Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 38
"Apa ada hubungannya dengan nona kalian?"
"Tentu saja ada hubungan yang erat dengan nona
kami. . ." Tiba-tiba suara langkah yang ramai memotong
ucapannya yang belum selesai, Li Tiong-hui dengan
wajah gelisah bercampur cemas muncul di mulut tangga
sembari ber-seru: "Apakah ibuku ada di atas?"
"Baru saja pergi dari sini."
Li Tiong-hui tidak banyak bertanya lagi, ia balik badan
dan berlalu, tapi ketika sampai di mulut pintu mendadak
3184 ia berhenti seraya berseru: "saudara Lim, maukah kau
turun sebentar?" "Ada apa?" tanya pemuda itu sambil berkerut kening,
"Bisa kau membantu aku sekejap?"
"Lim siangkong, pergilah sebentar," bisik siok-bwee,
"Serahkan tempat ini kepadaku."
Buru-buru Lim Han-kim lari turun ke bawah, setibanya
di depan Li Tiong-hui, tanyanya:
"Ada apa" Kenapa kau nampak gelisah?"
"Seebun Giok-hiong telah menyerbu masuk ke dalam
lembah Ban-siong-kok"
"Selama berapa hari ini jago-jago dari mana saja yang
telah tiba di sini?"
"Selain Bu-tong-pay dan siau-lim-pay, pihak cing-shiapay,
Kun-lun-pay juga telah hadir."
"Lantas berapa banyak jago yang dibawa seebun Giokhiong?"
tukas Lim Han-kim. "Anehnya dia hanya datang didampingi seorang kakek
berbaju kuning yang membawa burung, rasa-rasanya sih
bukan datang untuk bertarung, aku sadar bila harus
menghadapinya satu lawan satu, kecuali ibuku sendiri
sulit ada orang yang bisa menandinginya. Aku kuatir ia
menantang pertarungan satu lawan satu dengan
keluarga Hong-san kami di hadapan para jago dunia, aku
tak tahu bagaimana harus menghadapnya?" Mendengar
ucapan tersebut, Lim Han-kim berpikir
"Di dalam lembah saat ini telah berkumpul begitu
banyak jago lihay, kalau mereka saja tak sanggup
3185 menghadapi seebun Giok-hiong, apalagi aku Lim Hankim."
Tidak menunggu anak muda itu menjawab, Li
Tiong-hui telah berkata lebih lanjut:
"Harap saudara Lim jangan salah paham, aku bukan
bermaksud memintamu menghadapi seebun Giok-hiong
secara kekerasan, aku hanya berniat memintamu
mewakili aku untuk menanyakan maksud
kedatangannya, sebab aku sebagai seorang Bu-lim
Bengcu bila mesti berhadapan langsung dengannya, pasti
akibatnya suasana akan membeku dan pembicaraan
menemui jalan buntu. Bukan berarti aku pengecut atau takut mati, tapi
mengingat masalah ini menyangkut keselamatan umat
banyak. aku tak ingin memporak-porandakan urusan
besar gara-gara masalah sepele. Hingga saat ini,
kekuatan pihak kita belum terhimpun semua, lebih baik
bila pertarungan bisa ditunda beberapa hari lagi.
Aaaaai... tahu jadi Bengcu ternyata punya beban mental
yang begini berat, dari dulu kutolak saja jabatan
tersebut..." Lim Han-kim tidak langsung menjawab,
pikirnya: "Walaupun Li Tiong-hui hanya seorang wanita, tapi ia
selalu berjiwa gagah dan berani, sungguh tak disangka
setelah terpilih menjadi Bu-lim Bengcu sikap serta tindak
tanduknya jadi terlalu hati-hati dan penuh perhitungan.
Berpikir sampai di situ, ujarnya:
"Jadi maksud nona, aku mewakili nona untuk
berunding dengan seebun Giok-hiong kapan baiknya
pertarungan dimulai?"
3186 "Maksud kehadiran seebun Giok-hiong saat ini masih
sukar diduga, lebih baik tanyakan dulu maksud
kedatangannya sebelum mengambil keputusan."
"Lebih baik nona memberikan sedikit gambaran
kepadaku bagaimana mesti ambil keputusan, kalau tidak
masa setelah bertemu dengannya nanti, aku harus minta
petunjuk lagi kepada nona sebelum memberikan jawaban
kepada mereka?" Li Tiong-hui termenung berpikir
sebentar, kemudian ujarnya:
"Menurut perkiraanku dalam setengah bulan
mendatang sebagian besar jago persilatan sudah pada
berkumpul di perkampungan keluarga Hong-san ini, jadi
lebih baik janji dengannya untuk bertarung setengah
bulan kemudian" "Baiklah, akan kucoba"
"Pergilah Menurut pendapatku, kedatangan Seebun
Giok-hiong kali ini masih membawa maksud lain, jadi apa
pun yang dia tanyakan kepadamu, putuskan sendiri
menurut keadaan." Lim Han-kim manggut-manggut dan
sebera berlalu. Keluar dari loteng Teng-siong-lo, pemuda ini dapat
merasakan suasana yang serius dan menyeramkan
Ia dapat merasakan berdirinya banyak sekali dayang
bersenjata di belakang pepohonan dan bunga, bahkan
para dayang itu sama-sama menyiapkan tabung jarum
emas yang siap dipancarkan, jelas semua tempat
strategis dalam perkampungan keluarga Hong-san saat
ini telah terjaga secara ketat.
3187 Dengan langkah lebar Lim Han-kim menelusuri jalan
setapak menuju ke gedung utama.
Keluar dari gedung tersebut menuju ke luar lembah,
Lim Han-kim menyaksikan banyak sekali jago persilatan
dengan senjata terselip di badan bersiaga di sana-sini.
Setelah melewati pepohonan yang lebat dikiri-kanan
jalan,akhirnya ia saksikan seebun Giok-hiong dengan
pakaian serba hijau dan rambut terikat sapu tangan putih
sedang berjalan mendekat dengan langkah santai.
Mengikuti di belakang seebun Giok-hiong adalah kakek
berperawakan tinggi besar yang mengenakan jubah
kuning, jenggot putihnya sepanjang dada, wajahnya
dingin menyeramkan dan di bahunya bertengger dua
ekor burung aneh berwarna abu-abu tua. sambil
mendeham Lim Han-kim menghadang jalan pergi seebun
Giok-hiong seraya menyapa:
"Nona, selamat berjumpa kembali." Dengan
pandangan dingin seebun Giok-hiong memandang Lim
Han-kim sekejap. kemudian sahutnya sambil tertawa
hambar. "Mana Li Tiong-hui?"
"Nona Li sangat sibuk. oleh sebab itu aku diminta
mewakilinya menjumpai nona."
"Apakah kau dapat membuat keputusan?"
"Aku diminta untuk mewakilinya, otomatis aku telah
diberi wewenang untuk mengambil keputusan"
"Beritahu kepada Li Tiong-hui, kentongan pertama
malam nanti orang-orangku akan menyerbu masuk ke
3188 dalam lembah Ban-siong-kok dari empat penjuru, bila ia
menganggap tak sanggup menandingiku sebelum
matahari terbenam sore nanti suruh dia datang ke luar
lembah Ban-siong-kok dan menyerah kalah kepadaku"
"Jadi kedatangan nona hanya disebabkan persoalan
ini?" tanya Lim Han-kim setelah berhasil menenangkan
pikirannya. "Sekalipun masih ada urusan lain, tak ada gunanya
kuberitahukan padamu."
"Keberanian nona benar-benar mengagumkan" kata
Lim Han-kim setelah memandang sekeliling tempat itu
sekejap." seandainya nyonya Li muncul saat ini, mungkin
sulit buat nona untuk meninggalkan lembah ini dalam
keadaan selamat." "Aku sendiri pun merasa heran, lembah Ban-siong-kok
dengan penjagaan yang begitu ketat kenapa bisa
membebaskan aku Seebun Giok-hiong memasukinya
dengan leluasa." "Keluarga persilatan bukit Hong-san dapat termashur
dalam dunia kangouw bukan lantaran ilmu silat mereka
yang hebat dan luar biasa..." seebun Giok-hiong tertawa
dingin, tukas-nya: "Aku rasa kau sudah ditaklukkan seratus persen oleh
Li Tiong-hui hingga sepenuh hati memihak
perkampungan bukit Hong-san. Kini nyonya Li maupun Li
Tiong-hui tak berani munculkan diri untuk berhadapan
denganku, itu berarti mereka sadar bahwa kesempatan
untuk meraih kemenangan bagi mereka amat minim.
Hmmm, dia anggap oleh karena di antara kita berdua
3189 punya hubungan pribadi yang intim maka kau disuruh ke
luar untuk menahan aku, jangan mimpi"
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya:
"Seebun Giok-hiong datang tanpa senjata dan cuma
didampingi seorang pengawal, mustahil dia bisa meraih
kemenangan apa bila sungguh terjadi pertempuran di
lembah Ban-siong-kok ini, lalu apa sebabnya Li Tiong-hui
enggan tampilkan diri untuk berjumpa dengannya?"
Ketika tak mendengar jawaban dari Lim Han-kim,
kembali seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa
dingin: "Jangan-jangan Li Tiong-hui sudah dapat menebak isi
hatiku sehingga lantaran ia tak tega untuk turun tangan
sendiri membunuhmu, maka... hhhehhh... heheh..."
Lim Han-kim tambah gelisah sesudah menangkap
hawa napsu membunuh memancar ke luar dari balik
mata perempuan itu, dia tahu perempuan itu segera
akan turun tangan melancarkan serangan, maka pikirnya
dengan cepat: "Apa yang diminta Li Tiong-hui untuk kusampaikan
kepadanya belum sempat kuutarakan secuwilpun, bila
aku keburu terbunuh, bisa menyesal hidupku ini..." Maka
dengan suara lantang teriaknya:
"Apa pun yang nona utarakan, aku bisa mengambil
keputusan dengan segera."
Seebun Giok-hiong berkerut kening, belum sempat
mengutarakan sesuatu, kembali Lim Han-kim berkata:
3190 "Saat pertarungan yang diputuskan kau dengan Li
Bengcu masih ada setengah bulan lagi, sebagai seorang
Bengcu, nona Li enggan menjilat kembali ludah yang
telah dikeluarkan oleh sebab itu terhitung mulai hari ini
hingga lima belas hari kemudian nona Li enggan untuk
bentrok lagi denganmu, sampai waktunya nanti Li
Bengcu pasti akan menyambut sendiri kedatanganmu di
mulut lembah Ban-siong-kok, dan bila sampai saatnya
terserah nona hendak memilih cara pertarungan macam
apa untuk menyelesaikan semua pertikaian yang ada."
Ia tahu, apa yang telah diucapkan seebun Giok-hiong
dapat pula dilakukan olehnya tanpa ragu, terasa rugi
besar bila ia keburu mati terbunuh sebelum pesan-pesan
dari Li Tiong-hui disampaikan, andaikata setelah pesan
disampaikan ia tetap terbunuh, hal ini akan diterimanya
dengan perasaan lebih rela.
Tampak napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah
seebun Giok-hiong, jengeknya:
"Sudah selesai perkataanmu?"
"Sudah" Secepat sambaran petir Seebun Giok-hiong
menggerakkan lengannya mencengkeram pergelangan
tangan Lim Han-kim, tegurnya sambil tertawa dingin:
"Cepat jawab, apa sebabnya Li Tiong-hui enggan
bertemu aku?" "la terlalu sibuk. tak ada waktu bertemu dengan mu."
"Hmmm, karena ia tahu kemampuan yang dimilikinya
hari ini belum mampu menandingi aku, satu jam lagi
3191 seluruh perkampungan keluarga Hong-san akan
tenggelam tersapu air."
"Kau telah menggali sumber mata air bukit Hongsan..."
tukas Lim Han-kim dengan wajah berubah.
"Hmmm, aku seebun Giok-hiong belum sehina itu
untuk melakukan perbuatan terkutuk..." seebun Giokhiong
tertawa dingin. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan
suara lantang: "Tempo haria ku sudah mengirim surat untukmu, aku
rasa hal ini telah kau laporkan kepada Nyonya Li bukan?"
"Benar, telah kusampaikan kepada nyonya Li maupun
nona Li." "Aku dengar Pek si-hiang sedang melatih semacam
ilmu guna menghadapi aku..."
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan,
mendadak terdengar seseorang berkata dengan suara
parau: "Anak Kim, minggirlah, biar guru yang hadapi
perempuan ini." Lim Han-kim menoleh, ia jumpai seorang kakek
berbaju hijau sedang berjalan mendekat dengan langkah
lambat, dia adalah gurunya semasa di lembah Hong-yapkok,
Tan ceng-po. Maka teriaknya dengan rasa girang:
"Suhu ..." Buru-buru ia jatuhkan diri berlutut
"Tidak usah banyak adat," tampik Tan Ceng-po sambil
kebaskan ujung bajunya, segulung tenaga besar sebera
3192 menahan tubuh anak muda itu hingga tak sampai
berlutut. Kedengaran seseorang berseru pula dengan
suara merdu: "Tan tua, lebih baik kita urusi teman sendiri tanpa
perdulikan tingkatan yang berbeda..."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buru-buru Lim Han-kim berpaling, tampak seorang
perempuan setengah umur yang cantik dan mengenakan
pakaian berwarna kuning sedang berjalan mendekat, dia
tak lain adalah Kim Nio-Nio yang pernah ditemui di
tengah sungai tempo hari.
"Saudara Lim, baik- baikkah kau?" sapa Kim Nio-Nio
sambil tertawa. "cici, baik- baikkah kau..." sahut Lim Han-kim pula
sambil memberi hormat. Sementara itu Seebun Giokhiang
telah menegur: "Jadi kau adalah ketua lembah Hong- yap- kok yang
termashur itu, Tan ceng-po?"
"Benar, aku adalah Tan ceng-po."
"Tatkala terjadi tragedi berdarah di perguruan bunga
Bwee, dimana orang tuaku mati terbunuh, bukankah
Anda turut hadir pula dalam pertemuan tersebut?"
"Benar." Tan ceng-po manggut-manggut, "Nona ingin
buktikan terjadinya peristiwa tersebut atau pingin
membalas dendam untuk kematian orang tuamu?"
"Aku hanya ingin membalas dendam."
"Bila nona ingin membalas dendam tanpa menanyakan
dulu duduknya perkara, silakan untuk turun tangan
sekarang juga." 3193 Ketika Lim Han-kim melihat sepasang tangan Seebun
Giok-hiong dirapatkan terus satu sama lainnya, segera
timbul perasaan was-was, teriaknya lantang: "Suhu, hatihati,
Seebun Giok-hiong sangat licik dan banyak akal
muslihatnya." Dalam pada itu terdengar Kim Nio-Nio berseru pula:
"Seebun Giok-hiong, ketika orang tuamu mati
dikerubuti, aku pun ikut hadir di sana, bila aku tidak
membeberkan kepadamu, mungkin tak akan kau ketahui
latar belakangnya yang pasti."
"Menurut penyelidikanku, ada delapan belas orang
yang ikut mengerubuti orang tuaku dulu."
"Berapa orang yang kau ketahui sekarang?"
"12 orang" "Kalau begitu aku adalah satu di antara 6 orang
lainnya." Kim Nio-Nio menegaskan
"Boleh kau jelaskan siapa saja 5 orang yang lain?"
Tiba-tiba Kim Nio-Nio angkat wajahnya sembari tarik
napas panjang, ujarnya: "Sebutkan dulu siapa saja ke-12 orang yang telah kau
ketahui itu, agar dendam ini tak sampai salah alamat,"
"Boleh saja kusebutkan, cuma aku pun ada satu
syarat, sehabis kusebutkan nama ke-12 orang itu, kau
pun harus sebutkan juga nama-nama dari ke-5 orang
lainnya," Kim Nio-Nio tertawa tawa, diliriknya Tan cengpo
sekejap kemudian katanya:
"Hidup kami selama ini terbelenggu dalam masalah
hutang piutang, dendam mendendam, aku berharap
3194 dalam pertemuan di bukit Hong-san kali ini semua
dendam dan hutang yang dibuat selama belasan tahun
ini dapat diperhitungkan sampai tuntas, oleh sebab itu
setiap orang yang terlibat dalam peristiwa pengeroyokan
tempo hari harus turut bertanggung jawab pula hari ini,
entah bagaimana menurut pendapat saudara Tan?"
"Memang begitulah niat kedatanganku kali ini." Tan
ceng-po tersenyum hambar, "Sebab bila sudah
diputuskan demikian, mau kabur pun tak ada gunanya."
Kim Nio-Nio mengangguk. "Sudah hampir 20 tahun aku melarikan diri dari
kenyataan dengan hidup terlunta-lunta di atas kapal,
sudah 20 tahun pula aku memikirkan persoalan ini,
akhirnya kuputuskan untuk hadir di perkampungan bukit
Hong-san kali ini..."
Dia angkat wajahnya memandang Seebun Giok-hiong,
kemudian tambahnya: "Nah, sebutkan siapa saja yang
telah kau ketahui?" "Jadi kau telah menyetujui syaratku?"
"Sekarang hanya bisa kusanggupi setengahnya, tapi
periu kuberitahukan kepadamu, sebagian besar orangorang
tersebut tentu akan hadir pula dalam pertemuan
puncak ini." "Sebenarnya aku bisa saja melacak kalian satu persatu
kemudian membalaskan dendam kematian orang tuaku,
tapi sekarang aku telah memberi peluang bagi kamu
semua agar berkumpul di sini serta menyelesaikan
masalah ini, berarti aku telah memberi kesempatan
kepada kalian semua..."
3195 "Yaaa, peristiwa berdarah tempo dulu bukan terjadi
lantaran satu sebab saja, salju yang membeku setebal
tiga inci tak akan terbentuk dalam hujan salju satu
malam saja. Tentunya kau paham bukan dengan maksud
ucapanku ini, selama hidup jangan harap kau dapat
temukan kami berdelapan belas sekaligus, kecuali orang
tuamu hidup kembali."
"Asal kutangkap salah seorang di antara kalian
kemudian menyiksanya, masa tak bakal kuperoleh nama
ke-6 orang lainnya?"
"Aaaai, lebih baik jangan kelewat percaya diri." Kim
Nio-Nio menghela napas, "Tapi... yaaa, urusan toh sudah
menjadi berita besar dalam dunia persilatan, aku rasa
siapa pun pasti berkeinginan ikut hadir dalam pertemuan
kali ini. Coba kau sebutkan dulu nama dari kedua belas
orang itu, akan kudengarkan apa benar atau tidak."
"Ciat-pin dan Po-tok taysu dari siau-limpay"
"Ehmmm, kedua orang hweesio ini memang terlibat."
"Li Tong-yang dari keluarga Hong-san, Ciu Heng si
hakim sakti, Thian-hok sangjin, Hian-hok cengcu yang
kini menjadi ketua Bu-tong-pay, si pedang racun Pek
siang, Kim-hud totiang dari Kun-lun-pay, gadis naga
berbaju hitam..." Pelan-pelan dia berpaling ke arah Tan
ceng-po dan melanjutkan: "Kemudian kau, Tan ceng-po
dari lembah Hong-yap- kok."
"Betul, semua yang kau sebut memang ikut hadir
waktu itu, tapi jumlah mereka baru sepuluh, siapa kedua
orang lainnya?" 3196 "Dua manusia aneh dari Thian-lam, si naga botak
siang Kin dan nenek naga berambut putih."
"Jejak kedua orang ini paling susah dilacak. mereka
tidak memiliki tempat pemondokan yang tetap..."
"Itu mah tak perlu kau kuatirkan, kini kedua manusia
aneh dari Thian-lam sudah kusekap di suatu tempat yang
sangat rahasia." "Nona, tampaknya namamu benar-benar bukan nama
kosong" "Selain dirimu, masih ada lima orang lagi yang terlibat,
nyonya, tolong kau sebutkan..." Kim Nio-Nio tertawa.
"Nona tak perlu kuatir, sampai waktunya mereka pasti
akan menampakkan diri dengan sendirinya, tapi aku
perlu menasehati nona, di kala beberapa orang itu telah
berkumpul semua di sini, maka kendatipun ada jagoan
yang paling jempolan sekali pun di tempat ini, jangan
harap ia dapat menghadapi mereka semua sekaligus, jadi
saranku, carilah beberapa orang pembantu andalan bila
ingin menghadapi mereka sekaligus."
"Pihak siau-lim maupun Bu-tong sudah banyak
mendidik jagoan tangguh bagi diriku, dan kini, sebagian
besar hasil didikan mereka telah menjadi anak buah
andalanku." Mendadak ia memperlantang nadanya
seraya melanjutkan. "Maksud kedatanganku kali ini tak lain ingin memaksa
Li hujin untuk menyingkap keenam nama sisanya."
"Kau punya keyakinan untuk mengungguli Li hujin?"
sela Kim Nio-Nio sambil tertawa hambar.
3197 "Meskipun dalam pertarungan satu lawan satu belum
tentu aku dapat mengunggulinya, bukan berarti aku
mesti mengalami kekalahan secara drastis,"
"Sekalipun seperti apa yang nona katakan, tapi
dengan cara apa kau bisa memaksa Li hujin untuk
menyebutkan sisa dari keenam nama itu?"
"Kecuali Li hujin sudah siap meninggaikan
perkampungannya, dalam dua jam aku sanggup
menenggelamkan seluruh lembah Ban-siong-kok dalam
gulungan air bah." "Kenapa?" "Di dasar lembah Ban-siong-kok mengalir sebuah
sungai bawah tanah dengan jumlah air yang sangat
besar, nadi yang menghubungkan tempat ini dengan
sungai bawah tanah tersebut telah kukuasai, cukup
memberi satu perintah dari sini, seluruh lembah Bansiongkok akan tenggelam dilanda air bah."
Kim Nio-Nio agak tertegun, ia berpaling dan
memandang Lim Han- kim sekejap kemudian tanyanya:
"Benarkah apa yang dia ucapkan?"
"Yaa, memang begitu" Lim Han- kim mengangguk
Kim Nio-Nio memandang Tan Ceng-po se-kejap.
kemudian pelan-pelan katanya:
"Waktu itu Li hujin tidak terlibat dalam peristiwa
tersebut, dia pun tidak hadir di sana, darimana ia bisa
tahu nama-nama lainnya?"
3198 "Hmmm, kalau sekarang mah aku tak butuh Li hujin
lagi," jengek seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Kim Nio-Nio tertawa tawa.
"Jadi kau hendak mencariku?" balik tanyanya
"Betul, sekarang aku memang hendak mencarimu."
Kim Nio-Nio segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Tepat sekali bila kau mencariku, dibandingkan Li
hujin, ilmu silatku memang ketinggalan jauh, cuma... kau
harus melayani aku untuk bertarung dulu beberapa
jurus." "Sayang aku tak punya waktu untuk melayani
pertarunganmu, aku ingin kau menyebutkan sisa kelima
nama itu." Kim Nio-Nio mencoba memeriksa sekeliling tempat itu
sekejap. ketika tak dijumpai seebun Giok-hiong
membawa anak buah, dia pun tersenyum.
"Bila kami menahanmu di sini, dengan cara apa pula
kau memberi komando kepada anak buahmu untuk
meledakkan nadi air tersebut?"
"Bagus, biar kutunjukkan kebolehan kami."
Perkataan tersebut diucapkan seolah-olah sedang
bergumam, bahkan menoleh pun tidak. Tampak kakek
berbaju kuning itu menggerakkan tangan kanannya
sambil menuding ke langit, burung abu-abu yang semula
bertengger di pundaknya itu seketika melesat ke udara
dengan kecepatan luar biasa.
Tampaknya Kim Nio-Nio telah membuat persiapan, di
kala burung abu-abu itu merentangkan sayapnya untuk
3199 terbang, secepat kilat pula Kim Nio-Nio melepaskan
sebuah pukulan ke atas. Namun gerakan burung abu-abu itu kelewat cepat, di
saat Kim Nio-Nio melepaskan pukulannya, burung abuabu
tesebut telah lolos dari jangkauan tenaga pukulan
Kim Nio-Nio bahkan melesat setinggi puluhan kaki ke
tengah udara. Menyaksikan adegan tersebut, Tan cengpo
berkerut kening sambil berpikir. "Luar biasa cepatnya
terbang burung ini, amat jarang kujumpai peristiwa
semacam ini." sementara itu Kim Nio-Nio telah berkata
sambil tersenyum: "Satu di antara kelima orang itu mempunyai nama dan
pamor yang luar biasa tingginya, hanya sayang ia sudah
menetap jauh di laut selatan sana..."
"Siapa dia?" "Pernah mendengar nama Raja pedang yang amat
tersohor pada dua puluhan tahun berselang?"
"Yaa, rasanya pernah kudengar"
"APabila nona menganggap semua orang yang ikut
mengerubuti ayah dan ibumu dulu adalah pembunuh, si
raja pedang harus kau tuduh sebagai salah satu
pembunuhnya." "Raja pedang ditambah kau berarti sudah ada empat
belas orang, siapa pula keempat nama lainnya?"
Kim Nio-Nio tidak langsung menjawab, ia melirik Tan
Ceng-po sekejap kemudian baru katanya:
"Lebih baik beritahu kepadanya, toh bila mereka
bersedia ikut hadir dalam pertemuan puncak ini, meski
3200 tidak kita sebutkan, mereka akan mengaku juga dengan
sendirinya, apalagi jika ada di antara mereka yang
enggan hadir di sini, kita lebih wajib lagi untuk
membongkar identitas sebenarnya"
"Betul." Tan Ceng-po manggut-manggut, "sudah
saatnya budi dan dendam diselesaikan hingga impas,
peristiwa ini sudah tertunda hampir satu generasi,
kenapa tidak kita singkat semua tabir rahasianya?"
"Tatkala terjadi pengeroyokan terhadap seebun suami
istri, siapa pun tak ada yang menduga bahwa dua puluh
tahun kemudian putrinya akan membalaskan dendam
bagi mereka, waktu itu pun tak ada perjanjian yang
melarang kita untuk bicara, hanya masalahnya
sekarang..." Kim Nio-Nio berhenti sejenak sambil menatap tajam
wajah seebun Giok-hiong, lalu tambahnya:
"Nona, kau punya saudara?"
"Kalian tak usah takut," jengek seebun Giok-hiong
dingin, "Dari keluarga seebun, tinggal aku seebun Giokhiong
seorang yang masih hidup, bila kalian sanggup
menghabisi nyawaku saat ini, tak akan ada orang lain
lagi yang datang mencari balas terhadap kalian"
"Bagus sekali, inilah masa akhir dari pertikaian yang
terjadi puluhan tahun terakhir ini dimana melibatkan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir semua jago tangguh yang pernah hidup dalam
lima puluh tahun terakhir, ditinjau dari hal ini sudah
cukup bagi kita untuk mati dengan sepasang mata
meram." Setelah berhenti sejenak, kembali terus-nya:
3201 "Nona seebun, aku pun punya satu syarat apalah nona
bersedia untuk mengabulkan?"
"Apa syaratmu?"
"Apa yang hendak kau lakukan setelah kusebutkan
nama dari beberapa orang terakhir itu?"
"Soal ini... sulit bagiku untuk menjawab pada saat ini,"
sahut seebun Giok-hiong setelah termenung dan berpikir
sejenak. Sebelum Kim Nio-Nio memberikan jawabannya,
mendadak terdengar seseorang berseru dengan nada
dingin: "Tidak perlu dijawab"
Ketika semua orang berpaling, tampak Li hujin dengan
pakaian serba biru pelan-pelan sedang berjalan
mendekat Sekilas pandang ia nampak berjalan amat santai, tapi
dalam waktu singkat ia telah tiba di hadapan beberapa
orang itu. sambil tersenyum Kim Nio-Nio segera berseru:
"Nadi air di bawah lembah ini telah mereka kuasai,
kelihatannya terpaksa kita harus turuti perintahnya, "
"Hmmm, tak bakal semudah itu..." dengus Li hujin
dingin Sambil mengalihkan pandangannya ke wajah seebun
Giok-hiong, lanjutnya: "Keempat anak buah nona yang bertugas menjaga
pintu air itu sudah mati terbunuh di ujung jariku."
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong setelah
mendengar perkataan itu, katanya tanpa sadar:
3202 "Sejak tidak menjumpai kau dan Li Tiong-hui,
seharusnya hal ini sudah terpikir olehku."
"Yang agak terlambat kau menyadari hal ini."
Seebun Giok-hiong segera berpaling ke arah manusia
berbaju kuning itu sambil memberi aba-aba:
"Siap untuk mengundurkan diri"
Kakek berbaju kuning itu menyahut sambil menepuk
pergelangan tangan kirinya, burung abu-abu yang
bertengger di situ segera terbang melesat ke udara dan
langsung menukik ke arah timur.
"Hmmm" dengus Li hujin, "Apa maumu memasuki
lembah Ban-siong-kok seorang diri" ingin berduel
melawanku sekali lagi?"
"Tak perlu aku seebun Giok-hiong mesti bersusah
payah sendiri, toh ada orang lain yang bakal membuat
perhitungan denganmu."
"Kau maksudkan Thia sik-kong?"
"Meskipun dia pernah keok di tanganmu, kekalahan
tersebut dianggap sebagai penghinaan terbesar baginya,
berulang kali dia telah memohon kepadaku untuk
mendapat kesempatan bertarung habis-habisan melawan
dirimu" "Katakan kepadanya, setiap saat kunantikan
kehadirannya." "Aku mengerti, meski ilmutoya angin puyuh yang
ditekuni Thia sik-kong cukup lihay, belum tentu ia
sanggup menandingi kehebatanmu," Li hujin hanya
tertawa dingin tanpa memberi komentar.
3203 Sambil tertawa seebun Giok-hiong berkata lebih lanjut,
hanya kali ini dia pertinggi nada suaranya:
"Tapi masih ada seorang lagi yang bakal beradu jiwa
denganmu, dan dia bukan termasuk manusia biasa,"
"Siapa dia?" "Nyonya pedang patah hati..."
Agak berubah paras muka Li hujin, ia membungkam
tanpa memberi komentar apa pun.
"Bagaimana, takut kepadanya?" ejek seebun Giokhiong
sambil tertawa dingin. Li hujin mendelik gusar, setajam sembilu sorot
matanya mengawasi wajah musuhnya, ia berseru:
"Seebun Giok-hiong, bila dalam waktu sepeminum teh
kau belum keluar dari lembah Ban-siong-kok. jangan
harap kau bisa tinggalkan perkampungan Hong-san ini
dalam keadaan selamat"
"Gara-gara salah perhitungan lagi-agi kau berhasil
memenangkan babak pertarungan ini dengan merebut
kembali pintu air tersebut" setelah berhenti sejenak
lanjutnya: "Beritahu anak kesayanganmu, dalam tiga hari
mendatang, setiap saat aku bakal menyerbu masuk ke
dalam lembah Ban-siong-kok ini,sampai waktunya tak
akan kuloloskan setiap orang yang kujumpai dalam
lembah ini termasuk ayam dan anjing."
Pelan-pelan paras muka Li hujin pulih kembali dalam
ketenangan yang luar biasa, dengusnya hambar
3204 "Jika kupikirkan kepentingan putriku, saat ini tak akan
kubiarkan kau tinggalkan tempat ini dalam keadaan
selamat." "Jadi kalian berniat mengerubuti aku?"
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, terdengar
seseorang berseru lantang dari kejauhan
"Ketua Cing-shia-pay dan Go-bi-pay tiba"
Kim Nio-Nio pun ikut menimbrung:
"Nona Seebun, kelengahanmu kali ini membuat kau
kalah total, bahkan kekalahanmu hari ini mengenaskan
sekali, kecuali kau yakin dapat loloskan diri dari
kepungan dalam keadaan selamat, lebih baik kau
dengarkan dulu berapa syarat kami."
"Katakan" "Bukankah kau ingin membalaskan dendam ayahmu?"
"Juga ibuku" "Sekalipun ditambah sepuluh orang lagi juga tak ada
gunanya, sebab dalam pertaruhan kali ini, kau hanya
pegang dua hingga tiga puluh persen kesempatan saja
untuk menang." "Bila kalian yakin bisa mengungguliku hari ini, kenapa
tidak segera dibuktikan?"
"Bila kau setuju, setengah bulan kemudian mari kita
selesaikan semua pertikaian ini dalam suatu duel yang
jujur di lembah Ban-hoa-kok. kalau tidak, kita boleh
gunakan pelbagai cara untuk menahan nona pada hari ini
juga," 3205 Seebun Giok-hiong segera menyingkap bajunya
memperlihatkan sebuah sabuk kulit dengan dua belas
pedang kecil sepanjang delapan yang melilit di
pinggangnya, kemudian berkata:
"Aku setuju untuk menunda pertarungan ini sampai
setengah bulan kemudian, tapi jangan kalian anggap aku
takut dengan ancaman tadi." Kemudian sambil
meloloskan dua belas pedang kecilnya itu ia melanjutkan
"Aku pingin tahu, siapa yang sanggup menahan diriku di
sini." Dengan suatu gerakan cepat ia tancapkan kedua belas
pedang kecil itu pada dua belas buah jalan darah penting
di sekujur badannya, pedang-pedang itu terbenam dalam
tubuhnya hingga tinggal nampak gagangnya, kemudian
pelan-pelan dia balik badan dan berlalu dari situ.
Baik Tan Ceng-po maupun Kim Nio-Nio dan Lim Hankim
sekalian sama-sama berubah wajahnya setelah
menyaksikan peristiwa itu, tubuh mereka sampai
gemetar menahan gejolak emosi.
Hanya nyonya Li seorang tetap tenang dan bersikap
dingin, seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apa pun.
Menurut aturan dunia persilatan, bila ada orang berani
menghalangi kepergian seebun Giok-hiong, orang itu
mesti mampu mencabut ke luar lebih dulu kedua belas
batang pedang kecil itu dari tubuh si nona kemudian
ditancapkan pada tubuh sendiri seperti apa yang
dilakukan lawannya, kemudian pertarungan yang jujur
baru bisa dilangsungkan. sambil menghela napas Tan
Ceng-po berbisik 3206 "Seebun Giok-hiong terbukti memang ampuh, lihay
dan cerdik, jangankan melakukan pertarungan, untuk
meniru caranya dengan membenamkan kedua belas bilah
pedang pada tubuh sendiri pun, aku mengakui sejujurnya
bahwa diriku tak sanggup,"
"Yang aneh adalah tidak nampak darah yang mengalir
ke luar dari kedua belas tempat bekas tusukannya." Kim
Nio-Nio menyambung. "Padahal pedang-pedang itu
terbenam sampai delapan inci dalam tubuhnya, semua
ujung langit pernah kujelajahi tapi belum pernah
kusaksikan kepandaian sehebat itu."
"Padahal kemampuannya itu bukan barang aneh." Li
hujin menjelaskan "Dia cuma lagi mempraktekkan ilmu
yoga dari negeri Thian-tok. Yang mengagumkan justru
kemampuannya melatih ilmu tersebut hingga mencapai
tingkat kesempurnaan macam begini, tak heran jika ia
sombong dan tekebur, seakan-akan tiada tandingan lagi
di kolong langit." Kim Nio-Nio melayangkan kembali pandangannya ke
muka, tapi bayangan tubuh seebun Giok-hiong sudah
lenyap dari pandangan, tak terasa ia menghela napas
panjang: "Aaaaai... kau sudah siap untuk menghadapi
pertarungan ini?" "Sekarang, aku belum memutuskan ..." jawab Nyonya
Li singkat, sorot matanya dialihkan ke wajah Lim Hankim,
kemudian tambah-nya: "Kau ingin bertemu dengan
ibumu?" "Yaa, aku memang ingin bertemu beliau, cuma dimana
beliau sekarang?" "Dalam gedung Tay-sang-kek"
3207 "Kalau begitu biar kusambangi guruku lebih dulu,"
ucap Lim Han- kim sambil menghampiri Tan ceng-po
dengan langkah lebar, seraya berlutut, hormatnya: "Tecu
menjumpai suhu" "Tak usah banyak adat, ayoh cepat berdiri," tampik
Tan ceng-po sambil tersenyum.
Dalam pada itu Nyonya Li sudah berpaling ke arah Kim
Nio-Nio seraya bertanya: "Kau kenal dengan nyonya
pedang patah hati?" "Yaa, masa ia masih teringat dengan dendamnya
tempo dulu?" Kim Nio-Nio mengangguk.
Nyonya Li seperti mau mengucapkan sesuatu tapi
kemudian diurungkan, tanpa berbicara lagi ia beranjak
pergi dari situ. Lim Han- kim pun berbisik: "suhu, tecu ingin
menjumpai ibu." "Kalau begitu pergilah, cuma jangan kelewat banyak
bertanya," pesan Tan ceng-po. Lim Han- kim mengiakan
dan segera menyusul di belakang nyonya Li.
Sepanjang perjalanan, walaupun nyonya Li tahu kalau
Lim Han- kim mengikutinya dari belakang, namun ia tak
pernah berpaling, apalagi melihat pemuda itu.
Setibanya di luar gedung Tay-sang-kek. Nyonya Li
baru menghentikan langkahnya seraya berpaling dan
katanya: "Langsung masuk ke ruang utama lalu belok ke kiri,
masuklah sendiri." Lim Han- kim menyahut dan
3208 mendorong pintu gerbang, ternyata pintu itu tidak
terkunci. Di balik pintu adalah sebuah ruang pertemuan yang
maha luas, dinding di seputar ruangan berwarna putih
bersih bak salju, tak nampak meja kursi, apalagi
bayangan manusia. Seperti petunjuk yang didapatkan, Lim Han- kim
berbelok ke sebelah kiri, tapi hingga mencapai ujung
dinding ruangan itu ia belum juga melihat bayangan
ibunya, dalam keadaan panik bercampur gelisah tanpa
terasa teriak-nya: "lbu, anak Kim pingin bertemu
denganmu." Ia berteriak beberapa kali, namun tiada jawaban yang
diperoleh Dia coba menoleh ke luar, tapi pintu gerbang
gedung Tay-sang-kek sudah tertutup rapat, dalam ruang
pertemuan yang begitu luas dan lebar, tak nampak
sesosok bayangan manusia pun-sambil berusaha
menenangkan pikirannya Lim Han- kim berpikir:
"Bicara dari status nyonya Li saat ini dalam dunia
persilatan, mustahil ia bermaksud membohongiku tapi
dimana ibuku berada sekarang" Masa dalam gedung
Tay-sang-kek juga dilengkapi alat rahasia atau kamar
rahasia?" Berpikir sampai di situ, tak kuasa lagi dia coba
mendorong dinding ruangan di hadapannya.
Betul juga, dengan adanya dorongan itu, mendadak
dinding ruangan di hadapannya itu mulai berdenyit dan
terbukalah sebuah pintu rahasia.
3209 Lim Han- kim kuatir pintu rahasia itu keburu menutup
kembali, maka cepat-cepat dia menerobos masuk ke
dalam. Dalam lorong sempit di balik pintu rahasia berdiri
seorang dayang berbaju putih yang segera menyongsong
kedatangannya seraya memberi hormat, katanya:
"Baru saja budak peroleh pemberitahuan dari nyonya
untuk menyambut kedatangan siangkong."
"Di mana ibuku sekarang?"
"Nyonya tua lagi beristirahat di ruang dalam, silakan
siangkong mengikuti budak" sembari berkata ia beranjak
meninggalkan tempat itu, Mengikuti di belakang dayang tersebut Lim Han- kim
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menelusuri jalan lorong sejauh beberapa puluh kaki
sebelum membelok ke kiri secara tiba-tiba, di
hadapannya kini terbentang sebuah ruang tidur yang
amat indah. Lim Han- kim coba mengamati isi ruangan itu, terlihat
seorang nyonya setengah umur yang mengenakan baju
warna biru sedang duduk bersila di atas pembaringan.
Dalam sekilas pandangan Lim Han- kim sudah
mengenali perempuan setengah umur itu sebagai ibunya,
buru-buru dia maju ke depan, berlutut di hadapannya
seraya berseru: "Putramu yang tak becus Lim Han- kim
menjumpai ibu." "Duduklah di sini nak." kata nyonya Lim sambil
membangunkan putranya, "Mari duduk dulu, ada
persoalan ingin kutanyakan kepadamu"
3210 Lim Han- kim dapat merasakan keanehan yang
diperlihatkan ibunya dalam ketenangan yang di luar
kebiasaan itu, buru-buru tanyanya: "Ada petunjuk apa
ibu?" Sementara itu dayang berbaju putih tadi telah
mengundurkan diri selepas merapatkan kembali pintu
kamar. "Kau telah bertemu dengan nyonya Li?" tanya nyonya
Lim. "Yaa, sudah." "Bagaimana kalau dibandingkan ibu":"
Lim Han- kim agak tertegun, dia tak menyangka akan
dihadapkan dengan pertanyaan semacam ini, balik
tanyanya kemudian: "Bagian mana yang ibu
maksudkan?" Nyonya Lim tertawa hambar.
"Berbicara soal kepintaran dan ilmu silat, jelas ibu
bukan tandingannya, tentu yang kumaksud adalah
usianya, coba kau perhatikan, siapa yang lebih tua
antara aku dengan nyonya Li."
"Kalau ananda harus bicara sejujurnya, nyonya Li
memang kelihatan jauh lebih muda ketimbang ibu, tapi
hal ini bisa dimaklumi sebab tenaga dalam yang dimiliki
nyonya Li sudah mencapai puncak kesempurnaan,
apalagi dia pun memiliki kepandaian untuk menjaga
keawetan tubuhnya, jadi tak dapat diambil sebagai
perbandingan..." "Sesungguhnya ibu dua tahun lebih muda ketimbang
nyonya Li," tukas Nyonya Lim tiba-tiba, "Andaikata ibu
tidak memusnahkan ilmu silat yang ibu miliki, sebaliknya
3211 berlatih tekun seperti dia, maka bukan saja pada saat ini
wajahku kelihatan lebih muda, mungkin taraf ilmu silat
yang kumiliki pun hampir seimbang dengan
kemampuannya," "Yaa, ibu bukan saja sudah memusnahkan ilmu silat
sendiri.." Nyonya Lim alihkan pandangan matanya ke
wajah Lim Han- kim, "Bahkan telah kubuat putraku turut menderita akibat
ulah ibunya coba kalau tidak. saat ini mungkin kau sudah
punya kedudukan yang bagus dalam dunia persilatan"
"lbu, semakin kudengar penuturanmu makin bingung
rasanya, bersediakah ibu menerangkan lebih terperinci?"
"Apakah kau bersikeras ingin tahu latar belakang
sebenarnya?" tanya Nyonya Ltm sambil tertawa hambar.
"Sebagai putra ibu aku wajib mengetahui siapa ayah
kandungku kalau tidak. harus ku-taruh ke mana wajahku
ini?" Nyonya Lim tarik napas panjang-panjang.
"Tujuan utamaku memusnahkan ilmu silat yang
kumiliki tak lain adalah ingin melepaskan diri dari
pertikaian dunia persilatan dan mencari suatu tempat
yang terpencil untuk hidup secara tenang dan damai, tapi
nyatanya perhitungan manusia tak bisa melawan
kehendak Thian, walaupun aku telah memusnahkan ilmu
silatku, namun hidupku tak pernah tenang, bahkan nyaris
aku tewas oleh beberapa orang bandit kecil, untung
gurumu muncul tepat pada waktunya hingga jiwa kita
berdua dapat diselamatkan"
"lbu, kau telah bercerita panjang lebar, tapi belum kau
sebutkan siapa nama ayah kandungku?"
3212 Paras muka nyonya Lim tiba-tiba berubah jadi semu
merah bercampur pucat, tampaknya ia sedang
mengalami pertempuran batin yang berat.
Lim Han- kim coba melirik. melihat ibunya sedang
berlinang air mata, ia jadi ciut hatinya dan tak berani
banyak bertanya lagi. Lebih kurang sepeminum teh kemudian nyonya Lim
baru menghela napas panjang, sambil menyeka air mata
yang membasahi pipinya ia bertanya lirih: "Jadi kau ingin
tahu?" "Selama belasan tahun, masalah inilah yang selalu
mengganjal perasaan ananda."
"Sebetulnya aku segan memberitahu rahasia ini
kepadamu, tapi situasi kini telah ber-ubah, meski ingin
kurahasiakan pun rasanya tak akan terlalu lama lagi."
"Ooh ibu... biar macam apa pun ayah kandungku itu,
ia tetap adalah ayah yang membuat kehadiranku di dunia
ini menjadi kenyataan, sudah menjadi hakku untuk
mengetahui rahasia ini."
Nyonya Lim tak dapat membendung rasa harunya lagi,
air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, pelan-pelan
ia berkata: "Nak. meski kuberitahu siapa ayahmu, belum tentu
orang yang bersangkutan mau mengakui dirimu sebagai
darah dagingnya." Lim Han- kim tertegun, pikirnya: "Sebetulnya apa yang
telah terjadi?" 3213 Karena heran bercampur penasaran, ditatapnya wajah
ibunya tanpa berkedip. sampai lama sekali ia tak
mengucapkan sepatah katapun.
"Baiklah nak" kata nyonya Lim kemudian, "setelah
kubeberkan rahasia ini, terserah bagaimana penilaianmu
terhadapku, mau benci boleh, mau sinis juga tak
mengapa, sesungguhnya meski kau memiliki ayah
kandung, namun tak punya hak untuk menyandang
keluarganya," Tiba-tiba saja Lim Han- kim merasa dadanya seperti
dijotos orang keras-keras hingga napasnya jadi sesak
dan nyaris jatuh tak sadarkan diri, sampai lama
kemudian ia baru mampu bertanya: "siapa orang itu?"
Mendadak nyonya Lim menatap tajam wajah putranya
dengan sorot mata yang lebih tajam dari sembilu,
tegurnya: "Kau membencinya?"
"Dia telah menipu ibu kemudian menelantarkan kita
berdua, aku wajib membencinya."
"Aaaai... padahal kau tak boleh salahkan dia." Nyonya
Lim menggeleng berulang kali.
"Kalau bukan dia yang disalahkan, masa aku harus
salahkan ibu?" "Benar, memang ibu yang harus disalahkan"
Lim Han- kim tak bisa membendung rasa sedihnya lagi
air mata bercucuran membasahi pipinya, dengan suara
dalam serunya: "Ooh ibu... cepat beritahu padaku, siapa gerangan
dia" Ananda sudah hampir gila..."
3214 BAB 49. Rahasia Masa Lampau
"Nak. kau harus mampu mengendalikan diri, kalau
ingin membenci, bencilah ibumu. sudah kuduga kejadian
hari ini pasti akan terjadi Aaai... dua puluh tahun
berselang bila kau mati tenggelam di sungai, tak akan
terjadi banyak urusan macam hari ini, seharusnya
kubiarkan kau mati tenggelam dulu, aku tak seharusnya
selamatkan jiwamu..."
"Ibu, ananda tak berani membenci ibu..." tukas Lim
Han- kim sedih. Dari sakunya nyonya Lim ambil keluar sebuah sapu
tangan dan dipakai untuk menghapus air matanya,
kemudian katanya: "Dua puluhan tahun berselang, dalam dunia persilatan
terdapat tiga orang gadis yang cantik dan pandai,
mereka selalu luntang lantang bersama, hubungan
mereka begitu akrab melebihi akrabnya saudara
kandung, meski mereka bertiga bukan sedarah namun
masing-masing saling hormat menghormati sayang
menyayangi aku rasa hubungan dengan saudara
sekandung sendiri pun belum tentu semesra itu..."
"lbu adalah salah satu di antaranya?" sela Lim Hankim
seraya menyeka air mata. Nyonya Lim manggutmanggut.
"Benar, orang persilatan menyebut kami tiga dewi, ibu
menduduki urutan kedua, sedang urutan pertama adalah
nyonya Li yang telah kau jumpai selama ini..."
3215 Bayangan manusia tampak berkelebat lewat, Li hujin
muncul di depan pintu seraya menghardik ketus: "Tutup
mulut" Lim Han-kim berpaling cepat, ia terkesiap begitu
melihat wajah Li hujin membeku bagaikan es dan hawa
napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya,
hawa murni segera dihimpun dan ia bersiap sedia
melindungi keselamatan ibunya.
Lim hujin angkat wajahnya dengan tenang, ditatapnya
Li hujin sekejap lalu menegur. "Ada apa enci pertama?"
"Siapa yang kesudian jadi encimu?" tukas Li hujin
ketus. "Kau toh sudah tahu bahwa ilmu silatku telah punah,
bila ingin membunuhku sekarang, kau cukup
melakukannya secara gampang."
"Hmmm, bila aku berniat membunuhmu, tak nanti
kubiarkan kau hidup hingga kini, kau anggap dengan
bersembunyi di lembah Hong-yap-kok maka aku tak
sanggup mencarimu" sejak belasan tahun berselang,
jejakmu telah berhasil kulacak secara jelas, aku sudah
bersikap cukup murah hati kepadamu."
Lim hujin menengok Lim Han- kim sekejap. lalu
katanya: "Selama dua puluh tahun ini, aku tak pernan ingkar
janji, aku tak pernah melanggar sumpahku dengan
menceritakan kisah lama kepada putraku ini. Tapi situasi
saat ini berbeda, badai besar telah melanda seluruh
dunia persilatan, budi dan dendam di antara kita tiga
bersaudara pun sudah saatnya untuk diselesaikan aku
3216 rasa tak perlu rahasia ini kusimpan terus apalagi
terhadap putra kandungku sendiri"
"Tidak bisa, kita sudah ada perjanjian, pokoknya
selama kita masih hidup, rahasia ini tak boleh diungkap
oleh siapa pun-" Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan nada
dingin dan menyeramkan lanjutnya: "Masih ingat tidak,
siapa yang mengusulkan perjanjian ini?"
"Yaa, memang aku yang usulkan"
"Kau sendiri yang membuat perjanjian tersebut
kenapa kau pula yang akan melanggarnya hari ini?"
"Aku hanya ingin beritahu kepada putra kandungku,
bahkan mengungkap sejujurnya tanpa berusaha
membela diriku sendiri, akan kubuat dia mengerti bahwa
ibunya adalah seorang wanita yang sangat jahat,
seorang wanita yang telah merebut pacar orang lain." Li
hujin gelengkan kepalanya berulang kali:
"Sudahlah, yang lewat biarkan lewat, apa gunanya
diungkit kembali..." Dia angkat wajahnya sambil
menghembuskan napas panjang, terusnya:
"Sebetulnya aku telah berjanji tak akan mencampuri
urusan dunia persilatan lagi, kendatipun masalah ini
menyangkut putri kandungku aku tak berminat
mencampurinya. Tapi sekarang, rasanya aku harus
berubah pikiran, aku tak tega menyaksikan generasi
berikut terjerumus pula dalam lembah kehancuran
penderitaan dan siksaan"
Mendadak Lim Han-kim menyela:
3217 "Aku adalah seorang lelaki sejati, aku tak punya muka
bila tak mengetahui siapa ayah kandung sendiri"
"Nak, meski sudah kau ketahui apa pula yang bisa kau
lakukan?" tukas Li hujin tiba-tiba, "Kecuali penderitaan
dan siksaan batin, kau tak bisa berbuat apa-apa."
"Hubungan seorang anak dengan ayah kandungnya
adalah suatu hubungan yang genting dan alami, biar dia
seorang perampok atau bajingan tengik, aku toh tetap
harus mengakuinya sebagai ayahku sendiri" Kembali Li
hujin menggeleng. "Nak, kau sudah dewasa kini, lebih baik budi dan
dendam yang dilakukan generasi lalu tak usah dicampuri
generasi berikut:" "Orang kuno berkata, hutang ayah harus dibayar
anak, sebagai putra dari ayahku, apakah aku harus
berpeluk tangan?" "Apakah kau sanggup mengurusinya" Bicara soal ilmu
silat maupun kepintaran generasi kalian masih belum
mampu menandingi kehebatan generasi lampau." setelah
berhenti sejenak, kembali lanjut-nya: Tapi ada dua orang
yang tidak terlibat dalam peristiwa ini."
"Hujin maksudkan Pek si-hiang dan see-bun Giokhiong?"
"Benar, memang kedua orang itu yang kumaksud,
bayangkan saja bagaimana kemampuanmu bila
dibandingkan mereka berdua?"
"Walaupun dalam hal ilmu silat serta kecerdikan aku
masih belum mampu menandingi nona Pek serta seebun
3218 Giok-hiong, namun sebagai seorang lelaki sejati, aku
segan mengaku kalah terhadap mereka,"
Li hujin segera alihkan pandangan matanya ke wajah
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim hujin, ujarnya cepat: "Putramu memang kelewat
keras kepala, rasanya harus kau yang membujuknya..."
"Aku toh cuma ingin tahu siapa ayah kandungku masa
..." "Cukup nak, tak usah dilanjutkan," teriak Lim hujin
keras. Melihat wajah ibunya telah berubah merah membara
dan air mata bercucuran makin deras, Lim Han-kim tak
berani bicara lagi, ia segera tutup mulutnya rapat-rapat.
"Lebih baik suruh dia keluar dulu," perintah Li hujin
dingin. Tampaknya Lim hujin merasa amat ngeri dan takut
terhadap Li hujin, katanya setelah menengok Lim Hankim
sekejap: "Keluarlah dulu nak Aku harus berbincang-bincang
dulu dengan bibi Li-mu ini..."
"Kau terlalu serius, aku tak berani menerima panggilan
itu," tukas Li hujin ketus. Mendadak Lim Han-kim
menatap wajah Li hujin lekat-lekat, kemudian ujarnya
pelan: "Ibuku tak pandai bersilat, kendatipun beliau telah
menyalahi hujin, harap hujin mau menahan diri dan
periakukan beliau secara baik-baik, bila hujin bersikeras
ingin menuntut balas, aku bersedia mewakili orang tuaku
untuk menerima sebuah tanggung jawab itu."
3219 "Hmmmm, berapa lembar nyawa sih yang kau miliki"
sebentar ingin menanggung bebannya ayah, sebentar
akan menanggung bebannya ibu, bila aku berniat
menghabisi nyawa kalian berdua, buat apa mesti
kutunggu hingga hari ini?"
"Bila Li hujin sampai mencederai ibuku, selama hidup
akan kucatat kejadian ini di dalam hatiku."
"Sudah, cepat keluar Tak usah bersilat lidah lagi di
sini." Sementara itu Lim hujin turut menghardik
"Tampaknya kau anggap dirimu sudah dewasa hingga
perkataan ibu pun tak perlu lagi kau gubris..."
"Ananda tak berani..." Buru-buru anak muda itu balik
badan dan beranjak pergi dari situ.
Dengan perasaan gundah, sedih, masgul dan ingin
tahu pemuda itu meninggalkan pintu ruangan menuju ke
ruang Tay-sang-kek. Bau harum bunga yang semerbak menyadarkan anak
muda itu bahwa dia telah meninggalkan ruang bawah
tanah. Lim Han-kim mendongakkan kepalanya sambil
menghembuskan napas panjang, pikirannya kembali
tersadar dan jernih. Suara langkah kaki manusia bergema tiba menyusul
tampak Li Tiong-hui muncul dengan langkah tergesagesa.
3220 Begitu bertemu Lim Han-kim, segera serunya:
"saudara Lim, seebun Giok-hiong telah mengundurkan
diri..." "Mengundurkan diri.." gumam Lim Han-kim,
mendadak sambungnya dengan lantang: "seberapa
banyak masalah yang menyangkut ibumu yang kau
ketahui?" "Masalah yang menyangkut ibuku?" Li Tiong-hui
tertegun, Karena tak ada tempat pelampiasan, Lim Han-kim
segera melampiaskan semua perasaan jengkel,
mendongkol dan geramnya kepada Li Tiong-hui.
sahutnya ketus: "Betul, masalah yang menyangkut ibumu, berapa
banyak yang kau ketahui" Cepat katakan padaku."
"Tidak banyak yang kuketahui tentang masalah
ibuku," ucap Li Tiong-hui bimbang, ditatapnya pemuda
itu dengan pandangan keheranan.
"Berapa banyak yang kau ketahui, beritahukan saja
kepadaku semuanya." Li Tiong-hui tertawa hambar.
"Apakah ibuku telah menyinggung perasaan saudara
Lim?" tegurnya. "Aku pingin tahu urusan masa silamnya, bila nona
bersedia menerangkan, aku akan berhutang budi
kepadamu." "Bila aku tak bersedia menerangkan?"
"Aku yakin bisa peroleh jawaban itu dengan cara lain,"
sahut Lim Han-kim setelah tertegun sejenak, ia balik
3221 badan dan segera beranjak pergi meninggalkan tempat
itu. Sesudah berjalan sekian lama, gejolak emosi dalam
dadanya pun makin mereda, ia pun mulai berpikir:
"Kenapa ibuku harus memusnahkan sendiri ilmu silatnya"
Kenapa ia begitu takut kepada Li hujin" Di balik
semuanya ini tentu ada sebab-sebab tertentu..."
Suara teriakan ibunya serasa masih mendengung di
sisi telinganya: "Harus kukatakan pada putraku, ibunya
adalah seorang wanita jahat, wanita yang merebut
kekasih orang..." Keraguan, rasa curiga dan tak habis mengerti sekali
lagi melintas dalam pikiran Lim Han-kim, pikirnya:
"Apa mungkin ibu telah merebut kekasihnya Li hujin
hingga hubungan tiga dewi yang lebih akrab dari saudara
kandung itu berubah jadi musuh bebuyutan" Tapi siapa
pula orang ketiga dari tiga dewi itu selain ibu dan Li
hujin" Berada dimana ia sekarang?"
Ia merasa berbagai masalah yang mencurigakan dan
diliputi tabir rahasia ini berkecamuk dalam benaknya, ia
coba peras otak untuk memikirkan namun gagal peroleh
jawabannya, ia merasa bagaikan tersesat di sebuah jalan
buntu, tersesat dalam hutan belukar yang lebat.
Lama sekali ia berdiri termangu sambil peras otak, tapi
tak setitik jawaban pun berhasil diraihnya, saat itulah ia
baru teringat akan Pek si-hiang.
Dewasa ini rasanya hanya Pek si-hiang seorang yang
dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah
3222 tersebut, hanya gadis itu yang dapat menyingkap teka
teki itu. Berpikir sampai di situ, buru-buru ia lari menuju ke
gedung Teng-siong-lo. Tampak Hiang-kiok dengan pedang terhunus sedang
berdiri menghadang di mulut tangga, sepasang matanya
menyembur hawa amarah yang membara, seolah-olah
ada kobaran api yang sedang membara di sana.
Melihat kemarahan Hiang-kiok, Lim Han-kim malah
tersadar kembali dari masalah yang membelenggunya,
serunya: "Nona Hiang-kiok"
Hiang-kiok alihkan sinar matanya yang penuh amarah
itu ke wajah Lim Han-kim, sampai lama kemudian ia baru
bertanya: "Lim siangkong?"
"Yaa benar, aku"
"Ke mana saja kau selama int?"
"Oooh, aku sedang mengurusi sedikit masalah gawat,
bagaimana keadaan nona Pek?"
"Justru gara-gara kepergianmu, hampir saja nona
mengalami jalan api menuju neraka,"
"Nona Pek mengalami jalan api menuju neraka?" Lim
Han-kim sangat terkejut Tiba-tiba Hiang-kiok tertawa
cekikikan. "Bagaimana sih kamu ini" Dengarkan baik-baik
perkataanku sebelum memberi komentar, aku bilang,
hampir saja nona mengalami jalan api menuju neraka,
bukan berarti nona sudah mengalaminya . "
3223 "Kalau begitu tolong sampaikan kepada nona, katakan
ada urusan penting hendak kubicarakan dengannya."
Hiang-kiok termenung dan berpikir sebentar kemudian
katanya: "Kalau orang lain yang mengajukan permintaan ini
pasti sudah kutolak mentah-mentah, tapi berhubung Lim
siangkong yang menghendakinya, budak jadi serba
salah. Begini saja, tolong kau gantikan posisiku dengan
berjaga di mulut tangga, biar aku masuk untuk
sampaikan permintaanmu ini, coba lihat apakah nona
bisa menjumpaimu atau tidak."
"Terima kasih atas pertolonganmu"
Hiang-kiok menghela napas panjang, "Aaaai... tak
usah sungkan-sungkan, asal kau bersikap lebih baik
terhadap nona kami, itu sudah cukup,"
Lim Han-klm hanya berdiri termangu, untuk sesaat dia
tak tahu bagaimana harus meniawab ucapan tersebut
Untung Hiang-kiok tidak ada maksud menunggu
jawabannya, ia balik badan dan segera berlalu.
Tak selang berapa saat kemudian, ia sudah muncul
dengan wajah penuh rasa menyesal, katanya:
"Maaf Lim siangkong, saat ini nona belum bisa
menerimamu harus ditunggu sampai tengah malam
nanti." "Baiklah, biar aku menunggunya di sini" setengah
harian dalam penantian merupakan saat yang paling
menyiksa bagi Lim Han-kim, dalam ingatan pemuda
tersebut, waktu seakan-akan merangkak sangat lambat
3224 Dengan susah payah akhirnya waktu tengah malam
pun menjelang tiba. Tampaknya selama ini Hiang-kiok
selalu perhatikan gerak gerik Lim Han-kim, baru saja
tengah malam lewat ia sudah naik kembali ke loteng
untuk melongok keadaan Pek Si-hiang. Tak lama
kemudian ia sudah muncul kembali sambil berseru:
"Nona telah sadar kembali kini, silakan siangkong naik
ke loteng untuk menjenguknya "
Lim Han-kim menyahut dan mengikuti di belakang
Hiang-kiok naik ke ruang Teng-siong-lo.
Waktu itu Pek si-hiang dengan pakaian serba putih
sudah duduk di belakang meja dengan wajah cerah dan
berseri. Cahaya lilin di meja membuat seluruh ruangan terang
benderang bagaikan bermandi cahaya, sambil memberi
hormat seru Lim Han- kim:
"Selamat nona, tampaknya semedimu telah mencapai
puncak kesempurnaan."
"Menurut Hiang-kiok. kau sudah lama menunggu..."
ucap Pek si-hiang sambil ter-senyum, "Dalam lima hari
belakangan ini, tentu sudah banyak kejadian yang kau
alami, masalah sulit apa yang kau hadapi sekarang?"
"Panjang untuk diceritakan..." Lim Han- kim menghela
napas panjang. "Kehidupan manusia memang penuh dihiasi kejadian
yang kurang berkenan di hati, seringkali delapan puluh
persen masalah yang dijumpai manusia adalah kejadian
yang tak menyenangkan kau tak perlu kelewat sedih atau
emosi, coba terangkan satu persatu kepadaku."
3225 Nada pembicaraannya lembut penuh kasih sayang,
tapi memiliki daya pengaruh yang besar.
Lim Han- kim angkat wajahnya memandang Pek sihiang
sekejap. lalu katanya: "Nona Pek. aku telah menjumpai suatu peristiwa yang
amat pelik, harap nona bersedia memberi petunjuk. "
"Apakah menyangkut masalah asal usulmu?" tanya
Pek si-hiang sambil tersenyum.
"Darimana nona bisa tahu?" tanya Lim Han- kim
dengan wajah tertegun bercampur keheranan.
"Padahal bukan suatu kejadian aneh bila sudah tahu
masalahnya, Li hujin pernah membicarakan masalah ini
denganku, walau secara garis besar dan tidak terlalu
terperinci nah, bila kau ingin menanyakan sesuatu.
katakanlah sekarang..."
Secara singkat Lim Han- kim pun menceritakan semua
masalah yang sedang dihadapinya sekarang...
Selesai mendengar penuturan tersebut Pek si-hiang
menghembuskan napas panjang, katanya:
"Jadi kau hanya ingin tahu siapa ayah kandungmu?"
"Aku pingin tahu semua budi dendam yang
menyangkut masalah ini," sahut Lim Han- kim setelah
termenung sejenak. "Padahal urusan ini menyangkut angkatan tuamu
sendiri, apa pula yang bisa kau perbuat setelah
mengetahui semua peristiwa ini secara jelas" semisalnya
semua kesalahan besar ini terletak di bahu ibumu, apa
pula yang hendak kau lakukan?"
3226 "Soal ini... soal ini..." Lim Han- kim tertegun. sambil
tersenyum Pek si-hiang melanjutkan:
"Tidak usah ini itu lagi, sebenarnya semua bencana
dan badai yang melanda dunia persilatan saat ini ada
sangkut pautnya dengan budi dendam dari keluarga
kalian, secara kebetulan pula LiTiong-hui berhasil
merebut kursi Bengcu hingga tanpa ia sadari masalah
yang terjadi dalam dunia persilatan telah ia gabung
menjadi satu dengan masalah pelik yang menyangkut
keluargamu." Setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Cuma, hal ini pun bukan suatu kebetulan, semua
perselisihan yang diperbuat generasi tua kalian memang
sudah sewajarnya bila dipikul oleh generasi berikutnya,
apalagi baik generasi lalu maupun generasi sekarang
semuanya merupakan tokoh-tokoh silat kenamaan dalam
dunia persilatan dengan titik sentral terletak di
perkampungan keluarga Hong-san ini, maka sudah
sewajarnya bila sengketa ini diselesaikan pada saat ini
hingga tuntas, sebab bila tertunda lagi mungkin akan
menjerumuskan generasi berikut ke dalam pertikaian
berdarah." "Nona, tampaknya kau seperti sudah paham betul
dengan peristiwa ini...?" seru Lim Han- kim tertes un.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kendatipun aku tidak mengetahui secara terperinci,
tapi bisa kupahami secara garis besarnya, Yang
dimaksudkan sebagai pertikaian dunia persilatan agaknya
sebagian besar terpusat pada kalian beberapa orang,
perlu kau ketahui, nama besar keluarga Hong-san bisa
3227 berkibar seratus tahun lamanya dalam dunia persilatan,
hal ini bukanlah suatu kejadian yang gampang.
Suatu keluarga persilatan berbeda sekali keadaannya
dengan suatu partai atau perguruan besar, Bila suatu
partai atau perguruan besar maka mereka secara bebas
dapat menerima umum yang berbakat untuk dilatih
menjadi jagoan yang meneruskan cita-cita partainya,
sedangkan suatu keluarga persilatan hanya bisa
mewariskan kepandaiannya kepada anak keturunan
sendiri, padahal belum tentu setiap generasi berikutnya
memiliki keturunan yang berbakat.
Bayangkan saja, untuk menjaga nama harum keluarga
Hong-san dalam dunia persilatan selama seratus tahun,
berapa banyak pikiran dan tenaga yang harus
dikorbankan keluarga tersebut selama ini..." sesudah
termenung sejenak, lanjutnya:
"Li hujin adalah seorang wanita berbakat yang
memiliki kepandaian luar biasa, sayang kehidupannya
penuh penderitaan dan kesedihan, ia tak pernah
mengenyam kehidupan yang gembira apalagi bahagia..."
"Sebab apa pula ia mengalami hal tersebut?" sela Lim
Han- kim. "Akan kuberitahukan padamu, cuma jangan kau sebar
luaskan di luaran." "Pasti akan kuingat pesan nona."
"Untuk melindungi reputasi dan pamor dari keluarga
Hong-san agar tidak memudar, hanya ada satu cara yang
bisa mereka tempuh, yaitu memilih seorang menantu
yang cantik, pintar dan memiliki ilmu silat tangguh.
3228 Dalam situasi dan kebutuhan yang mendesak bagi
keluarga Hong-san macam itulah, dia kawin dengan Li
Tong- yang dan menjadi istri dari tokoh tersebut. Tapi
dengan pilihan ini, akhirnya dia pun harus
mempertaruhkan kebahagiaan dari seluruh hidupnya."
Lim Han- kim termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian ujarnya: "Jadi maksud nona, Li hujin bisa kawin dengan Li
Tong-yang karena hal ini terpaksa oleh keadaan dan
bukan atas kemauannya sendiri?"
"Bagaimana kisah sesungguhnya aku sendiri pun tak
tahu, tapi yang pasti mereka adalah sepasang suami istri
yang tidak pernah bahagia."
Lim Han- kim mengerutkan dahinya rapat-rapat,
termenung dan tidak bicara lagi.
Setelah membetulkan rambutnya yang kusut, Pek Sihiang
ikut menghela napas panjang, lanjutnya:
"Kautak mungkin bisa membayangkan penderitaan
dan siksaan batin yang dialami Li hujin selama ini, oleh
sebab itulah sikapnya dingin dan hambar, dia lewatkan
hidupnya dalam kesepian dan kesendirian, bahkan
terhadap anak kandung sendiri pun sama sekali tidak
menaruh perhatian apalagi kasih sayang."
"Kalau begitu penderitaan yang dialami ibuku pasti
jauh lebih tragis dan menderita?" Pek si-hiang
tersenyum. "Itu sih menurut pandanganmu, siapa tahu ibumu
justru merasa puas dan bahagia?"
3229 "Sepanjang hidup ibuku selalu menderita dan tersiksa,
seingatku, belum pernah ibu tersenyum riang apalagi
tertawa gembira." "Aaaai... bila ibumu tak pernah merasakan gembira
dan bahagia, mengapa ia bersedia membayar mahal
kebahagiaannya dengan memusnahkan seluruh ilmu silat
sendiri" Hanya saja, kebahagian yang dinikmati ibumu
berlangsung kelewat singkat"
Lim Han- kim hanya berdiri melongo, untuk berapa
saat lamanya dia tak tahu bagaimana harus memberikan
komentarnya. Setelah menghela napas panjang, Pek si-hiang berkata
lebih lanjut. "Tak usah kelewat sedih, ibumu adalah seorang tokoh
yang patut dihormati dan dikagumi, untuk meraih
kebahagiaan yang berlangsung singkat dia rela
mengorbankan kesunyian dalam sepanjang hidupnya, hal
ini membuktikan betapa tingginya ia menilai arti dari
sebuah cinta. Dengan susah payah ia memeliharamu, mendidikmu
hingga dewasa, kesemuanya ini tak lain mencerminkan
betapa sucinya rasa cinta yang telah ia berikan selama ini
kepada kekasihnya. Baik Li hujin maupun ibumu, mereka berdua samasama
merupakan wanita cantik yang berbakat hebat, kau
tak boleh memandang dan menilai mereka dengan sudut
pandangan orang awam, apabila kisah tragis yang
mereka alami harus diluapkan ke luar, tak nanti mereka
berdua akan mengalami kehidupan seperti ini..."
3230 Lim Han- kim menghela napas panjang, selanya:
"Nona, aku Lim Han- kim adalah seorang pria sejati..."
"Apa gunanya seorang pria sejati?" tukas Pek si-hiang
sambil menggeleng, "Tak ada orang tua yang salah di
dunia ini, sebagai putra mereka, masa kau ingin
bermusuhan dengan orang tua sendiri?"
"Nona jangan salah paham, maksudku..."
"Aku tahu, kau merasa hal yang menyesakkan dadamu
selama ini tak tersalurkan keluar, padahal bila kau mau
memikirkan lebih dalam, maka perasaanmu akan menjadi
tenang dengan sendirinya, Tentang urusan ibumu, aku
sendiri pun kurang begitu jelas, tapi aku dapat
memberitahukan sedikit tentang urusan yang
menyangkut Li hujin..." setelah membetulkan rambutnya
yang kusut, ia melanjutkan.
"Tatkala Li hujin kawin dengan Li Tong-yang, ia
pernah mengucapkan beberapa patah kata dan sejak itu
sepanjang hidupnya ia memegang teguh janjinya itu.
puluhan tahun bagaikan sehari, ternyata hingga kini ia
tidak mengubahnya sama sekali."
"Apa yang pernah dia ucapkan?"
"la berjanji kepada Li Tong-yang untuk memberinya
satu putra dan satu putri sebagai garis keturunannya,
kemudian akan hidup mengasingkan diri dalam
perkampungan keluarga Hong-san dan sepanjang hidup
tidak meninggalkan perkampungan itu lagi barang
selangkah pun, ternyata selama puluhan tahun terakhir
dia pegang janjinya erat-erat."
3231 Agaknya Lim Han- kim belum memahami maksud
perkataan itu, lama sekali ia termenung sebelum
akhirnya menyadari apa makna dari ucapan tersebut,
serunya kemudian: "Jadi maksud nona, sebetulnya Li hujin tidak cinta Li
Tong-yang dan pekawinannya dilangsungkan karena
terpaksa?" "Benar, ia memang dipaksa oleh keadaan. Dalam
suatu situasi yang pelik Li hujin terpaksa dan mau tak
mau harus kawin dengan Li Tong- yang, meski dia
menyerah oleh tuntutan keadaan namun tak rela
menjalani kehidupan seterusnya dalam suasana begitu,
maka dia pun berubah, berubah jadi dingin, kaku dan
sama sekali tak punya perasaan."
"Aaaai, cerita ini sulit dipercaya bila tidak diceritakan
oleh nona Pek sendiri.."
"Akan kusinggung lagi satu masalah, kau pasti akan
percaya setelah mendengarnya."
"Coba nona sebutkan"
"Jangan lagi Li Tong-Yang sudah lama mati, biarpun
dia masih hidup segar bugarpun belum tentu
perkampungan keluarga Hong-san bisa dipertahankan
hingga kini. Tapi kenyataannya keluarga Hong-san masih
tetap berdiri tegak. bukan saja tidak melemah bahkan
semakin tangguh, tahukah kau semuanya ini berkat
kekuatan siapa?" "Nyonya Li?" "Benar, memang berkat nyonya Li, hal ini
membuktikan bahwa keluarga Hong-san memang tak
3232 salah memilih menantu..." setelah menghembuskan
napas panjang, lanjutnya:
"Sebaliknya kejadian ini justru makin menyiksa batin Li
hujin, meskipun ia tak berminat untuk melindungi nama
besar perkampungan keluarga Hong-san, namun mau tak
mau dia harus melindungi juga reputasi serta pamor
perkampungannya." "Nona, aku tak paham akan satu hal."
"Soal apa?" "Boleh saja Li hujin tidak mencintai suami-nya, masa
terhadap anak kandung sendiri pun ia tak menaruh cinta
kasih?" "Titik kelemahan inilah yang berhasil di ketahui Li
Tong- yang sebelum ajalnya, dia tahu di saat
perkampungan keluarga Hong-san menghadapi kesulitan
apalagi berada di ambang kehancuran, secara otomatis
dan mau tak mau Li hujin pasti akan tampil ke depan
untuk membela, sebab bagaimana pun juga putra
putrinya adalah anak kandung yang dilahirkan lewat
rahimnya." "Aaaai... sungguh tak kusangka di antara suami istri
pun saling menggunakan taktik dan akal muslihat"
Tiba-tiba dari luar ruangan berkumandang datang
suara seruan dari Li hujin: "Nona Pek, sudah selesaikah
latihanmu?" "Berkat lindungan Thian, aku berhasil lolos dari
momok jalan api menuju neraka, silakan masuk hujin"
3233 Belum habis perkataan itu diucapkan, Li hujin sudah
muncul dalam ruangan. Pek si-hiang segera bangkit
berdiri untuk menyambut, hormatnya: "Menjumpai hujin"
"Tak usah banyak adat..." tampik Li hujin sambil
mengulapkan tangannya. Kemudian sambil mengalihkan
pandangannya ke wajah Lim Han- kim, lanjutnya: "sudah
kutebak kau pasti berada di sini, ternyata tebakanku
memang tepat" "Memang ada beberapa masalah yang tidak begitu
kupahami, maka sengaja aku kemari untuk mohon
petunjuknya." Dengan sorot mata yang tajam Li hujin menatap
wajah Pek si-hiang, kemudian tegurnya: "Nak, apakah
sudah kau sampaikan semua pembicaraanku denganmu
tempo hari?" "Hanya sebagian," sahut Pek si-hiang tersenyum,
"Tapi aku yakin ia akan mengetahui latar belakangnya
dalam waktu singkat, oleh sebab itu tak ada salahnya
bila kita beberkan semuanya kepada dia."
Wajah Li hujin berubah sedingin salju, tapi nada
suaranya masih ramah dan tenang, katanya:
"Nak, kau tak boleh membeberkan kelewat banyak
rahasia pribadiku" "Bagaimana dengan masalah yang menyangkut ibu
kandungnya" Apakah aku pun tak boleh memberitahukan
kepadanya?" Setelah tertegun sesaat sahutnya: "Berapa banyak
yang kau ketahui tentang masalah pribadi Lim hujin?"
3234 "Biarpun latar belakangnya tidak kuketahui, paling
tidak bisa kujelaskan secara garis besarnya."
Li hujin termenung sejenak. mendadak tanyanya:
"llmu silat apa sih yang sedang kau pelajari?"
Lenyap seketika senyuman yang menghiasi bibir Pek
si-hiang, ia terbungkam dalam seribu basa.
Suasana dalam ruanganpun berubah jadi hening,
begitu sepinya hingga napas setiap orang kedengaran
jelas. Dengan perasaan keheranan Lim Han-kim berpikir.
"Aneh, kenapa mereka berdua sama-sama
membungkam?" sampai lama kemudian Li hujin baru
berkata lagi: "Cepat beritahu padaku, ilmu silat apa yang sedang
kau latih dan seberapa hebat daya hancurnya?"
Pek si-hiang menghela napas panjang.
"Hujin, sudah lama kau hidup mengasingkan diri dan
jauh dari keramaian keduniawian buat apa sih kau masih
memiliki sifat ingin menang yang begitu kuat" Maaf
hujin, bukan aku bermaksud melukai hatimu, tapi katakata
tersebut memang muncul dari lubuk hatiku."
"Belum pernah kudengar ada ilmu silat yang bisa
dipelajari hanya dalam waktu lima hari, hal inilah yang
mendorong rasa ingin tahuku," kata Li hujin hambar.
"Sebenarnya aku sudah memiliki dasar yang kuat
dalam ilmu tersebut, waktu selama lima hari hanya
kupakai untuk mengulang kembali hasil latihanku dulu."
"Jadi ilmu itu adalah ilmu sesat sembilan iblis?"
3235 "Bukan, yang kulatih adalah sim-hoat dari aliran
lurus." "Bisa kau perlihatkan padaku?"
"Tidak." "Kenapa?" "Tenaga dalamku belum memiliki dasar yang kuat
hingga penggunaan tenaga tidak terkendali sama sekali,
aku hanya bisa memakai bukan mengendalikan takutnya,
bila kugunakan maka semua tenagaku akan tersalur
keluar tanpa bisa dicegah lagi."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nak. mengakulah dengan jujur, dengan melatih ilmu
silat macam itu, sebenarnya siapa yang hendak kau
hadapi" Aku" Atau seebun Giok-hiong?"
Pek si-hiang angkat wajahnya, menatap muka Li hujin
tajam-tajam, sampai lama kemudian ia baru berkata:
"Selama ini kau bersikap baik kepadaku."
"Tapi kejadian yang melukai hati di masa lampau
membuat hatiku selalu was-was, karenaaku pun telah
melakukan beberapa tindakan yang menimbulkan
kepedihan hati orang lain"
Dalam pada itu Lim Han- kim yang tak paham dengan
maksud pembicaraan kedua orang itu hanya bisa
memandangi mereka dengan termangu. Pelan-pelan Pek
si-hiang pejamkan mata-nya, ia berkata:
"Mungkin kau masih sanggup melukai diriku bila ingin
kau lakukan sekarang." Li hujin tertawa hambar.
"Bila aku ingin mencabut nyawamu nak. tak perlu
kubiarkan kau hidup hingga hari ini" katanya.
3236 "Hal ini dikarenakan kau tak menyangka bila aku
sanggup mempelajari ilmu sakti hanya dalam waktu 5
hari yang singkat." "Sampai detik ini, aku masih belum terlalu percaya."
Pek Si-hiang tertawa getir.
"Percayalah padaku, aku berbicara sejujurnya, tiada
orang yang mampu membendung ilmu silat yang sedang
kulatih ini, termasuk hujin maupun Seebun Giok-hiong."
"Nak. di kala aku masih seusiamu dulu, seperti halnya
dirimu, aku diliputi bayangan khayal, bayangan mukjijat,
tapi kenyataannya aku harus hidup menderita selama
puluhan tahun di dalam kehidupan yang amat sederhana
dan bersahaja." "Aku tahu, sayang kita berbeda, kau tidak memiliki
kesempatan macam aku, mempelajari rahasia ilmu silat
yang luar biasa dan tak pernah ada selama ribuan tahun
terakhir, tak ada sejenis ilmu silat pun di dunia ini yang
bisa lolos dari pengetahuan yang kumiliki. Benar aku tak
pandai bersilat, tapi aku tahu dimana letak
keampuhannya suatu ilmu dan bagaimana cara
menangkalnya, Aku tahu dan bisa menggunakan suatu
cara yang gampang dan sederhana untuk menyalurkan
segenap kekuatan tersembunyi yang kumiliki untuk
mencapai tujuanku, sedang kau, kau tak bisa dan tak
mampu." Lama sekali Li hujin termenung, nampaknya ia
tersudut, tapi kemudian ujarnya:
"Mungkin saja banyak pengetahuan tentang ilmu silat
yang kau ketahui, tapi tahukah kau akan rahasia asal
usulmu?" 3237 "Aku tahu, ibu kandungku masih berada dalam
perkampungan keluarga Hong-san saat ini."
"Thian- hok sangjin yang memberitahukan rahasia ini
kepadamu?" tanya Li hujin agak terkejut.
Pek si-hiang menggeleng, "Bukan, bukan dia, ibu yang
memelihara aku yang memberitahukan rahasia ini
padaku." "Gadis naga berbaju hitam?"
"Benar, memang dia."
"Aneh, darimana ia bisa mengetahui latar belakang
rahasia ini?" "Kalau soal ini mah aku sendiri tak jelas." setelah
berhenti sejenak, tiba-tiba serunya dengan suara dalam:
"Ada satu hal ingin kutanyakan kepada hujin."
"Tentang jejak ibu kandungmu?"
"Aku hanya ingin tahu dia masih hidup atau sudah
mati?" "Masih hidup segar bugar di dunia ini, bahkan
semalam aku masih pergi menjenguknya."
"Apakah ia sudah tahu kalau putri kandung nya kini
juga hadir di perkampungan keluarga Hong-san?"
"Telah kuberitahukan hal ini kepadanya."
"Ibu pasti gembira setelah mendengar kabar itu?"
"Tidak, ia bersikap dingin dan hambar."
3238 Pek si-hiang pun berpaling dan memandang Lim Hankim
sekejap. bisiknya: "Menantilah dengan sabar,
peristiwa ini pasti akan terungkap dengan jelas."
"Sifat ibumu persis seperti watakmu sekarang," kata Li
hujin kembali dengan wajah dingin, "Lemah lembut
kelihatannya tapi keras kepala sebenarnya, yang berbeda
adalah dia tidak memiliki kecerdasan seperti kau, sedang
kau tidak memiliki kehebatan ilmu silat seperti dia."
Lim Han- kim yang mengikuti jalannya pembicaraan
tersebut diam-diam berpikir.
"Tadinya ibuku yang menjadi pokok pembicaraan,
kenapa sekarang masalah ibunya nona Pek yang menjadi
bahan pembicaraan" Apa mungkin ibunya nona Pek juga
berada dalam perkampungan keluarga Hong-san."
Berpikir sampai di situ, tiba-tiba satu ingatan melintas
dalam benaknya, ia berpikir lebih jauh:
"Aaaah benar, bukankah tiga dewi terdiri dari tiga
bersaudara" Li hujin adalah dewi pertama, ibuku kedua,
berarti ibunya Pek si-hiang adalah si Dewi terakhir..."
Berpikir begitu, dia pun pasang telinga baik-baik untuk
mendengarkan lebih lanjut. sementara itu Pek si-hiang
telah bertanya setelah menghela napas panjang:
"Apakah ilmu silat yang dimiliki ibuku sangat hebat?"
"Bila dibandingkan kepandaianku tentu saja ia masih
bukan tandinganku" "Bila kepandaian silatnya jauh di atas kemampuanmu,
mustahil kau bisa mengurungnya dalam perkampungan
keluarga Hong-san-" 3239 "Benar, aku memang menyekapnya selama belasan
tahun dalam perkampungan keluarga Hong-san, tapi dia
dapat melewati hidupnya dalam keadaan baik dan
gembira, semenjak aku kawin, selama ini aku tak pernah
tinggalkan perkampungan ini barang selangkah pun, dia
sendiri yang datang kemari mencariku." setelah berhenti
sejenak. lanjutnya: "Kau jangan salah paham nak. aku hanya bermaksud
memberi penjelasan padamu, hingga detik ini aku masih
belum percaya kalau kau hendak menentang aku."
"Aku mengerti, kau memiliki alasan yang sangat
prima, semua kesalahan kau jatuhkan ke pundak ibuku."
"Aaaaai... kau memang berbeda dengan orang lain
nak. selewatnya badai besar ini, pasti akan
kupertemukan kau dengan ibu kandungmu agar semua
pertikaian yang dialami generasi lampau bisa diselesaikan
hingga tuntas dan kau pun bisa mengetahui kejadian
sebenarnya secara jelas dan gamblang."
Lalu diliriknya Lim Han- kim sekejap dan melanjutkan.
"Tentu saja termasuk pertikaianku dengan ibumu."
Setelah berhenti sejenak untuk tukar napas, Li hujin
berkata kembali: "sekarang kalian tak perlu pecahkan perhatian untuk
memikirkan persoalan ini, manfaatkan sebaik-baiknya
sisa waktu yang tinggal belasan hari ini untuk
menghimpun tenaga, Bila badai besar ini dapat kita
lewatkan dengan selamat, maka semuanya pun akan
kubeberkan secara gamblang, dan sampai waktunya
kalian bakal tahu kejadian apa yang sebenarnya
dilakukan generasi tua kalian."
3240 "Tak usah kuatir nyonya, aku jamin kemenangan pasti
berada di pihak kita..."
BAB 50. Menjumpai seebun Giok hiong
"Jangan kelewat percaya diri." Li hujin mengingatkan,
"Kemampuan seebun Giok- hiong luar biasa, sebelum
kejadian hari ini, aku pun mempunyai keyakinan seperti
dirimu, Tapi sekarang, keyakinanku sudah mulai goyah,
jangan lagi ia berhasil menjaring begitu banyak jago lihay
untuk membantu kubunya, hanya seebun Giok-hiong
seorang pun sudah cukup memusingkan kepala kita."
"Kenapa keyakinan hujin bisa goyah?"
"Kalau cuma berbicara masalah ilmu silat, biarpun
seebun Giok-hiong berlatih berapa tahun lagi belum
tentu mampu mengalahkan aku, tapi pengetahuannya
yang begitu luas dan pikirannya yang begitu cemerlang,
rasanya kita tak boleh menghadapi secara sembarangan"
"Maksudmu dia berhasil menguasai ilmu Yoga dan
beberapa macam ilmu sesat lain-nya?"
"Bukan cuma begitu, aku curiga dia telah menguasai
beberapa macam ilmu sesat yang luar biasa."
"Tidak apa-apa, sehebat-hebatnya kepandaian silat
yang dipelajari inti sarinya toh tetap sama. Dengan
kemampuan yang hujin miliki sekarang masih lebih dari
cukup untuk menghadapinya . "
"Moga-moga saja begitu."
3241 Selesai berkata, dia pun beranjak pergi meninggalkan
tempat itu. Menanti bayangan punggung Li hujin sudah lenyap
dari pandangan, Lim Han-kim baru berkata:
"Apakah nona baru hari ini tahu kalau ibumu berada di
perkampungan keluarga Hong-san?"
"Tidak, rahasia ini sudah lama kuketahui, hanya tidak
tahu berada dimana sekarang. Suatu ketika aku pernah
curiga Li hujin adalah ibu kandungku, tapi dengan cepat
aku sadar bahwa dugaanku itu salah besar."
"Nona tidak pernah menanyakan masa lampaumu?"
"Tidak. aku tahu saatnya belum tiba, ditanyakan juga
percuma." Lim Han- kim menggerakkan bibirnya seperti akan
mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut segera
diurungkan. "Apa yang ingin kau katakan?" tegur Pek si-hiang.
"Menurut penuturan ibuku, mereka pernah
mempunyai tiga bersaudara yang sangat akrab, Li hujin
menempati posisi pertama, ibuku kedua, dan mungkin
sekali ibumu menempati urutan ketiga."
"Ehmm, bisa jadi ibuku nomor tiga."
Lim Han- kim menghela napas panjang: "Aaaai... kalau
menuruti kemauan Li hujin, dia baru akan bercerita bila
badai pembunuhan ini sudah lewat, padahal andaikata
dalam pertarungan ini ada di antara mereka yang
tewas..." "Maksudmu Li hujin?"
3242 "Entah Li hujin atau diriku, asal salah seorang di
antara kami tewas, bukankah teka teki asal usulku akan
menjadi rahasia untuk selamanya..." Pek si-hiang turut
menghela napas panjang, selanya:
"Bila dugaanku tak salah, kemungkinan besar ayahmu
akan turut menghadiri pertemuan puncak ini."
"Ayahku masih hidup?"
"Apa yang diceritakan ibumu kepadamu" Apa dia
menyatakan ayahmu sudah meninggal."
Lim Han- kim coba berpikir sebentar, benar juga,
ibunya memang tak pernah menyatakan kalau ayahnya
telah meninggal karena itu ujarnya:
"Nona bisa mengatakan kemungkinan tersebut berarti
kau sudah tahu bukan siapa ayahku?"
"Aku tak tahu, tapi banyak orang mengetahui hal ini."
"Siapa?" "Ciu Huang, Thian-hok sangjin, gurumu Tan ceng-po...
aku rasa mereka semua pasti tahu..."
"Anehnya kenapa mereka segan memberitahukan hal
ini kepadaku?" "Aku rasa tentu ada sebab-sebab tertentu, mungkin
mereka enggan menyinggung kembali peristiwa lama
hingga melukai perasaan ibumu, mungkin juga karena
masalah ini menyangkut keadaan yang gawat sehingga
tak berani bicara sembarangan..." setelah berhenti
sejenak, kembali terus-nya:
"Sabarlah sedikit, paling lama toh setengah bulan lagi
semuanya akan terungkap. Bukankah kau sudah
3243 menunggu hampir dua puluh tahun lamanya, kenapa tak
mau menunggu setengah bulan lagi" Di samping itu,
masih ada satu urusan lagi aku butuh bantuanmu."
"Butuh bantuanku?"
"Benar, hanya aku tak tahu punya nyalikah kau untuk
melaksanakan hal ini?"
"Asal bisa kulaksanakan, tentu akan kulakukan"
"Bagaimana kalau kuminta kau pergi nyerempet
bahaya?" "Mau suruh terjun ke air atau api, pasti akan
kulakukan" "Maksudmu kau bersedia hidup untukku, begitu juga
bersedia mati untukku?"
"Betul, silakan nona sampaikan permintaanmu."
"Temani aku pergi menjumpai seebun Giok-hiong."
"Mau apa bertemu dengannya?"
"Aku berharap bisa mencegah terjadinya pertumpahan
darah kali ini, jadi aku berniat membujuknya agar
menghapus niatnya untuk membalas dendam, apalagi
kalau bisa mengubah suasana yang mengerikan dan
penuh ancaman bahaya maut dalam perkampungan
keluarga Hong-san ini menjadi suasana yang tenang dan
penuh kedamaian-" "Aku takut keinginanmu itu sukar terkabul."
"Sekalipun gagal, paling tidak aku telah berusaha
sebatas kemampuanku, asal kau mau menuruti
3244 perkataanku, kemungkinan untuk berhasil sudah lima
puluh persen berada di tangan kita."
"Mana mungkin." Lim Han- kim menggeleng, "Kecuali
kau mampu membunuhnya, kalau tidak, kemungkinan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk berhasil minim sekali harapannya."
"Kau berpendapat begitu apa karena dia enggan
menuruti bujukan dan nasehatmu?"
"Sudah kubeberkan untung ruginya bila pertarungan
ini dilanjutkan, bukan saja semua kemampuanku telah
dicurahkan, bahkan mulut serasa sudah kecut semua
lantaran banyak bicara, tapi nyatanya dia tetap nekat
dengan rencananya, ia tolak mentah-mentah semua
bujuk rayuku, apalagi tadi dia sudah mengadakan
perjanjian dengan Li hujin untuk berduel, situasi
sekarang ibarat anak panah sudah siap dilepaskan, mana
mungkin bisa dihalangi lagi..." Pek si-hiang tertawa
hambar. "Masa kau tidak merasa kalau di antara kita berdua
terdapat perbedaan, apa yang tak sanggup kau lakukan,
mungkin saja bisa kulaksanakan dengan baik?"
Lim Han- kim cukup mengerti akan kemampuan dari
gadis tersebut, bahkan kehebatannya berapa ratus kali
lebih hebat darinya, karena itu untuk sesaat dia hanya
termangu. Pek si-hiang menghela napas panjang,
katanya lagi dengan lembut:
"Bila ia mengerti kalau harapannya untuk meraih
kemenangan dalam pertarungan ini amat tipis,
bayangkan sendiri, apakah dia masih akan berkeras
kepala..." 3245 "Tindak tanduk seebun Giok- hiong selama ini hanya
menuruti suara hati sendiri, belum tentu ia percaya
dengan perkataanmu itu, kecuali seketika itu juga kau
berhasil menaklukkannya . "
Tiba-tiba Pek si-hiang bangkit berdiri, katanya sambil
menggenggam tangan Lim Han- kim erat-erat:
"Temani aku, masa kau tega biarkan aku pergi
seorang diri?" "Baiklah" ucap Lim Han- kim akhirnya, "Bila kau
bersikeras hendak pergi, tentu akan kutemani
kepergianmu ini, cuma seebun Giok- hiong sudah dibuat
lupa daratan oleh kobaran dendam kesumatnya, siapa
tahu ia malah berniat membunuhmu"
"Masalah ini tak boleh ditunda lagi, bagaimana kalau
kita berangkat sekarang?"
"Budak bersedia menemani nona" seru siok-bwee dan
Hiang-kiok bersama-sama. "Tidak usah," tampik Pek si-hiang sambil menggeleng,
"Asal Lim siangkong bersedia menemani aku, itu sudah
cukup, lebih baik kalian berjaga di sini sambil menunggu
kepulanganku. " "Kapan nona baru kembali?" tanya Siok-bwee.
Pek Si-hiang periksa sebentar keadaan cuaca di luar,
lalu sahutnya: "Paling lambat sebelum tengah hari."
"Kini fajar pun belum menyingsing kemana nona
hendak mencari Seebun Giok-hiong?" tanya Lim Han-kim.
3246 "Ayoh berangkat saja pokoknya aku punya cara untuk
menemukan jejaknya" seru Pek si-hiang sambil turun dari
loteng. Dengan mengikuti di belakang Pek Si-hiang,
berangkatlah Lim Han-kim berdua meninggalkan
bangunan loteng Teng-siong-lo.
Keadaan Pek Si-hiang masih nampak lemah sekali,
waktu berjalan tubuhnya gontai kesana kemari, seolaholah
untuk berdiri tegak pun masih belum sanggup.
Menyaksikan hal ini Lim Han-kim berpikir.
"Sudah sekian lama kau melatih diri tapi nyatanya
untuk berjalan sendiri pun masih amat lemah dan tak
bertenaga, mana mungkin bisa mengalahkan Seebun
Giok-hiong dalam suatu pertarungan nyata" Nampaknya
perjalanan malam ini lebih banyak bahayanya ketimba
selamat..." Berpikir sampai di situ, tak kuasa lagi dia merangkul
tubuh Pek Si-hiang dan membantunya meneruskan
perjalanan Saat itu penjagaan di seputar perkampungan keluarga
Hong-san ekstra ketat, sekeliling gedung Tay-sang-kek
maupun gedung Teng-siong-lo dijaga oleh segerombol
dayang dari keluarga Hong-san- Hanya saja mereka
semua bersembunyi di balik semak belukar dan
pepohonan hingga orang yang tak tahu latar
belakangnya, sulit untuk menemukan jejak mereka.
Untung juga kawanan dayang itu sudah pada
mengenal siapa Lim Han- kim serta Pek si-hiang, karena
itu tatkala melihat sepasang muda mudi ini berjalan
3247 sambil berangkulan, tak seorang pun di antara mereka
yang menegur atau menghalangi.
Semenjak kehadiran para jago dari siau-lim-pay dan
Bu-tong-pay, ong popo yang bertugas menjaga
keamanan lembah Ban-siong-kok telah menarik semua
kekuatannya untuk berjaga di gedung bagian dalam,
sedang keamanan di luar gedung menjadi tanggung
jawab para jago. Saat itu, tanggung jawab keamanan seluruh lembah
oleh Li Tiong-hui sebagai Bu- lim Bengcu telah
diserahkan ke tangan ketua Bu-tong-pay, Thian-hok
sangjin- Meskipun kawanan jago yang bertugas menjaga
keamanan lembah tidak mengenal Lim Han- kim serta
Pek si-hiang, namun berhubung kedua orang ini muncul
dari gedung bagian belakang, otomatis tak seorang pun
yang mencoba menegur atau menghalangi.
Setibanya di mulut lembah, kepergian mereka baru
dihadang oleh seorang pendeta setengah umur yang
bersenjata sebuah toya. "Apa maksud kalian berdua
datang kemari?" tegurnya.
"Kami sedang melaksanakan tugas dari Li hujin untuk
memeriksa posisi musuh di luar lembah," jawab Pek sihiang
cepat. Dengan seksama pendeta setengah umur itu meneliti
wajah Lim Han- kim serta Pek si-hiang, kemudian pelanpelan
mengundurkan diri dari situ.
Jelas dalam hati kecilnya sudah timbul perasaan
curiga, hanya dia segan banyak bertanya, Pek si-hiang
3248 segera berjalan meninggalkan lembah, beberapa kaki
kemudian dia baru menghembuskan napas panjang
seraya berkata: "Seharusnya Li Tiong-hui menggunakan kata-kata
sandi sebagai kode rahasia, dengan menggunakan kata
sandi, seseorang baru boleh masuk kelaur lembah
dengan leluasa, cara seceroboh ini berbahaya sekali
untuk keamanan mereka, Tapi untung bagi kita, coba
kalau kata sandi telah dipergunakan mungkin sulit bagi
kita untuk keluar lembah malam ini." Lim Han- kim
berpikir dalam hati: "Meninjau dari sikapnya yang begitu santai, agaknya ia
mempunyai keyakinan penuh untuk mensukseskan
langkahnya malam ini..." Berpikir begitu, dia pun
bertanya: "Kegelapan malam masih menyelimuti seluruh jagad,
kemana kita harus mencari seebun Giok- hiong?"
"Gampang sekalL cepat bimbing aku ke sana"
Lim Han- kim berkerut kening tapi tidak membantah,
ia pun membimbing Pek si-hiang melanjutkan perjalanan.
Dua-tiga li kemudian Pek si-hiang berhenti secara
mendadak. la mendongakkan kepalanya memeriksa
posisi bintang sebentar, kemudian katanya: "Cepat
bimbing aku menuju ke puncak bukit itu"
"Mau apa mendaki puncak bukit itu?"
"Mencari seebun Giok- hiong"
3249 "Tak mungkin See bun Giok-hiong berada di puncak
bukit itu," kata Lim Han-kim setelah memandang bukit
itu sekejap. "Aku tahu, asal kita sudah tiba di puncak bukit itu,
tentu dia akan munculkan diri untuk bertemu dengan
kita," Lim Han-kim tahu gadis ini mempunyai perhitungan
yang masak dan perkiraan yang jitu, karenanya tanpa
banyak bertanya lagi ia bimbing Pek si-hiang menuju ke
puncak bukit itu. Derap langkah Pek si-hiang sangat lemah dan seolaholah
tak bertenaga, meski nampaknya Lim Han-kim
hanya membimbingnya untuk menempuh perjalanan,
padahal kenyataannya pemuda tersebut sedang
membopongnya untuk meneruskan perjalanan ke puncak
bukit. Ketika tiba di puncak bukit itu, Pek si-hiang sudah
amat kelelahan, bukan cuma keringatnya bercucuran
napas pun ikut ngos-ngosan.
Dalam keadaan begini Lim Han-kim tak sanggup
menahan diri lagi, tegurnya setelah mendeham pelan:
"Nona, sebenarnya ilmu silat yang kau latih selama
lima hari ini telah berhasil kau pelajari belum?"
"Tentu saja sudah selesai kupelajari kalau tidak. buat
apa kita kemari" Mau mengantar nyawa dengan
percuma?" "Tapi ilmu silat apa yang nona pelajari" Kenapa tak
nampak sedikit pun tanda kalau kau telah
menguasainya?" 3250 "Tak usah kuatir, seebun Giok-hiong pasti dapat
mengetahuinya," Dalam hati Lim Han- kim berpikir.
"Aku telah berjanji akan menemanimu, berarti aku tak
boleh memikirkan soal mati hidupku lagi..."
Berpikir begitu, dia pun berkata:
"Sekarang, dengan cara apa kita akan mengundang
kehadiran seebun Giok- hiong?" Dari sakunya Pek sihiang
ambil keluar sebuah tabung bulat berwarna merah,
katanya: "Coba kau letakkan benda ini di atas batu besar lalu
bakarlah, seebun Giok-hiong segera akan muncul di sini."
"Tapi aku tidak membawa korek api?"
"Aku punya." Dari sakunya kembali gadis itu
mengeluarkan bahan pembuat api dan diserahkan
kepada anak muda tersebut
Lim Han- kim segera menerimanya dan menyulut
tabung berwarna merah yang sudah diletakkan di atas
batu. "Setelah kau sulut sumbunya, cepat mundur kemari."
Kembali Pek si-hiang berseru.
Lim Han- kim menurut dan begitu sumbu telah disulut,
ia cepat-cepat mundur ke sisi Pek si-hiang.
"Blaaammmm... "
Suatu ledakan keras berkumandang memecahkan
kesunyian, menyusul suara dentuman itu, semburan
bunga api meluncur ke tengah udara dan memercikkan
kembang api yang berwarna warni di angkasa.
3251 Pek si-hiang melirik Lim Han- kim sekejap, lalu
bisiknya sambil tertawa: "Sayang kesehatan badanku dalam kondisi jelek. tak
sempat kurancang pesta kembang api yang lebih indah."
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya:
"Heran, dalam situasi dan keadaan seperti ini, kau
masih punya ingatan untuk membuat permainan kanakkanak
macam begini..." Dengan mengalihkan
pembicaraan ke masalah lain, ucapnya:
"Berapa lama lagi seebun Giok-hiong baru tiba di sini"
Bagaimana jika yang datang ternyata bukan seebun
Giok-hiong?" "Sekarang waktu masih pagi, kita harus menunggu
beberapa saat lagi, mari kita manfaatkan kesempatan ini
untuk berbincang-bincang."
"Apa lagi yang perlu diperbincangkan?"
"Berbicara masalah perkawinanmu, aku rasa kau
sudah tak boleh menunda waktu lagi dalam mencari
jodoh sebagai istrimu, di antara Li Tiong-hui dan seebun
Giok-hiong, kau harus pilih salah satu di antaranya
menjadi istrimu." Lim Han-kim mendongakkan kepalanya sambil tarik
napas panjang, celanya: "Kini, badai pertumpahan darah sudah di ambang
pintu, dapatkah aku lolos dari pembantaian ini dalam
keadaan selamat masih menjadi tanda tanya besar, apa
gunanya kita singgung urusan macam begitu?"
3252 " Kalau begitu perlu kuberitahu kepadamu, selama aku
Pek si- hiang yang kendalikan pertemuan puncak di bukit
Hong-san ini, akhir dari pertemuan ini tak bakal setragis
dan sengeri apa yang kau bayangkan, Masalahnya
sekarang adalah bagaimana kelanjutan dan situasi ini bila
aku sudah mati." "Apa" Kau bakal mati?"
"Sudah cukup lama aku hidup di dunia ini, apa
salahnya bila aku mati" Pek si-hiang balik bertanya
sambil tertawa. Lim Han- kim menghela napas panjang:
"Apakah kau sudah lupa dengan peristiwa yang kita
alami dalam kuburan pesanggrahan pengubur bunga"
Bila aku, Lim Han- kim harus menikah, maka orang yang
paling berhak menjadi istriku hanya nona seorang."
"Aaaai... aku mengerti, sejak dulu pun kau sudah
kuanggap sebagai suamiku, sayang semua usahaku
untuk mempertahankan hidup telah mengalami
kegagalan total, kecuali mempelajari kembali ilmu sesat
sembilan iblis, dalam dunia ini tak ada ilmu silat lain yang
bisa mempertahankan hidupku lebih lama, padahal
sebagaimana kau ketahui, sifatku akan berubah kejam
dan sadis bila mempelajari kembali ilmu sesat tersebut,
karenanya aku telah bertekad untuk meninggalkannya,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini berarti saat kematianku telah ditentukan.
Belakangan ini telah kugunakan seluruh kemampuan
dan pengetahuan yang kumiliki untuk berjuang hidup,
namun akhirnya tetap gagal untuk lolos dari
cengkeraman elmaut, karena itulah sebelum
kuhembuskan napas yang penghabisan harus kucarikan
3253 seorang pengganti yang sesuai untuk meneruskan
puisiku." Mendadak Lim Han-kim teringat kembali dengan
perkataan Hiang-kiok, buru-buru serunya:
"Seandainya kau tidak beriatih ilmu silat, apakah kau
tetap akan mati juga?"
"Hmmm, pasti Hiang-kiok sudah ngaco belo..."
"Cepat katakan sesungguhnya..." tukas Lim Han-kim
gelisah, "Kenapa sih kau tak pernah mau bicara jujur
kepadaku?" Pelan-pelan Pek Si-hiang sandarkan kepalanya di atas
pelukan Lim Han-kim, lalu katanya lembut:
"Jangan galak-galak padaku, toh aku sudah hampir
mati, kenapa kau tidak bersikap lebih baik dan mesra
padaku." Rasa cinta dan sayang yang tak terhingga menyusup
keluar dari lubuk hati Lim Han-kim, ia tak dapat
kendalikan emosinya lagi, sambil memeluk erat-erat
gadis tersebut bisiknya penuh kelembutan:
"Semenjak perbincangan kita yang panjang lebar
dalam kuburan pesanggrahan pengubur bunga, aku
sudah..." Tiba-tiba teriihat sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat menuju ke puncak bukit.
Dengan cekatan Lim Han-kim melompat bangun
seraya persiapkan pedang Jin-slang-kiam untuk
menghadapi segala kemungkinan, tegurnya:
"Siapa di situ?"
3254 "Aku, Li Tiong-hui" jawab bayangan tadi dengan nada
yang merdu. sambil tertawa Pek si-hiang berkata:
"Sudah kutebak kau pasti datang, cepat kemari, kita
harus bicarakan masalah ini dengan serius."
"Apa yang perlu kita bicarakan?" sambil padamkan
obornya Li Tiong-hui berjalan mendekat.
"Kesalahan besar yang pernah dilakukan generasi tua
kita tak boleh diulang kembali oleh generasi kita, oleh
sebab itu aku harus berupaya sekuat tenaga untuk
mencegah terjadinya badai pertumpahan darah ini, kalau
bisa hawa jahat diubah jadi hawa perdamaian. oleh
karena itu kita harus perbincangkan dulu masalah ini
dengan sebaik-baiknya."
"Apa gunanya kita bicarakan masalah tersebut?" Li
Tiong-hui ambil tempat duduk di hadapan gadis tersebut,
"Toh yang menjadi pemeran utama dalam drama ini
adalah seehun Giok-hiong."
"Dia pasti akan muncul..." Pek si-hiang menegaskan.
Kemudian sesudah berhenti sejenak kembali terusnya:
"Walaupun awal terjadinya pertemuan puncak di bukit
Hong-san ini adalah hasil pertikaianmu dengan seebun
Giok-hiong, tapi kini telah berubah menjadi pertemuan
puncak untuk menyelesaikan kemelut yang dilakukan
generasi tua kita. ibu dari Lim siangkong, ibumu serta
ibuku dulunya adalah saudara angkat yang seia sekata,
tapi kemudian gara-gara suatu masalah berubah jadi
musuh bebuyutan, ibuku paling tragis nasibnya, hingga
kini beliau masih disekap oleh ibumu dalam
perkampungan keluarga Hong-san, sedang ibunya Lim
3255 siangkong juga harus memusnahkan ilmu silatnya garagara
ulah ibumu." "Betulkah ada kejadian seperti ini?" tukas Li Tiong-hui
sambil membelalakkan matanya.
"Seratus persen merupakan kejadian nyata. oleh
karena itulah bukan saja kita wajib menghindarkan
pertumpahan darah yang tragis dalam pertemuan nanti,
kalau bisa kita rukunkan kembali mereka bertiga, agar
hubungan persaudaraan yang pernah terjalin di masa
lampau dapat berlangsung kembali seperti sedia kala."
"Apa yang menyebabkan hubungan mereka jadi
retak?" "Aku rasa masalahnya bukan hanya satu, tapi yang
terpenting adalah disebabkan sifat egois dari
perkampungan keluarga Hong-san di samping hubungan
cinta segi tiga yang tak terpecahkan"
Dia angkat wajahnya sambil menghembuskan napas
panjang, lanjutnya: "Sekarang keadaan kita sama, ada tiga orang gadis
yang bersamaan waktu mencintai seorang pria..."
"Kalau masalah ini sih nona Pek tak usah kuatir," sela
Li Tiong-hui setelah melirik Lim Han-kim sekejap. "Paling
tidak aku, Li Tiong-hui sudah menyatakan untuk
mengundurkan diri dari persaingan ini, sebab aku sudah
memiliki pilihan hati sendiri, bahkan selesai pertemuan
puncak ini aku akan mengundurkan diri dari keramaian
dunia kangouw dan mulai menempuh perjalanan hidup
baru." 3256 "Cobalah kau pikirkan kembali masalah ini dengan
cermat dan seksama, benarkah keputusan tersebut
sudah tepat" janganlah disebabkan rasa ingin mengalah
yang timbul saat ini menjadikan penyesalan yang tak
terhingga di kemudian hari. Menurut penilaianku ada
kemungkinan generasi kita yang lampau pun mengalami
keadaan persis seperti kita sekarang, mungkin mereka
berniat saling mengalah namun di hati kecil masingmasing
sesungguhnya sudah muncul benih kebencian
yang berakibat hubungan persaudaraan mereka jadi
retak dan akhirnya dari persaudaraan berubah menjadi
permusuhan-" "Tampaknya kau seperti mengetahui betul tentang
kejadian masa lampau...?"
"Aku hanya menduga menurut penilaian pribadiku
sendiri, Dari tiga bersaudara itu, ilmu silat ibumu paling
hebat, kecerdasan maupun kehebatannya juga
melampaui yang lain, tak dapat dibantah dialah
pemimpin dari tiga bersaudara tersebut, tapi juga
lantaran itu penderitaan yang dialaminya paling tragis
dan menyedihkan..." "Ibuku hidup mengasingkan diri dalam lembah Hongyapkok, tentu dialah yang paling tragis pengalamannya"
seru Lim Han-kim cepat. "Sepintas lalu nampaknya memang begitu," kata Pek
si-hiang coba menerangkan, "Tapi paling tidak ibumu
masih mempunyai seseorang yang bisa dibuat kenangan,
dia pun masih mempunyai seorang putra yang bisa
didambakan dan diharapkan. Dibandingkan dengan ibuku
yang selama banyak tahun disekap Li hujin dalam
3257 kehidupan yang terkekang dan tersiksa, pengalaman
ibuku jelas lebih tragis dan mengenaskan.
Tapi jika mereka berdua dibandingkan Li hujin, nasib
ibu kita berdua masih terhitung lebih mujur dan
beruntung, sepintas lalu ia memang kelihatan bebas
merdeka, mau ke mana pun tiada orang yang berani
melarang, saban orang menaruh hormat padanya, tapi
kenyataannya hampir tiap detik ia mesti hidup dalam
siksaan batin yang luar biasa, dia mesti memikul
tanggung jawab moril yang teramat berat, apakah ibumu
dan ibuku mengalami keadaan seperti Li hujin...?"
"Oooh, jadi disebabkan siksaan batin itulah maka dia
berubah jadi dingin kaku dan tak berperasaan?" seru Lim
Han-kim setelah termangu- mangu sesaat.
"Kecuali Li hujin yang memiliki kondisi iman begitu
kuat, coba kalau orang lain yang mengalami kejadian
macam ini, mungkin sejak dulu sudah tak sanggup
melanjutkan hidupnya, Bila setiap saat terbayang kembali
peristiwa tragis yang pernah dialaminya di masa lampau,
mana mungkin ia bisa tampilkan cinta kasih dan rasa
sayangnya saat ini" sikapnya bisa tetap mendingan tanpa
melakukan hal yang di luar garis pun sudah merupakan
suatu tindakan yang patut diacungi jempol" Tiba-tiba Li
Tiong-hui menghela napas panjang, katanya:
"Aku jadi teringat satu kejadian setelah mendengar
penuturan nona barusan, memang seingatku, sepanjang
hidupku belum pernah kulihat ibuku tersenyum apalagi
tertawa riang." Dengan sorot mata yang tajam Pek si-hiang menatap
wajah Li Tiong-hui lekat-lekat, kemudian katanya:
3258 "Ibumu seorang tokoh silat yang prima, tapi harus
memendam rasa benci dan penyesalan yang amat
mendalam. selama belasan tahun ia hidup dalam
sanjungan dan rasa hormat orang lain kepadanya, tapi ia
tetap melewati hidupnya dalam kesepian dan
kesendirian. semisalnya ia hidup dalam lingkungan yang
terkekang dan tak bebas, mungkin kita bisa memaklumi
posisinya, tapi kenyataannya ia bebas merdeka mau
pergi ke manapun, dia pun tidak terikat oleh sesuatu
peraturan tertentu, selama ini ia bisa mengekang rasa
benci, marah dan dendamnya, tak lain karena kekuatan
iman yang dimilikinya. Apakah kelebihannya ini tidak
sangat mengagumkan?"
"Nona Pek. setelah kau tahu kalau ibuku telah
mengurung ibumu dalam perkampungan keluarga Hongsan,
masa kau sama sekali tidak membenci atau
mendendamnya?" tanya Li Tiong-hui.
Pek si-hiang menggeleng. "Sama sekali tidak-" sahutnya, "Sebab aku tahu di
balik semua peristiwa ini tentu ada sebab-sebab tertentu,
mungkin juga maksud ibumu mengurung ibuku bukan
berniat mengurungnya beneran, tapi berniat melindungi
keselamatan jiwanya..."
Tiba-tiba terdengar Li Tiong-hui menghardik: "siapa di
situ?" "Kemarilah cici seebun" seru Pek si-hiang keras,
"sudah lama kami menantikan kedatanganmu. "
Terdengar seebun Giok-hiong mendengus dingin.
3259 "Hmmm, semenjak kalian tinggalkan lembah Bansiongkok. aku sudah peroleh laporan lengkap. semua
tindak tanduk kalian telah berada dalam pengawasanku."
"Maksud kedatangan kami kemari memang ingin
berjumpa dengan kau." Pek si-hiang menerangkan.
"Tidak kuatir kubunuh dirimu?"
"Kau tak akan mampu membunuhku, sudahlah, tak
usah banyak bicara yang tak berguna, kemarilah"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong berjalan mendekat,
ditatapnya sekejap ketiga orang itu dengan sinar mata
setajam sembilu, kemudian katanya sinis: "Mau apa Pek
si-hiang" Lagi-lagi ingin membujukku dengan lidahmu
yang tajam?" "Tidak." Pek si-hiang menggeleng, "Aku cuma pingin
berbincang-bincang denganmu, ilmu silat yang kau miliki
diperoleh dengan tak mudah, asal kau tidak melenceng
jalannya, aku percaya dalam tiga puluh tahun mendatang
cici bakal menjadi tokoh nomor wahid di kolong langit."
"Hanya ingin menyampaikan beberapa kata itu?"
Pek si-hiang tidak menggubris sindirannya, ia tepuk
batu di samping Lim Han-kim seraya serunya:
"Duduklah di sini, mari kita berbicara secara baikbaik,"
Seebun Giok-hiong seperti mau mengucapkan sesuatu
tapi kemudian diurungkan, ia duduk di tempat yang
ditunjuk dan bertanya: "Apa yang mau dibicarakan"
sekarang boleh kau sampaikan."
3260 "Bila kudengar dari nada pembicaraanmu, seolah-olah
kau sudah amat yakin dapat menangkan pertarungan kali
ini?" "Menang kalah masing-masing pihak hanya
menempati posisi setengahnya"
"Tak mungkin." Pek si-hiang menggeleng, "Menurutku,
kau hanya mempunyai kesempatan sebanyak dua puluh
persen." "Dari mana kau bisa menyebutkan angka tersebut?"
"Kau pernah bertarung melawan Li hujin bukan"
Bagaimana dibandingkan dengan kemampuanmu" "
"Dalam lima ratus gebrakan pertama sulit ditentukan
siapa yang lebih unggul, tapi selain Li hujin, aku tak bisa
temukan orang kedua yang sanggup menandingi
kemampuanku." "Keliru, masih ada aku" tegas Pek si-hiang sambil
tersenyum. "Kau?" seebun Giok-hiong tertawa dingin. Pek si-hiang
manggut-manggut, katanya dengan wajah serius: "Jadi
kau kurang percaya?" Kembali seebun Giok-hiong
tertawa dingin. "Bila aku tak salah, mendengar mungkin kau sendiri
pun kurang begitu percaya."
"Berpisan hanya tiga hari pun bisa terjadi perubahan
besar, apalagi kita sudah berpisah hampir tujuh hari."
"Biarpun berpisah tujuh hari, aku tak percaya
seseorang yang sama sekali tak mengerti silat dapat
melatih dirinya menjadi seorang jagoan yang sanggup
3261 menghadapi seebun Giok-hiong." Pek si-hiang menghela
napas panjang: "Padahal masalah ini tidak sulit, kita bisa buktikan
sekarang juga. Cuma, sebelum pertarungan di antara kita
berlangsung, aku pingin berbincang-bincang dulu dengan
kau." "Mau bicarakan apa?"
"Berbicara masalah kita berempat"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau maksudkan Lim Han-kim dan kau..." seebun
Giok-hiong melirik anak muda itu sekejap.
"Yaa, ditambah kau dan Li Tiong-hui," sambung Pek
si-hiang. Cepat-cepat seebun Giok-hiong menggeleng.
"Jangan melibatkan aku dalam persoalan ini, bila kau
dan Lim Han-kim bersedia melepaskan diri dari pertikaian
ini, aku pun bersedia membantu kalian untuk pergi
meninggalkan tempat ini."
Pelan-pelan Pek si-hiang bangkit berdiri, ia berpaling
memandang Li Tiong-hui dan Lim Han-kim sekejap.
kemudian pesannya: "Bila pertarunganku melawan seebun Giok-hiong mulai
berlangsung, kalian berdua harus sebera mengundurkan
diri dari sini..." Kemudian sambil menatap wajah seebun Giok-hiong,
lanjutnya: "Selama ini kuanggap kau adalah seorang gadis yang
cerdik, bisa menilai keadaan, tak tahunya kau hanya
seorang manusia tekebur yang tak tahu kekuatan sendiri,
Ucapan Lim Han-kim memang tepat sekali, pikiranmu
3262 sudah ternoda oleh ingatan jahat untuk balas dendam
dan aku percaya kondisimu sekarang ibarat: Tidak akan
melelehkan air mata sebelum melihat peti mati, Baiklah,
biar malam ini kubuktikan bahwa selain Li hujin masih
ada seseorang lagi yang sanggup menghadapi diri-mu."
Menghadapi Pek si-hiang, tanpa sadar dalam hati kecil
seebun Giok-hiong muncul perasaan jeri dan ngeri yang
luar biasa, ia nampak tertegun setelah melihat gadis itu
bangkit berdiri sambil menyumpahinya, pikirnya segera:
"Jangan-jangan budak yang pintar dan punya
pengetahuan luas ini benar-benar bisa ciptakan
kemukjijatan dengan menguasai ilmu silat tangguh dalam
waktu singkat" Tapi... rasanya hal semacam ini mustahil
bisa terjadi." Berpikir sampai di situ, tak kuasa lagi ia
bergumam: "Mustahil ada mukjijat semacam ini di dunia, aku tak
percaya, aku betul-betul tak percaya ..."
"Bila pada mulanya aku sudah memiliki dasar yang
kuat, dan kini hanya latihan ulang, masa kau masih
belum mau percaya?" Pek si-hiang mencoba meyakinkan.
"Aku tak percaya, kecuali kau dapat membuktikan di
hadapanku." "Tidak. tak bisa dibuktikan," tolak Pek si-hiang sambil
berkerut kening. "Kenapa?" "Sebab bila gempuranku dilepaskan maka kekuatan
yang muncul tak terbendung lagi."
3263 "Ooh maksudmu, kau cuma mampu melepaskan sekali
gempuran saja?" "Kau ingin bertaruh dengan menjajal kehandalanku
ini?" Agak berubah paras muka Pek si- hiang.
Seebun Giok-hiong tersenyum.
"Lebih baik utarakan saja keinginanmu Terlepas
bagaimana akhir dari pertemuan puncak ini, selama
seebun Giok-hiong masih hidup, pasti akan kulaksanakan
keinginanmu itu." Pek si-hiang melirik Lim Han-kim
sekejap. kemudian katanya:
"Lim siangkong menyimpan masalah pelik yang sangat
mengganjal hatinya, begitu pula dengan ibuku yang
tersekap dalam perkampungan keluarga Hong-san
selama ini..." "Bagus sekali," tukas seebun Giok-hiong, "Asal nona
Pek bersedia menjalin kerja sama dengan ku, dunia
persilatan pasti dapat kita kuasai secara mudah..."
"Aku hanya pingin beritahu kepadamu, bukan cuma
kau seorang yang punya dendam kesumat, aku, Lim
siangkong semuanya punya dendam kesumat dan sakit
hati, tapi nyatanya kami tidak pernah punya ingatan
untuk membalas dendam secara babi buta macam kau."
"Waaah... kalau begitu jiwa kalian tentu lebih besar
ketimbang jiwaku..."
"Itu pun tidak. Aku hanya ingin memberitahu
kepadamu, akhir dari kita berempat sebenarnya
tergantung pada keputusanmu seorang."
3264 "Akhir dari kita berempat" Kedengarannya seolah-olah
nasib dari kita berempat itu sama senasib
sependeritaan?" "Benar, dengan perkampungan keluarga Hong-san
sebagai sentralnya, semua pertikaian dalam dunia
persilatan terjadi dan terbentuk, sedang Lim siangkong
serta kita bertiga menjadi pemeran utama yang tergilas
oleh pertikaian ini. Jika kau rela menahan diri dan
bersabar bukan saja kita bisa menciptakan ketenangan
selama puluhan tahun dalam dunia persilatan bahkan
dengan kesabaran kita, pertikaian yang terjadi di antara
generasi tua kita pun bisa diluluhkan menjadi
perdamaian yang abadi."
"Pandai amat kau bersilat lidah," sindir seebun Giokhiong,
"Cuma sayang aku tak bisa kelewat percaya
padamu. . . " setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Meski begitu, aku tetap ingin dengar bagaimana
rencanamu untuk mengatur akhir dari kita semua."
"Aku tahu, kau pasti tak sabaran.."
Ditatapnya wajah seebun Giok-hiong dengan mata
melotot, lalu katanya lebih jauh dengan nada dingin:
"Seebun Giok-hiong, semua yang kusampaikan
padamu adalah suatu kenyataan, mau percaya atau tidak
terserah padamu." "Baiklah." seebun Giok-hiong tersenyum, "Katakan
saja apa yang ingin kau sampaikan, akan kudengarkan
semuanya dengan seksama."
3265 "Bila kau bersedia menuruti bujukanku, maka di antara
kita beberapa orang, kaulah yang bakal peroleh akhir
paling indah dan bahagia..."
"Bicara soal akal muslihat, aku masih bukan
tandinganmu," tukas seebun Giok-hiong.
"Dengarkan dulu kelanjutan kata-kataku, jangan
memotong seenaknya" tegur Pek si-hiang agak gusar.
Seebun Giok-hiong nampak tertegun dan tak berani
banyak bicara lagi. Pek si-hiang kembali berkata:
"Pertama-tama akan kusampaikan dulu sebuah kabar
yang menggembirakan bagimu, aku sudah tak bisa hidup
lebih dari sebulan.."
"Benarkah itu?" seru Lim Han-kim gelisah,
"Yaa, semua perkataan kuucapkan sejujurnya."
Mendengar itu, seebun Giok-hiong tertawa terkekehkekeh:
"Hahahaha... bila nona Pek benar-benar mati, siksaan
batin yang berat pasti akan kau alami untuk
selamanya..." "Jangan menyindir terus" Kembali Pek si-hiang
memotong, "Meski hidupku tinggal sebulan, paling tidak
aku masih bisa bertahan selama dua puluh hari lagi,
berarti aku masih sempat menghadiri pertemuan puncak
yang kau gelar di tempat ini."
"Bagaimana kelanjutannya setelah kau mati?"
"Oleh karena Li Tiong-hui sudah punya pilihan hati
sendiri, terpaksa kuserahkan Lim Han- kim padamu"
3266 "Serahkan padaku?" seebun Giok-hiong terkejut "kau
rela" Begitu juga Li Tiong-hui, apa dia pun rela?"
"Kini aku sudah bersuami" seru Li Tiong-hui dengan
ketus, "Bila aku bisa lolos dari badai pertumpahan darah
Pahlawan Dan Kaisar 8 Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin Kisah Bangsa Petualang 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama