Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 6
Tou menyembunyikan dirinya ditengah rerumputan tidak jauh
dari tempat dimana Lie Siauw Ie berdiri, tapi saat ini dia
melihat sikap serta gerak gerik dari
Lie Siauw Ie yang kegila-gilaan menjadi tidak berani keluar.
Pikirnya didalam hati. "Ehmmm... sejak Ie cici menjadi gila tentu secara diam
diam ada orang yang mengawasi gerak-geriknya secara diamdiam.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang
tidak menyenangkan aku tidak boleh menempuh bahaya untuk
menemui dia ..." Tidak lama kemudian pagi yang cerah sudah berlalu
dengan cepat, siang haripun menjelang didalam sekejap mata,
Lie Siauw Ie, sekalipun sudah pulang kedalam perkampungan,
pikirnya lagi dalam hati.
"Mungkin saat ini sudah banyak jago yang naik keatas
gunung menghadiri pertemuan itu, aku harus hadir juga
kesana." Dengan perlahan dia mengambil keluar topengnya dari
dalam saku kemudian dikenakan pada wajahnya, setelah itu
secara diam-diam mengitari belakang perkampungan menuju
kepuncak gunung itu, dari sana terlihatlah sangat jelas
sepasang binatang, sepasang bangau beserta Pouw Siauw
Ling secara berpisah sedang menyambut para tamu-tamunya
dipinggiran ketiga rintangan yang paling diandalkan Ie Hee
Cung tersebut. Disamping sungai sebelah sana terlihatlah berpuluh- puluh
orang sudah berkumpul, hanya saja setelah dilihatnya cara
menyeberangi sungai dan mendaki gunung ada beberapa
yang merasa sulit, sedangkan orang-orang yang dapat
melewati ketiga buah rintangan itupun hanya setengah dari
jumlah seluruhnya, orang-orang yang tidak sanggup terpaksa
dengan menahan malu meninggalkan tempat itu dengan
cepat. Setelah melihat beberapa saat lamanya kesana, Liem Tou
segera teringat kembali para jago-jago yang sudah berkumpul
didalam ruangan Cie Eng Tong pikirnya.
"Kenapa aku tidak meminjam kesempatan ini menyelundup
kedalam ruangan dan melihat-lihat siapa saja yang menghadiri
perjamuannya ini?" Pikiran ini baru saja berkelebat didalam hatinya, mendadak
dari pantai seberang terlihatlah munculnya segerombolan
kawanan kambing sangat banyak sekali, itulah gadis cantik
pengangon kambing dengan perlahan-lahan munculkan
dirinya dibalik hutan, melihat hal ini
Liem Tou segera menyembunyikan dirinya agar gadis
pengangon kambing itu jangan sampai dapat mengetahui
dirinya. Pada saat Liem Tou mengalihkan pandangannya kedalam
ruangan Cie Eng Tong tanpa disadari olehnya gadis
pengangon kambing yang dilihatnya telah menghampiri
dirinya. Setelah gadis pengangon kambing telah berada semakin
mendekat dengan dirinya, Liem Tou baru dapat menyadari
bahwa didekat dirinya ada terdengar suara derap kaki orang
mendekat kepadanya. Waktu itu gadis cantik pengangon kambing sedang
memanggil Liem Tou dengan cepat ia menoleh kebelakang
terlihatlah lelaki kasar berwajah hijau yang ditemuinva
ditengah jalan pada tempo hari kini sudah berada dibelakang
badannya tidak terasa dia menjadi melengak pikirnya.
"Eh. .. . kapan dia naik keatas gunung " kenapa aku tidak
melihat dia ?" Gadis cantik pengangon kambing itu dengan cepat
menyongsong Liem Tou sambil mencekal tangannya.
"Oooh. . . Koko muka hijau ayahku bilang kamu orang
menemui kesusahan, aku merasa sungguh amat cemas."
Liem Tou melihat perhatian dari gadis cantik pengangon
kambing itu kapadanya begitu mendalam teringat pula
kebaikan budi serta kejujurannya tidak terasa dalam hati
merasa sangat berterima kasih sekali tapi mendadak didalam
ingatannya berkelebat bayangan dari Lie Siauw Ie serta sikap
gerak-geriknya, tidak terasa hatinya merasa amat sedih
dengan cepat dia menarik kembali tangannya sambil ujarnya
dengan dingin. "Ayo jalan" Segera dia berjalalan lebih dulu menuju keruangan Cie Eng
Tong, ketika dia berjalan masuk kedalam ruangan terlihatlah
didalam ruangan itu sudah terdapat berpuluh-puluh orang
yang duduk ditempat masing-masing. Diam-diam gadis cantik
pengangon kambing menarik ujung baju Liem Tou sambil
ujarnya dengan perlahan. "Liem Koko orang-orang itu bukan orang baik-baik, kita
duduk disebelah sini saja."
Kedua orang itu segera mencari suatu tempat dekat
pojokan ruangan. Ujar Liem Tou kemudian. "Nona aku terus terang beritahu padamu. Sejak kecil aku
dibesarkan diatas gunung Ha Mo san ini sehingga seluruh
rakyat disini tiada seorang pun yang tidak kenal dengan aku
tapi Cung cu itu tak punya maksud baik terhadap diriku
sehingga tidak sampai diketahui oleh mereka."
"Agaknya kau orang takut sama mereka yaah?"
"Bukannya aku takut pada mereka" sahut Liem Tou sambil
gelengkan kepalanya."Hanya saja dikarenakan peraturan
gunung ini sudah menentukan sebelum tiba pada waktunya
meyambangi gunung tidak boleh mencuri naik keatas gunung
secara diam diam." "Ooh... kiranya begitu, kalau begitu kamu orang tak usah
bicara lagi, semuanya biar aku yang uruskan."
Dengan perlahan Liem Tou mangalihkan pandangannya
kesekeliling tempat itu, mendadak dari luar pintu ruangan
berjalan masuklah seorang lelaki, yang satu tua yang lain
muda. Dengan cepat Liem Tou memandang sangat teliti kearah
orang itu ternyata pemuda tersebut bukan lain adalah Piauwsu
muda yang berhasil melarikan diri dari perahunya malam itu,
ketika melihat kearah kakek tua itu lagi terlihatlah pada
janggutnya sudah penuh tumbuh jenggot putih tapi kakinya
masih tetap mantap, matanya memancarkan sinar yang
sangat tajam sedang kedua buah keningnya menonjol keluar,
sekali pandang sudah tahu kalau kakek tua itu sudah berhasil
melatih tenaga dalamnya hingga mencapai pada taraf
kesempurnaan. Tanyanya Liem Tou pada gadis cantik pengangon kambing
sesudah melihat munculnya kedua orang itu.
"Nona kau tahu siapa kedua orang itu?"
Dengan perlahan gadis cantik pengangon kambinq itu
menoleh memandang kearah dua orang tersebut.
"Aku juga belum pernah bertemu dengan orang ini, tapi
jika ditinjau dari dandanan serta usianya mungkin dia adalah
pemilik ekspedisi barang Cing Liong Piauw kok dikota Yong
Jan itu golok naga hijau atau Cing Liong To Sie, kau tanya dia
ada perlu apa ?" "Kalau begitu memang betul, kalau begitu memang betul"
gumam Liem Tou seorang diri.
Mendadak ujarnya lagi kepada gadis cantik pengangon
kambing itu. "Nona, kau pernah dengar tidak kalau ekspedisi Cing Liong
Piauw kiok dibegal orang?"
"Bukan dibegal barang kawalannya saja bahkan semua
Piauw su yang mengawal perahu itu dibunuh habis."
"Tidak.. . salah kau salah, sudah lolos satu orang."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya gadis cantik pengangon
kambing itu dengan nada terkejut bercampur heran.
Liem Tou sebenarnya mau bicara terus terang tetapi
hatinya tetap ragu-ragu karenanya dia hanya gelengkan
kepalanya tetap membungkam.
Waktu itu didalam ruangan bertambah lagi dengan
berpuluh-puluh orang banyaknya, Liem Tou dapat melihat
diantara orang-orang itu terdapat juga Hek Loojie serta Tian
Pian Ngo Koei. Jilid 11. Au Hay Ong Bo menuntut balas
BEGITU Hek Loojie masuk dalam ruangan, mendadak
matanya dengan tajamnya memandang kearah gadis cantik
pengangon kambing, sehingga memaksa dia menoleh kearah
Liem-Tou sambil ujarnya dengan perlahan.
"Liem koko, coba kau lihat sepasang mata bangsatnya."
Liem Tou segera teringat kembali pesan terakhir dari Hek
Lootoa sesaat menjelang kematiannya, tidak terasa lagi dia
tertawa dingin tak ada henti hentinya.
"Nona kau tidak usah urus dia, lain kali dia akan binasa
ditanganku." Terpaksa gadis cantik pengangon kambing itu hanya
tersenyum senyum saja. Siang haripun sudah lewat, si Ang in sin pian Pouw Sak San
dengsn membawa Siang Hui Hok, Liong Ciang, Hauw Jiauw
serta Pouw-Siauw Ling berjalan masuk kedalam ruangan Cie
Eng Tong, sambil memberi hormat ujarnya.
"Maaf . . . maaf sudah menanti lama?"
Sepasang mata Liein Tou dengan tajamnya memperhatikan
segala gerak gerik dari Piauw su muda dari perusahaan
ekspedisi Cing Liong Piauw kiok itu, terlihatlah ketika dia
mendengar si Ang In Sin Pian buka mulut, air mukanya
berubah sangat hebat, sepasang matanya dengan berapi api
memandang tajam semua gerak gerik si Ang in sin pian Pouw
Sak San, Dalam hati Liem Tou tahu tentunya saat ini dia mengenal
kembali nada suara dari si Ang in sin pian Pouw Sak San
sangat mirip dengan orang berkerudung yang membegal
barang kawalannya malam itu, tidak terasa dalam hati
pikirnya. "Jika dia betul betul sudah mengenal orang berkerudung itu
adalah dia, ini hari tentu ada pertunjukan yang sangat
menarik." Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak terlihatlah
Lie Siauw Ie masuk bersama sama Pouw Jien Coei berjalan
masuk kedalam ruangan. Begitu Lie Siauw Ie masuk kedalam ruangan matanya
segera memandang sekeliling tempat itu memeriksa setiap
tamu yang hadir disana. Melihat hal itu tidak terasa lagi hati Liem-Tou berdebar
sangat keras sekali, tanpa terasa lagi dia sudab bangkit berdiri
hendak menyambut kedatangan mereka.
Melihat dia bangkit berdiri, gadis cantik pengangon
kambing yang berada disampingnya menjadi sangat heran.
Dengan cepat tanyanya. "Hey Liem Koko, kau mau pergi kemana?""
Begitu ditanyai Liem Tou baru merasa sangat terkejut dan
duduk kembali ketempat semula. Waktu itulah Lie Siauw Ie
sedang memandang kearah mereka, mendadak gadis cantik
pengangon kambing itu tersenyum dan menggape kearah
mereka. Liem Tou msnjadi sangat terkejut, tanyanya dengan cepat.
"Kau mau berbuat apa?"
"Coba kau lihat kedua orang nona itu sangat cantik sekali,
aku pingin berkawan dengan mereka berdua."
Lie Siauw Ie serta Pouw Jien Coei segera berjalan menuju
kearah mereka, melihat hal ini hati Liem Tou berdebar
semakin keras lagi bah kan dia merasa juga kenapa sekarang
Lie Siauw Ie sudah sembuh kembali seperti sedia kala?""
sedikitpun tidak terlihat bekas jadi gila?"
Begitulah Lie Siauw Ie serta Pouw Jien Coei kini duduk
disamping mereka berdua. Walaupun Liem Tou tidak berusaha
memandang kearah Lie Sieuw Ie atau Ie cicinya itu tapi tanpa
terasa matanya memandang juga kearahnya tanpa bisa
ditahan lagi, bertepatan juga waktu itu Lie Siauw Ie sedang
memandang kearahnya, tanpa terasa lagi mereka berdua pada
tertegun dibuat nya. Mendadak Lie Siauw Ie berseru degan keras. "Tou titi .... !"
Tangannya dengan cepat mencengkeram wajahnya untuk
melepaskan topeng itu. Liem Tou tidak berani munculkan
dirinya di depan umum karenanya dengan cepat ia kesamping.
Saat ini dia tak bisa membuka mulutnya melawanpun tidak
mungkin karenanya dia melirik kearah gadis cantik pengangon
kambing itu untuk meminta bantuannya.
Mendadak . .. Pouw. Siauw Ling dengan cepat berlari
kesana sambil tanyanya dengan cepat.
"Ie Moay, terjadi urusan apa?"
Begitu Liem Tou melihat murculnya Pouw-Siauw Ling
disana hatinya menjadi semakin cemas lagi, diam diam
pikirnya. "Aduh .. . jika Ie cici tidak lepas tangan, urusan akan
menjadi runyam." Waktu itu Liem Tou bisa melihat kalau pada sir muka Lie
Siauw Ie sama sekali tidak tampak bekas bekas sakit atau gila
sehingga tanpa terasa matanya sekali lagi terbentur dengan
mata Lie Siauw Ie. Walaupun kini Liem Tou memakai topeng, akan tetapi dari
air muka serta pandangan matanya dikenali juga oleh Lie
Siauw Ie, karenanya dia berteriak lagi.
"Adik Tou ..." Sekali lagi tangannya menyambar berusaha melepaslan
topeng yang dikenakan psda wajahnya itu, Liem Tou menjadi
cemas bercampur gugup saat ini tak mungkin dia bisa
memperlihatkan wajah sesungguhnya dihadapan umum,
apalagi didalam ruangan terdapat si Ang in sin pian Pouw Sak
San, Pouw Siauw Ling, Hek Loo jie serta Tian Pian Ngo Koei,
jika mereka mengetahui siapa sebetulnya dia maka urusan
akan semakin runyam lagi.
Pouw Siauw Ling yang tak mendapat kesempatan untuk
lebih dekat lagi menggauli gadis cantik pengangon kambing
kini melihat suatu kesempatan yang sangat bagus segera
berjalan mendekat sambil tanyanya.
"le moay, terjadi urusan apa ?"
Lie Siauw Ie begitu melibat Pouw Siauw Ling berjalan
mendekat air mukanya segera berubah sangat hebat,
bukannya memberi jawaban kepadanya mendadak telapak
tangannya dibalik membabat ketubuhnya dengan sangat
hebat.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lingte" cepat cepat Pouw Jien Coei lari sambil bentaknya
kepada Pouw Siauw Ling. "Di sini tidak ada urusanmu, lebih
baik kau kesana saja membantu Tia menyambut tamu2 itu."
Saat itu tujuan Pouw Siauw Ling tidak berada pada Lie
Siauw Ie, walau Pouw Jian Coei sudah bicara begitu hanya
tersenyum senyum saja sambil putar tubuh kearah gadis
cantik pengangon kambing serta Liem Tou dia beri hormat
ujarnya. "Gadis cantik pengangon kambing serta Heng tay ini
sungguh dapat dipercaya, kunjungan kalian berdua kedalam
perkampungan kami betul betul merupakan kebanggaan bagi
kami, sewaktu di jalan raya tempo hari karena urusan yang
perlu dibereskan cepat cepat sehingga menyalahi kalian
berdua harap kalian memaafkan"
Liem Tou didalam hati sudah kepingin menghajar Pouw
Siauw Ling hingga hancur sudah tentu kini tidak mau ambil
perduli lagi, dengan cepat dia melengos kesamping.
Sebaliknya itu gadis cantik pengangon kambing yang
sifatnya periang segera menyahut sambil tertawa.
"Ooh . ,. aku juga sudah lupa minta maaf kepada kau
ketika itu hari merebut cambukmu dan menggetar pecah
talapak tanganmu" Air muka Poaw Siauw Ling seketika itu juga berubah merah
padam, dengan penuh perasaan malu dia menundukkan
kepalanya rendah-rendah. "Kepandaian dari nona sungguh sangat sempurna,
sekalipun Cayhe ada sepuluh orang juga bukan musuh dari
kamu orang jika tempo hari bukannya nona sudah
mengampuni jiwa Cayhe kemungkinan sekarang sudah tidak
berjiwa lagi, sebetulnya Cayhe lah seharusnya yang
mengucapkan terima kasih kepada nona atas budi tersebut."
Sehabis bicara dengan sangat terhormat dan sopan sekali
dia membungkukkan badannya mem beri hormat, sikap serta
gerak geriknya yang sombong pada hari biasa sudah tidak
kelihatan lagi. Ketika Liem Tou melihat sikapnya yang sangat tengik itu
kepingin sekali tendang membunuh mati dia, mendadak
didalam ingatannya berkelebat akan sesuatu bayangan,
selama diatas puncak Ngo Lian Hong dia sudah melatih tenaga
dalamnya hanya saja entah sudah sampai tingkat yang
bagaimana, kenapa tidak pinjam kesempatan ini menjajal
tenaga dalamnya sendiri "
Berpikir sampai disini mendadak dia mundur satu langkah
kedepan, seluruh tenaga murninya dipusatkan pada sepasang
telapak tangannya kemudian bagaikan kilat cepatnya
melancarkan satu cengkeraman maut kepergelangan tangan
Pouw Siauw Ling. Pouw Siauw Ling yang secara mendadak dicengkeram
sepasang pergelangan tangannya dalam hati merasa terkejut
sekali dengan cepat tangannya ditari k kembali sekuat tenaga.
Sudah tentu Liem Tou tidak akan membiarkan dia berhasil
melepaskan cekalan tersebut, diam2 tenaga murninya
diperlambat kelima jarinya semakin mengencang ketika itu
Pouw. Siauw Ling merasakan sakit yang luar biasa sehingga
sukar ditahan, bersamaan pula dia mengerahkan tenaga
dalamnya tertahan, tanyanya sedikit gusar.
"Entah Heng thay punya petunjuk apa?"
Liem Tou tetap membungkam, hanya saja tenaga murni
yang disalurkan ke tangannya semakin diperhebat, perasaan
sakit yang menerjang diri Pouw Siauw Ling semakin hebat
lagi, dia tidak berani berteriak, untuk minta tolong pun maiu
terpaksa dengan menggigit kencang bibirnya diam diam
menahan perasaan sakit yang luar biasa itu.
Saat ini Liem Tou sudah mengerahkan empat Iima bagian
tenaga dalamnya sedang Pouw Siauw Ling pun dengan
paksakan diri masih sanggup untuk bertahan untuk beberapa
saat lamanya. Walaupun ucapannya bernada musuhan tapi perasan sakit
pada pergelangan tangannya tidak sanggup untuk ditahan
lebih lama lagi, badannya mendadak merendah kebawah dan
menjadi berjongkok diatas tanah.
Liem Tou ketika melihat tenaga dalam yang dilatihnya
selama ini tak sia2 dalam hati baru merasa amat girang,
dengan demikian dia-pun sudah melepaskan cekalannya.
Dengan meminjam kesempatan ini Pouw-Siauw meloncat
bangun, perasaan malu yang diterimanya kali ini cukup
memalukan dirinyanya, karena itu didalam hati dia merasa
sangat tak puas, baru saja dia mau umbar hawa amarahnya,
mendadak gadis cantik pengangon kambing sudah bangkit
berdiri, ujarnya sambil tertawa.
"Koko muka hijau hanya mau jajal tenaga dalammu saja
tanpa ada maksud yang lain, harap kau jangan salah paham"
Di dalam hati Pouw Siauw Ling tahu kalau tenaga dalamnya
sudah jauh tertinggal jika dibandingkan dengan tenaga dalam
pihak lawannya, sekalipun kini dia umbar hawa amarahnya
didalam sepuiuh bagian ada sembilan bagian yang merugikan
dirinya, terpaksa dengan menahan perasaan mangkel, jengkel
dan marah dia mendelik sekejap kearah Liem Tou kemudian
berlari dari tempat itu. Setelah itu barulah gadis cantik pengangon kambing
mempersilahkan Lie Siauw Ie serta Pouw Jien Coei duduk,
ujarnya. "Kedua orang cici ini silahkan duduk."
Pouw Jien Coei yang melihat gadis cantik pengangon
kambing ini merupakan seorang gadis muda yang sangat
cantik sekali didaiam benaknya mendadak berkelebat suatu
ingatan, pikirnya. "Ini hari Tia buka perjamuan diatas gunung untuk
meresmikan dibukanya perusahaan ekspedisi Ang In Piauw
kiok, tamu tamu yang diundang sebagian besar merupakan
para jago berkerandaian tinggi yang punya nama besar
didalam Bu lim, dilhat usianya baru lima belas tahun apa
mungkin merupakan salah seorang jago yang sudah punya
nama besar didaiam kalangan Bu lim ?"
Sambil berpikir ujarnya sambil tersenyum,
"Nona masih demikian muda ternyata sudahi menjadi
seorang jago Bu lim kenamaan sungguh merupakan burung
Hong didaiam manusia,, entah nama besar dari nona apa bisa
diberitahu" "Siauw moay bernama Lie Wan Giok merupakan seorang
gadis desa yang tolol, bukan seorang jago bernama besar
didaiam Bu lim seperti yang cici katakan tadi, harap
dikemudian hari cici mau banyak beri petunjuk."
Dengan cepat Pouw Jien Coei mengecapkan beberapa kata
rendah kemudian menyebutkan juga namanya serta nama dari
Lie Siauw Ie, semakin lama pembicaraannya dengan gadis
cantik pengangon kambing itu semakin menjadi rapat lagi.
Sebaliknya Lie Siauw Ie saat ini dengan mata yang melotot
lebar sedang memandang air muka Liem Tou yang berwarna
hijau menyeramkan itu dengan termangu mangu jelas sekali
air mukanya menggambarkan perasaan ragu ragu, curiga
serta sedihnya. Air mukanya ini yang patut dikasihani ini di dalam
pandangan Liem Tou sangat memalukan hatinya, kekasih
hatinya kini sudah berada di hadapan matanya tapi justru
tidak bisa berkasih kasihan, dalam hatinya diapun merasa
sangat kasihan terhadap Lie Siauw Ie ini.
Tapi apa boleh buat musuh2 tangguh yang sedang mencari
dirinya kini berkumpul didalam ruangan, asalkan sedikit dia
membuat gerakan yang mencurigakan maka nyawa akan
menjadi sangat bahaya sekali.
Karenanya terpaksa Liem Tou menahan pergolakan didalam
hatinya, dalam hati dia tahu walaupun kini tidak bisa bertemu
tapi dikemudian hari kesempatan untuk bertemu dengan Ie
cicinya ini masih sangat banyak.
Terlihatlah si Ang In sin pian Pouw sak san dengan muka
penuh senyuman berjalan ke tengah ruangan kemudian
memberi hormat pada hadirin yang berada ditempat penjuru
tempat, ujarnya dengan suara lantang.
"Cayhe Pouw Sak San dengan mendapatkan persetujuan
seluruh rakyat perkampungan Ie-Hee Cung dengan
menggunakan atas nama cayhe hendak mendirikan usaha
ekspedisi Ang ln I Piauw kiok, ini hari bisa mendapatkan
kunjungan dari para enghiong hoohan sekalian cayhe betul
betul merasa sangat bangga dan berterima kasih, sedikit arak
serta hidangan yang ada harap saudara sekalian mau
menerima ala sekedarnya."
Para hadirin yang berjumlah dua tiga puluhan segera pada
berdiri begitu mendengar perkataan itu, kemudian bersama
sama mengucapkan terima kasih .
Diantara mereka hadir hanya terlihatlah pemimpin dari
usaha ekspedisi Cing Liong Piauw kiok serta Piauwsu muda itu
saja yang tetap duduk ditempat semula tanpa bergerak,
melihat hal ini air muka Si Ang in sin pian Pouw Sak- San
segera berubah sangat hebat dalam hati dia I merasa sangat
tidak senang tapi perasaan gusarnya itu tidak sampai
diperlihatkan pada wajahnya, dengan tetap tersenyum ujarnya
lagi. "Oooh . . . Cayhe masih ada beberapa perkataan yang
hendak dijelaskan kepada saudara-saudara sekalian, dikota
Yong Jan sebetulnya sudah ada usaha ekspedisi Cing Liong
Piauw-kiok bahkan ini hari pimpinan Piauw kiok si-golok naga
hijau Sie Piauw tauw sudah hadir didalam perkampungan
cayhe ini, dalam hati cayhe betul betul merasa sangat
berterima kasih sekali. Tapi Ang In Piauw kiok kita juga
hendak didirikan dikota Yong Jan yang bersamaan maka itulah
sebelumnya cayhe jelaskan dulu, didalam usaha ini kita
berjalan sendiri sendiri harap Sie heng mau memaafkan akan
hal ini." Begitu dia berbicara segera ada seorang lelaki berusia
pertengahan dengan bentuk tubuh tinggi kurus bangkit
berdiri, ujarnya. "Didalam sebuah kota Yong Jan yang sangat
besar apalagi daerah Chuan Si yang sangat ramai
perhubungan darat maupun airnya, jika hanya terdapat
sebuah usaha ekspedisi Cing Liong Piauw kiok saja yang
melayani sebetulnya tidak cukup harap Pouw Cung cu jangan
begitu merendahkan diri."
Begitu lelaki kurus berbicara segera terlihatlah sepuluh dua
puluh orang bersama sama memberi tanggapannya.
"Perkataan dari Ming sao Touw cu ChinKhie sedikitpun tidak
salah, lebih baik Pouw Cung cu tidak usah berlaku banyak
adat lagi, kami kira Shie Piauw tauw pun takkan menyalahkan
hal ini kalau tidak ini hari dia juga tidak akan datang."
Mendadak sigolok naga hijau Shie Piauw tauw mendengus
dengan amat dingin bentaknya dengan keras.
"Perkataan dari kawan-kawan sekalian sedikitpun tak salah
kota Yong Jan itu memangnya bukan milikku seorang
bagaimana bisa menyalahkan orang lain ?" tapi demi
kepentingan diri sendiri demi kemajuan dan kemakmuran
perusahaan ekspedisi yang akan didirikan dengan tidak perduli
kerugian orang lain, coba kalian jawab itu menurut aturan
dunia?" Suasana dalam ruangan seketika Itu juga bcr ubah menjadi
sunyi senyap, berpuluh puluh pasang ma'a dengan tanpa
terasa dialihkan pada diri Sie Piauw tauw untuk menantikan
ucapan selanjutnya. Sebaliknya Liem Tou saat ini secara diam2 sudah
memperhatikan perubahan air muka dari Si Ang in sin pian
Pouw Sak San, terlihatlah semula dia melengak kemudian
dengan sinar pandangan penuh napsu membunuh dialihkan
pada Piauw su muda itu. Dalam hati Liem Tou menjadi tergerak, terdengar si Ang in
sin pian sudah angkat bicara lagi.
"Sie heng bagaimana bisa bicara begitu ?" apa mungkin
cayhe pernah menyerang Cing Liong Piauw kok kalian ?""
Sambil berkata selangkah demi ?elangkah ia bergeser
kearah Piauw su muda itu.
Air muka sigolok naga hijau Sie Ie segera berubah sangat
keren, sambil menuding wajah Ang in sin pian Pouw Sak San
bentaknya dengan amat gusar.
"Sungguh bagus perbuatanmu, kau tua bangka yang licik
masih mau pura2 apa lagi" Barang kawalan Cing Liong Piauw
kok kami dibegal orang di tengah sungai siapa yang tidak
tahu" Ini hari aku baru tahu kiranya kau manusia kura kura
yang melakukan . . ."
Mendadak golok naga hijaunya dicabut keluar teriaknya
dengan keras. "Hey orang she Pouw, kembalikan barang kawalanku."
Waktu Pauw Sak San sudah berdiri kurang lebih lima depa
dari Piauw su muda itu selesai mendengar perkataan dari
sigolok naga hijau Sie Piauw tauw yang penuh hawa amarah
itu ia tetap tenang tenang saja bagaimana juga dia tetap
merupakan seorang yang licik, banyak akal dan punya
pengalaman yang sangat luas mendengar perkataan itu
bukannya menjadi marah sebaliknya bertambah hormat lagi,
sambil tersenyum ramah ujarnya.
"Sie heng harap jangan marah dulu coba dengar perkataan
cayhe terlebih dulu dibegalnya barang kawalan Cing Liong
Piauw kiok di tengah sungai Yang tze Kiang siapapun sudah
tahu dan percaya peristiwa ini memang sungguh sungguh
terjadi, tapi jika didengar perkataan dari Sie heng tadi terus
menerus menuduhku orang yang kerjakan sekarang tolong
tanya bukti apa Sie heng bicara begitu "
Kau jadi orang jangan terlalu menekan orang lain. Kalau
memangnya dalam hati Sie heng senang kalau cayhe
membuka usaha ekspedisi dalam kota Yong Jan lebih baik
terus terang dikatakan, jangan lah menggunakan cara yang
paling kejam ini memfitnah orang lain sehingga meiukai
hubungan diantara sesama kawan, baiklah biar sekarang juga
dengan kesaksian para enghiong hoohan kita bicara dengan
baik2." Perkataan dari si Ang in sin pian Pouw Sak San ini sangat
lihay sekali, bukan saja perkataannya ini sangat beralasan dan
pakai aturan bahkan menuduh Sie Piauw tauw lah sedang
menggunakan cara ini hendak memfitnah dirinya. Semua
hadirin yang mendengar perkataan itu tanpa terasa pada
mengangguk tanpa setuju, sedang suasana yang semula sunyi
senyap kini menjadi sedikit gaduh dengan bisikan2 para
hadirin yang sama sama membicarakan soal ini, jika dilihat
situasinya sedikitpun tidak menguntungkan pihak Sigolok naga
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hijau Sie Ie. Hal ini membuat kegusaran Sie Piauw tauw memuncak,
baru saja membuka mulut bicara terdengar Pouw Siauw Ling
sudah menggunakat kesempatan ini membentak.
"Ini hari sebenarnanya merupakan perjamuan kita kepada
para jago tidak tahunya kau sebagai pimpinan Cing Liong
Piauw kiok menuduh kami dengan hal yang bukan2, jika hal
ini kau teruskan lagi jangan salahkan kami ayah beranak akan
perintah orang mengusir kau dari atas gunung."
Dengan perkataan ini semakin membuat kegusaran Sie
Piauw tauw sukar ditahan lagi, sambil mengobat abitkan golok
naga hijaunya dia membentak dengan sangat keras.
"Orang she Pouw, kau jangan mengandalkan jumlah yang
banyak hendak menekan aku orang, kau boleh cari berita
didalam Bu lim kami dari Cing Liong Piauw kiok kapan pernah
memfitnah orang lain?"
Sambil berkata dia menuding kearah Piauw su muda itu,
sambungnya lagi. "Waktu itu diatas perahu sebetulnya ada empat orang
Piauw su yang mengawal barang. Hu Piauw tauw sipemetik
bintang Kwan Piauw juga termasuk salah satu diantaranya.
Tidak disangka dengan mereka bertiga berhasil kalian bunuh
hanya tinggal dia seorang saja yang berhasil melarikan diri
dengan badan terluka parah, ini hari dia dapat mengenal
kembali kalau nada suara bangsat yang membegal barang
kawalan pada malam itu adalah kau orang, hey orang she
Pouw kau ada perkataan apa lagi ?"
Semua hadirin setelah mendengar perkataan itu menjadi
gaduh kembali, masing masing pada berbicara dan bertukar
pikiran akan hal itu. Ang in sin pian Pouw Sak San bukannya menjadi marah
sebaliknya tertawa terbahak bahak, "Liem Tou yang
memusatkan seluruh perhatiannya mengawasi gerak-gerik
Ang in sin pian Pouw Sak San segera melihat pada saat dia
sedang tertawa terbahak bahak itulah sepasang matanya
beberapa kali melirik kearah Piauw su-muda itu, segera dalam
hati dia tahu kalau dia hendak melakukan suatu gerakan, tidak
terasa lagi darah panas bergolak didalam dadanya tanpa
hiraukan dirinya lagi mendadak dia meloncat bangun sambil
membentak keras. "Awas ! " Tapi peringatannya terlambat satu langkah tubuh Ang in sin
pian Pouw Sak San lantas ditengah suara tertawanya yang
amat keras bagaikan kilat cepatnya sudah mencengkeram urat
nadi Piauw su muda itu. Sebaliknya Lie Siauw Ie yang selama ini terus menerus
memandangi wajah Liem Tou begitu mendengar dia berteriak
segera mengenal akan suaranya, tanpa tertahan lagi dia
berseru. "Ooh . - - adik Tou."
Air matanya tidak bisa ditahan lagi mengucur keluar
dengan sangat derasnya. Saat ini walaupun Liem Tou mau rahasiakan asal usulnya
tidak mungkin bisa lagi, baru saja mau memberi alasan
kepada Lie Siauw Ie di sebelah sana terdengar si Ang Ie Sin
Pian Pouw Sak San sudah tertawa nyaring lagi.
"Saudara2 sekalian apa kalian kenal siapakah saudara ini?"
Seorang hadirin segera berdiri, sahutnya dengan lantang.
"Dia adalah murid terkecil dari golok naga hijau Sie Piauw
tauw yang bernama Oei Poh."
Baru saja orang jiu selesai bicara ada berpuluh puluh
hadirin didaiam ruangan itu segera meledak suara tertawa
yang amat keras sekali dengan meminjam kesempatan ini
sindir Pouw Siauw Ling. "Muridnya bertindak sebagai saksi suhunya, hal itu
memang suatu hal yang paling cocok."
Ang In Sin pian segera melapaskan cenkeramannya kepada
Piauwsu muda itu, air mukanya yang dihiasi senyuman
mendadak berubah amat dingin kaku, sambil menuding
kearah golok naga hijau Sie Ie makinya.
"Sie le, kamu orang jangan salahkan aku Ang In Sin pian
tidak pakai aturan, cepat bawa muridmu meninggalkan
gunung ini, cepat." Kemudian teriaknya dengan keras.
"Pouw Beng. Pouw Liang hantar tamu."
Air muka golok naga hijau Sie Ie waktu ini sudah berubah
menjadi pucat kehijau-hijauan, badannya gemetar amat keras
menahan hawa amarahnya yang sukar ditahan lagi, hampir
hampir golok naga hijau di tangannya tidak sanggup dipegang
lagi, sudah tentu untuk memberikan jawaban tidak mungkin
lagi. Para hadiran ketika melihat kegusarannya yang amat
memuncak itu suasana y?ng semula penuh dengan suara
tertawa pun kini berubah menjadi sunyi kembali, ada dua
orang diantara mereka yang pada biasanya mempunyai
hubungan persahabatan yang agak erat dengan golok naga
hijau Sie Ie segera bangkit berdiri mendekatinya berusaha
untuk menasehati beberapa patah kata.
Siapa tahu baru saja mereka berdua berjalan hingga
kesampingnya belum sempat mengucapkan kata-kata
mendadak Sie Piauw tauw bagaikan seorang gila membolang
balingkan goloknya sambil membentak dengan gusar.
"Minggir." Golok Cing Liong Tocu sedikit diangkat pundaknya
direndahkan kebawah, dengan disertai sambaran angin yang
sangat keras tubuhnya me layang kedepan badan si Ang in sin
pian Pouw Sak San. Serangan yang datangnya diluar dugaan ini seketika itu
juga mengacaukan suasana didalam perjamuan itu masingmasin
hadirin pada meninggalkan tempat duduknya dan
bangkit berdiri. Dalam keadaan yang sangat kalut itulah mendadak dari
pojokan ruangan berkumandang suara bentakan yang amat
keras. "Sie Piauw tauw tunggu sebentar."
Bentakan ini sangat nyaring sehingga menggetarkan
seluruh ruangan itu, si golok naga hijau, Ang in sin pian serta
hadirin menjadi meIengak ketika mendengar suara bentakan
nyaring itu, ketika menoleh kearah berasalnya suara
terlihatlah seorang lelaki dengan air muka yang sangat
menyeramkan sudah berdiri ditengah ruangan itu, dengan air
muka yang berwarna hijau menyeramkan terlihatlah sepasang
biji mata yang bulat lagi bening sedang memandang keempat
penjuru ruangan itu. Para jago yang hadir disana rata-rata tidak tahu siapakah
orang itu dan berasal dari golongan mana, seketika itu juga
ruangan menjadi sunyi senyap, seluruh sinar mata para jago
ditujukan ke arahnya menantikan gerakan selanjutnya.
Sebaliknya Ang in sin pian dalam hati tahu kalau orang itu
adalah kawan dari gadis c?ntik pengangon kambing itu
kepandaian silat dari gadis cantik pengangon kambing itu dia
sudah menjajal sedang orang inipun berjalan jalan bersama
dia sudah tentu kepandaian silatnya tidak berada di
bawahnya. Tapi manusia berwajah hijau kini tampilkan dirinya secara
di luar dugaan, apa yang mau di katakan lagi.
Sebaliknya didalam perasaan serta pandangan Pouw Siauw
Ling sama sekali berbeda dengan dugaan Ang in sin pian itu,
ketika suara bentakan tadi bergema didaiam ruangan segera
dia merasa kalau suara itu sangat dikenal olehnya hanya saja
didaiam waktu singkat ini dia tidak bisa mengingatnya
kembali, karenanya dia dibuat tertegun olehnya, dengan
melototkan sepasang matanya dia memandang tajam kearah
manusia berwajah hijau itu,
Waktu ini manusia berwajah hijau itu sudah berdiri
ditengah, matanya diputar kesekeliling tempat itu sedang
terhadap ada Ang in sin pian disana sama sekali tidak digubris.
Mendadak tangannya menunjuk kearah seorang yang berdiri
disisi kiri, bentaknya. Orang yang ditunjuk itu tidak lain adalah Liong Ciang Lie
Kian Po, begitu mendengar omongan tersebut hatinya merasa
sangat terperanjat. Baru saja mau membantah manusia
berwajah hijau itu sudah putar tubuhnya sambil menuding
keerah Pouw Siauw Ling ujarnya lagi.
'Yang membunuh mati Hu Piauw-tauw si pemetik bintang
Kwan piauw adalah kamu orang, bagaimana " mau
membantah juga " ?"
Sehabis bicara tanpa menanti jawaban dari Povw Siauw
Ling dia sudah menyambung lagi dengan suara amat keras.
"Pembegalan barang barang kawalan Cin-Liong piauw kiok
semuanya dilakukan oleh bajingan bajingan tak tahu malu itu,
malam itu tepat aku sedang menginap didalam perahu
tersebut, kalau bukannya dengan cepat aku bergelinding ke
dalam sungai mungkin akupun ikut terbunuh ditangan mereka,
piauw su muda ini bisa melarikan diri semuanya juga karena
aku menolong dia hingga tak sampai ikut kehilangan nyawa
Ang in sin pian Pouw Sak San ayah beranak semuanya berhati
kejam dan ganas membuat aku merasa tak puas sehingga kini
munculkan diri membuka rahasia ini, dengan tak perduli akibat
apa yang akan terjadi aku dengan pertaruhan nyawaku
bertindak sebagai bukti dan saksi harap para saudara saudara
sekalian suka melakukan keadilan bagi Sie piauw-tauw ini."
Seketika itu juga suasana menjadi sangat gaduh, masing2
orang pada membicarakan soal soal ini sedang sinar matanya
tanpa terasa sudah beralih kearah si Ang-in-sin pian Pouw Sak
San, walaupun mereka tak mengucapkan sepatah katapan tapi
dari air mukanya jelas mereka sudah mulai curiga terhadap
dirinya. Sewaktu suasana sangat kacau itulah mendadak Pouw
Siauw Ling meloncat mendekati ayahnya Pouw Sak San sambil
berseru dengan keras. "Tia, dia adalah Liem Tou. Dia adalah Liem Tou. Dia adalah
Liem Tou." "Apa Liem Tou ?" Dia adalah Liem Tou" " seru pouw Sak
San dengan sangat terkejut disertai dengan suara jeritan
kaget dari hadirin lainnva.
Segera terlihatlah Hek Loojie, Tian Pian Ngo Koei serta
beberapa orang jago yang pernah ikut mengepung Liem Tou
dilembah cupu cupu pada bangkit berdiri dan mulai mendesak
kearahnya. Ang in sin pian Pouw Sak San serta Pouw Siauw Ling pun
mencabut senjata tajamnya bersama sama mendekati kearah
Liem Tou dengan air muka penuh kegusaran.
Liem Tou berani munculkan dirinya sudah tentu dalam hati
sudah menduga terlebih dulu bahaya yang akan diterimanya
sehingga didalam hati tak begitu tegang lagi, selain diam2
mengerahkan tenaga dalamnya mempersiapkan diri,
tangannya dengan cepat mengusap melepaskan kembali
topengnya. "Bukan salah," teriaknya dengan keras. "Aku adalah Liem
Tou, mereka mau celakai dirimu, kamu harus berhati hati."
Sepasang mata Liem Tou dengan sangat tajam sekali
memperhatikan setiap lawannya yang sedang mendelik
kearahnya dengan penuh nafsu, sudah tentu dia tak berani
memecahkan perhatian untuk memberikan jawaban.
Terdengar Ang in sin pian dengan sangat dingin berkata.
"Liem Tou, aku tidak sangka manusia berwajah hijau itu
adalah samaranmu, bangsat cilik yang licik jika bukannya kau
sesdiri yaug membuka rahasiamu sediri, hampir hampir
akupun berhasil kau kelabuhi.Waktu untuk naik gunung belum
tiba saatnya kau berani melanggar peraturan kita. Hmm hmm
... ini hari aku mau buat kamu orang menyesal untuk
selamanya." Mendadak hatinya bergerak secara tiba t iba teringat akan
sesuatu hal, nada ucapannyapun segera berubah.
"Bagus sekali! Hey Liem Tou kiranya kitab pusaka "To Kong
PitLiok" yang diberitakan di dalam dunia kangouw sudah kau
dapatkan, tidak aneh kalau nyalimu begitu besar."
Seluruh perhatian Liem Tou dipusatkan pada gerakan para
hadirin lainnya, walaupun dia mendengar seluruh perkataan
dari si Ang-in-sin pian Pouw Sak San dia tetap tak berani buka
mulut memberi jawaban. Ang in sin pian sekali lagi maju satu langkah kedepan, baru
saja bahu kanannya sedikit bergerak hendak melancarkan
serangan kearah Liem Tou mendadak terdengar suara
bentakan yang amat keras dari si golok naga hijau Sie Piauw
tauw. "Bangsat tua yang tidak tahu malu, kemalikan uang
kawalanku .... kembalikan nyawa Hu Piauw tauw kami"
Sinar hijau berkelebat, segulung sinar golok yang amat
menyilaukan mata mengurung seluruh tubuh Ang in sin pian
Pouw Sak San, melihat hal itu si Ang in sin pian segera
menggerakkan tubuhnya menggunakan cambuk mautnya
menggulung kearah sinar terssbut, dengan demikian terjadilah
satu pertempuran yang sangat seru antara Pouw Sak San
dengan si golok naga hijau itu.
Tian Pian Ngo Koei yaag melihat waktu yang sangat
mendesak segera terdengarlah Toa Koei berteriak keras.
"Saudara saudara sekalian, serang."
Lima setan itu segera pada mengerahkan tenaga dalamnya,
dengan menggunakan ilmu serangan yang memekikkan
telinga bersama sama menerjang kedepan. Gerakan mereka
amat cepat tapi ada orang yang jauh lebih cepat dari dia.
Mendadak terlihatlah sesosok bayangan putih berkelebat
menerjang ketengah antara Ngo-Koei serta Liem Tou itu,
secara tiba tiba pandangannya menjadi kabur segulung angin
sangat dahsyat sudah menerjang datang disusul dengan
bentakan yang sangat nyaring dari seorang gadis.
"Siapa yang berani mengganggu seujung rambut Liem
Koko ku, hmmmm . , .aku gadis cantik pengangon kambing
segera akan mencabut nyawamu kembali."
Ke lima setan itu hanya merasakan segulung angin pukulan
yang amat kuat menekan ke tubuh mereka, memaksa mereka
tidak sanggup untuk bergerak lagi.
Datangnya cepat perginyapun semakin cepat, tubuh ke lima
setan itu terkumpul terpental sejauh satu kaki lebih oleh
pukulan gadis cantik pengangon kambing itu, saking
terkejutnya kelima setan itu hanya bisa saling tukar
pandangan sambil merangkak bangun dengan perlahan.
Pouw Siauw Ling yang melihat ayahnya Ang in sin pian
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pauw Sak San beserta Thian-pianNgo Koci hampir bersamaan
waktunya melancarkan serentan tapi bersama sama pula
serangannya berhasil ditahan oieh si golok hijau serta si gadis
cantik pengangon kambing, dalam hati diam diam merasa
sangat terkejut, sedang diapun melihat selama ini Liem Tou
tidak pernah bergerak dengan siapapun, diam diam dalam
pikirannya. "Hmmm . . - sampai sekarang dia tak turun tangan juga,
tentunya dia sama sekali tak punya kepandaian siat, walaupun
ada juga tak mungkin akan sangat lihay ..."
Berpikir sampai disini diam diam tubuhnya mulai bergerak
kedepan dengan mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya dia
mulai mendekati belakang tubuh Liem Tou.
Semua kejadian ini dapat dilihat Lie Siauw Ie dengan amat
jelas, begitu melihat dia hendak melancarkan serangan
bokongan segera teriaknya dengan keras.
"Adik Tou, awas belakang tubuhmu."
Begitu Liem Tou mendengar peringatan dari Lie Siauw Ie
segera merasakan adanya sambaran angin serangan yang
membokong beIakang tubuhnya, dalam hati diam diam dia
agak terperanjat, tapi Liem Tou sekarang jauh oerbeda
dengan Liem Tou sewaktu masih berada didalam Lembah
cupu cupu, seluruh jalan darahnya sudah lancar atas bantuan
gadis cantik pengangon kambing itu ditambah dengan tenaga
latihan selama beberepa hari ini, sehingga boleh dikata
kepandaian silatnya lumayan juga.
Dengan cepat tubuhnya tanpa melihat siapa yang berada
dibelakangnya tenaga murninya segera dikerahkan pada
telapak tangan kemudian dengan keras mematahkan serangan
tersebut. "Aduh . . ." jeritan kesakitan dari Pouw Siauw Ling segera
bergema didalam ruangan, tubuhnya seketika itu juga
terpental sejauh satu kaki lebih kemudian menggeletak diatas
tanah tanpa bisa bergerak lagi.
Ditiga tempat bersamaan waktu yang terjadi tiga
pertempuran yang amat seru sedang pada waktu yang
bersamaan juga hasilnya sudah kelihatan. Tian Pian Ngo Koei
berhasil dikalahkan gadis cantik pengangon kambing, Pouw
Siauw Ling berhasil dipukul rubuh oleh Liem Tou, hanya
didalam satu gerakan saja, sedang Ang in sin pian Pouw Sak
San pun bertempur dengan amat serunya melawan si golok
naga hijau. Serangan Liem Tou yang berhasil memukul rubuh Pouw
Siauw Ling ini seketika itu dengan menggusarkan keempat
jago berkepandaian tinggi dari perkampungan Ie Hee Cung.
bersama sama mereka meloncat kedepan Liem Tou sambil
membentak sangat keras. "Liem Tou kau sudah melanggar peraturan perkampungan
ini melukai Pouw Siauw Ling juga, aku mau lihat kau bisa
turun gunung dengan selamat tidak ?"
"Hmm . . hmm " . . kalau begitu kita coba coba saja" seru
Liem Tou dengan amat dingin. "Kalian mau bertempur
seorang demi seorang secara berbareng?" Hmm . . . aku lihat
kalian berempat maju ber sama-sama saja."
Dtantara mereka berempat sifat Hauw Jiauw Pouw Toa
Tong paling berangasan begitu mendengar perkataan yang
sangat menghina itu dia menjadi amat gusar,
"Liem Tou, aku masih mengira sewaktu itu kau sudah
binasa tenggelam dalam sungai , . tak disangka ini hari kau
munculkan dirinya kembali. . agaknya nyawamu memang
amat untung sekali. . . tapi ini hari walaupun kau punya tujuh
nyawa cadangan akan kuhabiskan juga, lihat serangan."
Lima jarinya mendadak dikencangkan sehingga seperti
cakar kuku garuda, kemudian dengan dahsyatnya
mencengkeram keatas kepala batok Liem Tou.
Liem Tou tak berani berayal, dengan cepat dia
mengeluarkan gerakan langkah tiga puluh enam langkah badai
mutar ke belakang tubuhnya.
Melihat ilmu itu Pouw Toa Tong sedikit merasa terkejut,
tanpa perduli Liem Tou berada disebelah mana mendadak
tubuhnya memutar sepasang cakaran mencengkeram
kebelakaag tubuhnya. Siapa tahu baru saja Pouw Toa Tong putar tubuh
melancarkan serangan kebelakang sekali lagi serangan itu
mencapai pada sasaran yang kosong, waktu inilah dia baru
sadar Liem Tou bukanlah Liem Tou yang dahulu,hanya
didalam beberapa tahun saja dia berkelana didaiam dunia kangouw
sudah berhasil melatih kepandaian yang demikian hebatnya
dalam hati diam2 me rasa terkejut juga.
Baru saja pikiran ini berkelebat didalam benak Poa Toa
Tong mendadak terdengar suara dari Liem Tou sudah
berkumandang dari belakang tubuhnya.
"Toa Tongsiok. bagaimana " Jangan ragu ragu ayoh. Aku
melihat Toa Tong siok jarang melakukan kejahatan kini aku
kalahi tiga jurus kepadamu . . sekarang baru dua jurus."
Kegusaran Pouw Toa Tong memuncak sambil meloncat
ketengah udara katanya. "Liem Tou saat kematianmu sudah tiba.."
Mendadak tubuhnya yang berada ditengah udara berputar
setengah lingkaran kemudian bersalto beberapa kali dan
menubruk kebawab bagaikan seekor harimau kelaparan.
Sekarang dia bisa melihat dengan jelas kalau Liem Toa
berada kurang lebih tujuh delapan tindak dari dirinya, dan kini
dengan mata yang melotot sedang memandang dirinya sambil
tersenyum. Kegusarannya tak bisa ditahan lagi tubuhnya bagaikan kilat
cepatnya menubruk keatas tubuhnya sedang sepasang
cakarnya dengan sangat dahsyat mengancam batok
kepalanya. Jurus harimau lapar ini merupakan salah satu jurus andalan
dari Pouw Toa Tong, melihat datangnya serangan yang amat
dahsyat ini Liem Tou segera tahu kelihayannya dengan cepat
tubuhnya menyingkir ke samping beberapa kaki dari tempat
semula, Lie Siauw Ie yang berada disamping begitu melihat
datangnya serangan dahsyat saking terkejutnya air mukanya
sudah berubah menjadi pucat pasi, teriaknya kaget.
"Adik Tou hati hati, Toa Tong siok sedang menggunakan
jurus yang mematikan, cepat menghindar kesamping."
Pouw Toa Tong tak mau melepaskan mangsanya begitu
saja, melihat Liem Tou menyingkir kesamping sekali lagi dia
melancarkan serangan mautnya dan menubruk kembali keatas
tubuh Liem Tou. Kali ini Liem Tou tidak sempat lagi untuk menghindarkan
diri, baru menggunakan langkah tiga puluh enam langkah
badai memutarnyapun tidak mungkin lagi, didalam keadaan
yang amat kritis itulah mendadak dia menarik hawa murninya
dari atas pusar. Sepasang cakar dari Pouw Toa Tong kini sudah berada
dihadapan mukanya, tubuh Liem Tou dengan cepat merendah
kebawah sepasang tangannya bersama sama didorong
kedepan, telapak kirinya dengan menggunakan jurus"Pah-Ong
Khie Tian" atau raja bengis mengangkat hioloo sedang telapak
kanannya membabat dengan menggunakan jurus Pit Gwat Lui
Cuang atau menutup bulan mendorong jendela, dalam satu
serangan menggunakan dua gerakan yang berlainan,
terdengarlah sambaran angin yang amat dahsyat menyambut
datangnya serangan pihak musuh .
Serangan menolong diri dari bahaya yang digunakan Liem
Tou ini sudah tentu menggunakan tenaga dalam yang ada
didalam tubuhnya. Sekalipun Pouw Toa Tong memiliki
kepandaian lebih tinggipun tidak terasa merasa sangat
terkejut juga, karena jika dia meneruskan serangannya maka
kedua belah pihak akan sama-sama terluka parah.
Bagaimanapun juga pengalaman dari Pouw-Toa Tong
sangat luas sekali, didalam keadaan yang amat kritis itulah
mendadak dia membuyarkan serangannya kemudian dengan
menerobos angin serangan melayang turun keatas permukaan
tanah, sepasang matanya melotot bulat-bulat memandang
tajam kearah Liem Tou, untuk beberapa waktu lamanya tidak
sanggup mengucapkan sepatah katapun .
Liem Tou yang berhasil meloloskan diri dari serangan maut
kini pun sedikit termangu mangu, tapi sebentar kemudian
sudah angkat bicara . "Toa Tong siok, tiga jurus sudah lewat, kini aku tidak akan
berlaku sungkan sungkan lagi."
Perkataan dari Liem Tou ini benar benar keluar dari hati
nalurinya, tapi didengar dalam pendengaran Pouw Toa Tong
sangat tidak enak sekali. Kemarahannya sekali lagi memuncak
tanpa mengucapkan kata kata lagi mendadak tubuhnya
menubruk kearah Liem Tou .
Liem Toupun sudah dibuat gusar oleh tindakan Pouw Toa
Tong ini, sepasang alisnya di kerutkan rapat rapat teriaknya .
"Toa Tong siok kau jangan menyesal."
Mendadak tubuhnya menyingkir kesamping,
menghindarkan diri dari datangnya serangan musuh, telapak
tangan sebelah kirinya dengan menggunakan jurus Pek Lok
Heng po atau Bangau putih menimbulkan ombak dari jurus
maut partai Kun lun pay menyerang kedepan sedang
badannya mendadak meloncat tiga langkah kedepan dengan
menggunakan langkah tiga puluh enam langkah badai
memutar. Baru saja Pouw Toa Tong berhasil menghindarkan diri dari
serangan pertama mendadak telapak tangan kanan dari Liem
Tou melancarkan serangan dahsyat lagi dengan menggunakan
jurus serangan mematikan dari partai Khong tong pay. "Heng
In Toan Hong "aiau mega datar memotong puncak.
Semakin bertempur kegembiraan LieonTou semangkin
memenuhi benaknya . Telapak tangannya dengan cepat bergerak menggunakan
jurus-jurus serangan yang berbeda-beda terlihatlah
pergelangan tangannya sedikit bergeser serangannya segera
berubah lagi dengan menggunakan jurus serangan dari partai
Go bie,"Tong In Mie puh" atau mega merah terbesar rapat
tubuhnya berputar dengan kencang telapak kirinya bagaikan
kilat cepatnya melancarkan serangan dengan menggunakan
jurus "Ie Hun put San " ajaran Hek Loo toa, dengan
menimbulkan angin yang amat dahsyat membabat ke depan.
Baru saja Pouw Toa Tong menbruk kedepan siapa sangka
didaiam sekejap mata Liem Tou melancarkan tiga buah
serangan dahsyat dari tiga perguruan yang berlainan tidak
terasa dia menghembuskan napas dingin .
Seketika itu juga dia menjadi kalang kabut hampir hampir
terkena serangan hebat itu, hanya untung saja Liem Tou
sekalipun bisa menggunakan jurus jurus serangan itu tapi
belum memahami betul betul kalau tidak jangan dikata tiga
jurus serangan sekali pun hanya satu serangan saja Pouw Toa
Tong jangan harap bisa tahan.
Tetapi jurus terakhir yaitu "In Hun put san" sudah berulang
kali digunakan oleh Liem Tou sehingga hampir boleh dikatakan
sangat hafal sekali. Mendadak .... "Aduh. .. "dada Pouw Toa Tong terhajar
sangat keras oleh serangan dahsyat Liem Tou ini, tak tertahan
lagi tubuhnya terjengkang kebelakang kemudian menggeletak
diatas tanah tak dapat bergerak lagi.
ooOOoo Pada saat tubuh Pouw Toa Tong roboh keatas tanah itulah
mendadak suasana ditengah ruangan menjadi sangat gaduh
sekali. Mendadak hasil Liem Tou menjadi bergerak pikirnya.
"Haaa . aneh sekali. Ketika Hauw jiauw Pouw Toa Tong
terpukul roboh kenapa bisa ada suara mengaduh yang
berbeda?" Dengan cemas dia menoleh kebelakang kiranya Ang in sin
pian Pouw Sak San dengan si golok naga hijau Sie sudah
mencapai pada titik penentuan, golok naga hijau yang berada
ditangan Sie piauw tauw tadi entah kini sudah terbang
kemana oleh lilitan cambuk maut Pouw Sak San, saat ini
terpaksa dengan mengandalkan sepasang telapak tangannya
berkelebat dan berusaha meloloskan diri dari kepungan
bayangan cambuk maut Pouw Sak San.
Ketika dipandang lebih teliti lagi tanpa bisa ditahan lagi
Liem Tou menjerit kaget, kiranya saat iui Sie piauw tauw
sudah kehabisan tenaga dan hanya bisa bertahan saja,
keringat yang mengucur keluar membasahi keningnya
semakin deras lagi, kelihatannya sebentar lagi akan terIuka
dibawah serangan cambuk Ang in sin pian.
Liem Tou tak bisa berpikir panjang lagi segera teriaknya.
"Celaka." Ujung kakinya menutul permukaan tanah siap menyusup
kedepan menolong si golok naga hijau Sie Piauw tauw lolos
dari bahaya itu. Baru saja pikiran ini berkelebat didalam benaknya, belum
sempat badannya meloncat ke depan mendadak sesosok
bayangan manusia sudah berkelebat menghadang didepan
badannya, bayangan itu tanpa mengucapkan sepatah kitapun,
segera melancarkan serangannya meng hajar dadanya.
Di dalam keadaan yang sangat terkejut Liem Tou dengan
tergesa gesa meloncat kesamping menghindarkan diri dari
serangan tersebut, "Bluuuk. . ." angin serangan bayangan itu mencapai
sasaran yang kosong dan manghajar permukaan tanah
sehingga timbullah sebuah liang yang cukup lebar, jika
dipandang dari kekuatan serangan ini mungkin orang itu
sudah menggunakan sepuluh bagian tenaga murninya.
Dengan cepat Liem Tou menoleh kearah bayangan itu,
ternyata orang itu tidak lain adalah Hek Loojie adik dari Hek
Lootoa. Sambil tertawa dingin tak henti hentinya Hek Loojie
berjalan maju mendesak kearahnya, matanya melotot lebar
lebar mulutnya meringis rnenyeramkan, ujarnya dengan
dingin. "Hey Liem Tou, tidak disangka hanya satu bulan
kepandaian silatmu mendapatkan kemajuan yang amat pesat,
ini hari jika sampai membiarkan kau lolos kembali . . .Hmmm
lain kali siapapun jangan harap bisa kuasahi dirimu lagi."
Dalam hati Liem Tou hanya bertujuan membebaskan si
golok naga hijau dari mara bahaya, baru saja Hek Loo jie
selesai berbicara mendadak Liem Tou menerjang kembali
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedepan siap menerobos dirinya menolong Sie piauw Tauw.
HekLoo jie tahu maksud dan tujuannya dari Liem Tou ini,
dia hanya tertawa riang saja.
"Bruuk - - - " satu serangan mendatar dengan dahsyat
menghalangi perjalanan Liem Tou ujar nya sambil tertawa.
"Bencana ada sebabnya hutang ada pemiliknya mereka
bertempur biarlah mereka yang selesaikan apa hubungannya
dengan kau?" Hey Liem-Tou. hutang kitapun harus kita
selesaikan" Dengan perbuatan Hek Loo jie ini membuat Liem Tou
saking jengkelnya mendepak depakkan kakinya keatas tanah,
apa lagi waktu itu cambuk maut dari Ang in sin pian sudah
menekan kepala Sie Piauw tauw sedang nyawa pun hanya
tinggal beberapa saat saja.
Terlihatlah murid Sie Piauw tauw yang masih muda itu
dengan menggunakan pedangnya berusaha menyerang dari
sisi tubuh Angin sin pian menolong suhunya dari bahaya, tapi
gerakannya ini sama sekali tidak berguna. Pouw cungcu hanya
cukup memberikan satu serangan yang ringan dia sudah tidak
sanggup untuk menerima. Disaat yang amat kritis itulah mendadak seso sok bayangan
putih berkelebat menubruk ketengah lingkungan bayangan
merah cambuk maut Pouw Sak San, kemudian disusul dengan
bentakan yang nyaring tapi sangat merdu,
"Tahan." Terdengar Ang in sin pian Touw Sak San men jerit sangat
keras, cambuk mautnya dengan cepat ditarik kembali sadang
tubuhnya dengan sempoyongan mundur lima enam langkah
kebelakang. Ditengah kalangan pertempuran terlihatlah gadis cantik
pengangon kambing itu dengan mencekal seruling pualamnya
berdiri disana, sedang tangannya yang sebelah lagi sedang
membimbing tubuh si golok naga hijau Sie Piauw tauw yang
usianya sudah mendekati enam puluh tahunan itu.
Begitu Liem Tou melihat gadis cantik pengangon kambing
sudah berhasil menolong Sie Piauw tauw lolos dari mara
bahaya hatinya menjadi lega kembali, dengan perlahan lahan
dia putar tubuhnya menghadap kearah Hek Loo jie ujarnya
sambil tertawa dingin. "Kau manusia berhati srigala. sudah mencelakai kakaknya
sendiri kini masih punya muka berkelana didalam dunia
kangouw . - - Hmmm .., Hek Loo toa Ioocianpwe sejak semula
sudah serahkan nyawamu ketanganku, kalau tadi kau tidak
bilang mau melunasi hutang masih tidak mengapa, kini kau
akan sudah berani bilang - -ini hari aku akan membalaskan
dendam bagi Hek Loo Toa Loo cianpwe."
Sehabis berkata seluruh tenaga daiamnya segera
dikerahkan pada telapak tangannya jeritnya. "Hak Loo jie
terima seranganku." Satu serangan telapak yang amat dahsyat mengarah dada
Hek Loo Jie dipukul kedepan. Hek Loo Jie yang merupakan
seorang jago yang sudah memiliki nama besar didalam dunia
kangouw sudah tentu tidak mau anggap Liem didalam
pandangannya begitu melihat datangnya serangan Liem Tou
ini dengan tidak gugup sedikitpun mengangkat telapak
tangannya mematahkan serangan itu.
Dua gulung angin yang sangat dahsyat bertemu.
"Bruuk - - - Liem Tou maupun Hek Loo jie hanya
merasakan lengannya menjadi kaku sedang tubuhnya tak
tertahan lagi pada mundur bebera pa langkah kebelakang.
Semula Hek Loo jie bilang kepandaian Liem Tou
medapatkan kemajuan yang pesat sebetulnya mengandung
nada mengejek siapapun tahu begitu bentrokan angin pukulan
barusan ini seketika itu juga membuat hatinya merasa sangat
terkejut sekali, pikirnya.
"Sewaktu bangsat cilik ini bertempur melawan hweesiohwesio
bau di dalam lembah cupu-cupu waktu itu, sekalipun
jurus serangannya sangat banyak dan bermacam-macam tapi
jalas tenaga dalamnya belum berhasil dilatih. Bagaimana
hanya didalami waktu satu bulan saja dia bisa berhasil melatih
tenaga dalamnya setinggi begini " Apa mungkin kitab pusaka
To Kong Pit Liok sudah ber hasil dia dapatkan kemudian
melatihnya di dalam beberapa waktu ini ?"
Liem Tou yang d dalam beberapa waktu saja berhasil
mengajar rubuh Pouw Siauw Ling serta Pouw Toa Tong
kemudian menggetarkan Hek Lo jie, kepercayaan pada dirinya
semakin menebal teriaknya lagi.
"Hek Loo jie, terima serangan ini lagi."
Sepasang telapak tangannya diputar, tenaga murninya
disalurkan ketelapaknya kemudian dengan sekuat tenaga
didorong sejajar dengan dadanya.
Baru saja Hek Loo jie hendak menerima serangan itu
mendadak satu bayangan berkelebat didalam benaknya.
"Para jago yang hadir dalam ruangan ini siapa pun tahu
kalau di tubuh Liem Tou membawa kitab pusaka yang sangat
berharga sekali, tapi mereka tetap tidak mau turun tangan dan
menonton saja tentunya punya maksud maksud tertentu,
mereka mau menunggu aku dengan Liem Tou bergebrak
hingga sama sama lelah kemudian merekalah yang dapat
hasilnya." Berpikir sampai disini dengan cepat dia menarik kembali
telapak tangannya dan menghindarkan diri kesamping,
Liem Tou dapat melihat semua gerakannya dengan amat
jelas, tanpa terasa lagi tenaga pukulannya yang
dikerahkanpun berkurang tiga bagian lagi, walaupun begitu
angin pukulannya tetap mendengung memekikkan telinga.
Ketika dia sedikit berayal itulah mendadak Liem Tou hanya
merasakan segulung angin pukulan yang sangat hebat
membokong dirinya dari samping tempat menghajar sisi
tubuhnya. Di dalam keadaan yang amat bingung Liem Tou menjadi
sangat gugup, sambil membentak keras dengan tergesa gesa
dia meloncat beberapa langkah kebelakang.
Walaupun dia berhasil meloncat kebelakang tapi tenaga
pukulan yang amat kuat itu tetap mengikuti dirinya . . .
"Bluum .. tidak ampun lagi tubuhnya terpental hingga sejauh
dua kaki lebih tepat terjatuh disamping tubuh gadis can tik
pengangon kambing itu, hanya saja dia se gera merasakan
lengan kirinya kaku, linu dan sakit sekali.
Masih untung saja dia melayang sesuai dengan arah
datangnya angin pukulan itu, kalau kebalikannya . . .
entahlah. Dengan tergesa gesa Liem Tou merangkak bangun
kemudian memandang kearah berasalnya angin pukulan itu,
tapi .. . dia menjerit kaget dengan amat kerasnya.
Didaiam sekejap saja ditengah ruangan itu sudah
bertambah dengan seorang perempuan berusia pertengahan
dengan air muka yang dingin kaku menyeramkan, rambutnya
terurai memanjang sedada, sedang pada tangannya
menggendong sesosok mayat gadis berbaju hijau yang sangat
tipis sekali. Ketika Liem Tou memandang lebih teliti lagi segera dikenal
olehnya orang itu tidak lain adalah Au Hay Ong Bo yang
ditemuinya sewaktu berada diatas puncak Ngo Liong Hong,
sedang mayat gadis berbaju hijau yang berada dipangkuannya
itu adalah Ciang Beng Hu yang berkali kali menganiaya dirinya
tapi kemudian terkena satu pukulannya yang sangat dahsyat.
Melibat hal itu diam diam pikirnya.
"Apa pukulanku itu bisa membinasakan dirinya?"
Jika dipikirkan Liem Tou sedikit tidak percaya, tetapi
kenyataan sudah berada didepan matanya sekalipun tidak
percaya kini juga harus percaya.
Melihat dandanan dari Au Hay Ong Bo yang menyeramkan
itu, dalam hati Liem Tou merasa berdesir tapi dengan
membesarkan nyali tanyanya juga.
"Yang datang apakah Au Hay Ong Bo?"
Sewaktu tadi Au Hay Ong Bo munculkan diri, para jago
yang berada didaiam ruangan sudah merasa terkejut, hanya
saja mereka sama sekali tidak tahu siapakah wanita berusia
pertengahan yang berwajah dingin kaku dan menyeramkan
itu, kini sesudah Liem Tou menyebut namanya seketika itu
juga memancing kegaduhan didalam ruangan.
Air muka setiap jago yang hadir disana pada menampakkan
perasaan terkejut, bingung serta ragu ragu, karena sekalipun
mereka tahu Au-Hay Ong Bo merupakan seorang manusia
yang lihay dan berbahaya tapi selamanya belum pernah
munculkan dirinya didalam Bu lim. Tidak disangka pada saat
seperti ini bisa munculkan dirinya secara mendadak, dari hal
ini bisa ditinjau kalau urusan yang sudah terjadi merupakan
urusan yang di luar dugaan.
Sepasang mata Au Hay Ong Bo dengan sinar berapi api
memandang sekejap kearah Liem Tou mendadak dengan
memperlihatkan sebaris giginya yang putih menyeramkaa dia
menjerit ngeri, sesudah meletakkan mayat Ciang Beng Hu
keatas tanah dengan perlahan mulai berjalan mendekati Liem
Tou. Seluruh tubuh Liem Tou gemetar sangat keras, mendadak
bentaknya . "Au Hay Ong Bo, aku Liem Tou sudah kau kurung
mendekati satu bulan lamanya setiap hari mendapat siksaan
serta cemoohan apa kau masih merasa kurang "Sebetulnya
aku dengan kalian manusia manusia dari partai Kiem Thian
Pay punya dendam sakit hati apa sehingga kalian terus
menerus mengejar aku ?""
"Ada dendam sakit hati apa . . . ada dendam sakit hati apa
. . .." Mendadak dia tertawa panjang dengan sangat keras sekali,
sambil menunding mayat dari Ciang Beng Hu ujarnya .
"Hu jie ada dendam sakit hati apa dengan kau" Kenapa kau
turun tangan jahat terhadap dirinya sehingga binasa?" Liem
Tou .- . anjing-kecii . . . aku mau telan kau hidup hidup,"
Sehabis berkata dengan rambut yang pada berdiri seperti
duri, sepasang matanya dengan penuh kemarahan mendelik
bulat bulat, keagungan serta kewibawaannya ketika masih
berada diatas puncak Ngo Lian Hong sama sekali tidak
kelihatan lagi, bahkan boleh dikata mirip dengan peri yang
sangat jelak dan sangat kejam .
Musuh tangguh kini berada didepan mata, Liem Tou tidak
berani berbuit gegabah lagi dengan cepat dia mengarahkan
tenaga dalamnya melakukan persiapan .
Gadis cantik pengangon kambing yang berada disisinya
ketika melihat ketegangannya memuncak, mendadak bertanya
. 'Liem Koko, apa orang itu betul betul Au-Hay Ong Bo" Tia
pernah bilang dia berhasil melatih ilmu pukulan Kioe In Thiat
Siu Kang yang amat lihay sekali, bagaimana kau bisa bunuh
putrinya ?" Seluruh perhatian Liem Tou sedang dipusatkan pada gerak
gerik Au Hay Ong Bo, mendengar perkataan itu terpaksa dia
hanya menganggukkan kepalanya saja sedang mulutnya tetap
membungkam . Saat ini suasana didaiam ruangan itu sunyi senyap, masing
masing hadirin pada nenahan pernapasannya masing masing
menanti dengan tenang gerakan selanjutnya dari Au Hay Ongbo
yang sedang berdiri berhadap hadapan dengan Liem Tou
itu . Mendadak . .. Liem Tou hanya melihat sepasang mata Au
Hay Ong Bo sedikit berputar tubuhnya dengan cepat sudah
berputar setengah lingkaran ditengah udara, ujung bajunya
dikebutkan kedepan bersamaan pula membentak sangat
keras. "Siapa berani membokong Loo nio?"
Pada saat Liem Tou melengak mendengar perkataan itu
terdengarlah Lie Siauw Ie yang berada d ihadapannya sudah
menjerit amat keras, seketika itu juga bagaikan sebuah logam
mentah yang amat keras menimpa dada Liem Tou, tanpa
memperdulikan nyawanya lagi dengan cepat dia menubruk
kedepan. "Jangan...!" teriak gadis cantik pengangon kambing dengan
kaget. Belum habis dia berteriak Au Hay Ong Bo sudah memutar
tubuhnya kembali, dan dengan tepat menyambut datangnya
tubrukan Liem Tou. Tubuhnya sedikit merendah, telapak kirinya dengan cepat
dikebutkan kedepan. segulung angin pukulan yaug amat
dingin segera menghantam keluar.
Sebetulnya Liem Tou tadi menubruk kedepan sudah tidak
memikirkan nyawanya lagi, kerena-nya untuk menarik diri
tidak mungkin lagi. Didalam keadaan yang sangat kritis itu walaupun dia tahu
dirinya bukan tandingannya terpaksa dengan diam diam
menggigit kencang bibirnya, sepasang telapak tangannya
dengan meminjam kekuatan menubruk kedepan itu mendadak
melancarkan satu serangan dahsyat dengan menggunakan
seluruh tenaga murninya. Jilid 12 : Terkepung di Ie Hee Cung
Angin serangan dari Au Hay Ong Bo itu datangnya memang
sangat aneh sekali, baru saja sepasang tangan Liem Tou
separuh di dorong kedepan segera sudah terbentur dengan
angin pukulan pihak lawannya, terasa suatu hawa yang amat
dingin tinggi menusuk kedalam tulang menyerang dirinya
hamper-hampir dia sukar untuk menahan hawa yang amat
dingin itu. Walaupun telapak tangannya didorong dengan cara
bagaimanapun tetap tangannya tidak bisa maju satu coen
pun, saat itulah Liem Tou baru merasa terkejut pikirnya
cemas. "Aduh - - - habis sudah kali ini."
Sekonyong konyong - . . tenaga tekanan pihak lawannya
semakin memberat, segera Liem Tou hanya merasakan
kepalanya pening, matanya berkunang kunang dan dadanya
terasa sangat mual. Dalam hati dia tahu saat inilah saat yang paling kritis,bagi
jiwanya, bagaimanapun juga dia harus mempertahankan
dirinya. Berpikir sampai disini semangatnya bangkit kembali,
dengan sekuat tenaga dia menarik hawa murninya kemudian
dengan paksakan diri menerjang kedepan.
Mendadak terdengar gadis cantik pengangon kambing itu
membentak nyaring.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siluman tua, kau berani."
Liem Tou hanya merasakan sepasang telapak tangannya
sedikit tergetar, tenaga tekanan pihak lawannya sedikit kendor
membuat tubuh Liem Tou tidak tertahan lagi mundur dua tiga
langkah kebelakang dengan semponyongan, untung saja tidak
sampai jatuh terduduk diatas tanah.
Ketika dia menoleh memandang terlihatlah gadis cantik
pengangon kambing itu sudah bertempur dengan amat
serunya melawan Au Hay Ong Bo.
Terlihat ujung baju gadis cantik pengangon kambing yang
berwarna putih itu berkibar tertiup angin, seruling pualam
ditangannya bagaikan kilat cepatnya melancarkan serangan.
Didalam sekecap mata dia sudah melancarkan tujuh kali
serangn dahsyat bahkan setiap serangan yang digunakan
terdapat perubahan gerakan yang sangat ruwet sekali, ketika
dipandang dari depan hanya terlihat segulung bayangan
seruling yang berputar dengan sangat rapatnya melindungi
seluruh tubuh. Sebaliknya Au Hay Ong Bo pun sudah mengeluarkan jurusjurus
serangan andalannya sebentar dia berkelebat kekiri
sabentar lagi menahan serangan apa saja hanya terlihat ujung
bajunya berkelebat dan menari dengan kencangnya.
Walaupun gadis cantik pengangon kambing itu sudah
melancarkan berpuluh puluh serangan dengan menggunakan
jurus seragnan yang berbeda, jangan dikata memukul hanya
menyenggol saja sukar untuk tercapai.
Waktu itu Liem Tou punya niat untuk melihat jalannya
pertempuran yang amat seru itu, dengam cepat dia berlari
kesampingnya. Terlihatlah air muka Lie Siauw Ie sudab be
rubah pucat pasi bagaikan mayat, bibirnys yang kecil mungil
gemetar terus menerus. Waktu itu Pouw Jien Coei sedang
membimbing tubuhnya berdiri sedang dari kelopak matanya
air mata mulai mengucur keluar dengan derasnya.
Dengan setengah berlutut Liem Tou berjongkok didepan
tubuh Lie Siauw Ie tanyanya dengan cemas.
"Ie cici, kau terluka parah?""
"Adik Tou" seru Lie Siauw Ie begitu melihat Liam Tou
berjalan mendekati tubuhnya. "Kau tidak usah ikut, tempat ini
tidak bisa ditahan lebih lama lagi cepat kau lari."
"Tapi luka cici sangat parah, bagaimana aku bisa pergi?"
Mendengar perkataan itu Lie Siauw le segera bangkit
berdiri dari bimbingan Pouw Jien Coei makinya.
"Adik Tou, aku hanya terkena jarum Kioe Cu tok cianku
sendiri, asalkan makan obat penawar segera akan sembuh
kembali, jika kau tidak mau dengar omonganku lain kali
jangan datang cari aku lagi."
Sehabis berkata dia paling kearah lain kemudian dengan
terhuyung huyung lari keluar dari ruangan itu.
Dengan cepat Pouw Jien Coei lari membimbing lengannya
dan bersama-sama meninggalkan ruangan tersebut,
sesampainya diluar ruangan, sekali lagi dia menoleh mendelik
kearah Liem Tou, agaknya ada perkataan yang hendak
disampaikan, hanya saja karena Ang in sin pian sekarang
masih berada disana akhirnya dia tidak jadi bicara dan lari
keluar dengan cepat. Sesudah Lie Siauw Ie meninggalkan ruangan itu dalam hati
Liem Tou hanya merasakan hatinva yang hampa dengan
termangu-mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun berdiri
disana. Kiranya Lie Siauw Ie memang betul terluka oleh senjata
rahasia Kioe Cu gin Ciam-nya sendiri, ketika dia melihat Au
Hay Ong Bo mendesak kearah Liem Tou terus menerus karena
takut Liem Tou cedera oleh serangannya maka sengaja dia
melancarkan serangan dengan menggunakan senjata
rahasianya. Siapa tahu Au Hay Ong Bo yang merupakan seorang jago
yang berkepandaian tinggi serta tenaga dalamnya sudah
mencapai kesempurnaan panca indranya yang terlatih amat
tajam sekali. Begitu didengarnya ada sambaran senjata
rahasia mengancam tubuhnya dengan cepat dia berkelebat
balikkan tubuhnya sambil mengebut dengan menggunakan
ujung bajunya, begitulah jarum jarum perak itu terpukul balik
segera menghajar badan Lie Siauw Ie tanpa ampun lagi.
Untung saja waktu itu Liem Tou sempat menubruk kedepan
sehingga bisa terhindar dari mara bahaya, jika waktu itu Au
Hay Ong Bo menambah dengan satu serangan lagi begitu
badan Lie Siauw Ie terkena pukulan Kioe Im thiat Siu-nya - entah bagaimana jadinya. Sedang Liem Tou berdiri termangu mangu mendadak
terdengar Au Hay Ong Bo sudah membentak dengan amat
keras. "Siapa kau ?""
Liem Tou menjadi amat terkejut sekali, baru saja dia mau
putar tubuhnya mendadak segulung angin pukulan yang amat
tajam menyambar dari belakang tubuhnya tanpa menoleh lagi
ujung kakinya dengan cepat menutul permukaan tanah
dengan tergesa-gesa3 meloncat beberapa langkah kedepan
kemudian baru menoleh ke belakang.
Kiranya orang yang baru melancarkan serangan bokongan
itu tidak lain adalah Hek Loo jie itu manusia yang paling
pengecut didunia saat itu
Liem Tou menjadi amat gusar, kuda kudanya sedikit
diperkuat, badannya sedikit merendah siap melancarkan
balasannya. Baru saja dia mengerahkan tenaga dalamnya
mendadak terasa olehnya seluruh tubuhnya gemetar amat
keras, hawa murni yang dikerahkan keseluruh badan tiba tiba
buyar ditengah jalan, sampai saat itulah dia baru tahu dirinya
sedang dalam terluka sedang saat itu Hek Loo jie semakin
lama semakin mendekati badannya.
Ketika matanya melirik kesamping terlihat para jago yang
berada didalam ruangan itu sudah meninggalkan tempatnya
masing masing dan bergeser mendekati dirinya. Siang hui hok
Pouw Beng serta Pouw Liang dengan melototkan matanya
memandang dirinya mereka berdiri tegak menjaga pintu
keluar ruangan tersebut. Liem Tou yang dikurung ditengah kepungan musuh yang
berada di empat penjuru sedang dirinyapun terluka, teringat
kembali Lie Siauw Ie yang ikut terluka karena dirinya tidak
tertahan lagi batinnya sangat sedih sekali, jika dibadannya
membawa senjata tajam kemungkinan waktu itu dia sudah
cabut pisaunya untuk bunuhdiri.
Sesaat Liem Tou sedang merasa sangat sedih dan putus
asa itulah mendadak terdengar Au- Hay Ong Bo membentak
dengan amat gusarnya. "Hay budak liar, Lie Loo jie itu apamu cepat bilang?"
Mungkin waktu itu gadis cantik pengangon kambing sudah
melihat keadaan Liem Tou yang amat barbahaya itu,
sambungnya. "Liem koko kau masih tak pergi, kau mau tunggu kapan
lagi ?"" "Enmm..." pikir Liem Tou diam diam.
"Jika aku bisa melarikan diri buat apa tunggu kau bilangi
aku dulu. . ." Terdengarlah Au Hay Ong Bo tertawa terbahak bahak
dengan sangat seramnya. "He he he.., Loo nio atur jebakan seluruh penjuru tempat
ini. Bangsat anjing kau mau melarikan diri kemana ?""
"Hey siluman tua kau jangan sombong dulu" Seru gadis
cantik pengangon kambing dengan amat gusarnya. "Aku
sengaja mau suruh Liem koko melarikan diri dari sini, aku mau
lihat kamu orang bisa berbuat apa".
Kemudian gapenya kepada Lem Tou.
Waktu itu Liem Ton tidak tahu sudah terjadi urusan apa,
baru saja dia menoleh mendadak di depan matanya
berkelebat sebuah sinar yang amat menyilaukan mata sebilah
pisau belati yang amat tajam sudah melayang kehadapannya
dengan cepat dia ulur tangan menyambutnya.
Ujar gadis cantik pangangon kambing itu "Liem koko, siapa
yang berani ganggu kamu orang bunuh terlebih dulu, cepat
pergi." Liem Tou yang didalam genggamannya telah bertambah
dengan sebilah pisau belati yang amat tajam perasaan sedih
serta putus asa yang menghiasi air mukanya tadi kini secara
mendadak hilang lenyap tanpa bekas, semangat
kejantanannya muncul kembali didalam hatinya, bagaikan
meeyambarkan segulung angin taufan dengan sebilah pisau
belati yang kecil tapi memancarkan sinar yang amat tajam ini
dia melancarkan serangan kedepan, sambil bentaknya dengan
keras. "Siapa yang berani menghalangi perjalanan aku Liem Tou
?" Tubuhnnya dengan cepat menyusup dan lari dengan
cepatnya keluar ruangan. Sejak tadi Hek Loojie sudah buat persiapan sudah tentu dia
tidak akan membiarkan dia pergi dengan begitu mudahnya,
sambil mendengus dengan amat dingin dia melancarkan satu
serangan dahsyat dari samping tubuh Liem Tou, ujarnya.
"Hey Liem Tou kalau kamu orang seorang lelaki sejati
jangan pergi". Padahal didalam hati Liem Tou sudah punya rencana yang
sangat teguh, gerakannya menyusup keluar dari ruangan tadi,
tidak lain hanya siasatnya, suara di timur menyerang ke barat.
Baru saja Hek Loo jie selesai berbicara mendadak dia
menjatuhkan diri ke arah belakang, serangan yang dilancarkan
Hek Loo jie tepat lewat dari atas kepalanya.
Sungguh ilmu Thiat Pian Ciauw yang sangat bagus" teriak
Hek Loo jie ketika serangannya mancapai pada sasaran yang
kosong. Serangan kedua segera menyusul lagi, Liem Tou sudah
tentu tidak membiarkan dia berlaga kuasa mendadak dia
membalikkan badannya, pisau belati di tangannya sedikit
digetarkan kemudian didorong kedepan, tubuhnya dengan
mengikuti gerakan tersebut bagaikan kilat cepatnya
menerobos kedepan badan Hek Loo jie dan menusuk
tubuhnya Jurus ini merupakan jurus serangan Ooh Koei Ciat Hun atau
Setan lapar menubruk sukma, salah satu jurus serangan yang
dahsyat dari Hek Loo toa khusus unruk menghadapi Hek Loo
jie menjadi amat terperanjat, teriaknya.
"Sungguh hebat"
Bagaimanapun juga dia merupakan salah soorang dari Siok
To Siang Mo yang mempunyai nama sangat terkezal didalam
Bu lim sehingga gerakan untuk meloloskan diripun sudah
dilatihnya amat sempurna. Ditambah lagi serangan dari Liem
Tou ini dilancarkan terialu jauh dari sasarannya.
"Sekalipun dia merasa terkejut oleh serangan ini tapi
didalam keadaan yang amat tergesa-gesa itu serangan kedua
yang dilancarkan secara mendadak diubah menjadi
cengkeraman maut. Tangannya dibalik dengan cepat mencekal pergelangan
tangan Liem Tou yang menggenggam pisau belati itu,
gerakannya dilakukan amat cepat ketepatan mencengkeram
urat nadipun sangat hebat.
Liem Tou pernah berhasil menggunakan jurus ini untuk
melawan Ciang Beng Hu yang waktu itu sedang menyamar
sebagai pengemis cilik serta hweesio mayat hidup siapa tahu
ini hari telah mencapai sasaran kosong ketika melawan Hek
Loo jie sendiri tanpa terasa hatinya merasa terheran heran
juga. Di dalam keadaan yang amat tergesa-gesa dia menutul
permukaan tanah meloncat ketengah udara, pisau belati di
tangannya diputar kemudian bagaikan kilat cepatnya
melancarkan serangan dengan menggunakan jurus-jurus Pek
In Jut Siuw atau mega putih muncul dari bukit, Toan In Jan
Gwat atau mega terputus putus menutupi hutan, serta jurus
cong In Pau Huang atau mega merah didelapan penjuru.
"Sreet...sreet...- sreet..." sinar keperak perakan memenuhi
angkasa sebingga mengacaukan pandangan setiap orang,
tanpa dipikir lebih panjang lagi dia melanjutkan serangannya
dengan menggunakan ilmu pedang dari Kun lun Pay Hong In
Chiat Kiam atau ilmu pedang angin dan mega dengan
dahsyatnya mengurung seluruh tubuh Hek Loo jte.
Terhadap jurus jurus serangan yang aneh dari pisau belati
itu selama ini Hek Loo jie belum pernah menemuinya sudah
tentu dia tidak sanggup untuk melawannya, terpaksa berturut
turut dia mundur beberapa langkah kebelakang. Melinat
kesempatan yang sangat bagus Liem Tou tidak mau
membuangnya dengan percuma, tubuhnya berputar ditengah
udara pisau belatinya dengan memancarkan sinar keperakperakan
menerjang keluar dari ruangan itu.
Siang Hui hok begitu melihat Liem Tou menerjang kearah
mereka, satu dari kanan yang lain dari kiri bersama sama
menubruk kedepan menghalangi perjalanan Liem Tou
selanjutnya. Secara tiba tiba Pouw Beng serta Pouw Liang merasakan
pisau belati ditangan Liem Tou di dalam satu kali tebasan
itulah sudah berubah menjadi tiga bilah pilau yang secara
bersama- sama menyerang kearah mereka, hal ini memaksa
mereka berdua terpaksa menyingkir kesamping dan pada saat
yang bersamaan pula Liem Tou sudah menerjang keluar.
Dia tidak berani berhenti terlalu lama, untuk berpikir
panjang pun tidak akan berani lagi dengan tidak
menghiraukan keadaan sekitarnya dia melarikan diri dengan
cepat ke arah belakang perkampungan.
Baru saja beberapa langkah meninggalkan tempat semula
tiba-tiba dirasanya keadaan sedikit tidak beres, dengan cepat
dia angkat kepalanva memandang ternyata yang mengepung
sekitar tempat itu, saat itu secara serempak mereka sedang
berteriak teriak. "Liem Tou. Kau tidak malu, tidak punya kemampuan untuk
mengunjungi gunung secara terang terangan sekarang berani
menyelundup secara sembunyi sembunyi,"
"Liem Ton, kau manusia goblok juga mau sebut dirimu
sebagai seorang enghiong"
"Liam Tou. Kau mencemarkan nama baik ayahmu."
Liem Tou benar semua orang itu adalah para pemuda
perkampungan yang sebaya usianya dengan dia, sedang
mereka pun merupakan kawan-kawan karib dari Pouw Siauw
Ling yang sering mengejek dan menganiaya dirinya.
Kini melihat orang-orang itu menghalangi perjalanannya
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan gusar bentaknya keras.
"Cepat menyingkir Kalian mau cari mati yaa?"
Segera dia menerjang kedepan, orang itu ketika melihat
keganasan dan kehebatannya di tambah lagi dengan berita
yang tersiar mengatakan Pouw Siauw Ling serta Pouw Toa
Tong sudah terluka ditangannya dengan tanpa berani
mengganggu lagi pada menyingkir ke samping memberi jalan.
Mendadak terlihatlah seorang pemuda yang tak tahu,diri
sudah tunjukkan diri menghalangi perjalanannya, dia
menganggap Liem Tou masih seperti Liem Tou yang dahulu
mudah untuk dianiaya, dengan mengandalkan ilmu silat yang
dilatihnya dia menyambut kedatangan Liem Tou.
Bagaimana pun juga Liem Tou bukanlah seorang yang
bodoh, ketika melihat orang itu begitu nekat hendak mengadu
tenaga dengan dirinya dengan cepat dia mengerem
gerakannya. "Cepat menyingkir " teriaknya keras.
"Apakah kau betul betul mau cari mati?"
"Liem Tou kau jangan membual terlalu besar" bentak orang
itu sembari menuding kearah Liem Tou dengan menggunakan
pedangnya. "Hanya didalam satu tahun saja kau sudah
melatih kepandaianmu seberapa tinggi
Liem Tou tak mau gubris orang itu dengan cepat dia
menoleh kebelakang, terlibatlah dengan dipimpin Pou Liang
serta Pouw Beng semua tamu serta hadirin termaauk juga Hek
Loojie sudah pada mengejar lebih dekat, apalagi itu Pouw
Liang yang mendapatkan julukan sebagai Siang hui houw,
ilmu meringankan tubuhnya sudah dilatih mencapai pada taraf
kesempurnaan hanya didalam satu kali loncatan saja mereka
sudah hampir mencapai belakang tubuhnya.
Melihat keadaan yang begitu bahaya Liem Tou segera
membentak "Kau cari mati sendiri."
Pisau belatinya dibabat kedepan menyambar dada orang
itu, dengan cepat pemuda tersebut angkat pedangnya
menangkis. "Peletak.." seketika itu juga pedang ditangannya berhasil
dibabat putus menjadi dua bagian, asalkan pisau belati Liem
Tou didorong satu coen lagi kedepan maka pemuda itu tanpa
ampun segera binasa seketika itu juga.
Tapi bagaimana pun juga Liem Tou tak tega untuk turun
tangan jahat terhadap orang itu, telapak kirinya segera
melancarkan satu serangan memukul mundur tubuhnya
sejauh tujuh delapan langkah kebelakang.
Pada saat dia sedikit berayal itulah Pouw Liang serta Pouw
Beng sudah berada dibelakang tubuhnya.
"Breeet. . ." Liem Ton hanya merasakan punggungnya
menjadi dingin kemudian disusul dengan panas, perih, sakit
dan amat linu dia tahu pundaknya sudah terluka oleh goresan
pedang pihak lawannya, tanpa terasa dia menagembor
dengan keras, pisau belatinya dibalik menyambar kebelakang
segera terdengarlah suara jeritan ngeri yang menyayatkan
hati dari Pouw Liang tubuhnya menggeletak keatas tanah
tidak berkutik lagi. "Pouw Liang," Suara teriakan dari Pouw Beng memecahkan
kesunyian disekeliling tempat "Pouw Liang, oh .. adikku"
Liem Tou tidak mau ambil perduli lagi, dengan cepat dia
melarikan dirinya kedepan. Baru saja lari beberapa ratus kaki
dari tempat semula terasalah olehnya pundak yang terluka
terasa sakit luar biasa, darah didepan dadanya terasa bergolak
dengan amat kerasnya membuat terasa amat pening.
Dia tahu pukulan dari Au Hay Ong Bo tadi sudah membuat
badannya terluka amat parah, kini terasalah olehnya seluruh
badan lemas tak bertenaga, rasa mual yang sukar ditahan
menyerang dadanya membuat dia hamper-hampir jatuh tak
sadarkan diri. Pada waktu itulah dia mendengar suara teriakan serta
bentakan dari orang yang mangejar dirinya semakin
mandekat, dia mana mau begitu saja tnenyerah kepada
mereka, hatinya mendadak menjadi agak mantap dengan
menggigit kencang bibirnya dan melarikan diri kearah sebelah
belakang perkampungan. Dalam hati diam-diam pikirnya lagi.
"Asalkan aku berhasil melarikan diri ke dalam lorong yang
menghubungkan tempat ini dengan sungai tanpa berhasil
ditangkap oleh mereka, waktu itu aku tidak usah takut pada
mereka lagi." Tak selang berapa lamanya sampailah dia di dalam hutan di
belakang perkampungan tersebut, hatinya saat ini semakin
mantap lagi. Mendadak . kuburan dari ayahnya Liem Han San muncul di
hadapannya, bagaimana pun juga hubungan ayah beranak
jauh lebih erat sehingga walaupun kini berada di saat-saat
yang amat kritis hatinya terasa sedih juga, apalagi sejak
ditinggal oleh ayahnya dan selalu menemui penderitaan yang
amat hebat, tidak punya tempat tinggal yang tetap, ditambah
lagi kini dalam keadaan terluka dalam yang amat parah masih
dikejar kejar orang sehingga tidak ada jalan lain lagi.
Penderitaan serta perih getir yang terlintas didalam pikiran kini
mernbuat lututnya terasa amat lemas. Mendadak dia jatuhkan
diri berlutut di hadapan kuburan ayahnya, tidak bisa ditahan
lagi dia menangis amat sedihnya.
Saat itu dia sudah lupa akan keadaannya yang amat
bahaya. Terdengar disamping badannya berkumandang suara
pujian kepada Buddha yang amat nyaring.
"Omitohud" Bersamaan pula terdengar suara yang bargema memenuhi
seluruh angkasa. "Buliang sohud".
Ada pula yang sudah membentak dengan amat keras.
"Liem Tou, saat ajalmu sudah diambang pintu, menangis
apa gunanya ?" Mendengar bentakan yang amat keras itulah Liem Tou baru
sadar kembali dari sedihnya, ketika mengangkat kepalanya
memandang terlihatlah lima enam orang sudah mengepung
dirinya rapat- rapat diantara mereka ada Hwesio, tosu,
pengemis termasuk juga Tok Ci Kiem Ciam atau si jari beracun
jarum emas Song Beng Lan beserta Hek Loo jie.
Kepungan berlapis disekelilingnya itu mengenal semuanya
adalah orang orang penjaga Au Hay Ong Bo sewaktu masih
ada didalam gua besar di atas puncak Ngo Lian Hong, ketika
dia memandang keluar kembali terlihatlah diluar orang-orang
itu masih ada para pemuda dari perkampungan sudah
mengepung rapat-rapat tempat itu.
Didalam keadaan yang amat berbahaya seperti ini
seharusnya Liem Tou merasa terkejut tapi dia yang baru saja
menangis dengan amat sedihnya kini malah berubah semakin
tenang. Sambil berpikir didalam hati dengan perlaban dia bangkit
berdiri. "Kenapa kau tidak mau pukul aku sampai binasa ?""
Dia menyapu sekejap kearah orang orang itu kemudian
menggerutu. "Liem Tou kali ini sudah berada disini kalian mau berbuat
apa lakukanlah sekehendak kalian"
Perkataannya ini membuat semua orang yang mengepung
dirinya menjadi melengak dibuatnya, terlihat Song Beng Lan,
Si Hwesio gundul, tosu serta pengemis itu saling bertukar
pandangan kemudian baru ujarnya.
"Sejak partai Kiem Thian pay diresmikan selamanya belum
pernah terjadi suatu sakit hati seperti kematian Kuncu kami.
Hmmm, kau bangsat licik banyak akal aku linat lebih baik kita
tidak usah tunggu kedatangan Ong Bo lagi, rubuhkan dia
terlebih dulu baru bicara kemudian bagaimana pendapat
kalian bertiga ?""
Perkataan dari Song heng sudah salah besar" timbrung
tosu itu. "Ong Bo sudah ada perintah demikian, janganlah kau
menyalahi, kau kan sudah tahu bagaimana sifat dari Ong Bo
kita." Liem Tou yang mendengar tanya jawab antara Song Beng
Lan serta tosu itu segera menjadi radar kembali, kiranya
selama ini mereka ragu-ragu tidak mau turun tangan
membinasakan dirinya dikarenakan Au Hay Ong Bo sendiri
yang mau balaskan dendam bagi putrinya, tetapi ketika
teringat akan luka yang diderita oleh Lie Siauw Ie kemudian
teringat pula kalau Au-Hay Ong Bo sudah tertahan oleh sigadis
cantik pengangon kambing tanpa terasa keinginan untuk
hidup muncul kembali didalam hatinya, semangat jantannya
berkobar kembali, pikirnya kemudian.
"Bagaimana aku bisa setolol begini, kenapa aku harus
serahkan nyawaku kepada orang-orang semacam begitu?"
Seketika itu juga dalam hatinya mulai memikirkan cara
untuk meloloskan diri dari kepungan tersebut, walaupun bekas
luka goresan pedang pada punggungnya kini tcrasa begitu
sakitnya tapi dengan keteguhan hati yang sudah dilatih sejak
dia masih kecil, dengan paksakan diri itu dia menahan
perasaan sakit hati itu, sepasang matanya dengan cepat
segera berputar memandang sekeliling tempat tersebut.
"Hati-hati anjing kecil ini mau melarikan diri."
Tiba tiba Song Beng Lan berteriak memberi peringatan
ketika melihat keadaan dari Liem Tou itu.
Tangan kanannya dengan cepat didorong kedepan siap siap
melancarkan serangan sedang matanya dengan melotot lebar
lebar memperlihatkan seluruh gerak gerik dari Liem Tou ini.
Liem Tou tertawa dingin tak henti-hentinya, pisau belati di
tangannya diperkencang kakinya dengan cepat berputar
kemudian secara tiba tiba melancarkan satu tusukan kearah
manusia berpakaian pengemis itu.
Pengemis itu sama sekali tak mau mambalas serangan itu,
dia mengundurken dirinya satu langkah ke samping untuk
menghalangi kembali perjalanan Liem Tou.
Sebaliknya Song Beng Lan, si Hwesio gundul serta tosu itu
tidak bersabar lagi, tiga orang bersama-sama membentak, lalu
sepasang tangannya bersama-sama menyerang kedepan
secara berbareng. Siapa tahu jurus serangan dari Liem Tou ini merupakan
salah satu dari ilmu pedang Thian San Hwe Sian Kiam,
serangan yang menusuk ke arah si pengemis tadi hanya
merupakan satu serangan kosong belaka, tujuan yang
sebetulnya dari jurus itu tidak bukan adalah Song Beng-Lan
Terlihatlah serangan pukulan atau jari Sakti dari Song Beng
Lan serta Hwesio dan Tosu itu hampir mengenai badannya,
mendadak Liem Tou membentak keras, tubuhnya secara tibatiba
berubah arah bagaikan kilat cepatpya berputar kcsamping
sedang pisau belati di tangannya dengan mengeluarkan sinar
bagaikan busur membuat perhalangan tangan dari si Hwesio,
Toosu serta Song Beng Lan.
Ketiga orang itu menjadi amat terperanjat, dengat cepat
mereka mengundurkan dirinya ke belakang kemudian dengan
pandangan terpesona memandang ke arah Liem Tou.
"Hey bangsat cilik" teriak Song Beng Lan dengan perasaan
geram dan ragu-ragu. "Jurus-jurus serangan yang begitu aneh ini kau dapatkan
dari mana?" "Hey Mou heng" serunya kemudian sembari menoleh kea
rah manusia berdandan tosu, "Apa kau juga mau menunggu
sampai Ong Bo datang kemari?"
Tosu itu melirik sekejap kea rah hwesio-hwesio itu,
kelihatan sekali kalau dalam hati dia merasa sangat ragu-ragu.
Sedangkan hwesio itu dengan pandangan penuh arti
memandang kea rah Liem Tou, lama sekali baru tanyanya.
"Hey bangsat cilik, kau bisa menggunakan jurus-jurus sakti
dari Thian San Hwee Sian Kiam tentunya mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan partai Thian San?"
Liem Tou yang mempelajari semua jurus serangan itu dari
kitab pusaka "Too Loo-Cin Keng" sudah tentu tidak tahu jurusjurus
serangan tersebut berasal dari partai mana, kini ditanyai
begitu dia hanya membungkam dalam seribu bahasa,
sedangkan di dalam hati dia terus menerus memikirkan cara
untuk melarikan diri dari sana.
"Hey bangsat cilik" tiba-tiba hwesio gundul itu membentak
lagi dengan suara seperti geledek. "Kalau kau adalah anak
murid Thian san pay sudah tentu mengenal juga Soat Hu Li
atau si Rase salju Jien Hui, bukan?"
Selesai berkata dia menoleh kepada ketiga orang
temannya, kemudian sambungnya lagi.
"Kalian bertiga hengthay silahkan turun tangan, jika nanti
Ong Bo menyalahkan kalian biarlah aku yang menanggung
semua" Tidak menanti ketiga orang kawannya memberikan
jawaban dia sudah melancarkan satu serangan dahsyat ke
arah Liem Tou. Liem Tou menjadi amat terkejut, baru saja dia mau
menghindarkan diri dari serangan dahsyat tersehut, Hek Lao
jie yang sampai saat itu terus menerus menanti saat-saat yang
baik untuk turun tangan secara tiba-tiba bagaikan kilat
cepatnya sudah melancarkan suatu serangan dahsyat
menahan angin pukulan dari Soat Hu Li itu.
"Jien-heng tahan dulu." Teriaknya dengan keras. "Sewaktu
bangsat cilik Liem Tou ini melawan cayhe tadi jurus-jurus
serangan yang digunakan semuanya merupakan jurus
serangan dari ilmu pedang Hong In Kiam nya partai Kunlun,
kini dia menggunakan juga ilmu pedang Hwee Sian Kiam dari
aliran Thian San Pay, menurut pendapatku dia bukanlah anak
murid dari partai mana pun, tapi agaknya sedikit punya
hubungan dengan Lie Loojie."
Mandengar omongan dari Hek-loojie ini air muka Soat hu li
segera berubah amat hebat.
"Hek loojie." Teriaknya gusar.
"Kami dengan kalian Siok to Siang Mo selamanya tak punya
ganjalan sakit hati apapun, lebih baik kau berdiri disamping.
Bangsat cilik ini punya dendam sakit hati dengan kami dari
partai Kiem Thian Pay, jika kau adalah kawan kami maka
harap berdiri di samping jangan turut campur, tapi jika
musuh"Hmm..hmmm.."
Hek Loojie tertawa licik, sambil memandang ke arahnya dia
berkata lagi. "Aku Hek Loojiee bukan kawan juga bukan lawan kalian
partai Kiem Thian Pay, hanya saja aku mau peringatkan
kepadamu saja kalau ia punya hubungan dengan Lie Loojie,
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siapa yang tidak tahu kalau kau Soat Hu Li kenapa mau
meuggabungkan diri dengan partai Kiem Thian.Hmm, kau mau
mempelajari ilmu jari sakti Yan Wi Toan Hok Ci Kong nya Au
Hay Ong Bo kemudian hendak kau gabungkan dengan ilmu
telapak Toa Su Log Cing hoat yang kamu pelajari dari hweesio
Tibet kemudian bendak kau gunakan balas sakit hati atas
diusirnya kau dari perguruan Thian San Pay."
"Hmmmm, apa kau tidak tahu kalau Liem Tou memiliki juga
kitab pusaka To Kong Pit Liok-nya Cio Coesu " Jika kau
berhasil memiliki kitab pusaka tersebut maka kepandaianmu
akan jauh lebih tinggi sepuluh kali lipat dari pada mempelajari
ilmu jari Yan Wei Toan Hun Ci"
Hek Loojie bisa berbicara begitu telah tentu punya rencana
hendak menculik pergi Liem Tou untuk memperoleh kitab
pusaka To Kong Pit Liok tersebut, makanya dia berusaha keras
untuk mencegah Soat Hu Li ini turun tangan jahat terhadap
Liem Tou sehingga dia jadi binasa.
Setelah mendengar omongan dari Hek Loojie ini agaknya
Soat Hu Li tertarik juga, dengan cepat dia menarik
serangannya dan berpikir keras.
"Jien-heng " Teriak Song beng Lan dengan cepat. "Kau
jangan mau dengar omongannya, siapa yang tahu hatinya
sedang merencanakan apa " Lebih baik kita kuasai dulu
bangsat cilik ini." Sambil berkata dia maju dua langkab ke depan, jarinya
dengan cepat melancarkan suatu serangan kilat mengarah
jalan darah di pundak Liem Tou.
Gerakan dari Song Beng Lan ini dilakukan dengan amat
cepat tapi gerakan dari Soat Hu Li jauh lebih cepat lagi, tetapi
begitu dia meiihat Song Berg Lan melancarkan serangan
dahsyat dengan cepat dia mengibaskan ujung bajunya.
"Saudara Song tahan dulu" serunya,"Biarlah aku pikir pikir
dulu baru kita bicarakan lagi."
Waktu itulah Hek Loo jie merasa waktunya sudah tiba,
dengan meminjam kesempatan sewaktu Soat Hu Li
mengibaskan ujung bajunya itulah secara tiba tiba dia
membentak keres, telapak kirinya melancarkan satu serangan
dahsyat membabat ketiga orang itu sedang tangan kanannya
dengan cepat bagaikan kilat mencengkeram pundak dari Liem
Tou. Orang orang dari partal Kiem Thian Pay ini walaupun
berjumlah banyak sekali tetapi berada di dalam keadaan tidak
bersiap sedia ketika itu juga mereka berhasil memukul mundur
lima enam langkah oleh angin pukulan itu hahkan Liem Tou
pun terserang secara mendadak itu membuat dia menjadi
kalang kabut, untuk menyerang dengan menggunakan pisau
belatinya, guna meuolong diri tidak sempat lagi dengan cepat dia
melancarkan serangan dengan menggunakan ilmu "Hwe In
Su" yang pernah diingatnya dari Heng San Ji Yu sewaktu
masih berada di dalam lembah Cupu-cupu, telapak kirinya
tiba-tiba menerobos diantara ketiak, dengan cepat
menyambut datangnya serangan maut dari Hek Lao Jie itu.
Walaupun dengan gerakan ini Liem Tou berhasil
menghindarkan diri dari serangan serangan yang menuju
punggungnya tapi kepandaian Hek Loo Jie didalam ilmu
cengkeraman mautnya ini berada diatas dugaannya, begitu dia
melihat Liem Tou melihat datangnya serangan itu menjadi
amat girang di dalam hatinya memang dia tidak punya minat
untuk mencelakai nyawanya, pergelangan tangannya dengan
cepat ditekan kebawah kemudian mencengkeram pergelangan
tangan Liem Tou. Ketika itu juga Liem Tou merasakan pergelangan
tangannya seperti dijepit dengan jepitan besi, sakitnya sampai
terasa diulu hatinya. Mendadak dia membentak keras pisau belati ditangan
kanannya dengan seluruh tenaga dibacok kearah pergelangan
tangan Hek Loo jie. Dengan dinginnya Hek Loo ji mendengus, tangannya sedikit
ditarik kebelakang membuat badan Liem Tou menjadi
sempoyongan, biar bagaimanapun juga dia menusuk
membabat dan membacok dengan sekuat tenaga hanya cukup
Hek Loo ji menarik lengannya membuat dia tidak sanggup
untuk mendekati badannya.
Hek Loo ji yang melihat Liem Tou mencak mencak terus
menerus membuat kegusarannya memuncak, dia membentak
keras cengkeramannya diperkencang lagi membuat Liem Tou
yang sebelumnya sudah menderita luka dalam kini merasa
tidak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
Saking sakitnya air muka Liem Ton sudah berubah menjadi
pucat kehijau hijauan, giginya menggerutuk menahan
perasaan sakit yang luar biasa, dari perubahan wajahnya yang
begitu ngeri sudah cukup diketahui bagaimana perasaan sakit
yang dideritanya pada saat itu.
Waktu ini si Soat Hu Li, Lie Hui, si jari beracun jarum emas
Song Beng Lan, Toosu, serta pengemis sekalian menjadi amat
gusar kali, mereka sama sekali tak menyangka hanya didalam
satu pukulan saja Hek Loo ji berhasil pukul mundur mereka
semua bahkan berhasil menguasai Liem Tou untuk dipaksa
nunjukkan tempat penyimpanan Kitab pusaka To Kong Pit Liok
bersama sama mereka melancarkan serangan dahsyat
mengancam seluruh tubuhnya.
Didalam hati Hek Loo ji tahu dengan jelas jika dirinya
berani melawan jago jago berkepandaian tinggi yang
mengepung dirinya saat ini maka tidak ampun dia akan
menderita kerugian, didalam keadaan seperti itu segera dia
menarik badan Liem Tou sehingga bergeser kekanan
menutupi seluruh badan sendiri, kiranya dia hendak
menggunakan badan Liem Tou untuk dipergunakan sebagai
perisai dirinya. Liem Tou yang berturut turut menderita luka sejak tadi
sudah kehilangan tenaganya untuk melawan, untuk
meloloskan diripun tak ada cara terpaksa dengan hati yang
cemas dia memandang sekelilingnya.
Keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh
badannya apa lagi kini di hadapannya terdapat empat orang
jago berkepandaian tinggi dari Kiem Thian Pay yang selalu
melancarkan serangan dahsyat ke arah Hek Loo ji setiap
serangan mereka besar kemungkinan bisa mampir dan
bersarang dibadan sendiri membuat dia merasa sangat
terkejut sekali hanya cukup satu serangan saja dari mereka
mungkin sudah cukup mencabut nyawanya sendiri.
Siapa tahu entah disebabkan oleh apa, mereka empat
orang yang semula hendak membinasakan diri Liem Tou kini
malah menganggap dia sebagai penghalang saja setiap
serangan yang mereka lancarkan asalkan sudah mendekati
dengan badan Liem Tou dengan cepat ditarik kembali,
sepertinya mereka sangat takut sampai melukai dirinya.
Dengan kejadian ini kegusaran keempat orang jago dari
Kiem Thian Pay ini semakin memuncak lagi.
Kurang lebih lewat seperminum teh lagi waktu itu Liem Tou
yang dibawa berputar sudah mulai merasakan kepalanya
sangat pening, pandangannya mu1ai menjadi kabur sedang
perasaan mual didalam dadanya sukar ditahan lagi, napasnya
ngos-ngosan sedang keringat yang mengalir keluar seperti air
bah yang mengalir deras. Tita .tiba. , . "Krooook. . " dari pusarnya mengeluarkan
suatu suara yang ringan tapi nyaring, hawa murninya dengan
cepat menerjang keatas kemudian mengitari seluruh
tubuhnya. Dalam hati Liem Tou menjadi bergerak dengan cepat dia
tarik napas panjang membuat seluruh badannya terasa amat
nyaman tenaga dalamnya pulih kembali seperti sedia kala
membuat hatinya betul betul merasa teramat girang
bercampur heran, dengan cepat dia pejamkan matanya
mengatur pernapasan. Saat ini keempat jago dari Kiem Thian Pay yang sedang
bertarung melawan Hek Loo ji semakin bertempur semakin
seru sedang pergelangan tangan kiri dari Liem Tou yang di
cengkeram oleh Hek Loo ji pun ikut bergoncang semakin keras
membuat pisau belati ditangan sebelah kanannya ikut manari
dan berputar dengan amat santarnya.
Kini racun pukulan dingin Kiem Im Han Tok Ciang dari Au
Hay Ong Bo sudah berhasil di paksa keluar oleh keringat yang
mengucur keluar dengan amat derasnya itu sehingga luka
dalamnya sudah dia sembuhkan tanpa dia sadari ditambah
lagi dengan pengaturan napas beberapa lamanya membuat
tenaga dalam dari Liem Tou jadi pulih kembali. Saat ini dia
tidak mau bergerak banyak banyak, dia ingin menunggu
kesempatan yang bagus untuk melancarkan serangan dengan
menggunakan pisau belatinya membuat Hek Loo Ji menemui
ajalnya. Mendadak, "Berhenti" Suatu suara yarg memekikkan telinga
bergema disekeliling tempat itu.
Terlihat sesasok bayangan manusia berkelebat, Au Hay Ong
Bo sudah memunculkan dirinya disana. Ujung bajunya yang
seperti baja dengan manimbulkan angin pukulan yang amat
dingin menggulung kearah Hek Loo ji, serangan ini dilakukan
begitu cepatnya sehingga sukar diketabui oleh pandangan
mata. Walaupun kepandaian silat dari Hek Looji tidak begitu
liehay tapi jaraknya berdiri dengan diri Au Hay Ong Bo masih
agak jauhan, melihat dia melancarkan satu serangan
kearahnya dengan cepat dia lepaskan cengkeramannya pada
Liem Tou lalu melayang mundur beberapa kaki kearah
belakang. Melihat hal ini Soat Hu Li sekalian berempat dengan
gusarnya membentak keras, dengan cepat mereka
melancarkan satu serangan dahsyat kearahnya membuat Hek
Looji saking takutnya cepat-cepat melarikan diri terbirit birit.
Baru saja Liem Tou merasa lega karena lolos dari
cengkeraman Hek Looji kini musuh tangguh muncul kembali
dihadapan matanya didalam keadaan ketakutan dan terkejut
pisau belati ditangan kanannya bersamaan dengan pukulan
dengan menggunakan telapak kirinya bersama sama
melancarkan serangan ke arah Au Hay Ong Bo, dia tahu
dirinya bukanlah tandingan dari Ay Hay Ong Bo tapi dia sadar
siapa yang cepat dialah yang menang, karena itulah tanpa
pikir-pikir panjang lagi dia sudah melancarkan suatu serangan
kearahnya. "Heey.." Pikirnya pula didalam hati. "Kenapa siluman tua ini
bisa kesimi" apa mungkin gadis cantik pengangon kambing
nona Lie sudah dikalahkan olehnya?"
Tidak perduli si gadis cantik pengangon kambing itu
menang atau kalah terbukti dia tidak muncul ditengah
kalangan pada saat ini sama artinya Au Hay Ong Bo tidak ada
yang bisa menandingi lagi.
Karenanya segera dia melancarkan serangan gencar
kearahnya dengan menggunakan berbagai macam jurus yang
tidak menentu membuat Au Hay Ong Bo seketika itu juga
dibuat tertegun. Dengan menggunakan kesempatan Au Hay Ong Bo sedang
tertegun itulah dengan cepat Liem Tou meloncat beberapa
kaki dari sana kemudian melarikan diri dengan cepatnya
kedepan. Menanti Au Hay Ong Bo sadar kembali dia sudah berada
kurang lebih dua tiga kaki dari tempatnya berdiri, dengan
cepat dia membentak keras kemudian mengejar dari
belakang. Kali ini Liem Tou sudah sadar bahwa dirinya tidak mungkin
berhasil mencapai gua rahasia yang menghubungkan puncak
gurung dengan tepi sungai itu, karenanya dia berbalik
melarikan diri kearah dalam perkampungan, untung saja jarak
antara sana kearah perkampungan tidak jauh, tidak lama
kemudian dia sudah sampai sedangkan waktu itu Au Hay Ong
Bo sudah berada satu dua langkah dari dirinya.
Didalam keadaan amat terkejut bercampur terperanjat Liem
Tou tanpa pikir panjang lagi sudah menerjang masuk kedalam
rumah rakyat perkampungan yang berada dihadapannya.
Tubuhnya dengan cepat bagaikan kilat menerobos kedalam
pintu rumah itu sedang Au Hay Ong Bo dengan kencangnya
menguntit terus dari belakangnya memaksa Liem Tou
melarikan diri lebih cepat lagi sesudah berputar putar
beberapa tikungan begitu dilihatnya ada jendela di depannya
tanpa pikir panjang lagi dia sudah menerobos keluar dari
jendela tersebut. Ketika dia menoleh kebelakang terlihatlah Au Hay Ong Bo
masih berada didalam ruangan rumah itu, dengan cepat dan
gugup dia menerobos kembali ke rumah yang lain, untung
saja rakyat di dalam perkampungan itu rata rata sudah kenal
dengan diri Liem Tou, begitu melihat dia muncul didalam
rumah mereka sakalipun merasa kedatangannya itu secara
tiba tiba tapi tidaklah terlalu merasa heran dan aneh bahkan di
antara mereka ada yang berusaha membantu Liem Tou untuk
menyembunyikan dirinya. Tetapi saat ini Liem Tou yang merasa musuh musuh yang
mengejar dirinya terlalu tangguh tidak mau menyusahkan
orang orang yang berbaik hati itu, apalagi didalam pikirannya
sudah punya maksud untuk melarikan diri kerumah kediaman
Lie Siauw Ie guna melihat keadaan lukanya, karena itu dia
tidak mau menerima kebaikan hati orang orang itu dengan
meminjam kesempatan untuk secepat cepatnya dia
menerobos keluar kemudian meloncat keatas tiang-tiang
untuk melanjutkan melarikan dirinya kedepan.
Sesudah mengalami berbagai kesusahan dan rintangan
akhirnya Liem Tou berhasil tiba di depan rumah Lie Siaue Ie
tanpa pikir lagi dia sudah menerobos kedalam rumah.
Dengan terlihatnya Lie Siauw Ie sedarg berbaring di atas
pembaringannya, melihat hal itu di daiam hatinya menjadi
amat terkejut bercampur girang segera dia maju menubruk
sambil teriaknya, "Ie Cici." Air matanya tidak bisa ditahan sudah meleleh keluar
dengan derasnya, bersamaan pula secara tiba tiba dia
merasakan kepalanya amat pening, tanpa bisa ditahan lagi dia
rubuh keatas tanah jatuh tidak sadarkan diri.
Kiranya sekalipun luka dalamnya sebagian besar sudah
hampir sembuh, hal ini dikarenakan sewaktu tadi manahan
serangan telapak tangan dari Au Hay Ong Bo dia
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapatkan pukulan Kioe Im Han Tok Ciang tidak terlalu
parah, sesudah mengeluarkan keringat boleh dikata racun
tersebut sudah dipaksa keluar dari badannya, tapi bekas luka
goresan pada punggungnya tetap terus mengalir darah segar
tak henti-hentinya tadi waktu dia melarikan diri karena
suasana tegang membuat dia tak begitu terasa, tapi sekarang
sesudah keadaan tenang kembali membuat dia seketika itu
juga merasakan keperihannya sehingga tanpa terasa lagi dia
jatuhkan diri dengan tidak sadar.
Lie siauw Ie yang melihat dia jatuh pingsan menjadi amat
terkejut, dengan cepat dia meloncat turun dari
pembaringannya sambil berteriak dengan nada yang amat
cemas. "Adik Tou kau kenapa ?"
Saking cemasnya air matanya meleleh dengan amat
derasnya, dengan cepat dia meloncat turun dari pembaringan
kemudian membopong tubub Liem Tou ke atas
pembaringannya. Baru saja tangannya mulai bergerak menepuk seluruh
tubuhnya guna menyadarkan dirinya dari pingsan mendadak
dari luar kamar terdengar suara terikan yang amat ramai
sekali mulai mendekati tempat tersebut, mendengar akan
suara itu Lie Siauw Ie segera sadar kalau orang orang
perkampungan sudah mengejar hingga kemari.
Dalam hati Lie Siauw Ie tahu bahwa orang tidak akan
melepaskan rumahnya dengan begitu saja, mereka tentu akan
mengadakan pemeriksaan yang amat teliti disekeliling
rumahnya, karena itu kepada ibunya dia berkata.
"Ibu, jika mereka mencari sampai disini berusahalah
mencegah gerakan mereka selanjutnya, jangan sekali-kali
melepaskan mereka masuk ke dalam kamar, mereka
mempunyai niat yang tidak baik terhadap adik Tou"
Sambil berkata dia menarik selimut dan menutupi seluruh
tubuh dari Liem Tou, sedang dirinyapun ikut berbaring di
sampingnya. Tidak selang lama kemudian segerombolan suara tindakan
kaki yang amat ramai sudah berhenti didepan pintu rumah,
bahkan diantara mereka sudah ada beberapa orang yang
mulai berteriak. "Liem Pek Bo. bangsat cilik Liem Tou sudah datang
mengacau perkampungan, bukan saja sudah melukai Siauw
Ling ko serta Toa Tong- siok bahkan sudah bunuh mati Pouw
Liang Jiesiok, aptkah bangsat cilik itu sudah bersembunyi
didalam rumah Pek Bo?"
Lie Siauw Ie berbaring didalam kamar ketika mendengar
berita itu didalam hatinya diam diam merasa terkejut, dia tak
menyangka sama sekadi Liem Tou bisa menimbulkan bencana
begitu besarnya. "Oooh bukan, bukan?" sahut seorang pemuda diantara
orang orang kampung itu, "apakah dia betul betul tidak kemari
" " Anjing kecil itu sudah menderita luka yang amat parah dia
bisa lari ke mana lagi ?""
Gerombolan pemuda itu akhirnya tanpa mengucapkan
terima kasih sudah meninggalkan tempat itu uutuk mencari
jejak ditempat yang lain.
Lie Siauw Ie yang mendengar mereka sudah pada
meninggalkan tempat ini hatinya menjadi amat lega, dia putar
tubuhnya memandang ke arah Liem Tou yang terbaring dibalik
selimut, terlihatlah dia tertidur di sampingnya dengan sangat
pulasnya. Dalam hati Lie Siauw Ie hanya merasakan hatinya amat
kecut dan sedih, gumamnya seorang diri.
"Ooh adik Tou, selama beberapa waktu ini tentu menderita
siksaan serta penderitaan sangat hebat, kau tidurlah dengan
tenang, cicimu bisa melindungi dirimu dengan
mempertaruhkan nyawa cici, sejak saat ini kita berdua tidak
akan berpisah kembali"
Sudah bergumam beberapa saat lamanya sekali lagi
memandang ke arah Liem Tou yang jatuh pulas dengan
nyenyaknya itu. Mendadak terlihatlah olehnya diujung kelopak
mata Liem Ton mengucur keluar titik-titik air mata, melihat hal
itu tanpa terasa lagi dari kelopak matanya sendiri mengucur
keluar juga air mata dengan derasnya.
Lewat dua tiga jam kemudian suasana didalam ruangan itu
semakin lama semakin redup dan mulai menggelap, saat itu
Raden Banyak Sumba 3 Pendekar Kembar Karya Gan K L Naga Sasra Dan Sabuk Inten 38
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama