Ceritasilat Novel Online

After School Club 2

After School Club Karya Orizuka Bagian 2


membuat dahi Rachel berdenyut.
Terus lo pikir apa, dia bakal suka juga sama lo" Keep on dreaming, kata Rachel lagi. Cleo hanya balas menatapnya sebal.
Rachel melirik salah seorang temannya yang bernama Juni, dan Juni mengangguk. Juni lalu berjalan ke arah Cleo dari belakang dan pura-pura tersandung.
AW! sahutnya sambil mendorong Cleo sekuat tenaga ke arah kolam. Cleo yang tidak tahu apa-apa, seketika tercebur. Rachel nyaris tidak bisa menyembunyikan tawanya.
Semua orang sekarang sudah menatap ke arah kolam, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Putra segera melotot saat melihat Cleo ada di dalam kolam, tampak panik dan berteriak-teriak. Sepertinya dia tidak bisa berenang. Mario baru akan membuka tuksedo ketika Putra lebih dulu menceburkan diri ke dalam kolam beserta jasnya.
ARMANI! sahut Vero histeris sambil menekap pipi.
Putra, Tante, celetuk Ruby yang ada di sampingnya.
Putra berenang secepat mungkin ke arah Cleo yang sudah mulai tenggelam, dalam hati menyesal sudah mengenakan jas sial yang menghambat laju renangnya itu. Belum lagi, kolam ini lumayan luas. Saat dia sampai di dekat Cleo, cewek itu sudah benar-benar tak bergerak di bawah permukaan air. Putra meraihnya, dan setelah Cleo berhasil terangkat, Putra
School Club sudah menunggu dengan wajah cemas.
Pangeran, Cleo nggak bisa renang! sahut Zia, air matanya sudah bercucuran.
Gue tahu! sahut Putra dengan napas terengah, lalu naik. Cleo sudah lebih dulu diangkat oleh Mario dan Ruby.
Putra berlutut di samping Cleo yang tampak tak sadarkan diri, lalu melepas topeng yang masih melekat di wajah cewek itu.
Cle. Cleo. Putra menampar-nampar pipi Cleo, tetapi tidak ada reaksi. Tangisan Zia sekarang sudah menjadi-jadi, membuat Putra semakin panik. Semua orang pun tampak ketakutan melihat Cleo yang terbaring pasi di lantai.
Cleo! Lo denger gue" sahut Putra. Saat tak kunjung mendapat reaksi, Putra menarik dagu Cleo dan mendengarkan napasnya dengan mendekatkan telinga ke hidungnya. Tak terasa apa pun di telinga Putra. Tak ada embusan napas. Air mungkin memenuhi rongga pernapasannya. Putra memutuskan untuk memberikan pernapasan buatan yang pernahdiajarkan guru les renangnya dulu.
Putra mengembuskan napas sebanyak dua kali ke mulut Cleo, tetapi tak terjadi apa pun. Cleo masih bergeming.
Ayo, Cle, ayo bernapas, gumam Putra lalu menekan dada Cleo sebanyak tiga puluh kali, menekan hidungnya, lalu kembali mengembuskan napas ke mulutnya. Namun, Cleo belum juga bergerak.
ngeri. Rachel juga sudah menekap mulut, tak tahu kalau semuanya akan jadi seserius ini.
Cleo! sahut Putra lagi. Dia kembali menekan dada Cleo sebanyak tiga puluh kali dan mengembuskan napas ke mulutnya, tak mau menyerah begitu saja.
Mendadak Cleo tersedak, mulutnya mengeluarkan air yang menyumbat pernapasannya. Cleo terbatukbatuk hebat, sementara Putra terduduk lemas sekaligus lega. Mario segera melepas tuksedonya lalu menyelimuti Cleo yang menggigil kedinginan. Zia dan Tiar segera memeluknya.
Bi Munah! sahut Putra dengan napas masih tersengal. Munah datang dengan tergopoh-gopoh. Tolong cariin handuk.
Munah segera melesat ke dalam rumah dan kembali tidak lama setelahnya dengan membawa dua handuk tebal. Putra menerima handuk itu, lalu memakaikan keduanya pada Cleo yang masih menggigil. Putra bangkit dan menatap sekeliling.
Maaf, pestanya selesai, kata Putra dingin. Gue benar-benar minta maaf. Terima kasih sudah datang.
Sambil berbisik-bisik, para tamu sedikit demi sedikit membubarkan diri. Yang tertinggal hanya anak-anak After School Club, Putra, dan Vero.
Tante, pinjemin dia baju, kata Putra, membuat Vero melotot. Putra balas melotot. Udahlah, cariin aja dia baju!
Walaupun enggan, Vero menurut dan menghilang ke dalam rumah. Putra menatap anak-anak di sekeliling Cleo yang masih kedinginan dan terlihat
Cle, sori, ya, soal ini, sesal Putra, membuat Cleo menggeleng gemetar. Nanti gue antar lo pulang, gue jelasin ke orangtua lo.
Nggak usah, Put, biar gue aja yang antar dia, kata Mario sambil membantu Cleo berdiri.
Sori, Mar, tapi boleh gue aja" Gue bener-bener nggak enak soal kejadian ini. Putra bersikeras dan merangkul Cleo yang gemetar. Thanks banget, ya, udah dateng, dan sori kalau akhirnya begini.
Nggak apa-apa, Put, tapi antar dia dengan selamat, oke" kata Mario sambil mengacak rambut Cleo.
Pasti. Kalian balik aja duluan. Dia harus ganti baju dulu biar nggak masuk angin, kata Putra lagi. Anakanak mengangguk walaupun sambil menatap Cleo tak rela.
Oke, kita balik duluan, ya. Mario mulai melangkah pergi diikuti anak-anak yang lain. Oh, ngomongngomong, selamat ulang tahun.
Putra tersenyum kecut. Thanks. Hati-hati, ya. Saat Mario dan yang lain tak tampak lagi, Putra membawa Cleo masuk untuk berganti baju. Setelah Cleo selesai berganti baju dengan sweter miliknya baju Vero tak ada yang tak berenda Putra membawanya ke mobil untuk mengantarnya pulang.
Putra menatap jalanan ramai di depannya hampa. Seumur-umur, belum pernah ulang tahunnya semenegangkan ini. Putra mengawasi Cleo dari ekor matanya. Tampaknya Cleo sangat marah sehingga tak bicara sepatah kata pun.
Cle, gue bener-bener minta maaf soal kejadian
Cleo tak menjawab. Putra tak berani menatapnya, jadi dia hanya menggigit bibir. Jujur aja, tadi gue panik banget lihat lo nggak bernapas kayak gitu.
Cleo masih diam seribu bahasa, jadi Putra memberanikan diri untuk menoleh. Ternyata, cewek itu sudah tertidur lelap di sebelahnya. Putra bengong sesaat, lalu tersenyum. Dia menepikan mobil, mengambil selimut dari bangku belakang dan menyelimuti tubuh Cleo, lalu kembali melanjutkan perjalanan.
1 Cosplay (costume play) = berda nda n denga n kos tum s ua tu tokoh tertentu.
Is It Nothing at All"
utra menguap lebar tanpa berusaha menutup mulut saat berjalan di koridor kelas After School. Semalam, entah kenapa dia tidak bisa tidur. Pesta ulang tahunnya benar-benar bencana. Seharusnya Putra setuju pada usulan Vero untuk memakai gedung, bukannya halaman rumahnya. Seharusnya Putra tidak memakai jas bodoh yang sudah memperlambat laju renangnya. Seharusnya pesta itu malah tidak pernah ada.
Putra menggaruk kepala yang tidak gatal. Tadi di kelas, Putra jatuh tertidur saat jam pelajaran PKn. Akibatnya, dia mendapat tugas ekstra. Sekarang, rasanya Putra hampir tidak sanggup untuk mengikuti kelas After School. Tidak sanggup untuk belajar, juga tidak sanggup untuk bertemu dengan anak-anak itu, terutama Cleo.
Langkah Putra terhenti saat nama Cleo terlintas di benaknya. Semalam, Putra harus mengangkat Cleo dari mobil sampai ke kamar karena cewek itu tidak juga bangun. Dan, mengingat kejadian itu membuat Putra sakit perut. Putra tidak pernah masuk ke kamar cewek
masih ingat wangi kamar Cleo yang sangat khas cewek.
Putra menggelengkan kepala, lalu melanjutkan perjalanannya. Yang semalam itu cuma hal kecil. Dia hanya menyelamatkan Cleo, tidak lebih. Dan, perasaan cemas yang semalam itu juga semata-mata karena Cleo adalah temannya.
Langkah Putra kembali terhenti tepat di depan pintu kelas After School.
Teman" Sejak kapan Cleo jadi temannya" Cleo hanyalah cewek aneh yang selalu menggodanya tiap kali sempat. Putra menghela napas, lalu membuka pintu kelas dan masuk. Anak-anak itu sudah berkumpul di meja Mario seperti biasa. Mario tampak seperti sedang berenang di udara. Putra punya firasat tidak enak mengenai ini.
Wah, ini dia, nih! sahut Mario begitu melihat Putra. Anak-anak lain menyerbu Putra dan mendorongnya mendekat. Semalam keren banget!
Iya, keren banget, kayak di film-film! timpal Ruby bersemangat.
Ih, apalagi pas CPR! pekik Zia, membuat perut Putra serasa dipenuhi es batu. Keren banget! Cowok sejati!
Eh, permisi, ya, semalam gue juga mau nolongin, tapi udah keduluan! Mario merasa tersindir, tetapi Zia tak tampak peduli. Dia sibuk memandangi Putra dengan takjub.
Gue mau dong dikasih napas buatan, katanya penuh harap, membuat Putra menyeringai tak jelas. Cleo beruntung banget, sih .&
sahut Ruby tak percaya. Gue mau mati asal dikasih napas buatan dulu sama Pangeran, kata Zia, seperti mabuk. Biar gue matinya bahagia.
Anak-anak menatapnya tak percaya.
Hhh & dasar cewek, komentar Ruby kemudian. Zia segera memelototinya.
Putra tersenyum simpul mendengar perang kecil yang segera terjadi antara Ruby dan Zia, lalu duduk di bangku kebesarannya. Putra melirik ke arah keramaian itu, tetapi Cleo tidak tampak di sana. Mungkin cewek itu tidak masuk sekolah karena masih trauma. Putra berpikir untuk menengoknya, tetapi dia segera menggeleng.
Mendadak, pintu kelas terbuka. Sesaat Putra menyangka itu Ramli, tetapi alih-alih pria berbadan besar, cewek mungil berambut pendek berponi tebal muncul dari sana.
Tadaaa! seru Cleo ceria begitu masuk kelas, tangannya membawa sebuah kotak besar. Gue bawain donat, nih, dari Nyokap!
Anak-anak segera bersorak, lalu merebut bingkisan itu dan membawanya ke meja Mario. Cleo sendiri menatap anak-anak itu bahagia, seperti seorang duta UNICEF yang baru memberi makan anak-anak gizi buruk di Afrika. Tatapan Cleo bertemu dengan Putra yang sudah lebih dulu menatapnya. Cleo nyengir, lalu melambaikan tangan.
Hai, sapa Cleo, membuat Putra nyaris terperangah. Untung Putra tidak melakukannya. Putra
Putra benar-benar tidak habis pikir. Cewek ini sembuh lebih cepat dari siapa pun yang bisa dibayangkannya. Dia pun tampaknya tidak ingat kalau semalam menerima pernapasan buatan dari Putra. Memang, sih, semalam Putra tidak menganggapnya sesuatu yang serius, tetapi sekarang Putra sadar kalau dia sudah mencium cewek itu walaupun yang bersangkutan tidak tampak sadar.
Cleo bingung melihat Putra yang tidak bereaksi, lalu duduk di depannya sambil mengorek isi ransel. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan sebuah kotak dan menyerahkannya kepada Putra.
Nih, spesial buat lo, katanya sambil nyengir. Putra menatap kotak itu, lalu menatap Cleo curiga. Apa, nih"
Hadiah buat lo karena semalam udah nyelamatin gue, jawab Cleo, tampak masih sepolos yang sudahsudah, membuat Putra benar-benar tak habis pikir.
Thanks, kata Putra akhirnya, lalu membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah donat. Putra menatap Cleo yang masih tersenyum seakan tak ada yang terjadi, lalu melirik anak-anak lain yang masih sibuk dengan donat masing-masing. Donat. Jadi, di mana spesialnya"
Spesial, soalnya punya lo pake kotak sendiri, jawab Cleo.
Putra menatapnya tanpa ekspresi, lalu mengangguk-angguk walaupun tak begitu mengerti. Apa gue udah pernah bilang kalau gue nggak suka manis"
Udah. Makanya gue buatin yang asin, jawab Cleo
Serius lo" Donat ini asin" ulang Putra, jijik membayangkan rasa donat itu.
Cleo nyengir selama beberapa saat, lalu akhirnya cengirannya hilang dan dia merebut kotak itu dari Putra. Oke, oke, gue ngaku, gue lupa, katanya dengan tampang bersalah. Maaf!
Putra menatap cewek ajaib itu sesaat, lalu meraih kembali kotak donat itu dan membukanya. Nggak apa-apa, gue makan, katanya sambil menggigit donat itu.
YAAAH! Jangan! sahut Cleo histeris, tetapi Putra tetap mengunyah donat itu sambil menatap Cleo heran. Put, lo nggak apa-apa" Nggak gatal-gatal" Nggak pusing"
Nggak. Emang kenap & . Oh, jangan bilang lo kasih racun lagi! sahut Putra, siap-siap muntah.
Bukan! Lo nggak apa-apa makan yang manis" Lo nggak alergi" tanya Cleo lagi.
Oh, kata Putra, lega. Nggak. Gue cuma kurang suka manis.
Cleo mengangguk-angguk sambil menatap Putra penuh arti. Putra balas menatapnya heran.
Kalau lo nggak suka yang manis, terus kenapa dong donat gue dimakan" tanya Cleo dengan tampang jail. Putra menatapnya sesaat, lalu memutuskan untuk tertarik pada papan tulis.
Kenapa, lo lebih seneng kalau gue buang" Putra balas bertanya, membuat Cleo tertawa.
Lo ngegemesin banget, sih! Cleo mencubit pipi Putra keras-keras.
terbuka. Ramli memasuki kelas sambil menatap Putra yang masih dalam pose dicubit oleh Cleo.
Wah, mesra sekali, komentarnya, membuat Cleo tersenyum malu-malu. Putra sendiri nyaris muntah melihat ekspresi cewek itu. Maaf, ya, saya mengganggu kalian.
Anak-anak sibuk bersuit menggoda Putra dan Cleo. Cleo tampak senang dan terbuka menerima godaan itu, sementara Putra hanya cemberut. Dia kembali menyimpan donat yang belum habis ke dalam kotak, lalu menyurukkannya ke ransel.
Baik, Anak-Anak. Hari ini saya akan membagikan tes kalian yang terakhir, dan saya terbuka untuk pertanyaan kalau ada yang belum dimengerti. Tapi, sebelum itu, ada yang mau saya sampaikan. Ini mengenai Putra, kata Ramli, membuat semua anak menatapnya bingung, terutama Putra.
Ramli menatap anak-anak didiknya yang serius memperhatikan. Jarang sekali mereka tertib seperti ini. Ini membuatnya semakin tidak tega untuk menyampaikan berita soal Putra.
Seperti yang kalian tahu, Putra masuk ke kelas ini karena dia mendapatkan tiga kali 50 di ulangan Fisikanya. Tapi, dia sudah berhasil mendapatkan nilai 70 di ulangan terakhirnya. Dengan demikian, mulai besok, Putra tidak perlu mengikuti kelas ini lagi, jelas Ramli membuat semua anak melongo.
Putra sama sekali tidak tahu soal ini. Latif belum memberitahunya apa pun. Putra mengacungkan tangan, membuat semua mata tertuju kepadanya.
kata Putra. Pak Latif akan membagikannya besok. Beliau menyampaikan hal ini kepada saya sekarang supaya besok kamu tidak harus datang ke kelas ini lagi.
Putra tidak tahu harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka kalau akan mendapatkan 70 di ulangannya yang terakhir. Putra melirik temantemannya, yang tidak berbicara satu sama lain. Cleo tahu-tahu menoleh ke arahnya, tetapi kali ini tidak tampak cengiran bodoh maupun simbol V. Putra membalas tatapan itu datar.
Tidak pernah kelas After School terasa sehening ini.
Entah mengapa, hari ini Putra tidak bersemangat untuk ke sekolah. Memang biasanya dia pun tidak pernah bersemangat, tetapi beberapa minggu terakhir, semuanya terasa berbeda. Dan, sekarang, semangat itu hilang lagi.
Sebenarnya, Putra tahu persis apa yang menyebabkannya seperti itu. Dia tidak akan datang ke kelas After School lagi sepulang sekolah nanti. Namun, Putra tak mau memercayainya. Dulu, Putra menganggap mereka hanya sekumpulan anak-anak bodoh yang aneh, dan sekarang pun harusnya masih. Sampai kapan pun Putra tak akan menjadi bagian dari kelas berisikan anak-anak dodol itu.
Putra menghela napas untuk kali kesekian hari ini. Majalah game yang tergeletak di depannya hanya dipandangi tanpa dibaca. Setiap kali ada suara tawa,
seorang dari anak-anak dodol itu lewat di depan kelasnya. Putra tak menyangka akan secepat ini merindukan mereka.
Namun, Putra telah meyakinkan diri kalau hal-hal seperti ini hanya bersifat sementara. Sebentar lagi, dia akan bisa menyesuaikan diri dan kembali pada ritual kehidupannya yang membosankan seperti dulu.
Sebuah kertas melayang di meja Putra, menutupi majalahnya. Sebagai gantinya, majalah itu melayang dari mejanya menuju tangan keriput yang sudah dikenal baik oleh Putra. Putra mengambil kertas itu, lalu membaliknya. 70.
Selamat, ya, kelas After School ternyata berguna untuk kamu, kata Latif sambil berjalan ke meja anak yang lain.
Putra menatap kertas hasil ulangannya tanpa ekspresi. Selamat. Benarkah dia senang atas ucapan itu" Putra memang tidak pernah mendapat 70 di pelajaran eksak. Nilainya selalu berada di kisaran 60. Mendapat 70 harusnya bisa membuatnya senang. Namun, dia tidak merasa senang sama sekali.
Putra, kamu udah nggak ikut kelas After School lagi, kan" tanya Rachel, yang tidak sengaja melihat hasil ulangan Putra. Aku tahu kamu bisa.
Putra tak berminat untuk menjawab dan menanggapi cewek itu, jadi dia membereskan ransel dan bangkit untuk pulang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu.
menyalahartikan kebisuan Putra. Alih-alih menjawab, Putra malah berjalan keluar kelas, sementara Rachel mengikutinya.
Rachel masih terus bicara di sepanjang koridor dan Putra juga masih tak memedulikannya. Ketika sampai di koridor tempat seharusnya Putra berbelok kalau mau ke kelas After School, langkah Putra terhenti. Putra menatap kosong koridor yang sudah beberapa minggu ini selalu dilewatinya. Sekarang, dia tak perlu lagi melewatinya. Putra menghela napas, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
Putra, kamu suka hadiahku" Aku sengaja nitip Papa dari Jepang, lho! seru Rachel kemudian, membuat Putra sedikit tertarik.
Hadiah apa" tanya Putra.
Rachel bengong sesaat, lalu tersenyum lagi. Hadiah ulang tahun kamu kemarin!
Putra berpikir sejenak. Benar. Ada tumpukan hadiah di pojok kamarnya, tetapi Putra belum sempat menyentuhnya. Putra terlalu malas untuk melakukannya.
Anak-Anak, hari ini kita akan mengulang ulangan Fisika yang terakhir .&
Mengulang ulangan" celetuk Mario yang segera disambit kapur.
Berisik. Yak, jadi, karena ini sudah pernah diulangankan jangan protes lagi, saya guru Olahraga bukan Bahasa maka kalian harusnya tidak mengulang
karena Pak Latif berhalangan & . He" Berhal
Berisik. Berhalangan hadir, tentu saja, sambar Ramli, sementara Ruby menggosok kepala yang juga kena sambitan kapur. Dan, karena saya yang mengawasi maka tidak ada kesempatan bagi siapa pun untuk bekerja sama.
Anak-anak langsung mengumpat pelan.
Oh, ya, dan karena kalian adalah anak-anak yang kurang ajar, maka bagi mereka yang mendapat nilai di bawah 70, akan mendapatkan paket khusus dari saya. Sekarang, ayo duduk yang tenang, perintah Ramli, membuat anak-anak lemas seketika. Paket apa pun itu pastilah tidak enak. Kali ini anak-anak yakin Ramli akan memberikan paket kombinasi kamar mandi dan PR lima puluh nomor.
Pangeran lagi apa, ya" celetuk Zia saat anak-anak sedang serius mengerjakan soal Fisika yang diberikan Ramli.
Cleo berhenti menulis, lalu menoleh ke arah bangku kebesaran Putra yang kosong. Semua anak juga melakukan hal yang sama. Ramli menatap anak-anak didiknya itu, lalu menghela napas.
Kalian ini, apa-apaan muka sedih begitu. Harusnya kalian bangga dong, ada anak After School Club yang dapat nilai bagus. Apa kalian berharap dia terusterusan dapat nilai jelek" tanya Ramli.
Iya juga, ya, kata Mario, sementara anak-anak lain mengangguk-angguk. Kita nggak bisa juga ngeharapin dia ada di sini terus.
timpal Ruby sambil nyengir. Makanya kita seneng banget godain dia.
Dia pasti seneng bisa keluar kelas ini. Cleo tersenyum, mengingat saat Putra baru masuk kelas ini. Mukanya waktu dijailin, sengsara banget.
Kita harusnya seneng dia udah dapet nilai bagus, timpal Zia.
Anak-anak mengangguk-angguk, lalu kembali mengerjakan soal-soal dengan lebih ceria. Ramli menghela napas, bangga melihat anak-anak didiknya yang kompak begini.
Kalian memang anak-anak yang baik, gumam Ramli.
Apa, Pak" tanya Ruby, yang ternyata mendengar. Ah, nggak, kelit Ramli cepat, lalu berdeham. Ayo, kerjakan soalnya yang benar.
Saat anak-anak itu kembali serius, Ramli menghela napas lega. Walaupun jauh dalam lubuk hatinya baik, anak-anak ini tetap saja berbahaya.
Putra duduk di tempat tidurnya sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Sepulang sekolah, dia tertidur dan baru bangun menjelang malam. Kembali ke kebiasaannya saat sebelum masuk kelas After School.
Mengingat kelas itu, Putra kembali merasa sakit perut. Sudah seharian ini Putra meyakinkan dirinya sendiri kalau dia bisa meneruskan hidup tanpa harus masuk kelas itu lagi. Semuanya akan baik-baik saja, dia hanya harus mencari game-game terbaru dan
seperti biasa. Mata Putra tiba-tiba menangkap setumpuk hadiah di pojokan kamarnya. Putra menatap tumpukan itu malas, tetapi sesuatu membuatnya tertarik. Ada sebuah hadiah besar dengan bungkus berwarna kuning norak. Putra mengernyit, lalu mendekati kotak kuning menyala itu. Seketika, perasaan Putra tidak enak.
Putra meraih bungkusan itu dan menempelkan telinga di permukaannya. Kotak ini sudah hampir pasti pemberian salah seorang anak After School Club, maka dari itu Putra harus memastikan kalau isinya bukan bom atau sebagainya. Namun, tidak terdengar apa pun dari dalam kotak itu. Putra mengangkatnya, lumayan ringan untuk kotak sebesar itu.
Ragu, Putra merobek kertas pembungkus dan melongo saat melihat kotak itu, yang ternyata kardus mi instan. Putra sekarang yakin kalau anak-anak itu memang gila.
Emangnya gue pengungsi, gumam Putra, setengah kesal setengah geli.
Putra membuka kotak itu dan mengernyit saat tidak menemukan satu pun mi instan di sana. Yang ada malah lautan potongan kertas. Putra mengaduk isi kotak itu, dan bisa merasakan suatu benda. Putra menariknya, ternyata sebuah pigura. Putra membaliknya dan mendapati foto anak-anak After School Club di dalam pigura itu. Tawa Putra segera meledak. Apa-apaan mereka, pede amat memberinya pigura berisi foto mereka"
Tawa Putra tiba-tiba terhenti saat dia
seperti tidak melihat mereka selama bertahun-tahun, padahal dia baru meninggalkan kelas itu selama sehari. Putra meletakkan pigura itu dan kembali mengaduk kotak. Benda kedua yang diangkatnya berupa kaset PlayStation berjudul Championship Manager. Putra mengernyit heran, lalu membaca tulisan milik Ruby di balik kaset itu.
Pangeran, ini kaset kesayangan gue, CM yang jadul. Met ultah, ya!
Putra menatap kaset itu bingung. Untuk apa Ruby memberi Putra barang kesayangannya" Putra mengaduk kotak itu lagi dan mendapatkan lebih banyak barang-barang aneh lainnya. Ada CD Justin Bieber milik Zia, komik Naruto milik Mario, kamus saku Inggris-Prancis milik Tiar, majalah musik milik Panca, dan hadiah aneh lain. Namun, yang paling menarik perhatian Putra adalah diary milik Cleo. Putra membuka diary itu, lalu terkekeh saat membacanya. Ternyata itu adalah diary zaman SD, yang isinya tulisan-tulisan cakar ayam.
Putra benar-benar tak punya ide kenapa mereka harus memberinya semua barang ini. Putra mengambil pigura itu lagi, lalu menatap wajah-wajah bodoh anakanak itu. Putra melihat selipan kertas di dalam pigura. Putra mengambilnya, lalu membaca tulisannya.
Pangeran, ini hadiah dari kita. Just in case you want to know us better. Happy 16 th b-day!
After School Club Putra mendengus saat membaca tulisan itu. Jadi, itu maksud mereka memberikan semua barang ini. Memangnya siapa yang mau tahu mereka lebih baik" Benar-benar hadiah yang dodol, sedodol yang memberinya.
Putra tidak tahu harus mendeskripsikan apa untuk anak-anak After School Club selain dodol.
Pagi ini, Putra tidak tahu apa yang membuatnya memajang pigura itu di meja belajarnya. Putra sampai geli sendiri dan menutup pigura itu sebelum berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Putra malah pusing. Di perjalanannya ke kelas tadi, dia berpapasan dengan Cleo dan Zia, yang hanya tersenyum saat melewatinya. Putra sadar, mereka tidak tampak sedih karena Putra tidak lagi mengikuti kelas After School. Jadi, kenapa dia harus repot-repot menyesal karena telah meninggalkan kelas itu"
Putra melewati mading yang banyak dibaca anakanak. Putra melirik mading itu sebentar tidak biasanya mading bikinan Rachel mendapat banyak penggemar tetapi mata Putra langsung melotot
sana. Putra membaca artikel yang ditulis Rachel itu lebih lanjut.
Putra Telah Meninggalkan After S chool Club
PUTRA SANJAYA, siswa kelas X-5, telah meninggalkan kelas After School setelah hasil ulangannya membaik. Karena telah mendapatkan nilai 70 di mata pelajaran Fisika setelah mendapat 50 maka Putra tidak harus mengikuti kelas After School lagi. After School Club, yang tadinya sempat kegirangan karena mendapatkan Putra, sekarang harus kembali gigit jari karena Putra tidak sama seperti mereka. Putra dikenal sebagai cowok populer yang tidak pernah mendapat masalah dan karena dimasukkan ke kelas After School, dia harus mendapatkan omonganomongan miring di belakangnya. Berita ini dimaksudkan supaya para siswa mengetahui bahwa bukan keinginan Putra masuk ke kelas itu. Putra sekarang sangat gembira telah meninggalkan kelas itu.
Ha & " gumam Putra tak percaya setelah membaca artikel itu. Dia tidak merasa pernah diwawancarai oleh Rachel. Kapan Putra pernah memberikan pernyataan-pernyataan seperti ini"
membaca mading itu, Putra segera berderap menuju kelasnya dan menghampiri Rachel yang sedang menyisir rambut panjangnya.
Apa maksud artikel lo" tanya Putra tanpa berbasa-basi.
Artikel yang mana" tanya Rachel polos, membuat Putra menyipitkan mata. Oh, artikel itu. Bagus, kan" Untuk memulihkan nama baik kamu.
Emang siapa yang butuh" tanya Putra lagi. Ada yang minta lo ngelakuin itu"
Rachel mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya, bingung melihat Putra yang menatapnya tajam. Rachel lalu meletakkan sisirnya.
Putra, orang-orang udah salah tangkap waktu pesta ulang tahun kamu. Mereka pikir kamu sama kayak anak-anak itu, kata Rachel lagi. Padahal, kan, bukan keinginan kamu bergaul sama anak-anak itu.
Lo bisa baca pikiran gue" tanya Putra lagi. Emang gue pernah bilang kalau gue nggak suka bergaul sama mereka"
Rachel menatap Putra tak percaya. Lho, memang kamu nggak suka, kan, sama mereka" Rachel balas bertanya, bingung. Putra menatap Rachel sebentar, lalu mendekatkan wajah kepadanya.
Denger, ya. Jangan nyimpulin apa-apa soal gue. Lo nggak tahu apa-apa, kata Putra tajam, lalu berbalik dan meninggalkan kelas, membuat Rachel kembali melongo.
orang buat dikerjain. Ruby menghela napas sambil menatap keluar jendela kelas After School. Tampak anak-anak ekskul basket sedang berlatih di lapangan tak jauh dari sana.
Balik aja gangguin Zia lagi, komentar Cleo sambil terus mengepang rambut panjang Zia. Zia baru mau protes saat Cleo malah menjitaknya. Diem, dong, entar nggak rapi!
Lagian lo, By, baru aja sehari si Pangeran nggak di sini, drama queen amat, timpal Mario sambil mengunyah pop corn.
Biar sehari, tapi kerasa, lho, sepinya. Panca ikut nimbrung. Padahal dulu, sebelum ada dia, kita ramai aja.
Cleo berhenti mengepang rambut Zia dan memikirkan kata-kata Panca. Cowok itu benar juga. Dulu, tanpa ada Putra, mereka sudah sangat berisik. Entah kenapa, setelah Putra pergi, suasananya tidak seasyik dulu.
Apa mungkin & kita udah nganggap Pangeran bagian kita" kata Tiar, membuat anak-anak serentak menoleh kepadanya, takjub. Takjub karena dia bicara tanpa diminta, juga karena perkataannya.
Anak-anak sedang berpikir ketika pintu tahu-tahu menjeblak terbuka. Ramli masuk dengan langkah besar-besar, tampak heran melihat anak-anak yang tidak bersemangat. Biasanya suara mereka sudah terdengar dari luar gedung.
Kalian kenapa" Kok, kalem begini" tanya Ramli, yang tidak diacuhkan anak-anak. Saya jadi merinding,
Senyum anak-anak terkembang mendengar katakata Ramli. Ramli pun ikut tersenyum, lega karena anak-anak ini cepat ceria lagi.
Yah, jadi, sebentar lagi Pak Sarmin mau masuk untuk Matemati
Ramli tidak meneruskan kata-katanya karena pintu tiba-tiba terbuka. Anak-anak menatap ke arah pintu itu heran. Biasanya, Sarmin baru datang lima belas menit setelah kelas dimulai.
Namun, itu bukan Sarmin. Itu Putra, yang menatap ke dalam kelas dengan tatapan datar. Sebenarnya, Putra nyaris tertawa melihat wajah beloon anak-anak dan juga Ramli.
Permisi, Pak, kata Putra. Maaf, saya terlambat. Ramli semakin bengong, tetapi akhirnya tersenyum saat bisa memahami keadaan.
Yah, nggak apa-apa. Sudah, duduk sana, perintah Ramli, membuat Putra masuk dan melangkah ke bangku kebesarannya yang masih tersedia di tengah kelas lengkap dengan kain hitamnya.
Putra duduk di bangku itu, setengah mati menahan tawa melihat ekspresi anak-anak di sekitarnya. Yang pertama memecahkan keheningan itu adalah Mario, yang berteriak tak percaya. Setelah itu, anak-anak tertawa melihatnya. Putra ikut tertawa, lalu matanya menangkap Cleo yang sedang menatapnya sambil nyengir senang.
Welcome back, katanya. Putra hanya tersenyum seadanya.
OKE! sahut Mario, tahu-tahu sudah berdiri, kedua
Oke apa" tanya Ramli curiga.
Untuk merayakan ini, ayo kita karaoke! Kelasnya ditunda, ya, Pak! Besok, deh! sahut Mario, lalu tanpa menunggu persetujuan Ramli, dia mengomando anakanak untuk segera pergi.
Putra pasrah saat ditarik oleh anak-anak keluar kelas. Ramli sendiri hanya bisa melongo menyaksikan anak-anak didiknya satu per satu keluar dari kelas dengan girang. Sepeninggal mereka, Ramli menghela napas.
Yah, sudahlah, katanya, lalu menatap lembar presensi dan mencentang semuanya pada kolom masuk .
Bad Jokes alau sekarang ditanya alasannya, Putra sudah tahu. Alasan kenapa dia kembali ke kelas penuh akan anak dodol itu. Itu karena Putra sangat menyukai hidupnya yang tak lagi membosankan ketika bersama mereka.
Kemarin, setelah Putra berbicara dengan Rachel mengenai artikel itu, Putra menyendiri. Dan, mendadak, di benaknya terlintas kata-kata Ruby saat Putra baru masuk ke kelas itu. Alasan Ruby enggan meninggalkan kelas itu adalah karena semua temannya berada di sana. Di sana, dia bisa menjadi dirinya sendiri. Sekarang, Putra merasa alasan yang dikatakan Ruby saat itu benar-benar berasal dari dalam hatinya, bukan untuk kepentingan bercanda.
Putra juga merasakan itu. Walaupun enggan, mau tidak mau Putra merasakan ikatan yang diciptakan anak-anak itu untuknya. Anak-anak itu tulus mau berteman dengannya, dan bersama mereka, Putra mengalami hal-hal yang tidak pernah dilakukannya di
Putra tak tahu apa dia sudah menemukan teman sejati, tetapi Putra hanya ingin memercayai kehidupannya yang sekarang. Kehidupan di mana dia tidak lagi sendiri dan harus mencari-cari sesuatu untuk dilakukan untuk menghabiskan hari. Kehidupan di mana dia tertawa jauh lebih banyak daripada keseluruhan jumlah tawa yang pernah dilakukannya sebelum bertemu dengan mereka.
Puput! Nih, mau nggak" Cleo mendadak muncul di depan Putra, membuyarkan lamunannya. Putra menatap permen karet batangan yang disodorkan Cleo, lalu mengulurkan tangan, bermaksud mengambil satu. Begitu jarinya menyentuh permen itu, dari bungkusnya muncul kecoak yang menempel di jari Putra.
HUAHAHA! KENA! sahut Cleo heboh sambil berhigh five dengan Mario dan Ruby, sementara anak-anak lain ikut tertawa melihat ekspresi Putra dengan kecoak masih menempel di jempolnya.
Dahi Putra berdenyut melihat kecoak mainan itu, lalu melirik bengis anak-anak yang masih tertawa geli. Putra bersumpah akan menyimpan rapat-rapat pikirannya tadi soal anak-anak itu, apa pun yang terjadi.
Hei, Puput mana" tanya Cleo saat masuk ke kelas After School.
Hari ini, Cleo datang agak terlambat karena baru mengambil kue dari toko ibunya. Anak-anak
Duh & nanyanya langsung Puput begitu masuk, goda Ruby, membuat Cleo tersenyum.
Gue mau ngasih kue ini. Cleo mengacungkan sebuah kotak berisi pastel. Kemarin gue salah ngasih donat.
Alah, alasan, goda Zia sambil nyengir. Eh, Cle, kemarin waktu lo ditolong, lo sadar nggak, sih, kalau lo dikasih napas buatan sama Pangeran"
Nggak, jawab Cleo jujur sambil berjalan ke kursinya. Gue pingsan, tahu.
Zia dan yang lain menatap Cleo penuh arti. Cleo balas menatap mereka bingung.
Oh, oke, oke. Napas buatan. Itu doang, kan" kata Cleo lagi.
Lo suka sama dia, kan, Cle" goda Zia lagi, membuat Cleo sedikit salah tingkah.
Hah" Cleo suka sama Putra" sahut Panca tak percaya. Ruby dan Mario menatapnya sebal, lalu memukul kepalanya berbarengan.
Emang, sih, lo anggota tim inti After School Club, tapi jangan kebangetan gitu dong begonya, semprot Ruby. Siapa, sih, yang nggak tahu kalau Cleo, si Ratu Iblis ini, suka sama Pangeran"
Sori, kayaknya ada dua kata aneh yang nyelip, sambar Cleo sebal.
Oh, jadi sisanya bener" tanya Ruby lagi. Cleo langsung mati kutu. Yak, kalau gitu, ayo kita jodohin Cleo sama Pangeran!
Nggak perlu, tolak Cleo, tetapi kata-katanya sudah tidak dipedulikan lagi. Sekarang semua anak sudah
repot .& Yak, sudah diputuskan! sahut Ruby, membuat Cleo menatapnya ngeri. Ruby menepuk bahu Cleo serius. Kita panas-panasin si Putra!
Cleo terdiam sesaat. Ide itu tidak terdengar brilian. Pake apa" Kompor"
Maksudnya, kita bikin Putra cemburu! sahut Zia. Kita pake si Mario!
Cleo memikirkan kata-kata Zia, lalu selanjutnya mengangguk-angguk. Hm & boleh juga, tuh. Mar, lo kerja sama sama gue, ya!
Sip! sahut Mario, dan Cleo segera memikirkan rencana selanjutnya.
Hei, sapa Cleo sambil duduk di depan Putra. Putra meliriknya sebentar, lalu kembali membaca majalah. Cleo menoleh ke belakang teman-temannya sibuk memberi semangat dalam diam lalu mengangguk mantap dan kembali menatap Putra.
Nih. Cleo meletakkan kotak berisi pastel di depan Putra. Putra melirik kotak itu tanpa ekspresi.
No, thanks, tolaknya, masih sakit hati dengan berbagai keusilan yang pernah diterimanya. Asin, kok, kata Cleo polos.
Bodo, tukas Putra pendek, tetap menekuni majalah game-nya. Cleo menatap Putra geli, lalu mencubit pipinya gemas. Putra mengernyit tak suka.
Yang sekarang serius, kok, nggak ada racun, nggak ada jebakan, kata Cleo lagi. Ini bener-bener ucapan
gue. Putra masih tak bereaksi. Menurutnya, Cleo adalah cewek dengan sejuta akal bulus, jadi Putra tak mau termakan bujuk rayunya lagi. Cleo menghela napas melihat Putra yang tetap sibuk dengan majalahnya.
Hm & Put" Katanya kemarin lo ngasih gue napas buatan, ya" tanya Cleo tiba-tiba, membuat tulisan di majalah itu kabur. Putra tak bisa lagi fokus. Kalau lo mau tahu, itu first kiss gue, lho.
Sekarang, Putra sudah benar-benar tak bisa membaca apa-apa lagi. Dia mendongak, melongo menatap cewek di depannya yang malah cengar-cengir sambil menatapnya penuh arti.
Hah" Hanya itu yang bisa diucapkan Putra, setelah mendengar pernyataan Cleo.
Iya. Yang kemarin itu, first kiss gue. Dan, karena lo ngasih napas buatan ke gue tiga kali, jadi itu first, second, sama third kiss, deh, kata Cleo, lalu berakting tersipu.
Itu & cuma tindakan penyelamatan, komentar Putra akhirnya, setelah sadar dari kebengongannya.
Oh" Gitu, ya" Yah, gue pikir lo udah mulai suka sama gue & , kata Cleo sedih, sekali lagi membuat Putra melongo parah. Namun, detik berikutnya, dia sadar.
Mana mungkin, kan" Putra mendengus, lalu kembali menatap majalah walaupun tidak benar-benar membaca. Cewek nggak feminin kayak lo.
Cleo terdiam sebentar. Jadi, tipe cewek lo yang feminin, ya" Apa gue nggak cukup feminin"
Tapi, biasanya tipe, tuh, suka nggak kepake, lho, Put, kata Cleo lagi. Biasanya cinta nggak lihat tipe. Lo bisa suka sama seseorang walaupun dia bukan tipe lo.
Dalam kasus ini, kayaknya teori lo salah, kata Putra tak acuh sambil membalik halaman majalahnya.
Oh & . Cleo mengangguk-angguk. Jadi, tipe lo yang feminin kayak Rachel, ya" Makanya lo jalan sama dia terus"
Putra berhenti membalik halaman, tetapi tidak berkomentar.
Tapi, Put, cewek unik kayak gue ini, satu-satunya, lho, di dunia, kata Cleo, membuat Putra mendengus. Damn right, gumam Putra, membenarkan hal ini. Kalau lo nggak cepet-cepet, entar ada yang nyadarin keunikan gue duluan, lho, lanjut Cleo, pantang menyerah.
Putra menatapnya, tak percaya ada cewek seajaib ini di dunia. Sementara itu, Cleo cuma nyengir dan kembali ke tempat duduknya karena Ramli sudah datang. Putra melirik Cleo yang langsung mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya, lalu menggelengkan kepala pelan.
Hanya cowok aneh yang akan tertarik pada keunikan cewek seaneh Cleo.
Kamu masuk kelas After School lagi" sahut Rachel tak percaya saat Putra memintanya untuk melepas artikel yang kemarin.
Iya. Keberatan" Putra menyambar ransel dan
Rachel segera mengikutinya. Tapi kenapa" Kenapa kamu masuk kelas itu lagi"
Suka-suka gue, dong, jawab Putra malas, lalu berhenti untuk membetulkan tali sepatu. Pokoknya lo harus lepas artikel itu.
Rachel menatap Putra, benar-benar tak percaya Putra akan kembali ke kelas penuh orang dodol itu, padahal nilai-nilainya tidak sedang bermasalah.
Iya, entar aku lepas, kata Rachel akhirnya, membuat Putra mengernyit. Tidak biasanya cewek itu langsung menurut. Apa pun alasannya, aku percaya kamu, kok.
Putra menatap Rachel sebentar, lalu mengedikkan bahu. Yah, terserah lo, deh, katanya, bermaksud melanjutkan perjalanan ke koridor kelas After School.
Putra, jangan marah lagi, ya, sama aku. Aku minta maaf soal artikel itu, kata Rachel kemudian.
Gue nggak marah, kata Putra lelah, membuat mata Rachel berbinar-binar.
Yang bener" Makasih, ya, Put! sahut Rachel riang, lalu kembali menggamit lengan Putra seperti biasa. Putra melirik cewek yang bergelayut manja di lengannya itu, lalu menghela napas. Sepertinya ada yang salah dengan obrolannya dengan Cleo kemarin. Rachel memang feminin, tetapi Putra tidak bisa dibilang menyukainya. Putra hanya sudah mengenalnya sejak kecil maka dari itu Putra dekat dengannya.
Mendadak, orang yang sedang dipikirkannya muncul dari koridor di sebelah, sedang berjalan ke
melirik Rachel yang masih menggamit lengannya. Tanpa berkomentar apa pun, cewek itu meneruskan perjalanannya menuju kelas After School. Putra menatap punggung cewek itu bimbang, lalu melirik Rachel.
Gue mau ke kelas, nih, kata Putra, membuat Rachel melepaskan pegangannya.
Oh, iya. Selamat belajar, ya! Rachel melambai ke arah Putra yang hanya membalas seadanya.
Putra memasuki kelas After School yang ramai seperti biasa, lalu duduk di bangkunya. Putra melirik Cleo yang sedang bercanda dengan Mario, seolah tak ada yang terjadi. Putra menghela napas, bingung terhadap kelakuan makhluk bertitel cewek. Biasanya cewek itu langsung menghampirinya dan mencubit pipinya ketika dia baru masuk kelas.
Putra baru akan mengambil majalah game dari ransel ketika Mario duduk di depannya. Raut wajah cowok itu tampak luar biasa gembira.
Apa" tanya Putra, lumayan curiga.
Pangeran, gue mau curhat, nih, kata Mario, membuat Putra merinding. Mario lalu mencondongkan tubuh ke arah Putra. Sini gue bisikin.
Putra menatap Mario ragu sesaat, lalu akhirnya menyerahkan telinganya untuk dibisiki.
Gue lagi suka sama seseorang, bisik Mario, membuat Putra menatapnya tanpa ekspresi. Dipikirnya ada sesuatu yang penting.


After School Club Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oh, komentar Putra singkat sambil membuka
Lo nggak mau tahu gue suka sama siapa" tanya Mario kecewa. Putra menatapnya lagi, lalu mendesah.
Oke, siapa" tanya Putra, menyerahkan telinganya lagi.
Cleo, bisik Mario, membuat Putra mendadak kaku. Iya, Cleo yang itu.
Putra menatap Mario yang tampak girang seperti anak kecil, lalu melirik Cleo yang sedang asyik mengobrol dengan Ruby dan Zia di dekat jendela.
Sebenarnya, udah lama, sih, gue naksir, soalnya Cleo, kan, manis, udah gitu asyik lagi, kata Mario, sementara Putra masih belum bisa bereaksi. Put" Kenapa"
Hah" Putra tersadar. Nggak apa-apa. Yah, bagus, deh.
Lo jangan bilang siapa-siapa, ya, soalnya gue mau nembak kalau ada kesempatan. Mario menempelkan jari telunjuk di bibir lalu bergerak ke arah Cleo dan yang lain untuk bergabung.
Putra tidak tahu apa yang menyebabkannya begitu kaget saat mendengar curhatan Mario. Putra juga tidak tahu kenapa dia harus peduli. Yang Putra tahu, omongan Cleo kemarin ada benarnya, tetapi dia tidak menyangka akan terjadi secepat ini.
Hei, bengong aja. Cleo tiba-tiba ada di depannya, membuat Putra tersentak. Eh, gue dikasih dua tiket nonton gratisan, nih, sama sepupu gue. Kita nonton bareng, yuk"
Malas, ah, seloroh Putra, tergelincir begitu saja dari mulutnya. Cleo bengong sesaat, lalu mengangguk.
Mario. Mar, entar malam nonton bareng yuk, gue ada dua tiket nonton gratisan, nih!
Ayo! sahut Mario segera, lalu mengedipkan mata kepada Putra yang memperhatikan mereka. Putra segera sadar, dia sudah melakukan hal yang bodoh dengan menolak ajakan Cleo. Namun, Putra terlalu gengsi untuk menarik kata-katanya.
Semalam Putra tidak bisa tidur, memikirkan apa yang terjadi di acara nonton bareng Cleo dan Mario. Mungkin Mario sudah menembak Cleo dan mungkin juga Cleo sudah menerimanya. Namun, Putra sebisa mungkin meyakinkan diri kalau hal itu tidak berhubungan dengannya.
Putra menguap lebar dalam perjalanannya ke kelas After School. Sesampainya di depan kelas, dia membuka pintu perlahan. Ketika melihat Mario di dalam, perut Putra bergejolak. Dari tampang ceria anak itu, sepertinya tidak ada hal buruk yang terjadi. Ini berarti Cleo sudah menerimanya.
Putra berjalan gontai ke bangkunya sementara Mario heboh bercerita. Putra melirik kerumunan itu, tetapi Cleo tidak tampak di sana.
Ya, ampun, gue nggak percaya, si Nisa bisa telepon gue! sahut Mario semangat, membuat Putra memperhatikannya. Dia ngajak gue jalan!
Si Nisa tetangga lo yang cakep banget itu" Ruby ikut heboh. Ngajak lo jalan"
Iya! sahut Mario lagi. Udah lama banget gue
Terus, semalam si Cleo gimana dong" tanya Zia, membuat Putra mempertajam pendengarannya.
Ah, si Cleo, sih, gampang! Dijelasin sekarang dia pasti ngerti! sahut Mario tanpa terdengar bersalah. Putra menatapnya tak percaya. Paling-paling dia pulang kalau tahu gue nggak datang.
Apa-apaan lo" seru Putra, tahu-tahu sudah mencengkeram kemeja Mario. Anak-anak lain menatap Putra kaget.
Woy, Put, kalem dong, lo kenapa" tanya Ruby tak mengerti.
Lo tanya, nih, anak! sahut Putra marah. Apaapaan lo, berani-beraninya memperlakukan Cleo kayak gitu"
Hah" kata Ruby bingung, sementara Mario menatap Putra salah tingkah.
Baru kemarin lo bilang gue kalau lo suka sama Cleo, terus lo malah jalan sama cewek lain" Apa lo mau bilang kalau kemarin lo nggak serius" sahut Putra geram.
Put, lo harus ngerti, si Nisa ini jauh lebih cakep daripada Cleo, dan gue udah nunggu dia dari lama .&
Putra tak ambil pusing lagi. Dia menghantam Mario dengan kepalan tangannya hingga Mario terpelanting ke lantai. Anak-anak menjerit ketakutan.
Lo kenapa, sih, Put" Apa pentingnya lo mukul gue" sahut Mario marah. Darah sudah mengalir dari ujung bibirnya yang sobek.
Gue nggak bisa lihat Cleo dipermainkan sama lo! sahut Putra. Cleo, tuh, bukan cewek sembarangan!
bicara. Semua orang bengong menatapnya. Putra sendiri tak peduli dan masih menatap Mario bengis.
Kalau lo nggak serius sama Cleo, jangan deketin dia lagi, tutup Putra dingin, lalu melangkahi Mario untuk keluar kelas. Dia benar-benar tak menyangka Mario adalah seseorang yang berengsek. Ada beberapa orang yang ternyata memang tidak bisa dinilai dari penampilannya.
Putra sedang berjalan di koridor ketika seseorang menariknya masuk ke sebuah kelas. Putra melotot ketika mengetahui kalau orang itu adalah Cleo. Cleo yang cengar-cengir bodoh seperti biasa.
Ayo, ngomong lagi apa yang tadi lo omongin di kelas, katanya, senyumannya tambah lebar. Putra mengernyit sebentar, lalu akhirnya menyadari kalau Cleo mendengar semua kata-katanya saat dia memukul Mario tadi. Seketika Putra merasakan wajahnya memanas. Dia sendiri tidak tahu setan apa yang bisa membuatnya berkata hal yang tidak-tidak seperti tadi.
Lo & denger" tanya Putra takut-takut. Cleo mengangguk gembira dengan cengiran nakal di wajahnya. Putra langsung pasang alarm curiga. Mendadak, dia sadar. Oh & OH! Jangan ngomong kalau itu jebakan lagi!
Cleo mengangguk-angguk lagi, masih dengan cengiran nakalnya. Putra menatapnya tak percaya. Cewek ini benar-benar aneh dan Putra benar-benar tak habis pikir. Cewek aneh itu sekarang malah mencubit pipi Putra.
kelas, bujuk Cleo riang.
Dasar cewek licik, sungut Putra keki.
Bukan licik, tapi cerdik. Cleo mengetuk kepalanya sendiri dengan tangannya yang bebas. Ayo, ngomong lag
Gue tadi cuma bercanda, tahu, kata Putra kemudian, membuat cengiran di wajah Cleo lenyap. Hah" Cleo melepas cubitannya.
Bercanda doang. Gue cuma nggak suka lihat orangorang kayak Mario, kata Putra lagi. Harusnya lo berterima kasih gue udah ngebela lo.
Cleo tidak mendengarkan kata-kata Putra yang terakhir. Dia mendadak terdiam, membuat Putra mengernyit.
Kenapa lo" tanya Putra sambil mengusap pipi yang tadi dicubit.
Oh & . Cleo mengangguk-angguk pelan. Bercanda doang, ya.
Putra terkekeh, merasa sudah berhasil balik mengerjai Cleo. Putra menepuk kepala Cleo lalu melangkah keluar, meninggalkannya yang masih bergeming.
Putra kembali berjalan ke kelas, untuk meminta maaf kepada Mario yang tadi sudah sepenuh hati dipukulnya. Namun, begitu masuk kelas, dia disoraki oleh semua orang, termasuk Mario sendiri.
Cieee! sahut anak-anak begitu Putra muncul. Putra hanya bengong menatap mereka.
Lo harus berterima kasih sama gue! sahut Mario sambil nyengir, walaupun bibirnya dikompres dengan
Iya, iya, sori. Putra melangkah ke bangkunya. Lo juga, sih, pake acara bohong segala. Jangan-jangan si Nisa-Nisa itu juga fiktif, lagi.
Emang, iya, sambar Ruby, lalu tergelak. Sambil mendengus sebal, Putra duduk di bangkunya. Anak-anak gila ini sudah berhasil mengerjainya lagi.
Pintu kelas menjeblak terbuka, dan Cleo masuk. Seketika kelas ramai lagi, kali ini sibuk menyoraki Cleo.
Cle, mission accomplished! sahut Zia bersemangat, tetapi Cleo cuma tersenyum samar. Putra mengawasinya dari bangku.
Gue nggak bisa lihat Cleo dipermainkan sama lo! Mario meniru kata-kata dan gerakan Putra tadi. Cleo, tuh, bukan cewek sembarangan!
Kalau lo nggak serius sama Cleo, jangan deketin dia lagi! sambung Ruby, dengan suara dan ekspresi mirip dengan Putra. Anak-anak sampai bertepuk tangan meriah. Zia menyenggol Cleo yang ekspresinya masih datar.
Bercanda, kata Cleo dingin, membuat sorak-sorai berhenti seketika. Cleo lalu melirik Putra yang sedang menatapnya. Dia cuma bercanda.
Hah" sahut Mario tak percaya. Bercanda gimana" Dia niat banget mukul gue gini! Ya, kan, Put"
Dia cuma bercanda, tegas Cleo sebelum Putra sempat menjawab. Cleo lalu menatap temantemannya. Jangan dibahas lagi.
Cleo berjalan menuju bangkunya tanpa menatap balik Putra, lalu berpura-pura sibuk dengan buku yang
menatapnya tanpa bersuara, sampai akhirnya Ramli datang.
Hari Minggu ini, Putra memutuskan untuk mengunjungi toko game langganannya di sebuah mal. Putra mau membeli game terbaru karena game terakhir yang dia beli sudah tamat.
Setelah selesai membeli game, Putra melangkahkan kaki keluar toko sambil mengamati suasana mal. Hari ini mal tampak lumayan ramai, jadi Putra malas berjalan-jalan. Ketika dia akan melangkah pulang, terdengar pekikan yang rasa-rasanya sudah akrab di telinga Putra.
Ya, ampun! Putra! sahut Rachel dari seberang lobi, tampak menekap mulut. Putra menghela napas. Bahkan, di hari Minggu-nya, dia tidak mendapat ketenangan. Cewek itu sekarang sudah berlari-lari kecil ke arahnya.
Habis ngapain" tanya Rachel. Putra melambaikan kaset game yang tadi dibelinya. Oh, beli game. Aku habis shopping, nih.
Putra melirik tas-tas belanjaan di tangan Rachel. Hari masih pagi, tetapi dia sudah belanja sebanyak itu. Putra tidak habis pikir pada kaum wanita.
Habis ini kamu mau ke mana" tanya Rachel lagi. Pulang, jawab Putra jujur.
Lho, kok, hari gini udah pulang, sih" kata Rachel. Kamu laper nggak" Kita makan dulu, yuk! Putra menatap Rachel bimbang sesaat. Sebenarnya,
tidak terbiasa berjalan di keramaian. Namun, perutnya lapar karena belum sarapan. Dia terlalu malas untuk bertemu dengan ayahnya tadi pagi. Makan di sini bukan ide yang buruk.
Boleh. Putra menyanggupi, membuat Rachel memekik girang. Dia segera menggamit lengan Putra dan menariknya.
Aku tahu resto Jepang yang enak! sahut Rachel, lalu membawa Putra yang pasrah mengikutinya.
Enak, kan" tanya Rachel begitu Putra menyumpit teriyaki ke dalam mulut.
Lumayan, jawab Putra sambil mengunyah. Rachel tersenyum senang, lalu menyumpit tempura dari tempat makanannya.
Kamu mau nyoba tempura-ku nggak" Enak juga, lho. Rachel menyodorkan tempura itu ke depan mulut Putra. Putra menatap tempura itu ragu.
Nggak, tolak Putra, berusaha mengelak dari serangan tempura Rachel. Namun, Rachel bersikeras, tangannya masih teracung dengan tempura terjepit di sumpitnya. Putra akhirnya mengalah dan memakannya. Rachel tersenyum bahagia.
Putra mengunyah tempura itu, lalu menghela napas. Cewek ini memang betul-betul pemaksa yang mengerikan. Putra memutuskan untuk melempar pandangannya ke sekeliling mal dan detik berikutnya, dia membeku saat melihat sosok di kejauhan yang sedang memandangnya.
cuma ilusi tetapi yang dilihatnya benar-benar Cleo. Zia tampak ada di sampingnya, sibuk dengan ponsel. Putra mendesah. Kenapa kebetulan seperti ini bisa terjadi, sih" Bukannya cuma ada di sinetron"
Putra melirik Rachel yang tampak sibuk sendiri dengan makanannya, tidak menyadari kehadiran Cleo. Putra balik menatap Cleo, yang masih menatapnya tanpa ekspresi.
Bentar, Cle, si Ruby BBM.
Zia berhenti di depan toko perhiasan, lalu sibuk membalas BBM Ruby. Cleo ikut berhenti, tetapi matanya tidak lepas dari sosok Putra yang sedang makan bersama Rachel.
Putra dan Rachel tampak sangat mesra, pakai acara suap-suapan segala. Cleo merasakan perasaan cemburu membakar dadanya. Harusnya Cleo tahu kalau Putra pasti menyukai cewek seperti Rachel. Kejadian kemarin hanya membuat Cleo malu saja. Harusnya Cleo tidak usah membuat Putra cemburu, toh cowok itu juga tidak bakal cemburu karena ada Rachel di sampingnya.
Cleo masih menatap Putra yang juga menatapnya, sampai akhirnya dia tersadar. Cleo segera mengalihkan pandangan dan pura-pura tertarik pada perhiasan yang ada di etalase.
Nyusahin aja, sih, anak ini, gerutu Zia sambil memasukkan ponsel ke tas. Masa dia nitip minta cariin majalah anime" Cle"
Hem" gumam Cleo yang menatap kosong etalase
melihat Putra di depan restoran Jepang.
Cle! Itu, kan, Putra! sahut Zia heboh, lalu melambai-lambai ke arah Putra yang hanya balas tersenyum kaku. Tapi & kok, sama Rachel, sih?"
Cleo memelototi Zia sebal, lalu menariknya masuk ke toko perhiasan. Zia balas melotot saat Cleo melakukannya.
Kenapa, sih, Cle" tanya Zia bingung. Kita harus samperin mereka!
Buat apa" tanya Cleo enggan.
Yah, kita minta penjelasan kenapa dia jalan sama Rachel! sahut Zia lagi, tampak lebih tidak terima daripada Cleo sendiri. Padahal kemarin dia udah ngomong begitu!
Kemarin dia cuma bercanda, Zi, sergah Cleo tak sabar. Lo ngerti nggak, sih" Dia bilang sendiri sama gue kalau dia cuma bercanda!
Zia terdiam, sementara Cleo menghela napas. Udahlah, nggak usah dibahas lagi. Kita pura-pura aja nggak lihat mereka, oke" kata Cleo lagi. Zia cuma mengangguk pelan, lalu menatap ke sekeliling.
Ng & Cle" kata Zia lagi, membuat Cleo meliriknya sebal. Kenapa kita masuk ke sini"
Cleo tersadar dan ikut memandang ke sekeliling dan mendapati para pramuniaga toko itu sudah tersenyumsenyum penuh harap kepada mereka.
Ada yang bisa saya bantu, Mbak" tanya salah seorang dari mereka.
Cleo dan Zia segera nyengir bersalah.
The Earth and the Star utra sedang pusing. Pasalnya, kemarin dia tertangkap basah sedang makan dengan Rachel oleh Cleo. Bukannya bagaimana, tetapi baru tiga hari yang lalu cewek itu mengerjainya dengan berusaha membuatnya cemburu kepada Mario. Mau tidak mau, Putra memikirkan juga perasaan cewek itu saat melihatnya berdua dengan Rachel.
Segala urusan cewek ini benar-benar membuat Putra sakit kepala. Putra merasa tidak perlu menjelaskan apa pun kepada Cleo karena cewek itu bukan ceweknya. Namun, Putra juga tidak bisa melihat cewek itu selalu menghindarinya setiap kali bertemu di koridor.
Hhhhh, gumam Putra kesal sambil mengacakacak rambutnya sendiri. Rachel menatapnya bingung.
Putra" Kamu kenapa" tanyanya. Putra menatapnya dan merasa tambah frustrasi.
Nggak kenapa-napa, jawab Putra cepat, lalu segera bangkit dan mengenakan ransel. Sebenarnya, hari ini dia malas ikut kelas After School karena pasti akan
langsung pulang ke rumah dan tak punya kerjaan seperti dulu.
Putra membuka pintu kelas After School dan langsung menangkap sosok Cleo yang sedang bercanda dengan Zia. Kalau dilihat dari tampangnya, sepertinya cewek itu sudah kembali seperti biasa. Namun, Putra segera menarik pikirannya begitu Cleo membuang muka saat pandangan mereka bertemu.
Setelah menghela napas berat, Putra berjalan ke bangku dan duduk sambil tetap mengawasi Cleo dari sudut matanya. Cewek itu menolak untuk menghampirinya dan mencubitnya seperti biasa. Itu sudah cukup pertanda bagi Putra kalau cewek itu benar-benar marah.
Baru ketika Putra akan mengambil majalah, Cleo muncul tepat di hadapannya sambil menyodorkan kotak berisi pastel. Putra menatap cewek itu bingung.
Nih, tinggal satu, tawarnya, tetapi tanpa cengirannya yang biasa. Putra mengambil pastel itu walaupun masih tak habis pikir.
Thanks, kata Putra, dan Cleo segera bergabung kembali dengan anak-anak lain.
Putra menatap pastel di tangannya, lalu beralih pada Cleo yang sudah sibuk tertawa-tawa dengan yang lain. Putra benar-benar tidak mengerti kaum wanita.
Gue balik duluan, ya! sahut Mario setelah kelas berakhir. Dia langsung melesat keluar kelas disusul oleh Ruby dan Panca. Putra bengong melihat mereka
begitu. Baru ketika Putra akan membereskan buku, Zia menabrak mejanya hingga buku-bukunya jatuh berserakan.
Aduh, maaf! Zia memegang-megang buku Putra seadanya, lantas segera bangkit. Maaf, Pangeran, tapi gue harus cepet-cepet balik! Maaf, ya!
Zia pun melesat keluar kelas begitu saja, membuat Putra semakin melongo.
Nggak apa-apa, gumam Putra pada udara, lalu berlutut untuk membereskan buku-bukunya sendiri. Beberapa saat kemudian, Putra mengernyit. Majalah game terbarunya tidak ada di sana.
Putra melongok ke kolong meja, tetapi majalah itu juga tidak ada di sana. Putra mengorek ranselnya. Nihil. Heran, Putra akhirnya mengeluarkan seluruh isi ransel dan mencari majalah itu. Namun, majalah itu tidak ada di mana pun.
Putra mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas, siapa tahu majalah itu ada di meja anak lain. Seingatnya, dia tak pernah meminjamkan majalah itu kepada siapa pun. Kelas ini juga sudah sepi karena semua anak sepertinya punya urusan penting. Putra menghela napas dan memutuskan untuk membeli yang baru saja.
Baru ketika Putra berhasil membereskan isi ransel, pintu kelas menjeblak terbuka. Cleo muncul dari sana, tampak kaget Putra masih ada di kelas. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Cleo melangkah masuk, lalu segera berjalan menuju bangkunya dan melongok kolongnya.
Apa" tanya Putra, siapa tahu tadi Cleo yang menyembunyikan majalahnya. Cleo menoleh ke arah Putra, lalu menggeleng.
Bukan apa-apa, kok, jawab Cleo, kembali melangkah menuju pintu sambil bergumam sendiri. Apa, sih, maksudnya Zia.
Baru ketika Putra mau bertanya lagi, pintu kelas mendadak tertutup. Tak lama kemudian, terdengar bunyi klik dari sana. Cleo dan Putra terdiam sesaat berusaha mencerna kejadian barusan lalu detik berikutnya mereka berlomba sprint ke arah pintu dan mencoba membukanya. Namun, pintu itu sudah terkunci dari luar.
Hei! Apa-apaan, nih! Putra berusaha memutar kenop dengan segala gaya, tetapi tak berhasil. Tahutahu, terdengar suara cekikikan dari luar pintu. Putra bengong, merasa mengenali suara itu. WOY! Kalian ngapain, sih! Buka pintunya!
Putra dan Cleo sama-sama menggedor-gedor pintu itu sekuat tenaga, tetapi tak ada yang terjadi. Yang didengar Putra dan Cleo hanyalah suara tawa dan derap langkah yang semakin jauh. Cleo berhenti menggedor, seperti menyadari sesuatu.
Jangan-jangan & . Ya, ampun, awas aja anak-anak itu! sahut Cleo marah. Putra menatap Cleo heran.
Apa" tanya Putra, membuat Cleo menatapnya ragu.
Mereka sengaja ngurung kita di sini, kata Cleo kemudian, membuat mata Putra melebar.
Oh, jadi ini ide lo lagi" tanya Putra sengit.
Gue juga dikerjain! Oh, yah, bener, kata Putra skeptis, teringat kejadian-kejadian sebelumnya.
Cleo meliriknya sebal. Ya, udah kalau nggak percaya.
Cleo meletakkan tas, bergerak menuju jendela lalu membukanya. Tadinya Cleo berniat minta tolong, tetapi tak ada seorang pun di bawah karena hari sudah sore.
Putra menatap punggung Cleo sesaat, lalu berjalan ke arahnya untuk ikut melihat keluar jendela.
Ya, udah, telepon orang sana, kata Putra akhirnya.
Nggak bisa. Handphone gue tadi dipinjam Zia, terus dia bilang dia taruh di kolong meja gue. Makanya tadi gue balik ke sini lagi. Lo aja yang telepon orang, kata Cleo, membuat Putra menghela napas, lalu mengorek ransel. Detik berikutnya, dia terdiam.
Nggak ada, katanya, membuat Cleo menatapnya. Putra kemudian meraba saku celana dan kemejanya. Nggak ada. Apa gue lupa bawa, ya"
Jangan bercanda lo. Cleo mulai panik.
Gue nggak bercanda, sungut Putra, lalu tiba-tiba teringat kepada Zia yang tadi juga meminjam ponselnya dengan alasan ingin bermain game. Putra sangat yakin sekarang Zia sedang menyandera ponselnya juga punya Cleo. Putra tertawa miris. Anakanak ini ternyata sudah mempersiapkan segalanyadengan matang. Putra hampir yakin tadi Zia sengajamenabraknya dan mencuri majalahnya supaya Putra
Nggak ada" tanya Cleo lagi, raut mukanya sudah benar-benar panik.
Lo pasti tahu, kan" tanya Putra penuh selidik. Cleo terdiam lalu menghela napas. Cewek itu kemudian menatap keluar jendela lagi.
TOLOOOOONG! seru Cleo sekuat tenaga, membuat Putra berjengit, kaget setengah mati. Suara Cleo menggema ke seluruh sekolah, tetapi tak ada siapa pun di bawah sana. TOLOOONG!
Woy! Kuping gue pekak, nih! sahut Putra sambil menutup telinganya.
Bodo! Cleo balas menyahut, lalu kembali berteriak dengan frekuensi tinggi.
Putra menatap Cleo takjub, sama sekali tidak menyangka cewek itu benar-benar tak tahu-menahu dengan semua ini. Tiba-tiba Cleo memekik girang, membuat Putra segera menatap ke bawah.
Kak! Kak! Sini! seru Cleo ketika melihat seorang cowok kelas XI yang melintas lapangan basket sambil menyandang bendera marching. Anak itu celingakcelinguk. Sini! Di atas sini!
Anak itu akhirnya menoleh ke atas dan mengernyit ketika mendapati Cleo dan Putra yang melambailambai heboh. Anak itu bengong sebentar, tetapi perhatiannya segera teralihkan pada sekumpulan anakanak aneh yang ada di koridor depannya.
Ruby sibuk melambaikan tangan mengisyaratkan jangan , Zia menyilangkan tangan, Mario meletakkan jari telunjuknya di dahi seperti menyiratkan kalau kedua anak yang minta tolong itu gila, sementara
mengusir anak kelas XI itu. Mereka semua melakukannya dengan heboh tanpa suara.
Anak itu menatap semua anak After School Club takjub, lalu melirik ragu kedua anak di atas yang masih sibuk berteriak-teriak minta tolong. Setelah benarbenar berpikir kalau kedua orang yang minta tolong itu gila, akhirnya anak itu melengos pergi, membuat anakanak After School Club menghela napas lega.
Hah" Woy, Kak! Mau ke mana" Tolongin! sahut Cleo, bengong melihat anak kelas XI itu malah pergi begitu saja. Putra juga tak tahu kenapa anak itu purapura tidak melihat kalau mereka minta tolong.
Cleo langsung lemas saat melihat anak itu pergi menjauh. Usahanya tadi sia-sia sudah. Anak itu mungkin anak terakhir yang berkeliaran di sekolah ini karena hari sudah semakin sore. Putra melirik cewek itu.
Lo emang nggak tahu apa-apa, ya" tanyanya, sedikit merasa bersalah.
Kan, udah gue bilang, tukas Cleo sambil cemberut. Ya, sori, deh. Putra menggaruk belakang kepala. Abis lo, kan, kepala suku mereka.
Cleo mengepalkan tangan, wajahnya serius. Awas aja anak-anak itu, kalau ketemu nanti pasti gue bakal buat perhitungan.
Putra mundur menjauhi cewek itu, jelas tidak mau tahu perhitungan macam apa yang akan dibuatnya.
Hhh & mau sampe kapan, nih, di sini. Putra melemparkan ransel ke meja dan duduk di sana. Mana gue tahu. Cleo duduk di bangku sebelah
sama Nyokap. Selama setengah jam, Putra dan Cleo tak berbicara. Sekarang, di luar sudah gelap dan lampu sekolah otomatis menyala. Putra bangkit untuk melemaskan ototnya yang terasa pegal. Diliriknya Cleo yang tampak tidak bergerak selama setengah jam ini. Putra mencolek bahunya.
Cle. Cleo, panggil Putra, tetapi cewek itu tidak bereaksi. Putra mendengus saat bisa mendengar dengkur halusnya. Bisa-bisanya tidur di sini.
Tidak berniat membangunkan, Putra malah berjongkok di sampingnya sambil memperhatikan rambut hitam cewek itu. Tiba-tiba Cleo bergerak, membuat Putra cepat-cepat duduk di bangku dan menatap langit-langit sambil bersiul. Namun, Cleo tidak bangun dia cuma mengubah posisi tidurnya. Sekarang, Putra bisa melihat wajah Cleo yang sedang tidur dengan lelapnya.
Putra menopangkan dagu dan menatap wajah polos itu. Entah apa yang membuat Putra melakukannya, tetapi Putra melakukannya selama setengah jam ke depan sampai Cleo akhirnya membuka mata. Putra cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Cleo menguap dan meregangkan tubuh. Jam berapa, nih"
Jam tujuh, jawab Putra cepat, salah tingkah karena merasa baru saja melakukan hal yang konyol. Cleo mengangguk-angguk, kepalanya terkulai lagi ke meja.
Aduuuh & , katanya lemas.
Gue laper & , lanjut Cleo, membuat tangan Putra tergelincir dari meja. Cewek ini benar-benar ajaib.
Mau gimana lagi" Putra menatap pintu. Lo tahan-tahanin, deh, sampe anak-anak itu ngebuka pintu.
Namun, nyatanya, sampai sejam ke depan, pintu itu tak kunjung terbuka. Cleo dan Putra sudah sebisa mungkin menghabiskan waktu dengan caranya masing-masing. Papan tulis sudah penuh ditulisi macam-macam oleh Cleo, kebanyakan kutukan untuk anak-anak yang mengurung mereka.
Putra sendiri menggaruk-garuk kepala, frustrasi. Sudah lebih dari dua jam mereka dikurung dan tampaknya tidak ada tanda-tanda pintu itu akan dibuka dalam waktu dekat. Selain kelaparan, Putra memiliki masalah yang lebih besar: berada satu ruangan dengan seorang cewek yang akhir-akhir ini selalu mengusik kehidupannya. Kalau ternyata pintu ini tidak terbuka sampai besok, Putra tidak yakin bisa melalui malam ini tanpa menjedot-jedotkan kepalanya ke tembok. Putra pasti tidak akan bisa tidur kalau Cleo berada seruangan dengannya.
Putra menatap Cleo yang masih menulis-nulis berbagai kutukan. Tadi Cleo dengan mudahnya tertidur, padahal ada cowok di sebelahnya. Putra heran kenapa cewek bisa mengatasi hal-hal seperti ini dengan begitu mudah. Mungkin ini perbedaan besar yang terdapat antara cewek dan cowok.
MATIIII! sahut Cleo, membuat Putra terlonjak. Ternyata cewek itu sedang mencoret-coret wajah
Cleo sendiri merasa lelah, lalu duduk di meja guru sambil menatap hasil karyanya selama sejam ini.
Putra menatap cewek itu lagi. Sudah dua jam ini, Cleo tidak bicara apa pun selain kepada dirinya sendiri. Kalau Putra bertanya sesuatu, dia hanya menjawab singkat dan tak bersemangat. Jelas-jelas cewek itu masih marah kepada Putra. Cleo melirik Putra yang tidak sempat mengalihkan pandangannya.
Apa" tanya Cleo, merasa diperhatikan. Putra menatapnya sesaat, lalu menghela napas.
Yang kemarin di mal itu Oh, itu, potong Cleo sebelum Putra sempat selesai bicara. Put, gue minta maaf soal yang tempo hari itu. Hah" tanya Putra bingung. Yang mana" Yang soal Mario itu, kata Cleo lagi. Gue nggak tahu kalau lo sama Rachel udah pacaran. Sori.
Putra terdiam, lebih karena tidak menyangka Cleo akan mengatakan hal-hal seperti itu.
Gue juga, bego banget. Cleo mengetuk kepalanya sendiri. Lupain aja, ya, yang kemaren" Malu-maluin soalnya.
Putra mengangguk-angguk walaupun bingung. Terus, soal yang sekarang ini, sori lagi, ya" Anakanak itu emang pada bebal, nggak ngerti-ngerti kalau diomongin, kata Cleo lagi. Tapi, tenang aja, gue bakal ngerahasiain dari Rachel, kok.
Nggak perlu, tukas Putra. Dia bukan cewek gue, kok.
Bukan" ulang Cleo, tak mengerti.
Bukan. Kemarin itu, gue nggak sengaja ketemu
gue ngikut aja. Itu yang tadi mau gue bilang, tapi lo udah keburu nyerocos, kata Putra, lalu tersenyum geli melihat tampang beloon Cleo.
Oh. Cleo mengangguk-angguk pelan. Oke. Lo nggak marah lagi, kan" tanya Putra, membuat Cleo mengerjapkan mata.
Marah" Siapa yang marah" katanya, pura-pura ngambek. Dia bangkit dan bergerak menuju jendela yang terbuka lebar. Putra menggeleng-geleng geli, lalu mengikuti cewek itu dan bersandar di jendela.
Waaah & , gumam Cleo saat melihat taburan bintang di langit. Putra ikut menatap bintang-bintang itu. Keren banget.
Putra mengangguk setuju. Sangat jarang bisa melihat bintang di langit Jakarta akhir-akhir ini. Cleo menopangkan dagu pada tangannya sambil menikmati pemandangan itu.
Wah, ada bulan juga. Cleo menunjuk bulan purnama yang cantik. Lo tahu nggak" Ngelihat bulan itu gue jadi inget Rachel.
Putra melirik Cleo heran. Rachel" Kenapa" Soalnya dia cantik, jawab Cleo. Dan, kalau Rachel ibaratnya bulan, lo itu bumi.
Bumi" tanya Putra lagi, tak mengerti. Cleo mengangguk, matanya masih menatap bulan.
Iya. Lo bumi. Bulan, kan, selalu berputar di sekeliling bumi, nggak pernah pergi. Rachel itu kayak bulan buat lo, kata Cleo lagi, seperti sedang menjelaskan tata surya. Hm & terus lo tahu nggak gue apa"
Gue adalah salah satu dari bintang itu. Cleo menunjuk satu bintang, entah yang mana. Yang bisanya ngelihat bumi dan bulan dari jauh. Dan, kalau masanya udah habis, gue bisa redup dan jatuh.
Cleo menatap bintang-bintang yang bekerlipan itu, tersenyum samar, lalu menoleh kepada Putra yang tak kunjung meresponsnya. Mata Cleo melebar saat mendapati Putra sedang menatapnya, dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti.
Selama beberapa menit Cleo dan Putra saling tatap, sibuk dengan pikiran dan debar jantung masingmasing.
GAWAAAT! Mario tiba-tiba membuka pintu, membuat Cleo terkejut dan langsung merosot lemas ke lantai, sementara Putra mendadak tertarik pada pemandangan di luar jendela.
Anak-anak After School Club berhamburan masuk ke kelas dengan wajah tegang, lalu cepat-cepat mengumpulkan meja dan kursi di tengah dan buruburu duduk sambil mengambil sembarang buku dari ransel mereka.
Woy, Put! Ngapain lo! Cepet sini! sahut Mario, membuat Putra mau tidak mau bergabung dengan mereka walaupun tidak tahu persis apa yang terjadi.
Cleo! Jangan duduk di situ! Ayo, sini! Zia menyambar Cleo untuk duduk di sembarang kursi. Semuanya terasa begitu heboh.
Detik berikutnya, pintu kelas menjeblak terbuka. Ramli beserta beberapa ibu masuk ke kelas itu dengan
Dua sin alfa cos alfa ditambah & , kata Mario tibatiba dengan suara keras, lalu menoleh polos ke arah Ramli. Eh, Pak Ramli. Kenapa, Pak"
Kalian sedang apa" tanya Ramli dengan suara bergetar, kentara sekali kalau sedang marah.
Belajar bareng, Pak, jawab Ruby manis, yang langsung disetujui anak-anak.
Mencurigakan, tandas Ramli. Saya tahu kalian. Kalian tidak akan belajar bareng sampai malam begini. Oh, kalian malah tidak pernah belajar bareng selain di kelas.
Oh, itu tandanya Bapak belum benar-benar mengenal kami, kata Mario dengan ekspresi kecewa, membuat urat di dahi Ramli menyembul.
Orangtua kalian semua menelepon saya. Ramli melirik beberapa ibu di sebelahnya. Mereka khawatir terjadi apa-apa sama kalian karena biasanya kalian selalu pulang bareng.
Zia, kamu kenapa belum pulang" tanya seorang ibu yang ternyata ibunya Zia. Mama udah khawatir banget.
Belajar bareng, Ma. Zia pasang tampang polos. Maaf, lupa ngasih tahu.
Ya, sudah, kalau begitu, semuanya pulang sekarang, perintah Ramli tegas, membuat anak-anak sibuk menggumam sambil membereskan buku masingmasing. Beberapa anak terkikik saat menyadari kalau buku-buku yang mereka keluarkan tadi tidak sama. Ada yang mengeluarkan buku cetak Matematika, ada yang mengeluarkan buku latihan Kimia, ada pula yang
sengaja mengeluarkan majalah game milik Putra.
Ada apa" tanya Ramli, membuat kikikan semua anak berhenti. Sudah, ayo cepat pulang.
Satu per satu, anak-anak itu melangkah keluar kelas. Putra melirik Cleo, yang tampak belum banyak bereaksi. Saat Putra menghampiri cewek itu untuk mengantarnya pulang, ibu Cleo menghampirinya. Putra segera mengubah haluan sambil menggarukgaruk hidung.
Cleo" Sayang" tanya ibu Cleo. Cleo tersentak. Hem" Apa, Ma" Ayo, pulang, udah malam, lho.
Cleo mengangguk, lalu berjalan gontai mengikuti ibunya keluar kelas tanpa sekali pun melihat Putra. Putra sendiri hanya balas tersenyum saat ibu Cleo mengangguk kepadanya, lalu menatap punggung cewek itu hingga menghilang di belokan.
Apa Putra pernah berpikir tidak paham kaum wanita sebelumnya" Kalau belum, Putra tegaskan sekali lagi.
Dia tidak paham kaum wanita.
Satu lagi malam yang sulit untuk Putra. Semalam, dia tidak bisa tidur karena memikirkan Cleo dan bagaimana kemarin mereka saling tatap sedemikian lama. Putra memijat dahi, berusaha menghilangkan sakit kepalanya.
Tahu-tahu sakit kepala itu hilang dengan sendirinya ketika dia melihat Cleo sedang berdiri di depan papan
sendiri tidak tahu kenapa melakukan itu lalu menghampiri Cleo yang sedang membaca pengumuman tentang ujian praktik Olahraga.
Entah kenapa, Putra jadi grogi saat mendekati cewek ini. Putra menarik napas dalam-dalam, lalu menepuk pelan bahu Cleo. Cleo menoleh dan matanya melebar saat melihat Putra.
Hei, sapa Putra canggung.
Hei, balas Cleo singkat, lalu kembali mengamati papan informasi. Putra mengernyit saat melihat reaksi cewek itu yang sepertinya biasa saja.
Ng & . Soal tadi malam
Gue tahu, gue tahu, sambar Cleo cepat sambil menepuk bahu Putra penuh pengertian. Lo khilaf, kan" Ya, kan" Khilaf doang"
Putra melongo, sementara Cleo nyengir. Itu & cuma kebawa suasana, ya, kan" katanya lagi. Tenang & gue nggak bakal salah tangkap lagi, kok! Dadah!
Cleo buru-buru melangkah pergi, meninggalkan Putra yang menelengkan kepala, bingung. Putra lalu menggaruk-garuk kepala sambil menatap punggung Cleo yang menjauh.
Putra sedang memikirkan kata-kata Cleo saat membuka pintu kelas dan menyaksikan keanehan pada anak-anak After School Club. Putra mengernyit saat melihat mereka semua sedang memanyun-manyunkan mulut sambil menatap Putra penuh arti. Mario malah
sekarang. Mereka ternyata tahu kejadian semalam saat Putra dan Cleo saling tatap.
Putra menghela napas, lalu berjalan ke bangkunya, berusaha setengah mati tidak tertawa saat melihat bibir manyun anak-anak itu. Putra melirik bangku Cleo yang masih kosong.
Mario! sahut Ruby sambil merentangkan tangan ala telenovela.
Ruby! Mario balas menyahut, lalu berlari-lari secara slow motion dan memeluk Ruby dengan mesra. Gue cinta sama lo!
Gue juga! sahut Ruby, lalu mereka sama-sama memanyunkan mulut seperti orang mau berciuman. Anak-anak sudah tertawa ngakak menyaksikan aksi dodol itu.
Hei, hei, komentar Putra tidak terima. Kejadiannya, kan, tidak seperti itu.
Tahu-tahu pintu terbuka. Cleo pun bengong melihat Mario dan Ruby yang sedang bermesraan di depan kelas. Mario dan Ruby masih berpose sama sampai Ramli muncul dari balik Cleo.
Wah, ini udah musim kawin, ya" komentarnya datar, membuat Mario dan Ruby segera memisahkan diri.
Anak-anak tergelak melihat ekspresi cemberut Mario dan Ruby yang sudah kembali ke bangku masing-masing. Cleo juga berjalan ke bangkunya, tetapi menolak untuk melihat ke arah Putra.
Putra, Cleo bisa-bisa terbakar, lho, kalau kamu ngeliatinnya kayak begitu terus, goda Ramli tiba-tiba,
yang wajahnya sudah sama-sama merah.
Akhirnya, kelas After School hari ini selesai. Putra merasa hari ini adalah kelas After School terpanjang selama hidupnya. Sebelum semua keluar, Mario maju ke depan kelas. Putra sudah curiga dia akan kembali mengerjainya.
Teman-teman! Berhubung besok kelas After School ditiadakan, ayo kita karaokean! ajak Mario yang disambut meriah oleh semua anak.
Kata siapa besok nggak ada kelas" tanya Cleo, tak tahu-menahu.
Kemarin Pak Ramli bilang kalau besok kelas ditiadakan, soalnya dia mau kondangan, jawab Mario, tetapi Cleo tidak begitu percaya, apalagi setelah kejadian kemarin.
Ngumpul di depan gerbang sekolah aja, ya, nggak usah ke sini dulu! sahut Ruby, yang langsung diiyakan anak-anak dengan semangat.
Putra tidak yakin mau ikut. Dia punya firasat tidak enak soal ini.
Pangeran harus ikut, Cleo ikut, lho, bisik Zia sambil menyenggol Putra, lalu mengedip genit. Putra hanya melongo menatap Zia yang menggandeng Cleo keluar kelas.
Putra menghela napas. Tampaknya besok dia akan ikut. Lagi pula, Putra tidak pernah merasakan firasat baik kalau ada di dekat mereka.
sudah-sudah. Lagu anthem mereka masih dinyanyikan dengan serius oleh Cleo, tampak jelas kalau cewek itu mengincar skor bagus. Dan, benar saja, dia mendapat skor 92. Putra bertaruh pasti Cleo sudah banyak berlatih di rumah.
Setelah itu, segala macam lagu dibawakan, hanya saja kali ini lagu-lagunya terdengar familier di telinga Putra. Ternyata anak-anak ini sudah mulai mengenal peradaban. Atau justru Putra yang mendengar terlalu banyak dari pos satpam rumahnya.
Yak & sekarang, giliran Pangeran! Mario menyerahkan mik kepada Putra yang langsung menolak mentah-mentah. Eh, Pangeran, anggota After School Club, tuh, nggak ada yang malu-malu!
Gue nggak malu! sahut Putra sambil terus menghindar. Gue nggak mau!
Kenapa, suara lo jelek" tanya Cleo, membuat Putra berhenti berlari. Putra menatap Cleo yang sudah berdiri dengan pose menantang.
Siniin. Putra merebut mik dari tangan Mario, membuat anak-anak bersorak. Oke, gue nyanyi. Apa lagunya"
Putra bersiap-siap untuk lagu selanjutnya, yang sudah diset oleh Cleo. Lagu yang keluar ternyata Separuh Jiwaku Pergi milik Anang. Bagus, Putra cukup tahu lagu ini gara-gara Yuda menyetelnya setiap pagi setelah Rini memutuskannya demi tukang sayur. Putra pun mengambil ancang-ancang, sementara anakanak riuh menyorakinya.
Putra berdeham, lalu setelah intro dimulai, Putra
bertepuk, langsung kaku begitu mendengar suara Putra. Alih-alih bagus, suaranya meleot-meleot tidak keruan dan sering meleset dari nada aslinya. Putra, tidak tampak menyadari kebekuan teman-temannya, terus saja menyanyi, asyik sendiri di bagian reff-nya. Benar ku mencintaimuuuu & tapi tak beginiiiiiiii & . Setelah empat menit yang canggung, lagu itu selesai juga. Putra menghela napas lega, lalu menoleh dan bingung melihat teman-temannya yang seperti sudah membeku dari waktu yang lama.


After School Club Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Man, lo bener-bener & kacau, komentar Mario. Bagusnya lo ikut Indonesian Idol , timpal Ruby sambil mengangguk-angguk. Bagian Coba Lagi Award.
Ternyata emang bener nggak ada manusia yang sempurna, tambah Zia, kekagumannya pada sang Pangeran mendadak memudar.
Ah, udahlah. Suruh siapa minta gue nyanyi, kata Putra keki, tetapi tahu-tahu matanya melebar saat melihat angka di layar. 84.
HAAA! seru Mario histeris. RUSAK!
MESINNYA RUSAAAKKK! sahut Cleo, ikut histeris, sementara Putra tertawa-tawa senang.
Jangan salahin mesinnya dong, nggak sportif amat, kata Putra, tetapi tak ada yang memedulikannya. Semua anak sibuk memukul-mukul TV dan komputer, membuat Putra tertawa lepas.
Setelah bosan berkaraoke, anak-anak memutuskan untuk bermain ke Pantai Marina Ancol. Putra tidak
anak-anak. Cleo pun menyuruh Putra untuk mengebut, katanya ingin mengejar matahari terbenam.
Saat sampai di sana, hari masih sore, jadi anak-anak menghabiskan waktu untuk bermain air. Mereka ganti-gantian menceburkan seseorang sehingga pada akhirnya, semua orang basah kuyup. Putra juga kena jatahnya dia didorong oleh Mario dan Ruby sekaligus sehingga tersuruk ke air. Putra sampai bisa merasakan pasir di sela-sela giginya.
Hanya Cleo yang mengamati mereka dari pinggir pantai. Anak itu masih takut pada air, jadi dia tidak ikut bermain bersama yang lain. Sesekali Cleo nyengir melihat kelakuan bodoh anak-anak dan tertawa ngakak sampai perutnya sakit saat melihat Putra diceburkan oleh Mario dan Ruby.
Hari sudah mulai petang. Langit pun sudah berubah merah. Anak-anak sekarang menggigil kedinginan karena angin berembus cukup kencang.
Eh, gue bawa baju ganti, kata Mario tiba-tiba. Gue ambil dulu, ya, dingin banget, nih.
Gue juga bawa. Zia bangkit, diikuti anak-anak lain.
Putra menatap mereka bingung. Kalian semua pada bawa baju ganti"
Bawa dong, kan, semalam udah dikasih tahu mau ke pantai juga! seru Ruby. Emang nggak ada yang ngasih tahu lo"
Nggak ada, kata Putra setelah mengingat-ingat. Oh, iya, gue lupa! Zia menepuk jidat. Lagian, gue
Nggak apa-apa, kata Putra walaupun sedikit kesal karena sudah mulai menggigil. Tahu-tahu, Zia menadahkan tangan.
Pinjam kunci. Tas gue ada di mobil lo, katanya, membuat Putra menyerahkan kunci mobilnya. Anakanak itu pun pergi ke mobil sambil ramai berceloteh.
Cepet, ya! Sebentar lagi sunset, nih! sahut Cleo, dan anak-anak itu hanya balas melambai.
Sekarang, di sana hanya ada Putra dan Cleo yang duduk bersebelahan. Suasana hening. Tak ada seorang pun yang berbicara karena masing-masing ingat pada kejadian saat mereka kali terakhir hanya berdua.
Matahari sudah semakin bergerak turun, tetapi anak-anak itu belum kembali juga. Cleo dan Putra sudah mulai gelisah karena suasananya canggung tanpa anak-anak itu. Setelah beberapa lama, Putra akhirnya bangkit dan berbalik untuk melihat keadaan anakanak. Tiba-tiba mata Putra melebar. Mobil Mario dan miliknya sudah tidak ada di tempat parkir semula.
Mobilnya pada ke mana" sahut Putra, bingung. Mobilnya nggak ada!
Cleo terbelalak mendengar kata-kata Putra, lalu segera menoleh ke belakang. Benar saja, dua mobil itu sudah lenyap tak berbekas. Cleo terduduk lemas, menyadari kalau lagi-lagi, dia sudah dikerjai oleh anakanak itu. Putra juga sudah mengerti lama-lama terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Dia duduk di sebelah Cleo dan memandang ke laut lepas. Kayaknya kita dikerjain lagi, nih, kata Putra,
He-eh, gumam Cleo. Yah, seenggaknya kita bisa lihat sunset. Putra kembali berusaha.
He-eh, gumam Cleo lagi. Setelah itu, mereka terdiam. Hanya debur ombak dan desiran angin yang terdengar.
Matahari sekarang sudah hampir terbenam. Semburat merah mempercantik langit dan laut sore itu. Cleo menatap pemandangan itu takjub. Putra melirik Cleo, lalu menarik napas dalam-dalam. Mungkin ini saat yang tepat.
Lo tahu, teori lo yang aneh itu, kata Putra, membuat Cleo menatapnya. Soal bumi, bulan, sama bintang itu. Gue punya teori lain yang lebih baik.
Cleo tidak melepas pandangannya dari Putra dan mendengarkan baik-baik. Putra lalu menghela napas.
Kalau gue bumi, Rachel bulan, dan lo bintang, gue lebih suka bintang yang jatuh ke bumi, kata Putra lagi. Kalau bulan yang ketemu bumi, kiamat, kan, namanya" Tapi, kalau bintang jatuh ke bumi, bintang itu pasti bisa sampai ke bumi dengan selamat, walaupun namanya ganti jadi meteorit.
Putra menatap Cleo yang tampak masih mendengarkan walaupun ekspresinya tidak tertebak.
Gue lebih suka kalau bintang yang jatuh ke bumi, bukannya bulan. Seenggaknya, bumi masih bisa menahan kekuatan bintang, kata Putra, selesai dengan teorinya.
Put & lo ngomong apaan, sih" tanya Cleo akhirnya, membuat Putra melongo.
karena usahanya yang sudah sepenuh hati tidak berhasil. Cleo menelengkan kepalanya bingung.
Teori lo aneh, sih, kata Cleo lagi. Yang lebih simpel, dong.
Yang simpel, ya & . Putra menerawang, lalu menatap Cleo lagi. Oke. Ini simpel. Hm & kayaknya, sih, gue suka sama lo.
Cleo mengerjap-ngerjapkan matanya lugu. Hah" Yah, gitu. Kayaknya gue suka sama lo, kata Putra lagi, berusaha sabar.
Kayaknya" Hm & yah, kemungkinan besar, sih, gitu. Kemungkinan besar"
Oke. Gue suka sama lo, kata Putra akhirnya. Cleo tersenyum simpul, membuat Putra merasa tadi cewek itu hanya mengerjainya.
Beneran" tanya Cleo lagi. Putra langsung berdecak sebal. Ini beneran, Put" Lo suka sama gue" Yang bukan tipe lo"
Putra tidak menjawab kata-kata Cleo. Dia malah menatap ke arah laut, lalu menoleh dan menatap Cleo lama. Cleo sendiri balas tersenyum saat Putra mengangguk mantap.
Ih & romantis banget & , jerit Zia tertahan, membuatnya disikut oleh semua anak.
Diem, Zi! Ntar ketahuan! Ruby segera membekap mulut Zia dan membuatnya lebih merunduk ke balik semak-semak.
dipegangnya. Dalam layar, tampak bayangan Putra dan Cleo yang berlatar sunset yang indah. Cleo sekarang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Putra. Anakanak menyaksikan pemandangan itu bahagia. Tahutahu, layar camcorder itu berubah jadi hitam. Mario mengernyit, lalu menggoyang-goyang camcorder itu, tetapi layarnya tetap mati.
Kenapa, nih" katanya heran. Tahu-tahu, Ruby menepuk jidat.
Waduh, gue lupa ngecas baterainya! sahutnya, membuat anak-anak melongo.
DODOLLLL!!!! sahut semua anak, lalu mereka membantai Ruby bersama-sama.
The Decision agi-lagi, Putra tidak bisa tidur. Namun, kali ini bukan karena frustrasi, melainkan kelewat senang. Semalaman, dia membayangkan saat-saat romantis bersama Cleo di pinggir pantai sampai tidak sadar kalau hari sudah pagi. Dia baru sadar saat Munah mengetuk pintu kamar dan menyuruhnya sekolah.
Putra segera bangun, sangat bersemangat untuk sekolah. Dia juga tak berhenti nyengir, membuat semua orang di rumahnya heran. Semua orang rumahnya disapa, termasuk ayahnya. Ayahnya sampai kaget karena selain tidak biasa sarapan, Putra juga tidak biasa menyapanya selamat pagi.
Namun, semua kegembiraan Putra lenyap ketika bertemu dengan Cleo di sekolah. Cewek itu bersikap biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi.
Hei, sapa Cleo sambil nyengir seperti yang sudahsudah. Melihat Putra yang tidak bereaksi, Cleo mencubit pipinya. Lo kenapa"
Nggak kenapa-napa, jawab Putra, merasa konyol
tidak menganggap hubungan mereka lebih dari teman karena sikapnya masih sama seperti dulu.
Oh, iya, pulang kelas After School lo antar gue, ya, kata Cleo kemudian.
Ke mana" tanya Putra.
Ya, pulang dong, jawab Cleo bingung, lalu mencubit pipi Putra lagi. Yang cowok gue, kan, elo, masa gue masih harus terus diantar sama Mario"
Putra langsung nyengir setelah mendengar katakata Cleo. Cleo balas nyengir. Tahu-tahu, sebuah tangan lentik menyelip di tangan Putra.
Putra! sahut Rachel riang, lalu melotot sewot pada Cleo. Ngapain lo"
Yang ngapain, tuh, elo, kata Cleo geli. Ngapain lo pegang-pegang tangan cowok orang"
Wajah Rachel langsung berubah seperti habis menelan gumpalan karet. Rachel pun menoleh kepada Putra tak percaya.
Bener, Put" tanya Rachel takut-takut. Putra menatap Rachel, kasihan juga kepada cewek itu, tetapi ini harus dihentikan. Putra akhirnya mengangguk singkat. Rachel langsung menjerit histeris, sementara Cleo ngakak.
Bercanda, kan, Put" Anak ini cuma ngaku-ngaku aja, kan" seru Rachel, tidak bisa terima. Putra!
Sori, Chel, sesal Putra, benar-benar merasa tidak enak kepadanya. Rachel menatap Putra tak percaya. Air mata sudah menggenang di matanya, membuat tawa Cleo berhenti. Rachel lalu berderap pergi, meninggalkan Putra dan Cleo sambil terisak.
menyesal. Nanti gue ngomong lagi sama dia, kata Putra kemudian. Cleo mengangguk. Sekarang gue ke kelas dulu, ya.
Ya. Dadah! sahut Cleo sambil melambai. Putra berjalan gontai ke kelasnya. Tidak akan mudah menjelaskan sesuatu kepada Rachel, mengingat Rachel sering berpura-pura tuli.
Setelah membiarkan Rachel meraung-raung selama lima belas menit, Putra akhirnya bisa meyakinkan cewek itu kalau mereka akan tetap berteman baik. Rachel berhenti menangis setelah Putra menepuknepuk kepalanya. Putra juga membiarkan Rachel memeluknya, cewek itu bilang untuk yang kali terakhir.
Putra merasa satu beban sudah terangkat dari pundaknya. Mungkin Putra akan sedikit kehilangan suara cempreng Rachel pada pagi hari, tetapi Rachel harus menemukan cowok yang menyukainya.
Sambil menghela napas, Putra membuka pintu kelas After School. Tahu-tahu Mario loncat ke depannya, lalu menyemprotnya dengan semprotan pita yang biasa dipakai di acara ulang tahun. Pita-pita itu langsung menempel di wajah dan rambut Putra.
HOREEE! sahutnya heboh, diikuti anak-anak lain. Selamat, ya!
Putra diberi selamat dan disalami oleh semua anak sampai tangannya mati rasa. Putra melirik Cleo yang
Cleo menangkap tatapan itu, lalu mengisyaratkan sori dari jauh.
Wah, wah, ada apa ini" tanya Ramli dari belakang Putra. Putra segera bergerak menuju bangkunya sambil membersihkan pita-pita itu dari tubuhnya, malas menjelaskan apa pun kepada gurunya itu.
Pangeran sama Cleo udah jadian, Pak! sahut Ruby membuat Putra dan Cleo serempak melotot buas.
Oh, begitu, kata Ramli, tertarik. Jadi, ada dinasti baru, dong di kelas ini.
Dinasti baru" tanya Zia, mewakili rasa penasaran anak-anak lain.
Iya. Dinasti CleoPutra, kata Ramli, disambut meriah oleh anak-anak.
CleoPutra! Bapak kadang-kadang genius, deh! sahut Mario bersemangat.
Apa maksud kamu kadang-kadang" Ramli tidak terima. Sudah, sudah, tenang. Sekarang saya mau mengadakan pembicaraan dari hati ke hati.
Hiy & takut, ah! seru Ruby, yang disambut gelak tawa.
Jadi, kita mulai dengan & . Wajah Ramli berubah tegang. & ke mana kalian kemarin"
Lho, bukannya Bapak ada kondangan" tanya Cleo polos, sementara anak-anak lain sudah mengerut di bangku masing-masing. Ramli mengernyit.
Kondangan apa" tanyanya, dan Cleo segera menyadari kesalahannya. Seharusnya dia tahu yang kemarin itu hanya akal-akalan Mario. Ramli tampaknya menyadarinya juga. Oh, jadi ada konspirasi
Ini demi keberhasilan hubungan Cleo sama Pangeran, Pak. Mario mencoba membela diri. Jadi, harusnya Bapak mendukung.
Dapat pahala, kok, Pak, jangan khawatir, timpal Ruby, membuat Ramli menatapnya sebal.
Saya tidak pernah memaksa kalian untuk tinggal di sini, tapi setidaknya kasih tahu saya dulu, kata Ramli.
Emangnya kalau ngasih tahu, bakal dibolehin, Pak" tanya Ruby penuh harap.
Nggak juga, jawab Ramli santai, membuat anakanak melengos. Jadi, anak-anak, kita kembali ke topik semula. Ini adalah pesan dari masing-masing wali kelas kalian. Sekarang saya ingin tahu. Di kelas ini, siapa yang memilih untuk masuk jurusan IPA"
Anak-anak terdiam. Tahu-tahu, Tiar mengacungkan tangan. Seketika anak-anak bertepuk tangan.
Hei, hei, kenapa malah ditepuki begitu" Ramli menengahi kehebohan itu. Tiar, apa alasan kamu masuk IPA"
Saya berencana kuliah di Arsitektur, Pak, jawab Tiar, membuat anak-anak kembali bertepuk tangan, kagum. Ramli menatap mereka pasrah.
Jadi, yang lain ini memilih IPS" tanya Ramli, dan sebagian besar mengangguk. Cleo, kenapa kamu memilih IPS"
Saya mau meneruskan usaha pastry ibu saya, Pak. Jadi, kuliah nanti saya rencananya ngambil Ekonomi atau Akuntansi, jawab Cleo yang ikut diberi aplaus meriah.
Oh, begitu. Lalu kamu, Zia" tanya Ramli lagi.
banget sama Fisika soalnya, jawab Zia, yang disetujui anak-anak lain. Ramli menghela napas.
Kamu, Ruby" tanya Ramli, berharap bisa menemukan jawaban yang lebih memuaskan.
Kalau saya, sih, simpel aja, Pak. Ruby bangkit walaupun tidak diminta. Saya ini berjiwa sosial, Pak.
Semua orang bengong mendengar alasan itu. Detik berikutnya, Ruby dilempari dengan segala macam benda, mulai dari gumpalan kertas sampai sepatu.
Hu & Bilang aja nilai-nilai eksak lo nggak mencukupi buat masuk IPA! sahut Mario.
Eh, kalian jangan salah menilai kelas IPS, lho, jangan anggap kelas IPS, tuh, kelas pelarian bagi mereka-mereka yang nggak bisa masuk IPA! sahut Ruby berapi-api. Gue, nih, jiwanya sosial banget, makanya gue ngerasa terpanggil ke kelas IPS, bukan masalah nilai gue nggak muat ke kelas IPA! Tapi, nilai lo nggak muat juga, kan, cibir Cleo. Iya juga, sih. Ruby mengangguk, membuat anakanak kembali menimpukinya. Ramli menatap anakanak didiknya itu, lalu berdeham.
Kata-kata Ruby ada benarnya, kata Ramli kemudian. Kalian jangan anggap kelas IPS itu kelas pilihan kedua karena tidak bisa masuk IPA. Kalian harus menentukan dari sekarang. Kalau memang kalian mau masuk IPA, kalian harus berusaha mendapatkannya. Jangan nanti kalau kalian masuk IPS karena tidak bisa masuk IPA, lalu kalian merasa sebagai orang-orang terbuang.
Anak-anak mengangguk-angguk mendengar nasihat
Tapi, Pak, saya emang mau masuk IPS, celetuk Ruby.
Bagus kalau memang begitu. Ingat, kalau kalian memang punya cita-cita yang hanya bisa dipenuhi dengan masuk jurusan IPA, jangan menyerah hanya gara-gara kalian tidak suka pelajaran eksak. Begitu pula pada jurusan IPS dan Bahasa. Jangan menyerahkan cita-cita kalian pada hal-hal remeh seperti itu. Kalian pasti bisa, saya yakin, kata Ramli, yang langsung ditepuki oleh Mario.
Jarang, lho, Pak, Bapak ngomong yang berkualitas kayak begitu, katanya tak sopan. Ramli tidak memedulikannya, lalu beralih kepada Putra, yang sedari tadi tidak tampak berpartisipasi.
Putra, panggil Ramli, membuat Putra mendongak. Apa alasan kamu mau masuk IPS"
Putra menatap Ramli ragu. Dari tadi, Putra berusaha untuk tembus pandang, supaya tidak terlihat karena dia sendiri belum memutuskan apa-apa sampai sekarang. Putra sudah berkali-kali menghindari janjinya dengan Latif dan sekarang Ramli bertanya hal yang sama.
Nggak ada alasan khusus, Pak, jawab Putra kemudian, membuat semua orang terdiam menatapnya. Putra sendiri hanya menatap kosong meja.
Oh, begitu. Ramli sudah mendengar masalah Putra yang belum memutuskan untuk memilih jurusan dari Latif. Yah, baik. Sekarang, kita kembali pada pokok permasalahan. Karena sebagian besar dari kalian
memberi soal tentang Ekonomi dan Akuntansi juga. Saya juga akan berkoordinasi dengan Bu Endah dan Bu Sri untuk mengisi pelajaran tambahan. Ini karena ada beberapa dari kalian yang nilai kedua mata pelajaran itu kurang bagus.
Yah, sekarang tambah sama Ekonomi Akuntansi juga" keluh Ruby.
Tapi, porsi pelajaran eksaknya dikurangi, kata Ramli, dan setelah itu, suasana kelas jadi lebih ceria.
Selagi suasana kondusif, Ramli membagikan soal Ekonomi kepada anak-anak. Cleo melirik Putra yang tampak tidak bersemangat. Ada sesuatu yang terjadi dan Cleo akan berusaha mencari tahu.
Putra menatap langit-langit kamarnya. Kenaikan kelas sudah begitu dekat dan Putra masih tak tahu harus memilih jurusan apa. Putra bisa saja menyingkirkan egonya dan masuk ke kelas IPS, tetapi entah mengapa Putra tak mau melakukannya. Putra benar-benar ingin lepas dari cengkeraman ayahnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Putra menunggu selama beberapa saat untuk mendengar suara Munah atau Vero, tetapi tak terdengar apa pun kecuali ketukan lagi. Heran, Putra bangkit dan membuka pintu. Matanya terbelalak begitu melihat siapa yang ada di balik pintu.
SURPRISE! teriak anak-anak After School Club yang sudah berbaris tidak rapi di hadapannya. Putra hanya bisa melongo melihat mereka yang datang
Putra lama, ah. Zia mendorong Putra dan masuk dengan seenaknya ke kamar diikuti makhluk After School Club lainnya. Putra bahkan belum bisa bergerak. Cleo nyengir melihat ekspresi Putra.
Hoi. Cleo mencubit pipi Putra, membuatnya tersadar. Sori, ya, dateng malam-malam. Kita mau main, nih.
Main" ulang Putra, bingung. Cleo mengangguk sambil nyengir nakal, lalu masuk ke kamar Putra tanpa permisi, sama tak sopannya dengan yang lain.
Wah, keren banget kamarnya! sahut Zia, mengagumi kamar Putra yang luas dan tertata rapi. Zia dan Tiar lalu mengamati sebuah lemari kaca yang berisi koleksi standing characters StarWars dan anime Bleach milik Putra.
Asyik! sahut Ruby ketika menemukan TV layar datar dan seperangkat PS3, Wii, dan Xbox milik Putra. Gue main, ya!
Sebelum dipersilakan, Ruby dan Mario sudah nongkrong di atas bantal, ribut memilih konsol mana yang mau dimainkan lebih dulu. Yang lain ikut duduk dengan tertib di belakang mereka seakan sedang menonton layar tancap. Putra hanya memandangi mereka pasrah.
Sementara itu, Cleo memandang sekeliling kamar Putra penuh minat. Mata Cleo menangkap sebuah pigura di meja belajar. Cleo meraihnya dan nyengir saat tahu itu pigura pemberian anak-anak After School Club saat ulang tahun Putra kemarin.
Lo pajang juga ternyata, komentar Cleo saat Putra
dan menaruhnya ke dalam laci. Cleo terkikik, lalu mengambil diary miliknya yang tergeletak di meja.
Lo aneh banget, deh, pas kecil. Putra menunjuk sebuah foto Cleo saat masih kecil. Dahi lo ternyata lebar, ya, makanya sekarang lo tutup pake poni.
Cleo melotot sewot kepada Putra. Putra terkekeh, lalu menjentik dahi Cleo yang tambah cemberut.
Lo, kan, yang nyuruh mereka ke sini" tanya Putra lagi. Lo, kan, komandannya.
Tahu aja lo. Cleo melempar pandang ke arah kehebohan yang terjadi di depan TV. Ternyata anakanak sedang menyemangati Ruby dan Mario. Putra ikut menatap pemandangan ajaib itu, lalu terkekeh saat Mario berhasil menendang KO karakter yang dimainkan Ruby.
Cleo menatap Putra sebentar, lalu tanpa sengaja melihat sebuah balkon.
Put, keluar, yuk" ajak Cleo. Putra menoleh ke arah Cleo, lalu menatap balkon itu.
Ayo, katanya, lalu bersama-sama Cleo keluar ke balkon.
Wah, bagus juga pemandangannya. Cleo mengamati halaman depan rumah Putra yang indah pada waktu malam karena banyak lampu yang berpendar.
Tanpa sengaja, Putra melihat Yuda dan Rini yang sedang mojok di pos satpam, rupanya sudah balikan. Mereka menatap Putra dengan tatapan penuh arti. Putra hanya balas menatap mereka tanpa ekspresi, lalu cepat-cepat memandang ke arah lain. Akan repot
Put, lo ada masalah, ya" tanya Cleo tiba-tiba, membuat Putra menatapnya.
Masalah apa" Putra balas bertanya.
Gue nggak tahu. Lo dong yang kasih tahu gue, kata Cleo lagi. Soal penjurusan itu.
Putra menatap Cleo, lalu mengalihkan pandangan. Sebenarnya Putra ragu menceritakan ini kepadanya, tetapi sepertinya cewek itu akan mengerti.
Gue & masih nggak tahu harus masuk jurusan apa.
Kenapa" tanya Cleo bingung. Putra menghela napas.
Lo tahu bokap gue" tanya Putra. Cleo mengangguk, walaupun tampak bingung. Dia udah nentuin masa depan gue. Gue harus jadi penerusnya, apa pun yang terjadi. Setelah SMA, gue harus masuk sekolah bisnis. Dan, untuk itu, gue harus masuk jurusan IPS.
Cleo mengangguk-angguk kecil. Tapi, sebenarnya, apa yang lo mau buat masa depan lo"
Putra terdiam, lalu menghela napas lagi. Terus terang, gue juga nggak tahu. Selama ini gue nggak pernah berpikir mau ngapain.
Tapi, Put, semua orang punya cita-cita. Hm & mungkin, kata Putra tak yakin. Tapi, yang gue tahu dari kecil, gue harus nerusin bokap gue. Gue nggak sempat mikir gue mau jadi apa. Kalaupun ada & . Jangan ketawa, ya.
Cleo mengangguk dengan sungguh-sungguh. Putra tersenyum kaku, lalu menatap langit malam.
Putra, membuat Cleo terperangah. Tapi & nggak mungkin, kan" Gue nggak sepintar bokap gue. Gue nggak ada apa-apanya dibanding dia. Sama aja gue nggak punya cita-cita.
Cleo tak berkomentar lagi. Pikirannya dipenuhi oleh kata-kata Putra. Tiba-tiba, tawa anak-anak memecah keheningan antara Putra dan Cleo. Putra menepuk kepala Cleo lalu masuk ke kamar, meninggalkan Cleo yang masih termenung di balkon.
Semalam itu, ada siapa" tanya ayah Putra, membuat Putra hampir tersedak jus jeruk. Saat ini, mereka sedang sarapan bersama. Tadi, Putra tidak menyangka ayahnya belum berangkat kerja.
Temen, jawab Putra setelah berhasil kembali bernapas normal.
Temen sekelas" Kelas After School, jawab Putra, merasa tak ada gunanya lagi berbohong, karena tempo hari Latif sudah mengancamnya.
Kelas After School" Dahi ayah Putra mengernyit. Apa itu"
Kelas untuk ngulang pelajaran setelah sekolah, jawab Putra lagi, mencoba bersikap biasa sambil mengunyah sosis.
Semua anak ikut kelas itu" tanya ayahnya lagi, mulai curiga.
Nggak. Cuma yang nilainya turun, kata Putra, membuat dentingan sendok ayahnya berhenti. Putra
Budha Pedang Penyamun Terbang 14 Bende Mataram Karya Herman Pratikto Naga Dari Selatan 4

Cari Blog Ini