Ceritasilat Novel Online

Plakk Plakk Plakk 8

Plakk ! Plakk ! Plakk ! Karya Sales Kambing Bagian 8


"GOOLL !! Makan tuh nyett !" Dicky dan Firman kompak ngatain gua yang gagal membendung serangan mereka sambil menunjukkan isyarat jempol terbalik.
Seperti kata pepatah, sepandai pandainya kita menutup bangkai pasti akhirnya tercium juga, sepandai pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga, dan sepandai pandainya bangau terbang akhirnya bakalan jadi kecap juga. Setelah digempur habis habisan gawang yang dijaga iman akhirnya bobol juga. Melihat hal itu, Firman cs langsung histeris dan spontan meluapkan kegembiraannya dengan cara aneh aneh. Ada yang selebrasi buka baju dan nunjukin tato alami yang ia punya (baca: panu), nari gangnam style yang waktu itu masih hits, sampai meluncur di lapangan sintetis dengan posisi dengkul duluan. Gua nggak tau seberapa bahagianya mereka setelah bikin gol, tapi yang gua tau pasti sakit banget tuh meluncur di rumput sintetis dengan dengkul duluan ala thiery henry. Gua yang seharusnya kesel karena abis kebobolan pun malah ketawa ngeliat aksi konyolnya. Skill sih udah oke, tapi otaknya masih stuck di old version. Masih perlu di upgrade lagi, kalo perlu di upgrade ke paid version biar bisa bedain mana rumput beneran mana rumput sintetis.
"lo balik ke posisi lo aja bal, jadi bek. Biar sekarang gua yang jadi forward." ucap gua sebelum kick off kembali dimulai.
By:Sales Kambing "oke fan, bal lo balik jadi bek lagi aja." saut Adrian, sementara Ikbal langsung balik ke posisi asalnya. "kalem aja fan, skornya masih 1-1 kok, mereka keliatannya juga udah mulai loyo setelah nyerang kita abis abisan." tambahnya memberi penjelasan.
Gua kembali melihat kearah suporter lawan, nampak mereka semakin bersemangat mendukung tim Firman setelah berhasil mencetak gol. Tak lupa gua juga melihat kearah Dhara, tak disangka ternyata dia juga sedang memandang kearah gua. Kita sempat beradu pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia tersenyum manis sambil mengepalkan tangannya. Seolah berkata "ayo fan semangat, lo pasti bisa kok !"
Gua nggak begitu mengerti apakah dia emang mau ngasih semangat buat gua atau cuma sekedar menebar psy war agar konsentrasi gua kembali buyar setelah melihat senyumnya. Tapi yang jelas, senyumannya seolah memberi tahu bahwa gua masih punya pendukung dan nggak sendirian disini. Terdengar lebay memang, tapi itulah yang gua rasain.
"BRAKK !! BRUUGG !! GEDUBRAKK !!"
Pertandingan kembali dilanjutkan dengan tensi yang lebih panas daripada sebelumnya. Faktor fisik yang sudah mulai habis semakin membuat emosi makin tak terkontrol. Begitupun dengan yang gua rasain, sekarang sasaran gua bukan gawang lawan, tapi duet Firman kampret dan Dicky alias Dickhe*d. Bodoamat nggak cetak gol, yang penting bola kena mukanya atau kalo perlu kakinya cedera sekalian.
"GOOOLLL !!" Seperti yang dibilang Adrian tadi, stamina mereka emang udah mulai habis. Dan terbukti akhirnya kita bisa mencetak gol lagi setelah memanfaatkan kesalahan mereka. Sekarang tinggal pake mode parkir bus aja didepan gawang karena waktu juga tinggal sepuluh menit.
"woi anjing maksud lo apaan hah ?"
Pertandingan kembali berlanjut, kali ini dengan tensi yang semakin panas dan barbar. Emosi yang makin tak terkontrol akhirnya membuat pertandingan ini berubah menjadi tawuran massal.
By:Sales Kambing BRAAKKK !! BUUGHH !! BLETAKK !!
"Mampus lo anjing...!!"
Gua kembali ke kosan dengan kondisi yang benar benar mengenaskan. Pelipis robek, hidung mimisan, bibir berdarah, dan kaki yang masih pincang akibat insiden tadi. Tak menghiraukan apapun kecuali rasa sakit yang sedang gua rasakan, akhirnya gua berjalan menuju kamar. Mengunci pintu dan langsung merebahkan diri disana.
TOKK !! TOKK !! TOKK !! Namun tak lama berselang gua harus kembali bangkit karena mendengar suara ketukan di pintu kamar. Dengan sisa sisa tenaga yang masih ada, akhirnya gua bisa meraih gagang pintu dan membukanya untuk mengetahui siapa sosok yang ada dibalik pintu ini.
By:Sales Kambing Part 116 Dengan susah payah akhirnya gua bisa membuka pintu kamar, dan cukup terkejut setelah melihat Dhara dan Marcella sedang berdiri disana sambil menunggu pintu dibuka. Bingung kenapa mereka bisa tiba tiba ada disini, padahal selesai futsal tadi mereka sudah dibawa oleh pacarnya masing masing. Semakin terkejut lagi saat gua melihat mereka berdua membawa plester, obat merah, alkohol dan peralatan P3K lainnya.
"woi, yaelah malah bengong. Mau sampe kapan lo ngebiarin kita berdiri diluar gini ?"
Belum habis semua rasa bingung yang sempat memenuhi kepala gua, Dhara sudah terlebih dahulu bersuara. Meminta persetujuan gua agar setidaknya mempersilahkannya masuk. Sementara Marcella juga nampak cemas melihat kondisi gua, yang entah sekarang seperti apa bentuknya.
"eh iya ra, sori." kata gua. "ada apaan nih ?"
"yaampun masih nanya lagi, ya kita mau ngobatin elo lah."
"oh ini.." ucap gua sambil menunjuk muka. "nggak usah repot repot lah ra, cell. Kayak gini doang dipake tidur bentar juga enakan."
Sebenarnya luka gua rasanya lumayan sakit, dan sebenarnya juga perlu diobatin biar nanti nggak infeksi. Tapi akhirnya gua menolak tawarannya karena nggak mau bikin pacar mereka salah paham dan nuduh gua aneh aneh lagi. Udah cukup gua babak belur gini gara gara cewek. Walaupun kedoknya karena main futsal, tapi gua yakin kalau yang dilakuin Firman dan Dicky tadi lebih dari sekedar masalah futsal.
"kayak gini doang kamu bilang fan ?" cella akhirnya ikut bersuara. "pelipis robek, hidung sama bibir berdarah gini masih kamu bilang kayak gini doang ?"
"udah lo nggak usah sok kuat fan.." Dhara menimpali. "sekarang mending lo pilih, lo biarin kita masuk dan ngobatin muka lo apa kita pergi dan nggak akan perduli lagi sama lo."
"huufftt.." gua menghembuskan nafas pasrah. "yaudah, terserah kalian aja.."
By:Sales Kambing Kadang gua bingung, kenapa gua selalu nggak bisa buat nolak apa yang udah jadi keinginan cewek, terlebih Dhara. Mau sekuat apapun gua bertahan pada sebuah pilihan, tapi kalau Dhara udah minta gua untuk berubah pikiran pasti akhirnya gua bakalan nurutin omongannya juga. Gua benar benar nggak habis pikir kenapa gua tiba tiba bisa selemah itu, tapi yang jelas pesona wanita memang terlalu susah untuk dilawan. Mungkin ini juga yang membuat Bandung Bondowoso rela membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam, atau Raja mugal yang rela membuat bangunan semegah Taj Mahal untuk istri yang sangat ia cintai.
Dengan teliti Dhara dan Cella mulai mengobati semua luka yang ada di wajah. Jujur sebenarnya rasa sakit yang sedari tadi gua rasain sudah mulai hilang, bahkan sebelum mereka menggunakan tangannya untuk mengobati luka gua. Melihat mereka sedang berdiri didepan pintu kamar pun sudah cukup untuk mengurangi rasa sakit ini, karena seenggaknya gua tau, masih ada orang yang peduli pada cowok nggak jelas kayak gua
"aww, pelan pelan cell.."
"eh maaf fan, kena yang luka ya ?"
"iya cell.." ucap gua menahan perih. "tapi nggak papa kok. Makasih banget ya udah mau obatin aku. Lo juga ya ra, makasiih banget. Gua sampe bingung mau bilang gimana lagi sama lo ra.."
"dih lo ngomong apaan sih fan, kayak baru kenal aja." Balasnya, sambil mengompres kaki gua yang terkilir. "lagian kan lo udah sering banget ngerepotin gua, jadi biasa aja lah. ahaha." katanya sambil tersenyum, yang spontan membuat gua juga ikut tersenyum.
"hahaha sialan lo ra, kan gara gara cowok lo juga nih gua jadi kayak gini."
"oh iya, maafin kelakuan Dicky tadi ya fan. Aku nggak nyangka loh dia bisa mukul kamu kayak gitu."
"nggak papa cell, namanya juga lagi capek. Jadi nggak bisa kontrol emosi, kamu tenang aja, ntar paling juga biasa lagi."
By:Sales Kambing "maafin Firman juga ya fan, emang gara gara dia juga nih muka lo jadi makin sulit dikenali gini." katanya. "Lagian lo juga aneh, dipukul bukannya bales malah diem aja."
"hahaha dasar gila lo ra, masak ngadu cowok sama sahabatnya sendiri." gua mencoba mengacak acak rambutnya. "kalo tadi gua ngelawan atau ngebales pukulan si kampret, pasti urusannya nggak bakalan selesai gitu aja ra, cell. Pasti akan lanjut sampe keluar lapangan. Lagian gua juga yang salah kok, nackling Firman kebablasan, nggak kena bola malah kena kakinya. Jadi wajarlah kalau dia emosi."
"tapi kan nggak harus mukulin lo kayak gitu.."
"udah lupain aja lah ra, nggak papa kok. beneran. Gua juga bersukur kok meski bonyok gini, coba aja tadi gua nggak bonyok. Pasti nggak akan ada dua bidadari yang kabur dari kahyangan terus ngobatin gua disini." ucap gua sambil nyengir, sementara Dhara dan Cella hanya senyum senyum nggak jelas.
"aww, sakiit raa, ceell." gua meringis menahan sakit karena mereka menekan luka yang ada diwajah gua.
"eh sori sori fan, nggak sengaja."
Setelah merasa agak enakan gua pun berjalan menuju dapur untuk menyeduh secangkir kopi. Walau nggak langsung bikin gua sembuh tapi treatment yang baru saja diberikan Dhara sama Cella udah lebih dari cukup untuk menghilangkan rasa sakit yang tadi sempat gua rasain.
"wah udah jalan jalan aja lo fan, udah sembuh emang ?" tanya Ikbal saat gua melewati ruang tengah.
"gimana nggak sembuh bal, orang yang ngerawat aja dua perawat cakep.." tambah Adrian yang masih fokus dengan joystick ditangannya.
"sembuh dengkul lo kopong bal, yan. Nih liat muka gua masih bonyok gini lo bilang udah sembuh." kata gua sambil terus berjalan, meninggalkan mereka yang sedang asik bermain PS.
"muka lo emang belum sembuh, tapi bagian yang 'lain' pasti udah sembuh lah.."
By:Sales Kambing Gua membawa kopi yang asapnya masih mengepul dan beberapa makanan ringan yang masih ada dikamar ke teras depan kosan. Malam ini cuacanya cerah, tak ada setitik pun awan yang menghalangi bulan dan bintang untuk menunjukkan sinarnya. Angin juga tak berhembus terlalu kencang, membuat gua yang hanya mengenakan kaos oblong semakin nyaman menikmati suasana malam yang cukup indah ini.
"ngeliat muka lo yang penuh plester gini gua jadi inget waktu kecil dulu fan.." ucap Dhara yang tiba tiba datang, lalu kemudian ikut duduk disamping gua.
"Dulu lo pernah kan, jatuh dari sepeda tapi nggak berani pulang karena lo make sepeda kakak sepupu lo."
"iya, dan elo yang mau ngobatin gua malah hampir aja bikin gua minum alkohol buat nyembuhin luka." balas gua sembari kembali bernostalgia mengingat masa lalu. "hahaha, dan bodohnya gua nurut aja waktu lo nyuruh gua minum alkohol itu. Untung aja nyokap lo lewat ra, hahaha."
"ahahaha, lo masih inget aja fan.." dia tertawa lebar. "dulu kan gua masih kecil fan, jadi nggak tau kalo alkoholnya dibasuhin, gua kira diminum kayak sirup gitu. hahaha.."
Mengingat kenangan masa kecil memang selalu menyenangkan, sama seperti yang kita rasakan sekarang. Kita masih terbuai dengan canda tawa yang seakan tak ada habisnya. Bahkan malam yang semakin larut dan udara yang semakin dingin pun tak kuasa menghentikan obrolan yang begitu menyenangkan ini.
"dulu lo kan nggak jadi minum alkoholnya fan, tapi kok sekarang tetep gesrek sih " ahaha."
"hahaha, sialan lo ra. Kayak lo nggak gesrek aja." ucap gua sambil mengacak acak rambutnya lagi. "eh tapi hari ini lo nggak gesrek kok ra, manis banget malah. Emang kenapa sih ?"
"ooh, jadi lo nggak suka gua jadi manis ya fan ?" dia meminum coklat panas yang tadi dibawa. "lo mau tiap hari gua galakin aja ?"
"ya enggak gitu juga, cuma kan aneh aja. Biasanya kan lo liar banget. Jadi kalo lo tiba tiba berubah jadi manis kan jadi aneh, bahkan gua tadi sempet mikir kalo lo abis kejedot ra, hahaha." By:Sales Kambing
"hahaha, dasar lo fan." kali ini dia menyenggol gua dengan lengannya. "tapi menurut lo gua bagusan kayak gimana " jadi manis kayak tadi atau balik galak lagi kayak sebelum sebelumnya ?"
Gua kembali menyeruput kopi hitam yang kini hanya tinggal seperempat gelas.
"ya bagusan kayak tadi lah." jawab gua mantap. "kalo dari dulu lo manis gini pasti gua nggak akan mikir dua kali buat nembak elo ra, haha." gua mencubit pelan pipinya.
"ahaha, kalo sekarang " lo masih mau nembak gua nggak ?" tanyanya dengan nada menggoda.
"emm gimana yaa.." gua meletakkan telunjuk di dagu, mencoba pura pura berfikir. "emang lo mau pacaran sama cowok yang mukanya babak belur gini ?"
"hehehe, enggak. Wleee' "
By:Sales Kambing Part 117 Secara perlahan Dhara mulai menunjukkan perubahan yang signifikan, dari yang semula mirip satwa liar yang baru saja masuk ke perkampungan penduduk, menjadi seorang gadis yang cantik dan anggun bak putri dari kerajaan dongeng. Gua salut dan kagum sama perubahan besar yang ia tunjukkan, ternyata dia bisa juga menjadi cewek seutuhnya. Yah meskipun kadang kadang tangannya masih suka reflek nampar muka gua, tapi its okelah namanya juga spontan, kebiasaan masa lalunya yang masih sering kebawa. Tapi seenggaknya dia nggak akan nampar muka gua dengan sengaja, seperti sebelum sebelumnya.
Hal senada juga terjadi pada Marcella, setelah tragedi 'berdarah' yang terjadi dilapangan futsal waktu itu kita jadi semakin akrab. Dia juga udah mulai berani nunjukin sifat sadisnya pada gua. Sekarang dia udah berani nyubit, narik hidung gua yang mancungnya nggak seberapa ini, nabok gua meski pelan, bahkan terkadang dia juga udah berani nampar muka gua, tinggal nyium aja nih yang belum.
Terlalu lama bergaul sama Dhara sedikit banyak juga membuat sifat sadisnya menular pada Marcella. Walau intensitasnya masih jauh dibanding Dhara, tapi tetep aja jadi korban keganasan perempuan itu nggak ada enak enaknya. Kadang gua berpikir sebesar apa sih dosa yang pernah gua lakuin, sampe keberuntungan seakan ogah deket deket sama gua. Dhara udah mulai tobat, eh sekarang giliran Marcella yang mulai kumat.
Tapi meski belakangan ini kita semakin akrab, hubungan kita masih dalam konteks teman biasa, nggak lebih. Gua nggak menaruh perasaan apa apa padanya walau sekarang dia sudah semakin manis didepan gua. Karena gua masih tetap pada komitmen untuk perjuangin Elsa, dan nggak ada yang bisa ngerubah itu. Baik Nabila, Marcella, bahkan Andhara sekalipun.
"Dua huruf, jawaban yang diberikan seorang wanita pada lelaki yang mengutarakan perasaan padanya."
"GA.." "Loh, kok 'GA' sih ra ?"
Sore ini gua dan Dhara sedang membunuh kegabutan dengan bermain teka teki silang diteras kosan. Lebih tepatnya sih Dhara yang main, karena daritadi juga cuma dia yang jawab dan ngisi kotak demi kotak TTS itu sampai hampir selesai. Sementara gua cuma manggut manggut doang kayak hiasan mobil gara gara pengetahuan gua yang masih teramat dangkal.
By:Sales Kambing "walau gua nggak pinter, tapi gua yakin ra kalo jawabannya itu 'Ya', bukan 'GA'. nih huruf keduanya aja A.." kata gua yang masih nggak percaya kalo jawabannya 'GA'.
"yee lo kira 'GA' huruf keduanya juga bukan A ?" tanyanya tak mau kalah. "yaudah deh buat bukti, lo nembak gua aja fan."
"yaudah deh.." Gua pun mengangguk, lalu kemudian menuruti permintaannya. "Ra, kamu mau nggak jadi pacar aku ?"
"GA.." Oke, berarti jawaban yang bener emang 'GA'. Meskipun sempat ragu antara gua atau penyusun TTS nya yang bego, tapi akhirnya gua terima aja jawaban yang tadi diberikan Dhara. Daripada urusan jadi tambah ribet terus bikin Dhara jadi liar lagi, mending gua ngalah aja deh.
"enam huruf, status dimana seseorang lebih memilih sendiri tanpa hadirnya seorang pasangan."
"jomblo fan." "bukannya single ya ra ?"
"single itu cuma buat cowok yang laku aja fan. Nah TTS ini kan punya lo, jadi harus ngikutin yang punya lah."
"jadi maksud lo gua nggak laku gitu ?"
"hehe, kecuali Elsa yang sekarang masih khilaf, omongan gua bisa dibilang begitu sih fan.."
"anjrit lo ra !"
By:Sales Kambing Cukup lama kita berdua bermain TTS, sebelum akhirnya keseruan kita buyar saat si kampret bernama Firman datang dengan tengilnya. Oh iya, hubungan kita udah balik normal lagi meskipun waktu itu dia udah bikin muka gua makin susah diidentifikasi. Walau sempat beberapa hari nggak saling tegur, tapi akhirnya kita baikan lagi, anjing anjingan lagi, saling maki maki lagi, saling berbagi file 3gp lagi. Yah namanya juga temen, mau segimanapun emosinya tapi kalo udah tenang pasti balik seperti biasa lagi.
"woi gangguin pacar orang mulu lo nyet, nggak puas apa kemaren udah dibikin babak belur, hahaha." ucapnya dengan muka ngeselin setelah turun dari mobil dan menghampiri kita.
"hahaha kunyuk lo.." gua melempar kulit kacang padanya. "ngapain gua takut sama bocah laknat yang beraninya cuma keroyokan " kalo berani sini maju lo."
"hahaha udah ah, gua lagi males ribut sama lo sekarang, gak liat apa penampilan gua udah ganteng gini." cerocosnya sambil mengencangkan kerah baju. "beb, buruan siap siap gih, hari ini kan kita mau nerbangin lampion." katanya lagi, yang langsung membuat Dhara bangkit dari tempat duduknya.
"yaudah, aku pulang dulu ya, kalian lanjut aja ngobrolnya. Tapi kalo sampe berantem lagi, liat aja." Dhara mengepalkan tangan sembari berjalan kearah rumahnya.
Hari ini di Tenggarong emang lagi ada hajatan. Rencananya malam ini akan ada festival pelepasan lampion sebagai puncak dari rangkaian acara peringatan hari jadi kota Tenggarong. Bahkan denger denger sih bakalan masuk rekor MURI sebagai acara pelepasan lampion terbanyak. Makanya dari tadi kosan udah sepi gara gara penghuninya udah pada kesana. Sebenarnya daritadi gua juga udah nahan Dhara supaya nggak buru buru pergi, eh ternyata Firman kampret udah dateng aja ngerusak keseruan gua.
"fan kita berangkat dulu ya. Lo jagain kosan aja biar nggak ada maling atau rampok yang mampir kesini." kata Dhara saat ia sudah selesai dengan urusannya dan siap berangkat. Lengkap dengan penampilan yang selalu bisa membuat gua terbang melayang.
"yaudah, kalian duluan aja. Ntar abis nelpon Elsa gua juga kesana kok." jawab gua, sementara mata gua masih fokus memandangnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"eh kampret, mata lo biasa aja dong." cela Firman yang memergoki perbuatan gua. "kayak gak pernah liat
By:Sales Kambing cewek cantik aja ?" ucap Firman sembari menggandeng tangan Dhara, lalu mengajaknya berjalan menuju mobil.
"yaudah, ati ati dijalan ya raa.." ucap gua dengan sedikit berteriak. "seperti biasa, pesan gua selalu sama. Semoga disana kalian berantem, terus pulangnya putus." Dan seperti biasa, balasan yang gua dapet dari Firman juga selalu sama. Sebuah acungan jari tengah.
Setelah mereka pergi suasana kosan jadi semakin sepi, tak ada suara apapun disini selain suara jangkrik dan katak yang saling bersahutan. Ternyata kalo sepi gini kosan horor juga, gua jadi berasa ikut acara masih lain dunia aja. Elsa yang katanya mau nelpon sampe sekarang juga nggak nelpon nelpon pula.
Quote: Incoming call : Elsa
Tapi akhirnya penantian gua terbayar saat mendengar nada dering hape dan melihat nama kontak yang ada dilayar. Tanpa ragu gua pun segera menjawab panggilannya.
" haloo Elsa sa.."
" kebiasaan, pasti lupa pasword."
" eh iya lupa, assalualaikum Elsa cantiik.."
" waalaikumsalam Irfan gantengkuu." (yang ini gua bohong lagi, dia nggak pernah bilang gitu.)
" duh suaranya makin manis aja sih, bikin makin kangen aja."
" sama fan, aku juga kangen banget tau sama kamu.."
Jujur, saat saat seperti ini adalah saat saat yang tak pernah ingin gua lewatkan sedetik pun. Saat
By:Sales Kambing mendengar suaranya, saat mendengar semua ceritanya, dan saat dimana gua bisa mendengar tawanya yang lepas itu. Bahkan serangan nyamuk yang makin menjadi serta terpaan angin malam yang semakin dingin pun tak kuasa membuat gua beranjak dari tempat ini.
" yaudah ya faan, aku mau belajar lagi. Soalnya besok senin aku udah uts. Doain aku ya sayaang.."
" iya sayaang, tenang aja.Tanpa kamu minta pasti aku doain kamu terus kok."
Setelah menutup teleponnya, gua langsung berjalan kekamar dan mengambil jaket serta kunci motor untuk segera berangkat menuju pinggiran mahakam. Namun gua cukup kaget saat melihat Marcella sedang asik menonton tv diruang tengah.
"loh cell, kok kamu ada disini sih ?" tanya gua. "nggak ikut acara didepan kantor bupati ?"
"enggak fan.." dia menggelengkan kepalanya. "Soalnya Dicky masih pulang ke Balikpapan, katanya sih ada keluarganya yang sakit." lanjutnya, sementara gua cuma manggut manggut mendengar jawabannya.
"kamu mau kesana fan ?"
"iya cell, ini aku baru mau berangkat." jawab gua.
"sama siapa aja fan ?"
"sendiri sih cell, tapi ntar disana aku gabungnya sama anak anak vespa Tenggarong. Udah didaftarin ikut komunitas sana soalnya." jelas gua.
"yaudah, aku ikut kamu aja ya fan " nggak papa kan ?"
"nggak papa sih cell, tapi ntar kalo si Dicky marah gimana ?"
By:Sales Kambing "nggak papa kok, asal kamu nggak godain aku aja." katanya sambil mengepalkan tangan.
"yaudah deh, buruan siap siap gih."
Jalanan kota Tenggarong malam ini benar benar rame, semua warganya seolah tumpah ruah memenuhi jalanan yang biasanya cukup lengang ini. Dan kebanyakan didominasi oleh muda mudi yang sedang memadu kasih. Sukurlah masih ada Cella di jok belakang, jadi gua nggak keliatan jones jones amat.
Sesampainya di lokasi gua langsung mencari dimana anak anak vespa ngumpul. Tak begitu lama mencari akhirnya gua melihat sam Inot sedang melambaikan tangannya kearah gua.
"haluu sam, selamat pagi.." ucap gua sembari menjabat tangannya.
"halu fan, tem igap juga." balasnya. "wah ada Cella juga, kok mau cell jalan sama kadal bercula satu ini."
"ahaha, daripada bosen dikosan sam." jawab Cella sambil tertawa.
Kita berbincang bincang sebentar sebelum acara utama akhirnya dimulai. Karena nama Cella belum terdaftar sebagai peserta dari komunitas, akhirnya gua mutusin buat nerbangin jatah lampion gua sama sama. Nggak papa lah, toh lampionnya juga lumayan gede.
"tunggu aba aba dulu cell, jangan main lepas aja."
"hehe abis aku udah nggak sabar fan pengen liat lampionnya terbang."
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya panitia memberikan aba aba agar semua peserta melepas lampionnya secara bersama sama.
"ucapin harapan kamu dulu cell sebelum ngelepasin lampionnya."
"iya fan.." By:Sales Kambing "kita hitung bareng bareng yaa.."
"Satuu.." "Duaa.." "Tigaaa..!!" Lampion kita akhirnya terbang menghiasi langit malam kota Tenggarong. Bergabung dengan ribuan lampion dan harapan dari semua orang yang ada disini. Cella langsung tersenyum bahagia begitu melihat lampionnya terbang tinggi. Sementara gua juga ikut menikmati indahnya langit malam dengan ribuan lampion yang terbang disana.
Cella merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan sebuah kamera pocket dan meminta gua agar mengabadikan wajah cantiknya dengan ribuan lampion sebagai latarnya.
CEKREKK !! "wah bagus banget fan, backgroundnya keren. Kita foto bareng yuk.."
"haha, kamu nggak takut hasilnya jadi jelek kalo poto sama aku ?" tanya gua, yang hanya dibalas dengan gelengan kepala. "yaudah deh, bro bro tolong fotoin kita bentar dong.." gua meminta seseorang untuk memfoto kita berdua.
"yaudah bro, sini kameranya."
"siap siap yaa, satu.. duaa.. tigaa.."
"cheers.." By:Sales Kambing CEKREK !! CEKREK !! CEKREKK !!
*** "fyyuuhh..!!" Gua menjatuhkan kepala dimeja kelas dan membiarkan laptop yang sedang dipakai mengerjakan tugas ini tetap menyala. Tak kuasa dengan semua tugas kuliah yang rasanya sungguh menyiksa ini. Belum selesai tugas yang satu, sudah ada tugas lain yang menunggu. Gua tak pernah menyangka ternyata bangku kuliah rasanya seberat ini, sangat jauh berbeda dengan kuliah yang ada di ftv.
Gua mencoba mencari hiburan agar pikiran yang udah buntu ini nggak semakin kacau, dan mata gua akhirnya tertuju pada sebuah folder dengan nama Sweet Memories.
Perlahan gua mulai membuka file demi file berekstensikan jpg. itu. Dan langsung tersenyum begitu melihat sebuah foto yang memperlihatkan dua orang remaja berbeda gender sedang tersenyum penuh tawa, dengan ribuan lampion sebagai latar belakangnya.
By:Sales Kambing 31 Desember 2015 "Sayaang, kita kesana yukk.."
Uluran tangan mungil dan sebuah senyum manis yang selalu tersungging dari bibirnya itu tak kuasa menahan gua untuk duduk lebih lama lagi. Dengan senang hati, gua pun bangkit dan menyambut uluran tangannya. Untuk kemudian berjalan mengikuti kemana arah kakinya melangkah.
Tak ada yang lebih menyenangkan dibanding menghabiskan malam pergantian tahun bersama seseorang yang paling kita sayang. Begitupun dengan yang gua rasakan sekarang. Meskipun satu tahun ini terasa begitu berat, tapi kehadiran sosok yang selalu menghiasi setiap lembar kehidupan gua di penghujung tahun seperti ini jelas menjadi sebuah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Gua masih terus mengikuti kemana kakinya melangkah. Dan langkah kakinya akhirnya terhenti ditengah tengah kerumunan manusia yang juga sama sama sedang menikmati malam yang cerah ini. Kemudian dia memutar tubuhnya, hingga kini posisi kita saling berhadapan. Gua memandang wajahnya lekat lekat, menikmati setiap inchi wajahnya yang terlihat begitu cantik dan tak ingin momen seperti ini berlalu begitu saja.
"malam ini cerah banget ya fan.." ucapnya, masih dengan wajah berseri seri.
"iya, malam ini cerah banget ya sayang." jawab gua tak kalah bahagia. "Lihat deh, bintang bintang dilangit bersinar terang banget ya. Walau nggak ada yang seterang bola mata kamu sih."
"ahaha, kamu apaan sih.."
Kemudian kita terdiam, tak ada yang kita lakukan selain menikmati malam yang semakin larut namun semakin ramai ini. Gua mempererat genggaman tangannya, seolah tak ingin melepasnya lagi. Andai sang waktu dapat dihentikan, maka detik ini juga gua nggak akan biarin dia berlalu.
"nggak kerasa ya fan, tahun ini udah mau abis aja."
"iya, padahal resolusi tahun kemarin aja masih banyak yang belum kesampean, haha."
By:Sales Kambing "tahun depan pasti lebih berat ya fan.."
Sejenak gua terdiam setelah mendengar kata katanya, kata kata yang terdengar pesimis namun benar adanya. Setiap tahun memang akan terasa semakin berat, setiap tahun memang akan selalu ada sesuatu yang siap menghancurkan apa yang telah kita bangun bersama. Tapi sebagai seorang lelaki gua harus bisa meyakinkannya, atau setidaknya mengurangi semua keraguannya.
"dengar ya sayaang.." gua menatap matanya sambil memegang kedua bahunya. "nggak ada tahun yang mudah, juga nggak ada tahun yang sulit. Semua tergantung semangat kita, tergantung seberapa siap kita mengarunginya. Kalau kamu udah nggak yakin duluan, pasti tahun ini bagaikan tahun yang penuh siksaan buat kamu. Tapi sebaliknya, kalau kamu yakin, tahun ini nggak akan jadi masalah buat kamu. Jadi kamu harus yakin, bahwa tahun ini nggak akan jadi masalah yang besar buat kamu. Dengar ya sayaang, menurut aku nggak ada tahun yang berat kok, selama masih ada kamu disampingku."
CUUPP !! "makasih ya fan.." ucapnya sesaat setelah mencium pipi gua. "nggak ada tahun yang berat kok, selama kamu masih ada disampingku."
Gua tersenyum setelah melihat sebuah senyuman yang kembali ia tunjukkan.
Lelah berdiri, gua pun mengajaknya untuk duduk disebuah bangku yang memang banyak tersedia ditempat ini. Tak banyak yang kita lakukan saat itu, hanya berbincang bincang sekedarnya sambil menikmati dua cone eskrim coklat yang sebelumnya sudah gua beli. Kita masih terus bercanda bersama hingga saat saat pergantian tahun hanya tinggal beberapa menit lagi.
"ayo kita kesana lagi fan.." dia kembali menggandeng tangan gua menuju pusat keramaian.
Semua orang sudah siap dengan terompet dan kembang api ditangan masing masing. Begitupun dengan gua, yang sudah siap dengan terompet berbentuk naga yang baru saja gua beli.
"kira kira ditahun baru nanti kamu masih suka godain cewek lain nggak ?"
By:Sales Kambing "hehe kalo godain cewek lain sih kayaknya masih. Abisnya cewek cewek itu kadang juga suka minta digodain sih." kata gua sambil tertawa. "tapi yang godainnya sampai ke lubuk hati terdalam kan cuma kamu yang bisa.." ucap gua sembari mencubit pelan hidungnya.
"dih gombal.." dia balas menarik hidung gua. "udah ah siapin terompet kamu fan, udah mau jam 12 nih."
Tak lama kemudian aba aba untuk menghitung mundur waktu pergantian tahun pun akhirnya berkumandang. Gua kembali menggenggam tangannya dengan erat, lalu bergabung dengan ribuan orang lain yang serempak menghitung mundur detik detik pergantian tahun.
"Tigaa." "Dua.." "Satu..." "Selamat tahun baruu...!!!!"
TEETT !! TETT !! TET !! TET !! TEEETT !!
Suasana langsung pecah begitu waktu tepat menunjukkan pukul duabelas malam. Suara teriakan, terompet, dan letusan kembang api semakin menambah meriah suasana malam ini. Gua kembali memandang wajahnya, ia kembali tersenyum bahagia saat melihat begitu banyak kembang api yang menghiasi malam.
"selamat tahun baru sayaang.."
"selamat tahun baru juga sayang.." balasnya. "semoga tahun ini modusin cewek lain nya bisa berkurang."
By:Sales Kambing "semoga tahun ini kamu nggak tambah cantik deh, biar nggak ada yang suka sama kamu, kecuali aku."
"huu, doanya jelek amat sih." jawabnya cemberut.
"hehe bercanda kok sayang. Aku nggak khawatir kok meskipun kamu cantiknya naik sepuluh kali lipat atau ada ribuan cowok yang godain kamu, asal kamu masih mau berjuang sama aku aja."
"haha, kan aku udah bilang fan. Nggak ada sesuatu yang sulit buat aku, selama masih ada kamu disampingku." ucapnya sambil melingkarkan tangannya dileher gua.
Tak membalas kata katanya, kini tangan gua ikut memegang pinggangnya yang cukup ramping. Sekarang wajah cantiknya hanya berada beberapa centi didepan wajah gua. Bahkan kini gua bisa merasakan hembusan nafasnya. Dan entah siapa yang memulai, kini wajah kita semakin mendekat. Dekat, semakin dekat, dan..
CUUPP !! Dan gua mengawali tahun yang sepertinya akan terasa begitu berat ini dengan sebuah ciuman manis yang ia berikan.
By:Sales Kambing Part 118
Hari hari gua berjalan normal seperti biasa, pagi sekolah, siang molor, dan malem molor lagi. Gua juga masih bisa bertahan pada komitmen untuk tetap perjuangin Elsa, meskipun godaan supaya gua berpaling juga makin besar. Walau kadang juga masih suka modusin cewek lain, tapi itu cuma sekedar kalimat candaan yang spontan keluar dari mulut gua. Nggak ada maksud untuk ngerayu atau menaruh perasaan lebih jauh lagi. Karena jauh dilubuk hati yang paling dalam, tak ada nama siapapun disana kecuali nama Elsa.
Berbeda dengan malam malam sebelumnya, malam ini harus gua lewatin disekolah karena masih ada rapat osis. Malam yang biasanya gua lewati dengan suara dari file file 3gp kini harus gua lewati dengan dengerin suara Rama, yang sama sekali nggak ada seksi seksinya dibandingin suara dari file 3gp yang ada di laptop gua.
Tapi berhubung gua adalah seorang anggota osis yang professional dan berdedikasi tinggi, akhirnya gua tetep hadir juga meskipun gua nggak begitu ngerti rapat kali ini bahas apaan. Selain rencana bikin acara pensi untuk memperingati Hari Ulang Tahun sekolah.
Dan untungnya Rama juga masih berbaik hati nempatin seorang cewek sebagai partner gua. Walau kadang sifat bawelnya suka nyusahin, tapi cuma cowok sinting yang nolak dipasangin sama cewek kayak Meyriska. Udah cantik, kemampuan organisasinya bagus, wawasannya luas, gampang dimodusin pula. Gua jadi kepo, dulu nyokapnya ngidam apaan sih sampe punya anak yang cantiknya semena mena gini.
"hei bantuin gua fan, yaelah malah bengong lo.." ucapnya tiba tiba, yang langsung membuyarkan semua lamunan gua.
"eh iya mey, mana mana.." jawab gua gelagapan.
"nih lo edit dan benerin dulu file rencana anggarannya, biar nggak terlalu banyak dana yang kebuang buat hal hal yang nggak penting." ucapnya sambil menyodorkan sebuah flashdisk bermerek queenston.
By:Sales Kambing Sekarang diruangan ini memang hanya ada kita berdua, karena anak anak yang lain kebanyakan masih pada ngumpul di aula. Kita pindah kesini karena diruangan ini ada komputer, printer, dan peralatan lain yang dibutuhin untuk nyusun proposal dan hal lain yang berhubungan dengan teknis acara nanti.
Meskipun gua udah sering berada disituasi seperti ini, tapi berdua dengan seorang wanita dalam satu ruangan juga menimbulkan perasaan yang nggak enak banget. Nggak enak karena serba salah antara godain Meyriska atau enggak. Nggak digodain sayang banget, ruangan juga jadi sepi. Tapi digodain takut ntar kebablasan dan kebawa perasaan, kan ribet.
"Mey, diruangan ini ada cctv nya nggak sih ?" tanya gua.
"ada kok, emang kenapa emang ?"
"enggak, gua cuma mau lambaikan tangan kekamera doang kok." jawab gua. "soalnya udah nggak kuat liat elo yang makin lama makin cakep mey."
Dan seperti biasa, tiap gua gombalin mukanya pasti selalu memerah, nggak peduli gombalan gua sukses atau garing.
"ahaha, apaan sih lo fan." ucapnya sambil tertawa. "Lo kira gua setan apa sampe dijadiin objek uji nyali segala. Udah, mending lo kerjain tuh tugas lo supaya kita bisa cepet pulang dari sini."
Gua menuruti kata katanya, bener juga yang dia bilang, semakin cepat gua ngelarin ini pasti semakin cepat juga gua pulang. Kini mata gua mulai fokus menatap layar komputer, mencoba segera menyelesaikan pekerjaan ini sebelum malam semakin larut. Sambil sesekali memandang wajahnya yang juga masih nampak serius menatap monitor komputer. Lumayanlah buat segerin mata saat udah mulai capek karena terlalu lama mantengin layar cembung sialan ini.
By:Sales Kambing "ohiya fan, menurut lo pensi kali ini enaknya kita ngundang siapa ?" tanyanya memecah keheningan, namun tak membuat gua mengalihkan pandangan dari layar komputer.
"mana gua tau mey." jawab gua seadanya. "gua mana pernah jadi panitia acara ginian. Makanya tadi gua mau jadi seksi perlengkapan aja, tinggal gerak nyari apa yang dibutuhin. Nggak harus mikir ribet gini, sialan tuh Rama kupret malah naruh gua jadi seksi acara. Emang lo pengennya kita ngundang siapa mey ?" tanya gua sembari menyeruput kopi panas yang ada di meja.
"yee ditanyain malah balik nanya.." sungutnya. "kalo gua sih pengen kita ngundang One Direction fan, pasti rame tuh kalo sekolah kita nampilin One Direction pas ultahnya." ucapnya semangat.
"phhaahh..!" gua sedikit menyemburkan kopi yang masih ada dimulut setelah mendengar kata katanya. "yang bener aja lo mey, mana mampu nih sekolah datengin mereka. Lagian misalnya sekolah ini beneran mampu, gua juga nggak rela kalo duit SPP yang tiap bulan gua bayarin dipake buat datengin cowok cowok gemulai kayak mereka." (no offense ya gan atau sis yang jadi fans one direction. Sebenernya gua juga nggak tega sih jelek jelekin grup yang udah besarin nama gua.)
"Mending datengin JKT 48 lah mey, membernya seger seger, kaya cendol semua haha."
"dih malah ngaco lo fan, kasih saran yang agak bener kek. Tadi kan gua cuma bercanda."
"haha, abis lo juga ngaco sih, pake mau ngundang One Direction segala." jawab gua sambil tertawa. "yaudah, kita undang band indie lokal sini aja mey, kemarin pas acara lampion banyak kok band sini yang mainnya lumayan. Ada yang biasa latihan di studio deket kos juga, ntar biar gua yang ngomong sama mereka deh. Sama datengin penari penari tradisional juga boleh tuh mey, biar masih ada kesan nggak lupa sama budaya sendiri."
"nah kalo gitu boleh juga fan, ntar kita omongin lagi sama anak anak osis lain deh. Sekarang kita
By:Sales Kambing bikin konsepnya aja."
Tak lama kemudian beberapa anak mulai memasuki ruangan ini, tanda kalau acara hari ini sudah selesai. Dimulai dari Anal, Niken, sampai Ketrin semua sudah ada disini untuk bersiap kembali ke rumah masing masing. Sukurlah, akhirnya gua bisa balik juga. Kelamaan mantengin layar komputer yang isinya tulisan doang sedikit banyak juga bikin mata gua sepet.
"betah amat lo mey berduaan sama dia.." ketrin menunjuk gua, namun matanya tak berpaling dari tumpukan kertas yang ada didepannya. Menekankan pada kata 'dia', seolah olah gua adalah makhluk ghaib yang keberadaannya nggak diharepin.
"mau gimana lagi ket, namanya juga udah tugas. Sebenernya gua juga ogah sih lama lama sama dia, ahahaha."
"dih sok jual mahal lo pada.." jawab gua sewot. "padahal daritadi lo juga anteng anteng aja ada gua disini mey. Lo juga ket, kemarin seneng seneng aja kan semaleman gua temenin dihutan ?"
"lo harusnya bisa bedain mana suka mana terpaksa fan, biar nggak kegeeran gitu, haha" ketrin masih coba mengelak.
"udah ah ket kita tinggalin aja dia disini, biar berduaan sama penghuni pojokan ruang osis. hahaha." Meyriska tak mau kalah. Sementara gua hanya menggerutu pasrah mendengar semua kalimat yang baru saja mereka lontarkan.
"Yaudah pulang yuk mey." jawab ketrin setuju.
"Dadahh Irfaann..!" ucap mereka serempak sembari berjalan keluar. Sementara gua masih melanjutkan pekerjaan yang mungkin sebentar lagi juga selesai.
Setelah mereka pergi entah kenapa hawa diruangan ini mendadak berubah jadi lebih dingin. Tak
By:Sales Kambing ada suara apapun diluar sana kecuali suara jangkrik dan katak yang terdengar bersahutan. Gua mencoba melongok keluar jendela, dan semakin parno saat melihat kondisi sekolah yang sudah sangat sepi. Tak ada apapun diluar sana selain lampu perpustakaan yang berkedip kedip lemah karena korslet, membuat bulu kuduk gua semakin meremang. Anjrit, kalo malem ternyata sekolah ini horor juga.
Sadar kalau suasana sudah semakin nggak enak, gua pun segera mengemasi peralatan dan bergegas meninggalkan ruangan terkutuk ini. Bodoamatlah belum selesai juga, ntar masih bisa dilanjutin dikosan. Daripada kelamaan disini, jujur gua masih belum siap kalo harus di grepe grepe, apalagi sampe dinodain sama mbak kunti.
"woi fan, ngapain lo disana ?"
Ditengah kondisi sekolah yang begitu sepi ini, gua mendengar suara seseorang yang sepertinya sedang memanggil gua. Meskipun masih dilanda keparnoan hebat, tapi gua masih yakin kalau itu suara manusia, bukan makhluk astral. Suaranya masih terdengar familiar walau gua nggak bisa mastiin itu suara siapa.


Plakk ! Plakk ! Plakk ! Karya Sales Kambing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gua mulai celingukan mencari sosok yang tadi sempat manggil nama gua. Mata gua menyapu seisi sekolah, dari mulai ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, sampe tong sampah juga gua perhatiin dengan seksama saking penasarannya. Dan pandangan gua akhirnya tertuju pada sesosok makhluk hitam besar yang sedang duduk dipos satpam.
"wah sukurlah, kirain yang manggil gua tadi setan." kata gua setelah menghampirinya. "Ternyata cuma anjing, hahaha."
"hahaha kim*knyaa..." Ilham melempar gua dengan puntung rokok. "kalo gua anjing lo apaan cukk ?"
"gua cuma orang sinting yang mau maunya temenan sama anjing ham. hahaha." jawab gua sambil nyengir. "ada apaan lo tumben malem malem gini ke sekolah segala " mau gantiin bang Bahar jaga sekolah ?"
By:Sales Kambing Dia menyulut rokok yang mereknya sama dengan singkatan kota Los Angeles terlebih dahulu, sebelum kemudian menjawab pertanyaan gua.
"gua kesini mau nungguin Rama sama Indra fan.." ucapnya sembari menghembuskan asap putih dari mulutnya. "nah itu mereka."
Gua mengalihkan pandangan, dan mendapati dua begundal itu baru saja keluar dari aula.
"sori ham kalo kelamaan, didalem masih ribet banget tadi." Rama membuka obrolan. "udah lama lo nunggunya ?"
"udah lama nyet, janjinya jam sepuluh udah jalan eh malah sampe mau jam sebelas gini lo baru muncul." sahut Ilham emosi. "liat nih gua sampe ditemenin tuyul gara gara lo berdua kelamaan datangnya. Udah ah ayo buruan berangkat." Ia berjalan kearah mobilnya.
"Asu lo ham.." sahut gua dongkol. "emang pada mau kemana sih ?"
"biasa lah fan, cari hiburan. Sumpek gua rapat mulu." Jawab Rama. "kenapa " lo mau ikut juga " ayo dah sekalian biar makin rame."
"boleh deh, gua juga suntuk banget nih ngerjain proposal nggak kelar kelar." kata gua setuju. "asal nggak ke kilo 10 aja."
"ya enggak lah, mana pernah kita jajan kesana."
Kita berempat akhirnya jalan untuk mencari apa yang mereka sebut 'hiburan' itu. Gua nggak menaruh perasaan apa apa pada mereka, paling hiburan buat mereka cuma sekedar main ps atau game online, atau yang paling banter karaokean lah. Tapi perasaan gua mulai sedikit nggak enak
By:Sales Kambing saat mereka mengarahkan mobil menuju Samarinda. Nggak enak karena heran kenapa mereka malah ngarahin mobil kesana, kayak di Tenggarong nggak ada 'hiburan' aja.
Dan perasaan gua semakin nggak karuan saat mobil sialan ini berhenti tepat didepan sebuah klub malam yang letaknya tak jauh dari pelabuhan peti kemas Samarinda. Perasaan gua campur aduk, disatu sisi gua nyesel banget saat tau kampret kampret ini malah berhenti disini. Tapi disisi lain gua juga penasaran sama keadaan yang ada didalam. Kayaknya seru juga joget joget didalem, ditemenin sama cewek cewek sekseh kayak di film film.
"yaelah malah bengong lo fan, ayo buruan masuk." ajak Rama.
"Lo serius cukk ngajak gua kesini ?" tanya gua masih nggak percaya. "gua nggak biasa kobam nyet, ahelah gila lo pada ya malah ngajak gua ketempat laknat gini."
"Udah masuk aja, masuk kesana satu kali juga nggak otomatis bikin lo jadi bocah gak bener kok." Timpal Ilham.
"apa lo mau pulang jalan kaki ?" tambah Indra.
"yaudah deh, kayaknya didalem rame juga." ucap gua luluh.
Suara jedag jedung langsung memenuhi telinga gua begitu kita masuk. Suasana didalam begitu rame, wajar sih karena sekarang udah mulai masuk tengah malem. Saat udah mulai menikmati suasana, hape yang ada disaku celana jeans gua bergetar. Menandakan ada telepon masuk.
Quote: Incoming Call : Dhara.
"Bentar cuy, gua ngangkat telpon dulu." ucap gua seraya berjalan sedikit menjauh agar suara dentuman musik tak terdengar diseberang.
By:Sales Kambing Quote: " halo raa, ada apaan nih lo nelpon gua malem malem gini ?"
" halo fan, lo ada dimana " kok kamar lo dikunci sih " Terus ini suara apa sih kok kayaknya disana bising banget ?"
" Yee satu satu dong nanyanya." ucap gua sewot. "Gua masih ada disekolah raa, masih ada rapat nih."
" Rapat " kok ada suara musik kenceng banget ya."
" Udah lo bilang aja ada apaan nelpon gua malem malem gini ?"
" Oh iya, gua mau minjem laptop lo fan, buat ngerjain tugas. Eh ternyata lo belum pulang, makanya gua nelpon elo."
" pinjem aja ra, kuncinya ada dibawah keset kok. Tapi abis make lo rapihin lagi ya."
" oh yaudah kalo gitu. Makasih ya Irfan sayaang, muahh !" TUT ! TUTT ! TUUUTT !
Setelah menutup telponnya, gua kembali mencoba menikmati suasana malam yang makin meriah ini. Semakin lama ternyata enak juga nongkrong disini. Banyak cewek seksi yang jogetnya nggak tau malu, banyak cowok jelek yang nggak punya malu, dan banyak pula orang nggak jelas yang gayanya malu maluin. Namun belum puas gua memandangi salah seorang ladies yang penampilannya lumayan menggoda, hape disaku celana gua kembali bergetar. Quote:
" haloo, ada apaan lagi sih raa.." ucap gua kesal.
" Lho kok ra sih fan " Ini emak lee."
By:Sales Kambing " Loh emak, maap mak kirain tadi anaknya om Wisnu yang nelpon." kata gua. "emak ada apaan nih kok malem malem gini nelpon Irfan sih ?"
" Nggak papa, emak cuma nggak bisa tidur aja. Kepikiran sama kamu, kamu nggak papa kan disana ?"
" Nggak papa kok mak, Irfan disini sehat wal afiat. Emak tenang aja, kan Irfan udah gede."
" Oh yawis kalo gitu, alhamdulillah." balas emak diseberang. "terus ini kamu masih ngapain kok jam segini belum tidur ?"
" emm anu, ini Irfan masih ada rapat disekolah mak."
" Tapi kok ada suara jedag jedug gini sih fan ?"
" Itu mak, didepan sekolah ada orang kimpoian. Makanya suaranya kenceng gini."
" Yawis kalo gitu, kamu ati ati disana ya fan. Jangan lupa sholat, jangan lupa belajar juga."
" Iya mak, makasih ya."
Gua menutup telepon dengan perasaan sedikit menyesal, menyesal karena telah boongin emak sendiri. Tapi rasa penyesalan gua kontan berubah menjadi rasa penasaran saat melihat sosok yang sedang asik berjoget di dance floor. Lengkap dengan gayanya yang tetap tengil dan beberapa wanita disebelahnya.
"Ram, lo kenal cowok yang lagi joget joget disana nggak " yang make jaket abu abu." kata gua sambil menunjuk seseorang disebelah sana.
"si Dicky maksud lo " Lo juga kenal sama dia ?"
By:Sales Kambing "nggak kenal deket sih, cuma tau aja." jawab gua. "Lo udah lama kenal sama dia ?"
"yaelah fan, siapa yang nggak tau si Dicky." sahut Indra. "dia sering kok main kesini. Kenapa emang ?"
"nggak papa kok ndra, cuma penasaran aja sama dia. Kok mukanya kayak familiar gitu.
"ohiya fan, pesen minum gih. Tenang aja, semua gua yang bayar kok. Bebas lo mau pesen apa aja. Gua panggilin ladiesnya ya ?"
"eh, nggak.." Namun belum sempat gua menolak, Rama udah manggil seorang waitress duluan. Sialan banget nih curut satu.
"ya, mau pesen apalagi mas ?"tanyanya.
"udah fan lo pilih aja, mau chivas, red label, black label, atau pink label semua gua yang nanggung."
"emm, saya pesen coke aja mbak." kata gua polos, yang hanya dibalas dengan tatapan sinis dari cewek itu.
By:Sales Kambing By:Sales Kambing Part 119 TOK TOK TOK ! "faan, lo ada didalem kan " bukain pintunya dong !"
Gue mengetuk pintu kamar milik satu satunya fans Manchester City yang ada di Tenggarong ini. Mengetuknya dengan sedikit keras agar si empunya segera membuka sekat yang menghalangi langkah gue.
Tak lama kemudian muncullah sosok hitam besar penghuni kamar ini, lengkap dengan rambut acak - acakan dan wajah yang masih berantakan.
"hoaamzz.. ada apaan ra " gangguin orang molor aja lo."
Gue memasang senyum paling manis yang pernah gue miliki untuk menggodanya. "hehe, gue mau minta bantuan lo dong faan."
Melihat ekspresi gue, dia langsung memandang gue dengan tatapan heran. "ngapain lo senyum senyum gitu ra " wah curiga gue. Emang lo mau minta tolong apaan sih ?"
"hehe, anterin gue beli buku ke Samarinda dong fan." kata gue to the point. "ogahh.." tolaknya singkat sembari menutup rapat rapat pintu kamarnya. "yah fan, kok pintunya ditutup sih " please fan tolongin gue, sekali inii aja." kata gue memelas.
"ogah, gue masih ngantuk. Masih mau molor ra." ucapnya sedikit berteriak. "bodo amat mau lo bilang sekali ini aja, kemarin waktu lo ngerengek minta dibeliin nasi goreng tengah malem juga bilangnya sekali ini aja."
".." "ajak Firman aja sana, ah lo enak enaknya doang sama dia. Giliran susahnya kenapa ngajak gue sih ?" By:Sales Kambing
"yaah ayo dong faan, gue lagi sebel nih sama Firman. Ntar gue traktir makan pizza deh." gue mencoba merayunya untuk terakhir kali. Makhluk kayak dia biasanya langsung peka begitu dengar kata kata "Traktir".
Seperti yang sudah gue duga sebelumnya, setelah itu tiba tiba pintu kamar pun terbuka. Membawa Irfan yang keluar sembari menenteng handuk dan peralatan mandinya. Membuat gue sedikit kesal pada diri gue sendiri, kenapa gue nggak bilang begitu daritadi sih "
"gue mandi dulu raa, tungguin bentar."
Dia berkata singkat sambil berjalan menuju kamar mandi. Sementara gue cuma tersenyum dan menggelengkan kepala saat melihatnya, ah Irfaan tingkah lo emang ada ada aja deh. Kadang bisa jadi orang yang dewasa, kadang bisa juga jadi bocah yang begitu gampang dirayu.
Hubungan kita memang masih berjalan normal meskipun sekarang masing masing dari kita sudah punya pacar. Kita masih akrab seperti sebelumnya walau sekarang sudah ada batas yang harus tetap kita perhatikan. Gue bahagia dengan hubungan kita sekarang, karena meskipun hanya sebagai sahabat, tapi gue masih punya kuasa penuh atas dirinya. Gue masih bisa dengan bebas minta bantuannya, gue masih bisa minta pendapatnya, gue masih bisa nyuruh nyuruh dia, bahkan kadang gue juga masih bisa nampar pipinya yang cukup kenyal itu.
Walau sempat kecewa karena kita gak bisa bersama sebagai sepasang kekasih, tapi gue tetep seneng karena setidaknya dia juga pernah punya perasaan yang sama. Dan gue juga yakin, andai kita memang ditakdirkan berjodoh, dengan cara apapun tuhan pasti akan kembali mempersatukan kita. (Ini kok gue kesannya ngarep banget ya sama cowok kayak Irfan ")
Setelah bersiap siap, akhirnya kita berdua pun berjalan membelah sore yang cerah dikota kecil bernama Tenggarong menuju kota yang menjadi ibukota provinsi Kalimantan Timur. Hal yang membuat gue selalu merasa nyaman saat bersamanya adalah karena ia selalu bisa mencairkan suasana. Perjalanan yang sebenarnya cukup jauh pun jadi gak berasa lama berkat candaan candaan yang ia lontarkan.
Sesampainya disebuah mall yang ada di Samarinda gue langsung berjalan menuju Gr*media untuk mencari buku yang gue butuhin. Sementara Irfan terus mengekor dibelakang gue sambil memainkan hape, takut gue diculik katanya. Sukurlah, gue jadi ngerasa punya pengawal pribadi aja ngeliat dia ngikutin kemana gue pergi. Tapi lama kelamaan agak risih juga sih kalo dia terus ngikutin gue kayak gini.
"faan ngapain sih lo ngikutin gue mulu, lo nggak pengen liat liat kemeja disana yang keren keren tuh ?" kata gue, mencoba membuatnya sedikit menjauh.
"ntar aja ra, sekalian gue minta pendapat lo mana yang cocok. Sekarang gue mau jagain lo dulu, lo nggak takut apa kalo tiba tiba ada orang jahat yang langsung nyulik cewek cakep yang lagi jalan sendirian kayak elo gini ?" balasnya, sementara matanya masih asik menatap layar handphone.
By:Sales Kambing "ya jagain sih jagain fan. Tapi kan gak harus ngikutin gue sampe tempat pakaian dalam cewek kayak gini juga." jelas gue. "lo nggak liat tuh mbak mbaknya daritadi ngeliatin lo terus ?"
Mendengar kata kata gue sontak dia langsung memasukkan hapenya ke saku jaket. "waduh, sori ra. Gue baru sadar kalo ngikut lo sampe sini. Yaudah gue tunggu diluar aja."
Setelah beberapa kali keluar masuk toko, akhirnya kegiatan belanja gue selesai juga. Sekarang gue tinggal bayar janji ke Irfan aja, tapi sebelum itu kita mampir di sebuah kedai kopi terlebih dahulu. Sekedar menikmati segelas cappucino hangat yang sepertinya pas untuk menemani cuaca yang lumayan dingin ini.
"eh fan, itu bukannya cella ya ?" tanya gue sambil menunjuk kearah sepasang kekasih yang sedang melihat lihat dress di outlet seberang.
"wah iya, terus kenapa emang ra kalo itu cella ?" tanyanya balik.
"ya gak papa sih.." kata gue. "tapi lo ngerasa akhir akhir ini ada yang aneh gak sih sama cella ?" Dia terlihat bingung dengan pertanyaan yang baru saja gue lontarkan. "aneh gimana maksud lo ?"
"ya aneh aja fan, apalagi sejak dia pacaran sama Dicky. Udah jarang ngumpul sama anak anak kos yang lain, sering pulang malem, terus gue liat kadang dia juga sering ngelamun gitu." jelas gue. "masak lo nggak ngerasain sih ?"
"iya juga sih ra." balasnya sambil meminum kopi hitam yang kini hanya tinggal setengahnya. "gue juga sering tuh mergokin dia ngelamun, tapi tiap gue tanyain kenapa pasti jawabannya selalu gak papa." "mungkin dia emang lagi ada masalah kali fan." gue menyimpulkan.
"mungkin aja ra, tapi lo awasin dia aja deh. Terutama pas lagi sama si Dicky, takutnya anak yang masih labil gitu malah dibawa ketempat aneh aneh lagi."
"hah " aneh aneh ?" sekarang giliran gue yang bingung sama kata katanya. "tempat aneh apaan maksud lo fan ?"
"eh, enggak kok ra." dia menarik ucapannya. "udah yuk katanya lo mau nraktir gue makan pizza, cacing diperut gue udah pada demo nih." dia buru buru menghabiskan kopinya, lalu menarik tangan gue menuju restoran pizza asal amerika itu.
Malam semakin larut saat kita berhenti di tepian sungai mahakam sambil menikmati satu cone eskrim coklat ditangan masing masing. Malam yang cerah, hingga sayang untuk dilewatkan begitu saja.
By:Sales Kambing "fan, liat kesana deh." gue menunjuk kerumunan orang yang sedang berkumpul tak jauh dari tempat kita duduk. "cowok itu harusnya kayak gitu fan, berani nembak ceweknya didepan orang banyak. Gak kayak elo, udah gak ada saksinya, eh masih telat pula, ahaha."
"hahaha, apaan sih lo ra. Gak usah buka luka lama deh."
"ahaha ciyee luka lama.." gue menertawakannya. "emang lo nyesel ya fan telat nembak gue ?"
Dia gak langsung menjawab kata kata gue, namun lebih memilih diam sambil memandang gemerlapnya lampu malam yang ada di seberang sungai mahakam.
"nyesel sih enggak ra, karena menurut gue sesuatu yang udah lewat itu gak perlu disesali. Cukup dijadiin pelajaran aja supaya kita gak ngelakuin kesalahan yang sama dilain waktu."
".." "Cuma kadang gue juga masih suka cemburu saat ngeliat lo berduaan sama Firman ra, kadang gue juga masih gak rela saat ngeliat lo ketawa sama dia, gue juga masih berharap kalau gue bisa gantiin posisi Firman dihati lo ra. Tapi akhirnya gue sadar kalau gue juga gak bisa egois mikirin kebahagiaan gue sendiri. Walau bagaimanapun juga, Firman lebih pantes jadi pendamping lo ra, bukan gue."
Gue sedikit tersentuh setelah mendengar semua kata-katanya, gak nyangka kalau ternyata dia juga masih menyimpan perasaan yang sama.
"kadang gue juga masih suka nyesel kok fan, kenapa dulu gue gak bisa nunggu lo lebih lama lagi. Tapi akhirnya gue juga sadar, mungkin ini emang jalan terbaik yang sudah digariskan tuhan fan."
"iya, perlahan gue juga udah bisa nerima semua ini kok. Gue juga seneng meski kita gak bisa sama sama, asal lo tetep mau jadi sahabat gue ra, asal lo masih mau marah marahin gue, asal lo masih mau nasehatin gue kalo salah, asal lo masih ada saat gue seneng atau sedih itu udah cukup kok ra dibanding kita pacaran, tapi akhirnya harus putus dan kita jadi menjauh layaknya dua orang yang gak pernah saling kenal." katanya panjang lebar, kemudian mengulurkan jari kelingkingnya.
Gue menyambut uluran jari kelingkingnya. Hingga kini jari kelingking kita saling bertautan. "lo tenang aja, sebagai sahabat yang baik gue akan selalu ada buat lo kok fan. Lo juga ya, jangan pernah lupain gue saat lo udah dapet kebahagiaan atau bertemu orang yang bikin hidup lo jauh lebih baik dari sekarang." ucap gue dengan mata mulai berkaca-kaca.
"iya raa, tapi lo jangan nangis gitu dong, haha malu tau diliat banyak orang. Tar dikira gue abis ngapa ngapain elo lagi." Dia mengusap pipi gue yang sudah mulai basah dengan air mata. "biarin, tar kalo mereka kesini gue bilang aja kalo elo mau perkosa gue." By:Sales Kambing
"dih, merkosa elo " yang bener aja raa, yakali gue mau merkosa ratu pantai selatan alias nyi roro kidul kayak elo, hahaha."
Gue gak membalas kata-katanya. Namun sembari tersenyum, gue mengarahkan telapak tangan menuju pipinya.
PLAAKKK !! By:Sales Kambing Part 120 "terima kasih saya ucapkan pada rekan rekan osis sekalian, karena berkat kerja keras serta kekompakan kalian semua rangkaian acara hari ulang tahun sekolah kali ini bisa terlaksana dengan baik.."
Rama ngomong panjang lebar seolah olah dia adalah Donald Trump yang baru saja memenangkan pemilu amerika serikat. Sementara gua cuma memandangi tingkah konyolnya itu dengan acuh tak acuh, antara terpaksa memperhatikan semua kata katanya, sekaligus berharap agar dia segera menyelesaikan pidatonya supaya gua bisa segera menghajar gunungan nasi kuning yang ada didepan ruangan osis ini.
Bukannya apa, gua jadi nggragas gini karena emang perut gua rasanya kosong banget kayak hati jomblo. Praktis seharian ini cuma sepotong roti tawar berbalut selai coklat pemberian Meyriska lah yang mengisi perut gua. Itupun udah gua telen kotak kotak tadi pagi, jadi wajarlah kalau sekarang koloni cacing diperut gua udah pada berontak minta jatah.
Tapi kampretnya si Rama masih anteng anteng aja ngoceh didepan, seolah nggak sadar kalau didepannya ada puluhan anak yang kurang asupan gizi dan kecapean gara gara acara seharian ini. Untung bentar lagi lengser lo cukk, mending gua jadi tukang kebun sekolah aja deh daripada tetep jadi anggota osis tapi dipimpin oleh ketua yang sedengnya nggak ada obat kaya dia.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kerja keras seluruh anggota osis, semoga kedepannya kita bisa terus menjaga kekompakan dan kesolidan ini.."
Setelah pidato "nggak penting" nya selesai, kita semua akhirnya bisa dengan bebas menghabiskan hidangan yang ada. Gunungan tumpeng yang tadinya menjulang cukup tinggi pun seolah rata dengan tanah dalam waktu singkat. Cukuplah untuk menggambarkan betapa buasnya anak anak ini, termasuk gua.
"wih laper ya mas ?" ujar Meyriska yang kemudian duduk disebelah gua. "makannya gitu amat, haha."
"mmhh.. iya Mey." jawab gua dengan mulut penuh makanan. "kampret banget tuh si Rama, katanya paling sore juga udah selesai. Eh taunya sampe malem gini."
By:Sales Kambing "wah wah, kayaknya ada yang lagi ngomongin gua nih." Entah darimana datangnya tiba tiba Rama udah ada disebelah gua aja. Udah kayak jelangkung aja nih bocah, datang nggak minta jemput pulangnya minta dianter.
"iya, gua yang ngomongin elo kampret. Katanya sore udah kelar, nggak taunya masih ada acara tambahan. Mana sore nggak ada konsumsinya pula." sahut gua.
"hahaha, sori fan. Tadi nggak ada konsumsi karena anggarannya kepake buat beli printer osis dulu." katanya. "sebagai gantinya ntar abis penyerahan jabatan gua traktir kalian semua deh, pake uang pribadi."
"oke ram, gua pegang omongan lo ya." Meyriska ikutan nyaut. "kalo bisa sih di dap*rkoe sekalian ram, haha."
"haha, ide bagus tuh mey." kata gua setuju.
"iya, dan besoknya gua jadi gembel." Gerutu Rama kesal, kemudian berlalu meninggalkan tempat kita duduk.
Gua kembali melanjutkan acara makan yang tadi sempat terganggu berkat kedatangan Rama. Sementara disebelah gua nampak Meyriska sudah selesai dengan acara makannya.
"udah selesai lo mey ?"
"udah." "dikit amat." kata gua heran.
"diet fan." Lah, diet " perasaan udah nggak ada bagian tubuhnya yang perlu dikecilin deh. Justru sebenarnya di beberapa bagian malah lebih bagus kalau digedein.
By:Sales Kambing Selesai acara makan makan, berarti selesai juga rangkaian acara hari ini. Setelah menikmati pencuci mulut berupa suguhan dedek dedek gemes yang tadi ngisi acara dengan nampilin modern dance, gua segera berjalan menuju parkiran untuk mengambil Richard. Rasa lelah setelah seharian berjibaku dengan kegiatan yang nggak ada abisnya membuat gua semakin bersemangat untuk segera pulang dan merebahkan diri dikamar.
"woi fan, mau kemana lo ?"
Lagi lagi ditengah jalan gua ketemu sama manusia laknat bernama Ilham yang sepertinya sedang nungguin Rama. Lengkap dengan Ramon disebelahnya. Dan bodohnya lagi bukannya terus jalan dan ngambil motor, gua malah belok kearahnya.
"wah ada Ramon, apa kabar lo mon ?" kata gua sembari menjabat tangannya.
"haha, gua baik kok fan.." dia menyambut uluran tangan gua. "oh iya mau kemana lo " buru buru amat."
"mau pulang gua mon, ham, capek banget seharian ngurusin acara ini." jawab gua. "nah lo berdua ngapain disini ?"
"biasa lah fan, nungguin si Rama sama Indra noh. Lo mau ikut lagi nggak " mumpung anggotanya nambah lagi nih." tawar Ilham.
"ah nggak dulu deh, gua masih capek banget nih." tolak gua. "lain kali aja lah ham, lagian gua juga masih tengsin kalo kesana cuman mesen coke doang, hahaha."
"hahaha, gokil lo fan. Masa main ke (nyebutin nama klub malamnya) cuma mesen coke doang, nggak sekalian minta teh manis aja lo ?" Ramon ketawa ngakak denger disana gua cuma mesen coke.
"hahaha, t*ilaso lo.." umpat gua. "yaudah deh gua mau cabut duluan. Selamat bersenang senang aja buat lo berdua, jangan lupa salamin sama cewek yang kemarin gua tunjuk di dance floor ya.." ucap gua sambil berlalu.
By:Sales Kambing "ogah, mana mau dia kenalan sama cowok yang doyannya c*ca c*la kayak elo."
Sesampainya dikosan gua langsung mandi dan membersihkan badan. Rasa lelah yang sudah memuncak membuat gua mengacuhkan anak anak kos lain yang sedang asik bermain ps diruang tengah. Beres mandi gua kembali menutup pintu kamar untuk segera mengistirahatkan badan yang rasanya udah kayak abis di smekdon Rey Mysterio atau The Rock ini. Walau sebenarnya gua juga nggak pernah di smekdon sama mereka berdua. Entah karena efek kecapean atau apa, tak lama kemudian akhirnya gua pun tertidur.
Gua terbangun berkat suara ringtone yang menggema dari hape jadul gua. Dengan sedikit kesal gua mencoba meraba tempat dimana gua menaruh hape. Dan semakin kesal setelah tau kalau yang gangguin gua malem malem gini adalah si kunyuk bernama Robet.
Quote: "haloo, ada apaan cukk lo nelpon gua malem malem gini " ahelah gangguin orang molor aja lo.
"haloo fan, lo udah ngerjain tugas dari pak agus belum " kalo udah besok gua nyontek ya ?"
"bangke, lo bangunin gua malem malem gini cuma buat nanyain itu doang ?"
"hehe, iya fan. Lo udah ngerjain belum ?"
"udah cukk, tenang aja. Kemarin gua dapet bocoran dari anak kelas sebelah."
"oh yaudah deh kalo gitu."
TUUT ! TUUT ! TUUUTT !!! Bangke bener nih bocah, giliran udah tau kalo gua udah selesai main tutup aja telponnya.
Entah kenapa setelah itu gua justru nggak bisa tidur lagi, berulang kali gua coba buat pejamin mata tapi hasilnya masih nol. Suek bener nih si Robet, nelpon gua nggak sampe semenit, tapi bikin gondoknya bisa berhari hari.
By:Sales Kambing Capek nyoba merem tapi nggak tidur tidur akhirnya gua pun mutusin buat jalan kedapur dan bikin segelas kopi hitam. Suasana kosan sekarang udah sepi, bocah bocah yang tadi teriak teriak alay saat main ps juga udah nggak kelihatan lagi. Membuat kosan jadi sedikit horor walau itu tetep masih nggak bisa bikin gua takut.
Segelas kopi hitam yang asapnya masih mengepul ini terasa sangat pas untuk menemani gua melewati malam yang lumayan dingin. Ditemani suara jangkrik dan kodok yang saling bersahutan, gua menikmati tegukan demi tegukan dari segelas kafein yang secara perlahan menghangatkan tubuh gua.
Tak lama kemudian datanglah sebuah kendaraan beroda empat yang berhenti tepat didepan kosan. Membuat gua sedikit mengalihkan pandangan dari layar handphone untuk sekedar mengetahui siapa yang datang.
Perempuan yang ternyata adalah Marcella itupun turun dari mobil. Sementara mobil yang membawanya langsung menjauh sesaat setelah penumpangnya turun. Gua masih duduk manis diteras saat ia mulai berjalan menuju kosan.
Dia masih nampak cantik walau wajahnya terlihat lelah dan nggak seperti biasanya. Sampai akhirnya gua tau kalau ada yang nggak beres dengannya saat ia tiba tiba terjatuh ketika berjalan. Dengan cepat gua pun langsung menghampirinya.
"duh ceell, hati hati dong kalau jalan."
Gua mencoba membantunya berdiri, dan kembali heran melihat kondisinya saat itu. Rambut sedikit berantakan, pandangan sayu, dan yang semakin membuat gua nggak habis pikir adalah, bau alkohol.
"cell, kamu mabuk ya ?" Tanya gua sambil terus memapahnya.
"aku nggak papa kok fan."
"ini apa cell " kamu pulang dengan kondisi kayak gini masih bisa bilang nggak papa " rambut acak acakan, mulut bau alkohol. Kayak gini nggak apa apa ?" tanya gua lagi
By:Sales Kambing Namun diluar dugaan dia justru melepaskan pegangan tangan dan menjauhkan tubuh gua yang sedang membantunya berjalan.
"nggak usah sok peduli sama gua. Lo tau apa soal hidup gua ?"
Masih dengan langkah yang menyedihkan, dia terus berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan gua yang masih nggak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
By:Sales Kambing Part 121 Keadaan Marcella makin lama makin memprihatinkan, pulang larut malam dengan keadaan teler udah kayak rutinitas baru buat dia. Sebagai teman sekosan sebenarnya gua kasihan juga ngeliatnya. Tapi penolakannya malam itu udah cukup ngasih tahu gua supaya nggak terlalu ikut campur sama urusannya. Lagian gua juga sadar kok kalau gua bukan siapa siapanya. Gua cuma seorang teman baik yang akan dengan senang hati memberikan bantuan padanya. Tapi kalau dia sendiri nggak berharap gua bantuin ya gua bisa apa selain berharap semoga dia baik baik aja.
Gua membawa segelas orange juice ke teras kosan dan meminumnya secara perlahan. Cuaca panas yang menyerang Tenggarong beberapa hari terakhir emang terasa cukup menyiksa. Yah walau panasnya masih kalah dibanding saat gua ngeliat Dhara sama Firman berduaan, tapi panas hari ini udah cukup untuk membuat gua menghabiskan dua gelas orange juice dan menguras stok es batu yang ada di kulkas.
Saat sedang asik menikmati segarnya air jeruk ini, gua melihat sebuah mobil berhenti didepan kosan. Membawa seorang pria berusia sekitar 40 tahunan yang kemudian gua tau adalah bokapnya Marcella. Setelah turun dari mobil, beliau menghampiri gua yang masih anteng duduk diteras kosan.
"siang fan." ucap beliau singkat, kemudian menjabat tangan gua.
"siang juga om.." jawab gua ramah. "duduk dulu om, oh iya mau minum apa nih " mau orange juice kayak saya gini nggak ?"
"udah nggak usah repot repot fan." tolaknya dengan halus. "lagipula om juga cuma sebentar kok disini."
"wah padahal siang siang gini pas banget nih om minum orange juice." kata gua. "oh iya, om mau ketemu Cella ya " wah Cella kayaknya belum pulang sekolah tuh om."
"sebenernya sih gitu fan, tapi berhubung om lagi buru buru terus cella nya juga belum pulang, jadi om mau ngomong sama kamu aja sebentar."
Gua menghentikan tegukan dari jus jeruk yang masih tersisa. Mendengar nadanya yang sedikit berubah jadi lebih serius, membuat gua semakin bingung sekaligus penasaran dengan apa yang sebentar lagi akan beliau bicarakan.
By:Sales Kambing "mau ngomong soal apa om ?"
Beliau menghisap cerutu yang ada ditangannya terlebih dahulu, sebelum kemudian menjawab pertanyaan gua.
"begini fan, akhir akhir ini kamu ngerasa ada yang aneh atau beda nggak dari Marcella ?"
"aneh gimana om ?" tanya gua balik, mencoba menggali informasi lebih dalam walau sebenarnya gua udah tau kemana arah pembicaraan ini.
"akhir akhir ini keluarga om memang sedang ada masalah fan." katanya. "dan om khawatir kalo masalah ini merembet sampai ke keseharian Marcella disini."
Gua meneguk habis sisa sisa jus jeruk yang masih ada digelas, lalu kemudian membalas kata kata beliau. "beberapa hari ini Cella emang kelihatan agak sedikit berubah om, terutama sejak dia kembali dari rumahnya beberapa waktu lalu.."
Gua akhirnya menceritakan semua kejadian yang terjadi disini, mulai dari sikapnya yang jadi lebih dingin, sering melamun sendirian, dan hal hal lain yang memang berubah pada diri Marcella, tapi gua masih belum berani cerita soal alkohol malam itu. Takut kalau bokapnya Marcella punya penyakit jantung atau sejenisnya.
"gitu ya fan.." beliau nampak sedih setelah mendengar cerita gua. "om nggak habis pikir masalah ini bisa bikin cella jadi berubah gitu fan."
Sebenarnya gua mau nanya ke bokapnya Cella, emang masalah seperti apa sih yang bisa bikin seorang gadis manis berubah jadi cewek yang murung dan nggak punya semangat hidup. Tapi akhirnya gua urungin niat untuk nanya lebih jauh, apalagi ini menyangkut urusan rumah tangga orang.
Suasana kemudian hening, gua yang nggak tau mau ngomong apa lagi pun hanya bisa diam memandang kawanan burung yang terbang kesana kemari. Sementara beliau juga lebih memilih diam dan menikmati hisapan demi hisapan cerutunya.
By:Sales Kambing "yaudah fan, om harus pergi sekarang." ucap beliau seraya bangkit dari duduknya.
"buru buru amat om, nggak nungguin cella dulu ?" tanya gua mencoba mencegahnya. "bentar lagi cella pasti pulang kok."
"nggak usah deh fan, om lagi buru buru nih. Sampein salam aja buat Cella ya." pungkas beliau sembari berjalan meninggalkan kosan.
Tapi kemudian beliau menghentikan langkahnya, lalu memutar badan dan kembali menghampiri gua. "oh iya fan, om boleh minta tolong sama kamu nggak ?"
"minta tolong apa om ?" tanya gua.
Beliau menepuk pelan pundak gua. "tolong jagain Marcella ya fan."
Dengan sedikit ragu, akhirnya gua pun mengangguk. "i.. i.. iya om."
*** "eh lo berdua jangan minum banyak banyak dulu, ntar kalo lo teler gua juga yang repot ngadepin mereka."
Malam ini gua kembali nongkrong di klub malam yang waktu itu pernah gua datangi. Tapi kali ini selain ngeliat para sexy dancer yang goyangannya aduhai, gua juga membawa misi untuk membawa pulang Marcella sekaligus ngelepasin dia dari pengaruh alkohol yang belakangan membelenggunya. Ditemani Ilham dan Rama gua mulai mengawasi meja seberang, tempat dimana mereka menghabiskan malam bersama.
Sebenernya gua males banget malem malem nongkrong ditempat remang remang sambil ngawasin dua orang yang sedang bermesraan gini. Tapi bayangan kata kata bokapnya Marcella siang tadi seolah mengarahkan gua supaya kesini dan membawanya pulang. Suek juga tuh om om, enak enaknya nggak sama gua kenapa giliran jagainnya nyuruh gua " emang komuk gua kayak bodyguard apa " kalau abis jadi bodyguardnya terus diangkat jadi mantu sih nggak papa.
By:Sales Kambing "lo tenang aja fan, walau teler tapi gua masih sanggup kok kalau cuma ngelawan gerombolan cecunguk itu." balas Ilham sambil meneguk satu sloki berisi chivas kedalam mulutnya.
"lagian kenapa nggak lo ributin sekarang aja sih fan ?" Sahut Rama yang juga sedang asik dengan minumannya.
"ntar dulu lah ram, dia mana mau kalo gua paksa sekarang. Lagian temen temennya juga masih pada seger gitu, bisa abis kita bertiga ngelawan mereka semua.
Sloki demi sloki minuman keras itu secara bergantian mengaliri tenggorokan Marcella. Dia terlihat tertawa lepas saat Dicky kembali menyodorkan slokinya. Hingga gua melihat Marcella sudah tak kuasa meminumnya lagi, namun Dicky tetap memaksa supaya Marcella meneguk minuman itu. Saat itulah gua langsung berjalan kearah mejanya.
"sekarang waktunya cukk !"
Gua berjalan kesana ditemani Ilham dan Rama yang mengekor dibelakang gua. Begitu sampai disana, gua langsung menggebrak mejanya.
BRAKKK !! "woi anjing, lo nggak liat dia udah nggak mau minum ?"
"eh keparat, lo ngapain ada disini ?"
Tak ingin membuat keributan didalam sini, gua langsung menyeretnya keluar. Teman temannya yang masih sanggup berjalan pun mengikuti kita dari belakang. Sempat ada seorang keamanan yang menegur keributan kecil yang tadi sempat kita timbulkan, tapi akhirnya gua bisa atasi itu.
"dia bawa kabur adek gua, terus diajak mabok kesini bang."
By:Sales Kambing BRAKKK !! BUUKKK !! BLETAAKK !!
Dia yang udah dalam pemgaruh alkohol hanya bisa sesekali membalas pukulan gua. Sementara gua yang masih seger udah bisa bedakin mukanya jadi lebih ganteng lagi. Teman temannya pun udah terlalu teler, nggak bisa berbuat banyak karena Ilham sama Rama juga masih lumayan seger walau tadi sempet minum duluan.
BUUGGGHHH !! Gua menendang perutnya sebagai kenang kenangan terakhir. "Sekali lagi lo bawa Marcella kesini, muka lo bakalan jauh lebih ganteng dari ini."
Gua kembali berjalan kedalam dan mengajak Marcella yang sudah teler untuk pulang. Sukurlah Rama dan Ilham ngerti kondisi Marcella, jadi kita berempat akhirnya mutusin buat pulang walau sebenarnya jam segini masih terlalu sore buat mereka berdua.
"jagain dia fan, jangan sampe jackpot dimobil gua."
"iya ram tenang aja."
Gua langsung merebahkan tubuhnya begitu kita sampai dikamar yang didominasi warna merah muda kesukaan para cewek.
"aku pusing banget faan.."
"nih, kamu minum ini dulu ya." gua menyodorkan minuman air kelapa padanya.
Setelah ia terlelap, gua menarik selimut untuk membantunya agar tak merasa kedinginan. Lalu berjalan keluar kamar untuk membiarkannya beristirahat. Namun langkah gua kembali terhenti ketika melihat sebuah gambar yang ada di meja belajarnya.
By:Sales Kambing Ada dua buah gambar dengan judul yang berbeda, before dan after. Gambar before menggambarkan dua orang yang saling bergandengan tangan dengan seorang anak perempuan ditengahnya. Yang dibagian bawahnya ada tulisan "Mama + Papa = Marcella Happy !"
Lalu dibagian bawah ada gambar yang berjudul after. Menggambarkan dua orang yang saling berjauhan, dengan seorang anak perempuan yang sedang menangis di bagian tengah. DI bagian bawahnya ada tulisan "Mama Papa = Marcella alone."
Kemudian disebelah gambar after, gua menggambar seorang anak laki laki yang sedang menggandeng tangan anak perempuan disampingnya. Lalu menuliskan sesuatu dibagian bawahnya.
"Marcella + Irfan = Marcella not alone."
By:Sales Kambing Part 122 "Cause you are the piece of me, I wish I didnt need chasing relentlessly, still fight and I dont know why If our love is tragedy why are you my remedy " If our love's insanity why are you my clarity ?"
Beat beat musik yang keluar dari earphone ini semakin menambah semangat gua untuk berlari mengitari komplek. Minggu pagi yang cerah gini emang pas banget kalo diawali dengan jogging. Selain bisa segerin badan yang makin lama makin penuh sama timbunan lemak, gua juga bisa segerin mata karena disini banyak banget cewek cakep yang berkeliaran cuma pake hotpants sama baju kurang bahan doang. Meskipun mereka jelas nggak ada apa apanya kalau dibandingin Elsa dengan hijab dan pakaian muslimahnya, tapi buat iseng doang nggak papa lah ngecengin mereka. Nggak ada rotan, patahan ranting pun jadi.
Tapi beda dari biasanya, jogging kali ini gua ngerasa cepet banget capek. Baru berapa kali puteran kaki sama dengkul gua udah lemes aja. Mungkin karena efek nggak ada temennya kali, makanya gua rada ilang semangat saat udah mulai capek gini. Biasanya kalo jogging bareng Dhara atau Cella gua tetep maksain lari walau udah mulai capek. Karena ngerasa tengsin juga kalau ketauan nggak kuat lari.
Setelah maksain untuk tetep lari sebanyak beberapa putaran, akhirnya gua merasa nyerah juga. Rasa lelah yang menggerogoti kaki dan dengkul gua seolah udah nyampe titik terendah. Membuat gua langsung mutusin buat balik kekosan dan melanjutkan istirahat disana. Bodoamatlah sama igo igo ini, paling minggu depan juga masih ketemu lagi. Sekarang yang penting segerin otot sama dengkul dulu.
Begitu sampai di teras kosan, gua langsung meluruskan kaki dan meregangkan otot otot yang masih kaku. Sambil menikmati alunan lagu yang masih terdengar dari earphone yang gua kenakan. Namun kemudian gua merasa sedikit terkejut saat Marcella tiba tiba datang dan langsung duduk disebelah gua.
"nih fan buat kamu." ujarnya sambil menyodorkan sebotol Ponari Sweat. Yang ternyata cuma botolnya doang, sedangkan isinya cuma air galon.
"wah makasih ya cell.." ucap gua seraya meminumnya, tak peduli walau isinya cuma air putih. Orang haus mah yang penting kemasukan air dulu, rasa belakangan. Lagian kalo minumnya deket Marcella, air putihnya tiba tiba jadi kerasa manis kok.
By:Sales Kambing

Plakk ! Plakk ! Plakk ! Karya Sales Kambing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"eh kamu nggak ke gereja cell ?" tanya gua disela sela tegukan air minum ini.
"hehe, enggak fan." katanya sambil tersenyum. "soalnya aku baru bangun sih."
"haha, makanya sering sering aja mabuknya cell, biar lupa sama ibadah."
Cella hanya diam dan tak membalas kata kata yang baru saja gua lontarkan. Kini matanya memandang jauh kedepan, sementara tangannya mengambil sebuah pecahan genteng lalu mencoret coret lantai tempat kita duduk. Melihat hal itu gua sedikit merasa bersalah, nggak seharusnya gua bilang begitu walau sebenarnya niat gua cuma bercanda.
"maaf cell.." "nggak papa fan, yang kamu bilang emang bener kok." balasnya dingin.
Keadaan kembali hening, gua lebih memilih untuk diam karena nggak tau mau ngomong gimana lagi. Daripada ngomong tapi salah dan bikin dia makin sedih, jadi gua tetap diam sembari menunggu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
"nggak cuma ibadah fan.." dia akhirnya kembali bersuara. "mabuk juga bikin aku lupa sama semuanya, lupa makan, lupa belajar, sama lupa kalau masih ada orang yang peduli sama aku."
"kamu kenapa sih cell tiba tiba jadi suka mabuk gitu ?" tanya gua.
Sebelum menjawab pertanyaan gua, dia melempar pecahan genteng yang ada ditangannya terlebih dahulu. Dan untungnya saat itu didepan kosan sedang tak ada kendaraan atau orang yang lewat.
"semua berawal saat aku tau kalau papa sama mama sedang ada masalah fan."
".." By:Sales Kambing "setiap saat aku selalu memikirkan masalah itu, sampai akhirnya aku menceritakan masalah ini pada orang yang salah fan.."
Gua yang masih belum berani bersuara pun hanya bisa memberikan isyarat padanya, seolah berkata "terus gimana cell ?"
"Setelah aku ceritain semuanya, Dicky cuma bilang kalau minuman itu bisa ngilangin semua perasaan sedih ku fan. Awalnya aku nggak mau karena takut mabuk terus ketangkep polisi kayak di tv tv, tapi Dicky bilang nggak apa apa kok asal minumnya bener. Jadi ya aku minum aja minuman itu. Sampai akhirnya aku ketagihan terus jadi kayak semalem itu fan."
Gua meneguk habis air putih yang tadi dia berikan, sebelum kembali mengeluarkan kata kata.
"gini ya cell.." ucap gua. "lain kali, kalau kamu ada masalah cerita sama kita kita aja. Kamu disini nggak ngekos sendirian kok, misalnya tau kalau kamu ada masalah, pasti sebisa mungkin kita semua bantuin kamu. Jadi jangan lari ke minuman kayak gitu lagi ya, minuman itu cuma bikin kamu lupa sama masalah kamu, bukan ngilangin masalah yang sedang kamu hadapi. Begitu efeknya ilang, kamu bakalan sadar kalau masalah itu masih ada."
"iya fan, sebenarnya dari pertama nyoba aku udah nggak suka. Tapi entah kenapa lama lama aku jadi ketagihan gini." katanya.
"yaudah asal kamu punya niat buat berubah aja itu udah awal yang bagus kok cell. Soalnya mau ngilangin kecanduan juga nggak semudah balikin telapak tangan. Yang penting kamu komitmen aja sama niat kamu supaya berhenti minum."
"iya fan aku serius mau berhenti minum."
Kemudian gua menyodorkan jari kelingking yang ukurannya hampir sama dengan ibu jarinya.
"janji ya." By:Sales Kambing "janji !" Setelah itu raut mukanya terlihat sedikit lebih baik dari sebelumnya. Kali ini sudah ada seberkas senyum yang tersungging dari bibirnya, sesuatu yang beberapa hari ini tak pernah gua lihat darinya akhirnya kembali.
"ohiya, ini kamu yang gambar ya fan ?" dia mengeluarkan selembar kertas yang dari tadi sudah disimpan dibalik punggungnya.
"mana cell.." ucap gua sembari melihat kertas itu. "hehe iya bu guru, gimana menurut ibu " gambaran saya bagus nggak ?" tanya gua dengan sedikit tersenyum.
"emm gimana ya faan.." dia masih mencoba berfikir. "bagus sih, apalagi gambar cowoknya ini, mirip banget tau sama kamuu."
"kok mirip aku sih cell " mirip apanya coba ?" tanya gua yang masih sedikit bingung kenapa gua disamain sama coret coretan nggak jelas gitu.
"iya anak digambar ini mirip sama kamu banget tauu.." katanya masih ngeyel.
"sama sama genduutt.. ahaha."
Dia menarik pipi gua dengan keras, kemudian berlari menuju kamarnya. Sementara gua hanya tersenyum sambil geleng geleng kepala melihat tingkahnya.
By:Sales Kambing Part 123 Hari ini adalah hari dimana seluruh siswa sedang khusyu' melaksanakan kegiatan penting yang disebut UAS. Sebagai bahan evaluasi sejauh mana para siswa bisa menyerap ilmu yang telah diberikan oleh guru selama satu semester ini. Tak terkecuali dengan gua, gua yang biasanya molor dikelas pun kini juga harus ikutan sibuk ngerjain soal yang susahnya udah kayak ngertiin perasaan cewek ini.
Berbeda dengan UAS sebelumnya dimana gua masih bisa sedikit tenang karena duduk disebelah Meyriska yang secara tingkatan adalah kakak kelas gua, UAS kali ini gua kebagian duduk dengan adik kelas. Yang otomatis makin ngebuat beban otak gua jadi lebih berat. Karena selain harus ngerjain soal sendirian, gua juga harus dengerin pertanyaan yang sewaktu waktu dilontarkan oleh rekan sebangku gua. Dan untungnya partner sebelah gua ini cewek, jadi kalo dia nanya nanya pun masih bisa gua ladenin dengan mesra. Coba kalau cowok, udah gua bakar tuh mejanya.
"kak kak..." "iya dek, ada apa ?"
"kakak tau rumus buat ngitung ini nggak ?"
Saat sedang fokus mengarang jawaban, tiba tiba cewek yang duduk disebelah gua bersuara. Menanyakan sebuah soal yang sepertinya nggak dia mengerti, sementara gua jelas makin ngerasa pusing. Materi yang baru disampein aja udah lupa, apalagi materi kelas satu yang udah setahun nggak dipelajari lagi. Duh, nggak bisa diganti apa pertanyaannya dek " arti kata I love you atau wo ai ni kek. Yakali gua mau gugling dulu, selain keburu ditelen idup idup sama bu Dewi yang sedang jaga didepan, gua juga nggak yakin kalau soal itung itungan bisa diselesaiin dengan cara gugling.
"kak, kok bengong sih ?"
"eh iya, apa tadi ?" tanya gua gelagapan. "sini dek, liat dulu soalnya." pinta gua sok bisa.
"Ehemm..!" By:Sales Kambing Namun kemudian suasana kelas yang sebelumnya hening mendadak mencekam saat bu Dewi tiba tiba mengeluarkan aura kemarahannya.
"hei, dua orang dibelakang itu ngapain ?" bentak beliau, yang langsung membuat cewek disebelah gua terdiam dan melanjutkan aktifitasnya. Sementara gua hanya cengar cengir masang tampang bego.
"kerjain soalnya sendiri sendiri, jangan berharap sama orang lain. Nggak usah tanya tanya sama kakak kelas, mereka juga belum tentu bisa. Kalian yang jadi kakak kelas juga nggak usah sok bantuin adik kelasnya."
Mendengar kata kata bu Dewi yang secara langsung menyerang gua, membuat sedikit banyak peserta ujian yang lain juga ikut ikutan ngeliatin gua sambil nahan ketawa. Sementara gua yang jadi objek tertawaan mereka makin ngerasa bingung, yang nanya duluan kan dia, yang nggak ngerti sama soalnya kan dia, yang bikin suasana nggak kondusif duluan kan juga dia. Kenapa yang jadi sasaran tembak malah gua sih " kenapa yang diketawain malah gua sih " apa karena gua terlahir sebagai cowok makanya selalu salah " ah dunia emang kejam.
"lagian lo juga ada ada aja fan." dari meja sebelah, robet ikut ikutan manasin suasana. "perkalian satu sampai sepuluh masih buka kalkulator aja udah sok sokan mau bantuin adek kelas." ledeknya, yang langsung membuat seisi kelas makin tertawa lepas. Di sisi lain, gua cuma menggerutu kesal mendengar ocehannya. Kampret lo bet, ranking masih jauh dibawah gua aja udah berani beraninya ngata ngatain gua dimuka umum gini.
"sudah sudah, kerjain soalnya. Ribut sekali lagi ibu ambil terus ibu robek lembar jawaban kalian."
*** Gua langsung berjalan menuju parkiran begitu ujian hari ini selesai. Ratusan soal yang menghajar gua dari tadi pagi seketika membuat gua ingin segera pulang untuk mengistirahatkan otak agar besok nggak ngadat dan masih bisa dipakai buat mikir lagi.
Gua masih mengendarai richard dengan santai saat dari kejauhan gua melihat beberapa bocah yang sama sama berseragam putih abu abu kayak gua sedang berkumpul dipinggir jalan. Gua masih santai dan nggak menaruh perasaan aneh aneh pada mereka. Namun setelah berjalan mendekat akhirnya gua tau kalau ada sikampret Dicky diantara mereka. Yang artinya bakalan ada masalah baru buat gua.
By:Sales Kambing Sebenernya gua pengen banget puter balik terus cabut nyari jalan pintas supaya nggak makin ganteng dibedakin lima orang kayak mereka. Tapi akhirnya gua sadar kalau vespa tua ini nggak bakalan bisa kabur dari komplotan motorsport buatan negara jav yang mereka tunggangi. Jadi yaudahlah gua pasrah aja, toh tempat ini juga lumayan rame. Pasti banyak lah yang bantuin kalo nanti gua dikeroyok, walau mungkin bentuk bantuannya cuma do'a.
"akhirnya dateng juga lo nyet." ucapnya saat gua sudah benar benar berhenti diantara mereka.
"lo nyariin gua bro ?" tanya gua santai. "ada apaan nih ?"
"ah nggak usah pura pura nggak tau lo anjing." ucapnya langsung emosi. "udah kita abisin aja nih anak." dia mengajak komplotannya untuk segera menyerang gua.
"eits tenang dulu men." potong gua sebelum mereka sempat menyentuh gua. "oke kalo itu mau lo, gua akan ladenin. Tapi gua minta satu hal. Temen temen lo nggak usah ikutan, gua nggak ada urusan sama mereka. Urusan gua cuma sama lo."
"dan lo semua" gua menunjuk empat orang yang lain. "gua nggak kenal dan nggak ada urusan sama kalian semua. Urusan gua cuma sama temen lo ini, jadi kalo lo semua masih ngerasa laki, lo harusnya ngerti dan nggak ikut campur sama urusan kita. Jangan jadi banci yang beraninya ngerahin lima orang cuma buat ngelawan satu orang kayak gua." gua masih berkata dengan santai, padahal sebenarnya keder juga ngadepin mereka. Bayangin aja gimana rasanya lo ngoceh sendirian, sementara didepan lo ada lima orang kampret yang sewaktu waktu bisa kalap terus ngabisin elo kapan aja.
Mereka nampak diam sejenak, sepertinya sedang memikirkan kata kata yang baru saja gua ucapkan. Sementara gua cuma berharap semoga aja ocehan gua tadi bisa ngebuka pikiran mereka. Yah walau nggak bisa bikin gua langsung bebas dari cengkeraman bocah bocah kampret ini, tapi paling nggak mereka ngurungin niat buat ngeroyok gua aja deh.
"ah banyak bacot lo anjing. Udah men kita abisi aja orang kayak gini." ucap Dicky makin emosi dan mengajak komplotannya untuk segera ngabisin gua. Tapi sebelum mereka sempat menyentuh gua salah seorang dari mereka tiba tiba bersuara.
By:Sales Kambing "yang dia omongin emang bener kok men."
"maksud lo ?" tanya Dicky bingung.
"gua nggak ada masalah sama nih bocah men, kenal juga enggak. Jadi nggak ada alasan bagi gua buat ikut sama lo gebukin dia. Gua ikut kesini karena tadi lo bilang ada masalah sama anak anak (nyebutin nama sekolah gua.). Gua kira lo ngelawan banyak orang, makanya gua mau ikut bantuin lo. Eh ternyata cuma ngelawan satu orang doang. Yaudah lo selesaiin sendiri aja masalah lo, kalo kita berempat ikutan konteksnya udah jadi kriminal men karena kita ngeroyok anak orang."
"Ah buang buang waktu gua doang lo dik." sahut temannya yang lain. "lagian lo cuma ngelawan satu orang kayak dia aja kenapa mesti ngajak ngajak kita sih " lo nggak yakin bisa ngalahin dia ?"
"ah sialan lo semua, yaudah biar gua abisin sendiri aja nih bocah." Dicky langsung berjalan kearah gua dan mengarahkan pukulannya.
BRUUK !! BRAAKK !! BUUGGH !!
Pertarungan pun tak terhindarkan, Dicky yang terlihat begitu emosi langsung menghujani gua dengan pukulan pukulannya. Dilain pihak gua hanya berusaha untuk menangkis setiap pukulannya. Menghemat tenaga dan menunggu saat saat yang tepat untuk melancarkan serangan balasan saat dia sudah mulai lelah.
BUUGGHH !! Pertahanan yang sedari tadi gua susun juga nggak sepenuhnya sukses, masih ada beberapa pukulan yang gagal gua bendung dan berhasil menghantam wajah gua. Hingga menimbulkan sedikit luka dibagian bawah bibir gua.
Setelah merasa bahwa tenaganya sudah semakin terkuras, gua langsung mengambil alih pertarungan. Diawali dengan menangkap pukulan dan memelintir tangannya, kemudian menjegal kakinya hingga membuatnya tersungkur.
By:Sales Kambing BRAAKK !!! Melihat dia yang sedikit terkejut atas perlawanan yang baru saja gua berikan, membuat gua semakin bersemangat untuk segera mengakhiri pertarungan ini.
BRRAKK !! BUUUGGHH !! BLETAKK !!
"urusan kita udah kelar sampai disini men, gua minta maaf kalo tindakan yang gua lakuin kemarin bikin lo sakit hati, gua juga minta maaf kalo bikin lo bonyok lagi. Tapi yang harus lo tau, gua nggak ada niatan sama sekali untuk ngerebut Marcella dari lo. Gua cuma nggak terima kalo temen gua lo perlakuin kayak kemarin." ucap gua sambil berjalan meninggalkannya.
Masih dengan bibir sobek dan beberapa luka lebam diwajah, gua mulai mengendarai richard dan berjalan pulang. Rasa sakit dan perih yang menjalar di sekujur tubuh membuat gua semakin mempercepat laju vespa ini agar bisa segera sampai dikosan. Dan untungnya dijalan udah nggak ada halangan berarti lagi, selain emak emak yang sein ke kiri tapi belok ke kanan.
"eh, muka kamu kenapa lagi tuh fan ?" tanya Marcella tiba tiba saat gua baru sampai di kosan.
"eh, cell.." jawab gua kaget. "oh ini, nggak papa kok. Biasa lah tadi ada orang rese' dijalan." kata gua santai.
"duh bibir kamu berdarah gini kok nggak papa." katanya. "siapa orangnya fan ?"
"udahlah cell nggak penting, aku juga nggak kenal sama dia."
Dia memandang gua dengan curiga, lalu kemudian mencubit pinggang gua dengan keras. "jujur sama aku fan, kamu berantem sama siapa ?"
"aawww.. sakit ceell.. lepasin dong."
"enggak, sebelum kamu ngomong jujur berantem sama siapa."
By:Sales Kambing "aduh iya iya aku mau jujur. Tapi lepasin dulu nih cubitannya."
Yaudahlah daripada cupangan yang ada dipinggang gua makin gede, akhirnya gua nyeritain kejadian sebenarnya. Dari mulai gua dicegat, dipukulin, sampai akhirnya jadi babak belur gini. Walau gua tambah tambahin dikit sih supaya nilai jual sikampret Dicky makin melemah dimata Marcella. Nggak fair sih sebenarnya, tapi dalam urusan begini mah bodoamat sama fair fair an. Yang penting Marcella makin sebel aja sama dia, kalo perlu diputusin sekalian.
"tuhkaan.. pasti Dicky yang bikin kamu jadi kayak gini." kata Cella saat gua sudah selesai bercerita. "yaudah, kamu tunggu disini dulu fan. Aku mau ngambil kotak p3k didalam."
Selagi nunggu Cella ngambil obat obatannya, gua mengambil remote dan mulai menyalakan tv. Tapi sebelum nemuin channel yang pas hape dikantong celana gua bergetar, menandakan ada sebuah panggilan masuk.
Quote: Incoming Call : Elsa
Gua bergegas menjawab panggilannya begitu tahu kalau diseberang Elsa sedang menunggu jawaban.
" Haloo Elsa sayaaang..!" gua membuka obrolan.
Tak lama kemudian Marcella datang menghampiri gua, lengkap dengan kotak berisi plester, alkohol dan obat obatan lain ditangannya.
"nih fan, aku udah baw.."
"ssstt..." Belum dia sempat menyelesaikan kata katanya, gua sudah terlebih dahulu menaruh telunjuk tepat dibibirnya. Lalu kemudian membisikkan sesuatu ditelinganya.
By:Sales Kambing "sssttt.. cell, kamu nggak usah repot repot ngobatin aku." gua berbicara pelan sambil menjauhkan hape supaya nggak kedengaran dari seberang. "aku udah sembuh kok."
" haloo Elsa sayaang, kamu kok tumben nelpon aku jam segini sih.." ucap gua seraya berjalan menuju kamar. Meninggalkan Cella yang masih memandang gua dengan tatapan heran.
By:Sales Kambing Part 124 Gua langsung masuk dan menutup pintu dengan rapat begitu sampai dikamar. Meskipun sedikit bertanya tanya kenapa Elsa tiba tiba nelpon gua jam segini, tapi rasa excited setelah mengetahui kalau dia yang nelpon membuat gua membuang pikiran itu jauh jauh. Bahkan saking excited nya bibir gua yang masih berdarah pun udah nggak kerasa sakit lagi. Berganti dengan rasa penasaran sekaligus rasa kangen ingin mendengar suaranya.
" haloo, assalamualaikum Elsa ku yang cantiik.."
" waalaikumsalam Irfan ganteeng.."
" oh iya kok tumben sih nelpon aku siang siang gini ?"
" hmm, jadi nggak suka ya kalo aku nelpon jam segini ?"
" eh bukan gitu sayang, cuma kan aku agak kaget juga pas tau kalau kamu yang nelpon. Emang nggak dimarahin sama pengasuhnya kalau jam segini nelpon ?"
" dimarahin " ahaha ya enggak lah Irfan sayaang, kan aku udah liburan. Emang kamu belum liburan ya ?"
" udah liburan ya " wah enak banget, aku mingu depan baru mulai liburan..."
Hari hari gua berjalan sangat menyenangkan, terlebih setelah tau kalau Elsa udah liburan. Yang artinya waktu untuk kita berduaan akan semakin banyak dibanding hari hari sebelumnya. Yah walau hanya bisa menghabiskan waktu bersama lewat telepon, tapi itu udah cukup untuk mengobati rasa rindu yang akhir akhir ini sering menyiksa gua. Sembari berharap agar waktu untuk kita bertemu segera tiba.
Waktu akan berputar semakin cepat saat kita merasa bahagia, sama seperti yang gua rasain sekarang.
By:Sales Kambing Hingga tak terasa kalau hari ini adalah hari terakhir gua sekolah.
" kamu liburan kali ini pulang ke Malang nggak fan ?"
" wah kayaknya aku nggak bisa pulang sa, soalnya aku harus ngurusin PKL ku dulu. Maafin aku ya, ntar kalo udah selesai aku ke Malang deh. Nggak papa kan ?"
" nggak papa kok fan, cuma kan aku makin seneng kalo kamu bisa pulang. Pengen nyubit pipi kamu yang bentuknya kayak bakpao itu loh ahaha."
" hahaha, dasar kamu.."
" haha, yaudah ya fan aku sholat dulu. Kamu jangan lupa sholat yaa.."
" pasti dong sayaang.."
Selesai melakukan ibadah lima waktu seperti yang dibilang Elsa, gua langsung berjalan kedapur dan menyeduh segelas kopi hitam. Lalu membawanya kedepan teras kosan, disana gua melihat Marcella yang nampak sedang bersiap untuk pulang.
"cie cie yang mau mudik, barang bawaannya banyak banget mbak. Mau pindah rumah ya ?"
"ahaha, apaan sih fan.."
"pasti seneng banget ya cell bisa ngumpul sama keluarga lagi." kata gua sambil mencoba menyeruput kopi yang asapnya masih mengepul ini.
"enggak juga fan, sebenernya aku malah ngak pengen pulang loh."
By:Sales Kambing "eh, kok bisa gitu sih cell ?"
"kamu kan tau kalau papa sama mama aku sedang ada masalah." matanya kini menerawang jauh kedepan. "rasanya nggak enak fan tiap aku dirumah tapi ngeliat papa sama mama ribut terus."
Gua kembali menyeruput kopi yang kini hanya tinggal separuhnya ini. Yang diomongin cella emang ada benernya. Jangankan dia, gua pun pasti juga nggak akan betah dirumah kalau harus ngeliat bonyok berantem mulu.
"kamu jangan mikir gitu dulu cell.." kata gua. "siapa tau dengan adanya kamu dirumah bisa bikin papa sama mama kamu akur lagi. Walau gimanapun kehadiran anak pasti bisa bikin emosi mereka sedikit mereda. Karena nggak ada yang paling dirugiin dari pertengkaran mereka, selain anak."
Kemudian ada sebuah mobil yang berhenti tepat didepan kosan, membawa seorang pria berusia sekitar 40 tahunan yang tak lain adalah papanya Marcella. Setelah turun dari mobil, beliau langsung menghampiri kita yang masih asik duduk diteras kosan.
"gimana cell " udah siap ?" tanya beliau begitu sampai diteras. Yang hanya dibalas dengan anggukan lemah dari Marcella.
"eh kok lemes gitu sih cell, papa punya sesuatu yang bagus lho buat kamu."
"apa pah " boneka " ah boneka cella udah banyak pah." balas cella masih nggak semangat.
"bukaan, ayo tebak lagi deh.."
"udah ah, cella nyerah aja deh pah. Emang apaan sih ?"
Masih sambil tersenyum, akhirnya beliau kembali berbicara. "papa sama mama nggak jadi pisah cell.."
"eh, papa serius ?" kali ini nadanya mulai terdengar bersemangat.
By:Sales Kambing "iya cell, papa sama mama udah mutusin buat nggak jadi pisah. Kasian sama kamu."
"yeaayy.. yaudah pah ayo buruan pulang."
"iya iya sabar dulu dong cell.." balas beliau sambil mengangkat koper cella. "yaudah ya fan, kita pamit dulu. Makasih udah mau jagain Marcella selama disini."
"oh iya om, sama sama." balas gua ramah. "hati hati dijalan ya om, cell.."
"dadaahh Irfaan, aku pulang dulu yaa." teriak Cella dari dalam mobil yang mulai berjalan.
Melihat raut bahagia yang terpancar dari wajahnya membuat gua juga ikut tersenyum. Yah setidaknya dengan begitu dia nggak akan lari ke hal hal negatif seperti sebelumnya. Dan gua juga nggak perlu sampai babak belur gara gara bantuin dia dari cengkeraman manusia kampret bernama Dicky.
Setelah Marcella pulang kerumahnya, suasana kosan jadi benar benar sepi. Praktis sekarang cuma ada gua yang menghuni kosan ini, karena para penghuni kosan yang lain udah pada pulang dari siang tadi. Membuat gua jadi rada parno karena hanya seorang diri berada dikosan dua lantai yang lumayan besar ini.
Quote: Incoming Call : Elsa
Jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dinihari, gua yang masih terjaga dan sedang menonton tv ini kembali dibuat bertanya tanya oleh Elsa. Ada apaan nih dia nelpon gua tengah malem gini "
Tak perlu waktu lama, gua pun segera menjawab panggilannya agar rasa penasaran gua segera terobati.
" Halo Elsaa, kamu tumben amat nelpon aku malem malem gini ?"
By:Sales Kambing " Emm, sebelumnya maaf banget ya fan udah nelpon kamu malem malem gini. Tapi ada yang mau aku omongin sama kamu fan."
" oh nggak papa kok sa, kebetulan aku juga belum tidur kok. Emang kamu mau ngomong apa sih " kayaknya penting banget deh."
" jadi gini faan, setelah aku pikir pikir kayaknya lebih baik kita temenan aja deh.."
By:Sales Kambing Part 125 Bagai petir di siang bolong, kalimat yang baru saja diucapkan Elsa sontak membuat gua terbelalak.Tak pernah menyangka kalau ia akan mengatakan itu, padahal seperti baru kemarin kita berjanji untuk saling menjaga perasaan satu sama lain, seperti baru kemarin dia menerima pernyataan cinta gua, dan seperti baru kemarin gua merasa jadi lelaki paling beruntung didunia. Namun semua seolah hancur tak berbekas berkat kata katanya, yang bahkan hanya butuh waktu beberapa detik untuk mengatakannya. Sementara rasa sakitnya jelas nggak akan hilang dalam waktu singkat.
" ka.. kamu serius sa ?"
Masih berharap kalau yang baru saja dia katakan hanya sekedar candaan, gua pun kembali bertanya padanya. Namun sepertinya harapan gua sia sia, karena kemudian dia semakin mempertegas ucapannya.
" aku serius faan, kayaknya lebih baik kita temenan aja deh."
" tapi kenapa " kenapa secepat ini kamu akhiri hubungan kita " apa salah aku ?"
" kamu nggak salah kok fan, tapi aku yang nggak bisa bertahan ngejalanin hubungan yang nggak jelas ini. Setiap aku jatuh, setiap aku sedih, aku selalu berharap kamu ada disini buat aku. Tapi akhirnya aku sadar, semua itu nggak mungkin terjadi selama kamu masih jauh disana."
Sebenarnya gua sedikit bingung sama alasan yang baru saja dia utarakan. Okelah kalau untuk ketemu kita memang nggak bisa karena ada jarak ratusan hingga ribuan kilometer yang membentang diantara kita. Tapi diluar konteks ketemuan, yang gua lakuin udah lebih dari cukup. Tiap malem gua selalu standby didepan handphone, jaga jaga kalau dia tiba tiba nelpon, tiap pagi gua juga masih nyempatin diri untuk ngirim sms sekedar ucapan sslamat pagi, meskipun gua juga tau kalau sms itu nggak bakalan dibales atau dibaca olehnya. Semua itu gua lakuin karena gua masih percaya kalau dia adalah seorang wanita yang pantas diperjuangin. Tapi kalau dianya sendiri yang udah nggak mau diperjuangin, ya gua bisa apa "
" maafin aku fan.."
By:Sales Kambing " udah, kamu nggak usah minta maaf. Aku nggak marah kok, tadi cuma kaget aja denger kamu tiba tiba mutusin aku."
" maafin aku ya faan, aku emang egois."
" udah udah, aku nggak papa kok, beneran. Udah ah jangan nangis gitu, tar cantiknya ilang loh."
" ish, masih aja sempet ngegombal."
" hehe kan biar kamu nggak sedih lagi."
" tapi kita masih bisa sahabatan kan fan ?"
" ya bisa doong, udah ah kamu tenang aja. Yang diputusin kan aku, kok kamu yang sedih sih, haha."
" ish, dasarr.."
Yang gua omongin ini sebenarnya jauh berbeda dengan apa yang gua rasain. Gua cuma mencoba bersikap tegar walau sejujurnya perasaan gua sudah hancur setelah dia mutusin untuk mengakhiri hubungan kita. Bahkan jika itu bisa mengurangi rasa sakit yang gua rasain, saat itu juga gua bakalan nangis sekenceng kencengnya.
" yaudah sa, ini udah malem loh. Kamu nggak mau tidur ?"
" iya fan, ini aku udah mau tidur kok. Maafin aku ya, nggak bisa berjuang sama kamu lebih lama lagi."
" iya nggak papa kok, jadi status aku sekarang apa nih " mantan apa tetep sahabat ?"
By:Sales Kambing " haha, tetep sahabat kok fan. Sahabat yang jadi mantan."
Setelah telepon ditutup, gua langsung berjalan menuju kamar mandi. Cuci muka, gosok gigi lalu merebahkan tubuh dikasur untuk segera menjelajah alam mimpi. Namun entah kenapa setelah berulang kali mencoba memejamkan mata, tetap saja gua masih terjaga dan tak kunjung terlelap. Padahal jarum jam waker di meja belajar gua sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Namun baru saja gua mencoba memejamkan mata untuk kesekian kalinya, sebuah pesan singkat kembali masuk ke hape gua. Membuat gua kembali bangun untuk sekedar mengecek siapa orang yang kurang kerjaan dibalik semua ini.
Quote: from : Elsa. Selamat tidur ya Irfan sayaang, have a nice dream..
Quote: to : Elsa. Selamat tidur juga Elsa cantiik..
Setelah membalas pesan yang baru saja ia kirimkan, gua pun kembali mencoba untuk tidur dan melupakan semua hal yang baru saja terjadi. Dan bersiap untuk kembali menghadapi hari esok dengan status baru, sebagai seorang tuna asmara.
Terkadang kita memang harus singgah dibeberapa tempat terlebih dahulu, untuk mengetahui dimana tempat yang paling membuatmu merasa nyaman. Jika itu memang benar, maka pergilah sejauh jauhnya. Dan kembalilah ketika engkau sudah merasa tak ada tempat ternyaman selain disini, kembalilah saat engkau sudah lelah berlari dan tak ingin mengembara lagi. Bukan hanya sekedar singgah, lalu kemudian pergi lagi.
Pengadilan Rimba Persilatan 1 Pendekar Gagak Rimang 7 Siasat Yang Biadab Monk Sang Detektif Genius 1

Cari Blog Ini