Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 11

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 11


selagi ia bertindak ia melihat munculnya orang tadi yang
bernama Tian le, si "mata tikus" Cepat jalannya dia menuju ke
arahnya, ia tidak mau kas i dirinya terlihat, lekas lekas ia
minggir untuk bersembunyi diujung tembok. Tian le tidak
melihat orang, dia berjalan terus.
Tepat dia sampai diujung tembok. In Gak muncul dibela
kangnya, untuk terus menepuk punggungnya sambil menepur:
"E h, sahabat she Tian, tunggu sebentar. Aku numpang tanya"
632 Tian le kaget, dia berlompat maju, untuk lekas-lekas
membalik tubuh, Tapi bagaikan bayangan, in Gak pun lompat
menyusul, hingga mereka berdua terpisah tak ada satu kaki.
Dia takuti hingga tubuh nya menggigil ketika dia telah melihat
tegas siapa yang menegurnya itu, Dia kata dalam hatinya:
"Dasar aku tidak mengenali gunung Tay san Aku
mendengar suara merdu dikamar sebelah, hatinya gatal, aku
menghampirkan, Aku lihat dia muda dan lemah, aku tidak
memandang mata, syukur kawanku menarik lenganku... Nyata
dia gesit sekali...sekarang... kenapa aku bertemu pula
denganny a" Bagaima na" "
In Gak mengawasi tajam, ia melihat orang jeri, ia
bersenyum. Tian ia menjadi semakin takut, dia lantas berteriak niatnya
untuk memanggil kawan kawannya yang berada didalam
hotel. Tapi, belum suara nya keluar, tenggorokannya sudah
ditotok dua jerijinya si anak muda, hingga dia cuma dapat
menganga saja dan kedua matanya terbuka lebar suaranya
tak dapat keluar. Dalam takutnya, matanya memperhatikan sinar mohon
dikasi ampun... "Tuan, kau cari mampusmu sendiri jangan kau sesalkan
aku" kata Jie In tertawa dingin, ia menyamber tangan orang di
bagian nadi, lantas ia menarik.
Tien ie mati kutunya, tanpa berdaya dia di seret masuk
kedalam sebuah gang yang gelap. Dia merasakan tubuhnya
ngilu dan kaku dan peluhnya keluar dengan deras.
Ditempat gelap itu, in Gak menepuk batok kepala orang,
membikin bebas totokannya tadi yang membikin si mata tikus
menjadi gagu, sekarang walaupun dia bermata kekunangan
dan kepalanya pusing dia dapat bersuara. In Gak memandang
tajam. "Kau masih tidak mau bicara tuan," katanya "Apakah kau
tak sudi bersahabat denganku?" ia tertawa.
633 Tubuh Tian ie menggigil. Dia jeri untuk mata bengis dari si
pemuda. "Aku telah minum arak aku telah berbuat kurang
ajardidalam hotel tadi, aku minta maaf," dia kata.
"Itulah tak apa," kata in Gak tangannya di ulapkan, "Cuma
aku hendak menanyakan sesuatu..."
Tian ie menghela napas lega, tubuhnya tak lagi menggigil,
la heran hingga ia tanya dirinya sendiri: "Aneh pemuda ini. Mau apakah dia?"
Maka ia lantas menanya: "Ada urusan apa, tuan"
Tanyakanlah Asal yang aku ketahui suka aku
memberitahukan." In Gak bersenyum. "Bukan tuan adalah sebawahan dari Him Jie san-Coe Law
Keng Tek?" ia tanya. "Aku
mengagumi Law sanijoe untuk kegagahan dan
kebijaksanaannya." "Aku memang sebawahan Law LootongCoe," menjawab
Tian ie. hatinya lega. "Apakah itu yang tuan hendak
tanyakan?" Lagi-lagi In Gak tertawa.
"Tadi didalam hotel kebetulan saja aku mendapat dengar
pembicaraan kamu." ia kata sabar, "Katanya ketua kamu itu
telah diperintahkan Kiong-Bun siang kiat mencari seorang
yang bernama Jie In, Bagaimana duduknya itu" Apakah tuan
suka memberi keterangan padaku?"
Tian ie terperanjat, hingga dia mundur setindak.
"itulah urusan ketua kami sendiri" dia kata ragu-ragu, "oleh
karena adanya larangan partai, tidak dapat aku bicara suatu
apa, Tuan, sukar untuk aku memberitahukan sesuatu
kepadamu..." suaranya mengeras.
"Hm" In Gak mengasi dengar dingin. "Tuan, kau bicara
bertentangan dengan dirimu sendiri Barusan kau sendiri yang
membilang bahwa kau suka omong segala apa Apakah kau
634 tidak ketahui lihaynya Koay Cioe sie seng, ai Pelajar Tangan
Aneh?" Tian Ie kaget pula, dia meringis. Jadi tuanlah Jie ..?"
katanya, ia memperkenalkan dirinya.
"Benar" sahut In Gak bengis, "Maka sekarang kau mesti
omong semua dengan terang, baru kau dapat ampun"
Siapa takut mati dia dapat lenyap liangsimnya, demikian
Tian ie. dia kata di dalam hatinya:
"Di sinilah Jie In, Loo tongke mengutus dua puluh empat
tocoe mencarinya, dia bertindak berlebihan, Bukanka h aku
berjas a jikalau aku pergi melaporkan sekarang?" Lupa bahwa
mungkinkah dia akan dikasi hidup, lantas dia memutar
tubuhnya, buat berlompat dan lari.
Baru dia lari dua tombak. di telinganya terdengar suara
tertawa dingin yang menyeramkan, lalu dia merasa tubuhnya
terbetot balik, takperduli dia meronta-ronta. setindak demi
setindak. dia dipaksa kembali ke tempat yang gelap tadi.
Habis tenaga melawannya, Baru sekarang dia ingat takut pula.
Baru dia berdiri, dia merasa tangan orang diletaki
dipunggungnya. "Kau memikir yang tidak-tidak" kata In Gak bengis. "Kau
mau kabur buat memberi kabar pada Law Keng Tek. bukan"
Teranglah kau sudah bosan hidup sekarang rasai tanganku di
punggung mu Kau ketahuilah, sekarang tak dapat kau tidak
menjawab pertanyaanku."
Timbullah takut matinya Tin Ie, maka dia lantas memb
enkao keterangannya. Dia membeber kelicikannya Kiong Bun
siang Kiat, yang menugaskan Law Keng Tek.
In Gak telah kembali ke hotelnya di mana ia lantas
menemui Yan Bun, ia lantas menuturkan kepada si nona
tentang pertemuannya dengan Tian ie. Habis memberi
keterangan ia ber-senyum.
Nona Kouw mementang matanya.
635 "Kau baru bicara separuhnya." katanya, "Bagaimana
dengan Tian ie?" In Gak tertawa, matanya bersinar.
"Segala manusia busuk, buat apa dikatakan lagi?"
sahutoya. "Dia harus menerima pembalasanny a "
Yan Bun tahu orang tentulah telah dihukum, ia tidak
menanyakan lebih jauh. Tidak lama, pelayan datang sama beberapa pengemis,
yang berkumpul di depan pintu. Jie In mengawasi mereka itu
di antara siapa, seorang yang usia pertengahan bermata
tajam, romannya cerdik, ia percaya pengemis itu mahir tenaga
dalamnya. "Sekarang kau tolong aku berbelanja," kata si pemuda pada
pelayan. ia menyebut beberapa rupa barang untuk bekal
dijalan. Pelayan itu mengerutkan kening, Dimasa tahun baru
di mana ia dapat membeli barang-barang itu" Tapi ia
diperintah, ia dapat mengharap persen lebih jauh, ia
pergijuga. In Gak memberi persen dua tahilperak kepada setiap
pengemis, yang ia suruh mengundurkan diri, kecuali ia
menahan yang usia pertengahan itu Kepada dia ini ia
memberikan sepotong emas, katanya untuk bekal dijalan, ia
pesan si pengemis apa yang dia mesti kerjakan.
Pengemis itu menjura, lantas dia mengundurkan diri
dengan cepat. Selang sekian lama, pelawan kembali dengan tangan
kosong, tak dapat ia membeli apa juga. In Gak tertawa, "Tidak
apa" katanya. Yan Bun memberi upah setahil perak, hingga pelayan itu
girang sekali. Selanjutnya In Gak dan Yan Bun tidak keluar lagi dari
kamar mereka, mereka menantikan sang pagi untuk membuat perjalanan ke
Lokyang dengan naik kereta yang dipesan.
636 Justeru itu malam, selagi kamar mereka sunyi, ada dua
orang yang mencari jalan untuk masuk kedalamnya, Mereka
itu memakai topeng, Tepat terpisah lima kaki dari meja,
mendadak mereka berlompat kepembaringan seraya menikam
"Aduh" demikian jeritan yang menyayatkan
Malam sudah larut, angin meniupkan hawanya yang dingin
dan bersuara dikertas jendela. Di waktu begitu, In Gak dan
Yan Bun di dalam kamarnya dihotel di Kiekoan sudah pulas,
tetapi segera mereka dibikin mendusin oleh suara berkeresek
perlahan di atas genting, mereka lantas menduga jelek.
Memangnya mereka tidur tanpa menukar pakaian lagi,
maka lantas mereka merayap turun, untuk pergi kepojok
kamar, Di situ mereka berdiam sambil memasang mata.
Umumnya jendela rumah dipropinsi shoasay terdiri dari dua
lembar daunnya yang panjang, yang dibuka keluar, keatas dan
kebawah. sekarang daunjendela hotel terdengar berkeretek.
Lantas kelihatan yang sebelah diangkat, rupanya untuk
ditunjang In Gak melihat bergerak- geraknya sebuah tangan,
Yan Bun lantas menyiapkan satu biji uang tembaga.
Dengan daun jendela terbuka angin dingin masuk kedaIam.
In Gak dan sInona merasakan itu, mereka berdiam saja.
Orang jahat tidak mendengar gerak-gerik apa juga didalam
kamar itu, hati mereka menjadi besar, lantas terlihat mereka
masuk. Mereka berdua, tangan mereka mencekal pedang,
muka mereka ditutup topeng.
Dengan perlahan, mereka menghampirkan pembaringan
lalu dari dekat meja, mereka lompat menikam kearah
pembaringan itu, hingga terdengar tegas pedang mereka
menancap dikayu, mereka kaget. Mereka bukan menyerang
tubuh orang Keduanya lantas lompat mundur untuk kabur d
ari jendela atau segera terdengar jeritan mereka, yang satu
roboh ke lantai. 637 Yan Bun menimpuk jitu pada kaki penjahat itu. orang yang
kedua kaget dan bingung, tetapi dia menginsafi bahaya, terus
tanpa menghiraukan kawannya, diapun lompat ke jendela.
"Balik" dia mendengar bentakan bengis, lantas terasa
kakinya terjepit sakit, lantas tubuhnya tertarik keras, hingga
dia membentur tembok setelah merasai mata berkunang dan
kepala pusing, dia roboh tak sadarkan diri.
Berbareng dengan itu, Yan Bun menghampirkan kedua
penjahat, dengan ujung sepatunya ia menyongkel topeng
orang, setelah mana ia agaknya terkejut. Penjahat yang
terluka kakinya dan matanya mendelik, terus dia tertawa
dingin. "Nona Kouw, sekarang kau baru mengerti. katanya,
"Bukankah adikku tidak buruk" Kau boleh membenci dia, itu
adalah urusan lain,tetapi itulah bukannya sebab untuk kau
ingin membinasakannya, sekarang baik kau lepaskan kami"
Alisnya si nona bangun berdiri, tangannya melayang. "Adik
bangsatmu itu mirip binatang" ia membentak. "BeruIangkali
dia main gila di depan nonamu, untuknya mati masih kurang
tepat Kenapa kau ada muka berani datang kemari guna
menuntut balas terhadapku" Baiklah, malam ini aku berikan
kau kematian utuh, supaya selanjutnya kau tak usah
meninggalkan bencana untuk khalayak ramai"
Habis berkata, nona itu mau menotok jalan darah mati si
peniahat. "Tahan dulu" ln Gak mencegah. ia telah mendengar
pembicaraan singkat itu, ia dapat menerka duduknya hal. Tapi
mereka berada di hotel. la kata pula, "Di sini tak dapat kita
sembarang membunuh orang...." ia menghampirkan, ia
menepok pundak orang itu seraya berkata: "Sahabat, kau
pergilah Lain kali, apabila kau bertemu pula denganku, tak
nanti kau mendapatkan kebaikan seperti sekarang"
Penjahat yang pingsan mulai mendusin, dia merayap
bangun- Dia gusar, hendak dia melampiaskan itu, Atau In Gak
638 memimpin dia bangun dengan pundaknya ditepuk, sembari
tertawa, anak muda ini kata: "Tuan, harap kau jangan
membuka mulutmu.Justeru sekarang adikku ini belum berpikir
lain, lekas kau mengangkat kaki"
Penjahat itu batal mencaci atau menegur, matanya
mendelik, mulutnya mengejek beberapa kali: "Hm" Kemudian
dia kata pada kawannya, "Jietee, kita pergi-"
Orang yang dipanggil Jiete itu menurut maka sejenak
kemudian, keduanya sudah berempat keluar darijendela,
untuk menghilang ditempat gelap.
Yan Bun lantas menjatuhkan diri dikursi, ia duduk menangis
terisak, ia agaknya sangat berduka dan penasaran, In Gak
mengusap usap. "AdikBun, apakah kau meny esa ikan aku melepaskan
mereka?" ia kata sabar, "Kau jangan salah mengerti. Kau
tahu, sebelum mereka menyingkir seratus tombak, mereka
akan sudah sampai dipintu kota negara iblis jangan kau
menyesal dan penasaran, jangan bersusah hati.."
Yan Bun mengangkat mukanya, ia menyusut airmatanya,
Tiba tiba ia tertawa. "Aku mengerti" katanya, "Benar-benar kau membunuh
orang tanpa berdarah"
In Gak bersenyum, tapi ia kata dengan sungguh-sungguh: "
Untuk membasmi manusia jahat, aku terpaksa berbuat
demikian." Kemudian ia pergi kepembaringan, untuk mencabut
pedangnya kedua penjahat itu yang tadi orang tak sempat
mencabutnya. Kedua pedang nancap dalam sekali.
Yan Bun memandangi si anak muda ia tidak mendengar
orang menanyakan hal ikhwalnya mengenai pembicaraannya
tadi dengan si penjahat, ingin ia menjelaskan tetapi In Gak
mencegah "Sudah, adik In. Tanpa kau menuturkan aka telah
bisa menduga delapan sampai sembilan bagian," ia kata
"Bicara tentang itu cuma mendatangkan keruwetan pikiran


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja, Mana penjahat dapat berbuat baik" lihat pembuatannya
639 barusan perbuatan itupun sudah menjadi alasan cukup untuk
menyingkirkan mereka itu"
Yan Bun tahu orang tak ingin ia berduka, ia bersenyum, ia
tidak mau mengatakan apa apa lagi ia lantas merebahkan diri
di pembaringannya. Jie In pun turut rebah, tetapi terus
sampai pagi ia tidak tidur pulas, ia kuatir nanti ada lain
penjahat, maka ia berjaga jaga.
Pelayan hotelpun tidak muncul sebelumnya pagi rupanya
tadi malam dia tidur nyenyak sekali dan tidak mendengar
suara apa-apa, hingga dia tidak tahu apa yang telah terjadi di
rumah penginapannya itu. Dia lantas mencari sebuah kereta
keledai yang memakai tutup. Baru setelah mengetuk pintu,
untuk mengasi bangun kedua tamunya, dia kaget melihat
daun jendela menjeblak. Dia melongo.
Si nona tertawa. "Tadi malam datang penjahat tetapi aku
telah mengusirnya," ia kata. "Rupanya kau tidak mendengar
apa-apa .Jangan takut, aku nanti mengganti kerugianmu."
"Oh, oh, nona, jangan" kata pelayan itu gugup, "Tak usah
nona mengganti. Kereta sudah siap. apa nona dan tuan mau
berangkat?" ia mengawasi ia heran kenapa orang demikian
lemah dan ayu dapat mengusir penjahat.
Yan Bun mengangguk. lantas ia memberesi buntalannya,
yang ia suruh si pelayan bawa ke kereta, In Gak sendiri
membawa kedua pedang Thay oh dan Leng Ko, Berdua
mereka bertindak keluar. Di muka hotel terlihat kereta yang dipesan yang tendanya
hitam dan keledainya empat, kelihatan binatang itu pilihan.
Tukang keretanya dua orang. sebagai orang utara, mereka
bertubuh besar, Tangan mereka mencekal cambuk:
In Gak mengasi persen lagi sepuluh tahil pada pelayan,
lantas ia pimpin Yan Bun naik kereta, ia sendirI naik
belakanganTiraikasih Website http://kangzusi.com/
640 Tukang kereta lantas menggeprak keledainya, cambuknya
dibunyikan, membikin roda-roda kereta menggelinding cepat
dan keras. Kereta keledai terus dilarikan keras. Tukang kereta
mencambuk dan beseru berulang kali.
selang dua jam, Yan Bun menyenderkan diri untuk tidur.
In Gak tidak mau mengganggu ia sebenarnya tak tidur tadi
malam, tapi sekarang ia tidak tidur seperti si nona terus ia
suka mengintai ke luar, ia memikirkan keras gerak-geriknya
orang-orang Rimba persilatan itu.
Setelah melalui duapuiuh lie, In Gak mulai mengerti
duduknya hal, jauh di depan, di tengah jalan, terlihat
beberapa puluh kereta piauwkiok beserta belasan piauwsoe
atau pengiringnya, yang dengan senjata terhunus lagi
menjagal disekitarnya. Teranglah mereka itu lagi bersiap
untuk suatu penyerbuan. "Saudara," In Gak tanya kusir, "didepan kita ini ada tempat
perhentian atau tidak?"
"Ada, tuan," menyahut salah satu kusir sambil
membungkuk. "itulah Kho kee-keuw, lagi sepuluh lie dari sini,
tempatnya baik ..." "Sudah, kamu j angan berkuatir" kata in Gak kemudian,
tertawa, "Kalau didepan tidak ada tempat perhentian, tidak
nanti kawan penjahat bekerja sebelum lewat Kho ke kauw,
Lagi pula kitalah orang orang pelancongan, kita tidak campur
urusan mereka, Kamu boleh jalan terus."
Lega hati si kusir. orang demikian besar hati, ia mau
menduga penumpangnya ini bukan sembarang orang.
Yan Bun tidak pulas, dia mendengar pembicaraannya itu,
lantas dia membuka matanya untuk memandang ke luar
tenda. "Engko In," katanya tertawa, "aku dapat menerka kau.
Kembali kau mau usil, bukan?" In Gak tidak menjawab, ia
melainkan tertawa. 641 Ketika itu kereta mereka lari keras sekali, dengan cepat
mereka tiba di belakang rombongan kereta piauwkiok, tempo
sInona melihat ke luar, ia agak terkejut. "Aih" serunya. "Engko
In, kau lihat." Bendera piauwkiok cuma sulaman empat ekor kuda, tak
ada lainnya lagi, itulah sangat beda daripada yang
kebanyakan. Apakah tidak aneh?"
In Gak melihat berkibar kibarnya bendera yang
dimaksudkan kawannya itu, itulah bendera dari sutera putih,
sulamannya benar merupakan empat ekor kuda yang
berlainan sikapnya, ia ketahui itulah sulaman yang menyontoh
lukisan "Delapan ekor Kuda" dari pelukis Han siang.
Tiba-tiba ia ingat keterangan Siauw Thian selama mereka
memasang omong dalam kantor Cin Tay piauw Kiok, bahwa di
propinsi Hoolam disamping kuil siang Kok sie di kota Kayhong,
ada sebuah piauwkiok yang memakai merek Thian Ma Piauw
Kiok. artinya piauwkiok Kuda Langit, artinya lebih jelas "Kuda
Langi Jalan di udara perjalanannya senantiasa berhasil,
piauwkiok itu dipimpin oleh Suma Tiong Beng yang dunia
Kang ouw juluki Poen Loet Kiam-kek. jago Pedang pengejar
Guntur, yang katanya gagah dan cerdik, yang usianya sudah
tujuh puluh lebih, bahwa dialah sahabat ayahnya.
"Kalau dia benar Suma Tiong Beng, tak dapat tidak aku
mesti bantu padanya." demikian ia pikir.
Kereta piauw kiok sudah mengalah, maka itu keretanya
pemuda ini dikasi lewat. selagi lewat itu, ia melihat seorang
tua duduk didalam kereta piauwkiok itu. Dia telah ubanan
rambut dan kumisnya, mukanya bersemu dadu, sepasang
matanya tajam, tubuhnya kekar, tak miripnya orang tua. Dia
membekal pedang dipunggungnya akan tetapi pedang itu
tidak dihunus, bahkan dia sangat tenang sikapnya.
Tidak lama tibalah orang di Kho-kee kauw. Benar dimulut
dusun ada sebuah losmen merek Kho seng, Kereta dihentikan
642 di depan losmen, In Gak membantu sInona turun untuk
masuk kedalam rumah penginapan itu.
Seorang pelayan menyambut memimpinnya kedalam,
Dipertengahan sudah ada lima tetamu yang semua beroman
bengis, tubuhnya besar-besar sambil duduk di bangkupanjang,
mereka bicara pertahan. Berhenti suara mereka begitu mereka
melihat masuknya muda-mudi itu, agaknya mereka terpesona
si nona cantik manis. In Gak berdua bertindak terus, mereka ditunjuki dua kamar
disebelah timur dan barat. ia memilih yang di timur, terus ia
memesan barang santapan, sekalian juga untuk kedua
kusirnya. Selagi menanti barang makanan seorang diri ia bertindak
keluar lagaknya untuk melihat-lihat hotel itu, diam-diam ia
memperhatikan kelima tetamu tadi, ia ingin menerka mereka
itu ada maksud tujuannya atau tidak terhadap Thian Ma Piauw
Kiok. Piauwkiok itu mempunyai pegawai yang jalan didepan yang
biasa mengatur penginapan dan lain2 nya, pegawai itu sudah
lantas tiba dilosmen. Ketika kelima orang tadi melihat dia
mereka bersenyum ramah. in Gak dapat melihat sikap mereka
itu ia lantas mengerti. Lekas juga tibalah rombongan
piauwkiok, maka berisiklah suara kereta dan kudanya.
Congpiauwtauw Suma Tiong Beng masuk kedalam losmen,
ia bertindak dimuka diikuti orang-orangnya, Nampaknya ia
bersungguh-sungguh. Ketika ia melihat ln Gak berdiri
disamping, sejenak ia mengawasi.
Agaknya ia kagum untuk ketampanan dan ketenangan anak
muda itu. ia lantas tersenyum dan mengangguk sebagai tanda
menyapa hormat. In Gak pun tersenyum dan mengangguk ia anggap si orang
tua manis budi. 643 "Banyak capai loopiauwtauw" katanya, "Beginilah aku si
orang tua." Katapiauwsoe itu, menghentikan tindakannya,
"Setiap tahun, setiap bulan, aku mesti membuat perjalanan
jauh hidup diujung pedang, maka untukku tak ada kata-kata
capai, Laotee, dapatkah aku mengetahui she- mu yang
mulia?" Sembari menanya begitu, matanya piauwsoe ini melirik
kekereta orang di depan losmen.
"Akushe Giam, Ioo-piauwtauw. Gia m dari Giam Coa Lang,"
In Gak menjawab. "Kami berdua suami isteri berangkat
kemarin dari Thaygoan niat pergi ke Lokyang, Waktu aku
melihat loo-piauwtauw ditengah jalan, aku kagum sekali."
Suma Tiong Bong mengurut kumisnya dan bersenyum.
"Giam Laotee, girang aku dengan pertemuan ini." katanya.
Karena orang tidak menanyakan she dan namanya, ia
memperkenalkan diri: "Namaku si orang tua yang rendah ialah Suma Tiong Beng.
Kebetulan sekali akupun mau pergi ke Lokyang, jikalau laotee
tidak sesuatu urusan mari kita jalan sama-sama ." selagi
berkata begitu, jago tua ini diam-diam melirik kepada kelima
tetamu itu. In Gak tertawa.
" Loo-piauwtauw, meski aku cuma seorang anak sekolah
tetapi nama loopiauwtauw aku kenal baik sekali." katanya, "
Untuk wilayah Hoolok. anak kecil sekalipun mengenalnya juga,
Maka itu beruntung aku dapat berkenalan dengan loopiauwsoe"
Loo piauwsoe masih ada banyak urusan,
persilahkan sebentar saja aku memohon."
"Kau baik sekali, laotee," kata si piauwsoe tertawa "Nah,
maafkanlah aku." ia memberi hormat, lantas ia bertindak
masuk. Kelima tetamu itu mengawasi punggung si orang tua sambil
bersenyum tawar, setelah itu, mereka berlalu. 644 ln Gak pun kembali kedalam, Thian Ma Piauw Kiok hampir
memborong losmen itu. Dari kamarnya sembari bersantap.
sering ln Gak dan Yan Bun mendengar suara dan tertawanya
si piauwsu tua. "Coba terka, engko ln, siapakah musuh Thian M a Piauw
Kiok?" tanya sInona bersenyum. "Apakah penjahat akan
mencari tahu lebih jauh baru mereka mau turun tangan"
Menurut dugaanku, pihak piauwkiok ini lebih banyak
menghadapi bahaya daripada keselamatan, bahkan mungkin
besok magrib ini terjadinya peristiwa..."
In Gak terlihat heran-"Bagaimana kau menduganya,
adikBun?" ia tanya. Nona itu bersenyum. "Menurut rasaku, mereka itu pasti sudah menetapkan
tempat dan telah membuat penyelidikan cukup," ia menyahut,
"Kau kesohor mengapa kau tidak melihatnya" Empatpuluh lie
dari Kho-kee-kauw ini ialah jalanan pegunungan dan disana
ada lembah Gia Kang kiap. itulah tempat yang bagus untuk
mereka bekerja. Setelah berhasil, mestinya penjahat menyingkir ke ong ok
san, gunung di barat daya itu, Aku tahu gunung Ong ok san
itu ada berdiam Kioe-coe bo Lian Hoan ie Goan Kay, begal
yang menjagoinya, dari itu kecuali dia, tidak ada penjahat
lainnya yang nanti berani turun tangan di dalam wilayah
pengaruhnya itu." ln Gak tertawa, "Aku tidak sangka kau kenal baik kaum
Rimba Hijau" katanya, Jadi pastilah mereka bakal bekerja di
Gia Kang Kiap?" sInona mengangguk pemuda itu berdiam,
Ketika itu terlihat pelayan datang bersama Suma Tiong
Beng di belakang siapa turut
seorang piausu usia lebih kurang empat puluh tahun yang
romanya bersih. "oh" In Gak berseru, lekas-lekas ia
berbangkit, juga sInona. 645 Suma Tiong Beng tertawa, ia kata: "Giam Laotee, maafkan
aku. Beginilah tabiatku, asal aku kenal orang, aku
menganggapnya sebagai sahabat kekal. Aku ingin bicara dari
satu hal yang ingin bicara dari satu hal yang tak selayaknya
aku menyebutkannya tetapi toh aku mesti menyampaikannya.
Aku ingin ketahui kapan lotee berdua hendak meneruskan
perjalanan kamu, hari inijuga atau besok" Menurut aku,
baiklah lotee beristirahat satu hari disini."
In Gik berpura-pura heran"Loo piauiwtauw, kata katamu ini mesti ada sebabnya"
katanya. "Maukah loo piauwsoe menjelaskannya" "
"Sayangnya panjang untuk berbicara," kata si piauwsoe,
sikapnya menjadi sungguh-sungguh, "Baiklah aku perkenalkan
dahulu sahabatku ini." ia lantas memutar tubuh dan menunjuk
orang dibelakangnya untuk menambahkan " inilah
pembantuku yang aku hargai, Jit Goat sien-Jin Ciang Louw
Keen-" In Gak memberi hormat pada piauwsoe itu, yang pun
memberi hormat padanya, ia lantas mengajar kenal Yan Bun.
"Silahkan duduk" ia mengundang, "Loo piauwsoe minta
kami menunda penjelasan satu hari, mungkinkah itu
disebabkan perjalanan kurang aman?" orangtua itu menghela
napas, tapi ia tertawa. " Entah kenapa, loote, begitu melihat kau jadi sangat suka
bergaul denganmu," ia
kata. "Mungkin ini disebabkan romanmu mirip dengan
seorang sahabatku dulu hari, Terdengar kabar angin
sahabatku itu telah mencari tahu tentang dia, tetapi belum
ada hasilnya, Mungkin itu kabar angin belaka..."
In Gak tahu yang dimaksudkan itu tentu ayahnya, maka ia
terharu sendirinya, ia bersyukur kepada piauwsoe tua ini.
Piauwsoe tua itu berkata pula: "Seperti aku bilang barusan,
panjang untuk menutur, Memang sudah umum kami bangsa
piauwsoe, kami hidup diujung senjata. sudah beberapa puluh
646 tahun aku membangun Thian Ma Piauw Kiok. selama itu
bukannya aku belum pernah menerima gangguan hanya
syukur berkat kecintaan sahabat-sahabat Rimba Persilatan,
semua itu bisa dihindarkan urusan besar dapat dibikin kecil,
urusan kecil dapat dilenyapkan.
Begitulah perusahaanku tetap maju, sekarang aku telah
berusia lanjut, sudah selayaknya aku beristirahat untuk hidup
tenang dan berbahagia serumah tangga, Apa perlunya aku
terus merantau menghadapi ancaman bahaya" memang, sejak


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuluh tahun yang lalu, aku sudah mengundurkan diri Tapi
piauwkiok tidak aku tutup aku serahkan kepada anakku, Kali
ini kami menerima angkutan kebetulan anakku sakit, tak dapat
ia ke luar, terpaksa aku si tua mesti mewakilkannya.
Kami mengantar piauw kekotaraja, Diwaktu pulang kami
mendapat pula angkutan, seorang saudagar perlu mengirim
permata dan uang ke Lokyang, dia tidak dapat piauwkiok lain,
sebab disaat akhir tahun, semua perusahaan berhenti bekerja.
Kami mesti melakukan perjalanan pulang, lalu seorang
sahabat memujikan kami. Tak dapat aku menampik
permintaan sahabat itu maka itu kami menerimapula
tanggung jawab ini. Kami ingin lekas sampai ditempat tujuan, sengaja aku
memotong jalan. Di luar dugaan, kali ini aku menghadapi ancaman bahaya,
Aku telah beberapa kali melihat oraog-orang yang dapat
dicurigai, tetapi aku masih belum memastikan mereka
mengarah kami atau bukan.
Oleh karena itu aku menduga di sebelah depan mungkin
terjadi peristiwa, ini pula berbahaya kenapa aku minta laotee
suka singgah di malam ini"
Pemuda itu berpura-pura kaget.
"Jikalau jalanan tak aman tak dapat kami berdua
melanjutkan perjalanan seorang diri.." katanya "Apa..."
647 Jit jit sian-Jiu-Ciao Louw Keen tertawa dan menyela. "Loopiauwiauw
keliru melihat Giam Laote berdua adalah akhli-akhli
silat yang lihay Lihat saja sinar matanya Giam tajam"
In Gak kagum untuk piauwsoe ini, ia tadInya mau minta
diajak jalan bersama, karena Louw Keen mengatakan
demikian, ia bilang, "Louw Laotoe benar tetapi tidak
seluruhnya, isteriku bukannya akhli, dia cuma mengerti silat
kasar kasar, Aku sebaliknya, aku benar benar tidak tahu apaapa"
Suma Tiong Beng tertawa. "Benar-benar mataku si orang tua lamur. Kenapa aku tidak
dapat mengenali teeHu" Lotee, bukankah kau pun .. Ah.
mungkin kau merendah saja."
In Gak hendak menjawab piauwsoe itu atau ia tercegah
suara berisik diluar dimana terdengar orang berselisih mulut,
selagi Tiong Beng terperanjat, seorang pegawainya lari masuk
sambil berkata: "Can-piauwtauw, lekas Disana ada seorang
pengemis serta kawannya, yang romannya bengis, datangdatang
meraba barang kita di atas kereta, waktu Oey
Piauwsoe mencegah, mereka lantas menyerang, pengemis itu
bersenjatakan seekor ular, sudah empat orang kita roboh, Oey
Pauwsoe sendiri roboh juga.."
"Itu" bersuara si piauwsoe tua, yang terus bertindak keluar
cepat, diikut Lauw Koen sampai lupa meminta diri dari In Gak.
Mendengarkan diantara pengacau ada pengemis In Gak
mengajak Yan Bun turut ke luar.
Di dalam pekarangan hotel orang ramai ber kumpul, orangorang
piauwkiok mengurung dua orang, roman mereka heran
danjeri, orang yang dikatakan bengis itu berdiri sambil
bertolak pinggang, tak hentinya dia tertawa mengejek.
Lima kaki terpisah daridia ada si pengemis yang matanya
merah, hidungnya lancip, mukanya tirus kulitnya bersemu
merah, Benar ia memegangi seekor ular dengan tangan
648 kanannya, ular itu melilit-lilit dan mengulur-ulur lidahnya yang
lentik. Di tanah rebah lima pegawai piauwkiok itu waktu
terdengar si pengemis berkata-kata keras: "Kamu orang
piauwkiok. jangan kamu bermata anjing tak melihat mata
pada lain orang Aku si pengemis telah banyak penglihatanku,
maka juga barang-barangmu ini tak ada di mataku sebaliknya
benar di sebelah depan sana ada seorang sahabat baik yang
ingin menemui si orang tua she Suma.
"Aku justru datang guna menyampaikan kabar. Kenapa
kamu galak tidak keruan" Hm sudahlah, aku si tukang mintaminta
mau pergi sekarang "
Dia melihat Tiong Beng mungkin muncul, sengaja dia
mengucap demikian, Dan benar dia sudah melangkahkan
kakinya. Suma Tiong Beng melompati orang-orangnya, ia berhenti d
idepa n pengemis itu. "Tuan siapakah yang hendak menyampaikan kabar pada
aku si orang tua?" ia tanya, "sebelum kau memberi
keterangan, tak dapat kau berlalu dari sini"
Pengemis itu memutar balik biji matanya, "Aku kira siapa
yang berani main gila terhadap aku si tukang minta-minta"
katanya dingin, "Kiranya Poen Loei Kiam kek siapa sahabat itu,
sebentar kau akan mendapat tahu sendiri, jadi tak usahlah
aku si pengemis menggoyang goyang lidah lagi"
Itulah penghinaan hebat maka juga tanpa membilang apa
apa lagi, Tiong Beng maju sambil menyerang jalan darah hok
kiat kiri dan kanan dari pengemis mulut besar itu.
Tak perduli agaknya si pengemis gesit sekali, dia tak dapat
berkelit seluruhnya. Dapat dia mengegos di kanan tetapi di kiri
tidak. maka sasaran kirinya itu kena tertotok. hingga saking
sakit matanya mendelik ke luar dan mulutnya
memperdengarkan seruan kesakitan, berbareng dengan mana
ular di tangan kanannya dilemparkan ke arah si piauwsoe tua
649 Tiong Beng heran orang tertotok tetapi tidak roboh, ia
tercengang. Biasanya ia tidak pernah gagal, ia mendapatkan
julukannya itu justeru disebabkan kemahirannya tenaga dalam
dan luarnya serta ia pandai menggunai kepalan telunjuk
pedang dan senjata gelap, sebab kesebatannya.
Justeru ia tercengang itu ular sudah terlempar hingga dua
dim di depan matanya. Tak sempat lagi ia menangkis, sambil
melengak ia terus berjumpalitan. Tetapi liehay ular itu, yang
terus mengejar seraya meleletkan lidahnya.
Semua orang piauwkiok kaget sekali, semuanya berteriak.
Jilid 8.2. Membantu kekasih menolong ibundanya
Tepat lagi setengah dim kepalanya Suma Tiong Beng bakal
kena dipagut ular itu, mendadak binatang lugat-legot itu
merengket sendirinya, badannya lantas jatuh ke tanah, cuma
satu kaki dia diam tak berkutik lagi, Dia mati seketika
Menyusul menyambernya ular itu si pengemis dan
kawannya juga beriompat maju, Mereka menggunai ketikanya
yang baik untuk merobohkan piauwsoe kesohor itu.
Tiong Beng heran menampak binatang berbisa itu roboh
tidak keruan-ruan, ia tercengang. Justeru itu, ia menampak
menerjangnya dua orang itu, ia terkejut. Tapi ia
berpengalaman dan tabah dengan cepat ia menggeser sebelah
kakinya, guna memperbaiki diri, berbareng dengan mana,
kedua tangannya diluncurkan, guna menyambut serangan
dengan serangan. Jurusnya ini adalah "Kuda liar menggibrik
suri." Segeralah terjadi hal yang luar biasa. Mendadak terdengar
jeritan hebat dari kedua penyerang itu, tubuh mereka
terpental melayang bagaikan layangan putus, jatuh di tempat
beberapa tombak. 650 Tapi mereka tidak terluka rupanya, begitujatuh mereka
merayap bangun, terus mereka
membuka langkah panjang, buat merat pergi.
Piauwsoe tua itu tercengang pula. Barusan ia menyerang
tetapi ia kalah cepat, Baru ia menyerang, atau dadanya sudah
terasa sesak, itulah pertempuran angin dari tangan kedua
musuhnya. Tepat ia hendak menggeser tubuh, mendadak tubuh dua
orang itu terpental. Kejadian itu kejadian cuma sedetik, ia
heran tetapi segera ia menduga sebabnya, hanya ketika ia
menoleh, ia tidak melihat ln Gak dan Yan Boen, ia menjadi
mengerutkan kening. "Bawa masuk mereka itu" ia memerintahkan orangorangnya,
guna menggotong kelima pegawainya buat
ditolongi. sambil bertindak masuk. la menanya Louw Kunn
siapa yang telah membantu padanya .
"Apa?" balik tanya Jit Goat sian jie ciang, heran, "Bukankah
mereka itu roboh oleh hajaran piauwtauw" Ah, kalau begitu,
ular itu juga bukan dibunuh plauwtauw sendiri."
la menggeleng kepala, ia menambahkan: "Aku berdiri di
sampingnya Giam Laotee berdua, aku tidak, melihat mereka
itu menggeraki tangan mereka... Mungkinkah ada lain orang
yang membantu secara diam-diam?"
Piauwsoe tua itu heran bukan main. Tapi ia mesti
menolongi orang-orangnya, tak sempat ia menanya lebih jauh
atau memikirkannya pula. sebenarnyalah, Suma Tiong Beng
telah dibantu ln Gak dan Yan Boen, si nona yang menghajar
ular dengan jarum rahasia Bwee hoa ciam, dan si pemuda
yang membikin si pengemis dan kawannya terpental dengan
gempuran Poutee sian Ciang, untuk mana cukup ia menggunai
dua jari tangannya, tak usah ia bersikap sebagai lagi
menyerang hebat. 651 ln Gak telah lama lantas dapat membaca bunyinya kitab
Poutee Pwee Yap Cin Keng di luar kepala, iapun dapat
menangkap artinya, tak perduli kitab itu ditulis dalam bahasa
sangsekerta biarnya semua hurufnya berjumlah kira-kira lima
ribu kata-kata. Di sebelah itu, dengan kecerdasannya, ia dapat
menggabung Poutee siao Ciang dengan Bie Lek sin Kang,
sedang tenaga dalamnya telah dibantu ho sio ouw dan pel
Tiang Coen Tan. Tak puas ln Gak menyaksikan kegalakan dan keganasan si
pengemis, ia sudah lantas mengerahkan tenaga Poutee sian
Ciang di dua jari tangannya yang kanan, begitu lekas si
pengemis dan kawannya lompat menerjang, ia memencil
dengan dua jerijinya itu ke arah mereka masing-masing, maka
tak tempo lagi, mereka itu kena dibikin gagal dan tubuh
mereka mental, sendirinya ln Gak heran dan kagum atas
lihaynya jerijinya itu, inilah percobaannya yang pertama lagi.
Oleh karena itu cuma menggeraki dua jeriji tangan tidak
aneh Louw Koen tidak melihatnya, setelah itu ia tarik tangan
Yan Bun, buat diajak lekas kembali ke kamar mereka.
Nona Kouw heran, sampai di dalam kamar, ia diam
menjublak. In Gak dapat mengerti keheranan si nona.
"Aku telah pikir," kata ia bersenyum, " karena Suma Tiong
Beng sahabat kekal ayahku, ingin aku membantu dia, Kasihan
kalau ia sampai roboh di tangan orang-orang jahat. Tapi di
depan kita ada urusannya Djim Cit Kouw, inilah sulit. Tak
dapat kita membantu dia secara terang, kecuali terpaksa.
"Aku memikir untuk berjalan sama dengan rombongan
piauwsoe itu, pada saatnya, kita bekerja cepat, supaya urusan
kita jangan terintang karenanya, maka..."
"Maka apa?" tanya si nona, menatap muka nya sendiri
merah sebab ln Gak terus mengawasi ia tajam, "Dengan mata
652 bangsatmu kau menatap saja, sebenarnya kau hendak
membilang apa".." Pemuda itu tertawa.
"Aku pikir dandananmu seperti sekarang sangat menyolok
mata, ia menjawab "Aku kuatir nanti muncul gangguan yang
memusingkan kepala dari orang orang Rimba Hijau... Baik kau
menyamar menjadi pria saja..."
Yan Bun melirik pemuda itu tanpa membilang apa apa, ia
pergi ke meja dan duduk di depannya, menghadapi kaca
muka, ia terus membuka kuncirnya, buat dijadikan kundai
yang gepeng, setelah mana ia membeletaki kopiah yang si
pemuda beli di Kwan gwa di atas kepalanya, hingga kundai itu
tertutup semua, habis mana ia menutup tubuhnya dengan
jubah kulit, sedang sepatunya juga ditukar.
Maka dilain saat jadilah ia seorang muda yang tampan yang
berimbang tampannya dengan engko In-nya itu. Dimuka kacarias
ia tertawa sendirinya. ln Gak pun kagum hingga tak
hentinya dia memuji Tidak lama terdengarlah pintu diketuk.
"silahkan masuk" kata in Gak setelah melirik si nona.
"Giam Laotee, aku" terdengar suara di luar suaranya Suma
Tiong Boen yang terus menolak daun pintu dan bertindak
masuk- - ia memandag ketika ia melihat In Gak berada
bersama seorang pemuda lain hingga ia mengawasi tajam.
Hanya lantas saja ia mengenali, maka ia kata dalam
hatinya: "Mereka ini sangat setimpal jarang pasangan sebagai
mereka, cuma mengapa ia menyamar menjadi pria?" Biarnya
ia heran, piauwsoe ioi tidak berani menanyakan.
In Gak menyambut sambil bersenyum. "Baiklah mereka
yang terluka itu?" ia menanya, Piauwsoe itu mengerutkan alis
ia menghela napas, "Dapat dibilang mereka baru terlolos dari
kematian " sahutnya duka, "Ularnya si pengemis ialah ular
Ngo-hoa Kim-in asal tanah Biauw, ular itu sangat berbisa,
siapa terpa g ut asal racunnya bercampuran dengan darahnya
nyelusup kejantung, dia akan binasa.
653 Syukur mereka itu dapat lantas menutup jalan darah
mereka, Aku mesti bekerja keras sekali menyedot keluar racun
itu mungkin lewat dulu beberapa bulan sebelum mereka dapat
sembuh seperti sediakala.."
"Sukurlah kalau begitu," kata In Gak. menghibur "Sekarang
ini tak usahlah piauwtauw terlalu berkuatir, Tadi kami
menyaksikan lagaknya kedua orang itu, kami tidak puas maka
itu barusan kami telah berdamai, isteriku ini telah lantas
menyamar sebagai pria, suka ia membantu dengan sedikit
tenaganya." Tiong Beng girang.
"Sungguh itu tak berani aku mengharapnya" katanya.
"Terima kasih."
Mesti ia berkata demikian, orang tua ini tetap curiga, ia
percaya mestinya mereka ini yang membantu padanya,
walaupun benar Louw Koen tidak melihat, sekarang terang si
nona mengerti silat, Hal ini menambah kepercayaan atas
terkaannya. Tinggal si anak muda,
Mau ia menyangka, pemuda ini telah demikian mahir
hingga dapat dia menyembunyikannya dalam lagak wajahnya
itu. Mau tak mau Tiong Beng mengawasi tajam pemuda itu,
Masih ia tidak melihat sesuatu pada sinarmata orang.
In Gak bersenyum dan berkata: "Membantu kesulitan orang
itu menolongi bahaya itulah kewajiban setiap orang oleh
karena itu kami harap loopiauwsoej angan mengucapkan
terima kasih, silahkan loopiauwsoe bersiap, lebih cepat kita
berangkat berarti lebih lekas


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tugas kita selesai."
"Baiklah" kata plauwsu itu sambil memberi hormat, sambil
mengundurkan diri, ia masih berpikir, ia kecele, ia yang
demikian ternama, sekarang menerima bantuan anak-anak
muda... 654 seberla lunya si orang tua, In Gak kata pada kekasihnya:
"sebenarnya ditengah jalan, kalau benar terjadi sesuatu, kau
sendirilah yang turun tangan, engkomu cuma mau berpeluk
dagu.." Yan Bun terkejut. "Hii, mana dapat.." katanya bingung. jangan bergelisah"
kata In Gak. mencegah orang bicara lebih j a ub, "Kau harus
mengerti, setelah disalurkan olehku. sekarang ini tenagamu
telah bertambah satu lipat, sesudah diyakinkan Kioe King Ceng
Ha u Imyang Pou Ngo Heng Koan dan Thaykek Haan Hoi
Heng Kian ilmu silatmujuga sudah majujauh.
Benar kau belum tergolong kelas satu tetapi kau dapat
melayani jago-jago kelas satu itu. Maka itu jangan kau berkecil
hati, besarkan nyalimu dan berlaku tabah dan tenang"
Yan Bun mengawasi. "Kau demikian mempercayainya" katanya.
"Kau lihat saja" ln Gak memastikan. Tiba-tiba terdengar
tertawanya Suma Tiong Beng diluar kamar, sembari
mendatangi dia berkata: "Giam Laotee, apakah kamu sudah siap sedia" sekarang
juga kami niat berangkat" ln Gak berdua lantas membuka
pintu kamarnya dan ke luar.
"Kami sudah siap. loopiauw soe" jawabnya, "Kami memang
tidak mempunyai bekal apa-apa, kami dapat berangkat
sembarang waktu" Cuma si nona, yang baru pernah menyamar menjadi pria,
tindakannya kurang leluasa maka itu ia bersenyum berseriseri.
Tatkala mereka tiba diluar, kereta-kereta sudah mulai
berangkat, pegawai yang jalan dimuka asik memperdengarkan
teriakannya: "soe...ma.. hoet..teng ..." itu artinya "etnpat ekor
kuda terbang naik", itulah isyaratnya rombongan piauwkiok
655 yang memakai gambar empat ekor kuda sebagai
lambangnya... Keempat orang yang terluka telah digotong beberapa
kawanaya, Suma Tiong Beng berjalan sambil saban saban mengawasi
kotak panjang di tangannya in Gak. Ia tidak berani menanya
apa-apa. Habis In Gak berdua naik di keretanya, ia lompat
naik atas kuda nya, Ketika si tukang kereta berseru sambil
menggetarkan cambuknya, bergeraklah keempat keledainya
untuk menyusul kereta-kereta piauw.
Tenda kereta disingkap. maka itu angin yang keras meniup
niupsipemuda dan pemudi walaupun mereka bertubuh kuat,
mereka toh merasakan sedikit dingin. Tapi mereka perlu
melihat kesegala arah, terpaksa tenda itu dipentang terus.
Kho kee-kauw merupakan suatujalan panjang mirip lorong
di mana terdapat seratus lebih rumah penduduk, tapi sebentar
saja mereka telah melalui ujung jalannya. Ketika itu jalanan
becek maka itu tertampak bekas bekas roda2 kereta lain serta
tapak tapak kaki kuda. Cuaca terang benderang.
Sekeluarnya dari batas Kho- kee-kauw di sepanjang jala n
terlihat penduIuk setempat ^ria dan wanita dalam
rombongan-rombongan dari tiga atau lima orang dengan
membawa kartu nama, berkunjung ke rumah-rumah sanak
atau sahabat mereka untuk memberi selamat tahun baru. Atau
mereka yang baru pulang, maka ramailah dijalan itu
In Gak dan Yan Bun mengawasi mereka yang cara
berdandannya beda dari pada penduduk lain propinsi Mereka
mengenakan baju merah dan celana hijau, jalannya elok.
Lengan dan jari tangan mereka seperti ditabur dengan gelang
dan cincin, Rambut merekapun ada perias nya, seperti telinga
mereka ada giwang atau anting-antingnya. Mereka seperti lagi
memamerkan kemewahan mereka. Yang paling menarik hati
lagi ialah wanitanya yang jauh lebih kecil daripada kakinya
wanita lain wilayah. 656 "Apakah yang bagus dilihat" kata Yan Bun ketika ia
mendapatkan pemudanya mengawasi saja wanita-wanita di
sepanjang jalan itu. In Gak menoleh, ia tertawa.
"Aku merasa aneh" katanya. " Kalau mereka itu dapat
keluar apakah mereka tidak boleh di pandang?"
"Tapi kau mengawasinya mendelong-delong" kata si nona,
matanya melotot, "Apakah kau
tidak takut loo piauwsoe nanti mentertawai?"
"Tak apa" kata ln Gak. tertawa pula, "Aku bahkan dengar di
kota Taytong pada tanggal enam bulan enam bakal diadakan
perlombaan kaki kecil untuk ditonton orang banyak. siapa
yang kakinya paling kecil dan mungil, dialah yang menang.
Yang nomor dua dan nomor tiga juga masih dapat hadiah.
Kalau sampai waktunya, mari kita pergi menyaksikan itu..."
"Cis" si nona kewalahan, Terus dia melengos, in Gak tidak
melayani, ia cuma tertawa terus.
Kereta-kereta berjalan terus, Tanpa merasa tiga puluh lie
sudah dilalui, Karena keledai membuntuti semua kereta piauw
yang jalannya lambat, maka terlihat di sana Suma Tiong Beng
berdua Louw Koen menjalankan kuda mereka berendeng,
Mereka itu bicara sambil tertawa-tawa entah apa yang
diomongkan. Di depan itu, perjalanan mulai tak rata, Di kiri daun
pepohonanpun lebat, maka mulailah mereka merasai
kesukaran perjalanan, Dengan adanya bukit-bukit di kedua sisi
itu artinya mereka lagi jalan di selat atau lembah. Diantara
pohon-pohon cemarapun terdengar suara angin keras.
"Tak jauh lagi ialah selat Gia Kang Kiap" kata Yan BunBelum berhenti suara si nona dibela kang mereka
mendadak terdengar derapnya beberapa ekor kuda sebentar
saja kereta kereta piauw dilewati. Muka mereka itu dapat
dikenali sebagai lima orang yang tadi di ketemukan di losmen.
657 Mereka itu membunyikan cambuk mereka berulang-ulang
dan berseru-serujuga. Rupanya mereka lagi mengeluarkan
gertakan mereka.. Tidak jauh mereka berlima melewati rombongan kereta
piauw, lalu mereka menghentikan
kuda mereda, terus mereka memutarnya untuk lari balik..
"Mereka menyebalkan" kata Yan Bun sengit. "Mereka harus
dikasi rasa" Ketika lima penumpang kuda itu sampai di depan kereta
keledai, mendadak yang satu berseru: "Eh, heran" Lantas dia
menahan kudanya, dituruti empat kawannya, Lantas dia
menambahkan "Bukankah tadi kita melihat satu nona manis"
Kenapa sekarang dia salin rupa".."
Kata-katanya orang itu diserukan bentakan nyaring tapi
halus, mendadak mereka berlima roboh dari kuda mereka,
dengan masing-masing menutup mata, mereka berkoseran
ditanah, Dan antara jari-jari tangan mereka lantas terlihat
mengalirnya cairan merah. Mereka pun lantas menjerit-jerit
teraduh-aduh... Diatas keretanya, Yan Bun tertawa dingin dan kata:
"Nonamu masih baik budi maka dia membiarkanjiwamu masih
hidup, sahabat, kusir, jalankan terus kereta kita"
Kereta itu berhenti dengan tiba-tiba sebab kelima
penumpang kuda berhenti itu. sementara itu Nona Kouw
sudah menyiapkan belasan batang jarumnya, ia benci
keciriwisan dan ketengikan mereka itu, menimpuk sebelum
orang menutup rapat mulutnya maka mata mereka kena
tertusukjarum, saking sakit, mereka terguling jatuh dan
berguling sambil berteriakan kesakitan itu"
Suma Tiong Beng dan Louw Koen lari balik dengan kudanya
ketika mereka melihat kelima penunggang kuda itu, yang
sikapnya mencurigakan, menghentikan kudanya di dekatnya
keretanya si pemuda she Giam suami isteri.
658 Tatkala mereka menyaksikan kesudahan itu meski mereka
berkasihan, mereka tidak bilang apa apa, cuma s i piauwsoe tua menghaturkan
terima kasih, lantas dia ajak kawannya lari pula ke depan.
Rombongan kereta berjalan terus sepertijuga tidakpernah
terjadi sesuatu peristiwa. selang empat atau lima lie, kembali
terdengar suara berisik di sebelah belakang, Kali ini muncul
belasan penunggang kuda, di antaranya ada yang membawa
kelima penunggang kuda tadi.
Ketika mereka tiba di sisi ketua piauwkiok. satu diantara
nya berkata, keras: "Tua bangka she Suma, di depan kau
nanti saksikan sesuatu yang bagus di lihat" Terus mereka
kabur dengan kuda mereka Suma Tiong Beng tidak melayani bicara, ia berjalan terus.
Lagi sekian lama tibalah mereka di mulut selat, yang kiri
dan kanannya berlamping tajam.
"lni dia mulut Gia Kang Kiap" kata Yan Bun- "inilah tempat
yang dipilih si penjahat untuk mereka turun tangan"
Ketika itu terdengar serunya Suma Tiong Beng, atas mana
semua keretanya berhenti berjalan untuk terus dikasi
berkumpul In Gak memandang ke sekitarnya. selat itu berimba di kiri
dan kanan, Di situ tidak ada rumah orang. Di sebelah kanan
ada jalanan cagak dua, yang nampaknya naik ke atas bukit. ia
heranjuga sebab sampai sekian lama ia tidak mendengar
suara apa apa. Tengah ia menduga-duga, baru ia lihat munculnya
beberapa puluh orang, yang berlari-lari mendatangi dari dua
arah kiri dan kanan, darijauh mereka nampak seperti
bayangan. Dari kerasnya lari mereka, teranglah mereka itu mahir ilmu
ringan tubuh. 659 Cepat sekali mereka sudah sampai, lantas satu diantaranya
menghampirkan Suma Tiong Beng, Dia telah berusia
enampuluh kira kira, tubuhnya kekar, sebagaimana dia
memiliki apa yang dinamakan punggung harimau dan
pinggang biruang, cuma dia sedikit bungkuk. Kumis dan
jenggot nya sudah putih semua. Dia lantas tertawa lebar dan
kata: "saudara Suma, baru berpisah belasan tahun, tak
kusangka kau masih tetap gagah sebagainya dulu sungguh
kau berbahagia." Cuma sejenak. lantas dia menambahkan mukanya sungguh
sungguh, suaranya keras: "saudara Suma baiklah kau
mengerti Di antara kau dan aku si orang she le tidak ada
sangkut pautnya tetapi kati ini aku menerima permintaan
seorang sahabat, permintaan mana sulit untuk ditolak.
sebenarnya ada niatku untuk mengadakan perdamaian,
supaya urusan dapat disudahi, apa mau kau telah melukai
orang-orangku, hal mana tak dapat dibiarkan saja, Maka itu,
saudara Suma, sukalah kau memberi keadilan padaku...."
Tiong Beng terperanjat kapan ia kenali orang ialah Kioe coe
bo Lian Hoan ie Goan Kay dan ong oi San yang tersohor
teleng as. ia memberi hormat dan menyahuti sambil tertawa:
"oh, kiranya Ie Tong kee Memang sudah lama kita tidak
pernah bertemu, Tapi, I e Tong ke, mengenal urusan ini, ^ulit
untuk aku berkata, Sudah tiga hari lamanya, dalam perjalanan
ini. Tiong Beng menemui orang orang yang mencurigai yang
senantiasa mengawasi kami.
Sukar untuk aku mengenali mereka lawan atau kawan
sebab mereka itu tidak sudi
memperkenalkan diri Tentang kejadian di tempat
penginapan itu, di sana seorang pengemis yang membawa
bawa ular berbisa telah melukai beberapa orangku, karena itu
terpaksa aku turun tangan-.. ia berhenti sebentar.
660 Ia mengasi lihat roman heran Terus ia tanya: "Mungkinkah
orang Kay Pay pun berada di bawah perintahmu. Ie Tongkee?"
ia berpaling kepada pihaknya dan berkata keras: "Coba bawa
kemari mereka yang terluka terpagut ular, Tolong kasi lihat
pada Ie Tongkee" Perintah itu dijalankan dengan cepat, Empat
buah gotongan segera dibawa dagang.
Mukanya Ie Goan Kay menjadi merah alisnya yang tebal
dikerutkan, ia menggeleng kepala.
"Pengemis itu bukan orangku." ia Kata. "Aku cuma
menanya lima orangku yang kena dilukakan-."
Ditanya begitu, Suma Tiong Beng tertawa lebar.
"Pertanyaan kau ini aneh, Ie Tongkee" sahutnya. " Kenapa
sebelum kau menanyakan jelas lantas kau menegur aku si
orang tua" orang orangmu itu sudah berlalu kurang ajar,
mereka telah mengganggu dua orang muda gagah yang naik
kereta keledai Mereka mencari bahaya sendiri, dari itu tak
dapat dipersalahkan lain orang siapa juga. Akupun hendak
menjelaskan, kedua orang muda itu bukanlah rekanku ie
Tongkee, urusan telah menjadi jelas, Barusan kau menyebut
kau telah menerima permintaan orang, sahabat baikmu,
mengapa dia tak nampak disini?"
Ie Goan Kay tidak menyahuti dia lantas memandang bengis
kepada in Gak berdua, yang kereta keledainya dihentikan di
dekat mereka. Ditanya begitu, le Goan Kay tertawa berkakak itulah
tertawa ejekkan. "Sahabat baik itu telah menantikan lama." katanya nyaring
Lantas ia bersiul keras dan lama, makin lama makin keras,
terbawa angin sampai jauh, hingga kemudian mendapat
sambutan dari atas jurang, dari mana lalu tertampak berlomba
turunnya satu orang, berlompat jumpalitan tiga kali.
Ketika dia sampai d iba wah, terlihat dia mengelakkan baju
panjang warna kuning emas, yang bergemerlapan disinari
matahari, bagus dilihatnya.
661 Suma Tiong Beng sudah lantas mengenali orang itu, ialah
Twie Hong sam Kiam Tan Goan Keng, yang dulunya sama
terkenalnya dengan ia sendiri, karena orang pun liehay
kepandaiannya ilmusilat pedang dan tangan kosong, j erij i
tangan dan kepalan, juga senjata rahasia.
Dialah orang Khong Tong pay, jadi dia ada di golongan
sesat dan lurus, perbuatannya baik danjahat bercampur baur.
Dialah satu diantara Tionggoan Kioe Tay Kiam-kek, sembilan
jago pedang di Tionggoan, jago nomor satu yaitu Tio Kong


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kioe, mertuanya ln Gak. Nama Goan Keng ada di bawahan Tiong Beng, dia tidak
puas, tiga kali pernah dia mencari Tiong Beng di Thian Ma
Piauw Kiok. selamanya Tiong Beng menampik tantangannya
bahkan dia suka mengalah, namanya jatuh di sebelah bawah,
tetapi Goan Keng tidak mau mengerti, dia mendesak untuk
bertanding, kesudahannya dia dilayanijuga.
Di dalam semua pertandingan dia kalah seurat, karena
penasaran, selagi beradu pedang dia berlaku teleng as.
Terpaksa akhirnya, Tiong Beng melukai kempolannya.
Baru setelah itu dia menyingkirkan diri Tidak dinyana sekali,
sekarang ini, selang belasan tahun, dia muncul pula. Tentu
sekali Tiong Beng jadi mendongkol.
"Tan Loosoe, Suma Tiong Beng telah mengetahui maksud
kedatangan ini" berkata si piauwsoe tua seraya maju setindak.
menghampirinya. "peristiwa yang sudah lama telah lewat,
sudah habis seperti asap dibawa angin, mengapa sekarang
loosoe mencari alasan untuk mengganggu aku?"
"Tutup mulut" bentak Twie Hong Sin kiam, tertawa dingin,
"Di dalam Rimba persilatan lebih baik orang mati daripada
namanya rusak. Untuk sakit hati tikaman pada kempolanku
dulu hari itu, aku telah berdiam diri di dalam gunung sampai
sepuluh tahun, aku telah meyakinkan ilmu pedang, maka itu
sekarang, jikalau kau dapat mengalahkan aku pula, nanti aku
menghapus sendiri gelarku Twie Hong sin Kiam itu"
662 Gelaran itu berarti "pedang pengejar Angin-" Mau atau
tidak. Tiong Beng menjadi gusar, "Tan Goan Keng, dengan
kata katamu ini tidak dapat kau memperdayai aku" ia kata, jikalau benar kau hendak mencari balas kau boleh cari aku di
kantorku, aku Suma Tiong Beng setiap saat aku bersedia
melayani kau Tapi caramu sekarang ini, teranglah kau
mengguna i akal muslihat Kau telah membujuki dan gunai akal
muslihat Kau telah membujuki dan menganjurkan ie Tongkee
merampas piauwku, supaya dengan begitu kau dapat
membikin aku malu dan celaka, Benar bukan?"
"Kau ngaco belo" Goan Keng berseru "Aku bukannya orang
semacam itu Aku cuma menjadi tetamu dari le Tongkee le
Tongke telah menerima baik undangannya Kiong boen siang
Kiat serta Hoei Thian Auw coe La w Keng Tek buat mencariJie
I n si penjahat peristiwa berdarah di Th a y goan, untuk itu le
Tongkee sudah mengirim orangnya ke pelbagai penjuru
meny elid ikiny a . Kebetulan saja aku mendengar kau tengah mengantar
piauw dan bakal lewat di sini, dari itu aku lantas melayani
perjalanan jauh untuk melakukan pertempuran yang
menentukan dengan mu seorang laki laki mesti bekerja secara
laki laki, kau mengatakan aku hendak merampas piauwsatmu,
itulah lucu. Aku cuma kebetulan saja datang bersama le
Tongkee" selagi mereka itu mengadu mulut, le Goan Kay sudah
berlompat maju ke depan kereta keledainya In Gak. dia
mengawasi si anak muda dan kawannya, terus dia tertawa,
sembari tertawa seram, dia kata "Dua anak muda, benar
benar kamu tak tahu tingginya langit tebalnya bumi. Cara
bagaimana kamu berani melukai orang-orangku" Apakah
mungkin kau tidak ketahui aturanku"
-ooo00ooo- In Gak dan Yan Bun tertawa dengan berbareng, mendadak
saja tubuh mereka mencelat dari keretanya, lompat ke depan
orang yang membuka mulut besar itu.
663 Goan Kay orang kenamaan tetapi dia heran dan terkejut,
Dia tidak melihat bagaimana cara nya orang bergerak, tahutahu
mereka sudah berdiri didepannya.
setelah menyalin pakaian, berdiri berendeng dengan In
Gak, Nona Kouw dan pemuda itu mirip anak-anak kembar,
sama-sama muda, sama sama tampan, disinari matahari
wajah mereka mentereng. Mengawasi mereka, jago itupun
kagum, Tapi ia mundur setindak. ia mengawasi tajam.
"Hm si nona memperdengarkan ejekannya. "Siapa sudi
memperhatikan segala aturanmu" sekalipun ada aturan itu
cuma untuk mengurus segala maling ayam dan pencuri anjing
sekarang aku hendak tanya kau, sebenarnya mau cari
siapa?" Goan Kay tertawa keras tetapi dingin.
"Aku tidak dapat menetapkannya" ia menjawab, "cuma
satu hal sudah pasti siapa main gila terhadapku dialah yang
aku cari" Suaranya jago dari ong ok San ini belum berhenti benar
atau mendadak pipi kirinya mengasi dengar suara
menggelepok nyaring pada pipi itu lantas berbekas tapak
tangan yang merah. Dia merasai kepalanya pusing dan
matanya kabur. ln Gak sebal untuk kejumawaan orang maka
ia mengirim tamparannya itu orang menjadi kaget dan heranGerakannya si anak muda hampir tak terlihat.
Jit Goat Sian-jin-ciang Lauw Koen berkuatir melihat Koen
coe-bo Lian-Hoan ie Goan Kay menghampirkan keretanya in
Gak berdua, ia kuatir mereka itu nanti dapat celaka maka
diam-diam ia memberi isyarat dengan tangannya kepada dua
piauwsoe untuk mereka itu menghampirkan guna membantu
kapan perlu tapi menyaksikan orang digaplok pipinya ia
terkejut ia heran bukan main-ia mengawasi dtngan menjublak.
Ie Goan Kay berdiam sekian lama karena gaplokan itu,
setelah sadar dia berteriak keras. dia mementang kedua
tangannya, mau dia berlompat untuk menyerang.
664 "Plok" kembali terdengar suara gaplokan dan gaplokan
yang kedua mampir di pipi kanannya sebelum ia berlompat.
Yan Bun menyaksikan caranya ln Gak berlompat dan
menyerang, ia menjadi kagum dan gatal maka ia meng geraki
kaki kirinya dengan ilmu silat Kioe Kiong Ceng Hou Imyang
Pou, setelah mencelat bagaikan kilat menyamber, tangan
kirinya terayun mampir di pipi kanan
orang, hingga lagi-lagi Goan Kay kesakitan dan menjublak
disebabkan kepalanya pusing dan matanya berkunangkunang.
Ie Goan Kay seorang berkenamaan, sekarang ia diperhina
begitu rupa. tak dapat ia mengendalikan diri lagi. Dengan
lantas kedua tangannya me raba pinggangnya, untuk
meloloskan senjatanya ysng istinewa, yang telah mengangkat
namanya, ialah rantai Kioe-coe bo Lian Hoan.
Hanyalah belum lagi senjatanya itu terloloskan, ln Gak
sudah lompat ke depannya memegang kedua tangannya
sembari berbuat mana sambil bersenyum si anak muda kata
sabar "le Goan Kay jangan kesusu. Terus ia menunjuk dengan
tangan kirinya ke arah Suma Tiong Beng dan Tan Goan Keng,
untuk menambahkan: "Kau tunggu sampai mereka itu sudah
bertemp dan ada keputusanny a, mas ih belum terlambat
untuk kau geraki tanganmu"
Habis berkata begini, tanpa menanti jawaban In Gak
melepaskan tangan kanannya, sedang tangan kirinya
menyambar Yan Bun buat diajak berlompat mundur.
Goan Kay berdiri diam, kedua tangannya di pinggangnya ia
mengawasi kedua anak muda itu.
Pikirannya kacau. ia mengerti liehaynya pemuda yang
memegang tangannya itu. Entah kenapa tangannya seperti
kehilangan tenaga, seumurnya belum pernah ia mengalami
kejadian seperti itu. Diakhirnya ia menghela napas dan kata
pada dirinya sendiri: 665 "le Goan Kay buat apa kau banyak lagak" Kedua anak
muda ini liehay sekali. lihatlah gerakannya barusan Apakah
kepandaianmu sendiri" Kau tak nempil rerhadap mereka...."
Lantas dia tunduk dengan lesu ia mengangkat kakinya, untuk
ngeloyor ke luar gelanggang.
Selama itu, Suma Tiong Beng dan Tao Goan Keng telah
berhadapan dengan pedang di tangan masing-masing, Mereka
jalan berputaran tanpa ada salah satu yang mau turun tangan
terlebih dulu hingga mereka mirip si tukang latih binatang lagi
melatih binatang piaraannya.
In Gak melihat kelakuan orang itu ia tertawa, ia ingat Hoe
Ceng yang di Tin Hong sia telah mempermainkan Mo Houw.
Baru kemudian dengan sekonyong-konyong Tan Goan Keng
memutar pedangnya hingga terlihat sinarnya berkelebat
bundar dia suaranya seperti menderu m dari mana bisa diduga
lihaynya ilmu silatnya "pedang Mengejar Angin-"
Menyaksikan gerakan itu In Gak lantas mengerti itulah ilmu
pedang Ho Loe Kiam-Hoat dari Khong Tong Pay, cuma oleh
orang she Tan ini telah di ubah dan dimahirkan menjadi begitu
rupa. Suma Tiong Beng juga sudah lantas menggeraki
gedangnya mengimbangi lawan itu, ia memutar pedangnya
guna menutup dirinya sebab penyerangan lantas datang
bertubi-tubi, Dengan begitu berulang kali terdengar suara
bentrokan disampingnya, anginnya pedang mereka.
Demikianlah kalau kedua jago bertempur hebatnya bukan
buatan, setiap kali pedang mereka beradu selain suaranya
yang nyaring lelatu apinya pun berpeletikan indah dipandang
disinarnya Sang surya. sambil menyaksikan in Gak tertawa, ia kata pada Yan Bun"Hebat ilmu pedang mereka itu, mereka bukan sembarang
jago.Jikalau dua harimau bertempur, salah salu mesti
666 bercelaka, demikian mereka ini. sayang tak perduli pihak
yang mana yang terluka."
Nona Kauw Cerdik, dapat ia menangkap maksud terlebih
dalam dari kata-kata si anak muda. ia diajarkan buat
memikirkanjuga berbareng memamerkan ilmu silatnya yang ia
baru dapat dari anak muda itu untuk mencoba ilmu
pedangnya, maka ia bersenyum.
Lantas ia pinjam pedangnya salah satupiauwsoe, dengan
apa ia berlompat ke dalam
gelanggang. Belum lagi kedua kakinya menginjak tanah,
ujung pedangnya sudah menyepak di
antara kedua pedang Tiong Beng dan Goan Keng secara
lincah tetapi keras, ia memaksa
kedua jago itu mundur tiga tindak masing masing.
Suma Tiong Beng telah mengenal kedua anak muda itu, ia
tidak menjadi terlalu heran, tetapi Goan Keng lantas berpikir:
"Entah siapa anak ini Kenapa ilmu pedangnya begini liehay
sedang kelihatannya ia bergerak secara sederhana sekali"
siapakah dia?" Karena berpikir itu, ia jadi berdiri diam saja.
Yan Bun berdiri diantara mereka itu, sembari tertawa manis
ia berkata: "Tuan-tuan, bukannya gampang kamu mengangkat nama
kamu, dari itu buat apa kamu mengumbar angkara- murka
kamu" Menurut aku baiklah sekarang kamu saling
menggenggam tangan, untuk kamu damai dan akur pula
seperti sediakala" ^ona ini tidak ketahui sebab bentrokan diantara mereka
itu. ia cuma menduga saja sedang disebelah itu, ia telah
mendengar pembicaraan di antara mereka, maka tahulah ia, si
penjahat ialah le Goan Kay.
"inilah urusan aku dtngan si tua-bangka she Suma,
denganmu,apa sangkut-pautnya?" Goan Keng menegur gusar.
667 Yang Bun tidak gusar, ia tertawa pula. ia kata "Tan Loosoe,
diantara kau dan Suma Loo-piauwsoe ada urusan
apakah" suka sekali aku mendengarnya?"
Mukanya Goan Keng menjadi merah, Malu ia untuk
menutur, itu artinya ia membuka rahasia.
Lagi-lagi si "pemuda" tertawa.
"Kita orang belajar silat, tak lain tak bukan untuk
menyehatkan tubuh, buat menjaga diri. Kalau kepandaian silat
kita digunai untuk berebut nama, sungguh belum pernah aku
mend engarny a " "Kenapa kau belum mendengarnya?" teriak Goan Keng,
"Bukankah selama dua ratus tahun telah terjadi pertempuran
berulang-ulang diantara sembilan partai besar di puncak Hoe
Yong Hong digunung Hoa san" Bukankah itu hanya untuk
berebut nama?" "itulah urusan partai-partai besar itu yang lagi mengajukan
ilmu silatnya masing-masing" kata si nona, tetap dia
bersenyum manis, Mereka itu beda daripada kita orang
perseorangan" Mengapa kau memikir demikian jauh" Apakah
bukannya kau mengandang maksud untuk mengacaukan
Rimba persilatan supaya mereka bentrok satu pada lain?"
Masih panas hatinya Tan Goan Keng, hingga rambut dan
kumisnya bangun berdiri "Menurut kau jadinya sia-sia belaka aku menyimpan diri
sepuluh tahun memahamkan ilmu pedangku?" dia tanya
berteriak. Yan Bun tertawa, hanya kali ini ia tertawa dingin"Bukannya aku yang rendah memandang tak mata
padamu. sebenarnya ilmu pedangku masih banyak yang
lowong" ia kata, suaranya keras Jadi benar-benarlah kau
kecewa sudah menyepi diri sepuluh tahun untuk meyakinkannya Kau
menyebut dirimu si pengejar angin, itu artinya kau
mengutamakan kecepatan, akan tetapi buktinya, permainan
silatmu kacau, ngambang tak ada isinya Coba kau bertemu
668 ahli pedang yang melebihkan kau, dengan satu tusukan saja
kau dapat dibikin mati. Umapama kata aku, meski aku tidak
berani mengaku diri ahli toh ilmu pedangku dapat dipakai
untuk membela diriku, Apakah kau tidak percaya" Mari kita
coba Mari kita bertanding selama sepuluh jurus, asal itu waktu
kau dapat mendekati aku dan menikam satu kali saja, suka
aku menyebut dan menghormati kau sebagai ahli pedang
nomor satu dalam Rimba Persilatan"
Goan Keng berpikir. ia mau percaya anak muda ini
bukannya lagi omong besar. Barusan ia lelah menyaksikan
bagaimana ia dan Tiong Beng dipaksa memisahkan diri,
hingga mereka mundur tiga tindak. Tengah berpikir itu, ia
melihat ke arah In Gak. la mendapatkan anak muda itu berdiri
tenang, mengawasi ia sambil bersenyum. ia berpikir pua, "ke
dua anak muda ini ada bersama, ilmu silat mereka pasti
berimbang, Yang satu masih sulit dilawan dua duanya . .
.jikalau aku kalah ditangan Suma Tiong Beng tidak apa,
tetapi..." ia menjadi serba salah tetapi ia mesti segera
mengambil keputusan. Akhirnya ia menghela napas dan berkata "Benar seperti


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katamu, laotee, aku bentrok dengan Suma Loo soe melainkan
disebabkan kita masing masing membawa adat kita sendiri
Lebih tegas, kita berebut nama, Demikian tigapuluh tahun
dulu. demikianjuga tiga puluh tahun nanti cuma kalau orang
tidak bersaing, apakah artinya" Bicaramu ini, laotee
menandakan kesabaranmu Hanya pembilanganmu tentang
pertandingan sepuluh jurus itu, aku sangsikan betul.
Aku percaya itulah berbau kejumawaan Baiklah, laotee, kau
boleh mulai menyerang aku. Baik dijelaskan dulu, aku sama
sekali tidak menghendaki nama sebagai ahli pedang nomor
satu Rimba persilatan Aku cuma ingin belajar kenal dengan
ilmu pedangku yang liehay"
Yan Bun girang, ia telah mendapatkan maksudnyaJago itu
telah berubah pikirannya inilah ketika untuk ia menguji
ajarannya In Gak. ia bersenyum dan berkata:
669 "Tan Loosoe, aku cuma dapat membela diri, tidak
menyerang, silahkan loo soe yang mulai " "Baiklah" kata jago
tua itu " Dia tidak sabaran- ini pun ketika untuk menguji si anak
muda, Dengan mendadak dia menggeraki tangan kanannya,
lantas pedangnya meluncur, cepat luar biasa serangannya itu.
Yan Bun bersenyum. ia menarik mundur kaki kanannya,
tubuhnya mendak sedikit, la pun mengangkat berdiri ujung
pedangnya buat dari kanan digeser ke kiri, lalu ditolak
perlahan kedepan. itulah sikap pembelaan diri, tak ada
maksud untuk menyerang. Kelihatannya Nona Kouw bergerak dengan perlahan, tetapi
pedang mereka bentrok keras suaranya nyaring, lelatunya
muncrat, Yang hebat ialah Goan Keng terpukul mundur
sendirinya, Maka heranlah dia. Dia menjadi penasaran.
Lagi sekali dia menyerang, dengan tenaga yang dikerahkan
delapan bagian. Mulanya dia bertindak. terus pedangnya
menikam. Yan Bun tertawa. Kali ini ia menangkis dengan pedangnya
ditudingkan kebawah lantas dari bawah dia putar naik, terus
dipakai menolak. Lantas Goan Keng mundur satu tindak "
Jago tua itu masih penasaran ia menyerang pula, berulang
ulang, ia mengguna i pelbagai jurus atau tipu pedangnya,
Hanya heran, setiap kali ia menyerang tentu ia
dipukul mundur, ia tak dikasi merangsak sekalipun satu
tindak. Dengan begitu tak sanggup ia mendekati tubuh
pemuda itu... Selama itu, setiap janjinya, Yan Bun cuma membela diri. ia
tetap mengguna ilmu pedang Thaykek Hoan Heng Kiam,
Diam-diam ia girang sekali.
In Gak menonton sambil bersenyum sedang Suma Tiong
Beng mengurut-urut kumis-jengotnya .
670 Kioe-coe-bo Lian Hoau le Goan Kay pun turut menyaksikan
maka sendirinya mukanya pucat. Hebat ilmu pedang si anak
muda. Coba dia membalas menyerang, tentulah gampang saja
dia merebut kemenangan... Juga piauwsoe lainnya turut
menjadi kagum. Sebentar saja sudah lewat delapan j urun, Hati Goan Keng
berdebar, wajahnya menjadi suram, ia heran dan penasaran,
ia menjadi berkuatir, ia berduka kapan memikir keruntuhan
namanya, sudah delapanjurus tanpa ada hasilnya, Tmggal lagi
dua jurus Bagaimana hasilnya ini.
"Ah, habislah aku, habislah aku..." pikirnya akhirnya. ia jadi
putus asa. Tepat jago ini mau menyerang untuk ke sembilan kalinya,
mendadak terlihatlah datangnya tujuh orang gerakannya
sangat cepat, Dengan berlompat dari tempat yang tinggi,
sampailah mereka itu di antara mereka ini. Goan Keng dan
Yan Bun mundur sendirinya.
Kapan Kioe - coe-bo Lian Hoan le Goan Kay telah melihat
tegas rombongan itu dia berseru dengan kegirangan "Goh
soepee.." Yan Bun sebaliknya lantas mengawasi tajam, hingga ia
dapat melihat nyata mereka itu.
Empat orang iniah orang-orang tua yang lanang alis dan
kumisnya. bajunya serupa yaitu baju panjang warna kuning,
cuma roman mereka yang berlainan, Yang satu belang
mukanya. pipi kirinya warna merah ungu, banyak bekas
tapaknya. Yang kedua matanya besar-besar sipit, Yang ketiga muka
keriputan- Dan yang ke empat seorang pendeta mukanya
celong dan matanya tajam. Tiga yang lain, Usia pertengahan.
berdiri dibelakang keempat orang tua itu pakaiannya hitam,
romannya licin. 671 Habis dia berseru memanggil itu, le Goan Kay melompat
menghampirkan keempat orang tua ita, guna memberi
hormat. Si muka belang tertawa dan menanya. "Kay Hiantit apakah
gurumu baik-baik saja?" Lantas matanya menyapu, lantas ia
menanya pula " Kenapakah kamu bentrok?"
"Terima kasih, soepee guruku baik," menyahut Goan Kay
sambil berdiri hormat kedua tangannya diturunkan lurus.
setelah itu ia memberikan keterangannya. si muka belang itu
tertawa. "Sudah beberapa puluh tahun aku tidak turun
gunung, aku tidak sangka sekali sekarang ada beberapa bocah
yang berani menyebut dirinya ahli pedang" katanya j umawa,
"Dan orang pun berani berebutan?" Lagi sekali dia tertawa,
keras dan lama. Ketiga orang tua lainnya berdiam saja, romannya dingin,
hingga mereka mirip mayat-mayat hidup,..
Ketika itu wajah Tan Goan Keng berubah, dia agaknya
mendongkol. Suma Tiong Beng sendiri lantas mendekati ln
Gak. "Aku telah mendengar kabar di Tionggoan muncul Djie In
orang yang menyebut dirinya si Pelajar Aneh," terdengar pula
si muka belang, rdan dia telah memuncratkan darah hingga
menjadi berbau bacin, bahkan satu sanakjauh dari aku, Goh
Hoa, telah terbinasa di tangannya Justeru itu, karena
menerima permintaan bantuan dari Tie Khong, muridnya Goh
Hoa, serta Kiong boen siang Kiat maka kita berempat yang tua
tak mau mampus sudah terpaksa turun gunung.."
"Akujuga telah menerima serupa permainannya Kiong boen
siang Kiat," I e Goan Kay memberitahukan. "Untuk itu aku
telah mengirim orang kepelbagai penjuru guna menyerapnyerapi
kabar, hanya sampai sekarang ini aku masih belum
menerima sesuatu laporan tentang dimana adanya orang yang
bernama Djie In itu..."
672 Mendengar semua itu, diam-diam in Gak bersenyum dingin,
hingga Yan Bun melirik padanya.
Si muka belang tertawa nyaring, dia berkata pua: "Tidak
perduli dia pandai menyembunyikan diri, dia tidak bakal lolos
dari mataku yang tajam, kecuali dia sudah mampus hingga tak
dapat dia dicari lebih jauh" "Hm" In Gak mengasi dengar suara
di-hidung. Si muka belang mengawasi pemuda ini, lalu dia kata: "Tapi
inilah bukan urusan terlalu kesusu, Tunggulah sampai aku si
orang tua telah pergi ke Tin Hong sie baru bicarakan terlebih j
a uh," ia memandang pula In Gak, lalu Yan Bun. ia tertawa
dan kata: "Ke dua anak muda, kamu tampan sekali, jikalau kamu
memikir untuk menjadi jago, baiklah selang lagi satu tahun
kamu cari aku seorang tua dicuncak soBoe Hong digunung
Kong san, Kho-Iee" Habis berkata dia berlompat, diturut enam orang dibela
kang nya, maka sebentar saja mereka sudah memisahkan diri
beberapa puluh tombak. Berulang - ulangi In Gak mengasi dengar suara. "Hm"
seraya ia terus mengawasi mereka itu.
"Giam laotee." berkata Suma Tiong Beng, yang tak
mengerti sikap si anak muda, "empat orang itu ialah orangorang
yang empat puluh tahun dulu sudah merobohkan lima
pendeta dari Siauw lim Sie dalam pertandingan di puncak Hu
Yong Hong di gunung Hoa Snn. Merekalah Kholee Kong San
Su Loo yang namanya menggetarkan dunia kita! Semenjak itu
waktu mereka berempat terus hidup menyendiri, tidak pernah
mereka turun gunung, sampai sekarang mereka mendengar
halnya Koay Ciu Sie-seng Jie In. Aku lihat dunia Rimba
Persilatan bakal bermandikan darah pula . ..."
"Hm!" In Gak bersenyum- Tak lebih.
673 Ketika itu Tan Goan Keng menghadapi Yan Bun, sembari
tertawa ia kata: "Laotee, ilmu pedangmu benar liehay, aku
kagum sekali! Baiklah, dengan memandang kau, suka aku
menyudahi perselisihanku dengan Suma LooSu, Sampai
bertemu pula?" Ia memutar tubuhnya, lantas ia pun ngeloyor.
Selama itu Goan Kay semua sudah tak terlihat lagi
sekalipun bayangannya. Suma Tiong Beng memandang ke sekitarnya, ia
mengerutkan alis. "Ie Goan Kay itu bangsa licik," ia berkata, "barusan ia
mengangkat, kaki karena dia melihat gelagat. Lain kali, Iaotee,
baiklah kamu waspada."
"Terima kasih." In Gak menyahut. "Sekarang ini jalanan
sudah aman, karena keretaku dapat jalan lebih cepat, ijinkan
kami berjalan lebih dulu, supaya kami lekas tiba di Lok-yang,
Iain kali, bila ada ketikanya, pasti kami akan pergi berkunjung
ke Kayhong!" Tiong Beng berat untuk berpisahan,
"Aku harap Iaotee berdua datang pasti, supaya aku si
orang tua dapat menantikan,"' katanya.
In Gak merasa terharu karena ia dipanggil lao-tee, ia pun
malu sendirinya. Tak dapat ia dipanggil dengan panggilan itu,
,,adik," karena ia seharusnya dipanggil keponakan. Orang tua
itu ialah sahabat kekal ayahnya. Tapi ia tidak dapat memberi
penjelasan terpaksa ia membiarkan saja. Bersama Yan Bun ia
naik keretanya, ia bersenyum ketika keretanya itu
diberangkatkan. Kereta dilarikan kearab kecamatan Tiang-tie. Angin meniup
keras, hawa udara pun dingin. Langit bersinar layung.
*** Hari itu tanggal lima bulan pertama, akan tetapi di gunung
Kwat Say San tak terdapat suasana musim semi. Puncak
gunung penuh dengan salju, pepohonan pada gundul atau
674 kering. Cuma sang angin yang memberi hawa dingin
disamping dinginnya salju. Burung-burung pun tak terdengar
suaranya. Suasana tetap suasana musim dingin.
Justru itu di jalan pegunungan itu terdapat dua orang muda
yang berlari-lari. Pakaian mereka sama, warnanya abu-abu. Di
punggung mereka ada tergendol pedang, kepala mereka
tertutup kopiah bulu. Muka mereka dilapis dengan topeng.
Yang beda dari mereka ialah yang satunya lebih langsing
tubuhnya., Mereka itu tidak bicara satu dengan lain. Sesudah
melintasi rimba dan jurang, baru mereka berhenti di depannya
sebuah gu ha. Namanya guha, itu sebenarnya sebuah.
Selokan besar lebar dua tombak, berliku-liku, ada airnya
mengalir, airnyapun jer nih hingga tampak dasarnya.
Memandangi selokan itu, anak muda yang satu
bersenandung perlahan: "Air yang jernih sebenarnya tak ada
kedukaannya, adalah sang angin yang membuat mukanya
berkerut-kerut ...Gunung hijau sebenarnya tidaklah tua,
adalah sang salju yang membuat kepalanya putih"
Pemuda yang satunya tertawa dan berkata: "Engko ln, kau
hebat! Diwaktu begini kau masih mempunyai kegembiraan
untuk bersyair! Sebenarnya juga selokan ini indah sekali,
maka aku percaya di dekat sini mesti ada rumah orang.
Menurut dugaanku, sarangnya si bangsat Jim
Cit Kouw tentulah tak jauh dari sini!"
Si anak muda berhenti bersenandung, dia tertawa. Dialah
Cia In Gak, sebagaimana kawannya ialah Kouw Yan Bun, yang
menyamar menjadi pria. "Mari kita jalan mengikuti selokan ini," katanya. "Sarang itu
tentulah tak lebih dari di tempat sepuluh lie disekttar sini" Ia
mengangkat kepalanya, melihat cuaca. Ia menduga waktu
sudah mendekati tengah hari.
Kawan itu mengangguk, lantas mereka berjalan bersama di
tepian selokan, yang mirip kali kecil.
675 Mereka ini berada di Liong-bun atau pegunungan Kwat Say
san, duapuluh-lima lie di selatan kota Lokyang di kota mana
mereka telah tiba dan lantas mereka bekerja mencari
tempatnya Jim Cit Kouw, musuhnya Yan Bun, untuk nona itu
menolongi ibunya. Gunung Kwat Say San terpecah dua oleh
kali Ie Sui itu, yang katanya di jaman dahulu digali Kaisar le,
untuk mencegah bahaya banjir. Dibagi dengan selat atau
lembah ditengah-tengah, bagian barat dipanggil Liong-Bun,
bagian timur ialah Biang San. Lembah itu besar dihulu, sempit
dihilir. Kali le Sui datangnya dari barat-daya. Liong-Bun
terkenal sebagai tempat yang sulit untuk dilalui, itulah benar.
Ketika itu kacau pikirannya Yan Bun. Ia berduka bercampur
girang, atau sebaliknya. Ia mirip orang mencegluk air godokan
oey-nie dicampur gula madu, pahit-manis, manis-pahit. !a
memikirkan ibunya, yang tentu bersengsara sangat. Atau
mungkin ibu itu sudah tak ada di dalam dunia ini karena tak
tahan siksaannya Jim Cit Kouw. Tapi ia mendapatkan ln Gak,
yang suka membantu padanya, ia menjadi mendapat harapan,
ia menjadi lega hatinya dan girang. Ibunya tentu bakal dapat
ditolongi. In Gak berjalan di sebelah belakang si nona, tak tahu ia
hati orang. "Tiba-tiba Yan Bun berseru:
"Engko In! Kau lihat!"
Tangannya pun menunjuk. In Gak memandang kearah yang ditunjuk itu. Disana, tak
jauh dari ujung selokan, ada jurang, dan dari jurang itu
meluncur air tumpah, jatuhnys keras, suaranya nyaring,
berkumandang di-lembah. Karena ketika itu angin Utara
meniup santer, suaranya berisik diantara daun-daun dan
cabang pepohonan dirimba situ, suara berisik itu sering
kesaman. Itulah sebabnya kenapa mereka tak dapat
mndengarnya dari jauh-jauhh. Pula uap air merupakan seperti


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

676 mega yang tebal, hingga tak mudah untuk mata melihatnya
tegas di sekitar air tumpah itu.
In Gak memandang tajam sekian lama. Dibalik uap air itu,
ia melihat sebidang tempat bagaikan paso- Ditengah-tengah
itu ada sekelompok rumah. Yan Bun tak dapat melihat setegas
ia. Ia jauh lebih mahir tenaga-dalamnya, ia pun telah makan
ho-sioe ouw serta banyak pel Tiang Coen Tan.
"Pastilah itu sarangnya Liong-Bun Ngo Koay!" katanya
dengan girang sesudah ia mengawasi terus sekian lama. "Mari
kita pergi lihat" Ia lantas menarik tangan si nona guna diajak lari separuh
diseret. Yan Bun pun mulai dapat melihat lebih tegas, hatinya
memukul keras. Begitu sudah datang dekat, dengan berani In Gak
mengajak si nona untuk lompat turun ke tempat yang tadi
mereka awasi itu, yang diduganya sarang musuhny Nona
Kouw, Justrui itu terdengarlah satu seruan: "Tahan dulu!"'
Keduanya lantas menunda gerakan mereka. Segera dari sisi
air tumpah terlihat munculnya tiga orang usia pertengahan,
yang tubuhnya kurus. dan semua matanya tajam dan bengis.
Salah satunya mempunyai apa yang dikebut kumis kambing
gunung. "Tuan-tuan, kenapa kamu tidak dengar kata"' orang itu
menegur. "Kami memanggilnya beberapa kali, kenapa kamu
diam saja" Apakah kamu kira ln Bu San-chung dapat
sembarang didatangi"''
Suara orang itu keras dan dingin, dia jumawa sekali.
ln Gak menjadi tidak senang. Ia tertawa dingin.
"Tuan, mengapa kau bicara begini tidak tahu aturan?"' ia
balik menegur. "Kau dengar sendiri, suara air tumpah
demikian berisik, mana kami dapat dengar suaramu yang
seperti suara nyamuk?"
677 Si kumis kambing gunung menjadi gusar, tetapi dia tertawa
bergelak. "Anak muda. kau benar-benar tidak tahu langit tinggi bumi
tebal!" dia kata keras. "Kami Liongsee Sam Niauw, kami
bukannya sahabat, bahkan musuh dari In Bu San-chung,
karenanya kami berlaku baik hati mencegah kami" Kamu tahu,
asal kamu lompat turun dan memasuki tempat itu tiga lie,
kamu bakal terbinasakan panah beracun! Lagi pula disana,
kecuali Jim Cit Kouw, ada lagi dua orang yang liehay sekali
ialah Bin San Jie Tok! Pit toaya dapat menerka kamu datang
guna menuntut balas, jikalau tidak, tidak nanti aku mau
mencapaikan lidah terhadap kamu!"
Dua orang yang lain tertawa, "Tuan-tuan jangan kecil
hati!'" katanya. "Beginilah tabiat keras dari Pit toako kami ini,
dia omong seenaknya saja, tanpa pikir-pikir! Sebenarnya
seharusnya kita bekerja sama, sebab bergabung kita untung,
bercerai kita buntung, Tak usah tuan-tuan memperdulikan
maksud kami maksud apa tetapi singkatnya maksud kami
tidaklah baik untuk keluarga Jim itu. Maka itu bagaimana
pikiran jiwie?" In Gak bersenyum. Karena mereka iiu musuh Jim Cit Kouw,
dengan mengajak bekerja sama, terang mereka hendak
menggunai tenaganya berdua. Dari itu, kenapa pihaknya pun
tidak mau menggunai ketika untuk menggunai tenaga mereka
itu. "Samwie, siapakah kamu"'! ia balik bertanya. "Apa samwie
sudi menyebut she dan namamu yang mulia" Samwie suka
bekerja sama, tolong samwie utarakan bagaimana caranya
itu?" "Aku bernama Pit Louw." kata si orang dengan kumis
kambing gunung. Lantas ia menunjuk kedua kawannya
bergantian: "Inilah Lo Hong dan itu Lui Yan! Jiwie she dan
nama apa?" 678 In Gak memberi hormat. "Terima kasih, itulah nama-nama yang telah aku dengar
lama." sahutnya. "Aku sendiri she Giam nama Gak, dan ini
adik-angkatku, Kouw Bun."
Yan Bun berdiam, didalam hatinya ia tertawa. Pandai engko
In-nya bersandiwara. "Oh, Giam Siauwhiap dan Kouw Siauwhiap!" Aku girang
sekali dengan pertemuan ini!"
katanya. Ia berhenti sebentar, terus ia menambahkan:
"Ketika kami belum datang kemari, telah kami mendengar hal
liehaynya Liong Bun Ngo Koay terutama Jim Him si Siluman
Kelima, katanya ilmu totoknya biasa meminta jiwa dan liehay sekali
barisan Ngo Heng Ciang mereka.
Kami bertiga, Liongsee Sam Niauw, kami tldak jerikan Ngo
Heng Ciang itu tetapi Jim Cit Kouw dibantu Bin San Jie Tok,
dia benar tidak dapat dipandang ringan" Sekali-pun kita
bekerja sama berlima, jikalau kita kurang berhati-hati, kita
sukar berhasil.." In Gak mengawasi ke rimba disamping kanannya, sikapnya
acuh tak acuh. Dengan lekas ia berpaling pula.
"Segala apa di dunia ini bergantung kepada usaha
manusia," katanya bersenyum. "Jikalau orang main jeri, takut
kepala dan takut ekornya, lebih baik orang jangan datang
kemari..." Pit Louw jengah, mukanya merah sendirinya.
Justeru itu di arah kanan mereka terdengar tertawa ejekan,
lantas lompat keluar orang imam dengan roman menakuti. Dia
lompat ke dekat Liongsee- Sam Niauw, Tiga Burung dari
Liongsee, tetapi dia tidak memandang mata kepada tiga jago
Liongsee itu, dia bahkan bertindak secara jumawa. Dia bukan
menghadapi mereka itu, dia justeru memandang enteng
kepada In Gak dan menegurnya dengaa bengis: "Bocah cilik,
679 besar bacotmu ! Benarkah kau percaya di In Bun San-chung
tak ada orang yang dapat menguasai kau?"
"Tua-bungka, siapa kau?" menegur si nona dalam
penyamaran. Imam itu lantas menjadi gusar sekali, lantas saja ia
mengulur sepuluh jari tangannya.
Melihat itu, ketiga Burung dari Liongsee terkejut, hingga
mereka mundur tiga tindak.
Melihat sepuluh jari tangan yang hitam dari orang itu, Yan
Bun lantas ingat satu orang. Ia tidak takut. bahkan ia lantas
menanya: "Bukankah kau Kwie-Jiauw-Coe Lim Ceng, murid
paling muda dari Kwie Mo Toojin?"
Imam itu meluncurkan sepuluh jerijinya perlahan-lahan,
ujung jarinya itu bergerak-gerak. Atas pertanyaan itu, dia
berhenti sebentar. "Eh. bocah, matamu tajam!" dia menyahut. Segera dia
maju pula, berbareng dengan tindakan kakinya yang maju
setindak demi setindak. Kwie Jiauw Coe si Kuku Setan tersohor urtuk
kekejamannya. Dia maju tanpa bisa diterka apa sasaran
penyerangannya. Sikapnya itu dapat membuat orang bingung
menerkanya. Begitu biasanya, setelah datang dekat barulah ia
menyerang secara tiba-tiba. Juga kali ini. Siapa terserang dia
mesti celaka sebab sepuluh jari tangannya ini ada racun.
Ketika itu angin gunung bertiup keras, ditambah berisiknya
suara air tumpah, Liongsee Sam Niauw mengawasi dengan muka muram,
hatinya tegang. Yan Bun bersikap sungguh-sungguh, ia menanti serangan.
In Gak menonton dengan kedua tangan digendong dan airmuka
bersenyum tawar. Sekonyong-konyong tangannya Kwie Jiauw Coe diluncurkan
kemuka Nona Kouw. 680 "Ah!" menjerit Liongsee Sam Niauw.
Kwie Jiauw Coe berhenti didepan Yan Bun tak ada satu kaki
jaraknj.a, maka itu tangannya dapat meluncur kemuka si
"pria" yang tampan itu, akan tetapi belum lagi si nona
bergerak, In Gak yang berdiri disisinya sudah berseru seraya
tangannya menyamber kedua lengan si Kuku Setan. Dia
menyamber luar biasa cepat karena dia menggunai jurus Tie
Liong Cioe atau "Mengekang Naga" dari Hian Wan Sip-pat
Kay. "Krek!" demikian suara keras terdengar. Maka patahlah
lengan nya Tam Ceng. Menyusul itu sebelah kakinya si
pemuda terangkat naik. Tubuhnya si Kuku Setan lantas
terpental melayang, dari mulutnya terdengar jeritan dahsyat.
Tubuh itu jatuh kedalam rimba jauhnya belasan tombak!
Liongsee Sam Niauw heran bukan kepalang. Bukankah
Kwie Jiauw Coe sangat liehay dan kesohor" Kenapa dia roboh
dalam hanya segebrakan" Mereka pun terkejut. Coba tadi Pit
Louw, kakak mereka, main gila terhadap pemuda itu, tidakkah
cade" Syukur Lo Hong, sang adik angkat, keburu datang sama
tengah. Liongsee Sam Niauw telah banyak pengalamannya. Mereka
menganggap sepasang anak muda itu masih hijau. Bukankah
mereka masih muda sekali" Maka mereka pikir baiklah kedua
pihak bekerja sama, supaya kedua pemuda itu yang maju
didepan, mereka sendiri akan jadi si nelayan yang menerima
hasil wajar. Sekarang ternyata dua orang itu liehay sekali,
mereka lantas menukar siasat.
"Sungguh kau liehay sekali, Giam Siauwhiap!" kata Lui Yan.
In Gak berdiam, juga si nona.
Pit Louw melihat dua anak muda itu berdiam saja, roman
mereka sungguh-sungguh, ia tahu apa ia mesti bikin. Ia
tertawa dan kata: "Jiewie, kami bertiga kenal baik tempat ini,
681 mari kami yang membuka jalan!" Ia lantas menggapai kepada
dua saudaranya, ia terus berjalan didepan.
Dengan lantas ketiganya berlompat turun kebawah.
Sebelum menyusul tiga orang itu, Yan Bun mencekal
lengan engko In-nya. "Engko In, hebat gerakan tanganmu barusan" katanya
perlahan. "Dapatkah kau memberi petunjuk padaku?"
"Baiklah!" sahutnya. Tapi ia bukan lantas mengajari, sebali
knya ia berbalik mencekal tangan si nona, untuk ditarik, maka
dilain saat mereka sudah bersama-sama lompat turun
kebawah. Di situ si pemuda membawa kawannya kedalam pepohonan
yang lebat. "Begini!" katanya. Ia mengajari jurus yang barusan, jurus
"Memutus Otot, Memotong Nadi," yang terdiri dari tiga
gerakan. Yan Bun girang sekali, apa-pula ketika ia segera dapat
menggunainya. Ia sangat cerdas, sedang satu jurus dengan
tiga gerakan adalah pelajaran yang sangat luar biasa.
"Jurus ini dapat digunai berbareng dengan Kioe Kiong Ceng
Hoan Im yang Pou," kata In Gak tertawa. "Kau gunailah
secara bertentangan. Kau cerdik, adik Bun. tentu kau dapat
menjalankannya tanpa petunjuk lebih jauh dari aku. Nah, mari
kita maju!" Pemuda itu berlompat ke depan, diikuti si nona yang lincah.
Liongsee Sam Niauw telah pergi jauh, mereka tak tampak
bayangannya, tetapi In Gak berdua dapat mengikuti tapak
kaki mereka. In Bun San-chung dari Liong-Bun Ngo Koay mempunyai
hawa udara yang istimewa. Disini, sekalipun dimusim dingin,
matahari keluar seperti biasa dan hawanya hangat. Dilain
pihak, di dalam ketiga musim semi, panas dan rontok, seluruh
hari nampak kabut, jarang ada satu hari saja yang bercuaca
682 cerah. Maka itu, tempat itu menyenangi sekali untuk ditinggali.
Letaknya rendah tetapi hawa tak semak dan demak.
Tengah maju itu, In Gak dan si nona mendengar suara
bentakan-bentakan yang samar. Si pemuda pegang tangan
kawannya, untuk mengajak berhenti Ia pun lantas kata
perlahan: "Rupanya Liongsee Sam Niauw terpergok. Kita
belum tahu maksud mereka bertiga, baik kita jangan
sembrono turun tangan. Mari kita maju dengan jalan diatas
pohon. Lebih dulu kita mesti lihat orang-orang liehay macam
bagaimana yang berada di dalam In Bu San-chung ini,
kemudian baru kita menolongi ibumu. Kau setuju?""
Yan Bun berpikir. "Tetapi, engko In," katanya, "bukankah kau telah
menjanjikan untuk bekerja sama, untuk membantu Liongsee
Sam Niauw" Aku pikir baik kita bekerja begini. Kau pergi
menghampirkan mereka, buat membantui mereka melibat
musuh, aku akan masuk sendiri dengan diam-diam, untuk
menolongi ibuku. Bukankah itu lebih mudah untuk usaha
kita?" "Begitupun baik, adik Bun," kata In Gak bersenyum. Ia
mendapat kenyataan ilmu silat si nona telah maju pesat, boleh
ia mengandalkannya. "Baik, aku nanti membantu mereka, lalu
aku akan mencari kau kedalam. Umpama kau gagal, kita
bertemu pula dimuka air tumpah tadi!"
"Baik!" berkata si nona yang sangat bernapsu menolongi
ibunya, maka juga habis menyahuti, ia lantas lompat pergi, ia
menuju kesamping. In Gak menanti sampai si nona sudah tak terlihat pula, baru
ia pergi kearah dari mana bentak-bentakan tadi datang.
Segera ia telah tiba disana, tetapi ia menyembunyikan diri
dibeiakang pepohonan. 683 Pertempuran lagi berlangsung, diantara Pit Louw dan Jim
Houw, Siluman kedua dari Liong-Bun Ngo Koay. Sekarang
tidak lagi mereka saling mendamprat. Dipihak In Bu Sanchung,
dusun Mega dan Kabut, terlihat belasan orang. Empat
Siluman lainnya hadir bersama. Diantara mereka ada seorang
nyonya tua yang tubuhnya katai dan kurus, yang mukanya
keriput dan rambutnya ubanan semua, tangannya mencekal
sebatang tongkat panjang berkepala naga-nagaan. Dia
bermata sangat tajam. "Wanita tua itu mungkin Jim Cit Kouw," kata In Gak
didalam hati. "Entah diantara mereka ini ada Bin San Jie Tok
seperti dikatakan Liongsee San Niauw atau tidak.."
Pit Louw lagi menggeraki tangan kirinya dengan jurusnya


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuncii Besi Tenggelam di 5ungai" untuk menutup tangan
kanannya Jim Houw, tangan kanannya berdiri lantas meninju
kedada lawan. Ia telah mengerahkan tenaganya dan
menggunai kecepatannya, sedang kakinya bertindak
mengiringinya. Jim Houw terkejut. Itulah ia tidak sangka. Tak keburu ia
menangkis. Maka itu ia melengak, lompat jumpalitan, setelah
menaruh kaki di tanah, ia menekuk kedua dengkulnya guna
memasang kuda-kuda itu. Dengan begitu ia pun dapat
mempertahankan diri supaya tidak menjadi roboh.
Pit Louw bertabiat keras, ingin ia segera merobohkan
lawannya, tidak mau ia memberikan ketika. Maka ia
merangsak, tangan kanannya diajukan ke muka, untuk
menghajar pula. Jikalau ia berhasil, mestilah patah atau remuk
tulang-tulang dadanya Siluman ke-dua itu.
Jim Houw bukan musuh en teng. Dimana ia sudah sempat
memasang kuda-kuda, ia menyambut i serangan itu. la
menggeser tubuhnya, tangan kirinya menangkis, tangan
kanannya membalas menyerang. Dengan dua jari ia menotok
jaian-darah khie-hay dari penyerangnya yang galak itu.
684 Pit Louw terkejut. Ia tidak sangka musuh demikian sebat.
Ia menarik pulang tangannya itu sebelum mengenai
sasarannya ia pakai untuk menangkis, berbareng dengan
mana, ia pun lompat kekiri.
Jim Houw ingin menyelamatkan diri, ia juga lompat ke
kanan. Diam-diam In Gak memuji kesebatannya Pit Louw.
Setelah itu terdengar tertawa dingin dari ketua Liongsee
sam Niauw yang berkata,"Aku tidak sangka Liong-Bun Ngo
Koay yang namanya kesohor dalam dunia Kang Ouw sudah
melakukan perbuatan hitam makan hitam! Sekarang lekas
kamu keluarkan itu sebuah peti emas dan mutiara, untuk
membeber itu di muka kaum Rimba Persilatan, dengan begitu
ada jalan untuk kamu berdamai dengan kami dari Liongsee
Sam Niauw!" Mendengar itu, ln Gak kata dalam hatinya: "Htn, kiranya
kamu. ada satu bangsa! Jikalau begitu, Liongsee Sam Niauw
juga bukan orang baik-baik!"
Jim Houw tertawa lebar menyambut kata-kata mengejek
dari lawannya. "Sahabat Pit, kau keliru! Harta itu bagian yang
menemukannya, dan siapa yang mendapatkan, dialah yang
liehay! Kamu harus menyesalkan kepandaian kamu yang tidak
mahir, barang yang telah didapatkan telah kena kami rampas!
Siapakah kamu hendak sesalkan" Bahkan itu waktu, karena
mengingat kamu sesama rekan, Jim Jieya sudah tidak mau
mencelakai kamu! Siapa nyana sekarang, perbuatan baik dari
aku tidak mendapat pembalasan baik, buktinya kamu berani
datang ke In Bu San-chung untuk mengacau! Hm! Apakah
kamu memikir untuk kamu semua berdiam disini?"
Pit Louw menjadi gusar sekali, hanya belum lagi ia
membuka mulut, ia sudah didului Lui Yan. Burung ketiga yang
paling sabar tetapi sekarang tak dapat menguasai diri lagi. Dia
685 lantas lompat kedepan musuh dan berkata nyaring; "Jim Loojie,
siapakah rekanmu" Kami Liong-see Sam Niauw, kamilah
lak i-laki sejati! Benar kami menjadi penjahat tetapi kami cuma
merampas harta, kami tidak biasa melukai atau membunuh
orang! Kami tidak seperti kamu orang dengan muka manusia
tetapi berhati binatang! Bukan saja kamu telah rampas barang
yang didapati kami, kamu juga sudah membunuh habis orang
tua dan muda, lantas kamu memfitnah kami! Apakah maksud
sebenarnya dari kamu?"
Baru Lui Yan menutup mulutnya, Jim Cit Kouw, ialah si
nyonya tua, sudah berlompat ke-depannya. Ia berada lima
tombak jauhnya tapi sekejab saja ia telah sampai didekat
Burung yang ketiga itu. Menyaksikan kesebatan si wanita tua, ln Gak kagum.
Jim Cit Kouw memandang tajam Liongsee Sam Niauw.
"Sahabat-sahabat, kamu masih belum ketahui aturan yang
diadakan di ln Bu San chung ini," katanya. "Adalah aturan kita,
habis bekerja. kita mesti membekap mulut orang, guna
mencegah ancaman malapetaka dibelakang-hari! Kamu toh
bukannya orang-orang yang tersangkut, buat apa kamu tampil
kemuka, untuk memaksa kami" Benar apa yang dibilang
anakku ini, maka lekaslah kamu berlalu dari sini! Hari ini aku si
perempuan tua tidak mau membuka larangan membunuh!"
Belum lagi Pit Louw, atau salah satu saudaranya,
menjawab orang tua itu, dari arah rumah terlihat seorang
berlari-lari mendatangi, setelah datang dekat, dia berbisik
pada Jim Liong- Dia ini menjadi kaget.
"Ibu, ada bahaya di rumah kita!" ia berkata. "Anak Hee
telah ada yang rampas! Liongsee
Sam Niauw tak dapat dibiarkan hidup, maka itu lekaslah
bereskan mereka!" Air mukanya Jim Cit Kouw pun berubah. Ia terkejut.
Dengan tiba-tiba ia geraki tongkatnya, menyerang melintang
686 kepada Liongsee Sam Niauw. Ia menggunai jurus "Naga gusar
menggoyang ekor." Hebat serangannya, anginnya tongkat sampailah berderum.
Sam Niauw tidak sangka mereka bakal diserang secara
demikian. Ketika itu mereka lagi berbaris bertiga. Tapi mereka
tabah dan gesit, dengan serentak mereka berlompat mundur.
Dengan lantas mereka menghunus senjatanya masing-masing.
Ketika itu In Gak melihat Jim Liong lari pulang. Ia menduga
tentulah Yan Bun sudah berhasil. Ia cuma tidak tahu, yang
dipanggil "anak Hee'" itu atau "Hee Jie," ibunya si nona atau
bukan. Ia lantas memikir untuk menyusuL Akan tetapi, belum
lagi ia bertindak, ia ingat pesan si -nona untuk jangan
melenyapkan kepercayaan terhadap Liongsee Sam Niauw.
Sekarang ia dapat kenyataan, meskipun sama-sama menjadi
penjahat, ketiga Burung itu beda daripada Liong bun Ngo
Koay yang telengas. Lengah ia berpikir itu, ia mendapatkan
Jim Cit Kouw sudah menyerang pula Sam Niauw, yang seperti
dikurung tongkat. Jago wanita ini agaknya mau mentaati katakata
puteranya, Jim Liong, untuk tidak membiarkan hidup
kepada tiga musuh itu. Liongsee Sam Niauw benar liehay. Dengan gesit dan liehay
mereka membuat perlawanan. Mereka pun tidak sudi kena
dikurung. Serangan mereka liehay semuanya.
Demikian mereka bertempur sampai belasan jurus.
Rupanya habis sabarnya si nyonya tua, dia kata dengart
nyaring: "Kamu bertiga tidak tahu gelagat mesti maju atau
mundur, maka jangan kamu sesalkan aku si wanita tua tidak
suka berbuat baik lagi!" Kata-kata itu disusul dengan
rambutnya pada meringkik bangun dan kedua matanya
bersinar sangat bengis. "Hm!" Sam Niauw menjawab. Bukannya mereka mundur,
mereka mencoba merangsak. Meski begitu, walaupun roman
mereka tenang, hati mereka sudah gentar.
687 Jim Cit Kouw sudah lantas membuktikan ancamannya. Ia
menyerang dengan tangan kanannya, yang diluncurkan.
Sam Niauw lantas merasa tubuhnya seperti tertolak keras,
hingga tubuh mereka terhuyung, hanya sedikit, mereka berdiri
pula dengan tegak. Pit Louw menyerang dengan Coa -tauwpian.
cambuknya yang berkepala ular-ularan. Ia mencari jalan
darah kie-Bun. Lo Hong dengan tempuling Sam-leng Ngo-bie
cee menikam kejalan darah hok-kiat, Dan Lui Yan, dengan
tombak Long-gee-sok, menusuk jalan darah giok-cim dibatok
kepala, untuk mana ia sudah mencelat ke belakang si nyonya.
Maka terancamlah njonya tua itu-.
Tidak kecewa Jim Cit Kouw menjadi jago. Walaupun ia
wanita dan usianya sudah lanjut, hatinia tabah, tubuhnya
gesit. Ia memutar tongkatnya dengan jurus "Badai mengebut
yanglioe," dengan begitu dengan satu kali bergerak saja ia
dapat menutup dirinya, membikin gagal serangan ketiga
lawan. Ketika itu Jim Liong sudah pergi jauh, ia lantas disusul
ketiga Siluman lainnya. Mereka ini bertiga berani
meninggalkan ibu mereka sebab mereka percaya ibu itu dapat
melayani Liongsee Sam Niauw. Yang masih menanti adalah
beberapa kawan, yang rata-rata mengagumi ilmu tongkatnya
si nyonya tua. Sam Niauw terkejut. Ilmu silat musuh tua itu membikin
mereka tak dapat menyerang masuk,
senjata mereka juga saban-saban tertangkis terpental,
hingga sering-sering tubuh mereka menjadi terbuka. Mereka
tahu itulah ancaman bahaya.
Dugaannya jago-jago Liongsee itu lekas juga merupakan
kenyataan, Jim Cit Kouw tidak mau memperlambat waktu.
Kembali ia meluncnrkan tangan kanannya, dari kanan ke kiri,
ia menyabet dengan jurusnya "Menyapu tentara seribu jiwa."
Untuk merobohkan ketiga musuh, ia pikir untuk jangan
berlaku sungkan lagi. 688 Sam Niuaw kaget, semuanya lantas lompat mundur. Disaat
itu, senjata mereka sudah tersampok mental, hingga tubuh
mereka menjadi kosong. Mereka berlompat dengan cepat
akan tetapi anginnya pukulan toh mengenai pundak mereka
.... Sekonyong-konyong terdengarlah siulan jernih dan nyaring,
selagi Sam Niauw terancam itu, terlihat satu orang berlompat
bagaikan terbang, hingga dia nampak seperti bayangan.
Lantas Sam Niauw menjadi kaget dan heran. Mereka bebas
dari serangan anginnya Jim Cit Kouw, tubuh mereka mental
tiga tombak, hingga mau atau tidak, mereka terhuyung dan
akhirnya roboh. Meski begitu, mereka tidak takut, bahkan
mereka merasa lega hati. Teranglah mereka telah ditolong
keluar dari Kota Iblis. Setelah berlompat bangun dan melihat, mereka menjadi
girang. Didepannya Jim Cit Kouw berdiri si anak muda yang
mereka tahu liehay. Dialah In Gak, yang berdiri tenang,
mengimplang si nyonya tua sambil kedua tangannya
digendong kebelakang, cuma wajahnya terlihat keren.
Jim Cit Kouw sudah kena dipaksa mundur dua tindak,
karenanya dia tercengang. Dia merasakan orang bertenagadalam
kuat sekali. Ketika dia mengawasi orang didepannya,
dia heran. Dia mendapatkan orang masih muda. Tentu sekali
dia tidak tahu orang lagi memakai topeng. Dia menjadi gusar.
"Bocah, berhakkah kau mencampuri urusanku si orang
tua?" dia menegur. In Gak tertawa, ia bersikap memandang enteng. .
Cit Kouw menanti jawaban, sambil menanti, dia mengawasi
tajam. Dia tidak puas terhadap si anak muda, untuk sikapnya
yang menghina itu. Tapi dia tidak dapat membaca hati orang.
In Gak berkata juga kemudian, perlahan.
689 "Jim Cit Kouw, aku tidak perduli urusan kamu kedua pihak!"
katanya, benar perlahan tetapi tajam, "Aku datang untuk
urusan lain. Aku hendak Tanya kau. Ketika empat belas tahun
dulu, kau bersama anakmu yang celaka sudah merampas
seorang wanita di Gan-giam" Sekarang mana wanita itu?"
Tatkala itu angin menghembuskan hawa hangat, sinar
matahari tengah hari pun memancar di tubuh orang, hawanya
panas, akan tetapi tanpa merasa si nyonya tua menggigil
seperti kedinginan. Sebisa-bisa ia berlaku tenang.
"Wanita itu muridku yang murtad." sahutnya. "Itulah
urusan rumah-tanggaku, kau tidak berhak mencampurinya!"
In Gak tertawa terbahak. "Benar, itulah benar urusan rumah-tanggamu!" katanya".Tetapi menghancurkan rumah tangga orang dan
membinasakan suami orang, adakah itu juga urusan rumahtangga?"
Jim Cit Kouw heran, hatinya guncang. Dia mengawasi
tajam pemuda di depannya ini, dia mendapat perasaan luar
biasa, dia merasa tak wajar sendirinya. Tapi dia besar nyalinya
dan tabah, dia mencoba menguasai diri.
"Binatang!" bentaknya. "Apakah kau menganggap dirimu
gagah" Kau hunuslah pedangmu! Mari kita main-main! Apakah
kau sangka aku si orang tua jeri?"
Kali ini suara si nyonya berubah luar biasa, Itu bukan lagi
suara seorang wanita, apa pula wanita tua seperti dia. Itu
mirip suaranya serigala. Bahkan orang-orang In Bu san-chung
sendiri turut terkejut karenanya.
In Gak tidak kaget atau gentar, dia bahkan tertawa.
"Pedang sakti tak tepat untukmu!" katanya, "Pedang sakti
tak ada lawannya di kolong langit ini!"
Orang heran mendengar kata-kata itu. Liongsee Sam Niauw
tidak terkecuali. Jago-jago Liongsee ini malah mau percaya si
anak muda sangat tekabur.
690 Tubuhnya Jim Cit Kouw bergerak., berlompat maju,
tongkatnya bergerak pula, mendadak. Teranglah dia murka
melewati batas, hingga dia tak dapat menguasai diri lagi.
ln Gak tenang menghadapi serangan itu, serangan dari
kematian, ia bersenyum. Tubuhnya bergerak gesit ke
samping, membuatnya tongkat tak mengenai sasarannya,
cuma lewat disisinya. Sementara itu tangan kanannya
bergerak, tiga buah jari tangannya bekerja sebat, menjepit
ujung tongkat lawannya itu!
Itulah tidak disangka sekali, baik oleh Cit Kouw sendiri mau
pun oleh sekalian hadirin. Bukankah mereka baru saja
bergebrak" Bukankah tongkat itu sangat liehay"
Tanpa membilang apa apa Cit Kouw menarik tongkatnya
itu. la telah mengerahkan tenaganya, hingga otot-otot di
jidatnya terlihat tegas. Tidak berhasil ia dengan percobaannya
itu. Tongkatnya tak dapat digemingkan.
Jilid 9.1 : Ibunda Yan Bun tertolong
In Gak juga tidak berdiam saja mempertahankan diri. Habis
orang menarik keras, ia mengerahkan tenaga di tiga jerijinya
itu. Lalu "Tak" maka patahlah ujung tongkat sepanjang lima
dim. ia terui melemparkan patahan itu, yang terbang
menyambar batang pohon tak jauh dari mereka, nancap
masuk ke dalamnya orang kaget dan heran, semuanya
sampaikan menahan napas. Diam-diam si nyonya itu menyedot napas dingin. Benarbenar


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia tidak menyangkanya. Karena nya mendadak ia
melemparkan tongkatnya yang sudah buntung itu dengan
kedua kakinya lantas menjejak tanah untuk berlompat
mundur, keluar dari gelanggang.
691 Lagi-lagi orang heran. Dibenaknya In Gakpun segera muncul pikiran: "Jim Liong
bilang bahwa si anak Hee kena orang rampas. Bukankah dia
ibunya adik Bun" Kenapa aku melayani dia ini dan bukannya
pergi masuk untuk memperoleh kepastian?" ia tidak berpikir
lama guna mengambil putusanTanpa menghiraukan lagi si nyonya tua, ia berlompat buat
terus lari ke arah rumah. Bagaikan terbang melayang, ia lewat
di depannya nyonya itu. Jim Cit Kouw terkejut, dia tersadar. Dengan wajar dia
mengayun sebelah tangannya menghajar ke punggung musuh
yang tangguh itu, Dialah satu jago, dapat dimengerti jikalau
hajaran ini dahsyat sekali.
In Gak tidak menghiraukan serangan itu, ia cuma
menangkis ke belakang dengan tangan kirinya, ketika kakinya
berlari-lari terus, tubuhnya tetap lari juga.
Hebat adalah si nyonya tua, Dia menyerang keras
kesudahannya dia sendiri yang tertolak mundur dua tindak
hingga dia menjerit saking kaget, heran dan kagum, sekarang
dia tidak tercengang lagi maka itu diapun lari untuk menyusul.
Ketika dia didalam In Bu San Chung terlihat asap mengepul
di empat penjuru, api nampak mulai berkobar-kobar.
In Gak telah lantas sampai di dalam. ia mendapatkan
sebuah rumah yang besar dan indah yang balok-baloknya
berukiran, tetapi tak sempat ia menikmati itu semua, ia masuk
terus mencari nona Kouw. Ia telah menemui beberapa orang yang rebah di lantai,
tangan atau kaki mereka itu
pada patah, jiwa mereka belum lenyap cuma darahnya
berlepotan. Diantara mereka juga terdengar rintihan yang
menyayatkan hati, ia mengarti pastilah Yan Bun sudah
692 membuka pantangan membunuh dengan mengerjakan
pedangnya, pedang Leng Koe atau si Kura kura sakti.
Ketika ia masuk terlebih jauh ke dalam ia masi h
menemukan orang orang yang luka mungkin sampai lima
puluh orang, di antaranya ada beberapa kurban wanita.
Di pojok tembok. di luar ia melihat seorang bocah lagi
merungkut ketakutan ia menghampirkan dan menanya dengan
bengis: "Apakah kau melihat seorang nona ..-.ah...seorang
muda yang membawa pedang?" Hampir ia membuka rahasia
penyamarannya Yan Bun. Bocah itu lagi ketakutan dia tidak dapat menyahuti bahkan
dia menggigil, matanya membelalak.
"Kau mau bicara atau tidak?" bentak In Gak kakinya
dibanting. Masih bocah itu ketakutan tetapi sekarang dia dapat juga
membuka mulutnya, Dia kata, "Jangan gusar tuan, jangan
bunuh aku...Dia telah menggendong Hee Ie pergi lari."
"Dia lari ke mana?" in Gak tegaskan.
"Aku tidak tahu, Habis melukai orang dia pergi. Aku cuma
lihat keempat ChungCoe muda bersama kedua loosoe dari Bin
sanp pergi memburu dia, ia mengangkat tangannya menunjuk
ke arah timur. Tanpa membuang tempo lagi in Gak memburu ke timur, Di
belakangnya terlihat Jim Cit Kouw serta orang orangnya lagi
menyusul, wanita tua itu berteriak-teriak: "Bintang kau telah
membunuh orang dan membakar rumah, apakah dapat kau
lolos sedia begini saja?"
In Gak dengar suara itu, ia berpaling, matanya memandang
tajam. "Bangsat wanita tua, jangan sembarang bicara" ia kata
"Apakah kau kira tuan mudamu ini yang membunuh orang dan
membakar sarangmu" Baiklah kau ketahui di dalam In Bu san
Chung itu semua orang dibunuh mampus Layak"
693 Karena ia berpaling dan berhenti In Gak kena disusul
Lantas ia dikurung. Seorang yang berpakaian hitam dan kumisnya hitam juga
menghunus pedang, ia maju mendekati
"Tuan, kau bicara besar sekali. Mengapa kau tidak mau
menyebutkan she dan namamu?" ia kata, "seharusnya kau
memperkenalkan diri supaya dikenal orang-orang gagah di
kolong langit ini" Jadinya kau tepat disebut orang gagah?" In Gak tertawa
menghina. "Hm" orang itu gusar.
" Ketahui olehmu, akulah Wan Kong-Kiam Coa Heng" dia
berkata memperkenaikan diri, "Aku bukan orang besar tetapi
aku ada namaku juga. Bukan seperti kau yang takut menyebut
diri tetapi berani mengepul Di kolong langit ini belum pernah
aku mendengar nama besarmu"
Bukannya ia murka, In Gak sebaliknya tertawa geli. ia
menatap. "Coe Laosoe" katanya menggoda, "kau jadinya mirip
dengan Bu Toa Lang yang makan obat. Makan kau mati tidak
makan kau mati juga" Kata kata itu ditutup dengan
dihunusnya pedang Thay oh Kiam hingga sinarnya
berkeredepan, menyorot keempat penjuru. Kebetulan itu
waktu, malahan bercahaya sangat terang.
Coe Hang kaget melihat pedang itu yang menyilaukan
matanya, ia tahu itulah pedang
tua, pedang mustika. Tapi dia telah menantang, tidak dapat
dia mundur tanpa alasan-Bahkan dia memikir untuk turun
tangan terlebih dahulu. Maka mendadak dia lompat maju
dengan tikamannya serupa jurus yang bernama "Kera terbang
jatuh dari cabang." Karena dia berlompat, dia menikam dari atasi ke bawah.
Dia gesit sekali, serangannya pun sangat cepat.
694 In Gak berdiri tegak tak bergerak, ia menanti datangnya
tikaman. Tepat orang tiba di mukanya kaki kanannya berkibar
ke kanan hingga ia lantas berada di samping orang, terus
menggeser pula ke belakang, tangan kirinya lantas membacok
ke pundak bagian belakang dari Wan Kong Kiam
Sembari membacok dengan tangannya itu, yang di buka, ia
mengasi dengar tertawa dingin.
Coe Heng kaget bukan main. Begitu sebat orang berkelit
dan tahu-tahu orang telah berada di belakangnya, ia seperti
merasa bajunya sudah terbentur tangan musuh itu.
Dengan gugup ia lompat mencelat denganjurusnya "Burung
jenjang menyerbu langit" terus ia mengubah itu dengan jurus
"Burung elang menyamber kelinci," itu artinya ia terus
berjumpalitan kepala di bawah kaki di atas. Ketika ia turun,
dengan pedangnya ia membalas menyerang.
In Gak kagum juga untuk kegesitan lawan ini, ia tidak
takuti tikaman itu, ia berkelit untuk mengasi lewat, kembali
berkelit, ia menggempur batang pedang untuk membikin
pedang itu mental ke samping.
Coe Heng kaget, buru-buru ia menaruh kakInya di tanah.
Ketika ia mengangkat muka
melihat ke depan ia menjadi kaget, Musuh tidak ada di
depannya itu Dengan cepat ia memutar tubuh, untuk melihat
ke belakang Lagi-lagi ia tidak mendapatkannya ia heran dan
berkuatir. ia memutar pula, sia-sia belaka, si anak muda tetap
tak tampak. Hal ini berulang hingga lima kali
Wan- Kong Kiam Coe Heng sangat gesit, setiap kali ia
memutar tubuh, ia pun membabat dengan pedangnya, guna
menjaga diri supaya musuh tak sempat menikam ia. ia tidak
melihat orang, ia tidak dapat membacok. Akan tetapi
telinganya itu saban-saban dapat mendengar tertawa
mengejek dan bajunya di bagian belakang baju itu terasa kena
ditowel. 695 Maka mukanya menjadi pucat biru seperti hati babi dan
peluhnya keluar mengalir membasahkan dahinya. ia masih
Sukma Pedang 7 Maling Budiman Berpedang Perak Karya Kho Ping Hoo Pendekar Kidal 12

Cari Blog Ini