Ceritasilat Novel Online

Balada Padang Pasir 11

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 11 semuanya seorang diri, kita akan menghadapi semuanya bersama". Pandangan mata kami saling bertemu, hidungku terasa pedih, tenggorokanku tercekat, tak kuasa berbicara, aku mengangsurkan tanganku dan mengenggam tangannya, kelima jari kami saling bertaut dengan erat. Sejak saat ini, aku tak lagi seekor angsa yang sebatang kara, di dunia ini tak hanya bayanganku sendiri yang mengikutiku lagi, aku memiliki dirinya. -------------------Malam itu api unggun di samping kemah berkelap-kelip, kadangkadang suara tangis atau tawa liar terdengar dari dalam kemah, dan ada pula suara orang bertengkar dan berkelahi. Aku sangat terkejut, namun Huo Qubing menganggapnya biasa, dengan hambar ia menjelaskan, "Setelah bertempur di medan perang, orang kembali hidup-hidup hanya karena keberuntungan semata, di pasukanku, asalkan tetap hidup orang itu akan mendapatkan hadiah besar, mereka baru saja lolos dari pertarungan hidup dan mati, dan sekembalinya di Chang'an akan menjadi kaya, keadaan naik dan turun dengan amat cepat, orang yang tak bisa mengendalikan dirinya sendiri selalu butuh melampiaskan emosi mereka". Dengan kebingungan aku berkata, "Tapi menurut buku-buku ilmu perang, untuk mengatur bala tentara disiplin militer selalu harus dijalankan dengan ketat, kalau para prajurit disiplin, mereka akan dapat mengalahkan musuh, suasana seperti ini tak sesuai dengan prinsip-prinsip dalam buku! Aku pernah membaca cerita tentang Jenderal Zhou Yafu, ia memimpin pasukannya dengan sangat disiplin, Jenderal Besar Han Xin juga amat disiplin dalam mengatur tentaranya". "Ai", ujar Huo Qubing dengan pelan, sambil bertopang dagu ia tersenyum, melihat senyumnya aku merasa malu sekaligus gusar, aku memelototinya, lalu segera hendak pergi, namun Huo Qubing cepat-cepat mengenggam tanganku, sambil tertawa ia berkata, "Nyonyaku yang baik, jangan marah, biarkan suamimu menjelaskannya padamu". Aku mengibaskan tangannya, "Siapa nyonyamu" Kalau kau menganiaya atau mengolok-olokku, aku tak mau jadi nyonyamu lagi". Huo Qubing memelukku dengan paksa, sambil tersenyum ia membungkuk dan hendak mengatakan sesuatu di telingaku, namun aku melihat Chen Ankang dengan cepat mendekat dari kejauhan dan segera mendorongnya pergi. Setelah memberi hormat, Chen Ankang melapor, "Jenderal, Jenderal Li Guang datang untuk menyampaikan laporan". Huo Qubing memandang diriku yang sudah mengerutkan dahi, sambil tersenyum ia berkata, "Akhirnya kau tak bisa bersembunyi lagi". Aku menghela napas dan berkata, "Urus urusanmu sendiri, aku ingin berjalan-jalan". Huo Qubing tahu aku hendak menggunakannya sebagai alasan untuk menghindari bertemu muka dengan Li Gan, maka ia tak lagi memaksaku dan hanya kembali menasehatiku, setelah itu, ia berbalik dan pergi bersama Chen Ankang. Aku menghindari cahaya api unggun yang terang dan berjalanjalan tanpa tujuan di kegelapan, semakin lama berjalan, kemah semakin padat dan orang semakin ramai, perkataan kasar dan kotor tak henti-hentinya masuk ke dalam telingaku. Walaupun di perkemahan sebelumnya ada orang yang mabuk dan memakimaki, namun suasananya jauh lebih anggun dibandingkan tempat ini, rupanya aku telah masuk ke perkemahan prajurit rendahan. Di sebuah api unggun, seekor kelinci sedang dipanggang, belasan pasang mata menatap kelinci itu bagai macan kelaparan, tiba-tiba, seseorang yang sudah tak dapat menahan diri lagi mengambilnya, orang-orang lainnya pun langsung memperebutkannya. Sebelum aku sempat melihat dengan jelas apa yang terjadi, kelinci itu sudah tercabik-cabik. Setiap orang segera memasukkan potongan-potongan daging itu ke dalam mulut mereka, seseorang memaki, "Kalian bocah ingusan ini, belum matang sudah kalian perebutkan". Seseorang lain memotong perkataannya, "Kalau ada daging untuk dimakan tertawalah, untuk apa ribut-ribut begini" Sebulan penuh tak mencium bau daging, sekarang makan daging mentah pun aku mau!" Semua orang tertawa terbahak-bahak, sambil menjilati sebuah tulang, seseorang berkata, "Jadilah anjing petinggi militer! Kulihat anjing mereka setiap hari makan daging". Semua orang tertawa keras-keras, "Bah!", orang itu membuang tulangnya, "Tahan saja. Setelah pulang ke Chang'an kita bisa makan apapun yang kita mau, keparat! Bapakmu ini ingin pergi ke Luoyu Fang dan minta nona-nona di sana menyanyi. Bapakmu ini akan purapura jadi bandit besar". Seseorang di sampingnya tertawa dengan nyaring, "Apa bagusnya Luoyu Fang" Cuma bisa melihat tak bisa menyentuh, lebih baik langsung ke rumah bordil saja. Di Tianxiang Fang kita masih berani main-main dengan pura-pura mabuk, tapi apa kau berani melakukannya di Luoyu Fang" Kabarnya fangzhu Luoyu Fang sangat ketat melindungi mereka, kalau sang nona tak bersedia, tak perduli siapapun juga, jangan mimpi di siang bolong. Entah sudah berapa banyak bangsawan dan tuan muda yang menaksir nona-nona Luoyu Fang tapi tak bisa berbuat apa-apa. Mereka terpaksa menggertakkan gigi dengan geram, di belakang Luoyu Fang ada permaisuri, maka mereka tak bisa berbuat apa-apa. Kalau baru menukar nyawa dengan harta, aku tak mau menyetor nyawa gara-gara perempuan". Semua orang mengangguk-angguk sambil tertawa, mereka lalu membicarakan bagaimana cantiknya wajah para pelacur itu, dan bagaimana rasanya menyentuh mereka, aku tak tahan mendengar omongan mereka dan tak ingin mendengarkan lagi, diam-diam aku pun berlalu. Ternyata, tanpa kusadari, Luoyu Fang telah menyinggung banyak orang, aku menghela napas panjang. Kalau tuan-tuan muda itu dapat memperoleh apa yang mereka inginkan, dalam dua atau tiga malam mereka akan melupakannya, namun karena tak bisa mendapatkannya, mereka terus memikirkannya, bahkan sampai mendendam. Ketika sedang menunduk sambil berpikir, aku merasa ada seseorang sedang memperhatikanku, ketika aku mengangkat kepalaku, aku melihat Li Gan dan Gongsun Ao sedang berjalan mengikuti Huo Qubing. Dengan penuh rasa heran Li Gan memperhatikanku dengan seksama, begitu melihat wajahku dengan jelas, ia segera memandang Huo Qubing dengan terkejut, Huo Qubing melirikku, bibirnya tersenyum, dengan tak berdaya ia menggeleng-geleng ke arahku. Ketika melihat Li Gan berhenti melangkah, Gongsun Ao pun melihat ke arahku, setelah memperhatikanku dengan seksama, ia juga mengenaliku, dengan tak percaya ia memandang Huo Qubing, namun begitu melihat ekspresi wajah Huo Qubing, rasa tak percayanya segera berubah menjadi rasa terkejut. Aku melengos, lalu cepat-cepat masuk ke dalam tenda, kejadian yang pasti akan terjadi ternyata memang tak bisa dihindari. "Sudah tidur?", dengan meraba-raba, Huo Qubing masuk ke dalam tenda dan bertanya dengan suara pelan. "Belum", jawabku. Ia memelukku dari belakang, "Kenapa kau duduk termenung sendirian di tengah kegelapan?" Aku terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Jenderal Gongsun melihatku dan kelihatannya tak senang". Huo Qubing berkata, "Kali ini ia melakukan kesalahan besar, menurut hukum militer, ia seharusnya dipenggal, setelah kembali ke istana, akan ada yang memohonkan ampun untuknya, walaupun ia tak akan mati, namun ia tak akan dapat menghindari hukuman diturunkan kedudukannya menjadi rakyat biasa. Dahulu, kalau bukan karena dirinya, paman sudah mati di tangan Putri Guantao, maka paman selalu merasa berhutang budi padanya dan pasti akan mencari cara agar ia dapat berjasa lagi, dan kembali diangkat menjadi adipati, namun ia tentu merasa tak senang. Lagipula, apakah ia senang atau tidak, untuk apa mengurusinya" Yang penting kita sendiri senang". Aku bersandar di dadanya, lalu menjentikkan jariku dan berkata seraya tertawa, "Aku cuma sendirian, tapi bagaimana denganmu" Bibimu permaisuri, salah seorang pamanmu kaisar, sedangkan seorang paman lain jenderal, ayah angkatmu pun menteri di istana, kalau ditambah dengan sanak saudara paman-pamanmu itu, kesepuluh jariku pun tak cukup untuk menghitung mereka". Huo Qubing memelukku erat-erat, aku berteriak kesakitan, dengan gusar ia berkata, "Jangan berpikir yang tidak-tidak! Urusanku adalah urusanku sendiri, kalau orang mengatakan sesuatu yang kusetujui, aku akan mendengarkannya, tapi kalau mereka mengatakan sesuatu yang tak kusukai, aku malas mendengarkannya. Lagipula, kau masih punya kawanan serigala di Xiyu, aku masih khawatir kalau kau tak senang, kau akan kabur ke Xiyu, aku mana berani membuatmu tak senang sedikitpun?" Aku berbalik dan bersandar di bahunya, "Kurasa kau juga tak terlalu suka pada perebutan kekuasaan di Chang'an, lebih baik kita kabur saja! Jiangnan, gurun pasir, padang rumput, kita akan pergi kemanapun sesuka hati kita, bagus sekali, bukan?" Ia terdiam untuk beberapa lama, lalu berkata dengan perlahan, "Rupanya Chang'an benar-benar melukaimu, dahulu kau selalu maju dengan penuh tekad, seakan kau akan selalu dapat melawan apapun yang ada di depanmu, berani menghadapi semuanya, namun sekarang kau sepertinya ingin menghindari semuanya, bahkan pulang ke Chang'an pun kau tak berani". Aku merasa bersalah dan memaksa diriku tersenyum, "Mungkin hatiku lelah, aku......" Ia menutupi mulutku, "Aku tak punya maksud lain, kau pun tak usah menjelaskannya. Seperti yang kau katakan, aku bukan orang yang sebatang kara. Nenek luar dan ibuku sama-sama dilahirkan dalam keluarga yang begitu sederhana sehingga wanita keluarga Wei kami sulit mendapat jodoh. Ibu, bibi dan paman sama-sama tak punya ayah, aku pun seorang anak haram. Kalau bukan karena bibi, jangan-jangan sebagai anak haram aku akan bekerja sebagai pegawai rendahan di rumah sang putri, atau mungkin seperti paman ketika masih muda, karena tak bisa hidup, lari ke rumah ayah kandungnya dan menjadi tukang kuda, disuruh-suruh oleh tuan dan nyonya rumah seperti hewan ternak, dan makanannya lebih jelek dari makanan anjing". Untuk pertama kalinya, Huo Qubing berbicara tentang masa lalunya, seketika itu juga, keangkuhannya menghilang, hatiku pedih, aku memeluk pinggangnya erat-erat, namun sambil tersenyum ia menggeleng-geleng, "Tanpa bibi dan paman, kalaupun punya kepandaian aku belum tentu mendapat kesempatan untuk menunjukkannya, dan kalau tak ada paman dan bibi, walaupun punya cita-cita setinggi langit, aku tak akan dapat memimpin pasukan ke medan perang pada usia delapan belas tahun. Mengenai hal-hal ini, Sima Qian dan kawankawannya tak salah bicara. Yu er, walaupun impian masa kecilku sudah hampir terwujud, namun belum benar-benar menjadi kenyataan, selain itu, saat ini putra mahkota masih berumur delapan tahun, masih kecil, kedudukannya pun belum pasti, walaupun ada paman, namun sekarang keadaan paman sulit. Sejak kecil aku menerima budi baik dan perlindungan dari keluargaku, aku tak bisa tak membalas budi mereka, setelah aku mengerjakan semua yang harus kulakukan aku pasti akan menemanimu meninggalkan Chang'an. Lagipula watak kaisar......." Ia menghela napas dengan pelan, "Sebenarnya, sejak zaman dahulu sampai sekarang, hanya ada satu pejabat negara yang benar-benar pandai, yaitu Fan Li, ia muncul di saat negaranya dalam bahaya, merebut kembali tanah air, mewujudkan cita-citanya sebagai seorang gagah, lalu setelah berhasil mencapai cita-citanya, hidup dengan bebas merdeka diantara sungai dan danau, dan menciptakan legenda baru, hidupnya lebih cemerlang dibandingkan dua kehidupan orang biasa". Aku berkata, "Aku paham. Setelah bangsa Xiongnu tak bisa menyerang Han Agung lagi dan impian masa kecilmu menjadi kenyataan, kita baru dapat bicara tentang masalah lain". Sambil tersenyum, Huo Qubing menunduk dan mencium pipiku, "Kau ini bukannya 'kawin dengan ayam ikut ayam, kawin dengan anjing ikut anjing'?" Aku tertawa dan mendengus, lalu berkata, "Kalau kau ingin menyamakan dirimu dengan ayam atau anjing, terserah! Tapi jangan bawa-bawa aku, aku ingin menjadi si cantik putih saljuku sendiri". Ia tertawa keras-keras, aku cepat-cepat menutupi mulutnya, "Kemah Jenderal Li Guang dan Gongsun Ao mungkin berada di dekat sini". Namun ia masih tertawa dengan acuh tak acuh, aku memelototinya, lalu berbalik dan mulai mengelar kasur dan selimut. Sambil tersenyum, Huo Qubing menonton kesibukanku, "Walaupun aku pernah berkata bahwa kita akan tidur sendirisendiri, namun aku agak rindu padamu, kita tak akan melakukan hal itu........hanya sedikit intim saja". Dengan wajah merona merah aku mencibir, "Entah apa yang kau pikirkan seharian penuh?" Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Huo Qubing berjalan ke sisiku, dengan lembut ia mencium-cium pipiku, sebelah tangannya menutupi dadaku, sedangkan mulutnya mengumam dengan pelan, "Makanan, perempuan dan seks.......kalau tak memikirkannya aku tak normal. Kalau tak takut kau hamil, sebenarnya aku......" Tubuhku lemas dalam pelukannya, selimut di setengah kasur telah menjadi berantakan karena kami berdua. Tiba-tiba ia berhenti, kepalanya terkubur di leherku, tubuhnya menjadi kaku, hanya terdengar napasnya memburu, setelah beberapa saat, napasnya yang memburu itu pun perlahan-lahan menjadi tenang kembali, ia mengangkat kepalanya, lalu tersenyum dan berkata, "Begitu pulang ke Chang'an kita langsung menikah, kalau tidak, cepat atau lambat, aku akan jatuh sakit". Dengan lembut aku mengelus alisnya, hatiku terasa amat pedih. Seluruh keluarga Wei, mulai dari permaisuri sampai Jenderal Wei, semuanya anak haram. Ia pun seorang anak haram. Di depan mereka orang tak berani membicarakannya, namun di belakang punggung mereka, semua orang tak henti-hentinya membicarakannya. Walaupun sekarang ia sama sekali tak memperdulikannya, jangan-jangan saat kecil ia kebingungan kenapa ayahnya tak menikahi ibunya, kenapa semua orang punya ayah, namun ia tak punya" Oleh karenanya sekarang ia tak ingin anaknya sendiri kelak menjadi bahan pembicaraan orang, tak mau anak itu lahir sebelum kami menikah. Ia mengenggam jari-jari tanganku, lalu membawanya ke sisi bibirnya dan menciumnya dengan lembut, lalu dengan cepat melepaskanku dan menarikku hingga berdiri, setelah mengambil jarak denganku, ia menatapku tanpa berkedip dan berkata, "Yu er, kadang-kadang kau amat menawan, melihatmu seperti ini, aku jadi paham kenapa ada kaisar yang lebih menginginkan perempuan cantik daripada negaranya". Aku tak bermaksud menggodanya, namun dari perkataannya seakan aku sengaja menggodanya, aku mencibir ke arahnya, lalu segera membereskan selimut dengan muka tanpa ekspresi, tak lagi menghiraukannya. Untuk beberapa saat, ia memandangku tanpa berkata apa-apa, Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lalu tersenyum dan bertanya, "Kulihat malam ini kau hanya makan sedikit, dan malam ini juga tidur agak terlambat, tengah malam nanti kau pasti akan lapar, apakah aku harus menyuruh dapur memanggang paha domba dan mengantarkannya kemari?" Aku menghentikan gerakan tanganku dan menggeleng, "Tak usah, sebenarnya ada suatu hal yang ingin kubicarakan denganmu, malam ini aku mendengar seorang prajurit berkata bahwa ia tak cukup makan! Katanya anjing piaraan para petinggi militer makanannya lebih baik dibandingkan dengan mereka, bukankah beberapa hari yang lalu kaisar menghadiahkan belasan kereta berisi makanan padamu" Kalau ransum tak cukup, karena kita sebentar lagi sudah tiba di Chang'an, dan makanan itu toh tak akan habis kau makan, bukankah sebaiknya......" Sambil tertawa Huo Qubing bangkit dan membantuku membereskan selimut, "Sebelum ini, ketika kita berbicara, kau berbicara tentang Han Xin, jenderal Kaisar Gaozu, serta Zhou Yafu, jenderal kaisar Wendi dan Jingdi, dan memuji mereka karena mereka menerapkan disiplin militer dengan ketat, semuanya itu benar. Prajurit yang dilatih oleh Han Xin hanya mengenal Han Xin, tak mengenal kaisar, pasukan Zhou Yafu juga demikian, mereka tak mau melaksanakan perintah kaisar. Mereka adalah jenderal ternama di zamannya, akan tetapi, bagaimana nasib mereka kemudian" Paman memperlakukan prajuritnya dengan murah hati dan menjalankan disiplin dengan ketat, reputasinya diantara para prajurit sangat baik, tapi sekarang perlakuan kaisar terhadapnya......" Ia menghentikan gerakan tangannya, lalu menggeleng-geleng tanpa berkata apa-apa. Untuk beberapa saat aku duduk tanpa berkata apa-apa, lalu menghela napas dan berkata, "Aku mengerti, semua yang dikatakan Sun Zi benar, akan tetapi ia melewatkan masalah yang paling penting, ia tak mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan jenderal-jenderal itu untuk melindungi kepala mereka sendiri setelah mengalahkan musuh dan berjasa besar. Sejak zaman dahulu, jenderal yang dapat mengalahkan musuh banyak, namun yang dapat mengundurkan diri dengan aman hanya beberapa orang saja". Huo Qubing duduk di sisiku, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Di markas, para prajurit itu tak berani terang-terangan memakiku, tapi diam-diam mereka pasti memendam rasa tak senang, kaisar menghadiahiku beberapa kereta berisi makanan, kalau aku memberikan semuanya pada mereka, aku akan dicintai dan dipuji oleh para prajurit, tapi untuk apa pujian mereka untukku" Di kolong langit ini, cinta rakyat jelata hanya milik kaisar seorang, namun sangat tabu bagi orang-orang yang memegang kekuasaan militer yang amat besar seperti kami. Kalau aku bersikap murah hati dengan membagikan hadiah kaisar, kelak aku akan merugikan diriku sendiri. Mungkin Li Guang berani membagikan hadiah kaisar pada pasukannya karena sifatnya murah hati, tapi karena ia hanya pernah menang perang beberapa kali, dan usianya sudah tua namun belum diangkat menjadi adipati, kedudukannya paling rendah diantara kami semua, kaisar tak akan merasa jeri padanya. Coba pikir, kalau kaisar tahu para prajurit memuji-mujiku, ditambah dengan rasa jerinya kepada paman sekarang, apakah aku akan masih punya kesempatan untuk memimpin pasukan lagi?" Ia menghela napas dengan pelan, "Itulah sebabnya! Oleh karenanya belasan kereta berisi makanan itu harus dibiarkan membusuk, hanya aku seorang yang dapat memakannya". Aku berbalik dan mengambil bantal berhiaskan batu mulia, "Di sepanjang jalan, permintaanmu aneh-aneh, sebentar menyuruh para prajurit membuatkan lapangan cuju untukmu, sebentar minta semua orang menemanimu bersenang-senang berburu, tak berlebihan kalau kau disebut pemboros, diam-diam aku juga merasa heran! Akan tetapi mengingat pertempuran-pertempuran hidup dan mati itu, asalkan kau senang, kalau kau ingin memetik bintang pun tak apa, namun tak nyana di dalam tindakanmu terkandung begitu banyak maksud lain. Sekarang baru terpikir olehku, bahwa saat itu aku terlalu percaya diri dan bertindak dengan gegabah di Chang"an, ternyata setengah dari keberhasilanku itu hanya karena nasib baik saja". Huo Qubing menerima bantal berhiaskan batu mulia itu dan menatanya, ia bimbang sesaat, lalu memutuskan untuk berbicara dengan terus terang, "Setelah itu tindak tandukmu cukup hati-hati, tapi ketika kau baru mulai, kau bertindak dengan semberono. Keberuntungan terbesarmu adalah bahwa di Chang"an ada Perusahaan Shi yang melindungimu. Kalau aku tak salah tebak, Perusahaan Shi tentu telah membantumu menyingkirkan banyak batu sandungan, kalau tidak, sebelum Li Yan berkuasa, usaha rumah hiburanmu tak mungkin begitu lancar. Di Chang"an mana ada usaha yang tak didukung oleh pejabat-pejabat yang berkuasa" Seorang putri yang saat itu sikapnya belum jelas tak cukup dapat melindungimu. Setelah itu, karena kau menyelamatkanku, kalaupun perbuatanmu agak kurang pantas, dengan memandang mukaku, sang putri pasti tak akan mempermasalahkannya. Saat itu aku berusaha keras menceritakan segalanya pada sang putri untuk memberitahunya bahwa hubunganku denganmu luar biasa, dan juga karena khawatir kau akan bertindak dengan semberono, terlalu terus terang dan membuat orang tersinggung, dengan demikian sang putri akan melindungimu. Kalau tidak kau tak mungkin bisa naik dengan begitu cepat di tengah berbagai macam kekuatan yang saling bertubrukan di Chang"an". Aku sedang membelakangi Huo Qubing untuk mencari bola wewangian, begitu mendengar perkataannya, mau tak mau tanganku mengepal erat-erat, namun aku cepat-cepat membukanya, lalu berbalik dan mengantungkan bola itu sambil tersenyum, dengan enteng aku berkata, "Ternyata begitu. Saat itu aku mengira semuanya terjadi semata-mata karena kepintaranku saja!" Huo Qubing memandangiku tanpa berkata apa-apa, aku merasa cemas dan dengan sembunyi-sembunyi melihat ke arahnya, namun ia tiba-tiba menggeleng, lalu berkata sembari tersenyum, "Tidurlah!" Di tengah kegelapan, aku membuka mataku dan menatap langitlangit kemah dengan diam, asap dari bola wewangian menjadi pekat. Setelah pulang ke Chang"an, aku pasti akan bertemu dengannya, apakah ia masih suka duduk di samping pohon bambu hijau zamrud itu sambil memandang burung merpati berterbangan" Huo Qubing yang tidur di sisi lain kemah itu bertanya dengan suara pelan, "Apa kau sudah tidur?" Aku cepat-cepat memejamkan mataku, di tengah kepanikanku, aku justru tak menjawab, setelah beberapa lama, aku merasa bahwa reaksiku aneh, namun ketika hendak menjawab, aku merasa bahwa kalau menjawab setelah begitu lama, aku akan makin nampak aneh, maka aku hanya dapat berbaring tanpa berkata apa-apa. Setelah menghela napas dengan pelan sehingga hampir tak terdengar, Huo Qubing berbalik, kemah itu pun kembali sunyi senyap. ?"?"?"?"?" Aku berdiri di sebuah tempat tinggi di lereng gunung, memandang ke Chang"an di kejauhan, besok kami akan tiba di Chang"an. Ilalang di belakangku bergemerisik, aku berpaling dan melihat Li Gan berjalan dengan cepat menghampiriku, sambil tersenyum ia menjura ke arahku, aku pun membalas menjura ke arahnya, dengan agak heran aku bertanya, "Jenderal Huo mengumpulkan orang untuk bermain cuju, kau tak ikut main?" Li Gan berjalan ke sisiku dan berdiri di sampingku, ia tersenyum dan berkata, "Mana bisa tak ikut main" Aku ditendangnya sampai mukaku penuh tanah, kalau sampai kena tendang lagi, setengah tahun ini aku hanya akan bisa makan angin, maka aku mencari alasan untuk kabur. Kata orang, "menang dalam asmara, kalah dalam bertaruh", bagaimana kakinya bisa begitu beruntung" Semua orang di regunya akan tersenyum lebar, mereka memenangkan begitu banyak uang dari kami sampai uang untuk membeli arak pun kami tak punya". Aku memandang ke kejauhan tanpa berkata apa-apa, Li Gan bertanya, "Apa kau merindukan Chang"an?" Dengan asal aku mengangguk, Li Gan memandang ke arah Chang"an, lalu berkata dengan perlahan, "Aku malahan tak ingin pulang, lebih suka seumur hidup berperang di Xiyu". Li Gan tersenyum, senyumnya seakan pahit sekaligus manis, "Sudah tahu dengan jelas tak mungkin terjadi, namun di dalam dan di luar mimpi sosoknya selalu terbayang-bayang. Tak berani mengatakannya, hanya dapat terus menerus memikirkannya dalam hati. Dengan berlalunya waktu, setiap perasaannya semakin jelas. Huruf Li itu bagai sebutir biji yang jatuh ke dalam hatiku, namun karena tak pernah melihat mentari, tak dapat tumbuh dan berbunga, ia hanya dapat menyusup ke dalam hatiku dan menancapkan akarnya. Kadang-kadang aku juga bingung, apakah benar kata orang, bahwa karena tak bisa mendapatkannya, aku setiap hari berpikir tentangnya" Dalam pertempuran kali ini, aku menerobos beberapa puluh ribu orang Xiongnu, diantara hidup dan mati, ternyata aku dapat membebaskan diri dari perasaan itu, oleh karenanya?"oleh karenanya aku malahan suka bertempur, sebelumnya aku berperang demi kehormatan keluarga dan masa depanku sendiri, namun kali ini aku menikmati keadaan diantara hidup dan mati dimana aku melupakan segalanya, dan dapat benar-benar melupakan dia". Dengan kesal aku bertanya, "Apakah kau benar-benar tak dapat melupakan seseorang seumur hidupmu" Kalau kau berusaha keras melupakannya, kau masih tak dapat melupakannya?" Li Gan mengerutkan dahinya, merenungkan perkataanku, "Apakah aku telah berusaha melupakannya" Apakah aku sebenarnya ingin melupakannya" Masih ingin mengingatnya?" Aku merasa bahwa kami berdua memikirkan dua hal yang berbeda, dan hanya berbicara dengan simpang siur saja, maka aku membuang segala pikiran yang berkecamuk dalam benakku, tersenyum dan bertanya, "Sebelum kau pergi berperang, Li?".apa yang dikatakannya padamu" Apakah"..ia berbicara tentang aku atau tidak?" Mata Li Gan nampak nanar, di sudut-sudut bibirnya nampak sebuah senyuman samar-samar, "Pada suatu hari saat aku keluar dari istana, secara kebetulan aku bertemu dengannya, setelah aku memberi hormat, ia berkata "medan perang berbahaya, berhati-hatilah selalu". Aku tahu dengan jelas bahwa ia hanya berbasa-basi setelah mendengar bahwa aku akan pergi berperang melawan bangsa Xiongnu, namun hatiku amat girang". Dengan penuh simpati, aku memandangnya, jangan-jangan Li Yan sengaja mengatur perjumpaan itu, atau memberinya kesempatan untuk mengatur perjumpaan itu, "Ia tak menyebut namaku?" Li Gan seakan kembali tersadar, ia menggeleng-geleng, "Tidak menyebut namamu, kenapa?" Sambil tersenyum aku berkata, "Tak ada apa-apa". Memang benar, kesempatan mereka bertemu muka sangat sedikit, saat kebetulan bertemu, mereka tak perlu membicarakan aku si orang luar ini. Pengiring Zhao Ponu berlari menghampiri kami, sambil menghormat ia berkata, "Li Daren, Yang Mulia Gao dan tuan kami semua sedang mencari anda! Jenderal Huo berkata, "kalau kau takut kalah, masuklah ke reguku', ia menjamin bahwa ia akan dapat memenangkan kembali semua uang anda yang hilang". Li Gan mendengus, lalu berpura-pura memaki, "Dia kubiarkan memenangkan beberapa ronde, dan dia pikir aku benar-benar takut padanya, ayo pergi! Dulu permainan cujuku jauh lebih terkenal dari kepandaian memanahku". Sambil diam-diam tertawa, prajurit itu berjalan di depan, Li Gan berpaling dan bertanya sambil tersenyum, "Kau tak ingin melihat dia bermain cuju" Di Chang"an ia terkenal sebagai pemain cuju yang anggun dan tangkas, bak bumi dan langit dibandingkan sikapnya sehari-hari yang dingin". Aku ragu-ragu sesaat, lalu menggeleng, "Mereka sudah menunggumu! Pergilah dulu!" Saat kembali ke kemah, aku melewati lapangan cuju. Walaupun Huo Qubing telah mengeluarkan perintah bahwa para prajurit tak boleh meninggalkan barisan untuk menonton, masih banyak orang yang berkerumun di sekitarnya, dari kejauhan terdengar suara teriakan dan pertengkaran, mereka melambai-lambaikan lengan baju dan tinju mereka, sama sekali tak memperdulikan sopan santun. Aku tersenyum, kalau Sun Zi melihat seorang jenderal pemimpin pasukan seperti ini, yang membuat markas bagai rumah judi, mungkin ia akan begitu marah sampai bangkit dari kuburnya. Pada mulanya aku hendak langsung pergi, namun aku teringat akan perkataan Li Gan tentang "pemain cuju yang anggun dan tangkas' itu, aku benar-benar ingin tahu dan tak bisa menahan diri untuk tak dengan diam-diam menyusup diantara para penonton, aku mencari tempat yang sepi untuk menonton, sebenarnya seberapa anggun dan tangkasnya dia" Ketika aku baru menemukan tempat untuk menonton dan belum sempat memperhatikan lapangan, seseorang berdiri di sisiku, "Jenderal Besar Wei memimpin pasukannya dengan amat berdisiplin, kalau melihat keadaan seperti ini ia entah akan menyesalkannya atau tidak". Aku menghela napas, aku sudah berusaha keras menghindarinya, namun masih bertemu juga dengannya, "Kalau Jenderal Gongsun merasa tak puas pada Jenderal Huo, anda dapat langsung memberitahunya, tak ada gunanya mengatakannya padaku di sini". Gongsun Ao tersenyum hingga matanya menjadi sipit, "Orang sering berkata, "istri yang baik menghindarkan keluarga dari bahaya", walaupun kau hanya seorang perempuan tanpa status di sisi Huo Qubing, namun seharusnya?"." Ia hendak terus mengomel, namun, "Wus!", bola cuju melayang ke kepalanya, ia cepat-cepat melompat menghindar, lalu menendang bola itu kembali ke lapangan, dan tak sempat mengomel lagi. Huo Qubing memakai ikat rambut emas dan jubah putih bersulamkan naga bercakar empat yang sedang berenang dari benang emas. Sosoknya tinggi dan langsing, sikapnya anggun dan berwibawa, bagai seorang jenderal langit, membuat orang yang melihatnya merasa keluar dari dunia yang fana ini, namun begitu melihat wajahnya, ia pun segera kembali ke dunia yang fana. Di bibir Huo Qubing tergantung seulas senyum nakal, dengan ketolol-tololan ia memandang Gongsun Ao, lalu berseru, "Jenderal Gongsun, tadi aku salah tendang, mohon maaf! Mohon maaf! Gerakanmu lumayan, ayo ikut turun ke gelanggang". Gongsun Ao melambai-lambaikan tangannya, namun seorang usil telah menyeretnya turun ke lapangan. Huo Qubing berlari ke sisiku, setelah Gongsun Ao berganti Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pakaian, ia berbisik sambil tersenyum, "Di ronde ini aku akan seregu dengan Li Gan, aku berjanji akan mengalahkan Gongsun Ao sampai bangkrut, setelah itu ia akan kalang kabut mencari uang untuk membayar kekalahannya, dan tak punya waktu menganggu kita lagi". Li Gan berlari menghampirinya dan bertepuk tangan dengannya, lalu saling mengadu tinju dengannya. Mereka berdua tersenyum penuh arti, sinar mata mereka memandang Gongsun Ao bagai serigala memandang kelinci gemuk. Aku mulai mengerti kenapa dua orang yang sifatnya sepertinya bertolak belakang itu ternyata dapat bersahabat, melihat wajah mereka yang saling bersepakat, sepertinya mereka sudah sering melakukan hal semacam ini. Li Gan tertawa dan berkata, "Adik ipar yang baik, untung saja kau datang, kalau tidak, si bocah Qubing ini tak akan tega menyuruh Jenderal Gongsun turun ke gelanggang". Wajahku menjadi panas membara, sambil mencibir aku berkata, "Omong kosong apa itu?" Li Gan membuka sepasang tangannya, dengan wajah tak berdosa ia memandang Huo Qubing dan bertanya, "Apa aku salah bicara?" Sambil tersenyum berseri-seri, Huo Qubing menggeleng, "Tak salah, perkataanmu sangat benar". Aku mengibaskan lengan bajuku, hendak berlalu, namun Huo Qubing cepat-cepat menarikku, aku melihat bahwa pandangan mata para prajurit di panggung semua tertuju pada kami, maka aku segera berhenti, menarik kembali lengan bajuku, lalu berkata dengan wajah tanpa ekspresi, "Pergi tendang bola cujumu sana! Jangan tarik menarik di sini". Huo Qubing cepat-cepat mundur, Li Gan menunjuk ke arah Huo Qubing sambil tertawa terbahakbahak, Huo Qubing memandangnya dengan dingin, Li Gan pun mengangkat kedua tangannya untuk mengaku bersalah, namun masih tak bisa meahan tawanya, tiba-tiba Huo Qubing mengangkat kakinya dan menendang ke arah Li Gan, namun Li Gan sepertinya telah bersiap-siap, ia mengegos menghindar, lalu segera berlari menjauh, akan tetapi suara tawanya masih terdengar. Setelah Gongsun Ao berganti pakaian, pertandingan pun dimulai, Huo Qubing berpaling ke arahku dan tersenyum, lalu dengan wajah serius, ia berlari ke lapangan. Karena ini adalah untuk pertama kalinya aku menonton pertandingan cuju, aku sama sekali tak memahami aturan mainnya, aku tak bisa membedakan permainan yang baik atau yang jelek, siapa yang kalah atau menang, aku lebih tak perduli lagi, aku hanya menatap Huo Qubing tanpa berkedip. Ia bagai putra sang bayu, gerakannya gesit dan lincah, tak bisa ditebak, kadang-kadang penuh kekuatan, bagai seekor naga yang sedang berenang, kadang-kadang menggunakan kelembutan untuk mengalahkan kekuatan, anggun bagai burung bangau. Jubahnya yang seputih salju melambai-lambai, gesit dan lincah bagai kelinci yang sedang berlari, melayang-layang bagai seorang dewi. Seperti sebilah pedang yang luar biasa, ketika menikam bagai kilat, ketika ditarik berkilauan bagai samudra, tak ada yang dapat menangkisnya. Sikapnya santai dan bebas, pakaian putihnya sama sekali tak berdebu, namun lawannya sudah berlumuran darah. Di bawah sinar mentari yang keemasan, ia begitu tampan sehingga hatiku terkesiap. Suara sorak-sorai dari keempat penjuru menghilang dalam telingaku, duniaku sunyi senyap. Di tengah kesunyian hanya ada sosoknya yang melayang-layang di tengah angin. Saat itu, aku tahu bahwa seumur hidupku, aku selamanya tak akan bisa melupakan apa yang kulihat hari ini, bahkan kalau seluruh rambutku memutih dan mataku menjadi buram, aku akan masih akan dapat mengambarkan setiap gerakannya dengan terperinci. "Aku tak akan masuk ke kota bersamamu, aku akan masuk dahulu sendirian". Huo Qubing berpikir sejenak, lalu berkata, "Begitu juga baik, saat masuk kota keadaan pasti kacau balau, aku ingin masuk ke istana dan menghadap kaisar dulu. Kau akan pulang ke Luoyu Fang?" Aku menghela napas dan berkata, "Kalau tak pulang ke Luoyu Fang, lantas kemana lagi" Hong Gu pasti akan memarahiku habis-habisan". Huo Qubing tersenyum, seakan menikmati kemalanganku, "Karena kau bersalah, kau memang sepantasnya dimarahi, tapi kalau kau ingin telingamu tetap tenang selama beberapa hari lagi, tak ada jeleknya kalau kau langsung pergi ke wismaku, Paman Chen akan mengurusmu dengan baik, kelak rumahku akan menjadi rumahmu, masa di Chang'an ini kau hanya bisa pergi ke Luoyu Fang?" Aku menggeleng-geleng, "Sekarang saatnya aku harus menghadapi semuanya, aku tak bisa bersembunyi, kalau Hong Gu tahu aku pulang ke Chang'an tapi tak menemuinya, dosaku akan bertambah berat". Huo Qubing tersenyum dan mengangguk, "Akhirnya Jin Yu yang pemberani pun kembali terlihat". Setelah setengah tahun berlalu, Chang'an seakan tak berubah sedikitpun. Para pejalan kaki berduyun-duyun masuk lewat gerbang kota dan berjalan di jalan yang menuju ke istana. Mereka ingin melihat Huo Qubing yang namanya menggetarkan bangsa Xiongnu dan berhasil menawan pangeran-pangeran mereka. Aku berjalan melawan arus, tubuhku bermandikan keringat, setelah menghabiskan waktu tiga kali lipat dari biasanya, aku pun tiba di Luoyu Fang. Pintu samping setengah terbuka, para penjaga pintu sedang berteduh di bawah bayangan. Mereka mengobrol di tepi danau ditemani sepoci teh dingin, santai sekali. Ketika aku hendak masuk, mereka berdua segera bangkit, lalu sambil tersenyum berkata, "Gongzi, kalau anda ingin melihat sendratari, mohon masuk dari pintu depan, di sini hanya ada ibu-ibu pengasuh nonanona itu, ini pintu masuk karyawan kami". Sambil tersenyum aku menelengkan kepalaku, "Masa diriku pun kalian tak kenali?" Mereka berdua memperhatikanku dengan seksama, lalu berulangkali memberi hormat, "Kami dengar dari nona-nona di dalam bahwa fangzhu pergi untuk mengurus usaha, kami tak menyangka anda adalah fangzhu". Di taman pohon-pohon liu nampak rimbun, air danau jernih, angin sepoi-sepoi bertiup, tiba-tiba aku merasa sejuk. Xinyan sedang menyapu halaman, setelah aku berdiri di sisinya untuk beberapa saat, ia baru tersadar dan mengangkat kepalanya, untuk sesaat ia tertegun, lalu tiba-tiba menjerit, aku melompat karena kaget mendengarnya dan cepat-cepat menutupi telingaku, setelah ia selesai menjerit, aku berkata sembari tersenyum, "Tak usah menyapu dulu, tolong ambilkan air untukku, aku mau mandi dulu, cuaca hari ini panas". Xinyan mengangguk-angguk dengan terpana. Sebelum air Xinyan datang, Hong Gu sudah memburu masuk ke taman, sebuah tangannya menempel di pinggangnya, sedangkan tangannya yang lain menunjuk ke hidungku, ia mengoyanggoyangkan jarinya di depan hidungku sambil memarahiku, "Kau orang yang tak punya hati nurani, kau pantas diiris seribu pisau......" Xinyan membawakan semangkuk sup kacang hijau dingin untukku, kami sama-sama tak berani berbicara, hanya saling memandang saja, aku mengedipkan mataku kepadanya untuk mengucapkan terima kasih atas perhatiannya padaku. Sambil mendengarkan omelan Hong Gu, aku makan sup kacang hijau. ".......kenapa kau bisa begitu kejam, meninggalkan kami wanita-wanita lemah dan tua di rumah hiburan ini tanpa berkata apa-apa, tak memperdulikan apakah kami hidup atau mati, sama sekali tak memperdulikan persahabatan kita di masa lalu......selama ini, setiap malam aku berharap, setiap hari memikirkanmu......" Aku sudah menghabiskan supku, namun Hong Gu masih mengomel saja, aku mendengarkannya untuk beberapa saat, lalu tak bisa menahan diri lagi, aku pun tertawa, namun mata Hong Gu memerah, "Kau masih bisa tertawa?" Aku cepat-cepat menjura berkali-kali, "Aku hanya merasa bahwa kau memakiku seperti memaki seorang pacar yang tak setia". Hong Gu berpikir sejenak, lalu merasa bahwa aku benar, mau tak mau ia tertawa, namun sebelum tawanya selesai, air matanya telah meleleh. Aku segera bangkit dan berkata dengan wajah bersungguh-sungguh, "Hong Gu, kali ini akulah yang bersalah". Hong Gu segera menyeka air matanya dengan sehelai sapu tangan, setelah terdiam untuk beberapa saat, ia berkata, "Xiao Yu, aku tak menyalahkanmu karena kau pergi, di dunia ini tak ada pesta yang tak berakhir, di rumah hiburan ini nona-nona datang dan pergi, kau pun akhirnya pergi. Aku pun selalu berharap kau dapat menikah dan punya anak, dan dapat hidup dengan tenang. Tapi kau seharusnya tak boleh pergi tanpa berkata apa-apa dengan hanya meninggalkan sepucuk surat, bertemu muka pun tidak. Kau adalah seseorang yang bebas sikapnya, namun aku tak sepertimu". Aku melangkah ke depan dan mengenggam tangannya, "Aku hanya berbuat sesuka hatiku saja tanpa mempertimbangkan perasaanmu, setelah ini aku tak akan melakukannya lagi. Maafkan aku sekali ini karena aku masih muda dan tak mengerti apa-apa". Hong Gu memandangku untuk beberapa saat, akhirnya senyum muncul di matanya, sambil melirikku, ia bertanya, "Kabarnya Jenderal Besar Huo hari ini masuk kota, kenapa kau bisa kebetulan ikut pulang bersamanya?" Aku bagai seorang gadis yang isi hatinya diketahui oleh seorang tetua, aku jengah sekaligus girang, menunduk tanpa berkata apa-apa. Hong Gu memperhatikan wajahku, lalu menjadi paham, ia mengenggam tanganku dan bertanya dengan girang, "Kau dan Jenderal Huo......kau dan dia......benarkah?" Aku tersenyum dan menarik tanganku, lalu mencari baju ganti, masih diam seribu bahasa. Hong Gu bertepuk tangan sambil tersenyum, "Bagus! Bagus! Akhirnya hatiku lega. Bagus kau pergi! Bagus kau kabur! Kali ini meninggalkan rumah benar-benar baik untukmu". Aku mandi di balik sketsel, di luar sketsel, Hong Gu terus mengoceh, "......Xiao Yu, berkat kau melarikan diri, aku jadi bisa melihat majikan Perusahaan Shi, tak nyana, ia ternyata anggun bagai pohon kumala, sikap dan caranya berbicara amat lemah lembut, begitu sopan pada orang rendahan sepertiku......" "Bruk!", gayung air di tanganku terjatuh ke lantai, Hong Gu cepatcepat bertanya, "Ada apa?" Dengan perlahan aku memungut gayung itu, lalu menciduk air dingin dan mencuci mukaku dengannya, "Tak ada apa-apa. Karena tak hati-hati aku menjatuhkan gayung. Untuk apa majikan Perusahaan Shi mencarimu?" Hong Gu mendengus dan berkata, "Tentang kau juga, ia menyuruhku menceritakan segala sesuatu yang terjadi sebelum kau pergi secara terperinci. Sesuai dengan perintahmu, surat pertama yang kau tinggalkan sudah kubakar, oleh karenanya aku tak berani memberitahunya tentang surat itu, tapi waktu itu aku sangat marah, aku tak perduli siapa dia, asalkan ia dapat membawamu pulang agar bisa kumarahi, oleh karenanya aku sengaja memberitahunya bahwa kau meninggalkan sepucuk surat untuk Jenderal Huo, dan bahwa surat itu sudah kukirim ke Wisma Huo". Ia masih perlu bertanya pada orang lain tentang bagaimana aku meninggalkan Chang'an" Karena ia jelas tak punya perasaan, kenapa ia selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang seakan menunjukkan bahwa ia punya perasaan" Aku kembali menciduk air dingin dan menguyurkannya ke sekujur tubuhku, seakan hendak mencuci bersih begitu banyak masalah, "Hong Gu, beritahu semua orang yang sudah bertemu denganku agar tak memberitahu siapapun bahwa aku sudah pulang". Dengan cepat Hong Gu mengiyakan, "Baik! Beristirahatlah baikbaik beberapa hari ini. Tapi setelah selesai beristirahat, sebaiknya kau menemui Nyonya Li untuk berterima kasih, ketika kau pergi, walaupun ia tak muncul secara pribadi, ia sengaja meminta Li Shifu bermain musik di sini, berkat tindakannya itu aku berhasil menghindari banyak masalah. Ternyata Nyonya Li adalah orang yang setia, kebanyakan orang berusaha untuk melupakan masa lalu yang kurang gemilang, namun ia selalu ingat persahabatan lama diantara kita, ia tahu dengan jelas bahwa kau telah pergi, namun ia masih mengurusku". Aku tertegun, setelah ini.......setelah ini apa yang harus kulakukan" Karena aku tahu tentang kepedihan masa lalumu dan penderitaanmu, aku tak ingin melukaimu, namun pada akhirnya, bukankah aku harus memilih siapa kawan atau lawan" Aku dan Hong Gu mengobrol tentang berbagai hal, waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa, hari sudah malam, setelah menemaniku makan malam dan menyuruhku beristirahat, Hong Gu segera pergi untuk membereskan pekerjaan yang belum sempat diselesaikannya siang tadi. Mungkin karena telah siang malam tinggal bersama Huo Qubing untuk beberapa lama, lalu tiba-tiba sendirian di rumah, aku merasa agak kesepian, berbagai pikiran muncul dalam benakku, karena aku toh tak bisa tidur, diam-diam aku keluar dan pergi ke Wisma Huo. Begitu aku melompati tembok, beberapa ekor anjing hitam segera memburu ke arahku dan mengepungku, namun setelah mencium bauku, mereka merasa sudah kenal denganku dan berpencar. Dibandingkan dengan jalanan kota Chang'an yang ramai, Wisma Huo sangat tenang. Kamar Huo Qubing gelap gulita, rupanya ia masih berada di istana. Dengan hati-hati aku mendorong pintu dan masuk, kamar itu nampaknya baru saja disapu, asap masih mengepul dari tempat dupa, anggur dalam mangkuk kumala putih masih berembun. Aku membuka jendela, angin malam menerpa wajahku, hawa jauh lebih sejuk dibandingkan dengan siang hari. Setelah menata bantal, aku berbaring di dipan di depan jendela, sambil makan anggur, aku memandang sang rembulan di angkasa. Sampai bulan tergantung di tengah langit, Huo Qubing belum pulang juga, aku merasa heran, seharusnya ia tak mungkin masih berada di istana sampai sekarang, apakah ia diundang makan atau minum arak oleh orang lain" Tapi dengan wataknya yang seperti itu, siapa yang dapat mengundangnya" Aku tak kuasa menahan rasa lelahku dan jatuh tertidur. Ketika sedang tidur nyenyak, tiba-tiba aku mendengar suara orang dan segera menyembunyikan diri. Gadis pelayan yang ikut masuk ke kamar bersama Huo Qubing melihat bahwa lentera belum dinyalakan, ia langsung berlutut minta ampun, lalu berkali-kali bersujud. Melihat anggur yang tinggal separuh dan dipan yang berantakan, senyum muncul di wajah Huo Qubing, namun suaranya masih dingin, "Semua pergi!" Setelah semua orang pergi, ia berbaring dengan miring di dipan, lalu tertawa dan berkata, "Semua orang sudah pergi, kau bisa keluar". Aku melangkah keluar dari balik sketsel, sambil tersenyum, ia melambaikan tangannya, menyuruhku duduk di sisinya, aku bertanya, "Kenapa malam sekali?" Ia hanya memandangiku tanpa berkata apa-apa, sinar matanya Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo penuh tawa, mula-mula, aku masih dapat menatapnya, namun perlahan-lahan tak sanggup melakukannya lagi, hatiku berdegup makin kencang, aku cepat-cepat berpaling dan melihat keluar jendela. Tiba-tiba ia menarikku, aku tak sempat berjaga-jaga dan terjatuh dalam pelukannya, "Apa yang kau lakukan?" Aku menyangga tubuhku, hendak bangkit, namun ia memelukku erat-erat, "Berbaringlah dengan manis, aku akan bercerita tentang suatu hal padamu. Saat berada di istana, karena memikirkanmu, aku tak berani banyak minum arak. Setelah keluar istana, aku tak pulang ke rumah, aku pergi ke Luoyu Fang dan mengelilinginya, ketika melihat lentera di kamarmu tak dinyalakan, dan kau tak ada, aku merasa.......agak tak senang. Setelah itu aku pergi ke sebuah tempat dan lama duduk di sana, memikirkan berbagai hal yang tidak-tidak, maka aku pulang sangat malam, tapi ternyata aku sendiri yang terlalu curiga". Dengan lembut ia membelai rambutku, suaranya amat pelan, "Aku terlalu angkuh, aku merasa bahwa di dunia ini hampir tak ada masalah yang tak dapat kutangani, dan selalu tak pernah mau mengakui kecemasan dalam hatiku. Masalah ini sebenarnya dapat tak usah kuberitahukan padamu, namun aku merasa bersalah. Seharusnya aku tak terlalu banyak berpikir, maka aku tak ingin menyembunyikannya darimu". Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatiku, ia berkata bahwa Chang'an telah melukaiku, tapi apakah ia sendiri pun tak terluka" Ia tak mengatakan apa yang dipikirkannya, namun apakah aku dapat dengan tenang menerima permintaan maafnya" Aku mencium-cium bahunya, lalu memukul tangannya hingga ia melepaskanku, dengan tersenyum namun seakan tak tersenyum, aku pun bertanya, "Wangi bedak dan gincu begitu menyengat, entah buatan siapa" Karena kau begitu menyukainya, aku akan memakai merek ini". Huo Qubing segera duduk dengan tegak, lalu cepat-cepat berkata, "Waktu itu, penari di istana terlalu dekat denganku ketika menuang arak". Sambil tersenyum lebar, aku berkata, "Benarkah" Kau bukannya berkata bahwa kau pergi ke suatu tempat dan lama duduk di sana?" Huo Qubing menyentil dahiku, lalu bertanya sambil tertawa, "Kau sedang cemburu, ya?" Aku memelototinya, lalu melengos, ia menarikku ke dalam pelukannya dengan paksa, namun aku berusaha sekuat tenaga mendorongnya pergi, "Kalau cemburu memangnya kenapa" Kalau di tubuhmu ada wangi bedak orang lain, jangan muncul di hadapanku". Ia segera melepaskanku, sinar matanya penuh tawa, "Masa bodoh, yang penting aku suka". Aku mendengus, "Kau ini sakit!" Ia menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya, wajahnya nampak amat puas diri, "Kalau ini penyakit, aku ingin sakit setiap hari". Kalau bertanding adu tebal muka dengannya, aku tak akan menang, lebih baik aku mengacuhkannya saja, ia tersenyum berseri-seri dan berkata, "Hari ini sudah terlalu malam, besok pagi aku akan mengajakmu ke suatu tempat". Aku bangkit, hendak pergi, "Kalau begitu aku pulang dulu, besok panggil aku". Ia cepat-cepat memegang tanganku, "Tak sampai dua shichen lagi, hari sudah akan terang, untuk apa repot-repot pulang" Tidurlah di sini, aku akan memberimu tempat di dipan". Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk. Aku selalu merasa bahwa tenagaku kuat, dan hanya perlu sedikit tidur, tapi kalau dibandingkan dengan Huo Qubing, kekuatanku tak ada artinya. Ketika hari masih gelap, ia sudah mengoyang diriku untuk membangunkanku, aku merasa agak malas dan tak ingin bangun, dengan mengumam aku memohon, "Kalau melihat sesuatu nanti saja setelah matahari terbit, aku capek sekali, biarkan aku tidur sebentar lagi". Di sampingku, ia berulangkali memanggilku, tapi aku terus menyusup ke balik selimut dan menutupi kepalaku dengannya, dengan bandel aku mencengkeram selimut erat-erat dan hendak tidur, tak menghiraukan segala suara. Untuk beberapa saat ia duduk tanpa berkata apa-apa, lalu mendadak menarik pintu hingga terbuka, "Pelayan! Bawa masuk air cuci muka!" Aku cepat-cepat duduk, sambil menyeringai nakal ia berkata, "Kau tak takut padaku, tapi takut pada gadis pelayan di rumahku". Melihatku memelototinya dengan gusar, ia cepat-cepat tersenyum dan menutup pintu, "Kau bisa tidur kapan saja, tapi matahari hanya terbit sekali dalam sehari". Seluruh lereng gunung itu dipenuhi Yuanyang Teng, di tengah sinar mentari pagi yang cemerlang, tercium keharuman yang samar-samar. Mengalir di lereng gunung bagai jasper, warna emas dan perak yang sulit dibedakan menari-nari di tengah kabut pegunungan. Di pagi yang sunyi senyap ini, semuanya seindah mimpi, seakan begitu disentuh akan hancur berkeping-keping. Saat sang mentari berada di puncak gunung, kabut menghilang dan warna-warna pun menjadi terang, kepingan-kepingan emas mengalir, sinar perak menari-nari dengan ringan, seluruh gunung seakan bertaburkan emas dan perak, indah memukau. "Tak sia-sia bangun pagi untuk melihatnya, bukan?" Sambil tersenyum Huo Qubing berkata, sambil terpana aku memandang semua di hadapanku. Huo Qubing mengandeng tanganku, lalu berjalan dengan perlahan di bawah sulur-sulur itu, dengan puas diri ia berkata, "Aku tahu bahwa begitu melihatnya kau akan tercengang, kemarin malam ketika melihatnya sendirian aku merasa terkejut, ketika mulai menanamnya musim gugur tahun lalu, aku benar-benar tak menyangka bahwa mereka akan menjadi begitu cantik". Sejak semula aku sudah sulit mempercayainya, hatiku amat tersentuh, namun aku tersadar, melihat wajahnya, aku sengaja berkata, "Apa bagusnya" Dan bukan kau sendiri yang menanamnya". Namun ia sama sekali tak marah dan masih dengan puas diri berkata, "Aku sudah tahu kau akan berkata begitu, maka aku sengaja menyimpan sesuatu untukmu". Ia menunjuk ke sepetak tanah kecil di sebelah utara dan berkata, "Yang di sebelah sana kutanam sendiri, lebih dari cukup untuk menganti kerugianmu". Yuanyang Teng sedang tertawa riang di bawah sinar mentari, emas dan perak saling kontras satu sama lain, luar biasa cemerlang, namun tak bisa dibandingkan dengan senyumnya saat ini yang hangat berseri-seri dan membuat hatiku sama sekali tak berbayang-bayang. Sekonyong-konyong, aku menangkupkan sepasang tanganku di sisi mulutku, lalu berteriak keras-keras ke arah lembah, "Aku sangat bahagia, sangat bahagia!" Huo Qubing tertegun sesaat, lalu senyum memenuhi wajahnya, ia pun berteriak ke arah lembah itu, "Aku juga sangat bahagia!" Perkataan "sangat bahagia" kami berdua mengema bersama diantara gunung dan lembah, dengan sayup-sayup berpadu dengan harmonis. Sambil tertawa ia mengendongku dan berputar-putar di tengah rumpun bunga, aku pun tak bisa menahan tawa. Tawa kami bergema di sungai dan melayang-layang di tengah Yuanyang Teng yang memenuhi seluruh lereng gunung. Aku sudah berlutut di lantai selama satu shichen, namun Li Yan masih diam seribu bahasa. Aku berpikir bahwa kalau kami berdua sama-sama berkeras hati seperti ini, tak ada gunanya, maka aku bersujud dan berkata, "Niang niang, hamba tak tahu hamba dipanggil karena masalah apa?" Ekspresi dingin di wajah Li Yan menghilang, tak nyana wajahnya nampak sedih, "Jin Yu, kenapa bisa seperti ini" Ketika orang memberitahuku, bagaimanapun juga aku tak berani mempercayainya. Yang kau sukai bukannya majikan Perusahaan Shi, Meng Jiu" Tapi kau sekarang malahan bersama Huo Qubing, apakah kau benar-benar ingin menikah dengannya?" "Maaf, aku......aku.......", aku hanya bisa berulangkali bersujud, "Tapi biar bagaimanapun juga, aku tak akan membocorkan identitasmu. Aku menganggap diriku tak tahu apa-apa tentang masalah itu". Li Yan tersenyum sinis dan berkata, "Tapi bagaimana kalau Huo Qubing hendak menghalangi Bo er?" Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya, "Aku tak ingin memanggilmu niang niang. Li Yan, aku berharap dapat sekali lagi berbicara padamu sebagai seorang teman. Mohon urungkan niatmu untuk merebut kedudukan putra mahkota. Kau sudah begitu banyak menderita, apakah kau tega membiarkan putramu menderita seumur hidupnya?" Li Yan menatapku dengan tajam, "Aku hanya ingin bertanya padamu, kalau pada suatu hari, Huo Qubing hendak mencelakai kami, apakah kau akan membantunya?" Dengan tak berdaya aku berkata, "Asalkan kau tak mencelakai putra mahkota, Huo Qubing tak akan mencelakaimu. Tapi aku.......aku tak akan membiarkanmu mencelakai Huo Qubing". Li Yan menelengkan kepalanya dan tertawa pelan, wajah tersenyumnya cantik jelita, membuat hatiku tergerak, "Jin Yu, kau boleh pergi. Setelah ini kita akan berjalan di jalan masing-masing, tapi kau harus mengingat sumpahmu, Langit tak pernah lupa". Ia punya seseorang yang ingin dilindunginya, aku pun punya seseorang yang ingin kulindungi, akhirnya kami berdua maju selangkah. Tanpa berkata apa-apa, aku bersujud padanya, lalu bangkit dan pergi. Hong Gu menyuruh dapur membuatkan makanan-makanan yang dahulu kusukai, namun aku sulit menelan makanan-makanan lezat di atas meja itu, "Hong Gu apakah usaha rumah bordil dan pegadaian sudah ditutup?" Hong Gu menjawab, "Kau baru berapa hari pulang" Mana bisa begitu cepat" Perlu waktu untuk menjualnya, tapi aku sudah berusaha sebisaku, harganya pun sudah dibicarakan". Aku mengangguk dan berkata, "Setelah ini, suruh nona-nona di rumah hiburan kita untuk menahan diri, dalam bertindak mereka harus hati-hati. Mengenai usaha rumah hiburan, aku sudah merencanakan untuk menjualnya pada suatu perusahaan yang dapat diandalkan". Hong Gu meletakkan sumpitnya, "Jin Yu, sebenarnya ada apa" Aku benar-benar tak paham, sekarang apa yang kau takuti di Chang'an ini" Apakah Jenderal Besar Huo akan membiarkan orang menganiayamu" Belum lagi kekuatan Keluarga Wei di istana, dan Nyonya Li, mana ada orang yang berani menganggu kita". Aku berkata, "Aku dan Nyonya Li sudah tak akur lagi. Aku hanya tahu sedikit tentang siasat yang sedang dijalankannya. Walaupun Qubing melindungiku, tapi kalau ada sedikitpun kesalahan kita yang diketahui oleh Li Yan, ia dapat menyalakan api dan mengipasinya, sehingga hal kecil akan menjadi masalah besar. Kaisar amat sayang pada Li Yan, kalau masalah itu diselidiki, mungkin aku dapat bersembunyi, tapi kalian.......sekarang Li Yan bukan Li Yan sebelum masuk istana dahulu, sekarang ia tak segan mencabut nyawa orang". Aku mengingat percakapan tentang Luoyu Fang di markas tentara yang diam-diam kudengar itu, "Hong Gu, Luoyu Fang kelihatannya sukses, namun sebenarnya kita telah menyinggung banyak bangsawan dan orang berpengaruh, namun karena perlindungan sang nyonya di istana belakang, orang-orang itu terpaksa menahan amarah mereka, kalau Li Yan mulai melawan kita dan memanfaatkan kemarahan orang-orang ini, janganjangan nona-nona di rumah hiburan kita akan berada dalam kesulitan, sekarang aku ingin langsung menutup rumah hiburan kita, akan tetapi nona-nona kita adalah yatim piatu yang tak punya tempat bersandar, kalau kita tak mengaturnya dengan baik, bagaimana mereka dapat hidup?" Hong Gu nampak tertegun, "Kenapa bisa sampai begini?" Aku menggeleng-geleng, lalu berkata sambil tersenyum pahit, "Rencana manusia tak bisa mengalahkan rencana Langit, bagaimanapun juga tak pernah terpikir olehku bahwa akan ada suatu hari seperti ini". -------------------Begitu Yinzhixie mendengar kabar bahwa Raja Hunxie dan Raja Xiutu bermaksud untuk menyerah pada Dinasti Han, ia segera mengirim utusan untuk mengubah pikiran mereka. Raja Xiutu mendengarkan nasehat utusan itu dan mengurungkan niatnya untuk menyerah, ia bertengkar dengan Raja Hunxie sehingga mereka berdua menjadi bermusuhan. Di tengah kekacauan itu, Raja Hunxie membunuh Raja Xiutu, sehingga pasukan Raja Xiutu memberontak. Selain itu, utusan Yinzhixie sengaja menghasut pasukan Raja Hunxie sehingga mereka berkelahi diantara mereka sendiri, pasukan Xiongnu yang ingin berdamai dan yang ingin terus berperang saling berhadapan, pertempuran sengit dapat terjadi sewaktu-waktu. Kabar itu didengar oleh pasukan Han yang masih berada di perjalanan, Zhao Ponu dan yang lainnya mengusulkan untuk menunggu di seberang Sungai Kuning sampai mereka saling membunuh, lalu mengambil kesempatan untuk menumpas mereka, dengan demikian, mereka akan dapat menghancurkan kekuatan kedua raja Xiongnu itu tanpa mengorbankan pasukan Han. Namun Huo Qubing menolak cara yang paling aman itu dan berkata, "Kaisar selalu memperlakukan orang Hu yang menyerah dengan murah hati dan memberi mereka hadiah yang melimpah, dengan menggunakan kelembutan dan kekerasan menaklukkan berbagai negeri. Kali ini Raja Hunxie hendak menyerah pada Dinasti Han dengan tulus, kalau kita membiarkannya mati, setelah ini orang yang hendak menyerah akan ditertawakan orang". Tanpa menghiraukan nasehat para jenderal lain, ia berkeras membawa sepuluh ribu pasukan menyeberangi Sungai Kuning, lalu masuk ke markas Xiongnu yang dijaga banyak orang. Dengan sepuluh ribu prajurit pemberani itu, Huo Qubing mengamuk diantara empat puluh ribu prajurit di markas Xiongnu. Sekali lagi, ia menang melawan musuh yang jauh lebih banyak, dan sekali lagi meraih kemenangan yang sepertinya tak mungkin diraih, dalam hati bangsa Xiongnu, Huo Qubing berubah menjadi seorang dewa perang yang tak terkalahkan. Banyak sekali orang Xiongnu amat takut padanya, sehingga begitu mendengar nama 'Huo Qubing', mereka langsung lari tunggang langgang. Setelah menyelamatkan Raja Hunxie, dengan tangan besi, Huo Qubing minta Raja Hunxie agar menghukum mati delapan ribu prajurit Xiongnu yang ingin terus berperang, darah segar tertumpah, kepala menggelinding, ditambah dengan perintah Raja Hunxie, akhirnya seluruh pasukan Xiongnu pun meletakkan senjata mereka. Huo Qubing mengirim pasukan untuk mengawal Raja Hunxie dan membawa keluarga Raja Xiutu ke Chang'an. Akan tetapi ia sendiri tetap menunggu perintah Liu Che, setelah selesai mengatur empat puluh ribu prajurit Xiongnu yang menyerah, ia baru kembali ke Chang'an. Liu Che memberi hadiah pada Raja Hunxie dan para Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo panglimanya dengan murah hati, membiarkan mereka menikmati segala yang terbaik di Chang'an. Ia menempatkan prajurit Xiongnu yang menyerah di Longxi dan empat prefektur lain untuk menjaga perbatasan, serta membangun tembok pertahanan dari Qilian Shan sampai Yanzhi. Di bekas garnisun pasukan Raja Hunxie dan Xiutu, ia mendirikan prefektur Wuwei dan Zhangye, bersama Jiuquan dan Dunhuang, mereka menjadi salah satu dari empat prefektur di Xiyu. Sekarang seluruh kekuatan Xiongnu di sekitar Sungai Kuning dan Gurun Gobi selatan telah musnah, dengan demikian ia telah selangkah lebih maju dalam mengucilkan Xiongnu dan sekaligus membuka jalan ke negaranegara Xiyu. Kali ini, Liu Che sangat menghargai jasa Huo Qubing, ketika Huo Qubing pulang ke Chang'an, Liu Che menyambutnya secara pribadi dan menghadiahkan seribu tujuh ratus keluarga di Kota Shi kepadanya. Secara keseluruhan, Huo Qubing berkuasa atas sebelas ribu enam ratus keluarga, melebihi Jenderal Besar Wei Qing, ia pun menjadi orang yang paling terhormat di istana. Musim gugur telah tiba, namun hawa panas tak berkurang, dengan lesu aku berbaring di dipan, aku memejamkan mataku sambil sesekali mengipasi diriku dengan sebuah kipas bulat berhiaskan gambar wanita cantik. Seseorang duduk di sisiku, namun aku tetap memejamkan mataku, tak memperdulikannya, ia membungkuk, hendak menciumku, namun kipasku menghalanginya sehingga ia malahan mencium wanita cantik di kipasku itu, dengan setengah kesal setengah tak berdaya, orang itu memandangku. Aku berbalik dan bertanya sambil mempermainkan kipas itu, "Apakah ia lebih cantik dariku?" Sambil tersenyum, Huo Qubing berkata, "Aku tak tahu ia cantik atau tidak, tapi ia benar-benar lebih tahu diri dibandingkan dirimu. Sudah berhari-hari tak bertemu tapi memeluk saja tak bisa". Aku mendengus, lalu menutupi wajahku dengan kipas, tak menghiraukannya. Ia bertanya di telingaku, "Ada apa" Kenapa kau lesu begini?" Aku menghela napas dengan pelan dan berkata, "Aku sedang purapura jadi ibu rumah tangga yang bosan dan kesal, masa kau tak tahu?" "Jangan tidur-tiduran di dipan, semakin lama berbaring kau akan semakin malas, temani aku berjalan-jalan". Sambil tersenyum, ia merampas kipas itu dan membuangnya, lalu menarikku hingga bangkit, "Kepandaianmu berbohong semakin lama semakin tinggi. Begitu kembali ke Chang'an aku mendengar dari Paman Chen bahwa Luoyu Fang sepertinya sedang dengan cepat menjual usaha-usahanya, aku tak tahu apa yang kau pikirkan, tapi sepertinya kau menimpakan segala kesalahan ke kepalaku". Sejak kembali ke Chang'an, karena hatiku cemas, kecuali ketika diundang Li Yan ke istana, aku terus tinggal di rumah, saat ini aku juga tak terlalu ingin berjalan-jalan, namun melihat wajah Huo Qubing yang bersemangat, aku tak ingin mengecewakannya, maka aku pun menyemangati diriku sendiri dan pergi menemaninya berjalan-jalan. Kami berdua duduk di ruangan pribadi di Yipin Ju yang menghadap ke jendela, dengan ditemani sepoci teh hijau dan beberapa piring makanan kecil, kami mengobrol dengan suara pelan, sambil tersenyum ia bercerita kenapa Kota Jiuquan dinamai Jiuquan. Kaisar menghadiahkan seguci arak, namun karena saat itu banyak orang, tak cukup untuk dibagikan, maka ia menuang arak itu ke mata air sehingga semua orang sama-sama dapat meminumnya, oleh karenanya mata air itu dinamai Jiuquan, dan nama Han itu pun menggantikan nama Xiongnu mata air itu. Sambil tersenyum aku bertanya, "Apakah airnya benar-benar berasa arak?" Huo Qubing menghirup seteguk teh, lalu berkata sambil menyengir, "Arak yang dihadiahkan kaisar masa arak biasa" Semua orang mengatakan bahwa mereka dapat merasakan wangi arak, maka airnya tentu memang berasa arak". Ia mengangsurkan tangannya untuk membersihkan remah-remah kue di bibirku, di rumah makan itu ada orang lain, dengan jengah aku melengos menghindar, lalu membersihkannya dengan jariku sendiri, ia belum sempat menyentuh wajahku, namun sambil tersenyum, ia memakai kesempatan itu untuk mengenggam tanganku, aku berusaha menariknya, namun tak berhasil, maka aku hanya dapat mencibir ke arah dirinya. Huo Qubing tertawa pelan, pandangan matanya selembut air, namun air mukanya tiba-tiba berubah, walaupun masih tersenyum, senyumnya seakan membeku. Aku mengikuti arah pandangan matanya, berpaling untuk melihat ke depan, hatiku bagai diremas keras-keras, terasa pedih, otakku kosong melompong, tubuhku terpaku di tempat. Wajah Jiu Ye pucat pasi, pandangan matanya terpaku pada tanganku dan tangan Huo Qubing yang saling mengenggam, ia sukar mempercayai pandangan matanya. Hatiku galau, tanpa sadar, aku hendak menarik tanganku, namun Huo Qubing mengenggamnya erat-erat, sama sekali tak mengendurkan pegangannya, bagai borgol besi, seakan menembus dagingku. Hatiku yang pedih gemetar namun pikiranku terang benderang, aku membiarkan Huo Qubing mengenggam tanganku, duduk tak bergeming. Shi Feng memandang Jiu Ye, lalu memandangku, "Yu Jiejie, kau......kapan kau kembali ke Chang'an" Apakah kau tahu bahwa Jiu Ye......kata orang kau ada di Chang'an, kami semua tak berani percaya bahwa kau dan......" Walaupun suara Jiu Ye pelan, namun ia memotong perkataan Shi Feng dengan tegas, "Aku senang kau baik-baik saja". Di wajahnya samar-samar nampas seulas senyum hambar, melihatnya hatiku penuh kepedihan. Aku memaksa diriku untuk berbicara, seakan tak ada apa-apa, "Aku sudah membuatmu khawatir saja". Sambil tersenyum Huo Qubing berkata, "Bagaimana kalau Saudara Meng duduk bersama kami, untuk minum teh bersama?" Jiu Ye hendak menolak, namun Tianchao dengan amat cepat berkata, "Baik!" Wajah Shi Feng nampak tak senang, dengan marah ia menatapku, lalu menatap Huo Qubing untuk menunjukkan kemarahannya. Wajah Jiu Ye masih pucat pasi, namun sikapnya sudah kembali seperti biasanya. Sambil tersenyum, ia saling bersulang dengan Huo Qubing dengan cawan teh, lalu dengan ramah dan anggun berbicara dengannya mengenai hal-hal yang tak ada hubungannya, hanya saja, begitu pandangan matanya melihatku, ia langsung mengalihkannya, sama sekali tak mau melihatku. Aku terus menunduk tanpa berkata apa-apa, memandang ke tikar bambu di bawah lututku, selama itu, Huo Qubing terus mengenggam tanganku. Dadaku dingin bagai es sekaligus panas bagai bara, aku pun berkata pada Huo Qubing, "Ayo pulang!" Huo Qubing menatapku, di matanya nampak rasa pedih dan simpati, ia melepaskan tanganku dan mengangguk dengan perlahan. "Jin Yu, kebetulan sekali! Aku memang akan menemuimu beberapa hari lagi". Li Guangli dan beberapa putra keluarga terpandang Chang'an yang pemalas masuk ke dalam ruangan itu, setelah memberi salam padaku, ia memandang Huo Qubing, pemuda-pemuda yang datang bersamanya segera berhenti bercanda dan berebutan memberi hormat pada Huo Qubing, namun Li Guangli sama sekali tak menghiraukannya, dan malahan bersikap angkuh, sambil menjura, ia berkata, "Jenderal Besar Huo, tak nyana anda juga kebetulan berada di sini". Huo Qubing memandang ke depan, seakan tak melihatnya dan tak mendengarnya. Aku tersenyum dan berkata, "Aku sedang akan pulang, kalau ada apa-apa, cari aku di rumah!" Sambil masih tersenyum, Li Guangli melirik ke arahku, aku tak paham maksud senyumannya itu, "Kenapa?" Ia mengigit bibirnya, agak jengah, "Tak ada apa-apa, beberapa hari lagi kau juga akan tahu". Dengan dingin Huo Qubing menatap Li Guangli, Li Guangli gemetar, dengan cemas ia menghindari pandangan matanya, namun ia segera memberanikan diri dan balas menatap Huo Qubing, akan tetapi, ternyata Huo Qubing sudah tak memandang kearahnya lagi, pandangan matanya menatapku, memberi isyarat untuk pergi. Keberanian Li Guangli sia-sia, wajahnya nampak murka, namun ketika menatapku, ia nampak puas diri. Li Guangli adalah seseorang yang tak dapat menyembunyikan perasaannya, sinar matanya sangat aneh, namun karena Li Yan, aku tak berani tak menghiraukannya, maka aku berusaha memancingnya, "Kakak kedua, sikapmu biasanya selalu terus terang, kenapa hari ini kau malu-malu begini" Caramu berbicara lebih malu-malu dari seorang gadis yang akan naik tandu pernikahan". Para pemuda di sampingnya hendak tertawa, tapi cepat-cepat menahannnya, wajah Li Guangli memerah, ia berseru, "Bukannya aku tak mau bilang, tapi kata adik aku tak boleh bicara dulu". Hatiku makin cemas, namun aku tersenyum dan berkata, "Kalau niang niang menyuruhmu, tentu saja kau harus mendengarkannya. Karena kau tak berani bicara, aku tak akan memaksamu". Setelah selesai berbicara aku hendak langsung pergi. "Kata siapa aku tak berani?" Li Guangli berjalan ke sisiku, ia bimbang sesaat, tak berani memandangku, melengos memandang ke arah lain, lalu mengumam, "Kata adik ia hendak mohon kaisar menganugerahkan pernikahan kepadaku, hendak menikahkan?"kau denganku". Tangan Jiu Ye yang sejak tadi sedang menghirup teh dengan tenang, seakan sama sekali tak memperhatikan kami, bergetar, cawan tehnya pun terjatuh ke lantai, ia berpaling memandang Li Guangli. Huo Qubing seakan mendengar suatu perkataan yang paling tak masuk akal yang pernah didengarnya, setelah tertegun sejenak, ia tertawa terbahak-bahak. Wajah Li Guangli nampak cemas, dengan jeri ia menghindari pandangan mata Jiu Ye, melihat reaksi Huo Qubing, ekspresi wajahnya nampak makin rumit. Shi Feng tertegun sejenak, lalu memakinya, "Kau ini pungguk merindukan bulan!" Kejadian itu benar-benar tak terduga, aku berdiri di tempat dengan tertegun, dengan cepat aku memikirkan apa yang harus kuperbuat, setelah mendengar makian Shi Feng, aku baru tersadar dan memarahinya dengan tegas, "Xiao Feng, cepat minta maaf". Aku tak pernah berkata dengan kasar pada Xiao Feng sebelumnya, ini adalah untuk pertama kalinya aku menegurnya dengan keras, ia memandangku dengan sinar mata terluka. Jiu Ye tersenyum hambar, lalu dengan lemah lembut berkata, "Kalau melakukan kesalahan memang harus minta maaf, tapi Xiao Feng tak melakukan kesalahan, untuk apa minta maaf?" Huo Qubing mengangguk, dengan dingin ia berkata, "Perkataanmu itu cocok dengan pikiranku". Tak nyana, mereka berdua sepakat, aku tak berani banyak bicara lagi, dan hanya dapat bangkit dari kursi untuk menghormat pada Li Guangli, dengan wajah jengah, ia menatap Jiu Ye dan Huo Qubing dengan penuh kebencian, lalu mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar. Aku menghentakkan kakiku, lalu berkata pada Huo Qubing, "Hati Li Guangli tak buruk, kalau aku memohon padanya dengan baik-baik, ia sendiri pasti tak akan menyetujuinya, sekarang kau justru membuatnya ingin melakukannya demi kehormatan dirinya". Wajah Huo Qubing nampak penuh sikap menghina, ia mendengus dengan dingin, "Mohon padanya dengan baik-baik" Kalau kau tak ada di sini, sudah kucabut kepalanya". Dengan tak berdaya aku menghela napas, Huo Qubing menarikku keluar, "Sekarang aku akan pergi mencari kaisar untuk menjelaskan masalah ini. Nyonya Li apa?"hah!" Karena tergesa-gesa, aku sama sekali tak berani menoleh, namun aku tahu bahwa sepasang mata itu tentunya terpaku pada diriku. Karena perhatianku teralih, kakiku tersandung ambang pintu yang tak tinggi, Huo Qubing segera memayangku, ia berpaling dan saling beradu pandang dengan Jiu Ye, dingin dan hangat, keduanya sama sekali tak menghindari pandangan mata lawan, di sekeliling mereka lelatu seakan meledak-ledak. Aku cepat-cepat memaksa diriku tersenyum, lalu keluar dari Yipin Ju sambil mencengkeram lengan Huo Qubing. Ketika kami baru masuk ke istana dan belum bertemu kaisar, seorang dayang wanita setengah baya segera menghalangi kami, ia menghormat kepada Huo Qubing. Wajah Huo Qubing yang merasa kesal dan ingin cepat-cepat bertemu kaisar menjadi lega, ia menghindar ke samping dan hanya menerima separuh penghormatan itu, kepadaku ia berkata, "Ini dayang-dayang pendamping permaisuri, waktu kecil aku memanggilnya Bibi Yun, tapi entah kenapa, sekarang ia tak memperbolehkanku memanggilnya bibi, setelah ini kau harus membantuku memanggilnya bibi!" Aku cepat-cepat memberi hormat, "Bibi Yun". Bibi Yun menerima separuh penghormatanku, lalu tersenyum dan berkata, "Kau Yu er" Ketika Jenderal Huo dan permaisuri terakhir kali membicarakanmu seharian, aku ingin berjumpa denganmu". Wajah Huo Qubing menjadi dingin, Bibi Yun mengandeng tanganku, "Bagaimana kalau kita menemui permaisuri dahulu" Permaisuri juga ingin menemuimu". Aku memandang Huo Qubing, ketika melihatnya tak menentangnya, aku pun mengangguk. Dinding batu, pagar bambu, bunga-bunga seruni musim gugur mekar dengan semarak, putih dan kuning, memenuhi taman dan aula dengan keharuman mereka. Angin timur berhembus dan membuat kelopak-kelopak bunga yang telah gugur berterbangan dan menari-nari. Mentari yang sedang terbenam menyinari bunga dan manusia di taman itu, sehingga manusia nampak lebih cemerlang dari bunga seruni. Mau tak mau kami memperlambat langkah kami, dengan suara pelan Bibi Yun berkata, "Niang niang". Tanpa menunggu kami menghormat, Permaisuri Wei menunjuk tikar-tikar bambu di samping rumpun bunga seruni, "Duduklah!" Permaisuri Wei duduk di hadapan kami, memperhatikanku dengan seksama, lalu menghela napas dengan pelan, "Mengikuti Qubing tentu menyusahkanmu". Huo Qubing berkata, "Aku tak akan menyusahkannya". Di bibir permaisuri nampak seulas senyum yang seakan ada dan tiada, "Kaisar belum menyetujui pernikahan Li Guangli". Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Aku akan berterima kasih pada kaisar. Walaupun aku belum sempat membicarakan masalah pernikahan dengan kaisar, tapi Yang Mulia sudah tahu tentang perasaanku pada Jin Yu, bertahun-tahun yang lalu ia pernah menggodaku, kalau aku sendiri tak bisa mendapatkan Jin Yu, ia akan membantuku merebutnya". Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di mata sang permaisuri nampak rasa simpati, "Yang Mulia hendak menganugerahkan pernikahan padamu, tapi?"tapi bukan Jin Yu". Huo Qubing tiba-tiba bangkit, "Kecuali Jin Yu, aku tak menginginkan siapapun". Permaisuri Wei berkata, "Maksud kaisar, kau dapat menikahi Jin Yu sebagai selir, tapi kau sama sekali tak bisa menjadikannya istri sah". Di langit, lembayung senja memerah, sepasang burung layanglayang terbang berputar-putar, bayang-bayang mereka jatuh di atas tikar yang berwarna kuning muda. Aku menunduk dan dengan tertegun menghitung helai-helai bambu yang saling bersilangan, satu, dua, lima......aku menghitung sampai di mana" Aku kembali menghitung, satu, tiga, dua......... Huo Qubing menarikku, hendak pergi, namun sang permaisuri berkata dengan pelan, "Qubing, masalah ini lebih rumit dari medan perang, kau tak dapat membunuh musuh hanya dengan mengayunkan golokmu saja, kalau kau bertindak dengan gegabah, apakah kau tak takut akan mencelakai Jin Yu?" Huo Qubing yang baru berdiri kembali duduk, "Apa maksud kaisar?" Sang permaisuri berkata, "Kenapa kaisar memberimu kedudukan penting" Dalam beberapa pertempuran ini, ia selalu memberimu pasukan terbaik dan setelah kau berjasa ia memberimu hadiah besar, sehingga dalam dua tahun yang pendek, kedudukanmu sudah hampir menyamai pamanmu". Huo Qubing diam seribu bahasa. Liu Che sangat takut Wei Qing akan memonopoli kekuatan militer, ia selalu berusaha memecah kekuasaan militer Wei Qing, akan tetapi jenderal yang baik sukar dicari, orang biasa mana bisa mengatasi Wei Qing" Kemunculan Huo Qubing memberinya kesempatan untuk melakukan hal itu, watak Huo Qubing pun kebetulan berbeda dengan Wei Qing, dan justru cocok dengan watak Liu Che, oleh karenanya, Liu Che sengaja memupuk kekuatan militer Huo Qubing untuk melawan kekuatan pengikut Wei Qing, dengan demikian kekuasaan militer akan sedikit demi sedikit terbelah menjadi dua, sekaligus membuat Wei Qing dan Huo Qubing semakin saling menjauhi. Denga perlahan Permaisuri Wei melambaikan lengan bajunya, menyapu beberapa kuntum bunga yang luruh di samping qin di atas meja, "Kaisar hendak memilih seorang putri untuk dinikahkan denganmu". Bertahun-tahun yang silam, untuk melawan kekuatan keluarga Dou dan Wang di istana, Liu Che menempatkan Wei Qing di posisi penting dan sengaja memupuk kekuatannya, akan tetapi, setelah keluarga Dou dan Wang runtuh, kekuatan militer Wei Qing semakin besar, reputasinya semakin lama semakin tinggi, dan segalanya pun berubah dengan hampir tak kelihatan. Kenapa Wei Qing menikahi seorang putri yang usianya jauh lebih tua dari dirinya" Sebab yang sesungguhnya dari tindakannya ini membuat orang menduga-duga. Bertahun-tahun kemudian, Huo Qubing pun harus menikahi seorang putri. Mentari terbenam, setengah angkasa dipenuhi lembayung merah, beberapa ekor angsa liar terbang pergi, kami bertiga diam seribu bahasa. Huo Qubing menengadah, memandang angsa-angsa liar yang terbang di angkasa, "Belajar dari kesalahan paman, aku telah berusaha sebisanya untuk bertindak dengan hati-hati, tapi masih?"" Ia berpaling ke arahku dan tersenyum dengan hangat, "Kecuali dirimu, aku tak mau menikahi siapapun juga, tak perduli apakah dia putri babi atau ibu babi". Permaisuri Wei mengerutkan dahinya, namun tak berkata apa-apa. Setelah menghormat pada Permaisuri Wei, Huo Qubing mengandeng tanganku dan melangkah keluar, Permaisuri Wei menghela napas dengan pelan, namun tak banyak bicara lagi, ia pun menunduk dan memetik qin. Dentang-denting qin berkumandang naik turun tanpa henti bagai angin, bertiup dengan sendu memenuhi aula itu. Ketika aku memandang ke luar, di bawah sinar mentari yang sedang terbenam, beberapa kuntum bunga luruh, masih terbawa tiupan angin. ?"?"?"?"?"?"?"?" Sinar rembulan yang dingin, malam gelap gulita yang pekat, cahaya beberapa ekor kunang-kunang yang kehijauan berkelapkelip di kejauhan. Daun-daun kering berguguran, kadang-kadang tanpa suara, kadang-kadang bergemerisik. Hatiku bagai malam ini, gelap gulita, beberapa titik cahaya itu bagaimana dapat menerangi masa depanku" Aku berdiri sambil termenung untuk beberapa lama, lalu mendadak mengejar kunang-kunang itu, lengan bajuku yang berwarna-warni melayang dengan cepat, suara angin berdesir, namun begitu aku mengenggam kunang-kunang yang ringkih itu, aku segera kehilangan tenaga dan melepaskan mereka. "Yu er?".." Suara itu lembut dan pelan, seakan takut memecahkan kesunyian malam, hatiku terkesiap, aku segera berhenti bergerak, namun tak kuasa berpaling. Untuk apa ia datang" Dahulu entah sudah berapa kali aku berharap suatu hari akan dapat mendengar suaranya di taman ini. Namun saat itu sudah terlalu lama berlalu, setelah berulangkali bersedih, aku telah melupakannya, namun tak nyana suara ini sekarang terdengar di belakangku. "Untuk apa kau datang?" "Yu er, aku?"maaf". Sambil bertumpu pada tongkat, Jiu Ye berjalan ke depanku, "Aku"hendak mohon kau memaafkanku, apakah kau dapat memberiku satu kesempatan lagi?" Hatiku terguncang, dengan tak percaya aku menatapnya, "Apa katamu" Aku tak paham". Dahinya berkerut penuh duka, namun api berkobar-kobar di matanya, membakar hatiku hingga terasa pedih, "Aku salah telah menganggap diriku tahu segalanya, aku tak pernah memberitahukan isi hatiku padamu, aku menganggap diriku telah mengambil keputusan yang terbaik untuk kita berdua, tapi aku tak pernah bertanya padamu, apakah pilihanku benar"Apakah itu yang kau inginkan" Yu er, aku menyukaimu, di hatiku selalu ada dirimu". Hal ini sangat mengelikan, dahulu aku sudi menukar perkataannya itu dengan hidupku, namun sekarang ketika mendengarnya, hatiku penuh rasa duka dan geram, aku tak kuasa menahan tawaku, "Jiu Ye, jangan menggodaku. Aku sudah berjanji akan menikah dengan Huo Qubing". Tangannya mengenggam tongkatnya erat-erat, wajahnya pucat pasi, namun nada suaranya tegas, "Bukankah kau belum menikah dengannya" Lagipula sekarang ia memegang kekuasaan militer, hubungan keluarganya pun rumit, masalah pernikahannya sudah bukan hanya urusan pernikahan belaka, tapi akan ditentukan oleh perhitungan untung rugi berbagai pihak, sama sekali bukan semata-mata berdasarkan keputusannya. Yu er, sebelum ini semuanya adalah salahku, tapi kali ini aku tak ingin kehilanganmu lagi". Aku tertegun, kenapa bisa seperti ini" Dahulu kenapa aku memohon dan memohon namun tak pernah terkabul dan sekarang kenapa semua berubah total" Jiu Ye menjulurkan tangannya dan membersihkan daun-daun yang luruh di kepalaku, dengan lembut jari-jemarinya menyentuh pipiku, tiba-tiba aku melengos menghindar, jarinya tergantung di udara dengan kaku, setelah itu dengan perlahan ia menariknya. Hatiku terkesiap, aku tersadar dan mundur beberapa langkah, aku mengeraskan hatiku dan berkata, "Jiu Ye, aku sudah?"..dan Huo Qubing sudah?".aku sudah menjadi miliknya". ia tertegun sesaat, sinar matanya nampak rumit, lalu ia tertawa dengan acuh tak acuh, "Apa kau lupa cerita kakekku" Sebelum nenek menikah dengan kakek, ia adalah selir kecil orang lain, kau pikir aku memperdulikan hal semacam itu?" Aku sangat terkejut, sambil menggeleng-geleng, aku mengumam, "Sebenarnya apa yang terjadi" Kenapa dahulu?"" Jiu Ye melangkah ke depan, menunduk memandangku, "Yu er, mula-mula aku khawatir karena kedudukanku. Sejak kakek mendirikan Perusahaan Shi, pemasukan Perusahaan Shi sebagian besar dihabiskan di Xiyu, sebagian untuk membantu rakyat jelata, namun sebagian lagi untuk membantu negaranegara di Xiyu meningkatkan kekuatan militer mereka. Saat sampai di tanganku, aku berusaha sekuat tenaga memisahkan diri dari negara-negara Xiyu itu, namun kami sudah terlanjur berhubungan erat dalam berbagai hal, kalau hal ini sampai bocor keluar, kepalaku akan dengan sangat mudah menggelinding di tanah. Secara rasional aku tahu bahwa aku harus menjauhimu, namun hatiku masih ingin melihatmu. Bahkan aku sampai mengujimu, ingin tahu apakah kau dapat menerimaku atau tidak". Aku mengigit bibirku,"Apakah aku lulus ujianmu?" Ia menggeleng-geleng, "Lulus, jauh melebihi harapanku". Dengan tak paham aku memandangnya. "Tapi kau terlalu baik, begitu baik sehingga membuatku merasa rendah diri, takut seumur hidup ini tak bisa membahagiakanmu, maka dengan angkuh aku menjauhkan dirimu dariku". Di kolong langit ini mana ada penjelasan seperti ini" Aku tertawa dingin, dengan cemas Jiu Ye hendak mengenggam tanganku, namun aku mendorongnya keras-keras, rasa sakit berkelebat di wajahnya, ia memandang ke tanah, lalu dengan perlahan berkata, "Yu er, tubuhku cacat, tak hanya kakiku, aku juga"..juga tak dapat punya anak, aku tak bisa memberimu sebuah keluarga yang normal". Setelah tersenyum getir, tak nyana di wajahnya muncul ekspresi menertawakan dirinya sendiri, "Bukannya tak dapat berhubungan suami istri, tapi anakku akan mewarisi cacatku, dan juga akan sulit bertahan hidup. Ibu melahirkan lima orang anak, dan aku adalah satu-satunya yang bertahan hidup, diantara kami berlima empat orang lahir dengan kaki cacat. Kematian ayah dan ibu di usia muda erat hubungannya dengan pukulan itu. Setelah aku mempelajari ilmu pengobatan, aku menyelidiki keluarga ibuku, ia adalah satu-satunya anak nenek luar yang bertahan hidup, karena sedih, nenek luar mati muda. Sejak kecil aku selalu melihat ayah ibuku bersedih, kulihat setiap mengandung ibu girang, dan setiap kehilangan anak begitu berduka, aku tak ingin peristiwa itu kembali berulang". Ternyata karena hal itu ia menolakku, kenapa dengan angkuh ia mengangapku sama dengan perempuan biasa, tak bisa tak punya anak" Memangnya kalau tak punya anak lantas tak bisa berbahagia" Kenapa ia tak bertanya apa yang kuinginkan" Berbagai perasaan dan seribu satu macam kepedihan berkecamuk dalam hatiku, tapi ia ternyata masih dapat tersenyum mengejek dirinya sendiri, aku mengayunkan tanganku untuk memukulnya, kepalanku mendarat di bahu dan dadanya, "Kenapa kau?"kenapa kau tak bilang dari dulu" Memangnya aku memperdulikan hal-hal itu" Yang kuperdulikan hanya dirimu!" Ia berdiri tanpa bergeming, membiarkan kepalanku mendarat di tubuhku. Hatiku sakit, aku merasa tenagaku hilang diserap rasa duka, tubuhku bergoyang-goyang, aku mana bisa terus memukulnya" ia segera mengangsurkan tangannya untuk menyokongku, kepalanku dengan lemas terbuka, akhirnya aku pun tak bisa menahan air mataku jatuh bercucuran. Ia cepat-cepat menyekanya, "Yu er, setelah ini aku tak akan membuatmu mengucurkan air mata. Sejak kau pergi, aku terus berusaha membereskan usaha besar kecil Perusahaan Shi, setelah semua beres, kita akan membeli beberapa ekor kuda, lalu meninggalkan Chang"an, kita pasti akan dapat lari lebih cepat dari keledai Lao Zi, dan pasti dapat menghilang dengan lebih tanpa jejak. Gurun utara atau Jiangnan, kita dapat pergi kemanapun kau suka. Setelah itu pasti akan banyak marabahaya, namun kita akan dapat melawan takdir dengan bergandengan tangan". Air mataku bercucuran bagai hujan, bagaimanapun juga tak bisa diseka hingga kering. Tak lama kemudian, bahu Jiu Ye telah basah kuyup. Sejak keluar istana malam ini, hatiku telah berat bagai dituangi timah, sekarang sebenarnya aku tak tahu sedang menangis karena apa, namun hatiku bagai diiris-iris pisau, sedih sekali. Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku dengan begitu keras hingga tubuhku tertarik ke belakang, sebelum aku sempat berseru terkejut, aku telah terjatuh ke dalam sebuah pelukan yang sudah akrab denganku. Tubuh Huo Qubing kaku, ia memelukku dengan begitu erat hingga aku sukar bernapas, ia tak memandangku, hanya berkata sambil tersenyum pada Jiu Ye, "Sejak saat ini akulah yang akan menghapus air mata Yu er, tak usah merepotkan gexia". Untuk beberapa saat, Jiu Ye beradu pandang dengan Huo Qubing, lalu pandangan matanya beralih ke arahku, Huo Qubing pun mengalihkan pandangan matanya ke arahku. Aku memejamkan mataku, tak berani memandang siapapun, air mataku jatuh berderai-derai, tubuhku gemetar tanpa henti. Huo Qubing mengucapkan selamat tinggal, lalu membopongku dan melangkah pergi, langkah kakinya cepat, di belakangku terdengar suara Jiu Ye, "Yu er, kali ini ganti aku yang mengejarmu". Langkah kaki Huo Qubing mendadak berhenti, lalu segera bertambah cepat. Huo Qubing yang baru berusia dua puluh tahun berjaya di Chang'an, seakan begitu mengikutinya, orang akan dapat memperoleh jabatan tinggi dan kekayaan, masa depan yang cerah, atau diangkat menjadi adipati atau jenderal. Tingkah laku Huo Qubing semakin angkuh, membuat orang segan, di istana, ada orang yang iri, muak, benci, dengki, menjilat atau menjauhinya, namun tak perduli apakah mereka bangsawan atau pejabat tinggi, tak seorang pun berani terang-terangan melawannya. Sebaliknya, Wei Qing semakin bersikap merendah dan hati-hati, Wei Qing sudah belasan tahun bertugas di angkatan bersenjata, ia memperlakukan para prajurit dan jenderal bagai saudara, dan mempunyai hubungan erat dengan para prajurit dan perwira di medan perang, ia pun mempunyai reputasi sebagai orang yang murah hati dan ramah, masih bagai sebuah gunung besar, tenang tak tergoyahkan, mengenai hal-hal ini, kaisar tak dapat berbuat apa-apa. Aku memegang sebuah gulungan bambu, seakan sedang membacanya, namun pikiranku melayang-layang. Hari itu, ketika Huo Qubing memergokiku sedang menangis di bahu Jiu Ye, kupikir ia akan murka, tapi tak nyana, begitu kami berdua masuk ke kamar, ia memelukku di tengah kegelapan, tak bergeming, diam seribu bahasa, seakan kami berdua menjadi patung batu. Setelah amat lama, ia melepaskanku dan dengan lembut menaruhku di atas dipan, lalu berbaring di sisiku. Aku benarbenar takut karena ia diam saja, namun ketika aku baru membuka mulut, ia menutupi bibirku dengan tangannya, "Aku tak mau mendengar apapun, tidurlah". Tak nyana, nada suaranya samar-samar mengandung rasa tegang dan takut. Setelah hari itu, ia bersikap seakan tak pernah terjadi apa-apa, ia memperlakukanku seperti sediakala, namun setiap malam, kalau ia tak dapat datang ke rumahku, ia pasti menyuruh orang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjemputku pergi ke rumahnya. Karena sekarang setiap ia pergi ke istana, kaisar selalu menahannya, ia selalu pulang dalam keadaan mabuk, sehingga aku hampir selalu tidur di rumahnya. "Yu er......", ia memanggilku, entah kapan ia masuk ke kamar, aku sama sekali tak tahu, hatiku terkesiap, aku segera menaruh gulungan bambu dalam genggamanku, "Ada apa?" Ia duduk di sisiku, "Hari ini di istana ada perjamuan, aku......." Aku bertanya, "Lagi-lagi mabuk berat?" Ia memandangku dengan minta maaf, aku berkata, "Kau tak bisa terus menerus mabuk supaya kaisar tak bisa bicara padamu". Aku memberinya sehelai surat yang ditulis di atas kain sutra, ia membacanya, lalu dengan wajah sedingin es, berkata, "Rupanya kau diundang ke istana". Langit tenang dan terang benderang, angin sepoi-sepoi bertiup, bagai sutra biru yang baru dicuci, gumpalan-gumpalan awan membuatnya makin semarak. Wanita-wanita yang diundang ke perjamuan berjalan-jalan, suara tawa dan canda, serta wangi bunga gui emas melayang-layang di tengah tiupan angin. Aku bersandar di sebatang pohon, menengadah memandang langit. Tiba-tiba, aku merasakan pandangan mata seseorang tertuju pada diriku, ketika menunduk, aku melihat seorang lelaki bertubuh tinggi dan berwajah tampan yang mengenakan baju bersulam dan ikat pinggang kumala sedang menatapku. Matanya penuh rasa terkejut dan tak percaya, aku memandangnya, lalu tersenyum dengan hangat ke arahnya, rasa terkejut dan bimbang di matanya menghilang, rasa girang pun muncul, disertai air mata yang nampak samar-samar. Beberapa saat kemudian, sinar matanya kembali seperti biasa, dengan tenang ia memandang ke sekelilingnya, lalu kembali menatapku, setelah itu, tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan pergi. Li Yan entah masuk dari mana, sambil tersenyum ia memandangku, "Nona Jin sepertinya pergi kemana pun selalu punya pengagum, seorang jenderal Han Agung tergila-gila padamu, dan sekarang seorang bangsawan bergelar Guanglu Taifu sepertinya juga tertarik padamu. Jinrichan belum lama tiba di Chang'an, tapi karena ia adalah orang Xiongnu yang menyerah pada Huo Qubing, kabarnya hubungannya dengan Huo Qubing sangat baik". Aku terkejut, kenapa ia menarik perhatian Li Yan" Sambil tersenyum, aku memperhatikan Li Gan di kejauhan, "Apakah niang niang sudah terlalu lama tinggal di istana" Pikiranmu sepertinya berubah, hanya memperhatikan urusan lelaki dan perempuan di balik tembok istana. Jangan selalu menggunakan tolok ukurmu untuk menilai orang lain". Li Yan melirik Li Gan, senyumnya agak dingin, "Nona Jin kelihatan jauh lebih kurus". Dengan hambar aku menjawab, "Niang niang juga kelihatan kurus dan pucat!" Li Yan hendak menikahkanku dengan Li Guangli, tentunya ia benci dan jeri padaku, akan tetapi yang lebih penting lagi ialah bahwa ia hendak menggunakan masalah asmaraku untuk menyelidiki maksud kaisar, dan untuk pertama kalinya dengan diam-diam beradu pedang dengan keluarga Wei. Tapi sayang sekali, Liu Che adalah Liu Che, walaupun ia amat sayang pada Li Yan, namun ia tak memenuhi keinginannya untuk meninggikan keluarga Li dan menekan keluarga Wei, Liu Che hanya bertindak untuk kepentingannya sendiri, menyeimbangkan berbagai kekuatan untuk mengendalikan Huo Qubing. Li Yan tersenyum dengan gusar, "Masalah itu sudah diputuskan, kalau setelah ini kau bersedia bersujud pada sang putri setiap hari dan mendapatkan dukungannya, jadilah seorang selir. Tapi, Jin Yu, untuk apa bersusah payah" Apakah dengan watakmu ini kau bisa menerimanya" Lebih baik kau mundur saja". Permaisuri Wei berjalan ke sisiku, sambil tersenyum ia bertanya, "Apa yang kalian bicarakan" Kenapa begitu gembira?" Li Yan segera memberi hormat padanya, Permaisuri Wei menyokongnya, "Kabarnya akhir-akhir ini tubuhmu tak terlalu sehat, setelah ini kau tak usah selalu menghormat seperti ini. Kalau ada waktu luang, bacalah buku-buku ilmu pengobatan, supaya tahu cara merawat diri. Yang paling penting adalah tak terlalu banyak berpikir, tak usah mengurus hal-hal yang tak perlu diurus". Li Yan berkata sambil tersenyum, "Anjuran kakak akan adik patuhi. Dibandingkan dengan kakak, pikiranku terlalu picik". Li Yan melirikku dan berkata, "Aku mengagumi kemurahan hati kakak, sepertinya kakak tak memperdulikan hal-hal yang terjadi di masa lalu". Permaisuri Wei tersenyum hambar, lalu berpaling dan memberi perintah pada Bibi Yun, "Jin Yu tak mengerti masalah istana, uruslah dia". Setelah itu, ia mengandeng tangan Li Yan dan mengajaknya pergi, "Adik-adik sangat tertarik pada gaya rambut barumu, mereka minta agar kau mengajarkannya pada mereka". Dengan lembut, Bibi Yun merapikan rambut yang terlepas di pelipisku, "Kau dan Qubing sama-sama jauh lebih kurus". Aku memanggilnya dengan pelan, hatiku pedih, tak kuasa berkata apa-apa. "Sejak aku ikut Yang Mulia Permaisuri masuk istana, dalam beberapa tahun ini aku telah melihat banyak sekali suka dan duka, usiaku sudah tua, hatiku pun sudah menjadi dingin, aku sangat ingin menasehati kalian agar mundur selangkah, seorang lelaki mau tak mau akan punya tiga atau empat istri dan selir, yang penting dalam hatinya ada kau. Watak Qubing tak usah dikata lagi, tapi tak nyana watakmu juga sama kerasnya, bagaimanapun juga kaisar sama sekali tak melarangmu menikah dengan Qubing, lagipula istri sahnya adalah seorang putri, menjadi selir tak akan merugikanmu. Wanita lain kemungkinan besar akan menerimanya dengan senang hati. Aku juga agak kesal kenapa kau tak paham masalah ini, di tengah keadaan yang begitu rumit ini kau tak tahu harus berbuat apa dan menyusahkan semua orang. Ai!" Bibi Yun menghela napas dengan pelan, "Kalau mendengar Qubing berbicara tentang dirimu, kau sepertinya seseorang yang cemerlang, tapi melihatmu seperti sekarang ini, aku merasa semuanya tak ada artinya. Mungkin kalian seperti mimpi gadis-gadis muda kami, "menginginkan orang yang hatinya tak mendua, tak berpisah sampai rambut memutih", tapi di dunia ini ada berapa banyak wanita yang dapat membuat mimpinya menjadi kenyataan" Bahkan dalam lagu Burung Hong Jantan Memohon Burung Hong Betina yang populer bertahun-tahun silam, bukankah akhirnya Yang Mulia Sima punya kekasih baru dan meninggalkan Zhuo Wenjun?" Begitu Huo Qubing masuk istana, ia selalu dikerumuni oleh perwira-perwira militer muda, kedudukanku dibandingkan dengannya bak bumi dan langit, bagaimanapun juga kami tak dapat duduk di tempat yang sama, maka ketika ia melihat Bibi Yun selalu mengikutiku, wajahnya nampak jauh lebih lega. Kami berdua saling memandang dibalik api lentera, seluruh aula penuh canda dan tawa gembira, para tamu berpesta minum arak, emas dan mutiara berkilauan, namun semuanya seakan menghilang dalam pandangan mata kami. Saat ini, aku merasa kami semakin dekat, begitu dekat sehingga aku dapat memahami semua pikirannya, namun kami juga terpisah amat jauh, begitu jauh sehingga kalau aku mengangsurkan tanganku, aku seakan tak dapat mengenggam tangannya. Sambil tersenyum Liu Che berkata pada Huo Qubing, "Zhen telah memerintahkan orang untuk membangun wisma yang paling bagus di Chang"an untukmu, beberapa hari lagi mereka akan mulai bekerja, setelah punya rumah baru, hanya kurang nyonya rumahnya".." Aku menunduk sambil mempermainkan cawan arak dalam genggamanku, peristiwa ini sudah kuduga akan terjadi sejak lama, tak dapat dihindari, aku pun sudah berkali-kali mempersiapkan diriku sendiri, namun entah kenapa, tanganku masih gemetar sehingga tetesan arak berhamburan keluar dan terjatuh di gaunku yang baru, menetes-netes dan meninggalkan bercak-bercak basah, bagai air mata seseorang yang pergi. Mungkin besok aku harus meninggalkan Chang"an, di tempat dimana kaisar dan para bangsawan berkumpul ini, di dalam kota yang paling besar dan ramai ini, yang memberi tempat bagi orang dari yang datang dari seluruh dunia, tak ada tempat bagi kebahagiaanku".. Mungkin seperti yang dikatakan Li Yan, aku adalah milik Xiyu, milik padang pasir, di sana, walaupun tak ada bunga peoni yang tumbuh di taman gedung megah, namun penuh padang rumput luas dan langit biru?" Aku memikirkan seribu satu kebaikan padang pasir, namun darah di tubuhku berubah menjadi dingin, begitu dingin hingga aku tak bisa menahannya, sekujur tubuhku gemetar, arak di dalam cawan pun menetes-netes keluar tanpa henti. Semua tamu memandang Huo Qubing dengan iri hati, namun ia bersikap dingin, di balik sikap dinginnya itu ia samar-samar nampak merasa sedih. Sambil tersenyum, Liu Che memandang para putri yang duduk di tikar, namun ketika ia baru membuka mulut, Huo Qubing tiba-tiba bangkit, melangkah ke depan, berlutut di hadapan Liu Che dan bersujud dengan khidmat, lalu berkata dengan lantang, "Hamba amat berterima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia, namun hamba sudah bersumpah, sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, bagaimana aku dapat berumah tangga" Hamba tak berani menerima wisma itu!" Perkataan Huo Qubing itu sama dengan sumpah untuk tak menikah seumur hidup. Seketika itu juga, suasana menjadi sunyi senyap sehingga suara jarum yang jatuh pun dapat terdengar. Ekspresi wajah setiap orang nampak berbeda-beda, Huo Qubing yang biasa hidup dalam kemewahan, kenapa tak mau menerima sebuah wisma" Biasanya ia sudah sering menerima hadiah dari Liu Che yang jauh lebih berharga. Bagi Huo Qubing yang sejak kecil sudah hidup dalam kemewahan, apa hubungannya mengalahkan bangsa Xiongnu dengan sebuah wisma" Dengan terguncang aku mengangkat kepalaku dan memandang ke arah Huo Qubing, dalam hatiku sepertinya ada sedikit rasa girang, namun lebih banyak rasa sedih, perlahan-lahan, rasa girang itu berubah menjadi rasa duka dan pedih. Cawan arak dalam genggamanku kuremas hingga pecah berkeping-keping, hatiku terasa amat pedih, namun tanganku terasa sama sekali tak sakit, aku hanya merasa hatiku hangat, darah segar menetesnetes di atas gaunku, untung saja hari ini aku mengenakan pakaian merah sehingga tetesan darah itu tak terlihat. Li Yan tercengang sekaligus amat terkejut, dahi Permaisuri Wei berkerut, namun bibirnya tersenyum hambar. Hanya Liu Che yang nampak tetap tenang, ia masih memandang Huo Qubing dengan tersenyum, "Kata orang zaman dahulu, "untuk menjadi orang, seseorang harus mempunyai keluarga dahulu, baru mengejar cita-citanya". Kau sudah mengalahkan Xiongnu, jasamu luar biasa sehingga namamu dikenal di seluruh dunia. Sedangkan mengenai menumpas bangsa Xiongnu, bahkan zhen pun belum pernah berpikir sampai ke situ, zhen hanya ingin mengusir mereka dari selatan dan utara Gurun Gobi, sehingga tak bisa menyerang Han Agung kita lagi". Huo Qubing menatap Liu Che, sosoknya bagai malam musim gugur ini, dengan dingin dan khidmat, ia berkata, "Hamba sudah mengambil keputusan". Liu Che menatap Huo Qubing dengan tajam, sinar matanya dingin bagai mata pedang, wibawanya sebagai kaisar nampak dengan jelas, di bawah pandangan matanya, semua orang menunduk, namun Huo Qubing masih menatap Liu Che, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Di tengah suasana yang sunyi senyap itu, udara di sekeliling kami seakan mengumpal, semakin lama semakin menekan, beberapa saat kemudian, Liu Che mendadak tertawa terbahak-bahak, "Baiklah! Terserah padamu. Aku akan menyimpan wisma itu untukmu, saat kau merasa Xiongnu telah berhasil ditumpas, zhen akan menghadiahkannya padamu". Dengan perlahan aku menghembuskan napas lega, Liu Che mengalah, Huo Qubing menang, namun kemenangan macam apa ini" Dadaku terasa sakit, mataku terasa pedih, air mata memenuhi bulu mataku. Namun aku tak dapat membiarkan mereka melihatku dan mengetahui siasat Huo Qubing. Aku menengadah memandang angkasa, di angkasa nampak bulan sabit kuning muda yang akan terbenam dan bintang-bintang yang berkelap-kelip, setetes demi setetes, air mata memenuhi kelopak mataku, namun hatiku bagai angsa yang terbang tinggi, terbang ke padang pasir dimana kami pernah mencongklang bersama, saat itu, walaupun dikejar musuh dan dihujani anak panah, kami bebas tanpa beban?" Sebuah desahan lembut sepertinya terdengar dari kejauhan, Bibi Yun terdengar berkata dengan sayup-sayup, "Qubing benarbenar menepati perkataannya, kalau bukan dengan dirimu, ia tak akan menikah dengan siapapun juga". Setelah perjamuan selesai, Bibi Yun mengantarkanku ke gerbang istana. Huo Qubing telah menunggu di samping kereta kuda, di balik orang dan kereta kuda yang tak henti-hentinya hilir mudik, pandangan mata kami berdua beradu. Hatiku bergejolak, air mataku berhenti mengalir, malam ini bagai kehidupan yang lain. Tanpa berkata apa-apa, Bibi Yun diam-diam berbalik dan berlalu. Aku menahan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam hatiku, lalu melompat ke arah Huo Qubing, sambil melambai-lambaikan tanganku, sambil tersenyum berseri-seri, aku berlari dengan cepat ke arahnya, tanpa memperdulikan apakah di sekeliling kami ada orang atau tidak, aku langsung melemparkan diriku ke dalam pelukannya dan memeluk pinggangnya, lalu berkata dengan suara pelan, "Makanan di istana tak enak dimakan, aku belum makan sampai kenyang. Cepat pulang, lalu suruh dapur membuatkan hidangan lezat untukku". Huo Qubing memelukku erat-erat, ia pun tersenyum, raut wajahnya yang semula bagai gelapnya malam, seketika itu juga kembali cemerlang bagai mentari seperti sediakala, "Ayo pulang". Para pejabat yang lewat di samping kami tak berani melihat kami karena takut mengundang masalah, mereka melengos dan cepatcepat berlalu, namun para pejabat sipil yang biasanya berani membicarakan urusan negara memandang kami dengan sikap merendahkan. Salah seorang dari mereka berbicara dengan amat pelan, namun jelas ingin agar semua orang mendengarnya, "Di tempat umum yang ramai, kenapa tak tahu aturan?" Hanya Jinrichan yang wajahnya tak berekspresi, namun matanya penuh senyum dan kehangatan. Wajah Huo Qubing menjadi dingin, ia memandang orang yang berbicara itu, orang itu pun segera mengkerut ketakutan, namun lalu bersikap seakan sama sekali tak takut padanya. Aku mengenggam tangan Huo Qubing, lalu tersenyum ke arahnya sambil mengerutkan hidungku, lalu dengan suara yang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dapat didengar semua orang, aku berkata, "Entah dari mana datangnya anjing-anjing gila itu, mengonggong seenaknya di mana-mana. Kalau ada yang kena gigit anjing, kita tak bisa balas mengigit hewan liar itu, biarkan hewan-hewan itu mengonggong! Kita juga senang mendengarnya". Sambil berbicara, aku sengaja berlagak sedang mendengarkan. Orang itu hendak membuka mulut, namun kalau berbicara, bukankah ia akan mengakui bahwa dirinya adalah salah satu hewan yang kami olok-olok itu" Dengan gusar ia mengatupkan bibirnya dan menatap kami. Huo Qubing tertawa dan mengetuk dahiku dengan lembut, lalu mengandeng tanganku dan naik kereta. Aku sedikit menyingkap tirai kereta dan memandang ke luar, lalu cepat-cepat menutupnya. Huo Qubing bertanya, "Richan sudah mengenalimu?" "Ia sangat berhati-hati, ia hanya memandangku sejenak, lalu pergi". Huo Qubing menarikku sehingga aku bersandar di bahunya, "Melihat bahwa ia menyayangimu, seharusnya aku mengundangnya minum arak". Tiba-tiba ia melihat bercak-bercak darah di gaunku, wajahnya berubah, ia segera menarik tanganku yang selama ini terkepal dalam lengan bajuku, "Kau"..ini?"" Suaranya tercekat di tenggorokannya. Aku tersenyum, aku hendak menjelaskannya, namun tak dapat menemukan alasan yang tepat, sebenarnya kalaupun aku mempunyai alasan, aku tak akan dapat membohonginya, maka aku hanya memandangnya sambil tersenyum, memberi isyarat padanya agar ia tak usah khawatir. Tanpa berkata apa-apa, Huo Qubing memandangku, matanya penuh rasa pedih dan bersalah, jari jemarinya dengan lembut mengelus wajahku yang tersenyum, lalu ia menunduk dan mencium telapak tanganku, bibirnya berulangkali menciumi bibir lukaku dengan lembut. Qubing, aku sama sekali tak mengeluh kau perlakukan seperti ini. ?"?"?"?"?" "Yu er, seorang nyonya ingin menemuimu". Wajah Hong Gu nampak tegang, melihatnya, aku tak berani mengacuhkannya, "Siapa?" Hong Gu berkata, "Ia"..adalah Nyonya Chen". Untuk sesaat, aku tertegun, lalu paham. Dua hari ini aku selalu tinggal di Wisma Huo, tak pulang ke rumah hiburan, hari ini begitu masuk pintu, Wei Shaoer langsung mengunjungiku, rupanya ia tahu dengan jelas dimana aku berada, dan juga sengaja tak ingin Huo Qubing tahu. Aku melangkah ke depan cermin, memandang diriku sendiri, lalu berpaling ke arah Hong Gu dan berkata, "Persilahkan Nyonya Chen masuk kemari! Tak enak berbicara di luar, terlalu banyak orang". Namun Hong Gu tak langsung pergi, ia memandangku untuk beberapa saat, lalu berkata, "Xiao Yu, aku sudah mendengar tentang apa yang terjadi di istana, Kenapa Jenderal Huo tak mau menerima wisma yang dihadiahkan kaisar padanya, dan juga berkata, "sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, bagaimana aku dapat berumah tangga?" Ketika kami mendengarnya, walaupun mengagumi ambisinya, namun bangsa Xiongnu bagaimana dapat ditumpas dengan begitu cepat" Masa asalkan Xiongnu masih ada sehari pun, ia tak mau menikah dan punya anak" Jenderal Besar Wei Qing sudah punya tiga putra, dan sudah berganti istri dua kali, salah seorang diantaranya seorang putri, namun Jenderal Besar Wei Qing masih dapat terjun ke medan perang memerangi Xiongu". Sebelum sempat menjawab pertanyaannya, aku melihat Xinyan mengajak seorang wanita setengah baya yang cantik masuk ke halaman. Sambil tersenyum, wanita setengah baya itu memandangku, "Apakah kau Jin Yu" Hong Gu belum keluar juga, aku takut kau tak mau menemuiku, maka aku memutuskan untuk masuk sendiri". Aku cepat-cepat melangkah ke depan, lalu menghormat padanya dengan sopan, "Aku telah membuat anda menunggu, aku baru saja hendak mengundang anda untuk berbicara di sini, suasananya lebih tenang". Hong Gu dan Xinyan menghormat padanya, lalu mengundurkan diri tanpa berkata apa-apa. Wei Shaoer memandang ke sekeliling ruangan, senyum di wajahnya menghilang, "Aku tak ingin berbicara dengan berbelitbelit, aku akan mengatakan apa yang harus kukatakan. Kalau ada perkataanku yang membuat nona merasa tak enak, maafkan aku". Sambil tersenyum aku mengangguk-angguk, di Chang'an ini aku tak lebih dari seorang wanita sebatang kara, lebih baik aku bersikap rendah hati. "Gongsun Ao berkata padaku bahwa kau tak bisa menempatkan diri dan hanya seorang wanita pengoda. Ketika Qubing melakukan perbuatan yang tak benar di markas, kau tak hanya tak menasehatinya dan bahkan hanya menonton sambil tertawa, ketika mendengarnya aku merasa tak enak. Walaupun aku tak berharap Qubing akan menikahi seorang wanita yang berbudi luhur, tapi setidaknya wanita itu harus tahu bahwa ia harus bertindak dengan hati-hati serta tahu aturan. Di istana banyak yang orang menegur Qubing, sebagai seorang ibu, aku amat sedih mendengarnya. Aku telah bertanya pada permaisuri tentang pendapatnya, namun diluar dugaanku, ia cenderung membelamu, ia berkali-kali memperingatkan kami agar tak mempersulitmu. Orang yang dihargai oleh adikku seharusnya tak seburuk seperti yang dipikirkan Gongsun Ao. Oleh karenanya hari ini aku datang sebagai seorang ibu, hendak berbicara padamu dengan baik-baik". Sambil berbicara, Wei Shaoer memperhatikan wajahku dengan seksama. Aku membungkuk memberi hormat, "Nyonya silahkan berbicara, Jin Yu akan mendengarkan dengan penuh perhatian". Tiba-tiba, di wajahnya muncul rasa sedih, "Kau tentunya sudah tahu tentang bagaimana Qubing dilahirkan. Karena saat itu aku berbuat, aku tak takut membicarakannya, aku melahirkannya sebelum menikah, tak lama setelah ia lahir, ayahnya menikahi orang lain. Qubing besar di wisma sang putri bersama pamannya. Sebenarnya Qubing sangat ingin mempunyai keluarga yang normal, akan tetapi sekarang kau membuatnya......" Sambil Tengkorak Maut 11 Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Beruang Salju 15

Cari Blog Ini