Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 4
aku nanti akan sekap kau disini?"
Berulang-ulang Cin Hong minta maaf, kemudian
mengambil guci arak dan bungkusanpa rusanya yang
diletakkan ditangga, ia berjalan menghampiri dan berkata
sambil memberi hormat: "Tay-giam-ong, bolehkah kiranya sekarang aku masuk?"
Tay-giam ong hanya menyahut 'hem', begitu saja lantas
memutar tubuhnya yang beSar, mendaki tangga batu,
dengan diikuti oleh Cin Hong.
Tangga batu itu dalam langkah dua-puluh langkah telah
membelok. semakin lama semakin masuk semakin tinggi,
dua sisi dari tangga batu itu Semuanya terdapat obor api
yang menyala, tetapi di tempat yang gelap gulita itu
tampaknya seperti api setan, hingga orang yang masuk
seolah-olah sedang masuk neraka.
Cin Hong tidak tahu berapa banyak tangga yang sudah
dilalui, dengan tiba-tiba dihadapannya tampak terang,
kiranya ia sudah berada di sebuah kamar batu yang luas dan
terang. Kamar batu itu dilengkapi dengan semua jendela bundar,
sinar matahari masuk melalui lubang jendela itu hingga
dapat melihat dengan tegas semua keadaan di dalam kamar,
tampa empat dinding kamar itu semuanya, terbuat dari
batu, lubang- lubang dari sela batu sangat kecil jelas
pembuatan kamar batu ini pasti- melalui suatu rencana
yang sangat rapi. Tay Giam-ong memerintahkan Cin Hong berdiri
menghadap jendela, Cin Hong menurut tetapi mulutnya
bertanya: "Untuk apa ^"
"Ini adalah suatu keharusan yang terakhir penguasa kita
hendak memeriksa sendiri setiap anak yang datang
menengok kepenjara,jikalau penguasa kita tidak suka kau,
lantas bisa diusir keluar "
Mendengar ucapannya ia akan melihat penguasa rumah
penjara itu, dalam hati Cin Hong terkejut tetapi juga girang,
ia pikir iblis rimba persilatan yang sangat misteri itu,
berkepandaian sangat tinggi sekali sudah tidak usah dikata
lagi, tetapi banyak orang masih belum tahu benar ia itu pria
ataukah wanita, ini benar-benar sulit akan diperCaya, maka
saat itu ia Sudah mengambil keputusan hendak pasang
mata benar-benar. Saat itu, dengan tiba-tiba penerangan dalam kamar batu
itu telah menjadi gelap. diluar jendela sudah tampak kepala
orang. Itu adalah kepala seorang yang wajahnya tertutup oleh
kain Sutera warna hitam keCuali lubang dibagian matanya
yang tertampak sepasang matanya yang cekung dan
bersinar, sama sekali tidak dapat orang mengetahui dia itu
kepala dari seorang pria ataukah wanita, juga sukar untuk
ketahui berapa usianja, apa yang lebih aneh dan
mengherankan ialah orang yang wajahnya tertutup dengan
kain sutera hitam itu, ketika sinar matanya terjatuh kewajah
Cin Hong, sikapnya seolah-olah dikejutkan oleh apa yang
dilihatnya untuk sesaat sepasang matanya memancarkan
sinarnya yang tajam berkilauan, bahkan penuh perasaan
terkejut dan terheran-heran, sinar mata itu menatap Cin
Hong tanpa berkedip. Tay Giam ong agaknya juga merasa bahwa hal itu agak
ganjil, sejenak ia tampak terkejut kemudian menghadap
kepada kepala itu ia memberi hormat seraya berkata.
"Laucu, pemuda ini bernama Cin Hong, hendak
menengok Tok Lok cian dan can Sa Sian Sie Koan yang
dua hari berselang baru dimasukkan dalam penjara...."
Penguasa rumah penjara rimba persilatan yang
mengenakan kerudung muka jubah hitam dimukanya ketika
mendengar Keterangan itu, mulutnya mengeluarkan suara
terkejutnya: "Hee" kepalanya melongok keluar kemudian berkata
dengan suaranya yang penuh emosi. "Apa ia bernama Kim
Hong?" Sikap demikian itu seolah-olah sedang menengok wajah
yang sudah lama ia dinanti-nantikan
Cin Hong sebetulnya ingin dapat membedakan dari
suara orang itu, tetapi bukan saja tidak berhasil untuk
membedakan suara itu dari pria ataukah Wanita, bahkan
ketika melihat sikapnya demikian, sesaat ia merasa
bingung, sehingga berdiri terpaku ditempatnya.
Sepasang mata penguasa rumah penjara rimba persilatan
terus menatap Cin Hong tanpa berkedip. kembali
mengeluarkan suaranya dan kali ini agak gemetar^ "Kim
Hong.. Kim Hong... Bagaimana kau juga bernama Kim
Hoag?" Cin Hong terkejut mendengar pertanyaan itu, ia segera
menjawab sambil memberi hormat, "Bukan, namaku Cin
Hong huruf, cin raja cin Sie Ong, dan Hong dari perkataan
ong atau perahu layar yang terdapat ruang gambar"
Penguasa rumah penjara itu agaknya merasa keCewa
mulutnya, mengeluarkan suara 'ouw' setelah itu
menundukkan kepala dan menghela nafas panjang, kepala
itu perlahan-lahan beralih kea rah jendela sesaat kemudian
telah menghilang Cin Hong berdiri termangu-mangu didekat jendela,
dalam hatinya masih merasa terkejut dan terheran-heran, ia
pikir penguasa rumah penjara ini sungguh aneh, pertama
kali melihat bagaimana demikian terkejut" Apa Sebabnya
pula namaku Cin Hong salah didengar menjadi Kim Hong"
Dan ketika ia mendengar keteranganku bahwa namaku
bukan Kim Hong, mengapa pula ia lantas berlalu dengan
perasaan masgul" Siapakah sebenarnya orang yang
bernama Kim Hong itu" Dan ada hubungan apa denganku"
Sementara itu Tay Giam-ong yang melihat penguasa
penjara itu sudah pergi, geser kakinya berjalan menuju
keluar kamar sebelah kamar sebelah kanan, katanya dengan
suara nyaring: "Jalan Sekarang kau boleh pergi menengok"
Cin Hong buru-buru mengikut ia keluar dari kamar,
setelah melalui beberapa tikungan lagi, pada akhirnya
keluarlah dari jalan tangga. setelah melalui pintu besi
berbentuk bundar, tibalah disuatu jalan kecil yang menuju
kebukit. Tempat itu merupakan suatu lembah yang berbentuk
bundar, atas sempit dibawah luas, sekitar lembah ada jalan
kecil yang mengitari keempat keliling terus naik keatas,
bagai tangga. Diatas jalan kecil bagai tangga itu setiap sejarak satu
tombak dibuka satu jendela persegi, seluruh lembah atas
dan bawah terdapat sekitar seratus jendela, setiap lobang
jendela, hanya buat untuk melongok satu kepala orang saja.
Tempat berdiri Cin Hong pada saat itu tepat ditengahtengah
lembah, dari situ mendongak keatas kira-kira seratus
tombak lebih, Sama2 tampaK diatas lembah itu
terpancang tujuh Senar beli hitam keadaannya mirip
dengan alat musik bersenar tujuh, kalau ia melongok
kebawah didalam lembah, juga kira-kira seratus tombak
dalamnya dan ditempat ia berdiri kebawah kira-kira sepuluh
tombak. dipasang sebuah jaring besi yang luas sekali,
dibawah jaring besi terdapat banyak kepala orang, dari atas
pemandangan itu seperti melihat semut kecil, orang-orang
itu merupakan orang-orang tawanan didalam kamar penjara
yang dinamakan kamar Ular. Mereka itu harus melakukan
pekerjaan berat setiap hari.
Pada waktu itu, karena kedatangan Cin Hong, lubanglubang
jendela dimana dilalui Cin Hong dengan serentak
muncul beberapa puluh kepala manusia, mereka semua
keadaannya sangat mesum, rambutnya sudah panjang,
seperti juga tawanan-tawanan yang ditawan didalam
penjara yang tidak teratur. orang-orang itu ribut ia berkaokkaok.
diantaranya pada memanggil- manggil:
"Hei Anak muda, aku adalah Tao Kay San situkang
kayu dari bukit Lamsan, apakah datang hendak menengok
aku?" "Hei Tengoklah aku kemari, aku adalah nelayan dari
lautan utara Loo-tie apakah kau datang hendak menengok
aku?" "Anak muda.. Berikanlah aku sedikit arak, Aku nanti
akan menurunkan kau semacam pelajaran ilmu silat yang
ampuh, kujamin kau nanti dapat mengalahkan pengusaha
rumah penjara" "Anak muda Berikanlah sedikit, aku nanti menurunkan
kau ilmu pedang yang sangat ampuh"
"Anak mudu Aku adalah ketua generasi ketiga belas dari
partay Lam- hay, tolong kau beritahukan kepadaku cucu
perempuanku itu Sudah menikah atau belum?"
"Hei Tengok aku kemari, aku adalah Ngo-cu San Lim
Kie Ang-li-cu.. . ."
"Siaohiap Harap kau berjalan kemari, aku hendak minta
pertolonganmu. ..." "Anak muda. . . ."
"Siaohiap. ..."
"Hei. . . ." Demikianlah suara yang menyambut kedatangan Cin
Hong demikian gemuruh, Satu sama lain saling berebut
hendak minta ditengok, Cin Hong yang baru pertama kali
muncul didunia Kang-ouw sudah tentu belum pernah
mendapat pengalaman semacam ini, maka sesaat itu malah
semakin terkejut dan ketakutanSebaliknya
dengan Tay-giam-ong ia seolah-olah tidak
melihat dan perhatikan tawanan-tawanan itu bahkan
berkata sambil tersenyum: "orang-orang ini semuanya
adalah tawanan dalam penjara ular, kamar penjara naga
masih dibagian atas, mari kau ikut aku"
Cin Hong mengikuti Tay giam-ong jalan naik melalui
jalan kecil, Setelah mengitar dua kali, barulah mulai
menginjak tanah dari kamar penjara Naga.
satu-satunya perbedaan dikamar penjara Naga dengan
kamar penjara Ular, ialah setiap lobang jendela tidak
terdapat terali besi, jumlahnya juga hanya lima puluh saja,
lubang- lubang jendela itu seolah-olah tersusun dari bawah
keatas dengan nomor urutan lima-puluh, empat sembilan,
empat-delapan, empat-tujuh. . . .
Tay giam-ong ajak Cin Hong teruS berjalan kedepan
kamar nomor sebelas lantas berhenti, ia berpaling dan
berkata sambil tertawa: "Kita berjalan beberapa ruang lagi sudah ada tawanan,
suhumu berada didalam kamar nomor tujuh Suhumu no.
delapan dan can-Sa Sian no. enam, sekarang pergilah kau
sendiri yang tengok mereka tetapi ada satu hal kau
perhatikan, kalau kau mendengar suara terompet berbunyi,
itu berarti suatu pemberitahuan kepadamu bahwa waktu
menengok tawanan sudah habis, maka kau harus lekas
kembali.Jikalau suara terompet kedua kalinya berbunyi, kau
masih belum kembali ketempat bagian masuk tadi, maka
lain tahun akan kehilangan hakmu untuk menengok lagi"
Cin Hong menerima baik pesan itu, kemudian berjalan
menurut petunjuk Tay-giam-ong tadi. Ketika ia tiba
dikamar no. delapan, di lobang jendela sudah tampak
kepala seorag yang melongoK keluar, itu adalah Tnian-san
Soat Popo sie Siang In Dengan wajah penuh keheranan Thian-san Soat Popo
berkata: "Bocah^ bagaimana demikian Cepat kau Sudah
datang?" Cin Hong sangat girang, ia menjawab sambil memberi
hormat: "Subo, apakah Subo baik-baik saja?"^
"Baik apa" Kau apa Sedang mengejek?" Balas menegor
Soat Popo dengan perasaan tidak senang.
Cin Hong terCengang baru saja hendak minta maaf dari
lubang jendela kamar tujuh tampak menongol kepala
Suhunya sendiri, sesaat itu ia merasa girang tetapi juga
sedih. segera memanggilnya: "Suhu" Kemudian berjalan
menghampiri, "Jangan pergi dulu" Demikian soat Popo membentak
dengan suara bengis. Cin Hong terkejut, buru-buru menghentikan kakinya dan
berkata sambil memberi hormat: "Subo maaf. ..."
Soat Popo barangkali juga dapat merasakan bahwa
bentaknya sendiri tadi agak keterlaluan, maka sesaat itu
lenyaplah hawa amarahnya dan berkata sambil tersenyumsenyum^
"Tidak apa, apakah muridku baik-baik saja?"
Cin Hong kini baru teringat dengan surat dan lukisan
yang dititipKan oleh In-jie, maka ia lalu meletakkan guci
arak dan bungkusan Paha rusa diatas tanah, mengeluarkan
Surat dan lukisan dan gambar dari sakunya diberikan
kepada Soat Popo dengan sikap sangat menghormat ia
berkata: "Nona Yo selama ini baik-baik saja, sekarang ini sedang
menunggu aku dibawah gunung, ini adalah suratnya yang
ia minta aku sampaikan kepada subo."
Soat Po-po yang menyambut surat dari tang an Cin
Hong, tidak lantas dibuka, sebaliknya matanya ditujukan
Kepada guci arak dan bertanya: "Apakah itu arak?"
Cin Hong tahu bahwa nenek itu paling benci kepada
arak. maka dalam hati diam-diam terkejut dan ketakutan,
namun ia tidak berani dusta, maka mulutnya menjawab
dengan suara perlahan^ " Ya iya. . . ."
Wajah Soat Popo dengan tiba-tiba tampak girang, dari
lubang jendela ia mengeluarkan sebuah mangkuk yang
sudah terdapat peCahan ujungnya, katanya sambil tertawa:
"Berikan aku satu mangkuk saja"
Untuk sesaat Cin Hong merasa heran, dengan perasaan
agak berat ia berkata: "Maaf subo, ini adalah murid can-sasian
yang minta tecu bawa kemari untuk Suhunya. ..."
Soat Popo berpaling kepada suaminya yang menongol
kepala dilubang jendela kamar tujuh, kemudian berpaling
lagi dan berkata kepada Cin Hong^ "Aku tidak perduli,
lekas kau tuangkan semangkok untuk aku, sekarang aku
perlu minum arak" Cin Hong karena mengingat hubungan tiga manusia
gaib, cui, Sian, dan Po itu sangat erat maka pikirnya
semangkuk dahulu untuknya barang kali tidak menjadi
halangan, maka ia lalu menyambut mangkuknya, kemudian
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuka guci araknya, dan dituang penuh semangkuk
diberikan kepadanya, setelah itu ia angkat lagi bersama
bungkusan paha rusanya dan berjalan kekamar nomor
tujuh. It-hu Sianseng menyambut padanya dari lubang jendela
dengan wajah berseri-seri tanpa mengeluarkan sepatah
katapun juga, dari lubang jendela itu ia mengeluarkan
sebuah mangkok. Cin Hong mengerti, ia meletakkan lagi guci arak dan
bungkusan paha rusa, menyambut mangkok suhunya, lalu
berkata dengan suara perlahan: "Suhu, apakah can Sa sian
Sie Pangcu tidak akan marah?"
It-hu Sianseng tersenyum, juga berkata dengan suara
perlahan^ "Perduli apa dengannya, selagi ia pulas tidur,
minum saja dulu setengah guci baru bicara lagi."
Belum habis ucapannya, dari kamar nomor enam
terdengar suara terbahak-bahak, kemudian disusul oleh
munculnya Satu kepala yang mesum dan rambutnya awutawutan.
Dia bukan lain daripada pemimpin golongan pengemis
can Sa sian Sie K^oan. Baru saja menongol kepalanya dari
lubang jendela, tampak dibawah jendela kamar nomor
tujuh ada barang hidangan, sesaat matanya lantas melotot
wajahnya yang tadi tampak berseri-seri berubah menjadi
merah, dengan mata melotot ia membentak kepada Cin
Hong: "Hei Aku kira kalian sedang bersenda gurau, kiranya
benar-benar, barang- barang lekas bawa kemari"
Waktu itu keadaan Cin Hong seperti pencuri kecil yang
sedang mencuri dan mendadak telah tertangkap. maka saat
itu wajahnya menjadi merah dan berdiri terpaku di
tempatnya. It-hu Sianseng dengan Sikap tenang-tenang saja
mengawasi can sa Sian katanya Sambil tertawa: "Lo-Sie
jangan begitu pelit,jikalau bukan muridku yang bawa masuk
kau juga tidak dapat arak dan barang hidangan ini"
can-sa sian menggeram berulang-ulang, dari mulutnya
mengeluarkan suara ribut-ribut: "Tidak bisa. aku pengemis
tua hendak makan dan minum perlahan-lahan semua
hidang itu, bawa kemari Bawa kemari"
It-hu Sianseng tak mengiraukan sikap can sa sian, sambil
menyipitkan matanya yang mengawasi padanya, kemudian
berkata kepada Cin Hong sambil tertawa: "Anak, waktu
sudah tidak banyak lagi, lekas tuangkan aku lagi semangkok
saja" Cin Hong pikir memang benar, maka ia tidak
memperdulikan sikap dan keadaan can-sa Sian buru-buru
menuangkan semangkok lagi, kemudian mengangkat guci
dan bungkusan paha rusanya ke jendela nomor, enam.
Lebih dahulu ia memberikan bungkusan paha rusa itu
kepada can-sa sian, katanya sambil minta maaf:
"Maaf. Pangcu, dilain tahun kalau boanpwee datang lagi
pasti akan mengganti kepada pangcu satu guci arak besar"
can Sa-sian tidak menjawab, dengan kedua tangannya ia
mengambil bungkusan paha rusa, kemudian mengulapkan
tangannya lagi seraya berkata^ "Arak Arak. ..."
Cin Hong menutup guci araknya barulah diangkat dan
diserahkan melalui lobang jendela tak disangka guci arak itu
ternyata lebih besar dari pada lobang jendelanya, sehingga
tidak bisa masuk kedalam,
can sa-sian yang menyaksikan keadaan demikian sangat
gemas sekali mulutnya memaki-maki: "Kurang ajar,
mengapa tidak mau beli yang lebih kecil" apakah hendak
mempermainkan aku ?"
It-hu Sian-seng minum habis semangkok araknya,
menongolkan kepalanya lagi, menampak guci arak tidak
bisa dimasukkan, lantas tertawa terbahak-bahak. kemudian
berkata: "Lo sie, inilah yang dinamakan sebutir nasi setetes air
sudah ditakdirkan, sebaiknya kita minum bersama-sama
saja" can sa-sian marah katanya^ "Tidak Aku sendiri toh bisa
minum sampai kering?"
It-hu Sian seng berpaling dan berkata kepada Cin Hong:
"Anak. waktu satu jam itu sebentar akan sampai sudah
Waktunya kau harus beromong-omong ?"
Cin Hong terpaksa melepaskan guci araknya,
membiarkan can sa-sian berkutet diri dengan araknya
dilubang jendela, katanya Sambil memberi hormat, "Sie
pangcu, sekarang boanpwe juga tidak percaya dengan suhu.
. . ." can sa-sian Cemas, mulutnya berseru: "Tidak bisa aku
tidak boleh terus begini saja"
Cin Hong juga merasa cemas, tetapi ia juga tidak
berdaya, dan berdiri begitu saja tidak ada gunanya, maka ia
terpaksa menggerakan kakinya berjalan menghampiri
Suhunya. Baru tiba dibawah jendela kamar tujuh Soat Popo dari
lubang jendela kamar delapan sudah menongolkan
kepalanya dengan wajah yang marah ia berkata: "Anak.
mari, sini sebentar"
Cin Hong tidak berani mengelak. ia menyahut dan
berjalan menghampiri, kemudian berkata sambil memberi
hormat: "Subo, ada keperiuan apa ?"
Soat Popo Jelas tidak tahan oleh pengaruh air kata-kata
tadi, ia berkata sambil tertawa: "Anak baik, dengan ucapan
manis apa kau telah berhasil menipu muridku ?"
Cin Hong terkejut jawabnya gugup: "Tidak" Subo siapa
kata tecu menipu dia?"
Soat Po Po sikapnya menunjukan kebalikannya dari ke
biasaan, katanya dengan Wajah berseri-seri:
"Aku tidak perCaya, kalau kau tidak menggunakan katakata
manis menipu dia, bagaimana dalam suratnya itu
sekali- kali mengatakan kau bukanlah seorang pemuda yang
licin?" Cin Hong tahu bahwa dalam surat In-jie itupasti menulis
kata-kata yang manis terhadap dirinya, maka wajahnya
seketika itu menjadi merah sedang hatinya berdebaran,
katanya serba salah. Sikap Soat Popo waktu itu mirip dengan bakal mertua
yang bertemu dengan bakal mantunya, sambil terseayum ia
memandang kepada Cin Hong, kemudian bertanya dengan
suara lemah lembut: "Anak. apakah kau suka minum arak?"
Cin Hong merasa berat untuk menjawab, sebab kalau ia
mengatakan tidak suka arak, agatnya seperti menipu diri
sendiri dan juga seolah-olah membohong pada Subonya,
tetapi kalau ia kata suka arak juga tidak sesuai dengan
keadaanya, benar-benar ia merasa serba salah, tidak tahu
bagaimana harus menjawab.
Selagi dalam keadaan demikian, dari kamar tujuh tibatiba
terdengar suara suhunya yang berkata:
"Tidak suka arak. Hanya jikalau pada waktu perlu,
kadang-kadang juga minum sedikit"
Soat Popo marah katanya dengan suara keras^ "Siapa
suruh kau banyak- banyak bacot" Tutup mulutmu."
It-hu Sianseng tidak menghiraukan padanya, ia berkata
pada Cin Hong sambil menggapai dan tertawa:
"Anak. urusan yang menyangkut persoalan istri, tidak
boleh gegabah, kau kemari, suhumu hendak bertanya
kepadamu." Cin Hong menyahut dan berjalan menghampiri, Soat
Popo semakin marah dan katanya dengan suara nyaring:
"Anak. kau balik, kau harus tahu, didalam dunia ini urusan
yang terpenting tidak lebih pada soal isteri,. . ."
Cin Hong berpaling dan tersenyum padanya, untuk
menyatakan bahwa saat itu bukan waktunya untuk
berbicara soal istrinya, kemudian ia berjalan kebawah
jendela kamar nomor-tujuh.
Dua tangan It-hu Sianseng diletakan didepan jendela, ia
berkata sambil menghela napas: "Anak. suhumu
Sesungguhnya merasa malu dalam pertandingan itu hanya
dapat menyambut sembilan jurus saja, penjelasannya
sekarang ini tidak ada waktu untuk menceritakan, hanya
ada satu haL suhumu berada disini baru tiga hari tetapi aku
merasa seperti sudah tiga tahun lamanya. Tahukah kau apa
sebabnya?" "Jikalau suhu datang agak lambat beberap waktu
lamanya, pasti dapat menyambut sampai sepuluh jurus."
Menjawab Cin Hong sambii menundukkan kepala.
It-hu Sianseng menggelengkan kepala dan tersenyum
masam, katanya: "Mungkin ia benar tetapi suhumu tidak
menyesal akan tindakan kali ini, yang ada hanya khawatir,
sebab suhumu kini telah melihat tanda-tanda bahwa dalam
rimba persilatan sedang terancam bahaya."
Cin Hong mendadak angkat kepala dan bertanya dengan
perasaan terkejut: "Apakah suhu sudah tahu?"
"Kalau kau bertanya demikian, tentunya kau sendiri
sudah mengetahui hal itu." berkata It-hu Sianseng dengan
Sikap sungguh-sungguh. Cin Hong lalu menceritakan prihal munculnya partay
baru yang menamakan golongan dirimba persilatan, dan
apa yang dialami dalam perjalanannya kali ini. Ketika It-hu
Sianseng mendengar penuturan bahwa tokoh terkuat yang
menamakan diri Ho ong kini telah muncul lagi dirimba
persilatan, wajahnya berubah seketika, ia segera berpaling
dan berkata kepada can sa-sian dikamar enam. "Lo sie, kau
dengar atau tidak" Ho ong sudah muncul lagi"
can-sa sian, yang masih bergutetan dengan guci araknya
dilubang jendela, mendengar pertanyaan itu lantaS
menjawab sambii tertawa: "Bagus Sekali Sebulan berselang
ada seorang yang menamakan diri orang berjubah emas
datang kemari menantang pertandingan, dia merupakan
orang pertama selama sepuluh tahun yang sanggup
menyambut serangan penguasa rumah penjara sampai
sepuluh jurus keatas, waktu itu aku pengemis tua ini sudah
dapat menduga bahwa orang itu mungkin dia ....."
Cin Hong terperanjat dan bertanya: "Suhu, siapa kah
tokoh yang menamakan diri Ho ong itu" Apakah ada itu
orang yang datang kemari menantang pertandingan dan
kemudian membebaskan Lam-kek sin kun Im Liat Hong?"
It-hu Sianseng menganggukkan kepala katanya:
"Mengenai asal usul Ho ong itu. hari sudah tidak ada waktu
untuk menceritakan kepadamu, empek Ie-oe mengetahui
lebih banyak dari pada suhu tentang diri orang itu, ia. . . ."
Berkata sampai disitu, ia berdiam ragu-ragu sejenak.
kemudian berkata lagi sambil tersenyum: "Dia pernah
mendapat kesulitan besar dari Hoong, mungkin ia merasa
malu untuk menceritakan, tetapi kau boleh berkata
kepadanya bahwa suhumu, kata kalau hendak mengetahui
prihal Ho ong,- sebaiknya minta empek Ie-oe yang
menceritakan, lebih tepat kalau kau berkata demikian
kepadanya mungkin ia tidak berani tidak menceritakan
kepadamu" can Sa-sian dari kamar nomor enam lantas
menyelak sambil tertawa: "Phui Kau To-lok Thian memang paling pandai main
sandiwara, justeru kaulah yang merasa malu membuka
mulut, sebetulnya urusan seperti itu diberitahukan kepada
anak- anak, ada apanya yang harus dibuat malu?"
"Memang sebetulnya tidak apa- apa, baik kau saja yang
menceritakan kepada muridku bagaimana?" berkata It-hu
Sianseng Sambil tertaWa. can sa-sian bungkam Sekian lama, kemudian berkata
Sambil tertawa: "He he he, ini toh tidak ada hubungan
dengan urusanku Sipengemis tua" Soat Popo dari kamar
nomor delapan lantas berseru^
"Benar, urusan itu tidak boleh diberitahukan kepada
anak- anak yang masih usia terlalu muda ibarat barang
muda dipengaruhi oleh keadaan seperti sebuah benda kalau
dekat dengan barang yang merah, bila berdekatan menjadi
merah, berdekatan dengan warna hitam bisa menjadi
hitam." Cin Hong takut membuang waktu, buru-buru bertanya
kepada suhunya: "Suhu, pangcu dari golongan Kalong itu meminjam
nama penguasa rumah penjara rimba persilatan telah
mengirim surat undangan menipu Suhu berdua datang
menantang mengadakan pertandingan, dan disamping itu
juga mengutus dua perempuan-perempuan cantik yang
dinamakan dua belas putri untuk memikat kaum muda dari
dua belas partay, apakah maksud dan tujuannya perbuatan
itu?" Sepasang mata It-hu Sianseng memancarkan Sinar
tajam, kemudian berkata: "Mengenai soal meminjam nama
mengirin surat undangan ini mudah sekali, itu adalah
karena ia takut Suhumu akan mengetahui ia muncul lagi di
rimba persilatan, dan ia khawatir bila suhumu akan minta
tokoh-tokoh berbagai partay untuk mengepung dirinya,
tentang tindak mengutus dua belas putri untuk memikat
kaum muda dari dua belas partay deWasa ini masih belum
diketahui dimana letak maksud tujuannya yang sebenarnya,
hanya apa bila ia sedang menyusun rencana keji untuk
merampas dua belas kunci emas, dengan tindakannya itu
merupakan suatu cara yang sangat baik."
Terkejut hati Cin Hong mendengar ucapan itu, maka ia
berkata^ "Suhu, tentang kunciku yang sebuah itu."
Wajah It-hu Sianseng mendadak berubah. tidak
memberiKan kesempatan Cin Hong bicara lagi, sudah
membentak dengan suara keras: "Kurang ajar"
Cin Hong terperanjat, tanyanya dengan ketakutan:
"Suhu, mengapa suhu. . . ."
Soat Po-po dari kamar delapan juga terkejut oleh
perubahan yang mendadak itu, tanyanya: "Hei, tua bangka,
ada apa kau berteriak-teriak seperti orang gila ?" can sa-sian
dari kamar enam turut juga bicara:
"Muridnya mengatakan kunciku yang sebuah itu, dia
sudah berteriak-teriak ha. .ha. sebetulnya ada rahasia apa
yang tidak boleh diketahui oleh orang luar?"
It-hu Sianseng berkata dengan suaranya yang sangat
marah- marah: "Dia telah menghilangkan benda yang
berikan kepadanya, coba Kalian pikir, aku harus marah
atau tidak?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau sendiri yang gila, ia toh belum mengatakan apaapa,
kau sudah anggap ia menghilangkan barangmu?"
Berkata cau Sa-Sian sambil tertawa besar.
It-hu Sianseng tidak menghiraukan kepadanya sepasang
matanya menatap wajah Cin Hong ia berkata kepadanya
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam
telinga yang hanya dapat didengar olehnya sendiri
"Anak, kamar kesatu hingga kamar kelima didiami oleh
iblis kutub utara Him su-kie dan empat orang Cerdik dari
timur dan barat. Bagaimana pun kecil suaramu kalau kau
menyebutkan kunci Liong, sebaiknya menggunakan katakata
yang samar-samar saja"
Cin Hong baru sadar, ia bertanya dengan suara perlahan:
"Ho ong itu telah datang kemari menantang mengadakan
pertandingan, apakah hanya membebaskan Lam kek Sinkun
seorang Saja?" "Sebetulnya ia masih hendak membebaskan pada iblis
kutub utara Him su-kie dan naga bermata satu Hu In Hui,
dua bersaudara sikuya leher panjang, tetapi tiga orang itu
meskipun juga tergolong orang-orang jahat yang banyak
melakukan kejahatan, tetapi masih mempunyai perasaan
sedikit harga diri, mereka menolak maksud baik Ho ong,
katanya mereka hendak berusaha sendiri"
Dalam hati Cin Hong diam-diam mengakui sifat ksatna
tiga penjahat itu, ia pikir hendak menghampiri kekamar
penjara mereka antuk mengenali wajah mereka, tetapi kalau
mengingat Waktunya tidak banyak, lantas membatalkan
maksudnya itu, Ia alihkan pembicaraannya dan bertanya
kepada suhunya: "Suhu, dalam surat suhu ada kata ingin menceritakan
asal usul diri tecu apakah sekarang Suhu sudah bersedia
menceritakan?" It-hu Sianseng menganggukkan kepala, lalu menghela
napas perlahan, dan berkata dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara dalam telinga^
"Ya, tetapi sebaiknya kau jangan terlalu girang dahulu,
sebab suhumu dahulu pernah kata bahwa kau telah
kupungut dari tepi sungai, sebetulnya itu tidak salah terlalu
banyak. dan apa yang Suhumu tahu yang dapat
memberitahukan kepadamu, juga lebih jauh banyak dari
itu.,... Kejadian itu adalah pada hari waktu petang pada
delapan belas tahun berselang, suhu baru pulang menengok
Sahabatnya di Lam- hay, waktu itu kunaik perahu dan
selagi melalui sungai ciang tang-kang. waktu itu angin
meniup kencang, air ombak menggulung tinggi, perahu
yang kutumpangi itu dikemudikan oleh seorang tua,
didalam perahu itu seluruhnya ada tujuh penumpang,
termasuk seorang nyonya muda berusia kira-kira delapan
belas tahun oroknya, ialah kau sendiri
-Nyonya muda itu parasnya cantik sekali, tapi sikapnya
seperti dipengaruhi oleh kedukaan, diatasnya memakai ikat
kepala kain Sutera warna hijau, badannya mengenakan
pakaian tipis warna hijau muda, didepan dadanya bagian
kiri disulam dengan setangkai bunga, dari gerik-geriknya,
suhumu dapat lihat bahwa dia adalah seorang nyonya yang
memiliki kepandaian ilmu silat. Malam itu udara dingin,
angin meniup kencang, kau yang berada dalam gendongan
terus menangis tidak berhentinya, sehingga menarik semua
perhatian penumpang didalam perahu itu ia nampaknya
sangat malu, mungkin baru pertama kali ia menjadi ibu.
kecuali mendekap kau erat-erat, terhadap kau yang
menangis itu rupa-rupanya tidak berdaya sama sekali juga
menarik simpatik banyak orang
-Waktu itu. dalam hati Suhumu lantas timbul perasaan
curiga sebab dari suara tangisanmu dapat diduga bahwa
waktu itu usiamu belum cukup satu bulan, seorang ibu yang
masih begitu muda belia, dengan menggendong anak
oroknya yang belum cukup satu bulan melakukan
perjalanan diluar dengan menempuh hawa dingin dan
angin kencang, Untuk apakah sebenarnya". . .Pertanyaan
ini, kalau hanya berdasarkan duga-dugaan saja
Sesungguhnya tidak dapat jawaban yang betul, tetapi waktu
itu, suhumu yang sedang menghadapi persoalan itu hanya
merasa tertarik dan timbul pertanyaan itu saja, tidak terpikir
terlalu jauh, dengan sebetulnya, itu bukanlah suatu urusan
yang perlu menggunakan banyak pikiran. Ketika perjalanan
perahu itu menempuh jarak dua pertiga, terjadilah suatu hal
yang tidak terduga-duga Waktu itu suhumu duduk dibagian
kiri dalam perahu itu menghadap kebelakang, sedang
memikirkan perjalanan suhu dari Lam-hay dengan tiba-tiba
tempat dibelakang Suhumu terjadilah goncangan hebat,
seolah-olah mengalami kejadian apa-apa, kemudian disusul
oleh suara nyaring, dan perahu itu sesaat lantas terbalik ke
kanan, sesaat kemudian suara jeritan minta tolong
terdengar dimana-mana -Sewaktu perahu itu terbalik suhumu sudah
menggunakan kesempatan untuk lompat ke tengah udara,
ketika melayang turun kembali perahu itu sudah terbaliK.
hingga pantatnya yang berada di atas. Sedangkan tukang
perahu bersama enam penumpangnya sudah terdampar
oleh air ombak sejaUh tiga empat tombak, diantaranya
terdapat ibumu yang masih menggendong kau, pernah
sekali lompat kepermukaan air, sayang mungkin ia baru
melahirkan belum lama sehingga keadaannya masih lemah,
atau kepandaian ilmu silatnya belum mencapai setarap
suhumu lompat keluar beberapa kaki dari permukaan
sungai, kemudian terjatuh lagi dan tenggelam ... Suhu
segera melayang ketempatnya, sesaat suhumu masih
berhasil menyambar dirimu dari tangannya, lalu melayang
kembali keperahu yang sudah terbalik, Suhumu masih
mendengar ucapan ibumu yang mengatakan: "Dia adalah
Cin Hong......" - kemudian orangnya tenggelam dan tidak muncul
kembali Kemudian, Suhumu telah memondong kau berdiri
diatas perahu yang sudah terbalik, dengan mengikuti arah
mengalirnya perahu itu terus menepi, barulah suhumu
lompat dari atas perahu. Malam itu juga dengan
menggendong, suhumu menuju kembali kekota Hang ciu
dimana Suhumu berdiam, ketika suhumu memandikan kau,
telah terdapat dilehermu ada tergantung rantai emas dengan
sebuah kunci emaS yang berukiran huruf Liong dan ini. ..."
Cin Hong yang mendengar sampai disitu mengangkat
mukanya yang sudah penuh dengan air mata, kemudian
berkata: "TUnggu sebentar, suhu, dengan Cara bagaimana
perahu itu bisa terbalik?"
"ouw Itu disebabkan oleh benturan dari sebatang pohon
besar yang terdorong oleh ombak waktu itu karena CuaCa
sangat gelap. sedang suhumu juga menghadap kebelakang,
Sehingga semua tidak ada yang melihat......." berkata It-hu
SianSeng. "Mengapa dengan tiba-tiba biSa terbentur dengan
sebatang pohon besar?"
"Siapa tahu, tetapi kau juga tidak perlu Curiga itu adalah
perbuatan orang yang disengaja sebab waktu itu keadaan
dekat situ tidak terdapat perahu lain, sungai itu cukup luaS,
tidak mungkin ada orang yang sengaja menghanyutkan
pohon itu untuk mencelakakan orang"
"Kemudian bagaimana dengan nasib ibuku."
"Hari kedua pagi-pagi sekali, suhumu kembali lagi
kesungai untuk mencari dan mencari keterangan, tetapi
tidak mendapat berita apa- apa" bahkan jikalau bukan
suhumu yang menceritakan penduduk disekitar itu masih
belum tahu jikalau tadi malam ditengah Sungai terjadi
peristiwa terbaliknya perahu itu"
"Apakah suhu anggap bahwa ibu sudah tenggelam dan
binasa didasar sungai?"
"Didalam keadaan demikian, apa bila masih bisa
tertolong, benar-benar merupakan suatu kejadian gaib."
Air mata Cin Hong mengalir semakin deras, katanya:
"Suhu ceritakanlah selanjutnya" It-hu sianseng berdiam
sekian lama, kemudian menghela napas panjang, dan
kembali dengan menggunakan ilmunya menyampaikan
Suara kedalam telinga dan melanjutkan penuturannya:
"Meskipun Suhumu tidak berhasil menemukan ibumu,
tetapi oleh karena kunci emas ukiran huruf Liong yang
tergantung dilehermu itu, maka saat itu aku dapat
memastikan bahwa kau ada hubungannya besar dengan
orang golongan oay San pay Tentang kunci emas berukiran
huruf Liong itu kau barangkali sudah tahu bahwa kunci itu
adalah salah Satu dari dua belas kunci emas yang
digunakan untuk membuka kotak wasiat batu glok, malam
itu sahumu sudah dengar bahwa nona Yo sudah
menceritakan sedikit kepadamu, sekarang suhumu hendak
beritahukan lebih dahulu kepadamu, kemudian akan Suhu
centakan lagi hal-hal yang mengenai kepergian suhumu
kegunung oey-san untuk mencari ayahmu.
-Jauh pada seratus tahun lebih berselang didalam rimba
persilatan ada seorang yang bernama Thiat Thian Bin yang
bergelar Thay Pek Sian-ong, dia dengan berbekal
kepandaian keturunan dari Tat-mo couwsu maSuk
kedaerah Tionggoan, pada masa itu ia merupakan seorang
jago terkuat tanpa tandingan, seorang diri ia memiliki dua
belas macam kepandaian ampuh, ilmu-ilmu itu terdiri dari
ilmu pedang, golok, senjata yang berbentuk alat tulis, kipas,
tinju dari tangan, meringankan tubuh, kekuatan tenaga
dalam, senjata rahasia, iimu menyedot hawa, ilmu bikin
mabuk lawannya dengan tiupan seruling dan lain-lain,
semuanya merupakan ilmu yang tidak ada taranya.
- Tay-pek Sian-ong ini, dalam hidupnya boleh dikata tak
ada apa- apa yang patut diceritakan, sebab kepandaian ilmu
Silatnya terlalu tinggi, orang-orang rimba persilatan baik
golongan hitam maupun gologan putih, semua takluk.
sehingga tiada seorang yang berani menghadapinya.
Dengan demikianlah ia telah melewati hidupnya dengan
tenang sampai berusia seratus sembilan tahun ketika ia
menutup mata hingga tahun ini baru tiga puluh dua tahun.
Tetapi pada waktu ia hendak menutup mata, ia telah
melakukan suatu pekerjaan yang menggemparkan rimba
persilatan, urusan, menurut pandangan Suhumu, kecuali
ada lain maksud jikalau tidak, sedikit banyak agak tidak
masuk diakal - Entah ia mendapat ilham dari mana, pada waktu ia
telah mengundang dalam waktu bersamaan kepada
pemimpin-pemimpin atau ketua partay rimba persilatan,
katanya hendak membuat orang tetap awet muda, setiap
ketua atau pemimpin partay diwajibkan untuk mencari
sejenis daun atau barang- barang yang sangat manjur untuk
bahan obat, ia kata pelawet muda itu setelah berhasil
diciptakan, barang siapa yang makan satu butir, bisa tetap
awet muda. Tentang ini, ia harus menjadikan satu dua belas
jenis barang-barang mustika itu didalam satu kwali,
mungkin bisa menimbulkan khasiat yang tak diduga-duga,
tetapi menurut dugaan suhumu ia berbuat demikian,
maksud utama bukanlah pada pel awet muda itu,
melainkan dengan suatu pengharapan Supaya bekerja sama
mencari dua belas ketua atau pemimpin partai itu dapat
dimanfaatkan, supaya mereka menghentikan usahanya
untuk Saling berkuasa. sebab waktu itu dua belas partay itu
sedang hebat bertengkar, hampir saja menimbulkan
bencana besar didalam rimba persilatan
- Diluar dugaannya, dua belas pemimpin atau ketua
partay menerima baik permintaan, bahkan didalam waktu
lima tahun mereka masing-masing telah menemukan
barang-barang gaib, demikianlah Thay-pek Sian-ong
bersama dua belas ketua partay itu telah menggodok dua
belas jenis bahan obat2an mustika itu, kemudian ia
membuatnya semacam kotak yang dinamakan kotak wasiat
yang terbuat dari batu glok. digunakan untuk tempat pel
tersebut, oleh karena ia kata bahwa pel itu harus direndam dalam
dasar telaga sekian lama, dua belas tahun kemudian baru
boleh diambil untuk digunakan. Hal ini mungkin benar,
tetapi juga mungkin bohong, hendaknya maksud ia berbuat
demikian, sebagian besar ialah hendak mengendalikan dua
belas ketua partay itu jangan sampai bertengkar lagi, supaya
mereka hidup damai selama dua belas tahun, Sudah tentu
Untuk dapat mengendalikan seluruhnya para ketua partay
itu dengan hanya satu benda yang berupa kotak wasiat,
sesungguhnya tidak mudah, maka ia membuat itu demikian
rupa, kotak itu diperlengkapi dengan dua belas lubang kunci
dengan dua belas anak kuncinya, anak kunci itu harus
dimasukkan dalam waktu bersamaan kepada lobang
kuncinya baru bisa dibuka, jikalau tidak kotak itu biSa
meledak. dan pel yang didalamnya juga menjadi hancur
lebur - Pada waktu pembuatan dua belas pel awet muda itu
selesai, ia memberikan kepada dua belas ketua partay itu
masing2 satu anak kunci, kemudian ia bersama kotaknya
itu tenggelam didasar telaga, dimana ia ada membuat satu
kamar batu yang khusus untuk tempat tinggalnya, selama
ini ia belum pernah keluar lagi. Kabarnya waktu itu ia
sudah tahu bahwa batas umurnya sudah sampai maka ia
telah mengubur dirinya didalam dasar telaga. Tetapi
kemudian hari Lian-in Taysu dari Siao-lim-pay penah
menceritakan kepada suhumu bahwa Thay-pek sian-ong
berbuat demikian ini, ada maksud untuk menjadikan pel itu
di dasarnya telaga. Urusan ini pada dua belaS tahun
kemudian setelah pel itu selesai, hanya diketahui oleh dua
belas ketua partay, dan ketika dua belas ketua partay itu
berjanji hendak mengambil kotak wasiatnya pada waktu itu
ketua partay oey-san, Suma San telah mati dengan
mendadak, berita itu barulah tersiar dikalangan Kangouw.
disebabkan lantaran pertengkaran antara dalam sendiri,
keadaan yang sebenarnya tiada orang yang tahu, semua
hanya tahu, kematiannya juga membawa hilangnya kunci
emas berukiran Liong yang ada pada dirinya
Oleh karena hilangnya anak kunci berukiran huruf Liong
itu, dengan sendirinya kotak Wasiat itu tidak dapat dibuka,
para tokoh kuat dari dua belas partay terpaksa menunggu
ditengah telaga Thay-pek. disamping itu juga mengutus
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak buah lainnya untuk mencari anak Thay-pek Sian ong
yang bernama Kiat Hian yang mempunyai julukan orang
gelandangan supaya pulang kembali untuk menyelesaikan
urusan itu, katanya hanya dia yang dapat membuka kotak
wasiat itu tanpa pertolongan dua belas anak kunci emas.
-orang gelandangan itu dimasa muda sudah berhasil
mendapat seluruh kepandaian ilmu silat ayahnya, tetapi
ketika ia mengalami kegagalan dalam asmara telah
membawa perobahan demikian pada jiwanya ia berubah
demikian sedih, sehingga pergi mengembara, Sudah tiga
puluh tahun lamanya tidak pernah muncul di rimba
persilatan apabila ia sekarang masih hidup, barangkali juga
Sudah merupakan seorang kakek yang usianya sudah
sembilan puluh tahun. Itulah gambaran mengenai kotak
wasiat dan dua belas anak kunci emas, Sekarang suhumu
akan menceritakan tentang kepergiannya ke gunung oey-san
untuk mencari ayahmu. Tahu bahwa anak kunci emas yang
berukiran huruf Liong itu sebetulnya adalah yang dipegang
oleh ketua partai oey-san Suma San, dua tahun setelah ia
meninggal dunia, anak kunci itu dengan tiba-tiba terdapat
dibadanmu, disini dapat diketahui bahwa ibumu dengan
partay oey-san pasti ada hubungan erat, tidak peduli
hUbUngan itu baik ataukah jahat.,.."
Cin Hong yang mendengar sampai disini lantas angkat
muka dan menyela: "Suhu dengan cara bagaimana suhu
tahu bahwa anak kunci tecu itu adalah salah satu dari
diantara anak kunci yang lain itu?"
It-hu Sianseng tersenyum, ia masih tetap dengan
menggunakan ilmunya menyampaikan suara kedalam
telinga untuk menjawab: "Suhu dengan Lian-in Taysu dari Siao-lim ada hubungan
baik, ia pernah memperlihatkan anak kuncinya yang
berukiran huruf "How" atau macan, meskipun bentuknya
berbeda, tapi besar kecilnya serupa, bahkan, belum pernah
ia orang menggunakan anak kunci yang terbuat dari emas,
apakah ini dapat dikatakan suatu hal yang kebetulan?"
Cin Hong dengan jari tangannya diatas dinding tembok
rumah penjara itu memeCahkan tulisan yang berbunyi
penguasa rumah penjara rimba persilaian, kemudian
berkata dengan suara pelahan: "Kabarnya dia juga
mempunyai sebuah, bagaimana mengenai soal ini ?"
It-hu Sianseng tersenyum kemudian berkata^ "Itu pasti
palsu" Cin Hong menganggukan kepalanya dan berkata: "Harap
suhu Ceritakan lagi."
Selagi It-hu sianseng hendak melanjutkan Ceritanya, dari
lembah bagian maSuk tiba-tiba terdengar suara terompet
tiga kali, suatu tanda untuk memberitahukan bahwa
waktunya sudah sampai bagi orang-orang yang datang
menengok kedalam penjara.
Cin Hong terperanjat mendengar suara itu dan berkata
dengan perasaan tegang: "Suhu, waktunya sudah sampai,
lalu bagaimana?" It-hu Sianseng miringkan kepala memandang kebagian
masuk itu, tiba-tiba alisnya berdiri dan berkata: "Hem, ia
datang ada keperluan apa ?"
Cin Hong berpaling, tampak Tay-giam-ong yang tadi
membawa ia kekamar itu, Saat itu sedang lari mendatangi
melalui jalanan kecil bagaikan anak tangga itu, katanya
dengan suara nyaring: "Cin Hong, loucu hendak bertemu denganmu, lekas
kesana" Cin Hong mendengar bahwa penguasa rumah penjara
hendak bertemu dengan dirinya tidak dapat menduga apa
sebabnya, dalam hati merasa terkejut dan bingung, maka
lalu berpaling dan bertanya kepada suhunya:
"Suhu, ada urusan apa penguasa rumah penjara hendak
bertemu dengan tecu."
It-hu Sianseng mengerutkan alis kemudian berkata
dengan perasaan heran^ "Heh, ini benar-benar aneh ...."
can-sa-sian yang saat itu masih belum berhasil
memasukkan guci araknya dari mulut jendela, ketika
mendengar bahwa penguasa rumah penjara hendak
bertemu dengan Cin Hong, mendadak merasa girang sekali,
katanya dengan suaranya yang nyaring:
"Bagus sekali Anak muda kau lekas pergi sekalian tolong
kau sampaikan protesku, asal ia suka mengirim orang untuk
memasukkan guci arakku ini kedalam kamar tawananku,
aku pengemis tua rela untuk melepaskan hakku untuk
menantang sekali lagi"
"Lo Sie, apakah setiap kali hendak menemui arak- anak
yang datang menengok kedalam penjaranya?" bertanya It
hu Sianseng. "Tidak, ini adalah untuk yang pertama kalinya, mungkin
ia menaksir kepada muridmu?" berkata can-sa-sian sambil
menggeleng gelengkan kepala.
Pada Waktu itu, orang yang disebut Tay-giam-ong itu
sudah tiba dibawah jendela kamar nomor delapan, ia
menggapai dan berkata kepada Cin Hong: "Cin Hong,
loucu bendak bertemu denganmu, lekas ikut aku "
Cin Hong masih berdiri ditempatnya, tanyanya dengan
nada suara dingini "Ada urusan apa loucu kalian hendak
bertemu denganku ?" "Hal ini bagaimana aku tahu, bagaimana-pun juga loucu
tidak akan menyusahkan kau" berkata Tay-giam-ong sambil
menggelengkan kepala. Cin Hong berpikir-pikir dahulu sejenak kemudian
berkata, Sambil menganggukkan kepala: "Baik, aku boleh
pergi melihat dia, hanya aku masih ada banyak urusan
hendak berbicara dengan suhu, kau harus memberikan lagi
sedikit Waktu kepadaku . . ."
Tay-giam ong saat itu memperlihatkan sikapnya yang
tidak senang, berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala^
"ini tidak boleh, aku situa bangka ini bertugas mengurus
pekerjaan ini sudah ada sepuluh tahun lamanya, belum
pernah memberi kelonggaran untuk memperpanjang waktu
kepada anak-anak yang datang menengok, urusan ini tidak
boleh ada pengecualian"
Cin Hong mengira bahwa dia hendak minta Uang sogok.
maka lalu berkata dengan perasaan Cemas:
"Tolonglah bantu aku satu kali saja, dalam sakuku
sebetulnya sudah tidak ada apa-apa, dilain kali kalau aku
datang lagi kusekalian akan ku-berikan kepadamu"
Tay Giam ong sesaat tampak terCengang, mengedipngedipkan
matanya dan bertanya dengan perasaan heran:
"Apa katamu?" Dari sikap orang bermuka hitam itu, Cin Hong tahu
bahwa orang ini agaknya belum tahu perbuatan nyeleweng
Thiat-oe Sianseng dan penjaga-penjaga kamar tahanan yang
melakukan pemerasan terhadap orang-orang yang datang
menengok. maka ia buru2 merobah bicaranya, katanya:
"Bukan apa-apa, asal kau memberikan sedikit waktu lagi
kepadaku, aku pasti tidak akan melupakan bUdimU....."
"Tidak bisa, aku tak berhak sebagai orang yang berkUasa
disini, kalaU maU, sebentar kau coba minta kepada
Laouwcu sendiri." Cin Hong pikir itu memang benar, maka lalu berpaling
dan memberi hormat kepada Suhunya seraya berkata :
"Suhu, teeCu coba pergi minta kepada louwcu supaya
diperpanjang waktunya, jikalau tidak diperbolehkan
olehnya teecu juga tidak akan berbicara dengannya"
It-hu sianseng menganggukkan kepala sambil tersenyum,
kemudian berkata: "Baik, kau bicarakan boleh saja, tetapi
tidak boleh minta " Cin Hong menerima baik, lalu minta diri kepada Can SaSian dan Subonya, can Sa-sian ber-ulang2 memesan supaya
jangan lupa untuk menyampaikan protesnya, sedang
Thian-san Soat Popo saat itu berubah demikian lemahlembut
sikapnya, dengan wajah yang berseri-seri ia berkata^
"Anak. jikalau kau tidak bisa kembali lagi, jangan lupa
beritahukan kepada In-jie sepatah kata: 'Katakan bahwa aku
tidak menentang, hanya segala-galanya baru berjaga hatihati'"
Cin Hong yang sebetulnya sudah mengikuti Tay Giam
ong berjalan, mendengar ucapan itu terCengang, ia berhenti
dan berpaling, kemudian bertanya dengan perasaan heran:
"Subo, apa kata subo tadi?"
Soat Po-po memperlihatkan senyumnya yang misteri,
katanya: "Hanya Sepatah kata itu saja, kau Sampaikan
kepadanya begitu Saja Sudah cukup"
Cin Hong menyahut oh, karena takut akan apa, ia lantaS
mengulangi ucapan Soat Po-po sekali lagi, kemudian
bertanya^ "Begitukah bunyinya?"
soat Po-po tertawa terbahak-bahak. ia menganggukkan
kepala berulang-ulang seraya berkata: "Benar Benar hanya
itu Saja" Cin Hong tidak tahu diantara In-jie dan suhunya itu
sedang main sandiwara apa, tetapi ia tidak berani
banyaktanya, terpaksa menerima baik pesan Subonya,
kemudian berdiri dan berjalan mengikuti Tay Giam ong
dengan perasaan terheran-heran.
Tay Giam-ong membawa ia kembali kebawah pintu besi
bagian masuk lembah itu, memerintahkan tukang jaga pintu
supaya membuka pintu besinya, ia menaiki tangga jalan,
tangga batu itu setiap dua langkah membelok satu kali terus
naik keatas, jalanan itu ditaksir kira2 ada lima-puluh potong
tikungan, barulah memasuki kesebuah ruangan tamu yang
luas dan memasuki kesebuah ruangan tamu yang mewah.
Ruangan tamu itu seluruhnya terdiri dari dinding tembok
batu pua lam hingga memancarkan sinarnya yang
berkilauan, diatasnya dipancang sebuah pelita besar,
perabot rumah tangga yang terdapat diruangan tamu ini
seluruhnya terbuat dari bahan kayu kelas satu, disamping
itu juga terdapat banyak sekali barang-barang antik tidak
ketinggalan lukisan-lukisan dari pelukis ternama.
Dibagian seberang ruangan tamu dibuka sebuah lobang
jendela berbentuk hati, diluar jendela mengghadap
kelembah, tujuh senar besi besar terpanjang itu tampak
dilain seberang, bentuknya mirip sekali dengan senar dari
alat musik. Pada saat itu disamping sebuah meja persegi dalam
ruangan tamu, duduk seorang muda berpakaian pelajar,
ketika melihat Tay Giam-ong bersama Cin Hong berjalan
masuk, diwajahnya dengan tiba-tiba menunjukkan sikap
terkejut, kemudian bangkit dan berseru kepada Cin Hong:
"Aaa Kau bukankah sipelukis tangan dewa cin cay-cu."
Dalam hati Cin Hong tampak terkejut ia angkat kepala
dan mengamat-amati pemuda itu sejenak. ia merasa bahWa
Wajah pemuda itu seperti pernah dikenalnya, tetapi ia
sudah tidak ingat lagi, saat itu ia lalu menjura kepadanya
dan berkata: ^ "Maaf, aku lupa, Saudara ini....."
Pemuda itu buru-buru membalas memberi hormat Sera
yaberkata: "Namaku yang rendah Lie siao ceng dari cieyang,
dua tahun berselang pernah pergi ke kota Hang ciu
untuk menjumpai Ko Tayjin. dalam perjamuan itu telah
pernah melihat saudara cin apakah saudara cin sedikitpun
sudah tidak ingat lagi?"
Cin Hong kini baru ingat memang ada kejadian itu,
maka ia lalu memberi hormat lagi seraya berkata^
"oh, kiranya adalah Saudara Lie, maafkan Siao-te yang
terlupa, tetapi entah dengan bagaimana saudara Lie, hari ini
juga berada disini?"
Muka Lie Siao ceng sedikit merah, ia berkata sambil
tersenyum: "Saudara cin belum tahu, bahwa tuan rumah
disini minta melukiskan sebuah gambar orang, ayah telah
menerima baik, tetapi siao-te tidat berdaya, terpaksa datang
untuk mencoba, kini dengan adanya saudara cin disini,
maka siao-te juga tidak berani lancang lagi"
Cin Hong buru-buru memberi hormat seraya berkata^
"Bagaimana Saudara Lie berkata demikian, kiranya
ruangan lukisan Siang kow-hian, adalah ayah saudara yang
membangun, Siao-te tadi malam masih datang ketokomu
untuk membeli kertas dan sedikit alat tulis"
Lie Siao ceng baru hendak minta maaf, pintu samping
ruangan tamu tampak berkelebat sesosok bayangan orang
yang mengenakan kerudung muka sutera hitam, perlahanlahan
berjalan keluar. orang yang menggunakan kerudung
muka sutera hitam itu, adalah orang yang juga menjadi
penguasa rumah penjara rimba persilatan yang tadi pernah
unjuk muka dilobang jendela dikamar batu.
Cin Hong mengawasi padanya sambil menahan napas,
dalam hati merasa terkejut, heran dan dan bingung, ia tadi
baru melihat bagian kepalanya saja, sudah tentu tidak dapat
membedakan kelakuannya, tetapi sekarang setelah berdiri
berhadapan, juga masih belum dapat tahu benar ia itu pria
atau wanita, hanya dalam perasaannya menduga- duga ia
seperti orang pertengahan umur, sikapnya seperti seorang
lelaki, tetapi sepasang mata yang bening jeli yang tertampak
dari dua lobang kain keradungnya, kelihatannya mirip
seperti Wanita, seperti Wanita yang dulu pernah unjuk diri
dirumah makan kota Teng ciu sehingga meminbulkan
perasaan orang seperti seorang banci. Apa yang berlainan,
ialah perempuan yang dahulu unjuk muka dirumah makan,
sepasang matanya yang genit, sedang sepasang mata orang
dihadapannya itu sedikitpun tidak mengandung sipat genit,
bahkan penuh kesedihan seolah -olah dalam hatinya sedang
dirundung oleh kedukaan. Ia berjalan kehadapan Cin Hong, memandangnya
sejenak. kemudian berpaling dan bertanya kepada Lie Siao
ceng: "Tadi apa kau kata, pelukis tangan dewa cin cay-cu?"
Lie siao ceng dikejutkan oleh kerudung muka orang itu,
dengan sikap gugup ia memberi hormat dan menjawab^
"Ya, ilmu surat dan kepandaian melukis cin cay-cu sangat
terkenal didaerah Kang-lam, bunga seruni, sangat terkenal
sebagai lukisan yang sangat berbahaya...."
Penguasa rumah penjara itu hanya menyahut hem,
seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, ia menganggukkan
kepalanya, kemudian bertanya lagi^ "Apakah hanya pandai
melukis bunga seruni Saja?"
Lie Siao ceng nampak ragu2 sejenak kemudian
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjawab^ "Tidak memandang alam atau gambar orang
atau binatang semuanya pandai, hanya yang paling mahir
ialah melukis bunga seruni itu, maka semua orang
memberikan julukan padanya pelukis seruni tangan dewa"
Penguasa rumah penjara itu berdiam berpikir lama,
perlahan-lahan baru membuka matanya dan bertanya:
"Jikalau ia melukis wajah orang bagaimana jika
dibandingkan dengan kau sendiri?" Wajah Lie Siao ceng
menunjukan perasaan yang tidak enak.jawabnya sambil
tertawa: "Ilmu kepandaian melukis cin Tayhiap tidak ada orang
yang dapat menandingi, bagaimana aku yang tidak berguna
ini dapat dibandingkan dengan dia ...."
Penguasa rumah penjara menganggukkan kepala dan
berdiam lagi sejenak. kemudian berpaling kearah Tay-giam
ong yang berdiri disamping, dan bertanya sambil menunjuk
Lie Siao ceng: "Tadi dari Gu Khay kata harus diberikan upah berapa
kepadanya?" "Sudah dibicarakan matang akan diberi upah tiga ratus
tail uang perak, jikalau lukisannya bagus sudah tentu boleh
ditambah lagi sedikit," kata Tay Giam ong dengan sikap
yang sangat menghormat sambil melukiskan kedua
tangannya. "Kalau begitu Sekarang kau pergi ambil tiga ratus tail
uang perak. dan berikan padanya, lantas utus Gu Koay
antar dia pulang lagi" berkata penguasa rumah penjara
sambil mengulapkan kedua tangannya.
Cin Hong setelah mendengar ucapan Lie Siao ceng
bahwa luKisannya sendiri jauh lebih baik dari padanya,
penguasa rumah penjara lantas tidak mau minta Lie Siao
ceng untuk melukis meskipun upahnya diberi penuh, tapi
tindakan itu bagaimana pun juga tidak enak bagi Lie Siao
ceng, maka saat itu Tay Giam-ong pergi membawa Lie Siao
ceng, ia buru-buru membuka mulut dan berkata:
"Tunggu dulu, aku belum menerima permintaanmu
untuk melukis gambar kau jangan suruh saudara Lie pulang
dahulu" PenguaSa rumah penjara lambat sambil berpaling dan
memandang padanya, lalu berkata: "Kau bisa, hal itu aku
tahu " Cin Hong mendengar ucapan Penguasa rumah penjara
yang penuh keyakinan, saat ini merasa seperti harga dirinya
terhina, maka dalam hati timbul hawa marah, katanya
sambil tertawa dingin: "Tidak. meskipun aku bisa, tapi aku tidak akan melukis
untukmu " Penguasa rumah penjara itu tidak menjadi gusar olehnya
ucapan kasar Cin Hong, sebaliknya malah berkata dengan
Suara yang Sabar sekali: "Mengapa" Kita toh tidak ada permusuhan apa- apa, apa
lagi aku juga bisa memberikan upah padamu atas jeri
payahmu, atau kalau kau menghendaki, dengan syaratsyarat
kau juga boleh ditukar untuk melukiskan gambar,
betul tidak?" "Hem Kau telah menawan suhuku dalam penjara,
apakah ini bukan merupakan suatu tindakan yang
mengandung permusuhan?" berkata Cin Hong yang masih
marah. "Hal itu bagaimana bisa dihitung permusuhan- Dalam
rumah penjara ini sekarang ada tawanan seluruhnya
berjumlah seratus empat orang tidak ada satu pun yang
pernah kupaksa untuk datang menantang padaku, siapa
yang suka datang kemari menantang pertandingan, ia harus
menurut peraturan yang ditetapkan, jikalau tak perlu ia
datang dan bertanding," berkata Penguasa rumah penjara
sambil tertawa geli^ Cin Hong pikir ucapan itu memang benar maka saat itu
ia sendiri bahkan yang tidak dapat membantah, tapi ia
masih tidak mau menyerah begitu saja, katanya. "Siapa
suruh kau mengadakan peraturan yang tidak baik ini"...."
Penguasa rumah penjara itu seolah-olah mendengar
ucapan yang keluar dari mulut anak2 maka sesaat itu lantas
mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.
Suara tertawa nyaitu nyaring dan merdu kedengarannya,
memiliki, sipat-sipat lelaki, juga mengandung Sifat sUara
Wanita, Sehingga menambah misterinya orang itu.
Cin Hong sendiri juga merasa bahwa ucapannya tadi
sesungguhnya seperti sikap anak-anak maka sesaat itu
wajahnya menjadi merah, karena merasa malu, akhirnya
menjadi menjerah, katanya dengan suara keras:
"Mengapa tertawa" Kau ini sebetulnya laki-laki atau
perempuan?" Penguasa rumah penjara memerintahkan Tay-giam-ong
baWa pergi Lie Siao ceng, setelah mereka berlalu, barulah
menjawab sambii tertawa: "Kalau kau ingin tahu aku ini Siapa, hanya satu Cara, itu
adalah menantang bertanding kepadaku, siapa yang dapat
menandingi kepandaianku dengan berakhir seri atau dapat
mengalahkan diriku, aku bisa menerima segala
permintaannya dan apa yang ingin diketahuinya, apakah
kau sanggup?" Cin Hong menggigit bibir, dengan suara tegas ia
menjawab: "Bisa Satu hari kelak aku pasti dapat
mengalahkan kau" Penguasa rumah penjara itu agaknya mengakui
keberanian pemuda itu, ia mengangguk-anggukkan kepala
dan berkata sambil tertawa:
"Itu bagus, hanya ini ada soal belakangan- Sekarang kita
bicara dulu urusan kita yang sekarang, apabila aku minta
kau melukis kan sebuah gambar orang, kau menghendaki
syarat apa?" Cin Hong sebetulnya juga masih ingin berdiam beberapa
waktu lamanya di dalam rumah penjara ini, supaya bisa
minta keterangan kepada suhunya tentang riwayat diri
sendiri, tadi kalau ia tidak menerima baik permintaan
Penguasa rumah penjara, disebabkan karena tidak suka
merebut pekerjaan Lie siao ceng. Dan sekarang Lie siao
ceng sudah di pulangkan, lagi pula Penguasa rumah penjara
memberikan kesempatan baginya untuk mengajukan syarat
sebagai imbalan lukisannya, ini justeru yang dikehendaki
olehnya. Maka ia lantas menjawab sambil tertawa:
"Baik, Pertama: ^Aku masih hendak berbicara dengan
Suhuku...," Tidak menunggu habis ucapan Cin Hong, Penguasa
rumah penjara sudah memotong ucapannya sambil
menganggukkan kepala^ "Tidak menjadi soal, dipagi bari boleh kau melukis,
disiang bari kau boleh berjalan sesukamu di dalam penjira,
ada apa lagi?" Cin Hong sungguh tidak menduga bahwa Penguasa
rumah penjara itu menerima baik permintaannya begitu
mudah, perasaan heran timbul dalam hatinya, ia berkata
lagi^ "Kedua: Boleh kah tuan membebaskan SuhU Subo
dan can Sa Sian?" "Ini tidak boleh, mereka juga pasti tidak suka" menjawab
Penguasa rumah penjara sambil menggelengkan kepala.
Cin Hong juga tahu bahwa suhunya dan subonya serta
can Sa-sian kebanyakan tidak suka dibebaskan oleh
Caranya itu, maka ia juga tidak mengukuhi permintaannya,
katanya pula: "Kalau begitu, can-Sa sian Sekarang ini mendapat
kiriman seguci arak dari muridnya. Sementara ini tidak bisa
dimasukkan melalui lubang jendalanya, bolehkah tuan
mengirimkan orang untuk membawa guci araknya itu
kedalam kamar tawanannya?"
"Aku segera mengutuS orang untuk melakukan itu,
masih ada lagi?" Cin Hong berpikir-pikir dahulu, kemudian baru
menjawab^ "Aku ada membawa kawan yang sekarang ini
menunggu dibawah gunung, harap tuan utus orang mu lagi
untuk memberitahukan kepada mereka, katakan saja untuk
sementara aku akan berdiam disini."
"Baik Masih ada apa lagi?"
Karena permintaannya untuk berdiam disitu sudah
diterima dengan baik, Cin Hong Sudah merasa puas, lagi
pula ia juga tidak dapat memikirkan apa- apa lagi untuk
diajukan sebagai syarat, maka berkata sambil menghela
napas: "Baiklah, begitu saja hitung-hitung menguntungkan
kau" Penguasa rumah penjara menepok tangannya tiga kali,
dan pintu samping keluar seorang gadis. Gadis itu usianya
kira-kira tujuh belas tahun parasnya cantik Sekali,
perawakannya lebih gemulai, kulitnya putih bersih
kemerah-merahan tampaknya masih lebih cantik daripada
In-jie. Gadis itu mungkin belum pernah melihat seorang
pemuda tampan seperti Cin Hong, maka ketika itu berjalan
masuk kedalam ruangan, sepasang matanya yang jeli tajam
ketika berada dengan pandangan mata Cin Hong, sesaat ia
tertegun, selembar wajahnya menjadi merah, dan bibirnya
tersungging satu senyuman manis, maka itu barulah ia
insyaf bahwa dirinya telah tertarik oleh Cin Hong serta
kelakuannya sendiri yang tidak dapat mengimbangi
perasaannya, maka lalu menundukkan kepalanya dan
berjalan menghampiri penguasa rumah penjara.
Penguasa rumah penjara melirik kepadanya sejenak.
mulutnya mengeluarkan suara menggerutu, kemudian
berkata: "Sian-jie, kau turun danperintahkan orang supaya
masukan guci arak can-Sa sian kedalam kamarnya, lantas
utus orang lagi untuk keluar memberitahukan kepada dua
kawan Cin Hong beritahukan kepada mereka bahwa Cin
Hong akan melukis gambar untukku sementara tidak
diperbolehkan keluar, maka mereka tidak usah menunggu"
sian-jie menerima baik perintah itu, mengangkat
mukanya dan mengerling Cin Hong lagi Sejenak. lalu
mengawasi lagi kepada Penguasa rumah penjara seraya
berkata^ "Masih ada apa lagi?"
Penguasa rumah penjara tampak tercengang ia bertanya
dengan perasaan heran: "Heran, bagaimana kau bisa
mengatakan demikian kepadaku?"
Ditegor demikian, sian-jie seolah-olah baru sadar
kelakuannya sendiri yang berbeda dari biasanya, dengan
perasaan malu ia menundukkan kepala dan berjalan
melewati depan Cin Hong terus menghilang kepintu
samping. Cin Hong hanya dapat merasakan bau harum yang
keluar dari diri gadis itu yang menusuk hidungnya, sesaat
itu hatinya berdebaran, sepasang matanya tanpa disadari
sudah mengikuti berlalunya gadis itu, sehingga menghilang
dibalik pintu. "Dia adalah muridku, namanya Leng Bie sian usianya
tahun ini baru tujuh belas tahun," demikian penguasa
rumah penjara berkata. Cin Hong baru sadar dari lamunannya ketika mendengar
ucapan itu, dengan Cepat ia berpaling mengawasi penguasa
rumah penjara seraya berkata: "Hei Untuk apa kau
beritahukan hal ini kepadaku?"
Dari balik kerudung mukanya, Penguasa rumah penjara
itu memperdengarkan uara tertawa kecilnya, kemudian
berkata lambat-lambat: "Sejak dahulu kala-orang Cerdik
pandai atau sastrawan tidak terlepas dari istilah romantis,
perlu apa kau harus menutupi hal itu?"
Cin Hong merasa sangat tidak enak katanya dengan
suara agak gugup, "Kau ngoceh aku sedang berpikir,
seandai dia itu adalah pelayanmu......"
Penguasa Rumah Penjara itu menantikan kata-kata
selanjutnya, tetapi ternyata tidak ada, maka ia lalu
bertanya: "Bagaimana?"
Cin Hong dengan memberanikan diri, ia berkata sambil
menunjuk PenguaSa rumah Penjara: "Seandai ia itu adalah
pelayanmu. kau kebanyakan adalah Wanita?"
Penguasa Rumah Penjara berjalan menuju kelobang
jendela bentuk hati. lalu memutar tubuhnya dan berdiri
Sambil berpeluk tangan, katanya lambat- lambat:
"Apa maksudmu hendak kata bahwa kaum lakl^laki
tidak boleh mengunakan pelayan kaum perempuan?"
Cin Hong berpikir itu memang benar.- Kaum lelaki juga
banyak yang dirawati oleh pelayan kaum wanita, maka
sesaat itu ia tidak bisa menjawab, terpaksa berkata:
"Sekarang aku tidak akan banyak bicara denganmu,
bolehkah aku pergi menengok suhu lagi?"
"Tidak boleh, besok sore baru boleh pergi, sekarang aku
masih ada perkataan hendak bertanya kepadamu" berkata
pengusaha rumah penjara Sambil menggelengkan kepala,
"Kita toh Sudah bicara tentang soal syaratnya, masih ada
apa lagi yang perlu ditanyakan?"
"Ada, umpama kata dimana rumah mu" siapa ayah
bundamu......." "Hal ini Semua tidak ada perlunya untuk diberitabukan
kepadamu" "Kenapa" bagi kau toh tak ada jahatnya"
"Asal usulmu, bahkan wajahmu sendiri toh kau masih
rahasiakan tidak boleh dilihat orang, toh sekarang
sebaliknya kau ingin mengetahui asal usul diri orang lain,
bukankah itu sangat lucu?"
Penguasa rumah penjara perlahan-lahan mendongakkan
kepala, mengawasi pelita yang terpancang di atas, berkata
lirih seolah-olah pada diri sendiri: "Aku ada mempunyai
alasan untak merasiakan diriku, sedangkan kau tidak ada"
"Bagaimana kau tahu aku tidak ada."
"Apa kau juga ada menyimpan rahasia?"
"Sudah tentu" menjawab Cin Hong sambil
menganggukkan kepala. Penguasa rumah penjara menurunkan kedua tangannya,
ia geser kakinya berjalan menghampiri Cin Hong, sepasang
matanya memancarkan sinar tajam, katanya dengan Suara
berat: "Kalau begitu kau boleh majukan lagi beberapa syarat
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai pertukaran."
Cin Hong tidak dapat menduga isi hati Penguasa rumah
penjara itu, apa sebab ia merasa tertarik oleh asal usul
dirinya, maka saat itu hatinya diliputi oleh berbagai
pertanyaan namun ia harus menjawab, maka akhirnya ia
menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepala^
"Tidak^ aku tidak dapat memikirkan syarat apa yang
perlu kuajuKan kepadamu"
"Asal tidak bertentangan dengan peraturan yang sudah
ditetapkan oleh rumah penjara ini, aku bersedia menerima
baik tiga permintaanmu. ini rasanya toh sudah boleh?"
Cin Hong merasa tertarik, akan tetapi teantang asal usul
dan riwayat dirinya sendiri, hingga Saat itu ia sendiri masih
belum tahu jelas, bahkan dirinya itu mungkin ada
menyangkut dengan anak kunci berukiran huruf Liong
milik partay oey-san yang telah hilang, rahaSia itu. sebelum
jelas riwayat dirinya, tidak boleh diceritakan kepada
siapapun juga, supaya tidak menimbulkan kerewelan yang
tidak diinginkan. maka saat itu ia lantas berkata Sambil
menggelengkan kepala: "Maaf, aku tidak membutuhkan
permintaan apa- apa lagi"
Sinar mata penguasa rumah penjara tiba-tiba
memancarkan kemarahan, katanya dengan suara keras:
"Apa katamu?" Cin Hong merasa bahwa orang misteri itu seolah-olah
sedang terganggu pikirannya dalam hati diam-diam merasa
geli, lalu menjawab sambil mengangkat pundak^ "Mudah
sekali, sebab aku sendiri juga tidak tahu siapa ayah
bundaku" Sikap penguasa rumah penjara menunjukkan sedikit
perobahan, sepasang matanya tampak sinarnya yang
menyala-nyala, ia maju selangkah dan bertanya^ "Apa kah
suhumu tahu?" Cin Hong dengan hati gentar mundur
Selangkah,jawabnya dengan perasaan bingung^ "suhu
sendiri barangkali juga tidak jelas, apakah maksudmu ini?"
Kini penguasa rumah penjara memejamkan kedua
matanya, sehingga kembali pula kepada sikapnya yang
semula, dengan suara tenang sekali berkata pula:
"Tidak apa- apa aku hanya merasa bahwa kau memiliki
bakat dan tulang-tulang yang sangat bagus sekali apa bila
mendapat didikan dari seorang guru ternama, kaupasti akan
bisa menjadi seorang kenamaan dirimba persilatan "
Baru Saja habis mengucapkan demikian- muridnya yang
bernama Leng Bie Sian itu sudah balik kembali keruang
tamu, ia agaknya seperti lebih Cepat dari waktu biasa, maka
waktu itu sepasang pipinya nampak kemerahan, dadanya
tampak berombak. sepasang matanya yang jeli tajam
kembali melirik Cin Hong sejenak. lalu memandang dan
berkata kepada suhunya: "Suhu, tawanan yang bernama can-sa-sian itu benarbenar
Sangat lucu, ia minta aku mengucapan terima kasih
kepadamu" Penguasa rumah penjara hanya mengeluarkan suara hem
saja, dengan perasaan aneh memandang pada muridnya
laiu bertanya: "sian-jie, mengapa kau demikian Cepat sudah
balik kembali ?" Wajah Leng Bie Sian yang sudah merah ditegor
demikian rupanya merasa malu sehingga menundukan
kepala, dengan suara perlahan menjawab^ "Suhu,
menggunakan kesempatan ini Tecu melatih ilmuku
meringankan tubuh.,.."
Penguasa rumah penjara melirik muridnya sejenak dari
mulutnya terdengar suara kecil. "Kau berhasil mencapai
berapa banyak?" Leng Bie Sian angkat muka mengawasi Suhunya sejenak,
kembali menundukan kepala lalu berkata sambil
tersenyum^ "Mencapai angka seratus,"
"Hei Suhumu masih ingat dua hari yang lalu kau
mencapai angka seratus dua puluh baru mendaki lima
puluh anak tangga tangga batu, bagaimana hari ini dengan
mendadak kemajuan demikian banyak?" Bertanya sang
guru heran- Leng Bie San menutup mulutnya dengan tangan dan
tertawa kecil, kemudian berkata. "Mendapat kemajuan
pesat bukankah ini suatu hasil yang baik?"
Sang guru mengangguk-anggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa: "Baik sih memang baik, soalnya agak luar
biasa Saja" sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula: "Kamar yang
semula hendak digunakan untuk kamar tidur pelukis tadi
kau sudah bereskan atau belum?" Leng Bie Sian menyahut
sudah, Sambil mengangguk-anggukkan kepala,
Penguasa rumah penjara tiba-tiba geser kakinya dan
berjalan kejendela sebelah kanan sambil berkata:
"Kalau begitu kau ajak Cin Hong kekamar itu, supaya
beristirahat dahulu, suhumu hendak pergi sebentar kekamar
tawanan Naga, sebentar akan kembali"
Sehabis berkata demikian, orangnya sudah bergerak dan
sebentar menghilang dijalanan yang menuju kekamar
tawanan, gerakkannya itu luar biasa gesitnya, dari sikapnya
agaknya perlu hendak mengurus persoalan yang sangat
penting sekali. Cin Hong menyaksikan penguasa rumah penjara
menghilang kejalanan yang menuju ke-kamar tawanan,
lantas berpaling dan mengawasi Leng Bie San, hatinya
berdebar keras, kiranya merasa tidak tenang, rupanya
matanya lebih silau oleh keCantikan gadis itu, maka dalam
hatinya diam-diam berpikir: 'Alangkah baiknya kalau aku
berkenalan dengan dia terlebih dahulu, tetapi sekarang, aku
tidak boleh main-main dengannya. gadis ini pasti memiliki
kepandaian ilmu silat yang hebat sekali, tampaknya seperti
bunga mawar berduri, ia berkata dalam sejarak lima-puluh
anak tangga, hanya dicapai dalam hitungan seratus
delapan, jikalau itu aku barang kali paling sedikit harus dua
ratus juga belum bisa menyelesaikan, nona yang sangat
lihay ini, tidak boleh dibuat main-main-.........'
Sementara itu Leng Bie Sian sudah berjalan
kehadapannya, mengangkat mukanya yang cantik, sambil
tersenyum manis ia berkata:
"Hei, mari ikut aku Aku akan ajak kau kekamar yang
sudah disediakan untuk beristirahat."
Cin Hong dengan sikap merendah dan agak takut
memberi hormat seraya mengucapkan terima kasih.
Leng Bie sian balas hormat itu, kemadian memutar
tubuh dan berjalan kepintu goa disebelah kiri ruangan tamu,
kemudian diikuti oleh Cin Hong masuk kepintu samping,
ketika didalam, kiranya didalam goa itu tidak terdapat
tangga batu, melainkan sebuah lorong yang dialas oleh batu
pualam, disebelah kanannya terdapat lima kamar indah
yang dibuat dari batu pualam juga. kamar kesatu dan kedua
pintunya tampak setengah tertutup dari luar bisa kelihatan
keadaannya didalamnya ada sebuah tempat tidur yang
memakai kelambu kain merah, perlengkapan didalamnya
sangat indah, sedang dibagian kiri, setiap sepuluh langkah
tampak sebuah lobang jendela kecil berbentuk bundar, sinar
matahari masuk melalui lobang2 jendela kecil itu sehingga
lorongan itu tampak tanda bundar dari sinar matahari
memberikan pemandangan yang lain dari pada yang lainBerjalan lagi sampai didepan kamar nomor-lima Leng
Bie Sian berhenti dan membuka pintu kamar yang terbuat
dari batu pualam, kemudian ia keluar lagi dan
mempersilahkan Cin Hong masuk.
Cin Hong kembali memberi hormat dan menyatakan
terima kasih, lalu masuk kekamar. Ia mengamat-amati
ruangan kamar itu, ternyata di rawat Sangat bersih sekali,
ditengah-tengah ada sebuah tempat tidur yang terbuat dari
kuningan, dengan kain sepreinya yang putih bersih,
disamping tempat tidur terdapat sebuah meja, lemari dan
lemari buku, yang paling menarik adalah tulisan-tulisan
yang terpanjang didinding tembok. tulisan itu diambil dari
syair yang dibuat oleh seorang cerdik pandai dari jaman
Sam-kok atau tiga negara, ialah co cu Kiam yang menjadi
anaknya co cao yang menjadi perdana menteri dari salah
satu negara dari jaman Sam Kok itu, dari itu melukis kan
keluhan seorang isteri yang ditinggal pergi kemedan perang
oleh suaminya, dan kini ditulis diatas kertas tebal yang
indah dengan tulisan tangan yang sangat indah, agaknya
ditulis oleh seorang wanita.
CIN HONG membacanya dengan perasaan kagum dan
terheran-heran, di belakang dirinya tiba-tiba terdengar suara
Leng Bie Sian yang bertanya kepadanya sambil tertawa:
"Hei, apa kah kamar ini cocok untukmu?"
Cin Hong memutar tubuh dan duduk ditepi tempat
tidur,jawabnya sambil menganggukkan kepala dan
tersenyum: "Baik, hanya agak sedikit aneh. . . ."
Leng Bie Sian berdiri di luar kamar, sepasang tangannya
membuat main pintu kamar yang terbuat dari batu pualam,
wajahnya menunjukkan sedikit perasaan kaget dan heran,
dengan mata terbuka lebar ia berkata: "Dimana anehnya?"
Cin Hong jari tangannya menunjuk tulisan yang
terpancang di dinding dan berkata sambil tersenyum:
"Disinilah letaknya keanehan itu, sayang keluhan seorang
isteri ini, masih kurang dua baris perkataan dibagian yang
terakhir......" Sepasang biji mata Leng Bie Sian yang tampak nyata
warna putih dan hitamnya, berputar-putaran, kemudian
berkata sambil tersenyum: "Kekurangan dua patah kata itu
bukankah lebih Daik?"
"Tidak. orang jaman dahulu kalau membuat syair, setiap
patah kata- katanya semua mengandung maksud yang
sangat dalam, bagaimana boleh dihapus atau dikurangi
secara serampangan" Umpama kata syair keluhan seorang
isteri ini sepintas lalu seperti melukiskan perasaan seorang
isteri terhadap suaminya, sebetulnya hanya suatu
perumpamaan saja, suami diumpamakan raja dan sang
isteri diumpamakan menterinya sebentar untuk
menggambarkan rasa duka dari dalam hatinya, maka dua
patah terakhir itu sekali-kali tidak boleh dihapus." berkata
Cin Hong dengan sikap ber-sungguh2.
Leng Bie Sian menunjukkan sikap terkejut dan terheranheran
katanya dengan suara perlahan: "oaw kiranya begitu.
..." Cin Hong bang kit dan berkata sambil tersenyum:
"Apakah syair ini dikutip oleh Suhumu?"
Leng Bie Sian menggeleng-gelengkan kepala sepasang
matanya memancarkan sinar yang aneh memandang Cin
Hong dengan sikap termenung-menung, kemudian berkata
seolah-olah sedang mengigau^
"Bukan, itu dapat dibeli dari sebuah toko buku tua....."
Cin Hong menarik napaS lega, berjalan menghampiri
Leng Bie Sian dua langkah, kemudian bertanya dengan
suara lirih: "Nona Leng, boleh kah kau beritahukan
kepadaku, suhumu itu sebetulnya laki-laki atau
perempuan?" Leng Bie sian tiba-tiba tertawa Cekikikan, ia tarik dirinya
sembunyi dibelakang pintu, hanya tongolkan separuh
mukanya dan berkata sambil tertawa nakal:
"Kau ini selalu menanyakan orang lain laki-laki ataukah
perempuan, Sebetulnya perlu apa?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, buru-buru berdiri tegak
dan berkata: "Kalau laki ya laki, kalau perempuan ya
perempuan, suhumu itu rupanya seperti lelaki juga seperti
perempuan sesungguhnya membuat orang melihatnya bisa
menimbulkan peraSaan tidak enak"
Leng Bie Sian tertawa geli, kemudian berkata: "Dalam
hal apa SuhUku mirip seorang wanita, coba kau sebutkan "
Cin Hong miringkan kepalanya dan kemudian berkata
dengan pastil "Sinar matanya, mirip Seperti sinar mata
perempuan-" "Tetapi suhuku memang benar seorang lelaki?"
Dalam hati Cin Hong meskipun mau perCaya tapi ia
juga tidak bertanya lagi, sebab ia seKarang semakin
merasakan bahwa Leng Bie Sian ini bukan saja lebih cantik
dari pada In-jie tetapi juga tidak begitu galak sifatnya kalau
dibandingkan dengan in-jle....
oleh karenanya. maka ia tidak berani banyak bicara
dengannya sebab sinar matanya itu terlalu menakutkan,
maka Saat itu Cin Hong pikir supaya lekas meninggalkan
kepadanya. "Nona Leng, jikalau kau masih ada urusan silahkan, aku,
aku pikir hendak mengaso dahulu. . ."
Leng Bie Sian me nyahut oow, sesaat lenyaplah senyum
yang ada dibibirnya, dengan sikapnya seorang gadis yang
agung. mengulurkan tangannya dan menutup pintu kamar
Cin Hong, kemudian pergi meninggalkan padanya,
Cin Hong rebahkan diri diatas pembaringan, kedua
tangannya memainkan bantal diatas kepalanya, matanya
memandang keatas lelangitan dan mulai terbenam dalam
alam lamunannya. Dalam otaknya saat itu terpeta bayangan Penguasa
Rumah Penjara, ia memikirkan diri orang itu yang sangat
misteri, dan kelakuannya yang tertarik kepada dirinya serta
tindakannya yang agak aneh. Selain itu, dengan maksud
apa pula ia membangun rumah penjara ini memasukan
tokoh-tokoh rimba persilatan baik dari golongan jahat mau
pun dari golongan baik kedalam"
Lama ia memikirkan, tetapi selalu tidak menemukan
jawabannya, maka kemudian pikirannya beralih kepada
keterangan Suhunya mengenai sedikit riwayat hidup dirinya
sendiri.,,. Suatu malam, delapan belas tahun berselang seorang
wanita yang masih muda sedang menggendong anak orok
yang masih belum cukup satu bulan, dan orok itu adalah
dirinya sendiri sedang melakukan perjalanan menyeberang
sungai dengan menumpang sebuah perahu. Perahu yang
ditumpangi wanita dan anaknya itu terbalik dan kemudian
ditolong oleh Suhunya yang Sekarang ini, sedangkan
Wanita itu yang mungkin adalah ibunya, telah digulung
oleh air ombak yang Sangat tajam,....,
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sungguh tidak habis dipikir, ibunya yang baru
melahirkan belum cukup satu bulan, mengapa harus
membawa dirinya pergi melakukan perjalanan jauh" orang
dari manakah ibunya itu dan siapakah ayahnya" Mengapa
ayahnya tidak bersama-sama dengan, ibunya....
Dengan tiba-tiba, pintu kamar terdengar diketok tiga kali,
sehingga memutuskan lamunannya, ia lompat bangun dan
bertanya lagi: "Siapa?" Di luar kamar terdengar suara jawaban Leng Bie Sian
yang sangat merdu: "Aku Boleh kah aku masuk?"
Cin Hong pikir gadis itupasti ada urusan maka ia lalu
bang kit dan menjawab: "Kau dorong saja pintunya"
Pintu kamar terdorong perlahan-lahan terbuka, Leng Bie
Sian tongolkan kepalanya katanya dengan sikap kemalumaluan-"
Aku hanya ingin bertanya padamu. . . ."
Baru berkata setengah, tiba-tiba tampak ujung mata Cin
Hong ada tanda air mata yang mengalir, maka ia lalu
bertanya sambil membuka lebar matanya: "Haaa .... Kau
menangis?" Cin Hong mengangkat tangannya untuk nyeka air
matanya, benar Saja ada tanda air mata Tanpa disadari ia
menunjukkan sikap kejut, kemudian berkata sambil tertawatawa:,
"Heran, mengapa aku Sendiri tidak tahu?"
Leng Bie Sian masuk kedalam, ia berdiri dekat pintu
kamar, sepasang matanya menunjukkan Sikap terkejut,
heran dan simpatik, kemudian bertanya dengan penuh
perhatian: "Kau pasti memikirkan urusan yang
menyedihkan- Betul tidak?"
Cin Hong memaksakan dirinya untuk tersenyum,
katanya sekenanya^ "Mungkin."
Leng Bie Sian menundukkan kepala,, kemudian berkata
sambil tersenyum: "Bolehkah kau beritahuKan kepadaku?"
"Maaf, aku tak dapat..." jawab Cin Hong sambil
menggeleng kepala. Leng Bie Sian tampaknya merasa kecewa, kembali
menunjukkan sikapnya seorang gadis agung, ia keluar dari
kamar, dan berkata sambil menundukkan kepala: "Aku
datang hanya hendak menanya padamu, kau barang kali
belum makan tengah hari ini?"
Entah apa sebabnya Cin Hong merasa takut terhadap
sikap gadis itu yang memperhatikan dirinya, maka Saat itu
menjawab dengan nada suara dingin: "Aku belum iapar,
terima kasih atas perhatianmu"
Leng Bie Sian terpaksa diam. Selagi hendak menutup
lagi pintu kamarnya, tiba-tiba terdengar Suara orang
tertawa yang demikian keras, suara tertawa itu ketika
masuk ditelinganya terdengarnya seperti suara guruh.
"Ha ha ha, Penguasa Rumah Penjara Rimba Persilatan
Dimana kau berada" Lekas keluar Aku hendak pukul rubuh
kau,pukul rubuh kau. . . ." ^
Wajah Leng Bie Sian berubah dengan segera dengan
cepat ia lompat dan lari menuju keruangan tamu. Cin Hong
segera mengetahui bahwa ada lagi orang datang kelembah
Kunci besi untuk menantang pertandingan kesempatan baik
itu tidak mau disia-siakannya begitu saja, buru-bura ia lari
keluar dari kamarnya. Dua orang itu tiba diruangan tamu, dengan berdiri dekat
lobang jendela berbentuk hati, melongok keluar. Dari situ
tampak diatas tujuh senar yang terpanjang dilembah kunci
besi, saat itu ada berdiri dua orang, Satu adalah Thiat-oe
Siansu yang bertugas mengurus-urus pendaftaran kepada
setiap orang yang datang hendak menengok kekamar
tawanan atau datang menantang pertandingan, dan yang
lain adalah seorang tua yang sangat aneh. orang tua itu
usianya sekitar sembilan puluh tahunan, rambut
dikepalanya tampak putih panjang dan kotor. Badannya
mengenakan pakaian wanita hitam yang sudah kotor dan
compang camping, Wajah orang tua itu tampak
menyeramkan, alisnya tebal matanya lebar, kumis dan
brewoknya penuh busa pada waktu itu sedang lompatlompat
diatas senar besi, mulutnya tidak berhentinya
berkaok-kaok minta Penguasa Rumah Penjara keluar
berhadapan dengannya. Dilihat dari sikap dan
dandanannya, jelas dia adalab seorang tua gila
Thiat-oe Siamu barang kali tidak berdaya menghadapi
orang gila itu, hanya berdiri diatas senar yang agak jauh
darinya, sambil ber-teriak2 untuk mencegah, tidak berani
berdekatan dengannya. Leng Bie Sian agaknya juga baru pertama kali ini
menyaksikan keadaan demikian, dengan ter-heran2 ia
bertanya kepada Thiat-oe Siansu: "Lao-lo, apa artinya ini?"
Thiat-oe Siansu ketika melihat Leng Bie Sian,
semangatnya seperti terbangun, buru-buru lompat keluar
jendela dan menjawab dengan suara nyaring: "Nona Leng
orang tua gila ini tidak mau mengurus soal pendaftaran
dulu sudah lantas menyerbu masuk, benar- benar memang
sengaja untuk mengacau. ..."
"Kalau begitu kau usir dia keluar saja" berkata Leng Bie
Sian- "Nona Leng, orang gila ini Sangat lihay boleh dikata
merupakan seorang penantang yang paling lihay selama
berdirinya rumah penjara ini, hamba tidak sanggup
melawan, maka tidak berdaya untuk mencegah dia
menyerbu masuk." menjawab Thiat-oe Siansu dengan
perasaan malu dan menundukkan kepala.
Ketika ia tampak Cin Hong juga berdiri didekat Leng Bie
Sian, dari mulutnya mengeluarkan suara terkejut, Sebab ia
masih ingat bahwa pemuda itu dahulu datang hendak
menengok suhunya yang menjadi tawanan, dengan
bagaimana mendapat kehormatan seperti itu, bisa berada
dikamar kediaman penguasa rumah penjara" Sedangkan ia
sendiri tadi pernah melakukan korupsi terhadapnya yang
mendapat uang sogokan berupa rantai emas, apa bila hal itu
diberitahukan kepada penguasa rumah penjara, bukankah
sangat membahayakan dirinya?"
Untuk waktu itu Leng Bie Sian tidak melihat sikapnya
itu sepasang matanya hanya ditujukan kepada orang tua
gila yang berada diatas senar kemudian berkata. "Lao Lo,
cobakau pikir-pikir dulu apa kah aku kiranya dapat
menjatuhkan dia?" Sepasang mata Thiat-oe Sianggu tampak berputaran
Sebentar, dengan tiba-tiba menganggukkan kepala dan
berkata sambil tertaWa: "Bisa nona Leng kau pasti bisa
memukul rubuh dia kebawah kembali"
Leng Bie Sian Sangat girang, dengan cepat dapat melesat
melalui lobang jendela dengan gerakannya yang Sangat
ringan melayang turun atas SeutaS tali senar besi, kemudian
berkata sambil menunjuk orang tua gila itu: "orang gila Kau
kemari" Thiat-oe Siansu menggunakan kesempatan itu buru-buru
berjalan mendekati lobang jendela wajahnya yang kurus
penuh senyuman ramah tamah, sambil mengawasi Cin
Hong ia berkata dengan suara perlahan:
"Cin siaohiap. apa kah kau bukan datang akan untuk
menengok keluargamu dalam tawanan" Bagaimana bisa
berada disini?" Sepasang mata Cin Hong Waktu itu sedang ditujukan
kepada Leng Bie Sian dan orang tua gila itu yang berada
diatas senar, maka atas pertanyaan itu ia hanya menjawab^
"Aku memenuhi permintaan Laouwcu kalian Untuk
melukiskan lukisan sebuah gambar orang"
Thiat-oe Siangsu buru-buru masukkan tangannya
kedalam sakunya untuk mengeluarkan rantai emas, dan
dikembalikan kepada Cin Hong seraya berkata Sambil
terseoyum ramah: "Cin siaohiap barangmu ini harap kau suka terima
kembali, tadi aku orang tua ini hanya main-main saja
denganmu, sebetulnya aku belum pernah berani minta
barang kepada orang-orang sebab dengan berbuat demikian
itu terlalu rendah kan derajat sendiri."
Cin Hong menerima kembali rantai emasnya sedang
mulutnya masih menjawab tanpa memandang Thiat-oe
Siangsu: "Apakah Thay siangsu mengembalikan rantai emasku
ini, maka menipu nona Leng untuk menghadapi orang tua
gila itu?" Wajah Thiat-oe Siansu berubah, berkata ambil
tersenyum: "Bukan begitu Cin siaohiap. nona Leng kita ini
sudah mewarisi kepandaian ilmu Silat Laucu kita, Sepuluh
Giam lo ong seluruh rumah penjara ini dan aku siorang tua
sendiri, tiada sorang yang sanggup melawan dia"^
"orang-orang kuat Seluruh penjara sini tak ada seorang
yang sanggup melaWan dia, tetapi dia bukanlah tandingan
orang tua gila itu" berkata Cin Hong sambil tertaWa dingin.
Kiranya Cin Hong sudah menyaksikan bahwa Leng Bie
Sian ketika kedua kakinya menginjak senar, sudah diserbu
oleh orang tua gila itu sedang mulutnya mengeluarkan
suara Sambil tertawa terbahak-bahak^
"Ha, ha, ha, Penguasa rumah penjara rimba persilatan,
mari. . mari" orang gila itu mulutnya berteriak-teriak demikian,
tangannya sudah bergerak melakukan serangan hebat yang
dibarengi dengan suara hembusan angin yang mengaum.
Leng Bie Sian juga sudah melancarkan serangannya,
tetapi sebelum dua tangan Saling adu, ia seolah-olah
kebentur dengan suatu kekuatan hebat yang tak dapat
dilawan, sehingga tubuhnya terhuyung-huyung, hampir saja
tak dapat berdiri tegak, terpaksa ia lompat mundur ke atas
senar paling kiri. orang tua gila itu pentang kedua lengan tangannya
seperti sikap burung terbang, dengan cara itulah ia
melayang untuk mengejar, kedua kalinya ia melancarkan
serangannya, sedang kan mulutnya masih berkaok-kaok.
tertawa: "Ha, ha, ha, Siapa yang kata bahwa kau adalah orang
kuat nomor satu didalam dunia" Aku hendak pukul kau
rubuh Aku hendak pukul kau rubuh. . . ."
Kali ini Leng Bie Sian tidak berani menyambut serangan
orang tua gila itu, dengan gerakannya yang sangat lincah,
lompat ke samping beberapa kaki, kemudian bergerak ke
Samping kanan orang tua gila itu, tangannya melancarkan
serangan kebagian bawah ketiak orang tua gila itu, semua
gerakan itu dilakukan dengan sangat indah dan cepat sekali.
orang tua gila itu tertawa terbahak-bahak menunggu
Sampai serangan tangan kanan sudah akan menyentuh
tubuhnya, dengan tiba-tiba berjongkok, tangan kirinya di
ulur, balaS menyambar kaki kanan Leng Bie SianGerakannya dilakukan demikian cepat dan ganas sekali.
Tetapi Leng Bie Sian benar-benar hebat, ketika tangan
orang tua itu menyambar kakinya. Sudah lompat tinggi
keatas, di tengah udara melakukan gerakan jumpalitan,
dengan kedua tangannya ia menyerang kepala orang tua
gila tu. Perobahan secara mendadak itu, sebetulnya tidak ada
apa-apanya yang aneh atau luar biaSa,
tak disangka orang tua gila itu agaknya keburu
mengelak. sehingga serangan Leng Bie Sian mengena
dengan telak di atas kepala orang itu, sesaat tubuh orang tua
itu menggetar dan hampir saja terjatuh ke dasar lembah.
Ketika serangan dua tangan Leng Bie Sian mingenakan
kepala orang tua gila itu, ia sendiri sudah lompat melayang
sambil mengeluarkan seruan kaget, ia mengira bahwa kali
ini batok kepala orang tua gila itu pasti remuk. tetapi ketika
ia berdiri tegak di atas senar lagi. dan matanya ditujukan
kepada orang tua gila itu, baru tahu bahwa orang tua gila
itu sedikitpun tidak terdapat tanda luka, maka ia lalu
berseru kaget: "Eh. apakah kepalamu ini terbuat dari pada
besi?" orang tua gila itu setelah kepalanya terkena pukulan dua
kali dari tangan Leng Bie Sian seperti baru sadar dari
mimpinya, dengan sikap bingung ia menggoyanggoyangkan
kepalanya, kemudian tangannya menggarukgaruk
rambutnya yang panjang, lalu berkata kepada diri
sendiri dengan sikap terkejut dan terheran-heran: "Eh,
bagaimana aku bisa berada disini?"
Bukan kepalang terkejutnya Cin Hong yang
menyaksikan kejadian itu, ia dapat menduga bahwa
serangan tangan Leng Bie Sian itu mengandung kekuatan
tenaga yang sangat hebat, sekali pun batu juga akan
menjadi hancur berkeping-keping, ternyata tidak terluka
sedikitpun dan yang lebih aneh setelah kepalanya terkena
serangan bebat, seolah-olah baru sadar dari gilanya.
Siapakah orang tua gila yang memiliki kepandaian hebat
itu" Kalau ditilik dari kepandaian ilmu silat yang
dimiliki,jelas jauh lebih hebat dari pada dirinya sendiri.
Baru selagi berada dalam keadaan bingung dan terheranheran,
tiba-tiba merasakan sambaran angin melalui samping
dirinya, lalu tampak berkelebat sesosok bayangan hitam
meleset keluar lobang jendela bentuk hati itu, bayangan
hitam itu bagaikan burung terbang melayang turun diatas
senar, kemudian berdiri tegak dihadapan orang tua gila itu,
Dia, bukan lain dari pada Penguasa Rumah penjara
rimba persilatan yang tadi katanya hendak berjalan-jalan
sebentar kedalam kamar tahanan naga.
Thiat-oe Siansu yang berdiri diluar jendela, ketika
melihat kedatangan Laocunya, wajahnya tampak pucat
pasi, buru-buru memberi hormat dan melapor dengan sikap
ketakutan- "Laocu, orang tua gila ini memiliki kepandaian ilmu silat
luar biasa hebatnya, hamba tidak sanggup menahan ia
menyerbu kemari oleh karenanya hamba rela menerima,
hukuman dari dosa hamba..,,."
PenguaSa Rumah Penjara itu masih berdiri tegak tanpa
bergerak. dengan tenang mengamati orang tua gila itu
sejena kemudian baru membuka mulut dan berkata lambatlambat:
"Apa kah dia belum melakukan pendaftaran?"
"Ya, orang tua ini seperti dihinggapi penyakit gila"
menjawab Thiat-oe Siansu dengan sikapnya yang sangat
menghormat.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa kau tidak tahu dia itu siapa?" bertanya pula
penguasa rumah penjara. "Ya, hamba tidak dapat tahu,.,. "
Sementara itu Leng Bie Sian sudah lompat meleset
kehadapan gurunya, sambil berseru:
"Suhu orang tua gila ini memiliki kepalanya yang keras
sekali, aku telah memukul padany adua kali, tak disangka ia
sedikitpun tak terluka"
Penguasa Rumah Penjara mengibaskan lengan bajunya,
katanya dengan suara dalam: " pulang, lain kali sebelum
mendapat ijin suhumu, kau tidak boleh keluar menyambut
tantangan musuh" Kata-kata itu diucapkan dengan nada suara tenang dan
merdu, tetapi mengandung pengaruh yang membuat orang
tidak berani membantah.Leng Bie Sian menerima baik
kepada suhunya lalu lompat balik kembali keruangan tamu
melalui lubang jendela, setelah itu ia tersenyum kepada Cin
Hong dengan sikap kemalu-maluan dan kemudian
menonton dari lubang jendela bersama-sama Cin Hong
dengan berdiri berdampingan.
Sepasang mata penguasa rumah penjara ditujukan
kepada orang tua gila itu tanpa berkedip. pada waktu itu
kembali membuka mulutnya dan berkata dengan nada
suara tetap lambat-lambat: "Lo Pin, coba kau sebutkan
sekali lagi peraturan terakhir dari rumah penjara kita supaya
ia dengar lagi" Thiat-oe Siansu segera bentang mulutnya dan berkata
dengan suara nyaring: "Hei, orang tua gila dengar, barang
Siapa yang datang kerumah penjara Rimba persilatan untuk
menantang bertanding, harus mentaati semua peraturan
yang sudah kita tetapkan, jikalau tidak akan dianggap
sebagai perbuatan yang tidak sopan terhadap rumah penjara
kita sehingga kita tidak menjamin Jiwa dan keselamatanya "
orang tua gila sejak sadarkan dirinya, sikapnya berubah
sangat murung, seperti Seorang tua pendiam, diwajahnya
tampak tegaS sikapnya yang kurang gembira, terhadap
kedatangan Penguasa rumah penjara itu, seolah-olah tidak
menghiraukan sama sekali. sepasang matanya yang buram,
memandang keadaan sekitarnya sebentar kemudian, seolaholah
sudah sadar tempat apa itu, ia menganggukan kepala,
kemudian memutar dirinya dan berjalan lambat-lambat
diatas sinar besi menuju keseberang.
Penguasa rumah penjara memperdengarkan suara
tertawanya, lengan jubah dikibarkan, kedua tangannya
diangkat, seluruh badannya seolah-olah meluncur diatas
senar itu dalam waktu sekejap mata sudah melewati orang
tua gila tadi, gerakan itu tampaknya perlahan, tetapi
sebetulnya cepat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat
sudah berada dimuka orang tua tadi untuk menghalangi
berlalunya, kemudian membalikan badan dan berkata
sambil tertawa dingin. orang tua gila itu angkat muka dan memandang
kepadanya dengan sinar mata hampa, kemudian bergerak
dan lompat kesenar kedua disebelah kirinya, tanpa
mengucapkan Sepatah kata pun juga untuk melanjutkan
perjalanannya. PenguaSa Rumah Penjara kembali lompat untuk
merintangi perjalanannya, katanya sambil tertawa: "Apakah
kau kira aku tidak sanggup menahan kau?"
Orang tua gila itu menghentikan kakinya, rambut diatas
kepalanya tampak bergerak-geraK Sepasang matanya
menunjukkan sinar marah dan takut, seolah-olah seekor
binatang Harimau yang terluka, mulutnya mengeluarkan
suara gemetaran, katanya:
"Jangan ganggu aku,jangan ganggu aku."
Penguasa Rumah Penjara mendongakkan kepala dan
tertawa besar, suara tertawanya itu menggema keseluruh
lembah, sambil tertawa ia berkata:
"Jangan ganggu kau" Ha ha ha aku belum pernah
mengganggu orang, asal ia tidak datang ke lembahku Kunci
Besi ini" Sepasang mata orang tua gila itu memperlihatkan cahaya
matanya, giginya terdengar bercatrukan, dengan badan
agak gemetaran ia berkata: "Minggir, aku tidak akan
berkelahi denganmu" Suara tertawa Penguasa Rumah Penjara itu mendadak
berhenti, sepasang matanja memancarkan sinar tajam,
katanya sambil tertawa dingin: "Kalau begitu, ada perlu apa
kau datang kesini?" sikap marah orang tua gila tadi tampak sedikit reda,
sejenak ia seperti orang bingung, kemudian baru menjawab
sambil menundukkan kepala dan menghela napas. "Apakah
jika tidak menantang pertandingan tidak boleh datang
kesini?" Penguasa Rumah Penjara itu menganggukkan
kepala sebagai jawaban, Dengan sinar matanya yang hambar orang tua gila itu
mengawasi kepadanya sejenak, lalu bertanya dengan suara
hambar pula: "Habis kalau sudah datang lalu bagaimana?"
Penguasa Rumah Penjara itu memperdengarkan suara
tertawa dinginnya kemudian berkata sepatah demi Sepatah
dengan nada suaranya yang dingin:
"Kecuali kau dapat mengalahkan aku, jika tidak. hanya
ada satu jalan, jalan itu ialah jalan kematian"
orang tua gila itu memejamkan matanya dan
menggumam sendiri, dengan tiba-tiba badannya lompat
melesat keatas senar ketiga, kemudian berkata seperti
mengoceh sendiri: "Aku tidak perdulikan segala aturanmu
ini, aku hendak pergi. ..."
Penguasa Rumah Penjara mendongakkan kepala dan
tertawa besar, badannya bergerak bagai kupu-kupu yang
terbang melalui atas kepalanya orang tua gila itu, yang
kemudian turun lagi di atas senarnya, dan dengan Kedua
kakinya bergerak demikian lincah, senar-senar itu dengan
tiba-tiba memperdengarkan suara iramanya yang sedih.
Irama itu seolah-olah keluhan2 seorang perempuan
mudayang sedang di tinggal suaminya, sehingga orangorang
yang mendengarnya hamir tak tahan untuk menahan
air matanya Cin Hong terpaku mendengar suara irama itu, Segera
teringat riwayat diri sendiri yang mengenaskan, dan tanpa
disadarinya sudah mengkucurkan air mata. sementara
mulutnya menggumam sendiri:
"Inilah irama dari burung merak terbang ke timur laut. . .
." Leng Bie Sian yang berada disampingnya berpaling
memandang ia sejenak. lalu berkata dengan perasaan
terkejut: "Kau, kau inise-olah2 mengetahui semua-muanya"
Cin Hong tidak mendengar ucapan itu, ia seperti sudah
terpengaruh perasaannya oleh irama yang timbul dari senar
itu, hingga terbenam dalam lamunannya sendiri.
orang tua gila yang berada diatas senar besi, Semula
berdiri tegak diataS senarnya tanpa bergerak. sambil
miringkan kepalanya ia memperhatikan suara senar tadi,
kemudian agaknya juga terpengaruh oleh irama sedih itu,
sekujur badannya mulai gemetaran, dan semakin lamasemakin
hebat, pada akhirnya dengan tiba-tiba ia menghela
napaS sambil memegangi kepalanya sendiri, sedang
mulutnya berteriak-teriak dengan suara keras^ "Berhenti
berhenti, jangan menyentil, jagan disentil lagi"
Penguasa rumah penjara tidak menghiraukan semua, ia
melanjutkan menyentil senar-senar seperti itu dengan
kakinya, sehingga suara itu terus nyaring dan menggema
diseluruh lembah. orang tua gila itu agaknya sudah tidak dapat
mengendalikan perasaan sedihnya, seperti tingkah laku
anak kecil ia menangis meng-gerung2, dengan tiba-tiba ia
lompat melesat dan lari diatas senar, Sambil lari dan
menangis sedang mulutnya berteriak. "Pwee Kun... Pwee
Kun berada dimana" kau berada dimana?"
Penguasa rumah penjara itu ketika melihat penyakit gila
orang tua itu kambuh lagi, dengan tiba-tiba menghentikan
suara senarnya, mulutnya mengeluarkan suara tertawa
dingin. lalu maju dan berada sejarak tiga tombak
dihadapannya, dari jauh ia melancarkan satu serangan
kearah dadanya, serangan itu sedikitpun tidak
menimbulkan suara... orang tua gila itu yang tidak menduga akan diserang,
saat itu telah jatuh rubuh kebelakang, tetapi ia tidak jatuh
kedalam lembah, kiranya waktu ia terguling sepasang
kakinya dapat menggaet Senar besi dan dengan kepala di
bawah dan kaki di atas, menggelantung diatas senar,
kemudian ia lompat bangun lagi, dan dengan menggeram
hebat ia balas menyerang kepada penguasa rumah penjara.
orang tua gila itu sikapnya berubah bagaikan harimau
kelaparan, kedua tangannya melancarkan serangan dengan
beruntun. Setiap menyerang orangnya maju selangkah,
serangan itu bagai lembusan angin menderu-deru sungguh
hebat sekali PenguaSa rumah penjara juga setapak demi setapak maju
menyambut setiap serangan orang tua itu, ia sambut
serangan dengan sikap yang sangat tenang sekali
Kedua belah pihak kini berdiri saling berhadapan di atas
senar besi yang sama untuk mengadu kekuatan tenaga,
yang Satu menggunakan ilmu keras, hingga setiap
serangannya mengeluarkan suara bagaikan guntur, yang
lain menggunakan ilmu kekuatan lunak tanpa suara, tetapi
keadaan mereka sangat berimbang, semakin lama semakin
saling mendekat, sehingga terpisah tinggal kira2 tiga kaki,
serangan mereka masing2 dan terjadilah pertempuran jarak
pendek hampir merupakan suatu pertempuran pergumulanMereka sama-sama mengunakan pakaian warna hitam,
dan serangan mereka dilancarkan demikian cepat, maka
dalam pertempuran sengit itu sulit untuk membedakan
orangnya. Entah apa sebabnya, lantas timbul perasaan simpatik
pada diri Cin Hong terhadap orang tua gila itu. Meskipun ia
sendiri tidak tahu mengapa bisa timbul rasa simpatik itu,
tetapi bagaimana pun juga ia merasa bahwa orang tua itu
patut dikasihani. Ketika ia menyaksikan orang tua gila ternyata dapat
mengimbangi kepandaian dan kekuatan tenaga Penguasa
rumah penjara, dalam hati diam-diam ia pun merasa girang.
Ia pikir apabila orang tua itu bisa bertahan terus tidak
terkalahkan, penguasa rumah penjara harus menepati
janjinya untuk menerima baik segala tindakan yang akan
diambil oleh pemenang, waktu itu ia dapat mengusulkan
supaya orang tua gila itu memerintahkan penguasa rumah
penjara membebaskan semua orang-orang jago dari
golongan putih yang dipenjarakan.
Sementara itu Leng Bie Sian menunjukkan sikap seperti
bersemangat, lantas menegur sambil tertawa "Kau lihat
orang tua itu bertempur melawan Suhuku, hingga sekarang
belum mendapat keputusan, apakah kau merasa gembira
menyaksikan pertempuran ini?"
Cin Hong mengangguk-anggukkan kepala dan menjawab
seperti tertawa: "Maaf, Aku tak boleh tidak harus merasa
gembira" "Hemm Kau jangan khawatir, dalam dunia tiada seorang
yang bertempur dengan suhu bisa berakhir seri. Jikalau
tidak demikian, suhuku juga tidak berani mengadakan
peraturan seperti ini?"
Cin Hong tidak menghiraukannya, matanya ditujukan
keatas tambang senar, Sementara mulutnya menghitung
"Tiga puluh satu, tiga puluh dua, tiga puluh tiga. . . ."
Leng Bie Sian menyaksikan jalannya pertandingan juga
berkata dengan perasaan terkejut: "orang tua gila ini
memang benaf jauh lebih lihay dari pada orang berjubah
emas yang datang dahulu."
Cin Hong tahu yang dimaksudkan dengan orang
berjubah emas itu adalah orang yang dahulu disebut Hoong
dan sekarang menjadi pangCu atau pemimpin golongan
kalong, maka hatinya bergerak. dan mukanya dipalingkan
kepada gadis itu segera bertanya: "orang berjubah emas itu
sanggup menyambut berapa jurus?"
Leng Bie sian melihat Cin Hong suka berbicara
dengannya, wajahnya yang Cantik sesaat itu tampak lebih
manis, katanya dengan Wajah berseri-seri dan bersemangat:
"Ia sanggup meayambut sehingga sebelas jurus, tetapi
sudah tidak mau bertanding lagi. tetapi menurut kata Suhu
dia sedikitnya masih sanggup menyambut sepuluh jurus
lagi" "Mengapa ia tidak mau melanjutkan pertandingan?"
bertanya Cin Hong heran. "Ia kata bahwa maksudnya hendak menolong keluar
lima tokoh dari golongan hitam, akhirnya Cuma Lam kek
Sinkun Im Liat Hong yang menerima baik dan ikut dia
pergi, empat yang lainnya semua menolak maksud baiknya,
mereka semua menyatakan bahwa kalau mau bebas, harus
mengandalkan kepandaian kekuatan tenaga sendiri untuk
keluar dari sini" "Itulah baru sikap orang jantan siapakah empat orang
itu?" "Raja iblis dari kutub utara Hiong Say Kie. Naga Mata
satu Hu In Hui. Kuya leher panjang Gwee Kap Sin dan Kie
Bu Kay si Sastrawan berhati kejam yang kini dipenjarakan
dalam kamar Ular." "Empat orang itu telah menolak pertolongannya orang
berjubab emas, apakah orang berjubah emas itu tidak
memilih yang lainnya?"
"Yang lainnya tidak ada yang ditaksir olehnya sekarang
setiap beberapa hari sekali ia tentu datang untuk membujuk
mereka, dalam waktu dua hari ini mungkin ia akan datang
lagi" "Apakah ia masih diperbolehkan masuk kemari?"
"Sudah tentu, ia masih mempunyai hak untuk
membebaskan empat orang tawanan dari sini"^
"oooh, bolehkan kau beritahukan kepadaku apa sebab
Suhumu mendirikan Rumah Penjara ini?"
"Maaf, aku tidak boleh melanggar penasehat suhu..."
"Ooow. . .oya, orang tua gila itu sudah hampir kalah"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada Saat itu, Penguasa Rumah Penjara sudah
mendesak lawannya, orang tua gila itu kesudut paling kiri
diatas senar tersebut, kepandaian ilmu silat orang tua gila
itu agaknya sellsih tidak banyak kalau dibanding dengan
kepandaian ilmu silat Penguasa Rumah Penjara. akan tetapi
mungkin disebabkan penyakit gilanya, maka serangannya
tidak biSa teratur seperti orang waraS. Semakin kalut,
belum sampai lima puluh jurus, sudah menunjukkan
posisinya yang sangat buruk. yang Sudah tidak dapat
tertolong lagi Cin Hong merasa sayang dan Cemas menghadapi saatsaat
naas bagi orang tua itu, tanpa disadarinya sudah
berseru dengan suara nyaring: "Lo-cianpwe Kau tidak boleh
kalah, empos semangatmu"
Leng Bie Sian tampaknya agak kurang senang, mulutnya
menggumam: "Hem, bagaimana malah kau berbalik
membantu orang gila itu?"
"Maaf." menjawab Cin Hong sambil menganggukan,
kemudian berseru lagi dengan suara lebih nyaring:
"Loocianpwee emposlah semangatmu"
orang gila itu mendengar ada orang mendorong
semangatnya, menunjukkan sikap terkujut, tanpa disadari
olehnya, iapun menghentikan gerakannya untuk pasang
telinganya, justeru pada Saat itu, serangan Penguasa rumah
penjara telah mengenakan pundaknya, hingga terjatuh
kedalam lembah yang sedalam dua ratuS tombak lebih itu.
PenguaSa rumah penjara mengeluarkan suara siulan
nyaring, Kemudian lompat dan meluncur kebawah lembah,
tampaknya ia tidak sabar berjalan melalui undakan batu,
dan Sebelum membinasakan orang tua gila itu, ia tidak
merasa puas. Dua sosok bayangan meluncur turun kebawah, semakin
kedalam nampak semakin kecil, lama-lama berubah
menjadi dua titik hitam. . .
Cin Hong sungguh tidak menduga bahwa seruannya tadi
sebaliknya malah mencelakakan orang tua gila, sehingga
terpukul jatuh oleh lawannya, ia terkejut dan ketakutan,
katanya sambil membanting kaki: "celaka"
"Apa kau ingin turun untuk melihat?" Berkata Leng Bie
Sian sambil tertawa. Cin Hong waktu itu justru tidak tahu dengan Cara
bagaimana harus menolong jiwa orang tua itu, maka ketika
mendengar ucapan itu diam-diam merasa girang, maka
tanpa disadarinya lantas menarik tangan Leng Bie Sian
yang putih halus, katanya dengan suara Cemas:
"Baiklah Mari kau bawa aku turun"
Wajah Leng Bie Sian menjadi merah, ia melepaskan
tangannya dari genggaman Cin Hong katanya: "Kau ini
bagaimana sih, berbicara juga tangannya turut-turut?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, ia buru-buru menarik
kembali tangannya, katanya dengan suara gelagapan:
"Maaf, aku telah lupa. . . ."
Leng Bie Sian menundukkan kepala dan tersenyum
kemalu-maluan, kemudian memutar tubuhnya dan berjalan
menuju kepintusamping sambil berkata: "Kalau kau ingin
lihat, ikutilah aku"
Cin Hong mengikuti ia berjalan melalui pintu tadi, tetapi
gadis itu tidak berjalan menuju kebawah, sebaliknya malah
membelok kekanan masuk kesebelah kamar yang seluaS
kira-kira lima kaki lebih.
Didalam kamar kecil itu dan empat penjuru dindingnya
semua terbuat dari besi, tidak terdapat lobang jendela,
keadaannya mirip dengan peti besi besar. Leng Bie Sian
berjalan masuk kekamar besi itu lantas memutar tubuh dan
menganggukkan kepala seraya berkata sambil tersenyum:
"Masuklah " Cin Hong tidak tahu apa yang akan dilakukan setelah
berada didalam kamar besi itu, karena dalam hati merasa
Curiga hingga tidak berani masuk seCara gegabah, ia
berdiri diluar pintu dan bertanya dahulu: "Masuk kesitu
untuk apa ?" "Bukankah kau hendak turun kelembah?" demikian Leng
Bie Sian belas bertanya Sambil tertawa,
"Turun kelembah dengan masuk kekamar seperti kotak
besi ini ada hubungan apa?" bertanya pula Cin Hong sambil
mengernyitkan alisnya. Leng Bie Sian tertawa geli, kemudian berkata: "Asal kau
masuk kedalam kamar ini, sebentar bisa berada dibawah
lembah" Cin Hong masih belum mengerti sebabnya, ia masih
merasa ragu-ragu, katanya Sambil menggelengkan kepala^
"Tidak. aku tak mau tertipu olehmu"
Wajah Leng Bie Sian kembali menjadi merah, katanya:
"Kau ini bagaimana demikian penakut" Apa kau kira aku
akan mencelakakan dirimu?"
Cin Hong pikir memang benar, ia Sendiri seorang lakilaki
bagaimana takut kepada seorang gadis"
Maka lalu beranikan hati dan melangkah masuk kedalam
kamar Seperti kotak besi itu. Namun diam-diam ia sudah
siap-siap apabila gadis itu hendak berbuat jahat, ia bisa
turun tangan lebih dahulu.
Leng Bie Sian menantikan ia masuk kedalam kamar besi
itu dan berdiri disisinya, lalu menutup pintu besinya,
kemudian mengulurkan tangannya untuk memencet sebuah
tombol, sebentar terdengar suara keresekan, dan kamar besi
itu tiba-tiba bergerak turun kebawah.
Cin Hong mengira tertipu olehnya, ia sangat terperanjat,
dengan mendadak pentang kedua lengan tangannya, dan
memeluk tubuh sigadis sambil berseru: "Bagus Kau sedang
main sandiwara apa ?"
Leng Bie Sian berseru kaget, ia coba meronta, mulutnya
berseru dengan Cemas: "Lepaskan tanganmu". . . Kau
orang jahat ini." Tetapi Cin Hong tetap memeluknya tidak mau
melepaskan, katanya sambil tertawa dingin: "Aku sudah
tahu kau tidak mengandung maksud baik, sekarang kalau
memang mau mati biarlah mati bersama-sama"
Meskipun kepandaian ilmu silat Leng Bie Sian jauh lebih
tinggi dari pada Cin Hong, tapi Saat dipeluk demikian rupa
oleh seorang laki-laki, sekujur badannya dirasakan lemas,
hingga tak bisa mengeluarkan tenaga, meskipun ia juga
tidak berhasil melepaskan diri. la merasa cemas sehingga air
matanya berlinang-linang, katanya sambil menangis
"Kau berani menghina aku, aku nanti akan beritahukan
pada suhu" Cin Hong ketika mendengar ucapan itu ia merasa bahwa
gadis itu agaknya tak ada maksud untuk mencelakakan
dirinya, maka buru-buru mengendorkan dekapannya dan
bertanya "Benarkah kau tidak akan mencelakakan diriku?"
Leng Bie Sian merasa geli tetapi juga mendongkolnya
katanya: "siapa hendak mencelakakan dirimu" Ini adalah sebuah
kamar yang khusus digunakan untuk turun kebaWah
lembah, Setelah kita berada didalam ini. bisa langsung
turun kebaWah melalui jaring itu dengan aman"
Cin Hong mengeluarkan suara "Aaaa" lalu melepaskan
tangannya setelah itu ia lantas berlutut dihadapannya
seraya berkata: "Maafkan kesalahanku nona Leng, aku minta maaf
kepadUmU sebesar-besarnya . . ,"
Leng Bie sian membalikkan tubuhnya, dengan kedua
tangannya menutupi mukanya ia menangis sesegukkan.
Dalam hatinya Sebetulnya tidak membenci anak muda
itu, hanya Waktu itu merasa mendongkol atas
perlakuannya yang agak kasar, ia merasa mendongkol
kepadanya, karena selalu memandang dirinya sebagai
musuh, ia mendongkol karena pemuda itu sedikitpun tidak
memikirkan dan melihat bagaimana sikapnya, kelakuan
semaCam itu benar-benar menyakitkan hatinya. . . .
Pusaka Negeri Tayli 10 Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D Harimau Mendekam Naga Sembunyi 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama