Ceritasilat Novel Online

Golok Naga Terbang 5

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 5


Liong. e-bukugratis.blogspot.com
193 Tukk-tukkkkk ... !! Kembali jari tangan Cu Liong berhasil menotok gadis bertahi lalat di atas bibirnya.
Plakkkkk ... ! Bluggggg ... !
Sang Toaci pun menyusul kedua adiknya meringkel di atas ubin dingin kuil.
Lehernya kena tamparan yang cukup keras tangan kanan Cu Liong. Cu Liong berdiri di
tengah ruangan melihat mereka satu persatu. Dalam benak anak muda ini tidak sedikit
pun terusik oleh keindahan tubuh mulus ketiga gadis cantik bugil itu. Hanya memandang
mereka penuh penasaran dan pertanyaan"
Cepat Cu Liong maju dan melakukan totokan dengan kedua jari.
Tukk-tukkk ... !! Dan gadis tertua itu pun mengolat-ngolet menahan rasa sakit luar biasa, merasa
tubuhnya dicocoki ribuan jarum di sebelah dalam tubuhnya.
"Ssshhhhh ... aaaaadduuuuuh ... shhhhhhaaaaa ... kiiiii ittttt ... tooolooonggggg ...
ammm puuunnnnn ... " rintihnya menyedihkan sekali.
Akan tetapi Cu Liong hanya melihat saja. Sama sekali tidak turun tangan menolong.
"Katakan siapa kalian" Mengapa menjebakku" Kalau kalian tak ingin merasakan
siksaan yang lebih hebat dariku!"
"Baaaaa ... iiikkkkk ... aaa ... kkkaaaaannnnn, kkuuu katakan ... !"
Akhirnya Sang Toaci menyerah juga. Tidak kuat ia menahan penderitaan itu. Dua
orang adiknya ternyata telah tertidur panjang alias pingsan!
"Siapa kalian?" Tanya Cu Liong setelah menotok dua kali. Membebaskan gadis itu
dari siksaan. Dengan kedua mata basah air mata yang tak mau berhenti mengalir Sang Toaci ini
menjawab tersendat. "Kami bertiga murid Perkumpulan Seruni Ungu."
"Mengapa berusaha menangkapku?"
"Kami hanya menjalankan perintah Sianli, guru kami."
"Hemmmmm ... " Cu Liong mendengus pendek. "Di mana markas kalian" Cepat!
Aku tidak mempunyai banyak waktu!"
"Di ... di kota ... "
"Tepatnya di mana?" Cu Liong mendesak.
e-bukugratis.blogspot.com
194 Perempuan itu sudah mati daya. Sama sekali tidak dapat menggunakan racun-racun
mereka yang berada di dalam saku bajunya.
Sungguh celaka sekali! Demikian bisik hatinya pelan, penuh sesal!
Mendengar bentakan Cu Liong yang tadi hampir saja menjadi korbannya itu, gadis
tertua ini segera menjawab cepat. Ingin segera terlepas dari siksa dan hinaan lebih lama.
"Di rumah penghibur Seruni!"
"Awasss! Kalau bohong kutabas kepala kalian!"
Cu Liong segera berjalan pelan keluar dari ruangan kuil. Tanpa menengok sama
sekali kepada wanita cantik bertubuh tanpa benang sehelai pun itu. Baru saja pemuda itu
tiba di pintu depan kuil, tiba-tiba saja Cu Liong menggerakkan tangan kanan dan seleret
sinar kehijauan terbang membalik ke belakang.
Wirrrrr ... crakkkkk ... ! Bruukkkkk ... !!
Tubuh indah itu pun menggeletak bersimbah darahnya sendiri ketika dadanya
tertancap Golok Naga Terbang!
Maksudnya, gadis itu hendak membokong jago kita dengan serangan senjata
rahasianya yang ampuh. Yakni peluru besi yang dapat meledak! Akan tetapi dengan
sekali lirik saja, Cu Liong telah tahu bahaya sehingga cepat menggerakkan golok dengan
Ilmu Golok Terbang yang diajarkan San In Tojin!
"Diberi jalan hidup malah memilih mampus. Salahmu sendiri!"
Cu Liong pun segera berkelebat keluar kuil setelah mencabut senjata pusakanya
dari dada wanita bugil. Sebentar saja pemuda itu telah tiba di rumah penginapannya. Hari
telah menjelang tengah malam ketika Cu Liong tiba di jalan samping rumah penginapan
itu. Sekali mengenjot kaki saja tubuhnya telah melayang memasuki jendela kamarnya.
Memang sengaja Cu Liong tidak mengunci daun jendela kamarnya, tanpa mengeluarkan
suara sama sekali pemuda itu memasuki kamar. Akan tetapi, begitu berada di tengah
kamar, Cu Liong merasakan sesuatu yang tidak pada tempatnya.
"Siapa ... ?" serunya.
Byarrrrr ... ! Setelah terdengar suara kecil api pun menyala menyambar sumbu pelita. Dan dalam
ruangan itu nampak seorang kakek berpakaian nelayan. Wajahnya tersenyum
memandang Cu Liong. e-bukugratis.blogspot.com
195 "He he-he ... apa kabar anak muda" Kagettttt ... " Maafkan kalau Lohu
mengagetkanmu, he-he-he ... !"
Si Nelayan Pantai Timur ketawa geli melihat anak muda murid Liok Ing Gie siap
menyerangnya. "Ahhh, Locianpwe" Kukira ... utusan?" Cu Liong terpaksa menahan ucapannya
ketika Nelayan Pantai Timur bertanya.
"Kau kira siapa ... ?"
"Itu ... Iblis Seruni Ungu ... ?" jawab Cu Liong sambil maju menuju ke tempat
duduk, mendekati orang tua itu.
"Haaaaa ... ?" Si Nelayan Pantai Timur kaget ucapan Cu Liong ini. "Celaka ...
tahukah kau di mana rnuridku, Gin Nio ... ?"
"Gin ... Nio ... ?" Cu Liong tergagap.
Pikirannya melayang ketika murid nelayan itu bersamanya di saat itu. Dan ia tidak
kuasa menolong ketika Gin Nio dilarikan tosu bau yang menyamar dirinya itu.
"Ya, Gin Nio! Pergi ke mana anak bengal itu" Apakah tidak bersamamu ... " "
"Gin-moi ... Gin-moi ... " Cu Liong merasa tenggorokannya tersumbat ketika
hendak menceritakan kejadian itu. Akan tetapi, setelah dapat menenangkan diri, ia pun
lalu menceritakan kejadian ketika Gin Nio kena sihir pendeta berjubah merah Takonaya
dan akhirnya ketika dia hendak menolong telah dibawa lari pendeta Sim Tok Tojin.
Sampai sekarang Cu Liong belum berjumpa kembali.
"Entah ke mana dia setelah berpisah itu. Mungkin masih disekap Sim Tok Tojin
atau dapat juga telah lolos dari cengkeraman bangsat cabul tersebut. Sampai sekarang
boanpwe belum ketemu, Locianpwe."
"Disambar geledek ... !" umpat Si Nelayan Pantai Timur. "Wahhh, celaka kalau
begitu. Aku harus menuntut bela muridku!"
"Di kota ini juga ada sarang dari Cu Kiok Slanli, Locianpwe. Iblis berbaju ungu itu
saya kejar sampai ke kota ini, dan tadi tiga orang utusannya telah saya lumpuhkan di kuil.
Menurut keterangan mereka, markas mereka di rumah penghibur Seruni!"
Wajah Nelayan Pantai Timur berubah kemerahan mendengar ucapan Cu Liong.
Secercah cahaya memasuki relung hatinya yang pepat mendengar murid perempuannya
ditangkap Sim Tok Tojin. e-bukugratis.blogspot.com
196 "Cepat kita kesana!"
Tanpa menanti jawaban lagi Nelayan Pantai Timur meloncat keluar dari jendela
masih terbuka. Cu Liong menggerakkan tangan dan lampu itupun padam. Lalu ia pun
meloncat keluar dari jendela, mengejar Nelayan Pantai Timur menuju ke rumah
penginapan Seruni di sebelah utara kota. Separti dua ekor burung raksasa, keduanya
beterbangan dari rumah satu ke rumah lainnya. Gerakan mereka cepat dan lincah.
Sebentar saja mereka tiba di samping, Rumah Pelesir Seruni.
"Hati-hati, Liong! Di belakang bangunan utama itu nampak banyak penjaga
berjalan hilir mudik."
Cu Liong mengangguk. Sepasang matanya mengawasi rumah depan yang penuh lampion warna-warni.
Sepasang mata pemuda ini melihat pemandangan yang seumur hidup belum pernah
dilihatnya. Nampak lelaki dan perempuan sedang memadu kasih dalam keremangan
cahaya lampion. Tanpa ada rasa malu sedikit pun. Menganggap acuh orang lain yang
berada di tempat itu. Memang sudah jamak kalau dosa itu tidak berdiri sendiri!
Dosa selalu mencari teman!
Perbuatan cabul yang dilakukan pria dan wanita di taman dan ruangan itu sudah
membudaya sejak jaman kuno.
Wajah Cu Liong berubah merah karena jengah. Cepat dia mengalihkan pandang
matanya ke belakang ruangan induk.
Bersambung jilid IX --o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
197 Jilid IX "Kita dapat menyusup lewat pohon itu, Locianpwe."
Cu Liong menunjuk pada sebatang pohon yang lebat daunnya di samping tembok
pagar. "Mungkin juga."
Nelayan Pantai Timur memperhitungkan jarak waktu para peronda lewat.
"Sebentar setelah para peronda itu lewat, kita akan langsung memasuki ke atas
loteng di sana!" "Baik, Locianpwe."
Cu Liong pun berindap mendekati pohon, Nelayan tua itu mengikutinya tanpa
menimbulkan suara sedikit pun. Dan bagaikan dua ekor burung terbang lewat, keduanya
telah bertengger di balik bubungan rumah. Kedua penyatru ini rnengawasi keadaan
sekelilingnya, aman! "Ha-ha-ha, kenapa susah-susah segala." Terdengar suara parau mengejek.
"Serahkan saja bangsat kecil itu padaku! Besok kubawa kepalanya ke sini. Ha-ha-ha ... !"
Kecupan itu pun terdengar menyolok di malam dingin itu.
Pelan-pelan Nelayan Pantai Timur dan Cu Liong membuka genteng. Begitu
keduanya mengintip dari lubang genteng, nampak beberapa orang sedang berpesta dalam
ruangan itu. "Dasar iblis pejantan! Baru saja menggarap lima orang masih belum puas juga! Hee,
Muka Singa, kapan kau dapat berpisah dari pinggul wanita itu" Dari tadi kulihat kau
mendekam terus di situ!" kata lelaki kurus tinggi, wajahnya pucat seperti kurang darah!
"Iblis tua bangkotan! Terang saja kau iri kepadaku. Mayat Hidup sepertimu mana
ada wanita mau mendekati, ha-ha-ha-ha ... !" Iblis Muka Singa balas mengejek.
Si Mayat Hidup mendelik memandang rekannya itu.
"Kau kira aku tidak dapat menggauli perempuan, begitu ya" Lihattttt!" Si Mayat
Hidup lalu menggapai perempuan muda berpakaian sutera tipis tembus pandang. "Heiiiii,
kau kemari!" Perempuan cantik itu maju mendekat. Si Mayat Hidup memandang kedua mata
perempuan cantik di depannya.
e-bukugratis.blogspot.com
198 "Tanggalkan pakaianmu! Menarilahhhhh ... !" perintahnya lantang.
Aneh bin ajaib! Perempuan muda itu pun melakukan apa yang diperintahkan Si Mayat Hidup.
Melepas pakaian dan menari dengan tubuh polos.
"Hiyaaakkkkk ... ! Asyiiiiiikkkkk ... !"
"Hayo lagi! Menari yang merangsang!"
Kembali Si Mayat Hidup membentak dengan suara berpengaruh. Dan perempuan
itu pun melakukan perintah ini dengan patuhnya.
Terdengar suitan di sana-sini. Suitan lelaki-lelaki bertampang seram. Si Mayat
Hidup semakin bangga melihat ini, maka dia pun lalu semakin menggila.
"Kau! Kau! Dan kau! Hayo ikuti teman kalian dan menarilahhhhh ... !"
Tiga wanita muda itu melolos pakaian sutera tembus pandang. Menarilah ketiganya
tanpa aturan di tengah ruangan. Empat penari bugil itu meliuk-liukkan tubuh mereka
tanpa aturan sama sekali.
Akibatnya sungguh hebat! Para lelaki bertampang kriminil dalam ruangan itu melotot keluar melihat empat
penari bugil, mata mereka seakan mau meloncat keluar melihat tempat-tempat rahasia itu.
Akan tetapi sebelum kegilaan itu mencapai puncaknya tiba-tiba terdengar suara lantang!
"Hentikannn! Hayo semua kembali ke dalam!"
"Ihhhhh ... !" "Ehhhhh ... Mengapa aku melolos pakaianku?"
"Hiiiii ... dingiiinnnnn ... !!"
"Cepat ambil pakaiannn!"
Mendengar ucapan terakhir itu, bagaikan berlomba keempat wanita itu berlari
mengambil pakaian mereka. Walaupun sebetulnya keempatnya juga wanita-wanita
penghibur, namun tetap saja merasa malu mengetahui dirinya telanjang di tengah ruangan.
Apalagi melihat pandang mata penuh nafsu dari orang-orang berwajah serem! Tanpa
mengenakan pakaiannya mereka berlari ke dalam!
"Cukup semua ini! Kita sedang menghadapi hal yang serius. Harap Cu-wi
mempersiapkan diri. Dua orang anak buahku telah melapor tentang kegagalan mereka
menangkap pemuda itu." Pendeta tua itu berkata lantang.
e-bukugratis.blogspot.com
199 Semua orang mendengarkan tanpa mengeluarkan suara.
"Sianli telah memesan pinto agar mencegat mereka di kota ini! Kuharap bantuan
Cu-wi sekalian untuk melakukan apa yang diperintahkan Sianli. Semua kebaikan Cu-wi
tentu mendapat imbalan semestinya dari perkumpulan kami."
"Hemmmmm, beres! Biarlah kubawa kepala pemuda yang bergelar Pendekar Naga
Terbang ke sini. Ha-ha-ha, hayo kita berlomba Mayat Hidup! Siapa yang lebih lihai di
antara kita, ha-ha-ha ... !" Iblis Muka Singa tertawa bergelak.
"Harap Cu-wi jangan memandang rendah anak muda tersebut! Sebab ... "
Tosu itu menahan ucapan selanjutnya ketika melihat berkelebatnya sesosok
bayangan menuju ke tengah ruangan.
"Siapa kau?" "Heh-heh-heh, tempat maksiat tentu menjadi sarangnya iblis! Di mana pun juga ia
berada!" Begitu datang Nelayan Pantai Timur ketawa bergelak.
Orang-orang di ruangan itu kaget sekali melluat orang tua aneh itu tahu-tahu di
tengah ruangan. Tanpa dicegah lagi beberapa orang dari mereka berseru, "Nelayan Pantai
Timur ... ?" "Nelayan Pantai Timur ... !"
"Bunuh tua bangka ituuu!" Tosu tua yang agaknya menjadi pimpinan di rumah
pelesiran Seruni ini membentak lantang. Perintahnya ini tentu saja mendapat sambutan.
Terdengar teriakan-teriakan liar ketika orang-orang itu maju mengeroyok Nelayan
Pantai Timur. Tangan kanan memegang senjata berkilat tertimpa cahaya lampion, saking
tajamnya. Desing senjata tajam pun berkesiur membelah angin ketika tidak mengenai
sasaran. Akan tetapi bagaikan orang gila, orang-orang bertampang serem itu melanjutkan
serangan mereka. Niat hati hanya menuruti perintah tosu tua berjubah abu-abu pimpinan
cabang Cu-kiok-pang. Membunuh Nelayan Pantai Timur!
Namun, Nelayan Pantai Timur adalah seorang jago tua kawakan. Sambil
mengeluarkan ejekan, ia menyelinap di bawah hujan senjata para pengeroyoknya dan
sesekali membalas dengan serangan yang tak kalah hebatnya. Telah dua kali kaki tangan
pendekar tua ini dapat mendarat di tubuh lawan dan empat orang telah mengukur tanah
dengan tubuhnya akibat tamparan dan tendangan Nelayan Pantai Timur.
e-bukugratis.blogspot.com
200 "Mampuslah kau bangsat!" Si Muka Singa membacok dengan golok besarnya,
desing senjata golok itu menggiriskan di telinga. Leher orang tua itu mana kuat menerima
babatan golok berat puluhan kati yang digerakkan dengan tenaga raksasa itu. Dalam
sekali tabas saja menggelindinglah kepala kakek tua di atas ubin!
Akan tetapi itu kalau kena lhoooo"
"Hiiiiiaaattttt ... !"
Dari belakang menyambar senjata sekop dwi fungsi dari Si Mayat Hidup! Sekop itu
dapat digunakan seperti cangkul dan seperti sekop biasa. Inilah senjata dahsyat apabila
dimainkan Si Mayat Hidup. Apalagi dari kanan dan kiri datang pula hampir berbareng,
golok, dan pedang, serta tombak, yang siap menyate tubuh kurus Nelayan Pantai Timur!
Tak ada sedikit pun lubang semut untuk dapat lolos dari serangan ini agaknya!
"Aihhhhh, mati akuuuuu ... ?" Dan Nelayan Pantai Timur ini pun menjatuhkan
tubuhnya ke samping terus bergulingan menyerang kaki lawan!
"Awasssss ... !"
Tranggggg ... ! Croooottttt ... ! "Matiii akuuu!" Salah seorang lelaki brewok mendekap dada yang termakan ujung
tombak yang tak sempat ditarik lagi ketika sasarannya hilang. Sedangkan senjata golok
besar di tangan Si Muka Singa tepat menghantam senjata sekop Si Mayat Hidup!
"He-he-he, bagaimana" Sedaappppp kann, ha-ha-ha?" Nelayan tua itu mengejek.
Sekarang kakek tua ini berdiri di sudut ruangan.
Ser-ser-serrr ... ! Belasan am-gi (senjata rahasia) meluncur cepat memantek tubuh kurus itu ke
dinding! Ternyata tosu tua yang sejak tadi hanya berdiri menonton pengeroyokan itu kini
turun tangan melepas senjata gelap.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayyaaaaa ... hampir saja! Heee, kenapa tidak lekas turun! Hampir nyawaku
melayang menghadap Giam-lo-ong lhooooo, bocah!"
Nelayan ini melesat ke atas penglari menghindar dari serangan senjata gelap lawan.
Duduk di atas penglari dengan berjongkok.
"Kebakarannnnn! Kebakarannnnn ... tolonggggg ... kebakarannnnn!"
Terdengar teriakan orang meminta tolong, ketika melihat kebakaran!
e-bukugratis.blogspot.com
201 Selagi orang-orang bertampang serem itu kebingungan mendengar teriakan itu, tibatiba berkelebatan sesosok bayangan disusul sinar kehijauan menyambar-nyambar dengan
kecepatan kilat. Orang-orang itu berusaha untuk menggerakkan senjata menangkis, akan
tetapi segera terdengar suara berkerontangan dari senjata-senjata yang menimpa ubin!
Dan di tengah ruangan berdiri seorang pemuda tampan bertubuh sedang
mengenakan pakaian rompi bergambar naga bersayap, tersenyum mengejek. Di tangan
kanannya nampak sebatang golok bersinar kehijauan.
Si Mayat Hidup dan Si Muka Singa yang kebetulan saja dapat lolos dari serangan
mendadak tadi tergetar hatinya melihat kelihaian anak muda yang baru tiba ini.
Sedangkan tosu tua berjubah abu-abu berubah roman mukanya melihat siapa yang berdiri
di tengah ruangan itu. "Pendekar Naga Terbang ... !" serunya jerih.
"Haaaaa ... Pendekar Naga Terbang?" seru pula Si Muka Singa kaget setengah mati.
Tak disangkanya sama sekali begitu lihainya anak muda itu. Tadi dia telah mengumbar
suara akan membawa kepala anak muda seorang diri, sekarang baru melihat pemuda itu
bergerak segebrakan saja nyalinya telah ciut!
Dasar pengecut besar! Omong saja sundul langit! Buktinya nol besar.
"Bunuhhhhh ... !!!!!" Si Mayat Hidup berteriak membesarkan semangat.
Tubuhnya yang tinggi kurus meluncur maju didahului senjata sekopnya,
mencangkul kepala Cu Liong yang berdiri tenang di tengah ruangan.
"Mampusssss ... !"
Golok besar Si Muka Singa pun tak mau kalah mendodel perut.
Orang-orang bertampang serem itu pun menggerakkan senjata mereka yang tinggal
separoh itu. Bersamaan dengan tosu tua yang menyerang dari atas bagaikan burung
garuda menyambar anak ayam. Pendeta berjubah abu-abu ini memegang sepasang belati
pendek di kedua tangan. Walaupun usianya telah uzur namun gerakan tosu tua itu masih
gesit luar biasa. Akan tetapi mereka semua sekarang sedang menghadapi seorang jago
muda yang baru saja namanya terangkat ke permukaan saking lihainya.
Perbuatan Cu Liong ketika di Hong-ma-cung telah terbukti bahwa pendekar muda
ini bukanlah pendekar katrolan belaka. Namun, betul-betul seorang pendekar yang lihai
e-bukugratis.blogspot.com
202 ilmu silatnya! Melihat datangnya serangan itu, Cu Liong melengking panjang dan
tubuhnya berputar cepat sambil menggerakkan senjata Hui-liong-to di tangan.
Tranggg-tranggg ... ! Crakkk-crakkk ... ! Crokkk! Desssss! Blekkk! Lima orang terlempar ke belakang dan tak bangun lagi karena nyawanya telah
menemui Giam-lo-ong, membuat laporan tentang perbuatan di dunia yang telah
dilakukan semasa hidupnya!
Memang hebat sekali pemuda itu. Ketika tubuhnya berputar tadi tangan kiri dan
kakinya masih dapat membantu serangan Hui-liong-to setelah senjata itu menangkis
serangan para pengeroyoknya. Sekarang yang tinggal hidup hanya Tosu tua bersenjata
sebuah belati di tangan kiri dan Mayat Hidup yang melotot memandangi gagang sekop
dwifungsinya, serta Si Muka Singa yang berwajah pucat seperti kertas!
Si Muka Singa ini mengelus dagunya yang telah bersih dari berewok kawatnya
karena kena dicukur senjata Si Pemuda!
"Hebaaaaattttt ... ! Luar biasa!" Nelayan Pantai Timur memuji.
"Sebelum kalian mati, cepat katakan di mana Iblis Seruni Ungu?" ejek Cu Liong
kepada ketiga lawannya. "Setannnnn!" umpat tosu tua sambil meludah.
"Baaa ... ngggsaaattt ... !" Si Muka Singa pun mengumpat gagap.
"Lebih baik mati daripada membuka rahasia!" Si Mayat Hidup menyumpah.
"Majuuuuu ... !"
Sebelum ketiga orang itu bergerak maju, tiba-tiba terdengar bentakan lantang,
"Tahaaannnnn!" Dan Nelayan Pantai Timur telah berdiri di depan ketiga orang itu.
"Tunggu sebentar, sabar! Lohu ingin mencari keterangan dulu."
"Bangsat tua apa maksudmu" Keterangan apa yang kau maui?" Si Muka Singa
sekarang memperlihatkan kegarangannya, walaupun di dalam hati telah hancur nyalinya!
"He-heh-heh, orang mau mampus saja kesusu. Sabar donggg!" Nelayan tua itu pun
tertawa mengejek. "Tahukah kalian di mana murid perempuanku" Seorang dara cantik
jelita bak bidadari. Hayo mengaku!"
e-bukugratis.blogspot.com
203 "Tua bangka gila! Siapa sudi mengurus muridmu segala. Di sini tidak ada tawanan
wanita! Minggirrrrr ... !" Tosu tua itu pun mendorongkan tangan kirinya ke depan.
Angin dingin menyambar dada nelayan tua, derunya cukup kuatl
"He-he-heh, mau mencoba ya" Baik sambutlahhhhh!" Nelayan Pantai Timur pun
mendorongkan sebelah tangannya menyambut.
Deeesssss ... ! Tosu tua berjubah abu-abu itu terlempar ke belakang menabrak dinding. Tubuhnya
melosot seperti kain basah ketika habis menabrak dinding, dari mulut tosu tua itu
mengalir darah segar dan sepasang matanya terbelalak tanpa sinar lagi!
Mampusss! Tenaga pukulannya membalik masih ditambah lagi dorongan tenaga sakti kakek
nelayan itu. "Cu Liong ampuni dua cecungguk itu, heh-heh-heh!" Nelayan Pantai Timur
mengajak pendekar kita pergi.
"Baik, Lociapwe!"
Cu Liong pun mengikuti Si Kakek keluar.
Baru dua langkah Cu Liong berlalu tiba-tiba dia membalik sambil menggerakkan
tangan kanan. Singgg ... Wirrrrr-wirrrrr ... !
Si Muka Singa dan Si Mayat Hidup terjungkal dengan tubuh tanpa kepala.
Selagi keduanya membokong dengan pukulan jarak jauh sambil melompat, tahutahu seleret sinar hijau melayang menyambar dan sebelum tahu apa yang terjadi,
kepalanya telah mendahului mencelat terkena sambaran sinar hijau!
Dua kepala meringis mernperlihatkan gigi tak rata!
"Uhhhhh, dasar penjahat! Dikasih ampun tak mau, ya sudah!" Nelayan Pantai
Timur mengejek. Sebentar saja kedua orang itu telah berloncatan meninggalkan tempat itu.
Api masih berkobar-kobar membakar ruangan depan, di mana biasanya untuk
tempat pelesir, memuaskan nafsu jalang!
e-bukugratis.blogspot.com
204 Memang Cu Liong menjadi marah melihat manusia-manusia tak tahu malu itu.
Maka untuk melampiaskan kedongkolannya dia membakar sarang maksiat itu. Untuk
mencegah tempat itu menjadi sarang iblis lagi. Akan tetapi dapatkah ini abadi selamanya.
Tidak mungkin! Setan telah turun ke atas dunia. Kuasa kegelapan telah melingkupi dunia seutuhnya
serta para manusia yang lemah iman, mereka mudah ditipu dengan bujuk rayu berupa
kenikmatan dunia yang hanya sementara ini. Dengan licik dan lihai sekali setan
memasuki pikiran manusia sehingga manusia selalu membenarkan semua tindakannya
dengan dalih yang muluk-muluk, mencari kebenaran semu dan memuaskan keinginan
pribadi. Semua ini masih ditambah dengan kebudayaan yang diwariskan dari para
penyembah berhala, pengabdi setan!
Sejak jaman dahulu hingga sekarang ini, terus saja kuasa kegelapan ini mencari
teman untuk penghuni neraka! Neraka di mana setan menjalani hukuman abadi! Kuasa
kegelapan ini tidak mau sendirian tinggal di tempat terkutuk itu, maka dengan segala
daya dan cara menjerat manusia agar mengikuti jejaknya! Yakni melawan Dia Yang
Kuasa, yang telah menciptakan Langit dan Bumi beserta isinya ini!
Bagi orang beriman, tak sedetik pun mau menuruti bujuk rayu dari iblis yang
terkutuk ini. Menyandarkan hidupnya sepenuhnya dalam lindunganNya. Dengan
melakukan apa yang menjadi perintahNya dan petunjukNya!
Mencari jalan lurus menuju Dia!
Banyak orang berusaha memadamkan api yang membakar Rumah Pelesir Seruni.
Namun, karena gedung itu memang sengaja dibakar Cu Liong yang menggunakan
minyak untuk membakarnya, maka semua usaha mereka itu sia-sia. Sehingga pagi hari,
api pun masih mengepulkan asap kehitaman!
Cu Liong dan Nelayan Pantai Timur kembali ke rumah penginapan. Keduanya
masuk melalui jalan dari mana tadi mereka keluar, yakni melalui jendela samping yang
menghadap ke jalan! "Wahhh, tak kusangka sama sekali bahwa ilmu kepandaianmu demikian hebat!
Ehhh, siapa yang mengajarimu" Apakah Liok Ing Gie sendiri?" Begitu tiba di dalam
kamar Nelayan Pantai Timur nerocos memuji Cu Liong.
e-bukugratis.blogspot.com
205 Li Cu Liong tidak ingin membuka rahasia tentang ilmu yang didapatnya dari
gurunya. Sambil bebenah Cu Liong menjawab, "Saya belajar dari kitab peninggalan Suhu,
Locianpwe." "Aneh ... " Ing Gie dapat dari mana kitab itu" Setahuku ilmu yang diandalkan hanya
permainan Golok Terbangnya" Kapan ya, ia menciptakan ilmu sedahsyat itu?" Nelayan
Pantai Timur mengerendeng seorang diri.
Sedangkan Cu Liong tidak menyahut sama sekali. Sibuk membungkus semua bekal
pakaiannya. Memang hari telah menjelang pagi. Sudah banyak orang berjalan di jalan
samping atau depan rumah penginapan apalagi dengan terbakarnya Rumah Pelesir Seruni
menjelang pagi tadi telah membuat penduduk kota tidak bisa tidur. Banyak yang keluar
untuk menyaksikan kebakaran itu.
Namun, jarang sekali orang-orang turun tangan membantu memadamkannya!
Setelah membayar sewa kamar pada kasir, Cu Liong bersama Nelayan Pantai Timur
menuju luar kota. Kakek itu mendesak Cu Liong menceritakan semua pengalamannya.
Cu Liong pun lalu menceritakan semua kejadian di Hong-ma-cung dan perjalanannya
mengejar tosu tua Sim Tok Tojin, penculik murid nelayan tua itu.
"Saya ingin mengejarnya ke Bukit Iblis, Locianpwe. Menurut murid pendeta
keparat itu, yakni Coa Sim Ok, Bukit Iblis terletak di perbatasan Shensi dan Shansi, dekat
dengan kota Delapan Dewa." Cu Liong menutup penuturannya.
"Hemmm, Bukit Iblis" Disambar geledekkkkk! Bangsat tua awas kau! Berani
mengganggu seujung rambut muridku, jangan salahkan aku kalau kuhancurkan tubuhmu
dan kucabut jantungmu untuk sembahyangan!" ancam Nelayan Pantai Timur.
Li Cu Liong menoleh. Geli melihat nelayan tua itu mencak-mencak tak tentu ujung
pangkalnya. "Bocah! Hayo cepat, kita ke sarang tua bangka keparat itu!"
Dan nelayan tua itu pun mendahului Si Pendekar Naga Terbang melesat ke depan.
Li Cu Liong segera mengerahkan seluruh kepandaian ilmu lari cepatnya mengejar
orang tua yang ternyata memiliki ilmu meringankan tubuh hebat itu. Sebentar kemudian,
nampak di kejauhan dua titik kecil melesat saling kejar.
--o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
206 Kota Delapan Dewa ... Sebuah kota besar yang terletak di perbatasan Propinsi Shensi dan Propinsi Shansi.
Apalagi di sebelah utara kota ada pelabuhan besar. Di mana aliran Sungai Kuning
melewatinya. Kota itu sangatlah ramai menjadi pusat perdagangan dan menjadi pula
tempat persimpangan dari empat kota besar sehingga tidak mengherankan apabila kota
Delapan Dewa sangatlah ramainya. Di setiap pintu kota, yakni di delapan penjuru ada
sebuah kelenteng. Anehnya lagi, kelenteng itu memuja dewa yang berbeda-beda sehingga
jumlah pintu itu membuat tiap-tiap kelenteng juga mempunyai sesembahan Delapan
Dewa pula. Siang itu keadaan di Kota Delapan Dewa bertambah ramai. Kedatangan tokohtokoh kang-ouw yang beraneka ragam itu membuat kota semakin semrawut. Apalagi
ketika datang pula perkumpulan-perkumpulan atau cabang-cabang persilatan dengan
membawa banyak anak buah mereka!
Kedatangan mereka ini di kota Delapan Dewa sehubungan dengan pengejaran
mereka terhadap Sim Tok Tojin, itu pendeta tua berjubah abu-abu yang menyaru sebagai
Pendekar Naga Terbang. Membunuh dan memperkosa banyak anak murid partai
persilatan dan perkumpulan-perkumpulan silat di daratan!
Pendeta tua itu melakukan aksinya dibantu oleh dua pendeta berjubah merah, yakni,
Takonaya dan saudaranya, Takonana! Dua pendeta ahli sihir dari tanah barat!
Di tengah keramaian para tokoh persilatan yang berdatangan di kota Delapan Dewa,
nampak seorang gadis berbaju merah berjalan seorang diri. Wajahnya kemerahan ditimpa
terik matahari musim kemarau. Merah sehat menarik. Menambah cantiknya!
Gadis muda itu bukan lain sisa dari Hoa-san Ngo-liong-kiam. Pendekar wanita dari
Hoa-san! Lie In Nio demikian nama dara berbaju merah ini, berjalan sambil menebarkan
pandang matanya ke kanan kiri. Ketika pandang matanya melihat tulisan besar rumah
makan di pinggir jalan, segera menujukan langkah kakinya memasuki rumah makan
tersebut. Seorang pelayan tua menyambut. Setelah memesan beberapa macam masakan
kepada pelayan itu, In Nio mengawasi pengunjung tempat itu dengan lirikan matanya
yang jeli. Ia merasa tidak ada yang dikenalnya di rumah makan itu, maka ketika pelayan
e-bukugratis.blogspot.com
207 rumah makan menghidangkan masakan pesanannya di atas meja, In Nio segera
menikmati masakan itu dengan tenang.
Selagi enak-enaknya In Nio makan siang, tiba-tiba kepala gadis itu ditarik ke
belakang dan tangan kanan yang memegang sumpit itu bergerak ke depan.
Singgggg ... ! Traakkk ... !!
Sebuah piauw terjepit di sumpit. In Nio menoleh ke arah luar rumah makan, namun
terlalu banyak orang berlalu la-ang sehingga ia tidak tahu siapa pelempar piauw itu.
Ketika ia meneliti, "Ternyata di piauw tersebut ada gulungan suratnya!"
"Bedebah! Berani betul menantangku!" Begitu habis membaca isi surat, In Nio
mengumpat lirih. Segera ia menyelesaikan makannya. Setelah membayar makanan pada kasir, In Nio
pun bertanya di mana letak Kuil Dewa Air! Pengurus rurnah makan memberitahu dengan
hormat. Setelah mengucapkan terima kasih, In Nio segera menuju ke utara!
In Nio memasuki Kuil Dewa Air. Baru saja ia melangkah masuk, seorang pendeta
cilik menyambutnya sambil menyodorkan surat.
"Lihiap pendekar dari Hoa-san, kan" Tadi ada seorang juragan gemuk menitipkan
surat, agar diserahkan Lihiap yang akan berkunjung ke mari."
"Terima kasih."
In Nio segera membaca isi surat. Kulit mukanya berubah kemerahan setelah
membaca habis isi surat tersebut dan sepasang mata bak bintang itu berkilat marah.
"Keparat! Dikira aku tak berani apa" Biar sampai ke ujung langit pun aku akan
mengejarmu!" Cepat ia membalikkan tubuh dan keluar dari pintu kota. Tak lama kemudian dara
berbaju merah ini telah berlari menuju sebuah bukit kecil.
Setelah memasuki sebuah hutan kecil, tibalah In Nio di lapangan luas di puncak.
Sepasang mata gadis itu meneliti ke sekeliling, namun tak nampak seorang pun manusia
di situ. "Bangsat pengecut! Ini aku telah datang! Tunjukkan ekormu babi gemuk!"
In Nio menanti, akan tetapi tak ada jawaban sama sekali. Ia merasa marah juga
karena dirinya merasa dipermainkan oleh pengirim surat tersebut. Setelah menanti cukup
e-bukugratis.blogspot.com
208 lama dan tak ada tanda-tanda akan kedatangan orang lain di tempat itu, ia pun lalu berniat
menuruni bukit. "Tungguuuuu ... ! Ha-ha-ha, ternyata anak murid Hoa-san bernyali naga. Mari, mari
ke sini, Manis. Ini mempelai laki-iaki telah tak sabar menanti, ha-ha-ha ... !" Coa Sim Ok
ketawa bergelak. Dan di belakang orang pendek gemuk seperti gentong ini nampak belasan orang
wanita cantik dengan senjata pedang di pinggang! Entah dari mana mereka ini datang,
tahu-tahu telah berada di puncak bukit tersebut!
"Babi tak berjantung! Sekarang Nonamu tak akan membiarkan kau lepas. Dari
tanganku! Bersiaplah ... !"
Dan tanpa menanti jawaban lagi, In Nio telah meluncur didahului senjata
pedangnya. "Haiiittt ... !"
Coa Sim Ok kaget juga melihat kegesitan dara baju merah ini, namun jago gendut
bekas Wakil Ketua Hui-liong-pang ini juga bukan orang sembarangan. Dengan manis ia
mengelak ke kiri dan begitu datang lagi serangan dari pendekar Hoa-san itu, ia pun
mencabut senjata menangkis.
Trangggg ... !! Bunga api berpijar. Dan kedua orang itu terlempar ke belakang. In Nio segera
meneliti pedangnya dan hatinya lega ketika senjatanya itu tidak rusak ketika beradu


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan golok besar milik Coa Sim Ok. Sedangkan Sim Ok yang bertubuh gendut pendek
itu pun tertawa bergelak ketika merasa bahwa tenaga dalam mereka berimbang. Cepat ia
menggelundung maju menyerang.
Dan In Nio lalu mainkan ilmu Ngo-heng-kiam ajaran Ketua Hoa-san!
Terjadilah pertarungan sengit di atas puncak. Sinar pedang panjang berkelebatan
dan menusuk-nusuk dengan kecepatan kilat, diimbangi dengan babatan golok yang
membacok, yang kadang diputar seperti payung putih keperakan depan tubuh pendek
gemuk. Belasan wanita cantik anak buah Cu Kiok Sianli atau Iblis Penghisap Sukma hanya
memandang pertarungan sengit itu dengan berdiri tenang membentuk lingkaran,
mengepung kedua orang yang sedang menyabung nyawa. Pandang mata kesebelas wanita
e-bukugratis.blogspot.com
209 itu tak pernah lepas dari kedua orang yang sedang berlaga itu. Akan tetapi, setelah
beberapa saat kemudian, belasan wanita itu memandang khawatir ke tengah medan laga.
Ternyata In Nio masih menang seusap dalam hal kelincahan dan kegesitan dari
lawannya, Si Gendut. Apalagi gerakan ilmu pedang Ngo-heng-kiam ciptaan Ketua Hoasan ini ternyata dapat juga dimainkan seorang diri. Akan tetapi tidaklah sehebat kalau
dimainkan secara berlima!
Pedang di tangan In Nio menusuk-nusuk dan menabas di sekeliling tubuh bundar
Sim Ok. Orang gendut ini pun rnenjadi kerepotan dalam mengikuti gerakan dara
berpakaian merah itu, tenaganya telah banyak terkuras dalam menggerakkan senjata berat
berupa golok tersebut. Sim Ok berusaha untuk menahan cecaran senjata lawan.
"Cepat bantu tangkap kuda binal iniiiii!" serunya.
Tanpa diperintah dua kali belasan wanita itu meluruk maju dengan pedang terhunus.
"Awaaaasssss! Jangan lukai dia! Tangkap saja hidup-hidup! Sayang kalau kulitnya
yang halus ... ter ... !"
Sim Ok cepat membanting tubuhnya menggelundung pergi. Hampir saja kepalanya
kena babatan pedang selagi dia memecah perhatian untuk memperingatkan belasan anak
buah Dewi Seruni Ungu! "Hampir sajaaa ... !" Sim Ok mengusap peluh dingin di dahi. Wajahnya pucat pasi.
Akan tetapi segera orang gendut pendek ini terjun kembali ke arena, membantu anak
buah Cu Kiok Sianli. Trangg-trangg-trakkkk ... !
Tuk-tukkk ... ! Dara berpakaian serba merah murid Hoa-san terkulai lemas. Pedangnya terlepas
setelah dapat menangkis beberapa pedang lawan wanita itu. Dalam keadaan yang tidak
menguntungkan, In Nio berusaha untuk menangkis golok Coa Sim Ok yang menyambar
dahsyat. Akan tetapi setelah mengeluarkan dencing nyaring, pedang In Nio terpental
karena tak kuat lagi tangannya menahannya. Selagi dia mengelak dari ujung pedang dua
orang wanita Cu-kiok-pang, tanpa sengaja mendekati orang gendut pendek. Coa Sim Ok
mana mau melewatkan kesempatan baik ini, dua kali tangan kirinya menyambar dan dara
berbaju merah itu pun terkena totokannya!
"Ringkus dia ... !!"
e-bukugratis.blogspot.com
210 Dua orang maju menelikung In Nio. Sambil tertawa kegirangan Sim Ok
memerintahkan belasan orang itu kembali. Namun baru beberapa tindak mereka
melangkah tiba-tiba berkelebat bayangan kecil.
"Tahannn! Lepaskan dara itu!" Terdengar bentakan nyaring. Seorang dara remaja
berdiri anggun, menghalangi jalan mereka.
Sepasang mata Coa Sim Ok bersinar. Penuh nafsu jalang melihat lekuk lengkung
sempurna dara cantik di depannya ini. Serasa ia pernah melihat perempuan cantik remaja
ini, entah di mana ia lupa lagi".
"Eh, ehh, ehhh, ada apakah manis" Mengapa menahan kami" Lebih baik kau ikut
saja aku, menikmati sorga dunia, ha-ha-ha ... !" Orang gemuk pendek ini memasang gaya
segagah-gagahnya di depan dara remaja cantik itu. Lagaknya persis seperti babi mencium
terasi! Bukannya gagah, malah sebaliknya!
"Siluman babi! Cepat lepaskan dia!" bentak Tan Gin Nio lantang.
"Kalau tidak kulepaskan, bagaimana ... ?" tanyanya mengejek.
Sebelum Tan Gin Nio menjawab, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari jauh.
"Nona di depan, jangan lepaskan babi gemuk tersebut! Dia murid Sim Tok To-jin
penjahat besar!" Mendengar ini, Gin Nio berubah keren mukanya. Sepasang matanya mencereng
kemerahan. Teringat ia kepada tosu penculiknya. Untung dia dapat ditolong seorang
pertapa tua. Yang ketika ditanya namanya hanya berkata sambil ketawa renyah.
"Sebut saja lohu ... San In Lojin!" kata kakek itu halus.
Ketika Gin Nio dilarikan Sim Tok Tojin bersama dengan pendeta gundul berjubah
merah Takonaya, tiba-tiba saja selagi keduanya meluncur cepat dan Sim Tok
memanggulnya berlari di depan, berkelebat bayangan putih dan di depan mereka telah
berdiri seorang kakek tua sekali.
"Hemmm, Sim Tok! Semakin tua perbuatanmu semakin jauh dari jalan kebenaran!
Lepaskan dara tak berdosa itu!"
"Siapa kau" Kenapa tahu siapa aku" Mau apa mengurusi pinto?" jawab Sim Tok
Tojin. e-bukugratis.blogspot.com
211 "Aku, aku siapa" Aku sendiri pun sudah lupa. Tapi yang terang Sim Tok,
kembalilah kau ke jalan benar. Kembalilah sebelum terlambat!" Jawaban pertapa ini
sungguh di luar dugaan kedua pendeta sesat itu.
"Tua bangka keparat!" Takonaya membentak sambil mendorongkan kedua tangan
ke depan. Nampak dari kedua tangan pendeta berjubah merah itu menyambar sinar
kehitaman. Tanpa ampun lagi orang tua itu menerima serangan bokongan tadi.
Cep-cep-cep ... !! Belasan jarum menancap di pakaian serba putih San In Lojin. Akan tetapi wajah
orang tua itu tetap tersenyum manis. Sepasang matanya memandang penuh damai!
"Takonaya, apakah gurumu mengajarimu untuk bertindak curang?"
"Iblisssss ... !" umpat pendeta gundul berjubah merah Takonaya gentar.
Sim Tok Tojin pun terkejut melihat kejadian depan matanya ini. Cepat tosu tua itu
mendorongkan tangan kanan ke depan, melancarkan pukulan jarak jauh. Jangan
dipandang rendah dorongan tangan tosu tua ini, tangan tosu yang berubah hitam itu
mengandung hawa beracun dahsyat. Baru angin pukulannya saja dapat menewaskan
lawan apalagi kalau telapak tangan itu mengenai dada, dapat dibayangkan akibatnya!
Desssss ... ! Sim Tok Tojin terpental ke belakang, Wajahnya berubah pucat dan sepasang
matanya terbelalak tak percaya. Tak mungkin ada manusia kuat menerima pukulan
tangan beracun darinya! Tosu itu pun mundur-mundur dan terus membalikkan tubuh
melarikan diri tanpa menengok lagi ke belakang. Lupa akan dara remaja yang tadi
dipanggulnya. San In Lojin tersenyum ketika melihat keduanya merat melarikan diri itu. Kakek itu
mengebutkan jubah dan jarum- jarum pun berguguran dari jubahnya. Lalu, pertapa tua ini
menggerakkan tangan kanan mengusap wajah Tan Gin Nio.
"Eh, di mana aku?" Begitu membuka mata murid Nelayan Pantai Timur bertanya.
Sepasang mata dara ini memandang curiga kepada kakek tua di depannya. Akan
tetapi begitu sepasang pandang matanya beradu dengan sinar lembut Si Kakek, Gin Nio
menunduk. "Gin Nio, kau telah terbebas dari sihir pendeta itu. Sekarang lebih baik kau ikut
Lohu." e-bukugratis.blogspot.com
212 "Ehm, untuk apa?" Dasar dara berwatak bengal. Gin Nio malahan bertanya ketika
diajak pertapa suci tadi.
"Hmmm, belajar menolak sihir dan ilmu-ilmu hitam, mau tidak?"
Entah bagaimana perasaan Tan Gin Nio berdebar senang mendengar ucapan kakek
yang tidak dikenalnya ini. Hatinya berbisik apa yang dikehendaki kakek ini pasti berguna
baginya. Tanpa sabar Gin Nio mengangguk-angguk bagaikan ayam makan padi.
"Heh-heh-heh, Babi gemuk, sekarang mau lari ke mana?" Begitu tiba di tempat itu
Thio Hwie Kian mengejek Coa Sim Ok mantan Wakil Ketua Hui-liong-pang.
"Seranggggg ... ! Bunuh kedua keparat ini!" Sim Ok mendahului menyerang.
Golok besarnya dibacokkan kepala Hwie Kian. Sedangkan sembilan wanita anak
buah Cu-kiok-pang itu pun tak ketinggalan menggerakkan pedang menyerang. Lima
orang menyerang wanita muda berwajah cantik luar biasa itu, dan keempat orang lainnya
membantu murid pendeta tosu kekasih guru mereka!
Sinar pedang berkilat-kilat melakukan serangan dahsyat!
Tranggg-tranggg-tranggg ... !!
Hwie Kian menggerakkan senjata mouw-pit besinya. Tubuhnya berkelebatan di
bawah hujan serangan. Dencing senjata beradu memekakkan telinga di puncak bukit itu.
Sedangkan kelima wanita anak buah Cu-kiok-pang yang bersenjatakan pedang itu pun
tidak mau kalah dengan rekan mereka. Senjata di tangan bergerak dengan ilmu silat
pedang yang ganas dan penuh tipu licik. Mengejar ke mana pun dara jelita itu berkelebat.
Akan tetapi, kiranya mereka sekarang menghadapi seorang dara yang memiliki ilmu
kepandaian luar biasa tingginya. Murid wanita Nelayan Pantai Timur ini setelah
mendapat gemblengan dari pertapa San In Lojin menjadi berlipat kelihaiannya. Dengan
tangan kosong saja menghadapi serangan kelima lawannya. Malah beberapa kali masih
dapat mengirim tamparan-tamparan menghajar wanita-wanita liar itu.
Plakkk-plokkkkk ... !! Dua orang terlempar dan pipi sebelah kanan terhias telapak tangan. Panas, pedih
sampai menusuk jantung! Mulut terasa hancur. "Cuhhhhh ... Cuhhhhh ... !!"
e-bukugratis.blogspot.com
213 Dan mata kedua wanita anak buah Cu-kiok-pang itu mengalirkan air mata. Begitu
meludah, gigi pun ikut keluar!
Ternyata tamparan gadis itu luar biasa ampuhnya!
Dengan dendam membara kedua wanita itu pun maju menyerang kembali. Gerak-an
pedangnya sekarang awut-awutan, seperti orang gila. Niat hati ingin mengadu nyawa,
dibunuh atau membunuh! Kedua orang anak buah yang menjaga tawanan itu pun melihat keadaan di dua
bagian ajang perkelahian itu, muka mereka pucat. Begitu keduanya saling pandang, maka
tanpa suara sama sekali dua orang itu membawa tawanannya ke balik batu dan lenyaplah
mereka teraling batu besar di puncak itu.
Tan Gin Nio masih sempat melihat pemuda tinggi besar bersenjatakan sepasang
mouw-pit besi. Melihat pemuda itu keteteran menghadapi keroyokan wanita murid atau
anak buah Cu-kiok-pang dan Coa Sim Ok. Cepat ia mengeluarkan seluruh kepandaiannya
dan dalam suatu kesempatan baik, tangan kanannya berhasil merampas sebatang pedang
lawan. Desssss ... ! Wanita itu pun mencelat dan muntahkan darah segar dari mulutnya. Tubuhnya
teientang memandang angkasa dengan sepasang mata kosong karena nyawanya telah
pergi menghadap Malaikat Elmaut!
Cringgggg ... ! Tranggg ... !
Blesssss ... ! Bleuuuggggg!!
Keempat perempuan cantik itu pun menyusul rekan mereka. Berpelantingan ke
sana-sini. Dua orang wanita masih berusaha bangun kembali, akan tetapi tiba-tiba
tubuhnya menekuk ke depan dan tengkurap tak bangun kembali!
Mampusss! "Jangan takut sobat! Tinggalkan babi gendut itu untukku!"
Langsung saja Tan Gin Nio menggerakkan pedangnya menyerang Coa Sim Ok.
Ketika itu, Coa Sim Ok sedang melancarkan serangan dengan golok besarnya
mendodel perut Thio Hwie Kian. Ini terjadi tatkala pemuda itu sedang menggerakkan
sepasang pit besinya untuk menahan serangan empat pedang anak buah Seruni Ungu.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya Thio Hwie Kian mendapat serangan tak tersangka ini.
e-bukugratis.blogspot.com
214 Dengan susah payah pemuda tinggi besar ini melempar tubuhnya ke belakang
menghindar. Namun, tetap saja golok besar itu mengejarnya.
Tranggggg ... ! Blukkkkk ... !
Coa Sim Ok terlempar karena pundaknya terkena tendangan terbang dara cantik
yang sedianya ingin dijadikan korban nafsu jalangnya itu. Sedangkan golok besarnya
menyeleweng ke samping dengan kecepatan tak terduga.
Crakkkkk ... !! Seorang wanita anak buah Cu-kiok-pang itu pun mengeluarkan jerit kematian ketika
dadanya termakan senjata golok di tangan Sim Ok.
"Keparattttt ... !" maki Sim Ok.
Sepasang matanya mencorong merah, penuh kemarahan setelah melihat kelima
wanita anak buah Cu-kiok-pang rebah malang melintang tak bergerak. Akan tetapi, di
samping rasa marah ini, terdapat pula rasa gentar!
Sedangkan ketiga wanita pembantunya tadi juga memandang ke sana-sini, dan
melihat rekan-rekan mereka telah menggeletak tak bernyawa. Sambil mengeluarkan
teriakan melengking, ketika wanita itu menyerang dara cantik tersebut.
Tranggg ... !! Tukkk-tukkk ... !! Dua orang menggeletak sambil mendekap dada ketika dua pensil besi Thio Hwie
Kian berhasil menotok jalan darah kematian di dada. Ini dapat terjadi karena kedua
wanita itu dalam kemarahannya tidak mempedulikan lagi pemuda tinggi besar yang
sedang telentang ketika tadi menghindar dari tusukan golok Sim Ok. Sedangkan pedang
wanita yang lainnya terlempar ke udara ketika pedang itu ditangkis murid wanita Nelayan
Pantai Timur yang menyalurkan Iweekang ke dalam mata pedangnya. Sebelum
perempuan itu dapat mengusai dirinya tiba-tiba sepasang matanya melotot lebar. Sinar
berkeredepan meluncur cepat ke arah dada tanpa dapat dihindarkan lagi!
Blesssss ... !! Dan darah mengucur keluar bagaikan pancuran air ketika pedang itu dicabut dari
dada korbannya. Desssss ... ! Tubuh wanita itu pun melayang ke belakang menuju Coa Sim Ok.
e-bukugratis.blogspot.com
215 "Gilaaaaa ... !" Sim Ok menggulingkan tubuh menghindar dari tubrukan tubuh
melayang itu. Begitu bangun orang gendut pendek seperti bola itu meloncat melarikan
diri. "Babi gendut, mau lari ke mana kau ... !"
Baru beberapa langkah Sim Ok berlari tiba-tiba orang gendut pendek itu
membalikkan tubuh sambil mengayun tangan kirinya ke belakang, serangkum jarum
berwarna hitam melesat ke arah pengejarnya.
"Haiittttt ... !"
Ting-ting-cringg-tingg! Bagaikan dua payung kecil mowpit besi itu diputar depan dada. Thio Hwie Kian
tidak menduga sama sekali akan kelicikan bekas wakil Hui-liong-pang ini. Maka ketika
tiba-tiba dirinya disambar sinar-sinar hitam halus itu dengan gugup ia memutar
senjatanya. Walaupun dia banyak meruntuhkan jarum-jarum itu tetap saja dua batang
jarum hitam menancap di pundak kanannya.
"Aduhhhhh ... !" Hwie Kian menjerit dan terguling.
Tan Gin Nio yang tidak menyangka sama sekali akan kejadian ini terlambat
menolong. Namun tubuhnya masih meluncur maju didahului ceceran pedang ke arah babi
gemuk Sim Ok, murid penculiknya itu!
Trangg-cringgg-trangg-cringgggg ... !!
Empat kali sudah Sim Ok dapat menangkis serangan pedang. Namun serangan yang
ke lima kalinya tak dapat dihindarkan lagi!
Croooookkkkk ... !! Pangkal lengannya terpapas buntung.
"Aduhhhhh ... !!"
Sim Ok pun terguling sambil menjerit-jerit seperti babi disembelih saking tak kuat
menahan rasa sakit! Tan Gin Nio melesat datang sambil menggerakkan tangan kirinya menotok. Sim Ok
dengan wajah pucat ketakutan berteriak keras. Maut datang menjemput di depan mata,
membuat orang gemuk pendek itu tak dapat mengontrol emosinya lagi!
"Tooooo ... looooongggggg ... !!"
Tuk-tukk ... ! e-bukugratis.blogspot.com
216 Sim Ok mendelik dengan tubuh kaku. Ternyata Tan Gin Nio hanya menotok roboh
orang gemuk pendek murid tosu bau penculiknya itu. Lalu cepat dia pun mendekati lelaki
gagah tinggi besar bersenjatakan mouw-pit. Dengan teliti ia memeriksa luka sambitan
jarum. Keningnya bergerak dan alisnya menaik ketika melihat kulit di mana jarum itu
menancap. Kulit putih itu berubah menjadi hitam sehitam arang!
"Keparat! Jarum beracun ... !"
Dengan sekali loncatan saja Gin Nio telah berdiri di samping Sim Ok yang kaku
tertotok. "Cepat serahkan obat pemunah jarum keparatmu! Awas kalau menipu aku" Jangan


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salahkan aku kalau kukerat kulitmu sekerat demi sekerat!"
Begitu selesai mengeluarkan ancaman, ia lalu membebaskan totokannya.
Coa Sim Ok mati kutu! Di samping masih merasakan sakit di pundak akibat tertabas pedang, ia pun tahu tak
mungkin dapat lari dari dara yang memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa ini. Dengan
cepat Sim Ok menggerakkan sebelah tangan untuk mengambil obat pemunah racun jarum.
Tan Gin Nio cepat menyambar bungkusan itu. Lalu tanpa membuang waktu ia
mencabut jarum hitam dan menaburkan bubuk putih di atas luka. Darah kehitaman
mengalir keluar begitu luka itu terkena bubuk putih, tak berapa lama kemudian kulit itu
pun kembali menjadi putih.
Setelah tahu bahwa pemuda itu selamat, Gin Nio lalu mendekati Sim Ok. Ketika itu
pula Thio Hwie Kian sadar dari pingsannya. Meraba pundak dan kaget ketiga melihat
darah hitam membasahi baju. Akan tetapi tak sedikit pun terasa nyeri lukanya itu
menandakan bahwa luka itu telah diobati. Penuh rasa syukur Hwie Kian memandang dara
cantik menarik yang sedang menanyai Coa Sim Ok.
"Babi gendut, kalau kau ingin tetap melihat matahari keesokan hari, cepat katakan
di mana gadis yang ditawan teman wanitamu tadi" Jangan menunggu aku habis sabar.
Kalau kau tak mengaku, jangan anggap aku kejam kalau kau kusiksa sehingga untuk mati
pun kau tidak akan dapat!" ucapan ini lirih merdu.
Namun, dalam pendengaran Coa Sim Ok menjadi lain sekali penuh ancaman dan
dingin menakutkan. "Tolong tanya sekalian di mana markas gurunya, Nona!" Teriak Hwie Kian.
e-bukugratis.blogspot.com
217 Tan Gin Nio menoleh, tersenyum manis ketika melihat pemuda tinggi besar itu
telah sembuh sama sekali. Lalu kembali ia menatap sepasang mata sipit milik Si Gendut.
"Kau dengar apa ucapan pendekar muda itu" Hayo ceritakan sekalian!"
"Ampuuunnnnn ... !!" Sim Ok merintih.
Dasar pengecut, di mana-mana sama. Selalu menindas yang lemah dan menjilat
yang lebih kuat! "Tawanan itu tentu dibawa ke Bukit Iblis. Itu bukit yang menjulang tinggi di sana.
Bukit berbatu yang kelihatan hitam menyeramkan. Suuu ... huuu juga berrr diiiii ...
aaammm di sanaaaaa ... ! Tolonggggg ampuniiiii ... aaaaa ... duuuduuuuuhhhhh!!"
ratapnya kembali. "Pengecut!" "Bunuh saja babi pengecut tiada guna ini" Sebal aku melihat roman mukanya!" seru
Hwie Kian. "Jaaaaa ... ammmpunnnnn ... tooooo ... dduuu ddduuuhhh!!"
"Hayo antarkan kami ke sana! Bangunnn ... !!"
Tan Gin Nio menggerakkan kaki kecilnya.
Dukkk!! Tubuh Sim Ok terlontar ke udara dan totokan di tubuhnya telah terlepas kembali.
Dengan tubuh gemetaran orang gendut seperti bola ini menuju ke Bukit Iblis, bukit yang
menjadi benteng pertahanan terakhir gurunya!
Kita tinggalkan Coa Sin Ok yang mengantar dua teruna pendekar yang
menodongnya dan memaksanya mengantarkan ke Bukit Iblis yang menjadi sarang Sim
Tok Tojin yang menjadi penculik Tan Gin Nio, serta pendeta biadab yang melakukan
perkosaan dan pembunuhan itu.
Marilah kita melihat keadaan di atas bukit di mana terdapat sebuah kuil raksasa
peninggalan kuno. Letak kuil itu sangatlah strategis sekali. Berada di ujung puncak di
mana di kanan kirinya nampak membentang jurang yang tak terukur dalamnya.
Sedangkan di belakang kuil terdapat bukit kecil sebagai benteng dari belakang apabila
diserang musuh. Benteng berbatu yang tak mungkin dapat dinaiki oleh sembarang orang
karena terjal dan curamnya!
Jauh di depan kuil nampak barisan batu-batu besar yang diatur secara nyeni!
e-bukugratis.blogspot.com
218 Penuh keindahan dan aneh!
Sepertinya batu-batu itu prajurit yang menjaga kuil terus-menerus tak kenal lelah,
baik panas maupun hujan! Siang atau malam tetap setia menjaga kuil. Jangan dipandang rendah batu-batu yang
diatur nyeni tersebut. Banyak sudah tokoh kang-ouw yang tewas di barisan batu yang
merupakan sebuah tin yang menyesatkan. Apabila kebetulan dapat masuk sampai di
tengah barisan batu, orang akan menemui serangan dari sesuatu yang tak dapat diterima
dengan akal sehat! Karena apa" Dia akan berhadapan dengan alam khayal penuh misteri! Penuh pesona daya
menyesatkan dari ilmu hitam!
Di lapangan luas depan kuil jangan dianggap mudah untuk melewatinya, salahsalah tubuh terjeblos dalam lubang penuh ular dan penuh tombak runcing dengan ujung
kehitaman karena racun jahat! Ini semua masih ditambah tempat itu dapat dijangkau
serangan anak panah dari tembok pagar benteng yang tinggi yang baik sekali untuk
menahan pasukan yang berapa banyaknya pun!
Apalagi dari kanan kiri kuil, terang tak mungkin untuk orang mendaki naik. Selain
tiada jalan sama sekali juga merupakan hal langka kalau mau menyerang ke sana dengan
mendaki jurang! Sedangkan jalan masuk masih dapat dilewati secara enak dari bawah
bukit! Di belakang kuil nampak area besar dari batu. Bentuknya seperti kepala kambing
dengan tanduk yang melingkar-lingkar aneh. Sedangkan di bawahnya nampak batu
memanjang berwarna kehitaman yang halus permukaannya. Setinggi perut orang dewasa.
Nampak pula rantai-rantai kecil bergelang aneh. Entah untuk apa benda tersebut di
tempat itu" Apa untuk latihan samadhi atau untuk berlatih sinkang"
"Suhu, ampunnnnn. Kami berusaha membawa tawanan ini."
Dua orang wanita yang membawa Lie In Nio murid wanita Hoa-san, mohon ampun
kepada Sim Tok Tojin yang duduk di kursi batu di atas undakan dalam ruang tengah kuil.
Kedua wanita itu membentur-benturkan dahinya ke ubin.
"Ke mana itu muridku" Sampai sekian lama belum juga dia nongol" Siapa lelaki
e-bukugratis.blogspot.com
219 perempuan yang kalian keroyok tadi?"
"Ammmpunnn ... kami berdua tidak tahu. Kami hanya tahu bahwa pemuda itu
bertubuh tinggi besar dan berwajah tampan menarik ... " Salah seorang menjawab cepat
dan gugup. "Keparattttt! Memuji lawan malah! Perempuan sundelllll!" maki Sim Tok marah.
"Dasar murid Cu Kiok, perempuan doyan lelaki!"
Sedangkan seorang pendeta gundul berjubah kemerahan nampak mendengarkan
ucapan itu penuh perhatian. Mengingat-ingat siapa pemuda bersenjatakan sepasang pit
besi. Namun sebelum pendeta itu menemukan jawaban, tiba-tiba terdengar suara merdu
dari luar ruangan. "Hik-hik-hikkk ... yang perempuan sundelll" Yang lelakinya apaaa" Hi-hi-hi, Sim
Tok, jangan asal membuang angin busuk! Kalian dapat menikmati semua kebutuhan
kalian di tempat kediamanku, sedangkan aku dapat apa" Paling-paling daging alot kalian
berdua, hi-hi-hik ... !"
Berkelebat bayangan ungu dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang wanita cantik
berkulit putih mulus dan bertubuh tinggi semampai. Bentuk tubuhnya mengguncangkan
iman pria yang kuat sekali pun. Sepasang matanya bersinar tajam penuh tantangan dan
menjanjikan seribu janji bagi lelaki yang doyan perempuan! Sedikit lidah kemerahan
nampak menjulur keluar indah sekali ketika wanita itu menjilat bibirnya yang merah.
Siapakah wanita ini"
Dia bukan lain Ketua Cu-kiok-pang atau Dewi Seruni Ungu yang di dunia kangouw dapat poyokan Iblis Penghisap Sukma!
Seorang iblis yang membunuh laki-laki ganteng, dibunuh setelah diambil sari
perjakanya sepuasnya! "Dasar perempuan doyan keluyuran! Sekarang bagaimana coba ... ?" Sim Tok
menegur. "Bagaimana apanya?"
"Tentu saja menahan musuh! Kalau tidak apalagi?" tegur Sim Tok Tojin mengkal.
"Kalau itu yang kau tanyakan" Sialannn! Sampai-sampai rumah penghasil uangku
hancur gara-gara ulahmu ... I" Cu Kiok Sianli menjawab sewot.
e-bukugratis.blogspot.com
220 "Kenapa kita malah bertengkar sendiri! Apa tidak lebih baik kalau kita menyusun
siasat baru untuk menghadapi kurcaci-kurcaci itu?" Pendeta gundul berjubah merah
Takonaya mencela. Memang melihat ulah teman baiknya dan perempuan bahenol yang juga menjadi
kekasih atau teman tidur dikala senggang itu, pendeta ini menjadi jengkel juga. Musuh
telah siap depan mata dan kedua pucuk pimpinan ini malah bertengkar.
Apa tidak gilaaaaa" "Heh-heh-heh, sabar. Lohu hanya ingin mengetahui gerakan musuh sekarang ini.
Menurut keterangan kedua murid Cu-kiok-pang tadi, di sebelah timur bukit datang dua
orang pendekar menyatroni Sim Ok dan belasan murid perempuan dan sekarang yang
pulang hanya dua bocah itu sambil membawa budak perempuan murid Hoa-san itu.
Sekarang Lohu ingin meminta bantuan untuk melihat keadaan di sana, ha-ha-ha." Sim
Tok Tojin ketawa bergelak untuk menutupi rasa tidak enak hatinya.
"Kenapa kalian tidak cepat pergi" Cepat beritahu kawan-kawan kalian dan suruh
berjaga lebih ketat!" Dewi Seruni Ungu membentak dua orang muridnya.
Kedua orang wanita yang masih berlutut itu menjura mengucapkan terima kasih dan
berlalu dari ruangan itu dengan hati terasa ringan. Untung Ketua mereka telah datang
kalau tidak entah apa hukuman yang bakal diterima dari pendeta tua berjubah abu-abu itu.
Begitu kedua anak murid Cu-kiok-pang telah tidak nampak, ketiga pucuk pimpinan
itu saling pandang. Dewi Seruni Ungu melangkah mendekati pendeta gundul Takonaya
dan merangkul pinggang pendeta jubah merah itu. Bibirnya yang merah membasah
mencium kepala gundul penuh nafsu. Sim Tok Tojin yang melihat adegan ini hanya
terkekeh dan memandang murid perempuan Hoa-san yang masih menggeletak di lantai.
"Untuk menambah daya kekuatan sihir kita, besok tepat di malam purnama pinto
akan mengadakan persembahan Darah Suci Perawan pada junjungan kita!" katanya lirih
sambil memandang angkasa, melihat bulan yang bersinar di malam itu.
"Hi-hi-hik, lebih baik aku menikmati daging alot daripada tidak sama sekali."
Cu Kiok Sianli pun mengikik sambil menarik pendeta Takonaya menuju ke ruangan
dalam. e-bukugratis.blogspot.com
221 Sim Tok Tojin menoleh pun tidak. Sudah hapal tosu tua ini dengan kesenangan
kekasihnya yang cantik cabul itu. Maka ia pun lalu mengangkat tubuh Lie In Nio ke
pundaknya dan dengan wajah berseri menuju ke belakang di mana altar batu berada.
--o0o-- Bagaikan semut digebah dari sarang, orang-orang berbagai perkumpulan itu
menaiki bukit berbatu. Bukit Iblis sarang terkutuk!
Telah tiga hari lamanya mereka mencari jalan mendaki. Namun tetap saja belum
ketemu jalan yang mudah untuk mendaki Bukit Iblis. Akhirnya secara kebetulan saja
salah satu rombongan itu menemukan jalan setapak menuju puncak. Sambil berteriakteriak keras majulah mereka ke puncak.
Mendaki dengan susah payah di jalan berbatu!
Hati terasa mantap melihat begitu banyak rekan bersama mereka memburu penjahat
kejam di atas bukit. Namun perjalanan ke puncak bukit itu tidaklah semulus perkiraan
mereka setelah menemukan jalan setapak. Ternyata jalan itu pun bukan jalan umum
seperti perkiraan semula. Tiba-tiba terdengar jeritan mengerikan di depan, di mana
nampak tiga orang terperosok lubang jebakan!
"Hati-hati! Menyebarrrrr ... ! Pasang mata kalian lebih teliti, di sini banyak
jebakan!" Teriak salah seorang pemimpin rombongan.
Maka mereka pun mendaki terus dengan hati-hati. Ketika mereka melewati lubang
jebakan di mana ketiga orang itu terjebak, wajah orang-orang menjadi beringas di
samping ngeri! Beringas karena marah dan ngeri melihat tubuh ketiga orang itu disate tombaktombak dengan ujung menghadap ke atas!
"Aaaaa ... !!" Kembali lima orang tergelincir masuk jurang ketika batu yang dinaikinya
menggelinding. Ternyata batu itu pun jebakan pula!
"Goblokkkkk! Tololllll ... !" umpat kepala rombongan sambil meloncat ke lain batu
di depan dan ... " e-bukugratis.blogspot.com
222 Bruuukkkkk! Ketika tanah yang diinjak kedua kakinya amblas. Batu itu pun turut amblas ke
dalam tanah dan sebelum pemimpin rombongan ini dapat menguasai rasa kagetnya, tibatiba dari sekelilingnya menyembur asap hitam.
"Ssssshhhhh ... ! Aaaaauuuuu ... tooobaattttt!"
Sepi! Sepi lengang setelah teriakan laki-laki brewok itu lenyap. Tatkala asap hitam
tersapu angin, nampaklah orang brewok itu menelungkup dengan tubuh berubah hitam
akibat racun dahsyat. "Hiiiii ... !!" Beberapa orang bergidik. Penuh kengerian!
Namun segera terdengar teriakan memberi semangat dari samping kiri. Di mana
mendaki pula rombongan lain. Akan tetapi agaknya pendakian di tanah berbatu di
tempatnya agak berkurang bahayanya. Melihat itu, tentu saja mereka berusaha mendekati
tempat itu dan mencontoh rekan-rekan mereka maju ke atas.
Banyak sudah korban jebakan rahasia di Bukit Iblis. Puluhan orang tewas secara
mengenaskan! Namun, tetap saja masih ada puluhan orang dengan semangat membara
mendaki naik. Dia bawah puncak pun masih kelihatan rombongan lain.
Rombongan di belakang ini agaknya dipimpin pula oleh orang sakti. Gerakan
mereka mendaki bagaikan kera-kera, gesit dan lincah, cepat sekali melewati anak buah
perkumpulan yang datang berbondong tadi. Ketika melewati mayat-mayat akibat jebakan,
pandang mata mereka tidak menunjukkan rasa keder sedikit pun malahan pandang mata
mereka nampak berkilat penuh nafsu membunuh. Tak berapa lama kemudian tibalah
mereka di barisan batu depan kuil.
"Tunggu sebentar!"
Ketika dua orang ingin memasuki barisan batu orang brewok itu pun menegur.
Suara keren dan mantap berwibawa.
Bagaikan pemain akrobat saja dua orang berpakaian serba hijau itu melompat ke
belakang membuat poksai. Mo Sin Kou pemimpin rombongan orang berbaju hijau anak buah Kera Sakti,
meneliti kedudukan batu-batu besar itu penuh perhatian. Sebagai seorang yang sudah
e-bukugratis.blogspot.com
223 banyak mengelana di kang-ouw, Mo Sin Kou curiga melihat ada batu-batu besar ditata
demikian aneh tidak sewajarnya itu.
"Kenapa tidak lekas maju" Hayo serbuuuuu! Itu tembok kuil telah nampak!" Tibatiba terdengar suara lantang dari belakang.
Ternyata rombongan orang-orang perkumpulan kang-ouw itu telah datang
menyusul. Dari belakang orang-orang itu keheranan melihat orang berseragam hijau itu
hanya berdiri di barisan batu. Maka mereka mendesak maju melewati orang berseragam
hijau memasuki barisan batu.
"Hiii, tahan! Hati-hati jebakan!" Mo Sin Kou memperingatkan.
Terlambat! Beberapa orang telah memasuki barisan batu dengan bergerombol sambil berteriakteriak membesarkan semangat juang!
Tanpa mempedulikan teriakan tadi mereka menyelinap dari celah-celah sempit batu.
Sebentar saja puluhan orang telah hilang tertutup batu.
"Kita menyusul mereka, Toako?" tanya salah seorang lelaki kurus baju hijau.
"Tunggu! Barisan batu ini tak boleh dibuat gegabah."
Mo Sin Kou memandang ke kanan kiri. Tak lama kemudian tubuhnya berkelebatan
menuju ke atas batu tebing tinggi. Dari atas batu tinggi itu Mo Sin Kou mengawasi ke
dalam batu barisan. Dengan senjata terhunus anak buah perkumpulan itu menyelinap di antara sela-sela
batu yang ditata aneh. Namun sebentar saja mereka kebingungan sendiri. Jalan yang
semula ada celahnya itu ternyata buntu! Tak sedikit pun celah nampak! Selagi mereka
kebingungan dan hendak balik kembali mendadak saja mengepul asap kehitaman dari
bawah batu! "Awasssss! Asap beracunnnnn!"
Terlambat! Beberapa orang telah kena hisap asap yang menyembur mendadak tadi.
"Akkhhhhh! Akkhhhhh!"
Beberapa orang roboh dengan wajah berubah hitam sambil mendekap leher orangorang itu terjungkal mati! Beberapa orang berusaha menahan napas dan menghindar.
Namun menghindar ke mana" Jalan yang mereka masuki tadi telah hilang dari pandang
e-bukugratis.blogspot.com
224 mata" Dengan gugup dan kebingungan mereka menyerang kalang-kabut dalam gumpalan
kabut hitam. Tetapi senjata mereka hanya menghantam batu-batu saja. Akhirnya tak kuat
juga mereka menahan napas terus-menerus sekali mereka mengambil napas, asap beracun
pun menyerbu masuk dan meracuni mereka. Berjatuhanlah semua ke tanah berbatu
dengan nyawa meninggalkan tubuh berubah hitam itu.
Mo Sin Kou yang melihat kejadian itu dari atas menjadi pucat mukanya.
"Betul-betul berbahaya ... !" desisnya lirih.
Ketika pandang matanya dialihkan ke lain bagian, tiba-tiba sepasang mata Sin Kou
mencerong ponuh kemarahan! Di dalam barisan batu di lain tempat, nampak puluhan


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang berusaha mendaki batu yang menghalang jalan masuk mereka. Baru saja dua orang
berdiri di atas batu dan berusaha menarik temannya, tiba-tiba bcrkelebat sinar keputihan
menabas. Crakkkkk ... ! Tasssss ... !
Dua kepala menggelinding ke bawah.
Belum juga hilang rasa kaget mereka karena temannya tertabas kepalanya.
Terdengar desir anak panah menyerangnya dari delapan penjuru. Entah bagaimana bisa
terjadi" Tetapi nyatanya hal itu terjadi!
Serrr-siut-siut-siuttt ... !!!
Cap-cap-cap-cappp ... ! Ting-tang-ting-cringgg ... !!
Walaupun ada beberapa batang anak panah dapat tertangkis runtuh, namun saking
banyaknya hujan anak panah tersebut akhirnya mereka terjungkal dengan sbuh menjadi
sarang anak panah. Malah ada pula yang kena sebelah matanya dan anak panah itu
menembus ke dalam otak! Dalam tempo tak berapa lama kemudian kesunyian telah merambah barisan batu.
Tinggallah mayat-mayat penuh anak panah tergelimpang di sana-sini di atas batu kecilkecil. Darah merah mengalir dari luka-luka akibat anak panah yang nenembus tubuh!
Bersambung jilid X --o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
225 Jilid X "Sungguh berbahaya ... !"
Sin Kou melayang turun. Dengan pelan berusaha menceritakan penglihatan yang baru saja dipandang di
tengah barisan batu. "Semua binasa! Tak mampu memasuki barisan batu aneh ini" Di dalam masih
terdapat jebakan dan orang-orang siap membokong siapa yang nekat masuk!"
"Lalu bagaimana" Apa kita menanti di sini selamanya?" tanya seorang kang-ouw
yang membawa senjata mengerikan berupa golok besar yang punggung goloknya bergigi
tajam! "Kuhancurkan batu-batu keparat ini!"
Tanpa menanti jawaban lagi tubuhnya meloncat tinggi sambil mengayun golok
besarnya. Tranggggg ... ! Dan tubuh yang tinggi besar itu terlontar kembali. Begitu kedua kakinya mendarat,
mulutnya mengumpat panjang pendek!
"Bedebah! Bukan batu gunung kiranya" Melainkan besi, keparat ... !"
"Hahhhhh" Besiiiii" Yang benar saja!" Salah seorang maju ke depan untuk
membuktikan. Jari-jari tangannya mengetuk-ngetuk batu tersebut. Setelah puas ia lalu
kembali lagi. Baru berjalan beberapa tindak.
"Aduhhhhh ... !"
Dan tubuhnya melengkung ke depan terus tersungkur. Tangan yang tadi digunakan
mengetuk-ngetuk telah berubah menghitam akibat racun jahat! Sebelum orang tiba
menolong, setelah mengeluarkan jerit memilukan mampuslah ia.
Teman-temannya mendelong melihat kejadian ini!
Sungguh tidak mereka sangka sekali bahwa batu-batu itu ada yang dipoles racun
demikian jahat! "Tahaaannnnn! Harap para Saudara tidak melakukan sesuatu dengan gegabah.
Telah banyak korban yang berjatuhan akibat terlalu terburu nafsu! Lebih baik sekarang
e-bukugratis.blogspot.com
226 kita berunding bagaimana sebaiknya untuk melalui barisan batu aneh ini?" Mo Sin Kou
mencegah orang-orang yang marah itu nekat hendak memasuki barisan batu.
Mereka saling pandang dan berbisik-bisik antar teman masing-masing sehingga
terdengar suara memberengeng bising!
Akan tetapi belum juga dapat memecahkan jalan masuk ke dalam barisan batu!
"Kenapa semua berhenti di sini" Apakah ada lawan tangguh menanti dalam barisan
batu itu?" Tiba-tiba terdengar suara lantang dari belakang.
Ketika semua orang menoleh, nampak dua sosok bayangan besar dan kecil
mendatangi cepat sekali. "Saudara Thio Hwie Kian ... !" Mo Sin Kou berseru girang. Menyapa lelaki tinggi
besar murid Pelajar Sinting So Kian Kun.
Di samping pemuda tinggi besar ini berjalan seorang dara cantik jelita. Usianya
masih belasan tahun, namun ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan ketika mendaki
bukit sungguh luar biasa!
Perempuan muda itu bukan lain adalah Tan Gin Nio, murid Nelayan Pantai Timur!
"Wahhh, celaka Saudara Thio. Barisan batu ini sungguh sukar ditembus masuk.
Banyak sudah korban dalam barisan itu. Sekarang bagaimana baiknya, tolong Saudara
Thio memberi petunjuk," pinta Sin Kou kepada pemuda tinggi besar yang baru datang.
"He-he-he, terang saja kalian tidak dapat masuk. Barisan batu itu bukan sembarang
orang yang membuatnya. Sudah ratusan tahun menjadi benteng di tempat ini sehingga
banyak sudah korban karena orang tersesat memasuki batu dan tidak dapat keluar lagi.
Itulah sebabnya bukit ini dimakan Bukit Iblis!"
Hwie Kian lalu menceritakan sedikit riwayat bukit itu. Ini dapat diceritakan oleh
Hwie Kian bukan karena anak muda ini tahu sejarah bukit tersebut, melainkan dari Si
Pendek Gemuk, itu Wakil Ketua Hui-liong-pang yang telah ditendang pergi!
Yaitu Coa Sim Ok, murid kesayangan Sim Tok Tojin!
Tan Gin Nio yang curiga kepada dua wanita yang menawan seorang gadis
berpakaian serba merah murid Hoa-san itu segera mengompes Sim Ok. Tadinya orang
gendut pendek seperti bola itu tidak mau membuka mulut mengaku. Namun, setelah
gadis itu menotok dua kali di pinggangnya, segera saja Sim Ok menjerit-jerit menahan
sakit. e-bukugratis.blogspot.com
227 "Baik-baik, aku mengaku! Tolong bebaskan akuuu ... tolonggg ... !"
Maka seluruh rahasia jalan menuju kuil di atas bukit itu diberitahukan kepada dua
teruna jagoan itu. Namun sayang, ketika mendapat kesempatan sedikit saja, Sim Ok
berusaha untuk merat melarikan diri melalui sebuah jalan rahasia di balik gunung di
sebelahnya berdiri. Namun Tan Gin Nio yang masih memegang pedang melihatnya.
"Bangsat gendut! Jangan lari ... !" bentaknya nyaring dan tangan kanan Gin Nio
bergerak ke depan. Singgggg ... ! Crooottttt ... !!
Pedang itu pun menembus punggung Sim Ok yang penuh gajih, sampai ke gagang
pedang. Tubuh Sim Ok terjerembab ke depan dan nyawanya telah melarikan diri,
menghadap Giam-lo-ong untuk terima hukuman!
"Mari kita cepat ke sana! Kita buktikan omongan babi gendut tadi."
Thio Hwie Kian mengajak dara cantik itu menuju bukit di mana Sim Tok Tojin
sembunyi. "Baik!" Tan Gin Nio lalu melesat seperti terbang menuju ke Bukit Iblis.
Thio Hwie Kian cepat mengejar. Ia mengerahkan seluruh ilmu meringankan
tubuhnya untuk mengejar dara cantik luar biasa itu. Namun tetap saja ia tidak dapat
menyusul larinya Gin Nio. Maka tanpa malu-malu lagi ia berteriak memanggil.
"Nona di depan, tungguuuuu ... !"
Gin Nio menoleh dan memperlambat larinya. Thio Hwie Kian datang menyusul.
Dengan napas memburu pemuda ini menjura kepada Gin Nio.
"Nona sungguh lihai. Boleh aku mengenal nama besar Nona" Aku she Thio,
bernama Hwie Kian. Murid Soo Kian Kun, Suhu ... "
"Siucai Sinting ... ! Hi-hi-hi, ternyata murid pelajar aneh itu. Hi-hi-hi," Tan Gin Nio
terkekeh geli mendengar pemuda tinggi besar ini adalah murid Siucai Sinting, orang tua
aneh berpakaian sastrawan itu. "Aku bernama Gin Nio, margaku Tan. Kakek Nelayan
dari Pantai Timur adalah pembimbingku, ha-ha-ha."
"Wuaaaaahhhhh, kiranya murid Nelayan Pantai Timur Locianpwe!" Mulut Thio
Hwie Kian melongo dan sepasang mata pemuda tinggi besar ini terbelalak terpesona!
e-bukugratis.blogspot.com
228 "Sudah, ah, jangan memandangku seperti itu" Apa aku begitu menakutkan,
rupaku?" "Menakutkan" Tidak, oh, tidak, menakutkan! Malah cantik jelita sekali!" Hwie
Kian tak terasa lagi memuji penuh kagum kepada dara yang baru pertama kali
dijumpainya ini. "Idihhhhh, genit ah, kamu!" Gin Nio tersipu malu.
"Berani sumpah tujuh turunan aku! Apa yang kuucapkan tadi benar semata. Tidak
ada maksud sedikit pun mencela atau memuji-muji kosong." Hwie Kian menunjukkan
roman sungguh-sungguh dan serius sekali melihat pandang mata Si Jelita.
"Ihhh, rayuan gombal!"
"Benar! Aku tidak merayu, betul-betul apa adanya."
"Sudah! Sudah! Hayo cepat kita ke sarang iblis tua itu."
Gin Nio berkelebat menuju Bukit Iblis.
"Tunggu ... ! Nona Gin Nio jangan tinggalkan aku!"
Hwie Kian kembali mengejar. Akan tetapi sekarang pemuda tinggi besar itu tak
usah kecontalan (bersusah payah) merendengi lari Gin Nio sebab dara itu berlari biasa
saja. Dara ini ingin menjaga supaya pemuda itu dapat menyamainya berlari mendaki
bukit! Dan secara kebetulan saja keduanya melihat orang-orang berkerumun di belakang
batu, berjajar semacam barisan, depan kuil!
Maka Thio Hwie Kian segera bertanya dari kejauhan.
Setelah melihat jenazah korban racun itu, Thio Hwie Kian segera berkata lantang.
"Saudara harap mengikuti aku! Jangan sampai salah melangkah! Sekali salah langkah
mautlah hadiahnya, ha-ha-ha!"
Dasar murid Siucai Sinting, Hwie Kian sedikit banyak menulari watak gurunya
yang angin-anginan. Sedangkan Gin Nio hanya diam saja melihat ulah pemuda tinggi besar itu. Semua
orang bersorak keras, sorak kegembiraan! Sebelum Hwie Kian melangkah memasuki
benteng batu berupa barisan itu, nampak sesosok tubuh langsing mendahului masuk.
"Heiii, Nona tungguuuuu ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
229 Pemuda tinggi besar ini pun segera memasuki barisan batu. Di belakangnya segera
memburu orang-orang kang-ouw yang ingin segera membalas dendam kepada penghuni
kuil yang telah banyak mendatangkan korban di antara teman-teman mereka.
Untung sekali bahwa yang berjalan paling depan adalah murid Nelayan Pantai
Timur dan Hwie Kian murid Siucai Sinting, yang juga memiliki ilmu kepandaian
lumayan tingginya. Kalau tidak, walaupun mereka dapat melalui barisan batu sampai
hampir ke tengah sudah dapat dipastikan bahwa korban jatuh tentu tak terhitung
banyaknya lagi. Mungkin mereka akan mampus semua di tengah barisan batu akibat
bokongan murid wanita Cu-kiok-pang!
Beberapa kali Gin Nio dan Hwie Kian bergerak cepat mendahului para pembokong
itu. Pendengaran kedua pendekar muda ini telah mencapai taraf yang sudah mendekati
sempurna. Maka selalu mendengar desah napas di balik batu atau dalam batu buatan itu
dan dengan pukulan jarak jauh, maupun totokan pit besi, kedua pendekar muda itu dapat
menghancurkan para penghalang mereka.
Akan tetapi tak urung keduanya terkejut juga ketika mendengar suara keras saling
bantah di balik batu besar yang menutup jalan di depan mereka. Penuh perhatian
keduanya mendengarkan ucapan saling tuduh menyalahkan itu!
"Dasar pelajar gagal! Mulut sih gampang dibuka. Nyatanya" Nyatanya mana" Kita
terkurung di sini tiga hari tiga malam! Sialannnnn ... !"
"Pengemis bau! Jangan asal keluar angin busuk saja" Sejak semula sudah kubilang,
"kita tunggu yang lainnya", namun kau pengemis tak sabaran ini selalu mendorongdorongku. Mengatakan aku takut segala! Tidak tega lagi ... !"
"Benar kan" Kau pasti tidak tega kepada mantan kekasih hatimu itu. Ngaku saja
terus terang ... heh-heh-heh!"
"Tidak tega gigimu itu! Tinggal dua saja tak mau copot-copot! Seperti gigi tikus
buntung!" Kemudian sunyi tak terdengar suara sedikit pun. Entah apa yang dikerjakan kedua
orang tua yang bukan lain dua sahabat karib itu.
"Itu suara Suhu!" Hwie Kian keheranan.
Sepasang matanya memandang wajah dara di depannya lekat-lekat, sehingga Gin
Nio jengkel juga melihat ulah Si Tinggi Besar ini.
e-bukugratis.blogspot.com
230 "Kalau benar Suhumu, kenapa sepasang mata bolamu itu melotot memandangiku
terus! Panggil kek atau sapa" Kok seperti kunyuk melihat apel masak" Memangnya ada
apa di mukaku ini?" tanya Gin Nio.
Hwie Kian tersadar dari keadaan tersihir bibir merah membasah milik dara cantik
murid Nelayan Pantai Timur ini. Entah mengapa seluruh jiwa raganya rasanya tersedot
oleh semua keindahan dara di depannya ini. Ia menjadi kebingungan dan blingsatan
sendiri mendengar teguran Gin Nio tadi. Dengan gugup ia pun berteriak lantang!
"Suuhuuuuu ... !"
"Ehhh, kenapa kau berteriak-teriak tidak karuan" Apakah kau ingin agar mereka
mengetahui kedatangan kita" Iya, begitu maksudmu?"
Thio Hwie Kian yang mendapat teguran ini tersipu. Ia merasa seperti anak kecil
yang senang melihat kedatangan orang tuanya dari pasar membawa oleh-oleh. Dengan
wajah kemerahan, malu Hwie Kian segera saja menyangkal.
"Tidak! Bukan, bukan begitu maksudku! Tetapi ... "
Gin Nio tidak tega juga melihat pemuda tinggi besar itu salah tingkah oleh
ucapannya tadi, maka, ia segera menolong pemuda itu menghilangkan rasa jengahnya.
"Kalau tidak ya cepat kita cari kedua Locianpwe itu. Hati-hati kalian! Kalau dua
orang Locianpwe itu sampai tiga hari belum dapat keluar dari barisan batu itu, pasti ada
apa-apa yang tidak sewajarnya!"
Setelah membelok beberapa kali dan memutari batu-batu besar yang terkadang
harus berjalan kembali mundur untuk dapat memasuki barisan batu, akhirnya Tan Gin
Nio bersama Thio Hwie Kian yang berjalan paling depan tiba di tempat kedua orang
kakek itu. Kedua orang muda itu terbelalak melihat betapa di samping kedua kakek itu,
mereka melihat belasan wanita rebah malang melintang dalam keadaan lemas tak berdaya.
Lemas karena tertotok jalan darahnya! "
"He-he-he, akhirnya datang juga orang yang bersedia menemani kita, he-he-he.
Hwie Kian bocah gagah seperti Thio Hwie, siapa gadis cantik jelita yang kau bawa
kemari" Pacarmu, ya" Bagus, bagus, segera aku pengemis tua ini merasakan arak
pengantin Eh, Pelajar Rudin, jangan pelit kalau kau nanti merayakan pernikahan murid
tunggalmu itu, ya?" Pek-tung Lo-kai nyerocos melihat kedatangan murid sahabatnya itu.
e-bukugratis.blogspot.com
231 Sedangkan Siucai Sinting Soo Kian Kun memandang muridnya melongo mulutnya,
pandang matanya penuh seribu pertanyaan dan penyesalan. Kenapa bocah itu menyusul
dia sehingga mungkin tak bisa keluar dari barisan batu yang aneh ini. Celaka, semua akan
mampus di tempat ini, pikir pelajar tua ini.
"Suhuuuuu, maafkan teecu yang datang terlambat!"
"Celaka ... celaka tiga belas! Ini semua pasti gara-gara teriakan pengemis bau itu
sehingga kalian sampai terjebak dalam barisan aneh ini" Celaka ... ! Kita semua akan
mati di tempat terkutuk ini, hu-hu-hu-hu ... !" Soo Kian Kun malah menangis mendapat
penghormatan muridnya. Hatinya nelangsa karena melihat masa depan muridnya yang
akan berakhir di dalam barisan batu yang aneh ini!
"Pelajar gendeng! Ditolong malah menangis! Kita kan mendapat teman mengobrol"
Apa ini tidak menyenangkan hatimu ... ?" Pek-tung Lo-kai menegur sahabatnya.
Wajah pengemis tua yang tonggos gigi depannya ini kemerahan karena penasaran
mengapa dengan kedatangan anak muda murid sahabatnya ini malah membuat Soo Kian
Kun melolong sedih. Soo Kian Kun mengangkat mukanya. Sepasang mata yang basah itu memandang
teman karibnya penuh kedongkolan. Dengan suara tak jelas, Soo Kian Kun mendamprat.
"Dasar tua bangka tak memiliki liang-sim" Melihat orang-orang mati sia-sia, malah
senang" Di mana rasa belas kasihanmu" Apakah telah hilang karena tiga hari tiga malam
tidak makan minum dan didatangi hantu-hantu tanpa kepala" Dasar orang tua mau
mampus tak pernah mandi! Melihat anak muda yang belum banyak makan asam garam
mati, malahan senang! Gilaaa ... !"
Tan Gin Nio yang sejak tadi mendongkol mendengar sambutan dari pengemis tua
itu ketika datang bersama Hwie Kian, mengerutkan keningnya. Sebelum dia berkata tibatiba saja ia tercekat hatinya!
Ahhh, benar dugaanku" Pasti ada apa-apa di balik barisan batu ini, pikirnya.
Pek-tung Lo-kai tidak menjawab umpatan Si Siucai Sinting. Tiba-tiba saja dia
mengeluarkan bentakan menggeledek mengagetkan semua orang.
"Tahannn! Jangan dibunuh ... !!!"
e-bukugratis.blogspot.com
232 Namun teriakan ini terlambat! Beberapa orang rombongan yang tiba di tempat itu
telah menggerakkan senjata mereka. Tidak peduli bahwa para wanita itu telah tidak
berdaya karena totokan. Mereka membunuh dengan kejamnya.
"Keparat kaliannnnn! Datang-datang membunuh orang! Tanya dulu dong
kepadaku" Boleh dibunuh atau tidak" Eh-eh datang-datang seperti orang gila mengamuk
tak keruan. Dasar orang-orang miring semua!"
Pek-tung Lo-kai marah-marah kepada rombongan orang yang telah menjatuhkan


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kejam kepada anak buah Cu-kiok-pang. Pengemis tua ini mencak-mencak seperti
kera kebakaran jenggot! "Sekarang kita harus berkumpul dengan bangkai-bangkai sebelum menyusul
mereka ke neraka! Dasar kalian terburu nafsu ... sialannnnn ... !!!"
"Pek-tung ... " Jangan mengumbar kentut busukmu," tegur Soo Kian Kun. Pelajar
tua ini pun lalu menghadapi rombongan yang baru datang dan menegur. "Sebetulnya
tidak perlu kalian membunuh mereka" Semua persoalan dapat diselesaikan dengan kepala
dingin ... !" "Kepala dingin dengkulmu ... ! Sudah tiga hari kita di sini masih belum juga selesai
persoalannya! Untung tadi pagi datang mereka. Kalau tidak ... " Mungkin aku menjadi
gila mengikuti ... heh-heh-heh ... !" Pek-tung Lo-kai menjadi sewot dan memaki
sahabatnya. "Maafkan saya, Locianpwe. Saya tidak ingin persoalan ini diperpanjang lagi.
Orang-orang itu berbuat begitu karena kemarahan mereka melihat teman-teman atau
sahabat dan adik, kakak mereka tewas secara mengenaskan dalam perangkap di sini."
Tan Gin Nio berhenti sejenak mengawasi kedua orang tua itu silih berganti.
Sedangkan Soo Kian Kun dan Pek-tung Lo-kai yang mendengar ucapan dara muda
menjadi malu sendiri. Kenapa tua-tua seperti mereka masih memperlihatkan watak
seperti anak kecil! "Ehhh ... ohhh ... ehhh ... ohhh ... ya, ya, yaaaaa ... !" Pek-tung Lo-kai menjawab
gugup. "Ini baru seorang kuncu. Eh, ucapan berbobot! Tidak seperti tua bangka tak pernah
mandi ... " Ucapan Soo Kian Kun Si Siucai Sinting terputus oleh panggilan muridnya.
"Suuuhuuuuu ... !" tegur sopan Hwie Kian.
e-bukugratis.blogspot.com
233 "Ehhhh, ya. Maaf, maaf, maafkan aku tua bangka pikun, ha-ha-ha ... !"
"Sebetulnya bagaimana sampai kedua Locianpwe terkurung di batu ini" Kenapa
tidak berusaha mencari jalan keluar?" tanya Gin Nio pelan.
Semua orang pun mempunyai pendapat yang sama dengan Gin Nio murid tunggal
Nelayan Pantai Timur itu menujukan pandang mata dan perhatian kepada kedua orang
kakek itu. Siucai Sinting dan Pek-tung Lo-kai saling pandang sendiri. Sorot banyak mata
penuh pertanyaan itu sungguh membuat kedua orang ini tak enak!
"Keluar ... " Keluar ke mana ... " Setiap kali memandang batu-batu itu, seperti
melihat air laut tak bertepi dan kalau malam seperti di dalam goa gelap gulita! Hiiiii,
bergidik aku kalau teringat makhluk yang tiba-tiba muncul kemarin malam ... " Pek-tung
Lo-kai menggeleng-gelengkan kepala bagaikan mengusir bayangan seram dari benaknya.
"Benar sekali! Batu-batu ini dapat berubah menjadi bermacam-macam! Kadangkadang seperti air laut, dan terkadang pula seperti hutan rimba atau goa. Malahan yang
lebih mengerikan kalau siang seperti berada di padang pasir saja layaknya!" Soo Kian
Kun menjelaskan penuh kengerian.
Dalam menceritakan ini, pengemis tua dan pelajar sinting ini beberapa kali
mengusap keringat dingin. Keduanya memang merasa berada di alam khayalan saja!
"Aneehhhhh! Tak mungkin itu!" Terdengar suara dari dalam rombongan. Merasa
tidak percaya akan ucapan kedua Locianpwe itu.
"Kalian tidak percaya" Kalian anggap kami berdua bohong" Baik, sebentar lagi
gelap. Coba lihat ke sekeliling kalian dan cari jalan dari mana kalian masuk tadi!" Pektung Lo-kai marah mendengar ucapan yang tidak mempercayai mereka itu.
"Heh-heh-heh, rasakan sekarang pengemis bau! Biar sudah tiga hari kita tak makan
minum tetap saja dianggap mengeluarkan angin busuk, heh-heh-heh!" Siu-cai Sinting itu
pun mendongkol mendengar serta melihat pandang mata tak percaya itu.
Orang-orang yang berada di situ pun berusaha mencari jalan masuk tadi. Namun
betapa kaget hati mereka ketika mereka telah terkurung batu-batu besar dan tak sedikit
pun ada celah untuk keluar kembali. Malah bersama dengan datangnya gelap malam yang
merambah datang, keanehan pun terjadi. Batu-batu yang semula berdiri mengelilingi
mereka secara samar-samar seperti mengeluarkan kabut tipis dan semua mata orangorang itu terbelalak ketika melihat kenyataan depan mata mereka.
e-bukugratis.blogspot.com
234 "Hahhhhh, lllaa ... llaaaaa uuuttttt" Benarkah ini ... ?"
"Apa matamu buta" Terang kita berada di tengah lautan." bentak temannya jengkel.
"Tak mungkin! Mustahil ... !! Aku tidak percaya!" Dan orang itu pun meloncat
terjun ke laut. "Tahannnnn ... !" cegah Pek-tung Lo-kai. Terlambat!
Brakkkk ... !! Kepala orang itu pun pecah ketika kepalanya mengenai air laut!
Ternyata bukan air laut yang ditubruknya melainkan batu besar di depannya. Yang
secara aneh telah berubah seperti air dalam pandang mata mereka. Gin Nio segera
menyatukan seluruh semangat dan batinnya, mengikuti petunjuk kakek penolongnya, San
In Lojin. "Haaiittttt ... !" Gin Nio membentak keras sekali penuh tenaga khikang.
Orang-orang sampai terlonjak kaget. Dan laut yang tadi nampak sekarang hilang
kembali. "Huuuihhhhh! Setaaannnnn ... !"
"Siiihiiiiirrrrr ... !!"
Beberapa orang berteriak kagum dan takjub! Penuh keheranan dan kengerian
melihat keanehan demi keanehan yang terdapat dalam barisan batu itu.
"Tenang! Saudara harap tenanggggg ... ! Jangan mengganggu ... !" Hwie Kian cepat
tanggap akan keadaan dan menyuruh mereka untuk tidak panik dan membuyarkan
konsentrasi dara jelita murid Nelayan Pantai Timur yang menarik seluruh jiwa raganya
ini. Sedangkan kedua tokoh tua itu hanya melongo memandang kejadian di luar dugaan
ini. "Uwahhhhh, lihai sekali calon mantumu ini?" Pek-tung Lo-kai tak dapat menahan
mulutnya lebih lama. Hwie Kian malah merah wajahnya mendengar ucapan pengemis sobat gurunya ini.
Untung kegelapan malam telah membuat wajahnya yang kemerahan tak nampak.
Sedangkan Siucai Sinting Soo Kian Kun hanya terlongong bagai orang tolol!
e-bukugratis.blogspot.com
235 "Locianpwe, harap jangan membikin saya malu! Gin Nio ini murid Nelayan Pantai
Timur Locianpwe. Sama sekali bukan ca ... !" Hwie Kian tak dapat meneruskan
ucapannya karena merasa tenggorokannya tersekat.
Lain di mulut lain hati! Ingin ia membenarkan pendapat pengemis tua itu, namun tetap saja ucapan ini tak
bisa dikeluarkan melalui mulutnya!
"Cepat kita keluar dari tempat terkutuk ini! Selagi keadaan gelap!"
Tan Gin Nio tidak mempedulikan ocehan pengemis tua tonggos itu, gigi depan
nampak mengkilap dalam kegelapan malam. Ingin Gin Nio ketawa melihat pemandangan
ini, namun untuk menjaga perasaan pengemis tua ini, ia hanya tersenyum kecil.
Uhhh, menantu apaan" Tidak sedikit pun aku merasa cinta pada pemuda murid
Siucai Sinting itu! Umpatnya dalam hati.
Ternyata rahasia yang dibeberkan oleh orang gemuk pendek Coa Sim Ok itu tidak
bohong, tak berapa lama kemudian mereka telah keluar dari barisan batu aneh itu. Padang
rumput luas nampak membentang di depan kuil di mana nampak pintu gerbang yang
tertutup rapat. tteberapa orang segera berlarian untuk menyerbu dengan senjata terhunus
di tangan! "Majuuuuu ... ! Serbuuuuu ... ! Bunuh tosu gadungannnnn ... !!?"
Teriakan penambah semangat juang terdengar di sana-sini ketika belasan orang itu
berlarian ke depan. Namun, teriakan penuh semangat itu segera terganti dengan teriakan
kematian! Teriakan kesakitan karena tubuh terjeblos dalam lubang perangkap! Hampir
separoh orang yang berlari paling depan masuk ke dalam perangkap maut Cu-kiok-pang!
"Mundurrrrr ... ! Awasss jebakan lawannnnn ... !" Pek-tung Lo-kai berteriak
memperingatkan. Peringatan itu pun terlambat!
Ketika orang-orang itu membalik untuk mundur, tiba-tiba dari tembok benteng kuil
nampak sinar berkilat menghujani mereka!
Di bawah sinar rembulan nampak belasan anak panah mengejar orang-orang yang
ingin melarikan diri kembali kepada rombongannya tadi. Namun tetap saja laju anak
panah tersebut lebih cepat dari lari mereka.
e-bukugratis.blogspot.com
236 Cep-cep-ceppppp ... !! Berapa orang terjungkal dengan punggung tertancap anak panah. Sedangkan ketika
belasan anak panah kembali datang menyerang nampak empat sosok tubuh meluncur
memapaki! Trakkk-trakkk-trangg ... !!
Cring-cring-cringgg ... !!!
Tak-tak-takk-takkk ... !!!
Tappppp ... ! Sienggg-wirrr-siuttttt ... !
"Aaaaa ... aaaduhhhhh ... ! Mati aku ... !"
Gin Nio menyambar tiga batang anak panah dan mengembalikan senjata tersebut
kepada pemiliknya yang nampak berdiri di atas benteng kuil. Kecepatan anak panah yang
dilempar Tan Gin Nio murid Nelayan Pantai Timur ini dua kali lebih cepat dari anak
panah yang tadi datang menyambar, maka sebelum orang-orang di atas benteng itu tahu
atau menyadari, mereka telah termakan senjata anak panah yang makan tuannya sendiri!
Sedangkan anak panah-anak panah yang lain dapat dipunahkan oleh Pek-tung Lokai yang memutar senjata tongkat putih depan tubuh seperti sebuah payung putih
melindungi tubuhnya dan Soo Kian Kun beserta muridnya Thio Hwie Kian
menggerakkan senjata po-koan-pit besi untuk menangkisi senjata terbang berupa anak
panah itu! Ketika keempat orang itu berdiri di lapangan, serangan anak panah pun berhenti
menyerang. Di bawah sinar rembulan yang terang berderang itu tak nampak gerakan di
atas benteng kuil. Tiba-tiba nampak asap mengepul tebal membubung ke angkasa. Asap
berwarna kehitaman. Pek-tung Lo-kai berubah pucat mukanya ketika melihat asap itu. Ia ingat
pengalamannya ketika berada di Hong-ma-cung! Dari dalam asap itu dapat keluar
binatang jadi-jadian yang menggiriskan hati!
"Siisiisiii ... hiiirrrrr ... !!!" Terdengar suaranya gemetar. "Muunn ... duurrrrr ... !!"
Dan Pek-tung Lo-kai pun mendahului meloncat mundur, berkumpul dengan sisa
rombongan yang tinggal belasan orang itu.
Siucai Sinting merasa heran melihat ulah sahabat karibnya itu.
"Anehhh, kenapa pengemis bau itu ketakutan?" tanyanya dalam hati.
e-bukugratis.blogspot.com
237 Hampir berbareng dengan muridnya, Soo Kian Kun meloncat mundur pula ke
belakang mendekati Pek-tung Lo-kai. Dengan mata penuh pertanyaan Siucai Sinting
memandang sahabatnya. Pek-tung Lo-kai tidak banyak cakap lagi, hanya telunjuk
kanannya menuding ke belakang, ke arah asap kehitaman yang membubung semakin
tebal itu. Tan Gin Nio tetap berdiri di tengah lapangan, berdiri tegak seorang diri. Sepasang
mata gadis itu mencorong mengawasi gerakan asap yang semakin tebal itu!
Bagaikan digerakkan tangan tidak nampak. Asap hitam itu bergulung tebal menuju
ke arah gadis yang berdiri di tengah lapangan seorang diri itu. Dan tiba-tiba rembulan
bundar di langit pun tertutup awan sehingga keadaan di tempat itu menjadi gelap,
semakin gelap dengan gulungan asap hitam tebal!
"Lihattttt ... !!" Pek-tung Lo-kai berseru.
Orang-orang itu pun melihat ke atas, ke arah asap hitam dan pandang mata mereka
terbeliak, melotot tak berkedip!
Seakan tak percaya akan pemandangan yang dilihatnya saat itu!
"Naaaaa ... gaaaaa ... ! Naaagga silumannnnn ... !" Teriak mereka ketakutan!
Memang benar apa yang dilihat orang-orang itu. Seekor naga besar nampak keluar
dari dalam gumpalan asap itu. Kepala naga tersebut luar biasa besar dan sepasang
matanya nampak mencorong berwarna merah. Mencorong ke arah orang-orang yang
ingin menyerbu kuil Cu kiok-pang!
Nampak uap keputihan keluar dari hidung naga, membentuk gumpalan-gumpalan
seperti lingkaran dan dari mulut yang terbuka itu keluar api yang panasnya menggila!
Kepala naga itu meluncur ke arah Tan Gin Nio. Dara cantik murid Nelayan Pantai Timur
yang seakan menjadi mangsa yang dikorbankan di tengah lapangan!
Terdengar pekik di sana-sini. Pekik ketakutan!
Sedangkan Tan Gin Nio sendiri yang berdiri di tengah lapangan, tiba-tiba
menggerakkan jari tangannya ke udara. Entah dari mana gadis itu mengambilnya, tahutahu di tangan kanan telah menjepit kertas hu (jimat) yang ditulisi. Kertas tersebut dicepit
jari telunjuk dan jari tengah.
Gin Nio membuat lingkaran aneh di depan dada dan ...
Busss ... ! e-bukugratis.blogspot.com
238 Kertas hu terbakar! Ketika kepala naga meluncur turun ke arah dirinya, Gin Nio menggerakkan tangan
kanan menuding ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan. Nampak
api keluar dari jari-jarinya menyambut kepala naga. Sedangkan kepala naga itu pun
menyemburkan api panas dari mulut membakar tubuh wanita muda di tengah lapangan.
Wooooosssss ... !! Kedua api bertemu di tengah udara. Saling dorong! Akan tetapi, pelan tapi pasti dari
jari tangan Gin Nio mendesak kobaran api dari mulut naga yang keluar dari asap hitam.
Busssss ... !!! Kepala naga terbakar hebat! Terdengar lengking mengerikan ketika asap itu
membalik lari memasuki kelenteng!
"Hebattttt ... ! Luar biasa ... !!" Terdengar sorak-sorai menggegap-gempita dari
belakang. Tepuk-tangan dan sorakan paling lantang keluar dari mulut pengemis gigi
tonggos, Pek-tung Lo-kai! Pengemis ini merasa senang melihat anak dara yang masih
muda itu dapat membuyarkan sihir tersebut!
"Waahhh, cocok! Ya, cocok dia kalau berjodoh dengan dia ... !"
"Dia siapa ... Locianpwe?" Tiba-tiba saja Hwie Kian yang berada di samping sobat
gurunya ini bertanya. "Dia ... ya dia ... " Siapa lagi ... ?"
"Iya, saya tahu. Akan tetapi tentu ada namanya bukan?"
"Tentu saja!" "Siapa, kalau saya boleh mengetahui, Locianpwe?"
"Tak usah ya! Itu sih masih rahasia, ha-ha-ha!" Pek-tung Lo-kai ketawa, terterkekeh.
"Kalian berdua sedang bisik-bisik apakah" Nampaknya serius benar?" tegur Soo
Kian Kun sambil mendekati Pek-tung Lo-kai.
"Itu tuh, muridmu yang gagah ini mendesakku!"
"Apa persoalannya?" desak Siucai Sinting ngotot.
"Ya tentu ada?" Pek-tung Lo-kai semakin jual mahal rahasia hatinya. "Lihattttt!
Kembali datang serangannn ... !!"
Dan perhatian mereka pun kini beralih kembali ke arah asap hitam yang datang
bergulung cepat, bergulung-gulung memenuhi seluruh angkasa seakan-akan mau
e-bukugratis.blogspot.com
239 menutupi permukaan puncak itu. Namun ternyata tidak! Asap hitam itu turun melingkupi
Gin Nio yang masih berdiri tegak menanti serangan!
Dari dalam asap keluarlah berbagai macam senjata menghujani dara cantik itu.
Namun, nampak keluar api dari tubuh Gin Nio dan membungkus dirinya sendiri!
Pemandangan itu dari jarak jauh sangatlah indah dan menarik!
Gin Nio yang dibungkus api tersebut diserang berbagai senjata secara ganti-berganti
cepat sekali. Anehnya, tak sebuah pun senjata itu mampu menembus benteng api dara
tersebut! "Terimalah api dari sorga ini!" bentak Gin Nio sambil mendorongkan ke dua tangan
ke atas. Nampak sinar putih kekuningan meluncur menembus ke dalam asap hitam.
Blaaaaarrrrr ... !! Terdengar ledakan dahsyat disusul berkilatnya petir menyambar ke segala penjuru!
Namun, tak sebuah pun yang menyambar ke tanah! Petir-petir tersebut menyambar udara
ke delapan penjuru angin!
Setelah terdengar ledakan dahsyat tersebut, tiba-tiba bulan yang tadi nampak
bersinar terang, dan teraling-aling awan, sekarang nampak kembali. Sinarnya semakin
terang setelah tadi ada awan hitam yang menutupi, yaitu awan buatan dari sihir pendeta
gundul jubah merah Takonaya!
"Majuuuuu ... ! Kita serbu kuil setannn ituuu ... !" Entah siapa yang berteriak ini,
yang terang datang dari tengah rombongan itu.
"Gempurrrrr ... ! Basmi sarang iblis ... !"
"Jangan takut sihir dukun lepusssss ... !"
"Basmi pemuja setannnnn!!!"
Dan berlarianlah mereka menuju ke pintu kuil dengan senjata telanjang terhunus di
tangan! --o0o-- Sebelum kita mengikuti serbuan di pintu kuil di puncak Bukit Iblis, marilah kita
mundur sejenak untuk mengikuti perjalanan pendekar kita. Li Cu Liong Pendekar Naga
Terbang yang mengejar Nelayan Pantai Timur menuju ke Bukit Iblis!
e-bukugratis.blogspot.com
240 Sebentar kemudian Nelayan tua itu telah keluar dari kota Delapan Dewa.
Jauh di belakang nampak Cu Liong yang berlari seenaknya. Pemuda ini tidak mau


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menimbulkan banyak perhatian terhadap diri mereka dengan berlarian saling kejar seperti
mengejar maling! Matahari telah sepenggalah tingginya. Sinarnya terasa menyengat kulit. Untung
sekali bahwa Nelayan Pantai Timur telah tiba di sebuah hutan, hutan bambu di lereng
Bukit Iblis sebelah utara. Tanpa menoleh lagi kakek nelayan itu memasuki hutan bambu.
Li Cu Liong merasa dongkol juga melihat ulah kakek nelayan sahabat gurunya itu.
Sejak berangkat menuju ke Bukit Iblis, kakek itu berlari terus-menerus tanpa
mempedulikan dirinya sama sekali. Seakan-akan sedang seorang diri saja menyatroni
Bukit Iblis. Melihat kakek itu memasuki hutan bambu, Cu Liong mengerahkan ilmu
meringankan tubuh dan melesat cepat mengejar Nelayan Pantai Timur. Sebentar
kemudian, Pendekar Naga Terbang ini telah berendeng dengan nelayan tua dari pantai
timur ini. "Cepat! Nanti keburu muridku menjadi korban!" Begitu tiba di samping nelayan tua
itu, Cu Liong ditegur Si Kakek.
"Tapi, Locianpwe ... ?"
"Sudahhhhh! Ikuti saja aku, beres!"
"Baik, Locianpwe!"
Nelayan Pantai Timur menikung beberapa kali di rumpun bambu. Tiba-tiba kakek
ini merandek di dekat rumpun yang menutup jalan setapak.
"Sialannnnn! Ke mana lagi jalan naiknya?"
Nelayan tua ini pun menoleh ke kanan kiri mencari jalan. Namun, tetap saja tidak
ada celah yang dapat dilalui. Sambil menggerundel sendiri kakek tua ini pun kembali, dan
di sebuah tikungan ia pun membelok lagi. Akan tetapi, baru berjalan beberapa langkah,
jalan itu pun telah terhalang lagi!
"Lhooo, bagaimana ini, Locianpwe" Kenapa selalu mencari jalan buntu" Apa tidak
dapat mencari jalan menuju ke puhcak untuk mengejar waktu?" tanya Cu Liong seakan
mengejek orang itu. Nelayan Pantai Timur tidak merasa kalau dirinya diejek teman seperjalanannya
yang masih muda tersebut. Ia membalik lagi dan mencari jalan lainnya. Tetapi tepat
e-bukugratis.blogspot.com
241 setelah membelok dua kali, ia menemui jalan buntu lagi! Keringat telah membasahi
pakaian kakek ini. Namun, keduanya tak juga dapat keluar dari semak bambu itu!
"Ehhhhh, bocah, coba kau cari jalan keluarnya?"
Akhirnya nelayan tua itu pun kesal dan menyuruh Cu Liong untuk memandu
mereka keluar dari hutan bambu.
Li Cu Liong diam-diam tertawa dalam hati. "Huhhh! Akhirnya keluar juga itu
ucapan minta tolong! Kalau tadi tidak menuruti kemauan sendiri tentu sekarang telah
keluar dari hutan ini!" Ucapan ini tidak keluar dari mulut Cu Liong, yang keluar hanya
anggukan ringan. "Ehhh, kenapa balik kembali?" tanya Nelayan Pantai Timur heran.
"Maaf, Locianpwe. Hutan bambu ini bukan sembarang hutan bambu, melainkan
sebuah barisan menyesatkan!"
"Apaa iyaaaaa ... ?"
"Locianpwe tidak percaya" Mari kita buktikan, Locianpwe!"
Lalu Cu Liong menghitung langkah kakinya. Setiap tujuh langkah, ia membelok ke
kanan atau ke kiri. Seperti mengikuti barisan bintang di langit yang membentuk sebuah
barisan aneh! Nelayan tua itu pun diam terus, hanya mengikuti langkah anak muda yang
dirasanya aneh itu. Namun, tak berapa lama kemudian sepasang mata kakek itu
membeliak, "Ehhh, kenapa cepat sekali kita keluar dari hutan ini?"
"Tentu saja! Sejak tadi Locianpwe hanya mengajak teecu berputar-putar dalam
hutan bambu. Kapan bisa keluar" Sebulan pun belum tentu dapat keluar kalau menuruti
cara Locianpwe tadi."
"Kok aneh ... !"
"Benar, Locianpwe. Bambu-bambu itu ditanam menurut Barisan Tujuh Bintang!"
Cu Liong menerangkan semua jebakan dalam Barisan Tujuh Bintang itu. Baik cara
membuat dan rahasia-rahasia dalam ilmu menata barisan itu!
"Hebattttt! Baru sekarang aku tahu bahwa ada demikian banyak ilmu menata
barisan perangkap melalui pepohonan!"
Nelayan tua menggeleng-geleng kepala kagum. Sepasang mata tuanya menatap
Malaikat Pedang Sakti 1 Roro Centil 01 Empat Iblis Kali Progo Durjana Dan Ksatria 5

Cari Blog Ini