Ceritasilat Novel Online

Pedang Pelangi 17

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 17


"Apakah kau kenal dengan orang ini?" tanya Hui san taysu sambil menuding kearah Bu tim yang masih membujur diatas pembaringan.
"Menurut apa yang tecu dengar dari Tek ceng suheng orang ini bernama Bu tim dan diutus oleh atasan guna menggantikan kedudukan Susiok dalam menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san-"
"Tahukah kau siapa yang dimaksudkan Tek ceng sebagai atasannya itu?"
"Entahlah, berhubung Tek ceng suheng adalah seorang hongtiang, pinceng tak berani banyak bertanya."
"Lalu siapa yang menyerahkan tabung jarum ini kepadamu?"
"Tek ceng suheng yang menyerahkan kepada pinceng. la berpesan kepada pinceng agar berjaga jaga diluar bila kedua orang ini bermaksud kabur dari ruang hongtiang maka pinceng diperintahkan untuk membunuh mereka."
"Apakah dia telah memberikan sesuatu tanda pengenal kepadamu?" tiba tiba Yap Ling bertanya.
"Benar" jawab Hong to taysu cepat.
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah lencana tembaga dan dipersembahkan kepada Hui san taysu ujarnya.
"Tek ceng suheng telah menyerahkan sebuah lencana tembaga kepada tecu. Benda inilah lencana tersebut."
Hui san taysu segera menerima tabung serta lencana tembaga itu, kemudian baru berkata:
"Bagi kalangan Budha yang penting adalah penyesalan bila seseorang mau bertobat dan kembali kejalan yang benar maka kesalahan kami bisa dimaafkan baiklah memandang diwajah Budha maha pengasih maafkan perbuatanmu yang lalu moga dikemudian hari kau bisa menjadi orang baik baik dan tidak melakukan kesalahan lagi."
"Budi kebaikan Susiok tak pernah akan tecu lupakan untuk selamanya..." sahut Hong to cepat cepat.
"Baik, sekarang kau boleh bangkit berdiri suruh orang menggotong keluar jenasah Bu tim dan dibakar diluar."
Hong to taysu mengiakan berulang kali, ia segera bangkit berdiri memberi hormat dan cepat cepat mengundurkan diri dari situ. Huan Cu Im segera menjura dan berkata pula.
"Taysu saat ini waktu sudah makin berlarut, aku benar benar hendak memohon diri."
"Terima kasih banyak atas bantuan yang kedua kalinya dari sicu berdua, pinceng tak berani mengucapkan terima kasih, hanya mohon bertanya apakah Huan sicu juga akan menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san?"
"Tentu saja aku akan hadir, hanya saja aku akan muncul dengan nama samaran Huan Peng hiat"
"Baiklah, akan pinceng ingat baik baik" ucap Hui san taysu sambil manggut manggut.
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu sgera tanyanya lagi:
"APakah Huan sicu memperoleh surat undangan untuk menghadiri pertemuan puncak itu?"
Huan Cu imjadi tertegun mendapat pertanyaan tersebut, segera sahutnya: "Aaaaah kalau soal ini sih belum pernah kupikirkan"
"Kalau begitu, tentunya Huan sicu masih belum mengetahui tentang peraturan yang berlaku dalam pertemuan puncak dibukit Hong san itu bukan?""
"Harap taysu suka memberi petunjuk" cepat cepat Huan Cu Im memberi hormat.
"Setiap orang yang hendak menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san, mereka harus membawa surat undangan yang dikeluarkan keluarga Ban dari bukit Hong san, dengan begitu mereka baru akan peroleh pelayanan dari keluarga Ban, bila tidak menerima undangan maka mereka hanya diperkenankan naik kebukit Si sim bong pada saat pertemuan itu diselenggarakan. "
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan dua lembar surat undangan, kemudian katanya lagi:
"pertemuan puncak dibukit Hong san diselenggarakan oleh sembilan partai besar, oleh sebab itu selain surat undangan yang dikeluarkan keluarga Ban dibukit Hong san, partai partai besarpun berhak menyebarkan kartu undangan- Kartu undangan yang dikeluarkan partai kami, jikalau Huan sicu memang belum mendapat undangan, paling baik bila kau bawa kartu undangan ini dan ini namanya sesuai dengan yang kau kehendaki disamping secara diam diam kaupun dapat mengawasi gerak gerik lawan."
Huan Cu Im segera menerimanya dan dimasukkan kedalam saku, kemudian setelah menjura katanya:
"Terima kasih atas bantuan taysu, aku hendak memohon diri lebih dulu."
"Huan sicu, setibanya dibukit Hong san nanti, jangan lupa untuk megadakan kontek dengan pinceng" pesan Hui san taysu.
"ooooh, tentu saja"
Setelah berpisah dengan Hui san taysu, berangkatlah kedua orang itu meninggalkan kuil Pao kok si dengan melompat pagar pekarangan"Toako" kata Yap Ling kemudian ditengah jelas, "sampai sekarang kita belum makan malam, lapar betul perutku"
"Tidak apa apa, biarpun waktu sudah larut malam, Lu ciu adalah kota besar, jangan kuatir kalau tidak mendapat makanan disini"
"Kalau begitu mari kita cepetan sedikit"
Dengan mempercepat langkahnya mereka berdua memburu kekota, waktu itu sudah larut malam, orang yang berlalu lalang pun tak banyak jumlahnya kecuali beberapa rumah pelacuran yang masih terang benderang dihiasi suara musik. Hampir semua rumah makan sudah tutup, Tiba tiba Yap Ling berhenti sambil bertanya "Toako tempat apakah ini?"
"Ayo jalan, tempat itu bukan tempat baik baik."
Kedua orang itu berjalan menuju kesebuah gang kecil dikedua belah sisi jalan berjajar puluhan orang penjual. Ada yang menjual makanan kecil, ada yang menjual arak dan sayur ada pula yang jual bakmi, banyak orang duduk disekitar sana sambil bersantap dengan nikmatnya.
"Akhirnya berhasil juga kita temukan" seru Yap Ling kemudian sambil tertawa.
Mereka berdua mencari tempat duduk dan memesan dua mangkuk bakmi, lalu Huan Cu Im memesan pula lima belas biji bakpao dari penjual yang lain"Hey buat apa kau membeli sebanyak itu?" Yap Ling segera bertanya dengan keheranan.
"Bukankah kau mengatakan lapar sekali" Mari kita makan bakpao dulu untuk mengganjal perut."
Sementara itu bakmi yang dipesan telah dihidangkan, Huan Cu Im segera mengambil sumpit dan mulai bersantap. namun baru beberapa suap mendadak dari ujung jalan sana dilihatnya muncul dua orang, seorang nenek bermata buta yang membawa sebatang tongkat bambu, sedang yang lain adalah nona berbaju hijau yang punya sepasang kuncir, nona itu menuntunsi nenek yang buta untuk melakukan perjalanan-Melihat kemunculan sinona berbaju hijau itu, Huan Cu Im segera tertegun, bukankah nona itu adalah Siang Siau un yang belum lama memberi obat penawar racun padanya" Tanpa terasa dia berpaling dan hampir saja melompat bangun dari tempat duduknya.
Ketika Yap Ling menjumpai pemUda tersebut termangu mangu macam orang kehilangan sukma dan mengawasi sinona berbaju hijau itu tanpa berkedip. tanpa terasa ia menyikut pinggangnya sambil menegur: "Toako, apa sih yang kau lihat?"
"ooooh..." Huan Cu Im segera berpaling, kemudian bisiknya disisi telinga nona itu, "sudah kau lihat nona berbaju hijau itu"
Setibanya dalam rumah penginapan nanti kuberitahukan kepadamu."
Sambil mencibirkan bibirnya, kontan saja Yap Ling mendengus:
"Hmmm, aku mah tidak mirip denganmu, begitu melihat nona cantik, lagaknya jadi persis kuCing kelaparan yang mengendus ikan asin- Tampangnya persis seperti orang yang sudah tak dapat mengendalikan diri saja."
"Aaaaah, hiante memang pintar bergurau, aku sedang bersungguh sungguh denganmu, kemana kau bawa pembicaraan kita?"
Selesai makan bakmi, Huan Cu Im membereskan rekeningnya lalu beranjak pergi, sedang Yap Ling hanya mengikuti saja dibelakangnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Huan Cu Im tahu si nona sedang mengambek maka diapun tidak mengubrisnya lebih jauh.
Tiba kembali dirumah penginapan, Huan Cu Im langsung menuju kekamarnya namun ketika hendak melangkah masuk dan dilihatnya Yap Ling tanpa mengucapkan sepatah katapun menuju kekamar sebelah cepat cepat dia menarik tangannya seraya berbisik. "Duduklah dulu dalam kamarku. Ada persoalan hendak kusampaikan padamu."
Yap Ling membiarkan dirinya ditarik masuk kedalam kamar setelah itu baru serunya "Bila ingin mengucapkan sesuatu, segeralah dapat kau sampaikan...."
Sambil tersenyum Huan Cu Im segera berkata, "Bukankah engkau bertanya kepadaku darimana kuperoleh obat penawar racun itu?"
"Yang pasti bukan hadiah dari si nona berbaju hijau itu bukan-...?" tukas Yap Ling sambil cemberut. Huan Cu Im segera tersenyum:
"Ucapanmu tepat sekali, justru si nona berbaju hijau itulah yang menghadiahkan kepadaku."
Tampaknya perkataan ini menarik minat Yap Ling untuk mendengarkan lebih jauh, sambil mengerdipkan matanya berulang kali segera tanyannya: "Jadi kau kenal dengannya?"
"Dulu kami pernah bersua satu kali, dia bernama Siang Siau un...."
"cepat Ceritakan kepadaku, bagaimana kalian bisa saling berkenalan"
SeCara ringkas Huan Cu Im segera menceritakan pengalamannya ketika dalam benteng keluarga Hee dulu, dimana Siang Siau un telah memancingnya keluar dari benteng, kemudian ia menceritakan pula ulah Siang Siau un yang telah menolong jiwanya dengan alat pengailnya malam tadi.
Selesai mendengar kisah itu, dengan mulut Cemberut Yap Ling tertawa lirih, lalu katanya:
"Didalam hati kecilnya tentu sudah membekas bayangan dari kekasihnya, maka seCara diam diam dia selalu mengikuti kemana kekasihnya pergi, asal sang kekasih terancam bahaya, diapun segera munculkan diri untuk memberi pertolongan, inilah yang dinamakan garis pengikat jodoh sejauh seribu li"
Merah padam juga selembar wajah Huan Cu Im setelah mendengar godaan itu, cepat cepat serunya:
"Huuus, kau jangan sembarangan berbicara berani sekali lagi, jangan salahkan kalau aku tak akan mengampunimu lagi"
"AKu sih tidak berbicara semaunya sendiri. coba bayangkan saja, bila dihatimu tiada bayangannya, mengapa wajahmu menjadi merah seCara tiba tiba?" Begitu selesai berkata dia segera membuka pintu kamar dan melarikan diri keluar.
Tentu saja Huan Cu Im merasa sungkan untuk menyeretnya kembali. Apa lagi ditengah malam buta begini memang tak baik lelaki dan perempuan menginap dalam sebuah kamar yang sama sekalipun tidak terjadi pelanggaran susila, toh paling baik hal semacam ini dihindari.
Maka diapun hanya tersenyum dan segera merapatkan pintu kamarnya lagi.
Yap Ling sendiri dengan wajah diliputi senyuman segera membuka pintu kamarnya kemudian bagaikan segulung hembusan agin menyusup masuk kedalam. Dia belum sempat menutup pintu mendadak pintu kamarnya telah menutup sendiri.
Dengan perasaan tertegun Yap Ling segera membalikkan dirinya, namun apa yang kemudian terlihat membuat senyum diwajahnya seketika berubah menjadi kaku, perasaan hatinya juga ikut tenggelam.
Tanpa menimbulkan sedikit suarapun, dibelakang pintu kamarnya telah berdiri sesosok bayangan manusia, orang itu berwajah panjang seperti muka keledai, dingin, kaku dan menyeramkan, ternyata dia adalah seorang nenek berbaju hitam.
Sepasang matanya yang memancarkan Cahaya dingin mengawasi tajam Yap Ling tanpa berkedip. bagaikan dua bilah pisau tajam saja yang slap mencabik Cabik perasaan nona tersebut.
Hampir saja Yap Ling menjerit:
"Hu congkoan...."
Tapi dia cukup mengerti, Huan toako menginap dikamar sebelah, bila ia sampai berteriak niscaya Huan toako akan menyusul kesitu karenanya kendatipun hatinya merasa amat bergidik dan ketakutan setengah mati, sikapnya berubah tetap tenang dan wajar.
Ditatapnya nenek berbaju hitam itu dengan pandangan tercengang dan tak habis mengerti, lalu menegut: "Siapakah kau?"
Nenek berbaju hitam itu tertawa, suara tertawanya jauh lebih tak sedap daripada tampangnya yang jelek. dengan suara yang amat menyeramkan dia berseru:
"Yap Ling, bagus sekali perbuatanmu, dengan susah payah aku sinenek memeliharamU dari kecil hingga dewasa, tak nyana kau berani pagar makan tanaman, sampai aku si nenekpun tidak kau kenali lagi?"
Tanpa terasa Yap Ling mundur selangkah kebelakang, segera serunya: "Aku tidak bernama Yap Ling, kau tentu salah melihat orang."
Nenek berbaju hitam itu mendesak maju lebih kemuka, katanya lagi dengan suara dingin:
"Yap Ling, kau perempuan sialan, dihadapan aku sinenekpun kau hendak berlagak bodoh" Hmmm tampaknya kau memang sudah bosan hidup didunia ini"
Sekali lagi Yap ling mundur selangkah kebelakang, baru saja dia hendak berteriak 'toako'.
Sayang sekali, baru saja mulutnya dipentang, ternyata nenek berbaju hitam itu bertindak jauh lebih cepat darinya, seperti sukma gentayangan saja ia telah menyelinap kehadapannya, sementara jari tangannya yang kurus dan kering seperti cakar ayam telah mencekik lehernya.
"Heeeh... heeeh.... heeehh.... perempuan sialan, lebih baik ikuti saja diriku tanpa membantah" serunya sambil tertawa seram.
Ketika kelima jari tangannya kembali dikendorkan, tubuh Yap Ling sudah tergeletak dalam keadaan lemas.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat nenek berbaju hitam itu segera mengempit tubuh Yap Ling mendorong jendela belakang lalu bagaikan segulung asap ringan dia menerobos keluar dari ruangan itu dan melayang keatas wuwungan rumah dengan ringannya.
Sesaat dia baru melewati beberapa rumah penduduk dan siap melayang turun keatas tanah, mendadak dari belakang tubuhnya kedengan suara rendah dan berat dari seorang nenek menegutnya, "Hey siapa sih engkoh cilik yang berada didalam kempitanmU itu?"
Dengan perasaan terkejut nenek berbaju hitam itu membalikkan tubuhnya, namun tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak disekitar sana.
"jangan jangan aku telah mendengar?" demikian ia berpikir didalam hati.
Karena disekeliling tempat itu tidak berhasil ditemukan seseorangpun nenek berbaju hitam itu segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan siap melanjutkanper jalanan lagi.
Tapipada saat itulah suara nenek tadi kembali berkumandang dari belakang tubuhnya.
"Hey aku si nenek toh sedang bertanya kepadamu, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku itu?"
Kali ini si nenek berbaju hitam itu dapat mendengar dengan amat jelas, sudah terang ada orang sedang berbicara dibelakang tubuhnya. Tapi sebagai jago kawakan yang telah berpengalaman luas, ia tahu bahwa orang itu tentu sedang menguntit dibelakang tubuhnya.
Bila ia segera membalikkan badan, bisa jadi orang itu akan menyembunyikan diri maka dia sama sekali tidak menghentikan langkahnya tapi melesat sejauh tiga kaki lebih kedepan dengan kecepatan luar biasa, kemudian setelah membuat satu gerakan melingkar, tiba tiba saja dia membalikkan badan.
Kebetulan sekali tempat itu merupakan sebuah tanah lapang yang kosong,arah pandanganpun jauh lebih luas dan lebar. Dalam keadaan semacam ini, betapapun cepatnya gerakan tubuhmu, jangan harap bisa menyembunyikan diri dengan cepat.
Siapa tahu setelah membalikkan badannya dengan kecepatan luar biasa, ternyata dibelakang tubuhnya tetap kosong melompong dan tak sesosok bayangan manusiapun yang ditemukan.
Disaat ia menghentikan gerakan tubuhnya inilah suara dari sinenek tadi kembali bergema dari belakang:
"Hey, bagaimana sih kamu ini" Memangnya kau bisu dan tak bisa berbicara?"
Sadarlah sinenek berbaju hitam itu bahwa dia telah berjumpat dengan jago lihay, tanpa terasa katanya sambil tertawa dingin.
"Siapakah kau" Mengapa main sembunyi terus dibelakangku" Hmmm, terhitung manusia macam apakah orang semacam kau ini?"
"Hmmm, sebetulnya aku yang sedang bertanya kepadamu, ataukah kau yang sedang bertanya kepadaku?" suara nenek itu agak berang.
Nenek berbaju hitam itu mencoba untuk meneliti sumber dari suara pembicaraan tersebut, ternyata jaraknya tidak melampaui tiga depa dari belakang tubuhnya, hal ini membuatnya segera berpikir.
"oooh, nampaknya kau sedang mengandalkan kesempurnaan dari ilmu meringankan tubuhmu dengan main sembunyi dibelakang tubuhku..." Berpikir sampai disitu, ia segera menjawab dengan suara dingin. "Semuanya boleh saja"
"Hmm, sayang aku sinenek mempunyai suatu watak yaitu disaat aku sedang bertanya kepada seseorang, aku paling tak senang bila orang itu ganti bertanya kepadaku..."
Nenek berbaju hitam itu dapat menangkap bahwa suara pembicaraan orang itu masih saja berasal dari tempat yang sama dan tidak bergeser barang sedikitpun, selisihnya hanya tiga depa saja.
Diam diam ia tertawa dingin didalam hati, pada saat masih berbicara inilah tangan kanannya diayunkan kebelakang cepat sambaran kilat.
Serangan ini dilancarkan olehnya setelah memperhatikan posisi lawan dengan seteliti dan seksama mungkin, lagi pula bersamaan dengan dilepaskan serangan tersebut, tubuhnya ikut pula berputar kencang seperti gangsing.
Dalam anggapannya biarpun lawan bisa menghindar dengan cepat, tak nanti bisa lolos dari serangannya itu.
Siapa tahu setelah serangan dilancarkan dan tubuhnya ikut berputar satu lingkaran, namun tak sesosok bayangan manusiapun yang berhasil terhajar oleh serangannya.
Kedengaran nenek itu lagi lagi berkata dari belakang tubuhnya:
"Sebuah pukulan Im lojiu yang luar biasa. Tak nyana seranganmu betul betul keji dan jahat Padahal aku si nenek toh menanyai kau secara baik baik, masa kau tetap bersikap sekasar ini kepadaku?"
Sementara nenek itu masih berbicara dengan suara lembut dan pelan, nenek berbaju hitam itu dengan mulut membungkam dalam seribu bahasa telah memutar badannya secepat sambaran petir, telapak tangannya dalam waktu singkat telah melepaskan tujuh buah serangan berantai.
Tapi suara pembicaraan dari nenek itu tetap berkumandang dari belakang badannya, kedengaran ia berkata:
"Masih ketinggalan jauh, ciba lihatlah bila aku sinenek bermaksud mencabut nyawamu, hal ini bisa kulakukan dengan gampang sekali bagaikan membalikkan tangan. Nah coba lihat bukankah ini jalan darah Leng tay hiat, ini Hong gan hiat, ini hong hong ji tong hiat, ini hong wi hiat, Cing Cu hiat, siau yau hiat..^. percuma kau mencoba menghindar, jurus serangan yang manakah dapat menghindarkan diri dari seranganku itu?"
Sementara pembicaraan tersebut masih berlangsUng, sinenek berbaju hitam itu masih saja menggunakan gerakan tubuhnya bergerak kian kemari dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Tapi hebatnya, setiap kali nenek itu menyebutkan nama sebuah jalan darah, diatas jalan darah sinenek berbaju hitam yang dimaksudkan terasa diketuk pelan oleh seseorang, bukan saja gerakan yang dilakukan lawan sangat tepat, tenaga yang dipakaipun persis sekali biarpun diketuk namun tak sampai membuat jalan darahnya tertotok.
Akibatnya nenek berbaju hitam itu menjadi terkejut dan ketakutan setengah mati. Peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Ia segera menghentikan gerakan tubuhnya dan berseru keras. "sebenarnya apa yang kau kehendaki?" Nenek dibelakang tubuhnya itu tertawa.
"Aku toh sudah mengatakan sedari tadi aku ingin tahu siapa kah engkoh cilik yang berada didalam kepitanmu itu?"
"Dia adalah murid ku"
"Aaaah, aku rasa tidak mungkin, ketika sedang makan bakmi tadi aku sudah bertemu dengan engkoh cilik, dia masih terhitung kacung bukunya seorang angkatan mudaku, buat apa kau menculiknya?"
Baru sekarang sinenek berbaju hitam itu mengerti rupanya nenek yang membuntuti dibelakang tubuhnya terus menerus ini datang dikarenakan urusan Yap Ling padahal ia tahu musuhnya sangat lihay, buktinya dengan kepandaian silat yang dimilikinyapun tak berhasil menyaksikan bayangan tubuhnya.
Ini berarti jika ia tidak membebaskan Yap Ling maka tak akan ada keuntungan baginya malam ini.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, tanpa terasa serunya keras.
"ooooh, rupanya kau mengikuti aku gara gara budak ini, baik kalau begitu sambutlah"
Ia lepaskan tangan kirinya dan tiba tiba membanting tubuh Yap Ling kearah belakang.
Dalam pikiran sinenek berbaju hitam itu andaikata nenek tersebut menyambut tubuh Yap Ling yang ia banting, sudah pasti diapun akan mengetahui siapakah orang itu.
Maka dari itu, setelah membanting tubuh Yap Ling, tubuhnya ikut berputar pula dengan cepat: Sebenarnya perhitungannya ini memang sangat bagus dan hebat, tapi nyatanya setelah dia membalikkan badannya, hanya tubuh Yap Ling yang masih melambung ditengah udara yang terlihat. pada hakekatnya tak nampak seorang manusiapun yang menyambut tubuhnya.
Meski begitu, anehnya tubuh Yap Ling dapat melayang sendiri keatas tanah dengan enteng dan lembut seperti selembar daun kering saja. Padahal tak sesosok bayang manusiapun yang nampak.
Kedengaran nenek yang berada dibelakang tubuhnya itu berkata lagi.
"Kau ingin bertemu denganku" Sayang sekali, selama aku tak ingin bertemu denganmu, maka sepanjang masa jangan harap bisa mlihatku, nah sekarang kau boleh pergi, sekalian ampaikan kepada majikanmu agar jangan membuat banyak ulah lagi dalam dunia persilatan-"
"Kalau memang ada pesan yag harus disampaikan kepada majikanku, tentunya kau harus menyebutkan nama lebih dulu"
seru sinenek berbaju hitam itu.
"Tidak usah, aku paling tak senang kalau ada orang hendak ribut denganku, jika kau banyak bicara lagi, jangan salahkan bila ku tinggalkan sebuah tanda diatas tubuhmu."
Nenek berbaju hitam itu ama terkejut cepat cepat dia berseru, "baik akan kusampaikan kata katamu itu kepada majikan."
Seusai berkata dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan melesat keudara dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah dari pandangan mata.
Tak lama setelah kepergian nenek berbaju hitam itu, dari balik kegelapan disisi kiri jalan muncul sosok bayangan manusia yang meluncur ketengah arena, begitu munculkan diri segera teriaknya.
"Suhu, tindakan yang kau ambil betul betul hebat, terutama sekali ilmu yang kau pergunakan tadi kau mesti ajarkan kepada tecu lho."
Diatas tanah telah bertambah dengan seorang nona berbaju ungu, ternyata dia tak lain adalah Siang Siau un-Entah sedari kapan, disisi tubuhnya telah bertambah pula dengan seseorang nenek pengemis berambut putih, ketika tersenyum sepasang matanya hanya kelihatan sebuah garis saja, didalam genggamannya tercekal sebuah senjata Tah kau pang yang panjangnya delapan depa serta memancarkan sinar kehijauan-Katanya kemudian dengan ramah.
"Yang terpenting didalam belajar silat adalah kekhususan, bila caranya belajar macam kau, sebentar belajar ini, sebentar belajar itu, jangan harap kau bisa mempelajarinya secara baik selama hidup, sudahlah, hayo cepat kau periksa budak cilik itu, apakah jalan darahnya sudah ditotok?"
Siang siau un mengiakan dan berkata sambil membalikkan badan. "Kalau begitu kau orang tua telah menyanggupi permintaan murid mu ini?"
Sambil membalikkan badan dia sudah mendekati Yap Ling, berjongkok serta memeriksan keadaannya, namun tiba tiba saja dia berseru dengan terkejut.
"Aduh celaka suhu... diujung bibirnya terdapat noda darah... tampaknya... tampaknya dia sudah mati"
Sesungguhnya nenek pengemis itu bukan lain adalah nenek pengemis bermata sipit yang dimasa lalu pernah menggetarkan seluruh dunia persilatan dan membuat takut jago jago golongan putih maupun hitam.
Ketika mendengar seruan Siang Siau un itu, tanpa terasa sorot matanya memancarkan sinar tajam, setelah mendengus serunya.
"Kurang ajar benar sinenek busuk itu, dihadapankupun berani bermain gila?"
Dengan langkah cepat dia mendekati Yap Ling kemudian memeriksanya dengan seksama, benar juga sepasang mata Yap Ling telah terpejam rapat rapat, mukanya pucat pasi seperti mayat dan noda darah masih menempel diujung bibirnya, dari napasnya yang lirih dapat disimpulkan kalau luka yang dideritanya memang amat parah. Dengan rambut berdiri kaku seperti landak. ia segera berseru dengan penuh amarah:
"Betul betul suatu perbuatan yang amat keji dan jahat, rupanya dia telah menggunakan ilmu Im lojiu untuk melukai isi perutnya..."
-oo0dw0oo Jilid 35 "Suhu, apakah dia masih tertolong ?" tanya Siang Siu un kemudian dengan kening berkerut.
Nenek pengemis bermata sipit segera mendengus
"Dihadapanku, nenek sialan tak berani melukai orang, karena itu biarpun harus mengorbankan hawa murniku, aku akan berusaha untuk menyelamatkannya dari ancaman kalau tidak. apakah aku bisa berkelana lagi dalam dunia persilatan
?" Selesai berkata dia pun mengempit senjata Tah kua pangnya dibawah ketiak, kemudian sambil membopong tubuh Yap Ling serunya seraya berpaling: "Siau un, ikutilah diriku"
Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak Yap Ling merasakan pada lambungnya lamat lamat sakit sekali tapi punggungnya mengalir masuk segulung aliran hawa panas yang menyejukkan tubuh.
Hawa murni itu mengalir masuk kedalam tubuhnya dengan deras seakan setiap nadi telah dipenuhi oleh hawa murni tersebut sehingga hampir saja mau meledak.
Nona itu merasa tubuhnya bagaikan berjalan diatas awan putih kakinya tak mampu menempel di atas permukaan tanah.
Dia mulai berperasaan, tapi apa yang dirasakan hanya terbatas begini saja.
Keadaan seperti ini berlangsung entah berapa saat lamanya, dia pun tak mengerti sudah jatuh pingsan ataukah hanya terlelap tidur
Yang jelas seluruh badannya terasa amat panas, beberapa kali dia ingin berteriak, namun tak sepotong suara pun yang bisa dilontarkan keluar.
Mungkinkah sedang memperoleh impian jelek" Tapi dia merasa segala sesuatunya jelas dan nyata.
Punggungnya terasa bagaikan ditempeli dengan dua batang besi penjepit yang membara hawa panas itu bergeser tiada hentinya, kadang kala hawa panas itu dua buah cakar baja yang mencengkeram pinggangnya, ada kalanya seperti menggarang punggungnya apa yang telah terjadi" Ternyata ia tak mampu memikirkannya.
Ia menganggap pikiran dan persaannya sudah jernih, padahal masih lelap dan kabur.
Lambat laun dia betul betul memperoleh kejernihan otaknya kembali, mulai menemukan tubuhnya berada dalam posisi duduk bersila, seseorang yang duduk dibelakangnya sedang mengobati luka dalam yang dideritanya dengan mengerahkan tenaga dalamnya yang sempurna.
Segulung aliran hawa murni yang sangat kuat mengalir masuk kedalam tubuhnya bagaikan air yang tumpah, kemudian menyusup ke segala bagian badannya, hal ini membuatnya serasa amat segar dan nyaman.
Akhirnya dia bisa mengingat kembali kejadian yang telah dialaminya semalam, waktu itu dia berhasil ditangkap Hu congkoan lalu dalam keadaan samar samar isi perutnya terasa sakit sekali. itu berarti Hu congkoan telah turun tangan keji terhadapnya.
Kalau begitu orang yang menolongnya sekarang pasti bukan Huan toako, selain dia, siapa lagi yang memiliki tenaga dalam begini sempurna..."
Teringat akan dia... Huan toako, timbulperasaan yang gembira dihati kecilnya, lamat lamat dia merasa hatinya manis dan hangat...
Akhirnya Huan toako telah menolongnya ia telah menduga Huan toako pasti akan munculkan diri serta menyelamatkan selembar jiwanya. Mendadak terdengar suara seorang nenek berseru dari belakang tubuhnya: "Sudah selesai "
Sepasang telapak tangannya yang ditempelkan pada punggungnya juga pelan pelan ditarik kembali.
Menyusul kemudian terdengar suara nenek itu berkata lagi:
"Muridku, sekarang kau boleh berikan pil Kiu si it seng kim wan kepadanya"
Setelah itu dia pun mendengar suara seorang nona yang merdu mengiakan, lalu ada sebutir pil yang getir bercampur sedikit manis dijejalkan ke dalam mulutnya.
Pil itu menyiarkan bau harum yang sangat kuat serta rasa getir yang sangat aneh tapi begitu tercampur liur pil tadi hancur dan segera mengalir masuk sendiri ke dalam perutnya.
Tiba tiba saja Yap Ling merasa tertegun ternyata orang yang menolongnya bukan Huan toako, lalu siapakah dia"
Dengan sepenuh tenaga dia berusaha untuk membuka kelopak matanya dan mementang matanya lebar lebar.
Terdengar suara nona yang merdu itu berseru lagi: "suhu, dia telah mendusin "
Akhirnya ia dapat membuka sepasang matanya lebar lebar.
Nona yang berdiri dihadapannya berusia enam tujuh belas tahunan dia mengenakan pakaian berwarna hijau dan berwajah lembut serta cantik, tapi dibalik kecantikan masih tersisa sifat kekanak kanakan, semacam kecantikan yang masih segar.
Bukankah dia adalah nona berbaju hijau yang lewat ditepi warung penjual bakmi tadi" Menurut Huan toako dia bernama Siang Siu un. Lalu tampak pula seorang nenek berambut putih datang mendekat
Nenek itu sudah berusia delapan sembilan puluh tahunan rambutnya telah berubah jadi putih keperak perakan, tapi paras mukanya justru berwarna merah segar persis seperti bayi cuma saja bentuk mukanya sempit dengan jidat yang tinggi.
Biasanya perempuan bermuka sempit berjidat tinggi mirip wajah lelaki ini tentu berwatak buas dan jahat seperti halnya dengan Hu congkoan tapi nenek tua ini justru sangat lembut dan peramah, sepasang matanya yang mirip garis yang lurus itu memancarkan sepasang biji mata yang jeli dan tajam.
Nenek berambut putih ini bukan lain adalah nenek pengemis bermata sipit yang telah termashur dalam dunia persilatan dan disegani oleh para jago dari golongan putih maupun hitam.
Pelan pelan dia berjalan mendekat, lalu ujarnya dengan ramah:
"Nona cilik, tentunya kau sudah merasa agak baikan bukan sekarang...?"
"Agaknya nenek yang telah menyelamatkan jiwaku?"
Yap Ling ingin meronta untuk duduk. tapi begitu bergerak^
seluruh tulang belulangnya terasa sakit seperti pada rontok semua, dadanya juga terasa amat sakit sehingga tak kuasa lagi dia berseru tertahan...
Buru buru Siang Siu un menekan badannya seraya berkata:
"Lebih baik kau jangan bergerak dulu, tiga batang tulang iga didadamu telah patah, baru saja suhu menyambungnya kembali"
Sambil tersenyum nenek pengemis bermata sipit segera berkata pula:
"Kau tak usah takut nak keadaanmu sudah bagus dan tidak membahayakan lagi"
"Terima kasih banyak nenek" bisik Yap Ling sambil mengangkat kepalanya.
"Kau tak usah berterima kasih" ucap nenek pengemis bermata sipit "setelah nenek bangsat itu melukai dirimu persis dimuka aku si nenek, apakah aku si nenek dapat berpeluk tangan belaka" Sekalipun harus naik ke akhirat untuk menjumpai raja Giam lo Ong aku tetap akan berangkat juga untuk mengembalikan selembar jiwamu itu seperti keadaan semula"
Yap Ling segera berpikir setelah mendengar perkataan itu.
"Entah siapakah nenek ini" Kalau didengar dari pembicaraannya berlagak besar sekali?" Terdengar nenek pengemis bermata sipit berkata lebih jauh.
"Kalau dibicarakan memang amat berbahaya, bukan saja ketiga batang tulang igamu telah dipatahkan oleh nenek jahat itu, bahkan isi perutmu hampir saja dihantam sampai remuk andaikata aku tidak mempunyai sebutir pil Kiu si it seng kim wan dari si nikou tua Kiu hoa san, belum tentu luka yang kau derita itu akan sembuh kembali sedemikian cepatnya"
Kembali Yap Ling berpikir setelah mendengar perkataan ini,
"Bukankah nikou tua dari Kiu hoa san yang ia maksudkan adalah Kiu hoa sinnie gurunya nona Hee Giok yong"Bila didengar dari logat pembicaraannya, ia serperti merupakan kenalan lama Kiu hoa sinnie kalau begitu nenek ini tentulah seorang Bu lim cianpwee yang berkedudukan amat tinggi dalam dunia persilatan"
Berpikir sampai disitu diapun segera bertanya: "Nenek.
benarkah lukaku akan sembuh dalam waktu singkat ?" Nenek pengemis bermata sipit segera tertawa:
"Bila berbicara dari luka yang kau derita tadi, biarpun sudah diberi pengobatan yang tepat, kalau tak ada seratus hari tak mungkin akan sembuh kembali tapi berhubung kau telah menelan pil Kiu si it seng kim wan ditambah pula akupun sudah mengobati lukamu dengan menggunakan tenaga dalam, keadaan lukamu sekarang telah sembuh dan tidak membahayakan, namun kau pun harus beristirahat selama tiga sampai lima hari lagi sebelum dapat bebas pergi kemanapun."
"Waaah, bagaimana mungkin" Di dalam satu dua hari ini aku masih ada urusan lain..." seru Yap Ling gelisah.
Ia dibesarkan dibukit Lo Cu san, sudah lama sekali memperoleh pendidikan yang ketat, sebelum mengetahui asal usul si nenek secara jelas dia pun enggan berbicara dengan sejujurnya.
Sambil mengerdipkan matanya dan tertawa Siang Siu un segera berseru: "Bukankah kau hendak berangkat kebukit Hong san?"
Yap Ling segera menatap kearahnya, ia berseru:
"Kau..." Kembali Siang Siu un tertawa
"Kau tidak usah mengelabuhi aku lagi bukankah kau hendak pergi ke situ bersama Huan kongcu ?"
"Dia bernama Huan Peng thia, satu marga dengan Huan Le hoa"
Kontan saja Siang Siu un tertawa cekikian lantaran geli:
"Haaah... haaahhh... haaahhh... apa gunanya kau berusaha mengelabuhi aku. Aku kenal dengan Huan Cu Im jauh sebelum kau berkenalan dengannya, tapi Ciciku kenal dia lebih awal lagi dia baik sekali dengan ciciku maka akupun harus membantunya..."
Sambil tersenyum nenek pengemis bermata sipit segera menegur:
"Dasar bocah kecil kalau bicara tak tahu aturan. Sudahlah kalian boleh berbincang dulu aku mau bersemedi lebih dulu"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan meninggalkan tempat tersebut
"Dia sangat baik dengan ciciku" perkataan ini membuat perasaan Yap Ling bergetar sangat keras sebenarnya berapa orang gadiskah yang dikenal Huan toako"
Menurut apa yang diketahui, meskipun Hee Giok yang hendak dijodohkan kepada pemuda itu atas prakarsa dari Heepocu, tapi jika didengar dari nada pembicaraan Kim hujin maupun Hu congkoan, tampaknya Hee Giok yong sendiripun menaruh rasa cinta yang amat dalam terhadap Huan toako nya.
Disamping itu menurut pengakuan Huan toako kepadanya, pemuda itu masih kenal juga dengan Ban Huijin, nona keluarga Ban dari bukit Hong san, lalu Ay Ang Tho dari Pek Hoa pang.
Kini, Siang Siau un mengatakan hubungan Huan toako dengan encinya baik sekali Siapakah encinya "
Sambil mengerdipkan matanya Yap Ling segera bertanya^
"Aaah... Darimana kau bisa tahu ?"
Siang Siau un berseru tertahan. "ooo... tentu Huan kongcu yang memberitahukan kepadamu, bukankah begitu?"
Yap Ling segera mengangguk berulang kali:
"Ketika kau menolong aku dan Huan toako sewaktu dikuil Pau kok si, hingga sekarang aku belum berterima kasih kepadamu"
"ooh, waktu itu suhu yang menyuruh aku bertindak"
"Siapa sih nama cicimu itu ?" tanya Yap Ling kemudian dengan nada menyelidiki
Siang Siau un yang polos dan sama sekali tak punya pikiran apa apa segera menjawab: "ciciku bernama Siang Ci un...aa...
kau pasti kenal dengannya"
"Aku toh belum pernah bersua dengan cicimu, bagaimana mungkin bisa kenal dengannya?"
"Aku bilang kau kenal dengannya, tentu saja kau memang kenal dengan dirinya"
Lalu setelah tertawa misterius, Siang Siau un berkata lebih jauh.
"Sebenarnya rahasia ini tidak pantas diceritakan kepadamu tapi aku rasa perlu memberitahukan sebuah rahasia kepadamu..."
"Rahasia apa sih yang hendak kau sampaikan ?" tanya Yap Ling dengan keheranan
"Kalau bilang rahasia, lebih tepat kalau dibilang sebuah kabar gembira. Kalau aku cuma seorang murid tercatat dari suhu dia orang tua dan tak bisa memperoleh warisan ilmu silatnya, tahukah kau mengapa suhu dia orang tua justru tak segan segan mengorbankan tenaga dalamnya untuk menyelamatkan jiwamu ?"
Satu ingatan melintas dalam benak Yap Ling, sahutnya dengan cepat:
"Darimana kau tahu "
Dengan suara yang rendah Siang Siu un segera berkata:
"Tatkala suhu meraba tulangmu tadi, ia mengatakan kau berbakat sangat bagus, karena ia berminta mau menerima menjadi muridnya."
Apa yang diduga Yap Ling ternyata benar, ia menjadi gembira sekali, serunya kegirangan. "Sungguhkah itu ?"
Begitu berteriak. tanpa terasa dadanya kembali terasa sakit sekali
"Tentu saja sungguh" jawab Siang Siu un. "oleh sebab itu, tak lama kemudian kau akan menjadi suci (kakak seperguruan) ku, dan aku pun bisa bercerita denganmu dengan perasaan lega, sebetulnya ciciku selalu berada dalam benteng keluarga Hee"
"Selama ini aku berdiam di bukit Lo Cu san, jarang sekali pergi ke benteng keluarga Hee"
"ciciku sudah dua tahun la manya menyelundup masuk ke dalam benteng keluarga Hee di benteng keluarga Hee-lah Huan toako berkenalan dengan ciciku"
Mendadak dia merendahkan suaranya dan berkata lebih jauh:
"Huan toako baik sekali terhadap ciciku, tentu saja ciciku tak pernah menceritakan persoalan ini kepadamu, suatu ketika..."
"suatu ketika kenapa?" cepat cepat Yap Ling bertanya.
Siang Siu un segera tertawa cekikikan:
"Haaahh... haaahhh haaahhh... suatu ketika aku menyusup masuk ke dalam benteng keluarga Hee secara diam diam dengan maksud hendak menjenguk cici, siapa tahu aku jumpai mereka berdua sangat baik... sangat baik sekali..."
Mendadak selembar pipinya berubah jadi merah padam dan berkata katanya tidak dilanjutkan kembali.
"Kenapa tidak kau lanjutkan perkataanmu itu ?" desak Yap Ling semakin gelisah, "sebenarnya kenapa sih dengan mereka berdua ?"
Dengan sepasang wajah berubah jadi merah padam Siang siu un menjawab agak tersipu sipu:


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia... dia mencium ciciku..."
Merah padam juga selembar wajah Yap Ling ia tidak berbicara lagi. Terdengar Siang Siu un berkata lebih jauh
"Aku tahu kau tentu juga mencintai Huan toako bukan "
Kalau tidak kau pun tak menyamar sebagai pria untuk membantu Huan toako..."
Merah dadu seluruh wajah Yap Ling agak tergagap serunya. "Tidak aku... aku tidak..."
"Kalau tidak yaa sudahlah, mengapa mukamu jadi merah padam" Aku cuma perlu memberitahukan kepadamu Huan toako adalah milik ciciku"
oooodwoooo Keesokan harinya setelah bangun tidur dan membersihkan muka, Huan Cu Im menunggu Yap Ling untuk sarapan bersama
Ketika ia tidak melihat Yap Ling muncul dari kamarnya, dalam anggapan pemuda itu, sinona pasti mengantuk sekali dan belum bangun dari tidurnya tentu saja dia pun sungkan untuk mengetuk pintunya karena antara laki dan wanita toh tetap ada bedanya Karena itu dia pun menanti terus didalam kamar
Tak lama kemudian, matahari sudah jauh ditengah angkasa, ketika belum juga nampak Yap ling pemuda itu mulai tak sabar dan bangkit berdiri dia hendak mengetuk pintunya tapi ingatan lain kembali melintas, mengapa tidak membiarkan nona itu tidur berapa waktu lagi"
Karenanya dia balik kembali dan duduk.
Berapa waktu kembali lewat, ketika Yap Ling belum nampak juga pemuda itu segera bangkit berdiri dan menuju ke kamar sampai dan mengetuk pintunya berulang kali. "Siau ling ayoh cepat bangun"
Suasana hening, dalam ruangan tersebut tidak kedengaran suara jawaban.
Cepat cepat pintu didorong, ternyata tidak berada dalam keadaan terkunci, begitu didorong pintu pun segera terbuka Mendadak satu firasat jelek melintas dalam hati Huan Cu im, cepat cepat dia memburu masuk ke dalam.
Benar juga , dalam ruangan tersebut sudah tidak ditemukan bayangan tubuh dari Yap Ling, bahkan seprei diatas pembaringan masih rapi dan sama sekali tak tersebut jelas kalau semalam ia tidak tidur disitu.
Tapi suasana dalam ruang pun tidak acak acakan, sama sekali tidak terlihat bekas pertarungan, lalu kemanakah dia telah pergi jangan ia sudah kembali ke bukit Lo Cu san Tapi jelas hal ini tak mungkin ia telah berjanji sendiri kepadanya akan pergi ke bukit Hong san samanya "
Mungkinkah dia telah diculik orang semalam Tapi rasanya hal inipun tak mungkin, ia berdiam dikamar sebelah, andaikata benar benar terjadi sesuatu bila nona itu berteriak sedikit saja niscaya dia akan mendengar. Untuk berapa saat lamanya pemuda itu berdiri didalam ruang dengan pikiran yang kalut.
Kini, pertemuan puncak dibukit Hong san sudah tinggal sehari lagi, saat itu juga mereka harus berangkat dan tiba ditempat tujuan besok pagi dengan terjadinya peristiwa yang diluar dugaan ini, mana mungkin mereka bisa tiba ditempat tujuan tanpa terlambat"
Kini Yap Ling lenyap tanpa sebab, dia pun tak bisa meninggalkannya dengan begitu saja...
Sementara masih kebingungan mendadak terdengar pelayan berteriak dari luar pintu.: "Huan kongcu, ada orang mencarimu "
Buru buru Huan Cu Im membalikkan badan dan berjalan keluar, segera tanyanya: "Siapa yang datang mencariku ?"
"seorang desa, dia berada didepan pintu rumah penginapan"
"Apa yang dia katakan?" tanya Huan Cu Im lagi.
"Hamba tidak bertanya, nampaknya dia amat tergesa gesa"
"ooo," dengan langkah cepat Huan Cu Im berjalan keluar dari rumah penginapan
Benar juga , didepan pintu berdiri seorang lelaki yang berdandan seperti orang desa sedang menantikan kedatangannya. Pelayan yang mengikuti dibelakangnya segera berseru:
"Kongcu ya dialah orangnya, konon ada urusan penting hendak disampaikan kepada kongcu"
Lalu kepada si orang desa tersebut serunya pula sambil menggapai: "Hey, orang ini adalah Huan kongcu bila ada urusan cepat katakan "
Orang desa itu segera menjura kepada Huan Cu im, lalu katanya :
"Huan menyampaikan kongcu..." kongcu, kabarhamba kepada sengaja kongcu, kemari seorang untuk teman Belum sampai perkataan itu selesai diucapkan cepat cepat Huan Cu Im menukas "Kenapa dia?"
"Pagi tadi ketika fajar baru saja menyingsing, hamba baru saja bangun tidur ketika tiba tiba dari depan pintu rumah kedengaran ada orang merintih hambapun keluar untuk menengok ternyata ada seorang tamu yang tergeletak disana sambil merintih...
Hamba pun segera bertanya apa yang telah terjadi" Tapi orang itu hanya berseru "air air" hambapun mengambil semangkuk air setelah minum hamba baru membawanya masuk kerumah saat itulah orang tersebut baru mengatakan sahabat kongcu dan minta kepada hamba agar memberi kabar kepadamu"
"Kongcu ya kapan sih siau koankeh itu keluar kota?" tanya sipelayan dari samping dengan keheranan Huan Cu Im balas banyak berbicara dengannya kepada orang itu segera serunya "Loko, harap tunggu sejenak"
Dengan gerakan cepat dia kembali kekamar lalu setelah membereskan barang barang bawaannya dia lari keluar lagi kemudian setelah menyerahkan sekeping uang perak kepada pelayan itu katanya:
"coba kau bebaskan rekeningku kekasir sisanya tak usah dikembalikan lagi..."
Lalu kepada orang tersebut katanya pula:
"Loko mari kita berangkat tolong ajak aku kesana"
orang desa itu mengiakan dan segera mengajak Huan Cu Im meninggalkan rumah penginapan sepanjang jalan mereka menempuh perjalanan dengan cepat dan tak mengucapkan sepatah katapun. tak lama kemudian kedua orang itu sudah keluar dari pintu selatan-Huan Cu Im mengikuti terus dibelakang orang itu dengan ketat mendadak tanyanya: "Loko, kau berdiam dimana sih?"
"Sudah takjauh lagi" jawab lelaki itu tanpa menghentikan langkahnya, "tempatnya berada di U keh kang"
Tampaknya ia dia betul betul orang desa yang belum pernah belajar silat perjalanannya ditempat tidak terlalu cepat, hampir sepertanak nasi la manya mereka baru tiba di U keh kang.
Tempat itu merupakan sebuah dusun keci yang letakknya di kaki bukit, jumlah penduduknya hanya belasan keluarga.
Sambil menuding ke arah sebuah rumah gubuk dikaki bukit sana lelaki desa itu berseru "Kongcu ya, rumahku disana"
Huan Cu imsama sekali tidak menaruh Curiga kepadanya dengan cepat mereka berdua menuju ke sana.
Tiba didepan pintu, lelaki itu berpaling seraya berkata:
"Huan kongcu, silahkan masuk. dirumah hamba cuma ada seorang ibu yang sudah tua harap kongcu mengikuti hamba"
Sambil berkata dia membuka pintu layu dan masuk lebih dulu kedalam.
Huan Cu Im segera mengikuti pula dibelakangnya bagian tengah merupakan tuang tamu disitu hanya terdapat sebuah meja dan dua bangku yang terbuat dari bambu namun suasana hening tak seorang manusiapun
Oleh karena lelaki dusun itu sudah menerangkan kalau penghuni rumah tersebut hanya dia bersama ibunya maka Huan Cu Im sama sekali tidak menaruh curiga apa apa Disebelah kiri dan kanan ruang tamu masing masing terdapat sebuah pintu didepan pintu tergantung tirai yang terbuat dari kain
Lelaki dusun itu mengajak Huan Cu Im langsung memasuki ruangan sebelah kiri mendadak ia melambatkan langkahnya kemudian sambil menyingkap tirai kain bisiknya pelan: "ibu ananda telah mengUndang kedatangan Huan kongcu"
Dari dalam ruangan segera terdengar suara seorang nenek menjawab dengan suara yang parau dan berat:
"Syukur kalau Huan kongcu telah datang, cepat mengundangnya masuk kedalam, koanjin (tamu) ini pun baru saja sadar"
Tiba tiba Huan Cu Im merasa nada suara nenek itu rendah berat dan menyeramkan, kedatangannya seperti amat dikenal, sepertinya pernah mendengarnya disuatu tempat Tapi suara perempuan tua memang kebanyakan sama seperti halnya dengan suara semua gadis didunia ini kebanyakan lembut dan manis, jadi tiada alasan baginya untuk menaruh suatu keCurigaan
sementara itu si lelaki dusun itu telah mengiakan mundur selangkah, kemudian sambil menggapai kearah Huan Cu im, katanya : "silahkan Huan kongcu"
Huan Cu Im tidak mengetahui dimanakah letak luka yang diderita Yap Ling, tidak menunggu lama lagi dia segera melangkah masuk ke dalam ruangan
Dalam ruangan ini, hanya disudut selatan terdapat sebuah jendela. hal ini membuat suasananya redup dan gelap. ia segera menyaksikan seorang nenek baju hitam yang jangkung dan kurus duduk membelakanginYa. karena itu dia hanya sempat melihat sebuah bayangan punggung yang remang remang
Diatas pembaringan tergeletak seorang manusia berbaju hijau yang kurus lagi kecil, mukanya pucat pias, kalau bukan Yap Ling siapa lagi " Dengan perasaan gelisah ia segera memburu ke depan, segera serunya lirih: "Siau Ling kenapa kau ?"
"Kongcu..." Yap Ling menyahut lemah.
Tapi pada detik itu juga Huan Cu Im menemukan bahwa orang berbaju hijau yang menggeletak diatas pembaringan itu hanya mirip dengan Yap Ling tapi sesungguhnya bukan Yap Ling yang sedang dicari
Tapi pada saat itu juga orang berbaju hijau yang berbaring diatas pembaringan itu sudah melompat bangun sambil mengebutkan sapu tangannya ke hadapan anak muda tersebut
Baru saja Huan Cu Im mengendus bau harum yang semerbak, tujuh buah jalan darah penting dipunggungnya telah ditotok orang dengan cepat tak ampun lagi pandangan matanya Jadi gelap dan tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas pembaringan.
ooo00DW00ooo Pertemuan puncak bukit Hong san tentu saja diselenggarakan dibukit Hong san padahal banyak bukit kenamaan dalam dunia ini, apa sebabnya sembilan partai besar justru memilih bukit Hong san sebagai tempat mereka berkumpul" Tentu saja hal ini ada sebabnya.
Jauh pada tiga puluh tahun berselang, waktu itu situasi sangat aman, partai partai besar dalam dunia persilatan sudah terbiasa hidup bersenang senang hingga jarang sekali mengadakan kontak satu sama lainnya.
Dalam suasana beginilah muncul sekelompok manusia yang berambisi hendak menguasai dunia mulai membujuk para anggota murid dari pelbagai partai untuk bergabung dan sama sama mendirikan sebuah perkampungan yang mereka namakan Thian tee kau tentu saja perbuatan mereka tak lebih hanya membuat keonaran dan kekalutan disana sini Berhubung banyak murid pelbagai partai besar yang terlibat dalam peristiwa ini maka para manusia berambisi itu pun menggunakan hal ini sebagai modalnya untuk berbuat makin semena mena hampir saja semua partai besar kena tertindas.
Keluarga Ban dari bukit Hong san merupakan suatu keluarga persilatan yang turun temurun mempelajari ilmu silat keluarga, berhubung tempat tinggal mereka berada dibukit Hong san maka orang persilatan menyebut mereka sebagai Hong san pay padahal keluarga Ban dari Hong san tak membentuk partai apa pun.
Kepala keluarga Ban waktu itu adalah Ban Siau hong, usianya waktu itu baru mencapai empat puluh tahunan, ketika melihat Thian tee kau berbuat semena mena dimana mana, diapun segera mengundang tokoh tokoh semua partai besar untuk merundingkan persoalan ini. dalam pertemuan inilah Ban Siau hong dipilih menjadi Bengcu.
Setelah melalui perjuanan yang berat selama tiga tahun, akhirnya perkumpulan Thian tee kau berhasil ditumpas, maka saat sembilan partai besar mengadakan pertemuan untuk kedua kalinya dibukit Hong san, secara resmi mereka pun mengangkat Ban Siau hong sebagai Bu lim Bengcu.
Waktu itu memang tidak ditetapkan bahwa setiap sepuluh tahun sekali Bu lim Bengcu harus diganti, tapi Ban Siau hong merasa bahwa orang pandai dari sembilan partai besar amat banyak. bila dia mengangkangi terus kursi kebesaran sebagai Bu lim bengcu, sudah pasti orang lain tak bakal kebagian kesempatan. oleh sebab itulah pada tahun kelima sekali lagi dia mengundang sembilan partai besar agar berkumpul dibukit Hong san dalam pertemuan inilah dia mengemukakan pendapatnya serta berharap partai lainnya bisa ikut mencalonkan pula wakil wakilnya.
Pertemuan itu merupakan pertemuan yang ketiga kalinya, tapi semua yang hadir dalam pertemuan itu menganggap Ban Siau hong masih mudadan mampu mengatur urusan dun persilatan, karena itu mereka tetapkan akan melakukan pemilihan Bengcu sepuluh tahun kemudian bahkan waktunya telah ditetapkan pada bulan lima tanggal lima.
Dalam pertemuan tersebut, banyak peraturan yang telah berhasil juga disusun- selain Bengcu sendiri, dari sembilan partai besar yang ada dipilih pula wakil dari dua partai untuk menduduki jabatan sebagai wakil Bengcu.
Tatkala sepuluh tahun kemudian pertemuan puncak diselenggarakan lagi dibukit Hong san, atas dukungan dari semua dari semua jago untuk kesekian kalinya Ban Siau hong dipilih menjadi Bu lim Bengcu.
Dan pada sepuluh tahun berselang, Ban Siau hong telah menjabat Bengcu untuk ketiga kalinya, sedangkan Hoa san pay dan Go bi pay terpilih sebagai wakil bengcu.
Tapi sungguh tak beruntung, pada lima tahun berselang, disaat Ban Siau hong mencapa usia enam puluh lima, tiba tiba ia terserang penyakit dan meninggal, padahal jaraknya sampai diselenggarakannya pemilihan Bengcu berikut masih ada lima tahun lagi, maka akhirnya diputuskan jabatan itu dipangku bersama oleh Ban lo hujin, ketua Hoa san pay Siang Han hui serta ketua Go bi pay Cing Im totiang
Berhubung pertemuan sembilan partai sudah lima kali diselenggarakan dibukit Hong san, dan semua orangpun sudah terbiasa menyebutkan pertemuan puncak bukit Hong san otomatis pada pertemuan puncak yang keempat kalinya, pertemuan itupun diselenggarakan lagi dibukit Hong san seperti waktu waktu lampau.
Setiap kali pertemuan puncak itu diselenggarakan dalam perkampungan Kui Im san ce dibangun Ban Siau hong sesudah ia terpilih menjadi Bu lim Bengcu, letaknya diantara bukit Thian tok hong dengan Lian hoa hong, suatu tempat yang berpanorama paling indah diseluruh bukit Hong san-Dari sembilan partai besar, anggota pendeta dan tosu menduduki setengahnya, meski dalam perkampungan Kui Imsan ceng terdapat banyak gedung, namun para jago dari pelbagai partai yang berdatangan disitu bersama murid muridnya tentu banyak juga , karena itu untuk para pendeta dan tosu telah disediakan tempat digedung Ban wan yang jauh terpisah.
Pertemuan puncak Bukit Hong san diselenggarakan pada bulan lima tanggal lima karena pada hari itu tepat jatuh hari peh cun. hari pengusir segala pengaruh iblis menurut kepercayaan rakyatjelata. Maka mereka pun berharap Bu lim bengcu yang terpilih pada hari itu dapat melakukan tugasnya pula sebagai pengayom umat persilatan dan membasmi hawa sesat
Pertemuan puncak yang diselenggarakan kali ini merupakan pertemuan yang keempat, atau pertemuan puncak keenam bagi segenap jago dari sembilan partai besar.
Ban lo hujin dari keluarga Ban, dihari hari biasanya amat jarang mengurusi persoalan dirumah tangganya, semua masalah selalu diselesaikan oleh congkoan mereka Ban Tiong tat asal semua urusan dilaporkan kemudian kepada lo hujin, maka urusanpun jadi beres.
Ban Tiong tat masih terhitung adik Tong dari Ban Siau hong, sejak kecil orang itu sudah ikut Ban Siau hong, orangnya cekatan dan pandai bekerja, amat dipercayai oleh bengcu disaat Ban siau hong masih hidup, Dengan pengalamannya lima kali mempersiapkan pertemuan puncak. tentu saja pengalamannya amat luas, semua persoalan dapat diatur secara sempurna dan setiap tamu yang kemudian hadir bisa memperoleh kesan seperti seorang tamu agung.
Hari ini sudah bulan lima tanggal lima tanggal lima empat, banyak jago jago dari pelbagai partai yang telah tiba disitu, diantaranya dariButong samcu Go ceng Cu yang mewakili ketua Go bipay, Dewa berwajah merah. Siang Han hui ketua Hoa san pay serta kakak seperguruannya Seng Bian tong, ketua Heng san pay Liok Tiong goan, ketua Pat kwa bun Hong cing, ketua Lak hap bun Ki Cu ho dan Ki Cu yu, ketua Heng gi bun ciok Lip sam serta menantunya san Cengcu dari keluarga Tong di Szuch uan Tong Bun huan seta putrinya ciok Siu go, wakil pangcu dari Kay pang Kwa Tiang tay serta Ong Tin hay dan banyak lagi jago jago kenamaan lainnya. Saat itu, ketua Lo ban tong dari Siauw lim pay Hui dengan membawa dua orang muridnya tiba pula disana.
Dengan begitu para jago dari sembilan partai telah hadir semua, tinggal dua orang "tamu agung" yang diundang untuk menghadiri pertemuan puncak itu masih belum tiba disitu Kedua orang tamu agung yang diundang adalah Hway lim tayhiap Hee Im Hong serta Sam siang tayhiap Yo Hoa Liong.
Sejak kematian Bu lim bengcu Ban siau hong pada lima tahun berselang, pelbagai partai besar sudah mulai mencari pilihannnya masing masing untuk dicalonkan sebagai Bengcu pengganti
Berbicara soal jago yang bernama besar dan berkedudukan terhormat dalam dunia persilatan, kecuali Ban Siau hong almarhum, tinggal Sam siang tay Hoa Liong dan Hway lam tayhiap Hee Im hong yang memiliki reputasi hampir sama.
Oleh sebab itu pihak Hoa sanpay, Heng sanpay dan Heng gi bun bersama sama mencalonkan Sam siang tayhiap Yu Hoa Liong sebagai calon Bengcu berikut sebaliknya Go bi pay, Bu tong pay dan Pat kwa bun mencalonkan Hee Im hong sebagai pengganti Bengcu.
Apabila dalam suatu pemilihan ternyata muncul dua orang calon yang berbeda, menurut peraturan keputusan akan diambil menurut pemungutan suara yang kemudian akan diselenggarakan.
Waktu itu malam sudah tiba, akan tetapi dua orang tamu agung yang dinantikan belum nampak juga batang hidungnya.
Suasana dalam ruang sebelah barat terang benderang bermandikan cahaya, waktu itu tiga buah meja perjamuan telah disiapkan, setiap meja dikelilingi delapan buah bangku.
Pelayan yang melayani pesta perjamuan itu semuanya terdiri dari centeng pilihan dari perkampungan keluarga Ban, semuanya mengenakan seragam biru dengan dibagian dadanya memakai selempang yang bertuliskan "Petugas dari Kui Im san ceng".
Rupanya perjamuan ini diselenggarakan oleh tuan rumah Ban Lo hujin untuk menjamu tamu tamunya yang datang mengikuti pertemuan puncak.
Suasana dalam ruangan pesta ramai sekali, maklumlah para jago yang dihari hari biasa hidup terpencar diseantero jagad, kini bertemu lagi setelah berpisah banyak tahun tentu saja pembicaraan jadi asyik sekali
San Cengcu dari keluarga Ban, Ban cian ceng dan Ban Hui jin menempati urutan kursi terakhir, maklum mereka adalah angkatan muda yang sebetulnya tak dapat tempat.
Dari sekian banyak tamu yang hadir, hanya ciok Siu go, putri ketua Heng gi bun ciok Lip sam merupakan satu satunya tamu perempuan, dia memang kenal dengan Ban Huijin setelah pertemuan dibenteng keluarga Hee tempo hari, tak heran kalau kedua orang itu terlibat pula dalam perbincangan yang asyik.
Tiba tiba congkoan Ban Tiong tat muncul dipintu ruangan sambil menggapai kearah Ban Siang ceng.
Cepat cepat Ban Siang ceng menghampirinya seraya bertanya: "Ada urusan apa pangcu Tiong?"
Sambil tersenyum Ban Tiong tat berkata
"Perjamuan segera akan dibuka, pergilah bersama Huijin untuk menemani ho hujin masuk ruang perjamuan, sedang orang orang disini biar aku yang melayani" Ban Sian ceng manggut manggut, bersama adiknya ia segera mengundurkan diri dari situ. sepeninggal kedua orang itu, Ban Tiong tat baru berkata dengan suara lantang:
"ciangbunjin, taysu, totiang sekalian, perjamuan malam telah disiapkan, silahkan pindah keruang sebelah barat"
Maka dipimpin oleh Cing Im totiang dari Go bipay dan Siang Han hui dari Hoa san pay, berangkatlah para jago meninggalkan ruang timur menuju keruang barat.
Tiga meja perjamuan telah siap enam dayang berbaju hijau berdiri disisi ruangan sambil membawa poci perak.
Ban lo hujin berdiri menyambut tamu tamunya didepan ruangan didampingi Ban Sian ceng disebelah kiri dan Ban Huijin di sebelah kanan, begitu tamu tamunya muncul, diapun berkata sambil tersenyum:
"ciangbunjin sekalian, malam ini aku khusus menyiapkan sedikit arak kasar untuk menyambut kedatangan kalian semua, silahkan segera masuk ke perjamuan"
"Lo hujin kelewat sungkan" cepat cepat ceng Im totiang dari Go bipay memberi hormat Siang Hin hui berkata pula sambil tersenyum:
"Siauwte dan ceng Im totiang adalah wakil ketua periode ini, kami terhitung pula setengah tuan rumah, nah harap toheng menempati perjamuan lebih dulu"
Setelah saling mengalah, akhirnya Hui san taysu dari Siauw lim pay ceng Im totiang dari Go bipay, Hong Ci ceng dari Pat kwa bun menempati meja perjamuan pertama.
Sedang Siang Han hui, Liok Tiong goan dari Heng sanpay, Ki co ho dari Lek hap bun, Kwa Tiang tay dari Kay pang Dewa bermuka merah Lou Sin tong, Seng Bian tong dan Ki Cu yu menempati meja kedua.
Sebaliknya sau Cengcu dari keluarga Tong, Tong Bun Huan, ciok siu go, Ong Tin hay dan SongJin kin dari Kay pang, Ban lo hujin, Ban Sian ceng danBan Huijin sekalian menempati meja perjamuan ketiga
Enam orang dayang berbaju hijau itu segera sibuk memenuhi cawan tamu tamunya dengan arak.
Perjamuan ini berlangsung sangat meriah dan ramai, hingga mendekati kentongan pertama perjamuan tersebut baru bubar.
Menurut peraturan, sehari sebelum pertemuan puncak diselenggarakan, biasanya sembilan partai besar dan kay peng akan menyelenggarakan sekali pertemuan lebih dulu.
Berhubung masalah yang dibicarakan amat rahasia, maka pertemuan itu selalu diselenggarakan diruang rahasia sedangkan yang boleh hadirpun cuma terbatas pada wakil dari pelbagai partai, sedang apa yang dibicarakan biasanya mereka memegang rahasia rapat rapat dan tak pernah dibocorkan kepada siapapun.
Waktu itu perjamuan telah bubar dan semua hadirin telah bangkit meninggalkan tempat duduknya. Ban lo hujin ikut bangkit berdiri sambil ujarnya
"Aku memohon maaf yang sebesar besarnya apabila hidangan yang bisa kusajikan hanya berupa sayur sederhana dan arak air bagi para ciang bunjin, taysu dan totiang yang hendak merundingkan persoalan pertemuan puncak besok, silahkan menuju ruang rapat yang telah disediakan sedangkan bagi para tamu yang tidak ikut menghadiri pertemuan itu, silahkan beristirahat diruang sebelah timur."
Maka berangkatlah Cing Im totiang dari Go Bi Pay, Sian Han Hui dari Hoa San Pay Liok Tiong Goan dari Heng San Pay Hong Ci Cing dari Pat Kwa Bun, Ki Cu Hoo dari Lek HapBun, ciok Sam Lip dari Heng Gi Boen, Hui San taysu dari Siauw Lim Pay, Giok Hing totiang dari Bu Tong Pay dan Kwa Tiang Tay dari Kay Pang dibawah pimpinan Ban Lo hujin menuju keruang rapat
Sebaliknya si dewa bermuka merah Loo Sin Tong, sipeluru baja Seng Bian Tong Ki Cu Yu dan lain lainnya dengan didampingi Ban Sian Cing kembali keruang timur.
Ruang rapat terletak digedung tengah yang letaknya berada dibelakang ruang tamu, luas ruang utama itu luar biasa besarnya, kira kira bisa muat tiga puluhan meja perjamuan-Sedangkan "ruang rapat" lebih kecil bentuknya, selain di bagian tengahnya terletak dua meja besar, sepuluh buah bangku teratur rapi disekelilingnya, sedangkan dibagian tengah dinding ruangan terletak sebuah meja panjang dan diatasnya tergantung lukisan Kwan Kong membaca buku, dikedua belah sisinya terpancang sepasang lian hasil tulisan Ban Siau Hong almarhum.
Disisi kiri dan kanan masing masing berderet delapan buah kursi, selain itu tidak tampak sesuatu benda lainnya.
Sementara itu dalam ruang rapat telah disulut empat buah lentera, cahaya yang lembut menerangi seluruh ruangan tersebut.
Didampingi sendiri oleh Ban Lo hujin, kesembilan orang tamu agungnya dipersilahkan memasuki ruang rapat.
Kursi bagian tengah sebenarnya disediakan untuk bengcu, kini tempat tersebut diisi oleh Ban Lo hujin, disebelah kirinya duduk Siang Han Hui dari Hoa San Pay, sedangkan disebelah kanannya duduk Cing Im totiang dari Go Bi Pay, kedua orang itu menjabat sebagai wakil bengcu yang lalu. sementara yang lainnya duduk disamping kedua orang itu.
CBan Tiong Tat memimpin sendiri dua orang dayang berbaju hijau menghidangkan teh, lalu setelah kedua orang itu mengundurkan diri, dia baru menurunkan tirai, merapatkan pintu dan mengundurkan diri dari ruangan untuk menjaga didepan pintu.
Selama rapat rahasia itu berlangsung, banyak congkoan perkampungan keluarga Ban, Ban Tiong Tat seorang yang boleh masuk ke dalam bila diperlukan, tapi jika tiada persoalan diapun diharuskan menunggu dipintu.
Tatkala Ban Tiong Tat telah mengundurkan, Ban Lo hujin segera bangkit berdiri seraya berkata,
"Para ciangbunjin taysu dan totiang sekalian, sejak suamiku wafat pada lima tahun berselang seharusnya jabatan bengcu ini dipangku oleh satu diantara saudara sekalian, tapi oleh karena pergantian jabatan telah ditetapkan dan diselenggarakan setiap sepuluh tahun sekali, sedang saat itu jaraknya dengan hari pemilihan masih ada lima tahun maka untuk sementara waktu akulah yang ditugaskan untuk menjabatnya hingga kini."
"Baiklah, jikalau kau memang bermaksud begitu, pinceng hanya bisa pasrah kepada nasib. Untung selama lima tahun memang ku jabatan ini segalanya dapat berjalan dengan lancar dan aman, dengan begitu akupun bisa memberikan pertanggung-jawaban kepada saudara sekalian dan menghibur arwah suamiku dialam baka"
"Sidang yang diselenggarakan malam ini merupakan sidang persiapan untuk menghadapi pertemuan puncak besok. tiga bulan berselang akupun telah menerima dua buah daftar pencalonan, yang satu mencalonkan Hway lam tayhiap, Hee Im hong dengan seponsornya terjadi pada Bu tong pay, Go bi pay dan Pat kwa bun sedangkan yang lain mencalonkan Yu Hua Liong dengan sponsornya tersendiri dari Hoa sanpay, Heng sanpay dan Heng gi bun."
Setelah berhenti sejenak untuk menarik napas ia berkata lebih jauh.
"Pemilihan Bengcu adalah persoalan yang akan dikerjakan dalam pertemuan puncak besok, tapi membicarakan soal watak serta martabat sehari hari dari calon bengcu adalah tugas dan kewajiban dari pengikut sidang malam ini lagi pula persoalan ini menyangkut nasib dari umat persilatan dalam sepuluh tahun mendatang, oleh sebab itu saudara kuharap sekalian bisa mengutarakan dan mengungkap semua persoalan terkecil apapun yang kalian ketahui tentang kedua orang calon bengcu tersebut agar kita semua dapat menilai serta mempertimbangkannya. Aku harap kalian mengemukakan pendapat secara bergilir."
Ketika perkataan tersebut selesai diutarakan, semua orang segera menyambutnya dengan tepukan tangan yang sangat meriah.
Sambil tersenyum Ban lo hujin manggut manggut kepada semua orang seraya mengucapkan terima kasih kemudian mengambil tempat duduknya kembali. Ketua Hoa sanpay Siang Han Hui segera bangkit berdiri dan berkata
"To heng sekalian, apa yang akan kita bicarakan dalam sidang pada malam ini telah disinggung Ban hujin barusan yaitu mengungkap dan membicarakan watak serta perangai calon Bengcu serta memberi penilaian serta pertimbangan yang adil dan benar terhadap tingkah laku serta gerak geriknya dihari hari biasa, sayang aku kurang begitu tahu soal Hway lam tayhiap Hee Im hong sehingga tak bisa memberikan penilaiannya, aku hanya mendengar kalau orang ini jujur dan lurus, nama besarnya cukup termashur diutara maupun selatan sungai besar...."
"Biarpun calon yang diajukan adalah Sam siang tayhiap Yu hua Liong akan tetapi didalam sidang tersebut ia justru memuji Hee Im hong, dari sini dapat dinilai bahwa ketua Hoa sanpay ini benar benar seorang pendekar yang berjiwa besar dan berdada lapang."
Penjabat ketua Ka pang Kwa Tiang tay segera menengok kearahnya dengan pandangan tercengang.
Sorot mata semua hadirin semua bersama sama ditujukan ke wajah Siang Han hui serta mendengarkan kata kata berikutnya dengan tenang. Sesudah berhenti sejenak Siang Han hui berkata lebih jauh.
"Hanya sayang belakang ini siaute mendapat kabar dari berbagai sumber berita yang mengatakan bahwa Hee Im hong punya ambisi besar hendak merebut kedudukan Bengcu tersebut, konon ia berusaha merangkul para jago dari perbagai wilayah agar bersedia menuruti petunjuknya, bahkan disetiap wilayah dia tunjuk seorang penanggung jawab yang disamakan Lengcu lencana emas, berikutnya adalah utusan lencana perak dan kedudukan dibawahnya adalah jago pedang lencana tembaga serta busu lencana besi.
organisasinya diatur sangat ketat serta rapih. Hanya apa sesungguhnya rencana serta intrik yang dilakukan belum sampai ketahuan secara jelas, tapi aku percaya bila dia sampai terpilih menjadi Bengcu akibatnya benar benar tak terlukiskan dengan kata kata."
Begitu perkataan tersebut diungkapkan, paras muka para hadirin sama sama berubah hebat.
Ketua Kay pang Kwa Tiang tay segera bangkit berdiri seraya berseru:
"Siang ciangbunjun, biarpun didalam sidang yang diselenggarakan pada malam ini setiap orang bebas mengemukakan pendapat,pandangan serta kritiknya terhadap calon bengcu, dan setiap anggota sidang wajib merahasiakan isi pertemuan ini sehingga tak sampai bocor keluar, namun aku ingin mengingatkan bahwa apa yang telah diucapkan seseorang, harus didasarkan pada bukti yang jelas dan sipembicara bertanggung jawab terhadap isi pembicaraannya.
oleh sebab itu, dalam masalah Hee Im hong telah menyiapkan orang orangnya dengan mengangkat Lengcu lencana emas dan sebagainya tadi, aku ingin meminta pertanggung jawaban Siang ciangbunjin atas perkataannya ini, apakah kau punya sesuatu bukti yang jelas?"
Seperti diketahui, sesungguhnya KWa Tiang tay merupakan seorang Lengcu lencana emas dari Hee Im hong, tidak heran kalau dia berusaha untuk membantah persoalan itu.
Siang Han hui memandang sekejap kearahnya lalu tertawa hambar, baru saja ia hendak berbicara..
"omitohud" Hui san taysu dari Siau lim pay bangkit berdiri secar tiba tiba dan merangkap sepasang tangannya didepan dada, "apa yang dikatakan Siang ciangbunjin, telah pinceng dengan pula dengan jelas..."
Dia mengulapkan tangannya kepada Siang han hui serta KWa Tiang tay, kemudian berkata lagi:
"Harap kalian berdua duduk dulu, pinceng akan segera menuturkan semua pengalaman yang telah pinceng alami sendiri dalam perjalananku keselatan kali ini, agar kalian bisa membuat perbandingan serta mempertimbangkan kembali. "
Siang Han hui dan Kwa Tiang tay segera menurut dan duduk kembali.
Maka secara ringkas Hui san taysu menceritakan kembali pengalamannya sejak tiba dikota Hap hui, bagaimana menginap dikuil Pau kok si, bagaimana Bu tim menyaru sebagai dirinya dan bagaimana bersekongkol dengan ketua Pau kok si, Tek ceng hwesio
Seperti diketahui Tek ceng taysu adalah seorang Lengcu lencana emas, sedangkan Bu tim adalah utusan lencana perak.
Ketika menyinggung soal Huan Cu Im dan Yap Ling, dia menyebut mereka sebagai Huan Peng thia dan pembantunya, lalu dia juga mengeluarkan topeng kulit manusia yang digunakan Bu tim untuk menyaru sebagai dirinya serta sebuah tabung jarum penghancur darah.
Berhubung peristiwa ini dialami sendiri oleh Hui san taysu, lagi pula dia sendiri yang mengungkapkan, tentu saja kejadian itu dapat dipercaya, apa lagi disertai dengan barang bukti.
Berubah hebat paras muka setiap anggota sidang setelah mendengar penuturan itu, sebab dari sini terungkap sudah bahwa Hee Im hong memang tak segan segan memakai pelbagai cara dantipu muslihat dalam usahanya merebut jabatan Bu lim Bengcu. Giok ceng totiang dari Bu tong pay segera berkata:
"Harap taysu duduk dulu, pinceng pun ingin mengajukan satu pertanyaan, harap taysu duduk dulu sebelum menjawab."
Hui san taysu menurut dan segera duduk kembali, tanyanya kemudian: "Apa yang ingin toheng tanyakan?"
"Dari pembicaraan taysu tadi, aku dengar ada seorang pemuda she Huan yang datang memberi kabar kekuil Pau kok si sebelum taysu tiba dikuil tersebut, boleh aku tahu darimanakah siausicu itu bisa mengetahui peristiwa tersebut jauh sebalum kejadiannya berlangsung....?"
"Panjang sekali untuk menceritakan kejadian ini...."
Secara ringkas diapun menceritakan kisah Huan Cu Im yang mendapatkan burung merpat dibukit Tok sia san, dimana Bu tim kemudian memohon ciamsi dikuil Kim Sin tong dan bagaimana orang itu membunuh Sie congkoan dari perkampungan keluarga Ki, bagaimana mengirim kabar kekuil Pau kok si dan seterusnya.
Kemudian kepada Ki Cu ho ketua Lak hap bun, dia berkata juga sambil tersenyum
"Ki ciangbunjin, gara gara hendak mengejar Bu tim tempo hari Huan sicu telah melakukan tindakan yang menimbulkan kesalahpahaman dari adikmu Ki tayhiap sedang dalam peristiwa pada malam itu keadaanpun kelewat tergesa sehingga dia tak sempat memberi penjelasan kepada Ki tayhiap. oleh sebab itulah Huan siau sicu telah berpesan kepada pinceng agar memberi penjelasan kepada Ki ciangbunjin, untuk hal itu harap ciangbunjin sudi memaklumi."
Setelah mendengar perkataan tersebut, Ki Cu hoo ketua dari Lak hap bun segera menjura kepada Hui san taysu seraya berkata,
"Ternyata dibalik peristiwa ini masih ada lika likunya, setelah mendapat penjelasan dari taysu tentu saja kesalahan paham tersebut tak akan kami pikirkan lagi didalam hati."
"Kalau begitu pinceng mewakili Huan siau sicu mengucapkan banyak terima kasih."
"Taysu kelewat merendah"
Ciu Lip san ketua dari Heng gi bun segera bangkit berdiri dan berkata pula
"Setelah mendengar penuturan dari Siang ciangbunjin serta Hui san taysu, siautepun hendak menyampaikan suatu laporang kepada kalian semua yang pada bulan berselang ketika menantuku Tong Ban huan mendapat pesan dari ayahnya untuk menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san karena pertemuan ini bakal dihadiri pelbagai jago lihay dari daratan Tionggoan dan sebagai seorang pemuda inilah kesempatan baik baginya untuk melatih diri maka bersama siauli berangkat menuju ke bukit Hong san-Ditengah jalan secara kebetulan mereka berjumpa dengan sau Cengcu kakak beradik dari Hong san- Dasar sama sama masih muda, mereka sangat cocok satu dengan lainnya hingga akhirnya berangkat bersama menuju kebenteng keluarga Hee, siapa tahu didalam benteng keluarga Hee itulah telah terjadi suatu peristiwa aneh."
Maka diapun menceritakan bagaimana putrinya ciok Sin go membongkar kedok seorang suami gadungan didalam benteng keluarga Hee, bagaimana melarikan diri lewat jendela dan bagimana diselamatkan seorang tokoh sakti dari ancaman maut. Akhirnya diapun menambahkan
"Bila ditinjau dari pelbagai fakta dan kenyataan yang ada,jelas sudah bahwa Hee Im hong memang berambisi besar untuk merebut kedudukan Bengcu, bila orang semacam itu dibiarkan menduduki jabatan itu sudah pasti dunia persilatan bakal kalut dikemudian hari, karena itu kita wajib mencegah usahanya hingga rencana busuknya jangan sampai terwujud"
Ketua bu tong pay Giok Cing totiang memandang sekejap kearah ketua Go bipay Cing Im totiang dan ketua Pat kwa bun Hong Ci cing, kemudian setelah termenung sejenak, katanya:
"Sebelum ini pinto sama sekali tidak tahu kalau telah terjadi pelbagai peristiwa semacam ini, kalau begitu usul yang diajukan kami bertiga dengan mencalonkan Hee Im hong sebagai bu lim bengcu perlu dipertimbangkan kembali"
"Perkataan toheng benar" ketua Pat kwa bun Hong Ci Cing bangkit berdiri pula dengan emosi, "menurut pandanganku, kita bertiga harus membatalkan calon yang telah diajukan itu...."
Cing Im totiang, ketua dari Go bi pay segera menunjukkan sikap keberatan, katanya kemudian pelan pelan:
"Berhubung persoalan ini besar sekali pengaruhnya, lebih baik kalian berdua pertimbangkan kembali secara baik baik..."
Mendadak Ban lo hujin bangkit berdiri, kemudian berkata:
"Perkataan Cing in totiang memang benar, membatalkan calon yang telah diajukan memang merupakan suatu persoalan besar, apalagi dalam penyelidikan ini jika dia gagal masuk hitungan, dalam pertemuan puncak besokpun susah baginya untuk terpilih, karena harus membatalkan surat pencalonan" begini saja, sekarang sidang ditunda lebih dulu beberapa saat, sedang totiang sekalian bisa manfaatkan kesempatan yang ada untuk merundingkan kembali persoalan ini, bukankah hal ini lebih baik?"
Oleh karena tuan rumah sudah mengumumkan sidang ditunda, semua orang pun bangkit meninggalkan tempat duduk masing masing
Congkoan Ban Tiong tat segera membuka pintu dan masuk kedalam diiringi dua orang dayang berbaju hijau yang membawakan air teh dan empat macam hidangan lezat buat tamu tamunya.
Maka sambil minum teh dan mencicipi dangan kecil, mereka pun saling mengemukakan pendapatnya.
Ada yang usul agar surat pencalonan dibatalkan, ada pula yang beranggapan pendapat dari Ban Lo hujin lebih benar, asal permilihan pada malam ini tidak lulus. berarti besokpun tak akan terpilih, apa gunanya harus kelewat merangsang dirinya"
Sementara perundingan masih berlangsung mendadak terlihat ketua Lak hap bun Ki Cu hoo berdiri seraya berteriak keras:
"To heng sekalian, air teh kita telah dicampuri seseorang dengan sesuatu yang tak beres."
Belum selesai ucapan itu diutarakan, tubuhnya roboh terjUngkal keatas tanah.
Tentu saja peristiwa ini sangat mengejutkan para jago lainnya sehingga sama sama berpaling dengan wajah terkesiap.
"Yaaa, ada yang tak beres" terdengar ketua Heng gi bun Cio Lip san bergumam pula, "Ban hujin-..."
Ia mendongakkan kepalanya sambil berpaling kearah Ban lo hujin, namun sebelum kata katanya dilanjutkan, tubuhnya turut roboh terjungkal pula keatas tanah.
Ban lo hujin sebagai tuan rumah tentu saja jauh lebih terkejut dari pada siapapun, dengan wajah pucat pasi seperti mayat, buru buru ia membentak. "Tiong tat... Tiong..tat.."
Sebelum Ban Tiong tat masuk kedalam nenek itu sudah keburu jatuh tak sadarkan diri lebih dahulu.
Ketua Heng sanpay Liok Tiong goan yang tersohor karena berangasan segera membentak pula dengan sorot mata sinar tajam. "Sudah pasti perbuatan dari Hee..."
Belum habis ia berkata, tubuhnya ikut roboh terjungkal pula keatas tanah.
Dalam waktu singkat sudah separuh dari yang hadir dalam sidang itu telah roboh tak sadarkan diri, ketua Pat kwa bun Hong Ci Cing segera memandang sekejap kesekeliling tempat itu, kemudian serunya dengan rasa kaget. "To heng sekalian.."
Tapi begitu dia membuka suara, orangnya langsung roboh tak sadarkan diri.
Ketua Hoa sanpay Siang Han hui paling tenang diantara sekian tokoh yang hadir disana, ia duduk tak bergerak sambil diam diam mengatur pernapasan dan mencoba untuk memeriksa keadaan tubuhnya, betul juga dia merasa hawa murni sedang membuyar secara pelan pelan kepalanya terasa pening dan matanya berkunang kunang.
Biarpun begitu ia cukup jelas dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya maka dengan mulut tetap membungkam, dia celupkan tangannya kedalam cawan air teh, lalu menulis diatas meja.
-oo0dw0oo Jilid 36 "Kita sudah terkena racun Kay ko san (bubuk racun buka suara lantas buyar) apabila kita berbicara maka hawa murni akan segera punah, oleh sebab itu kita tak boleh berbicara, mungkin dengan cara begini kita masih dapat bertahan sekian waktu lagi"
Ketua Bu tong pay Giok ceng totiang segera mencelupkan pula jari tangannya ke dalam cawan air teh dan menulis. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Hui san taysu dari Siau limpay segera menulis.
"Asal bisa bertahan sesaat kita berusaha bertahan sesaat pula... lihat saja bagaimana perkembangan selanjutnya nanti"
Berhubung mereka bertiga duduk paling berdekatan, maka semua tulisan yang ditulis diatas meja dapat saling dibaca dengan jelas.
Ketua Go bipay Cing Im totiang dan pejabat ketua Kaypang Kwa Tiang tay duduk disebrang mereka bertiga, sudah barang tentu mereka berdua tak dapat membaca apa yang ditulis ketiga orang tersebut.
Kwa Tiang tay segera menengok sekejap kearah tiga orang itu, kemudian serunya sambil tertawa seram.
"Apa yang sedang kalian bertiga tulis ?"
Sebagaimana diketahui bagi mereka yang sudah terkena bubuk racun Kay ko san maka orang itu pantang buka suara, sebab begitu berbicara maka orang itu akan langsung pingsan- tapi kenyataannya biarpun Kwa Tiang tay sudah buka suara, ia masih nampak segar bugar tanpa sesuatu reaksi apa pun.
Melihat hal ini Siang Han hui segera berpikir, Ternyata orang ini benar benar adalah Lengcu lencana emas Cepat cepat dia celupkan jari tangannya ke dalam Cawan air teh kemudian menulis: "Sudah pasti orang ini adalah komplotan penjahat"
Giok ceng totiang dari Bu tong pay segera menulis:
"Dengan tenaga gabungan kita bertiga rasanya masih cukup untuk melenyapkan orang ini dari muka bumi."
"Tapi kitapun hanya memiliki kekuatan untuk sekali pukulan saja..." tulis Hui san taysu
Sementara itu Kwa Tiang tay telah bangkit berdiri sambil tertawa seram ketika dilihatnya ketiga orang itu sambil menutup mulut masing masing menulis diatas meja dengan air teh.
"Apakah toheng bertiga sudah mendapatkan suatu rencana yang bagus untuk menghadapi situasi demikian ini?"
Menyaksikan pengemis itu berjalan mendekat, Hui san taysu segera menggenggam tangan kiri Giok ceng totiang dengan tangan kanannya, sedang Giok ceng totiang juga menggerakkan telapak tangannya secara diam diam ditempelkan dipunggung siang Han hui.
Mendadak Siang Han hui berpaling dan tersenyum kepada Kwa Tiang tay, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun tiba tiba dia mengayunkan telapak tangan kanannya sambil melepaskan sebuah bacokan maut kearah depan.
Sebetulnya tujuan Kwa Tiang tay tak lain adalah memancing agar mereka buka suara ketika dilihatnya Siang Han hui melepaskan sebuah pukulan tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia segera tertawa terbahak bahak:
"Haaa haaa haaa... saudara Siang, kekuatanmu sudah hampir musnah, buat apa sih masih mencoba untuk melancarkan serangan" Baiklah, biar siaute menyambut seranganmu ini."
Seraya berkata, dia lantas mendorong pula telapak tangannya kedepan.
Perlu diketahui, tenaga dalam yang dimiliki Siang Han hui bertiga dihari biasa telah mencapai puncak kesempurnaan, bila mereka bertiga sampai menggabungkan diri dalam satu kekuatan mungkin tiada seorang manusiapun didunia ini yang mampu menghadapinya.
Kini sekalipun mereka sudah terkena racun Kay ko san sehingga hawa murni di dalam tubuhnya lambat laun makin membuyar, dan kekuatan yang tersisa pun tinggal dua tiga bagian saja, tetapi bila tenaga dalam mereka bertiga digabungkan menjadi satu, toh tetap masih memiliki kekuatan yang luar biasa.
Ditambah lagi dalam serangan tersebut mereka telah mempertaruhkan keselamatan jiwa masing masing tentu saja kekuatannya tak terlukiskan lagi dengan kata kata Kepandaian andalan Hoa san pay adalah ilmu pukulan Hui Im ciang serta ilmu jari Juan Im Ci sedang Siang han hui juga menduga bahwa peristiwa yang berlangsung malam ini bisa jadi merupakan hasil karya dari Kwa Tiang tay karena itu dia menjadi gusar sekali.
Begitu memperleh tambahan tenaga dalam dari Hui san taysu serta Giok ceng totiang dia hanya menyalurkan tiga bagian tenaga dalamnya ke dalam tangan kanan yang menggunakan ilmu pukulan Hu tim ciang tersebut sedang sisa kekuatannya yang paling besar justru dihimpun kedalam tangan kirinya begitu pukulan tangan kanan telah dilontarkan secara diam diam dia pun lepaskan sebuah totokan maut.
Kwa Tiang pay tidak menduga sampai kesitu menanti tangan kanannya didorong kemuka dan baru merasakan bahwa tenaga pukulan yang dilontarkan Siang han hui sama sekali tak mencukupi dalam anggapannya hawa murni lawan telah buyar dan serangan tersebut pasti dapat disambut dengan amat mudah tak kuasa lagi ia mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram
Tapi ditengah gelak tertawa itulah mendadak jalan darah Hian ki hiat diatas dadanya terasa amat sakit bagaikan terhantam oleh martil yang sangat berat. belum habis suara tertawa yang bergema ia sudah mendengus tertahan dan roboh terjungkal keatas tanah.
Sebaliknya Siang Han hui Hui san taysu dan Giok ceng totiang bertiga yang telah melepaskan serangan tersebut hawa murninya ikut punah sama sekali, meski mereka masih tetap duduk memejamkan mata padahal semuanya telah jatuh tak sadarkan diri
Memandang rekan rekannya sudah pada roboh tak sadarkan diri dan didalam ruangan rahasia tinggal dia seorang saja ceng Im totiang dari Go bipay mengerutkan dahinya rapat rapat, sebentar ia bangkit berdiri kemudian duduk kembali, dari sini dapat diketahui betapa risau dan kalutnya pikiran orang ini.
Sementara batinnya masih terjadi pergulatan, tiba tiba pintu ruangan dibuka orang dan muncullah congkoan ban Tiong tat dengan langkah lebar, ketika melihat Kwa Tiang tay turut roboh terjungkal diatas tanah ia segera bertanya dengan wajah kaget bercampur keheranan:
"Totiang, mengapa dengan Kwa pangcu?"
"Dia telah saling beradu pukulan dengan Siang ciang bunjin" sahut ceng Im totiang hambar "Tampaknya luka yang dideritanya amat parah.."
cepat cepat dia berjalan mendekat dan memeriksa nadi Kwa Tiang tay namun dengan cepat ia berseru lagi dengan perasaan lebih terkejut: "Aaah ternyata ada dua kerat tulang iganya yang patah."
Sambil berkata dia mengeluarkan sebuah botol obat dari sakunya dan menuang tujuh butir pil Toh mia wan dari keluarga Ban untuk dijejalkan kemulut Kwa Tiang tay setelah itu katanya seraya berpaling:
"Harap totiang membantunya dengan menyalurkan hawa murni. siaute masih ada urusan lain yang harus diselesaikan."
Terpaksa ceng Im totiang berjalan menempelkan telapak tangannya dipunggung orang itu sambil menyalurkan hawa murninya
cepat cepat Ban Tiong tat mendekati Ban lo hujin, dari sakunya dia mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dan dalam bungkusan itu berisikan bubuk obat yang sedikit sekali jumlahnya, dengan jari telUnjUk dia mengambil sebagian obat tadi lalu dia oleskan kedalam lubang hidung Ban lo hujin-Tak selang berapa saat kemudian Ban lo hujin telah membuka matanya kembali Ban Tiong tat yang berada disisinya segera menegur.
"Lo hujin, kau tidak apa apa bukan?"
Setelah berhasil menenangkan diri, Ban lo hujin memperhatikan sekejap sekeliling ruangan tersebut, kemudian tanyanya kepada Ban Tiong tat: "Tiong tat, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Sambil tertawa paksa Ban Tiong tat segera menjawab:
"Lapor lo hujin, air teh tersebut telah dicampuri orang dengan racun Kay ko san-"
Dengan sorot mata yang tajam Ban lo hujin mengawasi congkoannya lekat lekat, kemudian ujarnya lagi dengan suara dalam:
"Aku toh sudah berulang kali mempertegaskan kepadamu agar berhati hati dalam setiap persoalan terutama dalam hidangan dan minuman harus diperhatikan secara khusus mengapa kau biarkan orang lain mengerjai kita" Padahal sidang ini merupakan sidang terakhir di perkampungan keluarga Ban kita setelah terjadi kebocoran semacam ini, bagaimana caraku untuk mempertanggung jawabkan diri kepada partai partai lain" Kausuruh aku menaruh wajahku ini dimana?"
"Benar, benar..." Ban Tiong tat mengiakan sambil tertawa paksa, "harap lo hujin jangan marah."
"Setelah kau tahu bahwa kami semua terkena racun Kay ko san, berusahalah agar kita semua dapat bebas dari pengaruh racun tersebut."
"Lapor lo hujin, hamba... hamba tak mempunyai obat penawar racunnya..." Ban lo hujin segera mendengus dengan suara berat.
"Hmm barusan akupun sudah terkena racun tersebut, siapa yang telah menyadarkan kembali diriku?"
"Hamba yang menolong tapi... tapi... hambapun hanya mempunyai sebungkus" Ban lo hujin memandang sekejap ke arahnya kemudian bertanya lagi: "Darimana kau dapatkan obat penawar racun itu?"


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sorot mata yang tajam membuat Ban Tiong tat mulai tak tenang dan sangat gelisah sahutnya agak tergagap: "Hamba...
hamba..." Dengan paras muka bertambah dan serius Ban lo hujin berseru lebih jauh
"Tiong tat kau adalah orang yang sudah lama mengikuti keluarga Ban dan Bengcu pun kau sudah membantu puluhan tahun mengapa kau tidak menjawab dengan sejujurnya?"
Sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya Ban Tiong tat melirik sekejap kearah pintu sebelah kiri lalu dengan kepala tertunduk sahutnya gagap: "Hamba..."
Pada saat itulah pintu sebelah kiri terbuka secara tiba tiba dan muncullah seorang kakek berjubah panjang.
orang ini berusia lima puluh tahunan berkepala botak muka kuda yang sempit memanjang dengan sepasang mata yang kecil, tapi bersinar tajam hidung seperti paruh elang dan memelihara jenggot didagunya ia berperawakan jangkung tapi Ceking
Sambil mengangkat bahunya dan mengeluarkan senyuman yang amat dingin diujung bibirnya orang itu segera menyapa:
"Selamat bersua Ban Lo hujinTampang semacam ini mengingatkan orang pada suya yang rakus dan licik.
Berubah paras muka Ban Lo hujin sambil berpaling ke arah Ban Tiong tat segera tegurnya dingin "Siapakah orang ini?"
Kakek jangkung bertubuh ceking itu tertawa licik sambil menjura lagi sahutnya: "Aku adalah Soh Han sim"
Ternyata orang ini adalah congkoan dari benteng keluarga Hee si burung berkepala sembilan Soh Han sim
"Belum pernah kedengaran nama tersebut" ucap Ban lo hujin dengan suara dingin.
Sebagai istri Bu lim Bengcu dia memang sangat jarang berkelana dalam dunia persilatan, otomatis diapun belum pernah mendengar nama dari Soh Han sim.
Ternyata Soh Han sim tidak menjadi gusar karena ucapan tersebut sambil tertawa seram segera ucapnya:
"Aku tak lebih cuma seorang gelandangan dari dunia persilatan tentu saja lo hujin belum pernah mendengar tentang namaku, tapi meski lo hujin masih asing dengan namaku, rasanya tidak mengganggu pembicaraan yang akan berlangsUng diantara kita berdua bukan?"
"Apa yang hendak kau bicarakan denganku?"
Jelas pertanyaan ini tak ada artinya karena sudah tahu pura pura bertanya lagi, sebagai seorang yang pintar tentu saja lo hujin sudah mengerti sejelasnya
Diatas wajah Soh Han sim yang memanjang segera muncul banyak guratan dan kerutan, sambil tertawa paksa katanya lagi.
"Aku mendapat perintah dari atasanku hendak merundingkan transaksi jual beli dengan lo hujin"
Ban Lo hujin mendengus dingin, "Hmmm siapakah majikanmu ?"
Soh Han sim maju berapa langkah lebih ke depan, lalu jawabnya "Atasanku tak lain adalah Hee Pocu, yang disebut orang Hway Im tay hiap"
Setelah mendengar nama tersebut, Ban lo hujin semakin mendapat gambaran lagi terhadap situasi yang sedang dihadapi, namun perkiraan tersebut sama sekali tidak diperlihatkan diluar wajahnya. Dengan suara yang tetap dingin katanya
"Dalam menyelenggarakan pertemuan puncak sembilan partai besar dibukit Hong san kali ini, aku telah mengutus putraku berangkat kebenteng keluarga Hee untuk mengundang kehadiran Hee tayhiap dalam pertemuan ini, tapi hingga sekarang Hee tayhiap belum juga menampakkan diri, apakh kedatangan Soh sanseng hendak menyampaikan surat dari Hee tayhiap" Kalau memang begitu, sepantasnya bila kau menanti diruang depan, kenapa kau langsung memasuki ruang rahasia ini?"
"Tempat ini merupakan ruang sidang yang tertutup bagi orang lain kecuali ketua ketua sembilan partai, hmm, coba kalau aku tidak memandang wajah Hee tayhiap sudah pasti akan kubekuk dirimU. Tiang tat mengapa kau tidak mengantar Soh sianseng ke ruang depan" Bila persoalan disini telah usai, aku tentu akan menemuinya nanti"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... lo huijn tak usah repot repot" seru Soh Han sim sambil tertawa tergelak "seandainya tiada kehadiranku disini mungkin Lo hujin pun tak dapat mengatasi persoalan disini"
Sudah jelas perkataan tersebut mengandung unsur suatu tantangan-Mendadak Ban Lo hujin menarik wajahnya sambil mendengus
"Hmm, rupanya kaulah yang telah mencampuri air teh kami dengan Kay ko san"
Dengan sikap yang sopan Soh Han sim mendehem pelan lalu sambil mengelus jenggotnya dan tertawa sinis dia berkata
"Kali ini dugaan Lo hujin keliru besar aku sama sekali tidak mencampuri air teh kalian dengan racun Kay ko san"
Sementara pembicaraan tersebut diutarakan Ban Tiong tat yang berdiri disisinya mengerdipkan matanya berulang kali namun ia berlagak pilon dan seolah olah sama sekali tidak melihatnya.
Dengan suara dalam Ban Lo hujin segera bertanya: "Lantas siapa yang telah melakukan perbuatan itu?"
"Untuk bisa meracuni air teh yang dikirim kedalam ruang rahasia perkampungan keluarga Ban tentu saja orang itu adalah orang paling dipercayai oleh lo hujin"
Pucat pias selembar wajah Ban lo hujin setelah mendengar jawaban tersebut tiba tiba ia berpaling lalu serunya agak gemetar. "Tiong tat rupanya benar benar hasil perbuatanmu..."
Dari ucapan tersebut dapat disimpulkan bahwa Lo hujin memang sudah menaruh curiga kepada Ban Tiong tat.
Dengan perasaan tak tenang Ban Tiong tat mundur selangkah kebelakang, kepalanya ditundukkan rendah rendah dan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar Soh Han sim berkata lebih jauh.
"Persoalan semacam itu sih tidak penting, bukankah aku mendapat perintah dari atasan untuk menghantar obat pemunah racun buat lo hujin ?"
Sambil berusaha menahan kobaran hawa amarah didalam dadanya, Ban lo hujin manggut manggut, katanya
"Bagus sekali kalau begitu, nah harap Soh sianseng serahkan dulu obat penawar racun itu kepadaku"
Dengan sikap yang tetap sopan Soh Han sim tertawa dengan suara dalam lagi, berat, lalu tertawa.
"Bukankah sudah kujelaskan kepada Lo hujin tadi, aku mendapat perintah dari atasanku untuk mengajak lo hujin membicarakan sebuah transaksi jual beli" Ban lo hujin mendesis.
"Hmmm, selama ini nama besar Hee tayhiap dikagumi setiap orang, tentunya dia tak akan memeras diriku habis habisan hanya dikarenakan obat penawar racun bukan" Baik berapa tahil perak yang dia maui?"
"Lo hujin pandai amat bergurau, atasanku berdagang obat obatan sepanjang tahun, apa artinya uang perak baginya?"
"Lantas apa yang dia kehendaki?"
"Atasanku mempunyai suatu persoalan yang hendak dirundingkan dengan lo hujin, asalkan lo hujin bersedia mengangguk maka obat penawar racun akan segera dipersembahkan"
"Apa sih jabatan sianseng didalam benteng keluarga Hee?"
mendadak Ban lo hujin bertanya
"Lapor lo hujin aku hanya menjabat sebagai congkoan dari Benteng keluarga Hee"
"oooh, rupanya Soh congkoan" ucap Ban lo hujin dingin
"atas nama panitia pertemuan pucak dunia persilatan aku telah mengundang Hee tayhiap untuk ikut menghadiri pertemuan ini apabila dia hendak merundingkan sesuatu denganku, sudah sepantasnya jika Hee tayhiap datang sendiri untuk merundingkan denganku. Harap Soh congkoan memberi kabar kepada Hee tayhiap. katakan kalau aku mengundangnya datang untuk membicarakan sendiri persoalan ini dengannya"
Sudah jelas dengan perkataan ini Ban lo hujin hendak menjelaskan bahwa Soh Han sim sebagai seorang congkoan masih belum berhak untuk membicarakan suatu masalah besar dengannya.
Sambil mengelus jenggot yang hitam Soh Han sim kembali tertawa seram.
"Lo hujin adalah Bengcu hujin kedudukannya amat tinggi dan mulia, sepantasnya manusia seperti aku ini seorang gelandangan dari dunia persilatan memang tak pantas untuk merundingkan masalah besar dunia persilatan dengan lo hujin namun atasanku telah memberi mandat dan kuasa penuh kepadaku untuk menyampaikan semua isi hatinya kepada lo hujin, aku kuatir bila lo hujin tetap bersikeras hendak berbicara sendiri dengan atasanku mungkin dalam soat waktu sudah tidak keburu lagi..."
"Bagaimana tidak keburunya?"
Soh Han sim tertawa licik:
"Sebab paling cepat pun atasanku baru akan tiba dibukit Hong san sesudah lewat tengah hari"
"Kalau begitu kita bicarakan besok selewatnya tengah hari."
Sekali lagi Soh Han sim tertawa :
"Tampaknya lo hujin sudah dengan kenyataan yang berada didepan mata " Ketua dari sembilan partai besar sudah terkena Kay kosan, rasanya sulit buat mereka untuk bertahan sampai tengah hari..."
"ooh jadi kau sedang menggertak diriku?" bentak lo hujin penuh amarah
"Aaah, tidak berani, tidak berani..." kembali Soh Han sim tertawa seram "aku tak lebih hanya bermaksud memperingatkan lo hujin, apalagi penyelenggara pertemuan puncak bukit Hong san kali ini adalah lo hujin sendiri, bila kau dapat menyelenggarakan pertemuan ini secara sukses paling tidak kaupun bisa memberi pertanggungjawaban kepada Lo bengcu yang telah tiada sebaliknya bila terjadi kegagalan pada pertemuan puncak kali ini, bukan saja nama baik keluarga Ban di bukit Hong san bakal tercemar selain itu nama baik Lo bengcu almarhumpun ikut terpengaruh. itulah sebabnya kuanjurkan kepada lo hujin agar berpikir tiga kali sebelum mengambil sesuatu tindakan,"
"Soh Han sim" seru Ban lo hujin dengan suara berang
"keluarga Ban dari bukit Hong san bukan keluarga lemah yang mau digertak orang dengan begitu saja meski kau dapat memasuki ruangan ini, belum tentu dapat kau tinggalkan tempat ini secara mudah. Tiong tat Bekuk orang ini!!"
Dengan ragu ragu Ban Tiong tat memandang sekejap kearah Soh Han sim kendatipun dengan ilmu silat yang dimiliki Ban Tiong tat ia masih sanggup untuk merobohkan Soh Han sim akan tetapi ia tetap sangsi untuk melakukan sesuatu tindakan. Dengan penuh amarah Ban lo hujin segera berseru
"Tiong tat kenapa kau?"
"Ban congkoan siaute hendak merundingkan persoalan ini secara baik baik dengan Lo hujin dan lagi disinipun tak ada tugasmu lagi tolong keluarlah dulu dari sini."
"Baik" Ban Tiong tat segera mengiakan lalu benar benar mengundurkan diri dari situ.
Bisa dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya Ban lo hujin setelah menyaksikan kejadian ini sekujur badannya sampai gemetar keras saking emosinya. setelah mendengus mendadak ia lompat bangun lalu bentaknya keras keras, "Soh Han sim, kau anggap aku sudah tak mampu untuk membekukmu...?"
Soh Han sim sama sekali tidak panik atau berubah mukanya setelah mendengar ancaman tersebut, malah ujarnya sambil tertawa:
"Harap lo hujin jangan marah dulu, seandainya berada dihari hari biasa, biar ada sepuluh orang Soh Han sim pun tetap bukan tandingan lo hujin, tapi saat ini lo hujin telah terkena racun Kay ko san biarpUn orangnya telah sadar kembali, tenaga dalamnya belum pulih seperti sedia kala, bila lo hujin kurang percaya, silahkan saja untuk dicoba sendiri"
Ban Lo hujin jadi tertegun, sejak mendusin dari pingsannya dia memang belum sempat memeriksa tenaga dalam sendiri sehingga dia pun tidak tahu apakah tenaga dalamnya telah pulih kembali atau belum.
Karenanya cepat cepat dia mengatur napas untuk memeriksa tenaga dalamnya setelah mendengar ucapan tersebut.
Beg itu diperiksa ia segera menemukan bahwa tenaga dalamnya memang tetap buyar dan lenyap tak berbekas, kendatipun orangnya telah sadar kembali, berapa kali ia mencoba untuk menghimpun kembali hawa murninya dengan pelbagai cara namun usahanya itu selalu mengalami kegagalan total
Sadarlah sinenek bahwa perkataan Soh Han sim memang bukan gertak sambal belaka, maka setelah mendengus dingin katanya.
"Baiklah, mungkin Hee tayhiap mengutusmu yang datang karena dia sendiri rikuh untuk mengutarakan maksud hatinya kepadaku, nah apa syaratnya" Sekarang boleh kau mengatakan keluar."
Setelah mengangkat bahu dan tertawa seram Soh Han sim berkata
"Aku percaya Lo hujin bukan seorang yang bodoh, asal lo hujin bersedia untuk bekerja sama dengan atasan kami, kami jamin orang orang dari sembilan partai besar pasti bisa membuka pertemuannya besok tepat pada waktunya dan pertemuan puncak bukit Hong san dapat diselenggarakan secara sukses"
"Kerja sama dalam bentuk apakah yang diharapkan Hee tayhiap dariku...?"
"Soal itu sudah diterangkan atasanku dalam surat ini, silahkan lo hujin baca sendiri"
Selesai berkata diapun mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya dan dipersembahkan dengan kedua belah tangan-Ban lo hujin segera menerima surat itu serta membaca isinya, tapi begitu selesai dibaca, dengan wajah penuh amarah ia berkata dengan suara dingin
"Aku disuruh menjual sembilan partai besar" Menghianati pertemuan puncak bukit Hong san" Tidak!! aku tak bisa melakukannya."
Sambil tertawa paksa Soh Han sim segera berkata lagi:
"Harap Lo hujin jangan emosi dahulu, lagi pula persoalan ini tidak berarti menghianati sembilan partai besar dan pertemuan puncak bukit Hong san persoalannya tidak serius dan segawat apa yang lo hujin bayangkan"
"Hmmm persoalan macam beginipun kau anggap tidak serius dan gawat?" dengan gemas Ban Lo hujin sambil membanting surat itu keatas meja
Soh Han sim tertawa tidak sampai Ban lo hujin menyelesaikan perkataannya dia telah menyambung lebih jauh.
"Tentunya lo hujin sudah membayangkan bukan seandainya lo hujin sampai menolak suatu kerja sama dengan atasanku maka akibatnya bisa lebih gawat lagi."
Dia melirik sekejap kearah Ban lo hujin dengan ujung matanya kemudian setelah mendehem pelan katanya lagi,
"Dari sembilan partai besar yang menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san kali ini sudah ada tujuh orang ciangbunjin yang terkena racun Kay ko san bila racun tersebut tidak segera dipunahkan, maka jiwa mereka tak bisa bertahan sampai besok tengah hari..."
Sengaja dia menarik nada suaranya yang terakhir panjangpanjang, lalu berhenti dengan begitu saja.
"Apakah mereka akan mati akibat beracun" " tanya ban lo hujin"Matinya sih tidak..." kata Soh Han sim dengan nada menyeramkan, "kay ko san merupakan sejenis obat beracun yang dibuat dari kombinasi beberapa macam obat penenang dan obat penghilang rasa, sifatnya langsung mempengaruhi susunan sarap seseorang, jadi seandainya dalam dua belas jam racun itu tidak dipunahkan dia akan selamanya kehilangan perasaan, maupun kesadarannya.
Padahal mereka datang untuk menghadiri pertemuan puncak yang diselenggarakan dibukit Hong san, bagi mereka yang tidak mengetahui latar belakangnya, orang tentu akan menaruh curiga bahwa kejadian tersebut merupakan hasil karya dari keluarga Ban- Sebab diantara mereka yang hadir dalam sidang rahasia ini, hanya lo hujin seorang yang tetap segar dan sadar. Nah, kalau sampai begitu, biarpun lo hujin punya seratus lembar mulutpun jangan harap bisa memberi penjelasan kepada umat persilatan pada umUmnya."
Hijau membesi selembar wajah Ban lo hujin setelah mendengar perkataan itu, mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa.
Melihat perkataannya telah mendatangkan reaksi seperti yang diharapkan, sekulum senyum licik penuh rasa bangga melintas di atas wajah Soh Han sim yang kurus kering, kemudian terusnya.
"Apalagi semasa hidupnya Ban Cengcu adalah seorang yang lurus, jujur dan gagah, selama puluhan tahun dia selalu disanjung dan dihormati setiap umat persilatan, tapi setelah lima tahun kematiannya, tiba tiba terjadi suatu peristiwa besar yang menggemparkan dunia dalam penyelenggaraan pertemuan puncak bukit Hong san apakah kejadian ini tak akan mempengaruhi nama baik Ban Bengcu selama ini..."
Ban lo hujin tetap membungkam seribu bahasa.
soh Han sim segera berkata lebih jauh
"Sejak kematian Ban Bengcu lima tahun berselang, bukan saja lo hujin berhasil mempertahankan kewibawaan keluarga Ban dalam pandangan masyarakat dunia persilatan sehingga sama sekali tidak kekurangan dari kewibawaan dimasa Bengcu masih hidup dulu, bahkan aku pun dapat mengatur dunia persilatan dan mempertahankan martabat serta nama besar Bengcu dalam pandangan umat persilatan, tapi setelah kejadian di pertemuan puncak bukit Hong san kali ini, lebih payah lo hujin selama puluhan tahun serta perjuangan lo hujin pada lima tahun terakhir khususnya bakal hancur berantakan dalam sedetik saja."
"sudah selesai perkataanmu itu?" seru Ban lo hujin dengan penuh amarah. Kembali Soh Han sim tertawa seram:
"Bila lo hujin segan untuk mendengarkan, tentu saja akupun tak akan membicarakannya lagi, tapi dalam soal terakhir ini, masalahnya justru berhubungan erat sekali dengan lo hujin pribadi..."
Berbicara sampai disitu, kembali dia berhenti berbicara, jelas sudah bahwa dia memang sengaja hendak jual mahaL
Tapi justru karena dia berhenti berbicara setelah mengungkap erat dengan Lo hujin pribadi, perasaan Ban lo hujin jadi makin kalut dan risau sekali. Akhirnya dengan suara dingin dia menegur. "Mengapa tidak kau teruskan perkataanmu itu?"
Kembali muncul banyak kerutan diatas wajah Soh Han sim yang keriput itu, sambil tertawa licik katanya
"Ban Bengcu sebagai seorang pendekar besar yang disegani umat persilatan cuma mempunyai dua orang keturunan, yang seorang lelaki dan seorang lagi perempuan-"
Belum habis perkataan itu diutarakan, Ban lo hujin sudah bertanya dengan perasaan terkejut.
"Intrik busuk apa lagi yang kalian persiapkan?"
"Harap lohujin jangan kelewat terburu nafsu"
Setelah menarik napas panjang dan tertawa licik, Soh Han sim berkata lebih jauh.
"Padahal juga tak ada yang luar biasa. Ban sauhiap serta nona Ban hanya mengalami nasib yang tak jauh berbeda seperti para ketua sembilan partai besar mereka sednag menantikan obat penawar racun dari bubuk Kay ko san"
Perkataan diutarakan dengan santai dan enteng, seakan akan peristiwa tersebut bukan sesuatu yang luar biasa Tapi bagi Ban lo hujin justru merupakan suatu berita yang membuat hatinya tercekat sambil berusaha untuk menahan hawa amarahnya ia berseru
"Hmmm, perbuatan kalian benar benar amat keji, buas dan sama sekali tak berperasaan-"
"Yaa apa boleh buat. terpaksa kami harus berbuat begitu,"
sahut Soh Han sim sambil mengangkat bahu "dari dulu hingga sekarang orang memang perlu mempergunakan sedikit tindakan yang keras bila ingin mewujudkan suatu karya besar atau mensukseskan suatu pekerjaan berat asal pikiran bisa lebih terbuka, rasanya hal ini sudah lebih dari cukup,"
Itu berarti mati hidup para ketua sembilan partai hanya tergantung pada anggukan serta gelengan kepalanya Terutama sekali, keselamatan putra putrinya apabila racun Kay ko san tidak dipunahkan maka mereka akan jadi orang bodoh yang kehilangan ingatan dan lumpuh tubuhnya, andaikata benar benar sampai begini, bagaimanakah pertanggung jawabannya kepada suaminya yang telah tiada"
Jaya atau musnahnya sembilan partai besar serta nasib dari banyak orang sama halnya berada dalam genggamannya sekarang, dan persoalan tersebut telah mencapai pada puncaknya yang membuat ia tak bisa menghindar atau menundanya lagi.
Dalam sedetik inilah tiba tiba Ban lo hujin berubah menjadi begitu lemah dan tak bersemangat sedikitpun, pelan pelan dia menghela napas panjang.
Tampaknya Soh Han sim mengerti bahwa saatnya sudah datang, cepat cepat ia maju kedepan sambil desaknya.
"Apakah lo hujin menyetujui?"
"Bagaimana caraku untuk mempercayai perkataanmu itu?"
"Hal itu tidak perlu lo hujin kuatirkan, nama besar atasan kami sudah termashur dimana mana, sedang tujuannya merebut kursi Bengcu pun tak lebih dikarenakan soal nama, jadi sama sekali tidak berambisi apa apa, atasanku itupun tidak bermaksud memusuhi pelbagai partai besar, otomatis tidak berniat pula untuk meracuni orang orang itu sampai mati, asal lo hujin bersedia mengangguk. obat penawar racun segera kupersembahkan, dengan begitu lo hujin pun pasti mempercayai bukan?"
Setelah berada dalam keadaan begini, kecuali menganggukkan kepalanya Ban lo hujin memang tak punya jalan lain-Setelah menghela napas panjang, katanya kemudian"
Baiklah serahkan dulu obat penawar racun itu kepadaku"
Soh Han sim menjadi kegirangan setengah mati, dia mengiakan berulang kali. kemudian mengambil keluar tiga buah bungkusan dari sakunya dan diletakkan diatas meja, setelah itu baru katanya lagi:
"Lo hujin, disini tersedia tiga bungkus obat penawar racun, satu bungkus buat lo hujin, Ban sauhiap dan Ban slocia, isinya terdiri dari enam butir obat, hitam dan putih masing masing tiga biji, asal setiap orang menelan sebutir pil hitam dan sebutir pil putih maka tidak sampai seperminum teh kemudian, kekuatan dan kesadarannya akan pulih kembali seperti sedia kala"
Tidak menunggu Ban lo hujin buka suara, dia berkata lebih jauh:
"Sedangkan obat penawar racun dalam kedua bungkusan ini kusediakan bagi beberapa orang ciangbunjin partai besar, bungkusan berisi pil hitam itu bisa memunahkan racun Kay ko san, tapi orangnya tetap berada dalam keadaan tak sadar, mereka baru mendusin setelah minum pil berwarna putih, cuma pil berwarna putih ini akan kusimpan dulu untuk sementara waktu, setelah pertemuan puncak besok pagi, obat tadi baru akan kuserahkan."
Selesai berkata, dia mengambil kembali bungkusan berisi pil berwarna putih itu dan dimasukkan kembali kedalam saku.
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 10 Kereta Berdarah Karya Khu Lung Rahasia Kunci Wasiat 10

Cari Blog Ini