Ceritasilat Novel Online

Nyawa Titipan 3

Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan Bagian 3


Cakra Mentari siap keluar dari tampat persembunyian.
Namun gerakannya tertahan. Ada seekor burung putih melayang
di udara dan hinggap di cabang pohon besar dekat kolam mandi.
Bersamaan dengan itu dari balik rerumpunan pohon bambu Ki
Rorot Keminting si kepala pengawal keluar dan melangkah cepat
ke arah pintu depan rumah kediaman Pangeran Aryo Dipasena.
Cakra Mentari mengerenyit melihat burung putih hitam yang
hinggap di cabang pohon. Seperti diketahui burung berjambul
hitam ini dulunya adalah peliharaan si pemuda dan diberi nama
Jambul Ireng. Namun ketersesatannya dalam mengikuti ilmu yang
diajarkan Mirpur Patel, dan sebagaimana tertera dalam Kitab
Jagat Pusaka Alam Gaib maka Cakra Mentari tidak pemah ingat
lagi segala sesuatu di masa silamnya. Jangankan burung. Bahkan
dia tidak mengenal dirinya sendiri termasuk tidak ingat lagi akan
kedua orang tuanya serta dari mana dia berasal.
Cakra Mentari tidak menunggu lebih lama. Dia berkelebat ke
arah depan rumah.Tapi lagi-lagi terpaksa menahan langkah. Di
pintu depan rumah dia melihat Kepala Pengawal Ki Rorot
Keminting berdiri siap hendak mengetuk pintu.
"Manusia satu ini membuang-buang waktuku saja !" kata
Cakra Mentari kesal. Lima jari tangan kanan dijentikkan ke depan.
Lima larik cahaya hijau melesat ini adalah bagian dari Ilmu Tiga
Cahaya Alam Gaib yang hanya mengeluarkan satu cahaya, disebut
Cahaya Hijau Alam Gaib.
Walau Ki Rorot Keminting melihat serangan berupa cahaya
benderang hijau yang datang kearahnya namun Kepala Pengawal
ini tidak cukup cepat untuk berkelit. Cahaya hijau menyambar
tengkuk Ki Rorot Keminting. Saat itu juga tubuhnya terbanting ke
pintu, tersungkur ke lantai, tenggelam dalam sinar hijau
mengepulkan asap, meletup dan tewas dengan tubuh hangus
berwarna hijau.
*** Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
68 NYAWA TITIPAN Bastian Tito DI DALAM rumah. Pangeran Aryo Dipasena tak percaya akan
apa yang terjadi. Ketika membuka mata dari ketetapan tidur dia
dapatkan gadis cantik yang diberinya nama Dewi Pemikat telah
berada di atasnya, menindih tubuhnya. Sang Pangeran seperti
tidak percaya. "Dewi, Dewi Pemikat..." Benar ini dirimu?"
Yang disapa tersenyum, menggeser tubuh panasnya lebih ke
atas. "Kalau bukan aku, apakah kau mempunyai seorang kekasih
lain?" bisik Dewi Pemikat.
"Dewi! Aku hampir tak bisa percaya. Wajahmu, suaramu!"
Pangeran Aryo pagut punggung gadis yang berbaring di atas
tubuhnya lalu membalikkan badan kini ganti menindih tubuh si
gadis. "Kau....." ucap Pangeran Aryo. "Aku sudah putus harapan
bahwa kau tidak akan kembali lagi menemuiku..."
"Pangeran..."
"Jangan panggil aku Pangeran..."
"Kekasihku
Aryo Dipasena. Aku tak pernah bisa melupakanmu. Aku tak sanggup menahan rindu. Peluk aku eraterat. Jangan lepaskan. Cium wajahku, tubuhku, seluruh auratku.
Ah...." Dua orang itu saling berpeluk erat dan bercium lumat dan
baru berhenti ketika nafas masing-masing mengengah.
"Aryo, rumahmu tidak aman. Ketika aku datang dan naik ke
atas atap aku memperkirakan paling tidak ada dua orang berada
di tempat gelap sekitar rumah. Kita harus pergi dari sini. Aku tak
mau terganggu. Kita bercinta di tempat lain saja. Di alam terbuka
biar lebih mesra..."
"Kekasihku, aku menurut saja apa pintamu." Baru saja
Pangeran Aryo berucap tiba-tiba braakk! Itu adalah suara tubuh Ki
Rorot Keminting yang dihantam cahaya hijau dan jatuh menimpa
pintu depan sebelum tewas tergelimpang di langkan rumah.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
69 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Lewat pintu belakang..." Bisik Pangeran Aryo lalu dia
memegang lengan Dewi Pemikat. Keduanya keluar dari dalam
rumah lewat pintu belakang. Di sebuah kandang di halaman
belakang terdapat seekor kuda besar berbulu putih. Pangeran
Aryo keluarkan kuda dari dalam kandang. Lalu bersama Dewi
Pemikat naik ke atas punggung binatang ini. Kuda putih digebrak
mengambur lewat tembok halaman belakang yang lebih dulu
dijebol dengan satu pukulan sakti jarak jauh oleh Pangeran Aryo.
Sesaat kemudian kuda putih bersama dua penunggangnya lenyap
ditelan kegelapan malam.
Ketika Cakra Mentari masuk ke kamar tidur, dia hanya
menemukan ranjang kosong. Dia mengejar ke bagian belakang
bangunan dan dapatkan pintu belakang terpentang lebar. Di luar
pintu dia hanya melihat kegelapan disertai hembusan angin
dingin. Di sebelah sana tampak tembok halaman belakang yang
jebol. "Kurang ajar! Gadis itu melarikan diri bersama Pangeran.
Kandang kuda kosong. Mereka pasti kabur menunggang kuda."
Saking geramnya Cakra Mentari tendang sebuah tempayan
besar yang terletak di samping pintu hingga pecah berantakan
dan airnya menggenangi serambi belakang rumah.
"Cakra, kau tak usah kawatir. Kita bisa mengejarnya. Aku
bisa mencium bau tubuh gadis itu. Kejar ke arah timur! Mereka
kabur kesana!" Mahluk tumpangan di dalam tubuh Cakra Mentari
bersuara. Percaya apa yang dikatakan sang penitip nyawa Cakra
Mentari segera hendak berkelebat ke jurusan timur. Namun
sesaat dia berbalik. Menghadap ke arah rumah. Tangan kanan
membuat gerakan memukul.
"Wuttt!"
Tiga larik sinar merah, biru dan hijau berkiblat ke arah
bangunan. "Wusss!"
Saat itu juga rumah kediaman Pangeran Aryo Dipasena
tenggelam dalam kobaran api!
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
70 NYAWA TITIPAN Bastian Tito S E B E L A S DENGAN mengandalkan kesaktian Batu Mustika Angin Laut
Kencana Biru pinjaman Nyi Roro Kidul, Ratu Duyung bersama
Pendekar 212 Wiro Sableng, Purnama, Naga Kuning dan
Gondoruwo Patah Hati sampai di Kotaraja. Waktunya hampir
bersamaan dengan saat Dewi Pemikat menemui Pangeran Aryo
Dipasena. Semula ke empat orang ini hendak mencari Setan Ngompol
dan Liris Biru di Kuto Gede. Namun mereka mendapat cerita dari
dua orang peronda malam bahwa Liris Biru telah menemui ajal di
tangan Cakra Mentari. Setan Ngompol telah membawa jenazah
gadis malang itu ke satu tempat di kawasan Cadas Biru.
Wiro ingin menyusul ke Cadas Biru namun Ratu Duyung dan
Purnama menyarankan untuk segera saja mencari Cakra Mentari.
Ratu Duyung membawa orang-orang itu ke sebuah bukit kecil
yang ada goanya di pantai selatan. Dia sengaja ingin
mendekatkan diri dengan samudera besar kekuasaan dan
kediaman Nyi Roro Kidul agar mendapat bantuan petunjuk dimana
beradanya pemuda jahat bernama Cakra Mentari itu.
DI dalam goa yang menghadap ke laut Ratu Duyung
keluarkan cermin sakti. Pendekar 212 Wiro Sableng kerahkan Ilmu
Menembus Pandang. Purnama masuk ke dalam alam gaib. Naga
Kuning dan Gondoruwo Patah Hati yang tidak melakukan apa-apa,
hanya duduk memperhatikan ke tiga orang itu. Lewat tengah
malam Ratu Duyung melihat sesuatu dalam cermin. Purnama
keluar dari alam roh, masuk kembali ke dalam jazad kasarnya
Wiro terapkan Ilmu Meraga Sukma yang didapatnya dari Nyi Roro
Manggut. Tubuh kasarnya tetap duduk di dalam goa, sementara
tubuh halus atau sukmanya melayang ke udara.
Setelah cukup lama mengamati ke dalam cermin, perlahanlahan Ratu Duyung turunkan cermin bulat yang sejak tadi
dipegang, diletakkan di atas pangkuan. Naga Kuning dan
Gondoruwo Patah Hati mendekati.
"Ratu, kau melihat sesuatu?" tanya si nenek.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
71 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Ratu Duyung tak segera menjawab. Gadis cantik ini tampak
seperti berpikir-pikir. Naga Kuning berbisik pada Gondoruwo Patah
Hati. "Nek, mungkin dia melihat anunya perempuan dari alam
gaib yang kesusupan tanjung itu. Tapi malu mau mengatakan
pada kita."
Si nenek pelototkan mata. Lalu mendamprat. "Orang sedang
kerja keras kau ngomongnya ngacok saja!"
"Nek," Ratu Duyung akhirnya membuka suara.
"Aku memang melihat sosok lelaki sesuai ciri-ciri Cakra
Mentari. Tapi ada keanehan. Wajahnya terkadang menampilkan
muka orang lain yang samar dan tak jelas dalam penglihatanku.
Selain itu sepertinya dia memiliki dua sosok. Aku tak mengerti...."
"Hai!" tiba-tiba Naga Kuning nyeletuk.
"Apa"!" Gondoruwo Patah Hati langsung membentak. "Kau
mau bicara apa" Mau omong jorok lagi?"
"Jangan marah dulu Nek." jawab bocah berambut jabrik.
"Kalian apa tidak ingat ucapan Resi yang punya tongkat biru
berkeluk itu. Resi apa namanya. Aku agak lupa. Oh ya Resi
Kajanda..."
Gondoruwo Patah Hati dorong kepala Naga Kuning dengan
tangan kiri. "Kajanda...Kajanda !" Ingatmu cuma janda saja!
Khandawa! Itu namanya! Dasar bocah konyol!"
Naga Kuning mesem-mesem. "Ya, ya! Resi Khandawa.
Sebelum pergi aku ingat sekali apa yang dikatakannya. "Semua
sahabat yang ada di sini. Resi jahat itu akan terkatung-katung
antara langit dan bumi. Mati tidak hidup juga tidak. Seluruh
tubuhnya dijalari hawa panas. Hanya ada satu jalan mencari
selamat baginya. Yaitu masuk ke dalam tubuh Cakra Mentari. Itu
kalau dia tahu."
Ratu Duyung menepuk bahu Naga Kuning.
"Sobat kecil! Kali ini kau tidak bicara ngelantur. Apa yang
barusan kau ucapkan aku yakin itulah yang terjadi."
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
72 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Kalau memang terjadi seperti itu, berarti Cakra Mentari
punya dua tubuh, punya dua nyawa. Ilmu kesaktiannya juga pasti
berlipat ganda karena ketumpangan Resi berkepandaian tinggi itu.
Kita harus berhati-hati jika menghadapinya." Berkata Gondoruwo
Patah Hati. Saat itu Wiro dan Purnama muncul berbarangan.
"Apa yang kailan dapatkan?" bertanya si nenek.
Purnama menjawab duluan. "Alam roh memberi petunjuk
padaku. Cakra Mentari saat ini berada di satu tempat, dekat
sebuah kali kecil. Lurus di sebelah utara, tak jauh dari Kotaraja..."
Ratu Duyung berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng.
Tanpa ditanya murid Slnto Gendeng ini menerangkan. "Ketika
aku meraga sukma, daya Ilmuku tertindih kesaktian Purnama
yang telah memantau lebih dulu. Ini berarti apa yang dilihat
Purnama tidak beda dengan apa yang seharusnya aku lihat."
"Nek," Naga Kuning kembali jahil. Sambil menggamit lengan
Gondoruwo Patah Hati bocah ini berbisik. "Untung Ilmunya yang
di tindih si gadis. Kalau tubuhnya yang ditindih seperti kejadian di
goa Teluk Losari, wah! Pasti dua-duanya tidak muncul-muncul ke
tempat ini."
"Sudah ! Diam kamu!" hardik Gondoruwo Patah Hati.
"Kita harus berangkat sekarang juga ke arah utara. DI utara
kita menyusuri Kali Opak. Itu satu-satunya kali dekat Kotaraja
sebelah selatan. Mudah-mudahan kita bisa menemukan Cakra
Mentari secepatnya. Kalau tidak, aku punya firasat dia akan
melakukan kejahatan lagi." Berkata Wiro.
"Tunggu dulu," kata Purnama. "Aku ingat sesuatu. Ketika
mahluk tanpa wajah yang sekarang kita kenal sebagal Resi jahat
bernama Mirpur Patel itu hendak membunuhku. Waktu itu aku
sudah dikunci dipendam di dalam tanah. Ketika dia hendak
menggebukku dengan tongkat emas, mendadak dia batalkan niat.
Dia langsung melesat ke langit ketika melihat kemunculan dua
kakek yaitu Ki Tambakpati dan Setan Ngompol. Salah seorang dari
kakek itu pasti ada apa-apanya. Mungkin dia takut. Takut pada
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
73 NYAWA TITIPAN Bastian Tito kakek yang mana" Kalau saja Ki Tambakpati atau Setan Ngompol
ada di sini, mungkin kita bisa menanyakan. Pasti ada sesuatu... "
"Para sahabat, aku sudah ada di sini. Apa kalian semua
sudah kangen pada bau air kencing di kuyupku" Ha...ha...ha!"
Semua orang berpaling dan berseru berbarengan.
"Setan Ngompol!"
"Ha...ha...ha!" Si kakek berkepala setengah sulah, bermata
belok yang salah satu daun telinganya terbalik ini tertawa
mengekeh dan seerrr! Seperti biasa langsung pancarkan air
kencing! "Najis !" teriak Naga Kuning.
"Najis tapi baunya mantap!" Jawab Setan Ngompol seraya
peras celananya yang kuyup oleh air kencing lalu kepretkan


Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya yang basah air kencing ke arah si bocah! Naga Kuning
melompat, cepat-cepat menjauh.
Sementara semua orang senyum-senyum melihat kejadian
itu Ratu Duyung memutar otak. "Najis.... " Dia mengulang ucapan
Naga Kuning. Dia merasakan sesuatu dan berpikir-pikir. Namun
otaknya tak mau diajak bicara, buntu. Akhirnya Ratu Duyung
berkata. "Para sahabat, sebaiknya kita berangkat sekarang juga."
Karena tempat tujuan yang hendak didatangi tidak berapa jauh di
utara, Ratu Duyung tidak merasa perlu mengandalkan kesaktian
batu mustika yang ada padanya. Semua orang cukup pergunakan
Ilmu lari masing-masing. Dangan pengerahan tenaga dalam dan
Ilmu meringankan tubuh ke lima orang itu mampu berlari cepat.
Di malam buta begitu rupa, jika ada yang melihat pasti orang itu
akan menyangka telah melihat serombongan setan sedang
berkelebat gentayangan.
Setelah melewati satu desa kecil yang sunyi senyap Ratu
Duyung dan kawan-kawan menemui Kali Opak. Mereka mengikuti
kali ini ke arah utara. Sementara berlari sesekali Purnama
memperhatikan ke udara. Sejak beberapa saat lalu dia melihat
seekor burung putih terbang di atas rombongan. Kadang-kadang
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
74 NYAWA TITIPAN Bastian Tito binatang ini melesat mendahului. Purnama memberi tahu pada
rombongan agar menghentikan lari.
"Ada apa?" tanya Ratu Duyung.
Purnama menunjuk ke sebuah pohon. Di atas salah satu
cabang tampak seekor burung putih bertengger.
"Burung itu..." kata Purnama pula. "Sejak tadi terbang di
atas kita. Seperti mengikuti. Tapi kadang-kadang terbang
mendahului. Ketika kita berhenti, burung itu hinggap di dahan
sana. Seperti sengaja menunggu kita. Tidakkah kalian merasa
aneh?" Semua orang memandang ke arah cabang pohon dimana
elang putih bertengger. Burung ini bukan lain adalah Jambul
Ireng, bekas peliharaan Cakra Mentari yang kini mengelana tak
karuan dan terus berusaha mencari tuannya walau pada
pertemuan terakhir Cakra Mentari tidak mengenal dan tidak
memperdulikannya.
"Memang aneh. Seekor burung terbang di malam hari...."
kata Rata Duyung.
Wiro menggaruk kepala. "Tampaknya seekor elang putih.
Berjambul hitam. Rasanya tak pernah ada burung elang memiliki
jambul hitam. Selain itu jarang sekail burung yang suka terbang
sekitar laut ini berada jauh masuk ke daratan."
Burung di atas pohon keluarkan suara menguik beberapa
kali. Kibaskan sayapnya lalu melayang ke udara. Berputar-putar
sebentar di atas rombongan orang-orang itu kemudian melesat ke
utara. "Aku merasakan sesuatu. Kita ikuti burung itu..." kata
Gondoruwo Patah Hati. Lalu nenek ini berkelebat lebih dulu,
diikuti Naga Kuning. Ratu Duyung, Wiro dan Purnama. Setan
Ngompol kembangkan dua kaki lebih dulu, usap-usap perutnya
lalu serrr. Kucurkan air kencing. Setelah beser baru dia mengejar
orang-orang yang telah benda jauh di depannya.
"Hai tunggu!" teriak si kakek.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
75 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Beser saja terus Kek! Sampai anumu copot!" balas beteriak
Naga Kuning. Sambil berlari orang-orang itu memperhatikan terus elang
putih yang melesat di udara. Seolah dituntun mereka mengikuti
ke arah mana sang burung terbang. Tiba-tiba Purnama yang
melihat lebih dulu berteriak. "
"Tiga cahaya menyerang burung!"
DI langit kelam saat itu mendadak berkiblat cahaya merah,
biru dan hijau. Menyambar ke arah elang putih. Melihat bahaya
mengancam burung, serentak Purnama, Ratu Duyung dan Wiro
melesat ke udara sambil lepaskan pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam tinggi, memapas tiga cahaya maut.
Tiga dentuman menggelegar di kegelapan malam. Sambaran
cahaya tiga warna bertabur mental. Elang putih menguik keras.
Tubuhnya tampak limbung akibat terpaan angin keras dan hawa
panas yang berasal dari tiga dentuman. Binatang ini jatuh
tercampak di tanah, tepat di hadapan Naga Kuning.
Wiro sendiri, juga Ratu Duyung dan Purnama begitu terjadi
bentrokan pukulan dengan cahaya tiga wama di udara sama-sama
jatuh terduduk di tanah dengan wajah tampak agak pucat.
"Ada orang hendak membunuh elang putih!" kata Purnama.
"Kalau yang melakukan adalah mahluk tanpa wajah, melihat
kekuatan cahaya tiga warna, besar kemungkinan bobot kekuatan
Ilmu kesaktian yang dimilikinya lebih dahsyat dari sebelumnya."
Berucap Ratu Duyung.
"Aku menduga mahluk tanpa wajah telah mengetahui
kedatangan kita. Jika dia sengaja membunuh elang putih , berarti
burung itu tengah berusaha menunjukkan pada kita dimana
beradanya mahluk jahat itu dan si mahluk tanpa wajah berusaha
mencegahnya!"
Semua orang mengelilingi Naga Kuning yang tengah
memeluk dan mengusap-usap burung elang putih. Di depan Naga
Kuning mencangkung Gondoruwo Patah Hati. Nenek ini jongkok
agak seronok hingga sebagian jubah birunya melompong
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
76 NYAWA TITIPAN Bastian Tito tersingkap di sebelah depan bawah. Celakanya si nenek tidak pula
pakal celana dalam pelindung auratnya yang paling tersembunyi
dan sangat rahasia itu! Untungnya saat itu tidak ada yang
memperhatikan karena semua mata ditujukan pada burung elang
putih yang dipeluk Naga Kuning. Sebagian jambulnya yang hitam
tampak rontok. "Burung, kalau aku alirkan hawa sakti ketubuhmu dan kau
dapat terbang lagi apakah kau mau menjadi penunjuk jalan kami
kembali?" Tanya naga Kuning sambil terus usap-usap kuduk elang
putih. Binatang ini hanya mengedipkan sepasang matanya yang
merah. Tanda itu sudah cukup bagi Naga Kuning. SI bocah sambil
mengelus kini alirkan tenaga dalam dan hawa sakti ke tubuh
eiang putih yang tadi kena hantaman angin keras dan hawa panas
sewaktu terjadi bentrokan antara cahaya tiga warna dengan
pukulan sakti yang dilepaskan.
Begitu hawa sakti masuk ke dalam tubuhnya Jambul Ireng
tegakkan leher. Mata membesar. Setelah menguik panjang
burung ini lepaskan diri dari pelukan Naga Kuning, melesat ke
depan langsung masuk ke dalam bagian bawah jubah biru
Gondoruwo Patah Hati yang sejak tadi tersingkap melompong!
"Hai! Si nenek terpekik kalang kabut! Dia berusaha berdiri.
Tapi di dalam jubah Jambul Ireng menggelepar-gelepar lalu
mendekam diam seperti anteng keenakan. Gondoruwo Patah Hati
sampai jatuh terduduk. Berteriak-teriak kegelian sambil melejanglejangkan kaki!
*** Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
77 NYAWA TITIPAN Bastian Tito D U A B E L A S
KUDA putih yang ditunggangi Pangeran Aryo Dipasena dan
Dewi Pemikat berlari kencang memasuki hutan jati di selatan
Kotaraja. Duduk di sebelah belakang sambil memegang pinggang
sang Pangeran, Dewi Pemikat memberi tahu kemana harus
mengarahkan lari kuda. Tak lama kemudian di kejauhan tampak
sebuah bangunan terbuat dari kayu tanpa dinding.
"Itu pondoknya. Di belakang pondok ada kali kecil berair
bening," kata Dewi Pemikat sambil menunjuk ke arah pondok
kayu di tengah hutan. Aryo Dipasena hentikan kuda di samping
pondok. Dewi Pemikat melompat turun lebih dulu, naik ke atas
pondok yang dibangun setengah panggung. Berdiri bertolak
pinggang menunggu kedatangan Pangeran Aryo. Begitu sang
Pangeran menginjakkan kaki di lantai pondok langsung Dewi
Pemikat memeluknya.
"Aryo, kita bercinta di tempat ini sampai pagi..." ucap Dewi
Pemikat dengan nafas hangat memburu. Jari-jari tangan
mencengkeram ke punggung si pemuda membuat putera Raja ini
jadi bergairah dan balas memeluk. Keduanya saling cium lama
sekali. Perlahan-lahan Dewi Pemikat menarik turun Pangeran
Aryo ke lantai seraya berbisik nakal.
"Aryo Dipasena kekasihku. Apakah aku harus membuka
pakaianku sendiri" Apakah kau tidak mau bantu melakukannya...?" Si gadis bicara sambil meliuk-liukkan pinggul.
"Dewi, aku....." Wajah Pangeran Aryo tampak merah dan
berkeringat. Walau dirinya sangat terangsang namun pemuda ini
tampak gugup. Seumur hidup baru sekali ini dia mengalami hal
seperti ini. Dewi Pemikat memegang ke dua tangannya dan
meletakkan di atas dadanya yang busung. Sesaat ketika jari-jari
tangan pemuda itu muiai membuka pakaian kuning yang
dikenakan Dewi Pemikat gadis cantik ini tidak sabaran lagi. Dia
ulurkan dua tangan merobek baju yang dikenakan Pangeran Aryo.
Dengan gemas Dewi Pemikat susupkan wajahnya di dada berbulu
Pangeran Aryo. Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
78 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Tiba-tiba kuda putih yang dilepas di samping pondok
meringkik keras. Lalu terdengar suara blukk!
Pangeran Aryo Dipasena tersentak kaget dan melompat
bangun. Matanya terbeliak kaget ketika melihat kuda putih
kesayangannya tergeletak tak bergerak di tanah dengan kepala
hancur ! "Kencono Putih!" teriak Pangeran Aryo menyebut nama
kudanya. "Siapa yang membunuhmu!" Dia hendak melompat
turun dari atas pondok namun pinggangnya keburu dipagut Dewi
Pemikat. "Kekasihku. Mengapa meributkan kuda mati" Nanti saja
diurus. Mari kita bersenang-senang dulu." Dewi Pemikat menarik
tubuh pemuda Itu. Sang Pangeran coba bertahan. Dia terpaksa
mengalah ketika si gadis merobek dan menanggalkan celana
luarnya. "Permainan cinta yang sungguh menakjubkan!" Tiba-tiba
mengumandang satu suara dari arah kegelapan. Disusul suara
tertawa bergolak.
Pangeran Aryo selain terkejut juga merasa heran. Yang
dilihatnya muncul hanya satu orang yaitu pemuda berpakaian
serba hitam berikat kepala merah. Tapi mengapa yang tertawa
ada dua suara" Dewi Pemikat tampak tenang-tenang saja. Dia
berdiri di belakang Pangeran Aryo dan berbisik.
"Pangeran, aku tidak membutuhkan dirimu lagi. Cepat
tinggalkan tempat ini. Aku tak ingin melihatmu menemui kematlan
di sini !" Pangeran Aryo berpaling heran.
"Apa" Apa maksud ucapanmu" Kau...kau mengenal pemuda
berkumis berpakaian hitam itu" Aku tahu sekarang! Jadi...jadi kau
memperalat diriku untuk memancingnya ke sini" Dewi Pemikat,
siapa kau sebenamya"!"
"Jangan banyak bertanya menghabiskan waktu! cepat
pergi!" Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
79 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Aku ingat. Rasa-rasanya bukankah pemuda berpakaian
hitam itu yang pernah muncul malam hari sewaktu kau mandi di
kolam di rumah kediamanku?"
"Pangeran, bukan saatnya kau harus cemburu. Nyawamu
lebih penting! Pergi dan jangan kembali ke sini !" Dewi Pemikat
cekal lengan Pangeran Aryo. sekali dia menyentak tubuh tinggi
besar pemuda itu melesat keluar pondok namun selagi melayang
di udara cahaya tiga warna melesat menyambar dari kegelapan.
Dewi Pemikat berteriak.
"Cakra Mentari! Jika kau inginkan diriku jangan bunuh orang
itu!" Cahaya tiga warna langsung redup dan akhirnya lenyap.
Bersamaan dengan itu seorang pemuda gagah berpakaian hitam
bersulam kembang perak dan emas telah berdiri di atas pondok di
hadapan Dewi Pemikat. Cakra Mentari! Sepasang mata pemuda
ini berkilat-kilat memperhatikan dada padat dan sebagian pinggul
putih yang tersingkap. Cuping hidung mengembang pertanda
nafsu sudah naik membakar darah di kepala. Di dalam tubuhnya
pemuda ini juga merasa sosok tumpangan si penitip nyawa
berubah panas. Ikut bergairah.
"Dewi, akhirnya kutemui juga dirimu. Kali ini kau tak akan
bisa lolos lagi...."
"Apakah kau mengira aku akan mempermalnkanmu lagi lalu
melarikan diri" Kali ini justru aku memang menunggu
kedatanganmu." Jawab Dewi Pemikat lalu langsung saja dia
hendak jatuhkan diri ke dalam pelukan Cakra Mentari. Pemuda
berkumis, janggut dan bercambang bawuk tipis ini tahan dada
busung Dewi Pemikat dengan telapak tangan kiri. Dengan tangan
kanan dia mengeluarkan patung Kamasutra dari balik
pakaiannya. Dewi Pemikat tertawa.
"Cakra, kau tidak membutuhkan patung mesum itu untuk
membangkit gairahku. Lihat....."
Dewi Pemikat menggerakkan dua tangan, menggoyang bahu


Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pinggul. Saat itu juga seluruh pakaian kuning yang masih
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
80 NYAWA TITIPAN Bastian Tito melekat di tubuhnya jatuh ke lantai pondok. Sosok penitip nyawa
dalam tubuh si pemuda menghela nafas berulang kali. Selama ini
Cakra Mentari telah melihat dan menikmati keindahan tubuh 42
orang perempuan. Namun dia harus mengakui keindahan tubuh
Dewi Pemikat tak dapat dibanding dengan semua perempuan itu.
Cakra Mentari simpan Patung Kamasutra. Di tangan kirinya kini
telah tergenggam sekuntum bunga tanjung. Sambil merebahkan
Dewi Pemikat lantai pondok, bunga tanjung ditempelkan ke
kening si gadis.
Dewi Pemikat mengeluarkan desah panjang menggeliatgeliat sementara Cakra Mentari sibuk menanggalkan pakaian
hitamnya. Di dalam tubuhnya mahluk penitip nyawa Mirpur Patel
berulang kali berucap.
"Cepat lakukan Cakra! Cepat!" Cakra Mentari masukkan
Patung Kamasutra ke dalam gulungan baju dan celana hitam lalu
dlletakka- di lantai pondok. Ketika pemuda itu meneduhi dirinya.
Dewi Pemikat memeluknya rapat dan kuat. Dua tangan kemudian
menekap wajah gagah si pemuda, ditarik didekatkan ke wajahnya
sendiri lalu diciumi. Selama ini setelah sekian banyak perempuan
yang jadi korbannya belum pernah Cakra Mentari mendapatkan
yang bergairah seperti Dewi Pemikat ini. Karuan saja si pemuda
jadi lupa diri, ikut tenggelam dalam rangsangan yang luar biasa.
Dalam keadaan seperti itu, ketika wajah mereka saling
bersentuhan, tidak sengaja bunga tanjung yang menempel di
kening Dewi Pemikat menyentuh keningnya. Karena keningnya
bekeringat maka bunga tanjung itu kini berpindah, menempel di
kening Cakra Mentari. Mahluk penitip nyawa di dalam tubuh
Cakra Mentari keluarkan suara seperti melolong.
"Anak manusia bernama Cakra Mentari! Untuk kedua kalinya
kau melanggar apa yang telah ditetapkan. Dalam Kitab Jagat
Pusaka Alam Gaib jelas-jelas tertulis....ada pantangan yang harus
kau ingat. Jangan sekali-kali bunga tanjung sampai melekat atau
menempel di keningmu.... Cakra Mentari kali ini kau tak bisa
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
81 NYAWA TITIPAN Bastian Tito bertahan lagi! Aku tak mau kehilangan ilmu yang telah aku
harapkan selama hampir dua tahun."
"Hai, aku mendengar suara orang lain. Siapa yang bicara?"
Dewi Pemikat bertanya.
Cakra Mentari tidak perdulikan pertanyaan Dewi Pemikat.
Gerakannya hendak meneduhi si gadis jadi tertahan. Dengan
kesal dia membentak.
"Resi Mirpur Patel, kau mau berbuat apa...?"
"Aku terpaksa melakukan tindakan penangkal agar ilmu itu
tidak lenyap! Kau akan kembali ke asalmu semula! Semua ilmu
kesaktian yang kau dapat melalui Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib
akan berpindah ke tanganku!"
"Tindakan penangkal" Apa maksudmu" Mahluk terkutuk!
Sejak semula kau memang telah menipuku! Resi keparat! Keluar
kau dari tubuhku! Kalau tidak aku akan mengadu nyawa. Jika aku
mati kau juga akan mampus!"
Tak ada jawaban. Yang terdengar kemudian malah jeritan
Cakra Mentari. Pemuda ini melompat sambil pegang anggota
rahasia di bagian bawah perutnya yang hancur mengucurkan
darah. Sebenarnya tanpa Cakra Mentari terkena tempelan bunga
tanjung Resi Mirpur Patel memang sudah punya rencana untuk
melakukan apa yang disebutnya sebagai tindakan penangkal itu.
Karena memang hanya itu satu-satunya cara untuk mengamankan
ilmu pukulan sakti dahsyat yang kini telah berada dalam tubuh
Cakra Mentari. Dewi Pemikat menjerit lalu melompat menyambar
pakaiannya. Melihat sosok bugil putih bagus si gadis cantik Naga
Kuning mendelik. Setan Ngompol melotot dan langsung pancarkan
air kencing. Murid Sinto Gendong walau agak malu-malu tapi
sambil menggaruk kepala melirik juga. Purnama dan Ratu Duyung
saling pandang, tak barani melihat. Dewi Pemikat melompat turun
dari atas pondok, menyelinap ke balik sebatang pohon. Selesai
berpakaian dia kembali ke dalam pondok. Anehnya walaupun
tadi dia siap untuk bersenang-senang melakukan hubungan badan
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
82 NYAWA TITIPAN Bastian Tito dengan Cakra Mentari namun saat itu dia sama sekali tidak
berusaha menolong si pemuda.
Cakra Mentari Jatuh terduduk bersimpuh terbungkukbungkuk di tanah sementara darah mengalir terus menggenangi
lantai pondok. Dalam keadaan seperti Itu Cakra Mentari masih
bisa berpikir untuk cepat-cepat menotok beberapa bagian
tubuhnya sebelah bawah hingga darah berhenti mengucur.
Terdengar suara tawa mengekeh disusul ucapan Mirpur Patel.
"Kau tak usah kawatlr Cakra Mentari. Kau tidak akan
menemui ajal hanya karena anggota rahasiamu kubuat hancur!"
Tiba-tiba seperti ada yang mengangkat tubuh Cakra Mentari
naik ke atas lalu dibanting ke lantai pondok. Saat itu juga dari
dalam tubuhnya membayang keluar sosok samar Resi Mirpur Patel
yang keadaannya nyaris tidak berdaging seperti jerangkong. Kaki
kiri menginjak lantai pondok kaki kanan tak berkasut menginjak
kepala Cakra Mentari. Melalui injakan kaki itulah dia akan
menyedot ilmu kesaktian yang ada dalam tubuh Cakra Mentari.
Ketika Resi Mirpur Patel merapal mantera sambil
mengerahkan sisa hawa sakti yang sangat sedikit masih
dimilikinya dan siap menyedot ilmu kesaktian yang ada di tubuh
Cakra Mentari tiba-tiba terdengar suara menguik. Seekor elang
putih berjambul hitam menukik dari kegelapan malam. Paruhnya
yang tajam menyambar ganas ke arah leher sang Resi.
"Mahluk jahanam ! Aku tahu siapa dirimu ! Mampuslah !"
Sosok samar Resi Mirpur Patel angkat tangan kanan,
menangkap leher elang putih lalu kreekk ! Sekali meremas
burung malang Itu menguik keras dan hancur luluh. Sebelum
tewas Jambul Hitam malah sempat mencakar lengan kanan
Mirpur Patel hingga sama-samar tampak darah hitam mengucur
dari robekan luka !
Mahluk tumpangan Mirpur Patel bantingkan elang putih
berjambul hitam yang sudah mati itu ke tanah. Namun seorang
anak kecil berambut jabrik entah dari mana datangnya dengan
cepat menangkap burung itu. Naga Kuning!
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
83 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Mahluk samar Resi sesat! Kau rupanya suka sekali meremas
burung. Burung orang dan burung benaran! Hik...hlk..hik !
Bagaimana kalau gantian aku meremas burungmu! Hik..hik...hik !"
*** Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
84 NYAWA TITIPAN Bastian Tito T I G A B E L A S
ANAK kurang ajar"! Kau siapa"!" bentak Mirpur Patel marah
besar karena maksudnya hendak menyedot ilmu kesaktian lewat
kepala Cakra Mentari jadi terhalang.
"Bocah itu adalah sahabat kami dan kekasihku!" Mirpur Patel
terkesiap. Seorang nenek berjubah biru berwajah setan berambut
kelabu tahu-tahu berdiri di hadapannya sambil menyeringai
kedap-kedipkan mata. Gondoruwo Patah Kati. Ternyata si nenek
tidak sendirian. Mirpur Patel segera mengenali Purnama yang
pernah dipendamnya dalam tanah. Dalam hati dia menggeram
penuh dendam. Gadis inilah yang telah membuat rompal tongkat
emasnya dan berdasarkan gompalan tongkat itu menyebabkan
Resi Khandawa Abitar berhasil menjajagi keberadaannya dan
menjatuhkan hukuman atas dirinya. Lalu ada pemuda berambut
gondrong dan seorang gadis cantik bermata biru. Dia kenal semua
orang ini karena beberapa kali pernah menyerang mereka secara
membokong dari jarak jauh. Ketika pandangannya membentur
Setan Ngompol berubahlah tampang sang Resi. Hal ini sempat
dilihat Ratu Duyung. Dia ingat keterangan Purnama bahwa ada
sesuatu yang ditakuti mahluk yang pernah muncul tanpa wajah
itu. Pasti ada satu rahasia dibalik kerenyit wajah mahluk
tumpangan itu. Mirpur Patel angkat kakinya yang menginjak
kepala Cakra Mentari. Wiro dan kawan-kawan tampak melengak
kaget ketika melihat bagaimana sosok samar Resi Mirpur Patel
masuk ke dalam tubuh pemuda yang terbujur di lantai pondok.
Sebagai penitip nyawa Resi Mirpur Patel memang tidak mungkin
dan tidak bisa lepas dari tubuh tumpangannya. Kesempatan ini
serta merta dipergunakan oleh Cakra Mentari yang saat itu masih
telanjang bulat untuk berdiri. Semua perempuan yang ada di
tempat itu segera palingkan muka. Kecuali si nenek Gondoruwo
Patah Hati yang enak-enakan saja memperhatikan dengan wajah
menyeringai dan lidah dijulur-julur membasahi bibir.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
85 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Cakra Mentari! Lekas kau kenakan pakaianmu! Keadaanmu
seperti ini hanya menambah sial saja!" Mahluk tumpangan
berucap. Cakra Mentari segera mengenakan pakaian. Ketika dia
menyimpan patung Kamasutra ke balik pakaiannya semua orang
sempat melihat kantong kain hitam yang ditembusi cahaya merah
redup. Wiro berkata dalam hati.
"Aku yakin, di dalam kantong kain warna hitam itu dia
menyimpan Patung Kamasutra yang dicari Resi Khandawa Abitar.
Selama ini patung itu telah dipakai untuk melaksanakan perbuatan
terkutuknya!"
"Cakra, kau harus segera meninggalkan tempat ini. Orangorang ini sangat berbahaya. Mereka bisa membuat gagal dirimu
mendapatkan ilmu kesaktian pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib."
"Wiro. Aku mendengar suara lain dalam tubuh Cakra
Mentari. Mungkin suara Resi yang sudah menitipkan nyawanya
seperti keterangan Resi Khandawa Abitar. Cakra Mentari hendak
kabur dari sini." Purnama yang berdiri di samping Wiro berbisik
pada sang pendekar.
"Lekas berpencar..." kata Wiro pula sambil memberi tanda.
Purnama berkelebat ke bagian kiri pondok. Ratu Duyung melesat
ke bagian belakang sambil memegang cermin bulat sakti. Naga
Kuning letakkan burung elang putih yang sudah mati di dekat
serumpun semak belukar lalu bersama Gondoruwo Patah Hati
bocah ini bergerak ke samping kanan bangunan. Sementara Wiro
dan Setan Ngompol mendatangi dari sebelah depan.
"Kakek celaka berkuping terbalik itu. Bagiku dia sangat
berbahaya Cakra, sebaiknya kita lekas minggat dari sini!" Berkata
Mirpur Patel. "Aku yakin saat ini aku sudah memiliki ilmu pukulan Tiga
Cahaya Alam Gaib yang lebih dahsyat. Buktinya tadi kau hendak
mengambilnya lewat injakan kaki. Lalu mengapa aku takut
menghadapi orang-orang ini" Saat ini aku mulai berpikir-pikir.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
86 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Bagaimana caranya mendapatkan dua gadis cantik itu. Yang
berpakaian biru dan yang bermata biru!"
"Jangan berlaku tolol!" tukas Mirpur Patel si mahluk penitip
nyawa. "Aku yakin Resi Khandawa Abitar telah membekali orangorang ini dengan satu atau dua ilmu. Aku akan memuntir urat
pusarmu jika kau tidak menurut perintah!"
"Lakukanlah. Aku gembira kalau bisa mati berbarengan di
tempat ini," jawab Cakra Mentari.
"Jahanam kurang ajar !" Rutuk Mirpur Patel.
Lalu dengan suara lebih perlahan dia berkata.
"Kalau kau memang ingin menghadapi mereka, bunuh dulu
kakek bermata besar yang celananya basah air kencing itu!"
Cakra Mentari tidak perdullkan ucapan Mirpur Patel karena
saat itu dilihatnya Wiro melangkah mendekati pondok kayu.
Setelah menatap wajah pemuda berpakaian serba hitam berikat
kepala kain merah itu Wiro berkata.
"Cakra Mentari. Aku membawa pesan Resi Khandawa
Abitar..."
"Ha ha! Ternyata kau kacung seorang Resi!" Ujar Cakra
Mentari mengejek. Sesaat dia melirik dulu pada Purnama dan
membalik ke belakang memperhatikan dan kedipkan mata pada
Ratu Duyung. Begitu menghadap ke arah Wiro kembali dia
ajukan pertanyaan. "Apa gerangan pesan majikan besarmu itu"!"
Murid Sinto Gendong menyeringai dan garuk-garuk kepala
dengan tangan kanan sementara tangan kiri mengandung ilmu
Menguras Bahala Menyedot Petaka yang didapat dari Resi
Khandawa Abitar siap digerakkan sesuai untuk menguras tiga
ratus lima bunga tanjung yang mendekam dalam tubuh Cakra
Mentari. "Resi Khandawa Abitar berpesan agar kau menyerahkan
Patung Kamasutra pada kami," jawab Wiro kemudian.
Cakra Mentari tertawa gelak-gelak. Mahluk tumpangan
Mirpur Patel ikut tertawa mengekeh.
"Kalau aku tidak mau memberikan, kalian semua mau apa"!"
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
87 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Wiro kembali menggaruk kepala dengan tangan kanan. Lalu
menyahuti. "Berarti aku harus melakukan pesan Resi Khandawa Abitar
yang kedua."


Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa" Pesan kedua apa"!" hardik Cakra Mentari.
Saat Ku juga Pendekar 212 angkat tangan kirinya. Telapak
dikembang terbuka ke arah Cakra Mentari. Selarik sinar kebirubiruan menyambar. Mahluk penitip nyawa meraung keras. Dia
mengenali. "Ilmu Menguras Bahala Menyedot Petaka! Cakra! Lekas
menyingkir!" Cakra Mentari terkesima. Dia merasa tubuhnya
bergetar hebat. Pemuda ini cepat melompat turun dari pondok.
Tapi terlambat! Begitu kakinya menginjak tanah dari mulutnya
melesat suara raungan panjang sementara sekujur tubuhnya
menjadi kaku tak mampu digerakkan dan tubuh itu memancarkan
cahaya begermerlap. Setelah itu terjadi hal luar biasa.
Seperti yang dikatakan Resi Khandawa Abitar dari ubunubun kepala Cakra Mentari melesat keluar 304 bunga tanjung
dalam keadaan layu berwarna kecoklatan, luruh ke tanah. Bunga
tanjung terakhir yakni yang ke 305 melayang berputar di udara
lalu bergerak turun ke arah gadis berpakaian kuning di dalam
pondok dan menyusup di sela-sela rambutnya yang panjang hitam
tergerai lepas. Dewi Pemikat!
"Dia!" Teriak Naga Kuning.
Ratu Duyung menatap kaget tak berkesip.
"Jadi gadis cantik berpakaian seronok ini ternyata gadis dari
alam gaib yang kesusupan bunga tanjung penyembuh Wiro di
bagian bawah perutnya. Aneh rasanya. Bagaimana kejadiannya..."
Purnama sendiri terheran-heran. "Dia rupanya. Kalau dia
memang dari alam gaib mengapa aku tidak bisa menjajagi" Siapa
dia sebenarnya. Apa hubungannya dengan Cakra Mentari. Salah
satu calon korban" Aku meragukan. Karena dia tidak melarikan
diri sewaktu pemuda itu jatuh terduduk di tanah. Apakah dia
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
88 NYAWA TITIPAN Bastian Tito memiliki ilmu luar biasa tinggi hingga aku tidak dapat menembus
jati dirinya?"
Tidak menunggu lebih lama Wiro, Ratu Duyung dan
Purnama segera melompat naik ke atas pondok kayu. Naga
Kuning menyelinap dan berdiri di depan ke tiga orang itu.
Gondoruwo Patah Hati yang kawatir si bocah ini berbuat macammacam segera pula naik ke atas pondok.
Wiro berpaling pada Ratu Duyung dan berkata. "Kau saja
yang bicara. Katakan apa adanya."
Saat itu Cakra Mentari terduduk lemas di tanah. Sekujur
tubuhnya menggigil seperti dikubur dalam salju. Tiba-tiba dia
merasa ada hawa panas memusnahkan rasa dingin. Itu adalah
hawa panas yang disalurkan mahluk tumpangan Mirpur Patel.
"Cakra, tenang saja. Kau tak akan mati. Kau tetap akan
menguasai Ilmu pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib."
Tiba-tiba sebagian tubuh samar Mirpur Patel keluar dari
sosok Cakra Mentari. Dua tangannya bergerak ke depan hendak
mencekik leher si pemuda. Entah bagaimana mahluk tumpangan
ini tiba-tiba saja punya keyakinan, cara cepat dan jalan pintas
untuk menguasai ilmu kesaktian yang ada dalam diri Cakra
Mentari adalah dengan membunuh si pemuda. Jika Cakra Mentari
mati, ilmu kesaktiannya akan mengalir masuk ke dalam tubuhnya.
Dia tidak mengetahui dengan keluarnya tiga ratus lima bunga
tanjung dari dalam tubuh Cakra Mentari maka ilmu Tiga Cahaya
Alam Gaib yang sudah di dapat si pemuda serta merta lenyap tak
berbekas. Yang masih tertinggal dalam diri Cakra Mentari
hanyalah semua ilmu kesaktian yang didapatnya dari gurugurunya sebelumnya, antara lain Suma Mahendra.
"Lihat!" teriak Naga Kuning. Anak ini langsung mengangkat
tangan hendak melepas satu pukulan tangan kosong bernama
Naga Murka Menjebol Bumi ke arah mahiuk samar. Tapi cepat
dicegah oleh Wiro.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
89 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Jangan! Seranganmu bisa meleset mengenai pemuda itu.
Kita menginginkannya tetap hidup. Ingat ucapan Resi Khandawa!
Dia pemuda yang terjebak oleh tipu daya Resi Mirpur Patel!"
Naga Kuning tarik serangannya. "Kalau begitu biar aku yang
mengamankan kedua orang itu!" Berkata Purnama. Gadis ini
goyangkan bahunya. Sinar terang berwarna biru disertai percikanpercikan seperti kembang api memenuhi tempat itu lalu
menyungkup sosok Cakra Mentari dan Mirpur Patel.
"Cakra, hantam dengan Pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib!"
teriak mahluk tumpangan Mirpur Patel. Cakra Mentari lakukan apa
yang dikatakan orang. Tangan kanan dipukulkan. Tiga cahaya
merah, biru dan hijau menderu.
"Dess! Dess! Dess!"
Purnama berseru kaget ketika melihat sinar biru yang
menyungkup Cakra Mentari dan Mirpur Patel jebol di tiga tempat.
Mirpur Patel tertawa mengekeh. Namun diam-diam dia merasa
kawatir. Kekuatan pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib yang tadi
dilepaskan Cakra Mentari masih dalam bentuk kekuatan lama.
Celaka! Pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib yang didapatnya dari
samadi di Gurun Tengger mungkin sudah lenyap! Ini akibat
pantangan yang dilanggar sampai dua kali!" Mirpur Patel
menggembor marah.
"Cakra Mentari! Kau tidak mendapatkan ilmu kesaktian Tiga
Cahaya Alam Gaib itu! Aku hanya membuang waktu percuma! Aku
bersumpah tidak ada gunanya kau hidup!"
"Kalau kau membunuhku, kau sendiri akan menerima
kematlan yang sama. Karena nyawamu bertumpangan dengan
nyawaku! Nyawamu hanya nyawa titipan!"
"Persetan dengan kematian! Aku sudah mempersiapkan diri
untuk hidup di alam gaib!"
Habis berkata begitu mahiuk tumpangan Mirpur Patel
susupkan dua tangannya ke dalam perut Cakra Mentari, mencekal
dan membetot urat di belakang pusar si pemuda.
"Breettt!"
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
90 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Cakra Mentari menjerit setinggi langit. Perutnya terbongkar
jebol. Darah muncrat sampai setengah tombak. Isi perutnya
seperti menggelegak. Semua orang yang ada di tempat itu sama
keluarkan seruan tertahan dan merasa tengkuk masing-masing
menjadi dingin karena bergidik.
Setan Ngompol terkencing-kencing. Ketika dia berusaha
menjauh, tanah yang becek oleh darah dan air kencing membuat
kakinya terpeleset. Kakek ini coba menggapai tiang pondok.
Namun gerakannya malah membuat tubuhnya melintir dan
terhuyung ke arah mahluk tumpangan Mirpur Patel yang tengah
berusaha mengeluarkan tubuh samarnya dari mayat Cakra
Mentari. Ketika melihat si kakek yang celananya basah kuyup air
kencing ini hendak jatuh menimpa dirinya Mirpur Patel berteriak
keras, berusaha menghindar. Namun terlambat. Paha kiri Setan
Ngompol jatuh tepat di pipi kanannya.
"Air najis! Air celaka! Air kematian!" raung Mirpur Patel.
Ratu Duyung dan Purnama saling pandang. Dua gadis cantik
itu sekarang mengerti bahwa air kencing Setan Ngompol
merupakan hal yang ditakuti Mirpur Patel sejak dia muncul
sebagal mahluk tanpa wajah.
Muka mahluk tumpangan yang terkena basahan air kencing
Setan Ngompol langsung berubah hitam hangus. Darah hitam
meleleh dari telinga kanan, mata kanan, hidung dan mulut. Tubuh
menggeliat lalu meletup beberapa kali, berubah jadi asap dan
membubung ke udara. Namun baru naik setinggi atap pondok
tiba-tiba satu suara menggema di tempat itu. Suara Resi
Khandawa Abitar sementara orangnya sendiri tidak kelihatan.
"Mirpur Patel, Para Dewa tidak mengizinkan dirimu hidup di
alam gaib. Sudah diputuskan bahwa kau akan dibenam di dasar
bumi lapisan ketujuh untuk selama-lamanya!"
"Wuuttt!"
Satu cahaya biru menderu. Itulah pukulan tongkat sakti
Kuntala Biru milik Resi Khandawa Abitar. Saat itu juga sosok asap
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
91 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Mirpur Patel amblas masuk ke dalam tanah diiringi suara raungan
panjang menggidikkan!
*** Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
92 NYAWA TITIPAN Bastian Tito E M P A T B E L A S
Di DALAM pondok Ratu Duyung dekati Dewi Pemikat yang
berdiri tenang-tenang saja seolah tidak ada terjadi apa-apa di
tempat itu. Padahal mayat Cakra Mentari dengan perut terbusai
masih menggeletak di samping pondok.
"Sahabat berbaju kuning, aku dipanggil orang dengan
sebutan Ratu Duyung. Kalau aku boleh bertanya siapakah
namamu?" "Orang-orang momanggilku Dewi Pemikat. Nama itu bukan
nama sembarangan karena diberikan oleh seorang Pangeran."
"Ah, beruntung kau punya kenalan seorang Pangeran yang
baik hati," ucap Purnama.
Wiro kini ganti bertanya. "Bagaimana ceritanya sampai
pemuda berpakaian hitam itu hendak memperkosamu?"
Dewi Pemikat tatap wajah Pendekar 212 sejurus. Wiro balas
menatap. Sepasang pandangan saling beradu. Wiro merasakan
ada getaran aneh di kelopak matanya. Dia tidak memikirkan hal
itu lebih jauh karena tiba-tiba gadis cantik montok di hadapannya
tertawa panjang. Wiro hanya bisa memperhatikan sambil garukgaruk kepala "Apa" Pemuda berpakaian hitam itu hendak memperkosaku"
Hik... hlk! Bukan dia yang hendak mamperkosaku. Tapi justru aku
yang hendak memperkosanya! Eh, apakah kau mau aku
perkosa?" Wiro menyeringai, garuk-garuk kepala sementara Dewi
Pemikat senyum-senyum sambil kedap-kedipkan mata.
Murid Sinto Gendeng jadi melongo. Purnama dan Ratu
Duyung tampak merah wajah masing-masing. Gondoruwo Patah
Hati cemberut. Hanya Naga Kuning seorang yang tertawa gelakgeiak. "Nah, anak ini tertawa. Berarti dia tahu kalau apa yang
kuucapkan benar adanya!" Kata Dewi Pemikat pula.
Karena dipuji begitu rupa, timbul keberanian Naga Kuning.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
93 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Sahabatku cantik. Sobatku si gondrong ini mengidap satu
penyakit aneh. Ada yang memberi penjelasan penyakitnya bisa
disembuhkan kalau..."
"Tunggu dulu," memotong Dewi Pemikat "Penyakit apa yang
diderita sobatmu gondrong ini?"
"Itu, anunya...." Naga Kuning luruskan jari telunjuk tangan
kanan. Lalu perlahan-lahan jari itu ditekuk diturunkan kebawah.
"Loyo..." Ucap si bocah pula.
Wiro tak bisa marah, Cuma garuk-garuk kepala. Dewi
Pemikat tertawa cekikikan.
"Tadi kau bilang ada yang memberi penjelasan penyakitnya
bisa disembuhkan kalau....Kalau apa?"
Bertanya Dewi Pemikat.
"Menurut yang punya cerita..."
"Siapa yang cerita?" Dewi Pemikat memburu terus.
"Seorang yang diam di kawah Gunung Bromo. Namanya
Suma Mahendra..."
"Hemmm begitu" Orang itu cerita apa?"
"Katanya peyakit sobatku ini bisa sembuh setelah sebuah
bunga tanjung yang ada didalam anunya seorang perempuan dari
alam gaib dikeluarkan lalu ditanam di bawah pohon tanjung,
antara dua akar yang sejajar."
Dewi Pemikat ternganga lalu tertawa gelak-gelak.
"Sekecil ini kau sudah pandai mengarang cerita!"
"Sahabat, anak ini tidak mengarang cerita." Menyahuti
Pumama. "Apa yang dikatakannya betul semua. Petunjuk tentang
perempuan dari alam gaib itu telah kami lihat. Yaitu sekuntum
bunga tanjung terakhir yang keluar dari tubuh pemuda bernama
Cakra Mentari. Bunga tanjung dimaksud adaiah bunga tanjung
yang saat ini masih terselip di rambutmu."
Dewi Pemikat terkejut. Dia meraba rambutnya. Dia
menemukan bunga tanjung yang terselip. Setelah memperhatikan
bunga itu beberapa lama si gadis lalu berkata.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
94 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Kalau bunga yang ini ada di rambutku jelas tak bisa
kupungkiri. Tapi bagaimana mungkin ada bunga tanjung dalam
anuku! Ihhh. Kalian ini ngacok semua!"
"Kami tidak ngacok. Kami percaya akan keterangan Suma
Mahendra karena dia juga seorang yang berasal dari alam gaib."
Kata Gondoruwo Patah Hati.
Naga Kuning lalu menimpali. "Itu sebabnya, aku sudah
bersiap-siap.Jika kau mengizinkan bunga tanjung itu dikeluarkan,
aku bersedia membantu. Aku ini anak kecil. Masakan malu sama
anak kecil!"
Satu jeweran mampir di telinga Naga Kuning. Lalu suara
Gondoruwo Patah Hati mengomel. "Anak geblek. Kau mulai
ngacok lagi!"
Dewi Pemikat tersenyum. Dia berpaling pada Wiro.
"Ah, rupanya kau ingin si sakit langsung yangmengambil
bunga tanjung di dalam anumu itu. Ya sudah, aku mengaku kalah
ganteng! Biar aku cari gawean yang lain saja! Hik.hik...hik!" Naga


Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kuning tertawa cekikikan.
"Sahabat Dewi Pemikat," Ratu Duyung berkata.
"Selama ini apa kau tidak menyadari ada kelainan dalam
tubuhmu di bagian yang rahasia itu?"
Dewi Pemikat terdiam. Lalu dengan suara agak perlahan dia
menjawab. "Aku tidak begitu memperhatikan. Tapi terus terang
memang ada satu keanehan. Anuku itu selalu gatal-gatal..."
"Gatal-gatal bukan karena jarang cebok?" celetuk Naga
Kuning hingga kembali jeweran Gondoruwo Patah Hati
menyambar telinga kirinya.
Dewi Pemikat cuma senyum-senyum.
"Selain merasa gatal, aku memiliki rasa gairah berkelebihan
terhadap kaum laki-laki..."
"Kalau bunga tanjung itu memang bisa dikeluarkan, mungkin
semua keanehan yang kau alami akan berakhir. Kau bisa kembali
hidup wajar..."
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
95 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Dewi Pemikat tatap Purnama yang barusan bicara.
"Aku tak akan berkata apa-apa lagi. Semua yang terjadi
dengan diriku mungkin sudah takdir!"
"Jadi kau tidak mau ditolong agar terlepas dari keanehan
yang kau alami. Sekaligus menolong sahabat kami ini?" Tanya
Ratu Duyung pula.
Dewi Pemikat pandangi Pendekar 212 sejurus.
"Mungkin...mungkin saja aku mau diobati penyakit gatalgatal dan gairah aneh itu. Sekalian menolong si gondrong yang
suka garuk-garuk kepala seperti orang jarang mandi ini. Tapi
yang aku pikirkan, bagaimana caranya mengeluarkan..."
Dewi Pemikat tidak teruskan ucapan karena tak bisa
menahan tawa. "Aku sudah siap kerja sukarela," berkata Naga Kuning
sambil mesem-mesem. "Atau aku ada akal lain. Sobatku baju
kuning harus berendam dalam telaga yang airnya sejuk bening."
"Bocah tolol!" Berkata Setan Ngompol. "Kalau direndam
malah makin sempit jalan keluarnya..."
"Kalau begitu diganggang saja sama bara menyala biar lebar
jalan keluarnya!" Ucap Naga Kuning yang membuat semua orang
jadi terkejut tapi tak bisa menahan tawa.
"Bocah, apa kau benar mau kerja sukarela mengeluarkan
bunga tanjung itu?"
Pertanyaan Dewi Pemikat itu membuat semua orang jadi
terkejut termasuk Naga Kuning sendiri.
"Kau punya alat apa yang mau dipakai...?" Dewi Pemikat
bertanya lagi. Naga Kuning tak bisa menjawab.
"Ha !! Aku bertanya. Kau mau pakai alat apa mengeluarkan
bunga tanjung itu dari anuku?" Dewi Pemikat bertanya polospolosan. "Anu...Aku,aku cuma punya jari ini." Jawab Naga Kuning
sambil goyang-goyangkan jari tengah tangan kanannya.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
96 NYAWA TITIPAN Bastian Tito "Baik kau boleh mempergunakan jarimu itu! Nah, ayo kau
kerjakan!"
Dewi Pemikat tarik lengan Naga Kuning. Kedua-nya naik ke
dalam pondok diikuti oleh Wiro, Purnama, Setan Ngompol dan
Ratu Duyung bersama Gondoruwo Patah Hati yang sudah siapsiap hendak menyemprot si bocah.
Di dalam pondok Dewi Pemikat baringkan tubuh di lantai.
Dua kaki dilipat sedikit dan dikembangkan lebar-lebar. Melihat
orang bersungguh-sungguh seperti itu Naga Kuning malah jadi
takut dan bersurat dua langkah.
"Ayo, kau tunggu apa lagi"! Bocah, lekas tarik celanaku!"
"Aku, hemmm..."
"Anak konyol! Tenyata kau cuma besar mulut!" Ejek Dewi
Pemikat. Dikatai seperti itu Naga Kuning jadi jengkel. Dia
langsung jongkok di depan sosok Dewi Pemikat yang masih
berbaring di lantai.
"Anak gila! Kau mau melakukan apa"!" Bentak Gondoruwo
Patah Hati. "Biar saja Nek. Anak ini mau berbuat baik. Tak usah
dilarang." Berkata Dewi Pemikat.
Naga Kuning pegang ujung dua kaki celana panjang kuning
Dewi Pemikat. Ketika kaki celana itu hendak ditariknya tiba-tiba
meledaklah tawa Dewi Pemikat. Saat itu juga wajahnya yang
cantik jelita dan tubuhnya yang bagus molek berubah! Yang
terbaring di lantai pondok kini bukan lain adalah seorang nenek
keriput berambut kelabu, mengenakan jubah kuning. Daun telinga
diganduli anting terbuat dari tulang. Sepasang mata merah. Mulut
perot terkempot-kempot! Naga Kuning terlonjak dan cepat-cepat
bersurat mundur.
"Kembaran ke tiga Eyang Sepuh Kembar Tilu!" berseru
Pendekar 212 lalu tertawa gelak-gelak. Saat itu juga pondok kayu
di tengah hutan Jati itu seperti mau roboh oleh hebohnya gelak
tawa semua orang yang ada di tempat itu.
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
97 NYAWA TITIPAN Bastian Tito Si nenek yang memang adalah kembaran ketiga Eyang
Sepuh Kembar Tilu bangkit berdiri sambil ikutan tertawa hahahihi. Mulutnya yang kempot tidak henti-hentinya berkata.
"Jangan salahkan diriku! Semua ini bukan aku punya mau!
Ketika aku menolong Wiro melepas bunga tanjung yang nempel di
bawah parutnya tiba-tiba ada hawa aneh menyambar ke arah
anuku. Lalu aku berubah jadi gadis montok. Hik..hik. .hik. Aku
bisa kembali ke bentuk asalku setelah pemuda bernama Cakra
Mentari itu menemui ajal." Si nenek berpaling pada Naga Kuning.
"Bocah, sekarang apa kau masih mau kerja suka rela
mengeluarkan bunga tanjung itu?"
"Ampun Nek, tobat Nek!" jawab Naga Kuning sambil pijit
hidungnya dengan tangan kiri, melangkah mundur dan goyanggoyangkan tangan kanan.
*** SETELAH jenazah Cakra Mentari dikuburkan di hutan jati,
Ratu Duyung membawa kembaran ke tiga Eyang Sepuh Kembar
Tilu ke tempat kediamannya di laut selatan Sementara Wiro dan
yang lain-lainnya menunggu di sebuah goa di dekat Parangtritis.
DI Kerajaan bawah laut seorang tabib perempuan memberi si
nenek obat dan berhasil mengeluarkan bunga tanjung dari bagian
tubuh dibawah perut. Seorang suruhan kemudian menanam
bunga tanjung itu di bawah pohon tanjung, diantara dua akar
yang muncul sejajar di tanah. Hanya sehari sesudah itu Pendekar
212 Wiro Sableng sembuh dari penyakitnya.
Apa yang terjadi dengan Pangeran Aryo Dipasena" Ketika
dirinya dilempar oleh Dewi Pemikat, kepalanya membentur pohon
jati hingga putera Raja ini pingsan cukup lama. Dia baru siuman
pada siang keesokan harinya. Kembali ke pondok dia hanya
menemukan bangkai kuda putih miliknya. Sang Pangeran duduk
di lantai pondok. Dia benar-benar merasa kehilangan Dewi
Pemikat yang telah sangat mempesona dirinya. Hanya saja, kalau
dia tahu siapa sebenarnya asli gadis berwajah cantik bertubuh
Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
98 NYAWA TITIPAN Bastian Tito montok putih itu, mungkin dia bisa pingsan selama tiga hari tiga
malam ! Akan halnya Patung Kamasutra yang ditemukan di balik
pakaian Cakra Mentari diambil oleh Ratu Duyung, disimpan di
Kerajaan bawah laut sampai ada kesempatan untuk menghubungi
dan menyerahkannya pada Resi Khandawa Abitar.
Bagaimana pula dengan Bidadari Angin Timur" Apakah
semudah itu gadis cantik berambut pirang ini melupakan
Pendekar 212 Wiro Sableng dan mengalihkan cintanya pada
Jatilandak yang sekarang menjadi Kepala Pasukan Kesultanan
Cirebon dengan nama Tubagus Putrakesuma"
TAMAT Ikuti episode berikutnya berjudul
SI CAN A T N IK GI G LA L A DARI R GU G N U UN U G N G GE G DE Bharata Yudho & Dewi Tiraikasih
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
99 Pedang Bunga Bwee 2 Pendekar Naga Putih 19 Asmara Di Ujung Pedang Bangau Sakti 30

Cari Blog Ini