Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 27

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 27


Hong tojin. "Aku bersedia menolong Blo'on bertiga," kata Pek I lojin,
"dan pangcu serta saudara2 sekalian boleh lanjutkan
menggempur sarang Thian-tong-kau. Jika berlambat-lambat
dikuatirkan mereka sempat menyusun kekuatan lagi.,,"
Karena menganggap kata2 kakek "baju putih itu tepat maka
Pengemis-sakti Hoa Sin setuju. Segera ia memimpin
rombongan orang gagah itu melanjutkan perjalanan ke muka.
Tak berapa lama tibalah mereka disebuah ruangan yang
luas. Ditengah ruangan itu terdapat segunduk tanah macam
sebuah kuburan. Ditengah tanah, terpancang sebatang tiang
yang menjulang sampai ke langit2 ruang.
Hoa Sin berhenti dan berkata kepada kedua rekannya:
"Suthay, pancu. kita harus berhati-hati. Kemungkinan ruang ini
tentu mengandung alat rahasia yang lebih berhaya."
Dari jarak dua tombak, mereka dapat melihat pada tiang
bulat besar itu terdapat beberapa ukiran huruf. Karena tiang
bercat merah dan huruf-hurufnya berwarna kuning emas,
maka dengan jelas huruf2 itu dapat terbaca:
Inilah Lembah Nirwana. Barangsiapa berani merusak tiang
ditengah makam dia akan masuk ke api Neraka.
"Hm, banyak sekali tingkah orang2 Thian-tong-kau itu",
dengus Pengemis-sakti Hoa Sin.
Disebelah muka, tiada pintu dan ruangan itu merupakan
ruangan buntu. Hanya sebuah pintu yang menuju ke jurang
tadi. "Kemungkinan tiang dan makam itu merupakan pintu
rahasia," kata Ceng Sian suthay.
Hoa Sin masih kurang percaya. Ia segera melakukan
penyelidikan diseluruh ruang. Yang lain2 pun ikut mencari-cari
dan memeriksa ruang itu. Tetapi mereka tak menemukan
sesuatu yang menunjukkan tanda dari sebuah pintu.
Akhirnya Hoa Sin menghela napas. Belum sempat ia
menemukan akal, tiba2 rombongan dan anakmurid dari
berbagai perkumpulan yang ikut pada Hoa Sin itu, berteriakteriak.
"Serbu ! Hancurkan sarang Thian tong-kau!" mereda
rupanya penasaran sekali atas kematian dari ketua dan
anggota2 rombongan mereka. Dan setelah berteriak-teriak,
mereka pun lalu menyerbu untuk menghancurkan makam dan
tiang itu. Hoa Sin. Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin tertegun.
Andaikata hendak mencegah, sudah terlambat. Pun mereka
tak menemukan alasan untuk mencegah pengamukan
rombongan orang gagah itu.
Berpuluh-puluh jago dan anakmurid berbagai perkumpulan
silat, menghujani tiang dengan bacokan pedang dan
menghancurkan makam itu. Krak, krak.....bum ! Keadaan gunung meletus, memuntahkan lahar api dan
menghamburkan batu2 besar, mungkin sama dengan apa
yang terjadi dalam ruang Lembah Nirwana saat itu.
Pada saat gunduk makam itu hancur dan tiang besar rubuh
maka terdengarlah ledakan yang dahsyat, disusul dengan
robohnya langit2 ruang yang terbuat daripada batu karang
keras. Kemudian berpuluh-puluh batu besar pun mencurah
dari atas langit2 yang roboh itu.
Suasana ruang itu bukan lagi merupakan sebuah Nirwana
melainkan lebih tepat kalau disebut puing2 runtuhan yang
mengubur berpuluh-puluh jago persilatan. Mereka terkubur
dalam tumpukan batu dan runtuhan langit2 karang.
Ngeri, seram, ganas. Rasanya tiada kata yang dapat
melukiskan keadaan saat itu.
Ternyata ruang Lembah Nirwana itu merupakan sebuah
tempat jebakan keji yang telah diatur oleh Thian tong kau.
Tiang besar itu merupakan tiang-penyanggah dari pusat
markas Thian-tong-kau. Dengan rubuhnya tiang itu maka
seluruh bangunan markas Thian-tong-kau pun hancur
berantakan. Ledakan dahsyat tadi berasal dari bahan peledak yang
berada dalam makam. Rubuhnya tiang menggoncangkan
bahan peledak sehingga meledak dahsyat. Menyebarkan maut
yang ngeri, keji. Sebuah tragedi besar dalam dunia pesilatan.
Bagaimana dengan B'o'on" Apakah dia mati didasar jurang
" Tidak, Blo'onn memang berumur panjang atau belum habis
riwayatnya dalam dunia. Dia tersangkut pada akar rotan yang tumbuh pada dinding
karang. Tetapi andaikata tidak terdapat akar rotan itu, Blo'on
pun tetap takkan mati. Karena setelah melihat dirinya
meluncur turun ke-bawah, dia baru terkejut. Tiba2 ia melihat
sebuah lubang pada dinding karang. Keinginan untuk
menyelamatkan diri segera timbul dan Ji ih-sin-kang pun
memancar. Dengan bergeliatan ia terus melayang kedalam
lubang itu. Ah, sebuah terowongan.
"Sumoay !" tiba2 Blo'on terkejut ketika melihat tubuh Sian li
meluncur turun. Tanpa sempat memikir apa2 lagi, Blo'on terus
loncat menyambar tubuh sumoaynya. Ah .... ia berayun
membawa sumoaynya ke dinding karang sebelah muka. Dan
ternyata disitu terdapat pula sebuah terowongan, terowongan
itu letaknya persis saling berhadapan.
Baru ia meletakkan tubuh sumoaynya, tiba2 la melihat lagi
tubuh kakek Lo Kun melayang ke bawah.
"Gila, kakek Lo Kun juga nyusul," serentak ia loncat
menyambar tubuh Lo Kun dan mendarat di lubang
terowongan yang sebelah muka.
"Suko, aku bagaimana ?" teriak Sian Li yang berada
seorang diri di lubang terowongan selatan Blo"on dan kakek Lo
Kun di lobang utara. "Tunggu kakek, aku hendak mengambil sumoay," kata
Blo'on terus loncat ketempat Sian Li,
Saat itu Sian Li sedang membungkuk memeriksa sebuah
benda. "Sumoay, apakah yang engkau lihat ?" tegur Blo'on.
"Segulung jaring yang panjang .... oh, kutahu, "tiba2 Sian Li
berseru, ia mengangkat gulungan jaring itu lalu dilontarkan
kearah kakek Lo Kun : "Kakek Lo, sambutilah !"
Lo Kun gopoh menyambuti. "Benar, inilah alat jembatan yang dipergunakan mereka
untuk melintasi mulut jurang," seru Sian Li yang masih
mencekal ujung yang sebelah dari jaring. Jaring itu terbuat
dari urat2 kerbau yang telah direndam obat sampai bertahun.
Lemas tetapi ulatnya bukan kepalang.
"Mari suko, kita melintasi jembatan ini." kata Sian Li yang
terus mendahului melangkah keatas jembatan tali.
Kini mereka bertiga telah berkumpul di lubang terowongan
sebelah utara. "Orang2 Thian-tong kau itu tentu menggunakan jembatan
tali ini untuk melintasi jurang," kata Sian Li.
"O, pantas kalau diatas mulut jurang tadi tak ada
jembatannya," kata kakek Lo Kun.
"Sekarang bagaimana, suko?" tanya Sian Li.
"Dan bagaimana pendapatmu ?" tanya Blo"on.
"Untuk naik keatas mulut jurang jelas tak mungkin kita
lakukan." "Tetapi para cianpwe itu tentu sibuk menunggu kita," seru
Blo'on. "Habis" Apa daya kita?"kata Sian Li.
"Kalau begitu kita masuk saja kedalam lubang terowongan
ini. Mungkin tentu dapat keluar dan mencari mereka," kata
Blo'on. "Benar," seru kakek Lo Kun, "jika tempat ini dipergunakan
lalu lintas oleh orang2 Thian-tong kau, tentu terdapat jalan
keatas." Demikian ketiga orang itu segera menyusur terowongan
yang gelap. Tiba2 Sian Li teringat: "Suko, cobalah engkau
keluarkan mustika merah berbentuk Naga dari kakek Lo tadi."
Blo'on tak tahu apa maksud sumoaynya, tetapi ia menurut
juga. Ketika dikeluarkan ternyata mustika merah itu
memancarkan sinar terang sekali walau pun agak kemerahmerahan.
"Mustika batu giok yang istimewa sekali," seru Sian Li.
Entah berapa lama mereka menyusur lorong terowongan
itu, tiba2 disebelah depan tampak secercah sinar terang.
Ketika tiba ditempat itu ternyata mereka tiba di mulut lorong
yang tembus keluar. Kini mereka berada disebuah lapangan. Memandang ke
sekeliling, Sian Li berteriak kaget.
"Hai, mengapa bangunan itu roboh berantakan ?" ia
menunjuk kesebelan timur dimana terdapat puing2 runtuhan
bangunan gedung besar. Mereka segera menghampiri.
"Ah, apakah . .. apakah . ..."
"Bagaimana, sumoay ?" tukas Blo'on karena Sian Li tak
dapat melanjutkan kata-katanya.
"Apakah para cianpwe dan rombongan orang gagah itu
telah tertimbun tumpukan puing ini ?" akhirnya Sian Li dapat
juga melampiaskan perasaannya.
"Bagaimana engkau tahu kalau mereka tertimbun runtuhan
batu itu ?" tanya Blo'on.
"Lihatlah suko," Sian Li menujuk pada sebuah bekas lubang
dari suatu lorong panjang di bawah tanah, "bukankah itu
merupakan sebuah lorong panjang di bawah tanah yang kini
telah hancur lebur ?"
"Hai, benar," teriak Lo Kun yang terus lari menghampiri.
Mereka bertiga memeriksa bekas2 kehancuran itu. Tiba2
Sian Li menjerit; "Suthay.....!"
Ia segera lari menuju kesebuah lubang. Disitu tampak Ceng
Siau suthay sedang berjuang mati-matian menyanggah
sebuah batu besar yang hendak menindih dirinya.
"Suko lekas tolong suthay," seru Sian Li.
Blo'on terus bekerja. Walau pun jaraknya hanya sepuluhan
meter tetapi karena penuh dengan puing dan batu besar,
terpaksa Blo'on harus kerja keras sebelum dapat mencapai
tempat Ceng Sian suthay. "Suthay, aku yang mengganti," katanya setelah tiba dan
terus menyanggah batu besar itu.
Ceng Sian suthay lepaskan tangannya dan terhuyung2 jatuh
terduduk. la duduk pejamkan mata. Rupanya ia telah
kehabisan tenaga dan menderita luka dalam yang cukup terat.
"Hai, itulah Hoa pangcu," kembali Sian Li berseru seraya
menunjuk pada sebuah tumpukan batu.
Ternyata Hoa Sin juga mengalami penderitaan yang cukup
berat. Saat itu dia sedang duduk sambil acungkan kedua
tangannya untuk menyanggah dua buah batu yang hendak
menindih kepalanya. Jika batu itu ambruk, tentulah dia akan
tertimbun. Tetapi saat itu blo'on sedang berjuang mendorong batu
besar di tempat Ceng Sian suthay. Siapakah yang mampu
membantu Hoa Sin. Tampak wajah ketua Kay-pang itu sudah
pucat lesi. Jelas dia sudah hampir kehabisan tenaga .
"Aku akan menolongnya," seru kakek Lo Kun lalu lari
menghampiri. Tanpa banyak pikir kakek itu terus menyanggah
kedua batu dengan bahunya.
"Hoa pangcu. silahkan keluar," serunya.
Tetapi secepat terlepas dan tindihan batu, Hoa Sin pun
terus pejamkan mata. Ia juga menderita luka dalam yang
parah, la hendak berusaha menyalurkan tenaga murninya.
Sian Li melihat di sekeliling tempat itu penuh dengan darah.
Ketika diselidiki ternyata terdapat sebuah aliran darah yang
berasal dari tumpukan puing2.
"Ah, tentulah darah ini berasal dari rombongan orang gagah
yang terkubur dalam tumpukan puing," Sian Li menghela
napas. Ini benar2 ngeri melihat suasana tempat itu. Sebuah
tumpukan puing yang merupakan kuburan dari jago2
persilatan berbagai cabang perkumpulan dan berasal dari
beberapa daerah. Mereka telah terkubur hidup-hidupan.
Tiba2 Sian Li teringat akan Pek I lojin dan Hong Ing.
Kemanakah gerangan Kedua orang itu".
"Hai," serentak berteriaklah mulut gadis itu ketika melihat
sebuah pemandangan yang menyayat hati......
O>odwosedianya akan digunakan untuk upacara meresmikan
berdirinya partai Thian-tong kau, telah menyebabkan
kegagalan rencana fihak Thian-tong-kau.
Dalam upacara peresmian itu Thian-tong-kau telah
mengeluarkan anak murid dan tokoh2 yang diandalkan untuk
menjaga keamanan. Barisan anakbuah Thian tong kau yang siap diatas
panggung terdiri dari enam kacung Baju Merah dan enam
kacung Baju biru. Kacung sekalipun mereka tetapi ilmu
kepandaiannya cukup untuk melawan jago2 silat kelas satu.
Kemudian duabelas dara Baju kuning dan duabelas dara
Baju Hijau. Mereka dara2 remaja yang selain cantik juga Iihay
ilmusilatnya. Lalu duapuluh pengawal Baju Merah dan dua puluh
pengawal Baju Putih. Keempat puluh pengawal itu merupakan
tokoh2 persilatan yang telah hilang dalam dunia persilatan.
Sebelum diculik dan dibius kesadaran pikirannya, mereka
adalah tokoh yang tekenal sakti dalam dunia persilatan.
Apabila keduapuluh Pengawal Baju Merah itu memiliki ilmu
pukulan tangan kosong yang beraneka aliran, dan
kesaktiannya, keduapuluh pengawal Baju Putih itu terdiri dari
tokoh2 yang sakti dalam menggunakan senjata. Mereka terdiri
dan tokoh2 berbagai aliran persilatan.
Terakhir yang duduk dikursi kebesaran, adalah ketua Thian
tong kau sendiri yang dikawal oleh dua orang gadis cantik.
Kedua gadis cantik membawa kipas bertangkai panjang dan
tengah menggoyang-goyangkan kipasnya untuk menyejukkan
tubuh ketua Thian tong-kau.
Juga dimuka ketua Thian-tong kau, dijaga oleh sepasang
harimau yang mendekam dibawah kaki ketua itu.
Kemudian masih terdapat seorang pengacara Baju Merah
yang memimpin upacara peresmian dan pengambilan sumpah
dari anggauta baru yang akan masuk kedalam Thian tong-kau.
Yang hadir hampir dikata adalah seluruh tokoh2, baik ketua
partai persilatan maupun perorangan, yang telah mempunyai
nama besar dalam dunia persilatan.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka itulah yang akan dipaksa menjadi anggauta Thian
tong kau. Partai Thian-tong-kau mempunyai rencana besar
untuk menggabung dan melebur semua partai2 persilatan
kedalam satu wadah yalah Thian-tong kau. Demikian juga
akan mempersatukan aliran2 ilmusilat yang terdapat dalam
dunia persilatan. Ilmusilat dari berbagai partai persilatan dan
aliran itu, akan dipelajari, diambil yang penting2, dirangkai
dengan semua ilmusilat lalu akan diciptakan satu aliran
ilmusilat dari Thian-tong-kau saja.
Banyak darah mengucur dan mayat2 berjatuhan akibat
tokoh2 persilatan itu tak mau tunduk dan masuk menjadi
anggauta Thian-tong-kau. Keadaan makin gawat dan berbahaya bagi tokoh2
persilatan yang menghadiri upacara itu. Tokoh2 dari Kun lun
pay, Hoa san-pay, Go-bi pay dan Kay pang hampir putus asa
karena tak mampu menghadapi kekuatan Thian tong-kau yang
memiliki barisan2 sakti. Untunglah pada saat2 yang berbahaya muncul lah Blo'on,
Sian Li, kakek Lo Kun, Hong Ing dan juga seorang tokoh aneh
yalah Pek I lojin atau kakek Baju Putih.
Dengan ilmu kepandaian yang bersumber pada tenagadalam
luar biasa Ji-ih-sin kang dan ilmu latah dari Kitab tanpatulisan
atau Bu ji-keng, Blo'on dapat menghadapi jago2 dari
Thian-tong-kau itu. Akhirnya bubar berantakanlah barisan Thian tong kau. Satu
demi satu, dimulai dari barisan kacung lalu gadis2 cantik,
kemudian barisan pengawal baju putih maupun baju merah
yang lihay, telah diobrak-abrik. Yang mati, yang terluka dan
yang kabur. Pengacara baju merah dan ketua Thian tong kau
mencuri kesempatan pada waktu rombongan Blo'on sedang
berhadapan dengan pengawal2 baju putih, telah meloloskan
diri. Blo'on dan rombongannya mengejar, masuk kedalam
terowongan, melalui beberapa perangkap yang berbahaya dan
terakhir mengalami maut yang hebat ketika terjadi ledakan
dahsyat. Tetapi entah karena umurnya memang masih panjang dan
hatus mengalami berbagai lelakon di dunia, entah karena
pikirannya kosong tiada kotor dengan kejahatan2, Blo'on dan
rombongannya masih selamat.
Tetapi beberapa ketua partai persilatan menerima
penderitaan. Ceng Sian suthay tertindih batu sehingga
kehabisan tenaga dan menderita luka-dalam. Hoa Sin ketua
Kay-pang juga sama. la menyanggah batu besar yang akan
menindih dirinya. Setelah Lo Kun mewakilinya, ketua Kay pang
itupun duduk bersemedhi pejamkan mata. Wajahnya pucat
karena menderita luka-dalam.
Dari tumpukan puing2 dan timbunan batu2 besar, Sian Li
melihat sebuah aliran darah.
Aliran darah itu tentulah merupakan timbunan mayat. Dan
menjeritlah Sian Li ketika melihat sebuah pemandangan yang
menyayat hati. "Pang tayhiap ....!" gadis itu menjerit ketika melihat sesosok
tubuh terkapar di tanah. Kepalanya hancur dan mukanya
sudah tak berujud muka orang lagi. Tetapi pakaiannya jelas
pakaian dari Pang To Tik.
Di samping mayat itu terdapat pula sesosok mayat baju
merah yang dikenal Sian Li sebagai pengacara Thian-thongkau.
Pada dada Pang To Tik tertembus sebuah pedang,
sedang perut pengacara itupun terbelah pedang dan
menganga besar sehingga ususnya berhamburan ke luar.
Menilik keadaannya kedua orang itu habis bertempur dan
akhirnya sama2 mengalami kematian yang mengerikan karena
terjadi ledakan sehingga keduanya tertimbun batu.
Blo'on berhasil meloloskan diri dari gencetan batu besar. la
menghampiri ke tempat Sian Li dan menyaksikan mayat kedua
orang itu. " Apakah yang satu itu Pang To Tik" *' tanyanya.
Sian Li mengiakan. "Rupanya Pang tayhiap telah menyelundup ke dalam
markas. Ketika ketua Thian-tong-kau serta pengacara
melarikan diri masuk ke dalam markas, Pang tayhiap telah
menyerbunya. Tetapi ........... , " Sian Li tersekat suaranya.
Rupanya ia terharu melihat nasib Pang To Tik yang begitu
mengenaskan. "Ah. ternyata Pang To Tik seorang yang perwira," Sian Li
menghela napas. Keduanya hendak menyelidiki ke sekitar tempat itu lebih
lanjut tetapi tiba2 kakek Lo Kun menjerit-jerit: "Tolong, hai,
jangan pergi kalian!"
Blo'on dan Sian Li melihat saat itu kakek Lo Kun masih
menyanggah sebuah batu besar dengan punggungnya. Kedua
anakmuda itu segera menghampiri.
B'o'on mengangkat sebuah batu lalu disorongkan untuk
mengganjel batu besar yang menindih punggung kakek Lo
Kun. Dengan demikian dapatlah kakek itu meloloskan diri.
"Tempat ini merupakan sebuah ruangan besar yang indah.
Kemungkinan besar tentu markas besar dari Thian tong kau."
kata Sian Li. "Siapa yang meledakkan tempat ini" " tanya kakek Lo Kun.
"Menurut dugaanku tentulah ketua Thian-tong-kau," kata
Sian Li. "tetapi bagaimana kepastiannya, kita lihat lagi dari
hasil penyelidikan lebih lanjut."
"Kakek, Pang To tik tayhiap telah binasa," kata Blo'on.
"Kenapa" " tanya kakek Lo Kun terkejut. Sian Li menunjuk
kearah dua sosok mayat yang hancur tubuhnya: "Dia
bertempur dengan pengacara merah dari Thian-tong-kau dan
keduanya mati tertimbun batu besar."
Kemudian ketiganya melanjutkan pencarian lebih lanjut.
Setelah memasuki sebuah ruang yang hancur berantakan dan
tinggal bekas2 dinding temboknya saja, mereka terkejut ketika
melihat sesosok tubuh tengkurap di lantai. Kedua kakinya
terjepit batu dan kepalanya tertindih tiang besi.
"Ketua Thian-tong-kau" " teriak Sian Li ketika melihat
mayat itu. "Bagaimana engkau tahu" " tanya Blo'on.
"Oh....." Siau Li menjerit kejut puli ketika melihat punggung
orang itu tertancap sebatang tombak."dia memang ketua
Thian-tong kau. Lihatlah pakaiannya yang indah itu!"
Memang pakaian yang dikenakan orang itu adalah pakaian
indah yang dipakai ketua Thian-tong kau ketika berada di
panggung upacara tadi, "Ih," kembali Sian Li memekik kaget,
"dia mesih bernapas.
'Biarkan dia mampus saja," kata kakek Lo Kun.
"Ah. jangan kakek," kata Blo"on, "walaupun dia jahat tetapi
saat ini dia sedang sekarat. Tak apa kita menolong untuk
meringankan penderitaannya."
Blo'on terus menghampiri dan mengangkat batu yang
menjepit kaki orang itu dan mengisar tiang besi yang menindih
kepalanya. "Hm, begitulah upah seorang yang jahat," gumam kakek Lo
Kun. "Kakek," kata Blo'on pula, "betapapun jahat seseorang,
kalau dia sudah mau mati, harus kita maafkan. "
Kedengaran orang yang diduga sebagai ketua Thian-tongkau
itu mengerang pelahan dan tampak bergeliatan miringkan
mukanya. Tetapi karena sudah kehabisan tenaga, dia tak
mampu berkisar muka. " Pang ... To Tik ..... " tiba2 kedengan orang itu berkata
pelahan sekali. "Apa" " teriak Blo'on seraya mendekatkan telinganya, " apa
katamu" " "Pang ... To ... Tik ... "
"Apa" Pang To Tik" " Blo'on menegas dengan suara keras
tetapi orang itu tak dapat menjawab lagi. Tubuhnya terkulai
kaku dan napasnya pun berhenti.
Blo'on hendak mengulurkan tangan memegang tubuh orang
itu tetapi kakek Lo Kun memekik: "Jangan ....!"
"Mengapa" " Blo'on terkejut.
"Mungkin tubuhnya dilumuri racun. Terhadap manusia jahat
semacam dia, kita harus waspada," kata kakek Lo Kun.
"Suko, dia sudah meninggal. Tak perlu suko goyangkan
tubuhnya," kata Sian Li.
" Tetapi dia mengatakan Pang To Tik. Aku hendak minta
penjelasan kepadanya."
" Pang To Tik" " ulang Sian Li heran, " ah, mungkin dia
hendak mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah Pang
To Tik." Blo'on merenung. "Benar, tentu begitu," seru kakek Lo Kun, "kalau menilik
Pang To Tik pun mati bersama-sama dengan pengacara baju
merah, kemungkinan besar sebelumnya dia tentu bertempur
dengan ketua Thian-tong-kau lebih dulu. Setelah berhasil
membunuh ketua Thian-tong-kau dia terus menyerang
pengacara baju merah. Sebelum pertempuran selesai,
keduanya mati terlimpah batu besar. Ah, kasihan ...."
" Tetapi .... tetapi ....... "
"Tetapi bagaimana suko" " tegur Sian Li ketika melihat
Blo'on berkata dengan tersendat-sendat tak dapat
melanjutkan kata-katanya.
"Tetapi bagaimana, ya" Aku tak dapat mengatakan tetapi
hanya merasa bahwa yang mati itu bukan ketua Thian-tongkau,
melainkan orang lain."
" Tidak! " teriak kakek Lo Kun, "dia pasti ketua Thian tongkau.
Apakah engkau tak ingat pakaiannya yang berlukis
gambar pat-kwa itu" "
" Tetapi mengapa rambutnya putih" " bantah Blo'on.
Kakek Lo Kun gelagapan. Tetapi ia masih dapat membantah
: "Soal rambut, sih, tak begitu penting."
Sian Li memandang pula ke arah sosok mayat itu.
Wajahnya sukar dikenali karena berwarna hitam. Tetapi
rambutnya memang putih. "Adakah rambut ketua Thian-tong-kau itu sudah putih" "
tanya Sian Li dalam hati. "ah, mungkin saja. Dia tentu sudah
berumur lebih dari setengah abad. Karena tertutup kain kepala
maka ketika di panggung, tak tampak bagaimana rambutnya."
"Suko," katanya kepada Blo'on. "memang soal rambut, bisa
saja begitu. Sebagai seorang ketua Thian tong-kau tentu dia
paling tidak berumur lebih dari lima puluh tahun."
"Ya, engkau boleh mengatakan apa saja." kata Blo'on.
"tetapi aku sendiri meragukan kalau dia itu ketua Thian-tong
kau" "Tetapi lihatah pakaiannya." seru kakek Lo Kun." jelas
pakaian dari ketua Thian-tong-kau. Mengapa engkau masih
tak percaya" " Blo'on tak mau membantah. Ketiganya melanjutkan
pencarian lebih jauh. Yang masih belum diketemukan adalah
Hong Hong tojin, Hong Ing dan Pek I lojin.
Mereka terkejut ketika melihat sesosok tubuh perempuan
tertimbun batu. "Hong Ing," teriak Sian Li terus lari menghampiri.
Memang sosok tubuh itu adalah Hong Ing. Dia telah
tertimbun puing2 juga. Untung hanya puing2 kecil campur
debu. Tetapi cukuplah membuat nona itu tak berkutik.
"Dia masih hidup." seru Sian li pula setelah memeriksa
denyut pergelangan tangan nona itu.
Mereka bertiga segera menyingkirkan tumpukan puing dan
menarik tubuh Hong lng dari timbunan debu dan pasir.
Tetapi walaupun sudah ditolong. Hong Ing tetap pingsan.
"Suko, apakah engkau masih mempunyai persediaan Canhanhay-te-som" " tanya Sian Li.
"Masih." kata Blo'on lalu mengeluarkan tiga butir buah som
istimewa itu. Ketiga butir som itu segera disusupkan kedalam
mulut Hong Ing. Tak berapa lama setelah diurut-urut
tubuhnya oleh Sian Ii, nona itu dapat membuka mata.
"Eh apakah aku masih hidup" " Hong Ing berteriak kaget
dan memandang kian kemari.
"Ya engkau memang masih hidup," kata Sian li.
Hong Ing hendak menuturkan pengalamannya tetapi
dicegah Sian li: "Jangan bicara dulu, engkau masih lemah.
Beristirahatlah menyalurkan tenaga murni dalam tubuhmu."
Hong Ing menurut. Walaupun tadi pernah berbantah tetapi
saat itu Hong Ing mengetahui bahwa Sian Li itu ternyata
seorang gadis yang baik budi.
Kemudian Blo'on bertiga melanjutkan pencarian lagi.
Akhirnya mereka menemukan Hong Hong tojin yang juga
payah keadaannya. Ketua Go-bi-pay itu tertimbun batu. Walau pun batu2 itu
tak berapa besar, tetapi karena datangnya mencurah seperti
hujan lebat, ketua Gobi pay itupun menderita luka-dalam yang
cukup berarti juga. Blo'on bertiga beramai-ramai menolongnya dan
membawanya keluar. Hong Hong tojin segera duduk
bersemedhi menyalurkan tenaga dalam. Lebih dulu ia minum
pil yang dibekalnya. Demikian rombongan Blo'on yang menderita malapetaka
tertimpa oleh lorong goa batu dibawah tanah yang telah
diledakkan oleh fihak Thian tong kau telah dapat diketemukan.
Walaupun bagi Blo'on, Sian Li dan kakek Lo Kun yang berhasil
selamat, tetapi ketua partai2 persilatan yang tertimpah
runtuhan dan batu2 besar itupun tidak sama kehilangan jiwa.
Mereka hanya menderita luka-dalam yang berat.
Satu-satunya anggauta rombongan yang telah tertimpah
musibah besar hanyalah Pang To Tik yang mati bersama
pengacara baju merah dari Thian-tong kau dan keduanyapun
telah tertimpa batu yang rubuh.
Sekarang yang menjadi pertanyaan hanya dua: Pertama,
kemanakah gerangan perginya Pek I lojin atau Kakek Baju
putih itu" Kedua, siapakah yang meledakkan markas Thian-tong-kau
itu" Blo'on, Sian Li dan kakek Lo Kun termenung-menung
memikirkan soal itu. "Siapa lagi yang meledakkan markas Thian-tong-kau kalau
bukan salah satu dari kedua orang itu" " kata kakek Lo Kun.
"Siapa" " tanya Blo'on.
"Jika bukan ketuanya tentu pengacara baju merah itu,".kata
kakek Lo Kun. "Ah, kalau mereka berdua yang meledakkan mengapa
mereka juga ikut terlimpah runtuhan puing2" " kata Sian Li.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biasanya kakek Lo Kun memang limbung. Tetapi entah
bagaimana saat itu pikirannya terang sekali.
"Apa engkau melupakan jasa Pang To Tik" " tanyanya."
setelah meledakkan tentulah kedua pemimpin Thian-tong-kau
itu hendak melarikan diri tetapi dihadang Pang To Tik. Itulah
sebabnya mereka bertiga mati tertimpa batu runtuhan goha."
"Ya, kemungkinan begitu," akhirnya Sian Li berkata," suko,
bagaimana pendapatmu" "
Blo'on garuk2 kepalanya. "Barangkali begitu." katanya, "tetapi aku mempunyai
perasaan bahwa urusan ini tidak sewajarnya."
"Bagus, suko," teriak Sian Li. "jadi sekarang engkau sudah
sembuh" " "Sembuh bagaimana" "
"Bukankah sekarang engkau mempunyai perasaan"
Perasaan itu digerakkan oleh pikiran dan pikiran itu tak lain
adalan daya kerja dan otak. Engkau mempunyai perasaan
artinya engkau sudah dapat berpikir. Dengan begitu otakmu
sudah sembuh." "Ya, kebetulan saja," sahut Blo'on, "kadang memang aku
dapat berpikir terang. Tetapi kadang pikiranku gelap."
"Anak perempuan, bagaimana langkah kita sekarang" "
tanya kakek Lo Kun. "Beberapa cianpwe itu sedang bersemedhi melakukan
penyembuhan diri. Mari kita periksa keadaan markas Thiantongkau. Siapa tahu masih terdapat beberapa anakbuah
mereka yang bersembunyi." kata Sian Li.
Demikian ketiga orang itupun segera masuk kedalam
sebuah ruang yang walaupun sudah rubuh tetapi masih
mempunyai bagian2 yang belum hancur sama sekali.
Mereka memasuki sebuah lorong yang menghubungkan
sebuah bangunan lain. Mereka terkejut ketika mendengar
suara anjing menyalak. Cepat mereka lari menuju ketempat
itu, sebuah lorong yang menuju kesebuah ruang batu.
"Ah, binatang peliharaan suko!" teriak Sian Li.
Ternyata ruang batu yang berpintu terali besi itu
merupakan sebuah sangkar yang berisi si monyet hitam,
anjing kuning dan burung rajawali.
"Kurang ajar, siapakah yang memenjarakan mereka" "
teriak Blo'on seraya mencengkeram teraIi besi lalu dilariknya.
Tetapi terali besi itu amat kokoh sehingga Blo"on gagal
untuk menariknya. Tetapi makin lama dan makin gagal, makin
meluaplah kemarahannya. "Suko, sudahlah," seru Sian Li, "pakai pedang pusakaku ini
saja." Blo'on tak mau mendengar. Ia marah sekali dan malu kalau
sampai tak mampu menjebol pintu terali besi itu.
Krak .... krak .... tiba2 terdengar suara berderak-derak dan
kerangka terali besi itupun mulai bergerak-gerak maju, diiring
guguran tembok. Dan pada lain saat itu, terdengar suara
berderak yang lebih keras. Pintu terali besi itu jebol ditarik
Blo'on. Diluar kesadarannya karena marah maka tenaga dalam Jiihsin-kang yang saktipun memancar, dapatlah ia menarik
pintu itu dari cepitan dinding.
Si monyet Hitam serta merta loncat memeluk leher Blo'on.
Burung rajawali hinggap di kepala dan injingpun menjilat-jilat
kaki Blo'on. Betapa rindu ketiga binatang itu kepada tuannya. Blo'onpun
juga kangen dengan ketiga binatangnya itu.
"Hayo, suko," seru Sian Li," kita lanjutkan Iagi berjalan."
"Hai, membawa apa engkau" " tiba2 Blo'on berseru kepada
monyet hitam lalu mencekal tangan binatang itu. Ternyata
monyet itu menggenggam sebuah kancing baju. Kancing baju
itu bukan kancing baju biasa melainkan terbuat dari tanduk
badak yang diukir merupakan sebuah singa.
"Hebat sekali buah baju ini sumoay," seru Blo'on seraya
menyerahkan kepada Sian Li.
Waktu memeriksa Sian-li pun terkejut juga. Serunya: "Ini
tentu kancing baju dari seorang yang hebat. Karena tidak
sembarang orang mempunya kancing baju seperiti ini."
"Kita periksa baju ketua Thian-tong-kau itu," tiba2 Blo'on
berseru dan terus lari. Mereka menuju ketempat ketiga tokoh yang sudah menjadi
mayat. Satu demi satu dicocokkannya kancing itu dengan
kancing baju mereka. Ternyata baik dari mayat Pang To Tik,
maupun pengacara baju merah dan Ketua Thian-tong-kau tak
sebuah kancing baju mereka yang lepas. Jelas kancing baju itu
bukan dari baju ketiga orang itu.
"Hm, kancing baju siapakah ini, monyet" " tanya Blo'on
kepada si Hitam. Tetapi monyet itu hanya bersuara nguk ..nguk sembari
melonjak-lonjak saja. Sian Li tertawa : "Sudahlah suko, monyet tentu tak dapat
bicara seperti manusia!"
"Tetapi manusia bisa mengetti bahasa monyet," teriak
kakek Lo Kun. "Ha" Apakak engkau mengerti bahasa monyet kakek" "
seru Blo'on, "jika demikian tanyalah monyet hitam ini, dari
mana dia memperoleh kancing baju."
"Tidak bisa!" teriak kakek Lo Kun." aku bukan monyet,
bagaimana engkau suruh aku bicara dengan monyet"
"Eh, bukankah engkau sendiri mengatakan bahwa orang
dapat mengerti bahasa monyet" "
"Salah omong," sahut kakek Lo Kun, "yang kumaksudkan
mengerti bahasa binatang, bukan hanya monyet."
"O, binatang juga punya bahasa" " Blo'on terkejut.
"Tentu saja punya," jawab kakek Lo Kun dengan yakin,
"kalau tidak bagaimana mereka dapat hidup bersama
kawannya. Punya isteri, anak dan cucu."
"Kakek, apakah engkau mengerti bahasa binatang" " tegur
Sian Li. "Sedikit-sedikit," sahut Lo Kan. "Bahasa binatang apa" "
"Macan." "Bahasa macan" " Blo'on terkejut.
"Ya, ketika di guha Hek-tiou-tong (Macan hitam) aku sering
berkumpul dengan macan hitam..."
"Apakah engkau tidak dimakan" ", tanya Blo'on.
"Kalau dimakan masakan aku masih hidup sampai saat ini,"
balas kakek Lo Kun, "bermula secara tak sengaja aku menemu
sepasang anak macan. Lalu kupelihara dalam goha itu. Lama
kelamaan karena sering mendengar mereka meraung,
bercanda dan main2, bermula aku menirukan suara mereka.
Eh, mereka dapat menanggapi maksudku. Dengan demikian
setelah kedua macan hitam itu besar, makin banyak kata2
mereka yang kupelajari "
"Apakah bahasa juga seperti kita manusia" " tanya Blo'on,
"aku ingin juga belajar bahasa macan itu."
"Tidak mudah, Blo'on," kata kakek Lo Kun dengan bangga,
"bahasa mereka bukan seperti bahasa kita."
"Bagaimana kalau kakek bicara dengan mereka" " tanya
Sian Li. "Juga harus meraung, menggereng dan mengaum seperti
macan." Sian Li geli. "Kakek apakah setelah kedua macan itu besar, engkau tidak
dimakan" " tanya Blo'on.
"Sudah tentu tidak suko." Sian Li cepat mewakili menjawab,
"buktinya kakek kita masih segar bugar. Dan macan2 dalam
guha Hek-lou-tong itu tentu menganggap kakek kita ini, hi, hi
..... " "Mengangap dia bagaimana" " Blo'on terlongong.
"Juga seekor macan.....," Sian Li pun tertawa mengikik.
Blo'on juga ikut tertawa.
"Sumoay, simpanlah kancing baju itu," kata Blo'on,
"mungkin kelak ada gunanya."
Demikian ketiga orang itu terus melanjutkan penyelidikan
kedalam markas. Mereka ingin mencari kemanakah gerangan
lenyapnya barisan anak laki2 dan gadis2 cantik itu.
Akhirnya mereka menemukan juga. Mereka terkurung
dalam sebuah ruangan di bawah tanah. Bermula penemuan itu
tak mereka sangka2. Mereka memasuki sebuah lorong ketika
tiba2 sepasang orangutan menyerangnya.
"Setan!" teriak kakek Lo Kun seraya loncat menghindar
ketika kepalanya hendak dicengkeram.
Orangutan yang seekor hendak menyerang Blo"on tetapi
cepat disambut Sian Li dengan pedang pusaka Pek-liong kiam.
Tetapi kedua orangutan itu ternyata lihay juga. Mereka
dapat menghindar, menghantam dan menerkam dalam gerak
yang sesuai dengan jurus2 ilmusilat.
"Ih, binatang ini pandai bersilat," seru Sian-li.
Sementara kakek Lo Kun yaug diserang oleh orangutan itu,
tampak kelabakan. "Kakek, kasih tahu dia, supaya menyerah saja" seru Blo'on.
"Hah" " kakek Lo Kun berpaling kearah Blo'on," aku tidak
bisa bicara ....." Belum habis ia menyelesaikan kata-katanya, kepalanya
telah diterkam orangutan itu lalu diangkat keatas hendak
digigit. Sudah tentu kakek Lo Kun terkejut dan meronta sekuatkuatnya.
Tetapi tak mampu terlepas. Kepalanya makin
mendekat ke mulut orangutan yang sudah menganga dan
menampakkan gigi2 caling yang tajam runcing.
Melihat itu terkejutlah Blo'on. Ia merasa telah mencelakai
kakek itu. Karena ia memanggilnya maka kakek Lo Kun
berpaling dan diterkam kepaIanya oleh orangutan.
Blo"on marah, Ia tak rela kalau kakeknya yang baik hati itu
sampai remuk tulang kepalanya. Sekali loncat Blo'on terus
memukul perut orangutan sekuat kuatnya.
Setiap kali marah maka memancarlah darah Blo'on dan
darah itu segera menghamburkan tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang
yang sakti. Bum..... Orangutan meraung sekeras-kerasnya. Untuk menahan rasa
sakit dari perutnya yang remuk, tangannyapun mencengkeram
sekuat kuatnya. Akibatnya kakek Lo Kun menjerit-jerit: "Aduh,
aduh, mati aku....."
Bluk.....orangutan itu jatuh terjerembab ke belakang. Kakek
Lo Kunpun turut jatuh ketimpa dadanya. Tetapi dalam detik2
meregang jiwa, tangan orangutan itu memeluk Lo Kun
kencang2. Habis kepalanya diterkam, kemudian badannya dipeluk
kencang oleh seekor orangutan yang bertenaga kuat. Seketika
kakek Lo Kun berkunang-kunang pandang matanya.
Kepalanya pusing tujuh keliling. Ia setengah pingsan ....
Blo'on tak sempat menolong. Ia mencurahkan perhatiannya
kearah Sian Li yang sedang tarung dengan orangutan yang
lain. Orangutan di gunung Thaysan, memang istimewa.
Tingginya dua kali tinggi manusia. Mirip dengan jenis gorilla.
Tenaganya biar biasa kuatnya.
Untunglah Sian Li memiliki pedang pusaka. Dengan
mainkan ilmu pedang Giok liong-kiam la berhasil memapas
kutung pergelangan tangan orangutan itu. Binatang itu
meraung sekuat-kuatnya dan dengan kalap terus menerkam
Sian Li. Sebenarnya Sian Li dapat membunuhnya tetapi
bagaimanapun dia seorang anak perempuan. Melihat muka
orangutan yang marah dan menyeringai dengan gigi2
taringnya yang tajam. Sian li ngeri. Ia menyurut mundur dan
orangutan itupun makin membuas.
Rasa ngeri telah membuyarkan konsentrasi Sian Li dan saat
itu orangutan itu sudah melayangkan tangannya untuk
menerkam. Melihat itu Blo'on memberingas. Sekali loncat, ia
melambung sampai tiga meter tingginya, melayang di dada
orangutan itu. "Duk....."
Orangutan yang tingginya sama dengan dua orang itu
terhuyung huyung ke belakang dan terus rubuh tertelentang
tak berkutik lagi. Ternyata kedua kaki Blo'on yang mendarat di
dada binatang itu tepat mengenai jantungnya.
Ji-ih-sin kang atau tenaga dalam sakti yang dapat
digerakkan menurut senendak hati, memang luar biasa aneh
dan hebatnya. Kedua kaki Blo'on sama dengan dua buah tiang
besi yang dihantamkan keras2. Seketika berhentilah jantung
binatang itu. "Suko ....." seru Sian Li seraya lari menghampiri. la kuatir
sukonya menderita luka. "Kenapa" Apakah engkau terluka" " Blo'on balas bertanya.
"Tidak. suko. Aku hanya ngeri melihat wajah binatang itu
hingga tak ingat untuk membabatnya."
Tiba2 Blo'on melihat sebuah pintu batu pada dinding guha
yang dijaga kedua orangutan itu. la segera menghampiri.
"Tunggu suko," seru Sian Li, "akan kuhantamnya dengan
pedang ini." Dara itu terus gunakan pedang Pek liong-kiam untuk
menghantam. Memang pintu batu itu mulai menghamburkan
keping2 hancuran, tetapi ternyata tebal sekali.
Melihat itu Blo'on tak sabar, serunya: "Berhenti! Akan
kudorongnya saja!" Ia terus mendorong pintu itu dengan kedua tangannya.
Bermula tak bergeming tetapi karena Blo'on makin ngotot dan
bernafsu, tak berapa lama pintu batu itupun mulai bergoyang
dan bergoyang kemudian mulai terdorong kedalam.
"Krak, krak, bum ...."
Pintu batu yang tebalnya tak kurang dari setengah meter
itupun terbuka dan segeralah tampak sebuah lorong. Blo'on
terus menerobos masuk. Demikian pula Sian Li.
"Hai!" serentak Blo'on berteriak kaget ketika menyaksikan
pemandangan ditempat itu.
Dua belas bocah laki2 yang menjadi barisan depan di
panggung tadi serta berpuluh gadis2 cantik yang berpakaian
Hijau dan Kuning, rubuh malang melintang didalam sebuah
ruangan. Sian Li juga terkejut dan cepat menghampiri. la memeriksa
denyut pergelangan tangan salah seorang bocah dan seorang
gadis, ternyata masih bekerja.
"Suko, bocah2 dan gadis2 ini tentu dipaksa minum racun,"
seru Sian Li. "Mereka belum mati" " tanya Blo'on.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Belum".."
"Bagus!" tiba2 terdengar suara orang bertepuk girang dan
pada lain kejab sesosok tubuh lelaki pendek terus menerobos
datang, langsung mendekati seorang gadis yang tak sadarkan
diri itu. "Kakek Lo Kun!" teriak Sian Li, "mau engkau apakan dia" "
"Jangan kuatir," seru kakek Lo Kun, "dia akan kuangkut
keluar dan akan kusembuhkan."
"Dia keracunan, kakek." kata Sian Li, "dengan apa hendak
engkau sembuhkan" "
"Jangan kuatir." seru kakek Lo Kun pula, "bukankah engkau
mempunyai batu kumala hijau burung Hong itu" Juga batu
kumala merah itupun mempunyai khasiat untuk menolak
segala macam racun "
"Mengapa harus engkau bawa keluar" Bukankah kita dapat
menolongnya disini" " tanya Sian Li.
"Setelah sembuh akan kubawa pulang," jawab kakek Lo
Kun. "Bawa pulang" Untuk apa" "
"Eh, budak perempuan," kakek Lo Kun mengeram,
"mengapa engkau tanya begitu melilit" Kalau seorang pria
membawa pulang seorang gadis itu, tentulah engkau harus
mengerti artinya." "Jangan gila-gilaan, kakek," seru Blo'on.
"Siapa yang gila" Aku tidak gila," teriak kakek Lo Kun,
"apakah aku tak boleh membawa pulang seorang gadis"
Kalau engkau sukai dan bawa pulang."
"KakeK Lo," seru Sian Li, "dimanakah rumahmu" "
"Sudah tentu di guha Hek-hou-tong!"
"Dimana guha Hek-hou tong itu letaknya"! desak Sian Li.
"Di.... di .... eh, mengapa aku lupa" Di mana ya" " kakek
itu garuk2 gundulnya. Sian Li tertawa. "Begini sajalah, kakek Lo," katanya, "engkau boleh
membawa gadis itu setelah engkau ingat dimana letak guha
tempat kediamanmu. Kasihan, kalau gadis secantik itu harus,
engkau ajak kemana-mana."
"Hm," pikir kakek Lo Kun, "benar juga"
Demikian setelah diberi minum air perendam kemala hijau
burung Hong, kawanan bocah2 laki dan gadis2 cantik itu
dapat sadar dan tertolong jiwanya.
"Sayang Thian tong kau telah hancur dan ketuanya sudah
mati," kata Blo'on. "kalian boleh pulang ke rumah kalian
masing2. Tetapi ingat, jangan melakukan perbuatan yang
jahat lagi atau ikut perkumpulan hitam semacam Thian tong
kau." Rombongan gadis2 cantik itu mengatakan bahwa
sebenarnya mereka juga tak suka tetapi dipaksa oleh orang
Thian tong kau. Demikian keakhiran dari partai Thian tong kau yang hendak
menguasai dunia persilatan. Suatu bencana benar bagi dunia
persilatan telah tertumpas walaupun harus terjadi
pengorbanan besar dari tokoh2 persilatan yang mati.
Walaupun sukar untuk mengenali wajahnya yang asli tetapi
Sian Li dan Blo'on yakin.
Setelah beristirahat memulangkan pernapasan Hoa Sin
ketua Kay pang, Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay dan
Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay serta Hong Ing murid Hoa
san pay, walaupun belum sembuh sama sekali, namun sudah
dapat berjalan dan bergerak seperti biasa.
Ketiga ketua partai persilatan, terutama Hong Ing, terkejut
sekali mendengar Pang To Tik ikut binasa dalam markas
Thian-tong-kau ketika markas itu meledak.
"Akan kubawa mayat supeh ke gunung Hoa-san," kata
Hong Ing. Mendengar itu Hoa Sin berkata : "Dari Thay-san ke gunung
Hoa-san, jaraknya jauh sekali. Dikuatirkan jenasah Pang
tayhiap itu tak dapat bertahan sampai sekian lama. Menurut
pendapatku, kita bakar saja jenazahnya dan abunya boleh
nona bawa pulang ke gunung. Atau masukkan dulu dalam peti
dan sementara kubur di sini. Kelak apabila urusan ramai2
dalam dunia persilatan ini sudah selesai, kita tentu akan
beramai-ramai datang kemari untuk memindahkan peti mati
Pang tayhiap ke Hoa-san."
Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Sian Li mendukung
usul itu. Mereka menyatakan, kelak akan mengundang seluruh
kaum persilatan untuk mengadakan upacara sembahyang
guna menghaturkan terima kasih kepada arwah Pang To Tik
yang telah mengorbankan jiwa demi keselamatan dunia
persilatan. Rupanya Hong Ing dapat menerima dan menyetujui usul
itu. Sehari itu mereka tinggal dimarkas Thian-tong kau untuk
membuat peti mati dan menggali liang. Dengan upacara yang
sangat sederhana tetapi khidmat, jenasah Pang To Tik dikubur
di bawah sebatang pohon pik.
Selesai itu rombongan ketiga partai persilatan dan Blo'on.
segera turun gunung. Dalam perjalanan itu merekapun tak henti-hentinya
membicarakan soal diri kakek baju putih atau Pek I lojin.
"Dimanakah gerangan kakek baju putih itu" " kata Sian Li,"
dia seorang kakek yang baik budi."
"Ternyata lojin itu seorang tokoh yang berilmu tinggi," kata
Hoa Sin pula, "kemungkinan dia tentu selamat."
Ceng Sian pun ikut memberi tanggapan : "Memang
biasanya tokoh sakti yang aneh itu selalu aneh pula sepak
terjangnya. Dia tak mau disanjung puji. Tentulah karena
merasa peristiwa di markas Thian tong-kau sudah selesai,
maka diapun diam2 meninggalkan kita."
"Cianpwe, siapakah sesungguhnya Pek I lojin itu" " kata
Sian Li," secara tiba2 saja dia muncul di panggung. Karena
masih sibuk menghadapi pertempuran kita tak sempat
bertanya tentang dirinya. Tetapi belum lagi kita sempat
bertanya dia telah menghilang. Ah benar2 seorang tokoh
misterius." Dari Thaysan mereka hendak melanjutkan perjalanan ke
gunung Hongsan. Digunung Hong-sanpun muncul sebuah
partai baru yang memakai nama Seng han kau dan dipimpin
oleh orang yang menamakan dirinya sebagai Kim Thian Cong.
Tujuh partai persilatan besar telah membagi tugas. Empat
partai persilatan ke Thaysan yakni Hong Hong tojin ketua Go
bi pay, Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay, Hoa Sin ketua
Kay pang dan Pang To Tik wakil Hoasan.
Yang tiga partai yakni Hui Gong taysu dari Siau-lim pay.
Ang Bin tojin dari Bu tong-pay dan Sugong ln dari Kong-tongpay
menuju ke Hong-san. Ketua Hoa-san pay, Kam Sian Hong telah mati dibunuh
orang. Diduga keras yang membunuhnya adalah Blo'on.
Karena hanya pemuda itu yang berada disamping jenasah
Kam Sian Hong ketika ketua Hoa san pay itu sedang menyepi
untuk berlatih ilmu semedhi. Tapi menilik Blo'on seorang
pemuda yang Blo"on dan ternyata tak mengerti ilmu silat,
kecurigaan itupun mencurigakan. Mereka belum berani
menentukan secara positif bahwa Blo'on itu pembunuh ketua
Hoa san-pay. Sebelum diadakan pemilihan ketua baru, timbullah huruhara
dalam dunia persilatan dengan beberapa peristiwa yang
aneh. Mayat Kim Thian Cong hilang, ketua Hoa san pay Kam
Siang Hong dibunuh orang, digunung Thaysan dan Hongsan
muncui dua orang yang bernama Kim Thian Cong, masing2
mendirikan partai Thian-tong kau dan Seng-lian-kau, mengirim
surat undangan pada tokoh2 di seluruh dunia persilatan,
supaya menghadiri upacara peresmian mereka dan akan
dipaksa masuk menjadi anggauta.
Demikian kisah pergolakan yang terjadi dalam dunia
persilatan saat itu. Pada saat kaum persilatan dan terutama
para ketua partai persilatan hampir kehilangan arah dan
kepercayaan diri, muncullah si Blo'on putera dari Kim Thian
Cong yang telah menghilang minggat dari rumah sejak
baberapa tahun yang lalu.
Kemunculan pemuda berkuncir dua yang nyentrik dan
bernama Blo'on itu, merupakan titik sinar dalam kemelut awan
gelap yang akan menimbulkan hujan darah dalam dunia
persilatan. Blo'on hampir dipandang sebagai seorang super
star, seorang anak ajaib. Dia tak mengerti ilmusilat tetapi
dapat mengalahkan jago2 silat yang tak dapat dikalahkan olen
para ketua partai persilatan. Dia tak mengerti dan tak pernah
berlatih ilmu khi-kang, tetapi tubuhnya mengandung ilmu
tenaga-dalam. Ji-ih-sin-kang yang tiada tandingannya.
Hancurnya Kim Thian Cong palsu yang hendak mendirikan
partai Thian tong-kau di gunung Thay-san cepat tersiar luas
dalam dunia persilatan. Rombongan dari partai2 ataupun perorangan yang
menghadiri rapat Thian tong-kau digunung Thian san cepat
membawa pulang berita itu ke-masing2 daerahnya sehingga
dalam waktu singkat nama Blo`on sudah terkenal.
Kini rombongan Blo`on dan ketiga ketua partai persilatan,
menuju ke Hongsan. Mereka tak tahu bagaimana keadaan
ketiga partai persilatan yang telah menuju ke Hongsan.
Memang tokoh2 seperti ketua Siau-lim si Hui Gong taysu,
ketua Bu tong-pay Ang Bin tojin dan ketua Kong-tong-pay
Sugong In, adalah tokoh2 yang berkepandaian tinggi. Tetapi
dikuatirkan mereka akan menghadapi keadaan seperti yang
terjadi di gunung Thay-san.
Dengan berani mengaku sebagai Kim Thian Cong dan
mendirikan sebuah partai persilatan baru, mengundang semua
tokoh2 partai persilatan dan jago2 silat dalam dunia persilatan
yang terkenal, jelas Seng-lian-kau atau partai Teratai Suci di
gunung Hongsan itu sudah memiliki persiapan2 yang hebat.
"Sumoay, tiba2 Blo'on berkata, "sebenarnya aku ingin ke
kotaraja dulu." "Mengapa, suka" " Sian Li t?rkejut.
"Aku hendak menghadap baginda raja.
Pernyataan Blo`on itu menyebabkan Sian Li dan para ketua
partai persilatan terbeliak.
"Mau apa, suko '" " tanya Sian LI.
"Masih ada beberapa urusan yang belum kuselesaikan."
kata Blo'on. "Urusan apa" ' tanya Sian Li.
"Pertama, akan kuselesaikan tentang persoalan hu-ma
(menantu raja) itu. Aku tidak cinta pada putri itu. Akan
kuserahkan lagi kepada raja supaya dinikahkan kepada orang
lain." "Aku ikut, Blo`on!" serentak kakek Lo Kun berteriak,
"dihadapan raja, bilang saja kalau aku bersedia menjadi
wakilmu untuk menerima puteri itu."
Sian Li tertawa mengikik dan para ketua partai persilatan
juga ikut tertawa. Sian Li pernah nendengar cerita kakek Lo
Kun tentang riwayat hidupnya. Ia kasihan terhadap kakek itu
yang selalu gagal dalam setiap kali hendak beristeri. Sehingga
sampai setua itu, kakek itu sama sekali tak menyadari dirinya.
Setiap kali membicarakan atau berhadapan dengan wanita,
terutama nona2 cantik, ia tentu bertingkah seperti anakmuda.
Blo`on kerutkan dahi. "Ah, jangan kakek Lo," serunya," puteri raja akulah, yang
mengobati penyakitnya hingga sembuh. Maka bagindapun
segera memberikan puteri kepadaku. Tetapi engkau ..... "
"Suruh puteri itu sakit lagi, nanti aku yang mengobati.
Masakan aku kalah pandai dengan engkau dalam soal obat
mengobati," seru kakek Lo Kun.
Kembali Sian Li dan sekalian ketua partai persilatan tertawa.
Jika orang sakit disembuhkan itu sudah wajar, Tetapi kalau
orang waras, disuruh sakit, itu tidak umum. Tetapi semua
orang tahu siapa dan bagaimana pikiran kakek Lo Kun.
"Suruh puteri raja itu sakit lagi" " ulang Blo"on, "memang
bisa, asal engkau bersedia untuk di rangket baginda."
"Mengapa" " kakek Lo Kun terbeliak.
"Sakit saja, baginda sudah setengah mati mencarikan obat,
mengundang seluruh tabib2 pandai di segenap penjuru negeri,
masakan setelah sembuh hendak engkau suruh sakit lagi" "
Sian Li tak mau campur bicara. Ia hendak mengetahui
sampai dimanakah kesadaran otak suhengnya sekarang ini.
Sejak pertempuran terakhir di panggung Thian tong-kau, ia
memperhatikan pikiran Blo'on sudah menunjukkan gejala2
sehat. "Ya, kalau hal itu tidak disetujui," sahut kakek Lo Kun,"
terserah baginda hendak menitahkan cara apa saja, pokoknya,
jangan sampai puteri itu jatuh ke tangan orang lain. Kalau
engkau tak mau Blo'on, boleh serahkan saja kepadaku."
"Kakek limbung," seru Blo'on, "boleh serahkan seperti
barang hadiah saja, kalau aku tak suka terus boleh diberikan
kepadamu. Puteri itu kan manusia yang punya pikiran....."
"Belum tentu!" teriak kakek Lo Kun seketika "engkau
sendiri. Blo'on, juga seorang manusia yang tanpa pikiran.
Bukankah otakmu hilang" Bukankah engkau masih dapat
berpikir dan bergerak" "
Tiba2 Blo'on teringat dan merabah kepalanya: "Oh, ya,
benar. Otakku hilang mengapa sekarang aku dapat berpikir"
Apakah otakku sudah kembali" "
Sian Li hentikan tawanya dan berseru : "Suko, siapa yang
bilang otakmu hilang" *
"Nona itu......" Blo'on menunjuk pada Hong Ing.
"Tidak, suko." sahut Sian LI, "otakmu tidak hilang. Manusia
tak dapat hidup tanpa otak. Kalau otakmu hilang, engkau
sudah mati." "Lalu mengapa dulu pikiranku kosong melompong dan tak
ingat apa2 lagi" ' tanya Blo'on.
"Kalau aku tak salah menduga," kata Sian Li, "adalah paderi
dan Thian.-tiok (India) itu yang menjadi sebabnya. Engkau
tentu dikuasainya sehingga pikiranmu limbung tak keruan.
Buktinya, setelah dia melarikan diri dengan terluka parah,
pikiranmupun mulai berangsur-angsur pulih seperti biasa lagi."
Sekalian ketua partai persilatan terkejut mendengar kata2
Sian Li. Bahkan Hong Ingpun segera menyelutuk :
"Benar, setelah kuhancurkan kedua matanya, padeii itu
terus melarikan diri dan buta matanya. Karena kehilangan
arah penglihatannya dia tak dapat mengikuti engkau dan tak
dapat melancarkan ilmu sihirnya,"
"O, Jadi paderi Thian tiok itu yang mencelakai diriku selama
ini" " tanya Blo'on," tetapi mengapa engkau mengatakan
bahwa otakku hilang dan baru dapat disembuhkan kalau


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makan otak naga" ".
Hong Ing hanya tersenyum, ujarnya: "Saat itu aku memang
bingung melihat keadaanmu yang begitu bloon. Kalau
kuanggap engkau ini gila, tetapi ternyata tidak gila. Kalau
sinting, juga tidak sinting. Tetapi kalau waras mengapa begitu
blo'on sekali. Karena mengkal dan kasihan melihat
keadaanmu, sembarangan saja kukatakan engkau harus
makan otak naga kalau mau sembuh. Tahukah engkau apa
yang disebut naga itu" "
"Binatang macam ular besar yang bertanduk." sahut Blo'on.
"Apakah angkau sudah pernah melihat sendiri" "
"Belum," jawab Blo'on," hanya dengar dari cerita orang."
"Ular yang besar dan panjang hingga seperti batang pohon
kelapa, memang ada. Tetapi liong atau naga, rasanya tiada
seorangpun yang pernah, melihatnya. Liong atau naga adalah
lambang dari makhluk yang amat berkuasa sekali, raja dari
segala binatang kaisar atau raja. Jika engkau benar2 hendak
mencari otak naga, sampai matipun belum tentu engkau dapat
bertemu. Tetapi kalau engkau hendak mencari raja, tentu ada
kemungkinan dapat bertemu."
"Bagus, bagus!" seru Blo'on, "kalau begitu ada sebuah lagi
yang harus kukatakan kepada baginda."
"Apa" " " seru Hong Ing.
"Kesatu, akan kukembalikan puteri raja itu. Aku minta
berhenti jadi huma. Kedua, akan kuminta raja supaya
menangkap Gui thaykam karena orang itu telah mencuri harta
permata kerajaan dan disembunyikan di pulau kosong."
"Benar!" teriak Lo Kun seketika," antara lain sepasang
mustika kumala burung Hong dan Naga merah itu, tentulah
juga berasal dari kumpulan harta pusaka kerajaan.
"Ketiga, jika yang engkau maksudkan dengan naga itu
ternyata raja, maka terpaksa akan kuminta juga otak raja itu
sebagai obat," kata Blo'on.
Hong Ing terkejut. "Jangan gila, engkau Blo'on." teriak kakek Lo Kun, "Jika raja
engkau ambil otaknya, dia tentu mati dan engkau tentu
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati "
"Ya, jangan diteruskan maksudmu begitu, su-ko." Sian Li
ikut bicara, "lebih baik engkau cari otak naga yang
sesungguhnya." "Dimana" ' "Eh, suko," seru Sian Li, "apakah saat ini engkau masih
merasa sakit" Bukankah engkau sudah dapat mengingat
dengan baik" Itu tandanya engkau sudah sembuh "
"Betul," seru Hong Ing pula, "karena tak mengerti
bagaimana harus menyembuhkan penyakitnya maka untuk
cari mudahnya, kukatakan saja supaya engkau mencari otak
naga." "Oh, jadi itu hanya buatanmu sendiri" " tanya Blo'on.
"Ya, karena aku ingat, bahwa ada tanaman istimewa yang
disebut Liong-si-jo (Kumis naga) tentulah ada juga otak naga,"
kata Hong lng. "Liong-si jo" " ulang Blo'on.
"Benar," kata Hong Ing, "itulah tanaman istimewa yang
engkau ambil di guha tempat suhuku terbunuh."
"Tetapi aku tak merasa membunuh orang" kata Blo'on.
"Ya, tetapi bukti mengatakan bahwa didalam guha, hanya
terdapat engkau seorang dan guru telah menggeletak tak
bernyawa lagi. Maka engkau patut diduga yang
membunuhnya." "Apakah engkau hendak menangkap aku" " tanya Blo'on.
Teringat akan peristiwa itu, Hong Ing yang bergelar Waletkuning,
pendekar wanita dari partai Hoa-san pay menghela
napas panjang. "Tak nyana bahwa karena peristiwa suhu terbunuh itu aku
harus mengalami perjalanan hidup yang tak keruan sampai
saat ini," kata nona itu.
"Siapa suruh engkau turun gunung" " tanya Blo'on.
Hong Ing deliki mata : "Siapa lagi kalau bukan engkau yang
telah membawa aku sebagai sandera. Karena turun dari
gunung, akhirnya aku harus bertemu dengan seorang pederi
Thian tiok dan sejak itu aku diperbudaknya. Untung akhirnya
aku bertemu dan ditolong oleh kakek baju putih hingga
pikiranku terang kembali dan akhirnya aku mempunyai ingatan
mencari engkau ke gunung Thay-san."
"O. mengapa engkau hendak mencari aku" " tanya Blo'on.
"Persoalan dari terbunuhnya suhu masih belum
diungkapkan," kata Hong lng, "dan engkau sebagai tertuduh
belum menerima keputusan dari para tianglo Hoa-san-pay.
Aku sebagai murid Hoa-san pay akan menunaikan
kewajibanku untuk membawamu ke gunung Hoa-san "
"O, apakah para tianglo Hoa-san-pay itu tetap ngotot
menuduh aku sebagai pembunuh dari suhumu" " Blo'on
menegas. "Soal itu," tiba2 Hoa Sin ketua Kay-pang, itu berkata
"akupun pernah terlibat dan hampir bentrok dengan Pui Kian
tianglo dari Hoa san-pay ketika aku hendak menolong Kim
kongcu yang akan dibunuh Pui Kian tianglo."
"Tidak mungkin!" tiba2 pula Lo Kun memekik.
"Tak mungkin bagaimana kakek Lo" " tegur Sian Li herau.
"Blo'on memang blo'on tetapi dia tetap seorang anakmuda
yang baik hati. Tak mungkin dia membunuh Kam Sian Hong
ketua Hoa-san-pay," kata Lo Kun.
Hampir sekalian orang, termasuk Hong Ing sendiri juga
sependapat dengan Lo Kun. Tetapi betapapun karena yang
berada di sisi mayat Kam Sian Hong dalam guha itu hanya
Blo'on seorang, maka sudah layak kalau dia yang dituduh
sebagai pembunuh. "Anak perempuan, bagaimana maksudmu" " tegur Lo Kun
kepada Hong Ing. "Aku terpaksa harus memenuhi kewajiban sebagai seorang
murid untuk membawa Blo'on ke gunung Hoa-san. Soal dia
bersalah atau tidak, biarlah nanti para tianglo yang
memutuskan." "Begini sajalah," kata Lo Kun, "asal aku tidak dikatakan
orang tua yang hanya mau enak sendiri saja, maka akulah
yang akan mewakili cucuku Blo'on menghadap tiangdo Hoasanpay. Akan kuterangkan dan kujamin bahwa Blo'on itu
seorang pemuda yang baik walaupun Blo'on. Tak mungkin dia
membunuh ketua Hoa san-pay "
"Bagaimana kalau para tianglo Hoa-san-pay tak percaya" "
tanya Sian Li. "Terserah bagaimana mereka hendak menyelesaikan. Kalau
mengajak berkelahi, akupun terpaksa harus melayani juga."
jawab kakek Lo Kun. "Tetapi kakek Lo, mereka berjumlah besar dan para tianglo
itu tentu memiliki kepandaian yang sakti, bagaimana mungkin
engkau dapat menghadapi mereka" " Sian Li cemas.
"Jangan kuatir, anak perempuan," jawab Lo Kun, "dulu
akupun pernah menghadapi barisan paderi gundul dan gereja
Siau-lim-si. Aku dikepung tetapi ternyata dapat lolos juga.
Kukira, nanti aku pun tentu dapat lolos dari kepungan tianglo2
Hoa-san-pay itu." "Persoalan Kim kongcu ini," tiba2 Ceng Sian suthay
membuka suara, "aku mempunyai pendapat begini. Saat ini
kita sedang menghadapi bahaya besar yang akan mengancam
keselamatan dunia persilatan. Gerombolan Thay san telah
berhasil dihancurkan dan inipun berkat tenaga Kim kongcu.
Sekarang kita sedang menuju ke Hongsan untuk menghadapi
sebuah gerombolan lain yang tak kalah hebatnya dengan
gerombolan Thay-san. Jika urusan dendam peribadi, yalah
tuduhan bahwa Kim kongcu itu tetah membunuh Kam Sian
Hong kaucu, itu harus didahulukan maka dapat dipastikan kita.
partai2 persilatan khususnya dan dunia persilatan umumnya,
bakal tertimpa oleh bahaya besar."
Ketua Kun-lun-pay itu berhenti sejenak, lalu melanjutkan
pula: "Mengingat bahwa tuduhan itu baru merupakan
persangkaan dan belum tentu nyata, menilik bahwa kita
sedang menghadapi bencana besar dan persoalan yang jauh
lebih gawat dari soal pembunuhan itu, maka lebih baik soal
Kim kongcu menghadap tianglo di Hoa-san itu supaya
dipertangguh kan dulu hingga gerombolan di Hongsan sudah
terbasmi. Akulah yang akan ikut menyertai Kim kongcu ke
Hoasan." "Setuju!" teriak Hoa Sin, "rasanya tak mungkin Kim kongcu
akan melakukan pembunuhan yang sekeji itu terhadap Kam
pangcu. Kita harus memberi penjelasan kepada para tianglo
Hoa san-pay!". Baru pembicaraan itu sedang dilakukan, mereka dikejutkan
oleh beberapa sosok bayangan manusia yang menghadang di
tengah jalan. Saat itu mereka telah memasuki wilayah
Siamsay. Rombongan ketua partai persilatan dan Blo"on terkejut
ketika mengetahui bahwa yang menghadang itu adalah
rombongan murid2 Hoa-san-pal yang dipimpin oleh tianglo
pertama yalah Naga besi Pui Kian beserta empat orang murid
angkatan pertama dari Hoa-san-pay yakni Ang Hiu Liong. Ko
Seng Tik. Tian Hui Beng dan Ong Gwan atau yang terkenal
dengan gelar Rajawali-mata biru.
"Suheng" ......!" melihat rombongan suhengnya, Hong
Ingpun segera berseru dan lari menghampiri.
"Sumoay!" teriak keempat pemuda murid angkatan pertama
dari Hoa-san-pay dengan kejut girang. Terutama si Rajawalimatabiru yang paling erat hubungannya dengan Hong Ing.
"Sumoay, kemana sajakah engkau selama ini. Apakah
engkau tak kurang suatu apa" " tanya Rajawali-mata-biru Ong
Gwan dengan penuh perhatian.
"Ceritanya amat panjang suko," kata Hong li "yang penting
aku tak kurang suatu apa."
Tiba2 Hong Ing teringat akan tianglo pertama dari Hoa-sanpay,
buru2 ia menghadap dan menghaturkan hormat.
Atas permintaan Naga-besi Pui Kian, Hong Ing lalu
menutuikan pengalamanya selama ini. Dia mengatakan bahwa
yang menjadi gara2 dari hilangnya kesadaran pikiran Blo'on,
kemungkinan besar adalah paderi Thian tiok yang bernama
Panda. "Bagaimana engkau dapat menarik kesimpulan seperti itu" "
tanya Pui Kian, tianglo pertama dari Hoasan-pay. Dia adalah
paman guru dari Kam Sian Hong yang telah dibunuh orang itu
dan paman kakek guru dari Hong lng dan keempat suhengnya.
"Aku sendiripun telah dipaksa menjadi budaknya selama
beberapa waktu," kata Hong Ing "dan terakhir ketika paderi
itu berhasil dapat kubikin buta matanya, ternyata Blo'on yang
sedang menghadapi tokoh2 diri Thian-tong-kau dapat
bergerak dengan leluasa. Bahkan sampai saat ini pikirannya
pun tidak bloon seperti dulu lagi "
"Dimana Pang To Tik" " tanya tianglo dari Hoa San pay itu.
Mendengar pertanyaan itu bercucuranlah air-mata Hong
Ing. Dengan suara tersendat-sendat penuh haru kesedihan ia
segera menuturkan gugurnya paman guru itu didalam guha
markas Thian-tong-kau yang telah diledakkan.
Sejenak merenung, berkata pula tianglo dari Hoa san-pay
itu: "Bahwa paderi Thian-tiok itu yang menyebabkan
anakmuda liar itu sampai kehilangan kesadaran pikirannya.
Tetapi itu belum tentu baru dugaanmu sendiri. Tetapi belum
ada buktinya yang menentukan."
"Kecuali menangkap paderi Thian-tiok itu memang sukar
untuk membuktikan," bantah Hong Ing. Tetapi paderi itu
sudah kabur entah kemana sukar untuk mencarinya lagi."
"Taruh kata engkau benar," kata tianglo itu pula. "tetapi
tidaklah mengurangkan kesalahan pemuda itu bahwa dia telah
membunuh Kam sutit, mendiang guru yang engkau cintai itu,
bukan" " Kali ini Hong Ing tak dapat menjawab.
"Dengan demikian, aku sebagai tianglo dari Hoa-san-pay,
tak dapat melepaskan pemuda itu dari tanggung jawab yang
harus diterimanya." "O, apakah susiokcou (paman kakek guru) tetap hendak
menangkapnya" " Hong Ing terkejut.
"Bukankah sebagai seorang murid Hoa-san-pay tentu harus
sudah tahu akan peraturan partai kita" " balas Pui Kian.
"Tetapi susiok-cou," masih nona itu membantah, "ketika di
Thaysan membasmi gerombolan Thian-tong-kau yang
membahayakan dunia persilatan jelas pemuda itu sangat
berjasa sekali. Adakah susiokcou tak dapat
mempertimbangkan lebih lanjut tentang jasanya dengan
kesalahannya" Apalagi kesalahannya itu masih meragukan."
"Soal dia salah atau tidak, itu nanti menunggu hasil
keputusan para tianglo Hoa-san-pay. Yang penting karena kita
sudah menemukannya maka dia akan kubawa pulang ke
Hoasan." "Kentut!" tiba2 kakek Lo Kun memekik, "jangan omong
seenakmu sendiri, kakek tua. Engkau kira Hoa-san-pay itu
sudah yang paling berkuasa sendiri hendak mengadili cucuku
si Blo'on" " Naga-besi Pui Kian terkejut dan berpaling memandang
kakek itu. Kemudian berkata kepada Hong lng:. "Siapakah
kakek itu" Apakah dia sinting" "
"Dia tidak sinting, hanya sedikit limbung," jawab Hong lng,"
dia adalah kakek dari Blo'on. Siapa yang berani mengganggu
Blo'on tentu akan berhadapan dengan kakek itu."
"Aku Pui Kian si Naga-besi, tianglo dari Hoa-san-pay, tidak
berbuat sewenang-wenang terhadap cucu saudara. Tetapi
karena ketua Hoa-san-pay telah mati terbunuh dalam guha
sedang yang berada dalam guha hanya anak itu, terpaksa
kami hendak membawanya untuk dimintai pertanggungan
jawab. Kalau benar dia dapat membuktikan kalau bukan
pembunuhnya, tentu akan kami lepaskan."
"Aku tak peduli engkau ini Naga-besi atau Naga-tanah.
Pokok, kukatakan kepadamu. Tak mungkin cucuku si Blo'on itu
akan membunuh ketua Hoa-san-pay ....."
"Tetapi dia berada di samping mayatnya "
"Hm, seharusnya engkau bertanya saja kepada ketua itu,
siapakah yang membunuhnya" Begitukan sudah beres,
mengapa harus ngotot mencari kian kemari hendak
menangkap Blo'on" " seru Lo Kun.
Sudah tentu Poi Kian dan murid2 Hoa-san pay tak puas
mendengar kata2 kakek Lo Kun.
"Kakek." seru Pui Kian," ini urusan Hoa-san pay dengan


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu. Engkau jangan campur tangan."
"Hoa-san-nay, Hong-san-pay dan lain2 pay aku tak peduli.
Pokok siapa yang berani mengganggu Blo'on tentu harus
berhadapan dengan aku dulu."
Suasana tampak tegang. Hoa Sin ketua Kay-pang membuka
suara: "Menilik keterangan dari nona Hong Ing tadi jelas Kim
kongcu tentu diberi obat penghilang pikiran oleh padri Thian
tiok itu. Benar, jika Pu tianglo menghendaki paderi Thian-tok
itu, kami akan berusaha untuk memperolehnya dan
membawanya ke Hoa-san. Tetapi kuminta hal itu baru dapat
kami lakukan setelah urusan Hong-san selesai.'
Pat Kiau tianglo kesatu dan Hoa-san pay tertawa dingin:
"Hoa san-pay mempunyai peraturan sendiri. Mungkin
peraturannya lebih keras dan beda dengai partai Kay pang.
Sebagai sesama partai persilatan hendaknya kita dapat saling
menghormati hal masing2. Pendirian Hoa-san-pay sudah jelas
dan tak mungkin dirobah lagi."
"Jika begitu, hayo kita berkelahi!" seru kakek Lo Kun seraya
terus mengambil sikap. "Hong Hong totiang," tiba2 Hoa Sin berseru kepada ketua
Go-bi-pay," bagaimana pendapat totiang"
Ketua Go bi-pay itu menjawab:
"Aku sependapat dengan Hoa pangcu. Persoalan besar yang
mengancam dunia persilatan, diselesaikan dulu baru urusan
perorangan." "Nah, sekarang engkau boleh dengarkan," seru Hoa Sin,
"bahwa tiga dan tujuh partai persilatan telah menyatakan
pendapatnya. Kuharap tianglo suka menerima dengan penuh
kebijaksanaan." Wajah Pui Kian tampak merah padam. Jelas dia sangat
marah karena ketiga partai persilatan telah menyatakan
hendak melindungi Blo'on. Tetapi belum sempat ia membuka
suara, tiba2 terdengar suara orang tertawa seram.
"Hm, rupanya Kun-lun-pay, Go-bi-pay dan Kay-pang hendak
mengandalkan jumlah banyak untuk menindas Hoa-san-pay" "
Sekalian orang terkejut mendengar suara tertawa yang
seram itu. Tetapi ketika memandang ke empat penjuru,
mereka tak melihat suatu apa.
"Hai, kojiu dari manakah yang berkata-kata ini, harap suka
unjuk diri!" seru Hoa Sin.
Serempak dari puncak sebatang pohon yang tinggi,
meluncur sesosok tubuh yang melayang ke bawah. Orang itu
mengenakan pakaian hitam dan sebuah mantel atau pakaian
luar hitam. Dia terbang kebawah sambil rentangkan kedua
ujung baju luarnya sehingga sepintas pandang menyerupai
seekor kelelawar besar. Pada lain kejab di muka rombongan para tua partai
persilatan tegak seorang aneh. Dikata aneh karena kecuali
mengenakan jubah warna hitam pun muka orang itu
diselubungi oleh kain hitam sehingga tak dapat diketahui
potongan mukanya. Tetapi yang jelas kedua matanya yang
tampak dari dua buah lubang kain hitam itu. memancarkan
sinar yang berkilat-kilat tajam sekali.
"Siapakah engkau" " tegur Hoa Sin.
"Soal itu tidak penting," sahut orang itu, "kelak engkau
pasti tahu sendiri. Yang penting aku adalah kawan dan Hoa
san-pay yang akan rnendukung penuh tuntutan tianglo tadi
agar anak yang bernama Blo'on dan pembunuh dari ketua
Hoa-san-pay, diserahkan kepada tianglo Hoa san pay.."
"Jangan berlagak, bung " seru Lo Kun, "siapa engkau"
Manusia atau setan! Kalau manusia engkau harus tunjukkan
mukamu, jangan dibungkus seperti setan begitu!"
Orang itu tertawa mencemooh.
"Ho, engkau kakek pendek. Rupanya engkau sudah jemu
hidup sehingga ingin melihat wajahku. Ketahuilah, tiada
seorang manusia di dunia ini bahkan aku sendiri juga, yang
dapat melihat bagaimana wajahku!"
"Gila! " teraik Lo Kun.
"Karena siapa yang melihat wajahku dia tentu mati
seketika!" kata orang itu pula.
"Jika demikian engkau ini tentu bangsa kentut busuk!" pekik
kakek Lo Kun. "Kurang ajar, mengapa engkau berani mengatakan aku
bangsa kentut busuk" " teriak orang itu marah.
"Mengapa tidak" " jawab Lo Kun pula, "kentut busuk itu tak
dapat dilihat rupanya tetapi baunya yang busuk akan
menyengat hidung." "Ha, ha, ha.....," diluar dugaan orang aneh itu tertawa
gelak2. "Berhenti!" bentak kakek Lo Kun, "mengapa engkau tertawa
geli" " "Karena melihat kata-katamu seperti orang sinting itu."
"Sinting" " ulang kakek Lo Kun, "tidak, aku tidak sinting.
Jangan engkau ikut campur urusan ini. Ini bukan urusanmu!"
"Siapa bilang bukan urusanku" " seru orang aneh ini. Hoa
san pay adalah kawanku karena Hoa san-pay sudah masuk
menjadi anggauta Seng lian kau. Aku wajib melindungi setiap
anggauta yang diganggu orang."
Mendengar itu sekalian ketua partai persilatan terkejut
sekali. "Adakah engkau orang Seng Iian-kau" " Hoa Sin menegas.
"Mengapa engkau tak dapat menangkap arti kata-kataku
tadi" " balas orang aneh itu.
"Susiok cou!" teriak Hong Ing seketika kepada Naga-besi
Pui Kian, "benarkah... benarkah Hoa-san pay sudah masuk
menjadi anggota Seng-lian-kau" "
"Anak perempuan, jangan mencampuri urusan pimpinan
Hoa-san-pay!" hardik orang aneh itu.
Hong Ing marah, serunya : "Siapa engkau Aku adalah murid
Hoa-san-pay. Sudah tentu aku berhak untuk mengetahui
urusan partai Hoa-san pay. Dan aku meminta keterangan pada
susiok-cou bukan kepadamu!"
Kemudian gadis itu berpaling kearah Naga besi Pui Kian dan
mengulang pertanyaan lagi.
Wajah tianglo dari Hoa-san pay itu pucat seketika. Tanpa
menjawab pertanyaan Hong Ing, ia langsung menegur orang
aneh itu: "Siapakah anda ini" mengapa anda gegabah berani
mengatakan kalau Hoa-san pay sudah masuk menjadi
anggauta Seng lian kau" "
"Hm, engkau seorang angkatan tua yang menjabat tianglo
dari Hoa san-pay. tetapi ternyata tak mengerti apa2 tentang
urusan Hoa-san-pay," orang aneh itu mendamprat.
"Hai, kuperingatkan kepadamu, jangan engkau berkata
seliar itu," kata Naga-besi Pul Kian," katakan siapa dirimu!"
"Kenalkah engkau akan benda ini" " tiba orang aneh itu
mengangkat tangan kanannya keatas.
Ketika Naga-besi Pui Kian memandang tangan orang itu,
serentak ia berteriak kaget:
"Hoa-san-seng-leng-pay!"
"Hayo. Kalian berlutut memberi hormat!" seru orang aneh
itu pula. Melihat itu kakek Lo Kun serentak maju menegur : "Hai,
engkau setan atau manusia" "
Orang itu terkesiap. Sesaat kemudian tertawa nyaring :
"Aneh, ternyata di dunia terdapat seorang manusia semacam
engkau!" "Bilang!"' bentak kakek Lo Kun. "engkau manusia atau
setan!" "Hm, rupanya kakek sinting engkau, menyisihlah." seru
orang aneh itu seraya menyiak.
Lo Kun hampir menjerit ketika tubuhnya serasa terdorong
oleh segulung angin yang kuat.
"Uh, uh. kurang ajar engkau!" teriak kakek Itu seraya
berjumpalitan lalu melayang dan tegak berdiri pula di tanah.
Rupanya orang aneh itu terkejut juga menyaksikan
kelincahan kakek Lo Kun memang ia telah menyalurkan
tenaga untuk menyiak tetapi ternyata kakek itu tak kurang
suatu apa. "Lo Tiangke, jangan menyerang dulu. Kita harus
menanyainya sebelum kita mengambil tindakan," seru Hoa Sin
kepada Lo Kun. Si kakek mengiakan dan mundur.
"Siapakah anda ini" " Hoa Sin mengulang pertanyaannya.
"Yang penting, aku datang untuk membantu Hoa san-pay,"
kata orang aneh itu."
"Dalam hubungan apa anda akan bertindak begitu" " tanya
Hoa Sin. "Hoa-san pay sudah menyatakan masuk kedalam
perkumpulan kami. Kami melindungi setiap anggauta yang
terancam musuh." "Apakah Hoa-san-pay sudah masuk kedalam perkumpulan
anda" " tanya Hoa Sin pula.
"Tidak hanya Hoa-san pay." sahut orang itu, "pun beberapa
partai persilatan yang lain."
"Apakah nama partai anda itu" " tanya Hoa Sin.
"Seng-lian-kau!"
Mendengar itu terkejutlah sekalian orang. Seng lian-kau
atau perkumpulan Teratai Suci, adalah partai baru yang baru
didirikan di gunung Hongsan. Kesanalah Blo'on dan
lombongan ketua partai persilatan itu hendak menuju.
Beberapa mata serentak mencurah kepada Pui Kian, ketua
tianglo Hoa-san-pay. "Gila!" tiba2 Naga-besi Pui Kian berteriak,! "Siapa
mengatakan Hoa san-pay sudah menjadi anggauta Seng-lian
kau" * "Apakah engkau tak melihat lencana kekuasaan Hoa san
pay tadi" " balas orang aneh itu. "Siapa yang menyerahkan
Iencana itu kalau bukan ketua kalian" "
"Siapa" " Pat Kian tetkejut sekali.
"Kam Siau Hong, ketua Hoa-san pay, masakan kalian
sebagai orang Hoa-san-pay tak kenal akan ketua kalian" "
"Tidak mungkin l" bentak Pui Kian. "Kam sutit telah dibunuh
orang di guha Hoa san."
"Engkau kakek gila!" orang aneh itu balas membentak, "jika
sudah mati tak mungkin dapat menyerahkan lencana Hoa-sanlengpay ini!" Teganglah suasana saat itu. Mata para ketua partai
persilatan mencurah kearah Pui Kian. Rupanya tianglo dari
Hoa-san-pay itu tahu kalau dirinya dituntut oleh suatu
pertanggungan jawab yang berat.
"Walaupun ketua Hoa-san-pay mempunyai kekuasaan besar
dan lencana Kuci Hoa-san-pay itu merupakan lambang
kekuasaan tertinggi dari kaum Hoa-san-pay, tetapi peristiwa
itu ganjil sekali. Kam sutit, ketua Hoa-san-pay, jelas kami
ketemukan mati dalam guha. Bahkan jenasahnyapun telah
kami kubur. Mengapa tahu2 muncul pula seorang Kam Sian
Hong yang menyerahkan lencana Hoa-san-pay sebagai tanda
menyerahkan diri kepada Seng-lian-kau."
"Seribu kata kalah dengan kenyataan," seru orang aneh
itu." "Benar," sahut Pui Kian, "tetapi ada kalanya kenyataan itu
bukan kenyataan yang wajar. Ada kenyataan yang dibuat."
"Apa maksudmu" " tegur orang aneh itu pula.
"Hoa-san-pay tetap tunduk pada kekuasaan lencana Hoasaoleng-pay. Tetapi sebelum menentukan langkah lebih
lanjut, kami harus bertemu muka dulu dengan ketua kami
Kam Sian Hong sutit itu "
"Lalu bagaimana tindakanmu sekarang" ' tanya orang aneh
itu, Pui Kian tak dapat segera menjawab. Peristiwa telah
berobah sedemikian tak terduga dan luar biasa. Ia benar2 tak
yakin kalau Kam San Hong dapat hidup lagi. Namun lencana
Hoa-san pay itu, pun merupakan suatu bukti yang sukar
dibantah. "Pui susiok-cou, apakah susiok-cou masih tetap hendak
menangkap pemuda Blo'on itu" * tiba2 Hong Ing si Waletkuning
bertanya. Sejenak merenung Naga-besi Pui Kian menyahut : "Untuk
sementara ini, dapat kutangguhkan. Kalau Kam Sian Hong
gurumu itu benar2 masih hidup di Hong san, sudah tentu kita
tak perlu menangkap pemuda itu. Tetapi kelak kalau ternyata
gurumu itu palsu jelas dia tentu benar sudah terbunuh di
gunung, maka saat itu kita akan tetap menangkap pemuda
itu." "Pui tianglo sungguh bijaksana," Hoa Sin memuji.
"Hm, jika begitu," kata orang aneh itu, "kalian segera saja
datang ke Hongsan. Bukankah kalian itu para ketua dari
beberapa partai persilatan" "
"Benar," sahut Hoa Sin. "kami memang hendak beramairamai
ke Hongsan." "Bagus," seru orang aneh itu, "Seng-lian-kau pasti akan
menyambut kedatangan kalian dengan gembira."
"Nanti dulu," tiba2 Blo'on yang sejak tadi diam saja, saat ini
mulai buka suara, "jangan engkau buru2 girang dulu kalau
kami datang ke sarangmu."
"Sudah tentu girang, kita kan bakal tambah anakbuah.
Makin besar kekuatan kita, makin jayalah Seng lian-kaii!"
"Siapa yang jaya" " teriak Blo'on.
"Seng lian kau."
"Jangan ngimpi dulu." seru Blo'on, "dan dengarkanlah
baik2. Apabila kami tiba di Hongsan, berarti Seng lian-kau
akan lenyap dari muka bumi."
"Ha, ha, ha," orang aneh itu tertawa gelak2, "kalau lihat
lagak dan langgammu, engkau ini seperti seorang pendekar
yang tiada tandingnya di dunia. Tetapi kalau lihat potongan
muka dan gundulmu, engkau tak lebih dari seorang anak
gembala sapi, ha, ha, ha!"
"Ho, ho, ho," Blo'onpun balas tertawa, "kaIau lihai wujutmu
engkau ini seperti seorang malaikat maut yang menyeramkan
tetapi sebenarnya dikau ini.....," tiba2 Blo'on berpaling kearah
kakek Lo Kun dan berseru, "kakek Lo, coba engkau terka,
bagaimana bentuk rupa orang ini" "
"Seperti setan" seru kakek Lo Kun.
" Tidak, kakek Lo." sahut Blo'on, "dia bukan seperti setan."
"Ha" Bukan seperti setan" " Lo Kun terbeliak. "Ya, memang
bukan seperti setan."
"Lalu apa seperti engkau" "
"Ah, terlalu bagus?"
"Seperti aku" "
"Terialu ganteng."


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Habis seperti apa" Hayo, coba engkau bilang" kakek Lo
Kun penasaran. "Begini, kakek Lo " kata Blo'on, "apakah engkau berani
bertaruh dengan aku" "
"Maksudmu" "
"Jika aku sudah mengatakan bentuk wajahnya, engkau
boleh minta apa saja kepadaku".
"Minta istermu, puteri raja yang hendak engkau kembalikan
itu " Boleh sahut Blo"on, ''tetapi bagaimana kalau aku dapat
mengatakan bentuk wajah dengan tepat."
"Engkaupun boleh minta apa saja kepada kakekmu ini."
"Baik," kata Blo"on.
Sejak berlangsung percakapan antara Blo"oni dengan kakek
Lo Kun semua orang terlongong. Bahkan orang yang dijadikan
bahan pertaruhan itu tertegun. Diam2 ia terpikat juga
perhatiannya untuk mengetahui apakah Blo"on benar2 mampu
menebak bentuk mukanya. "Hay?, sekarang engkau boleh mengatakan," seru kakek Lo
Kun. "Nanti dulu kakek," kata Blo"on, "kita harus minta izin dulu
kepada yang punya muka. Kalau dia setuju, baru kita jadikan
pertaruhan ini." "O, benar," kata kakek Lo Kun lalu berseru kepada orang
aneh itu, "Hai, engkau, apakah engkau mengizinkan mukamu
untuk diterka" "
"Bagaimana caranya" " tanya orang aneh itu. Di luar
dugaan ternyata dia tak marah.
Lo Kun berpaling kearah Blo`on : "Engkaulah yang harus,
menjawab pertanyaannya itu."
"Caranya, harus dicocokkan. Misalnya, kukatakan mukamu
seperti raja, nah engkau harus membuka kerudung mukamu,
benar atau tidak mukamu seperti raja. Kalau tidak bagaimana
kita dapat mengetahui benar tidaknya terkaanku itu."
Orang aneh itu berpikir sejenak.
"Dunia persilatan telah mengenal peraturan yang kuberikan.
Barangsiapa yang melihat wajahku, ia harus mati. Jika engkau
ingin mukaku, akupun tak keberatan asal engkau harus
mentaati syaratku itu. "Tetapi bagaimana tahu benar atau salah, kalau tidak
dicocokkan dengan mukamu" " tanya Blo"on.
"Hm, soal itu aku dapat mengatakan dan memberi
keputusan kepada kalian," kata orang aneh.
Blo"on kerutkan dahi.
"Bagaimana Blo'on, jadi atau tidak taruhan ini" " desak
kakek Lo Kun. ,, ya, bagaimana lagi, kalau sudah berludah, tentu tak
dapat dijilat kembali." kata Blo"on.
'Jangan memaksakan dirimu Blo'on." seru kakek Lo Kun,
"kalau engkau merasa tak leluasa, batalkan saja, kan kita
hanya bermain-main. Jangan terlalu bersungguh-sungguh."
"Tidak, kakek," kata Blo'on, "aku sudah terlanjur
mengatakan, harus kulaksanakan. Biar bagaimana, pertaruhan
ini kita jadikan." "Baik," kata kakek Lo Kun, "nah, sekarang engkau boleh
mengatakannya." "Sekalian saudara yang hadir ditempat ini dengarkanlah,
aku hendak menerka bagaimana bentuk wajah orang yang
memakai kerudung hitam itu," kata Blo'on.
"Dia seorang manusia tetapi bukan manusia, binatang
tetapi bukan binatang. Alisnya yang sebelah kanan putih tetapi
yang sebelah kiri hitam. Matanya juga berlainan. Yang kiri
bagian hitamnya besar dan bundar, seperti mata tikus. Kalau
siang, matanya yang besar itu yang digunakan melihat. Tetapi
kalau malam dia menggunakan mata yang sekecil mata tikus.
Hidungnya juga tak sama. Lubangnya yang sebelah kanan
berbentuk segitiga Yang kiri berlubang seperti sarang tawon
......" "Huh, seram!* teriak kakek Lo Kun.
"Mulutnya seperti celeng (babi hutan), giginya juga
bencaling. Lidahnya juga istimewa dapat dijulurkan sampai ke
tanah tapi dapat disurutkan sangat kecil. Telinga kanannya
seperti telinga gajah tetapi telinga kiri seperti telinga kuda.
Kalau orang melihatnya paling sedikit tentu "pingsan tujuh kali
?" "Huh"! teriak kakek Lo Kun, "manusia macam apakah itu" "
"Masih belum lengkap lagi," Blo'on menyusuli
keterangannya, "dia suka makan daging manusia. Karena
wajahnya yang sedemikian luar biasa buruk, dia malu sekali.
Kemana-mana, bahkan tidur pun dia selalu mengenakan kain
kerudung muka. Dan itulah sebabnya mengapa, siapa yang
melihat wajahnya, tentu dibunuh dan dimakannya."
"Bohong!" teriak orang aneh itu tiba2, "jangan engkau
ngaco belo tak keruan!"
"Eh, mengapa engkau marah" '' tegur kakek Blo'on,
"benarkah rupamu seperti yang dikata cucuku Blo'on itu"
Kalau benar mengapa engkau marah" "
"Tidak benar!" teriak orang aneh itu, "aku seorang manusia
biasa seperti engkau."
"Tidak sudi!" bentak kakek Lo Kun, "rupamu begitu jelek
dan mengerikan mengapa engkau pengatakan seperti
wajahku." Orang itu terkesiap. "Sudahlah, jangan ribut2," kata Blo'on, "pokoknya
terkaanku itu benar atau salah" "
"Salah!" seru orang aneh itu.
"Bagaimana engkau dapat mengatakan salah" Apa
buktinya" " seru Blo'on pula.
Orang aneh itu mendesuh geram.
"Ha, aku dapat membuktikan, tetapi engkau harus menetapi
syaratku. Setelah melihat wajah engkau harus mati. "
" Siapa yang membuat aku mati"
"Akan kucekik lehermu dan kutarik lidah supaya kelak
engkau jadi setan tanpa lidah," orang aneh itu makin geram.
"Kakek, " seru Blo on, "tuh dengarkanl Dia gemar
membunuh karena makanannya daging manusia. Bagaimana
pendapatmu" Apa engkau masih tak percaya pada
keteranganku tadi atau harus kubuktikan" "
Kakek Lo Kun merenung sejenak.
"Ya, ya, aku percaya. Memang muka orang itu seperti yang
engkau katakan tadi, " kata sesaat kemudian.
"Kakek bangsat! " maki orang aneh itu, "jangan engkau ikut
latah seperti budak keparat itu. Aku seorang manusia biasa,
bukan seperti yang dikatakan bocah itu."
"Kentut! " seru Lo Kun, " cucuku Blo"on tak pernah bohong.
Dia seorang anak yang baik. Aku lebih percaya omongannya
daripada omonganmu."
Selama terjadi percakapan yang meningkat menjadi
perbantahan itu, para ketua partai persilatan, Sian Li dan
Hong Ing diam saja. Mereka hanya siap untuk membantu
Blo'on apabila anak sampai terancam jiwanya.
Juga Naga-besi Pui Kian dan rombongan anak murid Hoasanpay tertegun diam. "Tidak sudi percaya! " teriak Lo Kun, "engkau tentu bukan
manusia tetapi seorang makhluk aneh yang mirip siluman
pemakan daging manusia!"
Bukan main marah orang aneh itu. Sebenarnya kedatangan
ke tempat itu hanyalah secara kebetulan saja. Ketika ia
sedang lewat, ia melihat orang ramai2 bertengkar dan setelah
tahu peristiwanya, ia segera unjukkandiri membantu Hoa-san
pay. Bermula iapun menganggap Blo'on dan kakek Lo Kun itu
manusia2 sinting. Tetapi lama kelamaan ia terhanyut sendiri
dalam geram kemarahan karena dikatakan sebagai manusia
siluman. Memang ada kalanya seorang tokoh yang berilmu tinggi itu,
lupa diri dan terhanyut dalam suasana yang dihadapinya.
Demikian pula dengan orang aneh itu. Jelas ia berilmu tinggi
karena ketika bersembunyi di atas dahan pohon tadi, tiada
seorang pun yang tahu. Demikian pula ketika melayang turun,
tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, tahu2 ia sudah tegak di
bumi. Seketika timbul keangkuhannya serunya : "Baik, kali ini aku
akan mengganti peraturan yang kutetapkan selama berpuluh
tahun. Asal kalian sanggup menerima tiga buah pukulan-ku,
tentu akan kuperlihatkan mukaku kepadamu dan kubebaskan
kalian dari kematian."
"Setuju! " serentak kakek Lo Kun berseru menerima.
Hoa Sin terkejut. Rasanya ia pernah mendengar tentang
seorang tokoh aneh yang selalu berkerudung muka.
Barangsiapa melihat mukanya tentu mati. Tokoh itu sakti
sekali. Maka buru2 ia gunakan ilmu Menyusup-suara untuk,
meminta Blo'on yang maju dan jangan Lo Kun.
"Kakek," Blo'on segera menarik lengan baju Lo Kun,
"menyisihlah. Biar aku saja yang menerima pukulannya."
"Ho. engkau yang mau menerima," orang aneh itu tertawa
seloroh, "baik, inilah pukulan yang pertama!"
Habis berkata ia terus ayunkan tangannya menghantam
dada Blo'on. Bum........ Jilid 42 Menuju Hongsan Blo'on mencelat dan terlempar ke udara sampai dua
tombak.. Tetapi ia dapat meluncur turun dan berdiri tegak tak
kurang suatu apa. Liok ci sin-kay atau Pengemis-sakti-berjari-enam Hoa Sin
dan rombongannya terkejut dan mengikuti gerak tubuh Blo'on
yang melayang di udara itu. Mereka menghela napas longgar
melihat anakmuda itu tak kurang suatu apa.
Kemudian mereka berpaling kearah orang aneh tadi,
ternyata orang itu terhuyung-huyung dua tiga langkah
sebelum dapat berdiri tegak. Kini dia tegak seperti patung.
Sekalian tokoh terkejut. Mereka tahu apa yang terjadi. Blo'on terpental ke udara
tetapi tak kurang suatu apa. Orang itu terhuyung ke belakang
wajahnya pucat lesi seperti menderita luka-dalam.
Sesaat kemudian, wajahnya mulai tenang kembali dan
membuka suara : " Hai, siapakah engkau" "
"Dia bernama Blo'on, cucuku! " sebelum Blo'on menyahut,
kakek Lo Kun sudah mendahului!
Orang itu terkejut heran.
"Blo"on" " ia mengulang seraya kerutkan dahi. Rupanya ia
sedang menggali ingatan untuk mengingat-ingat siapakah
Blo'on itu. "Bu Ban lojin, sudahlah. Tak perlu engkau bersusah payah
menggali ingatanmu. Dia memang seorang pemuda yang tak
terkenal dalam dunia persilatan," tiba2 ketua Kay-pang, Hon
Sin, bersuara. Terkejut sekalian orang, terutama ketua2 partai persilatan
dan tianglo dari Hoa-san pay ketika mendengar kata2 ketua
Kay-pang itu. Sebagai ketua partai persilatan, mereka sudah berusia
hampir setengah abad, terutama tiang-lo dari Hoa-san,
umurnya sudah hampir tujuhpuluh tahun. Mereka pernah
mendengar juga tentang tokoh yang bernama Bu Bin lojin
atau orangtua Tanpa Wajah.
Sepanjang pengalaman mereka, dahulu di dunia persilatan
pernah muncul tiga serangkai tokoh aneh, Bu Bin atau Tanpawajah,
Bu Jia atau Tanpa tangan dan Bu Kak atau Tanpa-kaki.
Mereka tiga saudara seperguruan dan termasyhur sebagai
Sam-bu Koay-mo atau Tiga iblis aneh yang cacad. Bu Bin yang
terbesar, lalu kedua Bu Jiu dan ketiga Bu Kak.
Bu Bin, memang tak punya wajah. Wajahnya bagaimana,
tiada seorangpun yang tahu. Dan setiap orang yang melihat
wajahnya tentu dibunuhnya. Bu Jiu, tak punya tangan tetapi
kedua kakinya dapat bergerak luar biasa. Banyak jago2 silat
kelas satu yang rubuh di bawah tendangannya. Bu Kak,
walaupun tak punya kaki tetapi dapat berjalan seperti biasa
bahkan dapat berlari lebih cepat dari orang biasa. Dia
menggunakan tiang besi untuk menyanggah tubuhnya.
Bu Bin terkejut mendengar pertanyaan Hoa Sin, segera ia
balas menegur : "Siapa engkau" "
"Aku Hoa Sin ketua Kay-pang!"
"Kau Hoa Sin" Ketua Kay-ping" Ngaco! " bentak orang
aneh itu. Hoi Sin terkejut, serunya: . Mengapa" "
"Yang kukenal ketua Kay-pang itu adalah Han-jiat-sin git
Suma Kian. Mana ada Hoa Sin!" seru orang aneh itu.
"Oh, Han jiat sin git Suma Kian adalah ketua Kay-pang yang
terdahulu ....... " "Mana dia sekarang" "
Hoa Sin menghela napas: "Entah. Seluruh anak buah Kaypang
telah dikerahkan untuk mencarinya tetapi sampai saat
belum juga berhasil menemukan jejak beradanya."
"Kepada dia aku sih masih sungkan karena pernah
menerima budi pertolongannya. Tetapi dengan engkau apa2!"
Belum Hoa Sin menjawab, Lo Kun sudah menyeletuk:
"Tidak apa2, terserah. Walaupun kumpulan pengemis, tetapi
Kay-pang tentu tak sudi mengemis kepadamu."
"Sudahlah, jangan mengurusi yang lain2", tiba2 Blo'on
berseru, "bagaimana urusan kita hendak diselesaikan" "
"Rupanya engkau murid dari seorang tokoh sakti. Siapakah
nama gurumu" Dan dari aliran partai manakah engkau ini" "
tanya Bu Bin lojin. "Aku bukan murid siapa2, aku tak punya guru dan tak
tergolong aliran partai apapun," sahut Blo'on.
"Tetapi apa yang engkau gunakan menyambut pukulanku
tadi" " "Entah, aku sendiri tak tahu karena aku tak mengerti ilmu
silat," jawab Blo'on.
"Hm, jangan mentang2 engkau mampu menyambut
pukulanku tadi," seru orang itu dengan marah karena mengira
Blo'on berolok-olok, "mari kita lanjutkan lagi. Kalau engkau
mampu terlepas dari tiga buah seranganku, aku akan pergi
dan takkan mengganggumu lagi."
"Jangan banyak mulut, hayo seranglah!" seru Blo'on seraya
maju menghampiri. Karena sudah merasakan betapa keras
pukulan orang itu maka Blo'onpun mau juga bersiap-siap. Ia


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak tahu bagaimana cara mengerahkan tenaga-dalam maka ia
hanya mengencangkan urat2 tubuhnya saja. Tetapi tanpa
disadari, karena tenaga-dalam yang dimilikinya itu disebut Ji ih
sin-kang atau tenaga-dalam sakti yang dapat digerakkan
menurut kehendak hatinya.
"Jurus pertama ini disebut Gunung-rubuh-laut-terbalik!"
seru Bu Bi lojin. "Baik," seru Blo'on. Timbul seketika untuk mengimbangi
kecongkakan orang, serunya, "dan jurus yang hendak
kugunakan untuk menyambut seranganmu itu disebut Kakapgorengmasuk-perut!" Bu Bin lojin terkesiap. "Gila," serunya, "itu bukan nama jurus ilmu silat tetapi
nama masakan." "Peduli apa," teriak Bio'on, "yang penting bukan nama
tetapi kehebatannya. Aku memang suka dengan jurus yang
mudah namanya dan enak didengar.
"Hm," dengus Bu Bin lojin lalu mengerahkan tenagadalamnya,
"baik, terimalah!"
Sepasang tangan orang tanpa wajah itu segera berayun.
Lebih dulu tangan kanan menghantam lalu disusul dengan
tangan kiri. karena cepatnya, gerakan kedua tangan itu
hampir bersamaan waktunya.
Blo'on tak mengerti bagaimana harus memulai dengan
pembukaan dari jurus yang dinamakan Kakap-goreng-masukperut
itu. Ia hanya julurkan kedua telapak tangannya ke muka
dada seperti hendak mengaling diri.
Dar, dar..... Terdengar suara tamparan yang keras sekali. Blo'on
terpental tiga langkah ke belakang tetapi Bu Bin lojin mencelat
sampai setombak jauhnya. "Aneh, aneh gumamnya pelahan, mengapa dia dapat
memancarkan sepenuh dengan tenaga-dalam yang kusalurkan
dalam pukulanku. Tetapi ketika melihat bagaimana potongan
wajah Blo'on dan sikapnya yang ketolol-tololan, penasaranlah
hati Bu Bin lojin. Ia hendak mencoba sekali lagi.
"Jurus kedua ini disebut Matahari-rembulan-merangkapsatu,
awas!" serunya segera bersiap.
"Bagus," sahut Blo'on, "akan kusambut dengan jurus Babipanggang
bertemu-ayam-panggang dalam satu piring atau
Ko-Io-bak. " " Gila! " teriak Bu Bin lojin, "mengapa semua jurusmu
menggunakan nama masakan" "
"Biar engkau makan dengan lezat, " sahut Blo'on.
Tiba2 Bu Bin lojin memutar sepasang tangannya makin
lama makin deras sehingga menimbulkan kisaran angin hebat
yang melanda Blo'on. "Kurang ajar, dia main kitiran angin," kata Blo'on. Seketika
timbul keinginannya untuk menirukan gerak lawan. Dan
timbulnya keinginan itu segera memancarkan ilmu aneh dari
kitab Bu ji-cin-kang. Ilmu dalam kitab itu, dapat membuatnya
menirukan semua gerakan lawan, baik dari jurus aliran
persilatan manapun juga. Dari yang sederhana sampai yang
luar biasa. Seketika berputarlah tangan Blo"on menirukan gerak tangan
Bu Bin lojin. Blam .... tiba2 Bu Bin lojin hantamkan kedua
tangannya ke arah kepala Blo'on. Tetapi saat itu Blo'onpun
bergerak sama. Terjadi benturan keras. Blo'on terpental
sampai tiga langkah tetapi Bu Bin lojin mencelat sampai dua
tombak. Huak..... Bu Bin lojin muntah darah lalu berputar tubuh dan terus
melarikan diri. "Hai, tunggu! " teriak kakek Lo Kun, "engkau belum
memperlihatkan mukamu! "
Tetapi Hoa Sin mencegah kakek itu: ?"Tak usah diburu,
paman Lo Kun. Dia sudah menderita luka parah. "
"Tetapi aku ingin melihat bagaimana tampang mukanya,"
kakek Lo Kun bersungut-sungut.
" Dia tak punya tampang muka, mengapa engkau hendak
melihatnya" " "Huh, tak mungkin. Masakan manusia tak punya tampang,"
bantah Lo Kun. "Punya tapi sudah merata datar. "
"Oh, aneh. Mengapa begitu" " tanya Lo Kun.
"Menurut cerita, mereka terdiri dari tiga saudara
seperguruan. Kabarnya guru mereka amat sakti tetapi aneh
sekali. Orang sakti itu mau menerima mereka sebagai murid
asal mereka bersedia untuk merusak anggauta tubuhnya.
Akhirnya Bu Bin merusak tampang mukanya, Bu Jiu
mengutungi kedua tangan dan Bu Kak memotong kedua
kakinya." "Ah, mengapa orang tergila gila sekali akan ilmusilat
sehingga rela merusak tubuhnya" " Blo'on menyeletuk, "dan
kalau sudah memperoleh ilmusilat tinggi, hasilnya hanya
mempunyai banyak musuh saja."
Menyaksikan ilmu kepandaian Blo'on waktu berhadapan
dengan Bu Bin lojin, Pui Kian tianglo dari Hoa-san-pay diam2
leletkan lidah karena ini rasa ngeri. Ternyata pemuda yang
Blo'on itu memiliki ilmu kepandaian yang begitu luar biasa
hebatnya. Timbul dua buah kesan dalam hati Pui Kian. Pertama,
dengan kesaktian itu, jelas Blo'on tentu mampu membunuh
Kam Sun Hong. Dengan demikian, tuduhan pemuda itu
sebagai pembunuhnya makin berat. Kemudian yang kedua,
menghadapi pemuda Blo'on yang begitu sakti, ia kuatir tak
mampu untuk menangkapnya, kecuali pemuda itu rela
menyerahkan diri. "Bagaimana sekarang langkah kita, Hoa pangcu" " seru Sian
Li. "Lanjutkan perjalanan ke Hongsan untuk membereskan
Seng-lian-kau dan menolong keempat pangcu," kata Hoa Sin.
Hari kedua ketika memasuki wilayah Kangse, mereka tiba di
gunung Tay-keng san. Mereka terkejut ketika melihat orang
bertempur. Lebih terkejut pula ketika didapatinya bahwa yang
bertempur itu rombongan paderi Siau lim. Sedang lawannya
seorang manusia aneh, manusia yang buntung kedua
tangannya. Walaupun hanya seorang dan bertubuh cacad tetapi
rombongan paderi Siau-lim yang berjumlah pilihan orang itu,
kewalahan juga. Beberapa paderi telah rubuh.
Hoa Sin cepat mengenali bahwa salah seorang paderi jubah
kuning yang memimpin pertempuran itu adalah Goan Hong
taysu. "Berhenti! " teriak Hoa Sin kepada orang2 itu.
Melihat munculnya serombongan orang2 persilatan lalu
salah seorang berseru menghentikan pertempuran itu,
rombongan paderi Siau-lim menurut juga. Mereka segera
hentikan serangan. "Goan Hong siansu." kata Hoa Sin serasa maju memberi
hormat, "maaf, tentulah taysu tak lupa kepadaku."
Paderi Siau lim itu sejenak menatap Hoa Sin lalu berseru: "
Omitohud, bukankah sicu ini Hoa pangcu dari Kay-pang" "
"Benar, " sahut Hoa Sin, "lalu hendak kemanakah taysu
sekarang" " Goan Hong taysu menghela napas.
"Pin-ni sekalian hendak menyusul Hui Gong supeh ke
Hongsan." katanya. Dengan menyebut supeh, Goan Hong itu
tingkatannya lebih rendah setingkat dengan Hui Gong siansu,
ketua Siau-lim-si yang sekarang.
"Adakah sesuatu yang terjadi pada Hui Gong siansu" " Hoa
Sin terkejut. "Bukan," kembali Goan Hong menghela napas, "melainkan
vihara Siau-lim yang mengalami peristiwa yang tak
diharapkan. "O, peristiwa apakah" "
"Vihara Siau-lim telah diobrak-abrik oleh kaki tangan
pemerintah Goan yang dipimpin oleh seorang tokoh muda
tetapi sakti sekali kepandaiannya. "
Hoa Sin dan rombongannya terkejut.
"Siapakah tokoh muda itu" "
"Siapa namanya yang benar, dia tak mau bilang tetapi
hanya menyebutkan gelarannya sebagai Bu-lim thayswe."
" Bu-lim thayswe" " Hoa Sin mengulang.
"Ya, Bu-lim thayswe yang maksudnya Pangeran-duniapersilatan,"
kata Goan Hong. "Para paderi vihara Siau-lim benar2 tak berdaya
menghadapi serbuan mereka dan terpaksa melarikan diri. Ada
yang ke utara ke timur dan pin-ni bersama rombongan menuju
ke barat hendak menyusul Hui Gong hongtiang, " Goan Hong
melanjutkan. "Hai, pengemis tua. jangan engkau mengganggu
kesenanganku! " tiba2 lelaki tangan buntung yang menjadi
lawan rombongan paderi Siau-lim itu berteriak marah.
"Apakah berkelahi dengan paderi itu merupakan
kesenanganmu" " seru Hoa Sin, "tidakkah kita wajib
menghormat kaum vihara" "
"Kurang ajar, engkau berani memberi pelajaran kepadaku"
" teriak si Tangan buntung itu, "siapa engkau" "
"Aku pengemis tua Hoa Sin. Kuminta perkelahian ini
diselesaikan saja secara baik. Siapa yang salah wajib meminta
maaf dan setelah itu kita saling bersahabat."
"Sudah menjadi peraturan di gunung Tay-lang-sau sini,"
kata Tangan-buntung, "paderi dan imam maupun pertapa, tak
boleh lewat di sini."
"Eh sahabat, rupanya engkau membenci kaum paderi" "
"Mereka pembohong, penipu!" teriak orang itu.
"Dalam hal apa sicu dapat menuduh begitu" " tanya Goan
Hong taysu. "Jika benar2 suci, paderi2 Siau-lim itu harus hanya
mengutamakan ajaran-ajaran suci. Tetapi apa nyatanya"
Paderi-paderi di vihara Siau-lim dan imam-imarn di kuil-kuil
itu, ngotot belajar ilmu silat dan ngotot pula hendak menjagoi
dunia persilatan. Tidakkah ganjil apabila kaum paderi dan
imam itu ikut berlumuran darah, bunuh membunuh dalam
dunia persilatan. Itulah sebabnya aku benci terhadap
manusia2 yang berpura-pura suci tetapi sebenarnya nafsunya
besar untuk mengurus dunia persilatan. Jelas" "
"Engkau salah, sicu," seru Goan Hong taysu, "Tat Mo cousu,
cikal bakal pendiri vihara Siau-lim si memang mengajarkan
ilmusilat kepada para paderi vihara Siau lim karena melihat
tubuh mereka lemah dan tak bersemangat. Ilmusiiat itu
diajarkan untuk memperkuat tubuh, menambah semangat.
Karena kesehatan raga itu mempunyai akibat tali temali
dengan pikiran dan jiwa. Juga ilmusilat itu dimaksud untuk
bela diri saja." "Mengapa harus bela diri kalau tak merasa bersalah atau
punya musuh" " "Buktinya pada waktu pemerintah Goan berdiri mereka
berusaha untuk menghancurkan vihara Siau-lim dan lain2
biara yang menjadi sumber llmu silat. Jika para pideri atau
imam tak memiliki ilmusilat, bukankah sudah sejak lama vihara
Siau lim itu terhapus dari muka bumi" "
"Pertanyaanmu itu sudah engkau jawab sendiri," seru orang
buntung itu," jika vihara Siau-lim dan lain2 biara tak
mengajarka ilmusilat kepada anakmuridnya dan hanya melulu
mengajarkan kitab suci, tentulah pemerintah Goan takkan
mengutik-ngutik mereka. Sudah tentu pemerintah Goan
mempunyai alasan untuk membasmi kaum gereja yang
membahayakan keamanan pemeriatah mereka."
"Perkembangan hidup telah membawa keadaan baru dalam
pandangan vihara Siau-lim. Agama hanya dapat berkembang
di dalam negara yang aman dan sejahtera. Di alam keadilan
dan kebenaran bertahta di mahkotanya. Di alam di mana
manusia telah menyadari akan harkat dan nilai2
kemanusiawiannya. Selama negara kacau, kehidupan tak
aman dan manusia2 diburu oleh kekotoran nafsu keduniawian
maka kejahatan dan kelalimanpun merajalela. Kesucian
diinjak-injak, agama dijadikan bulan2 tertawaan," seru Goan
Hong taysu dengan berapi-api.
"Oleh karena itu, pandangan vihara Siau lim pun juga ikut
serta memikirkan kepentingan negara dan kesejahteraan
hidup. Dan bekal ilmusilat itulah yang dijadikan alat untuk
menegakkan keamanan, keadilan, kesejahteraan negara dan
bangsa, melindungi yang lemah dari tindasan yang kuat.
membela yang salah dari ancaman yang jahat," seru Goan
Hong pula. "Keledai gundul, di sini adalah daerahku, bukan di vihara
atau biara. Tidak perlu engkau berkotbah terlalu panjang lebar
begitu!" hardik tangan buntung itu. "pokoknya, engkau dan
rombonganmu harus kembali. Tidak boleh melintasi gunung
ini." "Eh, buntung," tiba2 kakek Lo Kun yang sejak tadi diam
saja, tak kuat menahan kemarahannya, "apa engkau kira
gunung ini milikmu" Awas kedua tanganmu sudah buntung,
kalau kakimu juga kukutungi. bukankah engkau akan menjadi
manusia gembung saja" *
Marah orang buntung itu bukan kepalang. la paling pantang
kalau orang mengatakan dia si orang buntung.
"Kakek bangsat!" tiba2 orang buntung itu menendang
dengan kaki kanan kearah kakek Lo Kun.
Kakek Lo Kun terpisah setombak dari orang buntung itu.
Maka Lo Kunpun diam saja ketika melihat kaki orang buntung
itu masih jauh jaraknya. Tetapi apa yang terjadi benar2
mengejutkan hatinya. Wut " "Bangsat buntung! Aduh.....," kakek Lo Kun menjerit dan
terus berjongkok memegang betis kakinya.
Ternyata dari kaki orang buntung itu telah meluncur
sebatang pisau kecil. Lo Kun terkejut dan hendak menghindar
tetapi daging betisnya telah keserempet ujung pisau hingga
berlumur darah. Blo'on dan Sian Li terkejut. Buru2 dua anak muda itu loncat
menghampiri Lo Kun. "Bagaimana kakek" Apakah engkau terluka" " seru
keduanya. "Untung hanya sekelumit daging betisku yang hilang,"
kakek Lo Kun bersungut-sungut, "kalau kakiku sampai
buntung, wah, celaka, akupun jadi orang buntung seperti dia."
Blo'on tak mau mengurus kakek itu lagi. Setelah


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengetahui kakek itu tak kurang suatu apa, ia segera
menghampiri orang bertangan buntung itu.
"Hai, manusia buntung," tegurnya marah, "kalau melihat
tingkah lakunya yang begitu kejam, pantaslah kiranya kalau
engkau diganjar buntung kedua tanganmu!"
"Bangsat tengik engkau!" orang buntung itu marah,
"mengapa engkau hendak ikut campur dalam urusan ini" Aku
hanya berurusan dengan kawanan kepala gundul dari Siaulim"
Eh, menilik kepalamu juga gundul, apakah engkau juga
paderi Siau lim" "
"Kepalaku gundul adalah milikku sendiri. Peduli apa
engkau" Aku seorang paderi atau bukan, itupun bukan
urusanmu! Tetapi tingkah lakumu melarang orang jalan di
pegunungan sini, benar2 seperti seorang raja. Apa gunung ini
milikmu" " Sebelum orang buntung itu sempat menjawab tiba2 dua
sosok bayangan manusia berlari-lari dari puncak gunung.
Cepat sekali kedua orang itu udah tiba di tempat situ.
Blo'on dan rombongannya terkejut. Ternyata yang datang
itu, yang seorang mukanya bertutup kain kerudung, dan yang
seorang bertubuh pendek mengenakan jubah pendek dan
berjalan dengan menggunakan dua tonggak besi.
"Hola, engkau datang lagi, Bu Bin lojin!" teriak kakek Lo
Kun serta melihat orang berkerudung muka itu, "sungguh
kebenaran sekali, karena aku kepingin melihat bagaimana
sesungguhnya wajahmu itu."
Habis berkata kakek Lo Kun terus hendak maju
menghampiri tetapi dicegah Hoa Sin: "Jangan totiang, dia
membawa saudaranya, Bu Kak lojin,"
"O, Bu Kak manusia tak berkaki, maksudmu" " tanya kakek
Lo Kun. "Ya," jawab Hoa Sin, "dan yang tak bertangan itu tentulah
Bu Jiu lojin." "Lo-ji, " seru orang berkerudung muka selekas tiba, "hatihatilah,
pemuda gundul itu hebat sekali."
Memang ketiga orang itu adalah Bu-li sai koat atau Tigatokohcacad dalam dunia persilatan yang termasyhur.
"O, apakah lo-toa sudah pernah berhadapan dengan dia" "
tanya Bu Jiu yang disebut lo-ji atau saudara nomor dua.
"Ya," sahut lo-toa atau saudara paling besar, Bu Bin lojin,
"dia bertaruh dengan kawan-kawannya tentang wajahku."
"Hm, memang bangsat semua, pemuda gundul dan
rombongannya itu. Mereka juga menghina aku sebagai
manusia buntung." "Kita bertiga maju serempak untuk menghajar pamuda gila
itu," seru Bu Bin lojin.
"Ah, tak perlu, " sahut Bu Jiu, "biar aku menghadapinya
sendiri saja." Kemudian tokoh tanpa tangan itu berseru ke pada Blo'on :
"Setan gundul, makanya engkau begitu sombong kepadaku,
kiranya engkau pernah bertempur dengan lo-toa."
"Engkau sudah diganjar cacad, masih suka memutar
balikkan keadaan. Yang congkak itu engkau, mengapa
mengatakan aku congkak! "
"Blo'on, " tiba2 kakek Lo Kun melangkah maju ke muka Bu
Jiu, "manusia buntung ini serahkan saja kepadaku. Dia tadi
mencelakai aku, sekarang aku hendak membalasnya."
Bu Jiu tertawa gelak2 : "Siapapun mau maju dulu, boleh saja. Karena itu hanya
soal waktu saja. Akhirnya kalian satu demi satu tentu akan
mati juga." "Setan buntung, kakimu akan kupotong sekali," teriak kakek
Lo Kun seraya menerjang. Tetapi dengan suatu gerakan menendang, tubuh Bu Jiu
sudah mencelat ke samping lalu tanpa berhenti kakinya
menendang pula pantat Lo Ku plak, plak.....
Dua buah tendangan kaki kanan dan kiri Bu-jiu dengan
tepat mengenai pantat Lo Kun. Kakek itu mencelat dan
menjerit kaget dan kesakitan, ia terdampar jatuh sampai dua
tombak jauhnya. Bu Jiu hendak mengejar tetapi Sian Li cepat putar
pedangnya menerjang. "Ho, bagus budak perempuan," seru Bu Jiu "kiranya engkau
juga jagoan wanita" "
Menghindar ke samping, kedua kaki Bu jiu pun sekaligus
menendang. Gerak tendangannya itu menyerupai ilmu
menendang Lian-hoan-thui yang Iihay.
"Ih ..... " Sian Li manjerit kaget ketika siku lengannya
terkena tendangan. Lengannya terasa kesemutan dan pedang
Pek-liong-kiam yang dicekalnyapun terlempar jatuh.
Melihat itu Hong Ingpun cepat loncat hendak memungut
pedang Pek-liong kiam tetapi dia dihalangi dua buah
tendangan oleh Bu Jiu. Bahkan tendangan yang ketiga dan
keempat kalinya memaksa nona itu harus loncat mundur
sampai setombak jauhnya. Tendangan Bu Jiu memang luar biasa. Selain keras sekali,
pun cepatnya bukan kepalang. Dia dapat melepaskan
tendangan berturut-turut sampai delapanbelas kali. Ilmu
tendangan itu disebut Sip-pat-lian-hoan-thui. Jarang lawan
yang mampu terhindar dari ilmu tendangan luar biasa itu.
Saat itu kakek Lo Kun pun maju, demikian pula Sian Li.
Baru kedua orang itu maju menerjang, Hong Ing pun juga
memburu. Dengan demikian Bu Jiu lojin diserang dari tiga
jurusan. "Bagus, kalian boleh serempak maju bertiga atau berempat
dengan pemuda gundul itu sekali. Agar dapat menghemat
waktuku," seru Bu Jiu dengan tertawa congkak.
Sebenarnya ketiga orang itu tak sengaja saling mengajak.
Tetapi karena sudah terlanjur mereka maju bertiga apalagi
diejek oleh Bu Jiu, merekapun tak mau mundur lagi.
Diserangnya orang tanpa tangan itu dengan hebat.
Bu Jiu lojin pun segera mengembangkan ilmu tendangan
Sip-pat-lian-boan-thui yang lihay. Sambil berjumpalitan, kedua
kakinya melancarkan tendangan2 yang berbahaya. Setiap kali
berputar dan berbalik tubuh, ia tentu melepaskan tendangan
berganda. "Krakk....." Karena selalu terancam oleh tendangan yang mengarah
perut dan paha, kakek Lo Kun sangat marah. Ia menangkis
dengan gerak menebaskan tangannya ke arah kaki lawan.
Benturanpun terjadi. Kakek Lo Kun terkejut ketika tangannya
serasa membentur kaki yang sekeras besi. Selain itupun
mengandung tenaga yang kuat sekali sehingga Lo Kun
terpaksa meringis kesakitan dan menjurut mundur.
Kini setelah tinggal berhadapan dengan Sian Li dan Hong
Ing, gerak serangan Bu Jiupun makin gencar sehingga dalam
waktu yang singkat saja, kedua nona itu sudah kewalahan.
"Jangan menggila! " teriak Lo Kun yang kini sudah
mencekal ular thiat-bi-coa di tangannya. Kakek itu segera
menyerang. Tetapi menghadapi tendangan yang luar biasa dari Bu Jiu,
ular thiat-bi-coa tak dapat berbuat banyak. Sekali terkena, siku
lengan Lo Kun termakan ujung kaki Bu Jiu sehingga kakek itu
harus terhuyung-huyung mundur beberapa langkah.
Lengannya kesemutan sehingga tak dapat memainkan ular
thiat-bi-coa lagi. Hoa Sin dan kawan-kawannya, demikian pun Pui Kian
tianglo dari Hoa-san-pay, terkejut menyaksikan kesaktian
orang buntung itu. Walaupun tak mempunyai tangan tetapi Bu
Jiu tetap sakti. "Ih .... " tiba2 Sian Li menjerit ketika kakinya terserempet
tendangan. Nona itu terhuyung-huyung. Dan serempak pada
saat itu, Hong in pun mencelat karena termakan tendangan.
Memperoleh hasil, Bu Jiu terus hendak menyelesaikan
kedua nona itu tetapi secepat itu pun Blo'on sudah
menghadangnya. "Setan engkau!" Bu Jiu terus lepaskan dua buah tendangan
berantai mengarah ke perut Blo'on.
"Uh ", " karena tak mengira tendangan Bu Jiu sedemikian
cepat, tubuh Blo'on mencelat ke udara. Secara kebetulan
tubuhnya melayang kearah Bu Kak.
Prak...... Bu Kak segera menendangkan ujung kakibesinya ke tubuh
Blo'on. Memang hebat sekali tiga serangkai manusia cacad itu.
Bu Kak lojin walaupun kakinya disambung dengan tongkat besi
tetapi dia mampu menendang, berjalan dan bahkan dapat
pula lari secepat angin. Dengan sepasang kaki-besinya itu dia
dapat melambung ke udara sampai lima tombak, kemudian
meluncur turun untuk mengarahkan ujung kaki-besinya
kepada musuh. Blo'on mencelat dan secara kebetulan melayang kearah
Suling Naga 3 Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Sepasang Golok Mustika 1

Cari Blog Ini