Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 3

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 3


"Hm, monyet, jangan ngimpi engkau dapat melarikan diri "
dengus kakek Beruang-sakti Han Tiong.
"Siapa yang engkau sebut monyet itu" Aku" Uh, apakah aku
mirip dengan monyet ?" sahut Blo'on.
"Ya, engkau bukan mirip tetapi memang serupa dengan
monyet yang kurang ajar dan harus disembelih."
"Aduh ! Apakah lo-cianpwe ini suka makan daging monyet "
Enakkah daging monyet itu ?"
Sejak mendengarkan percakapan si Blo'on dengan "Nagabesi
Pui Kian dan Serigala-gigi-perak tadi, Beruang-sakti Lim
Ping sudah mempunyai kesan bahwa pemuda itu memang
seorang blo'on dan suka bicara yang tak keruan. Maka ia tak
mau tarik urat dengan pemuda itu.
"Jangan banyak mulut !" sekonyong-konyong Beruang-sakti
ulurkan tangannya yang panjang untuk mengcengkeram dada
si Blo'on. "Ah, Io-cianrwe . . . ," karena ketakutan si Blo'on menyurut
mundur selangkah dan luputlah cengkeraman tianglo Hoa-sanpay
itu. Gerak penghindaran yang dilakukan Blo'on itu sebenarnya
karena rasa takut. Tetapi bagi Beruang-sakti, gerakan anak itu
dianggapnya suatu gerak yang luar biasa. Dan memang diamdiam
ia terkejut karena anak itu mampu meloloskan diri dari
cengkeramannya yang disebut jurus Beruang-merogoh-hati.
Suatu ilmu cengkeraman yang hebat dan jaang dapat dihindari
oleh tokoh-tokoh persilatan yang pernah bertempur dengan
dia. "Hm, hebat benar kepandaianmu !" dengus Beruang-saKti
seraya memburu maju dan mencengkeram bahu Blo'on.
Gerakan itu disebut jurus Beruang-menyambar ikan-lele.
Menggambarkan seekor beruang yang sesedang berburu ikan
dalam sungai. Setiap tampak ikan unjuk diri dalam air, dengan
gerak yang cepat, beruang itu tentu menyambarnya.
'Uh . . ," Blo"on terkejut dan condongkan tubuhnya kebawah
untuk menghindar. Tetapi cengkeraman Beruang-sakti lebih
cepat. Apalagi tangannya yang panjang, banyak
membantunya. Bahu Blo'on tercengkeraman dan anak itu
meringis kesakitan. Sebelum ajal berpantang maut. Demikian pula Blo'on.
Karena ingin melepaskan diri dari cengkeraman besi, tanpa
disadari ia gerakkan tangan kanannya untuk menghantam
tangan orang yang mencengkeram bahu kirinya. Plak . . .
Beruang! sakti terkejut,,, ketika tangannya serasa terhantam
sebuah paluiv-besi. Lengannya gemetar dan
cengkeramannyapun terlepas. Sebelum melepaskan
cengkeramannya, ia mendorong bahu pemuda itu.
"Uh .... uh....." mulut Blo'on mendesuh dan tubuhnya
terhuyung-huyung lima enam langkah dan jatuhlah ia
terduduk di tanah. Ketika memandang bahu kirinya ternyata;
bajunya telah robek, berlubang sebesar cengkeram tangan
orang. Beberapa murid Hoa-san-pay tingkat dua, begitu
mengetahui Blo'on jatuh, cepat mereka loncat hendak
meringkusnya. Tetapi timbullah naluri Blo'on sebagai seorang
manusia yang hendak mempertahankan hidup, tiba-tiba
merangkum segenggam pasir lalu ditaburkan.
"Aduh . . aduh . . " terdengar jerit pekikan dari murid-murid
Hoa-san-pay yang hendak meringkus-nya ketika muka dan
mata mereka tertabur pasir, entah bagaimana, butir-butir pasir
yang ditaburkan Blo'on seperti berobah menjadi percikan besi
baja sehingga biji mata mereka seperti pecah dan wajah
mereka seperti ditusuki jarum-jarum yang tajam. Sakitnya
bukan alang kepalang. Sambil mendekap muka, murid-murid Hoa-san-pay itu
serempak mundur beberapa langkah.
"Jahanam, jangan terlalu menghina murid Hoa-san-pay."
Ang Hin-liong, murid pertama dari mendiang ketua Hoa-sanpay,
apungkan tubuh melayang ke hadapan Blo'on dan
membentaknya, "hayo, keluarkanlah senjatamu dan mari kita
bertanding !" Blo'on bangun segan-segan dan segan-segan pula ia
menjawab : "Kedatanganku kemari untuk mencari orang yang
dapat mengenal diriku. Bukan untuk berkelahi. Kalau engkau
mau berkelahi, berkelahi-lah sendiri. Aku tak dapat berkelahi !"
"Lekas cabut senjatamu !" bentak Ang Hin"Buat apa ?" "Kita bertempur sampai mati !"
"Tidak !" "Aku tak mau bertempur dan tak mau mati, sebelum tahu
diriku ini siapa !" Ang Hin-liong mendengus: "Engkau mau bertempur atau
tidak, tetap harus bertempur. Engkau mau mati atau tidak,
tetap harus mati !" '"Eh, bung, mengapa engkau main paksa begitu " Apakah
engkau anggap aku ini musuhmu?"
"Ya, musuh besar karena engkau berani membunuh suhuku
!" Dengan wajah ngotot, Blo'on menjawab: "Tanialah pada
suhumu, kalau benar aku yang membunuhnya, engkau boleh
menebas kepalaku. Tetapi kalau tidak, engkau harus minta
maaf kepadaku .. " "Ngaco!" bentak Ang Hin-liong, "orang yang sudah mati,
bagaimana dapat bicara !"
"Mengapa tidak bisa " Gampang saja kalau engkau mau
bicara dengan suhumu !"
"Hm, jangan gila-gilaan engkau !"
"Siapa yang gila-gilaan" Kalau engkau sampai tak dapat
bicara dengan suhumu, penggallah kepalaku ini," kata Blo'on
seraya menjulurkan lehernya kemuka."
"Tutup bacotmu!" bentak Ang Hin-liong marah "Engkau
mengatakan tak bisa, tetapi aku bilang bisa. Mengapa engkau
suruh aku tutup mulut ?"
"Coba katakan bagaimana caranya '." akhirnya An Hin-liong
kewalahan juga. "Mudah," Blo'on menengadahkan muka, "tetapi ada
syaratnya." "Bagaimana syaratnya ?"
"Engkau harus hentikan seranganmu dan jangan
menyerang aku lagi !"
Sejenak merenung akhirnya Ang Hin-liong mau juga
menerimanya. Pikirnya, tak mungkin orang hidup dapat
mengajak bicara orang mati. "Baik, katakanlah !" seru Hinliong.
"Dengarkanlah. Kalau engkau tak dapat mengajak suhumu
bicara, itu karena engkau tak menggunakan bahasa orang
mati." "Bahasa orang mati ?"
"Ya, orang mati lain bahasanya dengan orang hidup."
"Bagaimana aku dapat berbahasa orang mati?"
"Mudah saja bung," kata Blo'on dengan bangga, "engkau
harus menyusul mati !"
"Bangsat, engkau menipu aku !" teriak Hin-liong seraya
hendak menyerang dengan pedang.
"Nanti dulu !" teriak Blo'on seraya julurkan kedua telapak
tangan kemuka untuk mencegah, "aku tidak menipu. Memang
begitulah caranya. Bukankah engkau belum mencoba,
mengapa bilang kalau aku menipu ?"
"Engkau gila ! Dengan begitu engkau suruh aku mati, bukan
?" Hin-liong deliki mata.
'"Terserah, bung," sahut Blo'on, "tetapi aku sudah
memberitahukan caranya dan engkaupun sudah menerima
syaratnya. Mengapa sekarang engkau hendak ingkar janji ?"
Hin-liong merah mukanya. Ia benar-benar malu karena
dapat ditipu melek-melek oleh seorang pemuda blo'on. la
malu, marah tetapi tak dapat berbuat apa-apa kecuali tegak
terlongong-longong seperti patung.
Beruang-sakti Lim Ping, tianglo kedua dari Hoa-san-pay
dibikin kejut. Sekarang Ang Hin-liong murid pertama dari
perguruan itupun dibikin mati kutu. Serentak hiruk pikuklah
murid-murid Hoa-san-pay yang menyaksikan peristiwa itu.
Belum pernah markas Hoa-san-pay segempar saat itu.
'"Bangsat, makanlah pedangku ini !" pemuda Ko Seng-tik,
murid kedua dari Hoa-san-pay serentak loncat menerjang
Blo'on. Cret, cret . . . dua buah gerak tabasan yang diarahkan ke
kepala Blo"on, karena Blo'on kaget dan miringkan kepala,
hanya berhasil memapas segenggam rambut pada bagian atas
jidat dan bagian belakang kepala yang gondrong.
Karena kehilangan rambut itu, wajah si Blo'on tampak lucu
Mau tak mau Ko Seng-tik geli juga Apalagi dasarnya dia
memang senang bergurau. Sebelum membunuh, ia hendak
menjadikan si Blo'on bulan-bulan tertawa. Cret. cret, cret ....
rambut bagian atas kepala, kedua alis Blo'on terpapas habis
Memang diantara murid-murid Hoa-san-pay, Seng-tiklah
yang paling hebat memapas alis orang tanpa orang itu
terpapas kulitnya. Karena merasa silir, Blo'on merabah kepalanya dan astaga .
. rambut bagian ubun-ubun kepalanya hilang. Merabah alis,
pun hilang . . . "Ha. ha. ha . . " terdengar gelak tertawa murid Hoa-san-pay
menyaksikan perwujutan Blo'on itu. Kaiena rambut bagian atas
hilang maka pala Blo'on itu
seperti memakai kopiah hitam dan atasnya berlubang.
Dan karena sepasang alisnya
hilang, wajah Blo'on benarbenar
seperti setan kesiangan . . . . "Ha. ha, ha . . ," tiba-tiba
Blo'on ikut tertawa gelakgelak
sehingga murid-murid Hoa-san-pay itu berhenti tertawa karena heran. Mereka ingin tahu mengapa
Blo'on juga tertawa. Bukankah dia yang dijadikan bahan tertawaan " Sampaipun
Ko Seng-tik juga hentikan pedangnya dan memandang Blo'on.
"Mengapa engkau tertawa !" tegur Seng-tik.
"Entah aku tak tahu, aku hanya ikut tertawa pada kawankawanmu
itu saja !" sahut Blo'on.
"Kita tertawa karena melihat wajahmu bukan seperti
manusia tetapi seperti setan kesiangan !"
"Terima kasih, bung."
"Terima kasih " Mengapa ?" Seng-tik heran.
"Rambutku kotor dan banyak kutunya. Ingin cukur tak ada
yang mencukur. Sekarang engkau tolongi aku mencukurnya.
Bukankah aku harus terima kasih kepadamu ?"
Ko seng-tik terbelalak. "Kalau suka, jangan kepalang tanggung, cukurlah semua
rambutku biar gundul !"
"Hm, akan kujadikan engkau setan gundul!" seru Ko Sengtik
seraya kiblatkan pedang dan tahu-tahu kepala Bio'on sudah
klirnis, "dan sekarang engkau harus mampus !"
"Hai, jangan . . . !" Blo'on berteriak kaget ketika leher
bajunya dicengkeraman tangan kiri Seng-tik lalu hendak
ditusuk dengan pedang. Karena kaget, kaki Blo'on
menendang, uh . . . tendangan itu tepat mengenai perut
Seng-tik sehingga terlempar beberapa belas meter jauhnya
dan rubuh tak sadarkan diri lagi.
"Bunuh " Bunuh bangsat gundu! !" terdengar hiruk pikuk
berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay seraya menghunus senjata
dan mengepung Blo'on. Keempat Tiang-lo Hoa-san-paypun
melangkah maju menghampiri Blo'on. Wajah mereka
membesi, matanya berkilat-kilat memancar sinar merah. Sinar
yang mengandung darah pembunuhan . . . .
-oooo0dw0oooTiraikasih website http://kangzusi.com.
Jilid 4 Aneh bin ajaib. Walaupun menderita penyakit aneh sehingga pikirannya
terasa hampa namun Blo'on mengerti apa yang dihadapinya
saat itu. Ia hanya tak dapat mengingat apa yang telah terjadi
pada masa yang lampau, bahkan apa yang terjadi pada hari
kemarin. Oleh karena itu ia tak mengenali dirinya sendiri, tak
tahu siapa namanya. Tetapi apa yang dialami saat itu, yang dilihat dan dirasakan
saat itu, ia tahu dan mengerti. Demikianpun ketika keempat
kakek Hoa-san-pay dan berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay
menghampiri ketempat ia berdiri dengan wajah bengis dan
mata berapi-api. Blo'onpun tahu bahwa ia hendak dibunuh.
Namun apa guna ia tahu" Karena sekalipun tahu ia juga tak
dapat berbuat apa-apa. Ia merasa tak mengerti ilmusilat.
Bagaimana mungkin ia dapat menghadapi serbuan mereka
Sekalipun daya ingatannya hilang, namun nalurinya sebagai
seorang manusia yang sayang akan jiwanya tetap masih
dimiliki Blo'on. Tak dapat melawanpun harus mencari daya
upaya. Dan satu-sa-tunya dava hanialah melarikan diri. Ya, lari
paling selamat. Tepat pada saat ia mempunyai keputusan begitu, tiba-tiba
dua orang murid Hoa-san-pay yang menjaga pintu markas
berlari-lari dan menjerit-jerit :
"Haya, anjing gila . . . monyet gila . . . burung gila.."
Baik keempat Tiang-lo maupun murid-murid Hoa-san-pay
yang hendak menyerbu Blo'on, terpaksa harus berhenti dan
memandang kepada kedua orang yang berlari-lari mendatangi
itu. Mereka heran mendengar teriakan kedua anak murid itu.
Kalau anjing gila, itu masih dapat diterima. Tetapi monyetpun
gila, burung juga gila, ah, benar-benar mengherankan sekali !
Cepat sekali kedua murid Hoa-san-pay itu tiba di hadapan
keempat Tiang-lo dengan napas terengah-engah mereka
berkata : "Tianglo . . kami diamuk . . . diamuk anjing,
monyet dan burung rajawali ..."
Naga-besi Pui Kian suruh kedua orang itu tenangkan diri
dulu. Setelah itu baru bicara.
Beberapa saat kemudian barulah kedua murid Hoa-san-pay
itu dapat memberi laporan yang jelas "Ketika tecu (murid)
sedang berjaga di pintu, tiba-tiba muncullah tiga ekor
binatang, seekor anjing bulu kuning yang besar dan galak,
seekor monyet yang kutang ajar dan seekor burung rajawali
yang ganas. Ketiga binatang itu menyerang tecu berdua se


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga tecu kalang kabut dan terpaksa melarikan diri masuk
kemari ..." "Hm, tak malu engkau melapor !" dengus Naga-besi Pui
Kian, "masakan manusia kalah dengan binatang begitu saja !"
"Harap lo-cianpwe sudi memberi ampun. Tecu berdua
sudah melawan sekuat tenaga, tetapi ketiga binatang itu
hebat sekali. Mereka dapat bersatu dan bekerja-sama dengan
bagus. Kalau yang satu diserang, yang dua tentu akan
menyerbu." Naga-besi Pui Kian memberi perintah kepada dua orang
murid Hoa-san-pay tingkat dua untuk memperkuat penjagaan
pintu markas. Belum ke empat murid Hoa-san-pay itu
melangkah, sekonyong lonyong dari arah pintu markas,
tampak Gui Tik dan Li Cong-bun berlari-larian kencang seperti
orang dikejar setan. Mereka cepat menghampiri ke hadapan
keempat Tiang-lo. "Tianglo . . tianglo . . ce . . cela . celaka.."
Keempat Tiang-lo itu terkejut.
"Mengapa ?" tegur Naga-besi Pui Kian.
"Suhu . . suhu . . "
"Jangan bicara dulu sebelum engkau tenang," lentak Nagabesi
kepada kedua murid itu. Gui Tik dan Li Cong-bun berusaha untuk menenangkan diri
tetapi sampai sekian saat belum juga berhasil. Dada mereka
masih tampak bergelombang naik turun, wajah pucat lesi.
"Mengapa engkau ?" tegur Naga-besi pula. "Ketika tecu
masuk kedalam guha, ternyata . . . jenazah suhu . . hilang . . "
"Hai . . !" keempat Tiang-lo serempak berteriak dan
melonjak kaget seperti mendengar halilintar berbunyi disiang
hari. "Apa katamu ?" teriak Naga-besi.
"Jenazah suhu . . lenyap . . " Gemparlah sekalian murid
Hoa-san-pay demi mendengar berita itu.
Sesaat kemudian Naga-besi Pui Kian memanggil si Waletkuning
Hong-ing : "Hong-ing, apakah engkau tahu jelas bahwa
suhumu telah binasa didalam guha itu ?"
"Benar, sucou," sahut Hong-ing. Ia berbahasa sucou atau
kakek guru kepada keempat tianglo.
"Mengapa Gui Tik dan Li Cong-bun mengatakan jenazah
suhumu hilang ?" "Benar, Hong-ing su-ci. Kami berdua tak melihat suatu apa
didalam guha itu," seru Gui Tik.
"Hm, aneh," gumam sidara, "apakah engkau sudah
menyelidiki keadaan guha itu ?"
"Sudah." "Apa yang engkau ketemukan dan lihat ?"
"Darah merah yang sudah mengental dan bercampur
dengan tanah. Hanya itu. Tetapi jenazah suhu tak ada ..."
"Aneh sekali !" lengking Hong-ing, "jelas jenazah suhu
masih berbaring di tanah ..." cepat ia berpaling memandang
"Blo'on, hai, Blo'on, bukankah mayat orangtua itu masih
berada didalam Goha?"
"Ya, memang masih menggeletak di guha itu," sahut Blo'on,
"kalau begitu, biarlah kuambilnya kemari ..."
Habis berkata ia terus hendak melangkah. "Hai, jangan gilagilaan!"
teriak murid-murid Hoa-san-pay seraya acungkan
senjata memagari Blo'on. "Heh, kurang ajar," teriak Blo'on, "aku hendak menolong
mengambilkan jenazah suhumu, mengapa kalian malah
hendak menusuk perutku"
"Jangan banyak mulut !" bentak Seng-tik. Tampak Nagabesi
Pui Kian kerutkan jidat, merenung. Sesaat kemudian ia
berpaling kearah su lenya : "Bok sute, mari ikut aku meninjau
ke guha. lan sute dan Lim sute harap menjaga disini jangan
sampai budak gila itu lolos !"
Demikian Naga-besi Pui Kian dan Serigala-Kigi-perak Bok
Jiang segera menuju ke guha. Gui k dan Cong-bunpun
diajaknya. Setelah kedua Tiang-lo itu pergi maka Beruang-sakti Han
Tiong bertanya kepada Blo'on : Hai, anak Blo'on, kemana
engkau bawa mayat Kam sutit itu ?"
"Apa " Aku membawa mayat orangtua itu " Huh, jangan
engkau menuduh semena-mena, kakek tua !" marahlah Blo'on
karena disangka begitu,"tanyakan pada budak perempuan
itu!" "Kurang ajar, engkau berani menyebut aku budak
perempuan !" teriak Walet-kuning Hong-ing, "awas kutampar
mulutmu kalau berani menyebut sekali lagi !"
"Bilang, kemana engkau menyembunyikan mayat itu !"
bentak Beruang-sakti Han Tiong yang sudah hilang sabar.
"Aku tidak mencuri mayat itu, mau apa ?" Blo'on juga
marah dan bercekak pinggang.
"Bukan engkau, tetapi konco-koncomu !"
"Konco " Huh, apa itu konco ?"
"Setan, konco ialah kawan !"
"O, kalau bicara jangan gunakan bahasa daerah aku tak
mengerti, eh . . kawan" Aku tak punya kawan. Kalau punya
dia tentu akan datang ke mari menolong aku."
"Hm, kawanmu itu tentu bersembunyi. Walau dia
mempunyai delapan tangan pun, tak nanti dia berani masuk
ke dalam markas Hoa-san-pay !"
"Mengapa tak berani " Bukankah aku juga berani ?"
"Kawanmu tentu seorang yang berotak. Beda dengan
engkau yang tak punya otak sehingga tak tahu kalau Hoa-sanpay
itu sarang naga dan harimau yang tak boleh dibuat mainmain."
"Itulah, mengapa aku datang kemari. Disini sarang naga
dan aku butuh otak naga " baru ia berkata begitu, tiba-tiba
Beruang-sakti ayunkan tangan.
"Uh . . ." Blo'on menjerit dan terjungkal kebelakang. tetapi
secepat itu juga iapun sudah melonjak bangun.
"Kakek, mengapa engkau menampar aku ?" teriaknya.
"Maka engkau harus jaga mulutmu jangan sembarangan
bicara kepadaku!" seru Naga-besi.
"Sekarang engkau harus menjawab pertanyaanku yang
benar, jangan bicara yang tak keruan!" kata Naga-besi pula.
"Hm ..." "Mengapa engkau membunuh Kam sutit ?" Naga-besi mulai
mengajukan pertanyaan. "Aku tidak membunuh. Aku bangun, tahu-tahu aku berada
dalam guha itu dan kulihat sesosok mayat disitu."
"Bukankah engkau makan rumput Liong-si itu ?"
"Tidak." "Apakah rumput itu diambil kawanmu ?"
"Aku tak punya kawan."
"Hm, cukup, engkau harus mati !"
"Tidak mau !" "Mau atau tidak mau, engkau harus mati. hanya sebelum
mati, engkau kuberi kelonggaran untuk melawan, agar jangan
mati sia-sia." "Tidak cukup ! Aku minta kelonggaran lagi!" seru Blo'on.
"Apa ?" "Mengajukan pertanyaan."
"Hm, tanialah !" dengus Beruang-sakti.
"Nanti dulu," kata Blo'on, "bagaimana kalau engkau tak
mampu menjawab pertanyaanku ?"
Beruang-sakti kerutkan alis : "Maksudmu suruh aku
bagaimana ?" "Harus malu ! Seorang kakek yang. sudah begitu tua, tentu
harus malu kalau tak dapat menjawab pertanyaanku."
"Hm, mulai mengoceh lagi, ya ?" dengus Beruang-sakti,
"kalau malu lalu bagaimana ?"
Blo'on tertawa : "Ai, ai, engkau seorang kakek tua,
mengapa suka marah " Maksudku begini, kalau engkau dapat
menjawab pertanyaanku itu, cukup sebuah pertanyaan saja,
engkau boleh membunuh aku. Tetapi kalau tidak bisa,
bagaimana ?" Beruang-sakti anggap dirinya sudah tua, banyak
pengalaman, luas pengetahuan. Dan anak yang berada
dihadapannya itu seorang anak blo'on. Ah, masakan ia tak
dapat menjawab pertanyaannya !
"Terserah, engkau menghendaki bagaimana?" katanya.
"Baik," seru Blo'on, "aku tak menghendaki apa-apa
melainkan engkau harus suruh anak murid Hoa-san-pay
mundur dan membebaskan aku."
"Jangan sucou!" tiba-tiba Ang Hin-liong berseru "dia hendak
main gila mempermainkan kita. Ha-lap sucou jangan memberi
hati." "Ha, ha," Blo'on tertawa, "kalau memang tak berani,
akupun tak memaksa. Karena orang Hoa-san-pay itu memang
bodoh-bodoh, ha, ha !"
"Budak liar, sebutkanlah pertanyaanmu, lekas!" teriak
Beruang-sakti Han Tiong. Walaupun sudah tua, tetapi
mendengar ejekan si Blo'on, meluaplah kemarahannya.
Andaikata yang mengejek itu lain orang, mungkin dia masih
dapat menahan diri. Tetapi karena yang mengejek itu seorang
anak blo'on, Tianglo nomor dua dari Hoa-san-pay itu-pun
malu. Tetapi Blo'on tak segera mengeluarkan pertanyaan,
melainkan berseru kepada murid-murid Hoa-san-pay : "Hai,
kamu murid-murid Hoa-san-pay, aku hendak bertaruh dengan
tianglo perguruanmu. Kalau dia dapat menjawab
pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Tetapi kalau dia tak dapat
menjawab, aku bebas. Bagaimana kalian setuju atau tidak ?"
Karena Beruang-sakti sudah menerima tandingan itu,
murid-murid Hoa-san-paypun terpaksa mendukung. Mereka
setuju karena percaya Tiang-lo itu tentu dapat menjawab
pertanyaan si Blo'on. "Baik," kata Blo'on, "sekarang aku hendak mulai bertanya.
Lo-cianpwe, siapakah diriku ini ?"
Seketika gemparlah murid-murid Hoa-san-pay mendengar
pertanyaan yang diajukan si Blo'on. Sejak tadi hal itu sudah
ditanyakan oleh Naga-besi tapi tiada seorang murid Hoa-sanpay
yang tahu dan kenal si Blo'on.
Beruang-sakti Han Tiongpun berobah wajahnya. Sebagai
tiang-lo, ia menempati kedudukan yang tinggi dalam
perguruan Hoa-san-pay. Apabila tak dapat menjawab
pertanyaan itu, bukankah ia akan kehilangan muka " Namun
untuk menjawab, pun benar-benar ia tak tahu.
"Aku tahu!" tiba-tiba sidara Walet-kuningHong-ing
melengking. Blo'on berpaling kearah dara itu, serunya : "Yang harus
menjawab ialah lo-cianpwe ini. Engkau tak berhak menjawab."
"Kalau begitu, akupun tak berhak ikut bertanggung jawab
membebaskan engkau. Kalau aku disuruh bertanggung jawab
membebaskan engkau, aku harus boleh memberi jawaban."
"Ya, boleh dah," seru si Blo'on, "bukan hanya engkau tetapi
semua murid-murid Hoa-san-paypun boleh ikut menjawab.
Kalau ada seorang yang dapat menjawab tepat, bolehlah aku
dibunuh !" "Baik, akulah yang akan menjawab," kata Hong-ing,
"engkau bertanya, siapa dirimu ?"
"Ya." "Engkau seorang manusia, seorang anak laki-laki. Benar
tidak ?" tanya Hong-ing.
"O, benar," jawab Blo'on, "tetapi siapa namaku?"
"Namamu Blo'on, benar tidak ?"
"O, ya, ya, tidak benar "
Waktu mendengar Blo'on mengatakan 'ya", si dara gembira.
Tetapi alangkah kejutnya ketika pernyataan 'ya' itu ditutup
dengan kata-kata 'tidak benar' la kecele.
"Mengapa tidak benar ?" ia menegas.
"Karena namaku tentu bukan Blo'on. Nama itu nama baru,
engkau yang memberi. Tetapi masakan sebelumnya aku tak
punya nama ?" Hong-ing tak dapat membantah. Sekalian murid-murid Hoasanpaypun terdiam. "Bagaimana lo-cianpwe " Bukankah aku boleh bebas
sekarang " Atau lo-cianpwe menyesal karena terlanjur
menerima pertanyaanku itu ?" seru Blo'on kepada Beruangsakti.
"Ya, engkau menang dan pergilah !" seru Beruang-sakti.
"Sucou !" teriak Ko Seng-tik.
"Mengapa ?" sahut Beruang-sakti, "apakah engkau
menghendaki sucoumu ini dihina orang karena tak pegang
janji ?" "Bukan begitu, sucou," kata Seng-tik, "tetapi bukankah Pui
sucou tadi sudah memesan supaya anak itu jangan sampai
lolos ?" "Benar". "Lalu ?" "Hm, aku yang bertanggung jawab ..."
Baru Beruang-sakti berkata begitu. Naga-besi Pui Kian,
Serigala-gigi-perak Bok Jiang dan kedua murid tingkat dua Gui
Tik dan Li Cong-bun bergegas masuk kedalam markas. Telinga
Naga-besi yang tajam dapat menangkap pembicaraan yang
berlangsung dengan Blo'on.
"Tak perlu sute bertanggung jawab !" teriak Naga-besi yang
saat itu sudah tiba ditempat Beruang-sakti. Kemudian Tiang-lo
pertama dari Hoa-san-pay itu berpaling memandang Blo'on.
"Hai, jelas engkau yang mencuri mayat Kam sutit ! Hayo
kembalikan !" "Apa " Aku mencuri mayat " Buat apa ?"
"Tanya pada dirimu sendiri buat apa engka mencuri mayat
itu." Blo'on rentangkan kedua mata lebar-lebar: "Ketika aku
menggendong murid Hoa-san-pay yang terluka, kutinggalkan
guha itu bersama eh . . . siapa namanya tadi. Ya, bersama
murid perempuan dari perguruan ini. Sampai kita datang
kemari, aku tak pernah kembali ke guha itu."
"Jangan banyak mulut !" bentak Naga-besi Pui Kian,
"pokoknya engkau harus pilih, kembalikan mayat itu atau
kuhancurkan tubuhmu !"
"Nanti dulu, kakek," seru Blo'on, "tadi kakek yang berada
disini, telah kalah janji dengan aku. Kalau dapat menjawab
pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Kalau tak dapat, aku
dibebaskan. Dan ternyata dia tak mampu menjawab maka
akupun dibebaskan. Mengapa sekarang engkau hendak
mengganggu aku lagi ?"
"Aku tak terikat dengan perjanjian itu. Lekas beri
keputusan." "Aneh, aneh engkau tetua Hoa-san-pay dia pun tetua Hoasan

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pay. Dia sudah membebaskan, engkau tak boleh. Dia
pegang janji, engkau pungkir janji." .
"Siapa berjanji kepadamu " Bukankah aku tak pernah
berjanji ?" "Cianpwe yang itu ! " Blo'on menunjuk Beruang-sakti Han
Tiong. "Ya, baiklah," kata Naga-besi Pui Kian, "karena dia sudah
berjanji maka dia berhak membebaskan engkau. Tetapi karena
aku tak berjanji maka akupun bebas untuk membunuhmu."
"Jadi engkau tak mau ikut dalam perjanjian itu?"
"Tidak !" "O, aneh, mengapa ?"
"Karena hendak mencabut nyawamu!" kata Naga-besi
dengan geram lalu melangkah maju menghampiri Blo'on.
Wajahnya seram, sinar matanya berkilat-berkilat. Rupanya
Tiang-lo pertama dari Hoa-san-pay itu sudah memutuskan
untuk meremuk Blo'on. Blo'on menggigil, la tahu terhadap kakek yang satu ini, ia
tak dapat menyiasati. Satu-satunya jalan, ia harus meloloskan
diri. Memandang ke sekeliling, tampak berpuluh-puluh murid
Hoa-san-pay menghunus senjata, memagari ketat sekali.
Tiba-Tiba Naga-sakti memekik. Nadanya mirip dengan
ringkikan naga. Karena terkejut, Blo'on hampir terjungkal
jatuh. Tiba-Tiba Naga-besi Pui Kian loncat, menerkam. Karena kejutnya, Blo'onpun
loncat menghindar. Di luar
kehendaknya, loncatannya itu hebat sekali. Tubuhnya
melambung keudara sampai dua tombak tingginya. "Hai, hendak lari kemana
engkau budak hina!" teriak
kakek Naga-besi seraya enjot tubuh melambung keudara untuk menyambar tubuh Blo'on. Cret, lengan baju Blo'on tercengkeram. Terus
ditarik kebawah. Maksudnya supaya jatuh terbanting ditanah.
Tetapi saat itu, karena lengan bajunya terasa kaku sekali
sehingga lengannya tak dapat digerakkan, Blo'on meronta
sekuat-kuatnya. Brat, lengan bajunya robek memanjang
sampai kebahu di orangnyapun bergeliatan meluncur turun.
Kebetulan sekali ia jatuh disamping Walet-kuning Hong-Hong
ing. Nona itu cepat hendak tusukkan pedangnyi Tetapi entah
bagaimana, melihat wajih Blo'on yang lucu dan kasihan,
kepalanya gundul, alis hilang dan lengan baju rompal, dara itu
agak bersangsi. Melihat dara itu hendak menusuknya, Blo"on cepat
menampar tangan dara itu. Plak, pedang Hong-ing terpental
jatuh dan lengannyapun dicekal erat-erat oleh Blo'on, Honging
hendak meronta tetapi cengkeraman Blo'on pada
pergelangan tangan, membuat dara itu tak dapat berkutik
karena tenaganya terasa hilang.
Pada lain kejab, kakek Naga-besi Pui Kian pun melayang
turun kehadapan Blo'on, terus hendak merangsang anak itu.
"Berhenti, atau gadis ini kubunuh !" teriak Blo'on seraya
mengangkat tangan kanannya ke atas kepala Hong-ing.
Memang setiap manusia, blo"on sekalipun dia, tetapi dalam
detik-detik menghadapi bahaya maut, tentu timbul dayanya
untuk membela diri. Demikian dengan Blo'on. Entah
bagaimana, tiba-tiba saja ia mendapat akal begitu.
Menjadikan Walet kuning Hong-ing sebagai sandera atau
tawanan. Kakek Naga-besi tertegun. Melihat cara Blo' on melayang
diudara sampai begitu tinggi dan cara ia dapat menguasai
Walet-kuning begitu mudah, mau tak mau tiang-lo Hoa-sanpay
itu harus menarik kesimpulan bahwa Blo'on itu benarbenar
seorang pemuda yang sakti. Kalau ia lanjutkan
serangan, pasti Blo'on nekad akan membunuh Hong-ing.
Naga-besi merenung beberapa saat. Akhirnya ia berseru :
"Bagaimana kehendakmu ?"
"Bebaskan aku dari sini. Jangan ada murid Hoa-san-pay
yang berani mengganggu kalau aku pergi dari markas ini !"
"Hm, baiklah." Blo'on mencekal lengan Hong-ing, tangan kanan.
"Setelah pengalaman tadi, aku tak dapat mempercayai
orang Hoa-san-pay. Terpaksa nona ini hendak kubawa," sahut
Blo'on. "Engkau pengapakan ?"
"Apabila ada murid-murid Hoa-san-pay yang berani
menyerang aku, nona ini terpaksa kuhancurkan lebih dulu."
"Engkau cerdik juga !" dengus Naga-besi dengan nada
menghina. Blo'on tak mau meladeni bicara. Ia terus membawa Honging
menuju ke pintu markas. Keempat Tiang-lo dan muridmurid
Hoa-san-pay mengikuti dari belakang. Setelah tiba
dipintu markas, Naga-besi berseru : "Nah, sekarang engkau
sudah melewati pintu markas Hoa-san-pay, lepaskan nona
itu." "Tidak !" sahut Blo'on, "daerah ini masih dalam kekuasaan
Hoa-san-pay. Bagaimana kalau nona ini kulepas, kalian terus
menindak aku" Siapakah yang akan menjamin
keselamatanku?" "Lalu ?" "Nona ini tetap akan kubawa bersamaku melanjutkan
perjalanan." "Kemana ?" "Ke Laut Hitam mencari otak naga"
"Buat apa otak naga itu ?"
"Mengobati otakku yang hilang !"
"Ha, ha, ha . . . , " tiba-tiba kakek Naga-besi tertawa lebar.
"Mengapa engkau tertawa ?" tegur Blo'on
"Siapa yang memberitahu di Laut Hitam terdapat naga ?"
"Gadis ini." "Siapa yang memberitahu otak naga dapat menyembuhkan
otakmu yang hilang ?"
"Juga gadis ini."
"O." seru kakek Naga-besi. Ia tertawa: "Baiklah. Tetapi
ingat, jangan sekali-kali engkau ganggu murid Hoa-san-pay
itu. Sehelai rambutnya saja engkau ganggu, engkau tentu
akan kami cincang jadi bakso !"
"Aku bersumpah !"
"Baik, pergilah," kata kakek Naga-besi. Tetapi baru Blo'on
berjalan beberapa langkah, Naga-besi sudah berseru lagi :
"Hai, tunggu dulu ! Apakah setelah tiba di Laut Hitam engkau
terus membebaskan dia pulang ?"
"Ya." "Engkau berani menghadapi naga itu sendirii?"
"Ya," sahut Blo'on.
Demikian Blo'on segera mengajak Hong-ing keluar dari
markas Hoa-san-pay, menuruni gunung Hoa-san dan
melanjutkan perjalanan. "Pui suheng," tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong bertanya
kepada Naga-besi, "mengapa suheng melepaskan anak itu
membawa Hong-ing " Apakah tidak membahayakan jiwa
Hong-ing ?" Naga-besi tersenyum: "Tak perlu kuatir, Tak berapa lama
anak itu tentu akan kembali ke sini sebagai tangkapan."
Beruang-sakti terbeliak : "Bagaimana hal itu dapat terjadi ?"
"Hong-ing yang akan menangkapnya dan membawa
kemari." "O. adakah suheng sudah memberi perintah kepadanya ?"
"Ya, ketika pemuda itu menyatakan hendak membawa
Hong-ing sebagai tanggungan, diam-diam kugunakan ilmu
menyusup suara Coan-im-jip-bi untuk memberi bisikan kepada
Hong-ing agar dia menurut saja Tetapi nanti ditengah jalan
begitu ada kesempatan, supaya pemuda itu ditutuk jalan
darah nya dan dibawa kembali ke markas kita."
Beruang-sakti masih cemas: "Apakah kita perlu suruh murid
lain untuk membayangi mereka, memberi bantuan apabila
Hong-ing sampai gagal ?"
Naga-besi Pui Kian menyatakan tak perlu. Karena pemuda
itu blo'on dan Hong-ing seorang dara yang cerdik. Tentu dapat
mengatasinya. Kemudian Beruang-sakti meminta keterangan bagaimana
hasil peninjauan suhengnya ke guha.
"Memang mayat Kam sutit hilang. Telah kuteliti keadaan
dalam guha itu tetapi tak terdapat bekas-bekas jejak
binatang buas. Pencurinya tentu seorang tokoh silat yang
sakti," kata Naga besi.
"Lalu apakah tujuannya mencuri mayat Kam sutit ?" tibatiba
Kilin-Emas Lim Ping bertanya
"Justeru itulah yang masih belum dapat kita ketahui," jawab
Naga-besi Pui Kian. "Lalu menurut pendapat suheng, bagaimanakah tindakan
kita sekarang ?" tanya Beruang-sakti.
Sejenak merenung, tetua pertama dari Hao san-pay yang
sudah berusia lanjut itu berkata: "Urusan ini gawat sekali
karena menyangkut nama Hoa san-pay. Tindakan yang
pertama, harus menutup rapat-rapat agar peristiwa ini jangan
sampai tersiar ke luar. Karena kalau sampai dunia persilatan
mendengar berita ini, nama Hoa-san-pay pasti akan menjadi
buah pembicaraan dan bulan-bulan tertawaan."
Beruang-sakti Han Tiong, Kilin emas Lim dan Serigala-gigiperak
Bok Jiang menjetujui. "Untuk melaksanakan hal itu, kita harus Mengumpulkan
segenap anakmurid Hoa-san-pay untuk memberi pesan
kepada mereka agar jangan membocorkan peristiwa ini.
Barangsiapa yang membocorkan dianggap mengkhianati
perguruan dan akan dijatuhi hukuman sesuai dengan
peraturan Hoa san pay kepada murid yang berhianat." kata
Naga besi Pui Kian. "Tetapi itupun masih belum sempurna," katanya lebih
lanjut, "dikuatirkan apabila ada tetamu dari lain perguruan
yang berkunjung kemari tak bertemu dengan Kam sutit,
mereka tentu akan curiga.."
"Benar," Beruang-sakti Han Tiong menanggapi "memang
kemungkinan semacam itu bisa saja terjadi."
"Lalu bagaimana langkah kita?" tanya Serigala gigi-perak
Bok Jiang, "apakah suheng bermaksud hendak mengadakan
seorang Kam sutit tiruan ?"
"Tepat, Bok sute," sahut Naga-besi Pui Kian, "memang aku
merencanakan hal itu. Tetapi tertumbuk pada kesulitan
orangnya yang dapat menyamar sebagai Kam sutit."
"O rasanya tiada seorang yang dapat menyamar sebagai
Kam sute, kecuali Pang To-tik sutit," seru Beruang-sakti Han
Tiong. "Hai, benar." seru Naga-besi Pui Kian, "ya, memang dialah
yang paling tepat untuk menyamar sebagai Kam sutit. Baik
dalam perawakan maupun nada suara dan kepandaiannya,
keduanya memang hampir menyerupai satu sama lain."
"Tetapi bukankah dia sedang mewakili perguruan Hoa-sanpay
menghadiri pemakaman Kim Thian-cong tayhiap ?" kata
Naga-besi Pui Kian "Ya, tetapi tentulah dia sudah pulang. Aneh, mengapa dia
tak datang melapor kemari ?" kata Naga-besi Pui Kian.
"Ya, benar," sambut Beruang-sakti Han Tiong, "seharusnya
dia datang kemari untuk membeli laporan."
"Adakah dia belum pulang ?" tanya Kilin-emas Lim Ping.
Setelah merenung, Naga-besi Pui Kian mengambil
keputusan : "Mengingat urusan ini penting sekali, akan
kusuruh salah seorang murid untuk meninjau ketempat
kediaman Pang sutit. Tunggu sampai dia pulang, supaya terus
diajak kesini." Ketiga Tiang-lo Hoa-san-pay setuju. Mereka lalu mengutus
Ko Seng-tik murid kedua dari Hom san-pay dan sutenya Tan
Hui-beng menuju ketempat kediaman Pang To-tik di gunung
Hong-san. Setelah itu, Naga-besi Pui Kian melanjutkan perundingan
lagi. Katanya: "Dan tindakan kedua kita harus mencari pencuri
jenazah Kam sutit." "Bagus." seru Serigala-gigi-perak Bok Jiang "biarlah aku
yang melakukan tugas itu."
"Rasanya belum cukup kalau hanya seorang Dan akupun
bersedia melakukan tugas itu juga" seru Beruang-sakti Han
Tiong. "Tetapi menurut hematku," tiba-tiba Kilin-emas Lim Ping
yang tak banyak bicara tetapi setiap kali membuka suara tentu
mengandung pendapat yang tepat, menyelutuk, "Lebih baik
kita tunggu dulu sampai Hong-ing pulang membawa anak
blo"on itu. Kita bisa mengorek keterangan lebih lanjut dari
anak itu. Setelah mendapat keterangan yang diperlukan
barulah kita dapat bertindak mencari pembunuh itu. Dengan
begitu kita dapat menghemat tenaga dan waktu, pula dapat
bertindak secara terarah."
Naga-besi Pui Kian mengangguk: "Ya, pendapat Lim sute
benar juga. Lebih baik kita tunggu dulu kedatangan budak
perempuan itu." Demikian para Tiang-lo itu menunggu pulangnya Waletkuning
Hong-ing yang telah diberi kisikan oleh Naga-besi Pui
Kian, supaya meringkus si Blo'on dan membawanya pulang ke
markas. Sehari dua hari, tiga, empat dan akhirnya hampir tujuh hari
lamanya, belum juga murid-murid itu pulang. Waelet-kuning
Hong-ing belum datang dan Ko Seng-tik serta Tian-Huibengpun
tak kunjung pulang. Keempat Tiang-lo makin sibuk. Akhirnya diputuskan
mengirim Serigala-gigi-perak Bok Jiang menuju ke Hong-san
untuk meninjau Pang To-tik. Dan Beruang-sakti Han Tiong
diberi tugas menyusul perjalanan Walet-kuning Hong-ing
karena di-kuatirkan terjadi sesuatu dengan gadis itu.
Sepanjang sejarah berdirinya perguruan Hoa-san-pay belum
pernah mereka mengalami kehebohan seperti saat itu.
Kam Sian-hong, ketua angkatan ke duabelas dari Hoa-sanpay
telah mati dibunuh orang. Kemudian mayatnyapun hilang
dicuri orang. Siapa pembunuhnya, menurut dugaan tentulah
pemuda blo'on, tetapi merekapun tak berani memastikan.
Diam-Diam merekapnn meragukan bahwa seorang pemuda
yang begitu blo'on dapat membunuh Kam Sian-hong, ketua


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoa-san-pay yang berkepandaian sakti.
Dan siapakah yang mencuri mayat itu "
---ooo0dw0ooo--- Sial dangkal. "Hendak engkau bawa kemana aku ?" tanya Hong-ing
setelah jauh dari markas Hoa-san-pay.
"Ke Laut Hitam mencari otak naga," sahut Blo'on.
Hong-ing terkejut. Laut Hitam, hanya nama yang dibuatnya
untuk mengelabuhi anakmuda itu. la sendiri tak tahu apakah
di dunia ini terdapat laut yang hitam. Bahkan ia sendiri belum
pernah melihat laut biasa, apalagi laut yang hitam.
"Celaka, rupanya anak blo'on ini percaya sungguh akan
keteranganku, "diam-diam ia mengeluh, "ah, bagaimana kalau
dia memaksa aku harus membawanya ke Laut Hitam itu ?"
Setelah memutar otak, akhirnya dara itu tertawa mengikik.
"Hai, mengapa engkau tertawa?" tegur Blo'on,
"Apakah tidak boleh aku tertawa ?" balas dara.
"O, boleh saja. Tetapi mengapa engkau tertawa seorang
diri?" Blo"on menyeringai,
"Eh, apakah engkau merasa sakit karena aku tertawa itu ?"
sahut sidara pula. "O, tidak, tidak sakit, "hanya heran.
"Mengapa heran ?"
"Biasanya kalau aku tertawa, tentu ada sesuatu yang
menggelikan hatiku."
"Hm, apakah engkau anggap aku tertawa karena tak ada
sesuatu yang menggelikan hatiku ?"
"Apa yang menggelikan hatimu ?"
"Sudah tentu ada, bahkan banyak."
"Apa ?" tanya Blo'on.
"Misalnya, kalau melihat tampang mukamu, perutku seperti
dikili-kili." "Karena kepalaku gundul ?"
"Ya." "Alisku hilang ?"
"Ya." "Lalu tampangku seperti setan ?"
"Ya." "Aneh !" gerutu Blo'on.
"Apa yang aneh ?"
"Engkau !" kata Blo'on.
"Aku " Mengapa ?" Hong-ing kerutkan dahi.
"Sudah pernahkah engkau melihat setan " Apakah setan itu
benar seperti tampangku ini ?"
Hong-ing terkesiap, la seorang dara yang lincah bergerak
dan tangkas bicara. Tetapi entah bagaimana, beberapa kali ia
selalu terpukul diam, oleh kata-kata si Blo'on.
"Ya, benar," untuk menutupi kekalahannya bicara, Hong-ing
menjawab sekenanya saja. "Tidak, aku tak percaya !"
"Hm, kalau tak percaya engkau boleh berkaca !"
"Dimana kaca itu ?"
"O," Hong-ing mendesuh karena menyadari hampir kalah
bicara lagi. Tetapi cepat ia dapat menjawab, "nanti apabila
tiba di telaga yang bening, airnya, engkau tentu bisa mengacai
mukamu." "O, dimanakah telaga itu ?"
"Dua tiga li dibawah sana, ada sebuah telaga yang bening
airnya," jawab Hong-ing.
Demikian keduanya berjalan menuruni gunun sambil
bercakap-cakap. Dalam pada itu, Blo'on tetap mencekal
tangan si dara. Rupanya ia kuatir kalau Hong-ing akan
melarikan diri kembali kemarkas Hoa-san-pay.
Hong-ing memang sudah beberapa kali berusaha untuk
melepaskan diri dari cekalan Blo'on. Tetapi selalu gagal, ia
merasa cekalan tangan Blo"on itu tak ubah seperti jepitan
baja. Demikian mereka tiba di telaga dan Blo"on pun bergegas
membawa sidara ke tepi telaga.
"Aduh mati aku . . ," tiba-tiba Blo'on menjerit keras, ia
kaget sendiri ketika melihat dirinya berubah begitu aneh.
Kepalanya gundul, alisnya hilang bajunva robek dan mukanya
kotor. "Blo'on, lepaskanlah tanganku !" seru si dara
"Mengapa" Apakah engkau hendak pulang?"
"Pulang atau tidak, itu sesukaku. Engkau tak perlu
mengurus !" "Aku harus mengurus," jawab Blo'on. "karena kalau engkau
pulang engkau tentu memanggil keempat kakek tua dan
murid-murid Hoa-san-pay untuk mengejar aku !"
"Itu tidak termasuk dalam perjanjianmu. Pokok aku
mengantar engkau keluar dari markas Hoa-san-pay. Setelah
itu aku bebas pulang."
"Hm, tempat ini masih belum jauh dari markas Hoa-sanpay.
Kalau kubebaskan, engkau tentu memanggil orang-orang
Hoa-san-pay." "Habis, kapankah engkau melepaskan aku ?"
"Nanti setelah jauh dari Hoa-san-pay, ditempat yang
kuanggap sudah aman bagiku."
Tiba-Tiba nona itu tertawa.
"Eh, mengapa engkau tertawa lagi ?" tegur si Blo'on.
"Karena aku geli melihat tingkahmu yang sebenarnya blo'on
tetapi bertingkah sok !"
"Mengapa ?" "Walaupun engkau tak mau melepaskan aku tetapi engkau
terpaksa harus melepaskan juga."
"Mengapa ?" "Lihatlah bahumu yang kain penutupnya robek itu.
Bukankah terdapat guratan merah yang memanjang
kebawah?" Blo'on memandang bahu kanannya. Dan apa yang
dikatakan Hong-ing memang benar. Luka itu tampak membiru
dan gatal. "Ah, hanya luka kena cengkeraman kuku kakek tua tadi,"
kata Blo'on. Hong-ing tertawa : "Hm, engkau kira luka biasa ?"
Blo'on mengiakan. "Salah, luka itu beracun. Bermula lengan kananmu akan
terasa lunglai, kaku. Setelah itu sekujur tubuhmu akan tak
dapat digerakkan semua."
"Benarkah ?" "Ya, sejak tadi kurasakan cekalan tanganmu sudah mulai
berkurang tenaganya. Engkau tak percaya, lihatlah ..." tibatiba
Hong-ing meronta dan terlepaslah ia dari cekalan Blo'on.
Blo'on terkejut. Cepat ia hendak menubruk dara itu tetapi si
dara dengan lincah menghindar ke samping lalu mencabut
pedang : "Berani maju tentu kutusuk !" serunya mengancam.
Blo'on kesima. Memang diam-diam ia merasakan lengan
kanannya terasa lunglai tak bertenaga.
"Engkau benar," serunya, "mengapa lengan ku terasa
lemas?" "Itulah racunnya sudah mulai bekerja !"
"Racun "' "Ya, kuku dari Pui sucou itu mengandung racun."
"Bohong !" teriak Blo'on.
"Kalau kukunya mengandung racun, bagaimana dia dapat
menyuap makanan dengan tangannya '"
Hong-ing tertawa : "Engkau memang blo'on. Pui sucou itu
mempunyai sebuah ilmu yang disebut Tok-jiau-kang."
''Apa Tok-jiau-kang itu "'
"Ilmu cengkeraman beracun. Kalau tidak dipancarkan,
racun itupun tak bergerak. Dia dapat makan dan mengambil
barang seperti biasa Tetapi begitu dipancarkan, racun pada
kukunya akan berhamburan masuk ketubuh lawan. Tadi
sucou memberi tahu kepadaku, engkau sudah terkena Tokjiaukang, tentu mati. Maka diapun rela saja melepas engkau
pergi dengan membawa aku karena akhirnya engkau tentu
mati kaku." "O, kejam benar ..."
"Tak lebih kejam dari engkau yang membunuh suhuku itu !"
Blo'on deliki mata kepada nona itu. Ia hendak marah dan
membantahnya tetapi pada lain saat tiba-tiba ia tenang
kembali : "Ah, sudahlah Kalau engkau mengatakan begitu,
terserah. Tetapi aku merasa tak membunuhnya . . . . "
Hong-ing hanya mendengus.
"Pergilah, aku tak membutuhkan engkau lagi," tiba-tiba
Blo'on berseru. "Engkau melepaskan aku pulang?" Hong-ing menegas.
"Pergilah, jangan banyak bicara !" teriak Blo'on.
"Tidak " seru Hong-ing.
Blo'on terbeliak : "Mengapa" Bukankah engkau sudah
bebas" Pulanglah, pulanglah! Panggillah kakek-kakek itu dan
kawan-kawanmu kemari membunuh aku!"
"Tak perlu," sahut Hong-ing, "tanpa memanggil mereka,
engkaupun tentu mati juga."
"Biar, biar!" teriak Blo'on, "pergilah engkau, biar aku mati
sendiri." "Tidak !" "Mengapa ?" kembali Blo'on heran.
"Engkau sudah menolong suhengku yang pingsan engkau
bawa pulang ke markas. Untuk kebaikanmu itu akan kubalas.
Kalau engkau mati, akan kukubur dalam sebuah liang agar
mayatmu jangan dimakan burung."
"Tidak!" teriak Blo'on makin kalap, "hayo pergilah engkau !
Aku lebih suka mayatku dimakan burung daripada engkau
jamah. Orang-Orang Hoa san-pay memang jahat-jahat
semua!" "Cis, engkau tak berhak mengusir aku. Daerah ini masih
termasuk lingkungan Hoa-san. Aku yang menjadi tuan rumah
dan engkau orang luar. Masakan orang luar berani mengusir
tuan rumah" balas Hong-ing.
"Persetan dengan tuan rumah atau tetamu " makin kalap
Blo'on berteriak, "pendek kata engkau mau pergi atau tidak.
Aku tak suka melihatmu di sini ! Aku benci dengan orangorang
Hoa-san-pay " "Tidak !" "Hm, kalau engkau membangkang, terpaksa tentu kuhajar "
"Penipu !" teriak Hong-ing. "engkau bilang tak mengerti
ilmusilat, ternyata sekarang engkau hendak menghajar aku."
"Uh, untuk menghajar seorang anak perempuan; mengapa
perlu belajar ilmusilat ?"
"Ha, ha," Hong-ing tertawa, "itu kalau anak perempuan
biasa. Tetapi aku seorang anak perempuan persilatan. Apa
engkau mampu mengalahkan aku ?"
"Kalau mau coba, bolehlah'" habis berkata . Blo'on terus
lompat menubruk Hong-ing. Ia tak mengerti ilmusilat. Tetapi
karena terdorong oleh kemarahan, ia nekad menyerang
sidara. Hanya saja caranya menyerang bukan dengan
memukul atau menampar melainkan dengan menubruk. Ya, ia
hendak mendekap dara itu.
Sudah tentu mudah sekali Hong-ing menghindar ke
samping. Diam-Diam dara itu memperhatikan gerakan Blo'on.
Kalau Blo'on yang berada di guha tadi, tak mungkin ia dapat
menghindar terkamannya. Tetapi saat itu Blo'on tampak
lamban gerakannya. Tentulah karena racun dalam tubuhnya
sudah mulai bekerja. Terkaman pertama luput, Blo'on menyusuli lagi dengan
terkaman kedua, ketiga, keempat dan terus saja selama
terkamannya itu masih belum berhasil mendekap si dara.
Walet-kuning Hong-ing sesungguhnya tinggi juga
ilmusilatnya. Tetapi karena ia tahu bahwa pemuda blo'on itu
memiliki tenaga-dalam yang hebat, terpaksa ia tak berani adu
kekerasan dan melainkan menghindar saja. Tetapi setelah
memperhatikan gerak pemuda itu makin lamban tahulah ia
bahwa racun dalam tubuh pemuda itu sudah mulai bekerja.
Dan memang dugaannya tepat. Hampir tiga jam menuruni
gunung, karena tak mengerahkan tenaga racun itu pelahan
sekali jalannya. Tetapi kini karena Blo'on mengeluarkan tenaga
menyergap Hong-ing maka racun itupun bekerja cepat.
Hampir separoh tubuh Blo'on terasa kaku tak dapat
digerakkan lagi. "Uh . . , " tiba-tiba Blo'on mendesuh kaget ketika luput
menubruk Hong-ing, kakinya terantuk pada segunduk batu
dan tak ampun lagi. ia jatuh terguling di tanah dan meluncur
ke dalam telaga . . . "Hai !" Hong-ing memburu hendak menyambar kaki si
Blo'on tetapi terlambat. Tubuh Blo'on sudah tenggelam
kedalam telaga. Karena gugup, Hong-ing lari kian kemari, sejenak
memandang ke permukaan telaga, sejenak memandang ke
sekeliiing penjuru seperti hendak mencari orang yang dapat
memberi pertolongan, Ia sendiri tak bisa berenang. PalingPaling ia akan minta tolong orang untuk menyelam ke dasar
telaga Tetapi sekeliling tempat itu sunyi senyap.
"Blo'on . . ! Blo'on ..!" berulang kali la meneriaki pemuda itu
tetapi tiada bersahut. Blo'on seolah-olah lenyap di dasar
telaga. Entah bagaimana Hong-ing merasa menyesal atas
terjadinya peristiwa itu. Memang bukti amat kuat bahwa
Blo'on berada di dalam guha di mana suhunya terdapat
menggeletak tak bernyawa. Tetapi menilik wajah dan sikap
pemuda yang blo'on itu, masih ada sepercik kepercayaan
dalam hatinya bahwa Blo'on bukan pembunuh suhunya.
Selama belum menemukan jejak yang menyatakan bahwa
Blo'on tak bersalah, rasa benci dan dendam terhadap pemuda
itu tetap membara dalam hati Hong-ing. Betapapun ia benci
pada setiap pembunuh. Apalagi yang dibunuh itu suhunya . . .
Namun dibalik rasa dendam itu, tersembul pula rasa
kasihan atas nasib Blo'on yang dideritanya ketika berada
dalam markas Hoa-san-pay. Blo'on diperlakukan sebagai
seorang terdakwa, dijadikan bulan-bulan tertawa dengan
digunduli rambut dan alisnya, dihajar sana dipukul sini seperti
seekor anjing Bahkan tak segan-segan pula keempat Tiang-lo
itu beramai-ramai hendak membunuh Blo'on. Hong-ing benci
kepada Blo'on tetapi iapun merasa kasihan atas nasibnya.
Rasa kasihan dari Hong-ing bukan tak beralasan, la merasa
bahwa kesalahan Blo'on itu walaupun jelas tetapi belum
meyakinkan, la merasa bahwa pemuda itu memang blo'on,
linglung dan seperti orang yang kehilangan kesadaran
pikirannya. Buktinya, begitu ia mengatakan soal otak naga di


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laut Hitam, pemuda itu terus percaya seratus persen. Begitu
pula ia merasa bahwa pernyataan Blo-on yang lupa pada diri
dan namanya, memang sungguh-sungguh bukan pura-pura.
Setolol-tolol dan seblo'on-blo"on seorang anakmuda, namun
tak mungkin dia mau menerima pemberian nama Blo'on itu.
Dan akhirhya wajah serta bicara pemuda itu, mengunjukkan
kejujuran hatinya. Itulah sebabnya, Hong-ing mandah saya ketika ditawan si
Blo'on dan dijadikan sandra lalu diajak lari dari markas Hoasanpay. Pun dalam perjalanan, ia makin mendapat kesan
bahwa Blo'on itu seorang pemuda yang polos hati. Oleh
karena itu, walaupun beberapa kali mendapat kesempatan
baik, tetapi dara itu tetap tak mau melarikan diri. Ia ingin
menemani si Blo'on mencari obat penyembuh otaknya.
Dan rasa kasihan itu meledak menjadi rasa gugup dan
gelisah ketika melihat Blo'on tenggelam dalam telaga. Karena
tak mendapat jalan untuk menolong, akhirnya dara itu duduk
numprah di tepi telaga dan menangis.
"Maafkan aku, Blo'on. Sebenarnya aku tidak mempunyai
maksud hendak membunuh atau mencelakai engkau. Tetapi
mengapa engkau mengusir aku " Bukankah aku ingin
menemani engkau mencari obat " Andai engkau tak sebengis
itu mengusirku, tentu akan kuberimu pil pencegah racun untuk
mencegah menjalarnya racun pada lukamu itu . . . " Hong-ing
menghela napas. "Blo'on, kalau engkau mati, kudoakan supaya arwahmu
dalam beristirahat tenang di alam baka .., " Hong-ing menutup
doanya dengan menangis terisak-isak. Puas menangis, ia
berbangkit. la tetap tak terima kalau belum menemukar mayat
Blo'on. Ia hendak pergi kesebuah perumahan yang terdekat
untuk minta tolong pada beberapa penduduk, mencari mayat
Blo'on. Sekalipun mati, namun ia hendak mengubur mayat
Blo'on secara baik. Maka ia segera tinggalkan telaga dan mencari rumah
penduduk. Haripun kian tinggi dan akhirnya matahari mulai rebah
dipunggung gunung sebelah barat. Tiba-tiba muncullah
seorang aneh. Seorang lelaki tinggi besar yang mukanya
penuh dengan rambut, memelihara kumis lebat dan jenggot
panjang. Kepalanya terbungkus kain putih yang dilingkaiIingkar keatas macam bentuk seekor kerucut. Pakaiannya
jubah merah yang penuh berhias tanda-tanda swastika.
Setiba di tepi telaga, ia berdiri tegak menghadap
kepermukaan air. Kedua tangannya ditengadahkan di muka
dada dan mulutnya mulai berkemak kemik. Tiba-tiba tangan
kanan dijulurkan kemuka menghadap ke permukaan telaga
laluu mulai digerakkan seperti menarik kebelakang Perbuatan
itu dilakukan berulang-ulang sambil mulutnya melantang
ucapan-ucapan seperti doa mantra. Tetapi tak dapat
dimengerti artinya karena menggunakan bahasa asing.
Aneh benar ! Tak berapa lama tampak sesosok tubuh
menyumbul ke permukaan air lalu pelahan-lahan tubuh itu
hanyut dibawa air ketepi tempat orang aneh itu berdiri. Dan
lebih aneh pula, walaupun sudah berada di daratan, tubuh
yang masih rebah di tanah itu dapat meluncur ketempat orang
aneh. Setelah tiba dibawah kaki orang itu baru berhenti.
Ternyata sosok tubuh itu bukan lain adalah mayat Blo'on
yang terbungkus dengan benda hitam macam lumpur. Orang
aneh berjongkok memeriksa Ia kerutkan alis ketika
mengetahui bahwa benda yang menyelubungi muka dan
badan si Blo-on iitu bukan lumpur melainkan kawanan
binatang lintah. Orang aneh itu segera membersihkan tubuh
Blo"on dari kerumunan lintah. Setelah itu ia memeriksa baju si
Blo'on. "Kurang ajar, kemanakah rumput mustika itu?" tiba-tiba ia
berkata seorang diri dengan nada marah. "apakah dimakannya
sendiri " Dan sarung dang itu . . ?"
"Ah." pada lain saat ia menghela napas panjang, "celaka,
kemungkinan rumput mustika dan sarung pedang tentu ikut
tenggelam kedasar telaga. Celaka, kalau benar begitu,
sungguh sulit. Untuk mencari sarung pedang, sih masih
mudah. Tetapi bagaimana untuk mencari rumput Jenggotnaga
yang begitu kecil dan halus " Bukankah sesukar orang
mencari jarum dalam laut " Ah ..."
Sejenak merenung, orang aneh itu mengingau pula :
"Terpaksa aku harus bersemedhi nanti malam untuk
mengetahui apakah kedua benda itu memang masih di dasar
telaga atau dilempar kelain tempat oleh anak itu ... .
Kemudian ia memeriksa keadaan mayat Blo'on Setelah
memegang pergelangan tangan, ia berkata seorang diri pula :
"Denyut jantungnya masih terasa, anak ini belum mati ..."
Ia mengeluarkan sebuah botol kumala, menuang sebutir pil
merah dan disusupkan kemulut Blo'on, lalu ditinggal pergi :
"Hm, dalam waktu duapuluh empat jam, dia tentu sadar ..."
Orang aneh itu tak menghiraukan Blo'on. Ia masuk kedalam
hutan untuk mencari tempat yang sesuai dimana ia akan
melakukan semedhi untuk meneropong keadaan dalam telaga.
Malampun makin merayap, menebarkan selimut hitam
kepermukaan alam. Suasana sekeliling telaga makin dibenam
dalam kesunyian lelap. Blo'on masih menggeletak dalam keadaan tak sadar. Entah
dia dapat hidup lagi atau tidak.
---ooo0dw0ooo--- Korban kedua. Keesokan harinya, Hong-ing membawa dua orang
penduduk ketepi telaga. Dara itu berhasil mengupah kedua
orang itu untuk menyelam ke dasar telaga, mencari mayat si
Blo'on. "Wah, celaka," seru salah seorang penduduk itu, "telaga ini
disebut Telaga-lintah, boleh dikata menjadi sarang lintah.
Maka walaupun airnya bening, tetapi jarang sekali orang yang
berani mandi disini."
"O," Hong-ing mendesuh kejut, "lalu bagaimana cara kalian
hendak menyelam ?" Kedua lelaki itu tersenyum. Mereka melepaskan bungkusan
yang dibawa lalu mengeluarkan dua buah botol. Yang satu
diserahkan kepada kawan nya. Mereka lalu melumuri tubuh
dengan isi botol itu. "Apakah itu ?" tanya Hong-ing "Minyak dari ikan paus.
Bangsa lintah tak suka baunya dan tak mampu hinggap pada
badan orang yang dilumuri minyak ini."
Demikian kedua orang itupun lalu menyelam kedalam
telaga. Tetapi hampir setengah hari mereka mencari, Blo'on
tetap tak dapat diketemukan. Akhirnya setelah sore, mereka
naik ke daratan. "Sia-sia," kata mereka, "mayat kawan nona itu tak berhasil
kami ketemukan." "Aneh," sahut Hong-ing, "jelas dia terjatuh kedalam telaga
ini mengapa mayatnya tak dapat diketemukan ?"
Kedua orang itu kerutkan dahi. Diam-Diam mere kapun
heran juga. Tiba-Tiba salah seorang bertanya : "Apakah nona
tak keliru melihat ?"
"Keliru bagaimana ?" tanya Hong-ing.
"Kalau kawan nona itu benar-benar jatuh ke dalam telaga
ini "' "Gila ! Masakan aku bisa keliru " Sudah jelas kulihat dengan
mata kepala sendiri, dia terantuk batu lalu terguling jatuh
kedalam telaga !" seru Hong-ing agak penasaran.
"Hm, kalau begitu tentu hanya satu kemungkinan," kata
mereka. "Bagaimana?" "Mayat itu telah habis dilahap kawanan ikan lele-macan di
telaga ini." "Hah?" Hong-ing terbeliak kaget, "lele-macan?"
"Ya," sahut salah seorang, "selain lintah pun telaga ini
penuh dengan sejenis ikan lele yang oleh penduduk disebut
lele-macan. Ikan itu ganas sekali, suka makan ikan lain yang
bukan jenisnya." "Ah . . ," Hong-ing hempaskan diri duduk ditepi telaga.
Hatinya sedih, semangatnya lunglai. Rasa kasihan atas nasib
Blo'on, membuat ia seperti orang yang kehilangan semangat.
"Apakah nona tak kembali ke desa kami ?" tanya salah
seoracg penyelam. "Tidak, kalau kalian mau pulang, pulanglah" sahut Hong
ing. Setelah menerima upah, walaupun merasa heran, namun
kedua orang itupun segera pergi.
Berjam-jam lamanya Hong-ing duduk memandang ke
permukaan telaga. Mataharipun mulai turun ke balik gunung.
Cuaca mulai gelap. Namun Hong-ing tetap tak berkisar dari
tempatnya. Matanya memandang ke air telaga yang jernih.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba ia terkesiap SamarSamar pada permukaan air, muncul sebuah wajah orang.
Hong-ing mengebas-kebaskan kepala lalu mengusap-usap
mata. la kuatir kalau kalau mata nya yang kabur. Tetapi ketika
memandang ke permukaan air lagi, bayangan wajah orang itu
tetap tampak, bahkan kali ini tersenyum menyeringai Dan
karena wajah orang itu penuh ditumbuhi rambut, maka
tampaknyapun menyeramkan. Dia tertawa malah seperti
serigala menguak. "Hai . . . setan'" teriak Hong-ing seraya! loncat bangun dan
hendak mencabut pedang. Tetapi tiba-tiba pedangnya itu
sukar dicabut, seolah-olah seperti melekat pada kerangkanya.
Hong-ing makin karet. Dicobanya pula untuk mencabut
sekuat tenaga. Tetapi tetap gagal karena jengkel kerangka
yang masih berisi pedang itu dibanting ketanah, tringg..
"Hai," ia menjerit ketika melihat pedang itu meluncur keluar
dari kerangkanya. Pada hal tadi walaupun ditarik sekuatkuatnya
pedang itu tak mau keluar.
Cepat dara itu menghampiri hendak mengambilnya lagi.
Tetapi tepat pada saat tangannya menjamah tangkai pedang,
tiba-tiba sebuah kaki menginjak batang pedang
"Ih.."Hong-ing mendesis dan memandang keatas; Dan
seketika ia menjerit, loncat, loncat ke belakang.
Ternyata yang menginjak batang itu seorang lelaki tua yang
aneh. Ialah berpakaian jubah merah berhias swastika yang
kemarin datang ke tepi telaga, menarik keluar mayat si Blo"on.
Dalam persemedian malam tadi, ia mendapat kisikan halus,
bahwa pedang dan rumput mustika Liong-si-jau tidak jatuh di
dasar telaga tetapi masih berada pada si Blo'on. Maka pada
siang itu ia segera menuju ke tepi telaga tempat Blo'on
diletakkan kemarin. Ia hendak menunggu si Blo"on sadar dan
menanyainya tentang rumput mustika itu.
Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuh Blo'on tak berada
ditempatnya dan sebagai gantinya tampak seorang gadis
tengah duduk termenung-menung memandang permukaan
telaga. Orang aneh itu gunakan ilmu meringankan tubuh,
menghampiri ke belakang sigadis atau Hong-ing. Dan akhirnya
terjadilah peristiwa itu.
"Siapa engkau!" teriak Hong-ing seraya siapkan tinju.
"Ha, ha, baru ini kali sepanjang hidupku, seorang anak
perempuan berani bertanya begitu kasar kepadaku. Biasanya
tak pernah orang berani bertanya kepadaku karena aku yang
selalu bertanya kepada orang !" sahut orang aneh itu.
"Lekas bilang, siapa engkau !" Hong-ing mengulang
pertanyaan. "Akan kuberitahu namaku apabila engkau mau memberi
sedikit keterangan," sahut orang aneh itu.
"Soal apa ?" "Sudah lamakah engkau berada di tepi telaga ini ?"
"Sejak pagi tadi."
"Ho, kalau begitu engkau tentu melihat sesosok mayat di
tepi telaga ini ?" "Mayat " Mayat siapa ?"
"Mayat seorang anakmuda ?"
"Si Blo'on ?" "Apa itu Blo'on ?"
"Bukankah nama anak itu si Blo'on "'
"Ngaco !" bentak orang aneh itu. "apa itu Blo'on-blo'on. Aku
tak mengerti. Jawablah yang betul, mengaku tahu atau tidak
mayat seorang anak muda disini ?"
Hong-ing marah karena sikap orang yang begitu kasar
seolah-olah seperti memberi perintah. Ia menjawab getas :
"Kalau tahu bagaimana, kalau tak tahu bagaimana ?"
"Kalau tahu, lekas tunjukkan dimana mayat itu?"
"Ih garang benar engkau. Kalau aku tak mau menunjukkan,
bagaimana ?" "Akan kupaksa sampai engkau mau ?"
"Kalau tak tahu ?"
"Engkau jelas bohong !" kata orang aneh itu, "karena jelas
malam tadi mayat itu berada di sini."
"Aku tak tahu, engkau mau apa!" Hong-ing melengking.
"Engkau bohong "
Sebenarnya Hong-ing berkata dengan sesungguhnya tapi
karena ia marah atas sikap orang aneh itu, iapun menantang:
"Ya, aku memang bohong, engkau mau apa ?"
"Ho, budak perempuan, rupanya engkau belum kenal
kelihayanku!" kata orang aneh itu seraya ulurkan tangan
hendak menyambar tangan Hong-ing. Tetapi dara itu cepat
menyurut mundur. "Uh, engkau pandai silat juga?"dengus orang aneh itu agak
terkejut karena sambarannya luput. Lalu ia ulangi lagi dengan
sebuah lompatan seraya menerkam. Tetapi tetap Walet-kuning
Hong-ing dapat menghindar.
"Eh, engkau benar-benar pandai ilmu silat " Siapakah
perguruanmu ?" orang aneh itu berhenti dan berseru.
"Perlu apa engkau bertanya perguruanku?"
"Agar dapat kupertimbangkan langkah, cara hukuman apa
yang layak kuberikan kepadamu !"
"Wah besar sekali mulutmu, orang brewok!" seru Hong-ing,
"aku murid Hoa-san-pay ..."
"O, murid Hoa-san-pay ?" teriak orang aneh itu. Sepasang
matanya tampak berkedip-kedip, "kalau engkau murid
perguruan lain, mungkin masih dapat kuampuni. Tetapi karena
engkau murid Hoa-san pay jangan harap engkau mendapat
pengampunanku!" "Cis ! Siapa yang sudi minta ampun kepadamu !" lengking si
dara. "Kurang ajar !" orang itupun terus loncat menubruk. Kali ini


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong-ing sudah siap. Menghindar kesamping ia terus ayunkan
sebelah kakinya menendang. Plak . . orang itu jatuh tergulingguling
ditepi telaga. Hampir saja dia terguling jatuh kedalam
air. Cepat ia berbangkit lalu melangkah pelahan-lahan
menghampiri Hong-ing, berdiri tiga langkah dihadapannya.
Orang aneh itu tegak berdiri memandang lekat pada Honging.
Pada lain saat, tiba-tiba ia julurkan kan dua buah jari
tangannya kearah Hong-ing : "Lihatlah . . , "
Hong-ing terkejut dan tanpa sadar terpengaruh oleh katakata
orang aneh itu. Cepat ia mencurah pandang mata kearah
jari orang itu. Tiba-Tiba ia rasakan aliran hawa dingin melanda
dadanya, menebarkan keseluruh urat-urat tubuhnya. Ia
hendak bergerak tetapi tak mampu menggerakkan tubuh.
Lemas lunglai . . . "Ho, budak perempuan, engkau sudah terkena ilmuku Jitpohsip-hun-ci. Ha, ha sekarang engkau sudah dalam
kekuasaanku!" seru orang aneh itu.
Hong-ing terkejut tetapi tak dapat berbuat suatu apa. Jitpohsip-hun-ci, ia tahu juga artinya, Ialah Jari-pelenyapsukmatujuh-langkah. Dalam jarak tujuh langkah, ilmu
gerakan jari itu dapat melenyapkan sukma, membuat orang
lemas tak berkutik. "Engkau man apa ?" serunya dengan mata menghambur
kemarahan. "Katakan dimana mayat anakmuda itu !" seru siorang aneh.
"Siapa yang engkau maksudkan anakmuda itu"
"Masakan engkau tak tahu " Dia yang membunuh ketua
perguruan Hoa-san-pay itu !"
''Ih . . , " Hong-ing terbeliak kaget, "engkau tahu peristiwa
pembunuhan itu ?" "Kalau tak tahu masakan aku bisa berkata, "jawab orang
aneh itu, "lekas bilang yang betul "
"Dia kecemplung dalam telaga ini !"
"Lalu, mana mayatnya ?"
"Justeru akupun hendak mencari mayatnya"
"Ngaco ! Mayat itu sudah kuangkat kesini tetapi sekarang
lenyap. Kalau bukan engkau yang mengambil, siapa lagi ?"
"Hai, benarkah mayat itu sudah berada ditepi telaga sini ?"
teriak Hong-ing. "Jangan berpura-pura!" hardik orang aneh itu "lekas
katakan dimana engkau menyembunyikannya "
Cepat Hong-ing hendak menyangkal tetapi pada lain kilas
tiba-tiba ia mendapat pikiran. "O, sudah kukubur !" serunya.
"Dimana ?" "Diujung hutan sana !"
"Bawa aku kesana !"
"Tidak !" sahut Hong-ing getas.
"Mengapa?" orang aneh itu terkesiap heran.
"Aku tak dapat berjalan."
"O," rupanya orang aneh itu teringat kalau dara itu terkena
tutukan jarinya, "tak apa, akan kupondong engkau kesana."
"Tidak sudi, tidak sudi !" teriak Hong-ing
"Masakan engkau mampu meronta kalau ku pondong ..."
"Kalau engkau berani menjamah tubuhku, lebih baik aku
bunuh diri menggigit lidahku sendiri!"
"Lalu maksudmu ?"
Halaman 51-58 sobek "Kenal baik sekali. Mereka sering berkunjung kemari," kata
Him Pa. Blo'on terbelalak : "Kalau begitu paman tentu akan
menangkap dan menyerahkan aku ke markas Hoa-san-pay ?"
"Tidak," sahut Him Pa.
"Tidak " Mengapa " Bukankah paman bersahabat baik
dengan mereka ?" tanya Blo'on.
"Kutahu engkau jujur," jawab Him Pa, "karena dengan terus
terang engkau menceritakan tentang pembunuhan yang
terjadi pada diri Kim kaucu. Tetapi apakah engkau benarbenar
tidak membunuhnya" "Sungguh mati, paman. Aku berani bersumpah kalau tak
merasa membunuh ketua Hoa-san-pay."
"Baiklah, aku percaya padamu . . , " baru Him Pa berkata
sampai disitu tiba-tiba ia terkejut bangun, "ada orang datang.
Ah, kemungkinan tentu orang Hoa-san-pay yang hendak
mencarimu." "Celaka !" Blo'on mengeluh, "bagaimana aku dapat lolos ?"
Sejenak kebaikan pandang mata, Him Pa cepat menyuruh
Blo on : "Lekas engkau menjadi harimau kumbang itu . . . "
"Hah?" Blo-on terbelalak kaget, "bagaimana aku dapat
menjadi harimau ?" Sambil mendorong Blo'on ketempat harimau kumbang, Him
Pa berjongkok, membuka kulit harimau. mengambil rumput
dan cepat suruh Blo'on memakai kulit harimau dan mendekam
disudut bilik. Him Pa tak tunggu Blo'on melakukan perintah, ia terus
keluar karena pintu diketuk orang.
"Ah, kiranya Han lotiang yang datang," sen Him Pa ketika
melihat tetamu itu atau Beruang-sakti Han Tiong, tetua nomor
dua dari Hoa-san-pay. Sambil mengiakan, Beruang-sakti Han Tionj melangkah
masuk : "Bagaimana Him Pa, banyak memperoleh binatang
buruan ?" "Lumayan, lotiang," sahut Him Pa seraya membawa
tetamunya masuk kedalam bilik. Mereka duduk dikursi.
"Tak sari-sarinya lotiang berkunjung kemari pada saat hari
semalam ini. Tentulah lotiang mempunyai urusan yang
penting," Him Pa membuka pembicaraan.
"Benar, Him Pa, aku hendak mencari seorang anakmuda."
Him Pa tahu siapa yang dimaksud orangtua dari Hoa-sanpav
itu. Namun ia tetap tenang, tanyanya pula : "Mengapa
dia, lotiang ?" "Hm, anak itu kurang ajar sekali, berani masuk kedalam
markas Hoa-san-pay dan melukai beberapa anakmurid.
Hendak kuringkus dan kubawa nya naik ke markas untuk
menerima hukuman. Mendengar itu Blo'on menggigil. Kalau
Him Pa menunjukkan dirinya, tentu ia akan tertangkap orang
Hoa-san-pay lagi. "Apakah engkau tak melihatnya" Apakah datang kemari "
tanya Beruang-sakti. "Akupun baru saja pulang dari berburu, lo tiang. Dan
dirumah ini tiada orang yang datang."
"Aneh," gumam Beruang-sakti Han Tiong, "padahal jelas dia
membawa Walet-kuning Hong-ing, murid perempuan Hoa-sanpay
turun gunung." "Walet-kuning Hong-ing dibawanya" Aneh, bagaimana hal
itu dapat terjadi ?" seru Him Pa.
"Ketika kami kepung anak liar itu, tiba-tiba saja dia
mendapat akal untuk menawan Hong-ing dijadikan sandera."
"Dan keempat lo-tiang membiarkan saja ?" tanya Him Pa.
"Ya, karena menurut Pui suheng, anak itu telah terkena
cengkeraman Tok-jiau-kang yang beracun Dalam beberapa
jam dia tentu mati. Mengapa ia tak kelihatan, pun Hong-ing
juga tak tampak" "Ah, kemungkinan nona Ci telah sengaja menunjukkan jalan
yang salah kepadanya. Kalau tidak mereka tentu lewat disini.
Eh, maaf, taruh kata lewat, apabila pada siang hari, jelas kalau
aku tak melihat mereka karena sejak pagi aku sudah keluar
berburu dan petang ini baru pulang"
"Kalau begitu, apabila engkau melihatnya, supaya engkau
tahan dan antarkan ke atas gunung."
"Baiklah, lo-tiang, apa pesan lo-tiang tentu akan kulakukan
dengan sungguh hati," kata Him pa lalu menuju ke dapur dan
tak lama masuk kembeli membawa hidangan arak: "Maaf,
lotiang, hanya dapat menghidangkan arak dingin, untuk
sekedar penghilang-haus saja."
Jika kedua orang itu enak-enak menikmati arak, adalah
Blo'on yang setengah mati. Mendekam dan memakai kulit
hariamau, ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Panasnya
bukan kepalang sehingga keringatnya bercucuran deras
membasahi sekujur tubuh. Tiba-Tiba saja ia ingin kencing. Perutnya yang penuh terisi
air sekendi dan bubur cair sepanci mulai kembung dan hendak
mintn keluar. Celaka, bagaimana nih " Kalau ia kencing, airnya
tentu mengalir dan tentu diketahui Beruang-sakti. Namun
kalau ditahan, perutnya terasa mulas. Dalam hati tak hentihentinya
ia memaki dan menyumpahi kakek Beruang-sakti
mengapa tak lekas pergi. "Hm, mungkin pemburu itu memang sengaja hendak
menyiksa aku. Kalau tidak mengapa ia terus menerus
mengajak bicara kakek itu " Bukankah lebih lekas disuruh
pergi, lebih baik bagiku?" gumamnya panjang pendek dalam
hati. Blo'on benar tak kuat menahan keluarnya air kencing. Pada
detik-detik yang tegang sehingga wajahnya merah padam,
tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong berkata : "Him Pa, karena
sudah malam, aku terpaksa pamit".
"Lotiang hendak pulang ke markas ?"
"Mungkin tidak. Aku hendak melanjutkan pengejaran
kepada anak liar itu. Tolong saja sewaktu-waktu melihat
mereka supaya engkau bawa kemarkas kami."
"Baik, lotiang, "kata Him Pa-seraya ikut berbangkit hendak
mengantarkan tetamunya keluar. Tiba-Tiba tetua nomor dua
dari Hoa-san-pay itu berhenti, memandang kesudut. ruangan :
"Eh, Him Pa, itu hari-mau hidup atau mati ?"
Sambil berkata, rupanya karena tertarik akan harimau yang
mendekam itu, Beruang-sakti Han Ti ong segera menghampiri.
"O, itu kulit harimau yang sengaja kuutuhkan dan kuisi
dengan rumput kering," kata Him Pa tertawa cemas.
"Buat apa ?" "Selain untuk hiasan, pun dengan adanya harimau itu,
rupanya tikus-tikus tak berani datang. Begitu pula untuk
menakuti apabila ada pencuri masuk."
"Ah, benar-benar seperti hidup, " Beruang-sakti Han Tiong
hendak mendekati dan julurkan tangannya hendak mengeluselus
kepala harimau itu. Jika ada petir berbunyi saat itu, tidaklah lebih mengejutkan
hati Blo'on daripada ketika tangan Beruang-sakti hendak
mengelus kepalanya. Rasa ingin kencing yang sudah tak kuasa
ditahannya tadi tiba-tiba lenyap seketika.
Prang . . tiba-tiba terdengar suara berkerontangan dan tibatiba
ruanganpun gelap gelita. Lampu yang terletak di atas
meja, mencelat jatuh ke lantai dan padam. Dan serentak
terdengar suara Him Pa berseru kaget : "Ai, sial. tanganku
membentur lampu. Maaf, lotiang, kamar menjadi gelap." Rupanya Beruang-sakti tak pernah menyangka bahwa jatuhnya lampu kelantai itu karena sengaja ditampar Him Pa. Agar dapat membatalkan niat Beruang-sakti mengelus kepala harimau. Dan memang Beruang sakti terkejut lalu urungkan keinginannya. Ia melangkah kepintu dan keluar dari bilik. Ketika
pamit, ia mengulangi pula permintaannya supaya Him Pa
memperhatikan anak liar yang melarikan Hong-ing itu.
Setelah tetamu pergi, barulah Him Pa masuk kedalam bilik
lagi. Ia memperbaiki lampu lalu di-sulutnya pula. Ketika
memandang ke sudut ruang, ia berteriak kaget : "Hai, kemana
harimau itu . . ?" Ternyata kulit harimau yang berisi Blo'on, lenyap dari sudut
bilik. Him Pa cepat mencari ke belakang. Juga tak ada. Keluar
halaman muka, pun tak tampak. Ia mencari kesekeliling
pondok tetap tak ketemu. Akhirnya ia kembali masuk ke dalam
bilik dan astaga . . . harimau itu sudah berada dalam bilik
tetapi tidak lagi mendekam melainkan duduk di ranjang kayu.
"Hai, kemana engkau tadi ?" tegur Him pa.
"Ke sumur di belakang rumah."
"Mengapa ?" Him Pa heran.
"Maaf, paman, karena perut penuh air dan bubur cair, tadi
aku hendak kencing. Ketika kakek Hoa san-pay hendak
mengelus kepalaku. Karena ta kut, aku sampai terkencing di
celana. Celana terpaksa kucuci di sumur dan aku harus pinjam
kulit harimau untuk malam ini . . .
Him Pa hanya tertawa. Demikian dalam pembicaraan
selanjutnya, Blo'on mengatakan tentang penyakit aneh yang
dideritanya. Him Pa juga heran.
"Di kota Song-hian-koan kudengar ada seorang imam yang
pandai mengobati' segala penyakit aneh, dapat mengusir
setan dan lain-lain ilmu yang aneh. Cobalah engkau kesana,
barangkali penyakitmu yang aneh itu dapat disembuhnya,"
kata Him Pa. "Jauhkah tempat itu dari sini?" tanya Blo'on
"Tidak," sahut Him Pa. "begitu turun kaki gunung, berjalan
ke utara kira-kira sepuluh li, tentu sudah tiba di kota itu."
"Lalu siapakah nama imam itu ?"
"Tanya saja pada penduduk disitu. Setiap orang tentu kenal
pada imam sakti itu."
"Paman, mengapa engkau melindungi aku dari kejaran
kakek Hoa-san-pay tadi ?" tanya Blo'on pula, "Bukankah
paman bersahabat baik dengan mereka dan baru saja kenal
padaku ?" Him Pa berkata : "engkau terluka dan kutolong kemari.
Kalau menolong orang, aku tak mau kepalang tanggung. Maka
engkau kusembunyikan Tetapi ingat ! Apabila terbukti bahwa
memang engkau yang membunuh ketua Hoa-san-pay itu, aku
tentu akan menangkapmu "
Tengah malam ketika sedang pulas tidur, Blo'on dikejutkan
oleh suara aum harimau yang dahsyat. Cepat ia bangun dan
mencari Him Pa tetapi pemburu itu tak berada dalam rumah.
"Paman, kemana engkau" Ada harimau hendak menyerbu
rumah ini !" serunya. Tetapi Him Pa tak menyahut, entah
kemana. "Celaka harimau suka makan orang. Apakah paman


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemburu itu sudah dimakan harimau?"pikirnya
Aum . . . aummmm, harimau makin dekat dan masuk
kedalam halaman. "Mati aku . . . !" Blo'on makin ketakutan. Ia lari kian kemari
kebingungan. Tiba-Tiba ia teringat kalau masih memakai kulit
harimau, "ah, terpaksa aku harus menjadi harimau juga.
Harimau bertemu harimau, tentu tak mau memakan ..."
Karena kulit harimau itu dibuat sedemikian utuh maka
seluruh kepala dan tubuh Blo'on dapat tertutup rapat dan
jadilah ia seekor harimau.
Aum . . . harimau yang sungguh itu pun masuk kedalam
pondok .... ---ooo0dw0ooo--- Jilid 5 Sepasang harimau. Aummm .... Bermula Blo'on menyangka bahwa dengan menjadi harimau
gadungan itu tentu takkan memakannya. Dan tenanglah ia.
Tetapi ketika harimau itu masuk kedalam rumah dan
mengaum dahsyat, serasa tergetarlah genteng-genteng atap
karena gema suara raja hutan itu. Sedemikian keras dan
dahsyat sehingga jantung Blo' on hampir copot. Ia tak pernah
menyangka kalau seekor harimau itu ternyata sedemikian
perkasanya. Aum . . . karena takut, iapun mengaum menirukan suara
siraja hutan dan terus loncat keluar dari jendela. Ah, ia
terkejut sendiri ketika tubuhnya berhasil menerobos lubang
jendela, terus meluncur keluar halaman, bum ....
Rasa takut dan ngeri melihat harimau yang begitu seram,
membuat Blo'on lupa segala. Lupa apakah ia mampu
melompat keluar dari lubang jendela, lupa bagaimana
andaikata ia nanti jatuh keluar. Lupa akan rencananya bahwa
setelah menjadi 'harimau gadungan' harimau yang aseli itu
tentu takkan memakannya. Pendek kata, karena pikirannya
hilang semangatnya buyar, ia terus loncat saja keluar jendela
..... Harimau heran mengapa kawannya itu malah melarikan diri.
Binatang itupun segera loncat menerobos lubang jendela.
Dilihatnya harimau Blo'on masih mendekam ditanah. Rupanya
karena terbanting ditanah, kepala Blo'on pusing, mata
berkunang-kunang sehingga untuk beberapa saat ia tetap
rebah tengkurap ditanah. Demi mendengar harimau loncat keluar dari jendela
mengejarnya, Blo'on terkejut dan serentak ia terus loncat
bangun lalu . . . lari. Apabila ia lari dengan merangkak, itu masih dapat
dimaklumi. Tetapi si Blo'on lari seperti orang biasa. Dia lupa
kalau saat itu dirinya menjadi seekor harimau.
Diluar dugaan, harimau tertegun. Rupanya binatang itu
heran mengapa kawannya mendadak dapat berdiri dan lari.
Sesait kemudian binatang itupun terus loncat mengejar.
Blo'on lari dan lari sekuat-kuatnya. Tetapi ketika ia
berpaling ke belakang, dilihatnya harimau makin dekat
dibelakangnya. Aummm . . . harimau mengaum dan karena kejutnya,
Blo'on terpelanting jatuh mencium tanah. Ia pejamkan mata
menunggu dirinya dimakan si-raja hutan. Tetapi sampai
beberapa saat, ia merasa masih selamat. Buru-Buru ia
membuka mat-a. Melalui mata dari kulit harimau yang
dipakainya itu, ia melihat harimau masih berada dihadapannya.
Baru Blo'on hendak menarik napas legah tiba-tiba harimau
itu maju menghampiri dan . . .
"Mati aku "Blo'on menjerit dalam hati ketika harimau itu
ngangakan mulutnya, tepat dimukanya. la terpaksa pejamkan
mata lagi menunggu kematian ....
"Uh, uh, uh . . ." tiba-tiba ia mendesuh-desuh ketika merasa
kepalanya berayun - ayun maju mundur. Ketika membuka
mata, ia melihat tubuh harimau itu merapat sekali kepadanya.
Dan ketika ia berusaha untuk memandang keatas ternyata
harimau itu tengah menjilati kepalanya ....
Hampir ia menjerit keras. Untung ia teringat kalau saat itu
kepalanya terbungkus dengan kulit kepala harimau. Apabila
tidak, tentu kulit gundulnya sudah terkelupas kedalam mulut
harimau "Auff, auff ..." tiba-tiba pula ia mendesuh-desuh ketika tibatiba
harimau itu menjilati mukanya.
Haa . . haaa . . . hasyingngng . . . !
Bau mulut harimau yang memuakkan dan kumisnya yang
menusuk kehidungnya, benar-benar menggelitik sekali.
Beberapa kali ia berusaha untuk menahan jangan sampai
berbangkis namun karena ia tak dapat menggunakan tangan
untuk mendekap hidung, akhirnya ia berbangkis juga dengan
keras. Harimau terkejut dan loncat
kebelakang, memandang harimau Blo'on lalu menghampiri Jagi. Blo'on bingung. Kalau ia diam saja,
harimau itu tentu akan menjilati mukanya lagi dan ia
tentu akan berbangkis lagi.
Ternyata kulit harimau yang
dikenakan si Blo'on itu adalah
dari harimau betina. Dan harimau yang datang itu harimau jantan. Sudah beberapa waktu harimau jantan
mengamuk dan berkeliaran kemana-mana untuk mencari
harimau betina yang hilang. Hilang yang dibunuh Him Pa.
Sekarang harimau itu telah menemukan betinanya. Sudah
tentu ia rindu sekali. Dijilat-jilatinya kepala, jidat dan muka
sang betina dengan mesra. Mesra bagi si harimau jantan
tetapi celaka bagi si Blo'on. Ia benar-benar tersiksa karena
menyaru menjadi harimau itu. Walaupun harimau jantan itu
tak memakannya, tetapi ia benar-benar sebal dan muak
karena selalu diciumi dan dijilati harimau itu.
Akhirnya karena bingung dan jengkel, iapun berbangkit lalu
mengaum menirukan suara harimau jantan tadi : "Aummm .. "
Ketika harimau jantan menjilati mukanya, Blo'on yang
terpaksa jadi harimau gadungan, hampir muntah. Dan ketika
kumis harimau jantan menggelitik hidungnya, Blo'onpun
berbangkis sekuat-kuatnya.....
Blo'on term hendak berbangkit dan lari ke dalam pondok.
"Uh . . ," tiba-tiba mendekam lagi karena teringat kalau dirinya
masih menjadi harimau. Setelah itu ia merangkak ke pintu
pondok. Tiba-Tiba harimau loncat menerkamnya sehingga ia jatuh
terguling-guling. Harimau menghampirinya lalu menjilati
kepala dan mukanya lagi dengan mesra.
"Uh, apa-apaan ini ?" Blo'on menggerutu dalam hati. Ia tak
tahu mengapa harimau itu selalu menjilati kepala dan
mukanya saja. Karena muak dan jengkel, ia mengaum lagi,
aummm .... Harimau itu terkejut, loncat kebelakang. Tetapi ketika
melihat Blo'on merangkak kearah pintu, binatang itu loncat
menerkamnya lagi. Dan setelah Blo'on jatuh berguling-guling
binatang itu menjilat-jilat kepala dan mukanya lagi.
Karena terulang beberapa kali, akhirnya timbullah pikiran
Blo'on : "Apakah dia melarang aku masuk kedalam pondok ?"
"Celaka !"' kembali Blo'on menjerit dalam hati, "apakah dia
hendak membawa aku pulang ke rumahnya . . . ?"
Blo'on benar-benar bingung setengah mati. Gara-Gara
memakai kulit harimau, sekarang benar-benar ia harus
menjadi harimau. "Kurang ajar, kemanakah batang hidungnya Him Pa
sipemburu itu ?" ia mengomel penasaran. Ia tak menyadari
bahwa apabila tak memakai kulit harimau itu, dia tentu sudah
tertangkap Beruang-sakti Han Tiong. Atau, dia tentu sudah
dimakan harimau itu. Karena tiada lain pilihan, akhirnya. Blo'on terpaksa lepaskan
usahanya meloloskan diri. Dia memutuskan untuk ikut pada
harimau itu. Nanti apabiia mendapat kesempatan," ia hendak
lari atau kalau perlu, mengadu jiwa dengan raja hutan itu.
Demikian dengan hati besar, ia segera merangkak kemuka,
keluar dari halaman pondok. Ah, andaikata ia tahu bahwa kulit
harimau yang dipakainya itu dari harimau betina dan harimau
yang datang itu yang jantan. Tentulah ia akan lebih kaget lagi.
Dan andaikata dia dapat membayangkan bagaimana ulah
seekor harimau jantan yang bertemu dengan yang betina, dia
tentu akan lemas. Mungkin kalau tidak besar nyalinya, tentu
sudah mati kaku. Untunglah si Blo'on itu seorang Blo'on. Dia tak menyadari
hal itu. Maka enak saja ia merangkak keluar, diiring oleh
harimau jantan. Aum . . . harimau jantan itu loncat ke samping jalan lalu
masuk kedalam hutan. Tetapi Blo'on tak mau.
"Huh, siapa sudi berjalan merangkak di dalam hutan" ia
menggerutu dalam hati dan tetap merangkak di sepanjang
jalan. Rupanya harimau jantan itu heran mengapa betinanya tak
mau menyusul. Ia berhenti baru menerobos keluar ke jalan
lagi, menyusul Blo'on. Untunglah harimau itu seekor binatang yang tak punya
pikiran seperti manusia sehingga tak lekas dapat mengetahui
keanehan-keanehan yang terdapat pada diri isterinya si
harimau betina itu. Masakan harimau berjalan, kepalanya
menyusur kebawah dan pantatnya menjulang keatas seperti
yang dilakukan-si harimau blo'on itu "
Tetapi sebodoh-bodoh harimau itu, akhirnya merasa heran
juga mengapa sang betina begitu tertatih-tatih jalannya.
Segera ia loncat dan sosorkan kepalanya mendorong kepala
harimau blo'on supaya membiluk kesamping. Karena tak tahan
baunya, terpaksa Blo'on mau membiluk dan masuk kedalam
hutan. "Celaka ..." Blo'on mengeluh panjang pendek ketika ia
harus menerjang semak-semak berduri. Untung karena
mengenakan kulit harimau, tubuhnya-pun tak kena apa-apa.
Hanya setempo ia harus katupkan mata apabila ada ranting
atau duri yang mengancam depan mukanya.
Dan setelah masuk kedalam hutan, ternyata harimau jantan
itu tak mengganggunya lagi. Rupa nya memang begitulah
yang dikehendaki. "Aduh, celaka . . ," kembali Blo on mengomel, "Di manakah
sarangnya " Kalau harus merangkak jauh, mana aku kuat "
Makin lama mereka makin masuk kebagian dalam dari
hutan itu. Saat itu masih malam. Hutan amat gelap sekali.
Rupanya harimau itu tak sabar melihat sang betina begitu
pelahan sekali jalannya. Kembali ia mendorong-dorong pantat
sang betina, menyuruh supaya lari lebih cepat.
"Kurang ajar," damprat Blo'on dalam hati, "siapa sudi
engkau suruh lari dengan merangkak begini " . . . "
Belum habis ia menimang, tiba-tiba ia rasakan tengkuknya
dicengkeram keras sekali dan serempak dengan itu iapun
mendengar mulut harimau menggerung. Seketika pucatlah
Blo'on. Tentulah tengkuknya digigit mulut harimau jantan itu.
Memang sudah lazim bangsa harimau maupun kucing dan
anjing, apabila bercanda, mereka suka menggigit-gigit leher
kawannya. Gigitan harimau jantan kepada harimau betina
itupun bukan gigitan maut, melainkan gigitan bercanda, dalam
hal ini harimau jantan hendak menyuruh sang betina supaya
berlari cepat. Tetapi bagi Blo'on, gigitan mesra dari harimau jantan itu
dirasakan seperti sebuah cekikan baja yang keras. Sakitnya
bukan kepalang sehingga hampir ia tak dapat bernapas.
Karena kesakitan, Blo'on lupa kalau dirinya sedang menjadi
harimau. Serentak ia gerakkan tangan kanan menampar muka
harimau jantan itu, prak .
Harimau jantan mengerang dan mengaum keras seraya
menyurut mundur beberapa langkah. Rupanya tamparan
tangan si Blo"on cukup keras. Dan kebetulan pula kuku-kuku
yang runcing tajam dari kaki kulit harimau itu tepat mengenai
hidung harimau jantan. Seketika harimau itu meraung-raung
kesakitan, hidungnyapun berdarah . .
Memang sejak bangun dari tidurnya didalam guha, Blo'on
kerap kali merasa aneh pada dirinya sendiri. Tubuhnya serasa
ringan sekali digerakkan. Ia dapat memanggul Rajawali-matabiru
untuk melompati sebuah jurang. Ia. dapat mencengkeram
tangan Hong-ing sehingga tak dapat berkutik. Ia dapat
menghindari serangan dari tiang-lo dan murid-murid Hoa-sanpay.
Benar-Benar ia telah mengalami suatu perobahan yang
aneh dalam dirinya. Namun ia tak tahu apa sebabnya.
Demikian pula dengan tamparannya kemuka harimau
jantan itu. Ia tak menyangka bahwa tamparan itu dapat
membuat harimau jantan meraung raung kesakitan. Andaikata
ia mengetahui mengapa dirinya memiliki tenaga sedemikian
saktinya, tentulah ia akan menyusuli pula dengan tamparan
yang menggebu-gebu kepada harimau jantan itu.
Tetapi Blo'on tak menyadari dan karena itu iapun
ketakutan. Takut kalau harimau jantan itu akan balas
menyerangnya. Maka diam-diam ia terus beringsut-ingsut
menyelinap kedalam semak. Maksudnya hendak melarikan diri.
Tetapi secepat itu harimau jantanpun kedengaran
meraung dan loncat mengejarnya. Sebenarnya harimau itu,
seperti lazimnya mahluk jantan terhadap betina, tidaklah
bermaksud hendak menerkam sang betina. Walaupun
menderita luka tetapi harimau itu tak marah. Tetapi Blo'on
menyangka, lain. Harimau loncat kearahnya tentulah hendak
menerkam. Maka karena ketakutan, secepat harimau jantan
tiba dihadapannya, secepat itu pula ia ayunkan tangan atau
cakar kanannya untuk menampar, prak . . .
Harimau jantan tak berusaha untuk menghindar. Pada
kebiasaannya, apabila sedang bermesra-mesraan dengan sang
betina, betina itu memang se ring menggerakkan kaki untuk
mencakar-cakar tubuhnya dan harimau jantan membiarkannya
saja, paling-paling ia balas menggigit kepala atau leher sang
betina. Gigitan yang mesra.
Tetapi diluar dugaan, tamparan harimau blo'on itu tepat
sekali mendarat pada kedua mata harimau jantan. Dan kukukukunya
yang runcing keras dengan tepat sekali menghantam
kedua biji mata harimau jantan. Sedemikian keras sampai biji
mata harimau itu pecah dan berhamburan keluar....


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka berlujmuran darah, kelopak mata complong dan
meraunglah harimau jantan itu sekuat kuatnya seraya
mengamuk tak keruan. Melonjak-lonjak keatas, bergulingguling
kesemak, menerkam pohon, mencakar - cakar tanah
sehingga menimbulkan lubang besar dan lain-lain gerak
tingkah yang menge Halaman 16-17 hilang tidur tengkurap maka tak dapat diketahui bagaimana
tampang mukanya. Blo'on terkejut. Mengapa kakek itu tidur tengkurap begitu
nyenyak diatas tanah. Apakah .dia . . . sudah mati" Karena
dibayangi ketakutan hal itu, cepat Blo'on berjongkok dan
membalikkan tubuh orang itu.
"Astaga . . . !" Blo'on menjerit seraya Ioncat mundur.
Ternyata kakek itu bukan lain ialah Beruang-sakti Han Tiong.
Blo'on terus hendak lari. Tetapi beberapa saat kemudian ia
berpaling. Hai . . mengapa kakek itu diam saja dan masih
tetap rebah ditanah. Blo'on hentikan larinya, berputar tubuh dan tegak beberapa
saat memandang sosok tubuh itu. Rupanya dia masih takut.
Setelah yakin bahwa Beruang-sakti itu memang rebah tak
bergerak lagi, barulah ia maju menghampiri.
Tetapi ketika hampir dekat, kembali ia berhenti, serunya :
"Hai, mengapa engkau memandang aku tak berkedip begitu ?"
Memang Beruang-sakti rebah tertelentang dengan sepasang
matanya masih terbuka lebar.
Sampai dua tiga kali Blo'on mengulang seruannya, tetap
kakek itu diam saja. Akhirnya Blo'on memberanikan diri maju
beberapa langkah lagi. Hatinya berkebat kebit karena melihat
sepasang mata kakek itu tetap terbuka dan menurut anggapan
Blo'on seperti memandang kepadanya.
Ia maju selangkah dan selangkah lagi sehingga tiba disisi
Beruang sakti. Ia merasa aneh mengapa, mata Beruang-sakti
itu terus terbuka tak pernah mengatup. Dan suatu
pemandangan yang menyebabkan dia melonjak kaget ialah
luka sebesar genggaman tangan yang menghias dada kakek
itu. Luka itu menganga besar, berlumuran darah yang
mengental merah. "Hai, dia mati !" akhirnya Blo"on berseru ka get setelah
memandang dengan seksama keadaan tetua nomor dua dari
partai Hoa-san-pay itu. "Aneh. kakek ini sakti sekali, siapa yang membunuhnya "
Aku . . ?"' tiba-tiba Blo'on menunjuk pada dirinya sendiri.
Tetapi sesaat kemudian ia menjerit: "Tidakl Tidak! Aku tidak
membunuhnya! Ia hendak lari tetapi berhenti lagi, lalu maju menghampiri
ketempat Beruang-sakti Han Tiong. Diperiksanya luka pada
dada kakek itu. Ah. sebuah luka yang cukup dalam. Entah
bagaimana, karena ingin mengetahui dalam luka itu, tanpa
disadari tangannya terus menyusup masuk kedalam luka ....
"Ho, bangsat, ternyata engkau seorang pembunuh ganas !"
tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan bengis.
Blo'on tersentak kaget dan terus melonjak bangun. Ketika
berputar tubuh, ternyata Him Pa sudah berada dibelakangnya,
kiranya hanya empat lima langkah jaraknya. Mata pemburu itu
berkilat-kilat bengis, wajahnya menyala kemarahan. Tangan
kanan pemburu itu mencekal sebatang golok yang berkilatkilat.
"Paman ..." "Tak perlu memanggil aku paman, hai bangsat !" bentak
Him Pa dengan mata mendelik, "aku telah salah menolong
seorang pembunuh. Kukira engkau benar-benar seorang
pemuda yang jujur kusembunyikan engkau dari kejaran Han
lotiang. Tiada tahunya ternyata engkau seorang pembunuh
yang ganas, ganas seperti harimau !"
"Paman engkau salah !" teriak Blo'on, "memang aku masih
meminjam kulit harimaumu ini tetapi aku tidak ganas seperti
harimau ..." "Tutup mulutmu !"
"Kalau aku menutup mulut, bagaimana aku dapat memberi
keterangan pada paman ?"
"Engkau pembunuh keji !" bentak Him Pa yang mau
melayani ocehan Blo'on. "Siapa yang kubunuh ?"
"Bangsat, jangan omong tak keruan. Siapa lagi yang
membunuh Han lotiang itu kalau bukan engkau !"
"Tidak, aku tidak membunuhnya ..."
"Bangsat, sudah jeias berbukti, engkau masih berani
menyangkal ?" "Siapakah bangsat itu" Aku " Aku bukan.. bangsat, aku
Blo'on ...." "Jangan banyak mulut !" bentak Him Pa pula, "lekas
serahkan dirimu kuikat dan kubawa ke markas Hoa-san-pay !"
"Mengapa ?" Blo"on tetap membantah.
"Engkau telah membunuh Beruang-sakti Han Tiong, engkau
harus mempertanggung jawabkan dosamu kepada para tetua
Hoa-san-pay !" Blo'on tertawa : "Ah, paman salah faham. Sekali-kali aku
tak membunuh kakek ini. Ketika aku turun gunung hendak
mencari pondok paman, kulihat dia sudah rebah menggeletak
ditepi Jalan. Waktu kuperiksa, ternyata dadanya terluka dan
dia sudah mati ..." "Ho, kemarin aku memang percaya engkau seorang anak
yang jujur dan kasihan. Tetapi tidak saat ini setelah kulihat
tanganmu berlumuran darah membunuh Han lotiang !"
"Celaka !" tiba-tiba Blo'on menjerit kaget, "tadi aku hanya
ingin mengetahui berapakah dalamnya luka di dada kakek ini .
. . " "Sudah, jangan banyak mulut ! Lekas serahkan dirimu.
Kalau tidak, hm ..."
"Bagaimana ?" tanya Blo'on.
"Terpaksa harus kutangkap dengan kekerasan."
"Jangan paman," buru-buru Blo'on berseru, "aku merasa
telah menerima pertolonganmu, kalau engkau hendak
memukul badanku, kepalaku atau mana saja, aku rela. Bahkan
kalau engkau hendak membunuhku, akupun takkan melawan.
Tetapi janganlah paman membawaku keatas gunung lagi !"
"Beruang-sakti Han Tiong adalah salah seorang tetua Hoasanpay. Karena engkau bunuh, maka engkau harus diadili
oleh orang Hoa-san-pay!"
"Apakah paman orang Hoa-san-pay juga?"
"Bukan." sahut Him Pa, "tetapi aku bersahabat baik dengan
orang Hoa-san-pay. Dan akupun memang tak senang kepada
pembunuh." "Tetapi paman, aku benar-benar tidak membunuhnya."
Him Pa tertawa menyeringai : "Hm, apakah! engkau hendak
membangkang ?" Pemburu itu melangkah maju menghampiri ke hadapan
Blo'on. Sikapnya bengis sekali.
"Jangan paman, jangan memaksa aku ..." kata Blo'on
seraya beringsut mundur. "Bangsat . . . !" Him Pa terus loncat menabas Blo"on tetapi
pemuda itu karena ketakutan loncat ke samping. Sekali loncat
ia sudah berada tujuh delapan langkah.
"Ho, rupanya engkau memiliki ilmu ginkang yang hebat "
Him Pa loncat memburu. Ia mainkan ilmu golok Angin-puyuhmengamuk
- sahara. Golok berhamburan laksana petir
menyambar, menimbulkan deru angin macam angin puyuh.
Blo'on makin ketakutan. Ia terus main loncat menghindar.
Dan akhirnya karena tak tahan menerima serangan golok
yang sehebat itu. La terus melarikan diri.
"Hai, hendak lari kemana engkau !" teriak Him Pa seraya
mengejar. Demikian keduanya segera kejar mengejar.
Him Pa menang mengerti ilmusilat, walaupun tidak berapa
tinggi. Karena ia biasa masuk keluar hutan, naik turun
gunung, maka ia dapat memiliki ilmu gin-kang yang hebat.
Tetapi benar-benar ia merasa aneh dan heran, mengapa tak
mampu mengejar si Blo'on.
Sedangkan Blo'onpun tak menyadari apa yang
dilakukannya. Ia merasa takut dan harus menyelamatkan diri
dari kejaran Him Pa yang hendak membunuhnya. Ia tak
menyadari bahwa larinya itu sepesat angin. Pendek kata,
setiap kali ia berpaling kebelakang dan melihat Him Pa masih
beberapa belas langkah dibelakangnya, legahlah hatinya.
Demikian kurang lebih setengah jam mereka berlari-lari,
tiba-tiba Blo'on menjerit kaget dan berhenti. Ternyata
dihadapannya terbentang sebuah jurang. Jalanan disitu
merupakan sebuah karang buntung. Hanya ada dua pilihan
baginya. Balik kembali dan harus menghadapi Him Pa atau
loncat ke jurang yang lebarnya hampir lima meter.
"Ho, akhirnya engkau tentu kubunuh !" teriak Him Pa
dengan napas terengah-engah.
Bukan karena Blo'on takut menghadapi pemburu itu. Tetapi
ia merasa telah ditolong, dia tak mau berkelahi dengan orang
itu. Untuk menghindarkan diri dari kejaran Him Pa tiada lain
jalan kecuali harus melompati jurang itu.
"Paman, aku benar-benar tidak membunuh kakek Hoa-sanpay
itu. Kelak pada suatu hari aku tentu akan datang ke Hoasanpay untuk menjelaskan persoalan itu," tiba-tiba Blo'on
berpaling dan berseru kepada Him Pa. Setelah itu cepat ia
berputar tubuh dan terus enjot kakinya melayang ke udara.
"Hai, hendak lari kemana engkau . . !" Him Papun cepat tiba
ditepi karang tetapi Blo'on sudah terapung diatas mulut
jurang. Pada lain kejab, pemuda itu sudah mendarat di
seberang karang, melambaikan tangan lalu berlari ke balik
gunung. Him Pa seperti orang kebakaran jenggot. Dia lari kian
kemari, melonjak dan banting-banting kaki, memekik dan
memaki-maki : "Bangsat . . . keparat, jahanam . . . awas,
kalau ketemu lagi, tentu kucincang tubuhmu ..."
Namun Blo'on sudah tak mendengar. Dia sudah rnulai
menuruni lereng gunung. Dan setiba dikaki gunung, ia terus
berjalan menurut jalan yang terbentang kearah utara. Ia tak
tahu akan menuju kemana. Pokok asal berjalan saja.
Menjelang petang hari, akhirnya ia melihat segunduk
perumahan penduduk. Rupanya sebuah pedesaan kecil
dilereng gunung. Segera ia pesatkan langkah menuju
kesebuah rumah. Keadaan di tempat ini sunyi senyap. Pun dalam rumah itu
hanya diterangi oleh pelita yang tak begitu terang nyalanya.
Blo'on mengetuk pintu. Lama baru terdengar derap langkah
orang berjalan keluar. Langkahnya pelahan dan tertatih-tatih.
Kemudian terdengar bunyi kancing pintu dilepas dan lalu daun
pintu mulai bergerak terbuka.
Seorang nenek tua menyembul keluar. Wajahnya penuh
keriput ketuaan, rambutnya putih tetapi mulutnya masih dapat
mengomel dan menda prat : "Ih, pengemis tua, mengapa
masih mengganggu rumahku" Sudah kukatakan kami ini orang
miskin, mengapa masih minta nasi, uh ... "
Pada saat pintu dibuka, sebesarnya Blo'on berdiri
menghadap ke pintu. Tetapi demi mendengar nenek didalam
rumah mengomel panjang pendek menyebut-nyebut
pengemis, ia kira kalau nenek itu sedang bicara dengan
seorang pengemis. Maka Blo'oopun berputar tubuh ke
belakang hendak melihat dengan siapakah nenek itu bicara.
Blo'on masih mengenakan pakaian kulit harimau. Hanya
bagian kepala harimau itu, ia singkap kan kebelakang agar ia
dapat bernapas longgar. Kalau dari muka, memang seperti
harimau berkepala orang. Tetapi apabila dilihat dari belakang,
karena kepala harimau itu terkulai pada tengkuknya, maka
sepintas pandang menyerupai seekor ha rimau yang tengah
berdiri. "Aiiiii . . . . " tiba-tiba Blo'on terkejut karena si nenek
menjerit keras dan menyusul terdengar suara tubuh jatuh ke
lantai, bluk .... Blo'on cepat berpaling dan ternyata nenek itu sudah
terkapar menggeletak di lantai. Sudah tentu ia terkejut dan
buru-buru berjongkok untuk menolongnya. Ia tak tahu apa
sebab nenek itu sekonyong-konyong menjerit dan rubuh.
Bukankah ne nek itu habis memaki-maki seorang pengemis "
Tetapi mengapa ia tak melihat seorang lain kecuali dirinya "
Uh, apakah nenek itu menyangka dia seorang pengemis lalu
memaki-makinya " Tengah Blo'on sibuk menolong supaya nenek itu sadar dari
pingsannya, tiba-tiba muncullah seorang kakek dan seorang
anak perempuan kecil dari dalam rumah.
Demi melihat sinenek menggeletak di lantai diterkam oleh
seekor harimau, kakek dan anak perempuan itu menjerit.
Hanya setelah menjerit, si kakek ikut rubuh tetapi anak
perempuan kecil itu terus lari keluar dari pintu belakang dan
berteriak teriak : "tolong, tolong . . . . "
Dalam sekejab saja, beberapa orang lelaki desa itu keluar
menghampiri sianak perempuan kecil. Mereka menanyakan
Kepada anak itu. "Itu...tu ...itu . . " seru sianak perempuan sambil menunjuk
kerumahnya. "Itu, itu apa ?" tanya beberapa penduduk.
"Nenek . . nenekku .. dimakan . . kakek .. "
Sekalian orang terkejut dan saling berpandangan. Akhirnya
salah seorang lelaki tua memegang tubah anak perempuan
kecil itu dan berkata dengan sabar : "Nak, jangan gugup,
katakanlah dengan pelahan, mengapa nenekmu?"
Setelah dielus-elus punggungnya oleh lelaki tua itu,
akhirnya anak perempuan kecil itu berkata dengan agak
tenang : "Nenekku dimakan harimau . . . !"
Mendengar itu menjeritlah sekalian orang itu : "Hai,
benarkah itu" Apa engkau tidak bermain-main?"
"Tidak, mari ke rumahku. Harimau itu masih menjilati tubuh
nenek," kata anak perempuan kecil seraya melangkah kearah
rumahnya. Berpuluh-puluh penduduk itu dengan tegang mengikuti si
anak perempuan. Ada beberapa yang lari pulang mengambil
senjata. Ada yang membawa parang, golok, pentung, arit,
tombak, cangkul dan linggis
Ketika tiba dsmuka rumah, orang-orang itu melihat seekor
harimau tengah menerkam tubuh nenek dari anak perempuan
kecil itu. Hari malam dan penerangan dalam rumah itu tak
begitu terang. Seharusnya penduduk itu merasa heran
mengapa seekor harimau menelungkupi korbannya dengan
kepala berpaling kebelakang dan menengadah ke-atas.
Tetapi penduduk tak menghiraukan hal itu. Begitu melihat


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segunduk tubuh harimau, mereka terus menjerit dan memekik
lalu mengepung diambang pintu. Bagaimanapun, mereka
masih takut terhadap seekor harimau yang sedemikian
besarnya Mereka hanya berkaok-kaok seraya mengacung-,
acungkan senjatanya. Ada seorang lelaki setengah tua yang bernyali besar dan
membawa golok, melangkah masuk hendak menyerang
harimau itu. Sekonyong-konyong! harimau itu berbangkit dan
berputar tubuh. "Ne . . " baru Blo'on hendak berkata tentang nenek itu,
lelaki setengah tua tadi sudah menjerit dan lari keluar,
sehingga Blo'on tertegun dengan mulut masih menganga.
"Harimau gadungan !" serentak berhamburan teriakan dari
penduduk yang berjaga diluar pintu.
Setelah hilang kejutnya, Blo'on melangkah ke pintu, la
heran mengapa sekian banyak penduduk sama mengacungkan
senjata kepadanya dan berteriak-teriak hendak
membunuhnya. "Mengapa kalian ribut-ribut ?" akhirnya Blo'on menegur
mereka. "Bunuh harimau gadungan! Hancurkan harimau siluman . !"
sambut puluhan orang itu. Bahkan ada beberapa orang yang
maju hendak menyerang. "Kamu gila!" akhirnya karena jengkel, Blo'on berteriak keras
sehingga orang-orang itupun tersentak diam.
"Aku seorang manusia seperti kamu !" kata Blo'on pula.
"Bukan! Engkau tentu macan gadungan . . .
"Apa itu macan gadungan ?" balas Blo'on tak kalah
kerasnya. "Macan siluman !" teriak orang-orang.
"Apa itu Macan siluman ?" Blo'on tetap melantang.
"Macan siluman ialah manusia yang mempunyai ilmu
menjadi macan lalu memakan orang !"
"ih, tetapi aku tak suka makan orang. Makananku nasi,"
seru Blo'on pula. "Bangsat, engkau masih berani berpura-pura" Lihatlah,
nenek Ong telah engkau makan . . . !"
"Bunuh ! Tak usah diajak bicara, hayo bunuh macan
siluman itu!" serentak terdengar pula hiruk pikuk penduduk
berteriak-teriak hendak menyerbu Blo'on.
"Tahan " cepat Blo'on berseru mencegah orang-rang yang
hendak menyerbu itu, "nenek itu tak kumakan, masih utuh.
Periksalah sendiri. Dia hanya pingsan karena kaget melihat
aku memakai kulit harimau. Tentu mengira aku seekor
harimau " Beberapa penduduk maju menghampiri ketem-pat nenek
Ong. Dilihatnya nenek itu tak menderita luka. Dan setelah
diperiksa, napasnyapun masih.
Tentulah nenek itu hanya pingsan. Hampir mereka mau
mempercayai keterangan Blo'on atau tiba-tiba seorang lelaki
bertubuh pendek kekar, berteriak nyaring : "Macan gadungan,
kalau kami tak keburu datang, nenek itu tentu sudah engkau
makan habis !" Blo'on marah : "Hai, bung, engkau manusia akupun
manusia. Mengapa engkau tak percaya pada omonganku?"
"Siapa sudi percaya?" teriak orang itu, "desa ini sudah
banyak menderita dari gangguan macan gadungan. Tiap tiga
hari kami harus mengirim makanan kepadanya. Kalau tidak,
dia tentu akan mengganas disini. Nenek Ong ini salah seorang
korban. Karena tak punya uang untuk mengantar makanan,
macan itu datang kemari dan mengambil anak lelaki dan
menantu nenek Ong. Sampai sekarang tiada beritanya."
'O." desuh Blo'on, "dimanakah macan gadungan itu ?"
Orang pendek itu tertawa mengejek: "Disini!"
"Disini" Mana?" Blo'on terbeliak.
"Engkau!" "Gila !" Blo'on menjerit marah, "aku bukan macan
gadungan, aku manusia biasa !"
"Kalau manusia biasa, mengapa memakai kulit macan?"
teriak beberapa orang. "Karena pakaianku kotor terpaksa aku diberi pinjam kulit
harimau ini oleh paman Him Pa seorang pemburu yang tinggal
dalam hutan disebelah puncak itu," kata BIo on sambil
menunjuk ke puncak gunung disebelah selatan, "kalau engkau
tak percaya, tunjukkan tempat macan gadungan itu, aku akan
menangkapnya!" Orang-Orang itu tertegun mendengar pernyataan Blo'on.
Sesaat kemudian mereka gembira. Mereka tak tahu siapa
Blo'ori itu dan tak mempedulikan apakah Blo'on mampu
menangkap macan gadungan itu atau tidak. Yang dirasakan,
mereka menderita tekanan dari seorang penjahat yang
menyaru jadi macan dan memeras penduduk disitu. Dan kini
ada seorang yang menyatakan dapat menangkap macan
gadungan itu. Serentak merekapun menyambut dengan
gembira : "Baik, mari kita antarkan engkau ke sana !"
Berpuluh-Berpuluh penduduk segera hendak membawa
Blo'on tetapi Blo'on menolak : "Nanti dulu. Aku bersedia
menghadapi macan gadungan itu tetapi aku hendak
mengajukan dua buah permintaan kepada penduduk disini."
"Katakanlah !" seru mereka.
"Pertama, aku minta makan. Karena sejak pagi tadi,
perutku belum terisi sebutir nasipun jua. Dan kedua, aku
minta pakaian," kata Blo'on.
"Tentu!" teriak mereka, "kami tentu akan memberikan
permintaanmu itu !" "Kapan ?" seru Blo'on.
"Setelah engkau benar-benar dapat menangkap harimau
gadungan itu !" "Tidak !" teriak Blo'on. "makanan harus sekarang karena
aku sudah lapar sekali. Kalau lapar mana aku dapat berkelahi"
Coba kalian pikir !"
Karena menganggap omongan Blo'on itu benar, akhirnya
Blo'on diajak kerumah salah seorang penduduk. Disitu dia
diberi makan dan minum sekenyangnya.
.Setelah makan, Blo'on bercakap-cakap sebentar
menanyakan tentang keadaan macan gadungan yang hendak
ditangkapnya itu. Ternyata sejak beberapa bulan yang lalu,
memang di desa itu telahi muncul seekor harimau yang ganas.
Banyak ternak yang hilang. Beberapa penduduk yang bernyali
besar, beramai-ramai mencari binatang itu yang tinggal
disebuah guha dalam lembah yang sunyi. Dalam pertempuran,
penduduk kalah dan menyerah. Ternyata macan itu bukan
macan sesungguhnya melainkan seorang yang menyaru.
Rupanya orang itu pandai ilmusilat sehingga berpuluh-puluh
penduduk dapat dikalahkan.
"Sejak itu kami diharuskan mengirim makanan dan
minuman kepadanya, "orang itu mengakhiri ceritanya.
"O, kurang ajar benar," seru Blo'on, "dia hendak memeras
rakyat yang miskin."
"Itu masih belum seberapa," kata orang itu pula, "dia masih
minta disediakan gadis atau wanita muda."
"Ho, kurang ajar benar!" teriak Blo'on seraya kepalkan
tangannya seolah-okh hendak meninju. Dia sebenarnya tak
mengerti ilmusilat walaupun ayahnya seorang jago silat nomor
satu. Tetapi dia marah mendengar perbuatan yang begitu
jahat. Namun setelah bersikap seperti jagoan yang garang,
tiba-tiba ia membayangkan wajah harimau jantan kemarin.
Seketika bergidiklah bulu romanya.
"Hai," teriaknya keras sehingga tuan rumah tersentak
kaget, "harimau itu harimau gadnngan atau harimau
sungguh?" "Gadungan," sahut yang empunya rumah. Dan hati
Blo'onpuo tenang kembali. Kalau melawan orang, ia tak
gentar. Ia pernah bertempur dengan Rajawali-mata-biru dan
dengan Walet kuning Ui Hong-ing, bahkan pernah dikepung
oleh berpuluh-berpuluh anakmurid Hoa-san-pay. Ia anggap
cara o-rang yang katanya pandai ilmusilat itu, ternyata hanya
begitu saja. "Bagus, antarkan aku sekarang " serunya seraya
berbangkit. Dengan diantar oleh belasan penduduk yang bersenjata,
Blo'on dibawa kesebuah lembah dipedalaman gunung. Setelah
tiba, Blo'on lalu dilepas seorang diri memasuki lembah itu.
"Pulanglah," kata Blo'on dengan garang seolah-olah yakin
tentu menang, "tunggu saja nanti kuseret mayatnya !"
Melihat nada dan tingkah Blo'on yang begitu garang,
legahlah hati penduduk itu. Setitikpun mereka tak pernah
menyangka bahwa pemuda itu sesungguhnya hanya seorang
anak blo"on. Mereka pun lalu pulang.
Saat itu rembulan remang. Permukaan lembah tertutup
kepekatan malam. Blo"on mulai ayunkan langkah menyusur
jalan yang menjurus ke dalam lembah. Seluruh lembah
tertutup rumput dan alang-lang setinggi orang. Kedua batas
lembah, merupakan karang yang menjulang tinggi, bertaut
pada lereng gunung. Akhirnya tibalah Blo'on di dalam lembah. Namun ia heran
mengapa tak seorangpun yang muncul mengganggunya.
Kemanakah gerangan harimau gadungan itu" Huh, apakah dia
takut kepadaku " Blo'on mulai bertanya pada diri sendiri.
"Hai, macan gadungan, keluarlah dari tempat
persembunyianmu agar kubunuh!" teriaknya berulang-ulang.
Namun tiada penyahutan. Sekonyong-konyong dari balik gerumbul belukar rumput.
terdengar suara anjing menggonggong dan burung menguaknguak.
la heran Mengapa anjing .dan bukan harimau. Adakah
harimau gadungan itu dapat berobah diri jadi anjing "
Blo'on lari menghampiri. Setelah menyibak dan menerobos
gerumbul belukar, akhirnya ia melihat sebuah gua karang.
Mulutnya cukup lebar untuk dimasuki orang. Ketika
menginjakkan kaki dimulut guna, segera la disambut dengan
dan gonggongan anjing dan kuak burung yang keras. Tetapi
tak tampak barang seekor anjing atau burung yang
menyongsong keluar. Blo'on tak peduli. Ia terus melangkah kedalam. Guha itu
dari luar tampaknya gelap, tetapi ketika berada di dalam,
ternyata terdapat penerangannya. Ialah dari sebuah lubang
pada langit guha. Dari lubang itu, sinar matahari atau
rembulan dapat menyorot masuk.
Ketika berjalan kedalam, tiba-tiba kakinya terantuk sebuah
benda yang melintang di tanah. "Uh . . " Blo'on terhuyung ke
Sepasang Pedang Iblis 25 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Badai Awan Angin 14

Cari Blog Ini