Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 6
Baru saja Hui Hui Taysu hendak menjawab, tiba2 Hui-kak maju menghampiri dan berbisik-bisik ditelinganya Hui Hui Taysu.
Hui Hui Taysu nampaknya terkejut, ia memandang wajahnya Lim Tiang Hong, kemudian tertawa bergelakgelak sembari berkata: "Sudah ada sahabat lama yang datang, kalau begitu semua terserah sahabat sendiri bagaimana baiknya!"
Dengan kedudukannya yang begitu agung seperti ketua Siauw-lim-sie ini, telah mengucapkan perkataan
.demikian terhadap pemuda wajah buruk itu ada suatu kejadian yang sangat ganjil"
Hal ini bukan saja Hui-kak dan sekalian merasa heran, sekalipun Cian-san Lolo, Henghay Kow-loan, Cu Giok lm dan lain2nya juga tidak habis pikir, entah dari mana asal usulnya pemuda Itu"
Namun dari ucapannya Hui Hui Taysu itu, sudah dapat diketahui bahwa ketua dari Siauw-lim-pay ini sudah mengenali dirinya Lim Tiang Hong, hingga pemuda itu diam2 juga sangat kagum kepada dirinya Hui Hui Taysu.
Pada saat itu, orang tua jubah hijau itu sudah merasa tidak sabar lagi, sambil ketawa dingin ia berkata: "Bin-hoan Bokhoat, kau bereskan bocah ini lebih dulu, nanti kita bicara lagi"
Bin-hoan-siu segera melompat melesat. Sambil pentang 5 jari tangannya, ia menyerang jalan2 darah "Kian-kin" dan "Ki-tun" pada dirinya Lim Tiang Hong.
Seranganmu itu dibarengi dengan meluncurnya asap hitam yang keluar dari jari2 tangannya. Itu ada merupakan ilmu serangan Bin-hoan-siu yang terampuh, kejam dan ganas.
.Sambil perdengarkan suara ketawa dingin Lim Tiang Kong bergerak kesamping tiga tindak. Badannya nampak ber-goyang2 seperti sengaja memain. Tetapi serangan lawannya yang begitu hebat ternyata hanya mengenakan tempat kosong.
Keganasan Bin-hosn-siu tidak sampai begitu saja. Tatkala mengetahui serangannya bakal mengenakan tempat kosong, badannya lalu memutar dan kedua tangannya begitu pula, ter-putar2 seperti titiran. Dari tangannya keluar angin hebat. Suaranya saja men-deru2. Itu adalah serangan tangan kosongnya yang dinamakan "Ngo-keng Keng-bun", salah satu serangan tangan kosong yang membikin namanya makin menanjak naik. Dengan beruntun lalu kembali ia melancarkan serangan tangannya. Hawa dingin dengan kepulan asap hitam mengurung Lim Tiang Hong.
Tetapi diantara gumpalan hitam, Lim Tiang Hong nampak berkibaran bajunya. Masih dengan sikapnya seperti memain, nampaknya seenaknya saja. Apabila lebih ditegasi lagi, malah tangannya kelihatan sama sekali tidak bergerak, tahu2 sudah bisa melepaskan diri dari kepungan asap dan angin dingin lawannya.
Orang2nya Thian-cu-kauw yang menyaksikan kejadian yang sangat luar biasa itu, semua diam2 pada terkejut. Sedangkan Hui Hui Thaysu nampak angguk2kan kepalanya. Agaknya ketua Siauw-lim-pay ini diam2 mengagumi kepandaian anak muda tersebut, yang dalam waktu sekejap telah memperoleh kemajuan begitu pesat.
Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im, keduanya merasa heran. Dalam hati mereka sama memikirkan siapa adanya anak muda berwajah jelek yang memiliki kepandaian demikian tinggi itu.
Tanpa merasa pada saat itu Cu Giok Im dan Henghay Kow-loan melayangkan pikirannya pada bayangan Lim Tiang Hong. Entah akan bagaimana girangnya perasaan sukarlah dilukiskan.
"Sayang, aaaia. Tuhan tidak menaruh kasihan terhadap sesamanya. Lim Tiang Hong yang belum lama muncul dalam dunia kang-ouw binasa oleh perbuatan kejinya kawanan penjahat"
Cu Giok Im yang beradat polos dan berwatak seperti laki2, kelihatan hanya menarik napas saja. Tidaklah demikian halnya dengan Henghay Kow-loan. Saat itu rupanya ia ini tidak dapat mengendalikan perasaan sedih yang menindih hatinya. hingga seketika air matanya keluar.
Pada ketika itu, dalam kalangan pertempuran terdengar suara bentakan. Untuk kedua kalinya Binhoan-siu lompat melesat menerjang Lim Tiang Hong.
Diantara berkelebatannya bayangan orang dari tangannya Lim Tiang Hong lantas meluncur sambaran angin hebat.
Setelab itu, badannya Bin-hoau-siu kelihatan mundur sempoyongan sampai lima tindak.
Lim Tiang Hong lantas ketawa, setelah itu berkata dengan suara dingin: "Pelindung hukum Bin-hoan-siu. Aku baru menggunakan enam bagian tenagaku saja, bagaimana kau sudi begitu merendah" Bagaimana kalau kau menyambuti serangan dengan sisa tenagaku lagi?"
Tiba2 nampak tangan pemuda itu digerakkan, Suatu kekuatan tanaga dalam yang sangat hebat, meluncur keluar dari tangannya se-akan2 gelombang air laut yang menggulung badan Bin-hoan-siu.
Bin-hoan-siu yang dalam Thian-cu-kauw berkedudukan sebagai pelindung hukum, sekarang dihadapan wakil Kauwcu perkumpulannya, sudah tentu tidak mau dibikin hilang muka oleh pemuda lawannya. Sekalipun harus binasa tentu ia akan mempertahankan derajatnya, mau tidak mau harus ia menyambuti serangan tersebut.
Maka seketika itu matanya lantas dipendelikkan lebar2 dan berseru dengan suara bengis: "Jangan bertingkah!"
Dan kedua tangannyapun kelihatan berputar, benar2 ia menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Beberapa detik, kedua serangan tenaga orang yang sedang bertanding itu saling beradu.
Tiba2 suara gempuran terdengar amat nyaring....
Bin-hoan-siu menjerit, mulutnya menyemburkan darah segar sedang badannya telah terpental sejauh tujuh kaki. Begitu jatuh, mundur lagi lima langkah baru berhasil ia mempertahankan diri.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, lawan muda ini ternyata masih berdiri tegak dengan sikap gagah.
Kejadian tadi benar2 menggemparkan! Setiap orang yang ada disitu pada dibikin kesima, terutama dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
.488 Hui Hui Thaysu kala itu kedengaran menyebut nama Buddha.
Orang tua berjubah warna hijau tapi kelihatan perobahan pada air mukanya. Pada ketika itu terang sudah kalau telah timbul kembali napsunya hendak membunuh.
Sebentar kemudian mendadak melesat satu sinar berwarna hijau. Orang tua itu ternyata sudah berada didepan muka Lim Tiang Hong. Orang tua ini dengan mementangkan jari2 tangannya, menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Tetapi orang yang diserang cepat bagai kilat telah menggeser kaki. Dengan satu gerak tipu dalam tipu2 silatnya, Kim-liong Pat-jiauw, telapak tangannya membalik, telah memutar lagi sekali. Lantas keluar sambaran angin yang disertai kekuatan tenaga dalamnya balik mengancam jalan darah Ciok-tie-hiat ditubuh lawannya.
Orang tua berjubah hijau itu tidak kecewalah kalau betul mendapat kedudukan Wakil Kauwcu dalam perkumpulannya Thian-cu-kauw. Dalam ancaman berbahaya demikian rupa, hanya terkesiap beberapa saat. Lalu dilain detik, dengan satu gerak tipu, Hay-tee Khim kao (menangkap ular dibawah permukaan laut) tangannya memutar. Dengan cara berani luar biasa ia mendesak balik menyambar jalan darah Ciang-bun-hiat lawannya.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Badannya menekuk dengan cepat, sedang sikut kirinya tidak tinggal diam membentur tangan orang tua jubah hijau itu.
Akibat dari beradunya kedua tangan, ke-dua2 orang itu mundur dua tindak.
Selagi semua mata masih dibikin ber-kunang2 oleh gerakan serangan yang luar biasa dari kedua pihak, dua orang itu sudah saling bergerak lagi. Kembali lima enam jurus telah dilewatkan. Dalam keadaan demikian tentulah masing2 telah mengerti, sungguh tidak mudah bagi siapapun merebut kemenangan dalam waktu cepat. Tetapi dipihaknya si orang tua jubah hijau itu, lebih2 mengenaskan keadaannya, wajahnya telah berubah pucat pasi, sukar dilukiskan dibawah tulisan kata2.
Sebabnya Kauwcu Thian-cu-kauw yang dengan kepandaiannya yang luar biasa pada masa itu hendak menjagoi dunia Kang-ouw ia yang telah memiliki kekuatan serta kepandaian ilmu silat yang berselisih tidak banyak dengan Kauwcunya dan diantara jago2 atau orang2 kuat dalam perkumpulan Thian-cu-kauw telah dianggap sebagai orang yang mempunyai kepandaian paling tinggi, hari itu telah menemui hari sial.
Sungguh ia tidak pernah membayangkan bahwa hari itu ia tidak berhasil menggulingkan satu anak muda yang belum pernah dikenal namanya.
Walau bagaimanapun juga, tidak boleh dipandang rendah orang muda ini. Ia telah banyak makan asam geramnya dunia, selain mempunyai kepandaian tinggi, orang juga sangat licik. Pikirnya kecuali si pemuda lawannya masih ada Hui Hui Thaysu dan banyak lagi orang2 kuat lainnya, maka dalam pertempuran kali ini agaknya banyak kesulitan untuk merebut kemenangan bagi pihaknya.
Maka untuk menjaga muka dan nama baiknya, paling baik mundur teratur. Untuk sementara menghabiskan dulu pertikaian disitu. Itulah yang menyebabkan ia berhenti sejurus, dan lalu ia berkata: "Tuan2 benar2 mempunyai kepandaian yang cukup berarti. Aku Beng-sie-kiu masih mempunyai urusan lain. Hari ini tidak ada kegembiraan banyak buat melayani kau. Dan perlulah tuan ingat2, Thian cu-kauw kami tidak pernah melupakan setiap kejadian yang paling berharga, apalagi dengan tuan hari ini"
Setelah itu, ia lantas mengeluarkan perintah kepada orang2nya: "Mundur!"
Dan ia sendiripun lalu melesat tinggi keatas, sebentar kemudian telah menghilang dari hadapan mata orang banyak.
Lim Tiang Hong melihati saja berlalunya orang2 kuat Thian-cu-kauw itu dengan perasaan mendelu.
Hui Hui Thaysu menghela napas panjang. Perasaannya pada kala itu agaknya sudah lega.
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kitab pusaka Siauw-lim-pay itu dari dalam sakunya yang lantas diserahkan kepada Hui Hui Thaysu. Setelah mana ia lantas lompat melesat, keluar dari dalam kelentang tanpa berpamit lagi kepada siapapun.
Pada saat itu dari dalam kelenteng tiba2 terdengar pekikan Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im. Ke-dua2nya lompat melesat mengejar pemuda berwajah jelek.
Ketiga orang tadi ber-kejar2an sampai ketempat sejauh tiga puluh lie, mendadak Lim Tiang Hong menghentikan gerakan kakinya dan setelah memutar balik badannya, berkata kepada dua nona2 itu sambil ketawa ber-gelak2: "Nona2 ada keperluan apa mengejarku sampai kemari?"
Kedua nona itu tadi mengejar Lim Tiang Hong, sebenarnya hanya karena ingin mereka ketahui siapa adanya orang yang di kejarnya itu. Maka setelah ditegur demikian, ke-dua2nya menjadi bengong, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Mereka sesaat hanya saling pandang, sepatahpun tidak keluar kata2 dari mulut mereka.
Lim Tiang Hong kuatir dengan pcrbuatannya itu membuat malu kedua wanita itu, maka lalu ia meneruskan katanya lagi juga dibarengi suara ketawanya:
"Henghay Kow-loan, kepandaianmu telah menggetarkan dunia kang-ouw. Hek-hong Cu Giok Im, namanya sudah menggetarkan jagat. Aku yang rendah berkesempatan mendapat kenalan sebagai nona2 berdua, sungguh merasa beruntung sekali"
Suara itu benar2 telah dikenal baik oleh Henghay Kow-loan maupun Cu Giok Im.
Henghay Kow-loan agaknya sedang ingat sesuatu, ia lantas berkata sambil ketawa dingin: "Tidak usah berpura2 dihadapanku, aku sudah tahu kau siapa!"
Cu Giok Im rupanya juga baru dibikin sadar mendengar kata2 Henghay Kow-loan. Baru saja ia hendak membuka mulut, mendadak dari jauh kedengaran suara orang berseru memanggil namanya "Giok-jie, Giok-jie..."
Cu Giok Im lantas berkata dengan perasaan mendongkol: "Aku juga sudah tahu kau siapa. Sekarang suhu panggil aku, tidak ada waktu lagi untukku bicara banyak2 dengan kau. Ada satu hari aku nanti akan cari kau untuk membuat perhitungan"
Setelah berkata demikian, lalu nona ini memutar tubuh, lari menghampiri suhunya.
Henghay Kow-Ioan mendelikkan mata, iapun lantas berkata: "Ketika untuk pertama kali aku melihat kau, aku lantas menaruh curiga. Tapi karena wajahmu lain, aku tidak berani menanya. Sekarang aku baru ingat, kau memakai kedok kulit manusia, bukan" Hmm! Kau cuma bisa cari kesenangan sendiri, lantas tidak perdulikan orang lain lagi..."
Sehabis berkata demikian, nona ini lantas balik badan, ber-pura2 seperti orang mengambul.
Oleh karena memikir bahwa rahasianya telah terbuka Lim Tiang Hong merasa malu untuk berlagak gila lagi maka ia lantas maju menghampiri nona itu, sambil menepuk pundak si nona ia berkata "Oleh karena keadaan sangat mendesak, aku tidak boleh memberitahukan pada siapa juga penyamaranku. Tidak nyana aku telah membuat kau merasa tidak enak, dalam hal ini aku minta maaf banyak2 padamu"
"Hmm! Apa kiramu cukup cuma dengan satu perkataan minta maaf saja" Untukmu aku sudah mencari ubek2an. Ketika kudengar berita tentang kematianmu, aku lantas datang menjenguk kerumah Heng-lim Cu-loan dikota Kim-leng. Itu budak hina yang bernama Yan-jie bukan saja tidak mau memberitahukan terus terang padaku, sebaliknya malah menanya melit sekali padaku. Asal-usulku dan lain2nya. Coba kau pikir sendiri, itu membikin aku mendongkol atau tidak?"
.Mendengar uraian nona itu, Lim Tiang Hong tidak bisa berbuat lain kecuali minta maaf banyak, dan Henghny Kow-Ioan rupanya juga dengan apa boleh buat terima baik permintaan Liin Tiang Hong. Dan ia lalu menanya: "Sekarang kau mau pergi kemana?"
Lim Tiang Hong setelah memikir sejenak, lalu menjawab: "Aku pikir tetap pergi ke Kang-lam dulu. Kesana aku mau mencari itu orang yang mengaku dirinya bernama Lim Tiang Hong. Menurut dugaanku, semua kejadian yang sudah lalu itu boleh jadi adalah perbuatannya Im-san Mo-lie. Dan sekarang yang menggunakan namaku, barangkali dia juga. Nanti setelah aku bertemu dengan dia, daripadanya pasti akan bisa kuambil banyak keterangan. Dan kau, kalau tidak ada urusan lain, sukakah kita pergi ber-sama2?"
Henghay Kow-loan mendadak berobah merah padamu pipinya. ia merasa jengah atas ajakan si anak muda, sambil geleng2 kepala ia menjawab: "Ketika kudengar berita kematianmu, aku merasa sedih sekali. Kala itu aku pikir, setelah menuntut balas untukmu, lalu.... Aaah! Sekarang ini tidak berani aku pikirkan lagi, dan aku harus balik kegunung buat menemui suhuku" "Siapa suhumu?"
"Heng-thian It-ouw"
"Ha"!...."
"Apa kau kenal dia si orang tua?"
"Bukan begitu maksudku"
Setelah itu, Lin Tiang Hong lalu menceritakan bagaimana halnya, suhunya sendiri, si orang tua penyipta, menyuruhnya menyampaikan surat kepada orang yang bergelar Heng-thian It-ouw itu.
Ketika mendengar keterangan Lim Tiang Hong, Henghay Kow-loan lantas berkata sanbil kerutkan alisnya: "Sebaiknya kau jangan pergi. Suhu adatnya kukoay sekali. Surat itu berikan sajalah padaku, nanti akan kusampaikan pada suhu. Bolehkah?"
Lim Tiang Heng meng-geleng2kan kepala, ia lekas menjawab: "Mana ada aturan seperti itu" Suhu wanti2 memesanku, biar bagaimana aku yang diharuskan menyampaikan sendiri surat ini padanya"
Henghay Kow-loan tidak berkata apa2 lagi. Ia hanya menghela napas, bersenyum dan kemudian menggerakkan kakinya, dengan cepat meninggalkan Lim Tiang Hong.
.Lim Tiang Hong setelah memikir sudah selesai dengan urusan kedua nona itu, rupa2 pikiran lantas timbul dalam otaknya. la sama sekali tidak pernah menduga bahwa ia yang belum lama muncul dalam dunia Kang-ouw, disamping menemui kejadian2 yang selalu membikin pikirannya mumat, tetapi mendapat banyak kawan yang semuanyanya baik sekali memperlakukannya. Dari tingkatan tua, ada terdapat si Pengemis Mata Satu, Sin-swan Cu-kat, Hui Hui Taysu dan lain2nya, sedang dari angkatan muda adalah Henghay Kow-loan, Cu Giok Im dan Tan Yan-jie.
Disamping kesemuanya itu. masih ada pula orang2nya Hong-hong-tie, yang meskipun ia belum mengetahui benar maksud dan hati mereka mau perlakukan baik padanya. tetapi ia percaya penuh bahwa orang2 seperti mereka itu tidak ada mengandung maksud jahat.
Ia mengawasi berlalunya Henghay Kow-loan sampai tidak kelihatan bayangannya, baru berlalu meninggalkan tempat tersebut, ia sudah bertujuan satu, pergi ke Kanglam.
.Karena ingin sampai ketempat tujuan lebih cepat, ia sengaja mencari jalanan yang kecil dan sepi untuk memotong jalan.
Berjalan sudah kira2 sebjam lamanya, dalam sebuah rimba raya tiba2 ia melihat berkelebatnya bayangan seseorang. Ia yang memiliki daya penglihatan amat tajam, meski hanya sepintas lalu saja melihat tegas dapat dibayangkan pengawakan orang itu, yang banyak mirip dengan bentuk tubuh Im-san Mo-lie.
Ia lalu gerakan kakinya. dengan menggunakan ilmu It.-shia Cian-lie, ilmu kebanggaannya, badannya lantas melesat jauh memasuki rimba.
Baru saja sampai ia didalam rimba, mendadak mendapat sambutan berupa bentakan keras, dan serangan angin keraspun segera menyusul menyambar badannya.
Karena pada kala itu badannya sedang bergerak meluncur turun, dalam keadaan tidak men-jaga2 pula, tidak ada kesempatan lagi baginya untuk mengelak serangan menggelap tersebut, maka ia lantas mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Dengan badan masih terapung tinggi ditengah udara, tangannya diayun menyambut serangan orang tadi, kemudian badannya lantas meluncur turun dengan cepat.
Ketika tadi mengadu kekuatan, tangannya merasa agak kesemutan, sementara itu telinganya mendengar suara jeritan dan orang yang menyerangnya secara membokong tadi sudah dibikin terpental dan jatuh ditempat sejauh tiga tombak dari situ.
Ketika ia turun lagi ketanah, segera ia mengetahui bahwa orang yang menyerangnya tadi benar adalah Imsan Mo-lie yang pada kala itu sedang mengawasinya dengan kaget dan ke-heran2an.
Mengingat kejadian2 dimasa lampau, marahnya Lim Tiang Hong tentu seketika dapat timbul. Begitulah memang betul halnya dengan pemuda ini. Seketika ia lantas menjadi gusar, lantas ia berseru keras: "Manusia berhati binatang! Sungguh bagus perbuatanmu yah"
Membarengi kata2nya, iapun lalu maju menghampiri, bergerak dengan kecepatan kilat untuk kemudian menggunakan tipu serangan Kim-liong Patjiauw menyambar pergelangan tangan Im-san Mo-lie. Sedang tangan kirinya menyusul serangan tangan kanan, meluncur kearah dada lawannya.
-odw-smhno- Jilid Ke 6 Im-san Mo-lie sendiri sebetulnya adalah seorang wanita yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Akan tetapi karena gerakan Lim Tiang Hong yang aneh2, datangnyapun tidak ter-duga2, ditambah lagi karena ia belum mengenal Lim Tiaag Hong yang masih mengenakah topengnya berupa orang buruk, maka ketika itu boleh dikata jiwanya Im-san Mo-lie sudah sangat terancam, bagai telur di ujung tanduk. Apabila saja serangan itu mengenai sasarannya dengan telak, sekalipun sepuluh Im-san Mo-lie sudah pasti akan binasa seketika!
Akan tetapi selagi tangan Lim Tiang Hong baru mau menempel dikulit lawan, dalam otaknya tiba2 berkelebat satu bayangan orang. Orang itu adalah Lok-hee Hujin, yang berada di dalam lembah Loan-phiauw-kok. Itu wanita cantik yang mengaku dirinya adalah ibu Lim Tiang Hong.
Karena wajah lm-San Mo-lie yang dihadapinya sekarang ini begitu mirip benar dengan ibunya, maka seketika lembutlah hati pemuda ini. Kekuatan dalam serangan tangannya terpaksa ditariknya kembali.
Justru pada saat demikian Im-san Mo-lie sudah dapat melepaskan diri dari cengkeraman Lim Tiang Hong, dengan cepat pula ia telah lari meninggalkan pemuda itu keluar rimba.
Bersamaan pada detik itu, di belakang badannya Lim Tiang Hong sudah terdengar suara geramnya beberapa orang, disusul dengan sambaran angin kuat dari beberapa puluh tangan.
Lim Tiang Hong lalu menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat yang dipelajari dari si gadis binal. Dengan jalan berputaran, ia sebentar telah berhasil menghindarkan serangan menggelap orang2
Selanjutnya lalu ia menegasi, ada sepuluh orang laki2 lebih, kesemuanya beroman bengis yang sedang berdiri ber-deret2 dihadapannya sambil mengawasi terus padanya dengan sorot mata bengis pula
Dengan sikap dan suara ketus Lim Tiang Hong lalu berkala, ditujukan kepada orang2 di hadapannya itu: "Menyerang secara membokong bukanlah perbuatan
.502 orang laki2. Kalian ini kalau begitu bukan orang dari golongan orang baik2"
Salah seorang diantara sepuluh lebih orang laki2 itu, orang yang berbadan pendek dengan matanya yang sipit lantas membentak Lim Tiang Hong: "Kau sebetulnya siapa! Kau kenapa ber-ulang2 kali bermusuhan terus dengan orang2nya Thian-cu-kauw" Hmm hmmm! Tahukan kau bahwa pendirian kami orang2 Thian-cu-kauw selamanya memperhitungkan segala rekening terhadap orang2 yang berani nyenggol perkumpulan kami, sedikitpun tidak akan diberi ampun"
Lim Tiang Hong. begitu mendengar disebutnya nama Thian-cu-kauw dan nama itu lantas dihubungkan dengan Im-san Mo-lie ini lagi, ia mengenangkan setiap kejadian masa lampau. Apakah mungkin semua perbuatan itu hasil dari kerjaan orang2 Thian-cu-kauw".
Memikirkan semua kejadian itu, darahnya mendidih seketika. Sambil perdengarkan ketawa ewa, ia berkata: "Kejahatan kalian orang2 Thian-cu-kauw sudah lama tersiar dalam kalangan Kang-ouw. Hari ini, kalau ada seorang saja yang mampu lolos diantata kalian dari sini, hitung2 aku sudh terjungkal dalam tanganmu. Bagaimana?"
Sehabis berkata, mendadak ia maju, tangannya menyambar pergelangan tangan orang pendek hitam itu.
Orang yang tiba2 diserang Lim Tiang Hong itu, adalah salah seorang dari banyak orang2 kuatnya Thiaucu-kauw. Ketika melihat badan Lim Tiang Hong bergerak, ia juga lantas perdengarkan geramannya, tangannya berbareng melancarkan serangan
Akan tetapi gerak tipu Kim-liong Pat-jiauw seperti telah dikenal banyak orang, adalah gerak tipu yang aneh luar biasa, tidak sembarang orang mampu menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Begitu pula halnya dengan si orang pendek tadi, sebentar dirasakan tangannya tersambar untuk dilain saat merasakan badannya ter-apung2 di tengah udara.
Kiranya ia tidak dapat bertahan, seluruh badannya melesat setinggi tiga tombak dan ketika balik lagi ke bumi, justru jatuhnya menancap di cabang sebuah pohon besar yang kebetulan menonjol keatas. Cabang pohon ini terus menusuk badan si orang pendek seperti satai. Orang pendek sebentar kedengaran berteriak-teriak keras, tapi tak lama, tidak ada suaranya sedikitpun yang bisa dikeluarkan lagi, karena jiwanya telah melayang.
Kejadian yang hanya memakan waktu segebrakan itu telah memibikin kuncup nyalinya orang2 Thian-cukauw.
Akan tetapi, sekalipun ada contoh menakutkan demikian, apabila orang sudah kebiasaan berlaku ganas, rupanya belum merasa puas jika belum dapat melampiaskan napsu membunuhnya. Semuanya lalu pada maju serentak dengan maksud mengeroyok, menggunakan tenaga orang lebih banyak menerjang Lim Tiang Hong.
Tetapi Lim Tiang Hong dengan beberapa kali gerakan yang gesit dan lincah sudah berhasil melepaskan diri dari kepungan mereka, dan kemudian berdiri di samping seperti tidak sedang menghadapi kejadian apapun.
Kawanan penjahat itu setelah mengetahui serta sadar tidak berhasil mengurung lawannya, rupanya tambah penasaran. Selagi beramai-ramai kembali hendak maju lagi, tiba2 terdengar suara janggal aneh dari dalam rimba yang kemudian disusul oleh suara perkataan orang, sebagai berikut: "Tuan berani bermusuhan dengan Thian-cu-kauw sudah tahu betul kalau Thian-cukauw sudah tidak mempunyai orang yang mampu melawanmu?"
Ketika Lim Tiang Hong dongakkan kepala melihat, entah sejak kapan disitu telah kedapatan dua manusia. Seorang diantaranya adalah seorang laki2 beralis tebal dengan matanya yang sebesar jengkol seperti melotot terus serta pakaiannya serba biru. Sedangkan yang satunya lagi adalah sedang berwajah putih bersih dengan alisnya yang lentik seperti wanita. Yang terang dari keduanya dapat dilihat sikap mereka yang yang sangat memuakkan.
Satu antaranya segera menegur Lim Tiang Hong: "Kau, sebenarnya siapa" lekas beritahukan namamu!"
Lim Tiang Hong mengawasi kedua orang yang baru datang ini sejenak, lalu menjawab ketus: "Siapa adanya tuan mudamu tidak usah kalian perdulikan. Tuan2 adalah orang2 yang mempunyai kedudukan dalam Thian-cukauw, bukan?"
Laki2 berwajah pulih terang itu lantas berkata: "Bocah, matamu ternyata cukup tajam. Kau menebak jitu sekali. Adakah kau tahu juga kalau kami adalah Hiatkiong Tancu si tangan ganas Ka-na dan Hwee-hay Tancu Cui Hoa Cun Cia?"
Lim Tiang Hong memperlihatkan senyuman "Masih belum cukup pantas!" katanya sambil gelengkan kepala "Menurut perhitunganku, sedikitnya sudah lebih dari empat Tancu yang kini sudah menjadi setan gentayangan dalam panggilan kepalanku. Hari ini boleh jadi jugalah kalian pergi mengikuti jejak mereka menghadap Giam-lo-ong?"
Ucapan Lim Tiang Hong itu bisa membuat meledak dada orang yang mendengarnya. Si tangan ganas Ka-na dengan sorot mata buas menatap mata pemuda di hadapannya. Tangannya yang sebesar kipas terulur untuk terus dihantamkan ke bagian dada Lim Tiang Hong.
Tetapi dengan caranya yang gesit sekali Lim Tiang Hong telah berkelit sambil menggeser kakinya.
Tiba2 dari jauh saat itu tetdeagar suara orang berseru: "Kawanan iblis! Kalian sungguh telengas".
Berbareng dengan ditutupnya kata2 tadi, tiga bayangan orang tahu2 sudah berdiri di-tengah2 kalangan. Seorang diantara mereka adalah seorang imam tua berusiak kira2 enam puluh tahun. Yang lain adalah seorang laki2 muda dan seorang wanita muda pula.
Si imam dengan mata mendelik dan wajah gusar, sesampainya ketengah kalangan segera menerjang ke arah Ka-na dan Cui-hoa Cun-cia dua Tancu tanpa mengucapkan apa2. Imam ini rupanya menggunakan sekuat tenaganya yang ada padanya, menghajar kedua Tancu Thian-cu-kauw.
Buktinya, kedua Tancu Thian-im-kauw yang diserang secara mendadak itu kedua2nya lantas menggeram, dengan berbareng menyambuti serangan tadi. Ketika itu lalu terdengar suara benturan amat nyaring, ke-tiga2nya pada mundur tiga kaki.
Imam tua itu sekaligus menghadapi dua orang kuat, dan ternyata tidak kelihatan muka kedernya, dapatlah diduga bahwa ia tentulah mempunyai kekuatan cukup berarti.
Setelah masing2 mundur tiga kaki dan pada maju lagi, imam itu sudah melancarkan serangan hebatnya lagi, terus menghajar kedua Tancu tersebut.
Si tangan ganas Ka-na dan Ciu-hoa Cun-cia yang berkedudukan sebagai Tancu Thian-cu-kauw sudah dengan sendirinya pula mempunyai kepandaian cukup tinggi. Meskipun dihujani serangan hebat2 oleh lawannya, mereka kelihaian tidak jadi gugup. Malahan dengan kepandaiannya masing2 serangan hebat dibalas pula dengan serangan dahsyat.
Sepasang muda mudi yang datang bersama si imam tua tadi, kala itu sudah pada menghunus pedang masing2, lalu keduanya menerjang kawan2an orang Thian-cu-kauw.
Serangan pedang mereka ternyata cukup berpengaruh kehebatannya. Begitu bergerak saja mereka telah berhasil menamatkan dua jiwa manusia. Sisa kawanan orang2 Thian-cu-kauw itu kesemuanya pada mengeluarkan geraman hebat, lantas maju mengeroyok.
Mereka begitu datang lantas bertempur secara mati2an. Ini dapat dilihat oleh Lim Tiang Hong yang merasa heran ia berdiri di samping tanpa ada orang yang menghiraukannya.
Dari gerakannya dua muda mudi itu, Lim Tiang Hong dapat menebak bahwa ilmu pedang yang mereka gunakan adalah ilmu pedang Yu-liong Kiam-hoat dari Kun-lun-pay.
Sebaliknya dengan imam tua itu, tipu serangan yang dikeluarkan semuanya adalah ilmu Khong-tong-pay.
Enam partai golongan Hian-bun memang sudah diketahui Lim Tiang Hong bermusuhan dengan Thian-cukauw. Meskipun ia sendiri terhadap kawanan imam tidak berkesan baik, akan tetapi antara golongan baik dan golongan tersesat, sudah tentu ia cenderung kepada orang2 enam partai golongan Hian-bun ini.
Pada waktu itu tiba2 telinganya mendengar suara benturan keras. Matanya dapat melihat sitangan ganas Ka-na yang badannya tinggi tegap sudah mengadu kekuatan dua kali lagi dengan si imam tua tadi.
Karena pada waktu beradunya kedua kekuatan itu tampak sama kuat, si Tangan Ganas Ka-na ter-huyung2 mundur sampai tiga tindak. Akan tetapi, dipihak si imam tua, terlihat hanya bergoyang badannya sejenak. Dalam saat2 demikian, Cun-cia sudah menyerang si imam tua itu dari sebelah kanan.
Imam tua menggeram hebat. Mendadak badannya tampak terputar-putar. Lengan bajunya yang sebelah dikibaskan menyambuti serangan Cui-hoa Cun-cia. Gerakannya ini sekalipun dilakukan secara mendadak, lagi pula seperti ter-gesa2, begitupun tenaga yang digunakan tidak terlalu banyak, akan tetapi kenyataannya, Cui-hoa Cun-cia telah dibikin terpental jauh sampai tiga tindak.
Setelah itu Ka-na kembali maju menyerang seperti lakunya macan yang terluka. Tangannya yang berukuran amat besar menyerang jalan darah kematian di belakang badan imam tua tersebut.
Imam tua itu dengan sikap tenang luar biasa nampak menggeser kakinya ke belakang. Setelah berputar badan kembali ia melakukan serangan.
Serangan si-imam kali ini adalah dengan membawakan angin Cao-khie dari golongan Hian-bun. Sebentar lantas terdengar suara ngeri, sitangan ganas Ka-na setelah menjerit sekali badannya lantas jatuh terjengkang di tempat sejauh delapan kaki, mulutnya menyemprotkan darah segar.
Namun badan imam tua itu sendiri juga kelihatan tar-huyung2, hampir2 jatuh.
.511 Pada saat kritis demikian, Cui-hoa Cun-Cia bergerak bagai macan terluka menyerang imam tua itu disertai geramannya yang menggelegar keras: "Kaupun harus rebah!"
Seranganan Tancu ini ternyata disertai oleh hawa dingin yang pada waktu itu sudah mengancam sekali jiwanya si-imam tua.
Dan imam tua tersebut, yang mungkin karena sudah kehabisan tenaga, tidak mempunyai kekuatan untuk menyambuti serangan ganas itu lagi rupanya, hanya ber-goyang2 badannya seperti hendak roboh.
Pada saat demikian itu mendadak semacam tenaga lunak datang menghalau serangan Cui-hoa Cun-cia, bersamaan pula pada detik itu terdengar suara orang berkata: "Yang rebah bukan dia...."
Sedangkan serangan ganas yang membawa angin dingin dari Cui-hoa Cun-cia tadi dibentur oleh tenaga lunak seakan membentur tembok kokoh kekar yang membikin serangannya terpental balik. Darah si Tancu penyerang dirasakan menggolak hebat. Baru saja ia pikir hendak menyingkir, mendadak badannya sudah terasa ringan, tak dapat dikendalikan lagi terus terpental tinggi untuk kemudian jatuh ke luar rimba.
Imam tua itu se-akan2 orang baru bangun dari mimpinya, ia meng-ucak2 matanya. Tatkala kepalanya didongakkan, ternyata orang yang telah menolongnya dari ancaman bahaya tadi adalah seorang anak muda yang berwajah buruk menakutkan. Pemuda itu sedang mengawasinya sambil perlihatkan senyuman yang menakutkan. Ia selanjutnya pejamkan mata untuk memulihkan kekuatan tenaganya.
Lim Tiang Hongpun lantas menggunakan tenaganya Siauw-Yang it-ku Sin-kang, mengantarkan jiwanya Cuihoa Cun-cia ke akhirat dan lantas menengok ke arah dua muda mudi yang sedang dikeroyok tadi.
Kedua muda mudi tersebut, meskipun gerak2annya lincah sekali, tipu serangan merekapun hebat serta aneh pula. Begitupun tampak kedudukan mereka yang terang2 berada diatas angin, tetapi setelah diteliti pula, rasanya tidak begitu mudah untuk merobohkan semua kawanan penjahat dari Thian-cu-kauw itu. Maka melihat keadaan tersebut, Lim Tiang Hong lantas lompat melesat. Entah dengan cara bagaimana, sebentar ia menerobos dalam kepungan orang2 jahat itu. Setelah keluar pula tanpa terlihat gerak badan dan tangannnya, cuma terlihat bagai angin puyuh berputar kesana kemari, dalam romboagan orang jahat itu lantas terdengar jeritan ngeri disana sini. Dalam waktu sekejap saja sepuluh lebih orang Thian-cukauw itu sudah dibikin roboh menggeletak di tanah dalam keadaan tak bernyawa.
Diluar kepungan, Lim Tiang Hong nampak berpeluk tangan seperti tidak pernah mengalami kejadian suatu apa. Pada saat itu lantas kelihatan darah berhamburan, beberapa puluh kawanan orang2 Thian-cu-kauw itu sudah dicincang oleh kedua muda mudi tadi.
Menyaksikan perbuatan kejam kedua muda mudi itu, Lim Tiang Hong tidak merasa senang, tetapi ia tidak bertindak apa2.
Kedua muda mudi itu seperti baru sadar mendadak. Ke-dua2nya lalu menghampiri Lim Tiang liong, sembari menyoja mereka berkata: "Hebat sekali bantuan saudara, kami kakak beradik disini mengucapkan terima kasih kepada saudara"
Lim Tiang Hong mengangkat tangannya pula membalas penghormatan, tetapi kala itu ia tidak tahu bagaimana harus menjawab pernyataan terima kasihnya kedua muda mudi itu.
Si pemuda itu tatkala melihat Lim Tiang Hong yang kelihataan bersikap dingin ketus, ia mengira bahwa anak muda itu tidak puas atas sikap mereka tadi yang terlalu kejam, maka lantas berkata pula sambil menghela napas:
"Saudara mungkin menganggap bahwa perbuatan kami kakak beradik tadi terlalu kejam, bukan" Akan tetapi apabila saudara sendiri menyaksikan bagaimana lebih kejam lagi perbuatan orang itu, barangkali saudara akan merasa bahwa perbuatan kami tadi masih kalah jauh untuk dibandingkan dengan tindakan kejam mereka"
Setelah itu, ia lalu memperkenalkan dirinya sendiri "Siauw-tee adalah The Hong dari Kun-lun-pay. Dan ini adalah Sumoy-ku Go Hong Eng"
Kemudian ia menunjuk lagi si-imam tua yang kala itu sedang duduk bersila memulihkan tenaganya. Ia berkata pula: "Dan imam itu adalah Thay-hie Totiang dari Khong-tong-pay"
Lim Tiang Hong yang mendengar nama2 ketiga orang itu, diam2 merasa geli sendiri. Kembali ditempat ini ia menemukan seorang dara manis yang namanya juga mempunyai huruf "Hong".
Memikir demikian, tanpa sengaja matanya melirik Go Hong Eng. Begitu ia kebentrok dengan sinar mata si nona, ia merasa bahwa Go Hong Eng ini, apabila dibandingkan dengan Pek-hong, si Burung Hong putih yang sikapnya agak ke-laki2an, serta, Henghay Kow-loan yang seperti agak binal dan susah diurus, kesemuanya jauh berlainan. Wajah nona ini nampak asam kecut selalu cemberut, sedikitpun tidak memperlihatkan sikap ramahnya seorang wanita. Maka iapun lantas menjawab sambil ketawa hambar: "Orang2 Thian-cu-kauw memang sangat ganas! Saudara yang membalas kejahatan mereka dengan kekejaman pula, tentu tidak bisa disalahkan"
Setelah berkata demikian, ia menjura dan hendak berlalu.
Thay-hie Totiang yang sedang duduk bersila mendadak bangkit dan berseru memanggil: "Harap Sicu tahan kaki dulu, Pinto ingin bicara sedikit!"
Lim Tiang Heng dengan terpaksa berhenti.
Thay-hie Totiang lebih dulu mengucapkan pernyataan terima kasihnya atas bantuan si anak muda yang melepaskannya dari bahaya kematian, kemudian imam ini menanyakan nama dan asal usul Lim Tiang Hong.
Tetapi Lim Tiang Hong yang ditanya demikian hanya ber-senyum2, sambil geleeg2 kepala ia tetap tidak menjawab.
Thay-hie Totiang lalu berkata pula: "Sicu tidak suka memberitahukan nama Sicu, Pinto juga tidak akan memaksa. Cuma sudikah Sicu mengikut Pinto pergi kesana untuk menyaksikan keadaannya sendiri?"
Dan setelah berkata, Thay-hie Totiang lalu berjalan keluar rimba. Lim Tiang Hong lalu mengikuti di belakangnya, begitu juga dua saudara seperguruan Kunlun-pay.
Berjalan tidak seberapa lama mereka tiba di suatu tempat, dimana Lim Tiang Hong dapat menyaksikan suatu pemandangan jaug sangat mengerikan.
Kiranya ditempat tersebut ada malang-melintang bangkai manusia dalam keadaan sangat mengenaskan. Setiap jidat bangkai itu ada terdapat tanda yang dibakar dengan dua huruf "THIAN CU". Jika dihitung, bangkai2 itu tidak kurang dari 80 buah lebih banyaknya.
Dengan perasaan gusar, Lim Tiang Hong menanya kepada imam tua itu: "Totiang, numpang tanya. Kuil ada kepunyaan siapa" Mengapa orang2 ini menemukan nasibnya yang begitu mengenaskan?"
"Ah, soal ini sangat panjang kalau mau dibicarakan..." jawabnya Thay-hie Totiang sambil menghela nafas.
Kiranya kuil itu adalah merupakan tempat pemujaan yang dibangun oleh Khong-tong-pay. It-hie Totiang, yang ditugaskan mengurus kuil tersebut adalah suhengnya Thay-hie Totiang. Imam2 yang ada di dalam kuil tersebut, kecuali menjalankan kewajibannya sebagai imam, hanya sebagian kecil saja yang mengerti ilmu silat. Sungguh tidak nyana orang2 yang mcnyucikan diri itu telah menemukan nasibnya yang begitu mengenaskan.
Menurut dugaannya Thay-hie Totiang, orang2 yang melakukan kejahatan itu pasti ada orang2-nya golongan Thian cu-kauw.
Sebab pada 3 bulan berselang, Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay, pernah menerima tanda perintah yang berupa tulang yang dinamakan "Thian-cu Pek-kut-leng" dari Thian-cu-kauw, yang meminta dalam waktu satu bulan, semua orang dari golongan Hian-bun harus masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw. Jikalau tidak, akan bertindak terhadap orang2 yang membangkang, yang katanya melakukan tugas tuhan.
Pek-ho Totiang setelah menerima tanda perintah tersebut, segera turun sendiri ke dunia kang-ouw, untuk menjumpai ketua dari 5 partai besar. Tidak nyana ditengah jalan, telah dipegat oleh seorang tinggi besar yang memakai kedok hingga para ketua partai golongan Hian-bun binasa didalam tangannya dan panji perserikatan 6 partai juga dirampas olehnya. Untung pada ssat itu, mendadak muncul dirinya Bu-ceng Kiamkhek, hingga Pek-ho Totiang tidak sampai turut binasa. Selanjutnya, mungkin karena orang2 Thian-cu-kauw itu merasa jeri oleh nama besarnya Bu-ceng Kiam-khek, selama 3 bulan ini lantas tidak pernah terjadi apa2. Tidak nyana Thay-hie Totiang dalam perjalanannya ke Kanglam, bersama dua orang tingkatan muda dari Kun-lunpay, ketika melalui kuil dan ingin menengoki Suhengnya melihat kejadian yang mengenaskan itu. Dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tangan jahatnya Thian-cu-kauw kembali hendak mulai menjambak keatas kepalanya orang2 golongan Hian-bun. Jika orang2 dari partai golongan Hian-bun tidak segera mencari daya upaya, tentu akan mengalami keruntuhan total.
Dalam otaknya Lim Tiang Hong pada kala itu terbayang pula kata2 suhunya mengenai itu orang yang dikatakan "Manusia Buas Nomor Satu Dalam Dunia. Apabila benar pemimpin dari perkumpilan sesat Thian-cukauw itu adalah si Manusia Buas Nomor Satu itu adanya, sebetulnya adalah menjadi kewajibannya berusaha menyingkirkan manusia buas terebut.
Memikir demikian, maka ia lantas berkata kepada Thay-hie Totiang: "Perbuatan orang2 Thian-cu-kauw yang begitu ganas terang adalah musuh besar nomor satu dunia rimba persilatan. Partai2 golongan Hian-bun kelak dikemudian hari jika perlu sekali dengan bantuan tenaga, aku yang setiap waktu dan setiap detik bersedia menyediakan tenaga"
Sehabis berkata demikian, ia lalu menyoja dihadapan Thay-hie Totiang dan dua muda mudi dari Kun-lun-pay, ia hendak pergi terus kepada Sin-som Cukat untuk menyampaikan pengalaman yang ia alami selama berada di sarang penjahat di lembah Loanphiauw-kok.
-odw-smhno- Bab 14 Dalam perjalanannya, Lim Tiang Hong yang menuju selatan, anak muda ini yang baru saja sampai di luar kota tiba2 teringat sesuatu. Ia hendak pergi menyambangi kuburannya Heng-lim Cuan-loan. Kecuali untuk memberi hormat, juga sekalian untuk melihat kuburan Lim Tiang Hong yang palsu itu. Ia sangat ingin mengetahui bagaimana hasil dari rencana yang ditelorkan oleh Sin-soan Cu-kat itu.
Maka lantas putar tubuh, lari balik ke bukit Cie-kimsan. Sesampainya ia di depan tanah pekuburan, disitu ternyata kedapatan seorang wanita yang mengenakan kerudung kain hijau sedang berdiri di hadapan kuburan yang tertuliskan "Tempat bersemayam Lim-Kong Tiang Hong".
Dedak dan perawakan wanita itu ada tinggi, juga tidak terlalu pendek, pinggang kecil langsing, cuma parasnya diselubungi oleh selapis kain warna hijau hingga wajahnya tak dapat kelihatan jelas. Akan tetapi Lim Tiang Hong lalu menduga bahwa wanita itu tentu adalah seorang cantik luar biasa.
Sekarang persoalannya yang tidak habis mengerti apa sebabnya wanita berkerudung itu berdiri di hadapan kuburan "Lim Tiang Hong" itu. Begitupun ketika wanita itu melihat kedatangannya, hanya berpaling dan setelah mengawasinya sejenak, tidak menyapa, juga tidak kelihatan badannya bergerak.
Oleh karena terdorong oleh rasa ingin tahu maksud serta asal usul wanita itu, sengaja Lim Tiang Hong lalu maju ke depan "kuburannya" dan melakukan upacara sembahyangan. Selagi ia hendak membuka mulut, wanita itu mendadak berkata sambil ketawa cekikikan "Di dalam lobang kubur ini cuma seekor anjing yang mati, apa perlunya kau sembayangi?"
Lim Tiang Hong terkejut. Ia semula mengira kalau wanita itu sengaja mengejeknya, maka dalam hati merasa senang.
Tetapi kemudian la mendengar pula suara wanita berkerudung itu yang berkata pula: "Akal muslihat yang begini goblok bagaimana bisa dipakai mengelabui orang" Mereka siang2 sudah membongkar kuburan ini untuk melihat apa yang ditanam di dalamnya"
Sekarang Lim Tiang Hong terkejut benar2. Ia cepat ber-tanya2 pada dirinya sendiri siapa adanya wanita ini yang dapat mengetahui jelas sekali urusannya semua, sampai pada asal usulnya yang rupa2nya diketahui semua oleh wanita berkerudung hijau.
Ia lalu menduga bahwa orang yang menggali kuburannya. Seperti dikatakan oleh nona berkerudung itu pasti adalah orang2-nya Thian-cu-kauw.
Wanita itu setelah berkata2 tadi, per-lahan2 memutar tubuh dan kelihatan sudah hendak berlalu.
Lim Tiang Hong tidak membiarkan berlalu begitu saja, segera menghampiri dan berkata: "Bolehkah aku yang rendah mengetahui nona ini ada dari golongan mana" Bagaimana nona bisa berkenalan dengan saudara Tiang Hong?"
"Aku" Namaku Yu-kok Oey-eng. Lim Tiang Hong adalah tunanganku. Kita sudah dijodohkan sejak masing2 masih dalam kandungan ibu" demikian jawab wanita itu dengan nada tawar hambar.
.523 Mendengar keterangan yang diucapkan oleh si nona dengan sikapnya yang tawar, hampir2 Lim Tiang Hong tidak percaya akan telinganya sendiri. Ia kelihatan seperti orang melamun, sedang dalam hatinya memikir: "Astaga, bagaimana itu bisa terjadi" Tentang asal usulku sendiri belum aku tahu betul. Ada setengah orang panggil aku Siauw-kauwcu, lalu ada lagi yang membahasakan Kongcu, sekarang ada lagi satu orang yang mengakui aku tunangannya. Apa boleh ini semua terjadi?"
Tentang orang2nya Thian-cu-kauw yang membahasakan Lim Tiang Hong Siauw-kauwcu, ia telah mengerti hampir keseluruhan sebab2nya, itu adalah karena perhubungan dengan ibunya, yang di dalam perkumpulan itu, menjadi isteri dari pemimpin perkumpulannya.
Apa yang dikuatirkan dalam hatinya pada kala itu hanyalah persoalan mengenai ayahnya. Thian-cu-kauw, Manusia Buas Nomor Satu dan ayahnya. Apabila ketiga manusia yang ia ingat2 selalu itu adalah satu orang yang bertindak, akan menjadi soal besar baginya.
Wanita berkerudung itu ketika melihat Lim Tiang Hong berdiri melamun, lantas menegur lagi, katanya: "Hai, kau barangkali belum percaya, bukan" Sekali lagi kuberitahukan padamu, dikedua lengan Lim Tiang Hongku itu ada dua jalur guratan sebagai tanda apabila sudah meningkat pada usia dewasanya ia nanti akan banyak melakukan pembunuhan. Itulah sebabnya kenapa sejak kanak2 ayahnya mencacahkan dibadannya satu huruf "Jin" di lengan kanannya. Maksud ayahnya itu adalah suruh dia dalam segala urusan perlu kesabaran, melulu dengan maksud supaya pembunuhan besar2an dapat dikurangi"
Lim Tiang Hong terkejut sekali lagi. Betul adalah keterangan si nona itu. Di lengan kanannya memang ada guratan yang tertulis sebagai huruf "Jin". Akan tetapi sampai wanita itu mengetahui hal tersebut, ia merasa heran sekali.
Tetapi ia berlagak percaya betul omongannya si wanita tersebut. Ber-kali2 ia menganguk. Kemudian setelah si nona sebagai berbicara, ia lalu berkata: "Memang pernah juga kedengar yang saudara Tiang Hong mengatakan begitu juga. Apakah nonapun tahu dimana sekarang ini ayah saudara Lim itu berada" Dan bolehkah nona menunjuki aku?""
Wanita itu mendadak ketawa cekikikan. Dengan sikapnya membawa banyak rahasia kembali berkata: "Dimana tempat kediaman dia si orang tua sekarang, aku tidak tahu! Yang aku tahu cuma, ayah bundanya semua masih hidup dalam keadaan sehat walafiat. Cuma sekarang ini berdiri sendiri2, tidak hidup bersama lagi"
Lim Tiang Hong masih ingin menanya banyak lagi, tetapi wanita berkerudung itu dengan gayanya yang manis ayu sudah lompat melesat, berlalu dari depan mata Lim Tiang Hong.
Dari tempat agak kejauhan Lim Tiang Hong masih mendengar suara wanita itu yang berkata demikian: "Selalu memakai kedok kulitnya orang mati itu, benar2 sangat menjemukan!"
Lim Tiang Hong kaget bukan kepalang. Kalau begitu bukankah wanita itu telah mengetahui bahwa ia pura2 mati" Maka ia sekian lamanya tak dapat berbuat apa2, tak berkata juga tak bergerak kebingungan sendiri sampai ia dikejutkan oleh suaranya seseorang yang diiringi suara gelaknya.
"Sudah sampai di Kim-leng, kenapa kau tidak mampir di rumah kita" Hai, kau pikirkan apa sampai kebingungan di depan kuburan itu?"
Ketika Lim Tiang Hong cepat berpaling barulah ia mengetahui bahwa tidak jauh di belakangnya telah berdiri si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie berdua. Maka ia lantas menjawab dengan suara rada gugup. "Maksud kedatanganku kemari ialah hendak menyambangi kuburan Heng-lim Cun-loan Locianpwee.?"
"Perempuan berkurudung tadi siapa?" tanya Yan-jie mendadak, matanya kelihatan mendelik.
Lim Tiang Hong gelagapan. Ia tak tahu bagaimana harus menjawab, tetapi kemudian ia berkata juga: "Ia adalah.... ow, namanya Yu-kok Oey-eng"
Agaknya ia masih likat2 memberitahukan terus terang bahwa wanita tadi adalah tunangannya.
Yan-jie rupanya merasa tidak senang. Dengan muka cemberut, kembali ia menegur: "Dari mana yah datangnya siluman itu" Selama hidupku, belum pernah kudengar ada nama Yu-kok Oey-eng. Boleh jadikah ia seorang cantik luar biasa?"
Lim Tiang Hong sebagai seorang pemuda jujur yang selamanya belum pernah berdusta lantas mengangguk seraya berkata: "Meskipun aku belum pernah melihat wajah di balik kerudungnya, tapi aku kira ia barangkali cantik. Malah pernah ia katakan bahwa aku ini adalah tunangannya yang sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kita sejak kita masih dalam perut"
Yan-jie lompat berjingkrak. Terang ia kaget sekali ketika Lim Tiang Hong berkata sampai pada kata "tunangan" tadi. Lalu dengan agak mendongkol, ia berkata lagi:
"Hemm! Dalam dunia ini betul2 ada seorang perempuan tidak tahu malu" Cis! sungguh tidak tahu malu. Cobalah kau pikir, kau yang belum tahu asal usul dirimu sendiri, mendadak muncul itu siluman yang mengakui kau tunangannya, apa kau percaya perkataannya tadi semua?"
Lim Tiang Hong diam saja. Ia tidak berani menjawab. Meskipun sepenuhnya ia tidak berani mempercayainya, akan tetapi sedikitpun ia tidak menyangkal kebenaran kata2 nona tadi. Sebabnya ialah karena ia belum menemui ayahnya. Apabila ayahnya Yu.528 kok Oey-eng adalah sahabat karib ayahnya sendiri, maka pengikatan jodoh tatkala masih dalam perut itu, pada jaman itu memang masih bisa terjadi.
Pengemis Mata Satu yang berdiam sendiri sekian lama mendadak membuka mulut, katanya: "Dalam soal ini, yah, aku juga tidak mengatakan tidak mungkin. Tapi sebaiknya kita tunda dulu sebelum urusan menjadi terang, janganlah kita sembarang percaya mulut orang. Jangan sembarang menarik kesimpulan yang bukan2. Kau ketahuilah, dalam kalangan kang-ouw banyak sekali akal muslihatnya. Barangkali ada maksud lain dari wanita itu dan kita tidak tahu, bukan" Paling baik marilah kita balik. Kita merundingkan per-lahan2 dengan Sin-soan Cukai, bagaimana?"
Lim Tiang Hong tidak mengutarakan maksudnya apa2, sebaliknya Yan-jie terus cemberut, kelihatan selalu muka asamnya. Rupanya ia tidak gembira seperti tadi datang.
Begitulah, akhirnya mereka bertiga berjalan ke rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Baru sampai mereka di depan pintu, Sin-soan Cukat telah datang keluar menyambuti sambil ber-senyum2 berkata: "Menurut perhitunganku, memang seharusnya kau pulang"
Lim Tiang Hong dengan ke-heran2an bertanya: "Berdasarkan atas patokan apa Lo cianpwee bisa menduga kalau boanpwe bisa pulang sekarang?"
"Urusan ini jelas sudah seperti kaca. Kesatu, sejak kau pura2 mati, dalam dunia kang-ouw lantas muncul dua Lim Tiang Hong, malah kuburanmu besoknya kedapatan sudah dibongkar orang. Ini semua tentu semua orang sudah tahu kalau kau cuma berlagak mati. Kedua, karena tujuan Thian-cu-kauw dipusatkan padamu seorang, tentu tidak mereka biarkan kau tahu rahasia mengenai dirimu. Dan kau setelah mengetahui rahasia mereka, sudah tentu akan kembali pada asal mulamu untuk memikirkan daya upaya pada pekerjaan selanjutnya"
"Perhitungan Locianpwee benar2 seperti dewa, boanpwee sungguh2 merasa kagum" demikian Lim Tiang Hong dengan kata2 pujiannya.
Ia setelah itu lalu menceritakan apa yang telah terjadi semenjak ia berada di Tang-gak-bio sebagai penjual buah lie sampai ia masuk ke dalam lembah Loanphiauw-kok.
Sin-soan Cu-kat mendengarkan penuh minat pada penuturan Lim Tiang Hong tadi. Setelah memikir lama juga ia lalu berkata: "Menurut dugaanku, ibumu memang benar adalah nyonya dari Kauwcu Thian-cu-kauw itu. Barangkali ia dengan Kauwcu, satu dengan yang lain tidak mempunyai kecocokan paham, maka ibumu itu tidak mendapat hak besar dalam perkumpulan itu. Dan lainnya, mengenai Kauwcu itu, dia ayahmu atau bukan, masih ragu2 aku mengatakan sekarang. Karena waktu yang lalu mereka menjunjung tinggi kau sebagai Siauw kauwcu-nya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan. Kesatu, memang sebetulnya ada tentu seorang SiauwKauwcu nya yang berwajah mirip dengan kau, hingga mereka salah mata, salah menduga melihatmu. Dan kedua, sebab asal usulmu sendiri belum jelas, tapi kau mempunyai kepandaian tinggi sekali hingga mereka rupanya berpikiran mau memakai tenaga baru seperti kau, maka sengaja mereka berbuat begitu untuk menempel kau. Kedua kemungkinan itu sama besarnya dan bisa diketahui dari apa yang telah terjadi terhadap kau dilembah Loan-phiauw-kok. Mengenai apa sebabnya setelah ibumu menganggap kau benar2 adalah putranya, mereka sebaliknya malah tidak hargakan kau. Karena kala itu kau pura2 seperti orang tidak mengerti ilmu silat, hingga dalam pandangan mereka kau sudah tidak ada harganya buat ditempel. Thian-cu-kauw memang terang2 kelihatan maksudnya yang mau menjagoi dan terang juga mereka ingin menimbulkan banyak bencana dalam rimba persilatan, tentu sekali merekapun harus menjaga tindakan mereka, selalu berhati2, tentu mereka memikir, bagaimana Lim Tiang Hong yang berkepandaian sangat tinggi bisa mendadak binasa dan bagaimana pula di Tang-gak-bio bisa mendadak muncul Lim Tiang Hong yang tidak mengerti ilmu silat sama sekali. Semua ini tentu menimbulkan kecurigaan mereka. Tapi untuk selanjutnya, kau hati2lah dalam sepak terjangmu"
"Orang yang mencelakakan ayahku pasti juga orangnya Thian-cu-kauw! Aku mau cari pusat orang2 jahat itu untuk membuat pembalasan bagi ayahku!?" nyeletuk Yan-jie mendadak, hingga Sin-soan Cu-kat yang mendengarnya lantas geleng2kan kepala dan berkata kepadanya: "Jangan keburu napsu dulu. Thian-cu-kauw berani terang2an memusuhi semua partai rimba persilatan akhirnya pasti akan hancur sendiri. Pada waktu ini orang2 itu bolehlah dikata dalam puncak kejayaannya. Ingatlah, bukan cuma kau dan kita semua ini yang mempunyai tenaga bantu menakutkan orang2 jahat itu. Legakanlah hatimu, ada aku Sin-soan Cu-kat pamanmu si Pengemis miskin ini yang mengatur rencana. Kami tidak bisa membikin kau kecewa"
Mengingat segala sepak terjang orang2 Thian-cukauw yang kejam sekali, Lim Tiang Hang sendiri merasakan darahnya mendidih. Tiba2 ia membuka kedok yang menutupi wajahnya dan mendadak pula membentak dengan suara keras: "Aku si orang she Lim segera akan muncul lagi didunia kang-ouw dan menantang terang2an semua orang. Hal itu guna menegakkan kebenaran diatas segala kebenaran"
Si Pengemis Mata Satu lantas ber-gelak2 lalu, berkata: "Dalam ha! ini aku si pengemis miskin adalah orang pertama yang paling setuju atas tindakanmu. Kalau kau muncul lagi dalam dunia Kang-oow itu dua Lim Tiang Hong palsu pasti akan terbongkar sendiri rahasianya. Apalagi dalam dunia kang-ouw ini ini diliputi selalu oleh perasaan kuatir dan ketakutan seperti dunia mau kiamat. Kalau kau bisa memberi pukulan telak secara terang2an kepada orangnya Thian-cu-kauw, aku percaya hal ini pasti akan besar sekali pengaruhnya! Kau disamping boleh membangun kembali semangat orang2 dunia kang-ouw, juga sekalian boleh bikin kuncup nyali kawanan penjahat itu".
Sin soan Cu-kat juga lantas berkata: "Begitu juga baik. Marilah kita perintahkan, agar tolong saudara pengemis yang menjalankan tugas ini, menyiarkan berita kepada kawan2 Kay-pang, makin luas makin baik. Katakan kalau Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu benar adalah ayah Lim Siauw-hiap. Aku percaya ia pasti bisa keluar sendiri mencarinya dan pada waktu itu boleh kita usahakan menasehatinya supaya tidak melakukan kejahatan lagi".
Demikian telah diambil keputusan. Lim Tiang Hong kembali berjalan seorang diri. Hanya dengan membekal sebilah Pedang, terjunkan diri lagi dalam dunia kangouw.
.534 Kali ini ia keluar tanpa menggunakan kedok buruk yang menakutkan dan menjemukan itu, tetapi terang2an dengan wajah aslinya yang tampan cakap.
-odw-smhno- Bab 15 LIM TIANG HONG yang telah diberitakan mati karena keracunan, kembali unjukkan diri di dunia kangouw. Jago muda yang memiliki kepandaian luar biasa, yang masih belum dikenal betul asal usulnya, yang membuat juga sepak terjangnya seperti berada dalam kabut remang2, kini muncul lagi dalam kalangan rimba persilatan. Sungguh gerak-geriknya anak muda ini sukar diraba oleh orang2 rimba persilatan, mereka semua umumnya menyangka anak muda ini sebagai binatang yang dapat mendadak muncul.
Kabar mengenai muncul kembalinya jago muda ini tersiar luas di kalangan kang-ouw, juga merupakan salah satu berita amat penting.
Hanya dirampasnya bendera perserikatan enam partai golongan Hian-bun, diketemukannya kembali kitab pusaka Tat-mo-keng kepunyaan Siauw-lim-pay dan munculnya perkumpulan Thian-cu-kauw dengan orang2nya yang ganas telengas dalam dunia kauw-ouw, semua itu dalam waktu sekejapan saja terjadi. Begitupun beritanya dari mulut kemulut terus tersiar luas sekali.
Lim Tiang Hong yang sudah bertekad bulat hendak menggempur Thian-cu-kauw, sudah dengan sendirinya harus mempunyai satu pedoman penting. Iapun merasa bahwa partai yang sering mendapat gangguan orang2 Thian-cu-kauw adalah Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay.
Siauw-lim-pay meskipun sudah mendapatkan kembali kitab pusakanya yang hilang, akan tetapi percaya bahwa dikemudian hari pasti akan terjadi banyak hal partai terbesar itu.
Enam partai golongan Hian-bun yang bendera perserikatannya dirampas, sudah tentu tidak akan tinggal diam begitu saja.
Akan tetapi Lim Tiang Hong yang dari kawanan imam tidak mendapat kesan baik, tidak suka turut mencampuri urusan mereka. Sebaliknya soal kitab Siauwlim-sie itu yang membuat ia paling kuatir maka setelah memikir-mikir baik buruknya, ia lalu mengambil keputusan akan mengunjungi gereja Siauw-lim-sie dulu untuk melihat apakah kitab pusaka tersebut sudah tiba dalam gereja Siauw-lim-sie dengan selamat tak mendapat gangguan atau tidak. Berbareng dengan itu, iapun hendak meminta keterangan dari Hui Hui Taysu sendiri mengenai hal2 yang terjadi dalam dunia kangouw selama ia tidak muncul2.
Selagi ia berlari2 menuju ke gunung Siong-san, tiba2 ditengah perjalanan ia mendengar berita ganjil luar biasa. Berita itu adalah kabar mengenai perkumpulan Thian-cu-kauw yang kabarnya dalam waktu semalaman telah dimusnahkan beberapa cabangnya. Orang yang turun tangan terhadap mereka dikatakan ganas dan telengas, juga disiarkan orang itu meninggalkan tiga bilah pedang emas kepunyaan Bu-ceng Kiam-khek yang dulu namanya sangat terkenal serta seorang yang mengaku bernama Lim Tiang Hong. yang memakai gelaran To-liong Kongcu.
Berita tersebut benar2 aneh. Orang tersebut bukan saja telah memalsukan secara terang2an tanda kepercayaan suhu Lim Tiang Hong serta namanya, tetapi juga memberi gelar bagi dirinya sendiri To-liong Kongcu. Maka diam2 ia lantas berpikir: "Apakah suhu sendiri yang muncul lagi kedunia kang-ouw?"
Akan tetapi ketika ia memikir pula, tidak mungkin sampai hal itu terjadi. Sebab apabila suhunya ada maksud hendak terjunkan diri dalam dunia kang-ouw, tentulah tidak sampai sang suhu itu membebankan tugas berat atas dirinya. Dan apabila itu adalah perbuatan musuh yang dengan memakai nama orang lain hendak mencelakakan orang yang dipakai namanya itu, musuh yang mempunyai kekuatan serta kepandaian begitu tinggi yang telah memusnahkan beberapa cabang Thiancu-kauw sudah tentu berani pula menanggungnya secara terang2an. Apa perlunya ia main sembunyi2 dan melakukan perbuatan rahasia demikian"
Ia berpikir bolak balik, tetap tak dapat menduga siapa adanya orang yang mengaku dirinya bernama Lim Tiang Hong itu.
Tetapi karena ia sendiri sudah bertekad hendak menggempur Thian-cu-kauw, dan pula perbuatan itu tidak bertentangan dengan tujuannya, maka tidaklah terlalu penting baginya untuk memikirkan kelakuan orang tersebut lebih jauh.
.Dengan tindakan lebar ia melanjutkan perjalanannya ke gereja Siauw-lim-sie. Kali ini adalah untuk ketiga kalinya ia mengunjungi gereja tersebut.
Setibanya ia didepan pintu gereja, beberapa padri kecil pada mengawasinya dengan mata ter-heran2. Setelah ia memberitahukan maksud kedatangannya kepada seorang padri kecil yang ada disitu, padri kecil tersebut lantas masuk kedalam untuk memberi laporan pada Hui Hui Taysu.
Ketua Siauw-lim-sie, Hui Hui Taysu, ketika diberitahukan kedatangannya Lim Tiang Hong lantas keluar menyambut sendiri.
Lim Tiang Hong setelah melihat tuan rumah lantas maju memberi hormat seraya berkata: "Taysu begitu merendah diri, boanpwee sungguh merasa berat menerima penghormatan ini"
"Siauw-lim-pay telah beberapa kali mendapat bantuan dari Siauw-hiap, maka tidaklah terlalu merendah kalau lolap mewakili Siauw-lim-pay menyambut Siauwhiap"
Setelah berkata demikian, padri kedua ini lantas mengajak Lim Tiang Hong masuk kekamarnya.
.Lim Tiang Hong yang melihat roman Hui Hui Taysu agak guram lantas menduga bahwa Taysu tersebut tentu sedang diliputi perasaan kesal, maka ia lantas menanya: "Kitab Tat-mo-kheng rasanya sudah sampai digereja dengan selamat, bukan?"
Hui Hui Taysu menjawab pertanyaan Lim Tiang dengan menghela napas: "Lolap sungguh tidak punya guna, kitab itu dirampas orang lagi ditengah perjalanan"
"Apa itu lagi2 perbuatan orang2 Thian-cu-kauw?" tanya Lim Tiang Hong dalam kagetnya.
"Hari itu, sesudah sicu berlalu, wakil Kauwcu Beng Sicu dari Thian-cu-kauw mendadak balik lagi. Dia datang bersama dua orang anggota pelindungnya, dan Lolap sungguh tidak berguna, bukan cuma tidak berhasil melindungi kitab suci itu, malah beberapa anak murid Siauw-lim-pay tidak bisa Lolap hindarkan dari bahaya"
Ketika berkata demikian, Hui Hui Taysu mengeluarkan sebuah kayu hitam berbentuk anak panah yang segera diberikan kepada Lini Tiang Hong, katanya: "Baru2 ini partai Siauw-lim-pay dan enam partai lainnya berbareng pada menerima barang seperti ini yang diberikuti surat perintah yang menyatakan bahwa dalam
.540 waktu enam bulan kami sudah harus masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw. Dikatakan dalam surat perintah itu selanjutnya, bilamana ada orang yang menentang, akan dibasmi seluruh partainya. Selain dari pada itu, dari keterangan surat itu juga, mereka menantang, katanya partai manapun boleh mengundang orang pandai untuk mengadu kekuatan dipuncak gunung Toan-beng-gay melawan Thian-cu-kauw Kauwcu yang menamakan dirinya sendiri Pek-tok Hui-mo. Dikatakan, selain untuk mengadu kekuatan, juga diberikan kesempatan bagi partai2 Hian-bun untuk merebut kembali bendera perserikatan dan kitab Tat-mo-kheng"
Lim Tiang Hong lantas memeriksa benda itu, yang seperti besi tapi bukan besi, semacam kayu, tapipun bukan kayu. Diatas benda tersebut ada lima huruf yang berbunyi: "THIAN-CU PEK-KUT-LENG".
Huruf2 itu semuanya ditulis merah, disamping huruf2 itu masih ada sebuah lukisan tengkorak manusia dan lagi dua potong tulang yang menyilang tengkorak kepala itu ditengah-tengah.
"Thian-cu-kauw masih berani menantang terang2an kepada semua partai besar dalam rimba persilatan. Bagaimana pikiran Taysu dalam urusan besar demikian" Lim Tiang Hong menanya Hui Hui Taysu.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekalipun tidak ada tantangan, Siauw-lim-pay sudah bersumpah secepat mungkin merebut kembali kitab yang terampas itu. Soal ini sudah Lolap rundingkan dengan Pek Ho Totiang dari Bu-tong pay. Bilamana sudah sampai waktunya, kami orang2 Siauw-lim-pay bersama dengan lima partai besar lain akan pergi ke puncak gunung Toan-beng-gay untuk memberaskan persoalannya"
Lim Tiang Hong nampak mengkerutkan keningnya, lain berkata pula dengan suara tandas: "Kalau waktunya masih memungkinkan, boanpwee juga akan bertempur si kepala iblis itu sendiri!"
Hui Hui Taysu menyebut nama Buddha, lantas memejamkan matanya.
Lim Tiang Hong tidak termaksud menggerecok lebih lama, iapun lantas minta diri.
Hui Hui Taysu juga tidak menahan, padri ini menyuruh seorang padri kecil mengantarkan tamunya.
Lim Tiang Hong setelah meninggalkan gereja Siauw-lim-sie, merasa bahwa apa yang akan terjadi, benar seperti apa yang diramalkan oleh si Pengemis Mata Satu, bahwa bcncana hebat sudah mengancam dunia rimba persilatan. Pertandingan antara jago2 partai2 besar yang dipimpin oleh Siauw lim-pay dan Bu-tong-pay disatu pihak dengan Thian-cu-kauw dilain pihak, apabila pihak partai2 besar yang dipimpin Siauw-lim-pay yang menang, maka bencana tersebut untuk selanjutnya dengan mudah tentu dapat disingkirkan. Akan tetapi bilamana kejadian menjadi sebaliknya, adalah Thian-cukauw yang mendapat kemenangan, entah akan berapa banyak jiwa orang2 ternama dan terkuat yang berkorban di bukit itu.
Lim Tiang Hong berjalan seorang diri dengan kepala ditundukkan, ia keras memikirkan soal itu.
Tiba2 telinganya dapat menangkap suara yang tidak asing lagi baginya. Agaknya suara itu menimbulkan kesan istimewa baginya. Demikian cepat sekali ia menggerakkan kakinya menuju ke tempat dari mana suara tadi datang.
Ketika sampai ia disebuah rimba lebat, matanya lantas dapat melihat itu wanita muda berkerudung yang mengaku dirinya bernama Yu-kok Oey-eng yang kala itu sedang berdiri ber-hadap2-an dengan seorang anak muda yang wajahnya mirip dengan Lim Tiang Hong.
Pemuda itu dengan lakunya yang tengik, sambil ketawa cengar cengir ia berkata kepada siwanita berkerudung: "Dalam dunia ini, hanya ada satu aku Lim Tiang Hong. Dimana kau ketemukan Lim Tiang Hong yang kedua?"
"Tulen atau palsu, cuma hatimu sendiri yang tahu. Aku anggap bahwa nyalimu sungguh besar" demikian wanita itu berkata dengan suara merdu.
"Jikalau aku bisa mendapat perhatian dari nona, sekalipun ke gunung golok dan ke lautan api aku juga tidak takut. Lagipun, nama To-liong Kongcu sudah begitu tenar, rasanya tidak akan dapat mengecewakan nona".
Perbuatan yang secara terang2an dan tidak tahu malu dari Lim Tiang Hong tetiron itu rupanya sedikitpun tidak menggerakkan hati wanita berkerudung itu.
Dan ketika nota ini memalingkan mukanya kearah tempat bersembunyinya Lim Tiang Hong, seperti disengaja benar tertawalah wanita se-kuat2nya. Lalu setelah puas tertawa ia lantas berkata: "Hei, jikalau barang tiruan ini ketemu dengan dengan barang yang tulen, bagaimanakah akibatnya?"
"Pedang To-liong-kiam dipinggangku ini tidak akan gampang2 memaafkan padanya" menjawab pemuda itu sambil tepuk2 pedang dipinggangnya.
"Apakah pedang di pinggangmu itu benar adalah pedang To-liong-kiamnya Bu-ceng Kim-khek yang dulu pernah menggetarkan dunia kang-ouw?" tanya lagi nona itu. "Bolehkah kau Lim Tiang Hong memperlihatkan barang itu padaku?"
Pemuda itu kelihatan agak bersangsi sejenak, tetapi tatkala ia melihat si nona sudah mengulurkan tangan kanannya, terpaksa juga ia mengeluarkan pedang dari sarungnya yang lantas diangsurkan ketangan wanita berkerudung itu.
Wanita berkerudung itu tanpa malu kelihatan menyambut pedang itu, setelah sebentar dibulak balik, ia lalu ketawa cekikikan dan berkata: "Sungguh pedang bagus sekali!" serunya "Jikalau digunakan untuk memotong tahu dan sayuranku dirumah, memang baik sekali...."
.Belum sirap suara ketawanya, lantas kedengaran mana barang logam pecah. Pedang panjang yang diakui sebagai To-hong-kiam itu sudah dibikin patah berkeping2 dalam jepitan jari2 tangan halus wanita itu.
Kepandaian yang dipertunjukkan si wanita berkerudung boleh dikata cukup mengejutkan. Kepandaian ini serupa benar dengan kepandaian yang dimiliki Lim Tiang Hong. Apa yang dinamakan Kek-hie Seng-wan-kong.
Pemuda itu setelah menyaksikan perbuatan si nona, wajahnya berubah seketika. Ia lantas maju dua tindak. Sambil ketawa dingin ia lalu berkata: "Kau sengaja menghina Kauwcu mudamu atau mau pamerkan kepandaianmu!"
Wanita berkerudung itu tidak menggubris teguran pemuda tersebut.
Bagi orang2 rimba persilatan, senjata umumnya dipandang lebih tinggi daripada jiwa sendiri. Maka pedang si pemuda yang di-patah2kan demikian oleh wanita berkerudung tersebut, sudah tentu pemiliknya sangat gusar sekali. Apalagi ketika melihat cara wanita itu yang sangat menghinanya, maka si sikapnya yang buas lantas menjadi2. Dengan mata mendelik dan menjebikan bibirnyaa pemuda yang mengaku Lim Tiang Hong itu lantas menyerang pada siwanita berkerudung.
Bertepatan pada waktu itu, dihadapan pemuda tadi nampak berkelebat satu bayangan orang. Dari luar rimba mendadak melayang turun seorang pemuda cakap tampan yang dengan tangannya menyambuti serangan sepemuda ceriwis tadi. Apa yang membuat pemuda ceriwis tadi gusar sekali, badannya lantas dibikin terpental mundur sampai dua tindak lebih.
Ketika matanya dibuka lebar2, pemuda ceriwis itu kelihatan terkejut sekali, sebab orang yang berada didepannya itu tenyata mirip sekali dengan dia sendiri, hanya yang berbeda adalah sikap serta tingkah lakunya.
Kalau pemuda ceriwis tadi pada kala itu wajahnya nampak pucat pasi, diliputi kegusaran yang me-luap2, adalah sebaliknya dengan pemuda yang dihadapannya
Ia ini bersikap tenang. Dengan wajah yang merah segar ber-api2, tingkah lakunya tidak memperlihatkan laku yang ceriwis.
Melihat pemuda yang baru datang ini, pemuda ceriwis tadi segera mengetahui tentu itulah lawannya,
.Lim Tiang Hong asli, yang pada waktu belakangan ini menggemparkan dunia kang-ouw, yang hendak disingkirkannya dari muka bumi.
Yu-kok Oey-eng tiba2 ketawa cekikikan dan lantas berkata: "Baru saja kusebutkan, orangnya sudah sampai, sih! Begitu cepat, begitu cepat! Sekarang aku mau lihat lagi, barang tiruan itu kemana mau taruh mukanya?"
Pemuda yang mengaku dirinya Lim Tiang Hong tadi setelah dibikin terpental sejauh dua tiga tindak oleh Lim Tiang Hong asli kemarahannya semakin men-jadi2.
Apalagi mendengar ejekan wanita berkerudung itu, sudah tak dapat ditahan lagi ia lantas bersiul panjang, dari luar rimba lantas terdengar suara "srr....srr" dan serombongan laki2 yang semuanya beroman bengis muncul mendadak dihadapan pemuda itu. Mereka menjura memberi hormat seraya katanya: "Leng-cu dari 36 Thian-tan sudah siap menerima titah Siauw Kauwcu"
Pemuda itu dengan sikap sombong tampak mendongakkan kepala. Sambil ketawa jari tangan menuding Lim Tiang Hong ia berkata: "Kauwcu muda sebetulnya merasa sayang terhadap kau. Siapa tahu kau begitu berani mati menentang Thian-cu-kauw. Untuk perbuatanmu itu, jangan kau sesalkan kalau Kauwcu muda-mu berlaku kejam terhadapmu! Sekarang tidak ada pilihan lagi. Kau harus ambil satu diantara dua, mati atau hidup.
"Jikalau kau masih ingin melindungi jiwamu, segera kau berlutut dan mengakui dosa2mu dihadapan Kauwcu mudamu dan selanjutnya kau adalah orang bawahanku. Tapi apabila kau tidak suka, rimba ini adalah tempat kuburanmu. Sekarang pikir dan pilihlah sendiri"
Lagak pemuda itu benar2 jumawa.
Pada waktu itu, rombongan Leng-cu yang berjumlah tiga puluh enam orang. Orang2 Thian-cu-kauw sudah pada berpencaran mengurung Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng.
Yu-kok Oey-eng dongakkan kepalanya memandang awan2 berterbangan diangkasa. Sikapnya begitu tenang, agaknya sedikitpun tidak memandang mata kepada manusia2 buas di depan matanya itu.
Sementara itu, Lim Tiang Hong setelah mendengar perkataan pemuda di depan matanya dengan gayanya begitu sombong, dalam hatinya lantas berpikir: "pemuda ini wajahnya ada mirip benar dengan aku. Apakah dia ada engkoku yang dikatakan oleh ibu" Apakah semua peristiwa yang terjadi dulu dikelenteag Tang-gak-bio, Lijo-kok dan pencurian kitab didalarn gereja Siauw-lim-pay ada perbuatannya"
Makin dipikir, makin kuat dugaannya itu. Maka ia iantas membentak dengan suara gusar. "Banyak peristiwa pembunuhan diwaktu yang lalu, barangkali semua itu ada kau yang lakukan dengan memakai namaku" Hm! Hari ini jika kau tidak mau menjelaskan, tangannya Lim Tiang Hong tidak akan kenal saudara"
"Kauwcu mudamu sudah berani berbuat, sudah tentu berani tanggung jawab. Perlu apa meminjam namamu" Sungguh lucu. Kuberitahukan padamu, Kauwcu mudamu jarang injak kaki didunia kang-ouw, juga belum pernah melakukan segala pembunuhan itu, kau jangan sembarangan menuduh orang," jawabnya pemuda itu sambil ketawa dingin.
Kemudian ia dongakkan kcpalanya, dan ketawa terbahak-bahak dan lantas berkata pula: "Kau juga tidak usah bertingkah, siapa yang sudi mengaku saudara dengan anak haram" Kau sudah ambil keputusan atau belum" Kauwcu mudamu sudah tidak ada banyak tempo untuk menunggu lama2"
Lim Tiang Hong dengan alis berdiri membentak pula dengan suara keras: "Kau berani memiki aku anak haram?"
Tangannya lalu bergerak, dengan kecepatan bagaikan kilat ia melancarkan serangannya.
Tapi 4 Lengcu yang berdiri disampingnya pemuda itu dengan berbarang sudah menyambuti serangannya Lim Tiang Hong.
Pemuda itu masih tetap berdiri di tempatnya dengan sikapnya yang sombong.
"Memang benar kau ada anak haram, perlu apa harus menyangkal?" demikian ia melontarkan kata2nya yang keji.
Lim Tiang Hong lantas naik darah, selagi hendak melancarkan serangannya yang kedua kalinya, tiba2 terdengar suara ketawa nyaring yang memekakkan telinga.
.Dari luar rimba melayang turun 5 orang.
Yang berjalan paling depan. ternyata ada Cin-cit, yang mempunyai gelar Tiat-ciang Kim liong dan merupakan kepala dari Thian-lam Ngo-liong serta pernah mengadu tenaga dengan Lim Tiang Hong.
Dibelakangnya ada mengikuti 4 saudara seperguruannya yang masing2 mendapat gelar: Songkang It-liong, Kiu-sian In-liong, Tiam-hong Giok-liong dan Jie-sui Khim-liong.
Namanya Thian-lam Ngo-liong ada sangat terkenal dikalangan kang-ouw. Mereka mempunyai kepandaian sangat tinggi, tapi mereka jarang unjukkan diri didunia kang-ouw. Maka kali ini setelah muncul berbareng dan turun ke dalam gelanggang pertempuran, diam2 telah mengejutkan rombongan orang-orang Thian-cu-kauw.
Dengan cepat dua orang Thian-cu-kauw sudah maju menghampiri dan menegur mereka: "Dengan maksud apa kalian datang kemari. Lekas dijelaskan. Andai kata kedatangan kalian hendak memberi bantuan tenaga kepada bocah itu, kini aku nasehatkan kepada kalian, paling baik kalian jangan turut campur tangan dalam urusan ini"
Tiat-ciang Kim-liong mengawasi orang ini sejenak, lalu menjawab dengan suara dingin: "Orang yang dicari oleh Thian-lam Ngo-!iong adalah Lim Tiang Hong muridnya Bu-ceng Kiam-khek. Yang lainnya kita tidak mau tahu"
Sehabis berkata lalu maju menghampiri Lim Tiang Hong dan berkata: "Kalian berdua, siapa yang bernama Lim Tiang Hong" Lekas jawab!".
Lim Tiang Hong yang melihat 5 "naga" itu telah datang berbareng, ia tahu bahwa pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan lagi. maka seketika itu juga ia lantas maju dan berkata sambil pelembungkan dada "Didalam dunia cuma ada satu Lim Tiang Hong, Yang lainnya adalah kawanan kurcaci yang tidak tahu malu, yang hendak meminjam nama orang. Tuan" ada keperluan apa mencari aku?"
Tiat-ciang Kim-liong Cin-cit dengan sorot matanya yang tajam memandang anak muda itu, kemudian berkata dengan suara gusar: "Tidak nyana kau yang masih berusia begini muda, ternyata sudah berani melakukan perbuatan yang begitu rendah. Jikalau aku si orang she Cin tidak mengetahui dengan cepat, barangkali akan mengalami nasib seperti Heng-lim Con-loan, akan menjadi korbannya akal kejimu"
.Lim Tiang Hong mendengar orang she Cin ini ada menyebut-nyebut dan menimpakan dosa perihal kematiannya Heng-lim Cun-loan diatas pundaknya, wajahnya pucat seketika, dengan suara gusar ia membentak: "Kau jangan sembarangan menuduh orang. Racun diatas Ngo-liong Kau-hun-leng itu bukan aku si orang she Lim punya perbuatan. Apalagi aku si orang she Lim dengan kau dulu belum pernah mengenal satu sama lain, perlu apa aku harus meracuni kau?"
"Heh, heeh! kau sungguh pandai menyangkal. Sekarang aku tanya padamu, mengapa kau sendiri tidak kena racun itu?".
"Aku pernah makan nyalinya ular yang sudah ribuan tahun umurnya, hingga tubuhku kebal terhadap segala jenis racun. Percaya atau tidak, terserah padamu. Sekarang aku sudah menerangkan apa sebabnya kepadamu. Jikalau dulu ada mempunyai ganjalan sakit hati dengan suhuku, semua itu aku tanggung resikonya. Untuk membereskan ganjalan sakit hati itu, paling baik kau jangan menimbulkan soal yang lain-lain"
"Bagus, bagus! mengenai soal racun, untuk sementara boleh kita jangan bicarakan lagi. Kedatangan Thian-lam Ngo-liong hari adalah hendak balajar kenal dengan kepandaian ilmu silatnya murid Bu-ceng Kiamkhek"
Pemuda yang menyaru Lim Cang Hong tadi, begitu melihat mereka hendak menempur Lim Tiang Hong, diam2 merasa sangat girang. Ia mengawasi orang2nya sejenak, lalu memberi isyarat kepada mereka, supaya semua mundur.
Thian-lam Ngo-liong yang selamanya tidak pandang mata pada orang lain. Mereka mengira bahwa orang2 Thian-cu-kauw itu mundur karena merasa jeri terhadap nama Thian-lam Ngo-liong yang sudah kesohor didunia kang-ouw. maka merasa sangat bangga hingga pada tertawa terbahak-bahak.
Dengan berdiri berendeng, 5 "Naga" itu maju di hadapannya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sambil dongakkan kepala, berkata dengan suara dingin: "Sudah lama aku dengar namanya Thian-lam Ngo-liong. Pertandingan hari ini kita lakukan dengan cara satu lawan satu atau dengan maju berbareng?"
."Tuan jangan sombong. Aku Jie-sui Kim-liong disini ingin belajar kenal dengan kepandaian tuan. Tipu pukulan "Lui- tian Hui-hoan-ciang" Bu-ceng Kiam-khek dahulu pernah menggetarkan dunia kang-ouw,"
"Mana, mana! Tuan terlalu memuji. justru ilmu pukulan "Ngo-heng Ciang-hoat Thian-lam Ngo-liong itulah yang namanya sudah kesohor dikolong langit".
"Kalau begini tuan harus hati2 menghadapi ilmu pukulan ini....!"
"Silakan...." Kedua pihak meski dimulutnya pada sangat merendah, tapi sikap mereka amat tegang.
Jie-sui Kim-liong sembari berkata, diam2 kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalannya. Dengan tindakan perlahan2 ia maju lagi beberapa tindak.
Kemudian dengan mendadak, sontak ia lompat menerjang. Kedua kepalannya, dengan kecepatan bagaikan kilat sudah melancarkan serangan dengan beruntun sampai 3 kali dengan 5 cara, hingga seluruhnya 15 cara. Pukulannya itu dilakukan begitu cepat. Kelihatannya sangat membingungkan lawannya.
Dalam waktu sekejapan saja, dirinya Lim Tiang Hong sudah dikurung oleh sambaran angin dan bayangannya tangan Jie-sui Kim-liong.
Sambil ketawa Lim Tiang Hong menggunakan ilmunya mengegoskan diri yang sangat aneh, kedua kakinya dengan gerakan entah bagaimana, tahu2 sudah bisa meloloskan diri dari kurungan lawannya, kemudian ia berseru dengan suara keras: "Tunggu dulu, kita harus jelaskan dulu. Hari ini kita bertempur secara mati-matian atau hanya main towel saja?"
"Bocah, kau tak usah banyak mulut, Lohu nanti suruh kau menerima kekalahan dengan hati ikhlas"
"Baiklah! Kau sambutlah seranganku"
Baru saja habis berkata, tangannya bergerak menyerang dengan cepat.
Jie-sui Kim-liong dalam hati diam2 merasa terkejut. Ia tidak menduga bahwa Lim Tiang Hong ada mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat.
Buru2 ia keluarkan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan Lim Tiang Hong.
"Kau tadi kata hendak belajar dengan ilmu pukulan Lui-tian Hui-hoan-ciang. Baru beberapa jurus saja, kau nampaknya sudah kewalahan!" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin, kemudian lompat melesat ke atas, untuk mencecar lawannya, sehingga Jie-sui Kim-liong sampai dipaksa mundur 8 kaki.
Jie-sui Kim-liong kaget berbareng gusar. Ia segera menggunakan ilmu pukulan Ngo-heng Ciang-hoat, mulutnya berseru: "Bocah, kau jangan bangga dulu!"
Ia lalu kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, kedua tangannya diputar, untuk menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Sebentar kemudian terdengar suara beradunya kedua kekuatan yang dasyat, kedua-duanya nampak mundur.
Dengan mata mendelik, Jie-sui Kim-liong maju menyerang lagi.
Mendadak ia nampak berkelebatnya bayangan Lim Tiang Hong. Entah dengan cara bagaimana, ia sudah berhasil mncekal penggelangan tangan Jie-sui Kim-liong.
Dalam kagetnya yang tidak terhingga, orang tua itu coba menarik tangannya dengan paksa.
Tapi, tangan Lim Tiang Hong yang lainnya sudah menekan dadanya, suatu tenaga lunak yang mempunyai kekuatan luar biasa sudah mendorong dirinya sehingga satu tombak lebih jauhnya.
Masih untung Lim Tiang Hong tidak mengandung maksud jahat terhadap dirinya kawanan 5 naga itu. Kalau tidak, niscaya siang2 jiwanya salah satu dari kawanan naga itu sudah binasa ditangannya.
Sejenak sete!ah Jie-sui Kim-liong didorong mundur oleh Lim Tiang Hong, disitu lalu terdengar suara bentakan berulang-ulang yang lalu disusul dengan majunya Tiat-ciang Kim-liong dan ketiga kawannya.
Dengan serentak mereka melancarkan serangan kepada dirinya Lim Tiang Hong secara berbareng.
Karena hebatnya serangan tersebut, anginnya sampai menimbulkan suara menderu-deru.
Tapi gesit Lim Tiang Hong geser kakinya 3 tindak, sikapnya begitu tenang, seolah-olah tidak menghadapi serangan yang sesungguhnya amat dahsyat.
Thian-lam Ngo-liong yang namanya sudah begitu kesohor, sesungguhnya tidak menduga sama sekali bahwa hari itu dengan kekuatan 4 tenaga tergabung tidak berdaya menghadapi satu anak muda yang baru muncul di dunia kang-ouw.
.Pada saat itu, Jie-sui Kim-liong yang batu mulai hilang tata kagetnya, diam2 mencoba jalan pernapasannya. Setelah mendapat kenyataan bahwa dirinya tidak terluka, lantas turut menyerbu ke dalam kalangan. Dengan demikian, 5 "Naga" itu masing masing lalu mengambil kedudukannya sendiri2, sembari mengerahkan seluruh kekuatan tenaga masing2, hendak melakukan tekanan lebih hebat terhadap dirinya si anak muda.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sendiri diam2 juga terkejut. Waktu mengetahui dirinya sudah terdesak demikian rupa, mendadak sudah gerakkan tangannya untuk melakukan serangan pembalasan.
Usahanya itu ternyata berhasil. Desakan hebat yang menekan dari lima penjuru tadi, dalam waktu sekejapan sudah dibikin buyar tanpa bekas.
Tapi... kekuatan tenaga 5 naga belum habis sampai disitu saja. Mereka sudah bertekad bulat hendak menuntut balas sakit hati terhadap kekalahan yang dialami oleh mereka ditangannya Bu-ceng Kiam-khek. Mereka harus bisa menebus kemaluan yang diderita oleh suhu mereka. Maka sudah bertahun-tahun mereka
.560 melatih diri, hari itu adalah saatnya bagi mereka untuk melaksanakan cita2 mereka yang telah ditunggu-tunggu bertahun-tahun lamanya.
Oleh karena itu ada suatu pertempuran yang mcnyangkut nama baik mereka untuk seumur hidupnya, maka tidaklah heran kalau setiap orang dari kawanan 5 "naga" itu sudah memforsir semua kekuatan dan kepandaian yang mereka punyai, berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan lawannya itu.
Karena sengitnya pertempuran tersebut, sambaran angin menimbulkan suara mendesing tidak hentinya. Sebentar-sebentar diseling dengan suara bentakan dan beradunya kekuatan dari kedua pihak.
10 jurus, 20 jurus... 30 jurus,100 jurus, 200 jurus.... sudah dilalui.
Sekejap mata saja 300 jurus lebih sudah dilewati, meski kekuatan tenaga dalam kedua fihak sudah mulai kendur, tapi serangan mereka kelihatan semakin hebat.
Lim Tiang Hong dalam hati diam2 berpikir: jika bertempur secara demikian, paling sedikit bisa sampai seribu jurus. Pada saat itu, tenagaku sendiri tentunya sudah mulai habis. Jika orang2 Thian-cu-kauw melakukan serangan dengan tiba2, bukankah akan mati konyol"
Memikir sampat disitu, hatinya mulai merasa cemas, maka ia lantas membentak dengui suara keras: "Bukankah kalian hendak belajar kenal dengan ilmu pukulan Lui-tian Hui-hoan-ciang" Sekarang kalian lihat!"
Sehabis berkata, ia lalu menggunakan ilmunya "Siauw-yang It-ku Sin-kang", dengan satu gerakan yang dinamakan "Hong-lip Suat-u" atau "Angin menderu salju berterbangan". Secepat kilat jari tangannya menyentil, kekuatan tenaga dalam yang dipusatkan ke dalam jari tangannya lantas menyambar keluar.
Serangan itu menimbulkan suara ser-ser an dan kekuatan tenaga yang sangat hebat menyambar saling susul.
Sial bagi Siong-kang It-liong, dialah merupakan sasaran pertama dari serangannya Lim Tiang Hong yang sangat hebat itu.
Ia coba buru2 angkat tangannya hendak menahan serangan tersebut, tapi kesudahannya seperti terdorong oleh sesuatu kekuatan tenaga yang tidak berwujud, hingga kakinya sudah tidak menuruti perintahnya lagi, sudah mundur sampai 5 tindak dan mulutnya memuntahkan darah segar.
Melihat keadaan demikian, Tiat-ciang Kim-liong lalu berseru keras sambil mendorong dengan kedua tangannya.
Satu sambaran angin mendadak nyelusup dari sela2 serangan tangannya dan terus menyambar ke arah jalan darah "Kian-kin".
Tiat-ciang Kim-liong coba hendak memutar tubuhnya, tapi sudah tidak keburu.
Srt! Serangan tadi mengenakan telak kepada sasarannya. Pundaknya Tiat-ciang Kim-liong berlobang, darah mengalir keluar membasahi sekujur badannya. Dengan cepat ia tarik mundur dirinya sampai setombak lebih.
Pada saat itu, Kiu-hian In-liong, Tiam-cong Giokliong dan Jie-sui Kim-liong masing2 juga sudah dibikin rapuh oleh sambaran angin dari tangannya Lim Tiang Hong, sehingga pada lompat mundur.
Meski Lim Tiang Hong sudah berhasil memukul mundur lawannya, tapi ia sendiri juga sudah kehabisan tenaga, sehingga wajahnya pucat pasi dan terpaksa
.563 berdiri saja sambil pejamkan matanya untuk mengatur pernapasannya.
Semua kejadian itu sudah disaksikan oleh kauwcu muda dari Thian-cu-kauw serta begundalnya. Maka ketika melihat Lim Tiang Hong berdiri sambil pejamkan matanya, mereka telah geser maju kaki masing2 dengan perlahan.
Walaupun bagaimana Thian-lam Ngo-liong ada jago2 kenamaan dan bukan orang2 dari kalangan jahat. Setelah mengalami kekalahan ditangannya Lim Tiang Hong, dengan tanpa berkata apa2 lantas meninggalkan tempat tersebut.
Lim Tiang Hong masih berdiri ditempatnya sambil pejamkan mata. Yu kok Oey-eng menyaksikan kelakuan orang2 dari Thian-cu-kauw, yang agaknya hendak berlaku tidak baik terhadap dirinya Lim Tiang Hong. mendadak keluarkan suara ketawa dingin, sedang badannya sudah bergerak mendekati si anak muda.
Mendadak dari kalangan orang banyak itu terdengar suara bentakan, lalu disusul melesat keluarnya 2 bayangan orang. Dengan kecepatan bagaikan kilat menyerang dirinya Lim Tiang Hong.
.Serangan itu dilakukan secara berbareng dan dilakukan dari tengah udara hingga sambaran angin yang amat dingin telah mengurung badannya Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangan kedua orang yang melakukan serangan tersebut pada saat itu juga terpisah hanya 6 atau 7 kali saja di atas kepalanya si anak muda.
Lim Tiang Hong mendadak membuka kedua matanya. Kedua tangannya lalu bergerak untuk menyambuti serangan tersebut.
Suara menggelegar dari beradunya kedua kekuatan itu sekali terdengar nyaring, dan setelah suara itu sirap, kedua orang yang melakukan serangan tadi tampak berteriak dan lantas jungkir balik di tengah udara, darah kelihaan berhamburan disana sini.
Tampak dimana Lim Tiang Hong berdiri, saat itu tanahnya juga sudah ambles kira2 setengah kaki dalamnya.
Dalam segebrakan saja Lim Tiang Hong sudah membikin tamat jiwanya kedua Leng-cu dari Thian-cukauw, hal mana lantas bikin kuncup nyalinya orang2 Thian-cu-kauw yang tadinya hendak melakukan serangan membokong.
.Tapi sebentar kemudian, dari rombongan orang2 itu kembali sudah muncul dua orang lagi yang menyerang dari kanan dan kiri dengan berbareng.
Orang yang di sebelah kiri ada seorang laki2 berwajah sawo matang dan berewokan lebat. Ia menggunakan serangan kepalan tangan dari jarak jauh, kepalannya yang begitu besar, nampaknya ada mengandung kekuatan tenaga yang amat dahsyat.
Orang yang melakukan serangan dari sebelah kanan, ada menggunakan serangan dengan kekuatan tenaga "im" yang seperti mengandung racun berbisa, karena sebelum serangannya sampai, anginnya sudah meaghembuskan bau amis itu bisa.
Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin. Kekuatan Siauw-yang It-ku Sin-kangnya mengurung sekujir badannya, hingga seperti pagar tembok yang kokoh kuat. Ia hanya memutar sedikit badannya, dengan tangan kanan ia menangkis serangan yang dilancarkan dari kedua pihak. Berbareng dengan itu, jari tangan kirinya lantas menyentil mengarah dada kedua orang tersebut.
.Kedua gerakan itu dilakukan sedemikian cepatnya. Sebentar kemudian setelah terdengar suara benturan nyaring, laki2 wajah sawo matang merasakan dadanya seperti digempur oleh satu kekuatan yang amat dasyat. Sambil mengeluarkan jerita ngeri, mulutnya menyemburkan darah segar, badannya jatuh terjungkal dan tidak bisa bangun lagi.
Hampir berbarengan dengan rubuhnya laki2 wajah sawo matang tadi, orang yang melakukan serangan dari kanan, juga perdengarkan suara jeritan ngeri, karena dadanya sudah berlobang tertembus serangan jari tangannya Lim Tiang Hong.
Dengan sorot mata dingin Lim Tiang Hong memandang keadaan sekitarnya, kemudian ia berkata dengan suara mengeledek: "Orang2 dari Thian-cu-kauw kalau hanya seperti kantong nasi itu saja. Sekalipun datang sampai puluhan ribu jumlahnya, percuma saja hanya mengantarkan jiwa secara sia2"
Pemuda yang mengaku Lim Tiang Hong tadi, nampaknya sangat gusar ketika mendengar ucapan Lim Tiang Kong itu. Dengan sorot mata buas ia mengawasi Lim Tiang Hong, kemudian sembari membentak ia menghampiri.
Kawanan orang2 Thian-cu-kauw yang lainnya, mungkin karena merasa tertusuk oleh ejekan Lim Tiang Hong tadi, maka sedetik itu hatinya merasa panas. Sambil menghunus senjata masing2 orang2 itu pada maju menghampiri dirinya si anak muda.
Dengan demikian, suasana kembali nampak sangat tegang. 30 lebih orangnya Thian-cu-kauw yang namanya sudah terkena! karena keganasan mereka, nampak setindak demi setindak hendak mendekati si anak mada sampai sejarak kira2 sedepa, tapi sikapnya Lim Tiang Hong saat itu masih tetap tenang, sedikitpun tidak merasa gentar.
Mendadak terdengar suaranya Yu-kok Oey-eng, yang memecahkan tersebut. "Jika berbuat licik demikian ingin menjagoi di dunia kang-ouw, ini benar2 membikin orang mati ketawa"
Demikian katanya si nona dengan suaranya yang lantang, tajam, seolah-olah suaranya burung kenari. Tidak heran kalau ia mendapat nama julukan seperti itu.
Perkataan yang sangat menusuk hati itu telah menyinggung perasaan agungnya pemuda yang mengaku diri Lim Tiang Hong disana.
"Kalian semua mundur, biarlah aku sendiri yang membereskan dia" demikian ia menggeram.
Lim Tiang Hong melirik padanya sejenak,. kemudian tertawa ringan dan tidak mati ambil pusing lagi padaya.
Tepat pada saat itu, diluar rimba terdengar suara orang ketawa berkakakan, kemudian disusul oleh munculnya 3 orang yang terbang melayang laksana burung garuda. Orang yang pertama yang pertama unjukkan diri adalah seorang pengemis berewokan yang kakinya pincang, dua yang lainnya ada orang tua yang berpakaian baju hijau dan bertopi kecil.
Lim Tiang Hong kenali mereka sebagai orang-nya Hong-hong-tie. Maka ketika menampak kedatangan mereka, ia telah anggukkan kepala sembari tersenyum. Si orang tua itu yang bukan lain dari pada Gin-sie-siu, telah membalas hormat dengan menyoja. Mereka agaknya sangat menghormat sekali terhadap Lim Tiang Hong, karena setelah memberi hormat, mereka lantas berdiri di kedua sisinya si anak muda, sedang si pengemis berewokan lantas berdiri dibelakangnya sambil menunjang kakinya yang pincang dengan tongkatnya
Kedatangan ketiga orang yang tidak diduga-duga Itu, telah membikin kesima si anak muda yang mengaku dirinya "Lim Tiang Hong".
Si pengemis berewokan "Cian-lie Tui-hong", ketrukkan tongkatnya ditanah, sehingga menimbulkan suara nyaring, kemudian berkata sambil perdengarkan ketawanya yang aneh: "Apa kalian hendak menempuh kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyaknya orang" Itu bagus sekali! Mari, mari hari ini kita bertempur secara main keroyok bagaimana" Aku kepingin lihat, Siauw-kauwcu dari Thian-cu-kauw lebih kuat atau kongcu dari Hong-hong-tie lebih tangkas" Ha... ha.... ha...."
Suara pengemis berewokan itu ada begitu besar dan nyaring seolah-olah bunyi gembreng sehingga memekakkan telinga.
Lim Tiang Hong nampak kerutkan keningnya.
Cian-lie Tui-hong yang menampak demikian, lalu hentikan ketawanya, ia mundur 2 tindak, kemudian mambongkokkan badan kepada Lim Tiang Hong seraya
.berkata untuk minta maaf: "Aku yang rendah biasa berlaku berandalan, harap kongcu suka maafkan"
"Kau tak usah merendah," jawabnya Lim Tiang Hong sembari ketawa.
Namun dalam hati anak muda itu diam2 merasa heran, ada hubungan apa sebenarnya antara dirinya dengan kedua golongan atau partai besar itu" Sehingga saat itu ia masih belum jelas.
Dulu, orang2 Thian-cu-kauw menjunjung dirinya sebagai kauwcu muda. Setelah ia mengetahui keadaan sebenarnya, ia anggap bahwa sebutan siauw kongcu atau kauwcu muda itu agaknya tidak terlalu banyak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya. Tapi selanjutnya Thian-cu-kauw berbalik anggap dirinya sebagai musuh, bahkan kemudian muncul lagi seorang kauwcu muda yang wajahnya mirip dengan dirinya. bukankah itu adalah satu hal yang sangat aneh"
Kalau pada saat itu ia sedang berdiri bingung memikirkan persoalan yang menyangkut dirinya, adalah si anak muda yang tadi mengaku sebagai Lim Tiang Hong dan kini berdiri dihadapannya, juga merasa terkejut dan terheran-heran dengan munculnya orang2 dari Hong-hong-tie secara mendadak itu.
Selama 10 tahun itu, Thian-cu-kauw telah berusaha hendak menguasai atau menjagoi dunia kang-ouw. Entah berapa banyak tenaga kuat yang ditarik masuk olehnya, tapi orang2 kuat itu kebanyakan terdiri dari kawanan iblis, penjahat dikalangan kang-ouw atau rimba hijau. Namun kekuatan dan pengaruh mereka sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan. Kekuatan mereka rasanya sudah cukup untuk menghadapi dunia rimba persilatan dan kalau mereka tidak lantas bergerak serta berlaku secara terang-terangan, itu disebabkan karena masih merasa jeri terhadap kekuatannya Hong-hong-tie.
Hong-hong-tie juga merupakan satu partai besar yang baru kedengaran namanya pada waktu belakangan ini. Orang2nya terdiri dari orang2 pilihan, Rata2 mempunyai kepandaian sangat tinggi, namun tindak tanduknya sangat misterius, juga jarang sekali muncul di dunia kang-ouw. Tapi begitu turun tangan, sudah tentu menggemparkan, karena sepak terjangnya yang begitu tegas, terutama terhadap orang2 dari golongan hitam, boleh dikata tidak mau memberi ampun sama sekali. Oleh karenanya, maka Thian-cu-kauw selalu menghindarkan diri, jangan sampai timbul bentrokan dengan mereka.
Tapi hari itu, dengan tidak terduga-duga orang2nya Hong-hong-tie telah muncul secara mendadak dan secara terang2an menantang pihaknya Thian-cu-kauw serta melindungi dirinya Lim Tiang Hong yang mereka bahasakan kongcu.
Semua ini telah membuat Siauw-kauwcu Thian-cukauw yang biasanya sangat galak kejam dan banyak akal kejinya, menjadi kememak, entah bagaimana harus menyelesaikan soal tersebut pikirnya.
Kedua pihak pada bungkam, tidak ada satu orangpun yang membuka suara.
Tiba2 dari luar rimba kembali ada masuk dua orang lagi. Begitu unjukkan diri, kedua orang itu lantas berkata dengar, suara mereka yang seram: "Siauw-kauwcu, mengapa tidak lekas bereskan mereka. Kauwcu sedang menantikan kabar darimu!"
Pemuda yang dipanggil Siauw-kauwcu itu lantas berpaling, sambil unjukkan ketawanya yang tidak wajar ia berkata: "Oh, kiranya Mo-kiong Tay-nio dan Hwee-soa
.Koay-khek, kedua anggota pelindung hukum kita yang datang... Orang2-nya Hong-hong-tie telah telah mencampuri tangan persoalan ini. Kalian pikir, apakah itu tidak mendongkolkan orang?"
Ini adalah kelicikannya pemuda itu. Sebab jika timbul bentrokan dengan Hong-hong-tie, itu ada merupakan satu persoalan yang sangat besar, apalagi bentrokan secara langsung, akibatnya sungguh hebat. Ia takut apabila hal itu terjadi nanti akan disesali oleh kauwcu, maka ia hendak limpahkan soal tanggung jawab itu diatas pundak kedua anggota pelindung hukum itu. Dan ketika melihat kedatangan mereka, ia segera memberi keterangan secara ngawur, sedang ia sendiri tidak mau menyatakan pikiran apa2.
Kedua anggota pelindung hukum itu, kedudukannya didalam perkumpulan Thian-cu-kauw cuma dibawahnya wakil kauwcu seorang saja, mereka sangat dihargakan tenaganya oleh kauwcu. Saat itu mereka mengira bahwa kauwcu mudanya itu ada menghargai diri mereka sebagai orang2 golongan tua. Dalam kegirangannya sudah lantas menjawab tanpa dipikir lagi: "Siapapun yang berani menghalang-halangi tindakkannya orang2 Thian-cu-kauw, segera harus disingkirkan dari muka bumi ini. Sekalipun orang2nya Hong-hohg-tie juga tidak boleh dikecualikan"
Hanya dengan ucapan mereka itu, sudah berarti memikul semua tanggung jawab dalam soal bentrokan dengan orang2nya Hong-hong-tie itu. Kauwcu muda itu setelah mendengar perkataan tersebut, diam2 merasa girang, tapi diluarnya ia masih pura2 menjawab dengan lakunya yang menghormat sekali: "Boanpwee menurut perintah saja!"
Dengan cepat ia gerakkan tangannya melancarkan satu serangan.
Kauwcu muda itu sejak kecil sudah mendapat didikan dari kauwcu sendiri. Kepandaiannya sangat tinggi, begitu turun tangan lantas menggunakan tipu pukulannya yang paling ganas.
Siapa nyana baru saja angin pukulannya itu meluhcur keluar dari tangannya. dari samping terdengar suara "ser, ser" Sambaran angin nerobos tangannya dan terus mengarah dadanya.
Kiranya adalah si pengemis Cian-lie Tui-hong punya perbuatan. Ketika ia melihat kauwcu muda itu
.gerakkan tangannya melancarkan serangannya, ia lantas angkat tongkatnya. Ilmu khikangnya yang tunggal lantas disalurkan keujung tongkat dan menghalau serangan kauwcu muda itu.
Kauwcu muda itu terpaksa tarik kembali serangannya. Berbareng dengan itu ia juga lantas lompat mundur sampai 5 kaki jauhnya untuk menghindarkan diri dari serangan si pengemis tadi.
Kedua anggota pelindung hukum dari Thian-cukauw, saat itu juga sudah berada ditengah lapangan. Hwee-soa Koay-khek lantas berdiri dihadapannya si pengemis, Sambil tudingkan payungnya yang butut, ia berkata dengan suaranya yang seram: "Thian-cu-kauw dengan Hong-hong-tie, seolah-olah air sungai dengan air sumur yang satu sama lain tidak saling mengganggu. Tuan dangan mengandalkan sedikit kepandaian yang tidak berarti itu, sudah berani menghalang-halangi usaha orang kami. Apakah tuan anggap Thian-cu-kauw sudah tidak ada orangnya lagi?"
Cian-lie Tui-hong lantas menjawab sambil ketawa bergelak-gelak: "Air sungai meski tidak mengganggu air sumur, tapi kauwcu mudamu yang tidak punya mata itu sudah berani mengganggu kongcu kami, bagaimana aku si pengemis boleh tinggal diam" Kabarnya tuan pernah melakukan latihan istimewa dengan senjatamu yang berupa payung butut itu. Kita boleh coba main2 beberapa jurus, apa perlunya menggunakan mulut untuk berdebat dengan perkataan yang tidak ada gunanya?"
Sebetulnya mereka berdua ada merupakan orang2 yang sudah ternama dikalangan kang-ouw, tidak seharusnya main damprat begitu rupa. Tapi oleh karena perkataannya Hwee-soa Koay-khek yang nyeloncong tadi, telah membikin meluap darahnya si pengemis pincang, maka lantas membalas dengan perkataan yang lebih pedas.
Hwee-soa Koay-khek lantas pentang payungnya dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Aku si Hwee-soa Koay-khek, sejak malang melintang di dunia kang-ouw, belum Pernah bertemu dengan orang yang begitu jumawa seperti kau ini!"
"Dan hari ini aku suruh kau belajar kenal dengan kepelannya orang jumawa itu"
.Begitu menutup mulutnya, Cian-lie Tui-hong lantas putar tongkatnya begitu rupa cepatnya, untuk mengemplang lawannya.
Tongkat yang digerakkan demikian cepatnya itu telah menimbulkan sinar hitam berkelabatan yang lantas mengancam kapalanya Hwee-soa Koay-khek.
Dengan matanya yang seperti mata burung alap2, Hwee-soa Koay-khek mengawasi menyambarnya tongkat itu, tapi ia masih berdiri tegak tanpa bergerak, dan setelah tongkat itu persis hendak tiba di atas batok kepalanya, mendadak ia menotol dengan ujung payungnya. "Creng!" demikian terdengar suara nyaring, tongkat yang meluncur turun sangat hebatnya itu ternyata sudah tersampok miring oleh totolan ujung payung butut itu.
Hwee-soa Koay-khek lantas membuka dan menutup payungnya, untuk melakukan serangan pembalasan.
Dan orang kuat kelas satu dari kalangan kang-ouw itu, sama2 beradat keras berangasan. Begitu adu mulut, lantas disusul dengan pertarungan mati2an, maka begitu bergebrak, masing2 sudah menggunakan serangan2nya yang paling berbahaya.
.Senjata payung butut yang oleh Hwee-soa Koaykhek dinamakan "payung berapi", saat itu sudah diputar laksana titiran, hingga uap merah mengepul memenuhi di sekitar tanah lapang. Dalam lingkungan seputar 3 tombak, masih membawa panasnya.
Si pengemis berewokan itu meski kakinya pimcang, tapi gerakan badan dan kakinya ternyata sangat lincah dan gesit sekali. Ia tidak kecewa mendapat gelar Cian-lie Tui-hong atau si Pengejar Angin. Senjatanya yang berupa tongkat kecil itu diputar sedemikian rupa hingga kelihatannya seperti gumpalan asap hitam saja, namun sebentar2 kelihatan menerjang gumpalan merah yang keluar dari payungnya Hwee-soa Koay-khek.
Untuk sementara, pertempuran itu nampaknya berjalan seru karena kekuatan kedua pihak kelihatannya berimbang.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan jalannya pertempuran itu, ia merasa bahwa tipu2 pukulan yang digunakan oleh kedua pihak, semuanya belum pernah dilihatnya. Begitu aneh serta mengandung kekuatan sangat hebat.
.Dalam keadaan demikian, mendadak ia ingat dirinya Yu-kok Oey-eng, si nona kerudung yang sangat misterius itu. Apakah nona itu benar2 ada bakal istrinya" Ataukah ia ada mempunyai maksud lain yang tersembunyi"
Mengingat sampai disitu, dengan tanpa sadar lantas berbalik mengawasi si nona yang pada saat itu kebetulan juga sedang arahkan pandangan matanya yang melalui lobang kerudung kepala dirinya.
Lim Timg Hong lalu mengambil keputusan, setelah pertempuran itu selesai, ia nanti akan berbicara banyak dengan ia.
Justru pada saat itu, di medan pertempuran terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh suara ketawanya si pengemis pincang yang aneh.
Ia lalu menengok kearah medan pertempuran, dimana ia dapat lihat dirinya Hwee-soa Koay-khek telah berdiri dengan muka pucat pasi. Tangannya cuma memegang senjata payungnya yang cuma tinggal sebelah, yang sebagian mungkin salah dibikin hancur atau patah oleh senjata tongkatanya si pengemis pincang.
.Si pengemis pincang itu setelah umbar ketawanya, lalu berkata sambil geleng2-kan kepalanya: "Tidak ada artinya, tidak ada artinya! Seorang pelindung hukum dari Thian-cu-kauw yang tidak mempunyai kemampuan apa2. Benar2 sangat lucu!"
Hwee-soa Koay-khek dengan wajah bengis lantas menjawab sambi! ketawa meringis: "Pengemis busuk, kau tak usah bangga, hadiahmu hari ini. aku si Hwee-soa Koay-khek tidak akan melupakan selama-lamanya"
Senjata payungnya yang cuma tinggal sebagian ia lemparkan di tanah, kemudian kabur terbirit-birit.
Tapi ia tidak tahu bahwa perbuatannya telah membawa ekor, karena senjata payung yang dilemparkan tadi, diluar dugaannya sudah mengenakan dadanya salah seorang anak buah Thian-cu-kauw, sehingga orang tersebut rubuh binasa seketika itu juga.
Dengan kekalahan yang dialami oleh Hwee-soa Koay-khek tadi, diam2 telah membikin kaget hatinya Mokiong Toa-nio. Karena kekuatan dan kepandaian nyonya ini ada berimbang dengan Hwee-soa Koan-khek. Kalau yang tersebut belakargan ini sudah mengalami kekalahan, buat ia rasanya jega tidak bisa berbuat apa2. Tapi oleh karena terdesak oleh keadaan, ia terpaksa keraskan kepala. Dengan gerak jalannya yang dibikinbikin, ia masuk kelapangan, dan selagi nyonya itu henda membuka mulutnya sambil menuding dirinya si pengemis pincang, tiba2 pemuda yang dipanggil kauwcu muda olehnya sudah mencegah sembari ia berkata: "Toanio, harap suka mundur dulu. Mari biarlah boanpwee yang membereskan anak haram ini"
Perkataan "anak haram" itu, telah membuat Lim Tiang Hong naik darah, dengan cepat ia menghampiri dan berkata dengan suara bengis: "Siapa yang kau katakan anak haram?"
"Itulah kau sendiri!"
"Kalau begitu kau sudah bosan hidup"
Dalam keadaan murka, Lim Tiang Hong lalu melancarkan serangannya yang sangat hebat. Serangan itu merupakan salah satu serangan dalan tipu pukulannya yang ampuh yang dinamakan Hui-hoanciang.
Kauwcu muda itu mana tahu lihaynya serangan itu. Dengan sangat semberono ia putar tangannya untuk menyambuti serangan tersebut. Tapi begitu kedua
Raja Silat 2 Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Rajawali 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama