Ceritasilat Novel Online

Wasiat Sang Ratu 2

Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu Bagian 2


seluruh tenaga agar tidak roboh.
Lalu entah apa yang terjadi tibatiba ada letupanletupan kecil disertai kilatan
kilatan cahaya putih di sekujur muka dan tubuhnya. Begitu letupan sirna hawa
panas lenyap berganti dengan hawa dingin. Demikian dinginya hingga gerahamnya
bergemeletukan. Tak sengaja Wiro memperhatikan ke dua tangannya. Dia hampir tak
percaya. Kulit tangannya yang selama ini berwarna hitam pekat perlahanlahan
berubah menjadi putih.
"Kulitku berubah... kembali ke warna semula...!" ujar Wiro gembira. Meskipun
tubuhnya saat itu di selimuti rasa dingin luar biasa tapi kegembiraan membuat
dia membuka baju hitamnya agar auratnya lebih sempurna terkena siraman cahaya
bulan purnama! "Aku sembuh! Aku sembuh! Terima kasih Tuhan...!"kata Wiro angkat kedua tangannya
tinggitinggi.Saat itu terbayang wajah Puti Andini, gadis baju merah
berkepandaian tinggi yang muncul dengan payung tujuhnya. "Puti, dimanapun kau
berada aku juga menghaturkan terima kasih padamu. Kau tidak berdusta. Kalau
tidak berkat obat yang kau berikan aku sudah lama menjadi kerak tanah!"
Udara dingin berangsurangsur lenyap. Pada saat itulah empat sosok tubuh
berkelebat di sampingnya. Mereka ternyata empat orang anak buah Ratu Duyung.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
"Ratu meminta kami membawamu ke Ruang Pertemuan... Beliau siap
memberikan wasiatnya padamu..." memberi tahu salah seorang dari empat gadis.
"Wasiat...Wasiat apa....?" Tanya Wiro. "Maksudmu Kitab Wasiat...?"
"Kau akan bertemu langsung dengan Ratu. Tanyakan saja secara langsung...."
Gadis di sebelah kanan mengambil baju hitam yang tercampak di atas batu lalu
menyerahkannya pada Wiro sambil memberi isyarat agar dia segera mengenakan
pakaian itu. Sambil mengenakan pakaiannya Wiro perhatikan dadanya. Rajah tiga angka 212
yang selama ini lenyap tertindih warna hitam kulitnya kini muncul jelas kembali.
Wiro tersenyum sambil usapusap dadanya. Dia melirik ke arah kiri tempat Ratu Duyung
sebelumnya berdiri. Ternyata perempuan itu tak ada lagi di situ.
"Hai! Kenapa belum berjalan"! Tunggu apa lagi"!" Gadis di belakang Wiro bertanya
sementara tiga kawannya di sebelah depan tampak tak sabaran ketika mereka
melihat Wiro tegak di atas batu hitam datar.
"Tunggu dulu... Mengapa terburuburu" Aku tak akan kabur...!" jawab Pendekar 212.
Lalu seperti dia hanya seorang diri saja saat itu murid Sinto Gendeng ini bukan
ikat pinggang celana hitamnya. Empat gadis anak buah Ratu Duyung jadi berubah
wajah mereka dan ada yang melangkah mundur.
"Apa yang hendak kau lakukan"!" salah seorang membentak.
"Jangan berani buat kurang ajar di hadapan kami!" satunya lagi menghardik.
"Siapa mau berbuat kurang
ajar!" jawab Wiro
tidak acuh. Begitu ikat pinggang
terbuka dan celananya menjadi longgar, dia meneliti ke bagian aurat di balik
celana. Lalu sambil mengangkat
kepala dan merapikan
ikat pinggangnya
kembali pemuda ini senyumsenyum sendiri.
"Pemuda aneh, dia seperti orang kurang waras tertawa sendiri!" bisik gadis
sebelah kanan pada kawannya.
"Apa sebenarnya yang dilakukan orang ini?" balik bertanya kawannya.
Pertanyaan itu sempat terdengar oleh murid Sinto Gendeng. Tenang saja dia
menjawab. "Kalian lihat sendiri keajaiban kulitku tadi. Cahaya bulan purnama
membuat kulitku yang hitam kembali ke warna aslinya. Tapi aku masih meragu
apakah aurat yang terlindung di balik celana ikut berubah warna. Makanya aku
perlu menyelidik. Aku tidak mau jadi manusia belang. Putih di atas hitam di
bawah. Ternyata...."
Wiro tidak teruskan ucapannya malah memandang pada empat gadis itu sambil
tertawa lebar. Tentu saja mereka sama ingin tahu apa yang terjadi. Apakah
perubahan warna kulit Wiro memang menyeluruh
atau hanya setengahsetengah.
Tapi untuk bertanya tentu saja mereka tidak berani. Sebaliknya Wiro malah menggantung
keterangan hingga empat orang
anak buah Ratu Duyung itu menunggu
sambil saling pandang. "Ternyata..." kata Wiro pula. "Ternyata memang seluruh kulit tubuhku kembali
ke warna asal. Termasuk..." Wiro tidak teruskan ucapannya
tapi keluarkan suara tawa
bergelak. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
Empat gadis berpakaian hitam ketat tampak bersemu merah wajah masing
masing. * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
ENAM Kita tinggalkan dulu Pendekar 212 Wiro Sableng yang tengah diantar menuju Ruang
Pertemuan guna menemui Ratu Duyung. Kita ikuti perjalanan Tiga Bayangan Setan
dan kawannya yang bernama Elang Setan. Seperti dituturkan dalam Episode II
( Wasiat Dewa) dua orang manusia berhati setan itu setelah merasa berhasil
membunuh Pendekar 212 di bukit dekat sumur batu di luar Kartosuro lalu berangkat
menuju puncak Gunung Merapi tempat salah satu kediaman Pangeran Matahari. Kapak
Maut Naga Geni 212 serta batu sakti hitam pasangan senjata sakti itu mereka
rampas. Di puncak Gunung Merapi dua senjata mustika itu mereka serahkan pada
Pangeran Matahari.
Tentu saja sang Pangeran gembira bukan main. Selain sudah memiliki Kitab Iblis
kini dia juga menguasai dua senjata sakti milik musuh bebuyutannya itu. Dengan
Kitab Iblis berada di tangannya dia merasa yakin walau dua senjata mustika itu
masih berada di tangan Wiro dia akan sanggup menamatkan riwayat Pendekar 212.
Apalagi kini Wiro tanpa dua senjata yang diandalkan itu!
Pertemuan dengan Pangeran Matahari, apalagi dapat menyerahkan Kapak Maut Naga
Geni 212 serta batu sakti
hitam di pihak lain juga menggembirakan Tiga Bayangan
Setan dan Elang Setan. Mereka bukan saja menyenangkan hati Pangeran Matahari,
tapi sekaligus juga bermaksud menagih janji mendapatkan obat penawar racun
seratus hari yang dulu dicekokan sang Pangeran pada mereka.
Celakanya Pangeran Matahari tidak percaya begitu saja bahwa dua orang itu
benarbenar telah
membunuh Pendekar
212. Karena itu dia menyuruh Tiga Bayangan
Setan dan Elang Setan untuk membawa potongan kepala murid Sinto Gendeng itu.
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan tidak bisa berbuat
apaapa karena kembali Pangeran
Matahari menipunya dengan berpurapura memberikan obat
penawar racun padahal
yang mereka telan adalah racun tiga ratus hari!
Melewati perjalanan yang jauh dan sulit akhirnya Tiga Bayangan Setan dan Elang
Setang sampai di bukit di mana terletak sumur batu itu. Namun mereka sama sekali
tidak menemukan mayat Pendekar 212. Tulang belulang atau jerangkongnya pun
tidak! "Celaka! Mayat pemuda itu tidak ada lagi di sini! Bekasnya pun tidak kelihatan!"
kata Elang Setan.
Tiga Bayangan Setan memandang berkeliling. "Bangkaibangkai lainnya masih
berserakan di sekitar sini..." katanya memperhatikan tulang belulang beberapa
tokoh silat yang menemui ajalnya di tempat itu beberapa waktu lalu.
"Janganjanganwaktu kita tinggalkan manusia itu belum benarbenar mati..."
kata Elang Setan.
Tiga Bayangan Setan jadi tak enak mendengar katakata sahabatnya itu.
"Pukulan Raksasa Tiga Bayangan yang keluar dari batok kepalaku bukan pukulan
sembarangan! Sekalipun dia punya tiga nyawa, kematian
tak bakal lolos dari dirinya!
Aku menduga mayatnya dilarikan binatang buas yang menemukannya masih dalam
keadaan segar..."
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
"Mudahmudahan saja begitu,"kata Elang Setan, lalu menambahkan, "Tapi jika
dilihat mayatmayat lain yang ada di sini, tak satu pun ada yang disentuh
binatang buas..." Elang Setan menepuknepuk baju tebal dekilnya
hingga debu yang menempel
beterbangan ke udara.
"Kita harus mencari akal. Kalau kepala Pendekar 212 tidak bisa kita serahkan
pada Pangeran Matahari, berarti nyawa kita berdua tidak ketolongan!"
kata Tiga Bayangan Setan pula.
Untuk beberapa lamanya dua orang itu duduk di lereng bukit saling berdiam diri.
"Kau ingat kejadian
waktu kita baru saja membunuh
Pendekar 212.....?" Elang
Setan tibatiba membuka mulut.
"Kejadian yang mana?" tanya Tiga Bayangan Setan seraya coba mengingatingat.
"Waktu itu di langit ada tujuh buah payung melayang. Seorang perempuan
bergantung pada salah satu payung itu..."
"Aku ingat sekarang!"
kata Tiga Bayangan Setan seraya bangkit berdiri.
"Siapapun makhluk yang terbang memakai payung itu pastilah dia seorang berkepandaian sangat tinggi. Pasti dia yang telah mengambil mayat Pendekar 212.
"Kita harus menyelidik! Mencari tahu siapa adanya perempuan berpayung itu!"
kata Elang Setan pula. "Setahuku
tak pernah mendengar tentang seorang sakti berpayung. Kita harus menyebar orang untuk menyirap berita. Bagaimanapun
mahalnya urusan ini nyawa kita jauh lebih mahal!"
"Apa rencanamu..." Mendatangi Kotaraja mencari berita?" tanya Tiga Bayangan Setan.
Elang Setan menggeleng. "Orang berkepandaian tinggi jarang mau berada di tempat
ramai seperti Kotaraja. Aku yakin orang berpayung itu bukan tokoh silat berasal
dari tanah Jawa ini. Besar kemungkinan dia datang dari seberang. Jika dia orang
seberang kemunculannya di sini pastilah membawa satu maksud atau keperluan
besar. Mungkin dia juga mencari Kitab Iblis itu!"
Tiga Bayangan Setan anggukanggukkan kepala tanda setuju dengan jalan pikiran
sahabat atau saudara angkatnya itu. "Kalau dia mencari Kitab Iblis berarti dia
akan berhadapan dengan Pangeran Matahari! Tapi mungkin dugaan kita salah.
Mungkin dia bukan mencari Kitab Iblis...."
"Sebaiknya kita membicarakan persoalan ini sambil meneruskan perjalanan..."
"Aku setuju. Tapi kemana tujuan kita dari sini?" tanya Tiga Bayangan Setan pula.
"Di Sleman ada dua orang yang perlu kita temui. Pertama seorang bekas juru ramal
Kraton berasal dari Blambangan. Orang ini bisa diminta bantuan untuk melihat
lihat secara gaib. Orang kedua seorang bekas gembong penjahat bernama Warok
Timbul Ireng. Ratusan anak buahnya bertebaran di manamana. Jika kita bayar cukup
tinggi dia bisa mengerahkan orang untuk mencari tahu perempuan berpayung tujuh
itu..." Tiga Bayangan Setan tepuk bahu saudara Elang Setan seraya berkata. "Tidak
percuma aku punya saudara sepertimu! Otakmu ternyata
encer juga! Ha...ha....! Kita
akan mengadakan perjalanan jauh. Kita harus mencari kuda tunggangan!"
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
Kedua orang bermuka seram itu segera tinggalkan lereng bukit, berlari cepat
menuju ke arah timur.
* * * ORANG mengenakan blangkon kuning
itu mendera kudanya bertubitubi
agar tunggangannya berlari lebih kencang. Saat itu tempat tengah hari dan sang surya bersinar
sangat terik. Disatu persimpangan
dia membelok ke kiri memasuki jalan
menuju Wates. Dia merasa lega ketika akhirnya sampai di tempat tujuannya, yaitu
sebuah rumah minum yang merangkap tempat perjudian gelap. Kabarnya banyak orang
orang penting dari Kotaraja yang datang ke tempat ini untuk berjudi. Setelah
menambatkan kudanya lelaki berblangkon kuning ini cepat masuk ke dalam rumah
minum, langsung menuju ke belakang, terus menaiki tangga ke tingkat atas di mana
terletak dua buah ruangan besar perjudian.
Bau minuman keras bercampur asap rokok menyambut hidung orang ini begitu dia
menyelinap masuk ke dalam ruangan judi di sebelah kiri. Seorang lelaki berbadan
tinggi besar, berewokan serta membekal sebilah golok cepat mendatanginya dan
mendorong dadanya. Dia adalah salah satu dari empat orang
yang bertugas sebagai
penjaga di rumah judi itu.
"Blangkon kuning, aku tak pernah melihat kowe sebelumnya. Dari tampangmu aku
tahu kowe kemari bukan untuk berjudi! Apa mau kowe datang ke sini...."!"
"Aku mencari seseorang...."
"Ini bukan tempat mencari orang. Tapi tempat judi. Lekas minggat dari sini atau
kupuntir rupanya tidak mau tinggalkan tempat itu. Dia segera bertindak masuk
kembali. "Manusia sompret! Memang kau minta digebuk!" Pengawal rumah judi itu lalu
hantamkan tinju kanannya ke muka si blangkon kuning. Sesaat lagi tinju itu akan
meremukkan rahangnya tibatiba satu tangan berbulu menahan tinjunya. Pengawal ini
hendak berteriak marah. Tapi begitu dia berpaling dan melihat siapa adanya orang
yang menahan tinjunya cepatcepat melangkah mundur lalu membungkuk.
"Dia memang mencariku, kau boleh pergi..."
Pengawal tinggi besar itu menyeringai, membungkuk sekali lagi ketika orang yang


Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barusan bicara menyelipkan sekeping uang ke dalam genggamannya. Orang yang
memberikan uang ini kepalanya sulah alias botak di sebelah kiri sedang bagian
kanan ditumbuhi rambut sangat lebat dan awutawutan. Tampangnya tampak angker
karena selain ditutupi kumis dan brewok lebat, mata kanannya mendelik besar
sedang mata kiri senantiasa seperti terpejam. Di keningnya ada tiga buah guratan
aneh. Orang ini bukan lain adalah Tiga Bayangan Setan.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
"Kau membawa kabar bagus...?" tanya Tiga Bayangan Setan sambil memegang bahu si
blangkon kuning. Orang yang ditanya mengangguk.
"Kau berhasil mengetahui
dimana perempuan itu berada....?"
Yang ditanya kembali
mengangguk. Tiga Bayangan
Setan berpaling lalu mengangkat tangannya pada Elang Setan yang sedang asyik
berjudi. Melihat tanda yang diberikan Tiga Bayangan Setan, Elang Setan segera teguk habis
minuman keras dalam kendi kecil lalu tinggalkan meja
judi. Ketiga orang itu turun
ke bawah. Di satu tempat si blangkon kuning berikan keterangan.
"Perempuan itu ada di pesisir selatan. Di sekitar muara Kali Opak... Beberapa kali
dia terlihat di pantai. Sepertinya
dia tengah mencari atau menunggu
kedatangan seseorang..."
"Berpakaian merah....?" Tanya Elang Setan.
Si Blangkon Kuning mengangguk.
"Membawa tujuh payung?" ujar Elang Setan.
"Saya melihat dia membawa bungkusan besar pada punggungnya. Ada gagang
gagang menyembul. Bukan gagang senjata. Mungkin sekali memang gagang payung...."
"Bagus! Ini bagian yang kujanjikan!" kata Tiga Bayangan Setan seraya mengeruk
saku jubah hitamnya. Ketika si Blangkon kuning hendak menerima, Tiga Bayangan
Setan tidak segera melepaskan uang dalam genggamannya tapi mencekal tangan
orang." Kalau kau memberi keterangan dusta, ingat baikbaik!Kami berdua akan datang
mencarimu. Kau akan mampus dengan kepala terbelah! Mengerti"!"
Orang itu mengangguk. Begitu tangannya dilepaskan dia cepatcepat tinggalkan
tempat itu. Tiga Bayangan Setan berpaling pada Elang Setan. "Baiknya kita
berangkat sekarang juga!" katanya.
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
TUJUH MENJELANG matahari terbenam, di balik sebuah bukit terkembang melayang di udara.
Pada gagang payung berwarna
merah kelihatan bergantung
seorang gadis berpakaian merah.
Dia bukan lain adalah Puti Andini, gadis dari tanah
seberang yang telah menolong Wiro
dari bahaya maut akibat pukulan makhluk
raksasa jejadian yang
keluar kepala Tiga Bayangan Setan.
Begitu mendarat di lereng bukit gadis itu tancapkan payung merahnya di tanah
sementara payungpayung lain melayang turun lalu
menancap sendirisendiri
di tanah bukit itu. Wajahnya tampak napas panjang seolah ada yang disesalinya.
Sejak beberapa waktu
lalu sebenarnya dia
telah menguntit Pendekar
212 Wiro Sableng terus menerus secara diamdiam. Sesuai tugas yang diberikan gurugurunya
dia harus mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa. Menurut sang guru hanya Wiro yang
akan mengetahui dimana beradanya kitab
sakti itu. Begitu kitab berada di tangan Wito dia
harus merampasnya, bahkan sesuai perintah
sang guru dia harus membunuh
pemuda itu jika Wiro tidak mau menyerahkan Kitab Putih Wasiat Dewa. Ketika Wiro
mendapat celaka dihantam Tiga Bayangan Setan di bukit di luar Kartosuro itu
sebabnya dia tolong menyelamatkan sang pendekar
agar kelak Wiro bisa membawanya ke
tempat dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa itu. Namun pertemuan dengan Wiro Sableng telah
membawa kesan mendalam pada diri si gadis ini. Dia memang harus mendapatkan
Kitab Putih Wasiat Dewa itu, tapi apakah dia harus membunuh
Wiro" Hati kecilnya secara
jujur mengatakan bahwa dia tidak akan memiliki rasa tega untuk melaksanakan hal
itu. Penguntitan yang dilakukan Puti Andini membawanya
ke muara Kali Opak.
Namun dia tidak segera dapat mengikuti Wiro ketika pemuda ini memasuki perahu
putih bersama nelayan aneh bercaping dan mengenakan
cadar penutup wajah. Dia
mengalami kesulitan mendapatkan
perahu. Untuk terbang di laut terbuka seperti itu
tidak bisa dilakukannya karena pasti Wiro akan melihatnya. Dia menunggu sampai
perahu putih tumpangan
Wiro berada agak jauh di tengah laut. Ketika akhirnya dia
meninggalkan pantai bersama payungpayungnya di tengah laut hanya ditemuinya
pecahan papan perahu putih, terombang
ambing kian kemari dipermainkan ombak.
Wiro dan juga pemilik perahu putih itu tidak kelihatan sama sekali.
"Apa yang terjadi
dengan dirinya?" membatin Puti Andini. "Perahunya
tenggelam" Tapi tak ada badai di laut. Atau hancur dihantam ikan buas...." Mungkin
ditelan pusaran ombak seperti yang pernah dijelaskan seorang nelayan itu?" Puti
Andini menarik napas
panjang. "Aku harus berkemah di sini.
Aku akan menunggunya
sampai dia muncul lagi. Aku tidak yakin dia telah menemui ajal. Pendekar cerdik seperti
dia punya seribu satu akal untuk menyelamatkan diri...."
Lebih dari seminggu menunggu Wiro tak kunjung muncul. Puti Andini kini benar
benar gelisah. "Kalau aku sampai kehilangan jejaknya berarti aku tak bakal
mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa itu untuk selamalamanya.....Lebih baik aku
bersiap menyelidik. Aku harus mencari perahu sewaan. Kalau tak ada yang mau
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
menyewakan terpaksa aku mencuri. Di tengah laut aku bisa menyelidik lebih
seksama dengan menggunakan payung terbang...."
Berpikir sampai disitu si gadis segera melipat tujuh payungnya. Ketika dia
hendak memasukkan
payungpayung itu ke dalam kantong perbekalan
besar tibatiba dia
mendengar suara derap kaki kuda mendatangi.
"Ada dua penunggang kuda..." kata Puti Andini dalam hati yang bertelinga tajam dan
segera tahu berapa orang yang mendatanginya.
Dia tak menunggu lama. Dua
penunggang kuda itu segera muncul
dari balik lereng bukit di depannya. Kejut si gadis
bukan alang kepalang. Dia memang belum pernah bertemu muka dengan kedua orang
itu. Tapi dari tampang dan dandanan keduanya dia segera tahu tengah berhadapan
dengan siapa. Puti Andini bersikap tenang namun penuh waspada.
"Amboi! Dara cantik yang kita cari rupanya tengah bersiap pergi. Sobatku, untung
kita tidak terlambat!" kata
penunggang kuda di sebelah kanan. Dia bukan
lain adalah Tiga Bayangan Setan tang begitu selesai bicara terus malompat turun dari
punggung kudanya. Saudara angkatnya yaitu Elang Setan menyusul turun dari kuda.
Begitu menjejak tanah Elang Setan cepat mendekati Tiga Bayangan Setan dan
berbisik. "Aku tidak menyangka orang yang kita cari ini ternyata seorang gadis cantik
rupawan! Dengar Tiga Bayangan Setan kalau urusan dengan dia selesai aku tidak
akan melepaskannya begitu saja. Dia perlu menghibur diriku barang dua tiga
hari!" "Pikiran kotormu sama dengan otak iblisku!" jawab Tiga Bayangan Setan dengan
berbisik pula. "Malah aku ada rencana. Kalau kita tidak dapatkan kepala Pendekar
212, gadis ini kita bawa dan serahkan pada Pangeran Matahari. Dia pasti senang
dan syukur syukur mau menganggap gadis ini sebagai pengganti kepala Pendekar 212!"
"Rencana bagus...!" kata Elang Setan lalu mendahului melangkah mendekati Puti
Andini. "Kalian siapa dan ada keperluan apa?" menegur Puti Andini dengan sikap tenang
walau hatinya berdebar. Sebagai gadis persilatan yang belum lama dilepas turun
gunung oleh gurunya tampangtampang angker dua manusia di depannya mau tak mau
membuat hatinya berdebar juga. Apalagi dia sudah tahu sebelumnya tentang tindak
tanduk dan segala keganasan mereka.
"Dengan senang hati kami memperkenalkan diri," kata Elang Setan pula. " Aku yang
buruk rupa tapi berhati
emas ini biasa disebut dengan panggilan Elang Setan!"
Habis berkata begitu Elang Setan membungkuk seraya melambaikan tangan kanannya
dari kiri ke kanan. Sinar hitam kemerahan membersit keluar dari kukukuku jarinya
yang panjangpanjang. Lalu dia menuding dengan ibu jarinya ke arah Tiga Bayangan
Setan. Tiga Bayangan Setan tertawa lebar. Setelah kedipkedipkan mata kanannya yang
besar dia pun membungkuk sambil berkata. "Aku yang jelek ini dikenal dengan
julukan Tiga Bayangan Setan! Kami berdua adalah saudara angkat. Kalau kami boleh
bersombong diri seantero daratan sekitar sini dari utara sampai selatan adalah
dibawah kekuasaan dan pengawasan kami. Itu sebabnya
begitu tahu ada seorang dara cantik
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
berkepandaian tinggi berada di tempat ini, sebagai tuan rumah yang baik kami
layak menyambut mengucapkan selamat datang...."
"Hemmmm... pasti mereka melihat aku waktu turun di bukit di luar Kartosuro tempo
hari. Kalau dulu mereka sengaja melarikan diri dan kini sengaja mendatangi
berarti mereka mengandung maksud tertentu..." kata Puti Andini dalam hati.
"Terima kasih atas budi baik kalian yang mau mencariku. Terima kasih untuk
ucapan selamat datang..." kata
si gadis seraya
tersenyum manis yang membuat
Elang Setan dan Tiga Bayangan Setan jadi blingsatan mabuk kepayang.
"Kami lihat kau tengah bersiap untuk
pergi. Kami harap tak usah terburuburu.
Kami ingin menanyakan sesuatu padamu. Jika
urusan bisa selesai dengan cepat kami
akan mengundangmu ke puncak Gunung
Merapi," ujar Elang Setan
pula dan dia maju
lagi dua langkah hingga jaraknya dengan Puti Andini hanya terpisah lima langkah
kini. "Ah, kalian benarbenar tuan rumah yang baik. Pertanyaan apa yang hendak kalian
ajukan?" bertanya Puti Andini seraya menyusun tujuh buah payung yang ada dalam
kantong perbekalan sebelum dipikulnya di punggung.
"Beberapa waktu lalu terjadi satu peristiwa besar
di satu lereng bukit di luar
Kartosuro. Pendekar kawakan dikenal dengan julukan Pendekar Kapak Maut Naga Geni
212 Wiro Sableng menemui kematian di tempat itu..."
Puti Andini menunjukkan wajah purapura terkejut. "Pasti matinya bukan karena
sakit. Seseorang telah membunuhnya!"
Elang Setan anggukan kepala.
"Jika seseorang sehebat Pendekar 212 dibunuh orang, pasti yang membunuhnya
seorang berkepandaian
sangat tinggi. Kalian tahu siapa yang membunuh
tokoh silat muda itu?"
"Itulah yang kami ingin tahu!" jawab Elang Setan.
"Selain itu," menyambung
Tiga Bayangan Setan, "Kami mendapat
tugas dari seorang yang sangant dekat dengan Pendekar 212 untuk mencari jenazahnya guna
diurus lalu disemayamkan sebaikbaiknya."
Puti Andini anggukanggukkan kepalanya beberapa kali lalu bertanya."Lantas hal
apa yang kalian harapkan dariku?"
"Kalau kami tidak salah, pada waktu kejadian itu kau terlihat berada di sekitar
bukit. Mungkin bisa memberi keterangan
apa yang terjadi dengan mayat Pendekar
212..." "Hemm... Aku memang turun ke bukit itu. Memang kulihat banyak mayat bertebaran
di sekitar sumur batu. Kebanyakan sudah pada busuk. Namun aku tidak melihat
mayat Pendekar 212 atau yang punya ciriciri seperti dia. Mungkin...Hemmm..."
Puti Andini purapura berpikirpikir.
"Mungkin apa?" tanya Tiga Bayangan Setan.
"Waktu masih melayang di udara, aku melihat ada dua orang terburuburu
meninggalkan lereng bukit. Salah satu diantara mereka memanggul sesosok tubuh.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
Mungkin sekali dua orang itu yang membawa mayat Pendekar 212. Sayang aku tidak
menyelidik lebih jauh..."
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan jadi saling pandang mendengar katakata Puti
Andini itu. Tentu saja mereka tidak mau menceritakan
bahwa dua orang yang
terlihat lari itu adalah mereka sendiri yang tengah membawa sosok Bidadari Angin
Timur. "Baiklah, kalau kau memang tidak tahu apaapa menyangkut mayat Pendekar 212,"
kata Tiga Bayangan Setan pula. "Sekarang bagaimana dengan undangan kami untuk
membawamu ke puncak Gunung Merapi?"


Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gunung Merapi cukup jauh dari sini. Memangnya ada pesta apa di sana hingga
mengundang segala?"
Elang Setan dan Tiga Bayangan Setan tertawa gelakgelak. "Sama sekali tidak ada
pesta atau hajat apa pun di sana!" jawab Elang Setan. "Kami membawamu ke sana
karena ingin memperkenalkan
dirimu dengan seorang tokoh luar biasa dunia
persilatan!" Sambil bicara Elang Setan maju dua langkah.
"Hemmm... siapakah gerangan tokoh luar biasa yang kau maksudkan itu?" tanya Puti
Andini. "Pernah mendengar nama Pangeran Matahari?" ujar Tiga Bayangan Setan.
"Pangeran Matahari!" seru Puti Andini. "Siapa tidak kenal dengan raja diraja
dunia persilatan itu! Namanya tembus sampai ke pulau kediamanku di tanah
seberang!"
"Nah kepadanyalah kami akan mempertemukan dirimu...."
"Sungguh menyenangkan dapat bertemu denga tokoh seperti Pangeran Matahari. Tapi apakah rencana itu tidak bisa ditunda dulu" Untuk bertemu dengan
orang sehebat dia aku yang tolol ini tentu perlu persiapan
agar tidak kikuk jika
berhadapan!"
Tiga Bayangan Setan mengulum senyum.
"Pangeran Matahari orangnya sangat
baik. Dia tidak pernah memandang rendah siapa pun. Sekali kau bertemu dia pasti
akan tertarik. Dia mudah bersahabat
dengan siapa saja. Disamping itu wajahnya sangat
gagah. Dia gagah kau cantik. Sungguh cocok!"
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan tertawa gelakgelak. Puti Andini tersipu
sipu lalu berkata, "Harap dimaafkan, saat ini aku punya tugas yang harus
dijalankan. Bagaimana kalau kita bertemu lagi di sini selang tiga puluh hari di muka. Aku
pasti akan mengikuti kalian. Jangankan ke puncak Gunung Merapi, ke Puncak
Mahameru pun aku mau pergi. Apalagi bersama orangorang gagah seperti kalian
berdua...."
"Ah, sayang sekali...." Kata Tiga Bayangan Setan.
"Ya... sayang sekali kalau
kami terpaksa memaksa!" ujar Elang Setan pula seraya
maju lagi dua langkah. Pada jarak hanya tinggal satu langkah dari hadapan Puti
Andini orang ini melompat sambil susupkan satu totokan ke dada si gadis!
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
DELAPAN Puti Andini yang sejak taditadi memang telah berwaspada begitu melihat gerakan
orang cepat segera berkelit ke samping sambil angkat kantong perbekalannya dan
meletakkannya di punggung. Melihat gerakan si gadis mau tak mau Tiga Bayangan
Setan jadi terkesiap. Mengelakkan serangan saudara angkatnya saja merupakan satu
hal yang tidak mudah. Tapi si gadis melakukannya sambil mengangkat barang yang
kelihatannya cukup berat.
Dan dia jadi lebih terkejut
sewaktu Puti Andini membuat
gerakan berputar dan tahutahu kaki kanannya menyambar ke muka Elang Setan. Kalau lelaki
ini tidak lekas mengelak pasti rahangnya sudah dimakan tendangan Putiu Andini!
Tiga Bayangan Setan
cepat melompat pegangi pundak saudara
angkatnya yang saat itu hendak
kembali menyerang.
Bukan hanya sekedar
menotok tapi akan pergunakan jarijari tangannya yang berkuku panjang.
"Sabar sedikit Elang Setan.
Sobat cantik ini masih bisa kita atur..." Lalu sambil
berdehem dan cengarcengir Tiga Bayangan Setan berkata. "Harap maafkan saudaraku
yang memang punya sifat tidak sabaran dan lekas naik pitam...."
Puti Andini tertawa. "Aku sudah tahu sandiwara kalian. Mengapa musti berpura
pura..."!"
"Gadis cantik, kami tidak berpurapura. Kami memang ingin mempertemukanmu dengan
Pangeran Matahari untuk maksud baik! Kalau kalian berjodoh dengan dia, kami
tentu dapat pahala juga. Ha...ha....ha...!"
"Kalian tidak lebih daripada iblis bermuka setan! Pangeranmu itu tidak lebih
baik dari kalian! Dengar.... Aku melihat warna aneh pada bibir kalian! Di dalam
tubuh kalian pasti ada sejenis racun jahat yang perlahanlahan tetapi pasti akan
membunuh kalian berdua. Mungkin ada hubungannya dengan maksud kalian mencari
mayat Pendekar 212
dan mengajakku ke puncak Gunung Merapi"!"
Dua orang di hadapan Puti Andini samasama terkesiap mendengar ucapan si gadis.
Keduanya tak habis pikir bagaimana gadis itu bisa mengetahui keadaan diri dan
maksud mereka. "Selagi hari masih siang sebaiknya kalian lekas angkat kaki dari hadapanku!"
"Ah, gadis cantik ini rupanya tak bisa diatur!" kata Tiga Bayangan Setan.
"Kalau begitu biar kita gebuk dan pegangi di tempat ini juga!" ujar Elang Setan
sambil menyeringai lebar.
"Kau betul, tapi jangan terlalu keras memberi pelajaran padanya.
Bagaimana kalau kau pergunakan kukukuku
jarimu untuk merobek pakaian
dan menelanjangi tubuhnya terlebih dulu! Aku ingin menyaksikan satu pemandangan bagus agar mataku
tidak keburu lamur! Ha...ha...ha...!"
Puti Andini sudah lama mendengar riwayat
dua manusia jahat ini. Karenanya
selain berhatihati dia tak mau memberi kesempatan. Sebelum Elang Setan menyerbu
gadis ini berkelebat hantamkan tangan kanannya ke arah dada lawan. Selarik angin
dingin menyambar. Elang Setan terkejut besar sewaktu tubuhnya menjadi huyung.
Cepat dia dorongkan tangan kanannya ke depan. Lima larik sinar hitam kemerahan
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
bertabur dari kukukukujarinya membuat angin serangan Puti Andini bersibak ke
samping. Selagi gadis ini memasang kudakuda menyiapkan serangan baru, Elang
Setan mendahului.
Puti Andini melihat sepuluh sinar hitam kemerahan berkiblat di depan matanya.
Si Gadis tak berani menangkis ataupun membalas. Kedua kakinya dijejakkan ke
tanah. Seperti anak panah tubuhnya melesat ke udara. Elang Setan yang tak mau
melepaskan lawan begitu saja cepat memburu. Kembali sepuluh sinar hitam merah
melesat ke arah Puti Andini.
Sambil melompat tadi Puti Andini gerakkan tangan kanannya ke punggung mencabut
satu dari tujuh payung yang ada dalam buntalan perbekalannya. Lalu terdengar
suara "blepp!"
Elang Setan dan Tiga Bayangan Setan terkejut ketika melihat di udara, di depan
tubuh gadis berbaju merah itu berputar sebuah benda bulat berwarna hijau.
Ternyata Puti Andini telah mengambil payung hijau dan sekaligus
mengembangkannya. Begitu payung terkembang jarijaritangannya disentakkan. Payung
hijau berputar deras mengeluarkan deru dahsyat.
Elang Setan berseru kaget ketika melihat bagaimana putaran payung hijau
menggulung serangan sepuluh kukunya dan ketika si gadis mendorongkan payungnya
ke depan sepuluh cahaya hitam yang keluar dari kukunya itu membalik menghantam
arahnya! Sambil berteriak keras Elang Setan jatuhkan diri ke tanah, berguling selamatkan
diri. Begitu dia berguling di bawah sosok Puti Andini secepat kilat dia melompat
seraya lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi.
Pada saat Elang Setan jatuhkan diri Puti Andini lepaskan payung hijaunya.
Payung itu kini melayang berputarputar du udara. Payung itu kini melayang
berputar putar di udara. Ketika lawan lewat di bawahnya si
gadis cabut payung kedua yakni
payung putih. Begitu Elang Setan menyerang, payung putih menukik laksana kilat.
Payung mengembang dengan bagian runcing menusuk ke arah bahu Elang Setan. Dalam
keadaan marah karena kedua kalinya serangannya gagal Elang Setan menjadi nekad.
Dia kerahkan tenaga dalam lebih banyak lalu menggebuk ke arah payung putih.
Jotosannya yang laksana palu godam masakan tidak sanggup menjebol payung putih
yang hanya terbuat dari kertas pikirnya. Tapi alangkah kagetnya Elang Setan
ketika satu gelombang angin yang keluar dari putaran payung putih membuat tangan
kanannya seperti dipuntir. Sebelum dia sempat melakukan sesuatu, pinggiran
payung putih yang berputar laksana gerinda raksasa itu menyambar ke arah
pergelangan tangannya.
"Craaasss!"
"Breett!"
Elang Setan berteriak kesakitan. Lengan pakaiannya yanga terbuat dari kain tebal
robek besar. Pada ujung robekan kelihatan cairan merah tanda daging lengannya
ikut tersambar. Sakitnya bukan main. Dengan muka sepucat mayat Elang Setan
melompat mundur. Melihat lawan terluka Puti Andini tidak mau memberi kesempatan.
Gadis ini Bastian Tito
Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
putar payung putihnya dengan sebat. Bagian runcing di pertengahan payung laksana
ujung tombak yang berputar menusuk ke arah kening Elang Setan. Yang diserang
cepat menghindar. Tapi dia kecele. Serangan berupa tusukan itu ternyata hanya
tipuan belaka karena begitu Puti Andini menyentakkan gagang payung, laksana
kilat pinggiran payung putih menderu ke arah bahu tepat di pangkal leher Elang
Setan! "Celaka!" jerit Elang Setan. Seumur hidup manusia satu ini membunuh lawan
lawannya yang berkepandaian tinggi dengan cepat dan mudah. Tapi hari ini dia
berhadapan dengan seorang gadis cantik jelita, bersenjatakan payung dan dia tak
mampu menghadapinya! Dalam keadaan seperti itu tibatiba datang lagi serangan
Puti Andini. Si gadis pergunakan payung hijaunya seolah tali gantungan. Tubuhnya
diayun ke bawah. Kakinya menyambar. "Bukkk!"
Elang Setan terhempas ke tanah. Darah menyembur dari mulutnya akibat tendangan
telak yang mendarat di dadanya.
"Saatnya aku menghabisi manusia setan satu ini!" ujar Puti Andini. Dengan
kertakan rahang si gadis sentakkan tangannya yang memegang payung hijau.
Tubuhnya berputar membal. Lalu dia membuat gerakan menukik. Ujung payung hijau
dihujamkan ke batok kepala Elang Setan.
"Tiga Bayangan! Tolong!" teriak Elang Setan karena saat diserang dia tak mampu
berbuat apaapa!
Tiga Bayangan Setan yang memang sejak tadi memperhatikan jalannya mperkelahian
dan tahu saudara
angkatnya berada dalam bahaya besar secepat kilat
melompat. Dua tangannya diulurkan untuk mencekal
sepasang kaki Puti Andini yang
masih mengapung di udara. Serangan Tiga Bayangan Setan bukan serangan biasa.
Sekali dia sempat mencekal salah satu kaki si gadis, dia mampu menanggalkan kaki
itu dari persendiannya! Puti Andini bukan tidak maklum bahayanya serangan lawan
kedua itu. Dia terpaksa mencari
selamat lebih dahulu. Serangan maut yang ditujukan pada
Elang Setan hanya merobek leher baju tebal lawan dan menggurat sedikit daging bahunya.
Masih berada di udara Puti Andini lipat
ke dua kakinya lalu mencekal gagang
payung hijau. Bersamaan dengan
itu payung putih dihantamkan
ke arah kepala Tiga
Bayangan Setan. Lawan yang diserang keluarkan suara mendengus lalu menyusup ke
balik putaran payung putih.
Puti Andini tersentak kaget ketika melihat tahutahu Tiga Bayangan Setan berada
di balik putaran payung putihnya dan menggempurnya dengan dua jotosan sekaligus!
Puti Andini tersentak tangan kanannya.
"Cleeppp!"
Payung putih menguncup kencang. Karena kepala Tiga Bayangan Setan berada di
belakang payung tak ampun lagi kepalanya amblas dalam kuncupan payung. Seperti
diketahui manusia ini memiliki kesaktian kebal segala macam pukulan sakti dan
senjata tajam. Tapi saat itu dia sama sekali tidak menerima pukulan ataupun
tusukan senjata.
Yang mendapat serangan adalah jalan pernapasannya karena kepalanya tersangkup
payung. Dalam waktu singkat kakinya melejanglejang kian kemari. Tangannya
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
menggapaigapai coba memukul. Namun saat itu Puti Andini telah melepaskan
pegangannya pada payung hingga sosok Tiga Bayangan Setan melayang berputarputar
di udara. "Jahanam! Kurang ajar! " teriak Tiga Bayangan Setan terpengappengap. Saat itu
dia telah merapal aji kesaktian ilmu paling diandalkannya
yakni mengeluarkan
tiga raksasa jejadian dari batok kepalanya. Bersamaan
dengan itu dia adukan tinjunya kiri
kanan satu sama lain seraya berteriak. "Hancurkan payung!"
Tiga guratan di kening Tiga Bayangan Setan mengeluarkan
sinar berkilauan.
Bersamaan dengan itu dari kepalanya keluar kepulan asap!
Sebelumnya Puti Andini tidak pernah berhadapan dengan Tiga Bayangan Setan.
Namun dia banyak tahu mengenai ilmu iblis yang dimiliki manusia ini berdasarkan
keterangan guru dan beberapa tokoh silat di pulau Andalas. Dia sendiri tidak dapat
memastikan apakah payung yang menjadi senjata andalannya
mampu menghadapi
kesaktian lawan. Karenanya begitu melihat ada kepulan asap keluar dari bawah
payung serta merta dia gerakkan tangan menarik gagang payung. Bersamaan dengan
itu payung hijau tempatnya
bergantung digerakkan
demikian rupa. "Clepp!" begitu payung hijau
menguncup si gadis tusukkan benda itu ke arah perut lawan. Sementara tangan
kirinya bergerak mengembangkan
payung putih! Semua dilakukan dengan gerakan secepat


Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kilat. Ketika tiga kepulan asap di kepala Tiga Bayangan Setan mulai membentuk sosok
tiga raksasa bermuka seram, rambut riapriapan, taring mencuat sedang dada yang
telanjang penuh bulu, Puti Andini lipat gandakan tenaga dalam di tangan kanan
dalam menusukkan payung.
"Wuttt!"
"Bukkk!"
"Kraaak!"
Ujung runcing payung
hijau mendarat di ulu hati Tiga Bayangan Setan dengan
telak. Jubah hitamnya robek besar. Tubuhnya terbanting ke tanah. Tapi tusukan
payung itu tak mampu menembus
perutnya. Sebaliknya ujung runcing payung hijau patah,
membuat Puti Andini terbeliak kaget!
"Setan alas ini benarbenar memiliki ilmu kebal luar biasa! Terpaksa aku
menghindari perkelahian lebih jauh. Aku harus cepatcepat memperbaiki ujung
payung yang patah. Urusan besar menghadang
di depanku!" Puti Andini cepat tarik tangan
kanannya yang memegang payung hijau. Lalu tangan kirinya disentakkan. Payung
hijau berputar deras. Tubuhnya melesat ke atas.
Di bawah sana Tiga Bayangan Setan berteriak marah.
"Kejar! Bunuh!"
Tiga sosok raksasa jejadian melesat
ke atas. Tiga pasang tangan mereka
menghantam. Namun Puti Andini yang bergantungan pada payung putih sudah terlalu
tinggi untuk dikejar. Apalagi saat itu dia telah sempat membuka tiga payung lagi
untuk melindungi dirinya. Ilmu kesaktian tiga raksasa angker yang keluar dari
batok kepala Tiga Bastian Tito
Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
Bayangan Setan walaupun hebat luar biasa tapi mempunyai keterbatasan untuk
menjangkau sasaran yang terlalu jauh.
Tiga Bayangan Setan usapusap perutnya yang tadi kena tusukan ujung payung hijau.
Memandang ke udara dia menggeram
dan memaki pajang pendek. Saat itu
dilihatnya Puti Andini tengah mengembangkan payung merah lalu berpindah ke
payung itu melayang makin jauh.
"Kita gagal besar!" kata Elang Setan yang tegak di samping saudara angkatnya itu
sambil mengepalkan tinju. "Kita tak dapat mencari tahu apa
yang terjadi atas mayat
Pendekar 212. Kita juga tak berhasil mendapatkan gadis itu! Apa akal sekarang"!"
Tiga Bayangan Setan usap bagian kepalanya yang sulah. Mata kanannya yang besar
dipejamkan. Dari lereng
bukit itu dia memandang ke tengah lautan. "Hanya ada
satu cara untuk cari selamat. Kau ingat Ki Ageng Unggulmulyo bekas juru rias
Istana yang ahli membuat topeng di Bantul itu...?"
Elang Setan tidak mengerti. "Apa hubungan orang tua itu dengan urusan kita...?"
tanyanya. "Justru erat sekali!" jawab Tiga Bayangan Setan. "Ayo kita ke sana sekarang
juga!" Ke dua orang itu segera melangkah ke tempat mereka meninggalkan
kuda masingmasing. * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
SEMBILAN Dalam ruangan pertemuan yang besar itu hanya terdapat dua buah kursi dari batu,
terletak berhadapahadapan mengapit sebuah
meja batu pualam yang di atasnya ada
jambangan bunga. Baik jambangan maupun bunganya terbuat dari sejenis kerang.
Yang membuat bunga dari kerang kelihatan menyerupai bunga hidup sungguhan.
Kursi batu sebelah kanan selain lebih besar dan tinggi juga sebelah kanan selain
besar dan tinggi juga memiliki ukiran bagus berupa ikan lumbalumba besar yang
tegak agak melengkung. Bila seseorang duduk di atas kursi batu ini maka
kepalanya seolah
ditudungi oleh kepala ikan. Wiro telah melihat kursi seperti itu di ruangan
besar pada pertama kali dia memasuki tempat itu. Kursi satunya yang di sebelah kiri
memiliki bentuk sama dengan sebelah kanan hanya saja kecil dan lebih rendah.
Seluruh ruangan tertutup
tirai tebal berwarna
biru. Di langitlangit ruangan
sebelah tengah ada sebuah batu putih aneh yang memancarkan cahaya berkilau.
Cahaya dari batu inilah yang menerangi seantero ruangan besar itu. Wiro
menghirup napas dalamdalam. Ruangan itu berbau wangi semerbak. Udaranya pun
sejuk nyaman. "Silahkan mengambil tempat duduk di kursi
sebelah kiri," memberi tahu
salah seorang dari empat gadis berpakaian hitam ketat yang membawa Wiro ke ruangan
itu. "Ratu akan segera datang ke tempat ini."
Pendekar 212 anggukan kepala. Emapt gadis kemudian menyelinap ke balik tirai
biru dan lenyap. Wiro memandang berkeliling lalu melangkah seputar ruangan.
Setiap sudut diperiksanya. "Aneh, dari mana jalan aku masuk tadi" Di mana pula
bagian tempat empat gadis tadi menyelinap pergi?" Setiap bagian tirai dibaliknya
tapi dia hanya menemukan dinding batu hitam. "Janganjanganaku telah kena jebak!
Dijebloskan dalam penjara yang keadaannya lebih lumayan dari Ruang Penantian
terkutuk itu! Hemmm.... Kalau benar aku dipenjarakan lagi di tempat ini aku tak segansegan
mengencinginya. Kalau perlu aku akan buang hajat besar di sini! Biar tahu rasa!"
Begitu murid Sinto Gendeng berkata dalam hati sambil senyumsenyum sendiri. Lalu
dia berusaha mengingatingat telah berapa lama dia berada di tempat itu. Namun
otaknya tak mampu menduga. "Tempat celaka ini punya hitungan hari aneh dengan
dunia luar sana...." Lalu tibatiba saja murid Sinto Gendeng menjadi kecut.
"Bagaimana kalau aku tidak pernah keluar selamalamanya dari tempat ini?" Wiro
garukgarukkepalanya berulang kali. Teringat dia pada tugas penting mendapatkan
Kitab Putih Wasiat Dewa yang sampai saat ini masih gelap dimana beradanya.
"Nelayan berpenyakit cacar sialan itu..." maki Wiro. "Hampir putus tanganku
disambar ikan hiu!" Wiro perhatikan lengan kanannya yang pernah luka. Tibatiba
terbayang wajah cantik Bidadari Angin Timur di pelupuk matanya. "Gadis itu...
Akutak dapat melupakannya. Waktu berduaduaan di dalam telaga.... Bidadari, dimana
kau saat ini" Aku kangen sekali padamu...."
Tibatiba tirai biru di dinding sebelah kanan tersingkap.
"Bidadari Angin Timur, kaukah itu....?" Karena tengah mengenang gadis yang
dirindukannya itu, ucapan itu lepas begitu saja tanpa disadari Pendekar 212.
Ketika dia berpaling ke kanan yang tegak di tempat itu memang seorang perempuan
secantik Bastian Tito
Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
bidadari. Mengenakan pakaian sangat ketat terbuat dari manikmanik berwarna merah
berkilauan yang pada bagian dada serta
pinggulnya terbelah.
Di tangan kanannya dia
mendadak bertambah harum oleh bau Ratu Duyung yang baru masuk.
"Kau menyebut nama seseorang...." Ujar Ratu Duyung.
"Ah, maafkan aku..." kata Wiro garukgaruk kepala.
"Kau tengah melamuni seseorang...."
Wiro tertawa lebar. Kembali dia garukgaruk kepala.
Ratu Duyung melangkah mundar mandir
di hadapan Wiro
beberapa lamanya.
Sesekali dia melirik ke arah pemuda itu dan diamdiam mengakui walau sepintas
pemuda ini seperti orang tolol suka cengengesan
tapi wajahnya ternyata tampan.
Apalagi kini kulitnya
telah kembali ke bentuk asli. Wiro sendiri
diamdiam memperhatikan kebagusan tubuh sang Ratu dengan mata tak berkesip.
Walau mengagumi Pendekar 212, Ratu Duyung tidak menyembunyikan
rasa sukanya melihat sikap seenaknya murid Sinto Gendeng. Dalam hati dia
menggerendeng. "Pemuda satu ini benarbenar kurang ajar. Dia duduk di kursi batu dimana
seharusnya aku duduk. Aku harus menegurnya.
Mengingat dia sekarang merupakan
sebagai tamu yang kuhormati, bagaimana
caranya menyuruhnya
berdiri dari kursi itu
tanpa merasa tersinggung. Hemmm...."
Sambil terus melangkah Ratu Duyung bertanya. "Mungkin anak buahku yang mengantar
kau ke sini lupa memberi tahu dimana kau harus duduk...."
"Astaga!" Wiro purapura terkejut. "Maafkan aku! Anak buahmu
memang memberi tahu. Tapi aku sedang kacau pikiran hingga lupa...."
Wiro berdiri dari kursi batu besar. Sandaran dan bagian kursi yang barusan
didudukinya dibersihkannya
dengan tangan. Lalu dia membungkuk mempersilahkan
sang Ratu duduk. Ratu Duyung jengkel ada geli juga ada melihat kelakuan pemuda
itu. Wiro menunggu sampai sang Ratu duduk di kursi batu besar dia kemudian ddudk di
kursai batu yang kecil.
"Kau mengatakan sedang kacau pikiran...." Ratu Duyung membuka pembicaraan.
"Betul sekali...." Jawab Wiro polos.
"Pikiran kacau adalah salah satu sumber
kelemahan manusia yang bisa membawa kelengahan, mengundang datangnya malapetaka...."
"Aku memang telah berlaku lengah dan menghadapi malapetaka.... Aku tidak tahu apa
artinya aku berada di ruangan ini. Mungkin ini salah satu bentuk lain dari
penjaramu....?"
Ratu Duyung tersenyum. "Kau pernah berbuat salah, ditawan dan dihukum. Tapi
sekarang kau kembali sebagai tamu yang kami hormati....."
"Kalau begitu aku mengucapkan terima kasih. Terima kasihku banyak sekali untukmu
Ratu. Kau telah menyelamatkan aku waktu tenggelam di laut. Mengobati luka
sambaran ikan hiu di lenganku. Mengembalikan sepasang mataku. Entah kebaikan apa
lagi yang akan kuterima darimu. Jangan terlalu banyak membagi kebaikan padaku
Ratu Duyung. Aku khawatir tak dapat membalas semua budi baikmu itu..."
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
Ratu Duyung berpurapura mengusap hidung dan mulutnya. Padahal dia tengah
berusaha menyembunyikan tawa mendengar semua ucapan Wiro tadi.
"Ratu, aku mendapat
penjelasan dari anak buahmu
bahwa kau hendak memberikan wasiat padaku. Jika ini benar tentu saja aku ingin tahu wasiat apa.
Namun jika itu tidak betul, aku mohon bisa meninggalkan tempat ini secepatnya.
Selama berada di sini banyak pelajaran baik yang telah kudapat.
Aku sekali lagi mengucapkan terima
kasih...."
Ratu Duyung letakkan cermin bulatnya di pangkuan lalu berkata. "Sewaktu sobatmu
Dewa Ketawa berada di sini, kami sudah mengetahui kalau kau membekal satu tugas
besar dan berat. Mencari sebuah kitab sakti bernama Kitab Putih Wasiat Dewa...."
Wiro mengangguk. "Bagaimana Ratu bisa mengetahui. Padahal Ratu jarang sekali
meninggalkan tempat ini...."
Ratu Duyung mengambil cermin bundar di pangkuannya. "Hampir semua yang
terjadi di luaran, dalam kejauhan tertentu bisa kupantau lewat cermin sakti ini.
Waktu kau masih di pantai, sibuk mencari perahu tumpangan, aku dan Dewa Ketawa
sudah melihat gerak gerikmu lewat cermin ini...."
Pendekar 212 Wiro Sableng jadi ternganga
saking herannya
mendengar keterangan itu. Matanya memandang tak berkesip pada cermin yang ada di tangan
sang Ratu. "Kalau begitu...." Wiro garukgaruk kepalanya.
"Aku tahu apa lanjutan ucapanmu
Pendekar 212. Kau pasti menduga aku
mengetahui dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa itu....."
"Betul sekali! Dapatkah kau melihat ke dalam cermin dan memberi tahu padaku?"
"Banyak hal bisa dilihat lewat cermin ini. Tapi betapapun hebatnya sebagai benda
fana cermin ini tetap memiliki keterbatasan. Cermin ini tidak mampu mengetahui
dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa...."
Wiro Sableng menarik napas dalam. Wajahnya tampak kecewa.
"Jangan lekas putus asa Pendekar 212. Cerminku memang tidak bisa mengetahui
langsung. Ini disebabkan karena Kitab Putih Wasiat Dewa itu bukan sembarangan.
Kekuatannya yang dahsyat membuat cermin saktiku tidak mampu melakukan sambung
getar secara sempurna. Namun secara tersamar dimana kemungkinan beradanya kitab
itu. Selain itu jauh sebelum kau dan kawanmu Dewa Ketawa datang kemari aku sudah
mengetahui sedikit cerita tentang asal muasal kitab itu...."
Wiro ingat pada penjelasan Ratu Duyung pada hari pertama dia berada di tempat
itu. "Aku ingat, pada hari pertama aku di sini Dewa Ketawa mengatakan kalau
Kitab Putih Wasiat Dewa itu berasal dari daratan Tiongkok. Apa betul....?"
Ratu Duyung mengangguk.
"Berarti apapun yang tertulis dalam kitab itu dalm huruf cina" Wah... Bagaimana
mungkin aku bisa membacanya!" ujar Wiro seraya garukgaruk kepala.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
"Pendekar 212, melihat kitab itu saja kau belum. Tahupun beradanya dimana kau
belum! Mengapa sudah memikir segala macam isinya?" ujar Ratu Duyung pula.
"Kalau tidak dipikirkan dari sekarang,
seandainya aku nanti dapatkan kitab itu
percuma saja. Atau kau mungkin bisa membaca menjadi juru bahasaku?"
Ratu Duyung tersenyum.
"Hemmm...senyum
itu membuat wajahnya tambah cantik. Tapi menurutku
Bidadari Angin Timur jauh lebih cantik...."
"Pendekar 212, agar jelas bagimu biar aku ceritakan asal usul yang kuketahui
mengenai buku itu," kata Ratu Duyung. Lalu sang Ratu menuturkan.
Sekitar satu abad yang silam seorang sakti di tanah Jawa diundang oleh Raja


Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiongkok untuk berkunjung
ke daratan Cina. Selain menjalin persahabatan
juga direncanakan untuk saling tukar ilmu kepandaian. Orang sakti itu konon dipanggil
dengan sebutan Kanjeng Sri Ageng Musalamat.
Entah apa sebabnya
Sri Ageng Musalamat dan rombongan
tak pernah ke tanah Jawa. Kabarnya dia bermukim di
Tiongkok, kawin dengan penduduk setempat dan menjadi salah seorang tokoh silat
sangat disegani.
Karena ilmunya yang tinggi maka Kaisar sering meminta bantuan Sri Ageng
Musalamat termasuk para anak buah perguruannya,
terutama dalam menumpas gerombolan penjahat yang bertebaran hampir di setiap pelosok pada masa itu.
Hubungannya yang dekat dengan Kaisar membuat banyak pejabat tinggi merasa iri
dengki terhadap Sri Ageng Musalamat. Maka disusunlah satu rencana busuk. Dengan
menggunakan suratsurat
palsu Sri Ageng Musalamat difitnah berkomplot
membantu kaum pemberontak
bangsa Mongol untuk menumbangkan
Kaisar Tiongkok yang
berkuasa. Kaisar marah besar. Sri Ageng Musalamat
ditangkap dan dijatuhi hukuman
pancung. Anak buah dan muridmuridnya ditumpas habis.
"Namun ada seorang yang selamat," kata Ratu Duyung melanjutkan penuturannya. "Orang ini bernama Ki Hok Kui. Pada waktu itu meski baru berusia
sekitar tiga puluh tapi boleh dikatakan dia sudah mewarisi hampir seluruh
kepandaian Kanjeng Sri Ageng Musalamat. Rimba persilatan Tiongkok memberinya
gelar hebat yaitu Tiat Thow Houw yang berarti
Harimau Kepala Besi. Pada waktu
Sri Ageng Musalamat dan
para murid serta anak buahnya yang ratusan jumlahnya dibantai, Ki Kok Kui sedang
mengadakan perjalanan di daratan timur Tiongkok. Ketika orangorang yang dengki
itu mengetahui Ki Kok Kui masih hidup,
mereka merasa sangat khawatir kalaukalau satu
satunya anak murid Sri Ageng Musalamat ini akan melakukan balas dendam. Selain
itu orangorang tersebut
juga kasak kusuk mencari sebuah kitab sakti milik Sri Ageng
Musalamat yang tidak berhasil ditemukan. Kitab itu adalah Kitab Putih Wasiat
Dewa, sebuah kitab berisi ilmu langka hampir tanpa tandingan.
Orangorang itu sama
memastikan bahwa kitab itu berada di tangan Ki Hok Kui. Maka satu rombongan
besar dikirim ke timur untuk mencarinya.
Ki Hok Kui alias Harimau Kepala Besi dihadang di
dekat Nanchang. Namun berkat pertolongan seorang
sahabat dia berhasil meloloskan
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
diri lewat anak sungai Yang Tse Kiang dan menghilang di pantai timur Tiongkok
sekitar Seochow...."
"Berarti kitab ilmu sakti masih berada di daratan Tiongkok," ujar Wiro sambil
manatap tajam pada Ratu Duyung.
Sang Ratu menggeleng.
"Seperti aku ceritakan tadi Harimau Kepala Besi Ki Hok Kui adalah murid
kesayangan Sri Ageng Musalamat, merupakan murid paling pandai dan mewarisi
hampir semua ilmunya. Disamping itu dari sang guru di juga belajar bahasa Jawa
kuno. Karena itu dia mampu membaca isi Kitab Putih Wasiat Dewa...."
"Jadi, kitab sakti itu ditulis dalam bahasa Jawa kuno?" tanya Wiro ingin
menegaskan. "Betul sekali," jawab Ratu Duyung.
"Lalu apa betul kitab itu ada di tangan si Harimau Kepala besi?" tanya Wiro
lagi. "Rupanya Kanjeng Sri Ageng Musalamat
seolah punya firasat bahwa satu
malapetaka besar
akan terjadi atas
dirinya, keluarga serta
anak buah dan anak murid
perguruannya. Maka tanpa ada orang lain yang tahu Kitab Putih Wasiat Dewa
diserahkannya pada Tiat Thow Houw alias Harimau Kepala Besi...."
"Berarti orang ini sudah membaca isinya dan mempelajarinya!" ujar Wiro.
"Hal itu tidak bisa dipastikan. Yang jelas selama dia memegang kitab sakti itu
dia selalu diburu
oleh orangorang Kaisar yang jahat...." jawab Ratu Duyung, lalu
meneruskan . "Suatu hari sahabat yang pernah menolong Ki Hok Kui melarikan diri tertangkap.
Setelah disiksa
akhirnya dia memberi
tahu dimana bersembunyinya murid
Sri Ageng Musalamat
itu. Si sahabat
kemudian dibunuh secara keji. Tempat persembunyian Ki Hok Kui digerebek. Terjadi pertempuran
hebat. Kabarnya sebelum
berhasil meloloskan
diri Harimau Kepala Besi berhasil membunuh
perwira tinggi pemimpin pasukan pengejar itu. Ikut tewas dua orang tokoh silat serta beberapa
orang prajurit. Orangorang Kaisar marah besar. Bala bantuan didatangkan.
Sementara Ki Hok Kui melarikan diri menuju muara sungai. Dari sini dengan sebuah
jukung dia mengarungi lautan luas. Tujuannya hanya satu menuju tanah Jawa. Sulit
dipercaya hanya dengan sebuah perahu kecil Ki
Hok Kui mampu mengarungi samudera luas dengan
membawa satu benda sangat berharga. Rupanya orangorang Kaisar berhati culas masih belum
puas. Mereka terus
menyelidik. Beberapa
hari kemudian mereka
berhasil mengetahui
bahwa Ki Hok Kui telah kabur dengan sebuah jukung. Satu kapal kayu besar
disiapkan untuk mengejar.
Karena dia bukan seorang pelaut maka Ki Hok Kui tidak pernah
mencapai pantai utara pulau Jawa tempat kelahiran gurunya tapi justru tersesat
ke pantai selatan. Dekat sebuah pulau orangorang Kaisar berhasil mengejarnya.
Setelah terjadi perkelahian
hebat dan perahu kecilnya tenggelam Ki Hok Kui berenang
ke daratan pulau terdekat. Orangorang Kaisar terus memburu. Entah apa yang terjadi
Ki Hok Kui kemudian lenyap di pulau itu...."
Mungkin dia terbunuh dan Kitab Wasiat itu dirampas oleh orangorang Kaisar?"
ujar Wiro. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
"Tidak ada petunjuk yang menunjang dugaan itu. Kabarnya orangorang Kaisar
kembali dengan kecewa besar.
Mereka tidak menemukan
Ki Hok Kui, juga kitab sakti
yang diburuburu. Ki Hok Kui sendiri tidak pernah terdengar kabar beritanya
lagi...." Wiro termenung sesaat. Dia ingat pada buku lilin yang ada di ruangan besar.
"Lalu apa hubungan buku lilin yang ada di tempatmu
ini dengan kitab yang asli?"
bertanya Wiro. "Aku pernah mendapat mimpi, melihat kitab itu. Walaupun samarsamar aku berusaha
membuatnya. Siapa tahu aku berjodoh dengan kitab itu walau aku tidak
menginginkannya...."
"Susah juga mencari kitab wasiat itu..." kata Wiro sambil garukgaruk kepala.
"Ratu, apa kau tidak punya petunjuk lain yang bisa menolong" Aku ditugaskan oleh
tiga tokoh silat tanah Jawa untuk mendapatkan buku itu karena kabarnya ada satu
kitab tandingan bernama Kitab Wasiat iblis yang jika jatuh ke tangan orang jahat pasti
dia akan menguasai dunia persilatan dengan semenamena. Hanya Kitab Putih Wasiat Dewa
yang agaknya mampu menghadapi Kitab Wasiat Iblis itu...."
"Aku akan coba melihat mundur pada harihari sebelum kau muncul dan menjelang
kedatanganmu ke
sini," jawab Ratu Duyung. Lalu diambilnya cermin sakti
yang ada di pangkuannya.
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Sang Ratu
SEPULUH Ratu Duyung menatap paras Pnedekar 212 sesaat lalu berkata. "Aku akan melihat ke
dalam kaca sakti dan mengatakan apa yang aku lihat. Selama aku melakukan itu
jangan sekalikali mengeluarkan suara atau bertanya. Kau mengerti Pendekar 212?"
Wiro anggukkan kepala.
Sang Ratu memandang
ke dalam cermin bulat. Perlahanlahan sepasang
matanya yang biru bagus dipejamkan.
"Ini aneh lagi..." membatin
Wiro yang memperhatikan. "Yang namanya melihat
itu dua mata mustinya dibuka lebarlebar, dia justru pejamkan ke dua matanya!"
"Aku melihat sebuah bukit di luar Kartosuro..." mulut sang Ratu terbuka dan ucapan
Pedang Keadilan 39 Dewa Arak 76 Penjara Langit Bloon Cari Jodoh 18

Cari Blog Ini