Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 3
puas, kemudian berpaling dan berkata pada Can Sa-jie,
"Saudara Can Sa-jie, bagaimana kalau kau juga jalan
bersama-sama kita" "
Can Sa-jie menganggukan kepala dan balas bertanya:
"Em, senangkah kalian kalau aku ikut" "
"Mengapa tidak" " Berkata Cin Hong..
In-jie lantas berkata^ "Kalau hendak berjalan bersamasama
kau harus berlaku sedikit tahu aturan "
can Sa Jie berkata sambil menganggukkan kepala dan
tertawa^ "Ya, aku can Sa Jie tahu aturan, tidak akan
merintangi ketenangan kalian"
Wajah In-jie kembali merah, Sambil menepuk pinggul
Cin Hong ia berkata: "Kau dengar apa yang diucapkan itu"
" Cin Hong hanya tertawa, lalu bertanya pada can Sa Jie:
"Saudara can Sa, orang tua berbaju hijau yang kau kejar
tadi bagaimana" Kau berhasil menyandaknya atau tidak" "
"Tidak^ aku menemukan suatu kejadian aneh, kemudian
aku balik kemhali kerumah makan itu, baru tahu bahwa
kalian sudah tak ada disana, hingga aku mengejar sampai
disini. Ketika aku tiba, justeru kudengar kata-kata dari Liu
KWie-hui itu yang mengatakan bahwa orang tua berbaju
hijau itu adalah tamu tidak diundang dari dunia luar."
berkata can Sa jie sambil menggelengkan kepala.
"Kau lihat orang berbaju putih dimukanya itu betul tamu
tidak diundang diri dunia luar yang tulen atau bukan" "
Bertanya pula Cin Hong. "Siapa tahu" Sekarang terpaksa panggil saja tamu yang
tidak di undang dari dunia luar sudah cukup" menjawab cin
Sa Jie sambil menggelengkan kepala kembali.
"Kau tadi mengatakan telah menemukan kejadian aneh.
Apakah sebetulnya itu" " bertanya In-jie.
can Sa Jie pura-pura berlaku misterius, katanya sambil
tertawa^ "Itu adalah suatu kejadian aneh yang sangat unik "
In-jie merasa heran. mendesak dia supaya lekas
menerangkan: "coba ceritakanlah"
can Sa Jie mengangguk-anggukkan kepala dan berkata:
"Baiklah, tetapi ada syaratnya"
"Apa syaratnya" " bertanya In-jie heran-"Bantu aku
menolong seseorang." berkata can Sa Jie sungguh-sungguh.
In-jie melengak. ia berpikir sebentar, kemudian berkata
sambil menggelengkan kepala: "Kita hendak menyusul
suhu, tak ada tempo"
can Sa Jie buru-buru memberi penjelasan: "Sekalipun
jalan saja. Jikalau kita urus baik-baik, setengah jam juga
cukup" Cin Hong yang sejak tadi diam saja lantas berkata:
"Sebetulnya siapa yang hendak kau tolong" "
can Sa Jie kembali unjukkan Sifatnya yang nakal,
katanya sambil tertaWa: "Kalau kau terima baik dulu
permintaanku mau membantu, aku baru beritahu
kepadamu." In-jie yang terdorong oleh perasaan heran lantas berkata:
"Kau katakan dulu, orang yang hendak kau tolong itu orang
baik ataukah orang jahat" "
"Jika kita turun tangan menolong dia, dia adalah orang
baik, jika kita tidak turun tangan menolong dia, dia nanti
akan berubah menjadi orang jahat" berkata can Sa Jie
sambil tersenyum. Setelah mendengar keterangan itu jari tangan In-jie
menowel punggung Cin Hong seraya berkata^ "Kau
bagaimana." "Aku tentunya baik, dan kau" " menjawab Cin Hong
girang. In-jie lalu berkata kepada can Sa Jie, "Aku juga terima
baik. Sekarang katakanlah"
can Sa Jie mengangkat tangannya membereskan
rambutnya yang awut-awutan, kemudian baru berkata:
"Soalnya begini, setelah aku mengejar orang tua berbaju
hijau dari rumah makan, pelajar berbaju putih dan orang
tua berbaju hijau sudah taK nampak lag bayangannya.
Kupikir mereka mungkin menghilang keluar kota, maka
aku lantas mengejar keluar kota, tak kuduga, setelah aku
melakukan perjalanan sepuluh pal lebih, tetap tak
menemukan jejak mereka, selagi hendak kembali untuk
mencari kalian, dengan tiba-tiba dirimba ditepi jalan
kudengar suara cici-cuca" "
In-jie lantas memotong dan berkata: "DiwaktU datang,
tahu banyak burung-burung berterbangan untuk pulang
kesarangnya^ sudah tentu terdengar suara ribut-ribut. Apa
yang dibuat heran" "
"Bukan, yang kumaksudkan ialah suara seorang wanita."
berkata can Sa Jie. Muka in-jie menjadi merah, katanya: "Kau gila, Siapa
suruh kau membandingkan suara wanita dengan suara
burung" " can Sa Jie menggaruk-garuk telinganya dan berkata
sambil tertawa meringis: "Aku hanya berkata Cici CaCa,
tak menggambarkan wanita sebagai burung."
Cin Hong merasa geli, katanya tertawa: "Lekas kau
Ceritakan lagi" In-jie lantas berkata: "Sudahlah jangan ceritakan,
tentunya perempuan baik-baik."
Sikap can Sa Jie dengan tiba-tiba menjadi serius, katanya
dengan sungguh-sungguh: "ini adalah suatu perampokan
yang belum pernah ada dalam sejarah, bagaimana tidak
boleh diceriterakan" "
Cin Hong terkejut, katanya^ "Apa katamu" "
"Waktu itu, ketika kudengar suara tersebut, dalan hati
timbul Curiga. Dalam hatiku bertanya-tanya sendiri, dari
mana ada demikian banyak perempuan" oleh karena
tertarik oleh perasaan heran, maka diam-diam aku
menyusup ke dalam rimba untuk menyaksikan, Heh Hebat
benar pemandangan" berkata can Sa Jie sambil menghela
napas. In-jie lalu bertanya dengan peraSaan Cemas^ "Ada
berapa orang jumlahnya" "
can Sa Jie mengulurkan jari tangan kanannya. katanya
sambil tertawa^ "Delapan, mereka telah duduk menjadi
Sebuah lingkaran-Usiaya kira-kira tujuh belas tahun
delapan belas tahunan, semuanya Cantik bagaikan bidadari.
Ada yang gemuk ada yang kurus, kita yang berada disitu
seolah-olah berada dikalangan bidadari....."
"ciS, tidak beres otakmu" Demikian in-jie nyeletuk.
Tetapi can Sa Jie tidak marah, ia masih melanjutkan
Ceritanya^ "Apa yang paling mengejutkan ialah setiap
orang semuanya memiliki kepandaian ilmu silat, bahkan
mereka saling menyebutkan .... Go moy, pat moy dan
sebagainya, kupikir jika ada satu keluarga mempunyai
delapan anak perempuan, ini tidak heran, tetapi usia
mereka semuanya sebaya, inilah yang mengherankan
bagiku, apakah didalam dunia ini ada orang yang sekaligus
melahirkan delapan anak kembar perempuan" "
"Apakah wajah mereka satu sama lain sangatt mirip" "
Bicaranya in-jie heran- "Tidak. wajah mereka ada yang bulat ada yang bundar
telur, ada pula yang seperti biji kwaCi, ada juga yang . . . ."
Berkata can Sa Jie sambil menggelengkan kepala.
In-jie kembali tertawa: "Itupasti adalah saudara angkat,
begini Saja kau masih tidak mengerti, benar-benar seperti
katak didalam sumur"
"Waktu itu aku pikir juga begitu, tetapi dengan tiba2
kudengar satu diantaranya mengucapkan kata2 yang
membuatku bergidik" "Apa yang dikatakan" " Bertanya In-jie agak heran.
"Dia kata^ ^Kita dua belas kiongcu (putri) sudah ada
lima orang yang hampir menyelesaikan tugasnya. Hanya
tinggal kita tujuh orang, jikalau tidak lekas2 kita
menangkap seseorang, nanti Kiong (baginda raja) kalau
menegornya benar2 runyam." Kalian dengar apa maksud
ucapan mereka itu" " Tanya can Sa Jie sambil tertawa.
Cin Hong berkata dengan perasaan kaget: "Tadi orang
berbaju putih yang memakai kerudung dimukanya yang
mengaku diri sebagai tamu tak diundang dari dunia luar
juga pernah berkata tentang dua belas putri dari golongan
kalong yang diutus untuk melakukan perbuatan jahat
diluaran" " can Sa Jie mengangguk2kan kepala dan berkata sambil
tertawa: "Benar, mereka diutus keluar untuk memancing
kaum lelaki. Kalian pikir, siapakah orang yang hendak
mereka pancing" Heh Kudengar salah seorang dari mereka
itu lantas berseru "Akulah yang palirg sial, karena diutus
pergi kegereja Siau-liem-sie, coba kalian pikir partay Siauwliem
semuanya terdiri dari orang-orang berkepala gundul,
mereka kalau melihat aku saja sudah memejamkan
matanya memuji nama Buddha. Apa o-mitohudlah Apa
siancaylah benar-benar membuat orang tidak berdaya, dan
aku benar-benar sangat cemas Sekali."
Cin Hong tiba-tiba berseru kaget, "Aii Kalau begitu
mereka hendak memancing generasi mudadari dua belas
partay dalam rimba persilatan" "
"Sedikitpun tidak salah. dari pembicaraan mereka aku
sudah tahu, bahwa partay ciong-lam, Kiong-lay, Lam-hay,
oey San dan HOa San masing-masing sudah ada seorang
murid yang terpikat oleh keCantikan mereka, masih ada
satu lagi juga hampir terpancing oleh mereka" Berkata can
Sa Jie. "Apakah maksud mereka berbuat demikian" " Bertanya
Cin Hong sambil mengerutkan alisnya.
"Entahlah, tetapi apa kau tadi tidak dengar tamu tidak
diundang dari dunia luar pernah berkata, bahwa itu adalah
rencana keji golongan kalong" Pemuda murid ketua Thiansanpay
Yap Kiam Eng.justru karena mengetahui rencana
keji mereka dibunuh seCara mengenaskan"
In-jie seolah-olah takut kalau Cin Hong juga akan
terpancing oleh mereka, maka tanpa disadari lantas
mengulur tangannya dan memegangi pundaknya, ia
bertanya dengan perasaan takut: "Kau katakan, siapakah
seorang lagi yang hendak dipancing itu."
"Dia adalah seorang angkatan muda dari partai Khong
Tong Pay yang mempunyai julukan pendekar baju biru, Nia
Khun juga adalah orang yang sekarang hendak kita tolong
itu," Berkata can SanJie Sambil menghela napas.
"Bagaimana dengan dia" " Bertanya Cin Hong Cemas.
"Dia sudah terpikat oleh cit kiongcu dari dua belas putri
itu, dua orang itu sudah berjanji malam ini akan
mengadakan pertemuan di-telaga cui Sin ouw dibukit Tongsan,
itulah yang kudengar dari pembicaraan mereka dari
rimba itu." Berkata can Sa Jie.
In-jie kedipkan matanya, tanya nya dengan perasaan
bingung: "Mereka mengadakan perjanjian, sebetulnya untuk
apa" " can Sa Jie mendadak merasa sulit untuk menjawab,
maka berkata sekenanya: "Barangkali hendak membujuk
pendekar baju biru itu. melakukan, perbuatan mesum."
Cin Hong tahu bahwa perbuatan mesum itu jikalau tidak
lekas dicegah, akan membuat seorang pemuda tak dapat
mengendalikan perasaannya terjerumuS kedalam
comberan, maka ia lantas berkata: "Saudara can Sa, gunung
Tong San itu terpisah beberapa-jauh dari sini" "
can Sa Jie menunjuk kedepan, kesalah satu gunung yang
tampaknva tidak jauh, lantaS kerpak kudanya dan lari
kedepan seraya berkata: "Gunung didepan itulah, kita lekaS
sedikit, jika tidak^, nanti tidak keburu lagi"
Cin Hong juga segera memaCu kudanya mengikuti
dibelakang can Sa Jie, dua kuda itu dilarikan dengan cepat.
Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di bawah kaki
gunung. Tiga orang itu lalu menambat kuda masing-masing
di dalam rimba. baru keluar dengan berjalan kaki, Selagi
hendak mendaki gunung.. Tiba-tiba di bawah sinar bulan yang samar-samar, di
tempat sejauh tiga tombak telah, muncul enam orang
wanita yang cantiK bagaikan bidadari, setiap orang
membawa sebilah belati berkilauan, mengurung tiga orang
itu Ketengah-tengah mereka meskipun masing-masing pada
membawa senjata tajam, akan tetapi wajah mereka
semuanya cantik menariK, apa lagi mata mereka, dengan
penuh daya penarik ditujukan kepada Cin Hong seorang,
seolan-olah asal salah Seorang mengeluarkan perintah,
lantas menari-nari. Cin Hong diam-diam merasa merinding tetapi matanya
juga merasa agak kabur, ia geser kakinya, merapat kediri
can Sa Jie dan berkata dengan suara pelahan^ "Saudara can
Sa, nona inikah yang pernah kau lihat" "
can Sa Jie menganggukkan kepala, katanya dengan suara
pelahan^ "Kau jangan sebut mereka nona, dengan begitu
terlalu merendahkan diri sendiri"
"ooo, apakah harus berkelahi" " bertanya pula Cin Hong.
"Jika tidak. apakah harus mengobrol dengan mereka" "
menjawab can Sa Jie. Alis Cin Hong di Kerutkan, ia berkata dengan rasa ragu:
"Berkelahi dengan orang perempuan, aku selalu merasa
segan...." can Sa Jie buka lebar sepasang matanya, katanya heran:
"Ha, jadi kau tak berani berkelahi dengan orang
perempuan" " "Bukan aku tak berani, aku selalu merasa bahwa lelaki
yang baik, tidak mau berkelahi dengan orang perempuan,
bujuk saja mereka sudah cukup," berKata Cin Hong.
can Sa Jie menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Tidak^ terhadap perempuan bangsa siluman Seperti ini,
kalau kita berkata demikian, iiu bukan pada tempatnya,
pikiran semaCam ini perlu harus segera dirubah"
Cin Hong merasa tak enak, ia hanya bisa tertawa-tawa
saja, lalu mendorongnya kedepan dan berkata: "Baiklah,
kau coba bicara dulu dengan mereka, sebaiknya jangan
sampai berlaku kasar, kita berunding secara baik-baik
Saja....^" can Sa Jie membereskan rambutnya yang awut-awutan,
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia berjalan maju Selangkah, mengulurkan tangannya
menuding enam perempuan Siluman, katanya dengan suara
aneh: "Hai, kalian enam perempuan Siluman Apa
maksudnya mondar-mandir di gunung ini" Sekarang salah
seorang dari kalian boleh keluar untuk menjawab
pertanyaanku can Sa Jie."
Tetapi enam perempuan itu seolah-olah tidak dengar dan
tidak melihat, mereka masih tetap bergoyang pinggul sambil
tertawa. can Sa Jie marah sekali, bentaknya: "Pui Kalau kau
masih goyang-pinggul lagi, tuan mudamU terpaksa nanti
akan menggamparmu semua"
In-jie juga merasa sebel, bentaknya sambil menuding jari
tangannya^ "Sungguh tidak tahu malu Kalau kamu berani
bergerak lagi, aku nanti terpaksa akan melakukan
pembunuhan" Namun enam perempuan genit itu tidak menghiraukan,
mereka masih terus goyang pinggul sambil mendekati Cin
Hong, sambil main mata. Cin Hong merasakan gelagat tidak beres, maka juga
lantas membuka mulut: "IHei, kalian enam nona ini apakah
maksud kalian berbuat seperti ini" "
Enam perempuan itu ketika mendengar ucapan Cin
Hong, dengan serentak berhenti bergerak, seorang
diantaranya yang mengenakan gaun warna merah lantas
berkata Sambil tertawa geli: "Sudahlah akhirnya ia toh buka
mulut juga" " Seorang perempuan lain yang mengenakan gaun hijau
lalu menyambung: "Hi hli, betapa indah suaranya"
seorang lagi ikut menyela: "Kalian lihat, wajah dia
menjadi merah" Cin Hong terperanjat, dalam hati berpikir, "perempuanperempuan
ini meng apa hanya tujukan perhatiannya
kepadaku ini seorang saja, hal ini bagaimana boleh
berlangsung terus" "
Maka ia lantas mundur kebelakang Can Sa Jie, dan
berkata lagi: "Saudara Can Sa, mereka kini sudah buka
mulut. harap kau berunding dengan mereka, tapi, sedapat
mungkin nasehati saja kepada mereka. . . ."
Can Sa Jie terpaksa maju setengah lagi, dengan mata
melotot memandang mereka, katanya dengan suara keras:
"Kalian perempuan-perempuan Siluman ini, aku tahu salah
seorang diantara kalian yang dinamakan apa itu Cit Kiongcu,
pada saat ini sedang melakukan perbuatan mesum
dengan Nie Khun pendekar berbaju biru ditelaga Cwie Sim
Ouw, sekarang kalian lekas minggir, jikalau tidakaku akan
bunuh kalian semua!" Enam Perempuan itu semuanya
angkat muka tidak memandang padanya, seolab-olah
sengaja hendak membikin panas hatinya, setelah itu
kembali mereka menggoyangkan pinggulnya lagi untuk
memikat hati Cin Hong. Can Sa Jie mendadak marah, dengan mengeluarkan
suara geram, lantas lompat menyerbu, memukul dengan
tangan kiri dan kanannya, pukulannya itu dilakukan
dengan gerakan yang sangat aneh, tampaknya juga tidak
merasa kasihan terhadap perempuan-perempuan yang
cantik jelita itu, Enam perempuan itu agaknya sangat benci terhadapnya,
setelah mengeluarkan suara bentakan, segera
mengurungnya ditengah, enam bilah belati digunakan
untuk menyerang dengan rapat, tampaknya sangat
penasaran sekali terhadap pengemis muda yang dekil dan
jelek itu. SELURUH kepandaian ilmu silat Can Sa Jie yang
didapat dari gurunya, dalam generasi muda sudah
merupakan salah seorang terkuat pada dewasa itu. Maka
meskipun ia hanya dengan menggunakan sepasang tangan
kosong menghadapi serangan enam orang perempuan
cantik itu, masih bisa melayani dengan baik, sedikit pun tak
menUnjukkan tanda-tanda akan kalah.
Akan tetapi, lama kelamaan, ia sudah mulai kewalahan.
Kiranya enam perempuan cantik itupun mempunyai
didikan dari tokoh kuat, semula oleh karena mereka tidak
pandang mata pada Can Sa Jie, maka mereka tidak
mementingkan cara kerja sama yang rapi, setiap ingin
menyerang dia hanya untuk pelampias kedongkolan
masing-masing. tapi setelah melihat bahwa serangan itu
semuanya tak berhasil, barulah mereka merubah siasat
pertempuran, saat itu mereka pun bekerja sama dengan
rapi, mengurung Can Sa Jie ketat.
Barisan yang tampaknya dari golongan sesat itu, setiap
serangan dilakukan dengan tipuan yang indah, dilihat
sepintas seperti bukan sedang pertempur, tetapi bagi Can Sa
Jie seolah seperti telah kemasukan setan, setiap
serangannya tak mengenai sasaran, setiap hendak menyerbu
keluar selalu tidak berhasil, maka ia berseru cemas:
"Hei! Mengapa kalian berdua enak-enak nonton saja" "
Cin Hong seolah-olah baru sadar, ia berpaling dan
bertanya pada In-jie: "In jie, apakah kita perlu turut
campur" " In-jie menyahut: "Baik!"
Lantas lompat menyerbu ke dalam barisan enam
perempuan cantik itu, ia yang sudah meraSa gemas, tangan
dan kakinya pada bergerak, menyerang bagian pinggul
perempuan-perempuan itu. Cin Hong pun turut menyerbu, tapi ia tak berani
memukul pinggul mereka, yang di tujukan hanya bagianbagian
yang tidak penting, sebab ia selalu menganggap
bahwa pertempuran dengan kaum wanita, sesungguhnya
kurang baik. Setelah ia dan In-jie turut bertempur, maka barisan enam
perempuan cantik itu lantas menjadi kalut. Kiranya ketika
mereka melihat Cin Hong tak berani menurunkan tangan
berat, mereka lantas mengurung Cin Hong sambil tertawa,
hampir setiap orang ingin bertempur dengannya, bahkan
ada yang busungkan dadanya, agar di serang bagian buah
dadanya. Cin Hong yang dapat sambutan demikian sudah tentu
terkejut dan kalang kabut sendiri. berulang kali mundur
Sambil berseru: "Tak boleh! Tidak ada pertempuran secara
begini!" In-jie yang menyaksikan perempuan perempuan itu
bertempur dengan cara yang tak malu demikian, hatinya
semakin mendongkol, hingga hampir Saja mau menangis,
tetapi dengan demikian, ia juga turun tangan semakin
ganas, Sambil menyerang, mulutnya terus memaki:
"Sungguh tak tahu malu! Aku nanti akan hajar mampus
kalian kawanan siluman yang tak punya malu!"
Sementara itu Can Sa Jie yang sudah mendapat bala
bantuan. ia hanya tujukan sasarannya pada dua kiongcu
dalam pertempuran yang berlangsung sengit tanpa
disengaja jari tangannyaa menyentuh ketiak salah seorang
lawannya, Kiongcu itu barangkali karena takut geli, lantas
tertawa sendiri sambil menggelinjing.
Can Sa Jie tak perdulikan itu semua, menggunakan
kesempatan itu telah menendang jatuh kiongcu itu,
mungkin karena tendangannya yang keliwat berat, hingga
kiongcu itu terguling keluar kalangan, hidungnya berdarah,
ia menangis tersedu. Can Sa Jie terperanjat, dan selanjutnya. berkata girang:
"Hei! perempuan-perempuan ini mungkin pada takut geli.
Cin Hong. kau boleh kitikin ketiak mereka!"
Cin Hong dengan seorang diri melayani tiga wanita yang
selalu tak berani menyerang buah dada mereka yang
ditonjolkan dengan demikian menantang, Sedang
kelabakan, maka ketiKa mendengar perkataan itu ia lantas
menggerakkan kedua tangannya pura-pura bersikap hendak
menyerang bagian ketiak perempuan-perempuan itu, sedang
mulutnya mengancam: "Kalian lekas pergi, jikalau tidak aku nanti terpaksa akan
menyerang ketiak kalian!"
Tetapi tiga perempuan itu sedikitpun tidak merasa takut,
sebaliknya malah menyerbu sambil tertawa-tawa, sedang
mulut mereka pada berseru: "Baik, silahkan serang saja,
hai!" "Disini, disini, letakkanlah tanganmu disini!"
"Aku tahu, tentu kau tak berani...." Demikianlah
perempuan-perempuan cantik itu pada mengeluarkan
tantangannya kepada Cin Hong.
Cin Hong ketika melihat bahwa gertakannya tidak
berhasil, kembali menjadi kelabakan lantas berseru kepada
Can Sa Jie: "Saudara Can Sa, tiga perempuan ini tidak takut
geli!" Pada Saat itu Can Sa jie justru sudah berhasil
merobohkan seorang lawannya lagi maka lantas pergi
membantu ke fihak Cin Hong.
Berbeda dengan Cin Hong, Can Sa Jie lantas
menggerakkan tangannya, dan benar saja, ditujukan kepada
ketiak-ketiak mereka, katanya sambil tertawa: "Kau
memang tak berani menyerang mereka. Sekarang lihatlah,
bagaimana aku menyerang mereka!"
Tiga perempuan cantik itu karena tidak suka menghadapi
Can Sa Jie si pengemis muda itu terpaksa pada lari terbiritbirit.
Di lain fihak, In-jie yang bertempur seorang diri
menghadapi dua orang perempuan cantik, ia yang sudah
merasa gemas terhadap mereka, maka ia turun tangan tanpa
kenal kasihan. Dalam sekejap, dua orang lawannya roboh
tertotok ilmu tunggalnya golongan Thian San.
Setelah ia robohkan dua orang lawannya. lantas ia
kembali kesisi Cin Hong. Terhadap perempuan yang masih
tetap membandel, ia lantas mengirimkan serangan.
Dengan demikian, diantara enam kiOngCu itu telah dua
orang yang tertotok roboh, dua orang tertendang dan
seorang diantaranya terluka bagian mukanya, yang kini
masih duduK ditanah. sambil menangis dengan sedihnya,
tinggal dua orang lagi, bagaimana sanggup menghadapi Cin
Hong dan Can Sa Jie"
Maka sambil menari-nari, mulut mereka meratap:
"Jangan berkelahi lagi, kita menyerah!"
Cin Hong buru-buru menarik kembali serangannya dan
baru-buru mencegah Can Sa Jie dan In-jie; "Berhenti!
Berhenti! Mereka sudah menyerah!
Can Sa Jie mendengar perkataan 'menyerah' itu, tidak
mau berbuat Keterlaluan, maka segera menghentikan
serangannya, dan menantikan perkembangan selanjutnya.
Sedang matanya terus berputaran mengawaSi perempuanperempuan
yang kini keadaannya sangat mengenaskan itu.
Sebaliknya dengan In-jie, tak mau menghentikan
serangannya, seolah-olah hendak menyapu bersih kawanan
Siluman itu, sampai tiga kali Cin Hong mencegah, baru
menghentikan serangannya dengan perasan dan masih
penasaran, lalu berdiri disamping Cin Hong lagi.
Dua perempuan itu dengan ketakutan berdiri Sambil
menundukkan kepala, seolah-olah orang hukuman yang
menantikan vonisnya. Keadaannya Sangat menyedihkan.
Can Sa Jie mengeluarkan dua kali suara batuk-batuk,
dengan tiba-tiba menuding kiongcu yang masih menangis
duduk ditanah itu, bentaknya dengan suara bengis:
"Bangun! Jangan berlagak lagi!"
Dua perempuan itu tak mau bangun. Seorang
diantaranya, ialah yang terluka dihidungnya bahkan
menangis semakin keras, katanya: "Siapa yang berpurapura"
Kau telah melukai hidungku, bagaimana aku ada
muka untuk menemui orang lagi" "
Can Sa Jie terperanjat, perlahan-lahan berpaling
mengawasi Cin Hong seraya berkata; "Heh, perempuanperempuan
ini hendak main gila denganku!"
Cin Hong juga unjukkan senyuman getir katanya sambil
mengangkat bahu: "Aku sudah merasakan bahwa kita
memang tak seharusnya untuk berkelahi dengan kaum
Wanita, itu SeSungguhnya Sangat tidak enak buntutnya. . .
." In jie yang masih penasaran, lantas membentak sambil
menuding kepada perempuan yangterluka itu; "Bangun,
kalau berani main gila lagi ku-nanti hajar sampai mampus!"
Dua perempuan itu ketakutan, terpaksa menurut dan
bangun berdiri, setelah itu mereka mengeluarkan sapu
tangannya untuk menyeka air matanya masing-masing,
Can Sa Jie Sangat terperanjat dan kedip-kedipkan
matanya, kemudian berkata Sambil tertaWa dan
mengacungkan ibu jarinya kepada In Jie: "Ternyata kau
yang lebih ditakuti! Sekarang biarlah kau yang bertanya
pada mereka!" In-jie tersenyum, sambil bertolak pinggang ia bertanya
kepada kaum perempuan cantik itu: "Sekarang aku hendak
bertanya kepada kalian, adakah kalian ini yang dinamakan
dua belaS perempuan siluman dari golongan kalong" "
Perempuan-perempuan itu terdiam, Seorang diantaranya
yang bergaun hijau lantas menjawab sambil melirik Cin
Hong; "Siapa yarg berkata demikian" Kita adalah dua belas
kiongcu!" In-jie marah, katanya dengan suara keras "Tidak tahu
malu. Kalau kau berani mengucapkan perkataan yang
bukan-bukan lagi, nanti aku robek mulutmu!"
Kiongcu itu benar saja tak berani membuka mulut lagi, ia
menundukkan kepala dengan perasaan takut,
In-jie merasa puas, ia kembali bertanya; "Aku hendak
bertanya lagi, Siapakah pangcu dari golongan kalian yang
menamakan diri golongan kalong itu" Berapakah jumlah
anggota golongan kalong itu" Dengan maksud apa kalian
diutus keluar untuk memikat generasi muda dari dua belas
partay" Semuanya ini kau harus jawab dengan sejujurjujurnya!
Jikalau tidak, terpaksa aku nanti akan mengambil
tindakan tegas!" Perempuan-perempuan itu ada menunjukan sikap
ketakutan, mereka saling berpandangan dan tak seorang
pun yang berani membuka mulut untuk menjawab.
In-jie dengan alis berdiri bertanya pula: "Lekas jawab,
jikalau tidak menjawab, aku nanti terpaksa akan menghajar
mampuS kalian semua!"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan perempuan itu pada menundukan kepala dan
tidak bersuara, sesaat kemudian, kiongcu yang bergaun
hijau itu dengan wajah sejih berkata: "Kau bunuh saja kami
semua, sebab urusan ini, kami semua tak berani
menerangkan.." In-jie tidak menduga bahwa mereka ternyata tidak takut
mati, maka sesaat ia tertegun, selagi memikirkan bagaimana
untuk menggertak mereka lagi, sebab jika tidak benar-benar
dibuktikan ancamannya, bukankah akan hilang
kewibawaannya" Dalam murkanya, selagi hendak turun tangan dengan
tiba-tiba tangan kirinya digenggam oleh seseorang. Dan
ketika ia berpaling, tampak Cin Hong berkata padanya
sambil tersenyum: "In-jie, kau mau apa" "
Dari sinar mata Cin Hong, In-jie segera dapat
memahami maksudnya, maka Wajahnya menjadi merah
seketika, ia berkata sambil menundukan kepalanya: "Aku,
aku rasanya terlalu galak bukan" "
Cin Hong menganggukan kepala dan berkata sambil
tersenyum: "Tidak apalah, sekarang biar aku saja yang
menanyakan pada mereka."
Sehabis berkata demikian maju selangkah menghampiri
wanita-wanita itu, lalu berkata sambil menyoja; "Nonanona,
sekarang bagaimana keadaan ditelaga Cui-sin-oaw
diatas gunung ini" "
Wanita-wanita cantik itu melihat Cin Hong, turun
tangan sendiri untuk bertanya pada mereka, semuanya
menunjukan sikap bersemangat atas pertanyaan tadi telah
dijawab oleh wanita yang luka pada hidungnya; "Mereka
sedang mandi ditelaga, sungguh sekali!"
Cin Hong terperanjat, ia bertanya dengan suara kaget:
"Ha! Mandi" "
Wanita bergaun merah itu dengan sikapnya yang dibikinbikin,
berkata sambil tertawa cekikikan;
"Ya, Sungguh permainan didalam air yang sangat
mengasyikkan!" Wajah Cin Hong menjadi merah, sedang hatinya
berdebaran. Ia berpaling dan berkata kepada Can Sa Jie:
"Saudara Can Sa, sekarang bagaimana baiknya."
Can Sa Jie diam-diam bergidik, ia menjawab sambil
menggaruk-garuk kepalanya: "Benarkah keterangannya itu"
Alangkah memalukan perbuatan itu!"
Kiongcu bergaun hijau lantas menyela: "Siapa yang
bilang tidak benar" Mereka mandi dalam keadaan telanjang
bulat...." In-jie yang mendengar itu wajahnya menjadi merah, ia
berseru kaget, lantas membentak dengan suara keras:
"Tidak tahu malu! Kalian semua enyahlah dari sini!"
Perempuan-perempuan itu seolah-olah mendapat
pengampunan besar, Sambil menyambar dua orang
kawannya yang menggeletak ditanah, secepat kilat pada
bergerak untuk melarikan diri.
Cin Hong mengawasi berlalunya perempuan-perempuan
cantik itu sampai tak tampak lagi, lalu berpaling dan
bertanya kepada Can Sa Jie: "Saudara Can Sa, kau pikir
bagaimana kita harus bertindak" "
Can Sa Jie melirik In-jie, lalu berkata sambil angkat
bahu; "Kupikir sebaiknya kita naik keatas gunung untuk
menyaksikan sendiri. Pribahasa ada kata: 'Kalau mau
menolong orang, menolonglah dengan sunggnh-sungguh'. .
. ." In-jie mendadak angkat muka dan berkata dengan suara
nyaring; "Aku tak mau pergi!"
"Kau tidak mau pergi, kalaU begitu kau diam disini saja
menunggu kita sampai pulang kembali." Berkata Can Sa
Jie. In jie berpaling mengawasi Cin Hong, lalu bertanya
dengan perasaan khawatir: "Cin Hong apakah, kau hendak
pergi juga" " Cin Hong belum lagi menjawab dengan tiba-tiba Can Sa
Jie melangkah mendekati padanya sampai berbisik-bisik;
"Cin Hong, kau sudah pernah melihat perempuan mandi" "
Hati Cin Hong berdebaran, ia menjawab dengan suara
pelahan. "Urasan seperti itu bagaimana kita biSa melihat" "
"Kalau begitu marilah kita pergi untuk menambah
pengetahuan,!" Berkata Can Sa Jie perlahan.
Cin Hong terperanjat, katanya; "Tidak, itu suatu
perbuatan rendah!" "Rendah apa" Kita toh hendak menolong orang. Kita tak
akan merasa malu pada diri sendiri." berkata Can Sa Jie
sambil tertawa ringan. In-jie yang menyaksikan mereka bercakap-cakap dengan
suara perlahan, timbul perasaannya, seolah-olah
diasingkan. Maka lantas berkata sambil bermuka muram;
"Hei, kalian kasak-kusuk sedang membicarakan soal apa" "
Can Sa Jie tertawa padanya, dan berkata: "Tidak apaapa,
aku sedang berunding dengan dia, nanti Setelah aku
mendaki gunung dan mendekati telaga, apa bila tak ada
kejadian mesum, aku akan memberi kode kepadanya
supaya dia mau membantuku. . . ."
In-jie menganggukkan kepala dan berkata dengan girang:
"Akalmu ini boleh juga , dengan demikian aku juga berani
pergi." Can Sa Jie menjadi gugup, katanya Sambil menggoyanggoyangkan
tangan: "Tidak sebaik kau disini menunggu kita
dan melihat kuda kita, Supaya jangan Sampai di curi oleh
maling kuda!" "Kecuali kau, dari mana datangnva maling kuda" Kau
takut aku pergi, aku justeru hendak pergi!" Berkata In-jie.
Cin Hong biar bagaimana selalu beranggapan, apapun
alasannya, mengintai perempuan mandi adalah Suatu
perbuatan yang tidak pantas. Disamping itu ia juga merasa
bahwa kebohongan Can Sa Jie itu boleh juga , maka lantas
tertaWa dan berkata kepadanya:
"Saudara Can Sa, aku setuju dengan akalmu itu.
Sekarang mari kita bersama-sama pergi naik keatas
gunung!" Can Sa Jie kecewa, katanya Sambil menggelengkan
kepala: "Hai, tidak kusangka It Hu Sianseng sudah
mendidik murid yang tak mempunyai keberanian seperti
kau ini, Sudahlah!" Sehabis mengucapkan demikian, kakinya bergerak,
lOmpat keatas gunung. Gerakannya itu seperti gerakan
monyet yang luar biasa cepatnya.
Cin Hong lalu berpaling dan berkata kepada In-jie; "Injie,
mari jalan!" Mereka telah mendaki gunung Tong San. tapi taK tahu
dimana telaga itu berada, maka terpaksa mencari-cari
kesana kemari, dan akhirnya tiba disebUah rimba, berjalan
dalam rimba itu kira2 baru beberapa tombak. dengan tibatiba
terdengar suara perempuan tertawa-tawa dan suara air
yang terdayung oleh dayung Sampan.
Tiga orang itu ketika mendengar Suara itu lantas
berhenti, Can Sa jie yang berjalan didepan lalu berpaling
dan berkata kepada Cin Hong sambil tertawa: "Ini pastilah
tempatnya, mari kita bersama-sama kesana, bagaimana" "
In-jie buru-buru menarik Cin Hong Seraya berkata:
"Kalau hendak pergi, pergilah sendiri Perlu apa harus
mencari kawan" "
"Aneh, dia ini sebetulnya pernah apa denganmu"
Mengapa selalu kau pegang erat2 saja" " Bertanya Can Sa
Jie Sambil mengerling dan tenawa mengejek kepada In-jie.
In-jie merasa malu dan gusar, dengan tiba-tiba
mendorong Cin Hong kearah Can Sa Jie katanya dengan
suara dingin: "Siapa yang memegang erat-erat kepadanya,
Kau sendiri yang tidak memiliki keberanian sudah saja
jangan pergi kesana!"
Cin Hong tidak berani pergi, buru-buru memutar
kebelakang diri In-jie, ia menyoja kepada Can Sa Jie seraya
berkata: "Saudara Can Sa, Sebaiknya kau bertindak
menurut usulmu tadi. Kau pergi melihat dulu asal tak ada
pertunjunkkan mesum, barulah kau memberi kode
kepadaku, kemudian kita baru pergi kesana,"
Can Sa Jie merasa kewalahan, ia berkata sambil
menghela napas: "Baiklah, aku tahu kau keledai ini sudah
tercancang olehnya."
In-jie marah, berkata Sambil melototkan matanya: "Kau
jangan mengoceh yang bukan-bukan. Kau berani menghina
diriku" " Can San Jie gelagapan ia memutar tubuh hendak pergi,
Cin Hong buru-buru menahannya dan bertanya.
"Saudara Can Sa, kau nanti hendak menggunakan cara
apa untuk memberitahukan pada kita" "
Can Sa Jie miringkan kepalanya, berkata sambil tertawa
bangga: "Kepandaianku untuk menggunakan Suara meniru
berbagai binatang dalam rimba persilatan tak ada seorang
pun yang sanggup menandingi, sebentar jikalau kalian
mendengar suara burung sri, kalian pergi saja!"
"Hm, mulutmu seperti kodok. kalau kau meniru suara
kodok barangkali lebih kena!" kata In-jie sambil tertawa
dingin. Can Sa Jie sedikitpun tidak marah, ia hanya mengejek
padanya, setelah itu ia memutar rubuhnya dan melangkah
kedalam rimba, sebentar saja sudah menghilang kedalam
tempat gelap. Cin Hong dan In-jie mencari sebuah pohon, mereka
duduk berdampingan dibawah pohon besar. Mungkin
dalam Otak orang itu semua Sudah terbayang Sepasang
muda mudi yang Sedang berkecimpungan didalam air
telaga dengan telanjang bulat, olen karenanya mereka samasama
menjadi merah wajahnya, agaknya meraSa malu.
"Cin Hong." Terdengar suara dari mulut In-jie.
"Ehm..!" "Can Sa Jie itu bukan orang baik, ia selalu mengatakan
bahwa aku selalu mengiKat dirimu, apakah artinya itu" "
"Dia Sifatnya memang suka main-main, kau jangan
meladeni Saja, juga jangan marah."
"Mungkin besok pagi, kita jangan berjalan bersama dia'"
"Tidak, tiga orang gaib dalam rimba persilatan Cut, Sian
dan Bo, hubungan mereka baik sekali. Maka kita bertiga
harus menjadi sahabat baik."
"Aku tidak mau, suhuku paling benci kepada Can Sa
Sian." "Oo, kenapa" "
"Suhuku berkata, bahwa Can Sa Sian itu iuga suka
menggoda orang. Kalau berbicara selalu tidak memberi
muka kepada orang." "Orang yang berani bicara terus terang, hatinya pasti
baik." "Kentut!" "Aa. . . . Itu ucapan tidak bagus!"
"Dasar pelajar tolol!"
"Eh, mengapa kau selalu memaki aku" "
"Kau memang mirip dengan pelajar tolol'"
"Jika kau mengatakan aku tidak mirip dengan orang
rimba persiiatan, aku suka menjadi orang rimba persilatan"
" "Ini bukan soal suka atau tidak Suka."
"O, ya Kau adalah caicu dari daerah Kang Lam Kau
sudah pernah pergi kekota raja untuk ujian atau belum" "
"Sudah, tetapi tidak lulus."
"Ha-ha! Apakah itu masih terhitung seorang caicu" "
"Sudah tentu masih. Sebab kalau aku tak luluS itu
sebabnya bukan lantaran kepandaian ilmu suratku tidak
seburuk orang lain" "Kalau begitu apa Sebabnya" "
"Kepala ujian itu, lama Sudah lama mengetahui bahwa
daerah Kang-lam ada seorang Caicu yang bernama Cin
Hong, ialah aku sendiri. Sebelum ujian dimulai, dia
meminta agar aku memberi sogokan kepadanya. Tapi
permintaannya itu tak kuhiraukan, sehinggi akhirnya aku
tak diluluskan." "Dasar pembesar anjing. Mengapa tidak kau bunuh saja"
" "Itu apa perlunya" Bagamana pun juga . aku toh tidak
suka menjabat pangkat, waktu aku pergi menempuh ujian.
hanya hendak main-main saja."
"Mengapa kau tak suka menjabat pangkat" "
"Orang yang menjabat pembesar negeri harus pandai
menjilat. Tetapi aku tak bisa, karena itulah aku tak mau."
"Emm, aku juga tak Suka kaWin dengan orang yang
menjadi pembesar negeri, kalau aku menjadi isteri Orang
berpangkat, jika pergi kemana-mana harus naik tandu,
sungguh menjijikkan, karena tidak bisa bebas...."
"Haaa. . . Kau berbicara soal kaWin" "
"Tadi kelepasan omOng. . . ."
Ia benar-benar kelepasan omong, oleh karenanya maka
ia merasa malu sendiri, buru-buru menyembunyikan kepala
dikedua lututnya sendiri.
Cin Hong khawatir ia nanti marah karena merasa malu,
maka meniup dibelakang punggung seraya bertanya sambil
tartawa: "In-jie, angkatlah mukamu!"
In-jie menundukkan kepalanya semakin dalam tidak
berani bersuara. Cin Hong meniup lagi sambil berkata dan tertawa:
"Angkatlah mukamu, SUdahlah, aku tidak akan
mentertawai kau lagi!"
In-jie menggeleng-gelengkan kepala, masih tetap tidak
berani membuka suara. Cin Hong sanggup mengendalikan perasaannya,
punggung yang putih meletak itu diciumnya pelahan, oleh
karenanya In-jie lalu lompat terkejut, kemudian berkata:
"Bagus, dugaan suhu ternyata benar!"
Cin Hong juga buru-buru bangkit. dengan wajah merah
dan hati berdebaran penuh penyesalan, menjura dalam2
kepadanya, lalu berkata: "In-jie, aku menyesal, harap kau
Sudi memaafkan!" Sepasang pipi In-jie merah merekah bagaikan buah-apel.
matanya yang hitam jeli berputaran, dengan tiba-tiba ia
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angkat muka, lalu berkata padanya sambil tertawa
mengejek: "Hm. aku tahu, kau tentu akan berbuat
demikian!" Baru saja menutup mulut, dari dalam rimba tiba-tiba
terdengar suara bentakan dan makian. Setelah itu disusul
dengan Suara burung nuri yang sangat indah.
Semangat Cin Hong terbangun, katanyi dengan girarg:
"Ah, kode Saudara Can Sa sudah terdengar. Mari kita lekas
pergi!" In-jie sebaliknya miringkan kepala, Seperti Orang sedang
menggunakan daya mendengarkannya dengan penuh curiga
ia terkata: "Benarkah itu suafa burung yang dia tiru"
Kenapa demikian indah" "
Cin Hong tersenyum, ia melompat maju menarik
tangannya, dan masUk Kedalam rimba. Melalui perjalanan
kira2 tiga puluh tOmbak, dihadapan matanya tiba-tiba
terbentang Suatu pemandangan yang aneh.. ..
Telaga Cui-sim-ouw yang letaknya diatas gunung,
luasnya hanya tiga empat tOmbak persegi, diSekitar telaga
terdapat tumbuhan pepohonan Yang-liu yang sangat
rindang, Sinar bulan purnama yang menyinari permukaan
air telaga memberikan suatu pemandangan alam yang
sangat indah. Tetapi malam itu tidak sedikitpun tak tampak
keindahannya. Mengapa" sebab pada waktu itu sepasang tangan Can Sa
Jie sedang membawa Segumpal pakaian wanita, lari
sepanjang tepi telaga sambil perdengarkan suara tawanya
yang aneh. Sedang dibelakangnya tampak mengejar seorang
muda berusia tiga-puluh tahunan dengan menenteng
pedang. Pemuda itu berwajah tampan dan gagah, namun
pakaiannya sudah tak beres lagi, Sambil mengejar mulutnya
terus berkaok-kaok tidak henti-hentinya!
"Anak busuk. tinggalkan pakaian itu! Apakah artinya ini"
. . . ." Disuatu tempat yang demikian indah telah terjadi
kejadian semacam itu, sesunggnhnya merupakan suatu
perbuatan yang keterlaluan! Akan tetapi yang lebih-lebih
ialah orang yang berada didalam air telaga itu.
Dia Cit-kongcu, Salah Seorang dari dua-belas kiongcukiongccu
golongan kalong, Saat itu sedang mandi berendam
didalam air telaga. oleh karena air telaga itu sangat bening,
maka sekujur tubuhnya yang putih, serta bentuk badan yang
indah dan padat tampak nyata Sekali, pahanya sedang
bergerak-gerak didalam air. Pemandangan itu
sesungguhnya sangat menarik untuk mata anak-anak muda.
Cit kiOngcu hanya kepalanya yang tampak berada diatas
air, matanya terus mengikuti pemuda yang sedang mengejar
Can Sa Jie, Waktu itu wajahnya nampak sangat pucat,
sekilas menunjukkan kecemasannya.
Can Sa Jie ketika menampak kedatangan Cin Hong dan
In-jie, lantas berseru dengan sikap kegirangan;
"Hei, Cin Hong. kau lihat tidak" Sungguh tak disangka
bahwa tubuh Wanita itu demikian indah, benar-benar
seperti dugaanku semula!"
In-jie tidak menduga masih harus menyaksikan suatu
pemandangan yang menyebalkan itu, ia merasa cemas dan
mendongkol sekali, buru2 maju menghalang dihadapan Cin
Hong, kemudian berkata dengan nada suara marah: "Can
Sa Jie, apakah kau mau mampus" Siapa suruh memberikan
kode demikian cepat" "
Can Sa Jie lari menghampiri sambil membawa pakaian
perempuan itu, katanya Sambil tertawa aneh: "Sedikitpun
tidak terlalu cepat, kalau tidak pertunjukkan yang
berlangSung sebelum kau tiba. Itulah justru yang baguS
sekali!" Pemuda yang mengejar dibelakangnya ketika melihat
anak busuk itu. kembali kedatangan dua orang pembantu,
tampaknya terkejut sekali, buru-buru menghentikan
langkahnya, sepasang matanya dengan perasaan takut dan
terkejut memandang dua orang yang baru datang dengan
bergiliran. Tiba-tiba mengangkat pedangnya sambil
menunjuk Can Sa Jie, dan membentak dengan suara bengis:
"Hei! Kau merusak kesenangan orang. Apakah kau tidak
takut dirundung miskin tiga turunan" "
Can Sa Jie lari kedepan Cin Hong berdua kemudian
memutar dibelakangnya, lantas berhenti, barulah berkata
sambil tertawa: "Aku Cin Sa Jie memang sudah miskin.
Kemiskinan tidak berarti bagiku!"
Pemuda itu tahu bahwa dalam keadaan demikian ia tak
boleh menggunakan kekasaran, maka sikapnya lantas
berubah lunak, katanya setengah memohon: "Baiklah.
kalian hendak minta berapa" "
Can Sa Jie mengalihkan pakaian perempuan itu ke
tangan kirinya, ajung jari tangan kanannya diacungkan, lalu
berkata sambil tertawa: "Tidak banyak, seribu tail sudah
cukup!" Pemuda itu agak marah, katanya. "Dalam badanku
sekarang ini mana ada begitu banyak uang" Kau jangan
minta tarlalu banyak!-"
Can Si Jie angkat kepala dan tertawa terbabak kemudian
berkata sambil mengacungkan lima jari tangannya: "Kalau
begitu, potong lima puluh persen. Lima ratus tail saja!"
"Balk, tetapi sekarang ini aku benar-benar tidak punya
begitu banyak uang . . . ." Berkata pemuda itu sambil
mengerutkan alisnya. "Sekarang kau membawa berapa banyak" " Bertanya Can
Sa Jie Sambil tersenyum. Pemuda itu melirik kepada kekasihnya yang ada didalam
telaga sejenak, kemudian berkata sambil menundukkan
kepala: "Aku membuat surat perjanjian juga boleh hanya
disini tidak ada alat tulis dan kertas, bagaimana" " berkata
pemuda itu girang. Can Sa Jie mengeluarkan sehelai kertas, digulungnya dan
kemudian dilemparkan kepada pemuda itu seraya berkata :
"Kau boleh menggunakan kertas ini, tentang tidak adanya
alat tulis, kau boleh gigit jari sendiri, dengan darah dari
jarimu kau boleh gunakan untuk menulis diatas kertas ini!"
Pemuda tadi menyambut gulungan kertas yang
dilemparkan kepadanya, lalu berkata agak sedikit
keberatan: "Dengan menggigit jariku sendiri, bukankah
berubah menjadi darah" "
"Benar, kau sekarang harus membuat surat darah:"
berkata Can Su Jie dingin,
Cin Hong anggap bahwa terlalu memeras Orang
sesungguhnya tidak seharusnya, maka ia lalu berkata:
"Saudara Can-Sa, kau tidak boleh berbuat demikian,
perbuatan itu terlalu rendah!"
Can Sa Jie berpaling dan tertawa, kemudian berkata:
"Jangan cemas, ucapanku masih belum habis!"
Kemudian ia berpaling dan bertanya pula kepada
pemuda tadi; "Bagaimana" Sejak jaman dahalu banyak
sekali contohnya orang yang menulis surat berdarah,
dengan keadaanmu seperti ini, menulisi surat darah
sedikitpun tidak merasa keterlaluan!"
Pemuda itu berpaling mengawasi kekasihnya yang
berada didalam danau, kekasih itu menutup tubuhnya
sendiri dengan kedua tangannya, sedang mulutnya meratap:
"Kekasih aku merasa sangat malu sekali, lekaslah kau tulis
dan berikan padanya" "
Can Sa Jie tertaWa tergelak kemudian berteriak: "Hoi!
perempuan siluman seperti kau ini masih mempunyai
perasaan malu" "
Pemuda itu sangat marah hingga alisnya apada berdiri, ia
berteriak dan berkata dengan sambil mendelikan matanya:
"Bocah busuk, kalau kau berani menghina lagi, aku nantt
akan adu jiwa denganmu!"
Can Sa Jie angkat wajahnya yang kotor, dan berkata
sambil tertawa dingin: "Kau masih bukan tandinganku,
kalau kau ingin adu jiwa silahkan maju saja!"
Pemuda itu sangat penasaran, sesaat itu hawa
amarahnya meluap, selagi hendak menyerbu dengan
pedangnya, kekasihnya yang telanjang bulat didalam air itu
telah menjerit dan berkata sambil menangis:
"Kekasihku, aku mohon padamu jangan marah pada
mereka...." Pemuda itu ketika mendengar ratapan kekasihnya lalu
membatalkan maksudnya hendak menyerbu Can Sa Jie. ia
menundukan kepala menghela napas, pedangnya ditekan
ditanah lalu membuka kertas gulungan tadi, dan mengigit
ujung jari tangannya sendiri, dengan darahnya yang
menetes keluar menulis surat perjanjian diatas kertas itu,
Pada saat. Can Sa Jie tiba-tiba berkata sambil mengulapkan
tangannya. "Tunggu dulu, bagaimana kau hendak tulis" "
Pemuda itu angkat kepalanya, dan berkata sambil
tertawa menyeringai: "Sudah tentu akan kutulis bahwa aku
pinjam kepadamu empat ratus tail uang Perak, esok akan
kukembalikan padamu!"
"Tidak kau harus menulis menurut maksudku. aku
berkata sepatah, kau menulisnya!" Berkata Can Sa Jie
sambil menggelengkan kepala dan tertawa.
Pemuda itu dengan mengendalikan hawa amarahnya,
mulutnya membentak: "Apa katamu" "
Can Sa Jie mendongakan kepala dan tertawa ter-bahak2,
lalu berkata: "Kau harus menulis begini; 'Aku pendekar
berbaju biru Nie Khun..."
Pemuda itu terperanjat, ia mundur dua langkah, katanya
sambil membuka lebar matanya: "Ya Tuhan! Bagaimana
kau mengetahui" "
Can Sa Jie tersenyum, katanya: "Kau, saudara adalah
seorang tokoh kuat partai Khong-tong-pay. dalam rimba
persilatan mempunyai ssdiklt nama baik, aku Can Sa Jie
sudah lama ingin berkenalan denganmu!"
pendekar berbaju biru Nie Khun, selembar wajahnya
menjadi merah seperti kepiting direbus, ia berkata sambil
menundukan kepala: "Kita bicarakan dulu mengenai
syarat2nya, kalian selanjutnya tidak boleh menyiarkan
kejadian malam ini...."'
Can Sa Jie tidak lagi menunjukan sikapnya yang main2,
katanya dengan sangguh2: "Jangan chawatir, aku Can Sa
Jie selamanya menghormati orang yang tahu malu!"
Nie Khun menulis nama sendiri diatas kertas itu, lalu
bertanya; "Bagaimana selanjutnya" "
"Selanjutnya; 'Telah kesalahan mengadakan hubungan
dengan siluman wanita ketujuh dari dua-belas siluman
perempuan golongan Kalong. . . ."
Wajah Nie Khun berubah seketika, tananya dengan
kaget: "Apa katamu" "
Can San Jie sepatah demi sepatah mengulangi
perkataannya itu tadi, dan pendekar baju biru Nie Khun
dalam keadaan setengah terkejut dan setengah ragu,
gumamnya: "Golongan Kalong" ... Golongan Kalong"
Dalam rimba persilatan aku belum dengar ada nama
golongan itu. . ." Sang kekasih yang merendam di dalam danau, ketika
mendengar pembicaraan mereka Wajahnya berubah
seketika, mulutnya berseru; "Kekasihku, jangan dengar
ucapannya yang tak keruan, aku adalah perempuan dari
golongan baik-baik!"
Can Sa Jie mengeluarkan suara dari hidung lalu berkata
sambil tertawa dingin: "Kawan-kawanmu Tujuh siluman
perempuan yang sembunyi di bawah gunung, Seluruhnya
sudah tertangkap, kau Siluman ini mengapa masih berani
membantah!" Mendengar ucapan itu, Wajah perempuan itu kembali
berubah, tanpa memperdulikan tubuhnya sendiri yang
telanjang bulat, mulutnya berseru dengan perasaan
ketakutan: "Tidak.... tidak ....tidak...."
Nie Khun mengawasinya dengan sinar mata kasihan,
kemudian berpaling dan berkata kepada Can Sa Jie: "Aku
tak mengerti apa yang kau katakan, dia bernama Thia Ay
Leng, tinggal di San-se, ayahnya seorang piauwsu yang
sudah mengundurkan diri. . . ."
Can Sa Jie mengulapkan tangannya untuk mencegah
pemuda itu melanjutkan kata-katanya, ia berkata dan
tertawa dingin: "Jika kau mau bukti, sekarangpun aku bisa
mengeluarkan. Tetapi terhadap aku Can Sa Jie, namaku ini
kau tidak seharusnya masih menanggung perasaan curiga!"
Nie Khun yang sejak semula hingga sekarang belum
pernah perhatikan Can Sa Jie dari golongan mana, sebab
hatinya risau, pertemuan malam itu dengan kekasihnya
telah dipergoki Olehnya, maka dalam keadaan cemas dan
jengkel seperti itu, ia telah melupakan segalanya. Kini
setelah mendengar Can Sa Jie menyebut nama sendiri,
barulah merasa kaget, serunya: "Ah! Kalau begitu kaU
murid Pengemis dari golongan pengemis" "
Can Sa Jie menganggukkan kepala, sikapnya tampak
sangat bangga. KiranVa Pangcu atau pemimpin golOngan pengemis,
ialah Can Sa-Sian Sie Koan, kecuali penyakitnya yang
rakus, dalam rimba persilatan terkenal sebagai pengemis
gaib yang dihormati dan dijunjung tinggi orang banyak,
siapa pun tahu bahwa dia itu adalah Seorang rakus yang tak
pernah kenal puas, akan tetapi perbuatan dan tindakannya
cukup teladan bagi Orang-orang rimba persilatan. Dan
muridnya itu juga memiliki sifat yang sama dengan
gurunya, orang-orang asal mendengar disebutnya nama
sepasang Can Sa atau sepasang orang rakuS dari golongan
pengemis, tiada yang tidak mengacungkan ibu jarinya
sebagai tanda pujian, pujian itu sampai dimana tingginya,
kalau bagi yang tua ialah sang guru sudah tentu bukan soal
apa-apa, tapi si muridnya, Sudah tentu dalam usia yang
demikian muda sudah mendapat nama demikian baik,
perasaan girang itu tampak diwajahnya, sebab dia toh
masih Seorang anak muda yang usianya masih belasan
tahun! Nie Khun memperhatikan wajahnya dan keadaan
bentuknya, dalam hati tak berani tidak mempercayainya
tetapi kalau ia melihat lagi kekasihnya di dalam danau yang
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikenalnya belum sampai tiga hari, juga merasa berat untuk
meninggalkan. Ia sungguh tak menyangka kekaSih itu
memiliki keberanian demikian, tetapi dia demikian
cantiknya, demikian menarik kelakuannya, apakah yang tak
baik di dirinya" Alisnya dikerutkan demikian rupa, dan mulutnya
berkemak-Kemik sendiri: "Aku tidak perduli golongan
Kalong atau apa, aku hanya tahu ia padaku tak permintaan
apa. . . ." Mata Can Sa Jie yang tadi menutup, kini terbukaa lebar,
katanya tertawa dingin: "Kenalkah kau dengan Yap Kiam
In orang golongan Thian-shia-pay" "
Nie Khun terkejut, ia berkata Sambil menganggukkan
kepala: "Pernah kenal ia sepintas, kenapa" "
"Ia Seperti juga dengan kau, Sudah terpikat oleh salah
seorang dari dua belas siluman perempuan golongan
kalong!" "Kalau Sudah terpiKat lalu bagaimana" "
"Mati!" demikian In-jie menyelak.
Wajah Nie Khun berubah, ia alihkan pandangan
matanya kearah In Jie dan bertanya dengan perasaan
terkejut dan heran: "Sebabnya" "
"Sebab dia sudah mengetahui rencana besar tetapi busuk
dari golongan Kalong!" menjawab In-jie sambil tertawa
dingin. "Bolehkah kiranya aku hendak mengetahui
penjelasannya" " bertanya Nie Khun sambil mengerutkan
alisnya. In Jie menunjuk perempuan dalam danau itu, katanya
dengan sikap memandang rendah; "Ini boleh tanyakan
padanya sendiri, kita juga tak tahu!"
Nie Khun berpaling pada perempuan yang berada dalam
danau, dengan peraSaaa kasihan dan curiga bertanya
padanya; "Ay Leng, benarkah kau sedang menipu aku" "
Perempuan itu berenang menuiu ketepi seberang, tetapi
tak berani naik, kedua tangannya menetupi tubuhnya yang
telanjang, sepasang kakinya dikempit menjadi satu, katanya
sambil menangis dan gemetaran: "Tidak, Nie Khun aku tak
membohong atau menipu kau, kau lekaS menulis Surat
perjanjianmu kepada mereka, aku mohon kepadamu..."
Nie Khun rupanya masih merasa berat dan kasihan
kepada perempuan itu, ia telah mengambil keputusan tidak
akan menanya lebih jauh, segera menggunaken darah dari
jari tangannya menulis diataS kertas kata-kata Seperti
diucapkan Oleh Can Sa Jie.
"Can Sa Siohiap, sekarang apa yang aku harus tulis
selanjutnya" " Can Sa Jie berdiam lama sambil tertawa dingin. akhirnya
ia menggelengkan kepala dan menjawab: "Tidak, sudah tak
periu ditulis lagi!"
Nie Khun menjadi gugup, ia maju selangkah dan berkata
dengan suara cemas: "Seorang laki-laki harus patuh dengan
ucapannya yang diucapkan, kita tadi sudah berbicara
dengan matang, apa kau hendak mengingkari sendiri" "
Can Si Jie meletakkan pakaian perempuan itu ditepi
danau, kemudian berpaling kearah Cin Hong dan In-jie lalu
berkata sambil tertawa: "Sekarang aku Can Sa Jie benarbenar
telah kena kebesarannya ucapan yang berkata 'Rela
mati dibawah bunga', menjadi setan juga setan romantis.
Jangan, hitung-hitung kita terlalu sudi gawe!"
Cin Hong sejak keluar dari rimba terus memejamkan
matanya tak berani melihat, kini ketika mendengar bahwa
pendekar berbaju biru Nie Khun sudah kelelap benar-benar
dalam lautan asmara, lalu sambil memejamkan matanya
menyoja memberi hormat kepadanya seraya berkata: "Nie
Taihiap harap kau suka dengar ucapan ku yang renddh ini..
.." Can Sa Jie berteriak, memotong ucapannya. "Sudahlah,
orang toh lebih penting memeluk pinggang nOnanya yang
manis, siapa sudi dengan ocehanmu" "
Cia Hong terperanjat, ia mengulurkan tangannya untuk
meraba-raba sambil memejam matanya, kemudian berkata:
"Baik, kalau mau jalan, tetapi sukalah kau bimbing aku" "
In-jie tertawa geli, ia ulurkan tangannya untuk menarik
tangan pemuda itu seolah-olah menariK tangan seorang
buta berjalan menuju ke dalam rimba, katanya sambil
ketawa cekikikan-"Sudahlah sekarang boleh membuka
mata." Cin Hong membuka matanya, apa mau pandangan
matanya begitu melihat dalam rimba tiba-tiba berseru kaget,
buru-buru balik menarik tangan In-jie dan lOmpat mundur
dua tiga tOmbak! Apakah yang dilihatnya" Apakah melihat orang musuh
yang sangat tangguh"
Seorang tua berjubab merah, dengan wajahnya yang
menyeramkan dan rambutnya yang putih yang terurai
dikedua bahunya yang bukan lain ialah Lam kek Sian kun
Im Liat Hong, yang tadi malam dijatuhkan oleh susu
tahunya yang dinamakan Pek-lee-Ciang oleh empek Ie-Oe
dikota Han chiu muncul dari dalam rimba dan berjalan
lambat-lambat menghampiri Cin Horg bertiga, sinar
matanya yang buas memandangi mereka bertiga, kemudian
mulutnya berkata Sambil tertawa mengejek:
"Kamu tiga bocah yang masih bau pupur bawang ini,
tenyata berani meruSak uSaha besar golongan kita maka
itu, aku siorang tua malam ini terpaksa mengirim kamu
keakherat untuk menitis lagi!"
Can Sa Jie yang belum pernah melihat dia, karena
melihat sikap Can Hong dan In-jie berdua ketakutan
mundur, mengertilah sudah bahwa orang tua itu pasti
bukan orang sembarangan, maka ia buru-buru mundur
beberapa langkah sambil mempersiapkan diri, disamping itu
ia bertanya kepada Cin Hong: "Cin Hong, siapakah tua
bangka ini" " "Dia adalah Lam-kek Sin-kun Im Liat Hong yang
terkenal dengan julukannya sepasang iblis menjagoi daerah
selatan dan utara, dan sekarang menjadi anggota pelindung
hukum dalam golongan kalong!" menjawab Cin Hong,
"Ayo! iblis tua ini kita tidak boleh pandang ringan!"
berteriak Can Sa Jie kaget.
"Kupikir juga begitu, dan kau pikir sekarang bagaimana"
" berkata Cin Hong. Lam-kek Sin-kun Im Liat Hong terus berjalan kearah
mereka sambil menggulung lengan bajunya, sementara
mulutnya berkata sambil tertawa: "Bagaimana" Kecuali
kamu suka menyerah kepada golongan kita merjadi Kim
thong dan Giok-lie, selain ini, hanya tinggal satu jalan, dan
jalan itu ialah kematian!"
Can Sa Jie mengedip-ngedipkan matanya dan bertanya:
"Apakah Can Sa Jie juga akan diangkat menjadi salah satu
dari Kim thong itu" "
"Pui! kau bagaimana bisa diangkat menjadi Kim-thong"
untuk menjadi tukang buang air kotoran dua belas KiOngcu
kita boleh juga!" menjawab Lam kek Sin-kun Im Liat Hong
Sambil tertawa. Can Sa Jte yang belum pernah dihina demikian rupa
dalam matanya, tidak memikirkan lagi tinggi kepandaian
lawannya yang masih jauh lebih tinggi dari padanVa sendiri
sambil mengeluarkan suara siulan aneh, badannya lantas
lompat menyerbu Lam-kek Sin-kun.
Cin Hong terperanjat, ia berseru dengan suara cemas:
"Can Sa Jie, jangan!"
Namun seruan itu sudah terlambat pada waktu Can Sa
Jie bergerak menyerbu Lam-kek Sin-kun, dan tiba sejarak
dua kaki didepan orang tua itu, ditengah udara tiba-tiba
terdengar suatu siulan panjang, kemudian tampak
berkelebat sesosok bayangan hitam yang besar melayang
turun dari tengah udara. ..
Sebelum Cin Hong dan lain2nya melihat tegas, sudah
terdengar suara seruan tertahan kemudian disusul
melesetnja sesosok bayangan orang, kiranya Can Sa Jie
yang telah dahalu menyerbu kepada Lan-kek Sin-kun, pada
saat itu Seolah-olah terdorong oleh kekuatan tenaga balik
sehingga badannya melesat balik setinggi dua-tiga tombak,
hampir saja kecebur kedalam telaga!
Dua yang lainnya.,... Lam-kek Sinkun dengan orang
yang muncul dengan tiba. ... mereka dengan gerakannya
yang sangat cepat, setelah mengadu kekuatan tenaga.
masing-masing juga mundur beberapa kaki, kini satu sama
lain berdiri berhadapan. Orang yang muncul secara tiba-tiba itu usianya kurang
lebih tujuh-puluh tahun, wajah persegi, telinganya lebar,
perawakannya tegap mengenakan pakaian kain kasar
berwarna hitam, dipinggangnya diikat dengan ikat pingang
kain putih, dandanan itu mirip dengan seorang pedagang
desa, dia bukan lain dari pada empek penjual susu tahu
dikota Hang-ciu yang terkenal dengan sebutannya empek
Ie-oe, juga yang dahulu pernah menjabat komandan
pasukan tentara istana, Pek Hong Teng.
Cin Hong setelah melihat tegas siapa adanya orang itu,
bukan kepalang girangnya, dan lalu memanggilnya:
"Empek Ie-oe kau juga datang!"
Empek Ie-oe sepasang matanya memandang Lam-kek
Sin-kun, mulutnya menjawab dengan nada suaranya yang
terputus-putus: "Tetapi jangan kira. . .aku Si tua bangka ini
sebagai tepekong penolong. . . .aku orang tua ini. . . hanya
bisa melindungi kalian.....sampai disini saja . . kalian
lekas..... pergi mengejar suhumu!"
Cin Hong terkejut berbareng merasa girang mendengar
berita tentang Suhunya, maka lalu bertanya:
"Ah! kiranya kau terus mengikuti dibelakang kita" "
"Eem. lekas. . .lekas pergi!" menjawab empek Ie-oe
sambil menganggukkan kepala.
Lam-kek Sin-kun maju selangkah menghampiri empek
Ie-oe. Wajahnya yang menyeramkan tampak berkerinyat,
katanya sambil tertawa dingin, "Pek Hong Teng, kau Si tua
Bangka ini malam ini aku hendak belajar kenal lagi dengan
obat berbisamu Pek-lee-ciang. . . ."
"Jangan khwatir,. aku si tua bangka . . . .dalam keadaan.
. . satu lawan satu belum pernah menggunakan Pek-leeciang.
...." berkata empek Ie-oe Sambil tertawa
menyeringai. Setelah itu, ia berpaling dan berkata pula kepada Cin
Hong, "LekaS pergi, kalaU terlambat ....sudah tak keburu
ketemu dengan suhu kamu lagi!"
Cin Hong berbalik hendak mengajak Can Sa-jie turun
gunung bersama-sama, tiba-tiba menampak pendekar
berbaju biru Nie Khun sedang menyerahkan pakaian
perempuan kekasihnVayang berada ditepi telaga,
perempuan itu setelah menerima pakaiannya, lalu terjun
kedalam telaga Cui Sim-Ouw dengan terbirit-birit lari
kedalam rimba, tubuhnya yang telanjang bulat tampak
putih halus bagaikan Salju.
Cin Hong yang belum pernah melihat wanita tidak
memakai pakaian juga belum pernah memikirkan tubuh
wanita itu ternyata demikian menarik, sehingga saat itu
hatinya berdebaran keras, memandangnya dengan mata
melotot dan mulut terbuka lebar.
In-jie mendorOng padanya sambil menegor, "Jalan,
mengapa berdiri bingung" "
Cin Hong yang didorong tampak terkejut, segera teringat
kepada pelajaran orang-orang tua dahulu yang merupakan
pepatah yang berbunyi: "Yang tidak Sopan jangan dilihat",
wajahnya merah Seketika, ia buru-buru menggapai dan
memanggil Can-Sa-jie . "Saudara Can Sa, mari kita lekas pergi,"
Can-sa-jie yang tadi didorong mundur oleh kekuatan
tenaga dalam empek Ie-oe, dalam hati merasa tidak enak,
tetapi ia juga tahu bahwa empek Ie-oe berbuat demikian
karena khawatir ia terluka ditangan Lam-kek Sin Kun,
meskipun ia terpental sejauh demikian sunggguh tak enak
tetapi karena orang tua itu bermaksud baik bagaimana juga
tidak harus marah. Kini ketika mendengar Cin Hong
panggil dirinya diajak pergi terpaksa menganggukkan
kepala dan berjalan menuju dalam rimba.
Cin Hong memberi hormat kepada empek Ie-oe, sambil
menarik tangan In-jie hendak berlalu tiba-tiba teringat
sesuatu, lalu berpaling dan bertanya pula pada, empek Ieoe.
"Locianpwe, urusan yang terjadi didalam kelenteng
rusak tadi, locianpwe sudah lihat atau tidak" "
"Sudah, kalian lekaslah jalan!" menjawab empek Ie-oe.
"Sebab.....sebab aku juga sama dengan kau yang tidak
dapat membuktikan ketulenannya" menjawab empek Ie-oe
sambil tertawa keciL Cin Hong merasa kecewa, ia geser kakinya hendak
berjalan, dengan tiba2 teringat pula sesuatu, maka lalu
bertanya lagi: "MaSih ada lagi, apa sebab golongan kalong
mengutus dua belas orang Kiongcunya berupa dua belas
siluman perempuan Cantik itu pergi memikat anggota
muda dari dua belas partay" "
"Hal ini... hal ini aku sedang ....mempelajarinya... jika
kau anggap mengejar Suhumu....itu tak penting, boleh
tinggal dan. . .mempelajari soal ini bersamaku" berkata
empek Ie-oe sambil menghela napas.
Muka Cin Hong kembali merah, tak berani banyak
bicara lagi, buru-buru menarik tangan In-jie masuk ke
dalam rimba dan terus turun ke bawah gunung....
Tiga orang itu dengan dua ekor kuda meneruskan
perjalannya siang malam, mereka melalui propinsi Ho-lam,
Im-lam, dan terus masuk kepropinsi San-she. sepanjang
jalan tak melihat It-hu Sianseng dan Tnian-san Soat Popo,
juga tak ketemu lagi orang-orang golongan Kalong yang
menunggu.... Di waktu petang pada hari ke enam, tiga orang itu tiba di
distrik cie-yang, yang letaknya terpisah sejarak kira-kira
seratus pal dari gunung Tay-pa-san, oleh karena selama
enam hari itu belum pernah istirahat, maka ketiganya sudah
latih sekali, mereka lalu mengambil keputusan untuk
menginap satu malam, di waktu pagi hari baru meneruskan
perjalanannya kegunung Tay-pa-san untuk menyelidiki
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rumah penjara rimba persilatan.
Cin Hong dan In-jie menginap dipenginapan Hong-hocan
di dalam kota, sedang can Sa Jie pergi mencari orang
golongan pengemis yang berada di kota itu.
Cin Hong dan In-jie menginap dipenginapan, sebabis
dahar malam, In-jie minta Cin Hong pergi ke kota untuk
membeli alat menggambar guna melukis gambarnya, sebab
mereka sudah mengejar sampai dipropinsi San-she, masih
belum berhasil menyandak Suhu mereka, ia sudah tahu
tidak akan ketemu Suhunya Selamanya.
Hati cin IHong juga merasa Sedih, atas permintaan in-jie
ia lantas berkata Sambil tertawa: "Baik. mari kita samasama
kekota untuk beli alat lukis."
"Tidak.aku tidak ingin keluar pintu"jawab in-jie sambil
menggelengkan kepala. Jawaban itu agaknya diluar dugaan Cin Hong, maka lalu
bertanya dengan perasaan heran: "Kenapa" "
Wajah In-jie mendadak merah, katanya: "Tak apa-apa,
aku hanya tidak ingin keluar"
Cin Hong berpikir, kemudian berkata sambil tersenyum:
"Seharusnya kau tidak takut berjalan bersama-sama
denganku, bukan" "
Ia-jie mendorong ia keluar kamar, berkata sambil
menggigit bibir^ "Keluar, keluar, begini kau memaksa
orang, apa tidak malu "
Cin Hong diam-diam berpikir bahwa kelakuan yang
tidak seperti biasanya itu pasti ada sebabnya, tetapi ia tak
dapat memikirkan dimana letak Sebab musababnya, maka
terpaksa menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa,
kemudian pergi sendiri, Disalah sebuah toko ia membeli alat-alat tulis yang
diperlukan, selagi hendak membayar harganya, tiba-tiba
tampak seorang laki-laki berewokan berpakaian ringkas
warna hijau, dengan langkah lebar berjalan masuk ketoko
tersebut, dan tiba di toko lantas berkata nyaring:
"Tuan Tahukah tuan di kota ini siapa pelukis yang paling
baik" " Pemilik toko itu mengerutkan kening, ia menghampiri
dan bertanya: "Apakah tuan hendak mengundang pelukis
untuk menggambar" "
Laki-laki berewokan itu duduk di kursi, dan berucap
kasar: "Benar, tetapi harus bisa melukis bagus sekali, baru
diterima" "Ahli lukis apa" " tanya pemilik toko sambil senyum.
"Melukis gambar orang, bahkan orang yang dapat
melukis orangnya dengan gambaran ya dipikir dengan otak"
"Berdasarkan atas pikiran" " bertanya pemilik toko
heran. "Tidak, maksudku ialah ada orang yang berdiri di
sampingnya untuk memerintahkan orang itu, jadi pelukis
itu harus melukis sambil memperhatikan bentuk orang yang
dilukiskan oleh petunjuknya dan lukisan itu haruS mirip
benar-benar baru sudah"
"oh, kiranya di suruh menggambar tawanan yang
melarikan diri" Laki-laki berewokan itu menggoyangkan tangannya dan
berkata^ "Bukan, bukan untuk mencari tawanan yang
kabur" "KalaU begitu apakah suruh melukis orang yang sudah
mati" " "Dengan terus terang aku sendiripun tidak tahu siapa
yang akan di lukis, aku hanya diperintah untuk mencari
seorang pelukis, hal lainnya aku tidak dapat menjelaskan"
berkata laki-laki berewokan itu sambil menggelengkan
kepala, dan tertawa. Pimilik toko itu mengangguk-anggukkan kepala sambil
berpikir^ "Bagaimana upahnya" "
"ASal bisa melukis dengan baik, untuk tiga ratus atau
lima ratus tail tidak jadi soal"
Pemilik toko itu terkejut, ia bertanya dengan perasaan
tegang: "Benarkah" Kemana harus pergi melukis" "
"Digunung Tay pa-san" berkata laki2 berewokan itu
sambil unjukan tertawanya mengandung misteri.
Waktu itu Cin Hong yang baru membayar harganya dan
pikir hendak keluar, begitu dengar disebutnya nama
gunUng Tay-pa-san, hatinya lantas tergerak. tmaka diamdiam
ia tetap berdiri untuk mendengarkan perCakapan
mereka selanjutnya. "Wah, terlalu jauh"
"Tidak jauh, hanya perjalanan Seratus paal lebih, dalam
waktu dua jam sudah sampai"
"Dua jam" Menunggang kuda juga tidak bisa begitu
Cepat." "Menunggang kuda sudah tentu tidak bisa, tetapi, kalau
aku yang lari sambil menggendong dia, itulah baru bisa
mencapai perjalanan jauh itu dalam waktu dua jam"
"Ah" "Kau tuan bukanlah orang rimba persilatan, sudah tentu
kau tidak kenal aku sikaki terbang Gu Khay, hal ini tidak
dapat menyalahkan kau"
"Ah, kau tuan ini seharusnya bukan. . . ."
"Eem, jikalau aku ini kawanan berandal juga tidak
sampai merampok kepada seorang pelukis miskin"
"Yah, yah" "oh, ya, aku sudah bicara denganmu sekian lama, kau
masih belum memberitahukan kepadaku dimana pelukis
itu" " "Iya iya. dengan terus-terang, anakku yang nomor dua
itu didalam kota ini merupakan seorang pelukis yang
terbaik" "Itulah yang paling baik, dimana anakmu itu sekarang" "
"Didalam rumah, hanya tempatnya terlalu jauh, aku
merasa khawatir." "Baiklah, aku tabu kalian orang-orang kau pedagang
kalau tidak diberikan sedikit uang lebih dahulu tentunya
tidak gampang-gampang menerima baik permintaan orang.
..." Lelaki berewokan itu dari dalam Sakunya mengeluarkan
sepotong uang perak seberat sepuluh tail, diberikan kepada
pemilik toko itu, kemudian berkata: "Lekas lekas minta
anakmu itu keluar" Pemilik toko itu menyambut uangnya dengan kedua
tangan, berulang-ulang mengucapkan jawabannya, iya
sambil tersenyum-senyum kemudian berpaling dan berkata
kepada Cin Hong masih berdiri disitu "Tuan muda, apaKah
tuan masih hendak beli apa-apa" "
Pertanyaan itu merupakan suatu pengusiran halus, Sebab
dibelakang pertanyaan itu ada mengandung maksud, apa
bila tidak akan membeli barang lagi, boleh lekas pergi,
sebab ia juga khawatir nanti pemuda itu akan mencuri
barang-barangnya, Cin Hong juga merasa tak ada perlunya untuk berdiam
disitu lagi terpaksa lantas keluar. Ketika itu ia melangkah
keluar dari toko itu, telinganya dapat menangkap suara lakilaki
berewokan yang diucapKan Kepada diri sendiri "Heh
Bocah ini Sungguh tampan"
Cin Hong menghentikan kakinya, berpaling dan berkata
kepadanya sambil tertawa: "Berewok Saudara itulah baru
boleh dikata hebat "
Lelaki berewokan itu bargkit dari tempat duduknya,
berkata dengan perasaan terkejut dan terheran-heran:
"Heran, telingamu ternyata demikian tajam
pendengarannya" Cin Hong lalu membalikkan dirinya, dan berkata sambil
tersenyum: "Kau saudara, tidak tahu aku ini siapa sudah
tentu kau heran " Wajah laki-laki berewokan itu berubah seketika katanya
sambil tertawa dingin: "Aku sikaki terbang Gu Khay
mungkinkah sudah salah mata" Kiranya kau juga orang dari
golongan rimba persilatan, siapakah namamu" "
"Namaku Cin Hong." menjawab Cin Hong Sambil
memberi hormat dan bersenyum.
Alis yang tebal laki-laki berewokan itu di kerutkan,
kemudian berkata: "Aku belum pernah dengar nama ini,
bagaimana" Apakah ingin main-main" "
"Saudara salah paham, kita bertemu dijalanan, tidak ada
permusuhan apa-apa, mengapa harus berkelahi" " berkata
Cin Hong sambil tersenyum.
Lakl-laki berewokan itu mengedip2kan matanya, dan
duduk kembali dikursi. katanya sambil mengulapkan
tangannya: "Tidak mau berkelahi silahkan keluar saja,
dengan terus terang aku sendiri juga tidak ada waktu
terluang" Cin Hong tertawa-tawa, seCara iseng-iseng ia bertanya:
"Saudara datang dari gunung Tay-pa-san, tahukah disana
ada rumah penjara yang terkenal sebagai rumah penjara
rimba perSilatan" "
Wajah laki-laki berewokan itu kembali berubah, kedua
kalinya ia bangkit diri tempat duduknya berkata sambil
membuka matanya : "Tahu lalu mau apa" "
Dari sikap lelaki berewokan itu, Cin Hong tahu bahwa
lelaki itu mungkin orang dari rumah penjara rimba
persilatan digunung Tay pa-san itu, Saat itu ia berusaha
menenangkan pikirannya sendiri, katanya sambil tertawa:
"Tidak apa-apa, besok aku pikir akan kesana untuk
berkunjung." Lelaki berewokan itu dengan perasaan bingung dan
terheran-heran mengamat-amati Cin Hong sejenak
kemudian bertanya^ "Menengok siapa" "
"Menengok It-hu Sianseng To Lok Thian dan Thian-san
Soat Popo Sie Siang In..."
Lelaki berewokan itu mengeluarkan suara terkejut,
bibirnya tiba-tiba tersungging satu senyuman, katanya^
"Mereka berdua kemarin sore baru masuk kerumah penjara,
besok pagi kau sudah akan pergi menengok, apa sudah
tidak bisa sabar lagi" "
Cin Hong mendengar bahWa suhunya dan Subonya
benar sudah berada dalam rumah penjara rimba persilatan,
dalam hatinya merasa pilu sehingga air matanya tidak
tertahan lagi sudah mengalir keluar, sedang mulutnya
bertanya dengan suara gemetaran. "Benarkah" Dapat
menyambut berapa pukulan" "
"It-hu Sianseng berhasil menyambut sembilan pukulan
sedang Swat Popo hanya berhasil menyambar pukulan,
mereka masing-masing sudah dipenjarakan dalam kamar
penjara Liang nomor tujuh dan delapan" menjawab lakilaki
berewokan sambil tertawa terbahak-bahak.
Hati Cin Hong merasa seperti diiris-iris. dengan hati pilu
ia bertanya pula: "MaSih ada lagi" "
"Hanya itu Saja, masih ada apa lagi" " berkata lelaki
berewokan itu. Cin Hong tiba-tiba membalikan badannya lari keluar,
dalam waktu singkat sudah kembali kerumah penginapan,
begitu tiba lantas lari masuk kamar In-jie seraya berseru
memanggil: "In-jie In-jie "
In-jie yang sedang menulis surat melihat sikap tergesagesa
Cin Hong, Sampai terkejut, katanya dengan suara
mengomel: "Setan ada urusan apa demikian tergesa-gesa" "
Cin Hong meletakan alat-alat tulisnya di-atas meja,
kemudian ia duduk diatas kursi dengan sikap lunglai,
Setelah itu ia baru berkata sambil menghela napas:
"Habislah, suhu kita berdua benar-benar sudah
dipenjarakan didalam rimba persilatan"
In-jie juga merasa sedih ketika mendengar keterangan
itu, air matanya mengalir keluar, lalu bertanya: "Benarkah"
Bagaimana kau tahu" "
Cin Hong lalu menceritakan pertemuannya dengan anak
buah pemimpin rumah penjara rimba persilatan, yang
datang kekota untuk mencari seorang pelukis, pada
akhirnya ia berkata sambil menghela napas-"Selama itu aku
sedang berpikir, dalam perjalanan kita yang tidak berhasil
mencandak suhu, mungkin sudah kesalahan jalan atau
mendahului mereka, tetapi sekarang pikiran itu ternyata
keliru"^ In Jie sementara itu masih menangiS, seketika
mendengar ucapan itu berkata sambil menyeka air
matanya: "Aku sudah lama menduga akan terjadinya hal
seperti ini, masih untung semua sudah sanggup menyambut
pukulan dari batas yang ditetapkan ialah tiga pukulan
mautnya, bahkan lebih dari itu. . . ."
Cin Hong bangkit dari tempat duduknya, terkata dengan
suara guSar: "Dapat menyambut pukulan mautnya tiga kali
keataS mau apa lagi" Bahkan serupa Saja masih tetap
masuk kedalam penjara" "
In jie menundukkan kepala dan menghela napaS,
kemudian berkata : "Setidak-tidaknya tidak perlu diborgol kaki tangannya,
juga tidak perlu bekerja berat tidak perlu pula makan nasi
kasar dan Sayur kering. . ."
Cin Hong kembali duduk dikursinya, Sepasang matanya
memandang kelangit-langit, lama berada dalam keadaan
demikian, tiba-tiba lompat bangun dan berkata: "Sudahlah.
Mari kulukis gambarmu"
In-jie seolah-olah takut Cin Hong mendekati dirinya,
buru-buru mengulurkan tangannya dan mendorong
padanya, sedang mulutnya berkata: "Tunggu sebentar,
tunggu aku habis menulis surat baru melukis" Cin Hong
baru sadar, lalu berkata :
"Kiranya kau tadi tidak mau keluar bersama-sama,
perlunya hanya hendak menulis surat, apakah kau tulis
untuk suhumu" "
In-jie mengangguk-anggukkan kepala, dengan kedua
tangannya ia menutupi surat yang terletak diatas meja,
wajahnya menunjukkan perasaan malu dan takut.
Cin Hong berjalan mendekati selangkah. menundukkan
kepala untuk melihat surat seraya bertanya: "Tulis surat saja
mengapa takut dilihat orang demikian rupa" "
In-jie Cemas, dengan kakinya ia menendang kaki Cin
Hong seraya berkata: "Pergi Kau ini bagaimana Sih...."
--ooo OOOOO ooo--
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hari kedua pagi-pagi, mereka dengan ter-gesa2
meninggalkan rumah penginapan dan keluar kota sambil
menunggang kuda. can Sa Jie lebih dahulu sudah
menunggU diluar pintu kota. tangan Kiri pemuda pengemis
itu memondong setengah guci arak besar, seding tangan
kanan membawa dua buah paha rusa yang sudah dimasak
matang dengan dibungkus oleh kertas, seolah-olah hendak
pergi keluar pesiar diluar kota dengan makanannya itu.
Cin Hong terheran-heran, tanyanya: "Saudara can Sa Jie,
kau membawa barang-barang itu apa perlunya" "
"Tidak apa-apa, hanya minta tolong padamu supaya kau
bawa dan berikan kepada suhuku yang doyan makan itu"
menjawab can Sa Jie sambil tertawa.
Cin Hong berpaling dan bertanya kepada In-jie: "Apakah
orang yang menengok kerumah penjara itu boleh membawa
barang-barang masuk kedalam" "
"Boleh, kau lihat aku sampai lupa membeli sedikit
barang untuk suhuku" berkata In-jie Sambil
menganggukkan kepala. "Kalau memang boleh membawa barang kita boleh
kembali kekota untuk membeli sedikit" berkata Cin Hong
girang. "Suhu kalian berdua masih belum pasti sudah berada
didalam rumah penjara itu belum sebaiknya lain kali saja
kau baru bawa," menyelak can Sa Jie.
Mata In-jie menjadi merah, katanya dengan suara sedih:
"Mengapa tidak. dua hari berselang sudah masuk penjara"
can Sa Jie yang mendengar ucapan itu terkaget, Cin
Hong lalu menceritakan semua apa yang terjadi tadi
malam, dan can Sa Jie yang mendengar itu merasa terkejut
tetapi juga girang, katanya: "Bagus sekali Dengan demikian
maka suhu juga sudah mendapat kawan untuk diajak
beromong-omong" In-jie sangat marah, ia menghampiri dan menyerang can
Sa Jie sambil memaki: "Anak busuk. kau rupanya tidak
mengerti artinya sedih"
can Sa Jie lompat mundur, katanya sambil tertawa
Cekikikan: "Habis kau suruh aku bagaimana" Biar
bagaimana hal itu toh sudah tidak dapat dihindarkan lagi"
Biji matanya berputaran mengaWaSi Cin Hong
kemudian berkata pula Sambil tertawa. "Sebetulnya kau
juga tak perlu sedih, mereka bertiga yang merupakan tiga
manusia gaib setiap orang masih ada kesempatan tiga kali
untuk menantang pertandingan, aku perCaya mereka Cepat
atau lambat toh sanggup menyambut sampai sepuluh
pukulan, sekalipun tidak bisa, didalam rimba persilatan juga
masih ada kita tiga manusia kecil gaib, bukankah kau masih
ingat pepatah berkata anak meneruskan usaha ayahnya,
murid meneruskan cita-cita gurunya . . . ."
In-jie tidak menghiraukan kepadanya, ia berpaling dan
berkata kepada cin Honng, "Bagaimana, apakah kita masih
perlu kembali kekota untuk membeli barang-barang" "
Cin Hong tiba-tiba ingat bahwa uang dalam sakunya
tinggal tidak seberapa, setelah berpikir sejenak lalu berkata,
"Aku pikir Suhu kita berdua Baru saja masuk penjara,
barangkali juga tidak tergesa-gesa memerlukan barang
makanan, lain kali kalau pergi menengok lagi baru kita
bawa juga tidak halangan ...,."
"Lain kali" Tahukah kau bahwa rumah penjara itu dalam
waktu Satu tahun baru boleh menengok satu kali" " Berkata
In-jie dengan suara nyaring.
Cin Hong merasa sedikit bingung, katanya sambil
tertawa keciL. "Kuberitahukan kepadamu juga tidak
halangan, aku baru saja ingat, dalam Sakuku hanya tinggal
uang reCeh yang jumlahnya tidak Cukup tujuh tail perak.
bagaimana bisa membeli barang-barang" "
"oh, can Sa Jie, bolehkah kau pinjamkan beberapa tail
Saja" " Berkata in-jie Sambil mengulurkan tangannya
kepada can Sa Jie. can Sa Jie nampak gelagapan katanya: "Jangan mainmain,
aku pengemis miskin bagaimana ada uang" Barangbarang
yang kubawa Semua adalah Saudara-Saudara
golongan pengemis Cabang kota ini yang mengumpulkan
seCara gotong-royong"
In-jie terpakia menghela napaS, lebih dahulu mengeprak
kudanya dilarikan kebarat, Cin Hong kemudian juga
meniru, sedangkan can-sa jie sambil memandang poci arak
dibungkusan paha rusa lari mengikuti dibelakang mereka,
mulutnya berteriak-teriak: "Hai, bantu aku bawa serupa
barang.. .." Menjelang tengah hari, tiga orang itu sudah mulai masuk
daerah pegunungan Tay Pa San-Diatas jalan pegunungan
yang berliku-liku itu mereka jalan tidak berapa lama,
akhirnya menikung sebuah gunung yang sangat tinggi. dari
situ sudah tampak diantara gunung-gunung yang menjulang
tinggi itu, berdiri sebuah bangunan dinding tembok dan
rumah-rumah berloteng yang luas dan tinggi sekali.
Bangunan itu dilihat darijauh, merupakan sebuah
bangunan dan megah tetapi juga misteri yang seram.
Diatas pintu loteng terdapat sebuah papan yang ditulis
oleh huruf emas. Huruf-huruf itu berbunyi:
"Bagian Pertama Rumah Penjara Rimba Persilatan-"
Dikedua sisi pintu, diatas dua tiang batu juga dipasang
sepasang papan yang ditulis dengan huruf-huruf yang
mengandung arti sangat baik. Huruf-hurup itu berbunyi:
"orang-orang Qaib dan orang-orang Pandai Seluruh
Dunia Persilatan semua Menjadi Tamu Dalam Rumah
Penjara, jago-jago dan Ksatria-Satria Rimba Persilatan
Menjadi Tawanan untuk Selama-lamanya . "
Huruf-huruf emas itu dibaWah Sinar matahari
memancarkan sinarnya yang berkilauan, kalau dipandang
dari jauh seperti sedang terbakar. orang yang membacanya
dengan sendirinya timbul perasaan tegang.
Tiga orang itu. tiba dibawah pintu benteng dikedua
samping jalanan menampak pula dua potong papan merk.
dibagian depan papan merk itu ditulis dengan kata-kata:
"Pemberitahuan Kepada orang-orang Yang Hendak
Menantang." -Dipapan bagian Delakang tertulis dengan kata-kata:
Pemberitahuan Bagi orang-orang Yang ingin Menengok
Keluarga" Pengumuman dalam papan pertama itu berbunyi
demikian: -SATU. Penguasa rumah penjara rimba Persilatan ini
setiap waktu menerima segala tantangan pertandingan,
barang siapa yang yakin mempunyai kepandaian cukup,
baik pria mau pun wanita, tua atau muda, semua boleh
mendaftarkan nama, dan setelah itu nanti diadakan
pertandingan di atas tujuh senar yang terpancang diatas
lembah kunci besi. -DUA. Barang siapa yang dapat mengimbangi atau
berakhir seri dalam pertandingan itu dengan penguasa
rumah penjara ini, akan mendapat kesempatan untuk
mengajukan segala permintaan apa yang dikehendaki
olehnya. -TIGA Barang siapa yang sanggup menerima tiga kali
puKulan maut penguasa rumah penjara boleh melanjutkan
pertandingannya, barang siapa yang dapat melanjutkan
pertandingan hingga sanggup bertahan sepuluh jurus keatas
tidak usah masuk penjara, disamping itu juga akan
mendapat hadiah uang mas sebanyak Seribu tail atau boleh
menolong keluar lima orang dari dalam penjara menurut
pilihannya sendiri, tapi dalam pertandingan selanjutnya
harus sanggup bertahan sampai lima belas jurus, jikalau
tidak, masih tetap harus masuk kedalam penjara, dan
kehilangan haknya untuk menantang lagi.
-EMPAT. Barang siapa yang Sanggup bertahan tiga jurus
keatas Sepuluh jurus kebawah, masih diharuskan masuk
kedalam penjara untuk ditawan, hanya dalam rumah
penjara boleh tak usah memakai borgol dan bekerja berat,
makan setiap harinya juga lebih baik dari tawanan biasa,
bahkan masih mendapat kesempatan untuk menantang lagi
tiga kali. -LIMA. Barang siapa yang tidak sanggup menyambut
tiga pakulan maut penguasa rumah penjara ini, diharuskan
masuk penjara, menjadi pelayan, juga harus mengenakan
borgol dan bekerja berat, setiap hari hanya diberi makan
yang berupa beraS kasar dan Sayur kering, juga hanya
diberikan kesempatan satu kali saja untuk menantang lagi,
apabila sanggnp menyambut tiga kali pukulan keatas, boleh
dipindahkan kekamar penjara yang disebut kamar penjara
Liong. -ENAM. Ketentuan-ketentuan di atas harus ditaati oleh
penantang dan semua tawanan,
jiKa tidak. penguasa rumah penjara ini tidak akan
menjamin keselamatan jiwanya. Sedang di atas papan yang
kedua berisi pengumaman seperti di bawah ini:
Mengingat tradisi kekeluargaan yang kuat dari bangsa
kita, penguasa rumah penjara ini memberi kesempatan bagi
keluarga orang yang dipenjarakan untuk datang menengok,
denga nperaturan-peraturan seperti dibawah ini.
-SATU. Tahun pertama bagi keluarga orang yang
dipenjarakan-hanya anak-anaknya atau anak keluarganya
yang berusia tiga belas tahun yang boleh datang
Derkunjung atau menengok yang lainnya tak dapat
diterima. -DUA. Sanak keluarga yang datang menengok harus
meninggalkan senjata yang dibawa juga harus
memberitahukan nama dan umurnya yang sebenarnya
kepada petugas yang di namakan Thiat-u Siangsu untuk di
cek. apabila terdapat kebohongan, akan mendapat
hukuman rangket sebagai peringatan-TIGA. Keluarga-keluarga yang datang menjenguk setiap
tahun hanya di beri kesempatan satu Kali, Setiap kali
Waktunya hanya satu jam. -EMPAT. Keluarga-keluarga yang datang menengok
boleh membawa surat-surat dari keluarga atau Sedikit
barang-barang makanan, tapi harus diperiksa lebih dahulu,
isi urat apabila terdapat tulisan-tulisan yang tidak baik bagi
rumah pejjara ini, dapat ditahan.
-LIMA. Dalam pertemuan antara tawanan dengan
keluarganya, tidak boleh ribut-ribut, atau menangis, barang
siapa yang melanggar segera di usir keluar.
-ENAM. Ketentuan-ketentuan diatas haruS di taati benar
oleh yang berkepentingan,
jika tidak akan segera di usir keluar dan akan dihukum
menurut pelanggaran yang dilakukanSehabiS membaca huruf pengumuman itu Cin Hong
bertiga saling berpandangan, dalam hati masing-masing
timbul perasaan tak enak.
Munculnya satu kelompok manusia yang membangun
tempat bernama Rumah Penjara Rimba Persilatan ini,
sudah merupakan suatu hal yang Sangat aneh dalam
riwayat di rimba persilatan-dan Selagi peraturan dan
katetapan yang diadakan olehnya juga demikian ganjil,
benar-benar merupakan suatu kejadian ajaib dalam sejarah
rimba periilatan-Selagi mereka dalam keadaan bingung,
dalam pintu penjara tampak keluar seorang lelaki setengah
umur kurus kering yang mengenakan jubah warna kuning.
Ia berdiri diatas tiang batu sambil mengawasi sikap tiga
pemuda itu, di wajahnya tidak menunjukkan sikap apa-apa,
tanyanya dengan nada suara dingini "Hee, kalian tiga bocah
ini datang kesini ada keperluan apa" "
Cin Hong lompat turun dari atas kudanya, memberi
hormat kepada orang itu seraya berkata. "Kedatangan kita
kemari, maksudnya ialah hendak menengok keluarga
didalam penjara, apkah tuan yang menjabat pangkat
sebagai Thiat-oeSiansu" "
Lelaki berjubah kuning itu menganggukkan kepala, ia
kembali bertanya dengan nada suara dingin: "Kalian bertiga
akan menengok semuanya" "
Cin Hong berpaling mengawasi can Sa Jie dan In-jie
sejenak kemudian berkata sambil menggelengkan kepala.
"Tidak. usia mereka tidak sesuai dengan peraturan kalian
disini." Thiat-oe Siansu mengeluarkan Suara hem, lalu memutar
tubuhnya berjalan kedalam pintu sambil berkata. "Baik, kau
masuk dulu untuk mengurus soal pendaftaran lebah
dahulu" Begitu masuk kedalam pintu batu itu dibalik pintu itu
tampak Sebuah meja, diatas meja tampak lengkap dengan
kertas dan alat-alat tulisnya, kecuali itu ada sebuah Sangkar
burung yang terbuat dari besi berbentuk bulat, didalam
sangkar itu ada seekor burung abu-abu, burung itu ketika
melihat Cin Hong datang, lantas terbang dalam Sangkarnya
sambil mengeluarkan suaranya dan memiringkan kepalanya
untuk mengamat-amati Cin Hong.
Thiat-oe Siansu duduk disebuah kursi dibelakang meja,
kini mulai menggulung lengan bajunya, membuka-buka
buku pendaftaran, lantas mengangkat pena atau alat tulis
dari buku yang diletakkan diatas batu gosokannya,
kemudian membuka sepasang matanya yang berCahaya,
lalu bertanya lambat-lambat: "Namamu" "
"Cin Hong." menjawab Cin Hong perlahan-Thiat-oe
Siansu menganggukkan kepala, tetapi tidak mencatat nama
pemuda itu, sebaliknya ia angkat muka dan bertanya lagi:
"Tanggal lahir" "
Cin Hong tercengang, jawabnya dengan Cemas: "Hal ini
bagaimana aku tahu" "
Thiat-oe Siangsu mengerutkan alisnya, tanyanya dengan
suara keras: "Goblok!! Apakah ayah bundamu tidak pernah
memberitahukan kepadamu" "
"Ai, aku ini sejak masih keCil sekali sudah dipelihara
oleh suhu hingga dewasa, sama sekaii tidak tahu siapakah
ayah bundaku sendiri" Menjawab Cin Hong gugup,
Thiat-oe siangsu miringkan kepalanya yang kurus,
matanya dikedip-kedipkan, katanya dengan perasaan heran:
"Kalau demikian halnya, bagaimana kau bisa tahu kalau
kau sekarang berusia delapan belas tahun" "
Cin Hong saat itu teringat kepada riwayat diri sendiri
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang hingga saat itu masih merupakan suatu teka-teki
baginya, dalam hatinya merasa sedih, katanya sambil
menundukan kepala: "Menurut keterangan suhu itu, tahun
usiaku seharusnya sudah delapan belas tahun, tidak bisa
salah lagi." Thiat-oe Siangsu meletakkan alat tulisnya, tubuh bagian
atas menyender kekursi, sedang tangannya mengurut-urut
kumis diatas bibirnja sambil berkata: "Tidak ada tanggal
lahirnya, bagaimana aku dapat menghitungnya" "
Cin Hong Cemas ia berkata sambil menjura: "Tahun ini
dengan sebenarnya usiaku delapan belas tahun, harap tuan
suka perCaya keteranganku ini "
Thiat-oe Siangsu manggeleng-gelengkan kepala
kemudian memejamkan matanya sebagai jawaban bahwa
dengan tidak adanya tanggal kelahiran, sesungguhrya ia
tidak dapat membantu. Diluar dugaannya baru saja ia memejamkan mata,
burung keCil yang berada didalam sangkar itu dengan tibatiba
beterbangan dan berbunyi: "GincU, GlncU . . . ." yang
berarti Uaang perak. uang perak.
Cin Hong terperanjat dan mengeluarkan seruan dari
mulutnya, ia buru-buru mengeluarkan uang reCehan dari
dalam sakunya, dengan sikap sangat menghormat diberikan
kepada Thiat-oe Siangsu seraya berkata:
"Siangsu, sedikit uang ini harap siangsu gunakan Untuk
minum teh " Thiat-oe siangsu membuka matanya dengan cepat
dipejamkan kembali, katanya sambil tertawa dingin:
"Hm, apa kau kira aku ini belum pernah lihat uang receh
ini" " Muka Cin Hong menjadi merah, katanya dengan Suara
gelagapan: "Maaf, dalam Sakuku hanya ada beberapa
keping uang recehan ini saja, harap tuan suka memaafkan."
Thiat-oe Siangsu menggeleng-gelengkan kepalanya,
memejamkan matanya kembali dan tidak mau
menghiraukan Ucapan Cin Hong.
Cin Hong lantas naik pitam, dalam keadaan marah, ia
menyambar alat tulis yang ada diatas meja, alat itu
dikeprakan sehingga menimbulkan suara nyaring,
kemudian membentak sambil membusungkan dada: "Pui"
Kau berani main korupsi" "
Thiat-oe Siangsu yang tidak menduga dapat perlakuan
demikian, sesaat menjadi kaget, sepasang matanya melotot.
lalu bangKit dari tempat duduknya dan membentak sambil
menuding dengan jari tangannja:
"Bocah, kau berani melawan aku, benar-benar kurang
ajar" Cin Hong memang mempunyai sifat yang suka marah2,
ciri itu mungkin disebabkaa karena sejak kecil ia tidak
mendapat cinta kasih dari ibunya, tetapi sesudah marah ia
segera menyadari kesalahannya, maka ia setelah ditegor
demikian ia buru-buru menjura untuk memberi hormat, dan
berkata dengan sikap gugup:
"Maaf, maaf, aku tidak dapat mengendalikan emosiku
sendiri. hal ini sesungguhnya tidak seharusnya."
Thian-oe siansu mengibaskan lengan bajunya, katanya
dengan suara keras: "Pergi Pergi, kau bocah ini tidak sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh rumah penjara." Cin
Hong terkejut. ia menjura lagi seraya berkata:
"Tidak tidak^ harap Siansu jangan marah tunggu aku
nanti akan berdamai dulu dengan dua kawanku, mungkin
mereka ada membawa barang, yang agak berharga"
Sehabis berkata demikian, ia berpaling dan berjalan
keluar dari pintu batu itu. can Sa Jie dan In-jie begitu
melihat ia keluar kedua-duanya lantas menyongsong serta
bertanya: "Bagaimana kau ribut dengan dia" "
Dengan suara perlahan Cin Hong menceritakan sebabsebabnya,
kemudian berkata dengan suara gemas^
"Anjing itu ternyata berani menggunakan kedudukannya
untuk memeras, benar-benar kurang ajar, Sekarang kalian
pikir bagaimana" "
can-sa jie mengangkat tangannya dan menggaruk-garuk
kepala yang tidak gatal, katanya sambil tertawa kecut:
"Burung goak didunia benar-benar sama hitamnya, tidak
diduga rumah penjara kedaannya juga sama dengan kantor
pemerintahan, jikalau tidak ada uang tidak ada uang tidak
bisa masuk" Sementara itu In-jie juga berkata sambil mengerutkan
alisnya: "Habis bagaimana" Aku sesungguhnya membawa
uang. . . ." can-sa-jie mengangguk kepalanya semakin keras,
katanya: "Aku juga dibadanku yang ada hanya kutu busuk
saja" Cin Hong mengeluarkan suara helaan panjang,
kemudian berkaka: "Aku juga tidak ada barang yang
berharga." Cin Hong dalam keadaan tak berdaya, tanpa disadari
ketika tangannya meraba-raba kepada lehernya Sendiri,
telah menyentuh kunci emas yang terikat dengan kunci
huruf Liong yang terbuat dari emas murni, Sesaat ia merasa
girang dan berkata sambil lompat-lompat:
"Ya, aku hampir lupa. barang ini kukira boleh diberikan
kepadanya" Setelah mengucap demikian, dengan cepat mengeluarkan
rantai emasnya, dan membuka anak kunci yang berukiran
huruf Liong itu, anak kunci itu dimasukkan kedalam
sakunya, disimpan baik-baik.
can Sa Jie mengira kunci emas itu merupakan barang
perhiasan semula ia terkejut, kemudian ia menggoda sambil
tertawa. "orang lakl-laki kok lehernya dikalungi rantai emas
segala, apa tidak takut ditertawai kawan-kawan" "
In-jie mendelikan matanya memandang sebentar, lalu
berkata: "Mengapa orang laki-laki tidak boleh memakai
rantai emas" Kalau ini benar-benar seperti anak dari gunung
saja.. ." Cin Hong yang tiada maksud untuk memberi keterangan
juga tidak perlu menjelaskan kepada mereka, dengan
membawa rantai dan anak kunci emas itu ia masuk kembali
kedalam pintu. Thiat-oe Siangsu ketika melihat ia datang lagipura-pura
menegornya: "cis Perlu apa kau masuk lagi" "
Cin Hong buru-buru mengeluarkan kunci emasnya
dengan kedua tangannya ia berikan pada laki-laki itu,
katanya sambil membongkukkan badan-"Siangsu kau
terlalu capai, Sedikit barang perhiasan ini tidak ada artinya
apa-apa, harap Siangsu suka terima dengan senang hati "
Thiat-oe Siangsu menerima rantai emas, di-timang2nya
sebentar kemudian berkata sambil tersenyum:
"Ingat. ini adalah kau sendiri yang memberikan
kepadaku dengan suka rela, bukannya aku yang meminta
kepadamu" Cin Hong mengatakan ucapan ya, berulang-ulang maka
Thiat-oe Siangsu itu lantas menerima pemberian itu, ia
mengangkat lagi alat tulisnya dan menulis kan nama Cin
Hong diataS buku pendaftaran berikut dengan usianya,
kemudian bertanya^ "Kau hendak menengok siapa" "
"Hendak menengok Suhuku it-hu Siangseng dan Suhuku
Thian-san Soat Popo, sekalian mengantarkan sedikit barang
maka nan untuk can sa-sian, pemimpia golongan
pengemis...." Thiat-oe Siangsu membuka matanya lebar-lebar.
kemudian bekata: "Jadi sekaligus kau hendak menengok
tiga orang" " Cin Hong takut tidak diperbolehkan, maka buru-buru
menjawab. "Ya, dalam pengumuman itu toh tak ada ketetapan yang
melarang orang dalam waktu bersamaan menengok lebih
dari satu orang " "Sudah tentu, tetapi ini hanya tidak baik bagi kau
sendiri" berkata Thiat-oe Siansu sambil tertawa.
Cin Hong berdiri bingung, sementara itu Thiat-oe
Siangsu sudah memberi penjelasan sambil tertawa:
"Dalam pengumuman itu bukankah sudah ditulis dengan
suatu ketentuan bahwa orang yang menengok keluarganya
didalam penjara hanya diberi batas waktu satu jam saja.
Banyak anak-anak yang menengok keluarga pada
mengeluh. karena batas waktu itu terlalu singkat, dan
sekarang kau dalam waktu yang singkat itu sekaligus
hendak menengok tiga orang apakah itu bukan berarti
Sangat singkat sekali waktumu untuK berkumpul dengan
mereka" " Cin Hong mendengar keterangan itu lalu memprotes:
"Aku hendak menengok tiga orang, seharusnya diberi
waktu tiga jam itulah baru adil"
"Tidak, tentang ini aku sudah pernah pinta keterangan
dari penguasa rumah penjara ini, tetapi tidak
diperbolehkan." menjawab Thiat-oe Siangsu.
Cin Hong tidak berdaya, terpaksa menganggukkan
kepala dan berkata: "Baiklah, satu jam juga boleh"
Thiat-oe Siangsu lalu menuliskan nama-nama orang
yang hendak ditengok diatas buku pendaftaran, kemudian
berkata: "Sekarang barang yang hendak dibawa masuk itu
berikan kepadaku dahulu untuk diperiksa kecuali uang,
barang makanan dan surat-surat. dibadanmu tidak boleh
membawa barang apa lagi, kalau di ketemukan bisa
dibeslah" Cin Hong terima baik, ia keluar lagi, untuk memberikan
anak kunci emas itu kepada In-jie agar disimpannya,
kemudian dari tangan Can Sa-jie menerima arak dan paha
binatang rusa yang hendak diberikan kepada suhunya.
selagi hendak masuk kedalam lagi, tiba-tiba berhenti dan
berpaling serta berkata kepada in-jie^
"In-jie, surat tadi malam yang kau hendak berikan
kepadaku itu akan diperiksa dahulu, apakah tidak menjadi
halangan" " Sepasang pipi In-jie tampak merah, ia sangsi sejenak.
tiba-tiba. berkata sambii tertawa. "ia boleh lihat, tetapi kau
tidak" Cin Hong terima baik, dengan membawa barang
hidangan dan surat tadi masuk lagi kedalam pintu,
diletakkan di meja Thiat-oe Siangsu lalu mengeluarkan
kembali surat In-jie yang akan disampaikan kepada
suhunya, kemudian berkata^ "Barang-barang semua ada
disini, periksa dahulu"
Thiat-oe Siansu bangkit dari tempat duduknya dan
berjalan menghampiri Cin Hong untuk menggeledah
badannya, kemudian memeriksa barang-barang dan pada
akhirnya barulah membuka surat In-jie akan di bacanya,
mungkin karena membaca di bagian yang di anggapnya
lucu dengan tiba-tiba ia dongakkan kepala dan tertawa
terbahak-bahak Cin Hong tak tahu apa yang ditulis oleh In-jie dalam
Suratnya, ia merasa heran, maka lalu bertanya dengan
suara perlahan: "Numpang tanya pada Siansu apakah yang
tulis olehnya dalam surat itu" "
Thiat-oe Siangsu sementara itu sudah melipat kembali
surat dan dimasukkan kedalam amplopnya, surat itu
diberikan kepada Cin Hong, dan menjawab sambil tertawa:
"Apa yang dikatakan olehnya itu memang benar. . . . aku
boleh lihat, tetapi kau tidak boleh baca"
Cin Hong merasa seperti juga oleh In-jie, ia menghela
napas dan berkata sambil tertawa kecut: "Kalau begitu,
Semua sudah boleh kubawa" "
Thiat-oe Siansu menganggukkan kepala sambil
tersenyum, kemudian mengulurkan tangan menunjuk orang
yang berada dibelakang dirinya seraya berkata: "Semua
selesai, Sekarang orang ini akan bawa kau pergi menengok
kedalam penjara" Cin Hong berpaling, kiranya entah sejak kapan di
belakang dirinya sudah berdiri seorang lelaki berpakaian
ringkas warna hijau, dengan wajah dan sikap dingin, orang
itu mengajak Cin Hong jalan,
Dengan tetap hormat Cin Hong mengangukkan kepala
kepadanya sambil tertawa, kemudian membawa guci arak
dan bungkusan paha rusa, setelah itu ia berpaling dan
berkata dengan Suara nyaring kepada dua kawannya diluar
tembok: "Saudara can Sa, In-jie kalian harus tunggu aku"
"Baik, kalau sudah tiba waktunya kau belum keluar, kita
nanti akan menyerbu." jawab In-jie dengan suara nyaring
juga , Cin Hong yang Sebetulnya sudah mengikuti penjaga
penjara tadi berjalan, mendengar ucapan In-jie buru-buru
berhenti dan berpaling sambil berseru: "Tidak akan terjadi
hal seperti itu, kau jangan bertindak lancang"
"Anak tolol, maksudku ialah memberi peringatan kepada
mereka lebih dahulu. . . ." menjawab in-jie juga dengan
suara nyaring. Cin Hong mengikuti Sipir penjara berjalan keluar dari
pintu batu, dengan mengikuti jalan yang agak rata berjalan
menuju ke gunung. Berjalan kira-kira Setengah pal, jalan itu
mulai menyempit, kedua sisi jalan terdapat gunung-gunung
menjulang tinggi, disamping itu juga terdapat sungai
dengan airnya yang jernih mengalir turun, diatas gunung
penuh dengan pohon cemara dan daunnya yang rindang, di
beberapa bagian ditepi jalan terdapat banyak tanaman
bunga, pohon-pohon yang indah, juga air mancur, Suatu
pemandangan alam yang sangat indah.
Cin Hong meskipun dalam hatinya seperti sedih oleh
berbagai perasaan, tetapi dengan beradanya ditempat yang
mempunyai pemandangan alam sangat indah itu, ia juga
seperti terbenam dalam keindahan itu, sehingga tanpa
disadari, mulutnya Sudah melagukan sajak-sajak.
Sipir penjara yang berjalan mengira Cin Hong itu
mempunyai penyakit gila, ia merandek dan berkata sambil
mengerutkan alisnya: "Hei, jikalau kau mempunyai
penyakit tidak boleh masuk"
Cin Hong terkejut, buru-buru menyahut sambil tertawa:
"Tuan, aku tidak pernah mempunyai penyakit gila "
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jikalau tidak, mengapa kau berteriak-teriak bernyanyi
nyanyi seperti orang gila" "
"Aku sedang nyanyikan sajak indah, bagaimana kau kata
seperti orang gila" "
Sipir penjara itu mengeluarkan ludah mulutnya, lantas
berjalan lagi sambil berkata, "Setiap anak-anak anggauta
keluarga yang datang menengok keluarganya, kebanyakan
pada bermuka sedih dan ada juga yang menangis, tetapi kau
sebaliknya tampak gembira bahkan bisa nyanyi segala,
bukankah itu berarti gila" "
Cin Hong yang tetap mengikuti dibelakangnya,
menjawab sambil tersenyum: "Tuan tidak tahu, ada orang
yang Sedih mengeluarkan air matanya, membasahi pipinya.
ada juga yang air matanya mengalir kedalam perut. Inilah
orang yang dina makan berduka mempunyai cara sendirisendiri"
Sipir penjara itu barang kali tidak sudi berdebat dengan
anak sekolah itu, maka ia tidak menjawab lagi. ia
mempercepat langkah kakinya. setelah melalui jembatan
yang melintang ditengah jalan, tak lama kemudian tibalah
disuatu tempat dibawah kaki gunung yang menjulang tinggi
kelangit. Ditempat itu tidak terdapat banyak tumbuhan hijau,
seluruh gunung terdiri dari batu-batu cadas yang tajamtajam,
sedang dibagian perut gunung tampak sebuah batu
yang licin sekali. diatas batu yang sangat besar itu diukir
dengan huruf-huruf penjara Rimba Persilatan, setiap huruf
sebesar setombak persegi, sehingga setiap orang yang
melihatnya timbul pertanyaan dalam hati masing-masing,
diatas gunung dipermukaan batu yang sangat besar itu
bagaimana orang dapat mengukirkan huruf diatasnya" ini
benar2 merupakan suatu kepandaian yang tidak dapat
dipikir. Dibagian bawah, terdapat anak tangga yang juga terbuat
dari batu, disana terdapat dua buah pintu besi, pintu besi
sebelah kanan diatas terdapat ukiran dengan buruf LIONG
atau NAGA dan kepala NAGA, diatas pintu sebelah kiri
diukir dengan sebuah kepala Ular, tidak perlu dijelaskan
lagi, orang sudah tahu bahwa inilah kamar penjara naga
dan ular. Rumah Penjara yang menggetarkan rimba persilatan itu,
dibangun diperut gunung yang menjulang tinggi, asal
membuka dua pintu yang keadaannya menyeramkan itu,
dengan dirinya orang bisa terus masuk kedalam lembah
yang dinamakan lembah Kunci besi itu, juga boleh
menyusuri setiap kamar penjara yang terdapat disepanjang
dinding lembah itu, didalam kamar-kamar ltulah kini
disekap tokoh-tokoh rimba persilatan baik dari golongan
putih maupun dari golongan hitam yang ratusan jumlahya,
bahkan diwaktu belakangan ini muncul penghuni kamarkamar
penjara itu terdapat orang-orang yang namanya
pernah menggemparkan dunia rimba persilatan, mereka itu
ialah tiga dari golongan yang dinamakan cui atau
pemabokan, Sian atau dewa dan Po atau nenek.
Tetapi puncak gunung itu tinggi sekali, orang-orang yang
datang menantang entah dengan Cara bagaimana baru bisa
mendaki dan tiba ditempat yang penting dengan tujuh senar
itu" Cin Hong selagi masih terbenam dalam pertanyaannya
sendiri, sementara kakinya sudah mengikuti sipir penjara itu
mendaki tangga batu, berjalan tiba didepan pintu besi
kamar penjara Naga. disitulah ia melihat disamping kanan
pintu besi ada dipasang sebuah papan pengumuman yang
terdapat tulisan yang berbunyi:
"Setiap orang Yang Datang Menantang Boleh Naik
Kepuncak Melalui Pintu Ini"
Ketika ia menengok keatas mengikuti tempat yang
ditunjuk dengan tanda ujung panah, disitu terdapat jalan
kecil yang beriiku-liku. Jika naik kepuncak gunung, jalan itu
tidak terdapat tikungan, oleh karena didekat situ ada batu
yang melintang, maka harus mendekati tempat itu baru
dapat melihat dengan tegas.
Dibawah pintu besi kamar naga itu, waktu itu dikanan
kirinya masing-masing berdiri seorang laki-laki berpakaian
ringkaS yang masing-masing membawa senjata tombak
panjang, ketika mereka melihat sipir penjara datang dengan
membawa Cin Hong, dengan tiba-tiba merintangkan
tombak ditangan masing-masing, untuk merintangi
perjalanan mereka, sedang mulutnya, "Keluarkan dahulu
tanda untuk menengok kedalam penjara "
Cin Hong terkejut, ia berpaling dan bertanya kepada sipir
penjara yang mengajak masuk: "Tuan, apakah yang
dinamakan tanda untuk datang menengok ini" " Sipir
penjara itu tersenyum simpul dan menjawab.
"Tadi apakah Thiat-oe Siangsu tidak memberikan kau
selembar kartu untuk tanda menengok" Harus ada kartu itu
untuk diserahkan kepada Tuan ini baru boleh masuk
melalui pintu besi ini "
Cin Hong Cemas, ia berseru: "Siansu tadi tidak
memberikan atau apa-apa Aku belum pernah lihat kartu
yang kau maksudkan itu "
"Habis sekarang bagaimana" Tidak mempunyai kartu
bagaimana bisa masuk" " Berkata sipir penjara Sambil
tertawa dingin. Cin Hong merasa tidak senang, ia berkata dengan
sesalannya: "Kalau begitu mengapa kau tadi tak
memperingatkan aku untuk membawa kartu itu" "
"Hal ini bagaimana kau bisa salahkan aku, ku kira dia
sudah memberikan kepadamu^" Menjawab sipir penjara itu
marah. "sekarang bagaimana" Bolehkah kiranya kalian memberi
kelonggaran Satu kali saja" "
"Aku lihat Sebaiknya balik lagi untuk minta kepada
Thiat-oe Siangsu" Betkata sipir penjara sambil menyipitkan
matanya dan tertawa yang mengandung materi.
Cin Hong meletakkan barang-barang yang dibawanya
ditangga batu, lalu memutar tubuh hendak keluar balik lagi,
baru saja melangka kaki tiba-tiba terdengar ucapan sipir
penjara itu tadi: "Masih ada satu hal, kau boleh minta pelajaran lagi
kepada barung dalam sangkar itu"
Cin Hong lantas sadar. buru-buru meraba lagi,
tangannya dimasukan kedalam saku, harta benda apa yang
terdiri dari uang recehan yang Tidak cukup Satu tahil
dikeluarkan semua, dengan Kedua tangan ia serahkan
kepada dua laki-laki yang menjaga pintu, lalu berkata
Sambil menundukkan badan dan tertawa.
"Tuan tentunya sudah terlalu lelah. sedikit uang ini
bukan berarti apa, boleh kah sekedar untuk minum teh saja,
dilain hari kalau aku datang lagi tentu ku-akan ucapkan
banyak-banyak terima kasih, tuan pikir bagaimana" "
Dua penjaga pintu itu, sepasang matanya mengawasi
uang perak ditangannya, tetapi tidak berani menerima, Cin
Hong mengira mereka anggap terlalu sedikit jumlahnya,
maka ia berkata dengan perasaan khawatir:
"TUan-tuan haraf dimaafkan saja, kedatanganku tadi
karena tergesa-gesa, juga tidak mengetahui aturan disini,
maka tidak membawa uang lebih banyak... "
Sipir penjara yang dibelakang dirinya lalu berkata sambil
tertawa. "Jangan banyak bicara lagi bagi saja uang menjadi
dua" Cin Hong mengeluarkan suara buru-buru membagi dua
uang recehan didalam tangannya, setelah ditimbangtimbangnya
rata, katanya sambil tertawa: "Maaf. maaf,
Sesungguhnya terlalu tergesa-gesa"
Dua penjaga tadi menerima baik pemberian itu, orang
yang berdiri disebelah kiri, tampaknya agak tegang. dengan
mata terbuka lebar ia memandang Cin Hong, kemudian
berkata dengan ucapannya yang mengandung ancaman
"Uang perak ini kita terima, akan tetapi jikalau kau
berani mengadu kita yang minta, nanti kalau kau keluar aku
akan ambil jiwamu" Cin Hong buru-buru menjawab: "Ya, ya, aku mengerti.
Tuan-tuan tak usah khawatir."
Dua penjaga itu lalu menanyakan nama siapa
keluarganya yang hendak ditengoki. satu diantaranya lantas
berjalan mendekati pintu tangannya diulurkan untuk
menarik pintu tersebut. pintu itu memperdengarkan suara
nyaring, selanjutnya dari atas pintu, tampak Sepasang mata
dari kepala naga itu berputaran dua kali, Sebentar
kemudian dengan mengelak seperti dikorek oleh orang dari
dalam, telah menghilang lalu diganti dengan sepasang mata
manusia, setelah itu terdengar suara pertanyaan yang
nyaring, "Siapa yang datang berkunjung?"
Dua penjaga pintu semuanya berlutut diatas anak
tangga, dan memberi laporan dengan suara ketakutan:
"Hunjuk beritahu pada Tay Giam ong, disini ada seorang
pemuda bernama Cin Hong yang datang hendak menengoK
tiga tawanan cui, Sian dan Po "
Cin Hong yang mendengar mereka menyambut orang itu
Tay Giam-ong, segera teringat pada In-jie yang penah
mengatakan bahwa penguaSa dari penjara itu ada
mempunyai sepuluh anak buah yang disebut sebagai
Sepuluh Giam Lo ong yang ditugaskan untuk memeriksa
setiap orang yang datang berkunjung. Kalau itu benar,
pemeriksaan itu bukanlah suatu hal yang ruwet, tapi
bagaimanapun ruwetnya juga tidak apa, Sebab didalam
badannya sudah tidak memiliki apa2 lagi, jikalau mereka
hendak minta uang semir, ia juga tidak tahu bagaimana
nanti harus bertindak"
Selama berpikir, pintu itu tiba-tiba terbuka yang agak
aneh pintu itu bukan terpisah kedua tetapi menjeblak
dengan sendirinya, dari situ kelihatan jelas tampak sebuah
goa yang luas tapi gelap. di dalamnya tampak Sebuah
tangga yang menanjak keatas, kemudian membelok
kekanan bagian perut gunung, keadaannya seolah-olah di
dalam neraka yang menyeramkan.
orang yang dipanggil Tay-giam-ong tadi saat itu juga
berdiri didepan pintu dengan sikapnya yang galak Sekali.
Dia adalah seorang tua bermuka hitam alisnya tebal
matanya besar, kepalanya memakai topi yang pinggirnya
ada benang emas, pakaiannya jubah berwarna merah,
pinggangnya diikat dengan ikat pinggang yang lebar,
sepatunya tinggi, dandanannya itu mirip raja akherat seperti
apa yang sering dilukiskan didalam gambar, sayang dia
bukanlah Giam-lo-ong atau raja akherat yang benar, makin
dipandangnya sangat lucu Cin Hong yang masih sangat muda, tidak kenal selatan,
melihat dandanannya yang sangat lucu itu lantas tertawa
geli. orang yang disebut Tay-giam ong itu dengan tiba-tiba
marah, sepasang matanya terbuka lebar, mulutnya
mengeluarkan suara bentakan keras: "Bocah kau berani
tertawa?" cin Bong terkejut, buru-buru menjura dan berkata:
"Maaf, aku tertawa tanpa disadari, harap Tay-giam-ong
suka memaafkan-" Tay-giam-ong mengeluarkan suara dari hidung, hawa
amarahnya masih belum reda, maka berkata dengan nada
marah-marah: "Banyak anak- anak yang datang menengok dipenjara,
kalau melihat aku semuanya pada gemetaran, hanya kau
bocah ini yang berani tertawa, kalau kau masih tertawa lagi,
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 4 Perang Ilmu Gaib Karya Mpu Wesi Geni Pedang Darah Bunga Iblis 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama