Ceritasilat Novel Online

Rahasia Mawar Beracun 3

Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun Bagian 3


Tubuh mereka menggeliat beberapa kali lalu terhampar terguling di tanah.
Sepasang kaki bagus kedua gadis ini menyentak-nyentak hingga pakaian mereka
tersingkap sampai ke pinggul. Sesaat kemudian sosok keduanya diam tak berkutik
lagi. Tak bisa bergerak dan tak mampu keluarkan suara. Itulah kehebatan ilmu
Menjirat Urat yang dilancarkan Hantu Muka Dua. Mampu membuat lawan tak berdaya,
semacam ilmu melumpuhkan tanpa menyentuh. Ilmu ini termasuk salah satu ilmu yang
dirampasnya beberapa waktu lalu dari Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir.
"Putih mulus! Ha... ha... ha! Kalian benar-benar tidak mengecewakan aku!" kata
Hantu Muka Dua. Lalu dia bertepuk tiga kali. Dari kegelapan muncul enam orang
lelaki mengusung sebuah tandu.
"Naikkan dua gadis ini ke atas tandu. Segera bawa ke Istana Kebahagiaan! Aku
menunggu di sana!"
Enam anak buah Hantu Muka Dua menjura hormat.
Dengan cepat mereka menaikkan sosok dua gadis kembar ke atas tandu lalu
mengusung ke arah ber-kelebatnya makhluk berjuluk Hantu Segala Keji, Segala
Tipu, Segala Nafsu itu!
* * * 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
12 SEPASANG daun telinga Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab bergerak-gerak. Dia
mendengar suara kaki-kaki berlari, banyak sekali dan masih berada di kejauhan.
"Itu bukan suara lari Luhkemboja dan Luhkenanga..." membatin si orang tua yang
otaknya berada di luar batok kepala. "Mereka berjumlah lebih dari empat orang.
Aneh, mengapa mereka tidak segera menuju ke sini. Tapi berlari berputar-putar di
tebing laut sebelah timur. Aku akan menunggu. Jika mereka muncul membawa niat
jahat akan kuhabisi!"
Sejak kejadian dua cucunya menipu dirinya dengan Tongkat Bahagia Biru orang tua
ini selalu diselubungi hawa amarah. Dia seperti mau marah melihat siapa saja.
Tidak heran kalau dia berucap dalam hati seperti itu.
Suara kaki-kaki yang berlari terdengar makin keras.
"Mereka mulai mendekat," kata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tak selang berapa
lama kakek ini melihat satu pemandangan aneh dihadapannya.
Enam orang lelaki bertubuh besar bertelanjang dada mengusung sebuah tandu yang
ditutupi sehelai tikar tipis terbuat dari jerami kering berwarna hitam.
Mereka berlari berputar-putar mengelilingi Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang
tengah duduk di satu pedataran tinggi menghadap ke laut Setelah memperhatikan
sesaat dan enam pengusung tandu seperti tidak mau hentikan larinya, hilanglah
kesabaran si kakek. Dia pukulkan telapak tangan kanannya ke tanah.
Bukit pasir di tepi laut itu bergoncang seperti di landa gempa. Debu dan pasir
membubung sampai setinggi tiga tombak. Enam pengusung tandu terhuyung-huyung.
Jika mereka tidak segera jatuhkan diri berlutut niscaya ke enamnya akan jatuh
berserabutan di tanah.
"Enam lelaki sinting kesasar! Pertunjukkan arak-arakan gila apa yang tengah
kalian lakukan"!" membentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Enam orang bertubuh besar penuh otot itu segera turunkan tandu yang mereka usung
dari bahu masing-masing, diletakkan di tanah. Salah seorang dari mereka yang
bertindak sebagai wakil teman-temannya palingkan kepala ke arah si kakek lalu
membuka mulut. "Kami mendapat perintah, membawa tandu ini 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
kepadamu!"
Anehnya lima orang kawan lelaki yang barusan bicara secara bersamaan mengulang
ucapan kawannya tadi. "Kami mendapat perintah, membawa tandu ini kepadamu!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab kerenyitkan kening. Otaknya yang tembus pandang
berdenyut keras. Matanya pandangi enam orang yang berlutut di tanah di
hadapannya. "Siapa yang memberi perintah"!" Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab ajukan
pertanyaan. "Pendekar 212 Wiro Sableng!' jawab lelaki tadi.
Lima kawannya mengikuti.
"Pendekar 212 Wiro Sableng!"
"Hah! Siapa"!"
"Pendekar 212 Wiro Sableng! Pemuda asing dari negeri seribu dua ratus tahun
mendatang!"
Seperti tadi lima pengusung tandu lainnya mengulangi ucapan temannya.
"Pendekar212 Wiro Sableng!
Pemuda asing dari negeri seribu dua rarus tahun mendatang!"
"Kalian jahanam semua!" Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab membentak. "Apa kalian
kira aku tuli hingga bicara diulang-ulang seperti itu"!"
"kami hanya menjalankan perintah dari Wiro Sableng!"
"kami hanya menjalankan perintah dari Wiro Sableng!"
"Aku tak ingin kalian bicara diulang-ulang! Jika kalian berani berlaku seperti
itu satu peratu akan kupatahkan leher kalian!"
Enam orang lelaki tidak menjawab, hanya memandang pada si kakek. Si kakek
sendiri menatap ke arah usungan. Dari apa yang dilihatnya dia maklum ada sesuatu
di atas tandu dibawah hamparan tikar tipis hitam yang menutupinya. *
"Apa yang ada di bawah tikar di atas tandu itu"!"
Hantu Sejuta Tanya bertanya.
"Silahkan membuka tikar dan melihat sendiri!"
"Silahkan membuka tikar dan melihat sendiri!"
Lima lelaki bertelanjang dada seperti tadi mengikuti ucapan temannya.
Kesabaran Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab sirna. Tubuhnya dimiringkan condong ke
depan. Entah kapan tangannya bergerak tahu-tahu kraaakkk! Salah seorang dari
enam lelaki pengusung tandu terkapar di tanah dengan leher patah! Lima temannya
membeliak marah tapi tidak berani melakukan sesuatu.
"Siapa yang mau jadi korban ke dua" Silahkan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
bicara diulang-ulang!" kata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab pula. Lalu keluarkan
suara menggereng dari tenggorokkannya.
Lima lelaki pengusung tandu tidak menjawab.
"Aku perintahkan salah satu dari kalian segera menyibakkan tikar hitam!"
membentak si kakek.
Salah seorang dari lima lelaki ulurkan tangan kanan.
"Bettttt!"
Tikar hitam jerami kering tersingkap lalu dilemparkan ke udara, melayang jatuh
ke arah pantai.
Dua mata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab membeliak. Dari mulutnya menggembor
teriakan dahsyat.
Sekali bergerak tubuhnya melesat ke udara setinggi dua tombak. Ketika turun ke
tanah, dua kakinya amblas masuk ke dalam tanah sampai pergelangan kaki.
Di atas tandu menggeletak dua sosok tubuh gadis yang nyaris tidak tertutup apaapa. Sepasang mata mereka mendelik. Sebatang tongkat batu berwarna biru
melintang di dada salah seorang gadis ini
"Cucuku!" teriak si kakek. "Luhkemboja! Luhkenanga!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab mendekati tandu. Dia membungkuk memeriksa dan
dapatkan dua gadis di atas tandu masih bernafas dan berada dibawah satu kekuatan
aneh yang melumpuhkan. Keadaan mereka mengenaskan sekali. Dari tanda-tanda yang
ada di aurat mereka si orang tua maklum kalau dua cucunya ini telah dirusak
kehormatannya secara keji.
"Biadab! Siapa yang melakukan perbuatan keji ini"!" teriak Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab. Tangan kirinya menyambar. Laki-laki di samping kiri dijambak lalu
diangkat ke atas. Tangan kanannya menghantam.
"Praakkkk!"
Tulang muka lelaki itu melesak hancur. Darah muncrat. Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab bantingkan sosok yang sudah jadi mayat itu. Lalu dia menjambak lelaki
berikutnya. Takut setengah mati dan tak mau jadi korban keganasan si kakek orang
ini segera membuka mulut.
"Yang melakukan adalah pendekar 212 Wiro Sableng!"
Tidak seperti tadi, kini lelaki-lelaki lainnya tidak mengulangi ucapan kawannya
itu. Bergetar sekujur tubuh Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. "Dia memperkosa dua
cucuku! Lalu menyuruh kalian membawa gadis-gadis ini ke sini"! Begitukah hah"!"
Empat lelaki pengusung tandu anggukan kepala.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Manusia jahanam! Kenalpun aku tidak! Bertemu muka belum pernah! Mengapa dia
berbuat sekeji ini pada dua cucuku!"
Lelaki di samping tandu sebelah kiri menjawab.
"Menurut Wiro,dua cucumu telah mencuri tongkat batu berwarna biru. Wiro berusaha
mendapatkannya kembali dan menghadang dua gadis itu di satu tempat.
Dia mendapatkan tongkat sakti kembali tapi ternyata palsu. Wiro lalu menghajar
dan memperkosa dua gadis ini. Menurut Wiro dua gadis ini punya kelainan menebar
aib dan kekejian dimana-mana. Jadi pantas menerima hukuman berat dan
diperlakukan secara keji pula! Lalu kami disuruhnya mengantarkan sosok-sosok
mereka padamu!"
"Dimana pemuda asing itu sekarang"!" tanya si kakek dengan sekujur tubuh
bergeletar. "Kami tidak tahu! Dia membunuh dua sahabat kami. Lalu sehabis memberi perintah
yang disertai ancaman dia kabur entah kemana."
"Kalian lekas angkat kaki dari sini sebelum ku-bunuh semua!" Menghardik Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Empat lelaki bertubuh besar serta merta berdiri lalu tinggalkan tempat itu
dengan cepat. Si kakek segera menyambar tongkat batu biru yang tergeletak di atas dada
Luhkenanga. Dia cepat memeriksa. Dengan dua tangannya tongkat dipatah-kan. Lalu
dia kembali memeriksa.
"Tongkat ini memang palsu! Tapi mengapa ini dijadikan alasan oleh pemuda asing
itu untuk berbuat keji pada dua cucuku! Aku tahu dua cucuku memang mengidap
penyakit tidak wajar. Yang tidak bisa di-sembuhkan seumur-umur. Tapi itupun
tidak bisa dijadikan alasan untuk mencelakai mereka. Kabar yang aku dengar
tentang kehebatan dan kebaikan pemuda itu ternyata jauh berbeda dengan
kenyataan! Aku akan mencarinya! Akan kulumat dengan dua tanganku!
Berarti benar kabar yang kusirap selama ini. Bahwa pemuda itu telah berbuat
cabul dengan gadis bernama Luhjelita! Kalau tidak diambil tindakan lama-lama
bisa habis semua anak gadis orang di negeri ini!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab kembali perhatikan sosok dua cucunya. Sepasang
mata tua ini tiba-tiba mengerenyit.
"Ada keanehan.... Luhkemboja dan Luhkenanga seperti berada dalam kelumpuhan. Tak
bisa bergerak dan tak bisa bicara. Ilmu kekuatan apa yang menguasai mereka. Aku
seperti...." Orang tua itu mengingat-ngingat "Dua cucuku.'Wahai! Dia berada
dibawah 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
pengaruh Ilmu Menjerat Urat! Ilmu ini hanya Hantu Muka dua dan beberapa orang
anak buahnya yang memiliki! Jangan-jangan Pendekar 212 Wiro Sableng telah
menjadi kaki tangan Hantu Muka Dua" Aku harus mencari pemuda keparat itu.
Mengorek lidahnya agar mau mengaku lalu melumat sekujur tubuhnya mulai dari
kepala sampai ke kaki!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
13 KEMBALI ke bukit yang dipenuhi batu-batu berbentuk aneh di selatan Gunung
Latinggimeru. Bulan purnama empat belas hari, bulat penuh telah muncul sejak
beberapa waktu lalu. Keadaan di tempat itu kini tidak lagi diselimuti kegelapan.
Peri Bunda gerak-gerakkan jari-jari tangannya yang halus di atas lengan Wiro.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi Wiro. Malu menjawab atau memang tidak mau
menjawab"! Apakah kau mencintai Peri Angsa Putih?"
Wiro coba sunggingkan senyum lalu garuk-garuk kepalanya. Diusapnya tangan Peri
Bunda lalu perlahan-lahan dilepaskannya pegangan Peri itu dari lengannya.
"Saya tidak tahu apa maksudmu dengan semua pertanyaan itu. Mungkin sekali kau
tengah mempelajari seluk beluk ilmu bercinta?" Wiro tertawa lebar.
Peri Bunda juga tertawa tapi kembali mendesak.
"Wahai, kau pandai mengalihkan pembicaraan. Tapi benar dugaanku kau tak mau
menjawab pertanyaanku."
Kembali murid Sinto Gendeng ini dibuat garuk-garuk kepala.
"Aku menunggu jawabanmu, Wiro," kata Peri Bunda.
"Peri Bunda, kerabatmu Peri Angsa Putih itu bukan saja Peri berhati baik, tapi
juga memiliki wajah sangat cantik. Sepasang matanya yang biru membuat orang
memandangnya tak jemu. Tak ada orang yang bisa melupakannya jika sudah sekali
bertemu. Jangankan lelaki, kaum perempuan pasti akan mengaguminya...."
Peri Bunda tersenyum. "Kata-katamu sungguh Sejuk didengar dan polos. Kau seperti
seorang penyair.
Kalau Peri Angsa Putih ada di sini pasti dia akan senang mendengarnya...."
"Mungkin juga terharu!" kata Wiro sambil tersenyum-senyum dan garuk-garuk
kepala. Di hadapannya Wiro melihat Peri Bunda kerenyitkan kening, mungkin tidak
paham mengapa Wiro berkata begitu.
Di tempat persembunyiannya Peri Angsa Putih sendiri merasakan tubuhnya bergetar.
Seolah ada hawa dingin menyelubunginya mulai dari kepala sampai ke kaki.
Sementara itu Luhcinta yang berada bersama 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Naga Kuning dan si kakek Ngompol tegak mematung walau di dalam dadanya
bergoncang menahan rasa tegang. Sejak tadi dia ingin beranjak pergi, takut tak
kuasa mendengar pembicaraan Peri Bunda dan Wiro yang semakin mempengaruhi hati
dan perasaannya itu. Tapi dua kakinya seolah diganduli batu besar hingga dia tak
mampu bergerak. Gadis ini akhirnya setengah terpaksa memilih tetap berdiri di
tempat itu. "Wahai, tabahkan diriku jika seandainya jawaban yang diberikan Wiro seolah petir
menyambar di depan wajahku?" begitu Luhcinta Membatin.
Lain halnya dengan Peri Angsa Putih sendiri. "Aku tidak mengerti, mengapa Peri
Bunda mendesak bahkan seperti memaksa ingin mengetahui apakah Wiro mencintai aku
atau tidak. Walau hati ini juga sangat mengharap mendapatkan jawaban, tetapi
bagaimana kalau jawaban nanti berlainan dari yang diharapkan"
Jangan-jangan Peri Bunda tahu aku sembunyi di sini.
Lalu sengaja mengorek keterangan dari pemuda itu.
Bagiku kalaupun dia...." Peri Angsa Putih tidak berani meneruskan kata hatinya
itu. "Wiro, jawaban tak kunjung keluar dari mulutmu.
Sangat susahkah bagimu untuk mengatakan bahwa kau mencintai kerabatku Peri Angsa
Putih. Ya atau tidak?" Kembali Peri Bunda mendesak.
"Peri Bunda," Wiro berucap. "Cinta kasih itu adalah sesuatu yang suci dan sangat
pribadi. Penuh rahasia. Dan ada kebahagiaan dalam kerahasiaan itu. Jika seorang
lelaki mencintai seorang gadis atau sebaliknya atau seorang gadis mencintai
seorang pemuda, apakah dia akan begitu saja mengatakan, menceritakan kepada
setiap orang, pada siapa saja yang menanyakannya karena rasa ingin tahu yang
sulit diduga alasannya" Peri Bunda, jika aku mencintai seseorang, aku tidak akan
mengatakan pada orang lain tapi akan mengatakan sendiri pada orang yang aku
cintai itu. Akan kubisikkan ketelinganya. Jadi yang tahu hanya kami berdua. Buat
apa orang lain yang tak ada urusannya perlu mengetahui isi hati kami berdua?"
Suasana di bukit batu itu untuk beberapa lamanya dicekam kesunyian. Ada ketidak
enakan seolah menggantung di udara, menyusup ke lubuk hati orang-orang yang ada
di tempat itu. Peri Bunda terdiam lalu menghela nafas berulang kali. Agaknya dia kehabisan akal
dan cara untuk mengorek keterangan dari mulut Pendekar 212. Di tempat gelap Peri
Angsa Putih tundukkan kepala. Hati kecilnya sangat ingin mendengar satu jawaban
lain. Satu peng-akuan. Namun jawaban yang didengarnya justru 112 RAHASIA MAWAR
BERACUN tambah membungkus hati sanubarinya dalam ketidak-pastian yang mengiris-iris.
Dalam hati Peri Angsa Putih berkata. "Peri Bunda, kau tahu bagaimana perasaanku
terhadap pemuda itu. Memang salahku aku tak pernah berkata terus terang padanya.
Tapi apakah wajar aku mengatakan hal itu padanya" Bukankah aku terikat larangan
dan pantangan Negeri Atas Langit" Peri Bunda, jika aku hubungkan dua kuntum
bunga mawar kuning yang ada di kamarmu itu, apakah sebenarnya yang tengah kau
lakukan?" Di bagian lain Naga Kuning berbisik pada si kakek Setan Ngompol. "Untung pandai
juga si sableng itu memberikan jawaban. Tidak ada yang tersinggung dan kecewa.
Rahasia hatinya tetap tersembunyi...."
"Soal bicara kawan kita itu memang pandai. Dia bisa berubah jadi penyair,
terkadang seperti juru dak-wah. Tapi jika kau perhatikan dalam setiap sikap dan
ucapannya selalu saja terselip sifat konyol dan sinting!
Dasar sableng!"
Dalam diamnya Peri Bunda akhirnya menyadari bahwa tak mungkin baginya


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan jawaban yang diinginkan dari Wiro. "Pemuda ini benar-benar cerdik.
Membuat aku bertambah kagum padanya.
Mungkin memang lebih baik bagiku kalau dia tidak menjawab. Siapa tahu dia memang
tidak mencintai Luhjelita, Peri Angsa Putih ataupun Luhcinta. Mudah-mudahan ada
setitik harapan...."
"Wiro, kau tak mau menjawab berterus terang tak jadi apa. Tapi aku tetap
mengkhawatirkan kesela-matanmu. Aku tak ingin kau mendapat celaka. Aku tak ingin
kau menemui malapetaka dan merasa ber-dosa kalau itu terjadi sementara aku tidak
berbuat sesuatu apa demi keselamatan dirimu...."
"Peri Bunda, saya sangat berterima kasih kau memperhatikan keselamatan saya.
Mudah-mudahan saya bisa menjaga diri...."
"Dalam hal keselamatan diri apa lagi menyangkut keselamatan jiwa jangan
berpegang dan mengandal-kan apa yang disebut mudah-mudahan. Kematian tidak bisa
dicegah dengan yang namanya mudah-mudahan. Kematian bisa ditimbulkan oleh orangorang yang tidak kita duga. Kau telah mengalami sendiri. Bahkan tadi kau telah
menyebutkannya. Kau hampir menemui kematian akibat sekuntum mawar kuning
beracun. Dan kau sudah yakin pelakunya salah satu dari dua orang yakni Peri
Angsa Putih atau Luhjelita. Wahai, apakah kau hendak mensia-siakan jiwamu untuk
kedua kalinya" Kau harus menjauhkan dirimu dari ke dua orang itu Wiro. Jika
sekali mereka 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
telah mencoba dan tidak berhasil, bukan mustahil mereka akan melakukannya
kembali. Jika itu sampai terjadi mungkin nyawamu sulit untuk diselamatkan...."
Kalau Luhcinta hanya kerenyitkan kening mendengar ucapan Peri Bunda itu, lain
halnya dengan Peri Angsa Putih. Dia sangat terkejut karena tidak menyangka Peri
Bunda akan berkata seperti itu. "Peri Bunda sepertinya ikut mempercayai bahwa
memang aku atau Luhjelita yang hendak membunuh Wiro dengan mawar beracun.
Padahal aku menemukan bukti nyata, bunga-bunga itu berada dalam kamarnya.
Untuk apa dia menyimpan bunga mawar itu kalau bukan ada maksud jahat" Wahai Peri
Bunda, sejak aku menemukan dua kuntum mawar beracun dalam kamarmu aku sudah
menaruh curiga. Kau berada di belakang semua bencana itu! Kau yang jadi biang
racunnya. Sekarang kau hendak lempar batu sembunyi tangan. Peri Bunda, walau kau
junjunganku tapi untuk urusan satu ini aku melawanmu habis-habisan!" Selesai
berkata begitu Peri Angsa Putih segera bergerak keluar dari balik
persembunyiannya. Tapi langkahnya tertahan ketika telinganya kembali mendengar
Peri Bunda berucap.
"Wiro, ada satu tempat yang aman bagimu. Jika kau suka aku akan mengantarkanmu
ke sana...."
"Tempat aman apa maksudmu Peri Bunda?"tanya Wiro.
"Tempat itu, terletak antara Negeri Atas Langit dan Negeri Latanahsilam. Di situ
ada sebuah puri bernama Puri Kebahagiaan. Aku akan membawamu ke sana.
Sampai keadaan aman kita bisa menetap di sana."
Pendekar 212 menatap lekat-lekat ke wajah sang Peri. Dia melihat satu wajah
cantik mempesona. Ketika Peri Bunda merangkum senyum dibibirnya yang merah,
murid Sinto Gendeng ini merasa ada getaran aneh dalam dadanya. Dia hendak
menggaruk kepala. Tak jadi, Wiro malah balas tersenyum!
"Ikut aku Wiro,"' bisik Peri Bunda sambil memegang jari-jari tangan Pendekar
212. Luhcinta merasakan degupan jantungnya mengeras.
"Peran apa sebenarnya yang tengah dilakukan Peri Bunda," dia membatin. "Puri
Kebahagiaan.... Baru sekali ini aku mendengar nama itu. Jangan-jangan ada
sangkut pautnya dengan Istana Kebahagiaan milik Hantu Muka Dua?"
Ditempat lain Peri Angsa Putih merasakan tubuhnya seperti terbakar. "Peri Bunda!
Sekarang aku tahu apa yang ada dihatimu! Kau Peri penghianat culas! Kau
memainkan pisau bermata dua! Wahai!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Puri Kebahagiaan yang kau sebutkan itu Peri Bunda, tempat apakah itu?" Wiro
terdengar bertanya.
"Puri Kebahagiaan!" kata Peri Angsa Putih dalam hati. "Para Peri di Negeri Atas
Langit telah lama mendengar dan mencurigai keberadaan puri tersebut. Namun sulit
untuk mengetahui dimana beradanya. Karena setiap hendak diselidiki ada satu hawa
aneh mengambang di udara, membendung penglihatan!
Kini aku mendengar sendiri. Ternyata Peri Bunda berada di belakang keberadaaan
Puri Kebahagiaan itu!" Peri Angsa Putih gigit bibirnya menahan gejolak darah dan
gejolak hati. "Peri itu tadi mengucapkan sampai keadaan aman kita bisa menetap
di sana. Kita! Kita siapa maksudnya" Dia dan Wiro" Sungguh culas!
Kalau aku ingat semua pembicaraan sebelumnya. Dia melarang diriku berhubungan
dengan pemuda itu. Aku dimintanya agar menjauhkan diri dan melupakan Wiro. Kini
dia malah ingin berdua-dua bersama pemuda itu! Berarti selama ini dia telah
menipu diriku!"
Di tempatnya bersembunyi bersama Naga Kuning dan Si Setan Ngompol, Luhcinta
tegak tertegun. Dia tatap wajah Peri Bunda. Dengan ilmu kesaktian langka yang
dimilikinya gadis ini dalam pandangannya mampu mendekatkan wajah Peri itu hingga
dia dapat melihat jelas air muka dan tatapan Peri Bunda yang ditujukan pada
Wiro. "Peri Bunda..." membatin Luhcinta. "Dari tatapan wajahmu, dari pandangan
sepasang matamu, aku dapat meraba ke dalam relung hatimu paling dalam.
Kau mencintai pemuda itu.... Apa kau lupa pantangan dan larangan di Negeri Atas
Langit" Kau seorang Peri sanjungan, junjungan dari segala Peri, hendak berselingkuh melanggar larangan. Peri Bunda, aku sungguh tidak mengerti bagaimana
ini bisa terjadi. Tetapi aku sadar sedalam-dalamnya. Kasih yang selama ini
dimiliki kami manusia biasa ternyata juga masih menjadi bagian kalian. Selama
ini kalian berusaha menutupi. Tetapi keadaan membuat semakin ditutupi semakin
kuat dorongan hati kalian untuk menyingkap dan membuangnya. Kita sama-sama
perempuan wahai Peri Bunda. Kasih yang ada dalam hatimu dan ada yang dalam hati
semua perempuan tiada beda. Selama hayat dikandung badan kaum perempuan
ditakdirkan untuk berbagi kasih pada seorang lelaki. Kasih mempunyai kekuatan
sangat kokoh. Sanggup menghancurkan tembok bernama larangan sekalipun tembok itu
terbuat dari baja. Peri Bunda, mungkin kau tidak mengetahui. Kau bukan saja
berperang rasa dengan Peri Angsa Putih, tetapi juga dengan diriku...."
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Kalau Luhcinta masih mampu membendung gejolak yang menggoncang hati dan
pikirannya, lain halnya dengan Peri Angsa Putih yang merasa di-khianati oleh
Peri Bunda. Tidak dapat menahan hatinya lagi Peri Angsa Putih segera melompat keluar dari
tempat persembunyiannya.
Tapi lagi-lagi gerakannya tertahan karena saat itu di langit sebelah timur
kelihatan sebuah benda bulat besar bersayap, terbang berputar-putar. Sesaat
kemudian benda ini yang ternyata adalah seekor kura-kura raksasa mendarat di
bukit batu. Dua orang melompat turun.
Orang sebelah depan adalah seorang gadis berpakaian ungu yang rambutnya digulung
ke atas. Dia bukan lain Luhjelita. Di belakangnya mengikuti seorang kakek
berpipi kempot. Mulutnya yang tonggos kelihatan cengengesan sedang matanya belok
lebar. Kakek berhidung pesek ini mengenakan celana yang bagian belakangnya sengaja
didodorkan ke bawah demikian rupa hingga pantatnya yang hitam kasap budukan
kelihatan ogel-ogelan kemana-mana. Di tangan kanannya kakek ini memegang sebuah
rebana yang pinggirannya diberi kerincingan. Sambil menyanyi na... na... na...
ni... ni... ni kakek ini pukul-pukulkan rebana itu ke pantatnya. Gerakan kakinya
berjalan seperti orang menari.
"Pendekar2T2 Wiro Sableng! Aku Luhjelita datang sesuai perjanjian! Lihat siapa
ikut bersamaku!"
Habis berseru begitu Luhjelita melangkah mendekati tiga buah batu berbentuk
tiang yang ujungnya lancip mencuat ke arah langit berhias bulan purnama penuh.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
14 SEMUA orang yang ada di bukit batu sama terkejut.
Wiro segera bangkit berdiri. Peri Bunda serta merta melompat bangun. "Wahai,
jadi ini sebabnya kau datang ke bukit batu aneh ini, Wiro. Rupanya kau telah
membuat perjanjian dengan Luhjelita...! Aku tidak cemburu. Tapi akan lebih baik
kalau kita berdua segera tinggalkan bukit ini, pergi ke Puri Bahagia! Tak ada
yang bisa mengikuti kita sampai di sana...."
"Tidak mungkin saya ikut bersamamu Peri Bunda.
Ada urusan yang harus diperjelas dengan gadis itu."
"Membuat urusan dengan Luhjelita tidak akan memperjelas masalah. Malah akan
memperburuk dan memperuncing suasana! Ikuti aku Wiro. Lekas tinggalkan tempat
ini!" Peri Bunda ulurkan tangan menarik lengan Wiro. Tapi murid Sinto Gendeng
ini segera mengelak.
Tiba-tiba ada cahaya merah melewati bulan purnama. Lalu satu sosok gemuk luar
biasa, berpakaian serba merah, menjela panjang sampai ke tanah tahu-tahu
kelihatan tegak di tiang batu runcing sebelah tengah. Demikian gemuknya makhluk
ini tinggi lehernya dan dagu jadi satu. Selain gemuk gembrot tak karuan, dia
juga memiliki wajah buruk. Bulat selalu keringatan, dihias hidung pesek serta
tahi lalat sebesar telur burung dara di pipi kiri. Karena bagian samping kiri
kanan pakaian sang Peri ini dibelah tinggi, tiupan angin membuat pakaian itu
tersingkap lebar menyembulkan auratnya sampai ke pinggul.
"Aku sebenarnya sudah jemu dengan suasana di tempat ini! Sekarang untung ada
hiburan! Ada pemandangan sedap menyegarkan! Waw! Montoknya pinggul peri gendut
itu. Putih lagi!" bisik Setan Ngompol sambil cengengesan dan matanya melotot
memandang ke arah Peri Sesepuh.
"Ini belum seberapa," balas berbisik Naga Kuning.
"Ingat waktu dia duduk mengongkong pada saat menolong kita dulu" Aku tidak dapat
memastikan apa kali ini dia pakai celana dalam atau tidak! Hik... hik...
hik!" (Baca Episode sebelumnya berjudul "Peri Angsa Putih")
"Aku yakin, seperti dulu sekarang ini dia juga tidak pakai celana dalam. Jadi
buka matamu lebar-lebar.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Jangan berkedip. Telat memandang hilang rejeki!"
kata Setan Ngompol pula lalu tertawa cekikikan dan terkencing-kencing.
Luhcinta yang merasa terganggu oleh bisik-bisik serta tawa dua orang itu
berpaling dan bertanya. "Apa yang kalian tertawakan" Kalian mentertawaiku?"
"Bukan! Tidak.... anu.... Peri gemuk itu. Biasanya dia tidak pakai celana
dalam!" jawab Naga Kuning seenaknya walau Setan Ngompol telah menginjak kakinya
agar dia tidak bicara teledor.
Walau mukanya jadi berkerut mendengar kata-kata Naga Kuning itu namun Luhcinta
kembali bertanya. "Kau bisa berkata begitu, memangnya apa pernah melihat?"
"Hik... hik.... Tanyakan saja pada kakek ini! Dia yang paling lama dan paling
asyik melihatnya!" jawab Naga Kuning. Luhcinta tersenyum dan geleng-geleng kan
kepala lalu berpaling ke arah deretan tiga batu berbentuk tiang.
"Peri Sesepuh!"
Peri Angsa Putih berseru kaget Siapa mengira kalau Peri yang menjadi pimpinan
tertinggi di Negeri Atas Langit itu akan muncul di tempat itu.
"Peri Bunda, sedang apa kau di sini"!" Peri Sesepuh yang mukanya gembrot
keringatan menegur.
Matanya memandang ke arah Peri Bunda. Sesaat kemudian dia alihkan pandangan,
menyapu ke Seantero bukit batu yang diterangi cahaya bulan purnama. "Hemm....
Ternyata ada banyak orang di tempat ini. Beberapa diantaranya sengaja sembunyi
di balik bebatuan...." Peri Sesepuh yang sakti ini ternyata sudah mengetahui
bahwa selain Peri Bunda, Wiro Sableng, Luhjelita dan kakek aneh yang dikenalnya
dengan nama Si Pelawak Sinting, masih ada beberapa orang lain di bawah sana.
Peri Bunda tekukkan lututnya memberi hormat lalu mendongak ke arah Peri Sesepuh
yang tegak di atas tiang batu runcing.
"Peri Sesepuh, Peri Pimpinan di Negeri Atas Langit, mohon maafmu. Aku tidak
sempat memberi tahu sebelum turun ke bumi. Ada satu keperluan yang harus aku
urus di tempat ini."
"Aku tidak ingin tahu apa urusanmu. Tapi aku melihat ada yang tidak beres bakal
terjadi di bukit batu ini. Karenanya lekas kau ikut aku kembali ke Negeri Atas
Langit. Sesuatu telah terjadi di sana. Kamar ketiduranmu dijebol orang!"
Terkejutlah Peri Bunda mendengar kata-kata Peri Sesepuh itu. Hatinya sesaat
bimbang sebelum berkata.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Terima kasih wahai Peri Sesepuh. Kau telah sudi datang memberi tahu. Aku akan
segera kembali. Tapi aku mohon biarkan aku menyelesaikan urusan lebih dulu.
Izinkan aku membawa pemuda ini ke satu tempat.
Dia harus diselamatkan dari ancaman maut...."
"Wahai Peri Bunda, tidak pernah kutahu kalau kau bersahabat dengan pemuda asing
yang datang dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang itu. Setahuku dia
adalah sahabatnya Peri Angsa Putih...."
"Peri Sesepuh, izinkan kami pergi...."
Peri Sesepuh tersenyum. "Jika kau memikirkan keselamatan pemuda itu, biar aku
yang membawanya.
Katakan ke tempat mana aku harus pergi. Sementara kau boleh menyelesaikan urusan
di tempat ini!"
Peri Bunda jadi bingung mendengar kata-kata Peri pimpinannya itu. "Peri Sesepuh,
aku mohon.... Aku tak ingin merepotkanmu. Biar aku yang membawa pemuda ini...."
"Para Peri dari atas langit!" tiba-tiba Luhjelita berseru. Dari tadi dia sudah
tidak sabaran melihat dan mendengar percakapan dua Peri itu. "Jika kalian hendak
berbincang-bincang menyelesaikan urusan, cari saja tempat lain. Jauh-jauh hari
tempat ini sudah kutetapkan sebagai tempat pertemuan dengan Pendekar 212 Wiro
Sableng. Harap kalian suka pergi dari sini!"
Peri Sesepuh yang merasa tersinggung mendengar kata-kata Luhjelita itu
sunggingkan senyum mengejek lalu menjawab. "Luhjelita, gadis perayu lelaki! Kau
rupanya! Apakah pertemuanmu dengan pemuda itu menyangkut urusan rayu merayu,
urusan cinta murah" Atau kau hendak melanjutkan perbuatan aib yang kau lakukan
bersamanya di dalam goa dulu?"
"Peri lancang mulut! Tidak kukira mulutmu se-kotor itu! Kau berserikat dalam
tuduhan! Aku ke bukit batu ini justru untuk membuktikan bahwa kalian bangsa Peri
bukanlah makhluk suci dan baik!"
"Wahai, apa maksudmu gadis perayu?" tanya Peri Sesepuh.
"Aku akan membuktikan bahwa salah seorang Perimu yakni yang bernama Peri Angsa
Putih adalah peri jahat yang bermaksud hendak membunuh pemuda asing itu dengan
sekuntum mawar beracun!
Tapi kenyataan diputar balik. Tuduhan diacungkan ke arahku! Sungguh keji dan
busuk!" Muka bulat gemuk dan keringatan Peri Sesepuh kelihatan berkerut. "Kau menuduh
Peri Angsa Putih selagi dia tidak berada di sini untuk membela diri. Aku tidak
bisa menerima tuduhan seperti itu! Karenanya 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
kuharap kau dan kawanmu kakek sinting itulah yang segera angkat kaki dari bukit
batu ini!"
"Peri Sesepuh! Aku ada di sini!" Tiba-tiba ada suara berseru dari balik sebuah
batu besar. Di lain kejap muncullah Peri Angsa Putih. Wajahnya agak pucat dan
sepasang matanya seperti sembab.
"Wahai! Sungguh tidak disangka kau rupanya telah ada di sini Peri Angsa Putih.
Mengapa sengaja bersembunyi sejak tadi?"
Wajah Peri Angsa Putih menjadi bersemu merah.
"Maafkan saya Peri Sesepuh. Saya tidak ingin merusak suasana pertemuan antara
Peri Bunda dengan pemuda bernama Wiro Sableng itu," jawab Peri Angsa Putih pula.
Kini wajah Peri Bundalah yang berubah merah.
"Peri Angsa Putih!" Peri Bunda menegur. "Ucapanmu seolah memberi kesan aku punya
hubungan rahasia dan tidak baik dengan pemuda ini!"
"Aku tidak mengatakan begitu Peri Bunda," jawab Peri Angsa Putih. "Tapi aku
memang ingin menyam-paikan sesuatu yang bukan saja memberi kesan, tapi mungkin
bisa membuktikan bahwa memang ada sesuatu yang hendak kau sembunyikan di balik
pertemuanmu dengan pemuda itu!"
Peri Bunda maju dua langkah mendekati Peri Angsa Putih. Suaranya keras tapi
bergetar ketika dia bertanya. "Apa maksudmu dengan ucapanmu itu Peri Angsa
Putih?" Peri Angsa Putih meraba ke balik pakaian putihnya.
"Tunggu dulu!" Peri Sesepuh berseru lalu berpaling pada Luhjelita. "Gadis
perayu, karena Peri Angsa Putih sudah ada di sini, aku memberi kesempatan padamu
untuk membuktikan bahwa memang dia yang telah berniat jahat hendak membunuh
pemuda asing itu dengan mawar kuning beracun!"
Luhjelita yang jadi kesal karena terus-terusan dipanggil dengan sebutan "gadis
perayu" menjawab tak kalah ketus bahkan kurang ajar. "Peri gendut hidung pesek!
Aku datang kemari membawa seorang saksi kakek berjuluk Si Pelawak Sinting ini!
Dia bersedia memberi kesaksian bahwa bukan aku yang melepas bunga mawar beracun
di anak sungai. Bunga yang kemudian diambil oleh Wiro, diciumnya lalu membuatnya
jatuh pingsan hampir sekarat"


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peri Sesepuh mendengus marah. Mukanya mengelam. "Kakek sinting yang otaknya miring bagaimana mungkin bisa dijadikan
saksi" Bicaranya saja pasti ngacok! Dari tadi kulihat kerjanya hanya menyanyi
dan menari. Pakai celanapun dia tidak karuan!"
Di bawah batu berbentuk tonggak tinggi kakek 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
berjuluk Si Pelawak Sinting (yang palsu) bernama asli Labodong tertawa mengekeh.
Dia goyangkan rebananya hingga mengeluarkan suara berkerincing keras.
Setelah menyanyi na... na... na... ni... ni... ni diapun berkata.
"Peri Sesepuh, waw... waw! Terima kasih kau telah memuji otakku yang miring,
bicaraku yang ngacok serta celanaku yang kedodoran! Terima kasih, berarti kau
sejak tadi diam-diam memperhatikan diriku! Ha...
ha... ha! Wahai, sudah sejak lama tidak ada perempuan yang memperhatikan aku.
Apa lagi seorang Peri sepertimu. Terima kasih... terima kasih! Ha... ha... ha!
Kau tahu wahai Peri Sesepuh, seorang saksi berotak waras terkadang bisa jadi
sinting karena tekanan. Aku yang kau bilang sinting hari ini tengah berpikiran
cerah! Aku ingat betul apa yang terjadi di tepi sungai kecil dulu itu karena aku
melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sobatku bernama Luhjelita ini memang bukan
dia yang meracun pemuda itu dengan mawar kuning.
Aku kebetulan berada di anak sungai saat itu. Jadi tahu betul hanya ada dua
orang di situ yakni Peri kerabatmu bernama Peri Angsa Putih itu serta
Luhjelita.... Ketika Luhjelita muncul di tepi anak sungai, pemuda itu sudah
lebih dulu keracunan, pingsan sekarat sehabis mencium bunga mawar beracun yang
konon hanya tumbuh di Negeri Atas Langit, negeri kalian kaum Peri...."
"Tidak semudah itu menerima kesaksianmu Pelawak Sinting!" tukas Peri Sesepuh,
"Bisa saja Luhjelita telah lebih dulu meluncurkan bunga beracun itu ke dalam
aliran sungai kecil. Lalu ketika pemuda itu pingsan dia muncul pura-pura hendak
menolong...."
"Tidak, Luhjelita tidak muncul untuk menolong,"
memotong Si Pelawak Sinting. Lalu sambil melirik pada Luhjelita yang ada di
sampingnya dia berbisik.
"Apa aku katakan pada Peri gendut itu kau kulihat dalam keadaan bugil, tengah
menggerayangi bagian bawah perut di balik celana Wiro Sableng?"
"Jangan melantur! Kurobek mulutmu jika kau membuka rahasia yang satu itu! Yang
jelas kau tahu aku tidak meracuni Wiro dengan bunga mawar kuning!"
kata Luhjelita cepat
"Pelawak sinting, jika tidak bermaksud menolong pemuda itu, lalu apa yang
dilakukan Luhjelita?" bertanya Peri Sesepuh.
"Aku tidak tahu. Yang jelas ketika aku mendatangi dia lantas kabur. Aku kemudian
menolong pemuda yang keracunan itu. Aku mengetuk pusarnya dengan gagang gayung
hingga racun yang ada dalam tubuh-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
nya larut ke bagian tubuh sebelah bawah, tidak memasuki jantung...."
"Pelawak Sinting berapa kau dibayar Luhjelita untuk memberi kesaksian palsu
itu?" tanya Peri Sesepuh sambil sunggingkan senyum mengejek di mukanya yang
gembrot keringatan.
"Aku tidak dibayar dan kesaksianku tidak palsu!"
jawab Si Pelawak Sinting lalu goyang rebananya beberapa kali. Kakinya bergerakgerak menari dan dari mulutnya keluar suara nyanyi na... na... na... ni... ni...
ni! "Kalau kau tidak dibayar pasti kau sudah larut dalam peluk rayunya!" Yang
berkata adalah Peri Bunda.
Luhjelita delikkan mata dan mendamprat. "Peri baju biru! Mukamu cantik tapi
mulutmu kotor. Tubuh dan pakaianmu harum tapi hatimu busuk! Kalau kau tidak bisa
membela Peri Angsa Putih jangan bicara serendah itu! Apakah begitu tata cara
bicara kaum Peri di Negeri Atas Langit?"
"Aku tak perlu dibela karena memang bukan aku yang membuang mawar kuning beracun
ke dalam aliran sungai!" Peri Angsa Putih tiba-tiba berkata seraya maju beberapa
langkah hingga dia kini berdiri tepat di hadapan Peri Bunda.
Dari balik pakaiannya Peri Angsa Putih keluarkan dua kuntum mawar kuning yang
telah layu. "Peri Bunda, aku tidak tahu kau akan berdalih bagaimana.
Tapi dua kuntum mawar beracun ini aku temui dalam jambangan rotan di kamarmu!"
Di atas tiang batu Peri Sesepuh terkejut Peri Bunda sendiri pucat wajahnya.
Luhjelita tak kalah kagetnya sedang Pendekar 212 melongo garuk-garuk kepala.
"Peri Bunda, jadi kau rupanya!" ujar Peri Sesepuh sambil geleng-geleng kan
kepala. Setan Ngompol ikut-ikutan gelengkan kepalanya.
"Peri secantik itu tidak sangka berhati begitu jahat!"
"Tapi apa alasannya dia hendak membunuh sahabat kita Wiro?" tanya Naga Kuning.
"Sahabat-sahabatku, kuharap kalian mau bersabar dan tidak berisik. Segala
perbuatan yang tidak berdasarkan kasih antara sesama makhluk akan segera
tersingkap..." kata Luhcinta. Ketiga orang itu sampai saat itu masih mendekam di
tempat persembunyian mereka.
"Peri Bunda!" Dari atas tiang batu berujung lancip kembali Peri Sesepuh menegur.
"Kau telah melakukan satu perbuatan sangat keji! Apa alasanmu berbuat begitu"!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Peri Sesepuh...." Peri Bunda gigit bibirnya sendiri. Wajahnya masih pucat Dia
pegangi dadanya dengan dua tangan lalu kepalanya digelengkan berulang kali.
"Kau tak mau menjawab. Tapi aku sudah dapat menduga apa yang tersembunyi di
balik perbuatanmu itu! Kau sebenarnya mencintai pemuda asing itu. Kau tidak
ingin kehilangannya. Kau sudah bertekad menghadapi malapetaka apapun asal kau
bisa mendapatkan dia. Karena itu kau lebih dulu ingin mencelakai dan mengadu
domba Peri Angsa Putih dan Luhjelita. Jika pemuda itu menaruh syak wasangka pada
mereka bukankah berarti kau mendapat jalan untuk merebut hatinya"!"
Mendengar kata-kata Peri Sesepuh itu, Peri Angsa Putih mau tak mau membatin.
"Itu sebabnya Peri Bunda ingin membawa Wiro ke Puri Bahagia. Dia ingin berduadua dengan pemuda yang dikasihinya itu.
Sungguh tidak kuduga...."
Peri Bunda mendongak memandang ke arah Peri Sesepuh. "Peri Sesepuh..." desisnya.
Lalu satu teriakan dahsyat keluar dari mulut Peri Bunda. "Tidak...!
Tidaaakkkk!" R"nda'?" hardik Peri Se-Apa yang tidak Peri Bunda..
sepuh. 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
15 WAJAH Peri Bunda yang tadinya pucat kini berubah merah seperti saga. Air mukanya
tak kalah bengis dengan paras Peri Sesepuh.
"Tidaaaakkkk!" Peri Bunda kembali berteriak.
Teriakannya menggelegar di seantero malam, menggetarkan Seantero bukit batu.
"Peri Bunda! Jangan sampai membuat aku menjatuhkan tangan hukum dan kutuk saat
ini juga! Lekas berlutut dan akui perbuatanmu!" Peri Sesepuh keluarkan suara keras
lantang. "Kau!"
Tiba-tiba Peri Bunda tudingkan jari telunjuk tangan kanannya tepat-tepat ke arah
Peri Sesepuh. "Aku tidak berbuat! Bukan aku yang meracuni pemuda itu.
Tapi kau! Kau Peri Sesepuh! Kau! Dua bunga mawar kuning beracun itu aku temukan
dalam kamarmu! Sengaja aku ambil lalu aku simpan dalam kamarku!
Ketika kejadian bunga itu hanyut di aliran anak sungai, bukankah kau juga berada
di sekitar situ" Bahkan sempat bicara denganku" Waktu itu sebenarnya aku juga
melihat dua kuntum bunga mawar ada di balik lipatan pakaian merahmu!"
Semua orang yang ada di tempat itu jadi terkejut besar. Luhcinta saking kagetnya
sampai-sampai melompat keluar dari persembunyiannya. Diikuti oleh Naga Kuning
dan Setan Ngompol.
Di atas batu wajah Peri Sesepuh pucat pasi seperti melihat setan. Mulutnya
bergetar. "Peri Bunda! Kau menuduhku" Kau sengaja hendak memutar balik kenyataan" Benarbenar busuk budi pekertimu! Kau layak kuhabisi saat ini juga!"
Selesai berkata begitu Peri Sesepuh kibaskan tangan kanannya ke bawah. Segulung
cahaya merah menggelegar, menyambar ke arah Peri Bunda.
"Tunggu!" teriak Luhjelita.
"Tahan!" Pendekar 212 ikut berteriak.
"Peri Sesepuh! Jangan!" Peri Angsa Putih juga berteriak keras.
Namun Peri Sesepuh tetap terus menghantam.
Larikan sinar merah menggelombang membuntal tambah cepat dan tambah dekat ke
arah Peri Bunda.
Sementara Peri Bunda sendiri tidak melakukan se-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
suatu seolah pasrah dirinya hendak dibantai orang!
Terpaksa tiga orang itu bertindak cepat. Wiro, Luhjelita dan Peri Angsa Putih
sama-sama gerakkan tangan kanan, menghantam ke atas.
Selarik sinar Jingga menderu dahsyat keluar dari telapak tangan Luhjelita.
Selain menebar hawa panas pukulan ini sanggup membuat lawan menjadi lemas tak
berdaya. Dari tangan kanan Peri Angsa Putih melesat satu sinar putih. Inilah pukulan
sakti yang disebut Membalik Langit Menggulung Bumi. Pukulan ini sanggup membuat
setiap serangan lawan berbalik menghantam pemiliknya sendiri!
Sinar ke tiga yang mencuat laksana perak menyala menyilaukan mata dan menebar
panas luar biasa adalah pukulan Sinar Matahari yang dilepaskan Pendekar 212.
"Bummm!"
"Bummm!"
"Blaarrr!"
Tiga dentuman dahsyat menggelegar di malam bulan purnama itu. Bukit batu laksana
dilanda geluduk dihantam gempa. Batu-batu besar bergelundung ber-gemuruh.
Beberapa orang keluarkan seruan tegang.
Tiga batu hitam berbentuk tiang berujung lancip, termasuk dimana Peri Sesepuh
sejak tadi berdiri tegak, keluarkan suara berderak. Lalu patah dan roboh
berkeping-keping. Sosok Peri Sesepuh sendiri kelihatan mencelat tinggi ke udara.
Pakaian merahnya terbakar hangus di beberapa tempat Walau kemudian dia mampu
berjungkir balik dan melayang turun injakkan kaki di tanah namun tubuhnya tampak
menghuyung. Rambutnya yang digulung berbusai riap-riapan. Wajahnya sepucat kain
kafan. Pakaian merahnya hangus dan robek hingga dada, perut dan pahanya
tersingkap bugil. Sang Peri sadar akan keadaan auratnya. Dia berusaha gerakkan
tangan untuk menutupi tubuh. Tapi sepasang tangannya seolah kaku, sulit
digerakkan! Dari mulutnya perlahan-lahan keluar lelehan darah.
Bentrokan kekuatan sakti dahsyat tadi membuat pendekar 212 Wiro Sableng
terjengkang dan sesak nafas untuk beberapa saat Tangan kanannya kaku.
Di bagian lain Peri Angsa Putih terpental dan jatuh tak jauh dari Luhcinta.
Luhcinta segera memberi pertolongan. Luhjelita sendiri saat itu tampak
merangkak, berusaha berdiri. Dia batuk-batuk beberapa kali lalu semburkan darah
kental. Peri Bunda yang berada di dekatnya segera mendatangi.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Si Pelawak Sinting tampak kelabakan, melangkah kian kemari mencari-cari
rebananya yang tadi mental akibat letusan-letusan dahsyat Celananya yang selalu
kedodoran saat itu bukan cuma kedodoran tapi sudah merosot sampai ke bawah paha.
Dia tidak sadar kalau auratnya tersembul ke mana-mana.
Naga Kuning tersandar di sebuah batu, pucat pasi dan sulit bernafas. Tapi
tawanya kemudian tersembur ketika melihat keadaan Si Pelawak Sinting yang
pakaiannya tidak karuan disebelah bawah. Akan halnya Si Setan Ngompol, kakek
satu ini terbadai di tanah dalam keadaan menungging. Mulutnya komat kamit entah
mengucap apa. Di sebelah bawah air kencingnya mengucur tiada henti!
Sambil pegangi dadanya yang berdenyut sakit Pendekar 212 Wiro Sableng melangkah
mendekati Peri Sesepuh. Sang Peri memandang dengan mata besar dan wajah
membayangkan rasa takut
"Wiro, aku mengaku salah.... Kalaupun kau bunuh aku saat ini aku menerima
pasrah..." kata sang Peri dengan suara sangat perlahan dan bergetar.
"Peri Sesepuh, apa benar kau yang hendak membunuh saya dengan mawar beracun
itu?" bertanya Pendekar 212.
Peri Sesepuh semburkan ratap tangis lalu anggukkan kepalanya berulang kali.
Suara tangisnya semakin menjadi-jadi ketika Wiro pegang bahunya dan bertanya
dengan suara lembut, sepertinya tanpa ada rasa marah, tanpa ada rasa dendam. Hal
ini membuat hati Peri Sesepuh serasa disayat-sayat.
"Memang... memang aku yang melakukannya..."
ucap Peri Sesepuh mengakui dan kembali meng-anggukkan kepala berulang kali
sambil tekap wajahnya dengan dua tangan.
Murid Sinto Gendeng terdiam lalu garuk-garuk kepalanya.
"Kenapa Peri Sesepuh.... Kenapa kau melakukan itu" Apakah saya pernah membuat
dosa padamu"
Apakah saya pernah menyakiti hatimu?"
"Tidak... Kau tidak pernah berbuat salah apa-apa.... Kau lelaki paling baik yang
pernah aku kenal...."
"Atau mungkin karena kau juga ikut mengira aku telah berbuat aib dengan
Luhjelita seperti yang kini tersebar luas di seluruh negeri" Tapi bukankah kabar
jahat itu tersiar kemudian, setelah peristiwa mawar beracun itu?"
"Wiro, aku tahu kau orang baik. Aku juga yakin kau tidak berbuat sekeji itu
terhadap siapapun, juga terhadap Luhjelita...."
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Lalu Peri Sesepuh, kenapa kau hendak meracuni saya" Apa alasanmu" Kau belum
menjawab...."
Tangis Peri Sesepuh semakin keras. Bahunya berguncang-guncang.
"Peri Sesepuh, apakah kau mau menjelaskan alasanmu hendak meracuni saya?" Wiro
kembali bertanya.
Setelah tangisnya reda perlahan-lahan Peri Sesepuh turunkan ke dua tangannya.
Dia menatap pada Wiro, lalu pada Peri Angsa Putih dan Peri Bunda. Dia juga
melayangkan pandangan pada Luhjelita dan Luhcinta. Dalam sesenggukan dia
berucap. "Aku Peri tertinggi di Negeri Atas Langit. Tapi nasibku sangat malang. Aku
adalah Peri dengan wajah dan tubuh paling buruk. Aku tak mungkin bersaing dengan
Peri lainnya, terutama Peri Bunda dan Peri Angsa Putih...."
"Kau Peri pimpinan mereka, kau peri panutan. Mereka bisa disebut sebagai PeriPeri asuhmu. Lalu mengapa kau mengatakan tidak mungkin bersaing dengan mereka"
Apa maksudmu Peri Sesepuh?" tanya Wiro.
"Mereka memiliki paras wajah sangat cantik. Sedang aku... kau lihat sendiri.
Mana mungkin aku bersaing memperebutkan dirimu...."
"Memperebutkan diriku?" ujar Wiro heran.
Peri Sesepuh usap wajahnya yang basah oleh air mata dan keringat lalu
mengangguk. "Walau kami saling merahasiakan, tetapi kami sama tahu bahwa kami
bertiga sama-sama sangat mencintaimu! Cuma sayang, dalam keterbatasan diriku aku
menempuh jalan salah. Aku ingin menyingkirkanmu. Aku berpikir, jika aku tidak
bisa mendapatkan dirimu maka dua peri itu juga tidak boleh mendapatkan dirimu!"
Peri Sesepuh kembali menutup wajahnya dengan dua tangan lalu terisak-isak
menahan tangis. Dia lalu memandang pada Peri Angsa Putih dan Peri Bunda.
Kemudian menatap kembali pada pemuda di hadapannya.
"Dosaku besar nian. Bukan saja terhadapmu Wiro.
Tapi juga pada dua kerabatku Peri Angsa Putih dan Peri Bunda. Juga pada gadis
bernama Luhjelita itu.
Perbuatanku sempat menyengsarakan dirinya hinga dia terkena tuduhan jahat. Wiro,
juga kalian semua.
Aku siap menerima hukuman. Kalian bunuhpun saat ini aku ikhlas menerima...."
Murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede pandangi wajah Peri Sesepuh beberapa
lamanya. Ada rasa hiba menyeruak di lubuk hatinya. Sambil memegang bahu sang
Peri dia membungkuk dan berbisik.
"Peri Sesepuh, jangan katakan parasmu tidak cantik.
Bagiku kecantikanmu tidak kalah dengan Peri Bunda 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
dan Peri Angsa Putih. Cuma memang kau agak nakal...."
Sepasang mata Peri Sesepuh membesar. Lalu mulutnya menyeruakkan senyum. Tawanya
keluar tidak tertahankan lagi.
"Eh, ada apa dengan Peri gendut itu!" kata Naga Kuning heran sambil menggamit
Setan Ngompol."
Barusan dia menangis meratap habis-habisan. Sekarang malah tertawa...."
"Peri Sesepuh," Wiro berucap. "Kau tak perlu ber-sedih. Tak perlu memikirkan
masalah ini berpanjang-panjang. Tidak ada dosa dan kesalahan yang harus kau
tanggung. Saya memaafkan semua perbuatanmu...."
"Wiro...." ujar Peri Sesepuh, "apa aku tidak salah mendengar dan kau tidak
keliru berucap?"
"Saya memaafkanmu," ulang Wiro.
Peri Sesepuh berseru keras lalu jatuhkan diri hendak memeluk dua kaki Wiro. Sang
Pendekar cepat pegang bahu Peri Sesepuh. Susah payah dia mengangkat tubuh yang
beratnya ratusan kati itu, membantu sang Peri berdiri. Peri Sesepuh kucurkan air
mata dan lingkarkan tangannya ke punggung Wiro. Pendekar 212 tersenyum. Tangan


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kiri menepuk-nepuk bahu Peri Sesepuh sedang tangan kanan menggaruk kepala.
"Assssyyiiikkkk..." kata Naga Kuning sambil tertawa lebar. "Ini memang
kesempatan bagus untuk memeluk si sableng itu. Lain saat bisa banyak yang
cemburu!" Lalu bocah konyol ini berpaling pada Setan Ngompol. "Kalau kau ingin
dipeluk Peri gembrot itu lekas dekati dia...."
"Bocah setan!" maki si kakek.
"Kami berdua juga memaafkanmu Peri Sesepuh!"
Peri Sesepuh lepaskan pelukannya di punggung Wiro dan memandang ke arah Peri
Angsa Putih dan Peri Bunda yang barusan sama-sama berucap. Dengan berurai air
mata dia melangkah menghampiri dua kerabatnya itu. Ketiga peri itu lalu saling
rangkul bertangis-tangisan. Sambil mengusut air matanya Peri Sesepuh berkata.
"Kerabat-kerabatku, untuk sementara aku tidak akan kembali ke Negeri Atas
Langit. Pimpinan negeri kuserahkan padamu wahai Peri Bunda...."
"Memangnya kau mau pergi kemana Peri Sesepuh?" tanya Peri Bunda.
"Aku tidak tahu. Mungkin aku perlu memencilkan diri bersunyi-sunyi di satu
tempat. Entah sampai berapa lama." Peri Sesepuh lalu ciumi satu persatu kening
dua kerabatnya itu. Sang Peri kemudian menghampiri Luhjelita dan cubit pipi
gadis cantik ini dan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
berkata. "Aku tahu, waktu di tepi telaga kau menggerayangi pemuda itu bukan
hendak mencelakainya.
Tapi kau tengah berusaha mendapatkan satu ilmu dahsyat. Kau tak usah kawatir,
tiga tahi lalat yang ada di bawah pusar pemuda itu bisa kau dapatkan. Asal kau
pandai dan tahu caranya!" Sementara Luhjelita terbelalak kaget mendengar ucapan
yang tidak di-duganya itu Peri Sesepuh tertawa cekikikan sambil melangkah
menghampiri Luhcinta. Dia pegang dua tangan si gadis dan berbisik sangat
perlahan hingga tak ada yang mendengar. "Kau yang paling beruntung diantara
semua kami. Jika kelak kau mendapatkannya jangan lupakan diri kami. Kami ikut
menitipkan kasih sayang kami untuknya dilubuk hatimu yang paling suci...."
"Aku... aku mendapatkan siapa maksudmu Peri Sesepuh?" tanya Luhcinta.
Sang Peri tersenyum lalu membisikkan satu nama ke telinga Luhcinta yang membuat
gadis ini melirik ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Sebelum pergi Peri Sesepuh layangkan senyum dan pandangannya pada Si Setan
Ngompol, Si Pelawak Sinting dan Naga Kuning. Lalu dia berpaling sekali lagi pada
Wiro. Sang Pendekar balas tersenyum. Lalu susun dua jari tangan kanannya di atas
bibir kemudian layangkan cium jauh pada Peri Sesepuh. Peri gemuk itu tekap
mulutnya menahan tawa tapi masih bisa membalas genit dengan kedipkan mata
sebelum berkelebat lenyap.
"Si sableng itu!" kata Setan Ngompol. "Dia yang sebenarnya ganjen duluan! Jangan
disalahkan kalau Peri Gendut itu sampai kecantol habis-habisan padanya!"
"Peri Sesepuh, kalau saja kakek sobatku ini yang kau pilih pasti urusan bisa
beres dan kita bisa berhelat besar di negeri ini!" kata Naga Kuning pula sambil
tepuk-tepuk perut Si Setan Ngompol.
Sambil terkencing-kencing karena perutnya di-tepuk Setan Ngompol berkata. "Mana
mungkin aku dapatkan peri gendut itu. Saat ini aku punya saingan berat! Lihat
kakek berjuluk Pelawak Sinting itu! Dia sampai memperagakan diri menyembulkan
anunya agar terlihat kejantanannya o!eh Peri Sesepuh. Padahal menurutku dia cuma
punya sebuah terong rebus yang sudah penyok!" Saat itu Si Pelawak Sinting memang
masih sibuk melangkah mundar mandir men cari rebananya. Sejak saudaranya Si
Pelawak Sinting yang asli tidak memperbolehkannya membawa tambur kulit dan
payung daun, dia terpaksa mempergunakan rebana berkerincing.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Semua orang yang ada di situ tertawa bergelak.
Termasuk Peri Angsa Putih, Peri Bunda, Luhjelita dan Luhcinta malah wajah
keempat mereka ini tampak bersemu merah dan palingkan muka ke jurusan lain, tak
berani melihat ke arah Si Pelawak Sinting yang masih terus berjalan kian kemari
tanpa sadar kalau bagian bawah tubuhnya terbuka melompong!
TAMAT BAST1AN T1TO Segera terbit: HANTU SANTET LAKNAT
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Rantai Naga Siluman 2 Pendekar Rajawali Sakti 72 Korban Ratu Pelangi Istana Sembilan Iblis 1

Cari Blog Ini