Ceritasilat Novel Online

Golok Naga Terbang 6

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 6


pendekar kita penuh kekaguman!
e-bukugratis.blogspot.com
242 "Mari kita lanjutkan perjalanan, Locianpwe."
"Iyaaa, iyaaa ... !"
Keduanya lalu berlari menaiki bukit. Ketika mereka memasuki sebuah hutan lagi,
nelayan tua itu pun hanya mengikuti di belakang Li Cu Liong. Namun, sebentar
kemudian ia telah mendahului anak muda itu kembali. Melangkah cepat ke depan.
Rrrrrttttt ... Singgg-singgg ... !
Nelayan Pantai Timur meloncat menghindar dari serangan panah gelap. Cu Liong
memiliki pendengaran yang lebih peka daripada kakek nelayan, telah menangkap desir
kedua anak panah tersebut. Maka dia menanti dengan tenang di tempatnya. Ketika kedua
anak panah datang menyambar, Cu Liong menggerakkan tangan kanan menangkis.
Tak-takkk ... !! Empat potongan anak panah jatuh dekat kakinya.
Akan tetapi keadaah Nelayan Pantai Timur yang meloncat menghindar tadi malahan
lebih parah. Kakek ini tidak sengaja berdiri menginjak tanah yang menjadi penggerak alat
rahasia lainnya. Siuuttttt ... Daaaaakkkkk ... !!
Gagang tombak itu bergoyang-goyang mengeluarkan dengung aneh.
"Gilaaaaa! Semua jalan naik penuh jebakan?" umpat kakek nelayan.
"Bagaimana kalau kita melalui pucuk pepohonan, Locianpwe?" usul Cu Liong
mencoba untuk mencari jalan keluar mendaki bukit.
Nelayan Pantai Timur tidak segera menjawab. Kaki kanannya mencokel sebuah
batu besar di dekat kakinya.
Krooosakkkkk ... !! Siuttt-siuuttttt ... ! Belasan batang anak panah meluncur dari semak-semak rimbun. Sebelum habis
anak panah tersebut tiba-tiba terdengar suara keras di belakang mereka dan cepat Cu
Liong meloncat naik sambil menggerakkan tangan kanan.
Singgg ... !! Wirr-wierr-wirrr ... !
Crakkk! Bruuukkkkk! e-bukugratis.blogspot.com
243 Balok besar itu pun jatuh ke tanah mengeluarkan suara keras. Tanah muncrat ke
mana-mana tertimpa balok runcing tersebut. Di kanan kiri batang itu nampak mencuat ke
sana-sini benda mengkilap berwarna putih.
"Uwaaahhhhh, gerigi pedanggggg!"
Tanpa dapat ditahan lagi mulut nelayan tua ini menggumam. Pundaknya diangkat
ke atas. Bergidik! Setelah menanti sejenak dan tiada terjadi sesuatu apa pun lagi, kedua orang tua dan
muda itu pun meloncat ke pucuk pepohonan. Bagaikan dua ekor burung bangau keduanya
meloncat dari pucuk pohon satu ke pucuk pohon lain. Cepat dan indah kedua orang tua
muda itu bergerak naik. Akan tetapi, Bukit Iblis tidak dapat disebut Bukit Iblis kalau
begitu mudah dilalui oleh orang yang berkepandaian tinggi sekali pun. Selagi kedua
orang itu berloncatan naik, tiba-tiba nampak dua titik hitam meluncur cepat ke arah
keduanya. "Locianpweee, awasssss ... !"
Wuttttt ... ! Plakkkkk ... !!
Krosakkkkk ... !! Hampir bebareng Nelayan Pantai Timur dan Pendekar Naga Terbang terlempar ke
dalam rimbunnya daun-daun di mana keduanya tadi disambar dua benda hitam!
"Keparattttt! Setan hitam pun menanti kita di atas! Ehhh, benar-benar Bukit
Iblisss!" umpat kakek ini.
"Garuda hitammmmm ... ?" Cu Liong berseru kugum.
Baru sekali ini pemuda ini melihat burung yang sedemikian besar dan kuatnya.
Garuda hitam yang besar sekali! Pernah pemuda ini mendengar tentang keganasan
burung garuda hitam seperti ini, tetapi tak pernah disangkanya sama sekali kalau dia akan
bertemu dengan binatang tersebut di hutan iblis ini!
"Hati-hati binatang itu berbahaya sekali!"
"Kemana perginya garuda hitam itu, Locianpwe?"
"Entah ... !" Li Cu Liong menebarkan pandang matanya ke angkasa, mencari-cari. Sampai lama
ia melihat angkasa namun yang dicarinya tetap tidak muncul juga. Ia lalu meloncat ke
e-bukugratis.blogspot.com
244 puncak pepohonan dan berdiri diam menanti. Jauh di atas dari balik awan berarak
nampak dua titik hitam berputar-putar. Makin lama kedua titik itu makin cepat berputar
dan terdengar lengking tinggi menusuk ketika sang jantan memekik memberi tanda
kepada betinanya. Cu Liong mendongak. Nampak dua titik hitam meluncur cepat ke arah dirinya.
"Cu Liong! Turun kau! Berbahaya ... !" Suara kakek itu terdengar gemetar.
Namun, pendekar kita tetap diam menanti tangan kanan siap di gagang golok
pusakanya. "Haiittttt ... !!" Cu Liong meloncat tinggi ke samping menghindar. Dari samping
tangan kanan bergerak. Singgggg ... ! Tasssss ... !!!
Krossakkkkk ... !!" Burung Garuda hitam itu pun menabrak pohon.
Kaaaaakkkkk! Kaaaaakkkkk ... !!
Terdengar pekik Si betina dan burung garuda itu berputaran tidak berani mendekat.
Sedangkan burung garuda hitam jantan nampak memekik-mekik kesakitan di kerimbunan
daun dan cabang. Suaranya terdengar memilukan! Nampak darah mengucur deras dari
sayap kirinya. "Cepat Locianpweee!"
Nelayan Pantai Timur segera menggenjot tubuhnya melesat ke atas pucuk pohon.
Cepat menyusul pemuda kita. Keduanya berlalu cepat sekali menuju ke pinggir jurang.
"Lhooo, kenapa malah ke pinggir jurang" Kita akan menuju puncak bukit bukan
kembali turun?" tegur nelayan tua itu.
Cu Liong berhenti sejenak mengawasi kakek tua di sampingnya. Lalu tersenyum
manis sekali. "Kita mendaki dari tebing itu, Locianpwe. Semua jalan naik penuh dengan jebakan
maut. Saya menduga bahwa jalan di pinggir jurang tentu tidak akan dipenuhi dengan
jebakan. Maka kita berdua akan aman kalau melalui jalan yang tak pernah diduga
manusia akan mau melewatinya itu sehingga pendakian kita tidak mendapat gangguan.
Betul tidak Locianpwe?"
"Iya, benar juga jalan pikiranmu, Bocah!"
e-bukugratis.blogspot.com
245 "Marilah ... !!"
Cu Liong lalu melesat mendaki kembali. Keduanya berloncatan dari batu ke batu.
Sesekali berhenti karena batu-batu bergulir ketika diinjak kaki Cu Liong yang
berloncatan di depan. Nelayan tua itu merasa lelah juga diajak berloncat-loncatan seperti
itu. Akan tetapi karena keinginan yang mendesak dalam dada untuk dapat membebasan
murid perempuannya membuat kakek itu nekat mendaki. Walaupun suara pernapasannya
terdengar seperti bunyi sebuah lokomotif!
"Kita mengaso di sini dulu! Aku tidak kuat lagi ... "
Nelayan Pantai Timur langsung saja mendeprok di atas batu. Sepasang mata tuanya
mengawasi puncak yang sudah tak begitu jauh lagi. Akan tetapi melihat tebing menjulang
rata menghadang jalan, ia menghela napas panjang!
Bulan telah naik hampir sepenggalah tingginya. Bundar bersinar keemasan.
Cahayanya yang kuning keemasan itu seakan membuat bumi diselaput sinar keemasan.
Cahayanya seperti membawa perbawa yang aneh!
"Wahhhhh, bulan sedang purnama ... ! Celaka ... !" kakek tua itu kebingungan
sendiri. Napasnya belum begitu sempurna kembali.
Sedangkan menurut cerita, setiap bulan sedang purnama maka selalu diadakan
persembahan bagi dewa-dewa mereka! Dapat dibayangkan betapa bingungnya hati
nelayan tua ini. Ia blingsatan tidak karuan!
Cu Liong yang melihat ulah kakek nelayan itu menjadi kebingungan sendiri.
"Celaka kenapa, Locianpwe" Kan malah kebetulan ada cahaya rembulan yang
menyinari sehingga kita dapat meneruskan mendaki tanpa takut jatuh ke jurang."
"Wahhhhh, celaka! Benar-benar sialan awakku!"
"Sebabnya ... ?" desak Cu Liong.
"Tepat tengah malam nanti dia ... dia ... muridku itu pasti ... pasti dikorbankan ... !
Celaka ... !!" keluhnya.
"Kalau begitu harap Locianpwe menyusul sendiri!"
Tanpa banyak jawaban lagi Cu Liong telah melesat ke atas puncak. Ilmu
meringankan tubuhnya yang sudah sempurna tidak begitu mengalami banyak hambatan
mendaki tebing yang begitu saja. Pemuda ini telah mendaki tebing yang lebih terjal dari
e-bukugratis.blogspot.com
246 tebing dl Bukit Iblis ini. Yakni ketika dia keluar dari jurang di Bukit Awan! Sebentar saja
hanya nampak setitik hitam berloncatan cepat menuju ke puncak dan hilang ditelan
kegelapan ketika ada awan lewat menutupi rembulan!
--o0o-- Tan Gin Nio berkelebatan di antara orang-orang yang berlarian menuju ke kuil itu.
Setiap kali tangan Gin Nio bergerak maka nampak kertas kuning berizim menempel di
kepala orang-orang itu. Sedangkan kepada Pek-tung Lo-kai dan Siucai Sinting Soo Kian
Kun serta Thio Hwie Kian, Gin Nio menyerahkan sebuah keitas kuning. Masing-masing
lalu menempelkan kertas tersebut di dada!
Brakkkkk ... !!! Pintu tebal dari kayu besi tua itu pecah berantakan ketika dihajar tiga tenaga raksasa.
Pek-tung Lo kai, Soo Kian Kun dan muridnya, Si Tinggi Besar!
Orang-orang bersorak dan menyerbu masuk. Delapan orang wanita anak buah Cukiok -pang menyambut serbuan itu. Segera terdengar suara dencing beradunya logam.
Terjadi perang campuh di pelataran kuil.
Di sudut kuil nampak bayangan merah berkelebatan menghindar dari serangan
kedua tangan kecil yang mengeluarkan suara bercuitan ketika dara jelita murid Nelayan
Pantai Timur itu melakukan serangan-serangan hebat!
Pendeta berjubah merah Takonaya kebingungan sekali menghadapi ilmu tangan
kosong yang aneh dari lawannya. Tentu saja kebingungan! Semua ilmu hitamnya menjadi
tak ada artinya ketika menghadapi anak gadis yang cantik menarik ini. Anak dara yang
pernah akan dijadikan korbannya itu sekarang memiliki ilmu sihir yang lebih kuat dari
miliknya. "Setaaannnnn ... !!" Ang I Hwesio Takonaya memutar tubuhnya mengelak dan dari
samping kaki kanannya melakukan tendangan putaran!
Duukkkkk ... ! Tubuh Takonaya terlempar ke belakang.
Tan Gin Nio menanti dengan kedua kaki terpentang. Sepasang mata dara ini
tersenyum mengejek ke arah lawan dan bibirnya juga mengeluarkan dengusan menghina!
e-bukugratis.blogspot.com
247 "Bagaimana pendeta cabul" Mana itu ilmu silumanmu ... " Keluarkan semua!"
Busssss ... ! Takonaya membanting benda bulat depan kakinya dan asap hitam menyelimuti
tubuhnya. Wuttttt ... ! Gin Nio mendorongkan kedua tangan ke depan. Terlambat sudah! Asap hitam buyar
terkena angin pukulan jarak jauh dara murid Nelayan Pantai Timur. Namun pendeta
gundul Takonaya telah raib dari tempat itu. Gin Nio membanting kaki marah. Cepat
tubuhnya berkelebat ke dalam kuil!
Pertempuran yang terjadi di pelataran tak berjalan lama. Para wanita anak buah Cukiok-pang tersebut tidak mampu menahan amukan para tokoh silat dari delapan penjuru
yang marah karena banyak kawan mereka yang tewas akibat jebakan ketika menuju ke
puncak bukit ini. Tanpa memberi ampun kepada lawan sedikit pun! Ketika wanita
terakhir jatuh, mereka lalu menyerbu ke dalam kuil.
"Kosonggg ... ?" terdengar teriakan kecewa.
"Aneh ... " Tak mungkin mereka lenyap begitu saja!"
"Kita cari lebih teliti. Kalau tidak ketemu" Bakar saja kuil ini!"
Sebelum orang-orang itu melakukan niat mereka membakar kuil, tiba-tiba terdengar
sorakan dan dari pintu kuil yang terbuka itu masuklah puluhan orang dengan semangat
menggebu! Namun begitu masuk sampai ke halaman mereka terheran melihat bahwa di
tempat itu telah banyak kawan mereka.
"Kenapa kalian tidak masuk saja! Hayo basmi iblis-iblis terkutuk itu!" tegur
seorang tinggi besar berkulit hitam yang bersenjatakan ruyung besi.
"Majuuuuu ... !!"
Bagaikan air bah datang, orang-orang yang baru tiba itu berlarian menuju ruangan
depan kuil. Pek-tung Lo-kai dan Siucai Sinting Soo Kian Kun menoleh ke kanan kiri mencaricari, tapi yang dicarinya tidak kelihatan. Begitu melihat orang-orang baru tiba memasuki
kuil, kedua tokoh tua itu kaget!
"Tahannnnn ... ! Jangan gegabah ... !!" Seru Pek-tung Lo-kai sambil memburu ke
depan. e-bukugratis.blogspot.com
248 Namun seruan kakek pengemis tua ini sia-sia. Sebagian besar orang-orang kangouw itu telah tiba di tengah ruangan depan kuil. Dengan berteriak-teriak dan mengacungacungkan senjata membacoki kanan kiri ada yang membacok tiang-tiang kuil, dan ada
pula menggulingkan altar sembahyang. Pokoknya bagaikan orang gila, orang-orang itu
mengamuk memuaskan kemarahan mereka!
Rrrrrttttt ... ! Terdengar suara berderit keras.
Serrr-serrr-serrr-siuttt-siuttt-siuuttt ... !
"Awasssss ... !! Ting-ting-ting ... !! Cep-cep-ceppp ... !! "Aduhhhhh ... ! Mati akuuu ... !!"
"Tttoobbbbbaaattttt ... !!!"
Bergelimpangan tubuh-tubuh terpantek anak panah atau tombak yang menyambar
dari atas penglari. Belum juga ini selesai, dari dinding samping menyembur asap
berwarna kehitaman! Wuuusssss ... !! Banyak orang menyedot asap beracun.
Setelah mengeluarkan teriakan mengerikan, beberapa orang kembali berjatuhan.
Kulit tubuh mereka berubah hitam akibat racun ganas!
"Kembali cepat! Mundurrr kaliannnnn ... !" Soo Kian Kun Si Siucai Sinting
berteriak keras dari halaman kuil.
Tanpa diperintah pun orang-orang yang lancang memasuki kuil dan merusak itu
telah berlarian mundur keluar dari ruangan depan. Wajah mereka pucat ketakutan! Tak
mereka sangka sama sekali bahwa kuil kosong itu masih mendatangkan kerusakan
demikian hebat di antara teman-teman dan sahabat-sahabat mereka! Begitu tiba di
halaman kuil, dengan tubuh menggigil mereka memandang tubuh-tubuh bergelimpangan
depan mereka! "Huh! Dasar tolol! Tidak mendengar kata orang tua! Sekarang bagaimana! Masih
mau unjuk gigi lagi?" tegur Pek-tung Lo-kai kepada rombongan itu.
Tak seorang pun dari mereka menjawab teguran ini!
e-bukugratis.blogspot.com
249 "Hwie Kian! Ke mana gadis cantik itu" Cepat cari, dan hati-hati terhadap jebakan
dalam kuil." perintah Pek-tung Lo-kai begitu pengemis tua itu melihat pemuda tinggi
besar maju mendekat. "Tungguuuuu ... ! Jangan gegabah!"
Soo Kian Kun menarik muridnya ke belakangnya. Sepasang mata sastrawan tua ini
melotot memandang teman karibnya, penuh teguran dan tidak senang.
"Kenapa ... ?" tanya Pek-tung Lo-kai heran.
"Kau ingin muridku mampus ya, dasar tua bangka pikunnn ... !"
"Siapa inginkan muridmu mampus! Dia kusuruh mencari dara cantik itu dan
membantunya kalau menghadapi musuh tangguh. Ingin aku yang tua ini merangkapkan
jodoh buat muridmu yang gagah ini."
"Tua bangka edannn!" umpat Siucai Sinting. "Kau kira tempat ini tidak berbahaya"
Lihat itu Buktinya ... ! Masih panas darah orang-orang kena perangkap maut itu, pandang
itu baik-baik ... !!"
"Heh-heh-heh!" Pek-tung Lo-kai ke-tawa terkokeh melihat sahabat karibnya ini
marah-marah seperti kakek tua pikun terbakar jenggotnya!
Thio Hwie Kian sendiri pun kebingungan menghadapi dua orang tua yang
dihormatinya ini malah saling tarik urat adu lihainya lidah tak bertulang. Dia menebarkan
pandang matanya mencari-cari murid Nelayan Pantai Timur yang tadi melawan pendeta
gundul berjubah merah Takonaya. Akan tetapi sekarang kedua orang itu tak nampak
bayangannya sama sekali, entah ke mana perginya mereka!
"Maafkan saya, Locianpwe."
Pek-tung Lo-kai dan Siucai Sinting Soo Kian Kun menoleh. Memandang lelaki
tinggi besar brewok dengan mencereng.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada apa?" bentak Pek-tung Lo-kai menggeledek.
"Anu ... anu ... Locianpwe. Apakah tidak sebaiknya kita bersatu hati mencari
musuh-musuh kita secara bersama-sama" Dengan bersatu kita akan lebih kuat dalam
menghadapi segala ancaman bahaya, benarkah ucapan saya ini, Locianpwe?"
"Benar sekali!" cepat sekali sambutan pengemis tua ini.
e-bukugratis.blogspot.com
250 Soo Kian Kun melengos, melirik ke arah sahabat karib itu dengan lirikan
mencemooh. Yang dilirik hanya ketawa hahahihi dan maju ke depan untuk memimpin
mereka. "Hati-hati, jangan menyentuh benda-benda atau dinding di ruangan kuil-kuil ini!"
Pek-tung Lo-kai memperingatkan mereka ketika memimpin rombongan memasuki
ruangan depan dan memeriksa seluruh kuil.
Namun sampai lama dan seluruh ruang telah dimasuki ternyata di tempat itu telah
tak nampak seorang pun manusia durjana, baik pendeta berjubah abu-abu, maupun wanita
anak buah Cu-kiok-pang! "Anehhhhh" Ke mana perginya iblis-iblis itu?" Hwie Kian menggerendeng lirih.
"Ke akhirat mungkin!" Gurunya yang berjalan di sampingnya menyahut.
Sebelum Hwie Kian dan beberapa orang itu membuka sebuah ruangan besar di
belakang, tiba-tiba terdengar teriakan nyaring di belakang tembok kuil.
"Lihat asap mengepul di belakang ituuuuu ... !"
"Sungguh mencurigakan ... !"
Bersicepat mereka menuju keluar dari tembok benteng di sebelah belakang. Ada
pula yang menjebol pintu tembusan dengan menggunakan kapak besar. Berduyun-duyun
mereka mendekati kepulan asap di belakang kuil tersebut. Tangan memegang erat-erat
senjata mereka dan pandang mata mereka tak pernah berkedip melihat ke arah kepulan
asap keputihan itu. Nampak bagaikan bayang-bayang di balik asap keputihan beberapa wanita yang
bergerak-gerak, dan nampak pula delapan lelaki mengenakan jubah abu-abu berjalanjalan mengikuti suatu garis aneh dibarengi dengan mengeluarkan pujian aneh. Suara
enam belas pria dan wanita itu terdengar aneh di malam terang bulan di puncak Bukit
Iblis! Apalagi bau harum dupa menusuk hidung. Menambah seram keadaan di puncak
Bukit Iblis di mana di balik asap nampak berdiri seorang pendeta berjubah abu-abu
berambut putih yang dibiarkan terurai. Sesosok tubuh bugil nampak telentang di atas batu
hitam. Menimbulkan pemandangan yang mempesonakan karena tubuh itu bagaikan
diselaput emas ketika cahaya bulan jatuh di tubuh telentang di atas batu itu. Di bawah
e-bukugratis.blogspot.com
251 kaki tubuh bugil, nampak seorang wanita cantik tersenyum-senyum penuh gairah
menatap keindahan pemandangan depan matanya.
Dia bukan lain adalah Dewi Seruni Ungu atau Iblis Penghisap Sukma, berdiri di
sebelah kanan Sum Tok Tojin!
Sedangkan di atas kepala, yakni di sebelah kiri Sim Tok Tojin, berdiri dengan
pakaian menyolok berwarna merah, yakni hwesio gundul Takonaya!
Sepasang mata pendeta ini menjelajahi seluruh tubuh keemasan yang terpampang di
depan matanya. Sesekali Takonaya menelan ludah melihat tubuh molek itu. Nafsu jalang
telah merasuki seluruh saraf otak pendeta hamba nafsu berahi ini! Nampak sepasang
matanya kemerahan menahan gejolak hati!
Di belakang Sim Tok Tojin, nampak terikat seorang gadis cantik. Kedua tangan
dara tersebut nampak terpentang ke kanan kiri, dirantai. Kedua kakinya pun dirantai,
dipentang ke kanan kiri! Kepala Gin Nio terkulai ke kanan. Gin Nio diikat di buwah
patung yang menyerupai kepala seekor domba dari kejauhan!
Bagaimana Gin Nio dapat dirantai di altar itu"
Marilah kita ikuti pengalaman Gin Nio untuk tidak membuat pembaca bingung.
Pada waktu Gin Nio melancarkan pukulan ke arah asap hitam, ia tidak melihat lagi
Takonaya. Cepat Gin Nio melakukan pengejaran ke dalam kuil. Ia masih melihat
kelebatan jubah merah Takonaya di sebelah depan. Tanpa membuang waktu lagi Gin Nio
melesat mengejar. "Bangsat gundul! Mau lari ke mana ... ?" Gin Nio melancarkan pukulan jarak jauh
ke arah punggung pendeta gundul Takonaya.
Brakkkkk ... !! Takonaya yang melarikan diri itu merasakan angin pukulan tajam menyambar dari
belakang. Dan pula pendeta gundul ini mendengar bentakan dara lawannya tadi, cepat
dan gesit sekali Takonaya menyelinap di balik pintu sebuah ruangan. Akibatnya hawa
pukulan gadis itu menghantam hancur pintu yang baru saja dilaluinya.
Gin Nio nekat memasuki kamar itu dan langsung ia bergulingan ke depan begitu
memasuki pintu ruangan kamar, menjaga dari bokongan Takonaya Si Pendeta Gundul!
Namun ternyata tiada sambutan dari hwesio berjubah merah tersebut. Ia meneliti seluruh
e-bukugratis.blogspot.com
252 ruangan kamar dengan pandang matanya yang tajam bagaikan sepasang mata rajawali itu.
Melihat keadaan kamar di mana ia menggelundung masuk!
"Bedehah! Pendeta keparattttt ... !!" Umpat Gio Nio keras. "Keluar kau kalau
memang jantan!" tantangnya pula.
Tak ada sambutan sama sekali dengan tantanganya. Maka Gin Nio lalu meneliti
seluruh ruang kamar tersebut. Putar-putar semua benda dan mengetuk-ngetuk dinding
dalam kamar itu. Tiba-tiba mendengarkan lebih teliti dinding di sebelah kanannya.
Dune dung-dunggg ... ! "Nah ini dia! Pasti hwesio keparat itu melalui jalan ini?" bisik hatinya dengan
girang. Ketika menemukan sebuah lubang kecil di dinding, Gin Nio lalu menusuk dengan
sebuah benda runcing yang ada di atas meja di depannya.
Krrrrttttt ... ! Kriieeeeettttt ... !!
Dinding batu membuka ke samping. Gin Nio menanti sejenak. Lalu ia menyelinap
masuk ketika merasa tiada lawan menanti di depan. Kedua kakinya menuruni undakan
batu, dan setelah membelok ke kanan beberapa kali tibalah Gin Nio di sebuah ruangan
kecil. Nampak sebuah lampu kecil yang menyala redup, bergoyang-goyang aneh!
Bersambung jilid XI. --o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
253 Jilid XI "Gundul keparattt serahkan nyawamu ... !"
Gin Nio melihat hwesio Takonaya duduk di dekat dinding dalam keadaan bersila.
Tanpa membuang waktu lagi ia lain melancarkan serangan dengan pukulan jarak jauh.
Terdengar angin pukulan bercuitan ketika Gin Nio melakukan serangan. Anehnya Ang I
Hwesio Takonaya tetap duduk bersila. Tak mengacuhkan serangan yang mengeluarkan
angin tajam dan bercuitan itu. Pendeta ini duduk diam dalam sikap samadhi.
Agaknya dia telah pasrah kepada nasib!
Gin Nio kaget sekali melihat ini. Tak disangkanya sama sekali bahwa dia akan
mengalami hal seperti ini. Namun terlambat. Tadi dia telah mengerahkan seluruh tenaga
lweekang dalam kedua tangannya ketika dia melancarkan serangan itu. Maka tak ampun
lagi kepala dan tubuh pendeta jubah merah itu pun tertimpa pukulan dahsyat luar biasa.
Desssss ... ! Krakkkkk ... !
"Celakaaaaa ... !!"
Gin Nio berusaha melempar tubuh ke belakang.
Namun terlambat! Sebagian asap kemerahan itu telah tersedot masuk ke pernapasannya. Begitu patung
mirip pendeta gundul Takonaya hancur kena pukulan kedua tangan Gin Nio, asap
kemerahan telah menyebar cepat!
"Ha-ha-ha-ha ... !!" Terdengar ketawa ngakak.
Akan tetapi Gin Nio yang sempoyongan itu tak dapat mengira-ngira dari arah mana
suara tawa tersebut. Gin Nio berjalan limbung menuju ke pintu kamar.
Bruuuuukkkkk ... !! Tubuhnya terjungkal dan dara ini pun tak bergerak lagi karena telah pingsan kena
asap pembius berwarna kemerahan yang dipasang secara lihai.
Krrieeettttt ... !! Dinding samping terbuka. Hwesio Takonaya masuk dan tertawa bergelak. Tubuh
Gin Nio dipondongnya di pundak kanan. Sekali saja kaki pendeta gundul itu menjejak
tanah, tubuhnya melesat ke luar kamar dan terus menuju ke altar di belakang kuil.
"Heh-heh-heh, Toyu (Sahabat), ini pinto bawa oleh-oleh."
e-bukugratis.blogspot.com
254 "Ihhhhh, apa-apaan ini?" tegur Cu Kiok Sianli.
"Tentu saja untuk hiburan kita nanti setelah menambah kekuatan ilmu kita dengan
persembahan itu." sahut Takonaya cepat.
"Heh-heh-heh, tak salah ucapanmu Sahabat. Pinto setuju dengan usulmu itu. Akan
tetapi bagaimana keadaan di depan?"
"Wahhh, gawat! Seluruh ilmu sihirku dipunahkan budak perempuan ini. Dan ...
dan ... semua anak buah Cu-kiok-pang telah menjadi korban mereka. Kalau saja pinceng
tidak cepat-cepat menyelinap pergi, mungkin pinceng pun tinggal nama, heh-heh-heh!"
"Keparattt!! Aku harus menuntut balas anak muridku!" Iblis Penghisap Sukma Cu
Kiok Sianli mengumpat dan perempuan tua yang masih bahenol ini segera menuruni anak
tangga batu di depan altar. Batu beberapa langkah Cu Kiok Sianli menuruni tangga,
terdengar suara bentakan berwibawa!
"Tahannn! Apakah kau ingin menghancurkan upacara ini" Lebih baik kita
menambah daya kekuatan dulu dengan mempersembahkan dara ini kepada junjungan kita.
Nanti setelah upacara persembahan barulah kita hancurkan mereka!" Sim Tok Tojin
menegur Cu Kiok Sianli. Cu Kiok Sianli pun berhenti dan melihat ke angkasa raya. Nampak bulan hampir
tiba di tengah langit! Betul juga omongan pendeta gendeng keparat tua itu, pikirnya. Maka ia pun lalu
kembali menuju ke altar! Delapan wanita murid utama Cu-kiok-pang dan delapan tosu berjubah abu-abu
pengikut Sim Tok Tojin lalu berderet membentuk barisan aneh. Setelah Sim Tok Tojin
memberi isyarat, maka terdengarlah suara mantra dari delapan pasang mulut itu. Dupa
pun mengepul tebal menambah khidmat upacara itu. Sedangkan Takonaya lalu merantai
Gin Nio di bawah patung yang sebetulnya berbentuk semacam hewan mirip dengan
kambing yang bertanduk melingkar ke depan, namun di mulut patung itu bukan bentuk
mulut kambing. Akan tetapi seperti mulut manusia dan mempunyai sepasang caling di
kanan kirinya! Sepasang mata patung itu merah menyala. Seakan-akan hidup dalam
kepulan dupa asap yang banyak sekali.
"Ehhh, itu kan Gin Nio!" Thio Hwie Kian berseru.
e-bukugratis.blogspot.com
255 "Mana" Wah benar dia?" Eek-tung Lo-kai pun berseru terkejut melihat dara itu
telah menjadi tawanan para iblis itu. Sepasang mata tua kakek pengemis ini memandang
wajah pelajar gendeng di dekatnya penuh penyesalan.
"Ahhhhh ... " Soo Kian Kun pun berubah wajahnya melihat pemandangan di atas
altar itu. Akan tetapi pelajar sinting ini tidak kehilangan akal. Cepat dia meneriakkan
semangat juang! "Serrrbuuu ... ! Basmi iblis-iblis terkutuk dari muka bumiii ... !"
Sambutan gegap gempita terdengar dan bagaikan air bah menjebol bendungan,
menyerbulah orang-orang itu dengan senjata diobat-abitkan. Berkilat-kilat dan
berkeredepan ketika tertimpa cahaya rembulan.
Tiba-tiba saja beberapa orang yang berlarian di depan berteriak kesakitan dan
terlempar ke belakang menubruk teman-teman mereka sendiri. Mereka saling bertabrakan
dan jatuh tumpang tindih. Akan tetapi tetap saja ada beberapa orang yang dapat masuk ke
lingkaran garis di tanah itu. Mereka ini adalah beberapa orang yang memakai kertas
bertulis. Kertas bertulis yang ditempelkan oleh Gin Nio.
Trang-trang-tranggg ... !
Lima orang memakai isim di dahi itu mencoba menahan serangan ke delapan
pendeta berjubah abu-abu. Akan tetapi setelah beberapa jurus berlalu, mereka harus
mengakui kekuatan tosu berjubah abu-abu tersebut. Hampir secara berurutan mereka
terguling ke tanah dengan nyawa meninggalkan tubuh alias mampus di bawah hujan
senjata tosu berjubah abu-abu!
Kembali terdengar suara bentakan menggeledek. Dan asap pun mengepul semakin
tebal. Pandangan mata para orang kang-ouw yang ingin melihat kejadian di altar tertutup
asap tebal. Semakin lama asap pun semakin tebal karena delapan pasang orang itu
menaburkan bubuk kekuningan ke dalam tempat api di samping mereka.
Suara pujaan itu menembus ke atas langit. Sim Tok Tojin nampak memutari altar
sambil mengacung-acungkan kedua tangan ke atas. Sedangkan Cu Kiok Sianli menarinari aneh, tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama pujian delapan pasang mulut. Sekalikali nampak lidah merah menjulur-julur keluar seperti orang mengiler melihat makanan
ketika perut dalam keadaan lapar!
e-bukugratis.blogspot.com
256 Pendeta gundul Ang I Hwesio Takonaya pun berulang-ulang berteriak aneh dan
kedua tangan diacung-acungkan ke atas seperti tosu berjubah abu-abu Sim Tok Tojin.
Semakin cepat irama pujaan itu, semakin cepat tubuh ketiga orang di altar itu bergerak
dan bergetar! Tiba-tiba hawa udara menjadi dingin luar biasa. Seakan-akan seluruh tempat
dimasukkan dalam kulkas es layaknya. Dan langit yang tadinya bersih tak nampak awan
sedikit pun sekarang nampak bergulung awan hitam mendatangi mengeluarkan suara
gemuruh! Orang-orang kang-ouw yang masih terlongong melihat kejadian di depan mereka
semakin kebingungan. Beberapa orang berusaha untuk nekat menyerbu ke arah altar.
Mereka ini berteriak-teriak menimbulkan semangat juang. Lima belas orang maju dengan
senjata telanjang di tangan kanan. Akan tetapi, terjadilah hal yang diluar dugaan sama
sekali. "Huaaaaaaaaaa ... !!"
Crattttt ... ! Crattttt ... ! Crrraattt ... !
Nampak kilatan kebiruan ketika lima belas orang itu melewati garis lingkaran hitam
di belakang delapan wanita anak buah Cu-kiok-pang dan ke delapan tosu berjubah abuabu. Setelah mengeluarkan teriakan mengerikan, kelima belas orang itu terkapar di tanah
dengan tubuh seperti terbakar!
"Gilaaaaa ... !" Pek-tung Lo-kai dan Siucai Sinting hampir berbareng berseru.
Mata mereka terbelalak melihat korban garis lingkaran hitam di tanah itu. Wajah
keduanya menjadi pucat pias.
"Tahannnnn! Jangan sentuh mereka!" seru Thio Hwie Kian ketika melihat beberapa
orang menuju ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan itu.
Lima orang kembali mundur mendengar bentakan menggeledek murid Siucai
Sinting. Dengan wajah penuh pertanyaan mereka mengawasi anak muda tinggi besar
tersebut. "Kuharap Cuwi tidak gegabah. Mungkin mereka telah terkena racun dahsyat ... ?"
"Mungkinkah ... ?"
"Kalau tidak kenapa mereka berjatuhan ketika melewati garis hitam itu?" sahut
Hwie Kian. e-bukugratis.blogspot.com
257 Pemuda ini sama sekali tidak tahu bahwa garis hitam itu bukanlah racun atau apa,
tetapi garis perlindungan mengandung sihir maut dari tosu berjubah abu-abu yang sedang
memimpin upacara ritual itu. Akan tetapi, hebatnya luar biasa setelah mereka melakukan
sembahyangan, melakukan korban persembahan bagi dewa mereka itu. Kalau tadi orangorang yang memiliki kertas hu dapat memasuki tanpa cidera, akan tetapi ketika upacara
ini dilangsungkan kekuatan sihir dari ilmu hitam tersebut mencapai puncaknya.
"Lebih baik kita tunggu perkembangan selanjutnya. Nanti kalau sinar rembulan
telah nampak kembali, barulah kita berusaha untuk menyerang lagi." Hwie Kian setelah
mengucapkan kata-kata ini mendekati gurunya. "Suhu, apakah yang dilakukan
mereka ... !!" "Sssttttt ... ! Diamlahhh ... !!" tegur Pek-tung Lo-kai lirih.
"Sssssttttt ... lihattt!" Siucai Sinting menunjuk ke arah altar.
Orang-orang yang mendengar bentakan Soo Kian Kun, mengarahkan pandang ke
altar. Dan semua mata terbelalak menyaksikan pemandangan itu.
"Iblis keparattt ... !!"
"Budak iblisss ... !!"
"Kejiii ... !!"
Dan bermacam makian kotor keluar mengumpat orang-orang di altar.
Asap keputihan telah menipis dan bulan purnama telah menampakkan senyumnya
di bumi kembali. Cahayanya yang redup seakan-akan membuat orang kena pesona. Akan
tetapi di puncak Bukit Iblis di depan area batu sesembahan itu sedang berlangsung
upacara yang sangat mengerikan.
Sim Tok Tojin telah berhenti dari tariannya, demikian pula Cu Kiok Sianli dan Ang
I Hwesio Takonaya. Keduanya berdiri di samping tubuh bugil yang telentang di altar batu
hitam yaitu tubuh Lie In Nio, murid Hoa-san. Pada waktu itu, Sim Tok Tojin mengangkat
kedua tangan ke atas. Nampak sinar berkilat di antara kedua telapak tangan pendeta
berjubah abu-abu. Di samping kirinya nampak Cu Kiok Sianli menjilat-jilat bibirnya
seperti seorang wanita sedang mencapai puncak kenikmatannya, sepasang mata wanita
ini memandang tubuh itu dengan bersinar-sinar penuh gairah. Sedangkan Ang I Hwesio
Takonaya berdiri di sebelah kanan Sim Tok Tojin yang mengangkat kedua tangan ke atas,
pendeta gundul ini pun memandang nyalang pada tubuh di depannya.Sim Tok Tojin
e-bukugratis.blogspot.com
258 menengadah ke arah langit, mulutnya berkemak-kemik tiada henti. Tiba-tiba sekali


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan gerakan kilat tosu itu menurunkan kedua tangan seiring dengan menundukkan
kepalanya. Crooottttt ... ! Pisau tajam itu pun membelah dada murid Hoa-san.
Sepasang mata Lie In Nio membelalak menahan sakit. Namun tak sedikit pun
keluar jeritan dari mulut dara ini. Darah mengalir membasahi altar. Tubuh Lie In Nio
menggeliat dan kejang-kejang sebentar sebelum napasnya meninggalkan tubuh yang
menjadi korban buat Dewa Iblis junjungan ketiga orang itu. Begitu tangan Sim Tok Tojin
diangkat, nampak sebuah benda kemerahan bergerak-gerak di tangan tosu berjubah abuabu itu. Setelah diangkat ke arah patung iblis seperti domba itu. Terus saja dibawa depan
mulut dan digigitnya sedikit terus diserahkan kepada Cu Kiok Sianli.
"Hi-hi-hikkk ... !"
Cu Kiok Sianli menerima benda kemerahan itu dan mengigitnya sedikit dan
diserahkan kembali kepada Sim Tok Tojin.
Begitu menerima benda itu, Sim Tok Tojin lalu mengangsurkannya kepada
rekannya yaitu Ang I Hwesio Takonaya. Pendeta gundul ini pun dengan rakus melakukan
perbuatan yang sama seperti dilakukan kedua orang rekannya. Setelah itu diserahkan
kembali pada Sim Tok Tojin yang masih berkemak-kemik membaca mantra.
Delapan tosu berjubah abu-abu itu berbaris maju dengan kepala tunduk. Satu
persatu berlutut dengan sebelah kaki di depan Sim Tok Tojin. Dengan tetap be-lutut para
tosu berjubah abu-abu itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ketiga orang
pemimpinnya itu. Mereka secara bergilir maju. Sedangkan delapan murid wanita Cukiok-pang itu ketika maju ke depan hanya menerima cawan besar berisi darah wanita
korban persembahan itu. Ternyata darah yang mengalir tadi ditampung dalam sebuah
cawan perak yang diukir dengan binatang menggiriskan seperti iblis bertanduk dengan
sepasang sayap kehitaman!
Mereka ini dilayani oleh Cu Kiok Sianli yang maju ke depan mengangkat cawan
tersebut. e-bukugratis.blogspot.com
259 Setelah semua melakukan upacara tersebut, tiba-tiba langit menjadi gelap karena
tertutup awan hitam. Bulan agaknya tidak mau melihat kebinatangan manusia penyembah
berhala itu. Jijik dan ngeri! Perbuatan para budak iblis itu sungguh luar biasa kejam dan terkutuk! Di mana pun
juga apabila orang telah menjadi budak iblis pasti perbuatannya tidak satu pun yang
benar! Hanya memuaskan selera nafsu kebinatangan dan kemaksiatan belaka. Tidak
mendengar akan panggilan Thian (Tuhan) yang telah menuntun manusia menuju jalan
benar melalui semua utusan-utusanNYA. Lupa bahwa akan datang nanti jaman
pengadilan! Pengadilan di mana manusia harus menanggung seluruh perbuatan ketika
masih hidup dan mempertanggung-jawabkannya!
Orang-orang yang telah menjadi budak iblis itu setelah melakukan upacara tadi lalu
membentuk barisan kipas. Di belakang mereka nampak Tan Gin Nio rnurid Nelayan
Pantai Timur masih terpentang dalam keadaan terikat di batu iblis!
"Ha-ha-ha ... ! Hayo semua majulah terima binasa! Ha-ha-ha ... !" Sim Tok Tojin
menantang dengan suara penuh ejekan.
"Budak setan celaka! Penghuni intip neraka!" umpat beberapa orang lantang.
Aneh sekali! Tiba-tiba garis yang tadij nampak menghitam seperti lingkaran itu telah hilang tak
ada bekasnya sama sekali. Ketika para orang kang-ouw melihat itu, mereka melangkah
maju. Ternyata tidak terjadi apa pun. Dengan kemarahan meluap melihat perbuatan iblis
dilakukan mereka, para pesilat itu maju dengan sebuah tekat. Bunuh semua iblis
bertopeng manusia itu! Tak membiarkan lolos seekor pun!
"Bunuhhhhh, musnahkan mereka!"
"Basmi iblis nerakaaaaa ... !!"
"Majuuu ... ssseerrranggggg ... !!!"
Melihat para pesilat itu telah mencapai bawah undakan altar, Sim Tok Tojin
mengeluarkan lengking tinggi menusuk jantung dan kedua tangan pendeta berambut
putih itu bergerak melakukan pukulan jarak jauh menyongsong penyerbunya. Bibir
pendeta tua itu nampak menyungging senyum menghina.
Siuuuttttt ... ! e-bukugratis.blogspot.com
260 Angin berciutan ketika pukulan udara kosong tosu berjubah abu-abu itu datang
melanda barisan penyerbu paling depan.
"Tahannnnn!" Pek-tung Lo-kai dan Soo Kian Kun dan muridnya menjulurkan
kedua tangan menyambut. Gglllaaaaarrrrr ... !! Ketiga orang itu terpental ke belakang bagaikan layang-layang putus talinya.
Menabrak orang-orang di belakang mereka sehingga jatuh tumpang tindih. Sungguh
hebat luar biasa kekuatan tenaga sakti Sim Tok Tojin sekarang ini. Beberapa kali lipat
kuatnya dari kemarin dulu ketika mereka keroyok di Hong-ma-cung!
"Ha-ha-ha-ha ... !!"
"Hi-hi-hi-hik-hik ... !!"
"Huah-hah-hah-hah-kek-kek-kek ... !"
Terdengar tawa penuh ejekan di altar. Suaranya nyaring menggema di puncak Bukit
Iblis. Melihat lawan tumpang tindih dalam sekali serang saja membuat mereka ketawa
senang. Namun tidak sampai di situ saja ulah penyembah berhala itu. Sekali mengangkat
tangan memberi isa-rat, Sim Tok Tojin mendahului mereka meluncur ke depan.
Trang-tring-cringgg ... !!
Begitu tosu tua itu bergerak, banyak senjata terpental dari tangan para pengeroyok
yang menyambut tubuhnya itu.
"Ha-ha-ha, mampuslah!"
Sambil ketawa-tawa terbahak Sim Tok Tojin menyebar maut di antara para pesilat.
Kedua tangan dan kakinya setiap kali bergerak pasti mendapat korban tubuh manusia.
Ada yang terlempar dengan kepala remuk akibat tamparan tosu tua ini, ada pula yang
amblong dadanya kena digedor tangan yang memiliki tenaga dalam luar biasa itu. Banyak
pula yang kena tendangan menggeledek dari kaki yang memiliki tenaga gajah.
"Hi-hi-hik, mari, mari tampan. Mari ikutlah aku ... !"
Cu Kiok Sianli melakukan tendangan dua kali ke arah dua pengeroyok tua. Kaki
kanannya tepat menyambut tangan berpedang itu dengan satu kali sapuan terbang. Begitu
tangan lawan yang memegang pedang tertangkis, Cu Kiok Sianli menggunakan tenaga
dorong itu untuk membalik dan melakukan tendangan dengan tubuh berputaran cepat.
Dua kali kaki kanan kiri wanita cabul itu mengenai kepala lawan berurutan.
e-bukugratis.blogspot.com
261 Prakkk ... ! Kleeeakkk! Begitu kepala musuhnya pecah dan teklok (terkulai/sengkleh) dan nyawanya
menghadap Giam-lo-ong untuk mengadu.
Cu Kiok Sianli menubruk lelaki muda tinggi besar.
"Hi-hi-hik, mau lari ke mana?"
Plakkkkk! Tuk-tuk! Pemuda tampan tinggi besar itu pun lemas dalam pondongan wanita iblis itu.
Sambil mengeluarkan kekeh genit, segera saja wanita iblis itu membawa tubuh
korbannya ke atas altar. Tanpa mempedulikan lagi rekan mereka yang menyebar maut
diantara para pengeroyoknya. Begitu tiba di belakang batu hitam depan area batu segera
wanita cabul tersebut melucuti pakaian korbannya. Lalu memasukkan segenggam pel
dalam mulut korbannya. Tanpa malu atau sungkan segala, iblis itu pun melolos seluruh
bertang yang menempel di tubuhnya sendiri. Tanpa menunggu reaksi obatnya Cu Kiok
Sianli melakukan perbuatan tak senonoh di bawah patung sesembahannya. Sepasang
mata kemerahan dari patung itu nampak bersinar girang melihat manusia melakukan dosa
dan melanggar larangan Thian.
"Hieh-hieh-hieh, sekaranglah aku dapat memuaskan hasratku kepadamu, Manis!"
Ang I Hwesio pun melangkah satu persatu, mendekati wanita yang masih terikat di
patung batu dalam keadaan terpentang. Sepasang mata pendeta gundul Takonaya bersinar
menjelajahi lekuk-lengkung Gin Nio. Napasnya mendengus-dengus menahan gelora yang
menyesak dalam otak kotor gundulnya. Nampak air liur menetes di sudut bibirnya.
Seperti air liur anjing gila layaknya!
"Tunggu sebentar, Manis, pinto akan membawamu terbang ke sorga, ha-hahakkk ... !!"
Lalu pendeta ini melirik teman wanitanya dengan sudut matanya. Melihat wanita
cabul itu telah menaiki kuda tunggangnya, maka dengan tergesa Takonaya lalu melolos
jubah merah dan menubruk korbannya yang sekarang sudah siuman!
Tan Gin Nio membelalakkan mata melihat pemandangan depan matanya. Di mana
Cu Kiok Sianli sedang melahap orang tinggi berwajah tampan yang seperti gila
menyambut serangan perempuan cabul itu. Ia segera membuang muka ke kiri dan ...
e-bukugratis.blogspot.com
262 hampir saja Gin Nio berteriak ngeri melihat betapa ada tubuh berbulu kemerahan
mendekati dirinya dengan telanjang dan mulut keluar menetes-netes liurnya itu. Ingin Gin
Nio memejamkan mata saja. Akan tetapi bangsat gundul itu mendekati tubuhnya dengan
langkah satu-satu bagaikan seekor macan siap mengkoyak-koyak tubuh kijang
buruannya! "Hiiiaaaaattttt ... !!!"
Desssss ... !! Ang I Hwesio Takonaya terpental ke belakang ketika menyambut pukulan orang
yang melayang datang! Tubuh pendeta itu berguling-guling menuruni undakan batu altar. Untung bahwa
pendeta gundul (hwesio) itu memiliki tubuh kebal sehingga tidak menderita luka dalam
yang parah. Akan tetapi, begitu Takonaya dapat berdiri tegak dan melihat siapa
penyerangnya, mata hwesio jubah merah itu melotot tak percaya!
Dua kali melangkah Li Cu Liong telah berada di dekat Cu Kiok Sianli yang sedang
menghisap hawa murni melalui perbuatan mesumnya. Wanita ini tidak mempedulikan
lagi keadaan sekelilingnya. Semua perhatian Cu Kiok Sianli hanya tertuju kepada rasa
nikmat saja. Tidak mendengar teriakan kaget rekannya itu.
Desssss ... !! Tubuh wanita cabul itu terlempar ke udara kena ditendang pinggulnya oleh Cu
Liong. Walaupun dapat menendang pinggul wanita iblis tersebut, tak urung pemuda kita
merah wajahnya melihat perbuatan tak malu-malu itu.
"Jangan pergi ... ! Akuuu, akuuu masih mmmauuu ... !!" Pemuda tinggi besar itu
berteriak keras. Sepasang matanya merah mengawasi ke kanan kiri. Begitu melihat dara
terikat di patung batu, ia segera menubruk maju!
"Ihhhhh ... !" Gin Nio membuang muka sambil meramkan kedua matanya.
Walaupun hati terasa ngeri membayangkan apa yang akan menimpa dirinya yang
tak berdaya karena ikatan rantai itu. Telah beberapa kali ia mencoba mengerahkan tenaga
lweekang untuk memutuskan rantai di tangan dan kakinya, namun tetap saja tenaga
dalamnya tak mau timbul! Gin Nio menjadi panik luar biasa!
Tuk! Tuk! Blukkkkk! e-bukugratis.blogspot.com
263 Ketika Gin Nio membuka matanya kembali mendengar suara tubuh jatuh itu, ia
terbelalak memandang ke depan. Sepasang matanya bertemu dengan senyum manis dan
mata penuh kasihan dari Li Cu Liong, murid Pendekar Golok Terbang sahabat gurunya!
Sebelum Gin Nio membuka mulut, tiba-tiba ia melihat bayangan hijau berkelebat!
Tasss! Tasss! Cringg-cringgg!! Tubuh Gin Nio terhuyung ke depan begitu rantai kaki dan tangannya terputus Golok
Pusaka Naga Terbang! Gadis cantik itu pasti akan jatuh menubruk lelaki bugil di
depannya kalau saja tidak ada lengan kokoh telah menyambar lengan kanannya.
"Terima kasih, Liong-ko." Dengan sepasang mata basah air mata Gin Nio berkata.
Sepasang mata Gin Nio tak berani beradu pandang dengan sepasang mata
mencorong Cu Liong, malu!
Tukkkk! Gin Nio merasa jalan darah yang tadi tertotok lancar kembali. Cepat dia
menyalurkan seluruh tenaga dari tan-tian ke seluruh tubuh dan setelah merasa pulih
kembali, ia lalu memandang ke arena pertempuran di bawah altar!
"Celaka ... ! Kita harus cepat tolong mereka!" Ia menjerit kaget melihat Pek-tung
Lo-kai dan Siucai Sinting serta Thio Hwie Kian, pontang panting menahan serangan Sim
Tok Tojin. Ketiga orang itu masih dibantu beberapa orang pesilat.
Li Cu Liong menoleh. Wajahnya berubah ketika mengetahui Hwie Kian sedang
terancam maut di tangan tosu durjana itu. Tanpa ba-bi-bu Cu Liong melesat dari atas altar
menubruk Sim Tok Tojin! Kedua tangan terulur membentuk cakar!
Bagaikan meteor meluncur cepatnya tubuh Cu Liong menubruk Sim Tok Tojin.
Sim Tok Tojin yang ketawa-tawa menghajar ketiga orang itu jatuh bangun, kaget
merasakan ada angin dingin mengarah tengkuknya. Cepat ia membalik dengan
merendahkan tubuh, kedua kaki membentuk kuda-kuda sejajar dan kedua tangan diangkat
menyambut pukulan berhawa dingin. Sim Tok Tojin mengerahkan seluruh tenaga
lweekangnya. Ia percaya bahwa pembokong itu akan mampus menerima pukulan beracun
yang dimilikinya. Blarrrrr ... !! e-bukugratis.blogspot.com
264 Terdengar ledakan dahsyat di udara ketika dua tenaga raksasa itu beradu.
Akibatnya sungguh hebat! Sim Tok Tojin merasa kaget dan tidak percaya bahwa dia sampai terdorong mundur
sampai lima langkah hanya karena menyambiit pukulan tadi. Wajahnya berubah
mengerikan ketika pendeta tua berjubah abu-abu ini memandang lelaki muda yang berdiri
di depannya kira-kira sepuluh langkah dari tempatnya berdiri.
"Kauuuuu ... " Keparattt!" umpatnya.
Li Cu Liong tadi terlempar ke atas ketika ledakan tenaga bertumbukan di udara.
Dengan gerakan indah Cu Liong menggeliatkan tubuhnya dan kedua kakinya mendarat
dengan ringan tanpa menimbulkan suara di batu depan altar. Sepasang mata Cu Liong
memandang tenang pada lawan.
"Iblis kerak neraka! Lihat itu korban terakhirmu! Biadabbbbb ... !"
Cu Liong tak dapat mengeluarkan banyak kata-kata melihat keganasan iblis di
depannya itu. Ia melihat tubuh bugil tak berjantung dari Lie In Nio murid wanita Hoa-san
di altar. Kemarahan menyesak dada membuat lehernya tersumbat!
"Ha-ha-ha, malam ini malam terakhir kalian semua melihat indahnya dunia! Semua
akan berada di dalam kekuasaanku! Ya, semua orang kang-ouw harus tunduk kepadaku!
Sesembahan kalian yang baru! Akulah Dewa Kehidupan, ha-ha-ha-ha!" Sim Tok Tojin
ketawa ngakak. "Tosu gilaaaaa!!"
"Manusia iblis! Agaknya kau telah gilaaa!" Bentak Cu Liong sambil mengelak dari
tubrukan Sim Tok Tojin. Ia lalu membalas serangan tosu berjubah abu-abu itu tak kalah hebatnya. Ditangkis
lengan kurus pendeta berambut putih, terdengar suara keras dari tulang lengan beradu dan
Sim Tok Tojin terhuyung mundur beberapa langkah. Dapat dibayangkan betapa kaget
pendeta tua ini melihat betapa semua tenaga hitam yang dimilikinya tidak mampu
menembus tenaga sakti pemuda tampan yang namanya baru-baru ini mencuat di kalangan
persilatan yaitu Pendekar Naga Terbang!
Nama yang diambil dari senjata Golok Pusaka Naga Terbang milik Hui-liong-pang!
"Keparattttt, mampuslahhh!"
e-bukugratis.blogspot.com
265 Terdengar angin bercuit ketika Sirn Tok Tojin meng-gerakkan tongkat hitamnya.
Tongkat hitam yang tahu-tahu telah berada di tangan pendeta jubah abu-abu berambut
putih bagaikan sihir saja. Memang benar! Tongkat itu seperti tongkat sulap sim-sala-bim
atau tongkat Kim-kauw-pang milik Sun Go Kong!
Li Cun Liong sejak tadi tak pernah meninggalkan kewaspadaannya sedikit pun.
Cepat ia mengelak dan mencabut senjata golok hijaunya. Dengan cepat ia mainkan golok
pusaka dengan Ilmu Silat Seribu Bintang!
Sinar hijau bergulung-gulung menyambar dan membelit sinar hitam dari tongkat
hitam Sim Tok Tojin yang digerakkan penuh tenaga lweekang bercampur tenaga sihir
hitam dari pendeta sesat itu. Keduanya segera terlibat dalam pertempuran sengit luar
biasa. Yang nampak hanya sinar hijau dan sinar hitam saling libat dan saling dorong
dengan cepat sekali! Tubuh kedua orang itu telah lenyap dibungkus senjata masingmasing!
Marilah kita ikuti Ang I Hwesio Takonaya yang bugil ketika kena tendang Cu
Liong tadi. Walaupun dia agaknya dapat menahan pukulan itu dan tidak menderita luka
dalam, namun tak urung tubuhnya terlempar ketika dia terkena tendangan kaki Cu Liong!
Setelah melihat siapa yang menyerang dirinya, Takonaya segera menyelinap dan
memungut baju seorang pendeta jubah abu-abu yang telah menjadi korban amukan para
pesilat itu. Di puncak itu telah banjir darah dari orang-orang yang terluka senjata bacokan
atau tusukan senjata. Malah ada yang kepalanya remuk dan dadanya ambrol segala!
Malang melintang memenuhi pelataran altar di belakang kuil itu.
Melihat pemandangan itu, hati Takonaya tercekat!
Cepat ia menggubatkan jubah pendeta berwarna abu-abu di tubuhnya. Baru saja ia
selesai mengenakan jubah tiba-tiba meluncur sebuah toya putih ke arah perutnya.
Takonaya cepat melejit ke samping. Dan kedua tangannya menangkis totokan mouw-pit
besi Thio Hwie Kian. Lalu meloncat tinggi menuju undakan altar!


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heh-heh-heh ... ! Mau lari ke mana bangsat gundulll?""
Si Tua Tonggos melesat mengejar diikuti oleh Hwie Kian. Tanpa menjawab ejekan
lawan, Ang I Hwesio Takonaya segera mengambil senjata dari bawah batu hitam dekat
altar. Segera saja diputarnya senjata aneh di tangannya menyambut tubuh pengemis tua
bergigi tonggos itu. Terdengar angin bersiut ketika rantai berujung tengkorak kecil itu
e-bukugratis.blogspot.com
266 melesat dengan kecepatan kilat ke depan. Sedangkan ujung rantai satunya menyambar ke
arah Hwie Kian dengan mata pisau mengkilat putih saking tajamnya. Pisau itu menuju ke
arah dada Si Pemuda. Siap menghujam sehingga menembus punggung saking kuat
ayunannya. Wusssss ... !!! Cringgggg ... !! Pek-tung Lo-kai dari samping menggerakkan tongkat putih di tangannya dengan
Ilmu Tongkat Penakluk Srigala. Ujung tongkat menggetar menyambar ke arah moncong
pendeta gundul Takonaya dengan aneh dan tak terduga sama sekali.
Takonaya segera menarik tubuh atas ke belakang dan melangkah dua tindak ke
samping kanan, begitu sodokan tongkat luput, ia lalu memainkan rantai panjang dengan
hebat dan dahyatnya meladeni dua orang pengeroyoknya tak kalah dahsyatnya. Pendeta
gundul ini pun mengerahkan ilmu sihirnya dalam memainkan senjata rantainya. Sehingga
terdengar rintihan memilukan keluar dari mulut kepala tengkorak itu.
Hampir saja Pek-tung Lo-kai mencium kepala tengkorak kalau saja pengemis tua
itu terlambat menjatuhkan diri. Bau amis melewati atas kepala Pek-tung Lo-kai!
"Wuihhhhh, hampir saja! Untung tengkorak itu tidak berani dengan jimat
pemberian murid Nelayan Pantai Timur itu!! Hhhhhiiiiihhhhh ... !!"
Pek-tung Lo-kai menggerakkan kedua pundaknya, bergidik jijik campur ngeri!
Pertarungan sengit terjadi di atas altar.
Takonaya yang dikeroyok dua merasa kewalahan juga karena ilmu sihirnya hampir
tidak jalan. Semua ini akibat dari kertas jimat pemberian Tan Gin Nio kepada kedua
orang itu. Maka Takonaya hanya mengandalkan keampuhan rantai panjang dengan ujung
tengkorak dan pisau itu. Sedangkan kedua lawannya memiliki ilmu silat saling bantu
dengan kompaknya sehingga setiap serangan maupun pertahanannya sangat kuat. Lambat
namun pasti kedua orang itu dapat mendesak pendeta gundul berjubah merah Takonaya!
Di lain bagian nampak Cu Kiok Sianli mengamuk hebat!
Wanita budak iblis ini agaknya telah hilang rasa malunya. Dengan tubuh bugil
Dewi Seruni Ungu menggerakkan tangan dan kakinya menghajar para penyerang yang
merasa silau melihat tubuh bahenol itu bergerak lincah, meloncat ke sana-sini
memperlihatkan daerah terlarang! Nanar pandang mata para lelaki itu! Sehingga keadaan
e-bukugratis.blogspot.com
267 ini dimanfaatkan lawan sebaik-baiknya. Begitu terjun ke arena, lima orang terlempar
dengan kepala remuk akibat tamparan kedua tangan Iblis Wanita Penghisap Sukma!
Sambil mengeluarkan ketawa mengerikan wanita ini menyebar maut di antara para
pengeroyok! "Mundur kalian! Serahkan Iblis Betina ini kepadaku!" dan sesosok bayangan
langsing meluncur ke tengah arena. Tan Gin Nio menggerakkan tangan kanannya,
menangkis tendangan terbang Cu Kiok Sianli yang mengarah kepala salah seorang murid
Kera Sakti! Duuuuukkkkk ... !! "Ahihhhhh ... !!" jerit Cu Kiok Sianli kaget.
Namun wanita ini segera poksai di tengah udara ketika tubuhnya terlempar ke atas.
Gerakannya sungguh indah dan menarik dengan tubuh bugil diselaputi sinar keemasan
sinar rembulan. Begitu kedua kaki iblis wanita ini mendarat di tanah, sepasang mata
merah Cu Kiok Sianli menatap orang yang membuatnya terlempar tadi.
"Budak celaka! Kiranya kauuu ... ?" Umpatnya disusul tubuhnya meluncur
menerjang Gin Nio dengan kedua tangan membentuk tombak, sepasang telapak tanganya
dirangkapkan. Tubuhnya meluncur dengan berputar seperti boor besar menerjang dada
membusung gadis remaja itu.
Weesssss ... !! Gin Nio meloncat menghindar. Dari atas tubuhnya menggeliat dan dua jari tangan
menotok tengkuk Cu Kiok Sianli yang lewat di bawahnya. Angin dingin mengarah
tengkuk mengeluarkan bunyi berciutan. Cu Kiok Sianli yang tidak menduga bahwa gadis
remaja cantik jelita itu memiliki ilmu gin-kang sedemikian hebatnya terkejut. Cepat
tubuhnya diberatkan dan terus bergulingan menjauh.
Ciittt-ciittttt!! Tanah pun berlubang ketika jari tangan Gin Nio menusuk dengan totokan tadi.
Begitu totokannya luput, Gin Nio cepat membalik dan mengejar tubuh Cu Kiok Sianli
Ketua Cu-kiok-pang itu. Singgggg ... ! Takkkkk ... !! e-bukugratis.blogspot.com
268 Potongan pedang jatuh ke tanah. Ternyata sambil bergulingan Cu Kiok Sianli
menyambar sebatang pedang bekas lawannya dan menyambitkan ke arah tubuh yang
meluncur datang. Begitu melihat bokongan itu dipunahkan, Cu Kiok Sianli menyambar
kembali sebatang pedang di tanah dan diputar cepat di depan dada. Terdengar suara
bercuitan tajam ketika Iblis Penghisap Sukma yang bugil itu menerjang maju. Pedangnya
bergerak cepat dan susul menyusul ketika dapat dielakkan lawan. Tanpa memberi
kesempatan bernapas sama sekali. Ke mana pun juga Gin Nio mengelak, terus dikejar
sinar pedangnya. Wirrrrr ... !! "Ihhhhh, hampir saja!" Gin Nio mendesah sambil berputaran di udara lima kali.
Tubuhnya membuat poksai sampai lima kali menjauhi lawannya.
"Mampusslahhh ... !!"
Cu Kiok Sianli meluncur dengan ujung pedang melakukan tusukan secara beruntun.
"Celakaaa ... !" Tanpa sadar Gin Nio menjerit.
Tubuhnya terguling ke belakang ketika tadi mengelak mundur dan kakinya
tersandung mayat seorang tosu berjubah abu-abu. Gin Nio melihat ujung pedang yang
mendatangi itu dengan kedua mata tak berkedip!"
"Hi-hi-hikkkkk ... !!"
Cu Kiok Sianli sudah merasa bahwa sekarang ujung pedang di tangan kanannya
akan mendarat di dada lawan muda itu. Dia ketawa senang penuh kemenangan.
Cringgggg ... !! Desssss ... !!
Cu Kiok Sianli melepaskan pedangnya. Telapak tangan yang memegang gagang
pedang serasa terkelupas saking hebatnya tenaga yang menangkis senjatanya. Sebelum
wanita itu dapat menguasai dirinya tahu-tahu sebuah tendangan telah mendarat di
pahanya! "Bedebah! Siapa kau?" bentak Cu Kiok Sianli sambil mengangkangkan kedua
kakinya membentuk kuda-kuda sejajar.
Akibatnya sungguh hebat! "Gilaaaaa ... ! Cabul ... ! Tak tahu malu!" Kakek itu menyumpah-nyumpah.
e-bukugratis.blogspot.com
269 Jengah sendiri melihat pemandangan depan matanya! Siapakah kakek aneh yang
dapat meloloskan Gin Nio dari maut depan mata" Ternyata kakek itu bukan lain adalah
seorang nelayan tua! Benar sekali.
Dia bukan lain Nelayan Pantai Timur!
"Suhu, awassssss ... !!"
Wuttttt ... !! Cakaran kedua tangan Cu Kiok Sianli luput. Begitu ia mau melanjutkan
serangannya lagi, Gin Nio telah meloncat dengan kedua tangan melakukan serangan
berbahaya. Otomatis Cu Kiok Sianli membatalkan serangannya tadi dan menangkis.
Plakkk! Dukkkkk" ... !!
Kedua wanita itu terdorong ke belakang saking hebatnya tenaga yang tersalur dalam
tangan mereka. Akan tetapi Cu Kiok Sianli segera menyambar senjata di bawah kakinya
ketika melihat tua muda itu mendekat dengan berbareng. Sambil mengeluarkan umpatanumpatan keji dan kotor, ia memainkan ilmu pedangnya menahan serangan dua orang
lawannya. Pertarungan sengit segera terjadi dengan hebatnya! Yang nampak hanya tiga
bayangan-bayangan berkejaran di dalam gulungan sinar berkeredepan dari pedang di
tangan Cu Kiok Sianli. Dalam hati iblis wanita ini mengeluh!
Pembasmian anak buah Cu-kiok-pang dan pendeta-pendeta tosu berjubah abu-abu
terjadi dengan hebat dan buasnya. Apabila ada seorang wanita Cu-kiok-pang yang roboh
segera saja mereka ini dihujani senjata tajam. Sehingga dapat dipastikan tubuh mereka ini
menjadi onggokan daging cacah!
Demikian pula dengan tosu-tosu berjubah abu-abu tersebut. Tak seorang pun
dibiarkan tolos dari tempat terkutuk itu. Ternyata semua ilmu yang dilatihnya dan
menurut pemimpin mereka dapat menjamin kehidupan abadi, hanya kosong belakang.
Tubuh mereka yang katanya kebal itu, ternyata masih dapat termakan senjata orang-orang
yang mengenakan kertas bertulis huruf merah pemberian Gin Nio tadi.
Maka setelah orang terakhir dari pendeta berambut atau tosu berjubah abu-abu itu
terguling dan menjadi cacahan bakso seperti juga sama dengan rekan wanita mereka
murid Cu-kiok-pang yang akhirnya harus menebus dosa mereka.
Mampus di bawah hujan senjata para pengeroyoknya!
e-bukugratis.blogspot.com
270 Setelah dapat membasmi anak buah Cu-kiok-pang dan tosu-tosu berjubah abu-abu.
Jumlah para pengeroyok itu hanya tinggal sepertiga saja. Mereka melihat ke arah tiga
arena penuh kagum. Nampak Siucai Sinting Soo Kian Kun berloncatan menuju ke atas
altar! "Cepat habiskan nyawa keledai gundul itu!"
"Main perintah saja mudah! Cepat bantu aku!" Pek-tung Lo-kai menjawab sewot
sambil menggulingkan tubuh mengelak dari pisau di ujung rantai. Pisau berantai itu
masih meluncur ke arah altar.
Crooooottttt ... !! Dada lelaki tinggi besar korban racun Iblis Penghisap Sukma terpantek pisau
sampai tembus. Lelaki ini agaknya telah terbebas dari totokan yang tidak berat yang
dilakukan Pendekar Naga Terbang tadi. Di bawah pengaruh racun yang dijejalkan Iblis
Penghisap Sukma Cu Kiok Sianli, pemuda itu melangkah terhuyung-huyung ke arah altar.
Di mana tubuh bugil Lie In Nio masih telentang di atas batu hitam dengan kedua tangan
dan kakinya terpentang ke kanan kiri. Dada dara murid Hoa-san ini masih mengucurkan
darah dari lubang yang dibuat oleh Sim Tok Tojin ketika iblis itu mengambil jantung!
Tanpa mau mengerti lagi, orang tinggi besar itu lalu menaiki tubuh itu dan ingin
menyalurkan seluruh nafsu kebinatangan yang dikobarkan obat Cu Kiok Sianli Iblis
Penghisap Sukma! "Uh-uh-uh!" Takonaya menarik rantainya. Tetapi agaknya rantai tersebut menyelip
di tulang korbannya. Korban yang sedianya ditujukan kepada Pek-tung Lo-kai Si
Pengemis Tonggos itu dan luput mengenai dada lain ketika dihindarkan. Malahan
mendapat korban lelaki yang sedang menaiki tubuh tak berdosa di atas altar!
Crooottttt-crottttt ... !!
Takkkkk ... !! Kepala Takonaya kena kemplang tongkat putih Pek-tung Lo-kai. Namun agaknya
kepala gundul itu keras luar biasa sehingga hanya isi kepala yang hancur di sebelah
dalam. Sedangkan kepala itu melesak ke dalam dadanya melalui leher. Ketika kepala itu
terpukul tongkat putih, sebetulnya lebih cepat beberapa saat tusukan mouw-pit besi di
tangan Thio Hwie Kian, mendahului mengenai dada pendeta jubah merah itu!
Sepintas lalu seperti hampir berbareng!
e-bukugratis.blogspot.com
271 Sedangkan kepala tengkorak di ujung rantai satunya nampak hancur dipukul Siucai
Sinting Soo Kian Kun. Pendeta gundul itu tanpa bersambat lagi telah tewas secara
mengerikan! "Heh-heh-heh! Akhirnya mampus juga keparat gundul ini!"
Pek-tung Lo-kai meludahi kepala gundul Takonaya. Lalu ia membalik dan
memutuskan rantai yang mengikat Lie In Nio, sebelum itu ia mengambil pakaian Dewi
Seruni Ungu dan menutupkannya di tubuh bugil murid Hoa-san yang pernah dikenalnya
itu. "Ihhhhh, kasihan!"
Ketika ketiganya menebarkan mata ke arena pertarungan, nampak Dewi Seruni
Ungu terdesak ke tepi jurang oleh Nelayan Pantai Timur dan muridnya. Sedangkan di
lain pihak, nampak dua sinar hitam dan kehijauan saling libat dengan serunya antara Sim
Tok Tojin dan Li Cu Liong, Si Pendekar Naga Terbang. Tiga pasang mata itu merasa
kagum melihat kelihaian anak muda tersebut.
"Heh-heh-heh-heh, lihat semua mata melotot melihat kekasihmu itu." Pek-tung Lokai berkata lirih kepada teman dekatnya Siucai Sinting Soo Kian Kun.
"Tentu mereka membayangkan bagaimana nikmatnya tidur dengan tubuh demikian
eloknya, ya?" "Huuiiihhh, cabul kau, Pek-tung! Agaknya senjatamu itu pun menyanyi ya" Cepat
sana mendekat agar lebih jelas lagi!" Soo Kian Kun Si Siucai Sinting mengejek.
"Aku" Senjataku" Tak usah ya ... ! Aku tahu siapa nenek-nenek itu sebetulnya, haha-ha!" Pek-tung Lo-kai tertawa terbahak. "Tetapi kau yang tergila-gila kepadanya itu
pasti tidak tega kalau kecintaanmu mampus! Benar nggakk ... ?"
"Gilaaa! Omongan bau apa ini?"
"Eit-eittttt! Tak usah marah-marah!"
Pek-tung Lo-kai melesat menghindar ketika Siucai Sinting itu menggerakkan
senjata pit yang ampuh melakukan totokan maut!
"Jangan lari kau" Pengemis bau, kau harus menebus penghinaanmu ini!"
"Eh-eh-eh, sabar, sabar ... !"
Pek-tung Lo-kai pun menggerakkan tongkat putihnya menahan serangan sepasang
mouw-pit besi yang tak boleh dipandang ringan.
e-bukugratis.blogspot.com
272 Akan tetapi, ketika tiba di bawah, kedua orang tua itu menjadi sadar ketika melihat
penonton yang terdiri para pesilat kang-ouw itu. Soo Kian Kun segera menghentikan
serangannya dan melotot penuh kemarahan ke arah pengemis tonggos Pek-tung Lo-kai.
Yang dipelototi hanya cengar-cengir seperti kunyuk mencium terasi!
Sim Tok Tojin ketika melirik ke arah teman-temannya, menjadi berubah wajahnya.
Pendeta tosu itu menjadi keder juga. Apalagi ketika terdengar sorakan girang
terbunuhnya Ang I Hwesio Takonaya, hatinya tambah menciut!
Ahhh, habis sudah sekarang! Pikirnya.
Namun pendeta berambut putih ini semakin ganas gerakan toya hitamnya, ia
menyerang kalang-kabut bagaikan seorang gila saja layaknya. Dibarengi dengan
bentakan-bentakan penuh tenaga sihir!
Akan tetapi, biarpun masih muda lawannya adalah Pendekar Naga Terbang.
Pewaris ilmu dalam Kitab Menjala Langit yang luar biasa!
Semua bentakan yang mengandung ilmu sihir dari Sim Tok Tojin bagaikan angin
lewat di telinganya, tak sedikit pun dapat mempengaruhinya. Malahan sekarang
permainan Golok Naga Terbang yang bersinar hijau itu pun semakin hebat sejalan
dengan serangan lawan. Jurus-jurus aneh dan sukar yang dulu tidak dapat diuraikan
sekarang menjadi terbuka ketika berkelebatan mengelilingi tosu berjubah abu-abu rambut
putih bersenjatakan tongkat hitam itu. Tak sebuah pun serangan tongkat hitam dapat
menyentuh ujung baju Si Pemuda. Malah beberapa kali Sim Tok Tojin mengeluarkan
teriakan terkejut ketika mendapat serangan balasan anak muda itu.
"Hiaattttt ... !!!"
Cu Liong melesat dari atas sambil menabas kepala Sim Tok Tojin. Terdengar angin
bercuit mendahului babatan golok hijaunya. Sim Tok Tojin yang dalam keadaan terputar
tubuhnya akibat kuatnya serangan tongkat ketika membabat pinggang anak muda tadi
menjadi terkejut setengah mati. Dengan susah payah ia lalu merendahkan tubuh dan
bergulingan. Tongkat hitam diputar melindungi tubuh atasnya!
Trakkkkk! Tranggg! Cringgggg ... !!!
Bunga api pun berhamburan ke segala arah. Dua tenaga raksasa yang
menggerakkan senjata itu untuk kesekian kalinya bertemu!
"Hancur kakimu!" bentak Sim Tok Tojin menggeledek.
e-bukugratis.blogspot.com
273 Tongkat hitam itu menyerampang kaki Cu Liong dengan kekuatan luar biasa
besarnya. Li Cu Liong yang sudah memperhitungkan semua gerakannya tidak menjadi
gugup, dengan sambutan lawan. Tanpa ragu sedikit pun Cu Liong menotolkan sepatunya
menyambut tongkat! Tukkk! Tubuh Cu Liong terpental balik ke atas. Dari atas kembali Cu Liong menggerakkan
tangan kanan. Singgg ... !!! Sinar hijau berkelebat ke arah kepala Sim Tok Tojin. Jangan dipandang ringan
golok berpusing yang menyerang kepala ini, sekali saja kepala Sim Tok Tojin kena
tertabas, jangan harap pendeta bau ini melihat matahari keesokan harinya!
Trakkkkk ... ! Sim Tok Tojin menjerit kaget ketika tongkat di tangannya terasa ringan. Ketika
sepasang matanya melihat ujung tongkat, hatinya tercekat.
"Gilaaaaa ... !!" umpatnya dalam hati.
Sim Tok Tojin mengawasi anak muda di depannya penuh kemarahan. Akan tetapi,
hatinya telah hancur berkeping-keping mendapat kenyataan betapa lihainya anak muda
itu. Sambil berkemak-kemik Sim Tok Tojin mendorongkan kedua tangan setelah


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melempar potongan tongkat!
Desssss ... !!! Cu Liong menyambut pukulan kedua tangan itu dengan kontan. Keras lawan keras.
Pemuda ini tidak mau menggunakan kesempatan lawannya tidak memegang senjata, ia
pun memasukkan golok pusaka ke sarung. Dua tangan Cu Liong disaluri tenaga dalam
dari ajaran San In Lojin. Sim Tok Tojin terpental ke belakang sampai dua tombak. Tubuh
pendeta ini bergulingan di tanah. Kebetulan sekali ia berguling ke arah orang-orang yang
sedang menonton pertarungan antara Nelayan Pantai Timur yang dibantu murid
perempuannya melawan Cu Kiok Sianli yang sedang dalam keadaan bugil itu.
"Bunuhhhhh ... !!!" Ketika salah seorang menoleh, melihat tubuh pendeta itu
menuju ke arah mereka. Mendengar teriakan ini maka mereka menengok dan
mengangkat senjata menyambut.
Plakk! Plakkk! e-bukugratis.blogspot.com
274 Desssss ... ! Beberapa orang terdepan mencelat ke kanan kiri akibat amukan pendeta berjubah
abu-abu tersebut. Ternyata walaupun dalam keadaan setengah tidak berdaya akibat
beradunya tenaga pukulan tadi Sim Tok Tojin masih tidak boleh dipandang ringan.
Begitu orang-orang itu mendekat segera saja Sim Tok Tojin membalik dan
menggerakkan kaki tangannya mengamuk. Tentu saja mereka itu makanan empuk bagi
Sim Tok Tojin. Akan tetapi sebelum pendeta itu dapat memuaskan amukannya tiba-tiba
terasa angin dingin menerpa punggungnya!
Desssss ... !! Kembali Sim Tok Tojin terlempar bergulingan.
"Mundurrrrr ... ! Biarkan aku sendiri yang menghadapi pendeta murtad ini!" Cu
Liong berteriak lantang. Lalu menerjang ke depan lagi.
Serrr-serrr ... !! Tak-takkk ... !! Dua pisau terbang itu pun runtuh ke tanah kena dikibas tangan Cu Liong. Tubuhnya
tetap meluncur ke depan menerjang Sim Tok Tojin.
"Haiittttt ... !!" Sim Tok Tojin membentak dan melemparkan dua bola bulat ke arah
Cu Liong. "Hati-hati! Benda itu bisa meledakkkkk ... !!" Pek-tung Lo-kai memperingatkan.
Walaupun tidak diperingatkan sekali pun, Cu Liong telah tahu. Sebab pernah di
Hong-ma-cung pendeta ini berbuat hal yang serupa ketika menghilang dari kepungan itu.
Maka dengan manis Cu Liong mengulur kedua tangan.
Tap-tap! Dua bola mendarat lunak di telapak tangan yang lembut itu. Cu Liong
menggunakan tenaga lembek Bian-ciang untuk menyambut. Dan langsung saja dilempar
ke arah atas! Duaaarrrrr ... !! "Awasssss ... !!"
"Mingggirirrrrr ... !! Batu besar itu runtuhhhhh ... !!"
Terdengar suara gemuruh ketika patung kepala iblis itu jatuh mengelinding akibat
ledakan dua bola. Ternyata altar batu itu pun hancur tertimpa patung batu dan sekarang
e-bukugratis.blogspot.com
275 nampak batu besar bundar itu menggelinding menuruni undakan batu dan terus
menerjang ke depan dan melumatkan apa saja yang menghalang di depannya.
Brooooolllll ... !! Tembok dinding belakang kuil itu pun jebol ketabrak batu bundar besar itu. Batu itu
masih terus menggelinding turun. Menghancurkan bangunan kuil dan debu pun mengepul
tebal ketika kuil itu pun ambruk! Kembali terdengar suara menggelegar ketika batu besar
itu menabrak tembok depan dan terus menggelinding keluar menuju ke arah barisan batu
depan kuil. Brakkkkk ... !!! Dan sekarang semakin banyak batu-batu menggelundung mengikuti turun batu
besar itu. Ini semua saking kuatnya dan beratnya batu yang menggelinding dari atas
puncak tersebut. Terdengar suara keras sekali ketika akhirnya batu besar bundar itu
menggelinding ke jurang yang curam!
Debu tebal menutupi puncak!
Cu Liong tidak mau melepaskan pembunuh sadis Sim Tok Tojin. Apalagi bayangan
dada terbuka di atas altar tadi masih membayang depan matanya, korban kekejian
pendeta penyembah berhala ini. Cepat sekali Cu Liong mencecar Sim Tok Tojin dengan
ilmu silat tangan kosong.
Sim Tok Tojin masih mencoba untuk membendung semua serangan Pendekar Naga
Terbang. Namun, tetap saja beberapa pukulan lolos dari perhatiannya dan mendarat di
tubuh tuanya. Beberapa kali pendeta jubah abu-abu ini berteriak kesakitan ketika
tubuhnya yang penuh tulang dan tak berdaging itu harus menerima hajaran penuh sinkang
dari Pendekar Naga Terbang!
"Mau lari ke mana, bangsat!" Cu Liong tak memberi kesempatan sama sekali
kepada pendeta itu. Desssss ... ! Tendangan terbang pemuda itu tepat mendarat di punggung Sim Tok Tojin yang
meloncat mau merat itu. Blukkk ... ! "Huueekkk ... !!"
Begitu mengukur tanah, Sim Tok Tojin muntah darah!
e-bukugratis.blogspot.com
276 "Hati-hatiiiii ... !!" Cu Liong memperingatkan.
Crottttt ... !! Tangan kanan Sim Tok Tojin masuk ke dalam kepala Mo Sin Kou. Itu murid kepala
Perguruan Kera Sakti. Tanpa mengeluarkan teriakan lagi tubuh Sin Kou menindih Sim
Tok Tojin. Beberapa orang lagi maju dengan senjata teracung!
Prakkk-prakkkkk ... !! Dua kepala pecah akibat beradu dengan kepala Mo Sin Lou yang kakinya dipegang
Sim Tok Tojin dan diputar-putarkan itu. Dengan buas bagaikan orang kesurupan setan,
Sim Tok Tojin kcmbali mengamuk.
"Munduurrrrr ... !!"
Kembali Cu Liong berteriak menggeledek! Langsung saja tangan kanan Cu Liong
meraih ke pinggang dan berkelebat ke arah depan.
Singggg ... ! Wirrrrr-wirrrrr-wirrrrr ... !
Sim Tok Tojin yang mendengar desing tajam dari arah samping kaget. Begitu
pendeta berjubah abu-abu ini menoleh, sepasang matanya terbelalak melihat kitiran
bersinar hijau dari putaran Golok Pusaka Naga Terbang telah di depan mata!
Sebelum dia dapat menguasai dirinya untuk memunahkan senjata itu atau
menghindar, tahu-tahu kepalanya telah mencelat akibat terlanggar lehernya oleh sinar
hijau. Tubuh tanpa kepala itu masih dapat maju beberapa langkah. Namun, akhirnya jatuh
tersungkur ke depan mengukur panjang tanah di bawahnya!
Cu Liong menerima kembali golok yang berputar dengan tangan kanannya. Lalu
tanpa banyak suara lagi pemuda itu menuju ke arah pertempuran di tepi jurang.
Langkahnya nampak berat melihat korban yang berjatuhan di puncak bukit itu.
Sepasang matanya basah oleh kasihan!
"Hi-hi-hik, menyerahlah Nenek tua! Ini di sini ada ... !"
Pek-tung Lo-kai segera menahan omongannya ketika sepasang matanya bentrok
dengan pandang mata guru dan murid pelajar itu.
"Kami yang siap untuk mengeroyokmu kalau kau tidak cepat menyerah ... !"
akhirnya keluar juga kata-kata yang lain dengan maksudnya yang pertama tadi.
"Lebih baik mati!"
e-bukugratis.blogspot.com
277 Cu Kiok Sianli menjadi nekat ketika melihat semua sekutunya telah malang
melintang mampus! Dengan nekat wanita iblis ini lalu merangsek kepada gadis cantik itu. Semua
serangan mautnya diarahkan kepada Gin Nio. Cu Kiok Sianli ingin mengajak gadis muda
itu menjadi kawan seperjalanan menuju ke akhirat menghadap Giam-lo-ong!
Ini kemauan dari Iblis Penghisap Sukma itu. Yang diajak dan dicecar tentu saja
tidak mau. Betul kan! Dengan lincah dan gesit, Gin Nio mengelak dari setiap serangan lawan. Malahan ia
tidak mau kalah dalam membalas serangan.
Perhatian Dewi Seruni Ungu ini yang hanya ditujukan kepada gadis muda itu
membuat banyak lowongan di tubuhnya sendiri yang bugil itu. Nelayan Pantai Timur
tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan yang amat baik ini. Maka ketika dalam
marahnya Cu Kiok Sianli menubruk muridnya dengan kedua tangan membentuk
cengkeraman terulur ke depan. Nelayan tua itu pun melesat ke depan dengan kedua kaki
melakukan tendangan terbang berantai.
Wuttt-wuttttt ... !! Cengkeraman Cu Kiok Sianli dihindarkan Gin Nio dengan lompatan ke samping.
Dan sebelum Cu Kiok Sianli dapat menguasai tubuhnya kembali, ia kaget melihat kedua
kaki nelayan tua itu meluncur cepat sekali depan matanya. Dengan susah payah wanita
ini berusaha untuk membendung datangnya sepasang kaki yang melakukan tendangan
berantai itu. Namun celaka! Cu Kiok Sianli tidak melihat di belakangnya telah menanti jurang yang curam luar
biasa itu. Sebelah kakinya menginjak tempat kosong.
Desssss ... !! Dada Iblis Penghisap Sukma terhajar tendangan Nelayan Pantai Timur. Tubuh Cu
Kiok Sianli mencelat ke tengah jurang! Terdengar lengking kematian panjang keluar dari
mulut wanita pengumbar nafsu jalang. Tubuhnya masuk jurang tak terukur dalamnya dari
puncak Bukit Iblis dan di bawah telah siap membelai tubuh bugil itu batu-batu besar dan
runcing! Dapat dipastikan bahwa tubuh itu akan menjadi gepeng akibat belaian batu-batu
e-bukugratis.blogspot.com
278 besar dalam jurang! Nyawa wanita pengumbar nafsu itu segera menyusul sekutu mereka
menemui tuannya dan meminta tempat di neraka!
Di mana yang ada siksaan abadi!
Gin Nio menoleh ketika mendengar langkah kaki berat ke arahnya. Sepasang mata
murid Nelayan Pantai Timur itu bercahaya ketika tahu siapa laki-laki muda tampan yang
mendekatinya. "Liong-ko ... !" desahnya lirih.
"Gin-moi ... !" Cu Liong pun berbisik hampir tak terdengar.
Sepasang mata Cu Liong memandang penuh pertanyaan dan keharuan melihat dara
yang diculik Sim Tok Tojin itu ternyata tidak kurang suatu apa. Sejak menolong gadis itu
dari rantai di batu iblis perasaan Cu Liong tidak karuan melihat dara itu selamat. Akan
tetapi sekarang masih banyak yang harus dikerjakan dan di situ banyak orang kang-ouw
sehingga ia merasa tak leluasa untuk mengutarakan isi hatinya.
"Heh-heh-heh, akhirnya ketemu juga! Gin Nio sejak kau menghilang di depan kuil
itu, kami semua merasa cemas akan nasibmu. Terutama ... ha-ha-ha ... !"
Pek-tung Lo-kai memandang ke arah Thio Hwie Kian.
Thio Hwie Kian merah wajahnya melihat pandang mata Gin Nio. Ia menunduk
malu. Tak sepatah kata pun dapat keluar dari pemuda tinggi besar murid Siucai Sinting
itu. Kakinya nampak bergerak-gerak tak menentu.
Li Cu Liong yang melihat keadaan ini segera menyingkir. Apalagi mendengar
ucapan Pek-tung Lo-kai itu, ia merasa ada apa-apa antara kedua teruna itu. Maka ia lalu
menuju ke tempat bekas amukan para durjana itu. Dan sepasang matanya basah teringat
bahwa dendam gurunya telah terbalas. Walaupun dia melihat korban yang berjatuhan
tidak sedikit! Orang-orang yang masih hidup segera mengurus yang luka dan mengobatinya. Dan
membawa yang tewas ke dalam ruangan kuil yang telah ambruk sebagian besar itu. Dari
barisan batu itu pun nampak orang-orang mengusung jenazah dan semua dikumpulkan di
ruangan kuil. Ada seratus orang lebih yang menjadi korban pertempuran itu. Tanpa
pandang bulu semua mayat dikumpulkan di ruangan itu.
"Kita harus sempurnakan jenazah mereka. Baik musuh atau teman. Mayat-mayat ini
kalau tidak disempurnakan akan menimbulkan penyakit dan mengotori udara!"
e-bukugratis.blogspot.com
279 Siucai Sinting mendekat sambil membawa dua minyak besar dalam tong kayu.
Minyak lemak. Beberapa orang telah membawa balok-balok kayu dari reruntuhan kuil.
Malah ada yang membongkar pintu-pintu atau dipan kayu. Ditumpuk di ruangan untuk
membakar mayat-mayat itu beserta kuilnya sekalian. Pekerjaan itu hampir selesai ketika
matahari telah sepenggalah tingginya.
"He-heh-heh, semua akhirnya mati! Kenapa kalau masih hidup tidak mau berbuat
baik. Sekarang kalau sudah mampus apa yang dibanggakan lagi?" Pek-tung Lo-kai
mengedumel sendiri. Sepasang mata kakek pengemis itu pun nampak basah karena melihat tumpukan
mayat-mayat itu. Li Cu Liong mengawasi semua itu dengan berbagai macam pikiran meng-ganggu
benaknya. Entah apa itu" Nampak sekali dari kerut di dahinya. Sesekali pemuda kita ini
melirik ke arah Tan Gin Nio dan Thio Hwie Kian silih berganti.
Nelayan Pantai Timur pun nampak sedang omong-omong dengan Soo Kian Kun di
pojok kuil. Yaitu setelah Si Siucai Sinting itu meletakkan tong besar isi minyak itu.
Entah apa yang dibicarakan dua sahabat itu"
Orang-orang yang berada di tempat itu segera menyalakan obor dan membakar
tumpukan mayat dan kayu yang telah disiram minyak. Nampak asap me-ngepul tebal.
Dan bau daging terbakar pun membuat mereka segera mundur menjauhi. Pek-tung Lo-kai
juga mundur setelah tadi bertahan di dekat api yang berkobar itu. Kakek pengemis
tonggos ini mendekati kedua tokoh tua persilatan itu. Sedangkan di kejauhan nampak Tan
Gin Nio sedang bicara lirih dengan Thio Hwie Kian. Sesekali nampak Gin Nio melihat ke
arah Cu Liong! Entah apa yang dikatakan gadis cantik itu"
"Heh-heh-heh, Sobat Nelayan, sungguh pandai kau memilih murid. Tidak seperti
diriku pengemis jembel miskin ini. Tak seorang pun dapat cocok lama, ha-ha-ha!"
"Tentu saja! Siapa mau mempunyai guru tak pernah mandi, heh-heh!" ejek Soo
Kian Kun. "Apa" Aku" Aku tak pernah mandi" Jangan menghina kau, pelajar gendeng! Aku
pun tak kalah denganmu. Muridku sekarang sedang berkelana di kang-ouw dan membuat
e-bukugratis.blogspot.com
280 nama besar. Ya, nama besar. Lebih besar dari nama gurunya ... !" Pek-tung Lo-kai
memandang ke angkasa. Memandang awan berarak.
"Kau" Macammu itu punya murid" Tak usah ya. Belum pernah aku
mendengarnya?" Kembali Siucai Sinting mencemooh.
Pek-tung Lo-kai seperti orang kena pesona ketika melihat awan putih bergumpalgumpal terbawa angin. Tidak menyahut sama sekali ejekan sobat kentalnya tadi. Entah
apa yang berada dalam benak pengemis tua tonggos tersebut!
"Lihat saja nanti!" Pek-tung Lo-kai menjawab lirih seperti orang mimpi!
"Heh-heh-heh, bagaimana jawabmu, Sobat?" Soo Kian Kun mendesak kepada
nelayan tua itu. Sedangkan Si Nelayan hanya memandang ke arah murid perempuannya yang
sedang omong-omong dengan murid pelajar rudin itu.
"Ah, terserah anak itu sendiri. Aku orang tua hanya menurut saja apa maunya."
"Bagus kalau begitu. Ha-ha-ha ... " Soo Kian Kun ketawa senang. Dalam benaknya
telah terbayang mempunyai mantu perempuan cantik dan memiliki kepandaian luar biasa
lihalnya. Hati siapa tidak akan berbunga mendapatkan anak mantu seperti itu"
Pleeetttakkk! Pleetaakkk! Pleettakkk ... !
Terdengar letupan tulang-tulang manusia yang terbakar itu. Letupan saling susul
seperti suara rentengan mercon di kala menyambut musim semi. Namun, bau daging
yang masih terbakar pun menyengat hidung mereka. Api pun semakin berkobar ketika
menerima umpan kayu besar berupa balok-balok penyangga rumah kuil dari belakang
dan samping ruangan itu. Beberapa orang nampak masih merusak kuil, mencari kayu
untuk membakar habis hampir seratus orang korban pertempuran itu.
Pek-tung Lo-kai dan Soo Kian Kun Siucai Sinting masih saling adu ketajaman lidah.
Entah mengapa kedua orang tua ini sekarang seperti anjing dan kucing saja keduanya itu"
Sedangkan Nelayan Pantai Timur mengawasi api berkobar yang membakar mayatmayat tersebut.
Di dekat tembok yang masih tegak berdiri, nampak Thio Hwie Kian, pemuda tinggi
besar berwajah tampan sedang omong-omong santai. Nampak asyik sekali kedua orang
itu. Sedangkan pendekar kita Li Cu Liong memandang kosong ke arah kedua teruna yang
sedang asyik berdua dekat tembok itu. Sekali-kali Cu Liong menghela napas panjang.
e-bukugratis.blogspot.com
281 Melihat kobaran api yang semakin besar itu, ia lalu berjalan ke pintu keluar. Tanpa
menoleh lagi pemuda kita ini keluar pintu yang sudah tak berdaun. Begitu tiba di tengan
pintu, menoleh ke belakang sekali lagi dan sekali menjejak tanah tubuhnya berkelebat
cepat menuruni puncak Bukit Iblis! Hanya nampak setitik kecil meluncur turun dan
semakin lama semakin kecil sehingga lenyap dari pandang mata.
"Gin-moi, aku ... aaaaakuuu ... ?"
Hwie Kian tak dapat meneruskan ucapannya karena tenggorokannya seperti tersekat
benda besar sehingga ia tak kuasa untuk mengutarakan isi hatinya pada gadis cantik yang


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah merampas semua kasih sayangnya ini. Pandang mata Hwie Kian menatap wajah
yang terkena cahaya kobaran api itu dengan redup, penuh seribu satu macam perasaan.
"Ya, teruskan Twako! Kenapa ... ?"
"Ahhh, aku takut kalau engkau menjadi marah kepadaku."
"Kenapa harus marah" Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan itu tentu saja
aku tidak tahu akan marah atau tidak."
Hwie Kian menelan ludah. Untuk berapa saat ia hanya menatap gadis di
sampingnya. Setelah memberani-beranikan diri, akhirnya Hwie Kian mengeluarkan isi
hatinya. "Aaaaaakkk uuuuu ... aaa ... kkuuu ... menginginkan Gin-moi."
"Ya, menginginkan apa, Twako" Kalau memang aku dapat membantu tentu tidak
keberatan sama sekali."
Gin Nio tersenyum melihat Hwie Kian kikuk seperti itu. Dalam hati gadis ini
bertanya-tanya. Apa maunya pemuda tinggi besar ini mendekati dirinya seperti ini" Dara
remaja ini tidak merasa sama sekali bahwa Hwie Kian menaruh hati kepadanya. Dia
hanya mengagumi pemuda tinggi besar ini sebagai seorang sahabat baik belaka. Sama
sekali tidak menaruh hati lainnya. Hwie Kian menjadi nekat. Apalagi melihat senyum
manis tersungging ketika gadis murid Nelayan Pantai Timur itu ketika memandangnya.
"Gin-moi ... Gin-moi menjadi ... menjadi ... menjadi teman hidupku."
Akhirnya plong rasa dada Hwie Kian setelah apa yang menjadi isi hatinya
terungkap kepada dara murid Nelayan Pantai Timur. Pandang mata Hwie Kian
mencorong penuh kasih menatap sepasang mata bundar membeliak itu.
e-bukugratis.blogspot.com
282 "Hahhhhh ... " Mmmeenn ... menjadi ... menjadi teman hiduppp ... ?" Gin Nio
mengulang. Dara ini tidak menyadari bahwa ketika sepasang mata bintangnya membeliak tadi,
jantung dalam dada Hwie Kian berpoksai (berjumpalitan). Tak kuat Hwie Kian melihat
keindahan tumpuk undung (tumpang tindih) yang dimiliki Tan Gin Nio.
"Iiiiiyyaaaaa ... " Hwie Kian mengangguk.
Pipi Can Nio yang makin kemerahan karena hawa panas dari api yang membakar
mayat itu, tidak kentara lagi kalau darah naik ke wajah ketika mendengar pernyataan
cinta Hwie Kian kepadanya tadi.
Setelah menguasai rasa kagetnya Gin Nio menjawab lirih. "Terima kasih, Twako.
Aku sangat menghargai keterusteranganmu ini. Tetapi ... tetapi sayang ... "
"Sayang bagaimana, Gin-moi?"
"Sayang sekali, Twako terlambat ... ! Aku ... aku ... " Gin Nio merasa kasihan
melihat pemuda tinggi besar di depannya itu nampak terpukul. "Maafkan aku, Twako.
Aku telah menjatuhkan pilihan hatiku kepada seseorang semenjak pertemuanku pertama
kali ... " Setelah dapat menguasai perasaan hatinya yang terpukul mendengar pernyataan
cintanya ditolak, ia lalu menatap gadis itu penuh rasa kecewa. Akan tetapi sebagai
seorang laki-laki jantan Hwie Kian menyadari keadaannya! Sesaat kemudian wajahnya
berseri kembali. Sepertinya tidak terjadi apa pun dengan gadis cantik itu.
Tersenyum ramah dan bertanya, "Bolehkah aku mengetahui dia ... ?"
"Tentu saja, Twako. Kita kan sahabat baik, masak aku harus berbohong segala.
Dia ... dia adalah ... "
Gin Nio tidak melanjutkan ucapannya ketika pandang matanya melirik ke arah di
mana Li Cu Liong tadi berdiri. Hwie Kian mengikuti lirikan Gin Nio.
"Sialan ... ! Ternyata dia ... !"
Ia merasa lega juga ternyata pilihan Gin Nio tepat sekali. Memang serasi sekali
kalau gadis cantik ini berjodoh dengan Pendekar Naga Terbang itu! Ternyata gadis ini
malahan sudah lama saling mengenal dengan jago kita. Ah percuma saja dia tadi
mengutarakan isi hanya. Akan tetapi lebih baik ditolak daripada ia terlanjur tergila-gila
dan akhirnya hanya menubruk bayangan kosong nantinya!
e-bukugratis.blogspot.com
283 "Heh-heh-heh, kalian ke sinilah!"
Siucai Sinting menggapai kepada kedua teruna itu.
Begitu kedua anak muda itu datang dekat, Soo Kian Kun lalu bertanya, "Kalian
melihat Cu Liong?" "Dia berdiri di sana, Suhu." Hwie Kian memalingkan telunjuknya ke arah Cu Liong
tadi berdiri. "Ehhh ... " Mana dia ... kok tidak nampak bayangannya sama sekali."
"Tidak mungkin. Teecu tadi melihat Cu Liong berdiri sendirian melihat ke arah api,
Betul tidak, Gin-moi?" tanyanya kemudian kepada murid Nelayan Pantai Timur Itu.
Yang ditanya hanya mengangguk sedikit. Siucai Sinting menggerundel. Lalu sekali
berkelebat kakek pelajar itu melesat kesana-sini, bertanya kepada orang-orang di dekat
api itu. Kalau-kalau melihat anak muda yang mendapat poyokan Pendekar Naga Terbang
itu. "Sepertinya saya tadi melihat dia keluar pintu, Locianpwe," jawab salah seorang
murid Kera Sakti yang berseragam hijau-hijau itu. "Ehhh, kenapa tidak berpamit?"
"Buat apa berpamit. Kan kau bukan Tuan rumahnya, ha-ha-ha." Pek-tung Lo-kai
mengejek dan mengeloyor menuju pintu keluar kuil. "Sampai jumpa sahabat, aku akan
mencari muridku dulu, ha-ha-ha-ha ... "
Hanya suara ketawa kakek pengemis tonggos itu terdengar mengalun panjang
ketika kakek itu menuruni gunung. Sebentar saja bayangannya lenyap di balik batu-batu
besar! "Tungguuuuu ... ! Kapan kita bertemu lagi pengemis bau" Aku ingin
menghadiahkan beberapa gebukan di pinggulmu yang keropos itu!" Soo Kian Kun
berteriak mengerahkan tenaga saktinya.
"Kapan-kapan ... " Terdengar jawaban sayup-sayup dari bawah bukit.
"Suhu ... " Hwie Kian mendekati gurunya. Mendengar panggilan muridnya ini
Pelajar Sinting ini menoleh. "Kenapa kau tidak mendekati mertuamu" Aku tadi sudah
melamarkan dia untuk menjadi jodohmu."
"Ahhhhh ... " Hwie Kian kaget mendengar ucapan suhunya.
"Kenapa" Mau kan kau menjadi jodohnya ... ?" tanya Pelajar Sinting.
e-bukugratis.blogspot.com
284 Hwie Kian cepat menarik tangan suhunya di ajak menjauhi orang-orang yang masih
menanti mayat-mayat itu menjadi abu. Lalu menuju ke pintu keluar dan terus menuruni
bukit. "Ahh, tidak bisa harapan Suhu teecu laksanakan. Dia ... dia telah ada yang
punya ... " "Hahhhhh ... !!" Kakek pelajar itu berhenti dan memandang muridnya dengan
sepasang mata membeliak dan mulut melongo.
"Saya telah diberitahu Gin-moi sendiri, Suhu."
"Celakaaa! Malu akuuuuu! Cepat kita turun dari bukit ini."
Soo Kian Kun Siucai sintig itu pun melesat seperti dikejar setan. Lupa bahwa
muridnya masih berdiri melihat gurunya kaget mendengar ucapannya tadi. Setelah jauh
baru Pelajar Sinting itu menoleh dan begitu meliliat muridnya masih bengong ia
memanggil. "Hwie Kian ... turunnnnn ... !!"
Thio Hwie Kian melesat mendengar panggilan itu. Sebentar saja keduanya telah
tidak nampak bayangannya kembali. Pulang menuju tempat pertapaan mereka.
Nelayan Pantai Timur pun nampak berjalan berendeng dengan murid
perempuannya meninggalkan Bukit Iblis. Setelah kakek pengemis rewel Pek-tung Lo-kai
pergi. Dan pemuda yang diidamkan itu pun tak nampak lagi, Gin Nio mengajak gurunya
untuk kembali. Dara ini merasa nelangsa akan kepergian Li Cu Liong secara mendadak
tanpa memberi tahu dia sama sekali. Dia merasa heran. Ada apa dengan pemuda itu"
Tiba-tiba sepasang matanya basah. Tanpa terasa ia teringat akan keadaannya tadi.
Asyik berdua setelah pembasmian itu dengan Thio Hwie Kian. Lupa sama sekali kepada
dia ... ! Sebetulnya dia merasa malu bertemu dengan Cu Liong. Entah mengapa dia sendiri
pun tidak tahu" "Bocah aneh murid Liok Ing Gie itu, kenapa pergi diam-diam?" bisik Nelayan
Pantai Timur seperti kepada diri sendiri.
"Entahlah, Suhu."
"Tadi Pelajar Gendeng itu melamarmu." Tanpa menoleh nelayan tua itu memberi
tahu muridnya. e-bukugratis.blogspot.com
285 "Saya tahu." "Ehhhhh, dari siapa?"
"Muridnya." "Kau bersedia?"
"Tidak! Aku telah mempunyai pilihan sendiri."
"Siapa?" "Ada deh! Suhu tidak usah khawatir. Teecu akan mengejarnya!" Dan Gin Nio
meleset meninggalkan gurunya turun gunung.
Nelayan Pantai Timur kaget. Begitu muridnya telah jauh, ia segera mengerahkan
gin-kang mengejar. Guru mengejar murid itu melayang-layang turun seperti dua ekor
kumbang cepatnya. Sebentar saja hilang dari pandang mata. Sedangkan di diatas Bukit
Iblis nampak asap semakin tipis bersama dengan habisnya kayu bakar
Kedaan menjadi sunyi. Sampai di sini kita berpisah. Ikutilah petualangan Pendekar Naga Terbang Li Cu
Liong di dunia persilatan. Di mana Anda akan dibawa oleh Sang Pendekar dalam kancah
dunia persilatan. Penuh dengan adegan lucu, dan mendebarkan.
Silakan mengikuti! Dapatkah Tan Gin Nio mengutarakan keinginannya itu" Siapakah murid Pek tung
Lo-kai Si Pengemis Tonggos itu" Semua ini dapat Anda ikuti dalam cerita :
"UTUSAN NERAKA"
TAM AT Lereng Malabar, Akhir Agustus 1991.
e-bukugratis.blogspot.com
286 Abarat 1 Spring In London Karya Ilana Tan Pendekar Lembah Naga 14

Cari Blog Ini