Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 11

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 11


"Dalam tunbuh manusa terdapat semesta yang maha
luas, semesta itu sangatlah seimbang, berikan
semestamu pada lawan, maka semesta lawan akan
bertumbuh subur dengan cepat, secepat kilat"
Dewa Tangan darah tak mampu berbuat apa. Dia
hanya berdiam, Setelah Gardapati bangkit dia mulai
bisa menggerakan tubuhnya.
"suruhlah ketuamu membaca surat dariku, suratku
telah kuberikan pada tubuhmu. Cukup dia
memeriksamu dengan mengalirkan tenaga dalam di
nadimu. Sekarang pergilah"
"Baiklah"."
Bagaimanapun Dewa Tangan darah adalah golongan
hitam yang takut mati, meski diluar menampilkan
sikap garang, sebenarnya hatinya bergolak ketakutan.
Dewa Tangan darah segera berlalu. Gardapati
berpaling, dilihatnya para keluarga keturunan satwa
jua sudah bangkit, mereka menatap gardapati dengan
tatapan kagum. * "Apa kau bilang" jagoan tangguh itu hanya dengan
menggunakan dua jurus sudah membantai habis
Barisan Dewa Iblis Darah" Bahkan kemarin dulu
tanganmu hinga hanya dengan sebuah jurus" Kau
seharusnya mengerti, alas an ini sunggub tak masuk
akal, siapakah yang akan percaya" Menurutmu
jagoan misterius itu hanya karanganmu belaka, begitu
bukan?" Si Gila Dari Neraka Hitam membentak.
"Tidak".orang itu benar adanya, hamba bersumpah
mati,!" Dewa Tangan Darah membela diri.
"Jika begitu, bagaimana wajahnya?"
"Maafkan hamba, hamba sama sekali tak mengetahui
bagaimana tampangnya, ia memakai kerudung hijau
untuk menutupi mukanya. Yang jelas. Ia memiliki
tenaga dalam yang dahsyat, serangannya benarbenar cepat." "Apa" Tak masuk akal, bagaimana seorang Dewa
tangan darahpun sampai tak mengetahui siapa
lawannya" "Siapakah dia, tak kuduga setelah kematian Dewa
dan Iblis Dunia Persilatan muncul lagi jagoan hebat.
Bahkan Dhara Sesatpun berubah semakin kuat.
Siapakah dalangnya" Gumam Iblis Kembar Bumi.
"Dia"dia member hamba pesan untuk yang mulia"
"Dimana pesan itu?"
"Ditubbuh hamba."
"Apa maksudmu?"
"Dia bilang, cukup menyalurkan tenaga dalam di nadi
hamba, maka pesan itu akan muncul"
Si Gila Dari Neraka Hitam bangun berdiri, dia meraih
tangan Si Dewa Tangan darah dan menyalurkan
tenaga dalamnya. "Tak?" "Serr"!" "Serrr" Duaarrrr"..Cratttt..crat"
Tubuh Si Dewa Tangan darah meledak menjadi
percikan daging, memercik keseluruh penjuru
ruangan. Tubuh si Gila dari Neraka Hitam dipenuhi
dengan darah merah. "Hemmm". Menyimpan tenaga ledakan dalam tubuh
lawan", sungguh luar biasa, yang lebih hebat lagi
adalah perhitungan waktu dan jaraknya seolah ia
tahu diaman letak tempat ini" benar-benar lawan
yang patut dipehitungkan. bagaimana menurutmu?"
Tanya Iblis Kembar Bumi. "Siapapun orangnya kita selalu siap. Bukankah seperti
itu?" "Huahahah"."
"hahahaha" Gardapati berdiri didepan gerbang kerajaaan dengan
wajah Garang, beberpa prajurit menudingkan tombak
padanya. Tapi apalah daya para prajurit itu melawan
Gardapati" Tenang Saja Gardapati melangkahkan kakinya
dengan lenggang kangkung, bentakan dan cacian
mereka seperti angin lalu saja.
Marah melihat kenekatan Gardapati, beberapa Prajurit
menyerangnya. Satu tombak datang menusuk..
"Prakkk?" "Arrgghhh"!"
Bukan Gardapati yang menjerit, melainkan Prajurit itu,
begitu mata tombak mengenai tubuh Gardapati,
tombak itu patah menjadi dua. Ia terpental mencelat
karena tenaga getaran yang membalik.
Kawan-kawannya menjadi gusar, mereka meniru
prajurit tadi, nasib merekapun sama. Jangankan
menghentikan Gardapati. Memukulkan senjatanya
saja tak brani. "Ada keributan apa ini?" seseorang membentak
lantang. Gardapati berpaling, dilihatnya kepala Bhayangkara,
Perwira Anggabaya datang bersama Bhayangkara
Bhadrika. Bhayangkara Mahasura, Perwira Saktika,
Perwira Tibra, dan Perwira lainnya.
"Para paman, aku hendak menemui Paman
Jagabaya.!" Kata Gardapati.
Mendengar bahwa orang berkerudung hijau itu
memanggil nama sang Raja dengan nama asli, tak
urung membuat mereka berubah. Adalah sang
Anggabaya yang lebih cerdik mengetahui siapa orang
dihadapannya langsung turun dari kuda.
"Pangeran!" Katanya sambil memberi sembah.
"Tak usah banyak peradatan?"
"Baiklah mari,?" Keduanya segera berjalan menyusuri
setiap lorong dan bangunan, dibawah tatapan heran
dari segenap penjuru. Keduanya langsung masuk ke taman istana. Karena
tak berhak, Sang Anggabaya segera mundur
meninggalkan Gardapati. Gardapati masuk kedalam, tanpa menegur ia
memperhatikan ikan yang sedang berseliweran
dikolam. Begitu sang Raja berbalik, sejenak wajahnya berubah,
setelah sekian lama ia mulai tenang.
"Siapa kau?" Tanyanya.
"Hemmm?" Jawab Gardapati.
"Paman, aku tak suka kau ikut campur dengan
pernikahan Nimas Garwita"Kata Gardapati tanopa
basa-basi. Sang Raja tertegun, juga tersinggung. Ia membentak.
"Dengan alas an apa" Aku ini pamannya?"
"Dan aku kakaknya, kebahagiannya adalah nyawaku.
Jika paman terus bersikeras, aku tak
bertanggungjawab bila mengerahkan pasukanku
meratakan kerajaan ini"
"Apa maksudmu" Kau mengancamku?"
"Bukan mengancam, hanya memberi peringatan. Tarik
mundur pasukan yang mencari adikku. Nikahkanlah
putrimu sendiri?" "Tidak mungkin, pangeran itu hanya mencintai
adikmu!" "Tapi adikku sama sekali tak mencintainya.!" Potong
Gardapati. Gardapati berbalik dan pergi, mendadak ia berhenti.
Tanpa berpaling ia berkata.
"Aku memberimu waktu dua pekan, bila aku
memergoki satu orangpun yang mencarinya. Jangan
salahkan aku menjual putrimu kerumah bunga juga
menjadikan istrimu mainan lelaki hidung
belang..hahaaha?" Lalu berkelebat pergi tanpa ketahuan kapan ia
menjejakan kakinya. Wajah Sang Raja berubah merah padam, ini adalah
suatu penghinaan terbesar dalam hidupnya, namun ia
tak berani ambil resiko. Yang diancam bukan di
a. Melainkan anak dan istrinya.
"Huaaaaa" Ia berteriak lantang. Bhayangkara Anggabaya masuk menghunus senjata.
"Paduka yang mulia, anda tidak apa-apa?" Tanyanya.
"Anggabaya, tarik pasukan pencari Tuan Putri Garwita,
tarik semuanya. Jika ada seorangpun yang terlambat
dalam sepekan. penggal kepalanya."
Wajah Bhayangkara Anggabaya berubah mendengar
perintah yang berisi ancaman itu, jelas ini bukan lagi
tentang masalah kecil, sedikitnya ia meraba bahwa
itu adalah ulah dari Sang Pangeran berjubah hijau itu.
"Baik Paduka yang mulia. Hamba akan
melaksanakan!" "Berapa orang yang bisa diandalkanmu Dewi?" Sagara
Angkara bertanya. "Sedikitnya ada seribu orang, bukankah begitu
Mbakyu Dwi Garani?" "Haha" mengapa engkau mengalihkannya padaku,
memang benar, tapi jika dibutuhkan mungki sekitar
dua ratus lagi ada" Dwi Garani menjawab sambil
tertawa. "Akh, tak dinyana kekuatan yang dihimpun kalian ini
sungguh besar sekali. Jadi setidaknya kita punya
seribu lima ratus pasukan. Jadi bagaimana
rencananya?" "Seandainya ada kakang Gardapati, mungkin ia bisa
menggunakan siasat militer, hanya itu harapan kita.
Saat ini beberapa perkampungan dihancurkan oleh
mereka, berhubung masih bisa dibendung kita harus
segera bertindak, semakin cepat semakin baik"
astadewi mengeluh. "Ai, mungkin aku bisa membantu" sedikit sedikit,
diistana aku pernah diajarkan siasat dan barisan
militer kerajaan" Garwita mengajukan diri.
"Benarkah itu?" Sagara Angkara merasa gembira.
"Jadi menurutmu gimana?" Aryani mulai buka suara.
"Dalam militer kami ada sebuah siasat yang
dinamakan dengan menabur debu dipadang pasir."
"Gak kelihatan dong?" Potong Astadewi.
"Benar, bila kita ibaratkan, debu itu adalah para
anggota kita, dan padang pasir itu adalah daerah
dimana terdapat orang biasa yang berlokasi deka t
dengan tempat tujuan"
"Jadi maksudmu secara perlahan anggota kita
masukan ke berbagai tempat strategis tanpa
diketahui lawan.?" "Ya, kemudian kita gunakan siasat menggebuk ular
pada kelapanya, nah yang jadi masalah adalah siapa
yang berani menghadapi kepala ular itu?"
"Emmm"." "Permisi!" Mendadak suara dingin seperti es
menghentikan setiap obrolan. Tampak anudhari sudah
datang dari tempat yang ditujunya.
"Mana Mbakyu Diahnya?" Astadewi bertanya.
"Mbakyu dyah pergi kekarang bolong, seseorang telah
menjemputnya. Dewi, aku menemukan ini. Entah
berguna atau tidak."
Anudhari menyerahkan lempengan kulit pohon. Kulit
pohon itu tampak digaris-garis dengan jari
membentuk sebuah tulisan absurd. Tanpa tahu
kuncinya jangan harap dapat membacanya.
"Aku tak bisa membacanya!" Astadewi meletakan
kulit itu dimeja. Adalah Garwita yang berubah
menjadi berbinar. "Kita mendapat pemecahannya yang terbaik" Garwita
berseru nyaring. "Apa maksudmu Nimas?" Sagara Angkara bertanya
padanya. "Ini adalah kata sandi yang dibuat kakang Gardapati."
"Hey, apa tidak keliru" Mungkin saja musuh sengaja
yang membuatnya" "Itu mustahil, kata sandi ini dibuat oleh kakang
Gardapati, jika tak tahu kata kuncinya, jangan harap
dapat menterjemahkan."
"Kalau begitu?"
"Aku pernah mempelajarinya dari coretan-coretan
kakang Gardapati yang diberikannya padaku"
"Baiklah apa pesannya!"
"Bulan gelap, waktu yang tepat. Salam Lautan
Dendam, Orang yang kehilangan waras memiliki
kelemahan api. Bumi dipinang dua adalah bagianku.
Tangan melawan tangan, kaki melawan kaki.
Berjayalah dalam hitungan satu. Jangan perdulikan
gelas yang menjadi bubuk, buang yang utuhnya saja"
"Apa artinya?" Astadewi bertanya tak mengerti.
"Ada yang paham?" Tanya Garwita sambil celingukan,
mulutnya terbuka heran. "Padahal jelas sekali lo maksudnya!" Gumam Garwita,
"Sudahlah, hanya adiku yang cantik saja yang paham
apa maksudnya, jadi sekarang beritahuikan pada
kami" Aryani memuji sambil mengelus kepalanya.
Garwita senang diperlakukan demikian, sekejap saja
ia berbinar. Lalu berkata.
"Penyerbuan dilakukan selepas purnama, yaitu ketika
bulan tak bersinar dan bintang-bintang tidak
menggantung, seperti yang kukatakan sebelumnya,
kepala melawan kepala. Jadi sesuai pesan kakan g
Gardapati, Kakang Sagara Angkara melawan Orang
gila. Karena kelemahan orang gila itu adalah Segala
apa yang bersifat api. dan Bumi kembar diurus
olehnya sendiri. Sedangkan kita melawan antek-antek


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lainnya. Itu dilakukan ketika tepat pada kentongan
satu. Satu lagi, serangan hanya difokuskan kemarkas,
jadi urusan lainnya dibiarkan sajalah."
"Mengapa" Padahal mereka bisa menjadi duri baru
lo?" Dwi Garani bertanya.
"Semua makhluk berhak hidup" Mungkin itu maksud
kakang Gardapati. Garwita memberikan alasan yang
dipikirkannya sendiri. "Akhaha" kau memang adikku yang hebat" Astadewi
memuji. "Nimas, mengapa kau mengatakan bahwa bahwa
namaku ada di pesan?"
"Lautan dendam!"
"Lautan dendam?"
"Haha" nama lain dari lautan adalah Sagara, dan
nama lain dari Angkara adalah Amarah, murka dan
sejenisnya, jadi kata dendam juga termasuk. Orang
gila yang dimaksud itu apa kakang kenal?"
"Dia adalah Si Gila Dari Neraka Hitam!" Astadewi
menyela. "Dan Bumi Kembar?"
"Iblis Kembar Bumi"
"Ohh"Emmm"Apakah Mbakyu itu benar-benar
kekasihnya?" "Bukan hanya aku, tapi rata-rata gadis yang berada
disini adalah kekasihnya" Astadewi tertawa.
"Hah"!" Garwita melongo.
"Apa kau yakin pesanmu dapat sampai kepada
adikmu?" Si Penjaja Bambu bertanya penuh keraguan.
"Tentu saja, apa yang dikatakan oleh istriku pasti jadi
kenyataan." Gardapati yakin.
"Apa perlu untuk memanggil masing-masing
perguruan besar?" "Tidak, mereka hanya menyusahkanku saja!" Dengus
gardapati. "Ahaha"!" Si Pertapa berjari Empat terbahak-bahak, ia
paham maksud menyusahkan itu.
"Mengapa kau tertawa?" Si Jelita berbau harum tak
senang. "Maksud menyusahkannya itu loh, bukannya
menghancurkan musuh, paling banter menghancurkan
kita" "Mengapa bisa begitu" Bukankah semakin banyak
orang semakin baik?" Amurti menyela. Dalam dunia
persilatan, dulu dia dipanngil dengan Nelayan pancing
naga. "Apa kau bodoh, masa tak ingat dengan apa yang
dilakukannya tempo dulu" Kita bisa memaafkan. Tapi
apakah mereka bisa?" Pertapa Berjari empat
membentak. Lelaki dengan kalajengking dikepalanya berkata
dingin. "Benar begitu maksudmu Gardapati?"
"Benar Kalajengking Perajut asa. Siapapun yang
sudah masuk kedalam lumpur, meski di cuci pasti
meninggalkan bekas." Gardapati berkata tegas dan
mengakui kebenarannya. "Sudahlah sudah, jangan bertekar lagi. Memang ada
baiknya dan kalanya bila semakin sedikitb semakin
baik" Si Penjaja bamboo menenangkan.
"Sama sekali ku tak paham! Maksudmu itu
Argono"Lelaki berompi biru berkata menanyakan
maksud. "Itu?" "Biar aku yang menjelaskan!" Sela Gardapati. Si
Penjaja bamboo menelan kembali ucapannya.
"Nah, Aku bertanya padamu bolehkah?" Gardapati
menatap lelaki itu. Lelaki itu menkeret dan mengangguk.
"Bila kau mempunyai rahasia, lebih baik di dengar
oleh orang banyak ataukah sedikit?"
"Se"sedikit"
"Mudah mengatur mana bila dalam pertarungan?"
"Sedikit" "apakah sepuluh orang setara denganmu lebih baik
dari seratus orang awam?"
"Tentu saja!" "Itu kau paham, dengan keterbatasannya jumlah,
mudah bagiku memantau dan mempersiapkan kalian,
tanpa takut ada pengkhianat busuk."
"Ada lagi yang tidak kalian pahami?" Tanya
Gardapati" "Mengapa kau membandingkan para ketua perguruan
besar dengan orang awam?" Si Jelita berbau harum
bertanya heran. "Emmm" jujur saja. Jurus yang digunakan Si Penjaja
Bambu bila dilatih dengan maksimal, mudah saja
mengalahkan jurus Telapak Iblis Dunia Persilatanku!
Sayang jurus hebat itu tak dipelajarinya dengan
benar. Mangkanya ia bisa kalah. Aku berani
berspekulasi hanya dengan menurunkan Si Penjaja
Bambu saja cukup membunuh kelima ketua
Perguruan" Mendengar dirinya dipuji, Sii Penjaja Bambu tak urung
merasa bangga meski sedikit. Semua orang diruangan
itu terdiam. Benar apa yang dikatakan Si penjaja
Bmbu tempo dulu. "Bicara saja takan membuahkan hasil, ayo kita pergi
ke-lapangan" "Untuk apa?" Si Jelita berbau harum bertanya heran.
"Kita berlatih"!"
"Hah" apa kau gila?" Kalajengking Perajut asa
bangkit berdiri. "Kenapa kau takut" Jika takut berdiamlah disini
seperti kura-kura busuk"
"Ayo kita latihan" Si Pertapa berjari empat bergelak
tertawa. Sudah lama ia merasa bosan berdiam dan
sembunyi, dan kali ini ada orang yang sehati
dengannya. Tanpa beropikir lagi ia bangkit. Gardapati
dan Si Pertapa beranjak bangkit dan berjalan kearah
pintu. "Pertapa edan, apa kau mau memberikan daging
pada mulut harimau?"Si Jelita Berbau harum
membentak. "Aku sudah bosan menjadi kura-kura, aku adalah
seorang yang jantan. Aku mempercayainya bahwa
apa yang dikatakannya adalah yang terbaik. Ayo
pergi" "Terimakasih".!" Gardapati tersenyum, matanya
berkaca-kaca. Tak nyana masih ada yang
mempercayainya. "Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu, karena itu masa
lalu, berarti sudah lalu." Si Pertapa berjari Empat
menepuk pundak Gardapati.
" "Akkhhhh!" Astadewi menjerit, tubuh mungilnya yang
tanpa sehelai benangpun masih mengkilap dengan air.
Ia memang baru selesai mandi. Setelah naik dari
sungai, ia menyadari bahwa pakaiannya telah raib
entah kemana. Fikirannya bekerja. "Sudahlah, aku pulang saja!" Putusnya.
Jika gadis normal, jelas takan melakukan tindakan
gila seperti itu. Jangankan untuk berlenggang
kangkung pergi. Naik kedarat saja gak akan berani.
Untunglah Astadewi bukan gadis normal, dengan
naynyi-nyanyi kecil dan berjalan setengah
berloncatan, Astadewi kembali ke Cadas ngelir.
Sungai citumpeung begitu indahnya, Sempat "
sempatnya Astadewi menikmati keindahannya.
Padahal gadis biasa pasti akan malu luar biasa. Tidak
dengan Astadewi. Ketika ia hendak masuk ke Goa alam Cadas ngelir,
dia berpapasan dengan Kama, Aryani, Sagara Angkara
dan Garwita. "Akhhh"." Garwita menjerit.
Sagara Angkara menutupi matanya, wajahnya
semburat malu, sementara yang lain biasa saja,
mereka hanya memandang dengan heran.
"Mbakyu"ken"kenapa telanjang seperti itu?" Garwita
bertanya tergagap. "Bajuku ada yang nyuri" ketika habis mandi, bajuku
raib kemana. Daripada pusing mencari, aku piker lebih
baik akun pulang saja!" Jawab Astadewi dengan
wajah tanpa dosa. Lebih tepatnya wajah seorang
anak kecil yang belum paham duniawi.
"Hihi" kau memang sedikit agak kurang Nimas Dewi,
siapa yang berani bertingkah sepertimu. Meski ada
pasti akan berwajah jalang bukan seperti wajahmu
yang seperti tanpa dosa itu"
Astadewi dan yang lain berpaling. Sesosok ramping
berjubah dan berkerudung hijau berdiri tidak jauh
darinya. "Siapa kau" Mengapa mencuri bajuku?" Tanya
Astadewi melihat di tangan orang itu terkepal pakaian
miliknya. Sagara Angkara menggunakan telinga dan mata
batinnya saja. Dia tak berani membuka matanya.
"Haha" hihi" hanya bermain-mmain saja" Sosok itu
cekikikan dan membuka kerudungnya.
"Mbakyu Dyah".!" Pekik Astadewi seraya
memeluknya. "Haha"sudahlah sudah, lekaslah berpakaian" Kata
Dyah Krusina menyodorkan pakaian miliknya.
Astadewi menurut, dia menggambil pakaiannya dan
tak lama kemudian ia sudah selesai. Sikapmnya
santai berkesan sembarangan.
"Kau boleh membuka mata Kakang" Bisik Garwita.
Sagara Angkara menaris nafas pendek dilihatnya
seorang gadis jelita berada di depan mereka. Dia
kenal gadis itu" "Kau"." Desisnya.
"Kita berjumpa lagi kakang Sagara" aku turut
berduka atas nasib Nimas Jingga. Oh ya, Mbakyu Gita
Jayasri dan Meswari juga Kakang Harsanto bernitip
salam padaku jika bertemu denganmu. Kini mereka
sudah membangun rumah tangga, bahkan Mbakyu
Gita sudah memiliki seorang Putra"
"Akh benarkah itu" Dimanakah mereka sekarang"
Kau mengenal mereka?"
"Heem, Di Puncak gunung Gede, tentu Mbakyu Gita
adalah Saudari seperguuanku. Bahkan kami sudah
tinggal bersama untuk beberapa tahun"
"Akh" syukurlah jika demikian."
"Kau tidak merasa kehilangan bukan" Bagaimanapun
dua orang itu adalah dua orang yang pertama kali
hidup di kehidupanmu?"
"Hehe". Jika aku belum menemukan Dia, aku pasti
akan merasa kehilangan." Kata Sagara Angkara
melirik Garwita. "Akh, Nimas Garwita, sungguh wajahmu sangat mirip
dengan kakang Gardapati. Cantik sekali" Puji Dyah
Krusina. Garwita tersenyum malu. Dia belum mengenal
siapakah gadis di depannya, tapi gadis itu
mengenalnya seperti melihat jari tangan sendiri.
"Aryani?" "Mbakyu?" "grepp?" huhu".
Keduanya berpelukan erat, Aryani menangis pilu.
Dyah Krusina juga ikut menangis, ia mengusap
punggungnya. "Syukurlah engkau selamat. Meski siksaan itu sangat
hebat, aku merasa kagum padamu".semoga
kedepannya kau bisa menjalankan kehidupan dengan
selayaknya." "Terimakasih Mbakyu?"
"Dwi, terimakasih engkau sudah membantu!" Kata
Dyah Krusina kepada Dwi Garani.
"Ekh," Mbak mengenalku?"
"Haha" Tak ada yang lepas dari mata tajam Nimas
Tresni. Apa yang akan dan apa yang terjadi sudah
berada dalam perhitungannya."
"Siapakah itu Mbakyu?" Tanya Astadewi.
"Kau akan segera mengetahuinya Nimas" Kata Dyah
Krusina misterius. "Tau akh?" Astadewi cemberut.
"Akh, kau memang Manja. Dia adalah Istri kakang
Gardapati." "hah" Kapan Kakang Menikah?"
"Si Setan Perempuan itu menikah selagi menghilang.
Hampir mati aku memikirkannya, dia malah enakenakan. Aku bersumpah akan mengetuk kepalanya
dengan lidi." KKata Dyah Krusina jengkel.
"Tapi Mbakyu mengenalnya?"
"Tentu, kau akan menyukainya Nimas," karena
sifatnya tidak begitu jauh darimu, hanya saja ia
lebihm berkesan misterius"
"Terserah Mbakyu sajalah?"
Dyah Krusina merogoh sakunya. Mendadak Kama
datang, melihat Dyah Krusina, ia langsung berlutut.
"Ketua?" Dyah Krusina memandang Sagara NAgkara dengan
senyum penuh arti, buru-buru bangunkan Kama.
"Ini adalah Lencana Dhara Sesat. Kau ambilah?"
"Tapi..itu" Sagara Angkara tergagap.
"Ambilah, kau akan membutuhkannya. Sesungguhnya
banyak anggota kita yang membaur di kalangan
masyarakat awam, bila kau mengetahui salah satu
dan menunjukan lencana ini. Mereka akan patuhi


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setiap perintahmu" Ragu ragu Sagara Angkara mengambilnya. Lalu Dyah
Krusina memegang pundak Garwita. Jemarinya yang
lentik memegang telinganya dan memasukan
sesuatu. "Apa ini?" Garwita heran.
"Tenaga Dalam penyerap yang diendapkan! Dengan
menggunakan tenaga sakti ini engkau bisa
mengirimkan pesan kepada orang yang ingin kau tuju
dengan pengerahan konsentrasi. Sebenarnya tenaga
endapan ini tak perlu jika kau menguasai ilmu silat.
Tenaga endapan ini hanya bertahan selama empat
hari." "terimakasih"."
"Kau jangan ragu. Kami akan memandumu. Nah
Antari..Anudhari" "Ya, Mbakyu"."
"Tunaikanlah apa yang diperintahkan guru kalian
masing-masing" "Tapi?" "Kau jangan khawatirkan disini. Kata Nimas tresni,
untuk selanjutnya kau tidak akan kembali ketanah ini.
Hanya anak cucumu nanti sajalah yang memiliki
kemungkinan untuk kembali ketanah kelahiranmu ini.
Alasannya kau akan menemukannya sendiri nanti"
"Kapankah sebaiknya kmi pergi?"
"Asal kalian tidak boleh lewat nati malam saja!"
"Baiklah".Nimas Dewi," sekarang juga kami akan
pamit" "Antari?" Antari dan Astadewi berpelukan erat, setelah saling
mengusap air mata. Antari melesat pergi.
"Dewi?" "Anudhari" Kembali keduanya berpelukan, lalu melakukan apa
yang dialkuakn Antari. Kepergiannya membuat Astadewi sedih juga,
bagaimanapun kedua orang itu sudah lama
menemani kemanapun ia pergi.
"Sekarang kitapun pergi. Akun kemari hendak
menjemputmu" "Tapi bagaimana dengan"."
"Keberadaanmu disini hanya akan jadi penghalang.
Masing-masing harus memiliki peranan" Tegas Dyah
Krusina. Dyah Krusina menatap Garwita. Dengan pengerahan
konsentrasi ia berkata. "Sebarkan anggota sekarang di dekat markas musuh.
Kakang Gardapati juga sedang berusaha memancing
sebagian bsar kekuatan mereka. Jangan terlambat"
satu malam dua hari lagi adalah waktunya."
Garwita terkejut ditelinganya terdengar sebuah
bisikan yang meresap kedalam otak. Diapun memulai
pengalaman pertamanya "Baik" Setelah mengatakan itu, ia merasakan tubuhnya
panas dingin. Sagara Angkara terkejut. Ia segera
menempelkan telapak tangannya dan menyalurrkan
tenaga dalamnya. "Kau hebat sekali Nimas, cukup baik untuk
pengalaman pertama. Hanya saja pikiramu terpecah
dua. Sebaiknya jika tak terpaksa. Kau cukup
mendengar saja. Kami akan memandumu"
"Baik".!" Dyah Krusina memakai kerudungnya dan
menggandeng Astadewi. Keduanya menghilang
lenyap dari pandangan. "Kakang Sagara, Mbakyu Dwi. Segera sebarkan
anggota mengepung markas!"
"Hemmm" baiklah, jika itu memang keputusanmu"
Jawab Sagara Angkara. "Yani"!" "Aku tahu kakang"!Permisi" Aryani berkelebat lenyap.
Sagara Angkara menggandeng tangan Garwita dan
berkelebat lenyap, menyusul Dwi Garani diikuti yang
lain. Tanah lapang bertiup angin bercampur debu. Pertapa
Berjari empat dan Gardapati berdiri di tengah
lapangan. "Kau sudah paham dengan kelima jurus Alam
Mayapada Cakrawala Tanpa Batas yang kuajarkan
barusan?" "Sedikitnya aku paham. Hanya?" Jawab Pertapa
Berjari empat. "Hanya apa?" "Mengapa tak kau ajari aku jurus Telapak Iblis dan
Dewa Dunia Persilatan saja?"
"Kau bodoh," kuberikan kau jurus intisari dari
segenap ilmu silatku yang sudah kulebur menjadi
satu. Sekarang kau meminta jurus yang banyak
kelemahan itu" Pertapa Berjari Empat tertegun, masakah siempunya
menghina jurus kebanggannya sendiri dan
membanggakan jurus barunya ini.
"Hanya lima jurus?"
"Ya, hanya lima jurus!"
"Kudengar kau memiliki ribuan ajian dan kesaktian,
masakah hanya dilebur menjadi lima jurus?"
"Sebenarnya malah aku ingin meleburnya menjjadi
satu. Namun aku masih tak sehebat mendiang
Pendekar seribu diri. Jadi aku hanya bisa merubahnya
menjadi lima " "Aku tak mengerti"."
"Kau adalah keturunan mereka. Bagaimana bisa kau
bersikap seperti ini?"
"Akh"aku terlalu bodoh"!" Keluh Si Pertapa berjari
Empat. "Semakin bodoh orang, semakin pintarlah dia" Kat a
Gardapati. "ingatlah, Jurus Alam Mayapada Cakrawala Tanpa
Batas adalah jurus tanpa bentuk pasti, rasakanlah
setiap perubahan dengan tenang. Hati-hati".!"
Gardapati hentakan kakinya pada tanah,
"Bwwuurrrr?""!" Debu dilapangan membumbung
tinggi,, membungkus keduanya.
Para Anggota Istana Dewa Iblis berdatangan, namun
tak ada seorangpun yang berani masuk kedalam
lingkungan debu yang bergumul itu.
Dengan nekat salah seorang dari mereka
menginjakan kakinya ditanah lapang yang memiliki
pergumulan debu dahsyat itu.
"Arrgggghhh"!"
Jeritnya pilu, tubuhnya terseret kepulan debu yang
berjubel dan berseliweran dahsyat itu, anehnya
gulungan itu sama sekali tak keluar dari lapangan,
hanya terbang keangkasa seperti pilar penyangga
langit. Beberpaa sesaat kemmudian"
"Brulll".Crat,"cratt"
Dari dalam gumulan debu memancar cairan merah
berikut hancuran daging, jelas sekali bahwa tubuh
orang yang nekat itu telah dicacah habis.
Pertapa Berjari empat yang sudah diberitahu teori
ilmu Jurus Alam Mayapada Cakrawala Tanpa Batas
merasa tegang, beberapa saat ia tak bisa
menggunakan matanya, karena terjangan badai debu
ciptaan Gardapati itu. Kejap mata selanjutnya, Pertapa berjari empat sudah
merasakan bahwa ia tidak mungkin bisa bertahan
menghadapi terjangan badai yang maha dasyat ini.
Maka ia mengambil keputusan untuk menggunakan
jurus pertamanya. Dengan kecepatan melawan kecepatan, kosongkan
isi, rasakan gejala alam, biarkan tubuh menyatu
dengan alam, kendorkan saraf, gunakan pernafasan
dalam, tutup pernafasan luar, ambil duri menusuk
darah kematian. Awalnya ia tak merasakan hal apapun, hanya sakit
yang mengoyak kulit. Namun rasa sakit menuntutnya
untuk meningkatkan konsentrasi, hampir saja ia
pingsan, namun dalam ke kritisan itu, hawa murninya
bangkit mendorong Tenaga Olah kanuragan dan
Tenaga murninya untuk bekerja.
Entah bagaimana ia merasakan butiran debu itu
begitu lambat, desiran angin, arah yang dituju, dan
besar kecil debu itu terpeta jelas dalam benaknya,
tanpa sadar tubuhnya bergerak-bergerak dengan
kecepatan yang tak bisa diukur lagi.
menyerang sebelum siserang, menangkis sebelum
ditangkis, menyampok sebelum disampok,
menghindar sebelum tiba, meski badai debu itu
sangat hebat, tak membuatnya kewalahan. Sem akin
lama semakin pelan, ia tak tahu sudah berjalan begitu
lama. Ia mulai menggunakan jurus kedua dan
selanjutnya. Memasuki jurs kelima, ia dengar teorinya sangat
sederhana. "Semesta dalam semesta luar adalah sama,
kendalikan semesta dalam maka berarti
mengendalikan semesta luar, menyatu dalam nada
alam. Gejolak bara api karena kau adalah api,
deburan air yang ganas karena kau adalah air,
hembusan badai mengamuk karena kau adalah angin,
kuat kekal berguncang karena kau tanah"
Entah pikiran darimana, ia merasa Gardapati
menggunakan jurus kelima untuk melatihnya, maka
iapun melakukannya. Ia mengendalikan badai itu
sendiri, dengan menciptakan pusaran badai dalam
badai berlawanan arah. Karena keleluasaan dan
kemendarahdagingan Gardapati lebih hebat, Si
Pertapa belum dapat menghancurkan badai itu, hanya
cukup melindungi dirinya saja.
Terus dilang dan diulang"..
Entah berapa lama, Si Pertapa Berjari empat tak tahu,
selain menggunakan jurus Jurus Alam Mayapada
Cakrawala Tanpa Batas hasil gubahan Gardapati, ia
juga memasukan beberapa teori miliknya sendiri.
Kini ia tidak melawan, bahkan membiarkan dirinya
menyatu dengan kekuatan maha dasyat yang
diperlihatkan oleh badai ciptaan Gardapati itu. Dirinya
bet ul-betul seperti bayangan,. Kemanapun dan
bagaimanapun badai itu menerjangnya, seperti
pedang menusuk bayangan. Amblas begitu saja..
Mulutnya mlah sunggingkan senyum tenang di
tengah-tengah gulungan badai debu itu.setelah
mengulang beberapa ribu kali, ia mulai dapat
mengikuti gerakan angin badai. Dengan mata
bathinnya ia dapat merasakan gerakan- gerakan debu
maupun angin yang menyerangnya.
Kakinya menjejakk?" "Wiiirrr"..!"
"Blaaarrrrrrrr?"!"
Sudah Sepekan ini, Para Anggota Istana Dewa Iblis
berdatangan dari segenap penjuru, para penduduk
sudah pergi entah kemana.
Bahkan keributan disini sudah terkenal kepenjuru
tanah negri. Baik dengan sembunyi maupun terangterangan, para pendekar berdatangan. Dalam
kekacauan seperti ini sepertinya Istana Dewa Iblis
tidak berani membantai mereka.
Si Penjaja bamboo melihat kejadian itu dengan hati
kebat-kebit. Nasib Si Pertapa berjari empat masihlah
menjadi tanda Tanya. Jika melihat korban Para
Anggota Istana Dewa Iblis yang berupaya masuk.
Jelas kematian dan kehidupan bebanding Sembilan
puluh dengan sepuluh bagian. Lebih condong pada
kematian. "Lihatlah apa yang dia lakukannya pada sahabat kita,
percuma saja kita mempercayainya!" Bisik Si Jelita
berbau harum keki. Saat ini mereka mendekam diatas genting dengan
pakaian serupa dengan genting itu sendiri.
Mendadak dari gulungan debu itu meledak sebuah
kekuatan maha dahsyat. Semua orang terpana. Debu
yang berterbangan mulai rontok. Semua orang
menunggu dengan perasaan berkecamuk.
Perlahan sekali, Ketika keadaan mulai normal,
terlihatlah Si Pertapa Berjari empat duduk tenang
dengan pakaian atas tercobak-cabik, sedang
Gardapati sama sekali tak mengalami kejadian
apapun. "Bunuh".!" Teriak para petinggi Istana Dewa Iblis.
Ratusan Pasukan Istana Dewa Iblis tyang mengelilingi
tanah lapangan seperti banjir datang menghadang.
Para pendekar dari kejauhan melihat haol itu sudah
dapat memastikan bahwa kedua orang itu akan mati.
Namun kenyataannya ternyata jauh dari perkiraan
orang. "Lihatlah para debu ini mengepung kita!" Kata
Gardapati dingin menggelegar, untuk sejenak para
pengepung itu berhenti ditempat. Mereka sibuk
menutup telinga mereka. Diantara mereka ada
beberapa yang mengucurkan darah.
Belum sirna kekuatan teriakan menggelegar itu,
mendadak Si Pertapa Berjari Empat juga ikut
berpartisipasi menyumbangkan tenaga dalamnya
pada suaranya yang juga menggelegar..
"huahahahah?" lihatlah mereka datang
menghantarkan nyawa mereka pada kita. Bagaimana


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa kita bantai mereka sekaligus?"
Para Anggota Istana Iblis yang memilki tenaga dalam
rendah adalah yang paling menderita, percakapan
yang dikerahkan dengan tenaga dalam itu benarbenar mengganggu mereka. Keadaan menjadi kacau balau, Mendadak Iblis
Kembar Bumi datang kesana. Dia membentak nayring
"Serangg"!" terbukti benatakan itu cukup meredakan
suasana. Mereka kembali stabil.
"Membunuh mereka adalah terlalu mudah, kita
bermain-main saja dahulu. Lumayan untuk buangbuang waktu kita yang berharga" Gardapati
menjawab dengan tenaga yang dilipat gandakan.
Keadaan kembali kacau, beberapa dari mereka
menjerit ngeri dan ambruk dengan gendang telinga
pecah. "Sesuai kehendakmu, Sahabatku" apakah ini orang
yang menjadi komplotan anjing-anjing itu?"
Iblis Kembar bumi marah bukan main, lawan
melecehkannya dengan terang-terangan. Tangannya
terkepal erat, matanya merah membara. Dia merasa
gusar bukan main. "Kalau itu adalah komplotan anjing, berarti dia adalah
kepala anjing huahahaha". Nah kepala anjing.
Bagaimana kabar sahabat anjingmu satunya lagi?"
Gardapati mengejek. Jangan dikira mereka cuman
ngobrol biasa. Mereka ngobrol dengan tenaga dalam
yang disalurkan dengan tenaga dalam. Suara mereka
tidak jauh daripada suara geledek.
Para pendekar yang berada dijauhan merasa tubuh
dan telinga mereka digetarkan dengan dahsyat,
debaran jantung mereka berdetak dua kali lebih
cepat,. "Brengseekk?""!"
Dia menjejak dan berteriak lantang. Sebuah pukulan
kosong dahsyat mengandung tenaga dalam inti bumi
dilepaskannya. Adalah Gardapati yang kesenangan dengan pukulan
kosong lawan. Dengan menyusupkan suara diteliga
Pertapa berjari empat Gardapati memberitahukan
sebenarnya apa yang harus dilakukan.
"Jurus Pertama. Jangan menghalangi arah serangan"
Secara berbareng, Gardapati dan Pertapa
mengerahkan jurus pertama. Si Penjaja Bambu
melihat dua orang ditengah lapangan hanya berdiri
santai saja, Amurti hendak maju. Namun Si Kalajengking Perajut
asa memegang bahunya agar diam ditempat.
Mata mereka terbelalak melihat pukulan udara
kosong itu menembus tubuh keduanya dan malah
menghantam Anggota Istana Dewa Iblis yang berada
disebrang. Iblis kembar Bumi juga terperanjat dibuatnya.
Kegusarannya memuncak, namun mendadak dua
orang dilapangan itu berbalik kabur. Dari kejauhan
Gardapati berteriak. "Saudaraku" kudengar mereka tak pernah
melepaskan siapapun yang kabur dari mereka.
Bagaimana bila kita kabur saja. Kita lihat apa mereka
punya kemampuan untuk mengejar kita." Karena
suaranya dikerahi tenaga dalam, suara itu malah
menggelegar kemana-mana. "Akh, aku bingung mengapa kita harus kabur, padahal
membunuh mereka adalah semudah membalikan
tangan" tak kalah sengit Si Pertapa Berjari Empat juga
ikut memanasi. Kemarahan Iblis Kembar Bumi benar-benar mencapai
puncaknya. "Kejar dan bunuh mereka" siapapun yang berghasil
membunuh mereka, akan kuberikan hadiah besar"
Teriaknya lantang. Tak nyana dari kejauhan terdengar
lagi suara Gardapati. "Wah, kepala kita dihargai begitu mahalnya, kita
harus bersyukur setidaknya kepala kita lebih berharga
dari kepala anjing" "Apa sih yang berharga dari seekor anjing?" Terdengar
sahutan dari jauh. "Huaaaaa?".!" Iblis Kembar Bumi marah dan
mengejar. Berbondong-bondong anggota Istana Dewa
Iblis ikut mengejar tuannya sendiri.
Para pendekar yang terkesima akan kejadian ini juga
ikut mengejar, sedang beberapa dari mereka pergi.
Entah pergi kemana tidak seorangpun yang tahu.
"Mengapa kita berlari?" Dipertengahan jalan Pertapa
berjari empat yang memiliki sikap berangasan namun
jujur itu bertanya. "Sebisa mungkin kita harus mengulur waktu sampai
bulan gelap datang."
"mengapa?" "Pasukan Dewa Dunia Persilatan yang bersatu dengan
Dhara Sesat yang sedang membalas dendam atas
pengkhianatan yang diterima mereka akan
mengepung markas mereka. Dan mereka akan
bekerja pada waktu bulan gelap"
"Hah".! Jadi latihan di tengah lapangan itu hanya tipu
muslihat agar memancing sebagian perhatian mereka
kemari?" "Kau benar, namun aku tidaklah pelit, adalah
keberuntunganmu menguasai Jurus Alam semesta
mayapada cakrawala Tanpa Batas."
"Apa kau tak berniat mengajarkan ilmu ini kepada
yang lain?" "Meski berniat, waktunya sudah mepet. Biarlah itu
menjadi keberuntunganmu. Salah mereka sendiri tak
mau menuruti usulku"
"Sekarang kita akan kemana?"
"Rawayan (Jembatan Gantung) Cadas Cucuk"
"Rawayan Raksasa itu. Tapi untuk apa?"
"Kita lihat saja nanti".!"
Setelah berlarian, mereka lihat Rawayan itu sudah
berada didepan mata. Rawayan itu terdiri dari dua
bentangan. Benatangan pertama sekita seperjalanan
sepuluh menit, lalu terdapat dataran luas seluas
lapangan disana. Cukup untuk berkumpulnya sekitar
serbu orang. Disambung dengan bentangan kedua
yang empat kali lebih panjang.
"Kita harus selekasnya berada di lapangan menuju
bentangan kedua." "Begitupun baik,".."
Lalu keduanya mempercepat gerak mereka.
Karena kemampuan mereka adalah termasuk tataran
tinggi. Hanya dengan menginjak talinya saja mereka
dapat berlari dengan pesat. Keduanya berlari sambbil
bergandengabn tangan. Tak begitu lama, mereka dapat mempersingkat waktu
berkat kemampuan mereka yang saling memasukan.
Keduanya berpaling melihat sederetan pasukan
datang menyerbu dipinpin oleh Iblis Kembar Bumi.
"Mau lari kamana lagi kau berdua hah".! Bentaknya
nyaring. "Tak usah kesusu. Kami tidak kemana-mana. Kami
hanya menunggumu di sini" Teriak Gardapati dingin.
"Sebenarnya, apa yang akan kita lakukan?" Bisik Si
Pertapa berjari empat. "Kau berdiamlah Di dekat bentangan kedua.
Sekarang" "Baiklah".!"
Dari Kejauhan Iblis Kembar Bumi seperti sebuah
bayangan hitam. Dari bayangan hitam itu melesatlah
sebuah cahaya hitam berbau busuk menyergap
datang. "Hemmm" Jurus Pelintir Bumi ini terlalu cetek untuk
dighadapkan padaku!" Lirih ucapan Gardapati. Namun
Iblis Kembar Bumi dapat mendengarnya dengan jelas.
Tangan Gardapati dikibaskan. Ujung jubahnya
mengirimkan serangkum hawa panas berjubel
dengan angin menggila"
"Duaarrrr"."
Gardapati bergetar, sedang Iblis kembar Bumi
terpental kebelakang menhhantam anak buahnya.
Dengan sigap kembali ia bangkit dan menerjang. Kali
ini a tak berani gegabah. Disudut selatan dimana
Gardapati berdiri dibelakangnya adalah Bentangan
kedua. Keduanya berhadapan, semakin lama, semakin
banyak berdatangan Anggota Istana Dewa Iblis,
mereka berjubel membentuk lapisan yang tak bisa
dibendung dari tiga sudut.
" Kau takan bisa lari lagi, sekali engkau berlari ke
sana. Cukup memotong Tali Rawayan ini maka kau
akan mati. Rawayan Cadas Cucuk adalah sebuah
kuburan kematian. Setinggi apapun ilmumu. Begitu
jatuh kau akan binasa diantara lautan cadas yang
runcing.haha" Gardapati tertawa terbahak-bahak".
"Seekor harimau takan berani memburukerbau jika ia
tak memiliki cakar dan taring. Begitupula kami" kami
takan kemari jika kami tak memiliki pegangan yang
kuat?" Gardapati melesat kepada Si Pertapa berjari empat,
dia mengempitnya dengan sekali gebrak.
"Kita kabur" jangan bergerak"!" Bisik Gardapati.
"Srett,"!" Gardapati memotong jembatan dngan
tenaga dalamnya. Lalu meloncat dan menjadikannya
sebuah ayunan.. "Yuhhuuu?"." Pekiknya nyaring,.
"Sampai jumpa di Markas Kepala dua"."
Semua orang terpana dibuatnya. Mendadak semua
orang dikejutkan dengan teriakan dari belakang.
"Buka Jalan!" Teriak Iblis Kembar Bumi.
Dengan teratur mereka membuka jalan.Iblis kembar
bumi melesat kebelakang dimana dia datang tadi.
Betapa terperanjatnya dia menyadari bahwa
Rawayan itu sudah dibakar orang.
Sejenak ia tertegun. Kembali terdengar teriakan aneh.
"Apa itu!" "Hujan hitam" Iblis Kembar Bumi tahu keadaan buruk, berkat
kepandaiannya yang tinggi ia berlari diantara
rawayan terbakar, tapi tiddak dengan anak buahnya.
Seperti terbang ia menyebranginya. Mendadak
Rawayan jatuh. Iblis Kembar Bumi terperanjat. Ia
meloncat tinggi menggunaka tenaga terakhirnya.
Naas, tenaga loncatannya kurang sedikit sehingga ia
melorot diatas tebing curam, sigap tangannya meraih
akar beringin" Tubuhnya bergelantungan. Ketika melirik kebawah,
seluruh bulu romanya berdiri. Sejenak ia
menenangkan diri. Setelah pikiran jernih, ia melihat diatas sana banyak
akar yabng bisa digunakan untuk naik. Begitulah
dengan memanfaatkan akar itu akhirnya ia selamat.
Betapa gusarnya ia ketika melihat dari kejauhan.
Hujan panah yang rapat seperti air hujan susul
menyusul memberantas anak buahnya.
Jeritan kematian bergema dan menjadi irama
kematioan yang sangat menyedihkan.
Iblis Kembar Bumi menggerung gusar dan
memukulkan serangan kosong pada pepohonan
didekatnya hingga tumbang berguguran.
Dari kejauhan. Gardapati dan Pertapa Berjari Sakti
melihat pembantaian itu dengan sedikit pilu.
"Sudahlah, jika ini tak dilakukan" kita takan bisa
meraih keuntungan" Gardapati menepuk pundak Si
Pertapa berjari empat. "bukan itu yang kumaksud?"
"Tapia pa?" "Aku tak menyangka kau sudah merencanakan siasat
seperti ini." "Untuk memperoleh kemenangan, siasat menipu
teman terlebih dahulu adalah siasat yang jitu demi
terjaganya suatu siasat."
"Tepp?" Mendadak seseorang datang. Mereka rupanya adalah
Adi Praja dan Drajasengkala.
"Kalian sudah bekerja dengan baik" Puji Gardapati.
"Terimakasih, tapi Iblis kembar Bumi selamat?"
Drajasengkala gegetun. "Tidak apa-apa. Itu sudah ada dalam perhitunganku"!
Kalian hebat dapat menciptakan alat yang begitu luar
biasa seperti itu" "Haha," tuntutan kadang memaksa otak untuk
bekerja maksimal" Iblis Kembar Bumi pasti akan
menyangka bahwa yang memberontak adalah
berjumlah ribuian menilik dari panah yang kita
lepaskan tadi. Padahal kenyataannya itu atas ulah
kita berdua saja haha?" Adi Praja tertawa gembira.
"Panah tadi hanya di lepaskan oleh dua orang?" Si
Pertapa berjari empat terbelalak.
"Benar, dengan memanfaatkan pohon sebagai
ketapel, kita melemparkan ribuan panah keatas langit.
Meski tidak dipanahkan namun panah yang
jatuh dari ketinggian seperti tadi jelas akan membawa
kematian"Adi Praja bangga.
"Oh ya, ini adalah sahabatku" Pertapa berjari empat"
"Kami adalah?" "Aku sudah tahu,.. kalian adalah Drajasengkala dan
Adi Praja yang bergelar"emmm apa yah lupa?"
"Haha" sudahlah, cukup kau panggil nama kami saja


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertapa.:" "Hemmm..baiklah," "
"Mari kita kembali kepada ronmbonganmu" Kata
Gardapati seraya melepaskan kerudungnya.
"Caranya?" Gardapati, Drajasengkala dan Adi Praja tersenyum
misterius, secara bersamaan ketiganya tertawa
terbahak-bahak" Si Pertapa Berjari empat melihatnya dengan Tanya
dalam benak" "Wah". Indah sekali Mbakyu Dyah?" Astadewi melirik
kiri dan kanan. Seluruh penjuru adalah bangunan
yang megah. Salah satu Bangunan indah itu adalah
sebuah istana utama yang mempunyai pelataran
bersih dan menawan. Lantai pelataran itu terbuat dari logam putih
mengkilap, saking mengkilapnya mungkin bisa dipakai
untuk bercermin. Pelataran itu memanjang sepanjang
bangunan bersusun sembilan, mempunyai tangga
sembilan baris. Di depan pelataran itu adalah tanaman
rumput pendek dan rapi berwarna hijau,
"sangat menakjubkan, panttas si setan perempuan itu
betah disini!" gumam Astadewi dengan mata melebar
dan mulut terperangah, tingkahnya seperti anak diberi
permen. Disamping Istana itu terdapat menara di
setiap sudutnya. Bangunan itu mempunyai semacam benteng emas
berukir kelas tuinggi dan ruumit yang mengelilingi
bangunan utama. Benteng emas berhias permata itu
berpintu lengkung, pintunya juga terbuat dari emas.
Pintu itu mempunyai dua daun pintu yang saling
bertaut. Bagian tengah di antara dua daun pintu itu
terdapat hiasan dari berlian yang berbentuk pedang
saling menyilang. Mendadak dari pintu itu membelah dua, Dari pintu itu
keluar sembilan perempuan cantik berpakaian ser ba
hijau. Pakaiannya hanya sebuah penutup dada dari
kain yang dibelit, sedang bagian bawahnya hanya
kain sebatas lutut. Tubuh mereka langsing, Pundak,
lengan, pinggang, kaki dan perut mereka terbuka
lepas tanpa kain penutup. mereka mengenakan alas
kaki bertali sampai di bawah betis dari kulit beruang.
"Pantas sui Setan perempuan itu betah disini, hanya
pelayannya saja sudah memakai pakaian seperti ini.
Pasti tangannya bergerilya kesana kemari" Gumam
Astadewi, Dyah Krusina mendengarkan dengan geli.
Pandangan mata mereka yang berkesan ramah itu
tertuju kepada keduanya. Mereka menundukan muka
memberikan hormat. "Selamat datang di istana kami. Tuan Putri sudah
menunggu kalian di taman."
"Dyah Krusina mengangguk pada mereka. Akhirnya ia
mengajak Astadewi melangkah memasuki istana
tersebut. Buru-buru Sembilan gadis itu mendampingi di
kanan-kirinya. Setelah masuk, Astadewi lebih memperhatikan
keadaan istana itu. Istana itu penuh dengan
kemewahan, keindahan, dan keanggunan. Astadewi
memandang sekeliling bangunan berpilar perak
berukir seekor ular naga berbelit yang sedang
bertaruing dengan harimau dengan hati berdecak
kagum tiada henti. Ternyata di dalam istana itu, banyak gadis seperti
kedua penyambut tamu tadi yang usianya rata-rata
sekitar dua puluh dua tahun dan masing-masing
mempunyai kecantikan yang berbeda, namun samasama menawan hati. Dihadapan mereka membentang permadani berwarna
hijau muda yang mengarah pada sebuah pintu di
sudut kanan. Dengan dikawal oleh para gadis yang
berbaris di setiap sisi permadani, Astadewi dan Dyah
Krusina masuk kedalam pintu yang terbbuat dari
berlian transparan menunjukan apa yang ada
didalamnya. Setelah pintu dibuka, munculah seraut wajah seorang
perempuan yang masih tergolong muda, namun
memiliki sisi kemisteriusan sehingga orang
menyangka bahwa gadis ini sudah berumur cukup
matang. Wajahnya cantik, memakai pakaian bangsawan
berwarna hijau muda. Perutnya buncit, dia juga
memangku seorang bayi. Setelah masuk taman, Dyah
Krusina membuka Jubahnya. Ternyata iapun memakai
pakaian yang sama. Kemudian beranjak ke sisi gadis itu dan mengambil
bayi itu. "Nimas Dewi, ini adalah anakku yang sudah
kukatakan padamu" Astadewi yang menjublak langsung meloncat ke sisi
Dyah Krusina melihat bayi yang mungil dan manis itu
dengan gemas ia mencubit pipinya hingga bayi itu
bangun dan menangis. "Loh kok nangis?" Astadewi bertanya kebodohan.
"Akh"cup"cup/?" Nimas kau mencubitnya terlalu
keras. Kata Gadis cantik itu.
"Begitu ya! Mbakyu aku juga mau baju seperti kalian"
"Haha..tentu saja. Untuk adikku yang manis?"Kata
Gadis itu. "Oh ya, nama mbakyu itu Nawang Tresni ya" Aku
panggil Mbakyu Tres saja ya!"
"Ahaha" sesukamu sajalah?"
"Plok"plokk"!" Nawang Tresni menepuk tangan.
Kemudian, munculah seorang pelayan membawa
sebuah baki. Nawang Tresni mengambil kain diatas baki itu,
rupanya adalah baju yang serupa dengannya. Hanya
saja baju itu berwarna nila.
"Ini sengaja aku buat khusus untukmu!"
"Terimakasih Mbakyu?" Astadewi mengambil baju itu
dan mempaskan dengan tubuhnya.
Lalu bergerak memeluk Nawang Tresni. Dia berkata
dengan jelas. "Pantas, Mbakyu Dyah mengatakan engkau serupa
denganku. Kau memang baik, seperti aku"
Nawang Tresni cekikikan geli, tiba-tiba dia berpekik
nyaring, mengapa" Rupanya tanpa sungkan Astadewi melepaskan
segenap pakaian yang dimilikinya. Hingga bugil, meski
terkejut. Nawang Trsesni juga mengakui bahwa tubuh
Astadewi benar-benar indah. Sama sekali tak terlihat
bahwa tubuhnya pernah dijamah lelaki.
"Kata Mbakyu Dyah, engkau sering berhubungan
dengan lelaki. Tetapi aku sama sekali tak mlihat
tubuhmu pernah dijamah orang Nimas!"
"Hehe" itu karena ilmu yang dipelajariku Mbakyu,
semakin aku sering berhubungan. Tubuhku semakin
bagus, seperti ini. Aku tak mau berhenti berhubungan
karena aku tak mau diperawani lagi."
"Diperawani lagi?"
"heem, jika selama satu purnama aku tidak disentuh
lelaki, keperawananku akan kembali. Dan aku tak
mau merasakan sakitnya" Jawaab Astadewi blakblakan. Pelayan yang mengantar baki itu memerah malu. Tak
disangka Nawang Tresni juga menimpali.
"Diperawani memang sakit, aku juga tak mau lagi.
Mau langsung enaknya saja!"
"Huss" kalian ini!" Dyah Krusina menegur.
Astadewi dan Nawang Tresni saling berpandangan.
Lalu cekikikan. "Sudah lah sudah, Nimas bagaimana langkah
selanjutnya?" "Emm," jangan khawatir. Kita akan nonton disini saja.
Segala rencana aku sudah sampaikan kepada Nimas
Garwita." "Nonton, apa kita akan kembali ke dunia persilatan?"
"Tidak," mari ikut aku"
Astadewi dan Dyah Krusina mengekor, Nawang
terseni mengucak-ucak air dan meniupkan mantranya.
"Nah itu dia kakang Gardapati"!"
"Ekh"!" Astadewi terkejut ketika melihat Gardapati
mengobrol dengan Si Penjaja Bambul, disisinya
Drajasengkala dan Adi Praja juga ada.
"Jadi sekarang kita harus pergi ke hutan Rawa
Angker.?" "Ya,".!" "Sekarang?" "Besok" kan katamu tadi sekarang, kenapa kok
berubah lagi?" "Ya sudahlah" bagaimana kita bisa menghindar dari
Anggota Istana Dewa Iblis?"
"Hoalah, kalian sudah kapok dulu aku santroni ya?"
Tanya Gardapati. "Hehe?" Amurti tertawa ringan. Dengan
menggunakan kuda, rombongan itu pergi ke Hutan
Rawa Angker, baru saja mereka melewati dua dusun.
Sepasukan Anggota Istana Dewa Iblis datang
menyerang. Gardapati mendengus, sekali kebaskan tangan saja
empat lima orang mencelat menabrak dinding. Seperti
sebuah panah menembus dedaunan, rombongan itu
membelah. Adalah Si Pertapa Berjari empat yang kesenangan,
sudah lama ia menginginkan ini. Dengan gagah berani
ia menyarangkan pukulan-pukulan dahsyat dari atas
kudanya sendiri. "Rasakan ini"!"
"Syuutt?" "Blaaarrr"! Dengan keahlliannya, Si Penjaja Bambu menggunkan
bamboo-bambu sebagai senjata maut yang memadai,
"Cepp"cep"cep"!" Dengan mudah siapapun yang
menyerangnya mati tanpa suara. Permainan
senjatanya memang sudah memasuki taraf
kesempurnaan. Begitu dengan mereka, begitupula dengan yang lain.
Setelah membantai habis dan membiarkan yang
kabur, rombongan it uterus maju kemuka.\
Tampak mayat bergelimpangan dengan berbagai
mmacam, kematian mereka sangat komplek. Ada
yang mati dengan mulut berbusa, ada yang mati
terkena senjata tajam, ada yang remuk dan
sebagainya. Perjalanan itu berlangsung selama beberapa hari dan
malam, pagi itu suasana sangat cerah, secerah awan
dilangit yang biru. Beberapa awan berarak beriringan. Si Penjaja Bambu
berbisik kepada Drajasengkala.
"Bukankah kalian adalah kaum hitam" Mengapa
bergabung dengan kami?"
"haha" Kami hanya mengikuti kemanapun orang ini
pergi saja. Kami berutang budi kepada kekasih dan
kepada dirinya. Meski jiwakami melayang,
pengabdian dan kesetiaan kami tetap akan selalu
melekat dalam jiwa" Si Penjaja Bambu salut akan kesetiaan orang ini. Dia
kembali berbisik. "Siapa yang mengajari ilmu senjata rahasia dan
konsstruksi jebakan kepada kalian?"
"Tentu saja DIA, siapa lagi?"
"Kalian berhentilah bisik-bisik. Telingaku panas
mendengarnya" Si Pertapa berjari empat mengumpat.
Gardapati tertawa saja lalu memacu kudanya lebih
cepat. "Praja, bagaimana dengan konstruksi bangunan
beserta jebakan Di Istana Dewa Iblis yang secara
diam-diam ku perintahkan padamu?"
"Beres" gambarnya juga aku ambil"
"kalau begitu, selekasnya kita cari tempat aman
untuk menjelaskan medan"
"Begitupun baik"."
"Semuanya, kita berhenti dan memulihkan kekuatan
di goa ini."Seru Gardapati ketika menyaksikan sebuah
goa yang ditutupi rimbunan pohon.
"Kenapa kita berhenti ditanah yang begitu kosong?"
Pertapa berjari empat mendumel.
"Coba kau kerahkan jurus ketiga"
Pertapa berjari empat menurut, wajahnya tampak
tenang, seperti air yang dalam, tiba-tiba ia membuka
mata dan tertawa terbahak-bahak.
"Haha" kau memang hebat, ternyata jika sudah
mencapai puncak akan seperti itu, bersikap biasa saja
sama seperti mengerahkan ilmu. Baik kita beristirahat
disini"ucapnya. Tentu saja rombongan orang yang terdiri dari dua
puluh enam orang itu melengak kaget, heran dan
merasa sedikit iri. "Ilmu Alam Mayapada Cakrawala Tanpa Batas ini
benar-benar mukjizat. Beruntung aku
mempelajarinya.!" Gumam Si Pertapa Berjari empat
sambil menyingkirkan dedaunan yang menutupi
sebuah liang. Ternyata disana terdapat goa, jika tak memiliki ilmu
seperti halnya Gradapati, jangan harap dapat
menemukan goa ini. Semua orang terkejut tak menyangka bahwa
ditempat seperti itu terdapat sebuah goa. Ini adalah
sebuah keajaiban, sedikit perasaan menyesal muncul
dari hati sebagian mereka. Seandainya mereka
menuruti apa yang dikatakan Gardapati tempo dulu,


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka pasti mereka seperti Si Pertapa Berjari empat.
Namun mungkin itu yang dinamakan jodoh.
"Pulihkan tenaga kalian, biar aku menjaga kalian"
Kata Gardapati sambil berjalan kemulut goa.
Disana Gardapati duduk dan memejamkan mata, Si
Penjaja Bambu hendak menuruti namun ia melihat Si
Pertapa berjari Empat malah berdiri dengan tenang.
"Sejak Latihanmu. Biasanya kau selalu menurutinya,
mengapa hari ini kau malah berdiri disana?"
"Siapa bilang aku tak menuruti. Saat ini aku bisa
bersemadi dimana, kapan saja juga Dengan posisi
apa.!" Dengus Si Pertapa berjari Empat.
Si Penjaja Bambu tertegun, sebelumnya Si Pertapa
berjari empat itu dibawah kemampuannya, tapi saat
ini kemampuannya maju secara mengerikan. Dia
adalah seorang yang jenius dalam ilmu silat tak
nyana harus mengalami hal aneh seperti ini.
Si Penjaja Bambu teriam dan mulai bersemadi.
Suasana Goa begitu sepi, seperti kuburan dimalam
hari. Gardapati membuka matanya.
Dia mencabut sebuah pedang beronce kelabu. Dia
menatapnya sejenak dan menatap Si Jelita Berbau
Harum. Pedang diputarkannya dan dilemparkan
dengan kecepatan kilat. Si Pertapa berjari Empat yang bersemadi tidak
bersemadi terkejut, terdengar suara daging tertusuk.
Dia bangkit dan melihat, rupanya seekor ular kobra
tepat pada kepalanya telah ditusuk oleh pedang tadi.
Si Pertapa berjari Empat beranjak kesisi Gardapati
dan duduk. "Mengapa kau menolongnya?"
"Saat ini mereka adalah kawanku. Sejak dahulu,
pantang bagiku membiarkan seseorang yang berada
di bawah kepemimpinanku terluka atau menderita.
Oleh karenanya, Dulu di antara semua orang, akulah
orang yang akan pertama kali turun. Aku menyayangi
mereka seperti keluarga, kuhormati mereka sebagai
Ayah, karena mereka memang sahabat ayah, tak
kusangka bahwa mereka akan mengkhianatiku"
Papar Gardapati penuh kesedihan dan kekecewaan.
Gardapati dilemma kesedihan masa lalunya, Si
Pertapa berjari empat merasakan bahwa orang
disampingnya memang lelaki sejati. Meski membuat
keonaran, kejam, ganas dan menentang tiga
golongan, entah mengapa ia merasa jauh dihatinya
bahwa orang ini memiliki kesucia, ketulusan,
kelembutan yang terkubur.
"Akh," sebenarnya, bagaimanakah kejadiannya
sehingga engkau berbuat keonaran, dan menjadi
musuh dunia persilatan?" Tanya Pertapa Berjari Empat
hati-hati agar tak menimbulkan Amarah di Hati orang
disampingnya. Wajah Gardapati mengeras, Pertapa Berjari Empat
terkejut, dia mulai tegang, dia menunggu reaksi,
setelah sekian lama akhirnya ia melihat Gardapati tak
melakukan apa-apa. "Maaf, jika itu menyinggung perasaanmu!" Pertapa
Berjari Empat menghargai privasi Gardapati.
Gardapati tersentuh, ia mulai menenangkan diri.
"Mungkin cerita ini akan panjang, kau sudi
mendengarkan?" "Tentu saja!" Gardapati menarik nafas cukup panjang, matanya
terpejam. Lalu mulai berbicara. Karena sedang
dilemma oleh perasaannya sendiri, ia tak sadar
bahwa seluruh penghuni di goa itu sudah bangun dari
semadi. Si Jelita berbau harum menatap punggung
Gardapati dengan penuh rasa terimakasih, dalam
puncak semadinya dia memang mendengar desisan
ular disampingnya, sungguh ia sedang menunggu
kematian. Tak disangka terdengar suara daging
tertusuk, desisan itu hilang, kemudian terdengar
percakapan antara Pertapa Berjari Empat dan
Gardapati. Sungguh tak terkira tersentuh hartinya, hati
yang keras seperti batu mendadak mencair oleh
kehangatan. Mendengar orang hendak bercerita ia
memasang kuping. * Ketika aku berusia belia, jika tak salah aku baru
berumur empat tahun. Aku hidup berbahagia dan
berkecukupan, Ayahku Putra mahkota, Ibuku akan
menjadi calon permaisuri. Siapakah yang tidak
bangga" Kemudian lahirlah seorang anak yang
kemudian menjadi adikku. Kebahagiaan bertambah.
Siapakah yang menduga bahwa kehidupan itu akan
berlanjut dalam kesenangan, mendadak Ayahku
berkata hendak berkunjung kehimalaya, firasatku itu
buruk, aku mencoba mencegah ayah. Namun ayah
berkata," Anakku, jangan khawatir aku pergi bersama Adimas
Raden Pakuan Wijoyo, pasti tidak aka nada masalah.
Aku semakin khawatir, memang Pangeran Pakuan itu
memiliki ambisi besar! Tapi ayah Ngotot. Kehidupan
kami berjalan normal, tiba-tiba Guntur itu datang.
Kami mendapati Paman Pakuan pulang hanya
bersama kawannya saja. Kami tahu sesuatu telah
terjadi. Singakt cerita dia memberitahukan bahwa dia
mati ditangan musuhnya. Kami bersedih untuknya,
akibat kejadian itu, adikku diasuh oleh dayang, ibu
setiap hari hanya menangis dan menutup diri. Pada
waktu itu juga aku telah di nodai dendam, aku selalu
mengecam apapun yang berhubbungan dengan
Pangeran Pakuan, mungkin takut ketahuan belangnya
ia jarang pulang keistana, kabar mengatakan bahwa
ia menjadi seorang pendekar yang sangat hebat juga
secara tak sah diakui sebagai pendekar tanpa tanding.
Siang itu tiba-tiba ada orang mengantarkan surat
yang ditujukan padaku. Surat itu mengatakan bahwa
pembunuh sebenarnya adalah Pangeran Pakuan, di
surat itu juga memberitahukan pesan-pesan yang
harus dilakukan olehku. Waktu itu aku masih kecil,
melihat tulisan itu mirip tulisan ayah, juga dengan
tanda tangannya aku percaya saja.
Pada hari itu juga aku pamit kepada ibu untuk balas
dendam dan belajar ilmu silat. Entah karena takdir
malam itu kebetulan Pangeran Pakuan pulang.
Akhirnya membujuknya untuk mengajari ilmu silat,
tapi ia terus menampik. Tapi ia mengalihkannya pada
perguruan Rajawali emas. Akupun dibopong ke Perguruan Rajawali Emas, tak
nyana diperjalanan maupun sesampainya disana,
banyak orang menghina dan mencibirku dengan alas
an budak setanlah inilah itulah. Waktu itu aku
memang tak paham, tapi aku ingat dengan apa yang
dipesankan oleh ayah dalam surat. Mungkin itu
alasannya. Setahun kemudaian aku belajar disana, aku sama
sekali tak diberi ajar apa-apa selain dimarahi dan
memasak. Aku bersabar"
Pada usia sepuluh tahun, aku mulai terbiasa dengan
hinaan dan penderitaan. Secara alami batinku menjadi
kuat, namun bara dendam semakin memuncak
hingga sering aku pingsan menahan dendamku.
Pada waktu itu, guru yang mengajariku ilmu peringan
tubuh mengajakku kehutan, disana aku harus terus
berlatih. Hanya dia yang baik padaku. Dia pula yang
mengajariku satu-satunya, itupun secara diam-diam,
mungkin kasihan padaku. Bayangkan selama beberapa tahun, aku hanya
mampu menguasai ilmu peringan tubuh, itu juga ilmu
dasar. Betapa sakitnya hati ini. Orang itu adalah
seorang koki di perguruan, dengan sendirinya tida k
diperbolehkan untuk belajar silat, apalagi
mengajarkan orang. Tragedy datang lagi, seseorang
memergoki kami, dia melaporkan pada ketua. Koki itu
dihukum mati dan aku dihukum rangket, dendamku
semakin memuncak, pada suatu malam, aku
memasukan obat pelancar pembuangan pada
makanan orang yang memergoki kami. Al-hasil ia
pergi kehutan, aku senang dengan hati berdebardebar aku lepaskan seluruh pakaianku agar nantinya
ta menimbulkan jejak. Ketika dia tak waspada, aku memukulnya dengan
batu, tapi ap[alah daya seorang anak kecil sepertiku.
Aku terus dihajar babak belur, untungnya aku baru
menyelesaikan hukuman jadi babak belurku tidak
akan menuai kecurigaan. Dalam suatu kesempatan, tak sengaja aku
mendorongnya pada bamboo runcing, dan dia mati.
Meski aku memiliki dendam melewati takaran, tetap
saja hati nuraniku bangkit, aku menyesal. Tapi apa
boleh buat. Menatap wajahnya, seperti menatap
wajah koki dapur yang dihukum mati di beset
pedang, endamku muncul lagi.
Dengan kalap aku menyergapnya, aku tak sadar apa
yang kulakukan, ketika sadar, aku mendap[ati sedang
bermandi darah, seluruh tubuhku dipenuhi dengan
darah. Kuperhatikan orang yang memergokiku telah
mati tercabik-cabik. Anehnya aku bahagia"
Ini tak wajar" Buru-buru aku membersihkan diri dan kabur
membawa pakaian, lalu mengurung diri dikamar.
Kematian orang itu meski mengagetkan, namun
semua orang yakin, bahwa makhluk buaslah yang
melakukan itu. Perasaanku sedikit lega,"
Pada Usiaku yang keempat belas tahun, aku tak
tahan lagi mendapat hinaan yang menyakitkan, aku
mencuri kitab Dewa Dunia Persilatan. Aku kepergok
dan melarikan diri, kebetulan waktu itu adalah
dimana para petinggi sedang tidak ada. Belakangan
aku tahu bahwa itu adalah waktu pengeroyoikan Iblis
Bermata Hijau. Setelah dikejar, aku nyebur kesungai dan ditemukan
oleh Iblis Bermata Hijau, dan dijadikannya murid.
Ketika kecil, aku dipasangi semacam topeng dari kulit.
Sehingga rupaku sendiri aku tak tahu, Setelah lulus
perguruan, aku mulai berkelana. Baru saja berkelana,
aku sudah diburu oleh orang. Bayangkan saja betapa
terpojoknya aku. Gara-gara itu aku terpaksa berpisah dengan adik
seperguruanku. Ketika aku sampai disebuah hutan, aku bertemu
dengan Arya Si Pemetik Mawar merah, kami san gat
cocok dan menjalin persahabatan, dan menyusun
rencana kedepan. Pada saat itu juga, kami bertemu dengan seorang
kakek, kami bertarung,. Dan kakek itu menawariku
menjadi ketua Ratan Wasana. Tapi aku melihat ada
maksud tersembunyi dari kakek ini. Akupun mulai
bersiasat, aku tahu betapa sudah besarnya kekuatan
yang di pupuk Ratan Wasana, mustahil bila
dihancurkan jika tak dipancing ke permukaan.
Setelahnya, aku keluardari hutan, dan pergi ke
Kampung Nagasari menghadiri sebuah sayembara,
pada waktu itu aku membuka topengku, aku cukup
terkejjut dengan wajahku, wajar saja belasan tahun
aku tak melihat wajah sendiiri.
Dengan memberikan samara kepada Arya, aku yang
sudah digelari Iblis Dunia Persilatan memberikan
topengku dan dipakai olehnya, sesuai tujuan, kami
mengacauu dipesta itu, mimpikun aku tak tahu
bahwa penyelenggara Sayembara itu paman
Drajasengkala. Dengan membabi buta, Maharaja Dunia Persilatan
memimpin kaum persilatan membantai mereka,
untunglah puterinya berhasil selamat.
Seorang Putri yang berbahagia, tanpa tahu ujung
pangkalnya harus berkelana di dunia persilatan tanpa
bekal sama sekali. Kami bertemu, sekarang bukan lagi
berbicara tentang Dendam Pribadi, melainkan dendam
kelompok. Mendengar betapa ganasnya kaum golongan putih
yang mengaku para pihak kebenaran, aku sedih,"
berujung dendam. Kemudian kami bertemu lagi dengan Nimas Ratih
yang memiliki dendam yang sama.
Setelah ada Iblis Kembar Bumi dan Sigila dari Neraka
Hitam, mereka selalu menasihati kami untuk
membangun kekuatan yang besar, kami
melakukannya.... Untuk melakukan ambisi besar kami. Terlebih dahulu
kami harus menghancurkan penghalang dan memiliki
keseganan yang ditakuti orang.
Dengan berbagai upaya, akhirnya kami berhasil
memancing mereka, para Anggota Ratan Wasana
yang tersembunyi. Sesuai dugaan, ketika ambisi
tercapai, kakek itu akan membunuh kami. Kami tak
bodoh, sudah lama kami memupuk kekuatan
didalamnya dengan memanfaatkan para murid
Perguaruan besar yang memiliki hati tamak, lalu
menghancurkannya dengan tiga kubu berbeda.
Kemudian Gardapati menceritakan kejadian dirinya
bertarung dengan sagara Angkara, menderita luka,
juga kemunculan Sosok berkerudung hijau yang
kemudian menjadi istrinya.
Singkat cerita, kami memiliki Sebuah Istana yang
kami namakan Istana Dewa Iblis. Pada waktu itu ada
yang memberi kabar ada yang memberontak di


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daerah Kalawisa. Dan kalianpun tahu apa kejadian selanjutnya,
untunglah Istriku menyelamatkan nyawa kalian,
pengkhianatan sedang terjadi. Sahabatku Arya dan
Ratih tewas, karena sedih aku berbniat mengasingkan
sendirian, dengan mendandai musuh untuk menjadi
diriku aku pergi, kemudian aku bertemu seorang gadis
disungai, aku ikut kerumahnya, disana aku dibimbing
secara rohani untuk kembali kejalan yang seharusnya.
Lalu meneruskan kekerajaan karang bolong dan
ditempa disana. Setelah keluar dari sana aku mulai menyelidiki
kejadian yang sebenarnya. Dari penelusuran ayahku.
Tuhan berpihak padaku, aku bertemu dengan sang
pengirim surat, dari sana aku menelus
uri bahwa yang memberikannya surat adalah Si Gila Dari Neraka
Hitam, tak puas, aku kembali ke kerajaan mengambil
surat darah yang dulu dikirimkan, betapa bodohnya
aku, rupanya surat itu adalah surat buatan orang.
Aku sedih," nama hancur, juga dibodohi dan diperalat
orang, ternyata dalam dunia persilatan, selain ilmu
yang tinggi. Pengalaman itu sangat penting.
Aku pergi Ke Jurang Mulut Dewa Neraka dan
menelusuri kejadian yang sebenarnya. Disana aku
menemukan sebuah surat darah yang ditulis guru
sebagai curahan hati dan disembunyikannya"
Guru Sang Iblispun ternyata menjadi seorang korban
keganasan mereka berdua, dengan membutakan
pikiran dan otak Guru, mereka memanfaatkan status
guru yang berada digolongan hitam.
Tentu saja kaum persilatan takan menaruh curiga,
bahwa sesungguhnya perampokan dan yang lainnya
di lakukan mereka berdua dengan mengatas
namakan dan menyamar menjadi guru.
Karena terpojok, sebagai seorang lelaki sejati, apalagi
sifat guru yang tak pernah menyangkal tuduhan baik
benar maupun tidak dan selalu ditanggungnya sendiri.
Itu membuat temperamental dan sikapnya berubah,
lebih baik melakukan daripada dituduh kosong.
Gurupun terhanyut sehingga kalian mengeroyoknya
mati oleh tiga golongan. Persahabatan mereka memang benar, tapi
sesungguhnya ide yang kalian katakana sesat muncul
dari mereka berdua, Ayah, Paman Draja, juga yang
lain terpaksa menyetujui dan mulai menikmatinya
dengan perlahan dengan mengorbankan nama
baiknya demi kata persahabatan.
Itulah sesungguhnya yang terjadi, mungkin saja
faktanya masih ada dan banyak. Tapi kini terlambat,
semua sudah terjadi"
* Mata Gardapati sembab menceritakan semuanya,
perasaan dendam, amarah, kesedihan dan
kebahagiaan, penyesalan semuanya dituangkan.
Semua orang di Goa itu mendengar curahan hati
seorang yang dulunya iblis dengan perasaan campur
aduk seakan mereka menjalaninya sendiri. Mereka
juga menangis terharu akan penderitaannya.
Kini mereka tahu, bahwa sesungguhnya kejahatan itu
muncul karena tiga hal: Kesempatan. Keadaan Dan Lingkungan. Pandangan mereka terhadap Gardapati berubah tiga
ratus enam puluh derajat, yang awalnya masih
membenci, kini menjadi simpati.
"Hah" Sudahlah mengenang masa lalu memang sakit,
tugas masih menanti kita" Gardapati menyadarkan
semua orang. Tanpa Ragu semua orang membentuk lingkaran
dengan patuh seakan siap mendengar setiap
perintahnya, Gardapati terkesiap, tak disangkanya
dengan mencurahkan hatinya. Bukannya membenci,
malah mereka seperti mengharaginya. Dia terharu.
Setidaknya masih ada orang yang memiliki nurani"
"Adi Praja. Silahkan"
"Baik," Adipraja mengangguk dan membenatngak
sehelai kain yang tadi dibawanya.
"Ini adalah Peta markas musuh.."
"Tunggu dulu.."
"Eng?" "Kau sudah menyalin peta ini sesuai permintaanku?"
"Sudah, bukan hanya peta, tapi jebakan dan cara
menghindarinya juga telah disalin" Danenra kali ini
yang menjawab. "Bagus, Agung"Kau dapat menjalankan tugas?"
"Tentu"!" Seorang Pemuda berbaju putih dengan ikat
kepala putih menjawab,. Wajahnya tidak terlalu
tampan, hanya kejujuran terpampang jelas dari raut
wajahnya. "Kirimkanlah Salinan peta ini pada sebuah bangu nan
sederhana di Desa Rawa Kancil. Rumah itu memiliki
sebuah pilar dari bamboo kuning. Kau berikanlah
salinan itu kepada orang yang bernama Sagara
Angkara atau Garwita, selain itu jangan diberikan"
Pemuda yang bernama Agung tampak gembira
dengan tugas itu, senyuman tanda tersanjung mampir
di wajahnya. "Baik!" Jawabnya tanpa sedikitpun ragu.
Dia mengambil gulungan ditangan Danenra dan
hendak keluar. "Tunggu!" Kata Gardapati sambil berdiri dan mend ekat.
"Ada apa?" Gardapati tepuk pundaknya, dan menatap wajahnya.
"Hati-hati, jangan membahayakan nyawamu sendiri.
Ini adalah ikat rambutku, jika ada yang mempersulit
dirimu untuk menemui mereka tunjukan ini"
Semangat Pemuda itu bangkit berkali-kali lipat
diberikan perhatian secara demikian, dia sangat
tersanjung. Dia melihat bahwa ikat rambut itu terbuat
dari kain sutera berwarna kelabu. Sisi-sisinya di jahit
benang emas, jelas ini bukan barang murahan.
"tentu"Matipun aku takan menyesal" Jawabnya.
"Jangan pernah berpikir untuk mati, kembalilah
dengan tubuh utuh dan tanpa suatu kurang apapun.
Paham" "Paham, terimakasih" Jawabnya lembut.
"Pergilah, doaku menyertaimu!" Kata Gardapati.
Percakapan itu tak terdengar oleh beberapa orang,
Tapi dikalangan para jagoan seperti Si Pertapa Berjari
Empat, Kalajengking Perajut Asa, Amurti, Si Penjaja
Bambu percakapan itu sangat jelas. Dalam hatinya
mereka mengagumi sikapnya kepada para bawahan.
Pantas dibawah kepemimpinannya Istana Dewa Iblis
mencapai puncak kejayaan.
Gardapati kembali duduk dan mempersilahkan adi
Praja memulai pembahasan tentang alat rahasia,
jebakan, juga jalan-jalan rahasia dimarkas lawan.
"Sebentar!" Si Jelita Berbau harum menyela.
"Ada apa?" Gardapati bertanya lembut.
"Ini pedang milikmu, terimakasih atas
pertolongannya" Semua orang tidak tahu maksud
pertolongan itu. Semntara Si Pertapa Berjari Empat
terbahak-bahak. "Ternyata kau pun tahu bahwa seekor ular siap
membunuhmu" katanya.
Si Jelita berbau harum mendengus.
"Ambilah," itu lebih berguna untukmu!"
"Eh,"!" Si Jelita berbau harum kaget. Buru buru
Gardapati menjelaskan. "Sepertinya dikeluargamu, kau mendalami ilmu
pedang!" "Salah, dia mempelari ilmu telapak tangan saja!" Si
Pertapa Berjari Empat menyela.
"Haha," tidak, tidak dia mempelajari ilmu pedang!
Benar bukan" Gardapati ngotot, ia memandangi Si
Jelita berbau harum. Dibawah tatapan semua orang, Si Jelita berbau harum
mengangguk. Lagi-lagi semua orang yang
mengenalnya melengak. "Kalau begitu, mengapa kau tak pernah
menggunakan pedang?" Tanya Si Penjaja Bambu.
"Karena pedang biasa, tak sanggup menahan getaran
dahsyat dari ilmu tenaga dalamnya, sebagai gantinya
ia menggunakan telapak tangan, tetap saja meski
dapat menggunakan tangan pedang. Kekuatan
sebenarnya dari jurus pedangnya tidak dapat
dimaksimalkan." "Bagaimana engkau tahu?" Si Jelita berbau harum
heran. "Entahlah, ketika melihatmu bertarung, aku merasa
jurus-jjurusmu adalah jurus ilmu pedang. Perlu kau
ketahui, dimasa lampau, pedang itu dinamakan
Sepasang Pedang Tanpa Kemampuan."
"Namanya aneh" "Heem, dikatakan Pedang Tanpa kemampuan adalah,
karena pedang ini hanya sebuah pedang biasa,
pedang ini memang kuat, tapi tak tajam, dengan kata
lain, pedang ini tergantung kemampuan pemiliknya,"
"Aku paham"aku paham, "Si Jelita berbau harum
tersenyum senang, kemudian menunduk malu.
Gardapati tertawa,membuatnya semakin malu,
Danenra menyela. "Tak usah sungkan, jika sudah diberikan, kau
membunuhnyapun dia takan mengambil kembali.
Ambilah" tuanku memang sangat baik, dia bukan tipe
orang pelit, kami berdua juga dapat seperti ini
karenanya. Perlu kalian semua ketahui, Anggota
utama Istana Dewa Iblis sepenuhnya adalah bisa
dikatakan murid tuanku, hanya mereka tak tahu
malu"!" Katanya sengit dipenuhi dendam.
"Jangan membuka borokku sahabat, dan jangan
panggil aku tuan. Sudah kukatakan kita adalah
sahabat" Gardapati menenangkan amarah Danenra.
Semua orang yang ada disana sungguh mengagumi
sosok Gardapati, ternyata ia memang penuh
kehangatan didalam, sementara diluar ia sangat
ganas. "Intisari ilmuku sudah kuwariskan, pedangku juga
sudah diwariskan,"aku bisa pergi dengan tenang
nanti" Mendenagr perkataan itu, semua orang tergetar
hatinya, sepertinya orang dihadapannya sudah berniat
mati dengan musuh. Mereka merasa kegalauan,
ketika mereka mengenal sosok sesungguhnya dari
sang Iblis, waktunya mungkin takan lama lagi. Si
Jelita berbau harum memegang gagang pedang
dengan erat. Si Pertapa berjari empat memegang
dadanya yang terasa sakit, bukan diluar tapi didalam"
Tanpa sadar, seorang gadis dari salah satu keturunan
Ksatria satwa yang bernama Mega Anantawuri
berkata lirih, hanya dalam kesunyain seperti keadaan
itu, siapapun dapat mendengarnya dengan jelas.
"Jangan mati".!"
Gardapati terharu ada orang yang
memperhartikannya, dia berkata dengan senyuman
pahit. "Siapapun akan mati. Mati sekarang atau nanti sama
saja. Namaku sudah rusak, aku beruntung
dipenghujung perjalananku bertemu kalian, para
saudaraku. Biarlah untuk menebus dosa kubebankan
kepada putra dan putriku. Meski aku malu
membebankan dosaku kepada mereka, hanya
entahlah" aku pastikan bahwa mereka suatu saat
nanti akan menjadi pelindung kebenaran di dunia ini.
Oh ya, jika memberi tanpa merata, pasti akan
menimbulkan kekisruhan dan perpecahan?"
Gardapati mengambil buntalannya, rupanya buntalan
itu berisi beberapa macam buku.
Gardapati melemparkan keatas, secara ajaib buku itu
berterbangan kepada orang dan jatuh dipangkuan
masing-masing. "Kitab itu berjodoh dengan kalian masing-masing.
Lihatlah yang tak memilih jodoh diantara kalian malah
berserakan dimukaku" Kata Gardapati.
Memang benar, ada sekitar sepuluh buku yang tak
memilih tuannya, Gardapati mengambilnya dan
menyerahkan kepada Si Penjaja Bambu.
"Tolong jika kau masih hidup dapat mengantarkan
kitab ini kepada seorang perempuan dusun bernama
Lastri di Dusun Kalajati, untuk anaknya."
Si Penjaja Bambu tertegun, dengan perasaan
berkecamuk, ia mengambil kitab itu
"Nah, silahkan lanjutkan Adi"
"Baik, Istana Dewa Iblis adalah sebuah istana megah
dengan dikelilingi oleh bentengb alam, tapi kami
berdua telah membuat jalan rahasia untu
mencapainya?"".
"Apa kakang berniat mati?" Astadewi merasakan
kegelisahan yang sangat. "Hei, apakah kalian tidak merasa gelisah?" Astadewi
bertanya pada dua orang disampingnya.
"Jangan cemas Nimas!" Dyah Krusina menghibur.
"Bagaimana aku tak cemas dia.."
"Dia takan mati meski ia mati!" Potong Nawang
Tresni. "Aku"aku tak paham."
"Siapapun yang mempelajari ilmu kami, meski mati di
dunia nyata, ia akan hidup disini sampai kontraknya


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habis" "Jadi. Siapapun yang mempelajari ilmu dari sini akan
terbagi hidupnya?" "Benar!" "Akh" kenapa tak member tahu dari awal, aku bosan
disini. Padahal mungkin jioka ikut mereka aku dapat
meregangkan otot" Astadewi cemberut...
"Kau tahu tugasmu disini?"
"Tidak"!" "Akh, Nimas dengarlah.setelah melahirkan, tenagaku
mengurang, Nimas Tresni sedang mengandung jadi
tidak boleh banyak menguras tenaga hanya kau yang
dapat melakukannya" "Melakuakan" Melakukan apa?" Tanya Astadewi mulai
tertarik. "Memberikan tahu apa yang seharusnya dilakukan
Garwita. Untuk mengirimkan pesan menyusupkan
suara dengan tenaga dalam sangatlah diperlukan
tenaga ektra. Kita dapat menonton, dengan ini, kita
bisa melakukan pejkerjaan yang sulit juga"
"Akh, baiklah" sekarang apa yang seharusnya aku
lakukan?" "Katakan kepada Garwita, bahwa sebentar lagi ada
tamu akan datang, harap diterima. Yang datang
adalah seorang pemuda berpakaian serba putih
bernama Agung" "Baiklah, aku akan mengirimkan kabarnya
menggunakan angin?" Kata Astadewi"
"Mbakyu Aryani, sebentar laggi akan ada tamu. Dia
merupakan seorang pemuda berpakain putih,
namanya Agung. sebelum kita memberangkatkan
lascar, sebaiknya kita melihat apa yang
disampaikannya dahulu" Garwita berkata.
"Nimas, tahu dari mana?" Sagara Angkara bertanya
heran. Aryani juga heran.
"Itu?" Garwita hentikan ucapannya, seorang gadis cilik dan
mungil datang, dengan senyum malu ia berkata.
"Mbakyu, ada pemuda berpakaian putih datang.
Katanya ingin bertemu Mbakyu atau kakang"
Sagara Angkara damn Aryani kaget, ternyata apa
yang dikatakan Garwitabenar adanya. Buru-buru
Aryani datang menyambut. Benar saja, pemuda berpakaian putih itu berdiri
memegang sebuah kain lukisan putih.
"Kisanak apakah yang bernama Agung?"
Agung yang diperintahkan Gardapati untuk datang
terkesip, dia heran bagaimana gadis cantik
dihadapannya dapat mengetahui nama aslinya.
"Dari manakah nona tahu?"
"haha" itu nanti saja, mari kita masuk!" Agung masih
memandang Aryani dengan mulut melongo, dia
mengagumi kecantikan wajahnya. Tubuhnya yang
gemulai, pakaiannya yang tipis membentuk lekuklekung tubuhnya. "Ada apa?" Tanya Aryani lagi.
"Oh..tidak..tidak?" Agung terkejut, wajahnya
memerah malu. Aryani cekikikan.
Keduanya masuk, Agung melihat rumah itu
sederhana, namun tertata rapi.. dia melihat banyak
sekali gadis cantik disana, wajahnya menunduk malu.
"Saya Agung, saya hendak bertemu dengan Tuan
Sagara Angkara dan Nona Garwita"
"Duduklah, saya Sagara angkara, dan ini Nimas
Garwita" Sagara ANgkara memperkenalkan diri dan
maju mempersilahkan duduk.
Agung terkejut, ternyata sosok Dewa Dunia Persilatan
itu terlihat sangat muda, mungkin sebaya atau juga
lebih muda darinya. Dan yang bernama Garwita
malah terlihat lebih muda. Ketika menatap wajah
Sagara Angkara ia merasakan ketenanangan, ketika
melihat Garwita ia merasa wajahnya memancarkan
cahaya kelembutan. Sehingga memunculkan rasa
hormat dalam hatinya. Ia duduk dengan nyaman, meski hanya duduk diatas
dipan. "Ada pesan apakah dari kakang Gardapati?" Garwita
bertanya. Mendadak Agung melonjak kaget, ia kaget dengan
ucapan itu, selain itu juga melihat wajah Garwita
sangat mirip dengan Gardapati, juga logatnya seperti
orng keration. Ia memahami sesuatu. Buru-buru berdiri
dan menghormat. "Maafkan atas ketidak sopanan saya tuan putrid"
"Garwita gelaggapan menyuruhnya kembali duduk.
"Sauudara Agung, saya sudah melepaskan gelar
keraton, begitu halnya dengan kakang Gardapati.
Janganlah sungkan." "terimakasih?" Agung kembali duduk dan
menyodorkan kertas lukis yang dibawanya. Aryani
kaget pesan sepenting ittu hanya di bawa seperti
membawa benda tak berharga saja. Tak tahan ia
bertanya. "Apakah surat penting itu engkau bawa seperti tadi?"
"Ia, memangnya kenapa?"
"Akh, aku tak percaya," bagaimana bila musuh
merebutnya?" "Dalam keadaan seperti ini, bertindak terang-terngan
jauh lebih aman, melakukan hal yang sembunyisembunyi hanya akan menimbulkan kecurigaan"
Jawab Agung santai. Sagara Angkara paham, ia juga
pernah melakukan trik semacam itu dulu.
Garwita membuka kertas itu dan memekik kaget.
"Ada apa Nimas?" Sagara Angkara memburu.
"Ini..ini Peta markas musuh," lorong rahasia" jebakan
pesawat rahasia.." "Akh," tak disangka, dengan begini tugas kita lebih
mudah" Sagara Angkara menyunggingkan senyum.
"Kalau begitu saya permisi" Kata Agung sambil melirik
Aryani yang juga tengah memperhatikannya.
Buru-buru keduanya saling memalingkan wajah.
Sagara Angkara yang melihat kejadian itu tert awa.
Agung malu setengah mati.
"Jadi apa yang harus kita lakukan nimas?" Dwi Garani
bertanya. "Kumpulkan para pemimpin lascar"
"baiklah aku pamit"
"Wussss?" Dwi Garani mengerahkan ilmu peringan
tubuhnya untuk berlalu. "Saudaraku, tinggalah dan berjuanglah bersama
kami?" "Tapi Kakang Gardapati?"
Mendadak ditelinga Garwita trdengar bisikan halus.
"Biarkan saja ia disana, kakang Gardapati sudah
bergerak, kesanapun percuma."
"Mengapa kakang tak menunggunya" Garwita
berkata sendiri. Semua orang memandangnya heran.
"Kembali terdengar bisikan, Kakang Gardapati yakin
kami mengawasinya, jadi ia dengan santainya
meningglkan pemuda itu."
"Akh," kau disini saja Kakang Agung," Garwita
menunjukan keakrabannya. Agng kaget, dia hendak membantah.
"Kakang Gardapati sudah bergerak, pergi kesanapun
percuma. " "Kenapa tak menungguku?" Agung mengerutkan
kening. Tiba-tiba ia ingat bahwa Garwita juga
mengatakan "Mengapa kakang tak menunggunya" ini
pasti tentang dirinya, ia tak bertanya dan
mengangguk paham. Sagara Angkara berdiri, aku berangkat duluan nimas,
biarlah Agung dan Nimas Aryani yang menemanimu?"
Katanya belum selesai, orangnya sudah hilang, tak
ada kesempatan untuk Garwita membantah atau
berkata yang lain. Agung kagum dengan kecepatan Sagara Angkara,
rautnya yang diselimuti ketenangan dan bola
matanya yang biasa saja jelas sudah menunjukan
betapa dahsyatnya ilmunya.
Rombobngan dibagi menjadi dua belas kelompok,
masing-masing dipinpin oleh seorang jago kawakan
dan pemuda yang berpengalaman cetek.
Mereka berpencar kesegala Arah dan masuk melalui
lorong rahasia yang sudah dibuat, lorong-lorong itu
masuknya dengan cara yang berbeda-beda namun
sederhana, contohnya yang dilewati Gardapati, untuk
dimasuki lorong itu memiliki pintu rahasia, dan tuas
pembuka. Gardapati hanya memasukan sebatang
rumput pada lobang sebesar lobang semut.
Sekilas tampak seperti main-main, tapi
kesederhanaannya itu jelas tak akan terpikirkan oleh
orang. Gardapati berjalan dengan Ikabala, seorang pemuda
berusia Sembilan belasan, tubuhnya kekar, wajahnya
ketolol-tololan,, pakaiannya hanya terbuat dari kain
kasar. Gardapati senang bersamanya, selama perjalanan
mereka ngobrol saja. Gardapati mengajarkan sebuah
ilmu yang aneh dan sederhana.
"Apa namanya kakang" Aku lupa!"
"Malang dan menang"
"Malang dan menang"malang dan menang?" Ikabala
menghapal dalam hati. "Coba kau katakana lagi teoriinya" Perintah Gardapati.
"Aku malang, jika kalah aku lari, jika kuat aku lari,
jika seimbang aku lari, menang hari esok, kalah hari
ini. Aku menang, aku kalah aku menang, aku meneng
jelas menang, aku seimbang pasti menang, aku
adalah simenang. Berjalan diantara hati tulus pasrah,
tak ada beban, tanganku menyerang kekanan pasti
yang kena kiri, kakiku melayang keatas, pasti yang
kena kaki. Muslihat dunia takan pernah habis"
"Kau paham maksudnya?" Tanya Gardapati.
"Tidak, kalau kakang?"
"Tidak, aku hanya hapal teorinya, menurut guru, orang
yang tak bisa berpikirlah yang dapat menguasai ilmu
ini. Bukankah kau berkata tidak dapat berpikir,
makanya kuberikan ilmu itu. Barangkali berguna
untukmu" "terimakasih, kau memang baik"
"Jangan bicara!" Bisik Gardapati sambil menarik
Ikabala disebuah tikungan, ikabala diam, kemudian
dua orang Anggota Istana Dewa Iblis lewat. Gardapati
jentikan jarinya.. "Tuk..tukk.." Set," Dua-duanya jatuh, Gardapati menangkapnya agar tak
menimbulkan suara. Ikabala menyentuh nadi kedua orang itu..
Mati" "Tak salah orang ini di panggil iblis, cara turun
tangannya benar-benar menggiriskan" Batin Ikabala
"Kita bergerak"
"Ayo bergerak, hati-hati dengan langkahmu!" Si
Penjaja Bambu berkata kepada seorang pemuda
yang bersamanya, pemuda itu berwajah hitam manis,
mukanya bulat. Dia bernama Lutafala
"Baik Ayah,!" Katanya.
Disampingnya tergeletak empat orang Anggota Istana
Dewa Iblis, dileher mereka tampak bamboo haur
kuning sebesar kelingking menancap.
"Akh?" Sagara Angkara dan Si Penjaja bamboo
berhadapan. Keduanya kaget, sagara Angkara melihat
pakaian kedua orang itu dan Anggota Istana Dewa
Iblis menggeletak, tahu bukan musuh.
Begitupula dengan Si Penjaja Bambu, hanya Anaknya
yang tidak berfikir demikian, sebatang bamboo
diarahkan kepadanya. "Tidak Bergerak!" Kata Sagara Angkara pelan. Bukan
jangan bergerak, seperti selazimnya. Tapi ini Tidak
bergerak, jelas ini merupakan kata sandi.
"Ya!"Jawab Si Penjaja bamboo. Jawaban ini juga tak
lazim. "Bulan gelap" "Lewat Purnama!"
"Akh, ternyata saudara sendiri, saya Sagara angkara,
siapakah Kisanak?" kata Sagara Angkara,
"Ternyata tuan pendekar, Saya Si Penjaja Bambu, dan
ini anak saya Lutafala!"
"Mari Kisanak, kita bergegas!"
"Mari,"Panggil saja Argono."
"Hepp?" Sagara Angkara langsung mepet dengan
dinding. Kedua orang itu juga mengikuti, Sagara
Angkara segera melihat, dia kagum, dibawah tanah
bisa terdapat ruangan sep-erti ini, tangga melingkar
keatas, disekelilingnya adalah bangunan-bangunan
penjara, beberapa prajurit berjaga dengan disiplin.
"Jarak kita dengan mereka terlalu jauh. Aku tak yakin
dapat melemparkan bamboo dengan tepat" Bisik Si
Penjaja Bambu sambil melihat musuh yang berjaga
diatas, setidaknya ada dua puluh lima orang ditempat
berbeda. "Mengapa Ki Argo memilih jalan ini" Ini adalah jal an
terjauh untuk mencapai puncak.?"
"Kami berdua bertugas melepaskan tahanan.!"
"Oh, kalau begitu saya serahkan disini kepada aki.
Dan saya akan keruangan Si Gila dari Neraka."
"Heem.. tapi bahaya bila mereka membunyikan
bahaya." "Aki lihat, di bangunanketiga dan keempat, apakah


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bamboo aki dapat menjangkaunya?"
Si Penjaja Bambu melihat posisi lawan dan
mengangguk. "Bisa?" "Kalau begitu, lantai pertama dan kedua saya
serahkan kepada saudara Lutafala, setuju?"
"Baik" Lutafala mengangguk.
"Bagaimana dengan yang diatas?" Tanya Si Penjaja
Bambu. Sagara Angkara tak menjawab, ia mencabut
batangan dari pinggangnya.
"Cklang?" Batangan itu membuka dan membenatuk sebuah
gendewa. "Luar biasa, tapi anak panahnya dimana" Lutafala
bergumam. Sagara Angkara tersenyum, ia menarik senar
gendewa dengan tangan kanan, selarik sinar
membentuk anak panah muncul, jelas anak pana h itu
terbuat dari tenaga dalamnya.
"Dalam hitungan tiga, kita maju secara berbareng"!"
"Satu"!" Sagara Angkara berbisik.
"Dua?" Bisik Si Penjaja bamboo.
"Tiga"!" Lutafala berkata, sambil melompat dan
berguling, senjtanya yang terbuat dari bamboo
tamiang ditiup dan melancarkan senjata didalamnya.
Secara berbareng, Si Penjaja bamboo menyebarkan
Haur kuning perengut nyawa dengan sebat dan tepat
kepada musuh. Sagara Angkara menggunakan anak panahnya yang
cepat seperti bulu menyergap musuh dengan
kecepatan tinggi. "Crepp..crepp".crepp?"
"Bruk"brukk..brukk"
Untung saja kondiisi penjara sedang gaduh, jadi suara
itu tak terdengar oleh para penjaga dibalik pilar
tangga. Ketiganya bergegas kebalik pilar dan melakukan hal
yang sama. Hanya dalam hitungan dua puluh, semua penjaga
dapat dilumpuhkan. "Aki, silahkan aki melanjtkan tugas"
"Terimakasih Tuan Pende.." belum selesai ucapannya,
Sagara Angkara sudah berada di ketinggioan puluhan
tombak, Lutafala meleletkan lidah saking kagumnya.
"Siapakah sebenarnya dia Ayah?"
"Dia yang digelari dengan Dewa Dunia Persilatan"
"Akh, padahal usianya masih muda, kemampuannya
benar-benar menggiriskan?"
"Dia generasi penerus Gurunya Mendiang Pendekar
S eribu Diri" "Akh, pantas"!"
Mereka tahu kondisi sangat genting, tak berlama-lama
ngobrol, mereka segera bekerja.
Setelah kerja keras yang cukup melelahkan, gardapati
sudah semakin dekat ke bangunan utama, sementara
malam mulai datang. Lampu mulai bersinar,
kegelapan datang seperti mendukung Gardapati dan
Ikabala melakukan tugasnya,
"Hemmm"benar-benar tempat yang indah juga
harum" Ikabala berkomentar.
"Ini adalah kamarnya para kaum perempuan, jaga
matamu, mungkin kau akan menemukan perempuan
sedang telanjang. Awas pikiranmu goyah" Bisik
Gardapati. "Terlambat, aku sudah melihatnya..tuh" Ikabala
menunjuk seorang gadis cantik yang sedang tidur
dalam keadaan polos, wajah dan tubuhnya dipenuhi
peluh, berkilat tertimpa sinar lampu, sepertinya ia
kelelahan setelah bekerja.
Gardapati hanya menghela nafas saja. "Ayo, setelah
ini kita akan melewati dapur, disana kita makan
dahulu. Aku lapar" Bisik Gardapati,.
Sekarang giliran Ikabala yang tersenyum, meski
sedikit berat meninggalkan hal yang langka, dia
menuruti juga. "Akh, aromanya"!" Gardapati mencium aroma
makanan, mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya ia
sungguh-sungguh lapar. Keduanya bergegas, tampak dimeja sudah tersedia
berbagai makanan, para pelayan sedang sibuk
memasak. Gardapati menempelkan jari telunjuknya
didepan bibir, mulutnya bergerak-gerak, entah
mengapa. Para pelayan itu berhenti bekerja, secepat
kilat, Gardapati memindahkan sebagian makanan
kedalam dua piring lengkap dengan nasinya dan
kembali ketempat. Setelah menyimpan disamping
Ikabala kembali ia berkelenat mengambil air.
Kejadian itu hanya ada lima hitungan, seolah tak
terjadi apa-apa pelayan itu melakukan aksinya.
"Jurus apa itu?" Bisik Ikabala sambil mengambil
bagian yang tersisa sebab Gardapati sudah mulai
makan. "Menghentikan Rotasi Perputaran"
"AKu juga ingin mempelajarinya."
"Jangan, ini jurus ilmu aliran sesat, untuk
mempelajarinya, kau harus meniduri dan menyedot
hawa perempuan, em maksudku meniduri seratus
perempuan:" Ralat Gardapati karena ia tahu,
menyedot hawa perempuan takan dipahami Ikabala.
Ikabala meleletkan lidah dan menatap Gardapati.
"Ada apa?" "Apa kau juga meniduri seratus perempuan?"
"Lebih," " Jawab Gardapati seenaknya.
Ikabala tersedak, buru-buru minum, lalu geleng-geleng
kepala. Keduanya makan dengan lahap, selesai makan.
Gardapati mengajak Ikabala segera bergerak.
"Siapa dia?" Ikabala menunjuk seorang Pemuda
berusia tiga puluhan membawa emas permata.
"Resala Hantu Emas Permata, dia adalah pengurus
dalam bagian kekayaan perkumpulan ini"
"Biar aku membereskan!" Seru Ikabala sambil
meloncat kehadapannya. "Siapa kau?" Bentak Hantu Emas Permata.
"Ekh..akh saya..anu!" Ikabala tergagap. Hantu Emas
Permata tertegun, dalam ketergunan itu, mendadak ia
melihat bogem mentah berada didepan hidungnya..
"Bukk"!" "Gubrak"!"
"Hehe?" Ikabala tertawa melihat buruannya terlentang pinsan
dilantai. Gardapati tertawa melihat keberhasilan
kawannya. Dari jauh ia mengirimkan totokan udara
tanpa sepengetahuan Ikabala.
"Sembunyikan!" Perintah Gardapati singkat.
Ikabala m,enurut, ia menyembunyikan tubuh
lawannya di kolong meja dan mengikuti kembali
Gardapati yang sudah pergi duluan.
"Itu adalah bangunan utama, sambil menunggu orang.
Kita sebaiknya menonton saja dahulu."
Ikabala mengangguk, Gardapati mengempit
lengannya dan meloncat keatas sebuah lemari tinggi.
Disana mereka telungkup sambil mengintip keadaan
didalam melalui sebuah lobang yang dibuat Gardapati.
"Ketua, kita sudah terkepung" Seorang Lelaki berusia
lima puluhan datang melapor kepada Iblis Kembar
Bumi. "Bagaimana menurutmu" Tanya Ibluis Kembar Bumi
kepada Si Gila Dari Neraka Hitam,
"Asalkan tak ada orang yang mempelajari api sebagai
dasar kekuatannya, tidak menjadi maslah bagiku,
bagaimana denganmu?"
"Hemmm" aku tak apa, hanya ilmu Pamungkasku
tak dapat digunakan!"
"Maksudmu, menambah tubuh menambah tulang?"
"Ya," rupanya musuh tahu, bahwa malam tanpa
bulan adalah kelemahanku! Tapi ilmu lainnya masih
normal" "Hem" bagaimana menurutmu Si Jubah berkerudung
hijau itu?" "Aku lihat, dasar kekuatannya adalah angin, meski
menjadi panas seperti api dan dingin seperti es,
tenang seperti air, kuat seperti bumi. Tetap saja
kelihatan dasar ilmunya. "
"Lalu bagaimana dengan Si Dewa Dunia Persilatan?"
"Setelah pertempuran dengan Si Iblis Dunia Persilatan
yang kita tipu, dia tak terdengar lagi kabarnya,
mungkin binasa." "Hem" Dhara Sesat" ternyata basis kekuatan mereka
sangatlah dalam dan rahasia, tak nyana bahwa meski
sebagian dari mereka binasa, masih terdapat banyak
anggota." "Jadi apa tindakan kita sekarang?"
"Bagi menjadi tiga basis kekuatan, satu basis
menjaga tempat ini, satu basis sembuanyi guna
melakukan serangan banuan, dan satu basis membu
membunuh mereka." Keduanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masingmasing. "Biar aku yang mengurus diluar, sekalian mengirimkan
seluruh anggota kita untuk pergi kemarkas melalui
merpati" Iblis Kembar Bumi beranjak keluar.
Gardapati menarik Ikabala dan melompat keudara
pada langit-langit, kaki dan tangannya mengembang
sehingga menempel disana.
Terlihatlah Pemuda berpakaian biri membawa
gendewa mengintip sana dan sini.
Gardapati menarik nafas lega dan menurunkan
Ikabala. Sagara Angkara terperanjat, gendewanya terpentang,
yang diarahnya adalah Ikabala. Ikabala merinding
bukan main. "Syukurlah kau sudah datang!" Gardapati berkata dari
atas langit-langit. Sagara Angkara menurunkan gendewanya, gardapati
juga turun. "Si Gila Dari Neraka berada dibalik bangunan ini. Aku
titip sahabatku," Gardapati beranjak hendak keluar
ruangan. "Kau mau kemana?"Sagara Angkara dan Ikabala
bertanya serempak dan sama persis.
"Iblis Kembar Bumi memoimpin sendiri pasukannya,
aku hendak membantu dari luar"
"Hati"hati?" Sagara Angkara berkata
mengkhawatirkan Gardapati.
"Terimakasih kau mengkhawatirkanku, dengan
perhatianmu itu sudah cukup dengan dibayar
nyawaku" Gardapati tersenyum pahit dan berlalu.
"Walau bagaimanapun,. Kau adalah sahabatku"Sejak
dahulu, aku tahu kau memiliki hati nurani yang
terpendam"!" Bisik Sagara Angkara dan menarik
tangan Ikabala. Gendewanya terpentang. "Jrepp..jrepp" Dua musuh yang sedang menuju
tempat itu tumbang tanpa nyawa.
"Hebat?" Desis Ikabala.
"Sudahlah, mari kita segera menuju bangunan
utama." Ajak Sagara ANgkara.
Pertentangan antara garis Salah dan Benar selalu ada,
kekerasan adalah solusi utama pada jaman itu, Jika
dari atas, terlihat dua pasukan semut hitam dan
semut merah berkumpul berhadapan.
Denting pedang dan senjata lainnya bersahut-sahutan
di sebuah hutan yang terkenal keangkerannya. Sudah
temntu para demit merasa terganggu dengan
aktivitas itu, tapi apalah daya. Dua kubu sudah
tenggelam dalam arus kemarahan, nafsu membunuh,
dan kesombongan harga diri.
Dorong mendorong, sabet menyabet, tusuk menusuk
terjadi membabi buta, kekalapan kedua belah pihak
bersatu dengan jeritan penyemangat dan jeritan pilu,
kutungan anggota tubuh tak menjadi sebuah
masalah. Jika aku tak membunuh, maka akula yang terbunuh"
JIka aku tak menghunus senjata, maka lawan akan
menghabisiku" "Bunuh". "Hancurkan" " Hiaaa" Pertempuran di awal mala ini sungguh sangat
mengerikan, sudah jamak bagi pertarungan antar
kerajaan menarik pasukannya dan beristirahat, tapi
teori ini tak berlaku bagi para kaum persilatan.
Pertarungan yang tak ketahuan mana lawan dan
mana kawan ini sungguh membuat suasana kalut.
Ribuan obor sama sekali tak membantu.Hanya satu
yang dapat membedakan, itu adalah Jenis kelamin,
Para Dhara dengan ganas dan memanfaatkan
kelincahan mereka sel;ip sana selip sini membunuh
lawan. Para Dhara ini idak bergerak sembarangan, semua
pergerakannya teratur rapi membentuk formasi,
teknik menyerang, mundur, mengelak dan
menghindar semua terpeta dengan jelas memlalui
komando lentera putih diatas puncak bukit.
Kubu Istana Dewa Iblis terdesak mundur,
bagaimanapun kesigapan dan persiapan mereka
kalah disbanding lawan. Bayangan kematian terpeta


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan jelas dalam benak.
Mereka terdesak mundur hingga mendekati batas
benteng semak, para ular yang biasa berdiam disana
sudah menghlang entah kemana.
Pertarungan itu membentuk lingkaran berlapis,
dimana lingkaran dalam yang berusaha mengalahkan
lingkaran luar, dan lingkaran luar yang berusaha
menekan lingkaran dalam. Benar-benar pertarungan yang menyita waktu dan
tenaga. "Bagaimana menurutmu Sekarang Nimas Garwita"
Sepertinya musuh sudah terdesak" Dwi Garani
bertanya gregetan memegang sebuah obor yang
digunakan alat kata sandi.
"Jangan terburu nafsu Mbakyu Dwi, jika kita menuruti
nafsu pasti kita kan celaka. Aku sudah mendengar
kabar. Kakang Gardapati bilang, musuh sudah
membagi pasukan menjadi tiga,.satu menjaga istana,
dua menyerang kita" "Dan yang ketiga?" Aryani bertanya tak sabar.
Garwita tenang saja, ia melipat kakinya, dia duduk
disebuah bangku menghadapi sebuah meja diatas
bukit, diatas meja tergelar peta Istana Dewa Iblis,
diatasnya berbagai batuan dan ranting yang dipotong
kering diatur diletaakan.
"Yang ketiga menunggu kita, lihatlah pertarungan
dibawah, sesungguhnya jika ini adalah pertarungan
militer kerajaan, maka aku akan lebih mudah
mengatur, namun ini,"ai.. untunglah mereka
mempelajari barisan yang untuk sementara bisa kita
gunakan sebagi bahan kerjasama."
Memang bila diperhatikan secara cermat setiap lapis
para gadis itu terdiri dari gabungan sebuah formasi
yang saling bahu membahu.
Formasi itu dalam dunia persilatan disebut dengan
barisan, adapun barisan itu bernama Panah Segitiga
Asmara, setiap barisan terdiri dari Sembilan orang,
yang satu menyerang, yang satu melindungi, dan
begitu seterusnya, barisan ini berbeda dengan barisan
lain, karena barisan ini tidak melingkari buruan, tetapi
menghadapi. Barisan itu membentuk sebuah segitiga. Orang
pertama dijadikan sebagai ujung tombak, kemudian
dibelakangnya terdapat dua orang, dibelakang dua
orang itu terdapat tiga orang, dan begitu seterusnya
hingga mencapai Sembilan orang.
Karena gelapnya malam, barisan itu tidak terlihat
istimewa, padahal jika para Anggota Istana Dewa
Iblis mengetahui iitu, niscaya meeka akan berfikir dua
kali dalam melakukan siasat pertarungan jangka
lama. JANGKA LAMA".. "Menunggu kita untuk apa?"
"Menunggu kita kelelahan, begitu kita lelah, mereka
akan segera datang menyerbu."
Keringat dingin mengucur di dahi Aryani dan Dwi
Garani, juga para Anggota Dhara Sesat yang
mendengar dari jauh. "Kita akan kalah menggenaskan" Gumam Dwi Garani
lesu, membuat sebagian anggota yang mendengar
tadi gemetar. "Kau tampak tenang sekali Nimas Garwita?" Tanya
Aryani heran. "Hihi" " Garwita tertawa kecil.
"Sebenarnya, siapakah yang selalu mengirimkan
pesan itu?" "Mbakyu Dewi,!" Garwita menjawab kalem.
"Lihat, bala bantuan musuh sudah tiba!" Salah satu
Anggota Dhara sesat yang memegang sebilah golok
emas berteriak khawatir. "Lemparkan obor kelangit!" Perintah Garwita setengah
berteriak. Meski tak mengerti, Aryani mencabut sebuah obor
dan melemparkannya kelangit.
Mendadak Gemuruh langkah kaki dan teriakan
bergema, setengah pasukan Gadis dari balik
kegelapan malam dan memakai pakaian hitam
melompat ke tengah gelanggang, berbareng debngan
itupula, para Dhara yang sedang bertaruing berusaha
mundur dengan serempak! Musuh tak menduga akan kejadian ini, setengah
bagian mereka kalah taktik lagi, tak nyana siasat
lawan begitu licinnya. Sampai-sampai strategi
penyerangan mereka juga gagal total.
Wajah Aryani dan Dwi Garani bersinar kembali, tak
hentinya mereka memuji Garwita,"
Dengan penuh bara api semangat ia membolangbalingkan sandi demi menggempur musuh.
Kali ini Para Dhara yang menggunakan formasi
barisan Panah Segitiga Asmara memulihkan diri
dengan semadi, bagaimanapun bala bantuan lebih
banyak dari mereka. Sedang Bala bantuan yang menggunakan barisan
Sabit Purnama menggempur dengan dahsyatnya,"
Berbeda dengan Barisan Panah segitiga Asmara yang
menggunakan barisan sebagai pusat serangan dan
pertahanan, maka barisan sabit purnama ini hanya
berfungsii sebagai teknik penyerangan,
Seperti golok lengkung, atau cerulit barisan itu
berputar dan membantai, membantai tak kenal
ampun" "Bunuh," mati tidak masalah" itulah prinsip barisan
kejam itu, barisan dari kalangan kaum sesat yang
dulu pernah menggegerkan dunia persilatan karena
kekejamannya, pada waktu itu, barisan ini hanya ada
sebuah barisan, adapun barisan itu terdiri dari seratus
Sembilan puluh delapan orang. Dan kini barisan itu
digunakan bersama-sama sehingga menjadi sebuah
lingkaran menyamping menutupi markas Istana Dewa
I*blis yang entah berapa ribu hektar itu.
Meski menyisakan celah, tapi pergerakan barisan ini
sangat aneh dan tak terduga, pergerakannya yang
maha luas, mampu menutup celah-celah iu.
"Sungguh hebat". Sungguh hebat, mengapa kau si
dalang tak segera menampakan diri?"
Terdengar sebuah bentakan nyaring memekikan
telinga, seketika pertarungan berhenti sejenak karena
kerasnya bentakan itu. Untung disaat kritis terdengar
bentakan lembut yang menyirnakan kerasntya
benatakan tadi. "Sedari tadi aku disini menunggumu, mengapa kau
sendiri baru nongol?"
Sosok Hitam berjubah dan memiliki wajah dua, berdiri
diatas pohon ketapang, sosok angker menciutkan
nyali. Tapi bukan orang yang ketakutan, justru dia
orang yang seperti merasa tercekik karena ketakutan,
mengapa" Ternyata ia berdiri terkesima kerana melihat sosok
yang dikenalnya, yang tak lain adalah Gardapati
sedang ongkang-ongkang kaki didahan pohon
Ketapang lainnya. "Kau"kau"masih hidup?" Katanya gelagapan.
Gardapati tertawa besar melihat kekagetan lawan,
dengan lantang ia membalas.
"Tentu, sebelum aku mengirimmu menghadap yang
maha kuasa, tidurpun aku masih belum tenang"
Wajah Iblis Kembar Bumi memerah gusar, tenaga
dalamnya ia kumpulkan di kedua kaki dan dua
tangan. "Kalau begitu, aku akan mencoba mengirimu lagi
kesana!" Bentaknya sambil menerjang datang.
Seperti halnya di atas tanah, Gardapati membuat
kuda-kuda, kaki kirinya terangkat sedang kaki
kanannya menapak didahan, sambiol melompat
memapak serangan lawan, Gardapati memutarkan
pergelangan tangan kanan yang bergerak keatas
untuk melakukan fungsinya yaitu tangkisan".
"Duikkkk"."
Kosong, jelas serangan awal memang sengaja
dilakukan untuk memecah perhatian, padahal
serangan sesungguhnya Iblis Kembar Bumi adalah
yang belakangan, sebuah tinju bertenaga raksasa
menggelegar hendak menghajar Gardapati.
Gardapati tak menampilkan suatu emosi apapun,
menindak lanjuti serangan kosong lawan, ia dengan
sebat melakukan dorongan yang cepat dan bertenaga
oleh kedua tangan secara bersamaan.
Belum sempat kedua fisik tangan keduanya beradu,
hawa tenaga yang dipancarkan dari masing-masing
sudah beradu menggelegar".
"Duaaarrrr?"!"
Gardapati tertawa dingin. Tangan kiri tetap dalam
posisinya, sedang tangan kanan ditarik kekanan
belakang sambil melakukan tendangan samping
dengan kaki kiri. Tentu saja gerakan ini memerlukan keseimbangan
yang sangat kuat, apalagi setelah bentrokan yang
sangat keras seperti tadi.
"Dukk".!" Sebat Si Iblis kembar Bumi menangkis
serangan itu dengan tak kalah mantap. Pertarungan
ini berimbang, tentu saja keduanya belum
mengerahkan ilmu pamungkas masing-masing
gebrakan ini adalah gebrakan untuk mengukur dan
melihat kepandaian lawan.
Gardapati tersenyum, dalam beberapa hal ia memang
unggul, ia hanya kalah pengalaman, dalam
pertarungan jujur tentu ia akan menang, namun jika
lawan menggunakan trik tentu saja ia yang masih
muda dan berdarah panas akan kewalahan.
Kaki kiri diturunkan, disambung dengan tendangan
atas oleh kaki kanan sambil menarik kedua tangan
kedekat dada. Ini merupakan rentetan serangan yang
duilakukan Gardapati yang membuat ibluis kembar
bumi kelabakan. Jurus sederhana ini bukanlah sebuah jurus, gerakan ini
adalah gerakan sesuai keadaan menurut prinsip jurus
Alam Mayapada Cakrawala tanpa Batas yang
keempat, jurus ini menekankan pertarungan yang
sama sekalitak melibatkan jurus, membuat jurus
dalam gerakan seperti air yang mengalir, bergerak
sesuai kondisi dan keadaan, tentu saja ditopang
dengan tenaga dalam yang sudah mumpuni.
Akibatnya jelas sekali, Iblis Kembar Bumi yang
menghadapi kewalahan, ia tak tahu jurus apa yang
dilakukan lawan, jangankan asal jurus, untuk
memecahkannya pun sangatlah sulit. ketika melihat
raut wajah Gardapati yang setenang danau
membuatnya bergidik, keringatnya bertetelan, nafas
memburu, berbeda dengan gardapati yang biasa saja.
"Tak kusangka kau sudah maju sepesat ini!" Kata Iblis
Kembar bumi berusaha memecah konsentrasi lawan,
ia berharap lawan terpecah konsentrasinya, lalu
seketika mengeluarkan jurus pamungkas. Ini akan
membuat lawan kelabakan, dan dia merebut arah
angin. "terimakasih, tempaan dari yang ditimbulkan oleh
kalianlah yang membuatku seperti ini" Kata Gardapati
dengan senyuman penuh seolah menikmati
penderitaannya. Iblis Kembar Bumi mencelos.
Gardapati terdtawa besar melihat ekspresi lawan,
meski hanya sekilas ia bisa melihat wajah lawan
berubah. Gebrakan demi gebrakan mereka lakukan,
tapi tampaknya tak seorangpun dari keduanya yang
bersedia mengalah, benar-benar sebuah pertarungan
yang sangat hebat, sampai-sampai tak ada yang
berani mendekati keduanya, meski diluar sana sedang
terjadi kekacauan. Melihat kondisi pertarungan yang tak berubah,
Gardapati mulai merasa tekanan dari lawan semakin
meningkat, entah karena kekuatannya ataupun
karena sesuatu yang lain.
Gardapati menyadari sesuatu, tangannya melakukan
serangan kilat dengan cara menyodorkan telapak
tangan hendak mengajak lawan beradu kekerasan"
"Blaarr"." Ledakan besar menggema, Iblis Kembar
bumi terseret mundur empat tindak, sedang gardapati
memanfaatkan tenaga pantulan untuk mundur, satu
sampai dua kali ia membuat saltoan dan hinggap
dibumi dengan tenang. "Hemm" kemampuanmu menggunakan racun
tampaknya sudah meningkat juga" Jengek Gardapati.
"Jangan Bangga dulu, Terima jurus Cakar Seribu
Harimauku"Iblis Kembar Bumi menjejakan kaki kiri,
tubuhnya kembali melambung, jika Pendekar
Golongan Tanggung yang melakukannya, jelas ini
adalah kesalahan vital. Tapi, jika tokoh papan atas
yang melakukannya jelas ia sudah punya pegangan.
Gardapati Melesat dengan kaki kanan, diikuti geseran
kaki kiri, tangan kiri melakukan totokan dengan jari
utama. Sementara tangan kanan menangkis serbuan
cakar lawan yang sudah berubah menghijau,
pertanda racun mengiringi cakar itu.
Totokan Gardapati tidak bisa dikatakan cepat, juga
tidak bisa dikatakan lambat, tapi totokannya sangat
efektif menyerang titik lemah serangan Iblis Kembar
Bumi. Seketika Iblis kembar Bumi mengembangkan jurus,
kaki dan tangannya berkordinasi dengan rapat,
serangannya keji dan ganas, semua menuju titik
kematian.

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gardapati tak gentar, Dilayaninya setap serangan itu
dengan tenang-tenang saja. Ia tak bertahan, juga tak
menyerang, tak terdesak juga tak mendesak,
semuanya ia imbangi menurut jurus Alam Mayapada
Cakrawala Tanpa Batas tingkat pertama.
Ketenangannya dalam bersikap patut dibanggaka n,
malah di bibirnya seulas senyum muncul.
Dilain tempat, Bangunan Utama"
Si Gila Dari Neraka Hitam berdiri menatap sebuah
lukisan gunung merapi, entah apa yang ada didalam
puikirannya. "tak kusangka kau begitu berminat terhadap lukisan"
Sapa Sagara Angkara. Disampingnya Ikabala berdiri
dengan tenang. Si Gila Dari Neraka Hitam berbalik, dahinya berkerut.
"Dewa Dunia Persilatan, Sagara Angkara" Desisnya.
Sagara Angkara tersenyum tipis, "Gelar Dewa Dunia
Persilatan terlalu berlebihan untukku, namun Sagara
Angkara benarlah namaku"
"Bagus" bagus" kabar mengatakan kau sudah tewas,
ternyata kabar memang tak boleh dipercaya
kebenarannya, apakah Si Kerdung Hijau adalah Kau
adanya?" "Kerudung Hijau" Akh, aku rasa engkau kali ini salah
alamat, si kerudung Hijau adalah oerang yang sudah
kalian peralat dan campakan. Masakah kalian tak bisa
mengenalinya lagi?" "Gardapati" Si Gila Dari Neraka Hitam menebak,
wajahnya berubah hebat. Berbareng itu juga Si Gila
Dari Neraka Hitam melemparkan empat buah pisau
terbang. Ikabala terkejut melihat datangnya bokongan yang
Midnight Sun 5 Your Secret Memories Karya Avalon.jr Suling Pusaka Kumala 6

Cari Blog Ini