Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Utara 2

Wiro Sableng 162 Badai Laut Utara Bagian 2


Siapapun kalau mati tidak akan membawa semua itu."
Untuk beberapa lama tempat itu menjadi sunyi karena tidak ada yang bicara.
"Ibu, sebelum meninggalkan ibu aku akan teruskan amanat yang disampaikan
Bidadari Angin Timur.
Sebelum pergi dia berkata. Jika aku bertemu Wiro harap diberi tahu bahwa Nyi
Retno Mantili berada bersama Manusia Paku Sandaka Arto Gampito. Mereka tengah
menuju tempat kediaman guru Manusia Paku dan hendak melangsungkan pernikahan."
Jatiiandak mencium kening dan pipi Luhmintari sekali lagi lalu tinggalkan tempat
itu diikuti linangan air mata sang ibu.
Untuk beberapa lamanya Luhmintari masih berdiri di tempat itu sementara air mata
tak kuasa dibendung, meluncur jatuh di atas pipinya yang halus. Perlahan dia 162
Badai Laut Utara
33 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
berucap. "Anakku, entahlah. Ibu punya firasat nasib diriku dalam mencintai
seseorang mungkin tidak akan banyak berbeda dengan apa yang kau alami."
Luhmintari alias Purnama tarik nafas dalam. Lalu kembali mulutnya berucap.
"Puteraku Jatilandak, walau kau tidak sempat memiliki Bidadari Angin Timur dalam
ikatan perkawinan tapi aku merasa gadis itu telah pernah menjadi istrimu. Dan
keadaannya saat ini tidak lebih dari diriku tidak berbeda dengan Nyi Retno
Mantili. Dia telah menjadi seorang janda..."
Mendadak Luhmintari alias Purnama merasakan udara sejuk menyelubungi tempat itu.
Namun cepat sekali kesejukan ini berubah menjadi hawa dingin luar biasa hingga
sekujur tubuhnya mulai bergetar menggigil dan rahang terkancing rapat. Air mata
yang bercucuran di atas kedua pipinya berubah membeku!
"Apa yang terjadi" Apakah ada seseorang berbuat jahat terhadap diriku?" pikir
Purnama. Gadis dari Latanahsiiam ini kerahkan hawa sakti panas ke sekujur tubuh.
Dia hanya mampu menolak sedikit saja hawa dingin yang membungkus dirinya. Dia
coba menggoyang bahu untuk mengeluarkan cahaya biru berkilau yang menjadi
pelindung dirinya, namun juga sia-sia. Ketika dia coba menggerakkan kaki dan
tubuh, dia hanya sanggup bergerak kaku setengah putaran.
Namun itu sudah cukup baginya untuk melihat satu pemandangan aneh yang sulit
dipercaya. "Mahluk aneh di atas semak belukar itu, apakah dia yang membuat tubuhku jadi
kaku dingin begini rupa"
Apa dia sengaja menyerangku secara diam-diam" Tapi lagaknya mengapa seperti tak
acuh saja! Bahkan dia sepertinya tidak mengetahui kehadiranku di sini. Aku
kedinginan begini rupa, dia enak saja berbaring berkipas-kipas. Orang
berkepandaian tinggl.TapI tidak pernah kulihat yang seaneh ini.
162 Badai Laut Utara
34 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
DI ATAS semak bertukar sejarak dua belas langkah dari tempatnya berdiri setengah
kaku, Purnama melihat seorang pemuda gemuk berkopiah hitam kupluk berbaring
dengan mata terpejam sambil berkipas-kipas. Jangankan tubuhnya yang segendut
anak kerbau Itu, orang biasa saja jika berbaring di atas semak belukar seperti
itu, apa lagi sambil berkipas-kipas semak belukarnya pasti rubuh tidak akan
mampu menahan berat badan yang ratusan kati!
"Apakah yang aku lihat! ini manusia benaran atau dedemit rimba belantara?" pikir
Purnama dengan mata mendelik. Lalu dia berteriak memanggil.
"Hai! Kau!"
Si gendut di atas samak belukar kelihatan tersentak kaget
Tangan yang mengipas langsung berhenti, tubuh gendut melesat ke udara sampai
setinggi setengah tombak. Ketika turun dua kakinya telah menginjak
tanah.Ternyata orang ini mengenakan baju terbalik dan celana komprang hitam.
Sehelai kain sarung butut tergantung di pundak kiri.
"Hai juga! Siapa kau"!.?"Balas berseru si gendut yang bukan lain adalah Bujang
Gila Tapak Sakti.
"Kau yang siapa"!" balik bertanya Purnama.
Si gendut tertawa Kopiah kupluk dirapikan. Wajah yang keringatan diusap.
"Aku tidak tahu ada orang di sini. Aku lagi enak berkipas-kipas kepanasan. Kau
membuat aku kaget!
Untung aku tidak sampai kentut atau terkancing!
Ha..ha... ha!"
"Eh" dedemit ini pandai juga bergurau!" kata Purnama dalam hati.
"Ha!! Aku tanya kau siapa" Kau Ini manusia atau hantu jejadian"!"
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa geiak-gelak hingga 162 Badai Laut Utara
35 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
dada dan perutnya yang buncit gembrot bergoyang-goyang.
"Seharusnya aku yang bertanya. Kau ini hantu betina, mahluk jejadian atau
bidadari yang nyasar ke bumi" Bagaimana ada gadis cantik seperti kau ada di
tempat begini rupa?"
"Sudah, jangan banyak bertanya.Terangkan dulu siapa dirimu." Ujar Purnama pula
"Namaku Bujang Gila Tapak Sakti. Aku kesasar.
Habis mengejar orang tapi kehilangan jejak."
"Kau barusan menyerangku dengan hawa dingin.
Betul"Tubuhku sampai saat ini masih menggigil dan aku sulit bergerak! Kau punya
niat jahat apa padaku"!"
"Hai! Aku tidak punya niat jahat apa-apa Aku tidak menyangka."
"Srott!"
Bujang Gila Tapak Sakti buka dan kibaskan kipas kertasnya. Saat itu juga hawa
dingin yang menyelimuti sekujur tubuh Purnama lenyap. Hingga Purnama kini bisa
bergerak leluasa seperti semula sebaliknya si gendut tampak berkipas-kipas tiada
henti. Diperhatikan memang tubuhnya keringatan dan bajunya basah kuyup.
"Kau tadi bilang mengejar orang tapi kehilangan jejak. Kau mengejar siapa" Pasti
mengejar perempuan!"
"Betul, kau ini tahu saja" Bujang Gila Tapak Sakti lalu tertawa mengekeh.
"Perempuan tentu ada namanya" Kau tak mau memberi tahu?" Purnama mendesak. Diamdiam dia punya dugaan baru.
"Kalau aku beritahupun kau belum tentu kenal.
Buat apa membicarakan orang yang kau tidak kenal?"
"Kalau aku kenal bagaimana" Mungkin aku bisa menolongmu."
"Menolong apa?"
"Memberi tahu kemana larinya orang itu!"
"Eh," Bujang Gila Tapak Sakti angkat kopiah 162 Badai Laut Utara
36 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
hitamnya ke atas. Garuk-garuk kepala sebentar lalu mengusap muka yang keringatan
dan berkata. "Baik, aku akan ceritakan padamu apa yang kejadian."
Lalu keponakan Dewa Ketawa ini menuturkan riwayat pertemuannya dengan Nyi Retno
Mantili. "Setelah aku kena gampar Kiai Gede Tapa Pamungkas, muncul seorang gadis cantik
berotak tidak waras membawa boneka kayu bernama
Kemuning yang diakuinya sebagai anak yang berayah Wiro Sableng."
Walau sudah tahu siapa adanya gadis yang diceritakan si gendut itu tapi Purnama
diam saja. terus mendengarkan.
"Pertama kali muncul dia menggodaku. MengataKan aku terong peot..." Bujang Gila
Tapak Sakti tertawa mengekeh baru melanjutkan ceritanya. "Aku memanggil gadis
itu Sobatku Ayu. Dia mengaku murid Kiai Gede Tapa Pamungkas yang menamparku itu.
Rupanya dia juga lagi kesal pada sang Kiai. Dia tidak mau aku antar ke tempat
kediaman Kiai. Dia mau ikut aku kemana saja. Dia bercerita kalau Kiai jadi Mak
Comblang mau menjodohkan sahabatku Wiro dengan Ratu Duyung yang disebutnya si
mata kelereng. Katanya di tempat kediaman Kiai sebelum itu juga ada gadis-gadis yang
dibencinya. Ada yang bernama Luhrembulan yang mengaku sudah menikah dengan Wiro.
Aku tahu gadis itu bohong..."
"Kebohongan itu sudah berakhir. Aku telah membunuh Luhrembulan."
Bujang Gila Tapak Sakti terkejut
"Apa" Bagaimana kejadiannya" Di mana" Eh, kau Ini siapa sebenarnya?"
"Sudah teruskan dulu ceritamu," kata Purnama pula.
"Menurut Sobatku Ayu itu di tempat kediaman Kiai Gede Tapa Pamungkas juga ada
seorang gadis bernama Purnama..."
"Aku orangnya!"
162 Badai Laut Utara
37 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Kembali Bujang Gila hentikan cerita karena kaget Koplah hitam dibenamkan dalamdalam hingga hampir menutupi mata yang melotot besar.
"Sobatku Ayu juga menyebut seorang gadis bernama Nyi Wulas Pikan. Gadis itu
sempat bertemu denganku di sungai. Ketika aku tengah memegang Pedang Naga Suci
Dua Satu Dua..."
"Senjata sakti Itu setahuku adalah milik Kiai Gede Tapa Pamungkas."
"Aku tahu," kata si gendut ialu mulai berkipas-kipas lagi karena
kepanasan."Entah bagaimana kejadiannya rupanya senjata itu adalah hasil curian
seseorang yang sempat jatuh ke tangan Nyi Wulas Pikan. Gadis Ini hendak
mengetahuiku agar mau memberikan ilmu sakti hawa dingin supaya dia bisa memegang
pedang." "Kau berikan ilmu itu padanya" Pasti! Karena aku menduga kau sudah kecantol!"
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa dan gelengkan kepala.
"Aku tidak tolol. Salain Itu Kiai Gede Tapa Pamungkas keburu datang mengambil
pedang sementara Nyi Wulas Pikan melarikan diri."
"Jadi gadis Itu yang tengah kau kejar?"
"Bukan, bukan dia. Yang aku kejar dan cari adalah Sobatku Ayu yang diculik orang
itu." "Diculik orang" Siapa yang menculik?" tanya Purnama.
"Bagaimana kejadiannya?"
Bujang Gila Tapak Sakti lalu menceritakan peristiwa munculnya Demang Cambuk
Item, kakek sakti bersenjata cambuk hitam yang dijadikan andalan oleh manusia
jahat yang menamakan diri Serikat MomokTiga Racun yang hendak membedol jantung,
hati dan ginjal Sobatku Ayu.
' Perkelahian segera saja pecah. Aku dikeroyok ampat Meski aku bisa bertahan dan
mungkin berhasil membunuh salah seorang dari mereka namun
Sobatku Ayu mereka bawa kabur. Aku tak berhasil 162 Badai Laut Utara
38 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
mengejar penculik-penculik jahanam itu."
Bujang Gila Tapak Sakti tampak sedih.
"Apa kau suka dengan Sobatku Ayu Itu?" tanya Purnama.
"Ya, walau sinting tapi dia enak diajak bicara.
Ucapannya lucu-lucu membuat aku yang jarang ketawa bisa terpingkal-pingkal."
Bujang Gila Tapak Sakti putar-putar peci hitam di atas kepala. Tangan kiri terus
berkipas-kipas. Tiba-tiba dia ingat sesuatu.
"Eh. tadi kau bilang mau memberi tahu kemana lenyapnya Sobatku Ayu Itu."
Purnama lantas saja ingat pesan Jatilandak.
"Sobatmu Ayu itu saat ini berada di tangan seorang manusia aneh. Sekujur
tubuhnya penuh ditancapi paku baja. Orang-orang memanggilnya Manusia Paku.
Mahluk ini membawa sobatmu itu ke tempat kediaman gurunya. Mereka mau menikah di
sana!" "Manusia Paku?" Bujang GilaTapak Sakti kembali benamkan kopiah hitamnya hingga
menutupi mata. "Aku tahu manusia satu itu. Aku juga tahu dimana kediaman gurunya. Di sebuah
jurang. Tapi waduh!
Jauh sekali dari sini. Di Jawa Tengah. Ah biar! Aku harus mengejar ke sana!
Kalau benar Sobatku Ayu mau dinikahi. Kalau dipateni bagaimana"!" (dipateni
= dibunuh) Si gendut ini segera putar tubuh.
"Eh, tunggu duiu. Kau mau kemana?" tanya Purnama.
"Mengejar Sobatku Ayu. Mendatangi tempat kediaman guru Manusia Paku."
"Apakah kau tidak kepingin tahu siapa nama Sobatmu Ayu itu" Siapa dia
sebenarnya?"
"Aku mau. Katakan padaku. Eh, kau juga jadi sobatku mulai sekarang. Nah, katakan
siapa nama Sobatku Ayu itu?"
"Namanya Nyi Retno Mantili. Dia adaiah janda mendiang Wira Bumi, Patih Kerajaan
yang tewas oleh Wiro sobatmu itu."
162 Badai Laut Utara
39 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
"Eh, apa... "! Apa"!" Sepasang mata belok Bujang Gila Tapak Sakti jadi bartambah
besar. Mulut ternganga."Kalau begitu aku harus mencari pemuda sableng itu. Dia
pasti tahu kemana Sobatku Ayu dibawa kabur orang."
"Aku sudah bilang kalau Nyi Retno Mantili dibawa ke tempat kediaman gurunya oleh
Manusia Paku. Kau tidak percaya ucapanku?"
"Ya, ya. Aku percaya." Jawab Bujang Gila Tapak Sakti.
"Lalu mengapa mau mencari Wlro segala" Lagi pula saat ini mungkin dia masih
berada di tempat kediaman Kiai Gede Tapa Pamungkas. Membicarakan persoalan
perjodohannya dengan Ratu Duyung."
"Apa"!" Mata pemuda gendut itu kembali membeliak."Wiro mau kawin dengan Ratu
Duyung"! Ha..ha....ha!"
"Kenapa kau tertawa?" tanya Purnama.
"Tidak. Tidak kenapa-napa! Sobatku aku pergi dulu! Aku mau jalan jauh. Ke Jawa
Tengah!" Si gendut tinggalkan tempat itu. Langkahnya lamban seperti terhuyung. Namun
sesaat kemudian sosoknya sudah lenyap dari pemandangan.
Ditinggal sendiri Purnama jadi berpikir. Apakah akan kembali ke puncak Gunung
Gede atau mengikuti si gendut tadi.
"Kalau dia mau bersahabat denganku, mengapa tidak" Kelihatannya walau gendut dan
tolol tapi aku yakin dia bukan manusia sembarangan. Kurasa lebih baik aku
mengikuti kemana dia pergi."
Purnama memutuskan untuk mengejar Bujang Gila Tapak Sakti. Sesaat ketika dia
hendak meninggalkan tempat Itu tiba-tiba telinganya menangkap suara bentakanbentakan keras.
"Ada orang berkelahi," ucap Purnama. Gadis dari Latanahsiiam ini Jadi bimbang.
Apakah akan meneruskan niat semula mengejar Bujang GiiaTapak Sakti atau
menyelidik ke arah datangnya suara-suara 162 Badai Laut Utara
40 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
bentakan itu. Di kejauhan Purnama melihat kiblatan-kiblatan cahaya pukulan sakti disertai
suara luruhnya ranting dan dedaunan serta tumbangnya pohon! Pertanda siapapun
yang sedang baku hantam mereka adalah orang-orang berkepandaian tinggi.
Akhirnya Purnama berkelebat ke kiri, memilih mendatangi tempat perkelahian.
162 Badai Laut Utara
41 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
PERKELAHl AN hebat itu terjadi di satu kaki bukit kecil, dekat perkebunan tebu,
tak jauh dari sebuah rumah tua tak beratap dan nyaris roboh. Dua kakek nenek
menggempur dahsyat perempuan muda
berpakaian ringkas warna kelabu dengan serangan-serangan mematikan. Karena
perempuan berpakaian kelabu membelakangi, Purnama tidak bisa melihat wajahnya.
Namun dari perawakan serta warna pakaian hatinya jadi berdetak. Dugaannya keras.
Sementara itu dua kakek nenek memang tidak dikenalnya.
"Tapi aneh. Kalau memang dia mengapa jurus-jurus Ilmu silatnya lain sama
sekail?" Purnama bertanya-tanya dalam hati dan terus memperhatikan jalannya
perkelahian. Si nenek yang menyerang adalah seorang yang serba ungu, mulai dari warna pakaian
sampai kulit tangan dan kulit muka. Kepala lebar di sebelah bawah, kuncup
mengecil di bagian atas. Bibir dower merah laksana dibasahi darah. Mata
menggembung bengkak.
Dia dikenal dengan nama Nyi Kuncup Jingga, salah seorang pembantu kepercayaan
dan tangan kanan Ratu Laut Utara. Seperti dituturkan sebelumnya Ratu Laut Utara
memerintahkan Nyi Kuncup Jingga untuk mencari dan mendapatkan kembali Batu
Mustika Angin Laut Kencana Biru yang dibawa oleh Wira Bumi dan Nyai Tumbal Jiwo.
Dalam penglihatan Ratu Laut Utara melalui Dulang Sejuta Mata, ada petunjuk bahwa
batu mustika itu sekarang berada di tangan Ratu Duyung Jejadian dan saat itu
diduga akan datang ke pantai laut utara. Ratu Laut Utara meminta Nyi Kuncup


Wiro Sableng 162 Badai Laut Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jingga agar membawa serta seorang kakek bernama Ki Ngumpil Sebaki alias SI Lidah
Hantu. Sebelum mencapai daratan pantai utara. Ratu Laut Utara melalui ucapan
Jarak jauh memberi tahu kalau Ratu Duyung jejadian saat itu ternyata masih
berada di arah timur 162 Badai Laut Utara
42 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
kaki Gunung Gede. Maka Nyi Kuncup Jingga dan Ki Ngumpil Sebaki dipenntahkan
langsung agar menuju kawasan Gunung Gede.
Dua tokoh anak buah Ratu Laut Utara itu, dua hari kemudian setelah
keberangkatannya dari laut utara dengan petunjuk jarak jauh yang terus diberikan
oleh Ratu Laut Utara akhirnya memang berhasil menemukan Ratu Duyung jejadian di
kawasan perkebunan tebu, tak jauh dan Desa Karangtengah di arah timur Gunung
Gede. Saat Itu menjelang tengah hari tak lama setelah Ratu Duyung jejadian alias Nyai
Tumbal Jiwo berhasil mendapatkan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru dengan
cara mengelabui Wiro. Dengan mengandalkan kesaktian batu mustika itu dia
bersiap-siap untuk segera kembali ke Kotaraja di Jawa Tengah. Namun di tengah
jalan dia bertemu dengan serombongan pemain tonil atau sandiwara keliling. Saiah
seorang pemuda gagah yang ada dalam rombongan itu
membuat si nenek mesum ini tertarik kepincut dan otak kotor bermain di hati
serta benaknya.
"Wiro yang aku harapkan bakai jadi kekasih pemuas diriku tak kunjung kuketahui
berada dimana sekarang kebetulan ada rejeki besar. Sayang sekali kalau disiasiakan." Begitu Nyai Tumbal Jiwo membatin dalam hati.
Saat itu Nyai Tumbal Jiwo yang masih menampilkan diri sebagai Ratu Duyung tidak
pernah menyadari kalau kecerobohannya itu kelak harus di bayar dengan sangat
mahal. Kalau saja dia langsung melesat ke Kotaraja, malapetaka tidak akan
terjadi atas dirinya.
Rombongan sandiwara keliling "Jaka Lelana" terdiri dari dua belas pemuda dan
tiga orang gadis cantik.
Mereka menunggang kuda dan membawa tiga buah gerobak besar berisi alat aiat
tetabuhan dan perlengkapan sandiwara lainnya. Rombongan serta merta berhenti
ketika mereka melihat seorang gadis berpakaian kelabu, berambut hitam
sepinggang, wajah cantik dihias sapasang bola mata biru berdiri di 162 Badai
Laut Utara 43 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
pinggir jalan. Empat pemuda segera turun dari kuda.
"Raden Ayu dari mana berjalan seorang diri di tempat sepi. Hendak menuju kemana
gerangan?"
Seorang pemuda menyapa sementara tiga temannya memperhatikan dengan penuh
takjub. Seumur hidup tidak pernah mereka melihat seorang dara begini cantik dan
memiliki sepasang mata biru. Sendirian pula di jalan sepi!
"Ah, kalian pemuda baik semua. Menyapa aku yang sedang kebingungan karena
tersesat dalam perjalanan. Aku bermaksud pergi ke Cilarata. Tapi saat ini aku
tidak tahu berada dimana." Menerangkan Ratu Duyung jejadian sambil menebar
senyum dan layangkan kerlingan mata menggoda.
"Kami dalam perjalanan ke timur dan akan melewati Cilarata. Kalau Raden Ayu mau
kami Kakang-Kakang semua pasti akan memberikan tumpangan." Kata pemuda yang
pertama kali menyapa.
"Baik sekali kailan semua. Aku sangat berterima kasih.Tapi sebelum ikut bersama
kalian, apakah aku boleh bicara dulu dengan pemuda yang berpakaian hitam berikat
kepala merah yang menunggang kuda coklat di sebelah sana Itu?" Ratu Duyung
Jejadian naikkan alis, goyangkan kepala ke arah pemuda yang duduk tenang-tenang
saja dia atas kuda dekat gerobak pada barisan kedua.
Empat pemuda tampak kecewa. Namun mereka tidak bisa berbuat apa karena pemuda
yang dimaksud adalah pimpinan mereka. Salah seorang dari empat pemuda segera
menemui sang pimpinan.
"Raden Gumilar, gadis cantik di pinggir jalan itu ingin bicara dengan Raden."
"Hemm....Begitu?" ujar Gumilar Kartasuwita sambil memandang ke arah depan. Saat
itu Ratu Duyung Jejadian telah melangkah dan agaknya sengaja menunggu di balik
sebuah pohon besar. Pemuda pimpinan rombongan sandiwara keliling ini segera 162
Badai Laut Utara
44 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
menjalankan kudanya ke balik pohon.
Di balik pohon Ratu Duyung Jejadian menyambut dengan senyum manis.
"Maafkan kalau diriku menghambat perjalananmu bersama rombongan."
"Tidak apa-apa. Den Ayu. Saya senang bisa berkenalan denganmu. Ada apakah?"Tanya
Gumilar Kartasuwita.
"Aku kira kau tidak bersedia menemui diriku yang buruk ini."
"Jangan merendah begitu Den Ayu. Kami semua heran melihat ada seorang gadis
cantik seperti Den Ayu berada seorang diri di jalan sepi ini. Den Ayu tahu,
kawasan ini sering menjadi tempat lewat para begal kejam. Mereka bukan cuma
merampok harta benda orang tapi juga tak segan-segan merampas nyawa korbannya."
"Kalau pemuda gagah seperti mu ada bersamaku siapa yang takut pada segala macam
begal dan rampok?" kata Ratu Duyung jejadian pula yang membuat dada Gumilar
Kartasuwita jadi berbunga-bunga.
"Den Ayu, terus terang saya belum pernah menemui gadis secantik Den Ayu ini. Apa
lagi yang memiliki sepasang mata berwarna biru..."
"Kau pemuda gagah yang jujur." Kata Ratu Duyung jejadian. "Dengar, aku ingin
menyampaikan sesuatu.
Aku tak ingin ada orang lain mendengar. Maukah kau turun dari kudamu?" Ratu
Duyung berucap manja sambil tidak lupa melayangkan senyum dan kerling mata
memikat. Gumilar Kartasuwita melompat turun dari kuda coklat. Sementara anggota rombongan
menunggu seperti tak sabar. Beberapa pemuda bermaksud hendak mengintip apa yang
terjadi di balik pohon besar namun beberapa orang lainnya melarang.
Tak lama kemudian Gumilar Kartasuwita keluar dari balik pohon.
162 Badai Laut Utara
45 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
"Kalian semua!" serunya. "Lanjutkan perjalanan!
Tunggu aku di Cllarata. Aku akan membicarakan sesuatu dengan sahabat baru ini.
Dia bermaksud mau menjadi anggota sandiwara keliling Jaka Lelana."
Mendengar ucapan sang pimpinan semua anggota rombongan sandiwara keliling
bersorak gembira. Lalu mereka segera tinggalkan tempat itu.
Di balik pohon, Gumilar Kartasuwita berkata."Den Ayu, kalau Den Ayu memang suka
pada saya dan Ingin kita melakukan hal itu, kita harus mencari tempat yang
cocok." "Kau tentu lebih tahu keadaan di sini. Terserah kau mau kemana, aku mengikut
saja," kata Ratu Duyung pula lalu sandarkan wajah ke dada bidang si pemuda,
membuat darah Gumilar Kartasuwita jadi bergelora.
Sambil membelai rambut hitam panjang si gadis pemimpin rombongan sandiwara
keliling Jaka Lelana ini berbisik.
"Di perkebunan tebu sana ada sebuah pondok.
Kalau Den Ayu suka...."
"Tentu saja aku suka!" kata Ratu Duyung jejadian sambil tertawa manja "Rasanya
aku sudah tidak tahan.
Apakah aku mulai saja membuka pakaianku sekarang?"
Ratu Duyung Jejadian singkapkan pakaiannya di sebelah atas hingga dadanya yang busung tersingkap putih.
"Jangan, nanti di pondok itu saja." Jawab Gumilar Kartasuwita yang jadi gugup
melihat keelokan dada si gadis yang begitu berani.
Ratu Duyung tertawa panjang. Tarik lengan si pemuda.
Namun sebelum keduanya sempat memasuki
deretan pohon tebu di perkebunan tiba-tiba dua orang berkelebat
Salah seorang membentak.
"Jangan ada yang berani bergerak!" Suara laki-laki.
Orang kedua seorang perempuan susul menghardik.
162 Badai Laut Utara
46 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
"Ratu Duyung! Sarankan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru padaku!"
Ratu Duyung Jejadian hentikan langkah, juga pemuda di sebelahnya. Dua kakek
nenek berdiri di hadapannya. Ratu Duyung jejadian tidak mengenali siapa adanya
si kakek namun si nenek tidak asing lagi. Apa lagi barusan dia menyebut-nyebut
Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru, membuat wajah Ratu Duyung jejadian jadi
berubah. "Den Ayu, siapa dua orang tua ini" Mengepal mereka menghadang kita?" bisik
Gumilar Kartasuwita, Sebelum Ratu Duyung jejadian sempat menjawab si nenek sudah
lebih dulu membuka mulut.
"Pemuda keren, aku tahu kau tidak ada sangkut paut dengan urusan kami. Karenanya
aku masih memberi hati. Lekas tinggalkan tempat Ini!" Memberi Ingat si nenek
yang adalah Nyi Kuncup Jingga pembantu utama Ratu Laut Utara.
"Kurasa Den Ayu ini tidak punya kesalahan apa-apa pada nenek berdua. Aku
mohon..." "Diam! Tutup mulutmu!" bentak Nyi Kuncup Jingga Ki Ngumpil Sebaki berkata "Anak
muda kau tak tahu siapa adanya gadis ini. Pergilah demi kese-lamatanmu."
" Kalian yang harus pergi!" jawab Gumilar Kartasuwita.
"Kalau begitu ya weeilis! Sudah nasibmu anak muda!
Hik ... hik ... hik!" kata Nyi Kuncup Jingga sembari tutup ucapannya dengan tawa
panjang. Dia memberi tanda pada kakek di sampingnya.
KI Ngumpil Sebaki menyeringai. Begitu seringai lenyap mulut dibuka, dari
tenggorokan keluar suara menggembor keras. Bersamaan dengan itu dari mulut yang
terbuka melesat lidah merah panjang. Laksana cambuk raksasa benda Ini melesat
kedepan, menjirat leher Gumilar Kartasuwita.
Lidah Hantu! "Kreekkl"
162 Badai Laut Utara
47 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Tulang leher pimpinan sandiwara keliling Jaka Lelana ini berderak hancur.
Tubuhnya kemudian terangkat ke atas lalu dibanting ke bawah, kepala lebih dulu.
"Braakk!"
Kini giliran kepala si pemuda yang remuk menghantam tanah.
Gumilar Kartasuwita terkapar tak bernyawa lagi.
Sekujur tubuh berubah menjadi merah dan kepulkan asap. Sungguh mengerikan!
"Wuuuttt!"
Benda panjang merah yang adalah lidah melesat masuk kembali ke dalam mulut Ratu
Duyung jejadian menjerit marah.
162 Badai Laut Utara
48 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
NYI KUNCUP JINGGA tertawa mengekeh.
"Ratu Duyung, apa yang kau saksikan cukup menjadi peringatan. Sekarang apakah
kau masih tidak mau menyerahkan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru?"
"Tua bangka keparat! Apa salah pemuda itu! Kau mampus lebih dulu!" teriak Ratu
Duyung jejadian lalu lima tangannya dijentikkan ke arah Nyi Kuncup Jingga yang
kembali tertawa bergolak.
Lima larik sinar merah mendera udara, melesat ke arah lima bagian tubuh Nyi
Kuncup Jingga. Itulah pukulan Lima Jari Akhirat.
"Nyi Kuncup awas!" teriak Ki Ngumpil Besaki seraya dengan cepat mendorong si
nenek ke samping. Lalu sambil menghindar kakek ini balas menghantam dengan
pukulan sakti bernama Perangkap Raga Penjerat Jiwa. Pukulan sakti ini merupakan
satu serangan untuk melumpuhkan dan meringkus lawan.
Karena begitu larikan sinar hitam melesat keluar dari tangan si kakek, sinar
langsung menebar membentuk jaring samar. Sekali sosok Ratu Duyung jejadian masuk
terperangkap ke dalam jaring, ilmu kepandaian apapun yang dimiliki tidak akan
memungkinkannya lolos!
Lima larik sinar merah pukulan sakti Lima Jari Akhirat saling hantam di udnra
dengan jaring hitam Perangkap Raga Penjerat Jiwa.
Dentuman dahsyat membuat tanah bergetar hebat.
Tiga orang yang ada di tempat itu sama-sama terhuyung sementara pecahan ipar
hitam dan merah bertabur melabrak pohon. Ranting dan dedaunan hangus, batang
pohon berderak patah lalu tumbang dengan suara bergemuruh.
Mereka yang bertarung sama-sama tercekat. Ki Ngumpil Sebaki baru sekali ini
mengalami ilmu kesaktiannya yang bemami Perangkap Raga Penjerat 162 Badai Laut
Utara 49 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Jiwa tidak mampu meringkus musuh.
Sebaiknya Ratu Duyung jejadian alias Nyai Tumbal Jiwo terperangah menyaksikan
Pukulan Lima Jari Akhirat tidak dapat menyentuh sosok lawan!
Sementara Nyi Kuncup Jingga tertegun dengan wajah berubah pucat!
Gagal menghantam lawan dengan Pukulan lima jari Akhirat Ratu Duyung jejadian
membuat gerakan berputar sambil dua tangan diangkat siap melepas pukulan Angin
Roh Pengantar Kematian. Ketika berputar itulah Purnama yang sudah berada di
tempat itu dapat melihat jelas wajah Ratu Duyung jejadian.
"Memang dia..." ucap Purnama dalam hati. Namun matanya yang tajam dan naluri
yang kuat membuat dia merasakan satu kelainan. "Aku harus yakin dulu. Salah
menduga bisa menimbulkan malapetaka besar! Jurus ilmu silatnya berbeda. Pukulan
saktinya Juga lain. Lalu ucapan kasar yang tidak bisa dikeluarkan Ratu
Duyung..."
Gadis gadis dari alam 1200 tahun silam ini lalu menengadah, menyedot udara
dengan kerahkan hawa sakti di Jalan pernafasannya. Dia menerapkan ilmu yang
disebut Nafas Sepanjang Badan.
Dengan ilmu ini Purnama segera mengetahui bahwa gadis bermata biru berpakaian
ringkas kelabu Itu bukanlah Ratu Duyung yang asli.
"Dia mahluk dari alam roh! Dua orang tua itu sebenarnya dalam keadaan bahaya.
Mereka tidak mungkin mampu membunuhnya kecuali..."
Saat itu KI Ngumpil Sebaki mengangkat tangan kanannya dan berseru. "Aku bicara
untuk terakhir kali.
Kami tahu siapa kau sebenarnya. Kau bukan Ratu Duyung asli. Kau mahluk Jejadian
yang sengaja meniru menyamar Jadi Ratu Duyung! Kami tahu kau membekal Batu
Mustika Angin Laut Kencana Biru.
Batu Itu bukan milikmu! Sesuai perjanjian darah dan nyawa kami yang berhak
menguasainya. Serahkan pada kami dan kau boleh pergi tanpa kurang suatu 162
Badai Laut Utara
50 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
apa!" "Ah, kakek nenek itu sudah tahu siapa adanya orang yang mereka hadapi." Kata
Purnama dalam hati.
"Yang jadi pertanyaan bagaimana batu sakti milik Nyai Roro Kidul bisa berada di
tangan Ratu Duyung jejadian. Bukankah terakhir kali ada pada Wiro?"
Mendengar ucapan KI Ngumpil Sebaki Ratu Duyung jejadian tertawa panjang. "Aku
tahu nyali kalian sudah mulai lumer. Tadinya dengan sekali gebrak mengira bisa
mempecundangl diriku lalu merampas batu mustika! Sekarang tahu kehebatan diriku
kalian mencoba membujuk! Baik. aku akan berikan apa yang kalian minta Tapi
katakan dulu siapa kalian adanya!"
Dua kakek nenek saling pandang lalu sama gelengkan kepala
"Siapa kami tidak pentingl Yang penting cepat serahkan apa yang kami minta! Atau
kami akan mengirimmu ke alam gelap-gullta untuk selama-lamanya!"
Ratu Duyung jejadian alias Nyai Tumbal Jiwo tertawa melengking. Dua tangan yang
sejak tadi diangkat dipukulkan ke arah sepasang lawan melipat pukulan sakti
bernama Angin Roh Pengantar
Kematian. Ki Ngumpil Sebaki dan Nyi Kuncup Jingga terkesiap kaget begitu mendengar dari
arah depan dua suara menggemuruh dashyat mendatangi laksana dua batu raksasa
bergelinding siap menggilas melumat mereka.
"Ki Ngumpil, lekas keluarkan pukulan Gelombang Laut Utara!" teriak Nyi Kuncup
Jingga. Dua kakek nenek membungkuk sambil dua tangan diputar-putar ke depan. Saat itu
Juga suara gemuruh serangan Ratu Duyung Jejadian ditandingi dengan
menggelegarnya suara deru dahsyat laksana
gelombang raksasa bergulung menerpa. Apapun yang ada di hadapannya akan hancur
luluh! 162 Badai Laut Utara


Wiro Sableng 162 Badai Laut Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

51 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Ratu Duyung Jejadian berteriak kaget ketika di depannya dia melihat tempat itu
telah berubah menjadi lautan luas dan empat gelombang besar bergulung ke arahnya
setelah lebih dulu melumat pukulan sakti Angin Roh Pengantar Kematian!
"Tua bangka jahanam! Kalian kira bisa mengalahkan diriku!"
Teriak Ratu Duyung jejadian marah. Sambil melompat setinggi dua tombak ke udara
dia menyembur. Saat itu Juga asap hitam menggebubu ke arah Ki Ngumpil Sebaki dan Nyi
Kuncup Jingga. Selagi dua orang tua Itu kelagapan dan merasa perih mata masing-masing akibat
serangan Asap Roh Mencari Pahala yang tadi disemburkan lawan. Ratu Duyung
Jejadian melesat turun sambil kirim dua tendangan dengan kaki kanan dan kaki
kiri dalam jurus atau tendangan maut bernama Kaki Roh Menjebol Karang.
Dua pembantu utama kepercayaan Ratu Laut Utara terbeliak kaget ketika merasa
kepulan asap hitami membuat kepala mereka berdenyut sakit laksana mau meledak
dan sepasang mata perih luar biasa seperti akan beriasatan keluar dari
rongganya. Dalam keadaan seperti itu mereka masih mampu melihat dua kaki tibatiba menderu dahsyat ke arah jidat masing-masing!
Nyi Kuncup Jingga berteriak pasrah karena memang tidak punya kesempatan untuk
selamatkan diri. Ki Ngumpil Sebaki meski mendelik kaget masih bisa pergunakan
dua tangan berusaha menangkis. Namun apa lacur!
"Kraakk!"
Lengan kiri Ki Ngumpil Sebaki patah. SI kakek menjerit keras.Tendangan lawan
yang tak sanggup ditangkis terus menggeledek ke arah keningnya!
Di kejauhan, Ratu Laut Utara yang terus menerus memantau keberadaan dan keadaan
kedua pembantu utamanya itu terkejut ketika dia merasakan bahwa KI 162 Badai
Laut Utara 52 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Ngunpll Sebaki dan Nyi Kuncup Jingga berada dalam malapetaka besar yang bisa
merenggut nyawa mereka.
Tidak tunggu lebih lama Ratu Laut Utara melesat ke permukaan samudra. Dua tangan
kemudian ditepukkan ke atas air laut mengirim ilmu jarak jauh untuk selamatkan
dua kakek nenek. Namun mendadak
usahanya untuk menolong dua pembantu Itu
dibatalkan. Dia melihat dua cahaya biru telah lebih dulu melindungi Ki Ngumpil
Sebaki dan Nyi Kuncup Jingga.
"Siapa orang sakti yang menolong dua anak buahku?"
Sang Ratu bertanya dalam hati. "Aku berhutang besar padanya. Lalu lalu watttl
Dia menyusup masuk kembali ke dalam dasar samudera kawasan laut utara!
Langsung menuju ruang rahasia tempat dia biasa melakukan samadi di atas sebuah
batu berwarna putih tanpa selembar benangpun menutupi auratnya. Selarik cahaya
keunguan tiba-tiba muncul menyelubungi sekujur tubuh sang Ratu. Namun hanya satu
kejapan, cahaya Itu mendadak lenyap.
Ratu Laut Utara tersentak dan buka dua mata yang terpejam.
"Aneh, mengapa aku melihat bayangan pendekar itu. Tapi dia tidak sendirian.
Jalur warna menandakan mereka tengah menuju ke arah utara. Jika mereka mengarah
ke sini dalam waktu beberapa hari pasti akan sampai. Aku Juga melihat beberapa
titik samar begemerlap. Jauh di arah selatan dan timur. Siapa lagi gerangan yang
akan mendatangi kawasan laut utara Ini" Apakah mereka datang membawa kebaikan
atau mencari mati" Aku mencium bau air laut. Aku mendengar suara getombang
membahana tiada henti dan tiupan angin seperti badai mengamuk. Firasat
mengatakan ada bahaya bakal datang."
162 Badai Laut Utara
53 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
HANYA sekejapan mata lagi kepala Nyi Kuncup Jingga dan Ki Ngumpil Besaki akan
hancur dimakan tendangan Kaki Roh Menjebol Karang dan keduanya bakal menemui kematian
secara mengerikan tiba-tiba dua rangkum cahaya biru begemerlap menyelubungi
tubuh dua kakek nenek Ini mulai dari kepala sampai ujung kaki.
"Dess! Desas!"
Dua kaki Ratu Duyung jejadian laksana menghantam dinding karet. Mahluk alam roh
Ini terpekik Tubuh terpental. Setelah membuat jungkiran dua kali di udara baru
dia berhasil jejakkan kaki di tanah. Tubuh bergetar goyang. Dua kaki yang tadi
dipakai menendang tampak bengkak membiru sampai
pergelanganl Sementara Itu dua kakak nenek dengan muka pucat saling pandang Nyi Kuncup Jingga
berkata. "Ki Ngumpil, ada orang menyelamatkan kita."
"Aku tahu, aku merasa bersyukur." Jawab Ki Ngumpil Sebaki. Dua orang tua ini
memandang berkeliling.
"Jahanam kurang ajar! Siapa berani mati mencampuri urusan ku!" teriak Ratu
Duyung Jejadian.
Cepat dia kerahkan hawa sakti ke kaki yang bengkak lalu salurkan tenaga dalam
pada tangan kiri kanan.
Saat itu tiba-tiba berkelebat satu bayangan biru disusui tawa panjang, ditutup
dengan ucapan lantang.
"Ratu Duyung tidak pernah bicara kasar dan kotori Mahluk alam roh! Aku tahu
siapa kau! Kembalikan benda yang kau curi jika itu memang milik dua kakek nenek
ini!" Melihat siapa yang berdiri beberapa langkah di hadapannya, berubahlah paras Ratu
Duyung jejadian.
"Jahanam ini lagi! Aku tidak mungkin melawannya.
162 Badai Laut Utara
54 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Dia mahluk alam roh tiga tingkat di atas kekuatanku!
Lebih baik aku segera angkat kaki dari tempat Ini!"
Ratu Duyung jejadian angkat tangan kiri.
"Jika kau meminta benda yang diinginkan dua kakek nenek itu, apa sulitnya
menyerahkan. Tapi ini berarti perkara habis sampai di sini!"
Habis berkata begitu Ratu Duyung jejadian usap tangan kiri yang tadi diangkat ke
atas dada. Satu cahaya biru begemeriap. Sebuah benda berbentuk bulat lonjong
sebesar telur ayam tergenggam di tangan kiri.
"Kailan Inginkan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru"! Ini ambillah!"
Ratu Duyung jejadian lemparkan benda bercahaya biru di tangan kirinya ke arah Ki
Ngumpil Sebaki.
Pumama memperhatikan. Di balik cahaya biru Ku terlihat selarik sinar hijau
redup. Cepat-cepat gadis dari alam 1200 tahun silam Ini berteriak.
"Tidak perlu diambil! Itu batu mustika palsu. Yang asli masih ada dalam
tubuhnya!"
Saat itu Ratu Duyung jejadian telah memutar diri dan berkelebat cepat hendak
tinggalkan tempat itu.
Namun gerakannya segera di hadang oleh Purnama.
"Aku pernah mencabik-cabik tubuhmu! Kalau sekali Ini aku lakukan lagi kau akan
tenggelam selama-lamanya di alam roh! Setahuku batu mustika sakti Itu adalah
milik Ratu Laut Selatan. Kau mau menyerahkan batu mustika asli padaku atau
memilih mati!"
Ratu Duyung Jejadian menggembor marah.
"Bangsat perempuan! Aku memilih mampus bersamamu!" Teriaknya. Lalu dua tangan
secara berbarengan dihantamkan ke arah Purnama, lancarkan serangan Telapak Roh.
Dua larik cahaya merah berkiblat. Dua tangan mendadak berubah panjang. Dua
telapak siap mendarat di dada Purnama. Jika sampai mengenal sasaran sekujur tubuh Pumama akan
tenggelam 162 Badai Laut Utara
55 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
dalam racun jahat yang sulit diobati. Wiro adalah salah satu yang pernah menjadi
korban pukulan ganas ini. Namun kali ini serangan yang dilancarkan Jauh lebih
ganas. (Baca serial Wiro Sableng berjudul
"Bayi Satu Suro") Saat Itu Juga kekuatan yang melindungi tubuh Purnama pancarkan
cahaya biru begemertap. Begitu dua bahunya digoyang, cahaya biru melesat keluar
dari tubuh, menyambar ke arah Ratu Duyung Jejadian. Yang diserang menangkis
dengan semburan hawa sakti namun tidak ada
gunanya. Karena mendahului gerakan lawan Purnama telah melepas pukulan bernama
Menahan Raga Menyerap Tenaga. Inilah Ilmu totokan Jarak Jauh alam gaib 1200 tahun silam. Saat
Itu Juga sekujur tubuh Ratu Duyung Jejadian mendadak sontak menjadi kaku tak
bisa bergerak tak mampu bersuara.
"Ha..hu... ha... hul"
Saat Itu Purnama kembali lepaskan serangan berikutnya yang merupakan serangan
pamungkas yaitu Kutuk Alam Gaib Lapis Ke Tujuh.
Boleh dikatakan selama Ini Purnama tidak pernah mengeluarkan Ilmu pukulan sakti
Itu. Kecuali ketika dulu dia menghajar Nyai Tumbal Jiwo hingga tubuhnya
tercabik-cabik dan membuat guru Patih Wira Bumi itu tidak mampu muncul
memperlihatkan sosok nyata selama puluhan hari. Kini Purnama kembali menyerang
dengan pukulan tersebut dan sekail Ini tidak ada ampun lagi bagi mahluk alam roh
yang tadinya bersarang di sebuah makam di pekuburan Kebonagung di luar Kotaraja
itu. Begitu pukulan Kutuk Alam Gaib Lapis Ke Tujuh menghantam tubuhnya, cahaya merah
berkiblat Tubuh Ratu Duyung Jejadian terbongkar hancur tercabik-cabik. Satu
lolongan menggidikkan laksana keluar dari Jurang dalam menggelegar dan bergaung
di tempat Itu. itulah lolong akhir kehidupan di alam nyata. Di saat hampir
bersamaan di kejauhan terdengar suara lolongan lain ramai sekali. Itu adalah
suara 162 Badai Laut Utara
56 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
lolongan sekian banyak mahluk menyambut kedatangan roh yang baru dihajar dan
kembali masuk ka alam gaib.
Anehnya tubuh Ratu Duyung Jejadian yang
tercabik-cabik sesaat kemudian menyatu kembali, membentuk ujud sosok seorang
nenek angker yang serba merah dengan dada geroak bergelimang darah.
"Nyi Tumbal Jiwo!" ucap Nyi Kuncup Jingga setengah berteriak.
Dari dada geroak Nyi Tumbal Jiwo meluncur Jatuh ke tanah sebuah benda biru
lonjong sebesar telur ayam. Purnama bermaksud mengambil benda itu namun Nyi
Kuncup Jingga bertindak menyambar lebih cepat Sosok Nyi Tumbal Jlwo kemudian
seperti lilin lumer, dan lenyap dari pandangan mata Di tempat itu yang tinggal
hanyalah tebaran bau busuk yang membuat semua orang terasa mau muntah.
Tiba-tiba baik Nyi Kuncup Jingga maupun Ki Ngumpil Sebaki mendengar suara
mengiang di telinga mereka Ratu Laut Utara mengirimkan ucapan dari jauh.
"Jatuhkan diri kalian. Berlutut. Dan kau Nyi Kuncup Jingga terapkan ilmu
Penyejuk Jiwa Pemikat Hati. Cium kakinyai Cium kakinya! Jangan serahkan batu
mustika! Kalian hmrua bisa membawanya ke hadapanku! Harus!"
Dua kakak nenek saling pandang seketika, sama memberi isyarat dengan kedipan
mata lalu melompat ke hadapan Purnama, jatuhkan diri berlutut.
Nyi Kuncup Jingga keluarkan ucapan. "Gadis cantik.
Kenalpun kami belum. Namun kau bukan saja telah menyelamatkan jiwa kami berdua,
malah juga telah menolong kami mendapatkan batu sakti itu kembali."
Purnama membuka mulut. "Setahuku batu itu bukankah milik..."
Belum selesai Purnama berucap Nyi Kuncup Jingga telah jatuhkan diri, sujud di
tanah lalu mencium kaki kanan gadis cantik dari Latanahsilam itu.
"Kami berdua, aku Nyi Kuncup Jingga dan KI 162 Badai Laut Utara
57 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
Ngumpil Sebaki sebagai tanda terima kasih memperhambakan diri padamu Kau adalah
Junjungan kami. Kami mohon dengan sangat siapapun Raden Ayu adanya sudilah
mengikuti kami ke tempat kediaman kami di laut utara. Kami akan memperkenal-kan
Den Ayu dengan pimpinan kami Ratu Laut Utara..."
Purnama kerenyitkan kening.
"Ratu Laut Utara?"
Betul Junjungan! Jika beliau berkenan Junjungan akan diangkat menjadi pembantu
utama. Kami berdua akan sangat sedih kalau Den Ayu menolak permintaan kami."
Sambil mencium kaki Pumama seperti yang diperintahkan suara mengiang, Nyi Kuncup
Jingga kerahkan Ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat Hati. Saat itu juga satu hawa sejuk
memasuki kaki kanan Pumama, menjalar ke seluruh tubuhnya sampai ke atas kepala.
Gadis ini merasakan satu kelegaan luar biasa. Dia tidak menyadari kalau saat itu
ada satu kekuatan gaib yang datang dari dasar laut utara perlahan-lahan mulai
menguasai dirinya.
"Aku tak mungkin ikut kalian. Aku hanya ingin batu Itu..."
"Raden Ayu, saat ini kau adalah Junjungan kami. Apa katamu akan kami turuti.
Namun sekali ini jangan menolak, ikutlah bersama kami ke laut utara. Kau akan
melihat satu kehidupan lain yang rasanya akan jauh lebih baik bagi diri Den
Ayu." Nyi Kuncup Jingga bicara sambil hidung masih mencium kaki kanan Purnama
sementara tangan kanannya mengelus-elus betis putih bagus gadis dari
Latanahsilam itu Seperti diketahui nenek ini mempunyai kelainan yaitu hanya suka
pada insan sejenis. Sementara itu Ki Ngumpil Sebaki pergunakan kesempatan
merobek salah satu ujung pakaiannya. Dengan sobekan ini dia Ikat dan gulung
lengan kirinya yang patah lalu dia membuat totokan di beberapa tempat hingga
rasa sakit jauhberkurang.
Pumama tersenyum, ilmu yang diterapkan si nenek 162 Badai Laut Utara
58 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
telah bekerja. Dipegangnya bahu Nyi Kuncup Jingga.
"Nek, bangunlah. Tak pantas kau bersujud dan mencium kakiku. Aku akan memenuhi
permintaan kalian. Sebenarnya aku masih banyak urusan. Namun tidak ada salahnya
mengikuti kalian barang dua tiga hari..."
Mendengar ucapan Purnama Nyi Kuncup Jingga segera usapkan Batu Mustika Angin
Laut Kencana Biru ke dadanya. Saat itu juga batu sakti tersebut masuk ke dalam
tubuhnya. Lalu dengan cepat si nenek bangkit berdiri diikuti Ki Ngumpil Sebaki.
Keduanya berdiri dan membungkuk berulang kali sambil mengucapkan terima kasih
tiada henti. "Terima kasih Junjungan.Terima kasih!"
Nyi Kuncup Jingga pegang lengan kanan Ki Ngumpil Sebaki, sementara tangan yang
lain memegang tangan kiri Purnama. Dengan mengandalkan kesaktian Batu Mustika
Angin Laut Kencana Biru dia membawa kedua orang itu melesat ke udara dan lenyap
dari pemandangan. Bersamaan dengan melesatnya ke tiga orang Itu, muncul si gendut Bujang Gila
Tapak Sakti. Pemuda ini banting-banting kaki hingga tanah bergetar.
"Aku terlambat! Sial! Aku terlambat!" Sambil berkipas-kipas keponakan Dewa
Ketawa ini terus mengomel. "Edan, aneh! Mengapa Purnama mau-mauan ikut ke dua
kakek nenek itu" Padahal Jelas-jelas mereka bilang mau membawanya ke utara
menemui Ratu Laut Utara! Ratu golongan hitam pengacau rimba persilatan! Kalau
saja tadi aku tidak nyelonong pergi meninggalkannya...."
Seperti diceritakan sebelumnya setelah bertemu Purnama, karena ingin melanjutkan
mencari dan mengejar Nyi Retno Mantili, Bujang Gila Tapak Sakti meninggalkan
Purnama begitu aaja. Namun setelah cukup jauh berlari pemuda Ini berpikir-pikir.
Mencari Nyi Retno Mantili belum tentu ketemu. Lebih baik dia kembali ke tempat
Purnama. 162 Badai Laut Utara
59 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku tak mau kehilangan dua burung sekaligus!"
ucap si gendut pula.
Namun sayang, ketika kembali ke tempat dia meninggalkan Pumama, gadis cantik itu
telah pergi bersama Nyi Kuncup Jingga dan Ki Ngumpil Sebaki.
"Sial! Aku benar-benar kehilangan dua burung sekaligus!" Bujang Gila Tapak Sakti
putar-putar koplah kupiuk di atas kepalanya.
Tiba-tiba tempat itu dibuncah oleh berisik suara kerontangan kaleng. Bujang Gila
Tapak Sakti terlonjak kaget dan buru-buru tutup dua telinganya yang terasa sakit
"Setan alas! Orang gila dari mana membuatku kaget tak karuan!"
Terdengar suara tawa mengekeh.
"Untung kau hanya kehilangan dua burung di udara.
Bagaimana kalau burungmu sendiri ikutan hilang"
Ha... ha... ha! Tapi coba kau periksa dulu! Jangan-jangan burungmu yang di daiam
celana itu juga memang sudah minggat kabur! Ha... ha... ha!"
Suara tawa dibarengi suara kerontang keras membuat Bujang Gila Tapak Sakti
memaki panjang pendek dan kembali menutup kedua telinga. Walau memaki dan merasa
sakit pada dua telinga namun si gendut Ini turunkan dua tangan, menarik bagian


Wiro Sableng 162 Badai Laut Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan celana gombrongnya, delikkan mata memperhatikan.
Dia merasa lega lalu berteriak.
"Masih ada! Burungku masih ada! Tidak minggat!
Tidak kabur! Ha... ha... ha!" Mendadak Bujang Gila Tapak Sakti hentikan ketawa.
"Siapa yang barusan bicara" Siapa yang barusan membuat suara berisik"! Setan
rimba belantara!
Jangan berani mempermainkan diriku!"
Bujang Gila Tapak Sakti angkat tangan kanannya ke udara lalu diputar-putar tiada
henti. Putaran tangan menimbulkan suara berdesing. Saat itu juga udara mendadak
berubah dingin, makin dingin dan makin dingin.
162 Badai Laut Utara
60 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku mau lihat. Masakan tidak mau unjukkan tampang!"
Tak lama kemudian terdengar suara orang menggigil.
Lalu suara berisik seperti tadi. Hanya saja kali ini lebih perlahan lalu lenyap
dan kembali muncul suara menggigil tadi. Dari atas pohon di bawah mana Bujang
Gila Tapak Sakti berdiri sambil terus mengebutkan tangan tiba-tiba mengucur
cairan kuning hangat, tepat mengenai pundak kanan pemuda gendut
"Heh... apa Ini" Mengapa ada cairan yang mengucur dari atas?"
Bujang Gila pergunakan tangan kiri untuk mengusap cairan.
"Cairan hangat..."
Perlahan-lahan si gendut dekatkan tangan kirinya ke hidung.
Begitu dia mencium bau cairan hangat yang membasahi tangan kirinya maka
meledaklah marahnya. "Jahanam sial kurang ajar! Siapa berani mengen-cingiku!"
"Gendut! Salahmu sendiri. Udara dingin membuat aku tidak tahan kencing! Ha ...
ha ... ha! Kalau kau tidak menghentikan gerakan tangan kananmu, aku nkan terus
mengguyurmu dengan air kencing! "Ha...
ha ...ha!"
Bujang Gila Tapak Sakti masih terus memaki tapi tangan kanan berhenti diputar
lalu perlahan-lahan diturunkan sambil kepala mendongak ke atas pohon.
Di saat yang sama dari atas pohon melayang turun sesosok tubuh dan di lain kejap
sudah berdiri di hadapan Bujang Gila Tapak Sakti. Ternyata dia adalah seorang
kakek mengenakan caping bambu lebar. Pakaian dekil rombeng banyak
tambalan.Tangan kiri memegang tongkat kayu butut sekaligus
memegang buntaian. Tangan kanan memegang
sebuah kaleng rombeng yang diisi batu. Orang tua Ini sesaat masih keluarkan
suara menggigil ke-162 Badai Laut Utara
61 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
dlnglnan. Namun bagitu udara dingin lenyap dia tertawa mengekeh dan karontangkan
kembali kaleng rombeng di tangan kanannya!
Si gendut berteriak marah.Telinganya seperti mau meledak!
"Tua bangka keparat! Kau mau membunuhku dengan ilmu setan kaleng rombeng"
" Mendadak Bujang Gila Tapak Sakti hentikan makian. Matanya yang belok tampak
tambah besar. Dia membungkuk sedikit, mengintip ke bawah caping.
Dia kini melihat jelas wajah si orang tua. Dan dua mata putih buta!
"Eh, orang tua kurang ajar! Kau...kau bukankah kau manusia jahil yang dijuluki
Kakek Segala Tahu?"
SI kakek tertawa gelak-geialc
"Percuma matamu belok besar kalau tidak mengenal diriku! Ha... ha... ha!"
162 Badai Laut Utara
62 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
KITA ikuti kembali perjalanan Pendekar 212 Wiro Sableng bersama Ratu Duyung yang
tengah mengejar si pencuri Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru yang tak lain
adalah Nyai Tumbal Jiwo alias Nyi Wulas Pikan yang menyaru menjadi Ratu Duyung
palsu. Dari Desa Jatiwalu mereka bergerak ke arah timur.
Ilmu lari serta ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi yang mereka miliki sangat
menolong. Bilamana bosan melakukan perjalanan di darat mereka melanjutkan dengan
menyewa perahu mengarungi beberapa sungai hingga akhirnya sampai di muara Kali
Comal. Dari sini keduanya bergerak ke arah timur menyusuri pesisir pantai utara
hingga akhirnya sampai di satu teluk kecil dekat sebuah desa bernama Bonang yang
terletak di barat laut Demak.
Sepanjang perjalanan Ratu Duyung tiada henti memeriksa lewat cermin sakti.
Adanya hubungan gaib antara sang Ratu dengan batu mustika sakti yang dicuri
membuat gadis bermata biru ini mampu mengetahui di arah mana keberadaan benda
yang dicuri orang itu.
Di dalam cermin Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru terlihat berupa titik biru
sebesar beras yang selalu berkedap kedip. Titik biru ini didampingi satu titik
hitam dengan kebesaran yang sama. Titik hitam merupakan pertanda orang atau
mahluk yang memegang batu sakti. Selain itu di bagian bawah cermin sekali-sekali terlihat
pula satu titik putih berkedap kedip.
Dua hari lalu titik hitam lenyap dari permukaan cermin. Bersamaan dengan itu
muncul tiga titik hijau mendampingi titik biru. Dua titik hijau berkedap kedip
sementara titik hijau ketiga tidak.
Ratu Duyung segera memberi tahu.
"Wlro sesuatu telah terjadi. Ratu Duyung 162 Badai Laut Utara
63 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
memperlihatkan cermin pada Pendekar 212 dan menunjuk pada titik biru yang
berkedap-kedip. "Titik biru pertanda batu mustika sakti.Titik hitam yang ada
sebelumnya merupakan tanda orang yang memegang batu. Kini titik hitam lenyap.
Berarti batu mustika berpindah tangan pada orang lain. Sesuatu terjadi dengan si
titik hitam. Aku yakin orang Ini telah menemui ajal."
Wlro memperhatikan permukaan cermin sakti lalu berkata
"Intan, tiga titik hijau pendatang baru, aku punya dugaan tiga titik hijau
secara bersamaan bergerak ke bagian atas cermin. Mungkin arah utara?"
"Pendapatku sama dengan kau. Tiga titik hijau bergerak ke utara. Ke arah laut
bersama-sama dengan titik biru. Besar kemungkinan ini berarti titik biru atau
batu mustika sakti milik Nyai Roro Kidul itu kini berada di bawah penguasaan
tiga titik hijau."
"Aku melihat dua titik berkedip-kedip, yang satu tidak. Kau bisa menduga siapa
mereka?" tanya Wiro pula.
"Yang dua adalah manusia biasa seperti kita.Titik yang ketiga yang tidak
berkedip menyatakan dia adalah mahluk alam gaib. Kesaktian cermin tidak mampu
menembus dirinya secara utuh. Dan jika mereka menuju ke utara..."
"Intan, aku secara tolol menyerahkan batu mustika pada mahluk yang mewujudkan
diri seperti dirimu.
Sesuatu terjadi dengan orang itu. Batu mustika berpindah tangan. Menurutmu salah
satu dari tiga titik hijau adalah mahluk alam gaib. Kau bisa menduga siapa?"
Ratu Duyung memilih tak mau menjawab. Dia gelengkan kepala Lalu menatap ke arah
cermin. Tiga titik hijau dan titik biru mendadak lenyap dari permukaan cermin. Ratu
Duyung segera memberi tahu.
"Wiro, titik biru dan tiga titik hijau lenyap dari 162 Badai Laut Utara
64 Kang Zusi - http://cerita-silat.co.cc/
dalam cermin!"
"Intan, apa artinya itu?" tanya Wiro.
"Orang-orang itu slapapun mereka adanya tidak ada lagi di daratan tanah Jawa
ini." Menjawab Ratu Duyung.
"Terbang ke langit?"
"Bisa jadi.Tapi yang lebih kuduga mereka lenyap masuk ke dalam laut."
Wiro menatap wajah cantik bermata biru itu sambil menggaruk kepala. Mulutnya
berucap perlahan, mengulang kata-kata Ratu Duyung. "Lenyap masuk ke dalam laut"
Sambil terus menggaruk kepala Wiro melangkah mundar-mandlr di depan Ratu
Duyung dan bicara sendirian. "Kalau titik biru juga lenyap, berarti batu mustika
milik Nyai Roro Kidul Ikut dibawa masuk ke dalam laut. Mengapa mereka masuk ke
laut?" Wiro hentikan langkah dan berpaling pada Ratu Duyung. "Intan, kalau
Setan Rawa Bangkai 2 Siluman Goa Tengkorak Karya Kho Ping Hoo Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 13

Cari Blog Ini