagus, berani kau memaki didepan orang.
Ketahuilah gurumu yang mampus itu dulupun tidak berani
bertingkah dihadapanku. He hehe nenek tua ini sudah puluhan
tahun tidak makan hati manusia, malam ini baiklah aku
gegares sepuasnya." Karuan Pui Bwe sian amat kaget, baru saja dia bergerak
hendak merintangi Ji-ping ternyata Ji-ping bergerak lebih
cepat sambil melolos pedang dia melangkah maju dua tindak,
cahaya pedang yang mencorong terang menuding kepada Bu
te kui bo, bentaknya, "Kalau demikian, kau mengaku sebagai
biang keladi yang menyuruh ketiga manusia kerdil itu
melakukan kejahatan?"
Tok sin kun dibelakang Bu te kui bo tiba2 mengekeh,
bentaknya. "Bocah keparat besar nyalimu."
Majikan Tok kiong berkata kepada Ban tok ci cun. "Lo kiu,
kau yang keluar atau aku yang tampil?"
Mendadak Bu te kui bo membentak gusar.
"Kalian siapapun kularang bertindak biar aku sendiri yang
bereskan dia." Diwaktu Ji-ping siap siaga dan Bu te kui bo hendak
menubruk maju itulah tiba2 berkumandang sebuah suara
nyaring jelas dari dinding gunung dibelakang Ling-Ji-ping:
"Siauhiap, nenek bawel, tunggu sebentar, nah aku telah
datang," suaranya merdu, lembut dan manis laksana bunyi
perpaduan musik. Anehnya begitu mendengar suara merdu
manis ini, reaksi mereka yang mendengar ternyata berbeda
satu dengan yang lainnya.
Orang yang berdiri dipihak Ling-Ji-ping tadi merasa tergetar
jantungnya mendengar lirik tawa Bu te kui bo, tapi begitu
mendengar suara ini, semangat tiba2 menyala, hati tenteram
pikiran jernih. 977 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbeda lagi adalah Bu lim sitok seperti ditusuk pisau
kupingnya, kontan mereka sempoyongan hampir tidak kuat
berdiri. Lwekang guru mereka lebih tinggi, tapi merekapun
tahu Lwekang orang yang berbicara ini lebih tangguh, karuan
kejut mereka bukan main. Hanya Bu te kui bo seorang tidak terpengaruh apa2,
sikapnya tenang dan wajar, matanya yang segi tiga jelilatan,
agaknya dia ingin tahu dimana dan siapa orang yang
bersuara. Sudah tentu diantara sekian banyak hadirin hanya Ling-Jiping dan Pui Bwe sian saja yang tahu. Tapi sikap dan mimik
kedua orang ini pun berbeda. Kalau Ling-Ji-ping bersikap tidak
ambil peduli, ujung mulut mengulum senyum jumawa, berdiri
diam sambil bertolak pinggang.
Sebaliknya Pui Bwe sian tampak bingung dan kuatir, rasa
takut kelihatan lebih membayangi sinar matanya dari pada
waktu me lihat Bu tek kui bo pertama kali tadi, dengan suara
parau dia berbisik kepada Ling-Ji-ping "Nah, Seng bo telah
tiba, kapan kau pernah bertemu dengan beliau?"
Tawar suara Ling-Ji-ping, sahutnya: "Melihat sih pernah,
Lencana Pembunuh Naga 8 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Peristiwa Bulu Merak 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama