Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 5

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 5


dalam dunia persilatan dewasa ini, Lam kiong Ceng pasti akan
dibikin gelagapan sendiri saking senangnya"
Mendengar usul tersebut, pengemis pikun segera tertawa
terbahak-bahak. "Haaaahhh....haaaahhhh....haaahhhh, tepat sekali Tepat
sekali Bagus betul usulmu itu..."
"Lok tua, aku pikir usulnya itu kurang tepat," ujar oh Put Kui
tiba-tiba sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kenapa?" tanya sang pengemis dengan mata melotot.
"Aku kuatir kalau tindakan ini akan merupakan sesuatu
tindakan memukul rumput mengejutkan ular"
Mendengar itu, kembali pengemis pikun tertawa:
"saudaraku, bukannya aku sipengemis pikun hendak
menjelekkan dirimu, tapi kalau kita tidak mengusik ular
tersebut kini, sampai kapankah kau baru bisa menyelidiki
wajah musuh besarmu itu?"
oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya. "Jadi
menurut pendapatmu, ular ini lebih baik diusik saja agar
terkejut jadinya?" "Benar, kalau tidak begitu, musuh besarmu tak akan
munculkan diri dan kau tak akan mengetahui selamanya
siapakah pihak lawan dan berada dimanakah dia." Dia seperti
mempunyai suatu keyakinan yang besar, kembali katanya:
"Apalagi bila musuh besarmu itu mengetahui dirimu, dia
pasti tak merasa tenteram lagi, siapa tahu dia bakal
mendahului dirimu dengan datang mencari gara-gara lebih
dahulu?" Cara yang dipikirkan pengemis pikun memang bagus
sekali, hanya saja dia belum berpikir bagaimana seandainya
pihak lawan mengambil keputusan untuk acuh tak acuh"
Agaknya oh Put Kui telah berpikir sampai disitu, katanya
kemudian: "Lok tua, andaikata pihak lawan acuh tak acuh dan sama
sekali tidak menggubris, bukankah cara kita ini akan sia-sia
belaka?" "saudaraku, bila pihak lawan memang tidak menggubris,
kita toh belum terlambat untuk mencari akal lain?" kata
pengemis pikun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan
tertawa. Kembali oh Put Kui termenung sesaat, akhirnya dia
manggut-manggut, katanya sambil tertawa:
"Baiklah, kalau begitu kita bertindak demikian saja"
oOdwOooOdwOo Bulan dua belas tanggal sepuluh.
Suasana disebuah perkampungan yang luasnya seratus
bau diluar kota sebelah barat Cui-swan-sia tampak ramai
sekali. Sejak fajar menyingsing, lalu lintas yang melewati jalan
raya didepan perkampungan itu sudah dipadati oleh kereta
serta beraneka ragam manusia dengan aneka ragam hadiah.
Hampir semua jago dan orang gagah dari enam propinsi
diutara sungai besar telah berkumpul disitu.
Bagi umat Liok-lim, perkampungan siu-ning-ceng memang
merupakan sebuah tempat suci.
Kepala kampungnya Pek kim kong, Thi wan kek (raksasa
penyakitan,jago pergelangan tangan baja) Lam kiong Ceng
selain berilmu tinggi, juga merupakan pentolan dari kaum Lioklim di enam propinsi sebelah utara sungai besar.
Dihari hari biasa saja banyak orang yang menyambangi
tempat itu, apalagi pada hari pernikahannya, tak heran kalau
lautan manusia hampir berkumpul semua disitu.
Hampir disetiap sudut ruangan dalam perkampungan siuning ceng dipenuhi para tamu yang tersenyum simpul.
Cong koan dari perkampungan, Nao heng-si-ci (utusan
panca unsur) Tong Tiong-peng dengan pakaian berwarna
keemas-emasannya berdiri didepan pintu dan menyambut
tamunya dengan penuh senyuman-^
-oOdwOooOdwOoo- Upacara perkawinan telah ditetapkan akan diselenggarakan selewatnya tengah hari.
Kini tengah hari sudah makin dekat, tapi Ngo-heng-si-ci
Tong Tiong-peng belum menyambut kedatangan seorang jago
yang benar- benar mempunyai nama besar dan kedudukan
tinggi dalam dunia persilatan.
Peristiwa ini terntu saja membuat hatinya gelisah
bercampur cemas. Dia merasa bila dalam perkawinan congpiau pocunya tak
seorangpun jago kenamaan atau pendekar besar dunia
persilatan yang hadir, hal ini akan dianggap sebagai suatu
peristiwa yang amat kehilangan muka. saat tengah hari sudah
hampir lewat...... Pada saat itulah dari depan perkampungan sana muncul
serombongan manusia, rombongan itu terdiri dari lima puluhan
orang. sebagai orang pertama adalah seorang hwesio bermuka
penuh welas kasih. Mencorong sinar tajam dari balik mata Ngo-heng-si-ci Tong
Tiong-peng setelah menyaksikan hal itu, dengan langkah
cepat dia segera memburu kedepan untuk menyambut
kedatangannya . "Tong Tiong-peng, cong koan dari perkampungan siauning-ceng menyambut kedatangan dari ciangbujin sekalian...."
Rupanya hwesio itu tak lain adalah Hui seng taysu,
ciangbunjin dari siau-lim-pay. Dibelakangnya mengikuti tiga
orang ciangbunjin dari tiga partai besar lainnya.
Mereka adalah Hian-leng tootiang dari Butongpay, Bwee
Kun-peng dari partai Hoa-san serta Cui-sian sangjin dari Go-bi
pay. Dibelakang keempat orang ciangbunjin itu mengikuti pula
Han-sian-hui-kiam atau pedang dingin Wi ci Ming, tianglo dari
Kaypang. Dari kelima partai besar yang ada dalam dunia persilatan
dewasa ini, hanya ketua Kay-pang, Lok seng-tui-hun-siu atau
kakek bintang pengejar sukma Kong-sun Liang yang tak hadir.
Hal ini disebabkan belakangan ini Kongsun Liang sedang
menutup diri disuatu tempat untuk melatih semacam ilmu
sakti, maka segala persoalan mengenai kepartaian telah
diserahkan kepada Wici Ming untuk mengatasinya.
Dengan demikian wici Ming boleh dibilang mempunyai
kedudukan yang hampir sederajat dengan seorang ketua
partai. Dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng, ternyata ketua
dari partai besar itu turut hadir, peristiwa ini jauh diluar dugaan
Ngo-heng-si-ci. Baru saja kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar
datang, Tong Tiong-peng dihadapkan lagi dengan suatu
peristiwa yang menggetarkan hatinya. Ternyata gembong iblis
nomor satu dari dunia persilatanpun hadir disana....
Pat-huang-it-koay, lian-sim-kui-siu (kakek setan berhati
cacad, manusia aneh dari Pat huang) siau Lun ternyata
datang tanpa diundang. Ketika Tong-tiong-peng membaca kartu namanya itu,
hampir saja ia tak percaya dengan apa yang dilihat.
Tapi, mau tak mau dia harus percaya juga. Karena itu dia
segera menyambut kedatangannya.
seorang kakek berambut putih yang berwajah dingin,
berambut panjang sebahu dan berwajah menyeramkan berdiri
didepan pintu siapa lagi orang itu kalau bukan siau Lun" Buruburu dia maju kedepan, kemudian sambil menjatuhkan diri
berlutut serunya: "Tong-tiong-peng menyampaikan salam
hormat untuk siau locianpwe" siau Lun segera tertawa
hambar, katanya sambil mengulapkan tangan:
"Tak usah banyak adat, lohu sudah bukan siau Lun yang
dulu, kalian tak usah banyak adat....."
sambil berkata dia lantas masuk kedalam perkampungan
dengan langkah lebar. Kehadiran kakek ini dalam ruangan upacara dengan Cepat
menggetarkan hati lima orang ciangbunjin dari lima partai
besar. Hui-sin taysu dari siau lim-pay segera bangkit berdiri sambil
menjura, katanya: "siau lo-sicu, sudah lama kau mengundurkan diri dari
keramaian dunia. Hari ini bisa berjumpa lagi, hal ini sungguh
merupakan suatu kebanggaan buat boanpwe sekalian......"
siau Lun tertawa terbahak-bahak. diamatinya wajah kelima
orang itu sekejap kemudian sambil tertawa katanya:
"Ooh rupanya ciangbunjin sekalian sudah datang" Besar
betul pamor dari Lam kiong Ceng....."
Terkesiap juga Hui-sin taysu mendengar perkataan ini,
buru-buru dia berseru: "Lam kiong sicu adalah seorang gagah, sudah sepantasnya
kalau boanpwe sekalian ikut memberi selamat kepadanya"
sekilas senyuman menghiasi wajah siau Lun, dia segera
manggut-manggut berulang kepada Ngo-heng-si-ci Tong
Tiong-peng yang menghantar dirinya dia lantas mengulapkan
tangannya sembari berkata:
"silahkan saja kau melayani orang lain, lohu hendak
berbincang-bincang dengan kelima orang lote ini....."
Tong Tiong-peng segera menjura dan mengundurkan diri
Baru tiba dipintu depan, seorang anggota perkampungan
telah berlari mendekati dengan wajah gugup,
Dengan kening berkerut Tong-tiong-peng segera menegur:
"Persoalan apa yang membuat kau gugup?"
"Lapor congkoan, didepan pintu muncul seorang tamu
aneh...." ujar orang itu dengan wajah gugup bercampur
gembira. "Tamu aneh macam apa?"
"Tecu tidak kenal, dia mengatakan ingin berjumpa dengan
majikan....." "Hmmm, manusia takebur darimanakah yang telah datang
?" seru Tong-tiong-peng sambil tertawa dingin.
Dengan langkah cepat dia memburu kedepan pintu.
Tapi apa yang kemudian terlihat kontan membuat dia
berdiri tertegun, karena tamu aneh itu sangat dikenal olehnya.
Dia tak lain adalah say-siang-li si perempuan pintar dari
bilik barat, Leng seng-luan, seorang perempuan bertangan keji
yang banyak membuat orang persilatan pusing kepala.
-oOdwOooOdwOooOdwOo- Buru-buru Tong-tiong-peng meredakan hawa amarahnya,
lalu dengan senyuman yang dibuat-buat menyongsong
kedatangan tamunya. "Nona Leng, baik-baikkah kau" Tong-tiong-peng menghunjuk hormat untukmu....." serunya.
Ternyata yang datang adalah seorang gadis muda berbaju
putih yang berambut panjang dan berwajah cantik, tapi
sikapnya dingin, kaku dan menyeramkan, dia sedang
memandang kearah pintu perkampungan sambil tertawa tiada
hentinya. Tapi setelah mendengar ucapan dari Tong-tiong-peng itu,
hawa marahnya sedikit agak mengendor, ujarnya kemudian:
"Tong cong koan, tampaknya pamor dari saudara Lam
kiong makin lama semakin bertambah besar".
Terkesiap juga Tong Tiong-peng setelah mendengar
perkataan itu, buru-buru dia berkata, "Hari ini adalah
perkawinan Lam kiong toako, sedang dia sedang berganti
pakaian, maka tak bisa menyambut kedatanganmu harap
nona Leng sudi memaafkan "
"Oh.... kalau begitu akulah yang telah salah menegurnya..."
Leng-seng-luan tertawa dingin.
seraya dia berkata dia lantas melangkah masuk kedalam
pintu perkampungan..... Baru saja Tong-tiong-peng hendak memimpin jalan, Lengseng-luan telah menggoyangkan tangannya sambil berkata:
"Tong congkoan, lebih baik kau berdiri disini saja, biar anak
buahmu yang membawa jalan bagiku "
"Kalau begitu terpaksa aku harus menurunkan derajat
nona........." ujar Tong cong koan sambil tertawa.
Dengan cepat dipanggilnya seorang anak buahnya,
kemudian memerintahkan: "Cepat ajak Leng lihiap menuju
keruangan tamu " orang itu mengiakan dan mengajak Leng seng-luan
memasuki perkampungan, Memandang bayangan punggung Leng seng-luan yang
berlalu, diam-diam Tong-tiong-peng menghela napas panjang.
Pada saat itulah dari luar perkampungan telah muncul
empat orang tamu aneh. Keempat orang itu ialah Kaucu dari perkumpulan pay-Kay
yang disebut orang Jui-sim-huan-im-kek, (jago tanpa
bayangan penghancur hati) Ciu It-cing konon orang ini murid
Hua-im cinjin Li Kim-siu yang menjadi cikal bakal partainya.
Lalu orang kedua adalah Mo-kiam-huang-say (singa latah
pedang iblis) Kit Hu-seng yang merupakan toa kongcu dari
benteng kematian di lembah sin-mo-kok.
orang ketiga adalah Lan-san-gin-kiam atau si pedang perak
berbaju biru seebun Jiu, salah seorang dari empat jago
pedang utama dibawah pimpinan Ceng-thian-kui-ong atau raja
setan penggetar langit wi Thian-yang dari istana Tong-thiankui-hu di lembah Kiu yu kok.
Dan terakhir adalah putra dari sian- hong-pat- ciang, Wansim-seng-sin atau kakek suci berhati mulia, delapan pukulan
angin puyuh Nyo Thian-wi, pemilik istana siau- hong- hu
bernama Yu-liong-kuay-kiam atau pedang kilat naga perkasa
Nyo Ban-bu. sekalipun keempat manusia ini bukan ketua partai, namun
nama besar mereka serta kelihaian ilmu silat mereka jauh
diatas kemampuan dari para ciangbunjin berbagai partai
besar. Dikunjungi manusia- manusia seperti ini sudah tentu Tong
Tiong-peng tak berani berayal lagi, dengan sikap hormat dia
lalu menghantar tamunya memasuki ruangan upacara.
sementara itu tengah hari sudah lewat, irama musik mulai


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperdengarkan pertanda upacara pernikahan segera akan
diselenggarakan. Tamu yang mencapai seribu orang lebih hampir boleh
dibilang memadati seluruh ruangan siu ning-ceng dan
lapangan berlatih silat yang luasnya dua puluh bau lebih.
Akhirnya pengantinpun masuk kedalam ruangan upacara.
Lam kiong ceng nampak bertubuh tegap dan kekar seperti
seorang malaikat, sebaliknya sinona lemah gemulai seperti
perempuan setan yang sama sekali tidak berhawa kehidupan.
Jian-li-hu-siu Leng siau-thian duduk ditengah ruangan upacara
dengan senyum dikulum. sedang dari pihak wali pengantin pria adalah seorang
kakek pendek yang berkepala botak. orang itu duduk diatas
tempat duduk Leng siau-thian dengan wajah yang dingin.
Wajah orang itu sedemikian tak sedapnya dipandang,
seakan akan kehadirannya disana bukan untuk menyelenggarakan pesta perkawinan, melainkan menghadiri
suatu upacara kematian. siapakah kakek pendek berkepala botak itu" Anehnya
ternyata tak seorang manusiapun yang hadir dalam ruangan
yang mengenali dirinya. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak masing-masing,
bahkanada pula yang berpikir:
"Mungkinkah gembong iblis tua ini adalah suhunya Lam
kiong Ceng?" siau Lun, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit
turut berkerut kening. Tiab-tiba Leng seng-luan yang berada disisi yang menegur:
"siau kongkong, kenalkah kau dengan orang tua itu?"
siau Lun segera tertawa seraya manggut-manggut. "Bukan
cuma kenal saja, kami kan sahabat karib" sahutnya.
"oh.... siapakah dia?" seru Leng seng-luan terkejut.
"Nona, pernahkah kau mendengar ucapanperkataan begini:
Lebih baik bertcmu raja akhirat, daripada berjumpa sepasang
hati?" "Yaa, aku pernah mendengar perkataan itu, bukankah kau
orang tua yang dimaksudkan sebagai sepasang hati?" siau
Lun lantas tertawa. "Lohu hanya dianggap sebagai satu hati, sedangkan hati
yang lain adalah dia." katanya.
Leng seng-luan menjadi kesima setelah mendengar ucapan
itu, lalu serunya cepat: "Lantas, siapa..... siapakah dia?"
Cui-sian sangjin, ketua Go-bi-pay yang waktu itu kebetulan
berada disisi LEng seng-luan nampak berubah wajahnya
sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia berbisik
kepada kakek setan berhati cacad siau Lun:
"Locianpwe, apakah kakek botak itu adalah Tuan-cong-sisim-sin atau kakek usus putus kehilangan hati Hui Lok yang
disebut orang sebagai siang-sim atau sepasang hati dan
mengangkat nama bersama-sama dirimu itu?"
"Benar, memang dia "
Sekarang Leng Seng-luan baru mengerti, nama si kakek
usus putus kehilangan hati memang cukup menggetarkan
hatinya. sekarang dia baru tahu kalau Lam kiong Ceng adalah
muridnya gembong iblis itu.
Tak heran kalau semua jago Liok-lim bersama sama tunduk
dan takluk kepadanya, sekalipun umurnya belum mencapai
usia pertengah, rupanya dia mempunyai seorang suhu yang
cukup menggetarkan hati setiap orang.
Dalam kesedihan yang mencekam perasaan Leng sengluan, tiba-tiba dia tertawa sendiri, karena sekarang dia merasa
hatinya agak lega. Dulu, dia telah menyerahkan seluruh kasih sayang dan
cinta kasihnya untuk Lam kiong Ceng, tapi kenyataannya Lam
kiong Ceng memandang sinis kepadanya, bahkan meninggalkannya dan mempersunting Leng Lin-lin.
Gara-gara peristiwa itu, dia pernah bersedih hati dan
melelehkan air mata banyak.
Tapi sekarang dia baru mengerti, ternyata dia adalah
muridnya Hui Lok. murid dari musuh besar gurunya. Apa lagi
yang mesti dirisaukan"
Tak ada lagi, Maka diapun hanya bisa tersenyum dengan
perasaan sedih, dan bahagia.......
sepasang pengantin telah melakukan upacara dan
perjamuan telah dilangoungkan. suasana bertambah semarak
dan ramai, hidangan lewat muncul tiada hentinya.
Mendadak seorang anggota perkampungan muncul
membawa sebuah gulungan kain dan masuk kedalam.
siapa lagi yang mempersembahkan hadiah untuk sepasang
pengantin itu" Tak lama kemudian gulungan kain itu sudah dibuka
danpara hadirinpada berdiri untuk membaca tulisan tersebut.
Ternyata tulisan itu berisikan sebuah bait syair Yang-cunlok yang termashur. Diatas syair tersebut tertera beberapa
huruf yang berbunyi: "Peringatan hari perkawinan Lam kiong
tayhiap dengan Hian-peng-li-si " sedangkan dibawahnya
bertuliskan : "Dipersembahkan oleh : Cing-peng-long-cu oh
Put Kui " oh Put Kui..... sebuah nama yang menggetarkan sukma
setiap orang, tanpa sadar Lam kiong Ceng segera berseru:
"Aah, mungkinkah oh Put Kui yang berjulukan Long cukoay-hiap atau pendekar aneh gelandangan ?"
Paras muka Hian-peng-kui-li atau setan perempuan
berhawa dingin Leng Bin-pin berubah hebat pula, katanya
cepat: "Kau kenal dengannya" Bukankah dia telah berkunjung
kepulau neraka ?" "Aku tidak kenal dengannya," seru Lam kiong Ceng sambil
menggelengkan kepala. Hui Lok si kakek berkepala botak yang selama ini
membungkam, mendadak berseru dingin:
"Kalau ada tamu terhormat yang datang, silahkan saja
untuk masuk......" Tampaknya orang itu tak pernah tertawa, maka wajahnya
selalu diliputi oleh hawa pembunuhan yang dingin dan
mengerikan. "suhu, maksudmu mengundangnya masuk....." bisik Lam
kiong Ceng. Dengan cepat dia berpaling kearah anak buahnya sambil
menambahkan : "suruh Tong cong koan mengundangnya masuk. dan suruh
orang pasang tulisan itu keatas dinding "
orang itu mengiakan dan segera berlalu.
sementara dua orang lelaki maju untuk menyambut tulisan
tersebut dan segera menggantungkannya diatas dinding.
Dengan demikian, semua anggota persilatan yang hadir
dalam ruangan itu dapat membaca tulisan mana dengan jelas.
Selesai membaca tulisan itu, Hui-sin siansu ketua dari siaulim-pay segera berkata sambil tertawa:
"Hian leng toheng, agaknya bakal ada pertunjukan menarik
dalam perjamuan kali ini "
"Apakah taysu kenal dengan orang itu ?" tanya Hian-leng
tootiang sambil tertawa pula. Dengan cepat Hui-sin taysu
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. belum pernah ketemu, tapi lolap pernah menerima
surat dari Hui-leng sute, dalam surat itu dikatakan kalau
pemuda tersebut pernah berkunjung ke perkampungan Tangmo-san-ceng untuk menghantar batok kepala dari empat
orang iblis, bahkan memukul mundur pula Tiang- bi-siau-siu
(kakek tertawa beralis panjang)........."
"Yaa, soal itu memang pernah kudengan dari laporan Hianpek sute......" kata Hian-leng tootiang kemudian mengangguk.
Ketua Hoa-san-pay si kakek pedang pengejar angin Bwee
Kun-peng ikut menimbrung : "Lohupun pernah mendengar
Wan sute menyinggung tentang bocah ini, konon dia adalah
murid dari Thian-liong taysu, kepandaian silatnya telah
memperoleh warisan dari taysu......"
sementara beberapa orang ketua itu sedang berbisik-bisik,
oh Put Kui telah berjalan masuk kedalam ruangan.
Menyusul dibelakangnya sipengemis pikun Lok Jin-ki.
sedangkan sipetani tua dari Hoo-san Kou Cun-jin jauh
sebelumnya sudah datang duluan, karena sebagai Tongcu
dari kantor cabang Kay-pang untuk wilayah shia-kam,
bagaimanapun juga dia harus menghadiri kejadian besar
tersebut. Dengan wajah penuh senyuman oh Put Kui berjalan masuk
kedalam ruangan upacara. Buru-buru Lam kiong Ceng bangkit
berdiri sambil berseru: "saudara oh kah disitu " siaute Lam kiong Ceng......."
oh Put Kui tertawa, sambil menjura tukasnya :
"Aku datang tanpa diundang, harap kau sudi memaafkan.........."
Kemudian setelah menatap sekejap wajah orang itu,
lanjutnya : "saudara Lam kiong, Leng lihiap. kuucapkan selamat
berbahagia untuk kalian berdua semoga bisa hidup rukun
sampai kakek nenek........"
Lam kiong Ceng segera tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhh..... haaahhhhh...... haaaahhhh..... terima kasih
saudara oh....." "Gagah betul lelaki ini......" pikir oh Put Kui.
sedangkan Leng Pin-pin dengan wajah memerah turut
menjura: "Terima kasih oh tayhiap......"
Setelah itu Lam kiong Ceng baru berpaling kearah
pengemis pikun yang berada dibelakang oh Put Kui sambil
berkata: "Lok tianglo, selamat berjumpa......."
Pengemis pikun tertawa tergelak.
"Haaaahhhh..... haaaaahhhh..... haaahhhhh.....pada hari
perkawinan lote, ternyata aku si pengemis pikun datang
terlambat, bagiamana kalau menghukum aku dengan tiga
puluh cawan arak" sudah hampir setahun lebih aku si
pengemis pikun tak pernah beradu minum arak dengan
lote....." sambil berkata dia lantas menyambar cawan arak
didepan Lam kiong Ceng dan meneguk isinya sampai
habis....... Dia minum dengan cepat ternyata dimuntahkan lebih cepat,
coba kalau bukan oh Put Kui berkelit dengan cepat, niscaya
seluruh tubuhnya sudah kena sembur.
"Hei kenapa kau" Araknya terlalu keras?" tak tahan oh Put
Kui menegur sambil tertawa tergelak.
Dengan suara keras pengemis pikun segera berteriak:
"saudara sekalian, kalian tertipu, yang diminum Lam kiong
lote bukan arak melainkan air teh......"
Paras muka Lam kiong Ceng seketika berubah menjadi
merah padam karena jengah.
"Loko, bayangkan saja. Hari ini siaute mana boleh minum
arak sampai mabuk....." serunya cepat.
Tentu saja pengemis pikun tak ambil perduli soal semacam
itu, kembali dia berteriak. "Tidak bisa, kita tak bisa
membiarkan pengantin lakinya minum air teh, saudara
sekalian, bukankah kalianpun berharap pengantinnya minum
arak sungguhan......."
seruan mana segera disambut gegap gempita oleh tamu
yang lain, sehingga suasana menjadi ramai sekali.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lam kiong Ceng
tertawa, "Baik, baiklah," katanya kemudian, "siaute akan menggantinya dengan arak sungguhan......"
Kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya kepada pengemis pikun
"Lo ko, kau harus membantunku, janganlah memaksa aku
minum arak terus, atau paling tidak kau mesti mewakili
aku....." Pengemis pikun menjadi girang sekali setelah mendengar
perkataan itu, serunya cepat: "Baik, kau memang berhasil
menemukan orang yang benar......"
semabri begitu dia lantas duduk dikursi dekat pengantin
lelaki tersebut.... Tindakan mana kontan saja menggusarkan seseorang,
akan tetapi karena hari ini adalah hari baik muridnya, maka
amarah tersebut hanya bisa disimpan dalam hati saja.
Tentu saja si pengemis pikun tidak akan mengetahui hal itu.
Bukan cuma dia bahkan oh Put Kui pun tidak menyangka
kalau dalam ruangan tersebut hadir pula gembong iblis lain
yang bernama besar sejajar dengan nama kakek setan berhati
cacad siau Lun- sementara itu, Lam kiong Ceng telah mengundang oh Put
Kui untuk menempati meja tuan ruma, tapi dengan cepat oh
Put Kui menggelengkan kepalanya.
"Jangan" demikian ia berkata, " aku masih mempunyai
beberapa kenalan lama."
Padahal dia tidak mempunyai kenalan kecuali siau Lun, ia
menampik tawaran tersebut karena dia telah menyaksikan
kehadiran siau Lun disitu.
Begitulah, selesai berbicara ia lantas berjalan menuju
kemeja perjamuan sebelah kiri
Dalam meja perjamuan itu, selain hadir siau Lun, dan
terdapat pula Yu-liong-kuay-kiam (pedang kilat naga perkasa)


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyoo Ban-bu, Mo-kiam-huang-say atau singa latah pedang
iblis Kit Hu-seng, see-siang-li-si atau pendekar wanita dari bilik
barat Leng seng-luan dan Jui-sim-huan-im-kek atau tamu
penghancur hati tanpa bayangan ciu It-kim.
selain kakek setan berhati cacad siau Lun empat orang
lainnya boleh dibilang jago-jago top dari kaum muda.
Baru saja pemuda itu berjalan mendekat, siau Lun telah
berseru sambil tertawa: "Hei bocah muda, aku tahu kalau kau
bakal datang " "Kakek siau, akupun tahu kalau kau pun bakal datang....."
sahut oh Put Kui dengan cepat.
Kemudian mereka berdua saling berpandangan dan
tertawa terbahak bahak, Kontan saja adegan tersebut membuat para jago lainnya
menjadi tertegun dan berdiri melongo, siapapun tidak
menyangka kalau oh Put Kui bukan cuma kenal saja dengan
siau Lun, bahkan tampaknya hubungan mereka cukup akrab
dan hangat. setelah duduk dan memperkenalkan keempat orang
pemuda lainnya, siau Lun baru berkata lagi sambil tertawa:
"Anak muda, mengapa kau datang terlambat?"
" Kakek Siau, masa kau tidak mengerti......" sahut oh Put
Kui sambil melototkan matanya dan tertawa.
"Bagus, bagus, tampaknya kau hendak jual mahal
kepadaku ?" "Boanpwe tidak berani."
"Kalau memang tidak berani, mengapa tidak cepat kau
katakan ?" "Kakek siau," bisik pemuda itu kemudian, "inilah yang
dinamakan memanfaatkan kesempatan untuk menarik
perhatian " "Bagus anak muda, tampaknya makin lama akal busukmu
semakin bertambah banyak saja....."
"Yaaa, apa boleh buat " untuk menghadapi orang-orang
semacam ini mau tak mau mesti gunakan akal busuk....."
"Bagus sekali......" kembali siau Lun tertawa terbahakbahak. oOdwOooOdwOoo Dalam pada itu, singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang
duduk disampingnya telah mengangkat cawannya dan berkata
kepada oh Put Kui sambil tertawa :
"saudara oh, belakangan ini aku sering kali mendengar
nama Long-cu-koay-hiap disebut orang, hari ini dapat
berjumpa muka, hal ini benar- benar merupakan suatu
peristiwa yang menggembirakan....."
Dia mendongakkan kepalanya dan mengangguk kering isi
cawannya, kemudian ujarnya lebih jauh:
"Aku orang she Kit menghormati secawan arak untuk
saudara, harap saudara oh sudi memberi muka."
oh Put Kui tertawa hambar dan lalu mengangkat cawannya
untuk meneguk sampai habis. "Kehebatan saudara Kit sudah
lama siaute kagumi" katanya cepat.
"Haahh....haaahhh...... saudara oh Put Kui sangat
mengagumkan hati, aku orang she Kit bersedia untuk
berteman denganmu " Dia berjulukan singa latah pedang iblis, seperti juga
namanya, gerak gerik orang ini ternyata mencerminkan
kehebatan dirinya. Diam-diam oh Put Kui tertawa geli,
pikirnya: " orang ini adalah pemilik muda lembah Bin-mo-kok. namun
nyatanya tidak terpengaruh sama sekali oleh hawa iblis,
kegagahan dan kebesaran jiwa orang ini sungguh mengagumkan......." sementara dia masih berpikir, sipedang kilat naga perkasa
Nyoo Ban-hu telah mengangkat pula cawan araknya seraya
berkata: "saudara oh, siautepun ingin menghormati kau
dengan secawan arak "
Walaupun oh Put Kui tidak banyak berkenalan dengan
orang tapi dia memiliki suatu firasat tajam yang aneh.
Terhadap sipedang kilat naga perkasa yang tampan dan
gagah ini, dia justru merasa mempunyai suatu perasaan muak
dan tak senang. Jika terhadap Kit Hu-seng tadi ia meneguk araknya dengan
tulus hati diiringi gelak tertawa, maja terhadap Nyoo Ban-hu
justru hanya berpura-pura minum dengan wajah senyum tak
senyum. "Takaran minum siaute kurang baik, biarlah maksud baik
saudara Nyoo kuterima dalam hati saja....."
Dia segera menempelkan bibirnya pada cawan, kemudian
sambil tertawa meletakkannya kembali kemeja.
Berkilat sepasang mata sipedang kilat naga perkasa Nyoo
Ban-hu setelah menyaksikan kejadian ini, serunya sambil
tertawa: "saudara oh, apakah kau tidak pandang sebelah mata
kepada siaute ?" Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Aaaaah, mengapa saudara Nyoo berkata demikian"
Apakah hal ini bukan sama artinya dengan memandang asing
diriku" saudara Nyoo merupakan putra kakek suci, siapapun
manusia didunia ini ingin membaiki saudara Nyoo, sebaliknya
aku tak lebih hanya seorang gelandangan, masa aku berani
memandang rendah saudara Nyoo....."
sepintas lalu perkataan tersebut kedengarannya memang
sedap didengar, namun bagi pendengaran Nyoo Ban-hu justru
membuatnya tak bisa tertawa, tak bisa pula mendongkol,
untuk sesaat dia hanya bisa berdiri termangu-mangu sambil
melototi wajah pemuda itu.
Untung saja Hui-sim-huan-im-kek Ciu It-cing segera
mengangkat cawan araknya untuk menghilangkan kejengahan
yang meliputi sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu.
"saudara oh, aku orang she Ciu pun ingin menghormatimu
dengan secawan arak...."
"Terima kasih saudara Ciu....." sahut oh Put Kui sambil
mengangkat cawannya dan segera meneguk isinya sampai
habis. Tampaknya Ciu It-kim adalah seorang yang jujur, melihat
itu dia lantas berkata sambil tertawa:
"saudara oh, kalau toh takaran arakmu kurang baik, lebih
baik kurangi saja arakmu"
oh Put Kui menaruh kesan baik terhadap Ciu It-kim, dia
merasa Jui-sim-huan-im-kek yang meneruskan jabatan ketua
Pay-kau itu adalah seorang pemuda sederhana serta jujur.
"Terima kasih atas perhatian dari saudara Ciu" buru-buru ia
menyahut sambil tertawa. Menyusul kemudian Leng seng-luan
turut menghormati arak kepadanya.
oh Put Kui menyambut sambil tertawa, ia merasa gadis itu
cantik sekali, hanya sayang wajahnya kelihatan murung sekali.
la paling takut dekat sama perempuan, apalagi gadis yang
kelihatan murung dan mempunyai rahasia hati, maka jauh
sebelumnya dia sudah berusaha menghindari diri dari tatapan
matanya. Leng seng-luan sendiri sama sekali tidak mempunyai
ingatan lain, dia hanya merasa Long-cu-koay-hiap oh Put Kui
seperti memiliki suatu daya tarik yang luar biasa, membuat ia
tak terasa teringat akan dirinya.
"Terima kasih nona" katanya kemudian hambar.
setelah meletakkan kembali cawan araknya, ia berbisik
kepada siau Lun: " Kakek siau, siapa dua orang kakek yang duduk semeja
dengan Lam kiong Ceng itu?"
"Bocah muda, sungguh hebat ketajaman matamu," puji siau
Lun sambil tertawa, " begitu banyak tamu yang hadir dalam
ruangan itu dan begitu banyak ciangbunjin serta jago
kenamaan yang hadir, tapi yang kau tanyakan hanya kedua
orang iblis tua itu....."
"Aah, boanpwe kan belajar banyak dari kau orang tua ?"
"Betul, lohu memang pernah mengajari banyak hal
kepadamu.....jangan perhatikan keningnya, jangan dilihat sorot
matanya, tapi perhatikan tarikan napasnya. Bagaimana"
Cocok bukan" Lohukan tidak membohongi dirimu....." setelah
berhenti sejenak, kakek itu berkata lebih jauh:
"sikakek berambut putih itu adalah ayah dari pengantin
perempuan....." "Leng siau Thian?" sambung oh Put Kui sambil tertawa.
"Benar, tidak gampang untuk dihadapi bukan?"
"Lantas siapa yang satunya lagi?"
Mencorong sinar terang dari balik mata kakek itu,
mendadak bisiknya lirih: "sedangkan si kakek yang berkepala botak itu adalah
seorang jago yang mengangkat nama bersama lohu."
oh Put Kui agak termenung setelah mendengar perkataan
itu, kemudian ujarnya tersenyum:
"Kakek siau, aku rasa hal ini tak mungkin terjadi."
"Mengapa tidak?" kata kakek siau sambil tertawa, " kau
pernah mendengar seorang jago yang bernama Toan-ceng-sisim-siu (kakek pemutus usus pelenyap hati) Hui Lok?"
"Hui Lok" orang yang pernah kau katakan itu?" jerit oh Put
Kui kemudian dengan terperanjat.
"Yaa, benar. Memang dia"
Kali ini oh Put Kui benar- benar dibikin tertegun oleh
ucapan tersebut, belum pernah dia meras akan terperanjat
seperti apa yang dialaminya saat ini.
Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau sikakek
pemutus usus pelenyap hati Hui Lok masih hidup didunia ini.
"Bagaimana anak muda" Kau tak pernah menyangka
bukan?" kata siau Lun sambil tertawa hambar.
oh Put Kui manggut. "Ya. Mimpipun aku tak pernah menyangka"
Tiba-tiba siau Lun menghela napas, kemudian berkata:
"Anak muda, terhadap siapapun kau boleh bertindak
tekebur atau jumawa, tapi jangan mencoba-coba berbuat
demikian terhadap si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui
Lok, kalau tidak kau bisa menderita kerugian yang amat
besar...." "Terima kasih banyak atas petunjukmu itu " seru oh Put Kui
sambil tertawa. siau Lun tertawa lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Anak muda, tampaknya kau kurang percaya dengan
perkataan lohu?" katanya tiba-tiba.
"Boanpwe percaya, cuma boanpwe memang ada niat buat
bertarung melawan dia."
"Kau sudah gila?"
"Tidak. Boanpwe dapat merasakan hal ini, cepat atau
lambat suatu pertarungan sudah pasti akan berkobar antara
aku dengannya." "Hei anak muda, mengapa kau bisa mempunyai jalan
pikiran seperti ini?" kata siau Lun sambil menggelengkan
kepalanya. "Apakah kau tidak memperhatikan paras muka dari Hui
Lok?" Mendengar perkataan itu, siau Lun lantas berpaling kearah
Hui Lok. Begitu melihat apa yang terjadi, kakek itu berseru
dengan perasaan terperanjat: "Hei, sebenarnya apa yang
telah terjadi?" Ternyata si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok
sedang melotot kearahnya dengan sinar mata yang
mengerikan. sambil tertawa oh Put Kui segera berkata:
"Antara lurus dan sesat tak bisa dipersatukan, siau tua, dia
hendak mencari gara-gara denganmu "
"Huuuh, dia mah tidak pantas" seru siau Lun sambil tertawa
geli. "Yaa benar, dia memang tidak pantas"
si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang berada
disampingnya mendadak menimbrung:
"Jika Hui Lok berani mencari gara-gara dengan siau
locianpwe, Kit Hu-seng lah yang pertama-tama tak akan
mengampuni dirinya" "aaah, kalian anak- anak muda lebih baik jangan kelewat
emosi," kata siau Lun sambil tertawa, "sekalipun Hui Lok
mempunyai keberanian yang melampaui bataspun, tak nanti ia
berani menantang lohu........"
Belum habis dia berkata, mendadak tampak Hui Lok yang
berada dimeja utama sana telah bangkit berdiri. Bukan cuma
bangkit berdiri saja, bahkan berjalan menuju kearah meja
perjamuan mereka. oh Put Kui segera tertawa hambar setelah
menyaksikan kejadian itu, katanya kemudian-"Bagaimana,
kakek siau?" "Bocah muda, tunggu saja tanggal mainnya....."
Dalam pada itu si kakek pemut usus pelenyap hati telah
tiba didepan meja perjamuan, setelah memandang sekejap
kearah enam orang yang berada dimeja itu, dia lantas
menyapa siau Lun- "Kehadiran saudara siau sama sekali tak kuketahui, bila
mana dalam penyambutan kurang memadai, harap saudara
siau sudi memaafkan"
siau Lun memandang sekejap kearah oh Put Kui, lalu
menjawab: "Aaah, mana....... lohu pun sama sekali tak tahu kalau
saudara Hui adalah gurunya Lam kiong lote, kalau tidak
begitu, sudah seharusnya lohu siapkan kado yang lebih baik
untukmu...." "Aaah, mengapa saudara siau berkata begitu" saudara
Siau bersedia menghadiri pesta perkawinan muridku saja
sudah merupakan suatu kehormatan bagi kami, masa masih
memikirkan soal kado?" siau Lun segera tertawa terbahakbahak. "Haaahhh...haaahh....haaahhh.... sanjungan saudara Hui
sungguh membuat lohu seolah olah lagi terbang diatas awansebagai tuan rumah, janganlah gara-gara lohu membuat
masalah lain terbengkalai, silahkan saudara Hui balik
ketempat dudukmu " Diatas wajah Hui Lok yang sinis terlintas sekulum
senyuman yang aneh. "Kalau begitu, harap saudara siau suka
minum arak lebih banyak....." katanya. Selesai berkata dia
lantas menjura dan balik kembali ketempat duduknya.
sepeninggal gembong iblis itu, oh Put Kui baru bertanya
dengan kening berkerut: "Kakek siau, sebenarnya apa yang
telah terjadi ?"

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaah, bukankah kau telah menyaksikan segala sesuatunya dengan mata kepalamu sendiri ?" kata siau Lun
tertawa. Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya:
"sayang aku bodoh sekali sehingga tidak mengetahui apa
yang sebenarnya telah terjadi."
Kembali siau Lun tertawa.
"Tak mungkin Hui Lok akan mencari gara-gara dengan
lohu." "Tapi boanpwe lihat dia sedang marah, mengapa setelah
mengucapkan beberapa patah kata yang penuh rasa sungkan,
kemudian membalikkan badan dan berlalu dengan begitu
saja?" siau Lun tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh...haaaahhh...haaaahhhh...
bocah muda, tahukah kau dia sedang marah kepada siapa?"
"Tentunya bukan lagi marah kepada boanpwe bukan?"
" Tepat sekali, justru tua bangka itu sedang marah
kepadamu" "Aaah.... mana mungkin" Boanpwe toh tidak kenal
dengannya, masa dia bisa marah kepadaku?"
"Waah.... tampaknya kau sibocah muda ada kalanya pintar,
ada kalanya menjadi bodoh sekali"
"Mungkin memang begitu, toh sebagai seorang manusia
kita tak bisa selalu pintar bukan"
"Tepat sekali " siau Lun tertawa, "Bocah muda, tahukah kau
siapakah yang mempunyai nama yang paling termashur
dalam dunia persilatan belakang ini ?"
"Boanpwe selamanya tak pernah mempersoalkan nama
maupun kedudukan...." tukas oh Put Kui menggeleng.
"sekalipun kau tidak mengharapkan, tapi perbuatan yang
kau lakukan telah mendatangkan nama serta kedudukan
sendiri untukmu Nah, bocah muda, kau harus tahu, nama
julukanmu Long-cu-koay-hiap boleh dibilang jauh lebih
termashur daripada nama lohu." oh Put Kui segera
menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Locianpwe, bila kau bermaksud untuk mentertawakan
diriku, tidak seharusnya kau ucapkan sindiran tersebut
dihadapan teman-teman yang baru saja kukenal...."
si kakek setan berhati cacad siau Lun memandang
sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa:
"Bocah muda, lohu tidak bermaksud mempermainkan
dirimu atau mencemoohkan dirimu, bila kau kurang perCaya,
beberapa orang lote ini akan menjadi saksi bagi perkataanku
tadi." si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng segera menimbrung
sambil tertawa lebar: "saudara oh, apa yang dikatakan siau locianpwe memang
benar, belakangan ini nama besar saudara oh boleh dibilang
dihormati dan disanjung orang melebihi malaikat."
"oh ya" siaute benar- benar tidak menduga." seru oh Put
Kui dengan kening berkerut.
sejaktadi, sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu sudah
mendongkolnya setengah mati, begitu melihat ada kesempatan untuk mengutarakan kemendongkolannya, dengan cepat dia menimbrung sambil tertawa dingin:
@oodwoo@ Jilid 11 "Saudara oh, persoalan yang diluar dugaan masih banyak
sekali, menurut berita dalam dunia persilatan, konon bukan
saja saudara oh pernah berkunjung ke pulau neraka,
lagipula......." Tiba-tiba dia tertawa seram, setelah itu sambungnya:
"Konon saudara oh merupakan jago lihay dari Hud-mosiang-siu (sepasang manusia sakti Buddha dan iblis) "
"Hud-mo-siang-siu ?" seru oh Put Kui terperanjat, "apa
maksudmu" Mengapa saudara Nyoo tidak mengutarakan
dengan blak-blakan?"
Nyoo Ban-hu tertawa sinis, katanya: "Saudara Oh, buat apa
kau mesti berlagak pilon lagi?"
oh Put Kui benar-benar dibikin tidak habis mengerti oleh
perkataan orang itu. "Saudara Nyoo, sejak dilahirkan didunia ini aku selalu
berusaha untuk jujur dan tak berbicara bohong walau sepatah
katapun, tapi kini saudara Nyoo menuduhku berlagak pilon,
sebenarnya apa yang kau maksudkan ?"
Nyoo Ban-hu memandang pemuda itu sekejap, kemudian
tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhhh... heeehhhh.... heeeehhhh.... saudara oh, masa
apa yang kau lakukan tidak kau pahami sendiri?"
"Saudara Nyoo, sebenarnya apa maksudmu?" seru oh Put
Kui semakin naik pitam. Tiba-tiba Nyoo Ban-hu tertawa, "saudara oh, apakah pulau
neraka yang berada dilautan timur adalah suatu tempat yang
bisa dikunjungi oleh sembarang orang?"
"Tentu saja bukan setiap orang dapat kesitu."
"Bagaimana dengan umat persilatan?"
"Setiap orang boleh berkunjung kesitu"
Nyoo Ban-hu segera mengalihkan sorot matanya kewajah
setiap orang yang berada disana, lalu katanya sambil tertawa:
"Percayakah kau dengan perkataan itu?"
Kit Hu-seng segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "saudara oh, ucapanmu itu tidak benar"
"Tapi.... saudara Kit, aku berbicara sejujurnya"
"Bukan sejujurnya" kata Kit Hu-seng sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "saudara oh, dalam
dunia persilatan dewasa ini, kecuali kau, belum pernah ada
orang yang dapat berhasil mencapai pulau neraka, oleh
karena itu siaute rasa kau tidak berbicara sejujurnya."
oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhhh... hhaaaahhh... haaaahhhh... tapi paling tidak,
si nelayan sakti dari lautan timur cin-poo-tion dan si pengemis
pikun Lik Jin-ki dua orang tua pernah pula berkunjung kepulau
neraka" "Apakah mereka berangkat kesana bersama sama saudara
oh?" tanya Nyoo Ban-hu sambil tertawa.
"Yaaa benar, mereka memang berangkat kesana bersamasama aku" Mencorong sinar tajam dari balik mata Nyoo Ban-hu, dia
segera tertawa dingin tiada hentinya.
" Ucapanmu itu bukankah berarti ucapan yang sama sekali
tak ada gunanya" Mereka kalau berangkat bersama saudara
oh, berarti sang kelinci berjalan mengikuti rembulan, mereka
membonceng dirimu, tentu saja hal ini tak bisa dimasukkan
hitungan." Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa
sangat tidak senang hati, katanya:
"saudara Nyoo, kau sangat pandai untuk memutar balikkanpersoalan guna mencari menangnya sendiri "
"Aaaah, siapa bilang siaute hanya ingin mencari
menangnya sendiri," Nyoo Ban-hu tertawa, " apa lagi toh
bukan aku saja yang berkata demikian, setiap umat persilatan
telah mengabarkan kalau saudara oh mempunyai hubungan
yang erat dengan kawanan iblis yang berdiam dipulau neraka,
aku lihat apa yang dikabarkan itu bukan kabar bohong belaka"
Paras muka oh Put Kui berubah hebat, dia benar-benar dibikin
naik pitam. "Nyoo Ban-hu," serunya, "pandai sekali kau memfitnah
orang dengan kata-kata seperti itu"
-oOdwOoo- "Jangan marah saudara oh," kata Nyoo Ban-hu dengan
mata berkilat tajam, "aku toh mendengar kabar itu dari berita
yang tersiar dalam dunia persilatan." oh Put Kui tertawa
dingin. "Heeehhh... heeehhhh... heeeehhhh... pandai benar
saudara bersilat lidah, tolong tanya siapa saja yang berdiam
dipulau neraka dan pernahkah kau melihat mereka?"
"Aku toh belum pernah kesitu, mana mungkin aku bisa
tahu?" "Hmm, itu bukan kesimpulan yang tepat.Jikalau kau
memang belum pernah menjumpai mereka, dari mana kau
bisa tahu kalau diatas pulau tersebut berdiam gembong iblis?"
"saudara oh," kata Nyoo Ban-hu sambil tertawa dingin,
"tentunya kau pernah mendengar bukan tentang empat
peristiwa besar yang telah terjadi dalam dunia persilatan
berapa tahun berselang?"
"Aku bukan seorang yang tuli, masa tidak tahu akan
peristiwa besar tersebut?"
"Ayahku adalah salah seorang korban dari pembunuhan
biadab tersebut....." seru Nyoo Ban-hu secara tiba-tiba dengan
nada penuh kebencian. "Oooh.... nasibmu sungguh tragis"
"Itulah sebabnya aku sangat menaruh perhatian terhadap
pulau kecil tersebut....."
"Bukan hanya kau seorang, setiap umat persilatan rata-rata
menaruh perhatian terhadap pulau kecil itu"
"Tapi siaute berbeda dengan orang lain, karena siaute
curiga kalau keempat peristiwa besar itu kemungkinan besar
dilakukan oleh gembong-gembong iblis yang tinggal diatas
pulau tersebut, maka dari itu, siaute ingin menyelidiki hal ini
dengan lebih jelas lagi "
sekujur tubuh oh Put Kui segera gemetar keras saking
gusarnya menahan luapan emosi, segera pikirnya:
"Bocah keparat, kau hendak memfitnah aku dengan
tuduhan-tuduhan tanpa dasar itu?" Mendadak satu ingatan
melintas dalam benaknya, tapi hanya sebentar saja ingatan
tersebut telah lenyap kembali tak berbekas, keningnya kontan
saja berkerut. sementara itu Nyoo Ban-hu telah berkata lagi
setelah berhenti sebentar:
"saudara oh, tadi kau mengatakan bisa masuk keluar dari
pulau neraka dengan leluasa, hal ini membuktikan kalau
saudara oh telah bersekongkol dengan para iblis yang
menghuni dipulau tersebut"
oh Put Kui segera tertawa dingin, dia tak ingin membantah
ataupun mendebat, dia sedang memikirkan persoalan
lainnya.... Mendadak terdengan si singa latah pedang iblis berteriak
pula dengan suara lantang: "Benar ucapan dari saudara Nyoo
memang sangat masuk diakal" sambil tertawa dingin kembali
Nyoo Ban-hu berkata: "Ilmu silat yang dimiliki saudara oh amat lihay, konon kau
pernah memukul mundur Tiang-sian-sin-ang Beng Pek tim
ketika berada diperkampungan Tang-mo-san-ceng, siaute
rasa bukan mustahil saudara oh yang melaksanakan keempat
peristiwa besar dalam daratan Tionggoan itu..."
"Benar, saudara oh memang berkemungkinan hal ini,"
sambung Kit Hu-seng dengan suara dalam.
Perkataan itu diutarakan dengan nada tegas dan penuh
keyakinan- Cuma saja ia tidak mengerti apa sebabnya oh Put Kui tidak
berusaha untuk menyangkal"
sementara itu Jui-sim-huan-im-kek 'tamu bayangan semu
penghancur hati' berkata pula sambil tertawa:
"saudara Nyoo, aku rasa dugaan dari saudara Kit kurang
sesuai dan tidak masuk akal."
"Jadi saudara ciu menganggap saudara oh telah difitnah?"
tanya Nyoo Ban-hu tertawa.
"Yaa, siaute memang berpendapat demikian"
"Dapatkah saudara Ciu memberikan penjelasan?" Ciu It
Kim tertawa. "Tak perlu dijelaskan lagi, karena perkataan dari saudara
Nyoo hanya jalan pemikiran sepihak"
Terkesiap juga Nyoo Ban-hu setelah mendengar perkataan
itu, diam-diam ia lantas berpikir:
" orang she Ciu ini tak boleh dipandang enteng....."
sementara diluaran dia berkata sambil tertawa.
"saudara Ciu, dari mana kau bisa mengatakan kalau
ucapanku hanya jalan pemikiran sepihak" Bukankah saudara
oh tidak menyangkal" Apakah hal ini bukan berarti kalau dia
sudah mengakui kalau apa yang siaute ucapkan tadi adalah
suatu kenyataan?" "Benar" sambung Kit Hu-seng sambil bertepuk tangan, "
bukankah ia telah mengakui secara diam-diam?"
" Tapi siaute justru tidak percaya " kata Ciu It Kim tertawa.
Nyoo Ban-hu segera tertawa dingin.
"Heeehhh....heeehhhh....hehhhh....
saudara Ciu tidak percaya adalah urusan saudara ciu sendiri....."
Belum habis dia berkata, Siau Lun telah menengadah dan
tertawa terbahak-bahak. "siau Locianpwe, mengapa kau tertawa?" tegur Nyoo Banhu dengan sorot mata berkilat.
Mencorong sinar aneh dari balik mata Siau Lun setelah
mendengar ucapan itu, katanya sambil tertawa:
"Apakah lohu tak boleh tertawa?"
Terkesiap perasaan Nyoo Ban-hu, buru-buru dia berseru:
"Bila kau orang tua ingin tertawa, tentu saja boanpwe
sekalian tak berani menghalanginya......"
"Hmmm, jika mengikuti adat lohu dimasa lampau, dengan
ucapanmu itu, kau sudah bisa mampus"


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Boanpwe benar-benar terlalu gegabah...." Nyoo Ban-hu
segera menjulurkan lidahnya. siau Lun tertawa.
"Kau bukan sembrono, lohu tahu kau lebih cerdik daripada
orang lain.... bocah muda, mengertikah kau akan perkataan
yang berbunyi: orang pintar malah dijadikan bahan
pembicaraan oleh orang pintar?"
"Aaah, jadi siau locianpwe menganggap boanpwe berlagak
sok pintar....?" ucap Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar. siau
Lun kembali tertawa seram.
"Hmmm, bocah muda, berada dihadapan beribu orang jago
silat yang berkumpul disini, kau menganggap dalam bagian
yang manakah lebih cerdik daripada orang lain" Lebih baik
simpan saja kejumawaanmu itu."
Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya kepada Kit
Hu-seng: "Kau sibocah tolol tak lebihpun merupakan seorang telur
busuk yang tak tahu mana yang benar mana yang salah"
si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang didamprat
menjadi tertegun dibuatnya: "siau locianpwe......"
"Kau tak usah banyak bicara, lebih baik banyak minum
arak," tukas siau Lun sambil mengulapkan tangannya, "lain
kali jika ingin berteman, lebih baik berhati-hatilah, bedakan
mana yang baik mana yang jahat, daripada terperangkap oleh
siasat lawan." sekali lagi si singa latah pedang iblis Kit Huseng merasakan hatinya terperanjat.
sorot matanya yang menatap wajah oh Put Kui, pelan-pelan
dialihkan pula kewajah Nyoo Ban-hu.....
Mendadak dia seperti memahami sesuatu, ia merasa apa
yang dikatakan sikakek setan hati cacad siau Lun seakanakan merupakan sesuatu petunjuk....
Dalam pada itu, Nyoo Ban-hu juga sedang mengawasi
wajah Kit Hu-seng dengan sepasang matanya yang jeli dan
tajam. "saudara Nyoo" tiba-tiba terdengar Kit Hu-seng berkata,
"secara tiba-tiba siauwte merasa bahwa saudara oh tidak mirip
manusia seperti apa yang kau katakan, mungkin apa yang
saudara Nyoo dengar dan utarakan tadi, terdapat banyak
kesalahan atau salah pengertian....."
Mendengar perkataan itu, si kakek setan berhati cacad
segera tertawa, si tamu bayangan semu penghancur hati Ciu
It-kim juga tertawa. Hanya Nyoo Ban-hu seorang yang tak bisa tertawa,
katanya setelah menghela napas panjang:
"Sungguh tak kusangka saudara Kit pun menaruh kesalah
pahaman terhadap siaute....."
"Apa yang diuraikan saudara Nyoo tadi memang masuk
diakal," kata Kit Hu-seng sambil tertawa, "tapi andaikata
saudara oh benar-benar mempunyai hubungan atau
bersekongkol dengan kawan gembong iblis di pulau neraka, ia
toh tak perlu mengajak si pengemis pikun dan nelayan sakti
dari lautan timur untuk melakukan perjalanan bersama hingga
rahasianya ketahuan orang banyak?"
Jangan dilihat tampang dan perawakan tubuhnya yang
kasar bagaikan singa, seakan-akan seorang lelaki yang tak
berotak. namun nyatanya apa yang dikatakan justru
mematikan. Nyoo Ban-hu kontan saja dibuat tertegun
sehingga tak mampu berbuat apa-apa. Tiba-tiba oh Put Kui
tertawa terbahak-bahak. "Haaaaahhhh.....haaahhh.....haaahhh...
kakek siau, boanpwe telah memahami akan sesuatu hal "
"Oya " Persoalan besar apakah yang membuat kau harus
memutar akal memeras otak?" tanya siau Lun sambil tertawa.
oh Put Kui memandang sekejap wajah Nyoo Ban-hu, lalu
ujarnya sambil tersenyum: "Sekarang belum waktunya untuk
diutarakan, maaf kalau aku terpaksa harus jual mahal"
"Haaahhhh....haaaahhhh.....haaaahhhh.... bocah muda kau,
lagi-lagi hendak bermain setan denganku...."
"Tidak, kali ini boanpwe bukan lagi bermain setan, tapi
keadaan dan situasinya tidak mengijinkan bagiku untuk
membocorkan rahasia tersebut, lebih baik kau orang tua
menunggu selama beberapa hari lagi...."
Balum habis dia berkata, sinona Leng Seng-luan yang
selama ini hanya minum arak sambil membungkam telah
melirik sekejap kearah pemuda itu sambil berbisik, "sttt....
sang pengantin sedang menghormati arak untuk tamutamunya......" Ketika semua orang berpaling, tampaklah Lamkiong Ceng
dan Leng Lin-lin diiringi HHui Lok, Leng siau-thian, Lok Jin-ki
serta Leng Cu-cui yakni adik perempuan Leng Lin-lin sedang
beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan menuju
kemeja perjamuan yang ditempati siau Lun.
Rentetan mercon terdengar berkumandang dengan
ramainya diluar ruangan upacara.
Ditengah dentuman mercon, sepasang pengantin baru itu
menghormati oh Put Kui sekalian dengan secawan arak.
Waktu itu sipengemis pikun juga sudah dipengaruhi oleh
lima bagian alkohol. sewaktu rombongan pengantin bergerak menuju kemeja
perjamuan yang ditempati ketua dari lima partai besar, tibatiba pengemis pikun berbisik kepada oh Put Kui: "Lote, sudah
kau perhatikan?" "Perhatikan apa?" oh Put Kui tertegun"si tua bangka berkepala botak itu merasa sangat tak
senang terhadap kehadiranmu?"
"Kau maksudkan Hui Lok?" tanya oh Put Kui tersenyum
setelah mendengar ucapan tersebut.
"Lote, jadi kau sudah tahu siapakah dia?" oh Put Kui
manggut-manggut. "Yaa, sudah tahu Loko, kau tak usah menguatirkan aku,
kau sendiri yang seharusnya berhati-hati, kalau tidak- Hui Lok
tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."
"Aku tahu, aku sipengemis tua memang tak berani
menghadapi gembong iblis tersebut....."
"Asalkan loko mempunyai pendapat demikian, siautepun
akan berlega hati......"
Pengemis pikun segera tertawa lebar, sambil mengangkat
cawan araknya dia berkata sambil tertawa tergelak:
"Terima kasih atas kesudian lote memberi muka, aku
sipengemis tua harus mewakili pengantin lelaki minum arak.
maaf tak akan kutemani lebih lama lagi....." seusai berkata, dia
segera memburu kemeja perjamuan lain dengan langkah
cepat. Menyaksikan hal itu, siau Lun segera berkata sambil
tertawa: "Waaah, tampaknya pengemis pikun ini semakin lama
semakin bertambah cerdik saja."
"siapa bilang kalau dia itu pikun.....?"
Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak dari
seratus kaki diluar ruangan terdengar suara pekikan nyaring
yang amat menusuk pendengaran.....
suara pekikan itu amat kuat dan nyaring meski di ruangan
hadir seribu orang tamu yang bersuara hiruk pikuk. namun tak
sanggup untuk membendung suara pekikan yang amat
nyaring itu Dalam waktu singkat, suara pekikan tadi semakin lama
semakin mendekati ruang upacara.
sementara para jago yang berada dalam ruangan itu masih
tertegun, suara pekikan tersebut sudah berada ditengah
udara. oh Put Kui merasa amat terperanjat, bisiknya tanpa
terasa: "Kakek siau, sungguh cepat gerakan tubuh orang ini...."
Dengan wajah terkejut siau Lun manggut-manggut.
"Yaa, tampaknya tenaga dalam yang dimiliki orang ini sama
sekali tidak berada dibawah kepandaianku.... siapakah dia?"
Belum habis dia berkata, suara pekikan panjang tadi sudah
lenyap tak berbekas. Tampak sesosok bayangan manusia bagaikan bayangan
merah melayang turun dimuka ruangan tengah.
oh Put Kui kembali merasa terkejut setelah menyaksikan
gerakan tubuh orang itu, pikirnya:
" Cepat benar gerakan tubuh orang ini, jarak sejauh berapa
ratus kaki ternyata ditempuh dalam waktu singkat."
singa latah pedang iblis Kit Hu-seng melototkan pula
sepasang matanya bulat-bulat.
"Yaa, kelihayan ilmu silat yang dimiliki orang ini pada
hakekatnya belum pernah ku jumpai sepanjang hidup."
katanya. "Aaaah, hal ini salah saudara Kit sendiri yang tidak banyak
melihat....." ejek Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar.
Mendengar perkataan itu, sepasang mata Kit Hu-seng
segera memancarkan sinar tajam.
Belum lagi dia mengumbar hawa amarahnya, bayangan
merah itu sudah munculkan diri didepan mata.
Ternyata dia adalah seorang kakek yang berperawakan
tinggi besar. Begitu kakek itu munculkan diri, suasana dalam arena
seketika itu juga berubah menjadi hening, setiap orang
mengalihkan sorot matanya kewajah tamu yang tak diundang.
Dalam keadaan seperti ini, Kit Hu-seng seperti telah
melupakan peristiwa barusan hingga hawa amarah yang
hendak diumbar keluarpun segera terusungkan.
Perawakan tubuh kakek berbaju merah itu tinggi sekali,
tingginya mencapai delapan depa lebih, dia mengenakan
sebuah jubah merah bersulamkan naga emas dengan
kepalanya mengenakan mahkota tersebut dari emas, alis
matanya amat tebal dengan sepasang biji mata sebesar
gundu, hidung besar muka lebar dan keren sekali.
Waktu itu dia sedang berdiri diatas undak-undakan baru
didepan ruangan tengah tanpa bergerak. sementara sorot
matanya yang tajam memperhatikan setiap orang yang berada
dihadapannya dengan keren dan penuh kewibawaan.
seolah-olah seribu orang jago persilatan yang berada
didalam ruangan itu semuanya adalah anak buahnya saja.
"Benar- benar seorang kakek yang gagah dan perkasa" Kit
HHu-seng menghela napas pelan
oh Put Kui berkerut kening, dia hanya memperhatikan
kakek berjubah merah itu dengan wajah termangu-mangu.
sebaliknya sekulum senyuman aneh yang tidak dipahami
apa artinya telah menghiasi wajah Nyoo Ban-hu.
Mendadak kakek berjubah merah itu menengadah dan
tertawa terbahak bahak, suaranya keras dan nyaring bagaikan
suara guruh. "Haaahhh.... haaahhhh.... haaaahhhh... saudara Hui,
didalam perkawinan muridmu, mengapa kau tidak mengirim
selembar kartu undangan kepadaku" Jangan-jangan saudara
Hui mengira aku benar-benar sudah mampus.....?"
suaranya menggeledek seperti genta yang dibunyikan
bertalu-talu, sedemikian kerasnya suara itu sehingga
membikin telinga orang serasa bergetar keras.
Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sebagai wali
dari pengantin lelaki itu segera mengerutkan dahinya rapatrapat, setelah itu dia mendehem berulang kali. "Wi Loko......"
Belum habis seruan itu, dari meja perjamuan yang
ditempati lima orang ketua dari lima partai besar telah
melompat keluar sesosok bayangan tubuh dan langsung
menuju kedepan kakek berjubah merah itu.
Dia tak lain adalah Lan-san-gin-kiam (pedang perak
berbaju biru) seebun Jin.
Begitu tiba dihadapan kakek berjubah merah itu, orang itu
sambil membungkukkan badan sambil menjura dalam-dalam.
" Hamba menjumpai majikan...."
sekali lagi suasana dalam ruangan upacara digemparkan
oleh ucapan tersebut, paras muka semua orang berubah
hebat. setiap orang tahu kalau si pedang perak berbaju hijau
seebun Jin adalah salah satu diantara empat orang pengawal
pedang Ceng-thian-kui-ong 'raja setan penggetar langit' Wi
Thian-yang. Lantas, mengapakah dia memanggil kakek berjubah merah
itu sebagai majikannya" apakah dia"
Mungkinkah kakek berjubah merah itu adalah Ceng-thiankui-ong Wi Thian-yang yang ditakuti setiap orang bagaikan
melihat ular berbisa dan pernah mengobrak-abrik dunia
persilatan pada empat puluh tahun berselang"
Bukankah dia sudah mati" Mengapa kini bisa muncul
kembali" sungguh merupakan suatu peristiwa yang sama
sekali tak masuk diakal. Padahal setiap umat persilatan tahu kalau dia telah tewas
diujung telapak tangan Wan-sim-seng-siu 'kakek malaikat
berhati suci'. Tapi sekarang, mengapa dia hidup kembali"
Kemana saja perginya selama empat puluh tahun terakhir ini"
Dengan munculnya kembali si Raja setan dalam dunia
persilatan, hal ini akan merupakan suatu rejeki atau bencana
bagi umat persilatan"
serentetan pertanyaan yang penuh tanda tanya ini negara
berkecamuk dalam benak setiap orang.....
suasana diluar maupun didalam ruangan berubah menjadi
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
sedemikian heningnya sampai jatuhnya sebatang jarum
keatas lantaipun dapat terdengar dengan amat jelas.
Yaa, kalau manusia punya nama, pohon punya bayangan.
Bukan saja nama besar wi Thian-yang kelewat termashur
didalam dunia persilatan, lagipula kelewat mengerikan hati....
sedemikian ngerinya sehingga orang lebih ngeri melihat dia
daripada menerima surat undangan dari Raja akhirat.
Tak heran kalau suasana menjadi hening dan semua orang
terbungkam dalam seribu bahasa......
Kakek berjubah merah itu memandang sekejap kewajah
pedang perak berbaju biru seebun Jin, kemudian menengadah
dan tertawa tergelak-gelak. serunya lantang: "Tak usah
banyak adat..... baik-baikkah kalian berempat?"
"Baik sekali" sahut seebunJin sambil menjura dan tertawa.
"Haaahhhh....haaahhh....haaahhhh....
masih tinggal bersama menjadi satu tempat?"
seebun Jin menggeleng. "saudara suma berdiam dilembah sin-mo-kok...."
"Apa" suma Hian telah bergabung dengan Kit Put-sia?"


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakek berbaju merah itu melototkan matanya bulat-bulat.
"Bukan- bukan bergabung, sekarang suma heng tinggal
disana sebagai pemilik benteng"
"Bagus sekali, bagaimana dengan kalian?" kakek itu
manggut-manggut. "Hamba beserta Hui dan The dua orang saudara berdiam di
Tiong-lam" Kakek berjubah merah itu segera tertawa hambar.
"Apakah mereka masih berada di Tiong-lam-san-...."
"saudara Hui dan saudara The masih tinggal dibukit Tionglam-san.." Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek berbaju
merah itu, mendadak ujarnya dengan suara dingin:
"Beritahu kepada mereka, lohu sudah munculkan diri
kembali dalam dunia persilatan, suruh mereka datang
menghadap kepadaku" "Hamba akan segera berangkat......" sahut seebun jinTapi sebelum beranjak. ia nampak agak sangsi, kemudian
katanya lagi: " Hamba sekalian akan berjumpa dengan
majikan dimana?" "Cin-si" sahut sikakek sambil mengulapkan tangannya.
seebunJin segera menjura dalam-dalam. "Hamba akan
turut perintah....."
Tampak bayangan biru berkelebat lewat, tahu-tahu
bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Benar-benar suatu tindakan yang kurang ajar, bukan saja
tidak meminta diri kepada rekan-rekan semejanya, bahkan
kepada tuan rumahpun tidak dilakukan-....
Terutama sekali tanya jawab mereka tadi pada hakekatnya
tak pandang sebelah matapun terhadap segenap jago yang
hadir diruangan tersebut, tentu saja peristiwa ini selain
membuat tuan rumah Hui Lok menjadi tak senang hati,
bahkan oh Put Kuipun menunjukkan wajah penuh kegusaranKakek setan berhati cacad siau Lun yang menyaksikan
kejadian itu, segera berbisik kepada oh Put Lui:
"Bocah muda, jangan marah. Tunggu saja sebentar lagi,
pertunjukan lain akan segera berlangsung"
"Hmm, raja setan ini benar-benar tak tahu aturan........" oh
Put Kui mendengus dingin.
Dalam pada itu, kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok
dan sikakek sebatang kara Leng siau-thian telah mendekati
Ceng-thian-kui-ong Wi Thian-yang dengan langkah lebar.
sementara Wi Thian-yang masih tetap berdiri tegak ditempat
semula. Ia memandang sekejap keatas wajah Jian-li-hu-siu Leng
siau-thian, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya
"Leng lote, apakah kau yang sedang mengawinkan anak
perempuan?" "Wi-heng, sungguh amat panjang usiamu....." kata Leng
siau-thian dengan kening berkerut, "dalam upacara perkawinan siawii, ternyata Kui ong bersedia menghadirinya.
Hal ini sungguh merupakan suatu kehormatan bagi kami"
Ceng-thian-kui-ong mengebaskan jubah merahnya lalu
tertawa seram. "Heeehhh.... heeehhhh.... heeeehhh..... mana, mana,
tampaknya teknik memaki yang lote kuasai, makin lama
semakin hebat saja" Kakek yang tinggi besar itu tertawa tergelak lagi, setelah
berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Leng siau-thian, kalau tidak salah, bukankah kau masih
berhutang budi kepada lohu?"
jin-li-hu-siau Leng siau-thian agak tertegun setelah
mendengar perkataan itu, segera katanya:
"Lohu berhutang budi apa kepada saudara Wi?"
"Lote benar-benar seorang pelupa," kata Ceng-thian-kuiong sambil tertawa. "seandainya lohu belum mati, mungkin
selama hidup Leng lote tak akan teringat oleh budiku itu....."
Leng siau-thian segera berkerut kening.
"Saudara Wi, sejelek-jeleknya aku orang she Leng. Aku
masih bisa membedakan mana budi dan mana dendam"
Kembali Ceng-thian-kul-ong tertawa seram.
"Haaaahhhh....haaaahhh....haaahhh.... lihatlah, kau Leng
lote adalah orang yang jujur sedangkan lohu tak lebih hanya
raja setan, bukankah begitu" Barusan lohu bilang, cara lote
memaki orang benar-benar memaki sampai kelihatan
tulangnya......" Berbicara sampai disitu, kembali dia tertawa seram.
Kontan saja paras muka Leng siau-thian berubah sangat
hebat. sedangkan sikakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok
merasakan hatinya tergerak. cepat dia menjawil ujung baju
Jian-li-hu-siu Leng siau-thian dan mencegahnya agar jangan
marah dulu, kemudian dengan suara dingin dia berkata lagi:
"saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan muridku, jauhjauh kemari saudara Wi adalah tamu, silahkan duduk. Bila ada
persoalan bagaimana kalau dibicarakan seusainya upacara
perkawinan ini?" Ceng-thian-kui-ong menengadah dan tertawa terbahakbahak. "Haaaahhhh.....haaahhh....haaahhhh .... saudara Hui, tentu
saja lohu akan menghormati secawan arak untukmu......"
Setelah memandang sekejap wajah Leng siau-thian,
katanya lebih jauh sambil tertawa dingini
"Leng lote, persoalan dlantara kita lebih baik dibicarakan
nanti saja......" Kemudian tanpa menunggu dipersilahkan tuan rumah, dia
segera melangkah kemeja perjamuan yang ditempati
pengantin serta tuan rumah tadi dengan langkah lebar dan
mulai makan minum dengan lahap.
sikap yang acuh seakan-akan tak memandang sebelah
matapun terhadap orang lain ini kontan saja membuat Kit Huseng merasa kagum sekali......
"Ceng-thian-kui-ong benar benar merupakan seorang
manusia yang amat gagah," tanpa serasa dia bergumam.
"Benar," Nyoo Ban-hu menanggapi," Kui-ong locianpwe
memang seorang enghiong yang luar biasa....."
Jui-sim-huan-im-kek Ciu It Kim yang menyaksikan hal itu
segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeehhh....heeehhhh....heeehhhh.... nampaknya kalian
berdua amat mengagumi gembong iblis ini?"
Ciu It Kim menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Perbedaam antara lurus dan sesat dijelaskan secara tegas
saudara Kit, walaupun ayahmu bergelar Ban-mo-ci-mo, Taylek-sin-kiam 'Ibiis sakti diantara selaksa iblis, pedang sakti
berkekuatan raksasa', namun ayahmu belum pernah
melakukan suatu perbuatan jahat"
"Haaahhh.....hhaaaahhhhh.....haaaahhhh.... tentu saja," Kit
Hu-seng tertawa tergelak. "ayahku adalah seorang jago yang
berhasil menaklukkan kawan iblis, karena keberhasilannya
itulah dia baru mendapat gelar kehormatan tersebut."
"Nah, itulah dia..... saudara Kit, kau harus mengetahui
masa lalu dari si Raja setan ini selama hidup orang ini boleh
dibilang tak pernah melakukan perbuatan baik barang
sebuahpun......" "saudara Ciu, dari mana kau bisa tahu kalau orang lain tak
pernah melakukan perbuatan baik?" tiba-tiba Nyoo Ban-hu
tertawa dingin. "saudara Nyoo, tampaknya dalam setiap persoalan kau
seperti mempunyai cara berpandangan yang berbeda dengan
orang lain?" ciu It Kim berkerut kening. Nyoo Ban-hu tertawa.
"Bukannya begitu, aku rasa dalam kehidupannya Wi Thianyang pernah juga melakukan beberapa macam perbuatan
baik,.... toh seseorang tak mungkin akan selalu melakukan
perbuatan jahat" "Benar, ucapan saudara Nyoo memang benar" Kit Hu-seng
segera menanggapi sambil tertawa.
Ciu It-kim tertawa dingin.
"saudara Kit, jalan pemikiranmu sungguh amat polos....."
"Yaa,jalan pikiran siaute memang selamanya begini,
maklumlah watak manusia memang sukar berubah....."
sementara ketika orang itu melangsungkan tanya jawab,
maka Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang duduk seorang diri
sambil makan minum dengan lahap. tak selang berapa saat
kemudian tiga guci arak sudah berpindah kedalam perutnya.
setelah itu dia baru mengalihkan sorot matanya dan
memperhatikan sekeliling tempat itu.
Mendadak sorot matanya terhenti..... rupanya dia
menemukan sikakek setan berhati cacad siau Lun berada
disitu. Kemudian diiringi gelak tertawa yang amat nyaring, si Raja
setan yang tinggi besar itu beranjak dari tempat duduknya dan
berjalan menuju kedepan- "siau loko, kaupun ikut datang kemari?" tegurnya.
orang itu benar-benar tidak sungkan, begitu sampai disitu,
dia lantas duduk disisi oh Put Kui.
Kakek setan berhati cacad siau Lun mendongakkan
kepalanya dan tertawa tergelak.
"Haaahhhh.....haaaahhhh....haaaahhhh..... Kui-ong saja
sudah tiba disini masa aku sikakek setan tidak ikut hadir pula
disini?" Ceng-thian-kui-ong segera mengangkat sebuah guci arak
dan tertawa tergelak. "Waaah..... setelah mendengar ucapan dari loko itu, wajah
siaute menjadi merah padam rasanya lantasan malu......"
"siapa suruh kau memakai julukan Kui-ong untuk
namamu?" setelah berhenti sejenak, dia menuding kearah oh Put Kui
dan berkata kembali: "Wi lote, mari lohu perkenalkan teman muda ini kepadamu"
"Dia?" seru Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang sambil
berpaling dan memandang wajah Put Kui.
Siau Lun tertawa. "orang ini she oh bernama Put Kui, dia adalah ahli waris
dari Tay-gi dan Thian-liong dua orang sengjin"
Sebenarnya WiThian Yang sedang memandang kearah oh
Put Kui dengan pandangan menghina.
Tapi begitu mendengar nama Tay-gi dan Thian-liong
disebut, kontan saja paras mukanya berubah hebat.
Mencorong sinar tajam dari balik matanya yang besar dan
bulat, kemudian ia menegur: "Lote, baik- baiklah kedua orang
gurumu?" oh Put Kui merasa muak sekali menyaksikan sikap tengik si
gembong iblis tersebut, dia hanya tertawa hambar. "Baik"
Begitu mendengar kata yang begitu singkat, sekali lagi Wi
Thian-yang merasakan hatinya bergetar keras.
"Benar-benar amat jumawa bocah keparat ini, masa
dihadapan lohupun berani bertindak begini kasar?" demikian
berpikir. Akan tetapi, Kui-ongpun mempunyai kelebihan yang sangat
mengagumkan, kendatipun disindir oleh oh Put Kui dihadapan
siau Lun, akan tetapi kemarahan mana tak sampai diumbar
keluar. "Lote" kembali dia berkata, "sudah hampir empat puluh
tahun lamanya lohu belum pernah bersua muka dengan kedua
orang padri suci itu, bila berjumpa dengan kedua orang padri
suci nanti, jangan lupa sampaikan salam lohu untuknya"
"Aku tak akan melupakan-...." oh Put Kui tertawa.
Pemuda ini benar-benar seorang yang luar biasa kalau tadi
masih menyebut diri sebagai "boanpwe", tapi sekarang dia
sudah membasahai sendiri aku.
Akan tetapi Wi Thian-yang belum juga mengumbar
amarahnya, bahkan dia bersikap seakan-akan tidak merasakan hal itu, senyuman masih menghiasi ujung bibirnya.
siau Lun yang menyaksikan kejadian itu merasa amat
girang, dengan cepat ia berpaling lagi kearah Wi Thian-yang
sembari bertanya: "wi lote, apakah wan-sim-seng-siu tidak berhasil melukai
dirimu dimasa lalu?"
"Haaaahhhh.... haaaahhhh.... dengan kemampuan yang dia
miliki mana mungkin berhasil melukai aku" siau loko, hal ini
salahkan siaute yang bertindak salah selangkah sehingga
selama empat puluh tahun aku harus hidup terpencil ditengah
gunung yang sepi." "Lote, bagaimana ceritanya sehingga kau mengatakan
salah bertindak.....?"
"siaute menilai kelewat tinggi perangai serta watak dari
Nyoo Thian-wi..." "Ada apa?" siau Lun agak tertegun- "Permainan setan
apakah yang telah dilakukan Wan-sim-seng-siu" " Wi Thianyang tertawa dingin "Kakek suci apa?" serunya "dalam pandangan siaute, tak
lebih cuma kentut anjing...."
oh Put Kui segera mengalihkan sorot matanya memandang
kearah Nyoo Ban-hu. Tapi sikap Nyoo Ban-hu ternyata kelihatan aneh sekali, dia
sama sekali tidak memperlihatkan rasa gusar, bahkan rasa
kagetpun sama sekali tidak nampak.
orang ini nampaknya sangat pandai menguasai diri
sehingga perubahan wajahnya sama sekali tak terlihat......
"Lote, kau nampak begitu marah, tentunya Nyoo Thian-wi
telah melakukan suatu perbuatan yang telah menyakiti hatimu"
Wi Thian-yang tertawa dingin.
"Heeeehhhh.... heeehhhh... ternyata tua bangka itu telah
menyembunyikan sebatang jarum Bwe-hoa-tok ciam (jarum
beracun bunga bwe) diantara pukulan telapak tangannya,
siaute yang kurang teliti menjadi terkecoh, hampir saja
selembar jiwaku turut menjadi korban akibat kecurangannya
itu." siau Lun menjadi amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, segera pikirnya: "Aah... masa Nyoo Thian-wi


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempergunakan racun?"
Ia sangat tidak percaya akan kenyataan tersebut,
karenanya kembali dia berkata:
"Lote, tujuan dari seng-sin memang hendak membinasakan
dirimu diujung telapak tangannya."
"Benar," kata Wi Thian-yang sambil tertawa, "bila dia bisa
menangkan siaute dalam pukulan atau tendangan, tentu saja
siaute tak bisa berkata apa apa lagi, tapi kalau dia ingin
menggunakan perbuatan keji dan licik untuk mencelakai
siaute, sampai matipun siaute tidak akan rela."
"Kau bisa menemukan jarum Bwe-hoa-ciam yang disembunyikan dalam telapak tangan lawan, hitung-hitung hal
ini merupakan suatu keberuntungan bagimu"
"saudara siau, jangan lupa kalau siaute adalah seorang
yang pandai didalam mempergunakan jarum beracun" seru Wi
Thian-yang tertawa. "Aaah benar, kenapa lohu bisa melupakan hal ini" Tapi
mengapa kau membutuhkan waktu selama empat puluh tahun
untuk mengobati luka beracun tersebut....?"
Dengan penuh kebencian wi Thian-yang segera memaki:
"Disinilah letak kekejian dari Nyoo Thian-wi si anjing tua
tersebut Racun yang dipoleskan diujung jarumnya itu bukan
saja amat berbahaya dan mematikan, bahkan racunnya dapat
membuat otot-otot manusia menjadi layu dan menyusut."
"Aaah... masa sedemikian lihaynya?" siau Lun menjerit
dengan perasaan kaget. "siapa bilang tidak?" sahut Wi Thian-yang "karena terlalu
gegabah maka siaute keracunan, dalam keadaan begitu aku
berusaha untuk menyembuhkan luka itu, nyatanya seketika itu
juga aku telah berhasil menyembuhkan luka beracun itu..."
setelah berhenti sejenah, dengan sorot mata tak tenang dia
melanjutkan lebih jauh: "siapa tahu ketika siaute sedang bersiap sedia hendak
mencari Nyoo Thian-wi untuk membuat perhitungan, tiba-tiba
saja kutemukan peredaran darah didalam tubuhku mulai
menyusut...." "Tampaknya Wan-sim-seng-siu benar-benar merupakan
seorang manusia yang amat licik" kata siau Lun dengan
kening berkerut. "Maka dari itu, terpaksa siaute harus menyembunyikan diri
diatas bukit yang terpencil untuk menyembuhkan luka itu,
dengan mempergunakan waktu selama empat puluh tahun
lebih, akhirnya dengan tenaga murni sam-moay-cin-hwee, aku
berhasil menembusi segenap otot dan nadiku dari gumpalan
darah akibat keracunan tersebut...." setelah berhenti sejenak
mendadak dia melanjutkan dengan suara rendah:
"Siau tua , sebentar siaute akan mencari si botak Hui untuk
menuntut keadilan, aku akan membunuhnya untuk mewakili
Nyoo Thian-wi, aku harap engkoh tua jangan menghalangi
niatku tersebut". Mendengar kalau Mo-thian- kui-ong wi Thian-yang hendak
menuntut keadilan dari si kakek pemutus usus pelenyap hati,
sambil tertawa siau Lun segera bertanya: "Wi lote, apakah kau
mempunyai dendam sakit hati dengan orang itu....?"
Tampaknya dia tak jelas terhadap maksud hati Wi Thian-yang
berkata demikian tadi. " Engkoh tua, dia telah membunuh Nyoo Thian-wi" ucap Wi
Thian-yang sambil berkerut kening.
"Apa?" siau Lun benar-benar dibuat tertegun.
Bukan cuma dia seorang yang tertegun, bahkan hampir
segenap orang yang duduk semeja dengannya turut tertegun
pula. Apakah keempat buah peristiwa pembunuhan yang
menghebohkan dunia persilatan selama ini adalah hasil
perbuatan dari Hui Lok"
siapapun tidak menduga sampai kesitu, tapi kenyataan
menunjukkan kalau hal itu kemungkinan memang begitu.
Apalagi berbicara soal ilmu silat, Hui Lok memiliki
kemampuan untuk berbuat demikian.
Ketika Wi Thian-yang menyaksikan semua orang dibuat
terkesiap oleh kejadian itu, sambil tertawa segera katanya:
" Engkoh tua, tentunya kalian sama sekali tak mengira
bukan?" "Bukan cuma sama sekali tak mengira, pada hakekatnya
hal tersebut tak pernah melintas didalam benakku"
"Keesokkan harinya setelah luka beracun yang siaute derita
telah sembuh, aku berangkat menuju kekota Peking dengan
maksud untuk mencari Nyoo Thian-wi dan membalas dendam
atas perbuatannya pada empat puluh tahun berselang yang
mengakibatkan aku harus menderita......."
sesudah harus menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil melanjutkan:
"siapa tahu Nyoo Thian-wi telah mati dibunuh orang"
"Ya, kenyataan memang begitu,"
"WAktu itu siaute amat sedih dan menderita sekali, sebab
bila aku melampiaskan rasa dendamku kepada turunannya,
hal ini akan memperlihatkan jiwaku yang sempit...."
"Yaa benar," seru siau Lun cepat, "ayah yang melakukan,
tidak seharusnya anaknya yang menanggung" Wi Thian- yang
manggut-manggut. "Itulah sebabnya, siaute lantas berusaha untuk mencari si
pembunuh tersebut." "Buat apa" Kau hendak membalas dendam bagi kematian
Nyoo Thian-wi..." tanya siau Lun sambil tertawa.
Mendengar pertanyaan itu, wi Thian-yang segera tertawa
dingin. "Heeehhh... heeehhhh.... engkoh tua, siaute bukan
seorang yang suci dan baik hati."
"Kalau memang begitu buat apa kau mencari musuh besar
pembunuh Nyoo Thian-wi?"
"Siaute hendak membunuh orang ini untuk melampiaskan
rasa mangkel dan dendamku"
"Ooh, peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang amat jarang terjadi....."
oh Put Kui sendiripun diam-diam merasa amat geli, diapun
berpikir: "Masa dikolong langit terdapat cara pembalasan dendam
dengan sistem semacam ini?"
Tapi sedikit banyak oh Put Kui merasa kuatir juga bagi
keselamatan jiwa Nyoo Ban-hu.
seandainya gembong iblis tua ini sampai mencari gara-gara
dengan ahli waris Nyoo Thian-wi, sudah pasti Nyoo Ban-hu
tak akan sanggup untuk menahan sepuluh gebrakan serangan
dari Ceng-thian-kui-ong.....
sementara itu, siau Lun telah menarik kembali senyumannya, kemudian berkata: "Lote, apakah kau telah
berjumpa dengan keturunan dari keluarga Nyoo.....?"
" Engkoh tua, siaute tak pernah mencari gara-gara dengan
kaum muda atau angkatan muda......"
"Haaaahhhh....haaaahhhhh.....haaaahhhh..... bagus sekali
lote, tak kusangka kau masih tetap gagah......"
oh Put Kui, Kit Hu-seng maupun Leng Seng-luan diamdiam turut merasa kagum akan kebesaran jiwa orang ini.
Cuma, oh Put Kui segera menyusul suatu rencana bagus....
dia ingin mencoba apakah wi Thian-yang benar-benar
merupakan seorang yang berjiwa besar seperti apa yang
barusan dia katakan, Dengan kening berkerut oh Put Kui segera menimbrung
dari samping: "Wi tua, apakah kau tahu jika putra sulung dari Nyoo Thianwi juga duduk semeja dengan kita semua?"
Ucapan itu dengan cepat membuat Siau Lun tertegun, Kit
Hud seng berkerut kening sedang ciu It-kim cuma tertawa
belaka. Agaknya Wi Thian-yang pun dibikin tertegun oleh perkataan
tersebut, dengan cepat dia berseru:
"oh lote, kau bilang apa?"
"Keturunan dari Nyoo Thian-wipun hadir disini" kata oh Put
Kui sambil tertawa. Begitu perkataan tersebut diulang sekali lagi, mau tak mau
diam diam Nyoo Ban-hu harus berkerut kening juga.
oh Put Kui yang mengawasi terus sejak tadi, menjadi tidak
habis mengerti dibuatnya.
Dia merasa reaksi yang diperlihatkan Nyoo Ban-hu ini
sangat aneh dan luar biasa sekali.
seandainya berbicara menurut keadaan pada umumnya,
seandainya dia tidak kaget, pasti akan menunjukkan wajah
gusar. Akan tetapi perubahan mimik wajah yang diperlihatkan
Nyoo Ban-hu sekarang sama sekali tidak termasuk kedua hal
tersebut. oh Put Kui benar-benar dibikin bingung dan tidak habis
mengerti. sementara itu Wi Thian-yang telah bertanya sambil
mengerutkan dahinya: "Lote, siapakah yang merupakan putra
Nyoo Thian-wi?" "Wi tua, apakah kau hendak turun tangan kepadanya?"
tanya oh Put Kui sambil tertawa. Wi Thian-yang segera
tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, serunya
cepat: "Lote, kau anggap lohu adalah seorang yang berbicara
mencle-mencle, ludah yang sudah kubuang kujilat kembali?"
Diam-diam oh Put Kui menganggak. baru saja dia hendak
mengatakan siapakah yang merupakan keturunan dari Nyoo
Thian-wi, Kit Hu-seng telah berteriak dengan penuh kegusaran
"saudara oh, sungguh rendah amat perbuatanmu"
oh Put Kui tertawa hambar.
"saudara Kit, aku sudah tahu kalau kau bakal
mengucapkan perkataan tersebut, tapi siaute hendak
memberikan kepada saudara Kit, andaikata disini ada orang
menghina nama Kit Put-shia, bagaimana reaksimu....."
Kit Hu-seng agak tertegun sejenak setelah mendengar
perkataan itu, kemudian sahutnya: "sederhana sekali, siaute
akan beradu jiwa dengannya"
"Itulah dia." seru oh Put Kui lagi sambil tertawa, "saudara
Kit, seandainya disini ada orang memaki dan menghina Nyoo
Thian-wi, apakah putra Nyoo Thian-wi tak akan menunjukkan
satu reaksi?" "Betul, betul sekali," seru Kit Hu-seng dengan kening
berkerut, "saudara Nyoo..." Dia berpaling kearah Nyoo Ban-hu dan
berkata lebih jauh: "Mengapa kau begitu sabar dan tenang" Apakah kau
bukan putra Nyoo Thian-wi?"
"Itulah sebabnya, aku ingin membongkar rahasianya,"
sambung oh Put Kui lebih jauh.
sementara itu Kit Hu-seng sedang mengawasi wajah Nyoo
Ban-hu lekat-lekat, mendengar perkataan itu, dia lantas
manggut-manggut. "saudara oh, siaute telah salah menegur......aai, saudara
Nyoo, apakah kau adalah seorang manusia pengecut yang
bernyali kecil dan takut urusan" Ketahuilah nama orang tua
bukan suatu yang boleh dihina atau dicemooh"
Nyoo Ban-hu tertawa, belum lagi dia berbicara, Wi Thianyang telah menegur dengan lantang:
"Apakah kau adalah putra Nyoo-thian-wi?"
"Aku Nyoo Ban-hu Wan-sim-seng-siu memang ayahku"
jawab Nyoo Ban-hu dengan sorot mata berkilat.
Dengan sorot mata yang tajam,
Wi Thian-yang memperhatikan seluruh tubuh Nyoo Ban-hu dari atas hingga
kebawah lekat-lekat. Leng seng-luan yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam
mengucurkan keringat dingin karena merasa kuatir bagi
keselamatan jiwa orang itu.....
Tampaknya selama ini mereka berdua dapat berbicara
amat cocok satu sama lainnya, sehingga Leng seng luan
menaruh perasaan yang amat kuatir terhadap keselamatan
jiwanya. Dia benar-benar kuatir kalau dalam gusarnya Wi Thianyang akan mengayunkan telapak tangannya untuk melancarkan serangan mematikan-....
siapa tahu, setelah mengawasinya berapa waktu,
mendadak Wi Thian-yang menengadah dan tertawa terbahakbahak. "Haaaahhhh.....haaahhhhh.....haaahhhh... Nyoo Thian-wi
wahai Nyoo Thian-wi, sekalipun kau sudah mati, kau bisa mati
dengan mata yang meram"
setelah mendengar perkataan itu, diam-diam semua orang
merasa amat lega hati, sebab dibalik perkataannya itu, dia
sama sekali tidak menyertakan nada yang bermaksud jahat.
"Apakah mendiang ayahku akan mati dengan mata meram
atau tidak, rasanya itu bukan urusanmu dan tak usah kau
campuri" ucap Nyoo Ban-hu dengan alis mata berkenyit.
Benar-benar suatu ungkapan perkataan yang amat bernyali.
oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu menjadi geli
sekali dan ingin tertawa.
Dia tak menyangka kalau Nyoo Ban-hu bukan seorang
manusia yang gampang dihadapi
@oodwoo@ Jilid 12

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cheng-Thian-Kui-ong sendiri sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa sekalipun sudah disemprot oleh
pemuda tersebut dengan kata-kata yang pedas. Dia hanya
menggelengkan kepalanya sambil tertawa, lalu berkata :
"Bocah muda, kau benar-benar pantas disebut sebagai
putranya Seng-siu... Hari ini lohu tak akan menyusahkan
dirimu, tapi mengharapkan kau bisa melanjutkan cita-cita
ayahmu dan mengangkat tinggi nama besar ayahmu di masa
lalu..." Apa yang diucapkan ternyata adalah kata kata semacam
itu, peristiwa mana benar-benar merupakan suatu kejadian
yang sama sekali diluar dugaan siapapun. Untuk sesaat
lamanya Nyoo Ban-bu menjadi tertegun, kemudian serunya
dengan Cepat : "Apa maksud saudara dengan mengucapkan
perkataan semacam itu ?"
Wi Thiau-yang tertawa terbahak bahak.
"Haaah... haaahh... haaahh.. menanti kau sudah mempunyai nama dan kedudukan separti Wan-sim-seng-siu
dahulu, lohu pasti akan mencarimu dan menantangmu untuk
berduel. Bocah muda, apakah kau belum memahami
maksudku?" Paras muka Nyoo Ban-bu berubah hebat.
"Saudara. kau tak usah menunggu lebih lama lagi, kalau
ingin bertarung maka sekarang juga aku akan melayani
keinginanmu itu," serunya dengan lantang.
Kit Ha-seng segera bersorak sambil bertepuk tangan:
"Benar saudara Nyoo, kau benar-benar bersemangat"
sedangkan si Kakek setan berhati cacad hanya
menundukkan kepala sambil minum arak, dia berlagak seolaholah sama sekali tidak mendengar pembicaraan tersebut.
"sobat kecil, apa yang kau ucapkan memang benar," kata
Wi-thian-yang kemudlan dengan suara lirih. "kau memang
benar-benar punya semangat jantan..." setelah berhenti
sejenak, mendadak dia menengadah dan tertawa terbahak
bahak. "Haahh.... haaahh... haaahhh... sayang sekali keberanianmu yang membabi buta itu hanya akan merugikan
dirimu sendiri, bahkan bisa merembet pada keselamatan
jiwamu. Coba kalau menuruti tabiat lohu dimasa lalu,
nyawamu itu sudah melayang semenjak tadi..."
"Heehhh... heehhh... heeehhh... asal nama baik bisa dijaga
keutuhannya, sekalipun mati juga tak mengapa," kata Nyoo
Ban-bu sambil tertawa dingin.
Raja setan yang menggetarkan langit Wi-thian-yang yang
mendengar perkataan itu, diam-diam mengangguk, ucapnya:
"Perkataanmu memang benar, tapi tak bermanfaat
bagiseorang manusia sejati... bocah muda, kesetiaan yang
bodoh, kebaktian yang bodoh, keberanian yang bodoh dan
menjaga nama bodoh merupakan perbuatan-perbuatan bodoh
yang hanya dilakukan oleh manusia manusia tak berotak..."
sesudah bernhenti sebentar, sambil menggelengkan kepala
dan menghela napas, terusnya:
"Bilamana kau memiliki kemampuan untuk menahan sabar
dan menunggu sampai mendapat kesuksesan dikemudian
hari, maka segala sesuatunya bisa berjalan dengan sukses,
sebaliknya bisa kau tak mampu menahan gejolak perasaanmu
sekarang, meski dikemudian hari mencapai suatu keberhasilan tak mungkin keberhasilan itu akan mengejutkan
orang, apalagi menandingi keberhasilan ayahmu"
Nyoo Ban-bu yang mendengar perkataan itu segera
merasakan seluruh badannya gemetar keras, untuk beberapa
saat lamanya dia tak sanggup untuk mengucapkan sepatah
katapun. Wi Thian-yang tertawa, sambil berpaling kearah siau
Lun katanya kemudian: "siau loko, siaute ingin mohon diri
dulu" "Apakah kau hendak mencari Hui Lok?" tanya siau Lun
sambil meletakkan sumpitnya keatas meja.
"Tidak, aku hendak mencari Leng siau-thian lebih dulu"
"Masa situa bangka itupun pernah mencari gara-gara
denganmu?" tanya siau Lun tertawa.
"Bukan saja dia berani mengusikku, bahkan dimasa lalu
pun pernah berhutang kepadaku."
"Aaai... yang lewat biarkan saja lewat, lote, bilamana bisa
lepas tangan lebih baik lepaskan saja..." kata siau Lun sambil
menggelengkan kepalanya. "siaute bukannya tidak punya maksud demikian Cuma..."
Mendadak sorot matanya terbentur dengan senyUman
aneh yang menghiasi ujUng bibir oh Put Kut, hatinya kontan
saja tergerak pikirnya dengan Cepat: "Tampaknya bocah ini
sedikit rada aneh..."
siau Lun seperti tidak menaruh perhatian terhadap apa
yang sedang dipikirkan Wi-thian-yang, sambil tertawa kembali
dia berkata: "Lote, bila persoalan tentang Leng siau-thian bisa
dilewatkan, lebih baik lepaskan saja, toh kita semua sudah
sama sama tua dan hampir mendekati akhirnya masa hidup..."
Ucapan dari siau Lun itu kontan saja membuat hatinya
terkesiap. perkataan itu sama sekali diluar dugaannya... sudah
tua" Mendekati masa hidupnya...."
Tapi baginya, meski masa tua merupakan suatu masa yang
patut disedihkan, namun persoalan itu hanya sebentar saja
melintas dalam benaknya, sementara ambisinya untuk
menguasai dunia persilatan tak boleh menjadi tawar
karenanya. sambil tersenyum dia lantas beranjak, kemudian
katanya : "siau-loko, memandang diatas wajahmu, siaute berjanji tak
akan bertindak kelewat batas."
"Kalau begitu, lohu akan mewakili Leng siau thian
mengucapkan banyak terima kasih dulu kepadamu."
si Raja setan yang menggetarkan langit tertawa hambar,
dengan langkah lebar dia lantas berjalan menuju ke depan
meja Leng siau-thian. sebelum pergi dia tak lupa untuk
memandang sekejap kearah oh Put Kui...
Dengan wajah yang tenang dan mantap. oh Put Kui
memandang sekejap ke arah wajah si setan yang disegani
banyak orang itu dan tertawa hambar. sedangkan dalam hati
kecilnya dia berpikir : "Kau jumawa, aku bisa lebih jumawa lagi
daripada dirimu..." Leng siau-thian telah melompat dari tempat duduknya.
Kini wi Thian-yang telah berdiri dihadapannya dengan
wajah penuh kegusaran. "Leng siau-thian, kau harus memberi keadilan bagiku"
teriaknya dengan suara lantang.
Jian-li-hua-siu (kakek kesepian dari seribu li) Leng siauthian tertawa terbahak-bahak.
"Haahah... haaahh... haaahhh... Wi Thian-yang, orang lain
mungkin takut kepadamU, tapi lohu tak akan jeri kepadamu"
"Yaa, benar, kau orang she Leng memang tidak takut
kepada lohu," kata Wi Thian-yang sambil tertawa dingin.
"kalau bukan demikian, kenapa barang yang kau dapat pinjam
dari lohu, sampai sekarang belum juga dikembalikan kepada
pemiliknya?" Tiba-tiba Leng siau-thian mengerutkan alis matanya yang
putih, kemudian balas tertawa dingin.
"Wi Thian-yang, masih ingatkah kau bahwa pedang Hian
peng-kiam merupakan benda keluarga lohu yang berhasil kau
rebut dengan mengandalkan kekerasan" sekarang lohu telah
mendapatkannya kembali, apakah hal ini bisa dianggap
sebagai meminjam?" Wi Thian-yang tertawa seram.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... bukan didapat dengan
meminjam" Leng siau-thian, percuma kau menjadi seorang
tokoh persilatan di dunia ini, pedang Hian-peng-kiam tersebut
berhasil kudapatkan bukan lewat tanganmu, tentunya kau juga
mengetahui bukan tentang persoalan ini ?"
"Hmmm. lohu tidak ambil perduli kau dapatkan dari mana,
yang pasti adalah benda itu merupakan warisan keluargaku,
maka aku harus menggunakan cara apapun juga untuk
mendapatkannya kembali"
Tiba-tiba Wi Thian-yang tersenyum.
"Leng siau-thian, ucapanmu barusan memang tepat
sekali..." katanya. "Jadi kaupun sudah mengerti?" ucap Leng siau-thian pula
sambil tersenyum. "Tentu saja mengerti"
"Kalau sudah mengerti, hal itu lebih baik lagi"
"Mengapa tidak?" seru Wi Thian yang, "seandainya kau
tidak mengingatkan lohu, aku masih tak tahu bagaimana
caranya untuk meminta kembali pedang tersebut, tapi
sekarang, lohu sudah tahu"
"Mau apa kau?" seru Leng siau thian tertegun. Wi-thianyang segera tertawa. "Aku akan meniru caramu dengan mempergunakan cara
apapun untuk mendapatkan kembali benda tersebut, Leng
siau-thian, kau anggap perbuatan lohu ini benar atau tidak?"
Leng siau-thian yang mendengar perkataan itu segera
melototkan sepasang matanya bulat bulat, serunya dengan
penuh kegusaran: "Kalau memang merasa mampu, tak ada
salahnya untuk kau coba"
"Tentu saja lohu akan mencobanya," sahut Wi Thian-yang
sambil tertawa seram. setelah berhenti sejenak. sambil
tertawa tergelak serunya lanjut:
"Leng siau thian, tahukah kau dengan meminjam pedang
Hian-peng-kiam tersebut berarti kau telah berhutang budi
kepadaku" Hari ini, bukan saja lohu akan merebut kembali
pedang itu, bahkan akan menagih pula jasa dari budi yang
telah kulepaskan itu"
"Wi Thian yang lohu akan menantikan kedatanganmu..."
seru Leng Siau-thian teramat gusar.
Wi Thian-yang tertawa seram.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... manusia yang lupa budi,
paling tidak aku harus memberikan pelajaran yang setimpal
kepadamu hari ini..."
Berbicara sampai disitu, mencorong serentetan sinar merah
yang tajam menggidikkan hati dari balik matanya.
Ini pertanda kalau hawa napsu membunuh telah
menyelimuti seluruh wajah Ceng-thian-kui-ong .
si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok yang
menjumpai kejadian itu ikut merasa terkesiap. buru-buru dia
menjura sembari berkata: "saudara Wi, siaute mempunyai sepatah dua patah kata
yang hendak diutarakan, apakah saudara Wi bersedia untuk
memberi muka kepadaku?"
Mendengar ucapan itu, sinar mata merah membara yang
menggidikkan hati itu segera lenyap tak berbekas, kata Cengthian- kui-ong kemudian sambil tertawa: "Kalau ingin
berbicara, katakan saja berterus terang." Hui Lok tertawa.
"saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan adalah putri
sulung saudara Leng dengan muridku Lam kiong Ceng,
apakah saudara Wi bersedia untuk meredakan amarahmu
untuk sementara waktu" Bilamana ada persoalan bagaimana
kalau kita bicarakan lagi selewatnya hari ini?"
Mendengar perkataan itu, Wi-thian-yang segera menengadah dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... setelah Hui lote berkata
demikian, sepantasnya bila siaute segera mengabulkan..."
"Terima kasih saudara Wi"
Mendadak meneorong sinar tajam dari balik mata Wi Thianyang, sambil tertawa dingin serunya :
"saudara Hui, kau tak usah buru-buru mengucapkan terima
kasih kepadaku, ketahuilah selama hidup perbuatan jahat
macam apapun sudah pernah kulakukan, termasUk jUga
perbUatan mengacaU hari perkawinan orang lain, toh
persoalan semacam ini bukan suatu hal biasa oleh karena itu
maafkan kalau lohu tak sanggup permintaan darimu itu..."
Hui Lok menjadi tertegUn, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Wi Thian-yang bakal berkata demikian.
seandainya Hui Lok tidak berpikir kalau musuhnya adalah
seorang musuh yang sukar dihadapi disamping dia
merupakan tuan rumah pesta perkawinan kali ini, mUngkin
sedari tadi dia sudah akan beradU jiwa dengan si Raja setan
yang menggetarkan langit Wi Thian-yang.
setelah tertawa tersipu-sipu, katanya kemudian: "Jadi
saudara Wi tidak bersedia memberi muka?"
Wi Thian yang tertawa. "Bukan lohu enggan memberi muka kepadamu, tapi dalam
kenyataan Leng siau-thian terlampau menghina orang..." ucap
Wi Than-yang sambil tertawa.
sementara itu Leng siau thian telah berpaling dan
memandang sekejap kearah Hui Lok, kemudian ujarnya
sambil tertawa : "Jin-keh (besan), tak usah bersilat lidah lagi dengan orang
itu..." Belum sempat Hui Lok berbicara, sipengemis pikun telah
berteriak secara tiba-tiba.
"Yaa, benar, buat apa bersilat lidah melulu seperti lagi adu
berkentut saja, jika memang pingin berkelahi, labrak saja


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habis-habisan, dengan begitu aku sipengemis pikun pun akan
turut mencuci mata..."
sekalipun ucapan tersebut diutarakan dalam keadaan
mabuk. tapi justru amat cocok dengan selera beribU orang
jago yang hadir dalam ruangan pesta itu.
Disuatu pihak adalah Cheng-thian- kui-ong (raja setan yang
menggetarkan langit) Wi Thian-yang.
sedangkan dipihak lain adalah Jian-li-hu-siu (si kakek
sebatang kara seribu li) Leng siau-thian.
Berbicara soal kepandaian silat yang dimiliki kedua orang
ini, boleh dibilang mereka termashur dalam kolong langit dan
dikenal setiap manusia, seandainya mereka sampai bertarung
sungguhan dalam kesempatan ini, maka boleh dibilang
kejadian tersebut merupakan suatu tontonan langka yang
amat menarik hati. oleh sebab itu begitu pengemis pikun menyelesaikan
perkataannya, serentak kawanan jago lainnya bertepuk
tangan menyambut usul tersebut dengan gembira.
Dengan gemas si kakek botak Hui Lok melotot sekejap
kearah pengemis pikun dengan sorot mata yang penuh
kebencian, benar-benar suatu sorot mata yang mengerikan
hati. Kontan saja pengemis pikun tersadar sebagian dari
pengaruh alkoholnya, melihat keadaan tidak menguntungkan,
bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia tahu kalau
kepandaiannya tak mungkin bisa menandingi kelihayan
gembong iblis tua tersebut.
Pikir punya pikir, akhirnya dia merasa mengambil langkah
seribu merupakan suatu tindakan yang paling tepat.
Apa lagi dalam ruangan tersebut memang penuh dengan
manusia, maka dalam dua tiga langkah saja, bayangan
tubuhnya sudah lenyap dibalik kerumUnan orang banyak...
Rupanya dia sudah kabur kembali di sisi oh Put Kui, begitu
munculkan diri dibalik meja perjamuan, sepasang matanya
yang melotot besar segera dialihkan ke wajah Hui Lok dan
menatapnya dengan wajah termangu...
Hanya saja Hui Lok tidak menaruh perhatian kepadanya,
karena pada waktu itu segenap perhatiannya sedang ditujukan
kearah Wi Thian-yang. Dalam pada itu, Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang telah
mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.
Dengan demikian dia berdiri persis ditengah-tengah
ruangan. Leng siau-thian dengan rambut putih yang berdiri semua
bagaikan landak berdiri lebih kurang beberapa kaki
dihadapannya. Wi Thian-yang segera berseru sambil tertawa
nyaring: "Leng siau-thian, lohu akan mengalah tiga jurus kepadamu,
daripada kawan-kawan Liok-lim di enam propinsi diutara
sungai besar mengatakan aku Ceng-thian- kui-ong sengaja
memeras dan mempermainkan angkatan muda..."
Perkataan itu amat besar lagaknya, membuat paras muka
Leng siauw-thian kontan saja berubah menjadi hijau membesi.
"Wi Thian-yang, kau betul- betul kelewat latah," teriaknya
penuh kegusaran. sesudah berhenti sejenak. mendadak dia menerjang
kemuka sambil melancarkan serangan, bentaknya:
"Lohu akan suruh kau rasakan bahwa aku orang she Leng
bukan seorang manusia yang bisa dipermainkan dengan
begitu saja " segulung angin pukulan yang maha dahsyat, dengan cepat
meluncur keluar berbareng dengan getaran telapak tangan itu.
mendadak suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan: "Gak-hu, silahkan mundur..."
serentetan cahaya merah yang membara dengan cepat
meluncur ketengah arena... Ternyata orang itu tak lain adalah
pengantin pria, Lamkiong Ceng adanya.
Perawakan tubuhnya yang tinggi besar hampir seimbang
dengan perawakan tubuh dari Ceng-thian- kui-ong wi Thainyang, hanya saja potongan badannya tidak segemuk tubuh si
Raja setan "Wi locianpwe, kau kelewat menghina orang..."
Tampaknya Lamkiong Ceng benar-benar sudah dibuat
marah sekali, sehingga nada pembicaraannya pun kedengaran agak gemetar. Wi Thian yang memperhatikan wajah Lamkiong Ceng
beberapa saat lamanya, kemudian berkata sambil tertawa :
"saudara, kau benar-benar seorang lelaki sejati "
"Aku tak sudi menerima pujian dan sanjungan dari saudara"
tukas Lamkiong Ceng dengan marah.
Nada panggilannya berubah semakin keras, dari sebutan
locianpwe kini telah menjadi sebutan saudara.
Tampaknya Wi Thian-yang sama sekali tidak ambil perduli
akanpersoalan itu, dia masih menengadah sambil tertawa
terbahak bahak. "Haahhh... haaahhh... haahhh... lote, hari ini adalah hari
perkawinanmu,pantang untuk berkelahi dengan orang Lebih
baik cepatlah menyingkir dari situ, jangan sampai menunda
malam perkawinanmu. . . "
sambil berkata, kembali dia mendongakkan kepalanya
sambil tertawa terbahak bahak. Lamkiong Ceng melototkan
sepasang matanya bulat- bulat, kemudian berseru dengan
marah: "Bila saudara ingin mengajUkan sUatu permintaan,
aku akan melayani semUanya..."
sementara Lamkiong Ceng menerjang ke depan tadi, Leng
siau Thian telah menarik kembali serangannya sambil mundur
setengah langkah. Tapi setelah mendengar Lamkiong Ceng menantang
musuhnya untuk bertarung, dia menjadi amat kuatir,
bagaimanapun juga pemuda itu adalah menantunya...
"cengji, cepat mundur," segera teriaknya "persoalan ini
merupakan persoalan diriku..."
Tapi Lamkiong ceng segera menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Gak-hu "ayah mertua", selama berada dalam perkampungan Siu-ning-ceng ini, pelbagai persoalan yang
terjadi merupakan tanggung jawab dari siau-say "menantu"..."
Belum habis dia berkata, pengantin perempuan telah
memburu pula kesana. "Ayah, apa yang dikatakan engkoh Ceng memang betul,"
serunya pula, "persoalan dalam perkampungan siu-ning-ceng
ini merupakan tanggung jawab putrimu serta engkoh Ceng,
lebih baik kau orang tua menyingkir saja kesamping..."
sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir Leng
siau Thian... Cuma dia hanya merasa lega dan gembira karena putrinya
dan menantunya telah menunjukkan rasa bakti mereka,
sementara soal bertarung, tentu saja dia tak rela membiarkan
kedua anak itu menyerempet bahaya. Dia cukup mengetahui
betapa lihaynya Ceng-thian-ku-ong tersebut
"Anak Lin, cepat ajak Ceng-li mundur" segera teriaknya
keras-keras, "jangan lupa siapakah musuh kalian itu, ilmu silat
yang dimiliki Wi Thian-yang amat tangguh, kalian tak mungkin
bisa menangkan dirinya, tapi aku, aku tak akan jeri
kepadanya..." "Tidak..." tolak Leng Lin-lin sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. Leng siau-thian menjadi marah,
segera hardiknya : "Budak, apakah kau tidak mau mengerti
perkataanku?" "Ayah, mengapa hari ini kau memaki aku..." seru Leng Lin
lin dengan manja. Dengan cepat Leng siau-thian menggeleng. "Lin-ji, cepatlah
kalian menyingkir dari situ..."
Dia segera menyelinap kedepan dan berebut untuk berdiri
dihadapan Raja setan yang menggetarkan langit, kemudian
teriaknya : "Wi Thian-yang, segala urusan lebih baik berurusanlah
langsung dengan lohu"
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... memangnya urusan ini
adalah urusanmu" sahut Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang
sambil tertawa seram. Mendorong sinar tajam dari balik mata Leng siau-thian,
mendadak sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan.
"Wi Thian-yang, sambutlah sebuah pukulan ini" teriaknya.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sudah lama kudengar
tentang ilmu Hu-liong-siang ciang, kini ingin kusaksikan
sampai dimanakah kelihayannya Leng siau Thian, bila kau
mengerahkan segenap tenaga yang kau miliki, mungkin sulit
bagimu untuk meloloskan diri dari bencana ini"
sembari berkata dia segera bergerak ke samping untuk
menghindarkan diri dari ancamam kedua buah pukulan dari
Leng siau-thian itu "Leng siau Thian" serunya kemudian, "sebelum pertarungan berlangsung, aku hendak menerangkan lebih
dahulu, pertarungan yang berlangsung hari ini hanya terbatas
sepuluh gebrakan belaka,jika kau kalah, maaf, terpaksa
pedang Hianpeng-kiam tersebut harus kau kembalikan
kepadaku..." "Jika kau yang kalah.. ."^ bentak Leng siau-thian tanpa
menghentikan serangan yang dilancarkanWi Thian-yang segera tertawa terbahak bahak.
"Lohu yakin seratus persen tak bakal menderita kekalahan
ditanganmu..." serunya.
"Manusia laknat..."
Wi Thian-yang sama sekali tidak menggubris terhadap
makian "manusia laknat" tersebut. kembali ujarnya sambil
tertawa : "Leng siau-thian, sekali lagi kuberitahukan keuntungan
bagimu" "Lohu tak sudi menerima kebaikan hatimu itu" teriak Leng
siau-thian amat gusar. "Mau diterima atau tidak. itu adalah urusanmu. Dalam
sepuluh gebrakan mendatang, bila lohu tak bisa menangkan
dirimu, lohu tak akan membicarakan tentang pedang Hianpeng-kiam lagi " sekilas perasaan girang melintas diatas wajah Leng siauthian, tapi diluarnya dia tetap berseru dengan gusar : "Wi
Thian-yang lihat serangan"
Ditengah ayunan telapak tangannya, secara beruntun dia
melepaskan lima buah serangan berantai.
serangan-serangan itu semuanya dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, membuat kawan jago yang berada
diluar maupun dalam ruangan sama-sama menjulurkan lidah.
oh Put Kui sendiripun menggelengkan kepalanya berulang
kali, katanya pelan : "Tampaknya ilmu yang dimiliki tua bangka
itu termasuk lumayan juga..."
"Yaa, cepat bagaikan kilat, berat bagaikan batu karang,
baik bergerak maupun berhenti semuanya dilakukan tanpa
kalut barang sedikitpun juga," kata Kit Hu-seng tertawa.
"bahkan sepasang telapak tangannya dilancarkan berbareng,
ilmu pukulan ini benar-benar merupakan pukulan yang maha
daysyat" "Saudara Kit, aku rasa ilmu pukulan ini mana lamban,
kurang cekatan lagi" timbrung Nyoo Ban-bu dari sisi arena.
"Benarkah begitu?" seru Kit-Hu-seng tertegun, " apakah
saudara Nyoo pernah menyaksikan ilmu pukulan yang jauh
lebih baik daripada ilmu pukulan ini?"
"Tentu saja pernah"
" Ilmu pukulan apakah itu?"
"sian-hong-pat-ciang (delapan pukulan angin puyuh) "
Mendengar itu, Kit Hu-seng segera tertawa terbahakbahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... rupanya ilmu pukulan
dari keluarga saudara Nyoo sendiri?"
"Benar" "Apakah saudara Nyoo tidak merasa sudah terlampau
mengibul?" Nyoo Ban-bu tertawa.
"Jika saudara Kit tidak percaya, dikemudian hari kau boleh
membuktikan sendiri"
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... siaute percaya suatu
ketika aku pasti akan membuktikan kehebatanmu itu, mogamoga saja jangan membuat siaute kecewa."
"Tentu saja tak akan kecewa..." kata Nyoo Ban-bu sambil
tertawa dingin sementara pembicaraan masih berlangsung, pertarungan
yang berlangsung di arena telah mencapai pada puncak
pertempuran tersebut. Akhirnya sepuluh gebrakan sudah
terpenuhi. Mendadak terdengar Ceng Thian Kui ong wi Thian-yang
tertawa tergelak, sedangkan Jian-li-hu-sin Leng siau Thian
mengundurkan diri sejauh lima depa dari posisi semula, peluh
dingin tampak membasahi seluruh tubuhnya.
Kalau dilihat dari lengan kirinya yang tergantung lemas
kebawah, bisa diketahui kalau dia sudah menderita luka.
sementara itu sepasang pengantin baru telah berdiri
dikedua belah samping Leng-siau-thian.
sambil menarik kembali senyumannya, Ceng Thian Kui ong
wi-thian-yang telah berkata dingin:
" Leng-siau-thian, tampaknya ilmu pukulan Hui-liong-siangciang mu tak lebih cuma kepandaian seperti itu, sungguh
membuat hati orang merasa kecewa..." sesudah berhenti


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejenak. katanya lebih jauh:
"Mana pedang Hian-peng-kiam tersebut" Cepat serahkan
kembali kepada lohu"
Leng-siau-thian memejamkan matanya rapat-rapat, sambil
menggigit bibir dia lantas berseru:
"Lin-ji ambil pedang Hiam peng kiam tersebut"
"Ayah... kau tidak apa-apa bukan?" kata Leng Lin-lin
dengan wajah sedih. Leng-siau-thian berkerut kening,
kemudian bentaknya: "Aku hanya menderita luka ringan cepat ambil pedang
tersebut, aku tak boleh mengingkari janji. . . "
Dengan wajah sedih Leng- lin-lin membalikkan badandan
berjalan menuju keruangan dalam.
sementara itu, Leng-cui-cui yang selama ini hanya duduk
belaka, mendadak menghampiri Leng Lin-lin, kemudian
bisiknya lirih: "Toa-ci, kau tak usah masuk. biar aku yang mengambilkan
bagimu" Leng Lin-lin mengangguk. "Kalau begitu cepatan sedikit..."
Bicara sampai disitu, tak tahan lagi air mata segera jatuh
berlinang, dia segera membalikkan badan dan beranjak dari
situ. Tak selang berapa saat kemudian, dia telah muncul sambil
membawa sebilah pedang berwarna hitam, dengan langkah
cepat dia menghampiri ayahnya.
Ketika Leng-siau-thian menyaksikan putri bungsunya
membawa keluar pedang antik yang telah dipergunakan
sebagai mas kawin bagi putri sulungnya itu, mendadak hatinya
merasa sedih sekali, hingga tanpa terasa dengan titik air mata
bercucuran dia menerima angsuran pedang itu.
Kemudian sambil menyentil pedang itu dia menghela napas
panjang, gumamnya: "Oo... pedang... wahai pedang... Leng siau thian tak becus
dan tak mampu untuk melindungi benda mestika dari leluhur,
peristiwa ini sungguh memalukan leluhur keluarga Leng saja...
sebetulnya aku harus menggorok leher untuk menebus dosa
ini, tapi..." setelah memandang pedang Hian-peng-kiam itu sekejap.
kemudian memandang pula putrinya sekejap. akhirnya sambil
menghela napas panjang katanya lebih jauh:
"Kini, aku orang she Leng masih mempunyai banyak tugas
yang belum diselesaikan, apa daya... apa daya... Ooh pedang,
dalam sepuluh tahun mendatang, jika kau belum dapat
kembali lagi ke dalam keluarga Leng, Leng siau-thian pasti
akan menebus dosa ini dengan kematian..."
seorang kakek berambut putih berdiri dengan wajah
murung dan air mata bercucuran, kejadian semacam ini
benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat
mengharukan. Selesai mengucapkan perkataan itu, Leng siau-thian
segera mencengkeram pedang itu dan berjalan ke hadapan
Wi-thian-yang. Kemudian kambali menggetarkan tangannya, pedang
berikut sarungnya diangsurkan ke depan"Wi-thian-yang" serunya keras, "pedang Hianpeng-kiam
kuserahkan kepadamu untuk sementara waktu, tapi dalam
sepuluh tahun mendatang, lohu pasti akan berusaha untuk
merebutnya kembali... kau harus menyimpannya secara baikbaik" Wi-thian-yang tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bagus sekali, semoga
lohu bisa memenuhi harapanmu itu sepuluh tahun kemudian.." Dia lantas mengulurkan tangannya dan menerima pedang
itu. siapa tahu, baru saja pedang itu akan tersentuh oleh
tangannya, tiba-tiba saja pedang Hian-peng-kiam itu melesat
ke udara dan terlepas dari genggamannya.
sementara Wi Thian-yang masih tertegun, tahu-tahu
pedang Hian-peng-kiam itu sudah berpindah tanganPeristiwa ini sama sekali tidak disangka siapa pun,
termasuk juga diluar dugaan wi Thian-yang sendiri
Serta merta raja setan yang menggetarkan langit ini melejit
ke tengah udara dan siap untuk mencengkeramnya.
sayang tubrukannya itu kembali mengenai sasaran kosong,
pedang mana sudah terjatuh ke tangan orang lainRasa terkejut yang dialami Wi Thian yang saat ini sungguh
tak terlukiskan dengan kata kata.
"siapa gerangan yang bisa merebut pedang itu dari
Panji Wulung 2 Pedang Medali Naga Karya Batara Darah Dan Cinta Di Kota Medang 3

Cari Blog Ini