Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 18
tenang. Baru setelah serangan datang, bersama-sama mereka
menyambut dengan satu serangan juga.
senang Koay Cun melihat orang melawan, Di dalam hatinya
ia kata: "Kamu rasailah
tenaga tergabung dari Eng Jiauw Kang dan Hun Goan Ci."
Benar-benar Chong si bertiga kaget sekali, sebelum tangan
mereka beradu dengan tangan lawan, mereka sudah merasai
desakan angin yang keras, yang membikin mereka sukar
bernapas. Di dalam hati mereka mengeluh: "Celaka "
1072 Justeru bahaya maut hendak merampas jiwa ketiga
pengemis itu, justeru di antara mereka terdengar seruan yang
nyaring dan terang, menyusul mana tubuh Koay cun yang lagi
berlompat itu, berjumpalitan berkali-kali terlempar ke
depannya Thian Gwa sam cuncia, dimana dia rebah
meringkuk, kedua tangannya patah, darahnya mengalir,
mukanya sangat pucat. Untuk herannya semua orang, di dalam gelanggang itu
sekarang tambah satu orang baru, ialah seorang pelajar usia
pertengahan yang sikapnya dingin tetapi senyumnya manis.
Sementara itu, Thian Gwa Sam cuncia bersama Khole Keng
San Su Mo telah berlompat maju, Mereka gusar sekali, Mereka
tidak berniat membantui Koay cun, tetapi karena sahabat itu
kena dikepung, hati mereka menjadi panas, Mereka maju
sambil berseru-seru. Si pelajar usia pertengahan menghadang di depan mereka
itu, Dia menanya dingin: "Bagaimana kamu pikir jikalau kamu
dipadu dengan cin-tiong Siang Koay?"
Su Mo bertujuh menjadi terkejut, hingga mereka
membataikan maju mereka. Mereka mengawasi orang sambil
mereka berkata di dalam hati: "Pantas cintiong Siang Koay
belum kembali... Mungkinkah mereka sudah terkena tangan
jahat?" Toa Mo Hoa Ie mengasih lihat roman menghina.
"Aku si tua tidak percaya kau dapat mengalahkan cin tiong
Siang Koay." katanya, keras dan dingin.
Pelajar itu tertawa bergelak.
"Aku tak peduli kamu percaya atau tidak." ujarnya, "Toh
cin-tiong Siang Koay sudah pulang ke Ban ciang Kok. Aku
telah berjanji dengan mereka itu untuk nanti, sesudahnya
delapan tahun menguji kepandaian lagi di atas puncak Hu
Yong Hong di gunung Hoa San-"
Hoa Ie bersangsi. "Kau siapa?" bentaknya.
1073 Pelajar itu memperlihatkan roman dingin, ia tertawa
dengan sikap temberang. "Jie In." sahutnya.
Belum berhenti mendengungnya suara jawaban itu, Thian
Gwa Sam cuncia telah menjadi gusar bukan kepalang, dengan
berbareng mereka lompat maju kepada si pelajar, enam buah
tangan mereka terlihat merah marong, sedang roman mereka
sangat bengis, Kim Goat cuncia juga berseru nyaring:
"Jie In, lekas bayar pulang kitab kami Atau kau bakal mati
tanpa tempat kuburmu...."
Semunculnya Jie In lantas dikenali ketiga cuncia sebagai
orang yang mereka ketemukan di puncak ciu Auw Hong,
Mereka itu jeri turun tangan sendiri-sendiri maka ketiganya
lantas saling melirik. baru setelah itu, bertiga maju menyerang
dengan berbareng. Mereka menggunai ketika selagi orang
bicara dengan si orang she Hoa.
Jie In berkelit dengan tindakan Hian Thian cit Seng Pou,
dengan begitu ia bebas dari api cek Sat Mo ka sedangkan
serangan lawannya mengenai tanah, hingga rumputlah yang
menggantikan ia terbakar hangus, ia berkelit sebab ia tahu
ketiga lawan itu lihay, tak sudi ia sembarang mengadu tenaga,
ia lompat jauh dua tombak lebih, dari situ ia tertawa dingin"Kapannya aku mencuri kitab kamu?" tanya ia sambil
tertawa itu, "Bukankah kita tidak kenal satu dengan lain"
Kenapa kau sembarang membuka mulutmu?"
Kim Goat cuncia gusar sekali,
"Hampir Sang Buddha kamu kena diakali kau" bentaknya
pula, "Kau toh Koay ciu Si-seng" Sungguh tidak tahu malu
Lekas keluarkan kitab kami"
Jie in mengawasi tajam, ia mengasib dengar tertawa
panjang. "Kau menuduh aku, nyata kau bermata awas sekali."
katanya, "Tapi buat mengharap aku membayar pulang kitab
1074 itu... Hm Hm..Aku kuatir, selama hidupmu sekarang ini, itulah
cuma pengharapan melantur."
Hati Kim Goat bertambah panas. ia melirik pula kepada Gin
Goat dan Beng Goat, setelah itu berbareng ketiganya
mengasih dengar suara nyaring seperti guruh, kembali mereka
menyerang dengan tangan-tangan mereka yang merah
marong. Sekarang ini Jie In sudah bersedia-sedia, ia telah memisang
mata tajam, maka itu ia melihat tegas gerak-gerik ketiga
cuncia, ia menanti sampai orang sudah mulai mengerahkan
tenaga dalamnya, hingga tangannya menjadi merah,
mendadak ia mendahului menyerang dengan kedua
tangannya, ia menggunai Bi Lek Sin Kang huruf "Mendesak".
Karena satu pihak menyerang dan lain pihak menolak.
tangan mereka itu beradu dengan memperdengarkan
bentrokan keras dan nyaring Jie In dapat menolak keras, ia
membuat hawa panas jadi berbalik.
Kim Goat semua kaget, berbareng mereka menjerit, Bukan
cuma jubah mereka, juga janggut mereka kena terbakar api sendiri, hingga mereka
jadi kelabakan, Dengan begitu tak dapat mereka menggunai
lagi cek Sat Mo ka, Mereka merasakan sangat panas dan sakit.
Karena desakan Bi Lek Sin Kang berlangsung terus, mereka
juga terbakar terus. Tak berdaya mereka untuk melindungi diri mereka, maka
itu lekas juga mereka roboh, tubuh mereka terbakar hingga
mereka nampak sangat menyedihkanKhole Kong San Su Mo menyaksikan pemandangan di
depan matanya itu, hati mereka giris, itulah hebat, meski
benar api makan tuan- Muka mereka pucat. Mereka bingung
sekali, sampai mereka saling mengawasi dengan bengong
saja. Mereka tidak dapat membantu, mereka juga tidak
melarikan diri. 1075 Kay Bun Sam Lo menyaksikan peristiwa itu, mereka
mengulur lidah mereka. Peristiwa itu membuat semua orang
berdiam. Selagi keadaan sunyi itu maka terlihatlah munculnya empat
orang lain, yang datang sambil berlari-lari. Mulanya mereka
tampak sebagai bayangan, atau mereka lantas dikenali
sebagai Kian Kun ciu Lui Liauw Thian, oh Ka Lam cui cian, It
Goan Kisu Ouw Kong dan puterinya dia ini, Nona Ouw Kok
Lan- Dan Nona Ouw sudah lantas menggunai matanya yang
jeli mengawasi si anak muda yang berdiri dengan tenang itu.
"Jie In, kau kejam sekali..." tiba-tiba terdengar jeritannya
Kim Goat cuncia. Jie in bersenyum, dengan dua tangannya ia menolak, maka
tubuhnya ketiga pendeta dari India itu lantas terangkat,
mental ke arah tembok dalam ruang itu, hingga tembok itu
gempur, sedang ketiga cuncia sendiri roboh dalam keadaan
tak ada harapan untuk hidup lebih lama pula.
Khole Kong San Su Mo berkelit. tidak urung mereka
tersampok juga angin Bi Lek sin Kang, hingga muka mereka
menjadi pucat, Toa Mo Hoa Ie berkata di dalam hatinya:
"Entah dari mana Jie In pelajarkan ilmu kepandaiannya ini
yang sangat luar biasa...jikalau kami menempur dia, mana
kami dapat merebut kemenangan" Baiklah kami mengalah,
buat menanti lain hari untuk kami mencoba membalas sakit
hati ini..." Sekarang Su Mo tahu, Sin Bong tentulah telah terkena
tangan jahat Jie In ini, begitu pun semua orang yang tertotok
tak berdaya itu, Hoa Ie yang cerdik sudah lantas merangkap kedua
tangannya memberi hormat pada pelajar yang muncul secara
tiba-tiba ini. sembari tertawa ia kata: "Tuan, kepandaian kau
luar biasa sekali, pantaslah namamu sangat kesohor di dalam
1076 Rimba Persilatan. Tuan, sekarang bukan saatnya orang
bertempur, karena tuan justeru sudah berjanji dengan cintiong
Siang Koay untuk bertempur nanti delapan tahun,
baiklah aku si orang tua juga nanti menunggui kau di gunung
Hoa San guna menerima pengajaran dari kau...."
Habis berkata itu, tanpa menanti jawaban Jie In, Khole
Kong San Su Mo mau lantas berlalu.
"Tunggu dulu" mendadak Jie In membentak.
Su Mo terkejut, mereka tercengang, semua memutar tubuh
dan berdiri menanti. "Tuan mau bicara apa lagi?" tanya Toa
Mo sabar, sedang hatinya goncang. Jie In bersenyum.
"Aku si orang she Jie menduga bahwa kamu tidak bakal
dapat pergi ke gunung Hoa San," sahutnya perlahan"Kabarnya kitab Bu Siang Kim Kong dari Siauw Lim Si berada
pada kau, sekarang aku minta kau suka menghadiahkan itu
kepadaku" Hoa Ie kaget hingga mukanya menjadi pucat, itulah
permintaan di luar dugaannya, Tengah ia berdiam maka Hoa
Hong, saudaranya sudah lantas berteriak keras: "Jie In,
ketahuilah oleh kau bahwa kami berempat, pada lima puluh
tahun dulu nama kami sudah menggetarkan dunia Rimba
Persilatan, nama kami kesohor di Selatan, maka aku tidak
sangka sekali kau sebagai bocah cilik, kau berani berkepala
besar begini, Kami tidak memikir buat melayani pada kau,
kami suka mengalah, Apakah kau kira kami takut?"
Jie In menyambut dengan tertawa dingin, "Aku tidak
menghendaki apa juga, aku cuma minta kitab Bu Siang Kim
Kong Keng dari kakakmu ini." sahutnya. " Karena itu kenapa
kau justru ribut tidak keruan?"
Hoa Ie bingung, Karena mereka kesohor, tidak dapat
mereka menunjuki kelemahan mereka. Sungguh buruk kalau
orang dengar tentang ketakutan mereka ini. Dilain pihak
masih ada ragu-ragunya sedikit mengenai kepandaian Jie In.
Maka juga, melihat sikap saudaranya, ia jadi berpikir:
1077 "Mungkinkah kami bakal kalah?" Lantaran ini, dengan suara
dalam, ia kata: "Tuan bukan orang Siauw Lim Si, mana dapat
tuan mewakilkan partai itu" Baiklah kau ketahui, dengan
kepandaian yang kau miliki ini, belum tentu kau bakal
mendapat kebaikan dari kami."
Jie In tertawa pula. "Jikalau kau tidak percaya, kau cobalah" katanya
menantang, tetapi sikapnya tetap sabar, Meski begitu,
mendadak tubuhnya mendekat maju dan tangannya meluncur,
menyambar untuk mencengkram.
Toa-Mo kaget sekali, begitu juga Jie Mo, Sam Mo dan Sie
Mo. Mereka cuma melihat bayangan berkelebat sebelum Toa
Mo tahu apa-apa, pundaknya sudah kena dijambret, lantas
saja dia merasa seluruh tenaganya habis, tubuhnya menjadi
kesemutan, lalu membeku. Luar biasa cepatnya tenaga lawan mempengaruhi
tenaganya hingga selanjutnya, ia cuma bisa berdiam dengan
roman sangat ketakutan- Ketiga hantu, dalam bingungnya menjadi tidak berani
bertindak. Mereka bengong saja.
"Aku tahu bahwa tidak mudah kamu mengangkat nama
kamu" berkata Jie In, yang tidak bertindak terlebih jauh.
"Jikalau aku tidak ingat itu maka sekarang juga akan aku bikin
ludes segala kepandaian kamu"
Begitu berkata, dengan lain tangannya ia meraba ke
sakunya Hoa Ie, maka dilain detik, ia sudah menarik keluar
kitab Bu Siang Kim Kong Keng milik Siauw Lim Sie, ia
mengawasi itu, rupanya untuk memastikan tulen atau
palsunya, kemudian ia mengawasi tajam kepada Su Mo.
Akhirnya ia melepaskan cekalannya pada Toa Mo sambil
berkata dingin "Sekarang pergilah kamu. Tempo delapan
tahun bakal lewat dalam tempo sekelebatan Andaikata
didalam tempo delapan tahun itu kamu tidak dapat
1078 mempelajari ilmu yang luar biasa, baiklah kamu mati saja di
dalam gunung, supaya jangan nanti pada saatnya, kamu cuma
cuma membikin malu diri sendiri"
Hoa Ie semua berdiam, tetapi karena pundaknya bebas,
sedang rasa kesemutan dan kejangnya lenyap seketika, diam
diam dia mengerahkan tenaganya. Dia mendapat kenyataan
tenaganya sudah pulih, bahwa dia tidak kurang suatu apa.
Karena ini mendadak jempol kirinya diacungkan ke udara
menyusul mana berkontranglah suara pedang pedang yang
dihunus, yang disusul dengan serangan serentak.
Mengangkatjenmpol menjadi isyarat rahasia dari Toa Mo.
Tiga saudaranya melihat itu, bertiga mereka lantas
menghunus pedang mereka dan menyerang, Toa Mo sendiri
turut menyerang pula. Dia mencabut pedangnya sama
sebatnya seperti tiga saudaranya itu.
Jie In melihat datangnya serangan, bukan main gusarnya.
Dengan tangan kirinya, ia lantas menjabat kearah pedangpedang
pembokong itu, membikin terdengarnya suara sakit
disusul dengan berisiknya barang besi jatuh berkontrangan,
Sebab pedangnya Su Mo buntung dan ujungnya jatuh
bergelutukan Su Mo kaget hingga mereka melengak.
Jie In mengawasi sebenarnya pada mereka itu. tanpa
menghiraukan ia terus tinggal pergi, untuk menghampiri Lui
Siauw Thian-Muka Su Mo pucat sekali.
Tiba-tiba Hoa Ie membanting kaki dan berseru: "Mari pergi"
Ketiga hantu lainnya menyahuti, lalu berbareng mereka
mengangkat kaki. Maka itu,
sirap pulalah keadaan disitu.
It Goan Kisu ouw kong lagi berbisik dengan Lui siauw Thian
tempo ia melihat Jie In menghampirkan mereka, lantas ia
menghentikan kasak kusuknya itu.
Jie In mengerutkan alisnya, tangannya yang memegang
kitab Bu Siang Kim Kong Keng di angkat untuk
1079 mengangsurkan, sembari berbuat begitu, ia tertawa dengan
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ouw Kong. "Inilah kitib Bu siang Kim Kong, Ku minta sukalah
locianpwee tolong sampaikan kepada pihak Siauw Lim Sie,"
katanya hormat, It Goan Kiesu menyambuti kitab itu, "Didalam
sekejap siauwhiap telah menyingkirkan ancaman bencana
besar" kata ia tertawa.
"Kalau tidak entah berapa banyak jiwa jago Bu Lim yang
bakal lenyap nanti Sungguh, aku kagum sekali kepadamu
siauw-hiap." In Gak alias Jie In hendak merendah terhadap jago tua itu
atau ia terhalang oleh terdengar nya seruan yang nyaring dan
berkumandang di udara, menyusul mana tibalah beberapa
orang, yang segera juga ternyata jalan Nona Nie Wan-Lan
bersama Oh Hong-Sok Kheng Hong, Tong hong Giok Koen,
Kiang cong Yauw dan Gick Siauw Hiapsu Kheng Tiang Siu dari
Ngo Bie Pay. Ketika itu Nona Nie mengenakan pakaian serba hitam,
rambutnya kusut, tak beryancie tak berpupur, parasnya
nampak kucai, sedang sinar matanya sayup-sayup, Sinar mata
itu seperti mengandung penyesalan atau penasaran, rupanya
air matanya bekas mengembeng.
Kheng Thiang Siu nampak muram, dia mengawasi In Gak
dengan mata dibuka lebar, dan seperti hendak menerjang
pemuda she Cia itu. Begitu melihat In Gak. Kheng Hong
mengasi dengar suaranya yang nyaring "Oh, bocah yang baik
kau mengangkat kaki tidak apa, akan kau membikin aku
sengsara sekali" In Gak tidak menjawab hanya ia memandang tajam kepada
Tiang Siu, habis itu mendadak tubuhnya mencelat pergi,
hingga dilain saat dalam sekejap ia lenyap dari orang banyak
itu. 1080 Sudah tentu semua orang kaget dan heran, bahkan Lui
Siauw Thian lantas berseru: "Loo-sam, jangan pergi dulu Mari,
aku hendak bicara" Menyusul itu, Nie Wan Lan memanggil. "Engko Cia...."
suaranya sangat sedih. In Gak terus lenyap. hingga sesaat itu, suasana tetap sunyi,
Suara berisik datang dari hembusan angin yang meniup pohon
pohon, sedangkan langit gelap. Wan Lan menangis sesegukan
tertahan, pundaknya bergerak naik dan turunMukanya Tiang Siu merah padam, ia berkata keras: "Nona
Lan, orang semacam dia tak dapat dihargakan. Dia tak tahu
malu, kecewa dia disebut hiapsu Dia lebih mirip dengen
binatang yang berpakaian sebagai manusia..."
"Plok" demikian satu suara nyaring, Maka pipinya kanan
orang muda she Kheng itu lantas menjadi merah, sebab dia
telah ditampar, hingga dia mesti pegangi pipinya itu yang
terasa sakit dan panas. Ouw Kok Lan tercengang menyaksikan kejadian didepannya
itu. ia bisa melihat dapatlah ia membade duduknya masalah.
Terang Wan Lan menyintai In Gak. sedang Tiang Siu
menyintai nona ini. Teranglah In Gak berhati keras sebagai
batu, pemuda itu tidak menghiraukan libatan asmara, ia jadi
ingat urusannya sendiri. Bukankah ia menyintai anak pemuda itu tetapi ia belum
berhasil mendapat balasan cinta orang" Karena ini, ia jadi
berkasihan terhadap Wan-Lan, kesannya baik terhadap nona
itu. Selagi begitu, ia menjadi panas hati mendengar Tiang-Siu
mengatakan In Gak bukannya seorang hiap-su, tak dapat ia
menahan sabar, maka ia lompat maju seraya mengirim
tamparannya itu. Wanita itu bertabiat aneh, kalau ia lagi menaruh cinta,
pandangannya pun lain, Demikianlah Nie Wan Lan dan Ouw
Kok Lan, Kheng Tiang siu boleh bangga bahwa ia tampan,
1081 tetapi dimatanya kedua nona itu, dia tidak berarti apa apa,
bahkan Ouw Kok Lan jemu melihatnya.
Sekarang dia lancang mencela In Gak. tentu sekali si nona
gusar sekali, maka ia menyerang tanpa memikir mikir lagi.
Tiang Siu terkejut disamping merasa sakit itu. ia lantas
menoleh, hingga ia mendapatkan ialah seorang nona yang
cantik sekali, hanya sekarang ini, nona itu sedang menatap ia
dengan roman gusar. "Heran" pikir pemuda ini, "Kenapakah mereka begini jatuh
hati terhadap In Gak" Bukan-kah aku tampan dan halus budipekertiku,
aku selalu lemah lembut dan mengalah" Kenapa
aku justeru tidak berhasil mendapatkan hatinya Nona Lan"
Kenapa?" Memikir demikian, ia jadi heran, lalu hatinya menjadi
panas, hingga jelusnya menjadi bertambah. Tentu sekali ia
malu diperlakukan demikian di hadapan orang banyak. Lantas
ia menghadapi Nona Kok untuk menegur: "Nona, tidak
keruan-ruan kau menyerang orang kenapakah?"
Senang Kok Lan akan perbuatannya itu. Di-tegur sianak
muda, ia justeru tertawa terkekeh. Hanya sekejap kemudian,
ia terus mengasih lihat sikapnya yang dingin hingga romannya
menjadi keren- "Tidak kusangka, kaulah orang baik di luar, didalamnya
buruk," katanya tajam, "Apakah kau masih belum mengerti
maksudnya tamparanku" Hmm..jikalau kau masih berani
omong jelek lagi tentang engko Cia, awas kedua belah
telingamu!" Parasnya Tiang Siu menjadi pucat, Tapi mendadak dia
tertawa besar. "Nona bagaimana tidak berharga kau memandang Kheng
Tiang siu" katanya mengejek, "Meskipun ilmu silatmu liehay
sekali, aku rasa aku kuatir, tak mudah buat kau mengambil
telingaku" 1082 Menutup kata-katanya ini, anak muda ini meraba ke
pinggangnya, maka dilain detik dia telah mencekal
serulingnya, lalu dia berdiri diam dengan roman dan sikap
keren. Mata Kok Lan awas sekali, ia melihat seruling itu
bertaburkan sembilan bintang merah, itulah sebabnya kenapa
barusan waktu dikibas kan, seruling itu memperlihatkan
cahaya merah. Ouw Kong berbicara terus dengan Kian Kun Ciu, ia seperti
tidak melihat dan tidak mendengar gerak-geriknya anak-anak
muda itu, ia tahu tabiat puterinya. Hanya suaranya Tiang Siu,
suara itu menimbulkan kesan yang buruk,
Kay Bun Sam Lo sebaliknya lagi repot membicarakan
urusan bagaimana harus bertindak guna mengurus orangorang
sebawahanya Koay Cun di tiga propinsi Inlam, Kuiciu
dan Sicoan, Dis ana ada banyak pengemis yang menjadi
murid-muridnya Hun Goan Cie.
Sementara itu Tong-hong Giok Kun dan Kiang Cong Yauw
tidak malang di tengah, guna mencegah bentrokan itu, Mereka
kuatir dan menerbitkan salah mengerti, sedang yang berselisih
itu ialah kaum muda. Pula mereka disatu pihak mengagumi In Gak. di lain pihak.
mereka tak berkesan baik terhadap Tiang Siu, Selama
beberapa hari ada bersama pemuda she Kheng itu, mereka
tidak merasa cocok dengan gerak-gerik orang. Tiang ciu cupat
pikirannya, dia tak dapat dibandingkan dengan In-Gak.
Melainkan Kheng Hong yang lantas datang sama tengah.
Dengan cara Jenaka, dia tertawa di antara mereka itu. Kata
dia: " Kenapa kamu berdua yang belum kenal satu pada lain,
sudah lantas mengumbar rasa hati kamu" Apakah yang mesti
dibuat mengiri hati atau jelus" Sudah.. Mari kamu memandang
mukaku si orang tua Kamu berjabatan tanganlah"
1083 Tapi ouw Kok Lan tidak menghiraukan orang tua itu, dia
mendelik dan kata keras: "He, orang tua edan, kenapa kau
ngoceh tidak keruan" Siapa yang mengirih atau jelus" jikalau
aku tidak pandang usiamu, tentulah nonamu akan gunakan
airnya sungai Hong Hoo buat mencuci mulutmu"
Menyambung si nona, Kheng Tiang Siu berkata "Akulah
murid Ngo Bi Pay, tidak dapat aku terhina begini rupa Kheng
Locianpwee, baiklah kau jangan campur urusan ini"
Mukanya Kheng Hong menjadi merah, Biar bagaimana dia
jengah. Tapi hanya sebentar, lantas dia tertawa terbahakbahak.
Kata dia lucu: "Aku si tua bangka, dalam usiaku yang
lanjut ini, baru kali ini aku pernah mendapatkan cacian orang"
Terus ia menghadapi Nona Kok untuk berkata bengis:
"Bocah perempuan tidak peduli di belakangmu ada siapa, tidak
dapat tidak. mesti aku si tua memberi ajaran kepadamu"
Kok Lan tertawa dingin, sama sekali ia tak menunjuki
bahwa ia jeri. It Goan Kiesu tidak menyangka Kheng Hong mencampur
tahu urusan anak anak muda, hingga terjadilah hal yang tidak
diingini itu. Tentu sekali, peristiwa itu menimbulkan kesulitanLui Siauw Thian pun melihat itu, ia lantas lompat
menghampirkan- "Eh, Kheng Locianpwee" katanya, "apakah kau tidak tahu
bahwa orang tua tidak mempedulikan kesalahan orang muda" Tidakkah hal ini
sangat memalukan apabila kejadian sampai teruwar diluaran"
Kau tahu..." ia lantas membisiki: "Kau tahu tidak bahwa nona
ini ialah puteri kesayangannya It Goan Kiesu" Kau tahu
sendiri, si tua sangat sukar dilayani, maka kau mesti mengarti
juga puterinya. Disebelah itu, nona ini bergaul sangat erat
dengan Loo-Sam. Bagaimana kalau urusan berubah menjadi
besar hingga sulit untuk dibereskan" Bagaimana nanti
jadinya?" 1084 Mendengar itu Ay-Hong-sok terkejut, "Benarkah itu?"
katanya, sambil berbisik. "Aku tidak takut pada It Goan Kiesu,
hanya aku kuatir In Gak nanti salah tampa Tapi mukaku si tua
harus dilindungi Nih lotee, kau mundurlah aku tahu bagaimaua
harus bertindak. Supaya kedua belah pihak sama-sama
mendapat muka" Melihat orang berkukuh, siauw Thian tidak bilang apa-apa
lagi, dengan alis dikerutkan, ia pergi pada Nona Nie Wan Lan
untuk bicara perlahan-lahanNona Nie sangat berduka, ia menangis sambil tunduk. air
matanya membasahi baju didadanya, ia seperti tidak
memperdulikan perselisihan diantara Kok Lan dan Tiang Siu.
Ketika Kian Kun ciu mengajak ia bicara, ia pun seperti tidak
mendengar. Karena ini, gagal maksud Siauw Thian membujuk
dan menghiburinya. Kheng Hong dan cui cian mengawasi Tiang Siu berdua Kok
Lan, Tiang Siu berdiri dengan seruling ditangan, bersiap untuk
bertempur. Kheng Hong mengawasi tajam dengan matanya
yang kecil, yang sekarang dia pentang lebar-lebar, cui cian
sebaliknya berduka, karena ia kuatir muda-mudi itu nanti
bertempur hingga salah satu, atau dua-duanya, nanti terluka.
Siapa pun yang terluka, itulah jelek sekali, ia menganggap.
si pemudalah biang gara-gara, dari itu, kemudian ia
mengawasi tajam pemuda itu.
Tiang siu melihatnya kata ia dalam hatinya: "Tua bangka,
buat apa kau mengawasi aku saja" Apakah kau sangka murid
Ngo Bie Pay dapat diperhina sesukanya?"
Nona Ouw sudah lantas menggeraki pedang-nya, yang
berkilau laksana sepasang ular berlegot. Melihat itu, Kheng
Hong kagum, ia tahu bahwa nona ini telah mewariskan
kepandaiannya Ouw Kong. "Wanita itu hebat," pikirnya, "Tapi tidak dapat aku
menunjuki kemahiranku, pasti It Goan Kiesu bakal
1085 menertawakan aku...." Maka ia pun lantas bergerak. Pedang si
nona telah diarahkan kepadanya, walaupun itu baru gertakan
belaka, ia sampok pedang itu dengan satu pukulan "Ngo Heng
Cin-khie." Akan tetapi ia gagal, karena si nona bergerak sebat
sekali, bahkan sekarang pedangnya ditikamkan ke bawahKheng Hong terkejut juga, Segera ia berkelit, setelah itu, ia
menolak dengan kedua belah tangannya. Kembali ia
menggunai tenaga dalam-nya Ngo Heng Cin-khie itu.
Hebat kesudahannya kalaupedang si nona bentrok dongan
Ngo Heng cin-khie.Justeru bahaya bentrokan lagi mengancam,
mendadak ada satu orang yang berlompat ke antara mereka,
sambil berlompat orang itu berseru nyaring, Dia bergerak
cepat laksana kilat. Kheng Hong heran, ia merasakan tolakan nya tidak
mengenakan sasarannya, bahkan sebaliknya, ia sendiri yang
tersentuh suatu tenaga lunak tetapi tolakannya keras, hingga
ia terdesak mundur tiga tindak. Dila in pihak. kedua lengan
nya Nona ouw menjadi kesemutan, lalu seperti kejang,
sedangkan sepasang pedangnya kena terampas orang, hingga
ia menjadi terperanjat. Tapi apabila ia telah melihat orang yang merintangi di
antara dia dan Ay Hong sok tiba-tiba mukanya menjadi merah
lalu bersenyum, hingga ia bagaikan bunga yang baru mekar,
hingga ia nampak manis dan menggiurkanYang muncul itu ialah In Gak yang baru saja pergi tetapi
kembali secara mendadak. Dengan tangan mencekal sepasang
pedang si nona, ia berdiri tegak diantara nona itu dan Kheng
Hong, wajahnya bersenyum. Segera ia kata pada si orang tua:
"Maaf, Kheng Siepe. Kenapa siepe bentrok dengan orang
sendiri?" Mukanya Kheng Hong menjadi merah. Dia jengah, Tapi
lantas dia memandang bengis dengan matanya yang kecil
tetapi bundar. Dia pun membentak. "Dasar kau setan cilik
1086 Kenapa kau lagi-lagi pergi menghilang" Kau membuat aku si
tua-bangka tersiksa, kau tahu" Kau lihat sendiri, bukankah
peristiwa di depan matamu ini pun disebabkan gara-garamu?"
In Gak tertawa. "Ya. anggaplah ini kesalahan keponakanmu" katanya,
"Sebentar akan aku beli seguci arakjempolan untuk
menghaturkan maaf kepada siepe, guna untuk menebus
dosaku" Kejadian ini kejadian yang diharap Kheng Hong. Dengan
begini, mudah untuk ia menyudahi urusan tanpa ia mendapat
malu tanpa sesuatu kesulitan- Maka di akhirnya ia tertawa
bergelak dan katanya: "Dasar kau bocah, kau lihay sekali Kau
telah mencukil penyakitku Memang, asal ada arak. segala apa
beres-sudah Kalau sekarang Nona Ouw menggaplok aku tiga
kali, rela aku menerimanya"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habis berkata ia tertawa pula. Dengan munculnya In Gak.
buyar sudah kemendongkolan Kok Lan, maka itu ia pun turut
tertawa. Wan Lan lagi menangis, melihat In Gak. tiba-tiba saja ia tak
bersedih lebih jauh, hanya beda dari Kok Lan, tidak dapat ia
lantas bergirang dan tertawa, ia hanya, dengan kedua
matanya bengul dan merah, mengawasi anak muda itu, sinar
matanya menunjuki ia penasaran dan menyesal, ia pun
tampak tak dapat berdiri tegak.
In Gak melirik nona itu, ia merasa tidak enak hati, ia
mengerti rasa-hati nona itu. Bukankah selagi si nona terluka,
ia seperti sudah meraba-raba seluruh tubuh orang" Di dalam
keadaan biasa, bukankah perbuatannya itu tidak selayaknya"
Karena itu ia menghela napas sendirinya.
Sebenarnya In Gak berlalu sengaja untuk menyingkir dari
Wan Lan dan Kok Lan, hanya ketika ia sudah sampai di luar,
mendidik ia ingat Kheng Tiang Siu.
1087 Pemuda itu menjadi muridnya Kim Teng Siangjin dari Ngo
Bie Pay. Menurut Kiong-bun Jie Kiat, Kim Teng Siang-jin
menjadi salah satu dari orang-orang yang mencelakai
ayahnya, Karena ini, lantas ia mendapat pikiran, kenapa ia
tidak mau turun tangan atas diri Tiang Siu, guna memancing
munculnya jago Ngo Bie Pay itu.
Demikian, begitu ia mengambil keputusan, begitu ia
kembali, hanya tepat kembalinya justeru Kheng Hong gagal
menjadi juru pemisah, hingga jago tua itu diserang Nona Kok.
ia tidak ingin salah seorang terluka, ia lantas lompat maju,
guna menyela di-antara mereka itu berdua, ia menggunai tipu
Cit Kim Sin-hoat yang dinamakan "Eng Pok Ciu Pok" yaitu "
Elang menyambar, nasar menerkam," Maka ia dapat lompat
melayang dengan pesat. Begitu ia tiba, ia rampas sepasang padang si nona dengan
tangan kirinya ia memunahkan serangan Ngo Heng cinkhie dari Kheng Hong
dengan jurus huruf "Meloloskan" dari Bie Lek Sin Kang.
Hanya habis itu, pikirannya lantas menjadi ruwet pula.
Sudah ia mesti menghadap pula si nona, urusannya pun
kusut, ia bingung melihat dua orang diri itu, yang satu
kegirangan, yang lain berduka, dan yang berduka itu
menyesal pula. Akan tetapi In Gak mesti melakukan keputusannya tadi.
Tanpa menoleh atau melirik lagi kepada kedua pemudi itu,
langsung ia bertindak menghampirkan Kheng Tiang Siu. Selagi
begitu, tiba-tiba Kok Lan bertindak cepat kepada si anak
muda. "Engko Cia, aku minta kau mengembalikan pedang
adikmu." katanya perlahan tetapi manis.
In Gak mengeluarkan seruan "Ooh" tertahan- segera ia
mengangsurkan pedang yang diminta, ia berbuat demikian
tanpa menghentikan tindakannya, bahkan dengan cepat ia
sampai didepan si pemuda she Kheng.
1088 Tiang Siu mengawasi dengan roman tegang, matanya
mengeluarkan sorot gusar atau benci, ia mengerti bahwa tadi
ia sudah mengeluarkan kata-kata yang sekarang dapat
berobah menjadi bahaya untuknya, ia menginsafi
kekeliruannya sudah mengeluarkan kata-kata tajam itu,
sedang ia tahu In Gak menolongi Wan Lan saking terpaksa,
bahwa hal itu wajar, tak usah In Gak malu karenanya, ia
hanya penasaran sebab ia tidak berhasil merebut hatinya
Nona Nie. Ketika Tiang Siu mendengar Wan Lan menerjang angin
besar dan salju dan dengan seorang diri pergi ke Han-tan, ia
terpengaruh rasa hatinya ingin ia menyusul, supaya ia dapat
merobah pikiran nona itu, agar si nona menyintainya.
Begitu ia berpikir, begitu ia menyusul, ia pergi kejurusan
yang ditunjuk jongos hotel, ia dapat lari cepat dengan
menggunai ilmu ringan tubuh "Menginjak -salju tanpa tapak
kaki." Hari itu angin keras sekali, saiju turun secara besarbesaran,
hingga bunga saiju beterbangan dengan
mengeluarkan suara yang berisik.
Di siang hari, nampak segala apa putih, sampai mata
rasanya kabur, Diwaktu begitu, sukar untuk orang melihat
jauh ke depan- Pula ada sangat sukar buat berlari-lari
menerjang hujan salju itu. Maka itu, bisa dimengerti
kesukarannya anak muda she Kheng ini.
Toh ia maju terus, ia merasa untuk mencari Nona Nie,
sama sukarnya dengan orang menyelulupi jarum di dasar laut.
Toh ada pengaruh tersembunyi yang mendorongnya maju
bagaikan seekor anjing pemburu, ia maju terus, tak
menghiraukan gangguan alam itu. ia terus mencari tapak kaki
si nona. 1089 Ketika sang sore mendatangi, langit menjadi gelap. angin
bertambah santer, -salju beterbangan bertambah hebat. salju
di jalanan menjadi bertambah tebal. Di sekitarnya tidak ada
seorang lain- Tiang Siu bingung.
Ia memasang mata sejauh-jauh matanya dapat melihat.
Sebentar lagi, ia tentu mirip orang buta yang tidak dapat
melihat apa lagi. Maka ia girang sekali tempo akhirnya ia
mendapatkan tapak kaku "Inilah tapak kaki si nona." pikirnya, ia lantas mengikuti, ia
tahu itulah tapak yang baru, kalau tapak yang lama mestinya
salju telah menutupinya. Benarlah, selang sepuluh tombak, ia melihat satu bayangan
di sebelah depan- itulah bayangan dari sebuah tubuh yang
langsing, ia lantas menyusul, ia melihat bayangan itu
terhuyung-huyung jalannya perlahan. "Nona Lan Nona Lan" ia
memanggil berulang-ulang.
Sang angin bertiup keras, suaranya itu tak terdengar si
nona. Atau mungkin nona ini beriagak tuli, tak memperdulikan
dia. Nona itu terlihat berat tindakannya.
Dengan mengempos semangatnya, Tiang Siu menyusul.
Akhir-akhirnya ia menghadang di depan orang.
"Ooh nona..." katanya tertawa, "bagaimana-sengsara aku
menyusul kau..." Wan Lan menghentikan tindakannya kelihatan ia letih
sekali, "Saudara Tiang Siu, kau menyusul aku yang
peruntungannya buruk. mau apakah?" ia tanya lemah. "Aku
telah mengambil keputusan untuk membaca kitab saja, untuk
menemani Sang Budha seumur hidupku...."
Tiang Siu melihat mata orang bengul dan merah, air
matanya berlinang. ia berduka sekali.
"Nona, buat apa kau menyiksa dirimu?" katanya. "Aku si
orang she Kheng, aku nanti menuntut balas untuk sakit
hatimu ini..." 1090 "Hm" si nona bersuara, mukanya merah.
"Untuk itu cukupkah kepandaianmu?" ia tanya, "Seumur
hidupmu ini janganlah kau memikir yang tidak-tidak" Lalu ia
ngoceh sendirinya, entah apa yang dia katakan, Habis itu ia
tertawa sedih. ia kata pula: "Saudara Kheng, tak usah kau
memusingi diri untukku yang bernasib buruk ini. Hatiku sudah
tawar, Buat apakah kau menyusul aku?"
Tiang Siu heran, ia tetap tidak dapat menangkap hati si
nona, Ada saugkutan apa antara Wan Lan dan In Gak"
Bukankah In Gak tidak mencintainya " Kenapa Wan Lan
sebaliknya tetap mencintai In Gak" ia bingung.
Lalu ia ingat benar katanya si nona, ia bukan lawannya In
Gak. Pula memalukan andaikata orang pihak seperguruannya
mendengar lelakonnya ini... ia menyintai si nona, ia tergila-gila
sendirinya. Bukankah nona itu sebaiknya tak menghiraukan ia"
Maka ia berdiam, kepalanya tunduk.
Wan Lan melihat kelakuan orang itu, ia terharu. ia hendak
membuka mulutnya atau ia batal sendirinya. Maka ia pun turut
berduka. Sebenarnya nona ini sangat membenci si pemuda. Tanpa
munculnya dia, tidak nanti In Gak kabur meninggalkannya.
Hingga karenanya buyarlah impiannya yang manis. ia pikir In
Gak bukannya tidak menyintai ia. Kalau tidak, apa perlunya ia
ditolongi bahkan ia diobati tanpa orang mempedulikan lagi
perbuatannya itu bertentangan dengan adat istiadat.
Maka ia percaya ia sebenarnya dicinta, hanya Tiang siu
yang mengacau... Karena Tiang Siu, rupanya In Gak
menganggap ialah pasangan Tiang Siu itu. Maka juga hatinya
menjadi tawar, hingga ia ingat untuk mensucikan diri. ia
menyesal tidak dapat segera mencukur rambutnya, ia pergi
tanpa tujuan, pikirannya kacau, ia tidak menghiraukan salju
dan angin- Saking lesu, ia tidak dapat lari keras, demikian ia
1091 tercandak Tiang Siu. Cuaca sudah remang-remang, keduanya
masih berdiri diam. Tak lama jagat mulai gelap.
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba sang angin membawa
datang panggilan berulang-ulang: "Nona Lan Nona Lan Kau di
mana?" Tiang Siu mendengar itu, dia terbangun semangatnya.
"Saudara Kiang" sahutnya keras. "Nona Lan di sini" ia
lantas mengulanginya. Lekas sekali dari pelbagai penjuru muncul tiga orang, ialah
Ay Hong Sok bersama sama cong Yauw dan Tonghong Giok
Kun- Mereka itu, habis mengundurkan musuh, lantas pergi
mencari Nona Lan dan Tiang Siu.
Mereka tidak berhasil, lekas-lekas mereka ke hotel. Di situ
mereka mendapat keterangan ke arah mana si nona dan si
anak muda berlalu saling ganti, lantas mereka menyusul.
Mereka menampak kesulitan karena gangguan angin besar,
salju dan guramnya sang magrib. Baru kemudian mereka
mendapatkan tapak kaki dan mengikutinya sampai Kiang cong
Yauw memanggil-manggil dan memperoleh jawabannya Tiang
Siu itu. Begitu Ay Hong sok bertiga datang dekat, Tiang Siu
menuturkan bagaimana ia berhasil mencari Wan Lan tetapi si
nona tidak sudi diajak pulang, ia juga menjelaskan kata-kata
nona itu. Kheng Hong menghela napas ia menggeleng-geleng
kepala. "Ah In Gak" katanya, Terus ia mengawasi Wan Lan dan
berkata: "Nona Lan, jangan putus asa. Hal ini kau serahkan
pada aku si orang tua. Sekarang mari kita kembali ke hotel,
besok baru kita melanjuti perjalanan kita."
Sampai itu waktu dengan terus membungkam Wan Lan ikut
pulang. 1092 Di rumah penginapan, Ay Hong Sok membujuk dan
menghiburi pula si nona, ia sekarang merasa kasihan sekail,
Sudah sejak beberapa hari ia mendapatkan Wan Lan menjadi
jinak, tak berandalan seperti biasanya.
Sifat berandalan itulah yang memuakkan In Gak, Sembari
menghiburi, ia berikan pula janjinya bahwa ia akan
bertanggung-jawab dalam urusan menyampaikan maksud hati
si nona. Besoknya fajar, angin dan salju tak berkurang, bahkan
turunnya makin bertambah, akan tetapi tanpa
menghiraukannya, Ay Hong sok mengajak Wan Lan dan
rombongannya melakukan perjalanan mereka, Mereka
mengambil jalan Hamtan untuk menuju ke Yan-khia, kota raja.
Hari itu benar-benar buruk. setibanya mereka di Hamtan,
mereka lantas membeli lima ekor kuda, untuk binatang
binatang itu menggantikan kaki mereka berlari-lari di atas
salju, Hingga lama-lama semua kuda itu meringkik tak
hentinya dan mulutnya pada berbusa.
Tidak sampai dua hari, tibalah mereka di kota yang dituju,
Mereka juga mengambil tempat di hotel Sam Goan di Ta-mociang.
Ta-mo-ciang ialah tempat dimana terdapat banyak hotel
dan warung teh tempat berkumpulnya orang-orang Rimba
Persilatan, maka tak lama segera mereka mendengar
urusannya keempat pendeta Siauw Lim Si, serta Kiong- bun
Siang Kiat, bagaimana si pelajar beroman luar biasa
menghajar Cin Tiong Siang Tiauw, bagaimana orang
mengagumi pelajar tak dikenal itu. Mereka juga mendengar
hal pertemuan yang bakal dibikin di gunung Tay SanMendengar semua itu, Ay Hong sok beramai mengambil
kesimpulan dan menduga si pelajar mesti In Gak adanya.
"Ha" berseru si orang tua sambil menepuk pahanya,
"Pastilah bocah itu pergi ke
1093 Chongciu ke rumah mentuanya. Atau kita pergi ke Celam
dimana tentulah kita bakal menemukannya, Sekarang mari
kita dahar, lantas kita menyusul"
Senang Wan Lan mendengar itu, harapannya timbul,
Karena Kheng Hong berguyon, ia dapat juga bersenyum.
Sebaliknya Tiang Siu, pemuda itu menjadi guram air
mukanya, Dia menjadi bingung. Turut pergi salah, tidak turut
pergi, dia berat berpisah dari si nona... Sudah dua hari dia
masgul hingga alisnya senantiasa berkerut sebabnya ialah
Wan Lan tak sudi bicara dengannya, kalau dia mencari alasan
untuk memasang omong, Si nona sengaja menghindari diri.
Wan Lan tahu apa yang ia harus lakukan, Tak tega ia
membiarkan Tiang Siu tergila-gila padanya, Biar bagaimana,
tak dapat ia menyintai anak muda itu. Maka ia bersikap tawar
supaya orang menjadi putus asa dan tawar juga hatinya.
Tiang siu sebaliknya menjadi masgul dan uring uringan- Di
depan si nona ia bersikap sabar dan manis, sebaliknya ia
menjadi berangasan- Kelakuannya ini memuakkan cong Yauw
dan Giok Kun- Menampak lelakon anak-anak muda itu, Ay Hong Sok
masgul, ia menghela napas panjang pendek. ia berkasihan
terhadap Tiang siu tetapi ia tidak berdaya menolongnya.
Untuk menghibur, satu kali ia menitahkan jongos menyediakan
barang hidangan dan arak. Ia menjamu anak muda itu.
Tiang Siu ikut dahar tetapi barang santapan tak mau turun
di tenggorokannya. "Kheng Laote," kata Ay Hong sok tertawa, "kami hendak
pergi keShoatang, bagaimana pikiranmu, kau suka turut atau
tidak" jikalau kau mempunyai urusan lain dan tak dapat turut,
baiklah perjamuan ini hitunglah sebagai perjamuan
perpisahan-" 1094
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiang Siu dapat membade maksudnya orang tua itu, Mana
dapat ia meninggalkan Wan Lan" Maka ia menjawab cepat:
"Aku dititahkan guruku merantau, pengalamanku sedikit
sekali, maka itu aku bersyukur yang locianpwe saban-saban
memberi puunjuk padaku hingga pengalamanku menjadi
bertambah, kebetulan bakal dibikin itu pertemuan besar di
gunung Tay San, suka sekali aku turut locianpwe, aku
mengharap sekali belajar kenal dengan kepandaiannya
pelbagai orang kenamaan-"
"Baiklah kalau begitu," kata Ay Hong sok. ia tidak mau
omong banyak-banyak lagi.
Berlima mereka meninggalkan Yan khia, Lantas mereka
mendengar hal dilabraknya orang-orang oey Ki Pay di kota Buceng.
Ay Hong Sok merasa pasti itu pun perbuatannya In Gak.
"Engko Cia berbuat demikian, apakah itu tidak keterlaluan?"
Wan Lan tanya si orang tua.
Ay Hong Sok menggeleng kepala.
"Nasibnya In Gak sangat menyedihkan," sahutnya "tidak
heran bila sifatnya luar biasa, jikalau kau ketahui riwayatnya,
tidak nanti kau mengatakan dia kejam..."
Wan Lan berpikir, ia menduga riwayat In Gak sangat
menyedihkan. Mungkin itu sebabnya si anak muda tawar
terhadapnya, Karena ini dengan sendirinya ia berkesan baik
untuk nasibnya anak muda itu.
Perjalanan dilakukan dengan menempuh gangguan angin
dan salju, tetapi orang toh
sampai juga di Chongciu di rumah Tio Kong Kiu, hanya
mereka nenubruk angin. Mereka mendapat keterangan Kong
Kiu telah pergi ke Ce-lam, ke Goan Seng Piauwklok.
"Mari kita pergi ke Celam" mengajak Ay Hong sok, ia
memang kenal Kho Cu Liong, pemilik dan pemimpin dari
piauwklok itu. Maka sampailah mereka di tepinya telaga Tay
Beng ouw, Hanya disini cu Liong menerangkan In Gak sudah
1095 pergi ke Sin-chung. Demikian mereka menyusul sampai di
tempatnya Sin Bong. Diluar dugaan, di sini Tiang siu membuat gara-gara. ia jeri
terhadap si anak muda, ia ingat bagaimana baru-baru ini In
Gak merampas serulingnya yang diterangkan nancap di
batang pohon- Melihat si anak muda menghampirkan, tegang
hatinya. Tapi ia mencekal keras senjatanya.
Kiau Kun ciu berkuatir, ia tahu sifatnya Kim Teng Siangjin.
Hebat kalau sampai pendeta itu turun tangan membelai
muridnya. "Lo Sam jangan" ia berseru. "Kheng Lao-te bicara tanpa
maksudnya..." In Gak tidak menghiraukan cegahan itu, segera ia sampai
di depan Tiang Siu. ia berdiri sejarak tiga kaki. Tiang Siu
memikir lain, karena dia sudah siap sedia dia lantas
menyerang, bahkan hebat serangannya, ilmu serulingnya
memang tak dapat dipandang enteng.
In Gak menyeringai ia berkelit dari serangan itu yang terus
diulangi ia sudah lantas mengeluarkan kipasnya dengan apa ia
membela dirinya, ia segera menggunai iimu silat Hian Wan
Sip-pat Kay. Tiang siu tertolak hingga dia terhuyung mundur beberapa
tindak. serulingnya pun hampir terlepas dari cekalannya. Dia terkejut hatinya
mencelos. Tapi dia penasaran, maka setelah menetapkan
tubuhnya, kembali dia maju menyerang, Setelah mendesah
ujung serulingnya diarahkan ke dada si anak muda.
In Gak tertawa dingin ketika ia menangkis deagan satu
sontekan, Tepat sontekan itu, Tiang Siu terkejut, Lengannya
dirasai sakit dan ngilu sekali. Tidak ampun lagi. serulingnya
terlepas jatuh ke tanah, Tapi dia sangat penasaran, dengan
tangan kirinya dia membacok lengan kanannya lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1096 Muridnya Kim Teng Siangjin bergerak dengan sangat cepat,
ia nyata masih kalah sebat, In Gak tidak menyambuti bacokan
tangan itu. Ia berkelit lalu tangan kanannya diturunkan, setelah bebas,
ia angkat pula, dipakai menangkap. itulah gerakan "ci Llong
ciu" tipu "menangkap Naga" Maka lengan kiri Tiang Siu kena
dicekal. Lagi sekali Tiang Siu kaget, bahkan sakit tangannya dia
menjerit keras. Berbareng dengan menjeritnya itu, tubuhnya
terangkat tinggi, terpelanting empat tombak jauhnya, jatuh
terbanting di tanah. Dia telah dilemparkan In Gak.
Tapi dia kosen, begitu roboh begitu dia berlompat bangun,
bergerak, dengan tipu "lkan gabus meletik", Selagi berlompat
itu, kedua tangannya dimasuki ke dalam sakunya, lalu sambil
turun kedua tangannya itu diayun. Lantas ada benda bertitik
hitam bagaikan bintang-bintang menyamber ke arah si anak
muda. Diserang dengan senjata rahasia, In Gak menjadi
mendongkol. Sambil berseru ia mengibaskan tangannya, itulah
jurus "Gelombang Dahsyat Menggempur Gunung" suatu tipu
dari huruf "Mendesak" dari Bi Lek Sin Kang. Maka dengan
begitu titik-titik hitam itu kena disampok balik, menyamber
kepada pemiliknya. Inilah tidak disangka Tiang Siu, dia sampai tak keburu
berkelit atau menangkis, maka dia menjerit keras dan
tubuhnya terpelanting menerjang sebuah pohon besar,
dimana ia roboh terus tak sadarkan diri. Itulah sampokan Bi
Lek Sin Kang yang hebat. Semua orang kaget.
Wan Lan tidak menyintai Tiang Siu tetapi pertempuran
disebabkan dia, mendengar jeritan orang dan melihat orang
roboh, ia kaget, ia lantas lompat untuk menolongi.
1097 Begitu ia membungkuk dan menampak muka orang, ia
lantas menutupi mukanya dan berseru: "Cia In Gak. kau
kejam..." Terus ia menangis.
BAB 6 YANG LAIN-LAINNYA lari menghampirkan Tiang Siu.
Ternyata mukanya anak muda ini berdarah-darah, mukanya
itu tertancapkan seraup duri hek-kie, senjata rahasianya
dengan apa barusan ia menimpuk In Gak. Romannya itu
nampak mengerikan dan menakutkan, pantas Nona Ni
menutupi mukanya dan menangis.
In Gak juga menghampirkan, setelah ia melihat, ia merasa
terharu, hingga ia kata dalam hatinya: "oh Thian, semoga
hambamu tidak salah, Tidak sengaja hambamu berbuat begini
sebab dialah yang mulai menyerang terlebih dahulu." ia masih
mengawasi, mulutnya tertutup rapat.
Lui siauw Thian mengerutkan alis.
"Bagaimana sekarang Lo-sam?" tanyanya, itulah teguranIt Goan Kisu segera mengedipi mata pada Kian Kun ciu, ia
mau mencegah sahabat itu nanti keliru omong, ia tahu
sebabnya In Gak menempur Tiang Siu, puterinya telah
mengisikinya bahwa tindakan In Gak mungkin disebabkan
urusan Kim Teng Siangjin, ia tidak setujui perbuatan In Gak ini
tetapi ia toh bersimpati terhadapnya. Siauw Thian melihat
lirikan itu, ia tidak bicara lebih jauh.
Ay Hong sok berdiam, matanya berkedap-kedip. ia bingung,
hingga ia tidak tahu ia mesti bicara atau tidak.
"Engko Cia," kata Wan Lan kemudian, ia berhenti menangis
dan memandangi anak muda itu, "Janganlah karena aku kau
menurunkan tangan kejam ini. Dia tidak omong jelek tentang
dirimu...." Suara itu ialah suara menyesali, suara penasarannya hati.
In Gak melirik. sinar matanya tawar.
1098 "Siapa bilang gara-gara kau." katanya dingin, "Kalau benar
karena kau tak nanti aku lakukan ini."
Wan Lan merasa tertusuk hatinya. Matanya menjadi merah,
wajahnya menjadi merah padam.
"Cia In Gak" katanya keras, "menyesal bahwa aku telah
bertemu kau si laki-laki yang mukanya dingin hatinya kejam..."
Cepat luar biasa nona itu menghunus pedangnya, dengan
apa ia memotong segumpal rambutnya, yang ia lemparkan
kepada si anak muda, setelah mana ia memutar tubuhnya
untuk lari pergi ke kampung dan ia terus lenyap.
In Gak menyambuti gumpalan rambut itu. wajahnya suram,
ia berdiam sekian lama, lantas ia membungkuk, untuk dengan
sebat menotok tujuh kali pada tubuh Tiang Siu.
Dengan lekas muridnya Kim Teng siangjin tersadar, ketika
dia membuka matanya dia melihat musuhnya ada di
depannya. Lantas dia pentang mulutnya. "Cia...."
"Tutup mulutmu," bentak In Gak memotong, hingga katakata
orang berhenti "Jikalau kau ngoceh tidak keruan, nanti
aku bikin kau mampus tidak. hidup pun tidak. Jlkalau kau tidak
puas, pergi kau minta Kim Teng si kepala gundul datang
membalaskan sakit hati-mu, aku si orang she Cia nanti
menantikan dia di Hoan Pek Sanchung di Tiang Pek San pada
harian Toan Ngo di bulan kelima"
Tiang siu begitu panas hatinya, tetapi dia dapat tertawa
terbahak-bahak. hingga darah di mukanya mengucur keluar
lagi, hingga roman-nya menjadi seperti iblis yang bengis.
Suara tertawanya itu juga tajam, tak sedap untuk telinga.
Berhenti tertawa, dia berseru nyaring: "Baik, Nanti harian
Toan Ngo bulan kelima, aku nanti pergi bersama guruku ke
Tiang Pek San untuk membereskan perhitungan ini."
Habis berkata begitu, tanpa menjemput lagi serulingnya
anak muda ini berlompat pergi, untuk berlari-lari seperti
terbang. 1099 In Gak mengawasi, ia kata pada dirinya sendiri: "Semoga
aku tidak bersalah." Suaranya itu seperti suaranya nyamuk
bernyanyi di telinganya. Kumis dan rambutnya Kheng Hong
bangun berdiri. "In Gak," katanya gusar, "kau rada terlalu, Ni Wan Lan
cantik dan baik hatinya, dia tergila-gila padamu, mengapa kau
membuat hatinya terluka begini" Dan Tiang Siu juga tidak
bermusuh besar denganmu, Soal asmara memang ruwet,
tetapi tak dapat itu dibesar-besarkan, Mengapa kau tidak
dapat bersabar" Aku si orang tua melihat mungkin kau
menelad mendiang ayahmu, untukmu tak ada obat lagi."
In Gak memandang orang tua itu, ia hendak bicara tetapi
batal, akhirnya ia cuma menyeringai kemudian ia mengangkat
kepalanya memandang langit, ia terus berdiam.
Jilid 17 : Mengangkat murid berbakat bagus
IT GOAN KISU menyaksikan semua itu ia menghampirkan
Kheng Hong. "Saudara Kheng, jangan kau persalahksn Cia Hiantit" ia
kata bersenyum. "kau tahui duduknya hal sebenarnya tak
begini sederhana..."
Untuk menjelaskan, Ouw Kong menuturkan keterangannya
Kiong bun Siang Kiat, yang membuka tabir rahasia
pengeroyokaa atas diri Twi Hun Poan Cia Bun dahulu hari.
Mendengar itu semua orang heran, Ay Hong Sok bahkan
mementang matanya lebar-lebar.
"Ha, Kim Teng si keledai gundul pun turut mengambil
bagian?" katanya heran, "Pantaslah dulu hari ketika aku
berkunjung ke Ngo Bi San, dia tidak sudi menemui aku." ia
lantas melirik kepada In Gak. untuk berkata:
"Hiantit, kau bertindak tanpa berpikir lagi. Kalau begitu,aku
pun tidak akan membiarkan Kim Teng si keledai gundul itu,
1100 Kenapa kau tidak mau pergi mencari Kim Teng sendiri tetapi
kau tumpahkan mendongkolmu kepada Kheng Tiang Siu?"
"Keponakanmu tahu apa yang ia lakukan," In Gak
menjawab. "Dia yang cari penyakit sendiri, kenapa aku yang
disesalkan" Untuk aku pergi sendiri ke Ngo Bi San buat
mencari Kim Teng, itulah tak dapat. Tak ingin aku pergi ke
sana. Murid muridnya Kim Teng sedikitnya lebih daripada
seratus orang, jikalau aku pergi ke sana, itu berarti aku
membuka pantangan melakukan pembunuhan besar, Maka itu
lebih baik aku memancing kemurkaan-nya supaya dialah yang
mencari aku, guna aku membereskan perhitungan
dengannya." Kheng Hong tertawa lebar, "Ya kata-katamu benar juga."
bilangnya. Lalu ia menambahkan sungguh-sungguh: "Aku si
orang tua telah menerima baik menjamin urusan nona Lan,
aku mesti lakukan itu sampai beres, sekarang aku mau pergi
ke Yan San mencari dia, buat mengajaknya ke Tiang Pek Saningat,
bocah jikalau lagi satu kali kau melukakan hatinya, aku
si orang tua ialah yang pertama tama tak akan menerima
baik" ia menoleh pada Kiang cong Yauw dan Tong-hong Giok
Kun untuk mengatakan- "Anak-anak. jikalau kamu tidak punya pekerjaan apa-apa,
mari kamu temanin aku si tua bangka pergi jalan-jalan"
"Baiklah" sahut cong Yauw berdua, Mereka bersedia
dengan cepat, lantas mereka menghampirkan In Gak untuk
berkata: "Saudara Cia, kami hendak pergi mencari Nona Lan,
setelah itu kami akan lantas menuju ke Tiang Pek San dimana
nanti kita dapat mengobrol pula."
In Gak tertawa, ia memberi hormat, "Aku membikin kamu
cape -saja." katanya, Ay Hong sok bertiga lantas pamitan dan
pergi. Melihat keberangkatan ketiga orang itu, It Goan Kisu
tertawa, ia pun kata: "Aku si orang tua bersama anakku
hendak pergi ke kuil Siauw Lim Si di gunung Siong San, untuk
1101 membayar pulang kitab Bu Siang Kim Kong ciang Keng, nanti
habis darisana baru kami menuju ke Tiang Pek San."
Habis mengucap itu, ia melirik pada Lui Siauw Thian-Kian
Kun clu bersenyum dan mengangguk.
In Gak berdiam akan tetapi ia dapat membade maksudnya
kedua orang tua itu. It Goan Kisu lantas mengajak anaknya berangkat,
perlahan- lahan mereka berjalannya. Kok Lan agaknya berat
untuk berpisah dari si anak muda, ia mengawasi dengan sinar
matanya berarti, ia berlalu dengan terpaksa.
Kiu ci Sin Kay masih memegangi Koay cun yang napasnya
empas-empis, sambil bersenyum ia tanya pada Siauw Thian"Lui Lo-ji, apakah kau masih gusar pada aku si pengemis she
Chong?" Siauw Thian jengah, tetapi dia kata tertawa: "Aku cuma
mau menyesalkan diriku, mana berani aku menggusari toako"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bukankah toako ingin lekas pulang ke markasmu di Yan-khia
guna menjalankan aturan Partaimu" silahkan kau berangkat,
nanti Lui Lo-ji pergi mencari kau di sana."
"Baik." kata Chong Si, yang terus berpaling pada In Gak
"Shate, bagaimana dengan kau?"
"Sekarang perlu aku lekas pergi ke peternakan di Utara."
sahut si anak muda. "Dari sana baru aku berangkat ke Tiang
Pek San-Toako. sampai kita bertemu pula."
Kiu ci Sin Kay mengangguk. lantas bersama-sama Seng Ho
Tiauw-kek dan Tek Tiang Siu, dengan membawa Koay cun,
mereka berangkat pergi dengan cepat.
Oh Ka Lam cui cian menghampirkan In Gak. guna
menghaturkan terima kasih yang ia telah ditolong Hingga
bebas dari kurungan- In Gak tertawa. "Cui Tayhiap." kata ia, persahabatan kita bukan
persahabatan baru, apakah artinya perbuatanku itu?" ia
berhenti sebentar, terus ia menunjuk mayatnya Thian Gwa
1102 Sam cun-cia, untuk melanjuti: "Nampaknya perlu tayhiap
berdiam di sini sebentar, untuk mengurus mereka itu. Tentang
semua orang yang ter-totok. didalam tempo enam jam mereka
akan bebas sendirinya, mereka tak usah ditolong lagi, baru
nanti selewatnya tiga bulan, tenaga mereka akan pulih seperti
sedia kala, Aku perlu lekas berangkat, tidak dapat aku berdiam
lebih lama pula di sini. Nanti saja, dalam perjalanan pulang ke
Selatan, aku mampir pada tayhiap di Tay San."
"Aku si orang she Cui akan menantikan kau dengan segala
kehormatan-" kata cui cian tertawa.
Lantas In Gak dan Siauw Thian memberi hormat pada
orang she Cui itu, lantas keduanya bertindak keluar dari
rumah Sin Bong, Di luar, In Gak kata pada saudara angkatnya
itu: "Jiko, silahkan berangkat lebih dulu ke peternakan di Utara
itu, aku masih mempunyai satu urusan, selesai itu aku akan
menyusul." Mata Siauw Thian dipentang lebar, dia tertawa.
"Baik." sahutnya, "Aku Lui Lo ji, aku tidak takut
dipedayakan kau. jikalau kau terlambat awas kedua tehu nanti
tak akan memberi ampun padamu" ia tertawa pula, lalu ia
berlompat pergi, maka dilain saat ia pun lenyap seperti ditelan
angin menderu dan cuaca gelap.
In Gak berdiam mengawasi, ia agaknya berpikir, ia lantas
menjadi kesepian. Baru kemudian, habis menghela napas, ia membuka
tindakannya, akan pergi dari situ, tempat yang membawa
peristiwa hebat itu... XXX Di sebelah utara kota Celam ada dua bukit yang masingmasing
dinamakan ciak San dan Hoa San, yang menyambung
satu dengan lain, hingga bagiannya yang menyambung itu
merupakan sebuah gili-gili yang panjang, sebaliknya di
sebelah selatan berdiri tegak gunung cia n Hud San, yang di
tiga bagiannya merupakan tanah yang rendah sekali, ialah
1103 lembah seumpama paso, di mana air berkumpul dari arah
selatannya mengalir ke bawah sampai di bagian utara seperti
terintang tanjakan, sebab alirannya menjadi sempit, hingga air
mengalirnya deras, ini sebabnya kenapa kota Celam
mempunyai tempat kesohor berupa tujuh puluh dua mata air,
diantaranya yang paling terkenal ialah Pa Tut, terletak satu li
lebih dari kota selatan, biasa disebut Go Eng Su ataupun Pauw
Liu, mata airnya empat buah, tiga yang nyemburnya tinggi
satu kaki lebih, menyembur tak hentinya baik dimusim dingin
maupun dimusimpanas, sedang airnya sejuk dan jernih. Air itu
tidak berlumpur karena berdasarkan pasir.
Di sebelah atas sumber Pa Tut itu ada berdiri Go Eng Su,
ialah kuilnya puteri Go Eng, hanya ketika itu, rumah suci itu
sudah rusak separuhnya, Toh itu tengah hari, dari kuil itu
terlihat keluarnya seorang bocah yang kuncinya ngacir ke
atas, yang tangannya membawa sebuah tahang kayu, yang
berlari-lari turun ke mata air, untuk berdiri di tepian sumber,
guna mengambil air. Ia menimba air dengan pertolongan
sebuah gayung. Bocah itu berumur tujuh atau delapan tahun, giginya putih,
bibirnya merah, sepasang matanya besar, bundar hitam dan
celi, hingga siapa yang melihatnya tentu menyukai dan
menyayanginya, ia mengenakan pakaian yang tipis, yang
memain dibawah sampokan sang angina.
Di dekat situ ada terdapat pohon-pohon ji dan pek-yang,
yang daunnya telah pada rontok menjadi kurban sang angin.
Angin pun kadang-kadang meniup terbang sang pasir hingga
terdengar suaranya santer.
Sunyi di sekitar situ, cuma ada si bocah seorang diri. Dia
masih terus mengisikan tahangnya sampai terdengar dia
bicara sendirinya: "kelihatannya aku mesti balik lagi, mana
kuat aku membawa air setahang penuh" Nenek tua yang buta
itu sangat menyebalkan- Di belakang ada air, dia tidak mau
pakai itu, Apa perlunya dia menghendaki juga air sumber ini?"
1104 "Sahabat kecil, mau atau tidak aku membantu kau?" tibatiba
terdengar satu suara menanya dari sebelah belakang.
Bocah itu terperanjat segera dia memutar tubuhnya. Maka
dia lantas mendapatkan seorang muda yang tampan, yang
mengawasinya sambil bersenyum berseri-seri, sikapnya sangat
tenang. Dia heran, Tapi dia lebih heran lagi, segera dia
merasa suka pada anak muda itu.
"Paman, kau siapa?" dia menanya, "Kenapa aku tidak dapat
lihat datangmu?" Pemuda itu tertawa. "Aku she Cia," sahutnya, "Kau she apa" Apakah kau tinggal
di dalam Go Eng su di atas itu?"
Bocah itu mengangguk. "Benar" dia menyahut. "Aku she Gak namaku Yang. Paman,
kau panggil saja aku Yang-ji"
"Yang-ji" berarti "anak Yang"
Pemuda itu pun bukan lain daripada In Gak. yang dari Sin
Ke chung langsung berangkat ke Go Eng su ini, ketika ia
melihat si bocah, segera tertarik hatinya sebab ia mendapat
kenyataan orang berbakat baik sekali hingga sekian lama ia
berdiam saja memperhatikannya.
Ketika ia mendengar ocehannya si bocah, ia heran kenapa
Hek Ie Hian Li bisa mendapatkan anak itu. ia merasa orang
belum diajari ilmu silat, maka itu ia menyayanginya bakat anak
itu. Kalau ia mengambil Gak Yang sebagai muridnya, tanpa
sepuluh tahun, dia mesti menjadi seorang lihay. sebaliknya
kalau dia terus mengikuti Biauw Nia Siang Yauw, dia bakal
menjadi hantu seperti gurunya itu... hm... In Gak memandangi
pula bocah itu. "Yang ji," ia tanya. "apakah sudah lama kau tinggal di sini"
Mana ayah dan ibumu?"
Ditanya begitu, matanya bocah itu lantas menjadi merah.
Dia menggoyang kepala 1105 "Ayah dan ibuku sudah mati, mati dibunuh orang," dia
menyahut. "Sebenarnya ketika itu penjahat pun hendak
membunuh aku, tetapi aku ditolongi si nenek tua yang buta
dari kuil Go Eng Su. Aku tinggal bersamanya sudah satu
tahun." In Gak berdiam, ia agaknya berpikir.
"Pembunuh ayah dan ibumu toh si nenek buta, bukan?" ia
tanya pula. Gak Yang menggeleng kepala pula, dia menyahuti:
"Rupanya pembunuh itu dan si nenek orang satu kaum. Ketika
itu aku kaget hingga pingsan, Tempo aku tersadar, aku
dengar mereka berselisih mulut, akhirnya sipembunuh kata:
"Jikalau kau penuju bakatnya, nah kau ambillah dia, tapi
jangan sekali kau nanti membocorkan rahasia ini. Kalau itu
sampai terjadi, jangan katakan aku kejam."
Aku dengar si nenek tertawa dingin dan kata. "Siapa akan
membocorkan rahasia" jangan kau memandang orang semua
bangsa hina-dina. Laginya kami kaum Biauw Nia tidak takut
pada-mu. Aku mendengar pembunuh itu tertawa besar, lantas
suaranya lenyap. Aku terus berpura-pura pingsan, Habis itu si
nenek buta membawa aku ke mari."
In Gak menduga orang tua Gak Yang tentu bermusuh
dengan satu orang maka mereka dibinasakan, bahkan hendak
dibikin habis seluruh keluarga. "Habis, apakah nenek buta itu
menyayangi kau?" ia tanya pula tertawa. Gak Yang
mementang matanya mengawasi si anak muda.
"Bicara terus terang, paman," sahutnya, "selama satu
tahun ini, aku hidup bukan seperti manusia, Kelihatannya si
nenek buta tidak menyukai aku, selamanya dia bersikap dingin
dan bengis, Aku juga menduga dialah salah satu pembunuh
ayah dan ibuku, aku rasanya membenci dia. Lagi pula..."
1106 Bocah itu tidak meneruskan perkataannya. ia berhenti
dengan tiba-tiba sebab In Gak mengedipi mata padanya, ia
heran. Lantas ia berpaling ke belakang, maka dari atas bukit ia
melihat si nenek buta lagi mendatangi. Karena dia berlari-lari,
dia sudah sampai di tengah lereng. ia kaget, ia agak
ketakutania kata, "lekas kau pergi Nanti aku membilang dia bahwa
kaulah orang yang lagi menanya jalanan padaku..."
Meski ia berkata demikian, bocah ini mau menduga si anak
muda orang luar biasa, kalau tidak mana mungkin dia lantas mengetahui
datangnya si nenek buta. ia takut tetapi ia ingat akan akalnya
itu. Dengan lekas si nenek buta sudah sampai di belakang In
Gak. ia berhenti ia lantas menanya bengis pada si bocah:
"Yang-ji, kenapa kau melanggar laranganku" Aku menyuruh
kau mengambil air, aku larang kau bicara dengan orang yang
tidak dikenal. Kenapa sekarang kau toh bicara?"
Gak Yang nampak takut. "Paman-.. paman ini..." katanya sukar, "dia... menanyakan
jalanan-.. padaku... Aku mengatakannya tidak tahu..."
"Ngaco belo" membentak nyonya tua itu. "Apa paman,
paman Lekas pulang."
In Gak memutar tubuh, Kira tiga kakijauhnya dari ia, ia
melihat seorang wanita tua dengan baju abu-abu, rambutnya
sudah putih, mata kirinya picak, kulit mukanya sudah keriput,
romannya bengis sekali, Teranglah dia seorang jahat, Maka ia
tertawa dan menanyai "Bocah ini pernah apa dengan kau"
Kenapa kau perlakukan dia begini bengis?"
Nyonya tua itu mengawasi Dia terkejut ketika dia melihat
sinar mata si anak muda sangat berpengaruh.
"Aku menyangka dia orang desa yang biasa saja, tidak
tahunya dia satu akhli silat," pikirnya. "Dia mempunyai mata
sangat tajam.... Tapi dia tidak takut, Dia tahu di kuil ada
1107 seorang yang ilmu silatnya lihay luar biasa, ialah Hek Ie Hian-li
yang ditakuti kaum Rimba Persilatan"Inilah urusan rumah tanggaku, perlu apa kau campur
tahu?" dia menjawab bengis,
"Apakah kau sudah bosan hidup?"
Dia lantas maju, untuk menyamber Gak Yang.
Akan tetapi In Gak sebat sekali, baru tangan si nyonya mau
mengenai ujung baju bocah itu, jerijinya sudah membentur
sikutnya, Dia kaget hingga dia berseru tertahan, lantas dia
lompat mundur dua tombak jauhnya. Dia mengawasi
membelalak. In Gak tertawa bengis, ia kata: "Memang biasanya tuan
kecilmu suka mencampuri urusan orang. Kau perempuan buta,
kau tidak menjadi kecuali, Aku tanya kau siapa pembunuhnya
ayah dan ibunya Gak Yang" Lekas bicara"
Wanita itu terkejut, mukanya berubah, tetapi bukannya dia
menjawab, mendadak dia berlompat maju untuk menerjang,
Rupanya dia pikir, menghadapi musuh tangguh mesti dia
mendahului turun tangan, supaya kalau dia tidak ungkulan,
dia dapat menyingkirkan diri.
Dia menyerang dengan ilmu silatnya yang diberi nama
"Touw San ciang" atau "Tangan Menembusi Gunung" salah
satu ilmu silat lihay dari Biauw Nia siang Yauw.
Serangan itu dibarengi dengan dilepaskannya belasan
potong senjata rahasia yang beracun, yang menyerangnya
bagaikan hujan lebat, Akan tetapi dia memikir keliru.
In Gak mengawasi tajam, ketika ia diserang, ia mencelat
minggir, membebaskan diri dari serangan yang sangat
berbahaya itu, setelah itu ia meluncurkan kedua tangannya,
guna menangkap kedua tangannya penyerang yang ganas itu.
ia berhasil. Wanita itu tidak keburu menolong diri, tangannya kena
dicengkeram keras, dia merasakan begitu sakit hingga dia
1108 lantas pingsan, Dia cuma dapat menjerit satu kali, terus
tubuhnya roboh tak bersuara lagi, tak berkutik jua.
Justeru itu dari dalam Go Eng Su terdengar siulan nyaring,
disusul dengan melayang turunnya satu tubuh manusia
bagaikan bayangan hitam. In Gak segera menduga pada Hek Ie Hian-li, ia segera
bersiap. menutup diri dengan Bi Lek Sin Kang. ia mengawasi
dengan tajam. Bayangan itu tiba dengan cepat, anginnya menderu. Dia
sudah lantas menyerang. In Gak kaget melihat orang demikian garang, ia menggeser
satu tindak, tangan kirinya diluncurkan, guna menangkis
serangan, itulah gerakannya "Liu SiBu Lek" atau "Sutera Tak
Bertenaga". Dilain pihak dengan tangan kanan dengan gerakan
"Gelombang Menyerbu Gunung" satu jurus huruf "Mendesak"
dari Bi Lek Sin Kang, ia menolak.
Hek Ie Hian-li terkejut mendapatkan serangannya dapat
dihalau secara mudah, Melihat serangan, ia tidak mau
menangkis, ia lompat menyingkir. Semua gerakannya itu
sangat enteng dan lincah, ia heran ketika ia melihat siapa
berdiri di hadapannya, ia lantas bersenyum manis.
"Aku kira siapa, tak tahunya kau," katanya, "Buat apa kau
galak tidak keruan" Lagi dua tiga jam maka kepandaianmu
bakal termusnah seluruhnya..."
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Alis In Gak terbangun "Maka itu aku datang kemari untuk meminta obat,"
katanya, suaranya dalam. In Hian Bi tertawa terkekeh.
"Kau hebat" katanya. "Dewimu tidak mau mengasih obat
padamu, habis kau mau apa?"
In Gak bersenyum. "In Hian Bi, jangan kau terlalu mengandalkan dirimu," ia
kata. "Kau juga telah terhajar totokanku yang dinamakan
1109 Totokan Memutus Nadi, maka di dalam tempo tiga bulan,
tubuhmu bakal menjadi lemah hingga habis tenagamu, Kau
pernah tersesat dengan pelajaranmu apakah kau merasa
penderitaanmu itu belum cukup?"
Kata-kata itu hebat. In Hian Bi kaget, mukanya menjadi
pucat, Tapi ia mengawasi dengan bengis, matanya bersinar.
"Siapakah dewimu ini?" katanya, "Apakah kau kira dapat
kau menggertak aku?"
In Gak melihat orang kaget, ia percaya ia telah dapat
mempengaruhinya. ia membawa sikapnya tenang tetapi
angker, Begitulah ia bersenyum pula.
"Jikalau kau tidak percaya, coba kau jalankan napasmu" dia
kita perlahan, sabar, "Aku percaya sampai di dekat buah
dadamu, kau akan merasai suatu rintangan- Kau cobalah tidak
nanti aku curang menyerang kau secara tiba-tiba." In Hian Bi
kaget, Kata-kata orang mesti ia percaya, Tapi ia tertawa
dingin. "Aku juga tidak takut diserang secara mendadak olehmu."
katanya, menabahkan hati. "Kutu jahat di dalam tubuhmu
bakal bekerja dalam dua tiga jam lagi percuma sekalipun ada
obatnya tanpa aku menunjuki cara memakainya..." ia lantas
duduk bersila, untuk menjalankan pernapasannya, ia berlaku
waspada, kalau umpama ia dibokong ia akan segera
mendapat tahu. Gak Yang mendekati In Gak.
"Paman, benarkah kau terkena racunnya?" dia tanya
perlahan, Dia mengawasi dengan sinar matanya yang
berkuatir. In Gak tertawa, ia menepuk-nepuk kepala bocah itu.
"Kau jangan takut, Yang-ji." katanya, "kau baiklah minggir
supaya kau tak nanti kena serangan nyasar"
Bocah itu menurut, ia menyingkir setombak lebih, matanya
mengawasi In Hian Bi. In Gak juga mengawasi dengan waspada, pengalamannya
telah bertambah hingga ia lebih mengenal kepalsuan dan
kelicinan orang, Karena ini, menghadapi musuh, ia pun
1110 menjadi bersikap cermat, telengas dan tepat. Bahkan paling
belakang, ia juga dapat berlaku licin, pengalamannya di cian
Tiang Yan membuatnya semua itu.
Anak muda ini bicara benar ketika ia menunjuki "lukanya"
In Hian Bi itu. Hanya itu berkat "kelicinannya", Dari kitab Hian
Wan Sip-pat Kay ia mengerti tentang tubuh manusia, ia tahu
disaat seperti itu, jikalau orang menyalurkan napasnya, di
betulan buah susu mesti ada sesuatu yang merintang.
Dan In Hian Bi tidak ketahui itu. Dia kena digertak si anak
muda hingga dia percaya, Tak peduli dia sebenarnya sangat
licin- In Gak mengawasi sambil bersenyum, Dua jeriji kanannya
disiapkan di dalam tangan baju-nya. ia menanti ketika untuk
mengerahkan tenaganya, agar dua jerijinya itu dapat
meluncurkan hawanya kebuah susu si nyonya.
In HianBi menyalurkan napasnya. Mula-mula ia tidak
merasa apa-apa, hingga ia menjadi bersangsi, Tengah ia
heran itu, mendadak napasnya tak tersalurkan sempurna,
tubuhnya lantas bergoyang, ia terkejut. Segera ia lompat
bangun, matanya menatap si anak muda, sinar matinya
bengis, Sebaliknya, mukanya menjadi pucat.
"Baiklah," katanya penasaran, "MuIai sekarang ini aku tidak
akan muncul pula dilain dunia kang ouw, Untuk selamalamanya."
ia bertindak mendekati si anak muda, tangannya
mengeluarkan sebuah peles kecil, ia menyerahkan itu sambil
berkata: "isinya peles ini empat puluh sembilan butir. Tak
perlu aku menyimpannya, suka aku menyerahkan semuanya
kepada kau. obat ini tak cuma untuk racun tetapi juga guna
pelbagai macam luka di dalam. Kau simpanlah ini untuk kau
nanti pakai selama kau merantau" Kata-kata itu ditutup
dengan pancaran mata yang menggiurkan
In Gak bersenyum, ia tahu orang ingin minta
pertolongannya, untuk mengobati dia, tetapi orang malu
1111 membuka mulutnya, maka ia menyerahkan semua obatnya itu
ia percaya perkataannya wanita kosen itu.
"Kau bermaksud mulia In Sian-cu, kau akan memperoleh
berkah Thian," katanya. "Aku kagum." Kata-kata itu dibarengi
dengan totokan "Udara kosong" pada dada si nyonya, ia
menotok sembilan kali sembari ia menambahkan "Aku baru
saja mempelajari totokan "Totokan Memutus Nadi" belum aku
meyakinkan hingga mahir, dari itu, mudah aku
menggunakannya, sulit untuk membebaskannya. Aku menotok
sembilan kali ini, inilah baru penyembuhan separuhnya saja.
Aku menjelaskan ini karena aku kuatir di-belakang hari sian-cu
nanti sembarang menggunai tenagamu keras-keras, Kalau itu
sampai terjadi ada kemungkinan kau mendapat celaka sendiri.
Tapi percayalah aku, dilain waktu apabila aku sudah paham
seluruhnya, pasti aku nenti berkunjung ke mari untuk
menyembuhkan kau. sekarang aku mohon diberi maaf saja."
Kelihatannya In Hian Bi tidak menjadi tidak senang hati,
bahkan dia bersenyum. "Baru sekarang aku mendusin atas segala tingkah polahku
yang telah lampau," katanya.
"Jangan kau meminta maaf Sebaliknya, kebaikan kau ini
sukar aku membalasnya." Habis berkata ia menjura, terus ia
memutar tubuh, untuk berlalu dengan cepat, hingga dengan
cepat juga dia lenyap. In Gak mengawasi sampai orang tak nampak lagi itu, ia
lantas berpikir. "Terpaksa aku mendustai dia," katanya di dalam hati, "Aku
menotok dia cuma untuk menjaga dia jangan mempedayai
aku. selanjutnya setiap tengah malam dia bakal merasai
pernapasannya terganggu, tenaganya akan lenyap untuk
sementara waktu, asal dia dapat mengumpul semangatnya
dan mengerahkan diri, dia tidak bakal bercelaka.
Menyesal aku menggunai akal tetapi inilah untuk membela
diri sekalian buat membikin dia tidak lagijahat..."
1112 Pikiran In Gak ini terganggu dengan larinya Gak Yang
kepadanya, Bocah itu agaknya terkejut. Dia menunjuk kepada
si nenek buta dan kata keras: Cia, lihat perempuan itu. dia
hidup pula" In Gak segera berpaling, ia melihat tangan dan kaki si
nenek digeraki dengan perlahan-lahan, dilonjorkan, sedang
kedua matanya bersinar bengis.
"Jangan takut Yang-ji," kemudian ia kata-"Memang aku
sengaja tidak hendak membikin dia mampus, Tidak demikian,
dibelakang hari mana dapat kau membalaskan sakit hatinya
ayah dan ibumu?" Habis berkata, ia bertindak kepada nenek
itu. Si nenek mengerahkan tenaganya untuk bangun berdiri,
mukanya tetap bengis, Dia kata sambil menyeringai, "Jangan
kau harap aku si orang tua nanti membuka mulutku. Dan sakit
hati ini, selama aku masih hidup, mesti aku balas. Di antara
kita gunung hijau tak berubah, air mengalir untuk selamalamanya.
Sampai ketemu." Setelah mengucapkan ancaman itu dia membuka
tindakannya. "Tahan- mendadak terdengar seruannya In Gak,
nyaring bagaikan guntur. Nenek itu kaget, dia melengak.
"Jangan kau kira aku ngoceh tidak keruan- kata In Gak
bengis, "Apakah kata-katamu ini cukup" Tuan mudamu tidak
biasanya mendengar ocehan semacam kau ini. Beranikah kau
tidak menyebutkan siapa pembunuhnya ayah dan ibunya Gak
Yang" Aku nanti bikin kau tersiksa hawa panas."
Si buta itu tertawa dingin, rupanya sudah hilang kagetnya.
"Biasanya aku keras dan tak dapat dibikin bengkok." dia
kata nyaring, "Jangan kau mengandalkan ketenanganmu ini
hingga karena kekalahanku, aku jadi suka menunjuki
kelemahan dan minta-minta ampun padamu Aku cuma kalah,
tidak lebih. Apakah artinya kekalahan?"
In Gak tertawa. 1113 "Inilah untuk pertama kali yang tuan mudamu menemui
orang beradat keras seperti kau." katanya. "Aku kagum, aku
kagum sekali, Tapi kata-kata saja tak ada buktinya, Asal kau
dapat bertahan setengah jam, maka tuan mudamu tidak akan
menanyakan pula sekalipun dengan sepatah kata. Kau lihat,
inilah aku punya ilmu totok souw Hun ciu Hoat atau Membetot
Arwah" Cepat sekali In Gak bekerja, Baru ia berhenti bicara, ia
sudah lantas menotok tubuh nenek itu, di sebuah jalan darah.
Nenek buta itu kaget bukan main, itulah ia tidak duga,
Begitu tertotok. ia merasakan totokan dingin, di setiapjalan
darah yang ditotok itu ia merasai darahnya mengalir,
melululahan ke seluruh tubuhnya.
Segera ia kehabisan tenaganya, hingga ia roboh
mendelepok. Bukan main ia merasa tak enak. hingga ia ingin
tubuhnya ditumbuki martil, ia mengawasi si anak muda,
matanya mendelik mau berlompat. ia menggigit rapat giginya,
untuk menahan sakit ia tidak mau bicara, ia ingin bertahan
sampai setengah jam seperti katanya si anak muda itu.
Baru merasa lemas itu, hingga tenaganya habis, lantas
nenek ini merasa ngilu, disusul pula dengan rasa gatal yang
luar biasa, Terus ia merasa seperti ditusuk-tusuk jarum, Hanya
sebentar terus ia merasa sakit dan gatal di seluruh tubuhnya
itu. itulah pagutannya ribuan ular.
Saking sakitnya, dagingnya seperti melonjak-lonjak,
sekarang baru ia merasa sakit luar biasa, Kalau dapat ingin ia
merobek dadanya membetot jantungnya supaya ia mati
seketika. Lantas nenek itu mengeluarkan keringat, mukanya menjadi
pucat. Mau tidak mau, ia mulai merintih, akan akhirnya ia
menjerit-jerit kesakitan tak hentinya.
In Gak mengawasi, ia kata tertawa: "ilmu totokku ini luar
biasa sekali, istimewa, orang boleh bertubuh tembaga dan
besi tak nanti dia dapat bertahan- Tapi ini masih belum
1114 semua. Masih ada pula yang akan menyusulnya, Aku tidak
percaya kau benar-benar kosen hingga kuat bertahan terus."
Nenek itu menjadi takut bukan main, ia mau percaya
bahwa siksaan itu ada yang
terlebih hebat lagi, Mukanya jadi sangat pucat,
semangatnya seperti terbang pergi, Matanya yang satusatunya
melotot, mulutnya terpentang, mengeluarkan
rintihan- In Gak tahu orang mau minta ampun, hanya karena
merintih, dia tak dapat bicara, ia tertawa ?"Memang aku tahu
kau tidak bakal dapat bertahan," katanya, "Sebenarnya buat
apa kau menyiksa dirimu begini?" ia lantas menotok jalan
darah yu-bun. Hanya sejenak, lenyap siksaan si nenek, tinggal tubuhnya
yang lemah, ia rebah tanpa berkutik, tanpa bersuara, Baru
kemudian ia membuka mulutnya, untuk memberi keterangan"Ayahnya Gak Yang itu bernama Bun Lin, bekas tihu dari
kota Si-ciu di Sucoan Selatan, Dialah tihu atau wedana yang
jujur dan setia, Apa mau ia bertugas di kewedanaan dimana
ada tinggal bercampuran penduduk asli dan suku Han dan
Boan- dimana pun terdapat banyak orang jahat, yang main
merampok dan menjinah. Tidak dapat Bun Lin membiarkan
kejahatan merajalela di tempat bertugasnya itu. Maka untuk
menumpasnya ia mengundang dua orang yang pandai ilmu
silat untuk dijadikan piuw-tauw kepala polisi.
Ketika itu penjahat yang utama ialah Lauw-hay-kauw Ban
Teng Llong si Ular naga Pengacau Lautan, Dia bersarang di
sungai Bin Kang. Dia mempunyai banyak kaki tangan dan
kejahatannya telah meluber.
Berkat kepandaian Gak Tihu dan dua pembantunya,
kemudian Teng Llong kena juga dibekuk, Tapi dia banyak
uangnya dan luas pergaulannya, dia dapat menyuap ke atas
pada gubernur dari Su-coan, hingga kejadian gubernur itu
1115 selaku seperti memberi tuan rahasia akan Gak Tihu
membebaskan pemimpin penjahat itu.
Bun Lin menjadi tidak puas, tak tenang ia bekerja, lantas ia
meletaki jabatan dan pulang ke kampung halamannya, di Laopeng.
Kedua pouwtauw pun turut berhenti dan pulang, berniat
menjadi piauwsu. Penggantinya Bun Lin mentaati titahnya gubernur, Teng
Liong dibebaskan dari hukuman mati, dia dihukum penjara,
tiga tahun kemudian dia dimerdekakan, Teng Liong ingin
menuntut balas, Tapi orang-orangnya sudah bubaran dan di
Bin Kang ada lain orang yang menggantikan kedudukannya.
Hatinya menjadi tawar, ia tetap bersakit hati. kemudian dari
Sucoan Timur ia pergi ke Shoatang, Di sana ia menemui si
nenek buta, sahabatnya, ia minta bantuan ia lantas bekerja,
Nyata ia berhasil dengan gampang.
Gak Yang pingsan, Teng Llong hendak membunuhnya, si
nenek mencegah. Nenek ini menyayangi bakat Gak Yang,
yang dia ingin ambil menjadi muridnya, Mereka berebut
omong, Diakhirinya si nenek menang, Lantas Gak Yang
dibawa ke kuil Go Eng SU itu dimana ia. ia disadarkan Si
nenek kata dialah yang menolongi.
Gak Yang cerdik, la bisa menduga hal yang sebenarnya
maka ia menurut dengan terpaksa, selanjutnya ia tidak suka
banyak bicara, si nenek sangsi ia tidak tahu hal pembunuhan
pada ayah ibunya, ia pernah ditanya dan dikompes, ia
membandel, tetapi ia membilang tidak tahu, masih si nenek
curiga, maka dia telah mengambil putusan, sesudah tiga
bulan, baru dia mau mengabari silat.
Ketika In Hian Bi sampai di Go Eng Su, ia pun ketarik pada
Gak Yang, ia minta si nenek menyerahkan bocah itu
kepadanya, sesudah bicara, mereka mendapat kecocokan lagi
setengah tahun, Gak Yang bakal dibawa ke Biauw Nia.
1116 Sudah satu tahun Gak Yang berdiam di Go Eng Su, terus
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia dijaga keras si nenek, maka itu hidupnya tak tenang,
Sampai itu hari dia bertemu In Gak. entah kenapa, dia lantas
menyukai anak muda itu, hingga dia suka menuturkan riwayat
sedihnya. si nenek tua membuka rahasia terlebih jauh. Di mata umum
dialah penjaga kuil, tapi sebenarnya dialah penjahat di gunung
Ni San dimana ia mempunyai sarang, oleh kepala penjahat di
Ni San dia dijadikan tocu, kepala cabang. Dia sering
merampas piauw, merampok. dan membunuh orang.
"Sekarang di mana adanya Ban Teng Llong?" In Gak tanya
kemudian. Nenek itu menggoyang kepala.
"Aku tidak tahu," sahutnya, "Habis membinasakan Gak Bun
Lin dan isteri, dia pergi entah ke mana, Dialah seorang
berumur tiga puluh tahun, Mungkin dia pergi mencari guru
untuk belajar silat lebih jauh, atau dia telah menukar she dan
namanya, Sudah lama dia tak terdengar lagi."
In Gak mengawasi bengis. ia mengangkat tangan
kanannya, menekan nenek itu. Maka matilah si wanita jahat.
Gak Yang bermata merah, rupanya dia menangis, In Gak
merasa kasihan sekali. "Baiklah aku bawa dia ke Tiang Pek sam supaya dibelakang
hari dialah yang menuntut balas sendiri," pikirnya, Maka ia
lantas gusur mayat si nenek ke gombolan rumput, untuk
dibelesaki di sana. Tiba-tiba Gak Yang lari pada si anak muda, terus ia
menjatuhkan diri untuk berlutut dan mengangguk-angguk tiga
kali sembari menangis, ia kata: "Paman, Yang-Jie ingin
mengangkat paman menjadi guru, supaya setelah
memperoleh kepandaian Yang-ji bisa merantau mencari
musuh ayah bundaku guna menuntut balas, Yang-ji minta
sukalah paman menerima aku...."
In Gak girang bukan mainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1117 "Baiklah," katanya, bersenyum. ia mengangguk
Gak Yang pun girang luar biasa.
"Suhu" ia memanggil.
In Gak tidak berdiam lebih lama pula di situ, dengan
mengajak muridnya ini, ia melanjut perjalanannya ke Utara.
XXX Di kota Tolun di Cinabar ada sebuah tegalan yang luas
yang penuh salju hingga sinarnya menjadi putih silau dan
ujungnya seperti nempel dengan langit, ketika itu belum turun
salju tetapi itulah salju yang turun tadi lewat tengah hari.
Angin pun tidak ada. Akan tetapi sang salju dengan hawanya yang dingin
membuat tak adil orang yang suka berlalu lintas, sampai pun
burung-burung pada menyembunyikan dirinya. Justeru hawa
begitu dingin dan suasana sunyi, maka dari kejauhan
terdengar tindakan kaki kuda yang berlari-lari di atas es,
hingga pecahlah kesunyian itu.
Di sana lantas terlihat mendatanginya dua penunggang
kuda, yang masing-masing mengenakan baju dan kopiah kulit,
Yang satu seorang dewasa, yang lain bocah, Tiba-tiba yang
satu menahan kudanya sambil ia mengeluarkan seruan
tertahan, hingga binatang tunggangannya berhenti dengan
mendadak sambil mengangkat tinggi kedua kaki depannya,
tidak jatuh karenanya, sebaliknya ia tertawa.
"Hari ini cuaca bagus sekali, Yang-ji," kata dia pada
kawannya, si bocah, "Jikalau turun salju, tak nanti kita dapat
melakukan perjalanan menyenangkan ini, Tinggal lagi empat
puluh li, atau dua jam pula kita akan sudah sampai di kota
Tolun, Kau lapar atau tidak" Kau keluarkanlah rangsum
keringmu, untuk dimakan, sebentar kita melanjuti perjalanan
kita" Orang yang dipanggil Yang-ji itu, ialah Gak Yang, telah
turut menghentikan kudanya, ia menggoyang kepala.
1118 "Aku tidak lapar suhu," sahutnya, "baiklah kita berangkat
terus, kita bersantap di dalam kota saja."
"Baik," kata si kawan, tertawa, Dialah In Gak. "Mari" Maka
kembali mereka melarikan kuda mereka.
Guru dan muridnya ini berangkat dari Ce-lam menuju ke
chahar Utara. Di dalam tempo tiga hari mereka sudah
melintasi tembok besar Ban Li Tiang Shia, In Gak ketarik
keindahan salju, ia menghentikan kudanya secara sekonyongkonyong
itu. Mereka lantas melarikan pula kuda mereka. Belum jauh,
atau mereka dikejutkan datangnya angin tiba-tiba. Kuda
mereka menjadi kaget, lantas berjingkrakan, Gak Yang kaget,
dia menjerit. Ketika In Gak menoleh, ia terperanjat. Tubuh
muridnya terlempar dari atas kudanya, Segera ia lompat,
untuk menyamber buat menolongi, ia barhasil. Tapi kuda
mereka lari terus, kabur, hingga lenyap dari pandangan
mata... Angin meniup terus dengan santernya, langit penuh mega,
itulah biasa cara bekerjanya sang alam, yang berubahnya
selalu diluar dugaan- In Gak melengak. ia tahu, habis angin, salju bakal
menyusul, atau mungkin akan turun hujan es, ia sendiri tidak
takut, ia hanya berkuatir untuk muridnya yang masih kecil itu.
ia juga mengasihani kuda mereka, yang bisa mati kedinginanGak Yang mencekal erat-erat gurunya, matanya menatap
muka guru itu. "Suhu," katanya, "kuda sudah hilang, tak perlu dipikirkan
lagi, Karena kota Tolun sudah dekat, mari kita jalan kaki saja.
Yang ji masih dapat berjalan." Ia berkata begitu, tapi ketika
angin menyamber, ia batuk-batuk.
"Enak kau bicara," kata In Gak tertawa, "Ketika kita
berkuda kita itu di mulut Tembok Besar, tukang kuda
mengatakan kedua binatang itu tahu jalanan dan dia
1119 menanggung setengah hari ini tidak bakal ada angin, itu
sebabnya kenapa aku berani melakukan perjalanan ini, siapa
tahu kata-kata tukang kuda itu meleset, Kalau angin dan salju
turun semakin besar, mana bisa kita melakukan perjalanan
kita?" Gak Yang berdiam, dia bingung.
Benar sekali, angin lantas bertiup semakin santer, salju
dibawa terbang karenanya, Hawa lantas jadi semakin dingin,
syukur mereka memakai baju kulit, Meski begitu si bocah
kedinginan air hidungnya meleleh ke luar.
"Yang-ji, mari kita berangkat" kata In Gak. "Biar kita tidak
tahu arah, itu terlebih baik daripada kita berdiam mematung di
sini..." ia berhenti dengan tiba tiba, ia mendapatkan bocah itu
menggigil. "Lekas kau duduk. Lekas kau salurkan napasmu seperti
kemarin ini aku ajari"
Anak itu menurut ia duduk bersila, lantas ia bersemedhi. In
Gak duduk di belakang anak itu, tangannya ditaruh di
punggungnya, guna membantu padanya.
Selang sekian lama, pemuda itu mengangguk puas. ia
melihat Gak Yang berhasil dengan latihan hapasnya itu. Mata
bocah itu bersinar "Dia benar berbakat baik sekali," pikirnya.
"Aku mesti jaga dia agar dia tidak sampai tersesat Biarlah dia
yang nanti memajukan Thian San Pay."
"Suhu" kata Gak Yang kemudian dan sambil tertawa.
"Suhu, pelajaran ini benar-benar bagus, Sekarang Yang-ji
tidak takut dingin lagi, bahkan letihku pun lenyap."
In Gak mengangguk ia menyapu salju di pundak si bocah,
ia menarik tangannya, "Mari" ia mengajak, ia lantas lari, Gak
Yang mengikut, ia berlari-lari juga, Hanyalah mereka lari tanpa
tujuan, Angin dan salju turun makin besar, membikin sukar
orang berlari-lari. In Gak berdua . sudah lari kira setengah jam. Mereka masih
belum dapat menentukan arah. Tiba-tiba In Gak mendengar
1120 ringkiknya kuda, ia menjadi girang sekali dan harapannya
timbul. "Bagus, Yang-ji," katanya, "Ada orang lewat, kita dapat
minta keterangan-" In Gak lantas memasang mata ia melihat lari
mendatanginya seekor kuda bulu hitam.
Tapi yang membikin ia baget, ialah penunggang itu
mendekam atas kudanya dan pundaknya merah dengan
darah, itulah tanda orang terluka parah, Lebih mengagetkan di
belakang penunggang kuda itu menyusul beberapa yang lain,
mereka itu berseru-seru, ketika mereka menyandak, mereka
terus membacok orang yang terluka itu.
Dalam kagetnya, In Gak berlompat, mulutnya membentak.
ia pun menggeraki dua tangannya dengan berbareng, Dengan
tangan kiri ia menahan larinya kuda si orang terluka, dengan
tangan kanan ia menyampok seranganPenunggang kuda yang menjadi penyerang itu serta
kawan-kawannya terkejut. Senjata mereka kena tersampok.
kuda mereka kaget hingga pada berjingkrakan-Pihak
penyerang itu berjumlah empat orang,
"Pegang ini" ia kata pada Gak Yang, menitahkan si bocah
memegangi kuda si terluka, ia sendiri lantas memasang mata
kepada empat orang itu. Sebelum memperoleh penjelasan ia
tidak mau sembarang turun tangan, ia bertindak guna
mencegah bencana untuk si terluka itu.
Empat penunggang kuda itu lihay ilmu mengendalikan
kudanya, keempatnya dapat menahan kuda mereka, tetapi
orang yang satu menanya dengan keras- "Kau siapa tuan"
Mengapa kau melindungi pemburon itu" Apakah kau kawan
dia" Lekas kau minggir, kami tidak akan ganggu padamu"
In Gak bersenyum. "Kalau kamu mau menangkap pemburon, kenapa kamu
menyerang orang yang sudah tidak berdaya?" ia balik tanya,
1121 "Sebenarnya bagaimana duduknya hal" Lekas bicara, supaya
aku tidak lancang turun tangan"Hai, bocah tidak tahu selatan- orang tadi mencaci, "Kau
berani membentur dato" Sungguh kau cari mampusmu Hm"
Dia tertawa tergelak. lantas tubuhnya mencelat turunPerbuatan itu ditelad dua kawannya.
In Gak segera merasai angin meny amber, kekepalanya, ia
tidak takut sebaliknya, ia tertawa dingin, ia lantas berlompat
sambil kedua tangannya bergerak untuk menyambuti
serangan ia lantas menggunai ilmu mencengkeram
"Memutuskan otot Memotong Nadi" dari Hian Wan Sip pat
Kay. Hampir berbareng tiga orang itu menjerit keras, suaranya
menggiriskan, tubuh mereka roboh ke salju. Lengan mereka
pun pada patah. Penunggang kuda yang keempat kaget dan ketakutan,
lantas dia memutar kudanya untuk lari balik. Tapi In Gak
mendahului dia, sambil berlompat pesat, pemuda itu
menyamber. Orang itu kaget, pundaknya dirasakan sakit, ia roboh dari
kudanya tanpa sadarkan diri lagi.
Habis itu In Gak bekerja terus, ia lompat pada
sipenunggang kuda yang terluka itu guna merabah dadanya,
masih merasakan hawa hangat, Lekas-lekas ia memondong
turun, ia menjejalkan sebutir pel Tiang cun Tan di mulut orang
itu, lantas terus ia mengurut.
Tidak lama orang itu membuka kedua matanya, Tangan
dan kakinya pun lantas dapat berkutik. Mendadak dia lompat
bangun. "Terima kasih," kata ia seraya memberi hormat pada In
Gak. ia lantas menduga bahwa orang telah menolongnya,
"Aku yang rendah ialah Yap Seng. Aku mesti pergi ke kota raja
1122 untuk urusan yang penting, tak dapat aku terlambat di sini.
Maaf" Habis berkata itu, ia mau lompat naik ke atas kudanya,
"Jadinya kaulah Yap Busu" kata In Gak nyaring, ia terkejut
"Telah terjadi apakah di peternakan Cat Pak Bok-thie?"
Yap Seng melengak. "Kau siapa tuan?" dia balik menanya, "Tolong kau
memberitahukan she dan namamu.."
In Gak membuka kopiah yang menutup kepala dan separuh
mukanya, hingga terlihat wabahnya yang tampan- Melihat rupa orang, Yap Seng terperanjat saking girang.
"Ah Cia Siauwhiap" serunya.
"Apakah yang telah terjadi?" In Gak tanya pula.
"Kemarin ini Lui Tayhiap menoblos kurungan masuk ke
peternakan," kata Yap Seng. "Dia telah mendapat luka parah
Dia membilangi kami bahwa siauwhiap bakal lekas tiba. Aku
tidak sangka siauwhiap datang begini cepat Aku sendiri lagi
menjalankan ulahnya Gouw Tiang cu, Aku menoblos kurungan
untuk pergi ke kota raja, guna minta pertolongannya Chong
sin Kay agar dia mencegah panglima dari Tolun mengurung
peternakan- silahkan siauwhiap berangkat ke peternakan, aku
hendak melanjuti perjalananku"
In Gak dapat menerka duduknya hal, ia pun lantas
mengambil putusannya. "Tak usah Yap Busu,tak usah kau pergi ke kota raja" ia
mencegah, tertawa. "Aku dapat mengundurkan pasukan
pengurung itu, Mungkin aku belum ketahui jelas duduknya hal
tetapi kasarnya dapat aku menduga, siapakah mereka itu?" ia
menunjuk keempat penunggang kuda yang menjadi
kurbannya, Mereka itu rebah dengan hampir keuruk salju. Yap
Seng mengawasi bengis pada empat orang itu. "Mereka
penjahat-penjahat dari Pok Ke Po." sahutnya.
In Gak heranTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1123 "Bukankah Pok Eng bersahabat kekal dengan Gouw Tiang
cu?" ia tanya. "Kenapa mereka jadi bentrok begini rupa" oh,
mungkin ini gara-garanya ci Tiauw Som, Tahun dulu itu telah
aku kisiki Gouw Tiangcu agar dia waspada, sebab Tiauw Som
itu di luar manis di dalam busuk."
"Tiauw Som itu tak ada di mataku." katanya sengit dan
masgul, " Lantaran dia putera-nya tiang cu, aku suka
mengalah saja. Memang dialah yang menjadi gara-gara, cuma
bagaimana duduknya, tak dapat aku jelaskan, panglima dari
Tolun, ciangkun Ngo Ay, telah mengurung peternakan, Yang
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengetahui sebabnya cuma beberapa orang."
In Gak menepuk pundak guru silat itu.
"Yap Busu, kaulah laki-laki sejati." ia memuji "Kau berani
berkurban untuk lain orang aku sangat mengagumi." ia
memanggil Gak Yang, ia kata pula: "Inilah Gak Yang, yang aku
baru terima menjadi muridku." ia terus kata pada si bocah:
"Lekas beri hormat pada Paman Yap."
Gak Yang menurut, ia menjalankan kehormatan-Yap Seng
tertawa. "Orang yang siauwhiap pilih mesti bagus bakatnya" katanya
memuji. In Gak lantas menghampirkan orang yang ia hajar
pundaknya hingga pingsan, ia menepuk punggungnya hingga
orang itu bebas dari totokan"Kenapa kamu mengepung Yap Busu?" ia tanya bengis "
Kau toh dititahkan Pok Eng?" orang itu ketahui ia sudah jatuh
di bawah pengaruh. ia suka berbicara.
"Duduknya hal yang jelas aku tidak tahu," ia menyahut,
"Apa yang aku ketahui kejadisn ini disebabkan Gouw Tiang cu
bermusuh dengan Liong Kang Sam Kwe dan Pok Eng pocu
kami ingin memiliki cat Pak Bok-thio. Kami diperintah
menyerang Yap Busu."
In Gak mengangguk Terang sudah sebabnya perkara.
1124 "Kenapa ciangkun dari Tolun mengurung peternakan?" ia
tanya. Penjahat itu agaknya bersangsi.
"Itu ada sebabnya yang lain," ia menyahut juga. "Perdana
Menteri Ho Kun kecurian banyak barang permata, setelah
mencari sekian lama, barang itu kedapatan di piauwklok Gouw
Siang Lin di Pakkhia, Siang Lin itu puteranya Gouw Tiang-cu.
Katanya masih ada dua rupa barang lainnya berada di dalam
peternakan, maka itu Tolun ciangkun mengurung dan
memberi batas tempo lima hari, jikalau tidak Gouw Tiang cu
bakal ditangkap untuk diperiksa perkaranya."
In Gak tertawa. "Semua dua-dua urusan buah perbuatannya Pok Eng." ia
kata, ia lantas melayangkan sebelah tangannya, maka
sipenjahat menjerit satu kali, tubuhnya terpental roboh,
nyawanya terbang pergi. Yap Seng melihat itu, ia kagum bukan main"Dia baru berumur dua puluh tahun, roman-nya tampan
dan halus, dia hanya seorang terpelajar toh dia begini lihay,"
pikirnya, Aku hidup di ujung golok tapi kepandaianku tidak
berarti..." Diam-diam busu itu menghela napas karena kagumnya itu.
In Gak tertawa pula dan kata, "Yap Busu, mari kita lekas
berangkat" Yap Seng setuju. Kudanya keempat penjahat masih berdiam di situ. In Gak
dan Gak Yang mengambil seekor, si busu seekor juga, maka
itu dilain saat bertiga mereka sudah kabur, Yap Seng lari di
depan sebagai penunjuk jalan-Gak Yang girang sekali.
Sebentar saja tegalan itu menjadi sunyi pula, keempat
mayat diuruk salju, lenyap dari pandangan mata. Yang tinggal
ialah angin menderu-deru dan salju yang masih berterbangan
terus.... oooo 1125 BAB10 DI PERBATASAN Utara, di daerah peternakan sang salju
memperlihatkan keindahan atau kegarangannya... salju
beterbangan turun dalam gumpalan gumpalan seperti sayap
angsa, memain di tengah udara, turun ke bumi, tebalnya satu
kaki dengan satu kaki. Meski begitu, orang masih melihat pagar-pagar tinggi dan
besar, yang tadinya hitam legam. Hanya setelah diserbu Liong
Kang Sam Kwe, peternakan itu telah mengasih lihat roman
yang lain daripada biasanya, Sisa kuda telah dikumpulkan
menjadi satu, di sana terdengar ringkik mereka, terdengarnya
menyedihkan seperti juga semua hewan itu tak sanggup
menderita kedinginan- Beberapa diantaranya lari berputaran- Disamping itu
belasan peg awai peternakan lagi melawan serangan salju,
bekerja membetuli pagar. Di dalam rumah, di ruang besar, Hui In ciu Gouw Hong Piu
berjalan mundar-mandir, sinar matanya menandakan dia
sangat gusar dan mendongkol. Ruang itu suram.
Di kedua samping, duduk di atas kursi, kedapatan Pat-kwa
Kim-to The Kim Go bersama Nona nona Tio Lian cu dan Ciu
Goat Go serta belasan busu, semua berdiam, air muka mereka
guram, Maka itu, di dalam keadaan suram itu, suasana
mendukakan berbareng tegang. Awan kedukaan menawungi
rumah itu. The Kim Go tidak tenang hati menampak kegelisahannya
Gouw Hong Piu, Alisnya berkerut.
"Toako, kau biasa tenang sekali, mengapa hari ini kau tidak
dapat menguasai dirimu," ia tanya, "Jangan kata baru
peternakan kita rusak separuhnya, biarnya ludas semua,
apakah halangannya" Apakah kita menguatirkan penghidupan
kita selanjutnya" Andaikata Pok Ke Po datang menyerbu pula,
kita jangan buat kuatir. Tak lebih tak kurang, kita cuma bakal
mengadu jiwa" 1126 Hong Piu berhenti mundar mandir. Dia tertawa
menyeringai. "Kau terlalu memandang enteng kepadaku, hiante" ia kata,
"Harta itu benda sampiran, hidup kita tidak dapat
mengangkutnya semua, mati tak dapat kita bawa. Apakah
yang harus dibuat duka" Hanya semenjak pagi ini, ada
semacam alamat buruk yang menawungi aku, yang membikin
napasku sesak... jikalau bencana datang pula, cara bagaimana
aku dapat tak memikirkan keselamatannya beberapa ratus
saudara-saudara kita yang berkumpul di sini?"
Kim Go masih hendak menghibur saudara angkat itu tatkala
telinganya mendengar suara kelenengan kuda yang terbawa
angin keras, yang bercampur dengan suara meringkiknya
kuda. Hati semua orang bercekat, air muka mereka pun
berubah. orang tak usah menanti lama akhirnya melihat pintu ruang
ditolak keras, hingga terpentangnya itu membikin angin dan
salju menyerbu masuk. Diantara itu muncullah satu orang, yang lantas dikenal
sebagai Yap Seng, yang air mukanya tegang. Hingga orang
menyangka kepada suatu ancaman mala petaka pula.
Selagi semua mata mengawasi kepadanya, Yap Seng
membuka tutup kepalanya, hingga sekarang terlihat mukanya
saja yang penuh salju. Dengan kedua tangannya ia lantas
menyusutnya. "Tiangcu" busu ini berkata, "Di luar ada datang dua orang
yang mengatakan merekalah orang-orang berpangkat congsiauwkoan
dari jendral Gok lo dari Tolun, katanya mereka
membawa surat rahasia dari jendral itu. Mereka kata mereka
mau menghadap tiang cu sendiri."
"Apakah cuma datang dua orang?" Hong Piu tegaskan, ia
merasa tidak enak. hingga parasnya berubah. Yap Busu
menggeleng kepala. 1127 "Mereka membawa lima atau enam ratus serdadu."
Sahutnya. "Mereka membekal juga meriam yang telah diatur
di pelbagai jalan penting. Kedua siauwkoan itu garang sekali,
mereka memaksa mau mengajak satu barisannya menerobos
masuk ke dalam pekarangan kita hingga saking gusar aku
hajar roboh empat atau lima serdadu pengiringnya, begitulah
aku cuma mengijinkan mereka berdua."
Hong Piu tidak menegur meski ia tahu perbuatan si busu
dapat membawa bencana, inilah karena ia ketahui Yap Seng
gagah berani dan jujur dan perbuatan itu untuk menjaga
kehormatan mereka bersama. ia mengangkat tangannya dan
berkata sambil tertawa. "Baiklah, tolong saudara membilangi
mereka bahwa aku si orang she Gouw mengundang mereka
masuk." Yap Seng menurut, ia pergi ke luar pula.
Hong Piu lantas memandang Kim Go, siapa terus tunduk
berpikir. Lekas sekali Yap Seng sudah kembali bersama kedua
siaukoan atau letnan- Hong Piu berbangkit untuk menyambut.
Salah satu letnan lantas kata sambil tertawa dingin: "Gouw
Tiang cu. ini orang sebawahanmu.." ia menunjuk Yap Seng,
romannya gusar, "dia kosen sekali, dia melebihkan jendral
kami." Hong Piu tertawa dan berkata cepat: "Aku harap diberi
maaf saja, memang kami di tempat peternakan ini semua
orang kasar, yang tidak mengerti adat istiadat dan
perbuatannya Yap Seng Busu bukannya disengaja . . . ."
"Hm" Letnan itu kasih dengar suaranya, tetapi waktu sinar
matanya bentrok dengan sinar mata Yap Seng, dia menggigil
sendirinya. Sinar mata Busu itu bengis seperti sinar rnata
harimau. Dia batal hendak bicara lebih jauh Dia lantas
mengeluarkan surat sep-nya dan menyerahkannya seraya
menambahkan "Silahkan tiang cu baca ini, nanti kau ketahui
kenapa kami datang ke mari."
1128 Gouw Hong Piu menyambuti surat itu untuk terus dibuka
dan dibaca, segera terlihat air mukanya berubah.
The Kim Go terperanjat, ia turut melihat ia nampak kasar
tapi ia cerdas, ia tidak mengasih lihat perubahan air muka
Sebaliknya, dengan manis budi ia kata: "Hawa udara begini
dingin, tuan-tuan juga datang dari tempat yang jauh, silahkan
tuan-tuan minum dulu untuk melawan hawa dingin ini"
Tanpa menanti jawaban, ia perintah orang menyiapkan
meja perjamuan, sedang kepada Yap Seng ia menambahkan
"Yap Busu, tolong kau serta beberapa kawanmu pergi
mengantari barang santapan untuk rekan-rekannya kedua
tayjin ini" sembari berkata begitu, ia mengedipi mata.
Yap Seng mengerti, ia lantas berlalu dengan mengajak
belasan b us u lainnya, sebentar saja suara tindakan kaki
mereka yang berisik lantas lenyap.
Kedua letnan itu merasa tidak enak. Satu diantaranya
berkata: "Kami lagi bertugas, tidak dapat kami ayal-ayalanTerima kasih untuk kebaikan tiangcu Marilah tiangcu turut
kami pergi ke Tolun"
Lian cu bersama Goat Go saling mengawasi
Mereka tahu Kim Go hendak melakukan sesuatu. Hong Piu,
yang tadi nampak air mukanya guram, tertawa sambil
mengurut-urut kumisnya, Kim Go tertawa berkakak.
"Inilah bukan urusan sangat penting," berkata "Sebentaran
tidak ada halangannya," katanya, "Lagi-nya udara begini
buruk. andaikata kita pergi ke Tolun lagi dua tiga hari pun
tidak ada artinya. Benar bukan, jiwi?"
Tiba-tiba kedua letnan itu membuka mata lebar.
"Apakah kamu hendak menawan hamba negara dan
berontak?" mereka membentak. "Jendral kami sudah
menduga kamu mestinya bangsa berandal, maka juga tempo
kami mau berangkat ke mari, dia sudah siap sedia, dia telah
memberi batas waktu, selewatnya itu dia menitah menyerang
1129 kamu dengan meriam. Kapan akulah tiba saatnya, kamu nanti
lihat kemala tak dapat dibedakan daripada batu"
The Kim Go tertawa terbahak.
"Jiwi, kamu benar tidak sudi minum arak pemberian
selamat hanya arak dendaan," dia kata nyaring, "Jangan kata
memangnya kami bukan bangsa takut mampus, sekalipun
kami hanya rakyat jelata, kami tidak dapat membiarkan kami
di-fitnah tidak keruan." Kata-kata ini dibarengi dengan satu
serangan kepada kedua letnan itu.
Dua opsir itu lihay juga, meski mereka kaget, mereka dapat
lompat mundur, untuk terus lari keluar. Akan tetapi Lian cu
dan Goat Go sangat sebat, keduanya sudah berlompat
menghadang, pedang mereka segera dihunus.
Kim Go juga lompat menyusul, dua jeriji tangannya bekerja
menotok kejalan darah hun hian, atas mana kedua letnan itu
lantas tak sadarkan diri, tubuh mereka roboh terguling.
"Kurung mereka" The Kim Go memberi perintah.
Hong Piu nampak berduka dan bersangsi.
"Hiante, bukankah sikapmu ini akan memperbesar
bahaya?" ia tanya. "Kita sudah menunggang harimau hingga tak dapat kita
turun lagi," kata Kim Go, dingin. "Taruh kata toako turut
mereka pergi ke Tolun, belum tentu kau dapat pulang dengan
tubuh selamat dan utuh."
"Ya, apa boleh buat" berkata pemimpin peternakan itu. ia
sangat berduka hingga tanpa merasa air matanya meleleh ke
luar dan menetes jatuh. Ciu Goat Go berduka sekali, ia
membade kepada ancaman malapetaka.
"Paman Gouw, sebenarnya ada terjadi apakah?" ia tanya,
"coba paman mengasih keterangan, supaya kita mendapat
tahu, mungkin kita dapat membantu memikirkan sesuatu."
Hong Piu mengawasi nona itu, ia menghela napas.
"Kau tidak ketahui, titli," katanya berduka sekali, " urusan
ini..." ia belum dapat meneruskan, di kejauhan sudah
1130 terdengar letusan meriam, hingga ia menjadi sangat kaget ia
lantas berpaling kepada The Kim Go dan kata: " celaka
Pasukan negeri itu sudah mulai menyerang. Mari kita maju" ia
menoleh pada kedua nona untuk memesan: " keselamatan
keluarga kami, aku serahkan kepada kamu" Lantas dengan
membawa tongkatnya ia lari ke luar bersama The Kim Go.
Angin keras sedang mengamuk. -salju berterbangan
menyampoki muka, Suara angin membisingi telinga, Maka itu,
sukar dua orang itu berlari-lari. Demikian hebatnya salju,
orang juga tidak bisa melihat jauh, akan tetapi api-nya meriam
terlihat cukup nyata, karena sinarnya merah. Meriam
menggelegar lalu sirap. api pun sirna. Habis itu terdengar pula
suara menggunturnya dan apinya kembali berkelebat.
Hong Piu bingung, ia sudah menunggang kuda tetapi ia
meraba sukar berjalan- ia masgul sekali disebabkan suratnya
jendral Gok o yang dibawa kedua letnan tadi. Surat itu
merupakan titahnya Perdana Menteri Ho Kun untuk jendral itu.
Katanya penjahat sudah mencuri di gedung perdana menteri
itu, banyak rupa mustika sudah lenyap. di kantor piauwkiok
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gouw Siang Lin, puteranya Hong Piu, di kota Thian-cin, telah
dapat diketemukan pula, kecuali dua diantaranya.
Karena itu Siang Lin dituduh telah mengirimkan dua rupa
barang ke peternakan ayahnya di perbatasan Utara. Karena
itu juga, titah rahasia dikirim kepada jendral Gok o untuk
jendral ini membekuk Hong Piu.
Gok o bersahabat baik dengan Hong piu, benar ia tidak bisa
menolongi tetapi ia dapat memberi pikiran- sebenarnya ia tak
cocok dengan perdana menteri itu, ia baik dengan Ke cin-ong,
meski begitu, tidak dapat ia menolak atau mengabaikan
perintah itu. Maka ia menyarankan Hong Piu mengajak keluarganya
menyerahkan diri ke kantor jendral di Tolun, ia menerangkan
juga, kabarnya Ho Kun sudah mengirim tujuh pahlawan
pribadinya, dari itu kalau sampai semua pahlawan itu tiba,
1131 pasti Hong Piu menghadapi bahaya bersama anak istrinya,
serta semua orang peternakanMaka itu, ia berduka bukan main, ia pikir: "Tidak mungkin
anakku melakukan kejahatan itu, pastilah ini buah
pekerjaannya Pok Ke Po yang berkongkol dengan Kiong-bun
ji-kiat, atau, inilah akibat perbuatannya Cia siauwhiap... Tapi
aku percaya inilah pasti perbuatannya Pok Eng"
Maka ia terduka dan berkuatir sekali, ia pun memikirkan
keselamatan anak dan cucu mantunya di kota Thiancin itu
Demikian ia lari ke depan dengan pikiran kacau.
The Kim Go mendampingi tiangcu itu, ia tidak mendengar
orang berkata apa apa, ia menduga kepada kesusahan hati
orang, Maka ia kata menghibur: "Toako, kau tenangi diri.
Sampai ini waktu, kita cuma dapat bertindak dengan melihat
gelagat, Toako berhati mulia dan pemurah, meski didalam
dunia ini ada orang yang berhati buruk. tetapi di atas ada
Thian yang maha adil, siapa tahu, jikalau dalam ancaman
bencana ini kita bakal mendapat pertolongan" Berduka dan
berkuatir saja tidak ada faedahnya, yang penting ialah kita
berdaya." Kim Go bicara dengan sukar dan mesti batuk-batuk
beberapa kali, inilah sebab mereka maju dengan melawan
angin dan sang angin menyampok mereka sambil membawabawa
salju. Hui In ciu menggeleng kepala, dia menyeringai. Dengan
sebelah tangannya ia mengusap salju di mukanya, ia tidak
dapat membilang Suatu apa.
Suara meriam membungkam terus, sebaliknya dari samping
terdengar suara larinya kuda keras, Maka itu kedua orang ini
menahan kuda mereka dan mereka menoleh ke arah suara
mendatangi itu. Sepera terlihat seekor kuda dengan dua orang
penunggangnya, sesudah kuda itu datang lebih dekat, terlihat
1132 Yap Seng bersama seorang lain yang tubuhnya berlumuran
darah. Yap Seng melihat Hong Piu dan Kim Go dia menahan
kudanya seraya berkata nyaring: "Tiangcu, jangan maju terus,
Inilah Lui Tay-hiap yang terluka tembakan meriam silahkan
tiangcu membawa dia pulang untuk diobati"
Habis itu, dari roman tegang, busu itu bersenyum, ia
menambahkan- "Syukur Lui Tayhiap datang. Seorang diri dia
membikin bungkam belasan buah meriam serta berhasil
membekuk seorang hu-ciang, hingga Liauw Busu bisa
memaksa hu-ciang itu melarang penembakan terlebih jauh.
Lui Tayhiap terluka pecahan peluru, mungkin tak dapat dia
disembuhkan dalam beberapa hari, Sekarang jalan darahnya
sudah ditutup," Hong Piu berdua kaget berbareng girang mendengar
disebutnya Lui Tayhiap. ialah Lui Siauw Thian- Dengan lekas
mereka lompat turun dari kuda mereka, untuk
menghampirkan Yap Busu yang berhenti di depan mereka.
Oleh karena dia ditutup jalan darahnya, Siauw Thian
berdiam seperti orang tidur, mukanya pucat, Di pundak kirinya
darah sudah membeku. Terang dia telah mengeluarkan terlalu
banyak darah dan menjadi lemah karenanya. Tentu sekali
mereka menjadi sangat berduka. Mereka ingat bagaimana
besar pertolongan sahabat ini.
"Mari" Hong Piu mengajak. Bersama Kim Go ia naik pula
atas kuda mereka masing-masing, buat lari balik, YapBusu
melarikan kudanya mengikuti.
Di rumah, di ruang besar, Lian cu dan Goat Go menyambut
Mereka pun kaget dan berkuatir.
Kim Go berdua Hong Piu lantas bekerja, Mereka membuka i
bajunya orang she Lui itu untuk memeriksa lukanya.
"Syukur tulang-tulangnya tak patah atau remuk." kata Kim
Go, "dia cuma terluka di daging. Toako, tolong kau pergi ambil
1133 obat, nanti aku singkirkan pecahan peluru ini." Hong Piu
menurut, ia lari masuk dan kembali dengan cepat.
The Kim Go menggunai pisau memotong daging untuk
menyingkirkan semua pecahan, Kedua nona ngeri, mereka
sampai melengos ke luar. Tidak lama Kim Go sudah selesai, Luka-nya siauw Thian
dipakaikan obat dan ia ditukari baju yang baru, habis mana ia
ditotok sadar. Dengan lantas Kian Kun ciu mendusin, ketika ia membuka
matanya, ia melihat siapa berada diantaranya. ia bersenyum,
lantas ia mau berbangkit.
"Jangan" Kim Go mencegah, "Tayhiap sudah mengeluarkan
banyak darah, baik kau rebah saja beristirahat. Diantara kita
tak ada hormat- penghormatan-"
Siauw Thian merasai kepalanya pusing. Itulah tanda ia
sudah mengeluarkan terlalu banyak darah, Meski begitu ia
tertawa dan kata: "Maaflah." ia terus memandang Lian cu dan
berkata tertawa: "Nona, kau masih menyimpan obat Tiang cun
Tan dari Lo Sam atau tidak" Kalau ada, maka aku si Lo Ji, aku
tidak bakal mati" Nona Tio terperanjat Segera ia ingat halnya diwaktu In Gak
mau berpisahan dari mereka, ia dan Goat Go telah diberikan
seorang tiga butir pel itu, dan ia masih mempunyai sisa dua
butir, Tak ayal lagi ia mengeluarkan sebutir dan terus
mengasih makan pada orang she Lui itu.
Begitu ia sudah memamah dan menelan obat itu, Siauw
Thian duduk bersemedhi guna memusatkan pikirannya, guna
menyalurkan pernapasan dan darahnya.
Tiang cun Tan obat mujarab buatan Beng Liang Taysu,
maka itu selang sehirupan teh, muka pucat dari Siauw Thian
lantas berubah menjadi dadu, terus menjadi terang bercahaya
hingga dilain detik, orang yang tadi terluka parah itu,
mendadak dapat mencelat bangun, berdiri dengan tegar.
1134 Dia terus tertawa lebar dan berkata nyaring: "Aku bilang
terus terang, Lo Sam berat sebelah, Saudara angkatnya dia
tak berikan obatnya meski sebutir, akan tetapi si nona manis
dia memberikannya banyak. Biarlah lain kali aku minta, aku
menitis pula menjadi anak perempuan supaya aku mendapat
kebaikan seperti nona-nona ini"
Mukanya Nona Tio menjadi merah.
"Cis" dia menegur, "Jikalau lagi sekali kau berani enteng
mulut, lihat nonamu tabas lidahmu atau tidak"
Goat Go sebaliknya tertawa geli. Siauw Thian membuka
mulutnya tertawa pula. "Ya, nona yang baik, kau boleh galak terhadap aku si Lo
Ji," katanya, masih menggoda "Lihat kalau sebentar Lo Sam
datang, di depan dia nanti kita membuat pembicaraan untuk
mencari keputusan siapa benar siapa salah"
Mendengar perkataan itu, mukanya Lian cu ramai dengan
senyuman, wajahnya bersinar.
"Benarkah dia bakal datang?" dia lantas menanya. Lupa dia
pada likatnya, Dia ingat bagaimana selama satu tahun dia
pikirkan anak muda itu, sampai dia memimpikannya.
Pedang Ular Mas 15 Persekutuan Tusuk Kundai Kumala Karya Wo Lung Shen Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama