Ceritasilat Novel Online

Balada Padang Pasir 2

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 2 Setibanya di hutan baihua, aku menemukan bahwa orang yang mempunyai pikiran yang sama denganku tidaklah sedikit, banyak sekali pengemis yang telah memilih tempat ini untuk beristirahat, mereka berkerumun di sekeliling api unggun sambil makan dan mengobrol. Diam-diam aku menerobos ke depan api unggun, wangi nasi dan lauk pauk membuat perutku mulai sakit, kulihat bahwa di bawah sebuah pohon besar, mereka telah mempersiapkan tempat untuk tidur malam ini, seorang pengemis di sisi api unggun berteriakteriak, makinya, "Gadis sialan, kau tahu aturan tidak" Ini wilayah kekuasaan kakekmu". Aku berbalik dan memelototinya dengan kesal, dia seperti seekor serigala yang menandai wilayah kekuasaannya dengan air seni. Aku tak bermaksud menyinggungnya, dan tak perlu mengeluarkan kata-kata kasar. Lagipula, untuk apa aku bertengkar dengan orang sinting seperti itu" Maka aku menunduk dan menghindarinya, mencari tempat lain. Lelaki di sampingnya menatapku dengan maksud tak baik, ia menjilat bibir bawahnya dan berkata, "Gadis kecil, tempat itu sudah ditempati orang, tapi kalau kau bersedia menyanyikan sebuah lagu untuk paman, kalau paman senang mungkin paman akan memberikan tempat tidurku padamu, dan membiarkanmu tidur dengan paman". Para pengemis tertawa terbahak-bahak. Aku berbalik dan memandang mereka, ketika aku baru saja hendak berjongkok untuk mengambil belati yang tersembunyi di betisku, seorang pengemis kecil yang membawa poci arak melangkah ke depan mereka bertiga dan dengan santai berkata, "Bos, hari ini tuan muda ini bernasib baik dan berhasil mendapatkan sepoci arak seruni kelas satu dari Yipin Ju". Begitu mendengarnya, pandangan mata para pengemis itu beralih dariku, menatap poci arak di tangan pengemis itu. Pengemis yang memakiku tertawa terkekeh-kekeh, "Kau si bocah ini kecil, tapi akalmu banyak, para pengemis di sini tak bisa menang melawanmu". Si pengemis kecil duduk, lalu dengan enteng memberikan poci arak itu padanya, "Kalian minumlah sedikit juga, tak usah sungkan pada si tuan muda ini, tuan-tuan bersenang-senanglah beberapa hari ini, meniru para tuan besar menikmati hari raya". Seketika itu juga wajah ketiga pengemis itu menjadi berseri-seri, wajah mereka seakan bersinar-sinar, sambil berteriak-teriak mereka bermain tebak-tebakan dan minum arak, mereka sudah lupa bahwa aku berada di sana. Seorang pengemis yang rambutnya telah memutih melangkah ke sisiku dan berkata, "Gadis kecil, dalam hidup manusia, tak ada lubang yang tak dapat diseberangi, dan tak ada penderitaan yang tak dapat ditanggung. Omongan mereka kasar namun tak jahat, jangan kau masukkan ke dalam hati. Kalau kau bersedia, temani si tua ini menghangatkan diri di depan api unggun". Diriku yang beberapa hari ini sudah kenyang menikmati kesombongan manusia, begitu mendengar beberapa perkataan lembut kehilangan keinginan untuk melakukan kekerasan. Sambil mengigit bibirku, aku mengangguk-angguk dan mengikuti sang pengemis tua ke api unggun miliknya. Sambil tersenyum ramah, ia mengeluarkan dua buah mantou dari buntalannya, memanggangnya di atas api, lalu memandang ke sekelilingnya, setelah melihat bahwa tak ada yang memperhatikanku, ia memberiku sebuah hulu, "Minumlah sedikit arak seruni dahulu untuk menghangatkan badan, setelah itu baru makan mantou". Aku bimbang dan tak mengangsurkan tanganku, makanan dalam genggaman pengemis itu lebih berharga dari emas. Dengan wajah serius sang pengemis tua berkata, "Apakah kau tak suka makanan milik pengemis tua ini?" Aku menggeleng, dan ia kembali berkata, "Kau takut arak ini terlalu keras" Jangan khawatir, ini adalah arak seruni yang khusus dibuat Yipin Ju untuk hari raya Chongyang, dapat diminum oleh seluruh anggota keluarga, rasanya manis, tapi tak keras". Aku berkata, "Kita bukan kawan maupun kerabat, barusan ini adik itu telah menyelamatkanku, aku sudah sangat berterima kasih". Sang pengemis tua memandangiku dengan seksama, lalu tersenyum dan berkata, "Di dunia ini, siapa yang tak pernah kesusahan" Bahkan kaisar pun memerlukan bantuan perdana menteri!" Sambil berbicara, ia menjejalkan hulu itu ke dalam genggamanku, aku mengambil guci arak itu dan berkata dengan suara pelan, "Terima kasih, kakek". Sambil memberikan mantou yang telah terpanggang kepadaku, sang kakek tertawa pelan dan berkata, "Anak Anjing gampang ditipu, arak dalam poci itu telah dicampur air". Malam itu aku berguling kesana kemari, namun tak bisa tidur. Setelah itu si Anak Anjing berkata padaku, kalau aku tak takut menderita, aku dapat mengetuk pintu belakang setiap rumah untuk bertanya apakah ada pakaian yang perlu dicuci, karena selagi ia mengemis, ia pernah melihat seorang wanita mengetuk pintu untuk menerima cucian orang. Asalkan aku kuat dan tahan menderita, aku pasti akan dapat menghidupi diriku sendiri. Dalam hati aku berharap agar besok nasibku baik. Begitu fajar menyingsing, aku segera pergi ke kota untuk mencoba peruntunganku, namun begitu masuk kota aku teringat bahwa karena terburu-buru pergi, buntalanku tertinggal di tempat si kakek tua dan dan si Anak Anjing. Namun setelah itu aku berpikir bahwa benda berharga di dalamnya hanyalah seperangkat pakaian, mereka adalah orang yang dapat dipercaya, dan nanti malam aku telah berjanji untuk menemui mereka. Saat ini yang terpenting adalah mendapatkan pekerjaan. Aku mengetuk pintu rumah-rumah dan selalu ditolak, setelah itu, seorang bibi yang baik hati memberitahuku bahwa cucian hanya diberikan pada orang yang telah dikenal, dan tak diberikan pada orang asing. Aku masih tak putus asa dan terus mengetuk pintu demi pintu. "Pakaian di rumah kami sudah dicuci orang", seorang lelaki bertubuh tinggi besar melambaikan tangannya untuk mengusirku, seorang wanita berpenampilan menawan yang sedang keluar dari pintu lewat di sampingku dan mendengarku bertanya, "Apakah ada pekerjaan serabutan lainnya" Aku juga dapat melakukannya, cukup diberi makan kenyang saja". Sebelum lelaki itu menjawab, wanita itu telah berhenti melangkah, ia memandangiku dari atas ke bawah, lalu bertanya dengan hatihati, "Apakah kau orang asing?" Aku mengangguk. Ia bertanya, "Apakah sudah lama datang kemari" Logat Chang'an mu benar-benar bagus, sama sekali tak terdengar seperti orang asing". Untuk mendapatkan kesempatan kerja, aku menjawab dengan jujur, "Sudah lebih dari sebulan, aku cepat belajar bahasa". Wanita itu mengangguk-anguk dengan tercengang, "Ternyata kau orang yang cerdas. Apakah kau tak punya sanak saudara atau teman di Chang'an?" Sambil tersenyum getir aku menggeleng, sambil tersenyum ia berkata, "Tentu saja, kalau kau punya sanak saudara atau teman, kau tak akan jatuh dalam keadaan seperti ini. Begini saja! Kau bantu menyapu halaman sampai bersih, lalu aku akan memberimu beberapa buah bakpao. Apakah kau mau?" Dengan kegirangan aku mengangguk sekuat tenaga. "Terima kasih nyonya". Ia tersenyum dan berkata, "Panggil saja aku Hong Gu Kalau kau melakukannya dengan baik, kita akan bertemu lagi di masa depan!" Setelah selesai melakukan tugasku, Hong Gu tersenyum dan memujiku, katanya tangan dan kakiku gesit dan pekerjaanku rapi, ia menaruh sepiring kecil bakpao di atas meja dan juga memberiku secawan teh hangat, sejak pagi hingga saat itu aku belum makan apapun, aku sudah kelaparan, maka aku segera melahap makanan itu. Hong Gu menonton aku melahap makanan itu dengan girang sambil menanyaiku. Setelah makan setengah kenyang, aku teringat pada si Anak Anjing dan si kakek pengemis, maka aku bertanya pada Hong Gu, "Apakah aku boleh membawa pulang bakpao yang tersisa?" Rasa terkejut berkelebat di wajah Hong Gu, "Kenapa?" Aku berkata, "Aku ingin memakannya kalau aku lapar di tengah malam". Ia tersenyum lega, "Terserah padamu! Minumlah beberapa teguk teh hangat dulu, aku akan menyuruh orang untuk membungkusnya untukmu". Setelah minum beberapa teguk teh, aku merasa aneh, kepalaku mulai terasa pening, kaki dan tanganku lemas, dalam hati aku tahu apa yang sedang terjadi, namun aku pura-pura kebetulan berdiri, "Kakekku menungguku pulang, kalau bakpao sudah selesai dibungkus, aku pergi dahulu". Hong Gu ikut bangkit, lalu berkata sembari tersenyum, "Kalau begitu silahkan pergi, aku tak mengantarmu". Aku cepat-cepat berjalan keluar, di mulut pintu berdiri dua orang lelaki kekar, tanpa berkata apa-apa, aku segera mengeluarkan belati, namun tubuhku telah terhuyung-huyung hampir jatuh. Sambil bersandar pada ambang pintu, Hong Gu tersenyum dan berkata, "Kalau lelah beristirahatlah dulu di tempatku ini! Kurasa tak ada seorang kakek yang menunggumu pulang, untuk apa buru-buru?" Kedua lelaki kekar itu datang menghampiriku, aku hendak menikam mereka, namun pandangan mataku menjadi gelap, pisau dalam genggamanku mereka rampas, lalu dengan lemas aku terjatuh ke lantai, sebelum kehilangan kesadaran aku mendengar Hong Gu berkata, "Gadis kecil yang begitu pintar! Jangan-jangan gadis ini punya kepandaian, sudah minum obat bius tapi masih belum pingsan juga. Beri ia sedikit obat lagi, lalu masukkan dia ke tahanan dan awasi baik-baik, kalau tidak, awas kalian!" Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, saat aku siuman, ternyata aku tak sendirian, ada seorang gadis lain yang disekap bersamaku, wajahnya cantik, sikapnya lembut dan anggun, begitu melihatku siuman, ia menuangkan secawan air untukku. Tanpa berkata apa-apa aku menatapnya, namun tak menerima cawan air yang ditawarkannya. Matanya memerah, "Air ini tak diberi obat, lagipula memang tak perlu. Penjagaan di sini sangat ketat, kau tak akan bisa keluar". Aku berkata, "Aku tak haus". Ia berbalik dan menaruh cawan itu di atas meja, lalu mundur dan menghadap ke ranjang. Aku menggerakkan tubuhku, aku dapat bergerak seperti biasa, namun tangan dan kakiku masih lemas, rupanya mereka sengaja memberiku obat lain lagi. Setelah duduk dengan tenang dan menjernihkan pikiran, aku berkata pada gadis di hadapanku itu, "Namaku Jin Yu, aku diberi obat bius oleh seseorang yang bernama Hong Gu, bagaimana denganmu?" Ia berkata, "Namaku Fang Ru, aku dijual ibu tiriku kemari". Selagi berbicara, air matanya berlinangan. Aku tak ingin menghiburnya dan cepat-cepat bertanya, "Apa kau tahu ini tempat apa" Kenapa mereka ingin menangkapku?" Air mata Fang Ru bercucuran, sambil tersedu-sedan ia berkata, "Ini Luoyu Fang, sebuah rumah tari dan nyanyi yang cukup terkenal di Kota Chang'an, mereka tentunya menculikmu karena wajahmu cantik". Mendengar perkataannya aku tak tahu harus senang atau sedih, sejak aku seekor serigala kecil yang tubuhnya penuh bulu halus hingga menjadi gadis yang anggun seperti sekarang, hasil jerih payah A Die akhirnya diakui oleh orang luar, dan oleh seorang wanita seperti Hong Gu yang begitu mempesona pula. Ternyata kecantikanku cukup untuk menjadikanku seorang wanita pengoda, akan tetapi aku belum pernah menggunakan kecantikanku untuk mencelakai orang lain, dan justru dicelakai orang karena kecantikanku. Andai aku dapat menjadi seperti Meixi, Daji dan Baosi[6], makan minum, bermesraan, bermain dan bergembira, lalu akhirnya membawa seluruh negeri ke dalam kehancuran, apa boleh buat, tapi orang macam apa aku ini" Aku bertanya, "Apakah mereka ingin kita menjual diri?" Fang Ru berkata, "Ini rumah tari dan nyanyi, bukan rumah bordil, nona-nona di sini hanya menjual kepandaian menari dan menyanyi mereka. Akan tetapi, kabarnya asalkan ada orang yang bersedia mengeluarkan cukup uang, atau bertemu orang yang berkuasa, walaupun tak bersedia kau masih akan sukar menghindari nasib buruk. Kau hanya dapat berharap ada orang yang menebusmu, atau kepandaian menari dan menyanyimu luar biasa, sehingga kau mempunyai kedudukan yang luar biasa, para penghibur yang paling luar biasa bahkan dapat masuk ke istana". Aku menggeleng seraya tersenyum getir, ketika aku sedang hendak menanyakan suatu hal lain pada Fang Ru, pintu tiba-tiba dibuka, dua orang lelaki kekar pun melangkah masuk. Fang Ru segera menjerit sambil menangis, "Aku tak mau pergi, aku tak mau pergi". Hong Gu melangkah masuk dengan gemulai, ia berkata, "Kau sudah berapa kali pura-pura ingin bunuh diri" Hari ini kau harus menurut, ayo berpakaian dan belajar bersama saudarisaudarimu". Setelah berbicara ia memberi isyarat dengan matanya kepada para lelaki kekar itu, dan mereka pun segera menyeret Fang Ru keluar. Tangan Fang Ru menari-nari tak keruan, berusaha mencengkeram apapun yang dapat dipegangnya, seakan dengan demikian ia akan dapat mengubah nasibnya, namun tak ada gunanya, seprai ikut terjatuh dari ranjang bersamanya, dan ditarik keluar dari genggamannya oleh seorang lelaki kekar; di ambang pintu hanya tersisa lima goresan dangkal bekas cakaran kuku, akhirnya pegangan tangannya terlepas juga. Tanpa berkedip, aku melihat kejadian di depan mata itu, Hong Gu mengamatiku dari atas ke bawah, lalu berdecak kagum, "Kau tentunya sudah tahu ini tempat apa, tapi kau tak terkejut atau takut, dan tak menangis atau membuat keributan. Apakah kau sudah menerima takdirmu" Atau punya rencana lain?" Setelah diam sejenak, aku berkata, "Apa gunanya takut" Apa gunanya menangis" Apakah kalau aku panik dan menangis kau akan melepaskanku" Jangan-jangan malahan mengundang cambuk kulit atau hukuman lain. Karena hasil akhirnya akan sama, setidaknya aku dapat memilih jalan yang sedikit lebih tak menyakitkan. Setelah ini aku bersedia menuruti perintahmu". Untuk sesaat Hong Gu tertegun, lalu memicingkan matanya dan memperhatikanku, "Apakah kau pernah melihat orang yang karena tak hati-hati jatuh ke dalam air" Karena mereka tak bisa berenang dan panik, mereka meronta-ronta dengan harapan dapat muncul di permukaan air, akan tetapi, semakin mereka meronta-ronta, mereka makin cepat tenggelam, dan akhirnya mereka sering tewas karena tenggelam. Ketika mereka merontaronta, air masuk ke dalam hidung dan membuat mereka tercekik hingga tewas. Mereka tak tahu, bahwa kalau mereka melemaskan tubuh mereka, orang yang tak bisa berenang pun akan dapat mengambang di air. Yang lebih lucu lagi, sebenarnya banyak orang yang tenggelam berada sangat dekat dengan tepi air, seringkali, hanya dengan sekali mengambil napas, mereka dapat kembali ke tepian". Untuk beberapa saat aku dan Hong Gu saling menatap, seulas Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo senyum muncul di bibir kami berdua, akan tetapi maksud yang terkandung di dalamnya tidak sama. Jari-jarinya yang lentik merapikan rambut di pelipisnya, "Siapa namamu?" "Jin Yu". Hong Gu mengangguk, "Nanti akan kusuruh seorang gadis pelayan membawamu ke kamarmu sendiri, kalau kau menginginkan sesuatu, katakanlah padanya, sekarang aku sedang sibuk". Sambil berbicara, ia berbalik dengan lemah gemulai, hendak pergi, namun sosoknya berhenti, lalu ia menoleh dan berkata, "Sebenarnya boleh dikatakan aku telah menyelamatkan nyawamu. Tanpa aku, kau akhirnya akan mati kelaparan di jalan atau menjadi pengemis, dan wajah jelitamu akan membuatmu tak dapat menghindari nasib buruk, kalau begitu nasibmu akan benar-benar mengenaskan". Setelah berbicara, tanpa menghiraukan jawabanku, ia pergi tanpa minta diri sambil mengoyang-goyangkan pinggulnya. Aku belajar menari, belajar menyanyi, belajar meniup seruling, dan bahkan belajar menyulam. Menari dan menyanyi mudah bagiku. Watak bangsa Xiongnu hangat dan bebas, suka menari dan menyanyi. Sejak kecil aku telah menari di sekeliling api unggun entah berapa ribu kali, dan juga pernah dididik oleh penari terbaik di istana raja Xiongnu, walaupun tak sama dengan gerakan tarian Dinasti Han, namun prinsipnya sama. Justru meniup seruling dan menyulamlah yang membuatku harus berusaha keras. Aku tak tahu apa yang dipikirkan gadis-gadis lain tentang aku, namun aku perlahan-lahan mempelajarinya, saat sendirian aku sering meniup-niup seruling, terutama saat malam hari, aku suka meniup seruling pada sang rembulan, namun sampai sekarang aku masih tak bisa memainkan sebuah lagu pun secara utuh, yang kumainkan itu entah sebuah lagu atau tangisan setan. Namun aku sendiri sangat menyukainya, aku berpikir mungkin Lang Xiong akan menyukainya, dan kelak aku akan dapat meniup seruling untuknya saat bulan purnama. Nona-nona di rumah hiburan itu sudah berkali-kali mengeluh pada Hong Gu, namun Hong Gu selalu berpihak padaku, bahkan sampai mengomeli seseorang yang mengeluhkanku, katanya, kalau ia memiliki separuh kerajinanku saja, mereka sudah akan termasyur di seluruh Kota Chang'an. Aku seharusnya sebal pada Hong Gu, tapi wajahnya jelita, wataknya cerdik, namun tak pelit, kalau berbicara pun ia nampak penuh pertimbangan, sehingga bagaimanapun juga, aku tak bisa merasa sebal padanya. Hari-hari berlalu tanpa bekas, ketika dengan susah payah aku berhasil memainkan lagu Bai Tou Yin[7], tahun baru telah tiba. Tahun baru adalah hari raya keluarga, saat itu lelaki yang paling genit pun pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarganya, sehingga rumah tari dan nyanyi yang tak pernah sepi menjadi sunyi senyap. Di seluruh rumah ini tak ada yang punya kerabat atau kawan, entah untuk menyakinkan diri sendiri atau orang lain bahwa mereka tak kesepian, bahkan seorang Hong Gu yang sudah berpengalaman pun mengeluarkan banyak uang untuk menghiasi rumah dengan meriah, entah bagus atau tidak, tapi cukup meriah dan mengembirakan hati. Pada malam tanggal tiga puluh, Hong Gu memanggilku, lalu berseru untuk memerintahkan pintu dan jendela rumah ditutup rapat. Setelah itu, ia menyuruh para pelayan menghidupkan perapian untuk menghangatkan ruangan, lalu menyuruh lebih dari dua puluh gadis dalam rumah hiburan itu untuk duduk berkeliling di atas bangku, hidangan dan arak pun dihidangkan. Semua orang, entah karena girang atau karena berduka, minum sebanyak-banyaknya, bahkan Fang Ru yang selalu bermuram durja dan tak mau bergaul dengan orang lain sama sekali tak menolak minum arak. Pada dasarnya aku tak kuat minum, sedangkan yang kuminum adalah arak kaoliang yang paling keras, setelah beberapa cawan, kakiku pun lemas dan kepalaku pusing, dengan kebingungan aku merayap ke ranjang dan berbaring sembarangan, ketika sudah agak sadar, aku merasa sulit bernapas, setelah membuka mata, ternyata kulihat Fang Ru sedang tidur nyenyak sambil berbaring di atas dadaku, rupanya ia memakaiku sebagai bantal. Aku melihat ke sekeliling dan melihat semua orang sedang berbaring dengan serampangan, ada yang menindih kaki atau dada orang lain, selimut pun setengah tersingkap dan setengah terbuka, untung saja perapian membuat kamar itu hangat, sehingga kami tak membeku. Tak nyana, kamar yang kacau balau itu nampak tenang, dengan hati-hati aku mengangkat kepala Fang Ru, memberinya sebuah bantal, lalu memejamkan mata dan tidur. Ketika aku hampir pulas, aku mendengar sebuah suara dari luar, tak lama kemudian ada orang yang mengetuk pintu, nona-nona itu menggerutu, mereka menarik selimut untuk kembali tidur, namun Hong Gu segera melompat turun dari kang, lalu tersenyum ke arahku, memberiku isyarat untuk terus tidur, ia merapikan rambutnya, mengenakan mantel, lalu melangkah dengan cepat ke luar kamar. Aku merapikan pakaianku, lalu melihat keluar melalui jendela, Hong Gu sedang menghormat pada dua lelaki ---- yang seorang sudah tua, sedangkan yang seorang lagi masih muda ---- lelaki yang masih muda ekspresi wajahnya arogan, ia hanya sedikit mengangguk. Pemuda itu menanyakan sesuatu pada Hong Gu, dan aku dapat dengan sayup-sayup mendengarnya, ".....wanita......wajahnya......tiga bulan yang lalu.....fangzhu[8]....." Aku tak bisa melihat wajah Hong Gu dengan jelas, tapi kurasa ia agak jeri, sambil berbicara, kedua lelaki itu melangkah masuk, Hong Gu hendak menghalangi mereka, namun karena takut menarik kembali tangannya. Ia berlari mendekat seraya berseru, "Semua bangun! Cepat bangun!" Para nona yang berada di atas kang dengan kemalas-malasan bangkit, mereka yang tak terlalu mabuk merayap bangkit dengan lemas, lalu melihat ke sekeliling mereka dengan kebingungan, sedangkan mereka yang lebih mabuk masih berbaring. Kulihat bahwa keadaan cukup gawat, maka aku cepat-cepat mendorong mereka agar bangkit, "Cepat bangun, keadaan agak runyam!" Semua orang barulah satu demi satu sadarkan diri. Hong Gu menyingkap tirai, kedua lelaki itu masuk, lalu memperhatikan setiap gadis dalam ruangan itu satu demi satu. Penyanyi terbaik dalam rumah hiburan, Kakak Shuangshuang, rupanya kenal dengan mereka, dirinya yang selalu bersikap dingin dan tertutup tak nyana menghormat pada mereka sambil tersenyum, "Pada hari tahun baru ternyata sudah ada tamu kehormatan yang datang berkunjung, nampaknya tahun ini semua akan berjalan dengan lancar bagi rumah hiburan kami, bersama ini Shuang er mengucapkan selamat tahun baru pada Wu Ye, semoga tuan sehat walafiat". Wajah Tuan Wu yang tegang sedikit menjadi lebih santai, namun segera menjadi serius kembali, ia mengangguk ke arah Kakak Shuang, matanya masih memperhatikan semua orang. Aku bersembunyi di sudut ruangan, ketika pandangan mata Tuan Wu sampai ke tempatku, aku menghormat padanya sambil tersenyum, air mukanya langsung berubah, ia menatapku tanpa berkedip. Sambil memperhatikanku dengan seksama ia bertanya pada Hong Gu, "Dari mana ia berasal" Kapan ia masuk ke rumah ini?" Wajah Hong Gu pucat pasi, ia bimbang dan tak berkata apa-apa, Tuan Wu berseru, "Sampai sekarang kau masih belum bicara dengan jujur" Apakah kau benar-benar tak ingin hidup?" Hong Gu gemetar, sambil menunduk ia menjawab, "Ia berasal dari daerah, tiga bulan yang lalu ia masuk ke rumah ini". Tuan Wu memandang ke arahku dan bertanya, "Apakah perkataan si Hong ini benar?" Aku merasa bahwa selain tentang hal yang terpenting Hong Gu mengatakan hal yang sebenarnya, maka aku menjawab, "Perkataannya benar". Tuan Wu kembali memperhatikanku dengan seksama, ia mengumam pada dirinya sendiri, "Seharusnya tak salah, wajah, waktu dan identitasnya cocok". Ia berpaling ke arah Hong Gu dan memberi instruksi, "Orang yang dicari tuan besar setengah bulan lamanya tentunya adalah dia. Entah kenapa, aku bukan orang yang dekat dengan tuan besar, aku tak tahu, dan juga tak berani mencari tahu. Kau sendiri yang mengundang masalah, selesaikanlah sendiri, aku akan menunggu kalian di luar". Sang pemuda cepat-cepat menyingkapkan tirai, dan Tuan Wu pun segera melangkah keluar. Hong Gu menghormat dengan sikap bersungguh-sungguh ke arah punggung Tuan Wu, "Budi Wu Ye akan selalu Hong er ingat". Hong Gu diam sesaat, lalu berseru, "Kecuali Xiao Yu, semua keluar". Shuangshuang melirikku, lalu memimpin semua orang keluar dengan cepat. Hong Gu melangkah ke sisiku dengan cepat, wajahnya nampak kebingungan, tiba-tiba ia berlutut. Aku cepat-cepat berjongkok dan menyokongnya, "Hong Gu, kau jangan takut, aku tak tahu siapa yang berada di balik Tuan Wu itu, dan juga tak tahu maksud orang yang disebut tuan besar itu. Kau jangan khawatir, diantara kita berdua tak ada permusuhan, aku hanya tahu bahwa beberapa bulan ini kau memberiku makan, minum dan permainan yang mengasyikkan, dan juga mengajariku tak sedikit keterampilan baru". Aku baru saja tiba di Chang'an, lebih banyak teman lebih baik, lagipula, Hong Gu tak pernah benar-benar mencelakaiku, aku lebih baik memaafkannya. Mendadak, mata Hong Gu berlinangan air mata, suaranya agak tersedu-sedan, "Xiao Yu, ternyata jiwamu begitu besar. Aku tak akan banyak bicara lagi, kali ini Hong Gu berhutang budi padamu dan akan selalu mengingatnya". Setelah berbicara, ia mengeluarkan sebuah buli-buli obat yang selalu berada di saku dadanya, mengeluarkan sebutir pil, lalu memberikannya padaku. Aku menerimanya dan segera menelannya, Hong Gu memberiku air, setelah memandangiku, ia berkata, "Setelah minum secawan teh tenagamu akan perlahan-lahan kembali. Tapi karena aku sudah lama memberimu obat, jangan-jangan perlu empat atau lima hari sampai tenagamu pulih seperti sediakala". Aku tersenyum dan berkata, "Akan kutunggu". Dengan penuh rasa terima kasih, Hong Gu mengangguk, memeras sapu tangan agar aku dapat mencuci muka, membantuku merapikan rambut dan pakaian, lalu menarik tanganku dan membawaku keluar. Begitu melihatku keluar, pandangan mata Tuan Wu melihat ke arah tanganku dan tangan Hong Gu yang saling berpegangan, wajahnya pun nampak jauh lebih santai, sambil tersenyum ia berkata, "Ayo pergi!" Aku dan Hong Gu menaiki sebuah kereta kuda yang mengikuti kereta kuda Tuan Wu. Sampai sekarang aku masih belum begitu mengerti apa yang telah terjadi, hanya tahu bahwa kami akan menemui seseorang, orang ini sepertinya sedang mencari seseorang yang mirip denganku, dan orang ini sepertinya mempunyai kedudukan yang tinggi di Kota Chang'an, karena bahkan seorang bawahan yang tak dekat dengannya pun mampu membuat Kakak Shuangshuang yang cukup punya nama di Chang'an bersikap begitu sopan, serta membuat Hong Gu yang cerdik dan lihai ketakutan. "Hong Gu, siapa sebenarnya tuan besar yang disebut-sebut oleh Tuan Wu itu?" Hong Gu berkata, "Apakah kau benar-benar tak mengenal majikan Perusahaan Shi?" Aku menggeleng, "Aku baru tiba di Chang'an, tak punya keluarga atau teman, bagaimana aku bisa mengenal seseorang yang begitu tinggi kedudukannya" Seandainya aku mengenalnya, masa aku begitu ingin tahu?" Dengan terkejut Hong Gu berkata, "Benar-benar aneh, beberapa tahun belakangan ini, tuan besar tak pernah memperdulikan urusan perdagangan besar atau kecil di Chang'an, rumah hiburan yang kukelola juga milik Perusahaan Shi, setiap tahun, tergantung apakah bisnis baik atau tidak, aku menyetorkan uang ke Perusahaan Shi, sebelumnya Perusahaan Shi mencampuri urusan pengelolaan usaha kami, namun beberapa tahun belakangan ini, asalkan kami mematuhi peraturan, Perusahaan Shi tak memperdulikan kami". "Peraturan apa?", tanyaku. Wajah Hong Gu memerah, "Peraturan yang tak sedikit jumlahnya, misalnya, tak boleh menculik perempuan untuk diperkerjakan". Aku ingin tertawa tapi segera menahannya, tak heran ia begitu ketakutan, ternyata ia telah melanggar tabu, aku mengenggam tangannya dan berkata, "Aku tak akan menceritakan peristiwa itu pada siapapun. Tapi setelah ini......." Hong Gu cepat-cepat berkata, "Sekali sudah cukup, setelah ini aku tak akan melakukannya lagi. Aku terlalu tak sabaran, selalu ingin menjadikan rumah kita rumah hiburan paling terkemuka di Chang'an, walaupun kepandaian menyanyi Shuangshuang luar biasa, namun yang lainnya biasa-biasa saja, aku selalu ingin mencari orang yang luar biasa berbakat, tapi selalu tak berhasil mendapatkan orang yang sesuai dengan keinginanku, kalau wajahnya cantik, posturnya tak enak dilihat, kalau keduanya bagus, keluwesannya kurang. Saat itu, ketika melihat kelincahanmu, hatiku menjadi tamak dan terobsesi, sehingga melakukan sebuah kesalahan besar, setelah melakukannya aku khawatir tentang apa yang akan terjadi kalau Perusahaan Shi tahu, tapi nasi sudah menjadi bubur". Kudengar bahwa nada suara Hong Gu tulus, maka aku cepatcepat tersenyum dan mengubah pokok pembicaraan, "Hong Gu, perkataanmu ini terlalu memujiku! Sebentar lagi aku akan menemui tuan besar Perusahaan Shi, tapi aku tak tahu apa-apa tentang Perusahaan Shi, Hong Gu, apakah kau dapat bercerita tentang Perusahaan Shi untukku?" Setelah mendengarku, Hong Gu berpikir sejenak, lalu berkata, "Sebenarnya aku juga hanya tahu sangat sedikit, karena Perusahaan Shi selalu menjalankan usaha mereka dengan diamdiam, sejak kecil aku tinggal di Chang'an, dan boleh dikata mempunyai pergaulan yang luas, namun aku tak pernah bertemu dengan tuan besar. Kata orang-orang tua, Perusahaan Shi menjadi kaya karena berdagang batu kumala, hal itu terjadi pada zaman Kaisar Wendi, setelah itu, bisnis Perusahaan Shi menjadi semakin besar. Ketika Kaisar Jingdi naik takhta dan Permaisuri Dou mengurus negara, hampir seluruh toko batu kumala, sutra dan rempah-rempah, rumah makan, rumah judi dan rumah hiburan di Chang'an, kalau bukan dibuka oleh Perusahaan Shi, adalah milik mereka bersama perusahaan lain. Tapi setelah itu Perusahaan Shi tiba-tiba berhenti berekspansi, dan justru perlahan-lahan melepaskan anak-anak usahanya, kegiatan mereka pun semakin penuh rahasia. Tiga atau empat tahun belakangan ini kegiatan mereka sama sekali tak terdengar, kalau saja tiap tahun aku tak usah melaporkan pembukuan dan menyetorkan uang pada Tuan Wu, aku sendiri pun sudah lupa bahwa rumah hiburan kita adalah milik Perusahaan Shi. Akan tetapi, memang benar bahwa 'unta yang kurus kering masih lebih besar dari seekor kuda', walaupun Perusahaan Shi tak lagi kelihatan di Chang'an, tak ada pedagang yang berani menyinggung Perusahaan Shi". Selagi Hong Gu berbicara, aku memikirkan hal itu dengan Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seksama, orang itu menyuruh orang mencariku, dan juga dapat mengambarkan wajahku, maka ia pasti seseorang yang pernah bertemu denganku. Seorang pedagang Chang'an, kenapa begitu misterius" Dalam benakku mendadak muncul adegan diriku menunggang kuda bersama Xiao Huo, jangan-jangan, dialah orang itu" Kereta kuda perlahan-lahan berhenti di depan sebuah rumah, wajah Hong Gu segera berubah menjadi serius dan penuh hormat, sikapnya sehari-hari yang genit menghilang. Setelah melihat kami turun dari kereta, Tuan Wu melangkah ke depan dan mengetuk pintu, dari luar, kediaman itu sama sekali tak nampak berbeda dengan rumah pedagang lain, di papan yang tergantung di atas pintu hanya terukir dua huruf sederhana, yaitu 'Wisma Shi'. Setelah mengetuk pintu dengan pelan dua kali, Tuan Wu segera melangkah ke samping, lalu membungkuk, Hong Gu cepat-cepat berdiri di belakangnya dengan sikap hormat. Kenapa peraturannya begitu ketat" Aku mencibir, namun tetap berdiri di sebelah kanan Hong Gu. Pintu dibuka begitu saja tanpa ada orang yang berbicara, seorang tua berjanggut menjulurkan kepalanya untuk melihat kami, Tuan Wu segera membungkuk menghormat, "Laoyezi, Xiao Wu menghadap anda". Hong Gu pun ikut menghormat. Orang tua itu melambaikan tangannya untuk mempersilahkan kami masuk, pandangan matanya jatuh pada diriku, "Ini orang yang kau temukan?" Tuan Wu menjawab, "Benar, setelah mencari kesana-kemari, ternyata ia berada di depan hidung kita sendiri. Semuanya kurang lebih benar, bagaimana menurut Laoyezi?" Orang tua itu berkata, "Benar atau tidak, aku tak tahu. Dua orang yang baru-baru ini diantar kemari sudah dipulangkan". Selagi berbicara, ia berbalik dan menunjukkan jalan di depan kami. Tuan Wu segera menunduk dan mengikutinya, Hong Gu dan aku pun mengikutinya masuk melalui pintu. Orang tua itu membawa kami ke sebuah paviliun kecil, "Kalian semua duduklah!" Setelah berbicara ia berbalik dan keluar dari pintu, seorang pelayan kecil yang berusia kurang lebih sepuluh tahun membawa baki teh dan menyuguhkan teh kepada kami, tak nyana, Tuan Wu bangkit untuk berterima kasih, walaupun aku dan Hong Gu diam-diam terkejut, namun kami segera meniru perbuatannya. Setelah menghidangkan teh, sang pelayan kecil mengundurkan diri sambil tersenyum. Begitu ia keluar, orang tua itu kembali masuk, wajahnya nampak penuh senyum. Tuan Wu segera bangkit dan bertanya, "Sudah benar?" Orang tua itu berkata, "Benar! Kalian pulanglah dahulu. Siapa yang nanti akan diberi hadiah atau dihukum akan diputuskan oleh tuan besar". Setelah selesai berbicara, ia tak lagi menghiraukan Tuan Wu dan Hong Gu, namun ia berkata padaku, "Gadis kecil, ikut aku!" Aku melihat ke arah Hong Gu, Hong Gu mengangguk, memberi isyarat agar aku segera mengikuti orang itu. Aku pun sangat ingin tahu apakah tuan besar yang misterius ini benar-benar adalah Xiao Huo, oleh karenanya, tanpa ragu-ragu, aku pun mengikuti orang tua itu. Setelah melewati ruangan depan itu, kami melewati sebuah pintu bulat yang amat kecil, di depan kami nampak sebuah serambi panjang berlika-liku yang terang benderang, serambi itu membentang di atas sebuah danau, entah menuju ke mana. Karena musim dingin yang sangat keras, di permukaan es yang licin dan tepi danau tak nampak dedaunan hijau pohon-pohon liu dan persik, namun pemandangan luas membentang, membuat orang bersemangat. Rumah ini tak nampak luar biasa, bagian depannya seperti rumah orang biasa, namun suasana bagian belakangnya luar biasa, setelah melewati danau, pemandangan di sisiku menjadi warnawarni, walaupun saat itu puncak musim dingin, hutan bambu masih rimbun, warna hijaunya yang segar membuat hati gembira. Orang tua itu berpaling melihat wajahku, seraya tersenyum ia berkata, "Kalau kau suka, nanti datanglah kemari untuk bermain, aku juga suka hutan bambu ini, saat musim panas sejuk, saat musim dingin pun rimbun. Di sini pondok bambu, di tepi danau ada taman persik, rumah anggrek dan paviliun seruni". Aku tersenyum dan mengangguk, lalu melangkah ke sisinya. Hutan bambu itu adalah sebuah taman yang diatur dengan cerdik, pintu taman separuh terbuka, si orang tua berkata padaku dengan suara pelan, "Masuklah!" Kulihat orang tua itu tak ingin masuk, maka aku menghormat padanya, ia melambai-lambaikan tangannya untuk menyuruhku masuk. Di sebuah sudut taman, beberapa buah batu besar ditumpuk dengan tak beraturan, di tengahnya terdapat sebuah rumpun bambu, beberapa ekor burung dara bertengger di atasnya, bambu hijau dan burung dara putih saling kontras satu sama lainnya, sehingga semakin menonjolkan warna masing-masing. Seorang lelaki berbaju hijau sedang duduk sambil mendongak ke arah matahari, seekor burung dara putih mendekam di pangkuannya, di samping kaki lelaki itu diletakkan sebuah tungku arang, di atasnya air entah sudah berapa lama mengalir, sehingga uap air pun mengepul bergulung-gulung, di tengah udara yang dingin uap air itu dengan cepat mengumpal menjadi kabut, membuat sosoknya yang duduk diam seakan melayanglayang di atas awan. Tak perduli di gurun pasir atau di Chang'an, dimanapun ia berada, pemandangan yang biasa berubah menjadi pemandangan yang indah karena dirinya, membuat orang yang menyaksikannya tak bisa melupakannya. Adegan di depan mata itu membuatku tak berani bersuara mengusiknya, mengikuti pandangan matanya, aku mendongak melihat mentari di angkasa, walaupun matahari musim dingin, namun sinarnya cukup menyilaukan, aku memicingkan mataku dan memandang ke arahnya, ternyata ia sedang menatapku, sepasang biji matanya bagai permata hitam, berkilat-kilat penuh semangat. Ia menunjuk sebuah kursi bambu di sampingnya, lalu bertanya sembari tersenyum, "Apakah Chang'an mengasyikkan?" Dengan sederhana namun akrab, ia menyapaku, hatiku tiba-tiba terasa hangat, berbagai pertanyaan yang memenuhi perutku mendadak tak ingin kutanyakan, karena pertanyaan-pertanyaan itu tak penting, yang penting aku dan dia kembali secara kebetulan bertemu di sini. Dengan gesit aku melangkah ke sisinya, "Begitu datang aku segera mengisi perut sekenyangnya, setelah itu seharian tinggal di rumah Hong Gu, bagaimana tak mengasyikkan!" Ia menyengir dan berkata, "Kulihat kau baik-baik saja, rumah Hong Gu juga baik, kalau kau keluar rumah sekarang, tak nyana kau sedikit mirip seorang gadis dari keluarga terpandang Chang'an". Aku teringat akan penampilanku yang berantakan saat pertama bertemu dengannya di Yueya Quan, aku agak malu sekaligus agak kesal, "Aku selalu baik-baik saja, manusia hanya membutuhkan pakaian, seperti seekor kuda memerlukan pelana". Seorang pelayan kecil keluar dari dalam rumah sambil mengusung sebuah meja persegi kecil, ia menaruh meja itu di hadapan kami, lalu menuangkan secawan teh untukku, ketika aku menerima teh itu, dengan asal pandangan mataku menyapu ke wajahnya, mataku pun segera terbelalak lebar-lebar, "Anak Anjing?" Dengan wajah yang amat serius Anak Anjing berkata padaku, "Setelah ini, panggil aku Shi Feng, jangan memanggilku Anak Anjing lagi, ketika itu seorang gagah sedang bernasib sial". Aku memandang wajahnya yang amat bersungguh-sungguh seraya menahan tawa, lalu berkali-kali memanggilnya, "Baik, Shi Feng, Tuan Muda Shi Feng, bagaimana kau bisa berada di sini?" Dengan penuh amarah ia melirikku, "Jiu Ye membawaku pulang". Setelah berbicara, ia menunduk dan pergi. Jiu Ye berkata, "Karena kakek Shi Feng sakit parah, dalam keadaan putus asa ia mengadaikan pakaian yang kau tinggalkan, untung saja kepala rumah gadai waktu itu ikut aku ke Xiyu, begitu melihat pakaian itu, ia segera melapor. Kulihat bahwa Feng kecil ini berbakti pada orang tua, orangnya pun cerdik, seseorang berbakat dagang yang jarang terlihat, maka aku mengajaknya pulang". Aku mengangguk-angguk, ternyata ia tahu aku 'tertimpa bencana' di Chang'an dari Xiao Feng, "Apakah sakit kakek sudah sembuh?" Jiu Ye menghangatkan tangannya di atas tungku, "Usianya sudah lanjut dan ia tak punya tempat tinggal, ia juga pernah kelaparan, kalau dapat makan kenyang, sakitnya tak akan parah, asalkan ia sekarang merawat dirinya dengan seksama, ia akan baik-baik saja. Kata Xiao Feng ia selalu mengkhawatirkanmu, pergilah menjenguknya nanti". Aku berkata, "Kalaupun kau tak menyuruhku, aku akan pergi menjengguknya". Ia bertanya, "Apakah Hong Gu membuatmu susah?" "Aku cepat-cepat berkata, "Tidak". "Apa yang kau khawatirkan?", tanyanya sambil tersenyum. "Siapa yang tahu peraturan apa yang akan kalian jalankan" Kalau seperti di Xiyu, tangan pencuri sering dipotong, Hong Gu begitu cantik, sayang sekali kalau hal itu terjadi padanya". Ia memandang ke bawah dan berpikir untuk beberapa saat, "Masalah ini bukan hanya masalah diantara kau dan Hong Gu saja, kalau sekarang ia dilepaskan begitu saja, setelah ini janganjangan ia akan kembali melanggar peraturan, wanita-wanita lemahlah yang akan celaka". Aku menoleh memandangnya, "Hong Gu sudah berjanji padaku bahwa ia tak akan melanggar peraturan lagi. Apakah ada cara yang dapat memuaskan kedua belah pihak?" Tiba-tiba ia mengangkat alisnya, "Masalah ini kuberikan pada si tua Wu saja supaya ia sakit kepala! Bawahannya yang bermasalah, untuk apa aku bersusah payah membuang waktu untuknya?" Wajahnya yang tenang dan lembut, ketika mengucapkan perkataan itu nampak geli sekaligus gemas. Aku mendengus dan tertawa. Matahari musim dingin cepat tenggelam, sekarang udara telah menjadi dingin, pandangan mataku menyapu kakinya, lalu aku tersenyum dan berkata, "Kurasa udara agak dingin". Ia mengangkat sang merpati putih, lalu mengangkat tangannya, merpati itu menggepakkan sayapnya dan terbang pergi. Ia mengangsurkan tangannya dan mempersilahkanku masuk, lalu mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah, aku mengangsurkan tangan hendak membantunya, namun aku teringat akan adegan saat ia hendak turun dari kereta kuda, dan segera menarik tanganku kembali. Ketika hampir mencapai mulut pintu, tiba-tiba pintu terbuka dengan perlahan, namun di dalam rumah sama sekali tak ada orang, dengan heran aku memandang ke sekelilingku, sambil tersenyum, ia menjelaskan, "Di lantai di depan pintu telah dipasang sebuah alat, begitu kursi roda lewat, alat itu tersentuh dan pintu pun terbuka dengan sendirinya". Aku memperhatikan lantai di bawah kakiku dengan seksama, namun tak melihat ada sesuatu yang berbeda, diam-diam aku merasa kagum dan mengikutinya masuk ke dalam. Seluruh rumah diatur dengan amat seksama, tak ada ambang pintu, semua barang diletakkan di tempat yang mudah dijangkau seseorang yang sedang duduk. Mejanya bukan meja rendah yang saat itu sedang populer di Dinasti Han, melainkan meja yang tingginya cocok untuk orang yang sedang duduk di kursi roda, mungkin ia adalah orang pertama di Chang'an yang memakai meja dan kursi bangsa asing. Ia mempersilahkanku duduk, aku melihat ke arah sanzi di atas meja dan teringat bahwa sejak bangun tidur hingga sekarang, aku sama sekali belum makan! Sambil menelan ludah, aku memandangi sanzi itu, namun perutku sudah tak bisa menunggu dan berbunyi keroncongan. Ia sedang membuat teh, begitu mendengar suara itu, ia berpaling ke arahku, dengan jengah aku berkata, "Memangnya kau belum pernah mendengar suara perut yang keroncongan" Aku ingin makan sepiring sanzi itu". Sambil tersenyum ia berkata, "Itu dipersiapkan untuk tahun baru, bukan untuk dimakan, terlalu berminyak. Suruh dapur menyiapkan makanan! Kau ingin makan apa?" Aku sudah lama tak makan enak, aku mengerutkan keningku, aku ingin makan apa" Aku tak bisa memesan makanan di rumah makan. Setelah berpikir sejenak, aku berkata, "Terserah! Yang penting ada daging, potongan-potongan daging besar, jangan seperti di tempat Hong Gu, daging yang bagus dipotong menjadi kecil-kecil, sesuatu yang baru ketika baru beberapa kali memakannya, tapi lama kelamaan membosankan". Ia tersenyum dan menarik sebuah tali yang tergantung di sudut ruangan, dan Xiao Feng pun segera berlari masuk, ia memerintahnya, "Suruh dapur memanggang paha domba utuh dan membuat dua macam sayur, lalu antar kemari". Ia melirikku dan kembali berkata, "Cepatlah sedikit". Ia menaruh baki teh di pangkuannya, lalu memutar kursi rodanya. Aku memandangnya, berpura-pura tak melihat air teh yang sepertinya akan tumpah, lalu mengambil sanzi dengan rakus. Ia menaruh secawan teh di hadapanku, aku meminumnya dengan lahap sambil makan sanzi. Sepertinya ia senang, ia menuang teh dan juga ikut minum seteguk kecil teh, "Aku sangat jarang dikunjungi tamu, ini adalah untuk pertama kalinya aku membuat teh, mohon maklum!" Mulutku sedang penuh makanan, dengan asal aku mengangguk, "Apakah kau punya banyak kakak dan adik" Apakah setelah kau masih ada Shi Ye?" Ia berkata dengan hambar, "Di rumah hanya ada aku seorang. Ayah ingin mempunyai keluarga besar, maka sejak aku kecil ia menyuruh orang memangilku Tuan Muda Kesembilan untuk membawa keberuntungan. Sekarang orang sudah terbiasa memanggilku demikian, walaupun keinginan ayah tak kesampaian, namun aku malas meluruskan panggilanku". Aku menelan makanan dalam mulutku, "Di keluargaku, selain aku masih ada sekawanan serigala, yang kau temui hari itu adalah adikku". Senyum muncul di wajahnya, "Kata orang namamu Jin Yu?" Aku mengangguk, "Siapa namamu?" "Meng Ximo". Dengan terkejut aku berkata, "Margamu bukan Shi" Apakah kau majikan Perusahaan Shi?" "Siapa yang memberitahumu bahwa majikan Perusahaan Shi bermarga Shi?" Aku meleletkan lidahku, "Kulihat di ambang pintu ditulis Wisma Shi, maka kupikir tentu demikian. Ximo, artinya Gurun Pasir Barat, nama ini bukan bergaya Zhongyuan". Ia tersenyum dan berkata, "Namamu Jin Yu tak terlihat kaya raya". Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo , tapi kau Aku tersenyum dan berkata, "Sekarang belum, tapi setelah ini aku akan kaya raya". Xiao Feng masuk sambil membawa sebuah kotak makanan, begitu membuka tutupnya, aku mencium bau harum yang menusuk hidung, aku melangkah dengan cepat menghampirinya, namun mendadak teringat bahwa tuan rumah belum menawarkan makanan itu! Aku segera menoleh ke arahnya, dengan lembut ia berkata, "Cepatlah makan selagi masih hangat! Sekarang aku tak lapar, maka aku tak menemanimu makan". Aku duduk di depan meja dan makan dengan lahap, nasi dan sayuran tak kusentuh, aku hanya makan paha domba saja, ia memutar kursi rodanya sehingga ia berada di depanku, lalu mendorong sayur di sampingku ke hadapanku, "Makanlah sedikit sayur". Aku melirik sayur itu dengan acuh tak acuh, ia pun kembali berkata, "Kalau seorang gadis makan lebih banyak sayur-mayur, ia akan menjadi semakin cantik". Untuk sesaat aku tertegun, benarkah begitu" Kalau melihat ekspresinya yang serius tampaknya ia tak sedang membohongiku. Aku memandangi paha domba yang aromanya menawan, lalu memandangi sayur yang rasanya hambar, untuk sesaat aku terombang-ambing diantara hidangan lezat dan kecantikan, lalu akhirnya mengambil sayur itu. Ia tersenyum dan memandang ke luar jendela. Orang yang sudah makan kenyang selalu gembira, aku menepuknepuk perutku yang buncit sembari mencium aroma wangi teh di hadapanku, dan merasa bahwa inilah kesenangan hidup. Selagi minum teh, aku membuat suatu rencana yang egois, aku menaruh cawan teh, lalu memandang ke arahnya sembari tersenyum. Ia memberiku isyarat dengan matanya agar aku mengatakan apa yang ingin kukatakan. "Hmm, coba lihat, sebenarnya selama tinggal di tempat Hong Gu aku makan dengan enak, dan juga dapat mempelajari banyak hal, akan tetapi karena hari ini kau telah membuat keributan seperti ini, Hong Gu pasti tak berani menerimaku kembali, sekarang aku sudah tak punya uang. Seperti kata orang, orang gagah berani berbuat berani menanggung akibatnya. Kulihat bahwa sikapmu luar biasa, tentunya kau dapat bertanggung jawab akan diriku?" Wajahku tak memerah, setelah berbicara tanpa mengambil napas, aku memandangnya dengan penuh harapan. Sambil tersenyum ia memandangku, untuk beberapa lama ia tak berkata apa-apa, namun wajahku semakin lama semakin panas, aku menghindari pandangan matanya, sambil melihat ke lantai, aku berkata, "Aku dapat membaca, dapat berhitung, kuat, dan juga tak bodoh, apakah tokomu memerlukan orang?" "Kau bermaksud tinggal di Chang'an?" "Aku baru saja datang, sekarang aku belum ingin pergi, aku tak tahu kapan akan pergi". "Tingallah di sini dulu! Aku hendak melihat apa yang cocok kau lakukan, kau sendiri pikirkanlah, apa yang ingin kau kerjakan". Hatiku jatuh ke lantai, aku bangkit dan menghormat ke arahnya, "Banyak terima kasih! Aku tak akan menumpang dengan cumacuma, aku dapat mengerjakan apapun yang Xiao Feng dapat kerjakan". Ia tersenyum dan menggeleng, "Kau dan Xiao Feng tak sama, Xiao Feng adalah pekerja magang di Perusahaan Shi, sekarang ia sedang belajar". Aku berkata, "Bagaimana denganku?" Ia agak bimbang sesaat, lalu berkata, "Kau tamuku". Dalam hatiku muncul suatu perasaan kecewa yang sulit dikatakan, namun ia kembali berkata, "Seorang kawan yang kembali kutemui". Aku menunduk sambil menarik bibirku, tak berkata apaapa. Dalam beberapa hari, aku telah mengetahui seluk-beluk Wisma Shi, aku juga kembali bertemu dengan lelaki berpakaian ungu dan hitam yang saat itu kutemui di Yueya Quan, yang seorang bernama Shi Jinyan , sedangkan yang seorang lagi bernama Shi Shenxing . Mendengar nama mereka, aku tertawa dalam hati, benar-benar nama yang bagus, nama yang satu menambal kekurangannya, sedangkan nama yang satu lagi sangat cocok dengan penyandangnya. Ketika mereka berdua melihatku tinggal di Pondok Bambu, Jinyan berkata dengan heran, "Bagaimana bisa begini" Jiu Ye suka ketenangan, ia dan Xiao Feng tak bisa tinggal di sini saat malam. Katamu kau hendak tinggal di Pondok Bambu, apakah Jiu Ye sudah mengizinkanmu tinggal di sini?" Namun Shenxing hanya memandangku dengan tajam, lalu menatap ke lantai, diam tak bergeming, kalau namanya berubah menjadi 'buxing'[6], benarbenar pantas. Mereka berdua bersama pengurus rumah tangga Shi, Shi Tianchao, mengurus urusan dagang Perusahaan Shi. Setiap pagi, mereka datang ke Pondok Bambu untuk melaporkan berbagai urusan dagang kepada Jiu Ye secara terperinci, waktu yang mereka perlukan pun berbeda-beda. Xiao Feng dan tiga orang pemuda yang usianya sepantaran, sering ikut mendengarkan. Nama mereka berempat adalah Feng, Yi, Lei dan Tian[7]. Saat mereka membicarakan urusan dagang, aku sengaja menjauhi Pondok Bambu. Hari ini, karena mengkhawatirkan Hong Gu, aku sekalian keluar dari Wisma Shi. Dua hari belakangan ini salju terus turun dengan lebat, sehingga sulit untuk melakukan perjalanan, hari ini kebetulan salju berhenti turun sehingga aku dapat pergi menjenguk mereka. "Yu Yatou, kenapa kau memakai baju yang begitu tipis" Salju yang turun akan membuatmu kedinginan, aku akan minta gadis pelayan mengambilkan baju untukmu". Paman Shi yang dahulu membawamu masuk ke dalam Wisma Shi menyuruh kusir mengambil kereta sembari mengomel. Aku melompat-lompat sambil melambai-lambaikan sepasang tanganku, lalu tersenyum dan berkata, "Asalkan perutku tak lapar, aku tak takut dingin. Hari ini tak ada artinya bagiku". Paman Shi tersenyum dan menyuruhku pulang sedikit lebih pagi. Walaupun salju sudah berhenti turun, namun langit belum cerah, masih diselimuti awan berwarna timah, bertumpuk-tumpuk menekan, langit yang pucat pasi seakan akan ambruk. Salju yang menumpuk di tanah amat tebal, saat angin bertiup, salju berterbangan mengenai tubuh para pejalan kaki. Kebanyakan para pejalan kaki tak dapat naik kereta kuda dan berusaha sebisanya meringkuk, menarik leher mereka, dan berjalan di atas salju dengan amat hati-hati. Kadang-kadang kereta kuda yang melaju dengan cepat mencipratkan salju, sehingga tubuh para pejalan kaki itu sering berlumuran salju yang telah setengah menghitam. Aku menyuruh kusir berteriak agar para pejalan kaki dapat bersiap-siap, dan sedikit memperlambat jalannya kereta saat melewati mereka. Dengan suara nyaring sang kusir mengiyakan. Pintu rumah tertutup rapat, sepasang lentera merah yang biasanya dinyalakan, tak perduli di tengah kegelapan malam atau di siang bolong, tak terlihat. Aku mengetuk-ngetuk pintu, setelah beberapa lama barulah ada orang berseru, "Beberapa hari ini kami tak buka......" Ketika sedang berbicara, pelayan wanita yang membuka pintu melihatku dan cepat-cepat menarik kembali perkataannya. Dengan ekspresi yang aneh ia menoleh, berseru memanggil Hong Gu. Hong Gu cepat-cepat berlari keluar, sambil menarik tanganku ia berkata sembari tersenyum, "Kau benar-benar baik, datang menjenggukku". Aku bertanya, "Ada apa" Kenapa tak buka?" Hong Gu mengajakku duduk di samping tungku arang, lalu menghela napas dan berkata, "Bukan aku penyebabnya, Tuan Wu sedang khawatir, ia tak tahu harus melakukan apa terhadapku, ia mencoba menebak maksud tuan besar, sepertinya beliau tak menjelaskan apakah aku harus dihukum berat atau ringan, beberapa hari ini kabarnya ia tak bisa tidur, akan tetapi ia belum menemukan jalan keluar yang baik. Ia tak bisa membiarkanku membuka rumah ini dengan terang-terangan, oleh karenanya ia menyuruhku untuk tutup dahulu". Aku tertawa terkekeh-kekeh, "Kalau begitu Tuan Wu berusaha menolongmu, ia tak ingin membuatmu susah, maka ia mencaricari cara untuk menghindari kesulitan". Hong Gu dengan pelan mengetuk dahiku, "Kalau begitu aku harus banyak berterima kasih padamu, kalau tidak Tuan Wu tak akan dapat melindungiku. Oh ya, apakah kau sudah bertemu tuan besar" Kenapa ia mencarimu" Seperti apa rupanya" Apakah usianya sudah lanjut?" Aku berkata, "Begitu banyak saudari di rumah ini mengantungkan periuk nasinya padamu! Kau bukannya mengkhawatirkan usahamu dan malahan bertanya-tanya tentang hal-hal ini". Hong Gu tersenyum dan berkata, "Baiklah! Kalau kau tak mau bicara aku tak akan bertanya lagi, tapi beritahu aku kenapa tuan besar mencarimu, kau bukannya berkata bahwa di Chang'an kau tak punya sanak saudara, dan bahwa kau sudah tak punya keluarga lagi?" Aku menarik bibirku dan tersenyum, "Kami sudah pernah bertemu, boleh dikatakan kami adalah kawan lama, hanya saja aku tak tahu bahwa ia berada di Chang'an". Hong Gu membuka sepasang tangannya, lalu menghela napas dan berkata, "Manusia memang tak bisa menebak kehendak Langit, kalaupun aku cemerlang, aku tak bisa melawan Langit". Selagi kami mengobrol dan bercanda di samping tungku, seorang gadis pelayan kecil menyingkapkan tirai dan menerobos masuk, tanpa basa-basi ia langsung berkata, "Nona Shuangshuang pergi keluar, para pelayan tak bisa menghalanginya dan malahan kena omel". Dengan wajah tanpa ekspresi Hong Gu bertanya, "Apa katanya?" Sambil menunduk gadis pelayan itu berkata, "Katanya, tak ada alasan baginya untuk sendirian tak bisa mencari uang, hari ini tak buka, besok tak buka, nanti ia makan apa" Lagipula..... lagipula, Wisma Tianxiang menawarkan bayaran yang tinggi, ia juga mengingat persahabatan lama, sekarang.......sekarang ia merasa lebih baik pergi, katanya kecantikan wanita tak bertahan lama, dan seluruh hidupnya tergantung pada tahun-tahun yang pendek ini, sehingga ia tak dapat menyia-nyiakannya". Wajah Hong Gu yang tadinya muram, begitu mendengar perkataannya malahan menjadi lega, sambil menghela napas dengan pelan ia menyuruh gadis pelayan itu pergi. Aku bertanya, "Apakah Wisma Tianxiang milik Perusahaan Shi?" Hong Gu berkata, "Sebelum ini, ya, sekarang tidak. Sebenarnya, aku juga tak tahu apa yang terjadi. Dua tahun belakangan ini usaha mereka semakin lama semakin berkembang, kurasa, tak lama lagi, rumah-rumah hiburan yang dikelola Perusahaan Shi tak akan dapat meremehkan mereka lagi, mereka ingin menjadi rumah hiburan nomor satu di Chang'an. Aku seorang bawahan, aku tak tahu apa sebenarnya maksud tuan besar, kenapa ia membiarkan mereka menjadi semakin besar". Sambil terdiam, Hong Gu menatap api di tungku, lalu tersenyum dan bangkit, "Tak usah membicarakan hal-hal yang mengkhawatirkan ini, lagipula aku juga tak dapat menjalankan roda usahaku. Hari ini kami bosan seharian dalam rumah, setelah dua hari turun salju, hari ini adalah hari yang baik untuk melihat bunga prem, karena kami toh tak membuka usaha, lebih baik kupanggil semua nona-nona untuk berjalan-jalan di luar". Aku segera menyetujuinya. Aku sekereta dengan Hong Gu, Hong Gu takut pada hawa dingin, ia mengenakan mantel bulu rubah, tangannya pun mengenakan sarung tangan bersulam, ketika ia melihat bahwa aku hanya memakai mantel yang diisi kapuk, ia berdecak kagum, akan tetapi ia bukan mengagumi kekuatan tubuhku, melainkan mengagumi bagaimana aku, di hari yang begitu dingin, dan di tengah orangorang yang terbungkus mantel tebal seperti bakpao, masih dapat nampak lemah gemulai. Ketika kereta baru hendak keluar dari gerbang kota, sekonyongkoyong terjadi keributan, sebuah pasukan membelah kerumunan orang dengan tombak mereka, semua orang segera berhenti berjalan dan menyingkir ke pinggir jalan, kereta kami pun segera berhenti di depan pintu sebuah toko. Dalam sekejap orang berteriak-teriak dan kuda meringkik, keadaan menjadi kacau balau. Dengan penuh rasa ingin tahu aku menyingkapkan tirai dan menjulurkan kepalaku untuk memandang ke luar, namun dengan tenang Hong Gu tersenyum dan berkata, "Gadis bau! Kelak adegan seperti akan jarang terlihat di Chang'an, kau belum pernah melihat kaisar lewat, adegan itu dan pasukan tentara membuat orang tercengang!" Ketika ia sedang berbicara, di kejauhan beberapa penunggang kuda telah mencongklang masuk ke dalam gerbang, aku memandangi mereka dengan penuh perhatian, dari kejauhan nampaknya usia mereka masih muda, mereka semua mengenakan pakaian brokat dan mantel bulu, dengan gagah mereka menunggang kuda pilihan. Pemuda-pemuda kaya-raya bermasa depan cerah, mereka benar-benar nampak anggun. Tiba-tiba hatiku terguncang, lelaki.......lelaki yang berwajah dingin dan tampan yang alisnya tajam dan matanya berbinar-binar itu, bukankah Xiao Huo" Walaupun saat ini pakaian dan sikapnya sangat berbeda dengan saat ia berada di padang pasir, aku yakin aku tak salah mengenali orang. Pemuda-pemuda lain memacu kuda mereka sembari bergurau, namun bibirnya terkatup rapat, matanya memandang ke kejauhan, nampak jelas bahwa walaupun ia berada di tempat itu, pikirannya berada di tempat lain. Hong Gu melihat wajahku yang tercengang dan berkata, "Kenapa?" Aku menunjuk Xiao Huo dan bertanya, "Siapa dia?" Senyum tipis muncul di bibir Hong Gu, "Pandangan mata Yu er memang luar biasa! Walaupun mereka semua dilahirkan sebagai bangsawan, namun ia berbeda, selain itu sampai sekarang ia belum menikah, bahkan juga belum bertunangan". Aku melirik Hong Gu, "Ternyata Hong Gu adalah seorang mak comblang yang lihai, tapi sayangnya salah memilih profesi". Hong Gu tertawa, sambil menunjuk Xiao Huo ia berkata, "Bibi dari pihak ibunya adalah permaisuri, paman dari pihak ibunya bergelar Jenderal Besar, nama besarnya menggetarkan Xiongnu dan Xiyu, ia berkuasa atas delapan ribu tujuh ratus keluarga. Namanya Huo Qubing, tuan muda paling termasyur di Chang'an. Ia nampaknya dingin dan tak beremosi, namun kabarnya wataknya sangat keras dan angkuh. Ia bahkan berani menentang pamannya di depan orang banyak, tapi ternyata ia cocok dengan kaisar, yang selalu membelanya, sehingga di Chang'an semakin tak ada orang yang berani menyinggungnya". Aku memperhatikan sosoknya di atas kuda, perasaan dalam hatiku sulit dijelaskan, saat aku merasa putus asa di Chang'an, aku ingin menemukannya, namun tak bisa menemukannya. Ketika aku masuk ke Wisma Shi, aku mengira bahwa setelah melewati serambi panjang, di ujung hutan bambu ialah yang akan kutemui, namun aku masih tak berhasil menemukannya. Akan tetapi, pada saat yang sama sekali tak kubayangkan, ia muncul. Walaupun aku sudah menduga bahwa ia bukan orang biasa, namun aku sama sekali tak menyangka bahwa ia adalah Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keponakan kaisar Dinasti Han dan Jenderal Besar Wei Qing. Di atas punggung kuda, ia sepertinya merasakan sesuatu dan berpaling ke arah kami, pandangan matanya menyapu semua orang, aku pun mendadak menurunkan tirai. Di sepanjang jalan, Hong Gu mengodaku, namun aku hanya mendengarkannya dengan hambar sambil tersenyum. Hong Gu merasa ia sia-sia mengodaku, maka ia berhenti bergurau, lalu memperhatikan ekspresi wajahku dengan seksama. Beberapa saat kemudian, sambil memelankan suaranya, ia berkata, "Untuk apa merendahkan dirimu sendiri" Seumur hidupku nasibku malang, semasa muda aku hanya memperhatikan masalah asmara, menuruti kehendak hatiku, dan tak membuat rencana masa depan, sekarang aku mengerti kenapa aku harus melakukannya, tapi aku sudah terlanjur tua. Sekarang usiamu masih muda, dan kau pun memiliki paras seperti ini, asalkan kau punya kemauan, apa yang tak dapat kau lakukan di Chang'an ini" Seperti Permaisuri Wei sekarang ini, dahulu statusnya tak lebih tinggi dari kita-kita ini. Ibunya adalah seorang pelayan di rumah putri kaisar, lalu melahirkannya karena suatu hubungan gelap, seorang ayah pun ia tak punya, dan terpaksa memakai marga Wei. Setelah dewasa, ia pun hanya seorang gadis penyanyi di rumah putri itu, akan tetapi, setelah itu, dengan mengandalkan paras cantiknya, ia menjadi kesayangan kaisar, dan menjadi ibu negara. Selain itu, Jenderal Besar Wei juga seorang anak haram, ketika kecil ia menjadi pengembala kuda, tak hanya kelaparan, tapi juga sering dicambuk majikannya, akan tetapi ia lalu mendirikan jasa besar dengan memukul mundur bangsa Xiongnu, dan mencapai kedudukan tertinggi". Aku berpaling, lalu memeluk Hong Gu seraya tersenyum, "Jiejie yang baik, aku tak bermaksud seperti itu. Aku hanya memikirkan kejadian yang telah terjadi di masa silam. Gadis penyanyi menjadi permaisuri, tukang kuda menjadi jenderal besar, aku paham maksudmu. Walaupun kita wanita, kita lahir di zaman yang tak ketat aturannya, suatu masa dimana wanita sering mencampuri urusan negara, seperti kata pepatah, 'Kaisar dan para bangsawan, para jenderal dan pejabat negara, apakah mereka dilahirkan berdarah biru"'"[8] Wajah Hong Gu nampak kebingungan, ia perlahan-lahan mengulangi perkataan itu, "Kaisar dan para bangsawan, para jenderal dan pejabat negara, apakah mereka dilahirkan berdarah biru?", ia seakan sedang merenungkan maknanya, "Dari mana kau mendengar perkataan itu" Kalau saja aku sepertimu dan dapat memahami makna perkataan itu, tentunya sekarang keadaanku tak seperti ini". Hong Gu bangga akan kecantikannya, kecerdasannya pun jauh di atas rata-rata, namun sayang parasnya sudah tua, dan ia masih harus bersusah payah, hatinya tak rela, namun ia terpaksa menerima keadaan. Salju putih dan bunga prem merah nampak kontras satu sama lain, pemandangan benar-benar indah, aku memandangnya, namun hatiku tak mengaguminya, aku hanya tersenyum saja. Hati Hong Gu pun menanggung banyak beban, bunga-bunga yang sedang mekar dengan indahnya seakan membuatnya makin kesepian. Setelah pulang dari memandang bunga, hari telah gelap, Hong Gu dan nona-nona lain bersama-sama naik kereta pulang ke rumah, sedangkan aku naik kereta sendirian ke Wisma Shi. Di dalam Pondok Bambu, Jiu Ye sedang duduk sendirian sambil membaca buku di bawah sinar lentera. Cahaya lilin kekuningan yang memantul di tubuhnya menimbulkan kesan hangat. Mendadak rongga mataku terasa agak pedih, dahulu saat aku pulang malam setelah seharian bermain di luar, A Die juga akan duduk di bawah lentera, membaca buku sambil menungguku pulang, seorang diri, namun penuh kehangatan. Diam-diam aku berdiri di mulut pintu, perlahan-lahan kehangatan dan ketenangan dalam ruangan itu merembes ke dalam hatiku, membuat hatiku yang tak tenteram siang itu menjadi tenang, ia seakan merasakannya dan menengadah memandangku, "Kenapa kau berdiri di mulut pintu sambil tertegun?" Sambil melangkah masuk aku berkata, "Setelah menjenguk Hong Gu, aku keluar kota bersamanya untuk melihat bunga prem". Dengan lembut ia bertanya, "Sudah makan?" Aku berkata, "Walaupun aku belum makan malam, tapi Hong Gu membawa banyak makanan kecil, sambil bermain aku makan dan sudah kenyang". Ia mengangguk dan tak berkata apa-apa lagi, untuk sesaat aku bimbang, lalu bertanya, "Kenapa kau membiarkan rumah-rumah hiburan Perusahaan Shi berjalan sendiri-sendiri" Bukankah hal ini membuat mereka tak hanya tak bisa berserikat melawan pesaing, tapi juga tak bisa berkembang" Orang luar menduga bahwa telah terjadi kekacauan dalam Perusahaan Shi, bahwa pemimpin perusahaan tak becus mengelola perusahaannya!" Ia meletakkan bilah-bilah bambu di tangannya, lalu dengan agak acuh tak acuh, tersenyum dan berkata, "Mereka tak salah duga, aku memang tak becus". Aku menggeleng, setelah diam sesaat, aku berkata, "Bukankah kau menyuruhku memikirkan pekerjaan apa yang ingin kukerjakan" Aku sudah memikirkannya, aku tak mengenal usaha lainnya, tapi aku sudah sedikit mengenal rumah hiburan selama beberapa bulan, lagipula aku seorang wanita, mengerjakan pembukuan atau menjadi pemeran pembantu, semua dapat kulakukan". Sambil terus tersenyum, Jiu Ye berkata, "Karena kau sudah memikirkannya, besok aku akan berbicara pada Shenxing untuk mengatur semuanya". Aku menghormat padanya, "Banyak terima kasih!" Jiu Ye memutar kursi rodanya, lalu mengambil sebuah bungkusan dan memberikannya padaku, "Kukembalikan pada yang empunya". Bungkusan itu berisi seperangkat pakaian Loulan biru itu, dengan hati-hati aku merabanya, aku tak bisa mengatakan apa yang hendak kukatakan, sepatah kata 'terima kasih' tak cukup untuk mengungkapkan perasaanku. Kereta kuda kembali berhenti di depan Luoyu Fang, namun suasana hatiku sama sekali tak sama, kali ini aku masuk ke Luoyu Fang sebagai majikan rumah hiburan itu. Pagi itu aku baru tahu apa yang telah diatur oleh Shenxing, aku bahkan sampai curiga bahwa Shenxing sengaja mempermainkanku, akan tetapi dari wajahnya yang tak punya emosi aku tak melihat maksud jahat. Ketika melihatku terus menatap Shenxing, Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir! Hal ini diusulkan oleh si tua Wu pada Shenxing, ia tentu telah memberitahu Hong Gu, ia tak akan membuatmu susah". Ia pun berkata pada Shenxing, "Beberapa tahun belakangan ini, kepandaian si tua Wu meniru ikan lele semakin lihai". Shenxing hanya nampak gelisah, namun Shenyan nampak gusar, sambil menghirup teh, Tianchao berkata dengan santai, "Beberapa tahun belakangan ini menyusahkan baginya, penderitaannya tak terkatakan". -------------------Ketika aku sedang memikirkan kejadian pagi itu, para pengiring Tuan Wu sudah maju dan mengetuk pintu. Pintu segera dibuka, Hong Gu berpakaian mewah, wajahnya penuh senyum bagai bunga, ia menghormat padaku dan Tuan Wu, aku cepat-cepat menariknya hingga bangkit, "Hong Gu, kau tak akan menyalahkanku" Aku juga tak menyangka keadaan akan menjadi seperti ini". Hong Gu tersenyum dan berkata, "Aku bukan orang yang bodoh, sekarang aku mendapatkan kedudukan yang baik di Chang'an, untuk apa mengeluh?" Tuan Wu berkata, "Setelah ini, kalian berdua harus bekerjasama mengurus rumah hiburan ini dengan baik, aku akan pergi memeriksa toko lain, aku pergi dulu". Setelah berbicara, ia mengajak para pengiringnya pergi. Hong Gu membawaku ke rumah belakang yang dahulu kutinggali, "Aku akan merapikan kamar yang baru-baru ini kutempati, di wisma ini sering terjadi hal-hal yang tak terduga, saat kau tak bisa pulang ke Wisma Shi, kau akan punya tempat untuk beristirahat, kalau ada yang kau butuhkan, beritahu saja aku". Aku mengangguk untuk berterima kasih. Setelah aku masuk ke dalam kamar, Hong Gu menunjuk ke arah setumpuk bilah bambu di atas meja, "Pembukuan tahun lalu ada di sini". Aku bertanya, "Apakah Kakak Shuangshuang sudah pergi?" Hong Gu menghela napas, lalu duduk di atas bangku, "Dia sudah pergi, dan tak hanya dia, melainkan Linglong yang dekat dengannya juga mengikutinya pergi. Xiao Yu, beban di pundakmu tak ringan! Sebenarnya, ketika aku mendengar bahwa kau akan datang, hatiku yang egois merasa girang, bagaimanapun juga, kau adalah orang yang dikirim tuan besar, boleh dikatakan bahwa aku telah menemukan pohon rindang untuk berlindung". Sekarang aku sedang memikirkan arti perkataan Jiu Ye pagi ini tentang si tua Wu yang pandai bersikap seperti ikan lele, aku tak hanya membantunya memecahkan masalah, tapi juga membantunya membereskan kekacauan di rumah hiburan ini, atau apakah ia juga bermaksud menyeret Shenxing dan yang lainnya untuk ikut berkubang dalam lumpur" Jiu Ye bermaksud membiarkan bisnis rumah hiburan mati dengan sendirinya, sedangkan si tua Wu membiarkanku berusaha mengembalikan kejayaan bisnis rumah hiburan, tentunya bukan karena ia merasa bahwa gadis cilik sepertiku ini mampu melakukannya, melainkan karena ia memandang hubunganku dengan Jiu Ye. Karena khawatir hasilnya akan membuatku kecewa, Jiu Ye menjelaskan padaku bahwa bisnis ini adalah suatu permainan, yang dapat kumainkan sesuka hatiku. Akan tetapi, tujuan akhirku dan si tua Wu sebenarnya sama, yaitu untuk membuat Perusahaan Shi menjadi lebih baik, sehingga dapat kami 'manfaatkan'. ".......Shuangshuang dan Linglong telah pergi, nona-nona yang lain juga sama saja, hendak membangkang. Fang Ru cukup punya kemampuan, namun ia tak punya kemauan, ia tak suka menari dan menyanyi, bakatnya pun terbatas. Dengan keadaan seperti ini, kita dapat menghidupi diri sendiri, tapi kurasa kau tak hanya ingin mendapatkan cukup uang untuk makan dan minum saja, menurutmu sebaiknya kita harus bagaimana?" Aku cepat-cepat berpikir, lalu berkata, "Masalah Fang Ru tak terlalu sulit, ancam seseorang dengan kematian, maka ia akan berjuang untuk hidup, beri dia obat keras! Suruh dia datang menemuiku". Hong Gu memandangku dengan terkejut, lalu berseru memanggil gadis pelayan dan memerintahnya untuk memanggil Fang Ru. "Mengenai masalah-masalah lainnya, kita tak usah buru-buru. Pertama, kita akan perlahan-lahan mencari gadis yang berparas cantik. Kedua, hanya mengandalkan kepandaian menyanyi dan menari untuk menarik pengunjung terlalu terbatas, seorang wanita yang cantik dan berbakat dapat kita temukan, namun tak dapat dicari, tak ada jeleknya kalau kita memperbaiki penampilan kita, sehingga dapat menarik perhatian orang. Kalau reputasi kita baik, masa kita harus khawatir artis-artis terkenal tak dapat kita undang kemari?" Dengan tenang Hong Gu berpikir keras untuk beberapa saat, "Perkataanmu benar, tapi menarik perhatian orang mudah dikatakan, namun sulit dilakukan". Aku menunjuk diriku sendiri, lalu menunjuk Hong Gu, "Semuanya tergantung pada kita berdua, dua hari mendatang ini, diam-diam bawalah aku melihat-lihat rumah-rumah hiburan lain, selain itu, pada saat yang sama kita akan membicarakan peraturan di rumah ini. Pikiran seseorang terbatas, namun dua orang akan dapat berpikir lebih panjang, bersama kita akan dapat menemukan solusi yang tepat". Melihat wajahku, Hong Gu ikut menjadi bersemangat, "Perkataanmu masuk akal, sebelumnya aku hanya mementingkan bintang di rumah ini, dan tak melakukan usahausaha lain itu......" Sebelum Hong Gu sempat menyelesaikan perkataannya, suara lirih Fang Ru terdengar di luar, "Hong Gu, aku datang......" Hong Gu berkata, "Masuklah!" Fang Ru masuk dan menghormat pada Hong Gu dan aku. Aku berdiri dan menariknya ke sisiku, sambil tersenyum aku berkata, "Boleh dikatakan kita berdua berjodoh, bersama-sama masuk ke rumah ini, dan juga bersama-sama belajar kesenian". Fang Ru menunduk dan tak berkata apa-apa, Hong Gu melirik ke arahku dengan wajah tak berdaya. Aku berkata, "Aku tahu kau tak ingin tinggal di sini, hari ini aku telah mengambil alih rumah ini, dan tak ingin memaksamu, kalau kau ingin pulang, pulanglah!" Tiba-tiba Fang Ru mengangkat kepalanya dan menatapku tanpa berkedip, wajahnya nampak tak percaya. Kepada Hong Gu yang tertegun di sisiku aku berkata, "Ambil kontrak penjualan dirinya dan berikan padaku, tak perduli berapa uang yang diperlukan untuk menebusnya, semuanya akan kutanggung, aku akan mencari cara untuk membayarnya". Hong Gu kembali tertegun, lalu melompat bangkit dan pergi mencari kontrak itu, tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa sehelai kain, setelah membacanya dengan sekilas, aku memberikannya kepada Fang Ru, "Mulai sekarang, kau sudah tak punya hubungan dengan Luoyu Fang. Kau boleh pergi". Fang Ru menerima kain itu, "Kenapa?" Aku tersenyum hambar, "Bukankah katanya kita berjodoh" Lagipula, rumah hiburan kami tak ingin menahan orang yang tak ingin bekerja di sini". Fang Ru memandang ke arah Hong Gu, lalu sambil berlinangan air mata berkata, "Apakah aku benar-benar boleh pergi?" Hong Gu berkata, "Kontrak sudah berada di tanganmu, kau tentu saja boleh pergi". Fang Ru berlutut dan bersujud di hadapanku, aku cepat-cepat menariknya berdiri, "Fang Ru, di kemudian hari, kalau kau membutuhkanku, carilah aku, bagaimanapun juga kita bersaudara". Fang Ru mengangguk dengan sekuat tenaga, lalu berlari keluar ruangan sambil mengenggam kontrak penjualan dirinya erat-erat. Hong Gu menghela napas dan berkata, "Sejak masuk ke rumah ini, aku belum pernah melihatnya melangkah dengan begitu gesit". Aku juga ikut menghela napas dengan pelan. Hong Gu bertanya, "Apakah kau yakin ia akan kembali?" Aku menggeleng dan berkata, "Urusan di dunia ini mana ada yang dapat dipastikan sepenuhnya" Asalkan kita dapat mendapatkan separuh hasil jerih payah kita, tak apa, lagipula, urusan ini tujuh atau delapan bagian tergantung pada nasib". Hong Gu tersenyum dan berkata, "Pembukuanku harus diubah, uang pembelian Fang Ru, mohon agar majikan bayar kembali dalam beberapa bulan ini, uang makan dan pakaian juga harus Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dikembalikan". Dengan kepala pusing aku berkata, "Sepeser pun aku belum untung, tapi aku sudah harus menanggung hutang ini. Ai, ai! Uang, oh, uang! Memikirkanmu membuatku bersusah hati". Hong Gu tersenyum penuh kemenangan, "Apakah kau bersusah hati atau tidak, aku tak tahu, tapi sebentar lagi kau akan merasakan sakit di tempat lain". Kulihat pandangan matanya menatap telingaku, aku cepat-cepat menutupi sepasang telingaku dengan tangan, lalu mundur beberapa langkah seraya memandangnya dengan waspada. Hong Gu mengangkat bahunya, "Kau tak boleh menyalahkanku dalam hal ini, kau sudah meloloskan diri, lalu kembali atas kemauanmu sendiri, karena nasi sudah jadi bubur, setelah ini kau harus menjadi wajah rumah hiburan ini, kau tak bisa bersembunyi". Angin bersiul, air menjadi dingin, seorang pejuang pergi, tak kembali lagi. Aku memikirkan bagaimana saat itu Da Yu mengendalikan banjir, ia tiga kali mengorbankan keluarganya, sedangkan aku hanya mengorbankan sepasang telingaku saja. Saat kembali ke Pondok Bambu, sambil menutupi kepalaku, aku berjalan dengan berjingkat-jingkat, lalu menyelinap ke dalam kamarku. Setelah itu aku menyalakan lentera dan mengawasi diriku sendiri dengan seksama di cermin perunggu. Jelek sekali! Tak heran ketika Paman Shi melihatku, matanya terpicing hingga menjadi sipit. Dengan pelan aku menyentuh telingaku, dalam hati aku menghela napas, A Die bertekad aku tak boleh menjadi sekuntum bunga, namun sekarang aku malahan mengelola bisnis bunga. Akan tetapi, kalau apa yang kukerjakan dapat membuat kerutan penuh kecemasan di dahi Jiu Ye sedikit berkurang, maka semua ini tak apa-apa. Kalau saja dahulu aku dapat berpikir seperti sekarang ini, kalau saja aku dapat membantu A Die mengatur siasat, semuanya akan......aku mendadak menggeleng-geleng, dan berkata pada bayanganku sendiri di cermin, "Orang yang sudah meninggal tak dapat kembali, kau sudah menghabiskan lebih dari seribu siang dan malam dalam duka dan penyesalan, aku harus melupakannya dan menyambut masa depan, bukankah A Die juga berkata demikian" Kesalahan di masa lalu adalah agar kau tak mengulangi kesalahan yang sama. Kau sudah dewasa dan dapat membantu orang yang kau sayangi memikul beban dan mengurangi kesedihan". Kudengar Xiao Feng datang mengantarkan makanan, namun aku yang biasanya langsung menyambutnya begitu mencium wangi nasi, kali ini masih berlutut di atas ranjang. "Yu Jiejie, kau ingin makan atau tidak" Jiu Ye sedang menunggumu!", Xiao Feng berbisik di balik pintu. Aku mengerutkan keningku, "Kau bantu aku membawakan makanan kecil seadanya saja, aku merasa agak tak enak badan, aku ingin makan sendirian di kamar". Xiao Feng bertanya, "Apa kau sakit" Biarkan Jiu Ye memeriksamu! Sakit kakekku disembuhkan oleh Jiu Ye". Aku cepat-cepat berkata, "Tidak, tidak, tak serius, istirahat sebentar juga sudah sembuh". Diam-diam aku terkejut, Jiu Ye ternyata juga mengerti ilmu pengobatan. Xiao Feng menggerutu pada dirinya sendiri, "Kalian perempuan memang banyak penyakitnya, sebentar lagi aku akan datang membawakan makanan". Aku ingin menunggu telingaku sembuh, lalu baru membicarakan pembukuan dengan kalian, hari ini tak usah dulu. Setelah makan malam, aku memikirkan cara untuk mengelola rumah hiburan, dari luar pintu terdengar suara ketukan. Aku sedang berpikir keras, dan dengan asal menjawab, "Masuk". Begitu selesai mengucapkan perkataan itu, aku langsung merasa bahwa aku telah melakukan suatu kesalahan, dan cepat-cepat mencari sesuatu untuk menutupi kepalaku, namun aku tak dapat menemukannya, dan Jiu Ye pun telah masuk dengan kursi rodanya, maka aku cepat-cepat menutupi sepasang telingaku, namun karena tak hati-hati, aku menarik benang di telingaku dan berseru kesakitan. "Kau sakit apa" Apakah karena memakai baju tipis kau kedinginan?" Jiu Ye bertanya sambil memandangku. Aku menggeleng, ia menatapku untuk sesaat, lalu tersenyum, "Hong Gu menindik telingamu?" Aku mengigit bibirku dan mengangguk. Ia tersenyum dan berkata, "Lepaskan tanganmu. Apa Hong Gu tak berkata padamu, bahwa dalam sekitar sepuluh sampai dua puluh hari, kau tak boleh menyentuh telinga dengan tanganmu" Kalau sampai infeksi, akan sangat merepotkan". Aku ingat Hong Gu berkata, bahwa kalau sampai terjadi infeksi, jangan-jangan benang harus diambil, dan setelah telingaku sembuh, telingaku akan ditindik lagi, maka aku cepat-cepat menarik tanganku. Melihat wajahku yang seakan hendak menangis, Jiu Ye tersenyum seraya mengeleng lalu memutar kursi rodanya dan keluar dari kamar, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sebuah botol porselen di pangkuannya, "Ini arak sulingan, setelah bertahun-tahun disimpan, arak ini menjadi sangat keras, sangat berkhasiat untuk mengobati infeksi". Sambil berbicara, ia mengambil sapu tangan putih dan mencelupkannya ke dalam arak, lalu memberi isyarat agar aku menelengkan kepalaku, dengan patuh aku berlutut di atas ranjang, menegakkan tubuhku, lalu berpaling ke arahnya. Jarijarinya yang sedingin es dengan lembut bergulir di telingaku, dengan hampir tak terasa menyentuh pipiku, namun telinga dan pipiku tak terasa dingin dan malahan terasa panas membara. Sambil mengoleskan arak, ia berkata, "Waktu kecil telingaku juga ditindik". Dengan tercengang aku bertanya, "Kenapa?" Aku berpaling hendak melihat telinganya. "Jangan bergerak", ia menjulurkan tangannya, hendak menyangga daguku, ketika aku berpaling, secara tak sengaja bibirku menyentuh telapak tangannya, hatiku terguncang, aku pun segera berpaling menghindar, aku menenangkan diriku dengan memandangi gaunku yang terhampar di atas ranjang. Untuk sesaat, tangannya berhenti di tengah udara kosong, lalu kembali bekerja, setelah selesai mengoleskan arak di telingaku, ia berkata, "Sudah cukup". Aku cepat-cepat membalikkan tubuh sehingga wajahku menghadap ke arahnya, namun tangannya masih tak berhenti bekerja, ia pun masih meneruskan pokok pembicaraan sebelumnya, "Waktu kecil kesehatanku sangat buruk, ibu mendengar bahwa kalau telingaku ditindik seperti anak perempuan, kesehatanku akan membaik, maka ketika aku berumur lima tahun, ibu menindik telingaku......arak sudah selesai dioleskan. Beberapa hari ini sebelum tidur jangan lupa mengoleskannya". Untuk membuat lubang, Hong Gu sengaja membuat simpul di benang yang menempel di telingaku, aku menunjuk kedua simpul itu, "Apakah semasa kecil telingamu juga digantungi benda-benda jelek ini?" Ia mengigit bibirnya, "Untuk membujukku, ibu sengaja mengecatnya sehingga menjadi berwarna-warni". Dengan penuh simpati aku memandangnya, saat itu ia tentunya jauh lebih memalukan daripada aku. Ia memutar kursi rodanya dan keluar dari kamar, aku masih berlutut di atas ranjang untuk beberapa lama, lalu tiba-tiba aku melompat berdiri dan menari-nari di atas ranjang sambil berputarputar, sampai akhirnya tubuhku terjatuh dengan lemas ke atas selimut, sambil mengubur wajahku diantara selimut, aku tersenyum ketolol-tololan. Di masa kecil, serigala tahu bahwa kalau terluka, luka mereka akan dijilat, ternyata diurus orang lain begitu hangat rasanya, kalau menjadi manusia ternyata begitu menyenangkan, aku bersedia menjadi manusia. A Die, A Die, sekarang aku sangat bahagia! Setelah tersenyum ketolol-tololan di bawah selimut untuk beberapa lama, aku keluar dari selimut dan duduk, dengan enteng aku mengambil sehelai sapu tangan sutra, lalu duduk di depan meja dan menulis: Kebahagiaan adalah bunga yang mekar dengan sekonyongkonyong di dalam hati, indah menawan, membuat orang terpesona, aku khawatir suatu hari aku tak akan dapat mengingat kebahagiaan hari ini dengan jelas, oleh karenanya aku ingin mencatat segala peristiwa yang terjadi setelah ini, hingga saat aku tua dan tak dapat berjalan lagi, aku akan duduk di atas ranjang dan membaca sapu tangan sutra ini, membaca tentang kebahagiaanku, dan, mungkin, terkadang tentang kesedihan, entah kebahagiaan atau kesedihan, semua adalah jejak-jejak hidupku, akan tetapi aku akan berusaha keras untuk berbahagia......" -------------------Saat makan di Yipin Ju, mendadak aku mendengar nyanyian pengemis dari luar, tak seperti lagu minta sedekah pengemis biasa, melainkan lagu yang dinyanyikan sambil diiring ketukanketukan tongkat bambu selagi ia berjalan, setiap kisah yang diceritakannya mengalun dengan merdu, sangat menarik, mengundang kerumunan orang di luar maupun di dalam rumah makan, tamu-tamu di dalam rumah makan duduk mengelilingi jendela untuk mendengarnya, aku dan Hong Gu juga ikut tertarik dan mendengarkan di depan jendela. Setelah ia selesai menyanyikan beberapa lagu, para hadirin berseru memujinya dengan riuh rendah, lalu membuka dompet dan memberinya uang, uang yang mereka berikan ternyata jauh lebih besar daripada yang biasa diberikan pada pengemis. Aku dan Hong Gu saling beradu pandang, hati kami berdua tergerak, ia menelengkan kepalanya dan berpikir keras untuk beberapa saat, lalu berkata, "Xiao Yu, pengemis itu dapat bercerita melalui lagu-lagu minta derma, apakah kita juga bisa melakukannya......" Aku segera mengangguk, "Saat ini lagu-lagu pengiring tarian di Chang'an sangat sederhana, kalau kita dapat menggunakan tarian dan nyanyian untuk menceritakan sebuah kisah, kita pasti akan dapat menarik perhatian banyak orang". Selagi berbicara, semangat kami berdua timbul, tanpa menghiraukan makanan, setelah menutup tirai kami cepat-cepat kembali ke rumah dan mencari penata tari. Selama sebulan lebih kami terus membicarakannya, cerita telah selesai ditulis, lagu pun telah digubah, ketika kami sedang akan berlatih, Hong Gu tiba-tiba merasa bimbang. Sambil membolakbalik bilah-bilah bambu, ia berkata dengan kening berkerut, "Xiao Yu, apakah kau yakin bahwa kita dapat mementaskan cerita ini?" "Kenapa tak bisa" Apakah kau tak merasa kisah ini adalah kisah yang menyentuh" Yang seorang adalah seorang putri yang mulia, namun yang seorang lagi hanya tukang kudanya, mereka berdua menjalani suka duka kehidupan, lalu akhirnya menjadi suami istri yang saling mencintai". "Walaupun nama-nama mereka telah diganti dan waktunya disamarkan, orang bodoh pun tahu bahwa ini adalah kisah Jenderal Besar Wei dan Putri Pingyang". "Aku justru ingin semua orang tahu! Kalau tidak, bukankah semua jerih payah kita akan sia-sia" Lagipula, bukankah kita pun telah mengeluarkan banyak uang untuk membuat syair lagu ini?" "Aku paham maksudmu, kau bermaksud menggunakan kisah Jenderal Wei yang secara garis besar diketahui semua orang di Chang'an, namun sebenarnya tak mereka ketahui secara utuh, untuk menarik perhatian semua orang dan memuaskan rasa ingin tahu mereka, namun salah seorang diantara mereka adalah jenderal besar yang membawahi banyak prajurit, sedangkan yang seorang lagi adalah kakak Putra Langit yang berkuasa saat ini, apakah kau sudah memperhitungkan reaksi mereka?" Aku menelungkup di atas meja, menjepit makanan dan memasukannya ke dalam mulutku, lalu berkata sembari mengunyah, "Memangnya bagaimana mereka akan bereaksi" Karena lahir dari keluarga sederhana, sejak kecil Jenderal Besar Wei telah banyak menderita, sehingga ia sangat memahami keadaan rakyat jelata, lagipula sifatnya penyabar dan tergolong orang yang tak suka mencari masalah. Kalau perbuatan kita ini terdengar oleh Jenderal Wei, paling-paling ia hanya akan tertawa saja dan mengabaikannya. Asalkan kita mengundangnya makan malam, ia akan dapat memahami siasat kita dan memakluminya. Sedangkan kalau sampai terdengar oleh Putri Pingyang, Putri Pingyang selalu mengkhawatirkan perbedaan usia diantara dirinya dan Jenderal Wei, walaupun ia berlagak tak perduli, namun sebenarnya ia sangat memperhatikan pandangan orang lain, ia sangat tak suka kalau orang lain berpikir bahwa Jenderal Wei menikahinya karena diperintahkan kaisar, diam-diam ia khawatir bahwa usianya terlalu tua dibandingkan dengan sang jenderal. Akan tetapi fokus drama kita adalah kisah cinta mereka, sedangkan mengenai urusan istana mereka, aku tak mau tahu. Drama ini akan menceritakan suka duka perjuangan hidup sang putri dan tukang kudanya, dalam hati mereka telah bertunangan, selama bertahun-tahun diam-diam saling melindungi, sampai akhirnya sang kaisar yang bijaksana mengetahui tentang kisah cinta romantis itu, lalu dengan sebuah titah, melenyapkan halangan yang memisahkan mereka, sehingga mereka dapat menikah dan berbahagia. Akhir bahagia yang luar biasa!" Hong Gu mengangguk-angguk, lalu tiba-tiba menggeleng, "Bagaimana dengan kaisar?" Sambil bertopang dagu aku berkata, "Jiejie yang baik, kau benarbenar memandang tinggi diriku! Drama ini belum dipentaskan, tapi kau sudah merasa bahwa kaisar akan mendengar tentangnya, kalau kaisar tahu, kita justru akan menjadi termasyur". Hong Gu berkata, "Aku lebih memahami bisnis ini dibandingkan denganmu, asalkan kita mementaskannya, kita akan termasyur di Chang'an". Aku berpikir dengan keras untuk beberapa saat, lalu berkata, "Aku tak bisa menebak pikiran kaisar, tapi aku telah berusaha sebisanya menghindari kata-kata yang dapat mengundang amarah beliau, bahkan aku sampai diam-diam memasukkan perkataan yang memuji kaisar sebagai bijaksana dan berpandangan luas, serta berhasil dalam bidang sipil dan militer. Jenderal Besar Wei dapat menjadi seorang pejabat, tentunya karena ia sendiri berbakat, namun yang lebih penting lagi, adalah karena kaisar memiliki pandangan mata yang jeli dan dapat mengenali seorang pahlawan, dan akhir bahagia kisah cinta ini pun dapat terjadi berkat kemurahan hati dan wawasan luas kaisar. Namun walaupun aku sudah hampir dapat memastikan bahwa tak akan timbul masalah, aku tak berani dengan seenaknya menerka isi hati kaisar, karena di samping baginda sangat banyak telinga dan mulut. Aku hanya dapat mengatakan bahwa aku akan melakukan semua yang harus kulakukan, mungkin kita juga hanya dapat bertaruh, lebih baik mati sebagai pemberani daripada mati kelaparan sebagai pengecut, apakah Hong Gu bersedia mendampingiku dalam pertarungan ini?" Aku meleletkan lidahku dan memandang Hong Gu sambil tersenyum. Hong Gu menatapku, lalu menghela napas dan berkata, "Nona Yu, usiamu masih sangat muda, tak aneh kalau kau begitu berani, jarang ada orang yang memikirkan semuanya dengan begitu seksama, mungkin rumah hiburan kita akan menjadi termasyur. Seumur hidup aku sudah cukup hidup begini-begini saja, ayo kita pentaskan sandiwara ini". Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku tersenyum dan berkata, "Di Chang'an banyak orang yang pikirannya jauh lebih cerdas dariku! Hanya saja mereka tak punya kesempatan untuk mewujudkannya. Aku tak bisa mengatakan apa yang akan terjadi dalam jangka panjang, Putri Pingyang dan Jenderal Besar Wei kedudukannya jauh lebih tinggi dari kita, selain itu......." Aku tersenyum, lalu tiba-tiba berhenti berbicara. Ketika Hong Gu baru hendak berbicara, gadis pelayan di luar kamar melapor, "Nona Fang Ru ingin bertemu fangzhu". Hong Gu melihat ke arahku, aku mengangguk, lalu duduk dengan tegak. Hong Gu berkata, "Bawa dia masuk". Wajah Fang Ru muram, sepasang matanya tak bersemangat, begitu masuk ke dalam kamar ia langsung berjalan ke hadapanku, menatapku, lalu berkata dengan tegas, "Aku ingin kembali". Aku menunjuk bangku di depanku, memberi isyarat agar ia duduk, namun ia tetap berdiri tak bergeming, "Kontrak penjualan diriku telah kubakar, kalau kau menginginkannya, aku dapat menandatangani kontrak baru". Aku berkata, "Kalau kau ingin kembali, sejak saat ini kau akan menjadi orang rumah ini dan harus mematuhiku". Setelah selesai berbicara, aku memberi isyarat padanya untuk duduk dengan pandangan mataku, Fang Ru menatapku sejenak, lalu dengan kaku bersimpuh di bangku. Aku menuangkan secawan teh untuknya, lalu mendorongnya ke depannya, tanpa berkata apaapa ia mengangsurkan tangannya, hendak meminumnya, namun tangannya terus gemetar. Tiba-tiba, "Bruk!", ia menaruh cawan itu di atas meja keras-keras, "Kau sudah tahu aku akan pulang, sekarang maksudmu telah kesampaian, apakah kau senang?" Aku menatap mata Fang Ru, lalu perlahan-lahan berkata, "Di dunia ini hanya anak kecil yang boleh menyalahkan orang lain atas sesuatu yang terjadi terhadap dirinya sendiri, kau tak dapat melakukannya. Ibu tiri dan saudara-saudara lelakimu meninggalkanmu, hal ini adalah salahmu sendiri. Kenapa ketika ayahmu masih hidup, kau tak mencari jalan keluar bagi dirimu sendiri" Selain itu, kenapa kau membiarkan ibu tirimu menguasai seluruh harta keluargamu" Dan kenapa kau tak berusaha mengambil hati ibu tirimu, dan malahan membuatnya begitu membencimu" Ketika harus bertarung kau tak bertarung, ketika harus mundur, kau tak mundur. Sekarang kau tak punya rumah untuk pulang, dan ini semua adalah salahmu sendiri. Sedangkan aku, ketika kau ingin pergi aku memperbolehkanmu pergi, kapan aku berbuat salah padamu" Harapanmu sudah pupus seluruhnya, saudara-saudaramu tak bisa membebaskanmu, walaupun Chang'an luas, namun sepertinya tak ada tempat yang dapat kau pakai untuk berteduh, apakah semua ini salahku" Semua ini sudah harus kau ketahui jauh sebelumnya, ibu tirimu bukan hanya sehari dua hari menjualmu ke rumah hiburan, tapi saudara-saudaramu tak pernah muncul, kau membohongi dirimu sendiri, apakah semua itu juga salahku?" Fang Ru menatapku, sekujur tubuhnya gemetar, bibirnya bergetar, hendak mengatakan sesuatu namun tak kuasa berbicara, mendadak ia menunduk dan menangis keras-keras, Hong Gu memburu ke depan dan segera mengambil sapu tangan, lalu menyeka air matanya. Fang Ru yang mempunyai tak sedikit rasa permusuhan pada Hong Gu pun menangis tersedusedu dalam pelukannya. Setelah suara tangisannya sedikit demi sedikit mereda, aku berkata, "Ketika Hong Gu berusia enam tahun, ayah ibunya menjualnya agar kakak laki-lakinya dapat menikah, sedangkan aku bahkan tak tahu siapa ayah ibuku, bukankah saudari-saudari di rumah ini juga demikian" Bagaimanapun juga, kau pernah bertahun-tahun mempunyai ayah dan ibu. Kami hanya bisa mengandalkan diri sendiri, kau juga harus belajar melakukan segalanya untuk dirimu sendiri. Karena aku sudah memberikan kontrak penjualan dirimu padamu, kau sekarang bebas. Kalau kau nanti dapat menemukan tempat yang lebih baik, kau boleh pergi kapan saja. Akan tetapi kalau kau tinggal di rumah ini, kau harus menuruti peraturan rumah ini". Setelah Fang Ru dipapah keluar oleh gadis pelayan, Hong Gu menyengir ke arahku, aku berkata, "Bagaimana rasanya menjadi orang baik?" Hong Gu mengangguk seraya berkata, "Cukup baik, sebelumnya aku selalu berperan menjadi orang jahat dan dibenci orang, aku sulit berubah". Aku tersenyum dan berkata, "Setelah ini, akulah yang akan dibenci orang". Hong Gu tersenyum dan berkata, "Salah, setelah ini orang akan mengagumimu atau takut padamu, tapi tak akan membencimu, karena kau tak memaksa mereka, kau memberi mereka pilihan, sedangkan aku dahulu memaksa mereka. Sekarang setelah melihat caramu mengatur mereka, aku sadar bahwa memaksa orang untuk mencapai tujuan sendiri adalah cara yang paling rendah". Aku berpikir sejenak dan berkata, "Besok suruhlah Fang Ru mempelajari drama baru itu, suruh ia dan He Xixi bersama-sama mempelajari peran putri, dan perintahkan Qiu Xiang dan Zhi Lanxue menyanyikan peran jenderal, siapa yang terbaik boleh naik panggung. Pertama, karena mendapatkan tekanan mereka akan berusaha sekuat tenaga, kedua, kalau nanti ada masalah, akan ada orang pengganti". Hong Gu mengangguk setuju. "Mengenai detil-detil sendratari ini kuserahkan padamu untuk membicarakannya dengan guru musik, garis besar pemikiranku sudah kuberitahukan pada kalian semua, oleh karenanya, kalau ada bagian-bagian yang menurut kalian tak benar, ubahlah sesuai kehendak kalian! Kalau tak ada hal penting lain aku pulang ke rumah dulu". Setelah selesai berbicara, aku terkejut sendiri, 'rumah'" Sejak kapan aku belajar menggunakan kata itu" Sambil mengantarkanku keluar, Hong Gu berkata sembari tersenyum, "Sebenarnya jauh lebih nyaman bagimu untuk tinggal di sini, saudari-saudari kita juga banyak bermain, untuk apa kau bersusah payah pulang-pergi setiap hari" Aku tersenyum dan mencibir ke arahnya, tanpa memperdulikan nada suaranya, aku naik ke atas kereta sendiri dan berlalu. -------------------Ketika tanpa sengaja melihat bulan yang bulat dari jendela kereta, dengan terkejut aku menyadari bahwa malam ini adalah malam bulan purnama. Saat ini Lang Xiong tentu sedang berjalan-jalan di bawah bulan purnama, dan mungkin terkadang melolong ke arah bulan. Apakah ia merindukanku" Aku tak tahu, aku tak tahu apakah serigala dapat merasa rindu. Kelak kalau aku pulang, aku akan bertanya padanya. Mungkin saat ini ia sudah mempunyai pasangan yang menemaninya memandangi bulan purnama. Chang'an sangat berbeda dengan Xiyu, di sini ketika memandang ke depan, pandangan selalu terhalang oleh rumah-rumah yang tiada putus-putusnya atau tembok yang menjulang tinggi, sedangkan di Xiyu, kita selalu dapat melihat sampai ke cakrawala tempat langit dan bumi bertemu, akan tetapi, saat ini aku duduk di bubungan atap dan juga dapat mendongak melihat langit, semuanya nampak luas tak berbatas. Aku mengelus-elus seruling bambu di genggamanku, karena terus sibuk dengan tari dan lagu yang dikarang oleh sang guru musik, aku sudah lama tak memegang seruling, dan masih tak tahu bagaimana memainkan lagu Baitou Yin hingga selesai. Dengan melakukan banyak kesalahan, dan dengan tersendatsendat, aku memainkan lagu itu dengan kacau-balau, tapi aku sendiri sangat girang, aku tak dapat melolongi bulan purnama, tapi aku sangat menikmati melantunkan lagu itu kepadanya. Aku mengulanginya, dan permainanku menjadi lebih jauh lancar, aku pun makin puas diri. Ketika aku sedang berdiri di hadapan sang rembulan dengan penuh rasa puas diri, sebuah suara seruling perlahan-lahan berkumandang, suaranya merdu, bagai seorang bidadari yang terbang dengan lengan baju berkibar-kibar, begitu manis, bagai si cantik yang sedang menangis bermuram durja. Jiu Ye duduk di halaman sambil meniup seruling, ia memainkan lagu yang sama, permainanku seperti wanita tua berumur delapan puluh tahun yang kelaparan, namun permainannya bagai Xi Shi belia yang sedang mencuci sutra di tepi sungai, suara serulingnya seakan menarik cahaya rembulan yang membuat sekujur tubuhnya berkilauan dan makin menonjolkan pesonanya yang luar biasa. Lagu itu selesai, dari rasa puas diri, aku pun tenggelam dalam rasa murung. Dengan enteng Jiu Ye mempermainkan seruling kumala di tangannya, sambil menengadah ia berkata, "Walaupun Baitou Yin keras suaranya, namun ia mengambarkan kesedihan seorang wanita. Suasana hatimu tak sesuai dengan perasaan lagu ini, sehingga kau sulit untuk mengikutinya. Ini adalah untuk pertama kalinya aku mendengar lagu Baitou Yin ini dimainkan dengan begitu riang gembira, untung saja napasmu panjang". Aku meleletkan lidahku, lalu tersenyum dan berkata, "Aku hanya tahu satu lagu ini, besok pagi aku akan mempelajarinya lagi. Kau memainkannya dengan sangat bagus, mainkanlah sekali lagi! Mainkanlah lagi dengan agak riang gembira". Aku menunjuk bulan di angkasa, lalu berkata dengan serius, "Bulan terang benderang, langit indah, dan di sisimu ada bambu hijau zamrud yang melambai-lambai, semuanya begitu menyenangkan". Manusia sering kalah dengan serigala, serigala dapat merasa gembira hanya karena bulan purnama, namun manusia sering melihat bulan purnama namun tak benar-benar melihatnya. Jiu Ye menatapku dengan tertegun untuk beberapa saat, lalu mengangguk dan berkata, "Perkataanmu benar, semua ini menyenangkan". Ia mendongak memandang bulan purnama, lalu mengangkat seruling dan kembali memainkan sebuah lagu. Aku tak tahu lagu apa itu, namun lagu itu terdengar riang gembira, bagai hujan musim semi, manusia tersenyum, rerumputan tersenyum, pepohonan pun tersenyum. Aku menatap Jiu Ye yang sedang meniup seruling dengan penuh perhatian, aku tak memahami kesedihan yang samar-samar nampak dalam raut wajahmu, namun aku berharap dapat membuyarkannya. Di bawah langit biru kehitaman dan bulan yang putih bersih, cahaya rembulan bagai air, kami berdua, yang seorang duduk di halaman, sedangkan yang seorang lagi duduk di atas genting sambil memeluk lutut, bambu hijau zamrud bagai para penari, dan suara seruling sebagai musik yang mengiringi mereka. ----------------------Fang Ru mengantarkan sang jenderal besar yang hendak berangkat berperang, hatinya dipenuhi seribu satu perkataan, namun begitu sampai di bibir ia tak kuasa mengucapkannya. Dengan anggun Fang Ru tersenyum, namun air matanya berlinangan. Di atas panggung hanya terdengar suara seruling yang sayup-sayup, suaranya terputus-putus, seakan sang putri hendak memutuskan tali cintanya. Dari bawah panggung terdengar teriakan memuji, nona-nona yang menemani tamu menonton drama menyeka air mata dengan sapu tangan sutra, Hong Gu menghela napas dan berkata, "Tak nyana Fang Ru dapat menyanyikannya dengan begitu indah, sebelumnya aku agak khawatir, namun sekarang semuanya berjalan dengan lancar". Aku mengangguk dan berkata, "Benar sekali. Suasana yang kuinginkan, yaitu dimana kesunyian lebih berarti dari suara, ternyata dapat diperankannya dengan baik". Hong Gu menyingkap tirai dan memperhatikan para hadirin, lalu berkata, "Tak sampai sepuluh hari, Luoyu Fang pasti akan menjadi rumah hiburan paling ramai di Chang'an". Aku tersenyum, lalu turun dari loteng. Bulan empat pun tiba, saat bunga dedalu luruh berterbangan, bunga peoni bermekaran dan buah ceri sedang ranum-ranumnya, suasana penuh kehidupan yang subur. Barusan ini di depan Hong Gu aku menyembunyikan perasaan bergairahku, apa yang menantikanku di masa depan" Apakah tujuan di balik sendratari ini akan dapat dengan mulus tercapai" Selain para penjaga pintu dan orang-orang yang sedang bertugas, para pelayan semua diam-diam menonton sendratari itu, rumah hiburan yang mula-mula sepi, mendadak hingar-bingar, dan setelah beberapa lama belum menjadi tenang juga. Aku mengerutkan keningku dan menghampiri mereka. Pemimpin orkes Chen Er sedang mendorong seorang pemuda ke luar, begitu melihatku, ia segera berhenti dan menghormat, "Orang ini bertanya apakah kita hendak menyewa seorang pemusik, aku berkata tidak, tapi ia terus merecokiku, memintaku mendengarkannya memainkan sebuah lagu". Begitu mendengar perkataan Chen Er, pemuda itu segera menjura ke arahku. Jubah panjangnya sudah sangat tua, lengan bajunya yang lebar sudah robek, akan tetapi telah dicuci dengan amat bersih. Kesanku terhadapnya sangat baik, mau tak mau aku bertanya, "Apakah kau berasal dari luar kota?" Ia berkata, "Benar. Caixia Li Yannian, aku belum pernah datang ke Chang'an. Aku mahir bermain qin dan dapat menyanyi dan menari, kuharap Luoyu Fang dapat menerimaku". Aku tersenyum dan berkata, "Apakah kau dapat diterima atau tidak, tergantung kepandaianmu memainkan qin. Mainkanlah sebuah lagu dulu! Chen Er, carikan sebuah qin yang baik untuknya!" Li Yannian berkata, "Tak usah, sebuah qin adalah sukma seorang ahli qin, caixia membawanya". Seraya berbicara, ia mengambil qin yang terikat di balik punggungnya. Aku melambaikan tangan untuk mempersilahkannya bermain. Li Yannian membuka bungkusannya, lalu dengan amat hati-hati menaruh qin itu di atas meja, tanpa berkata apa-apa ia menunduk memandanginya, tak bergeming. Chen Er merasa agak tak sabar, ketika ia baru hendak bersuara, aku meliriknya, maka ia pun segera menahan diri. Setelah beberapa lama, sepasang tangan Li Yannian barulah dengan perlahan terangkat. Sungai pegunungan menghijau, gelombang hijau kumala bergejolak, kuntum bunga berhujanan, kicau burung berkumandang. Ketika mendengar suara qin Li Yannian, tak nyana aku merasa diriku berada di tengah lukisan pemandangan alam musim semi yang indah, walaupun aku tak terlalu paham tentang qin, namun begitu mendengarnya, aku tahu bahwa permainannya luar biasa. Setelah lagu berakhir, aku masih ingin terus mendengarkannya, ketika aku hendak minta pendapat Chen Er, kulihat wajahnya penuh rasa terkejut dan tak percaya, maka dalam hati aku pun tahu, bahwa tak perduli seberapa uang yang harus dikeluarkan, orang ini harus dipekerjakan. Aku duduk tegak, lalu dengan penuh rasa hormat berkata, "Kepandaian bermain qin tuan luar biasa, kalau hendak berkerja di rumah hiburan paling termasyur di Chang'an, Tianxiang Fang, juga bisa, untuk apa mencariku di sini?" Li Yannian sepertinya agak sungkan menerima penghormatanku, ia menunduk dan berkata, "Caixia tak ingin menyembunyikannya, sebenarnya caixia sudah pergi ke Tianxiang Fang. Caixia anak sulung, orang tuaku telah meninggal dunia, maka caixia mengajak adik-adikku datang ke Chang'an untuk mencari Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo penghidupan, sebenarnya Tianxiang Fang telah bersedia menerimaku, namun kemarin adikku mendengar orang membicarakan sendratari baru Luoyu Fang, Hua Yue Nong, dan mendadak ia tak mau masuk Tianxiang Fang, lalu minta caixia mencoba melamar kemari, ia berkata bahwa pengubah lagu itu harus mendengar permainan qin caixia". Dengan terkejut aku menatap Li Yannian, "Begitu mendengar tentang Hua Yue Nong, adik tuan lantas minta tuan menolak tawaran Tianxiang Fang?" Li Yannian berkata, "Benar, Hua Yue Nong rumah hiburan anda benar-benar luar biasa". Aku tersenyum. Hua Yue Nong adalah sebuah sendratari yang penuh tipu muslihat. Lagu ini sebenarnya juga demikian, 'benarbenar luar biasa' dapat didengar oleh seorang jago kecapi sepertimu. Akan tetapi sang adik benar-benar membuatku sangat ingin tahu. Maksud di balik sendratariku tak dapat ditebak oleh Hong Gu dan Tuan Wu, namun ternyata tak dapat disembunyikan darinya. Sejak kecil aku sudah menghafal ilmu strategi, yang diajarkan A Die adalah tipu muslihat duniawi, setelah itu, aku sendiri telah mengalami sebuah bencana besar, maka setelah masuk ke Wisma Shi aku mengumpulkan data tentang orangorang besar di Chang'an, akan tetapi begitu masuk ke Chang'an ia telah mengetahui semuanya. Ia begitu cemerlang hingga membuatku merasa jeri. Caranya bertindak juga tegas, ketika sedang luntang-lantung di Chang'an dalam keadaan sulit, ia ternyata berani menolak tawaran Tianxiang Fang, dan memilih sebuah rumah hiburan yang namanya baru saja mulai terdengar. Ia sudah mengetahui maksudku, namun ia sengaja menyuruh kakaknya masuk ke Luoyu Fang, apa maksudnya" Kenapa ia juga ingin mengenal Putri Pingyang" Aku memperhatikan Li Yannian dengan seksama, parasnya adalah paras tampan yang jarang terlihat diantara lelaki, kalau paras adiknya juga luar biasa, maka.......maka aku harus mendapatkannya. "Tak perduli berapa banyak uang yang ditawarkan Tianxiang Fang, kami akan melipatgandakannya". Wajah Li Yannian nampak datar, dan juga tak nampak bersemangat, ia hanya menjura padaku dan berkata, "Banyak terima kasih, nona". Chen Er yang berada di sisinya tersenyum dan berkata, "Lain kali kau harus memanggilnya fangzhu". "Semua orang di rumah ini memanggilku Yu Niang, setelah ini tuan panggil aku Yu Niang saja!" Li Yannian berkata, "Yu Niang, tak usah panggil caixia tuan". Aku berkata, "Kalau begitu, aku akan memanggil tuan Li Shifu! Di mana adik-adik tuan tinggal sekarang?" Li Yannian berkata, "Ketika pertama tiba di Chang'an, kami tinggal di penginapan, setelah itu........setelah itu.....kami pindah ke sebuah gubuk kosong di luar kota". Aku mengangguk-angguk dengan penuh pengertian, "Ketika baru tiba di Chang'an, aku tidur di hutan huashu di luar kota!" Li Yannian mengangkat kepalanya dan memandangku, ia tak berkata apa-apa, namun sedikit kehangatan nampak dalam sinar matanya. Aku berkata, "Di rumah ini banyak kamar kosong, kalau adikadikmu bersedia, mereka boleh pindah kemari". Li Yannian nampak berpikir-pikir, dan tak berkata apa-apa. Aku berkata, "Li Shifu boleh mengajak adik-adik datang untuk melihat-lihat dulu, setelah berunding baru membuat keputusan. Kalau kalian tak bersedia tinggal di sini, aku akan menyuruh orang membantu kalian menyewa rumah lain. Sekarang hari belum gelap, masih ada waktu untuk Li Shifu mengajak adik-adik melihat-lihat kamar". Li Yannian menjura dan berkata, "Banyak terima kasih, nona". Aku bangkit dan memberi perintah pada Chen Er, "Tolong antarkan Li Shifu keluar". Aku kembali berkata pada Li Yannian, "Aku masih ada urusan, maka tak mengantar Li Shifu keluar". Setelah berbicara aku berbalik dan pergi. Aku menyuruh para pelayan wanita membersihkan kamar, dan juga menyuruh seorang gadis pelayan memanggil Hong Gu. Hong Gu cepat-cepat datang, "Aku sedang menonton sendratari. Kenapa kalian tak ikut menonton" Kenapa membersihkan kamar" Siapa yang akan tinggal di sini?" Aku menyengir sambil memandang gadis-gadis pelayan yang sedang mengelap pintu dan jendela. "Aku baru menyewa seorang pemain qin". Setelah tertegun sejenak, Hong Gu berkata, "Seorang pemain qin kan tak perlu tinggal di ruangan yang begitu besar" Lagipula, bukankah seorang pemain qin harus tinggal di tempat pemain qin?" Aku menoleh dan berkata, "Tunggu sampai kau melihatnya, dan kau akan paham. Oh ya, suruh orang memberitahu Wisma Shi bahwa hari ini sepertinya aku tak sempat pulang". Dengan tercengang, Hong Gu menatapku, "Sebenarnya siapa orang ini, sampai kau tunggui di sini" Kalau kau menemuinya besok bukankah sama saja?" Aku menelengkan kepala seraya tersenyum, "Apakah kau pernah mendengar tentang kisah Bo Ya dan Zi " Sebuah lagu menjadikan mereka sahabat sehidup semati. Aku dan orang ini boleh dibilang berjodoh. Aku ingin melihat wanita yang sangat cerdas itu". Saat hari telah gelap, Li Yannian membawa adik-adiknya ke rumah. Aku dan Hong Gu berdiri di ambang pintu sambil menunggu pelayan membawa mereka masuk. Walaupun wajah Hong Gu tenang, namun hatinya penuh rasa ingin tahu. Menuntut Balas 18 Pendekar Gila 39 Ajian Canda Birawa Kisah Si Rase Terbang 4

Cari Blog Ini