Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 18

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 18


lohu pulang ke dalam Benteng kalian dilarang berkeliaran sendiri di
luaran, tahu tidak ?"
"Tetapi jikalau Tia menemui hal yang ada di luar dugaan, putrimu
bagaimana bisa mengetahuinya?"
"Di dalam tiga bulan jikalau Tia belum pulang ke Benteng juga,
saat itulah baru boleh meninggalkan Benteng untuk mencari Lohu."
Selesai berkata tubuhnya segera meloncat ke depan, bagaikan
segulung asap hitam hanya di dalam sekejap saja sudah berada di
tempat yang jauh sekali. Wi Lian In dengan pandangan tajam memperhatikan bayangan
ayahnya hingga lenyap dari pandangan, lantas dengan cepat
tanyanya kepada diri Ti Then:
"Tadi ayahku membicarakan soal apa dengan kau " ''
"Tidak tahu !" Sepasang mata Wi Lian In segera melotot lebar-lebar.
"Kau barani tidak beritahu kepadaku ?" serunya manya.
"Jikalau boleh membiarkan kau tahu, ayahmu pun tidak perlu
memberitahukan hal itu secara diam-diam"
Agaknnya Wi Lian In dibuat bertambah kheki, dengan cepat dia
berhenti berjalan. "Sekarang ayahku sudah tidak ada di sini, bukankah tidak ada
halangannya kau memberitahukan urusan tersebut kepadaku ?"
"Aku sebagai Kiauw-tauw dari benteng Pek Kiam po bagaimana
boleh memberitahukan tugas rahasia yang diperintahkan oleh
ayahmu " maukah kau orang jangan nembuat aku jadi serba susah
?" Wi Lian In sekali lagi menjejakkan kakinya ke atas tanah lalu
berjalan lagi dengan cepat.
Ti Then, Ih Kun, Kha Cay Hiong serta Pauw Kia Yen pun dengan
membawa serta si anying Ciaa Ii Yen mengikuti di belakangnya
berjalan kembali ke dalam Benteng.
Setelah berjalan beberapa saat kemudian mendadak Wi Lian In
menghentikan langkahnya kembali, terdengar dengan seorang diri
dia bergumam: "Kenapa potongan pedang itu bisa miliknya Cuo It Sian" Kalau
memangnya barang milik Cuo It Sian kenapa dia tidak mau minta
kembali barang itu secara terbuka ?"
Ti Then yang ada di belakangnya sewaktu melihat mulutnya
berkemak kemik seorang diri segera tertawa geli.
"Eeei kau jangan berpikir sembarangan ," serunya.
Wi Lian In tetap seperti orang gendeng . . .
"Tia adalah seorang yang jujur, kenapa dia mau merampas
barang milik orang lain?"
''Ayahmu bisa menguasahi barangnya Cuo It Sian sudah tentu
ada alasan yang kuat, kau janganlah dikarenakan urusan ini lantas
menaruh rasa curiga terhadap perbuatan ayahmu."
"Tetapi aku merasa Tia rada sedikit aneh , . . . " seru Wi Lian ln lagi ragu-ragu.
"Apakah sebab-sebabnya dilain hari tentu ayahmu bisa memberi
penjelasan dengan sendirinya."
" Lalu kenapa tidak dijelaskan sekarang saja ?"
"Ayahmu tidak mau memberi penjelasan pada saat ini sudah
tentu ada alas an-alasa tertentu"
"Masih ada lagi" ujar Wi Lian In lagi dengan perlahan " Tadi
terang-terangan ayah bilang tidak mau pergi mengejar Cuo It Sian,
tetapi seteIah aku bilang tidak seharusnya dia kembali ke Benteng
kenapa secara mendadak pula dia mau pergi mengejar diri Cuo It
Sian, dia . . apakah dia sungguh-sungguh pergi mengejar diri Cuo It
Sian ?" "Sudah tentu sungguh-sungguh, kali ini ayahmu sudah bersiap
sedia pergi ke kota Tiong Cing Hu untuk mencari diri Cuo It Sian."
Dengan perlahan Wi Lian In menghela napas panjang lalu
melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.
Lima orang dengan cepatnya sudah tiba di dalam Benteng,
mereka segera dirubung oleh para jago untuk memanyakan
pengalamannya, Ti Then serta Wi Lian In pun segera menceritakan
kisahnya waktu mereka bisa dikibuli.
Setelah semuanya selesai masing-masing baru kembali ke dalam
kamarnya untuk beristirahat.
Ti Then yang kembali kembali ke kamarnya segera menyulut
lampu minyak dan mengetuk tiga kali ke depan jendela, setelah itu
baru naik ke atas pembaringan untuk beristirahat.
Dia bersiap-siap hendak mencerirakan perintah dari Wi Ci To
yang menyuruh dia pergi mencuri potongan pedang itu kepada
majikan patung emas, karena perjalanannnya kali ini harus
memakan waktu selama tiga bulan lamanya, sewaktu dirinya
kembali dari gunung Cun san maka boleh dihitung dia sudah jadi
patung emas selama tujuh bulan lamanya, saat itu jaraknya dengan
" Kontrakan waktu " sudah tinggal lima bulan lagi, terhadap dia majikan patung emas boleh dikata kepulangan tiga bulan ini
merupakan satu "kerugian " yang amat besar sekali, kemungkinan sekali karena urusan ini maka "rencana busuk" nya tidak bisa
mencapai kesuksesan, maka itu dia harus memberikan
penjelasannya. Sudah tentu terhadap tugas yang diberikan Wis Ci To kali ini dia
merasa sangat girang sekali, karena hal ini merupakan satu
kesempatan yang paling baik buat dirinya untuk mengundurkan
waktu berakhirnya perjanyian ini. Maka dia mengambil keputusan
sekali pun perjalanannya kali ini menuju ke gunung Cun san bisa
memperoleh hasil dengan amat lancar, dia pun baru akan kembali
ke dalam Benteng setelah tiga bulan lamanya.
Sewaktu dia tertidur sampai tengah malam, ternyata patung
emas dari majikan patung emas itu muncul juga dari atas atap
rumah. "Ti Then !'" terdengar majikan patung emas dengan
mengerahkan ilmu untuk menyampaikan suaranya memanggil
dirinya.. "Cepat kau ceritakan kisahmu sewaktu pergi menolong Ih, Kha
serta Pauw tiga orang !"
"Aku mengundang kau datang kemari memangnya hendak
memberitahukan urusan ini kepadamu.."
"Kalau begitu cepatlah berbicara !"
"Ternyata Cuo It Sian itu si pembesar kota adalah manusia
berkerudung itu !" "Sejak semula sudah ada di dalam dugaanku !"
"Pada malam tadi'" ujar Ti Then kemudian, "Dia mengajak Wi Ci To main catur di dalam kamar bacanya, akhirnya mendadak mereka
lenyap secara bersamaan, Nona Wi segera memastikan kalau mereka keluar melalui sebuah
jalan rahasia yang ada di dalam kamar baca itu, lantas dengan
membawa seekor anying sakti Cian Li Yen mengikuti mereka"
"Jalan rahasia itu menembus sampai dimana ?" tanya majikan
patung emas ingin tahu. "Di dalam sebuah goa di belakang tebing "Sian Ciang, aku
bersama-sama dengan nona Wi sesudah keluar dari goa itu dengan
mengikuti anying sakti tersebut lantas melakukan pengejaran terus
yang akhirnya sampailah disebuah tebing yang amat curam, di atas
tebing curam itu terdapat sebuah puncak yang agak luas, kami
segera naik ke atas puncak itu, terlihatlah Cuo It Sian dengan
seorang lelaki berkerudung yang kurus kering sedang naenguasahi
Ih, Kha serta Pauw tiga orang, kiranya barang yang diminta oleh
Cuo It Sian adalah sebuah potongan pedang, itulah bukan lain
sebuah gagang pedang yang amat pendek sekali, kalihatannya amat
berharga sekali . . . . "
"Eeeei . , .- , kiranya potongan pedang itu yang dicari, lalu Wi Ci To apa menyerahkan kepadanya ?" tanya majikan patung emas
lebih lanjut. ''Sudah diberikan. !'"
"Hmmmm , . . . orang she Cuo itu sungguh lihay sekali !"
"Setelah dia berhasil memperoleh potongan pedang itu bersamasama dengan si lelaki berkerudung yang kurus kecil meninggalkan
tempat itu, sesaat sebelum pergi dia masih mengundang Wi Ci To
untuk pergi main catur di rumahnya !"
"Sungguh berarti sekali. lalu Wi Ci To mengadakan pengejaran
tidak ?" "Tidak segera pergi mengejar " jawab Ti Then. " Dia menyuruh kami jangan membocorkan rahasia dari Cuo It Sian ini terlebih
dahulu kemudian memberi perintah juga kepadaku, setelah itu baru
.pergi mengejar" "Kau di perintahkan untuk berbuat apa ?" tanya majikan patung
emas lebih lanjut. "Soal ini nanti sada aku baru memberitahukan padamu, sekarang
aku mau membicarakan soal potongan pedang itu terlebih dulu, . .
sungguh mengherankan sekali . ... kiranya potongan pedang itu
sebetulnya adalah barang milik Cuo It Sian, sungguh lucu tidak ?"
"Ehmm, . . memang aneh sekali . . ."
"Aku sungguh tidak mengerti, kalau memangnya potongan
pedang itu adalah milik Cuo It Sian sendiri kenapa dia tidak minta
kembali secara terus terang saja " sebaliknya menggunakan caracara yang begitu rendah untuk turun tangan " sedangkan Wi Ci To
pun merupakan seorang dari kalangan lurus yang biasanya
bertindak jujur dan pendekar, kali ini dia sudah manginginkan
barang milik orang lain " bahkan mengusahakan juga mau merebut
kembali potongan pedang itu ?"
"Benar!" seru majikan patung emas itu memperdengarkan suara
keheranannya juga. "Urusan ini memang benar-benar membuat
orang kebingungan, apa mungkin potongan pedang itu sudah
mengandung suatu rahasia yang amat penting?"
"Pastilah begitu !" teriak T i Then membenarkan. "Bahkan rahasia itu pastilah mem punyai hubungannya dengan mereka berdua
sehingga terjadilah suatu perebutan yang tidak terbuka, yang satu
ingin merebut yang lain ingin mempertahankan terus"
"Tidak salah, , : .tidak salah.."
"Tetapi" ujar Ti Then lagi: "Tidak perduli rahasia itu mem punyai sangkut paut dengan urusan apa pun, menurut pandanganku maka
Wi Ci To berada didalarn kedudukan lurus sedangkan Cuo It Sian
berada di dalam kedudukan jahat"
"Ehmmm, , , apa benar ?" seru majikan patung emas dengan
suara yang tidak yakin. "Benar!" sahut Ti Then mengangguk.
"Karena untuk mendapatkan potongan pedang itu Cuo It Sian
ternyata tidak jeri-jerinya membunuh dan mencelakai orang lain,
bahkan masih ingin bekerja sama
dengan si rase bumi Bun Jin cu, pekerjaannya ini tidak sesuai
dengan sifat asli seorang pendekar sejati !"
"Lalu kau kira bagaimana dengan cara yang aku lakukan saat
ini?". "Tindakanmu rada kalem tidak seperti Cuo It Sian yang amat
ganas dan kejam tetapi " jika dikatakan lihay juga tidak cukup
lihay!" "Apa maksudmu ?" tanya majikan patung emas sambil tertawa.
"Karena kau minta aku kawin dulu dengan nona Wi. hal ini sedikit
keterlaluan ". "Aku membantu kau mendapatkan seorang istri yang amat cantik
dan genit dan membantu Wi Lian In mencarikan seorang suami
yang tampan bahkan membantu Wi Ci To mencarikan seorang
menantu yang amat bagus sekali, apanya lagi yang jelek ?"
"Jikalau kau orang tidak bertujuan, hal itu memang amat bagus
sekali ! " seru Ti Then dengan cepat,
"Sudah. . . . sudahlah. . . . kau jangan omong kosong lagi ! "
potong majikan patung emas kemudian. " Tadi kau bilang Wi Ci To
sudah perintahkan dirimu untuk melakukan satu tugas sebetulnya
tugas apa itu ?" "Dia minta aku pergi mencuri kembali potongan pedang tersebut"
"Bukankah dia sudah pergi sendiri?"
"Dia punya rencana pergi merebut barang itu di rumahnya Cuo
It Sian, tetapi dia pun merasa ada kemungkinan Cuo It Sian pergi
ke atas gunung Cun-san untuk mencari Ciu Kiam Lojin untuk bantu
dia menyambungkan kembali pedangnya yang sudah patah jadi dua
bagian itu, karenanya sudah perintahkan diriku untuk meminyam
kesempatan tersebut mencurinya kembali.."
"Hmmm !" dengus majikan patung emas itu dengan cepat. "Jarak
dari sini menuju ke gunung Cun san selama tiga bulan lamanya,
jikalau waktu itu tidak melihat juga Cuo It Sian pergi mencari Ciu
Kiam Lojin maka tiga bulan kemudian akan baru boleh pulang ke
dalam Benteng.'' Mendengar berita itu agaknya majikan patung emas dibuat
cemas sekali. "Maknya ... dengan begitu bukankah perkawinanmu dengan Wi
Lian In juga harus diundurkan paling cepat tiga bulaa lagi "
teriaknya dengan gemas. "Aku tahu pekerjaan ini sangat menggangu sekali terhadap
rencana yang kau susun tetapi coba kau pikir dapatkah aku
menolaknya ?" oooOOooo "Sudah tentu kau tidak bisa menolaknya . . . persoalannya
sekarang. . . , setelah lewat tiga bulan kemudian berarti di dalam
satu tahun sudah tinggal lima bulan saja, jikalau diantara waktu itu
timbul kembali persoalan bukankah tujuanku jadi berantakan ?"
"Bilamana tujuanmu sampai berantakan, hee. . . hee, . .
bukanlah kesalahanku" sahut Ti Then cepat.
"Hmm! jikalau rencanaku gagal maka orang yang paling gembira
tentunya kau kan ?" seru majikan patung emas dengan dingin,
"Mana. . . . mana. ."
Dengan dinginnya majikan patung emas bertanya kembali.
"Kenapa Wi Ci To memerintahkan kau berjaga selama tiga bulan
lamanya baru boleh pulang kembali ?"
"Alasannya mudah sekali, dia sudah mengambil keputusan untuk
merebut kembali potongan pedang tersebut."
"Hmm ! Hmm ! sungguh kurang ajar sekali.." teriak si majikan
patung emas dengan teramat gusar.
"Dia bahkan memerintahkan aku untuk meninggalkan Benteng
secara diam-diam dan jangan sampai membiarkan nona Wi, karena
alasannya dia orang takut sampai putrinya terjatuh kembali ke
tangan Cuo It Sian, makanya aku mem punyai rencana untuk
meninggalkan Benteng secara diam-diam besok pagi, entah kau
orang punya perintah lain tidak ?"
Lama sekali majikan patung emas berpikir keras, akhirnya dia
menyawab : "Setelah kau orang berhasil mendapatkan potongan pedang itu
kau harus cepat-cepat kembali ke dalam Benteng, aku larang kau
berkeliaran lebih lama lagi di tempat luaran !"
"Hal ini sudah tentu !"
"Aku sudah mengambil keputusan untuk secara diam-diam
mengirim orang untuk mengawasi seluruh gerak gerikmu, jikalau
aku mengetahui kalau kau belum pulang juga walau pun potongan
pedang itu sudah kau dapatkan. . . .hmmm. , . ,hmmm. . .! aku
segera bunuh dirimu!"
"Kau punya hak untuk berbuat begitu"'serunya membantah.
"Rencana yang sudah aku susun harus mencapai hasil, lain waktu
setelah kau kembali ke dalam benteng jikalau di dalam satu bulan Wi Ci To
belum juga menyiarkan berita perkawinan putrinya dengan dirimu,
maka waktu itu terpaksa aku melakukan perintahku yang kedua!"
"Perintahmu yang kedua ini adalah. . . . ." tanya Ti Then.
"Aku perintah kau orang cepat mengawini diri Wi Lian In !"
Ti Then segera merasakan hatinya tergetar amat keras dia


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawa pahit. "Jikalau kau demikian adanya memungkinan sekali urusan malah
jadi kacau tidak karuan!" serunya.
"Tidak mungkin ! sewaktu Wi Ci To tahu kau dengan putrinya
sudah melakukan hubungan gelap maka satu-satunya cara buat dia
orang dia. , . , .adalah, . . mengawinkan dirimu secepatnya !"
"Dia mungkin akan turun tangan membunuh diriku."
"Tidak mungkin !"
Ti Then segara termenung tanpa mengucapkan sepatah kata
pun Dengan perlahan majikan patung emas menarik kembali patung
emasnya ke atas, tambahnya :
"Kau harus ingat, aku bisa mengirim orang secara diam-diam
mengawasi seluruh gerak gerikmu, sewaktu kau berhasil
mendapatkan potongan pedang itu dan tidak kembali juga, tanpa
banyak rewel lagi aku segera akan turun tangan membinasakan
dirimu !": Selesai berkata dia segera menarik seluruh patung emasnya ke
atas atap dan menutup kembali atapnya lalu pergi.
Dengan mandongakkan kepalanya ke atas atap Ti Then diamdiam merasa geli pikirnya:
"Untung saja kau tidak melarang aku pergi. . . :"
Dia mengira asalkan dia orang tidak terlalu keburu untuk pergi
mencuri potongan pedang dari Cuo It Sian itu maka dia masih mem
punyai waktu yang banyak untuk berkeliaran selama tiga bulan
ditempat luaran, karena itu terhadap gentakan dari majikan patung
emas dia sama sekali tidak merasa murung,
Keesokan harinya, baru saja dia selesai bersantap pagi tampaklah
pelayan perempuan Cun Lan sudah menghadap datang.
"Ti Kiauw tauw !" ujarnya sambil menjura, "Siocia mengundang
kau untuk berbicara di dalam kebun bunga"
"Baik, beritahu kepadanya sebentar lagi aku akan ke sana."
Cun Lan segera menyahut dan meninggalkan tempat itu.
Sekembalinya ke dalam kamar Ti Then segera membereskan
pakaiannya secara diam-diam dan diletakkan di dalam kamar,
setelah itu dia pergi mencari Shia Pek Thad an ujarnya kepadanya:
"Shia heng, siauwte sudah mendapatkan perintah dari Pocu
untuk melakukan suatu tugas, setelah aku meninggalkan Benteng
maka semua urusan di sini kaulah yang mengurus"
"Pocu suruh Ti Kiauwtauw melakukan pekerjaan apa?" Tanya
Shia Pek Tha keheranan. "Maaf, pocu sudah pesan wanti-wanti kepada siauwte untuk
jangan memberitahukan urusan ini kepada orang lain, harap Shia
heng suka memaafkan."
Dengan perlahan Shia Pek Tha mengangguk.
"Apa nona Wi juga ikut pergi?" ujarnya.
"Dia tidak pergi. Pocu minta siauwte pergi seorang diri saja."
"Kalau memang begitu lebih baik Ti Kiauwtauw pergi secara
sembunyi-sembunyi saja jangan sampai membiarkan dia orang
tahu." "Benar !" sahut Ti Then sambil mengangguk. "Baru saja dia
perintahkan Cun Lan untuk datang mengajak siauwte ngobrol di
kebun bunga, nanti tolong secara diam-diam Shia-heng bawa kuda
Ang San Khek itu keluar, dan tunggu aku di pintu Benteng setelah
siauw-te bercakap cakap beberapa patah kata dengan diirinya
siauwte segera mau berangkat "
"Baiklah, kepergian dari Ti Kiauw-tauw kali ini entah
membutuhkan waktu seberapa lama ?"
"Tidak tentu, paling cepat satu, dua bulan, paling lambat yaa tiga
empat bulan" "Urusan yang hendak Ti Kiauw-tauw kerjakan kemungkinan
sekali ada hubungannya dengan manusia berkerudung hitam
bukan"''. Ti Then segera tertawa,. "Maaf, siauw-te tidak bisa naemberitahu.."
"Baiklah " ujar Shia Pek Tha pula sambil tertawa. "Aku pergi
mempersiapkan kuda buat Ti Kiauw-tauw ".
Selesai berkata dia segera berjalan menuju ke kandang kuda.
Ti Then yang berjalan ke kebun bunga segera tampaklah olehnya
Wi Lian In sedang duduk seorang diri di tepi bunga teratai, agaknya
dia sedang memikirkan sesuatu.
Dengan perlahan dia duduk di samping badannya lantas
bertanya: "Ada urusan apa ?"
Wi,Lian In segara memutuskan sebatang ranting pohon Liauw
dan dikoyakan ke dalam air kolam:
"Perkataan yang Tia ucapkan kemarin malam kepadamu tentunya
kau mau memberitahukan kepadaku bukan ?" ujarnya dengan
perlahan. "Sebelum aku menyawab pertanyaanmu ini, aku mau
menanyakan satu urusan dulu kepadamu . . " , kau .suka tidak kalau
aku menghormat ayahmu ?"
"Baik.. ., baik, . . . kau tidak mau bicara yaa sudahlah ! buat apa
kau orang mengambil perkataan yang tidak berat untuk menekan
aku ?" seru Wi Lian In sambil mencibirkan bibirnya.
Ti Then segera tersenyum.
"Kau adalah putri ayahmu, seharusnya kau orang lebih percaya
dan lebih menghormati ayahmu sendiri daripada aku ".
"Bukannya aku tidak percaya atau tidak menghormati ayahku,
aku cuma ingin tahu apa yang dia orang tua bicarakan dengan
dirimu ". "Kemarin malam kan aku sudah bilang, jikalau ayahmu
memperbolehkan kau tahu kenapa harus berbicara secara pribadi
dengan aku orang." Dengan sedihnya Wi Lian In menghela napas panjang.
"Aku tahu ayahku adalah seorang yang baik" ujarnya. "Tetapi terhadap urusan yang menyangkut diri Cuo It Sian ini setelah
berpikir semalaman aku tetap tidak mengerti, aku tidak tahu kenapa
ayah ngotot mau mendapatkan kembali potongan pedang milik Cuo
It Sian itu " sedangkan Cuo It Sian sendiri pun kenapa tidak mau
meminta langsung kepada ayahku secara terbuka ?"
"Tentang urusan ini ayahmu tidak pernah memberitahukan
kepadaku, sehingga aku sendiri pun tidak tahui"
"Apakah ayahku meminta kau orang membantu dirinya untuk
melakukan satu urusan?" tanya Wi Lian la kemudian sambil melototi
dirinya. "Bukan !" sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya.
Mendadak Wi Lian In tersenyum.
"Sungguh-sungguh bukan ?" tanyanya.
"Sungguh !" sahut Ti Then dengan serius.
"Ini hari kau ingin berbuat apa ?"
"Tidak ingin berbuat apa-apa, cuma sada sat ini aku ada satu
urusan yang harus diselesaikan secepatnya , , "
"Urusan apa?" tanya Wi Lian In cepat.
Ti Then sengaja memperlihatkan wajah kemalu-maluan lalu
tertawa. "Aku ingin pergi mengentengkan badan sebentar ! bilamana kau
tidak merasa kelamaan, tunggulah sebentar. . . . nanti kiia
ngomong-ngomomg lagi."
Mendengar perkataan itu air muka Wi Lian In segera berubah
memerah dengan malunya dia cemberut.
"Hmmm ! membosankan, sana. , sana. , . . " serunya.
Ti Then segera bangkit berdiri dan ujarnya lagi sambil tertawa:
"Kau harus tunggu aku di sini, menanti aku kembali lagi ke sini
dan membicarakan. suatu urusan yang penting kepadamu"
Selesai berkata dengan gaya ada urusan genting dia berlari
keluar dari kebun bunga itu.
Sekembalinya dari dalam kamar dengan membawa buntalan dan
pedangnya dia segera berlari menuju kepintu Benteng.
Mendekati pintu benteng dia bertemu dengan Ki Tong Hong itu si
pendekar pedang merah, dia yang melihat Ti Then membawa
buntalan dan gerak geriknya tergesa-gesa segera maju bertanya :
"Ti Kiauw-tauw kau mau kemana ?"
"Ada urusan mau pergi ke kota sebentar.."
"Apa bukan melakukan perjalanan jauh?" Tanya Ki Tong Hong
sambil tertawa menyengir.
"Bukan.." "Kalau begitu kenapa harus membawa buntalan?" desak Ki Tong
Hong lebih lanjut. Untuk sesaat Ti Then tidak ada perkataan untuk menyawab, "Kau
orang boleh pergi bertanya dengan Shia-heng !"
Sehabis berkata dia segera merangkap tangannya memberi
hormat lalu keluar dari pintu Benteng.
Shia Pek Tha sejak semula sudah menanti diluar Benteng dengan
menuntun kuda Ang Shan Khek itu, melihat Ti Then berlari
mendatang dia segera datang menyongsong dan memberikan tali
les kudanya kepada dia orang.
Ti Then segera menerima tali les dan meloncat naik ke atas
punggung kudanya. Di tengah suara bentakannya yang amat
nyaring dia melarikan kudanya turun gunung.
Dia tahu jikalau Wi Lian In mendengar kalau dirinya
meninggalkan Benteng dia tentu akan mengejarnya, karena itu
selama perjalanan dia terus melarikan kudanya dengan amat cepat
sekali. Hanya di dalam sepertanak nasi kemudian dia sudah menuruni
pegunungan Go-bi dan berlari di jalaa raya yang datar.
Setelah itu dia melarikan kudanya pula menuju ke arah timur.
Selama di tengah perjalanan tidak menemui kejadian apa-apa,
pada siang hari ketujuh dia sudah memasuki daerah Oh Kiang dan
menaiki gunung dari Bu Leng san.
Pemandangan disepanjang jalan amat indah sekali, akhirnya dia
memperlambat lari kudanya untuk melanjutkan perjalanan dengan
perlahan-lahan, dia orang benar-benar dibuat mabok oleh
keindahan alam sekitar tempat tersebut.
Dia berjalan . . - berjalan terus, tidak terasa lagi hari sudah
menjadi gelap. Pandangan yang terlihat di hadapannya cumalah lereng-lereng
gunung terjal ini saling sambung menyambung, tak terasa lagi
gumamnya seorang diri : "Aaaa . . . celaka, ini kemungkinan sekali aku harus menginap
ditempat terbuka." Baru saja dia selesai bergumam, mendadak dari samping hutan
ditengah gunung berjalanlah keluar seorang tukang pencari kayu
yang usianya masih sangat muda sekali.
Pemuda itu mem punyai perawakan yang tinggi kekar dan sangat
berotot, wajahnya tampan dengan pada ikat pinggangnya tersoren
sebilah kampak pendek, pundaknya memikul satu pikulan kayu
bakar sedangkan langkahnya amat mantap sekali, jelas dia
merupakan orang yang pernah belajar ilmu silat.
Jilid 27.3 : Cian Pit Yuan membalas dendam
Ti Then yang melihat wajah pemuda sangat menarik rasa
simpatik segera menyelimuti dirinya, dia berjalan ke samping badan
pemuda itu lantas menjura: "Lo-te maaf mengganggu !"
Pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya, dia
mengangguk sebagai balasan menghormat,
"Aaah.. Lo-heng tentu orang yang sedang melakukan perjalanan
bukan ?" "Benar . . benar, tolong tanya dari tempat ini menuju kekota
yang terdekat masih ada seberapa jauh ?".
"Lo-heng mau pergi kemana ?"
"Kesebelah sana!" sahut Ti Then segera sembari menuding
kearah Utara. "Tempat itu menuju kekota Ih Hong, kalau menunggang kuda
paling cepat juga ada setengah hari perjalanan !"
"Iiih. . . kalau begitu sesampainya di kota tersebut sudah tengah
malam buta?" teriak Ti Then amat terkejut.
"Benar, bilamana Lo-heng tidak menampik. silahkan menginap
satu malam di rumah gubukku?"
"Lote tinggal digunung ini?"
"Benar, tidak jauh dari sini."
"Tidak mengganggu?"
"Apa ganggu mengganggu, di rumah gubukku cuma siauw-te
seorang saja" sahut pemuda sambil tertawa,
Ti Then jadi keheranan. "Oooh. . Lote tinggal di atas gunung
seorang diri ?" "Benar !" jawab pemuda itu sambiI menganggukkan kepalanya.
"Setelah orang tuaku mati satu-satunya ciciku juga kawin, sekarang
dirumahku cuma tinggal aku seorang diri saja."
"Lalu Lote menggantungkan pencari kayu sebagai penghidupan
sehari-hari ?" tanya Ti Then lagi.
"Benar!" sekali lagi pemuda itu mengangguk. "Ada kalanya aku berburu adakalanya pula aku mencari kayu di hutan."
"Lalu siapa namamu?"
"Aku she Kwek bernama Kwek Kwan San, lalu kau ?"
"Aku adalah Ti Then!"
Pemuda Kwek Kwan San itu segera tersenyum ramah, ujarnya:
"Bagaimana Ti-heng" kau orang jadi bermalam dirumahku tidak?"
"Baik?" Sahut Ti Then dengan amat girang, Malam ini terpaksa
aku orang mengganggu satu malam !"
Agaknya Kwek Kwan San itu pun menaruh rasa simpatik
terhadap diri Ti Then, mendengar dia menyanggupinya hatinya
terasa amat girang sekali.
"Kalau begitu silahkan Ti-heng mengikut diri siauw-te !"
Sehabis berkata dia berjalan terlebih dahulu mengikuti jalan
gunung tersebut. Ti Then pun turun dari kuda dan mengikuti dari sampingnya,
setelah berbelok-belok di jalan pegunungan yang agak lebar kini
mereka berbelok ke dalam sebuah jalan usus kambing yang amat
sempit sekali. Setelah melalui lagi beberapa ratus langkah tampaklah tidak jauh
dari mereka sekarang berada berdirilah sebuah rumah gubuk.
"Itukah ramahmu ?" tanyanya segera.
"Benar !" jawab Kwek Kwan San mengangguk. "Rumahku jeiek
harap jangan dibuat geguyon"
"Mana . . . mana , . . Lo-te tinggal di sini seorang diri apakah
tidak terlalu kesepian ?" tanya Ti Then gugup.
"Dahulu aku memang rada kesepian tetapi sekarang sudah tidak,
karena baru-baru ini Siauw-te sudah mengangkat seorang suhu, dia
orang tua sekarang berdiam bersama-sama dengan siauw-te !"
"Oooh . . . kiranya begitu! laiu siapa, kah sebutan dari suhumu ?"
tanya riThtE kemudian "Sebutan suhuku amat aneh sekuli, dia dipanggil sebagai Sang
Sim Lojin atau si kakek tua berduka hati, sedangkan siapakah nama
yang sesungguhnya selama ini dia orang tua tidak pernah mau
memberitahukannya kepada siauw-te . , ,"
"Sang Sim Lojin ?" tanya Ti Then terperanyat.
"Benar. Sang Sim Lojin !"
"Kenapa dia orang berduka ?"
"Entahlah.." sahut Kwek Kwan san sambil gelengkan kepalanya.
"Dia sekarang ada di dalam rumah?"
"Ada, suhuku jarang sekali keluar pintu"
"Jika dilihat dari langka lo-te yang begitu mantap sudah tentu


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian silatnya amat hebat, kenapa kau orang masih
menggantungkan pencarian kayu bakar sebagai biaya hidup ?"
"Mana . : . . mana . . . " ujar Kwek Kwan San sambil tertawa
malu. "Siauw-te cuma berhasil mempelajari sedikit permainan kaki
saja, jika dibandingkan dengan orang lain masih terpaut sangat jauh
sekali" Sewaktu mereka bercakap-cakap itulah tanpa terasa sudah tiba
di depan rumah gubuk itu. Kwek Kwan San segera meletakkan kayu
bakar yang dipikulnya tadi ke atas tanah lantas berjalan masuk ke
dalam rumah. "Suhu . . suhu . . . " teriaknya keras "Kita sudah kedatangan
seorang tetamu." Tetapi sewaktu dia berjalan masuk ke dalam rumah tidak terasa
lagi air mukanya rada sedikit tertegun.
"Iih . suhu, dia orang tua sudah pergi ke mana ?" jeritannya
kaget. Ti Then pun ikut berjalan masuk ke dalam, ternyata di dalam
ruangan itu memang benar-benar kosong melompong dan sama
sekali tidak kelihatan jejak dari "Sang Sim Lojin" itu, lantas ujarnya :
"Kemungkinan sekali suhumu sudah keluar dari rumah."
Pada wajali Kwek Kwan San segera terlintaslah satu perubahan
yang amat aneh lantas dengan perlahan mengangguk.
"Benar .... Ti heng silahkan duduk biarlah siauw-te pergi
mencarinya sebentar"
Selesai berkata dia segera putar badan dan berjalan keluar.
Ti Then pun segera duduk di atas ruangan tersebut, matanya
dengan perlahan menyapu sekejap keseluruh dinding ditempat itu,
ketika dilihatnya di atas dinding sudah tergantung sebilah pedang
panjang dengan sarung yang amat kuno sekali dalam hati diamdiam berpikir: "Oooh . . . kiranya si Sang Sim Lojin ini pun merupakan seorang
jagoan pedang entah bagaimana kepandaiannya di dalam
permainan pedang " dan mengapa mem punyai sebutan sebagai
Sang Sim Lojin?" Sewaktu pikirannya berputar dengan keras itulah terdengar Kwek
Kwan yang ada diluar sedang berteriak keras:
"Suhu .... suhu . . . kau ada dimana ?" Suara teriakannya
semakin lama semakin perlahan dan semakin lama semakin kecil
agaknya dia sudah berada di tempat yang amat jauh sekali.
Kurang lebih seperempat jam kemudian tampaklah Kwek Kwan
San dengan wajah yang amat sedih sekali berjalan masuk kembali
ke dalam rumah, alisnya dikerutkan rapat-rapat.
"Aneh sekali, entah suhu dia orang tua sudah pergi ke mana ?"
"Apa suhumu jarang keluar?"
"Benar!" jawab Kwek Kwan San mengangguk. "Selama beberapa
bulan ini setiap kali siauw-te pulang dari mencari kayu dia pasti
menunggu di dalam rumah, entah mengapa ini hari sudah keluar
rumah..... haaaai..entah dia orang sudah pergi kemana ?"
"Jikalau mau pergi ke tempat kejauhan seharusnya dia orang tua
meninggalkan surat sebagai pemberitahuan"
"Benar ... sungguh aneh sekali .." Seru Kwek Kwan San
keheranan tidak ada habisnya.
"Apa mungkin sudah menemui peristiwa lain ?"
"Jikalau sudah terjadi urusan, dengan kepandaian silat yang
dimiliki oleh suhu dia orang tua seharusnya bisa menghadapi
dengan mudah, kepandaian silat dari dia orang tua amat hebat
sekali" " Pedang itu apakah milik suhumu ?" tanya Ti Then kemudian
sambil menuding kearah pedang yang tergantung di atas dinding
itu. "Tidak salah!" sahut Kwek Kwan San mengangguk.
"Kalau begitu" ujar Ti Then lagi, "Dapatkah suhumu pergi ke
sekitar tempat ini untuk berjalan-jalan" Bilamana sudah terjadi
peristiwa yang diluar dugaan pedang itu tidak seharusnya masih
tergantung di atas dinding."
Mendengar penjelasan dari Ti Then itu dengan perlahan perasaan
murung yang menyelimuti wajahnya mulai luntur.
"Perkataan dari Ti heng sedikit pun tidak salah" sahutnya rada
girang, "Silahkan kau tunggu sebentar, biar siuwte masuk ke dalam
untuk mempersiapkan makanan"
Selesai berkata dia berjalan masuk ke dalam rumah.
Tidak lama kemudian nasi panas dengan beberapa macam sayur
asin sudah dihidangkan di atas meja.
Kwek Kwan San kembali berjalan keluar dari rumah untuk
menengok, lalu dengan keheran-heranan ujarnya :
"Sungguh aneh sekali, bagaimana dia orang belum kembali
juga?" "Coba tunggu sebentar lagi"
Kwek Kwan San segera kembali ke dalam rumah.
"Tidak, mari kita makan dulu" ujarnya kemudian.
Dia mempersilahkan Ti Then duduk dan mengambilkan dua
mangkuk nasi yang satu diangsurkan kepada Ti Then dan yang lain
buat dia sendiri, lantas bersama-sama bersantap.
Sembari makan tanya Ti Then lagi:
"Lo-te tahun ini umur berapa?"
"Delapan belas."
"Kau punya maksud untuk selamanya menggantungkan
pencarian kayu baker untuk biaya hidup?"
"Tidak, lain kali setelah kepandaian silatku berhasil aku latih
hingga mencapai pada taraf yang tinggi siauwte punya rencana
untuk jadi Piauw-su, aku dengar jadi piauwsu paling mudah mencari
uang, bukan begitu?"
"Benar, tetapi juga sangat berbahaya sekali " sahut Ti Then
sambil mengangguk. "Guruku pernah bilang, asalkan siauw-te mau berlatih selama
tiga tahun lamanya maka dia tanggung siauw-te bisa jadi jagoan
nomor satu, saat itu untuk jadi piauw-su bukanlah satu soal yang
sulit " "Jadi piauwsu bukan saja harus mem punyai kepandaian silat
yang amat tinggi bahkan pengalamannya pun harus amat luas
sekali " "Aku tahu " sahut Kwek Kwan San mengangguk, "Aku beleh
menyabat sebagai pengawal rendahan terlebih dulu. ooohh yaa, Tiheng bekerja apa ?" "Cayhe menyabat sebagai Kiauw-tauw dari Benteng Pek Kiam Po"
Agaknya Kwek Kwan San belum pernah mendengar nama dari
Benteng Pek Kiam Po ini, mendengar perkataan tersebut dia jadi
tertegun. "Apa itu Benteng Pek Kiam Po?" tanyanya.
"Benteng Pek Kiam Po adalah satu aliran di dalam Bu-lim yang
cukup besar pengaruhnya, markas besarnya ada di gunung Go-bi,
apakah suhumu belum pernah membicarakan soal Pek Kiam Po ini
kepadamu ?" "Tidak!" sahut Kwek Kwan San sambil gelengkan kepalanya.
"Suhu kecuali setiap hari memberi pelajaran ilmu silat kepada siauw-te, apapan tidak pernah dibicarakan."
"Di dalam Bu-lim pada saat ini setiap jago yang pernah terjunkan
diri ke kalangan kang-ouw pasti akan tahu kalau di atas gunung Gobi ada sebuah Benteng Pek Kiam po, suhumu tidak pernah
mengungkatnya kepada mu mungkin dikarenakan perhatiannya
cuma dipusatkan pada pemberian pelajaran ilmu silat."
"Apakah orang-orang dari Benteng Pek Kiam Po pun berlatih
ilmu pedang semua?" tanya Kwek Kwan San lagi.
"Benar !" "Siapakah Pocunya ?"
"Si pedang naga emas Wi Ci To."
"Apakah ilmu pedangnya sangat tinggi sekali?"
"Dia mem punyai nama harum sebagai Bu Lim Cit Ji Kauw-jin
atau jagoan nomor dua dari seluruh Bu-lim,"
Agaknya Kwek Kwan San menaruh perhatian khusus terhadap
urusan ini, desaknya lebih lanjut:
"Lalu siapakah si jagoan nomor wahid di dalam seluruh Bu-lim
saat ini ?" "Si kakek pemalas Kay Kong Beng, tetapi dia bukan orang
benteng Pek Kiam Po kami, dia berdiam di puncak gunung Kim Teng
San " "Ilmu pedang dari suhuku di dalam pandangan siauw-te amat
dahsyat dan liehay sekali, entah dapatlah kepandaian silatnya
dibandingkan dengan si kakek pemalas Kay Kong Beng serta pocu
dari Benteng Pek Kiam Po tidak " "
"Cayhe belum pernah melihat ilmu pedang dari suhumu,
sehingga sukar buatku untuk menyawab pertanyaan ini "
"Ada satu hari suhu pernah mendemontrasikan permainan
pedangnya buat siauw-te lihat, dia menancapkan tiga batang bambu
ke atas tanah lantas di dalam satu kali babatan saja sudah berhasil
menebas putus ketiga batang bambu tersebut, tetapi bambu yang
cuma diberdirikan itu sama sekali tidak rubuh"
"Kalau begitu kepandaian ilmu pedang dari suhumu memang
sangat dahsyat sekali " seru Ti Then tertarik.
"Jika dibandingkan dengan si kakek pemalas Kay Kong Beng
serta Pocu dari Ti-heng rasanya bagaimana?"
"Hmmmm..mungkin hampir sama"
"llmu pedang dari Ti-heng tentunya sangat lihay bukan?"
"Mana. . mana. , ," ujar Ti Then sambil tersenyum, "Cayhe masih terpaut jauh"
"Tadi Ti-heng bilang kau menyabat sebagai apa di dalam Benteng
Pek Kiam Po?" "Cong Kiauw-tauw."
"Apa yang dimaksud dengan Kiauw-tauw itu ?" tanya Kwek Kwan
San lagi "Kedudukan Kiauw-tauw ada di bawah Pocu seorang dan
bertugas untuk memberi pelajaran ilmu silat kepada seluruh jagoan
pedang yang ada di dalam Benteng."
Mendengar penjelasan itu Kwek Kwan San jadi terperanyat
"Jagoan pedang yang ada di dalara Benteng Pek Kiam Po apakah
usianya sederajat dengan usia dari Ti-heng ?" tanyanya lagi.
"Tidak, jagoan pedang di dalam Benteng Pek Kiam Po yang
berusia sekecil cayhe cuma ada beberapa orang saja "
"Lalu bagaimana Ti-heng bisa menyabat sebagai Kiauw-tauw dari
para jago di dalam Benteng Pek Kiam Po" tanya Kwek Kwan San lagi
sambil berseru keheran-heranan.
"Hal ini dikarenakan , . , Ehmm, pertanyaan dari Lo-te ini
sungguh-sungguh membuat cayhe sukar untuk memberi jawaban.."
"Ooooh sekarang aku paham sudah tentu ilmu pedang dari Ti
heng jauh melebihi kepandaian silat dari para jago pedang lainnya
sehingga diangkat sebagai Kiauw-tauw, bukan begitu ?"
Ti Then sambil tertawa segera mengangguk.
Kwek Kwan San jadi amat girang sekali, serunya:
"Dapatkah Ti-heng memperlihatkan sedikit kepandaian untuk
siauwte lihat?" "Haa..haa..siauwte tidak berani memperlihatkan kejelekanku di
hadapan kalian!" serunya dengan cepat sambil gelengkan kepalanya
cepat. "Ti-heng kenapa sungkan?" ujar Kwek Kwan san dengan terburuburu. "Siauw-te cuma ingin mengetahui bagaimana taraf kepandaian
silat yang aku miliki sekarang ini jika dilihat dari kepandaian yang Tiheng miliki. Siauw-te sejak belajar ilmu pedang dari suhuku dia
orang tua sampai saat ini belum pernah mengetahui bagaimana
hasil dari latihanku itu jikalau Ti heng mau sedikit
memperlihatkannya maka Siauw-te segera akan tahu seberapa
tinggi kepandaian yang aku miliki."
"Tapi"jikalau sampai suhumu pulang dan menemuinya bukankah
terlalu tidak baik . . . ," ujar Ti Then kembali berusaha menampik.
''Suhuku kemungkinan sekali ada urusan pergi ke kota, aku rasa
dia orang tua tidak mungkin bisa kembali dengan cepat,"
"Kalau begitu setelah selesai makan bilamana suhumu belum
kembali juga, cayhe akan memperlihatkan sedikit kejelekan."
akhirnya Ti Then mengabulkan.
Kwek Kwan San jadi amat girang sekali.
"Bagus sekali, mari kita cepat makan !"
Selesai berkata dengan lahapnya dia menghabiskan nasinya.
Tidak lama kemudian mereka berdua sudah kenyang benarbenar. Kwek Kwan San tidak sempat membereskan mangkok
sumpitnya segera dia memohon lagi kepada diri Ti Then :
"Ti-heng bagaimana kalau mendemonstrasikan sekarang saja !"
"Baik, mari kita keluar rumah."
Mereka berdua segera jalan keluar dari rumah gubuk itu, Ti Then
memungut tiga batang bambu dan diletakkan di atas tanah lalu
mencabut keluar pedang panjangnya, dia tertawa. "Cayhe pun mau
jajal mengayunkan cara seperti suhumu, jikalau jelek Ioo-te jangan
tertawa Iho. ." "Tidak mungkin, tidak mungkin. Ti-heng silahkan bermain" seru
Kwek Kwan San dengan cepat.
Ti Then segera pusatkan pikirannya, lantas kakinya maju satu
langkah ke depan, pedang yang ada di tangannya dengan cepai
bagaikan sambaran kilat dibabat ke depan.
"Sreeeet. ".. ditengah bekelebatnya sinar pedang yang
menyilaukan mata pedangnya sudah dimasukkan kembali ke dalam
sarungnya. Sedang ketiga batang bambu itu pun masih tetap berdiri tidak
bergerak dari tempatnya, dengan lurus bamboo-bambu tersebut
masih berdiri di atas tanah.
Sepasang mata dari Kwek Kwan San terbelalak lebar-lebar
melototi ketiga bambu tersebut, beberapa saat kemudian dia baru
berjalan mendekati bambu tersebut menyenggolnya dengan
perlahan. Ketiga batang bambu tersebut segera putus dan jatuh
berantakan di atas tanah, air mukanya segera berubah, dia merasa
terkejut bercampur kagum sehingga tidak terasa lagi menarik napas
panjang-panjang. "Oooh. . . . Ilmu pedang dari Ti-heng ternyata
seimbang dengan ilmu pedang dari suhuku, kau orang bagaimana
bisa berhasil melatih sehingga demikian hebatnya?"
Ti Then cuma tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun,
dia tidak ingin memberitahu kalau dirinya bisa mematahkan lima
batang bambu sekaligus, karena dia tidak ingin menghilangkan
kepercayaan seorang murid terhadap suhunya.
Lama sekali Kwek Kwan San mematung melongo kearahnya,
lantas dengan ragu-ragu serunya:
"Kau. . , usiamu masih muda, bagaimana kau orang berhasil
melatih ilmu pedangmu sehingga demikian tingginya ?"
"Cayhe berlatih ilmu pedang sejak berumur lima enam tahun
sehingga dengan demikian bisa memperoleh kesuksesan seperti ini,
tetapi jikalau membicarakan tenaga dalam mungkin Cayhe masih
kalah jika dibandingkan dengan suhumu"
Dengan amat kagumnya Kwek Kwan San memperhatikan dirinya
terus menerus ujarnya kemudian:
"Siauw-te baru belajar ilmu pedang beberapa bulan saja, entah
sampai kapan baru bisa berhasil mencapai seperti apa yang dimiliki
Ti-heng saat ini ?" "Bakat lo-te amat bagus sedang pikirannya pun amat tajam
sekali, asalkan mau berlatih dengan giat lima tahun kemudian


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pastilah kau orang bisa berhail mencapai taraf seperti ini"
"Tetapi.. " bantah Kwek Kwan San.lagi. " Lima tahun kemudian
sewaktu siauwte berhasil mencapai pada taraf seperti Ti-heng saat
ini, maka pada waktu itu kedahsyatan dari ilmu silat Ti-heng entah
sudah menanyak seperti apa ?"
Ti Then segera tertawa geli,
"Lo--te kau tidak boleh berpikir demikian " ujarnya keras, "Ada pepatah yang mengatakan satu gunung, lebih tinggi dari gunung
yang lain, ditengah yang hebat pasti ada yang jauh lebih hebat,
cayhe cuma bisa begini saja dapat dihitung seberapa tingginya?"
Agaknya Kwek Kwan San rada kikuk juga oleh perkataannya tadi,
dia tertawa malu dan ujarnya :
" Benar. siauw-te tidak seharusnya menginginkan diriku jauh
lebih tinggi dari orang lain"
Ti Then segera memungut kembali ketiga batang bambu itu dan
dilempar ke tempat kejauhan.
"Nanti sewaktu suhumu pulang lebih baik Lo-te jangan
mengungkat-ungkat soal ini, mau bukan " " ujarnya.
"Ti heng takut kalau suhuku mencari kau orang untuk diajak
bertanding ?" "Benar !" jawab Ti Then tertawa, "Suhumu adalah seorang
locianpwe dari Bu-lim, cayhe seharusnya menaruh hormat
kepadanya ". Suhu dia orang tua jadi orang memang amat baik sekali,
bilamana dia tahu kalau ilmu pedang Ti-heng amat tinggi sekali, dia
orang tua pasti akan ikut merasa bergirang hati ".
"Suhumu mem punyai julukan sebagai si kakek tua bersedih hati,
tentunya pada masa yang lalu sudah menemui suatu pengalaman
pahit yang mendukakan hati-nya. . . " ujar Ti Then tiba-tiba.
"Ada satu kali, dia pernah beritahu kepada siauw-te. katanya di
dalam Bu-lim dia mem punyai dendam dengan seorang jagoan
berkepandaian tinggi, cuma saja dia tidak pernah memberitahukan
siapakah nama si jagoan berkepandaian tinggi itu?"
"Suhumu mem punyai rencana hendak membalas dendam?"
tanya Ti Then. "Agaknya memang begitu, karena di samping dia orang tua
menurunkan ilmu silat kepadaku dia pun setiap hari berlatih dengan
rajinnya" Mereka berdua sembari bercakap-cakap sembari berjalan kembali
ke dalam rumah, Kwek Kwan San segera membereskan mangkok
sumpit dan dari dalam dapur membawa keluar sepoci teh panas.
Dia mengambil secawan buat Ti Then lalu mengambil pula
secawan buat dirinya sendiri, ujarnya lagi :
"Ilmu pedang dari Ti-heng belajar dari siapa ?"
"Cayhe pernah mengangkat seorang suhu yang mem punyai
julukan sebagai Bu Beng Lojin ".
" Bu Beng Lojin ?" tanya Kwek Kwan San keheranan.
"Benar " sahut Ti Then sambil meneguk air tehnya satu tegukan.
"Suhuku sama dengan suhumu, dia pun mem punyai satu
pengalaman di masa lampau yang amat menyedihkan hatinya?"
Baru saja dia berbicara sampai kata-kata yang terakhir mendadak
terlihatlah olehnya tubuh Kwek Kwan San bergoyang tidak hentihentinya seperti seorang lagi kemabokan terhuyung-huyung dan
sempoyongan tidak karuan.
Tidak terasa lagi di dalam hati Ti Then merasa sangat
terperanyat. "Iiih... Lo-te kau kenapa?" tanyanya.
"Heran..kepalaku..oh. . .kepalaku." seru Kwek Kwan San sambil
memegang kepalanya sendiri dan mengerutkan alisnya rapat-rapat.
Perkataannya belum selesai diucapkan mendadak cawan yang
ada ditangannya terjatuh ke atas tanah sedang tubuhnya pun ikut
rubuh ke atas tanah, . . .secara tiba-tiba dan sangat aneh sekali dia
jatuh tidak sadarkan diri lagi.
Ti Then yang melihat kejadian itu menjadi sangat terperanyat
sekali, dengan cepat dia meletakkan cawan air tehnya ke atas meja
lalu berjongkok ke samping badan Kwek Kwan San dan
membimbingnya bangun. "Hey Lo-te.. Lo-te.. kau kenapa "'" teriaknya.
Pada saat itulah mendadak dia pun merasakan kepalanya sangat
pening sekali, dalam hati dia merasa sangat terperanyat, pikirnya:
"Celaka. . .! pasti ada orang yang memasukkan obat pemabok ke
dalam air the ini !"
Dengan cepat dia meletakkan badan Kwek Kwan San ke atas
tanah dan berusaha bangkit berdiri, tetapi pada saat itulah
kepalanya terasa semakin pening sehingga membuat matanya
berkunang-kunang tubuhnya terhuyung-huyung dengan
sempoyongan akhirnya tidak kuasa lagi rubuh ke atas tanah dan
jatuh tidak sadarkan diri.
Baru saja dia jatuh tidak sadarkan di ri ke atas tanah, dari pintu
rumah gubuk itu tampaklah berkelebatnya sesosok bayangan
manusia diikuti munculnya seorang manusia aneh.
Orang aneh ini berusia kurang lebih enam puluh tuhunan,
tubuhnya sedengan sedang rambutnya awut-awutan dan amat kotor
dengan kepala yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang,
ditambah lagi dengan sepasang matanya yang memancarkan sinar
yang amat tajam sekali membuat orang yang melihat dirinya seperti
juga me lihat mayat hidup yang baru saja bangkit dari dalam
kuburan. Siapakah orang itu "
Bukan lain, dialah, si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan
adanya ! Si pendekar aneh dari Bu-lim yang telinga kanannya
berhasil dipapas putus oleh Wi Ci To pada masa yang lalu dan
terpapas lagi telinga kirinya oleh Ti Then pada beberapa bulan yang
lalu ternyata sudah munculkan dirinya di depan rumah gubuk di
atas.gunung Bu Leng san ini.
Begitu tubuhnya berjalan masuk ke dalam rumah, matanya
dengan amat tajam melirik sekejap ke atas badan Ti Then yang
menggeletak di atas tanah lalu memperdengarkan suara tertawanya
yang amat dingin sekali, setelah itu dari dalam sakunya dia
mengambil keluar sebotol obat dan mengambil keluar sebutir untuk
kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya Kwek Kwan San.
Tidak selang lama kemudian Kwek Kwan San sadar kembali dari
pingsannya. Dengan perlahan sepasang matanya dipentangkan, sewaktu dia
bisa melihat jelas orang yang ada di hadapannya bukan lain adalah
si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan dengan amat
girangnya dia segera meloncat bangun.
"Suhu" teriaknya. '' Kau sudah pulang ?"
Tetapi sebentar kemudian dia sudah melihat tubuh Ti Then yang
rubuh tidak sa?darkan diri di atas tanah serta cawan air teh yang
berserakan di atas meja, seketika itu juga dia teringat kembali
dengan kejadian yang baru saja berlangsung itu, teriaknya.
"Aduuuh ... bagaimana bisa jadi " Tadi tecu dengan Ti-heng ini . " "Bukankah sudah jatuh tidak sadarkan diri ?" Potong .si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan sambil tertawa.
"Benar " teriak Kwek Kwan San dengan sangat terperanyat."
Tecu mendadak merasakan kepalaku pening dan berputar amat
cepat lalu jatuh tidak sadarkan diri, saat itu agaknya Ti-heng masih
baik-baik saja . . bagaimana sekarang pun dia juga jatuh tidak
sadarkan diri ?" "Karena kalian berdua sudah terkena obat pemabok !" jawab si
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan sambil tertawa dingin.
"Aaaah terkena obat pemabok ?"" tanya Kwek Kwan San dengan
sangat terkejut sekali. -ooo0dw0ooo- Jilid 28 1 : Manusia berkerudung utusan Majikan Patung Emas
"Tidak salah," jawab si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit
Yuan sepatah demi sepatah. "Memang benar ada orang yang sudah
memasukkan obat pemabok ke dalam air teh kalian"
"Siapa yang memasukkan obat petnabok itu?" tanya Kwek Kwan
Ssn dengan amat terperanyat.
"Aku." Kwek Kwan San seketika Itu juga dibuat melengak.
"Haah .... suhu kau orang yang memasukkan obat pemabok itu
ke dalam air teh kami?" ujarnya tidak mau percaya.
"Benar . ." sahut si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan
mengangguk "Kau merasa ada diluar dugaanmu bukan?"
"Tidak salah, kenapa suhu memasukkan obat pemabok itu ke
dalam air teh kami sehingga kami jadi mabok?" teriak Kwek Kwan
San dengan melototkan sepasang matanya lebar-lebar.
"Karena aku orang tua mau merubuhkan dirinya" jawab si
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan sambil menuding kearah
diri Ti Then yang menggeletak di atas tanah.
Kwek Kwan San benar-benar merasa terkejut.
"Suhu kenal dengan dia orang?"
"Sudah tentu aku kenal, dia adalah Kiauw tauw dari Benteng Pek
Kiam Po yang bernama Ti Then "
"Suhu ada dendam sakit hati dengan orang ini?"
"Aku orang tua memang punya dendam dengan Pocu mereka Wi
Ci To, sedangkan bangsat cilik ini "aku sih tidak punya ganyalan
apa apa" "Kalau memangnya tidak punya ganyalan hati apa-apa kenapa
suhu mau merubuhkan dirinya?" tanya Kwek Kwan San keheranan.
"Karena aku ingin menanyakan satu urusan dengan dirinya, kau
pergilah mencari seutas tali"
Kwek Kwan San ragu-ragu sebentar, akhirnya dia masuk ke
dalam rumah juga untuk mengambil seutas tali.
Si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan segera turun
tangan mengikat seluruh tubuh Ti Then dengan cepatnya setelah itu
menotok jalan darah dari Ti Then dan memasukkan sebutir pil ke
dalam mulutnya. Tidak selang lama kemudian Ti Then pun dengan perlahan-lahan
sadar kembali dari pingsannya.
Ketika dia dapat melihat orang yang berdiri di hadapannya bukan
lain adalah si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan dalam hati dia
merasa sedikt bergidik, disusul satu senyuman pahit menghiasi
bibirnya. "Aaah, kiranya Sang Sim Lojin adalah kau!" serunya.
"Setelah Lohu mengasingkan diri ke atas gunung dan berlatih
ilmu pedang dengan susah payah selama dua puluh tahun lamanya
tidak kusangka sewaktu menerjunkan diri ke dalam Bu lim untuk
kedua kalinya sudah dikalahkan ditangan kau bangsat cilik,
bagaimana hal ini tidak membuat Lohu bersedih hati"
"Hal itu dikarenakan ilmu silatmu tidak sempurna, bagaimana
bisa menyalahkan diriku?"
"Lohu sama sekali tidak menyalahkan dirimu."
"Lalu kenapa kau menawan aku seorang?" tanya Ti Then sambil
tertawa dingin. "Karena aku ingin menanyakan satu urusan dengan dirimu."
"Kau bersikap demikian kasarnya terhadap diriku, kau mengira
aku mau menyawab pertanyaan-pertanyaan yang kau ajukan?"
Si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan segera tertawa
dingin. "Bilamana kau tidak mau menyawab pertanyaan yang lohu
ajukan maka jangan harap bisa meninggalkan tempat ini." sahutnya.
Ti Then tertawa, dengan perlahan dia mengalihkar sinar matanya
kearah wajah diri Kwek Kwan San, "Lote. suhumu memang amat
bagus sekali" ejeknya.
ooOOoo AIR muka Kwek Kwaa San seketika itu juga berubah memerah,
dengan menundukkan kepalanya rendah-rendah dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun.
"Bangsat cilik!" seru si Cian Pit Yuan dergan suara yang amat
berat, "Kau bisa mencari sampai di sini hal ini jelas tidak
mengandung maksud baik terhadap Lohu, siapa yang bilang salah
kalau Lohu turun tangan dulu?"
"Aku sedang melakukan perjalanan lewat di tempat ini, aku sama
sekali tidak sedang mencari dirimu" ujar Ti Then sambil tertawa
pahit. "Benar" sambung Kwek Kwan San lebih lanjut. "Suhu, Ti-heng
memangnya sedantg melakukan perjalanan lewat di tempai ini, dia
bukannya sengaja datang mencari kau orang tua"
"Kau mengerti apa?" bentak Cian Pit Yuan dengan gusarnya
sambil melotolt dirinya. "Tempat ini sangat jarang sekali dilalui
orang, dia pasti sengaja datang mencari aku orang-tua, kalau tidak
mana mungkin bisa tiba di sini?"
Ti Then tiba-tiba tertawa terbahak-bahak
"Sejak semula aku sudah melupakan dirimu sama sekali buat apa
aku datang mencari dirimu lagi?" serunya.
"Omong kosong," bentak Cian Pit Yuan dengan amat gusar. "Wi
Ci To takut lohu pergi ke benteng Pek Kiam Po-nya untuk membalas
dendam maka dia sengaja mengirim dirimu untuk menyelidiki
keadaaan dari lohu, kau kira lohu tidak mengerti akan hal ini?"
"Bagaimana mungkin Wi Pocu kami takuti dirimu yang pergi ke
benteng Pek Kiam Po untuk membalas dendam" kau kira kami pihak
benteng Pek Kiam Po ada dendam dengan dirimu?"
"Apa mungkin tidak ada?" ejek Cian Pit Yuan dengan dingin.
"Tidak ada" Cian Pit Yuan jadi teramat gurar, dia mendengus dengan amat
ademnya. "Tetapi Lohu merasa punya satu dendam yang sedalam lautan
dengan dirinya," "Bagaimana kalau suruh muridmu itu menimbangnya dari
tengah?" "Tidak perlu." "Yang kau maksudkan dengan dendam sedalam lautan tentunya
dikarenakan Wi Pocu serta aku berhasil membabat putus sepasang
telingamu bukan?" Cian Pit Yuan yang mendengar lukanya dikorek kembali oleh Ti
Then air mukanya seketika itu juga berubah jadi merah padam, dia
menggembor dengan amat kerasnya.
"Tidak salah, karena Lohu tidak hati-hati telingaku berhasil kalian
tabas sampai putus, maka itu Lohu mau membalas dendam.
Pokoknya ada satu hari Lohu pasti akan msnabas putus juga
sepasang telinga dari kalian berdua."
"Soal ini aku sama sekali tidak menolak" jawab Ti Than dengan
air muka yang sangat tenang sekali. "Tetapi kau boleh menganggap
tersayatnya sepasang telingamu oleh kita adalah satu dendam
sedalam lautan, pada mulanya kita melukai kau dengan
mengandalkan ilmu silat yang sungguh-sungguh dan sama sekali
tidak menggunakan akal licik mau pun siasat busuk, maka itu jika
lain kali kau merasa dirimu sudah cukup kuat untuk bergebrak
dengan diri kita lebih baik pergunakanlah ilmu silat yang benar,
tidaklah benar kalau menganggap kami sebagai satu musuh buyutan
yang dendamnya sedalam lautan."
"Lohu pasti akan memotong sepasang telinga dari kalian berdua"
teriak Cian Pit Yuan lagi sambil menggigit kencang bibirnya
menahan kegemasan dalam hatinya, "Kalian tunggu saja waktunya"
"Sampai waktunya kami akan menyambut dirimu dengan senang
hati, sekarang mari kita bicara terang-terangan saja, perjalananku


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari ini bukanlah sengaja datang mencari dirimu."
"Lohu tidak percaya!"
"Jika aku sengaja datang untuk menyelidiki keadaanmu, aku
tidak akan mengikuti muridmu untuk bersama masuk rumah ini."
Seru Ti Then tertawa. "Kalau begitu ceritakanlah apa maksudmu lewat jalan ini dan kau
bangsat cilik mau pergi kemana?"
"Maaf soal ini sukar untuk memberi jawaban."
Cian Pit Yuan segera tertawa dingin.
"Jika kau orang suka berterus terang menyawab pertanyaan yang
aku ajukan ini Lohu akan segera melepaskan dirimu pergi, kalau
tidak heee heee heee seharusnya kau tahu, pada saat ini cukup
Lohu angkat jari tangan saja kau segera akan menemui ajalnya."
"Aku rasa kau tidak akan berbuat demikian"
"Kau mengira Lohu tidak berani membunuh dirimu" seru Cian Pit
Yuan sambil tertawa aneh.
"Menurut apa yang ku ketahui kau orang kecuali berpikiran picik
dan mem punyai rasa ingin menang yang berlebih-lebihan
sebetulnya bukanlah satu orang yang suka membunuh orang
dengan sembarangan."
"Kau terlalu memandang tinggi diri Lohu"
"Apa mungkin tidak?" Seru Ti Then.
"Ini hari kau harus menyawab dua buah pertanyaan dari Lohu,
kalau tidak Lohu pasti tidak akan melepaskan dirimu"
"Apa itu kedua buah persoalanmu itu?"
"Pertama, beritahu kepada Lohu kau hendak kemana," ujar Cian
Pit Yuan dengan keren, "Kedua, beritahu kepadaku, kepandaian silat
yang kau pelajari ini kau dapat dari siapa?"
"Kedua buah persoalan itu sebetulnya mudah saja untuk
dijawab,cuma aku mempunyai satu sifat yang kukoay sekali,
bilamana aku menyawab pertanyaanmu dengan perkataan yang
sungguh atau mungkin mengarangkan satu jawaban hanya
bertujuan untuk memperoleh kebebasan hal ini sama saja aku
sudah menemui satu kekalahan, aku tidak ingin memperoleh
kekalahan ini." "Jadi kau tidak mau menyawab?" teriak Cian Pit Yuan dengan air
muka penuh diliputi oleh hawa napsu membunuh.
"Tidak!" Cian Pit Yuan segera tertawa dingin dengan amat seramnya.
"Haruslah kau ketahui," ajarnya dingin, "Bilamana malam ini Lohu
turun tangan melenyapkan dirimu, tidak mungkin ada orang yang
bisa tahu atas kejadian ini."
"Tapi sedikitnya ada dua oraag yang tahu, yang satu adalah kau
dan yang lain adalah muridmu itu."
Dengan perlahan sipendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan
mengalihkan pandangannya ke atas wajah Kwek Kwan San,
tanyanya dengan nada mencoba:
"Kwan San, bangsat cilik ini adalah musuh besar suhumu,
bagaimana kalau suhu turun tangan membinasakan dirinya?"
"Baik," sahut Kwek Kwan San mengangguk. "Tetapi suhu kau
orang tua haruslah memberi satu kesempatan buat dirinya."
"Mau kasi kesempatan apa lagi?" tanya Cian Pit Yuan melengak.
"Lepaskan dia lantas bunuh dirinya dengan mengandalkan ilmu
silat yang suhu miliki."
Agaknya Cian Pit Yuan sama sekali tidak menyangka kalau
muridnya bisa mengucapkan kata yang demikian "Gagah"nya, untuk
sesaat lamanyadia malah dibuat sangat rikuh. Karena dia pun
pernah menyajal kepandaian silat dari diri Ti Then dan di dalam hati
tahu bilamaoa dirinya diharuskan mengadakan pertempuran secara
adil dengan diri Ti Then maka kesempatan untuk memperoleh
kemenangan tidaklah terlalu besar di dalam hatinya justru dia tidak
ingin bertempur secara adil dengan dirinya.
Dia agak melengak sebentar tapi sebentar kemudian sudah
angkat kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Bagus... Bagus" aku orang mern punyai ahli waris seperti
dirimu dalam hati aku benar-benar merasa girang sekali."
Mendengar perkataan tersebat Kwek Kwan San jadi sedikit
ketakutan. "Bilamana tecu sudah salah berbicara harap suhu mau
memaafkan" ujarnya dengan cepat.
"Tidak, perkataanmu sedikit pun tidak salah" sahut Cian Pit Yuan
sambil gelengkan kepalanya. "Aku orang tua tidak akan
membinasakan dirinya di dalam keadaan situasi seperti ini, tetapi
aku pun tidak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja, kecuali
dia mau menyawab kedua buah pertanyaan yang aku ajukan tadi."
"Aku tidak akan menyawab kedua pertanyaanmu itu." Teriak Ti
Then sambil tertawa. "Kalau begitu kau jangan harap bisa meninggalkan tempat ini
dalam keadaan selamat"
"Kalau memangnya demikian bilamana aku punya kesempatan
bisa meloloskan diri dari sini, aku tentu tidak berlaku sungkansungkan lagi terhadap dirimu."
"Untuk selamanya kau tidak akan mem punyai kesempatan untuk
meloloskan diri lagi," sahut Cian Pit Yuan sambil tertawa dingin
dengan amat seramnya. "Mulai saat ini setiap jsm sekali Lcohu akan
menotok jalan darah kakumu, kau tidak bakal bisa melarikan diri."
"Haaa ..... haaa . . . tapi kau harus ingat dengan pepatah yang
mengatakan, orang budiman tentu akan dibantu oleh Tbian
kemungkinan sekali ada orang bakal turun tangan menolong diriku."
"Kau jangan mimpi" Seru Cian Pit Yuan dengan serius ambil
tertawa, "Tidak akan ada orang yang bisa sampai di sini apalagi di
dalam Bu-lim pada saat ini kecuali si kakek pemalas Kay Kong Beng
serta Wi Ci To dua orang tidak akan ada yang bisa menolong dirimu
dari tangan lohu." Ti Then segera melirik sekejap kearah Kwek Kwan San lantss dia
tersenyum. "Hal ini sukar sekali untuk dijawab, kemuungkinan sekali cuma
seorang yang berkepandaian sangat biasa pun bisa menolong aku
meloloskan diri dari sini"
Agaknya Cian Pit Yuan pun teringat pula dengan muridnya, tidak
terasa lagi dia sudah menoleh kearah Kwek Kwan San ke atas
dengan wajah yang serius dan keren ujarnya:
"Kwan San, kau tidak akan mengkhianati suhumu bukan?"
Agaknya Kwek Kwan san tidak paham dengan kata-kata tersebut,
dia agak melengak. "Tecu mana berani mengkhianati suhu," ujarnya.
"Maksudku kau dilarang menolong bangsat cilik ini secara diamdiam" ujar Cian Pit Yuan dengan serius.
"Tecu tidak berani"
"Hey bangsat cilik." ujar Cian Pit Yuan kemudian sambil menoleh
kearah Ti Then dan tertawa dingin. "Lohu bilang satu ysa satu,
jikalau kau mau menyawab pertanyaan dari Lohu itu maka Lohu
segera akan melepaskan dirimu"
Agaknya Kwek Kwan San pun tidak tega melibat Ti Then
tersiksa, tiba-tiba dia nyeletuk, "Benar, Ti-heng, kedua pertanyaan
yang diajukan oleh suhuku agaknya tidak terlalu sukar untuk
menyawab kenapa kau tidak mau memberi jawabannya?"
"Lepaskan diriku terlebih dulu, setelah itu aku baru kasi
jawabannya" "Tidak." potong Cian Pit Yuan dengan ketus. "Kau jawab dulu
pertanyaanku kemudian lohu baru lepaskan dirimu."
"Kalau begitu kita tidak usah berbicara lagi."
"Bangsat cilik" teriak Cian Pit Yuan sambil mendengus dingin.
"Tulang badanmu sungguh-sungguh keras sekali."
"Benar, sudah keras bau lagi."
"Bagus, Lohu mau lihat kau bangsat cilik bisa bersabar sampai
seberapa lama," Ti Then pejamkan matanya tidak menyawab lagi.
Kepada Kwek Kwan San dengan cepat Cian Pit Yuan memberi
perintah. "Kwan San, bawa dia ke dalam kamar!"
Kwek Kwan San menyahut dan membopong tubuh Ti Then
masuk ke dalam sebuah kamar tidur dan meletakkan badan Ti Then
di atas pembaringan kemudian dengan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun dia mengundurkan diri dari tempat itu.
Kepada Cian Pit Yuan tanyanya dengan suara yang amat lirih.
"Suhu, apa kau orang tua benar-benar mau menawan dirinya
selama beberapa hari di sini."
Cian Pit Yuan mengangguk, lalu menarik dirinya keluar dari
rumah tersebut. "Kwan San," ujarnya dengan suara yang amat rendah. "Di dalam
hati kecilmu tentunya kau merasa perbuatan dari suhumu ini salah
bukan?" "Tecu tahu suhu amat benci terhadap dirinya," sahut Kwek Kwan
San sambil menundukkan kepalanya. "Karena seperti apa yang
dikatakan agaknya telinga suhu sudah dilukai olehnya."
"Dia memang sudah melukai telingaku sebelah kiri, tetapi aku
sama sekali tidak membenci dirinya. Karena ilmu silatnya memang
benar-benar bisa mengalahkan diriku, kini suhu menahan dirinya
sebetulnya ingin mengetahui asal-usul yang sebetulnya."
"Dia bilang suhunya bermama Bu Beng Lojin."
"Bukankah hal ini sama saja dengan tidak diberitahu?"
"Suhu, buat apa kau ingin mengetahui asal-usulnya?" tiba-tiba
Kwek Kwan San angkat kepalanya dan bertanya.
"Karena dia adalah satu-satunya pemuda aneh yang pernah aku
temui selama hidupku, tabun ini dia cuma berusia dua pulun
tahunan tetapi kepandaian silat yang dimiliki amat dahsyat dan
sempurna sekali sehingga sukar diukur."
"Tadi dia sudah mendemonstrasikan ilmu pedangnya di hadapan
tecu, tecu rasa ilmu yang dimilikinya tidak lebih seimbang dengan
kepandaian silat yang dimiliki kau orang tua"
"Tidak," jawab Cian Pit Yuan sambil gelengkan kepalanya.
"Kepandaian silatnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari diriku,
beberapa bulan yang sewaktu aku pergi ke Benteng Pek Kiam Po
untuk menunutut balas saat itu dia mengaku sebagai pendekar
pedang hitam dari Benteng Pek Kiam Po tetapi setelah bertempur
ternyata aku sudah dikalahkan satu jurus dari dirinya, akhirnya aku
baru tahu kalau dia adalah Kiauwtauw dari Benteng Pek Kiam Po?"
Berbicara sampai di sini dengan perlahan dia menghela napas
panjang, sambungnya kemudian:
"Hal ini benar-benar merupakan satu peristiwa yang sama sekali
tidak terduga semula aku cuma tahu di dalam Bu-lim pada saat ini
kepandaian silat dari si kakek pemalas Kay Kong Beng adalah yang
paling tinggi kemudian Wi Ci To dan terakhir aku, tetapi kini
sesudah munculnya Ti Then ini dimana kepandaian silatnya tidak
berada di bawah aku orang bahkan kelihatannya jauh di atas Wi Ci
To membuat aku jadi berpikir, dia orang yang usianya masih
sedemikian mudanya sudah memiliki kepandaian silat yang demikian
sakti dan dahsyatnya apalagi kepandaian silat dari suhunya sudah
tentu jauh lebih lihay lagi"
"Kepandaian ilmu silat dari orang itu tentu jauh berada di atas
kepandaian silat dari si kakek pemalas Kay Kong Beng, sedangkan
pada berpuluh-puluh tahun ini agaknya di dalam Bu-lim sama sekali
tidak pernah terdengar adanya orang yang memiliki kepandaian silat
jauh melebihi kepandaian silat dari si kakek pemalas Kay Kong
Beng, maka itu aku ingin sekali mengetahui siapakah sebenarnya
suhunya itu" "Sekarang dia tidak mau memberi jawaban atas pertanyaan yang
suhu ajukan, suhu pikir mau berbuat apa terhadap dirinya?" seru
Kwek Kwan San kemudian. "Biar dia merasa lapar selama beberapa hari, pada saat itu dia
tentu akan berbicara dengan sendirinya"
"Kalau berbuat demikian rada tidak baik suhu kalau memangnya
tidak bermaksud membinasakan dirinya lebih baik kita cepat-cepat
lepaskan dirinya pergi saja, tidak urung di kemudian hari pun suhu
harus melepasksn juga dia orang. Aku kuatir sampai waktu itu
sampaidia bisa.." "Kau tidak perlu kuatir, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu
terhadap kita." Potong Cian Pit Yuan dengan cepat.
"Tecu punya satu akal, kemungkinan sekali ada gunanya.
"Akal apa?" tanya Cian Pit Yuan sambil memperhatikan dirinya.
"Apa kemungkinan ini hari dia lewat di tempat ini sebetulnya
hendak pulang untuk bertemu dengan suhunya, nanti lebih baik
suhu lepaskan dia pergi saja kemudian secara diam-diam menguntit
dari belakang, kemungkinan sekali dengan berbuat demikian bisa
bertemu dengan suhunya."
Mendengar perkataan itu air muka Cian Pit Yuan sedikit bergerak.
"Ehmm... memang satu cara yang amat bagus . ." serunya
kemudian. Ketika Kwek Kwan San melihat agaknya suhunya mau menerima
usulnya tersebut dalam hati dia merasa sangat girang sekali.
"Bagaimana kalau tecu pergi membebaskan dirinya?" tanyanya
dengan cepat. "Jangan keburu. biar aku pikir-pikir dulu."
"Tecu rasa inilah satu cara yang paling bagus," sambung Kwek
Kwan San lebih lanjut. "Dengan demikian kita bisa menyelidiki asal
usul perguruannya bisa pula menghindarkan diri dari bentrokan
secara langsung dengan dirinya."
"Baiklah." sahut Cian Pit Yuan kemudian sambil mengangguk.
"Tetapi kita bebaskan besok pagi saja, besok pagi aku akan
berpura-pura pergi meninggalkan rumah lalu kau secara diam-diam
melepaskan dirinya pergi, dengan berbuat demikian dia tentu tidak
akan menaruh curiga kepada kita."
"Betul, baiklah kita kerjakan demikiau saja. Sekararg kau tidurlah
dulu aku mau pergi menyaga dirinya"
Selesai berkata dia segera putar badan memasuki kamar
tersebut. Setelah masuk kamar dimana Ti Then disekap, ketika melihat Ti
Then terbaring di atas pembaringan dia segera menariknya dan
merebahkan ke atas tanah.
"Sungguh maaf" serunya sambil tertawa. "Di dalam rumah ini
cuma ada dua buah pembaringan saja, malam ini terpaksa kau
harus tidur di atas tanah tanpa alas."
Ti Then segera tertawa dingin.
"Kau bermaksud semalam tidak tidur dan duduk di atas
pembaringan untuk menyaga diriku?" tanyanya.
"Benar," jawab Cian Pit Yuan tersenyum kemudian naik ke atas
pembaringan dan duduk bersila, "Lohu tahu kau bisa mengerahkan
tenaga dalammu untuk membebaskan diri dari totokan jalan darah,
karena itu aku hendak korbankan tidak tidur satu malam untuk
setiap setengah jam sekali menotok kembali jalan darahmu."
Tiba-tiba Ti Then tertawa terbahak-bahak.
"Haa .... haa cuma sayang perhitunganmu kali ini rada meleset,
karena aku cuma membutuhkan seperempat jam saja sudah bisa
mengerahkan tenaga dalam untuk membebaskan diri dari totokan."
"Seperempat jam?" tanya Cian Pit Yuan sambil mendengus
dingin. "Tidak salah, seperempat jam sudah cukup."
"Di dalam Bu-lim pada saat ini sekali pun sikakek pemalas Kay
Kong Beng sendiri pun belum tentu bira membebaskan diri dari


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

totokon jalan darah hanya di dalam seperempat jam saja,
bagaimana kau orang bisa?"
"Kay Kong Beng tidak dapat tetapi aku bisa melakukanuny" sahut
Ti Then tertawa, "Agakaja kau sudah kena totok selama seperempat jam bukan ?"
"Benar." Cian Pit Yuan segera tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu kenapa sampai sekarang kau masih belum bisa
bergerak?" tanyanya mengejek.
"Siapa bilang aku belum dapat bergerak?"
Sewaktu Ti Then mengucapkan kata yang terakhir itulah
terdengar suara terputusnya tali yang mengikat badannya bergema
memenuhi seluruh ruangan.
Cian Pit Yuan jadi sangat terperanyat, dengan cepat bagaikan
kilat dia mcloncat turun dari atas pembaringan lalu sepasang telapak
tangannya bersama-sama didorong ke depan menghajar badan Ti
Then yang masih menggeletak di atas tanah itu.
Dengan cepat Ti Then meloncat bangun dari atas tanah
menghindarkan diri dari datangnya serangan gencar itu disusul
tubuhnya meloncat bangun, di tengah suara tertawanya yang amat
keras telapak tangannya segera melancarkan satu pukulan
menghajar pinggangnya. Walau pun Cian Pit Yuan melakukan gerakannya dalam ksadaan
yang amat kritis tetapi dia sama sekali tidak gugup, melihat
serangannya mencapai pada sasaran yang kosong dengan cepat
kaki kanannya ditarik ke belakang, tubuhnya berputar setengah
lingkaran lalu dengan menggunakan telapak tangannya menangkis
datangnya serangan Ti Then yang amat dahsyat.
Ti Then ysng melihat serangan gsncarnya tidak mencspai pada
sasaran serangan yang kedua segera menyusul datang, telapak
kirinya dengan menggunakan jurus banteng menerjang langit
menyerang kening kanan musuhnya.
Dengan cspat Cian Pit Yuan menundukkan kepalanya
menghindarkan diri dari serangan tersebut kakinya dengan
gencarnya melancarkan tendangan kilat ke depan.
"Bangsat cilik!" bentaknya dengan keras. "Ayoh kita bertempur
diluaran saja" Telapak kanan dari Ti Then segera dibabat ke bawah menyambut
datangnya tendangan kaki kirinya, segera tertawa.
"Di dalam kamar bukankah sama saja?" serunya mengejek.
Mendadak Cian Pit Yuan mengundurkan diri ke belakang hingga
punggungnya terbentur dengan tembok ruangan dengan mengambil
kesempatan itulah dia segera mengerahkan tenaga dalamnya
menghajar hancur tembok yang menghalangi perjalanannya itu.
"Braaak . . !" dengan disertai suara yang amat keras tembok itu
kena hajar satu lubang yang besar dengan cepatnya tubuhnya
melayang keluar dari kamar.
Bagaikan bayangan saja Ti Then menguntit terus dari
belakangnya. "Hey Cian Pit Yuan, kau mau melarikan diri?" teriaknya sambil
tertawa keras. "Baru saja dia selesai berkata mendadak dari samping tubuhnya
berkumandang datang suara seorang asing yang amat halus tapi
keren dan berwibawa sekali:
"Sudah .. sudahlah Ti Then, kau tidak usah membuang banyak
waktu lagi di tempat ini," ujarnya.
Orang yang baru saja berbicara itu bukan lain adalah manusia
berkerudung itu. Lelaki berkerudung berbaju biru itu jika didengar dari suaranya
serta dipandang dari perawakannya jelas merupakan seorang
pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan, dia berdiri kurang
lebih tiga kaki di depan pintu rumah dengan pada tangan-kirinya
mengempit seseorang, Kwek Kwan San.
Entah dengan cara bagaimana Kwek Swan San sudah
dikuasainya, saat ini badan dengan amat lemasnya bergantungan di
atas tangannya dan sama sekali tidak kelihatan bergerak.
2 : Menyambung pedang patah
Cian Pit Yuan pun mendengar juga suara itu, sewaktu dilihatnya
manusia berkerudung itu mengempit muridnya sendiri untuk sesaat
lamanya dia dibuat teramat gusar sekali.
"Siapa kau?" teriaknya dengan keras.
Lelaki berkerudung itu segera tertawa ringan.
"Cian Pit Yuan" serunya. "Jika orang tidak terlalu ingin tahu
mungkin usiamu masih bisa diperpanjang beberapa tahun lagi"
Dengan cepat Cian Pit Yuan menoleh kearah diri Ti Then lantas
tanyanya dengan suara yang amat berat.
"Kalian berasal dari satu golongan?"
"Ooooh bukan. . . . bukan . . " sahut manusia berkerudung itu
tertawa. "Cuma secara diam-diam aku sudah memasuki kamarmu
lantas membebaskan jalan darah yang tertotok dari Ti Then."
"Haaa - - haahaa - . saudara sungguh keterlaluan" seru Ti Tben
dengan cepat. "Ha ha . . . haaa , . " mendengar suara dari Ti Then itu manusia
berkerudung tersebut segera tertawa terbahak, "Dikolong langit
pada saat ini masih belum ada orang yang bisa membebaskan dari
pengaruh totokan hanya di dalam waktu seperempat jam saja, kalau
mau berbohong jangan berlebihan."
Cian Pit Yuan segera maju satu langkah mendekati manusia
berkerudung itu dengan wajah penuh perasaan gusar teriaknya lagi.
"Kalau kalian bukan berasal dari satu golongan kenapa secara
diam-diam membantu dia melepaskan totokan jalan darahnya" Lalu
kenapa kau pun menculik anak muridku?"
"Semuanya demi kebaikanmu sendiri," sahut manusia
berkerudung itu sambil tertawa, "Aku tidak tega melihat kau
terbinasa di tangan Ti Then."
"Kentut makmu" teriak Cian Pit Yuan dengan amat gusar.
Manusia berkerudung itu sama sekali tidak jadi marah oleh
makian tesrebut, kepsda diri Ti Then lantas ujarnya.
"Ti Then, kau boleh pergi."
"Saudara hendak menyatuhkan hukuman yang bagaimana
terhadap guru bermurid itu?" tanya Ti Then sambil memperhatikan
diri manusia berkerudung itu.
"Soal ini kau tidak usah ikut campur."
"Walau pun dia orang bukanlah seorang manusia baik-baik tetapi
muridnya Kwek Kwan San itu tidak jelek, cayhe berharap jangan
sampai melukai dirinya."
"Aku menyanggupi untuk tidak melukai diri Kwek Kwan San, kau
boleh berlega hati."
"Eeeh . . . aku boleh bertemu lagi dengan dirimu?"
"Kau barus tahu kita tidak ada keperluan untuk bertemu muka
kembali." Ti Then terpaksa angkat bahunya.
"Sebetulnya saudara apa dia orang?" tanyanya kemudian.
Yang dia maksud sebagai "Dia" sudah tentu adalah Majikan
patung emas itu. Tadi, setelah manusia berkerudung itu membebaskan jalan darah
dari Ti Then dengan menggunakan kesempatan sewaktu Cian Pit
Yuan guru bermurid sedang bercakap-cakap diluar rumah, dengan
amat cepatnya Ti Tben sudsh bisa menduga kalau manusia
berkerudung berbaju biru ini tentulah manusia yang sudah dikirim
oleh majikan patung emas untuk mengawasi dan membuntuti
dirinya, karena majikan patung emas takut setelah dia mendapatkan
potongan pedang itu tidak mau cepat-cepat kembali ke dalam
benteng, karenanya dia lantas kirim orang untuk mengawasi seluruh
gerak geriknya. Ternyata manusia berkerudung itu memang orang yang dikirim
oleh majikan patung emas, mendengar perkataan tersebut dia
segera manyawab: "Soal ini kau tidak perlu tahu"
"Tentu kau ahli warisnya bukan?" seru Ti Then lagi aambil
tertawa. "Perkataanmu sudah terlalu banyak," seru manusia berkerudung
itu kurang senang. "Aku ada satu perasaan, agaknya kita pernah bertemu disuatu
tempat." "Kau jangan omong sembarsngan"
"Sungguh," sahut Ti Then sambil tertawa, "Walau pun saudara
berkerudung tetapi aku bisa merasakan dari sepasang matamu itu."
"Sebetulnya kau orang mau pergi tidak?" teriak manusia
berkerudung dengan keras.
Ti Then angkat bahunya lantas masuk ke dalam rumah
mengambil buntalan serta pedangnya kemudian naik ke atas
punggung kuda Ang Shan Kheknya, sambil merangkap tangannya
memberi hormat kepada Cian Pit Yuan serunya tertawa:
"Hey Cian Pit Yuan, aku msu pergi dulu! Jikalau kau orang mau
membalas dendam atas terpotongnya telingamu pada tiga bulan
kemudian aku akan menanti kedatanganmu di dalam benteng Pek
Kiam Po." "Ada satu hari Lcohu pasti akan datang!" teriak Cian Pit Yuan
dengan amat gusar. Ti Then segera menyentak tali les kudanya lalu melarikan
kudanya meninggalkan rumah tersebut untuk melanjutkan kembali
perjalanannya dengan mengikuti jalan gunung yang ada.
---ooo0dw0ooo--- Pada hari yang ketujuh belas sore Ti Then sudah berada di dalam
kota Hoa Yong Sian yang jaraknya tinggal beberapa ratus li dari
gunung Cun San. Di dalam kota itu dia menginap satu malam dirumah penginapan
'Im Hok' untuk kemudian pada keesokan harinya setelah menitipkan
kudanya di rumah penginapan itu dia melanjutkan perjalanannya
dengan berjalan kaki. Pada suatu magrib akhirnya dia sampai di atas gunung Cun San
tersebut. Cun san, disebut juga sebagai gunung Siang san dengan luas
puncak tujuh li merupakan satu gunung yang amat indah sekali.
Di atas gunung kecuali ada kuil Siang te Bio serta kuil Cong Sin si
yang terletak di kaki gunung, pemandangan di atas jalan amat
indahnya, bahkan banyak kaum pelajar yang berpelancongan di
sana. Hari itu Ti Then sudah tiba di depan pintu kuil Cong sin si di
bawah kaki gunung, ketika dilibatnya ada seorang hwesio sedaog
bersapu membersihkan rontokan dedaunan ia segera maju menjura.
"Lao suhu, permisi.." serunya.
Si hwesio tua itu dengan cepat meletakkan sa punya dan
merangkap tangannya memberi hormat.
"Siauw sicu ada petunjuk apa ?" tanyanya dengan halus.
"Aku dengar di atas gunung Cun san seorang Cu Kiam Lojin,
entah tahukah Lo-suhu dia tinggal di gunung yang sebelah mana ?"
tanya Ti Then cepat. "Siauw-sicu mencari dia apa mau membuat pedang?"
"Benar." Si hwesio tua itu segera menuding kearah sebuah lembah yang
ada di depan kuilnya, "Siauw-cu boleh naik ke atas gunung dengan mengikuti lembah
tersebut, dan carilah Liong Hauw Ji Tong, bilamana kau orang
berjodoh kemungkinan sekali bisa bertemu dengan Cu Kiam Lojin
itu." "Apakah Cu Kiam Lojin tinggal di dalam gua Liong Hauw Ji
Tong?" "Benar" sahut hwesio tua itu mengangguk, "Ada kalanya dia
tinggal di dalam gua naga, ada kalanya juga tinggal didaiam gua
macan. tetapi sekali pun tahu dia ada di dalam gua belum tentu
kau bisa bertemu muka dengan amat mudah."
"Kenapa ?" tanya Ti Then keheranan.
"Apakah Siauw sicu tidak tahu begaimana keadaan dari gunung
tersebut?" tanya si hwesio tua tertawa.
"Cayhe tidak tahu, harap Lo-suhu mau memberi petunjuk."
"Gunung Cun san di atasnya tanah padahal tengahnya kosong,
dan ada berates-ratus ruangan mau pun gua yang saling
berhubungan satu sama lainnya, Jikalau Cu Kiam lojin tidak
membuat pedang kebanyakan tinggal di salah satu ruangan diantara
beratus ruangan tersebut, maka itu mau mencari dia tidak terlalu
gampang." "Apa sungguh ada keadaan seperti itu?"
"Benar atau tidak siauw-sicu boleh pergi melihatnya sendiri
Jikalau siavw sicu tidak menemukan apa yang aku katakan maka
anggap saja perkataan dari pinceng adalah bohong tetapi kalau
slauw sicu menemui apa yang kukatakan sudah tentu sicu akan tahu
kalau perkataan dari pinceng bukanlah bohong."
Mendengar perkataan tersabut Ti Then segera tersenyum.
"Baiklah, terima kasih atas petunjuk dari Losuhu, cayhe akan
segera mengadu untung".
Selesai berkata dia segera merangkap tangannya memberi
hormat dan putar badan melanjutkan kembali perjalanannya.
Dengan mengikuti lembah gunung dia berjalan beberapa saat
lamanya, sehingga menemukan juga gua naga serta gua macan, dia
melakukan pemeriksaan beberapa saat lamanya disekeliling gua
tersebut akhirnya dia mengambil keputusan untuk memasuki gua
naga terlebih dahulu. Tetapi pada saat dia sedang menggerakkan langkah mendadak
dari dalam gua berkumandang datang suara pembicaraan manusia,
dalam hati dia merasa amat terperanyat.
Dengan cepat tubuhnya mengundurkan diri ke belakang lantas
bersembunyi di balik sebuah batu besar di sekeliling tempat itu.
Wi Ci To sudah memberi pesan wanti-wanti kepadanya untuk
jangan sampai diketahui pihak lawan sewaktu hendak mencuri
potongan pedang dari Cuo It Sian maka itu begitu dia mendengar
ada suara pembicaraan manusia dengan cepat dia menduga salah
satu diantara mereka pastilah diri Cuo It Sian, karenanya dengan
cepat dia menyembunyikan dirinya.
Sebentar kemudian suara pembicaraan manusia semakin lama
semakin dekat, tampaklah dari dalam gua naga muncul dua orang
tua. Salah satu diantara mereka adalah seorang kakek tua berjubah
kuning dengan wajah yang amat segar, rambut serta jenggot yang
berwarna putih memenuhi seluruh wajahnya.
Sedang orang yang terakhir bukan lain adalah Cuo It Sian itu si
pembesar kota. Kakek tua berjubah kuning itu sudah tentu adalah Cu Kiam Lojin
Kan It Hong, dia dengan mengikuti Cuo It Sian si pembesar kota
berjalan keluar dari gua naga dan berhenti di depan pintu gua,
ujarnya sembari mendongakkan kepalanya memandang keadaan
cuaca. "Hari sudah hampir gelap. Lebih baik Cuo heng bermalam satu
malaman saja di sini, lalu berangkat pulang pada keesokan harinya"
"Tidak" tolak Cuo It Sian dengan cepat, "Aku orang she Cuo
benar-benar punya urusan penting yang harus diselesaikan, aku
harus cepat-cepat pulang untuk membereskannya"
"Jikalau aku tahu setelah mengambil pedang Cu heng segera
mau pulang, Lolap seharusnya mengundurkan pembuatan pedang


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu beberapa hari kemudian." seru Cu Kiam 1oojin sambil tertawa.
Cuo lt Sian yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa.
"Ha..ha..Kan-heng tidak perlu menyesali, setelah lewat beberapa
hari aku orang she Cuo tentu akan datang lagi kemari untuk
bermain catur dengan diri Kan-heng"
"Lolap tinggal di sini benar-benar membuat aku merasa tersiksa
adalah dikarenakan tidak memperoleh lawan permainan catur yang
setangguh Cuo-heng, permainan catur yang paling tinggi di sekitar
tempat ini cumalah ketua kuil Siang hui bio, tetapi usianya sudah
amat lanjut pandangan matanya pun sudah tidak seberapa jelas lagi
dia tidak begitu suka main catur lagi."
Dengan perlahan Cuo It Sian memperhatikan keadaan disekeliling
tempat itu terlebih duu, lantas dia tertawa lagi.
"Sudahlah, aku orang she-Cuo harus mengucapkan terima
kasihku kepada Kan-heng, karena sudah menolong aku
menyambungkan kembali pedang tersebut, bilamana di kemudian
hari ada waktu luang aku tentu akan datang mengganggu Kan-heng
lagi, sekarang silahkan Kan-heng kembali ke dalam gua"
Selesai berkala dia rnerangkap tangannya mengambil perpisahan.
"Bagaimana kalau lolap menghantar Cuo heng sampai di tengah
jalan?" ujar Cu Kiam Lojin.
"Aaah tidak berani. Iiih - . - Kan-heng, coba kau lihat, siapa yang
ada di belakangmu?" Air muka Cu Kiam Lojin segera berubah sangat hebat, dengan
tergesa-gesa dia menoleh kearah dalam gua.
Dengan mengambil kesempatan itulah mendadak Cuo It Sian
melancarkan satu pukulan dahsyat yang dengan amat tepat sekali
menghajar batok kepala dari Cu Kiam Lojin itu, dikarenakan tenaga
pukulan yang disalurkan keluar amat dahsyat dan berat sekali
segera terdengarlah suara benturan yang amat keras sekali tanpa
berteriak sepatah kata pun tubuh Cu Kiam Lojin sudah rubuh ke
atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa.
Ti Then yang bersembunyi di balik batu sewaktu melihat secara
tiba-tiba Cuo It Sian turun tangan membinasakan diri Cu Kiam Lojin,
untuk sesaat lamanya saking terperanyatnya hamper-hampir dia
menjerit keras. Peristiwa ini benar-benar sangat mengejutkan sekali. sebetulnya
mereka berdua berbicara dengan baik-baik sedikit percek-cokan
pun tidak ada, sungguh tidak terkira ternyata Cuo It Sian bisa turun
tangan secara tiba-tiba membinasakan diri Cu Kiam Lojin.
"Kenapa dia mau membinasakan diri Cu Kiam Lojin" Apakah dia
orang mem punyai ikatan permusuhan sedalam lautan dengan diri
Cu Kiam Lojin" Tidak, Bilamana dia orang mem punyai dendam sedalam lautan
dengan diri Cu Kiam Lojin dia orang tidak mungkin bisa pergi
mencari Cu Kiam lojin untuk membetulkan pedangnya yang patah.
Berbagai macam pikiran dengan amat cepatnya berkelebat
memenuhi benaknya, darah panas yang mengalir di dalam tubuh
terasa bergolak dengan amat kerasnya, saking terharunya atas
kejadian itu hamper-hampi dia meloncat keluar untuk
membinasakan diri Cuo It Sian. Tetapi akhirnya dia berhasil
menahan pergolakan di dalam hatinya itu, dia teringat bahwa untuk
membinasakan diri Cuo It Sian sebetulnya bukanlah satu peristiwa
yang amat sulit setiap saat setiap waktu dia masih bisa mencabut
nyawanya. Sekarang persoalannya bilamana dirinya segera munculkan diri
dan turun tangan membinasakan dirinya walau pun dapat
mmperoleh pedang pendek itu tetapi dia takut setelah kematian dari
dirinya maka pedang pendek itu akan kehilangan semacam daya
yang amat berharga. Dia bisa mem punyai dugaan ini semuanya dikarenakan sewaktu
dilihatnya Cuo It Sian masih ada dalam Benteng Pek Kiam Po,
sebenarnya Wi Ci To mem punyai kesempatan yang sangat baik
untuk membinasakan diri Cuo It Sian, sedangkan waktu itu Wi Ci To
sama sekali tidak turun tangan bahkan akhirnya pernah memesan
wanti-wanti kepadanya untuk mencuri pedang tersebut sewaktu Cuo
It Sian tidak berada. Walau pun dia tidak bisa memahami alasannya tetapi dia tahu
Wi Ci To berbuat demikian sudah tentu ada satu sebab-sebab
tertentu. Karena itu dia mengambil keputusan untuk mengikuti pesan dari
Wi Ci To dan mencuri kembali pedang pendek itu kemudian setelah
menanti Wi Ci To mendapatkan hasil dari perbuatannya ini dia baru
turun tangan membinasakan si bajingan tua yang berhati licik dan
kejam dengan bersembunyi di balik kulit sebagai pendekar tua yang
bijaksana. Karena itu walau pun dia merasa amat gusar melihat kematian
dari Cu Kiam Lo-jin di tangannya tetapi dia masih tetap bersembunyi
di balik batu dengan amat tenangnya.
Cuo It Sian yang berhasil dalam satu kali pukulan membinasakan
Cu Kiam Lo-jin pada wajahnya segeralah memperlihatkan satu
senyuman yang amat licik sekali, dengan cepat dia memutar balik
jenasah dari Cu Kiam Lojin lalu gumamnya seorang diri.
"Kan It Hong, sebenarnya diantara kau dan aku tidak mem
punyai dendam sakit hati apa pun,. sebetulnya Lolap tidaklah
seharusnya turun tangan membinasakan dirimu, tetapi untuk
melenyapkan saksi berbicara, Lolap mau tidak mau harus turun
tangan membinasakan dirimu juga untuk menutupi kesalahan ini,
aku akan membantu untuk menguburkan mayatmu sehingga
mayatmu tidak sampai berserakan tanpa terurus"
Selesai berkata dia menggendong mayat dari Cu Kiam Lojin dan
balik kembali ke dalam gua.
Kurang lebih setengah jam kemudian baru tampak dia berjalan
keluar lagi dari dalam gua naga, saat ini cuaca sudah sangat gelap.
Beberapa saat lamanya dia berdiri di depan mulut gua, lalu
dengan menggerakkan tubuhnya dia berkelebat menuju kearah
Barat. Menanti setelah bayangannya lenyap dari pandangan Ti Then
baru muncullah dirinya dari balik batu besar dan menguntitnya dari
tempat kejauhan. Setelah menuruni gunung Cun san, Cuo It Sian rnelanjutkan
kembali perjalanannya menuju kearah Barat, kurang lebih dia berlari
lagi sejauh lima puluh li dan sampailah disuatu tempat pegunungan
yang amat sunyi, waktu itulah dia baru berhenti.
Dengan perlahan dia menengok sekejap kesekeliling tempat itu
lantas baru duduk di bawah pohon dan menyeka keringat yang
mengucur keluar membasahi wajahnya, dari dalam saku dia
mengambil keluar sebilah pedang pendek dan dipermainkan
beberapa saat lamanya, akhirnya dia memasukkan kembali
pedangnya ke dalam sarung dan memejamkan matanya untuk
beristirahat. Ti Then pun bersembunyi di balik semak-semak kurang lebih dua
puluh kaki dari tempat itu dan berjongkok tidak bergerak, sedang
dalam hati diam-diam pikirnya.
"Mungkin dia sudah lelah karena lari terlalu lama sehingga
sekarang harus beristirahat sebentar. ..."
Baru saja pikiran tersebut berkelebat melewati benaknya
mendadak dari atas tidak jauh dari Cuo It Sian tampak secara tibatiba berkelebat datang satu bayangan hitam.
Melihat akan hal itu Ti Then merasakan hatinya agak tergetar,
pikirnya dalam hati: "Hmm,.. kiranya dia sedang menantikan kedatangaa seseorang.."
Tetapi dugaannya ternyata salah.
Agaknya orang yang melakukan jalan malarn itu bukanlah orang
yang sedang dinantikan oleh Cuo It Sian, karena begitu Cuo It Sian
melihat orang yang melakukan jalan malam itu mendekati dirinya
dengan cepat dia meloncat bangun.
"Siapa?" tanyanya dengan suara yang amat berat.
Agaknya orang yang sedang melakukan perjalanan malam itu
merasa sangat terkejut sekali, dengan cepat dia menghentikan
langkah kakinya lalu menyilangkan telapak tangannya di depan
dadanya. "Kau adalah . . , Aaaah bukankah kau orang tua adalah Cuo It
Sian Cuo Lo cianpwe si pembesar kota?" serunya terkejut.
Di bawah sorotan sinar rembulan dapat dilihat orang yang
melakukan perjalanan malam itu berumur empat puluh tahunan,
wajahnya gagah dan'merupakan seorang berusia pertengahan yang
mem punyai semangat tinggi.
Air muka Cuo It Sian kelihatan amat ragu-ragu sekali dengan
amat telitinya dia memperhatikan beberapa saat lamanya lelaki
berusia pertengahan itu. "Kau siapa?" tanyanya kemudian sesudah memperhatikan orang
beberapa saat lamanya. Sikap dari orang berusia pertengahan itu sangat menghormat
sekali, dia segera merangkap sepasang tagannya menjura.
"Boan pwe Cau Ci Beng. dengan gclar Sin Eng atau si elang
sakti." "Kau kenal dengan lolap ?" tanya Cuo It Sian lagi.
"Benar." sahut si elang sakti Cau Ci Beng mengangguk, "Suhuku
adalah Thiat Kiam Ong atau si kakek pedang baja Nyio Sam Pak,
pada tiga tahun yang lalu bukankah Cuo Lo cianpwe pernah
membantu dia orang tua membebaskan diri dari satu bencana
kemudian Cuo locianpwe masih bertamu di dalam perkam pungan
Kiam San Cung kami dan waktu itu bpanpwe yang meladeni diri kau
orang tua" "Tidak salah . ., tidak salah . .. " seru Cuo It Sian jadi paham
kembali. "Sekarang lolap sudah teringat kembali, bagaimana
keadaan dari suhumu pada rnasa-masa ini?"
"Suhu di dalam keadaan selamat dan sehat."
Cuo It Sian segera tersenyum.
"Lolap sudah amat lama sekali belum pernah bertemu dengan
suhumu," ujarnya. "Suhuku pun sering merindukan diri Cuo locianpwe."
"Lolap sendiri juga tidak melupakan suhmu . . Coba kau lihat,
pedang pendek Biat Hun atau pembasmi sukma yang suhumu
hadiahkan kepada lolap tempo hari masih lolap simpan terus di
dalam sakuku." ujar Cuo It Sian sambil tertawa.
Dia segera mengambil keluar pedang pendek itu dan digoyanggoyangkan di hadapannya Cau Ci Beng lantas disimpan kembali ke
dalam sakunya. Mendengar keterangan tersebut diam-diam Ti Then merasa
sangat terperanyat sekali, pikirnya.
"Kiranya pedang pendek itu adalah pedang hadiah dari si kakek
pedang baja Nyio Sam Pak " Mengenai si kakek pedang baja Nyio
Sam Pak ini dahulu dia pernah mendengar orang bercerita katanya,
si kakek pedang baja ini merupakan orang jagoan pedang yang
sudah lama mengasingkan diri dari dalam kalangan dunia persilatan,
dalam ilmu pedangnya kecuali Wi Ci To yang bisa menandingi boleh
dikata jarang sekali menemui tandingannya, tetapi dikarenakan
usianya yang sudah lanjut maka beberapa tahun yang lalu dia sudah
cuci tangan terhadap urusan dunia ramai.
Sekali pun begitu anak murid yang diterima amatlah banyak
sekali, karenanya sekali pun dia orang tua sudah lama
mengundurkan dirinya tetapi nama perkam pungan Thiat Kiam San
Cung masih sangat terkenal di dalam Bu-lim bahkan mendapat
sanjungan dan penghormatan dari orang lain.
Karena seperti Juga Wi Ci To, sikakek pedang baja ini pun
menerima murid dan mendidik anak muridnya untuk berbuat jujur
dan bersikap pendekar. Saat ini sewaktu Si elang sakti Cau Ci Beng memperlihatkan
pedang hadiah dari suhunya itu ada air mukanya segera
memperlihatkan senyuman girangnya.
"Bilamana suhu dia orang tahu kalau Cuo locianpwe begitu
sayang terhadap pedang pendek Biat Hun ini tentu dia orang tua
sangat girang sekali, kenapa ditengah malam buta ini Locianpwe
berlari-lari di tempat luarau?"
"Pada malam tadi Lolap sedang mengejar seorang penyahat
pemetik bunga dari kota Gak Yang, tidak disangka sewaktu sampai
di sini sudah kena terlolos olehnya, karena itu aku lantas beristirahat
di sini sejenak." "Penyahat pemetik bunga yang mana?" tanya Cau Ci Beng
dengan serius. "Dia mengerudungi wajahnya dengan menggunakan secarik kain,
karenanya lolap sama sekali tidak bisa tahu siapakah dia orang"
Dengan gemasnya Cau Ci Beng menghela napas panjang.
"Penyahat pemetik bunga yang ada di dalam Bu-lim memang
tidak sedikit jumlahnya, aku dengar itu "Giok Bin Lang Cu' Cu Hoay
Lo yang sudah berbuat banyak sekali kejahatan telah dibinasakan
oleh Ti Then itu Kiauw-tauw dari benteng Pek Kiam Po."
000odwo000 "EHHMMM.Lolap pun mendengar orang berkata begitu, cuma
tidak tahu sungguh-sungguh atau cuma berita isapan jempol saja"
"Kemungkinan sekali bukan lain isapan jempol," ujar Cau Ci Beng
sambil gelengkan kepalanya. "Belum lama boanpwe pernah bertemu
dengan seorang pendekar pedaug merah dari benteng Pek Kiam Po,
boanpwe dengar berita tersebut dari penlekar pedang merah itu."
"Malam ini Cau Hian tit datang kemari sedang ada urusan apa?"
"Boanpwe mendapat perintah dari suhu untuk pergi ke gunung
Cun san untuk meminta sebilah pedang dari Cu Kiam Lojin"
Mendengar perkataan tersebut air muka Cuo It Sian rada sedikit
berubah. "Eeeei...pergi mengambil sebilah pedang ?"
"Benar, suhu sudah memesan suruh Cu Kiam Lojin membuatkan
sebilah pedang dan hari ini sudah jadi, pada setahun yang lalu
sewaktu suhu berpesiar kedaerah Lam Huang secara tidak sengaja
dia orang tua sudah menemukan sebuah besi baja yang amat bagus
sekali, lantas dia menyerahkan besi itu kepada Cu Kiam Lojin untuk
membuatkan sebilah pedang, pada akhir-akhir ini dia orang tua
mengirim surat kepada suhu yan katanya pedang tersebut sudah
jadi, karenanya boanpwe sekarang diperintahkan untuk pergi
mengambilnya." "Oooh .... kiranya begitu."
"Locianpwe kenal dengan Cu Kiam Lojin ini ?" tanya Cau Ci Beng
lagi. "Kenal?" sahutnya mengangguk.
Cu Kiam Lojin berturut-turut sudah membuatkan empat bilah
pedang buat suhu dia orang, sekarang yang boanpwe bawa ini
adalah satu diantaranya."
"Kan It Hong adalah seorang akhli yang berpengalaman di dalam
membikin pedang, setiap pedang yang dibuat oleh dia orang
pastilah merupakan sebilah pedang yang amat bagus sekali."
"Benar," jawab Cau Ci Beng mengangguk, "Boanpwe sudah
menggunakan pedang ini selama sepuluh tahun lamanya, sampai
sekarang pedang ini masih tetap tajam tanpa memperoleh sedikit
kerusakan apa pun" "Lolap sekali pun ada jodoh pernah bertemu beberapa kali
dengan Kan It Hong tetapi pedang yang dibuat lolap sama sekali
belum pernah melihatnya, dapatkah Cau hiantit meminyamkan
pedang itu kepadaku sebentar?"
Cau Ci Beng segera mencabut keluar pedangnya lalu dengan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan sepasang tangannya diangsurkan ke depan.
Cuo It Sian segera menerima pedang itu dan memperhatikannya
di bawah sorotan sinar rembulan.
"Ehhh, ternyata memang sebilah pedang yang sangat bagus
sekali," pujinya berulangkali, "Cau hiantit sudah membinasakan
berapa banyak orang dengan menggunakan pedang ini?"
3 : Kehilangan jejak Cuo It Sian
"Boanpwe sudah membinasakan puluhan orang, tetapi yang
perlu diterangkan, manusia-manusia yang boanpwe bunuh
kebanyakan adalah kaum penyahat yang sudah sering melakukan
pekerjaan-pekerjaan durhaka, dan selama ini belum pernah
membinasakan seorang manusia baik pun.."
"Sebaliknya Lolap pernah membinasakan seorang manusia
baik?" seru Cuo It Sian sambil membelai pedang tersebut dan
menghela napas pendek. "Ooh"benar?" seru Cau Ci Beng melengak.
"Benar, Lolap terang-terangan tahu kalau dia adalah seorang
manusia baik, tetapi mau tidak mau aku harus membinasakan
dirinya." "Lalu kenapa?" Cuo It Sian tidak menyawab, dengan pandangan mata yang
melongo dia memperhatikan pedang yang ada di tangannya
kemudian baru angkat kepalanya dan bertanya.
"Kali ini Cau hian-tit melakukan perjalanan seorang diri ?"
"Benar" sahut Cau Ci Beng mengangguk, "Boanpwe dengan
seorang kawan sudah berjanyi untuk bertemu kembali beberapa
hari yang akan datang di kota Hoa Yong Sian, karena takut tidak
sampai kecandak waktunya maka terpaksa boanpwe melakukan
perjalanan dengan siang malam, aku punya perhitungan setelah
terang tanah nanti boanpwe sudah bisa tiba di atas gunung Cun
san" Dengan perlahan Cuo It Sian mengangguk.
"Kalau memangnya demikian, Cau Hian-tit cepat-cepatlah
melakukan perjalanan," ujarnya kemudian.
Selesai berkata pedang panjang yang ada ditangannya mendadak
ditusuk ke depan menghajar ulu hati dari Cau Ci Beng.
Cau Ci Beng lantas berteriak ngeri dengan amat menyayatkan
hati. sepasang tanganya mencekal kencang-kencang pedang
panjang itu sedang air mukanya memperlihatkan rasa kaget yang
bukan alang kepalang, sambil melotot kearah Cuo It Sian serunya
gemetar: "Lo . . . Locianpwe kenapa . . . ke napa . .!"
Bicara sampai di sini dia tidak kuat untuk bertahan lebih lama
lagi, tubuhnya rubuh ke atas tanah dan menemui ajalnya seketika
itu juga. Cuo It Sian segera menghela napas panjang.
"Kenapa aku membinasakan dirimu?" serunya dengan terharu.
"Hei"alasannya karena sewaktu kau tiba di gua naga di atas
gunung Cun San kemungkinan sekali bisa menemukan tempat
terkuburnya Kan It Hang dan dari penemuan mayat dari Kan It
Hong yang terbunuh oleh orang lain jika dihubungkan dengan
penemuan mala mini dengan lolap bukankah kau orang bisa timbul
rasa curiga. Lain kali mungkin kau bisa menceritakan kisah ini
kepada orang lain dan orang pastilah akan menaruh curiga kalau
Kan It Hong adalah lolap yang turun tangan membinasakannya."
Dengan perlahan dia menggelengkan kepalanya lantas menghela
napas panjang lagi. "Kesemuanya ini adalah alasan lolap kenapa terpaksa aku harus
turut membinasakan dirimu. bagaimana kau mati tidak meram
sukmamu pergi mencari Wi Ci To untuk membalas dendam ini
karena dialah yang memaksa lolap harus melakuka jalanan ini."
Selesai berkata dia segera memungut kembali pedangnya dan
mulai menggali tanah untuk mengubur mayat dari Cau Ci Beng.
Ti Then yang melihat kejadian itu di dalam hati benar-benar
merasa sangat terkejut bercampur gusar, makinya diam-diam:
"Bajingan tua, kau patut menemui kematianmu, kau sudah
membinasakan orang kini malah mengalihkan dosanya kepada
orang lain" Terhadap kematian dari Cau Ci Beng ini ia merasa amat menyesal
sekali, karena sewaktu dia mendengar perkataan yang terakhir dari
Cuo lt Sian tadi secara samar-samar dia sudah merasakan kalau Cuo
It Sian bermaksud hendak melenyapkan saksi hidup.
Pada waktu itusebetulnya dia mem punyai kesempatan untuk
kirim suara memberi peringatan kepada diri Cau Ci Beng, tetapi
dikarenakan dia belum benar-benar yakin kalau Cuo It Sian benar
mau turun tangan membinasakan Cau Ci Beng di samping dia pun
memikirkan perintah yang dibebankan kepadanya maka membuat
dalam hatinya sedikit ragu-ragu sewaktu keadaan sangat kepepet
itulah untuk memberi peringatan sudah tidak sempat lagi skhingga
tidak berhasil menolong nyawa dari Cau Ci Beng.
Diam-diam dia menggigit kencang bibirnya, dalam hati pikirnya:
"Pokoknya ada satu hari aku tentu akan mengumumkan seluruh
kejahatan dari kau bajingan tua di hadapan orang-orang Bu-lim
kemudian menghancurkan badanmu sehingga berkeping-keping."
Agaknya Cuo It Sian sendiri pun takut I kalau sampai
diketemukan oleh orang lain, gerak-geriknya amat cepat dan tidak
selang kemudian dia sudah berhasil menggali liang yang amat besar
dan memasukkan mayat Cau Ci Beng ke dalam liang tersebut
kemudian menutupnya kembali dengan tanah, semuanya telah
selesai dia baru putar badannya melarikan diri ke sebelah Barat.
Ti Then tetap menguntitnya dari arah belakang. Dia tidak berani
terlalu dekat dengan dirinya.
Ketika sang surya muncul kembali di ufuk sebelah timur Cuo It
Sian sudah tiba di kota Hoa Yong Sian.
Ti Then segera mengikuti masuk ke dalam kota tersebut, ketika
dilihatnya Cuo It Sian sembari berjalan di tengahi jalan kepalanya
menengok ke kanan menengok ke kiri dia segera tahu kalau dirinya
sedang mencari rumah penginapan, teringat kuda Ang Shan Khek
nya masih dititipkan dipenginapan Im Hok tidak terasa diam-diam
doanya: "Lebih baik jangan dibiarkan dia masuk ke rumah penginapan Im
Hok tersebut, kalau tidak aku akan menemui kesukaran untuk turun
tangan." Dia mem punyai rencana untuk meminyam keempatan sewaktu
Cuo It Sian menginap di rumah penginapan dia segera berusaha
untuk mencuri pedang pendek tersebut.
Sebaliknya di rumah penginapan Im Hok sudah ada nama serta
kudanya yang tertinggal di sana, karenanya dia tak ingin Cuo It Sian
masuk ke dalam rumah penginapan Im Hok itu sehingga membuat
urusan selanjutnya jadi berantakan.
Akhirnya rasa kuatir itu lenyap juga dari benaknya.
Cuo It Sian menginap di sebuah rumah pemginapan kecil dengan
nama Ban Seng. Ti Then segera tahu dia sengaja mencari sebuah penginapan
kecil karena takut sampai ditemui oleh orang-orang yang dia kenal,
bersamaan pula dia tahu tentunya dia sedang melakukan siasat
siang mendekam malam bergerak paling sedikitnya dia akan
mendekam di penginapan Ban Seng itu seharian lamanya.
Segera dia mengambiI satu siasat pula. Dia segera membeli
seperangkat sepatu dan pakaian baru kemudian dengan
menggunakan beberapa macam barang untuk mengubah wajahnya
sete!ah itu baru berjalan ke luar kota dan mencari sebuah tempat
yang sunyi untuk mulai menyamar.
Terhadap ilmu mengubah wajah dia mem punyai satu
pengalaman yang cukup sempurna, tidak lama kemudian dia sudah
berhasil menyamar sebagai seorang pedagang pertengahan.
Setelah menyembunyikan sepatu, pakaian serta pedangnya dia
baru berjalan kembali lagi ke dalam kota.
Setelah memasuki kota dia langsung menuju kerumah
penginapan Ban Seng, ketika dilihatnya ada beberapa orang tamu
sedang membayar rekening siap meninggalkan tempat tersebut dia
segera menanti di samping,
Tidak lama kemudian terlihatlah seorang pelayan maju memberi
hormat kepadanya: "Khek-koan.. kau . ."
"Mau mencari kamar," sahut Ti Then dengan cepat.
"Baik . . . baik." sahut si pelayan sambil membungkukkan
badannya, silahkan Khek koan mengikuti hamba."
Selesai berkata dia segera putar kepalanya berjalan masuk ke
dalam. "Apa tidak perlu tinggalkan nama?"
"Tidak usah. . : tidak usah, silahkan kau orang beristirahat dulu
ke dalam kamar, nanti baru"."
"Tidak" potong Ti Then dengan cepat, "Aku mau menulis namaku
terlebih dulu, nanti sore ada kemungkinan seorang teman akan
kemari mencari aku" "Kalau begitu silahkan ikuti hamba pergi ke sana" sahut pelayan
itu sambil menghentikan langkah kakinya.
Dia memimpin Ti Then menuju ke kamar kasir dan mengambil
sebuah kitab untuk kemudian membukanya pada halaman yang
terakhir menyilahkan Ti Then menulis namanya.
Tidak salah lagi pada nama tamu yang terakhir dia menemukan
tinta bak yang masih belum kering benar, tetapi nama yang ditulis
bukannya "Cuo It Sian" tiga kata melainkan Cu Khei Kui.
Ti Then yang tidak menemukan nama "Cuo It Sian" diantara
nama-nama tersebut dia segera menuding ke atas nama Cu Khei Kui
tersebut. "Nama orang ini sungguh berarti sekali"
"Benar" sahut sang pelayan sambil tertawa. "Nama ini adalah
nama dari seorang tamu yang baru saja menginap di rumah
penginapan kami." Ti Then segera menulis namanya dengan sebutan Ciau Cuang di
belakang nama Cu Khei Kui tadi sambil meletakkan kembali pitnya ke atas meja dia
berkata sambil tertawa. "Aku adalah seorang pedagang, dan paling suka membicarakan
soal rejeki atau sial, nama orang ini adalah Khei Kui, tolong beri aku
satu kamar yang persis disarnpingnya saja, biar aku pun ikut
kecipratan rejeki." "Boleh.. boleh, tetapi tetamu tua itu baru mau tidur, dia berpesan
kepada hamba untuk jangan membangunkan dia, maka . ?"
"Aku pun hendak pergi tidur sebentar " potong Ti Then dingan
cepatnya. "Aku tidak akan membangunkan dirinya".
"Kalau begitu bagus sekali. Khek koan kau ingin makan?" tanya
pelayan itu kemudian dengan cepat.
"Baiklah, ambilkan beberapa macam sayur dan bawa ke dalam
kamarku" Demikianlah si pelayan itu segera memimpin dia masuk ke dalam
rumah penginapan dan membuka pintu kamar tepat di samping
kamar dari Cu Khei Kui dan membiarkan Ti Then masuk, kemudian
mempersiapkan makanannya.
Ti Then segera masuk ke dalam dia segera mepetkan badannya
dengan tembok untuk mendengarkan suara yang ada di sampingnya
dengan penuh perhatian, Dia cuma mendengar suara napas yang agak keras dari Cu Khei
Kui itu, dia tentu pihak lawan sudah tertidur dengan amat pulasnya,
segera dia pun mengundurkan diri ke samping pembaringan dan
mulai memikirkan cara-cara untuk mencuri pedang pendek itu.
Tidak lama kemudian si pelayan sudah menghidangkan sarapan
pagi. "Khek koan," serunya. "Makanan pagimu sudah datang."
"Baik," sahut Ti Then sengaja mengganti nada ucapannya.
"Setelan makan aku pun mau tidur, kau tidak perlu melayani aku
lagi." Dengan amat hormatnya pelayan itu menyahut. setelah
meletakkan sarapan itu di atas meja dia segera mengundurkan
dirinya. Setelah bersantap pagi Ti Then pun membaringkan badannya ke
atas tempat pembaringan melanjutkan pemikirannya cara-cara
untuk mencuri pedang tersebut.
Akhirnya dia memperoleh dua cara :
Pertama, sewaktu Cuo It Sian ada urusan dan meninggalkan
kamarnya. Dan kedua, Sewaktu dia berganti pakaian atau sedang mandi.
Tetapi kedua buah cara itu baru bisa dilakukan menanti setelah
dia sadar kembali dari pulasnya, tetapi kapan dia baru sadar kembali
dari pulasnya" "Ehmm, dia baru saja tertidur sudah tentu paling cepat siang
nanti baru bangun, lebih baik kini dirinya pun tidur sebentar.
Berpikir sampai di sini dia tidak melanjutkan kembali
pemikirannya, segera dia memejamkan matanya dan tertidur
dengan nyenyaknya. Siapa tahu baru saja dia tertidur tidak lama, mendadak dari luar
kamar berkumandang datang suara yang amat ramai sekali.
Terdengar si pelayan itu dengan suara yang cemas sedang
berteriak: "Eei . ,. . eei nona, kau sedang berbuat apa?"
Disambung dengan suara yang amat merdu dan nyaring dari
seorang gadis memberi jawabannya:
"Nonamu sedang cari orang"
"Kau sedang cari siapa?"
"Kau tidak usah ikut campur"
"Nona, kau"kau..menuntun anying itu, tentunya bukan sedang
perintah dia untuk menggigit orang bukan?"
"Bukan!" "Lalu.. kenapa kau menuntun anying itu datang kemari?"
"Tadi aku sudah bilang aku sedang mmencari orang, apa
telingamu sudah tuli?"
"Tetapi"tetapi?"
"Kalau kau banyak bicara lagi nonamu segera akan perintah Cian
Li Yen ini untuk menggigit dirimu terlebih dulu"
Ti Then yang mendengar disebutnya nama "Cian Li Yen" tiga buah
kata tidak terasa lagi menjadi sangat terkejut sekali, dengan gugup
tubuhnya meloncat bangun kemudian serunya di dalam hati:
"Aduh . . celaka, bagaimana dia bisa sampai di sini?"
Pada saat dia ingin membuka pintu kamar itulah mendadak dari
pintu kamar sebelah luar terdengar suara gonggongan anying
sangat ramai sekali, kemudian disusul suara dari Wi Lian In berkata:
"Cian Li Yen, apa tidak salah kamar ini?"
Sekali lagi anying itu menggonggong dengan amat kerasnya
bersamaan pula terdengar suara kuku anying yang mulai mencakar
pintu kamar. Diam-diam Ti Then menghela napas panjang, pikirnya:
"Habis..habis sudah. Cuo It Sian yang ada di kamar sebelah
sesudah mendengar suara itu tentu akan kabur"
Dia takut Wi Lian In berteriak memanggil namanya terpaksa dia
segera maju ke depan membuka pintu kamar.
"Ada permainan setan apa" Siapa yang sudah membawa seekor
anying gila mengganggu orang?" teriaknya dengan gusar.
Wi Lian In yang berdiri di depan pintu di dalam anggapannya
orang yang ada di dalam kamar sudah tentu adalah diri Ti Then,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika dilihatnya orang yang ada di depan matanya sekarang bukan
lain adalah seorang lelaki berusia pertengahan dengan memelihara
jenggot pendek pada janggutnya seketika itu juga dia melengak.
"Kau siapa?" serunya dengan air muka yang sudah memerah.
"Cayhe Ciau Cuang" sahut Ti Then dengan nada suara yang
sengaja diperberat, "Nona ada keperluan apa datang mencari
cayhe?" Untuk beberapa saat lamanya Wi Lian In dibuat kelabakan juga
dengan paksa dia menarik anying "Cian Li Yen"-nya.
"Maaf, maaf aku sudah salah mencari orang,"serunya kikuk.
"Sungguh membingungkan, hmmm.." seru Ti Then sambil
mendengus perlahan. Selesai berkata dia hendak menutup pintu kamarnya kembali.
Siapa sangka si anying "Cian Li Yen" itu tidak mau mengakui
kesalahannya, melihat Ti Then hendak menutup pintu dengan cepat
tubuhnya kembali menubruk ke depan dan menggonggong dengan
ramainya kearah diri Ti Then.
Dengan sekuat tenaga Wi Lian In segera menarik anyingnya ke
belakang, "Binatang jahanam !" makinya dengan gusar. "Matamu betulbetul sudah buta" Si anying "Cian Li Yen" itu tetap tidak mau mengaku salah,
kakinya diangkat ke atas dan tak henti-hentinya menggonggong
dengan menghadap diri Ti Then.
Si pelayan yang ada di samping sewaktu melihat kejadian ini dia
jadi semakin keras lagi, teriaknya berulang kali.
"Coba kau lihat, aku tadi Tanya kau mencari siapa kau orang
tidak mau menyawab, sekarang anyingmu sudah membangunkan
Pendekar Panji Sakti 1 Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Peristiwa Merah Salju 12

Cari Blog Ini