Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Bagian 2
sudah dikemas menjadi seperti batangan hio. Lampu ruang
tamu tetap gelap. Jarang ia menyalakan lampu ruang tamu.
Rumah itu setiap malamnya hanya diterangi oleh lampu
ruang tengah dan bias lampu dapur yang tetap saja
menggunakan watt kecil. Keremangan suasana dalam
rumah dapat menimbulkan sugestivitas bagi para tamunya.
Sebelum pukul delapan Mak Ayu menerima telepon
dan Astin. "Mak, si Jo sedang menuju ke situ. Tunggu aja."
Satu jam kemudian, terdengar suara motor ojek
berhenti di depan rumah. Pelayan tak jadi menyambut
kedatangan tamunya, karena Mak Ayu sudah lebih dulu
bergegas ke ruang depan begitu mendengar suara ketukan
pintu tiga kali.
Benar apa kata Astin tadi. Jonny berkulit putih,
bermata kecil, serta berbadan sedang. Tapi Astin lupa
sebutkan bahwa Jonny adalah pemuda yang masih hijau.
Usianya sekitar 21 tahun. Masih bertampang anak-anak.
Dia punya ketampanan, tapi ketampanan yang masih
sangat polos dan lugu sekali. Ia mengenakan kacamata
baca, pertanda ia lebih. suka membaca daripada bergaul.
"Kok Astin yang menyuruh saya kemari malam ini
juga, Mak," katanya dengan sangat sopan.
Mak Ayu membawanya ke ruang tengah. Di meja
marmer bundar. Jonny lebih sering menunduk daripada
menatap Mak Ayu yang duduk di kursi sebelah kirinya.
Sangat dekat jaraknya, sehingga Mak Ayu .dapat
mencium aroma wangi dari badan Jonny.
Aroma wangi itu dikenalnya sebagai wanginya sabun
mandi. Bukan parfum. Sementara Jonny pun dapat
mencium aroma wangi parfum yang dikenakan Mak Ayu.
Parfum itu begitu lembut wanginya. Nggak ada kesan
sangar atau mistik di parfum yang dikenakan oleh Mak
Ayu. Wangi parfumnya seperti wangi parfum teman-teman
sebaya Jonny. "Kamu kerja atau...."
"Saya masih kuliah, Mak."
"Sudah punya pacar?"
Jonny tersenyum malu dengan wajah tetap
menunduk. Ia tak mau menjawab. Atau memang tidak tahu
bagaimana menjawabnya.
"Payah si Astin," gerutu hati Mak Ayu. "dia kirim
anak-anak yang masih harus banyak belajar. Huuuuh, dia
kira aku suka sama yang terlalu muda begini" Baru ditanya
sudah punya pacar atau belum aja sudah malu-malu dan
grogi begitu. Tapi, nggak apalah. Daripada nggak ada yang
lain. Justru yang seperti ini mudah dipengaruhi jiwanya."
Ketika ditanya persoalannya, Jonny menjawab
dengan pandangan mata lebih sering tertuju ke lantai.
Seolah-olah ia takut beradu pandang dengan Mak Ayu.
Keadaan seperti itu membuat Mak Ayu agak kesulitan
mengirim gaib pemikatnya.Karena energi pemikat hati dan
pembangkit gairah lelaki itu mudah dikirimkan lewat adu
pandang mata. Mak Ayu terpaksa harus berusaha keras
dan memancing dengan berbagai cara agar Jonny mau
lebih rileks dan berani untuk berbicara dengan Mak Ayu
sambil bertatap mata bukan dengan menunduk ke lantai
terus menerus. "Bilang aja apa adanya, Jo. Jangan rnerasa sungkan
atau malu, supaya aku bisa memahami persoalanmu,"
bujuk Mak Ayu dengan sabar.
"Saya pernah mengeluh sama Kok Astin soal teman
saya yang bernama Vidda. Vidda itu judes, sombong dan
sangat egois sekali. Saya sakit hati padanya, Mak. Saya
sering jadi bahan hinaan dia, dan buat tertawaan di depan
teman-temannya. Saya sakit hati sekali."
"Dia cantik?"
"Ya, memang cantik sih."
"Sexy...?"
"Menurut teman-teman cowok saya begitu."
"Kamu suka nggak sama dia?"
"Nggak suka."
"Yang benar...?"
"Nggak. Saya tidak mungkin suka sama cewek yang
egois dan sombong itu."
"Apakah benar kamu tidak suka sama cewek yang
kamu bilang cantik dan sexy itu. Mana mungkin cowok
tidak suka dengan cewek yang sexy."
Mak Ayu masih kurang percaya dengan apa yang
diucapkan oleh Jonny.
Kali ini Jo menjawab dengan tegas dan cepat sambil
memandang Mak Ayu. Tatapan matanya bermaksud
meyakinkan Mak Ayu bahwa ia benar-benar tidak menyukai
Vidda. Tapi. oleh Mak Ayu kesempatan kilat itu
dimanfaatkan untuk mengirim gaib pemikatnya.
"Tapi misalnya dia suka sama kamu, kamu mau
kan?" "Nggak," ia menggeleng sambih masih menatap Mak
Ayu. "Lalu, apa yang bisa kubantu?"
"Saya ingin... saya ingin bikin dia tergila--gila sama
saya, tapi akan saya cuekin. Biar dia kapok dan nggak
menghina saya terus-terusan."
Mak Ayu tertawa kecil. Melihat tawa Mak Ayu
sebenarnya Jonny merasa malu, tapi tawa itu mempunyai
sesuatu yang menarik baginya, sehingga rasa malunya
dikesampingkan. Lama-lama Donny berani curhat apa
adanya kepada Mak Ayu. Pada dasarnya ia ingin merribuat
Vidda tergila-gila padanya, dan bertekuk lutut tanpa ampun
lagi. Dengan tatapan mata memancarkan kharisma, Mak
Ayu berkata dengan penuh keseriusan, tamunya."Ada
sesuatu yang membuatmu selalu sial di depan cewek. Aku
melihat kabut hitam melapisi auramu."
"Apakah... apakah itu berbahaya, Mak?"
"Yang jelas akan membuatmu selalu terhina di
depan cewek.Kalau kamu kepingin Vidda tergilla-gila
padamu, kabut itu harus disingkirkan dulu. Bagaimana?"
"Ma... mau, Mak. Mau sekali!"
"Agak berat ritualnya. Tapi bisa kukerjakan malam
ini juga kalau kau tidak keberatan."
"Hmm, eeh... pokoknya saya mohon bantuan Mak
Ayu untuk... untuk, yang tadi itu, sama untukmembersihkan diri saya, Mak. Tapi... tapi saya nggak punya
uang Mak "ujarnya dengan lugu.
"Kamu nggak usah berpikir soal uang. Aku nggak
pernah minta uang pada 'siapa.pun yang harus kutolong.
Yang penting sekarang, kamu siap nggak melakukan ritual
pembersihan diri, dilanjutkan ritual menundukkan hatinya
Vidda." "Mmm... Mau, Saya nurut aja deh apa kata Mak."
"Kalau begitu, kita lakukan sekarang. Yuk, ikut
aku...!" Mak Ayu melangkah masuk ke kamarnya. Jonny
mengikuti sesaat, laltr berhdnti di depan pintu kamar. Ia
ragu dan takut. Takut salah mengartikan sehingga sangat
dipercaya oleh perintah Mak Ayu, takut dsangka kurang
ajar dan takut melihat makhluk menyeramkan. Karena,
sejak tadi sudah tiga kali ia merasa merinding sekujur
tubuhnya. "Jo..." Sini masuk, kok berhenti di depan pintu"!"
Suara Mak Ayu terdengar jelas, sehingga Jo merasa yakin
bahwa ia tidak salh mengartikan maksud Mak Ayu tadi. la
pun masuk ke kamar itu dengan hati berdebar-debar, kaki
mulai gemetar. Nuansa mistik langsung mencekam hati Jonny
begitu ia masuk ke kamar yang tidak terlalu lebar itu.
Lampunya berwarna merah. Aroma cendana semakin kuat.
Di sudut ruangan ada altar kecil dan karpet merah tergelar
di depan altar .
Dtak jantung Jonny semakin kuat setelah Mak Ayu
menutup pintu kamar.
"Lepaskan kacamatamu."
Dengan tangan gemetar Jo melepaskan kacamatanya. Diserahkannya kacamatanya pada Mak Ayu,
dan Mak Ayu meletakkannya di atas meja kecil.
"Nggak usah takut. Di sini nggak ada setan."
"Hmm, iya, iya... Mak."
"Coba kuperiksa dulu bagian kapalamu "
Mak Ayu mendekat. Kepala Jonny dipegang dengan
dua tangan .sedkt ditarik merapat ke dadanya. Tangan
Mbak Ayu bergerak pelan-pelan mengelilingi kepala.
Sementara itu, tepat di depan mata Jonny ada
gumpalan daging besar yang menggiurkan. Meski pun Jo
berwajah kekanak-kanakan, lugu dan polos, tapi tetap saja
ia lelaki yang normal, yang mengerti bahwa bagian dada itu
adalah sesuatu yang sangat indah dan menggiurkan.
"Otakmu juga terbungkus kabut itu. Siapa yang kirim
kabut ini sih" Kejam banget tuh orang."
"Hmm, lalu...bagaimana, Mak" Apakah bisa
dibersihkan?"
"Bisa. Asal kamu nurut..Buka bajumu."
Jo benar-benar menurut walau pun badannya
gemetar menahan rasa takut dan rasa indah yang berdesirdesir menjamah hatinya. Baju yang kini sudah dibuka itu
diletakan di tepi ranjang.
Detak jantung Jo mengguncangkan dadanya sendiri.
Karena, pada saat itu kemulusan tubuhputih Mak Ayu
terlihat samar-samar dalam keremangan cahaya merah.
Luka di dada tak terlihat oleh Jo karena keremangan lampu
merah secara tak langsung menutupinya.
Tempat setanggi dibakar. Jo disuruh duduk di
depan, altar. Mak Ayu mengasapi tubuh Jo dengan asap
setanggi. Ritual itu sangat meyakinkan Jo, sehingga anak
itu tak punya kecurigaan apa-apa. Beberapa prosesi
dilkukan, memakan waktu sekitar setengah jam. Mak Ayu
berlutut di depan Jo.
"Dan Vidda akan kita tundukkan , dia akan selalu
ingat kamu. Mau nggak?"
"Hmm, eeh, i ya...mau..."
Agaknya anak itu benar-benar sudah pasrah.
"Biar kuhisap semua kabut yang membuatmu sial
selama ini."
"Iiyy...iyyaaa, Mak...," jawab Jo dengan napas cepat.
Jo tidak tahu kalau semua itu adalah siasat Mak Ayu
untuk mengajaknya berkencan.. Jo tak sadar bahwa dirinya
telah semakin terbenam dalam buaian Mak Ayu, sehingga
kini Jo tak dapat menghindar lagi ketika harat menuntutnya
lebih dari sekedar disentuh tangan Mak Ayu. Jo juga tak
dapat menolak ketika ia diperintah Mak Ayu untuk
berkencan dengan Mak Ayu.
Malam merayap semakin rnendekati puncak. Tapi di
dalam kamar itu Mak Ayu sudah berhasil mencapai
maksudnya. Begitu pula halnya dengan Jo. Hanya saja,
perempuan itu pandai membakar emosi cinta lawan
jenisnya, sehingga Jo menjadi lupa diri.
Dalam hal ini tentu Mak Ayu bukan hanya
menggunakan pengalamannya dalam bercinta. Tentunya
juga menggunakan campuran unsur magis yang membuat
Jo tak pernah merasa bosan menuruti perintah Mak Ayu. Jo
seperti lupa akan tujuannya.semula datang ke tempat itu.
Jo tidak tahu, luka di dada Mak Ayu sudah mulai
hilang. Hanya perempuan itu yang tahu persis bahwa ia
sudah tak mempunyai luka setitik jarum pun.
Tapi apa seteah luka hilang Mak Ayu benar-b?nar
memperoleh kekuatan baru "Apakah dia akan berhasil
merebut kandungan istri Fardan yang dijaga oleh bocah
sakti berwajah boneka "
*** 4 BOCAH sakti berwajah boneka itu adalah gadis kecil
yang ditemukan oleh Kumala Dewi di alam aneh, yaitu
ruang hampa gaib. Ketika sang Dewi Ular berhasil lobos
dari alam itu, bocah tersebut ikut dibawanya hingga ia
berada di alam kehidupan manusia.
Bocah berwajah boneka itu telah kehilangan
ingatannya. Mengalami amnesia. Ia tak tahu siapa
namanya, dan siapa orang tuanya.Oleh karena itu Kumala
Dewi memberinya nama: Barbie.
Memang pantas jika Barbie dikatakan sebagai
bocah sakti, karena ia mempunyai kekuatan giab yang
sungguh menakjubkan. Dalam usia sekitar 6 tahun dia
sudah mampu membuat MakAyu terp?ntal sampai kira-kira
30 meter jauhnya.Ia juga bukan saja mampu membuat
dada Mak Ayu berlubang, tapi juga mampu menangkal
kekuatan gaib yang dikirimkan Mak Ayu untuk merebut
kandungan dari perut Rayo Pasca.
Dalm kisah PARIT KEMATIAN disebutkan bahwa
Rayo yang sedang hamil itu tiba-tiba perutnya merasa sakit
sekali. Ia mengerang hingga terbungkuk--bungkuk dan
bergulingal di sofa panjang.
Seumur hidupnya Rayo belum pernah menyeringai
kesakitan sedemikian rupa. Bahkan keringat dingin Rayo
mengucur semua akibat menahan sakit yang luar biasa.
Pada waktu itu, gadis kecil berambut panjang yang
bagian depannya diponi rata itu berada di sampingnya. Ia
bertanya berkali-kali tapi tak mampu dijawab oleh Rayo.
Saat itu Rayo meringkuk di sofa panjang sambil
mengerang kesakitan. Kadang tubuhnya mengejang demi
menahan rasa sakit yang seharusnya dilampiaskan dengan
teriakan keras-keras.
"Kak..." Kak Ray...?" suara Barbie tak terhiraukan
lagi. Kayo sibuk menahan rasa sakit itu. Tapi nada suara
Barbie ternyata makin lama makin meninggi.
"Kak Ray... "! Kenapa perut Kakak jadi besar... "!
Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kak... lihat tuh, perut Kakak jadi besar... !"
Rayo sibuk melawan rasa sakit, Barbie kebingungan
sendiri melihat perut Rayo makin membengkak dan terus
membengkak.....Rayo terkapar di sofa. Kedua tangan
berpegangan sisi pinggir sofa. Ia mengejang menahan sakit
dan menahan suara erangannya jangan Sampai berubah
menjadi teriakan histeris.
Pada saat itu Barbie juga kebingungan dan tegang
melihat perut Rayo semakin membengkak besar. Anak itu
memegangi perut Rayo sambil bersuara ketakutan.
"Kakak... perutnya besar. Kak Ray... kenapa ini"
Kakak... bertahanlah. Bertahanlah, Kak... !"
Suara erangan Rayo semakin berkurang. Dalam
waktu relatif singkat Rayo merasakan hawa sejuk pada
bagian perut yang dipegangi tangan Barbie.
Semakin sejuk semakin hilang rasa sakitnya. Rayo
pun tak lagi mengerang. Hela napasnya yang masih
terengah-engah seperti mengalami kelelahan yang luar
biasa. Badan pun terasa lemas.
"Kakak... perut Kakak kenapa?" Barbie seperti mau
menangis. "Aku nggak tahu, perut Kakak jadi sakit begini. Nanti
Kak Mala marah padaku. Aku kan disuruh jaga Kak Ray.
Tapi aku nggak tahu kenapa perut Kak Ray jadi sakit
begini..."
Benar. Anak itu sudah hampir mengeluarkan air
mata. Rayo yang sudah tidak merasakan sakit sedikit pun
itu segera meraih dan memeluk Barbie. Ia menenangkan
anak itu. "Nggak apa-apa; Sayang... Kakak sudah nggak sakit
lagi kok. Rasa sakitnya hilang sejak..."
Kata-kata itu terputus secara Kaarena pada saat itu
Rayo segera menyadari bahwa perutnya sudah tidak
bengkak lagi. Semakin diperhatikan dengan mata melebar,
semakin jelas bahwa perutnya sudah tidak membuncit.
Sekarang perut itu datar dan normal seperti sediakala.
Tentu saja hal itu sangat mengejutkan.
"Barbie, coba lihat perut kakak sudah nggak
bengkak lagi tuh"!"
Barbie keluar dari pelukan Rayo. Ia memandangi
perut Rayo dengan mata beningnya. Mata itu tak sempat
mengeluarkan air mata, sehingga sudah pasti ia dapat
melihat jelas keadaan perut Rayo.
"Ohh, perut Kakak sudah kempes?"
"Aaneh... aneh sekali kan"! Aneh sekali ini,Bie"!"
"He,eh... aneh. Berarti Kakak sudah sembuh, ya?"
wajah anak itu berseri-seri. Ikut merasa lega melihat perut
Rayo sudah kempes.
"Jangan-jangan aku sudah melahirkan?" pikir Rayo,
lalu memeriksa keadaan sekelilingnya.-Sampai kolong
meja dan- sekeliling sofa diperiksa semua. Ternyata ia
tidak menemukan tanda-tanda melahirkan. Setetes darah
pun tak ditemukan di lantai maupun di jok sofa.
"Rasa-rasanya... rasa-rasanya isi dalam perutku juga
sudah nggak ada" Kehamilanku... hilang tuh"!" sambil
perut Rayo dikempiskan berkali-kali.
Menarik napas lebih dari lima kali. la coba meraba
dengan sedikit memberi tekanan. Ternyata tak ada tandatanda kehamilan lagi dalam perutnya.
"'Hilang ... "!"
"Apanya yang hilang, Kak?" tanya Barbie. .
"Bayinya hilang"!" jawab Rayo sepontan.
"Bayi...?"
"Hmm, ehh... maksud perut kakak sudah tidak
seperti orang sedang mengandung bayi. Sudah tidak ada
rasa mengganjal di ulu hati. Oooh, berarti kakak sudah
sembuh, Bie. Kakak sudah normal lagi."
Rayo Pasca yang ganteng dan gagah itu mulai
tersenyum. Wajahnya berseri-seri setelah merasa yakin
betul bahwa tanda-tanda kehamilan tidak ia rasakan lagi.
Barbie pun ikut tertawa. Tawanya cekikikan ,sambil
menuding-nuding Rayo.
"Anak ini seperti menertawakan diriku"!" pikir Rayo
curiga. Lalu, tawa Barbie yang berkepanjangan itu
dihentikan dengan tepukan pelan di lengan anak itu.
"Hey, kenapa ketawamu sampai terpingkal--pingkal
begitu?" "Kakak lucu, hhi, hii, hii, lucu sekali... hii, hi , hhiii. ."
"Apanya yang lucu" Mukaku lucu, begitu?"
"He, eh. Lucu mukanya Kakak, hihihihi ... "
"Masa' lucu sih" Orang heran dan bingung ya begini
mukanya, Bie. Kamu ini ada-ada aja, ah."
"Kakak mencari bayi?"
"Hminm, memangnya kenapa kamu tanya begitu?"
"Hii, hii, bayi di dalam perut Kakak tadi aku umpetin,
hiiaak, haak, haak, haak... !" tawa anak itu sampai
terbahak-bahak.
Rayo berkerut dahi dengan semakin heran.
"Kamu umpetin"! Maksudmu diumpetin bagaimana,
Bie"!"
Berbie menghabiskan tawanya. Diam sebentar,
kemudian menjawab pertanyaan Rayo.
"Tadi waktu kupegang perut Kakak, aku merasakan
ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Jangan-jangan ini
yang bikin Kak Ray sakit perut, kataku dalam hati.
Teruuuuss... kuambil kehidupan di dalam perut Kakak tadi.
Sekarang kusembunyikan deh. Biar dia nggak ganggu
Kakak lagi."
"Bayinya kamu sembunyikan" !" Rayo makin
mendekati Barbie.
Anak itu mengangguk pasti. Rayo berlutut
memegangi kedua pundak Barbie. Menatapnya dalamdalam dengan dahi masih berkerut tajam.
"Kau sembunyikan di mana bayi itu, Bie"! Kau taruh
dimana kandungan:yang tadi kau ambil itu" Katakan... !"
"Di tempat yang aman deh pokoknya. Kakak nggak
perlu khawatir, nggak akan aku sia-siakan kok."
"Nggak bisa. Kak Mala bisa marah kalau bayi itu
nggak ada di perut Kakak. Katakan, di mana kau
sembunyikan bayi itu?"
Akhirnya gadis kecil itu menjawab pendek, "Ni ih ....
Tapi sambil menepuk perutnya sendiri."
"Hahhh... ?"!" Rayo terpekik kaget setelah tahu
maksudnya. "Ja... jadi.... Bayi itu kau sembunyikan dalam
perutmu, begitu"!"
Barbie mengangguklugu.
"He,eh... !"
Tersentak hati Rayo, "Mati aku! Anak sekecil dia
akan hamil kalau bayi itu dibiarkan di dalam perutnya"!"
Barbie mencoba menjelaskan alasannya.
"Kalau di dalam perutku dia nggak bikin sakit, Kak.
Kalau di dalam perut Kakak, dia bisa-bikin sakit kayak
tadi."Begitu polos ia berkata, hingga Rayo tertegun dengan
mulut sedikit ternganga.Pandangan mata tak beringsut
sedikit pun dari raut wajah Barbie yang mungil, cantik dan
lucu itu. Rayo tak dapat membayangkan apa kata dunia
jika anak sekecil Barbie temyata sudah bisa hamil, dan
orang pasti akan bertanya-tanya, "siapa yang menghamili
anak itu"'.
Rayo segera menelepon ke rumah Kumala Dewi. Ia
tahu Kumala belum kembali dari Kahyangan. Tapi ia butuh
bicara dengan Sandhi atau Buron mengenai hal ini .
"Sandhi, tolong kau kemari sekarang juga."
"Sekarang" Udah lewat tengah malam aku harus ke
Puncak" Yang bener aja, Ray"!"
"Aku butuh bantuanmu. Atau Buron saja yang
kemari." "Memangnya ada masalah apa sih?"
"Kandunganku telah hilang."
"Hah .... ! Bisa hilang " Ooh, berarti Kumala sudah
bertemu dengan Dewa Jenaka, dan Dewa Jenaka sudah
mengembalikan kepada pemilik kandungan itu Yang
sebenarnya."
"Bukan begitu ceritanya!" sahut Rayo sedikit keras,
karena ia dalam keadaan panik. Sandhi diam terbungkam.
Rayu melanjutkan penjelasannya dengan nada tegas.Barbie berhasil mengambilnya..."
"Anak itu... "! Wah, hebat, hebat..."
"Hebat bagaimana"! Bayi dalam kandungan itu
sekarang dia sembunyikan di dalam perutnya, tahu "!"
"Hahh... "! Berarti... berarti sekarang anak itu yang
hamil"!"
"Eeehhmm... aku nggak tahu persisnya begaimana.
Tapi, aku juga menyimpulkan begitu. Makanya, coba Buron
kasih tahu soal ini dan suruh dia ke sini. Kamu yang jaga
rumah deh."
Pada akhirnya Rayo memutuskan untuk mengundang Buron. Mengapa justru Buron yang diminta
datang" Karena, Buron adalah jelmaan dari Jin Layon..
Buron mempunyai kesaktian dapat berada di tempat yang
jauh dalam waktu singkat tanpa menggunakan kendaraan
apapun. Dan, sebagai jelmaan Jin Layon, tentunya Buron
dapat menggunakan mata batinnya untuk melihat isi perut
Barbie; benarkah ada bayi di dalam perut Barbie, atausemua itu hanya semata-mata kekonyolan Barbie saja"
"Gila!" sentak Buron saat diberitahu Sandhi. "Lu
serius nih, San"!"
"Ya, ampuun... ngapain gue bo'ong ama elu untuk
urusan genting kayak gini sih, Ron! Kalau nggak percaya,
Tu telepon aja sendiri ke Rayo , Buruan sana!"
Jelmaan jin saja kaget mendengar kabar itu, apalagi
manusia biasa seperti Sandhi. Bagaimana pun juga
keraguan tetap ada dalam hati mereka. Sebab, mereka
mendengar sendiri ucapan Dewa Bahakara alias Dewa
Jenaka kepada Kumala Dewi, bahwa siapa pun tidak akan
ada yang bisa mengusik kandungan dalam perut Rayo.
Sang dewa sudah mengikatnya dengan kekuatan
gaib sejenis mantera sakti. Bahkan gelombang hawa
gaibnya dialirkan ke tubuh Dewa Jenaka, sehingga jika ia
dipukul berkali-kali maka kandungan Rayo akan semakin
besar dan proses kelahiran akan semakin cepat.
Maka, tanpa menunggu lama lagi, Buron segera
menggunakan kesaktiannya untuk pergi ke villa, tempat
pengasingart Rayo.
Claap... ! Ia berubah menjadi seberkas sinar kuning kecil,
berbentuk seperti meteor. Sinar itunielesat depgan cepat,
menembus atap rumah tanpa suara dan tanpa getaran
sedikit pun. Dalam hitungan detikjelmaan Jin Layon
sudahtiba di kawasan Puncak yang berudara dingin.
"Huuwwwrrr... !" Buroh menggigil. "Sialan, gue lupa
kalau di sini udaranya dingin sekali. Mestinya gue tadi pake
jaket dulu,,ya?" gerutu Buron saat sudah menjelma
menjadi sosok pemuda berambut kucai.
"Tapi kalau aku pake jaket, lalu dalam perjalanan
kemari bertemu dengan roh halus atau bangsa jin juga,
nanti apa kata mereka" Jin kok pake jaket. Sok gaul. Sok
trandy. Aaah, macam-macamlah komentar makhlukmakhluk kuper itu."
Buron berdiri di ruang tamu tak jauh dari kamarnya
Rayo. Ruang tamu itu kosong, lampunya sudah padam.
Buron clingak-clinguk sambil mendekap kedua tangannya
sendiri. "Bego amat aku ini"! Kenapa nggak kugunakan saja
Aji Jala Geni, sekedar buat melawan hawa dingin kan bisabisa aja"! Huuuh... !"
Ia mengecam dirinya sendiri, dan segera
mengerahkan Aji Jala Geni, namun tak sampai
dilempaskan lewat tangannya. Energi dari kesaktian Aji Jala
Geni berhasil melawan udara dingin, sehingga ia tak perlu
memeluk kedua tangannya lagi. Tak perlu menggigil
dengan gigi gemeretuk.
"Di mana Rayo dan anak setan itu berada?" pikirnya
sambil clingak-clinguk.Kemudian hawa saktinya digunakan
lewat mata. Bola matanya seperti dilapisi lensa infra
merah. Ia dapat menemukan energi panas dari darah Rayo.
Bayang-bayang merah terlihat olehnya di dalam
salah satu kamar. Tak salah lagi, di dalam kamar itulah
Rayo berada.Setelah pintu itu diketuk pelan, suara
memanggil pun dilakukan dengan pelan, maka Rayo pun
bergegas keluar dari kamamya.
"Apo benar yang dibilang Sandhi tadi, Ray?"
"Ya, benar," suara Rayo membisik. "Masuklah...,"
sambil memberi jalan masuk untuk Buron.
"Tapi perutmu sudah..."
"Ssst, jangan keras-keras.. Anak itu baru saja tidur."
Maka, langkah kaki Buron pun dilakukan dengan
sangat hati-hati. Ia tak perlu terlalu dekat dengan ranjang.
Dari jarak empat langkah Buron sudah bisa melihat Barbie
sedang tertidur nyenyak, dengan tangan kiri masih
memegangi boneka Panda.
Buron menatap perut Barbie dengan tatapan tak
berkedip. Penglihatan gaibnya sebagai jin berhasil
menembus perut Barbie.
"Waduh "!" Buron terperanjat seraya berpaling
menatap Rayo. "Bagaimana?"
Buron membawa Rayo ke pintu dan bicara di sana
dengan suara tak perlu mendesis-desis.
"Aku melihatnya, Ray. Melihat jelas sekali. Gila tuh
Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak!" "Melihat... maksudmu melihat bagaimana?"
"Melihat ada janin hidup di dalam perutnya!"
"Oo, my God... !" Rayo mengeluh lemas.
Rayo mengajaknya keluar dari kamar supaya bisa
bicara lebih bebas lagi. Di ruang tengah Rayo menceritakan
secara singkat mengenai kemunculan seorang wanita yang
mendesak ingin masuk ke dalam untuk mencari siapa yang
hamil di villa itu. Perempuan tersebut terkesan
menginginkan sesuatu dari kehamilan Rayo. Tapi berhasil
disingkirkan oleh Barbie.
"Mungkin dia menghendaki janin yang waktu itu
dalam kandunganmu, Ray. Buat jimat, atau,buat apalah...
nggak tahu. Tapi jelas dia menginginkan janin itu."
"Nah, setelah itu perutku jadi sakii it... sekali. Luar
biasa sakitnya sampai mau ambil napas aja susah banget,
Ron." "Kekuatan gaib si perempuan tadi sedang berusaha
mengambil janin dalam kandunganmu.Barangkali begitu."
Seandainya mereka bisa melihat kejadian di alam
sana, mungkin mereka punya kesimpulan lain. Bahwa
kandungan itu dibuat sedemikian oleh Dewa Jeriaka
sehingga selalu berhubungan dengan dirinya. Jika ia
dipukul atau dihantam berkali-kali maka kandungan itu
akan semakin cepat membesar.
Dan, bertepatan dengan lenyapnya Mak Ayu dari
vil a tersebut, di alam sana Dewa Jenaka terkena pukulan
beberapa kali dari lawannya, sehingga Berimbas pada
kehamilan Rayo. Barbie sendiri yang melihat perut Rayo
semakin besar dan semakin seperti ingin melahirkan.
Siapa -sebenarnya lawan Dewa Jenaka pada waktu
itu" Pak Tua berjubah coklat dan bermata cekung
mengaku tidak tahu menahu tentang pertarungan tersebut.
Kumala Dewi juga tidak dapat memperkirakan siapa
lawan tersebut, karena tidak ada jejak gaib yang
ditinggalkan di sekitar bekas pertarungan.
Ketika putri tunggal Dewa Permana itu menemukan
Dewa-Jenaka, keadaan sang dewa sungguh sangat
mengenaskan. Sudah tidak memiliki kesadaran lagi. Istilah
medisnya, dalam keadaan koma. Tak sadar , Jubahnya
mengalami rusak akibat terbakar dan tercabik-cabik.
Separoh lebih dari wajahnya menjadi him memar. Dewa
Jenaka dalam keadaan terkapar di atas tanah kering, di
wilayah Hutan Kutukan.
Seperti keterangannya Baronggo semula, Dewa
Jenaka dalam keadaan tak bertenaga, tanpa kesaktian,
dan sedang menjalani proses kematian secara pelanpelan. Sangat tersiksa sekali. Sebab, di atas perut sang
dewa terdapat sebongkah batu yang besarnya hanya
seukuran kepala bayi. Seharusnya, meski tanpa kesaktian,
batu itu dapat disingl4rkan dengan mudah. Tetapi ternyata
batu itu sangat biasa beratnya, seolah-olah mengandung
energi gaib berkekuatan tinggi.
Jangankan Dewa Jenaka, sedangkan Pak Tua
Baronggo saja berkali-kali mencoba menyingkirkan batu itu
namun tak pernah berhasil. Menurut Baronggo, batu itu
beratnya sama dengan sebuah gunung yang puncaknya
menjulang tinggi.
Agaknya sang lawan menghendaki Dewa Jenaka
mati pelan-pelan dengan cara seperti digencet sebuah
gunung. Ketika tiba di situ, Kumala Dewi segera
menyingkirkan batu tersebut. Namun ia juga tidak berhasil
Bahkan sempat terpelanting dan hampir saja menduduki
wajahnya Dewa Jenaka.
"Bukankah tadi aku sudah bilang, batu itu memang
kelihatannya kecil, tapi beratnya sama dengan sebuah
gunung, Nyai," ujar Baronggo mengingatkan.
"Kita harus bisa menyingkirkan batu ini selagi
paman dewa masih punya harapan untuk tertolong
jiwanya." "Bukankah beliau sudah..."
"Belum! Dia belum mati. Aku dapat merasakan
denyut nadi dewaninya yang lemah sekali. Sebentar lagi
denyut nadi dewani itu akan berhenti dan itu artinya beliau
sudah tidak bisa tertolong lagi! Ayo, bantu aku
menyingkirkan batu ini, Pak Tua... !"
Satu kali mereka mengangkat bersama, batu itu
tetap kokoh. Dua kali mereka mendorong bersama, batu
itu tidak bergeming.
Maka, tertegunlah sang Dewi Ular setelah menyadari
betapa sulitnya menyingkirkan batu sekecil itu. Ia
mendeteksi batu tersebut, namun tak menemukan getaran
gaib di dalamnya. Batu itu sepertinya batu biasa yang
tidakmemiliki isi energi apapun, kecuali energi alam.
"Kalau aku bisa hancurkan batu itu, sudah
kuhancurkan pada saat pertama kali kutemukan dia di sini,
Nyai. Sampai hampir habis tenagaku, tapi batu itu tidak
berhasil kuhancurkan. Jadi, bagaimana kalau sekarang
Nyai Dewi Ular yang menghancurkan batu itu. Nyai Dewi
bisa menggunakan kesaktian penghancur yang paling
dahsyat, tentunya."
Kecantikan yang sekarang sedang dibalut duka itu
sedikit memancarkan kegeraman pada Baronggo.
"Kalau kugunakan kekuatan penghancurku, maka
bukan batu itu saja yang hancur, tapi paman Dewa juga
ikut hancur!"
"Oo, iya...," Baronggo manggut-manggut. Mengelus
jenggotnya yang menggerombol mirip brokoli itu.
Tapi sempat pula Kumala Dewi mencoba
menggunakan energi kesaktiannya berupa sinar hijau mirip
laser yang keluar dari Ujung jari telunjuknya.
Claaap, zuuuuuut... !
Sinar hijau itu mengenai batu di atas perut Dewa
Jenaka, tapi tetap tak bergeming.Pecah tidak, terpental
tidak, bergeser sedikit pun tidak.
"Luar biasa... !" geram Kumala menghembuskan
napas. Kemudian ia bertanya, "Pak Tua, apakah
menurutmu batu kecil itu juga termasuk batu yang kena
kutukan?" "Ah, menurutku... tidak. Batu itu memang batu biasa.
Artinya, bukan tercipta dari kekuatan kutukan. Tapi kalau
batu-batu besar yang di sana, sana, dan sana itu memang
tercipta karena kutukan."
Dewi Ular diam lagi. Berpikir keras sambil
memandangi sekelilingnya. Batu, pohon, tanah, bahkan
awan hitam yang menggantung di langit abu-abu itu juga
menjadi sasaran pandangan matanya. Hanya sepintas.
Lalu, pandangan mata itu beralih pada sosok raga Dewa
Jenaka yang membuat hatinya semakin trenyuh.
Pada saat itu Kumala Dewi merasakan denyut
nadinya Dewa Jenaka semakin lemah. Hanya dalam
hitungan menit, habis sudah riwayat Dewa Jenaka. Akan
menguap menjadi asap wangi sebagaimana kematian para
dewa lainnya. Itu berarti Kumala harus cepat-cepat ambil
tindakan yang tepat, untuk selamatkan jiwa Dewa Jenaka.
"Akan kucoba... !" tiba-tiba Kumala dewi berkata
demikian. Baronggo berkerut dahi.
"Apa lagi yang mau ia lakukan?" pikir Baronggo
setelah melihat Kumala Dewi mundur beberapa langkah.
Rasa was-was membuat Baronggo pun mundur menjauhi
Dewa Jenaka. Detik berikutnya Baronggo tersentak kaget,
langsung kabur menjauh, karena tiba-tiba saja Kumala
Dewi berubah menjadi seekor naga berukuran besar sekali.
Wuuuuzzzz ! Naga hijau itu bersisik emas dengan mahkota indah
di kepalanya. Panjangnya tak bisa diperkirakan, karena
Baronggo tak dapat melihat di mana ekor naga itu.
Baronggo hanya bisa menggigil di balik salah satu
pohon dan memperhatikan secara sembunyi-sembunyi.
Naga besar jelmaan Kumala Dewi itu bergerak maju.
Zeeeeehhhg... !
Hutan Kutukan terguncang seperti dilanda gempa.
Ketika gerakan naga berhenti maka guncangan itu pun
hilang. Mulut naga bertaring itu terbuka, Baronggo
merasakan hawa panas menyengat kulit tubuhnya,
menembus jubah tebalnya yang lusuh itu. Badannya
rnengkerut sebentar, menahan hawa panas yang timbul
akibat napas naga keluar dari mulut tanpa semburan.
Lidah naga pun terjulur cepat. Langsung melilit batu
di atas perut Dewa Jenaka.
Zzzl laaap...! zzeeerrrt... ! Lidah naga segera menyentak ke atas, dan batu itu
pun akhirnya dapat terangkat.
Wuuut... ! Di atas sana lidah naga memperkuat lilitannya
hingga batu itu pun pecah,
prrraaak... ! Blegaaaarrr-... ! Bleeduuuuuuuung ! !
Pak Tua terpental dari persembunyiannya akibat
gelombang ledakan dahyat yang terjadi saat pecahnya batu
itu.Ia juga sempat melihat cahaya merah darah memercik
bagaikan darah muncrat ke mana-mana.
Tapi cahaya merah itu bukan berasal dari batu yang
pecah.Cahaya merah itu dilihatnya keluar dari gugusan
awan hitam yang menggantung di langit berwarna hitam.
Gugusan awan hitam itu buyar seketika. Lenyap tanpa
bekas lagi. Dentum ledakan dua kali itu juga berasal dari
pecahnya awan hitam yang menyerupai mendung, yang
sejak tadi menaungi tempat itu.
Dentuman dahsyat tersebut mengguncangkan
Hutan Kutukan hingga beberapa pohon nyaris tumbang,
dan batu-batu hasil kutukan masa lalu itu pun mengalami
keretakan, bahkan ada yang terbelah menjadi dua atau
tiga bagian. Zzzclaaap... ! Naga besar bermahkota itu berubah-menjadi sinar
hijau; kemudian sinar itu lenyap dalam sekejap. Pak Tua
yang masih menggigil ketakutan itu kini bisa m?lepaskan
napas panjangnya, karena ia melihat jelas sekali bahwa
yang berdiri di sana bukan lagi seekor naga, melainkan
gadis cantik dan sexy yang tak lain adalah Kumala Dewi,
alias Dewi Ular.
Hal pertama yang dilakukan Dewi Ular setelah
berubah menjadi sosok Kumala Dewi adalah mendongak
ke atas, memperhatikan langit abu-abu yang sudah tak
menggantungkan mendung lagi di atas kepala mereka.
Ketika dilihatnya Pak Tua mendekat dengan
terbungkuk-bungkuk, Kumala pun berkata sambil kembali
memandang ke langit.
"Pantas saja batu itu tadi tak dapat disingkirkan, tapi
juga tak terisi hawa gaib apapun. Rupanya hawa gaib itu
digantungkan di dalam gumpalan awan hitam di atas sana,
Pak Tua." "Yaah, itu benar. Tadi... tadi sebenarnya aku juga
akan memberitahu Nyai Dewi tentang... tentang awan
hitam itu. Karena... karena aku curiga kenapa ada awan
hitam yang kalau ditarik garis lurus ke bawah tepat berada
di atas batu tadi. tapi ... tapi aku takut disangka menggurui
Nyai Dewi jadi aku diam saja, he,he, he, he... !"
Dewi Ular tak sepenuhnya mempercayai kata--kata
Baronggo, yang sekedar mencari pengakuan setelah terjadi
penyelesaian. Kini perhatian Dewi Ular tertuju pada Dewa Jenaka.
Ia harus segera memulihkan keadaan Dewa Jenaka.
Namun, ternyata denyut nadi dewani semakin lebih lemah
lagi. Mau tak mau Kumala Dewi segera menyalurkan
hawa saktinya melalui kedua jari tangannya yang
ditusukkan ke ulu hati sang paman dewa. Hawa sakti. itu
bukan hawa sakti seperti biasanya, namun memiliki
kekuatan yang lebih tinggi, dan yang disebut-sebut sebagai
energi roh kehidupan.
Dengan mengalirnya energi roh kehidupan itu, maka
denyut nadi dewani menjadi lebih kuat, bertambah kuat,
dan mulai normal kembali. Tetapi agaknya butuh waktu
yang panjang bagi Kumala untuk memulihkan keadaan
Dewa Jenaka. Ibarat pesawat televisi, sudah terlanjur rusak parah
onderdilnya,Kumala butuh tempat untuk melakukan
pemulihan energi hawa sakti. Sebab, dari deteksinya
Kumala memperoleh kesimpulan bahwa energi sakti milik
Dewa Jenaka itu menjadi beku dan keras sekali.Sama
kerasnya dengan gumpalan besi baja.Energi itu harus
dicairkan agar dapat berfungsi seperti semula."Pak Tua...
apakah kau bisa carikan tempat untuk..."
Kumala tak jadi melanjutkan kata-katanya. Pak Tua
yang tadi ada di belakangnya, ternyata sekarang sudah
tidak ada. Kumala mencari dengan pandangan matanya,
namun tetap tak berhasil menemukan bayangan bungkuk
berjubah coklat lusuh itu.
"Kenapa dia kabur"!" pikir Kumala dengan curiga.
"Apakah dia sengaja kabur supaya aku tidak sempat
berterima kasih padanya" Dengan begitu aku masih
berhutang jasa padanya" Atau, dia kabur karena....." Ketika teringat sesuatu, tangan.. Kumala segera
meraba pinggangnya dan seketika itu is tersentak
tegang."Hahh ... "! ... Kipas " !" terbelalak mata Dewi Ular
setelah menyadari kipas milik Dewa Jenaka yang sejak tadi
diselipkan di pinggangnya ternyata sudah raib.Siapa lagi
pencurinya kalau bukan si bungkuk Baronggo yang
memang terkenal sebagai Durjana Sesat itu.
Kumala sempat bimbang menentukan langkahnya;
mengejar Baronggo demi menyelamatkan kipas pusaka,
atau menyerahkan Dewa Jenaka kepada pihak Kahyangan
dalam keadaan seperti sekarang ini"
Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*** 5 SETIAP sebulan sekali, tepatnya Jumat minggu
terakhir, di kantor tempatnya Fardan bekerja ada acara
makan siang bersama bagi para manager dan stafnya.
Acara itu selalu diadakan di restoran besar bertaraf
international. Jumat siang ini acara lunch break diadakan
di Venetian Food, yaitu sebuah restoran Venesia yang
megah dan sering dikunjungi para pengusaha, selebritis
maupun pejabat papas atas Restorip yang dibangun
dengan gaya arsitekrut Venesia itu memiliki dua lantai.
Masing-masing lantai marnpu menampung 50 orang tamu
lebih .Sayangnya, siang itu Fardan terlihat kehilangan sacra
makan.la tidak kelihatan lahap seperti biasanya. Hal itu
membuat Samon yang duduk di sampingnya segera
menegur dengan suara pelan.
"Aku tahu kamu sedang stress mikirin musibah
istrimu, tapi demi kesehatanmu, makanlah yang banyak..
Katanya, orang yang makannya banyak otaknya jadi
cerdas. Bisa memecahkan masalah seperti yang sedang
kamu hadapi itu."
Fardan tersenyum hambar. la juga jadi pendiam dan
sering tampak murung, setidaknya dari sejak pagi sampai
siang ini, Samon sudah 5 kali menemukan Fardan
melamun di meja kerjanya.
"Hey, nanti malam kau ikut aku, okey?"
Fardan melirik mendengar tawaran itu.
"Ikut kemana?"
"Ke rumah temanku yang terkenal sebagai
paranormal cantik dan sangat piawai itu. Kumala Dewi,
namanya. Siapa tahu dia sudah pulang. Aku yakin dia bisa
bantu mengatasi kasusmu itu."
"Nanti malam aku mau temui Mak Ayu dulu."
"Mak Ayu" Siapa itu Mak Ayu?"
"Orang pintar juga, yang katanya sanggup
mengembalikan kandungan istriku."
"Dukun" Oooh... yang pemah kamu ceritakan tempo
hari itu" Aah, udahlah, Far... dukun macam begitu cuma
mau ngerjain kita doang .jangan percaya sama yang kayak
gitu deh , mendingan kita temui Kumala saja , kujamin
nggak bakal kecewa deh ".
Percakapan itu berlanjut walaupun keduanya sudah
selesai makan. Beberapa tamu yang baru datang terpaksa
hams langsung ke lanai atas, karena table lantai bawah
sudah penuh. Ketika sedang serius-seriusnya Fardan menyirnak
cerita Samon tentang keajaiban-keajaiban yang dilakukan
Kumala Dewi dalam menangani kasus misteri, tiba-tiba
wajah Fardan tersentak dengan tatapan mata tertuju pada
tiga orang tamu yang baru saja datang. Ketigatamu
dipersilakan naik ke lantai atas oleh chief restoran.
"Maak... !" panggil Fardan sambil cepat-cepat
bangkit dan bergegas meninggalkan tempatnya.
Tangannya segera disambar oleh Samon yang juga
sempat ikut memandang ke arah tiga orang tamu itu.
"Eeh, mau ke mana kau"!"
"Itu... Mak Ayu... ! Dukun yang aku ceritakan "
"Yang... yang mengenakan blazer hitam itu"!"
"Iya. Kamu kenal dia"!"
"Wah, gawat kamu, Far!" ekspresi wajah Samon
tampak serius sekali, sehingga Fardan penasaran dan
bersedia menunda niatnya. la sempat perhatikan sekali
lagi langkah Mak Ayu yang siang ini tampil seperti wanita
karir bersama dua orang wanita sebayanya.
"Jadi... orang pintar yang kamu andalkan selama ini
adalah dia" Yang kamu sebut Mak Ayu, Mak Ayu... dia toh,
Far"!"
"Iya. Kenapa?"
"Jujur saja," Samon berbisik. "Aku pernah ketemu dia
beberapa waktu yang lalu. Namanya bukan Mak Ayu, tapi
Mbak Ajeng."
"Ah, bukan kali... !Dia namanya Mak Ayu kok."Samon
semakin mendekat dan bicara tepat di telinga Fardan.
"Kamu pernah diajak tidur dengannya, bukan"!"
"Ah, ngaco aja kamu ini!"
"Jujur saja, aku pemah."
Fardan menarik wajahnya.Terperanjat mendengar
pengakuan tegas Samon yang sekarang menggoyahkan
hatinya sendiri.
"Swear! Aku pernah diajak tidur dengannya. Dan,
aku pernah hampir dibuatnya ketagihan. Kamu tahu, Far..,
perempuan itu memang punya kekuatan supranatural. Tapi
dia selalu minta syarat... kepuasan bercinta. Terutama bagi
lelaki seusia kita, dia selalu beralasan bahwa ritual yang
akan dilakukan membutuhkan mahar!"
Fardan sama sekali tak bisa bicara. Dalam hati ia
mengakui bahwa apa yang dikatakan Samon memang
benar mahar dan kepuasan Berarti pengakuan tadi pun
bukan pengakuan pancingan, tapi memang benar bahwa
Samon pernah tidur dengan Mak Ayu.
Samon menceritakan sekilas tentang kasus gaib
yang menggemparkan penduduk komplek perumahan
tempat tinggalnya. Akhirnya, Samon bertemu dengan Mak
Ayu, yang waktu itu mengaku bernama Mbak Ajeng dan
punya usaha warung tenda nasi uduk di pinggir jalan.
Mbak Ajeng memang berhasil menangani kasus
misteri itu, tapi sebagai maharnya adalah kepuasan
bercumbu bersama Samon, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "Lorong Tembus Kubur").
Bahkan setelah kasus itu lewat, Mbak Ajeng sempat
dua kali datang ke rumah Samon pada malam hari. Dan,
Samon tidak pernah bisa menolak tantangan mesranya.
Hampir saja Samon terjerat asmara mistik seandainya ia
tak mendapat tugas ke Surabaya selama seminggu.
Karena selama seminggu di Surabaya membuat Samon
mulai jarang berpikir tentang Mbak Ajeng dan akhirnya
menyadari bahwa dirinya telah terjerat dalama smara
mistik. "Sewaktu aku pulang dari Surabaya, aku sempat
bertemu seorang tetangganya, dan dia bilang Mbak Ajeng
sudah diusir oleh warga setempat, karena sering terlihat
membawa tamu lelakinya bermalam di rumah kontrakannya. Sekarang dia pindah ke mana, tetangga itu
tidak pernah tahu, dan aku sendiri tidak pernah ingin
mengetahuinya"
Fardan tertegun dalam kegundahan. Pada akhimya
ia memang mengaku di depan Samon, bahwa ia juga
pemah terjerat asmara mistiknya Mak Ayu. Tapi karena
hatinya terlalu duka atas hilangnya calon anak pertama itu,
maka jerat asmara mistik tak sempat menghadirkan rindu
yang berkepanjangan.
"Jadi begitu keadaan dia sebenarnya, ya" "Fardan
mulai tampak menggeram menahan kemarahan dalam
hatinya, sekaligus menahan penyesalan yang amat
menjengkelkan. "Lalu, menurutmu ...," kata Fardan lagi. "Sebaiknya,
apa yang harus kulakukan sekarang ini" Apakah aku nggak
perlu mengharapkan bantuannya lagi ?"
"Jangan terlalu berharap. Nanti akan kumintakan
pendapat temanku itu, Kumala Dewi. Dia juga merasa
bersaing dengan Kumala. Aku disuruh mencari tahu di
mana kelemahan Kumala. Tentu saja aku nggak mau dong.
Tapi, hal ini belum kusampaikan pada Kumala. Aku nggak
berani ngomong begitu. Takutnya disangka aku mengadu
domba atau sejenisnya."
"Oo, ya... !" cetus Fardan cepat. "Aku baru ingat
sekarang. Aku pernah ditanya oleh dia, apakah aku kenal
dengan seorang dukun yang bernama Kumala" Waktu itu
aku jawab, nggak tahu. Sebab aku memang belum pernah
mendengar nama itu. Dan, aku pun nggak terlalu
memikirkan untuk apa dia bertanya begitu. Aku lupakan
pertanyaan itu, sampai sekarang baru ingat lagi."
"Menurutku, ilmu yang dimiliki dia belum ada sekuku
hitamnya dengan kesaktiannya Kumala Dewi. Dukunmu itu
bisa digulung habis oleh Kumala. Sungguh itu, Far! Jadi
nggak ada salahnya kalau kamu tinggalkan dia dan
percayakan masalahmu itu kepada Kumala. Pasti
akanditangani sampai tuntas."
Fardan tertegun merenungkan saran Samon yang
membuatnya bertanya-tanya dalam hati: benarkah teman
Samoa itu lebih hebat ilmunya dari MakAyu " Bagaimana
kalau ternyata sebaliknya "
"Mungkin yang lebih baik adalah mendesaknya,"
pikir Fardan saat sudah berada di kantor.
"Aku akan mendesak dia membuktikan janjinya.
Kalau sampai gagal dia akan malu dan kuhina habis-habisan! Tapi, aku juga harus waspada dengan jerat
asmara mistiknya."
Persoalannya sekarang adalah, apakah Fardan
mampu melawan jerat asmara mistiknya Mak Ayu,
sementara dia adalah manusia biasa, yang tidak punya
jimat atau energi gaib apapun dalam dirinya " .
*** Ada pertimbangan lain yang membuat Dewi Ular
mengurungkan niatnya membawa Dewa Jenaka ke
Kahyangan. Para dewa senior di Kahyangan pasti akan
semakin mengecamnya sebagai bidadari paling mbalelo,
karena Kumala Dewi telah menolak dinobatkan sebagai
Senopati Perang.Bukan tugas itu yang ditolak,melainkan
upacara penobatannya yang terlalu mengagungkan dirinya
merupakan sesuatu yang dihindari. la tak ingin tersandung
akibat sering tersanjung.
"Kehadiranku kesana hanya akan membuatku
terjerat oleh hujukan dan desakan para eyang dewa, soal
upacara penobatan itu. Jadi,sebaiknya kuhindari dulu
Kahyangan biar aku nggak semakin tambah pusing."
Dengan memanggul tubuh Dewa Jenaka yang masih
dalam keadaan koma itu, Dewi Ular akhimya meluncur
kembali ke bumi, menembus batas dimensi yang selarna
ini tidak mudah diterobos oleh setiap orang. Tempat yang
dituju bukan rumahnya sendiri.
Sebab, ia butuh tempat khusus yang hening dan
tenang untuk memulihkan kesaktian Dewa Jenaka. Maka,
sasaran idealnya adalah vil a milik Niko yang
sedang"dibooking" untuk tempat pengasingan dan
perawatan sang kekasih; Rayo Pasca.
Pada saat itu, Buron dan Sandhi sedang berada di
vil a tersebut. Mereka membicarakan tentang janin bayi
yang bisa pindah ke dalam perut Barbie. Mereka khawatir
hal itu akan menimbulkan kemarahan Kumala Dewi,
karena mereka tahu bahwa Kumala-sangat sayang kepada
gadis berwajah boneka itu.
Satu persatu dari mereka mencoba membujuk
Barbie yang tetap berpenampilan polos, lugu, dan kekanakkanakan sekali.
'Barbie, kalau kamu bisa memindahkan bayi dari
perut Kak Ray ke perutmu, berarti kamu juga bisa
memindahkan lagi bayi itu ke tempat lain dong" Bisa kan?"
bujuk Sandhi. "Bisa "
"Nah, sekarang coba kamu pindahkan bayi dalam
perutmu ke...," Sandhi melirik ke sana-sini mencari tempat
yang layak.... ke atas meja itu, misalnya. Ayo, coba
pindahkan, Sayang..."
"Tapi aku lupa cara memindahkannya, Bang."
"Lho, kok lupa..." Katanya bisa."
"Bisa, tapi lupa. Apa aku nggak boleh lupa"!"
sentaknya kesal.
Lalu, wajahnya cemberut. Dan, jika wajah sudah
begitu, mereka yang dewasa harus segera mengalah.
Jangan sampai Barbie semakin sewot. Bisa--bisa dia bikin
ulah dengan kesaktiannya yang sangat barbahaya bagi
keselamatan orang lain.
Rayo segera meredakan kejengkelan Barbie dengan
caranya sendiri. Sebab, selama Barbie berada bersama
Rayo, ternyata kebandelan anak itu sangat berkurang.
"0, iya Bie... Kak Ray kok haus sekali, ya" Kamu
ambilkan minum Kakak mau kan" Pasti mau dong, kan
Barbie sayang sama Kak Ray. Iya kan..." Sana, ambilkan
Kak Ray air putih aja deh."
Barbie berteriak dari tempatnya, "Bibii ... !Kak Ray
minta ambilin minum. Buruaaann ...!!"
"Iya, iya... sebentar, Non!" seru Bibi, pelayan kurus
yang selama ini bekerja di vil a itu.
"Lho, kok malah suruhan Bibi. Kak Ray maunya
Barbie yang ambilin minumannya."
"Aku lagi males," jawab Barbie dengan ketus.
Rayo, Sandhi dan Buron mulai cemas. Mereka
sangat khawatir kalau anak itu benar-benar marah dan
bikin ulah membahayakan. Buron sudah tidak berani
membujuk lagi setelah tadi dibentak oleh Barbie yang
membuat ia menyeringai menahan sakit di dadanya.
Bentakan suara Barbie bisa membuat dada Buron seperti
ditendang kaki orang dewasa.
Pelayan vil a yang setiap harinya hanya dikenal
dengan nama panggilan Bibi itu datang membawa kan
segelas air. Mau tak mau Rayo menerima pelayanan
perempuan kurus berkebaya yang usianya sudah sekitar
50 tahun itu. "Aku mau main sama Bibi aja..!" kata Barbie seraya
lompat turun dari kursi. "Main di sini nggak enak! Ayo, Bi
kita main di ayunan... !"
"Non, ini sudah maghrib, bentar lagi gelap," kata Bibi
dengan hati-hati sekali.
"Nggak apa-apa, Bibi... ! Kalau nggak mau gelap, ya
Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawa lampu minyak, kayak orang-orang kampung yang
kemarin kita lihat di sana!"
"Bi...," bisik Buron. "Udah, sana turuti dulu
kemauannya. Daripada ntar dia ngamuk, bisa kalang kabut
semua kita."
"Ayooo, Bii ... !" serua Barbie dengan suara semakin
tinggi. "Iya, iya... tapi sebentar aja, ya Non" Bibi belum cuci
piring tuh"
Perempuan berkebaya biru berpola bunga kuning itu
ternyata juga takut pada Barbie, karena ia sering melihat
Barbie melakukan hal-hal aneh yang membuatnya
tercengang atau ketakutan.Misalnya, ia melihat Barbie
berlari-larian di suatu siang hari, ke-luar-masuk menembus
tembok dengan mudahnya. la sempat gemetar saat itu dan
menyangk aBarbie anak. jurik, alias anak setan.
"Coba lihat, perut anak itu semakin kelihatan
membengkak kan?" kata Rayo samba memandang dari
dinding kaca. "Apa kata orang kalau sampai tahu anak
sekecil dia sudah hamil, coba?"
"Alaaa, itu nggak usah telalu di khawatirkan," kata
Sandhi "Di sini kan nggak ada tetangga. Nggak akan ada
komentar yang heboh. Kecuali dia tinggal di Jakarta. Kasus
kecil aja bisa bikin orang heboh sekampung. Di sini nggak
gitu kok."
"Berarti dia harus tinggal di sini terus, begitu
maksudmu?"
"Lha, iya-lah...."
Tiba-tiba Buron berkata,"Aku punya ide bagus.
Bagaimana kalau kita bawa Barbie ke dokter ahli
kandungan, lalu kita minta dokter menggugurkan
kandungannya Barbie"!"
"Husy!" sentak Sandhi. "Bukan ide bagus itu. Ide
sesat." Rayo menimpali, "Itu kandungan orang. Masa kita
mau seenaknya saja menggugurkannya?"
"Aku kan curna lemparkan gagasan aja," sambil
Buron garuk-garuk kepala.
"Kalau tindakan seperti itu dibenarkan, Kumala pasti
sudah izinkan aku melakukannya dari kemarin."
Tanpa terasa petang mulai datang. Pembicaraan
mereka masih berlanjut di ruang tamu yang tergolong
lebar, dengan dua set meble berseberangan arah. Gordyn
kaca tetap dibuka, sehingga mereka bisa memantau
Barbie yang sedang bermain ayunan dengan Bibi di
samping teras tepat di bawah pohon rindang yang teduh
pada siang hari.
Triii ng .... !
"Suara apa tuh"!" sentak Sandhi.
"Kayak logam atau botol jatuh," gumam Rayo.
"Sepertinya dari dalam kamarmu, Ray. Coba
periksa!" kataBuron.
"Kamu aja yang periksa sana!"
Buron bergegas menghempiri kamar tidur. Tapi baru
dua langkah terpaksa berhenti, karena pintu kamar dibuka
dari dalam. Semua terperanjat tegang. Hampir saja Buron
melompat dengan suatu gerakan cepat, menerjang pintu
itu dengan tujuan menyerang lebih dulu.Karena ia paling
besar kecurigaannya, menyangka ada seseorang yang
sengaja masuk ke kamar tersebut.
Beruntung sekali seraut wajah cepat muncul dari
balik pintu, sehingga Baron menahan gerakkan nya.
Mereka pun menghembuskan napas lega sambil tertawa
geli bercampur senang. Tak ada yang tak ceria menyambut
kedatangan Kumala Dewi di awal gelapnya malam itu.
"Aaaaah, gue kirain maling, nggak tahunya kamu... !" ujar Baron.
"Bagaimana keadaanmu, Lala" Baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Sayang," bisik Kumala.sewaktu
mendapat ciuman selamat datang di pipinya dari sang
kekasih. Tapi pintu kamar yang terbuka membuat mata
mereka menaruh perhatian ke arah dalam. Mereka melihat
sepasang kaki berbaring di atas ranjang.
"Siapa itu?" tanya Rayo menunjuk kearah dalam.
"Oo, ya... aku temukan paman Dewa Jenaka dalam
keadaan koma. Dia masih belum sadarkan diri ...." lalu
Kumala menceritakan secara singkat apa yang telah
dialaminya di alam sana.
"Wah, makin gawat nih kayaknya, San," kata Buron.
"Dia kehilangan kesaktiannya, terus siapa yang akan
mengembalikan kandungan itu, ya?"
"Aduuuh, iya! Gawat nih!" Sandhi baru sadar bahwa
Dewa Jenaka yang bisa meng-ambil dan mengembalikan
kandungan tersebut. Tapi jika sang dewa kehilangan
kesaktian, lan-tas bagaimana nasib janin yang sudah
terlanjur berada di perut Barbie itu.
"Lho, Ray... perutmu udah kempes, ya?"
Rayo terpaksa menceritakan saat itu juga apa yang
terjadi sebenarnya. Dewi Ular terperanjat sa-ngat kaget
hingga kedua mata indahnya itu ter-belalak lebar.
"Barbie ... !! " serunya sambil bergegas ke teras
setelah tahu Barbie bermain ayunan dengan Bibi.
Tapi sebelum langkah Kumala sampai di pintu,
Barbie sudah menyapa lebih dulu dan mengejutkan
mereka, karena anak itu tahu-tahu sudah muncul di ruang
tengah. "Kakaaaaak ..... !!"
Barbie merentangkan kedua tangannya. Bukan
berlari menghampiri Kumala tapi melayang di udara
dengan cepat. Wuuust... ! Kumala Dewi segera menangkapnya dalam pelukan
dan menciumi dengan tawa kerinduan yang tercurah
keduanya.. Kumala melirik perut Barbie, juga mendeteksi
dengan getaran gaibnya. Dalam hati, ia langsung mengeluh
panjang karena mengetahui bahwa janin itu memang
benar ada di dalam perut Barbie.
"Ooohhh... kenapa ini harus terjadi ... !! " raut
wajahnya seketika itu juga berubah menjadi sedih.
"Kenapa, Kak?" tanya Barbie.
Kumala Dewi buru-buru menyembunyikan kesedihannya. "Ehmm, eeh...nggak apa-apa kok. Hmmm, kakak
kangen sama kamu, Berbie. Kangeeeen... sekali!" Anak itu
dihujani ciuman berkali-kali.
Kumala Dewi ingin membicarakan masalah
kandungan itu, tapi tidak didepan Barbie. Bahasa isyarat
mata digunakan oleh Kumala dan ketiga lelaki itu mengerti
maksudnya. Bibi masuk dan berkata, "Non, ayo main ayunan lagi
...! " "Kak, Barbie main main ayunan lagi sama Bibi,ya ..!"
"Iya, Sayang... sana... kakak juga mau bicara dulu
sama Kak Ray"
Barbie pun berlari menghampiri Bibi, lalu digandeng
keluar oleh Bibi sambil tertawa-tawa. Kumala Dewi duduk
dengan lemas di salah satu sofa. Wajah sedihnya tampak
jelas. Rayo dan yang lainnya segera menghampiri, siap
menghibur dengan berbagai macam kata-kata yang
menenangkan . "Aku harus kerja keras. Harus cepat kupulihkan
keadaan parnan Dewa Jenaka itu, supaya..."
Tiba-tiba ucapan itu terhenti. Wajah cantik itu
menjadi tegang sekali Duduknya yang semula bersandar
kini terseetak tegak.
"Berbieee !!!" seru Kumala.
"Ada apa" Kenapa, Mala"!" Buron ikut menjadi
tegang. "Orang yang membawanya tadi bukan Bibi pelayan
di sini"!"
"Apa ... "!" sentak mereka serempak.
"Dia tidak punya aura!" seru Kumala, kemudian
segera berlari keluar. Yang lain pun ikut berhamburan
keluar. "Barbieeee ... !! Barbiee ... " panggilnya keras-keras
begitu melihat ayunan kosong.
"Lha, itu dia si Bibi terkapar di sebelah sana!" kata
Sandhi. Buron, Rayo dan Sandhi sendiri segera menghampiri
Bibi yang terkapar di rerumputan.
"Itu yang asli yang tadi bukan!" sera Kumala.Buron
yang berwajah sangar menemukan yangdicari.
"Itu dia, menuju pintu gerbang!"
Kumala Dewi melihat Barbie digandeng orang yang
serupa dengan Bibi pelayan. Mereka hampir hilang dari
pandangan mata. Bukan karena gelap dan bukan karena
akan terhalang dinding, tapi karena ingin memasuki
lapisan dimensi lain.
Berbie mau dibawa kabur menembus lapisan
dimensi. Tampak udara di depan mereka sudah berubah
menjadi seperti sehelai kain yang robek dari atas ke
bawah. Melihat keadaan seperti itu, Dewi Ular segera
berkelebat mengejarnya menggunakan kesaktian geraknya
yang melebihi kecepatan cahaya itu.
Zlaaaap" .!
Disambamya Barbie dengan tangan kiri,
wuuut... ! Tangan kanan mencengkeram rambut perempuan
misterius itu dan melemparkannya ke belakang.
Wuutaisst, Wuuueerr...!
"Tangkap dia, Ron... !" seru Kumala sambil melayang
turun ke tanah dalam keadaan memeluk Barbie.
"Kenapa, Kak .. "! " Barbie tampak kebingungan
sekali. Kumala memeluknya erat-erat.
"Diam saja kamu, ya! Jangan lepas dari pelukan
kakak. Diam, diam... diam, Sayang..."
Bibi palsu jatuh terbanting tepat di depan Baron.
Ketika Baron ingin menghajarnya" Bibi palsu
melepaskan pukulan bersinar merah-dalam posisi
telentang. Claap... ! Dengan sigap Buron menghindar. Sinar
merah itu melesat ke langit malam yang gelap.
"Keparaaat, siapa kau sebenamya, haaah ... ! "
Buron berteriak marah sambil menyerang lawannya.
Berkali-kali lawan diserang namun masih bisa
menghindar atau bales menyerangnya. Tapi ketika terkena
pukulan sinar kuningnya Buron yang berbentuk seperti
cakra itu, Bibi paLsu memekik dan melambung ke
belakang. "Aahhk ....... !!"
Seketika itu ia berubah menjadi perempuan
berambut ikal, berperawakan sekal, dan beralis tebal.
"Itu dia perempuan yang pernah datang kemari!"
sentak Rayo sambil menghampiri Kumala Dewi yang berdiri
di teras sambil mendekap Barbie.
Rayo hanya bisa menjelaskan bahwa perempuan itu
pernah datang mau mengganggu kandungannya, tapi Rayo
tidak bisa jelaskan bahwa perempuan itu sebenamya
adalah Mak Ayu atau Mbak Ajeng yang masih penasaran
ingin melakukan pembalasan kepada Barbie.
Mak Ayu punya cara sendiri. Ia menutup jalur
gaibnya sehingga getaran hawa gaib tak dapat dirasakan
oleh pihak lawan." la juga berhasil menjinakkan hati
Barbie, sehingga menuruti ajakannya. Rupanya, Mak Ayu
sudah memperhatikan sejak awal petang tadi keadaan
Barbie yang bermain dengan Bibi pelayan. Ketika melihat
ada peluang bagus, ia melumpuhkan Bibi dan menyaru
sebagai pelayan itu.
Tapi, ia tak tahu di dalam ada Kumala Dewi yang
sedang selama ini dicari-cari titik kelemahannya.
Mak Ayu merasa sudah terlanjur masuk dan
mendapatkan anak itu, sehingga ia nekat melakukan
rencananya, menculik Barbie dengan spekulasi tinggi. Ia
tak ingin segera kabur, supayat ak menimbulkan
kecurigaan. Tapi, ia lupa bahwa Kumala dapat melihat aura
tiap manusia, dan Mak Ayu tidak memiliki aura.
Kumala merasa lega berhasil mencegah tindakan
itu, walau pun hampir saja terlambat. Kini ia sengaja diam
saja di teras semata-mata menjaga ketat keamanan
Barbie. Pekerjaan selanjutnya ia serahkan kepada Buron
karena ia yakin Buron bisa mengatasi lawannya.
Buron bahkan berseru kepada lawannya, "Kau tak akan
bisa mengelabuhi mataku, Keparat.Aku masih mengenalimu, Sekar Cumbu!"
"Kau memang jin biadab... ! Hiaaah...!"
Seberkas sinar dilepaskan dari tangan Mak Ayu yang
ternyata bernama Sekar Cumbu itu. Tetapi Buron sengaja
menghantam sinar itu sebelum terlalu jauh lepas dari
tangan lawannya. Buron menghajamya dengan sinar
kuning berbintik-bintik merah.
Blegggaaaarrrr ...!!! Bleeeeeuuunngg .. !!
Dentuman dahysat terjadi. Sekar Cumpu terlempar
ke atas hingga tersangkup pada sebatang pohon tinggi.
Suara pekikannya terdengar nyaring dan menggema ke
mana-mana. Mak Ayu terluka parah, terbukti suara erangannya
tak berkesudahan. Sementara itu, Buron sempat terkapar
di rerumputan, wajahnya merah matang akibat hawa panas
dari dentuman tadi.
Namur, ia masih bisa segera bangkit dan ingin
mengejar lawannya, terbang ke atas pohon sana.
Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi, Kumala Dewi segera berseru mencegahnya
"Jangankejar.. ! "
Buron tidak jadi melesat ke atas.
"Itu sudah cukup membuatnya terluka parah,"
sambung Kumala.
Lalu, terdengar suara Mak Ayu yang dikenal Buron
sebagai Sekar Cumbu. Suaranya bercampur erangan yang
menggema kemana-mana.
"Kau akan berhadapan denganku lagi, Jin busuk!
Ingat, kau akan berhadapan dengankuuu... aaahhkkerrr !!"
Claaap ! Seberkas sinar merah melesat dari pohon itu.
Suara ancaman pun lenyap.
Mak Ayu melarikan diri, tak sanggup menghadapi
Buron. Ia juga memperhitungkan keberadaan Kumala Dewi
di situ, sehingga memilih untuk pergi, menunda
dendam,daripada memaksakan diri tak urung akan
dihancurkan oleh Kumala Dewi.
"Siapa dia sebenamya, Ron?" tanya Kumala.
"Dia ... Sekar Cumbu, muridnya... Nyai Jalangayu,
Ratu Tanah Mistik. Aku pemah..."
"Oooh, dia muridnya Jalangayu"!" Kumala agak
kaget. "Kau kenal dengannya?"
"Aku baru bertemu dengan Jalangayu dan sempat
kubuat beku dia sampai beberapa waktu baru akan
mencair lagi."
Dewi Ular membawa masuk Barbie. Mereka pun ikut
masuk. Kesepakatan yang terjadi pada malam itu adalah
mempercepat proses pemulihan DewaJenaka, supaya
kandungan yang ada di dalam perut Barbie dapat
dikembalikan kepada pemilik sebenamya.
Sampai berapa lamakah Barbie sanggup menanggung kehamilan itu"
Dan, berhasilkah Kumala memulihkan kesaktian
Dewa Jenaka"
Seandainya kesaktian sang dewa tidak berhasil
dikembalikan, lalu apa akan dilakukan oleh Kumala Dewi
untuk menyelamatkan Barbie dari bencana kehamilan dini
itu" Masih adakah pria yang akan terjerat asmara mistik,
jika Mak Ayu sudah ke Tanah Ladang Mistik"
Dalam kisah berikutnya semua itu akan terjawab.
SELESAI Selanjutnya Bocah Berdarah Hitam
Iblis Sungai Telaga 8 Tanah Semenanjung Karya Putu Praba Drana Manusia Harimau 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama